Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan...

142
PERANAN RADIO REPUBLIK INDONESIA STASIUN SURAKARTA DALAM PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1946-1949 DI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sejarah pada Universitas Negeri Semarang Oleh : ARIEF SETIYADI HIDAYAT NIM. 3101402040 FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN SEJARAH UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2006

description

Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

Transcript of Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan...

Page 1: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

PERANAN RADIO REPUBLIK INDONESIA STASIUN SURAKARTA DALAM PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN

KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1946-1949 DI SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sejarah pada Universitas Negeri Semarang

Oleh :

ARIEF SETIYADI HIDAYAT NIM. 3101402040

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN SEJARAH UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2006

Page 2: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan kesidang

panitia ujian skripsi.

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Drs. Hartono Kasmadi, M.Sc Drs. Ba’in, M.Hum NIP.130324047 NIP. 131876204

Mengetahui

Ketua Jurusan Sejarah

Drs. Jayusman, M. Hum. NIP. 131764053

Page 3: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang panitia ujian skripsi

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Penguji Utama

Drs. R. Suharso, M.Pd NIP. 131691527

Anggota I Anggota II

Prof. Drs. Hartono Kasmadi, M.Sc Drs. Ba’in, M.Hum NIP.130324047 NIP. 131876204

Mengetahui,

Dekan

Drs. H. Sunardi, M.M NIP. 130367998

Page 4: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil

karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain,baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, September 2006

Arief Setiyadi Hidayat NIM. 3101402040

Page 5: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

“Doa, usaha dan kesabaran adalah modal besar menuju kesuksesan”

Karya ini kupersembahkan:

1. Ibu dan bapakku tercinta atas kasih sayang,

pengorbanan dan doa yang tak pernah bisa kubalas.

2. Keluarga besar Mbah Kakung di Magelang, terima

kasih atas dukungan dan doanya.

3. Bulik Murti, yang telah banyak membantu ku.

4. Adikku Babon, Cemplok, Cancan, Maymay dan Momo

yang selalu memberikan aku semangat.

5. Terima kasih banyak untuk de’ Puji untuk semua

yang ade berikan.

6. Teman–teman seperjuangan Pendidikan Sejarah

2002, terima kasih atas kebersamaan doa dan

semangat yang kalian berikan.

7. Special Thank’s buat some body some one di kelasku

terima kasih atas spirit carries on nya.

8. Tuk teman-teman dari Imperial Band dan GPK Kost

terima kasih banyak atas semua yang kalian berikan.

9. Omen, kang Atun, kang Arto, Slamet, Brondol,

Aconx yang telah memberikan warna dalam hidupku.

Page 6: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

vi

PRAKATA

Alhamdulillah, Puji Syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi dengan judul “Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun

Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun

1946-1949 Di Surakarta”.

Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. A.T. Soegito, SH, MM., selaku Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Bapak Drs. Sunardi, M.M, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

3. Bapak Drs. Jayusman, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Sejarah Universitas

Negeri Semarang.

4. Bapak Prof. Drs. Hartono Kasmadi, M.Sc, selaku dosen pembimbing I yang

telah memberikan bimbingan motivasi dan petunjuk dalam menyelesaikan

skripsi ini.

5. Bapak Drs. Ba’in, M.Hum, selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, motivasi dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi

ini.

6. Para Staf dan Karyawan Radio Republik Indonesia Cabang Muda Surakarta

7. Semua pihak yang telah membantu dalam terselesainya skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak dan pembaca.

Semarang, September 2006

Penulis

Page 7: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

vii

SARI

Arief Setiyadi Hidayat. 2006. Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta. Skripsi. Jurusan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. 103 halaman. Kata Kunci: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta

Radio Siaran merupakan salah satu media massa yang mempunyai jangkauan pemberitaan yang cukup luas. RRI Stasiun Surakarta telah mengalami perjalanan sejarah yang cukup panjang dari era kemerdekaan sampai era reformasi. Sebagai salah satu radio siaran pemerintah RRI Stasiun Surakarta dengan berpegang teguh kepada Tri Prasetya RRI selalu ikut berjuang dalam membantu pemerintah untuk menerapkan kebijakan-kebijakannya. Alasan itulah yang mendasari penulis untuk meneliti tentang peranan RRI Stasiun Surakarta dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Surakarta pada tahun 1946-1949.

Masalah pokok yang dikaji dalam penelitian ini adalah; (1) Bagaimanakah perkembangan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta? (2) Bagaimanakah situasi dan kondisi kota Surakarta pasca proklamasi kemerdekaan? (3) Peran seperti apakah yang dimainkan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Surakarta (4) Hambatan-hambatan apa yang dihadapi oleh RRI Stasiun Surakarta dalam memainkan peranannya untuk membantu perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Untuk mengetahui perjuangan kemerdekaan di Surakarta (2) Untuk mendapatkan sedikit gambaran mengenai situasi dan kondisi kota Surakarta pada masa revolusi fisik (3)Untuk mengetahui sejarah perkembangan radio siaran di Indonesia (4) Untuk mengetahui seberapa jauh peranan yang dimainkan RRI Stasiun Surakarta dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Surakarta

Penelitian ini menggunakan metode sejarah. Penelitian ini dilakukan dengan meninjau masalah-masalah dari perspektif sejarah berdasarkan dokumen dan literatur yang ada. Penelitian ini difokuskan pada: (1) Kota Surakarta pasca kemerdekaan RI (2) Peranan radio RRI Stasiun Surakarta sebagai media propaganda dan media komunikasi massa pada era perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI di Surakarta.

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa, radio siaran di Indonesia sudah dimulai sejak jaman Belanda yaitu dengan berdirinya BRV di Batavia (Jakarta tempo dulu). Berdirinya radio siaran BRV diikuti dengan berdirinya radio-radio siaran yang lain. Untuk bangsa Indonesia sendiri radio siaran dimulai dengan berdirinya SRV pada tanggal 1 April 1933. Pada masa penjajahan Jepang radio siaran diambil alih oleh pemerintahan kependudukan Jepang. Dengan nama Hoso Kyoku, radio siaran pada saat itu digunakan oleh pemerintah Jepang sebagai salah satu media propaganda. Pada era kemerdekaan Hoso Kyoku diambil alih oleh pemerintah RI dan diganti dengan nama Radio Republik Indonesia pada tanggal 11 September 1945.

Page 8: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

viii

Pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan RRI Surakarta sangat berperan dalam perjuangan tersebut. Perannya sebagai media propaganda pemerintah dan sebagai media komunikasi massa dapat dijalankan dengan baik. Dengan usahanya melakukan siaran luar negeri mendapatkan hasil yang positif bagi perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI di Surakarta. Dukungan dari luar negeri terhadap perjuangan bangsa Indonesia terus mengalir. Ini merupakan hasil dari perjuangan keluar yang salah satunya dilakukan oleh RRI Stasiun Surakarta. Jangkauannya yang luas menyebabkan RRI Surakarta digunakan oleh pemerintah RI untuk menyampaikan berbagai kebijakan pemerintah. Berbagai acaran siaran pada masa revolusi fisik, seperti acara mengenai pergolakan daerah, hiburan, kebijakan-kebijakan pemerintah dan lain-lain sangat bermanfaat bagi penanaman nilai-nilai nasionalisme masyarakat Surakarta pada khusunya. Sehingga dengan penguatan nilai-nilai nasionalisme yang kuat terhadap masyarakat Surakarta maka perjuangan masyarakat Surakarta dalam mempertahankan kemerdekaan akan mencapai hasil yang maksimal. Dalam memainkan peranannya RRI Surakarta mendapatkan banyak hambatan seperti, penyerbuan terhadap studio RRI Surakarta, penyanggahan berita-berita RRI oleh Belanda dan kondisi jaman bahawa pada masa perjuangan orang yang memiliki radio relatif sedikit. Namun hal ini tidak pernah menyulutkan semangat RRI Surakarta untuk terus berjuang membantu perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

Pasca kemerdekaan RI, Surakarta dihadapkan akan pergolakan politik yang cukup rumit. Gerakan anti daerah dan gerakan PKI merupakan penyebab rumitnya kondisi politik di Surakarta. Kota Surakarta resmi berdiri dengan dikeluarkannya Undang-undang Pembentukan No. 16 Tahun 1947. Pada tanggal 21 Desember kota Surakarta di kuasai oleh Belanda. Namun kota Surakarta dapat diambil alih kembali oleh bangsa Indonesia setelah melalui pertempuran empat hari di kota Surakarta dari tanggal 7-10 Agustus 1949.

Page 9: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN..................................................................... iii

PERNYATAAN.............................................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................. v

PRAKATA...................................................................................................... vi

SARI................................................................................................................ vii

DAFTAR ISI................................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xii

I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................... 8

D. Tinjauan Pustaka................................................................................ 9

E. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 13

F. Metode Penelitian............................................................................... 14

G. Sistematika Skripsi............................................................................. 18

II GAMBARAN UMUM............................................................................. 20

A. Kondisi Geografis Surakarta............................................................... 20

B. Pembagian wilayah Administrasi kota Surakarta tahun 1947............. 21

Page 10: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

x

C. Kondisi Ekonomi Surakarta................................................................. 23

D. Sejarah Singkat Berdirinya Kota Surakarta......................................... 24

III SEJARAH PERKEMBANGAN RADIO REPUBLIK INDONESIA

STASIUN SURAKARTA......................................................................... 28

A. Awal Mula Perkembangan Radio Siaran Di Indonesia....................... 28

1. Masa Kolonial Belanda.................................................................. 28

2. Masa Penjajahan Jepang................................................................. 34

3. Masa Kemerdekaan......................................................................... 37

B. Sejarah Perkembangan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta.. 44

1. Awal mula perkembangan radio siaran di Surakarta...................... 44

2. Radio Republik Indonesia stasiun Surakarta................................... 49

IV PERANAN RADIO REPUBLIK INDONESIA DALAM

PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN

DI SURAKARTA ..................................................................................... 69

A. Surakarta Pada Masa Revolusi tahun 1945-1949................................. 69

1. Keadaaan Politik Surakarta Pasca Proklamasi Kemerdekaan ....... 69

2. Pergolakan Sosial Pasca Proklamasi Kemerdekaan Di Kota

Surakarta......................................................................................... 75

3. Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan...... 77

B. Peran RRI Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan

Kemerdekaan Di Kota Surakarta........................................................... 83

1. Peran Dalam Bidang Propaganda Dengan Dunia Internasional...... 85

2. Peran Dalam Bidang Sosial Budaya Masyarakat Kota Surakarta.... 91

Page 11: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

xi

3. Peran Dalam Bidang Militer............................................................ 93

4. Peran Dalam Bidang Politik............................................................. 95

C. Hambatan-hambatan RRI Stasiun Surakarta Dalam Menjalankan........ 97

Perannya Sebagai Radio Perjuangan Kemerdekaan RI

V PENUTUP................................................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 104

LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................ 106

Page 12: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Rekomendasi Penelitian................................................................... 107

2. Peta Kota Surakarta................................................................................... 108

3. Surat Perintah Pemerintah Militer No. 1143/Ph ’49................................. 109

4. Surat Pemerintah Militer No 10/ 49.......................................................... 110

5. Surat Kementrian Jogjakarta No 241/A.I tahun 1949............................... 111

6. Berita-berita relay RRI Stasiun Surakarta pada bulan Juli tahun 1949..... 112

7. Gambar-gambar......................................................................................... 126

Page 13: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proklamasi kemerdekaaan Indonesia yang jatuh pada tanggal 17

Agustus 1945 bertempat di gedung Pegangsaan Timur 56 Jakarta merupakan

saat yang bersejarah bagi bangsa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan RI

bukanlah merupakan tujuan semata-mata, namun merupakan alat untuk

mencapai cita-cita bangsa, karena tujuan negara Indonesia adalah membentuk

masyarakat yang adil dan makmur. Adapun arti proklamasi itu dalam garis

besarnya adalah:

1. Saat pencetusan revolusi rakyat Indonesia yang terus bergolak.

2. Lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Puncak perjuangan kebangsaan yang menyatakan kematangan pemikiran

dan pengorganisasian setelah berjuang berpuluh-puluh tahun sebelum 17

Agustus 1945.

Kemerdekaan bangsa Indonesia dapat tercapai dengan tidak lepas dari

faktor menyerahnya bangsa Jepang terhadap Sekutu dalam perang Pasifik

pada tanggal 15 Agustus 1945. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia

kedudukan bangsa Jepang di Indonesia sangatlah sulit, karena bangsa Jepang

di Indonesia menunggu pengembalian ke tanah airnya oleh pemerintah

Jepang. Masih adanya keberadaan bangsa Jepang di Indonesia setelah

proklamasi kemerdekaan mendapat reaksi dari rakyat dengan berusaha

Page 14: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

2

melucuti senjata tentara Jepang di Indonesia. Tentara Jepang dalam

menanggapi reaksi rakyat Indonesia tersebut ada yang menyerah begitu saja

akan tetapi ada juga yang melakukan perlawanan. Untuk mengantisipasi

terjadinya bentrokan maka pada tanggal 20 Agustus 1945 pemerintah

Indonesia membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) untuk menjamin

keamanan dan ketentramanan. Akan tetapi hal ini tidak menjamin tentara

Jepang di Indonesia menyerah begitu saja, sehingga perlawanan tentara

Jepang di Indonesia menyebabkan terjadinya pertempuran-pertempuran sengit

di kota-kota besar di Indonesia seperti Surabaya, Yogyakarta, Bandung dan

Semarang. Berkat rasa nasionalisme yang tinggi dalam usaha

mempertahankan kemerdekaan, bangsa Indonesia mampu mengatasi

perlawanan tentara Jepang yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia.

Pada tanggal 29 September 1945 tentara Sekutu mendarat di Jakarta

dibawah pimpinan Jendral Chistison. Tujuan utama tentara Sekutu datang ke

Indonesia adalah untuk melucuti senjata tentara Jepang yang berada di

Indonesia dan untuk menyelamatkan warga Belanda di Indonesia yang

ditawan oleh Jepang. Akan tetapi pada akhirnya tujuan ini berubah, karena

Belanda ingin menduduki kembali negara Indonesia. Hal ini pun mendapatkan

reaksi yang cukup keras dari bangsa Indonesia karena hasil dari apa yang telah

diperjuangkan selama ini yaitu kemerdekaan sepenuhnya ingin dihancurkan

oleh Belanda. Sehingga setelah berhasil merebut kekuasaan dari tangan

Jepang dan melucuti senjatanya, tugas utama rakyat Indonesia pada saat itu

Page 15: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

3

adalah melawan intervensi Sekutu dan Agresi Militer Belanda yang ingin

menjajah kembali bangsa Indonesia (Abdulah, 1979:9-15).

Di Surakarta berita Proklamasi Republik Indonesia mendapat

sambutan yang luar biasa dari masyarakat Surakarta. Begitu mendengar berita

proklamasi kemerdekaan, pemuda di Surakarta mendatangi markas tentara

Jepang yang terletak di Timuran (markas Kenpei Tai Timuran) untuk melucuti

senjata tentara Jepang. Meskipun dominasi bangsa Jepang di Surakarta telah

runtuh, aksi Belanda yang ingin menanamkan kembali kekuasaanya di

Indonesia mendapatkan reaksi yang cukup keras dari masyarakat Surakarta.

Adanya Agresi Militer Belanda I dan II menghadapkan kembali masyarakat

Surakarta pada perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan negara

Republik Indonesia.

Pada tanggal 12 September 1948 masyarakat Surakarta di hadapkan

dengan kekuatan dari dalam yang berusaha meruntuhkan kedaulatan Republik

Indonesia, yaitu dengan adanya peristiwa pemberontakan PKI di Madiun yang

dipimpin oleh Muso. Hal ini menyebabkan terjadinya kekacauan, pertempuran

dan penculikan-penculikan di kota Surakarta..

Dalam menghadapi perlawanan bangsa Jepang, Belanda maupun

kekuatan dari dalam yang dapat mengancam keutuhan kedaulatan Republik

Indonesia sangat dibutuhkan rasa nasionalisme yang tinggi. Salah satu faktor

yang dapat menunjang terjaminnya rasa nasionalime dalam perjuangan

kemerdekaan adalah adanya komunikasi antar bangsa Indonesia, karena

dengan adanya komunikasi antara bangsa Indonesia yang berada di wilayah

Page 16: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

4

yang berbeda maka bangsa Indonesia mampu mengetahui informasi mengenai

pergolakan yang terjadi di berbagai daerah. Dalam perjuangan bangsa

Indonesia salah satu media yang digunakan dalam komunikasi adalah radio

siaran (radio broad cast) (Efendy, 1983:1).

Radio telah menjalani proses perkembangan yang cukup lama dewasa

ini. Siaran radio di Indonesia sudah dimulai sejak masa penjajahan bangsa

Belanda, yaitu dimulai dengan berdirinya Bataviase Radio Vereniging di

Batavia (Jakarta tempo dulu) pada tanggal 16 Juni 1925. Berdirinya Bataviase

Radio Vereniging mempelopori berdirinya badan-badan radio siaran lainnya,

seperti Nedelrandsh Indische Radio Omroep Mij (NIROM) di Jakarta,

Bandung dan medan, Mataramse Vereniging Voor Radio Omroep (MAVRO)

di Yogyakarta, Vereniging Voor Radio Luisteraars (Voro) di Bandung, Radio

Semarang di Semarang, dll. Pada waktu bangsa Jepang menanamkan

kekuasaannya di Indonesia, radio siaran mendapat perhatian yang cukup tinggi

dari bangsa Jepang. Karena sifatnya yang menguntungkan bagi komunikasi,

ketika Jepang berkuasa di Indonesia maka radio siaran sebagai salah satu

fasilitas vital segera dikuasai. Radio yang pada masa Hindia Belanda berstatus

perkumpulan swasta di matikan oleh bangsa Jepang dan di urus oleh jawatan

khusus yang bernama Hosokanri Kyoku yang berkedudukan di Jakarta

dengan cabang-cabangnya yang dinamakan Hoso Kyoku yang terdapat di

Bandung, Purwokerto, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya dan Malang (Efendy,

1983: 52).

Page 17: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

5

Dengan berkumandangnya proklamasi kemerdekaan Indonesia bukan

berarti revolusi telah berakhir. Salah satu tindakan yang harus segera

dilakukan adalah merebut senjata dan semua perusahaan (kantor, pabrik,

perkebunan, dll) termasuk salah satunya stasiun radio dari tangan Jepang

(Nasution A.H, 1973:250).

Sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

radio siaran di Indonesia belum teroganisir. Oleh karena itu maka orang-orang

radio menganggap hal itu penting, mengingat radio sebagai salah satu media

massa elektronik dapat dipergunakan secara efisien untuk mempertahankan

dan mengisi kemerdekaan. Maka pada tanggal 10 September 1945 pemimpin-

pemimpin radio siaran di seluruh Jawa Tengah berkumpul di Jakarta untuk

membicarakan hal tersebut dengan presiden Soekarno dan menuntut Jepang

untuk menyerahkan semua stasiun radio beserta pemancarnya dan

perlengkapannya kepada bangsa Indonesia. Pertemuan tersebut, tidak

membawa hasil karena semua pemancar dan alat-alat penyiaran radio Hoso

Kyoku sudah didaftar dan ditanda tangani oleh Sekutu (SEAC di Singapura).

Para pemimpin-pemimpin stasiun radio di Jawa Tengah kemudian

menyelenggarakan pertemuan berikutnya yaitu pada malam harinya tanggal

10 September 1945 yang diselenggarakan di kediaman Adang Kadarusman di

Jalan Menteng Jakarta. Dalam pertemuan tersebut beberapa hasil keputusan

yang mendasar adalah

Page 18: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

6

1. Tanggal 11 September 1945 ditetapkan sebagai hari lahirnya Radio

Republik Indonesia (RRI).

2. Semua hadirin menyatakan diri sebagai pegawai RRI, sedangkan pegawai

Hoso Kyoku bangsa Indonesia lainnya diminta secara suka rela memilih

apakah menjadi pegawai RRI atau tidak. Pernyataan sumpah setia kepada

RRI dan Negara Indonesia.

3. Jakarta untuk sementara ditetapkan sebagai pusat RRI.

4. Sebagai pemimpin umum RRI dipilih Abdulrachman Saleh, yang diberi

kekuasaan menetapkan formasi RRI pusat. Perintah dari pusat hanya sah

jika dikeluarkan oleh pemimpin umum.

5. Sebagai cabang RRI pertama dicatat: Jakarta, Bandung, Purwokerto,

Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Malang dan Surabaya.

6. Tri Pra Setya RRI, sebagai jiwa dan sumpah pegawai RRI kepada

Republik Indonesia untuk menjaga Radio Republik Indonesia (RRI)

sebagai alat perjuangan bangsa.

Pada hari itu pula lahirlah semboyan RRI yang tetap berlaku hingga sekarang

“Sekali Di Udara Tetap Di Udara” (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1989:39).

Untuk mengetahui bagaimana dan sejauh mana Radio Republik

Indonesia (RRI) ikut berperan serta dalam perjuangan kemerdekaan

mengingat salah satu hasil keputusan dalam pertemuan para pemimpin Hoso

Kyoku di kediaman Adang Kadarusman pada tanggal 11 September 1945,

yaitu Tri Prasetya RRI, sebagai jiwa dan sumpah pegawai RRI kepada

Republik Indonesia untuk menjaga RRI sebagai alat perjuangan bangsa, maka

Page 19: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

7

penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai peranan Radio

Republik Indonesia stasiun Surakarta dalam perjuangan mempertahankan

kemerdekaan Indonesia tahun 1946-1949 dan hasilnya dituangkan sebagai

skripsi. Selain itu penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian disebabkan

oleh karena tidak adanya informasi atau buku yang menguraikan tentang

peranan yang dimainkan RRI stasiun Surakarta dalam perjuangan

mempertahankan kemerdekaan tahun 1946-1949. Kebanyakan buku-buku

yang ada cenderung menguraikan peristiwa perjuangan kemerdekaan di

Surakarta dari segi politik dan militernya, misalnya Perubahan-perubahan

Sosial-Politik Di Surakarta (Soejatno), Revolusi Di Surakarta (Kamajaya

Karkono), Pertempuran Empat Hari Di Kota Solo (Murdiyo), dll. Dr. A.H

Nasution dalam bukunya yang berjudul Sekitar Perang Kemerdekaan jilid 10

menyinggung sedikit mengenai RRI pada tahun 1948, itupun sifatnya umum

di Indonesia dan urainnya cukup singkat.

B. Permasalahan

Perumusan masalah dimaksudkan untuk mengungkapkan pokok

pikiran secara jelas dan sistematik, sehingga akan mudah dipahami dengan

jelas dari permasalahan sebenarnya. Adapun pokok dari permasalahan yang

akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah situasi dan kondisi kota Surakarta pada masa revolusi

fisik?

Page 20: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

8

2. Bagaimanakah perkembangan Radio Republik Indonesia stasiun

Surakarta?

3. Peran seperti apakah yang dimainkan Radio Republik Indonesia stasiun

Surakarta dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI di kota

Surakarta?

4. Hambatan-hambatan apakah yang dihadapi Radio Republik Indonesia

dalam memainkan peranannya untuk membantu perjuangan

mempertahankan kemerdekaan RI di kota Surakarta?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

a. Untuk mengetahui situasi dan kondisi kota Surakarta pada masa

revolusi fisik.

b. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Radio Republik Indonesia

Stasiun Surakarta.

c. Untuk mengetahui seberapa jauh peranan yang dimainkan Radio

Republik Indonesia Stasiun Surakarta dalam perjuangan

mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Surakarta.

d. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Radio

Republik Indonesia stasiun Surakarta dalam menjalankan perannya

sebagai media perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI di kota

Surakarta.

Page 21: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

9

2. Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah

a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sedikit gambaran

kepada kita mengenai situasi dan kondisi kota Surakarta pada masa

revolusi fisik

b. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan kita tentang

sejarah RRI stasiun Surakarta dan peranan yang dimainkan dalam

perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI tahun 1946-1949 di

Kota Surakarta.

c. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu bahan

perbandingan apabila diadakan penelitian yang sejenis.

d. Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan rangsangan agar

diadakan penelitian lebih lajut, karena peneliti menyadari tidak ada

sesuatu yang sempurna sehingga penelitian ini terbuka untuk diuji dan

dikaji kembali.

D. Tinjauan Pustaka

Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa buah buku

yang digunakan sebagai sumber sekunder, yang nantinya dapat menjadi dasar

untuk menjawab setiap permasalahan dalam penelitian ini, diantaranya yaitu

Pertama buku yang berjudul ”Radio Siaran dan Teknik” karya Onong

Ujtana Efendy yang diterbitkan oleh PT Alumni Bandung tahun 1978. Buku

ini membahas mengenai perkembangan Radio Siaran di Indonesia dari masa

kolonial Hindia-Belanda sampai masa orde baru. Pembahasannya yang

Page 22: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

10

kronologis memberikan gambaran yang jelas tentang sejarah perkembangan

Radio Siaran di Indonesia.

Di Indonesia radio siaran sudak dikenal semenjak jaman kolonial

Hindia-Belanda. Radio siaran yang pertama kali berdiri adalah Bataviase

Radio Vereniging (BRV) yang didirikan di Batavia pada tanggal 16 Juni 1925.

Berdirinya BRV memicu para pecinta radio amatir di Indonesia untuk

mendirikan radio siaran sendiri, sehingga lahirnya BRV memicu lahirnya

badan-badan radio siaran lainnya seperti SRV, MAVRO, OMROEP, NIROM,

VORO dll. Pada masa pemerintahan kependudukan Jepang segala radio siaran

di Indonesia diambil alih oleh pemerintahan kependudukan Jepang. Radio

siaran pada masa pemerintahan Jepang diatur oleh sebuah lembaga yang

bernama Hoso Kanri Kyoku dengan cabangnya yang bernama Hoso Kyoku.

Radio siaran inilah yang nantinya pada masa kemerdekaan berubah nama

menjadi Radio Republik Indonesia.

Dari buku ini penulis banyak mendapatkan sumbangan berupa data

mengenai perkembangan radio siaran di Indonesia yang dimulai pada masa

pemerintahan kolonial Hindia Belanda sampai masa pemerintahan Orde Baru.

Selain itu buku ini juga mengkaji mengenai arti penting radio siaran sebagai

media komunikasi massa yang mana dapat menjadi referensi bagi penulis

untuk mengkaji permasalahan.

Sebagai buku pegangan kedua dalam penelitian ini, yaitu buku yang

berjudul ”Hari Radio” terbitan RRI Stasiun Regional I Surakarta tahun 1995.

Page 23: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

11

buku ini mengulas mengenai sejarah perkembangan Radio Republik Indonesia

Stasiun Surakarta dari awal berdirinya sampai tahun 1995.

Pada masa kolonial Belanda, dikenal radio siaran di Surakarta yang

bernama Soloese Radio Vereniging (SRV) yang didirikan pada tanggal 1 April

1933 atas inisiatif Ir. Sarsito Mangunkusumo. SRV inilah yang pada masa

kemerdekaan nanti dibawah pimpinan Maladi berubah menjadi Radio

Republik Indonesia stasiun Surakarta. Pada masa perjuangan kemerdekaan RI,

RRI Surakarta memegang peranan yang sangat penting sebagai media

perjuangan bangsa. RRI stasiun Surakarta pada masa revolusi fisik sempat

melakukan pemindahan studio dari kota Surakarta ke Tawangmangu dan dari

Tawangmangu ke Desa Balong Kabupaten Karanganyar. Keberhasilan RRI

Surakarta dalam melakukan siaran luar negeri sangat membantu tercapainya

cita-cita perjuangan kemerdekaan.

Data-data mengenai sejarah perjalanan panjang RRI Stasiun Surakarta

pada masa kemerdekaan Indonesia yang diulas dalam buku Hari Radio

banyak membantu penulis dalam mengungkapkan sejarah perkembangan radio

siaran di Surakarta pada umumnya dan Radio Republik Indonesia stasiun

Surakarta pada khususnya.

Buku ketiga yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini

adalah buku yang berjudul ”Ekonomi Politik Media Penyiaran” karangan

Agus Sudibyo yang diterbitkan oleh LKIS Yogyakarta. Dalam buku ini

diungkapkan mengenai peran media penyiaran salah satunya yaitu radio siaran

dalam bidang politik.

Page 24: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

12

Dari awal berdirinya, RRI mempunyai peran sentral sebagai

stabilisator dan instrumen perekat negara kesatuan Republik Indonesia. Dalam

setiap pemberontakan bersenjata yang terjadi di Indonesia RRI selalu menjadi

sarana strategis untuk mengabarkan kepada khalayak betapa pemberontakan

berhasil ditumpas, keamanan sudah stabil, kekuasaan bisa dikendalikan dan

rakyat diminta untuk tetap tenang dan selalu waspada. Tercatat dari

pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) di Madiun pada tahun 1948,

PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) di Sumatera Selatan,

Permesta (Pemerintahan Rakyat Semesta) di Sulawesi Selatan, DI/TII (Darul

Islam/Tentara Islam Indonesia) di Aceh serta Jawa Barat dan Gerakan 30

September di Jakarta pada tahun 1965 selalu berhasil dipatahkan pemerintah

Indonesia dengan merebut kembali RRI setelah sempat berada di tangan

pemberontak selama beberapa waktu.

Hampir setiap pulau, setiap wilayah dan area-area dengan potensi

konflik besar selalu menuntut RRI untuk sigap menyuarakan nasionalisme dan

proses integrasi bangsa yang dibalut jargon “menjaga persatuan dan kesatuan

bangsa”

Buku karangan Agus Sudibyo ini banyak membantu penulis dalam

mengungkapkan peran yang di mainkan RRI Stasiun Surakarta dalam

perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Di samping buku-buku yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan

skripsi ini penulis juga menguraikan buku-buku lainnya sebagai bahan

referensi, diantaranya buku yang berjudul; Sekitar Perang Kemerdekaan

Page 25: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

13

karangan A.H Nasution, Kota Besar Surakarta tahun 1945-1953 terbitan dari

DPRDS Surakarta tahun 1953, Sejarah Nasional Indonesia VI, Radio Siaran

dan Demokratisasi karangan Masduki, dll.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini, agar pembahasanya dapat terfokus maka perlu

adanya pembatasan baik lingkup wilayah, waktu maupun permasalahan.

Lingkup wilayah membatasi penelitian pada suatu daerah atau kawasan

dimana suatu peristiwa sejarah terjadi. Dalam penelitian ini daerah yang

dimaksud adalah kota Surakarta yang merupakan sebuah kota di Jawa Tengah

yang terletak 60 Km dari Yogyakarta. Kota Surakarta mempunyai luas 44,51

Km yang meliputi 5 kecamatan, yaitu kecamatan Jebres, Banjarsari, Serengan,

Lawiyan dan Pasar Kliwon. Namun demikian dalam pembahasannya nantinya

mencakup pula peristiwa-peristiwa di daerah lain yang berhubungan dengan

peristiwa-peristiwa bersejarah di kota Surakarta.

Keberadaan radio siaran di Surakarta telah dimulai sejak masa kolonial

Belanda, untuk itu dalam penelitian ini sejarah perjalanan panjang radio

siaran di Surakarta diuraikan sebagai latar belakang untuk melangkah pada

pembahasan utama. Adapun pembahasan utama dalam penelitian ini di

fokuskan pada mulai berdirinya kota Surakarta dan pada masa perjuangan

mempertahankan kemerdekaan di kota Surakarta pada tahun 1946-1949,

dimana periode ini merupakan masa kritis bagi bangsa Indonesia dalam

mempertahankan kemerdekaan.

Page 26: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

14

Radio Republik Indonesia stasiun Surakarta pada masa perjuangan

mempertahankan kemerdekaan mempunyai wilayah operasional yang cukup

luas, yaitu meliputi karisidenan Surakarta. Dalam penelitian ini peneliti

memberi batasan wilayah operasional RRI Stasiun Surakarta meliputi kota

Surakarta. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan penelitian lebih terfokus

pada permasalahan yang dikaji.

Selain itu penelitian dibatasi pula dalam permasalahannya yang

meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Sejarah Radio Republik Indonesia stasiun Surakarta.

2. Perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI di kota Surakarta.

3. Peranan Radio Republik Indonesia dalam perjuangan mempertahankan

kemerdekaan RI di kota Surakarta

.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini bermaksud mengungkapkan peranan Radio Republik

Indonesia stasiun Surakarta dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan

Indonesia. Untuk mendapatkan gambaran tentang hal tersebut maka penulisan

skripsi akan menggunakan metode sejarah. Menurut Gottchalk metode sejarah

adalah suatu proses menguji dan menganalisa secara keritis rekaman dan

peninggalan masa lampau (Gottchalk, 1975:32).

Penelitian ini dilakukan dengan meninjau masalah-masalah dari

perspektif sejarah berdasarkan dokumen dan literatur yang ada. Dalam hal ini

digunakan 4 langkah kegiatan dalam metode penulisan sejarah yang meliputi:

Page 27: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

15

1. Heuristik.

Adalah merupakan kegiatan mencari sumber-sumber sejarah atau

jejak-jejak masa lampau, yang merupakan langkah pertama dalam

penulisan sejarah. Diartikan pula sebagai suatu usaha yang dilakukan

untuk menghimpun data dan menyusun fakta-fakta sejarah yang

berhubungan dengan penulisan ini. Untuk menghimpun data sejarah ini

dilakukan cara sebagai berikut:

a. Penelitian lapangan.

Yaitu usaha menghimpun data sejarah dengan penelitian lapangan.

Penulis berusaha mengunjungi tempat yang mengandung nilai sejarah

di Surakarta yang bersangkutan dengan tema penelitian, seperti; RRI

stasiun Surakarta, Tugu Peringatan tempat Pemancar PHB GM II di

desa Balong Karanganyar, Monumen Pers, Museum Mandala Bhakti

Semarang dan tempat lain yang relevan.

b. Penelitian pustaka.

Yaitu pengumpulan sumber-sumber sejarah dari buku-buku sejarah,

majalah dan arsip yang berkaitan langsung dengan penelitian ini.

Dalam melakukan penelitian lapangan beberapa data yang diperoleh

adalah sebagai berikut:

1) Surat Kementrian Penerangan Yogayakarta, No. 241/A.I Tahun

1949

2) Surat Pemerintah Militer Daerah Surakarta No. 10/149 Tahun 1949

Page 28: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

16

3) Surat Perintah Harian Pemerintah Militer Daerah Surakarta No.11

43/Ph’49 tahun 1949

4) Daftar mengenai berita-berita yang direlay oleh RRI Stasiun

Surakarta pada tahun 1949 .

5) Buku-buku yang relevan seperti; Hari Radio terbitan RRI

Surakarta, Kota Besar Surakarta 1945-1953 terbitan DPRDS

Surakarta, Hari Radio Ke 39 terbitan RRI Surakarta dan lain

sebagainya.

2. Kritik sumber.

Adalah suatu kegiatan menyelidiki apakah sumber-sumber tentang

masa lampau itu sejati baik bentuk maupun isinya. Menurut I Gede Widja,

kritik sumber adalah usaha untuk mendapatkan jejak atau sumber yang

benar, dalam arti benar-benar dibutuhkan, serta benar-benar mengandung

informasi yang benar-benar relevan dengan sejarah yang ingin disusun. (I

Gede Widja, 1988:21). Kritik sumber merupakan tahap penilaian atau

pengujian terhadap bahan-bahan sumber yang telah diperoleh peneliti pada

tahapan heuristik.

3. Interpretasi.

Interpretasi atau menafsirkan sumber-sumber merupakan cara

menentukan makna yang saling berhubungan dari fakta-fakta yang telah

diperoleh pada tahapan sebelumnya. Menurut Louis Gotchalk, fakta

sejarah adalah suatu unsur yang dijabarkan secara langsung dari dokumen

sejarah dan dianggap dapat dipercaya setelah diuji kebenarannya dengan

Page 29: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

17

ketentuan-ketentuan metode sejarah (Gotchalk, 1975:40). Dalam tahapan

ini peneliti menyeleksi beberapa fakta-fakta sejarah yang diungkapkan

dalam sumber-sumber sejarah yang telah diperoleh peneliti pada tahapan

kritik sumber sehingga fakta-fakta tersebut relevan dengan permasalahan

yang diangkat dalam penulisan skripsi.

4. Historiografi.

Historiografi atau penulisan sejarah merupakan tahap akhir dari

metode penulisan sejarah. Tahap ini merupakan tahap penyampaian sintesa

yang diperoleh dalam bentuk suatu cerita. Hasil penafsiran atau

interpretasi atas fakta-fakta sejarah yang telah dilakukan kemudian

dituliskan menjadi suatu kisah yang selaras. Menurut Gotchalk dalam

langkah ini disampaikan hasil rekonstruksi imajinasi dari masa lampau

sehingga sesuai dengan jejaknya maupun imajinasi ilmiah.

Dalam skripsi ini penulis menyajikan dalam bentuk cerita sejarah

yang ditulis secara kronologis dari tema atau topik yang jelas dan mudah

dipahami serta mengerti dengan judul;

“Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam

Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-

1949 Di Surakarta”

Page 30: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

18

G. Sistematika Skripsi

Hasil akhir penulisan yang tersrtuktur secara sistematis dan mengarah

pada permasalahan memerlukan suatu sistematika. Untuk itu sistematika

skripsi ini dibagi dalam lima bab.

Pada bab I yang berisi pendahuluan peneliti berusaha untuk

mengungkapkan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, ruang lingkup penelitian, metode

penelitian dan sistematika skripsi.

Untuk gambaran umum kota Surakarta pada masa revolusi fisik akan

di jelaskan dalam bab II. Dalam bab II berturut-turut diuraikan mengenai

keadaan geografis dan ekonomi kota Surakarta pada masa revolusi fisik dan

sejarah singkat terbentuknya kota Surakarta

Sejarah Perkembangan Radio Siaran Stasiun Surakarta akan diuraikan

dalam Bab III. Dalam bab ini akan di jelaskan mengenai perkembangan radio

siaran di Indonesia pada umumnya dan Radio Republik Indonesia stasiun

Surakarta pada khsususnya dari awal berdirinya sampai pada masa proklamasi

kemerdekaan.

Bab IV dalam skripsi ini mengambil tema peranan Radio Republik

Indonesia Stasiun Surakarta dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan

Indonesia di Surakarta. Dalam bab ini akan di jelaskan mengenai perjuangan

mempertahankan kemerdekaan di kota Surakarta dan peranan yang dimainkan

Radio Republik Indonesia stasiun Surakarta dalam perjuangan

mempertahankan kemerdekaan di kota Surakarta.

Page 31: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

19

Bab V merupakan penutup yang didalamnya berisi mengenai

kesimpulan dari bab II, III dan IV.

Page 32: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

20

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Kondisi Geografis Surakarta

Daerah Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan nama “Solo” berada

dalam dataran rendah yang merupakan pertemuan antara Sungai Pepe, Sungai

Anyar, sejenis dengan sungai Bengawan Solo ditepi sebelah timur. Terletak

antara 110° Bujur Timur sampai 111° Bujur Barat dan 7° Lintang Selatan

sampai 8° Lintang Selatan. Batas-batas Kota Surakarta:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo

3. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten

Karanganyar

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten

Sukoharjo

Tinggi tanah kurang lebih 98 Km dari permukaan air laut yang berarti

lebih rendah ataupun hampir sama tingginya dengan Bengawan Solo. Beriklim

panas dengan suhu 26° C (suhu maksimal 29,1° dan suhu minimal 19, 2° C).

Tanahnya sebagian besar terdiri dari tanah liat dan pasir. Disamping itu

juga terdapat tanah padas ditengah-tengah. Disebelah timur terdiri dari

endapan lumpur (Keraton dan daerah Kedung Lumbu) karena dahulu kala

daerah ini berupa rawa. Tekanan tanah umumnya rata-rata 0, 80 Kg/Cm²

(maksimal 1, 75 Kg/Cm² dan minimal 0, 05 Kg/Cm²)

Page 33: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

21

B. Pembagian wilayah Administrasi kota Surakarta tahun 1947

Dalam buku Kenang-kenangan Kota Besar Surakarta 1945-1953 yang

diterbitkan oleh DPRDS Surakarta dijelaskan bahwa pembentukan daerah kota

Surakarta di awali dengan dikeluarkannya Penetapan Pemerintah pada tanggal

15 Juli tahun 1946 No. 16 S.D yang menyatakan bahwa Daerah Surakarta

untuk sementara merupakan daerah Karisidenan dan pula di bentuk daerah

baru dengan nama Kota Surakarta. Dengan Undang-undang No. 16 tahun

1947 Kota Surakarta ditetapkan berdiri menjadi Haminte Kota Surakarta.

Menurut pasal 1 Undang-undang No. 16 Tahun 1947, Daerah Haminte Kota

Surakarta meliputi:

1. Sebagian dari Kabupaten Kota Kasunanan dan sebagian dari Kabupaten

kota Mangkunegaran, yang batasnya ditetapkan dengan surat ketetapan

Pemerintah Hindia Belanda termuat dalam Bijblad No. 13318

2. Keluruhan Nusukan yang dimaksudkan dalam surat ketetapan Pemerintah

Mangkunegaraan tanggal 25 November 1942 No. 186

3. Kelurahan-kelurahan Karangasem, Kerten, Djajar, Sumber dan

Banyuanyar semula dari Onderdistrik Colomadu, Kabupaten Karanganyar.

4. Kelurahan-kelurahan Kadipiro dan Mojosongo dari Onderdistrik

Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.

Sampai penyerbuan tentara Belanda ke kota Surakarta, penggabungan

kelurahan-kelurahan Nusukan, Karangasem, Kerten, Djajar, Sumber,

Banyuanyar, Kadipiro dan Mojosongo ke dalam daerah Haminte Kota

Page 34: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

22

Surakarta belum terlaksana. Dengan demikian daerah Haminte Surakarta baru

meliputi 5 Kecamatan dengan 44 Kelurahan, yaitu:

1. Kecamatan Djebres, yang terdiri dari;

a. Kelurahan Jebres f. Kelurahan Gandekan

b. Kelurahan Pucangsawit g. Kelurahan Sudiraprajan

c. Kelurahan Kampung Sewu h. Kelurahan Purwodiningratan

d. Kelurahan Tegalharjo i. Kelurahan Kepatihan Wetan

e. Keluraha Djagalan j. Kelurahan Kepatihan Kulon.

2. Kecamatan Serengan, yang terdiri dari;

a. Kelurahan Djojotakan e. Kelurahan Kratonan

b. Kelurahan Danusuman f. Kelurahan Djayengan

c. Kelurahan Serengan g. Kelurahan Kemlajan

d. Kelurahan Tipes

3. Kecamatan Banjarsari, yang terdiri dari;

a. Kelurahan Manahan f. Kelurahan Keprabon

b. Kelurahan Mangkubumen g. Kelurahan Setabelan

c. Kelurahan Punggawan h. Kelurahan Gilingan

d. Kelurahan Ketelan i. Kelurahan Kestalan

e. Kelurahan Timuran j. Kelurahan Nusukan

4. Kecamatan Pasar Kliwo, yang terdiri atas;

a. Kelurahan Pasar Kliwon f. Kelurahan Balowarti

b. Kelurahan Kedunglumbu g. Kelurahan Gajahan

c. Kelurahan Sangkrah h. Kelurahan Djoypsuran

Page 35: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

23

d. Kelurahan Kampung Baru i. Kelurahan Semanggi

e. Kelurahan Kauman

5. Kecamatan Lawiyan, yang terdiri dari;

a. Kelurahan Lawiyan f. Kelurahan Penumping

b. Kelurahan Pajang g. Kelurahan Sondakan

c. Kelurahan Bumi i. Kelurahan Penularan

d. Kelurahan Purwosari j. Kelurahan Sriwedari

(DPRDS Surakarta, 1953:39)

C. Kondisi Ekonomi Masyarakat kota Surakarta pasca kemerdekaan RI.

Kondisi perekonomian kota Surakarta pada masa revolusi sangat

melemah. Kondisi jaman yang sedang dihadapkan dengan perang

mempertahankan kemerdekaan merupakan salah satu sebab melemahnya

perekonomian di Surakarta. Dalam buku Kenang-kenangan Kota Besar

Surakarta tahun 1945-1949, Soeharjo bekas pemangku jabatan Wali Kota

Surakarta pada masa revolusi menyatakan bahwa:

Keluar, ia hadapi keadaan masjarakat jang kotjar-katjir perekonomiannja dan problim2 sosial jang membutuhkan tindakan jang tjepat. Keadaan seluruhnja itu adalah menghadapi musuh pada masa peperangan itu, langsung maupun tidak langsung tentulah mempengaruhi keadaan masjarakat. Bahan makanan sehari-hari sukar: perdagangan lumpuh : produksi nihil : modal ta’ ada djuga, ketjuali kaum modal jang besar berebut mendapatkan posisi jang baik. Oleh karena itu kita harus berani menanggung djawab serta berusaha sekuat tenaga guna memulihkan penghidupan jang normal dan mengadakan usaha2 jang konstruktip. Apparatuur distribusi kita hidupkan dan segera seluruh kota dpat dipenuhi dengan bahan2 makan dan textiel. Bank pasar dan bank kampung dapat pula didirikan guna membantu pedagang2 ketjil: transport dengan Semarang dapat kita atur, sedangkan credit dapat kita keluarkan untuk sekedar membantu memperlengkapi lagi perusahaan2 jang ketjil dan mengadakan laboratoria (DPRDS Surakarta, 1953:18)

Page 36: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

24

Dari pernyataan Soeharjo dapat dilihat bahwa pemerintah daerah Surakarta

selalu berusaha untuk memulihkan keadaan perekonomian Surakarta.

Pemulihan ini selalu dilakukan mengingat Surakarta mempunyai industri batik

dan tenun yang cukup baik, sehingga setelah perang kemerdekaan pasca

peralihan kekuasaan pemerintah kota Surakarta, pemerintah daerah berusaha

untuk memajukan industri batik dan tenun. Disamping itu pula pemerintah

daerah berusaha untuk menjamin lancarnya perdagangan dan kegiatan

ekonomi di kota Surakarta. Hal ini dinyatakan oleh Soebakti Poesponoto

Walikota Surakarta yang diangkat pada tanggal 1 Mei 1950

Kedua: kota Solo karena letaknja sedari dulu merupakan pusat pasar barang2 import dari Semarang dan bahan2 hasil daerah pedalaman jang luas sampai wilajah Patjitan dan Ponorogo. Kedudukan kota jang sebaek ini buat ekonomi penduduk oleh Balai Kota Sudah tentu diperhatikan benar2, misalnja lalu lintas dan pengangkutan dari luar ke kota akan di djaga supaja senantiasa aman, mudah dan murah, demikian djuga halnja pondokaqn2 kaum pembeli dan kaum pendjual besar ketjil. Dengan djalannja demikian tidak akan mereka berpindah langganan misalnja kelain kota setangga, sebagaimana baru-baru ini dichawatirkan oleh setengah kaum pengusaha disini. Keistimewaan nomer tiga buat kota Solo ialah: batik dan tenun. Lepas dari pada soal competentie, namun memadjukan - setidak2nja menghidupkan kembali – perindustrian dan perdagangan ini adalah termasuk kebijakan Pemerintah daerah di Solo, karena kehidupan rakjat langsung atau tidak langsung banjak tergantung dari padanja (DPRDS Surakarta, 1953:28)

D. Sejarah Singkat Berdirinya Kota Surakarta

Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia dijelaskan bahwa berdirinya

kota Surakarta terkait dengan peristiwa pemberontakan orang-orang Cina

melawan penjajah Belanda. Semula pemberontakan ini terjadi di Batavia,

kemudian menjalar kebeberapa daerah seperti Rembang, Tegal, Semarang,

Demak dan Surabaya. Ketika sampai di Kartosuro, Mas Garendi dapat

memperalat orang-orang yang terlibat dalam pemberontakan ini untuk

Page 37: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

25

menyerang keraton Kartosuro yang pada waktu itu diperintah oleh Paku

Buwono II. Akibat pemberontakan ini, kraton Kartosuro rusak berat sehingga

Paku Buwono II merencanakan untuk memindahkan keratonnya ke daerah

lain. Akhirnya ditemukan suatu daerah yang cocok untuk kediaman raja Paku

Buwono II, yakni di desa Solo.

Pada tanggal 19 Febuari 1945 yang bertepatan dengan hari besar

Budhha pada pagi hari 17 Sura tahun Je 1670 dengan Candra Sangkala

“Kumbuling Puja Kaprijarsi” secara resmi Keraton mulai dipindah. Dalam

upacara peresmian berdirinya Keraton ini, Paku Buwono II mengumumkan

bahwa nama daerah yang baru ditempati ini menjadi Negeri Surakarta

Hadiningrat.

Selanjutnya pada jaman kolonial Belanda, Surakarta merupakan daerah

Swapraja Kasunan dengan rajanya yang bergelar Paku Buwono dan Swapraja

Mangkunegaraan dengan rajanya bergelar Mangkunegara. Untuk menguasai

dan mengawasi kedua daerah kerajaan ini, pemerintah kolonial Belanda

menempatkan seorang Gubernur.

Pemerintah Belanda ini berakhir pada saat Tentara Jepang menyerbu

daerah ini. Bentuk pemerintahan Jepang tidak banyak mengubah sistem

pemerintahan Belanda sebelumnya.

Setelah Indonesia merdeka, daerah Surakarta mengalami enam periode

pemerintahan. Semula daerah ini merupakan daerah istimewa yang ditetapkan

berdasarkan Piagam Penetapan Presiden Republik Indonesia tanggal 19

Agustus 1945. Dalam buku Kenang-kenangan Kota Besar Surakarta (1945-

Page 38: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

26

1953) dijelaskan bahwa, pada tanggal 22 Agustus 1945 pemerintah pusat

membentuk Komite Nasional Pusat. Segera setelah Komite Nasional Pusat

(KNI) dibentuk, maka para terkemuka di Surakarta berusaha membentuk KNI

daerah Surakarta. usaha ini berhasil dan sidang pertama diadakan di pendopo

Woerjaningratan pada bulan September 1945. KNI daerah Surakarta terbentuk

dengan diketuai oleh Mr. Soemodiningrat seorang bangsawan yang pernah

menjabat opsir dalam pasukan PETA. Program yang ditetapkan pada waktu

itu adalah melucuti senjata tentara Jepang dan memindahkan kekuasaan

pemerintah Jepang di Surakarta ke tangan KNI daerah Surakarta

Pada tahun 1945 Surakarta menjadi daerah istemewa yang

pemerintahannya didominasi oleh kraton Kasunanan dan Mangkunegaraan.

Hal ini menyebabkan terjadinya pertentangan antara pihak yang pro dan anti

Daerah Istimewa yang makin hari makin kelihatan keras. Dari kabupaten-

kabupaten luar kota telah memulai tindakan-tindakan yang menyatakan anti

Daerah Istimewa. Tindakan-tindakan ini kemudian disusul oleh pernyataan

terang-terangan lepas dari Pemerintahan Keraton.Untuk mengendalikan situasi

di Surakarta maka pada tanggal 15 Juli 1946 Pemerintah mengeluarkan UU.

No. 16/SD/1946 yang menyebutkan:

1. Jabatan Komisaris Tinggi ditiadakan

2. Daerah Surakarta untuk sementara dijadikan daerah Karisidenan

3. Dibentuk daerah baru dengan nama Daerah Kota Surakarta

Pada tahun 1947 Haminte Kota Surakarta ditetapkan berdiri

berdasarkan Undang-Undang Pembentukan No. 16 Tahun 1947. Perlu

Page 39: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

27

diterangkan bahwa Haminte atau Balai Kota menurut UU Pembentukan adalah

merupakan Balai Kota Istimewa yang mempunyai hubungan langsung dengan

Kementrian Dalam Negeri, berkedudukan sejajar dengan Karisidenan Dalam

Negeri. Sedangkan Wali Kotanya berkedudukan sejajar dengan seorang

Residen.

Page 40: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

28

BAB III

SEJARAH PERKEMBANGAN RADIO REPUBLIK INDONESIA

STASIUN SURAKARTA

A. Awal Mula Perkembangan Radio Siaran Di Indonesia

1. Masa Kolonial Belanda

Siaran radio di Indonesia sudah dimulai sejak jaman penjajahan

Belanda. Ketika pecah Perang Dunia I, pemerintah Hindia Belanda dan

kerajaan Belanda merasakan perlunya hubungan yang cepat antara kedua

wilayah tersebut untuk menyampaikan peraturan pemerintah dan berita.

Hal ini hanya dapat dilakukan melalui hubungan radio, yang lebih cepat

daripada satu-satunnya saluran komunikasi yang ada pada waktu itu, yaitu

telegraf dengan kabel laut. Sejak saat itulah tumbuh “semangat keradioan”

di kalangan orang Belanda di negeri jajahannya. Dengan bantuan Jawatan

Pos, Telepon dan Telegraf Belanda (PTT), tumbuhlah semangat radio

amatir disini. PTT pun memberikan pemancar-pemancar yang kuat di

Bandung (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1989 :33).

Pada tanggal 16 Juni 1925 orang Belanda penggemar radio di

Batavia mendirikan perkumpulan siaran radio yang bernama Bataviase

Radio Vereniging (BRV). Dalam akte notarisnya dinyatakan bahwa

perkumpulan ini didirikan untuk selama 29 tahun. Radio siaran pada masa

penjajahan Belanda dahulu mempunyai status swasta. Munculnya BRV,

menyebabkan munculnya badan-badan radio siaran lainnya seperti;

Page 41: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

29

Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij (NIROM) di Jakarta, Bandung

dan Medan, Solossche Radio Vereniging (SRV) di Surakarta, Mataramse

Vereniging voor Radio Omroep (MAVRO) di Yogyakarta, Vereniging

Oosterse Radio Luisteraars (VORO) di Bandung, Vereniging voor

Oosterse Radio Omroep (VORO) di Surakarta, Chinese en Inheemse Radio

Luisterars Vereniging Oost Java (CIRVO) di Surabaya, Eerste Madiunse

Radio Omroep (EMRO) di Madiun, Radio Semarang di Semarang. Untuk

kota Medan selain NIROM juga terdapat radio swasta Meyers Omroep

Voor Allen (MOVA), yang diusahakan oleh tuan Meyers, dan Algeemene

Vereniging Omroep Medan (VROMA) (Efendy, 1978:52).

Pada tahun 1927, seorang penggemar radio amatir yang bernama

De Groot mendirikan stasiun radio Malabar di Bandung. Fungsinya

utamanya adalah sebagai alat hubungan radio-telegrafis antara Hindia

Belanda dengan negeri Belanda. Usahanya membuahkan hasil pada

tanggal 12 Maret 1927, ketika De Groot mendapatkan siaran gelombang

pendek dari Laboratorium Philips di Eindhoven, negeri Belanda. Sukses

De Groot mendorong para pecinta radio di negeri Belanda untuk

membangun pemancar siaran luar negeri.

Di kalangan orang Indonesia, siaran Radio pertama kali di

selenggarakan di Surakarta oleh perkumpulan Javaanse Kunstkring Mardi

Raras Mangkunegaran (Lingkungan Kesenian Jawa Mardi Raras

Mangkunegaraan). Pemancar mereka dengan nama panggilan PK 2MN,

merupakan hadiah dari Sri Paduka Mangkunegaraan VII. Acara siarannya

Page 42: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

30

hanya berupa kesenian Jawa dan ditangkap oleh lingkungan yang terbatas

karena di Surakarta pada waktu itu baru ada 20 pesawat radio, yang

umumnya milik bangsawan (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1989 :34).

Untuk mempertahankan siaran tersebut, maka pada tanggal 1 April

1933 didirikan Solose Radio Veriniging (SRV) yang diketuai oleh Sarsito

Mangun Kusumo. Sesudah berkali-kali diadakan siaran percobaan, SRV

dapat menyelenggarakan siaran pertama yaitu berupa klenengan Jawa pada

tanggal 15 Januari 1934. Berdirinya SRV Kemudian diikuti dengan

munculnya perkumpulan lainnya yaitu Siaran Radio Indonesia (SRI) yang

didirikan di Solo pada bulan Oktober 1934 oleh Pangeran Surjohamidjojo

(Nardi, 1995:4).

Dari berbagai macam perkumpulan-perkumpulan radio siaran

hanyalah NIROM yang mampu berkembang dengan pesat. Hal ini

disebabkan karena NIROM mendapat bantuan penuh dari pemerintah

Hindia Belanda. Selain itu perkembangan NIROM yang pesat itu di

sebabkan pula keuntungannya yang besar dalam bidang keuangan yakni

dari pajak radio. Semakin banyak pesawat radio di kalangan masyarakat,

semakin banyak uang diterima oleh NIROM. Dengan demikian, NIROM

dapat meningkatkan daya pancarnya, mengadakan stasiun-stasiun relay,

mengadakan sambungan telepon khusus dengan kota-kota besar, dan lain-

lain (Efendy, 1978:53).

Pada tahun 1934, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan

radiowet (undang-undang radio) yang mengatur siaran radio di tanah

Page 43: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

31

jajahannya. Berdasarkan undang-undang ini, NIROM berdiri secara resmi

dan kedudukannya makin kuat karena mendapat lisensi untuk

menyelenggarakan siaran radio selama lima tahun. NIROM kemudian

menjadi studio siaran radio setengah resmi milik pemerintah Hindia

Belanda dan berhak memungut pajak radio sebesar Fl 1.50 setiap bulan

dari setiap pemilik pesawat radio. Jumlah ini tidaklah kecil mengingat

bahwa sewa sebuah pemancar berkekuatan 150 watt adalah sebesar Fl 90

sebulan, sedangkan iuran para anggota perkumpulan siaran radio di

Indonesia paling tinggi hanya Fl 0,50 sebulan. Dari pajak Fl 1,50 di

potong Fl 0,25 untuk tata usaha PTT. Atas bantuan PTT, NIROM

memperbaiki dan menambah alat-alatnya dan kemudian dapat membangun

stasiun pemancar di Bandung, Surabaya, Semarang, Surakarta,

Yogyakarta, Cepu, Malang, Sukabumi, Bogor dan Padang (Ensiklopedi

Nasional Indonesia, 1989 :34).

Pada tahun 1936 terbetik berita bahwa mulai tahun 1937 siaran

ketimuran seluruhnya akan dikuasai oleh NIROM sendiri (Effendy,

1978:54). Ini berarti bahwa mulai tahun 1937 subsidi dari NIROM akan

dicabut, setidak-tidaknya akan dikurangi, karena NIROM tidak akan lagi

merelay siaran-siaran radio milik pribumi, setidak-tidaknya kalau terpaksa

merelay hanya sedikit sekali. Seperti diketahui subsidi NIROM itu semula

di berikan berdasarkan perhitungan jam-merelay. Memang adalah maksud

NIROM yang bersandarkan kekuatan penjajahan itu adalah untuk

mematikan perkumpulan-perkumpulan radio siaran ketimuran.

Page 44: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

32

Pada tanggal 28 Maret 1937 atas usaha anggota Volksraad M.

Sutarjo Kartokusuno dan seorang insinyur bernama Ir. Sarsito

Mangunkusumo diselenggarakan suatu pertemuan antara wakil-wakil

radio ketimuran bertempat di Bandung. Wakil-wakil yang mengirim

utusannya adalah: VORO (Batavia), VORL (Bandung), MAVRO

(Yogyakarta), SRV (Solo) dan CIRCO (Surabaya). Pertemuan tersebut

melahirkan suatu badan baru bernama Perikatan Perkumpulan Radio

Ketimuran (PPRK) sebagai ketuanya adalah Sutarjo Kartohadikusumo.

Tujuan PPRK bersifat sosial budaya semata, yaitu memajukan kesenian

dan kebudayaan nasional guna kemajuan masyarakat Indonesia, rohani dan

jasmani (Efendy, 1978:54).

Pada tanggal 7 Mei 1937 diadakan pertemuan antara ketua PPRK,

Sutardjo Kartohadikusumo, dan para pejabat pemerintah Hindia Belanda.

Pertemuan tersebut menghasilkan persetujuan untuk menyerahkan urusan

siaran ketimuran kepada PPRK, tetapi segi teknisnya masih di urus oleh

NIROM. Pada tanggal 26 Maret 1938, dikeluarkan keputusan pemerintah

yang mengakui PPRK sebagai badan hukum. Tetapi perselisihan dengan

NIROM masih terus berlanjut, yakni mengenai besarnya subsidi untuk

PPRK dan ketidak ikhlasan NIROM melepaskan hak siaran ketimuran

sepenuhnya kepada PPRK.

Pada tanggal 1 Juli 1939, pemerintah menyusun Oosterse Raad

Van Advies (Dewan Penasehat Ketimuran) yang diketuai oleh

Sosrohadikusumo. Dewan ini beranggota 14 orang dari PPRK, PTT,

Page 45: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

33

NIROM dan dewan rakyat. Atas desakan dewan, pemerintah pada bulan

Agustus 1939 memberikan subsidi kepada PPRK sebesar Fl 126.000 untuk

tahun 1940. dengan bantuan keuangan ini, PPRK diharapkan dapat

menyiapkan diri untuk menerima penyerahan hak siaran dari NIROM.

(Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1989:36). Keputusan pemerintah yang

menyetujui penyerahan penyelenggaraan siaran ketimuran dari NIROM

kepada PPRK barulah di keluarkan pada tanggal 30 Juni 1940.

Peperangan di Eropa yang juga melanda negeri Belanda

menyebabkan negeri Belanda dalam keadaan sulit yang membutuhkan

bantuan rakyat jajahannya menyebabkan pemerintah Hindia Belanda

bersifat agak lunak. Sehingga hal ini dimanfaatkan oleh PPRK agar dapat

menyelenggarakan siaran sendiri sepenuhnya tanpa bantuan dari NIROM.

Maka pada tanggal 1 November 1940 tercapailah tujuan PPRK untuk

dapat menyelenggarakan siaran pertama. Lambat laun koordinasi siaran

antara studio PPRK dan studio-studio perkumpulan siaran radio anggota

federasi PPRK semakin diperluas dan disempurnakan (Efendy, 1978:55).

Enam bulan setelah memulai siarannya, barulah masyarakat umum

dapat memahami usaha PPRK. Tetapi siaran itu dan semua siaran radio di

Hindia Belanda hanya dapat hidup sampai bulan maret 1942, karena pada

waktu itu Jepang mulai menduduki Hindia Belanda. Pada tahun 1939

terdaftar 87.510 pesawat radio di Hindia Belanda, tetapi hanya 25.608

yang dimiliki orang Indonesia (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1989:36).

Page 46: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

34

2. Masa Penjajahan Jepang

Dalam peperangan di Asia dan Pasifik yang berlangsung mulai

tahun 1941, Jepang sebagai sekutunya Nazi Jerman dan Italia di Eropa,

mengadakan ekspansi ke arah selatan. Pada bulan Maret 1942 pemerintah

Hindia Belanda menyerah kepada Jepang, tepat tanggal 8 Maret 1942

pemerintah Hindia Belanda dengan seluruh angkatan perangnya

menyatakan menyerah kalah di Bandung kepada bala tentara Jepang. Sejak

tanggal 8 Maret 1942 di bekas wilayah Hindia Belanda dulu berlaku

pemerintahan militer Jepang atas nama resminya pada waktu itu adalah

Dai Nippon (Efendy, 1978:55).

Menjelang kedatangan tentara Jepang, pemerintah Hindia Belanda

memerintahkan untuk penghancuran pemancar-pemancar radio. Tetapi ini

hanya terjadi di Medan dan sebagian di Surakarta, sedangkan di kota-kota

lain peralatan dapat diselamatkan. Pemerintah Dai Nippon membubarkan

semua perkumpulan radio di Hindia Belanda dan menempatkannya di

bawah kekuasaanya. Di pulau Jawa, urusan radio ditempatkan di bawah

kepengurusan Djawa Hoso Kanrikyoku (Badan Pengawas Siaran di Jawa)

yang dibentuk di tingkat pusat yaitu di Jakarta. Badan ini dipimpin oleh

orang-orang Jepang yang ahli di bidang siaran radio dan propaganda.

Cabangnya yang bernama Hoso Kyoku, didirikan di kota-kota besar di

Jawa yaitu: Jakarta, Bandung, Purwokerto, Semarang, Yogyakarta,

Surakarta, Surabaya dan Malang. Hoso Kanrikyoku di Jawa berada di

Page 47: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

35

bawah pimpinan Tomabeci sedangkan cabang-cabangnya di pimpin oleh

Shimamura (Pusponesgoro dan Notosusanto, 1984:58).

Di samping adanya Hoso Kyoku tersebut, maka di kabupaten-

kabupaten didirikan lagi kantor studio yang bernama Shodanso. Shodanso

ini selain menyelenggarakan penyiaran propaganda pemerintah

pendudukan Jepang juga melakukan reparasi dan servis radio di daerah

tersebut. Kantor inilah satu-satunya yang diberi tugas oleh Jepang untuk

menyelenggarakan reparasi, servis dan penyegelan radio. Shodanso juga

memegang peranan penting dalam mengatur penyelenggaraan radio untuk

umum, propaganda, penyegelan terhadap radio atau menetapkan

gelombang-gelombang mana yang boleh didengarkan.

Pada masa pendudukan Jepang, radio umum dipasang hampir

disetiap tempat ramai sampai di pelosok-pelosok desa dengan maksud agar

rakyat dapat mendengarkan siaran propaganda Jepang. Pengawasan radio

dilakukan dengan ketat untuk mencegah, jangan sampai ada siaran kecuali

siaran-siaran dari delapan cabang studio (Hosokyoku) untuk didengarkan

masyarakat (Poesponegoro dan Notosusanto, 1984:58).

Di Sumatera, pusat siaran radio bernama Tyuo Hosokyoku yang

dibentuk di pusat pemerintahannya di bukit tinggi. Studio radio yang di

koordinasi oleh badan Tyuo Hosokyoku adalah studio di Bukittinggi,

Kutaraja (Banda Aceh), Medan, Padang dan Palembang. Semua studio

radio itu hanya dapat menyiarkan berita tentang Sumatera dengan merelay

siaran sentral dari Bukittinggi, sedangkan berita dunia dalam bahasa

Page 48: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

36

Jepang hanya dengan merelai siaran sentral dari Tokyo. Kota-kota lain

yang memiliki Hosokyoku adalah Banjarmasin, Makasar (Ujung Pandang)

dan Manado (Efendy, 1978:56).

Ciri-ciri siaran radio pada jaman Jepang ialah tingginya persentase

siaran berita, yaitu sekitar 3 ½ jam atau ¼ jumlah jam siaran sehari,

ditambah lagi siaran propaganda dari yang diselenggarakan oleh kantor

Sendenbu (Propaganda). Siaran berita di semua studio radio harus

bersumber pada kantor berita Jepang Domei. Siaran musik Barat tetap ada,

tetapi sebagian besar karya kompunis Jepang atau negara-negara Eropa

Barat yang bersekutu dengan Jepang dalam Perang Dunia II (Ensiklopedi

Nasional Indonesia, 1989:37).

Antipati Jepang terhadap bahasa Belanda dan lagu-lagu jazz dan

swing dari Amerika merupakan pendorong bagi berkembangnya bahasa

dan seni musik Indonesia. Para seniman Indonesia yang terhimpun dalam

Keimin Bunka Shidoso (Pusat Kebudayaan) menciptakan ratusan lagu

Indonesia, di antaranya yang mengandung propaganda. Lagu daerah yang

sudah lama tidak diperdengarkan karena dianggap ketinggalan jaman,

mulai terdengar kembali dalam siaran radio.

Tidak seperti pada masa penjajahan Belanda, pada masa penjajahan

Jepang ada kesempatan bagi para pemimpin politik Indonesia untuk

berpidato kepada rakyat melalui radio. Dengan cerdik para politisi dari

Indonesia memanfaatkan propaganda “Semangat Asia Timur Raya” untuk

mengobarkan semangat nasionalisme dan cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Page 49: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

37

3. Masa Kemerdekaan; Lahirnya Radio Republik Indonesia

Pada tanggal 14 Agustus 1945 terdengar berita tentang kekalahan

Jepang dalam perang pasifik setelah kota Hirosima dan Nagasaki di Bom

atom oleh tentara Sekutu. Hal ini mempunyai dampak yang cukup besar

bagi bangsa Indonesia yang pada saat itu berada di bawah penjajahan

bangsa Jepang, salah satunya yaitu pemerintah Jepang membatasi rakyat

Indonesia hanya di perbolehkan mendengarkan siaran radio Hosokyoku

saja, meskipun demikian berita kekalahan bangsa Jepang terhadap sekutu

dapat diketahui oleh bangsa Indonesia yang secara sembunyi-sembunyi

terus mendengarkan siaran luar negeri. Berita kekalahan Jepang tidak

disia-siakan oleh bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia mengadakan suatu

gerakan memproklamasikan Negara Indonesia merdeka, pada saat Jepang

tidak mempunyai kekuatan lagi.

Dalam bukunya Radio Siaran Dan Teknik, Onong Ujtana Efendy

menjelaskan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan bangsa

Indonesia di proklamasikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta. Sebenarnya

para pemuda akan menyiarkan teks proklamasi itu pada saat teks dibaca

oleh Bung Karno dan Bung Hatta, akan tetapi stasiun radio sejak tanggal

15 Agustus 1945 dijaga ketat oleh tentara Jepang. Baru malam harinya

pada tanggal 17 Agustus 1945 yakni jam 19.00 dengan bantuan Suprapto

dan Bachtar Lubis, penyiar seksi luar negeri teks proklamasi itu di siarkan

dalam bahasa Indonesia oleh Jusuf Ronodipuro dan Suparapto

menyiarkannya dengan bahasa Inggris. Akan tetapi siaran ini hanya

Page 50: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

38

mampu di dengar oleh penduduk Jakarta. Maka kemudian para pegawai

tehnik menyalurkan siarannya melalui siaran luar negeri baru pada tanggal

18 Agustus 1945. Dengan demikian siaran pembacaan teks proklamasi

dapat didengar oleh penduduk Australia. Siaran pembacaan teks

proklamasi kemudian di ikuti oleh cabang-cabang yang lainnya. Nama-

nama penyiar Hosokyoku yang patut dicatat dalam penyiaran teks

proklamasi untuk siaran luar negeri adalah Sakti Almsyah dan Hasjim

Rachman serta para teknisi Bambang Sukijun, A.R Rasjid dan

Brotokusumo, sedangkan di pihak PTT adalah Harjoprawoto, Dian dan

Samjun serta seorang insinyur (belum diketahui namanya). Siaran ini

mengudara melalui gelombang-gelombang pendek 16 meter, 19 meter, 24

meter dan 45 meter PMH.

Siaran teks proklamasi ke luar negeri akhirnya di ketahui oleh

Jepang. Hal ini menyebabkan siaran Hosokyoku di hentikan. Akan tetapi

sebuah pemancar gelap berhasil di usahakan sehingga tidak lama

kemudian berkumandang di udara radio siaran dengan Stasion Call Radio

Indonesia Merdeka. Dari sinilah wakil presiden Mohammad Hatta dan

pemimpin-pemimpin lainnya mengadakan pidato radio yang ditujukan

kepada rakyat Indonesia. Disamping itu diusahakan pula hubungan kawat

dengan pemancar PTT di Bandung yang terkuat pada waktu itu. Maka

melalui studio di Sekolah Tinggi Kedokteran di Salemba Jakarta

memancarlah siaran luar negeri dengan call: “This is the voice of free

Indonesia”. Dalam hubungan hal ini perlu dicatat nama Dr. Abdurachman

Page 51: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

39

Saleh yang sangat berjasa dalam mengusahakan siaran dalam masa yang

genting tersebut (Efendy, 1978: 59).

Menghadapi kekalahan Jepang, para pegawai radio bangsa

Indonesia merasa perlu mempersatukan kekuatan mereka untuk membantu

menegakkan perjuangan RI. Dalam rangka inilah, pada akhir Agustus

1945, Maladi dari Solo Hoso Kyoku mengirimkan surat kepada para

teman-temannya di studio Semarang, Yogyakarta, Malang, Surabaya dan

Jakarta meminta agar segera di adakan rapat di Jakarta untuk

mengorganisir radio siaran di Indonesia.

Atas dasar untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah

diperoleh bangsa Indonesia, maka pada tanggal 10 September 1945, para

pegawai Hosokyoku berkumpul di Jakarta untuk merundingkan cara

pengambil alihan radio Hosokyoku untuk dipersembahkan kepada bangsa

Indonesia sebagai alat perjuangan. Pertemuan tersebut tidak membawa

hasil karena semua pemancar dan alat-alat siaran Hosokyoku telah didaftar

dan ditandatangani oleh Sekutu (SEAC di Singapura).

Pertemuan berikutnya di selenggarakan dikediaman Adang

Kadarusman pegawai Jakarta Hosokyoku di Menteng Dalam, Jakarta tepat

pada pukul 24.00 WIB. Rapat tersebut dibuka oleh Dr. Abdulrachman

Saleh, adapun pertemuan tersebut dihadiri oleh:

a. Perwakilan Hoso Kyoku Jakarta, yaitu; Adang Kadarusman, Sutoyo

Surjodipuro, Jusuf Ronodipuro, Sukasmo, Syawal Mochtarudin, M.A.

Tjaja.

Page 52: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

40

b. Perwakilan Hoso Kyoku Bandung, yaitu; Sjakti Alamsyah, R.A. Darja

dan Agus Marah Sutan.

c. Perwakilan Hoso Kyoku Yogyakarta, yaitu; R.M. Soemardi dan

Sudomomarto

d. Perwakilan Hoso Kyoku Surakarta, yaitu; R. Maladi dan Sutardi

Hardjolukito

e. Perwakilan Hoso Kyoku Semarang, yaitu; Suhardi dan Harto

f. Perwakilan Hoso Kyoku Purwokerto, yaitu Suhardjo

Pertemuan tersebut berakhir pada tanggal 11 September 1945 pukul 06.00

WIB yang membuahkan beberapa keputusan, diantaranya adalah:

a. Menetapkan 11 September 1945 sebagai hari berdirinya Radio

Republik Indonesia (RRI).

b. Semua hadirin menyatakan diri sebagai pegawai RRI, sedangkan

pegawai Hoso Kyoku bangsa Indonesia lainnya diminta secara suka

rela memilih apakah menjadi pegawai RI atau tidak. Pernyataan

menjadi pegawai RRI harus disertai sumpah setia kepada RRI dan RI.

c. Jakarta untuk sementara ditetapkan sebagai pusat RRI

d. Sebagai pemimpin umum RRI dipilih Abdurachman Saleh, yang diberi

kekuasaan menetapkan formasi RRI pusat. Perintah dari pusat hanya

akan sah apabila dikeluarkan oleh pemimpin umum.

e. Sebagai cabang RRI pertama dicatat: Bandung, Purwokerto,

Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Malang dan Surabaya.

Page 53: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

41

f. Tri Prasetya RRI, sebagai jiwa dan sumpah pegawai RRI kepada

Republik Indonesia untuk menjaga RRI sebagai alat perjuangan

bangsa Indonesia. Dalam bukunya yang berjudul Hari Radio, RRI

stasiun Surakarta diuraikan bahwa Isi Tri Prasetya RRI adalah:

1) Kita harus menyelamatkan segala alat siaran radio, dari siapapun yang hendak menggunakan alat tersebut untuk menghancurkan Negara kita dan membela alat itu dengan segala jiwa raga, dalam keadaan bagaimanapun dan akibat apapun juga.

2) Kita harus mengemudikan siaran RRI, sebagai alat perjuangan dan alat revolusi seluruh bangsa Indonesia. Dengan jiwa kebangsaan yang murni hati yang bersih dan jujur, serta budi yang penuh kecintaan dan kesetiaan kepada tanah air dan bangsa.

3) Kita harus berdiri diatas segala aliran dan keyakinan partai atau golongan, dengan menyelamatkan persatuan bangsa, dan keslamatan negara, serta berpegangan pada jiwa proklamasi 17 Agustus 1945 (RRI Stasiun Surakarta, 1995:1)

Dengan lahirnya RRI maka pada hari itu pula lahirlah semboyan RRI yang

tetap berlaku hingga sekarang, yaitu “Sekali Di Udara Tetap Di Udara”.

Penyerahan studio radio oleh Jepang secara baik-baik kepada

Indonesia hanya terjadi di Surakarta, Yogyakarta dan Semarang, meskipun

didahului desakan kesar dari pihak Indonesia. Penyerahan studio ini

dilakukan pada tanggal 1 Oktober 1945. dikota lain yang merupakan bekas

tempat studio Hoso Kyoku penyerahan pemancar dan peralatan radio

siaran dilakukan dengan jalan kekerasan. Para pemuda merebut pemancar

dan peralatannya kemudian menyingkir keluar kota, terutama ke daerah

pegunungan. Secara spontan dimana-mana tumbuh usaha membuat

pemancar radio dengan peralatan yang seadanya.

Organisasi radio Republik Indonesia waktu itu berjalan sesuai

dengan roda pemerinthana yang serba darurat. Meskipun sudah ada RRI,

Page 54: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

42

belum ada ketegasan apakah RRI masuk jawatan pos (PTT) atau

Kementrian Penerangan. Bagian teknik RRI Bandung, misalnya masuk

PTT, sedangkan urusan siaran masuk Jawatan Penerangan. Di Sumatera,

ada yang dibawah Penerangan Gubernur Militer. Para pengisi acara

hiburan tidak dibayar dan pegawai bekerja bukan mengharapkan gaji.

Untuk mendapatkan biaya siaran, Radio Garut misalnya memungut

bayaran Rp 5,00 dari tiap berita keluarga yang disiarkannya, sdangkan

RRI Semarang dan Yogyakarta memunguit iuran radio setiap bulan. Ada

pula perorangan yang menjamin makan pegawai studio. Yang bernasib

agak baik adalah RRI Surakarta dan Surabaya, karena dibiayai Komite

Nasional Indonesia (KNI) setempat.

Untuk menertibkan organisasi, maka pada tanggal 12 Januari 1946

diadakan konferensi radio yang pertama di Surakarta, dibawah pimpinan

Abdulrachman Saleh.konferensi tersebut dihadiri oleh wakil-wakil dari 8

studio. Dari Kementrian Penerangan Jakarta hadir Mr. Ali Sastroamidjojo.

Pokok perbincangan berkisar soal menjadi Jawatan Pemerintah atau bukan

Jawatan Pemerintah. Sebagian berpendapat bahwa sebaiknya RRI menjadi

Jawatan Pemerintah, tetapi sebgian lainnya menganggap status diluar

pemerintah lebih baik. Tetapi didalam perbedaan pendapat tersebut tetap

disepakati bahwa siaran radio harus menjadi alat perjuangan nasional. Alat

untuk kepentingan Pemerintah dan rakyat. Karena alasan yang

dikemukakan oleh masing-masing pihak sama kuatnya dan dalam

pemungutan suara didapat jumlah yang sama, yaitu 4:4 maka perlu

Page 55: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

43

diambil pemungutan suara yang kedua. Dalam pemungutan suara yang

kedua terjadi perubahan jumlah suara yaitu 6:2. Enam suara menghendaki

RRI sebagai Jawatan Pemerintah dan dua suara dari RRI Surakarta dan

Semarang menghendaki RRI diluar Jawatan Pemerintah. Sebelumnya

sudah disetujui dengan suara bulat, bahwa jika RRI menjadi Jawatan

Pemerintah maka akan mendapatkan kedudukan dalam lingkungan

Kementrian Penerangan. Kemudian dibentuk sebuah Work Comite yang

berkewajiban melaksanakan keputusan tersebut. Pembentukan Pusat

Pimpinan waktu itu tidak berhasil, karena beberapa pimpinan yang

dicalonkan untuk duduk dalam pucuk pimpinan belum bersedia. Sebagai

ketua Work Comite ditunjuk Surjodipura yang dibantu oleh Sudomomarto

dan Harto.

Keputusan konferensi tersebut belum dapat dianggap sebagai

keputusan yang definitif, karena pihak Pemerintah masih harus

mendapatkan persetujuan. Oleh karena itu maka diadakan konferensi yang

kedua di Purwokerto pada tanggal 23-24 Januari 1946. semua wakil dari

studio RRI datang, kecuali Dr. Abdulrachman Saleh yang menyatakan

berhalangan hadir. Wakil dari Kementrian Penerangan yang hadir adalah

Sumarno. Pembicaraan dalam konferensi ini mengenai Pemimpin Umum

dan anggota-anggota pucuk pimpinan RRI. Dalam konferensi tersebut

ditetapkan bahwa Maladi diangkat sebagai Kepala Jawatan RRI dan

kedudukan pusat Jawatan ditetapkan berada di Surakarta.

Page 56: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

44

Satu hal yang harus di pertimbangkan kembali yakni mengenai

penetapan Pemerintah mengenai pegawai-pegawai RRI bagian tekhnik

dimasukkan sebagai pegawai PTT dan pegawai-pegawai siaran sebagai

pegawai Kementrian Penerangan dan Mentri Perhubungan. Maka atas usul

kepala Jawatan RRI pada tanggal 1 Maret 1946 diadakan pertemuan yang

dihadiri Menteri Penerangan Moh Natsir, Sekjen Kementrian Penerangan

Ali Budiarjo, Kepala Jawatan Penerangan Jawa Tengah Mr. Sudjarwo,

Menteri Perhubungan Ir. Abdulkarim dan Kepala Jawatan PTT Suharto.

Dari pihak RRI hadir Dr. Abdulrachman Saleh, Suhardi, Maladi dan

Sutardi. Pertemuan tersebut menghasilkan persetujuan dari Menteri

Perhubungan bahwa RRI seluruhnya dimasukkan dalam Kementerian

Penerangan, sedangkan mengenai soal-soal teknik diadakan kerja sama

yang baik antara PTT dan RRI.

Setelah segala keterangan, seperti daftar Pegawai, soal keuangan

dan lain-lain dari RRI disampaikan kepada menteri Penerangan, maka

pada tanggal 1 April 1946 Radio Republik Indonesia (RRI) diresmikan

sebagai Jawatan Radio didalam Kementrian Penerangan.

B. Sejarah Perkembangan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta.

1. Awal mula perkembangan radio siaran di Surakarta

Siaran-siaran radio yang berkumandang di Indonesia membuka

pemikiran baru bagi bangsa Indonesia dan siaran-siaran ini dijadikan alat

perjuangan melalui seni budaya yang terdapat di Indonesia, sebab secara

Page 57: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

45

tidak langsung segala pemeliharaan seni budaya di Indonesia merupakan

penanaman kesadaran berbangsa.

Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia dijelaskan bahwa badio

siaran yang pertama kali berdiri di Surakarta adalah PK2MN yang

diusahakan oleh perkumpulan “Javaanse Kunstkring Mardi Raras

Mangkunegaran”, asuhan Sri Paduka Mangkunegara VII, seorang

bangsawan yang pernah ikut bergerak dalam Budi Oetomo yang terkenal

sebagai penggemar seni siaran-siaran gamelan Jawa, Ketoprak dan siaran-

siaran lain dapat dipancarkan kepada penggemarnya. Pada waktu itu yang

memiliki pesawat radio masih jarang sekali. Meskipun demikian,

pengaruhnya terhadap masyarakat besar sekali dan akhirnya timbul

pemikiran baru Sri Paduka Mangkunegara VII agar perkumpulan tersebut

berusaha untuk mendapatkan pemancar baru, mengingat pemancar

PK2MN alat-alatnya mudah rusak.

Sebelum NIROM memulai siarannya secara resmi, meskipun

sudah mengadakan percobaan-percobaan di Tanjung Priok Jakarta, di

Surakarta sudah ada suatu pemancar radio ketimuran, yakni yang disebut

PK2MN. Pemancar PK2MN mengirimkan siaran-siaran gamelan Jawa

dari perkumpulan Javaanse Kunstkring tersebut dan siaran-siaran Ketoprak

atau Wayang orang dari Taman Balekambang Manahan yang dulu

namanya Partinituin. Akan tetapi pada waktu itu pesawat radio masih

asing sekali bagi penduduk, pemilik pesawat penerima pada waktu itu

tidak lebih dari 20 orang, terutama para bangsawan.

Page 58: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

46

Pesawat radio milik Sri Paduka Mangkunegara VII selalu dipasang

di pendapa besar Mangkunegaran, sehingga setiap minggu pagi samapai

siang berkumpul rakyat untuk mendengarkan “peti ajaib”. Lambat laun

pemancar kecil itu tidak memenuhi kebutuhan karena sudah ada beberapa

bagian yang rusak. Atas perintah Sri Paduka Mangkunegara VII, supaya

pengurus perkumpulan dapat membeli pemancar sendiri.

Atas inisiatif Ir. Sarsito Mangunkusumo maka diadakan rapat

dengan para anggota dan juga tokoh terkemuka serta hartawan di

Surakarta, dengan maksud untuk mendirikan perkumpulan yang

mengusahakan penyiaran radio di Surakarta. Rapat yang dilaksanakan

pada tanggal 1 April 1933, melahirkan Solose Radio Vereniging (SRV)

dengan susunan pengurus sebagai berikut

Ketua : Ir. Sarsito Mangunkusumo

Penulis : Sutarto Hadjowahono

Bendahara : Liem Tik Liang

Pembantu-pembantu : Dr. Murmohusodo, Tjan Ing Tjwan, Lowson,

Wongsohartono, Tjiong Joe Hok, Prijosumarto.

Komisi Teknik : Dipimpin oleh ketua

Komisi Penyiaran : Dipimpin oleh Sutarto Hardjowahono

Komisi Propaganda : Dipimpin oleh Dr. Murmohusodo, dibantu oleh

Wongsohartono dan Prijosumarto.

Page 59: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

47

Sejak berdirinya SRV, bertambah lama bertambah banyak anggotanya,

pemancar dapat diperkuat dan siaran-siarannya tidak sampai kehabisan

bahan.

Pada tahun 1934 di Surakarta berdiri sebuah perkumpulan radio

lagi yang bernama SRI (Siaran Radio Indonesia) dibawah asuhan Pangeran

Surjohamidjojo, Muljadi Djojomartono dkk.

Dalam perkembangan berikutnya SRV mampu menyewa dari

pemerintah Kolonial Belanda sebuah pemancar dari PTT dengan kekuatan

150 Watt, Gelombang 62 meter. Pada tanggal 15 Januari 1935 SRV

mengadakan konggres di Surakarta. Konggres antara lain memutuskan

bahwa SRV harus mempunyai gedung tersendiri. Untuk membangun

gedung diperlukan biaya sebanya FI. 7000, sedangkan pada waktu itu

fonds studio yang didapat dari para dermawan baru FI. 2000. untuk

meringankan usaha pengurus SRV maka Sri Paduka Mangkunegara VII

telah menghadiahkan sebidang tanah yang luasnya 5.000 meter persegi

yang letaknya di jalan Markoni (tepatnya di lokasi RRI Surakarta

sekarang). Setelah rencana persiapan pembuatan gedung selesai, maka

pada tanggal 15 September 1935 diadakan peletakan batu pertama dan

pada tanggal 29 Agustus 1936 gedung SRV dibuka dengan resmi.

Perencanaan siaran yang teratur itu, berpengaruh pula pada

pertumbuhan masyarakat. Perkumpulan-perkumpulan musik, gamelan dan

lain-lain berkembang dengan pesat. Bakat-bakat seni dan organisasi yang

terpendam, timbul dengan pesatnya. Dapat dikatakan, siaran radio yang

Page 60: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

48

sudah memiliki studio sendiri dan dengan organisasi yang teratur

membawa dampak yang positif bagi masyarakat. Dengan menyerahnya

Belanda kepada Jepang pada bulan Maret 1942, maka sejarah bangsa

Indonesia mengalami babak baru. Gelombang baru ini pada pokoknya

termaktub dala undang-undang Bala Tentara Dai Nippon nomor 1, pasal 1

yang berbunyi;

Karena bala tentara Dai Nippon berkehendak memperbaiki nasib rakyat Indonesia yang sebangsa dan seturunan dengan bangsa Nippon, dan juga hendak mendirikan ketentraman yang teguh untuk hidup makmur bersama-sama rakyat Indonesia atas dasar mempertahankan Asia Raya bersama-sama, maka dari itu bala tentara Dai Nippon melangsungkan pemerintah militer bagi sementara waktu didaerah yang ditempatinya, agar supaya mendatangkan keamanan yang sentausa dengan segera. (RRI Stasiun Surakarta, 1995:7)

Pasukan Jepang masuk kota Surakarta pada tanggal 5 Maret 1942

melalui Gundih dan Kalioso. Pada tanggal 2 Maret 1942 tentara Belanda

di Surakarta membumi hanguskan obyek-obyek penting termasuk

pemancar serta alat-alat kecil tekhnik SRV. Berkat usaha pimpinan

tekhnik SRV, Oetojo dan Soegoto, pemancar SRV tidak dirusak, hanya

meteran dan alat-alat kecil diambil agar menimbulkan kesan bahwa

perintah Belanda sudah diindahkan.

Pada tanggal 8 maret 1942, H. Funabiki, komandan pasukan

Jepang di Surakarta datang ke studio. Kedatangan H. Funabiki disambut

oleh Sdr. Maladi (salah seorang anggota pengurus program komisi SRV).

Kedatangan H. Funabiki bermaksud untuk menghidupkan kembali

pemancar SRV. Dalam tempo beberapa hari pemancar sudah dapat

berfungsi kembali dan pimpinan diserahkan kepada Maladi. SRV pada

Page 61: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

49

masa kependudukan Jepang berubah menjadi Hoso Kyoku cabang

Surakarta. Dalam langkahnya selalu dicari sela-sela segi perjuangan

bangsa. Salah satu jalan kearah segi perjuangan bangsa Indonesia adlah

mengisi acara yang bertendensi atau bersifat kebangsaan atau

nasionalisme. Lagu atau gending pembukaan “Puspowarno” dan lagu

penutup “Ayak-ayakan Kaloran” dipilih sebagai lagu yang mampu

menanamkan serta memelihara kecintaan kebudayaan bangsa Indonesia.

Dengan langkah-langkah ini, pimpinan Radio Hoso Kanri Kyoku di

Jakarta mencurigai pimpinan Radio di Surakarta dan Maladi dipanggil ke

Jakarta untuk mempertanggung jawabkannya. Setelah memberikan alasan

yang bermacam-macam, akhirnya Jepang menyetujui pendirian Maladi.

(RRI Stasiun Surakarta,

2. Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta.

Setelah diproklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia,

maka para pemimpin radio berusaha keras menghimpun tenaga-tenaga

untuk melancarkan jalannya revolusi. Seperti diketahui bahwa sistem

organisasi Hoso Kyoku memberi kesempatan kepada pegawai bangsa

Indonesia untuk mengadakan hubungan organisasi. Antara studio

Semarang, Yogyakarta dan Surakarta sejak tahun 1944 tiap bulan diadakan

pertemuan membicarakan acara-acara siaran. Dengan adanya hubungan

rutin ini, maka diantara studio Tri Tunggal (Semarang, Yogyakarta dan

Surakarta) sudah terdapat rasa sepenanggungan untuk melangkah lebih

maju lagi.

Page 62: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

50

Pada waktu pemerintahan Jepang banyak terjadi kekerasan dan

kekejaman yang memakan banyak korban dikalangan bangsa Indonesia

diantaranya adalah pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia. Pegawai-

pegawai Hoso Kyoku masih ada kesempatan untuk mendengarkan siaran-

siaran dari luar negeri. Dari sinilah timbul inisiatif untuk menghadapi

jaman baru. Dengan terdengar berita kekalahan bangsa Jepang, bangsa

Indonesia memanfaatkan momentum ini untuk dapat merdeka lepas dari

penjajahan yang telah dialami bangsa Indonesia selama ini.

Setelah diketahui bahwa Indonesia memproklamasikan

kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, Jepang melarang semua

Hoso Kyokunya mengadakan siaran dan mengambil alat-alat yang penting

termasuk pemancar agar tidak dapat mengudara karena alat-alat tersebut

dapat digunakan oleh orang-orang Indonesia untuk memancarkan

siarannya yang sangat merugikan pihak Jepang. Sejalan dengan revolusi

nasional, maka dicari jalan untuk merebut serta menguasai radio-radio

yang telah ada. Pada tanggal 11 September 1945 diadakan rapat diantara

para perwakilan dari para pegawai bekas Hoso Kyoku yang tersebar di

delapan tempat, yaitu Jakarta, Bandung, Purwokerto, Yogyakarta,

Surakarta, Malang, Surabaya dan Semarang. Dalam rapat tersebut diambil

keputusan bahwa setiap studio bekas Hoso Kyoku berkewajiban

mengusahakan penyerahan segala pemancar dan alat-alat Hoso Kyoku dari

Jepang untuk dijadikan tempat dan alat perjuangan selanjutnya.

Page 63: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

51

Radio siaran yang semula bernama Hoso Kyoku berubah nama

menjadi Radio Republik Indonesia (RRI). Dengan bekal ikrar dan

beberapa keputusan hasil rapat tersebut maka wakil-wakil studio

meneruskan perjuangan didaerahnya masing-masing atas dasar satu

komando dari pimpinan umum RRI yaitu Dr. Abdulrachman Saleh.

Dalam bukunya Hari Radio, RRI Stasiun Surakarta menjelaskan

bahwa pertama-tama yang dikerjakan oleh RRI stasiun Surakarta setibanya

dari konferensi 11 September 1945 adalah menanyakan kepada pegawai-

pegawai tentang kesanggupan masing-masing dalam menjalankan hasil

konferensi pada tanggal 11 September 1945, dan ternyata semuanya

bersedia bekerja bekerja pada pemerintah dan menyatakan sebagai

pegawai Republik Indonesia.

Penyerahan pemancar radio di Surakarta dari pihak Jepang ke

Indonesia agak mengalami kesulitan. Pada mulanya pihak pimpinan

Jepang tidak berani menyerahkan pemancar-pemancar dan alat-alatnya.

Hal ini di sebabkan bahwa apabila pemancar-pemancar beserta alat-

alatnya diserahkan ke pihak Indonesia maka Jepang akan mendapatkan

hukuman dari pihak Sekutu. Tetapi pada akhirnya pada tanggal 1 Oktober

1945, dengan syarat penyerahan resmi, Jepang menyerahkan segala

kekuasaan atas Radio Surakarta kepada Maladi. Siaran pun dijalankan

tanpa seijin Jepang. Sebelum ada ketentuan dan biaya dari pemerintah

pusat, maka pemerintah daerah bersedia membiayai segala keperluan RRI

Surakarta sebagai pinjaman yang kelak dapat dibayar kembali apabila

Page 64: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

52

sudah mendapat keuangan dari pemerintah pusat. Di dalam mengusahakan

keuangan RRI Surakarta pada waktu itu perlu disebut jasa-jasa Dr.

Kartono yang mendorong pemerintah daerah untuk membiayai segala

keperluan RRI Surakarta.

Pada tanggal 4 Oktober 1945 RRI Surakarta dapat mengudara

dengan baik. Jadi hanya satu setengah bulan saja RRI Surakarta tidak

mengudara, yaitu dari pertengahan Agustus sampai dengan awal Oktober

1945. Usaha-usaha seterusnya dalam melaksanakan keputusan hasil rapat

11 September 1945 di Jakarta adalah mencari gedung-gedung di

Tawangmangu untuk tempat siaran dan pemancar. Sembilan buah rumah

yang terbaik di Tawangmangu diserahkan kepada RRI oleh pemerintah

Indonesia.

Pada bulan Desember 1945, Surjodipuro datang ke Surakarta untuk

mengadakan siaran luar negeri di Surakarta. Segera pembantu-pembantu

diusahakan dan pertama-tama Susanti Pudjo menyanggupkan diri,

sehingga dalam bulan Januari 1946 sudah dapat dimulai dengan siaran

dalam bahasa Inggris di Surakarta dengan gelombang 60 meter. Staf siaran

dengan bahasa Inggris yang dipimpin oleh Surjodipuro kemudian

diperkuat dengan tenaga-tenaga baru secara sukarela. Kader-kader baru

segera menyusul dalam siaran Inggris ini dengan datangnya Rochmuljati,

Winarsih dan Milke Saleh.

Tahun 1946 bulan Maret, staf siaran luar negeri dapat diperlengkap

dengan datangnya Soetantio Singgih, Hajji dan Budiman dari Yogyakarta.

Page 65: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

53

Dengan demikian siaran-siaran bahasa Inggris berlangsung lebih sempurna

dari studio Tawangmangu. Jumlah staf siaran luar negeri dengan

keluarganya di Tawangmangu berjumlah 25 orang ini memerlukan bahan-

bahan makanan yang tidak sedikit dan juga sarana transportasi. Dalam hal

ini bantuan tentara di Tawangmangu tidak sedikit. Dari Pak Sastro Lawu,

pemimpin tentara di Tawangmangu mereka mendapat bantuan beras, gula

dan lain-lain serta keperluan rumah tangga.

Siaran Nusantara yang meliputi siaran mengenai berbagai

pergolakan yang terjadi di daerah dan siaran mengenai nilai-nilai budaya

bangsa sudah dimulai di Surakarta (kota) dan dipimpin oleh Sdr. Sukirman

yang pada permulaan tahun 1947 yang kemudian dipindahkan ke

Tawangmangu. Untuk siaran tersebut, PTT membantu pemancar dengan

kekuatan 1500 watt pada gelombang 30,4 meter.

Siaran-siaran dalam bahasa Inggris dan Siaran Nusantara di

Tawangmangu disamping siaran-siaran keluar negeri, dan Siaran Nasional

dari Yogyakarta, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dikalangan

pemerintah. Tetapi dalam logika RRI yang memandang situasi negara

masih penuh dengan bahan-bahan eksplosif dan banyak macam

kemungkinan yang dapat terjadi, siaran-siaran bahasa Inggris dan

Nusantara sebagai front kedua dari yang ada di Yogyakarta dianggap

perlu, kalau terjadi sesuatu hal yang buruk di Yogyakarta sebagai front

kedua dari apa yang ada di Yogyakarta yang dianggap perlu.

Page 66: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

54

Tahun 1948 adalah tahun yang penuh peristiwa bagi Surakarta.

Antara lain diselenggarakanya Pekan Olah Raga Nasional I (PON I) di

kota Surakarta tepatnya distadion Sriwedari. Hal ini membuat dunia

semakin tahu bahwa bangsa Indonesia telah mampu berdiri menjadi negara

yang berdaulat dan dapat menyelenggarakan pesta olah raga. Semua itu

tidak lepas dari peranan RRI, yang mulai awal telah menyiarkan berita-

berita sehubungan penyelenggaraan PON tersebut. Tidak kalah pentingnya

peranan para musisi atau seniman Radio Surakarta, yang menyumbangkan

lagu-lagu untuk disajikan pada waktu penyelenggaraan PON tersebut, baik

pada waktu pembukaan maupun penutupan. Hasil-hasil pertandingan dan

suasana pertandingan maupun kegiatan pada waktu itu telah disiarkan

secara langsung oleh RRI Surakarta walaupun dengan peralatan yang

seadanya. RRI Surakarta mampu menyiarkan berita-berita yang sangat

dibutuhkan terutama untuk menggugah semangat para pemuda pada waktu

itu.

Perjanjian Renville yang pada mulanya meyakinkan pemerintah

bahwa ketegangan Indonesia dengan Belanda telah berakhir ternyata tidak

dapat terwujud. Belanda menyalahi isi perjanjian tersebut dan memulai

kembali ketegangan hubungan RI dengan Belanda dengan menjalankan

Agresi Militernya kembali. Agresi Militer Belanda juga dirasakan di

Surakarta. Sejak tanggal 13 September 1948 Surakarta terlibat dalam

suasana pertempuran dengan Belanda yang berusaha meruntuhkan

kedaulatan Indonesia.

Page 67: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

55

Di Kaliurang Yogyakarta pemerintah RI nampak sibuk karena

diplomasi perundingan dengan pihak Belanda dibawah pengawasan UNCI.

Meskipun telah ada perundingan damai dengan Belanda pimpinan Jawatan

Radio merasa tidak tentram hatinya, karena dari Jawa Timur datang berita-

berita yang menyatakan bahwa disepanjang garis demarkasi nampak

kekuatan Belanda yang lebih besar. Untuk menindak lanjuti aksi Belanda

tersebut Maladi sebagai kepala Jawatan RRI pada saat itu

menginstruksikan kepada cabang-cabang RRI supaya pemancar-pemancar

besar harus segera dikeluarkan dari kota-kota dan studio-studio darurat di

pegunungan harus siap bekerja. Instruksi ini dikeluarkan pada tanggal 14

Desember 1948.

Pada tanggal 18 Desember 1948 pasukan Belanda mulai

menyerang Delanggu. Dengan telah diserangnya Delanggu, RRI Surakarta

berusaha memindahkan pemancar RCA, alat-alat studio dan segala

perlengkapan pemancar ke Tawangmangu agar terhdindar dari

kehancuran. Pagi hari tanggal 19 Desember 1948 giliran kota Surakarta

yang diserang oleh Belanda. Pertempuran antara TNI dengan pasukan

Belanda dalam terjadi selama beberapa hari. Pertempuran ini berdampak

jatuhnya kota Surakarta ke tangan Belanda pada tanggal 21 Desember

1948. Maka sepenuhnya RRI Surakarta segera dipindahkan ke

Tawangmangu. (RRI Stasiun Surakarta, 1995:17)

Setelah RRI Surakarta berada di Tawangmangu, pada tanggal 23

Desember 1948 terdengar kabar bahwa Pasukan Belanda sudah masuk ke

Page 68: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

56

Tawangmangu. Hal ini kurang begitu meyakinkan karena tidak terdengar

tembakan maupun ledakan karena jalan satu-satunya ke Tawangmangu

yaitu dari jembatan Kalisamin dijaga ketat oleh pasukan TNI. Untuk

menghindari berbagai hal yang tidak diinginkan maka diperintahkan untuk

mengungsi ke arah utara untuk mencari tempat yang aman. Pada saat itu

tidak banyak perlengkapan yang bisa dibawa. Setelah menempuh perjalan

yang cukup jauh akhirnya para rombongan dapat menemukan tempat yang

cukup aman pada tanggal 7 Januari 1949 yaitu di desa Balong (RRI

Stasiun Surakarta, 1995:29).

Dalam bukunya Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia AH

Nasution menjelaskan bahwa sejak didudukinya Tawangmangu pada

tanggal 23 Desember 1948, hampir semua pemancar dari Solo telah

diangkut ke Tawangmangu (dari tanggal 19 Desember 1948 sampai

tanggal 22 Desember 1948). Harapan terakhir tinggal pada sebuah

pemancar yang dalam pengangkutan terakhir dari Solo (sebutan untuk kota

Surakarta) yang disimpan di desa, Puntukrejo, 1 kilometer utara

Karangpandan.

Setelah diselidiki, ternyata pemancar tersebut sampai pada tanggal

19 Januari 1949 belum diketemukan oleh pasukan Belanda yang ada di

Karangpandan; maka pada tanggal 20 Januari 1949 diadakan percobaan

untuk mengambil pemancar tersebut dari Puntukrejo yang sesungguhnya

sudah ada dalam daerah patroli Belanda (hanya 1 Kilometer dari markas

Belanda di Karangpandan). Dengan bantuan pegawai-pegawai PTT dan

Page 69: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

57

Letnan II Damanik dari Inspektorat Perhubungan, pemancar tersebut

berhasil diambil dari Puntukrejo, lengkap dengan alat-alatnya dan alat-alat

studio, yang semua beratnya tidak kurang dari 11/2 Ton, untuk dipindah

ke Balong melalui daerah pegunungan yang jaraknya tidak kurang dari 10

Km.

Sementara itu sejak tanggal 1 Januari 1949, dengan bantuan Mayor

Suhardi dan Letnan II Damanik, di Balong telah disiapkan sebuah

electrische centrale yang kuat denagn mengambil sebuah dinamo besar

dari ondernaing Rejowinangun seberat 5 Ton melalui jarak lebih kurang

15 Km. Dengan segala usaha dan kerja keras maka pada tanggal 1 Febuari

1949 RRI Surakarta mulai mengudara kembali dengan panngilan “Disini

Radio Republik Indonesia Stasiun Gelombang 30, 4 meter dari Balong”.

Siarannya pada saat itu berupa penerangan-penerangan mengenai situasi

politik dan berita-berita mengenai pertempuran melawan Belanda.

Sejak tanggal 1 Febuari 1949 telah dapat dimulai siaran radio yang

mula-mula memakai gelombang 60 meter kemudian 80 meter dan

akhirnya sejak tanggal 1 Maret 1949 dengan gelombang 30 meter.

Perubahan gelombang tersebut terutama disebabkan karena gelombang 60

meter dan 80 meter mendapat banyak gangguan dari pemancar-pemancar

Belanda, selain itu pula karena gelombang 30 meter dapat mencapai jarak

yang lebih jauh (korte golf). Laporan dari Sumatera tertanggal 27 Febuari

1949 membuktikan bahwa siaran RRI Surakarta dari Balong dapat

ditangkap dengan baik di Sumatera.

Page 70: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

58

Dari sebuah laporan RVD Jakarta tertanggal 2 Maret 1949 yang

didapat dari bagian luisterdientsnya yang mencatat sebuah komentar radio

kami pada tanggal 1 Maret 1949 hampir woordelijk, menunjukkan bahwa

siaran dari Balong dapat ditangkap baik sekali di Jakarta. Siaran dari

Balong tiap malam diadakan dari jam 19.00 sampai jam 21.00 dalam

bahasa Indonesia dan Inggris, yaitu menyiarkan berita-berita dan

komentar, sedang dari jam 21.00-21.30 diadakan acara secara dikte

mengenai berita-berita perjuangan TNI (dari Sumatera atau Yogya) yang

ternyata banyak dikutip oleh surat kabar di daerah-daerah pendudukan.

Malahan beberapa kali oleh Radio Singapura dan New Delhi (Nasution

A.H, 1973:430).

Sejak bulan Mei 1949 RRI Surakarta stasiun Balong berusaha

untuk mengadakan hubungan dengan stasiun-stasiun amateur di seluruh

dunia. Dengan bantuan Bn PHB, maka disiapkanlah sebuah pemancar

telegrafis bergelombang 20 meter untuk dipakai sebagai pemancar

hubungan dengan stasiun-stasiun amateur di seluruh dunia.

Pada pertengahan bulan Juni 1949 sudah dapat diadakan hubungan

telegrafis dengan stasiun-stasiun amateur di London, Holmstedt, San

Fransisco, Brazilia, Berlin, Moskou, Birmingham, Zurich, Seatlle, dan

lain-lain negeri, ya boleh hampir dikatakan hampir dengan seluruh dunia.

Kepada stasiun-stasiun amateur tersebut diminta supaya menyampaikan

kepada kantor-kantor pers dunia seperti Reuter, United Press, dan

sebagainya bahwa setiap hari disiarkan berita-berita Republik dengan

Page 71: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

59

nama Ripress (Republik Indonesia Press)dengan pemancar yang

bergelombang 20 meter pada tiap hari dari jam 18.00 sampai jam 19.00

(waktu Republik) dan minta agar kantor-kantor pers tersebut menyiarkan

berita-berita yang disiarkan RRI Surakarta stasiun Balong. Pada tanggal 18

Juli 1949 dalam siaran “Press Opinion” pemancar radio Amerika Voice of

Amerika menyiarkan berita-berita Ripress tentang pertempuran-

pertempuran di Sumatera yang disiarkan RRI Surakarta stasiun Balong

pada tanggal 17 Juli 1949. Jelaslah bahwa siaran Ripress dapat ditangkap

di Amerika dan digunakan dengan baik oleh Voice of Amerika, sebuah

stasiun radio terbesar di Amerika. Mungkin sekali surat-surat kabar di

Amerika juga memuat berita-berita Ripress.

Dengan singkat dapat dikatakan, bahwa siaran radio dari Balong

mendapat hasil yang baik, hingga mulai bulan Juni siaran-siaran dari

Balong ditambah dengan siaran dalam bahasa Belanda.

Pada tanggal 3 Agustus 1949 jam 06.00 pasukan-pasukan Belanda

dengan kekuatan 1 ½ bn infanteri menyerbu Balong. Berkat kegiatan

anggota-anggota staf TNI dan RRI, maka dapatlah diselamatkan:

a. Pemancar siaran 30 meter lengkap

b. 2 buah pesawat radio

c. 3 buah mesin tulis

d. Semua arsip

e. Semua persediaan kertas

f. Rumah studio lengkap

Page 72: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

60

Yang diketemukan oleh Belanda dalam tempat simpanan (ditanam di

bawah pohon-pohon bambu):

a. 1 pesawat radio (sudah agak rusak),

b. 1 alat versteker (sudah agak rusak),

c. 1 peti persediaan lampu radio (gelijkstroom toestellen),

d. 1 mesia roneso (sedang dalam reparasi)

e. 1 mesin tulis (rusak dan sedang dalam reparasi).

Selanjutnya rumah kantor dan asrama dan rumah luisterpost

dibakar habis. Bahan makanan dan beberapa pakaian keluarga para staf

RRI dan TNI ikut terbakar.

Perlu diterangkan bahwa pada jam 03.00 pagi seluruh penduduk

Balong telah mengungsi, hingga tidak ada seorang tenaga angkutan dari

penduduk dapat membantu menyelamatkan alat-alat penyiaran dari Balong

yang seberat dan sebanyak itu. Dibanding dengan apa yang masih dapat

diselamatkan, alat-alat yang ketinggalan dapat dikatakan tidak seberapa,

apalagi kalau diingat bahwa alat yang terpenting, yaitu pemancar radio

selengkapnya, dapat dihindarkan dari bahaya.

Kerugian 2 buah rumah yang dipakai oleh karyawan RRI Surakarta

dan pejuang TNI di Balong, yang dibakar oleh Belanda, terutama sangat

menimpa yang mempunyai rumah-rumah tersebut, karena semua harta

benda mereka ikut terbakar, ialah electrische centrale yang dihancurkan

oleh 2 buah bom dari pesawat udara yang tepat jatuh pada dinamo hingga

centrale tersebut tidak dapat dipakai lagi.

Page 73: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

61

Dengan perintah Staf GM II, maka pada tanggal 3 Agustus 1949

jam 16.00 seluruh staf berpindah ke Selatan jalan Karangpandan-Solo di

daerah Jumapolo, kecuali 4 orang anggota yang diperintahkan tetap tinggal

di sekitar Balong guna mengamat-amati alat-alat yang masih ada. Seluruh

staf GM II sejak hari itu berkedudukan di sekitar Jumapolo. Staf PHB GM

II sebagian ikut pindah ke daerah Jumapolo dan sebagian ke Jamus (daerah

Madiun), dimana sebuah pemancar cadangan terus mengoper hubungan

dengan Yogyakarta.

Pemancar Ripress disembunyikan di sekitar Balong dan selamat

adanya, tetapi hingga pasca penyerbuan Belanda ke desa Balong belum

dapat melayang kembali berhubung aliran listrik di Balong belum dapat

diperbaiki (AH Nasution, 1973: 429-438).

Pada tanggal 10 Agustus 1949 di Solo (sebutan untuk kota

Surakarta) terjadi pertempuran yang dikenal dengan “Pertempuran Empat

Hari di Solo”. Meskipun Belanda menggunakan kekuatan di darat dan

udara, namun Belanda terdesak dan separuh kota dapat diduduki oleh

Tentara Pelajar dan TNI. Dengan dapat dikendalikannya situasi di Solo

(sebutan untuk kota Surakarta) maka RRI Surakarta kembali ke kota

Surakarta. Disamping membangun RRI Surakarta, maka pada tanggal 11

September 1949 sudah dapat kembali dirayakan hari Radio di Yogyakarta.

Pada waktu Jakarta dan kota-kota besar dikuasai oleh Belanda

pusat pemerintahan RI berada di Yogyakarta. Belanda mendirikan badan

radio siaran yang lebih luas dengan nama Stichting Radio Omroep in

Page 74: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

62

Overgangstijd (ROIO). Perlawanan gerilya-gerilya Indonesia yang

menguasai daerah di luar kota-kota besar telah menggetarkan Belanda.

Situasi ini memungkinkan diadakannya Konferensi Meja Bundar di Negeri

Belanda. Konferensi ini menimbulkan kesepakatan bahwa penyerahan

kedaulatan kepada RI akan dilakukan pada tanggal 27 Desember 1949.

Dikota-kota Indonesia yang mempunyai kedudukan arti penting

dari sudut politik, budaya, sosial dan ekonomi seperti Surakarta,

Semarang, Yogyakarta dan lain sebagainya diperlukan adanya pemancar

yang kuat agar dapat ditangkap oleh banyak orang. Atas dasar politik ini

maka disusun rencana 5 tahun yang disusun bersama Djawatan PTT di

tahun 1950. rencana tersebut memerlukan anggaran belanja yang besar

yang dipecah menjadi 2 golongan yaqitu dari anggaran pemerintah dan

dari pinjaman eximbank. Pembelian baru dapat dijalankan ditahun 1953.

pada bulan April 1953 tiba di Indonesia 3 buah pemancar RCA dari 7,5

Kw dan 5 buah pemancar Gates 1 Kw. Pada bulan Oktober 1953 datang

pemancar-pemancar yang semuanya bikinan pabrik Gates Amerika::

a. 3 Pemancar dari 25 Kw.

b. 7 pemancar dari 10 Kw.

c. 3 Pemancar dari 5 Kw

d. 5 Pemancar dari 1 Kw.

Bersama dengan gerak langkah yang melengkapi kecanggihan

prasarana siaran, berkembang pula acara-acara siaran para penyanyi

seriosa, hiburan dan keroncong yang menggiatkan seluruh RRI di

Page 75: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

63

Indonesia. Dibawah pimpinan Pak Bei Darso Sawego, seni karawitan RRI

Surakarta bersama pabrik piringan hitam Lokananta mulai sibuk merekam

gending klasik Jawa.

Pada tahun-tahun 1959-1966 RRI dihadapkan pada tugas yang

harus selalu siap siaga menghadapi mata acaran siaran yang sangat sarat

dengan security, sehingga mental dalam gerak kerja dibidang redaksi harus

selalu waspada dengan dasar Security Mindednes didalam mengkoreksi

naskah-naskah siaran yang akan disiarkan. Sebagai media massa RRI

harus selalu jujur dan selalu dapat berdiri diatas segala aliran atau

golongan, dengan mengutamakan persatuan bangsa dan keselamatan

negara, serta berpegangan pada jiwa Proklamasi 1945. Kejadian penting

yang perlu dicatat dalam tahun-tahun tersebut adalah:

a. Siaran sentral Dekrit Presiden RI, 5 Juli 1959

b. Tentang manifestasi kebudayaan

c. Peristiwa G 30 S/PKI

Dengan tekun dan waspada, para angkasawan RRI Surakarta dapat

bertugas dengan baik dan selamat dalam mengendalikan setiap acara

siarannya.

Dalam peran serta turut melaksanakan pemulihan keamanan

setelah terjadinya pemberontakan G 30 S/PKI, maka reporter RRI

Surakarta pada saat itu Suwandi Atmodjanawi, O.B Kops dan crew yang

lain selalu mengikuti tugas ABRI yang membubarkan Ormas dan Orpol

Page 76: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

64

terlarang/PKI ke pelosok-pelosok daerah terpencil dan kecamatan-

kecamatan untuk segera dapat menyiarkan lewat RRI Surakarta.

Ditahun-tahun menjelang memuncaknya situasi panasnya politik

sebagai akibat peristiwa G30S/PKI, RRI Surakarta, RRI Semarang dan

RRI Yogyakarta merupakan studio RRI Tri Tunggal, menyelenggarakan

siaran RRI di pusat kota Purwokerto. Siaran ini ditujukan untuk

menanggulangi gerakan-gerakan dan isu-isu dari golongan yang masih

mengadakan pemberontakan terhadap Indonesia.

Sejak tahun 1966, setelah terlaksananya penumpasan

pemberontakan G30S/PKI, siaran RRI berfokus pada pembinaan sikap

mental yang berkiblat pada butir-butir Orde Baru. Bagi Orde Baru, pada

saat-saat selanjutnya RRI adalah perangkat politik untuk melaksanakan

konsensus-konsensus politik permeintah pusat terhadap daerah. Jennifer

Lindsay mencatat, pada paro 1970-an, RRI menyubordinasikan sebanyak

147 stasiun radio di kota-kota kabupaten yang biasa disebut Radio Siaran

Pemerintah Daerah (RSPD) dan Radio Khusus Pemerintah Daerah

(RKPD). Radio-radio ini diharuskan merelay program-program RRI tanpa

perubahan dan koreksi. Keharusan ini sebenarnya bertentangan dengan

gagasan bahwa RKPD dan RSPD adalah suatu ruang otonom milik

pemerintah daerah dalam memformulasikan materi siarannya sendiri yang

selaras dengan konteks kebutuhan daerah.

Pembenahan mata acara siaranpun diketatkan. Bahan-bahan siaran

diisi dari hasil kerja sama dengan Kantor Agama, ABRI dan Kepolisian.

Page 77: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

65

Pengabdian RRI Surakarta terus melaju mensukseskan Orde Baru.

Beberapa acara unggulan RRI Surakarta pada masa Orde Baru seperti;

acara Desaku Maju, Gema Kota Bengawan, Solo Hari Ini, Mutu Ilmu dan

Teknologi, Pembicaraan Kita Bulan Ini, Siapa Mau Boleh Ikut, dan lain

sebagainya.

Pasca tahun 1998 RRI terbagi dalam empat kriteria berdasarkan

kondisi sosiologis dan ekonomi masyarakat pemirsanya. Ada RRI Utama,

RRI Madya, RRI Muda, dan RRI Pratama. RRI Utama dan RRI Madya

lazimnya berada di kota-kota besar dengan masyarakat yang lebih modern

dan kosmopolit. Sedangkan RRI Muda dan Pratama berada di kota-kota

kabupaten dan kota kecil lainnya. RRI Utama dan Madya dengan jenis

sajian dan pangsa pasar pendengar dan iklan yang lebih kosmopolit tentu

sangat berbeda dengan RRI Muda dan Pratama dengan segmen pendengar

yang masih urban, apalagi rural, dengan pangsa iklan yang terbatas.

(Sudibyo, 2004:338)

Dalam situs RRI Surakarta dijelaskan bahwa dengan disahkannya

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang penyiaran, RRI saat ini

berstatus Lembaga Penyiaran Publik. Pasal 14 Undang-undang Nomor 32

Tahun 2002 menegaskan bahwa RRI adalah lembaga penyiaran publik

yang bersifat independen, netral, tidak komersial dan berfungsi melayani

kebutuhan masyarakat. Sebagai lembaga penyiaran publik, RRI terdiri dari

Dewan Pengawas dan Dewan Direksi. Dewan Pengawas yang berjumlah 5

orang terdiri dari unsur publik, pemerintah dan RRI. Dewan Pengawas

Page 78: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

66

yang merupakan wujud representasi dan supervisi publik memilih Dewan

Direksi yang berjumlah 5 orang yang bertugas melaksanakan kebijakan

penyiaran dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan penyiaran

Status sebagai lembaga penyiaran publik juga ditegaskan melalui

Peraturan Pemerintah Nomor 11 dan 12 tahun 2005 yang merupakan

penjabaran lebih lanjut dari Undang-undang No. 32 Tahun 2002. sebelum

menjadi lembaga penyiaran publik hampur 5 tahun sejahk tahun 2000,

RRI berstatus sebagai Perusahaan Jawatan (Perjan) yaitu Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) yang tidak mencari untung. Dalam status

Perusahaan Jawatan RRI telah menjalankan prinsip-prinsip sebagai radio

publik yang independen. Perusahaan Jawatan dapat dikatakan sebagai

status transisi dari Lembaga Penyiaran Pemerintah menuju Lembaga

Penyiaran Publik pada masa reformasi.

Perubahan RRI menjadi Lembaga Penyiaran Publik telah melalui

proses yang cukup panjang seiring semangat demokratisasi media yang

berjalan seiring momentum reformasi. Sebelumnya, RRI adalah lembaga

penyiaran pemeintah yang merupakan unit kerja Departemen Penerangan.

Fungsi RRI sebagai lembaga penyiaran publik tidak hanya memberikan

informasi yang aktual, tepat dan terpercaya, namun juga memberikan nilai-

nilai yang edukatif seperti memebreikan porsi pada siaran pendidikan, baik

secara instruksional seperti siaran SLTP, SMU dan Univeristas terbuka,

juga memberikan pendidikan masyarakat seperti siaran pedesaan, siaran

wanita, siaran nelayan dan lain-lain. Tidak ketinggalan RRI juga

Page 79: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

67

menyajikan siaran yang menyajikan nilai seni dan budaya bangsa yang

dikemas dalam sajian yang menarik. Hiburan musik dari manca negara

pun tersaji apik dalam siaran RRI. Coverage area siaran RRI tidak saja di

dalam negeri namun juga menenbus sampai manca negara yang tersaji

dalam Voice of Indonesia (Siaran Luar Negeri RRI).

Dalam memasuki statusnya sebagai perusahaan Jawatan, RRI

Surakarta kini menjadi cabang muda yang mengarah pada segmen

pendengar khususnya melalui Programa I, II dan III.

a. Progama I memikat dengan format informasi, pendidikan dan hiburan.

Sasaran wilayah RRI Surakarta diutamakan pada wilayah pembantu

Gubernur Jateng untuk wilayah Karisedenan Surakarta, yang meliputi

kota Surakarta, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Klaten, Kabupaten

Boyolali, Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten

Wonogiri yang luasnya sekitar 7.500 Km² terbagi dalam 127

Kecamatan dan 1242 Desa/Kelurahan. Jumlah penduduk di Dati II

tersebut sekitar 6,4 Juta Jiwa. Frek/Power: FM.102 MHz/3 Kw;AM.

972 KHz/50 Kw, dengan sapaan “Saudara Pendengar”. RRI Programa

I memikat/mantap dan bermanfaat.

b. Programa II, dengan format musik dan informasi, sasaran pendengar:

pelajar, mahasiswa, profesional muda dan karyawan. Sasaran wilayah

adalah kota Surakarta dan sekitarnya. Frek/Power: FM. 99MHz/3 Kw,

dengan sapaan “Sobat Pro. II”. Posisioning RRI Pro. II PASS (Prima,

Page 80: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

68

Aktif, Selektif, Santai). Acara unggulan: MAKITA (Masalah Kita) dan

AURA (Anda Ungkapkan Rasa) tiap hari Pkl. 22.00-24.00WIB.

c. Programa II, adalah program siaran RRI Surakarta yang sebagian besar

acaranya merelay dari Programa III cabang utama Jakarta. Dan

sebagian lagi diproduksi acara lokal. Format berita dan informasi 60%

Frek/Power: FM. 105 MHz AM. 1053 KHz/1 Kw, dengan sapaan

“Pendengar Pro. III”. Posisioning Pro III Prima Suara: Prima Dalam

Berita: Prima Dalam Suara: Sumber Berita Anda.

Kini secara geografis, wilayah operasional RRI Surakarta terletak

diantara gunung Lawu di sebelah Timur dan Gunung Merapi di Sebelah

Barat serta bagian Selatan Pegunungan Seribu. Perjan RRI Surakarta

berada di kota Surakarta yang letaknya di dataran rendah lebih kurang 110

Meter diatas permukaan laut.

Page 81: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

69

BAB IV

PERANAN RADIO REPUBLIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN

MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI SURAKARTA

A. Kota Surakarta Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

1. Keadaaan Politik Surakarta Pasca Proklamasi Kemerdekaan

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan

sebagai negara merdeka setelah bertahun-tahun berada dibawah bayang-

bayang penjajahan bangsa Belanda dan Jepang. Proklamasi kemerdekaan

RI yang dilakukan oleh Soekarno dan Moh Hatta merupakan awal dari

berdirinya kedaulatan negara Republik Indonesia.

Dalam buku Kenang-kenangan Kota Besar Surakarta (1945-1953)

dijelaskan bahwa, pada tanggal 22 Agustus 1945 pemerintah pusat

membentuk Komite Nasional Pusat. Segera setelah Komite Nasional Pusat

(KNI) dibentuk, maka para terkemuka di Surakarta berusaha membentuk

KNI daerah Surakarta. usaha ini berhasil dan sidang pertama diadakan di

pendopo Woerjaningratan pada bulan September 1945. KNI daerah

Surakarta terbentuk dengan diketuai oleh Mr. Soemodiningrat seorang

bangsawan yang pernah menjabat opsir dalam pasukan PETA. Program

yang ditetapkan pada waktu itu adalah Melucuti senjata tentara Jepang dan

Memindahkan kekuasaan pemerintah Jepang di Surakarta ke tangan KNI

daerah Surakarta

Pada tanggal 30 September 1945 KNI Daerah yang dipimpin oleh

Mr Soemadiningrat berhasil memaksa pembesar-pembesar Jepang

Page 82: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

70

dibawah pimpinan Kochi Jimu Kyoku Chokan H. Watanabe untuk

menyerahkan kekuasaan Pemerintahannya kepada KNI. Peristiwa ini

terjadi di Balai Kota dan disaksikan oleh beribu-ribu masyarakat

Surakarta. mulai tanggal 1 Oktober 1945 Pemerintahan di Surakarta

selanjutnya diselenggarakan oleh Putjuk Pimpinan Tn. Soeprapto (Ketua

Pengadilan Negeri Surakarta), Tn. Soetopo Adisapoetro dan Tn.

Soemantri. Ketiga beliau ini bertugas melaksanakan tugas pemerintahan

sehari. Kantor Kochi diganti nama dengan KPPRI (kantor Pusat

Pemerintahan Indonesia). Nama ini dipandang kurang tepat lalu diganti

dengan KDPRI (Kantor Daerah Pemerintahan Republik Indonesia.).

Setelah pemindahan pemerintahan berhasil dilakukan, maka KNI

Daerah berusaha untuk melaksanakan tugas keduanya yaitu melucuti

senjata tentara Jepang. Hal ini di tindak lanjuti dengan melucuti senjata

tentara Jepang yang markas terletak di Timuran (markas Kenpei Tai

Timuran). Dalam buku Inventarisasi Sumber-sumber Sejarah Di Jawa

Tengah R. Soembardjo, BSc mantan anggota Tentara Pelajar

menggambarkan keadaan kota Surakarta pasca proklamasi sebagai berikut

“Sebenarnya kota Solo waktu itu sudah dikondisikan untuk menyambut kemerdekaan, sehingga ketika Indonesia benar-benar merdeka orang-orang Solo senang sekali, masyarakat menyambut dengan gegap gempita kemerdekaan itu. Orang-orang waktu itu mengenakan merah putih di kepalanya dan setiap bertemu orang pasti mengucapkan “merdeka” tapi kondisinya waktu itu tenang-tenang saja. Sumodiningrat sebagai walikota waktu itu menggerakkan rakyat mengambil senjata di markas Jepang. Waktu itu saya ikut mengambil senjata di Kempetai dan dari kita ada satu orang yang gugur namanya Arifin” (Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, 1995:279)

Page 83: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

71

Pada tahun 1945 Surakarta menjadi daerah istemewa yang

pemerintahannya didominasi oleh kraton Kasunanan dan

Mangkunegaraan. Hal ini menyebabkan terjadinya pertentangan antara

pihak yang pro dan anti Daerah Istimewa yang makin hari makin kelihatan

keras. Dari kabupaten-kabupaten luar kota telah memulai tindakan-

tindakan yang menyatakan anti Daerah Istimewa. Tindakan-tindakan ini

kemudian disusul oleh pernyataan terang-terangan lepas dari Pemerintahan

Keraton. Jadi pernyataan lepas dari pemerintahan Keraton adalah suatu

gerakan yang dimulai dari luar kota.

Kabupaten Karanganyar pada tahun 1945 menyatakan lepas dari

pemerintahan Mangkunegaraan. Kemudian disusul oleh Kabupaten

Sragen, Klaten, Boyolali dan selanjutnya kota Surakarta. dengan

pernyataan lepas ini, menyebabkan urusan pemerintahan Keraton yang

berpusat di Kantor Kepatihan mulai terhambat. Di Kantor kepatihan

sendiri kemudian timbul pergolakan-pergolakan, diantaranya para

pegawainya terutama yang telah bergabung dengan SBNS (Serikat Buruh

Negeri Surakarta). Serikat buruh ini menyatakan tidak puas dengan para

petinggi Kantor Kepatihan. Serikat Buruh menginginkan para petinggi

kantor berjiwa muda dan berjiwa revolusioner. Setelah tuntutannya itu

kurang mendapatkan persetujuan dari pihak atasan maka suasana menjadi

ricuh dengan terjadinya penculikan terhadap 9 orang pembesar kantor

kepatihan.

Page 84: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

72

Pergolakan anti Daerah Istimewa makin menjadi setelah

Kepolisian Daerah Surakarta menyatakan lepas dari Pemerintahan

Kasunanan dan Mangkunegaraan serta memaklumatkan berdiri sebagai

Kepolisian Republik Indonesia.

Dewan Pimpinan KNI mengeluarkan maklumat mengangkat

Sidoredjo sebagai Kepala Daerah Kabupaten Kota Surakarta pada tanggal

19 Mei 1946. Untuk mengendalikan situasi politik di Surakarta Menteri

Dalam Negeri mengangkat seorang wakil Pemerintah Pusat yang

menjalankan Pemerintahan Daerah. Kewajiban ini diserahkan kepada P.T.

Soerjo. Belimau menjabat sejak tanggal 27 Mei 1946.

Pada tanggal 1 Juni 1946 Komandan dan Tentara Divisi X (Daerah

Surakarta) Mayor Soetarto mengeluarkan maklumat No. 1 yang

menyatakan bahwa untuk menjalankan Pemerintahan sehari-hari Tentara

Angkatan Darat Divisi X membentuk suatu Badan Pekerja yang

dinamakan Pemerintah Rakyat dan Tentara Daerah Surakarta.

Pada tanggal 27 Juni 1946 di Surakarta terjadi peristiwa penculikan

Perdana Mentri Sjahrir beserta rombongannya, yaitu Dr. Darmasetiawan

(Menteri Olah Raga), Mayjen Soedibjo, Dr. Soemitro dan Tuan Gaos.

Penculikan ini merupakan salah satu akibat adanya pergolakan politik

yang tak kunjung reda di Surakarta. Akan tetapi pada tanggal 2 Juli 1946,

Perdana Mentri Syahrir berhasil diselamatkan.

Page 85: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

73

Untuk mengendalikan situasi di Surakarta maka pada tanggal 15

Juli 1946 Pemerintah mengeluarkan UU. No. 16/SD/1946 yang

menyebutkan:

1. Jabatan Komisaris Tinggi ditiadakan

2. Daerah Surakarta untuk sementara dijadikan daerah Karisidenan

3. Dibentuk daerah baru dengan nama Daerah Kota Surakarta

Pada tanggal 6 Agustus 1946 dengan keputusan Residen Surakarta tanggal

7 Agustus 1946 No. 6, ditetapkan bahwa telah dibentuk susunan Dewan

Perwakilan Rakyat Surakarta. Dewan Pertahanan dihapus. Dewan

Perwakilan Rakyat menggantikan kinerja KNI Daerah sebagai Badan

Legislatif.

Pada tanggal 9 November 1946 Residen Iskak yang juga

merangkap sebagai wali kota Surakarta dan wakil Residen Soediro diculik

oleh suatu gerombolan yang tidak dikenal. Permasalahan penculikan kedua

pejabat tinggi Surakarta ini tidak juga dapat dipecahkan sehingga

Pemerintah Pusat menganggap perlu menyatakan bahwa Residen Iskak

dan Wakil Residen Soediro untuk sementara waktu tidak dapat

menjalankan kewajibannya. Pemerintahaan Daerah berlangsung terus dan

dipimpin oleh Badan Executief Karisidenan. Keadaan ini berlangsung

sampai tanggal 6 Desember 1946 dengan diangkatnya Gubernur Soetardjo

Kartohadikusoemo untuk menjabat sebagai Residen Di Surakarta.

Haminte Kota Surakarta ditetapkan berdiri berdasarkan Undang-

Undang Pembentukan No. 16 Tahun 1947. Perlu diterangkan bahwa

Page 86: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

74

Haminte atau Balai Kota menurut UU Pembentukan adalah merupakan

Balai Kota Istimewa yang mempunyai hubungan langsung dengan

Kementrian Dalam Negeri, berkedudukan sejajar dengan Karisidenan

Dalam Negeri. Sedangkan Wali Kotanya berkedudukan sejajar dengan

seorang Residen. Hal ini mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Pusat

mengingat situasi dan kondisi politik Surakarta yang kacau balau.

Dalam pertengahahan bulan Juli 1947 Wakil Residen Soediro

diangkat menjadi Residen Surakarta. dengan ditetapkannya Wali Kota

Sjamsuridjal dan Residen Soediro sebagai pejabat pemerintahan di daerah

Surakarta lengkap dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan Badan Executief

maka sedikit demi sedikit jalan roda pemerintahan baik di kota Surakarta

maupun Karisidenan Surakarta menjadi lancar.

Di kota Surakarta terjadi pergolakan politik yang cukup hebat

pasca perjanjian Renvile. Pertempuaran antara Tentara Pelajar yang ingin

membersihkan kota Surakarta dari para penguasa yang korup dengan

aparat keamanan setempat mengakibatkan situasi kota Surakarta menjadi

memanas kembali. Pemerintah pusat mengatasi hal ini dengan

menempatkan Mr. Moeljatno dengan stafnya sebagai Perwakilan

Mahkamah Agung Tentara yang bertugas mengatasi kesemrawutan di kota

Surakarta. Perundingan damai pun dapat dilaksanakan dan mencapai hasil

yang cukup baik. Sejak adanya perundingan tersebut kota Surakarta

keadaanya berangsur-angsur membaik.

Page 87: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

75

Pada tanggal 17 Agustus 1948 telah dibuka Expositie Nasional di

kota Surakarta. Expositie ini diikuti oleh sebagian besar Kementrian dan

Jawatan. Pembukaan dilakukan oleh P.J.M, Presiden beserta Menteri-

menteri dan pembesar-pembesar lainnya. Disamping itu juga ikut serta

anggota KTN dan wartawan luar negeri yang berkunjung untuk

menyaksikan pameran tersebut. Pada hari ketiga tepatnya tanggal 19

Agustus 1949 Expositie dibakar oleh seseorang yang tidak dikenal.

Dengan adanya kejadian ini kota Surakarta diliputi lagi dengan kabut

kegelapan yang penuh dengan dugaan-dugaan dan pertanyaan-pertanyaan.

Untuk memajukan bidang olah raga, pada tanggal 9 September

1948 pemerintah RI mengadakan Pekan Olah Raga Nasional (PON) yang

diselenggarakan dikota Surakarta.

2. Pergolakan Sosial Pasca Proklamasi Kemerdekaan Di Kota Surakarta

Dalam buku Kenang-Kenangan Kota Besar Surakarta 1945-1953

yang diterbitkan oleh DPRD Sementara Kota Besar Surakarta,

Sjamsuridjal Walikota Surakarta tahun 1946 menjelaskan keadaan sosial

masyarakat kota Surakarta sebagai berikut;

”Masjarakat Surakarta jang ratusan tahun dalam pengaruh dan pimpinan suatu,,stelsel’’ pemerintahan jang ,,koloniaal-autokratis’’ harus dirobah dengan sekaligus mendjadi suatu Masjarakat jang demokratis dengan susunan pemerintahannja jang demokratis pula. Sudah barang tentu keadaan serupa itu membawa kegontjangan dan ,,ontwrichting’’ dalam segala lapangan dan sendi2 masjarakat. Hanja jiwa jang besar dan creatief jang dapat melaksanakan pekerdjaan jang maha hebat serupa itu. Untuk melaksanakan pekerdjaan itu kita harus pandai mentjiptakan hukum2 tata negara dan hukum2 masjarakat jang baru jang berdasar ,,Normen2’’ dan nilai2 jang baru pula. Dasar hukum jang lama ta’ dapat dipakai lagi karena ta’ hidup lagi dalam masjarakat itu.

Page 88: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

76

Didasarkan pada ilmu2 hukum jang ada pada kita dan jang dilaksanakannya seyjara progresisief , maka dalam waktu enam bulan dapatlah tertjapai satu dasar hukum jang sesuai dengan azas2 demokrasi dan ,,Normen2 jang baru jang menjadi dasr Negara kita. Dalam waktu enam bulan itu Kota Surakarta mempunjai satu Undang2 pembentukan jakni satu-satunja Undang2 pembentukan daerah autonoom jang pertama-tama dihasilkan oleh pemerintah kita sendiri. (Badan Pekerdja KNIP dan Kabinet) Meskipun Undang2 itu masih ada kekurangan2nja, akan tetapi dasar hukum jang dapat mendjadi pegangan bagi Pemerintah Kota Surakarta sebagai daerah autonoom menurut Azas2 negara kita telah ada. Disampingnja persoalan hukum itu masih ada seribu satu persoalan sebagai akibat revolusi Nasional dan revolusi Sosial jang bergolak dikalangan masjarakat Surakarta itu. Waktu dan tempatnja ta’ ada disini untuk membentangkan persoalan2 ini setjara mendalam dan satu persatu. Tjukup kiranja djika saja terangkan disini, bahwa akibat2 itu dapat dianalisir dan diatur lebih ringan semendjak Pemerintah Kota Surakarta mempunjai dasar hukum itu” (DPRDS Surakarta, 1953:8).

Dari pernyataan Wali kota Surakarta Sjamjuridjal tersebut diatas

maka dapat diketahui bahwa kondisi sosial masyarakat Surakarta pasca

kemerdekaan RI diliputi oleh pertentangan-pertentangan nilai-nilai

nasionalisme dan nilai-nilai budaya Kraton. Pertentangan ini makin

nampak ketika daerah-daerah karisidenan Surakarta mulai berusaha untuk

melepaskan diri dari pemerintahan Kraton. Pada masa revolusi

pertentangan ini makin bertambah ketika Kraton Surakarta berpihak

kepada Belanda. Dalam buku Inventarisasi Sumber-sumber Sejarah di

Jawa Tengah, H.M Wahyudi seorang intel pada masa perjuangan

kemerdekaan RI menyatakan kondisi sosial masyarakat Surakarta sebagai

berikut:

”Masyarakat di kota Solo anehnya begitu ada Kraton Yogyakarta itu Republiken, tetapi Kraton di Solo ini pro Belanda, diantaranya kraton itu mempunyai pasukan yang bernama Semut Ireng yang dipersenjatai oleh Belanda. Kalau Kraton Yogyakarta hartanya untuk republik, tetapi jika Kraton Solo hartanya bingung. Tetapi mereka yang simpati dengan Belanda kami lucuti semua. Pemerintahan berjalan biasa terus. Jadi

Page 89: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

77

lurahnya tidak di kota. Keraton sudah lama tidak ditaati” (Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, 1995:347-348)

Pernyataan H.M Wahyudi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat

Surakarta pada masa revolusi terjadi kurang begitu memandang dan

mentaati nilai-nilai Kraton. Hal ini disebabkan tindakan Kraton Surakarta

yang pro dengan Belanda

3. Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan.

Setelah Indonesia merdeka, kekuatan asing berikutnya yang harus

dihadapi oleh Indonesia adalah pasukan-pasuka Sekutu, yang ditugaskan

untuk menduduki wilayah Indonesia dan melucuti tentara Jepang. Di

bawah Letnan Jenderal Sir Philip Christison tentara Sekutu mendarat di

Jakarta pada tanggal 29 September 1945, dengan tujuan:

a. Menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang

b. Membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu

c. Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian

dipulangkan.

Kedatangan Sekutu semula disambut dengan sikap terbuka oleh pihak

Indonesia. Akan tetapi, setelah diketahui bahwa pasukan Sekutu datang

membawa tentara Belanda (NICA) yang hendak menegakkan kembali

kekuasaan kolonial Hindia Belanda, sikap Indonesia berubahn menjadi

curiga dan kemudian bermusuhan. Situasi dengan cepat menjadi buruk

setelah NICA mempersenjatai kembali bekas KNIL yang baru dilepaskan

dari tahanan orang Jepang. Orang-orang NICA dan KNIL di Jakarta,

Surabaya dan Bandung mulai memancing kerusuhan dengan mengadakan

Page 90: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

78

provokasi. Hal ini menyebabkan terjadinya pertempuran antara pasukan

sekutu dengan bangsa Indonesia diberbagai daerah di Indonesia

(Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1981:44-45).

Dalam menghadapi aksi dari Belanda dan Sekutu pemerintah RI

menempuh jalan berunding dengan pihak Belanda dan Sekutu. Namun

perundingan yang dilakukan tidak cukup untuk menghentikan aksi

Belanda dalam usahanya meruntuhkan kedaulatan RI. Pada tanggal 21 Juli

1947 Belanda melancarkan serangan serentak terhadap daerah-daerah

Republik Indonesia. Serangan militer ini dikenal sebagai Agresi Militer

Belanda.

Pada tanggal 18 September 1948 terjadi pemberontakan PKI di

Madiun yang dipimpin oleh Muso. Hal ini memicu terjadinya pergolakan

di Surakarta antara kaum komunis dengan rakyat yang mendukung dan

melawan gerakan PKI. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah pusat

mengangkat Kolonel Gatot Soebroto Gubernur Militer daerah Surakarta,

Semarang, Pati dan Madiun. Pemerintah Indonesia mendapatkan tawaran

bantuan dari Belanda untuk mengatasi hal ini. Akan tetapi tawaran tersebut

ditolak oleh Drs. Moh Hatta. Gerakan pemberontakan PKI di Madiun

berakhir pada tanggal 31 Oktober 1948 dengan terbunuhnya Muso di

kampung Sumandang Kabupaten Ponorogo.

Baru saja perang saudara di tanah Surakarta selesai, Surakarta

dihadapkan dengan Agresi Militer Belanda. Setelah Yogyakarta dapat

diduduki oleh Belanda, maka sasaran berikutnya Belanda adalah kota

Page 91: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

79

Surakarta. Pada tanggal 21 Desember 1948 kota Surakarta dapat dikuasai

oleh Belanda yang menyerbu dari arah Salatiga dan Yogyakarta. Dengan

didudukinya kota Surakarta maka pemerintahan di kota Surakarta diambil

alih oleh Belanda. Saat kota Surakarta diduduki oleh Belanda wali kota

Syamsuridjal beserta beberapa pemimpin pemerintahan ditangkap oleh

Belanda. Dengan keadaan yang sedemikian rupa seolah-olah kota

Surakarta sudah terlepas dari kedaulatan Indonesia. Untuk mengatasi

keadaan ini dan untuk melanjutkan perlawanan maka Menteri Dalam

Negeri Dr. Soekirman pada tanggal 24 Januari 1949 memerintahkan

Residen Surakarta untuk merangkap juga sebagai wali kota. Oleh karena

Residen berada di luar kota, dan untuk lebih giat menjalankan tugas

pekerjaan walikota maka residen mengangkat Soedjatmo Soemowerdojo

untuk menjabat sebagai wali kota.

Pada saat dikuasainya kota Surakarta oleh pasukan Belanda, keraton

Kasunanan dan Mangkunegaraan dibalik perlindungan dan kekuasaan

militer Belanda membentuk Pamong Praja, akan tetapi hal ini kurang

mendapat dukungan dari masyarakat Surakarta, sehingga didalam kota

Surakarta terdapat dua pemerintahan, yaitu pemerintahan Swapraja

Kasunanan dan Mangkunegaraan yang jalan mendapat pengakuan dan

perlindungan militer Belanda. Sedangkan yang kedua adalah Pemerintahan

Republik Indonesia yang seolah-olah Pemerintahan bayangan tetapi

kedudukannya cukup kuat dirasakan rakyat.

Page 92: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

80

Mengenai sikap atau tindakan kooperatif Sri Susuhunan dan

Mangkunegaraan terdapat berbagai keterangan. Berita pertama

mengatakan, bahwa kota Surakarta diduduki Belanda, mula-mula

Mangkunegaraan dan Susuhunan sudah hendak mengadakan pengumuman

sendiri-sendiri yang menyatakan bahwa Surakarta bukan lagi karisedenan,

akan tetapi statusnya dikembalikan menjadi Daerah Istimewa

Mangkunegaraan dan Daerah Istimewa Kasunanan lagi. Sebelum Sunan

dan Mangkunegaran dapat mengambil keputusan, pihak Belanda

mengeluarkan pengumuman yang menyatakan bahwa keduanya sudah

mau bekerja sama dengan Belanda. Sebetulnya kedua kerajaan ini baru

hendak menerima utusan Belanda, dan belum pernah menyatakan dengan

resmi sikap ingin bekerja sama dengan Belanda. Tetapi karena segala alat

penerangan berada di tangan Belanda maka kedua kerajaan ini tidak dapat

mengeluarkan bantahan atas pengumuman tersebut. Dalam bukunya

Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, A.H Nasution menjelaskan

bahwa;

Tetapi kenyataanya kedua raja tersebut dewasa itu bekerja sama dengan Belanda, sehingga pihak kita harus mengambil segala tindakan. Pengambilan tindakan itu ditugaskan kepada KMD Mayor Akhmadi. Direncanakan pula untuk mengangkat Sunan yang baru, yaitu Kolonel Jatikusumo, putera Paku Buwono X dan Letnan Kolonel Suryo Sularso sebagai Mangkunegaran yang baru. Akan tetapi tindakan demikian perlu menunggu kejernihan keadaan militer di daerah Surakarta, dan tidak boleh bertentangtan dengan adanya Pemerintahan Militer, yang dewasa itu bertugas memobilisasi semua tenaga rakyat yang berjuang. Ternyata banyak tentangan dari pihak tentara dari Solo sendiri, yang ingin menghapuskan swapraja sama sekali. Akan tetapi Mayor Akhmadi saya beri tugas langsung berhubungan dengan Keraton-keraton tersebut agar kedua raja itu dapat secara tegas memihak kita, dan kalau mereka menolak, agar diambil tindakan sesuai dengan Instruksi Non Kooperasi. (Nasution A.H, 1973:111-112)

Page 93: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

81

Pada tanggal 10 Juli 1949 jabatan walikota Surakarta diserahkan

kepada Soeharjo Soerjopranoto. Tugas dalam fase pertama Militer Belanda

pada waktu itu adalah

a. Menanam gezag Republik Indonesia didalam kota Surakarta dengan

jalan memperkuat organisasi Pramong Praja, serta menanamkan rasa

nasionalisme yang kuat dalam jiwa rakyat kota Surakarta.

b. Menghindarkan kekacauan yang terjadi didalam kota.

c. Mencegah tiap-tiap usaha yang merugikan perjuangan bangsa

Indonesia.

d. Membimbing rakyat kearah pertahanan total dengan jalan penerangan

dan membentuk organisasi-organisasi rakyat yang kemudian menjelma

menjadi kader-kader pemerintah militer.

Pada tanggal 3 Agustus 1949 terdengar berita tercapainya

persetujuan Pemerintah Pusat RI dengan pihak Belanda mengenai

penghentian permusuhan. Atas persetujuan kedua belah pihak dikeluarkan

perintah bersama mengenai pemberhentian cease fire yang harus sudah

berlaku pada tanggal 10 Agustus 1949. Dalam suasana menunggu tersebut

di kota Surakarta tiba-tiba terdengar oleh masyarakat Surakarta bahwa

pada pagi hari tepatnya tanggal 7 Agustus 1949 akan terjadi serangan

umum. Serangan umum diwaktu siang sungguh-sungguh terjadi. Serangan

umum ini dilakukan oleh TNI dibawah pimpinan Slamet Riyadi. Kota

Surakarta dikepung dari berbagai jurusan sejumlah kurang lebih 2.000

Page 94: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

82

pasukan TNI. Serangan umum ini dikenal dengan “Pertempuran 4 Hari Di

Kota Solo”

Pada hari pertama pertempuran tersebut Belanda mengerahkan

empat buah pesawat untuk menakut-nakuti dan memaksa para gerilya

Indonesia untuk meninggalkan kota Surakarta. Akan tetapi hal tersebut

tidak pernah membuat semangat para gerilyawan Indonesia untuk tetap

berjuang menjadi padam. Tentara Belanda menanggapi aksi para

gerilyawan dengan melakukan pembunuhan terhadap penduduk kota

Surakarta. Pada tanggal 10 Agustus 1949 jam 12.00 ketentuan untuk

melakukan cease fire mulai berlaku. Kota Surakarta diliputi dengan

suasana yang hening.

Pada keesokan harinya tepatnya tanggal 11 Agustus 1949, di kota

Surakarta terlihat beberapa gerilyawan yang berkeliaran didalam kota.

Para geilyawan tidak lagi melakukan peperangan untuk mentaati perintah

penghentian tembak menembak. Pada tanggal 4 September 1949 Mr.

Wongsonegoro dengan diikuti oleh beberapa opsir TNI dan Belanda telah

datang kekota Surakarta untuk mengurusi jalannya cease fire. Dengan

adanya perintah cease fire maka Pada tanggal 5 September 1949 kurang

lebih 1900 tawanan perang dan politik dari bangsa Indonesia dilepaskan

oleh Belanda.

Pada tanggal 23 Agustus 1949 diadakan Konferensi Meja Bundar

(KMB) di Den Haag. Konferensi ini bertujuan untuk mengakhiri

permusuhan antara Belanda dengan Indonesia. Setelah melalui

Page 95: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

83

perundingan yang berlarut-larut pada tanggal 2 November 1949

tercapailah persetujuan KMB. Hasil utamanya adalah Belanda akan

menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat pada akhir

bulan Desember 1949. Keputusan KMB tersebut disambut dengan rasa

syukur oleh bangsa Indonesia, karena apa yang telah diperjuangkan dapat

dicapai.

Hasil dari persetujuan KMB memaksa Tentara Belanda untuk segera

menngakhiri kependudukannya di daerah-daerah di wilayah Indonesia.

Tentara Belanda mengakhiri kependudukannya di kota Surakarta pada

tanggal 14 November 1949 ditandai dengan diadakanya serah terima

kekuasaan militer dari pimpinan tentara Belanda yang diwakili oleh

Kolonel Ohl kepada Letnan Kolonel Slamet Riyadi selaku wakil dari TNI.

Serah terima kekuasaan militer ini dilakukan di stadion Sriwedari

Surakarta.

B. Peran RRI Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan

Kemerdekaan Di Kota Surakarta.

Dalam bukunya Radio Siaran Praktek dan Teknik, Drs. Onong

Uchjana Effendy, M.A menjelaskan bahwa komunikasi massa adalah

komunikasi dengan menggunakan media massa modern yang meliputi surat

kabar yang mempunyai sirkulasi yang kuas, radio dan televisi yang siarannya

ditujukan kepada masyarakat umum.

Page 96: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

84

Melakukan kegiatan komunikasi massa jauh lebih sulit dari pada

komunikasi antar pribadi. Seorang komunikator yang menyampaikan pesan

kepada ribuan pribadi yang berbeda-beda satu samalain tetapi pada saat yang

sama, tidak akan bisa menyesuaikan harapannya untuk memperoleh tanggapan

komunikasi secara pribadi. Dalam komunikasi massa ada dua tugas

kominikator, yaitu mengetahui mengenai apa yang disampaikan dan

bagaimana cara penyampaian, sehingga berhasil melancarkan penetrasi

kepada benak komunikan. Sebuah pesan yang isinya lemah yang

disampaikannya dengan lemah pula kepada jutaan orang bisa menimbulkan

pengaruh yang kurang efektif berbanding dengan pesan yang disampaikan

dengan baik kepada komunikan yang jumlahnya sedikit. Sifat komunikasi

massa adalah

1. Pesan komunikasi yang disampaikan media massa adalah terbuka untuk

setiap orang

2. Komunikan bersifat heterogin

3. Media massa mengandung keserempakan..

Karena sifatnya yang lebih mudah dalam penyajian pesan, radio siaran lebih

sering digunakan sebagai media komunikasi massa dibanding dengan media

massa yang lain.

Dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan, komunikasi

massa sangat diperlukan, karena dengan adanya komunikasi khalayak dapat

mengetahui tentang perjuangan yang sedang dilakukan oleh para pejuang

Indonesia dalam melawan Belanda. Dengan adanya komunikasi massa ini

Page 97: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

85

diharapkan tidak hanya angkatan bersenjata Indonesia yang berjuang

mempertahankan kemerdekaan Indonesia melainkan rakyat juga ikut berjuang.

Dengan adanya pemberitaan tentang perjuangan yang dilakukan oleh para

pejuang RI diharapkan juga semangat rakyat untuk ikut berjuang juga muncul

dan rasa nasionalisme yang kuat yang tertanam dalam jiwa rakyat Indonesia

ikut muncul pula.

Pada masa perjuangan salah satu media yang digunakan sebagai

komunikasi massa adalah Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta. Peran

Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta sebagai media komunikasi massa

pada masa perjuangan meliputi berbagai bidang, yaitu;

1. Peran Dalam Bidang Propaganda Dengan Dunia Internasional

Propaganda berasal dari bahasa Latin propagare artinya cara tukang

kebun menyemaikan tunas suatu tanaman ke sebuah lahan untuk

memproduksi tanaman baru yang kelak akan tumbuh sendiri. Dengan kata

lain juga berarti mengembangkan atau memekarkan (untuk tunas). Dari

sejarahnya sendiri, propaganda awalnya adalah mengembangkan dan

memekarkan agama Katholik Roma baik di Italia maupun negara-negara

lain. Sejalan dengan tingkat perkembangan manusia, propaganda tidak

hanya digunakan dalam bidang keagamaan saja tetapi juga dalam bidang

pembangunan, politik, komersial, pendidikan dan lain-lain. Adapun

beberapa definisi atau pengertian propaganda adalah sebagai berikut:

1. Dalam Ensyclopedia International dikatakan propaganda adalah,

“Suatu jenis komunikasi yang berusaha mempengaruhi pandangan dan

Page 98: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

86

reaksi, tanpa mengindahkan tentang nilai benar atau tidak benarnya

nilai yang disampaikan.

2. Everyman’s Encyclopedia diungkapkan bahwa propaganda adalah

suatu seni untuk penyebaran dan meyakinkan suatu kepercayaan,

khususnya suatu kepercayaan agama atau politik

3. Qualter mengatakan bahwa propaganda adalah suatu usaha yang

dilakukan secara sengaja oleh beberapa individu atau kelompok untuk

membentuk, mengawasi atau mengubah sikap dari kelompok-

kelompok lain dengan menggunakan media komunikasi dengan tujuan

bahwa pada setiap situasi yang tersedia, reaksi dari mereka yang

dipengaruhi akan seperti yang dfiinginkan oleh si propaganda.

4. Harnold D. Laswell dalam tulisannya Propaganda Technique in the

World War menyebutkan propaganda adalah semata-mata kontrol

opini yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mempunyai arti,

atau menyampaikan pendapat yang konkrit dan akurat melalui sebuah

cerita, rumor laporan gambar-gambar dan bentuk-bentuk lain yang bisa

digunakan dalam komunikasi sosial.

5. Leonard W. Dobb mengatakan, propaganda adalah usaha sistematis

yang dilakukan individu yang masing-masing berkepentingan untuk

mengontrol sikap kelompok atau individu lainnya dengan cara

mengguinakan sugesti dan sebagai akibatnya mengontrol kegiatan

tersebut. (Nurudin, 2001:10)

Page 99: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

87

Melihat beberapa difinisi yang dikemukakan tersebut diatas dapat

disimpulkan bahwa, dalam propaganda selalu ada pihak dengan sengaja

melakukan proses penyebaran pesan untuk mengubah sikap dan perilaku

sasaran propaganda. Dalam propaganda yang melakukan kegiatan ini

sering disebut sebagai propagndis. Propagandis bisa berupa individu atau

individu yang dalam kegiatannya selalu diatas namakan oleh suatu

kelompok. Propaganda selalu dilakukan secara terus menerus.

Dalam proses propaganda terdapat penyampaian ide, gagasan,

kepercayaan atau bahkan doktrin. Prosdes penyampaian pesan ini

melibatkan cara-cara tertentu, misalnya sugesti, agitasi atau rumor. Oleh

karena itu, propaganda mempunyai tujuan mengubah pendapat, sikap dan

perilaku individu maupun kelompok lain. Tujuan ini sedemikian

pentingnya sehingga ada sindiran bahwa apapun akan dilakukan

propagandis untuk mewujudkan tujuannya tersebut.

Dalam menjalankan propaganda seorang propagandis memerlukan

media untuk menunjang propaganda yang dilakukannya, salah satunya

yaitu dengan menggunakan media massa. Media massa yang dimaksud

dalam hal ini adalah media elektronik dan media cetak. Salah satu

keunggulan media ini adalah jangkauannya yang luas. Peran media massa

dalam propaganda bisa dikatakan sangat efektif. Sampai-sampai Napoleon

Bonaparte harus mengurangi surat kabar dari 13 buah menjadi 4 buah saja

dengan melarang pers mengkritik kebijakan pemerintah. Disamping itu

pula Jerman di bawah Hitler pun juga melakukan hal yang serupa. Ini tak

Page 100: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

88

lain karena media massa sangat berperan dalam propaganda. Salah satu

jenis media massa yang sangat sering digunakan dalam menjalankan

propaganda adalah radio siaran.

Radio siaran yang secara serempak dapat mencapai rakyat banyak

dengan seketika, telah menimbulkan pengaruh yang besar terhadap

kehidupan politik, sosial, ekonomi, kebudayaan, pendidikan dan militer.

Pada mulanya, ketika radio siaran ditemukan, fungsinya hanya untuk

memberi hiburan, penerangan dan pendidikan untuk khalayak. Tetapi

ternyata kemudian oleh beberapa negara besar dipergunakan untuk

propaganda.

Dalam perjuangannya menghadapi kekuatan Belanda yang ingin

menjatuhkan kedaulatan RI setelah proklamasi kemerdekaan, bangsa

Indonesia memanfaatkan media radio siaran yang ada pada saat itu yaitu

Radio Republik Indonesia sebagai media propaganda untuk mendapatkan

dukungan dari pihak asing mengenai apa yang sedang diperjuangkan oleh

bangsa Indonesia. Salah satu cabang RRI yang berperan besar dalam

menjalankan propaganda pemerintah Indonesia pada masa perjuangan

mempertahankan kemerdekaan adalah RRI cabang Surakarta.

Seperti yang telah diketahui bahwa pada tanggal 2 Febuari 1949

RRI Surakarta stasiun Balong dapat mengudara kembali dengan

gelombang 30, 4 meter dari Balong. Dalam buku kearsipan RRI Stasiun

Surakarta menyebutkan bahwa salah satu usaha penting dan patut dicatat

ialah usaha Mayor Hardi untuk mengadakan hubungan dengan pemancar-

Page 101: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

89

pemancar amatir dunia. Usaha ini kemudian diserahkan kepada Letnan

Damanik yang kemudian diganti oleh Kapten Mu’in sebagai Kepala PHB

GM II. Kapten Mu’in berhasil mengadakan hubungan dengan pemancar

amatir di dunia pada pertengahan bulan Mei 1949, diantaranya dengan San

Fransisco, Seatlte, Berlin, London, Holmstedt, Peking, New Delhi dan

lain-lain. Kepada radio siaran amatir tersebut diserukan supaya

menyampaikan kepada dunia terutama kantor berita seperti U.P, A.P,

Reuter dan lain-lain bahwa dari Indonesia setiap malam (waktu Jawa) jam

19.00-20.00 di siarkan cq. Press oleh RIPRESS (Kantor Berita Republik

Indonesia Press) dengan gelombang 20 meter. Maka sejak saat itu dari

Balong tiap malam disiarkan berita-berita Riprees dalam bahasa Inggris

keseluruh dunia. Bukti bahwa berita tersebut dapat diterima oleh dunia

luar adalah siaran-siaran radio di Amerika dalam bulan Juni 1949 dan

seterusnya menyebut sumber berita dari Ripress.

Adapun monitoring Balong menangkap berita-berita dari UP, AP,

Reuter, Anete, Tass dan siaran radio BBC, All India, Singapore, Voice of

America, Hilversum, Radio PBB, Moskow, Melbourne dan Radio Belanda

(ROIO) sendiri di Indonesia dari Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya,

Makasar yang dapat didengar dengan baik. (RRI Stasiun

Surakarta,1995:51-52)

Usaha RRI Surakarta agar siarannya dapat didengar oleh dunia

internasional adalah dengan mengubah gelombang yang pada mulanya 60

meter menjadi 30 meter. Hal ini dapat dilihat dari isi Laporan Perwira

Page 102: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

90

Penerangan MBKD, yang juga merangkap sebagai Staf Penerangan GM II

yang berbunyi

Seperti tadi telah di uraikan dalam bab 1, maka sejak tanggal 1 Febuari 1949 telah dapat dimulai siaran radio yang mula-mula memakai gelombang 60 meter kemudian 80 meter dan akhirnya sejak tanggal 1 Maret 1949 dengan gelombang 30 meter. Perubahan gelombang tersebut terutama disebabkan karena gelombang 60 meter dan 80 meter mendapat banyak gangguan dari pemancar-pemancar Belanda, pula karena gelombang 30 meter dapat mencapai jarak yang lebih jauh (korte golf) (Nasution A.H 1973: 434)

Dari keterangan tersebut diatas maka dapat diketahui bahwa dalam

usahanya untuk dapat melakukan propaganda RRI Surakarta berusaha

untuk meningkatkan jangkauan siarannya. Disamping itu pula siaran

dalam bahasa Inggris yang sudah dilakukan sejak tahun 1946 semakin

ditingkatkan. Hal ini untuk menarik perhatian dari dunia internasional

mengenai apa yang sedang disiarkan oleh RRI Stasiun Surakarta..

Melalui siaran RRI Surakarta ini para pejuang Indonesia dapat

menyiarkan berita-berita keluar negeri meskipun secara terbatas. Selain itu

banyak pula stasiun radio yang menyelenggarakan hubungan radio grafis

dengan luar negeri, seperti pemancar AURI di Gading, Sumatera Barat

yang dilayani sendiri oleh KSAU gerilya, KMU H. Sutono. Dengan

demikian sedikit banyaknya RRI Surakarta dapat mengimbangi kabar-

kabar bersumber dari Belanda yang biasanya berat sebelah.

Propaganda ke dunia Internasional yang dilakukan pemerintah

Indonesia dengan menggunakan media Radio Republik Indonesia

sangatlah membantu perjuangan kemerdekaan RI. Dukungan dari berbagai

negara termasuk PBB terhadap perjuangan bangsa Indonesia untuk

mempertahankan kemerdekaan terus mengalir. Hal ini tidak hanya

Page 103: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

91

disebabkan karena perjuangan wakil-wakil bangsa di dunia internasional,

akan tetapi juga karena propaganda yang dilakukan pemerintah RI melalui

RRI. Kecaman dari India, Amerika dan PBB terhadap tindakan Agresi

Militer Belanda di Indonesia merupakan salah satu bukti bahwa

perjuangan keluar yang dilakukan oleh bangsa Indonesia mendapatkan

hasil yang cukup maksimal. Adanya dukungan dari bangsa lain membuat

semangat masyarakat Surakarta dalam berjuang mempertahankan

kemerdekaan di Surakarta tak pernah padam. Masyarakat Surakarta tahu

kalau apa yang sedang diperjuangkan didukung oleh pihak asing.

Dukungan dari pihak luar dan semangat berjuang yang tetap selalu

tertanam dalam jiwa para pejuang dan masyarakat Surakarta merupakan

salah satu faktor yang sangat mendukung dalam mengakhiri Agresi Militer

Belanda di Indonesia.

2. Peran Dalam Bidang Sosial Budaya Masyarakat Kota Surakarta

RRI stasiun Surakarta selain menyiarkan berita-berita mengenai

pergolakan yang terjadi di berbagai daerah dan situasi politik Indonesia

juga menyiarkan berbagai kesenian budaya masyarakat Jawa Tengah.

Acara-acara siaran RRI Surakarta dalam bidang kebudayaan sangat

berperan besar dalam menumbuh kembangkan nilai-nilai budaya bangsa

dan masyarakat Jawa Tengah. Acara-acara siaran yang ditampilkan RRI

Surakarta pada masa revolusi fisik yang sangat berperan dalam menumbuh

kembangkan budaya bangsa adalah sebagai berikut;

Page 104: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

92

a. Radio Orkes Surakarta atau POS dibawah pimpinan Sukarno dan

kemudian Kamsidi, tidak saja terkenal di Surakarta tetapi juga di

seluruh Jawa.

b. Penyanyi lagu-lagu Indonesia dan Keroncong seperti mendiang Lily

Harie, Hardjo Kahar, Annie Landouw, Samsidi dan yang kini masih

ada adalah Gesang. Samsidi adalah VONDST dari “Malam Percobaan”

yang diselenggaraakan untuk memberi kesempatan kepada penyanyi

muda.

c. Sandiwara radio dalam bahasa Indonesia yang diselenggarakan oleh

Keluarga Indonesia Muda Surakarta. Diantara cerita-cerita yang

menjadi terkenal ialah “Arus Massa” dan “Tanah Tak Berdusta “

Selain sebagai pengobar semangat perjuangan rakyat dan TNI, RRI

sebagai media komunikasi massa juga dapat berfungsi sebagai sarana

penghibur rakyat. Keadaan dan kondisi peperangan yang dialami bangsa

Indonesia khususnya masyarakat Surakarta menyebabkan masyarakat

Surakarta secara psikologis berada dalam kondisi yang tertekan. Untuk

tetap selalu dekat dihati rakyat terkadang RRI Surakarta juga menyiarkan

musik, sandiwara dan program-program lainnya yang sifatnya menghibur

ditengah ketegangan perang yang sedang melanda. Hal ini diutarakan oleh

Sunarso seorang prajurit di Surakarta pada masa Kemerdekaan yang

tertera dalam buku Inventarisasi Sumber-sumber Sejarah Di Jawa Tengah:

Setelah tahu akan kabar pengakuan kedaulatan oleh Belanda masyarakat sangat senang, mengadakan pesta-pesta kesenian juga pentas seperti ketoprak terutama RRI. Karena habis perang keadaan ekonomi juga susah, karena itu sifatnya juga sederhana saja. Jiwa perjuangan Budi Utomo telah melandasi

Page 105: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

93

perjuangan kita seperti rasa kebersamaan (Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, 1995:294).

3. Peran Dalam Bidang Militer

Dengan meningkatnya penyusunan pemerintahan gerilya dan

pelaksanaan perlawanan gerilya, maka diusahakan pula pembentukan

penerangan untuk mempergiat perlawanan psikologis. Pada awal bulan

Maret 1949 ditugaskan kepada Maladi, kepala RRI Surakarta dan

Pimpinan Staf Penerangan Gubernur Militer Gatot Subroto, untuk

mengatur segala sesuatu yang diperlukan. Telah banyak hasil yang

dicapainya dalam usaha penerangan itu, sebagaimana nampak jelas pada

saat-saat penyelesaian peristiwa pemberontakan PKI di Madiun. Alat-alat

perhubungan yang sangat penting buat perang gerilya dapat pula

ditemukan oleh pasukan TNI, terutama berkat bantuan Mayor Suhardi dari

Corps Perhubungan dan para anggota Tentara Pelajar.

Di desa Balong di lereng Gunung Lawu, tempat Pusat Pimpinan

Divisi II, telah teratur alat-alat pemancar dan penerima RRI Surakarta.

Maka dari tempat tersebut dilakukan penyebaran berita-berita secara

stensil ke seluruh Divisi II dan kepada para menteri KPPD serta Panglima

Besar yang berada disekitar daerah tersebut.

Pada waktu Belanda memulai gerakan militernya yang kedua,

pembangunan kembali divisi II sedang berhasil mencapai 1 Brigade yang

agak kompak, yaitu Brigade V dibawah pimpinan Letnan Kolonel Slamet

Riyadi, Brigade IV (Semarang-Pati) yang dipimpin oleh Letnan Kolonel

Page 106: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

94

Sunarto belum lagi tersusun dengan nyata, baik dari sudut kekuatan orang

(mankracht) maupun dari sudut kekuatan senjata. Untuk pertahanan daerah

Madiun hanya ada 1 Batalyon yang masih harus menghadapi sisa-sisa

gerombolan PKI Muso.

Penerangan ke dalam ditujukan untuk mendekati para komandan

pasukan. Maka demikianlah usaha TNI dalam memanfaatkan RRI Stasiun

Surakarta sejak bulan Januari 1949. Usaha tersebut dapat dibagi dalam 2

bagian:

1. Mencari persoonlijk contact.

2. Pertemuan komandan-komandan.

Contact itu diadakan pertama dengan komandan-komandan muda

yang dianggap bahwa pendirian mereka sehat. Maksudnya adalah supaya

mereka ini menyebarkan penerangan-penerangan yang telah disampaikan

kepada komandan-komandan lainnya dari Brigade 5. kecuali secara

contact (dengan menemui mereka) pun diusahakan pemandangan-

pemandangan/komentar secara tertentu (geregeld), misalnya setiap ada

kejadian penting (Resolusi DK 28 Januari) dan mengirimkan instruksi-

instruksi/pengumuman atau maklumat dari MBKD dan pemandangan-

pemandangan Staf Angkatan Perang sebanyakbanyaknya.

Dengan cara demikian dapatlah para komandan muda diisi dengan

penerangan-penerangan yang sehat, hingga pendirian mereka menjadi

sehat pula. Yang dikehendaki supaya mereka itu menjadi Staats-en militair

bewust. Dari surat-surat yang diterima dari mereka yang menerangkan

Page 107: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

95

bahwa mereka selalu mengharapkan bahan-bahan penerangan dan

pemandangan politik, menunjukkan bahwa mereka mau menerima dan

mungkin sekali condong kepada apa yang diberikan.

Betapa besar peranan yang diberikan RRI dalam membantu

perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam bidang militer. Bangsa

Indonesia, terutama penduduk Jawa, yang ikut serta dalam revolusi fisik

pasti masih ingat dan masih terngiang suara Jendral Sudirman mengenai

pengumuman “cease fire” yang diumumkan melalui RRI.

4. Peran Dalam Bidang Politik

Menengok sejarah RRI Surakarta berarti mencermati kembali

sejarah masa awal kemerdekaan Indonesia. RRI Surakarta (pada saat itu

masih bernama Hoso Kyoku cabang Surakarta) mempunyai peran sentral

dalam mengampanyekan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal

17 Agustus 1945 oleh Soekarno-Hatta ke masyarakat Surakarta. Hal ini

dapat dilihat dari wawancara dengan salah satu pejuang kemerdekaan di

Surakarta, Sunarso yang tertera dalam buku Inventarisasi Sumber-sumber

Sejarah di Jawa Tengah yang menyebutkan

Melalui radio,dan rencana Indonesia itu saya tahu Indonesia Merdeka selain itu juga saya tahu dari mas Ahmadi, dan dia lebih tahu dari saya (Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, 1995:285)

Hal yang sama pun dituturkan oleh Suherman, salah satu mantan Prajurit

Tentara Pelajar seksi 132, Kompil 130, Batalyon 100

“yaa saya pertama kali mendengar berita proklamasi itu dari radio”(Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, 1995 :420)

Page 108: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

96

Dari kedua pernyataan tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa

peranan radio siaran yang ada pada waktu itu di Surakarta, salah satunya

adalah Radio Republik Indonesia Surakarta sangatlah besar. Dengan

adanya keberadaan RRI Surakarta maka rakyat Surakarta dapat

menangkap berbagai informasi dari pemerintah, sebagai contoh adalah

dalam peristiwa proklamasi.

RRI berperan penting pada hampir seluruh pergeseran kekuasaan

yang terjadi di negeri ini. Pada masa revolusi fisik RRI adalah perangkat

politik untuk melaksanakan konsensus-konsensus politik pemerintah pusat

terhadap daerah.

Memahami pola hubungan suatu lembaga penyiaran yang

mempunyai sejarah yang sangat sentralistis ditengah hiruk pikuk

perubahan seperti antara RRI dengan pemerintah memang soal rumit.

Bagaimana misalnya RRI memberlakukan kewajiban relay bagi setiap

stasiun radio, khususnya yang berkaitan dengan siaran warta berita, pidato

kenegaraan presiden dan seremoni pemerintahan yang aktif digalakkan

pemerintah dalam rangka sosialisasi program-program pemerintah.

Gambaran paling relevan dari kedekatan ini bisa ditilik pada bagaimana

RRI memformat materi siarannya agar bisa mengakomodasi segenap

kepentingan pemerintah. Pidato kenegaraan hampir tak mungkin tak

disiarkan RRI, demikian juga dengan proses-proses politik di parlemen.

Belum lagi keharusan bagi segenap angkasawan RRI untuk

mengintegrasikan semangat nasionalisme.

Page 109: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

97

Dari berbagai keterangan tersebut diatas maka dapatlah dilihat betapa

besar peranan RRI Surakarta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia di

Surakarta. Dalam menjalankan perannya sebagai media komunikasi massa

RRI Surakarta tetap selalu setia menjalankan tugas dan tanggung jawabnya

dengan memegang teguh semangat Tri Prasetya RRI.

C. Hambatan-hambatan RRI Stasiun Surakarta Dalam Menjalankan

Perannya Sebagai Radio Perjuangan Kemerdekaan RI.

Dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di

Surakarta, RRI Surakarta memegang peranan yang cukup besar. Melalui RRI

Surakarta para pejuang Indonesia memberitakan perjuangannya dalam

melawan Belanda. Pada saat itu RRI dari berbagai cabang di Indonesia bekerja

sama untuk saling menginformasikan mengenai pergolakan daerah yang

terjadi diberbagai wilayah di Indonesia yang kemudian oleh para angkasawan

RRI diberitakan kepada rakyat. Dengan mengetahui berita mengenai

perjuangan yang dilakukan oleh para pejuang di daerah lain maka para

pejuang dan rakyat di Surakarta takkan pernah memadamkan semangatnya

dalam berjuang melawan berbagai kekuatan yang berusaha meruntuhkan

kedaulatan RI di Surakarta. Disamping itu jiwa nasionalisme yang tertanam

dalam diri masyarakat Surakarta dapat tumbuh sebagai modal melawan

kekuatan yang berusaha meruntuhkan berdiri tegaknya kedaulatan RI.

Sadar akan pengaruh yang diberikan oleh RRI stasiun Surakarta

terhadap perjuangan kemerdekaan RI, Belanda tidak hanya berpangku tangan

melihat peranan yang dimainkan RRI Stasiun Surakarta. RRI stasiun Surakarta

Page 110: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

98

terpaksa memindahkan studionya dari kota Surakarta ke Tawangmangu dan

kemudian ke desa Balong karena Agresi Militer Belanda ke kota Surakarta.

Akan tetapi pemindahan studio ke Tawangmangu bukan berarti bahwa

Belanda dalam mengatasi RRI Stasiun Surakarta menyerah begitu saja. A.H

Nasuiton dalam bukunya Sekitar Perang Kemerdekaan mengungkapkan

Sejak didudukinya Tawangmangu pada tanggal 23 Desember 1948, ke mana hampir semua pemancar dari Solo telah diangkut (dari tanggal 19 Desember 1948 sampai tanggal 22 Desember 1948), dan akibat pertahanan yang sangat lemah dari daerah tersebut hingga dengan diam-diam dan dengan sangat mudah tentara Belanda dapat masuk ke Tawangangu, yang menyebabkan rakyat dan tentara kita menjadi sangat kacau, maka semua pemancar di Tawangmangu tersebut jatuh ke tangan Belanda. Harapan kami tinggal pada sebuah pemancar yang dalam pengangkutan terakhir dari Solo kami simpan disebuah desa, Puntukrejo, 1 kilometer utara Karangpandan. (Nasution A.H, 1973:430)

Dari pernyataan tersebut diatas maka dapat dilihat bahwa usaha Belanda

dalam menghentikan peranan yang dimainkan RRI Stasiun Surakarta terus

dijalankan dengan menyerbu Tawangmangu. Meskipun stasiun RRI Surakarta

pindah ke desa Balong setelah Tawangmangu diserbu oleh Belanda, desa

Balong bukanlah jaminan keamanan dari penyerbuan Belanda. Pada tanggal 3

Agustus Belanda menyerbu desa Balong. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan

laporan Perwira Penerangan MBKD, yang juga merangkap sebagai staf

Penerangan GM II, sebagai berikut

Tidak mustahil jika kanonade Belanda dari Karangpandan ke Balong pada tanggal 21 Maret 1949 dengan 37 kali peluru dan serbuan 1 ½ bn infanteri pada tanggal 3 Agustus 1949 ke Balong ditujukan untuk menghancurkan pemancar siaran kami.(Nasution A.H, 1973:434)

Penyerbuan ke kota Surakarta, Tawangmangu dan Balong

menunjukkan betapa besar perhatian Belanda terhadap peran yang dimainkan

Page 111: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

99

RRI Surakarta sebagai media komunikasi massa dalam perjuangan

mempertahankan kemerdekaan RI.

Hambatan dalam menjalankan peranannya sebagai media massa

dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI di Surakarta tidak hanya

datang dari Belanda, akan tetapi juga datang dari rakyat mengingat kondisi

jaman pada saat itu. Pada awal-awal kemerdekaan Indonesia, masyarakat

Surakarta yang memiliki radio relatif sedikit. Pada era perang kemerdekaan

radio merupakan suatu barang yang bernilai tinggi, sehingga masyarakat yang

memiliki radio dapat dihitung jumlahnya. Hal ini diutarakan oleh H.M

Wahyudi mantan intel semasa perjuangan kemerdekaan RI di Surakarta yang

tertuang dalam buku Inventarisasi Sumber-sumber Sejarah di Jawa Tengah,

menyebutkan sebagai berikut:

“…..Lha akhirnya pertempuran Surabaya itu saya mendengar dari radio. Di daerah saya itu satu-satunya radio itu langka sekali pak itu ada seorang Tionghua namanya tuan Bilk Liong, itu punya toko disel. Saya dapat mendengarkan pidatonya Bung Karno berapi-api dan ada takbirnya yang menggugah kemajuan para pejuang. Banyak pegawai sehabis Maghrib sampai malam banyak orang berkumpul mendengarkan radio di situ mendengarkan ceramah Bung Karno….” (Balai Kajian Sejarah dan Tradisional, 1995:334)

Dari pernyataan H.M Wahyudi tersebut dapat diambil kesimpulan

bahwa meskipun radio masih merupakan barang yang langka, namun rasa

nasionalisme dan persaudaraan yang kuat tidak menghalangi masyarakat

Surakarta untuk dapat menikmati komunikasi media massa dengan

menggunakan radio.

Disamping dapat mendengarkan siaran radio melalui orang lain,

masyarakat Surakarta yang berada lingkungan Kraton Mangkunegaraan juga

dapat mendengarakan siaran radio di Kraton Mangkunegaraan. Dalam

Page 112: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

100

wawancara yang tertuang dalam buku Inventarisasi Sumber-sumber Sejarah di

Jawa Tengah, Sugiyarto Songkopamilih seorang Sersan Mayor Polisi Tentara

pada masa perjuangan kemerdekaan diungkapkan

Waktu itu saya kerja di kantor Kepatihan Kepatihan Kraton terus pada waktu itu....pada kumpul semua di Kraton dari radio tahu-tahu Proklamasi di Jakarta. Saya tidak pakai ijin terus keluar begitu saja. Sebetulnya kalau saya minta ijin keluar saya dapat pensiunan tapi sudah ndak pakai ijin terus saya keluar gabung BPU (Badan Penyelidik Umum) (Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, 1995:436)

Meskipun radio pada saat itu merupakan suatu barang yang langka, namun

semangat para angkasawan RRI Surakarta dalam menjalankan usahanya

sebagai media komunikasi massa tak pernah sulut. Kelangkaan radio pada saat

itu memang merupakan kendala bagi keberhasilan RRI Surakarta dalam

menjalankan perannya sebagai media komunikasi massa. Namun kendala

tersebut dapat diatasi oleh para angkasawan RRI Surakarta dengan semangat

dan tekad untuk dapat mempertahankan kemerdekaan RI di seluruh wilayah

Indonesia pada umumnya dan wilayah Surakarta pada khususnya.

Page 113: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

101

BAB V

PENUTUP

Pada masa awal-awal kemerdekaan Republik Indonesia, kota Surakarta

merupakan salah satu kota yang cukup besar di Indonesia. Kebijakan mengenai

statusnya sebagai salah satu daerah istimewa yang berada di bawah bayang-

bayang Keraton Surakarta menyebabkan daerah Surakarta berada dalam

pergolakan politik yang cukup rumit. Disamping itu persaingan para elite politik

di Surakarta menambah kacaunya keadaan politik Surakarta. Di Madiun terjadi

pemberontakan yang dilakukan oleh PKI dibawah pimpinan Muso.

Pemberontakan ini berdampak akan terjadinya kekacauan di kota Surakarta.

Kedatangan tentara Belanda pada tanggal 21 Desember 1948 menyebabkan di

kota Surakarta berlaku pemerintahan militer Belanda. Pada tanggal 7-10 Agustus

1949 di kota Surakarta terjadi peperangan yang dikenal dengan “Pertempuran

Empat Hari di Solo”. Keadaan kota Surakarta pasca Pertempuran Empat Hari

mulai dapat dikendalikan. Dalam berjuang mempertahankan kemerdekaan

Indonesia di Surakarta salah satu media yang digunakan adalah RRI Surakarta.

Soloese Radio Vereniging atau disingkat SRV merupakan radio siaran

yang pertama kali berdiri di Surakarta atas inisiatif Ir. Sarsito Mangunkusumo.

Pada masa penjajahan Jepang SRV diambil alih oleh Jepang dan menjadi salah

satu cabang radio siaran pada masa penjajahan Jepang yang bernama Hoso

Kyoku. Dengan berakhirnya kekuasaan Jepang di Indonesia maka segala sesuatu

yang berada dibawah kekuasaan Jepang segera diambil alih oleh bangsa

Page 114: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

102

Indonesia, termasuk salah satunya stasiun radio siaran yang pada saat itu bernama

Hoso Kyoku. Setelah Hoso Kyoku diambil oleh bangsa Indonesia, maka Hoso

Kyoku berubah nama menjadi Radio Republik Indonesia (RRI) pada tanggal 11

September 1945, tidak luput pula Hoso Kyoku Surakarta berubah menjadi RRI

Stasiun Surakarta dibawah pimpinan Maladi.

Selama masa Revolusi Fisik, RRI Stasiun Surakarta sebagai salah satu

alat perjuangan bangsa memegang peranan penting dalam perjuangan

kemerdekaan di Surakarta. Peran sebagai media komunikasi masyarakat dan alat

propaganda pemerintah dapat dijalankan dengan sangat baik oleh RRI Stasiun

Surakarta.

Peran sebagai media komunikasi massa dalam bidang militer, hubungan

dengan luar negeri, bidang sosial dan budaya dijalankan oleh RRI dengan mengisi

acara siarannya dengan berbagai berita mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah

RI, pergolakan yang terjadi di berbagai daerah dan hiburan yang dapat menghibur

masyarakat Surakarta yang sedang dalam kondisi tertekan akibat perang. Melalui

studionya yang berada di desa Balong RRI Surakarta selalu berusaha

meningkatkan siaran-siaran luar negeri dengan berbahasa Inggris untuk

menjalankan fungsinya sebagai alat propaganda. Disamping itu RRI Stasiun

Surakarta juga berusaha meningkatkan jarak jangkauan siarannya sehingga

siarannya dapat didengar oleh dunia internasional. Dengan adanya siaran

propaganda oleh RRI Surakarta mengenai perjuangan bangsa Indonesia dalam

mempertahankan kemerdekaan maka perjuangan bangsa Indonesia mendapatkan

Page 115: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

103

dukungan dari pihak luar. Sehingga hal ini meningkatkan semangat juang bangsa

Indonesia pada umumnya dan masyarakat Surakarta pada khususnya.

Dalam menjalankan perannya, RRI Surakarta mendapatkan berbagai

macam hambatan seperti; penyerbuan tentara Belanda terhadap studio RRI

Surakarta di Surakarta, Tawangmangu dan desa Balong. Namun hal ini tidak

pernah menyurutkan semangat para angkasawan RRI Surakarta dalam

menjalankan tugasnya.

Page 116: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

104

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik, 1978. Sejarah Lokal Di Indonesia. Yogyakarta: Balai Pustaka A.H Nasution,1973. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia. Bandung: PT

Angkasa Bandung Azwar Saiffudin,1997. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Dekker, Nyoman, 1980. Sejarah Revolusi Nasional. Jakarta: PN Balai Pustaka Efendy, Onong, 1978. Radio Siaran Dan Teknik. Bandung: PT Alumni Bandung. Gottschak, Louis. 1975. Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho Notosusanto,

Jakarta:Yayasan Penerbit Universitas Indonesia. Karkono Kamajaya, 1993. Revolusi di Surakarta. Jakarta:Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan. Nawawi Hadari, 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press Nurudin, 2001. Komunikasi Propaganda.Bandung:PT Remaja Manuju, Jodi dan Fadli, 1999. Jakarta Pagi ini Dari Udara Menebar Berita.

Jakarta: PT Gramedia. Masduki, 2003. Radio Siaran Dan Demokratisasi. Jakarta: PT Jendela. M. Subana, 2001. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia Partanto A Pius dan Dahlan,1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto, 1990. Sejarah

Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto, 1990. Sejarah

Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka Rickles M.C, 1991. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press. Rosyid Moh, 2004. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Semarang: UPT

UNNES Press

Page 117: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

105

Sudibyo Agus, 2004. Ekonomi Politik Media Penyiaran. Yogyakarta:LKIS Sumarmo AJ,1990. Pendudukan Jepang Dan Proklamasi Kemerdekaan

Indonesia. Semarang: IKIP Semarang Press. Surat Perintah Pemerintah Mileter Surakarta No. 1143/Ph ’49. Arsip Museum

Mandala Bhakti Semarang Surat Pemerintah Militer Surakarta No 10/ 49. Arsip Museum Mandala Bhakti

Semarang Surat Kementrian Jogjakarta No 241/A.I tahun 1949. Arsip Museum Mandala

Bhakti Semarang www. Radio Republik Indonesia. Com www. Surakarta.Com ........, 1953. Kota Besar Surakarta Tahun 1945-1953. Surakarta: DPRDS

Surakarta ........, 1984. Hari Radio Ke 39. Surakarta: RRI Stasiun Surakarta ........,1953. Sejarah Radio Di Indonesia. Jakarta: Kementrian Penerangan dan

Jawatan Radio. ........, 1981. 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949. Jakarta: Sekreteriat Negara

Republik Indonesia. .…..., 1995. Inventarisasi Sumber-sumber Sejarah Di Jawa Tengah. Yogyakarta:

Balai Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional. .......,1995. Hari Radio. Surakarta: RRI Stasiun Surakarta …..., 1996. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka Majalah-majalah: Majalah Merdeka, 8 April 1950. Halaman 17 Majalah Merdeka, 24 April 1948. Halaman 30 Majalah Mimbar Indonesia, 24 April 1948. Halaman 25

Page 118: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

106

Page 119: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

107

Page 120: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

108

Page 121: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

109

Lampiran 3

Page 122: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

110

Lampiran 4

Page 123: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

111

Lampiran 5

Page 124: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

112

Lampiran 6

Radio Djokjakarta tgl 3/7-49 djam 22.00 1. Sebelum menarikkan tentara Belanda dari Djokja, 10 orang tawanan

politik belum dibebaskan. Diduga mereka dibawa keluar kota. Maka dari itu sebuah panitya diketuai oleh Mr. Alisastro Amidjojo mengadjukan protes supaja mereka dengan selekas mungkin dibebaskan.

2. Kumpulan para wartawan di Djokja mengadakan silaturachmi Mangkukesuman. Diantaranja dari srt kabar Merdeka Djakarta, Waspada Sumatra dan lain2nja.

3. untuk menjambut kedatangan pemerintah Republik di Djokja, maka panitya telah mengundang semua murid2 mulai dari sekolah rakjat sampai para Mahasiswa utk berkumpul pada besok hari Rebo tgl 6 Juli di Kridosono. Dimuka presiden telah berkibar sang Merah Putih.

(Sumber: Dokumentasi Museum Mandala Bhakti Semarang, RRI Surakarta tahun

1945-1949)

Page 125: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

113

Radio Djakarta tgl 6/7-49 djam 18.30 1. Sekitar kedatangan Presiden Sukarno di Djokja tadi siang djam 12.30

(waktu Rep.) telah datang di Maguwo PJM Presiden Sukarno dengan pesawat terbang PBB utk Indonesia. Kedatangannja disambut oleh Sri Sultan Djokja dan Sri Pakualam, para wartawan jang akan mengambil gambarnja, dan pengawal kehormatan. Dengan dispait ini oleh Sri Sultan beliau menudju ke istana Presiden. Sementara itu kelihatan Ir. Djuanda, I Kasimo, Ki Hadjar Dewantoro, Johanes jang telah datang dari gunung mengikuti pak gerilja dan Bung Tomo. Pula wakil2 dari India, Pakistan dan Tionghoa. Para penindjau militer dan anak2 sekolah. Diantara itu kelihatan djuga nj. Sukarno dan nj. dari pembesar2 lainnja. Djam 14.46 dengan auto menudju ke istana, disepandjang djalan disambut oleh rakjat dengan hangat serta pula dengan pekik Merdeka jang gemuruh. Setibanja di istana PJM Presiden maka diadakan mengheningkan tjipta. Sesudah itu diadakan pidato penjambutan oleh tn Tadjudin Noor. Setelah itu maka tampil kemuka PJM Presiden, beliau menerangkan bhw dapatnja beliau kembali ke Djokja atas perdjoangan rakjat Indonesia dan bantuan dari luar negeri. Sesudah itu maka diadakan berdjabatan tanbgan aqntara hadirin dengaan PJM Presiden. Diterangkan disini bhw PJM Presiden berpakaian seperti biasa dan Sri Sultan berpakaian sebagai Let Djendral TNI/-

2. Wk Mahkota telah memberi selamat kepada keluarga Radja mengenai hari perkawinan daro Putri Juliam.

3. Djendral mjoor Meyer telah meletakkan djabatannja sehabis dinas 31 thn. Menurut keterangan dari warta harian Merdeka atas berhentinja itu oleh karena tak dapat menjetudjui persetudjuan Royen Roem. Dengan perasaan berat beliau mendjalankan pekerdjaan mengenai pengosongan Djokja. Selandjutnja akan disusul pula oleh kol van Lange mengadjukan permintaan berhenti.

4. diduga dalam minggu ini van Royen akan menemui PJM Sukarno utk mengadakan perundingan setjara informeek (bertukar pikiran)

5. Keterangan Sri Sultan kepada harian Merdeka bhw dalam kota Djokja telah ada lebih 2000 TNI dan Polisi jang berdisiplin baik tuk mendjaga keamanan dan ketertiban. Selandjutnja harus diadakan politik yang sehat dan kuat. Terhadap party yang melanggar undang2 negara harus diambil tindakan jang keras. Plakaten jang banjak terdapat waktu masa pendudukan Belanda pada waktu sama sekali tidak ada. Tentang prodnotie bahan makan memuaskan. Sri Sultan menerangkan bhw larangan terhadap wartawan Belanda itu hanja bersifat sementara, nanti bila keadaan mengidjinkan akan diperbolehkan masuk kedalam kota Djokja.

6. Hubungan pos akan dibuka kembali dalam kota Djokja, tetapi mengarai srt tjatatan, pos wissel masih mendapat kesulitan. Mungkin hubungan Djokja-Djakarta akan diadakan.

Page 126: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

114

7. Kekatjauan di Djawa. Dikabarkan dari Magelang bhw wali kota Magelang tn Sutodjo Hadipramono baru sekarang telah diketahui bhw beliau ditjulik oleh TNI.

Luar Negeri. 1. Polisi Djepang telah menemui majatnja presiden dari kereta api Yama.

Terdapat telah pisau dengan kepalanja. Seperti telah dikabarkan bhw beliau hilang di djalan ketika mau pergi kekantornja.

2. Pemogokan di Italia masih meluas. Kemarin 8000 orang telah mogok. 3. Pemogokan buruh tambang Ameriaka selesai. tentang persetudjuan jang

hari sedang dibitjarakan. Adapun persetudjuan jang lama diha. 4. di Argentina pehbung dengan hudjan lebat terdjadi kebandjiran sama

tingginja air 1 ½ m, berhubung dengan ini maka penduduk mendesak dibikinkan bendungan(pintu air)

Noot: Suara Radio Republik Indonesia petjah2 sukar diterimanja (Sumber: Dokementasi Museum Mandala Bhakti Semarang, RRI Surakarta tahun

1945-1949)

Page 127: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

115

Radio Djakarta tgl 15/7-49 djam 18.30 dan 07.00.- Dalam Negeri.- 1. Kabinet Rep. menjetudjui persetudjuan van Royen-Roem. Tadi malam

kabinet Rep. telah menjetudjui persetudjuan van Royen Roem. Tentang cease fire akan disusul nati. Selandjutnja Sultan Djokja menerima djabatan baru sebagai Menteri Pertahanan dari Wk. Presiden Drs Moh. Hatta.

2. Kemarin telah tiba di Djakarta Kolonel Hidajat dan hari ini beliau akan melandjutkan perdjalannja ke Djokja. Beliau berangkat dengan Mr. Roem dan 2 orang lagi.

3. Menurut kabar dari ASP mengabarkan bhw di Manilla memutuskan akan mendirikan kedutaan di Djokja, dan Rep akan segera mengirimkan wakilnja ke Pilipina.

4. Berhubung dengan perginja Mr. Kosasi ke djokja maka sidang Bfo ditunda. Seperti telah dikabarkan bhw perginja beliau ke Djokja akan merundingkan soal perundingan inter Indonesia.

5. Kedatangannja Mr. Kosasi dari Bfo diterima oleh Presiden Sukarno. Kedatangannja Mr. Kosasi utk merundingkan soal perundingan inter Indonesia.

6. Dikabarkan dari Djakarta bhw tadi pagi atas undangan, telah tiba di Djakarta Dr. Mansur.

7. Sebuah iring2an tentara keradjaan di Sumatra masuk perangkap. Sebuah iring2an tentara keradjaan di Sumatra telah diserang oleh pasukan gerilja, korban 1 orang tewas, 1 orang luka, beberapa orang ditjulik dan 6 orang hingga kini belum kembali. Iringan tersebut terdiri dari 2 mobil dan mobil tsb telah dibakar oleh psk gerilja tsb.

8. Mendjawab permintaan dari golongan bangsa Arab tentang turut mendengarkan perundingan medja bundar tak dapat dikabulkan. Dari pihak Rep. menerangkan bhw delegasi Rep. mungkin terdiri dari bangsa Arab.

9. di Djokja kini telah berdiri kantor pos jang telah lengkap, begitu tn Herowo kep. secre. dari kantor pos tsb mengabarkan.

10. Wk. Agung Mahkota ini lari pergi ke Makasar. Selain dengan njonja turut serta djuga ketua delegasi Bld Dr. Van Royen. Mereka tadinja akan berangkatdengan pesawat terbang KLM constalation. tetapi bhb keadaan mereka berangkat dengan pesawat terbang biasa.

11. Sidang BFO tertutup jang sebetulnja dilangsungkan pada kemarin hari. Ini hari akan dilangsungkan di gedung Indonesia serikat. Dimuklai pada djam 10.30.

12. Kemarin pagi telah datang di Makasar rombongan Wk. Agung Mahkota. Kedatanganja beliau disambut oleh presiden Sukawati. Rombongan bersantap di istana presiden Sukawati.

Page 128: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

116

13. Menurut keterangan kuad territorial Djawa Tengah djendral maj. Meyer, djalan antara Ambarawa-Magelang, Ambarawa-Muntilan sudah dibuka kembali.

Luar Negeri. 1. Angkatan udara Amerika Serikat mengadakan latihan trdjun dgn

payung dari pesawat terbang jang sedang terbang dengan ketjepatan 850 km sedjam.

2. Reuter mengabarkan bhw dalam Minggu ini akan tertjapai gentjatan sendjata anatara Israel-Syria.

3. Menurut kabar dari Pilipina Romulo di UNO di undang kembali utk mengadakan perundingan soal pertahanan pasifik. Beliau ditunggu kedatangannja didalam tempo 1 minggu.-

4. Chiang Kai Sek dikanton menerangkan bhw beliau sanggup melandjutkan pimpinannja dan mengandjurkan kepad rakjat spj taat kepada perdana menteri Lie Tsun Yen. Kekalahan jang sekarang ini disebabkan kebanjakan coruptie, kurang disiplin, dan kebodohan. Selandjutnja beliau menerangkan bhw bantuan Amerika Serikat itu sangat penting.

5. Di Amerika telah ditjetak sebuah buku jang isinja memuat keterangan keadaan di Tiongkok. Buku jang pertama telah diserahkan kepada presiden Truman.

6. Menteri keuangan Inggris mengumumkan bhw Inggris akan mengurangi import dari Amerika sebesar 25%.

7. Kantor2 penerangan Inggris dan Amerika di siang hari disuruh tutup oleh kaum komunis

8. Senat Amerika Serikat pada minggu jang akan datang akan menjetudjui perdjanjian Atlantic.

9. Oleh angkatan darat, laut dan udara Amerika mengumumkan, pada hari Senen jang akan datang akan diadakan latihan perang2an di Tiongkok Selatan di pulau Luzon selama 14 hari.

(Sumber: Dokumentasi Museum Mandala Bhakti Semarang, RRI Surakarta tahun

1945-1949)

Page 129: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

117

Radio Djakarta tgl 16/7-49. dj 18.30, 21.30. Dalan Negeri. 1. Kemaren pagi sidang BFO telah menerima baik usul dari Presiden

Sukarno utk mengadakan conferencie Inter-Indonesia di Djokja dan selandjutnja di Djakarta. Pada tgl 19 Djuli akan berangkat Delegatie Bfo ke Djokja. Sultan Hamid II sebagai ketua Bfo memberi pandangannja tentang rentjana cof. dan pula tidak pada Rep. Pada tgl 23 Djuli mereka akan pelang ke tempatnja masing2 utk merajakan hari lebaran. Dan pada tgl 30 konferencie akan dilangsungkan di Djakarta. Setelah selesai segera akan disusun angg2 jg brangkat ke Den Haag utk menguudjungi konf. Medja Bundar. Angg2 tsb terdiri dari 60 orang dari Rep. Kelebihan anggauta Bfo lainnja di beri tempat beg. Klas II atau kl. III Keputusan Bfo ketua St. Hamid II segera akan mengirim kawat maupun pengumuman kepada presiden Soekarno mengenai rentjana Bfo.

2. Majoor Achmad Wiranata Kusumah telah dipetjat dari djabatannja, karena bekerdja sama2 dgn bld. Berita ini di dapat kabar dari Gubernur Militer Djawa Barat.

3. Zenazah2 dari kapal terbang Franecer telah dimakamkan di geredja Inggeris di Bombay. Semua penumpangnja sedjumlah 44 orang dapat ditemukan diantara 2 orang jang terbakar habis.

4. Menurut djuru bitjara Republiek, bahwa tentang penghentian permusuhan antara Rep-Bld sukar dilaksanakan karena alat2 pemerintah Republiek sebagian besar berada di luar daerah Republiek.

Luar Negeri. 1. Federate serikat pekerdja sedunia telah menjokong pemogokan jang

dilakukan olh pelaut2 Canada. 2. Menurut Berita Radio Pemerintah Komunis Tiongkok, menerangkan

bahwa kerugian psk Pem. Nasional dalam 3 tahun adlah sedjumlah 5 ½ Djuta serdadu (tewas-luka2). Ada pula sebesar 3000 orang telah mengadakan pemberontakan terhadap pemerintah. Menurut tulisan Djendral Mao Tse Tung, disitu diterangkan bahwa kemenangan kaum komunis karena bantuan dari Rusia

3. Kebandjiran besar di New Delhi mengakibatkan 2 desa hanjut. 4. Dalam 24 djam lamanja pesawat Inggeris mengadakan pemboman diatas

perbatasan Siam, dimana pasukan2 pemberontak sedang berkobar. Sesudah itu psk. Infanterie bergerak utk mengadakan pembersihan terhadap pasukan pemberontah tsb.

5. Laporan dari panitya ekonomi pbb, bahwa di Azia kekurangan makanan akibat dari banjaknja bandjir.

6. Di ndaerah pendudukan Perantjis di Djerman telah terdjadi ledakan Bom. Korban blm dapat diketahui

Page 130: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

118

7. profesor2 Rusia telah menemukan, getaran udara diganti dgn getaran suara selandjutnja ke pantja indria jg dapat menjembuhkan orang buta.

(Sumber: Dokumentasi Museum Mandala Bhakti Semarang, RRI Surakarta tahun

1945-1949)

Page 131: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

119

Berita Radio Djakarta tgl 18-7-49 djam 18.30 1. Dalam suatu pertanjaan tentang perundingan inter Indonesia Dr. Van

Royen menerangkan bahwa perundingan inter Indonesia mungkin akan berdjalan dengan lantjar dan menurut garis2 jang telah ditetapkan. Dalam pertanjaan, apa di dalam konferensi medja bundar delegasi akan terdiri dari delegasi Rep. dan Bld. Dr. van Royen menerangkan bahwa dalam dalam konferensi medja bundar jang akan mengundjungi ialah dari delegasi Rep, delegasi Bld, delegasi BFO dan panitya untuk Indonesia selandjutnja Dr. van Royen menerangkan bahwa dalam konferensi medja bundar belaiau tidak akan duduk sebagai ketua.

2. Kemarin telah kembali dari Djokja rombongan delegasi Bld Dr. van Royen. Dengan diadakannja kundjungan ini maka delegasi Bld mempunjai kesempatan utk mengadakan perkenalan dengan Presiden Sukarno dan dengan delegasi Rep. Terutama dengan ketua pemerintah Darurat Mr. Sjafrudin, dan mangadakan tukar fikiran mengenai konferensi medja bundar.

3. Tadi pagi telah di landjutkan sidang BFO di gedung Indonesia Serikat. Ketua BFO Sultan Hamid II menerima surat dari Djambi jang menerangkan bahwa delegasi Djambi tak dapat mengundjungi sidang itu. Dalam sidang itu hadir pula para dokter jang nanti akan mengurus kesehatannja para orang jang akan mengundjungi konf. Medja bundar.

4. Kalangan politik di Djokja mengabarkan, bahwa pada sekarang ini perlu diadakan membentuk kabinet jang baru dan kuat. Dalam kalangan PNI dan Masjumi mengandjurkan untuk menjempurnakan pemerintahan, di Sumatera diurus oleh sedjumlah menteri jang diketuai mr. Sjafruddin dan di Djawa diurus oleh JM Sri Sultan, selandjutnja PJM wk Presiden sebagai ketua pemerintahan.

5. Pada tanggal 20 Djuli akan dibuka kembali hubungan pesawat terbang KLM antar Djakarta-Negeri Belanda dengan melewati India, pembukaan tersebut untuk pertama kalinja semendjak pemerintah India melarang pesawat Belanda terbang diwilayah India.

6. PCJ mewartakan dari Den Haag, sekitar dilangsukannja medja bundar. Konf medja bundar tidak dapat dilangsungkan sebelum penghentian tembak menembak terlaksana. Selandjutnja dikabarkan bahwa penetapan konf. medja bundar diundur. Mengenai penjerahan kedaulatan Indonesia diterangkan dapat terlaksana sebelum akhir tahun ini.

7. Menteri Moh Natsir menerangkan kepada Aneta bahwa pengumuman cease fire akan segera dikeluarkan. Adapun antara Belanda merupakan tentara asing jang taat bertugas.

8. Kapal kota Intan jang membawa 1600 orang serdadu belanda telah tiba di Negeri Belanda. Kebanjakan orang2 itu menderita penjakit blindedarm-onstiking. Pada hari Senen baru mereka boleh turun setelah diadakan penjuntikan.

Page 132: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

120

Luar Negeri. 1. Rapat raksasa kaum buruh di London. Kemarin telah diadakan rapat

raksasa kaum buruh di London jang dikundjungi oleh beribu2 orang. Meskipun dalam rapat tsb diandjurkan supaja mengadakan pemogokan terus. Meskipun dalam rapat itu di kundjungi oleh beribu2 orang tetapi tidak terjadi suatu incident.

2. Rusia telah mengadakan demonstrasi angkatan udara. Dalam demonstrasi itu dipertundjukan tjaranya mengangkut tentara besar2an dan penjerangan. Dalam demonstrasi itu diterangkan bahwa Rusia mempunjai pesawat radar, dan diterangkan pula bahwa Rusialah yang mengandjurkan tentara Jerman.

3. Panitya Internasional mengirimkan laporan kepada PBB, menerangkan bahwa Rusia masih ,e,punjai 20 djuta orang tawanan bangsa Djerman jang disuruh kerdja paksa di Saxen.

4. Serangan kaum komunis pada Tiongkok Selatan mendapat kemadjuan dengan susah pajah. Karena sulalu mendapat perlawanan jang sengit dari pasukan pemerintah nasionalis Tiongkok.

5. Para menteri keuangan Inggeris jang telah mengadakan sidang rahasia di London kini telah selesai dan akan segera mengirimkan laporan kepada pemerintahnja masing2.

(Sumber: Dokementasi Museum Mandala Bhakti Semarang, RRI Surakarta tahun

1945-1949)

Page 133: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

121

Radio Djakarta tanggal 19-7-1949. dj. 21.30 Dalam Negeri 1. 3 orang angg. kom. Utk Indonesia berangkat ke Djokja utk mengadakan

pembitjaraan dengan Pem. Rep. jg tidak ada hubungannja dgn konf. Inter-Indonesia esok harinja mereka terus kembali ke Djakarta.

2. Tadi pagi tiba di Djokja angg2 bfo sebanjak 63 orang dgn 3 buah pes. terb. Setelah itu angg2 tsb menghadiri sidang Bp. Knip, jam mana mereka dapat mendengarkan uraian wk. Pres. Moh Hatta tentang pers. V. Royen-Roem. Dj. 13.oo siang angg2 Bfo mengadakan perkundjungan kepada Pakualaman. Dikota Djokja orang menjadi gempar. Ditembok2 tertempel plakatan, jg menjebutkan seluruh bangsa Indonesia bersatu utk mentjapai kemerdekaan penuh.

3. Sidang dewan Menteri2 Rep. memutuskan memilih sbg. ketua Delegasi utk konf. Inter-Ind. dgn angg2 lainnja jang dulu turut serta dalam pers Bld-Rep.

4. Ini hari telah tiba di Djakarta Mr. Maramin Menteri Keuangan Rep. dari Filipina. Diduga besuk harinja akan berangkat ke Dk.

5. Dua orang angg. BFO telah berangkat ke Den Haag utk mengadakan persiapan konf. Medja Bundar nanti.

6. Didekat kota Sukabumi telah terdjadi tembak menembak antara psk TNI dan tentara keradjaan, jang tidak membawa korban bagi masing fihak.

Luar Negeri 1. Djendral Mac Arthor telah minta bantuan tentara kepada Amerika

Serikat utk memperkuat pertahanan di Djepang. 2. Konf. Tenaga atoom jang dihadiri oleh pembesar2 civiel dan tentara di

Amerika Serikat mendjadi pusat perhatian bagi umum. 3. Pasukan komunis mengadakan penjerangan terhadap Tiongkok Selatan

dan dapat merebut 1 kota. 4. Radio komunis Tiongkok menjiarkan bahwa sekarang diadakan

kumpulan utk mengadakan persahabatan antara Rusia-Tiongkok. 5. Di Paris telah terdjadi pertempuran hebat antara polisi2 dan pekerdja2

pabrik kapal terbang. Perkerdja2 tersebut mengadakan demonstrasi setjara besar2an di muka pabrik jang sudah beberapa hari ditutup.

6. Perdjanjian gentjatan sendjata antara Israel-Syria besuk akan ditandatangani di salah suatu tempat dengan disaksikan oleh PBB>

(Sumber: Dokumentasi Museum Mandala Bhakti Semarang, RRI Surakarta tahun

1945-1949)

Page 134: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

122

Radio Surabaja tgl 21/7-49 djam 19.00,- 1. Konf. Inter Ind. dimulai kemarin pagi di Djokja. Konf. Tsb dibuka oleh

Tn Tadjudin Neer, setelah itu maka disambut oleh wk. Presiden Drs Moh Hatta, ketua Bfo Stn Hamid dan selandjutnja Pjm Presiden Sukarno. Dalam konf itu dirundingkan mengenai soal bentuknja Negara Ind. Serikat, senat, rakjat, ekonomi, keuangan dan militer.

2. Pendjelasan wk. Presiden Drs. Moh Hatta di KNIP diterima baik oleh kalang Djakarta. Diterangkan bhw persetudjuan van Royen Roem adalah suatu langkah utk melantjarkan djalannja perundingan. Dari Djakarta dikabarkan bhw di Djokja terlah mulai dapat berdjalan babak ke satu.

3. Anak Agung Gede Agung mengabarkan bhw konf. Inter Ind. akan memakan tempo sampai tgl 23 juli dan pada tgl 24 beliau akan pulang ke Makasar. Sementara itu beliau akan melantik kabinet di Makasar. Dan sesudah itu beliau akan mengdjungi konf. di Djakarta. Setelah itu akan pulang lagi ke Makasar dan sesudah dari Maksar beliau akan terus ke Den Haag.

4. Dalam pertjakapan antara para wartawan dengan Mr. Maranis diterangkan bhw nama Rep. Ind akan tidak baik djika perundingan menemui djalan jang buntu. Ketika diadakan sidang di KNIP dengan tak disangka2 beliau datang, dgn segera beliau disambut dengan gembira oleh para sidang.

5. Konsul Djendral Inggris kemarin pagi telah datang ke Djokja utk minta diri kepada Presiden Soekarno bhw beliau akan perlop. Pada waktu itu diperkenalkan Djuga penggantinja.

6. Kereta api jang pertama sedjak Djokja dikembalikan ke tangan Rep. dari Semarang tiba si setasiun Tugu. Kereta api tsb kereta api barang jang memuat barang sebanjak 300 ton dari Indonesia Timur jang akan diserahkan kepada pemerintah Rep. Adapun kerta api jang datangnja tertentu belum dapat dikabarkan.

(Sumber: Dokementasi Museum Mandala Bhakti Semarang, RRI Surakarta tahun

1945-1949)

Page 135: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

123

Radio Republik Indonesia Djokjakarta tgl 25/7-49 Dj.22.00.- 1. Dari Djokja dikabarkan bahwa semalam telah diadakan sidang kabinet

untuk merundingkan soal penghentian tembak-menembak. Diterangkan bahwa soal tersebut sukar dilakasanakan.

2. Kemarin Kol. Hidajat menjembahkan persembahan kepada Menteri Pertahanan Sri Sultan. Beliau menjatakan terima kasih atas djasanja tentang memegang keamanan waktu diadakan pengembalian kota Djokja.

3. baru2 ini telah tiba ketua delegasi Belanda Dr. V. Royen di ibu kota republik dengan rombongan stafnja. Kemarin kelihatan beliau dengan stafnja berdjalan-djalan disepanjang Malioboro.

4. Kementerian Sosial nanti pada tgl 26/7-49 akan mengadakan pebagian bahan pakaian jang diterima dari pemerintah NTT kepada rakjat Djokja jang membutuhkan.

5. di Djokja saluran air sedikit demi sedikit telah diperbaiki, pembagian air yang dulunja tidak teratur berhubung tidak ada meterannja kini mulai dipasang lagi.

(Sumber: Dokumentasi Museum Mandala Bhakti Semarang, RRI Surakarta tahun

1945-1949)

Page 136: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

124

Radio Republik Indonesia Djokjakarta 26/7-1949. Dalam sidang KNIP pembitjaraan mengandjurkan djalan untuk melaksanakan penghentian tembak menembak djalan Tentara Belanda harus ditarik mundur. Memperingatkan pula kepada Pemerintah supaja memperhatikan kepada orang2 bekas PKI jang dulu telah ditangkap. Zainul Abidin Achmad dari Sumatra mengandjurkan supaja Pemerintah memperkuat kabinetnja. Mengenai soal penghentian tembak menembak djalan untuk melaksanakannja ialah perintah penghentian tembak menembak dikeluarkan, sementara itu tentara Belanda ditarik mundur. Mengenai tawanan politiek dan tentara, minta supaja segera dibebaskan dan pemerintah memberi ampun, selandjutnya disuruh bekerdja seperti biasa. Panitya penghentian tembak-menembak hari ini telah bersidang di Kepatihan Djokja. Kedua delegasi hadir, diantaranja Kol. Simatupang. Kementerian Kesehatan membentuk penitya untuk berusaha membeli obat2-an di dalam dan di luar negeri diantarannja panitya itu Dr. Hutagalung. (Sumber:Dokumentasi Museum Mandala Bhakti Semarang, RRI Surakarta tahun

1945-1949)

Page 137: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

125

Radio Djakarta tgl 29/7-49 djam 8.30 1. Delegasi Bld dan Rep telah mengeluarkan komenike bersama,

mengumumkan bhw perundingan tembak menembak telah berakhir jg dimulai pada tg 25 Juli. Segera akan diumumkan isi dari persetudjuan tsb. Dr. Royem dengan stafnja akan bertolak kembali ke Djakarta dan diduga minggu depan akan meninggalkan Indonesia. Perdana menteri Drs. Moh Hatta akan berangkat ke Djakarta utk mengundjungi konf inter Indonesia bersama-sama dengan Sri Sultan.

2. Konf inter Indonesia di Djakarta akan dimulai pada tgl 31 Juli. Sebagai pembukaan akan berpidato Stn Hamid II sebagai ketua Bfo dan selandjutnya akan disambut oleh Drs Moh Hatta sebagai wakil dari pemerintah Rep.

3. Dari fihak resmi mengabarkan bhw keadaan di Djawa Sumatera ada sedikit perubahan. Keadaan di Djawa Tengah berhubung dg adanja pengembalian pemerintah Rep di Djokja dan lantjarnya dalam konf inter Indonesia kekatjauan agak berkurang. Perkebunan di daerah Pekalongan masih selalu diganggu oleh segerombolan dari teror. Di daerah Tegal dan Brebes telah terjadi pertempuran jang sengit antara psk. TNI dengan D.I. keadaan di Djawa Timur tidak brerobah. Perkebunan masih selalu mendapat kesukaran2 oleh pengatjau2. banjak gerombolan2 jg bersendjata dapat dipakul. Perindustrian2mendapat kesukaran kekurangan buruh. Keadaan di Djawa Barat pun tidak berobah. Daerah Garut, Tasik, Tjiandjur, Sukabumi selalu mendapat gangguan dari grombolan2 pengatjau. Tentara keradjaan sedang giat memberantas gerombolan tsbt. Keadaan di Sumatera agak baik, dengan adanya Comf. Inter-Indonesia mempengaruhi Djawa rakjat turut membantu Pem. Indonesia dalam usaha pembangunan. Kegiatan kaum pengatjau berkurang. Di Tapanuli pabrik teh dibuka kembali.

4. Pemerintah Federal sementara telah mengeluarkan uang baru jang seharga R1,- dan R0,50..

5. di kudus telah terdjadi kebakaran pada penjimpanan minjak jang berisi 25 ton. Diduga bahwa kedjadian ini atas perbuatan oranbg jang melemparkan granat kepada tank minjak tsb.

6. Wali-Negara Sumatra Timur tepat pada hari lebaran telah berpidato ditjorong radio jang ditundjukan kepada rakjat Sumatra Timur, bahwa segera akan dapat mentjiptakan tjita2 nasional dan seterusnja. Beliau mengharap supaya rakjat dg hati jang sutji memperdjuangkan tjita2 tsb.

(Sumber: Dokumentasi Museum Mandala Bhakti Semarang, RRI Surakarta tahun

1945-1949)

Page 138: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

126

Lampiran 7

Gambar 2. Kerabat kerja monitoring RRI Surakarta tahun 1948 di desa Balong

(Stasiun RRI Regional I Surakarta, 1995: 81)

Page 139: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

127

Gambar 3. Pemancar Balong tahun 1948-1949

(Stasiun RRI Regional I Surakarta, 1995: 81)

Page 140: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

128

Gambar 4. Maladi beserta angkasawan RRI di Stasiun penyiaran gerilya Balong

(Stasiun RRI Regional I Surakarta, 1995: 82)

Page 141: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

129

Gambar 7. Radio Portable Buatan Inggris tahun 1948

(Majalah Merdeka, 24 April 1948. Halaman 30)

Page 142: Peranan Radio Republik Indonesia Stasiun Surakarta Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1946-1949 Di Surakarta

130

Radio Panjti buatan Inggris tahun 1948

(Majalah Mimbar Indonesia, 24 April 1948. Halaman 25)