Peran Zink dalam Tata Laksana Pneumonia - kalbemed.com Zink dalam Tata Laksana... · Pada anak...

download Peran Zink dalam Tata Laksana Pneumonia - kalbemed.com Zink dalam Tata Laksana... · Pada anak pra-sekolah, pneumonia paling sering bermanifestasi dengan demam, batuk (produktif atau

If you can't read please download the document

Transcript of Peran Zink dalam Tata Laksana Pneumonia - kalbemed.com Zink dalam Tata Laksana... · Pada anak...

  • CDK-205/ vol. 40 no. 6, th. 2013426

    TINJAUAN PUSTAKA

    Peran Zink dalam Tata Laksana PneumoniaDimas Kusnugroho Bonardo Pardede

    Puskesmas Patilanggio, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, Indonesia

    ABSTRAKPneumonia adalah penyakit yang sering dijumpai dan menjadi pembunuh utama anak di negara berkembang dan lanjut usia (lansia) di negara maju. Tata laksana pneumonia meliputi pemberian antibiotik, terapi suportif, dan vaksinasi. Zink adalah zat gizi esensial yang berperan penting dalam regulasi respons imun terhadap berbagai penyakit infeksi. Dalam tata laksana pneumonia anak, zink berpotensi mencegah terjadinya pneumonia; sedangkan untuk terapi, sepertinya zink kurang bermanfaat. Pada lansia, defi siensi zink mungkin merupakan faktor risiko pneumonia dan suplementasi zink berpotensi menurunkan morbiditas dan mortalitas pneumonia. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menentukan peran sebenarnya zink pada penatalaksanaan pneumonia.

    Kata kunci: anak, infeksi saluran napas bawah, lansia, pneumonia, zink

    ABSTRACTPneumonia is a common illness and continues to be a major killer of children in developing countries and the elderly in developed countries. Management of pneumonia includes antibiotic, supportive therapy, and vaccination. Zinc is an essential nutrient with a crucial role in regulating immune response against infectious diseases. In the management of pneumonia in children, zinc has the potential to prevent pneumonia; while for adjunct therapy, evidences suggest that zinc has no signifi cant benefi t. In the elderly, zinc defi ciency may be a risk factor of pneumonia and zinc supplementation has the potential to reduce morbidity and mortality. Further studies are needed to determine the exact role of zinc against pneumonia. Dimas Kusnugroho Bonardo Pardede. Role of Zinc in Pneumonia Management.

    Key words: children, lower respiratory tract infection, elderly, pneumonia, zinc

    PENDAHULUANZink merupakan zat gizi esensial yang memegang peran penting dalam berbagai fungsi tubuh, termasuk regulasi respons imun terhadap berbagai penyakit infeksi seperti malaria, diare, dan infeksi saluran napas.1-6 World Health Organization (WHO) merekomendasikan zink dalam tata laksana diare anak karena suplementasi zink terbukti bermanfaat mengurangi durasi dan keparahan episode diare akut dan persisten pada anak.7-9 Suplementasi zink juga dianggap penting untuk bayi dan anak, wanita hamil, lanjut usia (lansia) dan terbukti bermanfaat untuk penyembuhan luka bakar.6

    Pneumonia adalah penyakit yang sering dijumpai dan terus menjadi pembunuh utama anak di negara berkembang dan lansia di negara maju. Menurut perkiraan WHO, terdapat 450 juta laporan kasus pneumonia setiap tahunnya, menyebabkan 7% (empat juta) dari keseluruhan 57 juta kematian. Insidens tertinggi terjadi pada

    anak usia kurang dari lima tahun dan orang dewasa usia lebih dari 75 tahun.10 Pada anak usia kurang dari lima tahun, khususnya di negara berkembang, pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas dan diperkirakan menyebabkan lebih dari dua juta kematian setiap tahunnya.1, 3, 4, 7, 9, 11-13 Pada lansia, mortalitas nursing home acquired pneumonia dilaporkan mencapai 44-57% sedangkan mortalitas pneumonia komunitas berdasarkan penelitian pada rumah sakit dilaporkan mencapai 30%.14

    Upaya untuk meneliti kaitan antara zink dengan pneumonia, khususnya peran dan manfaat pemberian zink untuk tata laksana pneumonia pada anak dan lansia telah dilakukan. Tulisan ini membahas beberapa aspek zink dalam kaitannya dengan tata laksana pneumonia.

    ZINK: ASUPAN, METABOLISME, DAN HOMEOSTASIS Zink pada manusia diperoleh hanya dari

    makanan. Sumber utama zink dalam makanan adalah produk hewani dan makanan laut (sea food). Zink diabsorpsi melewati membran basolateral enterosit di duodenum dan jejunum diperantarai oleh transporter termasuk zinc transport protein 1 (Zn TP-1), kemudian melewati sirkulasi portal di hepar untuk sampai ke jaringan perifer. Lebih dari 60% keseluruhan zink tubuh (total body zinc) terdapat di otot skelet, sekitar 20% terdapat di tulang dan 10% sisanya terdapat di sumsum tulang, hepar, paru dan kulit. Di dalam plasma hanya terdapat 0,1% zink tubuh. Rambut mengandung konsentrasi zink yang relatif tinggi, demikian juga kelenjar prostat dan semen mengandung konsentrasi zink yang tinggi.1 Zink tidak disimpan dalam tubuh sehingga dibutuhkan asupan teratur untuk menjaga kecukupan status zink tubuh.12 Kebutuhan zink manusia berubah berdasarkan keadaan fi siologis; pada kehamilan dibutuhkan tambahan sekitar 5-7% total body zinc wanita yang tidak hamil.1

    Alamat korespondensi email: [email protected]

  • 427CDK-205/ vol. 40 no. 6, th. 2013

    TINJAUAN PUSTAKA

    Total body zinc dipengaruhi oleh : 1) kecepatan absorpsi, 2) ekskresi dan kehilangan, serta 3) keadaan fi siologis dan penyakit. Keseimbangan konsentrasi zink tubuh dijaga melalui mekanisme homeostatik. Zink ekstrasel bersifat labil dan cepat berubah sebagai respons terhadap penggunaan zink di intrasel dan jaringan. Absorpsi dan ekskresi zink dikendalikan oleh transporter zink, yaitu Zip dan ZnT, yang mengendalikan infl uks dan efl uks zink tingkat seluler. Respons fi siologis, termasuk reaksi fase akut terhadap stresor seperti infeksi, dapat memodulasi turnover zink melalui pengikatan atau pelepasannya oleh metalloprotein. Tujuh puluh persen zink ekstrasel yang ditranspor ke seluruh tubuh terikat albumin plasma sehingga hipoalbuminemia yang menyertai kekurang-an energi protein dan proses penuaan menurunkan konsentrasi zink plasma.1

    Zink plasma memiliki turnover yang cepat (150 kali per hari) untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan dipengaruhi asupan makanan sehingga zink plasma adalah ukuran yang kurang dapat diandalkan dalam menggambarkan status zink.1 Walaupun konsentrasi zink plasma dapat menurun akibat respons fase akut pada infeksi, ada pendapat bahwa hal ini hanya terjadi pada infeksi berat yaitu saat sitokin yang merupakan mediator respons fase akut mencapai konsentrasi tertentu dan pada orang dewasa, bukan pada komunitas anak.1,5 Ada juga penelitian yang tidak menunjukkan adanya hubungan antara infeksi dan konsentrasi zink plasma. Meski demikian, zink plasma tetap merupakan indeks pengukur status zink yang paling sering digunakan. Beberapa pendekatan baru seperti analisis ekspresi gen metallothienein berpotensi dan diharapkan dapat menggambarkan status zink tubuh yang sebenarnya.1

    PNEUMONIAPneumonia adalah penyakit yang sering dijumpai, dapat mengenai semua kelompok usia, dan terus menjadi pembunuh utama anak di negara berkembang dan lansia di negara maju.10,14 WHO memperkirakan setiap tahunnya terdapat 450 juta laporan kasus pneumonia, menyebabkan 7% (empat juta) dari keseluruhan 57 juta kematian. Insidens tertinggi terjadi pada anak usia kurang dari lima tahun dan orang dewasa usia lebih dari 75 tahun.14 Pada anak usia kurang dari lima

    tahun, khususnya di negara berkembang, pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas dan diperkirakan menyebabkan lebih dari dua juta kematian setiap tahunnya.1,3,4,7,9,11-13 Pada lansia, mortalitas nursing home acquired pneumonia dilaporkan mencapai 44-57% sedangkan mortalitas pneumonia komunitas berdasar-kan penelitian pada rumah sakit dilaporkan mencapai 30%.14

    Pneumonia dicirikan dengan infl amasi alveoli dan ruang udara terminal (terminal airspaces) sebagai respons terhadap invasi agen infeksius ke paru melalui inhalasi atau penyebaran hematogen, mencetuskan kebocoran plasma dan kehilangan surfaktan sehingga menyebabkan hilangnya udara dan konsolidasi. Interaksi antara agen infeksius yang masuk dan pertahanan pejamu (host) meningkatkan tonus dan tahanan otot polos jalan napas, sekresi mukus, sel infl amasi dan debris yang meningkatkan tahanan dan hambatan jalan napas serta menyebabkan airtrapping, atelektasis, dan ventilatory dead space. Peningkatan hambatan difusi alveolar, perburukan pintasan intrapulmoner, dan ventilation/perfusion mismatch yang terjadi menyebabkan gangguan pertukaran gas; sehingga paru lebih sulit menambah oksigen dan membuang karbon dioksida dari sirkulasi. Selanjutnya, penyebaran infeksi atau respons infl amasi, baik ke sistemik atau tempat fokal lain, akan memperberat keadaan penyakit.15

    Manifestasi klinis pneumonia pada anak bervariasi sesuai usia. Pada neonatus gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah kesulitan minum (poor feeding), iritabilitas, takipnea, retraksi, merintih (grunting), dan hipoksemia. Setelah bulan pertama kehidupan, batuk merupakan gejala pneumonia yang paling sering dijumpai. Pada bayi lebih tua, merintih akan lebih jarang dijumpai tetapi takipnea, retraksi, hipoksemia sering dijumpai dan dapat disertai batuk persisten, kongesti, demam, iritabilitas, dan penurunan nafsu makan. Pada anak pra-sekolah, pneumonia paling sering bermanifestasi dengan demam, batuk (produktif atau nonproduktif ), takipnea, kongesti dan kadang disertai muntah setelah batuk (posttussive emesis). Pada anak lebih tua dan remaja dapat juga bermanifestasi sebagai demam, batuk, kongesti, nyeri dada, dehidrasi dan letargi. Takipnea direkomendasikan oleh WHO sebagai kriteria klinis untuk membantu

    mendiagnosis pneumonia pada anak, yang didefi nisikan sebagai berikut: Anak usia < 2 bulan laju napas 60x/menit Anak usia 2-11 bulan laju napas 50x/menit Anak usia 12-59 bulan laju napas 40x/menit

    Meskipun tidak sensitif dan spesifi k untuk diagnosis pneumonia dan tidak terdapat pada semua anak, crackles sering ditemukan. Ronkhi lebih jarang ditemukan pada bayi dibandingkan pada anak lebih tua. Temuan klinis lainnya yang sugestif untuk pneumonia adalah asimetri suara napas seperti mengi fokal atau penurunan suara napas di satu lapang paru.15

    Manifestasi klinis pneumonia pada lansia berbeda dari anak. Pada lansia dengan pneumonia komunitas, gejala respiratorik jarang dan demam tidak dijumpai pada 40-60% kasus, sedangkan gangguan kesadaran dijumpai pada 20-50% kasus. Gejala dan tanda lain yang dapat dijumpai adalah menggigil, produksi sputum purulen, nyeri dada pleuritik, nyeri kepala, mialgia, syok, dan ronkhi. Pada lansia dengan nursing home acquired pneumonia, sering dijumpai gejala dan tanda yang tidak spesifi k seperti gangguan kesadaran, inkontinensia, lemah menyeluruh, dan penurunan nafsu makan. Penurunan kesadaran bisa merupakan satu-satunya manifestasi klinis yang muncul dan ditemukan pada 21-73% pasien. Takipnea merupakan indikator sensitif adanya infeksi saluran napas bawah pada lansia dan dijumpai pada 70% kasus.14

    Tata laksana pneumonia pada umumnya adalah dengan pemberian antibiotik, oksigen, nebulisasi, cairan dan nutrisi yang adekuat, inotropik, ventilasi mekanis, dan terapi suportif lainnya; sedangkan untuk pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi. Pemberian zink merupakan alternatif tambahan dalam tata laksana pneumonia.10,14,15

    PERAN ZINK DALAM RESPONS IMUN DAN KAITANNYA DENGAN PNEUMONIADefi siensi zink dihubungkan dengan atrofi timus, limfopenia dan penurunan respons imun termediasi sel dan antibodi.1,2,5 Penelitian pada mencit menunjukkan penurunan hitung limfosit T yang menyertai involusi

  • CDK-205/ vol. 40 no. 6, th. 2013428

    TINJAUAN PUSTAKA

    timus sebagai akibat defi siensi zink kronik. Penelitian lain menunjukkan bahwa anak malnutrisi mengalami penyusutan ukuran timus 10 kali lipat dibandingkan kontrol; perbaikan gizi menambah ukuran timus dan pemberian tambahan zink 2 mg per hari menambah lebih lanjut ukuran timus 1,5 kali lipat. Meskipun hubungan antara ukuran timus dengan fungsinya masih belum jelas, ada dua penelitian di Guinea Bissau yang mengaitkan ukuran timus lebih besar saat lahir dengan lebih rendahnya mortalitas bayi akibat penyakit infeksi sehingga disimpulkan bahwa ukuran timus merupakan prediktor penting imunokompetensi.1

    Timulin adalah hormon yang diproduksi oleh sel epitel timus yang berperan dalam adesi, migrasi, maturasi dan peningkatan fungsi sel T. Timulin bergantung pada zink untuk aktivitas biologisnya yang meliputi induksi perkembangan sel T dan efek anti-infl amasi. Penelitian pada manusia dewasa defi siensi zink menunjukkan aktivitas timulin yang lebih rendah secara signifi kan dan dapat dikoreksi dengan pemberian zink. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa timulin dapat menurunkan hipertensi pulmonal akibat monocrotaline, menghambat kerusakan paru akibat bleomisin dan mengurangi efek infl amasi seluler pada model eksperimen fi brosis paru dengan cara menurunkan konsentrasi interleukin-6 (IL-6). Pada kultur sel epitel alveolar tipe II fetus, kombinasi timulin dan zink menghasilkan reduksi sinergistik sitokin proinfl amasi IL-1 yang diinduksi lipopolisakarida. Timulin diduga mempunyai peran anti-infl amasi langsung dan bersifat sinergis dengan zink dalam menurunkan tumor necrosing factor- (TNF-), IL-1, dan IL-6, juga diduga berperan penting pada kerusakan paru karena pneumonia.1

    Sel T regulator (Treg) memainkan peran penting dalam pencegahan imunopatologi akibat respons infl amasi berlebih terhadap antigen. Meskipun belum ada data pengaruh zink pada sel Treg dan bagaimana pengaruh tersebut dapat memediasi pengaruh zink pada pneumonia, jumlah dan fungsi sel Treg diprediksi akan menurun akibat defi siensi zink mengingat timus adalah sumbernya dan sangat dipengaruhi oleh defi siensi zink.1

    Zink tidak berinteraksi dengan spesies oksidan secara langsung, efek antioksidannya tidak

    langsung dengan menstabilkan membran sel yang rentan dan menjadi kofaktor enzim antioksidan terutama superoxide dismutase dan metaloprotein yang merupakan pemangsa (scavenger) radikal bebas. Zink juga dapat melawan agen redoks aktif seperti besi yang mengendalikan pembentukan OH dari H2O2. Lebih lanjut, pada sukarelawan sehat yang mendapat zink asetat 45 mg per hari selama 8 minggu terdapat penurunan konsentrasi produk sampingan stres oksidatif plasma (malondialdehyde, 4-hydroxyalkenals, 8-hydroxydeoxyguanin) serta penghambatan induksi ex vivo sitokin proinfl amasi TNF- dan IL-1 mRNA pada sel mononuklear.1,16

    Efek antioksidan dan anti-infl amasi zink berpotensi memegang peran penting dalam patogenesis infeksi saluran napas seperti pneumonia berat dengan patofi siologi kerusakan membran mukosa dan kongesti akibat eksudat infl amasi. Zink dapat menurunkan akumulasi spesies oksigen reaktif saat infeksi yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Zink juga dapat berpotensi sebagai growth agent regenerasi sel epitel saluran napas yang diperlukan untuk perbaikan jaringan paru yang rusak akibat pneumonia berat.1

    Spesies oksigen reaktif dapat menginduksi apoptosis sel pejamu dan jaringan dan dipercaya menginduksi kematian sel epitel paru primer melalui reseptor apoptosis Fas. Seperti diketahui, zink dapat menurunkan akumulasi spesies oksigen reaktif sehingga dapat menghambat apoptosis. Penelitian in vitro menunjukkan sel U937 yang mendapat suplemen zink terlindungi dari apoptosis akibat H2O2. Pada mencit dengan defi siensi zink, apoptosis dilihat dari penyusutan kompartemen pre-sel T timus sebesar 38% yang diartikan sebagai penurunan jumlah timosit sebesar 80%. Pada lapisan sel kelenjar submandibular manusia, zink menginduksi ekspresi gen anti-apoptosis Bcl-2 dan melawan apoptosis. Jika defi siensi zink menginduksi apoptosis sel T pada manusia, hal ini dapat berdampak negatif bagi imunitas sel T terhadap pneumonia. Keadaan ini bisa dipulihkan dengan terapi zink tambahan.1

    PERAN ZINK DALAM TATA LAKSANA PNEUMONIA ANAKDua peran potensial zink yang menonjol dalam tata laksana pneumonia adalah sebagai

    pencegahan jika diberikan sebelum terjadi pneumonia (profi laktik) dan mengubah perjalanan penyakit pneumonia dengan menurunkan derajat keparahan dan durasinya jika diberikan sebagai tambahan pemberian antibiotik konvensional (terapeutik).1

    Pencegahan Penelitian manfaat suplementasi zink untuk pencegahan pneumonia anak menunjukkan hasil yang berbeda. Beberapa melaporkan manfaat zink untuk pencegahan pneumonia sementara lainnya melaporkan zink tidak memiliki manfaat profi laktik.

    Penelitian di Meksiko terhadap anak pre-sekolah berusia 18-36 bulan menggunakan kombinasi zink metionin dengan besi atau zink saja melaporkan peningkatan zink plasma setelah suplementasi disertai penurunan penyakit saluran napas. Sazawal dkk. dalam penelitian kohort terhadap 609 anak di India yang mendapat zink 10 mg per hari selama 6 bulan melaporkan penurunan insidens infeksi saluran napas bagian bawah sebesar 45%. Pemberian zink dosis tunggal 70 mg per minggu pada 809 anak sehat usia 60 hari sampai 12 bulan di Bangladesh secara signifi kan menurunkan insidens pneumonia dengan risiko relatif 0,83 (95% CI 0,73-0,95) untuk semua penyebab kematian, dengan 2 kematian di kelompok zink dan 14 kematian di kelompok plasebo, dan tidak ada kematian akibat pneumonia pada kelompok zink dibandingkan dengan 10 kematian akibat pneumonia pada kelompok plasebo. Penelitian lain berskala besar terhadap 2482 anak usia 6-30 bulan penghuni daerah kumuh di New Delhi yang mendapat zink (10 mg untuk bayi dan 20 mg untuk anak lebih tua) dan vitamin A setiap hari juga melaporkan penurunan insidens pneumonia secara signifi kan (pengurangan risiko absolut 2,5%, 95% CI 0,4-4,6%).1 Pooled analisis dan meta-analisis terhadap 17 penelitian randomised controlled trial (RCT) pencegahan pneumonia menyimpulkan bahwa suplementasi zink secara signifi kan menurunkan insidens dan keparahan pneumonia pada anak usia kurang dari lima tahun.1,3,4,8

    Tidak semua penelitian melaporkan zink me-miliki manfaat profi laktik. Sebuah penelitian acak, tersamar ganda, dengan kontrol plasebo oleh Chandyo dkk. terhadap anak usia 2-35 bulan dengan pneumonia komunitas di Nepal

  • 429CDK-205/ vol. 40 no. 6, th. 2013

    TINJAUAN PUSTAKA

    melaporkan bahwa suplementasi zink selama 14 hari tidak menurunkan insidens pneumonia atau diare dalam enam bulan berikutnya.12 Uji klinis acak yang relatif kecil terhadap anak-anak di Guatemala melaporkan suplementasi zink tidak bermanfaat terhadap insidens atau prevalensi penyakit saluran napas. Laporan lain yang mengkombinasikan zink dengan besi atau vitamin A tidak melaporkan adanya manfaat.1 Tinjauan sistematis berbagai RCT yang dilakukan Mathew juga tidak menunjukkan manfaat profi laktik untuk pneumonia anak.13,17

    Faktor yang mungkin menyebabkan perbedaan hasil adalah ketidak seragaman dan spesifi sitas defi nisi kasus pneumonia yang dipakai. Roth dkk. dalam meta-analisis dan meta-regresinya terhadap 10 penelitian tentang suplementasi zink untuk pencegahan infeksi saluran napas bawah akut anak di negara berkembang melaporkan bahwa suplementasi zink rutin menurunkan insidens infeksi saluran napas bawah akut anak jika memakai kriteria defi nisi kasus yang lebih spesifi k tetapi tidak bermanfaat jika memakai defi nisi kasus yang kurang spesifi k.18

    Terapi Selain untuk pencegahan pneumonia dan penurunan mortalitas, zink juga berpotensi memiliki efek terapetik terhadap pneumonia. Hasil penelitian yang meyakinkan tentang efek zink pada diare menimbulkan asumsi bahwa zink mungkin juga memiliki manfaat dalam tata laksana pneumonia sehingga para ahli meneliti efek terapeutik suplementasi zink terhadap perkembangan penyakit pneumonia.1,9,17

    Penelitian Brooks dkk. di Bangladesh terhadap 270 anak usia 2-23 bulan dengan pneumonia berat yang mendapat suplementasi zink 20 mg/hari melaporkan penurunan durasi penyakit dari 5 hari menjadi 4 hari dengan relative hazard untuk durasi pneumonia berat (dinilai dari lebih pendeknya durasi retraksi dada, laju napas >50x/menit, dan hipoksia) sebesar 0,7 (95% CI 0,51-0,98) disertai perbaikan konsentrasi zink serum dari 10,1 mol/L menjadi 14,5 mol/L (p 40 mg/dL.4

    Mahalanabis dkk. meneliti efek zink dan vitamin A terhadap anak usia 2-24 bulan yang dirawat karena infeksi saluran napas bawah akut berat di Kolkata, India, dan melaporkan bahwa pemberian zink secara signifi kan menurunkan durasi demam dan keadaan sakit pada anak laki-laki tetapi tidak pada pada anak perempuan, sedangkan pemberian vitamin A tidak memberikan manfaat signifi kan.7 Dalam penelitian lainnya terhadap anak Australia usia

  • CDK-205/ vol. 40 no. 6, th. 2013430

    TINJAUAN PUSTAKA

    12 bulan sehingga disimpulkan bahwa zink tidak menyebabkan perbedaan signifi kan pada mortalitas kelompok zink ataupun plasebo.22 Penelitian lain di Zanzibar juga melaporkan hasil serupa; suplementasi zink tidak berpengaruh terhadap mortalitas bayi dan menyebabkan penurunan non-signifi kan sebesar 18% terhadap mortalitas anak usia 12-48 bulan. Selain itu, juga dilaporkan bahwa pada anak laki-laki yang mendapat zink terdapat penurunan risiko relatif mortalitas sebesar 19% [95%CI 1%-34%] sedangkan pada anak perempuan tidak (-5% [95% CI -26%-13%]). Hasil tersebut menunjukkan bahwa zink mungkin lebih bermanfaat menurunkan mortalitas untuk anak laki-laki dan anak usia >12 bulan. Beberapa penjelasan yang mungkin menyebabkan hasil tersebut antara lain: lebih tingginya kebutuhan zink anak laki-laki dibanding anak perempuan, tidak didapatkannya lagi manfaat zink dari air susu ibu dan in utero oleh anak usia >12 bulan, lebih rendahnya dosis zink (5 mg) yang diberikan kepada kelompok anak usia 65 tahun) dalam suatu institusi yang mendapat suplementasi mikronutrien non-vitamin mengandung zink 20 mg dan selenium 100 g (sebagai zink sulfat dan selenium sulfi da) mengalami penurunan signifi kan frekuensi infeksi saluran napas. Dalam penelitian intervensi acak, tersamar ganda, plasebo-kontrol lainnya yang lebih besar (N=725), suplementasi zink dan selenium dosis rendah (zink sulfat 20 mg dan selenium sulfi da 100 g) secara signifkan meningkatkan respons imun humoral lansia (usia 65-103 tahun) setelah vaksinasi. Penelitian tersebut juga melaporkan bahwa angka tanpa infeksi saluran napas lebih tinggi pada lansia yang mendapat suplementasi tersebut selama 2 tahun akan tetapi dalam kedua penelitian itu, kontribusi nutrien lain yang juga terkandung dalam suplementasi tersebut tidak dapat disingkirkan.2

    Penelitian Prasad dkk. menunjukkan suplementasi zink elemental 45 mg/hari dalam bentuk glukonat selama 12 bulan pada sejumlah kecil lansia (usia 55-87 tahun) secara signifi kan menurunkan insidens semua infeksi, termasuk infeksi saluran napas, akan tetapi efeknya pada pneumonia tidak dapat dievaluasi karena rendahnya angka

    kejadian.16 Meydani dkk. melakukan penelitian observasional terhadap lansia penghuni 33 panti (nursing home) di Boston yang terlibat dalam satu penelitian acak, tersamar ganda, dengan kontrol plasebo selama satu tahun yang semuanya mendapat dosis harian setengah Recommended Dietary Allowance vitamin dan mineral esensial termasuk zink. Partisipan dikategorikan memiliki konsentrasi zink serum dasar (pre-intervensi) atau akhir (post intervensi) yang rendah jika

  • 431CDK-205/ vol. 40 no. 6, th. 2013

    TINJAUAN PUSTAKA

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Ngom PT, Howie S, Ota MO, Prentice AM. The potential role and possible immunological mechanisms of zinc adjunctive therapy for severe pneumonia in children. Open Immunol J.

    2011;4:1-10.

    2. Barnett JB, Hamer DH, Meydani SN. Zinc: A new risk factor for pneumonia in elderly?. Nutr Rev 2010; 68: 30-7.

    3. Bose A, Coles CL, Gunavathi, John H, Moses P, Raghupathy P, et al. Effi cacy of zinc in the treatment of severe pneumonia in hospitalized children