Hubungan Produktivitas Dengan Asupan Zat Besi Dalam Tubuh

22
Hubungan Zat Besi (Fe) terhadap Tingkat Prestasi Siswa di Sekolah Dasar Negeri 1 Sumber Porong Lawang-Malang BAB I Pendahuluan Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif. Betapapun kayanya sumber alam yang tersedia bagi suatu bangsa tanpa adanya sumber daya manusia yang tangguh maka sulit diharapkan untuk berhasil membangun bangsa itu sendiri (Hadi, 2005). Salah satu indikator keberhasilan yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan suatu bangsa dalam membangun sumberdaya manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index. Berdasarkan IPM maka pembangunan sumber daya manusia Indonesia belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Pada tahun 2003, IPM Indonesia menempati urutan ke 112 dari 174 negara (UNDP 2003 dalam Beban Ganda Masalah dan Implikasinya Terhadap Kebijakan

description

Produktifitas kerja dan asupan Gizi

Transcript of Hubungan Produktivitas Dengan Asupan Zat Besi Dalam Tubuh

Page 1: Hubungan Produktivitas Dengan Asupan Zat Besi Dalam Tubuh

Hubungan Zat Besi (Fe) terhadap Tingkat Prestasi Siswa di Sekolah Dasar

Negeri 1 Sumber Porong Lawang-Malang

BAB IPendahuluan

Latar BelakangKeberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan

bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat,

cerdas, dan produktif. Betapapun kayanya sumber alam yang tersedia bagi suatu bangsa

tanpa adanya sumber daya manusia yang tangguh maka sulit diharapkan untuk berhasil

membangun bangsa itu sendiri (Hadi, 2005).

Salah satu indikator keberhasilan yang dapat dipakai untuk mengukur

keberhasilan suatu bangsa dalam membangun sumberdaya manusia adalah Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index. Berdasarkan IPM maka

pembangunan sumber daya manusia Indonesia belum menunjukkan hasil yang

menggembirakan. Pada tahun 2003, IPM Indonesia menempati urutan ke 112 dari 174

negara (UNDP 2003 dalam Beban Ganda Masalah dan Implikasinya Terhadap Kebijakan

Pembangunan Kesehatan Nasional, 2005). Sedangkan pada tahun 2004, IPM Indonesia

menempati peringkat 111 dari 177 negara (UNDP 2004, dalam Beban Ganda Masalah

dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional, 2005), yang

merupakan peringkat lebih rendah dibandingkan peringkat IPM negara-negara tetangga.

Rendahnya IPM ini dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk

Indonesia (Hadi, 2005).

Anak sekolah merupakan aset negara yang sangat penting sebagai sumber daya

manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah adalah anak yang berusia

7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak

bergantung dengan orang tua. Biasanya pertumbuhan putri lebih cepat daripada putra.

Page 2: Hubungan Produktivitas Dengan Asupan Zat Besi Dalam Tubuh

Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan

pemeliharaan jaringan (Moehji, 2003).

Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi yang lebih baik

daripada kelompok balita, karena kelompok umur sekolah mudah dijangkau oleh

berbagai upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh kelompok

swasta. Meskipun demikian masih terdapat berbagai kondisi gizi anak sekolah yang tidak

memuaskan,misal berat badan yang kurang,anemia defisiensi Fe,defisiensi vitamin C dan

daerah-daerah tertentu juga defisiensi Iodium (Sediaoetama, 1996).

Krisis ekonomi bangsa telah mengakibatkan masalah gizi yang menimbulkan lost

generation yaitu suatu generasi dengan jutaan anak kekurangan gizi sehingga tingkat

kecerdasan (IQ) lebih rendah. Anak yang mengalami kurang energi protein (KEP)

mempunyai mempunyai IQ lebih rendah 10-13 skor dibandingkan anak yang tidak KEP.

Anak yang mengalami anemia mempunyai IQ lebih rendah 5-10 skor dibandingkan yang

tidak anemia. Anak yang mengalami gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI)

mempunyai IQ lebih rendah 50 skor dibandingkan anak yang mengalami GAKI (Karsin,

2004).

Anak yang menderita kurang gizi (stunted) berat mempunyai rata- rata IQ 11

point lebih rendah dibandingkan rata-rata anak-anak yang tidak stunted (UNICEF 1998

dalam Beban Ganda Masalah dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan

Kesehatan Nasional, 2005). Lebih dari sepertiga (36,1%) anak usia sekolah di Indonesia

tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah yang merupakan indikator adanya

kurang gizi kronis. Prevalensi anak pendek ini semakin meningkat dengan bertambahnya

umur dan gambaran ini ditemukan baik pada laki-laki maupun perempuan. Jika diamati

perubahan prevalensi anak pendek dari tahun ke tahun maka prevalensi anak pendek ini

praktis tidak mengalami perubahan oleh karena perubahan yang terjadi hanya sedikit

sekali yaitu dan 39,8% pada tahun 1994 menjadi 36,1% pada tahun 1999 (Depkes, 2004).

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan

keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi

normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi seseorang dalam

suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa lampau, bahkan jauh

sebelum masa itu (Budiyanto,2002).

Page 3: Hubungan Produktivitas Dengan Asupan Zat Besi Dalam Tubuh

Faktor yang secara langsung mempegaruhi status gizi adalah asupan makan dan

penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut misalnya

faktor ekonomi, keluarga produktivitas dan kondisi perumahan (Suhardjo, 1996).

Pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup

mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan

menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan

berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi

menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran

otak yang juga kecil. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan

ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap

perkembangan kecerdasan anak (Anwar, 2008). Dari hasil penelitian prestasi belajar

siswa di salah satu sekolah dasar di kecamatan kabupaten yang dilakukan pada tahun

2005, ternyata masih ada prestasi belajar siswa di bawah nilai rata-rata yaitu 7,04 sebesar

44,8% (Sukadi, 2005) untuk itu penulis melakukan penelitian tentang hubungan status

gizi terhadap prestasi belajar.

Sejak tahun 1989 sampai sekarang masalah gizi yang pelik masih terjadi karena

hanya sebagian kecil penduduk Indonesia kebutuhan gizinya tercukupi. Permasalahan

gizi buruk yang terjadi tersebut antara lain : Protein Energy Malnutrition (PEM); Iodine

Deficiency Anemia (IDD); Iron Deficiency Anemia; Vitamin A Deficiency (VAD),

Obesitas, dan sebagainya. Menurut SUSENAS (Survey Sosial-Ekonomi Nasional), data

Jumlah Gizi Kurang dan Buruk pada Balita tahun 1989-2003 terlihat bahwa jumlah balita

gizi kurang dan gizi buruk berkisar 4 – 8 juta jiwa sedangkan jumlah balita gizi buruk

mencapai sekitar 1 – 3 juta jiwa.hal tersebut memang sangat memprihatinkan. Padahal

cikal bakal penentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah balita. Karena secara

fisiologis proses kecerdasan dalam 80 % pembentukan otak terjadi pada usia 0 – 5 tahun

yakni pada fase pertumbuhan balita.

Permasalahan gizi ini menjadi kompleks dan terus berkembang. Dimulai dari akar

permasalahan nasional yaitu, krisis politik-ekonomi-sosial yang merupakan faktor

pendorong umum peliknya permasalahan gizi. Dengan adanya krisis multidimensi ini

menyebabkan tingginya tingkat pengangguran, kurang pangan, dan kemiskinan. Lalu hal

tersebut terkait juga pada masalah pokok khusus di dalam masyarakat yakni kurangnya

Page 4: Hubungan Produktivitas Dengan Asupan Zat Besi Dalam Tubuh

pemberdayaan wanita dalam keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya

masyarakat. Maka pemahaman pengetahuan dan pendidikan gizi menjadi sempit di dalam

masyarakat. Banyak kesalahpahaman yang terjadi dalam hal ini. Seperti kita ketahui

baru-baru ini, masalah gizi bukan hanya terpaut kepada defisiensi protein dan energi saja

melainkan pada defisiensi zat gizi makro dan mikro misalnya zat besi (Fe), Yodium (I),

Seng (Zn) Vitamin A, Magnesium (Mg), dsb. Untuk itu pemahaman masyarakat

mengenai asupan gizi yang tepat sangatlah urgen dikembangkan secara luas.

Pada tahun 1995 dan 2001 hampir 2.000.000.000 orang mengalami Iron

Deficiency Anemia (IDA) di berbagai belahan dunia. Permasalahan IDA ini sempat

menjadi sorotan utama permasalahan gizi dunia. Karena Iron Deficiency Anemia

merupakan masalah defisiensi zat gizi mikro yakni, zat besi (Fe). IDA dapat

menyebabkan angka gizi buruk pada balita meningkat sehingga hal tersebut

mengakibatkan lambatnya perkembangan otak yang akhirnya menurunkan tingkat

kecerdasa anak. Jika permasalahan gizi buruk balita dapat diatasi maka generasi penerus

menjadi generasi unggul dengan kuantitas kerja tinggi dan memiliki sumber daya

manusia kualitas baik sehingga dapat memperbaiki pertumbuhan ekonomi negara. Oleh

karena itu, zat besi memiliki peranan penting walaupun dalam jumlah asupan sedikit

dalam tubuh namun menjadi kunci penting dalam.

Pembatasan Masalah

Pada pembahasan ini kami memberikan batasan masalah terhadap Hubungan

prestasi dengan asupan zat besi dalam tubuh. Adapun penguraian contoh dan data yang

dituliskan hanya berfungsi untuk mendukung pembahasan utama. Pembahasan kasus

tersebut tidak terlalu bersifat khusus dan telah dibatasi sehingga tidak bergeser keluar

konteks utama.

Metode Pembahasan

Makalah ini menggunakan metode kepustakaan, yaitu proses penyusunan

makalah ini bersumber dari beberapa buku dan artikel yang bersumber dari internet.

Selain itu teknik penulisan makalah ini berpedoman pada buku “Pedoman Ringkas

Penyusunan Karya Tulis oleh Drs. Zainuar Latief, penerbit: Pustaka Indonesia,

Bukittinggi”.

Sistematika Penulisan

Page 5: Hubungan Produktivitas Dengan Asupan Zat Besi Dalam Tubuh

Untuk memudahkan dan mendapat gambaran yang lebih jelas serta lebih terarah

mengenai pembahasan makalah ini, maka susunan penulisannya sbb :

Bab I. Pendahuluan, berisikan latar belakang, pembatasan masalah,

metode pembahasan, dan sistematika penulisan.

Bab II. Memuat uraian mengenai kerusakan lingkungan oleh

perkembangan teknologi, yang terdiri dari uraian tentang : definisi zat besi;

sumber-sumber zat besi; kebutuhan zat besi tubuh; produktivitas; mekanisme besi

dalam tubuh.

Bab III. Merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan-kesimpulan

dan saran serta rekomendasi asupan zat besi secara tepat.

BAB II

Peranan Zat Besi terhadap Tingkat Prestasi Siswa

Definisi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi

secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,

pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.

Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kecukupan

gizi sangat diperlukan oleh setiap individu, sejak dalam kandungan, bayi, anak-anak,

masa remaja, hingga usia lanjut. Zat besi merupakan salah satu komponen gizi mikro

yang memiliki peranan penting dalam proses tumbuh kembang khususnya pada anak.

Fungsi Zat-Zat Gizi

Dalam buku “Brain Food for Kids,” Nicole Graimes menyebutkan jenis-

jenis zat gizi penujang perkembangan otak dan kecerdasan anak adalah:

Karbohidrat, dalam bentuk gula sederhana dan gula kompleks, dibuthkan

sebagai sumber energi untuk membentu sel-sel otak baru.

Protein, baik hewani maupun nabati, terdiri daru 25 jenis asam amino yang

berperan penting bagi terbentuknya neutrotransmitter, yaitu senyawa pengantar

pesan dari sel otak satu ke sel otak yang lain.

Lemak, terutama dalam bentuk asam lemak, sebagai bahan baku pembentuk

sel-sel otak baru. Sebanyak 60% dari otak terbentuk dari lemak. Jenis asam

Page 6: Hubungan Produktivitas Dengan Asupan Zat Besi Dalam Tubuh

lemak yang paling utama adalah asam lemak tidak jenuh rantai panjang,

contohnya omega-3, EPA, dan DHA. Asam lemak omega-3 ini paling banyak

ditemukan dalam ikan laut, seperti ikan kod.

Vitamin dan mineral, sangat dibutuhkan untuk membantu fungsi kerj aotak,

menunjang kerja sistem imun dan sistem saraf pusat.

Vitamin A. Meningkatkan daya tahan tubuh.

Vitamin D. Menjaga kesehatan tulang dan gigi.

DHA 224 mg/5 ml. Membantu perkembangan sel-sel otak.

Kecerdasan, keterampilan, dan perkembangan mental balita tidak lepas

dari pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak. Agar otak anak berkembang

optimal, tentu saja bunda harus memenuhi aneka zat gizi yang diperlukan.

Apalagi, ilmu pengetahuan mengajarkan bahwa otak terus tumbuh hingga anak

berusia dua tahun. Artinya, pada masa emas itulah, balita selayaknya

mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang, terutama untuk

perkembangan otaknya.

Di dunia banyak sekali aneka zat gizi yang berperan penting bagi

perkembangan otak, namun ada beberapa yang paling penting. Di antaranya

adalah kelompok asam lemak tak jenuh, kalori dan protein, zat besi, kelompok

vitamin B, dan seng (Zn).

Asam Lemak Tak Jenuh

Asam lemak tak jenuh sangat dominan dalam susunan sel-sel saraf di otak

anak. Bahkan diketahui bahwa 60% otak manusia terdiri dari aneka jenis lemak

itu. Yang termasuk asam lemak tak jenuh itu adalah:

DHA (asam dokosaheksaenoat) atau yang kita kenal sebagai omega-3

Asam lemak omega-3 berperan besar dalam perkembangan sel saraf, otak,

dan penglihatan. Kekurangan omega-3 bisa mengganggu perkembangan

sistem saraf. Akibatnya, mungkin saja terjadi gangguan pada sistem daya

tahan tubuh, daya ingat, mental, dan penglihatan.

AA (asam arakidonat) atau omega-6. Asam lemak ini berfungsi membantu

pembentukan senyawa yang bersifat seperti hormon, yaitu bertugas sebagai

Page 7: Hubungan Produktivitas Dengan Asupan Zat Besi Dalam Tubuh

pengantar perintah dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya dalam tubuh,

termasuk ke otak.

Kedua asam lemak ini terdapat dalam ASI. Setelah mendapat asupan

makanan, asam lemak ini bisa diperoleh dari ikan tenggiri atau tuna, bayam,

minyak kedelai, dan minyak bunga matahari.

Kalori dan protein

Kekurangan kalori dan protein dapat menyebabkan otak anak tidak

tumbuh optimal dan akan mengakibatkan gangguan motorik dan kecerdasan.

Kalori dibutuhkan dalam proses metabolisme otak, sementara protein

berperan dalam pembentukan sel-sel saraf baru, termasuk otak. Sumber-

sumber kedua zat gizi ini adalah daging sapi, ayam, ikan, telur, serta susu dan

produk olahannya. Juga minyak ikan, tempe, tahu, dan kedelai.

Kelompok vitamin B

Berbagai jenis vitamin B sangat besar peranannya dalam perkembangan

otak anak, yaitu B1, B3, B6, dan B12. Vitamin B1 melindungi sel-sel saraf

dalam jaringan sel pusat, B3 menjaga keseimbangan kerja sel-sel saraf, B6

berperan dalam proses pembentukan sel darah merah, serta membantu tubuh

dalam proses penyerapan karbohidrat, protein, dan lemak; B12 berperan

dalam membentuk senyawa kimia yang mendukung pertumbuhan dan fungsi

sel saraf dan pertumbuhan tulang belakang, serta mencegah kerusakan saraf

dan meningkatkan daya ingat. Bersama zat besi, vitamin B12 jga membantu

pembentukan sel darah merah. Sumber vitamin B adalah serealia, kacang-

kacangan, biji-bijian, ikan, ayam, daging tanpa lemak, produk olahan susu,

dan sayuran berwarna hijau.

Seng (Zn)

Seng berfungsi membantu otak dalam mengantar informasi genetik

dalam sel. Selain itu, seng juga bertugas membantu proses pembentukan sel-

sel tubuh, termasuk otak. Kekurangan seng dapat berpengaruh terhadap

perkembangan kecedasan anak dan gangguan fungsi otak. Seng banyak

terdapat dalam daging, hati, ayam, seafood, susu, biji-bijian, dan kacang-

kacangan.

Page 8: Hubungan Produktivitas Dengan Asupan Zat Besi Dalam Tubuh

Besi (Fe)

Besi (Fe) merupakan mineral mikro yang paling banyak dalam tubuh

manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh dewasa

(Almatsier, Sunita 2005). Dalam tubuh seorang laki-laki dewasa sehat

mengandung 40 – 50 mg zat besi per kilogram berat badan sedangkan pada

wanita dewasa sehat mengandung 35 – 50 mg zat besi per kilogram badan.

Meskipun zat mikro ini banyak ditemukan pada makanan, masih banyak

penduduk dunia yang mengalami kekurangan besi. Kekurangan zat besi

berpengaruh terhadap produktivitas kerja, penampilan kognitif dan sistem

kekebalan.

Fungsi Zat Besi

Besi mempunyai beberapa fungsi essensial bagi tubuh, yaitu :

1. Berperan dalan proses respirasi sel

2. Besi dapat berada dalam dua bentuk ion (Fe2+ dan Fe3+) di dalam sel yang

berperan sebagi kofaktor enzim- enzim yang terlibat dalam reaksi

oksidasi-reduksi.

3. Metabolisme energi

4. Bekerja sama dengan protein-pengangkut-elektron, yang berperan dalam

langkah akhir metabolisme energi

5. Resevoir dan pengangkutan oksigen

6. Sekitar 80% besi terkandung dalam haemoglobin yang berfungsi

membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa

karbon dioksida dari seluruh sel ke paru- paru untuk dikeluarkan oleh

tubuh. Sedangkan besi dalam mioglobin berfungsi sebagai resevoir

oksigen dalam sel-sel otot.

Sistem Kekebalan

Besi sangat berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Beberapa gangguan

sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh besi, diantaranya : a) respon

kekebalan terganggu akibat berkurangnya pembentukan sel limfosit-T yang

disebabkan berkurangnya sintesis DNA. Sintesis DNA berkurang karena

gangguan enzim reduktase ribonukleotida yang membutuhkan besi untuk

Page 9: Hubungan Produktivitas Dengan Asupan Zat Besi Dalam Tubuh

dapat berfungsi; b) sel darah putih tidak bekerja secara efektif akibat

kekurangan besi; c) defisiensi besi mengganggu kerja enzim

mieloperoksidase yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh; d)

terganggunya kerja protein pengikat- besi transferin dan laktoferin yang

mencegah terjadinnya infeksi akibat kekurangan besi.

Pelarut obat-obatan

Obat-obatan yang tidak larut air oleh enzim mengandung besi dapat

dilarutkan hingga dikeluarkan oleh tubuh.

Sumber-Sumber Zat Besi

Kebutuhan besi terdapat luas dalam makanan. Sumber zat besi hewani

lebih baik dari sumber besi nabati. Hal ini berkaitan dengankualitasnya dalam

makanan (bioavalibilitas) dan daya serapnya oleh tubuh. Umumnya daging,

ayam, dan ikan memiliki bioavalibilitas dan daya serap oleh tubuh yang

tinggi, serealia dan kacang-kacangan memiliki bioavalibilitas sedang dan

sebagian sayuran , terutama yang mengandung asam oksalat tinggi, seperti

bayam memiliki bioavalibilitas yang rendah.

Untuk memenuhi kebutuhan besi, sebaiknya diperhatikan kombinasi

makanan sehari- hari, yang mengandung sumber besi hewani, nabati, zat

gizi ;lain yang dapat membantu penyerapan, misalnya vitamin C.

Tabel Nilai Besi Berbagai Bahan Makanan (mg/100 gram)

Bahan Makanan Nilai Fe Bahan Makanan Nilai Fe

Tempe Kacang kedelai

murni 10,0 Biskuit 2,7

Kacang kedelai, kering 8,0

Jagung kuning, pipil

lama 2,4

Kacang hijau 6,7 Roti putih 1,5

Kacang merah 5,0 Beras setengah giling 1,2

Kelapa tua, daging 2,0 Kentang 0,7

Udang segar 8,0 Daun kacang panjang 6,2

Hati sapi 6,6 Bayam 3,9

Daging sapi 2,8 Sawi 2,9

Page 10: Hubungan Produktivitas Dengan Asupan Zat Besi Dalam Tubuh

Telur bebek 2,8 Daun katuk 2,7

Telur ayam 2,7 Kangkung 2,5

Ikan segar 2,0 Daun singkong 2,0

Ayam 1,5 Pisang ambon 0,5

Gula kelapa 2,8 Keju 1,5

Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan, Depkes 1979

Kebutuhan Besi Tubuh

Setiap orang memiliki kebutuhanan besi yang bebeda-beda. Berikut ini

adalah angka kecukupan gizi yang ditetapkan oleh Widia Karya Pangan dan

Gizi tahun 1998:

Bayi : 3-5 Mg

Balita : 8-9 Mg

Anak Sekolah : 10 Mg

Remaja Laki-Laki : 14-17 Mg

Remaja Perempuan : 14-25 Mg

Dewasa Laki-Laki : 13 Mg

Dewasa Perempuan : 14-26 Mg

Ibu Hamil : + 20 Mg

Ibu Menyusui : + 20 Mg

Tingkat Prestasi

Prestasi belajar adalah harapan bagi setiap murid yang sedang mengikuti

proses pembelajaran di sekolah serta harapan bagi wali murid dan guru. Kata

Prestasi belajar adalah suatu pengertian yang terdiri atas dua kata yaitu

Prestasi dan kata belajar, dimana masing-masing mempunyai arti berbeda.

Prestasi belajar banyak didefinisikan, seberapa jauh hasil yang sudah didapat

siswa dalam penguasaan tugas-tugas atau materi pelajaran yang diterima

dalam waktu tertentu.

Pada umumnya prestasi belajar dinyatakan dalam angka atau huruf untuk

membandingkan dengan satu kriteria. Prestasi belajar adalah kemampuan

bagi murid dalam pencapaian berfikir yang tinggi. Harus dimiliki tiga aspek

dalam prestasi belajar yaitu kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. 

Page 11: Hubungan Produktivitas Dengan Asupan Zat Besi Dalam Tubuh

Definisi prestasi belajar merupakan hasil yang didapat dengan baik pada

seorang siswa baik dalam pendidikan atau bidang keilmuan. Siswa

memperoleh prestasi belajar dari hasil yang telah dicapai oleh siswa yang

diperoleh dari proses belajar. Definisi prestasi belajar adalah hasil pencapaian

yang maksimal menurut kemampuan siswa pada waktu tertentu pada sesuatu

yang dipelajari, dikerjakan, dimengerti dan diterapkan.

Seluruh pelaku pendidikan yaitu siswa, orang tua dan guru tentu ingin

tercapainya sebuah prestasi belajar yang baik. Prestasi belajar yang baik

adalah salah satu indikator akan keberhasilan proses belajar. Tapi

kenyataannya tidak semua siswa bisa mendapat prestasi belajar yang baik dan

ada siswa yang mendapatkan prestasi belajar yang buruk. Baik dan buruknya

prestasi belajar yang diperoleh murid dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Pengertian prestasi belajar bisa mempunyai arti sebagai tingkat

keterkaitan siswa di dalam proses belajar mengajar sebagai evaluasi yang

dilakukan oleh pengajar. Prestasi belajar siswa adalah sebuah penilaian hasil

usaha kegiatan belajar yang dituliskan dalam bentuk simbol angka atau huruf

dan kalimat yang bisa menunjukkan hasil yang telah didapat oleh setiap

murid pada periode tertentu. Dari uraian tersebut maka bisa disimpulkan

bahwa prestasi belajar adalah ukuran keberhasilan aktivitas belajar siswa

dalam menguasai sejumlah mata pelajaran selama periode tertentu

Belakangan ini, pelajar di Indonesia tingkat prestasinya kurang

maksimal. Hal itu disebabkan Karena pelajar kurang bersemangat dan

berkonsentrasi saat menerima pelajaran. Serta asupan gizi yang sangat

kurang. Kebanyakan mereka tidak makan makanan yang memenuhi 4 sehat 5

sempurna. Karena, pada era ini sudah banyak makanan instan yang tentunya

sangat tidak memenuhi kandungan gizinya. Padahal, seharusnya yang kita

konsumsi itu seperti sayuran, makanan berkarbohidrat, makanan berprotein,

serta makanan lain yang mengandung zat gizi yang baik.

Contohnya saja orang Jepang. Mereka sangat senang mengkonsumsi

makanan yang mengandung zat gizi tinggi, seperti sayuran dan ikan. Bahkan,

makanan yang mereka konsumsi kebanyakan dalam keadaan mentah.

Page 12: Hubungan Produktivitas Dengan Asupan Zat Besi Dalam Tubuh

Makanan mentah ini, seperti sayuran dan ikan yang sangat bagus kandungan

gizinya. Karena, makanan tersebut masih mengandung zat gizi yang utuh.

Sehingga, orang Jepang kebanyakan berumur panjang dan mempunyai otak

yang cerdas.

Hubungan Kadar Zat Besi terhadap Prestasi Belajar Siswa

Bangunan kesehatan dan gizi masyarakat sebagai bagian dari program

pembangunan nasional yang merupakan salah satu strategi yang tepat untuk

dilaksanakan saat ini (Anonim 2005). Yang bertujuan untuk mewujudkan

derajat kesehatan dan gizi masyarakat yang optimal, di mana salah satu

program yang akan dicapai adalah menurunkan prevalensi empat masalah gizi

utama yang ada di Indonesia, yang salah satunya adalah Anemia Gizi Besi

(AGB) (Roedjito 1989).

Saat ini, anemia gizi besi merupakan salah satu masalah gizi utama di

Indonesia yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah. Anemia adalah

suatu keadaan di mana kadar haemoglobin kurang dari normal. Ini disebabkan

masukan (intake) makanan yang tidak memenuhi kebutuhan, sehingga

menyebabkan kurangnya cadangan zat gizi besi dalam tubuh dan mempunyai

risiko kemampuan belajar anak sekolah rendah,

Prevalensi anemia gizi besi nasional di kalangan anak usia sekolah (6-10

tahun) 47,2%, sedang anak usia 10-14 tahun 51,5% (BPS Jakarta 1996).

Penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Kusuma Buana (YKB) pada 3.160

anak di 13 sekolah dasar di Jakarta, menemukan prevalensi anemia gizi besi

berkisar antara 5,7 - 71,6% atau secara keseluruhan 49,5%. Delapan sekolah

dengan prevalensi anemia gizi besi di atas 50% (antara 51,9% hingga 71,6%)

dan tiga sekolah dengan prevalensi di atas 40% (antara 42,1% hingga 49,5%).

Penelitian lain yang dilakukan pada murid SD Pisangan Baru 05 Jakarta

Timur pada tahun 2000, juga ditemukan prevalensi anemia gizi besi cukup

tinggi di antara siswanya, yaitu 69,1% (anonim, 2005).

Berdasarkan data pada kelas III, IV, dan V Sekolah Dasar Negeri

No.173728 Lobutua yang mempunyai prestasi belajar baik adalah 15%,

cukup 55 – 65% dan prestasi belajar yang kurang, yaitu 30 - 40%. Adapun

Page 13: Hubungan Produktivitas Dengan Asupan Zat Besi Dalam Tubuh

fasilitas belajar yang dipergunakan masih kurang mendukung dalam

melaksanakan proses belajar Masalah anemia gizi besi berhubungan erat

dengan tingkat konsentrasi sehingga berpengaruh terhadap kecerdasan

seorang anak sekolah dan pencapaian akademik (prestasi). Agar kualitas

SDM kita tidak semakin tertinggal, akses pendidikan yang semakin baik perlu

ditunjang oleh kinerja kesehatan dan gizi yang cukup, sehingga anak-anak

usia sekolah dapat memaksimalkan potensi dirinya untuk menjadi pribadi-

pribadi tangguh, berkualitas, cerdas, dan produktif.

Prestasi belajar bagi peserta sangat penting, sebab prestasi belajar akan

menentukan kemampuan peserta didik dan menentukan naik tidaknya peserta

didik ke tingkat kelas yang lebih tinggi. (Dalyono, 1997:55) berpendapat

bahwa prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai. Di dalam

pengertian tersebut prestasi merupakan suatu usaha yang telah dilaksanakan

menurut batas kemampuan dari pelaksanaan suatu usaha. Berhasil atau

tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor. Faktor tersebut

dapat berasal dari dalam diri orang yang belajar maupun dari luar; 1) Faktor

internal (yang berasal dari dalam diri) berupa; Kesehatan jasmani dan rohani,

Inteligensi dan Bakat Inteligensi, Minat dan motivasi  dan Cara belajar; 2)

Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) berupa; Keluarga, Keadaan

sekolah, masyarakat dan lingkungan.

Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar diantaranya kesehatan yaitu

status gizi. Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung maupun

tidak langsung, penelitian secara langsung meliputi secara fisik, Biokimia,

Antropometri dan Biofisik. Secara Biokimia salah satunya adalah melalui

pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb)

Daftar Pustaka[Anonim]. 2005. Artikel kesehatan: Hubungan ”Otak Kosong”dengan Gizi Buruk.

Anwar, F. 2008. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Ganesa. Yogyakarta

Budiyanto, H. 2002. Biokimia Umum. Erlangga. Jakarta

Departemen Kesehata. 2004. Status Gizi Balita. Departemen Kesehatan Indonesia. Jakarta

Hadi, M. 2005. Kesehatan Masyarakat. Gramedia. Jakarta

Page 14: Hubungan Produktivitas Dengan Asupan Zat Besi Dalam Tubuh

Karsin, A. 2004. Pedoman Hidup Sehat. Gramedia. Jakarta

Roedjito, S. 1989. Biokimia Terapan. UGM Press. Yogyakarta

Sediaoetama. 1996. Kesahatan Lingkungan Sekolah. Erlangga. Jakarta

Suhardjo. 1996. Biologi. Ganesa. Surabaya

Sukadi. 2005. Seumber-asupan Gizi. Ganesa. Yogyakarta