HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

142
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN HALAMAN JUDUL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan Program Studi S1 Gizi Oleh : NUR HIDAYAH SAFITRI DEWI 2015030088 INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Transcript of HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

Page 1: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN

ZINK DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN

HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir

dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan

Program Studi S1 Gizi

Oleh :

NUR HIDAYAH SAFITRI DEWI

2015030088

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN

PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

Page 2: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

iv

Page 3: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

v

Page 4: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

vi

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK

DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN

KEASLIAN PENELITIAN

Merupakan karya saya sendiri (ASLI). Dan isi dalam skripsi ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh

gelar akademis disuatu institusi pendidikan dan sepanjang pengetahuan saya juga

tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan atau diterbitkan oleh

orang lain atau kelompok lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam skripsi ini

dan disebutkan dalam daftar pustaka

Surakarta, Januari 2019

Nur Hidayah Safitri Dewi

Page 5: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

vii

MOTTO

Harta yang tak pernah habis adalah ilmu pengetahuan dan ilmu yang tak ternilai

adalah pendidikan

Barang siapa mencari ilmu maka dia berada dijalan Allah

(HR. Tirmidzi)

MOTTO

Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah

(HR. Tirmidzi)

Tidakkah seorang muslim menderta karena kesedihan, kedudukan, kesusahan,

kepayahan, penyakit dan duri yang menusuk tubuhnya kecuali dengan itu Allah

ampuni dosa-dosanya

(HR. Imam Bukhori)

Page 6: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

viii

PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur kepada Allah SWT dan atas dukungan dan do’a

dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan

tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya

ucapkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan keridhoan, kesempatan, kelancaran dan

segala hal yang memberiku pengalaman sangat berharga.

2. Orang tua saya bapak Sarjimin dan ibu Sumiyati yang telah memberikan

dukungan moril maupun materi serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan

saya, karena tiada kata seindah lantunan do’a dan tiada do’a yang paling

khusuk selain do’a yang terucap dari orang tua.

3. Adik saya Triska Pramudya Agustina yang telah sabar dan selalu mendukung

setiap langkahku.

4. Sahabat dan teman tersayang, tanpa semangat dan dukungan serta bantuan

kalian semua tak akan mungkin aku sampai disini, terimakasih untuk canda,

tawa, tangis dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih untuk

kenangan manis yang telah terukir selama ini. Dengan perjuangan dan

kebersamaan kita pasti bisa.

Terima kasih untuk kalian semua, akhirnya kata saya persembahkan

skripsi ini untuk kalian semua. Dan semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna

untuk kemajuan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang.

PERSEMBAHAN

Page 7: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Asupan Protein, Zat Besi dan Zink

Dengan Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun”. Skripsi ini disusun dengan

maksud untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Gizi pada

program S1 Gizi ITS PKU Muhammadiyah Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa ada bantuan dan pengarahan dari berbagai

pihak, skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Weni Hastuti, S.Kep., M.Kes. selaku Rektor ITS PKU Muhammadiyah

Surakarta.

2. Cemy Nur Fitria, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Wakil Rektor I ITS PKU

Muhammadiyah Surakarta.

3. Tuti Rahmawati, S.Gz., M.Si. selaku Ketua Program Studi S1 Gizi ITS PKU

Muhammadiyah Surakarta.

4. Retno Dewi Noviyanti, S.Gz., M.Si. selaku Pembimbing I, yang telah

meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan arahan selama proses

penyusunan skripsi.

5. Dewi Pertiwi DK, S.Gz., M.Gizi. selaku Pembimbing II, yang telah

meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan arahan selama proses

penyusunan skripsi.

6. Dewi Marfuah, S.Gz., MPH. selaku Penguji, yang telah memberikan arahan,

masukan, kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

7. Trianti, Amd.Keb. selaku Bidan Desa Wonorejo, yang telah memberikan

kesempatan dalam melaksanakan penelitian terkait perkembangan balita di

desa Wonorejo.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Page 8: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

x

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi

ini bisa bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi masyarakat pada

umumnya dan bagi mahasiswa pada khususnya. Harapan penulis, semoga skripsi

ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Januari 2019

KATA PENGANTAR

Penulis

Page 9: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

xi

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK

DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN

Nur Hidayah Safitri Dewi¹, Retno Dewi Noviyanti², Dewi Pertiwi Dyah Kusudaryati³

Masa usia dini adalah masa yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

pertumbuhan anak selanjutnya, karena merupakan masa peka dan masa emas dalam

kehidupan anak. Pencapaian perkembangan anak sesuai dengan usia diperlukan berbagai

asupan zat gizi yang adekuat dalam memenuhi kebutuhan perkembangan anak. Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui hubungan asupan protein, zat besi dan zink dengan

perkembangan anak usia 3-5 tahun. Metode penelitian menggunakan metode cross

sectional. Sampel adalah anak usia 3-5 tahun di desa Wonorejo sebanyak 58 sampel

dengan simple random sampling. Data asupan diperoleh dari food recall 2x24 jam, data

perkembangan anak di peroleh melalui kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP).

Data asupan diolah menggunakan nutrisurvey. Analisis data menggunakan Fisher Exact.

Rata-rata asupan protein sebesar 33,1±5,17 gr, zat besi sebesar 5,0±1,99 mg dan zink

sebesar 3,8±0,87 mg. Hasil hubungan asupan protein dengan perkembangan anak usia 3-5

tahun diperoleh nilai p= 1,00, Hubungan asupan zat besi dengan perkembangan anak usia

3-5 tahun diperoleh nilai p=0,479 dan hubungan asupan zink dengan perkembangan anak

usia 3-5 tahun diperoleh nilai p= 1,00. Kesimpulan tidak ada hubungan asupan protein,

zat besi dan zink dengan perkembangan anak usia 3-5 tahun.

Kata kunci : protein, zat besi, zink, perkembangan anak

1. Mahasiswa Program S1 Gizi ITS PKU Muhammadiyah Surakarta

2. Dosen Pengampu S1 Gizi ITS PKU Muhammadiyah Surakarta

3. Dosen Pengampu S1 Gizi ITS PKU Muhammadiyah Surakarta

Page 10: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

xii

ABSTRACT

THE CORELATION BETWEEN OF PROTEIN, IRON AND ZINC INTAKE

WITH THE DEVELOPMENT OF 3-5 YEARS CHILDREN

Nur Hidayah Safitri Dewi¹, Retno Dewi Noviyanti², Dewi Pertiwi Dyah Kusudaryati³

Early age is a very decisive period for the development and growth of the next child,

because it is a sensitive period and a golden period in a child’s life the achevement of the

child grow in line as his age requires a variety of adequate nutritional intake in

influencing the child’s developmental needs. The aim of this study is to knew the

corelation the corelation between of protein, iron, zink intake with the growth of 3-5

years children. The method used the cross sectional method. Samples taken were 3-5

years old children in Wonorejo village. 58 samples with random sampling. Samples of

intake data were obtained from recall 2x24 hours, child development data were obtained

through the developmental pre-screening questionnaire. Intake data was processed using

nutrisurvey. Data analised with Fisher Exact. Average protein intake of 33,1±5,17 gr,

iron 5,0±1,99 mg and zink 3,8±0,87 mg. The result of corelation between protein intake

and the development of 3-5 years old children obtained p= 1,00. The corelation between

iron intake and the development of 3-5 years old children obtained p= 0,479 and the

corelation between zinc intake and the developmet of 3-5 years old was obtained p =1,00.

The conclusion there is no correlation between protein, iron and zinc intake with the

development of 3-5 year old.

Keywords : Protein, iron, zinc, development children

1. Undergraduate student of Nutrition ITS PKU Muhammadiyah Surakarta

2. Lecturer S1 Nutrition ITS PKU Muhammadiyah Surakarta

3. Lecturer S1 Nutrition ITS PKU Muhammadiyah Surakarta

Page 11: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN .......................................... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN ........................................... Error! Bookmark not defined.

KEASLIAN PENELITIAN...............................................................................................vi

MOTTO .......................................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN .......................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... x

ABSTRAK ........................................................................................................................xi

ABSTRACT ..................................................................................................................... xii

DAFTAR ISI.................................................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xv

DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 4

E. Keaslian Penelitian ................................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 8

A. Landasan Teori ...................................................................................................... 8

1. Anak Prasekolah ............................................................................................... 8

2. Tumbuh Kembang Anak ................................................................................ 13

3. Protein ............................................................................................................ 30

4. Zat Besi .......................................................................................................... 33

5. Zink ................................................................................................................ 36

B. Kerangka Teori .................................................................................................... 41

C. Kerangka Konsep ................................................................................................ 42

D. Hipotesis.............................................................................................................. 42

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 43

A. Desain Penelitian ................................................................................................. 43

Page 12: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

xiv

B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................. 43

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling .............................................................. 43

D. Variabel Penelitian .............................................................................................. 45

E. Definisi Operasional ............................................................................................ 45

F. Instrumen Penelitian ............................................................................................ 46

G. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 46

H. Teknik Analisis Data ........................................................................................... 47

I. Jalannya Penelitian .............................................................................................. 50

J. Etika Penelitian ................................................................................................... 51

K. Jadwal Penelitian ................................................................................................. 51

BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................................... 52

A. Profil Tempat Penelitian ...................................................................................... 52

B. Hasil Penelitian ................................................................................................... 53

C. Pembahasan ......................................................................................................... 59

D. Keterbatasan Penelitian ....................................................................................... 72

BAB V PENUTUP .......................................................................................................... 73

A. Simpulan ............................................................................................................. 73

B. Saran ................................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori .................................................................................... 41

Gambar 2. Kerangka Konsep ................................................................................ 42

Page 14: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keaslian Penelitian .................................................................................. 5

Tabel 2. Definisi Operasional ............................................................................. 45

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................... 53

Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia..................................................... 53

Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan Ibu ...................................... 54

Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu ...................... 54

Tabel 7. Kategori Tingkat Konsumsi Sampel Penelitian .................................... 55

Tabel 8. Kategori Tingkat Konsumsi Protein Sampel Penelitian ....................... 55

Tabel 9. Persen Tingkat Konsumsi Zat Besi Sampel Penelitian ......................... 56

Tabel 10. Persen Tingkat Konsumsi Zink Sampel Penelitian ............................... 56

Tabel 11. Distribusi Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun................................... 57

Tabel 12. Hubungan Asupan Protein Dengan Perkembangan Anak Usia 3-5

Tahun. ................................................................................................... 57

Tabel 13. Hubungan Asupan Zat Besi Dengan Perkembangan Anak Usia 3-5

Tahun. ................................................................................................... 58

Tabel 14. Hubungan Asupan Zink Dengan Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun

.............................................................................................................. 58

Page 15: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Permohonan menjadi Responden Penelitian

Lampiran 3. Lembar Penjelasan kepada Responden

Lampiran 4. Formulir Pernyataan Kesediaan sebagai Sampel Penelitian

(Informed Consent)

Lampiran 5. Formulir Pengumpulan Data

Lampiran 6. Formulir Food Recall 24 jam

Lampiran 7. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

Lampiran 8. Output SPSS

Lampiran 9. Master tabel

Lampiran 10. Surat Ijin studi pendahuluan

Lampiran 11. Surat ijin penelitian

Lampiran 12. Surat keterangan telah melakukan penelitian

Lampiran 13. Lembar konsultasi

Lampiran 14. Dokumentasi penelitian

Page 16: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

1

BAB I

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa usia dini adalah masa yang sangat menentukan bagi

perkembangan dan pertumbuhan anak selanjutnya, karena merupakan

masa peka dan masa emas dalam kehidupan anak. Hal ini mengisyaratkan

bahwa semua pihak perlu memahami pentingnya masa usia dini untuk

optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan anak (Yamin dan Sabri,

2013).

Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu

atau organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangan (maturation)

(Yusuf, 2011). Menurut Mansyur (2009) terdapat tiga tahapan

perkembangan sel dan jaringan saraf dalam otak. Tahap pertama pada

periode pertama sekitar masa kehamilan 33 minggu dan periode kedua

sekitar 15 bulan, masa ini disebut masa kritis karena merupakan fase pesat

tumbuh kembang terjadi pembelahan sel otak. Tahap kedua usia 0-2 tahun

merupakan periode yang paling krusal pasca kelahiran dimana terjadi

pembesaran sel otak. Tahap ketiga adalah usia 3-6 tahun dimana pada

masa ini pertumbuhan dan perkembangan sel dan jaringan syaraf

berlangsung pesat untuk melanjutkan dan memantapkan potensi yang telah

dibangun pada usia sebelumnya.

Anak pada usia 3-5 tahun telah memiliki kontrol fungsi tubuh yang

baik. Pengalaman, kemampuan berinteraksi secara kerja sama dengan anak

lain dan penggunaan bahasa untuk simbolisasi mental, meningkatnya

rentang perhatian dan memori untuk periode berikutnya yaitu masa

sekolah (Wong dkk, 2009).

Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah faktor

internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor genetik yang merupakan

modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak.

Faktor eksternal atau peranan lingkungan adalah faktor prenatal ibu yang

Page 17: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

2

termasuk status gizi ibu pada saat hamil. Faktor eksternal yang lainnya

adalah faktor pascanatal, yaitu kecukupan gizi yang diperlukan untuk

pertumbuhan dan perkembangan anak (Tanuwijaya dan Karsono, 2013).

Zat gizi digolongkan menjadi dua, yaitu zat gizi makro (karbohidrat,

protein, lemak) dan zat gizi mikro vitamin A, vitamin B, vitamin C,

vitamin D, vitamin E, vitamin K serta mineral kalsium, fosfor, magnesiun,

kalium, natrium, mangan, tembaga, kromium, iodium, besi, zink,

selenium, flour (Badan POM RI, 2013). Menurut penelitian Emalia dkk

(2015), asupan zat gizi yang berpengaruh pada perkembangan anak

prasekolah adalah protein, zat besi dan zink.

Protein sebagai salah satu zat gizi yang diperlukan oleh tubuh

memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan, pengganti sel

tubuh yang rusak, dan sebagai katalisator. Fungsi khas protein yang tidak

dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-

sel dan jaringan tubuh (Almatsier, 2009). Protein juga merupakan

prekursor untuk neurotransmitter yang mendukung perkembangan otak.

Protein dalam proses metabolisme tubuh perlu adanya proses sintesis, zat

gizi yang dibutuhkan untuk mensintesis protein yaitu zink.

Zink merupakan trace mineral atau mineral mikro yang penting

untuk semua bentuk kehidupan (Hardinsyah dan Supariasa 2017). Zink

sebagai trace mineral yang berperan terhadap pertumbuhan sel saraf pusat,

fungsi imun, fungsi motorik dan kognitif. Zink merupakan unsur yang

terdapat dalam otak, memberikan kontribusi terhadap struktur dan fungsi

dari otak, sehingga apabila terjadi defisiensi yang berat maka akan

berpengaruh terhadap perkembangan kognitif dan fungsi motorik (Ardiaria

dan Nuryanto, 2014). Zat gizi yang berpengaruh dalam perkembangan

motorik selain zink adalah zat besi.

Zat besi merupakan mikronutrein esensial untuk pertumbuhan dan

perkembangan tubuh serta sistem imun manusia (Herman, 2009). Besi

berperan penting dalam transport oksigen khususnya untuk pernapasan

seluler yaitu suatu proses yang menghasilkan energi bagi sel-sel tubuh,

Page 18: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

3

berperan dalam metabolisme energi di neuron dan sel glia, sistem

neutransmitter dan metabolisme dopamine. Defisiensi zat besi akan

menjadikan penurunan sistem metabolisme oksidasi dalam otak,

mempengaruhi fungsi kognitif, pertumbuhan fisik dan keterlambatan

fungsi motorik (Ardiaria dan Nuryanto, 2014).

Anak di Indonesia yang mengalami gangguan tumbuh kembang

yaitu sekitar 11-14% pada tahun 2008. Provinsi Jawa Tengah memiliki

jumlah balita dan anak usia pra sekolah pada tahun 2009 sebanyak

2.239.357 anak. Cakupan deteksi dini tumbuh kembang balita dan anak

usia pra sekolah sebesar 53,44 % pada tahun 2006, 33,58 % pada tahun

2007, 44,76 % pada tahun 2008, dan mengalami kenaikan sebesar 50,29 %

pada tahun 2009 (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009).

Kabupaten Karanganyar merupakan Kabupaten yang mempunyai cakupan

deteksi dini tumbuh kembang balita dan anak pra sekolah pada tahun 2009

yaitu sebesar 95,58%, melebihi cakupan Standar Pelayanan Minimal

sebesar 95% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009). Tahun 2012,

cakupan jumlah anak usia dini (0-6 tahun) di Kabupaten Karanganyar

yang belum terlayani yaitu sebesar 39,18% (Dinas Pendidikan Provinsi

Jawa Tengah, 2012).

Studi pendahuluan yang dilakukan pada 2 posyandu yaitu di Desa

Watuburik dan perumahan Wonorejo, diperoleh bahwa dari 2 posyandu

terdapat 5,17% anak mengalami gangguan perkembangan. Hasil

wawancara dengan kader posyandu, orangtua anak hanya melakukan

penimbangan ke posyandu serta kader posyandu tidak memberikan

pengarahan tentang pentingnya asupan zat gizi untuk perkembangan anak.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang hubungan asupan protein, zat besi dan zink

dengan perkembangan anak.

Page 19: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang tersebut

rumusan masalah penelitian ini adalah : ”Apakah ada hubungan antara

asupan protein, zat besi dan zink dengan perkembangan pada anak usia 3-5

tahun ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara asupan protein, zat besi dan zink

dengan penrkembangan pada anak usia 3-5 tahun.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan asupan protein pada anak usia 3-5 tahun.

b. Mendeskripsikan asupan zat besi pada anak usia 3-5 tahun.

c. Mendeskripsikan asupan zink pada anak usia 3-5 tahun.

d. Mendeskripsikan perkembangan pada anak usia 3-5 tahun.

e. Menganalisis hubungan asupan protein dengan perkembangan anak

usia 3-5 tahun.

f. Menganalisis hubungan asupan zat besi dengan perkembangan

anak usia 3-5 tahun.

g. Menganalisis hubungan asupan zink dengan perkembangan anak

usia 3-5 tahun.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu

pengetahuan bagi pembaca khususnya mahasiswa tentang hubungan

asupan protein, zat besi, zink terhadap perkembangan anak usia 3-5

tahun.

Page 20: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

5

2. Manfaat Praktis

a. Bagi orangtua anak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi

orangtua agar lebih memahami pentingnya perkembangan anak.

b. Bagi peneliti

Penelitian ini akan memfasilitasi peneliti dalam

mengembangkan kemampuan peneliti sekaligus mengaplikasikan

ilmu yang telah didapat.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya dan ada beberapa

penelitian yang hampir sama yang berhubungan dengan asupan protein,

zat besi dan zink dengan perkembangan anak dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Keaslian Penelitian

No Keaslian Penelitian

1 Nama Peneliti/Tahun

:

Ardiaria dan Nuryanto/2014.

Judul

:

Hubungan status gizi dan asupan besi

dan seng terhadap fungsi motorik anak

usia 2-5 tahun.

Desain dan Variabel :

Penelitian

Desain penelitian menggunakan cross

sectional. Variabel bebasnya status gizi,

asupan besi dan seng. Variabel

terikatnya adalah fungsi motorik anak

umur 2-5 tahun.

Hasil

:

Terdapat hubungan antara asupan besi

dan seng dengan fungsi motorik anak.

Persamaan

:

Meneliti mengenai asupan besi, seng

dan perkembangan anak. Desain

penelitian yang digunakan adalah cross

sectional.

Perbedaan

:

Penelitian ini meneliti status gizi, tidak

meneliti asupan protein.

2 Nama Peneliti/Tahun

:

Zulkarnain, Alwi dan Patimah /2017.

Judul : Pengaruh asupan zat gizi terhadap

perkembangan psikomotorik anak usia

25-60 bulan pada yayasan An-Nur Kalla

Kota Makassar.

Desain dan Variabel

:

Penelitian

Desain penelitian menggunakan desain

cross sectional. Variabel bebasnya

Page 21: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

6

No Keaslian Penelitian

adalah asupan zat gizi (karbohidrat,

protein, lemak, vitamin A, vitamin B1,

vitamin B2, vitamin B6, vitamin B12

vitamin C, kalsium dan zat besi) dan

variabel terikatnya perkembangan

psikomotorik anak usia 25-60 bulan.

Hasil : Terdapat pengaruh asupan zat gizi

lemak, vitamin B12 dan zat besi

terhadap perkembangan psikomotorik

anak usia 25-60 bulan pada yayasan An-

Nur Kalla Kota Makassar.

Persamaan : Meneliti mengenai asupan protein, zat

besi dan perkembangan anak. Desain

penelitian menggunakan desain cross

sectional.

Perbedaan : Penelitian ini meneliti asupan zat gizi

karbohidrat, lemak, vitamin A, vitamin

B1, vitamin B2,vitamin B6, vitamin

B12 vitamin C, kalsium dan tidak

meneliti asupan zink.

3 Nama Peneliti/Tahun : Puspita, Octavia dan Saputro /2017

Judul : Hubungan Asupan Gizi Seimbang, Pola

Asuh dengan Perkembangan motorik

Balita Gizi Kurang di Kota Jambi.

Desain dan Variabel :

Penelitian

Desain penelitian menggunakan desain

cross sectional. Variabel bebasnya

adalah asupan gizi seimbang

(karbohidrat, protein, lemak, vitamin,

zat besi, zink dan air) dan pola asuh.

Variabel terikatnya adalah

perkembangan motorik balita gizi

kurang.

Hasil : Terdapat hubungan antara asupan gizi

seimbang karbohidrat, protein, lemak,

vitamin, zat besi, zink dan air dan

pendapatan keluarga terhadap

perkembangan motorik balita gizi

kurang di Puskesmas Kota Jambi tahun

2016. Persamaan : Meneliti mengenai asupan protein, zat

besi, zink dan perkembangan anak.

Desain penelitian cross sectional.

Perbedaan : Penelitian ini meneliti asupan

karbohidrat, lemak, vitamin, air dan

pola asuh balita gizi kurang

Page 22: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

7

No Keaslian Penelitian

4 Nama Peneliti/Tahun

:

Emalia, Febry dan Rahmiwati/2015.

Judul : Hubungan asupan gizi, pengetahuan dan

stimulasi ibu dengan tumbuh kembang

anak prasekolah TK Handayani dan TK

Teratai 26 Ilir Kecamatan Bukit Kecil

Palembang 2014

Desain dan Variabel :

Penelitian

Desain penelitian menggunakan desain

cross sectional. Variabel bebasnya

adalah asupan gizi (energi, karbohidrat,

lemak, protein, zat besi, zink, vitamin

A), pengetahuan dan stimulasi ibu.

Variabel terikatnya adalah tumbuh

kembang anak prasekolah.

Hasil : Terdapat hubungan antara asupan

energi, protein, zat besi, zink dan

stimulasi ibu dengan perkembangan

motorik kasar anak prasekolah TK

Handayani dan TK Teratai Kecamatan

Bukit Kecil Palembang.

Persamaan : Meneliti mengenai asupan protein, zat

besi, zink dan perkembangan anak.

Desain cross sectional

Perbedaan : Penelitian ini meneliti asupan energi,

karbohidrat, lemak, vitamin A,

pengetahuan dan stimulasi ibu.

5. Nama Peneliti/Tahun

:

Purwanti/2017

Judul : Asupan zat gizi dan perkembangan

kognitif balita di wilayah Puskesmas

Bugangan Kota Semarang.

Desain dan Variabel :

Penelitian

Desain penelitian menggunakan desain

cross sectional. Variabel bebasnya

asupan gizi (energi, lemak, protein,

zink, iodium, vitamin C, zat besi) dan

variabel terikatnya adalah

perkembangan kognitif balita.

Hasil : Terdapat hubungan antara asupan

energi, lemak, protein, dan zink dengan

perkembangan kognitif balita umur 48-

60 bulan di wilayah Puskesmas

Bugangan Kota Semarang.

Persamaan : Meneliti mengenai asupan protein, zat

besi, zink dan perkembangan anak.

Desain penelitian menggunakan cross

sectional.

Perbedaan : Penelitian ini smeneliti asupan energi,

lemak, iodium dan vitamin C.

Page 23: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

8

BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Anak Prasekolah

a. Pengertian anak prasekolah

Usia anak prasekolah adalah antara 3 sampai 5 tahun. Anak

pada usia tersebut memiliki kontrol fungsi tubuh yang baik,

pengalaman periode perpisahan pendek dan panjang, kemampuan

berinteraksi, kerja sama dengan anak lain dan penggunaan bahasa

untuk simbolisasi mental, meningkatnya rentang perhatian dan

memori untuk periode berikutnya yaitu masa sekolah. Keberhasilan

pencapaian tingkat pertumbuhan dan perkembangan sebelumnya

sangat penting bagi anak prasekolah untuk pematangan tugas-tugas

yang telah dikuasai selama masa toddler (usia 1-3 tahun) (Wong

dkk, 2009).

Menurut Yusuf (2011) kualitas anak sangat dipengaruhi

oleh perkembangan anak. Anak prasekolah dikategorikan normal

apabila terjadi perkembangan fisik, perkembangan intelektual,

perkembangan emosional (takut, cemas, marah, perasaan ingin

tahu), perkembangan bahasa, perkembangan sosial, perkembangan

bermain, perkembangan kepribadian dan perkembangan moral.

Usia 3-5 tahun atau usia prasekolah mampu menggunakan sesuatu

untuk mewakili yang lain dengan menggunakan simbol berupa

kata, bahasa, gerak dan benda. Melalui kemampuan tersebut, anak

mampu berimajinasi untuk mengembangkan intelektualnya.

Perkembangan pikiran individu terlihat dalam perkembangan

bahasa. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh perkembangan

kognitif, perkembangan motorik, stimulasi lingkungan serta

interaksi antara orang tua dengan anak atau pola asuh yang

diberikan orang tua kepada anak.

Page 24: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

9

b. Ciri-Ciri Anak Usia Prasekolah

Menurut Wong dkk (2009) ciri-ciri anak prasekolah

meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak.

1) Ciri Fisik

Penampilan atau perilaku anak prasekolah mudah

dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan

sebelumnya.

a) Anak prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah

memiliki penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan

sangat menyukai kegiatan-kegiatan yang dilakukan sendiri.

b) Anak laki-laki umumnya lebih besar dalam aspek fisik.

Anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang

khususnya dalam tugas motorik halus, karena hal tersebut

lebih baik tidak mengkritik anak laki-laki apabila tidak

terampil dan sikap membandingkan antara laki-laki dan

perempuan dalam kompetensi ketrampilan.

2) Ciri sosial

Anak prasekolah umumnya mudah bersosialiasi dengan

orang di lingkunganya. Anak pada tahapan ini umumnya

memiliki satu atau dua sahabat yang cepat berganti. Mereka

cepat menyesuaikan diri secara sosial dan mau bermain dengan

teman. Sahabat yang dipilih biasanya sama jenis kelaminnya,

berkembang memiliki sahabat dengan jenis kelamin yang

berbeda.

3) Ciri emosional

Anak prasekolah mengekspresikan emosinya dengan sikap

marah dan iri hati pada anak prasekolah lainnya, seringkali

meperebutkan perhatian atau orang sekitar.

4) Ciri kognitif

Page 25: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

10

Anak usia prasekolah umumnya sudah terampil dalam

berbahasa. Kompetensi anak juga perlu dikembangkan melalui

interaksi, minat, kesempatan, memahami dan kasih sayang.

c. Kebutuhan Gizi Anak Prasekolah

Kebutuhan zat gizi anak pada usia 3-5 tahun meningkat

karena masih berada pada masa pertumbuhan dan aktivitas

semakin meningkat. Jumlah dan variasi makanan harus

mendapatkan perhatian secara khusus dari ibu atau pengasuh anak,

terutama dalam memenangkan pilihan anak agar memilih makanan

yang bergizi seimbang (Permenkes RI, 2014).

Kebutuhan gizi adalah angka kecukupan yang diperlukan

setiap individu dalam memenuhi nutrisi untuk melakukan aktifitas.

Setiap individu memiliki angka kebutuhan gizi berbeda-beda,

berdasarkan usia dan jenis kelamin. Kebutuhan gizi setiap individu

tercantum dalam Angka Kecukupan Gizi atau disingkat dengan

AKG.

Angka Kecukupan Gizi anak balita dibedakan menjadi

kelompok umur, untuk anak umur 1-3 tahun kebutuhan asupan

protein sebesar 26 gr, 8 mg untuk asupan zat besi dan 4 mg untuk

asupan zink. Kelompok umur 4-6 tahun kebutuhan asupan protein

sebesar 35 gr, 9 mg untuk asupan zat besi dan 5 mg untuk asupan

zink (Kemenkes RI, 2013). Bertambahnya usia anak maka semakin

meningkat kebutuhan asupan gizi yang wajib diperoleh anak.

Menurut Devi (2012), zat-zat gizi yang dibutuhkan anak dalam

masa tumbuh kembang adalah :

1) Karbohidrat

Karbohidrat sebagai sumber energi. Karbohidrat di

dalam tubuh berada di dalam sirkulasi darah sebagai glukosa

untuk keperluan energi, sebagian disimpan sebagai glikogen

dalam hati dan jaringan otot dan sebagian diubah menjadi

Page 26: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

11

lemak untuk disimpan sebagai cadangan energi dalam jaringan

lemak.

Energi berfungsi mempengaruhi zat kimia yang ada di

dalam otak yang disebut neurotransmitter yang bertugas dalam

menghantarkan implus dari saraf ke saraf lainya sehingga

menghasilkan gerak motorik.

2) Protein

Protein merupakan asupan yang bermanfaat dalam

membangun sel-sel yang rusak, membentuk zat-zat pengatur

seperti hormon dan enzim. Protein merupakan zat gizi yang

berperan dalam fungsi motorik dan mempunyai fungsi yang

sama dengan energi dalam proses poliferasi, deferensial sel

dan synaptogenesis. Protein dapat ditemukan pada ikan, susu,

telur, kacang-kacangan, tahu dan tempe.

3) Lemak

Lemak mempengaruhi perkembangan dan kemampuan

otak. Kecukupan dalam tubuh akan meningkatkan aktifitas

hormon peka lipase trigliserida sehingga metabolisme lemak

dan asam lemak esensial dapat menghasilkan energi dari

aktifitas otot dan meningkatkan perkembangan motorik.

Lemak terdapat pada margarin, mentega, minyak goreng,

lemak hewani dan lemak tumbuhan.

4) Vitamin

Vitamin adalah zat-zat organik yang komplek

dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya

dapat dibentuk oleh tubuh.

a) Vitamin A

Vitamin A berguna untuk pertumbuhan tulang, kesehatan

mata dan kulit yaitu mencegah kelainan bawaan. Vitamin

A terdapat dalam susu, keju, mentega, kuning telur,

minyak ikan, sayuran dan buah-buahan.

Page 27: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

12

b) Vitamin B

Vitamin B berguna untuk menjaga susunan sistem saraf

berfungsi normal, mencegah penyakit beri-beri dan

anemia. Vitamin B terdapat pada nasi, roti, susu, daging

dan tempe.

c) Vitamin C

Vitamin C berguna untuk membentuk integritas jaringan

dan peningkatan penyerapan zat besi dan menjaga

kesehatan gusi. Jenis vitamin C terdapat pada mangga,

jeruk, pisang dan nangka.

5) Mineral

Mineral berguna untuk memperkuat jaringan serta

mengatur keseimbangan cairan tubuh.

a) Zat besi

Zat besi berguna dalam pertumbuhan sel-sel darah merah

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan serta zat besi

merupakan zat gizi esensial yang berperan dalam fungsi

motorik serta berperan dalam sintesis monoamine yaitu

enzim mitokondria yang terdapat di semua bagian yang

berhubungan dengan metabolisme aerobik dari makanan

yang menghasilkan energi, dengan kata lain sebagai pusat

pembangkit energi. Zat besi terdapat dalam daging, ikan

dan hati ayam.

b) Kalsium

Kalsium berguna untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Zat

ini terdapat dalam susu sapi.

c) Yodium

Page 28: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

13

Yodium berguna untuk membantu susunan saraf pusat

berkaitan dengan daya pikir dan mencegah kecacatan fisik

dan mental. Zat ini terdapat dalam rumput laut dan sea food.

d) Zink

Zink merupakan komponen penting dari tubuh dan

merupakan molekul penting dari sel. Unsur zink adalah

elemen penting untuk mengaktifkan fungsi beberapa enzim

dalam tubuh dan berperan penting dalam kegiatan

metabolisme tubuh. Berperan utama dalam penyembuhan

luka, membangun sistem kekebalan tubuh, dan dibutuhkan

dalam sintesis DNA.

2. Tumbuh Kembang Anak

a. Pengertian Tumbuh kembang anak

Pertumbuhan dan perkembangan memiliki hubungan yang

erat sekaligus terdapat perbedaan yang cukup signifikan.

Pertumbuhan lebih mengandung unsur kuantitatif, yaitu adanya

penambahan ukuran fisik pada struktur tubuh anak menjadi lebih

besar secara fisik dan organ-organ dalam juga meningkat seperti

tangan, kaki, badan, otak, dan lain-lain (Suyadi dan Ulfah, 2013).

Perkembangan adalah pertambahan kemampuan dalam struktur

dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur,

sebagai hasil dari proses pematangan. Hal ini menyangkut dengan

sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-oragan dan sistem organ yang

berkembang sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai

dampak terhadap aspek fisik sedangkan perkembangan berkaitan

dengan pematangan fungsi organ atau individu (Suyadi dan Ulfah,

2013).

Usia dini yaitu 0-6 tahun merupakan masa perkembangan

dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak dimasa

Page 29: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

14

depanya atau disebut juga masa keemasan (the golden age)

sekaligus periode yang sangat kritis yang menentukan tahap

pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya (Suyadi dan Ulfah,

2013).

b. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah,

ukuran, atau dimensi tingkat sel organ, maupun individu yang bisa

diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang

(cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi

kalsium dan nitrogen tubuh) (Adriana, 2013).

Pertumbuhan (growth) menurut Soetjiningsih dan Ranuh

(2015) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu

bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ,

maupun individu. Otak anak semakin tumbuh terlihat dari

kapasitasnya untuk belajar, mengingat, dan mempergunakan

akalnya. Pertumbuhan menurut Sobur (2013), khusus bagi

pertumbuhan dalam ukuran badan dan fungsi fisik. Pertumbuhan

pada umumnya dibatasi pada perubahan-perubahan struktural dan

fisiologis dalam pembentukan seseorang secara jasmaniah dari saat

masih berbentuk janin melalui periode-periode prenatal (dalam

kandungan), dan postnatal (setelah lahir), sampai pada

kedewasaannya.

c. Perkembangan

Perkembangan merupakan perubahan yang progresif dan

terus menerus dalam diri individu sejak lahir hingga mati (Sobur,

2013). Keterampilan motorik kasar akan memberikan pengaruh

positif bagi perkembangan motorik halus (Hasan, 2010).

Kemampuan motorik halus (fine motor skills) adalah kemampuan-

kemampuan fisik yang melibatkan otot halus serta koordinasi mata

dan tangan. Pencapaian dalam kemampuan diri memungkinkan

anak untuk lebih mengambil tanggung jawab terhadap perawatan

Page 30: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

15

pribadi mereka (Papalia, 2010). Perkembangan motorik halus

penting untuk perkembangan inteligensinya. Hal ini dikarenakan

untuk menghasilkan gerakan motrik halus yang tepat, dibutuhkan

koordinasi yang baik antara otak dengan otot-otot halus (Hasan,

2010).

Menurut Yusuf (2011), perkembangan adalah perubahan-

perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat

kedewasaan atau kematangan (maturation) yang berlangsung

secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik

menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).

Perkembangan diartikan sebagai perubahan bentuk yang dimulai

saat konsepsi dan terus berlanjut sepanjang satu masa kehidupan

(Soetjiningsih dan Ranuh, 2015). Perubahan bentuk meliputi

perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional yang terjadi

selama masa kehidupan individu.

Terdapat berbagai model penilaian perkembangan anak

yang perlu adanya parameter tertentu sehingga dapat dilakukan

perbandingan secara konsisten. Aspek-aspek penilaian yang dapat

dinilai menurut Kemenkes RI (2010) meliputi:

1) Gerakan kasar atau motorik kasar adalah aspek yang

berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan

dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk,

berdiri, dan lainnya.

2) Gerakan halus atau motorik halus adalah aspek yang

berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan

yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan

oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat

seperti mengambil sesuatu, menjimpit menulis dan lainnya.

3) Personal sosial adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan

mainan setelah selesai dipakai bermain), berpisah dengan

Page 31: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

16

ibu/pengasuh, bersosialisasi/berinteraksi dengan

lingkungannya.

4) Kemampuan bicara adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,

berbicara, berkomunikasi mengikuti perintah dan sebagainya.

Perkembangan dan pertumbuhan mengikuti prinsip

cephalocaudal dan proximodistal. Prinsip cephalocaudal

merupakan rangkaian dimana pertumbuhan yang tercepat selalu

terjadi di kepala. Pertumbuhan fisik dan ukuran secara bertahap

bekerja dari atas kebawah, perkembangan sensorik dan motorik

juga berkembang menurut prinsip ini, contohnya bayi biasanya

menggunakan tubuh bagian atas sebelum mereka menggunakan

tubuh bagian bawahnya (Santrock, 2011).

Prinsip proximodistal (dari dalam ke luar) yaitu

pertumbuhan dan perkembangan bergerak dari tubuh bagian dalam

ke luar (Papalia, 2010). Menurut Potter & Anne (2009) ciri–ciri

pertumbuhan yaitu:

a) Pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal

bertambahnya ukuran fisik seperti berat badan, tinggi badan,

lingkar kepala, lingkar lengan dan lingkar dada.

b) Pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat

terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul

mulai dari masa konsepsi hingga dewasa.

c) Pertumbuhan dan perkembangan terjadi apabila hilangnya ciri-

ciri lama yang ada selama masa pertumbuhan, seperti

hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu atau hilangnya

refleks tertentu.

d) Pertumbuhan terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti

proses kematangan, seperti adanya rambut pada daerah aksila,

pubis atau dada.

Page 32: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

17

Menurut Potter & Anne (2009) ciri–ciri perkembangan yaitu:

a) Perkembangan selalu melibatkan proses pertumbuhan yang

diikuti dari perubahan fungsi, seperti perkembangan sistem

reproduksi akan diikuti perubahan pada fungsi alat kelamin.

b) Perkembangan memiliki pola yang konstan dengan hukum

tetap, yaitu perkembangan dapat terjadi dari daerah kepala

menuju ke arah kaudal atau dari bagian proksimal ke bagian

distal.

c) Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan mulai dari

kemampuan melakukan hal yang sederhana menuju

kemampuan melakukan hal yang sempurna.

d) Perkembangan setiap individu memiliki kecepatan pencapaian

perkembangan yang berbeda.

Perkembangan dapat menentukan pertumbuhan tahap

selanjutnya, dimana tahapan perkembangan harus melewati

tahapan-tahapan tertentu.

d. Perkembangan Motorik

Perkembangan anak dapat dilihat pada perkembangan fisik

dan motorik. Perkembangan motorik berhubungan dengan gerakan

otak, setiap gerakan yang dilakukan anak, walaupun gerakan

tersebut sederhana akan menghasilkan pola interaksi yang komplek

dari bagian sistem tubuh yang dikontrol oleh otak. Otak menjadi

pusat dari bagian tubuh yang mengatur semua aktivitas motorik

anak. Sujiono (2010) mengemukakan bahwa perkembangan

motorik adalah perkembangan dari unsur kematangan dan

pengendalian gerak tubuh. Hal yang sama dikemukakan oleh

Hurlock (2010), Perkembangan motorik adalah perkembangan

yang mengendalikan gerakan jasmani melalui kegiatan pusat saraf

dan otot yang terkoordinasi. Menurut Wiyani (2014), menyatakan

bahwa perkembangan motorik adalah perubahan bentuk tubuh

pada anak usia dini yang berpengaruh terhadap kemampuan gerak

Page 33: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

18

tubuh dan gerakan yang harus dilakukan oleh seluruh tubuh.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa

perkembangan motorik adalah gerakan yang memerlukan

pengendalian jasmani melalui aktivitas yang terkoordinasi antara

pusat saraf dan otot, serta memerlukan kematangan dalam suatu

gerakan. Perkembangan setiap anak usia dini tidak dapat

dipaksakan, harus mengikuti tahap perkembangan. Tahap

perkembangan anak tidak sama dengan anak yang lain sehingga

perkembangan motorik anak berbeda-beda.

1) Motorik Kasar

Merupakan keterampilan yang meliputi aktivitas otot

yang besar seperti gerakan lengan dan berjalan (Santrock, 2011).

Perkembangan motorik kasar pada masa prasekolah, diawali

dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama

1-5 detik, melompat dengan satu kaki, membuat posisi

merangkak dan lain-lain (Hidayat, 2009).

Tahapan perkembangan motorik kasar anak menurut

Soetjiningsih dan Ranuh (2015) antara lain :

a) Umur 0-3 bulan

(1) Kepala terangkat setinggi 45° dan dada ditumpu lengan

pada waktu tengkurap.

(2) Kepala bergerak dari kiri/kanan ke tengah.

b) Umur 4 – 6 bulan

(1) Gerakan berbalik dari telungkup ke telentang.

(2) Kepala terangkat setinggi 90°.

(3) Kepala tetap tegak dan stabil.

c) Umur 7 – 9 bulan

(1) Duduk sendiri (dalam sikap bersila).

(2) Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian

berat badan.

(3) Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang.

Page 34: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

19

d) Umur 10 – 12 bulan

(1) Badan terangkat ke posisi berdiri.

(2) Berdiri selama 30 detik atau berpegangan.

(3) Dapat berjalan dengan dituntun.

e) Umur 13 – 18 bulan

(1) Berdiri sendiri.

(2) Memungut mainan kemudian berdiri kembali.

(3) Berjalan mundur lima langkah.

f) Umur 19 – 24 bulan

(1) Berdiri sendiri tidak berpegangan kurang lebih 30

detik.

(2) Berjalan tanpa terhuyung-huyung.

g) Umur 25 – 36 bulan

(1) Jalan naik tangga sendiri.

(2) Dapat menendang bola kecil.

h) Umur 37 – 48 bulan

(1) Berdiri 1 kaki (beberapa detik).

(2) Melompat dengan dua kaki.

(3) Naik sepeda roda tiga.

i) Umur 49 – 60 bulan

(1) Sering melompat dengan 1 kaki dan menari.

(2) Menggambar, contohnya menggambar tanda silang.

(3) Berdiri satu kaki 6 detik.

j) Umur 61 – 72 bulan

(1) Berjalan lurus

(2) Berdiri dengan satu kaki selama 11 detik.

2) Motorik Halus

Motorik halus (fine motor Skills) merupakan

keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi

mata dan tangan yang memerlukan koordinasi yang cermat

Page 35: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

20

(Papalia, 2010). Perkembangan motorik halus mulai memiliki

kemampuan menggerakkan jari-jari kaki, menggambar dua

atau tiga bagian, menggambar orang, mampu menjepit benda,

melambaikan tangan dan sebagainya (Hidayat, 2009).

Menurut Soetjiningsih dan Ranuh (2015), perkembangan

motorik halus menurut kelompok umur adalah :

a) Usia 0 – 3 bulan

(1) Menahan barang yang dipegangnya.

(2) Menggapai mainan yang digerakkan.

(3) Menggapai ke arah objek yang tiba-tiba dijauhkan dari

pandangannya.

b) Usia 4 – 6 bulan

(1) Menggenggam pensil.

(2) Meraih benda yang ada dalam jangkauannya.

(3) Memegang tangannya sendiri.

c) Usia 7 – 9 bulan

(1) Benda dapat dipindah dari satu tangan ke tangan lainnya.

(2) Memungut dua benda menggunakan kedua tangan

bersamaan.

(3) Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup.

d) Usia 10 – 12 bulan

(1) Mengulurkan lengan untuk meraih mainan yang

diinginkan.

(2) Menggengam erat pensil.

(3) Memasukkan benda ke mulut.

e) Usia 13 – 18 bulan

(1) Menumpuk dua buah kubus.

(2) Memasukkan kubus ke dalam kotak

f) Usia 19 – 24 bulan : Mengambil benda kecil.

g) Usia 25 – 36 bulan : Mencoret-coret pensil pada kertas.

h) Usia 37 – 48 bulan

Page 36: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

21

(1) Membuat / mengambar garis lurus.

(2) Menyusun tumpukan 8 buah kubus.

i) Usia 49 – 60 bulan

(1) Membuat/menggambar benda silang dan lingkaran.

(2) Menggambar 3 bagian tubuh (kepala, badan, lengan).

j) Usia 61 – 72 bulan

(1) Menangkap bola kecil dengan kedua tangan.

(2) Membuat/menggambar segiempat.

e. Perkembangan Kemampuan Bicara

Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi

atau kata digunakan untuk menyampaikan maksut karena bicara

merupakan bentuk komunikasi yang efektif (Hastati, 2012).

Menurut Mulyasa (2012) bahwa bicara juga merupakan

keterampilan motorik-mental sehingga bicara tidak hanya

melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanisme suara yang

berbeda, tetapi juga mempunyai aspek mental, yakni kemampuan

mengaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan. Hal ini

menunjukkan bahwa seorang anak dapat dikatakan berbicara dalam

arti sesungguhnya bila anak mengerti arti kata yang di ucapkan

selain orang lain dapat memahami apa yang anak ucapkan

(Meylinda, 2015). Kemampuan bahasa anak prasekolah akan

berkembang sejalan dengan rasa ingin tahu anak serta sikap

antusias yang tinggi, sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan dari

anak dengan kemampuan bahasanya, kalimat anak sudah terdiri

dari empat sampai lima kata dan anak lebih banyak menggunakan

kata kerja daripada kata benda (Agustin dan Wahyudin, 2011).

Menurut Anggraini (2011) menyebutkan bahwa ada enam

hal penting dalam belajar berbicara sebagai berikut:

1) Persiapan fisik untuk berbicara

Kemampuan berbicara bergantung pada kematangan

mekanisme berbicara. Waktu lahir, terdapat saluran suara kecil,

Page 37: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

22

langit-langit mulut datar dan lidah terlalu besar untuk saluran

suara. Sarana tersebut mencapai bentuk yang lebih matang pada

usia selanjutnya seperti syaraf dan otot untuk dapat

menghasilkan bunyi yang diperlukan dalam mengucapkan

kalimat atau kata-kata.

2) Kesiapan mental untuk berbicara

Kesiapan mental untuk berbicara bergantung pada kematangan

otak, khususnya bagian-bagian asosiasi otak. Kesiapan tersebut

berkembang diantara umur 12 dan 18 bulan.

3) Model yang baik untuk ditiru

Anak dapat mengucapkan kata dengan benar dan kemudian

menggabungkannya menjadi kalimat yang baik, maka anak

harus memiliki model bicara yang baik untuk ditiru. Model

tersebut terdapat di lingkungan sekitar seperti orangtua, penyiar

radio atau televisi dan aktor film. Kekurangan model yang baik,

maka akan sulit belajar berbicara dan hasil yang dicapai berada

di bawah kemampuan anak.

4) Kesempatan untuk praktek

Anak akan putus asa dan marah jika tidak dapat membuat orang

lain mengerti maksut yang diucapkan. Hal ini sering

melemahkan motivasi anak untuk berbicara.

5) Motivasi

Anak mengetahui bahwa anak dapat memperoleh apa saja yang

mereka inginkan tanpa memintanya dan jika pengganti bicara

seperti tangis dan isyarat dapat mencapai tujuan tersebut, maka

dorongan untuk belajar berbicara akan melemah.

6) Bimbingan

Hal-hal yang paling baik untuk membimbing belajar berbicara

adalah pertama, menyediakan model yang baik, kedua,

mengatakan kata-kata dengan perlahan dan cukup jelas

sehingga anak dapat memahaminya, dan ketiga, memberikan

Page 38: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

23

bantuan mengikuti model tersebut dengan membetulkan setiap

kesalahan yang mungkin dibuat anak dalam meniru model

tersebut.

f. Perkembangan Personal Sosial

Personal sosial merupakan aspek yang berhubungan

dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan

mainan setelah selesai dipakai bermain), berpisah dengan

ibu/pengasuh, bersosialisasi/berinteraksi dengan lingkungannya

(Kemenkes RI, 2010). Personal sosial memiliki tiga dimensi, yaitu

dari individu yang semula tergantung menjadi individu yang

mampu mandiri, individu yang tidak memiliki tanggung jawab

menjadi individu yang bertanggung jawab dan dari individu yang

tidak mampu menjadi individu yang mampu (Doll, 2010).

Personal sosial adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan

lingkungannya. Perkembangan adaptasi sosial pada anak usia 3-5

tahun yaitu dapat berrmain dengan permainan sederhana,

mengenali anggota keluarganya, menangis jika dimarahi,

membuat permintaan yang sederhana dengan gaya tubuh,

menunjukan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan dan

sebagainya (Hidayat, 2009). Hal penting yang harus dimiliki

seorang anak pra sekolah adalah kemampuan sosialisasi, tidak

hanya mencakup keterampilan dan kecerdasan motorik, tetapi juga

hal lain seperti mau menerima tokoh selain sosok orangtuanya,

kesadaran akan tugasnya, mematuhi peraturan dan dapat

mengendalikan emosi-emosinya (Ahmad, 2012).

Menurut Hurlock (2008), Perkembangan sosial usia

prasekolah berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai

dengan tuntutan sosial. Kemampuan anak menyesuaikan diri dalam

lingkungan memerlukan tiga proses yaitu:

1) Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial

Page 39: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

24

2) Memainkan peran sosial yang dapat diterima

3) Perkembangan sosial untuk bergaul dengan baik

Perekembangan sosial bagi anak sangat diperlukan, karena

anak merupakan manusia yang tumbuh dan berkembang yang akan

hidup di tengah-tengah masyarakat. Masa anak-anak merupakan

awal kehidupan sosial yang berpengaruh bagi anak, dimana anak

akan belajar mengenal dan menyukai orang lain melalui aktifitas

sosial. Apabila pada masa prasekolah anak mampu melakukan

hubungan sosial dengan baik akan memudahkan bagi anak dalam

melakukan penyesuaian sosial dengan baik dan anak akan mudah

diterima sebagai anggota kelompok sosial di tempat anak

mengembangkan diri (Hurlock, 2008).

g. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak.

Menurut Kemenkes RI (2010) faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan anak adalah sebagai berikut :

1) Faktor dalam (internal)

a) Ras/etnik atau bangsa

Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika tidak

memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau

sebaliknya.

b) Keluarga

Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh

tinggi, pendek, gemuk, atau kurus.

c) Umur

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa

prenatal, tahun pertama kehidupan, dan pada masa remaja.

d) Jenis kelamin

Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang

lebih cepat daripada laki-laki. Melewati masa pubertas,

pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.

Page 40: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

25

e) Genetik

Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu

potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Beberapa

kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang

anak, contohnya seperti kerdil.

f) Kelainan kromosom

Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan

pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma

Turner’s.

2) Faktor luar (eksternal)

a) Faktor Prenatal

(1) Gizi

Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir

kehamilan akan memengaruhi pertumbuhan janin.

(2) Mekanis

Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan

kelainan kongenital seperti club foot (kecacatan

bentuk kaki seperti bengkok, terkilir atau tidak wajar).

(3) Toksin/zat kimia

Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin atau

Thalidomid dapat menyebabkan kelainan kongenital

seperti palatoskisis (langit-langit mulut sumbing).

(4) Endokrin

Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia

(bayi baru lahir dengan berat badan lebih),

kardiomegali (pembesaran jantung) dan hyperplasia

adrenal (kelainan genetika yang mempengaruhi kerja

kelenjar adrenal).

(5) Radiasi

Page 41: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

26

Paparan radiasi dan sinar Rontgen dapat

mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali

(lingkar kepala lebih kecil dari ukuran normal), spina

bifida (tulang belakan terbuka), retardasi mental, dan

deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata,

serta kelainan jantung.

(6) Infeksi

Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh

TORCH (Toksoplasma, Rubella, Citomegali virus,

Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada

janin seperti katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi

mental, dan kelainan jantung kongenital.

(7) Kelainan imunologi

Eritoblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan

golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu

membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin,

kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran

darah janin dan akan menyebabkan hemolysis yang

selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan

kerniktus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan

otak.

(8) Anoksia embrio

Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan

fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan

terganggu.

(9) Psikologi ibu

Kehamilan yang tidak diinginkan serta perlakuan

salah atau kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-

lain.

Page 42: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

27

b) Faktor Persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma

kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan

otak.

3) Faktor Pasca Persalinan

Faktor Pasca Persalinan yang mempengaruhi perkembangan

balita adalah :

a) Gizi

Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan

yang adekuat. Penyakit kronis atau kelainan kongenital

Tuberculosis, anemia, dan kelainan jantung bawaan

mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani

b) Lingkungan fisik dan kimia

Lingkungan yang sering disebut melieu adalah tempat

anak tersebut hidup berfungsi sebagai penyedia kebutuhan

dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang

baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif

dan zat kimia tertentu (Pb, Merkuri, rokok, dan lain-lain)

mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan

anak.

c) Psikologis

Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak

yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang

selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di

dalam pertumbuhan dan perkembangan.

d) Endokrin

Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid,

akan menyebabkan anak mengalami hambatan

pertumbuhan.

e) Sosioekonomi

Page 43: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

28

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan

serta kesehatan lingkungan yang kurang baik dan

tidaktahuan. Hal tesebut dapat menghambat pertumbuhan

anak.

f) Lingkungan pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu dan anak

sangat memengaruhi tumbuh kembang anak.

g) Stimulasi

Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi,

khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan mainan,

sosialisasi anak, serta keterlibatan ibu dan anggota

keluarga lain terhadap kegiatan anak.

h) Obat-obatan

Pemakaian kortikosteroid jangka panjang akan

menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan

pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang

menyebabkan terhambatnya produksi hormon

pertumbuhan.

h. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan

Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dilakukan

di semua tingkat pelayanan kesehatan dan salah satunya adalah

dengan melakukan pemeriksaan perkembangan anak menggunakan

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Tujuan

pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah

untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada

penyimpangan. Pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru

TK, dan petugas PAUD terlatih (Kemenkes RI, 2010).

1) Alat/instrumen yang digunakan

a) Formulir KPSP menurut umur.

Page 44: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

29

Formulir berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan

perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP

adalah anak umur 0-72 bulan.

b) Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar

bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm

sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biscuit

kecil berukuran 0,5-1 cm.

2) Cara menggunakan KPSP

a) Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.

b) Menentukan umur anak dengan menanyakan tanggal,

bulan, dan tahun anak lahir. Apabila umur anak lebih 16

hari dibulatkan menjadi 1 bulan.

c) Setelah umur anak telah ditentukan, pilih KPSP yang sesuai

dengan umur anak.

d) KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu:

(1) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak,

contoh: “Dapatkah anak makan kue sendiri?”

(2) Mengarahkan kepada ibu/pengasuh anak atau petugas

untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP,

contoh: “Pada posisi bayi anda terlentang, tariklah

bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-

lahan ke posisi duduk.”

e) Menjelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau

takut menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak

mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.

f) Menanyakan pertanyaan secara berurutan, satu persatu.

Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, ya atau tidak.

Jawaban dicatat pada formulir.

g) Mengajukan pertanyaan yang berikutnya setelah

ibu/pengasuh anak menjawab pertanyaan terdahulu.

h) Meneliti kembali apakah pertanyaan telah dijawab.

Page 45: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

30

3) Penilaian hasil KPSP

a) Menghitung berapa jawaban ya

(1) Jawaban ya, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak

bisa atau pernah atau sering atau kadang-kadang

melakukannya.

(2) Jawaban tidak, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak

belum pernah melakukan atau tidak pernah atau

ibu/pengasuh anak tidak tahu.

b) Jumlah jawaban ya = 9 sampai 10, perkembangan anak

sesuai

dengan tahap perkembangan (S).

c) Jumlah jawaban ya = 7 sampai 8, perkembangan anak

meragukan (M).

d) Jumlah jawaban ya = 6 atau kurang, perkembangan anak

menyimpang (P).

e) Jawaban dengan kata tidak, perlu untuk dirinci jumlahnya.

menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus,

bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).

3. Protein

a. Pengertian Asupan Protein

Protein berasal dari bahasa Yunani proteios yang berarti

pertama atau utama. Protein merupakan makromolekul yang

menyusun lebih dari setengah bagian dari sel. Protein menentukan

ukuran dan struktur sel, komponen utama dari sistem komunikasi

antar sel serta sebagai katalis berbagai reaksi biokimia di dalam sel

(Fatchiyah dkk, 2011).

Protein adalah zat makanan yang memiliki berbagai faktor

penting untuk fungsi tubuh, sehingga kecil kemungkinan ada

kehidupan tanpa protein (Muchtadi, 2010). Protein merupakan

makromolekul yang terdiri dari rantai asam amino yang

Page 46: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

31

dihubungkan oleh ikatan peptida membentuk rantai peptida dengan

berbagai panjang dari dua asam amino (dipeptida), 4-10 peptida

(oligopeptida), dan lebih dari 10 asam amino (polipeptida) (Gandy

dkk, 2014). Setiap jenis protein mempunyai perbedaan jumlah dan

distribusi jenis asam amino penyusunnya. Berdasarkan susunan

atomnya, protein mengandung 50-55% atom karbon (C), 20-23%

atom oksigen (O), 12-19% atom nitrogen (N), 6-7% atom hidrogen

(H), dan 0,2-0,3% atom sulfur (S) (Estiasih dkk, 2016).

b. Sumber Protein

Makanan sumber protein berasal dari hewan maupun

tumbuh-tumbuhan. Bahan makanan sumber protein hewani

mengandung semua jenis asam amino esensial. Bahan makanan

sumber protein nabati, rendah kandungan beberapa jenis asam

amino esensial. Beberapa sumber protein hewani adalah telur,

daging, ayam dan ikan, sedangkan untuk makanan sumber protein

nabati adalah kacang- kacangan, tempe, tahu dan oncom

(Hardinsyah dan Supariasa, 2017).

c. Fungsi Protein

Menurut Ngili (2013), protein memiliki fungsi-fungsi

biologis sebagai berikut:

1) Katalis enzim

Enzim merupakan protein katalis yang mampu meningkatkan

laju reaksi sampai 1012 kali laju awalnya.

2) Alat transport dan penyimpanan

Banyak ion dan molekul kecil diangkut dalam darah maupun

di dalam sel dengan cara berikatan pada protein pengangkut.

Hemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen. Zat besi

disimpan dalam berbagai jaringan oleh protein ferritin.

3) Fungsi mekanik

Protein berperan sebagai pembentuk struktur. Membran yang

mengelilingi sel dan organel juga mengandung protein yang

Page 47: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

32

berfungsi sebagai pembentuk struktur sekaligus menjalankan

fungsi biokimia lainnya.

4) Pengatur pergerakan

Kontraksi otot terjadi karena adanya interaksi antara dua tipe

protein filamen, yaitu aktin dan miosin. Miosin juga memiliki

aktivitas enzim yang berfungsi untuk memudahkan perubahan

energi kimia ATP menjadi energi mekanik.

5) Pelindung

Antibodi merupakan protein yang terlibat dalam perusakan sel

asing yang masuk ke dalam tubuh seperti virus, bakteria, dan

sel-sel asing lain.

6) Proses informasi

Rangsangan luar seperti sinyal hormon atau intensitas cahaya

dideteksi oleh protein tertentu yang meneruskan sinyal ke

dalam sel. Contoh protein rodopsin yang terdapat dalam

membran sel retina

Protein juga merupakan prekursor untuk neurotransmitter

yang mendukung perkembangan otak. Fungsi otak yang baik

tergantung pada kapasitas menyerap dan memproses informasi.

Neurotransmitter catecholaimes dibentuk dari asam amino penting

yaitu Tyrosine dan neurotransmitter serotonin dibentuk dari

Tryptophan. Serotonin menstimulasi tidur yang penting untuk

perkembangan otak dalam memproses informasi, sedangkan

catecholamine berkaitan dengan keadaan siaga yang membantu

menyerap informasi di otak. Sumber protein antara lain seperti

ikan, susu, daging, telur dan kacang-kacangan (Sediaoetama,

2010).

d. Dampak Kekurangan dan Kelebihan Asupan Protein

Protein berfungsi sebagai zat energi dan pembangun.

Apabila karbohidrat dan lemak di dalam tubuh tidak dapat

memenuhi kebutuhan energi maka protein akan diubah menjadi

Page 48: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

33

sumber energi. Akibat yang dapat ditimbulkan apabila protein

tidak dapat menjalankan fungsi sebagai zat pembangun,

pertumbuhan dan perkembangan pada anak akan terhambat

(Sutomo dan Anggraini, 2010). Kebutuhan asupan protein menurut

Angka Kecukupan Gizi 2013 pada anak usia 1-3 tahun sebesar 26

mg/hari, sedangkan pada anak usia 4-6 tahun kebutuhan asupan

protein menurut Angka Kecukupan Gizi sebesar 35 mg/hari.

Kekurangan protein murni pada stadium berat

menyebabkan kwarsiorkor pada anak-anak dibawah lima tahun.

Kekurangan protein juga sering ditemukan secara bersama dengan

kekurangan energi yang menyebabkan kondisi yang dinamakan

marasmus (Almatsier, 2009). Dampak kelebihan protein adalah

protein yang dikonsumsi secara berlebihan kurang menguntungkan

bagi tubuh karena makanan yang tinggi protein mengandung lemak

yang tinggi sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

Menurut Almatsier (2009), konsumsi protein yang tinggi akan

menyebabkan ginjal dan hati bekerja lebih keras untuk

mengeluarkan kelebihan nitrogen dan dapat menimbulkan demam,

dehidrasi dan diare. Kelebihan protein akan diuraikan menjadi urea

yang dibuang melalui urin (Faruq, 2015).

4. Zat Besi

a. Pengertian Asupan Zat Besi

Zat besi merupakan mineral esensial bagi tubuh dan sangat

diperlukan dalam pembentukan darah. Penyerapan zat besi terjadi

apabila zat besi terpisah dari bahan organik dan Fe3+ (ferri) telah

direduksi menjadi Fe2+ ferro oleh HCl lambung dan vitamin C.

Penyerapan terjadi di duodenum usus halus yang pengaturanya

bergantung dengan kebutuhan tubuh. Setelah diserap oleh usus, Fe

diangkut oleh darah dan didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh

dalam keadaan terikat pada protein transferin. Zat besi tersebut

Page 49: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

34

antara lain digunakan untuk sintesis enzim-enzim pernafasan, Fe

dalam plasma darah, produksi hemoglobin dan sel darah merah

dalam tulang, hati dan limfa. Zat besi memiliki sejumlah peran

penting bagi tubuh, yaitu sebagai pengangkut (carrier) O2 dan

CO2, pembentukan sel darah merah dan bagian dari enzim. Zat

besi terdapat dalam bentuk feritin, transferin dan hemosiderin

(Hardinsyah dan Supariasa, 2017).

Zat besi sangat berperan di dalam pertumbuhan dan

perkembangan anak. Defisiensi zat besi pada masa balita dapat

mengganggu pertumbuhan dan perkembanagan, menyebabkan

keterlambatan fungsi motorik dan mental serta menyebabkan

retardasi pertumbuhan, imunitas menurun, mempengaruhi

frekuensi dan lama diare, dan pada tingkat berat dapat

menyebabkan cacat bawaan (Herman, 2009).

b. Sumber Zat Besi

Sumber zat besi yang baik adalah pada makanan hewani,

seperti daging, ayam dan ikan. Sumber zat besi lainya adalah telur,

serealia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa

jenis buah. Jumlah besi, perlu diperhatikan kualitas zat besi di

dalam makanan, yang disebut sebagai ketersediaan biologik

(bioavailability). Zat besi di dalam daging, ayam dan ikan

mempunyai ketersediaan biologik tinggi, zat besi di dalam serealia

dan kacang-kacangan mempunyai ketersediaan biologik sedang,

dan zat besi di dalam sebagian besar sayuran, terutama yang

mengandung asam oksalat tinggi, seperti bayam mempunyai

ketersediaan biologik rendah. Konsumsi makanan sehari-hari

sebaiknya memperhatikan kombinasi zat gizi yang terdiri atas

campuran sumber besi dari hewan dan tumbuh-tumbuhan serta

sumber gizi lain yang dapat membantu absorbsi besi (Maylina,

2010).

Page 50: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

35

c. Fungsi Zat Besi

Zat besi dalam tubuh berperan sebagai alat angkut oksigen

dari paru-paru ke jaringan, sebagai alat angkut elektron pada

metabolisme energi, sebagai bagian dari enzim pembentuk

kekebalan tubuh dan sebagai pelarut obat-obatan. Manfaat lain

dalam mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah

terpenuhinya kecukupan vitamin A, karena makanan sumber zat

besi merupakan vitamin A (Waryana, 2010).

Besi mempunyai beberapa fungsi esensial didalam tubuh

sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh,

sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian

terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh.

Kekurangan zat besi sejak 30 tahun terakhir berpengaruh terhadap

produktivitas kerja, penampilan kognitif, dan sistem kekebalan

(Almatsier, 2009).

d. Dampak Kekurangan dan Kelebihan Asupan Zat Besi

Zat besi sangat berperan di dalam pertumbuhan dan

perkembangan anak. Zat besi merupakan mikronutrein esensial

untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta sistem imun

manusia. Kebutuhan asupan zat besi menurut Angka Kecukupan

Gizi 2013 pada anak usia 1-3 tahun sebesar 8 mg/hari, sedangkan

pada anak usia 4-6 tahun kebutuhan asupan zat besi menurut

Angka Kecukupan Gizi sebesar 9 mg/hari. Defisiensi mikronutrien

besi menyebabkan penurunan sistem imun, gangguan

perkembangan psikomotor dan menurunkan kemampuan kerja. Hal

tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kesegaran jasmani,

yang sangat penting dalam tercapainya perkembangan dan

pertumbuhan optimal pada masa anak-anak (Lestari, dkk 2010).

Defisiensi zat besi pada masa balita dapat mengganggu

pertumbuhan dan menyebabkan keterlambatan fungsi motorik dan

mental (Herman, 2009). Kondisi Kelebihan zat besi cadangan

Page 51: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

36

(hemosiderin) dalam hati dapat mengakibatkan siderosis atau

hemosiderosis. Hal ini terjadi karena kegagalan tubuh dalam

mengatur jumlah zat besi yang telah diserap. Hemokromatosis juga

dapat terjadi yang diakibatkan oleh tingkat penyerapan zat besi

yang sangat tinggi (Hardinsyah dan Supariasa, 2017).

5. Zink

a. Pengertian Asupan Zink

Zink merupakan mineral yang berperan sebagai kofaktor

lebih dari 100 enzim dan penting untuk metabolisme asam nukleat

dan sintesis protein. Zink menstimulasi aktivitas lebih dari 100

enzim yang memiliki fungsi penting bagi tubuh termasuk produksi

insulin, membuat sperma dan memiliki peran penting dalam sistem

imun dan sintesis DNA. Zink membantu penyembuhan luka dan

membantu mempertahankan kemampuan dalam indra pengecapan

dan inra penciuman (Hardinsyah dan Supariasa, 2017).

Terdapat penelitian yang menunjukkan adanya hubungan

antara zink dengan beberapa aspek perkembangan kognitif

(Khodashenas et al, 2015). Zink merupakan trace mineral yang

berperan terhadap pertumbuhan sel saraf pusat (Banna et al, 2016).

Secara spesifik zink berperan dalam memproduksi enzim untuk

keperluan RNA dan DNA. Zink dan protein merupakan unsur yang

ada dalam otak. Keduanya memberikan kontribusi terhadap

struktur dan fungsi dari otak, sehingga apabila terjadi defisiensi

yang berat maka akan berpengaruh terhadap perkembangan

kognitif dan fungsi motorik (Ardiaria dan Nuryanto, 2014).

b. Sumber Zink

Sumber zink dari makanan berhubungan dengan protein,

kadar yang tinggi didapat dalam kacang–kacangan. Absorbsi zink

sangat bervariasi tidak hanya pada kandungan zink dalam diet, tapi

juga tergantung pada bioavaibilitas zink. Zink dari produk hewani

Page 52: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

37

merupakan zink yang mudah diserap, sedangkan zink dari produk

nabati absorbsinya bergantung pada kandungan zink. Kombinasi

antara sumber makanan berprotein tinggi dan hambatan absorbsi

pada sumber makanan nabati menimbulkan kecenderungan

terjadinya defisiensi pada masyarakat di negara berkembang

(Astawan, 2008).

c. Fungsi Zink

Zink menjadi komponen penting beberapa enzim yang

mengatur sel pertumbuhan, sintesa protein DNA, metabolisme

energi, pengaturan transkripsi gen, kadar hormon, dan

metabolisme faktor pertumbuhan. Zink sangat bermanfaat bagi

kesehatan tubuh terutama pada sistem pertahanan tubuh baik

selular maupun respon imun humoral dan pertumbuhan sel. Zink

juga menjadi kofaktor lebih dari 200 enzim antara lain : RNA

polymerase, alkohol, dehidrogenase, DNA sintesis, metabolisme

neurotransmitter dan metabolisme berbagai macam hormon

(hormon pertumbuhan, hormon tiroid, insulin , dan hormon seks)

(Rahfiludin dan Pradigdo, 2013).

d. Dampak Kekurangan dan Kelebihan Asupan Zink

Zink memiliki peranan esensial dalam berbagai fungsi

tubuh, antara lain sebagai bagian dari enzim atau sebagai kofaktor.

Zink berperan dalam aspek metabolisme seperti reaksi-reaksi yang

berkaitan dengan sintesis dan degradasi karbohidrat, protein, lipid

dan asam nukleat. Kebutuhan asupan zat gizi zink menurut Angka

Kecukupan Gizi 2013 pada anak usia 1-3 tahun sebesar 4 mg/hari,

sedangkan pada anak usia 4-6 tahun kebutuhan asupan zink

menurut Angka Kecukupan Gizi sebesar 5 mg/hari. Zink sangat

berperan di dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.

Defisiensi mikronutrien zink menyebabkan penurunan sistem

imun, gangguan perkembangan psikomotor dan menurunkan

kemampuan kerja. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat

Page 53: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

38

kesegaran jasmani, yang sangat penting dalam tercapainya

perkembangan dan pertumbuhan optimal pada masa anak-anak

(Lestari, dkk 2010).

Defisiensi zink ditandai dengan kehilangan nafsu makan,

pertumbuhan terhambat dan pada anak laki-laki kelenjar kelamin

mengecil, kehilangan daya kecap serta rambut yang berwarna

suram (Lestari, dkk 2010). Konsumsi zink yang berlebihan dapat

menyebabkan keracunan. Keracunan akut dengan konsumsi 1-2 g

zink sulfat (225-450 mg zink) dapat menyebabkan rasa mual,

muntah, epigastrik, sakit perut dan diare berdarah. Konsumsi zink

yang terus menerus dalam jumlah sekitar 40 mg (<40 mg pada

beberapa orang) dapat mengakibatkan kekurangan tembaga.

Asupan zink untuk kadar tertinggi yang ditoleransi adalah 40 mg

per hari berdasarkan interaksinya dengan tembaga (Hardinsyah dan

Supariasa, 2017).

6. Hubungan Asupan Protein dengan Perkembangan Anak

Penelitian Emalia dkk (2015) menunjukan, terdapat hubungan

antara asupan energi dan asupan protein dengan perkembangan

motorik kasar. Hal ini sesuai teori bahwa energi dan protein dalam

fungsi motorik berperan dalam proses poliferasi, diferensiasi sel dan

synaptogenesis. Protein disusun oleh asam amino yaitu esensial dan

non esensial. Asam amino tirosin merupakan jenis asam amino yang

berhubungan dengan mekanisme gerak motorik dimana tirosin

merupakan penyusun dari neurotransmitter dopamine yang berperan

dalam menghantarkan impuls dari satu saraf ke saraf lain.

Penelitian yang mendukung adanya hubungan antara protein

dengan perkembangan anak yaitu penelitian dari Prado dan Dewey

(2012) menyatakan zat gizi yang mempengaruhi perkembangan otak

salah satunya adalah protein. Protein berperan penting dalam proses

mielinasi, hal ini disebabkan karena lemak dan protein merupakan

Page 54: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

39

komponen utama dari mielin yang menyelubungi akson untuk

mempercepat impuls dari satu sel menuju sel otak yang lain. Penelitian

lain yang mendukung hubungan asupan protein dengan perkembangan

anak adalah penelitian dari (Setiawan, 2017) menyatakan bahwa

kekurangan asupan protein berpengaruh kepada kemampuan kognitif,

kemampuan kognitif adalah aktifitas otak yang terjadi dalam rangka

mendapatkan pengetahuan atau informasi. Proses kemampuan kognitif

adalah terjadinya komunikasi antar sel otak yang sangat aktif.

Komunikasi antar satu sel otak dengan sel otak yang lain terjadi

melalui penghantar pesan oleh suatu neurotransmitter.

Neurotransmitter tersebut merupakan suatu senyawa kimia terdiri dari

asam amino yaitu monomer penyusun protein (polimer asam amino).

Ratusan neurotransmitter diproduksi dalam otak. Produksi

neurotransmitter membutuhkan protein yang harus didapatkan dari

asupan makanan. Asupan protein yang kaya akan protein membantu

otak anak untuk dapat berfikir lebih baik dan konsentrasi sehingga

meningkatkan kemampuan belajar anak.

7. Hubungan Asupan Zat Besi dengan Perkembangan Anak

Penelitian yang dilakukan oleh Emalia dkk (2015) menyatakan

bahwa asupan besi mempengaruhi perkembangan motorik kasar anak.

Kekurangan zat besi menyebabkan mitokondria mengeluarkan oksidan

yang membahayakan berbagai fungsi sel dalam otak. Penelitian

Ardiaria dan Nuryanto (2014) diketahui terdapat hubungan positif

antara asupan besi dengan fungsi motorik anak. Semakin tinggi asupan

besi anak maka semakin tinggi skor fungsi motorik yang dicapai,

sebaliknya bila asupan besi rendah maka skor fungsi motorik yang

dicapai akan rendah.

Zat besi berperan penting dalam transport oksigen khususnya

untuk pernapasan seluler yaitu suatu proses yang menghasilkan energi

bagi sel – sel tubuh. Zat besi berfungsi dalam reseptor dopamin

Page 55: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

40

apabila terjadi defisiensi zat besi akan menjadikan penurunan sistem

metabolisme oksidasi dalam otak. Otak mempunyai kadar besi tinggi

yang diperoleh dari transpor besi dan dipengaruhi oleh reseptor

transferin. Kadar besi dalam darah meningkat selama dalam

pertumbuhan hingga remaja. Kadar besi otak yang kurang pada masa

pertumbuhan tidak dapat digantikan setelah dewasa. Defisiensi

tersebut berpengaruh negatif terhadap fungsi otak, terutama terhadap

fungsi dan sistem neurotransmitter. Hal ini menyebabkan kepekaan

reseptor saraf dopamin berkurang dan dapat berakhir dengan hilangnya

reseptor tersebut, sehingga daya konsentrasi, daya ingat dan

kemampuan belajar terganggu (Ardiaria dan Nuryanto, 2014)

8. Hubungan Asupan Zink dengan Pekembangan Anak

Zink merupakan trace mineral yang berperan terhadap

pertumbuhan sel saraf pusat (Banna et al, 2016). Zink berperan dalam

memproduksi enzim untuk keperluan RNA dan DNA. Zink dan protein

merupakan unsur yang ada dalam otak, keduanya memberikan

kontribusi terhadap struktur dan fungsi dari otak, sehingga apabila

terjadi defisiensi yang berat maka akan berpengaruh terhadap

perkembangan kognitif dan fungsi motorik (Ardiaria dan Nuryanto,

2014).

Penelitian Ardiaria dan Nuryanto (2014) diketahui bahwa

terdapat hubungan positif antara asupan zink dengan skor fungsi

motorik anak, sehingga anak dengan asupan zink rendah mempunyai

skor fungsi motorik rendah, begitu juga dengan anak yang asupan zink

tinggi maka pencapaian skor fungsi motorik juga tinggi. Zink

merupakan trace mineral yang berperan terhadap pertumbuhan sel

syaraf pusat.

Page 56: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

41

B. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori

Sumber: Modifikasi Kemenkes RI (2010) dan Devi (2012)

Gambar 1. Kerangka Teori

Faktor Internal

1. Ras/etnik atau bangsa

2. Keluarga

3. Umur

4. Jenis kelamin

5. Genetik

6. Kelainan kromosom

Faktor Eksternal

1. Faktor prenatal

2. Faktor persalinan

3. Faktor pasca persalinan

a. Zat Gizi

1) Karbohidrat

2) Protein

3) Lemak

4) Vitamin

5) Mineral

a) Zat besi

b) Kalsium

c) Yodium

d) Zink

b. Lingkungan fisik dan kimia

c. Psikologis

d. Endokrin

e. Sosioekonomi

f. Lingkungan pengasuhan

g. Stimulasi

h. Obat-obatan

Perkembangan Anak

Page 57: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

42

C. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

1. Ada hubungan antara asupan protein dengan perkembangan anak usia

3-5 tahun.

2. Ada hubungan antara asupan zat besi dengan perkembangan anak usia

3-5 tahun.

3. Ada hubungan antara asupan zink dengan perkembangan anak usia 3-

5 tahun.

Asupan Zink

Asupan Zat besi

Asupan Protein

Perkembangan anak

Page 58: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

43

BAB III

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional

analitik dengan pendekatan cross sectional dengan tujuan mengetahui

hubungan antara asupan protein, zat besi dan zink dengan perkembangan

anak.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Wonorejo.

2. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2019

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Arikunto,

2010). Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 3-5 tahun di

Kelurahan Wonorejo. Jumlah populasi sebanyak 389 anak.

2. Sampel

Sampel yaitu sebagian dari populasi yang diteliti. Sampel yang

digunakan adalah anak berusia 3-5 tahun yang berjumlah 64 anak di

Kelurahan Wonorejo yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Pengambilan sampel dengan menggunakan rumus Lameshow

(1997) sebagai berikut :

n =

Page 59: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

44

Keterangan :

n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan

N : Besar populasi ( 389 Anak)

: Nilai Z pada batas untuk tingkat kepercayaan

(95% = 1,96)

P : Proporsi prevalensi (12% = 0,12)

d² : Presisi yang digunakan 10 % (0,1)

Perhitungan perkiraan dengan besar sampel

=

=

=

=

=

= 58 Sampel

Berdasarkan rumus diatas didapatkan jumlah sampel 58.

Kemungkinan drop out sebesar 10 %, maka besar sampel yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah 64 sampel.

3. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel (Sugiyono,

2010). Penelitian ini menggunakan teknik sampling Simple random

sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan

memberi kesempatan pada semua populasi untuk menjadi sampel

dengan cara acak atau mengundi.

Page 60: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

45

Dalam penelitian ini terdapat kriteria inklusi dan eksklusi

sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

1) Anak usia 3-5 tahun.

2) Anak dalam keadaan sehat (tidak menderita typus, cacingan,

diare, TBC dan difabel)

b. Kriteria Eksklusi :

1) Berpindah tempat tinggal sehingga sulit untuk mengikuti

penelitian.

2) Anak sudah mengikuti program pendidikan.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : Asupan protein, zat besi dan zink.

2. Variabel Terikat : Perkembangan Anak.

E. Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala

Asupan

Zat Besi

Jumlah rata-rata zat

besi dan konsumsi

bahan makanan dalam

sehari diukur dengan

menggunakan food

recall 24 jam tidak

berturut turut

Form food

recall

sebanyak

2x24 jam

1. Kurang

2. Cukup

(Gibson, 2005 )

Ordinal

Asupan

Protein

Jumlah rata-rata

protein dan konsumsi

bahan makanan dalam

sehari diukur dengan

menggunakan food

recall 24 jam tidak

berturut turut

Form food

recall

sebanyak

2x 24 jam

1. Defisit tingkat

berat

2. Defisit tingkat

sedang

3. Defisit tingkat

ringan

4. Normal

5. Diatas kebutuhan

(Kemenkes RI, 2013)

Ordinal

Page 61: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

46

Variabel Defisi Operasional Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala

Asupan

Zink

Jumlah rata-rata zink

dan konsumsi bahan

makanan dalam sehari

diukur dengan

menggunakan food

recall 24 jam tidak

berturut turut

Form food

recall

sebanyak

2x 24 jam

1. Kurang

2. Cukup

(Gibson, 2005 )

Ordinal

Perkemba

ngan

Anak

Tingkat kemampuan

anak dalam

melakukan kegiatan

yang melibatkan

kemampuan motorik

halus, kasar, bicara

dan personal sosial.

Kuesioner

Pra

Skrining

Perkemba

ngan

KPSP

(Depkes

RI, 2010)

1. Sesuai

2. Meragukan

3. Penyimpangan

(Kemenkes RI, 2010)

Ordinal

F. Instrumen Penelitian

1. Formulir identitas sampel : Data yang diperoleh dari sampel yang

meliputi nama, umur, BB.

2. Formulir food recall 2x24 jam untuk mengetahui asupan protein, zat

besi dan asupan zink pada balita di Kelurahan Wonorejo.

3. Food Model sebagai alat bantu dalam melakukan food recall 2x24

jam.

4. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) untuk mengetahui

perkembangan anak usia 3-5 tahun.

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis dan Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung berasal

dari sampel, meliputi :

1) Usia

2) Berat Badan

3) Asupan protein, zat besi dan zink.

Page 62: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

47

4) Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung

dari hasil pengumpulan pihak lain untuk menguntip laporan yang

sudah ada. Data sekunder meliputi : Buku KIA untuk mengetahui

perkembangan ibu dan anak.

2. Cara pengumpulan data

a. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui keterangan

tentang data-data yang diperlukan oleh peneliti. Penelitian ini

wawancara dilakukan untuk mengetahui asupan protein, zat besi

dan asupan zink serta perkembangan anak sesuai dengan usianya.

b. Pengukuran berat badan

Pengukuran berat badan untuk mengetahui berat badan

sampel.

c. Dokumentasi

Pengambilan data secara dokumentasi mengenai data

berupa catatan diambil dari Pelayanan Kesehatan Daerah di

Kelurahan Wonorejo yaitu data identitas sampel.

H. Teknik Analisis Data

1. Pengolahan Data

a. Editing

Pengeditan adalah pemeriksaan atau koreksi data yang telah

dikumpulkan. Pengeditan dilakukan karena kemungkinan data

yang masuk tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan

kebutuhan. Pengeditan data dilakukan untuk melengkapi

kekurangan, kehilangan, kesalahan yang terdapat dalam data.

Kekurangan data dapat dilengkapi dengan mengulangi

pengumpulan data (Aedi, 2010).

Page 63: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

48

b. Coding

Merupakan upaya mengklasifikasi data dengan pemberian

kode pada data menurut jenisnya. Data yang di coding sebagai

berikut :

1) Perkembangan Anak

1= Sesuai : Jumlah jawaban Ya 9 sampai 10 poin

2= Meragukan : Jumlah Jawaban Ya 7 sampai 8 poin

3= Penyimpangan : Jumlah Jawaban Ya 6 atau kurang

(Kemenkes RI, 2010)

2) Asupan Protein

1 = Defisit Tingkat Berat : < 70% AKG

2 = Defisit Tingkat Sedang : 70 – 79 % AKG

3 = Defisit Tingkat Ringan : 80 – 89 % AKG

4 = Normal : 90 – 119 % AKG

5 = Diatas Kebutuhan : > 119 % AKG

(Kemenkes RI, 2010)

3) Asupan Zat besi

1 = Kurang : < 77% AKG

2 = Cukup : ≥ 77% AKG

(Gibson, 2005)

4) Asupan Zink

1 = Kurang : < 77% AKG

2 = Cukup : ≥ 77% AKG

(Gibson, 2005)

c. Tabulating

Menyusun data dengan mengorganisir data asupan protein,

zat besi dan zink serta perkembangan anak.

Page 64: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

49

d. Cleaning

Proses pembersihan data atau penghapusan data yang tidak

dipakai atau tidak valid.

e. Entry data

Data yang dimasukan pada proses entry yaitu data asupan

protein, zat besi dan zink serta perkembangan yang telah melalui

proses coding ke dalam program SPSS versi 20.0. Asupan protein,

zat besi dan asupan zink diolah menggunakan nutrisurvey for

windows. Data-data yang dikumpulkan dianalisa secara univariat

dan bivariat dengan program SPSS versi 20.0.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat untuk melihat deskripsi tiap variabel

penelitian yang meliputi asupan protein, zat besi, zink dan

perkembangan anak.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan

bermakna antara variabel bebas dan variabel terikat dengan uji

statistik. Penelitian ini pertama diuji dengan uji Chi-Square, karena

terdapat nilai expected sel < 5 atau < 20% dari jumlah sel sehingga

tidak memenuhi syarat, maka penelitian ini menggunakan uji

Fisher Exact. Uji tersebut untuk mengetahui :

1) Hubungan asupan protein dengan perkembangan anak usia 3-5

tahun.

2) Hubungan asupan zat besi dengan perkembangan anak usia 3-5

tahun.

3) Hubungan asupan zink dengan perkembangan anak usia 3-5

tahun.

Page 65: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

50

I. Jalanya Penelitian

1. Tahap persiapan

a. Menyusun proposal penelitian.

b. Melakukan survei pendahuluan untuk mengetahui jumlah populasi

subyek.

c. Mengajukan surat ijin melakukan penelitian di Kelurahan

Wonorejo.

d. Melakukan koordinasi dengan Bidan Kelurahan Wonorejo.

e. Melakukan perijinan dan koordinasi dengan ketua posyandu.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melakukan screening kepada populasi terjangkau jika memenuhi

kriteria inklusi akan dijadikan sampel penelitian.

b. Peneliti menjelaskan mekanisme penelitian yang akan dilakukan.

c. Kemudian sampel mengisi lembar informed concent apabila setuju

dijadikan sampel dalam penelitian.

d. Mempersiapkan alat maupun media yang akan digunakan saat

penelitian.

e. Pengumpulan data primer dengan wawancara langsung untuk

mengetahui perkembangan serta pengukuran berat badan.

f. Wawancara food recall 24 jam digunakan untuk mencatat asupan

protein, zat besi dan zink subyek sebanyak 2x24 jam tidak berturut-

turut.

3. Tahap Akhir

a. Pengolahan food recall dengan nutrisurvey 2008.

b. Pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 20.0.

c. Hasil penelitian yang telah diolah kemudian dibahas melalui

analisis data.

Page 66: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

51

J. Etika Penelitian

Etika penelitian berguna sebagai pelindung terhadap tempat dan

peneliti itu sendiri. Penelitian ini dilaksanakan setelah peneliti

memperoleh rekomendasi dari pembimbing dan mendapat izin dari ketua

STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. Selanjutnya peneliti melakukan

penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Informed Consent (lembar persetujuan menjadi sampel)

Sebelum lembar persetujuan diberikan kepada sampel, terlebih

dahulu peneliti memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan

penelitian serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah

pengumpulan data. Calon sampel yang bersedia untuk diteliti diberi

lembar persetujuan dan harus ditandatangani, sedangkan calon sampel

yang tidak bersedia atau menolak diteliti, peneliti tidak memaksa dan

tetap menghormati hak-haknya.

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan informasi dari sampel , maka

peneliti tidak mencantumkan nama sampel pada lembar pengumpulan

data, cukup memberikan kode yaitu pemberian angka pada masing-

masing lembar tersebut.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh sampel dijamin oleh

peneliti, bahwa informasi tersebut hanya boleh diketahui oleh peneliti

dan pembimbing serta hanya kelompok data tertentu saja yang akan

disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian. Selanjutnya lembar

pengumpulan data dimusnahkan oleh peneliti dengan cara dibakar

setelah jangka waktu dua tahun.

K. Jadwal Penelitian

Terlampir.

Page 67: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

52

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENEITIAN

A. Profil Tempat Penelitian

1. Desa Wonorejo

Wonorejo adalah Desa yang terletak di Kecamata

Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar yang sacara administratif

merupakan salah satu Desa dari 11 Desa di wilayah Kecamatan

Gondangrejo. Luas wilayah Desa Wonorejo yaitu 409.6035 Ha.

Jumlah Penduduk Desa Wonorejo sebanyak 11.880 Jiwa dengan jenis

kelamin laki-laki sebanyak 6.118 jiwa dan jenis kelamin perempuan

sebanyak 5.762 jiwa. Wilayah Wonorejo kecamatan Gondangrejo ini

merupakan daerah pedesaan yang rata-rata memiliki pekerjaan sebagai

buruh dan pedagang (Profil Desa Wonorejo, 2018).

Desa Wonorejo memiliki 18 Posyandu Balita yaitu posyandu

Sadar Ibu 1, Sadar Ibu 2, Melati, Pelita Kasih, Wijaya Kusuma,

Mawar, Delima, Teratai, Kenanga, Dahlia, Anyer, Anggrek,

Mekarsari, Damar Sehat, Cempaka, Manggis Ceria, Flamboyan dan

Kamboja. Jumlah balita yang berada di desa Wonorejo yaitu sebanyak

1.232 anak dengan usia 0-5 bulan sebanyak 129 anak, usia 6-11 bulan

sebanyak157 anak, usia 12-23 bulan sebanyak 283 anak, 24-35 bulan

sebanyak 274 anak dan usia 36-59 bulan sebanyak 389 anak (Laporan

Pelayanan Kesehatan Daerah Wonorejo, 2018).

2. Batas Wilayah

Sebelah Utara : Desa Selokaton

Sebelah Selatan : Kota Surakarta

Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali

Sebelah Timur : Desa Plesungan

(Profil Desa Wonorejo, 2018).

Page 68: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

53

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Sampel

a. Jenis Kelamin

Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n %

Perempuan 34 58,6

Laki-laki 24 41,4

Jumlah 58 100,0

Sumber : Data Primer, diolah 2019

Berdasarkan tabel 3, distribusi jenis kelamin diketahui

bahwa sebagian besar sampel berjenis kelamin perempuan

sebanyak 58,6%.

b. Usia

Distribusi usia sampel dalam penelitian ini dapat dilihat

pada tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia

Usia (bulan) n

% ±SD (bulan)

36-41 16 27,6 45,6±5,89

42-47 28 48,3

48-53 7 12,1

54-60 7 12,1

Jumlah 58 100,0

Sumber : Data Primer, diolah 2019

Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa distribusi usia

sampel sebagian besar berusia 42-47 bulan sebesar 48,3%. Rata-

rata usia sampel penelitian yaitu 45,6±5,89 bulan.

c. Pekerjaan Ibu

Distribusi sampel berdasarkan jenis pekerjaan ibu dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut :

Page 69: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

54

Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan Ibu

Jenis Pekerjaan n %

Wiraswasta 13 22,4

IRT 44 75,9

Buruh 1 1,7

Jumlah 58 100,0

Sumber : Data Primer, diolah 2019

Berdasarkan tabel 6, distribusi sampel berdasarkan tingkat

pekerjaan ibu diketahui sebagian besar ibu dari sampel sebagai ibu

rumah tangga yaitu sebanyak 75,9%.

d. Tingkat Pendidikan Ibu

Distribusi sampel berdasarkan tingkat pendidikan ibu dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut :

Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Ibu

Tingkat Pendidikan Ibu n %

SD 7 12,1

SMP 19 32,8

SMA 27 46,6

PT 5 8,6

Jumlah 58 100

Sumber : Data Primer, diolah 2019

Berdasarkan tabel 7, distribusi sampel berdasarkan tingkat

pendidikan ibu diketahui sebagian besar ibu memiliki tingkat

pendidikan SMA sebanyak 46,6%.

e. Asupan Protein

Karakteristik asupan protein sampel dengan masing-masing

kategori pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini:

Page 70: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

55

Tabel 7. Kategori Tingkat Konsumsi Sampel Penelitian

Kategori Asupan

Protein

n % Min (%) Max (%) ±SD (%)

Defisit tingkat berat 1 1,7

62,62

138,89

115,86±18,84

Defisit tingkat sedang 1 1,7

Defisit tingkat ringan 3 5,2

Normal 27 46,6

Diatas Kebutuhan 26 44,8

Total 58 100

Sumber: Data Primer, diolah 2019

Berdasarkan data penelitian, diperoleh hasil tingkat

kecukupan protein sebagian besar terdapat pada kategori normal

46,6% dengan rata-rata tingkat kecukupan protein yang diperoleh

dari penelitian sebesar 115,8±18,84 % dan rata-rata asupan protein

sebesar 33,1±5,17 gr.

Karakteristik asupan protein sampel dengan kategori

normal dan tidak normal pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel

8 berikut ini:

Tabel 8. Kategori Tingkat Konsumsi Protein Sampel

Penelitian

Kategori Asupan

Protein

n % Min (%) Max (%) ±SD (%)

Normal 27 46,6

62,62

138,89

115,86±18,84 Tidak Normal 31 53,4

Total 58 100,0

Sumber : Data Primer, diolah 2019

Berdasarkan data penelitian, diperoleh hasil tingkat

kecukupan protein sebagian besar tidak normal yaitu sebesar

53,4% dan didominasi pada kategori diatas kebutuhan sebesar

44,8% dengan rata-rata tingkat kecukupan protein yang diperoleh

dari penelitian sebesar 115,8±18,84 % dan rata-rata asupan protein

sebesar 33,1±5,17 gr.

Page 71: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

56

f. Asupan Zat Besi

Karakteristik asupan zat besi sampel pada penelitian ini

dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini:

Tabel 9. Persen Tingkat Konsumsi Zat Besi Sampel

Penelitian

Kategori Asupan

Zat besi

n % Min (%) Max (%) ±SD (%)

Kurang 42 72,4

20,81

128,29

60,45±24,26 Cukup 16 27,6

Total 58 100,0

Sumber : Data Primer, diolah 2019

Berdasarkan data penelitian, diperoleh hasil tingkat

kecukupan zat besi sebagian besar memiliki kategori kurang

sebanyak 72,4% dengan rata-rata tingkat kecukupan zat besi yang

diperoleh dari penelitian sebesar 60,4±24,26 % dan rata-rata

asupan zat besi sebesar 5,0±1,99 mg.

g. Asupan Zink

Karakteristik asupan zink sampel pada penelitian ini dapat

dilihat pada tabel 10 berikut ini:

Tabel 10. Persen Tingkat Konsumsi Zink Sampel

Penelitian

Kategori Asupan

Zink

n % Min (%) Max (%) ±SD (%)

Kurang 17 29,3

52,12

127,78

88,92±19,43 Cukup 41 70,7

Total 58 100,0

Sumber : Data Primer, diolah 2019

Berdasarkan data penelitian, diperoleh hasil tingkat

kecukupan zink sebagian besar memiliki kategori cukup, sebanyak

70,7% dengan rata-rata tingkat kecukupan zink yang diperoleh dari

penelitian sebesar 88,9±19,43 % dan rata-rata asupan zink sebesar

3,8±0,87 mg.

Page 72: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

57

h. Perkembangan Anak

Berdasarkan data penelitian diperoleh informasi tentang

perkembangan anak usia 3-5 tahun di Desa Wonorejo. Dapat

dilihat pada tabel 12 berikut ini :

Tabel 11. Distribusi Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun

Kategori

Perkembangan

n %

Sesuai 56 96,6

Tidak Sesuai 2 3,4

Total 58 100,0

Sumber : Data Primer, diolah 2019

Berdasarkan data penelitian perkembangan anak usia 3-5

tahun diperoleh hasil sebagian besar perkembangan anak masuk

pada kategori sesuai sebesar 96,6 %.

2. Hubungan Asupan Protein dengan Perkembangan Anak

Hasil analisa hubungan asupan protein dengan perkembangan

anak usia 3-5 tahun dapat dilihat pada tabel 13 berikut :

Tabel 12. Hubungan Asupan Protein Dengan Perkembangan Anak

Usia 3-5 Tahun.

Perkembangan Anak Total p*

Sesuai Meragukan

n % n % n %

Asupan

Protein (gr)

Normal 26 96,3 1 3,7 27 100

1,00

Tidak

Normal

30 96,8 1 3,2 31 100

*Fisher Exact

Berdasarkan tabel 13, hasil uji Fisher Exact diperoleh hasil,

sampel yang memiliki asupan protein normal dengan perkembangan

sesuai sebesar 96,3% dan perkembangan meragukan sebesar 3,7%.

Sampel yang memiliki asupan protein tidak normal dengan

perkembangan sesuai sebesar 96,8% dan perkembangan meragukan

sebesar 3,2%. Berdasarkan tabel 13, asupan protein menunjukan nilai

Page 73: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

58

p=1,00 yang berarti tidak ada hubungan asupan protein dengan

perkembangan anak usia 3-5 tahun.

3. Hubungan Asupan Zat Besi dengan Perkembangan Anak

Hasil analisa hubungan asupan zat besi dengan perkembangan

anak usia 3-5 tahun dapat dilihat pada tabel 12 berikut :

Tabel 13. Hubungan Asupan Zat Besi Dengan Perkembangan Anak Usia 3-5

Tahu.

*Fisher Exact

Berdasarkan tabel 14, hasil uji Fisher Exact diperoleh hasil,

sampel yang memiliki asupan zat besi kurang dengan perkembangan

sesuai sebesar 97,6% dan perkembangan meragukan sebesar 2,4%.

Sampel yang memiliki asupan zat besi cukup dengan perkembangan

sesuai sebesar 93,8% dan perkembangan meragukan sebesar 6,2%.

Berdasarkan tabel 14, asupan zat besi menunjukan nilai p= 0,479 yang

berarti tidak ada hubungan asupan zat besi dengan perkembangan anak

usia 3-5 tahun.

4. Hubungan Asupan Zink dengan Perkembangan Anak

Hasil analisa hubungan asupan zink dengan perkembangan

anak usia 3-5 tahun dapat dilihat pada tabel 13 berikut :

Tabel 14. Hubungan Asupan Zink Dengan Perkembangan Anak Usia

3-5 Tahun

Perkembangan Anak Total p*

Sesuai Meragukan

n % n % n %

Asupan Zink

(mg)

Kurang 17 100 0 0,0 17 100

1,000

Cukup 39 95,1 2 4,9 41 100

*Fisher Exact

Perkembangan Anak Total p*

Sesuai Meragukan

n % n % n %

Asupan Zat

Besi (mg)

Kurang 41 97,6 1 2,4 42 100

0,479

Cukup 15 93,8 1 6,2 16 100

Page 74: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

59

Berdasarkan tabel 15, hasil uji Fisher Exact diperoleh hasil,

sampel yang memiliki asupan zink kurang dengan perkembangan

sesuai sebesar 100%. Sampel yang memiliki asupan zink cukup

dengan perkembangan sesuai sebesar 95,1% dan perkembangan

meragukan sebesar 4,9%. Berdasarkan tabel 15, asupan zink

menunjukan nilai p= 1,000 yang berarti tidak ada hubungan asupan

zink dengan perkembangan anak usia 3-5 tahun.

C. Pembahasan

1. Karakteristik Sampel

a. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa jenis kelamin

sampel sebagian besar yaitu perempuan sebanyak 58,6%. Fungsi

reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada

anak laki-laki. Masa pubertas, perkembangan dan pertumbuhan

anak laki-laki akan lebih cepat (Kemenkes RI, 2010). Menurut

(Santrock, 2011), jenis kelamin berkaitan dengan perkembangan

anak, dimana anak laki-laki lebih rentan terhadap berbagai jenis

penyakit dan cacat dibandingkan dengan wanita. Hal ini

dikarenakan anak laki-laki lebih mempunyai sifat agresif sehingga

lebih aktif daripada anak perempuan yang apabila tidak diawasi

oleh orangtua maka akan berpengaruh terhadap kerentanan

penyakit dan gangguan tumbuh kembang.

Secara teoritis dijelaskan bahwa jenis kelamin merupakan

salah satu faktor yang berhubungan dengan perkembangan anak.

Hal ini berhubungan dengan fungsi motorik kasar, motorik halus,

kemampuan bahasa dan sosialisai anak, dimana anak laki-laki lebih

mengandalkan keaktifan dalam melakukan aktifitas motorik kasar

sedangkan perempuan lebih mengandalkan kemampuan kreatifitas

yang berkaitan dengan motorik halus. Menurut Alfiani (2016),

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan

Page 75: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

60

perkembangan motorik kasar dan motorik halus anak usia

prasekolah. Pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan tentu

berbeda disertai dengan fungsi geraknya, hal ini akan

mempengaruhi kemampuan motorik kasar dan halus anak.

b. Usia

Sampel pada penelitian ini adalah anak usia 3-5 tahun yang

bertempat tinggal di Desa Wonorejo, Kecamatan Gondangrejo.

Sebanyak 58 anak dan telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.

Anak pada usia 3-5 tahun telah memiliki kontrol fungsi tubuh yang

baik. Pengalaman, kemampuan berinteraksi secara kerja sama

dengan anak lain dan penggunaan bahasa untuk simbolisasi mental,

meningkatnya rentang perhatian dan memori untuk periode

berikutnya yaitu masa sekolah (Wong dkk, 2009). Berdasarkan

hasil penelitian, diperoleh data sebagian besar sampel rata-rata

memiliki usia 42-47 bulan. Usia erat kaitanya dengan

perkembangan anak karena kecepatan pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun

pertama kehidupan dan masa remaja (Kemenkes RI, 2010).

Menurut Yusuf (2011) kualitas anak sangat dipengaruhi

oleh perkembangan anak. Anak prasekolah dikategorikan normal

apabila terjadi perkembangan fisik, perkembangan intelektual,

perkembangan emosional (takut, cemas, marah, perasaan ingin

tahu), perkembangan bahasa, perkembangan sosial, perkembangan

bermain, perkembangan kepribadian dan perkembangan moral.

Usia 3-5 tahun atau usia prasekolah mampu menggunakan sesuatu

untuk mewakili yang lain dengan menggunakan simbol berupa

kata, bahasa, gerak dan benda. Melalui kemampuan tersebut, anak

mampu berimajinasi untuk mengembangkan intelektualnya.

Perkembangan pikiran individu terlihat dalam perkembangan

bahasa. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh perkembangan

kognitif, perkembangan motorik, stimulasi lingkungan serta

Page 76: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

61

interaksi antara orang tua dengan anak atau pola asuh yang

diberikan orang tua kepada anak.

c. Pekerjaan Ibu

Penelitian ini sebagian besar ibu dari sampel sebagai ibu

rumah tangga yaitu sebanyak 75,9%. Menurut Mumtahinah (2011),

ibu rumah tangga adalah wanita yang telah menikah dan tidak

bekerja, meghabiskan sebagian waktunya untuk mengurus rumah

tangga dan setiap hari menjumpai suasana yang sama serta tugas-

tugas rutin. Menurut Respati (2009), peran ibu rumah tangga

adalah mengurus rumah tangganya, merawat dan mendidik

anaknya. Peran tersebut merupakan kodrat dan kewajiban yang

harus dijalani oleh wanita. Selain itu, ibu rumah tangga memiliki

peran utama yang dilakukan sesuai dengan fitrah kewanitaan

(hamil, menyusui, membina anak dan membesarkan anak)

merupakan aktivitasnya. Menurut Latang (2010), ibu dapat

memiliki banyak waktu untuk mendidik dan membentuk pola

konsumsi pangan pada anak yang akan mempengaruhi

perkembangan anak selanjutnya.

d. Tingkat Pendidikan Ibu

Tingkat pendidikan ibu pada penelitian ini sebagian besar

ibu memiliki tingkat pendidikan SMA sebanyak 46,6%. Tingkat

pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

pengetahuan seorang ibu dalam cara mendidik anak dan menerima

informasi yang berkualitas berkaitan dengan perkembangan anak.

Pendidikan seorang ibu kepada anak merupakan pendidikan dasar

yang tidak dapat diabaikan. Seorang ibu hendaklah seorang yang

bijaksana dan pandai dalam mendidik anak. Menurut Notoatmojo

(2011), semakin tinggi pendidikan, maka hidup manusia akan

semakin berkualitas karena pendidikan yang tinggi akan

menghasilkan pengetahuan yang baik dan mampu menjadikan

hidup lebih berkualitas.

Page 77: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

62

e. Asupan Protein

Asupan protein dapat diketahui bahwa, sebanyak 58 sampel

terdapat 46,6% dalam kategori normal dan 53,4% kategori tidak

normal. Jumlah tingkat kecukupan protein yang dikonsumsi sampel

rata-rata 115,86±18,84 %. Salah satu penyebab konsumsi protein

sampel lebih banyak pada kategori tidak normal yaitu pada

kategori diatas kebutuhan dapat dikarenakan jumlah asupan

makanan yang dikonsumsi sampel setiap hari, dimana sampel

makan makanan selingan dengan porsi kecil namun sering

terutama telur dan susu.

Protein merupakan zat gizi yang paling erat hubunganya

dengan proses-proses kehidupan. Konsumsi protein yang cukup

akan mampu melakukan fungsinya untuk peoses pertumbuhan dan

perkembangan (Manuhutu dkk., 2017 ). Energi dan protein dalam

fungsi motorik berperan dalam proses poliferasi dan diferensiasi

sel dan synaptogenesis (Susanty, 2012).

Penelitian dari Prado dan Dewey (2012) menyatakan zat

gizi yang mempengaruhi perkembangan otak salah satunya adalah

protein. Protein berperan penting dalam proses mielinasi, hal ini

disebabkan karena lemak dan protein merupakan komponen utama

dari mielin yang menyelubungi akson untuk mempercepat impuls

dari satu sel menuju sel otak yang lain. Penelitian lain yang

mendukung hubungan asupan protein dengan perkembangan anak

adalah penelitian dari Setiawan (2017) menyatakan bahwa

kekurangan asupan protein berpengaruh kepada kemampuan

kognitif, kemampuan kognitif adalah aktifitas otak yang terjadi

dalam rangka mendapatkan pengetahuan atau informasi. Proses

kemampuan kognitif adalah terjadinya komunikasi antar sel otak

yang sangat aktif. Komunikasi antar satu sel otak dengan sel otak

yang lain terjadi melalui penghantar pesan oleh suatu

Page 78: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

63

neurotransmitter. Neurotransmitter tersebut merupakan suatu

senyawa kimia terdiri dari asam amino yaitu monomer penyusun

protein (polimer asam amino). Ratusan neurotransmitter

diproduksi dalam otak. Produksi neurotransmitter membutuhkan

protein yang harus didapatkan dari asupan makanan. Asupan

protein yang kaya akan protein membantu otak anak untuk dapat

berfikir lebih baik dan konsentrasi sehingga meningkatkan

kemampuan belajar anak.

f. Asupan Zat Besi

Asupan zat besi yang diperoleh dapat diketahui bahwa

asupan zat besi dari 58 sampel sebanyak 72,4% dalam kategori

kurang dan kategori cukup sebanyak 27,6%. Jumlah tingkat

kecukupan zat besi yang dikonsumsi sampel rata-rata

60,45±24,26%. Asupan zat besi sampel lebih banyak pada kategori

kurang. Hal ini dapat dikarenakan orangtua tidak terlalu

memperhatikan asupan makan yang dapat menganggu penyerapan

zat besi dalam tubuh, orang tua hanya memperhatikan anak makan

dengan makanan yang baik dikonsumsi.

Penelitian yang dilakukan oleh Emalia, dkk (2015)

menyatakan bahwa asupan besi mempengaruhi perkembangan

motorik kasar anak. Kekurangan besi menyebabkan mitokondria

mengeluarkan oksidan yang membahayakan berbagai fungsi sel

dalam otak. Zat besi merupakan zat gizi esensial yang salah

satunya berperan dalam fungsi motorik. Besi berperan dalam

sintesis monoamine, metabolisme energi di neuron dan sel glia,

mielinisasi, sistem neutransmitter, dan metabolisme dopamine.

g. Asupan Zink

Asupan zink yang diperoleh dapat diketahui bahwa asupan

zink dari 58 sampel sebanyak 29,3% dalam kategori kurang dan

kategori cukup sebanyak 70,7%. Jumlah tingkat kecukupan zink

yang dikonsumsi sampel rata-rata 88,92±19,43%. Asupan zink

Page 79: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

64

sampel lebih banyak pada kategori cukup. Kategori cukup pada

asupan zink, sedangkan pada asupan zat besi kurang pada sampel

dapat di sebabkan karena zink dan zat besi memiliki interaksi

negatif saat terjadi penyerapan di usus halus atau bersifat

kompetisi, hal ini terjadi karena zink dan zat besi memiliki

transporter yang sama yaitu DMT1, sehingga zink mudah terserap

oleh tubuh (Hurrell dan Egli, 2010).

Penelitian Ardiaria dan Nuryanto (2014) diketahui bahwa

terdapat hubungan positif antara asupan zink dengan skor fungsi

motorik anak, sehingga anak dengan asupan zink rendah

mempunyai skor fungsi motorik rendah, begitu juga dengan anak

yang asupan zink tinggi maka pencapaian skor fungsi motorik juga

tinggi. Zink merupakan trace mineral yang berperan terhadap

pertumbuhan sel syaraf pusat. Secara spesifik zink berperan dalam

memproduksi enzim untuk keperluan RNA dan DNA. Zink dan

protein merupakan unsur yang ada dalam otak. Keduanya

memberikan kontribusi terhadap struktur dan fungsi dari otak,

sehingga apabila terjadi defisiensi yang berat maka akan

berpengaruh terhadap perkembangan kognitif dan fungsi motorik

(Ardiaria dan Nuryanto, 2014).

h. Asupan Vitamin C

Asupan vitamin C dapat diketahui bahwa dari 58 sampel

terdapat 70,7% dalam kategori kurang dan kategori cukup

sebanyak 29,3%. Jumlah tingkat kecukupan vitamin C yang

dikonsumsi sampel rata-rata 60,68±47,40%. Asupan vitamin C

sampel lebih banyak pada kategori kurang. Hal ini dapat

dikarenakan jumlah asupan makanan yang dikonsumsi sampel

setiap hari dimana sebagian besar sampel jarang mengkonsumsi

makanan yang mengandung sumber vitamin C seperti buah-

buahan. Kategori kurang pada asupan vitamin C sampel, dapat

mempengaruhi penyerapan zat besi dalam tubuh, sehingga dapat

Page 80: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

65

disimpulkan bahwa selain kurangnya asupan zat besi pada sampel,

faktor lainya karena kurangnya asupan vitamin C yang dapat

mempengaruhi penyerapan zat besi dalam tubuh.

Vitamin C berfungsi untuk mempercepat absorbsi zat besi

di usus dan memindahkanya ke dalam darah. Vitamin C

mempunyai peranan penting dalam penyerapan zat besi terutama

zat besi non heme.

i. Perkembangan Anak

Penilaian perkembangan anak usia 3-5 tahun yang

diperoleh berdasarkan kuesioner praskrining perkembangan

(KPSP) dapat diketahui bahwa dari 58 sampel sebanyak 96,6%

dalam kategori sesuai dan kategori meragukan sebanyak 3,4%.

Salah satu faktor perkembangan anak lebih banyak dalam kategori

sesuai yaitu karena stimulasi dari orang tua yang cukup terhadap

anak serta lingkungan sosial yang mendukung perkembangan anak

untuk melakukan aktivitas yang berkaitan dengan fungsi motorik

kasar, motorik halus, kemampuan berbahasa dan sosial.

Perkembangan adalah pertambahan kemampuan dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang

teratur, sebagai hasil dari proses pematangan. Hal ini menyangkut

dengan sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-oragan dan sistem

organ (Suyadi dan Ulfah, 2013).

Menurut Yusuf (2011) mengungkapkan bahwa kualitas

anak sangat dipengaruhi oleh perkembangan anak. Anak

prasekolah dikategorikan normal apabila terjadi perkembangan

fisik, perkembangan intelektual, perkembangan emosional (takut,

cemas, marah, perasaan ingin tahu), perkembangan bahasa,

perkembangan sosial, perkembangan bermain, perkembangan

kepribadian dan perkembangan moral. Usia 3-5 tahun atau usia

prasekolah mampu menggunakan sesuatu untuk mewakili yang

lain dengan menggunakan simbol berupa kata, bahasa, gerak dan

Page 81: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

66

benda. Melalui kemampuan tersebut, anak mampu berimajinasi

untuk mengembangkan intelektualnya. Perkembangan pikiran

individu terlihat dalam perkembangan bahasa. Perkembangan

bahasa dipengaruhi oleh perkembangan kognitif, perkembangan

motorik, stimulasi lingkungan serta interaksi antara orang tua

dengan anak atau pola asuh yang diberikan orang tua kepada anak.

2. Hubungan Asupan Protein dengan Perkembangan Anak

Sumber protein di dalam makanan dapat dibedakan menjadi

dua yaitu protein hewani dan nabati. Perbedaan struktur fisik dan

kimia protein hewani sama dengan yang dijumpai pada tubuh manusia,

maka protein yang berasal dari hewan mengandung semua asam amino

dalam jumlah yang cukup membentuk dan memperbaiki jaringan

tubuh manusia. Berbeda pada kedelai, semua pangan nabati

mempunyai protein dengan mutu yang lebih rendah dibandingkan

dengan protein hewani (Krisno, 2009).

Berdasarkan hasil analisis uji Fisher Exact hubungan asupan

protein dengan perkembangan anak usia 3-5 tahun diperoleh nilai p =

1,00 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan

asupan protein dengan perkembangan anak usia 3-5 tahun. Penelitian

ini sejalan dengan penelitian Ernawati dkk (2016) yang menyatakan

bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara asupan protein

dengan perkembangan anak.

Hasil wawancara dengan responden dapat diketahui bahwa

asupan protein sampel rata-rata lebih banyak pada kategori diatas

kebutuhan, karena sampel sering mengkonsumsi susu dan telur.

Berlebihnya konsumsi protein pada anak dipengaruhi oleh kebiasaan

anak yang suka mengkonsumsi telur dan susu, bahkan sebagianbesar

anak terbangun pada malam hari sering meminta untuk dibuatkan susu.

Jumlah asupan protein yang dikonsumsi sampel rata-rata sebesar

33,1±5,17 gr.

Page 82: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

67

Secara statistik asupan protein tidak terdapat hubungan dengan

perkembangan, namun secara data terdapat keterkaitan antara asupan

protein dengan perkembangan anak. Berdasarkan data penelitian

terkait asupan protein, diperoleh hasil tingkat kecukupan protein

sebagian besar tidak normal yaitu sebesar 53,4% dan didominasi pada

kategori diatas kebutuhan sebesar 44,8%. Data yang diperoleh dari

penilaian perkembangan balita, menggambarkan sebagian besar

perkembangan anak dalam kategori sesuai sebanyak 96,6 %. Hal

tersebut dapat disimpulkan bahwa asupan protein balita telah terpenuhi

dan perkembangan balita sesuai pada usianya. Protein yang

dikonsumsi oleh balita merupakan prekursor untuk neurotransmitter

yang mendukung perkembangan otak. Fungsi otak yang baik

tergantung pada kapasitas menyerap dan memproses informasi.

Neurotransmitter catecholaimes dibentuk dari asam amino penting

yaitu Tyrosine dan neurotransmitter serotonin dibentuk dari

Tryptophan. Serotonin menstimulasi tidur yang penting untuk

perkembangan otak dalam memproses informasi, sedangkan

catecholamine berkaitan dengan keadaan siaga yang membantu

menyerap informasi di otak (Sediaoetama, 2010).

Penyebab adanya perbedaan hasil penelitian dengan teori

adalah adanya faktor lain yang mempengaruhi asupan protein dengan

perkembangan anak seperti, sebagian besar sampel memiliki kebiasaan

minum teh setelah makan dan saat makan selingan, dapat diketahui

bahwa teh merupakan bahan yang mengandung fitat dan tanin yang

dapat menghambat penyerapan protein dalam tubuh sehingga

meskipun sampel mengkonsumsi protein lebih namun diimbangi

dengan minuman yang dapat menganggu penyerapan protein dalam

tubuh, maka protein tidak dapat berfungsi secara maksimal. Meskipun

asupan protein dan perkembangan anak usia 3-5 tahun tidak terdapat

hubungan yang signifikan, karena didukung stimulasi dari orangtua

dalam perkembangan, anak mampu berkembang sesuai dengan usianya

Page 83: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

68

mengingat ibu memiliki banyak waktu untuk mendidik dan merawat

anak di rumah, karena rata-rata ibu sampel adalah ibu rumah tangga.

Menurut Sujiono (2010), perkembangan motorik anak yang

dilakukan secara optimal akan mempengaruhi pertumbuhan fisik

motorik secara langsung dan tidak langsung serta mempengaruhi

perilaku anak sehari-hari. Gerak motorik secara langsung anak

menentukan keterampilan geraknya sendiri dan secara tidak langsung

perkembangan motorik dapat mempengaruhi cara anak untuk

memandang dirinya sendiri dengan orang lain. Perkembangan anak

usia 3-5 tahun lebih banyak dalam kategori sesuai pada usianya karena

menurut Wong dkk (2009), anak pada usia 3-5 tahun telah memiliki

kontrol fungsi tubuh yang baik. Pengalaman, kemampuan berinteraksi

secara kerjasama dengan anak lain dan penggunaan bahasa untuk

simbolisasi mental, meningkatnya rentang perhatian dan memori untuk

periode berikutnya yaitu masa sekolah.

3. Hubungan Asupan Zat Besi dengan Perkembangan Anak

Menurut Almatsier (2009), zat besi merupakan mikro mineral

yang penting dalam pembentukan hemoglobin. Zat besi mempunyai

fungsi yang berhubungan dengan pengangkutan, penyimpanan dan

pemanfaatan oksigen. Zat besi dalam tubuh berperan sebagai alat

angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan, sebagai alat angkut elektron

pada metabolisme energi, sebagai bagian dari enzim pembentuk

kekebalan tubuh dan sebagai pelarut obat-obatan. Manfaat lain dalam

mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah terpenuhinya

kecukupan vitamin A, karena makanan sumber zat besi merupakan

vitamin A (Waryana, 2010).

Berdasarkan hasil analisis uji Fisher Exact hubungan asupan

zat besi dengan perkembangan anak usia 3-5 tahun diperoleh nilai p =

0,479 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan asupan

zat besi dengan perkembangan anak usia 3-5 tahun. Penelitian ini

Page 84: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

69

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2017),

Sudargo (2012) dan Eilander (2010) yang menyatakan bahwa asupan

zat besi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan

perkembangan anak usia 3-5 tahun.

Hasil wawancara dengan responden dapat diketahui bahwa

asupan zat besi sampel dalam kategori kurang. Jumlah asupan zat besi

yang dikonsumsi sampel rata-rata sebesar 5,0±1,99 mg. Kategori

kurang pada sampel dapat disebabkan karena kebiasaan makan anak

yang berbeda-beda sesuai dengan keinginanya. Keinginan anak dalam

memilih makanan dapat mempengaruhi kualitas makan anak, dimana

anak bebas dalam memilih makanan serta tidak memperhatikan nutrisi

yang terdapat dalam makanan. Hasil wawancara kepada responden,

sampel mengkonsumsi makan dan minum yang mengandung zat besi,

namun sampel juga mengkonsumsi susu dimana kalsium dalam susu

dapat menghambat penyerapan zat besi oleh tubuh. Berdasarkan hasil

perhitungan asupan vitamin C, menggambarkan asupan vitamin C

pada anak dalam kategori kurang. Hal tersebut dapat menyebabkan

berkurangnya penyerapan zat besi dalam tubuh, mengingat vitamin C

memiliki peran penting dalam penyerapan zat besi di dalam usus halus.

Penyebab adanya perbedaan hasil penelitian dengan teori

adalah adanya faktor lain yang mempengaruhi hubungan zat besi

dengan perkembangan anak usia 3-5 tahun yaitu pengukuran asupan

dengan food recall 24 jam dalam penelitian ini, lebih menggambarkan

asupan saat penelitian dilaksanakan. Didukung dari penelitian

Sudargo (2012), tidak adanya hubungan antara asupan zat besi dengan

fungsi kognitif disebabkan oleh faktor metode pengukuran food recall

24 jam yang lebih menggambarkan asupan saat penelitian

dilaksanakan. Sementara fungsi kognitif merupakan proses kimia

dalam otak yang mempunyai hubungan erat dengan komposisi dan

fisiologi otak. Sel otak dibentuk sejak tiga bulan pertama kehamilan.

Perkembangan terus berlanjut pada prenatal dan post natal hingga bayi

Page 85: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

70

berusia tiga tahun, dengan pertumbuhan cepat pada 1 hingga 6 bulan

pertama setelah kelahiran. Setelah itu tidak terjadi pertumbuhan

kecuali pembentukan neuron baru dari sel yang telah mati. Hal tersebut

mengakibatkan diferensiasi dan perkembangan otak hanya tumbuh

sampai dengan tiga tahun pertama kehidupan. Hal ini dapat dijelaskan

bahwa asupan nutrisi pada saat hamil hingga usia tiga tahun pertama

mempengaruhi perkembangan sel otak anak. Tidak adanya hubungan

antara asupan zat besi dengan perkembangan juga dapat disebabkan

karena asupan zat besi diukur hanya asupan anak usia saat ini,

sedangkan asupan gizi ibu saat hamil dan setelah melahirkan hingga

tiga tahun pertama tidak diukur dimana asupan saat hamil dan tiga

tahun pertama kehidupan sangat mempengaruhi perkembangan anak.

4. Hubungan Asupan Zink dengan Perkembangan Anak

Zink merupakan bagian dari enzim-enzim yang berperan

dalam berbagai aspek metabolisme. Zink berperan dalam raksi-reaksi

yang berkaitan dengan sintesis serta degradasi karbohidrat, protein,

lipida dan asam nukleat. Zink juga mempunyai peranan penting dalam

proses pertumbuhan, fungsi kognitif, pematangan seks, fungsi

kekebalan dan penangkal radikal bebas (Almatsier, 2011)

Berdasarkan hasil analisis uji Fisher Exact hubungan asupan

zink dengan perkembangan anak usia 3-5 tahun diperoleh nilai p =

1,00 sehingga dapat disimpulakan bahwa tidak ada hubungan asupan

zink dengan perkembangan anak usia 3-5 tahun. Penelitian ini sesuai

dengan penelitian Sani (2014) yang mengungkapkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara asupan zink dengan perkembangan

anak (p=0,193). Selain itu, penelitian ini juga di dukung dengan

penelitian yang dilakukan oleh Susanty (2012) yang menyebutkan

bahwa tidak ada hubungan asupan zink dengan perkembangan motorik

kasar anak.

Page 86: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

71

Hasil wawancara dengan responden saat melakukan food

recall 2x24 jam dapat diketahui bahwa asupan zink sampel memiliki

kategori cukup. Konsumsi zink pada anak dipengaruhi oleh faktor

pendidikan ibu, dimana faktor pendidikan dapat mempengaruhi

pengaturan pola makan anak dalam mengkonsumsi makanan. Jumlah

asupan zink yang dikonsumsi sampel rata-rata sebesar 3,8±0,87 mg.

Asupan zink rata-rata sampel dalam kategori cukup.

Secara statistik asupan zink tidak terdapat hubungan dengan

perkembangan, namun secara data, terdapat keterkaitan antara asupan

zink yang cukup mempengaruhi perkembangan anak dengan baik.

Berdasarkan data penelitian, diperoleh hasil tingkat kecukupan zink

sebagian besar memiliki kategori cukup, sebanyak 70,7% dan

berdasarkan data penelitian perkembangan anak usia 3-5 tahun

diperoleh hasil sebagian besar perkembangan anak pada kategori

sesuai sebanyak 96,6 %. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa asupan

zink balita telah terpenuhi dan perkembangan balita sesuai pada

usianya. Zink berperan dalam memproduksi enzim untuk keperluan

RNA dan DNA. Zink dan protein merupakan unsur yang ada dalam

otak, keduanya memberikan kontribusi terhadap struktur dan fungsi

dari otak, sehingga apabila terjadi defisiensi yang berat maka akan

berpengaruh terhadap perkembangan kognitif dan fungsi motorik

(Ardiaria dan Nuryanto, 2014).

Penyebab adanya perbedaan hasil penelitian dengan teori

adalah adanya faktor lain yaitu faktor keadaan lingkungan di sekitar

rumah, seperti dukungan dari teman-teman bermain sehingga

merangsang anak untuk melatih gerak motorik, bahasa dan sosialnya.

Psikologi anak berperan dalam perkembangan anak itu sendiri serta

stimulasi dari orangtua juga mendukung perkembangan anak dimana

ibu memiliki banyak waktu untuk mendidik dan merawat anak di

rumah mengingat sebagian besar ibu sebagai ibu rumah tangga.

Perkembangan sosial bagi anak juga sangat diperlukan, karena anak

Page 87: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

72

merupakan manusia yang tumbuh dan berkembang yang akan hidup di

tengah-tengah masyarakat. Masa anak-anak merupakan awal

kehidupan sosial yang berpengaruh bagi anak, dimana anak akan

belajar mengenal dan menyukai orang lain melalui aktifitas sosial.

Apabila pada masa prasekolah anak mampu melakukan hubungan

sosial dengan baik akan memudahkan bagi anak dalam melakukan

penyesuaian sosial dengan baik dan anak akan mudah diterima sebagai

anggota kelompok sosial di tempat anak mengembangkan diri

(Hurlock, 2008).

D. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu peneliti belum bisa

mengendalikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi

perkembangan anak seperti status gizi, stimulasi dari orang tua, status

ekonomi dan lingkungan anak.

Page 88: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

73

BAB V

PENUTUP

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan asupan protein, zat

besi dan zink dengan perkembangan anak usia 3-5 tahun dapat

disimpulkan bawa :

1. Tingkat konsumsi protein sebagian besar dalam kategori tidak normal

sebesar 53,4 % dengan rata-rata tingkat konsumsi protein sebesar

115,86±18,84 % dan rata-rata asupan protein sebesar 33,1±5,17 gr.

2. Tingkat konsumsi zat besi sebagian besar dalam kategori kurang

sebesar 72,4 % dengan rata-rata tingkat konsumsi zat besi sebesar

60,45±24,26 % dan rata-rata asupan zat besi sebesar 5,0±1,99 mg.

3. Tingkat konsumsi zink sebagian besar dalam kategori cukup sebesar

70,7% dengan rata-rata tingkat konsumsi zink sebesar 88,92±19,43 %

dan rata-rata asupan zink sebesar 3,8±0,87 mg.

4. Perkembangan anak sebagian besar dalam kategori sesuai sebesar 96,6

%.

5. Tidak ada hubungan antara asupan protein dengan perkembangan anak

usia 3-5 tahun (p= 1,00).

6. Tidak ada hubungan antara asupan zat besi dengan perkembangan anak

usia 3-5 tahun (p= 0,479).

7. Tidak ada hubungan antara asupan zink dengan perkembangan anak

usia 3-5 tahun (p= 1,00).

B. Saran

1. Bagi Orang Tua

Diharapkan orang tua balita dapat memberikan asupan gizi

seimbang sehari-hari sesuai dengan kebutuhan dan memperbaiki pola

makan balita.

Page 89: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

74

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dengan penelitian sejenis,

menambahkan variabel lain yang mempengaruhi perkembangan anak

diantaranya status gizi, stimulasi orangtua terhadap anak dan pengaruh

lingkungan terhadap anak.

Page 90: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang Dan Terapi Bermain Anak. Jakarta: Salemba

Medika.

Aedi, N. 2010. Pengolahan Dan Analisis Data Hasil Penelitian. Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia.

Agustin, M dan Wahyudin, U. 2011. Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini.

Bandung: Refika Aditama.

Ahmad, S. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.

Alfiani, Y. 2016. Hubungan Status Gizi, Jenis Kelamin dan Usia Anak Dengan

Perkembangan Motorik Halus Dan Kasar Pada Usia Pra Sekolah Di TK Melati Ikhlas Padang Tahun 2016. Skripsi. Bukit Tinggi: Program Studi

Kebidanan Stikes Fort De Kock.

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia

Pustaka Utama.

___________. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia

Pustaka Utama.

Anggraini, W. 2011. Keterlambatan Bicara (Speech Delay) Pada Anak Usia 5

Tahun. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES.

Ardiaria dan Nuryanto. 2014. Hubungan Status Gizi Dan Asupan Besi Dan Seng

Terhadap Fungsi Motorik Anak Usia 2-5 Tahun. JNH. 2(2).

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Astawan, M. 2008. Sehat Dengan Hidangan Hewani. Jakarta: Penebar Swadaya.

Badan POM RI. 2013. Pedoman Pangan Jajanan Anak Sekolah Untuk

Pencapaian Gizi Seimbang. Direktorat Standardisasi Produk Pangan,

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya,

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Jakarta.

Banna, J. Richards, R. and Brown, L. B. 2016. College Students' Perceived

Differences Between The Terms Real Meal, Meal, and Snack. Journal of

Nutrition Education and Behavior. 49(3): 228– 235.

Devi, N. 2012. Gizi Anak Sekolah. Jakarta: Buku Kompas.

Page 91: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2009. Profil Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah 2009.

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. 2012. Pedoman Pengembangan

Pengelolaan Kelompok Bermain. Semarang: Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah Dinas Pendidikan.

Doll, E. 2010. The Measurement of Social Competence. Vineland New Jersey

Eilander, A. Dkk. 2010. Undernutrition, fatty acid and micronutrient status in

relation to cognitive performance in Indian school children: a cross-

sectional study. British Journal of Nutrition.103: 1056–1064.

Emalia, Febry dan Rahmiwati. 2015. Hubungan Asupan Gizi, Pengetahuan Dan

Stimulasi Ibu Dengan Tumbuh Kembang Anak Prasekolah Tk Handayani

Dan Tk Teratai 26 Ilir Kecamatan Bukit Kecil Palembang 2014. Jurnal

Ilmu Kesehatan Masyarakat. 6(1).

Estiasih, H., Waziiroh dan Febrianto. 2016. Kimia dan Fisik Pangan. Jakarta:

Bumi Aksara.

Ernawati, F., Prihatini, M., Yuriestia, A. 2016. Gambaran Konsumsi Protein

Nabati Dan Hewani Pada Anak Balita Stunting Dan Kurang Di Indonesia.

Penelitian Gizi dan Makanan. 39(2): 95-102.

Faruq, M. 2015. Hubungan Pola Konsumsi Dan Persen Lemak Tubuh Dengan

Performa Atlet Renang. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga.

Fatchiyah, E.L., Arumingtyas, S., Widyarti dan Rahayu, S. 2011. Biologi

Molekuler Prinsip Dasar Analisis. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Gandy, M. and Holdsworth. 2014. Gizi Dan Dietetika. Edisi 2. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC.

Gibson, R.S. 2005. Principles Of Nutritional Assessment. Unit States of America:

Oxford University Press.

Hardinsyah dan Supariasa. 2017. Ilmu Gizi Teori Dan Aplikasi. Cetakan 2017.

Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Hasan, M. 2010. PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).Yogyakarta: Diva Perss.

Hastati, T. 2012. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

melalui Media Gambar Foto Keluarga di Kelompok B TK Pertiwi Butuhan

Delanggu Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Surakarta: FKIP UMS.

Page 92: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

Herman, S. 2009. Review On The Problem of Zinc Defficiency, Program

Prevention And Its Prospect. Media Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan. 19: S75 - S83.

Hidayat, A.A. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan

Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Hurrell, R dan Egli, I. 2010. Iron Bioavailability and Dietary Reference Values.

American Journal of Clinical Nutrition. 91(5): 146S-1467S.

Hurlock, E.B. 2010. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Alih Bahasa Istiwidayanti dkk. Edisi Kelima. Jakarta:

Erlangga.

Hurlock, E.B. 2008. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga Press

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan

Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan

Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

_______________________. 2010. Pedoman Penanganan Kasus Rujukan

Kelainan Tumbuh Kembang Balita. Jakarta: Direktoral Jendral Bina

Kesehatan Masyarakat.

_______________________. 2013. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi

Bangsa. Jakarta: Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2013.

______________________. 2013. Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1593/MENKES/SK/XI/2005 tentang Angka Kecukupan

Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Jakarta: Direktorat Bina

Gizi.

Khodashenas., Mohammadzadeh., Sohrabi and Izanloo. 2015. The Effect of Zinc

Supplementation on Cognitive Performance in Schoolchildren.

International Journal of Pediatrics-Mashhad. 3(6): 1033–1038.

Krisno, B.A. 2009. Gizi dan Kesehatan. Malang: Banyu Media dan UMM Press.

Lameshow, S. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:

Gadjah Mada University.

Lestari., Adbim., Salimo dan Mustarsid. 2010. Pengaruh Fortifikasi Besi-Zink

Terhadap Tingkat Kesegaran Jasmani Anak Usia 7-9 Tahun di Sekolah

Dasar Surakarta. Sari Pediatri. 12(2).

Manuhutu, R., Purnamasari, D dan Dardijito, E. 2017. Pengaruh Tingkat

Konsumsi Energi, Protein, Lemak dan Status Kecacingan terhadap Status

Page 93: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

Gizi pada Siswa Sekolah Dasar Negri 01 Limpakuwus. Jurnal Kesehatam

Masyarakat. 8(3): 37-46.

Mansyur, H. 2009. Psikologi Ibu Dan Anak Untuk Kebidanan. Salemba Medika:

Jakarta.

Maylina, L.A. 2010. Hubungan Antara Konsumsi Pangan Sumber Protein, Zat

Besi, Dan Vitamin C Dengan Kejadian Anemia Siswa Sekolah Dasar.

Skripsi. Jember: Universitas Jember.

Meylinda, F. 2015. Pengembangan Media Pembelajaran Keterampilan Berbicara

Deengan Program Adobe Flash Untuk Siswa Kelas V SD. Jurnal Review

Pendidikan Dasar. 1(1): 256-264.

Muchtadi, D. 2010. Teknik Evaluasi Nilai Gizi Protein. Bandung: Alfabeta.

Mulyasa. 2012. Managemen PAUD. Bandung: Rosda Karya.

Mumtahinnah, N. 2011. Hubungan Antara Stres Dengan Agresi Pada Ibu Rumah

Tangga Yang Tidak Bekerja. Jurnal Penelitian. Fakultas Psikologi

Universitas Gunadarma

Ngili, Y. 2013. Protein dan Enzim. Bandung: Rekayasa Sains.

Notoadmojo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Papalia, D.E. 2010. Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta:

Kencana.

Pardo, E.L and Dewey, K. 2012. Nutrition and Brain Development in Early Life.

Nutrition Reviews.72.

Peraturan Menteri Kesehatan. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Potter, P.A dan Anne, G.P. 2009. Fundamental keperawatan edisi ke-7. Jakarta:

Salemba Medika.

Purwanti, R. 2017. Asupan Zat Gizi Dan Perkembangan Kognitif Balita Di

Wilayah Puskesmas Bugangan Kota Semarang. Darussalam Nutrition

Journal.1(2):1-9.

Puspita,. Octavia dan Saputro. 2017. Hubungan Asupan Gizi Seimbang, Pola

Asuh Dengan Perkembangan Motorik Balita Gizi Kurang di Kota Jambi.

Riset Informasi Kesehatan. 6(1).

Profil Kelurahan Wonorejo.2018.

Page 94: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

Laporan Data Balita Pelayanan Kesehatan Daerah Wonorejo. 2018.

Rahfiludin, M.Z dan Pradigdo, S.F. 2013. Pengaruh Suplementasi Seng Terhadap

CD 4⁺ Pengidap Human Immundeficiency Virus. MGMI.5(1).

Safitri, P dan Respati, W. 2009. Makna Hidup pada Perempuan Dewasa yang

Berperan Ganda. Jurnal Psikologi. 7(2): 43-56.

Sani, N. 2014. Hubungan Asupan Gizi Terhadap Perkembangan Motorik Kasar

Pada Anak Usia 6-18 Bulan Di Kelurahan Pamulang Barat Kecamatan

Pamulang. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah.

Santrock. 2011. Life-Span Development: Perkembangan Masa-Hidup Edisi 13.

Jilid 1. Alih Bahasa: Widyasinta Benedictine. Jakarta: Erlangga.

Sediaoetama. 2010. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian

Rakyat.

Setiawan, E.P. 2017. Hubungan Asupan Protein Dengan Kemampuan Kognitif

Pada Remaja Di Sukoharjo Jawa Tengah. Skripsi. Surakarta: Fakultas

Kedokteran Umum Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sobur, A. 2013. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Cetakan 5. Bandung:

Pustaka Setia.

Soetjiningsih dan Ranuh I.N. 2015. Tumbuh Kembang Anak. Edisi 2. Jakarta:

Buku Kedokteran EGC.

Sudargo, T., Huriyati E, Safitri L., Irwanti, W., Ahadi, N.S. 2012. Hubungan

Antara Status Gizi, Anemia, Status Infeksi, Dan Asupan Zat Gizi Dengan

Fungsi Kognitif Pada Anak Sekolah Dasar Di Daerah Endemik Gaki. Gizi

Indonesia. 35(2): 126-136.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sujiono, B. 2010. Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Supariasa, I.D.N., Bakri, B., Fajar, I. 2014. Penilaian Status Gizi. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Susanty, N. 2012. Hubungan Derajat Stunting, Asupan Zt Gizi Dan Sosial

Ekonomi Rumah Tangga Dengan Perkembangan Motorik Anak Usia 24-

36 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Bugangan Semarang. Skripsi.

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Page 95: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

Sutomo, B dan Anggraini, D.Y. 2010. Menu Sehat Alami Untuk Balita & Batita.

Jakarta : PT. Agromedia Pustaka.

Suyadi, M dan Ulfah, M. 2013. Konsep dasar PAUD. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Tanuwijaya, J and Karsono. 2013. The Effect of Crospovidone and

Croscarmellose Sodium as Superdisintegran On the Characteristic Of

Piroxicam Nanoparticle ODT (Orally Disintegrating Tablet).

Int.J.PharmTechRes. 5(4): 1590-1597.

Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rahima.

Wiyani, N.A. 2014. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta:

Penerbit Gava Media.

Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L dan Schwartz, P.

2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. edisi 6. Jakarta: EGC.

Yamin, M dan Sabri, J.S. 2013. Panduan Lengkap PAUD Melejitkan Potensi Dan

Kecerdasan Anak Usia Dini. Ciputat: Gaung Persada.

Yusuf, S. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya.

Zulkarnain., Khidri., dan Patimah. 2017. Pengaruh Asupan Zat Gizi Terhadap

Perkembangan Psikomotorik Anak Usia 25-60 Bulan Pada Yayasan An-

Nur Kalla Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis. 11(4):

434-439.

Page 96: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

LAMPIRAN

Lampiran 1

JADWAL PENELITIAN

No Kegiatan

Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V Bulan VI Bulan VII

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pembuatan Proposal

2. Ujian proposal

3. Revisi proposal dan

pengurusan perijinan

4. Pengambilan data

penelitian

5. Analisa data

6. Penyusunan laporan

hasil penelitian

7. Ujian hasil penelitian

8. Revisi hasil

penelitian dan

pengumpulan skripsi

Page 97: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

Lampiran 2

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Responden yang saya hormati,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Nur Hidayah Safitri Dewi

NIM : 2015030088

Mahasiswa Program Studi S1 Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

melakukan penelitian tentang:

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK

DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN

Oleh karena itu, saya mohon kesediaan Ibu untuk menjadi responden. Jawaban

akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan

penelitian.

Atas bantuan dan kerja sama yang telah diberikan, saya ucapkan terimakasih.

Surakarta, Januari 2019

Peneliti

(Nur Hidayah Safitri Dewi)

Page 98: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

Saya, Nur Hidayah Safitri Dewi akan melakukan penelitian yang berjudul

“Hubungan Antara Asupan Protein, Zat besi dan Zink Dengan

Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun”. Penelitian ini bertujuan mengetahui

perkembangan anak usia 3-5 tahun.

A. Keikutsertaan dalam penelitian

Ibu bebas memilih untuk ikut serta dalam penelitian ini tanpa ada paksaan.

Bila ibu sudah memutuskan untuk ikut serta, Ibu juga bebas untuk

mengundurkan diri setiap saat tanpa dikenakan denda atau sanksi apapun.

B. Prosedur penelitian

Apabila Ibu bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, Ibu diminta untuk

menandatangani lembar persetujuan ini dua rangkap, satu untuk Ibu simpan

dan satu untuk peneliti. Prosedur selanjutnya adalah:

1. Mengukur berat badan anak.

2. Wawancara kepada ibu tentang identitas sampel, asupan protein, zat besi,

zink dan data perkembangan anak dengan Kuesioner Pra Skrining

Perkembangan (KPSP)

C. Kewajiban sampel penelitian

Sebagai responden penelitian, Ibu berkewajiban mengikuti aturan atau

petunjuk penelitian yang tertulis diatas.

D. Risiko dan efek samping

Dalam penelitian ini, tidak terdapat risiko dan efek samping.

Page 99: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

E. Manfaat

Keuntungan langsung yang diperoleh adalah mendapatkan hasil pengukuran

berat badan dan perkembangan anak yang dimana hasil tersebut sebagai

acuan untuk perbaikan.

F. Kerahasiaan

Semua informasi yang berkaitan dengan identitas responden penelitian akan

dirahasiakan dan hanya akan digunakan dalam penelitian.

G. Pembiayaan

Semua biaya yang berkaitan dengan penelitian akan ditanggung oleh peneliti.

H. Informasi tambahan

Ibu diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas

sehubungan dengan penelitian ini. Sewaktu-waktu jika membutuhkan

penjelasan lebih lanjut atau dapat mengubungi Nur Hidayah Safitri Dewi :

(082242421412)

Page 100: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 101: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 102: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

Lampiran 6

Page 103: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 104: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 105: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

Lampiran 7

KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP)

Page 106: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 107: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 108: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 109: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 110: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 111: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 112: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

Lampiran 8

Output SPSS

a. Data Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Berat Badab Balita 58 10,0 25,8 14,934 3,1517

Rata-rata Asupan Protein

balita 58 19,52 46,85 33,1441 5,17677

Persen kecukupan protein

balita 58 62,62 138,89 115,8653 18,84452

Rata-rata asupan zat besi

balita 58 2,30 10,50 5,0538 1,99922

Persen kecukupan zat besi

balita 58 20,81 128,29 60,4556 24,26205

Rata-rata asupan zink balita 58 2,10 7,15 3,8431 ,87377

Persen kecukupan asupan

zink balita 58 52,12 127,78 88,9202 19,43889

Rata-rata asupan vit. C 58 ,45 103,50 25,7780 20,50357

Persen kecukupan asupan

Vit.C 58 1,04 206,37 60,6894 47,40686

Usia Balita 58 37 60 45,66 5,898

Usia ibu balita 58 22 57 33,93 7,539

Valid N (listwise) 58

Page 113: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

b. Uji Hubungan Asupan Protein dengan Perkembangan Anak

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square ,010a 1 ,921

Continuity Correctionb ,000 1 1,000

Likelihood Ratio ,010 1 ,921

Fisher's Exact Test 1,000 ,719

N of Valid Cases 58

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,93.

b. Computed only for a 2x2 table

Kategori asupan protein balita * Perkembangan Balita Crosstabulation

Perkembangan Balita Total

Sesuai Meragukan

Kategori asupan protein

balita

Normal

Count 26 1 27

Expected Count 26,1 ,9 27,0

% within Kategori

asupan protein balita 96,3% 3,7% 100,0%

Tidak Normal

Count 30 1 31

Expected Count 29,9 1,1 31,0

% within Kategori

asupan protein balita 96,8% 3,2% 100,0%

Total

Count 56 2 58

Expected Count 56,0 2,0 58,0

% within Kategori

asupan protein balita 96,6% 3,4% 100,0%

Page 114: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

c. Uji Hubungan Asupan Zat Besi dengan Perkembangan Anak

Kategori asupan zat besi balita * Perkembangan Balita Crosstabulation

Perkembangan Balita Total

Sesuai Meragukan

Kategori asupan zat besi

balita

Kurang

Count 41 1 42

Expected Count 40,6 1,4 42,0

% within Kategori asupan

zat besi balita 97,6% 2,4% 100,0%

Cukup

Count 15 1 16

Expected Count 15,4 ,6 16,0

% within Kategori asupan

zat besi balita 93,8% 6,2% 100,0%

Total

Count 56 2 58

Expected Count 56,0 2,0 58,0

% within Kategori asupan

zat besi balita 96,6% 3,4% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square ,521a 1 ,470

Continuity Correctionb ,000 1 1,000

Likelihood Ratio ,467 1 ,494

Fisher's Exact Test ,479 ,479

N of Valid Cases 58

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,55.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 115: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

d. Uji Hubungan Asupan Zink dengan Perkembangan Anak

Kategori asupan zink balita * Perkembangan Balita Crosstabulation

Perkembangan Balita Total

Sesuai Meragukan

Kategori asupan zink

balita

Kurang

Count 17 0 17

Expected Count 16,4 ,6 17,0

% within Kategori asupan

zink balita 100,0% 0,0% 100,0%

Cukup

Count 39 2 41

Expected Count 39,6 1,4 41,0

% within Kategori asupan

zink balita 95,1% 4,9% 100,0%

Total

Count 56 2 58

Expected Count 56,0 2,0 58,0

% within Kategori asupan

zink balita 96,6% 3,4% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square ,859a 1 ,354

Continuity Correctionb ,019 1 ,892

Likelihood Ratio 1,417 1 ,234

Fisher's Exact Test 1,000 ,496

N of Valid Cases 58

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,59.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 116: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

No Nama

Sampel

U

(bln)

JK BB Perkembangan Rata

As.P

Rata As

ZB

Rata As.

Z

% Kons

P

% Kons

ZB

%Kons Z Kategori As.P Kategori As.

ZB

Kategori

As. Z

1 Ama 38 L 12 Sesuai 32,82 3,25 4,00 136,75 44,01 108,33 tidak normal Kurang Cukup

2 Ar 41 L 16 Sesuai 33,175 4,09 3,40 103,67 41,49 69,06 Normal Kurang Kurang

3 Ra 46 L 16 Sesuai 36,7 4,85 4,65 114,69 49,26 94,45 Normal Kurang Cukup

4 Sns 57 P 18 Sesuai 32,15 4,95 3,40 96,96 58,06 71,78 Normal Kurang Kurang

5 Aqn 45 P 12 Sesuai 33,125 6,10 3,65 138,02 82,60 98,85 tidak normal Cukup Cukup

6 Ak 45 L 15 Sesuai 38,5 5,50 5,15 128,33 59,58 111,58 tidak normal Kurang Cukup

7 Mhb 44 L 18,2 Sesuai 37,65 9,65 5,20 103,43 86,16 92,86 Normal Cukup Cukup

8 So 39 P 10 Sesuai 28,85 4,65 3,65 138,70 72,66 144,06 tidak normal Kurang Cukup

9 Rl 40 P 11,5 Sesuai 29,65 6,30 3,90 128,91 89,02 110,22 tidak normal Cukup Cukup

10 Mr 45 P 12,5 Sesuai 33,2 7,20 4,35 132,80 93,60 113,10 tidak normal Cukup Cukup

11 As 45 L 13,3 Sesuai 36,75 10,50 4,65 138,16 128,29 113,63 tidak normal Cukup Cukup

12 Ma 46 L 13,2 Sesuai 32,6 4,70 3,35 123,48 57,86 82,48 tidak normal Kurang Cukup

13 A 58 L 17 Meragukan 33,825 6,89 3,70 108,01 85,50 82,71 Normal Cukup Cukup

14 Cs 40 P 13,8 Sesuai 31,75 6,75 3,85 115,04 79,48 90,67 Normal Cukup Cukup

15 Eak 39 P 10,4 Sesuai 28,575 6,45 2,85 137,38 100,78 89,06 tidak normal Cukup Cukup

16 Ra 39 L 11,7 Sesuai 32,5 6,80 4,60 138,89 94,44 127,78 tidak normal Cukup Cukup

17 As 39 P 15,2 Sesuai 24,7 2,30 3,25 81,25 24,59 69,49 tidak normal Kurang Kurang

18 Ia 46 P 12,5 Sesuai 29,155 3,20 3,25 116,62 41,60 84,50 Normal Kurang Cukup

Lampiran 9

Page 117: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

No Nama

Sampel

U

(bln)

JK BB Perkembangan Rata

As.P

Rata As

ZB

Rata As.

Z

% Kons

P

% Kons

ZB

%Kons Z Kategori As.P Kategori As.

ZB

Kategori

As. Z

19 Sa 43 P 12,1 Meragukan 30,97 4,01 3,30 127,98 53,85 88,64 tidak normal Kurang Cukup

20 N 41 P 14,1 Sesuai

31,45 6,20 3,95 111,52 71,45 91,05 Normal Kurang Cukup

21 Ni 51 L 17,4 Sesuai 34,70 6,30 4,40 108,26 76,44 96,09 Normal Kurang Cukup

22 Tsw 56 L 25,8 Sesuai

35,27 10,00 7,15 74,20 81,83 105,31 tidak normal Cukup Cukup

23 Ra 38 L 12,8 Sesuai 33,25 4,85 4,15 129,88 61,57 105,37 tidak normal Kurang Cukup

24 Aa 57 P 16,8 Sesuai

40,90 7,20 5,40 132,16 90,48 122,14 tidak normal Cukup Cukup

25 Hk 37 L 13,4 Sesuai 27,33 3,19 2,75 101,96 38,62 66,70 Normal Kurang Kurang

26 Za 55 P 11,3 Sesuai

26,55 4,65 3,55 127,55 86,87 119.38 tidak normal Cukup Cukup

27 Maf 41 L 13,5 Sesuai 36,64 4,38 4,20 135,69 52,72 101,11 tidak normal Kurang Cukup

28 Far 46 L 13,5 Sesuai

31,55 3,85 3,45 116,85 46,34 83,06 Normal Kurang Cukup

29 Ak 39 L 15,2 Sesuai 37,85 4,90 4,55 124,51 52,38 97,29 tidak normal Kurang Cukup

30 Da 38 P 14,3 Sesuai

38,98 8,04 4,30 136,28 91,31 97,73 tidak normal Cukup Cukup

31 Bs 38 P 12,3 Sesuai 33,10 4,90 4,70 134,55 64,74 124,19 tidak normal Kurang Cukup

32 Ms 44 P 15 Sesuai

33,70 4,70 3,95 112,33 50,92 85,58 Normal Kurang Cukup

33 Mea 44 L 18,7 Sesuai

44,37 2,82 3,65 118,64 24,51 63,44 Normal Kurang Kurang

34 Mn 45 L 18,3 Sesuai

34,85 5,98 3,30 95,22 53,06 58,61 Normal Kurang Kurang

35 Zi 53 P 17 Sesuai

29,36 9,18 3,14 93,75 114,00 70,08 Normal Cukup Kurang

36 Lna 44 P 18 Sesuai

34,74 2,31 2,90 96,49 20,81 52,36 Normal Kurang Kurang

Lampiran 9

Page 118: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

No Nama

Sampel

U

(bln)

JK BB Perkembangan Rata

As.P

Rata As

ZB

Rata As.

Z

% Kons

P

% Kons

ZB

%Kons Z Kategori As.P Kategori As.

ZB

Kategori

As. Z

37 Fnb 51 P 19 Sesuai 46,85 4,80 4,85 133,86 53,33 97,00 tidak normal Kurang Cukup

38 Sn 44 P 16,3 Sesuai

42,43 7,79 5,80 130,15 77,66 115,64 tidak normal Cukup Cukup

39 Am 58 L 18 Sesuai 37,41 4,20 3,95 112,82 49,26 83,39 Normal Kurang Cukup

40 Ka 38 P 10,7 Sesuai

29,52 2,33 2,55 137,94 35,39 77,45 tidak normal Kurang Cukup

41 Cp 42 P 14 Sesuai 28,35 4,20 3,05 101,25 48,75 70,80 Normal Kurang Kurang

42 Ef 47 P 11 Sesuai

23,97 6,47 2,60 108,93 95,51 76,82 Normal Cukup Kurang

43 An 47 P 13 Sesuai 26,27 2,63 2,67 101,04 32,81 66,63 Normal Kurang Kurang

44 Gj 45 P 11,5 Sesuai

19,52 2,38 2,10 84,87 33,63 59,35 tidak normal Kurang Kurang

45 N 54 L 18 Sesuai 20,77 2,66 2,85 62,62 31,20 60,17 tidak normal Kurang Kurang

46 Za 52 L 17 Sesuai

36,85 4,55 4,05 117,67 56,50 90,53 Normal Kurang Cukup

47 Ia 52 L 18 Sesuai 35,30 3,50 4,75 106,46 41,05 100,28 Normal Kurang Cukup

48 Fz 45 L 14,5 Sesuai

33,40 4,60 3,65 115,17 51,55 81,81 Normal Kurang Cukup

49 Km 50 P 19,7 Sesuai 35,85 6,00 3,65 98,79 64,30 70,41 Normal Kurang Kurang

50 Ro 44 P 21,2 Sesuai

39,40 3,65 3,40 92,92 27,98 52,12 Normal Kurang Kurang

51 Ag 40 P 13,8 Sesuai

31,90 5,45 3,60 115,58 64,18 84,78 Normal Kurang Cukup

52 Skl 46 P 13,5 Sesuai

35,70 2,70 4,35 132,22 32,50 104,72 tidak normal Kurang Cukup

53 Ma 46 P 11 Sesuai

29,30 4,50 3,80 133,18 66,48 112,27 tidak normal Kurang Cukup

54 D 51 L 18 Sesuai

28,00 2,40 2,95 84,44 28,15 62,28 tidak normal Kurang Kurang

Page 119: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

No Nama

Sampel

U

(bln)

JK BB Perkembangan Rata

As.P

Rata As

ZB

Rata As.

Z

% Kons

P

% Kons

ZB

%Kons Z Kategori As.P Kategori As.

ZB

Kategori

As. Z

55 Ak 46 P 14 Sesuai 40,83 3,86 3,65 129,04 44,80 84,73 tidak normal Kurang Cukup

56 Ars 60 P 20,2 Sesuai

33,60 4,00 3,55 90,30 41,80 66,78 Normal Kurang Kurang

57 Af 47 P 12 Sesuai 33,15 2,80 3,55 138,13 37,92 96,15 tidak normal Kurang Cukup

58 Rd 47 P 14 Sesuai

39,94 6,10 3,90 133,88 70,80 90,54 tidak normal Kurang Cukup

Page 120: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 121: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 122: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 123: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 124: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 125: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 126: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 127: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 128: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 129: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 130: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 131: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 132: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 133: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 134: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 135: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 136: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 137: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 138: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 139: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …
Page 140: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

Lampiran 14.

Wawancara Food Recall 24 Jam Praktek mengayuh Sepeda

Penimbangan berat badan anak Praktek memakai sepatu

Page 141: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

Praktek menyusun balok Praktek mengancingkan baju

Tanda tangan persetujuan responden Praktek menulis

Page 142: HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN ZINK …

Penjelasan kepada responden Praktek menggambar

Praktek mengangkat satu kaki Praktek membedakan garis

Praktek melempar bola