UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur...

136
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA UTARA PERIODE 6 JANUARI - 22 JANUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR MARSETYO PUTRO NOTO NEGORO, S.Farm. 1306343990 ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK 2014 Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur...

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI SUKU DINAS KESEHATAN

KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA

JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA UTARA

PERIODE 6 JANUARI - 22 JANUARI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

NUR MARSETYO PUTRO NOTO NEGORO, S.Farm.

1306343990

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

2014

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI SUKU DINAS KESEHATAN

KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA

JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA UTARA

PERIODE 6 JANUARI - 22 JANUARI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Apoteker

NUR MARSETYO PUTRO NOTO NEGORO, S.Farm.

1306343990

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

2014

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanyalah untuk Allah SWT atas limpahan nikmat,

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek

Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara ini.

Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta

keluarga dan sahabatnya. Dalam ruang yang terbatas ini, dengan segala kerendahan

hati, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada:

1. Bapak Drs. Kusnaidi, Apt, selaku pembimbing I di Suku Dinas Kesehatan Kota

Adminisrasi Jakarta Utara, yang telah memberikan perhatian dan bimbingan

selama ini.

2. Ibu Dr. Katrin, MS. Apt., selaku Pembimbing II atas bimbingan selama

penulisan laporan praktek kerja profesi apoteker.

3. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi UI yang

telah memberikan bimbingan dan bantuan selama penulis menempuh

pendidikan di Fakultas Farmasi UI; ;

4. Bapak Drs. Hayun, M. Si., selaku kepala program Profesi Apoteker Fakultas

Farmasi UI.

5. Seluruh staf Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara atas keramahannya dan

kesediaannya dalam membantu dan memberikan informasi.

6. Kepala Puskesmas Kecamatan Cilincing beserta seluruh staf Puskesmas

Kecamatan Cilincing yang sudah mengajarkan dan memberi banyak informasi.

7. Seluruh staf pengajar, tata usaha, dan karyawan di Program Apoteker Fakultas

Farmasi UI atas segala ilmu pengetahuan, didikannya, serta bantuan dan

masukan selama ini.

8. Keluarga tercinta atas segenap kasih sayang, perhatian, dukungan serta

motivasinya selama ini.

9. Yuri Nurdiantami atas semua bantuan yang telah diberikan.

10. Teman-teman farmasi angkatan 2009 dan Apoteker angkatan 78 yang sudah

berjuang bersama selama 1 tahun ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu atas segala

bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis selama

penulisan dan penyusunan laporan ini.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

v

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala kritik

dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Tak ada yang penulis harapkan

selain sebuah keinginan agar laporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi siapapun

yang membacanya.

Penulis

2014

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

ABSTRAK

Nama : Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, S. Farm.

NPM : 1306343990

Program Studi : Profesi Apoteker

Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi Jakarta Utara Periode 6 - 22 Januari 2014

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara bertujuan agar

mahasiwa memahami tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Kota

Administrasi Jakarta Utara khususnya Seksi Sumber Daya Kesehatan subbagian Koordinator

Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin) serta memahami perizinan, pembinaan,

pengawasan dan pengendalian (binwasdal) terhadap sarana pelayanan kesehatan farmasi,

makanan dan minuman Kota Administrasi Jakarta Utara. Tugas khusus yang diberikan berjudul

Persyaratan Lingkungan Serta Fasilitas dan Bangunan Industri Pangan Rumah Tangga sesuai

dengan Cara Pembuatan Pangan yang Baik bertujuan untuk menjelaskan prinsip-prinsip dasar

keamanan pangan bagi IRTP dalam menerapkan CPPB-IRT khususnya terkait lingkunan,

fasilitas, dan bangunan agar dapat menghasilkan produk pangan yang aman dan bermutu sesuai

dengan tuntutan konsumen.

Kata Kunci : perizinan, pengawasan, pengendalian, pembinaan, farmakmin,

bangunan, fasilitas, kontaminasi, lingkungan, pangan

Tugas umum : ix + 86 halaman; 20 lampiran

Tugas khusus : iv + 33 halaman; 1 gambar; 2 tabel; 5 lampiran

Daftar acuan tugas umum : 16 (1992-2009)

Daftar acuan tugas khusus : 6 (2009-2012)

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

ABSTRACT

Name : Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, S. Farm.

NPM : 1306343990

Program Study: Pharmacist

Title : Report of Apothecary Profession Internship at Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi Jakarta Utara Period 6-22 January 2014

Apothecary Profession Internship at Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara

intended to make students understand the basic tasks and functions of Suku Dinas Kesehatan

particular subsections of Sumber Daya Kesehatan especially Farmasi Makanan dan Minuman

divisons (Farmakmin) and understand the licensing, training, supervision and control against

health-care facilities of pharmaceutical, food and beverage at North Jakarta. Given a special

assignment titled Environmental Requirements And Facilities and Building Industry Food

Household Food accordance with Good Manufacturing Practice aims to explain the basic

principles of food safety for the food home industry (IRTP) in applying IRT CPPB-related,

especially the neighborhood, facilities, and buildings in order to produce a product food safety

and quality in accordance with the demands of the consumer.

Keywords : licensing, supervision, control, guidance, farmakmin, buildings, facilities,

contamination, environment, food

General assignment : ix + 86 pages; 20 appendices

Special assignment : iv + 33 pages; 1 image; 2 tables; 5 appendices

References of general assignment : 16 (1992-2009)

References of special assignment : 6 (2009-2012)

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

perpusui161
Sticky Note
perpusui161
Inserted Text
Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

vi Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

viii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Tujuan ............... ....................................................................... 2

BAB 2

TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA

ADMINISTRASI JAKARTA UTARA ........................................

3

2.1 Suku Dinas Kesehatan ............................................................... 3

2.2 Visi dan Misi ............................................................................. 4

2.3 Struktur Organisasi.................................................................... 5

2.3.1 Subbagian Tata Usaha.......................................................

2.3.2 Seksi Kesehatan Masyarakat.............................................

2.3.3 Seksi Pelayanan Kesehatan...............................................

2.3.4 Seksi Sumber Daya Kesehatan..........................................

2.3.4 Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan...........................

5

7

8

10

12

2.4 Puskesmas..................................................................................

2.4.1 Pengelolaan Sumber Daya di Puskesmas..........................

2.4.1.1 Sumber Daya Manusia..........................................

2.4.1.2 Prasarana dan Sarana............................................

2.4.1.3 Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan.........

2.4.1.4 Administrasi..........................................................

2.4.2 Pengelolaan Persediaan Farmasi di Puskesmas................

2.4.3 Pelayanan Farmasi Klinik.................................................

2.4.3.1 Penerimaan Resep.................................................

2.4.3.2 Peracikan Obat......................................................

2.4.3.3 Penyerahan Obat...................................................

14

15

15

16

17

17

18

20

21

21

21

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA

KESEHATAN .................................................................................

23

3.1 Standarisasi Manajemen Kesehatan .......................................... 23

3.1.1 Tugas dan Tanggung Jawab..............................................

3.1.2 Wewenang.........................................................................

3.1.3 Subbagian Standardisasi Manajemen Kesehatan..............

3.1.3.1 Pengelola Administrasi dan Perencanaan Mutu....

3.1.3.2 Pengelola Survey Kepuasan Pelanggan………....

3.1.3.3 Pengelola Audit Internal………………………....

3.1.3.4 Pengelola Audit Eksternal……………………….

3.1.3.5 Pengelola Forum Komunikasi Mutu .......……….

3.2 Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin)..........................

23

24

24

24

25

25

26

26

27

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

vii Universitas Indonesia

3.2.1 Tugas dan Tanggung Jawab...…………………...............

3.2.2 Wewenang…………..…………………………...............

3.2.3 Subbagian Farmakmin…………………………...............

3.2.3.1 Pengelola Administrasi Farmakmin………..........

3.2.3.2 Pengelola Apotek dan Usaha Mikro Obar

Tradisional UMOT)………...................................

3.2.3.3 Pengelola Industri Rumah Tangga Pangan...........

3.2.3.4 Pengelola Toko Obat…………………….............

3.2.3.5 Penerima Perizinan...…………………….............

3.3 Seksi Tenaga Kesehatan (NAKES)............................................

3.3.1 Tugas dan Tanggung Jawab.............................................

3.3.2 Wewenang........................................................................

3.3.3 Struktur.............................................................................

3.4 Ruang Lingkup Perizinan...........................................................

3.4.1 Apotek..............................................................................

3.4.2 Toko Obat.........................................................................

3.4.3 Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT).........................

3.4.4 Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP)...........................

3.4.5 Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan..............................

3.4.6 Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA), Surat Izin Praktek

Apoteker (SIPA), dan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis

Kefarmasian (SIKTTK)....................................................

3.5 Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Binwasdal).........

3.6 Pelanggaran dan Sanksi..............................................................

27

27

27

27

28

29

30

30

31

31

31

32

33

34

37

40

42

45

46

48

50

BAB 4

PEMBAHASAN .............................................................................

51

4.1 Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara ........................................ 51

4.2 Puskesmas di Kecamatan Jakarta Utara.....................................

4.2.1 Pelayanan Farmasi Klinik……..………………...............

4.2.2 Pengelolaan Obat………………………………...............

4.2.3 Puskesmas Kecamatan Cilincing…...…………...............

54

54

56

57

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................

59

5.1 Kesimpulan ................................................................................ 59

5.2 Saran ..........................................................................................

59

DAFTAR ACUAN ......................................................................................... 60

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

viii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur Pedoman Pemberian Izin Yang Diterbitkan Oleh Suku

Dinas Kesehatan Jakarta Utara……………………………......

62

Lampiran 2. Alur Perizinan Sarana Kesehatan ……………………………. 63

Lampiran 3. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara …... 64

Lampiran 4. Formulir Permohonan Izin Apotek ………………………….. 65

Lampiran 5. Surat Izin Apotek ……………...…………………………….. 66

Lampiran 6. Berita Acara Pemeriksaan Apotek …………………………... 68

Lampiran 7. Berita Acara Pemusnahan Resep ……………………...…….. 72

Lampiran 8. Berita Acara Pemusnahan Perbekalan Farmasi ………...…… 73

Lampiran 9. Formulir Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat (Toko Obat) 74

Lampiran 10. Izin Pedagang Eceran Obat (Toko Obat) …………………… 75

Lampiran 11. Berita Acara Pemeriksaan Toko Obat …...………………….. 76

Lampiran 12. Formulir Permohonan Izin Usaha UMOT…………………… 77

Lampiran 13. Formulir Permohonan SPP-IRT ……………………………... 79

Lampiran 14. Lembar berita Acara Pemeriksaan Sarana Produksi Perusahaan

Pangan Industri Rumah Tangga ………………………………

80

Lampiran 15. Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga ………… 81

Lampiran 16. Formulir Permohonan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis

Kefarmasian (SIKTTK) ……………………………..……….

82

Lampiran 17. Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK)……. 83

Lampiran 18. Permohonan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)/ Surat Izin

Kerja (SIK) …………………………………………………..

84

Lampiran 19. Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) ……………...………….. 85

Lampiran 20. Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) ………………...………… 86

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban untuk

melakukan suatu upaya kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat Indonesia setinggi-tingginya.

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang

dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara

dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan

penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan

oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Dalam hal ini peran pemerintah lebih

dititikberatkan pada pembinaan, pengaturan, dan pengawasan untuk terciptanya

pemerataan pelayanan kesehatan serta bertanggung jawab untuk melakukan

pemerataan dan peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Pemerintah bertugas untuk merencanakan, mengatur, menyelenggarakan,

membina, dan mengawasi dalam penyelenggaraan upaya kesehatan (Departemen

Kesehatan RI, 2009)

Sistem otonomi daerah yang berlaku saat ini menjadikan Pemerintah Pusat

melakukan pendelegasian wewenang kepada Pemerintah Daerah, salah satunya

adalah dalam hal pengelolaan kesehatan. Untuk menjalankan wewenang tersebut,

maka pembangunan kesehatan yang diupayakan oleh Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta diatur dalam suatu aturan yaitu Sistem Kesehatan Daerah (Gubernur

Provinsi DKI Jakarta, 2009). Oleh karena itu Dinas Kesehatan DKI Jakarta, telah

memberikan wewenang yang lebih besar kepada Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi untuk melaksanakan tugas dan fungsinya pada wilayahnya masing-

masing.

Suku Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan perizinan,

perencanaan, pengendalian dan penilaian efektifitas pelayanan kesehatan. Selain

itu, Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi juga memberikan pembinaan dan

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

2

Universitas Indonesia

pengawasan terhadap sarana pelayanan kesehatan. Apoteker sebagai salah satu

tenaga kesehatan juga memiliki peran penting dalam Suku Dinas Kesehatan Kota

khususnya dibidang Farmasi Makanan dan Minuman. Oleh karena itu, Apoteker

perlu dibekali pengetahuan, pemahaman dan aplikasi tentang tata cara perizinan

serta pembinaan, pengawasan dan pengendalian dari sarana pelayanan kesehatan

tersebut. Sehingga Apoteker tidak hanya terbatas bekerja pada Industri atau

instalasi pelayanan kesehatan saja, tetapi juga mampu memanfaatkan

kemampuannya di bidang pemerintahan.

Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, maka dilakukan Praktek Kerja

Profesi Apoteker (PKPA) yang berlangsung selama 3 minggu sejak tanggal 6

Januari – 24 Januari 2014. Program PKPA ini dilaksanakan dengan harapan agar

mahasiswa apoteker dapat mengambil manfaat dan ilmu sebanyak mungkin serta

dapat memahami peran dan tanggungjawab seorang apoteker di pemerintahan

khususnya Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara.

1.2 Tujuan

a. Memahami tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Kota

Administrasi Jakarta Utara.

b. Memahami tugas pokok dan fungsi Seksi Sumber Daya Kesehatan khususnya

bagian Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin) Kota

Administrasi Jakarta Utara .

c. Memahami perizinan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian (binwasdal)

terhadap sarana pelayanan kesehatan farmasi, makanan dan minuman Kota

Administrasi Jakarta Utara.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM

SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA

2.1 Suku Dinas Kesehatan

Sejak sistem pemerintahan otonomi daerah diberlakukan, Provinsi DKI

Jakarta membentuk Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Dinas Kesehatan merupakan

unsur pelaksana otonomi daerah di bidang kesehatan. Dinas Kesehatan dipimpin

oleh seorang Kepala Dinas yang bertanggung jawab dan berkedudukan di bawah

Gubernur melalui Sekertaris Daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas

melaksanakan pelayanan, pembinaan, dan pengembangan urusan kesehatan.

Suku Dinas Kesehatan adalah Unit Kerja Dinas Kesehatan di kota

administrasi. Suku Dinas Kesehatan dibentuk di setiap kota administrasi yaitu

Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Pusat.

Kepala Suku Dinas yang memimpin Suku Dinas Kesehatan diangkat dari Pegawai

Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Kepala Suku Dinas bertanggung jawab

secara teknis administrative kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis

operasional kepada Walikota Administrasi yang bersangkutan dalam melaksanakan

tugas dan fungsinya. Suku Dinas Kesehatan merupakan penamaan baru yang atas

penggabungan dari dua Suku Dinas yang terdahulu, yakni Suku Dinas Pelayanan

Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat. Hal ini menimbulkan perubahan

pada struktur organisasi secara keseluruhan.

Suku dinas kesehatan merupakan organisasi lama dengan penamaan baru

yang merupakan penggabungan dari dua suku dinas yang terdahulu, yakni suku

dinas pelayanan kesehatan dan suku dinas kesehatan masyarakat menjadi suku

dinas kesehatan (Sudinkes). Perubahan ini berakibat pada perubahan struktur

organisasi secara keseluruhan. Sebelum penggabungan ini, suku dinas pelayanan

kesehatan terdiri dari 6 seksi, yaitu seksi pelayanan kesehatan dasar, seksi farmasi

makanan minuman, seksi pelayanan kesehatan spesialistik, seksi pendataan dan

program, seksi gawat darurat bencana dan gakin, seksi pengobatan tradisional, dan

subbag tata usaha. Sedangkan suku dinas kesehatan masyarakat terdiri dari 6 seksi,

yaitu seksi pendataan dan program, seksi penyakit menular, seksi penyakit tidak

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

4

Universitas Indonesia

menular, seksi kesehatan jiwa dan Napza, seksi gizi PPSM, seksi penyehatan

lingkungan, dan subbag tata usaha (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010).

Setelah penggabungan kedua suku dinas tersebut menjadi suku dinas

kesehatan, struktur organisasi berubah menjadi 4 seksi, yaitu seksi kesehatan

masyarakat, seksi pelayanan kesehatan, seksi sumber daya kesehatan, seksi

pengendalian masalah kesehatan dan subbag tata usaha (Suku dinas kesehatan

Jakarta utara, 2010).

2.2. Visi dan Misi

Visi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara yaitu “Menjadi Suku Dinas

Kesehatan yang Profesional Menuju Jakarta Utara Sehat Untuk Semua”. Untuk

mewujudkan visi tersebut, misi yang ditetapkan yaitu (Suku dinas kesehatan Jakarta

utara, 2010):

a. Meningkatkan kompetensi seluruh sumber daya manusia (SDM) di jajaran Suku

Dinas Kesehatan Jakarta utara.

b. Mengembangkan pelayanan perizinan dengan alur yang dapat dilihat pada

Lampiran 1 dan 2.

c. Menciptakan dan meningkatkan kenyamanan lingkungan kerja.

d. Meningkatkan sistem informasi yang cepat, tepat, dan dapat

dipertanggungjawabkan berbasis komputer.

e. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang bersih.

f. Memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih sehat serta untuk

penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana.

g. Meningkatkan kualitas dan waktu respon pelayanan kesehatan gawat darurat dan

bencana.

h. Meningkatkan kerjasama lintas program, lintas sektoral dengan organisasi

profesi, organisasi masyarakat dan institusi lainnya dalam mengatasi

masalahmasalah kesehatan masyarakat di Jakarta utara.

i. Menindaklanjuti pengaduan masyarakat.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

5

Universitas Indonesia

2.3. Struktur Organisasi

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta sesuai

dengan Pasal 95 Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No.10 Tahun 2008 tentang

Organisasi Perangkat Daerah (Perda No.10/2008): (dapat dilihat pada Lampiran 3)

a. Kepala suku dinas kesehatan

b. Subbagian tata usaha

c. Seksi kesehatan masyarakat

d. Seksi pelayanan kesehatan

e. Seksi sumber daya kesehatan

f. Seksi pengendalian masalah kesehatan

Subbagian dipimpin oleh seorang kepala subbagian dan setiap seksi

dipimpin oleh seorang kepala seksi yang dalam melaksanakan tugasnya

bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan.

Satuan kerja suku dinas kesehatan Jakarta utara terdiri dari 1 subbagian dan

4 seksi yang memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing (Suku dinas

kesehatan, 2010). Struktur organisasi secara skematis dapat dilihat pada

Lampiran 3.

2.3.1 Subbagian tata usaha

Sub bagian tata usaha mempunyai ruang lingkup tugas :

a. Menyusun bahan rencana kerja dan anggaran (RKA) dan dokumen pelaksanaan

anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Mengoordinasikan penyusunan RKA dan DPA suku dinas.

d. Melaksanakan monitoring, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan DPA suku

dinas.

e. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang suku dinas.

f. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan suku dinas.

g. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, dan pemeliharaan dari perawatan

prasarana dan sarana kerja suku dinas.

h. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban kantor.

i. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat/pertemuan suku dinas.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

6

Universitas Indonesia

j. Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara, dan pengaturan acara suku dinas.

k. Menerima, mencatat, membukukan, menyetorkan, dan melaporkan penerimaan

retribusi suku dinas kesehatan.

l. Menyiapkan bahan laporan suku dinas yang terkait dengan tugas subbagian tata

usaha.

m. Mengoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja, dan

akuntabilitas) suku dinas.

n. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas subbagian tata

usaha.

Sub Bagian Tata Usaha (Subbag TU) membawahi 3 koordinator, yaitu

Koordinator Umum dan Protokol, Kepegawaian, serta Keuangan. Koordinator

umum mengatur administrasi surat menyurat, pelaksanaan protokoler dan rumah

tangga, pelaksanaan urusan perlengkapan serta pembuatan RKA (Rancangan Kerja

dan Anggaran). Koordinator Kepegawaian mengatur perencanaan kebutuhan

pegawai Puskesmas dan Suku Dinas Kesehatan, administrasi kepegawaian,

monitoring disiplin pegawai, serta semua hak dan kewajiban pegawai di Suku Dinas

Kesehatan. Koordinator Keuangan mengatur pengelolaan dan pelaporan keuangan

untuk menunjang operasional dari Suku Dinas Kesehatan. Selain itu Koordinator

Keuangan juga mengatur pelaksanaan pengarsipan dokumen gaji pegawai,

pelaporan pajak, dan pengajuan SPP (Surat Permintaan dan Pembayaran) (Suku

Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010).

Secara struktural, koordinator kepegawaian membawahi pengelola data

pegawai dan disiplin pegawai, pengelola administrasi kesejahteraan pegawai, dan

pengelola administrasi pengembangan karir. Bidang keuangan memiliki wewenang

untuk mengurus pengajuan uang kegiatan yang bersumber dari DPA SKPD serta

melakukan binwasdal ke Puskesmas. Dalam pelaksanaannya koordinator keuangan

dibantu oleh bendahara, verifikator, pengelola pelaporan, pengelola pajak dan sisa

kegiatan dan pengelola SPJ. Bidang umum dan protokol memiliki wewenang

melaksanakan pengawasan dan pengendalian urusan umum dan protokol. Dalam

pelaksanaannya, koordinator umum dan protokol dibantu oleh pengurus barang,

pengelola pemeliharaan sarana dan prasarana kantor, pengelola surat menyurat,

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

7

Universitas Indonesia

pengadministrasi surat keluar, pengadministrasi surat masuk, pengadministrasi

kegiatan kepala unit, dan pengadministrasi protokol (Suku dinas kesehatan, 2010).

2.3.2 Seksi Kesehatan Masyarakat

Seksi kesehatan masyarakat merupakan satuan kerja suku dinas kesehatan

dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat.

Seksi kesehatan masyarakat dipimpin oleh seorang kepala seksi yang bertanggung

jawab kepada kepala suku dinas. Tugas pokok dan fungsi seksi kesehatan

masyarakat adalah sebagai berikut:

a. Menyusun bahan RKA dan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga

termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, anak prasekolah, anak usia sekolah,

remaja, kesehatan reproduksi usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita dan

asuhan keperawatan.

d. Mengoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan dan

pengendalian program kesehatan masyarakat.

e. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi.

f. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan

masyarakat.

g. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat kota

administrasi.

h. Melaksanakan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi

manajemen kesehatan yang terintegrasi.

i. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan PPSM.

j. Menerapkan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG).

k. Melaksanakan kegiatan peran masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan

sehat.

l. Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi

kesehatan masyarakat.

m. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi kesehatan

masyarakat.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

8

Universitas Indonesia

Seksi kesehatan masyarakat membawahi tiga bidang, yaitu bidang gizi dan

PPSM, bidang kesehatan keluarga, serta bidang promosi dan informasi kesehatan.

Bidang kesehatan keluarga mengurusi berbagai kegiatan yang berkaitan dengan

program kesehatan keluarga, seperti kesehatan ibu dan anak, kesehatan lansia,

kesehatan gigi dan mulut, serta penanganan kekerasan dalam rumah tangga. Secara

struktural, koordinator bidang kesehatan keluarga membawahi pengelola kesehatan

ibu, pengelola kesehatan anak, pengelola perawatan kesehatan masyarakat,

pengelola lansia, pengelola kekerasan dalam rumah tangga, dan pengelola

kesehatan gigi dan mulut.

Bidang gizi dan PPSM bertanggung jawab dalam penyelenggaraan dan

pelaksanaan kegiatan gizi dan PPSM di Puskesmas tingkat kecamatan dan

kelurahan. Secara struktural, koordinator membawahi pengelola program gizi dan

pengelola PPSM. Bidang promosi dan informasi kesehatan bertanggung jawab atas

kelancaran kegiatan promosi dan informasi kesehatan. Secara struktural,

koordinator membawahi pengelola SP2TP dan pengelola sistem promosi kesehatan

(Suku dinas kesehatan, 2010).

2.3.3 Seksi Pelayanan Kesehatan

Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan satuan kerja suku dinas kesehatan

dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi pelayanan kesehatan dipimpin oleh

seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada

kepala suku dinas. Tugas pokok dan fungsi seksi pelayanan kesehatan diantaranya

adalah:

a. Menyusun bahan RKA dan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian tata laksana

pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan.

d. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, dan

memanfaatkan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan.

e. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar

pelayanan kesehatan.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

9

Universitas Indonesia

f. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengawasan akreditasi sarana pelayanan

kesehatan.

g. Memberikan rekomendasi/perizinan sarana pelayanan kesehatan.

h. Memberikan tanda daftar ke pengobat tradisional.

i. Melaksanakan siaga 24 jam/pusat pengendali dukungan kesehatan

(Pusdaldukkes).

j. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal

pelayanan kesehatan.

k. Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi

pelayanan kesehatan.

l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi pelayanan

kesehatan.

Seksi Pelayanan Kesehatan membawahi tiga bidang, yaitu pelayanan

kesehatan dasar, gawat darurat dan bencana, pelayanan kesehatan keahlian dan

tradisional. Secara struktural, koordinator bidang pelayanan kesehatan dasar

membawahi pengelola perizinan dan binwasdal sarana pelayanan kesehatan dasar

sedangkan koordinator pelayanan kesehatan keahlian dan tradisional membawahi

pengelola perizinan dan binwasdal sarana pelayanan kesehatan keahlian, pengelola

perizinan dan binwasdal sarana pelayanan kesehatan tradisional dan

pengadministrasi (Suku dinas kesehatan, 2010).

Pelayanan Kesehatan Dasar bertanggung jawab untuk melakukan

pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan pengelolaan serta

pengembangan pelayanan kesehatan dasar. Koordinator ini juga bertanggung jawab

memberikan, mengendalikan, dan mengevaluasi layanan perizinan sarana

kesehatan dasar serta profesinya.

Koordinator Gawat Darurat dan Bencana bertugas untuk melakukan

pembinaan, pengawasan, serta pengendalian mekanisme pelayanan kesehatan

gawat darurat. Koordinator ini bertanggung jawab pada penyusunan materi

pelatihan tenaga kesehatan dan penduduk tentang kegawatdaruratan dan bencana,

penyusunan petunjuk teknis penanganan kegawatdaruratan pada bangunan publik,

serta membangun kesiapan tenaga kesehatan dan penduduk dalam menghadapi

keadaan gawat darurat dan bencana dari aspek kesehatan.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

10

Universitas Indonesia

Koordinator Pelayanan Kesehatan Keahlian dan Tradisional

bertanggungjawab dalam pengawasan dan pengendalian pemberian perizinan

sarana pelayanan kesehatan keahlian dan pengobatan tradisional serta

komplementer alternatif. Koordinator ini juga melaksanakan monitoring dan

evaluasi pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana pelayanan

kesehatan keahlian termasuk sarana pelayanan kesehatan rujukan (Suku Dinas

Kesehatan, 2010).

2.3.4 Seksi Sumber Daya Kesehatan

Sumber daya kesehatan merupakan satuan kerja suku dinas kesehatan dalam

pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi sumber daya

kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang bertanggung jawab kepada

Kepala Suku Dinas. Bagian ini mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:

a. Menyusun bahan RKA dan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan

minuman.

d. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan.

e. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan

berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan.

f. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas

kesehatan terhadap standar pelayanan.

g. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan system

manajemen mutu.

h. Melaksanakan survei kepuasaan pelanggan kesehatan.

i. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan penerapan

sistem manajemen mutu kepada Puskesmas.

j. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator.

k. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur,

assessor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan.

l. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pelayanan

sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional,

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

11

Universitas Indonesia

subpenyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo obat, dan industri makanan

minuman rumah tangga.

m. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan

persediaan cadangan obat esensial.

n. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada

lingkup kota administrasi.

o. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan.

p. Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi

sumber daya kesehatan.

q. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi sumber

daya kesehatan.

Seksi sumber daya kesehatan membawahi 3 bidang, yaitu bidang

standarisasi manajemen kesehatan, bidang farmasi makanan dan minuman

(Farmakmin), dan bidang tenaga kesehatan. Bidang standarisasi manajemen

kesehatan bertugas dan bertanggung jawab sebagai pengelola administrasi dan

perencanaan mutu, melaksanakan survey kepuasan pelanggan kesehatan,

merencanakan dan melaksanakan serta memantau program audit internal, eksternal,

serta tinjauan manajemen dalam rangka penerapan sistem manajemen mutu. Secara

struktural, koordinator standarisasi manajemen kesehatan membawahi pengelola

administrasi dan perencanaan mutu pengelola survey kepuasan pelanggan,

pengelola audit internal, pengelola audit eksternal dan pengelola forum komunikasi

mutu.

Bidang farmakmin bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan

perizinan farmasi, makanan, dan minuman, mengendalikan mutu pelayanan

farmakmin, membuat perencanaan kegiatan dan anggaran farmakmin, KIE

(komunikasi, informasi, dan edukasi) pada customer, memverifikasi berkas

perizinan yang masuk, melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap

sarana pelayanan kesehatan farmakmin, membuat perencanaan kerja, laporan, dan

evaluasi kerja mingguan. Secara struktural, koordinator farmakmin membawahi

pengelola administrasi farmakmin, pengelola apotek dan UMOT, pengelola industri

rumah tangga pangan, pengelola toko obat, pengelola bimtek, pengelola pembinaan

tenaga kesehatan, pengadministrasian umum, pengarsip perizinan tenaga kesehatan

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

12

Universitas Indonesia

(nakes), dan penerima izin. Pada lampiran 4 – 6 dapat dilihat formulir dan surat izin

apotek serta berita acara pemeriksaan untuk memperoleh izin dari Sudinkes.

Bagian tenaga kesehatan bertanggung jawab membantu menyusun bahan

RKA dan DPA seksi sumber daya kesehatan, menyusun dan mengkoordinasikan

pembuatan jadwal pelaksanaan bimbingan teknis tenaga kesehatan, menyusun peta

kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, mengoordinir pelaksanaan

kegiatan penilaian calon tenaga kesehatan teladan di Puskesmas, mengkoordinir

pelaksanaan pembinaan tenaga kesehatan, membantu dalam pelaksanaan segala

proses perizinan tenaga kesehatan mulai dari verifikasi berkas permohonan, dan

kunjungan lapangan hingga pencetakan ijin tenaga kesehatan serta melaksanakan

tugas kunjungan dalam hal perizinan tenaga kesehatan. Secara struktural,

koordinator membawahi pengelola diklat (Suku dinas kesehatan, 2010).

2.3.5 Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan

Seksi pengendalian masalah kesehatan merupakan satuan kerja suku dinas

kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi

pengendalian masalah kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang

berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala suku dinas.

Adapun tugas pokok dan fungsi seksi pengendalian masalah kesehatan

yaitu:

a. Menyusun bahan RKA dan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Melaksanakan DPA suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular,

kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan

wabah/KLB (Kejadian Luar Biasa), dan kesehatan lingkungan.

d. Melaksanakan kegiatan pembinaan pelaksanaan kesehatan haji.

e. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular

serta kesehatan jiwa masyarakat.

f. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan teknis

peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan

pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa

masyarakat.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

13

Universitas Indonesia

g. Melaksanakan kegiatan koordinasi, kerja sama, dan kemitraan pengendalian

penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan

satuan kerja perangkat daerah (SKPD), unit kerja perangkat daerah (UKPD) dan

atau instansi pemerintahan/swasta/ masyarakat.

h. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan

imunisasi.

i. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, dan

memanfaatkan data dan informasi surveilans epidemiologi sebagai system

kewaspadaan dini kejadian luar biasa (SKD-KLB) pada lingkup kota

administrasi.

j. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial KLB dan dugaan wabah

serta keracunan makanan.

k. Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah/ KLB dan surveilans.

l. Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian.

m. Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan

wabah/KLB dan surveilans.

n. Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan

lingkungan meliputi penyehatan air minum/air bersih, penyehatan makanan dan

minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi,

penyehatan pemukiman kumuh, peyehatan di tempat umum, tempat kerja,

tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi analisis

mengenai dampak lingkungan (AMDAL), dan upaya pengelolaan

lingkungan/upaya pemantauan lingkungan.

o. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang

kesehatan lingkungan.

p. Menyiapkan materi pelatihan teknis dalam bidang kesehatan lingkungan dan

kesehatan kerja.

q. Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi

pengendalian masalah kesehatan.

r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi

pengendalian masalah kesehatan.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

14

Universitas Indonesia

Seksi pengendalian masalah kesehatan membawahi tiga bidang, yaitu

kesehatan lingkungan, penyakit menular dan tidak menular, serta wabah dan

surveilans. Bidang kesehatan lingkungan bertanggung jawab mengurus segala hal

yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan meliputi penyehatan makanan dan

minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi,

penyehatan lingkungan kumuh, penyehatan di tempat umum, tempat kerja, tempat

pengelolaan pestisida, dan lingkungan lainnya. Secara struktural, bidang kesehatan

lingkungan membawahi koordinator kesehatan lingkungan yang dibantu oleh

pengelola makanan minuman, pengelola tempat-tempat umum tempat-tempat

industri (TTU-TTI) dan pengelola penyehatan lingkungan.

Bidang penyakit menular dan tidak menular dikoordinasikan oleh

koordinator yang bertanggung jawab dalam pembinaan, pengawasan dan

pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa

masyarakat, imunisasi, napza, dan haji. Koordinator bidang ini dibantu oleh

pengelola DBD, pengelola imunisasi, pengelola Napza, pengelola ISPA dan

pneumonia, pengelola diare, pengelola kusta, pengelola HIV/AIDS, dan pengelola

penyakit tidak menular.

Bidang surveilans bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan

pembinaaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan surveilans terhadap

Puskesmas kecamatan, menganalisa dan memberikan informasi perkembangan

penyakit menular, mengelola dan menganalisa laporan yang berkaitan dengan

program surveilans serta melaksanakan tugas-tugas dalam ruang lingkup kegiatan

penanggulangan wabah dan surveilans. Secara struktural, koordinator surveilans

membawahi pengelola surveilans berbasis rumah sakit dan laboratorium dan

pengelola surveilans berbasis puskesmas dan surveilans kematian (Suku dinas

kesehatan, 2010).

2.4 Puskesmas

Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

wilayah kerja. Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu

kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

15

Universitas Indonesia

tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan

keutuhan konsep wilayah yaitu desa atau kelurahan atau rukun warga (Departemen

Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006).

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah

tercapainya kecamatan sehat yang mencakup 4 indikator utama, yaitu lingkungan

sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat

kesehatan penduduk. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan

Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional

dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Untuk mencapai

visi tersebut, Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya

kesehatan masyarakat. Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan

upaya kesehatan masyarakat, Puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan

kefarmasian yang bermutu (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006).

Paradigma pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah dari orientasi

obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian (Pharmaceutical

Care). Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker/asisten apoteker

sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan

dan perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien.

Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana

prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan

pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat,

informasi obat dan pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga,

dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai

tujuan yang ditetapkan.

2.4.1 Pengelolaan Sumber Daya di Puskesmas (Departemen Kesehatan RI

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006)

2.4.1.1 Sumber Daya Manusia

Berdasarkan PP 51 tahun 2009 disebutkan bahwa pelayanan kefarmasian di

Apotek, puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit hanya dapat dilakukan oleh

Apoteker. Kompetensi apoteker di Puskesmas sebagai berikut:

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

16

Universitas Indonesia

a. Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu.

b. Mampu mengambil keputusan secara professional.

c. Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi kesehatan

lainnya dengan menggunakan bahasa verbal, nonverbal maupun bahasa local.

d. Selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal maupun informal,

sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru (up to date).

Sedangkan asisten apoteker hendaknya dapat membantu pekerjaan apoteker

dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian tersebut.

2.4.1.2 Prasarana dan Sarana

Dalam upaya mendukung pelayanan kefarmasian di Puskesmas diperlukan

prasarana dan sarana yang memadai disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing

Puskesmas dengan memperhatikan luas cakupan, ketersediaan ruang rawat inap,

jumlah karyawan, angka kunjungan dan kepuasan pasien. Prasarana adalah tempat,

fasilitas dan peralatan yang secara tidak langsung mendukung pelayanan

kefarmasian, sedangkan sarana adalah suatu tempat, fasilitas dan peralatan yang

secara langsung terkait dengan pelayanan kefarmasian.

Prasarana dan sarana yang harus dimiliki Puskesmas untuk meningkatkan

kualitas pelayanan kefarmasian adalah sebagai berikut :

a. Papan nama “apotek” atau “kamar obat” yang dapat terlihat jelas oleh pasien.

b. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.

c. Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian, antara lain timbangan gram dan

miligram, mortir-stamper, gelas ukur, corong, rak alat-alat, dan lain-lain.

d. Tersedia tempat dan alat untuk mendisplai informasi obat bebas dalam upaya

penyuluhan pasien, misalnya untuk memasang poster, tempat brosur, leaflet,

booklet dan majalah kesehatan.

e. Tersedia sumber informasi dan literatur obat yang memadai untuk pelayanan

informasi obat.

f. Antara lain Farmakope Indonesia edisi terakhir, Informasi Spesialite Obat

Indonesia (ISO) dan Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI).

g. Tersedia tempat dan alat untuk melakukan peracikan obat yang memadai.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

17

Universitas Indonesia

h. Tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari es untuk supositoria, serum dan

vaksin, dan lemari terkunci untuk penyimpanan narkotika sesuai dengan

peraturan perundangan yang berlaku.

i. Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat atau komputer agar

pemasukan dan pengeluaran obat, termasuk tanggal kadaluarsa obat, dapat

dipantau dengan baik.

j. Tempat penyerahan obat yang memadai, yang memungkinkan untuk melakukan

pelayanan informasi obat.

2.4.1.3 Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan

Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.

Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang

diperlukan untuk menyelenggarakan kesehatan.

2.4.1.4 Administrasi

Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan, dan

pengarsipan dalam rangka penatalaksanaan pelayanan kefarmasian yang tertib baik

untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan maupun pengelolaan resep agar

lebih mudah dimonitor dan dievaluasi.

Administrasi untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan meliputi

semua tahap pengelolaan dan pelayanan kefarmasian, yaitu :

a. Perencanaan

b. Permintaan obat ke instalasi farmasi kabupaten/ kota

c. Penerimaan

d. Penyimpanan mengunakan kartu stok atau komputer

e. Pendistribusian dan pelaporan menggunakan form LP-LPO (Laporan Pemakaian

dan Lembar Permintaan Obat)

Administrasi untuk resep meliputi pencatatan jumlah resep berdasarkan

pasien (umum, miskin, asuransi), penyimpanan bendel resep harian secara teratur

selama 3 tahun dan pemusnahan resep yang dilengkapi dengan berita acara

(Lampiran 7 dan 8). Pengadministrasian termasuk juga untuk kesalahan pengobatan

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

18

Universitas Indonesia

(medication error), Monitoring Efek Samping Obat (MESO), dan Medication

Record.

2.4.2 Pengelola Persediaan Farmasi di Puskesmas

Pengelola obat publik dan perbekalan kesehatan meliputi kegiatan

perencanaan dan permintaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi, pencatatan

dan pelaporan, serta supervisi dan evaluasi pengelolaan obat. Obat dan perbekalan

kesehatan hendaknya dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya tepat

jumlah, tepat jenis, tepat penyimpanan, tepat waktu pendistribusian, tepat

penggunaan, dan tepat mutu di tiap unit pelayanan kesehatan.

Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan

kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan

kebutuhan obat di Puskesmas. Dalam proses perencanaan kebutuhan obat per tahun,

Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan

LPLPO. Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang akan melakukan

kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat Puskesmas di wilayah kerjanya.

Ketepatan dan kebenaran data di Puskesmas akan berpengaruh terhadap

ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan secara keseluruhan di Kabupaten/Kota.

Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Puskesmas adalah obat

esensial yang jenisnya telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dengan merujuk

pada Daftar Obat Esensial Nasional. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan

No. 085 tahun 1989 tentang Kewajiban Menuliskan Resep dan/atau Menggunakan

Obat Generik di Pelayanan Kesehatan Milik Pemerintah dan Permenkes RI No.

HK.02.02/MENKES/068/1/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik

di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah, maka hanya obat generik saja yang

diperkenankan tersedia di Puskesmas.

Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing

Puskesmas diajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari

sub unit ke Kepala Puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO sub

unit. Permintaan obat dan perbekalan farmasi dapat berupa permintaan rutin atau

permintaan khusus. Permintaan rutin dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

19

Universitas Indonesia

oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk masing-masing Puskesmas.

Permintaan khusus dilakukan di luar jadwal distribusi rutin apabila kebutuhan

meningkat, terjadi kekosongan, atau Kejadian Luar Biasa (KLB/Bencana).

Data yang diperlukan untuk menentukan jumlah permintaan obat adalah

data pemakaian obat periode sebelumnya, jumlah kunjungan resep, jadwal

distribusi obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, dan sisa stok. Untuk Provinsi

DKI Jakarta, perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi diserahkan kepada

masing-masing Puskesmas Kecamatan sehingga tidak dilakukan oleh Instalasi

Farmasi Kota.

Penerimaan obat di Puskesmas adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-

obatan yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola

di bawahnya. Penerimaan obat harus dilaksanakan oleh petugas pengelola obat atau

petugas lain yang diberi kuasa oleh Kepala Puskesmas. Penerimaan obat bertujuan

agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang

diajukan oleh Puskesmas.

Petugas penerima obat bertanggung jawab atas pemeriksaan fisik,

penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan, dan penggunaan obat berikut

kelengkapan catatan yang menyertainya. Petugas penerima obat wajib melakukan

pemeriksaan terhadap obat yang diserahterimakan; meliputi kemasan, jenis dan

jumlah obat, bentuk sediaan obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO), serta

ditandatangani oleh petugas penerima serta diketahui oleh Kepala Puskesmas.

Setiap penambahan obat, dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan obat dan

kartu stok.

Penyimpanan obat di Puskesmas adalah suatu kegiatan pengamanan

terhadap obat-obatan yang diterima agar tidak hilang, terhindar dari kerusakan fisik

maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Penyimpanan bertujuan agar obat yang

tersedia di unit pelayanan kesehatan terjamin mutu dan keamanannya. Gudang

penyimpanan obat harus memiliki luas minimal 3 x 4 m2 dan atau disesuaikan

dengan jumlah obat yang disimpan. Ruangan harus kering dan tidak lembab,

memiliki ventilasi, dan cahaya yang cukup. Lantai dibuat dari

semen/ubin/keramik/papan (bahan lain) yang tidak memungkinkan bertumpuknya

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

20

Universitas Indonesia

debu dan kotoran lain, barang tidak boleh diletakkan di lantai tetapi harus diberi

alas papan (palet).

Gudang harus mempunyai lemari atau laci khusus yang dilengkapi kunci

ganda untuk menyimpan narkotika dan psikotropika yang selalu terkunci dan

terjamin keamanannya. Harus ada pengukur suhu dan higrometer ruangan. Untuk

menjaga mutu obat, kondisi penyimpanan seperti kelembaban, suhu, dan sinar

matahari perlu diperhatikan.

Distribusi atau penyaluran adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan

obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan

kesehatan. Distribusi obat di Puskesmas bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sub

unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis,

jumlah, dan waktu yang tepat, serta mutu terjamin. Dalam menentukan frekuensi

distribusi perlu dipertimbangkan jarak sub unit pelayanan dan biaya distribusi yang

tersedia. Dalam menentukan jumlah obat perlu dipertimbangkan pemakaian rata-

rata per periode untuk setiap jenis obat, sisa stok, pola penyakit, dan jumlah

kunjungan di masing-masing sub unit pelayanan kesehatan.

Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merupakan rangkaian

kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik oba-obatan

yang diterima, disimpan, didistribusikan, dan digunakan di Puskesmas. Tujuan

pencatatan dan pelaporan adalah sebagai bukti bahwa suatu kegiatan telah

dilakukan sumber data untuk perencanaan kebutuhan, serta sumber data untuk

pembuatan pelaporan. Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat

di Puskesmas adalah LP-LPO dan kartu stok (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2010).

2.4.3 Pelayanan Farmasi Klinik (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006)

Pelayanan farmasi klinik meliputi pelayanan resep dan pelayanan informasi

obat. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan

kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai

peraturan perundangan yang berlaku. Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang

meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

21

Universitas Indonesia

resep, peracikan obat sampai dengan penyerahan obat kepada pasien. Pelayanan

resep dilakukan sebagai berikut :

2.4.3.1 Penerimaan Resep

Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu: nama dokter, nomor surat

izin praktek (SIP), alamat praktik dokter, paraf dokter, tanggal, penulisan resep,

nama obat, jumlah obat, cara penggunaan, nama pasien, umur pasien, dan jenis

kelamin pasien.

b. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi,

stabilitas, cara dan lama penggunaan obat.

c. Pertimbangkan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi dan kesesuaian

dosis.

d. Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau

obatnya tidak tersedia.

2.4.3.2 Peracikan Obat

Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan menggunakan alat,

dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat.

b. Peracikan obat.

c. Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam/oral dan etiket warna biru untuk

obat luar, serta menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan obat dalam

bentuk larutan.

d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat yang

berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah.

2.4.3.3 Penyerahan Obat

Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali

mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan

jumlah obat.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

22

Universitas Indonesia

b. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik dan

sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya kurang

stabil.

c. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.

d. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait

dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang

harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat, dan lain-

lain.

Pelayanan farmasi klinik lainnya adalah pelayanan informasi obat.

Pelayanan informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias,

etis, bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang

rasional oleh pasien. Sumber informasi obat adalah Buku Farmakope Indonesia,

Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO), Informasi Obat Nasional Indonesia

(IONI), Farmakologi dan Terapi, serta buku-buku lainnya. Informasi obat yang

diperlukan pasien adalah :

a. Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari,

apakah di waktu pagi, siang, sore, atau malam. Dalam hal ini termasuk apakah

obat diminum sebelum atau sesudah makan.

b. Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus dihabiskan

meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus dihabiskan untuk

mencegah timbulnya resistensi.

c. Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan pengobatan.

Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan mengenai cara penggunaan

obat yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat oral obat

tetes mata, salep mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga,

suppositoria dan krim/salep rektal dan tablet vagina.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

23 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS

SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN

Salah satu seksi di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara adalah Seksi Sumber

Daya Kesehatan yang membawahi Standarisasi Manajemen Kesehatan, Farmasi,

Makanan, dan Minuman (Farmakmin), dan Tenaga Kesehatan.

Agar mampu menjalankan tugas dan fungsinya tersebut, maka Kepala Seksi

Sumber Daya Kesehatan memiliki wewenang antara lain:

a. Menilai kinerja staf di lingkungan seksi Sumber Daya Kesehatan.

b. Menetapkan perencanaan program seksi Sumber Daya Kesehatan.

c. Mewakili Kepala Sudin sesuai dengan kewenangan yang diberikan.

d. Mengendalikan seluruh kegiatan Seksi Sumber Daya Kesehatan.

e. Merekomendasikan tertib atau tidaknya izin tenaga dan sarana farmasi,

makanan, dan minuman.

3.1 Standarisasi Manajemen Kesehatan

3.1.1 Tugas dan Tanggung Jawab

Tugas dan tanggung jawab bagian Standarisasi Manajemen Kesehatan

adalah:

a. Memastikan proses yang diperlukan untuk sistem manajemen mutu ditetapkan,

diterapkan, dan dipelihara

b. Melaksanakan survey kepuasan pelanggan kesehatan

c. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan penerapan

sistem manajemen mutu kepada puskesmas

d. Melaksanakan kegiatan pertemuan koordinasi forum komunikasi manajemen

mutu di tingkat kota administrasi Jakarta Utara

e. Melaksanakan fasilitas peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur,

assessor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan

f. Mengusulkan perencanaan dan alokasi anggaran program mutu

g. Merencanakan dan melaksanakan serta memantau program audit internal,

eksternal serta tinjauan manajeman dalam rangka penerapan sistem manajemen

mutu.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

24

Universitas Indonesia

3.1.2 Wewenang

Bagian Standarisasi Manajemen Kesehatan memiliki wewenang, antara

lain:

a. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup

tugasnya.

b. Melaporkan kinerja seksi yang mempengaruhi sistem manajemen mutu Suku

Dinas Kesehatan Jakarta Utara

c. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran.

d. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan yang

diberikan.

3.1.3 Subbagian Standardisasi Manajemen Kesehatan

3.1.3.1 Pengelola Administrasi dan Perencanaan Mutu

Subbagian pengelola administrasi dan perencanaan mutu, memiliki tugas

dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Menginventarisir kegiatan di subsie Standarisasi Manajemen Kesehatan Sudin

Kesehatan Jakarta Utara.

b. Menginventarisir kebutuhan anggaran yang diperlukan untuk pelaksanaan

kegiatan pemeliharaan penerapan sistem manajemen mutu Sudin Kesehatan

Jakarta Utara.

c. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam rangka penerapan

sistem mutu Sudin Kesehatan.

d. Membuat rencana kerja tahunan Sub Seksi Standardisasi Manajemen Mutu.

e. Melaporkan rencana anggaran.

f. Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dokumen, berkas, arsip, rekaman,

dan sebagainya yang terkait dengan kegiatan mutu Sudin Kesehatan.

Adapun wewenang dari sub bagian pengelola administrasi dan perencanaan

mutu adalah:

a. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup

tugasnya

b. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

25

Universitas Indonesia

c. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan

3.1.3.2 Pengelola Survey Kepuasan Pelanggan

Subbagian pengelola survey kepuasan pelanggan memiliki tugas dan

tanggung jawab sebagai berikut:

a. Memastikan survey kepuasan pelanggan Sudin Kesehatan Jakarta Utara

b. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam kegiatan survey

kepuasan pelanggan

c. Membuat rencana kegiatan tahunan survey kepuasan pelanggan

d. Melaporkan kegiatan survey kepuasan pelanggan

Adapun wewenang dari sub bagian pengelola survey kepuasan pelanggan

adalah:

a. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup

tugasnya

b. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran

c. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan

3.1.3.3 Pengelola Audit Internal

Subbagian pengelola audit internal memiliki tugas dan tanggung jawab

sebagai berikut:

a. Mengelola kegiatan audit internal

b. Memastikan berjalannya kegiatan Audit Internal Sudin Kesehatan

c. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam kegiatan audit

internal

d. Membuat laporan kegiatan audit internal Sudin Kesehatan

Adapun wewenang dari sub bagian pengelola audit internal adalah:

a. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup

tugasnya

b. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran

c. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

26

Universitas Indonesia

3.1.3.4 Pengelola Audit Eksternal

Subbagian pengelola audit eksternal memiliki tugas dan tanggung jawab

sebagai berikut:

a. Mengelola kegiatan audit eksternal

b. Memastikan berjalannya kegiatan Audit Eksternal Sudin Kesehatan

c. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam kegiatan audit

eksternal

d. Membuat laporan kegiatan audit eksternal Sudin Kesehatan

Adapun wewenang dari sub bagian pengelola audit eksternal adalah:

a. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup

tugasnya

b. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran

c. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan

3.1.3.5 Pengelola Forum Komunikasi Mutu

Sub bagian pengelola forum komunikasi mutu memiliki tugas dan tanggung

jawab sebagai berikut:

a. Mengelola kegiatan forum komunikasi mutu yang merupakan pertemuan rutin

antara perwakilan mutu sudin, atau pertemuan antara perwakilan tim mutu sudin

dan puskesmas

b. Memastikan berjalannya kegiatan forum komunikasi mutu sudin kesehatan

c. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam kegiatan forum

komunikasi mutu

d. Membuat laporan kegiatan forum kemunikasi mutu sudin kesehatan

Adapun wewenang dari sub bagian pengelola forum komunikasi mutu adalah:

a. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup

tugasnya

b. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran

c. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

27

Universitas Indonesia

3.2 Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin)

3.2.1 Tugas dan Tanggung Jawab

Tugas dan tanggung jawab bagian Farmakmin adalah:

a. Memberikan pelayanan perizinan Farmakmin

b. Mengendalikan mutu pelayanan Farmakmin

c. Membuat perencanaan kegiatan dan anggaran Farmakmin

d. KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) pada customer

e. Verifikasi berkas perizinan masuk (ditolak atau dilanjutkan)

f. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap Sarana pelayanan

kesehatan farmasi makanan dan minuman

g. Membuat perencanaan kerja mingguan

h. Membuat laporan dan evaluasi kerja mingguan

i. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi saran yang ditentukan

3.2.2 Wewenang

Bagian farmasi, makanan dan minuman memiliki wewenang, antara lain:

a. Menetapkan perencanaan kegiatan Farmakmin

b. Mewakili Kepala Seksi sesuai dengan kewenangan yang diberikan

c. Mengendalikan kegiatan perizinan sarana Farmakmin dan kegiatan Binwasdal

d. Merekomendasikan tertib atau tidaknya izin Farmakmin

3.2.3 Subbagian Farmakmin

3.2.3.1 Pengelola Administrasi Farmakmin

Subbagian pengelola administrasi Farmakmin memiliki tugas dan tanggung

jawab sebagai berikut:

a. Mengkoordinir peninjauan lapangan

b. Melakukan pengetikan sertifikat/perizinan

c. Pemegang program kegiatan sosialisai tenaga asisten apoteker, penyuluhan

keamanan pangan, dan pembinaan sarana pelayanan Farmakmin

d. Menerima berkas perizinan dan dicatat dalam buku register

e. Memberi nomor Surat Tugas dan rekap BAP

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

28

Universitas Indonesia

f. Mengkoordinir kegiatan Binwasdal ke lapangan untuk semua jenis sarana

pelayanan kesehatan Farmakmin

g. Membuat laporan kegiatan program (SPJ lengkap)

h. Konfirmasi ke pemohon untuk pelaksanaan inspeksi

i. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana kesehatan

farmakmin

j. Mengarsipkan surat izin/sertifikat

k. Mencatat ke buku register untuk masing-masing sarana

l. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi sarana yang ditentukan

Wewenang dari subbagian pengelola administrasi Farmakmin adalah:

a. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dalam pertemuan atau rapat

sesuai kewenangan

b. Mengusulkan rencana kegiatan

c. Mengendalikan kegiatan program yang dibidangnya

3.2.3.2 Pengelola Apotek dan Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT)

Subbagian pengelola apotek dan UMOT memiliki tugas dan tanggung

jawab sebagai berikut:

a. Melaksanakan peninjauan lapangan ke apotek dan UMOT

b. Melaksanakan kegiatan sosialisasi tenaga asisten apoteker

c. Mengkoordinir dan melaksanakan kegiatan Binwasdal ke lapangan untuk apotek

dan UMOT

d. Membuat perencanaan maupun laporan kegiatan program

e. Menerima laporan pemakaian Narkotika dan Psikotropika dan dicatat dalam

absensi apotek

f. Mencatat laporan pemakaian Narkotika dan Psikotropika harian

g. Merekap laporan pemakaian Narkotika dan Psikotropika per bulan

h. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan

kesehatan Farmakmin

i. Membuat status kendali berkas perizinan dan sarmut

j. Membuat laporan perizinan

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

29

Universitas Indonesia

k. Menginput data perizinan dan pendataan sarana Farmakmin

l. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi/pemeriksaan sarana yang ditentukan

m. Membuat jadwal kegiatan Farmakmin, jadwal distribusi perbekalan alat

kesehatan

n. Merevisi ceklist, formulir, dan perubahan dokumen ISO

Adapun wewenang dari subbagian pengelola apotek dan UMOT adalah:

a. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dalam pertemuan atau rapat

sesuai kewenangan

b. Mengusulkan rencana kegiatan

c. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya

d. Mempunyai kewenangan untuk merekomendasikan diberikannya izin atau tidak

kepada sarana yang ditinjau ke lapangan yang tidak memenuhi persyaratan

3.2.3.3 Pengelola Industri Rumah Tangga Pangan

Subbagian pengelola Industri Rumah Tangga Panggan (IRTP) memiliki

tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Melaksanakan peninjauan lapangan ke IRTP

b. Melakukan pengetikan sertifikat/perizinan IRTP

c. Melaksanakan kegiatan sosialisasi IRTP

d. Mengkoordinir dan melaksanakan kegiatan Binwasdal ke lapangan untuk IRTP

e. Membuat perencanaan maupun laporan kegiatan program

f. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan

kesehatan farmasi makanan dan minuman

g. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi sarana yang ditentukan

h. Membuat surat tugas insidentiil

Adapun wewenang dari subbagian pengelola IRTP adalah:

a. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dalam pertemuan atau rapat

sesuai kewenangan

b. Mengusulkan rencana kegiatan

c. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

30

Universitas Indonesia

d. Mempunyai kewenangan untuk merekomendasikan diberikannya izin atau tidak

kepada sarana yang ditinjau ke lapangan yang tidak memenuhi persyaratan

3.2.3.4 Pengelola Toko Obat

Subbagian pengelola Toko Obat memiliki tugas dan tanggung jawab

sebagai berikut:

a. Melaksanakan peninjauan lapangan ke toko obat

b. Melaksanakan kegiatan sosialisasi toko obat

c. Mengkoordinir dan melaksanakan kegiatan Binwasdal ke lapangan untuk toko

obat

d. Membuat perencanaan maupun laporan kegiatan program

e. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap Saryankes FMM

f. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi sarana yang ditentukan

Adapun wewenang dari subbagian pengelola toko obat adalah:

a. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dalam pertemuan atau rapat

sesuai kewenangan

b. Mengusulkan rencana kegiatan

c. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya

d. Mempunyai kewenangan untuk merekomendasikan diberikannya izin atau tidak

kepada sarana yang ditinjau ke lapangan yang tidak memenuhi persyaratan

3.2.3.5 Penerima Perizinan

Subbagian penerima perizinan memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai

berikut:

a. Memberikan informasi tentang perizinan kepada customer

b. Menerima dan memeriksa kelengkapan berkas dan mengisi check list sesuai

dengan persyaratan permohonan izin

c. Mencatat berkas permohonan izin kedalam buku register

d. Menginput data berkas perizinan

e. Membuat berita acara serah terima

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

31

Universitas Indonesia

f. Mengisi blanko retribusi pembayaran dan diserahkan ke pemohon untuk segera

membayar ke kas daerah

g. Menerima surat tanda terima pembayaran dari pemohon dan memberikan surat

izin/sertifikat asli kepada pemohon

h. Melaksanakan inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan

kesehatan farmasi makanan dan minuman

Adapun wewenang dari subbagian pengelola toko obat adalah:

a. Membuat laporan mingguan hasil inspeksi/pemeriksaan sarana yang ditentukan

b. Mengecek surat izin/sertifikat yang akan diparaf ke subbagian TU dan

ditandatangani Kepala Suku Dinas.

3.3 Seksi Tenaga Kesehatan (NAKES)

3.3.1 Tugas dan Tanggung Jawab

Tugas dan tanggung jawab Koordinator Tenaga Kesehatan (NAKES)

adalah:

a. Membantu Kepala Seksi menyusun RKA dan DPA Seksi Sumber Daya

Kesehatan

b. Menyusun jadwal bimbingan teknis tenaga kesehatan

c. Menganalisis dan melaksanakan peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan

tenaga kesehatan

d. Mengendalikan dan mengoordinasikan tugas dan wewenang tenaga kesehatan

3.3.2 Wewenang

Wewenang Koordinator NAKES diantaranya adalah:

a. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dalam pertemuan atau rapat

sesuai kewenangan

b. Mengusulkan rencana program kegiatan

c. Mengoordinasikan program kegiatan kepada seksi terkait

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

32

Universitas Indonesia

3.3.3 Struktur

Koordinator NAKES membawahi beberapa sub bagian diantaranya adalah

pengelola bimbingan teknis (BIMTEK), pengadministrasian, dan pengelola

Diklat.

3.3.3.1 Pengelola Bimbingan Teknis (BIMTEK)

Sub Bagian Pengelola BIMTEK memiliki tugas dan tanggung jawab

sebagai berikut:

a. Membantu koordinator menyusun dan merencanakan program kerja tenaga

kesehatan

b. Memantu koordinator dalam membuat jadwal BIMTEK tenaga kesehatan

c. Membantu koordinator dalam pelaksanaan BIMTEK

Adapun wewenang dari Sub Bagian Pengelola BIMTEK adalah:

a. Mengusulkan rencana program kegiatan BIMTEK

b. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya

3.3.3.2 Pengadministrasian

Sub Bagian Pengadministrasian memiliki tugas dan tanggung jawab

sebagai berikut:

a. Mengarsipkan bahan RKA dan DPA tenaga kesehatan

b. Mengarsipkan surat masuk dan surat keluar tenaga kesehatan

c. Mengadministrasikan jadwal bimbingan teknis tenaga kesehatan

d. Mengadministrasikan peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga

kesehatan

e. Mengadministrasikan hasil program kegiatan di Seksis Sumber Daya

Kesehatan

Adapun wewenang dari Sub Bagian Pengadministrasian adalah

mengumpulkan data-data dan semua hasil kegiatan program kerja yang ada di

Koordinator Tenaga Kesehatan

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

33

Universitas Indonesia

3.3.3.3 Pengelola Diklat (Pendidikan dan Pelatihan)

Sub Bagian Pengelola Diklat memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai

berikut:

a. Membantu koordinator menyusun dan merencanakan program kerja tenaga

kesehatan

b. Membantu koordinator membuat jadwal Diklat tenaga kesehatan

c. Membantu koordinator dalam pelaksanaan Diklat

Adapun wewenang dari Sub Bagian Diklat adalah:

a. Mengusulkan rencana kegiatan

b. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya

3.4 Ruang Lingkup Perizinan

Farmakmin mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan perizinan,

pengendalian, dan penilaian efektifitas pelayanan kesehatan dalam bidang farmasi,

makanan, dan minuman. Layanan perizinan yang diberikan oleh Farmakmin

meliputi pemberian surat izin sarana dan surat izin kerja.

Adapun jenis surat izin tersebut sebagai berikut (Suku Dinas Kesehatan

Jakarta Utara, 2011):

a. Untuk sarana kesehatan meliputi:

1. Izin Apotek

2. Izin Pedagang Eceran Obat (Toko Obat)

3. Izin Industri Kecil Obat Tradisional

4. Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT)

5. Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan (Sub PAK)

b. Untuk tenaga kesehatan meliputi:

1. Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)

2. Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA)

3. Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK)

4. Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan (SPKP)

Berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,

dinyatakan bahwa dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, semua

penyelenggaraan sarana kesehatan harus mempunyai izin dari pemerintah sesuai

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

34

Universitas Indonesia

dengan ketetapan yang berlaku. Ruang lingkup perizinan dari sarana kesehatan

Farmakmin yang proses perizinannya telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan

Kota Jakarta Utara adalah Apotek, toko obat, Usaha Mikro Obat Tradisional

(UMOT), Industri Rumah Tangga Pangan (SPP-IRT), Surat Izin Kerja Apoteker

(SIKA), Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA), dan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis

Kefarmasian (SIKTTK). Alur pedoman perizinan yang diterbitkan oleh Suku Dinas

Kesehatan Kota Jakarta Utara dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.

3.4.1 Apotek

Berdasarkan PerMenKes No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan

dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek menyebutkan bahwa apotek adalah suatu

tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran Sediaan

Farmasi, Perbekalan Kesehatan lainnya kepada masyarakat. Tugas dan fungsi

apotek adalah sebagai tempat pengabdian profesi Apoteker yang telah

mengucapkan sumpah jabatan, sarana farmasi yang melaksanakan peracikan,

pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat, dan

sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan

masyarakat secara meluas dan merata.

Pengelolaan apotek merupakan tugas dan tanggung jawab seorang Apoteker.

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah

mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak

melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker. Sebelum

melaksanakan kegiatannya, Apoteker Pengelola Apotek (APA) wajib memiliki

Surat Izin Apotek (SIA). SIA berlaku seterusnya selama apotek yang bersangkutan

masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melaksanakan tugasnya dan masih

memenuhi persyaratan serta tidak melakukan perubahan.

Perubahan tersebut dapat berupa perubahan fisik seperti perubahan/pindah

alamat maupun perubahan non fisik seperti perubahan/pergantian kepemilikan,

perubahan/pergantian tenaga ahli sarana kesehatan (Apoteker),

perubahan/pergantian nama sarana kesehatan serta perubahan surat izin kesehatan

jika hilang. Setiap perubahan baik fisik maupun non fisik tersebut harus disertai

dengan perubahan izin apotek dan mengajukan permohonan tertulis kepada Suku

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

35

Universitas Indonesia

Dinas Kesehatan (Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi DKI

Jakarta, 2002).

Untuk mendapatkan SIA baru, APA harus mengajukan formulir permohonan

izin apotek kepada Suku Dinas Kesehatan Kota. Contoh formulir permohonan izin

apotek dapat dilihat pada Lampiran 4. Selanjutnya APA menyiapkan tempat (lokasi

dan bangunan) dan perlengkapannya termasuk obat dan perbekalan farmasi lain

yang

merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Bangunan apotek harus mempunyai

luas yang memadai sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan

fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi.

Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan

dan penyerahan obat, ruang administrasi, kamar kerja Apoteker, tempat pencucian

alat, dan toilet/WC. Bangunan apotek harus dilengkapi sumber air yang memenuhi

syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat pemadam kebakaran yang berfungsi

dengan baik serta ventilasi dan sistem sanitasi yang baik. Apotek harus mempunyai

papan nama yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, dan alamat apotek.

Selain itu, apotek juga harus memiliki perlengkapan yang memadai seperti

timbangan, mortir, wadah dan etiket, tempat penyimpanan khusus narkotika dan

psikotropika, kartu stok, dan sebagainya. Khusus untuk pemakaian narkotika dan

psikotropika, apotek harus melaporkan pemakaiannya setiap bulan kepada Suku

Dinas Kesehatan setempat.

Berdasarkan PerMenKes No. 922/MENKES/PER/X/1993 pasal 5, seorang

APA harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan

b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker

c. Memiliki sertifikat kompetensi profesi

d. Memenuhi syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya

sebagai Apoteker

e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi APA di apotek

lain

Adapun Persyaratan izin apotek adalah sebagai berikut (Suku Dinas

Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, 2002):

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

36

Universitas Indonesia

a. Surat permohonan dari Apoteker ditujukan kepada Suku dinas Kesehatan

Jakarta Utara sebanyak 3 (tiga) rangkap , 1 (satu) rangkap diatas materai Rp

6000,-

b. Fotokopi KTP Jabodetabek Apoteker Pengelola Apotek

c. Fotokopi Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)

d. Surat keterangan lolos butuh

e. Denah bangunan dan peta lokasi

f. Fotokopi yang menyatakan status bangunan dalam akte hak milik/sewa/kontrak

g. Daftar Perlengkapan apotek

h. Surat pernyataan dari APA bahwa yang bersangkutan tidak bekerja tetap pada

perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi APA lain diatas materai Rp 6.000,-

i. Asli dan fotokopi surat ijin dari atasan bagi APA PNS/ABRI/ Pegawai Instansi

Pemerintah lainnya

j. Surat pernyataan PSA tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan dibidang

obat – obatan diatas materai Rp 6000,-

k. Daftar Asisten Apoteker

l. Surat Izin Usaha berdasarkan Undang-Undang Gangguan (UUG)

m. Perlengkapan administrasi (etiket, kopi resep, form laporan narkotika, dan lain-

lain)

n. Daftar Pustaka

o. Nomor Pokok Wajib pajak (NPWP)

Jika berkas sudah diterima, maka tim dinas kesehatan kota paling lambat

selama 6 hari kerja harus melaprkan hasil pemeriksaan setempat menggunakan

berita acara pemeriksaan apotek yang dapat dilihat pada Lampiran 5. Bila paling

lambat selama 6 hari kerja pemeriksaan tidak dilakukan, maka Apoteker pemohon

dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas

Kesehatan Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.

Kepala Dinas Kesehatan Kota dalam waktu 12 hari kerja setelah menerima laporan

hasil pemeriksaan kemudian menerbitkan SIA. Contoh SIA yang diterbitkan oleh

Suku Dinas Kesehatan Kota dapat dilihat pada Lampiran 6.

Dalam pelaksanaannya, Apoteker harus secara rutin setiap bulan

melaporkan penggunaan obat narkotik dan psikotropik kepada Suku Dinas

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

37

Universitas Indonesia

Kesehatan Kota setempat. Dalam melakukan pemusnahan perbekalan kefarmasian

yang sudah kadaluarsa serta resep-resep yang sudah disimpan selama tiga tahun,

APA juga harus lapor kepada Suku Dinas Kesehatan Kota setempat untuk

disaksikan dan dilaporkan Contoh berita acara pemusnahan resep dan perbekalan

farmasi masing-masing dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8.

3.4.2 Toko Obat

Berdasarkan PP No. 51 tentang Pekerjaan Kefarmasian, toko obat adalah

sarana pelayanan kefarmasian yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat

bebas dan obat-obat bebas terbatas untuk dijual secara eceran.Penyelenggaraan

Toko obat dilaksanakan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki Surat

Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK) sesuai dengan tugas dan

fungsinya.Dalam menjalankan praktek kefarmasian di toko obat, Tenaga Teknis

Kefarmasian harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian di toko obat. Untuk

mendirikan toko obat, maka Tenaga Teknis Kefarmasian harus mengajukan

permohonan Izin Sarana Toko Obat yang ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan

setempat. Contoh surat permohonan izin pembuatan sarana toko obat dapat dilihat

pada Lampiran 9.

Adapun kelengkapan yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin usaha toko

obat antara lain:

a. Surat permohonan dari Pemilik ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan

Jakarta Utara sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas materai Rp

6.000

b. Fotokopi KTP DKI dari pemilik Toko Obat

c. Peta lokasi tempat usaha dan denah ruangan

d. Fotokopi Ijazah dan SIKTTK dan KTP.

e. Surat pernyataan kesediaan bekerja sebagai Asisten Apoteker Penanggung

Jawab Teknis pada Toko Obat diatas materai Rp 6.000,-

f. Fotokopi status bangunan

g. Pas foto Pemilik dan Asisten Penanggung Jawab 2 (dua) lembar ukuran 2x3

h. Surat Pernyataan dari pemilik Toko Obat, tidak akan menjual obat keras daftar

G diatas materai Rp 6.000,-

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

38

Universitas Indonesia

i. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

j. NPWP

k. UUG

Apabila berkas sudah diterima oleh Suku Dinas Kesehatan Kota, maka tim

Suku Dinas Kesehatan Kota akan melakukan pemeriksaan langsung terhadap

sarana dan prasarana toko obat yang selanjutnya akan dilaporkan dalam berita acara

pemeriksaan. Contoh laporan berita acara pemeriksaan dapat dilihat pada Lampiran

10. Selanjutnya apabila berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan memenuhi syarat,

maka Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota akan memberikan surat izin pendirian

toko obat. Contoh surat izin pendirian toko obat yang dikeluarkan oleh Suku Dinas

Kesehatan Kota dapat dilihat pada Lampiran 11.

Toko obat harus menjalankan usahanya sesuai ketentuan dan peraturan

perundangan yang berlaku. Oleh karena itu, apabila toko obat melakukan

pelanggaran akan dikenakan sanksi baik berupa sanksi administratif maupun sanksi

pidana. Sanksi administratif yaitu mulai dari pemberian surat peringatan,

penghentian sementara kegiatan toko obat sampai pencabutan surat izin, sedangkan

untuk sanksi pidana pemilik toko obat dapat diajukan ke pengadilan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1331/MenKes/SK/

X/2002 ketentuan yang harus dipenuhi oleh pedagang eceran obat adalah sebagai

berikut :

a. Pedagang eceran obat dipimpin oleh seorang asisten apoteker sebagai

penanggung jawab teknis

b. Harus memasang papan nama di depan toko yang mudah dilihat oleh umum

dengan tulisan ”TOKO OBAT BERIZIN” beserta nama toko obat, tulisan

“TIDAK MENERIMA RESEP DOKTER” dibagian sudut kanan atas harus

dicantumkan nomor surat izin

c. Papan nama minimal berukuran lebar 40 cm dan panjang 60 cm, maksimal 150

cm

d. Tulisan harus berwarna hitam di atas dasar putih, tinggi huruf paling sedikit 5

cm dan tebal paling sedikit 5 mm

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

39

Universitas Indonesia

e. Tidak diperkenankan membuat atau meracik obat, membungkus atau

membungkus kembali obat (hanya menjual obat dalam bentuk kemasan asli

pabrik)

f. Tidak diperkenankan menerima atau melayani resep dokter

g. Obat-obat yang termasuk daftar obat bebas terbatas tidak boleh dicampur

dengan obat atau barang-barang lain

h. Tidak diperkenankan bertindak sebagai PBF

i. Tidak diperkenankan menjual obat keras, narkotika dan obat-obat berbahaya

dan bersedia menyerahkan obat-obat tersebut kepada petugas Suku Dinas

Kesehatan setempat bila ditemukan pada saat pemeriksaan

j. Harus membeli obat-obat dari pedagang besar farmasi yang resmi, yang

memiliki izin dari Departemen Kesehatan RI

k. Membuat laporan 10 jenis obat terbanyak dijual dalam triwulan kepada Suku

Dinas Kesehatan setempat

l. Tidak diperkenankan menjual obat-obat yang rusak atau kadaluarsa dan

bersedia dimusnahkan oleh petugas Suku Dinas Kesehatan setempat bila

ditemukan pada saat pemeriksaan

m. Tidak diperkenankan mengganti, menghilangkan atau membuat tidak dapat

dibacanya merek obat, label dan atau tulisan yang terdapat pada obat dan

pembungkusnya

n. Harus mempunyai izin dari Departemen Perdagangan (SIUP)

o. Petugas resmi dari Dinas Kesehatan DKI dan Departemen Kesehatan RI berhak

memeriksa setiap waktu

p. Apabila izin batal atau dicabut maka pemilik izin harus segera menyerahkan

surat izinnya kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat

q. Diwajibkan menaati peraturan-peraturan yang berlaku dan yang akan berlaku

Perubahan fisik maupun non fisik dari toko obat dapat terjadi setiap saat.

Setiap perubahan fisik maupun non fisik yang terjadi, pihak dari toko obat harus

mengajukan permohonan tertulis kepada seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas

Kesehatan setempat.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

40

Universitas Indonesia

Perubahan non fisik (tidak dilakukan pemeriksaan lapangan) terjadi jika :

a. Terjadi pergantian asisten apoteker penanggungjawab teknis sarana kesehatan

toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya)

b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan toko obat

c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan toko obat tanpa pemindahan lokasi

d. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan toko obat (baik karena meninggal

dunia maupun hal lainnya)

e. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan toko obat hilang atau rusak

Sedangkan perubahan fisik (dilakukan pemeriksaan lapangan) terjadi jika

ada pemindahan lokasi sarana kesehatan toko obat atau perpanjangan izin sarana

kesehatan toko obat.

3.4.3 Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) (Kementerian Kesehatan RI,

2012)

UMOT adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalm

bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan. UMOT hanya dapat

diselenggarakan oleh badan usaha perorangan yang memiliki izin usaha sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap industri dan usaha di

bidang obat tradisional wajib memiliki izin dari Menteri yang dalam hal ini

perizinannya didelegasikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Beberapa kelengkapan yang harus ada untuk memperoleh izin UMOT antara

lain adalah sebagai berikut:

a. Surat permohonan dari Direktur/Pimpinan/ Perorangan ditunjukan kepada Suku

Dinas Kesehatan Jakarta Utara rangkap 3 (tiga), satu rangkap diatas meterai Rp

6.000,-. Contoh surat permohonan izin UMOT dapat dilihat pada Lampiran 12.

b. Fotokopi akte pendirian badan usaha perorangan yang sah sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan

c. Susunan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas dalam hal

permohonan bukan perseorangan

d. Fotokopi KTP/identitas pemohon dan/atau Direksi/Pengurus dan

Komisaris/Badan Pengawas

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

41

Universitas Indonesia

e. Surat pernyataan pemohon dan/atau Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan

Pengawas tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di

bidang farmasi

f. Fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan

g. Surat tanda daftar perusahaan dan fotokopi surat izin usaha perdagangan dalam

hal permohonan bukan perseorangan

h. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

i. Fotokopi surat keterangan domisili

Alur permohonan izin UMOT adalah sebagai berikut:

a. Permohonan izin UMOT diajukan oleh pemohon Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam

Lampiran 12.

b. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima permohonan untuk izin

UMOT, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menunjuk tim untuk

melakukan pemeriksaan setempat

c. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima penugasan, tim melakukan

pemeriksaan terhadap kesiapan administrasi dan teknis, dan menyampaikan

hasil pemeriksaan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

d. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima hasil pemeriksaan, Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyetujui, menunda, atau menolak

permohonan izin UMOT dengan tembusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

dan Kepala Balai setempat

e. Apabila dalam 30 (tiga puluh) hari kerja setelah surat permohonan diterima

oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tidak dilakukan

pemeriksaan/verifikasi, pemohon dapat membuat pernyataan siap berproduksi

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota

Izin UMOT diberikan kepada pemohon yang telah memenuhi persyaratan,

sementara izin UMOT dapat ditunda atau ditolak apabila ternyata belum memenuhi

persyaratan. UMOT yang telah mendapat izin, yang melakukan perubahan nama,

alamat, atau tenaga teknis kefarmasian penanggung jawab wajib melaporkan secara

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

42

Universitas Indonesia

tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada

Kepala Balai setempat.

3.4.4 Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP)

IRTP adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat

tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual sampai semi otomatis.

Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat Makanan (BPOM) RI Nomor

HK.00.05.5.1640 tanggal 30 April 2003 tentang Tata Cara Penyelenggaraan

Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), maka SPP-IRT

bertujuan untuk:

a. Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan

pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang keamanan pangan.

b. Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang

pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap

keselamatan konsumen.

c. Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang

dihasilkan IRTP.

Syarat-syarat Sertifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP), yaitu :

a. Permohonan di atas materai Rp. 6000,00

b. Fotokopi KTP

c. Pasfoto berwarna ukuran 3x4 cm sebanyak 2 lembar

Syarat-syarat Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, yaitu:

a. Surat keterangan/tanda daftar industri dari Sudin Perindustrian

b. Akte pendirian perusahaan, bila dalam bentuk CV lampirkan akte notaris

c. Fotokopi Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan pemilik/pemimpin

d. Data produk makanan yang akan diproduksi

e. Peta lokasi

f. Denah ruangan produksi

g. Rancangan etiket

h. Pemeriksaan laboratorium

i. Fotokopi KTP Pemilik (DKI)

j. Pasfoto pemilik berwarna ukuran 3x4 cm sebanyak 2 lembar

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

43

Universitas Indonesia

k. Khusus untuk pengemasan kembali, harus disertai dengan surat keterangan dari

asal produk

l. Status bangunan, untuk milik sendiri lampirkan sertifikat, dan bila sewa

lampirkan surat sewa serta fotokopi KTP pemilik

Adapun tata cara penyelenggaraan SPP-IRT, yaitu:

1. Pengajuan Permohonan

a) Permohonan untuk mendapatkan SPP-IRT ditujukan kepada Pemerintah

Daerah atau Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Contoh formulir

pengajuan permohonan perizinan SPP-IRT dapat dilihat pada Lampiran 14.

b) Permohonan tidak dapat dipenuhi apabila pangan yang diproduksi berupa:

1. Susu dan hasil olahan.

2. Daging, ikan, unggas, dan hasil olahan yang memerlukan proses

dan/atau penyimpanan beku

3. Pangan kaleng

4. Pangan bayi

5. Minuman beralkohol

6. Air minum dalam kemasan

7. Pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan Standar Nasional

Indonesia (SNI)

8. Pangan lain yang ditetapkan oleh BPOM

c) Pemohon diwajibkan mengikuti PKP dan telah melewati tahap pemeriksaan

saran produksinya oleh Sudin Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara.

2. Penyelenggaraan dan Pelaksanaan PKP

Penyelenggaraan PKP dalam rangka SPP-IRT dilakukan oleh Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota atau Suku Dinas Kesehatan di DKI Jakarta.

Pelaksanaannya dapat dilaksanakan secara bersama-sama oleh beberapa Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota. Materi PKP, yaitu :

a. Berbagai jenis bahaya biologis, kimia, fisik, cara menghindari dan

memusnahkannya serta pengawetan pangan.

b. Higien dan sanitasi sarana PPIRT

c. Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB)

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

44

Universitas Indonesia

d. Peraturan perundangan tentang keamanan pangan, penggunaan Bahan

Tambahan Pangan (BTP), label dan iklan pangan

Materi pelengkap dapat dikembangkan sesuai kebutuhan Perusahaan Pangan

Industri Rumah Tangga, misalnya :

a. Pengemasan dan penyimpanan Produk Pangan Industri Rumah Tangga

b. Pengembangan Usaha Perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga termasuk

etika bisnis

3. Pemeriksaan Sarana Produksi

Setelah melaksanakan Penyuluhan Keamanan Pangan, petugas Suku Dinas

Pelayanan Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara melakukan pemeriksaan ke

sarana produksi IRTP. Petugas yang melakukan pemeriksaan tersebut harus

memiliki Sertifikasi Inspektur Pangan. Laporan pemeriksaan sarana produksi IRTP

dengan hasil minimal cukup merupakan salah satu persyaratan utama untuk

mendapatkan SPP-IRT. Contoh berita acara pemeriksaan sarana produksi IRTP

dapat dilihat pada Lampiran 15.

4. Sertifikasi Produksi IRTP

Sertifikasi yang diterbitkan dari kegiatan ini terdiri dari 2 jenis, yaitu :

a. Sertifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan

Sertifikasi ini diberikan kepada peserta yang telah lulus mengikuti

Penyuluhan Keamanan Pangan, dimana semua IRTP harus mempunyai

minimal 1 orang tenaga yang telah memiliki sertifikat Penyuluhan

Keamanan Pangan. Apabila IRTP tidak mempunyai tenaga yang telah

memiliki sertifikat yang dimaksud, maka perusahaan tersebut harus

menunjuk tenaga yang sesuai dengan tugasnya untuk mengikuti Penyuluhan

Keamanan Pangan.

b. Sertifikasi Produksi Pangan

Sertifikat ini diberikan pada IRTP yang mempunyai tenaga yang lulus

Penyuluhan Keamanan Pangan dan telah diperiksa sarana produksinya

dengan hasil minimal cukup, dimana sertifikat ini diterbitkan untuk 1 jenis

pangan produk IRTP. Contoh sertifikat produksi pangan dapat dilihat pada

Lampiran 16.

5. Sistem Pendataan dan Pelaporan

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

45

Universitas Indonesia

Penyelenggaraan SPP-IRT di Sudin Yankes Kota Administrasi Jakarta Utara

harus dilaporkan kepada BPOM atau Balai Besar POM setempat dengan

melampirkan Sertifikat PKP dan SPP-IRTP dengan tembusan kepada Kepala Dinas

Kesehatan DKI Jakarta selambat lambatnya satu bulan setelah penyelenggaraan.

Balai Besar POM melaporkan rekapitulasi penerbitan SPP-IRT kepada BPOM.

Sistem pendataan dan pelaporan SPP-IRT dilakukan oleh Sudin Yankes Kotamadya

setempat dan bekerjasama dengan Balai Besar POM. Balai Besar POM melaporkan

rekapitulasi penerbitan SPP-IRT kepada BPOM.

3.4.5 Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan

Sub penyalur alat kesehatan adalah perwakilan usaha dari penyalur alat

kesehatan yang telah mendapatkan izin. Adapun persyaratan yang harus dilengkapi

untuk memperoleh izin cabang/sub penyalur alat kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Surat permohonan dari Direktur/Pimpinan UPAK (Usaha Penyalur Alat

Kesehatan) ditujukan kepada Sudin Yankes setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap

dan 1 (satu) rangkap diatas materai Rp 6.000,-

b. Surat penunjukkan dari UPAK sebagai Sub/Cabang penyalur Alkes diatas

materai Rp. 6.000,-

c. Fotokopi izin UPAK

d. Akte perusahaan Sub/Cabang penyalur Alkes bila bentuk PT terdaftar pada

Menkeh HAM

e. Denah bangunan/ruangan dari Sub/Cabang penyalur Alkes

f. Peta lokasi Sub/Cabang penyalur Alkes

g. SIUP Sub/Cabang penyalur Alkes

h. NPWP Sub/Cabang penyalur Alkes

i. UUG

j. Domisili perusahaan

k. Status bangunan bila milik sendiri lampirkan sertifikat bila sewa minimal 2

(dua) tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi pemilik

Perubahan non fisik (tidak dilakukan pemeriksaan lapangan) dilakukan jika:

a. Terjadi pergantian Pemilik Sarana Kesehatan Sub/Cabang penyalur Alkes (baik

karena meninggal dunia maupun lainnya)

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

46

Universitas Indonesia

b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan Sub/Cabang penyalur Alkes

c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan Sub/Cabang penyalur Alkes tanpa

pemindahan lokasi

d. Terjadi karena Surat Izin sarana kesehatan Sub/Cabang penyalur Alkes hilang

atau rusak

Perubahan fisik (dilakukan pemeriksaan lapangan) dilakukan jika:

a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan cabang/sub PAK

b. Terjadi perluasan lokasi sarana kesehatan cabang/sub PAK

3.4.6 Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA), Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA),

dan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK)

Berdasarkan Permenkes RI No. 889/MENKES/Per/V/2011, Setiap tenaga

kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat

izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin sebagaimana dimaksud

berupa:

a. SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian di

Apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau

praktek bersama;

b. SIPA bagi Apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian;

c. SIKA bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas

Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi dan alat kesehatan melalui

Pedagang Besar Farmasi, penyalur alat kesehatan, instalasi Sediaan Farmasi dan

alat kesehatan milik Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah

daerah kabupaten/kota atau produksi sediaan farmasi berupa industri farmasi

obat, industri bahan baku obat, industri obat tradisional, pabrik kosmetika dan

pabrik lain;

d. SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan pekerjaan

kefarmasian pada fasilitas kefarmasian.

SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian

atau SIKA hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian. Apoteker

penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian berupa puskesmas dapat

menjadi Apoteker pendamping di luar jam kerja. SIPA bagi Apoteker pendamping

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

47

Universitas Indonesia

dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas pelayanan

kefarmasian. SIKTTK dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas

kefarmasian. SIPA, SIKA, atau SIKTTK masih tetap berlaku selama:

a. STRA atau STRTTK masih berlaku

b. Tempat praktik/bekerja masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIPA,

SIKA, atau SIKTTK

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan

Kefarmasian, STRA berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk

jangka waktu 5 (lima) tahun. STRA masih berlaku selama STRA belum dicabut

dan masih belum habis masa berlakunya. STRA atau STRTTK dapat dicabut karena

permohonan yang bersangkutan:

a. Pemilik STRA atau STRTTK tidak lagi memenuhi persyaratan fisik dan mental

untuk menjalankan pekerjaan kefarmasian berdasarkan surat keterangan dokter;

b. Melakukan pelanggaran disiplin tenaga kefarmasian atau

c. Melakukan pelanggaran hukum di bidang kefarmasian yang dibuktikan dengan

putusan pengadilan.

Untuk memperoleh SIKTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian mengajukan

permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota tempat pekerjaan kefarmasian

dilaksanakan (Contoh surat permohonan dapat dilihat pada Lampiran 17) dengan

melampirkan:

a. Fotokopi STRTTK;

b. Surat pernyataan Apoteker atau pimpinan tempat pemohon melaksanakan

pekerjaan kefarmasian;

c. Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis

Kefarmasian dan

d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2

(dua) lembar

Dalam mengajukan permohonan SIKTTK harus dinyatakan secara tegas

permintaan SIKTTK untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau

ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kota harus menerbitkan SIKTTK paling lama 20

(dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

48

Universitas Indonesia

Contoh SIKTTK yang diterbitkan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota dapat dilihat

pada Lampiran 18.

Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan

(Contoh surat permohonan pengajuan SIPA dan SIKA dapat dilihat pada Lampiran

19) dengan melampirkan:

a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN;

b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari

pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi

atau distribusi/penyaluran;

c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi dan

d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2

(dua) lembar;

e. Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus

dinyatakan secara tegas permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian

pertama, kedua, atau ketiga.

Kepala Dinas Kesehatan Kota harus menerbitkan SIPA atau SIKA paling

lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan

lengkap. (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan

lengkap. Contoh SIPA dan SIKA yang diterbitkan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota

dapat dilihat pada Lampiran 20 dan 21.

3.5. Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Binwasdal)

Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur No. 58 tahun 2002, salah satu

tugas Farmakmin adalah melakukan akreditasi dan pengawasan mutu pelayanan

farmasi, makanan, dan minuman melalui Binwasdal.

Pembinaan (Counseling) adalah kegiatan untuk menyiapkan dan

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan agar mempunyai kompetensi

untuk memenuhi persyaratan. Pengawasan (Supervision/Inspection) adalah

evaluasi kesesuaian melalui pengamatan dan penetapan, jika perlu dengan

pengukuran, uji atau cara lain. Pengendalian (Controlling) adalah bagian dari

kegiatan yang terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

49

Universitas Indonesia

yang fokus kepada pemenuhan persyaratan/peraturan perundang-undangan. Tujuan

pelaksanaan binwasdal oleh Farmakmin antara lain:

a. Tujuan umum, yaitu terbinanya sarana pelayanan farmasi maupun sarana

Farmakmin serta alat kesehatan agar mampu memberikan pelayanan

kefarmasian baik di sarana pelayanan kefarmasian.

b. Tujuan khusus antara lain, yaitu terjaminnya mutu pelayanan kefarmasian baik

pada sarana produksi maupun sarana distribusi serta terjamin dan tersedianya

perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu, aman dan berkhasiat serta

terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Adapun sasaran Binwasdal di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

Jakarta Utara antara lain apotek, depo farmasi, toko obat, UMOT, IRTP, dan

Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan (C/SPAK).

Pelaksanaan Binwasdal perlu memperhatikan adanya hierarki atau jenjang

kewenangan dalam organisasi dengan batasan yang berbeda-beda. Hierarki tersebut

antara lain:

1. Dinas Kesehatan Propinsi

Batas kewenangan meliputi:

a. Penentu/pembuat kebijakan

b. Penentu/pembuat pedoman

c. Melakukan pembinaan dengan Suku Dinas Kesehatan terhadap sarana

kesehatan Farmakmin yang izinnya masih diterbitkan oleh DepKes RI

d. Penentu saran pencatatan izin yang masih diterbitkan oleh DepKes RI

2. Suku Dinas Kesehatan

Batas kewenangan meliputi:

a. Pelaksanaan Binwasdal. Aspek manajerial dan teknis untuk izin yang

diterbitkan oleh Sudinkes

b. Pencabutan dan pembekuan izin untuk izin yang ditertibkan oleh Sudinkes

Metode-metode dalam pelaksanaan Binwasdal antara lain:

a. Kunjungan ke lapangan: kuesioner dan analisa

b. Observasi ke lapangan

c. Berita acara pemeriksaan (BAP)

Ruang lingkup Pelayanan Binwasdal meliputi:

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

50

Universitas Indonesia

a. Mengendalikan Mutu Pelayanan meliputi BIMTEK dan Self Assessment Mutu

Pelayanan pada sarana Farmakmin

b. Audit Mutu sarana Farmakmin

c. Rekomendasi perbaikan dan penyeliaan (Supervisi)

d. Memberikan sanksi

e. Memfasilitasi penyelesaian perselisihan/pengaduan/keluhan dari organisasi

profesi dan masyarakat

f. Mensosialisasikan peraturan perundangan tentang mutu kesehatan Farmakmin

3.6. Pelanggaran dan Sanksi

Semua perizinan Sarana Kesehatan Farmakmin dalam memberikan

pelayanan atau operasionalnya selalu mempunyai tujuan yaitu untuk memberikan

kesehatan jasmani dan rohani bagi konsumen yang dilayani. Oleh sebab itu, bila

pengelola atau pemilik sarana kesehatan tersebut tidak menjalankan seperti apa

yang telah ditentukan dalam peraturan perundangundangan maka akan diberikan

sanksi yang sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.

Sanksi yang akan diberikan bagi pengelola atau pemilik yang tidak

menjalankan peraturan perundang-undangan atau pelanggaran dalam mengelola

sarana kesehatan Farmakmin dapat dibagi menjadi beberapa kriteria, yaitu :

1. Sanksi administratif berupa :

a. Peringatan.

b. Penghentian sementara kegiatan.

c. Pencabutan izin.

2. Sanksi Pidana, diajukan ke pengadilan.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

51 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara

Suku Dinas Kesehatan yang dibentuk pada bulan januari 2009, sesuai

dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta No.10 tahun 2008 merupakan hasil gabungan

dari Suku Dinas Pelayanan Kesehatan (Sudin Yankes) dan Suku Dinas Kesehatan

Masyarakat (Sudin Kesmas) yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi. Suku

Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang diangkat dari

Pegawai Negeri Sipil yang telah memenuhi persyaratan. Dalam melaksanakan

tugas dan fungsinya, Kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara teknis

administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional kepada

Walikota Administrasi yang bersangkutan. Suku Dinas Kesehatan mempunyai

tugas melaksanakan pelayanan perizinan, perencanaan, promosi, pembinaan,

pengawasan, dan pengendalian serta penilaian efektivitas pelayanan kesehatan.

Suku Dinas Kesehatan memiliki 1 sub bagian yaitu sub bagian Tata Usaha dan 4

seksi yaitu seksi Pelayanan Kesehatan, seksi Kesehatan Masyarakat, seksi

Pengendalian Masalah Kesehatan dan seksi Sumber Daya Kesehatan. Seksi Sumber

Daya Kesehatan (SDK) ini membawahi 3 subseksi, yaitu bagian Tenaga Kesehatan,

Standarisasi Mutu Kesehatan, dan Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman

(Farmakmin).

Pelaksanaan perizinan di Sudinkes Jakarta Utara meliputi perizinan sarana

kesehatan seperti apotek, toko obat, dan Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT),

sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga (SPP-IRT) dan cabang/sub

penyalur alat kesehatan serta tenaga kerja. Pada Lampiran 9 – 11 dapat dilihat

formulir, surat izin, dan berita acara pemeriksaan toko obat, sedangkan pada

Lampiran 12 untuk UMOT, untuk industri rumah tangga dapat dilihat pada

Lampiran 14 – 16. Alur perizinan untuk sarana kesehatan dapat dilihat pada

lampiran 2. Sejak diberlakukannya permenkes No.889/Menkes/Per IV/2011 pada 1

Juni 2011, perizinan surat izin praktek apoteker (SIPA) atau surat izin kerja

apoteker (SIKA) dilimpahkan ke suku dinas kabupaten/kota. Pelayanan perizinan

dilaksanakan dengan sistem satu atap yaitu di kantor Walikota, dimana seluruh

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

52

Universitas Indonesia

berkas perizinan nantinya diserahkan dan diterima di tempat yang sama yaitu

melalui front line officer (FLO) di bagian Pelayanan Prima (Lampiran 1). Pemohon

yang akan melakukan perizinan harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan

(Lampiran 17 – 21). Apabila ada berkas yang kurang sesuai, pemohon diminta

untuk memperbaiki atau melengkapinya. Berkas yang diserahkan oleh pemohon di

kantor Pelayanan Prima kemudian dibawa ke Kantor Suku Dinas Kesehatan. Berkas

permohonan yang sudah lengkap persyaratan administrasinya kemudian dikirimkan

ke Subbag Tata Usaha untuk registrasi surat masuk. Berkas tersebut kemudian

diserahkan ke seksi yang bersangkutan, dalam hal ini adalah Seksi Sumber Daya

Kesehatan bagian Farmasi, Makanan, dan Minuman (Farmakmin). Petugas bagian

Farmasi, Makanan, dan Minuman kemudian akan memeriksa kembali dokumen

tersebut sebelum proses pemeriksaan kelengkapan sumber daya sarana kesehatan

dilakukan dalam bentuk inspeksi lapangan.

Tujuan dari pemeriksaan lapangan ini untuk melihat kesesuaian sarana dan

prasarana dengan persyaratan yang ditetapkan. Aspek-aspek yang diperiksa oleh

petugas Suku Dinas Kesehatan dalam proses perizinan apotek mencakup sumber

daya manusia yang sesuai persyaratan, keadaan bangunan, kelengkapan sarana dan

prasarana pendukung kegiatan sarana kesehatan, serta dokumen asli. Aspek

bangunan yang harus ada meliputi papan nama, bentuk dan luas bangunan,

kelengkapan ruangan seperti ruang racik, penyerahan resep, administrasi, kamar

kerja Apoteker, toilet, dan ruang tunggu. Kelengkapan bangunan lain yang

diperiksa meliputi penerangan, sumber air, ventilasi, sanitasi, dan alat pemadam

kebakaran. Aspek kelengkapan perlengkapan yang harus ada untuk sebuah apotek

adalah peralatan pembuatan dan peracikan obat, penyimpanan, wadah dan etiket,

serta peralatan administrasi. Aspek tenaga kefarmasian yang harus ada adalah

Apoteker dan Asisten Apoteker. Sedangkan data administrasi asli yang harus ada

adalah KTP APA dan PSA, NPWP APA dan PSA, SIPA, UUG, IMB atau surat

sewa, surat keterangan domisili, peta lokasi, denah ruangan beserta ukuran dan

fungsi, dan akte perusahaan jika berbentuk badan hukum.

Dalam melakukan binwasdal, Suku Dinas Kesehatan dapat bekerja sama

dengan BPOM atau bekerja sendiri. Selain melakukan kegiatan binwasdal secara

rutin (bekerja sendiri), Suku Dinas Kesehatan juga akan melakukan inspeksi

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

53

Universitas Indonesia

terhadap sarana yang ditemukan adanya pelanggaran atas rekomendasi BPOM. Jika

ketika inspeksi ulang oleh Suku Dinas Kesehatan ternyata benar ditemukan

pelanggaran, maka sarana tersebut akan dibina lebih lanjut oleh Suku Dinas

Kesehatan dan setelah itu diperiksa kembali untuk memastikan sarana tersebut

sudah tidak melakukan pelanggaran lagi. Suku Dinas Kesehatan bertanggung jawab

untuk membina sarana-sarana kesehatan farmakmin tersebut, baik sarana yang baru

mulai buka maupun sarana yang sudah berjalan lama. Seperti pada IRTP, Suku

Dinas Kesehatan harus memberikan penyuluhan terlebih dahulu, baru setelah itu

IRTP tersebut dapat berjalan.

Selama kegiatan praktek kerja di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara,

penerimaan laporan bulanan narkotika dan psikotropika apotek yang berada di

wilayah Jakarta Utara tidak lagi secara manual dalam bentuk hasil cetak, melainkan

mulai dilaksanakan secara komputerisasi, dimana tiap apotek telah diberikan format

dan penjelasan mengenai cara pembuatan laporan tersebut. Pihak apotek cukup

menyerahkan media penyimpanan yang berisi laporan narkotika, kemudian

Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman akan memindahkannya dalam lokasi

penyimpanan laporan narkotika yang terdapat dalam komputer kerja Koordinator

Farmasi Makanan dan Minuman. Pelaporan penggunaan narkotika-psikotropika

dilakukan setiap bulan, namun karena masih terdapat beberapa kendala yang

dikeluhkan oleh beberapa apotek di Jakarta Utara misalnya mulai dari adanya

gangguan koneksi sampai tidak tersedianya fasilitas internet yang menghambat

pengiriman laporan, maka pengumpulan laporan banyak yang tertunda. Laporan

narkotika dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara tersebut kemudian dikirimkan

ke Kementrian Kesehatan RI dengan format yang telah ditentukan. Selain

penggunaan narkotika dan perbekalan farmasi lainnya, pemusnahan perbekalan

farmasi pun harus dilaporkan. Bila ada pemusnahan, semuanya harus dimuat dalam

berita acara pemusnahan yang dibuat oleh Apoteker Pengelola Apotek dan

diserahkan ke Suku Dinas serta BPOM. Format berita acara pemusnahan

perbekalan farmasi dapat dilihat pada lampiran 8.

Lingkup kerja Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara meliputi 6 Kecamatan

dimana tiap Kecamatan tersebut memiliki Puskesmas yang melayani masyarakat.

Keenam kecamatan tersebut adalah Kecamatan Kelapa Gading, Kecamatan Koja,

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

54

Universitas Indonesia

Kecamatan Cilincing, Kecamatan Tanjung Priok, Kecamatan Penjaringan, dan

Kecamatan Pademangan. Setiap bulan Puskesmas wajib untuk membuat laporan

pemakaian obat dan alat kesehatan kepada Suku Dinas Kesehatan. Melalui laporan

tersebut dapat diketahui persediaan obat dan alat kesehatan apa saja yang kurang

dan perlu penambahan dari Suku Dinas Kesehatan. Penulis juga mendapatkan

kesempatan untuk langsung mengamati pelayanan kefarmasian yang ada di salah

satu Puskesmas Kecamatan di Jakarta Utara selama 2 hari.

4.2 Puskesmas Kecamatan di Jakarta Utara

Selama praktek kerja profesi Apoteker (PKPA) berlangsung, telah

dilakukan peninjauan ke puskesmas di wilayah kecamatan Jakarta Utara yaitu

selama 2 hari. Pengamatan puskesmas meliputi pelayanan farmasi klinik maupun

pengelolaan obat.

4.2.1 Pelayanan farmasi klinik

Dalam pelayanan farmasi klinik, semua resep dari berbagai poli dilayani

oleh instalasi farmasi kecuali gawat darurat dan rawat inap yang memiliki

persediaan obat sendiri. Apotek tersebut memiliki 3 orang pekerja, yaitu 1 orang

Apoteker dan 2 orang Asisten Apoteker . Sedangkan 1 orang Apoteker berada di

bagian gudang farmasi puskesmas tersebut. Ada 2 jenis resep yang berlaku di

Puskesmas, yaitu resep internal dan eksternal. Resep internal hanya dilengkapi

kelengkapan resep berupa nama poli, jenis dan dosis obat, aturan pakai obat serta

nama dan umur pasien. Resep internal ditebus oleh pasien di apotek puskesmas

sedangkan resep eksternal ditebus oleh pasien di apotek luar puskesmas. Karena

harus ditebus diluar apotek puskesmas, secara fisik resep tersebut harus terpenuhi

kelengkapannya secara umum. Resep eksternal diberikan jika obat tidak tersedia di

apotek puskesmas.

Alur pelayanan resep dimulai diletakkannya resep di kotak resep oleh pasien

dan pasien mengambil nomor antrian dan telah ditulis di atas resep, lalu petugas

mengambil resep dari kotak resep tersebut sesuai dengan urutan kedatangannya,

pengecualian untuk resep dengan pasien lansia lebih didahulukan daripada resep

lain. Selanjutnya, resep yang masuk diperiksa. Bila obat tidak tersedia, atau kurang

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

55

Universitas Indonesia

obat maka resep dikembalikan ke pasien, dan pasien disuruh untuk

mengklarifikasikan ke dokter yang bersangkutan. Jika kelengkapan resep sudah

tepat dan disertai dengan kesesuaian ketersediaan obat maka obat dikemas oleh

petugas dan diberi etiket meliputi nama pasien, aturan dan cara pakai obat. Setelah

pengemasan, sebelum obat diserahkan, nama pasien, umur dan poli asal

dikonfirmasikan terlebih dahulu oleh petugas dan obat diperiksa kembali untuk

menyesuaikan antara obat dan resep. Setelah itu, pasien akan dipanggil nama dan

usianya berurutan berdasarkan nomor yang sudah dibuat, lalu obat akan diserahkan.

Apoteker juga akan mengkonfirmasi pasien dengan penyakit yang dideritanya

karena ada kemungkinan ada pasien dengan nama dan umur yang sama atau

terdapat kesalahan penulisan nama. Penyerahan obat dilakukan dengan pemberian

informasi obat (PIO) kepada pasien. Informasi meliputi cara pemberian obat, waktu

dan frekuensi pemberian obat serta informasi lain yang penting (seperti antibiotik

harus dihabiskan, cara rekonstitusi suspensi kering, dan lain-lain). Setelah

pelayanan resep, pencatatan administrasi pengeluaran obat dan jumlah resep yang

diterima dilakukan oleh petugas.

Pemberian informasi obat bagi pasien rawat jalan telah lama dilaksanakan

dan menjadi salah satu prosedur tetap pelayanan resep di tiap Puskesmas. Walaupun

PIO dilaksanakan, PIO tersebut masih terbatas saat dispensing obat. Pemberian

informasi obat berupa aturan pakai obat kepada pasien rawat jalan dilakukan ketika

penyerahan obat dilakukan. Selain aturan pakai, apoteker terkadang memberikan

informasi efek samping ataupun jenis obat yang diberikan. Terbatasnya informasi

obat yang diberikan disebabkan oleh karena terbatasnya SDM di apotek yang

disertai banyaknya pasien yang harus dilayani. Untuk meningkatkan pelayanan

informasi obat, Puskesmas juga telah melengkapi fasilitas penunjang seperti buku

IONI, ISO, dan MIMS. Selain itu adanya evaluasi serta pengendalian mutu

dilakukan oleh bagian kendali mutu Puskesmas. Pengendalian mutu dilakukan

dengan cara survey tingkat kepuasan dan evaluasi prosedur tetap pelayanan

kefarmasian yang dilakukan, serta dilihat dari jumlah keluhan pelanggan (maksimal

2 keluhan tiap bulan).

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

56

Universitas Indonesia

4.2.2 Pengelolaan Obat

Unit Gudang Obat atau gudang farmasi memiliki fungsi pengajuan

perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pelayanan permintaan

perbekalan farmasi dari seluruh Puskesmas perkecamatan (Puskesmas Kecamatan

dan Puskesmas Kelurahan), serta pelaporan pemakaian perbekalan farmasi seluruh

puskesmas tersebut ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Penanggung jawab

Gudang Farmasi adalah seorang Apoteker. Manajemen perbekalan farmasi harus

dilaksanakan dengan baik agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti

kekurangan stok dan lain-lain. Apoteker Penanggung Jawab gudang farmasi

bertanggung jawab untuk melaksanakan manajemen perbekalan farmasi dengan

baik seperti perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian serta

pelaporan perbekalan farmasi. Pengajuan pengadaan perbekalan farmasi dilakukan

secara bottom up yaitu berdasarkan usulan kebutuhan seluruh puskesmas

sekecamatan selama 1 tahun ditambah dengan buffer stock. Kebutuhan tersebut

akan direkapitulasi untuk selanjutnya diserahkan ke Unit Perencanaan Obat.

Perencanaan untuk pengadaan biasanya dilakukan pada akhir tahun. Sumber dana

untuk pengadaan perbekalan farmasi di puskesmas umumnya berasal dari subsidi

pemerintah, BLUD (Badan Layanan Unit Daerah atau swadana), dan lain-lain.

Pada proses penerimaan obat, obat diterima dari gudang farmasi kecamatan

sesuai dengan jenis maupun jumlah obat yang disertai dengan LPLPO. Penerimaan

obat disertai juga dengan berita serah terima. Gudang farmasi kecamatan

mendistribusikan obat ke puskesmas kecamatan maupun puskesmas kelurahan

setiap 3 bulan sekali. Bila obat yang dibutuhkan habis di sebelum penerimaan

barang berikutnya, puskesmas dapat mengajukan permohonan barang yang disertai

formulir permintaan barang.

Barang yang sudah diterima, disimpan di gudang puskesmas kecamatan.

Penyimpanan obat dilakukan sesuai dengan peraturan dan stabilitasnya. Obat

narkotika dan psikotropika di simpan di lemari narkotika, beberapa obat tidak tahan

panas disimpan di lemari pendingin 2-8° C dan obat lainnya disimpan di rak

penyimpanan obat dengan suhu yang terus dipantau. Obat disusun sesuai kelas

terapi dan masing-masing kelas terapi disusun secara alfabetis. Sistem

penyimpanan obat yang sering digunakan adalah first in first out (FIFO) atau first

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

57

Universitas Indonesia

expired first out (FEFO). Sistem FEFO lebih sering digunakan karena tidak semua

obat yang baru datang memiliki waktu kadaluarsa yang lebih lama, sehingga barang

yang lebih diutamakan keluar terlebih dahulu adalah barang yang waktu

kadaluarsanya lebih pendek.

Obat yang diterima dan keluar mengalami pencatatan dan pelaporan.

Pencatatan di puskesmas biasanya dilakukan pada buku sensus harian, kartu induk,

LPLPO, buku penerimaan obat, buku permintaan unit, buku puyer, buku peresepan

generik, buku narkotika dan buku data kunjungan. Alat bantu lain dalam pencatatan

yaitu kartu stok. Obat yang diterima dan keluar dari gudang dicatat pada kartu stok.

Data dari kartu stok selanjutnya dipindah ke buku permintaan unit yang berisi data

permintaan obat dari apotek ke gudang. Buku harian mencatat penggunaan obat

yang digunakan berdasarkan resep yang masuk. Data obat di buku harian

selanjutnya dirapikan di buku induk dengan mengklasifikasikan penerimaan dan

pengeluaran obat. Data penerimaan dan pengeluaran obat dari buku induk tersebut

dilaporkan setiap bulan dan setiap tahun ke suku dinas Jakarta utara dalam bentuk

formulir resmi yang dikenal dengan laporan pemakaian dan lembar permintaan obat

(LPLPO). Buku lainnya adalah buku narkotika yang berisi data penggunaan obat

narkotika dan psikotropika serta buku data kunjungan yang berisi jumlah kunjungan

pasien berdasarkan poli.

Data penggunaan narkotika dilaporkan melalui aplikasi SIPNAP setiap

bulannya. Selain narkotika pelaporan LPLPO dan penggunaan obat generik

dilaporkan ke Sudinkes Jakarta Utara. Laporan tersebut selanjutnya di kirim ke

dinas kesehatan lalu ke kementrian kesehatan untuk dievaluasi. Evaluasi tersebut

penting untuk mengetahui tercapai tidaknya penggunaan obat generik di sarana

kesehatan serta sumber data perencanaan obat program bagi Kemenkes.

4.2.3 Puskesmas Kecamatan Cilincing

Puskesmas tingkat kecamatan di wilayah Jakarta Utara terbagi atas 6

wilayah salah satunya kecamatan Cilincing. Jumlah apoteker yang terdapat di

Puskesmas Cilincing yaitu dua orang. Satu orang bertanggungjawab terhadap

pelayanan farmasi klinik di instalasi farmasi puskesmas dan pengadaan alat

kesehatan. Satu orang lagi bertanggungjawab terhadap gudang obat di kecamatan

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

58

Universitas Indonesia

serta membuat LPLPO dan laporan lainnya seperti penggunaan narkotika dan

psikotropika.

Puskesmas Kecamatan Cilincing melayani poli umum, poli mata, dan poli

gigi. Selain itu terdapat 3 lantai gedung yang berisi 10 kamar untuk pelayanan

rawat inap dan terdapat 1 mobil ambulans untuk memfasilitasi pasien yang harus

dirujuk ke rumah sakit. Jumlah pasien yang datang setiap harinya berkisar antara

50 sampai 100 orang. Namun jumlah ini dinilai terlalu besar karena puskesmas di

tingkat kecamatan merupakan puskesmas rujukan apabila kondisi pasien tidak bisa

ditangani di puskesmas tingkat kelurahan. Selain itu karena jumlah pasien yang

terlalu banyak maka program seperti konseling dan PIO tidak dapat berjalan dengan

baik karena jumlah sumber daya manusia yang tidak mencukupi.

Dari pengamatan selama dua hari, obat-obatan yang sering diresepkan

antara lain vitamin penambah darah, vitamin C, obat penurun panas, obat batuk

pilek, dan antibiotik. Dari resep yang sudah terkumpul setiap bulan dilakukan

analisa dari masing-masing penggunaan obat termasuk antibiotik untuk

menganalisa adanya penggunaan obat tidak rasional. Sistem pencatatan obat yang

masuk dan keluar menggunakan sistem FEFO dan pemesanan obat dilakukan

melalui e-katalog.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

59 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara memiliki tugas pokok

dan fungsi memberikan perizinan dan binwasdal (pembinaan, pengawasan dan

pengendalian) kepada sarana kesehatan serta tenaga kesehatan yang bekerja di

sarana kesehatan tersebut dengan ruang lingkup wilayah Jakarta Utara.

b. Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman berperan dalam memberikan

layanan perizinan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian terhadap sarana

Apotek, Toko Obat (pedagang eceran obat), Industri Kecil Obat Tradisional

(IKOT), Sub Penyalur Alat Kesehatan, dan Industri Rumah Tangga Pangan

(IRTP), serta pembuatan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian

(SIKTTK), Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) dan Surat Izin Kerja Apoteker

(SIKA).

c. Prosedur perizinan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara

khususnya yang dilakukan Koordinator Farmasi Makanan Minuman sudah

tertata dengan jelas serta sudah dilaksanakan dengan baik karena telah

diterapkannya sistem menejemen mutu sesuai standar ISO, namun kegiatan

binwasdal belum dapat dilaksanakan secara optimal disebabkan oleh masalah

anggaran dan keterbatasan sumber daya manusia untuk kegiatan tersebut.

5.2 Saran

a. Kegiatan-kegiatan binwasdal perlu ditingkatkan dalam rangka sosialisasi

informasi dan peraturan baik mengenai sarana maupun tenaga kesehatan.

b. Perlu adanya peningkatan alokasi anggaran dan sumber daya manusia yang

cukup untuk program Binwasdal.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

60 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. (2003). Keputusan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK.00.05.5.1640 Tentang Pedoman

Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah

Tangga. Jakarta: Hal. 4-10.

Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan. (2006). Pedoman Pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Jakarta :

3-7.

Departemen Kesehatan RI. (1992). Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang

Kesehatan. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

922/MENKES/PER/X/1993 pasal 5. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (2009). Peraturan Pemerintah RI No. 51 Tahun 2009

tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta.

Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2002). Keputusan Gubernur No. 58 Tahun 2002

tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta. Jakarta.

Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi Daerah

Khusus Ibukota Jakarta No.4 tentang Sistem Kesehatan Daerah. Jakarta: 4-5.

Kementerian Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1331/MenKes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 167/KAP/B.VIII/1972 tentang Pedagang Eceran Obat.

Jakarta: Pasal 2, 4.

Kementerian Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1332/Menkes/SK/ X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara

Pemberian Izin Apotek. Jakarta.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi Daerah

Khusus Ibu Jakarta No.150 Tahun 2009. Jakarta.

Sub Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. (2002).

Pedoman Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Propinsi DKI

Jakarta. Jakarta: 4-12 ; 19-97

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

61

Universitas Indonesia

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. (2010a). Pedoman Mutu Suku Dinas

Kesehatan Jakarta Utara. Jakarta : Dinas Kesehatan Jakarta Utara.

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. (2010b). Dokumen Tupoksi dan Kompetensi

Seksi Sumber Daya Kesehatan Sudin Kesehatan Jakarta Utara. Jakarta : Dinas

Kesehatan Jakarta Utara.

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. (2011). Prosedur Pengelola Obat dan

Perbekalan Kesehatan. Jakarta : Dinas Kesehatan Jakarta Utara.

Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Jakarta Utara. (2011). Prosedur Binwasdal

Kesehatan Farmasi Makanan Minuman. Jakarta : Dinas Kesehatan Jakarta

Utara.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

62

Lampiran 1. Alur Pedoman Pemberian Izin yang Diterbitkan oleh Suku Dinas

Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

63

Lampiran 2. Alur Perizinan Sarana Kesehatan

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

64

Lampiran 3. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

65

Lampiran 4. Formulir Permohonan Izin Apotek

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

66

Lampiran 5. Surat Izin Apotek

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

67

Lampiran 5. Surat Izin Apotek (Lanjutan)

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

68

Lampiran 6. Berita Acara pemeriksaan Apotek

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

69

Lampiran 6. Berita Acara pemeriksaan Apotek (Lanjutan)

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

70

Lampiran 6. Berita Acara pemeriksaan Apotek (Lanjutan)

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

71

Lampiran 6. Berita Acara pemeriksaan Apotek (Lanjutan)

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

72

Lampiran 7. Berita Acara Pemusnahan Resep

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

73

Lampiran 8. Berita Acara Pemusnahan Perbekalan Farmasi

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

74

Lampiran 9. Formulir Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat (Toko Obat)

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

75

Lampiran 10. Izin Pedagang Eceran Obat (Toko Obat)

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

76

Lampiran 11. Berita Acara Pemeriksaan Toko Obat

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

77

Lampiran 12. Formulir Permohonan Izin UMOT

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

78

Lampiran 12. Formulir Permohonan Izin UMOT (lanjutan)

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

79

Lampiran 13. Formulir Permohonan SPP-IRT

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

80

Lampiran 14. Lembar Berita Acara Pemeriksaan Sarana Produksi Perusahaan

Pangan Industri Rumah Tangga

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

81

Lampiran 15. Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

82

Lampiran 16. Formulir Permohonan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis

Kefarmasian (SIKTTK)

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

83

Lampiran 17. Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK)

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

84

Lampiran 18. Permohonan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)/ Surat Izin Kerja

(SIK)

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

85

Lampiran 19. Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

86

Lampiran 20. Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA)

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

iii Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

PERSYARATAN LINGKUNGAN SERTA FASILITAS DAN BANGUNAN

INDUSTRI PANGAN RUMAH TANGGA SESUAI DENGAN CARA

PEMBUATAN PANGAN YANG BAIK

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

NUR MARSETYO PUTRO NOTO NEGORO, S. Farm.

1306343990

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

2014

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

ii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... iii

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3

2.1 Pangan dan Keamanan Pangan ................................................................. 3

2.1.1 Pangan ............................................................................................. 3

2.1.2 Keamanan Pangan ........................................................................... 3

2.2 Industri Rumah Tangga ............................................................................. 4

2.3 Cara Pembuatan Pangan yang Baik .......................................................... 7

2.3.1 Pendahuluan ................................................................................... 7

2.3.1.1 Tujuan CPPB ....................................................................... 7

2.3.1.2 Ruang Lingkup .................................................................... 8

2.3.2 CPPB-IRT ...................................................................................... 9

2.3.2.1 Lokasi dan Lingkungan Produksi ....................................... 9

2.3.2.2 Bangunan dan Fasilitas ........................................................ 10

BAB 3. METODE PENULISAN ......................................................................... 16

3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ................................................................... 16

3.2 Cara Kerja .................................................................................................... 16

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 17

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 22

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 22

5.2 Saran ............................................................................................................ 22

DAFTAR ACUAN ................................................................................................ 23

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

iii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Berita acara pemeriksaan sarana produksi pangan industri rumah

tangga ................................................................................................ 24

Lampiran 2. Format SPP-IRT yang ditentukan oleh BPOM ............................... 30

Lampiran 3. SPP-IRT yang dikeluarkan oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta

Utara .................................................................................................. 31

Lampiran 4. Formulir rincian laporan ketidaksesuaian ....................................... 32

Lampiran 5. Formulir laporan tindakan koreksi dan status ................................. 33

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Makanan yang bermutu dan aman merupakan kebutuhan penting setiap

manusia. Salah satu makanan yang paling sering dikonsumsi adalah makanan hasil

pengolahan dan produksi industri rumah tangga. Berdasarkan UU Nomor 36 Tahun

2009, pasal 111 ayat 1, makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan

standar, persyaratan kesehatan, dan / atau membahayakan kesehatan dilarang untuk

diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin edar dan disita untuk dimusnahkan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Keamanan pangan menurut UU Nomor 18 Tahun 2012 adalah kondisi dan

upaya yang diperlukan untuk mencegah Pangan dari kemungkinan cemaran

biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan

membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama,

keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi. Keamanan

pangan industri rumah tangga tentunya dapat dimonitoring secara berkala melalui

program pengawasan mutu makanan yang merupakan kewenangan Sub Dinas

Kesehatan setempat melalui serangkaian pelaksanaan yang dilakukan oleh Sub

Seksi Farmasi Makanan dan Minuman dalam program BINWASDAL (Pembinaan,

Pengawasan, dan Pengendalian).

Pemerintah juga berkewajiban untuk meningkatkan daya saing Industri

Rumah Tangga (IRT) atau yang sering dikenal dengan Industri Rumah Tangga

Pangan (IRTP) dan kepercayaan konsumen terhadap produk pangan yang

dihasilkan IRTP serta menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan

karyawan tentang pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung

jawab terhadap keselamatan konsumen. Mengingat hal tersebut maka ditetapkan

Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga yang sesuai dengan

kondisi saat ini sebagai panduan bagi berbagai pihak yang terkait dengan bidang

keamanan pangan IRTP. Lingkungan, fasilitas dan bangunan dari industri rumah

tangga juga mempengaruhi mutu dari makanan yang dihasilkan. Ketiga komponen

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

2

Universitas Indonesia

tersebut juga diatur dalam CPPB-IRT guna kelangsungan hidup industri pangan

baik yang berskala kecil, sedang, maupun berskala besar. Para produsen sebaiknya

memenuhi persyaratan yang telah tertulis di Cara Pembuatan Pangan yang Baik

Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT). Produk pangan yang bermutu dan aman

untuk dikonsumsi dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat, dan industri

pangan yang bersangkutan akan berkembang pesat. Industri pangan yang

memenuhi persyaratan CPPB-IRT dapat menghasilkan pangan bermutu dan aman

untuk dikonsumsi, sehingga masyarakat terlindung dari penyimpangan mutu

pangan dan bahaya yang mengancam kesehatan.

1.2 Tujuan

Tugas khusus ini dimaksudkan agar peserta PKPA mampu menjelaskan

prinsip-prinsip dasar keamanan pangan bagi IRTP dalam menerapkan CPPB-IRT

khususnya terkait lingkunan, fasilitas, dan bangunan agar dapat menghasilkan

produk pangan yang aman dan bermutu sesuai dengan tuntutan konsumen.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pangan dan Keamanan Pangan

2.1.1 Pangan

Berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan yang dimaksud

dengan pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku

pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,

dan/atau pembuatan makanan atau minuman

2.1.2 Keamanan Pangan

Dalam UU Nomor 18 Tahun 2012 dijelaskan mengenai definisi dari aman

untuk dikonsumsi adalah pangan tersebut tidak mengandung bahan-bahan yang

dapat membahayakan kesehatan atau keselamatan manusia misalnya bahan yang

dapat menimbulkan penyakit atau keracunan. Selain aman dikonsumsi suatu

pangan juga harus layak untuk dikonsumsi. Layak untuk dikonsumsi adalah pangan

yang diproduksi dalam kondisi normal dan tidak mengalami kerusakan, berbau

busuk, menjijikkan, kotor, tercemar atau terurai, sehingga dapat diterima oleh

masyarakat pada umumnya.

Kondisi aman dan layak untuk dikonsumsi berhubungan dengan kemanan

pangan. Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk

mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan fisik yang dapat

mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Persyaratan

keamanan pangan adalah standar dan ketentuan-ketentuan lain yang harus dipenuhi

untuk mencegah pangan dari kemungkinan adanya bahaya, baik karena cemaran

biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan

membahayakan kesehatan manusia.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

4

Universitas Indonesia

2.2. Industri Rumah Tangga

Industri rumah tangga atau biasa disingkat IRT adalah perusahaan pangan

yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan

manual hingga semi otomatis. Untuk keperluan operasional disebut Industri Rumah

Tangga Pangan (IRTP).

Produk yang dihasilkan industri rumah tangga biasa disebut sebagai pangan

IRT. Pangan IRT adalah pangan olahan hasil produksi Industri Rumah Tangga

(IRT) yang diedarkan dalam kemasan eceran dan berlabel, sedangkan pangan

olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode

tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. Kegiatan yang dilakukan oleh IRT

adalah kegiatan produksi pangan. Produksi pangan tidak hanya berupa mengolah

bahan mentah menjadi bahan jadi. Dalam UU Nomor 18 Tahun 2012 juga

dijelaskan yang dimaksud dengan kegiatan produksi pangan adalah kegiatan atau

proses menghasilkan, menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan,

mengemas, mengemas kembali, dan/atau mengubah bentuk Pangan.

Industri rumah tangga berhak mengajukan sertifikasi dari produk pangan

yang dihasilkan. Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT)

adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh Bupati/Walikota cq. Pemerintah Daerah

(Pemda) Kabupaten/Kota terhadap pangan IRT di wilayah kerjanya yang telah

memenuhi persyaratan pemberian SPP-IRT dalam rangka peredaran pangan IRT.

Umumnya beberapa pelaku industri rumah tangga melakukan sertifikasi untuk

mendapatkan izin edar di beberapa target pasar seperti supermarket dan dalam

scope atau jangkauan yang lebih luas.

Berdasarkan Lampiran 6 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.03.12.2205 Tahun 2012 tentang

Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Rumah Tangga, jenis pangan yang dapat

diajukan SPP-IRT antara lain sebagai berikut :

a. Kode 01 untuk hasil olahan daging kering, meliputi abon daging, dendeng

goreng, paru goreng kering, kerupuk kulit, rendang daging/paru.

b. Kode 02 untuk hasil olahan ikan kering, meliputi abon, cumi kering, ikan asin,

ikan asap/ikan salai/ikan kayu, kerupuk/kemplang/amplang ikan, udang kering

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

5

Universitas Indonesia

(ebi), pasta ikan, petis, terasi, empek-empek kering, ikan goreng, dendeng ikan,

rendang ikan/belut, serundeng ikan, bekicot olahan, presto ikan.

c. Kode 03 untuk hasil olahan unggas kering, meliputi abon unggas, usus goreng,

ceker goreng, kulit unggas goreng, dendeng, telur asin, presto unggas, rendang

telur.

d. Kode 04 untuk sayur asin dan sayur kering, meliputi acar, asinan/manisan

sayur, jamur asin/kering, sayur asin kering, sayur kering, keripik/criping sayur,

emping melinjo/labu, manisan rumput laut.

e. Kode 05 untuk hasil olahan kelapa, meliputi kelapa parut kering, nata de coco,

geplak.

f. Kode 06 untuk tepung dan hasil olahnya, meliputi bihun, biskuit,

bagelen/bagelan, dodol/jenang/galamai, kerupuk, kue brem, kue kering,

makaroni, mie kering, tapioka, tepung aren, tepung arcis, tepung beras/ketan,

tepung gandum (bukan tepung terigu yang wajib SNI), tepung hunkwee,

tepung kedele, tepung kelapa, tepung kentang, tepung pisang, tepung sagu,

roti/bluder, rempeyek/peyek, sohun, bakpao, bakpia/pia, bika ambon, cakue,

cendol, cimol, cone/wadah es krim yang dapat dimakan (edible), kulit

lumpia/pangsit, moci, molen/bolen, mutiara/pacar cina, pilus, yangko.

g. Kode 07 untuk minyak dan lemak, meliputi minyak jagung, minyak kacang,

minyak kedele, minyak kelapa, minyak bunga matahari, minyak zaitun, minyak

sawit, minyak/lemak ayam, minyak/lemak sapi.

h. Kode 08 untuk selai, jeli dan sejenisnya, meliputi jem/selai, jeli buah, jeli agar,

jeli bubuk rasa buah, jeli rumput laut, jeli lidah buaya, marmalad,

serikaya/srikaya/kayakaya, cincau.

i. Kode 09 untuk gula, kembang gula dan madu, meliputi gula aren, gula kelapa,

gula pasir (bukan gula pasir yang dirafinasi), gula semut, kembang

gula/permen, kembang gula/permen susu, kembang gula/permen karet,

kembang gula coklat, madu, sirop, manisan/aromanis buah (buah/rimpang),

enting-enting/kipang kacang/ampyang/noga,

j. Kode 10 untuk kopi, teh, coklat kering/campurannya, meliputi kopi biji

kering/bubuk, teh/teh hijau, teh rosela, coklat (tidak termasuk coklat bubuk),

kopi campur.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

6

Universitas Indonesia

k. Kode 11 untuk bumbu, meliputi aneka bumbu masakan, bawang goreng, cuka

makan seperti cuka buah apel/anggur, kecap asin/manis, saos cabe, saos tomat,

saos ikan, saos kacang, tauco, sambal , bumbu kacang/pecel.

l. Kode 12 untuk rempah-rempah, meliputi bawang merah kering/pasta/bubuk,

bawang putih kering/pasta/bubuk, cabe kering/pasta/bubuk, cengkeh

kering/pasta/bubuk, jahe kering/pasta/bubuk, jintan, kayu manis, kapulaga,

ketumbar, kunyit kering/pasta/bubuk, lada putih/hitam, pala/bunga pala, wijen.

m. Kode 13 untuk minuman ringan, minuman serbuk, meliputi minuman

beraroma, minuman gula asam, minuman buah, minuman sayur, minuman

kacang kedele/sari kedele, minuman kopi/campur, minuman kunyit asam,

minuman lidah buaya, minuman rumput laut, minuman sari madu, minuman

sari tebu, minuman sari jagung, minuman sari bekatul, minuman sari kurma,

minuman teh, minuman bandrex, limun, minuman jeli, minuman rempah,

minuman rosela, cincau/minuman cincau, minuman sari tape, minuman serbuk,

minuman bubuk kedele.

n. Kode 14 untuk hasil olahan buah, meliputi keripik/criping buah

(sukun/salak/nangka/mangga/pisang, dll), buah kering, lempok buah (durian,

dll), asinan buah, buah kering, manisan buah, buah dalam sirop, pisang sale.

o. Kode 15 untuk hasil olahan biji-bijian dan umbi, meliputi ketan,

jawadah/jadah/uli, keripik kentang, keripik kentang balado, keripik

ketela/singkong, keripik/tortilla jagung, keripik talas, intip, keripik ubi jalar,

rangginang/batiah, bekatul, bingka ubi, carang mas/kue keremes ubi jalar/

ceker ayam, jipang/kipang beras ketan, berondong jagung, berondong beras

ketan, marning jagung, emping jagung/singkong, keripik/criping umbi-

umbian, getuk goreng, kacang atom/bawang/goreng/kulit/mete/telur/tolo/koro/

kapri/salut/tumbuk, kwaci, opak/gropak singkong/ubi/beras, singkong presto,

lanting, abon oncom, tape ketan, tape singkong, tiwul, wingko babat,

wajik/wajit ketan, wajik/wajit buah.

p. Kode 16 untuk lain-lain es, meliputi es stik/es lilin, es goyang/es loly, es puter,

es mambo, es hunkue.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

7

Universitas Indonesia

Beberapa pangan yang tidak diperbolehkan untuk diproduksi dalam skala

industri rumah tangga adalah sebagai berikut :

a. Susu dan hasil olahannya

b. Daging, ikan, unggas, dan hasil olahan yang memerlukan proses dan/atau

penyimpanan beku

c. Pangan kaleng

d. Pangan bayi

e. Minuman beralkohol

f. Air minum dalam kemasan

g. Pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia

(SNI)

h. Pangan lain yang ditetapkan oleh BPOM

2.3 Cara Pembuatan Pangan yang Baik

2.3.1 Pendahuluan

Pemerintah berkewajiban untuk meningkatkan daya saing Industri Rumah

Tangga dan kepercayaan konsumen terhadap produk pangan yang dihasilkan IRTP

serta menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang

pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap

keselamatan konsumen. Mengingat hal itu ditetapkanlah Cara Produksi Pangan

yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT) . Cara Produksi Pangan

Yang Baik (CPPB) adalah suatu pedoman yang menjelaskan bagaimana

memproduksi pangan agar aman, bermutu, dan layak untuk dikonsumsi.

2.3.1.1 Tujuan CPPB

Tujuan dibuatnya CPPB dimaksudkan untuk :

a. memberikan prinsip-prinsip dasar keamanan pangan bagi IRTP dalam

menerapkan CPPB-IRT agar dapat menghasilkan produk pangan yang aman dan

bermutu sesuai dengan tuntutan konsumen baik konsumen domestik maupun

internasional.

b. memberikan panduan bagi penyelenggara SPP-IRT guna memperlancar

operasional pelaksanaan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kewenangan

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

8

Universitas Indonesia

minimal yang wajib dilaksanakan oleh Bupati/Walikota cq. Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota khususnya dalam menilai persyaratan CPPB-IRT.

c. memberikan panduan bagi tenaga Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) dan

Pengawas Pangan Kabupaten / Kota (District Food Inspector / DFI) dalam

melakukan pembinaan dan pengawasan IRTP agar pangan IRT yang beredar

memenuhi persyaratan kemanan dan mutu sesuai dengan peryaratan keamanan

pangan dan tuntutan masyarakat konsumen.

2.3.1.2 Ruang Lingkup

CPPB digunakan oleh Bupati/Walikota cq. Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota untuk menilai persyaratan CPPB-IRT dalam rangka penerbitan

SPP-IRT. CPPB-IRT juga menjelaskan persyaratan-persyaratan yang harus

dipenuhi tentang penanganan pangan di seluruh mata rantai produksi mulai dari

bahan baku sampai produk akhir yang mencakup :

a. Lokasi dan Lingkungan Produksi;

b. Bangunan dan Fasilitas;

c. Peralatan Produksi;

d. Suplai Air atau Sarana Penyediaan Air;

e. Fasilitas dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi;

f. Kesehatan dan Higiene Karyawan;

g. Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi Karyawan;

h. Penyimpanan;

i. Pengendalian Proses;

j. Pelabelan Pangan;

k. Pengawasan Oleh Penanggungjawab;

l. Penarikan Produk;

m. Pencatatan dan Dokumentasi;

n. Pelatihan Karyawan

Persyaratan CPPB-IRT terdiri atas 4 (empat) tingkatan, yaitu "harus" (shall)

sebaiknya dan "dapat" (can), yang diberlakukan terhadap semua lingkup yang

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

9

Universitas Indonesia

terkait dengan proses produksi, pengemasan, penyimpanan dan atau pengangkutan

pangan IRT dengan rincian sebagai berikut:

a. persyaratan “harus”

b. persyaratan “seharusnya”

c. persyaratan “sebaiknya”; atau

d. persyaratan “dapat”.

Persyaratan "harus" adalah persyaratan yang mengindikasikan apabila tidak

dipenuhi akan mempengaruhi keamanan produk secara langsung dan/atau

merupakan persyaratan yang wajib dipenuhi, dan dalam inspeksi dinyatakan

sebagai ketidaksesuaian kritis.

Sedangkan persyaratan "seharusnya" adalah persyaratan yang

mengindikasikan apabila tidak dipenuhi mempunyai potensi mempengaruhi

keamanan produk, dan dalam inspeksi dinyatakan sebagai ketidaksesuaian serius.

Persyaratan "sebaiknya" adalah persyaratan yang mengindikasikan apabila

tidak dipenuhi mempunyai potensi mempengaruhi efisiensi pengendalian

keamanan produk, dan dalam inspeksi dinyatakan sebagai ketidaksesuaian mayor.

Persyaratan "dapat" adalah persyaratan yang mengindikasikan apabila tidak

dipenuhi mempunyai potensi mempengaruhi mutu (wholesomeness) produk, dan

dalam inspeksi dinyatakan sebagai ketidaksesuaian minor.

2.3.2 CPPB-IRT

2.3.2.1 Lokasi dan Lingkungan Produksi

Untuk menetapkan lokasi IRTP perlu mempertimbangkan keadaan dan

kondisi lingkungan yang mungkin dapat merupakan sumber pencemaran

potensial dan telah mempertimbangkan berbagai tindakan pencegahan yang

mungkin dapat dilakukan untuk melindungi pangan yang diproduksinya.

a. Lokasi IRTP

Lokasi IRTP seharusnya dijaga tetap bersih, bebas dari sampah, bau, asap,

kotoran, dan debu.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

10

Universitas Indonesia

b. Lingkungan

Lingkungan seharusnya selalu dipertahankan dalam keadaan bersih dengan cara-

cara yaitu sampah dibuang dan tidak menumpuk; tempat sampah selalu tertutup,

dan jalan dipelihara supaya tidak berdebu dan selokannya berfungsi dengan baik

2.3.2.2 Bangunan dan Fasilitas

Bangunan dan fasilitas IRTP seharusnya menjamin bahwa pangan tidak

tercemar oleh bahaya fisik, biologis, dan kimia selama dalam proses produksi

serta mudah dibersihkan dan disanitasi.

a. Bangunan Ruang Produksi

1. Desain dan Tata Letak

Ruang produksi sebaiknya cukup luas dan mudah dibersihkan.

a) Ruang produksi sebaiknya tidak digunakan untuk memproduksi produk lain

selain pangan

b) Konstruksi Ruangan :

i. sebaiknya terbuat dari bahan yang tahan lama

ii. seharusnya mudah dipelihara dan dibersihkan atau didesinfeksi, serta

meliputi: lantai, dinding atau pemisah ruangan, atap dan langit-langit,

pintu, jendela, lubang angin atau ventilasi dan permukaan tempat kerja

serta penggunaan bahan gelas, dengan persyaratan sebagai berikut :

2. Lantai

a) Lantai sebaiknya dibuat dari bahan kedap air, rata, halus tetapi tidak licin,

kuat, memudahkan pembuangan atau pengaliran air, air tidak tergenang,

memudahkan pembuangan atau pengaliran air, air tidak tergenang.

b) Lantai seharusnya selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir, dan

kotoran lainnya serta mudah dibersihkan

3. Dinding atau Pemisah Ruangan

a) Dinding atau pemisah ruangan sebaiknya dibuat dari bahan kedap air, rata,

halus, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah mengelupas, dan kuat,

b) Dinding atau pemisah ruangan seharusnya selalu dalam keadaan bersih dari

debu, lendir, dan kotoran lainnya

c) Dinding atau pemisah ruangan seharusnya mudah dibersihkan.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

11

Universitas Indonesia

4. Langit-langit

a) Langit-langit sebaiknya dibuat dari bahan yang tahan lama, tahan terhadap

air, tidak mudah bocor, tidak mudah terkelupas atau terkikis,

b) Permukaan langit-langit sebaiknya rata, berwarna terang dan jika di ruang

produksi menggunakan atau menimbulkan uap air sebaiknya terbuat dari

bahan yang tidak menyerap air dan dilapisi cat tahan panas,

c) Konstruksi langit-langit sebaiknya didisain dengan baik untuk mencegah

penumpukan debu, pertumbuhan jamur, pengelupasan, bersarangnya hama,

memperkeil terjadinya kondensasi,

d) Langit-langit seharusnya selalu dalam keadaan bersih dari debu, sarang

labah-labah.

5. Pintu Ruangan

a) Pintu sebaiknya dibuat dari bahan tahan lama, kuat, tidak mudah pecah atau

rusak, rata, halus, berwarna terang,

b) Pintu seharusnya dilengkapi dengan pintu kasa yang dapat dilepas untuk

memudahkan pembersihan dan perawatan.

c) Pintu ruangan produksi seharusnya didisain membuka ke luar / ke samping

sehingga debu atau kotoran dari luar tidak terbawa masuk melalui udara ke

dalam ruangan pengolahan.

d) Pintu ruangan, termasuk pintu kasa dan tirai udara seharusnya mudah

ditutup dengan baik dan selalu dalam keadaan tertutup.

6. Jendela

a) Jendela sebaiknya dibuat dari bahan tahan lama, kuat, tidak mudah pecah

atau rusak,

b) Permukaan jendela sebaiknya rata, halus, berwarna terang, dan mudah

dibersihkan

c) Jendela seharusnya dilengkapi dengan kasa pencegah masuknya serangga

yang dapat dilepas untuk memudahkan pembersihan dan perawatan

d) Konstruksi jendela seharusnya didisain dengan baik untuk mencegah

penumpukan debu.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

12

Universitas Indonesia

7. Lubang Angin atau Ventilasi

a) Lubang angin atau ventilasi seharusnya cukup sehingga udara segar selalu

mengalir di ruang produksi dan dapat menghilangkan uap, gas, asap, bau

dan panas yang timbul selama pengolahan,

b) Lubang angin atau ventilasi seharusnya selalu dalam keadaan bersih, tidak

berdebu, dan tidak dipenuhi sarang labah-labah,

c) lubang angin atau ventilasi seharusnya dilengkapi dengan kasa untuk

mencegah masuknya serangga dan mengurangi masuknya kotoran,

d) Kasa pada lubang angin atau ventilasi seharusnya mudah dilepas untuk

memudahkan pembersihan dan perawatan.

8. Permukaan tempat kerja

a) Permukaan tempat kerja yang kontak langsung dengan bahan pangan harus

dalam kondisi baik, tahan lama, mudah dipelihara, dibersihkan dan

disanitasi;

b) Permukaan tempat kerja harus dibuat dari bahan yang tidak menyerap air,

permukaannya halus dan tidak bereaksi dengan bahan pangan, detergen dan

desinfektan.

9. Penggunaan Bahan Gelas (Glass)

Pimpinan atau pemilik IRTP seharusnya mempunyai kebijakan penggunaan

bahan gelas yang bertujuan mencegah kontaminasi bahaya fisik terhadap

produk pangan jika terjadi pecahan gelas.

b. Fasilitas

1. Kelengkapan Ruang Produksi

Ruang produksi sebaiknya cukup terang sehingga karyawan dapat

mengerjakan tugasnya dengan teliti.Di ruang produksi seharusnya ada tempat

untuk mencuci tangan yang selalu dalam keadaan bersih serta dilengkapi

dengan sabun dan pengeringnya. uang produksi sebaiknya tidak digunakan

untuk memproduksi produk lain selain pangan.

2. Tempat Penyimpanan

Tempat penyimpanan bahan pangan termasuk bumbu dan bahan tambahan

pangan (BTP) harus terpisah dengan produk akhir. Tempat penyimpanan

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

13

Universitas Indonesia

khusus harus tersedia untuk menyimpan bahan-bahan bukan untuk pangan

seperti bahan pencuci, pelumas, dan oli. Tempat penyimpanan harus mudah

dibersihkan dan bebas dari hama seperti serangga, binatang pengerat seperti

tikus, burung, atau mikroba dan ada sirkulasi udara.

c. Peralatan Produksi

Tata letak peralatan produksi diatur agar tidak terjadi kontaminasi silang.

Peralatan produksi yang kontak langsung dengan pangan sebaiknya didisain,

dikonstruksi, dan diletakkan sedemikian untuk menjamin mutu dan keamanan

pangan yang dihasilkan.

1. Persyaratan Bahan Peralatan Produksi

a) Peralatan produksi sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, tahan lama, tidak

beracun, mudah dipindahkan atau dibongkar pasang sehingga mudah

dibersihkan dan dipelihara serta memudahkan pemantauan dan

pengendalian hama.

b) Permukaan yang kontak langsung dengan pangan harus halus, tidak

bercelah atau berlubang, tidak mengelupas, tidak berkarat dan tidak

menyerap air.

c) Peralatan harus tidak menimbulkan pencemaran terhadap produk pangan

oleh jasad renik, bahan logam yang terlepas dari mesin / peralatan, minyak

pelumas, bahan bakar dan bahan-bahan lain yang menimbulkan bahaya;

termasuk bahan kontak pangan /zat kontak pangan dari kemasan pangan ke

dalam pangan yang menimbulkan bahaya.

2. Tata Letak Peralatan Produksi

Peralatan produksi sebaiknya diletakkan sesuai dengan urutan prosesnya

sehingga memudahkan bekerja secara higiene, memudahkan pembersihan dan

perawatan serta mencegah kontaminasi silang.

3. Pengawasan dan Pemantauan Peralatan Produksi

Semua peralatan seharusnya dipelihara, diperiksa dan dipantau agar berfungsi

dengan baik dan selalu dalam keadaan bersih.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

14

Universitas Indonesia

4. Bahan perlengkapan dan alat ukur/timbang

Bahan perlengkapan peralatan yang terbuat dari kayu seharusnya dipastikan

cara pembersihannya yang dapat menjamin sanitasi; Alat ukur/timbang

seharusnya dipastikan keakuratannya, terutama alat ukur/timbang bahan

tambahan pangan (BTP)

d. Suplai air atau sarana penyediaan air

Sumber air bersih untuk proses produksi sebaiknya cukup dan memenuhi

persyaratan kualitas air bersih dan / atau air minum. Air yang digunakan untuk

proses produksi harus air bersih dan sebaiknya dalam jumlah yang cukup

memenuhi seluruh kebutuhan proses produksi.

e. Fasilitas dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi

Fasilitas dan kegiatan higiene dan sanitasi diperlukan untuk menjamin agar

bangunan dan peralatan selalu dalam keadaan bersih dan mencegah terjadinya

kontaminasi silang dari karyawan.

f. Kesehatan dan Higiene Karyawan

Kesehatan dan higiene karyawan yang baik dapat menjamin bahwa karyawan

yang kontak langsung maupun tidak langsung dengan pangan tidak menjadi

sumber pencemaran.

g. Pemeliharaan dan Program Higiene dan Sanitasi

Pemeliharaan dan program sanitasi terhadap fasilitas produksi (bangunan,

mesin/peralatan, pengendalian hama, penanganan limbah dan lainnya) dilakukan

secara berkala untuk menjamin terhindarnya kontaminasi silang terhadap pangan

yang diolah.

h. Penyimpanan

Penyimpanan bahan yang digunakan dalam proses produksi (bahan baku, bahan

penolong, BTP) dan produk akhir dilakukan dengan baik sehingga tidak

mengakibatkan penurunan mutu dan keamanan pangan.

i. Pengendalian Proses

Untuk menghasilkan produk yang bermutu dan aman, proses produksi harus

dikendalikan dengan benar. Pengendalian proses produksi pangan industri

rumah tangga pangan dapat dilakukan dengan cara penetapan spesifikasi bahan;

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

15

Universitas Indonesia

penetapan komposisi dan formulasi bahan; penetapan cara produksi yang baku;

penetapan jenis, ukuran, dan spesifikasi kemasan ; penetapan keterangan

lengkap tentang produk yang akan dihasilkan termasuk nama produk, tanggal

produksi, tanggal kadaluwarsa.

j. Pelabelan Pangan

Kemasan pangan IRT diberi label yang jelas dan informatif untuk memudahkan

konsumen dalam memilih, menangani, menyimpan, mengolah dan

mengonsumsi pangan IRT. Label pangan IRT harus memenuhi ketentuan yang

tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan

Iklan Pangan atau perubahannya; dan peraturan lainnya tentang label dan iklan

pangan.

k. Pengawasan oleh Penanggungjawab

Seorang penanggung jawab diperlukan untuk mengawasi seluruh tahap proses

produksi serta pengendaliannya untuk menjamin dihasilkannya produk pangan

yang bermutu dan aman.

l. Penarikan Produk

Penarikan produk pangan adalah tindakan menghentikan peredaran pangan

karena diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit/keracunan pangan atau

karena tidak memenuhi persyaratan/ peraturan perundang-undangan di bidang

pangan.

m. Pencatatan dan Dokumentasi

Pencatatan dan dokumentasi yang baik diperlukan untuk memudahkan

penelusuran masalah yang berkaitan dengan proses produksi dan distribusi,

mencegah produk melampaui batas kedaluwarsa, meningkatkan keefektifan

sistem pengawasan pangan.

n. Pelatihan Karyawan

Pimpinan dan karyawan IRTP harus mempunyai pengetahuan dasar mengenai

prinsip - prinsip dan praktek higiene dan sanitasi pangan serta proses

pengolahan pangan yang ditanganinya agar mampu mendeteksi resiko yang

mungkin terjadi dan bila perlu mampu memperbaiki penyimpangan yang terjadi

serta dapat memproduksi pangan yang bermutu dan aman.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

16 Universitas Indonesia

BAB 3

METODE PENULISAN

3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Penulisan tugas khusus ini dilakukan di Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi Jakarta Utara, Jakarta. Waktu pelaksanaannya adalah dari tanggal

6-22 Januari 2014

3.2 Cara Kerja

Dalam pengumpulan data pada tugas khusus ini, penulis menggunakan

metode studi pustaka dari beberapa Peraturan Pemerintah dan Badan Pengawas

Obat dan Makanan (BPOM) serta rekapitulasi data jumlah industri pangan rumah

tangga yang sudah terdaftar per 2013 dan jumlah perizinan sarana kesehatan

termasuk industri pangan rumah tangga dari Suku Dinas Kesehatan Kota

Administrasi Jakarta Utara, Jakarta. Beberapa materi yang dibahas dalam tugas

khusus ini yaitu persyaratan lingkungan serta fasilitas dan bangunan industri

pangan rumah tangga.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

17 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara memiliki beberapa

seksi yang salah satunya adalah Seksi Sumber Daya Kesehatan dengan tiga subseksi

yaitu tenaga kesehatan, farmasi makanan dan minuman, dan mutu. Pangan yang

diproduksi di rumah tangga merupakan cakupan dari subseksi farmasi makanan dan

minuman. Salah satu tugas dan fungsi dari subseksi farmasi makanan dan minuman

adalah pemberi layanan pemberian izin untuk industri rumah tangga dalam bidang

pangan termasuk makanan dan minuman. Pemberian izin untuk industri rumah

tangga merupakan wewenang dan tugas dari Suku Dinas Kesehatan setempat

dimana proses produksi pangan dilakukan. Pemberian izin ini berupa seritifikat

yang disebut SPPIRT (Sertifikat Produksi Panfan Industri Rumah Tangga).

Prosedur pengajuan izin untuk industri rumah tangga bukan sebuah

kewajiban untuk setiap produsen. Namun produk pangan industri rumah tangga

yang memiliki SPPIRT memiliki beberapa keuntungan yaitu dapat masuk ke dalam

pasar tingkat global seperti supermarket dan swalayan. Selain itu, pemberian

SPPIRT juga merupakan sebuah bentuk pengawasan oleh pemerintah melalui suku

dinas setempat agar pangan yang dihasilkan aman dan bermutu. Berdasarkan UU

Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 111 ayat (1) menyatakan bahwa

makanan dan minuman yang digunakan masyarakat harus didasarkan pada standar

dan/ atau persyaratan kesehatan. Undang-undang tersebut mengamanahkan bahwa

makanan dan minuman termasuk produksi rumah tangga yang tidak memenuhi

ketentuan standar atau dapat membahayakan kesehatan dilarang untuk diedarkan

dan bahkan dapat dicabut izin edarnya. Oleh karena itu, BPOM selaku badan

pemerintahan yang berkewajiban mengawasi peredaran makanan di Indonesia

membuat suatu pedoman sebagai panduan untuk produsen pangan rumah tangga

yang disebut sebagai Pedoman Cara Produksi Pangan yang Baik Untuk Industri

Rumah Tangga yang tertulis pada Peraturan Kepala BPOM RI Nomor

HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 Tentang Cara Produksi Pangan Yang Baik

Untuk Industri Rumah Tangga.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

18

Universitas Indonesia

Pada pedoman tersebut terdapat beberapa komponen pada produksi industri

pangan rumah tangga yang perlu diperhatikan. Mulai dari lokasi dan lingkungan

produksi, bangunan dan fasilitas, peralatan produksi, suplai air atau sarana

penyediaan air, fasilitas dan kegiatan higiene dan sanitasi, kesehatan dan higienen

karyawan, pemeliharaan dan program higiene dan sanitasi, penyimpanan,

pengendalian proses, pelabelan pangan, pengawasan oleh penanggungjawab,

penarikan produk, pencatatan dan dokumentasi, dan pelatihan karyawan.

Beberapa pedoman tersebut dijadikan acuan dalam pemeriksaan oleh Suku

Dinas Setempat dalam proses survey tempat produksi industri rumah tangga yang

tertulis dalam BAP atau Berita Acara Pemeriksaan (Lampiran 1) sehingga nantinya

industri rumah tangga tersebut akan mendapatkan SPP-IRT yang dikeluarkan oleh

Suku Dinas Setempat (Lampiran 2 dan 3). Dalam penilaian tersebut, beberapa

komponen dikelompokkan ketidaksesuaiannya sesuai ketentuan yang tertera dalam

CPPB dan Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga

(Lampiran Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK.03.1.23.04.12.2207 Tahun

2012). Kemudian dari setiap temuan yang ada ditulis secara rinci pada formulir

rincian laporan ketidaksesuaian (Lampiran 4) dan ditentukan tindakan koreksi dan

status sesuai dengan formulir yang tertera pada Lampiran 5.

Pada tugas khusus ini akan dibahas lebih detail mengenai lokasi dan

lingkungan, bangunan, dan fasilitas. Pada CPPB-IRT persyaratan lokasi yang ideal

untuk IRTP adalah lokasi yang selalu dijaga kebersihan dan jauh dari polusi.

Tentunya hal ini akan mempengaruhi baik dari segi kualitas pangan yang akan

dihasilkan dan kesehatan dari karyawan yang akan melakukan proses produksi.

Lingkungan di sekitar IRTP juga harus selalu dipelihara, karena lingkungan bersih

yang terpelihara akan membuat karyawan nyaman dan meminimalisir adanya

kontaminasi polusi selama proses produksi. Wilayah Jakarta Utara memiliki

geografi dan topografi yang berbeda-beda misalnya wilayah Kecamatan

Penjaringan yang dekat dengan laut cenderung lembab sedangkan wilayah

Kecamatan Cilincing yang dekat dengan gudang peti kemas cenderung berdebu,

oleh karena itu pada saat peninjauan atau survey, kategori bersih untuk lokasi dan

lingkungan tidaklah sama di setiap wilayah namun penilaian bersih dan bebas

polusi sesuai dengan CPPB-IRT yang disesuaikan dengan kondisi setempat.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

19

Universitas Indonesia

Bangunan dan fasilitas untuk IRTP juga seharusnya menjamin tidak adanya

pencemaran pangan secara fisik, biologis, dan kimia selama proses pembuatan.

Selain itu bangunan dan fasilitas IRTP juga seharusnya mudah dibersihkan dan

disanitasi. Pada CPPB-IRT, prinsip dari bangunan yang ideal dijelaskan secara rinci

dan jelas. Dimulai dari desain dan tata letak ruang produksi yang menjelaskan

bahwa ruang produksi sebaiknya cukup luas dan hanya digunakan untuk

memproduksi pangan saja karena untuk meminimalisir adanya kontaminasi silang

dan pencemaran selama proses produksi. Selain itu konstruksi ruangan produksi

juga sebiaknya terbuat dari bahan yang tahan lama agar tidak memakan biaya besar

apabila sering terjadi kerusakan. Ruangan produksi juga sebaiknya mudah

dibersihkan termasuk lantai, dinding atau pemisah ruangan, atap dan langit-langit,

pintu, jendela, lubang angin atau ventilasi dan permukaan tempat kerja serta

penggunaan bahan gelas. Konstruksi ruangan produksi juga sebaiknya

menggunakan bahan yang tahan terhadap air agar kondisi dan lingkungan produksi

tidak mudah rusak dan tidak lembab sehingga dapat memicu pertumbuhan kuman

dan jamur.

Dari segi fasilitas, CPPB-IRT terbagi ke dalam dua bagian yaitu

kelengkapan ruang produksi dan tempat penyimpanan. Kelengkapan ruang

produksi seperti pencahayaan ruangan harus cukup terang sehingga proses produksi

dapat dilakukan dengan mudah selain itu juga tersedia tempat cuci tangan atau

tempat cuci tangan ini dapat ditempatkan pada toilet yang dibuat sedemikian

sehingga tidak menyebabkan adanya kontaminasi. Untuk tempat penyimpanan

bahan pangan dan bahan tambahan pangan harus terpisah. Apabila ruangan tidak

cukup, maka penyimpanan dapat dilakukan dengan memberikan pembatas yang

jelas dan sesuai. Selain itu, tempat penyimpanan juga harus mudah dibersihkan dan

bebas dari gangguan hama seperti tikus. Ruangan tempat penyimpanan juga harus

dibuat agar tidak lembab dan tidak kedap udara sehingga ventilasi udara wajib ada.

Dari uraian diatas, persyaratan yang tertulis di CPPB-IRT cukup banyak dan

apabila dihitung dengan skala industri rumah tangga dengan modal terbatas maka

biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi keseluruhan aspek sangatlah besar.

Industri rumah tangga pangan harus didukung oleh pemerintah dalam rangka

meningkatkan perekonomian serta dapat menyerap tenaga kerja di Indonesia, oleh

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

20

Universitas Indonesia

karena itu dalam penerapan CPPB-IRT dilakukan pelatihan dan penyuluhan

keamanan pangan yang diadakan oleh Suku Dinas Kesehatan setempat karena salah

satu syarat untuk mendapatkan SPP-IRT yaitu pernah mengikuti pelatihan dan

penyuluhan keamanan pangan. Dari program tersebut, diharapkan kepada pelaku

industri rumah tangga untuk dapat menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti

atau hal-hal yang dirasa sulit untuk dilakukan sehingga pemerintah dapat

memberikan solusi yang mudah dan murah namun tetap sesuai dengan CPPB-IRT.

Jumlah IRTP di wilayah Jakarta Utara berdasarkan data dari Sudinkes Jakarta Utara

pada tabel 1 cukup banyak dan pelaku industri rumah tangga pangan tersebut ingin

produknya tersertifikasi agar dapat dipasarkan secara luas.

Tabel 1. Jumlah IRTP di berbagai kecamatan di wilayah Jakarta Utara yang telah

melakukan sertifikasi per Desember 2013

Kecamatan SPP-IRT

Penjaringan 170

Pademangan 16

Tanjung Priok 73

Koja 16

Kelapa Gading 70

Cilincing 28

Jumlah 373

Tabel 2. Jumlah perizinan sarana kesehatan di wilayah Jakarta Utara pada

bulan Desember 2013

No. Jenis Perizinan Jumlah yang masuk

Bulan ini Bulan lalu Sampai dengan bulan ini

1. Apotek 3 53 56

2. Toko Obat 7 41 48

3. Usaha Mikro Obat

Tradisional 0 3 3

4.

Sertifikat Produksi

Pangan Industri Rumah

Tangga 10 86 96

5. Rekomendasi Usaha

Kecil Obat Tradisional 0 2 2

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

21

Universitas Indonesia

Gambar 4.1 Grafik Penertiban Makanan dan Minuman di Wilayah Jakarta

Utara Tahun 2013

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa tiap bulannya Suku Dinas Kesehatan

Jakarta Utara mendapat permohonan izin baru untuk sarana kesehatan sebanyak

kurang lebih 10-15 setiap bulannya dimana permohonan izin pangan mendukuki

posisi terbanyak. Terlihat juga pada Gambar 4.1 bahwa proses pengawasan

makanan dan minuman melalui program penertiban di supermarket selama tahun

2013 tidak sama setiap bulannya. Dari kedua kondisi ini terdapat kecenderungan

bahwa adanya faktor kekurangan SDM yang melakukan seluruh rangkaian kegiatan

di subseksi farmasi makanan dan minuman. Oleh karena itu perlu dilakukan

pembagian tugas dan wewenang secara jelas dan dengan proporsi yang adil agar

semua program dan segala proses perizinan dapat berjalan dengan maksimal dan

ditinjau ulang apakah dibutukan tenaga dan SDM tambahan karena proses

pemeriksaan fasilitas dan bangunan pada perizinan IRTP tidak dapat dilakukan

dalam waktu yang singkat khususnya pada kasus adanya temuan pada waktu

pemeriksaan. Pemeriksaan lingkungan, bangunan, dan fasilitas IRTP yang

dilakukan secara optimal tentunya dapat mempermudah pengawasan dan dilakukan

nya program penyuluhan pangan dapat mempermudah pelaku industri dalam

memahami persyaratan yang ada di CPPB-IRT sehingga dapat menjalankan dan

mengembangkan usahanya dengan baik.

0

2

4

6

8

10

12

Juli Agustus DesemberJu

mla

h S

up

erm

ark

et

Bulan

Penertiban Makanan dan Minuman di Wilayah

Jakarta Utara Tahun 2013

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

22 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Lokasi dan lingkungan yang baik untuk Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP)

berdasarkan Cara Pembuatan Pangan yang Baik (CPPB-IRT) adalah lokasi yang

bersih dan lingkungan yang bebas dari polusi serta terpelihara dengan baik agar

tidak terjadi kontaminasi selama proses produksi.

b. Bangunan dan fasilitas yang baik untuk Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP)

berdasarkan Cara Pembuatan Pangan yang Baik (CPPB-IRT) yaitu memiliki

ketahanan terhadap air dan tidak mudah rusak dan yang paling penting adalah

mudah dibersihkan sehingga tidak terjadi kontaminasi dan polusi selama proses

produksi dan penyimpanan.

c. Proses pemeriksaan lokasi dan lingkungan, bangunan dan fasilitas di sarana

produksi IRTP yang mengajukan sertifikasi baru membutuhkan sumber daya

manusia yang berkompeten dan dalam jumlah yang cukup.

5.2 Saran

Perlu adanya peningkatan jumlah sumber daya manusia yang melakukan

survei lapangan agar tidak terjadi kekurangan atau penumpukan tugas sehingga

banyak yang tidak dilakukan dan juga dalam rangka memaksimalkan semua

program yang ada di subseksi Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin)

termasuk pengawasan.

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

23 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. (2012). Peraturan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tentang

Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga .

Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. (2012). Keputusan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK.03.1.23.04.12.2206 Tentang

Cara Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga. Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. (2012). Lampiran Peraturan Kepala

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK.03.1.23.04.12.2207

Tentang Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah

Tangga. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2004). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 28 tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan, No. 107.

Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2012). Undang-undang Pangan Nomor 18 Tahun

2012 tentang Pangan. Lembaran Negara RI tahun 2012, No. 3360. Jakarta

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

LAMPIRAN

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

24 Universitas Indonesia

Lampiran 1. Berita Acara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah

Tangga

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

25

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Berita Acara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah

Tangga (Lanjutan)

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

26

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Berita Acara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah

Tangga (Lanjutan)

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

27

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Berita Acara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah

Tangga (Lanjutan)

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

28

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Berita Acara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah

Tangga (Lanjutan)

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

29

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Berita Acara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah

Tangga (Lanjutan)

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

30

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Format SPP-IRT yang ditentukan oleh BPOM

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

31

Universitas Indonesia

Lampiran 3. SPP-IRT Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

32

Universitas Indonesia

Lampiran 4. Formulir rincian laporan ketidaksesuaian

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391094-PR-Nur Marsetyo... · KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA . JALAN YOS SUDARSO 27-29, JAKARTA

33

Universitas Indonesia

Lampiran 5. Formulir laporan tindakan koreksi dan status

Laporan praktek…,Nur Marsetyo Putro Noto Negoro, F Far UI, 2014