PERATURAN BUPATI KUNINGAN · Web viewMaksud disusunnya Petunjuk Teknis Pengelolaan APBD Tahun 2013...

69
BUPATI KUNINGAN PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2013 BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan secara tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang- undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab, dengan memperhatikan keadilan dan manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; b. bahwa berdasarkan pertimbangan dimaksud huruf a, perlu ditetapkan Peraturan Bupati Kuningan tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kuningan Tahun 2013; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat; 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3833); 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan tanggung jawab keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

Transcript of PERATURAN BUPATI KUNINGAN · Web viewMaksud disusunnya Petunjuk Teknis Pengelolaan APBD Tahun 2013...

BUPATI KUNINGAN

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2012

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DANBELANJA DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2013

BUPATI KUNINGAN,

Menimbang : a. bahwa pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan secara tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab, dengan memperhatikan keadilan dan manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan dimaksud huruf a, perlu ditetapkan Peraturan Bupati Kuningan tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kuningan Tahun 2013;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat;

2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3833);

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan tanggung jawab keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

10. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4723);

11. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;

12. Undang Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4124);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4575);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4609), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4855);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Nomor 46);

18. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009;

19. Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

20. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012;

21. Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;

23. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07 Tahun 2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi;

24. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah;

25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2012;

26. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 332/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;

27. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 257/KPTS/M/2004 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi;

28. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45/PMK.05/2007 tentang Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap beserta Perubahan-perubahannya;

29. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman

Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

30. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Nomor 06 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

31. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 3 Tahun 2008 tentang Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kuningan;

32. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

33. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten 4 Kuningan Tahun 2005 -2025;

34. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 6 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kuningan Tahun 2009-2013;

35. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah;

36. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 16 Tahun 2011 tentang Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE);

37. Peraturan Bupati Kuningan Nomor 42 Tahun 2012 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kuningan;

38. Peraturan Bupati Kuningan Nomor 15 Tahun 2009 tentang Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Terpusat (Procurement Unit) Kabupaten Kuningan;

39. Peraturan Bupati Kuningan Nomor 34 Tahun 2009 tentang Sistem Akuntansi;

40. Peraturan Bupati Kuningan Nomor 35 Tahun 2009 tentang Kebijakan Akuntansi.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2013.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kabupaten Kuningan.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Kuningan.

3. Bupati adalah Bupati Kuningan.

4. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Kuningan.

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kuningan.

6. Sekretariat Daerah adalah Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan.

7. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Unit Kerja Perangkat Daerah yang terdiri atas Sekretariat Daerah,

Sekretariat DPRD Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan.

8. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertanggung jawab terhadap Tugas dan Fungsi Perencanaan Pembangunan di Daerah Kabupaten yang selanjutnya di sebut Kepala Bappeda adalah Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Kuningan.

9. Unit Pelaksana Teknis SKPD adalah Unit Pelaksana Teknis pada SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah yang melaksanakan sebagian tugas operasional di lapangan.

10. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan Sumber Daya yang tersedia.

11. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik Daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

12. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan Daerah.

13. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kuningan yang selanjutnya disebut APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Kabupaten dan DPRD Kabupaten Kuningan.

14. Petunjuk Teknis Pengelolaan Anggaran Belanja Daerah yang selanjutnya disebut Petunjuk Teknis adalah pedoman dalam pelaksanaan pengelolaan, pengurusan dan pertanggungjawaban tata laksana keuangan daerah dalam rangka meningkatkan tertib administrasi pengelolaan APBD secara efisien, efektif, transparan dan akuntabel.

15. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah Bupati yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah dan mempunyai kewajiban menyampaikan laporan keterangan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kewenangan tersebut kepada DPRD.

16. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disebut PPKD adalah Kepala Bagian Keuangan yang melaksanakan tugas dan fungsi pengelolaan APBD.

17. Kas Daerah adalah Kas untuk menampung seluruh penerimaan dan membayar seluruh pengeluaran Daerah.

18. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.

19. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik Daerah.

20. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran untuk menggunakan APBN atau ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menggunakan APBD diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan Pengguna Anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD serta untuk menggunakan anggaran SKPD.

21. Kuasa Pengguna Barang adalah Kepala Satuan Kerja atau Pejabat yang ditunjuk oleh pengguna untuk menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya.

22. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang diangkat oleh Pengguna Anggaran sebagai pemilik pekerjaan, yang bertanggungjawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

23. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD yang selanjutnya disebut PPKSKPD adalah pejabat pada Sekretariat Badan/Lembaga dan/atau Bagian Tata Usaha pada SKPD yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD.

24. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disebut PPTK adalah pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.

25. Panitia/Pejabat Pengadaan Barang/Jasa adalah tim yang diangkat oleh Pengguna Anggaran untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa.

26. Unit Layanan Pengadaan (ULP) (Procurement Unit) adalah unit kerja yang terdiri dari pegawai-pegawai yang telah memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah yang dibentuk oleh Bupati yang bertugas secara khusus untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa di Lingkungan Pemerintah Daerah baik secara manual maupun elektronik.

27. Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) adalah unit kerja yang dibentuk yang bertugas untuk menyelenggarakan sistem pelayanan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik.

28. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang diangkat Bupati atas usul PPKD yang mempunyai tugas untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggung-jawabkan uang pendapatan Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

29. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang diangkat Bupati atas usul PPKD yang mempunyai tugas untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang Belanja dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

30. Bendahara Penerimaan/Pengeluaran Pembantu adalah orang atau pegawai yang ditunjuk dan diangkat oleh Bupati atas usul Kepala SKPD yang melaksanakan tugas dan fungsi Bendahara Penerimaan/ Pengeluaran pada Lingkungan SKPD.

31. Pembantu Bendahara Pengeluaran adalah Tenaga Kasir, Tenaga Pembukuan, Penata Dokumen dan Pengurusan Gaji pada SKPD.

32. Entitas Pelaporan adalah Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah dalam hal ini adalah Bagian Keuangan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan atas pelaksanaan APBD.

33. Entitas Akuntansi adalah SKPD Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.

34. Unit Kerja adalah bagian dari SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa program/kegiatan.

35. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disebut TAPD adalah tim yang dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati dan dipimpin oleh Sekretaris Daerah yang mempunyai tugas menyiapkan dan melaksanakan kebijakan Bupati dalam rangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri dari pejabat perencana daerah, PPKD, pengendali program dan pejabat lainnya sesuai dengan kebutuhan.

36. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disebut KUA adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun anggaran.

37. Pembangunan adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana oleh semua komponen dalam rangka mencapai tujuan.

38. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, yang selanjutnya disebut RPJPD, adalah Dokumen Perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun.

39. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disingkat RPJMD, adalah Dokumen Perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.

40. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disebut RKPD, adalah Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang merupakan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

41. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Renja-SKPD, adalah Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang merupakan Dokumen Perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

42. Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disebut Musrenbang adalah Forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan tahunan daerah.

43. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS adalah rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA – SKPD sebelum disepakati dengan DPRD.

44. Prioritas dan Plafon Anggaran yang selanjutnya disingkat PPA adalah program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD setelah disepakati dengan DPRD.

45. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah atau Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

46. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disebut RKA-SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, belanja, program dan kegiatan serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD.

47. Anggaran Kinerja adalah anggaran yang disusun berdasarkan pendekatan tingkat pelayanan atau hasil yang diharapkan dapat dicapai baik keluaran (Output), hasil (Outcome), pengaruh/dampak (Impact) dan manfaatnya (Benefit).

48. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.

49. Surplus Anggaran Daerah adalah selisih lebih antara Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah.

50. Defisit Anggaran Daerah adalah selisih kurang antara Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah.

51. Prakiraan Maju (Forward Estimate) adalah perhitungan kebutuhan dana untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya.

52. Penganggaran terpadu (Unified Budgeting) adalah penyusunan rencana keuangan tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian alokasi dana.

53. Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan dibidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional.

54. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD.

55. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya, baik yang berupa personal (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut, sebagai masukan (Input) untuk menghasilkan keluaran (Output) dalam bentuk barang/jasa.

56. Sasaran/target adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan.

57. Keluaran (Output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan.

58. Hasil (Outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan – kegiatan dalam satu program.

59. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah pada Bank Jabar.

60. Penerimaan Daerah adalah semua penerimaan Kas Daerah dalam periode tahun tertentu.

61. Pengeluaran Daerah adalah semua pengeluaran Kas Daerah dalam periode tahun tertentu.

62. Pendapatan Daerah adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

63. Belanja Daerah adalah kewajiban Pemerintah Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

64. Sisa Lebih Perhitungan APBD tahun lalu adalah selisih lebih realisasi pendapatan terhadap realisasi belanja Daerah dan merupakan komponen pembiayaan.

65. Pembiayaan adalah :a. Setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran

yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun - tahun anggaran berikutnya;

b. Pembiayaan Daerah adalah transaksi keuangan Daerah yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah.

66. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disebut (DPASKPD) merupakan dokumen yang memuat pendapatan dan belanja setiap SKPD yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh Pengguna Anggaran.

67. Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disebut (SPD) adalah dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan SPP.

68. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnyan disebut (SPP) adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pejabat yang bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan/bendahara pengeluaran mengajukan permintaan pembayaran.

69. Uang Persediaan adalah sejumlah uang tunai yang disediakan untuk satuan kerja dalam melaksanakan kegiatan operasional sehari-hari.

70. SPP Uang Persediaan yang disebut SPP-UP adalah dokumen yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yang bersifat pengisian kembali (Revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

71. SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPP-GU adalah dokumen yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran untuk permintaan

pengganti uang persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

72. SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPPTU adalah dokumen yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran untuk permintaan tambahan uang persediaan guna melaksanakan kegiatan SKPD yang bersifat mendesak dan tidak dapat digunakan untuk pembayaran langsung dan uang persediaan.

73. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut (SP2D) adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh Bagian Keuangan berdasarkan SPM.

74. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disebut (SPM) adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh Pengguna Anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD ;

75. SPM Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dipergunakan sebagai uang persediaan untuk mendanai kegiatan.

76. SPM Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-GU adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dananya dipergunakan untuk mengganti uang persediaan yang telah dibelanjakan.

77. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-TU adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD, karena kebutuhan dananya melebihi dari jumlah batas pagu uang persediaan yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan.

78. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disebut SPM-LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD kepada Pihak Ketiga.

BAB IIMAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2Maksud disusunnya Petunjuk Teknis Pengelolaan APBD Tahun 2013 ini adalah sebagai Pedoman Tata Laksana Anggaran Belanja sehingga dalampelaksanaannya dapat berjalan secara optimal serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 3Tujuan Penyusunan Petunjuk Teknis ini adalah :a. Sebagai pedoman teknis perencanaan anggara belanja di Daerah;b. Sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan yang mengacu kepada

rencana anggaran berdasarkan prestasi kerja ;c. Sebagai pedoman penyusunan rencana anggaran belanja bagi SKPD ;d. Sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan, baik terkait dengan

pengendlian, pelaporan maupun evaluasi.

Pasal 4Ruang Lingkup pengaturan Pengelolaan Keuangan Daerah meliputi prosedurpengelolaan anggaran belanja daerah, hal-hal yang harus diperhatikan dalampengadaan barang/jasa, serta prosedur pengendalian, evaluasi dan pelaporan.

BAB IIIMEKANISME PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN

DAN BELANJA DAERAH

Bagian PertamaStruktur APBD

Pasal 5Struktur APBD terdiri atas :1. PENDAPATAN DAERAH

1) Pendapatan Asli Daerah (PAD)a. Pajak Daerahb. Retribusi Daerahc. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkand. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

2) Dana Perimbangana. Dana Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak Sumber Dayab. Alamc. Dana Alokasi Umum ( DAU )d. Dana Alokasi Khusus ( DAK )

3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Saha. Hibahb. Dana Daruratc. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsid. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khususe. Bantuan Keuangan dari Provinsi

2. BELANJA DAERAH1) Belanja Tidak Langsung

a. Belanja Pegawaib. Belanja Bungac. Belanja Subsidid. Belanja Hibahe. Belanja Bantuan Sosialf. Belanja Bagi Hasil kepada Pemerintah Desag. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Desah. Belanja Tidak Terduga

2) Belanja Langsunga. Program dan Kegiatan Non Urusanb. Program dan Kegiatan Urusan

3. PENERIMAAN PEMBIAYAAN1) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran ( SILPA )

a. Pelampauan Penerimaan PADb. Pelampauan Dana Perimbanganc. Pelampauan Penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sahd. Sisa Penghematan Belanjae. Kewajiban kepada Pihak Ketigaf. Kegiatan Lanjutan / Luncurang. Dana Bencana Alam

2) Pencairan Dana Cadangan3) Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan4) Penerimaan Piutang Daerah5) Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman6) Penerimaan Piutang Daerah

4. PENGELUARAN PEMBIAYAAN1) Pembentukan Dana Cadangan2) Penyertaan Modal ( Investasi ) Pemda

a. PD. BPR Kuninganb. PD. PK Kramatmulya dan Selajambec. Bank Jabar Banten Cabang Kuningan

d. PDAM Kuningane. PDAM Kuningan Hibah Pusatf. PD. Aneka Usaha

3) Pembayaran Pokok Utang yang Jatuh Tempoa. Pembayaran Utang kepada Pihak Ketiga

4) Pemberian Pinjaman Daerah

Bagian KeduaTim Anggaran Pemerintah Daerah

Pasal 6(1) Dalam rangka Pengelolaan Keuangan Daerah, dibentuk Tim Anggaran

Pemerintah Daerah (TAPD) yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati , dengan tugasnya meliputi :a. Mengkaji, membahas dan menyusun rancangan Kebijakan Umum APBD

(KUA), Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan Perubahan APBD

b. Melakukan Pembahasan Kebijakan Umum APBD (KUA), Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan Perubahan APBD bersama-sama DPRD;

c. Melakukan Pembahasan dan Penelitian Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA SKPD) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA SKPD) APBD dan Perubahan APBD.

(2) Komposisi dan Personalia TAPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu:a. Penanggungjawab : Bupati dan Wakil Bupati Kuninganb. Ketua : Sekretaris Daerah

c. Wakil Ketua : 1) Kepala BPKAD2) Kepala BAPPEDA3) Kepala Dinas Pendapatan4) Asisten Administrasi5) Asisten Pembangunan dan Kesra6) Asisten Pemerintahan

d. Sekretaris : Kepala Bidang Anggaran BPKAD

e. Wakil Sekretaris : 1) Sekretaris BPKAD2) Kabid Akuntansi BPKAD

f. Anggota : 1) Staf Ahli Bidang Pembangunan, Ekonomi dan Keuangan

2) Kepala Bagian Pembangunan Setda3) Kepala Bagian Organisasi dan Pendayagunaan

Aparatur Setda4) Kepala Bagian Hukum Setda5) Kepala Bagian Keuangan dan Sarana Setda6) Kabid Fisik dan Lingkungan Hidup BAPPEDA7) Kabid Ekonomi BAPPEDA8) Kabid Sosial Budaya dan Pemerintahan

BAPPEDA9) Kabid Penelitian, Pelaporan dan Evaluasi

BAPPEDA10) Kabid Program Dinas Pendapatan11) Kabid Aset BPKAD12) Kabid Perbendaharaan BPKAD13)Kasubid Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan

BPKAD14)Kasubid Pendapatan dan Penerimaan

Pembiayaan BPKAD

(3) Uraian Tugas masing - masing unsur TAPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yaitu :

a. Ketua : 1) Merumuskan kebijakan penyusunan anggaran daerah.

2) Merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi seluruh kegiatan penyusunan APBD.

3) Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara Perencanaan, Penganggaran, Pelaksanaan dan Pengawasan.

b. Wakil Ketua : 1) Membantu Ketua dalam merumuskan kebijakan penyusunan anggaran daerah sesuai dengan bidang tugasnya.

2) Membantu mengarahkan dalam merencanakan, mengendalikan dan mengevaluasi seluruh kegiatan penyusunan APBD.

3) Membantu terjaminnya keterkaitan antara Perencanaan, Penganggaran, dan Pelaksanaan.

4) Menyusun kebijakan pendapatan daerah.

c. Sekretaris : 1) Menghimpun dan mengadministrasikan dokumen-dokumen anggaran daerah (korespondensi, ekspedisi dan pengarsipan sesuai dengan bidangnya (perencanaan, pengendalian dan administrasi keuangan).

2) Menyiapkan bahan untuk kepentingan pelaksanaan tugas tim.

3) Menyusun jadwal kerja tim.4) Menyusun laporan pelaksanaan tugas tim.

d. Wakil Sekretaris : 1) Membantu Sekretaris Menghimpun dan mengadministrasikan dokumen-dokumen anggaran daerah (korespondensi, ekspedisi dan pengarsipan sesuai dengan bidangnya (perencanaan, pengendalian dan administrasi keuangan).

2) Membantu Sekretaris Menyiapkan bahan untuk kepentingan pelaksanaan tugas tim.

3) Membantu Sekretaris Menyusun jadwal kerja tim.

4) Membantu Sekretaris Menyusun laporan pelaksanaan tugas tim.

e. Anggota : 1) Menganalisis RKA dari seluruh SKPD.Aspek – aspek yang dianalisis meliputi :a. Relevansi antara kegiatan dengan urusan pemerintahan,

visi, misi, tujuan, sasaran, dan program.b. Aspek yuridis formal, kewenangan, tugas pokok dan

fungsi SKPD.c. Kebutuhan sarana dan prasarana kerja (APK, ATK,

sarana mobilitas, tanah), disesuaikan dengan standarisasi dan data aset.

d. Kesesuaian alokasi belanja pegawai dengan jumlah pegawai/tenaga kontrak kerja serta penelaahan mengenai alokasi anggaran pengembangan SDM masing – masing SKPD.

e. Kebutuhan pengembangan sistem informasi pemerintah daerah berbasis teknologi informasi secara terintegrasi.

f. Kesesuaian usulan kegiatan diklat yang akan dilaksanakan SKPD.

g. Kesesuaian usulan kegiatan yang berhubungan dengan penelitian dan pengembangan yang akan dilaksanakan SKPD.

2) Melakukan analisis dan evaluasi terhadap urusan pemerintahan, visi, misi, tujuan dan sasaran dari SKPD pengusul yang tertuang dalam format RKA-SKPD.

3) Melakukan analisis dan evaluasi terhadap keterkaitan program usulan SKPD dengan Kebijakan Umum APBD dan PPAS yang tertuang dalam format RKA-SKPD 2.2.

4) Melakukan analisis dan estimasi pendapatan dan belanja dari SKPD pengusul, yang tertuang dalam format RKA-SKPD 1.

5) Melakukan kajian terhadap indikator, tolok ukur dan target kinerja yang tertuang dalam format RKA-SKPD 2.2.1 yang terdiri dari masukan, keluaran dan hasil dari suatu

6) program dan kegiatan.7) Melakukan analisis terhadap jumlah rekapitulasi anggaran

belanja langsung dengan rincian belanja langsung, dan perhitungan terhadap jumlah rekapitulasi anggaran belanja tidak langsung dengan rincian belanja tidak langsung.

8) Melakukan perhitungan terhadap jumlah pendapatan dan belanja dari SKPD pengusul yang tertuang dalam format RKA-SKPD.

9) Melakukan penelitian kesesuaian kode rekening dengan bagian/kelompok/ jenis/objek/rincian objek yang digunakan oleh SKPD pengusul.

10) Melakukan perhitungan terhadap jumlah rekapitulasi anggaran belanja, terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung.

11) Melakukan perhitungan terhadap rekapitulasi anggaran belanja langsung dengan rincian belanja langsung dan perhitungan terhadap rekapitulasi anggaran belanja tidak langsung dengan rincian belanja tidak langsung.

12) Melakukan perhitungan kebutuhan alokasi belanja perbulan/ pertriwulan dari SKPD yang dirinci berdasarkan kebutuhan alokasi biaya per kegiatan dalam rangka penerbitan SPD.

13) Melakukan analisis terhadap pendapatan dan belanja SKPD pengusul berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan APBD tahun sebelumnya.

14) Melakukan pencermatan terhadap jumlah rekapitulasi anggaran belanja, terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung didasarkan kepada rencana kegiatan yang akan dilaksanakan.

15) Melakukan analisis terhadap besaran biaya dan harga satuan biaya berdasarkan standar pembakuan biaya, yang dikaitkan dengan pencapaian target dalam hal mempertajam alokasi kegiatan secara administratif.

16) Menyusun prediksi target pendapatan yang akan datang dari sektor pendapatan.

17) Mengkoordinasikan pelaporan pendapatan dari SKPD penghasil atau pengelola pendapatan non pajak.

18) Mengkoordinasikan dan meneliti target/proyeksi pendapatan daerah pada setiap SKPD penghasil atau pengelola pendapatan non pajak.

19) Merekap dan menyusun target pendapatan daerah.20) Menyusun Rancangan Kebijakan Umum APBD.21) Rancangan KU - APBD yang telah disusun, disampaikan

oleh Sekretaris Daerah selaku Koordinator Pengelola Keuangan Daerah kepada Bupati paling lambat bulan Juni.

22) Menyiapkan rancangan Surat Edaran Bupati tentang Pedoman Penyusunan RKA-SKPD sebagai acuan bagi SKPD dalam menyusun RKA-SKPD.

23) Menelaah kesesuaian antara RKA – SKPD dengan KU-APBD, PPA, Prakiraan yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya, Dokumen Perencanaan lainnya, capaian kinerja, indikator kinerja, kelompok sasaran kegiatan, standar analisis belanja, standar harga, standar pelayanan minimum, serta sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD.

24) Raperda tentang APBD yang telah disusun oleh TAPD disampaikan kepada Bupati.

25) TAPD melakukan verifikasi Rancangan DPASKPD bersama – sama dengan Kepala SKPD paling lama 15 (Lima belas) hari kerja sejak ditetapkannya Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD.

26) Menyiapkan Rancangan Surat Edaran Bupati perihal Pedoman Penyusunan RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru dan/atau kriteria DPA-SKPD yang dapat diubah untuk dianggarkan dalam Perubahan APBD, sebagai acuan bagi SKPD.

(4) Tugas dan wewenang masing – masing unsur TAPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3), yaitu :

A. BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (BPKAD)

BPKAD sebagai Anggota TAPD mempunyai tugas dan wewenang :a) bersama-sama dengan Anggota TAPD lainnya, menyusun KUA dengan

memperhatikan :1) keselarasan program dan kegiatan dengan prioritas

pembangunan yang ditetapkan dalam RKP dan RKPD;2) target capaian kinerja dari program dan kegiatan;

b) bersama-sama dengan Anggota TAPD lainnya, memproyeksikan pendapatan daerah, alokasi belanja, sumber dan penggunaan pembiayaan disertai dengan asumsi yang mendasarinya.

c) bersama-sama dengan Anggota TAPD lainnya menyusun Rancangan PPAS dengan memperhatikan :1) skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan ;2) urutan program untuk masing-masing urusan;3) plafon anggaran sementara program dan kegiatan.4) dalam penyusunan prioritas dan plafon anggaran sementara

(PPAS), bersama-sama dengan Anggota TAPD lainnya, menganalisis asumsi makro daerah terhadap implikasi kemampuan fiskal daerah, kebijakan yang ditempuh dalam upaya peningkatan pendapatan daerah, faktor-faktor yang mendasari adanya penurunan dan/atau peningkatan belanja daerah serta kebijakan pemerintah daerah di bidang pembiayaan daerah tahun anggaran yang direncanakan.

5) menganalisis dan menyusun plafon anggaran sementara/plafon anggaran;

6) menyusun proyeksi APBD tahun anggaran yang direncanakan berdasarkan hasil analisis.

7) menyusun matriks prioritas program dan plafon anggaran menurut oganisasi.

d) Bersama dengan Anggota TAPD lainnya memfasilitasi SKPD Pengguna Anggaran dalam penyusunan RKA-SKPD/DPA-SKPD;

e) Melakukan analisis dan penyelarasan atas pagu indikatif berkaitan dengan alokasi belanja untuk pelaksanaan program dan kegiatan;

f) Meneliti kecocokan kode rekening penganggaran dalam KUA, yaitu kode bidang urusan pemerintahan daerah dan organisasi;

g) Menyusun Raperda APBD dan Perubahan APBD;h) Menghimpun RKA-SKPD berdasarkan hasil kompilasi RKA-SKPD yang

disampaikan Pengguna Anggaran;i) Meneliti kecocokan kode rekening penganggaran dalam PPAS/PPA,

yaitu kode bidang urusan pemerintahan daerah, organisasi jenis dan objek pendapatan serta belanja daerah;

j) merumuskan dan menyusun standar satuan harga upah, bahan dan jasa;

k) Menganalisis kebutuhan barang unit pada SKPD;l) Menganalisis standar harga barang inventaris dan pakai habis;m) BPKAD bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas dan wewenangnya

kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

B. BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA)

BAPPEDA sebagai Anggota TAPD mempunyai tugas dan wewenang :

a) Menyusun RKPD yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ( RPJMD ). RKPD memuat kerangka ekonomi makro daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah serta rencana kerja dan pendanaan yang terukur. RKPD dimaksud ditetapkan dengan Peraturan Bupati;

b) bersama-sama dengan Anggota TAPD lainnya, menyusun KUA dengan memperhatikan :1) keselarasan program dan kegiatan dengan prioritas pembangunan

yang ditetapkan dalam RKP dan RKPD;2) target capaian kinerja dari program dan kegiatan;

c) bersama-sama dengan Anggota TAPD lainnya menyusun Rancangan PPAS dengan memperhatikan :1) skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan ;2) urutan program untuk masing-masing urusan;3) plafon anggaran sementara program dan kegiatan.4) dalam penyusunan prioritas dan plafon anggaran sementara

(PPAS), bersama-sama dengan Anggota TAPD lainnya, menganalisis asumsi makro daerah terhadap implikasi kemampuan fiskal daerah, kebijakan yang ditempuh dalam upaya peningkatan pendapatan daerah, faktor-faktor yang mendasari adanya penurunan dan/atau peningkatan belanja daerah serta kebijakan pemerintah daerah di bidang pembiayaan daerah tahun anggaran yang direncanakan.

5) menganalisis dan menyusun plafon anggaran sementara/plafon anggaran;

6) menyusun proyeksi APBD tahun anggaran yang direncanakan berdasarkan hasil analisis.

7) menyusun matriks prioritas program dan plafon anggaran menurut oganisasi.

d) BAPPEDA bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

C. BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH

a) Bagian Pembangunan sebagai Anggota TAPD mempunyai tugas dan wewenang :1) Melakukan penelitian/analisis dalam proses penyusunan KUA,

PPAS, RKA-SKPD/DPA-SKPD terutama terhadap aspek efesiensi dan efektivitas program/kegiatan.

2) Melakukan penelitian/analisis terhadap keselarasan dan keterkaitan program dengan bidang urusan pemerintahan daerah dan program dengan kegiatan.

b) Bagian Pembangunan bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada Sekretaris Daerah.

D. BAGIAN ORGANISASI DAN PENDAYAGUNAAN APARATUR SEKRETARIAT DAERAH

a) Bagian Organisasi dan Pendayagunaan Aparatur sebagai Anggota TAPD mempunyai tugas dan wewenang :1) Menganalisis dan merumuskan aspek kelembagaan dalam

pengelolaan keuangan daerah;2) Menganalisis dan merumuskan kompensasi kerja berdasarkan

tupoksi, analisa jabatan dan uraian tugas Jabatan.3) Menganalisis keselarasan indicator kinerja kegiatan berupa input,

output, outcome, dan Sasaran Program.b) Bagian Organisasi dan Pendayagunaan Aparatur bertanggungjawab

atas pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada Sekretaris Daerah.

E. BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH

a) Bagian Hukum Sekretariat Daerah sebagai Anggota TAPD mempunyai tugas dan wewenang :1) Menganalisis Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD;

2) Menganalisis Rancangan Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD.

b) Bagian Hukum bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada Sekretaris Daerah.

F. DINAS PENDAPATAN DAERAH

a) Dinas Pendapatan Daerah sebagai Anggota TAPD mempunyai tugas dan wewenang :1) menganalisis target dan rencana pendapatan daerah;2) bersama-sama dengan Anggota TAPD lainnya, memproyeksikan

pendapatan daerah disertai dengan asumsi yang mendasarinya.b) Dinas Pendapatan Daerah bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas

dan wewenangnya kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Bagian KetigaTahapan dan Mekanisme Penyusunan APBD

Pasal 7Mekanisme penyusunan APBD meliputi :a. Penyusunan RKPD;b. Penyusunan Petunjuk Teknis Pengelolaan Anggaran Belanja Daerah dan

Standar Biaya Belanja Daerah;c. Penyampaian Rancangan KUA kepada Bupati;d. Penyampaian Rancangan KUA dari Bupati kepada DPRD;e. KUA disepakati antara Bupati dengan DPRD;f. Penyusunan Rancangan PPAS;g. Penyampaian Rancangan PPAS ke DPRD;h. PPAS disepakati antara Bupati dengan DPRD;i. Penetapan Pedoman Penyusunan RKA-SKPD oleh Bupati;j. Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun RKA SKPD tahun

rencana berdasarkan KU APBD dan PPAS;k. RKA SKPD memuat rencana pendapatan, belanja untuk masing-masing

program dan kegiatan menurut fungsi untuk tahun yang direncanakan, dirinci sampai dengan rincian objek pendapatan, belanja dan pembiayaan serta prakiraan untuk tahun berikutnya;

l. RKA SKPD dibahas oleh TAPD untuk dilihat kesesuaiannya dengan RKPD, Renja SKPD, KUA dan PPAS. Hasil pembahasan menjadi bahan lampiran Raperda APBD;

m. Penyusunan Nota Keuangan dan Pengantar Nota Keuangan tentang RAPBD dan Raperda tentang APBD;

n. Penyampaian Raperda APBD disampaikan kepada DPRD melalui nota pengantar keuangan tentang RAPBD oleh Bupati;

o. Pengambilan Keputusan bersama DPRD dan Bupati terhadap RAPBD;p. Tata cara pembahasan Raperda tentang APBD dilakukan sesuai dengan

peraturan tata tertib DPRD mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan;

q. Raperda APBD kemudian disampaikan kepada Gubernur untuk dievaluasi;r. Penetapan hasil evaluasi;s. Penetapan Perda tentang APBD dan Rancangan Peraturan Bupati tentang

penjabaran APBD bila sesuai hasil evaluasi;t. Penyempurnaan sesuai hasil evaluasi;u. Pembatasan berdasarkan hasil evaluasi;v. Penghentian dan pencabutan pelaksanaan Perda tentang APBD bersama

DPRD;w. Penetapan Keputusan DPRD tentang Penyempurnaan Perda APBD dan

penyampaian hasil penyempurnaan berdasarkan hasil evaluasi;x. Penetapan Perda APBD dan Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD;y. Penyampaian Perda APBD dan Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD

kepada Gubernur;z. Penyampaian Rancangan Peraturan Bupati kepada Gubernur dalam hal

DPRD tidak mengambil keputusan bersama terhadap Raperda tentang APBD sampai dengan batas waktu yang ditetapkan undang-undang;

aa. Pengesahan Gubernur;bb. Persetujuan Gubernur;cc. Penyampaian Rancangan Peraturan tentang APBD;dd. Bupati menetapkan Raperda APBD menjadi Perda APBD serta Rancangan

Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD menjadi Peraturan Bupati setelah mendapat persetujuan Gubernur;

ee. SKPD menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA SKPD) sebagai penjabaran dari Perda APBD dengan mempedomani Petunjuk Teknis Pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dan penyusunan Standar Biaya Belanja Daerah yang ditetapkan oleh Bupati;

Bagian KeempatKebijakan Belanja Daerah

Pasal 8(1) Belanja Tidak Langsung meliputi :

1. Belanja Pegawai terdiri atas :a. Batas maksimal perhitungan acress adalah 2,5 % dari jumlah belanja

pegawai (gaji pokok dan tunjangan);b. Penganggaran gaji pokok dan tunjangan PNSD agar disesuaikan

dengan hasil rekonsiliasi jumlah pegawai dan belanja pegawai yang sudah dilakukan dimasing – masing daerah dalam rangka perhitungan DAU Tahun Anggaran 2013 dan memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD yang ditetapkan pemerintah;

c. Untuk mengantisipasi pengangkatan CPNSD, Pemerintah Daerah menganggarkan belanja pegawai dalam APBD sesuai dengan kebutuhan pengangkatan CPNSD dan formasi pegawai tahun 2013;

d. Dalam merencanakan anggaran tambahan penghasilan hanya diperkenankan untuk PNSD/CPNSD dengan pertimbangan beban kerja, tempat tugas, kondisi kerja, kelangkaan profesi, prestasi kerja, dan/atau pertimbangan obyektif lainnya, yang kriteria dan besarannya ditetapkan dengan peraturan kepala daerah;

e. Apabila Daerah telah menganggarkan tambahan penghasilan dalam bentuk uang makan, tidak diperkenankan menganggarkan penyediaan makanan dan minuman harian pegawai dalam bentuk kegiatan;

f. Dalam rangka efektifitas dan efisiensi pemanfaatan biaya pemungutan pajak daerah, pemerintah daerah dalam menganggarkan biaya pemungutan pajak daerah didasarkan atas rencana kebutuhan riil bagi aparat terkait dalam pemungutan dan pembinaan pajak daerah dan jumlahnya dibatasi paling tinggi sebesar 5% dari target penerimaan pajak daerah Tahun Anggaran 2013;

g. Penyediaan anggaran untuk penyelenggaraan asuransi kesehatan agar berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2003 tentang Subsidi dan Iuran Pemerintah Dalam Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun serta Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 616.A/MENKES/SKB/VI/2004 Nomor 155A Tahun 2004 tentang Tarif Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta PT. Askes (Persero) dan Anggota Keluarganya di Puskesmas dan di Rumah Sakit Daerah. Sedangkan untuk asuransi jiwa bagi PNSD atau yang sejenis tidak diperkenankan dianggarkan dalam APBD.

h. Penganggaran penghasilan dan penerimaan lain Pimpinan dan Anggota DPRD serta belanja penunjang kegiatan harus didasarkan pada :1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan

Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007;

2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pengelompokan Kemampuan Keuangan Daerah, Penganggaran dan Pertanggungjawaban Penggunaan Belanja Penunjang

Operasional Pimpinan DPRD serta Tata Cara Pengembalian Tunjangan Komunikasi Intensif dan Dana Operasional.

i. Belanja Bupati dan Wakil Bupati mempedomani ketentuan sebagai berikut :1) Penganggaran belanja Bupati dan Wakil Bupati didasarkan pada

Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

2) Biaya Penunjang operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 yang semula tertulis ”Biaya Penunjang Operasional Kepala Daerah Kabupaten/Kota” termasuk didalamnya ”Biaya Penunjang Operasional Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota”.

2. Belanja BungaUntuk menyelesaikan kewajiban pembayaran bunga pinjaman jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang diselesaikan dan dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2013.

3. Belanja SubsidiPemberian Subsidi hanya diperuntukkan kepada perusahaan/lembaga tertentu yang bertujuan untuk membantu biaya produksi agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat yang daya belinya terbatas. Produk yang diberi subsidi merupakan kebutuhan dasar dan menyangkut hajat hidup orang banyak serta terlebih dahulu dilakukan pengkajian agar tepat sasaran dan tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan.

4. Belanja Hibah

a. Pemberian hibah untuk mendukung fungsi penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dilakukan oleh pemerintah disesuaikan dengan Kemampuan Keuangan Daerah yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, dapat dianggarkan dalam APBD;

b. Dalam menentukan organisasi atau lembaga yang akan diberikan hibah, dilakukan secara selektif dan rasional dengan mempertimbangkan Kemampuan Keuangan Daerah;

c. Dalam rangka akuntabilitas penggunaan hibah kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah lainnya, Perusahaan Daerah, Organisasi Masyarakat dan Masyarakat, pemberian hibah dilengkapi dengan Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) antara Pemerintah Daerah dengan penerima hibah yang di lengkapi dengan proposal dan rencana penggunaan dana /rencana biaya serta kewajiban penerima hibah mempertanggungjawabkan penggunaan dana yang diterima.

5. Belanja Bantuan Sosiala. Dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan sosial dan ekonomi

masyarakat, Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan sosial kepada kelompok/anggota masyarakat namun tetap dilakukan secara selektif.

b. Untuk penganggaran bantuan keuangan kepada partai politik agar mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan pemberian bantuan keuangan kepada partai politik.

6. Belanja Bagi HasilUntuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan daerah kepada pemerintah desa disesuaikan dengan rencana pendapatan pada Tahun Anggaran 2013, sedangkan pelampauan target Tahun Anggaran 2012 yang belum direalisasikan kepada pemerintah daerah yang menjadi hak kabupaten/kota atau pemerintah desa ditampung dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2013.

7. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Desaa. Selain bantuan keuangan yang bersifat umum Pemerintah Daerah

dapat memberikan bantuan yang bersifat khusus untuk membantu capaian program prioritas Pemerintah Daerah yang dilaksanakan sesuai urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah ;

b. Bagian dari dana perimbangan yang diterima oleh Daerah untuk desa dapat diberikan bantuan keuangan bersifat umum yang pembagiannya untuk setiap desa dilakukan secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa (ADD) sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 68 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa;

c. Bantuan keuangan yang bersifat khusus dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah desa diarahkan untuk percepatan atau akselerasi pembangunan desa.

8. Belanja Tidak terdugaDalam penetapan anggaran Belanja Tidak Terduga dilakukan secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2012 dan merupakan belanja untuk kegiatan yang bersifat tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.

(2) Belanja Langsung, meliputi :

1. Belanja Pegawaia. Penganggaran honorarium bagi PNSD dibatasi frekuensinya sesuai

dengan kewajaran beban tugas PNSD yang bersangkutan. Dasar perhitungan besaran honorarium disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

b. Penganggaran honorarium Non PNSD hanya dapat disediakan bagi pegawai tidak tetap yang benar – benar memiliki peranan dan kontribusi serta yang terkait langsung dengan kelancaran pelaksanaan kegiatan di masing – masing SKPD termasuk narasumber/tenaga ahli di luar instansi pemerintah.

2. Belanja Barang Dan Jasaa. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 pada jenis belanja barang/jasa ditambahkan obyek belanja pemeliharaan, jasa konsultasi, dan lain – lain pengadaan barang/jasa, dan belanja lainnya yang sejenis. Sehingga terhadap penganggaran upah tenaga kerja dan tenaga lainnnya yang terkait dengan jasa pemeliharaan atau jasa konsultansi baik yang dilakukan secara swakelola maupun dengan pihak ketiga agar dianggarkan pada belanja barang dan jasa dimaksud;

b. Dalam menetapkan jumlah anggaran untuk belanja barang pakai habis agar disesuaikan dengan kebutuhan riil dan dikurangi dengan sisa barang persediaan Tahun Anggaran 2012. Untuk menghitung kebutuhan riil disesuaikan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD, dengan mempertimbangkan jumlah pegawai dan volume pekerjaan;

c. Dalam menetapkan anggaran untuk pengadaan barang inventaris agar dilakukan secara selektif sesuai kebutuhan masing – masing SKPD. Oleh karena itu sebelum merencanakan anggaran terlebih dahulu dilakukan evaluasi dan pengkajian terhadap barang – barang inventaris yang tersedia baik dari segi kondisi maupun umur ekonomisnya;

d. Penganggaran belanja perjalanan dinas, baik perjalanan dinas luar negeri maupun perjalanan dinas dalam negeri agar dilakukan secara selektif, frekuensi dan jumlah harinya dibatasi;

e. Untuk perjalanan dinas dalam rangka kunjungan kerja dan studi banding dilakukan secara selektif dan hanya diperkenankan apabila terkait dengan upaya pengkayaan wawasan dan substansi kebijakan daerah yang sedang dirumuskan pemerintah daerah dan dilengkapi dengan laporan hasil kunjungan kerja dan studi banding dimaksud;

f. Penganggaran untuk menghadiri pelatihan terkait dengan peningkatan SDM hanya diperkenankan untuk pelatihan yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah atau lembaga non pemerintah yang bekerjasama dan/atau direkomendasikan oleh departemen terkait;

g. Dalam merencanakan belanja pemeliharaan barang inventaris kantor disesuaikan dengan kondisi fisik barang yang akan dipelihara dan lebih diprioritaskan untuk mempertahankan kembali fungsi barang inventaris yang bersangkutan;

h. Daerah dapat menganggarkan pemberian hadiah dalam bentuk uang dan/atau barang kepada kelompok masyarakat dan/atau perorangan yang berprestasi terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah, baik yang diperoleh melalui lomba antara lain lomba desa/kelurahan, kelompok masyarakat atau perorangan yang berprestasi dalam pelatihan;

3. Belanja ModalBerdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, maka untuk penganggaran belanja modal tidak hanya sebesar harga beli/bangun aset tetapi harus ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan.

Bagian KelimaKetentuan Penggunaan Belanja Tidak Langsung

Pasal 9(1) Bantuan Keuangan Pemerintah Desa

1. Belanja bantuan keuangan kepada Pemerintah Desa wajib dimasukkan ke APBD, sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.

2. Belanja bantuan keuangan kepada Pemerintah Desa ditransfer melalui Kas Daerah ke Rekening penerima dana bantuan, dengan dilengkapi SPM dan SP2D.

(2) Belanja Subsidi, Belanja Hibah Dan Belanja Bantuan Sosial 1. Belanja ini diberikan kepada organisasi, badan atau lembaga yang

berbadan hukum dan terdaftar di Badan KESBANGLINMAS atau lembaga yang membidanginya dan telah berdiri sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun.

2. Proposal/rencana penggunaan belanja subsidi, hibah dan bantuan sosial yang diajukan kepada Bupati, wajib dilengkapi dengan persyaratan sebagai berikut :a. Surat permohonan / Proposal yang ditandatangani oleh Pemimpin

Organisasi (ketua/direktur/pimpinan/ kepala);b. Kwitansi yang telah ditandatangani oleh Pemimpin Organisasi

(ketua/direktur/pimpinan/kepala) sebanyak rangkap 4 (empat) bermeterai cukup dan dibubuhi stempel panitia/organisasi;

c. Nomor Rekening Bank atas nama Pemimpin Organisasi;d. Surat Pernyataan tentang penggunaan dana bantuan, yang

ditandatangani oleh pemimpin organisasi (ketua/ direktur/ pimpinan/ kepala) dan ditujukan kepada Bupati;

e. Naskah Perjanjian Hibah antara Pemerintah Daerah dengan penerima hibah.

3. Belanja subsidi, belanja hibah dan belanja bantuan sosial ditransfer melalui Kas Daerah ke rekening penerima bantuan.

(3) Belanja Tidak TerdugaPenggunaan Belanja Tidak Terduga ditekankan pada penanggulangan yang bersifat tanggap darurat, sedangkan penanggulangan yang bersifat pasca bencana (meliputi penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi) dilakukan menggunakan belanja langsung, berdasarkan kesesuaian program dan kegiatan SKPD.

(4) Penanggulangan yang bersifat tanggap darurat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :1. SKPD yang secara teknis menanggulangi bencana alam/bencana sosial

melakukan kajian terhadap kejadian tersebut dan melaporkan kepada Sekretaris Daerah selaku ketua TAPD tentang kebutuhan biaya penanggulangan bencana alam yang diperlukan yang ditembuskan kepada Bagian Pembangunan Sekretariat Daerah dan Bappeda ;

2. Bagian pembangunan dan Bappeda bersama SKPD terkait melakukan peninjauan lapangan (survey) untuk melakukan klarifikasi dan penentuan kriteria serta prioritas penanganan;

3. Bagian pembangunan menyampaikan analisis usulan biaya penanggulangan bencana alam kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah untuk ditetapkan dalam penggunaan belanja tidak terduga;

(5) Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi :a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi kerusakan dan sumber

daya, yang meliputi cakupan lokasi, jumlah korban serta kemampuan sumber daya alam maupun buatan;

b. Penetapan status keadaan darurat bencana di daerah, yang ditetapkan oleh Bupati untuk skala Kabupaten;

c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat yang terkena bencana meliputi pemberian pelayanan kemanusiaan yang timbul akibat bencana melalui upaya pencarian dan penyelamatan korban, pertolongan darurat dan/atau evakuasi korban;

d. Pemenuhan kebutuhan dasar meliputi bantuan penyediaan kebutuhan air bersih dan sanitasi, pangan, sandang, pelayanan kesehatan, pelayanan psikososial serta penampungan dan tempat hunian;

e. Perlindungan terhadap kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi pengamanan, pelayanan kesehatan dan psikososial terhadap bayi, balita dan anak-anak, ibu yang sedang mengandung dan menyusui, penyandang cacat dan orang lanjut usia;

f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital meliputi pemulihan fungsi dengan cara memperbaiki dan/atau mengganti kerusakan prasarana dan sarana akibat bencana dalam rangka mencegah gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan;

g. Pemulihan fungsi prasarana dan sarana vital dilakukan dengan memperbaiki dan/atau mengganti kerusakan akibat bencana;

h. Pengadaan barang/jasa untuk penyelenggaraan tanggap darurat bencana dilakukan secara khusus melalui pembelian/pengadaan langsung yang efektif dan efisien sesuai dengan kondisi pada saat keadaan tanggap darurat;

i. Pembelian/pengadaan langsung sebagaimana dimaksud huruf h tidak ditentukan oleh jumlah dan harga barang/jasa;

j. Pengadaan barang/jasa sebagaimana dimaksud huruf i meliputi peralatan dan/atau jasa untuk :1) pencarian dan penyelamatan korban bencana;2) pertolongan darurat;3) evakuasi korban bencana;4) kebutuhan air bersih dan sanitasi;5) pangan;6) sandang;7) pelayanan kesehatan; dan8) penampungan serta tempat hunian sementara.

Bagian KeenamKetentuan Penggunaan Belanja Langsung

Paragraf 1Penyusunan RKA – SKPD

Pasal 10(a) Belanja Pegawai

Kelompok belanja langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:Belanja pegawai yaitu untuk pengeluaran honorarium/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan Daerah.

(b) Belanja Barang Dan JasaBelanja barang dan jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan

Daerah. Pembelian/pengadaan barang dan/atau pemakaian jasa, mencakup belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak / penggandaan, sewa rumah / gedung / gudang /parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai, dengan ketentuan :1) Penyediaan anggaran untuk belanja barang pakai habis agar disesuaikan

dengan kebutuhan nyata dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi SKPD, dengan mempertimbangkan jumlah pegawai dan volume pekerjaan. Oleh karena itu, perencanaan pengadaan barang agar didahului dengan evaluasi persediaan barang serta barang dalam pemakaian.

2) Penganggaran pengadaan software untuk sistem informasi manajemen keuangan daerah dicantumkan dalam belanja barang dan jasa. Jika software tersebut dapat dioperasikan sesuai dengan fungsinya, harus dikapitalisasi menjadi aset Daerah.

3) Dalam upaya meningkatkan dan memberdayakan kegiatan perekonomian daerah, perencanaan pengadaan barang dan jasa agar mengutamakan hasil produksi dalam negeri dan melibatkan pengusaha kecil, menengah dan koperasi.

4) Dalam merencanakan kebutuhan barang Pemerintah Daerah, supaya menggunakan Daftar Inventarisasi.

5) Barang milik Pemerintah Daerah dan standar penggunaan barang sebagai dasar perencanaan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Daerah.

6) Penganggaran belanja untuk penggunaan energi agar mempedomani Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Penghematan Energi.

7) Penyusunan rencana kebutuhan pengadaan barang dan jasa agar mempedomani ketentuan tentang standar satuan harga barang dan jasa yang ditetapkan oleh Peraturan Bupati.

8) Belanja perjalanan dinas baik dalam daerah maupun luar daerah untuk melaksanakan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pelayanan masyarakat dianggarkan dalam jenis belanja barang dan jasa.

9) Penyediaan belanja perjalanan dinas dalam rangka studi banding dilakukan secara selektif baik orang, hari maupun frekuensinya agar tidak terlalu lama meninggalkan tugas dan tanggung jawab yang diamanatkan dalam ketentuan peraturan perundangan-undangan.Pelaksanaan studi banding dapat dilakukan sepanjang memiliki nilai manfaat guna kemajuan Daerah.

(c) Belanja ModalBelanja modal yaitu pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan, digunakan untuk kegiatan pemerintahan, dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, jembatan, irigasi dan jaringan dan aset tetap lainnya.Kriteria Belanja Modal :a) Masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan.b) Bukan merupakan objek pemeliharaan.c) Jumlah nilai rupiah material sesuai dengan kebijakan akuntansi.

Pasal 11Pengadaan software dalam rangka pengembangan sistem informasi manajemen dianggarkan pada belanja modal.

Pasal 12Nilai Pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar harga beli/bangun aset.

Pasal 13Belanja honorarium panitia pengadaan dan administrasi pembelian/ pembangunan untuk memperoleh setiap aset yang dianggarkan pada belanja modal, dianggarkan pada belanja pegawai dan/atau belanja barang dan jasa.

Pasal 14Belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal untuk melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan Daerah dianggarkan pada belanja SKPD.

Pasal 15Ketentuan lain yang harus dilaksanakan dalam penyusunan RKA adalah sebagai berikut :(a) Persyaratan yang perlu diperhatikan dalam RKA Adalah :

1) Biaya/belanja yang ditetapkan dalam APBD harus dirinci penggunaannya di dalam RKA, dan biaya yang ditetapkan dalam RKA merupakan batas pengeluaran tertinggi untuk masing-masing kegiatan.

2) Pengeluaran biaya yang tercantum di dalam RKA harus mencapai sasaran fungsional kegiatan yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan prinsip hemat dan efisien, dengan disusun berdasarkan Standar Biaya Daerah yang berlaku dengan ditetapkan melalui Peraturan Bupati.

3) Biaya ATK untuk kegiatan penulisannya disatukan, tidak terpecah per sub kegiatan.

4) Biaya Perjalanan Dinas penulisannya disatukan, tidak ditulis per sub kegiatan.

5) Penggunaan biaya perjalanan dinas khusus sebagai bagian dari perjalanan dinas luar daerah disesuaikan dengan urgensi kegiatan dan memperhatikan azas efisiensi dan efektivitas, dengan ketentuan bahwa untuk perjalanan dinas ke luar negeri dan ke luar provinsi hanya dapat dilakukan dengan melengkapi alasan perjalanan, rincian program, menyertakan undangan dan konfirmasi dari negara yang dikunjungi, dokumen yang berkaitan serta mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(b) Lokasi Kegiatan Harus Secara Jelas Dicantumkan Dalam RKA dengan ketentuan :1) Untuk kegiatan yang lokasinya terletak pada 1 (satu) sampai sebanyak-

banyaknya 5 (lima) Kecamatan, pada kolom “uraian kegiatan” dan “nama kegiatan” harus dicantumkan semua Kecamatan tersebut.

2) Untuk kegiatan yang lokasinya berada pada lebih dari 5 (lima) sampai 32 Kecamatan pada kolom “nama kegiatan” cukup dicantumkan kata-kata tersebar di ......... Kecamatan di Daerah, dan dalam “kolom uraian” pada lembaran DPA harus dicantumkan semua nama Kecamatan tersebut.

3) Untuk kegiatan yang lokasinya tersebar di 32 Kecamatan pada kolom “nama kegiatan” cukup dicantumkan tersebar di 32 kecamatan se-Kabupaten Kuningan.

4) Untuk kegiatan-kegiatan tertentu yang dipandang perlu, lokasi kegiatan dan alokasi kegiatan dicantumkan sampai tingkat Kecamatan/Desa/Kelurahan.

(c) Dalam RKA tidak diperkenankan mencantumkan kegiatan “Berupa Paket”. Pekerjaan Fisik Konstruksi Yang Dikontrakkan, pada saat Usulan harus melampirkan Keterangan :1) Lokasi pekerjaan.2) Bagi pekerjaan yang sudah dibuat Perencanaan Teknis dilengkapi

dengan melampirkan gambar desain, rencana biaya, daftar analisa satuan harga, volume,dan target jadwal pelaksanaan.

3) Bagi pekerjaan yang belum dibuat perencanaan teknis, dilengkapi dengan estimasi /perkiraan rencana biaya, daftar analisa satuan harga, volume, dan target jadwal pelaksanaan.

(d) Pengadaan ATK/bahan, dirinci dalam uraian objek/rincian objek yang bersangkutan.

(e) Dalam RKA kegiatan fisik atau belanja jasa yang akan dilaksanakan secara swakelola, agar nomenklatur "swakelola" dicantumkan dalam RKA dan kebutuhan kegiatan diuraikan secara rinci jenis swakelolanya.

(f) Belanja Konsultansi yang akan dilaksakan oleh penyedia jasa dengan cara pengadaan barang/jasa dituliskan sbb:1) Untuk belanja Jasa konsultansi dalam RKA dan DPA harus

mencantumkan secara jelas: Jenis pekerjaan, jumlah Kebutuhan dan kualifikasi personil dan jumlah Kebutuhan non personil.

2) Satuan pekerjaan ini adalah Orang per Bulan (OB). Jumlah OB sesuai dengan jumlah dari hasil perkalian semua tenaga ahli yang diperlukan dikalikan lama penugasan dalam pekerjaan tersebut.

3) Harga satuan merupakan harga satuan rata-rata hasil dari total kebutuhan Personil ditambah non personil dibagi jumlah OB yang diperlukan.

4) Besaran biaya yang diperlukan merupakan jumlah kebutuhan untuk pekerjaan tersebut yaitu biaya personil ditambah dengan kebutuhan non personil untuk pekerjaan tersebut.

5) Dalam pengajuan usulan pekerjaan jasa konsultansi yang akan dilaksanakan oleh pihak ketiga, pengusul harus bisa memberikan penjelasan tertulis perihal maksud, tujuan, sasaran, keluaran serta lama pelaksanaan pekerjan dan perhitungan biaya (RAB) yang diperlukan untuk pekerjaan yang diusulkan.

(g) Belanja Konsultansi yang akan dilaksanakan oleh penyedia jasa dengan cara kerjasama dengan perguruan Tinggi dan atau dengan cara swakelola dituliskan sbb :1) Biaya personil masuk ke Honorarium Non PNS dan Biaya Non personil

disesuaikan dengan pengeluaran biaya dan kodering yang disediakan dengan penulisan yang cukup jelas dipahami.

2) Dalam pengajuan usulan pekerjaan jasa konsultansi yang akan dilaksanakan oleh pihak ketiga, pengusul harus bisa memberikan penjelasan tertulis perihal maksud, tujuan , sasaran ,keluaran serta lama pelaksanaan pekerjan dan perhitungan biaya (RAB) yang diperlukan untuk pekerjaan yang diusulkan.

(h) Untuk kegiatan fisik yang tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas, diwajibkan sejak proses perencanaan sampai dengan pelaksanaan, melibatkan unsur lingkup SKPD terkait selaku tenaga bantuan teknis.

(i) Pada saat Asistensi RKA, wajib hadir selain dari Kepala Bagian Tata Usaha/Sekretaris/Pejabat Sub Dinas Bina Program atau Unit Perencanaan pada SKPD yang bersangkutan atau yang mewakili, juga didampingi oleh calon Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dan Bendahara Pengeluaran Pembantu yang bersangkutan.

(j) Konsep RKA yang mendapat koreksi dari TAPD agar diperbaiki oleh SKPD yang bersangkutan pada saat jadwal verifikasi RKA.

(k) Konsep RKA yang telah ditelaah dan dikoreksi TAPD dan ditandatangani oleh TAPD, dapat langsung ditik net oleh SKPD Pengguna Anggaran/Barang yang bersangkutan.

(l) Hasil tik net RKA, selanjutnya ditandatangani/disahkan oleh TAPD.

Paragraf 2Peyusunan DPA-SKPD

Pasal 16(1) PPKD paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah Peraturan Daerah tentang APBD

ditetapkan, memberitahukan kepada semua Kepala SKPD agar penyusunan rancangan DPA-SKPD dengan merinci sasaran yang hendak dicapai, program, kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap – tiap SKPD serta pendapatan yang diperkirakan.

(2) Penyerahan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah pemberitahuan oleh PPKD tentang penyusunan rancangan DPA-SKPD.

(3) Verifikasi rancangan DPA-SKPD dilakukan oleh TAPD bersama-sama dengan Kepala SKPD paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak ditetapkannya Peraturan Gubernur tentang Penjabaran APBD.

(4) Berdasarkan hasil verifikasi, dilakukan pengesahan rancangan DPASKPD oleh PPKD dengan persetujuan Sekretaris Daerah.

(5) DPA-SKPD yang telah disahkan disampaikan kepada Kepala SKPD dan tembusannya disampaikan kepada DPRD, Inspektorat dan TAPD paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal disahkan.

(6) Prosedur Penyusunan, Verifikasi dan Pengesahan DPA, berlaku dalam proses APBD murni/induk maupun APBD perubahan.

(7) Ketentuan lainnya yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan verifikasi DPA-SKPD, dokumen pelengkap yang harus diserahkan kepada TAPD adalah sebagai berikut :a. Rencana Jadwal Kegiatanb. Rencana Anggaran Kasc. Rencana Pemaketan Pekerjaan

Bagian KetujuhPerubahan DPA – SKPD

Pasal 17(1) Perubahan/Pergeseran DPA – SKPD dapat dilakukan dengan ketentuan

sebagai berikut :a. Kewenangan SKPD dalam hal :

1) Perubahan bersifat penurunan atau penambahan volume, tolok ukur yang terjadi karena adanya perubahan harga standar, sepanjang tidak melampaui batas biaya yang tersedia untuk keperluan termaksud.

2) Perubahan sampai setinggi-tingginya 20 persen (%) diatas atau di bawah volume tolok ukur yang tercantum dalam DPA-SKPD sepanjang tidak melampaui batas biaya yang tersedia untuk keperluan dimaksud.

3) Perubahan karena adanya kesalahan tekhnis administratif baik angka maupun huruf.

4) Apabila terjadi perubahan standar harga satuan akibat perubahan harga pasar yang mengakibatkan tidak terpenuhinya volume yang direncanakan, maka Kepala SKPD mengusulkan perubahan dimaksud kepada Bupati melalui Badan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah.

b. Kewenangan Bupati1) Perubahan tolok ukur diatas 20 prosen (%) akan berakibat pada

perubahan target dan perubahan standar biaya.2) Perubahan standar harga satuan yang berakibat pada perubahan

volume dan target kinerja ditetapkan dengan surat persetujuan Bupati.

(2) Prosedur Perubahan/Pergeseran DPA – SKPDa. Perubahan/pergeseran DPA-SKPD Belanja Langsung dan Tidak

Langsung harus diusulkan secara tertulis dari Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah kepada Bupati melalui Badan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (BPKAD).

b. Selanjutnya Badan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (BPKAD) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) terlebih dahulu melakukan pengkajian untuk bahan pertimbangan persetujuan Bupati.

c. Perubahan/pergeseran yang sudah mendapat persetujuan Bupati selanjutnya dituangkan dalam bentuk surat persetujuan perubahan/ pergeseran DPA-SKPD oleh Sekretaris Daerah selaku Ketua Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD).

(3) Mekanisme Penyusunan DPA Lanjutan ( DPAL )a. Untuk Kegiatan yang dapat dilanjutkan dalam bentuk DPAL memenuhi

Kriteria Sebagai berikut :

1) Pekerjaan yang telah ada ikatan perjanjian kontrak pada tahun anggaran berkenaan; dan

2) Keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang diakibatkan bukan karena kelalaian pengguna anggaran /barang atau rekanan, namun karena akibat dari force mayeur.

b. Untuk mengesahkan kembali DPA-SKPD menjadi DPAL – SKPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Kepala SKPD menyampaikan laporan akhir realisasi Kegiatan baik fisik maupun keuangan kepada PPKD selambat-lambatnya pertengahan bulan Desember tahun anggaran berjalan.

c. Jumlah anggaran dalam DPAL - SKPD dapat disyahkan setelah terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap :1) Sisa DPA – SKPD yang belum diterbitkan SPD dan /atau ditebitkan

SP2D atas kegiatan yang bersangkutan.2) Sisa SPD yang belum diterbitkan SPP,SPM atau SP2D atau SP2D

yang belum diuangkan.d. DPAL – SKPD yang telah disyahkan dapat dijadikan dasar pelaksanaan

penyelesaian pekerjaan dan penyelesaian pembayaran.

Bagian KedelapanPerubahan APBD

Pasal 18(1) Perubahan APBD dapat dilakukan apabila terjadi :

a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA;b. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar

unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja;c. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar

unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja;d. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya

harus digunakan dalam tahun berjalan;e. keadaan darurat; danf. keadaan luar biasa.

(2) Perubahan APBD hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa.

Pasal 19(1) Teknis Penyusunan Perubahan APBD.

Dalam melakukan perubahan APBD harus dilandasi dengan perubahan Kebijakan Umum APBD dan PPAS yang disepakati bersama antara Pimpinan DPRD dan Bupati.

(2) Jadwal Perubahan APBD diatur :a. Batas waktu pengambilan Keputusan DPRD dalam rangka persetujuan

bersama atas Raperda tentang Perubahan APBD paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum tahun anggaran berakhir.

b. Raperda tentang Perubahan APBD diajukan kepada DPRD setelah Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD dan Peraturan Bupati tentang Penjabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD tahun anggaran sebelumnya ditetapkan serta Laporan Semester Pertama dan Prognosis 6 (enam) bulan berikutnya.

(3) Cakupan Rancangan Perubahan APBD.a. Menampung program dan kegiatan yang mengalami perubahan.b. Menampung program dan kegiatan yang baru.c. Menampung anggaran untuk kegiatan yang tidak dapat diselesaikan

dalam tahun anggaran sebelumnya (DPA-L).d. Memuat hal-hal, baik yang tidak berubah maupun yang mengalami

perubahan serta menjelaskan alasan terjadinya perubahan.

(4) Kebijakan Umum APBD Serta Prioritas Dan Plafond Anggaran Sementara Perubahan APBD.a. Perubahan APBD yang disebabkan perkembangan yang tidak sesuai

dengan asumsi KUA dapat berupa terjadinya pelampauan atau tidak

tercapainya proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan yang semula ditetapkan dalam KUA.

b. Bupati memformulasikan hal-hal yang mengakibatkan terjadinya perubahan APBD ke dalam Rancangan KUA perubahan APBD serta PPAS perubahan APBD.

c. Dalam Rancangan KUA perubahan APBD dan PPAS perubahan APBD disajikan secara lengkap mengenai :1) Perbedaan asumsi dengan KUA yang ditetapkan sebelumnya;2) Program dan kegiatan yang dapat diusulkan untuk ditampung dalam

perubahan APBD dengan mempertimbangkan sisa waktu pelaksanaan APBD tahun anggaran berjalan;

3) Capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus dikurangi dalam perubahan APBD apabila asumsi KUA tidak tercapai;

4) Capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus ditingkatkan dalam perubahan APBD apabila melampaui asumsi KUA.

d. Rancangan KUA perubahan APBD dan PPAS Perubahan APBD disampaikan kepada DPRD paling lambat minggu pertama bulan Agustus dalam tahun anggaran berjalan.

e. Rancangan KUA Perubahan APBD dan PPAS Perubahan APBD setelah dibahas selanjutnya disepakati menjadi KUA Perubahan APBD dan PPA Perubahan APBD paling lambat minggu kedua bulan Agustus dalam tahun anggaran berjalan.

f. Dalam hal persetujuan DPRD terhadap Raperda tentang Perubahan APBD diperkirakan pada akhir bulan September tahun anggaran berjalan, agar dihindari adanya penganggaran kegiatan pembangunan fisik di dalam Raperda tentang Perubahan APBD.

g. Perubahan APBD serta PPAS Perubahan APBD yang telah disepakati masing-masing dituangkan ke dalam Nota Kesepakatan yang ditandatangani bersama antara Bupati dan Pimpinan DPRD.

h. Berdasarkan nota kesepakatan, TAPD menyiapkan rancangan surat edaran Bupati perihal pedoman penyusunan RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru dan/atau kriteria DPA-SKPD yang dapat diubah untuk dianggarkan dalam Perubahan APBD sebagai acuan Kepala SKPD.

i. Rancangan surat edaran Bupati perihal pedoman penyusunan RKA-SKPD mencakup :1) PPA Perubahan APBD yang dialokasikan untuk program baru

dan/atau kriteria DPA-SKPD yang dapat diubah pada setiap SKPD berikut rencana pendapatan dan pembiayaan;

2) Sinkronisasi program dan kegiatan SKPD dengan program nasional dan antar program SKPD dengan kinerja SKPD berkenaan dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan;

3) Batas waktu penyampaian RKA-SKPD dan/atau DPA-SKPD kepada TAPD;

4) Dokumen sebagai lampiran meliputi KUA Perubahan APBD, PPAS Perubahan APBD, kode rekening APBD, format RKA-SKPD dan/atau DPA-SKPD, standar analisa belanja standar satuan harga; dan

5) Hal-hal lainnya yang perlu mendapat perhatian dari SKPD terkait dengan prinsip-prinsip peningkatan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas penyusunan anggaran dalam rangka pencapaian prestasi kerja.

j. Perubahan DPA-SKPD dapat berupa peningkatan atau pengurangan capaian target kinerja program dan kegiatan dari yang telah ditetapkan semula.

k. Peningkatan atau pengurangan capaian target kinerja program dan kegiatan diformulasikan dalam format dokumen pelaksanaan perubahan anggaran SKPD (DPA-SKPD).

l. Dalam format DPA-SKPD dijelaskan capaian target kinerja, kelompok, jenis, objek dan rincian objek pendapatan, belanja serta pembiayaan baik sebelum dilakukan perubahan maupun setelah perubahan.

(5) Pergeseran Anggaran

a. Pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja serta pergeseran antar objek belanja dalam jenis belanja dan antar rincian objek belanja diformulasikan dalam DPA-SKPD.

b. Pergeseran antar rincian objek belanja dalam objek belanja berkenaan dapat dilakukan atas persetujuan TAPD.

c. Pergeseran antar objek belanja dalam jenis belanja berkenaan dapat dilakukan atas persetujuan Sekretaris Daerah.

d. Pergeseran anggaran dilakukan dengan cara mengubah Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD sebagai dasar pelaksanaan, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Raperda tentang Perubahan APBD.

e. Pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan dan antar jenis belanja dapat dilakukan dengan cara merubah Perda tentang APBD.

f. Anggaran yang mengalami perubahan baik berupa penambahan dan/atau pengurangan akibat pergeseran, harus dijelaskan dalam kolom keterangan Peraturan Bupati tentang Penjabaran Perubahan APBD.

(6) Penggunaan Saldo Anggaran Lebih Tahun Sebelumnya Dalam Perubahan APBD.a. Saldo anggaran lebih tahun sebelumnya merupakan sisa lebih

perhitungan tahun anggaran sebelumnya.b. Saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun

anggaran berjalan dengan ketentuan diperuntukan bagi :1. Membayar bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah yang

melampaui anggaran yang tersedia mendahului Perubahan APBD;2. Melunasi seluruh kewajiban bunga dan pokok utang;3. Mendanai kenaikan gaji dan tunjangan PNS akibat adanya kebijakan

pemerintah;4. Mendanai kegiatan lanjutan;5. Mendanai program dan kegiatan baru dengan kriteria harus

diselesaikan sampai dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran berjalan; dan

6. Mendanai kegiatan-kegiatan yang capaian target kinerjanya ditingkatkan dari yang telah ditetapkan semula dalam DPASKPD tahun anggaran berjalan yang dapat diselesaikan sampai dengan batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran berjalan.c. Penggunaan saldo anggaran tahun sebelumnya untuk pendanaan

pengeluaran sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 1, 2, 3 dan 6 diformulasikan terlebih dahulu dalam DPA-SKPD.

c. Penggunaan saldo anggaran tahun sebelumnya untuk pendanaan pengeluaran sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 4, diformulasikan terlebih dahulu dalam DPA-SKPD.

d. Penggunaan saldo anggaran tahun sebelumnya untuk pendanaan pengeluaran sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 5, diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD.

(7) Pendanaan Keadaan Darurata. Keadaan darurat sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai

berikut :1) Bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas pemerintah daerah

dan tidak dapat diprediksikan sebelumnya;2) Tidak diharapkan terjadi secara berulang;3) Berada diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah;4) Memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka

pemulihan yang disebabkan oleh keadaan darurat.b. Dalam keadaan darurat, dapat dilakukan pengeluaran yang belum

tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD.

c. Pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia anggarannya dapat menggunakan belanja tidak terduga.

d. Dalam hal belanja tidak terduga tidak mencukupi, dapat dilakukan dengan cara:

1) Menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan; dan/atau

2) Memanfaatkan uang kas yang tersedia.e. Pengeluaran termasuk belanja untuk keperluan mendesak dengan

kriteria sebagai berikut :1) Program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang

anggarannya belum tersedia dalam tahun anggaran berjalan; dan2) Keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda akan

menimbulkan kerugian lebih besar bagi pemerintah daerah dan masyarakat.

f. Penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan diformulasikan terlebih dahulu dalam DPA-SKPD.

g. Pendanaan keadaan darurat untuk kegiatan diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD.

h. Dalam hal keadaan darurat terjadi setelah ditetapkannya Perubahan APBD, dapat dilakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, dan pengeluaran tersebut disampaikan dalam laporan realisasi anggaran.

i. Dasar pengeluaran untuk kegiatan - kegiatan diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD untuk dijadikan dasar pengesahan DPA-SKPD oleh TAPD setelah memperoleh persetujuan Sekretaris Daerah.

j. Pelaksanaan pengeluaran untuk mendanai kegiatan dalam keadaan darurat terlebih dahulu ditetapkan oleh Bupati.

(8) Pendanaan Keadaan Luar Biasaa. Keadaan luar biasa merupakan keadaan yang menyebabkan estimasi

penerimaan dan/atau pengeluaran APBD mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50 % (lima puluh persen).

b. Persentase 50 % (lima puluh persen) merupakan selisih (gap) kenaikan atau penurunan antara pendapatan dan belanja dalam APBD.

c. Dalam hal kejadian luar biasa yang menyebabkan estimasi penerimaan dalam APBD mengalami peningkatan lebih dari 50% (lima puluh persen), dapat dilakukan penambahan kegiatan baru dan/atau penjadwalan ulang/peningkatan capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan.

d. Penambahan kegiatan baru diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD.

e. Penjadwalan ulang/peningkatan capaian target kinerja program dan kegiatan diformulasikan terlebih dahulu dalam DPA-SKPD.

f. RKA-SKPD dan DPA-SKPD digunakan sebagai dasar penyusunan Raperda tentang perubahan kedua APBD.

g. Dalam hal kejadian luar biasa yang menyebabkan estimasi penerimaan dalam APBD mengalami penurunan lebih dari 50% (lima puluh persen), dapat dilakukan penjadwalan ulang/pengurangan capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan.

h. Penjadwalan ulang/pengurangan capaian target kinerja program dan kegiatan diformulasikan terlebih dahulu dalam DPA-SKPD.

i. DPA-SKPD digunakan sebagai dasar penyusunan Raperda tentang Perubahan Kedua APBD.

(9) Penyiapan RAPERDA Perubahan APBD.a. RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru serta DPASKPD

yang akan dianggarkan dalam Perubahan APBD yang telah disusun SKPD, disampaikan kepada TAPD untuk dibahas lebih lanjut.

b. Pembahasan oleh TAPD dilakukan untuk menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dan DPA-SKPD dengan KUA Perubahan APBD serta PPAS Perubahan APBD, prakiraan maju yang direncanakan atau yang telah disetujui dan dokumen perencanaan lainnya, serta capaian kinerja, indikator kinerja, standar analisis belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal.

c. Dalam hal hasil pembahasan RKA-SKPD dan DPA-SKPD yang memuat program dan kegiatan yang akan dianggarkan dalam Perubahan APBD

terdapat ketidaksesuaian dengan ketentuan, SKPD melakukan penyempurnaan.

d. RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru dan DPA-SKPD yang akan dianggarkan dalam Perubahan APBD yang telah disempurnakan oleh SKPD, disampaikan kepada TAPD untuk dibahas lebih lanjut.

e. RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru dan DPA-SKPD yang akan dianggarkan dalam Perubahan APBD yang telah dibahas TAPD, dijadikan bahan penyusunan Raperda tentang Perubahan APBD dan Rancangan Peraturan Bupati tentang Penjabaran Perubahan APBD oleh TAPD.

(10) Penetapan Perubahan APBD.a. Raperda tentang Perubahan APBD dan Rancangan Peraturan Bupati

tentang Penjabaran Perubahan APBD yang telah disusun oleh TAPD memuat pendapatan, belanja dan pembiayaan yang mengalami perubahan dan yang tidak mengalami perubahan.

b. Raperda tentang Perubahan APBD terdiri dari Raperda tentang Perubahan APBD beserta lampirannya.

c. Lampiran Raperda terdiri dari :1) Ringkasan Perubahan APBD;2) Ringkasan Perubahan APBD menurut urusan pemerintahan daerah

dan organisasi;3) Rincian Perubahan APBD menurut urusan pemerintahan daerah,

organisasi, pendapatan, belanja dan pembiayaan;4) Rekapitulasi perubahan belanja menurut urusan pemerintahan

daerah, organisasi, program dan kegiatan;5) Rekapitulasi perubahan belanja daerah untuk keselarasan dan

keterpaduan urusan pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negara;

6) Daftar perubahan jumlah pegawai per golongan per jabatan;7) Laporan keuangan yang telah ditetapkan dengan Perda terdiri dari :

(a) laporan realisasi anggaran yang telah ditetapkan dengan Perda 1 (satu) tahun terakhir sebelum tahun perubahan anggaran yang direncanakan.

(b) neraca yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah 1 (satu) tahun terakhir sebelum tahun perubahan anggaran yang direncanakan.

(c) laporan arus kas yang telah ditetapkan dengan Perda 1 (satu) tahun terakhir sebelum tahun perubahan anggaran yang direncanakan.

(d) catatan atas laporan keuangan yang telah ditetapkan dengan Perda 1 (satu) tahun terakhir sebelum tahun perubahan anggaran yang direncanakan.

8) Daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran berkenaan;

9) Daftar pinjaman daerah.d. Rancangan Peraturan Bupati tentang Penjabaran Perubahan APBD

terdiri dari Rancangan Peraturan Bupati tentang Penjabaran Perubahan APBD beserta lampirannya.

e. Lampiran Rancangan Peraturan Bupati terdiri dari :1) Ringkasan penjabaran Perubahan APBD;2) Penjabaran perubahan APBD menurut organisasi, program,

kegiatan, kelompok, jenis, objek, rincian objek pendapatan, belanja dan pembiayaan.

f. Raperda tentang Perubahan APBD yang telah disusun disampaikan oleh TAPD kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

g. Raperda tentang Perubahan APBD terlebih dahulu disosialisasikan kepada masyarakat sebelum disampaikan kepada DPRD.

h. Sosialisasi Raperda tentang Perubahan APBD dilakukan dengan memberikan informasi mengenai hak dan kewajiban pemerintah daerah

serta masyarakat dalam pelaksanaan Perubahan APBD tahun anggaran yang direncanakan.

i. Penyebarluasan Raperda tentang Perubahan APBD dilaksanakan oleh Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah.

(11) Sistem Dan Prosedur Penyampaian, Pembahasan Dan Penetapan Raperda Perubahan APBD.a. Penyampaian Raperda tentang Perubahan APBD beserta lampirannya

dan nota keuangan kepada DPRD paling lambat pada minggu kedua bulan September tahun anggaran berjalan untuk mendapatkan persetujuan bersama.

b. DPRD menetapkan agenda pembahasan Raperda.c. Pembahasan Raperda berpedoman pada KUA Perubahan APBD dan

PPAS Perubahan APBD yang telah disepakati bersama antara Bupati dan pimpinan DPRD.

d. Pengambilan keputusan DPRD untuk menyetujui Raperda dilakukan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir.

(12) Evaluasi Raperda Tentang Perubahan APBD Dan Rancangan Peraturan Bupati Tentang Penjabaran Perubahan APBD.a. Evaluasi dan penetapan Raperda tentang Perubahan APBD dan

Rancangan Peraturan Bupati tentang penjabaran Perubahan APBD menjadi Perda dan Peraturan Bupati, dilaksanakan Gubernur.

b. Bupati menyatakan bahwa hasil evaluasi atas Raperda tentang Perubahan APBD dan Rancangan Peraturan Bupati tentang penjabaran Perubahan APBD bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Bupati bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

c. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Bupati dan DPRD, dan Bupati tetap menetapkan Raperda tentang Perubahan APBD dan Rancangan Peraturan Bupati tentang penjabaran Perubahan APBD menjadi Perda dan Peraturan Bupati, Gubernur membatalkan Perda dan Peraturan Bupati dimaksud sekaligus menyatakan tidak diperkenankan melakukan Perubahan APBD dan tetap memberlakukan APBD tahun berjalan.

d. Pembatalan Perda dan Peraturan Bupati serta pernyataan berlakunya APBD tahun berjalan ditetapkan dengan keputusan Gubernur.

e. Paling lama 7 (tujuh) hari setelah pembatalan, harus memberhentikan pelaksanaan Perda dan selanjutnya DPRD bersama Bupati mencabut Perda dimaksud.

f. Pencabutan Perda dilakukan dengan Perda tentang pencabutan Perda tentang Perubahan APBD.

(13) Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD.a. TAPD paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah Perda tentang Perubahan

APBD ditetapkan, melalui surat edaran memberitahukan kepada semua Kepala SKPD agar menyusun rancangan DPA-SKPD terhadap program dan kegiatan yang dianggarkan dalam Perubahan APBD.

b. DPA-SKPD yang mengalami perubahan dalam tahun berjalan seluruhnya harus disalin kembali ke dalam dokumen pelaksanaan perubahan anggaran SKPD (DPA-SKPD).

c. Dalam DPA-SKPD, terhadap rincian objek pendapatan, belanja atau pembiayaan yang mengalami penambahan atau pengurangan atau pergeseran harus disertai dengan penjelasan latar belakang perbedaan jumlah anggaran, baik sebelum dilakukan perubahan maupun setelah dilakukan perubahan.

BAB IVPENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH

Bagian PertamaPejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)

Pasal 20(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya PPKD disebar kepada beberapa

SKPD.

(2) SKPD sebagai PPKD terdiri dari :a. Kepala Dinas Pendapatan Daerah.b. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Daerah.

(3) PPKD bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

(4) Kepala SKPKD selaku PPKD mempunyai tugas dan Fungsi :a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan Keuangan Daerah;b. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan

dengan Peraturan Daerah;d. melaksanakan pemungutan Pajak Daerah;e. melakukan pengelolaan utang dan Piutang Daerah;f. meakukan penagihan Piutang Daerah.

g. melaksanakan fungsi BUD;h. melakukan pengendalian pelaksanaan APBDi. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;j. menyiapkan mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;

k. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran Kas Daerah;

l. menetapkan SPD;m. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama

Pemerintah Daerah;n. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan Keuangan Daerah;o. menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD;p. menyajikan informasi Keuangan Daerah;q. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan

barang milik Daerah;r. menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan Daerah ;s. melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh

Bupati.

Bagian KeduaBendahara Umum Daerah (BUD)

Pasal 21(1) Penunjukan BUD, ditetapkan dengan keputusan Bupati.(2) BUD membuat rekening kas daerah pada bank persepsi atas persetujuan

Bupati Kuningan.(3) BUD menerbitkan SP2D atas SPM yang diterima dari pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran yang ditujukan kepada bank persepsi.(4) Penerbitan SP2D oleh BUD, paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak SPM diterima

dari SKPD.(5) BUD berhak menolak permintaan pembayaran yang diajukan pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran bilamana :a. pengeluaran tersebut melampaui pagu anggaran,b. tidak didukung oleh kelengkapan dokumen sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan.(6) Dalam hal BUD menolak permintaan pembayaran SPM dikembalikan paling

lama 1 (satu) hari kerja setelah diterima SPM.(7) BUD mempunyai tugas :

a. menyiapkan anggaran kas;

b. menyiapkan SPD;c. menerbitkan SP2D;d. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank

dan/atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk;e. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan

APBD;f. menyimpan uang daerah;g. melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola

/menatausahakan investasi daerah;h. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna

anggaran atas beban rekening kas umum daerah;i. melaksanakan pemberian pinjaman atas nama Pemerintah Daerah;j. menyimpan dana cadangan.k. Melakukan Pengelolaan Utang dan Piutang Daerah; danl. Melakukan Penagihan Piutang Daerah.

Bagian KetigaPejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang

Pasal 22(1) Kepala SKPD bertindak selaku Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna

Barang.

(2) Di lingkungan Sekretariat Daerah Pejabat Pengguna Anggaran / Pengguna Barang adalah Asisten Administrasi.

(3) Pejabat Pengguna Anggaran / Pengguna Barang mempunyai tugas :a. menyusun RKA-SKPD;b. menyusun DPA-SKPD;c. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja;d. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;e. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;f. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;

g. mengelola utang dan piutang yang jadi tanggungjawab SKPD yang dipimpinnya;

h. melaksanakaan pungutan penerimaan bukan pajak;i. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas

anggaran yang telah ditetapkan ;j. menandatangani SPM;

k. mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggungjawab SKPD yang dipimpinnya;

l. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya;

m. mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;n. bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Bupati melalui

Sekretaris Daerah.o. Menerima SPJ Penerimaan dan SPJ Pengeluaran dari PPK-SKPD.p. Mengesahkan SPJ Penerimaan dan SPJ Pengeluaran.q. Menyetujui atau menolak SPJ pengeluaran yang diajukan oleh

Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerima.r. Berdasarkan Nota Pencairan Dana dari PPTK, Pengguna

Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran memberikan memo persetujuan kepada Bendahara Pengeluaran/ Bendahara Pengeluaran Pembantu untuk mengeluarkan sejumlah dana yang dimaksud. Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu mengeluarkan dana sejumlah persetujuan yang diberikan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran kepada PPTK.

s. Melaksanakan tugas - tugas pengguna anggaran/ pengguna barang lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Bupati.

Bagian KeempatPejabat Kuasa Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Barang

Pasal 23(1) Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang dalam melaksanakan tugas

dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada Sekretaris Badan/Dinas /Kepala Bidang/Kepala Seksi pada SKPD.

(2) Pelimpahan sebagian kewenangan berdasarkan pertimbangan besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi, rentang kendali, dan/atau pertimbangan objektif lainnya.

(3) Pelimpahan wewenang dan uraian tugas ditetapkan dengan Keputusan Bupati atas usulan Kepala SKPD.

(4) Pelimpahan sebagian kewenangan meliputi:a. melakukan kegiatan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban

anggaran belanja;b. melaksanakan anggaran unit kerja yang dipimpinnya;c. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;d. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas

anggaran yang telah ditetapkan;e. menandatangani SPM;f. mengawasi pelaksanaan anggaran unit kerja yang dipimpinnya; dang. melaksanakan tugas-tugas kuasa pengguna anggaran lainnya

berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh pejabat pengguna anggaran.

(5) Kuasa pengguna anggaran/Kuasa pengguna barang bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Pejabat Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang.

Bagian KelimaPejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Pasal 24(1) Dalam kegiatan dan/atau proses pengadaan barang/jasa pada SKPD,

pengguna anggaran/pengguna barang atau kuasa pengguna anggaran/pengguna barang dapat menunjuk pejabat pembuat komitmen yang bertanggungjawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

(2) Pejabat pembuat komitmen diangkat dengan keputusan kepala SKPD selaku pengguna anggaran/pengguna barang.

(3) Persyaratan dan tugas pokok Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) diatur dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2010 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012.

(4) Pejabat pembuat komitmen dilarang mengadakan ikantan perjanjian dengan penyedia barang/jasa apabila belum tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia anggaran yang mengakibatkan dilampauinya batas/pagu anggaran yang tersedia untuk kegiatan yang dibiayai dari APBD.

(5) Pejabat pembuat komitmen dapat melaksanakan proses pengadaan barang/jasa DPA – SKPD disahkan sepanjang anggaran untuk kegiatan yang bersangkutan telah dialokasikan, dengan penerbitan Surat Penujukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ), dengan ketentuan bahwa penandatanganan kontrak pengadaan barang/jasa dilakukan setelah DPA – SKPD untuk kegiatan berkenaan disahkan dan disetujui oleh pejabat yang berwenang.

(6) Pejabat pembuat komitmen wajib memberikan tanggapan /informasi mengenai pengadaan barang/jasa yang berada di dalam batas kewenangannya kepada peserta pengadaan dan/atau masyarakat yang mengajukan pengaduan atau yang memerlukan penjelasan.

Bagian KeenamPejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)

Pasal 25(1) Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dan kuasa pengguna

anggaran/kuasa pengguna barang dalam melaksanakan program dan kegiatan menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD selaku PPTK.

(2) Penunjukan pejabat berdasarkan pertimbangan kompetensi jabatan, anggaran kegiatan, beban kerja, lokasi, dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.

(3) PPTK yang ditunjuk oleh pejabat pengguna anggaran/pengguna barang bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya kepada pengguna anggaran/ pengguna barang.

(4) PPTK yang ditunjuk oleh kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang.

(5) PPTK dalam melaksanakan kegiatannya dibantu oleh bendahara kegiatan yang diangkat oleh Pengguna anggaran.

(6) PPTK mempunyai tugas mencakup :a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;b. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; danc. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan

kegiatan.

(7) Dokumen anggaran mencakup dokumen administrasi kegiatan maupun dokumen administrasi yang terkait dengan persyaratan pembayaran yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

(8) Pejabat Pengelola Teknis Kegiatan (PPTK) mengajukan permohonan dana dengan mengisi Nota Pencairan Dana (NPD) untuk melaksanakan kegiatan tertentu kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.

(9) PPTK mengajukan SPP melalui Bendahara Pengeluaran pejabat penatausahaan keuangan pada SKPD kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah diterimanya tagihan dari pihak ketiga.

(10) Pengajuan SPP dilampiri dengan kelengkapan persyaratan yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(11) Pengajuan SPP UP, GU, TU melalui Bendahara Pengeluaran.

(12) Pelaksanaan belanja yang dilakukan untuk melakukan suatu kegiatan wajib dipertanggungjawabkan oleh PPTK secara tepat waktu. Dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan belanja tersebut, PPTK harus melampirkan dokumen-dokumen pendukung penggunaan anggaran dalam pelaksanaan kegiatan yang terkait.

(13) Dokumen penggunaan anggaran diberikan kepada Bendahara Pengeluaran sebagai dasar bagi Bendahara Pengeluaran untuk membuat Surat Pertanggungjawaban (SPJ).

Bagian KetujuhPejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD

Pasal 26(1) Untuk melaksanakan anggaran yang dimuat dalam DPA-SKPD, kepala SKPD

menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD sebagai PPK-SKPD.

(2) PPK-SKPD mempunyai tugas:a. meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang

disampaikan oleh bendahara pengeluaran dan diketahui/ disetujui oleh PPTK;

b. meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU dan SPP-LS gaji dan tunjangan PNS serta penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang diajukan oleh bendahara pengeluaran;

c. melakukan verifikasi SPP;d. menyiapkan SPM;e. melakukan verifikasi harian atas penerimaan;f. melaksanakan akuntansi SKPD; dang. menyiapkan laporan keuangan SKPD.

(3) PPK-SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara/daerah, bendahara, dan/atau PPTK.

(4) Menerima dan memverifikasi SPJ Penerimaan dari Bendahara Penerimaan.

(5) Menerima dan memverifikasi Pengeluaran dari Bendahara Pengeluaran.

(6) Setelah dilakukan verifikasi, evaluasi, dan analisis, maka PPK SKPD menyerahkan SPJ Penerimaan dan SPJ Pengeluaran kepada Pengguna Anggaran untuk disahkan.

(7) Menyerahkan SPJ Penerimaan dan SPJ Pengeluaran tersebut pada Pengguna Anggaran.

(8) Pengesahan tersebut dinyatakan dalam Surat Pengesahan SPJ Penerimaan dan Pengesahan SPJ Pengeluaran.

(9) Dalam kegiatan ini, PPK-SKPD memiliki tugas sebagai berikut :a. menguji SPJ pengeluaran beserta kelengkapannya.b. meregister SPJ pengeluaran yang disampaikan oleh Bendahara

pengeluaran dalam buku register penerimaan SPJ pengeluaran.c. meregister SPJ pengeluaran yang telah disahkan oleh Pengguna

Anggaran ke dalam buku register pengesahan SPJ pengeluaran.d. meregister SPJ pengeluaran yang telah ditolak oleh Pengguna Anggaran

ke dalam buku register penolakan SPJ pengeluaran.

(10) Dalam melakukan verifikasi atas laporan pertanggungjawaban yang disampaikan, PPK-SKPD berkewajiban:a. meneliti kelengkapan dokumen laporan pertanggungjawaban dan

keabsahan bukti-bukti pengeluaran yang dilampirkan;b. menguji kebenaran perhitungan atas pengeluaran per rincian obyek yang

tercantum dalam ringkasan per rincian obyek;c. menghitung pengenaan PPN/PPh atas beban pengeluaran perrincian

obyek ;d. menguji kebenaran sesuai dengan SPM dan SP2D yang diterbitkan

periode sebelumnya.

(11) Dokumen yang digunakan oleh PPK-SKPD dalam menatausahakan pertanggungjawaban pengeluaran mencakup:a. register penerimaan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SPJ);b. register pengesahan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SPJ);c. surat penolakan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SPJ);d. register penolakan laporan pertanggungjawaban pengeluaran (SPJ);e. register penutupan kas.

(12) Mencatat transaksi-transaksi pendapatan, belanja, aset dan selain Kas berdasarkan bukti bukti yang terkait:a. Memposting jurnal-jurnal pendapatan, belanja, aset dan selain kas ke

dalam buku besarnya masing-masing.b. Membuat laporan keuangan, yang terdiri dari: Laporan Realisasi

Anggaran, Neraca dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

(13) PPKD SKPD dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dibantu oleh :a. Tenaga peñata dokumen.b. Tenaga verifikasi.c. Tenaga akuntansi.

(14) Tenaga pembuat dokumen mempunyai tugas :

a. Menyiapkan kelengkapan SPP, dan SPM yang akan disampaikan kepada pengguna anggaran.

b. menyiapkan naskah SPM.c. menyiapkan pengesahan SPJ penerimaan.d. Menyiapkan pengesahan SPJ pengeluaran.

(15) Tenaga verifikasi mempunyai tugas :a. melakukan pengujian terhadap STS yang disampaikan oleh bendaharan

penerimaan.b. melakukan pengujian terhadap SPJ Pengeluaran.c. melakukan pengujian terhadap SPJ Penerimaan.d. membuat draft pengesahan penerimaan SKPD.e. melakukan pengujian SPP dan SPM yang diajukan oleh bendahara

pengeluaran.f. membuat draf pengesahan SPJ pengeluaran.

(16) Tenaga akuntansi mempunyai tugas :a. melakukan pencatatan secara sistimatis dan kronologis baik penerimaan

maupun pengeluaran SKPD.b. melakukan akuntansi SKPD.c. melakukan pembuatan laporan keuangan yang terdiri dari Laporan

realisasi APBD SKPD, Laporan Neraca SKPD dan catatan atas laporan keuangan SPKD.

Bagian KedelapanPejabat dan Unsur Pengelolan Keuangan pada Sekretariat Daerah

Pasal 27(1) Pejabat Pengelola Keuangan pada Sekretariat Daerah adalah sebagai

berikut :a. Assisten Administrasi selaku Pengguna Anggaran;b. Kepala Bagian selaku Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK ) sepanjang

memenuhi persyaratan yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010;

c. Kepala Sub Bagian selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK);d. Kepala Bagian Keuangan Sekretariat Daerah merangkap sebagai

Koordinator Penyusunan DPA – SKPD.

(2) Pejabat Pengguna Anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran, PPTK dan PPK– SKPD pada Sekretariat Daerah mempunyai tugas dan wewenang yang sama dengan para Pejabat Pengelola Keuangan pada SKPD.

Bagian KesembilanBendahara Penerimaan dan Bendahara Penerima Pembantu,

Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Pengeluaran Pembantu

Paragraf 1Umum

Pasal 28(1) Bendahara Penerimaan, Bendahara Penerimaan Pembantu, Bendahara

Pengeluaran dan Bendahara Pengeluaran Pembantu, ditetapkan dengan Keputusan Bupati atas usul PPKD untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pada SKPD.

(2) Bendahara Penerimaan, Bendahara Penerimaan Pembantu, Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Pengeluaran Pembantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/ pekerjaan/penjualan, serta membuka rekening/giro pos atau menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga keuangan Iainnya atas nama pribadi.

Paragraf 2Bendahara Penerimaan

Pasal 29(1) Semua penerimaan daerah dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan

daerah dikelola dalam APBD.

(2) Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima pendapatan daerah wajib melaksanakan pemungutan dan/atau penerimaan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

(3) Penerimaan SKPD dilarang digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundangundangan.

(4) Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor kerekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja.

(5) Untuk daerah yang kondisi geografisnya sulit dijangkau dengan komunikasi dan transportasi sehingga melebihi batas waktu penyetoran maka hal ini akan ditetapkan dalam peraturan Kepala Daerah.

(6) Penerimaan daerah disetor ke rekening kas umum daerah pada bank pemerintah yang ditunjuk dan kemudian bank mengirimkan nota kredit sebagai pemberitahuan atas setoran tersebut.

(7) Dalam hal bendahara penerimaan berhalangan, maka:a. Apabila melebihi 3 (tiga) hari sampai selama-lamanya 1 bulan,

bendahara penerimaan wajib memberikan surat kuasa kepada pejabat yang ditunjuk untuk melakukan penyetoran dan tugas tugas bendahara penerimaan atas tanggung jawab bendahara penerimaan yang bersangkutan dengan diketahui kepala SKPD.

b. Apabila melebihi 1 bulan sampai selama-lamanya 3 bulan, harus ditunjuk pejabat bendahara penerimaan dan diadakan berita acara serah terima.

c. Apabila bendahara penerimaan sesudah 3 bulan belum juga dapat melaksanakan tugas, maka dianggap yang bersangkutan telah mengundurkan diri atau berhenti dari jabatan sebagai bendahara penerimaan dan oleh karena itu segera diusulkan penggantinya.

d. Dalam kegiatan ini, Bendahara Penerimaan memiliki tugas sebagai berikut :1) Menerima pembayaran sejumlah uang yang tertera pada

SKPDaerah/ SKR dari Wajib Pajak/Retribusi.2) Memverifikasi kesesuaian jumlah uang yang diterima dengan

dokumen SKP-Daerah yang diterimanya dari PPKD.3) Memverifikasi kesesuaian jumlah uang yang diterima dengan

dokumen SKR yang diterimanya dari Pengguna Anggaran.4) Membuat Surat Tanda Setoran (STS) dan Surat Tanda Bukti

Pembayaran/Bukti lain yang sah.5) Menyerahkan Tanda Bukti Pembayaran/tanda bukti lain yang sah

kepada Wajib Pajak/Retribusi.6) Menyerahkan STS (Surat Tanda Setoran) beserta uang yang

diterimanya pada Bank.7) Membuat dan menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban

Penerimaan kepada Pengguna Anggaran.8) Menerima Laporan Pertanggungjawaban Penerimaan dari Bendahara

Penerimaan Pembantu melalui PPK SKPD.9) Melakukan verifikasi, evaluasi, serta analisis atas laporan

pertanggungjawaban penerimaan yang disampaikan bendahara penerimaan Pembantu.

(8) Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya. Selain hal tersebut, bendahara penerimaan wajib mempertanggungjawabkan secara :a. Administratif atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya

dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

b. Laporan pertanggungjawaban diatas dilampiri dengan :1) Buku Kas Umum2) Buku Pembantu Perincian Obyek Penerimaan3) Buku Rekapitulasi Penerimaan Harian4) Bukti Penerimaan Lainnya yang sah

Paragraf 3Bendahara Penerimaan Pembantu

Pasal 30(1) Dalam hal obyek pendapatan daerah tersebar atas pertimbangan kondisi

geografis wajib pajak dan/atau wajib retribusi tidak mungkin membayar kewajibannya langsung pada badan, lembaga keuangan atau kantor pos yang bertugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi bendahara penerimaan, dapat ditunjuk bendahara penerimaan pembantu.

(2) Dengan demikian, dalam suatu SKPD hanya akan terdapat satu bendahara penerimaan, tetapi dimungkinkan terdapat lebih dari satu bendahara penerimaan pembantu. Seperti halnya bendahara penerimaan, bendahara penerimaan pembantu wajib menyetor seluruh uang yang diterimanya ke rekening kas umum daerah paling lama 1 hari kerja terhitung sejak uang kas tersebut diterima.

(3) Bendahara penerimaan pembantu melakukan pembukuan bendaharawan tersendiri dan secara periodik melakukan pertanggungjawaban disertai bukti penerimaan dan bukti penyetoran dari seluruh uang kas yang diterimanya kepada bendahara penerimaan.

(4) Bendahara Penerimaan Pembantu memiliki tugas sebagai berikut :a. Menerima pembayaran sejumlah uang yang tertera pada SKPDaerah/

SKR dari Wajib Pajak/Retribusi.b. Memverifikasi kesesuaian jumlah uang yang diterima dengan dokumen

SKP-Daerah/SKR yang diterimanya dari Pengguna Anggaran.c. Membuat Surat Tanda Setoran (STS) dan Surat Tanda Bukti

Pembayaran/Bukti lain yang sah.d. Menyerahkan Tanda Bukti Pembayaran/tanda bukti lain yang sah kepada

Wajib Pajak/Retribusi.e. Menyerahkan uang yang diterimanya dan STS ( Surat Tanda Setoran)

pada Bank.f. Menerima STS yang telah diotorisasi dari Bank dan menyampaikan ke

BUD.g. Membuat dan menyampaikan Laporan Pertanggung jawaban

Penerimaan kepada Bendahara Penerimaan.

Paragraf 4Bendahara Pengeluaran

Pasal 31(1) Dalam hal bendahara pengeluaran berhalangan, maka:

a. Apabila melebihi 3 (tiga) hari sampai selama-lamanya 1 bulan, bendahara pengeluaran wajib memberikan surat kuasa kepada pejabat yang ditunjuk untuk melakukan penyetoran dan tugas tugas bendahara pengeluaran atas tanggung jawab bendahara pengeluaran yang bersangkutan dengan diketahui kepala SKPD.

b. Apabila melebihi 1 bulan sampai selama-lamanya 3 bulan, harus ditunjuk pejabat bendahara pengeluaran dan diadakan berita acara serah terima.

c. Apabila bendahara pengeluaran sesudah 3 bulan belum juga dapat melaksanakan tugas, maka dianggap yang bersangkutan telah mengundurkan diri atau berhenti dari jabatan sebagai bendahara pengeluaran dan oleh karena itu segera diusulkan penggantinya.

(2) Bendahara Pengeluaran berdasarkan dokumen yang diberikan oleh PPTK, mencatat pelaksanaan belanja dalam:

a. Buku Kas Umum pengeluaran.b. Buku pembantu pengeluaran per rincian obyek.c. Buku pembantu kas tunai.d. Buku pembantu simpanan/bank.e. Buku pembantu panjar.f. Buku pembantu pajak.

(3) Bendahara Pengeluaran memiliki tugas sebagai berikut :a. Menguji kebenaran dan kelengkapan dokumen pertanggungjawaban.b. Melakukan pencatatan bukti-bukti pembelanjaan dana dari UP/GU/TU, dan

LS pada dokumen Buku pengeluaran, Buku Pembantu Simpanan/ Bank, Buku pembantu Pajak, Buku Pembantu Panjar, dan Buku Pembantu Pengeluaran per objek.

c. Melakukan rekapitulasi pengeluaran dan mencatatnya dalam SPJ yang akan diserahkan ke Pengguna Anggaran (melalui PPK SKPD) untuk disahkan.

d. Bendahara pengeluaran secara administratif wajib mempertanggungjawabkan penggunaan uang persediaan/ganti uang persediaan/tambah uang persediaan kepada kepala SKPD melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

e. Dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan uang persediaan, dokumen laporan pertanggungjawaban yang disampaikan mencakup:1) Buku kas umum pengeluaran.2) Ringkasan pengeluaran per rincian obyek yang disertai dengan bukti-

bukti pengeluaran yang sah atas pengeluaran dari setiap rincian obyek yang tercantum dalam ringkasan pengeluaran perincian obyek dimaksud.

3) Bukti atas penyetoran PPN/PPh ke kas negara.4) Register penutupan kas.5) Melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis SPJ Pengeluaran

Pembantu.6) Memberikan persetujuan terhadap SPJ Pengeluaran Pembantu, maka

SPJ pengeluaran pembantu harus disertakan Bendahara Pengeluaran dalam membuat SPJ pengeluaran.

(4) Bendahara Pengeluaran melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis SPJ Pengeluaran Pembantu.

(5) Dalam hal SPJ Pengeluaran Pembantu tersebut ditolak, maka Bendahara Pengeluaran mengembalikannya kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu untuk dibahas kembali.

(6) Setelah Bendahara Pengeluaran memberikan persetujuan terhadap SPJ Pengeluaran Pembantu, maka SPJ pengeluaran pembantu harus disertakan Bendahara Pengeluaran dalam membuat SPJ pengeluaran.

(7) Bendahara pengeluaran melalui pejabat penatausahaan keuangan pada SKPD mengajukan SPP-UP kepada pengguna anggaran setinggitingginya untuk keperluan satu bulan atau disesuaikan dengan kemampuan kas daerah, yang berpedoman pada SPD dan anggaran kas SKPD.

(8) Pengajuan SPP-UP didasarkan kegiatan yang ada pada SKPD, maka batas besaran SPP UP disesuaikan dengan kegiatan SKPD dan kemampuan kas daerah. Dengan berpedoman pada SPD dan anggaran kas SKPD.

(9) Bendahara pengeluaran mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dalam rangka melaksanakan belanja. Dalam hal ini bendahara pengeluaran menyusun dokumen SPP yang dapat berupa :a. Uang persediaan (UP)b. Ganti Uang (GU)c. Tambahan Uang (TU)d. Langsung (LS) berupa : LS untuk pembayaran gaji dan tunjangan dan LS

untuk pengadan barang dan jasa.

(10) Pengajuan SPP-UP dilampiri dengan daftar rincian rencana penggunaan dana.

(11) Untuk penggantian dan penambahan uang persediaan, bendahara pengeluaran mengajukan SPP-GU dan/atau SPP-TU.

(12) Batas jumlah pengajuan SPP-GU dan SPP-TU harus mendapat persetujuan dari PPKD dengan meperhatikan rincian kebutuhan dan waktu penggunaan, yang disesuaikan dengan kemampuan kas daerah, yang berpedoman pada SPD dan anggaran kas SKPD.

(13) Apabila pada akhir bulan terdapat sisa kas baik dari pengajuan UP, GU atau TU tidak perlu disetorkan ke Kas daerah, baru pada akhir tahun sisa kas tersebut di setorkan ke Kas Daerah.

(14) Bendahara pengeluaran SKPD melimpahkan UP, GU, TU dan LS yang dikelolanya kepada bendahara pengeluaraan pembantu SKPD untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan. Pelimpahan tersebut dilakukan berdasarkan persetujuan pengguna anggaran.

(15) Dalam melaksanakan tugasnya bendahara pengeluaran dibantu oleh :a. Tenaga kasir /pengurusan gaji.b. Tenaga pembukuan.c. Tenaga Penata dokumen.

(16) Bendahara pengeluaran harus membuka rekening Bank yang ditunjuk oleh Pengguna anggaran dan atas nama SKPD, bukan atas nama pribadi dan melaporkan rekening bank tersebut kepada Bendahara Umum Daerah.

(17) Setiap pencairan SP2D atau pengeluaran harus melalui Rekening Bank dengan persetujuan pengguna anggaran.

(18) Bendahara pengeluaran sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara pada bank Pemerintah atau bank lain yang ditetapkan Menteri Keuangan sebagai bank persepsi atau pos giro dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan perundangundangan.

(19) Bendahara pengeluaran melakukan pembayaran atas persetujuan pengguna anggaran dan bertanggungjawab atas pembayaran yang dilaksanakannya.

Paragraf 5Bendahara Pengeluaran Pembantu

Pasal 32(1) Bendahara pengeluaran pembantu wajib menyelenggarakan penatausahaan

terhadap seluruh pengeluaran yang menjadi tanggung jawabnya. Bendahara pengeluaran pembantu wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengeluaran kepada bendahara pengeluaran paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.

(2) Bendahara pengeluaran pembantu dapat ditunjuk berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.

(3) Dalam proses penatausahaan, buku pengeluaran pembantu mencatat transaksi-transaksi dalam buku:a. Buku Kas Umum Pengeluaran.b. Buku Pajak PPN/PPh.c. Buku Pembantu Panjar.

(4) Surat Pertanggungjawaban (SPJ) diserahkan dengan dilampiri oleh:a. Buku Kas Umum Pengeluaran.b. Buku Pajak PPN/PPh.c. Bukti-bukti lain yang sah.

(5) Dalam kegiatan ini, Bendahara Pengeluaran Pembantu memiliki tugas sebagai berikut :a. Menguji kebenaran dan kelengkapan dokumen pertanggungjawaban.

b. Melakukan pencatatan bukti-bukti pembelanjaan dana pada dokumen Buku Kas Pengeluaran Pembantu, Buku Pajak PPN/PPh Pembantu, Buku Panjar Pembantu.

c. Melakukan rekapitulasi pengeluaran dan mencatatnya dalam SPJ Pengeluaran Pembantu yang akan diserahkan ke Bendahara Pengeluaran.

(6) Bendahara pengeluaran pembantu melakukan pencatatan bukti-bukti pembelanjaan dana dari UP, GU, dan TU, kemudian bukti pembelanjaan tersebut diarsipkan. Dari proses pencatatan ini, Bendahara pengeluaran pembantu hanya akan mencatat pengeluaran atas pembelanjaan dana tersebut pada dokumen-dokumen sebagai berikut:a. Buku Kas Pengeluaran Pembantu;b. Buku Pajak PPN/PPh Pembantu;c. Buku Panjar Pembantu.

Ketiga dokumen ini dibuat arsip oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu.Bendahara Pengeluaran Pembantu membuat SPJ-Belanja berdasarkan data dari 3 (tiga) dokumen dalam SPJ Pengeluaran Pembantu. Kemudian dirangkum menjadi SPJ-Belanja yang akan diserahkan kepada Bendahara Pengeluaran paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.

Bagian KesepuluhAnggaran Kas

Pasal 33(1) Berdasarkan rancangan DPA – SKPD dan rencana jadwal kegiatan, Kepala

SKPD menyusun rancangan anggaran kas SKPD.

(2) Rancangan anggaran kas disampaikan kepada TAPD melalui BPKAD bersamaan dengan rancangan DPA – SKPD.

(3) Pembahasan rancangan anggaran kas SKPD dilaksanakan bersamaan dengan pembahasan DPA – SKPD.

(4) BPKAD bersama – sama dengan SKPD terkait menyusun anggaran kas guna mengatur ketersediaan dana yang cukup untuk mendanai pengeluaran – pengeluaran sesuai dengan rencana penarikan dana yang tercantum dalam DPA – SKPD yang telah disahkan.

(5) Anggaran kas memuat perkiraan arus kas masuk yang bersumber dari penerimaan dan arus kas keluar yang digunakan untuk mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.

Bagian KesebelasAkuntansi

Pasal 34Dalam pelaksanaan APBD agar disususun Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah (KAPD) yang terdiri atas :a. KAPD Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan mengatur penyajian

laporan keuangan untuk tujuan umum dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar entitas akuntansi.

b. KAPD Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran mengatur dasar-dasar penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.

c. KAPD Nomor 03 tentang Laporan Neraca mengatur dasar-dasar penyajian Laporan Neraca untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.

d. KAPD Nomor 04 tentang Laporan Arus Kas mengatur dasar-dasar penyajian laporan arus kas yang memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan dengan

mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran selama satu periode akuntansi.

e. KAPD Nomor 05 tentang Catatan atas Laporan Keuangan mengatur dasar-dasar penyajian dan pengungkapan yang diperlukan pada Catatan Atas Laporan Keuangan yang memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan.

f. KAPD Nomor 06 tentang Akuntansi Pendapatan mengatur dasar pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan pendapatan serta penyajiannya dalam laporan keuangan.

g. KAPD Nomor 07 tentang Akuntansi Belanja mengatur dasar pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan belanja serta penyajiannya dalam laporan keuangan.

h. KAPD Nomor 08 tentang Akuntansi Pembiayaan mengatur dasar pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan pembiayaan serta penyajiannya dalam laporan keuangan.

i. KAPD Nomor 09 tentang Akuntansi Non Anggaran.j. KAPD Nomor 10 mengatur tentang dasar pengakuan, pengukuran, dan

pengungkapan Aset serta penyajiannya dalam laporan keuangan.k. KAPD Nomor 11 tentang Akuntansi Kewajiban, mengatur dasar pengakuan,

pengukuran, dan pengungkapan kewajiban serta penyajiannya dalam laporan keuangan.

l. KAPD Nomor 12 tentang Akuntansi Ekuitas Dana.m. KAPD Nomor 13 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan

Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa.n. KAPD Nomor 14 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian mengatur

penyusunan laporan keuangan konsolidasian untuk entitas akuntansi meliputi SKPD dan PPKD dalam rangka menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah untuk tujuan umum demi meningkatkan kualitas dan kelengkapan laporan keuangan.

o. KAPD Nomor 15 tentang Akuntansi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

BAB VPENGADAAN BARANG DAN JASA

Pasal 35(1) Ruang lingkup Peraturan Bupati ini meliputi:

a. Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan SKPD yang pembiayaannya baik sebagian atau seluruhnya bersumber dari APBN/APBD.

b. Pengadaan Barang/Jasa untuk investasi di lingkungan Bank Indonesia, Badan Hukum Milik Negara dan Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya dibebankan pada APBN/APBD.

(2) Pengadaan Barang/Jasa yang dananya bersumber dari APBN/APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup Pengadaan Barang/Jasa yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari pinjaman atau hibah dalam negeri yang diterima oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

(3) Ketentuan Pengadaan Barang/Jasa yang dananya baik sebagian atau seluruhnya berasal dari Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN) berpedoman pada ketentuan Peraturan Bupati ini.

(4) Apabila terdapat perbedaan antara Peraturan Presiden ini dengan ketentuan Pengadaan Barang/Jasa yang berlaku bagi pemberi Pinjaman/Hibah Luar Negeri, para pihak dapat menyepakati tata cara Pengadaan yang akan dipergunakan.

(5) Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dilakukan melalui:a. Swakelola; dan/ataub. pemilihan Penyedia Barang/Jasa.

(6) Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ini meliputi:

a. Barang;b. Pekerjaan Konstruksic. Jasa Konsultansi ; dand. Jasa Lainya.

Pasal 36Pengadaan Barang/Jasa menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:a. efisien;b. efektif;c. transparan;d. terbuka;e. bersaing;f. adil/tidak diskriminatif; dang. akuntabel.

Pasal 37Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa harus mematuhi etika sebagai berikut:a. melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk

mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan Pengadaan Barang/Jasa;

b. bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam Pengadaan Barang/Jasa;

c. tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat terjadinya persaingan tidak sehat;

d. menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan tertulis para pihak;

e. menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses Pengadaan Barang/Jasa;

f. menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan negara dalam Pengadaan Barang/Jasa;

g. menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara; dan

h. tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat dan berupa apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa.

BAB VIPENGADAAN TANAH

Pasal 38(1) Pengadaan tanah oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan umum, yang

selanjutnya dikuasai atau akan dikuasai oleh Pemerintah Daerah, meliputi:a. jalan umum dan jalan tol, rel kereta api (di atas tanah, di ruang atas

tanah, ataupun di bawah tanah), saluran air minum/air bersih, saluran pembuangan air dan sanitasi);

b. waduk, bendungan, bendungan irigasi dan bangunan pengairan lainnya;c. pelabuhan, bandar udara, stasiun kereta api, dan terminal;d. fasilitas keselamatan umum, seperti tanggul penanggulangan bahaya

banjir, lahar, dan lain-lain bencana;e. tempat pembuangan sampah;f. cagar alam dan cagar budaya;g. pembangkit, transmisi dan distribusi tenaga listrik.

(2) Pengadaan tanah selain untuk kepentingan umum adalah pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan instansi pemerintah, yang dikuasai pemerintah atau pemerintah daerah, meliputi:a. rumah sakit umum dan puskesmas;b. peribadatan;c. pendidikan atau sekolah;

d. pasar umum;e. fasilitas pemakaman umum;f. telekomunikasi;g. sarana olah raga;h. kantor pemerintah daerah;i. rumah susun sederhana dan rumah dinas;j. pertamanan;k. panti sosial.

(3) Dokumen Perencanaan Kebutuhan Tanah SKPD dalam mengusulkan pengadaan tanah harus melengkapi dokumen perencanaan kebutuhan tanah, meliputi:a. RKBMD (Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah) dan usulan yang

ditandatangani Kepala SKPD;b. proposal rencana kebutuhan tanah (yang meliputi maksud dan tujuan,

letak dan lokasi, luasan tanah yang diperlukan, kondisi eksisting tanah, sumber pendanaan, dan analisis kelayakan lingkungan perencanaan pembangunan);

c. keterangan resmi status tanah dari Kantor Pertanahan untuk yang bersertifikat, dan keterangan Camat/Kepala Desa untuk yang belum bersertifikat;

d. keterangan harga tanah (NJOP dan harga nyata);e. rencana pemanfaatan tanah.

(4) Dokumen Perijinan.a. Permohonan penetapan lokasi disampaikan kepada Bupati dengan

tembusan disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat, dilampiri dokumen perencanaan kebutuhan tanah.

b. Setelah penetapan lokasi diperoleh, instansi pemerintah yang memerlukan tanah memberitahukan kepada Camat dan Kepala Desa untuk mensosialisasikan rencana pengadaan tanah.Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan secara langsung kepada pemilik tanah, atau melalui papan pengumuman di Kantor Camat dan/atau Kantor Kepala Desa/Lurah.

(5) Tata cara pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum berpedoman pada Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007 dan Undang – Undang Nomor 21 Tahun 1997 jo. Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 58/PMK.02/2008 tentang Biaya Panitia Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

a. Pengadaan Tanah Skala Kecil tidak lebih dari 1 Hektar Pengadaan tanah bagi pelaksanaan kepentingan umum yang luasnya tidak lebih dari 1 hektar dilaksanakan secara langsung melalui jual beli, tukar menukar atau cara lain yang disepakati para pihak tanpa bantuan panitia pengadaan tanah atau dengan panitia pengadaan tanah kabupaten/kota;

b. Pengadaan Tanah Skala Kecil tidak lebih dari 1 Hektar Pengadaan tanah bagi pelaksanaan kepentingan umum yang luasnya tidak lebih dari 1 hektar dilaksanakan secara langsung melalui jual beli, tukar menukar atau cara lain yang disepakati para pihak tanpa bantuan panitia pengadaan tanah atau dengan panitia pengadaan tanah kabupaten/kota.

c. Pengadaan Tanah yang Luasnya lebih dari 1 Hektar :1) Tata cara pengadaan tanah yang luasnya lebih dari 1 (satu) hektar,

pelaksanaannya berpedoman pada Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007.

2) Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah paling banyak 9 (sembilan ) orang dengan susunan sebagai berikut ;a) Sekretaris Daerah sebagai Ketua merangkap anggota;b) Pejabat dari Unsur perangkat daerah setingkat eselon II ( Asisten

Pemerintahan ) selaku Wakil Ketua merangkap anggota;c) Kepala Kantor Pertanahan sebagai Sekretaris merangkap

anggota;

d) Kepala Dinas/Kantor/Badan yang terkait dengan pelaksanaan Pengadaan Tanah ( Kepala Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan, Kepala BPKAD, Kepala Bagian Tata Pemerintahan, Kepala Bagian Hukum dan Camat Terkait ) selaku Anggota.

3) Tim Penilai Harga Tanah dibentuk dengan Keputusan Bupati, atas usul Kepala Bagian Tata Pemerintahan, melibatkan unsur:a) Kantor Pertanahan;b) Kantor Pelayanan PBB;c) Dinas yang membidangi bangunan dan/atau tanaman;d) Bagian Perlengkapan;e) Apabila diperlukan dapat melibatkan ahli atau akademisi yang

berkompeten menilai harga tanah/bangunan/tanaman.4) Biaya Pengadaan Tanah dibebankan kepada Instansi pemerintah

terdiri dari biaya :a) Pengukuran dan Pemetaan ;b) Pemberian ganti rugi kepada pemilik ;c) Honorarium Panitia Pengadaan Tanah ;d) Honorarium Lembaga/Tim Penilai Harga Tanah ;e) Pengurusan Hak atas Tanah samapi dengan penerbitan sertifikat ;f) Penitipan ganti rugi ke pengadilan apabila diperlukan;g) Splitsing sertifikat ( pemisahan dari sisa bagian tanah pemilik)h) Biaya Koordinasi, Konsultasi, Evaluasi, Supervisi, dan

penyelesaian masalah ;i) Biaya lainya yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan

tugas.5) Besarnya biaya panitia pengadaan tanah sesuai dengan ketentuan

yang ditetapkan oleh Peraturan menteri Keuangan tentang Biaya Panitia Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk kepentingan Umum;

6) Pengadaan Tanah Selain Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum;a) tata cara pengadaan tanah untuk kepentingan instansi

pemerintah, berpedoman pada tata cara pengadaan tanah sebagaimana diatur dalam Petunjuk Teknis ini;

b) apabila proses pengadaan tanah menggunakan Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten, tata cara pengadaan tanah berpedoman pada Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007 dan Undang – Undang Nomor 21 Tahun 1997 jo. Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

(6) Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan melakukan persiapan pengadaan tanah, meliputi:a. Pengajuan perijinan;

1) pengecekan sertifikat kepada Kantor Pertanahan setempat;2) pengecekan bukti atas tanah yang belum bersertifikat kepada Kantor

Kepala Desa/Lurah;3) mengumumkan rencana pengadaan tanah di papan pengumuman

Kantor Camat atau Kantor Kepala Desa/Lurah;4) melakukan perhitungan nilai ganti rugi dengan atau tanpa meminta

pertimbangan Lembaga Penilai Harga Tanah atau Tim Penilai Harga Tanah;

5) melakukan musyawarah dengan pemilik tanah disaksikan Camat atau Kepala Desa/Lurah untuk menyepakati tata cara pengadaan tanah, hasil musyawarah dituangkan dalam Berita Acara;

6) melakukan musyawarah harga ganti rugi dengan pemilik tanah disaksikan pejabat Kantor Pertanahan, Camat dan Kepala Desa, hasil musyawarah dituangkan dalam Berita Acara;

7) melakukan langkah-langkah koordinasi dengan instansi pemerintah yang terkait dengan proses pengadaan tanah di tingkat Kabupaten.

b. Mekanisme pembayaran ganti rugi dan pengurusan hak atas tanah, berpedoman pada Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007,

dialokasikan dalam DPA Kegiatan Pengadaan Tanah berpedoman pada standar belanja biaya.

BAB VIIPENGENDALIAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Pasal 39(1) Pengendalian dapat diartikan untuk :

a. mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan program/kegiatan dengan cara membandingkan antara rencana dengan capaian pelaksanaan program/kegiatan.

b. mengetahui sejauhmana pencapaian target yang sudah ditetapkan sebelumnya.

c. mengetahui penyimpangan dan penyebab penyimpangan serta upaya untuk memperbaiki kinerja suatu program/kegiatan.

d. memberikan umpan balik penyempurnaan perencanaan yang akan datang dengan memberikan informasi tentang status perkembangan program/kegiatan.

(2) Unsur Pengendali di Lingkungan Pemerintah Kabupaten terdiri dari :

a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ( BAPPEDA ), sebagai pengendali pencapaian program/kegiatan hasil pelaksanaan perencanaan pembangunan yang dibiayai pemerintah dan pemerintah daerah.

b. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, sebagai pengendali administrasi keuangan operasional program/kegiatan baik yang bersumber dari biaya pemerintah dan pemerintah daerah.

c. Staf Ahli Bupati, sebagai penganalisa dan menyajikan pelaporan bahan pertimbangan dan kebijakan Bupati.

d. Bagian Pembangunan Sekretariat Daerah, sebagai pengendali pelaksanaan kinerja program/kegiatan pembangunan baik yang bersumber dari biaya pemerintah maupun pemerintah daerah.

e. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah ( SKPD ), sebagai pengendali internal kegiatan, untuk menjamin tercapainya program/kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam DPA.

f. Camat, Sebagai Pengendali Kegiatan pembangunan yang berada diwilayah kerjanya.

(3) Unsur/Tim Pengendali dan teknis pengendalian diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

(4) Pengendalian harus dilandasi oleh analisis capaian program yang sesuai dengan rumusan program yang tertuang dalam seluruh kegiatan dan jumlah anggaran, yang dilaksanakan melalui kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan.

Pasal 40(1) Monitoring adalah bagian dari kegiatan manajemen pembangunan untuk

mengawasi/ meninjau kembali/ mempelajari serta mengawasi secara terus menerus maupun berkala terhadap pelaksanaan program/kegiatan yang sedang berjalan oleh pengelola program/kegiatan di setiap tingkatan dan pihak-pihak yang terkait lainnya.

(2) Kegiatan monitoring bertujuan untuk menemukan permasalahan, mencari alternatif pemecahan dan menyarankan langkah-langkah penyelesaian sebagai koreksi dini agar pelaksanaan kegiatan berjalan secara efisien dan efektif karena informasi atas kesesuaian rencana dengan pelaksanaan dirangkaikan secara tepat waktu kepada yang berkepentingan.

(3) Objek / Sasaran Monitoring.a. Berbagai jenis kegiatan dilapangan yang anggarannya bersumber dari

biaya pemerintah maupun pemerintah daerah;b. Lokasi kegiatan;c. Realisasi anggaran;

d. Keluaran (output) Kegiatan;e. Proses Pencapaian output;f. Koordinasi/partisipasi pihak terkait dan pemanfaatan output;g. Hasil (outcome), Manfaat (benefit) dan Dampak (impact).

(4) Mekanisme Monitoring.Dalam melaksanakan monitoring pelaksanaan kegiatan/program, para pengguna anggaran/ kuasa pengguna anggaran dapat menempuh beberapa cara, antara lain :a. Penyusunan rancangan kerja melalui :

Rapat koordinasi monitoring ; Menentukan objek monitoring; Menyusun panduan monitoring; Menyusun jadwal monitoring; dan Melaksanakan monitoring.

b. Rapat pertemuan, yaitu bertujuan untuk membahas : Permasalahan yang terjadi di lapangan/lokasi berkenaan dengan

pelaksanaan suatu kegiatan/program; Permasalahan-permasalahan yang terjadi tersebut kemudian

dilakukan analisis dan dibuatkan rekomendasi.c. Pelaporan teratur dan sistematis selama pelaksanaan;d. Laporan Monitoring :

Dalam penyelesaian suatu kegiatan/program, SKPD harus menyiapkan laporan kepada Bupati melalui Bagian Pembangunan selaku Sekretariat Tim Pengendali dengan tembusan kepada Bappeda dan BPKAD.

Laporan menitikberatkan pada pelaksanaan suatu kegiatan/program, keberhasilan/kegagalan. Hasil monitoring harus berisi saran sebagai bahan tindak lanjut.

Berdasarkan huruf a dan b, Bagian Pembangunan selaku Sekretariat Tim Pengendali melaporkan kepada Bupati dengan tembusan disampaikan kepada Bappeda, Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang berisi saran/rekomendasi sebagai bahan tindak lanjut.

Pasal 41(1) Pengertian Evaluasi.

a. Evaluasi Kinerja adalah proses penilaian terhadap rencana yang ditetapkan dengan hasil implementasi menurut kriteria yang disepakati.

b. Evaluasi kinerja pelaksanaan rencana program kegiatan di tingkat SKPD, ditetapkan dengan keputusan kepala SKPD.

c. Evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan daerah ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(2) Objek Evaluasi.Objek evaluasi adalah substansi yang digunakan dalam penyusunan evaluasi, meliputi:a. Kebijakan Pembangunan Tahunan Daerah yang telah ditetapkan,

meliputi Program dan Kegiatan.b. Penilaian terhadap tujuan dan sasaran program, berdasarkan kegiatan

yang dilaksanakan oleh SKPD.c. Indikator kinerja, yaitu ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang

menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam tahapan perencanaan (ex-ante) atau tahap pelaksanaan (on-going), maupun tahap setelah kegiatan selesai dan berfungsi (ex-post).

Indikator kinerja meliputi : Masukan ( INPUT ) adalah seluruh sumber daya yang digunakan

dalam suatu proses untuk menghasilkan keluaran yang telah direncanakan dan ditetapkan sebelumnya.

Indikator masukan meliputi : anggaran (dana), sumber daya manusia (SDM), sarana dan prasarana (peralatan, material), data dan informasi lainnya ang diperlukan.

Keluaran ( OUTPUT ) Keluaran adalah sesuatu yang terjadi akibat proses tertentu dengan menggunakan masukan yang telah ditetapkan.

Indikator keluaran hanya dapat menjadi landasan untuk menilai kemajuan suatu aktivitas, atau tolok ukur dikaitkan dengan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dengan baik dan terukur.

Hasil ( OUTCOME ) adalah suatu keluaran yang dapat langsung digunakan atau hasil nyata dari suatu keluaran.

Indikator hasil dari suatu kegiatan adalah sasaran program yang telah ditetapkan. Jadi pendefinisian indikator kinerja hasil, untuk kegiatan-kegiatan yang berada dalam program yang sama, akan memiliki indikator kinerja hasil yang sama.

Manfaat ( BENEFIT ) adalah nilai tambah dari suatu hasil, dimana manfaat ini baru akan tampak setelah beberapa waktu kemudian. Indikator manfaat menunjukkan hal-hal yang diharapkan untuk dicapai bila keluaran dapat diselesaikan dan berfungsi secara optimal.

Indikator manfaat dari suatu kegiatan adalah sasaran misi dari suatu kebijakan yang telah ditetapkan. Jadi pendefinisian indikator manfaat, untuk kegiatankegiatan yang berada dalam misi yang sama, akan memiliki indikator kinerja manfaat yang sama.

Dampak ( IMPACT ) adalah akumulasi dari beberapa manfaat yang terjadi. Informasi mengenai dampak baru dapat dilakukan setelah beberapa waktu kemudian.

(3) Tahapan Evaluasia. Identifikasi karakteristik dokumen rencana yang telah ditetapkan, yang

meliputi : Rencana Strategis Pembangunan Daerah (Renstrada) dan Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (RKPD, KU dan PPAS).

b. Identifikasi implementasi kebijakan pembangunan tahunan daerah, berdasarkan kegiatan dan program, yang meliputi : alokasi anggaran, keluaran kegiatan, dan hasil kegiatan yang dilakukan melalui DESK Evaluasi Persiapan dan Evaluasi Hasil Pelaksanaan Pekerjaan ( administrasi pendukung yang harus dilengkapi adalah sebagai berikut : DPA, RUP, SK Lokasi, KAK, Gambar dan RAB).

c. Analisis keterkaitan antar dokumen kebijakan yang mendasari dilaksanakannya suatu kegiatan.

d. Analisis implementasi kegiatan, yang dilakukan untuk menilai pencapaian hasil suatu kegiatan yang telah dilaksanakan, serta menilai pencapaian hasil kegiatan terhadap sasaran program yang telah dilaksanakan.

e. Menyusun rekomendasi, berdasarkan analisis keterkaitan dokumen rencana dan implementasi kegiatan.

(4) Pelaksanaan Evaluasia. Evaluasi yang dilakukan oleh SKPD berdasarkan sistematika yang

tersusun (lampiran);b. Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah, yang didasarkan pada

hasil evaluasi SKPD dengan sistematika yang tersusun (lampiran).c. Desk Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan pembangunan berdasarkan format

data isian (terlampir).d. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan yang didasarkan laporan dari SKPD.e. Evaluasi penilaian terhadap kinerja penyedia barang/jasa dilaksanakan

setiap akhir anggaran oleh SKPD.f. Mekanisme penilaian diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

Pasal 42(1) Laporan atau melaporkan adalah memberi tahu atau memberitahukan bahan-

bahan atau keterangan-keterangan secara objektif dan berdasarkan kenyataan tentang penggunaan keuangan, material, personil dan peralatan

kantor. Dengan demikian laporan keuangan yang harus dilaporkan oleh kepala SKPD selaku pengguna anggaran adalah laporan tentang belanja aparatur dan belanja pelayanan publik.

Setiap SKPD melaporkan kegiatan, selambat-lambatnya setiap tanggal 5 bulan berikutnya.

(2) Jenis Laporana. Laporan Kegiatan, terdiri dari Laporan Bulanan, Triwulanan, dan Laporan

Akhir Kegiatan.b. Laporan Realisasi Hasil Pengadaan Barang/Jasa.c. Laporan Pencapaian Kinerja, terdiri dari Laporan Triwulanan dan Laporan

Akhir Tahun.

BAB VIIISERAH TERIMA KEGIATAN BARANG/JASA

Pasal 43(1) Pelaksanaan kegiatan yang telah selesai 100 %, Pihak Ketiga berkewajiban

untuk menyerahkan pekerjaan tersebut kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang diketahui oleh Pengguna Anggaran/Kepala SKPD yang dituangkan dalam bentuk Berita Acara Serah Terima Pertama Kegiatan yang sebelumnya diadakan pemeriksaan/penilaian oleh Panitia Penerima Hasil Pekerjaan yang dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan.

(2) Setelah berakhirnya masa pemeliharaan pekerjaan, Pihak Ketiga berkewajiban untuk menyerahkan pekerjaan tersebut kepada Pejabat Pembuat Komitmen PPK) yang diketahui oleh Pengguna Anggaran/Kepala SKPD yang dituangkan dalam bentuk Berita Acara Serah Terima Kedua pekerjaan yang sebelumnya diadakan pemeriksaan/ penilaian oleh Panitia Penerima Hasil Pekerjaan yang dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan.

(3) Pada akhir pelaksanaan kegiatan Pengguna Anggaran / Kepala SKPD berkewajiban menyerahkan seluruh hasil kegiatan kepada Bupati yang dituangkan dalam bentuk Berita Acara Serah Terima Kegiatan.

(4) Seluruh hasil kegiatan yang telah diserahterimakan dari Pengguna Anggaran/Kepala SKPD kepada Bupati, selanjutnya Bupati menyerahkan kembali kepada Kepala SKPD/Pengelola untuk dimanfaatkan, dikelola dan dipelihara.

(5) Format-format Berita Acara sebagaimana terlampir.

BAB IXKETENTUAN LAIN DAN PENUTUP

Pasal 44(1) Ketentuan lebih rinci mengenai Pengadaan barang dan jasa dan Standar

Biaya Belanja Daerah atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah terdapat pada lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

(2) Ketentuan Standar Biaya Belanja Daerah atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2013 ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

Pasal 45Dengan berlakunya Peraturan Bupati ini, Peraturan Bupati Kuningan Nomor 39 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kuningan Tahun Anggaran 2012 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 46(1) Peraturan Bupati ini berlaku untuk Tahun Anggaran 2013.

(2) Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Kuningan.

Ditetapkan di Kuningan Pada tanggal 5 Nopember 2012

BUPATI KUNINGAN,

Cap Ttd

AANG HAMID SUGANDA

Diundangkan di KuninganPada tanggal 6 Nopember 2012

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUNINGAN, Cap Ttd

YOSEP SETIAWAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2012 NOMOR 95

Salinan ini sesuai dengan Aslinya

KEPALA BAGIAN HUKUM SETDAKABUPATEN KUNINGAN

ANDI JUHANDI, SHPembina

NIP. 196306011992031006