PERANAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI MEDIA ...repo.apmd.ac.id/634/1/SKRIPSI_FERDINANDUS DOMINICUS...
Transcript of PERANAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI MEDIA ...repo.apmd.ac.id/634/1/SKRIPSI_FERDINANDUS DOMINICUS...
-
PERANAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASIDAN INFORMASI PADA GENERASI MUDA DI PEDESAAN
(Suatu Penelitian Deskriptif Kualitatif di Desa Trinurti, KecamatanSrandakan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta)
SKRIPSI
Disusun Oleh:
FERDINANDUS DOMINICUS CEME MOLA13530023
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASISEKOLAH TINGGI PEMBANGUNANAN MASYARAKAT DESA
“APMD” YOGYAKARTA2019
-
v
MOTTO
“Jangan bertanding dengan siapa pun kecuali diri sendiri. Jangan berusahamengalahkan siapa pun kecuali diri sendiri. Kemenangan terbesar adalah menang
atas diri sendiri. Sebelum berusaha mengubah orang lain. Ubahlah diri sendiri”(Oscar Wirawan)
“Keberhasilan ditentukan oleh 99 % perbuatan dan hanya 1 % pemikiran”(Albert Eisntein)
“Kata yang paling indah di bibir umat manusia adalah kata "Ibu", dan panggilanyang paling indah adalah "ibuku". Ini adalah kata yang penuh harapan dan cinta,
kata manis dan baik yang keluar dari kedalaman hati”(Kahlil Gibran)
“Gone But Not Forgotten”(Kurt Cobain)
“Cinta itu indah. Jika bagimu tidak, mungkin karena salah milih pasangan.”(Pidi Baiq)
-
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Menyadari bahwa proses pendidikan yang saya tempuh hingga saat ini
tidak dapat saya selesaikan dengan mengandalkan kekuatan dan kemampuan
pribadi, karena itu karya (Skripsi) ini saya persembahkan kepada mereka yang
telah ambil bagian dalam liku-liku pendidikan dan hidup saya:
Rasa syukur yang dalam dan tulus kepada Tuhan Yesus Kristus, tanpa
berkat dankekuatan dari pada-Nya rasanya mustahil pendidikan yang telah kulalui
bisa berjalan dengan baik, liku-liku kehidupan yang telah terlewati membuatku
semakin kuat dan tegar, terimakasih Tuhan dengan rendah hati kunaikkan
syukurku kehadiratMu.
Terimakasih Bapak, Mama’ku (Daniel Mola dan Yolenta Igo) kalian
adalah permata yang sangat berharga dalam hidupku, tanpa keringat dan cucuran
airmata kalian sungguh tak bisa dibayangkan aku bisa melanjutkan pendidikan
ketingkat yang lebih tinggi seperti sekarang ini (aku sangat mencintai kalian).
Almamater kebanggaan saya, yang selalu menjadi kawah candra dimuka
dalam membentuk kader – kader bangsa yang “berpikir global, bertindak lokal”,
Semoga APMD semakin Jaya ….. !!!
Untuk Dosen pembimbing saya Bapak Tri Agus Susanto, S.Pd., M.Si.
terimakasih yang tak terhingga saya sampaikan atas kesabaran dalam
membimbing dan memberikan masukan tentang inkonsistensi waktu saya yang
selalu molor dalam mengerjakan skripsi ini.
Untuk Pemerintah Desa Trimurti Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul,dengan rasa hormat saya ucapkan terimakasih yang tak terhingga atas waktu dan dan
kesediaan menerima saya untuk melakukan penelitian tentang Peranan Media sosialsebagai media komunikasi dan informasi pada generasi muda di pedesaan.
Kawan-kawan seperjuangan, teman teman IMAKO (Ikatan Mahasiswa IlmuKomunikasi) semuanya
Terimakasih secara khusus untuk Bapak kos Ahmad Toha yang selalu
sabar dan penuh pengertian terhadap persoalan uang kos yang selalu nunggak,
matur sembah nuwun Pak De.
Untuk saudara, sahabat, konco dewe dan sesepu PASUKAN KERSEN
-
vii
JANTI: Mbak Dhea {Makasi pengorbanan waktunya untuk mencuci pakian saya}
, Rodjero {Cepat nyelesaiin skripsinya bro}, Slash Jambo {langgeng terus sama
pekerjaannya bro}, Romy {Sukses untuk proses penggemukan badanmu, tempat
tinggal mu sebenarnya dimana?}, Vapen Lia {Ojo pindah-pindah kampus lagi yo
bro}, Bryan {Rektor AKPRIND ada tanya kau ....}, Yaris Paba {Jangan terlalu
poker bro ingat sama skripsi mu}, Dejan dan Nelli {Bekerjalah yang tekun ingat
sama Raden}, Tino, Bosan {Kapan kita nge bil lagi di platinum?}, Odaf {si
rabun jauh} Paman Dedi, K Vian, K Bravo, K Chen, K Willy {Legend of judi},
Om Tb, K Siwe, K Icat, K Gopal, K Alvis, K Atan, K Jois, K Farul, K Mansi, K
Pocko, Dodi Rana {Menteri Pendidikan janti}, Jekson Alpacino {Mafia
Nangaroro}, Bacok {si penulis grafity}, Basten, Ariston, Obeth, Isto, Cendi,
Bastian dan semuanya yang tidak sempat saya sebutkan namanya, terimakasih
untuk semuanya Jah Bless.
Untuk guys-guys Frando 2011: Ando Kua, Sles Jambo Vapen, Savio,
Rodjer, Jen Anggal, Ervin Du’e, Celsi Nagi, Iron, Wiwin No’o,Celi Soro, Ret
Toyo, Ani Bati dan Aten Tutu terimakasih untuk senyuman, canda tawa dan
kebersamaan kita di Kota Istimewa. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
-
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
atas anugerah dan penyertaan-Nya yang sempurna kepada penulis sehingga
proses penyusunan skripsi ini berjalan dengan baik dan lancar hingga selesai.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan proses penyusunan
skripsi ini karena bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, ucapan terimakasih
yang sebesar – besarnya tidak lupa penulis sampaikan kepada :
1. Bapak. Dr.H. Sutoro Eko Yunanto, M.Si. selaku Ketua STPMD “APMD”
yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
2. Bapak Habib Muhsin S.Sos, M.Si selaku Ketua Prodi dan semua staf
pengajar Prodi Ilmu Pemerintahan yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuan selama kuliah.
3. Bapak Tri Agus Susanto, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan masukan, kritik dan saran
dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Kepada semua yang telah membantu saya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, Doa saya semoga Tuhan membalas semuanya… !!
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan dan saran dari
semua pihak agar dapat memperbaiki karya sederhana ini pada waktu-waktu
yang akan datang. Akhir kata, Semoga karya ini bermanfaat bagi semua
pembaca.
Yogyakarta, 26 Maret 2019
Penyusun
Ferdinandus D. C. Mola13530023
-
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................…iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................viii
DAFTAR ISI............................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 6
D. Manfaat........................................................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka............................................................................. 7
F. Kerangka Pikir .............................................................................. 27
G. Metode Penulisan.......................................................................... 29
BAB II PROFIL DESA TRIMURTI
A. Kondisi Geografis ............................................................................................ 33
B. Kondisi Demografis ......................................................................................... 34
C. Sarana dan Para Sarana .................................................................................... 38
D. Struktur Pemerintahan Desa Trimurti .............................................................. 43
E. Struktur Pemerintahan Desa Trimurti............................................................... 46
-
x
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Informan ............................................................................................ 50
B. Hasil Penelitian................................................................................................. 53
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 70
B. Saran 71
DAFTAR PUSTAKA
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi seperti sekarang perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) sudah sangat pesat dan nyaris tidak terbendung lagi. Salah satu
dampak perkembangan tersebut adalah kemajuan dalam berbagai bidang
termasuk teknologi informasi dan komunikasi yang tercermin pada berbagai
medianya. Dalam hal ini media massa baik media cetak maupun media elektronik
merupakan alat yang paling tepat untuk menyampaikan berbagai informasi
tentang keadaan dan kenyataan yang terjadi secara lengkap dan akurat.
Komunikasi lewat media massa disebut komunikasi massa. Membahas
komunikasi massa berarti membahas mengenai media massa sebagai elemen
terpenting dalam komunikasi massa. Dalam era modern seperti sekarang harus
diakui kalau hidup sangat tergantung pada media massa, sehingga tidak
berlebihan kalau dikatakan media massa menjadi salah satu faktor penentu
kehidupan masa kini. Oleh karena itu berbagai aspek yang melekat pada media
massa termasuk kelebihan dan kekuranganya media tersebut sudah selayaknya
harus menjadi perhatian masyarakat.
Media massa dalam komunikasi massa tersebut memiliki banyak bentuk.
Suyanto (2013) mengelompokkan berbagai bentuk media massa tersebut atas
-
2
media cetak (surat kabar, tabloid, majalah) buku, film dan media elektronik,
radio, dan televisi). Dalam perkembangan komunikasi massa dewasa ini,
ditambah lagi dengan media massa berbasis internet.
Indrajit (2013) menyebutkan bahwa internet merupakan salah satu bentuk
media komunikasi modern yang memiliki daya tarik luar biasa bagi masyarakat.
Hal ini dikarenakan internet tidak hanya menyajikan informasi hiburan dan
pengetahuan saja, tetapi lebih dari itu internet telah memfasilitasi masyarakat
dalam rangka menyampaikan suatu maksud kepada seseorang atau sekelompok
orang tertentu. Internet merupakan jaringan longgar dari ribuan jaringan komputer
yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia. Dikatakan longgar karena
jaringan ini memungkinkan orang dari seluruh penjuru dunia berkomunikasi
melalui zona waktu yang berbeda tanpa saling bertatap muka dan informasinya
tersedia selama 24 jam sehari dari ribuan tempat. Internet telah membantu
menciptakan media komunikasi yang sangat cepat dan efektif.
Keberadaan komputer dan internet sebagai medium dalam berkomunikasi
dan berinteraksi dengan sesama pengguna menciptakan realitas virtual (Angger,
2004 dalam Solanta, 2017). Realitas virtual berarti mengacu pada orang-orang
yang terhubung dengan dunia dan orang lain melalui sarana elektronik seperti
internet, televisi dan ponsel. Virtualitas adalah pengalaman yang online dan
menggunakan komputer, serta merupakan suatu keadaan yang mengacu pada
cara tertentu mengalami dan berinteraksi dengan dunia (Solanta, 2017).
-
3
Era pasca ruang merupakan suatu yang baru ditandai oleh adanya perluasan
pola interaksi sosial. Dalam hal ini media elektronik mampu menepis kegelisahan
publik akan upaya untuk mengetahui informasi yang terjadi di tempat lain. Pola
interaksi sosial tidak lagi dalam ranah yang nyata, melainkan lebih cenderung
terjadi dalam realitas media (virtual).
Dari uraian di atas diketahui bahwa salah satu perkembangan dari adanya
internet dan komputer adalah hadirnya media online seperti tabloid berita online,
Facebook (FB), Whatsapp (WA), Blackberry Mesenger (BBM), Line, dan
sebagainya. Semua media ini secara umum dikenal dengan sebutan media sosial
(Medsos). Medsos tersebut dalam era digital seperti sekarang sudah bukan
menjadi barang asing lagi melainkan menjadi keseharian bagi banyak pihak
terutama generasi muda atau generasi milenial (generasi kelahiran tahun 2000an).
Dewasa ini hampir mustahil memisahkan kehidupan generasi muda tersebut
dengan media sosial. Tidak berlebihan bila Joy Roesma dan Nadia Mulya (2018)
berkesimpulan kalau kebutuhan untuk tetap eksis di dunia digital seakan naik
pangkat menjadi kebutuhan utama kaum urban (dan tinggal tunggu waktu saja
sampai hal ini menjadi kebutuhan semua manusia di muka bumi) selain sandang,
pangan, papan dan colokan.
Namun sesungguhnya keberadaan dan peran medsos tersebut bagi generasi
muda ibarat pedang bermata dua. Kalau dimanfaatkan dengan baik, medsos akan
bernilai guna, namun bila disalahgunakan akan berdampak negatif bagi generasi
muda. Medsos bagaimanapun merupakan media komunikasi dan media
-
4
pendidikan yang cukup efektif dan efisien bagi pengembangan generasi muda.
Tetapi keberadaan medsos yang tidak terkendali justru akan memunculkan sikap
egois dan individualisme yang bila berlebihan akan menghambat proses interaksi
sosial, sehingga juga akan memudarkan tingkat kepekaan sosial dan solidaritas
sosial dengan sesama yang ada di sekitar (Solanta, 2017). Namun demikian
hampir mustahil memisahkan generasi muda dengan medsos. Walaupun medsos
mungkin saja berdampak negatif pada perkembangan diri generasi muda, namun
mengabaikan peran medsos akan mengakibatkan perkembangan generasi muda
tidak optimal, bahkan banyak mengalami hambatan.
Hal ini menunjukkan pada era globalisasi seperti ini keberadaan medsos
merupakan keniscayaan, keberadaan medsos ikut menentukan kehidupan generasi
muda ke depannya. Dengan kata lain, pengembangan generasi muda dewasa ini
banyak bergantung pada keberadaan medsos. Hal ini tidak terlepas karena
keberadaan medsos akan dengan mudah mempengaruhi sikap dan perilaku
generasi muda. Oleh karena itu medsos perlu diaktualisasikan sebagai media
komunikasi dan informasi bagi pengembangan generasi muda.
Desa Trimurti, salah satu desa di Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul,
Propinsi Daerah Istimewah Yogyakarta (DIY) tentu saja termasuk desa yang juga
terpengaruh oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berbagai aspek
kehidupan di desa ini disadari maupun tidak pasti terdampak oleh adanya medsos
sebagaimana di desa-desa lainnya. Perbedaannya, pemerintahan desa Trimurti
menyadari hal itu dan secara sadar mau memanfaatkan medsos sebagai media
-
5
komunikasi dan informasi bagi pemberdayaan masyarakat di desanya termaksud
generasi muda termaksud genarasi muda. Sebagai contoh, selama ini pemerintah
desa dan Pembina karang taruna di Desa Trimurti sudah terbiasa memanfaatkan
medsos baik sebagai media komunikasi dan informasi, baik antar generasi muda,
maupun antara generasi muda dengan generasi tua termasuk pembina karang
taruna dan pemerintah desa. Media sosial dimanfaatkan sebagai media
komunikasi dan informasi bagi pengembangan masyarakat umumnya dan
generasi muda khususnya. Hal ini menunjukkan melalui penggunaan medsos
sebagai media komunikasi dan informasi, pemerintah desa dan pembina Karang
Taruna berupaya memberdayakan masyarakat khususnya generasi muda. Selain
itu melalui penggunaan media sosial generasi muda akan dibekali informasi
sehingga dapat memanfaatkan IPTEK secara baik dan benar, juga mempersuasi
generasi muda agar besikap dan berperilaku sesuai yang diidealkan sebagai warga
Negara. Untuk mengetahui mengenai peran medsos sebagai media komunikasi
dan informasi pada generasi muda di pedesaan maka penulis tertarik melakukan
penelitian pada Karang Taruna di Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan,
Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang seperti di atas maka rumusan masalahnya
adalah: ”Bagaimanakah peranan media sosial sebagai media komunikasi dan
-
6
informasi dalam pengembangan/ pemberdayaan generasi muda di Desa Trimurti,
Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Propinsi DIY selama ini?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan media sosial
sebagai media komunikasi dan informasi dalam pengembangan/ pemberdayaan
generasi muda di Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul,
Propinsi DIY selama ini.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu dan pengetahuan
mengenai komunikasi massa khususnya yang berkaitan dengan media sosial
(medsos).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Kampus
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi penelitian
sejenis selanjutnya.
b. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam upaya
pemanfaatan medsos secara baik dan benar.
-
7
c. Bagi Peneliti
Melalui penelitian ini peneliti belajar melakukan penelitian ilmiah.
Hasilnya diharapkan dapat memperkaya pengetahuan peneliti selanjutnya
tentang medsos.
E. Tinjauan Pustaka
1) Peranan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 369) mengenal dua kata
“peranan” dan “peran”, dua kata ini sering dipakai bergantian, dengan
pengertian yang hampir sama. Peran diartikan sebagai perangkat tingkah laku
yang diharapkan dapat dimiliki oleh seseorang atau organisasi/ lembaga yang
berkedudukan atau berstatus tertentu dalam masyarakat. Peranan diartikan
sebagai tindakan yang dilakukan seseorang atau lembaga dalam suatu
peristiwa. Istilah “peran” atau “peranan” ini sesungguhnya dapat dipadankan
dengan istilah ”role” dalam bahasa Inggris yang bisa diterjemahkan sebagai
tugas atau fungsi (Echols dan Shadily, 1995: 489). Hal ini menunjukkan
istilah peran (role) dapat diartikan sebagai perilaku yang diharapkan dari
seseorang atau sesuatu (lembaga/ organisasi) yang dilakukan karena statusnya.
Horton dan Hunt (1999 :135) mengartikan status atau kedudukan sebagai
posisi seseorang atau sesuatu lembaga dalam masyarakat, sedangkan peran
diartikan sebagai perilaku yang diharapkan dari seseorang atau sesuatu
lembaga yang memiliki status atau kedudukan tertentu.
-
8
Peranan atau peran, dalam penelitian ini, merujuk pada tugas dan
fungsi media sosial. Maksudnya merujuk pada perilaku yang diharapkan dari
media sosial, ketika menjalankan fungsi dan tugasnya dalam pengembangan
generasi muda, dalam hal ini di Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan,
Kabupaten Bantul, DIY. Dalam hal ini menelaah bagaimana media sosial
berperan sebagai media komunikasi, sebagai media hiburan, sebagai media
pendidikan, dan sebagai media kontrol (Suyanto, 2013). Tujuan dari upaya-
upaya tersebut adalah supaya generasi muda di pedesaan tersebut semakin
berdaya sehingga dapat bersikap secara baik dan benar.
Ndraha (1990), dalam Margaretha, 2011: 16) mengartikan peran
sebagai aspek dinamis dari suatu lembaga atau organisasi. Lembaga atau
organisasi dinilai telah berperan dengan baik bila dapat melaksanakan
kewajibannya dengan baik sesuai dengan status dan kedudukannya. Dalam
penelitian ini media sosial akan dilihat apakah tetap berperan sebagai media
komunikasi, media hiburan, media pendidikan dan media kontrol sehingga
pengembangan generasi muda perdesaan berjalan dengan baik dan benar,
berjalan efektif dan efisien.
2) Media Sosial
a) Pengertian Media Sosial
Fuchs (2014: 35- 36 ) menghimpun beberapa pengertian atau defenisi
media sosial dari berbagai pakar komunikasi. Pertama, menurut Mandibergh
-
9
(2012) yang mengartikan media sosial sebagai media yang mewadahi kerja
sama diantara pengguna yang menghasilkan konten (User-Generated
Content). Kedua, Shirky (2008), media sosial dan perangkat lunak sosial
merupakan alat untuk meningkatkan kemampuan pengguna untuk berbagi
(to share), bekerjasama (to co-operate) di antara pengguna dan melakukan
tindakan secara kolektif yang semuanya berada di luar kerangka
institusional maupun organisasi. Ketiga, Boyd (2009) mengartikan media
sosial sebagai kumpulan perangkat lunak yang memungkinkan individu
maupun komunitas untuk berkumpul, berbagi, berkomunikasi, dan dalam
kasus tertentu saling berkolaborasi atau bermain. Media sosial memiliki
kekuatan pada User Generated Content (UGC) dimana dihasilkan oleh
pengguna, bukan oleh editor di institusi media massa.
Keempat, Van Dijk (2013), media sosial adalah platform media yang
memfokuskan pada pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas
maupun berkolaborasi. Karena itu, media sosial dapat dilihat sebagai
medium (fasilitator) online yang menguatkan hubungan antara pengguna
sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial. Kelima, Mieke dan Young (2012)
mengartikan media social sebagai konvergensi antara komunikasi personal
dalam arti saling berbagi diantara individu ( to be shared one-to-one) dan
media publik untuk berbagi kepada siapa saja tanpa ada kekhususan
individu.
-
10
Nasrullah (2015:11) mengartikan media sosial sebagai medium di
internet yang memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya maupun
berinteraksi, bekerjasama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain,
dan membentuk ikatan secara virtual. Media sosial (social media) adalah
salah satu aplikasi yang menunjang kebutuhan komunikasi manusia dalam
bentuk komunikasi tertulis (teks), Komunikasi suara, dan komunikasi
audiovisual (Ibrahim dan Iriantara, 2017: xi). Media sosial menjadi salah
satu tulang punggung kegiatan komunikasi manusia mutakhir. Ia memenuhi
dan mengubah kebutuhan manusia dalam berkomunikasi. Aplikasi seperti
Facebook, Twitter, Instagram, atau Whatsapp menjadi aplikasi populer yang
digunakan ratusan juta orang di seluruh dunia untuk berkomunikasi.
Roesma dan Mulya (2018: 20) menyebutkan kalau media sosial adalah
bintang yang kini bersinar paling terang. Walaupun media tradisional seperti
media cetak dan dunia penyiaran masih ada, perannya jauh mengerdil. Tidak
mengherankan bila banyak majalah membuat versi online dan stasiun
televisi membuat live streaming di situsnya. Media sosial berbasis internet
yang kian berkembang dan bisa memperbarui berita dengan cepat,
membuatnya nyaris menggantikan peran media massa konvensional dan
hampir segala hal.
Tidaklah berlebihan bila Patricia Gou (dalam Roesma dan Mulya,
2018: 2) mengatakan kalau media sosial adalah media zaman sekarang.
Kalau dulu media ya hanya TV, radio, koran, majalah yang bersifat satu
-
11
arah. Media sosial bersifat multiarah dan melahirkan banyak kesempatan,
seperti peluang usaha untuk UMKM. Media sosial juga membuat orang
semakin penasaran atau ingin tahu dan update tentang kehidupan orang-
orang.
Medsos adalah saluran atau sarana secara sering di dunia maya
(internet). Para pengguna (User atau netizen/ warganet) berinteraksi dengan
mereka yang berada di jejaring sosialnya (Network) atau bahkan bisa dengan
audience yang tidak mereka kenal sekalipun melalui blog, vlog, jejaring
sosial, podcast, wiki, ataupun forum (Roesma dan Mulya,2018: 21)
Sudah sejak lama manusia mendambakan adanya alat yang
memungkinkan berkomunikasi secara mudah, cepat dan pribadi.
Ketersediaan jaringan internet, komputer, dan ponsel cerdas telah
memungkinkan lahirnya aplikasi dalam berbagai jenis, bentuk dan nama
untuk berkomunikasi, baik antar pribadi maupun antara pribadi dengan
kelompok (Ibrahim dan Iriantara, 2017: 220). Perusahaan pengelola dan
pembuat aplikasi untuk media sosial terus berlomba menyajikan fitur-fitur
yang diperlukan pengguna dan memenuhi kebutuhan pengguna sebagai
solusi komunikasinya.
Menurut pandangan Matusita (2007, dalam Indrajit, 2013) internet
yang menjadi wadah media sosial, pada dasarnya merupakan kombinasi
interaksi tekstual dan dunia virtual yang memungkinkan manusia bisa
berkomunikasi satu sama lain. Internet menyediakan perangkat komunikasi
-
12
tersebut, seperti Multi-user Domains (MUDS), e-mail, dan saluran untuk
mengobrol (Chat lipes). Manusia pada dasarnya dibentuk melalui interaksi
sosialnya kini interaksi sosial tersebut mulai menggunakan internet,
termasuk menggunakan media sosial.
Interaksi sosial lewat internet mulai berkembang cepat pada abad ke-
20, khususnya setelah komputer dan internet mulai dipergunakan dalam
kegiatan manusia. Pada tahun 1980-an, media sosial yang cukup populer
adalah Internet Relay Chat (IRC) yang kemudian meredup pada 1990-an.
Namun pemicu meledaknya media sosial adalah blog yang mulai
berkembang pada penghujung 1990-an (Ibrahim dan Iriantara, 2017: 221).
Menurut Boyd dan Ellison (2008, dalam Ibrahim dan Iriantara, 2017:
222) perkembangan pesat media sosial berlangsung sejak tahun 2003 ketika
bermunculan situs jejaring sosial. Tiap-tiap media sosial menyebut dirinya
dengan sebutan Yet Another Sosial Networking Service (YASNS). Beberapa
diantaranya Linkedin, Visible Path, dan Xing, ada juga dogster, carez,
couchsurfing.
Lalu status jejaring sosial yang cukup popular, Facebook mulai
diperkenalkan pendirinya Mark Zuckerberg pada tahun 2004 untuk para
mahasiswa di Universitas Hanvord. Ternyata diminati banyak orang,
sehingga diperkenalkan ke khalayak umum. Hanya dalam tempo setahun,
tahun 2005 Facebook sudah bisa mengalahkan popularitas friendster. Tahun
2006 Facebook semakin meluas penggunaanya, sehingga tahun 2007
-
13
Microsoft Corporation membeli sebagian saham Facebook, yang kemudian
membuat akun Facebook bisa dimiliki siapapun diseluruh dunia.
Menurut Danesi (2009, dalam Ibrahim dan Iriantara, 2017: 225), dari
perkembangan media sosial, khususnya Facebook diketahui bahwa
teknologi-teknologi komunikasi massa membentuk cara kita berkembang
secara kognitif, cultural, dan sosial. Facebook menjadi salah satu yang
menunjukan hal tersebut. Adanya Facebook membuat semakin banyak orang
terbiasa untuk menikmati kesenangan atau mengatasi kesusahan dengan
menggunakan Facebook tersebut.
Kini hampir setiap orang sudah memiliki akun media sosial sendiri.
Bukan hanya satu, melainkan beberapa akun. Ada yang memiliki akun
Facebook tetapi juga memiliki Whatsapp (WA) dan Twitter untuk
berkomunikasi dengan teman-temannya. Apalagi setelah media sosial juga
menyediakan aplikasi mobile yang dapat diakses dari ponsel cerdas, situs
jejaring sosial ini semakin popular. Orang bisa memposting foto apa yang
dilakukan saat itu juga. Fenomena selfie semakin berkembang sehingga
menjadi bagian penting dari gaya hidup yang ditawarkan teknologi digital.
b) Karakteristik Media Sosial
Nasrullah (2016:16) menyebutkan beberapa karakteristik media sosial,
antara lain : (1) Jaringan (network), (2) Informasi (information), (3) Arsip
(Archive), (4) Interaksi (Interactivity), (5) Simulasi Sosial (Simulation Of
Society), dan (6) Konten oleh pengguna (User – Generated Content).
-
14
Media sosial memiliki karakter jaringan sosial. Media sosial terbangun
dari struktur sosial yang terbentuk di dalam jaringan atau internet. Struktur
atau organisasi sosial yang terbentuk di internet berdasarkan jaringan
informasi yang pada dasarnya beroperasi berdasarkan teknologi informasi
dalam mikroelektronik. Jaringan yang terbentuk antar pengguna (users)
merupakan jaringan yang secara teknologi dimediasi oleh perangkat
teknologi, seperti komputer, telepon genggam dan tablet.
Karakter media sosial adalah membentuk jaringan di antara
penggunanya. Tidak peduli apakah di dunia nyata (offline) antar pengguna
itu saling kenal atau tidak, namun kehadiran media sosial memberikan
medium bagi pengguna untuk terhubung secara mekanisme teknologi.
Jaringan yang terbentuk antar pengguna ini pada akhirnya membentuk
komunitas atau masyarakat secara sadar maupun tidak dan memunculkan
nilai-nilai yang ada di masyarakat sebagaimana ciri masyarakat dalam teori-
teori sosial. Walaupun jaringan sosial di media sosial terbentuk melalui
perangkat teknologi, internet tidak sekedar alat (tools). Internet juga
memberikan kontribusi terhadap munculnya ikatan sosial di internet, nilai-
nilai dalam masyarakat virtual, sampai pada struktur sosial secara online.
Informasi menjadi identitas penting dari media sosial. Pada internet,
pengguna media sosial mengkreasikan representasi identitasnya,
memproduksi konten, dan melakukan interaksi berdasarkan informasi.
-
15
Informasi diproduksi, dipertukarkan, dan dikonsumsi yang menjadikan
informasi komoditas bernilai (Margaretha: 2011)
Informasi di media sosial bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, media
sosial merupakan medium yang bekerja berdasarkan informasi. Dari sisi
institusi, media sosial dibangun berdasarkan informasi yang dikodekan
(ecoding) yang kemudian didistribusikan melalui berbagai perangkat sampai
terakses ke pengguna (decoding). Dari sisi pengguna, informasi menjadi
landasan pengguna untuk saling berinteraksi dalam membentuk masyarakat
berjejaring di internet. Kedua, informasi menjadi komoditas yang ada di
media sosial setiap orang yang ingin masuk ke media sosial harus
menyerahkan informasi pribadinya terlepas data itu asli atau dibuat–buat
untuk memiliki akun dan akses. Data yang diunggah ini menjadi komoditas
yang dari sisi bisnis bisa diperdagangkan. Data ini pula yang menjadi
representasi identitas dari pengguna.
Bagi pengguna media sosial, arsip menjadi sebuah karakter yang
menjelaskan bahwa informasi telah tersimpan dan bisa diakses kapanpun dan
melalui perangkat apapun. Inilah kekuatan media sosial, sebagai bagian dari
media baru, yang tidak hanya bekerja berdasarkan jaringan dan informasi
semata, tetapi juga memiliki arsip dalam kerangka teknologi komunikasi,
arsip mengubah cara menghasilkan, mengakses hingga menaruh informasi.
Arsip di dunia maya tidak hanya dipandang sebagai dokumen resmi semata
yang tersimpan. Arsip di internet tidak pernah benar-benar tersimpan, ia
-
16
selalu berada dalam jaringan, terdistribusi sebagai sebuah informasi, dan
menjadi mediasi antara manusia mesin dan sebagainya.
Karakter dasar dari media sosial adalah terbentuknya jaringan antar
pengguna, juga terbangun interaksi antar pengguna tersebut. Interaksi dalam
kajian media merupakan salah satu pembeda antara media lama (old media)
dengan media baru (new media). Dalam konteks ini, David Holmes (2005)
menyatakan bahwa dalam media lama pengguna atau khalayak yang pasif
dan cenderung tidak mengetahui yang satu dengan lainnya, sementara di
media baru pengguna bisa berinteraksi, baik diantara pengguna itu sendiri
maupun dengan produser konten media.
Pada media sosial interkasi yang ada memang menggambarkan bahkan
mirip dengan realitas, akan tetapi interaksi yang terjadi adalah simulasi dan
terkadang berbeda sama sekali. Di media sosial identitas menjadi cair dan
bisa berubah-ubah. Perangkat pada media sosial memungkinkan siapapun
untuk menjadi siapa saja, bahkan bisa menjadi pengguna yang berbeda sekali
dengan realitanya seperti pertukaran identitas jenis kelamin, hubungan
perkawinan sampai foto profil (Nasrullah, 2015 :28).
Karakteristik media sosial lainya adalah konten oleh pengguna atau
lebih popular disebut User – Generated Content ( UGC ). Term ini
menunjukan bahwa di media sosial konten sepenuhnya milik dan
berdasarkan kontribusi pengguna atau pemilik akun. UGC merupakan relasi
simbiosis dalam budaya media baru yang memberikan kesempatan dan
-
17
keleluasaan pengguna untuk berpartisipasi (Nasrullah,2015:31) Situasi ini
jelas berbeda jika dibandingkan dengan media lama (Tradisional ) dimana
khalayaknya sebatas menjadi objek atau sasaran yang pasif dalam distribusi
pesan. Media baru, termasuk media sosial, menawarkan perangkat atau alat
serta teknologi baru yang memungkinkan khalayak (konsumen) untuk
mengarsipkan, memberi keterangan, menyesuaikan, dan menyirkulasi ulang
konten media dan ini membawa pada kondisi produksi media yang Do – It –
Yourself (Nasrullah,2015:31).
Penyebaran (share/ sharing) merupakan karakter lainnya dari media
sosial. Medium ini tidak hanya menghasilkan konten yang dibangun dari dan
dikonsumsi oleh penggunanya, tetapi juga didistribusikan sekaligus
dikembangkan oleh penggunanya. Praktik ini merupakan ciri khas dari
media sosial yang menunjukan bahwa khalayak aktif menyebarkan konten
sekaligus mengembangkannya.Maksud dari pengembangan ini adalah
konten yang ada mendapatkan, misalnya, komentator yang tidak sekedar
opini, tetapi juga data atau fakta terbaru (Nasrullah, 2015 : 33 ).
Tujuan orang bermedia sosial ini yang paling mencolok di Indonesia
adalah untuk berkomunikasi dan berbagi informasi. Selain itu, untuk
mengekspresikan diri (self expression) dan pencitraan diri (personal
branding) (Roesma dan Mulya, 2018: 20). Media sosialpun semakin
popular. Melalui media sosial orang saling bertukar informasi dan hiburan.
Informasi mengenai peristiwa aktual yang belum disajikan di media massa
-
18
sudah tersaji di media sosial. Foto peristiwa dengan mudah tersebar ke
banyak orang. Informasi suatu kejadian juga menyebar dengan mudah
melalui media sosial. Banyak orang menggantungkan kebutuhan
informasinya pada media sosial karena kecepatannya, bukan karena akurasi
dan kelengkapan informasinya.
Media sosial memang mengubah bagaimana kita hidup. Sekarang ini
semakin lumrah orang mengirimkan undangan perkawinan dalam bentuk
foto melalui media sosial. Undangan rapat juga sering disampaikan melalui
media sosial. Dalam banyak cara, kita semakin terbiasa menggunakan media
sosial. Banyak kepala pemerintah juga memanfaatkan media sosial untuk
memperoleh informasi muthakir dan factual dari warga masyarakat. Mereka
juga memanfaatkan media sosial untuk menyampaikan himbauan, perintah
maupun mempersuasi masyarakat. Sebaliknya masyarakat juga biasa
menyampaikan kritik ataupun saran melalui media sosial. Dalam konteks ini
media sosial menjadi alat kontrol bagi kekuasaan.
Media sosial sebagaimana media mainstream memiliki empat peran
penting, yaitu (1) sebagai alat kontrol sosial, (2) sebagai amanat hati nurani
rakyat (3) sebagai alat perjuangan, dan ($) sebagai pembentuk opini publik
(Ruses, 2005). Sebagai alat kontrol sosial, berarti media dalam skala mikro
harus berani melakukan kontrol terhadap kekuasaan, maksudnya media
harus mampu membuat masyarakat kritis terhadap jalannya pembangunan
dan pemerintahan, yang salah diluruskan, yang tidak benar perlu
-
19
diungkapkan agar diperbaiki. Adanya ketidakpuasan, ketidakjujuran atas
pendapat maupun suatu kondisi bisa dengan mudah disuarakan melalui
media, apalagi media sosial. Hal ini karena berbeda dengan media
konvensional, peran media sosial lepas dari kendali sensor pemerintah dan
menyebar dari satu akun ke akun lain dengan mudahnya tanpa bisa
dikendalikan oleh apapun (Ibrahim dan Iriantara, 2017: 220).
Sebagai amanat hati nurani rakyat, maksudnya media harus bisa
memperjuangkan kepentingan rakyat yang menderita dsan tertindas. Artinya
media harus mampu mengartikulasikan setiap persoalan yang dihadapi
masyarakat. Hanya dngan berupaya menyuarakan apa yang menjadi amanat
masyarakat, media bisa berperan menyuarakan suara hati rakyat. Khususnya
media sosial akan lebih mudah mengekspresikan apa yang diinginkan
masyarakat.
Sebagai alat perjuangan maksudnya media harus bisa berperan sebagai
alat perjuangan bagi masyarakat untuk mengatasi ketidakadilan, kemiskinan,
kebodohan, kepalsuan, manipulasi, dan lain-lain. Media harus kritis dan
objektif menyikapi semua situasi, tidak boleh mengorbankan masyarakat
kecil.
Sebagai pembentuk opini publik, maksudnya media harus bisa
membangun kesadaran dan pendidikan kepada publik dengan kesadaran
tersebut diharapkan bisa menuntun publik menyelesaikan masalah yang
-
20
dihadapi, atau setidak-tidaknya memiliki opini atau pendapat tertentu
terhadap suatu masalah. Opini dan pendapat publik tersebut bila cukup kuat
akan mempengaruhi pengambilan keputusan.
Hal ini menunjukan media termasuk media sosial pertama-tama dan
utama harus media komunikasi. Melalui medsos tersebut orang harus bisa
saling bertukar informasi dan hiburan. Dewasa ini sering sekali terjadi
informasi mengenai peristiwa aktual muthakir yang belum disajikan di
media massa tetapi sudah tersaji di media sosial. Demikian pula informasi
atas suatu kejadian juga menyebar dengan mudah dan cepat melalui media
sosial. Akibatnya banyak orang menggantungkan kebutuhan informasi pada
media sosial bukan karena akurasi dan kelengkapan informasinya, melainkan
karena kecepatannya.
Selain itu, media sosial juga harus berperan sebagai media pendidikan
atau media pendidikan. Maksudnya, melalui media sosial Orangtua/ Guru/
Pemerintah akan mengajarkan banyak hal yang dibutuhkan generasi muda,
sehingga generasi muda bisa belajar banyak hal melalui media sosial.
Sebaliknya, melalui media sosial juga para orang yang dituakan bisa belajar
mengetahui apa yang diinginkan oleh generasi muda sehingga bisa
memberikan pendidikan dan pembinaan yang terbaik.
-
21
Selanjutnya, melalui medsos masyarakat dibina dan dididik untuk
dapat memanfaatkan IPTEK dan berbagai kemajuannya secara baik dan
benar. Hal itu menunjukkan bahwa melalui medsos generasi muda dapat
dengan mudah dipersuasi agar bersikap dan berprilaku sesuai dengan yang
dilakukan. Dalam hal ini agar masyarakat dapat berpendapat atau beropini
terhadap setiap masalah yang dihadapi.
Kaplan dan Haenlein dalam Roesma dan Mulya (2018: 22)
mengelompokan medsos atas beberapa jenis, antara lain : (1) Proyek
kolaborasi, yaitu website yang mengizinkan user mengubah, menambah,
atau menghilangkan konten, Contohnya Wikipedia, (2) Blog dan microblog,
sebagai ajang ekspresi diri seperti twitter dan blogspot. (3) Konten, yaitu
medsos yang bertujuan mengunggah konten seperti foto, video, musik, e-
book, dan lain-lain, seperti youtube, pinterest, dan snapchat. (4) Jejaring
sosial, yang bertujuan untuk bersosialisasi atau menjalin jejaring, dengan
mengunggah konten pribadi seperti foto dan video. Ini bisa ditemukan di
Facebook, Path dan Instagram. (5) Virtual game world, bagi para gamer,
pengalaman bermain langsung dalam dunia virtual dan berinteraksi dengan
gamer lain dalam bentuk avatas, dan (6) Virtual social world, sama seperti
virtual game world namun lebih luas lagi, contohnya second life.
c) Pengaruh Media sosial
-
22
Dalam media sosial, konten merupakan komoditas bisnis. Pada era
digital, informasi merupakan produk yang menjadi komoditas unik dan
berbeda dengan produk yang selama ini dikenal dalam pasar tradisional
termasuk bagaimana komunitas digital itu dikonsumsi. Sebab, mengonsumsi
komoditas digital, dalam hal ini informasi di perlukan apa yang disebut
Work Of Consumption bahwa kualitas dan kuantitas dari aktivitas kerja dan
pelibatan atas kemampuan, keahlian, atau kompetensi khalayak (users)
tertentu akan mempengaruhi hasil kerja konsumsi tersebut. Work Of
Consumption pada dasarnya juga akan melahirkan material baru terhadap
informasi tersebut. Hal ini menunjukan bahwa saat khalayak mengonsumsi
informasi ia juga pada dasarnya tengah melakukan Work of production
dengan pengertian bahwa khalayak dalam posisi aktif ( Nasrullah, 2015 :
97).
Kerja konsumsi dan produksi komoditas digital bias dicontohkan
dalam media sosial. Sebuah cuitan (tweet) yang diproduksi oleh pengguna
akun tersebar dan masuk kedalam timeline atau kronologi yang bias dibaca
oleh pengakses dan telah terhubung dengan pengguna tadi. Cuitan di twitter
adalah komoditas yang tidak habis terkonsumsi sebagaimana materi dalam
pengertian konsumsi material. Ketika cuitan itu ditanggapi (retweet) oleh
pengakses, komoditas itu menjadi produk atau material baru. Sirkulasi ini
disebut work in progress sebagai sebuah konsep yang menjelaskan adanya
-
23
upaya ketika khalayak di media sosial mengonsumsi sekaligus memproduksi
ulang informasi yang dikomsumsinya.
Terpusatnya konten di media sosial ke arah khalayak, sebagai produksi
maupun sekaligus konsumen, memberikan kesadaran baru tentang daya
tawar dan posisi khalayak dengan media sosial. Khalayak pada media sosial
bisa dikatakan tidak sebagai khalayak yang prosumer yang utuh dan murni.
Khalayak dalam media sosial dalam pandangan kritis bisa ditempatkan
sebagai pekerja digital sukarela atau digital free labour (Fuchs, 2014). Ada
kenyataan dibawah alam sadar pengguna bahwa media sosial beroperasi
dengan cara halus untuk memberdayakan pengguna sebagai pekerja digital.
Pemanfaatan khalayak oleh media sosial juga bisa dianggap sebagai
komodifikasi sebuah konsep yang bisa dimaknai sebagai proses perubahan
nilai guna menjadi nilai tukar. Komodifikasi budaya di media sosial ini biasa
dilihat dari bagaimana pengguna merasa terhibur dengan kehadiran media
sosial padahal ia membayar akses terhadap media sosial dalam bentuk
berapa byte yang dihabiskan selama mengakses melalui koneksi internetnya.
Juga, konten yang diproduksi di media sosial adalah komoditas yang bisa
dimanfaatkan oleh industri lain, tidak hanya industri media sosial, tetapi juga
pihak pengiklan dan perusahaan perusahaan yang memanfaatkan media
sosial demi menggapai khalayak.
Media sosial memberikan ruang kepada pengguna untuk menyuarakan
pikiran dan opininya dalam proses demokratisasi. Perangkat yang ada di
-
24
media sosial seolah- olah memberikan panggung kepada pengguna sebagai
warga negara untuk turut serta menyampaikan apa yang menjadi perhatian
mereka yang selama ini tidak terdengar (Nasrullah, 2015 : 128).
Hal ini menunjukan peran media sosial sebagai penyalur aspirasi. Hal
ini menjadi lebih memungkinkan karena media sosial tidak serumit media
konvensional yang mempunyai mekanisme tersendiri, yang justru kadang
sulit ditembus.
Ruang virtual di internet memang mendorong munculnya budaya
politik. Di media sosial mereka akan lebih bebas menyampaikan aspirasi dan
kritiknya. Hal ini tidak terlepas karena dimedia sosial tidak berlaku hirarki
sebuah isu bisa dikreasikan oleh siapa saja dan didiskusikan menjadi topik
perdebatan yang boleh diikuti oleh siapapun.
3) Generasi Muda
Rifai (2004) mengartikan generasi muda sebagai pemuda atau pemudi
yang berada pada masa perkembangan yang disebut “adolosensi“ (masa
menuju kedewasaan). Masa ini merupakan suatu tahap perkembangan dalam
kehidupan manusia, di mana tidak lagi dikategorikan sebagai anak-anak tetapi
belum dikategorikan sebagai orang dewasa.
Gunarsa dan Gunarsa (2006) mengartikan masa muda sebagai masa
peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa muda adalah
suatu masa dari umur kehidupan seorang manusia yang paling banyak
mengalami perubahan yang membawa individu beralih dari masa anak-anak
-
25
menuju masa dewasa. Perubahan-perubahan terjadi meliputi aspek jasmani,
rohani, pikiran, perasaan dan aspek sosial. Perubahan-perubahan pada aspek
yang satu tentunya disertai perubahan-perubahan pada aspek yang lainnya.
Masa muda ini merupakan periode yang sangat penting dalam siklus
perkembangan seseorang, karena perkembangan pada masa ini sangat
menentukan perkembangan pada masa-masa selanjutnya.
Herdiansiska dan Ediana (2009) menggariskan bahwa ada tujuh aspek
perkembangan pemuda. Ketujuh aspek tersebut meliputi (1) Perkembangan
kepribadian, (2) Perkembangan identitas diri, (3) Perkembangan sosial, (4)
Perkembangan emosi, (5) Perkembangan kognitif, (6) Perkembangan moral,
dan (7) Perkembangan peran seks. Kepribadian adalah susunan sistem-sistem
psikofisik yang dinamis dalam diri suatu individu yang menentukan
penyesuaian individu yang unik terhadap lingkungan (Hurlock, 2006). Aspek
perkembangan kepribadian pemuda yang terpenting adalah konsep diri.
Konsep diri merupakan gambaran pemuda tentang dirinya, yang meliputi
penilaian diri, penilaian sosial dan citra diri. Penilaian diri mengandung arti
bahwa pemuda mengetahui keinginan atau dorongan dari dalam dirinya.
Penilaian sosial mengandung arti bahwa pemuda mampu mengevaluasi
penilaian sosial terhadap dirinya. Citra diri menunjuk pada “siapa saya?”,
”saya ingin menjadi apa?”, dan “bagaimana orang lain memandang atau
menilai saya?” keberhasilan pemuda dalam mengembangkan kepribadiannya
akan sangat dipengaruhi oleh faktor bawaan, pengalaman awal dalam
-
26
lingkungan keluarga, dan pengalaman-pengalaman dalam kehidupan
selanjutnya.
Perkembangan identitas diri adalah kemampuan dalam menjalankan
peran-peran social menurut jenis kelamin masing-masing. Maksudnya,
mampu dan mau menerima jenis kelamin secara kodrati sehingga mempunyai
perasaan puas terhadap diri sendiri, mempelajari dan menerima peran masing-
masing sesuai dengan ketentuan dan norma-norma masyarakat.
Perkembangan sosial adalah perolehan kemampuan berprilaku yang
sesuai dengan tuntutan sosial.
Pada masa muda terjadi perluasan area sosial. Pemuda mulai
memperluas nilai sosialnya dengan teman sebaya, karena dorongan yang kuat
untuk bergaul dengan orang lain dan ingin diterima orang lain khususnya
yang sebaya (Hurlock, 2006). Ciri khas kelompok pemuda ini adalah gejala
selalu ingin menyesuaikan diri dengan keinginan kelompok sebaya.
Perkembangan emosi sangat berperan dalam penyesuaian pribadi dan
sosial. Perkembangan emosi dikendalikan oleh proses pematangan dan proses
belajar. Beberapa ciri perkembangan emosi pemuda, antara lain : (1) Emosi
lebih banyak bergejolak dan biasanya diekspresikan secara meledak-ledak, (2)
Kondisi emosi berlangsung cukup lama, (3) jenis-jenis emosi mudah lebih
bervariasi, (4) mulai muncul ketertarikan terhadap lawan jenis yang
melibatkan emosi dan (5) sangat peka terhadap cara orang lain memandang
dirinya sehingga menjadi mudah tersinggung dan malu (Hurlock, 2006).
-
27
Pemuda memiliki perkembangan Kognitif berupa kemampuan berpikir
secara abstrak, idealis, dan logis. Kemampuan demikian membuat pemuda
kritis dan rasional, memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan egosentris
(Gunarsa dan Gunarsa, 2006).
Perkembangan moral adalah perkembangan perilaku yang sesuai
dengan tuntutan moral kelompok sosial. Perkembangan moral generasi muda
terdiri dari dua tahap, yaitu (1) tahap realism moral atau moralitas
pembatasan dan (2) tahap moralitas otonomi atau moralitas oleh kerjasama/
hubungan timbal balik (Hurlock, 2006)
Perkembangan seks adalah gabungan sejumlah sifat yang oleh
seseorang diterima sebagai karakteristik pria dan wanita dalam budayanya.
Perkembangan peran seks pemuda mencakup pembentukan hubungan baru
dan yang lebih matang dengan lawan jenis. (Hurlock, 2006).
F. Kerangka Pikir
Dalam UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa, pasal 18 disebutkan
bahwa kewenangan desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan
Pemerintah Desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat. Salah satu bentuk
perwujudan pembinaan kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat
desa adalah pembinaan dan pengembangan generasi muda. Pemerintah desa
jelas berkewajiban melakukan pembinaan dan pengembangan generasi muda.
-
28
Medsos, dalam era digital seperti sekarang sudah bukan menjadi
barang asing lagi melainkan keseharian bagi generasi muda. Hampir mustahil
memisahkan kehidupan dan keseharian generasi muda dengan medsos. Oleh
karena itu pemerintah desa perlu memanfaatkan medsos sebagai sarana
pembinaan dan pengembangan generasi muda. Hal itu tidak terlepas dari
fungsi atau peran medsos baik sebagai media komunikasi, media pendidikan,
media opini publik dan media control.
Melalui pemanfaatan medsos tersebut akan ditelaah pengaruhnya
terhadap komunikasi baik antargenerasi muda maupun antara generasi muda
dengan yang dituangkan. Apakah dengan medsos tersebut informasi menjadi
lebih akurat dan terpercaya, dan bagaimana hal itu berdampak pada tingkat
partisipasi generasi muda dalam pembangunan desa.
Dari kerangka pikir demikian, dapat digambarkan korelasi antar
bagiannya sebagai berikut.
Gambar. 1. Kerangka Pikir
Pemerintah Desa
PembinaanKemasyrakatanDesa
PemberdayaanMasyarkat Desa
Medsos
Mediakomunikasi
Mediapendidikan
Media opinipublik
Media kontrol Tingkat partisipasimeningkat
Informasi akurat
Komunikasi lancar
Generasi Muda
-
29
G. Metode Penulisan
1. Jenis penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif – kualitatif, suatu tipe
penelitian yang bukan dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi
hanya menggambarkan mengenai suatu gejala, keadaan, atau fenomena
tertentu (Widodo dan Mukthar, 2008).
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan infomasi mengenai
status suatu tema, gejala atau keadaan yang ada yaitu keadaan, gejala, atau
fenomena menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.
2. Lokasi dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Trimurti, salah satu desa di Kecamatan
Srandakan, Kebupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Desa ini dipilih karena sepengetahuan peneliti di desa ini pemerintahan
desanya sudah terbiasa memanfaatkan medsos sebagai media komunikasi
dan media pendidikan bagi pemberdayaan masyarakat khususnya pembinaan
dan pengembangan generasi mudanya. Selain itu karena pemerintahaan Desa
Trimurti secara informal telah menyatakan kesediaanya untuk dijadikan
lokasi penelitian. Waktu penelitian bulan November 2018 sampai dengan
bulan Desember 2018.
-
30
3. Data dan Sumber Data
a. Data primer berupa infomasi dari narasumber.
b. Data sekunder berupa arsip dan studi kepustakaan.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi Kepustakaan
Suatu teknik pengumpulan data dengan memanfaatkan kepustakaan yang
ada yang membahas topik yang ditelaah
b. Observasi
Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti
dengan melakukan pengamatan atas peristiwa-peristiwa dan gejala sesuai
dengan indra peneliti
c. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam adalah suatu teknik pengumpulan data dengan
cara mengadakan tanya jawab secara langsung dengan para narasumber.
Dalam hal ini pertanyaan diajukan secara terstruktur dan stematis
berdasarkan tujuan penelitian.
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara
menganalisis dokumen – dokumen yang ada kaitannya dengan objek
penelitian.
-
31
5. Penelitian Informasi/ Narasumber
Teknik penelitian informan/ narasumber menggunakan teknik sampling
purposive (Furqom, 2012). Maksudnya penentuan informan dilakukan oleh
peneliti sendiri dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang dimaksud
bahwa yang terpilih sebagai informan adalah yang tahu bagaimana peranan
media sosial sebagai media komunikasi dan informasi dalam pengembangan
dan pemberdayaan generasi muda di Desa Trimurti.
Atas dasar pertimbangan tersebut yang dipilih sebagai informan adalah
generasi muda yang tergabung dalam Karang Taruna di Desa Trimurti, serta
pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan dan pemberdayaan generasi
muda, yaitu Pemerintah Desa dan Tokoh Masyarakat Desa Trimurti. Jumlah
informan yang dipilih sebanyajk 10 orang, terdiri dari empat(4) oranfg
perwakilan Karang Taruna, dan enam (6) orang perwakilan Pemerintah Desa
dan tokoh masyarakat.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif –
kualitatif. Analisis data kualitatif dilakukan dengan cara mencari data,
mengorganisasikan data, memilah – milahkan menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang dicari, dan memutuskan apa yang akan
dipaparkan kepada pembaca (Moleong, 2007). Proses analisis data kualitatif
meliputi :
-
32
1. Mencatat data – data yang diperoleh dari berbagai sumber data.
2. Mengumpulkan, memilah – milah mengklarifikasikan, mensistesiskan
membuat ikhtisar, dan membuat indeks.
3. Menganalisis sehingga diperoleh berbagai temuan.
-
33
BAB II
PROFIL DESA TRIMURTI
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Trimurti, salah satu desa dari antara dua
desa yang terletak dalam wilayah Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dalam bab ini akan dibahas profil Desa
Trimurti, desa yang terletak di ujung barat Kabupaten Bantul, dan berbatasan
langsung dengan Kabupaten Kulon Progo.
A. Kondisi Geografis Desa Trimurti
Desa Trimurti adalah salah satu desa di Kecamatan Srandakan, selain Desa
Poncosari. Desa ini memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Utara : berbatasan dengan Kali Progo dan Kabupaten Kulon Progo
b. Selatan : berbatasan dengan Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan
c. Barat : berbatasan dengan Kali Progo dan Kabupaten Kulon Progo
d. Timur : berbatasan dengan Desa Triharjo dan Desa Caturharjo,
Kecamatan Pandak
Desa Trimurti yang Ibukotanya/ pusat pemerintahannya terletak di jalan Raya
Srandakan, secara orbitusi, jaraknya dari pusat pemerintahan kecamatan (Kecamatan
Srandakan) ± 0,15 km, sedangkan jaraknya dengan ibukota provinsi (Provinsi DIY)
adalah ± 25 km. Desa Trimurti adalah desa yang terletak di daerah dataran rendah,
terletak pada ketinggian ± 15 meter di atas permukaan laut (mdpl). Hampir sebagian
besar wilayahnya merupakan dataran, hanya sebagian kecil merupakan perbukitan.
-
34
Sebagaimana daerah tropis lainnya, suhu harian di Desa Trimurti berkisar
antara 22o – 37oC. Curah hujannya setiap tahun cukup tinggi mencapai 1.000 mm/
tahun. Desa Trimurti ini mempunyai luas wilayah 618.8313 hektar, dengan
peruntukan sebagai berikut:
Tabel II.1. Luas Desa Trimurti dan Peruntukannya
No Peruntukan Jumlah(Ha)
Presentase
1. Tanah Sawah 156.4213 25,282. Tanah Kering 420.6724 67,983. Tanah Basah 6.0662 0,984. Tanah Fasilitas Umum 3.8378 0,625. Lainnya 31.8436 5,14
Total 618.8313 100Sumber: Monografi Desa Trimurti (2016)
Tabel II.1 memperlihatkan bahwa sebagian besar wilayah Desa Trimurti
merupakan tanah kering yang dimanfaatkan untuk tempat tinggal, pekarangan, dan
tegalan (67,98%). Lainnya, untuk persawahan (25,28%), artinya lahan persawahan di
Desa Trimurti relatif masih cukup luas. Sisanya dimanfaatkan untuk fasilitas umum
(0,62%) dan lainnya (5,14%).
B. Kondisi Demografis Desa Trimurti
Menurut Monografi Desa Trimurti (2016) jumlah penduduk Desa Trimurti
adalah 18.495 orang, dan terdiri atas 5.788 Kepala Keluarga (KK). Distribusi
penduduk tersebut berdasarkan jenis kelamin, usia, dan sebagainya diperlihatkan di
bawah ini.
HALAMAN JUDULHALAMAN PERNYATAANHALAMAN PENGESAHANMOTTOHALAMAN PERSEMBAHANKATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB I PENDAHULUANA.Latar BelakangB.Rumusan MasalahC.Tujuan PenelitianD.Manfaat PenelitianE.Tinjauan PustakaF.Kerangka PikirG.MetodePenulisan
BAB II PROFIL DESA TRIMURTIA.Kondisi Geografis Desa TrimurtiB.Kondisi Demografis Desa TrimurtiC.Sarana dan Prasarana Desa TrimurtiD.Struktur Pemerintahan Desa TrimurtiE.Struktur Karang Taruna Desa Trimurti
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA.Identitas InformanB.Hasil Penelitian
BAB IV KESIMPULAN DAN SARANA.KesimpulanB.Saran
DAFTAR PUSTAKA