PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP … · Kedua orang tua dan adikku tersayang yang...
Transcript of PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP … · Kedua orang tua dan adikku tersayang yang...
PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
TERHADAP PEMBINAAN IMAN SISWA KELAS X
DI SMA YOS SUDARSO, METRO LAMPUNG
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Christina Desy Priandari
NIM: 051124021
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
ii
iii
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan kepada:
Kedua orang tua dan adikku tersayang yang selalu memotivasi aku dalam segala hal.
SMA Yos Sudarso Metro-Lampung yang memberikan kesempatan kepada ku
untuk mengadakan penelitian demi kelancaran penulisan skripsi ini.
Daniel Dodi yang tanpa disadari telah memberikan inspirasi kepada aku
melalui setiap kata dan tindakannya selama studi di IPPAK.
Sahabat-sahabatku.
v
MOTTO
“Orang yang membawa kabar baik merupakan tentara yang besar”.
(Mzm 68:12)
vi
vii
viii
ABSTRAK Judul skripsi ini adalah PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA
KATOLIK TERHADAP PEMBINAAN IMAN SISWA KELAS X DI SMA YOS SUDARSO, METRO LAMPUNG. Judul ini diangkat berdasarkan keprihatinan guru PAK di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung yang berpandangan bahwa pembinaan iman di luar PAK merupakan tugas para imam, biarawan maupun biarawati. Selain itu pula jumlah Guru PAK di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung tidak banyak. Hal ini menjadi tantangan dan kesulitan bagi para guru PAK di SMA tersebut dalam membina iman para siswa, khususnya bagi siswa kelas X yang masih kurang memperoleh pembinaan iman lebih matang.
Oleh karena itu dalam skripsi ini penulis menguraikan tiga hal pokok. Pada bagian pertama penulis menggali dengan studi pustaka untuk mengkaji secara mendalam mengenai peranan guru PAK terhadap pembinaan iman siswa. Bagian kedua penulis melakukan penelitian untuk memperoleh gambaran umum peranan guru PAK di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung. Pada bagian ketiga penulis memaparkan mengenai usulan program katekese bagi para guru PAK di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung dengan katekese model Shared Christian Praxis.
Untuk mencapai penulisan skripsi tentang peranan guru PAK di SMA Yos Sudarso terhadap pembinaan iman siswa seperti yang diharapkan, dalam skripsi ini penulis memanfaatkan studi pustaka yang menunjang dan relevan. Selain itu penulis mengadakan penelitian untuk memperoleh gambaran peranan guru PAK dan mengenal situasi konkret di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung. Dengan melakukan penelitian penulis menemukan bahwa peranan guru PAK terhadap pembinaan iman siswa masih kurang.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis mengusulkan katekese model Shared Christian Praxis, karena model ini bersifat dialogis partisipatif sehingga dapat membantu para guru PAK untuk menghayati peranannya terhadap pembinaan iman para siswa. Shared Christian Praxis mempunyai lima langkah yang semakin membawa peserta berdialog dengan pengalaman. Oleh karena itu penulis mengusulkan suatu program katekese model Shared Christian Praxis, untuk menghayati peranan guru PAK terhadap pembinaan iman para siswa sekaligus dengan penjabaran program.
ix
ABSTRACT
The title of this thesis is THE ROLE OF THE CATHOLIC’S TEACHER ABOUT FAITH EDUCATION OF STUDENT’S GRADE X IN YOS SUDARSO SENIOR HIGH SCHOOL AT METRO LAMPUNG. This title is raised up base on the concerned for the catholic’s teacher in Yos Sudarso, Metro Lampung who is view that faith education in out of the catholic’s religion education is the task of the Priests, Monk and Nuns. Beside it also the numbers of the catholic’s teacher in Yos Sudarso, Metro Lampung is lacking. This problem become the challenge and hindrance for the catholic’s teacher in that high school in guiding the faith of the students, especially for the student grade X who is lacking to get faith education to be more mature.
Therefore, in this thesis the writer wants to explain three important points. In the first part the writer research with study on bibliography to examine deeply about the role of the catholic’s teacher in guiding and improving the faith of the students. The second part, the writer makes the observation to get general description about the role of the catholic’s teacher in Yos Sudarso senior high school at Metro Lampung. In the third part the writer explains the proposal of the catechism program for the catholic’s teachers in Yos Sudarso senior high school, Metro Lampung with the model of catechism is Shared Christian praxis model.
To accomplish this thesis about the role of the catholic’s teacher in guiding the faith of the student such as it wished, in this thesis the writer used the study on bibliography that is relevant. Beside it the writer makes the observation to get the portrait about the role of catholic teacher and knowing the real situation in Yos Sudarso senior high school, Metro Lampung. By having the observation the writer discovered that the role of catholic’s teacher in guiding the faith of students is still lacking
According to the observation, the writer proposes the catechism of the Shared Christian Praxis’s model. Because this type is participative-dialogist so it can help the catholic’s teacher to deepen their role in guiding the faith of student. Shared Christian Praxis model has five steps to bring more the members dialogue with the experiences. Therefore the writer proposes a program, which is Shared Christian Praxis catechism, to deepen the role catholic’s teacher in guiding the faith of the student and also describing the program.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang penuh Kasih, karena melalui kasihNya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul PERANAN GURU PENDIDIKAN
AGAMA KATOLIK TERHADAP PEMBINAAN IMAN SISWA KELAS X DI
SMA YOS SUDARSO, METRO LAMPUNG.
Penulis memilih judul skripsi tersebut ingin menggugah hati para guru Pendidikan
Agama Katolik (PAK) di SMA Yos Sudarso Metro, untuk menyadari bahwa peranannya
sebagai pembina iman dan berusaha untuk mengetahui berbagai bentuk kegiatan
pembinaan iman baik dalam PAK maupun di luar PAK. Penulis melihat bahwa peranan
guru PAK di SMA Yos Sudarso Metro-Lampung terhadap pembinaan iman siswa belum
sepenuhnya diperhatikan oleh para guru PAK. Padahal Guru PAK sangat berperan dalam
perkembangan dan pembinaan iman siswa di sekolah sebagai orang yang beriman, karena
Pendidikan Agama Katolik temasuk pendidikan formal di sekolah. Oleh karena itu
penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk membantu para guru PAK agar sungguh-
sungguh menjalankan peranannya sebagai pembina iman di sekolah. Selain itu skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara
langsung maupun secara tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan tulus hati
mengucapakan banyak terimakasih kepada:
1. Dra. Y. Supriyati, M.Pd. selaku dosen pembimbing utama yang penuh kerelaan
memberikan perhatian, kesabaran, dan meluangkan waktu bagi penulis walaupun
sedang sakit tetap membimbing penulis selama masa penulisan skripsi.
xi
2. Drs. M. Sumarno Ds., SJ., M.A., selaku dosen akademik dan selaku dosen penguji
kedua yang telah membimbing dan mendampingi penulis, memberi masukan-
masukan dan kritikan sehingga penulis dapat lebih semangat dalam menyelesaikan
skripsi.
3. Y. H. Bintang Nusantara, SFK. M.Hum, sebagai dosen penguji ketiga yang
memberikan saran dan kritikan demi kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi.
4. Segenap staf dosen prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik dan memberi dukungan kepada
penulis selama belajar hingga selesai skripsi ini.
5. Segenap staf sekretariat, perpustakaan dan seluruh karyawan IPPAK yang telah
memberikan dukungan, tegur sapa dan perhatiannya.
6. Kepala Sekolah dan para guru di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung, yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah
tersebut demi memperlancar penulisan skripsi.
7. Bpk. Andreas dan ibu Theresia selaku orang tua penulis yang selalu memberi
semangat dan dukungan baik secara moral, material, dan spiritual selama penulis
menempuh studi di Yogyakarta.
8. Fransiskus Nanang dan Galuh Linggawati yang selalu memberikan semangat dan
berbagi kegembiraan disaat penulis merasa jenuh dan bingung.
9. Daniel Dodi yang selalu memberikan perhatian, nasihat, dukungan, kritik dan saran
kepada penulis. Terimakasih atas keceriaan yang telah kita nikmati bersama terlebih
saat-saat terakhir studi di IPPAK.
xii
10. Sahabat-sahabat mahasiswa angkatan 2005/2006: Agustina Eri Susanti, Lisnawati Br.
Pinem, Henrika Jamlea, Almatia Nuri, Hendrika Fifin, Magdalena Mada Hede, dan
Lusi yang selalu memotivasi penulis. Terimakasih atas kebersamaan dalam susah dan
senang, dukungan, perhatian, perjuangan bersama selama masa perkuliahan dan masa
penulisan skripsi ini.
11. Keluarga besar kost Bapak Yoseph Djumali selaku orang tua penulis di kost, dan
teman-teman kost yang selalu memotivasi penulis untuk tetap berjuang khususnya
kepada Okky Setyo Nugroho, Maria Veronika dan Cyriaka Putik Nandra.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebaikan
yang telah Anda berikan kepada penulis.
Penulis menyadari ketidaksempuranan skripsi ini. Oleh karena itu saran dan kritik
dalam penulisan skripsi ini, penulis terima dengan senang hati.
Yogyakarta, 9 September 2009
Penulis
Christina Desy Priandari
xiii
DAFTAR ISI
JUDUL...................................................................................................................... i
...................................................................................................................................
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ ii
...................................................................................................................................
PENGESAHAN........................................................................................................ iii
PERSEMBAHAN..................................................................................................... iv
MOTTO .................................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................................... vii
ABSTRAK................................................................................................................ viii
ABSTRACT.............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR .............................................................................................. x
DAFTAR ISI............................................................................................................. xiii
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penulisan .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 5
E. Metode Penulisan ...................................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan ............................................................................... 6
BAB II. PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP PEMBINAAN IMAN SISWA................................................................... 8
A. Pendidikan Agama Katolik (PAK) di Sekolah .......................................... 8
1. Pengertian PAK di Sekolah ................................................................. 9
2. Tujuan PAK di Sekolah ....................................................................... 9
a. Tujuan PAK secara Umum ............................................................ 10
b. Tujuan PAK secara Khusus ........................................................... 11
3. Proses Pelaksanaan PAK di Sekolah ................................................... 12
xiv
4. Kekhasan PAK di Sekolah................................................................... 13
a. Segi Tujuan .................................................................................... 14
b. Segi Proses ..................................................................................... 14
B. Pembinaan Iman Siswa .............................................................................. 15
1. Arti Pembinaan .................................................................................... 15
2. Arti Iman.............................................................................................. 18
3. Arti Pembinaan Iman Siswa................................................................. 18
C. Pengertian Guru ......................................................................................... 19
1. Peranan Guru Secara Umum................................................................ 20
a. Guru sebagai Pengelola Kelas ....................................................... 22
b. Guru sebagai Contoh (Suri Teladan) ............................................. 23
c. Guru sebagai Pembimbing............................................................. 23
2. Peranan Guru Pendidikan Agama Katolik (PAK) di Sekolah ............. 24
a. Guru PAK sebagai Pendidik Iman di Sekolah............................... 26
b. Guru PAK sebagai Saksi Iman di Sekolah .................................... 27
c. Guru PAK sebagai Penanggung Jawab Pembinaan Iman Siswa di Sekolah........................................................................................... 28
BAB III.GAMBARAN UMUM PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA YOS SUDARSO, METRO LAMPUNG ................. 30
...................................................................................................................................
A. Gambaran Umum SMA Yos Sudarso, Metro Lampung............................ 30
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Yos Sudarso, Metro lampung ........ 30
2. Visi SMA Yos Sudarso, Metro Lampung............................................ 31
3. Misi SMA Yos Sudarso, Metro Lampung ........................................... 31
4. Peraturan Tata Tertib SMA Yos Sudarso, Metro Lampung ................ 32
B. Metodologi Penelitian................................................................................ 33
1. Tujuan Penelitian ................................................................................. 34
2. Manfaat Penelitian ............................................................................... 34
3. Jenis Penelitian..................................................................................... 34
4. Tempat dan waktu Penelitian............................................................... 35
5. Responden Penelitian........................................................................... 35
6. Variabel Penelitian............................................................................... 36
xv
7. Instrumen Penelitian ............................................................................ 37
8. Teknik Pengumpulan Data................................................................... 37
C. Hasil Penelitian .......................................................................................... 37
D. Hasil Penelitian .......................................................................................... 37
BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE UNTUK MENGHAYATI PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP PEMBINAAN IMAN SISWA KELAS X DI SMA YOS SUDARSO, METRO LAMPUNG................................................................................. 51
...................................................................................................................................
A. Gambaran Umum mengenai katekese ....................................................... 52
1. Pengertian Katekese............................................................................. 52
2. Tujuan Katekese................................................................................... 54
3. Kekhasan Katekese .............................................................................. 56
B. Shared Christian Praxis sebagai Model Katekese..................................... 56
1. Tiga Komponen Shared Christian Praxis............................................ 57
a. Shared ............................................................................................ 57
b. Christian ........................................................................................ 58
c. Praxis ............................................................................................. 59
2. Langkah-langkah dalam Shared Christian Praxis ............................... 60
a. Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta .............. 60
b. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta ..................... 61
c. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani ...................... 62
d. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkret .......................................................................................... 64
e. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkret........................... 65
C. Usulan Program katekese Model SCP ....................................................... 66
1. Latar Belakang Program Katekese....................................................... 66
2. Usulan Tema dan Tujuan ..................................................................... 67
3. Rumusan Tema dan Tujuan ................................................................. 69
4. Penjabaran Program Katekese ............................................................. 70
5. Petunjuk Pelaksanaan Program katekese ............................................. 72
6. Contoh Persiapan SCP ......................................................................... 72
xvi
BAB V. PENUTUP ................................................................................................. 84
A. Kesimpulan ................................................................................................ 84
B. Saran .......................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 87
LAMPIRAN.............................................................................................................. 89
Lampiran 1: Surat Keterangan Penelitian ........................................................ (1)
Lampiran 2: Kuesioner Penelitian ................................................................... (2)
Lampiran 3: Lagu “Panggilan Tuhan”............................................................. (6)
Lampiran 4: Lagu “Kau dipanggil Tuhan” ...................................................... (7)
Lampiran 5: Lagu “Keheningan Hati” ............................................................. (8)
Lampiran 6: Cerita “Teriakan Gembala”......................................................... (9)
xvii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian
Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik
Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam
rangka PELITA III). Ende: Arnoldus, 1981, hal. 8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
CT: Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para
uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16
Oktober 1979.
GE: Gravissimum Educationis pernyataan tentang Pendidikan Kristen, 28 Oktober
1965.
GS: Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di
Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965.
LG: Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang gereja
tanggal 21 November 1964.
C. Singkatan Lain
Art: Artikel
Bdk: Bandingkan
Depdikbud: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
xviii
Dkk: dan kawan-kawan
Dsb: dan sebagainya
KBBI: Kamus Besar Bahasa Indonesia
KE: Kidung Ekaristi
Komkat: Komisi Kateketik
Komlit: Komisi Liturgi
KWI: Konfrensi Wali Gereja Indonesia
No: Nomor
PBM: Proses Belajar Mengajar
PAK: Pendidikan Agama Katolik
PKKI: Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia
PS: Puji Syukur
RI: Republik Indonesia
RT: Rukun Tetangga
RW: Rukun Warga
SCP: Shared Christian Praxis
S.d: Sampai dengan
SMA: Sekolah Menengah Atas
UU: Undang-Undang
X: Sepuluh
X-2: Sepuluh Dua
X-4: Sepuluh Empat
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
Guru dalam bahasa Jawa merupakan seseorang yang bisa digugu dan bisa ditiru
oleh semua muridnya. Harus digugu berarti segala sesuatu yang disampaikan oleh guru
senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid. Kemudian harus
ditiru berarti bahwa seorang guru menjadi suri teladan bagi semua muridnya mulai dari
cara berpikir guru, cara berbicara, hingga cara berperilaku guru sehari-hari. Sebagai
seorang yang bisa digugu dan ditiru, tentunya seorang guru memiliki peran yang sangat
penting bagi para peserta didiknya (Muhamad, 2008: 17).
Guru merupakan suatu jabatan profesional yang memerlukan keahlian khusus dan
tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Menjadi guru
yang profesional adalah guru yang mampu menyusun rencana belajar-mengajar,
mengorganisir, membimbing dan membina terlaksananya proses belajar-mengajar. Oleh
karena itu menjadi guru harus memiliki keahlian khusus untuk mendidik para peserta
didik (Supriyati, 2001: 20).
Dalam dunia pendidikan guru memiliki peranan yang sangat penting, tanpa
adanya guru pengetahuan manusia tidak akan bertambah dan tidak berkembang. Guru di
sekolah memiliki peranan yang sangat penting, yang penulis ketahui bahwa guru
memiliki berbagai julukan, guru adalah “pelita atau penerang dalam gulita”, guru adalah
“pengganti orang tua di sekolah”, guru adalah “pahlawan tanpa tanda jasa”. Tanpa guru
orang tidak pandai membaca, menulis, dan berhitung. Tanpa guru orang tidak bisa tahu
beraneka ragam ilmu dan pengetahuan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.
2
Peranan guru di sekolah sudah tentu sebagai pendidik bagi para peserta didik.
Seorang guru tidak hanya mendidik dengan kata-kata saja, melainkan mendidik melalui
tindakan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Guru berperan penting dalam kaitannya
dengan kurikulum pendidikan, karena guru secara langsung berinteraksi dengan murid
sehingga guru tahu tentang perkembangan para peserta didik di sekolah. Guru dalam
proses belajar-mengajar berperan penting dalam pengelolaan kelas. Seorang guru
hendaknya bisa menjadi suri teladan atau memberi contoh teladan yang baik bagi para
siswa. Selain itu guru juga berperan penting sebagai pembimbing bagi peserta didik
(Winkel, 2005: 221).
“Guru Pendidikan Agama Katolik di Sekolah”, ini merupakan fokus utama yang
dibahas dalam karya tulis ini. Guru Pendidikan Agama Katolik (PAK) merupakan
seorang pendidik yang beriman dewasa untuk melaksanakan tugasnya dengan sungguh-
sungguh, demi pertumbuhan dan perkembangan hidup para siswa sebagai orang yang
beriman. Guru Pendidikan Agama Katolik sering disebut sebagai pendidik iman, saksi
iman, maupun sebagai penanggung jawab pembinaan iman. Sebagai guru PAK tidak
hanya mengajar dengan kata yang muluk-muluk, melainkan dengan sungguh-sungguh
memberikan kesaksian pengalaman hidupnya secara konkret kepada para siswa, sehingga
para siswa pun juga bisa meneladani sikap yang baik dari guru PAK (Setyakarjana, 1997:
69).
Peranan guru PAK di sekolah adalah mengajar PAK, tetapi tugas ini tidak
dilaksanakan begitu saja seperti halnya para guru yang mengajar bidang studi lain seperti
fisika, kimia, matematika, biologi dan sebagainya. Melainkan lebih menekankan pada
segi proses tentang pemahaman dan bukan hafalan. Selain itu guru PAK sangat berperan
dalam pembinaan dan perkembangan iman siswa. Proses PAK direncanakan dan
3
diorganisir serta dipertanggungjawabkan demi perubahan anak didik, sehingga dapat
memperkembangkan hidup beriman para siswa (Winkel, 1989: 20).
Kenyataan sekarang ini profesi guru masih banyak dibicarakan orang atau masih
menjadi bahan pertanyaan baik dikalangan para pakar pendidikan maupun dari luar pakar
pendidikan. Ironisnya berita-berita maupun pertanyaan yang muncul cenderung
melecehkan posisi guru, baik yang sifatnya menyangkut kepentingan umum sampai pada
hal-hal yang sifatnya sangat pribadi. Profesi sebagai guru terkadang dianggap oleh
masyarakat luas tidak berkualitas, tidak berkompeten dan sebagainya. Di mata para siswa
pun khususnya di sekolah-sekolah menengah yang berada di kota besar, cenderung
menghormati gurunya karena ingin mendapat nilai yang baik atau ingin naik kelas.
Dengan berbagai macam tuduhan tersebut, tentu saja akan merendahkan wibawa guru
bahkan menurunkan martabat guru (Uzer Usman, 2008: 1-2).
Menjadi guru Pendidikan Agama Katolik lebih banyak mendapat pelecehan dari
masyarakat luas. Dalam kenyataan sekarang ini dapat kita lihat bahwa, kebanyakan guru
PAK masih ambil peranan dalam berbagai hal kehidupan bersama baik dalam masyarakat
luas maupun masyarakat gerejani. Guru PAK tidak hanya terlibat di sekolah saja,
melainkan juga di lingkungan masyarakat tempat tinggal mereka yakni sebagai ketua RT/
RW, pengurus koperasi desa, dan sebagainya. Melihat kenyataan yang demikian
menimbulkan suatu pendangan kepada masyarakat luas bahwa secara ekonomis
penghasilan guru PAK tidaklah menggembirakan (Sunarka, 1988: 131).
Mengingat pentingnya peranan guru PAK terhadap pembinaan iman bagi para
siswa, maka penulis membatasi secara khusus peranan guru PAK pada sekolah tertentu
yakni di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung. Guru PAK di SMA Yos Sudarso, Metro
Lampung tidak banyak yakni hanya tiga orang, hal ini menjadi tantangan dan kesulitan
bagi para guru PAK dalam membina iman para siswa di SMA Yos Sudarso, Metro
4
Lampung. Pada saat ini para siswa di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung, khususnya
bagi para siswa kelas X masih kurang memperoleh pembinaan iman yang lebih matang.
Sebagai contoh kecil siswa SMA Yos Sudarso Metro belum bisa memahami jenis
kegiatan yang dapat membina iman.
Maka dari itu sebagai guru PAK khususnya di SMA Yos Sudarso, Metro
Lampung, haruslah seseorang yang sungguh-sungguh menghayati iman dan panggilannya
sebagai pembina iman para siswa. Tugas semacam ini memang tidak mudah, karena tidak
cukup hanya dilaksanakan pada saat pelajaran PAK melainkan dilaksanakan juga di luar
pelajaran PAK demi perkembangan iman siswa. Kegiatan-kegiatan yang dapat membina
dan memperkembangkan iman siswa antara lain melalui kegiatan pendalaman iman
(katekese), rekoleksi, retret, ziarah dan sebagainya. Kegiatan ini sangat penting
dilaksanakan bagi para siswa, namun terkadang kegiatan tersebut kurang mendapat
perhatian dari para guru PAK di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung. Atas dasar
keprihatinan itulah, maka penulis memilih judul skripsi “PERANAN GURU
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP PEMBINAAN IMAN SISWA
KELAS X DI SMA YOS SUDARSO, METRO LAMPUNG”.
Semoga dengan semakin dihayatinya peranan sebagai guru PAK, dapat semakin
baik pula guru PAK dalam membina iman para siswa di sekolah. Khususnya bagi para
siswa kelas X (sepuluh) yang masih mengalami masa transisi dari SMP ke jenjang SMA,
siswa masih mengalami adaptasi serta masih sangat membutuhkan pembinaan iman agar
iman mereka semakin berkembang dan semakin dewasa. Melalui judul skripsi tersebut
penulis juga berharap agar para guru PAK hendaknya memahami dan menghayati bahwa
pembinaan iman bagi siswa tidak hanya diusahakan melalui berbagai kegiatan PAK saja,
tetapi juga perlu diupayakan melalui berbagai kegiatan di luar PAK seperti yang telah
disebutkan di atas.
5
B. Rumusan Masalah
Setelah mengamati latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana proses pelaksanaan PAK di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung?
2. Bagaimana cara guru PAK dalam menjalankan peranannya terhadap pembinaan iman
siswa di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung?
3. Seberapa besar guru PAK memahami dan menghayati peranannya sebagai pembina
iman siswa di SMA Yos Sudaraso Metro-Lampung?
C. Tujuan Penulisan
Skripsi ini ditulis dengan tujuan:
1. Mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan faktor yang menghambat
terlaksananya PAK bagi siswa kelas X di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung.
2. Mengetahui peranan guru PAK dalam menjalankan tugasnya sebagai pembina iman di
SMA Yos Sudarso, Metro Lampung.
3. Mengetahui usaha- usaha guru PAK terhadap kegiatan pembinaan iman siswa kelas X
di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung.
D. Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat:
1. Memperoleh keterangan mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat
terlaksananya PAK bagi siswa kelas X di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung.
2. Memperoleh gambaran yang jelas mengenai peranan guru PAK di SMA Yos Sudarso,
Metro Lampung.
6
3. Memperoleh keterangan mengenai usaha-usaha yang dilakukan guru PAK terhadap
pembinaan iman siswa kelas X di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menggunakan metode deskriptif analitis
dengan sumber-sumber bahan yang relevan dan mendukung, serta penelitian untuk
memperoleh gambaran tentang “Peranan Guru PAK terhadap Pembinaan Iman Siswa
Kelas X di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung”.
F. Sistematika Penulisan
Penulis memilih judul skripsi “Peranan Guru Pendidikan Agama Katolik Terhadap
Pembinaan Iman Siswa di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung”. Judul ini diuraikan
dalam lima bab sebagai berikut:
Bab I dipaparkan mengenai latar belakang penulisan skripsi, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II penulis menguraikan peranan guru PAK terhadap pembinaan iman siswa di
sekolah. Pada bagian pertama mengenai Pendidikan Agama Katolik (PAK) di Sekolah,
bagian kedua mengenai pembinaan iman siswa dan pada bagian ketiga mengenai
pengertian guru.
Bab III penulis akan memaparkan gambaran umum situasi di SMA Yos Sudarso,
Metro Lampung. Pada bagian pertama memaparkan gambaran umum sekolah SMA Yos
Sudarso, Metro Lampung. Bagian kedua membahas penelitian dan hasil penelitian.
Bab IV penulis menyampaikan usulan program katekese untuk menghayati
peranan guru PAK terhadap pembinaan iman siswa di SMA Yos Sudarso, Metro
Lampung. Bab ini terdiri dari gambaran umum katekese, Shared Christian Praxis sebagai
7
model katekese. Kemudian latar belakang penyusunan program, usulan tema dan tujuan,
rumusan tema dan tujuan, penjabaran program, petunjuk pelaksanaan dan contoh
persiapan.
Bab V dari skripsi ini menarik kesimpulan berdasarkan uraian-uraian yang telah
dipaparkan pada bab-bab sebelumnya. Selain itu penulis memberikan beberapa catatan
penting berupa saran-saran yang ditujukan kepada para guru PAK di SMA Yos Sudarso,
Metro Lampung.
8
BAB II
PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
TERHADAP PEMBINAAN IMAN SISWA
Sebelum menguraikan peranan guru Pendidikan Agama Katolik (PAK), pada bab
ini penulis terlebih dahulu akan menguraikan pengertian Pendidikan Agama Katolik di
sekolah. Kemudian penulis akan menguraikan tentang pembinaan iman siswa, dan pada
bagian terakhir penulis akan meguraikan pengertian dan peranan guru secara umum
maupun peranan guru PAK di sekolah.
A. Pendidikan Agama Katolik (PAK) di sekolah
Supriyati (2001: 4) menyatakan bahwa pendidikan merupakan hal pokok yang
melekat dalam proses kehidupan manusia sehari-hari sebagai usaha untuk memanusiakan
manusia muda. Pendidikan berfungsi bagi manusia untuk membentuk pribadi yang utuh
agar mencapai tujuan pendidikan nasional yakni meningkatkan ketakwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan sehingga tumbuhlah
manusia-manusia yang bertanggung jawab dalam segala tindakannya.
Pendidikan dapat dikatakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk
mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi
peranannya dimasa yang akan datang. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui dua jalur,
yaitu jalur pendidikan di sekolah maupun jalur pendidikan di luar sekolah. Jalur
pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang di sekolah, melalui kegiatan belajar-
mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan (Setyakarjana, 1997: 8).
9
1. Pengertian PAK di Sekolah
Hutabarat dalam Lokakarya Malino (18: 1981) menyatakan bahwa Pendidikan
Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah,
agar peserta didik mampu menggumuli hidup dari segi pandangan-pandangan Katolik,
dan dengan demikian mudah-mudahan peserta didik berkembang terus menerus menjadi
manusia paripurna (manusia beriman).
PAK di sekolah tidak dapat disamakan begitu saja dengan mata pelajaran lain,
karena PAK memiliki pemahaman iman dan penghayatan iman sehingga PAK sebagai
upaya pembentukkan pribadi manusia beriman. Pendidikan Agama Katolik di sekolah
juga sebagai salah satu usaha untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan Nasional
berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, oleh karena itu PAK juga terikat
pada kurikulum dan waktu yang tersedia (Setyakarjana, 1997: 9).
PAK di sekolah dapat memperkuat iman dan ketakwaan siswa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa sesuai dengan agama Katolik. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan Nasional menyatakan bahwa PAK tidak hanya berhenti pada agama,
melainkan PAK harus berusaha menghantar orang sampai pada iman dan takwa terhadap
Tuhan, serta penuh persaudaraan dengan siapa saja. Dengan demikian dapat dimengerti
bahwa PAK di sekolah bukan merupakan kepentingan Gereja saja melainkan juga
kepentingan Negara (Dapiyanta, 2008: 1).
2. Tujuan PAK di Sekolah
Setiap kegiatan tentunya mempunyai arah atau sasaran yang akan dicapai yaitu
tujuan. Begitu juga PAK di sekolah sebagai suatu kegiatan tentu saja mempunyai tujuan
tertentu. Tujuan PAK di sekolah dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas pada
usaha guru PAK agar dapat mengupayakan perkembangan iman siswa.
10
Untuk memahami secara lebih jelas tujuan PAK di sekolah, penulis akan
menguraikan tujuan PAK dalam dua bagian yaitu tujuan PAK secara umum dan tujuan
PAK secara khusus.
a. Tujuan PAK Secara Umum
Malino (21: 1981) menyatakan bahwa Pendidikan Agama Katolik bertujuan agar
peserta didik mampu menggumuli hidupnya dari segi pandangan Katolik agar peserta
didik mampu menggumuli hidup dari segi pandangan Kristiani dan dengan demikian
mudah-mudahan dapat berkembang menjadi manusia paripurna (manusia beriman).
Kemampuan menggumuli meliputi unsur-unsur mengetahui, memahami kemudian
mengintegrasikan dalam hidup secara konkret.
Secara umum arah PAK ialah memperluas pengetahuan, memperteguh pergulatan
iman (internalisasi), dan memperkaya penghayatan iman dalam berbagai bentuk serta
memperkembangkan dialog antar iman (jika terdapat yang beragama lain). Orang yang
memiliki pengetahuan tentang iman belum tentu beriman, maka dirumuskan tujuan PAK
memperluas pengetahuan. Tujuan PAK di sekolah adalah agar siswa memahami dan
mencintai Yesus Kristus, memahami dan mampu mempertanggung jawabkan kejadian-
kejadian mengenai Allah yang berkarya di dunia, serta bersedia mewujudkan kepedulian
Yesus Kristus, demi perkembangan diri maupun dalam bermasyarakat (Komkat KWI,
1999: 6-7).
UU-RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam penjelasan
pasal 30 menyebutkan:
1. Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya atau menjadi ahli ilmu agama.
11
3. Pendidikan keagamaan dapat diselengarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.
Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dimengerti bahwa PAK bertujuan untuk
memperkuat iman dan ketakwaan pada murid yang menganutnya serta membangun
kerukunan hidup beragama demi persatuan Nasional. Dengan memperhatikan ketetapan
hukum tersebut tujuan atau fungsi PAK ditekankan pada hal yang mendasar, yakni
memperkuat iman dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka membentuk manusia
dan bangsa Indonesia seutuhnya sebagai tujuan pendidikan Nasional. Ketetapan di atas
menyatakan bahwa PAK tidak hanya berhenti pada agama yang bersifat lahiriah saja,
melainkan PAK berusaha mengolah semuanya itu hingga menghantar orang sampai pada
iman dan bertakwa kepada Tuhan serta penuh persaudaraan dengan siapa saja.
b. Tujuan PAK Secara Khusus
Secara khusus arah PAK dirumuskan membantu anak menggeluti hidupnya dari
sudut pandang Katolik, dengan itu PAK memperkembangkan pengetahuan dan
penghayatan iman. Sehubungan dengan itu PAK di sekolah bertujuan untuk
memperdalam pengetahuan dan membantu pergulatan atau internalisasi pengetahuannya,
sehingga peserta didik mampu menggumuli hidup dari segi pandangan-pandangan
Katolik dan menjadi manusia paripurna (Setyakarjana, 1997: 9).
Dengan demikian tujuan khusus adanya PAK di sekolah agar tidak mencampur-
adukkan pengajaran dan pendidikan, karena pendidikan agama yang diutamakan bukan
hanya teori melainkan mampu bertindak baik sesuai dengan norma-norma yang ada.
Selain itu PAK di sekolah bertujuan untuk membina iman siswa agar dapat berperan dan
mau terlibat dalam hidup bermasyarakat, mampu bergaul dengan semua jemaat walaupun
berbeda agama, serta memiliki pemikiran yang maju demi perkembangan iman mereka.
12
3. Proses Pelaksanaan PAK di Sekolah
Proses belajar-mengajar PAK merupakan upaya untuk membentuk manusia
berperilaku yang baik, bukan hanya membuat manusia menjadi pintar. Dalam proses
pembelajaran PAK pengetahuan yang disampaikan bukan hanya untuk diketahui dan
ditelaah begitu saja tetapi dipahami dengan sungguh-sungguh. Oleh karena itu dalam
PAK para peserta didik mengalami proses pembentukan atau pembinaan diri (Drost,
1998: 227).
Dari gagasan yang telah diungkapan di atas, nampak bahwa proses dan cara yang
ditempuh PAK sangat terbuka yakni proses PAK dapat menggunakan pendekatan
berbagai bentuk kegiatan, berbagai metode asalkan tidak menyimpang dari asas dasar
komunikatif dan berorientasi pada proses. Dalam proses PAK komunikatif berarti
melibatkan murid sebagai subyek bukan sebagai objek. Adapun dalam PAK berorientasi
pada proses maksudnya bahwa dalam pencapaian tujuan PAK itu mengandaikan tahap-
tahap yang berkesinambungan sehingga tidak begitu saja melampaui tahap-tahap yang
ada (Jacobs, 1992: 9-11).
Proses pelaksanaan PAK di sekolah menggunakan dialog partisipatif, yakni yang
lebih diutamakan dalam PAK ialah proses pelaksanaan komunikasi, interaksi, atau dialog
iman yang terjadi selama proses belajar-mengajar. Hal tersebut bertujuan agar siswa
mampu mengolah segi-segi yang berkaitan dengan hidup imannya, dengan demikian
siswa mampu membangun dan membentuk imannya. Dalam proses pelaksanaan PAK
suasana kegiatan belajar dan mengajar perlu dibangun bersama-sama, sehingga
terciptalah suasana yang ramah, terbuka, bebas, dialogis, dan menyenangkan (Komkat
KWI, 1999: 9-10).
Proses pelaksanan PAK di sekolah lebih dikenal sebagai proses belajar dalam tiga
tahap. Tahap pertama menampilkan pengalaman hidup manusia terutama pengalaman
13
hidup peserta didik dan fakta yang dapat membuka pemikiran (pengetahuan). Tahap
kedua pengolahan fakta atau pengalaman hidup manusia, terutama fakta dan pengalaman
hidup peserta didik yang dapat mendorong proses mengetahui dan memahami secara
lebih mendalam (penerapan). Tahap ketiga adalah pengolahan sehingga para peserta didik
dapat memiliki kemampuan untuk menerapkan dalam hidup konkretnya sehari-hari. Pada
tahap ini lebih dikenal dengan tahap menggumuli sehingga siswa dapat memiliki
kemampuan untuk menerapkan dalam kehidupan konkret sehari-hari (penghayatan atau
pengintegrasian). Proses pergumulan inilah yang menjadi salah satu unsur khas PAK dari
segi pelaksanaan, karena dalam proses pergumulan ini siswa diharapkan dapat
menemukan dan menyadari berbagai pengalaman hidupnya agar dapat
memperkembangkan hidupnya sebagai orang beriman (Dapiyanta, 2008: 24-25).
Dengan demikian melalui proses tersebut dapat memampukan manusia muda
untuk berpikir, merasakan, bertindak dan sebagainya. Kemampuan ini dapat
diperkembangkan melalui proses pelaksanaan PAK di sekolah. Pada dasarnya sekolah
ingin mencerdaskan manusia muda, ingin mendidik melalui pengajaran sehingga mampu
memperkembangkan pemikirannya untuk pembentukan diri, serta mampu bergumul
dengan permasalahan hidup yang dialami.
4. Kekhasan PAK di Sekolah
PAK di sekolah mempunyai kekhasan tersendiri jika dibandingan dengan bidang
studi yang lain. Kekhasan PAK dapat dilihat dari berbagai segi namun dalam pembahasan
ini penulis memilih dua segi pokok, yakni segi tujuan dan segi proses pelaksanaan. Kedua
segi pokok ini akan diuraikan sebagai berikut:
14
a. Segi Tujuan
Pada bagian di atas telah dikatakan bahwa tujuan PAK di sekolah untuk
memperkuat iman dan menunjang tercapainya tujuan pendidikan Nasional. Selain itu
dikemukakan juga tujuan PAK agar peserta didik memiliki pengetahuan yang lebih luas
dan mendalam, karena PAK di sekolah ingin mengupayakan pembentukan pribadi
manusia yang utuh dan menyeluruh sebagai pribadi manusia yang beriman (Setyakarjana,
1997: 9-11).
Salah satu yang menunjukkan kekhasan PAK dari segi tujuan adalah mengenai
tahap-tahap perkembangan kegiatan belajar yang ditinjau dari perkembangan segi
perilaku. Tahap-tahap perkembangan kegiatan belajar merupakan suatu proses yang
berkesinambungan untuk memperkembangkan iman peserta didik. Tahap-tahap
perkembangan tersebut mencakup segi untuk mengetahui, memahami, menerapkan, dan
mengintegrasikan antara pengetahuan dengan perilaku peserta didik (Setyakarjana, 1997:
105).
b. Segi Proses
Proses pelaksanaan PAK di sekolah memuat segi-segi tertentu yang perlu
diupayakan demi pencapaian tujuan PAK. Proses pelaksanaan PAK di sekolah lebih
dikenal sebagai proses belajar-mengajar untuk membentuk diri. Hal ini dikarenakan
proses pelaksanaan PAK di sekolah ditujukan kepada siswa demi pembentukan diri siswa.
Melalui proses pelaksanaa PAK tersebut diharapkan dapat membantu manusia muda
untuk berpikir, merasakan, bertindak dan sebagainya.
Melalui proses pelaksanaan PAK yang dikenal sebagai proses belajar membentuk
diri, peserta didik diajak untuk menggumuli hidupnya dan dilatih untuk hidup secara
bertanggung jawab sebagai orang beriman. Dalam proses pelaksanaan PAK dapat dilihat
15
perubahan perilaku siswa yang ikut ambil bagian dalam kegiatan belajar yang teratur,
terarah dan terencana. Kegiatan belajar siswa perlu diorientasikan pada sikap dan perilaku
hidupnya secara konkret, karena belajar merupakan suatu kegiatan yang kompleks
(Winkel, 1987: 35).
B. Pembinaan Iman Siswa
Dalam penulisan skripsi ini pembinaan iman siswa juga menjadi hal yang penting
untuk diperhatikan. Setelah menguraikan secara ringkas pengertian tentang Pendidikan
Agama Katolik, tujuan PAK, proses pelaksanaan PAK dan kekhasan PAK, maka penulis
akan membahas tentang pembinaan iman, khususnya tentang pembinaan iman bagi siswa
secara ringkas.
Pembinaan iman dapat dikatakan sebagai kegiatan yang diupayakan dalam PAK
demi memperkembangkan iman siswa. Kegiatan pembinaan iman bagi para siswa dapat
dilaksanakan melalui rekoleksi, retret, pendalaman iman camping rohani dan sebagainya.
Oleh karena itu pada bagian ini penulis akan menjelaskan arti pembinaan, arti iman, dan
arti pembinaan iman siswa.
1. Arti Pembinaan
Pembinaan dalam rumusan Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah pembinaan
berasal dari kata “bina”. Lebih lanjut dikatakan bahwa pembinaan mengandung tiga
pengertian yaitu : “(1) Pembinaan berarti ‘proses, perbuatan, cara membina’. (2)
Pembinaan berarti ‘perubahan, penyempurnaan’. (3) Pembinaan berarti ‘usaha, tindakan
dan kegiatan yang dilaksanakan berguna untuk memperoleh hasil yang lebih baik” (Tim
Penyusun KBBI, 1988: 117).
16
Dari pengertian atau istilah pembinaan di atas, dapat dilihat bahwa istilah
pembinaan tidak hanya mempunyai satu arti melainkan ada beberapa arti. Pada
kenyataannya istilah pembinaan memang mempunyai pengertian yang berbeda-beda.
Perbedaan pengertian istilah pembinaan lebih disebabkan oleh konteks penggunaannya
atau sudut pandangan yang berbeda. Untuk lebih memperjelas arti pembinaan yang
dimaksud dalam karya tulis ini serta untuk memperluas pemahaman pengertian istilah
pembinaan, maka penulis akan mengutip dari beberapa ahli sebagai berikut.
A. M. Mangunhardjana (1986: 12) mengatakan yang dimaksud dengan pembinaan
adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki dan
mempelajari hal-hal yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang
menjalankannya untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kerja yang
sedang dijalani secara lebih efektif.
Dari uraian di atas nampak bahwa pengertian pembinaan menurut A. M.
Mangunhardjana (1986: 12) berorientasai pada hal pokok yaitu pengetahuan kecakapan,
dan sikap manusia dalam usaha mencapai tujuan hidupnya. Melalui pembinaan, manusia
dapat dibantu untuk meningkatkan pengetahuan dan kecakapan, serta dapat memperbaiki
sikapnya untuk mencapai tujuan hidup melalui kerja secara lebih efektif. Orang yang
menjalani pembinaan dapat memperdalam kemampuan, kecakapan dan pengetahuannya
yang sudah dimiliki dan dapat memperoleh kemampuan, kecakapan dan pengetahuan
baru yang belum dimiliki.
Drs. Philip Tangdilintin (1984: 12) mengemukakan bahwa :
Ciri utama pembinaan yang dimaksud di sini adalah bimbingan pastoral. Artinya, pembinaan merupakan perwujudan nyata keprihatinan Gereja akan kaum muda, untuk mengembangkan pribadi mereka sebagai manusia Kristiani. Pemikiran itu mencakup dua dimensi yakni dimensi vertikal (hubungan dengan yang Ilahi, Tuhan) dan dimensi horizontal (hubungan dengan sesama dan alam pada umumnya). Meskipun merupakan bagian integral dari pendidikan manusia yang
17
menyeluruh, pembinaan yang dimaksud di sini bukan pendidikan formal dan karena itu harus lain dari pendidikan formal. Pengertian pembinaan menurut pandangan Drs. Philip Tangdilintin di atas
mempunyai ciri utama yang sangat jelas yaitu bimbingan pastoral yang bertolak dari
adanya keprihatinan Gereja terhadap kaum muda. Perlu diketahui bahwa Philip
Tangdilintin merupakan seorang tokoh yang banyak berkecimpung dalam masalah
pembinaan terutama pembinaan kaum muda dalam Gereja. Sebagai seorang tokoh yang
banyak berkecimpung dalam hal pembinaan iman, Tangdilintin merumuskan tujuan
pembinaan untuk memperkembangkan pribadi kaum muda sebagai subyek yang perlu
didampingi dan diarahkan. Dalam hal ini tujuan dari pembinaan adalah kepenuhan
perkembangan pribadi manusia dalam hubungannya dengan sesama, alam dan terutama
dengan Tuhan.
Dari pengertian istilah pembinaan menurut A. M. Mangunhardjana dan Drs. Philip
Tangdilintin di atas nampak jelas bahwa kedua tokoh ini melihat pembinaan dari sudut
pandang yang berbeda satu sama lain. Rumusan pengertian pembinaan menurut A. M.
Mangunhardjana lebih berorientasi pada pengetahuan, kemampuan dan sikap manusia
secara umum. Sedangkan rumusan pengertian pembinaan menurut Drs. Philip
Tangdilintin lebih berorientasi pada perkembangan pribadi manusia sebagai manusia
Kristiani. Meskipun demikian pembinaan menurut keduanya merupakan suatu hal yang
penting dalam kehidupan manusia. Dalam pembinaan orang tidak sekedar dibantu untuk
belajar secara teoritis saja, tetapi orang dibantu untuk belajar mempraktekkannya. Melalui
pembinaan orang juga dibimbing untuk mengenal dan mengembangkan kemampuannya,
agar dapat memanfaatkan pembinaan secara lebih berguna dalam hidup sehari-hari.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan yang dimaksud dalam karya tulis
ini lebih merupakan pendampingan atau bimbingan.
18
2. Arti Iman
Iman merupakan karunia Tuhan sebagai dasar atau pedoman hidup manusia yang
tercermin dalam sikap, baik dalam sikap doa maupun sikap dalam menanggapi peristiwa-
peristiwa hidup secara bertanggung jawab. Iman di sini merupakan sikap dasar manusia
atas karunia Tuhan. Iman juga merupakan sikap batin manusia dalam bertindak, sehingga
tindakan manusia terarah dan mampu mewujudkan sikapnya secara konkrit kepada Allah
dengan sadar. Melalui iman manusia menyadari dan mengakui bahwa Allah menyapa dan
memanggilnya. Dalam iman itu pula manusia menyerahkan diri kepada Allah. Iman
berarti jawaban atas panggilan Allah (KWI, 1996: 129).
3. Arti Pembinaan Iman Siswa
Berdasarkan batasan pengertian pembinaan dan iman seperti yang diuraikan di
atas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa pembinaan iman merupakan
pendampingan atau bimbingan untuk bersatu dengan Kristus yakni sebagai anggota
keluarga Kristus. Pembinaan iman tidak dibatasi oleh usia, karena manusia beriman
merupakan pemberian Tuhan dan selalu berada dalam hubungan dengan Tuhan selama
manusia masih hidup. Pembinaan iman merupakan usaha untuk membantu orang semakin
tumbuh dan berkembang dalam kehidupan iman dan menjadi serupa dengan Kristus (2
Kor, 3: 18). Usaha pembinaan untuk membantu dan mempermudah perkembangan iman
sesorang dengan menciptakan suasana hidup beriman, yakni bertingkah laku yang baik
terhadap siapapun dan di mana pun kita berada.
Pembinaan iman bertujuan membantu orang beriman agar iman mereka semakin
mendalam, agar mereka terlibat dalam dinamika hidup menggereja dan bermasyarakat
baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok. Pembinaan iman tidak pernah tercapai
secara sempurna selama manusia masih hidup di dunia. Dengan demikian pembinaan
19
iman tidak akan pernah selesai di dunia ini, dan selama manusia masih hidup di dunia ini
berarti ia masih tetap memerlukan pembinaan iman demi perkembangan hidup
berimannya (Adisusanto, 2000: 9).
Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa pembinaan iman bagi siswa,
dalam hal ini siswa diusia remaja merupakan suatu pelayanan yang berkaitan dengan
hidup beriman untuk membantu para siswa, agar semakin tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan penghayatan iman. Pembinaan iman bagi remaja untuk membantu mereka
yang baru berproses meninggalkan masa kanak-kanak ke masa remaja. Anak usia remaja
menyukai suasana santai, suasana yang bersifat menggembirakan, ada kebebasan, ada saat
bermain dan bernyanyi bersama, serta ada waktu untuk sharing yang menjadi peluang
bagi mereka untuk saling mencurahkan isi hati. Dengan demikian pembinaan iman bagi
remaja akan lebih tepat bila dikemas dalam suasana yang santai tetapi mendalam seperti
retret, rekoleksi, ziarah, camping rohani, dan sebagainya.
C. Pengertian Guru
Mendengar lagu “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” mengingatkan penulis pada guru-
guru yang telah mendidik penulis mulai dari SD sampai dengan SMA. Guru yang penulis
kenal merupakan sosok pribadi yang sederhana tetapi penuh tanggung jawab baik di
sekolah mupun dalam bermasyarakat. Sosok guru yang penulis kenal pun selalu mencoba
dan berusaha untuk membangun perilaku yang baik di mana pun ia berada. Dalam
menjalankan tugas dan perannya guru memiliki tanggung jawab yang besar yakni sebagai
pengelola kelas, sebagai suri teladan, dan sebagai pembimbing (Winkel, 2005: 221).
Mendengar kata guru mengingatkan juga kepada penulis tentang guru Pendidikan
Agama Katolik (PAK). Pribadi guru PAK yang penulis kenang mulai dari SD sampai
SMA, merupakan sosok guru yang sungguh-sungguh bertanggung jawab dalam
20
melaksanakan tugasnya yakni sebagai pendidik iman, sebagai saksi iman, maupun
sebagai penanggung jawab iman (Setyakarjana, 1997: 69).
Supriyati, 2001: 17, mengungkapkan bahwa guru merupakan salah satu komponen
bangsa yang berada di garis depan dunia pendidikan Nasional, sebab guru berhadapan
langsung dengan tugas mendasar yakni mendidik dan memanusiakan manusia muda agar
manusia menjadi dewasa, cerdas, beradab dan berbudaya serta bermanfaat. Dalam
menjalankan tugas dan perannya guru harus bertanggung jawab terhadap sikap dan
tindakan serta perbuatannya sendiri.
Istilah GU-RU pada masyarakat Jawa berarti di-Gu-gu dan yang diti-RU. Digugu
berarti bahwa seorang guru bisa dipercaya kata-katanya, dan bisa dituruti oleh peserta
didiknya. Kemudian maksud dari ditiru bahwa sosok dari pribadi guru menjadi teladan
yang baik bagi para siswa di sekolah, selain itu sosok guru menjadi teladan dalam
kehidupan bermasyarakat (Sebastian, 1988: 138). Oleh karena itu pada bagian ini penulis
akan memaparkan peranan guru secara umum dan peranan guru Pendidikan Agama
Katolik.
1. Peranan Guru Secara Umum
Menurut Kunjana Rahardi (2005: 31), mengungkapkan opininya bahwa:
Ciri pertama, sosok guru harus benar-benar akomodatif terhadap rupa-rupa perubahan dan perkembangan pendidikan serta lingkungan yang terus bergulir terjadi. Ciri kedua, sosok guru harus sungguh-sungguh mampu mengembangkan dan membentuk dirinya sendiri secara terus-menerus dan sinambung dengan tanpa henti demi tugas pokok dan kejayaan profesi yang ditekuni. Ciri ketiga, sosok guru harus mampu memerankan diri sebagai pengajar sejati dan pendidik professional. Bukan semata-mata tukang mengajar yang mampu membina dan membimbing siswa dan mahasiswa agar menjadi intelektual sejati. Berdasarkan ungkapan di atas bahwa yang menjadi kekhasan bagi sosok guru
adalah mampu berefleksi bagi perkembangan profesi guru dan persoalan dalam bidang
21
pendidikan. Berkaitan dengan ciri yang pertama bahwa guru memang harus mencermati
dan senantiasa menyesuaikan perubahan serta perkembangan yang terjadi baik terhadap
para siswa maupun terhadap kurikulum yang ada. Berkaitan dengan ciri yang kedua, guru
terus menerus mengadakan pengembangan dan pembentukkan diri. Hal ini dikarenakan
guru belum sepenuhnya menyadari dan melakukan pengembangan diri dalam
menjalankan tugasnya. Bertautan dengan ciri yang ketiga, guru harus mampu
memerankan diri sebagai pengajar dan pendidik profesional yang dapat membina dan
membimbing manusia muda menjadi intelektual.
UU No. 20 tahun 2003 pasal 39 dan 40 tentang sistem pendidikan Nasional
menyatakan dasar-dasar pengembangan tenaga pendidik yang profesional. Menjadi
tenaga pendidik (guru) bertugas menciptakan suasana pendidikan yang menyenangkan,
kreatif, dan dialogis. Guru sebagai jabatan profesional bertugas untuk memberi teladan,
menjadi pembimbing dan menjaga nama baik lembaga atau profesi sesuai dengan
kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Dengan demikian menjadi guru yang profesional adalah guru yang mampu
menyusun rencana belajar-mengajar, mengorganisir, menata, mengendalikan,
membimbing, dan membina terlaksananya proses belajar-mengajar secara relevan, efisien
dan efektif. Sebagai guru yang profesional harus menguasai situasi peserta didik, disiplin
ilmu atau materi pelajaran, wawasan kependidikan yang mendalam, dan menguasai
teknologi pendidikan. Oleh karena itu kompetensi seorang pendidik atau guru yang
profesional menjadi penting. Kompetensi atau kemampuan guru profesional dapat diamati
melalui latar belakang pengetahuan, penampilan atau performan, kegiatan yang
menggunakan prosedur dan teknik yang jelas, serta ada hasil yang akan dicapai dalam
pendidikan (Supriyati, 2001: 20).
22
Pada bagian ini penulis menguraikan peranan guru secara umum yakni guru
sebagai pengelola kelas, guru sebagai contoh (suri teladan), dan guru sebagai
pembimbing.
a. Guru sebagai Pengelola Kelas
Dalam peranannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola
kelas sebagai lingkungan belajar yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan
diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan pendidikan. Pengawasan
terhadap lingkungan belajar dapat menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi
lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik merupakan lingkungan yang dapat
menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman, senang dan
kepuasan dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa diungkapkan bahwa kulitas dan kuantitas
belajar siswa di dalam kelas bergantung pada banyak faktor diantaranya adalah pribadi
guru, hubungan pribadi antara guru dan siswa di dalam kelas, kondisi umum dan suasana
di dalam kelas (Uzer Usman, 2008: 10).
Uzer Usman (2008: 10) mengungkapkan bahwa tujuan umum pengelolaan kelas
ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan
belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan secara khususnya,
mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan
kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa
untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Guru sebagai pengelola kelas bertanggung jawab menjaga kedisiplinan di dalam
kelas dengan tujuan menciptakan suasana yang mendukung siswa untuk belajar. Dalam
menciptakan suasana yang mendukung guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar
sendiri, tetapi juga mengembangkan kebiasaan untuk diskusi kelompok. Guru hendaknya
23
mampu menyiapkan berbagai jenis sumber belajar sehingga peserta didik dapat belajar
secara mandiri dan berkelompok, percaya diri, terbuka untuk saling memberi dan
menerima pendapat orang lain, serta membina kebiasaan mencari dan mengolah informasi
sendiri. Salah satu pengelolaan kelas yang baik adalah memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya, sedikit demi sedikit mengurangi sikap tergantung pada guru,
dengan kata lain siswa dilatih untuk bersikap mandiri dalam belajar (Winkel, 2005: 22).
b. Guru sebagai Contoh (Suri Teladan)
Pada dasarnya perubahan perilaku yang dapat ditunjukkan oleh peserta didik harus
dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang
guru, atau dengan kata lain guru mempunyai peranan terhadap perubahan perilaku peserta
didik. Untuk itulah guru harus dapat menjadi contoh atau suri teladan bagi peserta didik,
karena pada dasarnya guru merupakan orang pada suatu komunitas yang diharapkan dapat
menjadi teladan, dengan kata lain guru bisa digugu dan ditiru (Hamzah. B. Uno, 2007:
17-18).
Sebagai suri teladan guru hendaknya senantiasa memberikan teladan yang baik
bagi para siswa. Guru menjadi ukuran bagi norma-norma tingkah laku terlebih di
lingkungan sekolah. Dalam proses belajar-mengajar guru hendaknya mampu berefleksi
atas tindakannya dalam kehidupan sehari-hari demi perkembangan dan pengetahuan para
siswa. Dengan demikian jelas kiranya bahwa kepribadian guru sebagai suri teladan
menunjang proses belajar-mengajar di sekolah.
c. Guru sebagai Pembimbing
Peranan guru sebagai pembimbing untuk mengarahkan atau membimbing proses
belajar-mengajar siswa di sekolah. Guru sebagai pembimbing mempunyai peranan untuk
24
memudahkan atau melancarkan pertumbuhan siswa. Dengan kata lain guru mengantarkan
siswa ke arah hasil pendidikan yang lebih tinggi mutunya, baik bagi siswa sendiri maupun
bagi masyarakat pada umumnya.
Hamzah B. Uno (2007: 17-18), mengungkapkan bahwa Guru hendaknya berperan
sebagai pengarah, pembimbing, pemberi kemudahan dengan menyediakan berbagai
fasilitas belajar, pemberi bantuan bagi peserta yang mendapat kesulitan belajar, dan
pencipta kondisi yang merangsang dan menantang peserta untuk berpikir dan bekerja
(melakukan). Melalui ungkapan tersebut bisa dipahami bahwa guru sebagai pembimbing,
dapat mengarahkan dan memudahkan peserta didik selama proses belajar-mengajar
berlangsung.
Untuk menjalankan tugasnya sebagai pembimbing bagi para peserta didik, guru
perlu memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu. Sekurang-kurangnya guru
harus mempunyai kemampuan untuk memahami potensi yang ada pada diri siswa, dan
mengetahui faktor-faktor lingkungan yang dapat dimanfaatkan dalam merangsang
perkembangan siswa. Dalam setiap pelajaran guru hendaknya mampu mengusahakan
sumber belajar yang berguna, sehingga dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses
belajar-mengajar yang baik. Kemudian tidak lupa guru mencantumkan sumber bahan
(berupa karangan, buku, dokumen, Kitab Suci) dari mana bahan pelajaran tersebut
diambil untuk diolah dan diperkembangkan (Setyakarjana, 1997: 69).
2. Peranan Guru Pendidikan Agama Katolik (PAK) di Sekolah
Malino (20: 1981) menyatakan bahwa guru PAK merupakan pengantar proses
belajar dan memiliki persiapan yang sungguh-sungguh. Guru PAK merupakan seorang
pembina iman yang harus memiliki pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman iman
yang mendalam. Oleh karena itu seorang guru PAK dalam menjalankan tugasnya tidak
25
hanya sebagai pengajar di depan kelas saat jam pelajaran, melainkan guru PAK
bertanggung jawab untuk menciptakan berbagai situasi yang memungkinkan para siswa
dapat belajar dan mencapai hasil yang baik. Guru PAK yang penulis maksud dalam
skripsi ini adalah para kaum awam.
Dalam proses belajar-mengajar guru PAK menciptakan relasi yang komunikatif
dan dialog aktif antara guru dengan siswa. Menjadi guru PAK juga harus memperhatikan
penampilannya dalam mengajar, penampilan guru PAK harus memperlihatkan keteguhan
dalam penghayatan perannya sebagai guru PAK di sekolah yakni berpakaian yang sopan
dan rapi. Guru PAK sebaiknya mampu dan siap berperan secara profesional di sekolah
dan di masyarakat. Di masyarakat guru PAK dituntut melakukan kontak kemanusiaan
dengan orang tua, dan berkomunikasi dengan anggota masyarakat sekitar.
Nina Komala (9: 1992) menyatakan bahwa guru PAK yang berasal dari lembaga
pendidikan diharapkan mampu menjalankan perannya dalam proses belajar mengajar dan
bekerjasama dengan rekan kerja, staf tata usaha dan kepala sekolah guna mencapai tujuan
pendidikan. Guru PAK dituntut pula untuk mengembangkan pribadi dan profesinya
secara terus menerus. Kualifikasi atau kemampuan guru PAK dapat dipahami melalui
kemampuan untuk menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola
kelas, menggunakan media, menguasai landasan kependidikan, mengelola interaksi
belajar-mengajar, menilai prestasi siswa, dsb.
Dengan demikian kemampuan yang harus dimiliki guru PAK agar menjadi guru
PAK yang kompeten adalah sungguh-sungguh memperhatikan kurikulum dan materi
pelajaran yang akan disampaikan. Selain itu menjadi guru PAK berusaha untuk
berkatekese kemudian memberikan beberapa hafalan kepada peserta didik agar materi
yang disampaikan bisa dipahami dan diingat. Menjadi guru PAK di sekolah senantiasa
dihadapkan pada beberapa kenyataan di luar kemampuan untuk mengatasinya, misalnya
26
menghadapi peserta didik yang berbeda-beda agamanya dan jumlah siswa yang beragama
Katolik hanya sedikit. Oleh karena itu apabila guru PAK akan berkatekese tidak harus
berkatekese di sekolah.
Pada bagian ini penulis akan memaparkan peranan guru PAK sebagai pendidik
iman, guru PAK sebagai saksi iman dan guru PAK sebagai penanggung jawab pembinaan
iman siswa di sekolah.
a. Guru PAK sebagai Pendidik Iman di Sekolah
Tugas guru PAK lebih dari sekedar mengajar di dalam kelas. Guru PAK
mempunyai tugas khusus yaitu sebagai pendidik iman bagi para siswa. Tugas guru PAK
sebagai pendidik iman di sekolah mempunyai tantangan yang berat, karena disatu pihak
guru PAK menjadi seorang teman bagi siswa namun dilain pihak guru PAK harus
menuntun siswa untuk mencapai tingkat kehidupan manusiawi yang lebih sempurna. Oleh
karena itu disamping bersikap empatik (menyelami alam pikiran dan perasaan siswa),
guru PAK juga menjadi seorang inspirator yang memberikan semangat kepada siswa
untuk berkembang menjadi orang beriman yang baik (Winkel, 2005: 221).
Sebagai pendidik iman guru PAK perlu berusaha agar kabar gembira Kerajaan
Allah tetap menjadi isi pewartaan dalam proses belajar-mengajar. Hal tersebut bertujuan
supaya peserta didik semakin mengenal Kristus dan semakin erat dalam berhubungan
dengan Kristus. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik iman, guru PAK harus
berusaha agar kabar gembira tentang Kerajaan Allah sungguh-sungguh menggema dalam
kehidupan peserta didik dan mempengaruhi semua aspek kehidupannya seperti usia,
kebudayaan, mentalitas, cara berpikir peserta didik, dsb. Oleh karena itu guru PAK
sebagai pendidik iman dalam menjalankan tugasnya harus memperhatikan dan mengingat
situasi konkret kehidupan peserta didik (Setyakarjana, 1997: 4).
27
b. Guru PAK sebagai Saksi Iman di Sekolah
Peranan guru PAK di sekolah tidak hanya sebagai tenaga pendidik iman yang
ditugaskan untuk mengajar saja, tetapi juga sebagai saksi iman. Guru PAK mempunyai
identitas tersendiri dalam melaksanakan tugasnya. Identitas guru PAK nampak melalui
cara memberikan kesaksian iman sebagai Umat Allah di dalam Gereja melalui bidang
pekerjaannya. Tindakan-tindakan nyata sebagai kesaksian iman dari guru PAK, misalnya
dengan menunjukkan displin kerja, memperhatikan para siswa yang tertindas atau
tertekan, memperjuangkan keadilan dan sebagainya.
Sebagai saksi iman di sekolah seorang guru PAK hendaknya menyadari
kerasulannya dengan tekun, untuk mengusahakan pendidikan moral dan keagamaan bagi
para siswa. Melalui kegiatan kerasulannya tersebut guru PAK menyampaikan ajaran
keselamatan kepada para siswa dan membimbing iman mereka. Oleh karena itu dalam
menyampaikan ajaran keselamatan, guru PAK memberi kesaksian hidupnya secara
konkret. Tindakan-tindakan nyata dari seorang guru PAK jauh lebih penting dari pada
hanya teori. Semakin lengkap kesaksian konkret yang dapat diberikan oleh guru PAK,
maka guru PAK akan semakin dipercaya dan dicontoh oleh para siswa (GE, art. 7).
Dalam Dokumen Konsili Vatikan II dikatakan bahwa semua para awam baik pria
maupun wanita, yang terhimpun dalam Umat Allah dan berada dalam satu Tubuh Kristus
di bawah satu kepala, tanpa kecuali dipanggil untuk sebagai anggota yang hidup
menyumbangkan segenap tenaga yang mereka terima berkat kebaikan Sang Pencipta dan
rahmat Sang Penebus demi perkembangan Gereja serta pengudusan Allah terjadi terus
menerus. Dengan demikian semua orang khususnya para kaum awam yang mengemban
kewajiban mulia sebagai guru PAK, harus sungguh-sungguh melaksanakan karya
keselamatan Gereja yakni memberi kesaksian hidupnya sebagai orang beriman baik
28
dalam hidup bersama para siswa di sekolah, maupun dalam hidup bersama orang lain di
lingkungan tempat tinggalnya (LG, art. 33).
c. Guru PAK sebagai Penanggung Jawab Pembinaan Iman Siswa di Sekolah
Sudah diuraikan pada bagian terdahulu bahwa peranan guru PAK antara lain
sebagai tenaga pendidik di sekolah dan juga sebagai saksi iman di sekolah. Uraian berikut
ini dimaksudkan oleh penulis untuk memahami secara khusus peranan guru PAK sebagai
penanggung jawab pembinaan iman siswa di sekolah. Sebagai penanggung jawab
pembinaan iman siswa di sekolah, seorang guru PAK dituntut memiliki sikap
pengorbanan yang tinggi. Hal ini disebabkan karena pembinaan iman siswa di sekolah
tidak hanya dilaksanakan melalui berbagai kegiatan PAK saja, tetapi juga melalui
berbagai kegiatan pembinaan iman di luar PAK atau di luar jam-jam pelajaran di sekolah.
Peranan guru PAK sebagai penanggung jawab pembinaaan iman siswa di sekolah,
yang dimaksud dalam karya tulis ini lebih berkaitan dengan berbagai kegiatan pembinaan
iman di luar PAK seperti rekoleksi, retret, pendalaman iman, camping rohani, dsb. Untuk
menjalankan peran sebagai pembina iman guru PAK tidak hanya bekerja seorang diri
seperti halnya dalam mengajar PAK, tetapi guru PAK dapat melibatkan orang lain untuk
bekerja bersama-sama tim. Guru PAK dapat melibatkan para pendidik Katolik dan
karyawan Katolik yang ada di sekolah. Guru PAK dapat juga melibatkan orang tua para
siswa dan orang lain yang berkehendak baik untuk melaksanakan pembinaan iman bagi
siswa. Selain itu para orang tua perlu dilibatkan dalam usaha mendorong dan memberi
ijin kepada putra-putrinya untuk mengikuti kegiatan pembinaan iman yang
diselenggarakan (GE, Art. 3).
Agar dapat berperan sebagai penanggung jawab pembinaan iman siswa di sekolah,
maka guru PAK sendiri haruslah seorang yang matang dalam iman dan memiliki perasaan
29
bertanggung jawab. Guru PAK di sekolah dituntut juga untuk memiliki semangat
pengabdian dalam melaksanakan tugasnya, oleh karena itu guru PAK perlu menyadari
bahwa dirinya adalah penanggung jawab pembinaan iman bagi siswa di sekolah. Guru
PAK perlu memiliki sikap untuk melayani dan menghayati perannya sebagai suatu
penggilan. Panggilan menjadi guru PAK merupakan rencana Allah yang mengarahkan
pikiran guru PAK, untuk melaksanakan tugasnya dengan sungguh-sungguh sehingga
membantu para siswa tumbuh dan berkembang menjadi manusia paripurna atau manusia
beriman (GS, art. 11).
30
BAB III
GAMBARAN UMUM PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
DI SMA YOS SUDARSO, METRO LAMPUNG
A. Gambaran Umum SMA Yos Sudarso, Metro Lampung
Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis baik secara langsung, maupun
berdasarkan hasil sharing dari beberapa siswa di SMA Yos Sudarso, Metro lampung
bahwa jumlah guru PAK di SMA tersebut ada tiga orang dan para guru PAK tersebut
merupakan kaum awam semua. Dalam menjalankan tugasnya kurang menghayati
peranannya terhadap pembinaan iman siswa. Para guru PAK di SMA tersebut
berpandangan bahwa pembinaan iman merupakan tugas para imam, kaum biarawan
mapun biarawati. Proses belajar mengajar PAK di SMA tersebut memang berjalan sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan, namun untuk kegiatan pembinaan iman bagi para
siswa belum sepenuhnya mendapat perhatian, walaupun kegiatan pembinaan iman di luar
PAK dilaksanakan dua kali dalam satu tahun.
Dalam buku “Yos Sudarso The Big Family” sebagai panduan uraian tentang
gambaran umum situasi SMA Yos Sudarso, Metro Lampung yang meliputi sejarah
singkat berdirinya SMA Yos Sudarso, Metro Lampung, visi, misi, dan peraturan tata
tertib SMA Yos Sudarso, Metro Lampung. Maka pada bagian ini penulis akan
menguraikan bagian tersebut secara lebih jelas.
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Yos Sudarso, Metro Lampung
Pada tahun 1965 situasi Negara kurang menguntungkan bagi umat beragama,
keadaan masyarakat sangat menderita dan terkekang. Pada jaman tersebut bisa dikatakan
bahwa masyarakat sangat miskin dan bodoh. Maka berkumpullah tokoh-tokoh Kristiani
31
kota Metro. Para tokoh tersebut berpikir sangat sederhana, yakni ingin membantu
mencerdaskan bangsa dengan karyanya dibidang pendidikan dan ikut serta dalam
memperdalam iman Katolik dengan cita-cita ingin memperluas Kerajaan Surga. Maka
dengan ijin pendirinya No. 2242/ I. 52. B/ 4/ 1991 tanggal 5 Agustus 1991 dan berlaku
sejak tanggal 1 Juni 1965 berdirilah SMA Yos Sudarso, Metro Lampung.
Awal pendirian SMA Yos Sudarso, Metro Lampung masih menumpang di SD
Xaverius Metro dengan jumlah siswa saat itu ada 35 orang. Tahun 1966 menjadi 85 orang
tahun ke-3 yakni tahun 1967 menjadi 125 orang dengan lulusan pertama tahun 1968 ada
99 orang. Tahun 1980 SMA Yos Sudarso Metro pindah lokasi di Jalan Gunung Lawu 21
Polos Yosodadi. Semakin tahun SMA Yos Sudarso semakin banyak diminati oleh pelajar.
Mulai tahun 1999 mengalami kejayaan serta terkenal dengan kedisiplinannya. Bahkan
sampai sekarang masih banyak diminati oleh para pelajar, jumlah kelulusan hingga saat
ini mencapai 9020 orang yang tersebar di Propinsi Lampung dan sekitarnya.
2. Visi SMA Yos Sudarso, Metro Lampung
Mewujudkan SMA Yos Sudarso sebagai lembaga pendidikan yang membentuk
pribadi yang manuju tata kehidupan bersama yang unggul dalam intelektual, spiritual,
humanis dan terampil.
3. Misi SMA Yos Sudarso, Metro Lampung
a. Menciptakan komunitas sekolah yang hidup berlandaskan cinta kasih.
b. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif agar siswa berkembang
secara optimal sesuai dengan potensinya.
32
c. Menyelenggarakan pembelajaran sebagai upaya membentuk manusia muda yang
memiliki kematangan emosi, berelasi, bersahabat sehingga memiliki rasa toleransi,
suka menolong dan cakap berkomunikasi.
d. Menyelenggarakan pendidikan dengan pelatihan keterampilan.
e. Menyelenggarakan pendidikan untuk semua orang.
f. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah.
4. Peraturan Tata Tertib SMA Yos Sudarso, Metro Lampung
Berikut ini beberapa peraturan tata tertib yang disusun, dimaksudkan sebagai
upaya untuk menjamin tercapainya keamanan, ketertiban, ketentraman dan kedamaian di
lingkungan sekolah sehingga dapat mendukung tercapainya tujuan penyelenggaraan
sekolah.
a. Kehadiran di Sekolah
• Para siswa hadir di sekolah sepuluh menit sebelum jam belajar dimulai jam 07.15
WIB.
• Dalam hal terlambat, siswa perlu melapor kepada Kepala Sekolah atau guru piket atau
pun kepada petugas atau karyawan sekolah untuk memperoleh ijin mengikuti
pelajaran.
• Dalam hal berhalangan hadir, siswa perlu mengirim surat permohonan ijin tidak
masuk sekolah dengan sepengetahuan orang tua atau wali, serta mengirim surat
keterangan dokter jika siswa sakit.
• Dalam hal meninggalkan kompleks sekolah: untuk sementara, perlu ijin kepada guru
piket. Untuk pulang perlu ijin kepada wakil kepala sekolah.
33
b. Penampilan di Sekolah
• Para siswa wajib berpakaian seragam sekolah dengan rapih dan bersih. Hari Senin s.d.
Kamis menggunakan baju putih berlengan pendek dan bawahan atau celana panjang
warna abu-abu. Hari Jumat dan Sabtu, menggunakan seragam pramuka.
• Baju seragam dilengkapi dengan badge OSIS dan tanda lokasi.
• Celana atau rok seragam dilengkapi dengan ikat pinggang hitam.
• Rambut disisir rapih dan bagi putra dipotong pendek (tidak gondrong).
• Siswa tidak perlu mengenakan perhiasan dan siswa putri cukup bertata rias sederhana.
c. Kegiatan Belajar-Mengajar
• Setiap hari kegiatan belajar-mengajar dimulai jam 07.15 WIB, diawali dengan doa
bersama dan jam terakhir ditutup juga dengan doa bersama di bawah pimpinan guru.
• Semua siswa wajib mengikuti semua mata pelajaran yang ditentukan oleh kelasnya.
Untuk kegiatan ekstra kurikuler yang ditentukan harus dilaksanakan dengan penuh
perhatian dan penuh kesungguhan.
• Kegiatan belajar-mengajar sedapat mungkin dilaksanakan dengan memberdayakan
buku (paket) yang tersedia di perpustakaan yang masih relevan.
• Dalam hal pelajaran olah raga praktik, siswa mengenakan seragam olah raga atau kaos
yang ditentukan.
B. Metodologi Penelitian
Untuk mengetahui situasi umum peranan guru PAK di SMA Yos Sudarso, Metro
Lampung, penulis mengadakan penelitian terlebih dahulu. Adapun metodologi peneltian
yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
34
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat terlaksananya PAK di SMA
Yos Sudarso, Metro Lampung.
b. Mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk pembinaan iman siswa di
SMA Yos Sudarso, Metro Lampung.
c. Mengetahui seberapa jauh guru PAK dalam menjalankan peranannya terhadap
pembinaan iman siswa di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung.
2. Manfaat Penelitian
a. Memperoleh keterangan mengenai faktor yang menghambat dan faktor yang
mendukung kegiatan PAK bagi siswa kelas X di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung.
b. Memperoleh keterangan mengenai peran guru PAK di SMA Yos Sudarso, Metro
Lampung.
c. Memperoleh keterangan mengenai kegiatan pembinaan iman yang dilaksanakan untuk
para siswa kelas X di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung.
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan
menggunakan metode survey. Jenis penelitian kualitatif juga disebut sebagai metode
etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian di
bidang antropologi budaya. Penelitian kualitatif dilakukan pada obyek yang alamiah,
yaitu obyek yang berkembang apa adanya tidak dimanipulasi oleh peneliti (Sugiyono,
2007: 8).
Saifudin Azwar (2009: 5) menyatakan bahwa penelitian kulitatif adalah penelitian
yang lebih menekankan analisis pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada
35
analisa terhadap dinamika hubungan antarfenomena yang diamati dengan menggunakan
logika ilmiah. Dalam penelitian kualitatif penekannya lebih pada proses. Dalam penelitian
kualitatif ada berbagai metode yang bisa digunakan antara lain dengan wawancara,
kuesioner, pengamatan, pemanfaatan dokumen.
Adapun alasan penulis memilih jenis penelitian ini karena penekanannya pada
kualitas dengan lebih mementingkan proses dari pada hasil penelitian. Melalui penelitian
kualitatif ini penulis terlibat secara langsung dalam proses penelitian, hal ini menjadi
suatu tantangan tersendiri bagi penulis untuk berproses bersama responden di mana
penelitian diadakan, dan menyesuaikan diri dengan kenyataan-kenyataan yang ada di
lapangan.
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 s.d. 30 Mei 2009 di SMA Yos
Sudarso, Metro Lampung.
5. Responden Penelitian
Siswa kelas X di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung periode tahun ajaran 2008-
2009 seluruhnya berjumlah 209 orang, yang terbagi menjadi 6 kelas yakni mulai dari
kelas X-1 s.d kelas X-6. Jumlah siswa kelas X-1 ada 36 orang, kelas X-2 ada 35 orang,
kelas X-3 ada 33 orang, kelas X-4 ada 35 orang, kelas X-5 ada 34 orang, dan kelas X-6
ada 36 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2008: 218). Berhubung pada hari penelitian kelas yang siap untuk diteliti
hanya kelas X-2 dan X-4, maka sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-2 yang
36
berjumlah 35 siswa dan kelas X-4 yang berjumlah 35 siswa di SMA Yos Sudarso, Metro
Lampung. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini ada 70 siswa.
6. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua variabel yang hendak diteliti yakni peranan guru
PAK dan pembinaan iman siswa. Namun dalam variabel juga terdapat identitas responden
yang dicantumkan sebelum masuk pada bagian pertanyaan untuk penelitian.
Tabel I. Variabel Penelitian
No Variabel yang diungkap
Aspek yang diungkap No Item
Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) 1 Peranan Guru
PAK a. Hidup keagaaman siswa b. Motivasi sekolah di SMA Yos
Sudarso-Metro c. Guru PAK dalam mengajar d. Sarana yang digunakan e. Metode yang digunakan f. Keterlibatan siswa saat PAK
berlangsung g. Materi yang disampaikan oleh
guru PAK h. Guru menggunakan buku
pegangan saat pelajaran i. Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk bertanya j. Suasana yang dirasakan saat PAK
berlangsung k. Penampilan guru PAK dalam
mengajar l. Guru PAK yang baik merupakan
guru yang bisa menjadi sahabat bagi para siswa
m. Sebelum dan sesudah pelajaran PAK berdoa terlebih dahulu
n. Usulan untuk meningkatkan kualitas guru PAK
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12
13
14
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 Pembinaan Iman Siswa
a. Pembinaan iman yang paling disukai
b. Pelaksanaan pembinaan iman di sekolah
c. Manfaat pembinaan iman
15
16
17
1 1 1
37
d. Pengaruh PAK terhadap pembinaan iman
e. Kesulitan atau hambatan dalam mengikuti PAK
f. Hal-hal yang mendukung terlaksananya PAK
18
18
19
1 1 1
Jumlah item keseluruhan 20
7. Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner. Kuesioner
merupakan bentuk instrumen pengumpulan data yang mudah digunakan. Data yang
diperoleh melalui penggunaan kuesioner adalah data yang dikategorikan sebagai data
faktual. Kuesioner dalam penelitian bersifat semi tertutup artinya setiap pertanyaan telah
disediakan jawaban yang dapat dipilih, tetapi juga memberi peluang kepada responden
untuk menyampaikan usulan-usulan (Saifudin Azwar, 2009: 101).
8. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam
pengumpulan data penulis melakukan reduksi, yaitu menganalisa data secara keseluruhan
dan bagian terkecil dalam data yang memiliki makna dikaitkan dengan masalah
penelitian. Data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang
telah disiapkan. Pengelompokan ini bertujuan untuk menemukan arti data-data dengan
cara menarik hubungan-hubungan sesuai dengan permasalahan yang ingin dijawab dalam
penelitian ini (Moleong, 2007: 288).
C. Hasil Penelitian
Dari 70 kuesioner hasil penelitian yang diseleksi dari kelas X-2 dan X-4, yang
memberikan jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan penelitian ada 7 orang, dan ada 3
38
jawaban kuesioner yang dikembalikan namun dalam keadaan rusak. Jadi jumlah
keseluruhan jawaban kuesioner yang diteliti ada 60 orang. Adapun hasil penelitian
termuat dalam tabel-tabel berikut:
Tabel 2. Identitas Responden (N = 60)
No Jawaban Responden Jumlah % (1) (2) (3) (4) 1 Umur
- 15 tahun - 16 tahun - 17 tahun
13 40 7
21,67 66,67 11,66
2 Jenis kelamin - Laki - Perempuan
22 38
36,66 63,34
3 Kelas - X-2 - X-4
30 30
50 50
4 Agama - Katolik - Kristen - Hindu - Budha - Islam
13 6 4 3 34
21,66
10 6,67
5 56,67
5 Alamat - Raman Utara - Metro - Lampung Timur
2 46 12
3,33 76,67
20 Jumlah responden dalam penelitian ini ada 60 siswa, yang terdiri dari kelas X-2
30 siswa dan X-4 30 siswa. Berdasarkan jenis kelamin jumlah responden paling
banyak adalah perempuan, jumlah laki-laki memang lebih sedikit. Sebagian besar
responden berusia 16 tahun, dan yang paling sedikit berusia 17 tahun ada 7.
Responden yang berusia 17 tahun ada kemungkinan bahwa mereka pernah tidak naik
kelas atau karena pindah sekolah.
Jumlah terbesar responden beragama Islam ada 34 siswa (56,67%), selebihnya
beragama Katolik ada 13 siswa (21,66%), paling sedikit agama Budha yaitu ada 3
39
siswa (5%). Responden sebagian besar berasal dari kota Metro yakni 46 siswa
(76,67%).
Tabel 3. Latar Belakang Keluarga Responden (N= 60)
No Jawaban Responden Jumlah % (1) (2) (3) (4) 1 Hidup keagamaan keluarga responden
a. Semua Katolik b. Sebagian Katolik c. Hanya saya yang Katolik d. Orang Tua saja yang Katolik e. Lain-lain (Islam, Hindu, Budha)
12 8 - -
40
20
13,34 - -
66,66 Sebagian besar responden berasal dari berbagai macam agama baik Islam,
Hindu, Budha ada 40 (66,66%), dan responden yang beragama Katolik ada 12 (20%).
Telah dijelaskan di atas bahwa, SMA Yos Sudarso, Metro Lampung merupakan
sekolah yayasan Katolik. Namun sebagian besar siswa yang berminat di SMA
tersebut beragama Non-Katolik.
Tabel 4. Motivasi Sekolah di SMA Yos Sudarso-Metro (N= 60)
No Jawaban Responden Jumlah % (1) (2) (3) (4) 2 Motivasi sekolah di SMA Yos Sudarso, Metro
Lampung a. Disuruh orang tua b. Diajak teman c. Mutu pendidikannya bagus d. Ingin memperoleh pelajaran agama Katolik lebih mendalam
18 4 34 4
30 6,67 56,66 6,67
Jumlah terbesar reponden menyatakan bahwa motivasi memilih sekolah di SMA
Yos Sudarso, Metro Lampung karena mutu pendidikannya bagus ada 34 (56,66%).
Jumlah responden paling sedikit mengatakan karena diajak teman dan ingin
memperoleh pelajaran agama Katolik ada 4 (6,67%). Dari data ini penulis dapat
40
menyimpulkan bahwa kebanyakan siswa memilih untuk bersekolah di SMA ini
karena mutu pendidikannya yang bagus.
Tabel 5. Guru PAK dalam Mengajar (N= 60)
No Jawaban Responden Jumlah % (1) (2) (3) (4) 3 Guru PAK dalam mengajar
a. Sangat kreatif b. Kreatif c. Cukup kreatif d. Tidak Kreatif
18 25 17 -
30
41,67 28,33
-
Jumlah terbesar 25 (41,67%), responden mengatakan bahwa guru PAK
dalam mengajar kreatif. Tidak ada satu pun responden yang menyatakan guru
Pendidikan Agama Katolik dalam mengajar tidak kreatif.
Tabel 6. Sarana, Metode (N= 60)
No Jawaban Responden Jumlah % (1) (2) (3) (4) 4 Sarana yang digunakan
a. Sangat menarik b. Menarik c. Cukup menarik d. Tidak menarik
9 31 20 -
15
51,66 33,34
- 5 Metode yang digunakan
a. Tanya-jawab b. Diskusi kelompok c. Sharing d. Ceramah
11 1 29 19
18,33 1,67 48,34 31,66
Sarana yang digunakan guru PAK dalam mengajar menurut sebagian besar
responden menarik ada 31 (51,66%). Kemudian mengenai metode yang digunakan
dalam mengajar menurut sebagian besar responden 29 (48,34%) adalah metode
sharing dan paling sedikit responden mengatakan diskusi kelompok 1 (1,67%).
41
Tabel 7. Kegiatan PBM Pelajaran Agama Katolik (N= 60)
No Jawaban Responden Jumlah % (1) (2) (3) (4) 6 Keterlibatan siswa saat PAK berlangsung
a. Sangat aktif b. Aktif c. Cukup aktif d. Tidak aktif
3 27 29 1
5 45
48,33 1,67
7 Materi yang disampaikan oleh guru PAK a. Sangat mudah dipahami b. Mudah dipahami c. Cukup dipahami d. Sulit dipahami e. Kosong
2 31 24 1 2
3,34 51,66
40 1,66 3,34
8 Guru PAK menggunakan buku pegangan saat pelajaran a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
2 5 43 10
3,34 8,33 71,67 16,66
9 Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk Bertanya a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
25 20 14 1
41,66 33,34 23,34 1,66
10 Suasana yang dirasakan saat PAK berlangsung a. Senang b. Tidak senang c. Jenuh d. Bosan e. Kosong
40 2 13 1 4
66,66 3,34 21,67 1,66 6,67
11 Penampilan secara fisik guru PAK dalam mengajar a. Setuju b. Sangat setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju
47 6 4 3
78,33
10 6,67
5
12 Guru PAK yang baik merupakan guru yang bisa menjadi sahabat bagi para siswa a. Setuju b. Sangat setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju
38 22 - -
63,33 36,67
- -
13
Sebelum dan sesudah pelajaran PAK berdoa terlebih dahulu a. Selalu b. Sering
12 5
20 8,33
42
(1) (2) (3) (4) c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah 12 31
20 51,67
Mengenai keterlibatan siswa di kelas selama PAK berlangsung, sebagian
besar responden menjawab cukup aktif ada 29 (48,33%) dan yang menjawab tidak
aktif 1 orang (1,67%). Jumlah terbesar responden mengatakan materi pelajaran
agama Katolik mudah dipahami yakni 31 (51,66%), dan jumlah paling sedikit
mengatakan sulit untuk dipahami ada 1 (1,66%). Jumlah terbesar responden
mengatakan guru dalam mengajar kadang-kadang menggunakan buku pegangan
ada 43 (71,67%) dan ada 2 (3,34) responden yang mengatakan selalu.
Sebagian besar responden mengatakan guru selalu memberi kesempatan
untuk bertanya ada 25 (41,66%), dan 1 (1,66%) responden yang mengatakan tidak
pernah. Jumlah terbesar responden 40 (66,66%) mengatakan mereka merasa
senang saat PAK berlangsung dan ada 1 (1,66%) responden yang mengatakan
bosan. Mengenai penampilan guru dalam mengajar membantu siswa untuk
memahami materi PAK, sebagian besar responden menjawab setuju ada 47
(78,33%), dan 3 (5%) yang mengatakan tidak setuju. Mengenai guru agama yang
baik merupakan guru yang bisa menjadi sahabat siswa, sebagian besar responden
menjawab setuju ada 38 (63,33%). Jumlah terbesar responden mengatakan
sebelum dan sesudah pelajaran tidak pernah berdoa ada 31 (51,67%), dan 5
(8,33%) responden yang mengatakan sering.
Tabel 8. Pembinaan Iman (N= 60)
No Jawaban Responden Jumlah % (1) (2) (3) (4) 14
Pembinaan iman yang paling disukai a. Rekoleksi b. Retret
3 6
5 10
43
(1) (2) (3) (4) c. Ziarah
d. Camping Rohani e. Kosong
16 12 23
26,66 20
38,34 15 Pelaksanaan kegiatan pembinaan iman di sekolah
a. 2 tahun sekali b. 1 tahun sekali c. 1 tahun 2 kali d. lain-lain e. Kosong
- 7 21 14 18
-
11,66 35
23,34 30
16 Manfaat pembinaan iman a. Sangat membantu perkembangan hidup b. Membantu perkembangan hidup c. Cukup membantu perkembangan hidup d. Tidak membantu perkembangan hidup
29 19 11 1
48,33 31,67 18,34 1,66
17 Pengaruh PAK terhadap pembinaan iman a. Sangat bertambah b. Bertambah c. Cukup bertambah d. Tidak bertambah e. Kosong
4 34 10 8 4
6,67 56,66 16,66 13,34 6,67
Sebagian besar responden mengatakan pembinaan iman yang paling disukai
responden adalah ziarah ada 16 (26,66%), dan sebagian besar responden tidak
menjawab atau mengosongkan pilihan yang telah disediakan dalam lembar soal.
Hal ini dikarenakan jumlah responden yang paling banyak beragama non-Katolik,
sehingga mereka kurang mengenal bentuk-bentuk kegiatan rohani tersebut.
Jumlah terbesar responden mengatakan pembinaan iman dilaksanakan 1 tahun 2
kali ada 21 (35%), dan paling sedikit responden mengatakan setahun sekali 7
(11,66%). Jumlah terbesar responden mengatakan pembinaan iman di sekolah
sangat membantu perkembangan hidup ada 29 (48,33%), dan jumlah paling
sedikit mengatakan pembinaan iman tidak membantu perkembangan hidup 1
(1,66%). Jumlah terbesar responden mengatakan Pendidikan Agama Katolik
membantu memperkembangkan iman siswa 34 (56,66%), dan yang paling sedikit
mengatakan sangat bertambah 4 (6,67%).
44
Tabel 9. Hambatan dan Hal-hal yang Mendukung Pelajaran Agama Katolik (N= 60)
No Jawaban Responden Jumlah % (1) (2) (3) (4) 18 Kesulitan atau hambatan dalam mengikuti PAK
a. Bosan dan jenuh b. Agama yang non Katolik sulit memahami c. Bahasa kurang dimengerti d. Sulit konsentrasi e. Lain-lain
9 6 8 4 33
15 10
13,33 6,67 55
19 Hal-hal yang mendukung terlaksananya PAK a. Status dan yayasan b. Saling mengerti dan peduli c. Minat dan kesadaran d. Guru menyampaikan materi mudah dipahami
dan disiplin e. Lain-lain
9 4 4 13
30
15
6,67 6,67 21,66
50
Jumlah responden yang menyatakan ada kesulitan atau hambatan pada saat
PAK berlangsung karena bosan dan jenuh ada 9 (15%). Paling sedikit responden
mengatakan sulit untuk konsentrasi ada 4 (6,67%). Hal ini dikarenakan mayoritas
responden beragama non-Katolik sehingga sulit untuk memahami.
Jumlah terbesar responden yang mengatakan hal-hal yang mendukung
terlaksananya PAK karena guru PAK menyampaikan materi mudah dipahami dan
disiplin ada 13 (21,66%). Jumlah responden paling sedikit mengatakan karena ada
sikap untuk saling mengerti dan peduli ada 4 (6,67%). Selain itu ada 30 (50%)
responden yang mengatakan berbagai macam jawaban yang berbeda-beda.
Tabel 10. Usulan Siswa Terhadap (N= 60)
No Jawaban Responden Jumlah % (1) (2) (3) (4) 20 Usulan untuk meningkatkan kualitas guru PAK
a. Lebih kreatif, tetap semangat, dan pengertian b. menghayati kegiatan pembinaan iman dan
lebih diperbanyak lagi kegiatan pembinaan iman di luar jam pelajaran
c. Guru berinteraksi lebih dekat dengan siswa d. Sering berdoa bersama dan ziarah e. Lain-lain
14 7 3 2 34
23,34 11,66
5
3,33 56,67
45
Jumlah terbesar responden mengusulkan guru lebih kreatif, tetap semangat,
dan pengertian ada 14 (23,34%). Jumlah responden paling sedikit mengusulkan
bahwa sering berdoa bersama dan ziarah ada 2 (3,33%). Selain itu ada 34
(56,67%) responden yang memberikan berbagai macam usulan yang berbeda-beda
dan bukan merupakan jawaban yang dimaksudkan dalam penelitian.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil dari jawaban responden melalui kuesioner yang telah
dibagikan, telah diperoleh 60 responden yakni siswa kelas X-2 yang berjumlah 30 dan
siswa kelas X-4 yang berjumlah 30. Pada bagian ini penulis akan menuliskan hasil
penelitian yang telah dilaksanakan di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung:
a. Motivasi Sekolah di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung
Sebagian besar reponden menyatakan bahwa motivasi memilih sekolah di SMA
Yos Sudarso, Metro Lampung karena mutu pendidikannya yang bagus ada 34 siswa
(56,66%). Berdasarkan jawaban para responden, penulis dapat menyimpulkan bahwa
SMA Yos Sudarso, Metro Lampung memiliki mutu pendidikan yang bagus. Selain itu di
SMA tersebut sangat menekankan kedisiplinan. Mutu pendidikannya yang bagus dapat
dibuktikan banyaknya piala prestasi perlombaan maupun piagam penghargaan yang di
peroleh. Walaupun jumlah terbesar siswa yang berminat sekolah di SMA tersebut
beragama non-Katolik, Pendidikan Agama Katolik tetap dinomor satukan.
b. Guru PAK dalam Mengajar
Mengenai guru PAK dalam mengajar, sebagian besar responden mengatakan
kreatif ada 25 siswa (41,67%), dan tidak ada responden yang mengatakan guru tidak
46
kreatif. Berdasarkan penelitian dan pengamatan penulis, guru PAK memang kreatif dalam
menyampaikan materi. Beliau bisa menyampaikan materi tidak hanya monoton dengan
dogma-dogma ajaran Katolik saja, tetapi juga memadukan realita yang ada pada jaman
sekarang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, terlebih menghadapi siswa yang
berbeda-beda agamanya. Selain itu guru PAK membuat penilaian atas berhasil atau
tidaknya pengajaran yang telah dilaksanakan dalam bentuk tugas.
c. Sarana dan Metode
Jumlah terbesar responden mengatakan sarana yang digunakan oleh guru PAK
dalam mengajar menarik ada 31 siswa (51,66%). Melihat dari jawaban responden sarana
yang digunakan memang menarik bagi mereka. Menjadi suatu tantangan bagi guru PAK
ketika menghadapi jumlah siswa yang berbeda-beda agamanya, bahkan yang paling
banyak adalah agama Non-Katolik. Menghadapi situasi yang demikian, guru PAK dalam
menyampaikan materi sungguh-sungguh mempersiapkan dengan kreatif, agar siswa tidak
mudah bosan atau jenuh sehingga materi yang disampaikan oleh guru PAK mudah
dipahami oleh siswa. Salah satu contohnya guru PAK membawakan majalah atau koran
sebagai sarana dalam mengajar, dan diperlihatkan kepada para siswa ketika jam pelajaran
agama berlangsung. Guru PAK juga menyuruh para siswa untuk menuliskan inspirasi
atau kreatifitas mereka dalam bentuk doa, nyanyian, puisi, dan sebagainya di majalah
dinding.
Metode yang sering digunakan guru PAK adalah sharing. Hal ini diungkapkan
oleh 29 siswa (48,34%) yang menjadi responden. Menurut responden metode sharing
dapat menciptakan suasana yang menarik, dan tidak terkesan monolog hanya guru saja
yang berbicara. Dengan menggunakan metode sharing antara siswa yang satu dengan
47
yang lain saling berbagi pengetahuan dan pengalaman, sehingga dapat saling meneguhkan
dan memperkaya pengetahuan.
d. Kegiatan PBM Agama Katolik
Sebagian besar responden mengatakan keterlibatan siswa cukup aktif ada 29 siswa
(48,33%). Aktif yang dimaksud dalam hal ini adalah keterlibatan siswa di dalam kelas
selama PAK berlangsung seperti berani bertanya, menjawab pertanyaan secara spontan,
dan berani sharing tentang pengalaman hidupnya. Keaktifan siswa juga dapat dilihat
melalui ketertiban dalam mengumpulkan tugas-tugas yang telah diberikan oleh guru
PAK.
Mengenai materi PAK sebagian besar responden mengatakan mudah dipahami
ada 31 siswa (51,66%). Hal ini dapat dilihat dari banyaknya responden yang mengatakan
guru kreatif dalam menyampaikan materi sehingga mudah untuk dipahami.
Guru PAK dalam mengajar menggunakan buku pegangan, terhadap pernyataan ini
sebagian besar responden mengatakan kadang-kadang ada 43 siswa (71,67%). Dalam
menyampaikan materi guru memang tidak selalu menggunakan buku pegangan, hal ini
dikarenakan guru lebih suka menghubungkan materi dengan realita yang ada sehingga
mudah untuk dipahami. Sumber atau bahan yang diperoleh guru tidak hanya dari buku
pegangan saja, melainkan dari berbagai sumber seperti majalah, tayangan televisi yang
mendukung, koran, dan sebagainya.
Jumlah responden paling banyak mengatakan guru selalu memberi kesempatan
kepada siswa untuk bertanya ada 25 siswa (41,66%). Berdasarkan dari jawaban responden
tersebut, dapat diketahui guru selalu memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya,
sehingga guru dapat mengetahui apakah siswa sudah benar-benar memahami materi yang
diberikan atau sebaliknya.
48
Jawaban responden yang mengatakan senang mengikuti PAK ada 40 (66,66%).
Perasaan senang yang diungkapkan oleh responden karena guru kreatif dalam
menyampaikan materi, sarana dan metode yang digunakan dalam mengajar menarik
sehingga membuat responden tidak bosan. Metode sharing yang digunakan dapat menarik
perhatian siswa selain itu dapat melatih siswa untuk berani mengungkapkan pengalaman
maupun pengetahuannya.
Mengenai penampilan guru PAK membantu untuk memahami materi, sebagian
besar responden mengatakan setuju ada 47 siswa (78,33%). Penampilan guru memang
sangat berpengaruh pada saat pelajaran berlangsung. Penampilan guru yang menarik
dalam arti secara fisik rapi, sopan dan bersih tentu saja dapat memberikan semangat bagi
para siswa selama proses belajar-mengajar.
Mengenai pernyataan “Guru yang baik merupakan guru yang bisa menjadi sahabat
bagi siswa”, sebagian besar responden mengatakan setuju ada 38 siswa (63,33%).
Berdasarkan dari ungkapan responden, ada kemungkinan bahwa responden juga
mengharapkan sosok guru yang bisa dekat dan menjadi sahabat bagi mereka. Peran guru
di sekolah menjadi teladan, panutan dan pendorong atau penyemangat bagi para siswa
dalam belajar. Relasi yang dapat dijalin dengan baik antara guru dan siswa, dapat
memotivasi siswa dalam menimba ilmu di sekolah.
Sebelum dan sesudah pelajaran guru PAK mengajak siswa berdoa terlebih dahulu,
sebagian responden mengatakan tidak pernah ada 31 siswa (51,67%). Berdasarkan
jawaban responden guru PAK tidak pernah mengajak siswa berdoa sebelum dan sesudah
pelajaran agama. Hal ini dikarenakan siswa berbeda-beda agamanya, selain itu pula jam
pelajaran agama untuk kelas X terletak di tengah-tengah jam pelajaran yang lain.
49
e. Pembinaan Iman
Mengenai pembinaan iman yang paling disukai, sebagian besar responden
mengosongkan pilihan jawaban yang telah disediakan ada 23 siswa (38,34%). Hal ini
dikarenakan jumlah responden paling banyak beragama non-Katolik, responden yang
non-Katolik kurang tahu pembinaan iman yang dimaksud walaupun sebenarnya
responden pernah mengikuti kegiatan pembinaan iman di sekolah. Jumlah terbesar kedua
responden mengatakan pembinaan iman yang paling disukai adalah ziarah ada 16 siswa
(26,66%). Bagi anak-anak usia remaja memang sangat menyukai kegiatan yang bersifat
bebas dan terbuka seperti ziarah dan camping rohani.
Mengenai pelaksanaan pembinaan iman, jumlah terbesar responden mengatakan
lain-lain ada 32 siswa (53,33%) dan jawaban tersebut bukan jawaban yang dimaksud
dalam penelitian. Sebagian besar responden mengatakan 1 tahun 2 kali diadakan
pembinaan iman ada 21 siswa (35%).
Sebagian besar responden (48,33%) mengatakan bahwa pembinaan iman sangat
membantu perkembangan hidup. Melalui pembinaan iman dapat melatih diri untuk
memperkembangkan iman. Responden yang memahami arti pembinaan iman dan pernah
mengikuti pembinaan iman, bagi mereka memang sangat membantu untuk perkembangan
hidup.
Dengan mengikuti PAK sebagian besar responden mengatakan pengetahuan
tentang iman bertambah ada 34 siswa (56,66%). Berdasarkan dari jawaban responden
apabila sungguh-sungguh memahami pelajaran agama Katolik dapat semakin bertambah
imannya. Melalui PAK bukan hanya teori saja yang diperoleh namun juga untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan.
50
f. Hambatan, Hal-hal yang Mendukung PAK
Mengenai kesulitan dan hambatan proses belajar-mengajar PAK sebagian besar
responden mengatakan bosan dan jenuh ada 9 siswa (15%). Berdasarkan jawaban
responden, mereka merasa bosan dan jenuh dengan PAK karena PAK dilaksanakan
setelah jam olah raga, ada kemungkinan bahwa mereka masih merasa capek sehingga
sulit untuk konsentasi.
Hal-hal yang mendukung terlaksananya pelajaran agama Katolik, jumlah
responden yang mengatakan guru menyampaikan materi dengan mudah dan dispilin ada
13 siswa (21,66%). Dari sekian jumlah jawaban responden, ada 30 siswa (50%) yang
mengungkapkan berbagai macam alasan yang berbeda-beda sehingga terlihat paling
banyak.
g. Usulan Siswa terhadap guru PAK
Dalam kuesioner responden diberi kesempatan menyampaikan usulan untuk
meningkatkan kualitas guru PAK dalam mengajar, sebagian besar responden
mengusulkan agar guru lebih kreatif, tetap semangat, dan pengertian ada 14 siswa
(23,34%). Ada 7 (11,66%) responden yang menyampaikan usulan agar guru PAK juga
menghayati kegiatan pembinaan iman sehingga bisa sering dilaksanakan bagi siswa,
terlebih dilaksanakan di luar jam pelajaran PAK. Di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung
merupakan sekolah Yayasan Katolik. Para guru dan staf karyawan yang ada sebagian
besar beragama Katolik, dan jumlah guru PAK hanya 3 orang untuk semua kelas. Hal ini
berbanding terbalik dengan jumlah siswa yang ada di sekolah tersebut. Meskipun
demikian, hal ini tidak membuat patah semangat para guru untuk mendidik para siswa.
51
BAB IV
USULAN PROGRAM KATEKESE UNTUK MENGHAYATI PERANAN
GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP PEMBINAAN IMAN
SISWA KELAS X DI SMA YOS SUDARSO, METRO LAMPUNG
Proses belajar-mengajar merupakan kegiatan utama di sekolah. Guru memiliki
peranan yang sangat penting di sekolah, begitu juga dengan peranan guru PAK di
sekolah. Sebagai guru PAK tugas yang dilaksanakan tidak hanya sebagai tenaga pendidik,
melainkan juga membina iman para siswa. Untuk membantu para guru PAK dalam
menghayati peranannya terhadap pembinaan iman siswa, maka guru PAK membutuhkan
berbagai macam pembinaan atau pembekalan dan pendampingan. Salah satu pembinaan
atau pendampingan yang efektif dan efisien adalah melalui katekese.
Katekese merupakan kegiatan atau usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat
sehingga semakin memahami, menghayati, dan mampu mewujudkan imannya dalam
tindakan konret sehari-hari. Kegiatan katekese bertujuan menolong manusia untuk
melibatkan diri dalam karya-karya Allah (Huber, 1977: 94). Sasaran pelaksanaan program
pendampingan melalui katekese yakni guru PAK dan para guru di SMA Yos Sudarso
Metro Lampung.
Guru PAK selain sebagai tenaga pendidik juga mempunyai peranan penting dalam
membina iman para siswa. Salah satu cara pengembangan iman untuk menghayati
peranan guru PAK melalui katekese. Dalam bab ini penulis akan membahas gambaran
umum mengenai katekese, Shared Christian Praxis sebagai model katekese, dan usulan
kegiatan katekese.
52
A. Gambaran Umum mengenai Katekese
Paus Yohanes Paulus II, dalam Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae (1979)
menyatakan “… Gereja selalu memandang katekese sebagai kewajiban suci dan hak yang
tidak boleh diambil dari padanya” (art. 14). Dalam hal ini katekese menjadi salah satu
tugas yang penting bagi Gereja untuk mewartakan karya keselamatan Allah melalui
Yesus Kristus.
Keprihatinan Gereja universal mengenai katekese ditanggapi oleh Gereja
Indonesia dengan mengadakan Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia
(PKKI) II pada tahun 1980. Dalam pertemuan ini yang menarik adalah mampu
menghasilkan prisip-prinsip dasar katekese yang kontekstual dengan kebutuhan Gereja
setempat, dan mampu merumuskan arti serta makna katekese. Dari pertemuan-pertemuan
selama PKKI itu, dalam rumusan telah dijelaskan bahwa salah satu kunci dari
keberhasilan katekese adalah pembina atau fasilitator katekese (Huber, 1981: 36).
Pada gambaran umum tentang katekese ini meliputi pengertian, tujuan, dan
kekhasan katekese.
1. Pengertian Katekese
Sebagai salah satu bentuk kegiatan yang melayani sabda Allah demi
pengembangan iman, katekese tidak terlepas dari keseluruhan kegiatan Gereja. Dalam
Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae, Paus Yohanes Paulus II menjelaskan katekese
sebagai pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang dewasa dalam iman, yang
khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen yang pada umumnya diberikan secara
organis dan sistematis dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan
hidup Kristen (CT, art. 18).
53
Rumusan katekese di atas menegaskan bahwa kegiatan katekese merupakan usaha
dari pihak Gereja untuk menolong umat sehingga semakin memahami, menghayati dan
mewujudkan imannya dalam tindakan konkret sehari-hari. Katekese ini mencakup unsur
pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman iman yang menuju kepenuhan hidup
Kristen. Melalui rumusan katekese tersebut, dapat dipahami bahwa katekese merupakan
pemakluman sabda Allah dalam bentuk pewartaan. Allah mewahyukan rencana
penyelamatanNya yang dilakukan oleh Kristus dalam kekuatan Roh kudus. Allah
mewahyukan diriNya melalui sabdaNya kepada manusia dengan perantaraan Roh Kudus
untuk membuka hati manusia kepada sabda yang diwartakan.
Dalam hasil Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia II (PKKI II) di
Klender, Jakarta, 26 Juni-5 Juli 1980 dikemukakan Katekese Umat diartikan sebagai
komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat
atau kelompok. Melalui kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa,
sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna. Dalam
Katekese Umat tekanan terutama diletakkan pada penghayatan iman, meskipun
pengetahuan tidak dilupakan. Dalam Katekese Umat mengandaikan adanya perencanaan
(Lalu, 2005: 67, bdk. Huber, 1981: 17-18).
Katekese kapan dan di mana pun juga merupakan komunikasi iman. Dalam
katekese yang ditekankan adalah komunikasi antar peserta sendiri. Arah katekese
sekarang menuntut agar peserta semakin mampu mengungkapkan diri demi pembangunan
jemaat. Para peserta katekese diharapkan mengenal penghayatan hidupnya sendiri. Dalam
hal ini yang berkatekese adalah umat atau peserta, maka PKKI II menghimbau agar
pemimpin atau pendamping hendaknya berperan sebagai pemudah atau fasilitator. Para
peserta hendaknya menciptakan suasana yang terbuka, yang ditandai dengan sikap saling
menghargai dan saling mendengarkan, karena mereka semua adalah saudara seiman.
54
Dengan demikian, katekese menjadi suatu sarana agar umat beriman Katolik dapat
berkumpul dan saling mengkomunikasikan pengalaman iman, sebagai pengalaman
perjumpaan kasih dengan Allah melalui sabdaNya. Melalui katekese pengalaman dan
penghayatan iman peserta dapat berkembang, bahkan dengan katekese dapat membantu
peserta untuk memaknai hidupnya baik disaat senang maupun disaat susah (Setyakarjana,
1997: 67).
Melalui pemahaman tentang katekese dalam Anjuran Apostolik Catechesi
Tradendae dan hasil PKKI II, katekese dapat dipahami sebagai komunikasi iman dari
para peserta yang sederajat dan saling bersaksi tentang iman peserta sehingga peserta
dapat semakin memahami, menghayati dan mewujudkan imannya dalam tindakan konkret
sehari-hari. Katekese sangat menekankan peran umat, artinya peserta katekese dilibatkan
secara penuh. Peserta diajak untuk berefleksi bagaimana menghayati pengalaman
hidupnya sehari-hari secara konkret. Katekese tidak sekedar memberi pengetahuan iman
yang tinggal di dalam pikiran saja, tetapi mampu membawa setiap peserta pada
penghayatan iman mereka secara konkret. Maka dalam proses katekese, peserta
diharapkan dengan rela dan penuh keterbukaan hati bersaksi tentang pengalaman iman
kepada Yesus Kristus (Huber, 1981: 20).
2. Tujuan Katekese
Paus Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae, art. 20
menegaskan tujuan katekese sebagai pengembangan iman menuju kepenuhan serta
semakin memantapkan kehidupan beriman umat Kristiani. Hal ini mengandung makna
bahwa katekese bertujuan mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, agar semakin
hari sikap hidupnya semakin mantap dalam mengikuti Kristus sebagai umat beriman
Kristiani, baik kaum muda maupun orang tua, sebagaimana ditekankan oleh Catechesi
55
Tradendae bahwa jemaat Kristen tidak dapat tetap menyelenggarakan katekese tanpa
peran serta langsung kaum dewasa yang terampil, entah sebagai penerima atau sebagai
pendukung kegiatan katekese. Iman kaum dewasa itu pun perlu terus menerus diterangi,
didorong dan diperbaharui, sehingga merasuki kenyataan-kenyataan duniawi dalam
perkembangannya (CT, art. 43).
Kutipan di atas menegaskan bahwa katekese merupakan pewartaan Injil, yang
bertujuan membantu umat menuju kematangan iman mereka. Selain itu katekese
memungkinkan umat menerima Roh Kudus dan mendalami pertobatan mereka.Untuk itu
katekese perlu dilaksanakan bukan hanya bagi anak-anak, tetapi bagi seluruh umat dari
semua golongan usia baik kaum muda maupun orang tua.
PKKI II Katekese Umat dipahami sebagai komunikasi iman yang bertujuan
(Huber, 1981: 11), sebagai berikut:
a. Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari;
b. dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyatan hidup sehari-hari;
c. dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih, dan makin dikukuhkan hidup Kristiani kita;
d. pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta;
e. sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat.
Dengan demikian tujuan katekese selain bersifat personal dalam arti
mengembangkan iman secara pribadi, tetapi juga secara menyeluruh yakni bagi
kepentingan Gereja dan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu melalui katekese
umat beriman Kristiani sangat diharapkan semakin mengalami dan menyadari kurnia
Allah kepada kita (Huber, 1981: 23, bdk. Setyakarjana, 1997: 72).
Tujuan pokok dari karya katekese adalah menolong manusia untuk menanggapi
sesuatu yang paling penting di dalam hidupnya, yaitu menjawab cinta kasih Allah dan
56
melibatkan diri di dalam karya-karyaNya (Huber, 1977: 94). Melalui katekese orang
diundang untuk mendalami, mempertebal, dan memperluas imannya secara bertanggung
jawab. Katekese ingin menolong peserta untuk menyadari bahwa manusia menjalani
hidup ini karena ditopang oleh cinta dari Allah, dengan demikian peserta dapat membina
dan memperkembangkan imannya.
3. Kekhasan Katekese
Ciri khas katekese, sebagai momen yang terbedakan dari pemakluman awal Injil
yang menghantar pada pertobatan, mempunyai sasaran rangkap yakni mematangkan iman
awal dan membina murid Kristus yang sejati melalui pengertian yang lebih mendalam
dan lebih sistematis tentang pribadi maupun amanat Tuhan kita Yesus Kristus (CT, art.
19). Maka katekese menghantar umat pada penghayatan iman berdasarkan kenyataan-
kenyataan hidup konkret. Katekese juga membimbing dan membina iman umat beriman
agar semakin mendalam dan mantap mengikuti Yesus Kristus.
Selain itu, katekese yang dikenal dengan Katekese Umat yang menjadi kekhasan
adalah pembinaan iman. Katekese Umat sering disebut katekese dari umat, oleh umat, dan
untuk umat. Dalam Katekese Umat semua peserta aktif berpikir, aktif berbicara, dan aktif
mengambil keputusan, serta umat menjadi subjek dalam berkatekese. Katekese Umat
menumbuhkan rasa percaya diri, kepribadian dan martabat seseorang (Lalu, 2005: 79).
Dalam hal ini katekese menjadi sarana untuk menumbuhkan sikap iman umat, dan
menyadarkan umat bahwa Allah hadir dan berkarya dalam hidup nyata mereka.
B. Shared Christian Praxis sebagai Model Katekese
Shared Christian Praxis (SCP), bermula dari kebutuhan para katekis untuk
menemukan suatu pembinaan berkatekese yang handal dan efektif, maksudnya suatu
57
pembinaan yang mempunyai dasar teologis yang kuat, dan memiliki keprihatinan
pelayanan pastoral yang aktual. Model Shared Christian Praxis ini menekankan proses
berkatekese yang bersifat dialogis-partisipatif supaya dapat mendorong peserta mampu
mengadakan penegasan dan pengambilan keputusan demi makin terwujudnya nilai-nilai
Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia.
Model SCP bermula dari pengalaman hidup peserta yang kemudian direfleksikan
secara kritis supaya diketemukan maknanya kemudian dikonfrontasikan dengan
pengalaman hidup. Katekese model Shared Christian Praxis sangat menggaris bawahi
peran keberadaan peserta sebagai subyek. Berdasar pada refleksi kritis terhadap
pengalaman hidupnya dalam kaitannya dengan situasi konkret masyarakat dan
komunikasinya dengan iman dan visi Gereja, kesadaran diri peserta sebagai subyek yang
secara aktif dan kreatif menghayati imannya dapat makin diwujudkan. Dialog antar
subyek yang ditekankan dalam model ini, tidak hanya terjadi antara para peserta dengan
pendamping tetapi juga antar peserta itu sendiri. Maka dari itu pembinaan ini sifatnya
adalah multi arah (Groome, 1997: 1)
1. Tiga Komponen Shared Christian Praxis
Menurut Thomas H. Groome (1997:2-4), katekese model Shared Christian Praxis
memiliki 3 (tiga) komponen pokok: Shared, Christian, dan Praxis, serta terdiri dari lima
langkah yang saling berkaitan.
a. Shared
Istilah shared diartikan sebagai komunikasi yang timbal balik, sikap partisipasi
aktif, kritis dan terbuka bagi semua peserta. Istilah shared juga menekankan proses
katekese yang menggaris bawahi aspek dialog, kebersamaan, keterlibatan dan solidaritas.
58
Dalam sharing semua peserta diharapkan secara terbuka siap mendengarkan dengan hati
dan berkomunikasi dengan hati (Groome, 1997: 4).
Sharing meliputi dua unsur yakni membicarakan dan mendengarkan.
Membicarakan berarti menyampaikan apa yang menjadi kebenaran pengalaman hidup,
yang didasari oleh sikap keterbukaan, kejujuran, dan kerendahan hati. Mendengarkan
berarti mendengar dengan hati dan rasa, tentang apa yang dikomunikasikan oleh orang
lain. Dengan mendengarkan orang lain, maka peserta dapat menemukan diri sendiri dan
menemukan kehendak Tuhan. Mendengarkan melibatkan keseluruhan diri sehingga
dalam mendengarkan timbullah gerak hati, empati terhadap apa yang dikomunikasikan
oleh orang lain (Sumarno, 2009: 17).
b. Christian
Katekese dengan model Shared Christian Praxis, mengusahakan agar kekayaan
iman kristiani menjadi relevan sepanjang sejarah dan Visinya untuk kehidupan peserta
jaman sekarang. Kekayaan iman yang ditekankan dalam model ini meliputi dua unsur
pokok yaitu pengalaman hidup iman kristiani sepanjang sejarah (Tradisi) dan Visinya.
Tradisi merupakan seluruh pengalaman iman umat dalam bentuk apapun yang sudah
terungkap dan yang sudah dibakukan oleh Gereja dalam menanggapi perwahyuan Allah
di dunia ini. Tradisi Gereja meliputi seluruh corak kehidupan kristiani, Kitab Suci, ajaran
Gereja resmi, tafsir, ibadat, sakramen, simbol, ritus, dan sebagainya (Sumarno, 2009: 17).
Visi merupakan hadirnya kenyataan dari jawaban manusia terhadap janji Allah
yang terwujud dalam sejarah atau Tradisi. Visi dalam Gereja tidak bisa dilepaskan dari
Tradisi, karena Visi itu bukan sekedar suatu pengetahuan tertentu saja, tetapi suatu
kenyataan hadirnya isi Tradisi. Visi kristiani yang paling mendasar adalah terwujudnya
59
nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia melalui pembinaan iman
(Sumarno, 2009: 17).
c. Praxis
Praxis dalam pengertian model katekese ini bukanlah hanya suatu praktek, tetapi
suatu tindakan yang sudah direfleksikan. Praxis sebagai perbuatan atau tindakan meliputi
seluruh keterlibatan manusia dalam dunia, segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia
dengan tujuan tertentu. Istilah praxis mengacu pada tindakan manusia yang mempunyai
tujuan untuk tercapainya suatu transformasi kehidupan yang meliputi proses kesatuan
antara praktek dan teori yang menghasilkan kreativitas, antara kesadaran historis dan
refleksi kritis yaitu keterlibatan baru (Groome, 1997: 2, bdk. Sumarno, 2009: 15).
Praxis mempunyai 3 (tiga) unsur pembentukan yang saling berkaitan satu dengan
yang lain, yakni aktivitas, refleksi, dan kreativitas. Aktivitas meliputi kegiatan mental dan
fisik, kesadaran, tindakan personal dan sosial, hidup pribadi dan kegiatan publik bersama
yang semuanya merupakan medan masa kini untuk perwujudan diri manusia. Karena
bersifat historis, aktivitas hidup manusia perlu ditempatkan di dalam konteks waktu dan
tempat. Refleksi, unsur ini menekankan refleksi kritis terhadap suatu tindakan historis
pribadi dan sosial, terhadap praxis pribadi dan kehidupan bersama masyarakat serta
terhadap Tradisi dan Visi iman kristiani sepanjang sejarah. Kreativitas, merupakan
perpaduan antara aktivitas dan refleksi yang menekankan sifat transenden manusia dalam
dinamika menuju masa depan untuk praxis baru. Ketiga unsur itu berfungsi
membangkitkan berkembangnya imajinasi, meneguhkan kehendak, dan mendorong
praxis baru yang secara etis dan moral dapat dipertanggungjawabkan. (Groome, 1997: 2,
bdk. Sumarno, 2009: 15).
60
2. Langkah-langkah dalam Shared Christian Praxis
Katekese model SCP mempunyai 5 (lima) langkah yang saling berurutan. Thomas
H. Groome (1997: 5-7, bdk. Sumarno 2009: 19) mengemukakan lima langkah pokok
sebagai berikut:
a. Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta
Sharing merupakan kekhasan pada langkah pertama. Setelah peserta menemukan
tema inti pertemuan, peserta diajak untuk mengungkapkan pengalaman konkret yang
telah dialaminya (sharing). Dalam sharing tidak boleh ditanggapi oleh peserta maupun
pendamping, dan diharapkan bisa dengan tenang mendengarkan salah seorang peserta
yang sedang sharing.
Pada langkah ini bertujuan membantu peserta untuk mengungkapkan pengalaman
hidup secara nyata atau berdasarkan fakta, entah berupa pengalaman pribadi atau
permasalahan hidup yang terjadi dalam masyarakat. Untuk membantu atau
mempermudah para peserta mengungkapkan pengalaman hidupnya, pendamping dapat
mempergunakan sarana dalam bentuk lambang atau simbol, lagu, cerita bergambar, kisah
atau cerita (Sumarno, 2009: 19).
Pendamping berperan sebagai fasilitator yang menciptakan suasana pertemuan
menjadi hangat dan mendukung peserta untuk mengungkapkan pengalaman faktual
berdasarkan tema. Pendamping juga berperan untuk merumuskan pertanyaan-pertanyan
dengan jelas, terarah, tidak menyinggung harga diri seseorang, latar belakang peserta dan
bersifat terbuka serta obyektif (Sumarno, 2009: 19).
Pada langkah ini, peserta sebagai subyek yakni peserta mengungkapkan
pengalaman faktualnya. Tanpa ada peserta yang sharing tentu saja kurang mendukung
proses katekese (Sumarno, 2009: 19). Dalam proses pengungkapan pengalaman faktual
61
ini, peserta dapat juga mengungkapkan pengalaman orang lain atau keadaan
masyarakatnya yang sesuai dengan tema pelaksanaan katekese tersebut (Groome, 1997:
5).
Contoh pertanyaan langkah pertama, dengan mengambil tema “Menghayati tugas
perutusan Tuhan sebagai guru PAK”. Peserta diberi pertanyaan penuntun untuk
memperlancar pertemuan, misalnya:
• Kisah atau peristiwa mana yang berkesan bagi Anda berkaitan dengan panggilan dan
perutusan menjadi guru PAK?
• Ceritakanlah kesulitan bapak-ibu dalam menjalankan panggilan dan perutusan
menjadi guru PAK?
b. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta
Kekhasan pada langkah ini yakni mendorong peserta untuk lebih aktif, kritis dan
kreatif dalam mengolah keterlibatan hidup mereka secara pribadi maupun masyarakatnya.
Berdasarkan dari pengalaman yang diceritakan oleh peserta, peserta berusaha untuk
merefleksikan sehingga mampu menemukan makna dan nilai dari pengalaman konkret
hidup mereka (Groome, 1997: 5).
Langkah kedua ini bertujuan untuk memperdalam saat refleksi dan mengantar
peserta pada kesadaran kritis akan pengalaman hidup dan tindakannya, yang meliputi
pemahaman kritis dan analisis sosial, kenangan analitis dan sosial, imajinasi kreatif dan
sosial. Pemahaman kritis dan sosial merupakan pemahaman pribadi terhadap tindakan dan
pertimbangannya sendiri, serta analisa sosial yang menganalisa pengalaman konkret
sosial dalam masyarakat. Kenangan analitis dan sosial, mempunyai dua tekanan yang
berbeda yakni sejarah hidup peserta dan strukutur sosial yang saling membentuk dan
mempengaruhi cara hidup peserta dalam masyarakat. Imajinasi kreatif dan sosial, bersifat
62
pribadi yaitu dengan membayangkan konsekuensi atau akibat yang telah dilakukan,
kemudia membuka kesadaran baru untuk terlibat di dalamnya (Sumarno, 2009: 20).
Pada langkah ini pendamping berperan untuk mampu menciptakan suasana
pertemuan yang menghormati dan mendukung setiap gagasan serta sumbangan saran
peserta. Selain itu, pendamping juga berperan untuk mendorong peserta supaya sharing
tetapi tidak memaksa, serta mampu menggunakan pertanyaan yang menggali tetapi tidak
menyinggung perasaan peserta, serta mengajak peserta untuk merefleksikan pengalaman
hidupnya (Sumarno, 2009: 20).
Peserta berperan untuk mengadakan refleksi pengalamannya secara kritis supaya
mengarah pada kehidupan yang lebih baik, yakni dalam hidup pribadi maupun dalam
hidup bermasyarakat. Peserta secara aktif mengadakan refleksi secara kritis, dengan
refleksi kritis pada pengalaman konkret peserta diharapkan sampai pada iman Gereja
sepanjang sejarah Tradisi dan Visi Kristiani (Groome, 1997; 6).
Contoh pertanyaan langkah kedua, dengan mengambil tema “Menghayati tugas
perutusan Tuhan sebagai guru PAK”. Peserta diberi pertanyaan penuntun untuk
memperlancar pertemuan, misalnya:
• Mengapa bapak-ibu mengalami kesulitan dalam menjalankan panggilan dan perutusan
sebagai guru PAK?
• Bagaimana cara bapak-ibu mengatasi kesulitan-kesulitan dalam menjalankan
panggilan dan perutusan menjadi guru?
c. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani
Kekhasan dari langkah ini adalah mengusahakan supaya Tradisi dan Visi kristiani
menjadi lebih terjangkau, lebih dekat, dan relevan bagi peserta pada jaman sekarang.
Tradisi dan Visi kristiani mengungkapkan pewahyuan diri dan kehendak Allah yang
63
memuncak dalam misteri hidup dan karya Yesus Kristus, serta mengungkapkan
tanggapan manusia atas pewahyuan tersebut (Groome, 1997: 6).
Langkah ketiga ini bertujuan untuk mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi dan
Visi kristiani agar lebih terjangkau dan lebih mengena untuk kehidupan peserta yang
kontekstual serta relevan. Dengan demikian dapat mendorong dan meneguhkan iman
jemaat dalam keterlibatannya untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah (Sumarno,
2009: 20).
Peran pendamping pada langkah ketiga memberikan tafsiran mengenai Tradisi dan
Visi kristiani, untuk membantu peserta agar menemukan nilai-nilai dari Tradisi dan Visi
kristiani. Dalam menafsirkan dan mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi dan Visi
kristiani, pendamping perlu memiliki pengetahuan yang cukup dalam penafsiran tersebut.
Tafsiran dari pendamping hendaknya mengikut sertakan kesaksian iman, harapan, dan
hidupnya sendiri secara konkret (Sumarno, 2009: 21, bdk. Groome, 1997: 6).
Pada langkah ini, setelah peserta merefleksikan pengalamannya secara kritis,
peserta berusaha menghubungkannya dengan pengalaman iman melalui tradisi Gereja
atau dari pengalaman panggilan para tokoh iman dalam Kitab Suci. Para peserta secara
aktif membaca Kitab Suci yang disediakan oleh pendamping.
Contoh pertanyaan langkah ketiga, dengan mengambil tema “Menghayati tugas
perutusan Tuhan sebagai guru PAK”. Peserta diberi pertanyaan penuntun untuk
memperlancar pertemuan, misalnya:
• Ayat-ayat mana yang menunjukkan penghayatan panggilan dan perutusan?
• Sikap manakah yang ingin ditanamkan dalam menghayati panggilan dan perutusan
Tuhan?
64
d. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkret
Kekhasan pada langkah ini mengajak peserta supaya dapat meneguhkan,
mempertanyakan, memperkembangkan dan menyempurnakan pokok-pokok penting yang
telah ditemukan pada langkah pertama dan kedua, dengan isi pokok langkah ketiga. Dari
proses konfrontasi tersebut, peserta diharpakan dapat menemukan kesadaran atau sikap-
sikap baru yang hendak diwujudkan. Dengan kesadaran baru itu, peserta akan lebih
bersemangat dalam mewujudkan imannya dan nilai-nilai Kerajaan Allah semakin
dirasakan di tengah-tengah kehidupan bersama (Sumarno, 2009: 21, bdk. Groome, 1997:
7).
Pendamping berperan menghormati kebebasan dan hasil penegasan peserta,
termasuk peserta yang menolak tafsiran pembimbing. Pendamping meyakinkan peserta
agar mampu mempertemukan nilai pengalaman hidup dan visi mereka dengan nilai
Tradisi dan Visi kristiani. Pendamping juga berperan mendorong peserta agar mampu
merubah sikap pendengar yang pasif menjadi pihak yang aktif (Sumarno, 2009: 22).
Pada langkah ini peserta mendialogkan hasil pengolahan mereka dari langkah
pertama sampai ketiga. Peserta memiliki kebebasan hak untuk bertanya bagaimana nilai-
nilai Tradisi dan visi Kristiani dapat meneguhkan. Selain itu peserta memadukan
pengalaman hidupnya secara konkret dengan memadukan nilai-nilai hidup mereka dalam
Tradisi dan visi Kristiani.
Contoh pertanyaan langkah keempat, dengan mengambil tema “Menghayati tugas
perutusan Tuhan sebagai guru PAK”. Peserta diberi pertanyaan penuntun untuk
memperlancar pertemuan, misalnya:
• Sikap-sikap mana yang bisa kita perjuangkan supaya kita dapat semakin menghayati
panggilan sebagai guru PAK?
65
• Apakah bapak ibu guru semakin disadarkan atau diteguhkan dalam menghayati
panggilannya sebagai guru PAK?
e. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkret
Kekhasan dalam langkah ini adalah mendorong peserta supaya sampai pada
keputusan konkret bagaimana menghidupi iman kristiani pada konteks hidup yang telah
dianilisa dan dipahami, direfleksi secara kritis, nilai secara kreatif dan bertanggungjawab.
Pada langkah ini mengajak peserta mendorong peserta untuk melakukan tindakan konkret
terlebih tindakan yang lebih baik atau pertobatan untuk diri sendiri maupun untuk
bersama (Groome, 1997: 7, bdk. Sumarno, 2009: 22).
Pada langkah kelima ini bertujuan mengajak peserta agar sampai pada keputusan
praktis yang dipahami sebagai tanggapan jemaat terhadap pewahyuan Allah yang terus
berlangsung di dalam sejarah kehidupan manusia dalam Tradisi Gereja sepanjang sejarah
dan Visi krsitiani. Keputusan praktis merupakan puncak dan hasil pertemuan yang akan
diwujudkan dalam tindakan nyata (Sumarno, 2009: 22).
Pendamping berperan menyadari hakikat praktis, inovatif, dan transformatif
sehingga sungguh-sungguh menyentuh keadaan hidup peserta. Untuk itu pendamping
dapat membatu peserta dengan merumuskan pertanyaan operasional (tidak muluk-muluk).
Pendamping juga merangkum hasil dari langkah pertama sampai keempat agar lebih
membantu peserta dalam melakukan tindakan konkret (Sumarno, 2009: 22).
Berdasarkan makna baru yang telah ditemukan oleh para peserta, maka pada
langkah ini peserta berusaha menentukan dan melakukan usaha tindakan nyata sebagai
ekspresi dari nilai yang sudah ditemukannya (Sumarno, 2009: 22).
66
Contoh pertanyaan langkah kelima, dengan mengambil tema “Menghayati Tugas
Perutusan Tuhan sebagai guru PAK”. Peserta diberi pertanyaan penuntun untuk
memperlancar pertemuan sebagai berikut:
• Niat apa yang hendak kita lakukan supaya kita semakin mampu menanggapi tugas
perutusan sebagai guru PAK?
• Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan niat-niat itu !
C. Usulan Program Katekese Model SCP
1. Latar Belakang Program Katekese
Sesuai dengan judul skripsi “Peranan Guru Pendidikan Agama Katolik terhadap
Pembinaan Iman Siswa di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung”, untuk mengetahui
peranan guru PAK terhadap pembinaan iman siswa, penulis melakukan penyebaran
kuesioner yang dilakukan kepada para siswa SMA Yos Sudarso, Metro Lampung,
khususnya siswa kelas X-2 dan kelas X-4.
Dalam penulisan program katekese tentu saja bertitik tolak dari jawaban
responden melalui kuesioner, tentang peranan guru PAK terhadap pembinaan iman siswa.
Dalam kuesioner responden diberi kesempatan menyampaikan usulan untuk
meningkatkan kualitas guru PAK dalam mengajar dan sebagain besar responden
memberikan usulan agar guru PAK di SMA Yos Sudarso lebih kreatif, tetap semangat
dan pengertian. Mengenai peranan guru PAK dalam mengajar melalui jawaban responden
ditemukan suatu kesimpulan bahwa guru PAK dalam mengajar kreatif, sarana yang
digunakan cukup menarik, dan metode yang digunakan adalah sharing, sehingga hal ini
dapat membuat siswa terlibat aktif selama kegiatan proses belajar-mengajar di sekolah.
Bagi penulis hal ini tidak terlalu menjadi persoalan dalam proses belajar-mengajar PAK
di SMA Yos Sudarso.
67
Namun mengenai kegiatan pembinaan iman menjadi kesulitan bagi para guru
PAK di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung, untuk melaksanakan kegiatan pembinaan
iman di sekolah. Kesulitan tersebut dikarenakan jumlah guru PAK di SMA Yos Sudarso,
Metro Lampung hanya sedikit dan jumlah siswa sebagian besar beragama non-Katolik.
Selain itu pula guru PAK di SMA tersebut beranggapan bahwa kegiatan pembinaan iman
bagi para siswa merupakan tugas para biarawan maupun biarawati. Melihat situasi yang
demikian, penulis menyimpulkan bahwa para guru PAK di SMA Yos Sudarso, Metro
Lampung belum dengan sungguh-sungguh menghayati dan menjalankan peranannya
terhadap pembinaan para siswa.
Bertolak dari kenyataan di atas, maka katekese sebagai salah satu bentuk karya
Gereja yang bertujuan membantu orang beriman agar imannya semakin mendalam,
katekese dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk membantu para guru yang ada di
SMA Yos Sudarso, Metro Lampung khususnya guru PAK, untuk semakin menghayati
tugas dan peranannya terhadap pembinaan iman para siswa, karena tugas pembinaan iman
siswa bukan semata-mata hanya menjadi tanggung jawab guru PAK saja. Tetapi semua
guru terutama kaum awam beriman yang berkarya di sekolah mempunyai tanggung jawab
untuk membina iman bagi peserta didik
2. Usulan Tema dan Tujuan
Melalui penulisan skripsi yang berjudul “Peranan Guru Pendidikan Agama
Katolik terhadap Pembinaan Iman Siswa di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung”, penulis
memberikan usulan program katekese yang sesuai dengan kebutuhan peserta. Usulan
tema umum program pendampingan melalui katekese yang diajukan oleh penulis adalah
“Peran Guru PAK sebagai Guru yang Diutus di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung”.
Tema umum ini diangkat berdasarkan situasi dan kebutuhan para guru PAK di SMA Yos
68
Sudarso, Metro Lampung, bahwa para guru di SMA tersebut mengalami kesulitan untuk
melaksanakan kegiatan pembinaan Iman di sekolah. Kesulitan tersebut dikarenakan
jumlah guru PAK di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung hanya sedikit dan ada pula guru
PAK di SMA tersebut beranggapan bahwa kegiatan pembinaan iman bagi para siswa
merupakan tugas para biarawan maupun biarawati. Melihat situasi yang demikian
menggambarkan bahwa guru di SMA tersebut khususnya guru PAK mengalami kesulitan
dalam menjalankan perannya sebagai pembina iman. Tujuan umum pendampingan
tersebut adalah untuk membantu menghayati peranan guru PAK di sekolah, sehingga
dapat meningkatkan kualitas guru PAK dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai
guru PAK dengan baik. Tema umum yang diusulkan oleh penulis dijabarkan dalam dua
tema yakni menghayati tugas perutusan Tuhan sebagai guru PAK di sekolah dan berguru
pada Yesus Gembala yang baik.
Pada tema pertama yakni menghayati tugas perutusan Tuhan sebagai Guru PAK
di sekolah, bertujuan untuk membantu guru PAK dapat semakin menyadari tugas
perutusanya sebagai guru PAK, sehingga pada akhirnya mereka mampu menjalankan
tugas panggilannya dengan sungguh-sungguh. Tema tersebut diangkat berdasarkan situasi
para guru terutama bagi guru PAK di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung yang belum
sepenuhnya menghayati tugas dan perannya sebagai pembina iman..
Tema kedua yakni berguru pada Yesus Gembala yang baik, bertujuan membantu
mengolah dan mengembangkan diri para guru khususnya bagi guru PAK sehingga
memiliki sikap pelayanan yang kuat demi membina iman siswa sesuai dengan kehendak
Allah. Alasan pemilihan tema tersebut melihat situasi jaman sekarang yang penuh
permasalahan, semakin banyak pula para guru terutama bagi para guru PAK di SMA Yos
Sudarso Metro yang membutuhkan pegangan hidup. Maka dari itu alangkah baiknya bila
69
para guru PAK memahami dan menghayati perannya demi pelayanan yang lebih baik
melalui gambaran Yesus Gembala yang baik.
3. Rumusan Tema dan Tujuan
Tema Umum Peran Guru PAK sebagai Guru yang di-Utus di SMA Yos Sudarso,
Metro Lampung.
Tujuan Umum Membantu menghayati peranan guru PAK di sekolah, sehingga
dapat meningkatkan kualitas guru PAK dalam menjalankan tugas
dan perannya sebagai guru PAK dengan baik.
Tema I Menghayati tugas perutusan Tuhan sebagai Guru PAK di sekolah.
Tujuan I Membantu guru PAK dapat semakin menyadari tugas perutusanya
sebagai guru PAK, sehingga pada akhirnya mereka mampu
menjalankan tugas panggilannya dengan sungguh-sungguh.
Tema II Berguru pada Yesus Gembala yang baik.
Tujuan II Membantu mengolah dan mengembangkan diri para guru terutama
bagi para guru PAK sehingga memiliki sikap pelayanan yang kuat
demi membina iman siswa sesuai dengan kehendak Allah.
70
4. Penjabaran Program Katekese
Tema Umum : Peran Guru PAK sebagai Guru yang di-Utus di SMA Yos Sudarso Metro-Lampung.
Tujuan Umum : Membantu menghayati peranan guru PAK di sekolah, sehingga dapat meningkatkan kualitas guru PAK dalam
menjalankan tugas dan perannya sebagai guru PAK dengan baik.
No Tema Tujuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Menghayati
tugas perutusan Tuhan sebagai Guru PAK di sekolah.
Membantu guru PAK dapat semakin menyadari tugas perutusanya sebagai guru PAK, sehingga pada akhirnya mereka mampu menjalankan tugas panggilannya dengan sungguh-sungguh.
• Luk 24:35- 48 • Yesus
Menampakkan diri kepada semua murid
• Kau di Panggil Tuhan
• Informasi • Tanya-
jawab • Refleksi • Sharing
• Kitab Suci • Puji Syukur • Teks lagu
• Luk 24:35- 48. • Bergant, Dianne
& Karris, Robert. (ed.). (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakrta: Kanisius.
• Leks, Stefan. (2003). Tafsir Injil Lukas. Yogyakarta: Kanisius.
• Komlit KWI, 1992: 682
2 Berguru Pada Yesus Gembala yang
Membantu mengolah dan mengembangkan diri para guru terutama bagi para guru PAK sehingga memiliki sikap pelayanan yang
• Yoh 10:11-15 • Gembala yang
Baik
• Ceramah • Informasi • Tanya-
• Kitab Suci • Teks Lagu • Kaset/ CD
• Yoh 10:11- 15 • Bergant, Dianne
71
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Baik kuat demi membina iman siswa sesuai
dengan kehendak Allah. • Kerendahan Hati • Teriakan Gembala
• jawab • Refleksi • Sharing
pengalaman Bernyanyi
• musik instrumen
Tape recorder
& Karris, Robert. (ed.). (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakrta: Kanisius. Bambang Shakuntala. (1996). 50 Cerita Bijak. Yogyakarta: Kanisisus.
72
5. Petunjuk Pelaksanaan Program Katekese
Penulis mengusulkan program pendampingan katekese model Shared Christian
Praxis (SCP) di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung, untuk dilaksanakan bagi para guru
yang beragama Katolik dan guru PAK di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung. Usulan
program ini direncanakan dua kali untuk jangka waktu satu semester (6 bulan), yakni
dimulai pada bulan Febuari 2010 s.d Mei 2010. Pelaksanaan program katekese ini dengan
pertimbangan bulan Januari 2010 masih libur semester, dan Juni 2010 persiapan untuk
Ujian Akhir Nasional. Dari dua kali pertemuan katekese, akan diadakan satu kali dalam
dua bulan dan dilaksanakan setiap hari sabtu sore. Alokasi waktu yang disiapkan untuk
setiap kali pertemuan selama 90 menit.
Usulan program ini terdiri dari satu tema secara umum yang kemudian dijabarkan
menjadi dua tema untuk dua kali pertemuan. Tema dalam usulan program ini merupakan
urutan suatu proses, maka pelaksanaannya secara berurutan yakni dimulai dari tema yang
pertama. Kemudian setelah melaksanakan setiap kegiatan katekese tersebut diadakan
evaluasi.
Pelaksana kegiatan katekese ini sudah tentu orang yang sungguh-sungguh
mengetahui katekese model SCP. Oleh karena itu pelaksana dalam kegiatan ini adalah
salah satu guru PAK di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung.
6. Contoh Persiapan SCP
a. Identitas
1) Tema Menghayati Tugas Perutusan Tuhan sebagai Guru PAK.
2) Tujuan Membantu peserta dapat semakin menyadari tugas perutusanya
sebagai guru PAK, sehingga pada akhirnya mereka mampu
73
menjalankan tugas panggilannya dengan sungguh-sungguh.
3) Peserta Para guru PAK dan para guru yang berkarya di SMA Yos
Sudarso, Metro Lampung.
4) Tempat Aula SMA Yos Sudarso, Metro Lampung.
5) Waktu 90 menit
6) Metode Informasi, Tanya-jawab, Sharing, Refleksi.
7) Sarana Teks Kitab Suci, teks lagu.
8) Sumber Bahan • Luk 24: 35- 48
• Bergant, Dianne & Karris, Robert. (ed.). (2002). Tafsir
Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakrta: Kanisius.
• Leks, Stefan. (2003). Tafsir Injil Lukas. Yogyakarta:
Kanisius.
• Komlit KWI, 1992: 682.
b. Pemikiran Dasar
Pada kenyataan jaman sekarang ini, masih banyak guru terutama bagi guru PAK
yang kurang menyadari tugas dan perutusannya, terlebih terhadap pembinaan iman siswa.
Banyak guru PAK beranggapan bahwa tugasnya di sekolah hanya mengajar PAK saja,
sedangkan pembinaan iman di luar PAK adalah tugas para imam, biarawan dan biarawati.
Padahal sebagai orang beriman para guru PAK seharusnya menyadari bahwa yang
dihadapi dalam PAK di sekolah adalah para siswa sebagai orang beriman, dan yang
diupayakan dalam PAK adalah pembinaan hidup para siswa sebagai orang beriman.
Injil Luk 24:35-48, mengungkapkan bagaimana Yesus menanggapi perutusanNya.
Yesus rela mati di salib demi menanggapi apa yang tertulis dalam Kitab Suci. Pada zaman
dahulu dalam Gereja ada anggapan bahwa Yesus adalah Anak Allah, penderitaan Yesus
74
hanyalah pura-pura begitu juga dengan kebangkitan-Nya. Namun pada kenyataan jaman
sekarang dan yang kita percayai sampai saat ini adalah bahwa tubuh Yesus yang bangkit
adalah nyata. Hal ini terbukti bahwa para murid menyentuh-Nya, tanda-tanda dari
penderitaan terlihat di tangan dan kaki. Bahkan Yesus juga makan bersama para murid-
Nya. Yesus yang bangkit mengutus para murid-Nya untuk menjadi saksi kebangkitan-
Nya. Yesus telah menguatkan para murid agar mereka memenuhi tugas pertusan-Nya.
Dalam pertemuan ini diharapkan para guru terutama bagi guru PAK dapat lebih
menghayati panggilan dan perutusan sebagai Guru PAK serta mampu menjalankan
kewajibannya sebagai guru PAK dengan sungguh-sungguh dan memiliki sikap yang
penuh tanggung jawab dan rela berkorban demi panggilan dan kemuliaan Tuhan. Tugas
dan tanggung jawab untuk membina iman siswa, bukan hanya tugas guru PAK saja
melainkan tugas dan tanggung jawab bersama, selama mengabdi menjadi guru di sekolah.
c. Pengembangan Langkah-Langkah
1) Pengantar
Bapak Ibu guru yang terkasih dalam Yesus Kristus, pada kesempatan sore hari ini
kita dapat berkumpul bersama di tempat ini, karena kasih dan cinta Allah yang
mempersatukan kita. Kita dapat berkumpul di tempat ini guna menghayati iman kita
dalam kehidupan kita sehari-hari, terlebih dalam melaksanakan tugas perutusan kita
sebagai guru PAK. Tema pertemuan pendalaman iman yang akan kita laksanakan adalah
“Menghayati Tugas Perutusan Tuhan sebagai Guru PAK”. Oleh Karena itu kita diajak
untuk menghayati dan menjalankan tugas perutusan sebagai guru PAK dengan sungguh-
sunguh. Melalui kebangkitan Yesus yang kemudian mengutus para murid-Nya untuk
menjadi saksi kebangkitan-Nya, Yesus telah menguatkan para murid agar mereka
memenuhi tugas pertusan-Nya. Begitu juga dengan kita sebagai guru PAK yang telah
75
diutus, kita juga diberi kekuatan oleh Tuhan supaya mampu menjalankan tugas perutusan
sebagai guru PAK yakni mewartakan karya keselamatan dan kebagkitan Yesus.
Untuk mendalami lebih jauh tentang tugas perutusan Tuhan, maka kita akan
mengawali pertemuan ini dengan lagu pembukaan.
2) Lagu Pembukaan : Panggilan Tuhan (PS, no. 682)
3) Doa Pembukaan
Tuhan Yesus Kristus, pada kesempatan sore hari ini kami dapat berkumpul
bersama di tempat ini, karena kasih dan cinta Allah yang mempersatukan. Kami dapat
berkumpul di tempat ini guna menghayati iman kami dalam kehidupan sehari-hari,
terlebih dalam melaksanakan tugas perutusan kami sebagai guru PAK. Melalui pertemuan
ini kami diajak untuk menghayati dan menjalankan tugas perutusan sebagai guru PAK
dengan sungguh-sunguh. Melalui kebangkitan Yesus yang kemudian mengutus para
murid-Nya untuk menjadi saksi kebangkitan-Nya, Yesus telah menguatkan para murid
agar mereka memenuhi tugas pertusan-Nya. Begitu juga dengan kami sebagai guru PAK
yang telah diutus, berilah kekuatan kepada kami supaya mampu menjalankan tugas
perutusan sebagai guru PAK yakni mewartakan karya keselamatan dan kebagkitan Yesus
dengan baik. Ya Tuhan hadirlah bersama kami dari awal, pertengahan hingga akhir
pertemuan ini. Amin.
d. Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta
1) Peran pendamping
Pendamping membagikan teks lagu yang berjudul “Kau dipanggil Tuhan” kepada
peserta untuk dinyanyikan kemudian didibaca dalam hati (teks cerita terlampir).
76
2) Penceritaan kembali isi lagu
Pendamping meminta salah satu peserta untuk mencoba menceritakan kembali dengan
singkat isi atau syair lagu “Kau di Panggil Tuhan”.
3) Inti sari lagu
Dalam lagu yang berjudul “Kau dipanggil Tuhan” pencipta menggambarkan
situasi kenyataan bahwa kita sebagai manusia di dalam dunia ini mempunyai tugas dan
peranan masing-masing. Kita diutus untuk menjadi pewarta sejati mengenai karya
keselamatan Allah. Walau tugas tersebut berat, namun Tuhan selalu memberkati dan
memberi rahmat dalam segala kesusahan kita. Apapun yang terjadi Tuhan tidak pernah
meninggalkan kita, Tuhan selalu memberikan kekuatan agar kita tetap semangat menjadi
utusan-Nya.
4) Pengungkapan pengalaman
Peserta diajak untuk mendalami lagu tersebut dengan tutunan pertanyaan sebagai
berikut:
• Syair lagu mana yang berkesan bagi Anda berkaitan dengan panggilan dan perutusan
menjadi guru PAK?
• Ceritakanlah pengalaman bapak-ibu yang paling berkesan dalam menjalankan
panggilan dan perutusan menjadi guru PAK?
5) Arah rangkuman
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia tentu memiliki kesan yang berbeda-
beda dalam menjalankan tugasnya, baik yang menyenangkan maupun yang kurang
menyenangkan. Terutama dalam kaitannya dengan tugas sebagai seorang pendidik.
77
Menjalankan panggilan dan perutusan dari Tuhan merupakan tugas yang mulia.
Walaupun tidak mudah untuk melaksanakan tugas tersebut, namun Tuhan tidak akan
pernah meninggalkan kita walau hanya sedetikpun. Dalam keadaan susah Tuhan akan
tetap menyertai kita.
Dari ungkapan sharing bapak-ibu, kita dapat melihat bahwa memang tidaklah
mudah untuk menjadi pewarta karya keselamatan Allah. Begitu juga dengan tugas kita
sebagai seorang pendidik yang selalu dihadapkan dengan perkembangan jaman sekarang
ini yang lebih menomor sekiankan Allah dalam hidup kita. Hal ini memang mempersulit
kita untuk menghayati panggilan kita sebagai guru, khususnya guru PAK.
e. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta
1) Peran peserta
Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau cerita di atas dengan
pertanyaan penuntun sebagai berikut:
• Mengapa bapak-ibu mengalami kesulitan dalam menjalankan panggilan dan perutusan
sebagai guru PAK?
2) Arah rangkuman
Melalui ungkapan sharing bapak-ibu, kita dapat melihat bahwa menjalankan tugas
sebagai seorang pendidik tidaklah mudah. Bukan hanya teori saja yang diberikan kepada
nara didik, melainkan juga tindakan konkret yang sungguh-sungguh dapat
memperkembangkan iman para didik. Kita dihadapakan dengan berbagai kesulitan, baik
dari pribadi kita sendiri maupun dari luar diri kita. Bahkan dalam keadaan tertentu,
terkadang kita ingin lari dari tanggung jawab perutusan kita.
78
Kita semua yang ada di sini, diajak untuk percaya bahwa Tuhan tidak
sembarangan mengutus dan mempercayakan tugas kepada kita semua. Tidak lepas dari
itu semua, Tuhan juga tahu kelebihan dan kekurangan kita. Oleh karena itu Tuhan tidak
akan memberikan cobaan yang melebihi kemampuan kita.
f. Langkah III: Mengolah Pengalaman Iman Kristiani
1) Pembacaan teks Kitab Suci
Seorang peserta diminta untuk membacakan perikop Kitab Suci dari Injil Luk 24:35-
48 (Teks foto copy dibagikan)
2) Suasana hening
Peserta diberi waktu untuk hening sejenak, secara pribadi membaca kembali bacaan
tersebut.
3) Peran pendamping
Pendamping mengajak peserta untuk merenungkan dan menanggapi bacaan Kitab
Suci dengan tuntunan pertanyaan sebagai berikut:
• Ayat-ayat mana yang menunjukkan penghayatan panggilan dan perutusan?
• Sikap manakah yang ingin ditanamkan Yesus kepada para muridNya dalam
menghayati panggilan dan perutusanNya?
4) Tafsir Pendamping
Pendamping memberikan tafsir dari bacaan Kitab Suci Injil Luk 24:35-48, dan
menghubungkan dengan tema dan tujuan pertemuan. Perikop yang kita renungkan adalah
tentang kedatangan Yesus kepada para murid-Nya untuk menaggapi tugas perutusan-Nya.
Yesus Kristus telah bangkit dan menampakkan diri kepada para murid-Nya. Sebelum
79
wafat di salib Yesus telah mempersiapkan dan mengajarkan kepada para murid-Nya
tentang tugas perutusan. Para murid menjadi saksi atas kebangkitan-Nya. Para murid
mengalami kebingungan dan ragu saat Yesus datang menampakkan diri-Nya. Ketegangan
pun juga dirasakan oleh para murid.
Dalam ayat 46 kata-Nya “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan
bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita
tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa,
mulai dari Yerusalem”. Melalui ayat tersebut mengungkapkan bahwa sengsara, wafat dan
kebangkitanNya bukan hanya sesuatu yang dibuktikan. Sebelum Yesus wafat, para rasul
sudah mendengar nubuat-nubuat Yesus tentang sengsara dan kebangkitanNya. Namun
pada waktu itu para rasul tidak menangkap apa-apa. Namun setelah kebangkitan Yesus,
para rasul baru mengerti tentang nubuat-nubuat yang dilakukan Yesus. Melalui
penampakan-penampakan Yesus yang sudah bangkit, dapat memperteguh keyakinan para
rasul bahwa Yesus bangkit pada hari yang ketiga setelah Ia wafat.
Pada ayat 47 dikatakan bahwa “harus disampaikan kepada segala bangsa”.
Melalui kebangkitan Yesus, semua orang diundang untuk menghormati segala karya
keselamatan yang dilakukan oleh Yesus, yakni dengan menyatukan diri kepada kaya Ilahi
yang dinyatakan dan diwujudkan dalam wafat dan kebangkitan Yesus. Dengan demikian
umat manusia dapat menemukan hidup sejati. Melalui ayat ini pula, ditegaskan bahwa
karya Allah tidak mungkin menghasilkan buah selama manusia mau bertobat dan mulai
hidup menurut kehendak Allah.
Demikian pula dengan kehidupan yang kita jalani saat ini. Menjadi seorang
pewarta memang tidak mudah, ada berbagai kesulitan dan tantangan yang harus dihadapi.
Namun dibalik itu semua ada suatu kebahagiaan dan kedamaian yang layak diperoleh.
Tuhan tahu bahwa para murid pasti mampu menjalankan tugas perutusan-Nya menjadi
80
pewarta dan saksi kebangkitan-Nya. Kita tidak pernah tahu apa alasan Tuhan memilih dan
mengutus murid-Nya untuk menjadi saksi kebangkitan-Nya, begitu juga dengan kita
sebagai guru PAK. Kita tidak pernah tahu mengapa Tuhan memilih kita menjadi guru.
Apapun alasannya, perlu kita sadari bahwa kita dipilih untuk terlibat di dalam karya
keselamatan-Nya. Kita telah dipercaya oleh Tuhan untuk mengemban tugas tersebut.
g. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Hidup Peserta Konkret
1) Pengantar
Bapak-ibu yang terkasih, dalam sharing tadi kita sudah mendengarkan
pengalaman dan menanggapi pewartaan Yesus. Sebagai orang Kristiani, kita juga
dipanggil untuk mampu memperjuangkan karya keselamatan Allah. Salah satunya dengan
menjalankan tugas kita sebagai guru yang mampu memperkembangkan iman para siswa,
mampu membina iman para siswa, dan mampu memberi teladan yang baik kepada
mereka. Meskipun dalam kenyataan sehari-hari kita juga merasa tidak mampu untuk
selalu bertindak yang baik, namun saat ini kita disadarkan kembali oleh kasih Allah untuk
mengusahakan suatu sikap yang memampukan kita untuk menerima keadaan kita dengan
hati yang terbuka.
2) Refleksi
Sebagai bahan refleksi agar kita dapat semakin menghayati panggilan dan perutusan
kita sebagai guru khususnya menjadi guru PAK. Kita akan melihat situasi konkret
dalam kehidupan kita sehari-hari dengan mencoba merenungkan pertanyaan ini:
• Sikap-sikap mana yang bisa kita perjuangkan supaya kita dapat semakin menghayati
panggilan sebagai guru PAK di SMA Yos Sudarso Metro?
81
• Apakah bapak ibu guru semakin disadarkan atau diteguhkan dalam menghayati
panggilannya sebagai guru PAK di SMA Yos Sudarso Metro?
3) Arah rangkuman
Bapak-ibu yang terkasih, dalam sharing tadi kita telah mendengarkan pengalaman
konkret kita dan Sabda Tuhan melalui Kitab Suci. Kita telah diajak untuk menanggapi
tugas perutusan-Nya. Kita dipanggil untuk mewartakan karya keselamatan Allah. Kita
semua diutus dan dipanggil oleh Tuhan, oleh karena itu jangan menjadi kecil hati jika kita
menghadapi suatu tantangan, melalui tantangan tersebut kita diajak untuk tetap besar hati
menghadapi segala keadaan. Selain itu, tidak lupa pula kita memohon pertolongan dari
Tuhan dalam menghadapi situasi apapun.
Dalam menghayati panggilan sebagai guru PAK, bukan hanya bisa berbicara
tentang hal-hal yang baik di depan orang banyak maupun di depan para siswa. Hal yang
paling utama dalam menghayati panggilan sebagai guru PAK adalah mampu bertindak
yang baik, yakni bersikap rendah hati, rela berkorban, tidak mudah putus asa dan tetap
semangat dalam melaksanakan tugas perutusan sebagai guru PAK. Sikap-sikap yang
demikian hendaknya diperjuangkan, agar kita tetap semangat dalam berkarya sebagai
guru PAK.
h. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkret
1) Pengantar
Bapak dan ibu yang terkasih, setelah kita bersama-sama menggali pengalaman
panggilan dan perutusan, baik melalui lagu, Kitab Suci, maupun sharing pengalaman
hidup kita secara konkret semua itu membuka pikiran kita dalam menanggapi panggilan
hidup kita sebagi guru, khususnya menjadi guru PAK. Dari ungkapan sharing bapak ibu
82
memang tidak mudah untuk menjadi pewarta keselamatan Allah. Dalam menjalankan
tugas perutusan memang tidak mudah, kita sering kali menghadapi kesulitan-kesulitan
dan permasalahan. Padahal sebagai guru PAK kita dituntut untuk bisa mewartakan karya
keselamatan Allah dan mampu memperkembangkan serta membina iman dalam
kehidupan sehari-hari. Melalui Injil Luk 24:35-48 kita juga diajak untuk menyadari
bahwa Tuhan memilih dan mengutus murid-Nya untuk menjadi saksi kebangkitan-Nya,
begitu juga dengan kita sebagai guru PAK.
Bapak-ibu yang terkasih, meskipun merasa sulit dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawab menjadi seorang guru, percayalah bahwa Tuhan akan senantiasa
menyertai dan membimbing kita dalam menjalankan tugas pewartaan. Pada kesempatan
ini marilah kita bersama-sama membangun niat-niat agar dapat semakin menyadari,
menghayati, dan menanggapi tugas perutusan kita sebagai guru PAK.
2) Pertanyaan penuntun
• Niat apa yang hendak kita lakukan supaya kita semakin mampu menanggapi tugas
perutusan sebagai guru PAK?
• Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan niat-niat itu !
3) Pengungkapan niat-niat
Peserta diberi kesempatan dalam suasana hening untuk memikirkan niat-niat pribadi
atau bersama yang akan dilakukan. Sambil merumuskan niat-niat tersebut diiringi
musik instrumen. Kemudian niat-niat tersebut dibicarakan dan didiskusikan bersama,
agar mereka semakin menanggapi dan menghayati tugas perutusan sebagai guru PAK.
83
i. Penutup
Setelah merumuskan niat-niat pribadi dan bersama, peserta diajak untuk hening
sejenak dan pertemuan dilanjutkan dengan doa umat. Kesempatan doa umat spontan yang
diawali oleh pendamping dan dilanjutkan oleh peserta, kemudian dari doa permohonan di
satukan dengan doa Bapa Kami.
1) Doa penutup
Ya Tuhan, terimakasih atas rahmat penyertaan-Mu dari awal hingga akhir
pertemuan ini. Melalui pertemuan tadi, kami telah bersama-sama menggali pengalaman
panggilan dan perutusan, baik melalui lagu, Kitab Suci, maupun sharing pengalaman
hidup kita secara konkret. Itu semua membuka pikiran kami dalam menanggapi panggilan
hidup kita sebagi guru, khususnya menjadi guru PAK. Ya Bapa, kami sadar bahwa
menjadi utusan-Mu untuk mewartakan karya keselamatan Allah tidaklah mudah, bahkan
dalam keadaan tertentu terkadang kami ingin lari dari tanggungjawab perutusan sebagai
guru PAK.
Bapa yang penuh kasih, meskipun merasa sulit dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawab menjadi seorang guru. Namun kami percaya bahwa Tuhan akan
senantiasa menyertai dan membimbing kami dalam menjalankan tugas pewartaan.
Ajarilah dan tuntunlah kami umat-Mu, agar mampu menjadi utusan-Mu yang dengan
sungguh menghayati panggilan kami. Bantulah kami, agar kami mampu melaksanakan
tugas perutusan-Mu dengan baik. Semoga dengan kasih karunia yang Engkau berikan
kepada kami, dapat menguatkan iman dan harapan kami. Sebab Engkaulah satu-satunya
sumber hidup kami, demi Kristus Tuhan kami. Amin.
2) Lagu penutup: “Keheningan Hati” (KE: 02)
84
BAB V
PENUTUP
Dalam bagian akhir skrispi ini, penulis akan membuat kesimpulan dan saran yang
kiranya penting diperhatikan bagi para guru PAK dalam kaitannya dengan pembinaan
iman bagi para siswa kelas X di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung.
A. KESIMPULAN
1. Menjadi guru merupakan tugas yang sangat mulia, karena guru menjadi “pelita dalam
gulita” sehingga mampu menjadi penerang bagi anak-anak bangsa dalam mewujudkan
cita-cita mereka. Begitu juga dengan guru PAK di sekolah berusaha untuk
mewujudkan penghayatan hidupnya dalam menjalankan tugas dan kewajibannya
dengan penuh tanggung jawab.
2. Kemampuan yang harus dimiliki guru PAK untuk dapat menjadi guru PAK yang
kompeten adalah tidak hanya melaksanakan tugasnya di sekolah saja sebagai
pendidik, melainkan mampu berkatekese baik di lingkungan sekolah maupun di
lingkungan masyarakat.
3. Dalam proses belajar mengajar Guru PAK di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung
dalam menyampaikan materi kreatif. Guru PAK tidak hanya monoton dengan dogma-
dogma ajaran Katolik saja, tetapi juga memadukan dengan realita yang ada sesuai
materi yang akan disampaikan. Dengan demikian dapat mempermudah para siswa
untuk memahami materi yang telah disampaikan.
4. Guru PAK di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung dalam proses belajar mengajar
menggunakan sarana dan metode yang menarik, sehingga siswa tidak mudah bosan
dalam mengikuti pelajaran PAK. Metode yang sering digunakan adalah saharing,
85
melalui metode sharing inilah dapat menciptakan suasana yang menarik dan tidak
terkesan monolog hanya guru PAK saja yang berbicara.
5. Kegiatan pembinaan iman bagi para siswa di SMA Yos Sudarso, Metro-Lampung
dilaksanakan dalam jangka waktu 1 tahun 2 kali. Jenis kegiatan pembinaan iman yang
disukai oleh para siswa adalah ziarah.
B. SARAN
Demi meningkatkan peranan guru PAK terhadap pembinaan iman para siswa,
maka penulis memberikan beberapa saran:
1. Guru PAK di sekolah sebagai orang yang beriman Katolik perlu menyadari bahwa
yang dihadapi di sekolah adalah para siswa. Dalam hal ini guru PAK di sekolah
diharapkan bersedia untuk mengupayakan bebagai kegiatan pembinaan iman bagi
siswa, sehingga iman para siswa dapat semakin berkembang dan siswa pun mampu
berbuat atau melakukan tindakan berdasarkan iman yang dihayatinya.
2. Menjadi guru PAK yang dianggap masyarakat sebagai orang yang berpengetahuan,
memiliki keterampilan, dan perilakunya yang santun sehingga dianggap sebagai orang
yang dapat digugu dan ditiru sudah seharusnya dapat bertindak atau berperilaku yang
baik dan sungguh-sungguh menghayati imannya sehingga dapat mewujudkannya
dalam kehidupan sehari-hari secara konkret.
3. Sebagai pembina iman di sekolah, guru PAK tidak harus bekerja sendirian seperti
halnya mengajar PAK. Tetapi guru PAK dapat melibatkan orang lain untuk bekerja
sama yakni dengan membuat tim, seperti para pendidik yang beragama Katolik, orang
tua siswa maupun orang lain yang berkehendak baik terutama yang ahli dalam bidang
pembinaan iman. Secara khusus guru PAK perlu melibatkan orang tua para siswa,
86
dalam usaha mendorong dan memberikan ijin kegiatan pembinaan iman yang
diselenggarakan bagi para putra-putrinya.
4. Untuk meningkatkan kualitas guru PAK di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung, guru
PAK harus tetap semangat dan pengertian dalam mendidik khususnya bagi siswa yang
beragama non-katolik.
5. Dalam menjalankan peranan Guru PAK sebagai pembina iman bagi siswa kelas X di
SMA Yos Sudarso, Metro Lampung, harus sungguh-sungguh menghayati kegiatan
pembinaan iman dan lebih bersemangat untuk mengadakan kegiatan pembinaan iman
bagi siswa kelas X di luar jam pelajaran seperti retret, rekoleksi, ziarah dan
sebagainya.
87
DAFTAR PUSTAKA
Adisusanto, F.X. (2000). Katekese sebagai Pandidikan Iman. Yogyakarta: Puskat. Bambang Shakuntala. (1996). 50 Cerita Bijak. Yogyakarta: Kanisius. Bambang Sudibyo. (2005). Mewujudkan Guru yang Profesional dan Sejahtera. Educare,
No. 12, 5-8. Bergant, Dianne & Karris, Robert. (ed.). (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru.
Yogyakrta: Kanisius. Dapiyanta, FX. (2008). Pendidikan Agama Katolik pada Tingkat Pendidikan Dasar.
Diktat Mata Kuliah PAK Dasar Mahasiswa Semester III. Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1992). Kurikulum Sekolah Menengah. Jakarta: Depdikbud.
Drost, J.I.G.M., S. J. (1998). Sekolah: Mengajar atau Mendidik? Yogyakarta: Kanisius. Groome, Thomas H. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model Berkatekese. (F. X.
Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat.
Hamzah. B. Uno. (2007). Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Huber, Th., S.J. (Ed). (1977). Arah Katekese di Indonesia ??? Yogyakarta: Kanisius. ______. (1981). Katekese Umat: Hasil Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan se-
Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. Jacobs, Tom, SJ. (1985). Sikap Dasar Kristini. Yogyakarta: Kanisus. ______. SJ., Dkk. 1992. Silabus Pendidikan Iman Katolik melalui Pelajaran Agama ada
Tingkat Dasar 9 Tahun. Yogyakarta: Kanisus. Karolus Jande, Pr. (2005). Hasil Studi Banding dan Latihan. Educare, No. 12, 15-17. Komisi Kateketik KWI. (1999). Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP).
Jakarta: Komkat KWI. ______. (2002). Katekese Umat Komunitas Basis Gerejani. Jakarta: Komkat KWI. ______. (2007). Perutusan Murid-murid Yesus: Pendidikan Agama Katolik untuk SMa/
SMK. Yogyakarta: Kanisius. Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II. (R. Hardawiryana, SJ,
Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan 1986). Kunjana Rahardi. (2005). Guru Masa Kini Harus jadi Ilmuwan Sejati. Educare, No. 12,
31-33. KWI. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius. Lalu, Yosef. (2005). Katekese Umat. Jakarta: Komkat KWI. Leks, Stefan. (2003). Tafsir Injil Lukas. Yogyakarta: Kanisius. Lokakarya Malino. (1981). Pola Pelajaran Agama Kristen Katolik. Jakarta: PWI Malik Fadjar, A. (2003). Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003: Tentang Pendidikan
Nasional. Jakarta: Mendiknas. Mangunhardjana, A. (1986). Pembinaan: Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius. Moleong, M.A. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: PT Remaja
Rosdakarya. Muhamad Nurdin. (2008). Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: Perpustakaan
Nasional. Nina Komala. (1992). Kemampuan Mengajar Agama Katolik. Yogyakarta: Pusat Pastoral. Saifudin Azwar, MA., Dr. (2009). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Sebastian, R., OCSO. (1988). Guru yang Digugu dan Ditiru. Rohani, No. 0218, 138-145.
88
Setyakarjana, SJ. (1997). Arah Katekese di Indonesia. Yogyakarta: Pusat Kateketik. ______. (1997). Kateketik Pendidikan Dasar: catatan kuliah yang ditulis 1980-1992.
Yogyakarta: Pusat Kateketik. Sugiyono, Dr. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sumarno Ds., M. (2009). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik.
Diktat Mata Kuliah PPL PAK Paroki untuk Mahasiswa Semester VI, Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Sunarka Julianus SJ. (1988). Profesiku dan Kerasulanku adalah Guru: Rohani, No. 0218, 125-131.
Supriyati, Yulia. (2001). Pengantar Pendidikan. Diktat Mata Kuliah untuk Mahasiswa Semester I, Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Tangdilintin, Philip. (1984). Pembinaan Generasi Muda: Visi dan Latihan. Jakarta: Obor. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka. Uzer Usman Drs., Moh. (2008). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya. Winkel, W. S (1987). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia. _____. (2005). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana, Penerjemah).
Jakarta: Dokpen KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979). Tim Yos Sudarso. (2007). Yos Sudarso The Big Family. Lampung: Metro
89
LAMPIRAN
(1)
Lampiran 1: Surat Keterangan Penelitian.
(2)
Lampiran 2: Kuesioner Penelitian.
Kuesioner untuk Siswa Kelas X SMA Yos Sudarso Metro-Lampung
Petunjuk Pengisian:
a. Mohon kerelaan Anda untuk mengisi titik yang telah tersedia dengan jujur
b. Mohon diisi dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban yang Anda anggap
paling benar.
______________________________________________________________________
A. DATA DIRI
1. Umur : ………………………………….
2. Jenis Kelamin : ………………………………….
3. Kelas : ………………………………….
4. Agama : ………………………………….
5. Alamat Orang Tua : ………………………………….
B. PENELITIAN PERANAN GURU PAK TERHADAP PEMBINAAN IMAN SISWA
1. Bagaimana hidup keagamaan keluarga Anda?
a. Semua Katolik
b. Sebagian Katolik
c. Hanya saya yang Katolik
d. Orang tua saja yang Katolik
2. Apa motivasi Anda memilih sekolah di SMA Yos Sudarso?
a. Di suruh orang tua
b. Di ajak teman
c. Mutu pendidikannya bagus
d. Ingin memperoleh pendidikan agama Katolik lebih mendalam
3. Menurut Anda, guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Yos dalam mengajar
pelajaran agama…
a. Sangat kreatif
b. Kreatif
c. Cukup kreatif
d. Tidak kreatif
(3)
4. Menurut Anda, sarana yang digunakan guru PAK dalam mengajar…
a. Sangat menarik
b. Menarik
c. Cukup menarik
d. Tidak menarik
5. Metode yang sering digunakan guru PAK pada saat pelajaran agama Katolik
adalah…
a. Tanya-jawab
b. Diskusi kelompok
c. Sharing
d. Ceramah
6. Bagaimana keterlibatan Anda di kelas selama pelajaran agama Katolik berlangsung?
a. Sangat aktif
b. Aktif
c. Cukup aktif
d. Tidak aktif
7. Menurut Anda bagaimana materi pelajaran agama Katolik yang disampaikan oleh
guru PAK?
a. Sangat mudah dipahami
b. Mudah dipahami
c. cukup dipahami
d. Sulit dipahami
8. Menurut pengalaman Anda, pada saat pelajaran agama Katolik guru menggunakan
buku pegangan pelajaran agama Katolik…
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
9. Dalam proses pelajaran agama Katolik guru memberi kesempatan untuk bertanya.
a. Selalu
b. Sering
(4)
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
10. Apa yang Anda rasakan saat pelajaran agama Katolik?
a. Senang
b. Tidak senang
c. Jenuh
d. Bosan
11. Penampilan guru PAK dalam mengajar membantu saya dalam memahami materi
yang diberikan…
a. Setuju
b. Sangat setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
12. Seorang guru PAK yang baik adalah guru yang bisa menjadi sahabat bagi para
siswanya. Bagaimana tanggapan Anda atas pernyataan ini…
a. Setuju
b. Sangat setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
13. Sebelum dan sesudah pelajaran agama Katolik, guru mengajak siswa berdoa bersama.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
14. Pembinaan iman yang paling Anda sukai adalah…
a. Rekoleksi
b. Retret
c. Ziarah
d. Camping rohani
15. Menurut pengalaman Anda, pembinaan iman (rekoleksi, retret, ziarah, pendalaman
iman, camping rohani) di sekolah diadakan…
(5)
a. 2 tahun sekali
b. 1 tahun sekali
c. 1 tahun 2 kali
d. …………….
16. Menurut Anda, pembinaan iman di sekolah…
a. Sangat membantu perkembangan hidup
b. Membantu perkembangan hidup
c. Cukup membantu perkembangan hidup
d. Tidak membantu perkembangan hidup
17. Melalui PAK, Anda merasa bahwa iman Anda…
a. Sangat bertambah
b. Bertambah
c. Cukup bertambah
d. Tidak bertambah
18. Apakah ada kesulitan atau hambatan yang Anda rasakan pada saat proses pelajaran
agama Katolik berlangsung? Apa saja contohnya?
Jawaban Anda: .................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
19. Menurut Anda hal-hal apa saja yang mendukung terlaksananya pelajaran agama
Katolik di sekolah?
Jawaban Anda: ................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
20. Apa yang Anda usulkan untuk meningkatkan kualitas guru PAK dalam mengajar?
Jawaban Anda: .................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
(6)
Lampiran 3: Lagu “Panggilan Tuhan”.
Panggilan Tuhan bagi umat-Nya
Di atas bumi ciptaan-Nya
Api cinta-Nya, nyala kasih-Nya
Sumber semangat bagi kita.
Reff: Wartakan semangat cinta-Nya
pada orang yang dambakan kasih-Nya.
Terpujilah Tuhan Allah
yang telah mengutus Putra-Nya
(7)
Lampiran 4: Lagu “Kau Dipanggil Tuhan”.
Reff: Kau dipanggil Tuhan, dijadikan duta, supaya hidup-Mu menyinarkan kasih-Nya.
1) Berat memang tugasmu, tetapi kau diberi rahmat Reff
2) Sang Kristus memikat mu, tak ‘kan mampu kau menolaknya Reff
3) Dan doaku bagimu, semoga teguh semangatmu Reff
(8)
Lampiran 5: Lagu “Keheningan Hati”
Di sela hening hati ini
Ku dengar sabda-Mu ya Tuhan.
Menggema lembut dalam kalbu
Membuka mata hatiku
Ajarku tuk selalu setia
Menjadi saksi dan pewarta.
Hingga di seluruh dunia
Memuji-Mu Allelui
Reff: Ku ingin melangkah seturut sabda-Mu
agar ku selalu dekat dengan-Mu.
Kan ku wartakan sabda-Mu Tuhan
Ke seluruh penjuru dunia.
(9)
Lampiran 6: Cerita “Teriakan Gembala”
Pada suatu hari, seorang anak gembala menggembala ternaknya di padang tepi
sebuah hutan. Beberapa lama kemudian, ia merasa bosan karena padang itu sunyi. Dia
kemudian berpikir untuk membuat sebuah lelucon. Lalu ia berteriak, “Serigala…!
Serigala…! Seekor serigala menyergap dombaku! Tolong…!”
Dia yakin orang-orang dari desa terdekat jika mendengar teriakannya akan
mengusir kebosanannya. Benar, teriakannya menarik perhatian penduduk desa, mereka
segera dating bersenjatakan tongkat dan pentung, siap untuk menghalau serigala.
“Di mana serigala?!” Tanya mereka ketika mereka tidak melihat serigala seekor
pun. “Oh, tidak ada serigala! Saya hanya melucu saja”, jawab anak gembala sambil
tertawa. “Tidak bisa melucu seperti ini!” kata para penduduk desa itu dengan marah.
Mereka kemudian pergi sambi bersungut-sungut.
Akan tetapi si anak gembala berbuat seperti itu untuk kedua dan ketiga kalinya,
sampai akhirnya penduduk desa itu mengancam akan memukulnya jika dia berkata yang
tidak benar lagi.
Pada suatu hari seekor serigala benar-benar memangsa domba-dombanya, anak
gembala itu berteriak minta tolong, tetapi sia-sia. Para penduduk desa berpikir bahwa itu
hanya lelucon. Akibatnya, serigala berhasil membawa lari seekor domba miliknya dan
anak gembala itu pun sangat sedih.