PERANCANGAN ALAT UKUR KINERJA PERUSAHAAN …... · Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh ... belajar...

download PERANCANGAN ALAT UKUR KINERJA PERUSAHAAN …... · Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh ... belajar dan pertumbuhan perlu perbaikan dari segi peningkatan ... 2.5 Pengukuran Produktifitas

If you can't read please download the document

Transcript of PERANCANGAN ALAT UKUR KINERJA PERUSAHAAN …... · Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh ... belajar...

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    PERANCANGAN ALAT UKUR KINERJA PERUSAHAAN DENGAN PENDEKATAN METODE BALANCED

    SCORECARD dan OBJECTIVE MATRIX PADA BENGKEL SARWONO PUTRO MOTOR (SPM SAR SPEED)

    Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

    ANUGERAH RIO P. I 1303027

    JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA 2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iv

    SURAT PERNYATAAN

    Dengan ini saya:

    Nama : Anugerah Rio Prambasto

    NIM : I 1303027

    Fakultas / Jurusan : Teknik / Industri

    Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

    diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

    sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

    pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

    dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi.

    Demikian surat pernyataan ini saya buat apabila dikemudian hari terbukti

    bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman/sangsi

    apapun sesuai peraturan yang berlaku.

    Surakarta, 01 Agustus 2011

    Anugerah Rio Prambasto

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    v

    KATA PENGANTAR

    Wb

    Al-hamdu lillaahi robbil- Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru

    sekalian alam. Dengan segala ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima

    kasih yang tak tehingga atas segala bantuan dari berbagai pihak. Hanya-lah Allah

    SWT kiranya yang dapat membalas segala bantuan yang telah diberikan. Amin.

    1. Ayah, Ibunda dan Istriku tercinta atas semua perhatian dan

    pengertiannya.

    2. Bapak Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri

    Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    3. Ibu Rahmaniyah Dwi Astuti, ST, MT, selaku Pembimbing Akademik atas arahan,

    bimbingan dan motivasinnya.

    4. Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT dan Ibu Ir. Munifah, MSIE, MT selaku Dosen

    Pembimbing, atas segala kebijaksanaan dan kebesaran hati memberikan

    bimbingan, bantuan dan waktu yang tak ternilai harganya.

    5. Bapak Taufiq Rochman, STP, MT dan Bapak Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT,

    selaku Dosen Penguji, atas kesediaan menguji, memberi arahan dan sarannya.

    6. Seluruh Dosen Teknik Industri UNS atas segala ilmu pengetahuan dan

    pengalaman yang sangat berarti.

    7. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti dan Pak Agus, terima kasih atas segala

    bantuan, kerja sama, dan dukungannya.

    8. Segenap keluarga besar TI angkatan 2003 atas bantuan, kerjasama dan

    keakrabannya yang telah kita jalin. Semoga kekeluargaan akan selalu terjalin dan

    kesuksesan menyertai kita.

    Penulis ingin menyampaikan bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Hal

    ini semata dikarenakan oleh keterbatasan waktu dan kemampuan yang penulis miliki.

    Penulis berharap bahwa laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Amin

    Wa

    Surakarta, Agustus 2011

    Penulis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vi

    ABSTRAK

    Anugerah Rio P, NIM: I1303027. PERANCANGAN ALAT UKUR KINERJA PERUSAHAAN DENGAN PENDEKATAN METODE BALANCED SCORECARD dan OBJECTIVE MATRIX PADA BENGKEL SARWONO PUTRO MOTOR (SPM SAR SPEED). Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Agustus 2011.

    Sarwono Putro Motor (SPM-SAR SPEED) adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa perbengkelan mobil. Visi bengkel yaitu ingin menjadi bengkel yang terbaik di Solo. Dalam usahanya untuk memenangkan persaingan yang semakin kompetitif maka pihak pemilik perlu mengetahui sejauh mana kinerja perusahaan selama ini agar sejalan dengan visi dan misi perusahaan. Pemecahan masalah dilakukan dengan melakukan pengukuran kinerja terhadap semua aspek, meliputi Perspektif Finansial, Perspektif Pelanggan, Perspektif Proses Bisnis Internal dan Perspektif Proses Belajar dan Pertumbuhan. Hasil pengukuran kinerja dari aspek keuangan sudah cukup baik, namun aspek pelanggan dan proses bisnis internal perlu dilakukan perbaikan terutama dari segi pelayanan terhadap pelanggan dan penambahan fasilitas peralatan bengkel, sedangkan untuk aspek proses belajar dan pertumbuhan perlu perbaikan dari segi peningkatan kompetensi karyawan. Kata kunci: Pengukuran kinerja, Visi bengkel, Aspek Keuangan,

    Balanced Scorecard xvi + 102 halaman; 66 gambar; 46 tabel; 4 lampiran; Daftar pustaka : 19 ( 1983 2003 ).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vii

    ABSTRACT

    Anugerah Rio P, NIM : I1303001. DESIGN TOOL COMPANY

    PERFORMANCE MEASURE METHOD WITH THE BALANCED

    SCORECARD APPROACH and OBJECTIVE MATRIX in SARWONO

    PUTRO MOTOR WORKSHOP (SPM - SPEED SAR). Thesis.

    Surakarta: Department of Industrial Engineering Faculty of Engineering,

    University Eleven in March, August 2011.

    Sarwono Putro Motor (SPM-SPEED SAR) is a company engaged in automobile

    workshops. Vision workshop is want to be the best shop in Solo. In an attempt to

    win the competition in an increasingly competitive so the owner needs to know

    the extent to which firm performance is in line with the vision and mission.

    Problem solving is done by measuring the performance of all aspects, including

    the Financial Perspective, Customer Perspective, Internal Business Process

    Perspective Learning and Growth Perspective.

    The performance of the financial aspect is good enough, but aspects of customer

    and internal business processes need to be improved especially in terms of

    customer service and adding facilities workshop equipment, while for the aspect

    of learning and growth process needs improvement in terms of enhancing the

    competence of employees.

    Key words: Performance measurement, Vision workshop, Financial Aspects,

    Balanced Scorecard.

    xvi + 102 pages, 66 drawings, 46 tables, 4 appendix;

    References: 19 (1983-2003).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    viii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................

    LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................

    LEMBAR VALIDASI .............................................................................

    SURAT PERNYATAAN .........................................................................

    KATA PENGANTAR .............................................................................

    ABSTRAK ................................................................................................

    ABSTRACT ..............................................................................................

    DAFTAR ISI .............................................................................................

    DAFTAR TABEL ....................................................................................

    DAFTAR GAMBAR

    DAFTAR LAMPIRAN

    i

    ii

    iii

    iv

    v

    vi

    vii

    viii

    xii

    xiv

    xv

    BAB I

    BAB II

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Penelitian

    1.2 Perumusan Masalah

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.5 Batasan Penelitian

    1.6 Asusmsi Penelitian

    1.7 Sistematika Penulisan

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Bengkel SPM-SAR SPEED

    2.1.1 Visi Perusahaan

    2.1.2 Misi Perusahaan

    2.1.3 Strategi Perusahaan

    2.1.4 Proses Bisnis Perusahaan

    I-1

    I-1

    I-3

    I-3

    I-4

    I-4

    I-4

    I-4

    II-1

    II-1

    II-2

    II-2

    II-2

    II-3

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ix

    BAB III

    2.1.5 Produk dan Jasa

    2.1.6 Struktur Organisasi Bengkel SPM-Sar Speed

    2.2 Penilaian Kinerja

    2.2.1 Sistem Pengukuran Kinerja

    2.2.2 Aspek Penilaian Kinerja

    2.3 Balanced Scorecard (BSC)

    2.3.1 Pengertian Balanced Scorecard

    2.3.2 Empat Perspektif Dalam Balanced Scorecard

    2.3.3 ubungan Keempat Perspektif Dalam Balance

    Scorecard

    2.4 Analityc Hierarchy Process (A P)

    2.4.1 Kegunaan Analityc Hierarchy Process

    2.4.2 Prinsip Pokok Analytic Hierarchy Process (AHP)

    2.4.3 Langkah Dan Prosedur A P

    2.4.4 Penilaian Perbandingan Multipartisipan

    2.5 Pengukuran Produktifitas Dengan Metode Objective

    Matrix (OMAX)

    2.5.1 Model Objective Matrix

    2.5.2 Langkah Pengukuran Metode OMA

    2.6 Penyelusuran Tingkat Kepuasan Pelanggan

    2.7 Penentuan Pelanggan Kepada Perusahaan

    2.8 Penentuan Pengembangan Organisasi

    2.9 Penentuan Tingkat Kepuasan Kerja Karyawan

    2.10 Penentuan Tingkat Pengembangan Karir Karyawan

    2.11 Penelitian Pendukung

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Tahap Identifikasi dan Studi Pendahuluan

    3.2 Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data

    3.3 Tahap Analisa dan Kesimpulan

    II-4

    II-5

    II-6

    II-8

    II-10

    II-10

    II-11

    II-14

    II-24

    II-25

    II-25

    II-26

    II-27

    II-38

    II-39

    II-40

    II-41

    II-43

    II-46

    II-48

    II-49

    II-50

    II-51

    III-1

    III-2

    III-6

    III-7

    III-7

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    x

    BAB IV

    BAB V

    3.3.1 Analisa

    3.3.2 Kesimpulan dan saran

    PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

    4.1 Pengumpulan Data

    4.2 Pengolahan Data

    4.2.1 Pemetaan Strategi Ke Dalam Format Balanced

    Scorecard

    4.2.2 Pengolahan Data Masing-masing Perspektif

    Balaced Scorecard

    4.2.3 Perspektif Keuangan

    4.2.4 Perspektif Pelanggan

    4.2.5 Perspektif Proses Bisnis Internal

    4.2.6 Perspektif Belajar dan Pertumbuhan

    4.3 Rekapitulasi Pengolahan Data dan Target Setiap Perspektif Yang Ditetapkan Oleh Bengkel

    4.4 Pembobotan Setiap Perspektif dan Elemen

    4.4.1 Penyusunan Struktur Hierarki (Metode Analytical

    Hierarchy Process)

    4.4.2 Penyebaran Kuesioner Perbandingan Berpasangan untuk Perspektif (kriteria) dalam

    Balanced Scorecard

    4.4.3 Penyebaran Kuesioner Perbandingan Berpasangan untuk Elemen (subkriteria) setiap

    Perspektif Balanced Scorecard

    4.5 Evaluasi Performansi dengan Metode Objective Matrix (Omax)

    4.5.1 Penilaian Performansi dengan Metode OMAX

    4.5.2 Evaluasi Performansi

    ANALISIS DAN INTEPRETASI HASIL

    5.1 Perspektif Keuangan

    5.2 Perspektif Pelanggan

    5.3 Perspektif Proses Bisnis Internal

    III-8

    IV-1

    IV-1

    IV-1

    IV-2

    IV-4

    IV-4

    IV-6

    IV-13

    IV-14

    IV-18

    IV-19

    IV-19

    IV-20

    IV-24

    IV-31

    IV-31

    VI-33

    V-1

    V-1

    V-2

    V-4

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xi

    BAB VI

    5.4 Perspektif Belajar dan Pertumbuhan

    KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan

    6.2 Saran

    V-5

    VI-1

    VI-1

    VI-2

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xii

    DAFTAR TABEL

    Hal

    Tabel 2.1

    Tabel 2.2

    Tabel 2.3

    Tabel 4.1

    Tabel 4.2

    Tabel 4.3

    Tabel 4.4

    Tabel 4.5

    Tabel 4.6

    Tabel 4.7

    Tabel 4.8

    Tabel 4.9

    Tabel 4.10

    Tabel 4.11

    Tabel 4.12

    Tabel 4.13

    Tabel 4.14

    Tabel 4.15

    Tabel 4.16

    Tabel 4.17

    Matriks perbandingan berpasangan ...............................

    Skala penilaia ..............................

    Pembangkit random (RI) ................................... ...........

    ..........................

    Tingkat pertumbuhan pelanggan ......................................

    Rekap data 40 responden untuk perhitungan reliabilitas

    Uji Validitas Pengembangan Organisasi ...

    Uji Validitas Pengembangan Karir Karyawan .............

    Uji Validitas Kepuasan Kerja Karyawan ........

    Rekapitulasi hasil pengolahan data untuk realisasi dan

    target Bengkel ..........................................................

    Matriks perbandingan berpasangan kriteria untuk

    Manager Operasional .................

    Pembangkit rand .......................................

    Matriks perbandingan berpasangan kriteria untuk

    ...............................................

    Matriks perbandingan berpasangan kriteria untuk Kepala

    Mekanik ............................................ ................................

    Matriks perbandingan berpasangan kriteria untuk Kepala

    .......................................

    ..................................

    Matriks perbandingan berpasangan subkriteria customer

    untuk ..................................

    Matriks perbandingan berpasangan subkriteria customer

    untuk Manager BANGUS .............................................

    Matriks perbandingan berpasangan subkriteria customer

    untuk Kepala Mekanik ...................................................

    Matriks perbandingan berpasangan subkriteria customer

    II-24

    II-25

    II-28

    IV-2

    IV-3

    IV-6

    IV-10

    IV-12

    IV-13

    IV-15

    IV-17

    IV-18

    IV-19

    IV-19

    IV-20

    IV-21

    IV-22

    IV-22

    IV-23

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiii

    Tabel 4.18

    Tabel 4.19

    Tabel 4.20

    Tabel 4.21

    Tabel 4.22

    Tabel 4.23

    untuk Kep. Adm..........................................................

    Vektor prioritas konsensus untuk penentuan bobot

    subkriteria Customer..................................................

    Matriks perbandingan berpasangan subkriteria Learning

    and Growth

    Matriks perbandingan berpasangan subkriteria Learning

    and Growth untk BANGUS .........................................

    Matriks perbandingan berpasangan subkriteria L & G utk

    Ka. Mekanik ...............................................................

    Matriks perbandingan berpasangan subkriteria L & G utk

    Ka. Administrasi.........................................................

    Vektor prioritas konsensus untk penentuan bobot

    subkriteria L&G ..........................................................

    IV-23

    IV-24

    IV-25

    IV-25

    IV-26

    IV-26

    IV-27

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiv

    Gambar 2.1

    Gambar 2.2

    Gambar 2.3

    Gambar 2.4

    Gambar 2.5

    Gambar 2.6

    Gambar 2.7

    Gambar 2.8

    Gambar 2.9

    Gambar 3.1

    Gambar 3. 2

    Gambar 4.1

    Gambar 4.2

    Gambar 4.3

    Gambar 4.4

    Gambar 4.5

    Gambar 5.1

    DAFTAR GAMBAR

    Proses Penilaian Kinerja Manajemen ...................................

    Balanced Scorecard sebagai suatu kerangka

    tindakan manajemen strategi ................................................

    Core measurement Group .

    Customer Value Proposition .............

    Prinsip dalam Perspektif bisnis Internal ..............................

    Proses bisnis internal ...........................................................

    Hubungan kategori-kategori dalam kemampuan karyawan

    Hubungan kausial antar perpektif .......................................

    Model OMAX

    Tahapan-tahapan Metodologi Penelitian ........

    Pengukuran kinerja Perusahaan dengan metode Balanced

    Scorecard ............................................................................

    Struktur hierarki pengukuran kinerja Bengkel SPM-SAR

    SPEED dengan Balanced Scorecard ...................................

    Struktur hierarki hasil pengukuran kinerja Bengkel ...........

    Grafik Performansi Kinerja KPI prosentase pertumbuhan

    ....

    Grafik Performansi Kinerja KPI pertumbuhan pelanggan

    Grafik Performansi Kinerja KPI Produktivitas Relatif

    ............

    Grafik produkt ivitas karyawan Bengkel SPM-SAR SPEED

    Hal

    II-2

    II-7

    II-13

    II-14

    II-16

    II-17

    II-19

    II-20

    II-36

    III-3

    III-5

    IV-17

    IV-28

    IV-31

    IV-32

    IV-33

    V-8

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian Tugas Akhir (Untuk Costumer

    SPM-Sar Speed) L-2

    Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian Tugas Akhir (Untuk Manajer,

    Staf administrasi dan Mekanik) L-4

    Lampiran 3 : Hasil Survei tingkat kepuasan pelanggan L-7

    Lampiran 4 : Hasil Survei tingkat dukungan pelanggan L-9

    Lampiran 5 : Hasil Survei pengembangan organisasi L-11

    Lampiran 6 : Hasil Survei pengembangan karir karyawan L-12

    Lampiran 7 : Hasil Survei kepuasan kerja karyawan L-13

    Lampiran 8 : Output SPSS perhitungan reabilitas survei kepuasan

    Pelanggan L-14

    Lampiran 9 : Output SPSS perhitungan reabilitas survei

    dukungan pelanggan L-15

    Lampiran 10 : Output SPSS perhitungan reabilitas survei

    pengembangan organisasi L-16

    Lampiran 11 : Output SPSS perhitungan reabilitas survei

    pengembangan karir karyawan L-17

    Lampiran 12 : Output SPSS perhitungan reabilitas survei

    kepuasan kerja karyawan L-18

    Lampiran 13 : Tabel Spesifikasi KPI (Key Performance Indicator) L-19

    Lampiran 14 : Hasil perhitungan dengan metode OMAX L-20

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    I-1

    BBAABB II

    PPEENNDDAAHHUULLUUAANN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Pada era globalisasi sekarang ini dapat dilihat bahwa persaingan yang semakin

    ketat pada semua industri yang ada. Agar dapat bertahan dalam persaingan yang

    semakin ketat maka perusahaan harus mempunyai kinerja yang baik. Hal ini diperlukan

    untuk sebuah sistem pengukuran kinerja yang tepat agar dapat membantu perusahaan

    dalam menginformasikan tingkat pertumbuhan perusahaan dalam mencapai visi dan

    misinya serta melihat sejauh mana perkembangan perusahaan tersebut.

    Selama ini, pengukuran kinerja suatu perusahaan lebih menggunakan

    pengembangan dari sistem akuntansi tradisional yang menitikberatkan pada sisi

    keuangan menyebabkan ukuran keuangan dapat mudah dilakukan melalui ukuran ini

    berupa nilai kuantitatif. Kinerja non-keuangan ternyata telah diabaikan karena

    dianggap sebagai sesuatu yang sulit pengukurannya. Padahal seperti yang dikatakan

    Kaplan (1992), bahwa ukuran kinerja tradisional yang memperhatikan aspek keuangan

    saja ternyata menyebabkan salah pada proses perbaikan dan inovasi

    selanjutnya.Laporan keuangan mempunyai keterbatasan, sebagai contoh nilai faktor

    sukses perusahaan tidak dapat dimasukkan dalam laporan keuangan karena nilainya

    tidak dapat diuangkan. Faktor-faktor ini misalnya keahlian dan ketrampilan tenaga

    kerja, kualitas produk atau jasa, serta kepuasan pelanggan.

    - merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang

    jasa perbaikan mobil, sehingga segala aktifitas yang berhubungan dengan jasa agar

    dapat memberikan pelayanan yang lebih baik. Salah satu hal yang dilakukan adalah

    menawarkan berbagai macam produk, jasa, meliputi tune-up, spooring, balancing,

    overhaul engine, electrical body, instalasi audio, spet, ganti oli, oli plastik dan cuci

    salju. Hal ini dilakukan untuk memenuhi berbagai macam keperluan perbaikan

    terhadap kendaraan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    I-2

    Dalam usahanya untuk memenangkan persaingan yang semakin kompetitif maka

    pemilik perlu mengetahui sejauh mana kinerja perusahaan selama ini agar sejalan

    dengan visi dan misi perusahaan.Visi dari bengkel SPM Sar Speed untuk menjadi

    yang terdepan dalam pelayanan di bidang usaha perawatan dan perbaikan kendaraan

    bermotor roda empat di Solo raya.

    Hal terpenting yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah perusahaan harus

    mempunyai sistem pengukuran kinerja yang dapat membantu perusahaan

    menginformasikan tingkat perkembangan perusahaan dalam mencapai misi dan

    visinya.

    Selama ini sistem pengukuran kinerja yang digunakan oleh Sar

    adalah sistem akuntansi tradisional yang melakukan pengukuran kinerja

    terhadap aspek finansial dengan melihat keuntungan yang didapat dari segi keuangan .

    Berdasarkan informasi dari pihak manajemen bengkel diketahui bahwa nilai total

    pendapatan setiap tahunnya meningkat dari Rp 319.779.600 pada tahun 2005

    meningkat menjadi Rp 658.102.900 pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan prospek

    bisnis bengkel SPM-Sar Speed ini baik, pihak manajemen sadar dari perkembangan

    bisnis bengkel tersebut mendapatkan tantangan dari para pesaing di dunia bisnis

    perbengkelan sehingga menuntut adanya perbaikan kinerja dari segala aspek yang

    mendukung bisnis bengkel tersebut karena dalam situasi persaingan seperti saat ini,

    tidak aspek keuangan yang dijadikan tolok ukur kinerja dalam menggambarkan titik

    strategis bengkel dalam bersaing.

    Strategi bengkel dalam menghadapi persaingan ke depannya banyak dipengaruhi

    oleh informasi-informasi yang menyangkut aspek keuangan maupun aspek non-

    keuangan.Adanya, tuntutan adanya suatu sistem pengukuran kinerja yang kompeks

    menggambarkan aspek keuangan dan non-keuangan bengkel sehingga keperluan

    informasi bengkel dapat terpenuhi.

    Salah satu metode atau sistem pengukuran kinerja yang dapat digunakan untuk

    memenuhi hal tersebut adalah metode Balanced Scorecard (BSC). Metode Balanced

    Scorecard mengukur kinerja perusahaan dengan menterjemahkan visi, misi dan strategi

    bengkel serta memberikan kerangka strategi pengukuran dan sistem manajemen

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    I-3

    melalui empat perspektif pengukuran meliputi keuangan, pelanggan, proses bisnis

    internal, pembelajaran dan pertumbuhan organisasi.

    Hasil pengukuran kinerja yang dilakukan, dapat ditentukan upaya perbaikan yang

    perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja bengkel. Hal yang perlu diingat bahwa

    rancangan Balanced Scorecard untuk setiap perusahaan tidak sama, setiap perusahaan

    memiliki karakter tersendiri yang diukur untuk menerapkan strategi yang tepat agar

    visi dan misi perusahaan dapat tercapai.

    1.2 PERUMUSAN MASALAH

    Uraian pada latar belakang di atas dirumuskan permasalahan adalah

    merancang alat ukur kinerja bengkel dengan metode Balanced Scorecard untuk

    mengetahui kinerja bengkel SPM-SAR SPEED dalam memberikan usulan perbaikan

    dan meningkatkan kinerja bengkel SPM-SAR SPEED.

    1.3 TUJUAN PENELITIAN

    Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini, yaitu :

    1. Merancang sebuah sistem pengukuran kinerja di bengkel SPM-Sar Speed dengan

    menggunakan metode Balanced Scorecard

    2. Menentukan upaya yang dilakukan untuk perbaikan kinerja bengkel SPM-SAR

    SPEED.

    1.4 MANFAAT PENELITIAN

    Manfaat hasil penelitian ini yaitu:

    1. Memberikan manfaat bagi perusahaan untuk mengetahui kinerja bengkel dilihat dari

    setiap perspektif yang ada dalam Balanced Scorecard

    2. Dapat menentukan strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerja bengkel sehingga

    mampu mewujudkan visi dan misi bengkel.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    I-4

    1.5 BATASAN PENELITIAN

    Agar penelitian pada permasalahan yang ditetapkan batasan masalah dalam

    penelitian ini. Batasan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut :

    1. Obyek penelitian dilakukan di .

    2. Data yang diambil adalah data selama tiga tahun yaitu 2006, 2007 dan 2008.

    1.6 ASUMSI PENELITIAN

    Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

    1. Strategi bisnis yang digunakan oleh bengkel tidak berubah.

    2. Visi dan Misi yang telah ditetapkan oleh bengkel tidak berubah.

    1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

    Perumusan dalam sistematika penulisan perihal konsep tugas akhir, diperlukan

    gambaran yang sistematis mengenai pokok-pokok bab yang disusun.

    BAB I PENDAHULUAN

    Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah mengenai perancangan

    alat ukur kinerja di bengkel SPM-SAR SPEED yang bertujuan untuk menilai

    performansi bengkel. Pada bab ini juga dirumuskan tentang perlunya rancangan

    alat ukur kinerja agar tujuan penelitian dan manfaat penelitian dapat dicapai

    perbaikan pada performansi kinerja bengkel.

    BAB II LANDASAN TEORI

    Pada bab ini diuraikan tinjauan umum dari objek penelitian data Bengkel

    SPM-SAR SPEED selanjutnya teori tentang pengukuran kinerja dan model

    yang digunakan sebagai acuan dengan model balanced scorecard sebagai

    penentu indikator performansi, model AHP (Analytical Hierarchy Process)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    I-5

    untuk pembobotan dan scoring system serta model OMAX (Objective Matrix)

    untuk mengevaluasi kinerja bengkel.

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    Pada bab ini dibahas tentang langkah penelitian yang dilakukan di bengkel

    SPM-SAR SPEED dalam menindaklanjuti permasalahan yang ada dan tahap

    pemecahannya pada penelitian.

    BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

    Pada bab ini dikumpulkan data yang berkaitan dengan perancangan alat ukur

    kinerja di bengkel SPM-SAR SPEED pembahasan terhadap hasil perancangan

    alat ukur tersebut.

    BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

    Hasil perancangan alat ukur kinerja di bengkel SPM-SAR SPEED, pada

    bagian ini dilakukan analisis terhadap hasil perancangan tersebut sehingga

    memberikan usulan berdasarkan hasil dari proses analisis data.

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

    Pada bagian ini disimpulkan tentang pembahasan yang berkaitan dengan

    tujuan penelitian mengenai perancangan alat ukur kinerja di bengkel SPM-

    SAR SPEED dan diberikan saran dalam penelitian ini.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-1

    BBAABB IIII

    TTIINNJJAAUUAANN PPUUSSTTAAKKAA

    Pada bab II dalam penelitian ini dikemukakan beberapa teori yang dijadikan

    landasan pemikiran pada pemecahan masalah. Teori yang dikemukakan mengenai

    penilaian kinerja perusahaan,balanced scorecard beserta keempat perspektifnya

    dan pengukuran kinerja dengan balanced scorecard (hubungan balanced

    scorecard dengan pengukuran kinerja perusahaan). Selain itu juga dijelaskan

    mengenai data umum bengkel SPM-SAR SPEED.

    2.1 BENGKEL SPM-SAR SPEED

    Sarwono Putro Motor (SPM SAR SPEED) merupakan bengkel mobil

    umum yang berdiri pada bulan September 2002 dan memulai soft opening pada

    tanggal 12 September 2002. Pemilik bengkel Sarwono Putro Motor (SPM - SAR

    SPEED) adalah Bpk. H. Agus Purwono. Awal mula berdirinya usaha bengkel

    mobil ini dari keinginan beliau untuk mendirikan sebuah bengkel mobil yang

    dapat melayani semua jenis mobil serta memberikan pelayanan secara profesional.

    Sebelum mendirikan usaha tersebut, di samping kegiatan utama perbengkelan

    (SPM SAR SPEED) juga aktif mengikuti event Otomotif olahraga balap mobil

    trek lurus atau Sprint Test yang menempuh jarak 201 m atau 402 m. Pada tahun

    2005 Juara dua nasional dan Juara daerah Jawa Tengah diraih serta berbagai

    penghargaan telah didapat dari Ikatan Motor Indonesia (IMI) yang menampung

    wadah olahraga otomotif di Indonesia.

    Bengkel yang terletak di jalan Slamet Riyadi no. 274 Windan Gumpang,

    Kartosuro - Sukoharjo ini memiliki beberapa karyawan yaitu 1 manajer

    operasional, 1 manajer pengembangan usaha, 1 customer service, 1 staf

    administrasi, 4 mekanik dan 4 asisten mekanik. Bengkel Sarwono Putro Motor

    (SPM - SAR SPEED) melayani berbagai jasa perawatan mobil untuk harian atau

    modifikasi mesin. Selain itu usaha ini juga menawarkan cuci steam mobil dengan

    menggunakan sistem hydraulis dan salju.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-2

    2.1.1 Visi Perusahaan

    Tujuan berdirinya usaha bengkel Sarwono Putro Motor(SPM - SAR SPEED)

    adalah mencari pendapatan melalui jasa perawatan mobil umum serta membuka

    lapangan pekerjaan yang baru, dan ada 12 karyawan yang dimiliki oleh bengkel

    tersebut.

    Adapun visi usaha bengkel yang dicapai untuk menjadi yang terdepan dalam

    layanan dibidang usaha perawatan dan perbaikan kendaraan bermotor di solo raya.

    Dalam mencapai tujuan visi pihak manajemen bengkel dapat mengetahui hal-hal

    apa saja yang dilakukan dan mengarahkan visi dapat tercapai. Saat ini visi

    tersebut belum dapat tercapai, namun pihak manjemen bengkel memiliki

    kemampuan mewujudkan visi tersebut dengan dukungan dari semua pihak (stake

    holder).

    2.1.2 Misi Perusahaan

    Misi yang ingin diwujudkan oleh bengkel, yaitu:

    1. Mencari pendapatan melalui usaha jasa perbaikan kendaraan bermotor.

    2. Mengerjakan perawatan dan perbaikan kendaraan bermotor segala merk

    maupun jenis secara profesional.

    3. Mengedepankan team work dalam sistem layanan terpadu serta hasil yang

    berkualitas untuk mencapai kepuasan pelanggan.

    4. Membuka lapangan pekerjaan bagi yang berdedikasi serta memiliki

    kompetensi di bidang otomotif.

    2.1.3 Strategi Perusahaan

    Strategi yang dilakukan oleh bengkel untuk mendukung tercapainya visi dan

    misi bengkel, yaitu:

    1. Merintis bisnis yang unggul dengan memperluas usaha agar mampu bertahan

    dan berkembang di masa mendatang.

    2. Mengembangkan usaha secara berkesinambungan dengan memanfaatkan aset

    yang dimiliki secara optimal.

    3. Peningkatan daya saing melalui jalinan hubungan yang baik dengan para

    pelanggan, keunggulan dalam segi pelayanan dan penguasaan teknologi.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-3

    4. Merespon dan mengambil tindakan korektif terhadap segala keluhan yang

    disampaikan oleh pelanggan.

    5. Menciptakan suasana kondusif, solidaritas dan harmonisasi antara sesama

    karyawan dan dengan pihak pimpinan bengkel agar kekuatan organisasi

    senantiasa terjaga.

    6. Merekrut tenaga kerja yang profesional dan berkualitas.

    7. Memberikan motivasi dan meningkatkan produktivitas karyawan,

    8. Meningkatkan keterampilan karyawan dengan cara memberikan pelatihan

    kepada mekanik untuk mengikuti training atau workshop otomotif yang

    diadakan oleh bengkel resmi seperti bengkel Nasmoco dan Astra.

    2.1.4 Proses Bisnis Perusahaan

    Proses bisnis perusahaan merupakan aktifitas-aktifitas keseluruhan yang

    terjadi di perusahaan yang digambarkan dalam bentuk activity diagram pada

    gambar 2.1.

    Gambar 2.1 Diagram aktifitas sistem bisnis bengkel SPM-Sar Speed

    Sumber: Sar Speed, 2001

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-4

    Proses bisnis di bengkel SPM-Sar Speed dimulai pada saat customer service

    menerima order dari pelanggan untuk memperbaiki kerusakan mobilnya. Setelah

    mendapat order dari pelanggan selanjutnya customer service mencatat order

    pelanggan pada form Work order (WO) untuk diteruskan ke mekanik. Mekanik

    melakukan servis terhadap kendaraan customer sesuai dengan informasi dari

    customer service. Apabila terdapat kerusakan pada sparepart setelah dilakukan

    pengecekan terhadap kondisi mobil, maka mekanik meminta kepada pelanggan

    untuk dilakukan penggantian sparepart. Setelah itu mekanik melakukan

    pengambilan sparepart ke bagian persediaan.

    Bagian persediaan (gudang) mengecek terlebih dahulu status sparepart

    tersebut apakah ada atau kosong. Jika ada maka dicatat terlebih dahulu jenis

    sparepart yang keluar dan jumlahnya, apabila stok sparepart tersebut kosong

    maka bagian gudang akan melakukan order pembelian ke supplier dengan

    meminta persetujuan dari bagian kasir.

    Setelah ada order dari bagian gudang kemudian bagian kasir melakukan

    order pembelian ke supplier. Setelah order dikirim maka bagian gudang harus

    mengecek dan mendata sparepart yang masuk. Proses selanjutnya setelah

    mekanik selesai menservis kemudian menyerahkan WO ke bagian kasir untuk

    dilakukan perhitungan rincian anggaran yang harus dikeluarkan oleh pelanggan,

    setelah itu bagian kasir mencatat transaksi penjualan.

    2.1.5 Produk Dan Jasa

    Produk dan jasa yang ditawarkan oleh bengkel Sarwono Putro Motor (SPM -

    SAR SPEED), yaitu:

    1. Cuci salju.

    Sistem cuci dengan menggunakan shampo mobil dan tepol yang

    dikembangkan dalam sebuah alat yang telah diberi tekanan udara lewat

    kompresor sehingga buih-buih shampo tersebut hampir menyerupai salju.

    2. Servis dan modifikasi mesin.

    Bengkel Sarwono Putro Motor (SPM-SAR SPEED) memberikan servis segala

    jenis mobil dengan harga yang terjangkau dengan berbagai macam servis yang

    ditawarkan seperti tune up, brake, sporing, balancing, electrical body dan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-5

    over houl engine. Selain itu bengkel Sarwono Putro Motor (SPM-SAR

    SPEED) juga mampu memodifikasi mesin untuk event balapan terutama di

    divisi drag race dan slalom test.

    3. Spare part dan oli.

    Spare part dan oli yang dimiliki bengkel Sarwono Putro Motor (SPM-SAR

    SPEED) cukup bervariasi sehingga konsumen diuntungkan untuk mengganti

    langsung oli mobilnya maupun spare part yang sudah rusak dengan harga

    yang terjangkau.Fasilitas lain yang dimiliki oleh bengkel Sarwono Putro

    Motor (SPM- SAR SPEED) adalah mushola, toilet, ruang tunggu AC, serta

    minuman (soft drink) gratis bagi konsumen yang menggunakan jasa servis.

    2.1.6 Struktur Organisasi Bengkel SPM Sar Speed

    Secara garis besar kepengurusan organisasi di SPM SAR SPEED, yaitu:

    1. Manager Pengembangan Usaha (MPU)

    2. Manager Operasional (MO)

    3. Staff Administrasi (SA)

    4. Customer Service (CS)

    5. Mekanik (MK)

    6. Asisten Mekanik dan Wassher (AMW)

    Struktur organisasi dari perusahaan dalam bentuk bagan dapat dilihat pada

    gambar 2.2

    Gambar 2.2 Struktur organisasi bengkel SPM Sar Speed Sumber: Sar speed, 2001

    MPU

    MO

    SA CS AMMK

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-6

    Struktur organisasi dari SPM SAR SPEED dijelaskan, sebagai berikut:

    1. Satu orang manager pengembangan usaha sebagai penanggung jawab usaha

    dan bertanggung jawab kepada pemilik usaha.

    2. Satu orang manager operasional sebagai kepala operasional bengkel yang

    bertugas mengorganisir kegiatan operasional bengkel sehari-hari dan

    bertanggung jawab kepada manager pengembangan usaha.

    3. Satu orang customer service yang membantu aktifitas menawarkan jasa

    pelayanan dan promosi kepada pelanggan serta bertanggung jawab kepada

    manager operasional.

    4. Satu orang staff administrasi yang membantu aktifitas keuangan serta

    mencatat alur stock spare part serta bertanggung jawab kepada manager

    operasional.

    5. Empat orang mekanik yang bertugas melakukan servis kendaraan pelanggan

    serta merawat peralatan kerja bengkel dan bertangung jawab kepada manager

    operasional.

    6. Empat orang asisten mekanik selain bertugas membantu dari pekerjaan

    mekanik juga bertugas sebagai washer dan bertanggung jawab kepada

    manager operasional.

    2.2 PENILAIAN KINERJA

    Menurut Harvey, 1996 penilaian kinerja merupakan proses pengukuran

    sampai sejauh mana manajemen mencapai persyaratan pekerjaan atau seberapa

    baik seseorang melakukan pekerjaan yang ditugaskan. Penilaian kinerja dapat

    diartikan sebagai penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu

    organisasi, bagian organisasi, dan personelnya, berdasarkan sasaran, standar dan

    kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Oleh karena organisasi pada dasarnya

    dioperasikan oleh sumber daya manusia, maka penilaian kinerja sesungguhnya

    merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran dalam

    organisasi.

    Proses penilaian kinerja diawali dengan menentukan tujuan spesifik dari

    penilaian. Kemudian dilanjutkan analisa pekerjaan untuk mengetahui apa yang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-7

    sebenarnya diharapkan oleh manajemen dalam melaksanakan tugas. Pada akhir

    periode, penilai mengukur kinerja dan mengevaluasinya. Selanjutnya

    dibandingkan dengan kinerja kerja standar, kemudian mendiskusikan dan

    mengkomunikasikan hasil penilaian, yang dilanjutkan dengan perencanaan

    program peningkatan kinerja dan implementasinya. Proses penilaian kinerja

    ditunjukkan pada gambar 2.3.

    Gambar 2.3 Proses penilaian kinerja manajemen Sumber: M.Dachyar, 2000

    Sedangkan ukuran kinerja (yang disebut juga dengan ukuran produktivitas)

    yaitu suatu sistem yang digunakan untuk memonitor dua unsur penting dari

    hubungan input (sumber-sumber yang dipakai) dengan output (hasil yang

    diperoleh). Ukuran kinerja diterapkan pada kegiatan perusahaan selama jangka

    waktu tertentu dengan penekanan pada pusat pertanggungjawaban dalam

    organisasi. Evaluasi kinerja, perusahaan menggunakan berbagai macam ukuran

    Identifikasi tujuan spesifik penilaian

    Analisa pekerjaan

    Mengevaluasi & mengukur kinerja

    Implementasi program peningkatan kinerja perusahaan

    Perencanaan program peningkatan kinerja perusahaan

    Membandingkan dengan kinerja standar

    Mendiskusikan & mengkomunikasikan hasil penilaian

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-8

    yang berbeda untuk perencanaan pengendalian dan pengukuran fungsi manajemen

    yang lainnya.

    Beberapa Keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan melakukan

    pengukuran kinerja ini (hal ini juga menjelaskan fungsi dari pengukuran kinerja

    yang dilakukan), sebagai berikut:

    1. Pedoman bagi persahaan untuk menyusun rencana dan melaksanakan berbagai

    macam program kegiatan yang dilakukan dalam perusahaan.

    2. Alat kendali kegiatan perusahaan.

    3. Alat kendali perilaku pekerja dalam perusahaan.

    4. Instrumen manajemen strategis perusahaan.

    2.2.1 Sistem Pengukuran Kinerja

    Pengukuran kinerja sebagai salah satu bidang manajemen, dewasa ini

    mengalami kondisi yang kurang memuaskan, dimana pengelolaan perusahaan

    mengarah pada hal-hal yang tampak (visible) saja, walaupun hal-hal tersebut

    bukan merupakan permasalahan yang sebenarnya. Malah seringkali problem

    intinya tertutup (atau sengaja ditutup) dengan aneka macam metode manajeman

    konvensional. Bahkan Peter Drucker tahun, seorang pakar manajemen terkenal,

    berpendapat bahwa pengukuran kinerja merupakan bidang terlemah dalam

    manajemen. Pendekatan yang dilakukan dalam pengukuran kinerja dipandang

    sudah usang. Keusangan ini dikarenakan fokus yang berlebihan terhadap ukuran

    keuangan yang menghambat kemampuan perusahaan menciptakan nilai ekonomi

    di masa mendatang.

    Laporan kinerja konvensional, baik yang internal (anggaran) maupun

    eksternal (laporan laba rugi), hanya mengetahui apakah perusahaan sedang

    menjadi leaders atau sedang menjadi followers. Sedangkan masalah strategi dan

    taktik yang sudah dilaksanakan oleh perusahaan itu sudah benar atau belum, dan

    apa yang dilakukan untuk memenangkan perebutan pangsa pasar, tidak diketahui

    dari laporan kinerja keuangan konvensional.

    Secara ideal, model akuntansi keuangan diperluas, sehingga mampu

    memasukkan penilaian aset tidak berwujud dan aset intelektual perusahaan,

    seperti produk yang berkualitas, karyawan yang berkompeten, proses internal

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-9

    yang responsif, dan pelanggan yang puas dan loyal. Penilaian tersebut penting

    mengingat tipe aset di atas merupakan kunci sukses yang tidak kalah penting dari

    aset fisik atau berwujud.

    Fokus yang berlebihan pada terhadap ukuran keuangan tanpa didukung

    ukuran yang lain, dapat membuat perusahaan berinvestasi terlalu banyak aset fisik

    dan kurang mempedulikan investasi pada aset intelektual dan tidak berwujud,

    yang mendorong kemajuan di masa mendatang. Ukuran keuangan tidak cukup

    mengarahkan dan mengevaluasi perusahaan dalam kancah persaingan yang sengit.

    Ukuran keuangan hanya menyajikan sebagian dan bukan keseluruhan gambaran

    kinerja perusahaan.

    Kekurangan yang dimiliki oleh kinerja finansial makin lama dirasakan makin

    besar. Apalagi dengan perkembangan pasar yang mulai bergeser dari

    market ke , kekurangan ini terasa semakin mendalam. Hal ini

    menyebabkan mulai digunakan ukuran kinerja non-finansial. Tindakan ini,

    manajemen berharap mengikuti perkembangan dari langkah-langkah yang telah

    dilakukan untuk sukses dalam kompetisi. Ini menunjukkan bahwa perusahaan

    mulai menjadi operation-driver, karena banyak faktor sukses kunci (key success

    factors) yang tidak mudah diukur dengan sistem biaya standar seperti yang

    digunakan dalam metode tradisional. Tindakan transformasi itu yang salah arah

    pasar, komplain pelanggan membuat manajemen beranggapan bahwa ukuran

    kinerja non-finansial menjadi penyelesaian bagi semua masalah yang dihadapai

    perusahaan.

    Jadi dari uraian di atas kita garis bawahi bahwa ukuran kinerja non-finansial

    tidak dapat berjalan terpisah dari ukuran finansial. Bila keduanya berjalan yang

    tampak nantinya saling bertentangan. Ini mengakibatkan mixed signals yang

    membingungkan manajemen. Pengukuran kinerja merupakan sistem yang

    terintegrasi. Usaha untuk mendukung tercapainya tujuan perusahaan dengan

    menterjemahkan visi dan misi perusahaan menjadi ukuran kinerja yang spesifik.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-10

    2.2.2 Aspek Penilaian Kinerja

    Dalam pelayanan pekerja dalam mencari pekerjaan, seorang petugas

    pewawancara dinilai, menurut banyaknya wawancara yang dilakukan, bukan pada

    penempatan klien dalam pekerjaan (Blau, 1963). Pentingnya kriteria dalam

    evaluasi kinerja, tiga perangkat kriteria yang dinilai manajemen (Stephen), yaitu:

    1. Hasil tugas individual, hasil tugas individu manajer dapat menilai atas dasar

    kriteria seperti kuantitas yang diproduksi, residu yang dihasilkan dan biaya

    produksi per unit. Hasil tugas individual kemudian dibandingkan dengan

    sasaran yang telah ditentukan terdahulu.

    2. Perilaku-perilaku karyawan, mencakup perilaku individu dan perilaku

    kelompok. Misalnya ketepatan waktu per departemen dalam memasukkan

    laporan bulanan atau gaya kepemimpinan yang paling jauh dengan kinerja.

    3. Ciri-ciri individu, korelasi yang paling jauh dengan kinerja aktual suatu

    pekerjaan, sehingga dikenal dengan perangkat kriteria terlemah dari hasil

    tugas individu maupun perilaku (Locher, 1988). Ciri-ciri ini misalnya sikap

    yang baik, rasa percaya diri, kooperatif, padatnya aktivitas, banyaknya

    pengalaman.

    2.3 BALANCED SCORECARD

    Perkembangan pengukuran kinerja berjalan dengan sangat pesat. Pada saat

    ini metode pengukuran kinerja baru yang berkembang, meliputi didorong oleh

    kelemahan-kelemahan yang terdapat pada pengukuran kinerja tradisional

    umumnya mengambil dasar asumsi lingkungan stabil. Dasar asumsi lingkungan

    yang stabil berarti segala aspek kondisi yang melingkupi perusahaan pada saat

    pengembangan pengukuran kinerja tersebut dianggap tidak berubah di masa

    depan, sehingga tidak mampu mempengaruhi perhitungan pengukuran

    performansi yang dilakukan.

    Konsep pengukuran yang digunakan saat ini, seperti penjualan, keuntungan,

    (ROE), memberikan informasi pengukuran, tetapi

    memberikan gambaran yang bias tentang kinerja perusahaan. Selain itu,

    diperkenalkan juga konsep pengukuran kinerja seperti Return on Investment,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-11

    profit margin dan yang terbaru adalah Economic Value added (EVA). Pengukuran

    tidak

    (intangible asset) dan aset-aset intelektual perusahaan. Paling penting adalah

    pengukuran kinerja dengan metode di atas tidak mampu sepenuhnya menuntun

    perusahaan ke arah yang lebih baik.

    Semua kelemahan di atas akhirnya mendorong timbulnya metode

    pengukuran kinerja yang baru. Metode pengukuran ini memliki keistimewaan

    dalam hal cakupan pengukuran yang komprehensif atas segala aspek, baik itu

    finansial maupun non finansial dan aspek tampak maupun tidak tampak. Selain itu

    metode pengukuran tersebut diharapkan tidak mengukur hasil akhir saja

    (outcome), tetapi juga aktivitas pendorong pencapaian hasil akhir (driver). Salah

    satu metode pengukuran kinerja yang mampu memberikan jawaban atas tantangan

    di atas adalah metode Balanced Scorecard.

    2.3.1 Pengertian Balanced Scorecard

    Metode pengukuran kinerja dengan Balanced Scorecard ini pertama kali

    diperkenalkan oleh Robert Kaplan dan David Norton (1996). Adapun metode

    Balanced Scorecard merupakan salah satu metode pengukuran kinerja yang

    bersifat strategis dan sistematik, yang mencoba melibatkan keseluruhan perspektif

    yang terlibat dalam perusahaan secara menyeluruh yaitu perspektif finansial

    (keuangan), perspektif learning and growth (pembelajaran dan pertumbuhan),

    perspektif internal business processes (proses intern perusahaan) dan perspektif

    costumer (pelanggan).

    Balanced scorecard menekankan bahwa ukuran finansial dan non finansial

    menjadi bagian dari sistem informasi bagi segenap karyawan dalam perusahaan,

    baik karyawan bawahan, pimpinan, top manager perusahaan. Sasaran ukuran

    dalam balanced scorecard bukan bersifat kumpulan ukuran kinerja, melainkan

    diturunkan dari visi, misi dan strategi perusahaan. Balanced Scorecard

    menerjemahkan visi, misi dan strategi perusahaan dalam sasaran dan ukuran yang

    tangible. Kata dalam balanced scorecard bermakna, yaitu:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-12

    1. Ukuran kinerja yang dimiliki, mewakili keempat perspektif.

    2. Ukuran kinerja mewakili hasil tindakan masa lalu (finansial) dan ukuran yang

    merupakan faktor pendorong kinerja masa depan (costumer, internal business

    processs and learning & growth).

    3. Ukuran kinerja mewakili ukuran yang objektif dan subyektif.

    Perusahaan menggunakan balanced scorecard untuk mengelola proses

    manajeman pada gambar 2.4, sebagai berikut:

    1. Klarifikasi dan penerjemahkan visi, misi dan strategi perusahaan.

    2. Komunikasi dan menghubungkan sasaran dan ukuran objektif.

    3. Rencana, penetapan target dan penyelarasan inisiatif strategis.

    4. Peningkatan umpan balik strategik dan pengetahuan.

    Gambar 2.4 Balanced Scorecard sebagai suatu kerangka

    tindakan manajemen strategi Sumber: Kaplan dan Norton, 2000

    Tujuan dengan penggunaan balanced scorecard dalam perusahaan dalam

    kerangka sistem manajemen, yaitu:

    Klarifikasi & Komunikasi Visi dan

    Strategi

    1. Klarifikasi misi

    2. Bangun konsensus

    Umpan Balik Strategis dan

    Belajar

    1. Artikulasi visi bersama 2. Beri umpan balik 3. Fasikitas revisi strategi

    4. Fasilitas belajar

    Perencanaan dan Penetapan Tujuan

    1. Penetapan target 2. Penyelarasan stategi 3. Alokasi sumberdaya 4. Penetapan tolak ukur

    Komunikasi dan Membangun

    Keterkaitan

    1. Pencerdasan 2. Penetapan tujuan 3. Kaitkan imbalan dengan

    kinerja

    Balanced

    Scorecard

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-13

    1. Menciptakan nilai bagi para pemegang saham dengan manajemen keuangan

    yang tepat guna.

    2. Menciptakan nilai bagi pelanggan melalui strategi pemasaran yang responsif

    terhadap kebutuhan dan harapan pelanggan.

    3. Menciptakan nilai bagi masa depan, melalui penciptaan iklim kerja yang

    kondusif.

    4. Bekerja secara efisien dan efektif dengan mengacu pada proses bisnis yang

    memungkinkan kerjasama yang sinergistik.

    Adapun beberapa manfaat dari balanced scorecard ditinjau dari keempat

    perspektif yaitu:

    1. Perspektif finansial.

    Memberikan gambaran ringkas mengenai konsekuensi ekonomi dari tindakan

    strategis yang diambil perusahaan.

    2. Perspektif pelanggan.

    Memberikan kepuasan dan nilai tinggi kepada pelanggan, sehingga pelanggan

    lama tetap setia dan pelanggan baru bertambah secara berkesinambungan.

    3. Perspektif proses bisnis internal.

    Menjaga adanya proses bisnis yang memungkinkan perusahaan menjaga

    efisiensi dan produktivitas proses operasi dengan memanfaatkan teknologi

    terbaik dan cara-cara yang paling tepat, yang tersedia selama suatu kurun

    waktu tertentu.

    4. Perspektif belajar dan pertumbuhan.

    Menjamin agar perusahaan mampu beradaptasi dengan baik dan mampu

    melakukan perubahan sesuai dengan perubahan yang terjadi di lingkungan

    eksternalnya sehingga perusahaan mampu menempatkan diri sejajar dengan

    yang terbaik di bidang usahanya.

    Balanced scorecard berusaha untuk menggabungkan ukuran finansial dengan

    ukuran kinerja yang menjadi pendorong peningkatan kinerja di masa mendatang.

    Balanced scorecard nantinya mencakup segala aktivitas kritis yang berperan

    dalam penciptaan nilai tambah yang dilakukan oleh anggota yang terlibat

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-14

    dalam perusahaan. Hal penting lainnya adalah bahwa Balanced scorecard

    menerjemahkan visi, misi dan strategi perusahaan ke dalam tujuan yang terukur.

    balanced scorecard diharapkan menyeimbangkan pendekatan untuk tujuan

    pengukuran kinerja finansial yang mudah diukur dengan faktor-faktor pendorong.

    2.3.2 Empat Perspektif Dalam Balanced ScoreCard

    Balanced scorecard sebagai salah satu model yang digunakan dalam

    pengukuran kinerja mempunyai empat sudut pandang (perspektif) meliputi

    perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal serta

    perspektif belajar dan pertumbuhan sebagai berikut:

    1. Perspektif Keuangan (financial),

    Aspek penilaian keuangan atau financial adalah sejauh mana perusahaan

    dapat memperoleh atau meningkatkan laba dari keseluruhan proses pemanfaatan

    dari input-input yang ada (Kaplan & Norton, 1996). Balanced scorecard

    perspektif finansial tetap menjadi perhatian, karena ukuran keuangan merupakan

    suatu ikhtiar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi, yang disebabkan oleh

    keputusan dan tindakan ekonomi yang diambil. Pengukuran kinerja keuangan

    menunjukkan apakah perencanaan, implementasi dan pelaksanaan dari strategi

    memberikan perbaikan yang mendasar. Perbaikan ini tercermin dalam sasaran

    yang secara khusus berhubungan dengan keuntungan yang terukur, baik berbentuk

    gross operating income, return on invesment atau bahkan yang terakhir economic

    value added. Penentuan tolak ukur keuangan diawali dengan penentuan posisi

    strategi perusahaan pada daur hidup bisnis (Kaplan & Norton, 1996), yaitu:

    a. Growth (pertumbuhan).

    Perkembangan produk atau jasa dari perusahaan, sehingga daya dan upaya

    untuk mendukung perkembangan ini dikerahkan dengan begitu besar. Pengukuran

    kinerjanya sudah selayaknya dilihat dari seberapa banyak hasil dan upaya atau

    tingkat dari perkembangan ini.

    Pada tahap ini perusahaan memiliki produk atau jasa yang secara signifikan

    memiliki tingkat pertumbuhan yang baik sekali atau paling tidak memilki potensi

    untuk berkembang. Menciptakan potensi ini, manajer terikat komitmen untuk

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-15

    mengembangkan suatu produk atau jasa baru, membangun dan mengembangkan

    fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem

    infrastruktur. Perusahaan pada tahap ini secara aktual beroperasi dengan cashflow

    yang negatif dan tingkat pengembalian atas modal yang rendah. Investasi yang

    ditanam untuk kepentingan masa depan sangat mungkin memakan biaya yang

    lebih besar dibandingkan dengan jumlah dana yang mampu dihasilkan dari basis

    operasi, dengan produk, jasa dan konsumen yang terbatas. Sasaran keuangan dari

    tahap ini seharusnya menekankan pengukuran pada tingkat pertumbuhan revenue

    atau penjualan dalam pasar yang ditargetkan.

    b. Sustain (menopang atau bertahan).

    Perusahaan untuk tetap survive terhadap pangsa pasar yang telah

    dimilikinya. Aktivitas yang dilakukan untuk menyempurnakan kelemahan

    (weakness) dari yang ada. Penggunaan tolak ukur return on invesment, return on

    acpitak employee ataupun economic value added.

    Pada tahap ini perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan

    mempersyaratkan tingkat pengambalian yang terbaik. Pada tahap ini, perusahaan

    berusaha mempertahankan pangsa pasar yang ada dan berusaha

    mengembangkannya. Investasi yang dilakukan diarahkan untuk menghilangkan

    kemacetan, mengembangkan kapasitas dan meningkatkan perbaikan operasional

    secara konsisten.

    Pada tahap ini perusahaan tidak lagi bertumpu pada strategi jangka panjang.

    Sasaran keuangan pada tahap ini lebih diarahkan pada besarnya tingkat

    pengembalian atas investasi.

    c. Harvest (memanen).

    Titik jenuh yang dialami perusahaan pada produksi produk maupun jasanya.

    Perilaku yang muncul adanya upaya efisiensi untuk memaksimumkan arus kas

    yang masuk. Tolak ukurnya yaitu berapa besar kas arus yang masuk dari kegiatan

    operasi perusahaan dan tingkat penurunan kebutuhan modal kerja.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-16

    Pada tahap ini perusahaan tidak lagi melakukan investasi lebih jauh, kecuali

    untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas, tidak melakukan ekspansi atau

    membangun kemampuan baru. Tujuan utama pada tahap ini untuk

    memaksimumkan arus kas masuk ke perusahaan.

    Pada setiap tahap di dalam siklus perusahaan, perlu tolak ukur keberhasilan

    yang berbeda pula. Dalam perspektif keuangan ini, terdapat tiga tema yang biasa

    menjadi acuan sebagian besar perusahaan, yaitu:

    1. Pertumbuhan dan kombinasi pendapatan,

    2. Reduksi biaya atau pertumbuhan produktivitas,

    3. Utilitas aset atau strategi investasi,

    Pada setiap tahap di dalam siklus hidup perusahaan tersebut, perlu tolak ukur

    keberhasilan finansial yang berbeda pula. Ketiga tema diatas mewakili setiap

    usaha yang dilakukan perusahaan demi tercapainya target finansial yang

    ditetapkan.

    Pada perspektif pertama ini ada beberapa rumus yang harus dimengerti dan

    dipahami,berhubungan dengan laporan finansial perusahaan, dimana menganalisis

    laporan finansial perusahaan dapat menggunakan analisa rasio. Rasio dapat

    dihitung berdasarkan financial statement, yaitu:

    1. Neraca, posisi finansial perusahaan pada kurun waktu tertentu.

    2. Rugi laba, merupakan laporan operasi perusahaan selama periode tertentu.

    Tujuan analisis rasio membantu pimpinan perusahaan untuk memahami apa

    yang perlu dilakukan (yang berkaitan dengan perspektif finansial), berdasarkan

    informasi yang tersedia dan bersifat terbatas berasal dari finansial statement.

    Pimpinan perusahaan untuk membuat keputusan dan mempertimbangkan tentang

    pengelolaan dana perusahaan yang baik sehingga dapat menunjang tercapainya

    visi, misi dan tujuan perusahaan.

    2. Perspektif Pelanggan (customer),

    Bagian ini merupakan sumber pendapatan perusahaan yang merupakan salah

    satu komponen dari sasaran keuangan perusahaan. Pada saat sekarang ini setiap

    perusahaan tidak dapat mengabaikan perspektif pelanggan ini, karena konsumen

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-17

    mempunyai begitu banyak pilihan untuk setiap jenis produk atau jasa. Dalam

    persaingan industri yang sangat ketat ini, perusahaan dituntut untuk menciptakan

    dan menyajikan suatu produk atau jasa yang bernilai bagi konsumen jika manfaat

    yang diberikan oleh suatu produk atau jasa secara relatif lebih tinggi dari biaya

    yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk atau jasa tersebut. Suatu produk

    semakin bernilai apabila kinerjanya semakin mendekati atau bahkan melebihi dari

    apa yang diharapkan dan dipersepsikan oleh konsumen.

    Potential customers (bakal pelanggan) tidak sama, pelanggan memiliki

    perbandingan dari nilai yang berbeda-beda terhadap atribut produk atau jasa. Di

    lain pihak perusahaan memiliki keterbatasan untuk memuaskan seluruh potential

    customer-nya. Perusahaan perlu membuat segmentasi pasar yang paling mungkin

    untuk dilayani dengan cara terbaik berdasarkan kemampuan dan sumber daya

    yang ada dalam perusahaan.

    Pada perspektif ini, para manajer mengidentifikasikan segmen pasar dan

    konsumen dimana unit kerja akan saling bersaing dan tolak ukur yang dipakai

    untuk mengukur segmen yang diinginkan. Ada dua kelompok pengukuran yang

    terdapat dalam perspektif pelanggan ini yaitu core measurement, dalam kelompok

    ini terdapat lima tolak ukur, dimana kelima tolak ukur ini pada dasarnya

    merupakan pengukuran hasil akhir (gambar 2.5), yaitu:

    1. Market share (pangsa pasar), yang mengukur seberapa beasr porsi segmen

    pasar tertentu yang dikuasai oleh perusahaan,

    2. Customer acquistion (tingkat perolehan pelanggan baru), mengukur seberapa

    banyak perusahaan berhasil menarik pelanggan baru.

    3. Customer retention (kemampuan perusahaan mempertahankan pelanggan

    lama), mengukur sseberapa besar perusahaan mempertahankan pelanggan

    lama.

    4. Customer saticfaction (tingkat kepuasan pelanggan), mengukur seberapa jauh

    para pelanggan merasa puas terhadap layanan perusahaan.

    5. Customer profitability (tingkat profitabilitas pelanggan), mengukur seberapa

    besar keuntungan yang berhasil diraih perusahaan dari penjualan prosuk atau

    jasa kepada para pelanggan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-18

    Kelompok yang kedua adalah customer value proposition (kelompok penunjang),

    yang menggambarkan performance driven (pemicu kinerja). Pemicu kinerja

    mengukur nilai yang dapat disampaikan perusahaan kepada konsumennya.

    Gambar 2.5 Core measurement group Sumber: Kaplan dan Norton, 2000

    Value proposition menggambarkan atribut yang disajikan perusahaan dalam

    produk atau jasa yang dijual untuk meng-create loyalitas dan kepuasan pelanggan

    (gambar 2.6). Tingkat Perbaikan value proposition yaitu konsep kunci untuk

    penentu dari core measurement dan tingkatan kepuasan, akuisisi dan pangsa

    pasar. Atribut yang digunakan perusahaan dibedakan dalam tiga kategori, yaitu:

    1. Product atau service atributes (atribut-atribut produk) meliputi fungsi dari

    produk atau jasa, harga dan kualitasnya serta mutu dari produk. Persepsi

    konsumen bisa berbeda-beda, ada konsumen yang mengutamakan fungsi

    produk, penyampaian yang tepat waktu dan harga yang murah. Di lain pihak

    ada konsumen yang mau membayar pada tingkat harga yang tinggi untuk ciri

    dan atribut dari barang yang dibelinya. Sedangkan tolak ukur atribut produk

    adalah tingkat harga eceran relatif (tingkat harga dibandingkan pesaing),

    tingkat daya guna produk (seberapa jauh produk yang telah dibeli berdaya

    guna bagi konsumen).

    2. Customer relationship (hubungan dengan pelanggan) menyangkut perasaan

    pelanggan terhadap proses pembelian, perasaan konsumen ini dipengaruhi

    oleh tingkat responsibilitas dan komitmen perusahaan terhadap pelanggan.

    Market

    Customer

    retention

    Customer

    satisfaction

    Customer

    acquistion Customer

    profitability

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-19

    Tolak ukur yang termasuk dalam customer relationship atas tingkat

    ketersediaan produk yang diinginkan dan diperlukan oleh pelanggan,

    fleksibilitas perusahaan dalam memenuhi keinginan dan keperluan pelanggan,

    penampilan fisik dan mutu layanan yang diberikan.

    3. Image dan reputation (citra dan reputasi) perusahaan beserta produknya di

    mata para pelanggannya dan masyarakat konsumen. Image dan reputasi

    menggambarkan faktor intangible yang menarik seorang konsumen untuk

    berhubungan dengan perusahaan. Membangun image dan reputasi dapat

    dilakukan dengan menjaga kualitas melalui iklan.

    Gambar 2.6 Customer value proposition Sumber: Kaplan dan Norton, 2000

    3. Perspektif proses bisnis internal (Internal business process),

    Terdapat dua hal yang membedakan antara penggunaan pengukuran

    kinerja organisasi dengan the balanced scorecard dengan pengukuran kinerja

    organisasi konsep pengukuran tradisional, yaitu:

    a. Pendekatan pengukuran dengan konsep tradisional berusaha untuk mengawasi

    proses bisnis yang sudah ada sekarang ini, sebaliknya pendekatan dengan BSC

    memunculkan semua proses untuk mendukung tercapainya strategi

    perusahaan, meskipun proses ini belum terealisasikan.

    b. Pendekatan BSC adanya proses inovasi yang tercantum dalam proses bisnis

    internal, sedangkan pengukuran pendekatan konsep tradisional hanya

    Product / service

    atributes

    Value = + Image + Relationship

    Quality Time Functionality Price

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-20

    terpusatkan pada bagaimana cara menjual dengan cepat barang atau jasa yang

    diproduksinya kepada pelanggannya.

    Sangat jelas pada point kedua tentang konsep tradisional bahwa perusahaan

    berorientasi pada profitnya, bukan memperhatikan bagaimana menjalin hubungan

    akrab dengan konsumen atau pelanggannya. Pendekatan konsep tradisional sangat

    tertumpu pada orientasi memperoleh profit yang diharapkan dan sangat besar

    (orientasi profit jangka pendek), proyek profitnya tidak mengena pada sasarannya,

    para manajer melakukan perubahan mikro saja, dan yang lebih mengenaskan lagi,

    bahwa langkah yang digunakannya itu tidak memperhitungkan atau

    memperhatikan langgannya, demi mengejar tareget jangka pendeknya.

    Masing-masing perusahaan memiliki seperangkat proses penciptaan nilai yang

    unik bagi konsumennya. Secara umum Kaplan & Norton dalam BSC, membagi

    pengukuran dalam perspektif proses bisnis internal ini menjadi tiga bagian prinsip

    dasar ( gambar 2.7), yaitu:

    1. Inovasi, tahap ini juga disebut kegiatan mengidentifikasikan keperluan yang

    sedang bergejolak ataupun yang masih bersifat keinginan potensial saja dari

    para pelanggannya, serta kegiatan untuk menciptakan suatu produk ataupun

    jasa yang diperlukan oleh para pelanggannya.

    2. Operasi, tahapan operasi menyangkut tindakan nyata untuk memenuhi

    keperluan pelanggan yaitu saat menerima order dari pelanggan. Sehingga ada

    dua hal yang penting yang dilakukan oleh perusahaan, yaitu:

    a. Proses pembuatan produk atau jasa, pada proses ini harus memperhitungkan

    adanya aspek kualitas, aspek biaya dan aspek waktu.

    b. Proses penyampaian produk atau jasa tersebut kepada pelanggannya. Proses

    ini disebut sebagai aplikasi pemasaran.

    3. Layanan purna jual, kegiatan pemberian jaminan purna jual dan reparasi

    penanganan terhadap cacat produk dan pengembalian, dan pemrosesan

    pembayaran. Lama waktu penyelesaian, pengaduan pelanggan karena gagal

    produk atau jasa dapat digunakan sebagai tolak ukurnya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-21

    Gambar 2.7 Prinsip dalam perspektif bisnis internal Sumber: Kaplan dan Norton, 2000

    Pada perspektif ini, dapat mengidentifikasikan internal business process

    yang kritis, yang ditingkatkan.Proses-proses ini memungkinkan bisnis, yaitu:

    1. Mengantarkan proposisi nilai yang menarik dan mempertahankan konsumen

    pada target segmen yang ditetapkan.

    2. Memberikan kepuasan pada para pemegang saham untuk mendapatkan

    keuntungan finansial.

    Secara umum tolak ukur dalam perspektif ini memfokuskan pada proses

    internal yang memberikan dampak yang paling besar pada kepuasan konsumen

    dan mencapai tujuan finansial dari organisasi. Jelasnya urut-urutan dalam proses

    bisnis unternal dapat dilihat pada gambar 2.8.

    Design

    Develop

    Make

    Market

    Service

    Inovation Operation

    Need

    satisfied

    Customer Customer

    need

    satisfied

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-22

    Gambar 2.8 Proses bisnis internal Sumber: Kaplan dan Norton, 2000

    4. Perspektif proses belajar dan pertumbuhan (learning and growth).

    Perspektif keempat dari balanced scorecard yaitu perspektif proses belajar

    dan pertumbuhan proses untuk mengidentifikasikan infrastruktur dari organisasi

    yang dibangun untuk menghasilkan pertumbuhan dan perbaikan jangka panjang.

    Ketiga perspektif sebelumnya mengidentifikasikan faktor yang paling kritis untuk

    periode sekarang dan masa mendatang.

    Proses belajar dan pertumbuhan organisasi bersumber dari tiga prinsip yaitu

    people, system dan organizational procedur. Tujuan dari perspektif ini mendorong

    perusahaan untuk menjadi organisasi yang terus menerus belajar serta untuk lebih

    meningkatkan kemampuan perusahaan untuk dapat berkembang. Tolak ukur dari

    perspektif belajar dan pertumbuhan ini dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

    1. Kemampuan pegawai yang juga bermakna pergeseran secara radikal fungsi dan

    tanggungjawab karyawan yang menjadi perhatian terdiri dari tingkat kepuasan

    kerja pegawai, tingkat perputaran pegawai, besarnya pendapatan perusahaan

    Identifikasi

    kebutuhan

    konsumen

    Identifikasi

    pasar

    Pelayanan

    pasca jual

    Memproduksi

    produk

    Menciptakan

    produk

    Menyerahkan

    produk

    Proses Inovasi

    Proses Operasi

    Kebutuhan

    constumer

    terpusat Layanan pasca jual

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-23

    per pegawai, nilai tambah per pegawai yang menyangkut tentang pegawai atau

    pekerjaannya.

    2. Kemampuan dari sistem informasi seberapa banyak informasi yang perlu,

    tingkat ketepatan informasi yang diperlukan, tingkat informasi yang tersedia

    dan jangka waktu untuk memperoleh informasi ini.

    3. Motivasi bahan pertimbangan dalam jumlah saran pegawai yang mengetahui

    visi dan tujuan perusahaan.

    Idealnya perusahaan tidak mempertahankan kinerja relatif, tetapi

    memperbaiki secara terus menerus. Perbaikan secara terus menerus ini dicapai

    apabila perusahaan melibatkan secara langsung terkait dalam proses bisnis

    internal. Kaitannya dengan para pekerja, ada tiga hal yang perlu ditinjau oleh

    manajemen, yaitu:

    1. Tingkat kepuasan karyawan, merupakan prakondisi dari tingkat produktivitas

    tanggungjawab, kualitas dan costumer service.Mengetahui tingkat kepuasan

    pekerja, perusahaan perlu melakukan survei secara reguler. Beberapa elemen

    employee satisfaction, adalah:

    a. Keterlibatan dalam pengambilan keputusan.

    b. Pengakuan.

    c. Akses untuk memperoleh informasi.

    d. Dorongan aktif untuk melakukan kreativitas dan inisiatif.

    e. Dukungan atasan.

    2. Retensi pekerja, kemampuan perusahaan untuk mempertahankan pekerja

    terbaiknya untuk terus berada di perusahaannya. Perusahaan yang melakukan

    investasi dalam sumber daya manusianya akan sia-sia apabila tidak dapat

    mempertahankan pegawainya untuk seterusnya berada dalam perusahaan.

    3. Tingkat produktivitas kerja, merupakan hasil dari pengaruh agregat dan

    peningkatan keahlian dan moral, inovasi perbaikan proses internal dan tingkat

    kepuasan konsumen. Tujuannya untuk menghubungkan output yang dihasilkan

    para pekerja terhadap jumlah keseluruhan pekerja.

    Hubungan dari ketiga hal mengenai para pekerja di atas dapat dilihat pada

    gambar 2.9.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-24

    Gambar 2.9 Hubungan kategori-kategori dalam kemampuan karyawan Sumber: Kaplan dan Norton, 2000

    2.3.3 Hubungan Keempat Perspektif Dalam Balance Scorecard

    Strategi yang ada dalam balanced scorecard merupakan satu set hipotesis

    tentang hubungan sebab akibat yang ada menuju tercapainya visi, misi serta

    tujuan perusahaan. Sistem pengukuran yang dikembangkan harus berhubungan

    satu dengan yang lain, masing-masing indikator keberhasilan yang ada. Hubungan

    tersebut disebut secara eksplisit sehingga sistem pengukuran tersebut dapat diatur

    dengan baik. Selain itu, maka hubungan ini sekaligus menjadi alat validasi dari

    balanced scorecard (Kaplan & Norton, 1996).

    Selanjutnya, balanced scorecard harus mampu menceritakan tentang strategi

    yang dikembangkan oleh perusahaan. Sebabnya balanced scorecard sering

    dikatakan sebagai instrumen manajemen strategis, berarti instrumen pengukuran

    saja, tetapi menjadi alat manajemen yang ampuh mencapai tujuan dari strategi

    yang dikembangkan oleh perusahaan.

    Balanced scorecard bukanlah sekumpulan ukuran kinerja yang terpisah satu

    sama lain. Ukuran-ukuran key success factors dalam balanced scorecard terdiri

    atas serangkaian sasaran dan ukuran yang konsisten dan saling menguatkan

    diantara keempat aspek. Jadi, antara ukuran kinerja tersebut tidak saling trade-off.

    Variabel selalu menunjukkan sebab akibat (gambar 2.10),

    Result

    Employee

    Productivity

    Employee

    satisfaction

    Customer

    acquistion

    Technology

    infrastructure

    Climate

    action

    Staff

    competency

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-25

    Hubungan tersebut juga penting artinya bagi keberadaan aspek finansial dalam

    kontek pengukuran kinerja. Laporan keuangan dan ukuran kinerja finansial selalu

    mengingatkan manajemen, bahwa peningkatan kualitas, respon, produktivitas dan

    produk baru merupakan cara bukan tujuan akhir. Peningkatan kinerja tersebut

    baru dikatakan punya arti penting, jika meningkatkan penjualan, menurunkan

    biaya operasi dan mempertinggi penggunaan aset,

    Gambar 2.10 Hubungan kausial antar perpektif Sumber: Kaplan dan Norton, 2000

    Keterangan :

    ROCE : Return On Capital Employee

    2.3 ANALITYC HIERARCHY PROCESS (AHP)

    Analytic Hierarchy proses merupakan salah satu model yang akan

    digunakan untuk pembobotan (scoring system) dalam pengukuran kinerja.

    2.4.1 Kegunaan Analityc Hierarchy Process

    Pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah dalam hal

    perencanaan, penentuan alternatif, penyusunan prioritas, pemilihan kebijakan,

    alokasi sumber daya, penentuan keperluan, peramalan hasil, perencanaan hasil,

    perencanaan sistem, pengukuran performansi, optimasi dan pemecahan

    konflik.Kelebihan dari metode AHP dalam pengambilan keputusan, yaitu:

    ROCE

    Customer Loyality

    On time Delivery

    Process Quality Process Cycle Time

    Employee Skills

    Financial

    Customer

    Learning and Growth

    Internal business

    Process

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-26

    1. Menyelesaikan permasalahan yang komplek, dan strukturnya tidak beraturan,

    bahkan permasalahannya yang tidak terstruktur sama sekali.

    2. Kurang lengkapnya data tertulis atau data kuantitatif mengenai permasalahan

    tidak mempengaruhi kelancaran proses pengambilan keputusan karena

    penilaian merupakan sintesis pemikiran berbagai sudut pandang responden.

    3. Sesuai dengan kemampuan dasar manusia dalam menilai suatu hal sehingga

    memudahkan penilaian dan pengukuran elemen.

    4. Metode dilengkapi dengan pengujian konsistensi sehingga memberikan

    jaminan keputusan yang diambil.

    Kelebihan di atas terdapat beberapa kesulitan dalam menerapkan metode

    AHP ini. Apabila kesulitan ini tidak diatasi, maka menjadi kelemahan dari metode

    AHP dalam pengambilan keputusan, yaitu:

    1. AHP tidak dapat diterapkan pada suatu perbedaan sudut pandang yang sangat

    tajam atau ekstrim di kalangan responden.

    2. Responden yang dilibatkan harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang

    cukup tentang permasalahan serta metode AHP

    2.4.2 Prinsip Pokok Analytic Hierarchy Process (AHP)

    Pengambilan keputusan dalam metodologi AHP didasarkan atas 3 (tiga)

    prinsip dasar (Saaty, 1994), yaitu:

    1. Penyusunan Hirarki.

    Penyusunan hirarki permasalahan merupakan langkah untuk mendefinisikan

    masalah yang rumit dan komplek, sehingga menjadi jelas dan rinci. Keputusan

    yang diambil ditetapkan sebagai tujuan dijabarkan menjadi elemen yang lebih

    rinci hingga mencapai suatu tahapan yang paling operasional atau terukur. Hirarki

    tersebut memudahkan pengambil keputusan untuk memvisualisasikan

    permasalahan dan faktor terkendali dari permasalahan tersebut. Hirarki keputusan

    disusun berdasarkan pandangan dari pihak-pihak yang memiliki keahlian dan

    pengetahuan di bidang yang bersangkutan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-27

    2. Penentuan Prioritas.

    Prioritas dari elemen pada hirarki dipandang sebagai bobot atau kontribusi

    elemen tersebut terhadap tujuan yang dicapai dalam pengambilan keputusan.

    Metode AHP berdasarkan pada kemampuan dasar manusia untuk memanfaatkan

    informasi dan pengalamannya untuk memperkirakan pentingnya satu hal

    dibandingkan dengan relatif melalui proses membandingkan hal-hal berpasangan.

    Proses inilah yang disebut dengan metode perbandingan berpasangan (pairwise

    comparison) untuk menganalisis prioritas elemen dalam hierarki. Prioritas

    ditentukan berdasarkan pandangan dan penilaian para ahli dan pihak yang

    berkepentingan terhadap pengambilan keputusan, baik dengan diskusi atau

    kuesioner.

    3. Konsistensi Logika.

    Prinsip pokok yang menentukan kesesuaian antara definisi konseptual

    dengan operasional data dan proses pengambilan keputusan adalah konsistensi

    jawaban dari para responden. Konsistensi tersebut tercermin dari penilaian elemen

    dari perbandingan berpasangan. Dalam menggunakan ketiga prinsip tersebut,

    AHP menyatukan dua aspek pengambilan keputusan, yaitu:

    1. Secara kualitatif AHP mendefinisikan permasalahan dan penilaian untuk

    mendapatkan solusi permasalahan.

    2. Secara kuantitatif AHP melakukan perbandingan secara numerik dan penilaian

    untuk mendapatkan solusi permasalahan.

    2.4.3 Langkah Dan Prosedur AHP

    Sebelum melakukan prosedur AHP maka diperlukan tahapan sistematis

    dalam penyusunan AHP, yaitu:

    1. Penyusunan struktur hirarki masalah.

    Hirarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan

    dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat dalam sistem.

    Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk diselesaikan karena proses

    pemecahannya tanpa memandang masalah sebagai suatu sistem dengan struktur

    tertentu.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-28

    Pada tingkat tertinggi dari hirarki, dinyatakan tujuan, sasaran dari sistem

    yang dicari penyelesaian masalahnya. Tingkat berikutnya merupakan penjabaran

    dari tujuan tersebut. Hirarki dalam Metode AHP merupakan penjabaran elemen

    yang tersusun dalam beberapa tingkat, dengan setiap tingkat mencakup beberapa

    elemen homogen. Sebuah elemen menjadi kriteria dan patokan bagi elemen-

    elemen yang berada di bawahnya.

    Kriteria yang dibentuk sesuai dengan tujuan permasalahan, maka kriteria-

    kriteria tersebut harus memiliki sifat (Brodjonegoro dan Utama, 1992), sebagai

    berikut:

    1. Minimum.

    Jumlah kriteria diusahakan optimal untuk memudahkan analisis.

    2. Independen.

    Setiap kriteria tidak saling tumpang tindih dan dihindarkan pengulangan

    kriteria untuk maksud yang sama.

    3. Lengkap.

    Kriteria harus mencakup seluruh aspek penting dalam permasalahan.

    4. Operasional.

    Kriteria dapat diukur dan dianalisis, baik secara kuantitatif maupun kualitatif

    dan dapat dikomunikasikan.

    Dalam menyusun suatu hirarki tidak terdapat suatu pedoman tertentu yang diikuti.

    Hirarki tersebut tergantung pada kemampuan penyusun dalam memahami

    permasalahan.

    1. Penyusunan prioritas.

    Setiap tahapan dalam proses pembobotan menggunakan AHP mempunyai

    prioritas yang menentukan ukuran atau bobot setiap elemen yang diukur yaitu:

    a. Relative measurement.

    Setiap elemen yang terdapat dalam hirarki dapat diketahui bobot relatifnya

    satu sama lain. Tujuannya untuk mengetahui tingkat kepentingan pihak yang

    berkepentingan dalam permasalahan terhadap kriteria dan struktur hirarki atau

    sistem secara keseluruhan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-29

    Penentuan prioritas kriteria untuk menyusun perbandingan berpasangan,

    yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh kriteria untuk setiap sub

    sistem hirarki. Perbandingan tersebut kemudian ditransformasikan dalam bentuk

    matriks perbandingan berpasangan untuk analisis numerik.

    Misalkan terdapat suatu sub sistem hirarki dengan kriteria C dan sejumlah n

    alternatif dibawahnya, Ai sampai An. Perbandingan antar alternatif untuk sub

    sistem hirarki itu dapat dibuat dalam bentuk matriks n x n, seperti pada tabel 2.1.

    Tabel 2.1 Matriks perbandingan berpasangan

    C A1 A2 A3 An

    A1 A2 A3

    An

    a11 a21 a31

    an1

    a12 a22 a32

    an2

    a13 a23 a33

    an3

    a1n a2n a3n

    ann Sumber: Saaty, 1994

    Nilai a11 adalah nilai perbandingan elemen A1 (baris) terhadap A1 (kolom)

    yang menyatakan hubungan, yaitu:

    (1). Seberapa jauh tingkat kepentingan A1 (baris) terhadap kriteria C dibandingkan

    dengan A1 (kolom) atau,

    (2). Seberapa jauh dominasi Ai (baris) terhadap Ai (kolom) atau,

    (3). Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada A1 (baris) dibandingkan dengan

    A1 (kolom).

    Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari skala

    perbandingan yang disebut Saaty pada tabel 2.2. Apabila bobot kriteria Ai adalah

    Wi dan bobot elemen Aj adalah Wj maka skala dasar 1-9 yang disusun Saaty

    mewakili perbandingan Wi/Wj/1. Angka absolut pada skala tersebut merupakan

    pendekatan yang amat baik terhadap perbandingan bobot elemen A1 terhadap

    elemen Aj.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-30

    Tabel 2.2 Skala penilaian perbandingan

    Tingkat

    Kepentingan

    Definisi Keterangan

    1 Sama

    pentingnya

    Kedua elemen mempunyai pengaruh yang

    sama.

    3 Sedikit lebih

    penting

    Pengalaman dan penilaian sangat

    memihak satu elemen dibandingkan

    dengan pasangannya.

    5 Lebih penting

    Satu elemen sangat disukai dan secara

    praktis dominasinya sangat nyata,

    dibandingkan dengan elemen

    pasangannya.

    7 Sangat

    penting

    Satu elemen terbukti sangat disukai dan

    secara praktis dominasinya sangat nyata,

    dibandingkan dengan elemen

    pasangannya.

    9 Mutlak lebih

    penting

    Satu elemen terbukti mutlak lebih disukai

    dibandingkan dengan pasangannya, pada

    tingkat keyakinan tertinggi.

    2,4,6,9 Nilai tengah

    Diberikan bila terdapat keraguan penilaian

    di antara dua tingkat kepentingan yang

    berdekatan.

    Aji=1/aij Kebalikan Diberikan apabila elemen pada kolom j

    lebih disukai dibandingkan pasangannya.

    Sumber: Saaty, 1994

    Saat menyusun angka-angka absolut sebagai skala penilaian berdasarkan

    kemampuan manusia untuk menilai secara kualitatif, yaitu melalui ungkapan

    sama, lemah, kuat, amat kuat, dan absolut atau ekstrim.

    b. Eigenvalue dan eigenvector.

    Misalkan suatu persepsi untuk setiap perbandingan antara kriteria yang

    berada dalam satu level atau yang dapat diperbandingkan maka mengetahui

    kriteria mana yang paling disukai atau paling penting, disusun sebuah matriks

    perbandingan. Bentuk matriks ini adalah simetris atau biasa disebut dengan

    matriks bujur sangkar. Apabila ada tiga kriteria yang dibandingkan dalam satu

    level matriks maka matriks yang terbentuk adalah matriks 3 x 3. Ciri utama dari

    matriks perbandingan yang dipakai model AHP adalah kriteria diagonalnya

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-31

    dari kiri atas ke kanan bawah adalah satu karena yang dibandingkan adalah

    dua kriteria yang sama. Matriks perbandingan yang dibentuk bersifat matriks

    resiprokal misalnya kriteria A lebih disukai dengan skala 3 dibandingkan kriteria

    B maka kriteria B lebih disukai dengan skala 1/3 dibandingkan A.

    Setelah matriks perbandingan untuk sekelompok kriteria telah selesai

    dibentuk maka langkah berikutnya adalah mengukur bobot prioritas setiap kriteria

    tersebut dengan dasar persepsi seorang ahli yang dimasukan dalam matriks

    tersebut. Hasil akhir perhitungan bobot prioritas tersebut merupakan suatu

    bilangan desimal di bawah satu dengan total prioritas untuk kriteria dalam satu

    kelompok sama dengan satu. Penghitungan bobot prioritas dipakai cara yang

    paling akurat untuk matriks perbandingan yaitu dengan operasi matematis

    berdasarkan operasi matriks dan vektor yang dikenal dengan nama Eigenvektor.

    Eigenvektor adalah sebuah vektor yang apabila dikalikan sebuah matriks

    hasilnya adalah vektor itu sendiri dikalikan dengan sebuah bilangan skalar atau

    parameter yang tidak lain adalah eigenvalue.

    w . w

    dengan,

    w: eigenvektor

    : eigenvalue

    : matriks bujursangkar

    Eigenvektor disebut sebagai vektor karakteristik dari sebuah matriks

    bujursangkar sedangkan eigenvalue merupakan akar karakteristik dari matriks

    tersebut. Metode ini yang dipakai sebagai alat pengukur bobot prioritas setiap

    matriks perbandingan dalam model AHP karena sifatnya lebih akurat dan

    memperhatikan semua interaksi antar kriteria dalam matriks. Kelemahan metode

    ini sulit dikerjakan secara manual terutama apabila matriksnya terdiri dari tiga

    kriteria atau lebih sehingga memerlukan bantuan program komputer untuk

    memecahkannya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user II-32

    c. Konsistensi.

    Salah satu asumsi utama model AHP yang membedakannya dengan model

    pengambilan keputusan lain dengan tidak adanya syarat konsistensi mutlak.

    Dengan model AHP yang memakai persepsi manusia sebagai inputnya maka

    ketidakkonsistenan mungkin terjadi karena manusia memiliki keterbatas