Peranan Sektor Pertanian Terhadap Pembangunan Ekonomi di Indonesia
-
Upload
haslita-nisa -
Category
Documents
-
view
20 -
download
1
description
Transcript of Peranan Sektor Pertanian Terhadap Pembangunan Ekonomi di Indonesia
A. Definisi
1. Pembangunan
Pembangunan adalah perubahan menuju pola-pola masyarakat yang
lebih baik dengan nilai-nilai kemanusiaan yang memungkinkan suatu
masyarakat mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap lingkungan
dan tujuan politiknya, juga memungkinkan warganya memperoleh
kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri. (Inayatullah, 1976)
2. Pembangunan Pertanian
Pembangunan Pertanian adalah suatu proses yang ditujukan untuk
selalu menambah produksi prtanian untuk menambah produksi
pertanian untuk tiap-tiap konsumen, yang sekaligus mempertinggi
pendapatan dan produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan
menambah modal dan skill untuk memperbesar turut campur
tangannya manusia di dalam perkembangan tumbuh-tumbuhan dan
hewan. (A.T. Mosher)
3. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi ialah usaha meningkatkan pendapatan
perkapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi
ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi,
penambahan pengetahuan, peningkatan ketrampilan, penambahan
kemampuan berorganisasi dan manajemen. (Sadono Sukirno, 2009)
Jadi kesimpulan definisi menurut kelompok kami
Pembangunan ada untuk melakukan perubahan menuju pola-pola masyarakat
yang lebih baik. Begitupun di bidang pertanian, pembangunan pertanian akan
mendorong produktivitas di suatu negara yang akan meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat. Dengan begitu pembangunan pertanian berperan
besar dalam pembangunan Ekonomi.
B. Peranan Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi
Menurut Lynn (2003) :
Pertanian memiliki kontribusi yang sangat besar kepada pembangunan
(Lynn, 2003). Kontribusi pertanian tersebut adalah:
1 | E k o n o m i P e m b a n g u n a n
1. Meningkatkan persediaan makanan.
2. Pendapatan dari ekspor.
3. Pertukaran tenaga kerja ke sektor industri.
4. Pembentukan modal.
5. Kebutuhan akan barang-barang pabrikan.
Menurut Kuznets (1964) :
Simon Kuznets merupakan pakar ekonomi aliran Keynesian, teori terkenal
dari guru besar Universitas Pensyvania dan Harvard ini adalah tentang
pertumbuan ekonomi dan efeknya terhadap distribusi pendapatan. Kuznets
adalah seorang ekonomi handal dan teliti, dan Ia adalah salahsatu peraih
Nobel dalam bidang ekonomi pada tahun 1971.
Menurut Kuznets (1964), Peranan Sektor Pertanian pertanian di negara
sedang berkembang (Low Developing Countries/LDCs) memiliki empat
kontribusi terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional,
yaitu kontribusi produk, pasar, faktor-faktor produks dan devisa.
1. Kontribusi Produk
Kontribusi produk dapat diartikan sebagai ketergantungan sektor-sektor
lain seperti industri dan jasa, dalam melakukan ekspansi atau perluasan
usaha terhadap pertumbuhan output sektor pertanian baik dalam sisi
permintaan maupun penawaran. Kontribusi produk sektor pertanian
terhadap pembangunan dapat dibagi ke dalam beberapa sub sektor, seperti
sub sektor bahan pangan, seperti padi, jagung, dan bahan makanan
lainnya. Sedangkan subsektor lain adalah sub sektor perkebunan dan
peternakan.
2. Kontribusi Pasar
Kontribusi pasar menjadikan sektor pertanian merupakan sumber penting
bagi pertumbuhan permintaan domestik bagi produk-produk dari sektor-
sektor ekonomi lainn. Kontribusi Pasar Kontribusi pasar untuk produk
pertanian dibandingkan sektor nonpertanian tergantung pada: Pertama,
dampak dari keterbukaan ekonomi dimana pasar domestik juga diisi
dengan barang-barang impor. Jenis teknologi yang digunakan di sektor
pertanian yang menetukan tingkat mekanisasi dan modernisasinya.
2 | E k o n o m i P e m b a n g u n a n
3. Kontribusi Faktor-Faktor Produksi
Dalam konteksi ini, pertanian merpakan sumber modal untuk investasi di
sektor-sektor ekonomi lainnya. Dimana dalam proses pembangunan
ekonomi terjadi transfer surplus tenaga kerja dari pertanian (pedesaan) ke
industri dan sektor-sektor perkotaan lainnya. Kontribusi faktor-faktor
produksi di ukur dengan produktivitas. Jika sektor pertanian mengalami
kelebihan supply tenaga kerja, maka ada kecenderungan mereka beralih ke
sektor industri. Hal ini mengakibatkan produktivitas di sektor pertanian
semakin menurun digantikan oleh peran sektor industri yang makin
meningkat. Untuk meningkatkan kontribusi sektor pertanian harus terjadi
surplus di sektor pertanian dengan cara meningkatkan kinerja (teknologi,
infrastruktur, SDM), meningkatakan permintaan di mana mereka mampu
meningkatkan sisi permintaan, serta nilai tukar antara produk pertanian
dan non pertanian.
4. Kontribusi Devisa
Dalam percaturan internasional, dimana salahsatu aktivitasnya adalah
melaksanakan perdagangan internasional, maka sektor pertanian menjadi
salahsatu kontributor bagi pembangunan ekonomi sebuah negara dalam
menghasilkan devisa baik melalui penjualan komoditas, produk pertanian
maupun melalui pengiriman tenaga kerja dibidang pertanian. Neraca
perdagangan pertanian yang positif (surplus) dapat menjadi perseden baik
bagi pembangunan ekonomi nasional.
Secara Umum
Sektor pertanian dlm pembangunan ekonomi. Peran pertanian sebagai :
1. Pemasok bahan pangan dan bahan baku
Pertanian adalah unit produksi biologis primer berbasis lahan. Output
utama pertanian adalah bahan pangan dan serat. Dewasa ini pertanian
dikembangkan sebagai pemasok sumber bioenergi.
Implikasi permasalahan → persaingan kepentingan: pangan vs bahan
baku
industri vs bahan baku bioenergi
3 | E k o n o m i P e m b a n g u n a n
Kendala utama → keterbatasan lahan
Perkembangan ilmu dan inovasi teknologi dalam bidang pertanian
menyebabkan
para petani meningkatkan pembelian input dari sektor non pertanian.
Permintaan akan jasa pemasaran off-farm seperti pendistribusian,
penyimpanan dan pengolahan mengalami peningkatan.
2. Sumber pendapatan nasional
Kuznets, 1961 dalam Ghatak, 1984:
Sektor pertanian mampu menghasilkan surplus atas neraca
pembayaran karena
sumbangannya terhadap ekspor maupun pengembangan produk
subtitusi impor.
3. Penyedia kesempatan kerja
Daya serap sektor pertanian terhadap tenaga kerja cukup besar.
Penyerapan TK sektor pertanian:
Tidak memerlukan kualifikasi keterampilan khusus dan level
pendidikan formal tertentu
Signifikan dalam jumlah
Dipengaruhi oleh man-land ratio
Perkembangan Angkatan Kerja dan Penyerapan Tenaga Kerja
menurut Sektor Tahun 2012-2014
4 | E k o n o m i P e m b a n g u n a n
4. Sumber investasi dan Penghasil devisa negara (ekspor)
sektor pertanian merupakan komoditi ekspor yang akan memperbesar devisa
negara. Negara-negara yang memiliki suberdaya yang rendah akan memenuhi
kebutuhan
(khususnya pangan) penduduknya melalui kegiatan perdagangan (impor).
C. Syarat-syarat Pembangunan Pertanian
Menurut A.T Mosher (1965) syarat-syarat pembanguna pertanian
jika pertanian akan dikembangkan dengan baik. Mosher mengelompokan
syarat-syarat pembangunan tersebut menjadi dua yaitu syarat-syarat
mutlak dan syarat-syarat pelancar.
Syarat-syarat mutlak menurut Mosher:
1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani
Pembanguna pertanian akan meningkatkan produksi hasil-hasil usaha
tani. Hasil-hasil ini akan dipasrkan dan dijual dengan harga yang
cukup tinggi untuk menutupi biaya dan tenaga yang telah dikeluarkan
para petani sewakti memproduksinya. Di dalam memasarkan hasil-
hasil pertanian tersebut, sistem pemasaran, dan kepercayaan para
petani pada sistem pemasaran tersebut.
2. Teknologi yang semestinya berkembang
“teknologi”pertanian berarti “cara bertani”. Di dalamnya termasuk
cara-cara bagaimana para petani menyebarkan benih, memelihara
tanaman dan memungut hasil serta memelihara ternak. Agar
pembanguan pertanian danap berjalan terus, haruslah selalu terjadi
perubahan. Apabila perubahan itu sendiri yang berhenti, maka
pembanguna pertanianpun terhenti
3. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal
Sebagian besar metode baru yang dapat meningkatkan produksi
pertanian memerlukan penggunaan bahn-bahan dan alat-alat produksi
yang khusus oleh para petani. Pembangan pertanian memerlukana
kesemua faktor tersebut di beberapa bagaian tempat dalam jumlah
5 | E k o n o m i P e m b a n g u n a n
yang cukup banyak untuk memenuhi keperluan tiap petani yang
mungkin mau menggunakannya.
4. Adanya perangsang produksi bagi petani
Faktor perangsang utama yang membuat petani bergairah untuk
meningkatkan produksinya adalah perngsang yang bersifat ekonomis.
Faktor perangsang tersebut adalah harga hasil produksi pertania yang
menguntukngakan, pembagian hasil yang wajar, dan tersedianya
barang-barang dan jasa yang ingin dibeli oleh pera petani untuk
keluarganya.
5. Tersedianya pengagkutan yang lancer dan kontinyu
Tanpa pengangkutan yang efisien dan murah, keempat syarat mutlak
laianya tidak dapat berjalan dengan efektif, karena produksi pertanian
harus tersebar luas. Oleh karena itu diperlukanya suatu jaringan
pengengkut yang bercabang luas.
Syarat-syarat pelancar menurut Mosher
1. Pendidikan Pembangunan
Pendidikan pembangunan di sini dititik beratkan pada pendidikan non
formal yaitu beruapa kursus-kursus, latihan-latihan, dan penyuluhan-
penyuluhan. Pendidikan pembangunan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan produkivitas petani.
2. Kredit Produksi
Untuk meningkatkan produksi, petani harus lebih banyak
mengeluarkan uang yang digunakan untuk membeli pupuk, bibit
unggul, obat-obatan, dan alat-alat lainnya. Pengeluaran ini harus
dibiayai oleh tabungan atau dengan meminjam. Oleh karena itu,
lembaga-lembaga prekreditan yang memberikan kredit produksi
kepada para petani merupakan suatu factor pelancar yang penting bagi
pembangunan pertanian.
3. Kegiatan gotong royong petani
Kegiatan gotong royong biasanya digunakan secara berkelompok dan
bersifat informal, hal ini didapatkan dari rasa kebersamaan dan rasa
memiliki.
6 | E k o n o m i P e m b a n g u n a n
4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian
Ada dua cara tambahan untuk mempercepat pembangunan pertanian
yaitu pertama, memperbaiki mutu tanah yang telah menjadi usaha
tani, misalnya dengan pupuk, irigasi, dan pengaturan pola tanam.
Kedua, mengusahakan tanah baru, misalnya pembukaan petak-petak
sawah baru.
5. Perencanaan nasional pembangunan pertanian
Perencanan pertanian adalah proses memutuskan apa yang hendak
dilakukan Pemerintah mengenai tiap kebijaksanaan dan kegiatan yang
mempengaruhi pembangunan pertanian selama jangka waktu tertentu.
D. Kebijaksnaan Pertanian di Indonesia
Snodgrass dan Wallace (1975) mendefenisikan kebijakan pertanian
sebagai usaha pemerintah untuk mencapai tingkat ekonomi yang lebih baik
dan kesejahteraan yang lebih tinggi secara bertahap dan kontinu melalui
pemilihan komoditi yang diprogramkan, produksi bahan makanan dan
serat, pemasaran, perbaikan structural, politik luar negeri, pemberian
fasilitas dan pendidikan.
Menurut Kementerian Pertanian
1. Kebijakan peningkatan ketahanan pangan (padi, jagung, kedelai, tebu,
sapi, cabai dan bawang merah) yang berdampak bagi perekonomian.
2. Kebijakan pengembangan komoditas ekspor dan substitusi impor serta
komoditas penyedia bahan baku bio‐energi.
3. Kebijakan peningkatan daya saing produk pertanian melalui
standarisasi produk dan proses, peningkatan rantai pasok, mutu dan
keamanan pangan
4. Kebijakan pengembangan infrastruktur (lahan, air, sarana dan
prasarana) dan agro‐industri di perdesaan, sebagai dasar / landasan
pengembangan bio‐industri berkelanjutan
5. Kebijakan re‐orientasi memproduksi dari satu jenis produk menjadi
multi produk (produk utama, bioenergi, produk sampingan, produk dari
limbah, zero waste dan lainnya).
7 | E k o n o m i P e m b a n g u n a n
6. Kebijakan pengembangan klaster/kawasan, yaitu pada kawasan
tertentu yang mengungkit pencapaian target nasional.
7. Kebijakan sistem perbenihan/pembibitan, perlindungan petani,
kelembagaan petani, inovasi dan diseminasi teknologi, penyuluhan, dan
kebijakan sistem perkarantinaan pertanian.
8. Kebijakan mendukung program tematik: MP3EI, MP3KI, PUG, KSS,
ketenagakerjaan, percepatan daerah tertinggal, kawasan khusus dan
wilayah perbatasan.
9. Adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta penanganan pasca
bencana alam
10. Kebijakan subsidi: (1) subsidi pupuk tetap diperlukan dengan cara
mengurangi pupuk tunggal, menaikan subsidi pupuk majemuk, (2) pupuk
organik tetap dikembangkan bukan dengan dukungan subsidi, tetapi
dialihkan menjadi kegiatan pengembangan pupuk organik, (3) subsidi
benih ditiadakan dan dialihkan menjadi kegiatan penguatan penangkar
benih/bibit.
11. Kebijakan kredit: (1) kredit ketahanan pangan akan terus dilanjutkan
untuk mendorong dn meningkatkan produksi dan produktivitas pangan
guna mendukung ketahanan pangan, (2) untuk lebih menjamin
teralokasinya kredit untuk pangan, maka plafon kredit dialokasikan
menurut subsektor, (3) untuk memecahkan kelangkaan tenaga kerja &
menjamin pengelolaan pangan skala luas, maka Kredit Mekanisasi
pertaniaan sangat diperlukan, (4) kegiatan sertifikasi tanah diperlukan.
Sehingga layak kredit
Menurut Monke dan Pearson (1989)
1. Kebijakan komoditi yang meliputi kebijakan harga komoditi, distorsi
harga komoditi, subsidi harga komoditi, dan kebijakan ekspor.
2. Kebijakan faktor produksi yang meliputi kebijkan upah minimum,
pajak dan subsidi faktor produksi, kebijakan harga faktor produksi, dan
perbaikan kualiatas faktor produksi.
3. Kebijakan makro ekonomi yang dibedakan menjadi kebijakan anggaran
belanja, kebijakan fiscal, dan perbaikan nilai tukar.
8 | E k o n o m i P e m b a n g u n a n
Menurut Sarma (1985)
1. Kebijakan Produksi
Masalah pangan merupakan salah satu masalah nasional yang sangat
penting dari keseluruhan proses pembangunan dan ketahanan nasional
suatu bangsa. Pangan menyankut kesejahteraan hidup dan kelangsungan
hidup suatu bangsa karena merupakan salah satu kebutuhan manusia,
selama itu pula diperlukan pangan karena manusia tidak dapat bertahan
hidup lama tanpa makan.
2. Kebijakan Subsidi
Subsidi diartikan sebagai pembayaran sebagian harga oleh pemerintah
sehingga harga dalam negeri lebih rendah daripada biaya rata-rata
pembuatan suatu komoditi atau harga internasionalnya. Ada 2 macam
subsidi, yaitu subsidi harga produksi dan subsidi harga faktor produksi.
Subsidi harga produksi melindungi konsumen dalam negeri, artinya
konsumen dalam negeri dapat membeli barang yang harganya lebih rendah
daripada biaya rata-rata pembuatannya atau harga internasionalnya.
Subsidi harga faktor produksi bertujuan untuk melindungi produsen dalam
negeri dan dilakukan untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Bentuk
subsidi harga faktor produksi dapat berupa biaya angkut faktor produksi ke
pelosok atau perbedaan tingkat bunga bank dalam pengambilan kredit.
Disamping itu bertujuan untuk melindungi produsen dan konsumen,
kebijakan subsidi juga bertujuan untuk memperluas lapangan kerja dan
meningkatkan produksi komoditas tertentu untuk mengurangi
ketergantungan pada impor.
3. Kebijakan Investasi
Kebijakan investasi di Indonesia dikeluarkan oleh badan koordinasi
penanaman modal (BKPM) dengan dukungan dari departemen-departemen
teknis terkait. BKPM menetapkan skala prioritas untuk usaha tertentu,
misalnya pembukaan usaha besar diharapkan menghindari persaingan
dengan usaha petani.
Berbagai kebijakan investasi dikeluarkan oleh pemerintah dengan tujuan
untuk merangsang investasi baik oleh swasta nasional maupun swasta
9 | E k o n o m i P e m b a n g u n a n
asing, namun sampai saat ini investasi dalam sektor pertanian masih relatif
kecil. Hal ini disebabkan faktor keuntungan yang dapat diperoleh
umumnya lebih kecil dibandingkan investasi disektor industri dan jasa
serta berisiko lebih besar dibandingkan dengan sektor industri dan jasa.
4. Kebijakan Harga
Harga merupakan cerminan dari interaksi antara penawaran dan
permintaan yang bersumber dari sektor rumah tangga (sebagai sektor
konsumsi) dan sektor industri (sebagai sektor produksi).
Penetapan harga dasar oleh pemerintah menimbulkan konsekuensi lanjut
terhadap pemerintah sehingga pemerintah harus ikut campur tangan dalam
rantai pemasaran karena adanya imperfeksi pasaryang merugikan
produsen dan atau konsumen.
5. Kebijaan Pemasaran
Kegiatan pemerintah untuk mengatur distribusi barang (terutgama beras)
antar daerah dan atau antar waktu sehingga diantara harga yang dibayarkan
konsumen akhir dan harga yang diterima oleh produsen terdapan marjin
pemasaran dalam jumlah tertentu sehingga dapat merangsang proses
produksi dan proses pemasaran.
Pemasaran yang tidak efisien menyebabkan bagian petani (farmer’s share)
menjadi kecil, yang pada gilirannya tidak akan merangsang peninggkatan
produksi lebih lanjut. Efisiensi pemasaran biasanya diukur dari besar-
kecilnya margin pemasaran, setelah mempertimbangkan berbagai fungsi
yang dijalankan dalam kegiatan pemasaran tersebut.
6. Kebijakan Konsumsi
Undang-undang RI No. 7 THN 1996 tentang pangan menyebutkan bahwa
yang dimaksud dengan pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari
sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,
termasuk bahan tambahan pangan dan bahan lain yang digunakan dalam
proses penyiapan, pengolahan, serta pembuatan makan atau minuman.
10 | E k o n o m i P e m b a n g u n a n
Jadi menurut Kelompok kami kebijakan pertanian di Indonesia
1. Kebijakan Pokok Pembangunan Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian
Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan sumber-sumber inovasi
teknologi seperti lembaga riset, Perguruan Tinggi dan bengkel-bengkel
swasta dalam rangka pengembangan dan diseminasi teknologi tepat
guna.
2. Kebijakan subsidi
Subsidi harga produksi melindungi konsumen dalam negeri, artinya
konsumen dalam negeri dapat membeli barang yang harganya lebih
rendah daripada biaya rata-rata pembuatannya atau harga
internasionalnya
a. subsidi pupuk tetap diperlukan dengan cara mengurangi pupuk
tunggal, menaikan subsidi pupuk majemuk,
b. pupuk organik tetap dikembangkan bukan dengan dukungan
subsidi, tetapi dialihkan menjadi kegiatan pengembangan pupuk
organik,
c. subsidi benih ditiadakan dan dialihkan menjadi kegiatan penguatan
penangkar benih/bibit.
3. Kebijakan pengembangan infrastruktur
lahan, air, sarana dan prasarana, agro‐industri di perdesaan, sebagai
dasar / landasan pengembangan bio‐industri berkelanjutan
4. Kebijakan sistem perbenihan/pembibitan, perlindungan petani,
kelembagaan petani, inovasi dan diseminasi teknologi, penyuluhan,
dan kebijakan sistem perkarantinaan pertanian.
11 | E k o n o m i P e m b a n g u n a n