Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi ...

23
1 Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi( Studi Kasus : Rawa Pening ) Artikel Ilmiah Diajukan Kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain Peneliti : Johan Suryajaya Hartono (692009007) Anthony Y.M Tumimomor, S.Kom., M.Cs. Martin Setyawan, S.T., M.Cs. Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Juli 2015

Transcript of Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi ...

Page 1: Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi ...

1

Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi”

( Studi Kasus : Rawa Pening )

Artikel Ilmiah

Diajukan Kepada

Fakultas Teknologi Informasi

Untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain

Peneliti :

Johan Suryajaya Hartono (692009007)

Anthony Y.M Tumimomor, S.Kom., M.Cs.

Martin Setyawan, S.T., M.Cs.

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

Juli 2015

Page 2: Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi ...

2

Page 3: Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi ...

3

Page 4: Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi ...

4

Page 5: Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi ...

5

Page 6: Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi ...

6

Page 7: Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi ...

7

Page 8: Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi ...

8

Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Mengidupi”

( Studi Kasus : Rawa Pening )

1) Johan Suryajaya Hartono,

2)Anthony Y. M. Tumimomor, S.Kom., M.Cs. ,

3) Martin Setyawan, ST., M.Cs.

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Email: 1)[email protected], 2)[email protected], 3)[email protected]

Abstract

Rawa Pening is one of the natural lake in Semarang, Central Java. It has potential tourism, in

other side Rawa Pening has natural products which can be used to meet the needs of people around

it. But, not many people know that people in Rawa Pening is depend to the natural wealth in Rawa Pening. Based on that situation, we do the design of information by video documentary which tell you

about the people’s life that has unique way to fullfil their life. The research method that used is

qualitative. We used linier strategy to complete this research. So this documentary video could give the people more info about people’s life around Rawa Pening..

Keyword: Rawa yang Menghidupi, Video Documenter, Rawa Pening

Abstrak

Rawa Pening merupakan salah satu danau alami yang terdapat di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Selain memiliki potensi pariwisata, ternyata Rawa Pening menyimpan hasil alam yang dapat

dimanfaatkan masyarakat sekitar Rawa untuk mencukupi kebutuhan hidup. Namun, tidak banyak

masyarakat luas yang mengetahui mengenai potret kehidupan masyarakat yang menggantungkan kehidupanya dari Rawa Pening. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan perancangan media informasi

berupa video dokumenter yang mengisahkan potret kehidupan masyarakat yang memiliki keunikan

dalam memenuhi kebutuhan hidup. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Strategi

penelitian yang digunakan adalah linier strategy. Sehingga video dokumenter ini dapat memberikan informasi mengenai potret kehidupan masyarakat sekitar Rawa Pening kepada masyarakat luas.

Kata Kunci: Rawa yang Menghidupi, Video Dokumenter, Rawa Pening

1)Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Desain Komunikasi Visual, Universitas Kristen Satya

Wacana Salatiga. 2)Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 3)Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Page 9: Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi ...

9

1. Pendahuluan

Indonesia sebagai negara yang menyimpan beraneka ragam keindahan alam. Salah

satunya adalah keindahan Rawa Pening yang terletak di Kabupaten Semarang. Rawa Pening

memiliki banyak potensi pariwisata, baik wisata kuliner dan wisata alam. Selain keindahan

panoramanya, juga terdapat berbagai sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan oleh

penduduk sekitar Rawa Pening.

Adanya tambang gambut dan berbagai keanekaragaman flora dan fauna yang ada di

Rawa Pening telah dimanfaatkan penduduk sekitar untuk mencari nafkah. Walau hanya

bergantung hidup dari hasil alam Rawa Pening, kehidupan warga sekitar sudah tercukupi.

Dari hasil penelitian awal yang dilakukan ke Dinas Pariwisata untuk mendapatkan data

mengenai kehidupan masyarakat di sekitar Rawa Pening dan juga dengan melakukan

observasi langsung kepada masyarakat serta referensi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia [1], ternyata di Rawa Pening memiliki keanekaragaman hayati yang hampir seluruh

masyarakat sekitar memanfaatkan keanekaragaman tersebut. Namun selama ini orang tidak

mengetahui bahwa masyarakat sekitar menggantungkan hidupnya dari hasil alam Rawa

Pening dan belum adanya media informasi yang merekam fenomena sosial dan budaya

tentang potret kehidupan masyarakat di sekitar Rawa Pening.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirancang media informasi berupa video

dokumenter mengenai potret kehidupan masyarakat di sekitar Rawa yang menggantungkan

hidupnya pada hasil alam Rawa Pening. Sehingga diharapkan video dokumenter ini dapat

menjadi media informasi yang dapat mengisahkan potret kehidupan masyarakat di sekitar

Rawa Pening

2. Tinjauan Pustaka Penelitian terdahulu mengenai Perancangan Film Dokumenter Pasar Terapung Muara

Kuin di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Video ini membahas tentang pelestarian Pasar

Terapung Muara Kuin yang terdapat di Banjarmasin, yang mulai tergeser dengan kehadiran

pasar modern [2].

Penelitian lainnya yaitu perancangan film dokumenter Suara Bening Gitar Lokal. Video

ini membahas dan mengenalkan produk Gitar lokal yang kualitasnya tidak kalah dengan

produk luar negeri [3].

Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian ini adalah terletak pada pendekatan yang

dilakukan, pada video dokumenter sebelumnya menggunakan genre video advertorial dan

dokudrama sedangkan pada perancangan video dokumenter ini menggunakan genre potret,

yaitu menceritakan potret kehidupan masyarakat sekitar Rawa dan dengan menggunakan

gaya pendekatan Direct Cinema, yaitu video yang dirancang minim penggunaan narasi

dengan membiarkan obyeknya menceritakan sendiri kegiatan yang dilakukan, dan lebih

spontan dalam merekam gambar (tanpa diatur). Pendekatan ini dilakukan untuk mendapatkan

kesan natural, karena obyek yang diambil adalah kisah kehidupan masyarakat di Rawa

Pening.

Multimedia dapat dikatakan suatu bentuk baru dalam pembuatan program-program

komputer dengan penggabungan lebih dari satu media. Multimedia juga merupakan alat yang

dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif karena mengkombinasikan teks,

grafik, animasi, audio, gambar dan video [4].

Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan salah satu media komunikasi

massa audiovisual yang dibuat berdasarkan asas sinematografi yang direkam pada pita

seluloid, pita video, piringan video dan bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala

bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya,

dengan atau tanpa suara, yang dapat ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik

dan sistem lainnya. Film berfungsi sebagai media pengantar informasi kepada masyarakat,

sebagai dokumen sosial, karena melalui film masyarakat dapat melihat secara nyata apa yang

Page 10: Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi ...

10

terjadi di tengah–tengah masyarakat,sebagai media edutainment, di mana selain mendidik

film harus menghibur serta sebagai suatu produk perdagangan yang vital dan menjadi

lapangan kerja yang potensial [5].

Film dokumenter merupakan salah satu genre film di mana sebutan ini pertama kali

disematkan pada film karya Lumiere bersaudara bercerita tentang perjalanan. Film yang

dianggap sebagai tonggak film dokumenter ini dibuat tahun 1890-an. Film dokumenter juga

diartikan sebagai rekaman kejadian atau peristiwa dalam bentuk audio visual yang tercipta

tanpa ada unsur rekayasa. Ada beberapa hal yang membedakan film dokumenter dengan film

fiksi, yaitu subyek, pada film dokumenter memfokuskan lebih dari sekedar kondisi manusia.

Film dokumenter melibatkan perasaan dan relasi. Kemudian perbedaan yang kedua dapat

dilihat adalah dari segi tujuan, sudut pandang dan pendekatannya. Dalam film dokumenter,

pembuat film adalah subyek dari film yang berusaha merekam fenomena sosial dan budaya

dalam rangka memberi tahu kepada publik tentang apa yang sebenarnya terjadi, sehingga

publik menjadi paham atau tertarik atas apa yang disampaikan dalam film dokumenter.

Perbedaaan yang ketiga adalah dari bentuk, yaitu dalam film dokumenter apa yang

ditampilkan bisa saja sesuatu yang sebelumnya tidak direncanakan atau sesuatu yang muncul

secara spontan saat produksi. Ini berbeda dengan film fiksi yang sangat ketat terhadap naskah

skenario. Keempat, teknik dan metode produksi. Dalam prduksi film dokumenter, tidak ada

aktor sebagaimana film fiksi, yang ada adalah real people atau playthemselves dari orang

yang ditampilkan dalam video dokumenter [6].

Potret adalah sebuah genre video dokumenter yang menceritakan sosok seseorang.

Yang diangkat menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal luas di dunia atau

masyarakat tertentu atau seseorang yang biasa namun memiliki kehebatan, keunikan ataupun

aspek lain yang menarik. Ada beberapa istilah yang merujuk kepada hal yang sama untuk

menggolongkannya. Pertama, potret yaitu film dokumenter yang mengupas aspek human

interest dari seseorang. Plot yang diambil biasanya adalah hanya peristiwa–peristiwa yang

dianggap penting dan krusial dari orang tersebut. Isinya bisa berupa sanjungan, simpati,

krtitik pedas atau bahkan pemikiran sang tokoh [7].

Sinematografi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris cinematography yang

bersumber dari bahasa Yunani yang berarti kinema „gerakan‟ dan graphoo „menulis‟. Maka

sinematografi dapat diartikan sebagai ilmu terapan yang membahas tentang teknik

menangkap dan menggabung-gabungkan gambar sehingga menjadi rangkaian gambar yang

dapat menyampaikan sebuah cerita. Sinematografi memiliki prinsip yang sama dengan

fotografi yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Hanya saja, fotografi

menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar. Jadi

sinematografi adalah gabungan antara fotografi dengan teknik perangkaian gambar atau

dalam sinematografi disebut montase (montage) [6].

Beberapa hal yang penting dalam sinematografi dalam proses produksi film

dokumenter, antara lain :

a. Shot bisa diartikan sebagai bagian dari adegan, misalnya dalam produksi video

dokumenter yang hendak menceritakan keceriaan, maka dapat diambil gambar

suasana pagi yang cerah.

b. Scene adalah hasil dari shot’s yang digabungkan atau dirangkai satu dengan yang

lain. Dalam perangkaian ini dikenal istilah transisi yang digunakan untuk

menggabungkan shot’s menjadi scene.

c. Sequence merupakan sebuah kesatuan scene yang ditata sehingga peristiwa yang

terjadi dapat dipahami secara utuh. Rangkaian scene dapat menjadi sequence karena

adanya hubungan kesatuan lokasi atau kesatuan waktu [6].

Page 11: Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi ...

11

Camera angle adalah sudut pandang dari audience, mata audience akan diwakili oleh

mata kamera. Penempatan sudut pandang kamera akan mempengaruhi sudut pandang

audience [5].

Secara teknis ada beberapa camera angle dan gerakan yang lazim digunakan, antara

lain :

1. Penempatan kamera dari sudut pandang obyek.

- Objective camera angle menggunakan prinsip kamera seolah tersembunyi.

Kamera ditempatkan di satu titik dengan seolah–olah tidak mewakili siapapun.

Audience tidak dilibatkan dalam adegan shot.

- Subjective camera angle mengasosiasikan audience menjadi bagian yang terlibat

dalam gambar yang ditampilkan.

2. Penempatan kamera dari sudut pandang audience.

- Eye level adalah penempatan posisi kamera yang sejajar dengan mata subyek, hal

ini akan memberi kesan relasi yang sifatnya sejajar antar subyek dan audience.

- Low angle adalah penempatan posisi kamera yang lebih bawah daripada subyek.

Penempatan ini memberi kesan kebesaran dari subyek yang ditampilkan.

- High angle adalah penempatan posisi kamera yang lebih tinggi dari subyek

sehingga memberi kesan subyek memiliki status sosial rendah, sedang bersedih,

lemah dan sebagainya [6].

Proses produksi video dokumenter juga mengenal istilah shot size yang ada didalam

unsur sinematografi. Shot size terbagi menjadi beberapa jenis dengan tujuan yang berbeda

dalam merepresentasikan gambar kepada audience, antara lain Extreme long shot (ELS),

Very long shot (VLS), Long shot (LS), Medium long shot (MLS), Medium shot (MS),

Medium close up (MCU), Close up (CU), Big close up (BCU), Extreme close up (ECU) dan

Over shoulder shot (OSS).

Gerakan kamera selama proses produksi video dokumenter terdiri dari Panning / Pan,

Tilting / Tilt, Dolly / Track, Pedestral, Crab, Crane, Zoom, Rack focus dan Trucking / Arc

[5].

Aspek sinematografi juga memiliki aspek kontiniti, komposisi dan editing. Kontiniti

berarti kesinambungan antar gambar yang ada di dalam film. Tujuan kontiniti dalam produksi

video dokumenter adalah menjaga agar apa yang diceritakan dalam film dokumenter menjadi

logis, masuk akal dan dapat diterima akal sehat, sehingga audience akan bertahan dari mulai

awal video dokumenter diputar sampai film selesai. Kontiniti terbagi menjadi dua bagian,

yaitu kontiniti waktu dan kontiniti ruang [6].

Komposisi berarti pengaturan dari unsur–unsur dari gambar untuk membentuk kesatuan

yang harmonis dan serasi. Aspek yang terkhir adalah editing. Editing dipahami sebagai

sebuah rangkaian proses memilih, mengatur dan menyusun shot–shot menjadi satu scene.

Kemudian scene–scene disusun menjadi sequence. Sequence ini menjadi rangkaian dari cerita

yang hendak dinarasikan dalam video dokumenter [6].

Rawa Pening berada di ketinggian antara 455 hingga 465 meter di atas permukaan laut

(dpl) serta dikelilingi oleh tiga Gunung: Merbabu, Telomoyo, dan Ungaran. Letak Danau ini

strategis karena berada di tepian jalan raya Nasional Semarang–Solo dan Semarang

Yogyakarta, serta berada di jalan antar Ambarawa Kota Salatiga. Secara administrasi Rawa

Pening berada di Kabupaten Semarang, dan daerah tangkapannya sebagian besar berada di

Kabupaten Semarang serta hanya sebagian kecil berada di Kota Salatiga tepatnya wilayah

kecamatan Sidomukti dan Kecamatan Argomulyo [1].

Rawa Pening selama bertahun–tahun dan turun temurun dimanfaatkan oleh penduduk

sebagai sumber mata pencarian. Salah satu dari sekian banyak kegiatan yang dilakukan

masyarakat setempat adalah perikanan, yang dapat dilihat dengan banyaknya keramba di

perairan ini yang dibuat untuk budi daya ikan air tawar, selain dengan mendapatkan ikan

Page 12: Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi ...

12

secara alami. Selain itu di Rawa Pening juga terdapat tanah gambut yang dapat dimanfaatkan

sebagai pupuk tanaman, dan tumbuhan eceng gondok yang tumbuh di permukaan Rawa

Pening, dan disebut sebagai tumbuhan pengganggu ini juga dapat menjadi sumber

penghasilan bagi penduduk sekitar.

3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk perancangan video

dokumenter yang Rawa yang Menghidupi adalah metode Kualitatif. Metode Kualitatif

bersifat fleksibel dan berubah-ubah sesuai dengan kondisi lapangan. Metode kualitatif

menghasilkan data bukan dalam bentuk angka melainkan berupa teks, dokumen, gambar, foto

maupun objek-objek yang ditemukan di lapangan selama penelitian berlangsung.

Pengumpulan data yang digunakan dalam metode kualitatif, meliputi observasi dan

wawancara [8].

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode linear

strategy. Linear strategy atau disebut dengan strategi garis lurus, yakni menetapkan urutan

logis pada tahapan perancangan sederhana yang sudah dipahami komponennya, dan telah

berulangkali dilaksanakan [9].

Adapun tahap-tahap metode linear strategy dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Linear Strategy [9]

Tahap pertama Metode Linear diawali dengan Identifikasi masalah, yaitu dengan

melihat permasalahan-permasalahan apa saja yang terdapat di Rawa Pening, setelah itu

melakukan pengamatan dan observasi langsung dengan Dinas dan Masyarakat sekitar Rawa.

Dari hasil wawancara tersebut didapat hasil bahwa, banyak orang yang belum mengetahui

jika masyarakat sekitar sangat bergantung hidup dari hasil alam rawa pening dan dari hasil

alam itulah masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan indikasi masalah

tersebut, maka dilakukan pengumpulan data dengan dengan Bapak Wahyu Djatmiko, S.E.,

M.Par. selaku Kepala Bagian Promosi dan Informasi Dinas Pemuda dan Olahraga

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Semarang untuk mendapatkan informasi mengenai

pariwisata dan kehidupan yang ada disekitar Rawa Pening. Selain itu juga dilakukan

pengumpulan data dengan kepala desa Asinan, yaitu Bapak Lilik Argo Lukito dan

masyarakat sekitar tentang hasil alam yang ada di Rawa Pening telah di manfaatkan oleh

masyarakat sekitar. Dan pada tahap ini juga dilakukan pemilihan narasumber sebagai tokoh

yang akan menceritakan kegiatan saat mencari nafkah dari hasil alam di Rawa Pening. Dalam

pemilihan narasumber ini mendapat beberapa rekomendasi nama dari Kepala Desa Asinan,

selain itu juga melakukan wawancara kepada masyarakat sekitar sehingga didapatkan tokoh

dari masing-masing pekerjaan yang hanya menggantungkan hidup dari hasil alam Rawa

Pening.

Setelah itu dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu melakukan proses perancangan media yang

meliputi pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Tahap selanjutnya adalah proses

pengujian dari hasil perancangan video dokumenter Rawa yang Menghidupi.

Perancangan Video Dokumenter meliputi pra produksi, produksi, dan pasca produksi

seperti yang terlihat pada Gambar 2.

TAHAP 1 Identifikasi

Masalah

TAHAP 2 Perancangan

Media

TAHAP 3 Pengujian

Page 13: Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi ...

13

Gambar 2 Bagan metode perancangan video dokumenter

Fase–fase yang terdapat dalam Gambar 2, antara lain :

1. Pra Produksi

Informasi yang telah terkumpul pada fase pengumpulan data akan diolah di fase pra

produksi. Pra produksi meliputi beberapa tahapan, yaitu perancangan ide cerita,

konsep, storyline, treatment, dan storyboard.

2. Produksi

Fase produksi merupakan tahap pengeksekusian terhadap fase pra produksi. Apabila

fase pra produksi telah sesuai dengan ide cerita, maka fase produksi akan

menjalankan apa yang telah ditetapkan pada fase pra produksi. Pada fase produksi

terdapat dua tahapan, yaitu shooting dan voice recording.

3. Pasca Produksi

Fase pasca produksi dapat berjalan setelah proses pada fase produksi telah selesai.

Pada fase ini terdapat tahapan editing. Tahap tersebut meliputi video dan dubbing

narasi yang telah direkam pada fase produksi.

4. Evaluasi

Fase evaluasi merupakan fase yang dilakukan untuk evaluasi dari hasil perancangan

video dokumenter Rawa yang Menghidupi. Video dokumenter ini dipresentasikan

ke Dinas Pemuda dan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Semarang.

Dan dengan ahli sinematografi, yang hasilnya akan menjadi sebuah pertimbangan

apakah video dokumenter ini perlu direvisi atau tidak dan jika terjadi revisi maka

diulang ke proses pasca produksi.

5. Fix

Fase ini merupakan fase setelah dilakukan evaluasi yang dilakukan didalam fase

pasca produksi sesuai dengan hasil evaluasi sehingga tidak diperlukan lagi adanya

revisi.

Pasca Produksi

Video Editing

Sound Editing

Evaluasi

Fix

Produksi

Shooting

Recording

Audio

AudioNarasi

Revisi

Pra Produksi

Ide Cerita

Storyline

Treatment

Storyboard

Konsep

Page 14: Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi ...

14

Pra Produksi adalah salah satu tahap dalam proses pembuatan film. Tahap pra produksi

merupakan tahapan persiapan atau perencanaan dalam pembuatan sebuah film. Didalam

proses pra-produksi terdapat ide cerita, konsep, storyline, treatment, dan storyboard yang

harus dirancang terlebih dahulu, untuk menghindari kesalahan–kesalahan dalam tahap

pengambilan gambar.

Ide cerita dari perancangan video dokumenter ini adalah menceritakan kehidupan

masyarakat sekitar Rawa Pening, yang menggantungkan hidup dari hasil alam rawa untuk

memenuhi kebutuhan keluarga.

Konsep dari video ini adalah bagaimana mengisahkan potret kehidupan masyarakat

sekitar Rawa Pening yang memiliki keunikan, yaitu dalam mencari nafkah untuk memenuhi

kebutuhan hidup sangat bergantung dari hasil alam Rawa Pening, dan dalam pengambilan

video dengan menggunakan pendekatan Direct cinema sehingga didapatkan kesan yang

natural dalam pengambilan video. Potret mayarakat yang akan dikisahkan, yaitu mengenai

profil masyarakat yang bekerja sebagai penambang gambut, yaitu Bapak Wahono, nelayan

dan budi daya ikan dalam keramba Bapak Meidi, dan pencari eceng gondok Bapak Junaedi.

Narasumber tersebut dipilih karena menggantungkan kehidupan sehari hari hanya dari hasil

alam Rawa.

Storyline merupakan kejadian-kejadian yang dirangkai menjadi sebuah cerita yang

menarik. Dalam proses pembuatan video dokumenter Rawa yang Menghidupi diperlukan

adanya sebuah story line pada tahap pra produksi, sehingga proses produksi dapat berjalan

dengan maksimal [6]. Berikut adalah storyline dari video dokumenter:

Rawa Pening adalah danau alami yang terletak di Kabupaten Semarang, danau dengan

luas 2.670 hektar ini memiliki potensi pariwisata yang menjanjikan, karena letaknya

yang strategis terdapat di jalan raya Semarang-Solo dan Semarang-Yogyakarta. Hal ini

juga di didukung dengan adanya beberapa tempat wisata, yaitu wisata kuliner dan

wisata alam.

Selain pariwisata yang ada, ternyata hasil alam Rawa Pening dapat dijadikan sebagai

mata pencarian masyarakat sekitar danau. Baik itu dari tanah danau, air danau, dan

tumbuhan yang tumbuh di danau Rawa Pening.

Tanah Rawa Pening adalah tanah gambut yang subur dan dapat dijadikan sebagai

pupuk tanaman. Bapak Wahono adalah penambang gambut di Rawa Pening, yang

sudah 15 tahun menekuni pekerjaan ini. Satu perahu tanah gambut yang didapat

disetorkan ke pengepul dengan harga Rp. 45.000,-. Waktu yang dibutuhkan untuk

memenuhi 1 perahu adalah 1 sampai 2 jam, hasil dari menambang gambut ini sudah

dapat mencukupi untuk kebutuhan hidup dan ke dua anaknya. Saat ini anak sulung

bersekolah di pondok pesantren dan anak bungsu pelajar SD.

Selain tanah gambut, warga juga memanfaatkan air rawa untuk memelihara ikan dalam

keramba. Bapak Medi adalah petani keramba di Rawa Pening, yang memiliki 7

Keramba ikan yang diisi ikan bawal, mujair, graskap, dan wader. Lama memelihara

ikan sampai bisa dipanen adalah 7 bulan. Sekali panen mendapat 5 kuintal ikan, selain

memelihara ikan dalam keramba, Bapak Medi juga bekerja sebagai nelayan. Prosesnya

sore hari jaring dipasang , lalu pagi hari sekitar jam 6 jaring sudah bisa diambil. Ikan

hasil dari keramba dan nelayan yang didapat dijual ke tengkulak dengan harga 25 ribu

per kilogram. Penghasilan dari pekerjaan ini sudah dapat untuk memenuhi kebutuhan

anak dan istri, bahkan untuk biaya sekolah anak sampai SMA.

Di Rawa Pening juga terdapat tanaman eceng gondok, tanaman pengganggu ini

ternyata juga dapat dimanfaatkan oleh warga untuk mencari nafkah. Bapak Junaedi

adalah salah satu pencari eceng gondok, setiap hari Bapak Junaedi dapat menghasilkan

6 ikat eceng gondok. Eceng gondok yang didapat lalu dijual ke pengepul,dengan harga

Page 15: Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi ...

15

Rp. 10.000,- per ikat, kemudian di pengepul eceng gondok lalu dijemur sampai kering.

Setelah kering eceng gondok dijual ke pengrajin untuk dijadikan kerajinan. Hasil dari

mengumpulkan eceng gondok sudah dapat untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan

menyekolahkan anak di SMK dan SMP.

Selain sebagai objek wisata saat akhir pekan, ternyata Rawa Pening juga mendatangkan

banyak manfaat bagi masyarakat sekitar rawa. Hampir sebagian masyarakat sekitar

rawa menggantungkan hidup atas hasil alam dari Rawa Pening. Sehingga keberadaan

Rawa Pening sangat berperan besar untuk menghidupi masyarakat sekitar.

Treatment Merupakan kerangka lengkap yang berisikan adegan-adegan disuatu tempat,

oleh sebab itu treatment pun disertakan keterangan tempat dan waktu [6].

Berikut adalah treatment dari video dokumenter Rawa yang Menghidupi :

1. Scene 1 : Opening film, Day

Shot : LS, MS, MCU

Menampilkan perahu yang bersandar,dan view matahari terbit. Dilanjutkan dengan

perahu yang didayung oleh dua orang menyusuri Rawa Pening.

2. Scene 2 : Penjelasan tentang lokasi Rawa Pening, Day

Shot : LS, LS-PAN, MCU

Lokasi : Rawa Pening

Menampilkan tentang letak Rawa Pening yang berada di Kabupaten Semarang dan

didekat jalan raya JOGLOSEMAR.

3. Scene 3 : Pariwisata di Rawapening, Day

Shot : LS , MCU, CU

Lokasi : Rawa Pening

menampilkan tempat wisata Rawa Permai, Bukit Cinta, dan Kampoeng Rawa.

4. Scene 4 : Penjelasan oleh KaSi Promosi dan Informasi Pariwisata , Day

Shot : LS , MCU, CU

Lokasi : Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang

Penjelasan dari Bp. Wahyu Jatmiko, S.E. , M.Par. Tentang perkembangan pariwisata

di Rawa Pening dengan visualisasi pariwisata di Rawa Pening.

5. Scene 5 : Penambang Gambut

Pariwisata , Day

Shot : LS , MCU, CU

Lokasi : Rawa Pening

Menampilkan kegiatan penambang gambut di Rawa Pening, wawancara dengan

penambang gambut, dengan visualisasi proses menambang gambut.

6. Scene 6 : Budi daya ikan keramba dan nelayan

Pariwisata, Day

Shot : LS , MCU, CU

Lokasi : Rawa Pening

Menampilkan video budi daya ikan dalam keramba, dan nelayan ikan. Dan

penjelasan dari salah satu warga pemilik dari keramba ikan,dan merangkap menjadi

nelayan. dengan visualisasi proses pasang dan ambil jaring.

7. Scene 7 : Pencari eceng gondok

Pariwisata , Day

Shot : LS , MCU, CU

Lokasi : Rawa Pening

Menampilkan video warga yang berprofesi sebagai pencari eceng gondok, dan

penjelasan proses pengambilan eceng gondok dan kegunaan eceng gondok. Dengan

visualisasi prosesnya.

Page 16: Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi ...

16

8. Scene 8 : penutup

Pariwisata , Day

Shot : LS , MCU, CU

Lokasi : Rawa Pening

Menampilkan video visualisasi pariwisata rawapening, dan hasil alam yang

dimanfaatkan warga sekitar. Ternyata Selain sebagai objek pariwisata, ternyata hasil

alam Rawa Pening dapat menjadi mata pencarian warga sekitar, sehingga dari hasil

Rawa dapat menghidupi kebutuhan keluarga.

Storyboard merupakan gambar ilustrasi yang berusaha menerjemahkan adegan–adegan

yang telah dirumuskan didalam skenario didalam sebuah storyboard yang dihasilkan dapat

memuat informasi mengenai pelaku, lokasi,property maupun sudut pengambilan [10].

Tabel 1 merupakan storyboard yang telah dirancang sesuai dengan treatment untuk

mempermudah pengambilan video di Rawa Pening.

Tabel 1 Storyboard Video Dokumenter Rawa yang Menghidupi

Scene Storyboard

Shot

Angle

Moving

Camera

Duration Keterangan

1 LS Eye Level

00.00.25s Menampilkan dua orang yang sedang mendayung perahu

2 MCU

Low Angle

00.01.06s Menampilkan letak Rawa Pening

yang berada di Kabupaten Semarang

3 MCU Eye Level

00.00.20s Menampilkan tempat pariwisata Di Rawa Pening

4 CU

Zoom In

Eye Level

00.00.35s Menampilkan Wawancara dengan

Kepala Bagian Pariwisata dan

Informasi Kabupaten Semarang

5 MCU Eye Level

00.02.15s Menampilkan kegiatan aktifitas penambang gambut

6 CU

Zoom In High Angle

00.02.15s Menampilkan kegiatan Menangkap

ikan dengan Jaring

Page 17: Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi ...

17

7 CU

Zoom In High Angle

00.03.32s Menampilkan kegiatan Mencari

eceng gondok

8 CU Zoom In

Eye Level

00.00.47s Menampilkan visualisasi dari aktifitas masyarakat Rawa Pening

Produksi adalah sebuah tahapan eksekusi dari perencanaan-perencanaan yang telah

dibuat pada tahapan pra produksi. Pada proses produksi dilakukan shooting dan recording

untuk narasi. Shooting adalah proses pengambilan gambar dalam bentuk video. Shooting

akan dilakukan sesuai dengan shot list yang telah dirancang pada proses pra produksi, seperti

yang terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Hasil Shooting

Dubbing untuk narasi akan dilakukan setelah proses shooting selesai. Narasi berfungsi

sebagai pengantar dan menjelaskan alur cerita dalam video dokumenter tetapi tidak

mendominasi seluruh tayangan, dan memiliki gaya cerita yang kuat [11].

Berikut adalah naskah narasi Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi” :

“Rawa Pening adalah rawa alami yang terletak di kabupaten semarang. Rawa dengan

luas 2670 hektar ini, memiliki potesi pariwisata yang menjanjikan karena letaknya yang

strategis, yaitu terletak didekat jalan raya joglosemar… “

“Selain keindahan alamnya, rawa pening menyimpan beragam flora dan fauna. Salah

satu flora yang berkembang pesat dirawa pening adalah enceng gondok. Saat ini

sebagian besar permukaan rawa telah ditutupi oleh tumbuhan ini. Selain itu fauna yang

ada di rawa pening juga beragam salah satunya adalah burung bangau…”

“Tanah Rawa Pening adalah tanah gambut yang subur dan dapat berguna sebagai

pupuk tanaman. Tanah ini terletak pada dasar rawa, sehingga setiap penambang

memerlukan alat bantu berupa serok untuk mengambil tanah gambut. Hasil dari

menambang tanah gambut ini kemudian di setorkan ke juragan. Salah satu penambang

tanah gambut adalah bapak Wahono. Pekerjaan ini telah ditekuninya selama 22

tahun…”

“Selain tanah gambut yang dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman, unsur yang sangat

berguna di Rawa Pening adalah airnya. Air tempat habitat hidup bagi ikan sehingga tak

jarang banyak nelayan dan pemancing yang mencari ikan disitu. Selain untuk habitat

ikan dan memancing , air di rawa juga dimanfaatkan untuk memelihara ikan dalam

keramba. Salah satu pemilik keramba di rawa pening adalah bapak Meidi. Bapak Meidi

adalah pemilik keramba yang berasal dari sekitar rawa pening dan memiliki 7 keramba

ikan…”

Page 18: Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi ...

18

“Selain memanfaatkan fauna yaitu ikan, masyarakat Rawa Pening juga memanfaatkan

tumbuhan yang tumbuh di Rawa Pening. Tumbuhan itu adalah enceng gondok.

Walaupun tumbuhan ini sering di anggap sebagai pengganggu bagi banyak orang dan

ekosistem dirawa pening. Ternyata dibalik itu semua berguna sebagai mata pencarian.

Bapak Junaedi adalah salah satu pencari enceng gondok… “

“Selain sebagai objek wisata saat akhir pekan, ternyata rawa pening juga mendatangkan

banyak manfaat bagi masyarakat sekitar rawa. Hampir sebagian masyarakat sekitar

rawa menggantungkan hidup atas hasil alam dari rawa pening. Sehingga keberadaan

rawa pening sangat berperan besar untuk menghidupi masyarakat sekitar…” Pasca produksi adalah proses akhir dari ketiga tahapan dalam pembuatan sebuah film.

Pasca produksi meliputi dua proses, yaitu proses video editing dan sound editing.

4. Hasil dari Pembahasan

Video dokumenter Rawa yang menghidupi berisikan informasi mengenai kehidupan

masyarakat sekitar Rawa Pening yang menggantungkan hidup dari hasil alam Rawa. Gambar

5 sampai dengan Gambar 12 merupakan gambaran dari setiap scene yang ada di dalam video

dokumenter Rawa yang Menghidupi yang telah dirancang sesuai dengan perencanaan.

Gambar 5 merupakan gambaran dari bagian scene 1 opening video dokumenter Rawa

yang Menghidupi. Pada scene ini menampilkan beberapa perahu yang masih bersandar

dengan view matahari terbit, selain itu juga menampilkan kapal yang berjalan menuju ke

tengah Rawa. Pengambilan video menggunakan beberapa jenis shot, antara lain long shot dan

medium clouse up serta, sehingga audience dapat mengetahui gambaran sekilas tentang Rawa

Pening yang akan disaksikan.

Gambar 5 Scene 1

Gambar 6 merupakan gambaran dari scene 2 mengenai penjelasan tentang lokasi Rawa

pening. Pada scene ini menampilkan letak Rawa Pening yang terletak di Kabupaten

Semarang, dengan pengambilan video menggunakan low angle dan long shot untuk

pengambilan gambar tugu selamat datang Kabupaten Semarang dan pengambilan gambar

Rawa Pening dari jalan raya JOGLOSEMAR, dengan jenis long shot dan eye angle, sehingga

audience dapat mengetahui gambaran tentang letak Rawa Pening.

Gambar 6 Scene 2

Gambar 7 adalah gambaran dari scene 3 yang menampilkan suasana objek wisata di

Rawa Pening yaitu Kampoeng Rawa, Bukit Cinta dan Rawa Permai dengan menggunakan

medium close up dan eye angle, agar audience dapat menyaksikan suasana di objek wisata

Rawa Pening.

Page 19: Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi ...

19

Gambar 7 Scene 3

Gambar 8 merupakan penjelasan dari Kepala Bagian Promosi dan Informasi , yaitu

Bapak Wahyu Jatmiko, S.E, M.Par. mengenai Pariwisata di Rawa Pening dengan

menggunakan medium close up dan eye angle. dan selama penjelasan terdapat beberapa scene

yang berhubungan dengan pariwisata yang sedang dijelaskan. Sehingga audience tidak

merasa monoton saat mendengarkan penjelasan.

Gambar 8 Scene 4

Gambar 9 menampilkan gambaran dari scene 5 yang menceritakan kisah tentang

masyarakat yang memiliki profesi sebagai penambang gambut di Rawa Pening. Dengan

menggunakan medium close up, close up, serta eye angle sehingga audience dapat

menyaksikan suasana kegiatan menambang gambut lewat video ini.

Gambar 9 Scene 5

Gambar 10 menampilkan gambaran dari scene 6 yang menceritakan tentang masyarakat

Rawa Pening yang berprofesi sebagai nelayan dan memiliki budi daya ikan dalam keramba.

video diambil menggunakan beberapa jenis shot yaitu long shot, medium close up, close up

dan eye angle agar gambaran kegiatan nelayan dan budi daya ikan dalam keramba dapat

tersampaikan ke audience dengan baik.

Gambar 10 Scene 6

Gambar 11 menampilkan gambaran dari scene 7, yang menceritakan mengenai kisah

masyarakat yang berprofesi sebagai pencari eceng gondok di Rawa Pening. Pada scene ini

menggunakan beberapa jenis shot yaitu long shot, medium close up,dan close up agar

gambaran dalam kegiatan mencari eceng gondok dapat tersampaikan ke audience.

Page 20: Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi ...

20

Gambar 11 Scene 7

Gambar 12 merupakan gambaran dari scene penutup yang berisi tentang kesimpulan

tentang video Rawa yang Menghidupi yaitu selain sebagai objek wisata ternyata Rawa Pening

juga memiliki hasil alam yang dapat dimanfaatkan masyarakat sekitar.

Gambar 12 Scene 8

Perancangan media yang dilakukan dapat di implementasian video dokumenter melalui

salah satu televisi lokal yang ada di Semarang, yaitu Kompas TV. Selain itu juga

dipublikasikan dengan cara mengunggah ke media online Youtube, dan diproduksi dalam

bentuk DVD guna kepentingan menyebarkan informasi kehidupan masyarakat disekitar Rawa

Pening kepada masyarakat melalui dinas terkait.

Target audience dari fim dokumenter Rawa yang Menghidupi adalah masyarakat luas

dengan perkiraan usia 16 Tahun hinga 60 Tahun.

Pengujian video dokumenter ini menggunakan metode kualitatif, yaitu dilakukan

dengan mengujikan konten dari video dokumenter ke pihak Dinas Pemuda,

Olahraga,Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Semarang, yaitu Bapak Wahyu Jatmiko,

S.E, M.Par selaku Kepala Bagian Promosi dan Informasi dan dengan Kepala Desa Asinan

Bapak Lilik Argo Lukito. Dari hasil evaluasi didapat hasil bahwa konten, informasi, dan

profil masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari Rawa Pening telah tersampaikan

dengan baik sehingga video ini dapat dijadikan salah satu media informasi bagi dinas terkait

dalam hal ini adalah bagian promosi dan informasi Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang.

Selain dengan Dinas Pariwisata, wawancara juga dilakukan dengan Bapak George

Nicholas Huwae, S.Pd, M.Ikom selaku ahli sinematografi. Bapak George Nicholas Huwae

mengatakan bahwa teknik pembuatan dari video dokumenter Rawa yang Menghidupi sudah

baik, dilihat dari sinematografi, sudut pengambilan gambar tidak monoton, pencahayaan

video normal, dan dalam proses editing yang dilakukan sudah baik dilihat dari transisi scene

ke scene yang sesuai, intonasi suara narator terdengar jelas, backsound dari video tersebut

telah sesuai.

Selain melakukan pengujian secara kualitatif, kepada dua ahli tersebut juga dilakukan

pengujian secara kuantitatif kepada siswa multimedia lanjut untuk mendapatkan informasi

apakah kualitas video ini sudah dapat menyampaikan potret kehidupan masyarakat sekitar

Rawa Pening, dan teknik dari pengambilan gambar dan proses editing sudah baik. Tabel 1

Page 21: Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi ...

21

merupakan tabel jawaban dari setiap pertanyaan yang ada pada kuesioner. Data dari hasil

Tabel akan dipresentasikan kedalam bentuk diagram.

Tabel 2 Tabel Jumlah jawaban dari setiap pertanyaan kuesioner

No PERTANYAAN JAWABAN

TOTAL A B C D E

I. Informasi umum

1 Apakah anda mengetahui film dokumenter? 4 29 12 0 0 45

2 Apakah video dengan jenis/genre dokumenter itu menarik untuk ditonton?

1 32 12 0 0 45

II. Teknik Pengambilan dan Editing

1 Bagaimana dengan sinematografi dari film dokumenter

yang telah anda saksikan? 1 28 16 0 0 45

2 Bagaimana kualitas pencahayaan

dari film dokumenter tersebut? 4 22 19 0 0 45

3 Bagaimana kejelasan suara (voice) dari film dokumenter tersebut?

11 20 14 0 0 45

4 Bagaimana transisi dari scene satu ke scene lainnya? 3 28 14 0 0 45

5 Menurut anda apakah backsound dari film dokumenter

tersebut telah sesuai? 7 19 19 0 0 45

6 Menurut anda apakah subtitle , terjemahan

film dokumenter tersebut sudah terlihat jelas? 8 27 10 0 0 45

III. Penyampaian pesan / informasi.

1 Menurut anda apakah informasi dari film dokumenter

tersebut telah tersampaikan dengan baik? 10 23 12 0 0 45

2

Apakah anda setuju, film dokumenter tersebut dapat menginformasikan tentang hasil alam yang ada 12 28 5 0 0 45

di Rawa Pening dapat menjadi sumber mata pencarian?

3 Apakah pesan dari film dokumenter tersebut

sudah tersampaikan dengan jelas?

12 18 15 0 0 45

4 Apakah film dokumenter tersebut bisa dijadikan

sebagai arsip bagi dinas terkait? 10 22 13 0 0 45

TOTAL 83 296 161 0 0 540

Perhitungan pada Tabel 2 dapat dilakukan dengan melakukan perhitungan manual

dengan menggunakan metode skala likert, yaitu jawaban A adalah nilai untuk Sangat

Mengetahui/Sangat Menarik/ Sangat Baik/ Sangat Sesuai/ Sangat jelas/ Sangat Bisa/ Sangat

Setuju. Jawaban B adalah nilai untuk Mengetahui/ Menarik/ Baik/ Sesuai/ Jelas/ Bisa/ Setuju.

Jawaban C adalah nilai untuk Cukup. Jawaban D adalah nilai untuk jawaban Tidak

Mengetahui/ Tidak Menarik/ Tidak Baik/ Tidak Sesuai/ Tidak Jelas/ Tidak Bisa/ Tidak

Setuju. Jawaban E adalah nilai untuk Tidak Mengetahui sama sekali/ Tidak Menarik sama

sekali/ Tidak Baik sama sekali/ Tidak Sesuai sama sekali/ Tidak Jelas sama sekali/ Tidak

Bisa sama sekali/ Tidak Setuju sama sekali. Maka diperoleh hasil sebagai berikut.

Page 22: Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi ...

22

Gambar 13 Diagram hasil kuesioner

Diagram 1 menunjukkan nilai presentase dari kuesioner dengan rumus :

Tk = 𝑇𝑗

(𝑇𝑟 𝑥 𝑇𝑠) x 100 %

Keterangan :

Tk : total keseluruhan jawaban (dalam %)

Tj : total dari setiap jawaban

Tr : total responden

Ts : total soal

Perhitungan presentase dari Diagram 1 adalah sebagai berikut :

Jawaban A didapatkan dari perhitungan : 83

(45 𝑥 12) x 100 % = 15.4 %

Jawaban B didapatkan dari perhitungan : 296

(45 𝑥 12) x 100 % = 54.8 %

Jawaban C didapatkan dari perhitungan : 161

(45 𝑥 12) x 100 % = 29.8 %

Jawaban D didapatkan dari perhitungan : 0

(45 𝑥 12) x 100 % = 0 %

Jawaban E didapatkan dari perhitungan : 0

(45 𝑥 12) x 100 % = 0 %

Hasil dari perhitungan tersebut menunjukan 54.8% menyukai film dokumenter dan

beranggapan genre video ini menarik untuk ditonton. Selain itu responden juga menilai

bahwa Sinematografi, visualisasi, backsound, dan intonasi suara narasi dari video

dokumenter “Rawa yang Menghidupi” sudah baik, sedangkan 29.8 % responden mengangap

video dokumenter ini cukup baik, karena adanya suara wawancara dalam video tersebut yang

kurang terdengar jelas.

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa video dokumenter

Rawa yang Menghidupi telah sesuai untuk kebutuhan penyampaian informasi kepada

masyarakat dengan sinematografi, backsound, visualisasi dan narasi (voice) yang dapat

mendukung video dokumenter tersebut.

15.5

72.5

11.9 0 0

Kuesioner

Jawaban A

Jawaban B

Jawaban C

Jawaban D

Jawaban E

Page 23: Perancangan Video Dokumenter “Rawa yang Menghidupi ...

23

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa, video dokumenter yang dirancang telah dapat memberikan informasi kepada

masyarakat luas mengenai potret kehidupan masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari

hasil alam Rawa Pening. Dan hasil pengujian dari kualitas video yang telah dirancang sudah

menarik karena didukung sinematografi yang baik dan proses editing transisi scene ke scene

yang sesuai begitu juga intonasi dari narator yang terdengar dengan jelas. Perancangan video

ini dapat menjadi salah satu media informasi yang bisa dipergunakan oleh dinas terkait.

Daftar Pustaka

[1] Danau Rawa Pening. http://danau.limnologi.lipi.go.id/danau/profil.php?id_danau=ja

wrwpg&tab=gambaran%20umum. Diakses tanggal 26 Januari 2015.

[2] Ciptadi, Agustina, 2013. Perancangan Film Dokumenter Pasar Terapung Muara Kuin

di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Universitas Kristen Satya Wacana.

[3] Kumala, Rosyad Cahya, 2013. Perancangan film dokumenter “Suara Bening Gitar

Lokal” tentang Oox Guitar Maker Ambarawa. Universitas Kristen Satya Wacana.

[4] Suyanto, 2004. Analisis dan Desain Aplikasi Multimedia untuk Pemasaran,

Yogyakarta: ANDI.

[5] Naibaho, Kalarensi, 2008. Film : Aset Budaya Bangsa Yang Harus Dilestarikan!, Visi

Pustaka Vol.10 No.2 , http://www.pnri.go.id/majalahonlineadd.aspx?id=85. Diakses

tanggal 13 Februari 2015.

[6] Junaedi, Fajar, 2011. Membuat Film Dokumenter, Yogyakarta : Lingkar Media

[7] Hermansyah, Kusen Dony, 2011. Tipe-Tipe (Mode) Dokumenter. http://

filmpelajar.com/berita/tipe-tipe-mode%C2%A0dokumenter. Diakses tanggal 23 Juni

2015.

[8] Sarwono, Jonathan dan Hary Lubis : Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual,

Yogyakarta - ANDI, 2007

[9] Sasongko, Aditya, 2012. Strategi Desain. http://www.slideshare.net/AdityaSasongko

/12-metodologi-desain-strategi-desain. Diakses tanggal 13 Mei 2015.

[10] Sukoco, Bendol. http://www.academia.edu/5703629/Storyboard_adalah_sketsa_

gambar_yang_disusun_berurutan_sesuai_dengan_naskah. Diakses tanggal 12 Juni

2015.

[11] Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.(2013).Simulasi Digital

jilid 2.,Jakarta: Kemdikbud. http://www.slideshare.net/efrinaldifly/simulasi-digital-

jilid-2. Diakses tanggal 12 Mei 2015.