PERAN UNIT PENGELOLA TERMINAL ANGKUTAN JALAN...
Transcript of PERAN UNIT PENGELOLA TERMINAL ANGKUTAN JALAN...
PERAN UNIT PENGELOLA TERMINAL ANGKUTAN
JALAN PROVINSI DKI JAKARTA DALAM
MERELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI
TERMINAL KAMPUNG RAMBUTAN JAKARTA
TIMUR
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh :
Sahril Sidik
NIM: 105032201078
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan orang lain (Plagiat), maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 Oktober 2012
Sahril Sidik
i
ABSTRAK
SYAHRIL SIDIK: Peran Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi
DKI Jakarta Dalam Merelokasi Pedagang Kaki Lima Di Terminal Kampung
Rambutan Jakarta Timur
Banyaknya individu atau masyarakat yang terjun ke dunia kerja informal disebabkan pemerintah belum bisa menyediakan lapangan pekerjaan formal yang banyak untuk masyarakat, seta adanya mekanisasi di sektor modern (industri) sehingga membatasi dalam menyerap para pekerja. Hal tersebut berdampak terjunnya masyarakat ke dalam dunia kerja informal seperti pedagang kaki lima. Kegiatan perekonomian ini, bukan berarti masalah besar yang harus dihadapi oleh Negara Indonesia, bahkan dengan adanya dunia kerja Informal memberikan alternatif bagi individu atau masyarakat untuk mencari penghidupan, yang menjadi permasalahan adalah ketika pedagang kaki lima mengggunakan lahan umum untuk melakukan aktifitas perekonomiannya. Dengan adanya permasalahan ini perlu bagi pemerintah membuat kebijakan relokasi kepada pedagang kaki lima untuk mendapatkan tempat yang layak dan aman dalam melakukan aktifitasnya. Secara garis besar penelitian ini ingin mengetahui bagaimana Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta dalam merelokasi pedagang kaki lima di terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur, penelitian ini ingin mengetahui gambaran mengenai peran pemerintah dalam menjalankan program relokasi terhadap pedagang kaki lima di terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur.
Metodologi yang digunakan peneliti adalah, kualitatif deskriptif, dengan pendekatan penelitian fenomenoligis. Lokasi penelitian di Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta, dan terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur. Pengambilan data dan informasi dilakukan kantor kepala Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta, Subagian Tata usaha Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta, dan kantor kepala terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur dalam kota dan antar kota, serta para dari para pedagang resmi yang menempati fasilitas penunjang terminal, dan pedagang liar yang berada di terminal tersebut.
Dalam penelitian ini menggunakan informan yang sudah ditentukan dalam melengkapi informasi tentang peran Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta dalam merelokasi pedagang kaki lima di terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur, yaitu: pegawai Subdinas Perhubungan yaitu, Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta, kepengurusan terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur antar kota dan dalam kota, serta para pedagang resmi yang menempati fasilitas terminal, dan pedagang liar yang berada di terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur. Dalam mendapatkan informasi dilakukan dengan metode wawancarara mendalam kepada informan. Dan dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan dua cara pengumpulan data yaitu dengan mendatangi lokasi penelitian untuk mendapatkan informasi tentang Peran Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta dalam Merelokasi Pedagang Kaki Lima di Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur, serta
ii
melakukan pengamatan lapangan (observasi) untuk menambah informasi dalam penulisan skripsi ini. Setelah mendapatkan data keseluruhan dari lapangan, penulis menganalisa data, kemudian diseleksi untuk diambil data yang khusus yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Kemudian penulis merumuskan kesimpulan data hasil penelitian Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, relokasi yang dilakukan oleh Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta yaitu mengalokasikan para pedagang kaki lima yang melakukan kegiatan usahanya secara liar di lingkungan terminal ke tempat fasilitas penunjang terminal yang letak bangunannya terdapat di jalur keluar terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur. Selain itu, terdapat kebijakan sementara yang diberikan kepada pedagang kaki lima yang tidak memiliki tempat (tidak resmi atau liar) oleh pihak terminal, yaitu jam operasional, lokasi usaha, membayar retribusi untuk kebersihan, dan konsekuensi atau tindakan represif. Kata Kunci: Peran, Relokasi, dan Pedagang Kaki Lima.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini sebagai tugas akademik di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada hamba pilihan pembawa rahmat bagi sekalian alam,
dan sebagai hujjah bagi umat manusia, yakni Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga, para sahabat serta umat manusia yang senantiasa berpegang teguh pada
Al- -Nya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa kehadiran skripsi ini di tengah-tengah anda,
mungkin bukanlah karya yang istimewa. Namun keberadaannya mungkin akan
menambah khazanah intelektual dan pemikiran kita, khususnya menyangkut Peran
Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Dalam Merelokasi Pedagang Kaki Lima
Di Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur.
Dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari banyak
pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan, baik dalam bentuk
dukungan moril, maupun materil, kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih dan salam
hormat yang setinggi-tingginya kepada:
iv
1. Bpk. Prof. Dr. Bachtiar Efendi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik (FISIP).
2. Dr. Hendro Prasetyo, MA Ketua Jurusan Prodi Ilmu Sosial dan
Sosial.
3. Dosen Pembimbing Ibu. Cucu Nurhayati, M. Si yang senantiasa
ikhlas meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk selalu
memberikan arahan dan bimbingan demi kelancaran penulisan
skripsi ini.
4. Dosen penguji skripsi Bpk. A. Abrori, M.Si.
5. Dosen fakultas usuluddin dan filsafat, fakultas ilmu sosial dan ilmu
politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
ilmu pengetahuan dangan tulus dan ikhlas, semoga ilmu yang
diajarkan mereka dapat bermanfaat serta menjadi keberkahan
penulis dalam mengarungi kehidupan.
6. Pemimpin beserta staff perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin
dan Filsafat, yang yang tekah memfasilitasi penulis dangan
berbagai referensi dan literatur.
7. Pengurus UPT AJ PROV. DKI Jakarta, yang telah membantu
penulis dalam memberikan fasilitas, data dan Informasinya.
8. Pengurus Terminal Kp. Rambutan Jakarta Timur, Bapak H. M.
Hatta (Kepala Terminal Dalam Kota), Ibu. Cristine (Staff Tata
v
Usaha Terminal Antar Kota), Bpk. Sardi (anggota Regu I Terminal
Dalam Kota), dan Bpk. Kayat Koordinator Pedagang Kaki Lima
yang telah membantu penulis dalam memberikan fasilitas, data dan
Informasinya.
9. Keluarga tercinta, dengan rasa hormat skripsi ini kupersembahkan
khusus untuk kedua orang tuaku dan kasih sayang penulis yang
selalu akan tercurahkan untuk kedua orang tuaku sampai kapanpun,
Mamahku A. Nurhayati M. Muhammad yang tak
pernah letih mencutahkan doanya, dan kasih sayangnya untuk
anak-anaknya.
10. Untuk teman seperjuangan, Ahmad Syukri The Blues , Nurchasan
The Reds terimakasih - dan
telah mendengarkan keluh kesah penulis.
11. Keluarga besar Sosiologi angkatan 2005, Suryana, Ade Ferdiawan,
Erros, Jambrong, Alfan, Jajang, April Lani, Zakiyah, Sri, dan
semua yang penulis tidak bisa sebutkan satu-persatu, dengan tanpa
mengurangi arti persahabatan kita selama ini.
12. Spesial thanks for The Gunner yang telah baik hati
membantu mengerjakan penulisan skripsi, keluarga besar asrama
IKBAL, dan keluarga besar komunitas BIANCOCELESTI.
Jakarta, 8 Oktober 2012
Sahril Sidik
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
A.
B. Rumusan Permasalahan ........................................................................... 10
C. Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... ..
E. Literatur Review
F. Kerangka Konseptual
G. Metodologi Penelitian
H. Sistematika Penulisan
BAB II KERANGKA TEORI
A. Pengertian Peran .......... 24
B. Relokasi
1. Pengertian Relokasi
2. Jenis-
3. Bentuk-bentuk Relokasi .................................................................... 28
4. Strategi Relokasi . .. 29
vii
C. Pedagang Kaki Lima
1. Definisi Pedagang Kaki Lima ........................................................... 30
2. Ciri-ciri Pedagang Kaki Lima ........................................................... 32
3. Jenis Dagangan Pedagang Kaki Lima ....
4. Bentuk Sarana Pedagang Kaki Lima
D. Teori
1. Teori Fungsional Struktural
a. Teori Fungsional Struktural Talcott Parsons ... 35
b. Teori Struktural Fungsional Robert K. Merton ....................... 37
2.
E. Resistensi Sektor Informal
1. Pengertian Resistensi Sektor Informal ..........,..................................... 43
2. Bentuk-bentuk Resistensi Sektor Informal ......................................... 44
3. Strategi Resistensi Sektor Informal ..................................................... 46
4. Faktor-faktor Resistensi Sektor Informal ............................................ 47
BAB III GAMBARAN UMUM UNIT PENGELOLA ANGKUTAN JALAN
PROVINSI DKI JAKARTA, TERMINAL KP. RAMBUTAN, DAN
PEDAGANG KAKI LIMA TERMINAL KP. RAMBUTAN
JAKARTA TIMUR
A. Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi Jakarta
1. Sejarah Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi Jakarta
............................................................................................................ 48
2. Visi dan Misi Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi
..................................................................................... 49
viii
3. Struktur Organisasi dan Tugas-tugas Kepengurusan Unit Pengelola
Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta ............................................... 50
4. Kedudukan, Fungsi dan Peran Unit Pengelola Terminal Angkutan
B. Hubungan Unit Pengelola Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta dengan
Terminal .................................................................................................. 54
C. Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur
1. Sejarah Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur
2. Letak Demografi dan Geografis Terminal Kampung Rambutan Jakarta
Timur
3.
4. Struktur Organisasi Kepengurusan Terminal Kampung Rambutan
Jakarta Timur ..................................................................................... 58
5. Tugas-Tugas Kepengurusan Terminal Kampung Rambutan Jakarta
Timur ................................................................................................. 60
D. Kebijakan Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi Dki Jakarta
dalam menangani pedagang kai lima di terminal Kampung rambutan
Jakarta timur
E. Gambaran Umum Pedagang Kaki Lima Di Terminal Kampung Rambutan
Jakarta Timur .......................................................................................... 63
ix
BAB IV PERAN UNITPENGELOLA ANGKUTAN JALAN PROVINSI
DKI JAKARTA DALAM MERELOKASI PEDAGANG KAKI
LIMA DI TERMINAL KP. RAMBUTAN JAKARTA TIMUR
A. Peran dan Kebijakan Unit Pengelola Angkutan Jalan Provinsi DKI
Jakarta Di Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur 74
B. Faktor Penghambat Relokasi Pedagang Kaki Lima di Terminal Kampung
Rambutan Jakarta Timur 94
C. Respon Pedagang Terhadap Kebijakan-Kebijakan Terhadap Kebijakan-
Kebijakan Relokasi ... 98
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B.
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... x
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota-kota besar di Indonesia telah ditetapkan menjadi pusat
pembangunan wilayah dan pusat dari bermacam aspek kehidupan Negara.1
Sehingga, hampir semua jenis pembangunan yang dapat meningkatkan taraf
kehidupan menjadi lebih baik terdapat di perkotaan. Sebaliknya dengan
daerah pedesaan, masih banyak tertinggal baik dari budaya (Ilmu
Pengetahuan), sosial dan ekonomi.2 Hal ini dikarenakan belum
terealisasinya pembangunan terpadu yang dapat mengimbangi kontribusi
pedesaan (Interaksi Sehat) sebagai pemasok pangan bagi perkotaan, serta
dapat saling melengkapi atau menguntungkan antara desa dan kota.3
Pemerintah telah banyak berupaya melakukan pemerataan
kesejahteraan bagi masyarakat pedesaan diantaranya dengan mekanisasi dan
pembangunan (Modernisasi) di sektor agraris (Pertanian), supaya produksi
pangan menjadi meningkat. Mekanisasi menimbulkan dampak positif bagi
pertanian, yaitu mendorong masryarakat memakai alat-alat modern seperti
traktor, mesin penggiling padi, dan alat modern lainnya, yang dapat
membantu masyarakat khususnya yang memiliki lahan pertanian (tuan
tanah) dalam memproduksi hasil pertanian secara cepat. Namun di sisi lain
berdampak negatif, karena pengurangan tenaga kerja atau kesempatan kerja
1 B.N Marbun, SH, Kota Indonesia Masa Depan (Jakarta : Erlangga, 2003), hal: 122-123 2 B.N Marbun, SH, Kota Indonesia Masa Depan, hal: 113 3 B.N Marbun, SH, Kota Indonesia Masa Depan, hal: 114-115
2
bagi para buruh tani. Dalam pembangunan, pemerintah memperluas
jaringan perdagangan dengan memperluas prasarana jalan di daerah-daerah
terpencil.4 Hal ini berdampak pada banyak lahan pertanian menjadi
berkurang dan para petani kehilangan mata pencaharian.
Dengan kondisi pedesaan yang kurang menjamin dalam memenuhi
kebutuhan hidup, sehingga mendorong penduduk pedesaan untuk mencari
dan mendatangi kota dengan harapan bahwa di kota akan merubah nasibnya
menjadi lebih baik, hal ini merupakan proses terjadinya urbanisasi dan
menjadikan perkotaan sebagai Urban Center. Menurut Country Programe
Document tahun 2025 diperkirakan 65 persen dari penduduk Indonesia
5
Selain faktor di atas, terdapat faktor lain yang mendorong individu
melakukan urbanisasi yaitu, faktor penarik (Pull Factor) dan pendorong
(Push Factor). Menurut B. N. Marbun, ada beberapa faktor yang menarik
masyarakat pindah dari desa ke kota, yaitu: Satu, untuk melanjutkan
pendidikan. Ini terjadi karena di desa tidak ada lagi link atau tujuan untuk
melanjutkan sekolah, karena kualitas sekolah di desa dianggap kurang baik.
Dua, terpengaruh cerita dari orang-orang yang kembali ke desa, bahwa
hidup di kota mudah untuk cari pekerjaan atau usaha kecil-kecilan. Tiga,
tingkat upah di kota lebih tinggi dari pada di pedesaan. Empat, keamanan di
kota lebih terjamin. Lima, adat atau agama lebih longgar. Selanjutnya,
4 Pudjiwati Sajogyo, Sosiologi Pembangunan (Jakarta: PT. Etasa Dinamika, 1985), h: 18-21 5Berita Jakarta, Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Provinsi DKI Jakarta ,
Team Mirah Sakethi: 2010, h: 6. Diakses pada tanggal 25 desember 2011 di http://www.beritajakarta.com/download/ppmk_ver_ind.pdf
3
faktor pendorongnya adalah: proses kemiskinan, minimnya lapangan kerja
di pedesaan, pendapatan atau upah yang rendah, adat istiadat yang ketat,
melanjutkan pendidikan.6
Semakin banyak penduduk yang datang dan menetap diperkotaan
berdampak semakin padatnya kota, sehingga meramaikan persaingan
diantara masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tentunya
pemerintah kota harus mempersiapkan segala hal dari dampak urbanisasi.
Akan tetapi, kota-kota besar di Indonesia saat ini masih banyak yang belum
mampu menjadi tempat untuk mensejahterakan penduduknya, karena
perencanaan pembangunan di kota masih belum dapat memenuhi kebutuhan
pokok perkotaan, seperti kenyamanan, keamanan, dan kemakmuran yang
adil secara merata.7 Sehingga, banyak dari mereka (Masyarakat Urban)
tidak berhasil hidup di kota, dan akhirnya menjadi beban bagi perkotaan.
Walaupun banyaknya permasalahan dan kelemahan yang ada di kota,
namun masih banyak yang memilih kota sebagai tempat untuk mengadu
nasib, karena kota mempunyai daya tarik yang besar khususnya bagi
masyarakat pedesaan untuk dijadikan target dalam mencapai tujuan hidup
mereka seperti membuat kehidupan mereka menjadi lebih baik, dengan cara
mencari pekerjaan di sektor formal seperti bekerja di pabrik, perkantoran,
atau menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Namun, tidak semua
masyarakat urban mendapatkan pekerjaan, dikarenakan adanya tuntutan
keahlian dan keterampilan khusus untuk mendapatkan tempat atau bekerja
6 B.N Marbun, SH, Kota Indonesia Masa Depan, h:60 7 B.N Marbun, SH, Kota Indonesia Masa Depan, h:123
4
di sektor modern (formal), serta sektor industri sudah banyak menggunakan
teknologi modern seperti alat mekanis (mesin), hal ini membatasi jumlah
pekerja.8
Dengan adanya keterbatasan kota dan sektor industri dalam
memberikan lapangan pekerjaan di sektor formal, maka kegiatan
perekonomian informal merupakan salah satu alternatif yang realistis bagi
masyarakat yang berlatar belakang dari kelompok masyarakat lapisan bawah
dan menengah, serta masyarakat yang tidak dapat kesempatan bekerja di
sektor formal. Tadjuddin Noer effendi berpendapat bahwa: sektor informal
dipandang sebagai salah satu alternatif dalam memecahkan masalah
ketenagakerjaan dan kemiskinan 9
Fenomena sektor informal, muncul selain dikarenakan adanya proses
urbanisasi yang didasari oleh faktor penarik dan pendorong, serta
keterbatasan pemerintah dan sektor industri menyediakan lapangan
pekerjaan, sektor informal sendiri tidak dapat dilepaskan dari proses
pembangunan. Terdapat dua pemikiran yang berkembang dalam memahami
kaitan antara pembangunan dan sektor informal Pertama: Pemikiran yang
menekankan bahwa kehadiran sektor informal sebagai gejala transisi dalam
proses pembangunan di negara-negara sedang berkembang. Dengan
demikian, keberadaan sektor informal merupakan gejala sementara dan akan
terkoreksi oleh keberhasilan pembangunan. Kedua, kehadiran sektor
informal merupakan gejala adanya ketidakseimbangan kebijaksanan
8 Tadjuddin Noer Effendi, Sumber Daya Manusia Peluang Kerja Dan Kemiskinan, (PT.
Tiara Wacana Yogya: Yogyakarta, 1993), h:40 9 Tadjuddin Noer Effendi, Sumber Daya Manusia Peluang Kerja Dan Kemiskinan, h: 89
5
pembangunan. Kehadiran sektor informal dipandang sebagai akibat
kebijaksanaan pembangunan yang dalam banyak hal lebih berat pada sektor
modern (perkotaan) atau industri dari pada sektor tradisional (pasar).10
Menurut Chris Manning et.al, sektor informal adalah sekumpulan
pedagang baik penjual barang dan jasa, yang secara ekonomis keuntungan
yang diperoleh tidak begitu menguntungkan, walaupun keberadaan mereka
menunjang kehidupan bagi masyarakat menengah kebawah atau miskin.11
Kemudian, Tadjuddin Noer Effendi berpendapat bahwa: sebagian besar
pekerjaan informal khususnya di perkotaan terserap ke dalam sektor
perdagangan, di antaranya pedagang kaki lima .12 Bentuk usaha ini, sifatnya
menawarkan barang dan jasa, dan banyak dipilih atau dijadikan lapangan
pekerjaan oleh masyarakat strata ekonomi rendah yang mayoritas
notabanenya minim akan pendidikan, dikarenakan tidak perlu mempunyai
keterampilan, dan keahlian, serta tipe usaha ini tidak banyak memerlukan
biaya juga ruang yang besar.13 Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dari
data statistik yang dikeluarkan oleh BAPPENAS pada bulan Oktober tahun
2011, mengenai sensus ekonomi pada bulan Februari tahun 2011. Dalam
data tersebut, BAPPENAS mencatat penduduk yang bekerja berdasarkan
status pekerjaan. sebesar 38,1 juta orang (34,24 persen) bekerja di sektor
10 Tadjuddin Noer Effendi, Sumber Daya Manusia Peluang Kerja Dan Kemiskinan, h: 73 11 Pudjiwati Sajogyo, Sosiologi Pembangunan, h: 149 12 Tadjuddin Noer Effendi, Sumber Daya Manusia Peluang Kerja Dan Kemiskinan, h: 93 13
Jayadinata, J.T, Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan dan
Wilayah, (Bandung: ITB 1999), h: 146
6
formal yang mencakup buruh tetap atau karyawan, dan 73,2 juta orang
(65,76 persen) bekerja pada kegiatan informal atau perdagangan.14
Dari pernyataan di atas, dapatlah dilihat bahwa jumlah usaha informal
jauh lebih besar dari pada jumlah pekerja di sektor formal. Sehingga,
benarlah jika dikatakan bahwa kegiatan perekonomian sektor informal
memberikan sumbangan dan kontribusi yang sangat besar bagi roda
perekonomian, serta mempunyai peran penting dalam mengurangi tingkat
penganguran.
Kehadiran pedagang kaki lima di perkotaan, secara tidak langsung
menimbulkan dampak positif dan negatif. Di sisi positif, harga yang
ditawarkan kepada masyarakat oleh pedagang kaki lima relatif lebih murah
dibandingkan dengan harga yang beredar di pasaran, menyediakan lapangan
kerja sehingga mampu menyerap tenaga kerja, dan akan menjadi cikal bakal
sektor formal. Dampak negatifnya, keberadaan pedagang kaki lima sering
mengganggu ketertiban, kebersihan, dan merusak keindahan perkotaan, dan
sering melanggar hukum.15
Dalam menangani pedagang kaki lima yang kerap memanfaatkan ruang
publik dalam kegiatan ekonominya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
menyusun kebijakan dengan membuat program kerja untuk meningkatan
dukungan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah, berdasarkan sumber Perda
14
Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi BAPPENAS, 17 Oktober 2011.
Diaskses pada tanggal 6 Desember 2011. http://www.bps.go.id/.pdf
15 Wibowo Rianto, Identifikasi Faktor Kegagalan Relokasi Pedangang Kaki Lima :Studi
Kasus Kawasan Pedagang Kaki Lima di Jl. Arjuna, Kota Bandung, Bandung: Tesis, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, UNICOM, 2006, h: 18. Diakses pada tanggal 15 April 2012. jbptunikompp-gdl-s1-2006-wiboworian-3467-bab-2.doc
7
No 1 tahun 2008 tentang rencana pembangunan jangka menengah daerah
tahun 2007-2012:
Indikator yang akan dicapai antara lain, Ditetapkannya strategi penanganan Pedagang Kaki Lima di Jakarta (registrasi, jadwal, mutasi, dan penertiban), Tertatanya para pedagang kaki lima, Meningkatnya akses pedagang kaki lima terhadap sumber modal; dan Meningkatnya inovasi bagi pedagang kaki lima, Mudahnya akses KUKM dan USIT untuk memperoleh akses untuk mendapatkan pinjaman modal dan akses ke pasar lokal atau regional, dan Tersusunnya strategi dan action plan penataan pedagang kaki lima atau USIT untuk lima tahun ke depan (Jakarta Go. Id. 2010: 1).16
Serta, untuk mengatur dan memberdayakan komunitas pedagang kaki
lima, Pemerintah membuat Undang-undang untuk mengatur dan memberi
kesempatan berusaha bagi pedagang kaki lima yaitu UUD 45 nomor 20
tahun 2008 Pasal 13, yang isinya sebagai berikut:
1. Menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi pemberian
lokasi di pasar, ruang pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi
pertanian rakyat, lokasi pertambangan rakyat, lokasi yang wajar bagi
pedagang kaki lima, serta lokasi lainnya.
2. Menetapkan alokasi waktu berusaha untuk Usaha Mikro dan Kecil di
subsektor perdagangan retail.
3. Mencadangkan bidang dan jenis kegiatan usaha yang memiliki
kekhususan proses, bersifat padat karya, serta mempunyai warisan
budaya yang bersifat khusus dan turun-temurun;
4. Menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah serta bidang usaha yang terbuka untuk Usaha
16
Situs Resmi Pemerintah Provinsi, Program Kerja , Jakarta. Gi. Id, 11 Januari 2010.
Diakses pada tanggal 24 November 2011. www. Jakarta. go. id.
8
Besar dengan syarat harus bekerja sama dengan Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah
5. Melindungi usaha tertentu yang strategis untuk Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah;
6. Mengutamakan penggunaan produk yang dihasilkan oleh Usaha
Mikro dan Kecil melalui pengadaan secara langsung
7. Memprioritaskan pengadaan barang atau jasa dan pemborongan
kerja Pemerintah dan Pemerintah Daerah, dan memberikan bantuan
konsultasi hukum dan pembelaan.17
Sampai saat ini, program kerja PEMPROV dan undang-undang nomor
20 tahun 2008 Pasal 13 belum terealisasikan secara sempurna, sehingga
masih banyak komunitas pedagang kaki lima yang mengalami hambatan
untuk melakukan aktifitasnya, bahkan tidak dapat menjalankan usahanya
dan banyak mengalami kekerasan dari komunitas pedagang lain dan
perangkat daerah yaitu Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) di waktu
berlangsungnya penertiban.
Dalam memasarkan barang dagangannya, pedagang kaki lima kerap
beraktivitas di tempat keramaian yang dianggap dapat memberikan
keuntungan bagi mereka, seperti di terminal Kampung Rambutan Jakarta
Timur yang mempunyai luas ± 141.000 m2, dan merupakan pintu masuk ke
DKI Jakarta. Situasi di terminal tersebut, selalu dimanfaatkan oleh
pedagang kaki lima untuk di jadikan lokasi usaha mereka. Keberadaan
17
Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah.
9
pedagang kaki lima di terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur masih
banyak yang menggunakan tempat umum atau ruang publik dalam
melakukan aktifitasnya, seperti di pinggir jalan, trotoar, emperan pertokoan,
jalur alat transportasi, dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka di kota jakarta, padahal tanpa disadari kegiatan perdagangan mereka
menggangu keamanan dan ketertiban umum.
Dalam menangani permasalahan tersebut, Dinas Perhubungan
(DISHUB) membentuk Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi
DKI Jakarta, untuk mengelola terminal, dan menyediakan tempat relokasi
kepada pedagang kaki lima yang bisa diajak kerja sama baik dari segi
administrasi dan hak kewajiban mereka, dengan memberikan fasilitas atau
tempat untuk mereka berdagang di jalur keluar terminal Kp. Rambutan
Jakarta Timur. Relokasi yang dilakukan oleh DISHUB adalah kebijakan
yang baik untuk keberadaan pedagang kaki lima, meskipun kebijakan ini
belum berjalan dengan efektif dikarenakan masih ada faktor penghambat
untuk menjalankan kebijakan tersebut.
Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka penulis tertarik
mengangkat judul Unit Pengelola Angkutan Jalan Provinsi DKI
Jakarta dalam merelokasi pedagang kaki lima di terminal Kampung
Rambutan Jakarta Timur .
10
B. Rumusan Permasalahan
Pemanfaatan lokasi publik atau ruang kota yang dilarang pemerintah
oleh pedagang kaki lima merupakan hasil dari ketimpangan sosial, akibat
dari sulitnya seseorang mencari pekerjaan di DKI Jakarta, dan kurangnya
pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah maupun instansinya, serta
penyediaan lokasi resmi yang minim untuk pedagang kaki lima. Ini adalah
pekerjaan rumah pemerintah untuk menciptakan peluang pekerjaan bagi
masyarakat, sedangkan kaitanya dengan pedagang kaki lima khususnya di
terminal Kampung Rambutan adalah, Pemerintah Kota Jakarta Timur,
beserta instansinya, harus memberikan lokasi aman dan resmi, serta
membina mereka. Karena sektor informal ini akan terus berkembang dan
jumlahnya akan semakin meningkat selama dalam proses pembangunnya
tidak mengalami perkembangan.18
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka peneltian ini akan
menjawab pertanyaan yang akan di teliti, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana peran dan kebijakan Unit Pengelola Angkutan Jalan
Provinsi DKI Jakarta dalam merelokasi pedagang kaki lima di
terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur ?
2. Bagaimana kendala yang ditemukan dalam relokasi pedagang kaki
lima di terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur ?
18 Tadjuddin Noer Effendi, Sumber Daya Manusia Peluang Kerja Dan Kemiskinan, h: 40
11
3. Bagaimana respon pedagang kaki lima terhadap kebijakan-
kebijakan relokasi ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan penilitian ini
adalah:
a. Untuk mengkaji peran dan kebijakan Unit Pengelola
Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta terhadap pedagang
kaki lima di terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur.
b. Untuk mengidentifikasi penghambat program relokasi
pedagang kaki lima di terminal Kampung Rambutan Jakarta
Timur.
c. Untuk mempelajari respon pedagang yang ada di terminal
Kampung Rambutan Jakarta Timur terhadap kebijakan-
kebijakan relokasi
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
a. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan gambaran
mengenai peran Unit Pengelola Angkutan Jalan Provinsi DKI
Jakarta dalam menjalankan kebijakan publik khususnya
terhadap pedagang kaki lima di terminal Kampung Rambutan
Jakarta Timur.
12
b. Secara praktis, memberikan masukan bagi pembaca,
umumnya masyarakat luas, dan khususnya bagi pedagang
kaki lima luas agar lebih memahami tentang kebijakan
Pemerintah dalam merelokasi pedagang kaki lima di terminal
Kampung Rambutan Jakarta Timur, serta mencegah
terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang terjadi antara
pedagang kaki lima dan pemerintah.
E. Literatur Review
Dalam penulisan skripsi ini penulis telah membaca beberapa penelitian
yang terkait dengan masalah pedagang kaki lima, diantaranya adalah: Satu,
penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Kebijakan, Penataan,
Pembinaan, dan Penertiban Pedagang Kaki Lima di Surakarta (Studi Kasus
di Kecamatan Lawetan) .19 Penelitian ini disusun bertujuan menganalisis
implementasi kebijakan kota Surakarta yang tertuang dalam PERDA nomor
8 tahun 1995 tentang penataan, pembangunan pedagang kaki lima, yang
menyangkut kebersihan, ketertiban, kenamanan, keindahan, dan kesehatan
dilingkungan kota di wilayah Laweyan Surakarta. Metodologi yang
digunakan yaitu pendekatan kausal yang berkaitan dengan sebab-akibat,
serta uji hipotesis. Hasil penelitian yang di peroleh adalah adanya
19
Kunto Hamidjoyo, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan
Implementasi Kebijakan, Penataan, Pembinaan, Dan Penertiban Pedagang Kaki Lima Di
Surakarta: Studi Kasus Di Kecamatan Lawet., UNDIP, Diakses pada tanggal 14 februari 2012. ejournal.undip.ac.id/index.php/dialogue/article/download/466/346
13
keberhasilan PERDA nomor 8 tahun 1995 dalam memberdayakan pedagang
kaki lima di Surakarta, dengan menggunakan uji hipotesis.
Dua, penelitian Pedagang Kaki Lima dan Lapangan
Pekerjaan di Jawa Barat Tahun 200820 Penelitan ini menunjukkan bahwa
tidak ada keberhasilan dari kebijakan dan program pemerintah daerah Jawa
Barat dalam mengembangkan pedagang kaki lima terkait dengan berbagai
hal, seperti: Satu, pendekatan pemerintah daerah yang masih bersifat
supply-side
pedagang kaki lima dilakukan tanpa melakukan komunikasi dan kerjasama
dengan pedagang kaki lima sendiri). Dua, pelaksanaan kebijakan atau
program bagi pedagang kaki lima syarat dengan keterlibatan berbagai aparat
. Tiga, penertiban dan pengendalian pedagang kaki lima lebih
didasari pada keterlibatan pemerintah daerah dalam pelaksanaan proyek dari
pada semangat membangun sektor informal sebagai salah satu basis
perekonomian rakyat.
Relevansi kedua kajian pustaka ini terhadap penelitian yang akan di
susun penulis adalah, memberikan gambaran akan strategi pemerintah dan
lembaga sosial mengenai menanggulangi pedagang kaki lima. Adapun
perbedaan yang dilakukan penulis dari penelitian di atas diantaranya: Satu,
lokasi penelitian. Dari kedua Penelitian di atas, melakukan penelitiannya di
Jawa Barat (JABAR), dan di wilayah Laweyan kota Surakarta, sedangkan
20
Wanda listiliani. Akatiga. 2011.
Diakses pada tanggal 20 Desember 2011. www_akatiga_org_index_php_artikeldanopini_usahakecil_72pkldanlapkerja_tmpl_component.pdf..
14
penulis melakukan penelitian di Teminal Kampung Rambutan Jakarta
Timur. Dua, fokus penelitian. Penelitian Kunto Hamidjoyo, menganalisis
implementasi kebijakan kota Surakarta yang tertuang dalam PERDA nomor
8 tahun 1995. Penelitian Wanda Listiani, menganalisis implikasi kebijakan
pemerintah Jawa Barat. Penelitian yang disusun penulis, bermaksud untuk
mengetahui kebijakan Unit pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi
DKI Jakarta yang merupakan Sub Dinas dari Dinas Perhubungan Jakarta
Timur dalam merelokasi pedagang kaki lima di terminal Kampung
Rambutan Jakarta Timur. Selain itu, ingin mengetahui implikasi kebijakan
tersebut.
F. Kerangka Konseptual
Dengan adanya modernisasi di pedesaan yang belum terealisasikan
secara sempurna atau belum membantu perkembangan di pedesaan, di satu
sisi telah merugikan masyarakat pedesaan dan menimbulkan dampak
negatif, seperti masih banyak penduduk miskin, para petani dan buruh tani
kehilangan lahan garapannya atau pekerjaan, sehingga penduduk pedesaan
mencari alternatif pekerjaan ke tempat lain seperti perkotaan. Perkembangan
kota-kota besar di Indonesia saat ini masih minim dari segala hal yang dapat
menunjang perkembangan kota seperti luas wilayah, dana, sumber daya
manusia (SDM) yang ahli, sehingga banyak kota-kota tidak bisa
menanggulangi masalah urbanisasi.
15
Untuk memenuhi kebutuhan setiap individu atau masyarakat berusaha
memenuhinya baik dengan cara bekerja di sektor formal maupun
menciptakan lapangan pekerjaan, namun saat ini banyak kota-kota besar dan
sektor modern dalam menyerap tenaga kerja sangat minim, sehingga
mendorong mereka melakukan kegiatan perekonomian disektor informal
yaitu menjadi pedagang kaki lima sebagai alternatif.
Dalam menangani keberadaan pedagang kaki lima di terminal DKI
Jakarta, Dinas Perhubungan (DISHUB) membentuk Unit pengelola
Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta untuk mengelola terminal
dan memberikan kesempatan untuk pedagang kaki lima melakukan kegiatan
usaha di setiap terminal tersebut termasuk terminal Kampung Rambutan
Jakarta Timur.
Untuk melihat bagaimana proses penanganan pedagang kaki lima yang
dilakukan Unit Pengelola Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta di terminal,
dapat dilihat diagram alur pikir pada gambar sebagai berikut:
Usaha Preventif:
1. di alokasikan
2. dan memberikan Perizinan usaha
Usaha Represif:
1. Razia
2. pembongkaran dan penertiban
DISHUB Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan
Provinsi DKI Jakarta
Pedagang Kaki Lima
Kepengurusan Terminal
16
G. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini berusaha untuk mengetahui peran Unit Pengelola
Angkutan Jalan DKI Jakarta dalam merelokasi pedagang kaki lima di
terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur, maka metode yang digunakan
adalah dengan penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif mengarah
pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi
tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan
studinya. Pada prinsipnya dengan metode deskriptif yaitu, pengumpulan
data-data yang berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Dengan
demikian laporan penelitian ini berupa kutipan data untuk memberi
gambaran penyajian laporan tersebut.21
Jadi penelitian kualitatif deskriptif digunakan penulis untuk menyusun
gambaran mengenai objek yang diteliti, dengan terlebih dahulu peneliti
mengumpulkan data-data berupa kata-kata baik tertulis maupun lisan dari
instansi pemerintah, yaitu Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi
DKI Jakarta, terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur, serta para
pedagang resmi dan tidak resmi (liar) yang berada di Terminal Kampung
Rambutan Jakarta Timur, berdasarkan situasi dan kondisi. Kemudian, data
tersebut diolah dan diartikan untuk dianalisa dari data yang telah disajikan.
Kemudian, penelitian ini menggunakan Pendekatan fenomenologis.
Fenomenologi kadang-kadang digunakan sebagai perspektif filosofi dan
21 Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif: Aplikasi Untuk Penelitian Pendidikan,
Hukum,Ekonomi & Management, Sosial, Humaniora, Politik, Agama, Dan Filsafat (Jakarta: GP, Press 2009), h:11
17
juga digunakan sebagai pendekatan dalam metodologi kualitatif.22
Fenomenologis dapat lebih peka menangkap fakta sosial dalam masyarakat
karena meletakkan objek studi dalam kerangka yang natural, dan
fenomenologis lebih menekankan pada aspek subjektif dari perilaku orang.23
Pendekatan fenomenologis digunakan penulis untuk mengetahui dan
berusaha mengungkapkan peranan dalam aktivitas sosial, dalam arti untuk
mengungkapkan bagaimana peran Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan
DKI Jakarta dalam merelokasi pedagang kaki lima di terminal kampung
rambutan Jakarta Timur.24 Dengan demikian, penelitian ini dengan
menggunakan metodologi penelitian kualitatif deskriptif dan pendekatan
fenomenologis, diharapkan dapat mengungkapkan gambaran mengenai
peran Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan DKI Jakarta, dalam
menjalankan program relokasi terhadap pedagang kaki lima di terminal
Kampung Rambutan Jakarta Timur yang sebenarnya.
2. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi yaitu upaya mendapatkan informasi dengan cara
mengamati, mencari bukti terhadap fenomena di lingkungan penelitian,
yaitu Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta dan
pedagang kaki lima yang resmi dan tidak resmi (liar) di terminal Kampung
Rambutan Jakarta Timur. Tehnik yang digunakan dalam observasi yaitu
22
Lexy Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya 2004),
h: 14. 23
Lexy Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, h: 89. 24
Engkus Kuswarno, Penelitian Fenomenologi Konsepsi, Pedoman, dan Contoh
Penelitiannya: Fenomena Pengemis Kota Bandung (Bandung: Widya Padjajaran 2009), h: 35
18
dengan cara mencatat, merekam dan mendokumentasikan fenomena yang
ada di lingkungan tersebut guna mendapatkan keabsahan. Dalam penelitian
observasi dilakukan secara nonpartisipan, artinya penulis tidak ikut terjun
kedunia atau aktivitas informan tetapi hanya mengamati perilaku mereka
tanpa harus mengganggu kehadiran saya (penulis). 25
b. Wawancara (Interview)
Wawancara suatu proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewancara
dengan informan. Pada proses wawancara ini pertanyaan yang diajukan
tidak berstruktur, dan dalam suasana bebas,26 dengan mengutamakan
rekaman dan transkrip data verbatim (kata per kata), serta mengunakan
pedoman wawancara dari susunan pertanyaan yang kaku atau tidak
fleksible.
Informan yang akan di wawancarai adalah, 3 dari petugas Dinas
Perhubungan DKI Jakarta, diantaranya: Satu, AA yang profesinya sebagai
Kepala Terminal Dalam Kota. Dua, C yang berprofesi sebagai staff Tata
Usaha (TU) di terminal antar kota. Tiga, WW yang profesinya sebagai
Kepala Subbag Tata Usaha Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan
Provinsi DKI Jakarta. Informan selanjutnya 2 dari pedagang resmi di
terminal kampung rambutan, yaitu H pengelola rumah makan di tempat
relokasi yaitu di jalur keluar terminal, dan L pedagang makanan dan
25
Engkus Kuswarno, Penelitian Fenomenologi Konsepsi, Pedoman, dan Contoh
Penelitiannya: Fenomena Pengemis Kota Bandung, h: 133 26
Engkus Kuswarno, Penelitian Fenomenologi Konsepsi, Pedoman, dan Contoh
Penelitiannya: Fenomena Pengemis Kota Bandung, h: 133
19
minuman di terminal antar kota. Kemudian, 2 dari pedagang tidak resmi
(liar) yang berjualan di wilayah terminal antar kota yaitu: Satu, D pedagang
mie rebus, nasi goreng, dan kopi. Dua, S pedagang es. Kemudian, 2 dari
pedagang liar yang ada di terminal dalam kota yaitu: Satu, E pedagang
buah-buahan. Dua, N pedagang aneka buah-buahan. Selanjutnya, satu dari
masyarakat yaitu K, pensiunan pegawai kepengurusan terminal tahun 2001
dan profesinya sekarang sebagai koordinasi para pedagang yang berada di
jalur keluar terminal (yang merupakan tempat relokasi).
3. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini melibatkan 10 subjek, diantaranya: 3 dari pihak
Dinas Perhubungan (DISHUB) Jakarta, dan 6 dari pedagang yang ada di
terminal kampung rambutan Jakarta Timur, serta 1 dari masyarakat. Alasan
pengambilan subjek penelitian tersebut, karena subjek tersebut secara
langsung yang terlibat atau pelaku dalam pelaksana relokasi, serta para
pedagang.
4. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di 2 tempat, yaitu: Satu, di Unit
Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta yang merupakan
Sub Dinas dari Dinas Perhubungan Jakarta yang lokasinya di daerah
Rawamangun Jakarta Timur. Alasan dipilihnya lokasi di Unit ini karena,
merupakan pelaksana atau aktor yang melakukan relokasi atau penyedia
tempat dan perizinan bagi para pedagang kaki lima di terminal kampung
rambutan Jakarta Timur.
20
Dua, di jalur keluar terminal bus terminal Kampung Rambutan
Jakarta Timur. Dipilihnya lokasi tersebut dalam penelitian ini, didasarkan
beberapa alasan, yaitu:
a. Merupakan lokasi terkonsentrasinya sebagian besar pedagang
kaki lima.
b. Merupakan daerah yang ramai akan aktivitas dan pengunjung,
serta alat transportasi.
c. Di wilayah tersebut terdapat tempat relokasi untuk para
pedagang kaki lima.
Orientasi wilayah studi dapat dilihat pada Gambar sebagai berikut :
Sumber di atas: Hasil Observasi Pada Tanggal 27 Maret 2012.
jalur keluar terminal bus
terminal antar kota
terminal dalam kota
21
5. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang dibutuhkan penulis dalam mengumpulkan
data-data yang berkaitan dengan penelitian, terhitung tujuh bulan, mulai dari
bulan Desember 2011 sampai bulan Juni 2012.
6. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan dari penelitian ini meliputi data primer
dan data sekunder:
a. Data primer, yaitu: data yang dihasilkan dari wawancara
dengan informan dan observasi secara langsung di
lapangan, data-data yang dihasilkan di tulis kembali ke
dalam bentuk traskrip, kemudian peneliti tabulasikan
dengan cara melihat point-point yang mendukung untuk
analisis data.
b. Data Sekunder, yaitu: data-data yang diperoleh dari
perantara seperti buku-buku, laporan, artikel, dan
kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah.
7. Analisis Data
Dalam menganalisa data penulis menggunakan metode deskriptif
analisis dalam menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari fenomena
keberadaan pedagang kaki lima di terminal Kampung Rambutan Jakarta
Timur, dan mengamati langkah-langkah pemerintah kota dalam merelokasi
keberadaan pedagang kaki lima. Kemudian, penulis melakukan serangkaian
prosedur pemecahan masalah dengan memberikan atau uraian atas suatu
22
keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap subjek yang
diteliti.27
H. Sistematika Penulisan
Meninjau pokok-pokok masalah penelitian, serta metode-metode
analisis di atas, maka skripsi ini terdiri dari lima bab dan masing-masing
terdiri dari sub-sub bab. Secara sistematis, bab-bab tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN: Dalam bab ini berisikan tentang latar
belakang permasalahan, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian,
tujuan dan manfaat penelitian, literatur review, kerangka konseptual,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan
BAB II KERANGKA TEORI: Bab ini meliputi tentang, pengertian
peran, pengertian relokasi, jenis-jenis lokasi, bentuk-bentuk relokasi,
strategi relokasi, definisi pedagang kaki lima, karekteristik pedagang kaki
lima, jenis dagangan pedagang kaki lima, bentuk sarana pedagang kaki lima,
teori fungsional struktural Talcott Parsons, teoti taraf menengah Robert K.
Merton, teori konflik Ralf Dahrendorf, dan resistensi.
27
Roni Kountur, Metodologi Penelitian (Jakarta: PPM, Press 2005), h:105
23
BAB III GAMBARAN UMUM UNIT PENGELOLA TERMINAL
ANGKUTAN JALAN PROVINSI DKI JAKARTA DAN PEDAGANG
KAKI LIMA DI TERMINAL KAMPUNG RAMBUTAN JAKARTA
TIMUR: Menjelaskan tentang karakteristik lokasi penelitian, subjek dan
fokus penelitian.
BAB IV ANALISIS: Bab empat merupakan analisa hasil penelitian,
yang berupa gambaran peran dan kebijakan Unit Pengelola Angkutan Jalan
Provinsi DKI Jakarta dalam merelokasi pedagang kaki lima lima di terminal
kampung Rambutan Jakarta Timur, faktor penghambat relokasi pedagang
Kaki Lima di terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur, dan respon
pedagang kaki lima di terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur terhadap
kebijakan-kebijakan relokasi.
BAB V PENUTUP: Berisi kesimpulan dan rekomendasi dari peneliti.
Pada bagian akhir disertai dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
24
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Pengertian Peran
Menurut Soejono Sukamto, peran mencakup tiga hal yaitu: Pertama,
peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Kedua, peranan adalah suatu konsep
tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai
organisasi. Ketiga, peranan dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang
penting bagi struktur sosial masyarakat.1 Sedangkan menurut Talcott Parson,
2
Keberadaan aktor menurut George Ritzer et al
3
Lebih jelas lagi kaitannya dengan sosiologi, Gross et al, mendefiniskan
-harapan yang dikenakan pada individu
4 Lebih lanjut David Berry
menjelaskan bahwa, dalam peranan terdapat dua macam harapan, yaitu:
Pertama, harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau
1 Soejono Sukamto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
2006), h: 244 2 George ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Prenada Media
Group 2007), h: 124 3 George ritzer & Douglas J. Goodman, Teori sosiologi Modern, h: 125 4 David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada 2003), h: 105-106
25
kewajiban-kewajiban dari pemegang peran. Kedua, harapan-harapan yang
dimiliki oleh pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-
orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau
kewajibannya.5
Dengan demikian, peran merupakan suatu tindakan berdasarkan posisi
yang ditempati, dan dalam di setiap tindakannya dituntut untuk memberikan
manfaat bagi masyarakat dan memenuhi keinginan masyarakat.6 Menurut
pemerintah yang mempunyai tujuan-tujuan tertentu dan tujuan tersebut
untuk kepentinga 7 Kebijakan merupakan keputusan
pemerintah dan juga sebagai sebuah program.8 Kaitanya dengan peran Unit
Pengelola Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta, diharapkan dari setiap
tindakannya melalui kebijakannya dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat, sedangkan untuk para pedagang dapat memberikan peluang
untuk melakukan kegiatan usahanya.
5 David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, h: 107 6 David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, h: 106 7Tri Widodo W. Utomo, SH. MA, Analisis kebijakan Publik, Samarinda: Program Megister
Ilmu Hukum, Universitas Widya Gama Mahakam 2009, h: 5. Diakses pada 25 Februari 2012. http://s3.amazonaws.com/ppt-download/kebijakanpublik-090608040451-phpapp02
8 Tri Widodo W. Utomo, SH. MA, Analisis kebijakan Publik, h: 7
26
B. Relokasi
1. Definisi Relokasi
Berdasarkan kamus besar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
relokasi diartikan dengan perpindahan atau pemindahan lokasi, baik suatu
industri ataupun tempat berdagang dari satu tempat ke tempat lainnya
dengan alasan- .9
menempatkan kembali suatu kegiatan tertentu ke lahan yang sesuai dengan
10 Dengan demikian, relokasi pedagang kaki lima yaitu
mengalokasikan atau menempatkan para pedagang ke lokasi yang telah
ditentukan yang dianggap strategis untuk tercapainya tata kota yang
kondusif dan tertib.11
2. Jenis-jenis Lokasi
Setelah disahkannya Peraturan Daerah tentang rencana tata ruang
wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta 2011- 2030 pada tanggal 24 Agustus
2011, maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menghimbau untuk
mensosialisasikan dan merealisasikan PERDA tersebut kepada seluruh
elemen masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan berbagai
9
Mamfaluthy al-fuadhil ma'az, Dampak Kebijakan Relokasi Terhadap Tingkat
Pendapatan Pedagang Kaki Lima Menurut Perspektif Islam: Studi Kasus Di Banda Aceh, Peunebah, 21 Juni 2011. Diakses pada tanggal 2 Februari 2012. http://peunebah.blogspot.com/2011/06/dampak-kebijakan-relokasi-terhadap.html
10 Wibowo Rianto, Identifikasi Faktor Kegagalan Relokasi Pedangang Kaki Lima :Studi
Kasus Kawasan Pedagang Kaki Lima di Jl. Arjuna, Kota Bandung, Bandung: Tesis, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, UNICOM, 2006, h: 19. Diakses pada tanggal 15 April 2012. jbptunikompp-gdl-s1-2006-wiboworian-3467-bab-2.doc
11 Wibowo Rianto, Identifikasi Faktor Kegagalan Relokasi Pedangang Kaki Lima :Studi
Kasus Kawasan Pedagang Kaki Lima di Jl. Arjuna, Kota Bandung, h: 19.
27
pihak lainnya untuk menciptakan tata ruang kota menjadi kondusif, dan
pembangunan yang fungsional atau bermanfaat sebagaimana fungsinya,
serta meminimalisir pelanggaran seperti pemanfaatan lahan. Dalam PERDA
tersebut, juga mengatur tentang keberadaan sektor informal, dengan
menyediakan ruang untuk sektor informal seperti pedagang kaki lima dan
usaha kecil menengah.12 Untuk merealisasikan PERDA tersebut, pemerintah
telah menyediakan lokasi untuk para pedagang dan mengelompokannya
menjadi 6 jenis lokasi, hal ini berdasrkan Peraturan Gubernur nomor 33
tahun 2010. Lokasi-lokasi tersebut diantaranya: Satu, Lokasi Binaan. Lokasi
tersebut merupakan sarana dan fasilitas usaha yang terdiri dari lahan tempat
usaha terbuka, setengah tertutup atau tertutup yang dilengkapi dengan WC
umum, listrik, tempat sampah dan papan nama lokasi. Dua, Lokasi
Sementara. Yaitu, sarana dan fasilitas usaha yang terdiri dari tempat usaha
terbuka, setengah terbuka atau tertutup, listrik, tempat sampah dan papan
nama lokasi. Tiga, Lokasi Usaha Pedagang Tanaman Hias dan Batu Alam.
lokasi untuk sarana dan fasilitas lokasi usaha pedagang tanaman hias dan
batu alam yang terdiri dari tempat usaha terbuka, air, listrik, tempat sampah
dan papan nama lokasi. Empat, Lokasi Pujasera UKM. Yaitu, Sarana dan
fasilitas usaha yang terdiri dari tempat usaha setengah terbuka, terbuka
dengan fasilitas listrik, air dan penampungan sampah. Lima, Lokasi
Terjadwal Usaha Mikro Pedagang Kaki Lima. Lokasi terjadwal usaha mikro
pedagang kaki lima terdiri dari tempat usaha terbuka, listrik dan
12 Lenny, ed., PERDA RTRW 2030 Disahkan Berita Jakarta, 25 Agustus 2011, h: 2.
Diakses pada tanggal 16 Maret 2012. www.jakarta.go.id/web/news/2011/.../Perda-RTRW-2030-Disahkan
28
penampungan sampah. Enam, Lokasi Terkendali Usaha Mikro Pedagang
Kaki lima. terdiri dari tempat usaha terbuka, setengah terbuka, tertutup, WC
umum, listrik, tempat sampah dan papan nama lokasi. 13
3. Bentuk-bentuk Relokasi
Dalam prakteknya, terdapat 2 macam bentuk relokasi yang berdasarkan
sifatnya, yaitu relokasi mandiri dan relokasi paksaan. Relokasi mandiri,
dapat terjadi apabila seseorang atau kelompok merelokasi ketempat pilihan
mereka sendiri berdasarkan pertimbangan faktor ekonomi. Kemudian,
menurut menteri sosial periode 2005 Bakhtiar Chamsjah, terdapat tiga
faktor yang menyebabkan terjadinya relokasi paksaan yaitu: Pertama,
relokasi yang dilakukan secara dogmatis. Bentuk relokasi ini hanya untuk
tercapainya suatu kepentingan satu pihak tanpa memberikan ruang pada
pihak lain, contoh demi terciptanya lingkungan kota yang indah dengan
membangun taman dan lain-lain. Kedua, relokasi ekslusif atau non
partisipatif. Bentuk relokasi ini untuk kepentingan sepihak sehingga tidak
sampai atau tidak tepat sasaran. Ketiga, relokasi buta terhadap nilai dan
etika. Bentuk relokasi ini, dalam memindahkan para pedagang ke tempat
relokasi dengan menggunakan kekerasan dan paksaan (Represif).14
13
Situs Resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, diakses pada tanggal 16 Maret 2012.
http://www.jakarta.go.id/jakv1/item/halaman/0/0/3487/1/6/2/44/3/6/4/44/5/294/nid/3487
14 Disti Ayu Kusuma, Efiktivitas Relokasi Pedagang Kaki Lima Di Resto PKL Restoran
Mrican, Kecamatan Depok Kabupaten Sleman, Skripsi: Yogyakarta, Universitasa Gajah Mada, Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Tekhnik, , 2010, h: 30-31. Diakses tanggal 5 februari 2012. www.4shared.com/office/.../tugas_akhir_-_efektivitas_relo.html
29
4. Strategi Relokasi Pedagang Kaki Lima
Dalam merelokasi pedagang kaki lima harus memperhatikan setiap
aspek dari pedagang kaki lima khususnya kebutuhan dan keinginan mereka,
dan relokasi tidak hanya untuk kepentingan semata seperti tujuan demi
menciptakan lingkungan yang bersih, indah dan nyaman di kota, akan tetapi
dalam menyediakan lokasi di usahakan strategis dan efektif supaya para
pedagang tidak kembali menimbulkan masalah bagi kota. Dengan demikian,
strategi relokasi yang efektif dan harus dipertimbangkan. Menurut
Ramdhani terdapat 4 strategi, yaitu: Pertama, Kestrategian Lokasi. Hal ini
dijalankan supaya konsumen lebih mudah menjangkau lokasi usaha
pedagang kaki lima. Kedua, Faktor Visual. Yaitu, memberikan kesan
nyaman, aman, indah, dan asri, supaya menarik minat konsumen. Ketiga,
Hirarki Pembangunan. Dalam pembangunannya diusahakan dapat
memberikan pelayanan yang efektif dan efisien. Keempat, biaya sewa atau
penjualan tanah maupun kios dengan harga yang murah sehingga dapat
yang terjangkau oleh pedagang. Selanjutnya, Apriyanto memberikan
tambahan bahwa lokasi untuk relokasi PKL harus strategis dan dapat
memenuhi kebutuhan konsumen, mempunyai akses masuk ke dalam pasar
yang memadai, minimal 2 jalan untuk akses masuk dan akses keluar, dekat
dengan ruang publik seperti terminal atau stasiun kereta, dan prasarana dan
30
sarana pendukung untuk para pedagang kaki lima, seperti listrik, MCK (WC
umum), air bersih, dan tempat pembuangan sampah. 15
C. Pedagang Kaki Lima
1. Definisi pedagang kaki lima
Mc. Gee dan Yeung mendefinisikan pedagang kaki lima sebagai
menawarkan barang dan jasa untuk dijual pada
ruang publik, terutama di pinggir jalan dan trotoar .16 Menurut Ari Susilo
Budi, pedagang kaki lima adalah:
Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha perdagangan atau jasa dengan melayani kebutuhan barang-barang atau makanan yang dikonsumsi langsung oleh konsumen, yang dilakukan cenderung berpindah-pindah dengan kemampuan modal yang kecil atau terbatas, dalam melakukan usaha tersebut menggunakan peralatan sederhana dan memiliki lokasi di tempat-tempat umum (terutama di atas trotoar atau sebagian badan jalan), dengan tidak mempunyai legalitas formal.17
Kemudian, berdasarkan PERDA Provinsi DKI Jakarta nomor 2 tahun
2002, mendefinisikan pedagang kaki lima adalah perorangan atau pedagang
yang didalam kegiatan usahanya melakukan penjualan barang-barang
tertentu yang tidak memiliki tempat dan bangunan sendiri yang umumnya
15 Wibowo Rianto, Pedagang Kaki Lima di Jl. Arjuna, Kota Bandung, Bandung: Tesis, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, UNICOM, 2006, h: 19. Diakses pada tanggal 15 April 2012. jbptunikompp-gdl-s1-2006-wiboworian-3467-bab-2.doc
16 Ari Susilo Budi, Kajian Karakteristik Berlokasi Pedagang Kaki Lima Berdasarkan
Preferensi PKL Serta persepsi Masyarakat Sekitar di Kota Pemalang, Semarang: Tesisi, Jurusan Perencanaan Pembangunan Wilayah Dan Kota, Universitas Diponegoro, 2006, h: 34. Diakses pada tanggal 25 November 2011 dari www. Eprints.undip.ac.id.
17 Ari Susilo Budi, Kajian Karakteristik Berlokasi Pedagang Kaki Lima Berdasarkan
Preferensi PKL Serta persepsi Masyarakat Sekitar di Kota Pemalang, h: 35.
31
memakai tempat-tempat atau fasilitas untuk kepentingan umum serta tempat
lain yang bukan miliknya.18 Sedangkan menurut PERDA Provinsi DKI
Jakarta nomor 8 Tahun 2007, mendefinisikan pedagang kaki lima adalah
seseorang yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan jasa yang
menempati tempat-tempat prasarana kota dan fasilitas umum baik yang
mendapat izin dari pemerintah daerah maupun yang tidak mendapat izin
pemerintah daerah antara lain badan jalan, trotoar, saluran air, jalur hijau,
taman, bawah jembatan, jembatan penyeberangan.19 Dari beberapa definisi
diatas, maka pedagang kaki lima merupakan individu atau kelompok yang
mayoritas melakukan suatu kegiatan usahanya dengan ilegal atau tidak
diakui pemerintah karena melanggar hukum.20
Menurut Firdausy, para pelaku kegiatan perekonomian ini (Pedagang
Kaki Lima) sebagian besar pelaku berpendidikan rendah, dan kerap
berlokasi ditempat yang padat lalu lintas karena kurang memperhatikan
lingkungan.21 Dengan demikian, Pelanggaran-pelanggaran yang sering
dilakukan oleh pedagang kaki lima baik secara sengaja maupun tidak di
sengaja dikarenakan faktor pengetahuan yang rendah dan ketidaktahuan
18 Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No 2 tahun 2002 Perpasaran Swasta di DKI
Jakarta , h: 8. 19 Ketertiban Umum , h: 4.
20 Wibowo Rianto, Pedagang Kaki Lima di Jl. Arjuna, Kota Bandung, Bandung: Tesis, UNICOM, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, 2006, h: 16. Diakses pada tanggal 15 April 2012. jbptunikompp-gdl-s1-2006-wiboworian-3467-bab-2.doc
21 Tumpal Hasiholan Agustinus, Strategi Penanganan pedagang Kaki Lima, Jakarta: Tesis,
Fakultas ekonomi, Universitas Indinesia, 2010, h: 15. Diakses tanggal 5 Februari 2012.
www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/131333-T%2027614...pdf.
32
akan hukum yang berlaku sehingga pemanfaatan ruang publik kerap
dilakukan.
2. Ciri-ciri Pedagang Kaki Lima
Sejalan dengan hal di atas, Kartono memberikan ciri-ciri umum
pedagang kaki lima sebagai berikut: Satu, merupakan individu atau
kelompok dalam melakukan kegiatan usahanya merangkap sebagai
pedagang dan produsen. Dua, keberadaannya ada yang permanen atau
menetap di lokasi, dan ada yang berpindah-pindah dari satu tempat ketempat
lain. Tiga, jenis barang dagangannya berupa makanan dan minuman yang
awet atau tahan lama, serta dalam memasarkan dagangannya bersifat satuan.
Empat, pada umumnya bermodalkan dan berpenghasilan minim. Lima,
kualitas barang yang di pasarkan rendah dan kadang tidak bermutu. Enam,
pendapatan dan pengeluaran uang dalam kegiatan usaha tidak banyak, dan
para konsumennya mayoritas yang daya belinya rendah. Tujuh, usaha skala
kecil dapat berupa Familly Enterprise. dimana anggota keluarga ikut serta
untuk membantu dalam usaha tersebut baik secara langsung maupun tidak
langsung. Delapan, adanya kegiatan tawar-menawar antar penjual dan
pembeli. Sembilan, adanya variasi jam kerja. Dalam menjalankan Kegiatan
usanya, para pedagang ada yang secara penuh, ada juga secara musiman.
Sepuluh, barang-barang yang dijual biasanya Convenience Goods jarang
sekali Specialy Goods. Sebelas, berada dalam suasana psikologis tidak
tenang diliputi rasa takut. ini dikarena ketakutan para pedagang akan
33
keberadaan mereka yang melanggar hukum sehingga cemas akan adanya
tim penertiban. 22
3. Jenis Dagangan Pedagang Kaki Lima
Mengutip pemikiran Mc. Gee dan Yeung yang menyatakan bahwa,
Jenis barang dagangan yang akan dipasarkan para pedagang kaki lima bisa
ditentukan oleh lingkungan sekitar atau kebutuhan dan permintaan dari
masyarakat setempat. Dengan demikian, jenis barang dagangan yang
ditawarkan pedagang kaki lima bermacam-macam bentuknya. Untuk lebih
jelasnya lagi, Mc. Gee dan Yeung mengelompokan jenis dagangan yang
ditawarkan oleh pedagang kaki lima dimenjadi 4 kelompok, yaitu: Pertama,
makanan yang belum diproses atau barang mentah seperti daging, buah-
buahan, dan sayuran. Kedua, makanan siap saji atau instan, seperti nasi
beserta lauk-pauknya, dan minuman. Ketiga, barang matrial dan kesehatan,
seperti tekstil dan obat-obatan. Keempat, jasa. Yang terdiri dari beragam
aktivitas, seperti tukang cukur rambut, bengkel, tukang servis elektronik,
warung telepon, dan counter handphone.23
22
Zakik, Analisis Strategi dan Kebijakan Penanganan Pedagang Kaki Lima Di Kota
Surabaya, PDII, Semarang: Tesis, Jurusan Ekonomi, Universitas Unijoyo, 2006, h: 96. Diakses pada tanggal 3 Februari 2012. Jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/120692119.pdf
23 Ari Susilo Budi, Kajian Karakteristik Berlokasi Pedagang Kaki Lima Berdasarkan
Preferensi PKL Serta Persepsi Masyarakat Sekitar di Kota Pemalang, Semarang: Tesis, Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro, 2006, h: 35. Diakses pada tanggal 25 November 2011 dari www. Eprints.undip.ac.id.
34
4. Bentuk Sarana Pedagang Kaki Lima
Dalam memasarkan atau menjual barang dagangannya, para pedagang
kaki lima mengunakan bermacam-macam sarana untuk mendukung kegiatan
perekonomiannya berdasarkan jenis barang dagangannya. Adapun bentuk
sarana yang digunakan para pedagang kaki lima menurut Waworoentoe,
yaitu sebagai berikut: Satu, gerobak atau kereta dorong. Bentuk sarana
tersebut dikategorikan dalam bentuk aktivitas pedagang kaki lima yang
permanen (Static) atau menetap (mangkal) di lokasi, dan juga bisa di sebut
pedagang semi permanen (Semi Static) berpindah-pindah atau menetap
hanya sementara. Dua, pikulan atau keranjang. Bentuk sarana perdagangan
ini di kategorikan semi permanen (Semi Static) dan sering digunakan oleh
pedagang kaki lima keliling (Mobile Hawkers). Tiga, warung semi
permanen. Bentuk sarana ini dikategorikan dalam bentuk aktivitas pedagang
kaki lima permanen (Static), karena sarana yang menggunakan sarana
bongkar dan pasang, serta dalam melakukan kegiatan perekonomiannya
menetap di lokasi, bahkan sering juga berpindah-pindah. Sarana ini terdiri
dari beberapa gerobak atau kereta dorong yang diatur sedemikian rupa
secara berderet dan dilengkapi dengan kursi dan meja. Empat, kios. Bentuk
sarana pedagang kaki lima ini menggunakan papan, kayu, dan bahan-bahan
material, yang di bentuk menyerupai sebuah bangunan semi permanen.
Pedagang kaki lima ini dikategorikan sebagai pedagang permanen (Static)
atau menetap bahkan sarana tersebut juga dijadikan tempat tinggal. Kelima,
gelaran atau alas. Sarana ini berupa tikar, kain, dan papan untuk menjajakan
35
dagangannya. Berdasarkan sarana tersebut, pedagang ini dapat
dikategorikan dalam aktivitas semi permanen (Semi Static).24
D. Teori
1. Teori Fungsional Struktural
a. Teori Fungsional Struktural Talcott Parsons
Dalam teori Fungsionalisme Struktural, masyarakat sebagai suatu
sistem yang bagian-bagiannya saling berkaitan satu sama lain, dan tidak
dapat berfungsi jika tidak adanya hubungan dengan yang lainnya. Menurut
Talcott Parson, dalam setiap sistem masyarakat harus menjalankan setiap
fungsi demi keberlangsungan hidupnya. Dalam fungsi tersebut terdapat 4
bentuk, yaitu sebagai berikut: Adaptasi (Adaptation), merupakan
penyesuaian terhadap lingkungan yang ditempati dengan menggunakan
sarana dan fasilitas yang dimiliki individu untuk dapat hidup dan eksis.
Tujuan (Goal), dalam pencapaian tujuan, terdapat tiga persyaratan yaitu
Satu, harus ada suatu tujuan. Dua, harus ada anggota atau tenaga yang dapat
mencapai tujuan sehingga dapat menarik atau mengarahkan suatu individu
baru untuk menggantikan lama. Tiga, harus ada kewaspadaan, ketelitian,
keterbukaan dan kebijaksanaan berkenaan dengan kebutuhan sistem dan
perubahan zaman. Integrasi (Integration), suatu individu atau kelompok
masyarakat yang mengatur hubungan diantara komonen-komponennya
berdasarkan peranan mereka. Pemeliharaan Pola-pola (Latency), merupakan
24
Ari Susilo Budi, Kajian Karakteristik Berlokasi Pedagang Kaki Lima Berdasarkan
Preferensi PKL Serta persepsi Masyarakat Sekitar di Kota Pemalang, h: 36-37.
36
suatu tindakan yang mempertahankan pola atau nilai budaya yang sudah
terbentuk dalam individu masyarakat. 25
Keempat fungsi tersebut, diterapkan pada semua sistem tindakan yaitu
sebagai berikut: Satu, Sistem Organisme. Kesatuan yang paling dasar dalam
arti biologis, yakni aspek fisik dari manusia itu. Hal lain yang termasuk ke
dalam aspek fisik ini ialah lingkungan fisik di mana manusia itu hidup. Dua,
Sistem Kepribadian. Kesatuan yang paling dasar dari unit ini ialah individu
yang merupakan aktor atau pelaku. Pusat perhatiannya dalam analisa ini
ialah kebutuhan-kebutuhan, motif-motif, dan sikap-sikap, seperti motivasi
untuk mendapat kepuasan atau keuntungan. Tiga, Sistem Sosial. Sistem
sosial adalah interaksi antara dua atau lebih individu di dalam suatu
lingkungan tertentu. Tetapi interaksi itu tidak terbatas antara individu-
individu melainkan juga terdapat antara kelompok, institusi, masyarakat,
dan organisasi-organisasi internasional. Sistem sosial selalu terarah kepada
equilibitium (keseimbangan). Empat, Sistem Budaya. Dalam sistem ini, unit
analisis yang paling dasar adalah kepercayaan religius, bahasa, dan nilai-
nilai. 26
25 K. J. Veeger, Realitas Sosial: Refleksi Filsafat Sosial Atas Hubungan Individu Masyarakat Dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama 1993), h:
208.
26 Ferryroen, Talcott Parsons: Teori Struktur Fungsional , Ferryroen, 30 Agustus 2011, h: 2. Diakses pada tanggal 14 April 2012 http://ferryroen.wordpress.com/tag/talcott-parsons-teori-
struktur-fungsional/
37
Selanjutnya, sistem tindakan Talkott Parson terdapat 4 komponen
skema tindakan, yaitu: Satu, pelaku atau aktor. Parson melihat aktor sebagai
termotivisir untuk mencapai tujuan. Dua, Tujuan (Goal). Tujuan yang
dicapai harus sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat. Tiga,
Situasi. Tindakan untuk mencapai tujuan ini biasanya terjadi dalam situasi
(Prasarana dan Kondisi). Empat, Standar-standar Normatif: Skema ini
sangat penting untuk mencapai tujuan, dalam pencapaian tujuan aktor harus
memenuhi sejumlah standar atau aturan yang berlaku di masyarakat. 27
b. Teori Fungsional Struktural Robert K. Merton
Robert K. Merton seorang fungsionalis yang menggunakan
terminologi fungsionalisme taraf menengah, Teori ini dikemukakan oleh
Robert. K. Merton yang berorientasi pada kelas. Namun secara teoretis,
Merton memiliki perspektif yang sama dengan sosiolog fungsionalisme.
Merton telah mengutip 3 postulat yang ia kutip dari analisa
fungsional, diantaranya ialah: Pertama, kesatuan fungsional masyarakat
yang dapat dibatasi sebagai suatu keadaan dimana seluruh bagian dari
system sosial bekerjasama dalam suatu tingkatan keselarasan atau
konsistensi internal yang memadai, tanpa menghasilkan konflik
berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau diatur. Atas postulat ini,
Merton memberikan koreksi bahwa kesatuan fungsional yang sempurna dari
satu masyarakat adalah bertentangan dengan fakta. Hal ini disebabkan
27 Ferryroen, Talcott Parsons: Teori Struktur Fungsional , h: 2
38
karena dalam kenyataannya dapat terjadi sesuatu yang fungsional bagi satu
kelompok, tetapi dapat pula bersifat disfungsional bagi kelompok yang lain.
Kedua, yaitu fungionalisme universal yang menganggap bahwa seluruh
bentuk sosial dan kebudayaan yang sudah baku memiliki fungsi-fungsi
positif. Terhadap postulat ini dikatakan bahwa sebetulnya disamping fungsi
positif dari sistem sosial terdapat juga dwifungsi. Beberapa perilaku sosial
dapat dikategorikan kedalam bentuk atau sifat disfungsi ini. Dengan
demikian dalam analisis keduanya harus dipertimbangkan. Ketiga,
yaitu Indispensability. yang menyatakan bahwa dalam setiap tipe peradaban,
setiap kebiasaan, ide, objek materil dan kepercayaan memenuhi beberapa
fungsi penting, memiliki sejumlah tugas yang harus dijalankan dan
merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan
sistem sebagai keseluruhan. Menurut Merton, postulat yang kertiga ini
masih kabur, dalam artian tak memiliki kejelasan apakah suatu fungsi
merupakan keharusan.28
Dalam teori fungsionalisme taraf menengah, Merton juga mencoba
menjelaskan perilaku deviasi dengan membagi norma sosial menjadi 2 jenis
yaitu: Satu, Tujuan Sosial (Sociate Goals). Dua, Sarana yang tersedia
(Means). Dalam kontaks ini, Robert K. Merton mengemukakan 5 bentuk
kemungkinan adaptasi yang dilakukan setiap anggota kelompok masyarakat
berkaitan dengan tujuan (Goals) dan tata cara yang telah membudaya
28 Shvoong, Pokok-pokok Teori Struktur Fungsional . Shvoong, 30 Juni 2011. h: 3. Diakses pada tanggal 20 April 2012. http://id.shvoong.com/law-and-politics/contemporary-theory/2180241-pokok-pokok-teori-struktural-fungsional/#ixzz1oRAim3fI
39
(Means), yaitu: Pertama, Konformitas (Conformity), yaitu suatu keadaan di
mana anggota masyarakat tetap menerima tujuan dan sarana yang terdapat
dalam masyarakat sebab adanya tekanan moral yang melingkupinya. Kedua,
Inovasi (Inovation) terjadi manakala tujuan yang terdapat dalam masyarakat
diakui dan dipertahankan tetapi dilakukan perubahan sarana yang
dipergunakan sebagai alat untuk meneapai tujuan tersebut. Ketiga,
Ritualisme (Ritualism) adalah suatu keadaan di mana warga masyarakat
menolak tujuan yang telah ditetapkan namun masih tetap memilih sarana
atau tata cara yang telah ditentukan. Keempat. Penarikan Diri (Retreatisme)
merupakan keadaan di mana warga masyarakat menolak tujuan dan sarana
yang telah tersedia dalam masyarakat. Retreatisme ini mencerminkan
mereka-mereka yang terlempar dari kehidupan masyarakat. Kelima.
Pemberontak (Rebellion). yakni suatu keadaan di mana tujuan dan sarana
yang terdapat dalam masyarakat ditolak serta berupaya untuk mengganti dan
mengubah seluruhnya.29
2. Teori Konflik Ralf Dahrendorf
Pada dasarnya, teori konflik sama dengan fungsionalisme struktural,
yaitu pada studi struktur dan institusi sosial dan melihat masyarakat sebagai
satu sistem, yang terdiri dari bagian-bagian.30 Tetapi, persepktif fungsionalis
menganggap masyarakat statis atau masyarakat berada dalam keadaan
berubah secara seimbang. Sedangkan, perspektif konflik melihat bahwa
masyarakat setiap saat tunduk pada proses perubahan. Fungsionalis
29 Dr. Ir. Herien puspitawati, Teori Struktural Fungsional Dan Aplikasinya Dalam
Kehidupan Keluarga (Bogor: Ikk Fema 2009), h: 17-18 30 Bernard, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2007), h: 71-72.
40
menekankan keteraturan sebagai sumber integrasi dan keseimbangan,
teoritisi konflik menekankan konflik sebagai sumber perubahan.31
Teori konflik yang dikemukakan Ralf Dahrendorf merupakan teori
struktural, dan mengatakan bahwa dalam struktural fungsional
keseimbangan atau kestabilan bisa bertahan karena kerjasama yang sukarela
atau karena konsensus yang bersifat umum, sedangkan dalam teori-teori
konflik kesetabilan atau keseimbangan terjadi karena pemaksaan. Hal itu
berarti, dalam masyarakat ada beberapa posisi yang mendapat kekuasaan
dan otoritas untuk menguasai orang lain sehingga kesetabilan bisa dicapai. 32
Pernyataan di atas membawa Dharendorf membawa kepada tesis
penting yang dikemukakannya yakni, distribusi otoritas atau kekuasaan
yang berbeda-beda merupakan faktor yang menentukan bagi terciptanya
konflik sosial yang sistematis. Berdasarkan tesis tersebut, posisi yang ada di
dalam masyarakat memiliki otoritas atau kekuasaan dengan intensitas yang
berbeda-beda, kekuasaan atau otoritas tidak terdapat secara interistik
didalam pribadi-pribadi melainkan posisi-posisi yang mereka tempati.
Kekuasaan atau otoritas selalu mengandung dua unsur, yaitu penguasa
(orang yang berkuasa) dan orang yang dikuasai atau bawahan. Mereka yang
31 George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern. (Jakarta: Pranada
Media, 2005), h: 153. 32 Zainuddin Malik, Narasi Agung: Tiga Teori Sosial Hegemonik (Surabaya: LPAM 2003),
h: 207
41
menduduki posisi sebagai penguasa atau atasan diharapkan untuk
mengontrol orang-orang yang dikuasai atau bawahannya. Dengan demikian,
kekuasaan atau otoritas itu adalah sesuatu yang sah (Legitimate), dengan
demikian sah pula sangsi-sangsi yang dikenakan terhadap orang-orang yang
melawan kekuasaan tersebut. 33
Selanjutnya, Dahrendorf menjelaskan pertalian antara konflik dan
perubahan sosial. Konflik dapat berfungsi untuk melahirkan perubahan. Dia
menyatakan apabila kelompok-kelompok bertentangan muncul, dengan
demikian mereka akan terlibat dalam tindakan, yang mengarah pada
perubahan didalam stuktur sosial.34 Dalam teori konflik atau paksaan
(Koersi), Dharendorf menempatkan suatu kerangka yang menjelaskan
proses-proses terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat, yaitu: Satu,
setiap masarakat di segala bidangnya mengalami proses-proses perubahan
sosial, karena manusia tidak pernah puas akan apa yang telah dicapai. Dua,
tiap manusia memperlihatkan perbantahan (Dissensus) dan konflik disegala
bidangnya. Tiga, setiap masyarakat terdiri atas dasar paksaan yang
dikenakan oleh segelintir anggota yang mempunyai otoritas ke sesama
anggota lain. Empat, setiap unsur dalam masyarakat menyumbang
disintegrasi dan perubahannya.35
33 Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2007), h: 53-58 34 Bernard, Teori Sosiologi Modern, h: 78.
35 K. J. Veeger, Realitas Sosial: Refleksi Filsafat Sosial Atas Hubungan Individu
Masyarakat Dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama 1993), h: 213.
42
Dharendorf melihat masyarakat dari segi pandang teori konflik terbagi
menjadi 2 kategori yaitu, orang yang berkuasa dan orang yang dikuasai.
Dualisme tersebut, merupakan struktur- struktur dan hakikat tiap-tiap
kehidupan bersama, mengakibatkan kepentingan yang berbeda-beda dan
mungkin saling berlawanan.36 Diferensiasi kepentingan melahirkan
kelompok-kelompok yang saling berbenturan, yaitu kekuasaan atau otoritas
mengandung 2 unsur yaitu orang yang berkuasa dan orang yang dikuasai
(Superordinasi) atau dengan kata lain atasan dan bawahan (Subordinasi).
Kelompok dibedakan atas tiga tipe antara lain: Satu, Kelompok Semu
(Quasi Group). Dua, Kelompok Kepentingan (Manifes). Tiga, kelompok
konflik kelompok semu. Sejumlah pemegang posisi dengan kepentingan
yang sama tetapi belum menyadari keberadaannya, dan kelompok ini juga
termasuk dalam tipe kelompok kedua, yakni kelompok kepentingan dan
karena kepentingan inilah melahirkan kelompok ketiga yakni kelompok
konflik sosial. Sehingga dalam kelompok akan terdapat dalam 2
perkumpulan, yakni kelompok yang berkuasa (atasan) dan kelompok yang
dibawahi (bawahan). Kedua kelompok ini mempunyai kepentingan berbeda.
Bahkan, menurut Dharendorf, mereka dipersatukan oleh kepentingan yang
sama. Mereka yang berada pada kelompok atas (penguasa) ingin tetap
36 K. J. Veeger, Realitas Sosial: Refleksi Filsafat Sosial Atas Hubungan Individu
Masyarakat Dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi, h: 214.
43
mempertahankan status quo sedangkan mereka berada di bawah (yang
dikuasai atau bawahan ingin supaya adaperubahan.37
E. Resistensi Sektor Informal
Pada penulisan skripsi ini juga penulis mengurai tentang resistensi
untuk berupaya mengetahui tindakan-tindakan individu, masyarakat, dan
kelompok yang berada di dalam konflik, karena kajian resistensi ini menjadi
titik tengah dari kecenderungan teori konflik yang melihat fenomena dari
stuktur atau dari atas ketimbang sebaliknya. Oleh karena itu, kajian
resistensi lebih menitikberatkan pada tindakan-tindakan individu.
Disamping itu, pandangan ini juga dipengaruhi oleh pemikiran-pimikiran
antropologi yang memandang manusia sebagai subjek analisis, bukan
objek.38
1. Pengertian Resistensi
Resistensi menurut kamus Besar Ilmu Pengetahuan mendefenisikan
sebagai perlawanan, daya tahan, ketahanan, keawetan.39 James Scott
mendefinisikan resistensi adalah, setiap tindakan para anggota kelas
masyarakat yang rendah yang tujuannya untuk meredam, melunakkan atau
menolak tuntutan-tuntutan yang dikenakan pada kelas kelas yang lebih atas.
37 K. J. Veeger, Realitas Sosial: Refleksi Filsafat Sosial Atas Hubungan Individu
Masyarakat Dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi, h: 215-218. 38 Yusran Darmawan, Timur Angin, Agustus 2009.
Diakses pada 2 Pebruari 2011 dari http://timurangin.blogspot.com/2009/08/resistensi-dalam-kajian-antropologi.html
39 Seve M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Lembaga Pengkajian Kebudyaan Nusantara/LPKN, 1997).
44
Dengan demikian resistensi merupakan gerakan atau perlawanan yang
terjadi karena adanya ketidakpuasan terhadap sesuatu hal.40
2. Bentuk-bentuk resistensi Sektor Informal
Bentuk-bentuk resistensi yang dilakukan Pedagang Kaki Lima yang
merupakan bentuk kegiatan ekonomi sektor informal, antara lain dengan
melakukan resistensi secara terbuka dan resistensi secara terselubung.41 Hal
ini terkait erat dengan teori resistensi yang dikemukakan oleh James Scott.
a. Resistensi Terbuka
Menurut James Scott, resistensi terbuka merupakan bentuk resistensi
yang terorganisir, sistematis, dan berprinsip, yang bertujuan berusaha
meniadakan dasar dari dominasi itu sendiri. Manisfestasi dari bentuk
resistensi ini adalah digunakannya cara-cara kekerasan seperti
pemberontaan dan pembangkangan.42
Cara-cara yang diterapkan oleh para pedagang kaki lima antara lain
dengan melakukan perlawanan secara terang-terangan atau resistensi secara
terbuka. Resistensi secara terbuka dilakukan dengan melawan secara
langsung kepada petugas yang mau menangkap mereka. Adapun bentuk-
bentuk resistensi terbuka meliputi: Satu, menghadapi langsung atau
40 Maria Sri Rahayu, Strategi Pedagang Kaki Lima Terhadap PERDA no. 3 Tahun 2000:
Studi Kasus Di Lapangan Puputan Margarana Denpasar, UNUD, Denpasar: Tesis, Fakultas
Pendidikan IPS, Jurusan Sejarah IKIP PGRI, h: 11-12. Diakses dari Internet pada tanggal 20 Oktober 2012. ejournal.unud.ac.id/.../6~strategi%20pedagang%20kaki%20lima.pdf
41 Maria Sri Rahayu Strategi Pedagang Kaki Lima Terhadap PERDA No. 3 Tahun 2000:
Studi Kasus Di Lapangan Puputan Margarana Denpasar, h: 13. 42 Resistensi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastuktur Perdesaan:
(Studi Kasus di Kab. Bogor, Prov. Jawa Barat), Komunitas, Vol. IV No.3 November 2008, h: 54-55
45
melawan petugas. Dua, tetap berjualan di lingkungan yang di larang. Tiga,
menolak relokasi.43
b. Resistensi Terselubung
Resistensi terbuka lebih bersifat adanya kontak langsung (adu fisik)
dengan para petugas tetapi kalau dalam taraf resistensi terselubung hal
tersebut justru malah dihindari. James Scott, mengemukakan resistensi yang
bersifat terselubung merupakan kegiatan kecil-kecilan. Insidentil dan, gejala
kejahatan sekundernya adalah: Satu, tidak terorganisasi, tidak sistematis,
dan individual. Dua, bersifat untung-untungan dan pamrih. Tiga, tidak
mempunyai akibat-akibat revolusioner. Empat, dalam maksud dan
logikanya mengandung anti penyesuaian dengan sistem dominasi yang
ada.44
Pada tahap ini para PKL malah cenderung untuk menghindari
petugas. Ada berbagai cara yang mereka lakukan untuk melakukan
perlawanan kepada petugas, misalnya dengan hal-hal sebagai berikut. Satu:
mengomel, menggerutu, dan membicarakan Petugas. Dua, membawa lari
barang dagangan bahkan meninggalkan pembeli yang sedang makan. Tiga,
menyembunyikan barang dagangan. Empat, pura-pura sebagai pengunjung
biasa saat petugas datang. Lima, sembunyi-sembunyi atau kucing-kucingan
43 Maria Sri Rahayu Strategi Pedagang Kaki Lima Terhadap PERDA no. 3 Tahun 2000:
Studi Kasus Di Lapangan Puputan Margarana Denpasar h: 14. 44 Sudarso, Resistensi Terselubung Buruh Anak Perkebunan (Laporan Penelitian Lembaga
Penelitian Universitas Airlangga, 2003, h. 26.
46
dengan petugas. Enam, memberi uang sogok kepada petugas. Tujuh,
menebus barang dagangan yang telah disita.45
3. Strategi Resistensi Sektor Informal
Sektor informal mempunyai strategi resistensi sebagaimana strategi
digunakan untuk meminimalisir tekanan-tekanan yang ada. menurut
Alisjahbana, terdapat 5 strategi yang digunakan oleh para pelaku kegiatan
sektor informal, diantaranya: Satu, Financial ware. Financial ware
merupakan kemampuan yang dimiliki para pedagang kaki lima dalam sektor
keuangan yang digunakan untuk menyogok petugas, lurah dan camat agar
tidak bersikap represif dan mau membocorkan setiap akan terjadi obrakan.
Dua, Consciousness ware. Yaitu kesadaran dari para pedagang kaki lima
untuk melakukan resistensi. Tiga, Organization ware. Suatu strategi dengan
menggunakan sarana organisasi yang kuat. Empat, Social ware. Yakni
menggalang kekompakan sosial antara sektor informal yang satu dengan
yang lain. Lima, Hardware. menggunakan strategi dengan cara mengambil
kesempatan dari situasi (main kucing-kucingan).46
4. Faktor-Faktor Resistensi Sektor Informal
Menurut Sudarso, faktor resistensi dikarenakan adanya
ketidakberdayaan seseorang, dilain hal juga dipegaruhi oleh sistem
perpolitik disuatu negara.47 Keberanian sektor informal untuk melakukan
resistensi adalah sebuah proses akumulasi dari berbagai fenomena yang
45 Maria Sri Rahayu Strategi Pedagang Kaki Lima Terhadap PERDA no. 3 Tahun 2000:
Studi Kasus Di Lapangan Puputan Margarana Denpasar, h: 18-21. 46 Alisjahbana, Sisi Gelap Perkembangan Kota (Yogyakara: Laksbang Pressindo 2005), h:
142-143. 47 rselubung Buruh Anak Perkebunan h: 75.
47
melatarbelakangi, antara lain: Pertama, adanya model penataan sektor
informal yang selalu menggunakan pendekatan represif, bukan persuasif.
Kedua, adanya sikap ketidakpedulian pemerintah kota terhadap keberadaan
sektor informal sehingga selalu dimarjinalkan. Ketiga, terbungkamnya suara
sektor informal. Budaya Top Down, dalam setiap pembuatan kebijakan yang
mengatur sektor informal juga menyebabkan terjadinya resistensi sektor
informal terhadap Pemerintah Kota. Keempat, adanya stigma negatif yang
selama ini sengaja ditempelkan oleh Pemerintah Kota terhadap keberadaan
sektor informal. Kelima, berhembusnya era reformasi. Era reformasi
merupakan variabel penting yang bisa memicu terjadinya resistensi sektor
informal, karena era itu mampu memberikan suasana atau ruang bagi
terwujudnya resistensi sektor informal dalam bentuk yang nyata.48
48 Alisjahbana, Sisi Gelap Perkembangan Kota, h: 167-169.
48
BAB III
GAMBARAN UMUM UNIT PENGELOLA TERMINAL
ANGKUTAN JALAN PROVINSI DKI JAKARTA,
TERMINAL KAMPUNG RAMBUTAN JAKARTA TIMUR,
dan PEDAGANG KAKI LIMA di TERMINAL KAMPUNG
RAMBUTAN JAKARTA TIMUR
A. Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta
1. Sejarah Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI
Jakarta
Dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi
Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta, sehingga membentuk suatu
organisasi atau unit pelaksanaan teknis yaitu Unit Pengelola Terminal
Angkutan Jalan Provinsi Jakarta pada tanggal 22 Januari tahun 2003 yang
berdasarkan keputusan Gubernur nomor 8 tahun 2003 tanggal 22 Januari
2003.1 Tujuan dibentuknya unit ini yaitu: Satu, untuk meningkatkan
keamanan dan keselamatan pelayanan transportasi darat. Dua, memenuhi
prasarana dan sarana transportasi darat yang menjangkau masyarakat dan
wilayah indonesia. Tiga, meningkatkan kualitas penyediaan jasa di
transportasi darat yang memiliki kualitas prima didalam manajemen
produksi. Empat, meningkatkan daya saing transportasi darat sehingga dapat
berkompetisi dengan moda lainnya. Lima, meningkatkan pembangunan
1 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi Jakarta, Rekapitulasi Data Fasilitas
Terminal PROV DKI Jakarta (Jakarta: Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta 2010), h:11.
49
transportasi darat yang merata dan berkelanjutan. Enam, menciptakan
pembangunan transportasi darat yang terintegrasi dengan moda lain.2
2. Visi Dan Misi Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi
DKI Jakarta
Dalam upaya memberikan perannya di bidang transportasi di DKI
Jakarta, visi Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta
adalah menciptakan terminal yang bersih, aman, nyaman, dan tertib bagi
pengguna angkutan umum. Sedangkan Misi Unit dari unit ini yaitu: Satu,
merencanakan pembangunan dan pemeliharaan terminal angkutan jalan
yang memadai. Dua, menyediakan anggaran yang memadai. Tiga,
melaksanakan pengawasan dan penertiban terminal secara kesinambungan.
Empat, melaksanakan pengusahaan fasilitas angkutan jalan dengan
memperhatikan pergerakan orang dan kendaraan 2003. 3
3. Struktur Organisasi Kepengurusan dan Tugas-tugas Kepengurusan
Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi Jakarta
Dalam rangka untuk memperlancar tugas dan fungsi Unit Pengelola
Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta, maka Gubernur Provinsi
DKI Jakarta yaitu Fauzi Bowo pada tanggal 4 Januari 2010 menetapkan
peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor 10 tahun 2010 tentang
2 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi Jakarta, Lampiran Tupoksi Unit
Pengelola Terminal AJ PROV DKI Jakarta (Jakarta: Dinas Perhubungan 2012), h:10. 3 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi Jakarta, Lampiran Tupoksi Unit
Pengelola Terminal AJ PROV DKI Jakarta, h: 6.
50
pembentukan organisasi dan tata kerja Unit Pengelola Terminal Angkutan
Jalan DKI Jakarta beserta tugas-tugasnya.4
a. Struktur organisasi Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan
Provinsi DKI Jakarta
Dalam peraturan tersebut struktur keorganisasian Unit Pengelola
Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 4
kepengurusan yaitu: Satu, Kepala Unit yang dijabat Ibu. Reni Dwi Astuti,
ST. Dua, K.A. SUB Bagian Tata Usaha yang dijabat oleh Bpk. Drs. Wisnu
Wardono. Tiga, Seksi Operasional yang dijabat oleh Bpk. Drs. Taufik
Rahman. Empat, Seksi sarana dan Prasarana yang dijabat oleh Ir.
Nursyahbuddin.5
b. Tugas-tugas Kepengurusan Unit Pengelola Terminal Angkutan
Jalan Provinsi DKI Jakarta:
1) Kepala Unit
Kepala Unit merupakan pemimpin atau kepala Unit Pengelola
Terminal Angkutan Jalan. Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta nomor 10 tahun 2010 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja
unit pengelola angkutan jalan, kepala unit mempunyai tugas yaitu: Satu,
memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi unit
pengelolaan terminal angkutan jalan. Dua, mengkoordinasikan tugas
subbagian dan seksi-seksinya. Tiga, melaksanakan koordinasi dan
4 Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Unit
Pengelola Terminal Angkutan Jalan (Jakarta: Dinas Perhubungan, 2012), h: 1. 5 Unit Pengelola Terminal Angkutan jalan Provinsi DKI Jakarta, Struktur organisasi
kepengurusan Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta (Jakarta: Dinas Perhubungan, 2012), h:1.
51
kerjasama dengan stuan kerja perangkat daerah, perangkat kerja unit daerah
atau instansi dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Unit Pengelola
Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta. Empat, melaporkan dan
mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi Unit Pengelola
Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta.6
2) Subbagian Tata Usaha
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor 10
tahun 2010 pasal 7 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Unit
Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta, subbagian tata
usaha adalah satuan kerja staff dalam pelaksanaan administrasi Unit
Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta, dan dipimpin
oleh kepala Subbagian Tata Usaha. kemudian, dalam merealisasikan pasal
tersebut subbagian mempunyai 6 tugas pokok yaitu sebagai berikut: Satu,
menghimpun, meneliti, mengolah dan menyusun program kegiatan. Dua,
melaksanakan kegiatan pengelolaan surat menyurat dan kearsipan. Tiga,
melaksanakan kegiatan administrasi kepegawaian. Empat, melaksanakan
pengelolaan keuangan. Lima, mengurus kebutuhan perkantoran. Enam,
mengkoordinasikan evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan operasional. 7
6 Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Unit
Pengelola Terminal Angkutan Jalan (Jakarta: Dinas Perhubungan, 2012), h: 6. 7 Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Unit
Pengelola Terminal Angkutan Jalan, h:7-8.
52
3) Seksi Operasional
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor 10
tahun 2010 pasal 8 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja unit
pengelola angkutan, seksi operasional merupakan satuan kerja di badan Unit
Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta dalam pelaksana
kegiatan pelayanan penggunaan atau pemanfaatan terminal, dan seksi
opersional dipimpin oleh kepala seksi yang kedudukannya dibawah dan
bertanggung jawab terhadap kepala unit.8
Dengan berpedoman Kepada Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
nomor 10 tahun 2010 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi
DKI Jakarta membentuk seksi operasional yang tugas pokoknya adalah
untuk melaksanakan penjagaan keamanan, ketertiban, keindahan terminal
angkutan jalan, dan melaksanakan pengawasan sarana dan prasarana
terminal angkutan jalan, serta melaksanakan pungutan retribusi terminal
angkutan jalan.9
4) Seksi Sarana dan Prasarana
Melalui Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor 10
tahun 2010, seksi sarana dan prasarana yang merupakan satuan Unit
Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta dalam
pelaksanaannya mengelola prasarana dan sarana terminal, mempunyai 11
tugas pokok, yaitu: Satu, menyusun bahan rencana kerja dan anggaran
8 Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Unit
Pengelola Terminal Angkutan Jalan, h: 9. 9 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi Jakarta, Lampiran Unit Pengelola
Terminal AJ PROV DKI Jakarta (Jakarta: Dinas Perhubungan 2012), h: 10.
53
(RKA) dan dokumen pelaksana anggaran (DPA). Dua, menyusun standar
ketersediaan dan kelayakan prasarana dan sarana teknis terminal. Tiga,
menyusun standar operasional dan standar pelaksanaan pemeliharaan dan
perawatan prasarana dan sarana teknis terminal. Empat, menyusun rencana
penyediaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana teknis
terminal. Lima, menyediakan proses penyediaan prasarana dan sarana teknis
terminal. Enam, melaksanakan inventarisasi, monitoring evaluasi
ketersediaan dan kelayakan prasarana dan sarana teknis terminal. Tujuh,
melaksanakan kegiatan dan pemeliharaan dan perawatan prasarana dan
sarana teknis terminal. Delapan, mengawasi dan mengendalikan
penggunaan atau pemanfaatan prasarana dan sarana teknis terminal.
Sembilan, melaksanakan koordinasi dengan satuan perangkat daerah, unit
kerja perangkat daerah atau instansi baik pemerintah serta swasta yang
berkenaan dengan pengelolaan prasarana dan sarana teknis terminal.
Sepuluh, menyiapkan bahan laporan unit pengelola terrminal angkutan
jalan. Sebelas, melaporkan dan mempertanggung jawabkan dari setiap
pelaksanaan tugas seksi prasarana dan sarana. 10
4. Kedudukan, tugas dan fungsi Unit Pengelola Terminal Angkutan
Jalan Provinsi Jakarta
Kedudukan Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI
Jakarta sebagai unit pelaksana teknis Dinas Perhubungan di bidang
pengelolaan terminal angkutan jalan, dan dipimpin oleh seorang kepala unit
10 Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Unit
Pengelola Terminal Angkutan Jalan (Jakarta: Dinas Perhubungan 2012), h: 9.
54
yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dibawah pimpinan kepala
Dinas Perhubungan atau mempunyai tanggung jawab kepala Dinas
Perhubungan. Tugas Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI
Jakarta yaitu, melaksanakan pengelolaan angkutan jalan, dan fungsinya
adalah: Satu, sebagai pelaksana ketatausahaan yang meliputi urusan
keuangan dan kepegawaian umum, perlengkapan dan pelaporan. Dua,
sebagai pelaksana kegiatan perencana dan pembangunan terminal angkutan
jalan. Tiga, sebagai pelaksana pengusahaan fasilitas terminal angkutan jalan.
Empat, sebagai perencanaan pemeliharaan terminal angkutan jalan. Lima,
pelaksana operasional angkutan jalan. 11
B. Hubungan Unit Pengelola Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta
dengan Terminal
Hubungan Unit Pengelola Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta dengan
terminal adalah setiap sarana, prasarana dan operasional di terminal serta
kepegawaian kepengurusan terminal berhubungan langsung dengan Unit
Pengelola Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta, dan juga setiap pungutan
retribusi terminal di serahkan kepada Unit Pengelola Angkutan Jalan
Provinsi DKI Jakarta. 12
11 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi Jakarta, Lampiran Unit Pengelola
Terminal AJ PROV DKI Jakarta (Jakarta: Dinas Perhubungan 2012), h: 7. 12 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi Jakarta, Rekapitulasi Data Fasilitas
Terminal PROV DKI Jakarta, h: 20.
55
C. Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur
1. Sejarah Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan nomor 31 tahun 1995,
terminal merupakan titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang
berfungsi sebagai pelayanan umum dan tempat pengendalian, pengawasan
pengaturan dan pengoperasian lalu lintas, serta tempat prasarana angkutan
yang merupakan bagian dari sitstem transportasi untuk melancarkan arus
penumpang dan barang, dan terminal mempunyai peran penting untuk
efisiensi kehidupan kota. 13
Terminal berfungsi sebagai sebagai alat pengendali kendaraan angkutan
umum, serta sumber pemungutan retribusi bagi pemerintah. selain itu,
terminal juga berfungsi untuk tempat menunggu kendaraan, untuk mengatur
kegiatan operasional angkutan dan sebagai tempat istirahat, informasi bagi
awak angkutan.14
Untuk meningkatkan pelayanan bagi masyarakat, maka pemerintah
mendirikan terminal Kampung Rambutan jakarta Timur pada tanggal 1
oktober 1992, yang diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta yang ke 10
Bapak Wiyogo Atmodarminto.15 Terminal Kampung Rambutan termasuk
terminal terbesar di DKI Jakarta, dan merupakan terminal penumpang type
A, yaitu terminal yang berfungsi melayani kendaraan umum seperti
13 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi Jakarta, Rekapitulasi Data Fasilitas
Terminal PROV DKI Jakarta, h: 1. 14 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi Jakarta, h: 2. 15 Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur,
Lampiran Tupoksi Terminal Kp. Rambutan, (Jakarta: Dinas Perhubungan 2012).
56
angkutan kendaraan antar provinsi (AKAP), lintas negara, angkutan
kendaraan antar daerah (AKAD) dan angkutan pedesaan. 16
2. Letak Demografi dan Geografis Terminal Kampung Rambutan
Jakarta Timur
Secara Demografi terminal kampung rambutan terbagi menjadi dua
wilayah yaitu terminal dalam kota dan terminal antar Kota. Terminal dalam
kota merupakan terminal transportasi trayek angkutan kota, sedangkan
terminal antar kota merupakan trayek angkutan kendaraan antar lintas
negara, provinsi, dan antar daerah. Di terminal Kampung Rambutan terdapat
sembilan puluh lima petugas, diantaranya 35 petugas dari terminal dalam
kota, dan 60 petugas dari terminal antar kota, dan petugas-petugas tersebut
terbagi dalam lima susunan keorganisasian yaitu, Kepala Terminal, Staff
TU, Kepala Regu beserta anggotanya, Karyawan PTT (Pegawai Tidak
Tetap), dan Petugas Kebersihan. 17
Secara Georgafis, terminal bus Kampung Rambutan Jakarta Timur
terletak di jalan lingkar luar timur dengan jalan tol jagorawi, jalan lingkar
utara bersebelahan dengan jalan. T.B. Simatupang, sebelah selatan dan barat
pemukiman penduduk. Terminal Kampung Rambutan memiliki luas
wilayah ± 141.000 M2. yang terbagi kedalam 2 wilayah, yaitu terminal
dalam kota seluas 87.200 M2, yang keseluruhan luas wilayah tersebut terdiri
dari, luas emplacement 9.762 M2, kantor 2,779 M2, taman 9.600 M2, trotoar
16 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi Jakarta, Rekapitulasi Data Fasilitas
Terminal PROV DKI Jakarta (Jakarta: Dinas Perhubungan 2012), h: 5. 17 Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur,
Struktur Organisasi Kepengurusan
Terminal Kp. Rambutan (Jakarta: Dinas Perhubungan 2012).
57
419 M2, dan pagar 1.087 M2. Sementara luas terminal antar kota adalah
53.800 M2, yang terdiri dari luas emplacement 5.560 M2, luas bangunan
3.248 M2, pelataran antar jemput 1568.50 M2, tempat parkir 65.000 M2,
taman 9.600 M2, panjang jalur keluar dan masuk 18.225 M2, dan menara
pengawas 4 lantai 1.670 M2 .18
Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar di bawah ini.
Sumber: Kantor Terminal Antar Kota Kampung Rambutan Jakarta Timur
18 Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur,
Lampiran Tupoksi Terminal Kp. Rambutan (Jakarta: Dinas Perhubungan 2012).
58
3. Visi dan Misi
Adapun visi dari terminal kampung rambutan adalah menciptakan
sistem transportasi yang terintegrasi dan berkualitas yang sejajar dengan
kota besar negara maju.
Dan misinya yaitu: Satu, tanggap terhadap kebutuhan masyarakat
akan pelayanan jasa yang tertib, teratur, tepat waktu. Dua, tangguh
menghadapi tantangan, rintangan. Tiga, terampil dan berprilaku gesit, ramah
sopan serta lugas. Empat, bertanggung jawab terhadap keselamatan dan
keamanan jasa perhubungan.19
4. Struktur Organisasi Kepengurusan Terminal Kampung Rambutan
Jakarta Timur
Kepengurusan di terminal kampung rambutan merupakan bagian dari
instansi Pemerintah, yaitu pegawai Dinas Perhubungan DKI Jakarta, serta
terdapat juga pegawai tidak tetap yaitu bukan merupakan pegawai dari
Dinas Perhubungan atau bukan pegawai negeri sipil (PNS). Kepengurusan
di terminal kampung rambutan terbagi menjadi 2 wilayah yaitu
kepengururan terminal dalam kota dan antar kota.
a. Struktur Organisasian Terminal Dalam Kota
Dalam struktur organisasi di terminal dalam kota Kampung
Rambutan, terdapat 8 jabatan kepengurusan, diantaranya yaitu: Satu, Kepala
Terminal dalam Kota, yang dijabat oleh Bpk. H. M. Hatta. Dua, Staff Tata
Usaha I dijabat oleh Yuliana. MS. S. AP. Tiga, Staff Tata Usaha II dijabat
19 Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur,
Lampiran Tupoksi Terminal Kp. Rambutan
59
oleh Evi Ekawati. Empat, Kepala Regu I dijabat oleh Katijo. Kepala Regu I
beranggotakan 6 orang, diantaranya yaitu: Saut Sihite, Sardi, Chaerudin, H.
Toyib, Husen, Rudi. Lima, Kepala Regu II dijabat oleh Yanuariyanto.SE.
Enam, Kepala Regu II beranggotakan 6 orang, yaitu: Hariyanto, Irawan,
Sunaryo, Abdullah, Rosyid, wasis. s. Tujuh, Kepala Regu III dijabat oleh
Puja Laksana. beranggotakan 6 orang, yaitu: Fadillah, Abidin, Ade
Hermawan, Zainal, Sobana, Jamal Sodik. Tujuh, Karyawan PTT dijabat
oleh Yaman. S. Delapan, Petugas Kebersihan. Petugas kebersihan
beranggotakan 10 orang, yaitu: A. Yani, Parman, Badrun, Purwadi, Supri,
Beben, Solihin, Utin, Sukrila, dan Mudji. 20
b. Struktur Organisasian Terminal Antar Kota
Kemudian, dalam struktur keorganisasian di terminal antar kota
terminal Kampung Rambutan terdapat 6 jabatan kepengurusan, diantaranya
yaitu: Satu, Kepala terminal antar kota yang dijabat oleh Bpk. Dwi Basuki.
Dua, Bagian Staff Tata Usaha dijabat oleh 9 orang, diantaranya adalah:
Bpk. M. T. Palalo, Elis Rusmini, Sri Rahayu, Siti Solihati, Susanti, Cristine,
U. Tetty Elfrida. T, Everiastuti Hardiati, Yaze Elficana (Upik). Tiga, Kepala
Regu I yang dijabat oleh Bpk. Sumarna. Kepala Regu I beranggotakan 15
orang, diantaranya yaitu: Gunardi, Sugiono, Andrea Setiawan, Yamsudin,
Ahmad, Akhmed Parulian, C. H. Supartiman, Sryono, Rahmat, Rohman,
Tito Hendarto, Pardi, Azirman, Anis, Kalam. Empat, Kepala Regu II yang
dijabat oleh Bpk. Simon Siregar, da regu tersebut terdapat 16 orang anggota,
20 Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur,
Struktur Organisasi Kepengurusan
Terminal Dalam Kota Kp. Rambutan (Jakarta: Dinas Perhubungan, 2012).
60
yaitu: Yos Sudarso, Suwarno, Mulus, M. Tampubolon, Saeful Hidayat,
Ajudin, Karno, Erwan Irawadi, Gino, Leon Irvantino, Irfan, Nur Gojali,
Nurul, Edwar Rodi, Hengki Kurniawan, Bambang Purwadi. Lima, Kepala
Regu II yang dijat oleh Bpk. H. Budi Prayitno, S. Sos. Beranggotakan tujuh
belas orang diantaranya yaitu: Anang Hidayat, Sapidi, Lukman, Imran
Anwar, Sajum, Madzen, Krisyanto, Afrizal Effendi, Nursirwan, Agus Salim,
Cecep Hermawan, Margono, Mula, Armon Rempe, Mulyadi, Udin.21
Organisasi kepengurusan terminal Kampung Rambutan Jakarta
Timur merupakan pegawai dari Dinas Perhubungan dan berstatuskan
Pegawai Negeri Sipil (PNS), terkecuali Petugas kebersihan merupakan
pegawai pilihan yang direkrut oleh karyawan PTT, dan berstatuskan bukan
pegawai negeri.22
5. Tugas-Tugas Kepengurusan Terminal Kampung Rambutan Jakarta
Timur
Tugas dari kepala terminal adalah pemangku kebijakan dan
mengkoordinasi setiap anggota kepengurusan. staff tata usaha (TU), yaitu
mengurus berkas atau surat-surat penting dan merangkap sebagai bendahara.
Kemudian, tugas dari kepala regu I, II, III adalah mengkoordinasi setiap
anggota untuk melaksanakan tugasnya yaitu menertibkan lingkungan
terminal, mengatur lalu lintas kendaraan, dan pedagang. Selanjutnya
21 Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur,
Struktur Organisasi Kepengurusan
Terminal Antar Kota Kp. Rambutan (Jakarta: Dinas Perhubungan, 2012). 22 Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur,
Lampiran organisasi kepengurusan
Terminal Dalam Kota Kp. Rambutan.
61
pegawai tidak tetap (PTT), tugasnya merekrut pegawai baru atau tambahan
untuk terminal. Dan yang terakhir petugas kebersihan, tugasnya yaitu
menjaga dan membuat lingkungan terminal menjadi nyaman aman dan
bersih.23
D. Kebijakan Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI
Jakarta Dalam Menangani Pedagang Kai Lima Di Terminal
Kampung Rambutan Jakarta Timur
Berdasarkan PERDA nomor 8 tahun 2007 pasal 25 ayat 2, setiap orang
atau badan dilarang berdagang berusaha di bagian jalan atau trotoar, halte,
jembatan penyeberangan orang dan tempat-tempat untuk kepentingan umum
lainnya.24 Dengan demikian, jelas para pedagang dilarang berjualan di
tempat publik karena mengganggu ketertiban umum. Akan tetapi, untuk
dapat memakai fasilitas di atas atau tanah milik pemerintah harus
mendapatkan izin gubernur atau pejabat yang bersangkutan.25 Kaitannya
dengan kebijakan relokasi pedagang kaki lima di terminal kampung
rambutan, pemerintah melalui PERDA Provinsi Khusus Ibukota Jakarta
nomor 12 tahun 2003 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, kereta api,
sungai dan danau, serta penyeberang di Provinsi DKI Jakarta, Unit
Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta menyediakan
pelayanan perizinan kegiatan usaha di terminal dengan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut: Satu, membayar retribusi sesuai waktu dan sesuai luasan.
23 Wawancara dengan AA di terminal Kp. Rambutan Jakarta Timur 24 Mei 2012. 24. PERDA nomor 8 tahun 2007 Ketertiban Umum 25. PERDA nomor 8 tahun 2007 Ketertiban Umum
62
Dua, tidak menjual barang dagangan selain jenis barang dagangan yang
telah di tentukan dalam surat ijin usaha. Tiga, memelihara kebersihan,
ketertiban, keamanan dan keindahan lingkungan di sekitar tempat usaha.
Empat, mananggung biaya listrik yang diperlukan. Lima, tidak mengubah
mengubah bentuk dan menyerahkan atau menyewakan fasilitas terminal
kepada pihak lain terkecuali atas persetujuan Dinas Perhubungan Povinsi
DKI Jakarta. Enam, tidak menuntut ganti rugi apabila badan usaha
melanggar ketentuan dari persyaratan, dan apabila tempat atau lokasi usaha
digunakan untuk kepentingan pengaturan di dalam terminal serta lokasi
terkena musibah. Tujuh, bangunan yang di bangun oleh badan usaha di
lahan terminal akan menjadi milik PEMDA PROV DKI Jakarta. Delapan,
memelihara kebersihan, ketertiban, keamanan, dan lingkungan sekitar.
Sembilan, dilarang tempat usaha dijadikan tempat tinggal. Sepuluh, tidak
menuntut rugi apabila lokasi rusak terkena musibah. Sebelas, mematuhi
undang-undang yang berlaku. Dua belas, bentuk dan ukuran kios setandar
yang di keluarkan oleh Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta. 26
Selanjutnya, Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI
Jakarta juga menyediakan pelayanan perpanjang perizinan kegiatan usaha di
terminal yang merujuk pada PERGUB nomor 66 tahun 2005, dan SK kepala
Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta nomor 1803 tahun 2008. Dalam
perpanjang perijinan terdapat ketentuan-ketentuan yang harus di laksanakan
oleh pemohon atau badan, diantaranya yaitu: Satu, setiap pemegang izin
26 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta Lampiran
Surat Ijin
Kegiatan Usaha Di Dalam Terminal Penumpang, Pool Bus Dan Terminal Barang Di Provinsi
Jakarta h: 1.
63
usaha wajib mematuhi ketentuan peraturan undang-undang yang berlaku
yaitu: a). Dilarang memindahkan ijin usaha ke pihak lain. b). Dilarang
melakukan kegiatan usaha yang telah ditetapkan dalam surat ijin usaha. c).
Dilarang menjadikan tempat tinggal sebagai tempat tinggal. d) Dilarang
menyewakan tempat fasilitas terminal kepada orang lain. Dua, masa ijin
berlaku sampai 1 tahun, dan dapat d perpanjang 3 kali setelah di evaluasi
oleh Dinas Perhubungan. Tiga, pemohon diwajibkan menyetujui atau
menandatangani surat persetujuaan kesanggupan untuk menaati peraturan
yang berlaku. Empat, dalam pemberiaan ijin Unit Pengelola Terminal
Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta memberikan 10 kali ijin usaha. Lima,
dalam mengesahkan perpanjangan selama 21 hari. 27
E. Gambaran Pedagang Kaki Lima Di Terminal Kampung Rambutan
Keberadaan pedagang kaki lima di terminal Kampung Rambutan
Jakarta Timur pada beberapa sisi telah memberikan manfaat khususnya
calon penumpang untuk mendapatkan sesuatu yang kebetulan kita butuhkan,
serta ikut berperan membantu meningkatkan pelayanan di terminal.
Bayangkan jika di terminal tidak ada pedagang kaki lima para penumpang
tidak merasa nyaman dengan perjalanan dalam aktifitasnya meskipun
keberadaannya kerap kali sangat mengganggu. Karakteristik pedagang di
terminal kampung rambutan dapat dibedakan dari berbagai macam, seperti
jenis dagangan, legalitas (status), serta sarana dan prasarana. Janis dagangan
27 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta, Lampiran Surat
pengurusan perpanjang Ijin Usaha Di Dalam Terminal Bus Dan Terminal Di Provinsi DKI
Jakarta 2012, h: 1-2.
64
pedagang di terminal Kampung Rambutan hampir sama dari kios ke kios
seperti nasi, soto, baso, rokok, buah-buahan dan makanan ringan (cemilan).
Selain makanan dan minuman, terdapat juga jenis dagangan seperti majalah
dan koran, serta pelayanan jasa yaitu servis handphone dan peterusan (WC
umum).
Di terminal kampung rambutan terdapat dua kelompok pedagang yaitu
pedagang yang resmi (Legal), dan tidak resmi (Ilegal). Pedagang resmi
adalah pedagang yang menempati fasilitas penunjang terminal, yaitu kios-
kios permanen di ruang tunggu terminal antar kota dan dalam kota, serta
yang letaknya di jalur keluar terminal di areal terminal dalam kota.
Sedangkan pedagang tidak resmi, pedagang yang tidak memiliki tempat
atau berdagang secara liar (ngasong atau ngider dari tempat ke tempat).
Karakteristik pedagang tidak resmi kebanyakan dari mereka adalah para
perantau yang datang dari luar DKI Jakarta, diantaranya: Jawa, Sumatera,
dan Madura. Mereka berjualan dengan menggunakan fasilitas sederhana,
seperti alasan (tikar), pikulan, dan gerobak, dan kerap menempati jalur
transprotasi di terminal kampung rambutan. Jenis barang dagangan yang di
jajakan pedagang tidak resmi diantaranya: rokok, buah-buahan, makanan
ringan, nasi goreng, baso, dan soto.
Di terminal Kampung Rambutan, membolehkan setiap kalangan
masyarakat untuk dapat melakukan kegiatan ekonomi atau usaha, dan
menggunakan fasilitas penunjang terminal, karena fasilitas penunjang bukan
65
hanya diperuntukan bagi para pedagang kaki lima. Sebagaimana yang
diungkapkan Bpk. AA:
Ya selain di ruang tunggu, kios-kios yang ada di jalur keluar terminal
untuk pedagang saja, untuk masyarakat juga, misalkan ada masyarakat yang ingin usaha di terminal ini kami bantu, dan kami tempatkan ke lokasi relokasi itu (24 Mei 2012: 10.00 WIB) 28
Berdasarkan hasil temuan dilapangan, para pedagang atau badan yang
melakukan kegiatan perekonomian secara resmi di terminal kampung
rambutan terdapat 2 kelompok yaitu, kelompok pengusaha, atau pengelola
yang mendirikan usaha berbentuk perusahaan seperti PT, CV, dan UD, serta
kelompok badan yang berdiri sendiri yaitu, para pedagang kaki lima yang
menempati fasilitas penunjang terminal.
Jumlah pedagang kaki lima resmi di terminal kampung rambutan saat
ini terdapat 89 pedagang atau pengelola, diantaranya: badan yang berdiri
sendiri terdapat 69 orang, dan 20 pengusaha atau Perusahaan. Dengan
jumlah kios 140 buah yang tersebar di 3 wilayah yaitu di terminal antar
kota terdapat 37 kios, terminal dalam kota 30 kios, dan di jalur keluar
terminal terdapat 73 kios.
Pedagang resmi di terminal antar kota, saat ini berjumlah 23 pedagang
yang terbagi menjadi 2 yaitu, pengusaha, atau badan yang mendirikan usaha
berbentuk perusahaan sebanyak 13 pengelola, dan 11 orang yang berdiri
sendiri yaitu, para pedagang kaki lima. Dengan jumlah kios 37 buah. Untuk
lebih jelasnya lagi dapat di lihat table di bawah:
10 Wawancara dengan AA, di Kantor terminal Dalam Kota Kampung Rambutan 24 Mei
2012
66
Tablel Jumlah Kios Dan Pedagang Terminal Antar Kota.29
No Nama Jumlah kios Jenis kegiatan usaha
1 PT. Tujuan Indo Jaya 6 Rumah Makan
2 Bunayah 1 Soto dan bakso
3 HJ. Mahdatusoliha 1 Soto dan bakso
4 PT. Karya Amanah Indah 3 WC dua unit, dan Musolah
5 PT. Wahana Bakti Jaya 2 WC
6 PT. Twin Donuts 1 Donuts
7 UD. Martipan Jaya 3 Makanan dan minuman
8 Siswati 1 Bakso dan minuman
9 Nainggolan 1 Koran dan Majalah
10 Jhoni P. Simanjuntak 1 Rokok dan minuman
11 PT. Telsindo Pratama 1 wartel
12 UD. Ulli Persada Mitra 2 Rumah Makan dan Minuman
13 UD. Empat Saudara 2 Makanan dan minuman
15 UD. Anugerah Jaya Santosa 1 RM. Makan
16 Lili 1 Rokok dan minuman
17 UD. Barhos 1 Rokok dan minuman
18 Mawan Hermawan 1 Rumah Makan
19 H. Sueb 1 WC
20 H. Rosda Farida 1 WC
28 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta, Lampiran Daftar
Pengguna Fasilitas Terminal Antar Kota Kp. Rambutan 2012.
67
21 PT. Modulindo 4 Musolah, WC, bengkel dan Warkop
22 CV. Try karya utama 1 WC
23 PT. Kindys Donuts 1 Donuts
JUMLAH 37
Data jumlah pedagang di atas, merupakan pedagang atau pengelola
yang menempati fasilitas penunjang terminal, yaitu di ruang tunggu terminal
antar kota.
Selanjutnya, di terminal dalam kota terdapat 2 lokasi binaan, yaitu di
ruang tunggu terminal dan jalur keluar terminal yang merupakan areal
relokasi untuk para pedagang. Pedagang di ruang tunggu terminal saat ini 17
orang, diantaranya: pengusaha, atau badan yang mendirikan usaha
berbentuk perusahaan sebanyak 12 pengelola, dan 5 orang yang berdiri
sendiri yaitu, para pedagang kaki lima. Dengan jumlah kios 37 buah . Untuk
lebih jelas lagi dapat dilihat pada tabel di bawah:
Tablel Jumlah Kios dan Pedagang di Ruang Tunggu Terminal
Dalam Kota.30
No Nama Jumlah kios Jenis kegiatan usaha
1 Ex. PT. Marga Jaya 2 Rokok dan minuman
2 PT. Donfra Putra 1 wartel
3 UD. Martipan Jaya 2 Rokok dan minuman
29 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta, Lampiran daftar
Pengguna Fasilitas Terminal Dalam Kota Kp. Rambutan 2012.
68
4 PT. Tujuan Indo Jaya 4 Rumah Makan
5 UD. Ulli Persada Mitra 1 Rumah Makan dan rokok
6 PT. Karya Amanah Indah 2 WC
7 UD. Berkat 1 Rumah Makan
8 UD. Empat Saudara 2 Makanan dan minuman
9 UD. Dian Mandiri 2 Makanan dan minuman
10 H. Sueb 5 Rumah Makan, WC, Soto
11 UD. Barhos 1 WC
12 Hj. Rosda Farida 2 WC, dan RM sunda
13 Chici 1 Rumah Makan Sunda
14 PT. wahana bhakti jaya 1 WC
15 PT. Tri Karya Utama 1 WC
16 Bunayah 1 Soto mie
17 Nurkhasanah 1 Rumah Makan
JUMLAH 30
Kemudian, jumlah pedagang yang menempati bangunan relokasi di
jalur keluar terminal saat ini terdapat 69 orang, diantaranya: pengusaha,
atau badan yang mendirikan usaha berbentuk perusahaan sebanyak 4
pengelola, dan 65 orang yang berdiri sendiri yaitu, para pedagang kaki lima.
Dengan jumlah kios 73 buah . Untuk lebih jelasnya lagi dapat di lihat table
di bawah:
69
Tablel Jumlah Kios dan Pedagang di Jalur Keluar Terminal.31
29 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta, Lampiran Daftar
Pengguna Fasilitas Terminal Jalur Keluar Terminal Kp. Rambutan Kp. Rambutan 2012.
No Nama Jumlah kios Jenis kegiatan usaha
1 Muh. Muhammad 1 Kopi/indomie
2 Jibril 1 Counter pulsa
3 Wahyu 1 Cuonter pulsa
4 Hotib 1 Air isi ulang
5 Heri 1 Kios kaset
6 Abdullah 1 Bengkel
7 Hendar 1 peturasan
8 Ginjring 1 peturasan
9 H. Salim 1 Makanan dan minuman
10 Iyus 1 Makanan dan minuman
11 Juleha 1 ketoperak
12 Romli 1 Makanan dan minuman
13 PT. Tujuan Indo Jaya 4 Rm. Padang dan rumah makan 3
14 UD. Empat saudara 3 Rumah makan, Makanan dan minuman 2
18 Yanto 1 Buah-buahan
19 Landung 1 Buah-buahan
20 Saeful 1 Buah-buahan
21 Novi 1 Buah-buahan
70
23 Suardi 1 Buah-buahan
24 Gatot lestari 1 Buah-buahan
25 Widji 1 Buah dan sayur
26 Narmi 1 Buah-buahan
27 Budi 1 Buah-buahan
28 Marni 1 Buah-buahan
29 Bejo 1 Buah-buahan
30 Aris 1 Buah-buahan
31 Zarkoni 1 Buah-buahan
32 Wiwit 1 Buah-buahan
33 Nurmini 1 Buah dan sayur
34 Siti 1 Buah-buahan
35 Kamto 1 Nasi goreng
36 Ikem 1 Buah-buahan
37 Kartiman 1 Soto dan bakso
38 Saefudin 1 Mie ayam
39 Nurhayati 1 Kopi/indomie
40 1 Kopi/indomie
41 Niman 1 Sepatu dan sandal
42 Yayat 1 Air Isi ulang
43 Suhendar 1 Counter pulsa
44 Acah 1 Kopi/indomie
71
45 H. Sueb 3 Peturasan 2 dan Rumah Makan
47 Halimah 1 RM. Betawi
48 Enok 1 Warung tegal
49 Titi Sumiarti 1 Warung tegal
50 Hj. Rosna Farida 1 RM. Sunda
51 Handi 1 Koran dan majalah
52 Pipit Khoerunisa 1 Counter pulsa
53 UD. Martipan Jaya 2 Rokok dan minuman
54 Supri 1 Kopi/indomie
55 H. Sumardi 1 Warung tegal
56 Emi 1 Rumah makan/ rokok
57 Manto 1 Rokok dan minuman
58 Khoerun 1 Sepatu dan sandal
59 Carik 1 Buah-buahan
60 Hj. Amini Musdah 1 Rumah makan
61 PT. Telsindo Pratama 1 Wartel
62 Wawan Hermawan 1 Makanan dan minuman
63 Mimin 1 Kopi/indomie
64 Balqis 1 Rokok dan minuman
65 Ade 1 Counter pulsa
66 Herman 1 Servis handphone
67 Agus salim 1 Nasi goreng
72
Jumlah pedagang resmi yang ada di terminal kampung rambutan,
sebagian besar para pedagang kaki lima yang telah di relokasi oleh Unit
Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta, dan masyarakat
luar yang mendirikan usaha berbentuk perusahaan. Sebagaimana yang
diungkapkan K:
Awal nya kan ada pedagang kaki lima disana di ruang tunggu, dan kita bentuk PKL yaitu pedagang kakil lima sampe saat ini, waktu masih pejabat masih pak arifin kalo gak salah ya pak tahun 2001, eh eee pak tomson, ke pak arifin, pak didi dan sekarang pak haji atta. awalnya itulah padagang kaki lima dari di ruang tunggu kita fasilitasi kita ajukan ke UPT, jadi kerja sama PT ama UPT.
32
Lokasi resmi di terminal Kampung Rambutan pada beberapa sisi telah
memberikan manfaat yang luar biasa khususnya untuk pedagang kaki lima
itu sendiri, mereka mendapatkan lokasi yang nyaman untuk berjualan dan
bisa melakukan aktifitasnya tanpa ada rasa ketakutan untuk dirajia,
sebagaimana yang di ungkapkan L: Kesannya dagang di terminal, ya
kesatu kita merasa aman, kedua ya kita merasa nyaman dengan adanya
lokasi resm (25 Mei 2012: 15.00 WIB).33
6 Wawancara dengan K, di Rumah Makan Jalur Keluar Terminal (Kios Relokasi) 8 agustus
2012. 30 Wawancara dengan L, di Kios Rumah Makan Terminal Kampung Rambutan Dalam
Kota 25 Mei 2012
68 Jajang 1 Koran dan majalah
69 Riswan 1 Soto dan bakso
JUMLAH 73
73
Selain itu, manfaat dari adanya padagang kaki lima di lokasi resmi juga
memberikan manfaat retribusi kas daerah, dan meningkatkan fasilitas
terminal. 34
48 Wawancara dengan H, di Rumah Makan Terminal Kampung Rambutan Dalam Kota 21
Mei 2012.
74
BAB IV
ANALISIS
A. Peran dan kebijakan Unit Pengelola Angkutan Jalan Provinsi DKI
Jakarta dalam Merelokasi Pedagang Kaki Lima di Terminal
Kampung Rambutan Jakarta Timur
1. Kebijakan Relokasi
Pembahasan ini merupakan hasil penelitian, yang akan menggambarkan
bagaimana Unit Pengelola Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta
menjalankan perannya sebagai Sub Dinas dari instansi pemerintah yaitu
Dinas Perhubungan (DISHUB) dalam merelokasi pedagang kaki lima di
terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur. Dalam rangka menunjang
kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Perhubungan, sehingga
Dinas Perhubungan membentuk Sub Dinas yaitu Badan Pengelola Terminal,
pada tanggal 22 Januari 2003 berganti nama menjadi Unit Pengelola
Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta berdasarkan Keputusan
Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor 8 tahun 2003.1 Dinas Perhubungan
memberikan tugas kepada Sub Dinas tersebut untuk mengelola terminal,
seperti pelaksana pembangunan terminal, merenovasi, dan memfasilitasi
semua yang berhubungan dengan terminal, serta mempunyai visi misi
membantu masyarakat kelas menengah ke bawah untuk dapat melakukan
kegiatan usaha di terminal. Sebagaimana yang di nyatakan Bpk. WW:
1 Wawancara dengan WW, di Unit Pelayanan Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI
Jakarta 20 Mei 2012
75
Oohh bukan itu aja kalo UPT teminal, tugasnya ada bangun terminal,
membantu apa namanya kelas menengah ke bawah, susah juga sih ya memang rata-rata, tapi rata-rata sih saya liat memang buat menengah ke bawah kan visi misinya awalnya waktu pembangunan badan pengelola terminal (20 Mei 2012: 11.00 WIB).2
Berdasarkan tugas dan visi misi awal di bentuknya Unit Pengelola
Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta, maka keberadaan Sub
Dinas ini perannya untuk mengabdi kepada kepentingan sistem
(masyarakat).3 Dengan demikian, Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan
Provinsi DKI Jakarta dalam menjalankan perannya dituntut dalam setiap
tindakannya memberikan manfaat bagi masyarakat khususnya para
pedagang.4
Melihat keberadaan pedagang kaki lima yang kerap mengganggu
ketertiban dan sering menciptakan situasi dan kondisi yang tidak nyaman di
terminal kampung rambutan, serta pertumbuhannya yang semakin banyak,
Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta pada tahun
2001 memberikan ijin kepada pihak terminal untuk mengelola lahan
terminal sebanyak 10 persen dari luasan terminal yaitu di jalur keluar
terminal di areal terminal dalam kota.5 Kemudian, pihak terminal membuat
program relokasi dengan menampung dan memfasilitasi para pedagang liar
2 Wawancara dengan WW . 3 George ritzer & Douglas J. Goodman, Teori sosiologi Modern, h: 125
4 Ferryroen, Talcott Parsons: Teori Struktur Fungsional , Ferryroen, 30 Agustus 2011, h: 2. Diakses pada tanggal 14 April 2012 http://ferryroen.wordpress.com/tag/talcott-parsons-teori-struktur-fungsional/
5 Wawancara dengan WW.
76
yang kerap beroperasi di lingkungan terminal khususnya di ruang tunggu
penumpang ke bangunan permanen seperti kios-kios persegi empat yang
konstruksi utamanya terdiri dari tembok, kayu, atap asbes dan bahan-bahan
lainnya, yang lokasinya di jalur keluar terminal di areal terminal dalam
kota,6 dan bangunan tersebut diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Bpk.
Sutioso.7
Berdasarkan hasil di lapangan, penulis menemukan informasi
bahwasannya dalam menyukseskan program relokasi, selain pihak terminal
yang menyediakan bangunan, para pedagang kaki lima juga ikut serta dalam
pembangunannya, seperti mendirikan bangunan sendiri untuk mereka
dengan modal pribadi. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan K:
Dulu bangunan polos dan sekarang di bangun kios yang bangunan di bangun sendiri. cuman UPT ini menyediakan tempat saja atau lahan. awalnya itulah padagang kaki lima dari di ruang tunggu kita fasilitasi kita ajukan ke UPT, jadi kerja sama antara PT ama UPT (30 Juni 2012: 14.00 WIB).8
Untuk lebih jelasnya lagi, letak dan bentuk bangunan relokasi di
terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur dapat dilihat pada gambar
sebagai berikut:
6 Wawancara dengan K, di Rumah Makan Jalur Keluar Terminal (Kios Relokasi), 8 agustus
2012. 7 Wawancara dengan C, di Kantor Terminal Kampung Rambutan Antar Kota, 8 agustus
2012 6 Wawancara dengan K.
77
Sumber: Observasi di Terminal Kp. Rambutan Jakarta Timur 15 April 2012.
Tujuan relokasi di jalur keluar terminal kampung rambutan yaitu, untuk
menciptakan situasi dan kondisi yang aman dan nyaman di terminal
Kampung Rambutan Jakarta Timur, dan penataan ruang terminal supaya
tidak ada pedagang kaki lima liar,9 serta untuk menambah anggaran
pendapatan daerah atau kas daerah yang diperoleh melalui dana retribusi
dari setiap para pedagang.10 Selain itu, upaya untuk memberikan
kesempatan bagi masyarakat dan pedagang kaki lima untuk melakukan
kegiatan usaha di terminal tersebut.11
8 Wawancara dengan C, di Terminal Kampung Rambutan 8 agustus 2012 9 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi Jakarta, Rekapitulasi Data Fasilitas
Terminal PROV DKI Jakarta, h: 36. 10 Wawancara dengan AA, di Terminal Kampung Rambutan 24 Mei 2012
Terminal dalam kota
Terminal antar kota
78
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, letak bangunan relokasi
terdapat di jalur keluar terminal antar kota dan dalam kota, serta dibangun di
atas trotoar. Ini merupakan suatu penyimpangan, karena jalur keluar
terminal merupakan jalan pemberangkatan alat transportasi, dan trotoar
adalah fasilitas untuk para pejalan kaki dan bukan digunakan untuk tempat
berdagang, hal ini melanggar ketentuan PERDA No 8 tahun 2007 pasal 12
yang melarang menyalahgunakan atau mengalihkan fungsi jalur hijau,
taman dan tempat-tempat umum.12 Namun, berdasarkan tujuan dari program
relokasi tersebut, menurut analisis penulis merupakan untuk kepentingan
Dinas, dan hal tersebut disahkan berdasarkan PERDA nomor 8 tahun 2007
pasal 36, walaupun salah dalam penempatannya.13
Proses pemakaian fasilitas penunjang atau bangunan relokasi di
terminal kampung rambutan, ada 4 tahapan yang penuilis lihat di lapangan,
yaitu:
a. Tahap Perijinan Kegiatan Usaha.
Sebelum para pedagang dapat melakukan kegiatan usaha di terminal
Kampung Rambutan atau memakai bangunan relokasi, para pedagang
diharuskan mengurus perijinan terlebih dahulu ke Unit Pengelola Terminal
Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta,14 dan mempersiapkan persyaratan-
persyaratannya, yaitu sebagai berikut: Pertama, mengisi formulir
10 Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No 8 tahun 2007 pasal 12 Ketertiban Umum
h: 6. 11 Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No 8 tahun 2007 pasal 36, h: 10. 12 Wawancara dengan AA, di Terminal Kampung Rambutan 24 Mei 2012
79
pendaftaran. Dalam memperoleh formulir pendaftaran, pemohon dapat
mengambilnya di seksi operasional, dan diwajibkan melampirkan
rekomendasi pemohon, seperti lokasi usaha, jenis usaha, dan ukuran
bagunan atau luasan lahan yang akan digunakan di tempat tersebut
(terminal). Kedua, melampirkan foto ukuran 3x4. Ketiga, meyiapkan berkas
atau tanda nomor pokok wajib pajak (NPWP). Keempat, kartu tanda
penduduk (KTP). Kelima, membayar retribusi. 15 Setelah mengisi formulir
pendaftaran dan memenuhi persyaratannya, formulir tersebut diserahkan
kepada Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta untuk dipersetujui,
dan pemohon melengkapi kembali surat perijinan ke Unit Pengelola
Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta untuk mendapatkan nomor
stiker atau nomor pendaftar, serta membayar retribusi.16 Selanjutnya,
pemohon mengkonfirmasi ke terminal agar di tempatkan di lokasi yang
telah di sediakan. Sebagaimana yang diungkapkan Bpk. AA:
Kalo masalah pemakaian kios-kios itu maupun membangun bangunan...! yaa itu juga harus seperti tadi lagi, ijin dulu ke UPT, baru konfirmasi ke kita, misalkan sudah dipersetujui sama UPT baru kita alokasikan mereka ketempat yang masih kosong (24 Mei 2012: 10.00 WIB).17
Dalam mengurus atau membuat perijinan pemohon tidak di pungut
biaya, namun hanya di wajibkan membayar dana retribusi yang jumlahnya
sesuai luas lokasi yang di gunakan. Ketentuan tersebut berdasarkan PERDA
13 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta, Lampiran
Surat Ijin
Kegiatan Usaha Di Dalam Terminal Penumpang, Pool Bus Dan Terminal Barang Di Provinsi
Jakarta (Jakarta: Dinas Perhubungan, 2012), h: 1. 14 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta, Lampiran
Surat Ijin
Kegiatan Usaha Di Dalam Terminal Penumpang, Pool Bus Dan Terminal Barang Di Provinsi
Jakarta (Jakarta: Dinas Perhubungan, 2012), h: 1. 15 Wawancara dengan AA, di Terminal Kampung Rambutan 24 Mei 2012
80
NO 1 tahun 2006 tentang retribusi, dan berdasarkan informasi dari Bpk.
WW:
Kalo biaya perijinan ga ada biaya, cuman dia bayar retribusi sesuai luasan, retribusi sesuai PERDA 1 tentang retribusi daerah, nah di situ ada tuh,... beda-beda memang kalo kaya di rambutan ni kan antar kota namanya biasanya di perda itu 30.000 meter persegi, luasannya berapa nih buat jualannya nih tinggal di kali luas. kalo di dalam kota yang berdampingan dengan antar kota itu retribusinya 20 ribu (20 Mei 2012: 11.00 WIB).18
b. Perpanjang Perijinan Kegiatan Usaha.
Dalam satu tahun, suatu badan atau orang yang melakukan kegiatan
usaha diterminal harus melakukan perpanjang ijin usaha. Masa perpanjang
perijinan, Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta
memberikan 10 kali ijin untuk melakukan kegiatan usaha di terminal,19 ijin
tersebut dapat diberikan setelah proses perpanjangan perijinan telah di
lengkapi persyaratannya, serta sudah di seleksi kelayakan dalam melakukan
kegiatan usaha di terminal oleh Unit Pengelola Teminal Provinsi DKI
Jakarta, sebagaimana yang diungkapkan WW: Masa ijin 1 tahun
perpanjang, nah per 3 tahun kita evaluasi gitu, maksudnya layak ga dia
jualan di situ 20 Kemudian, dalam Proses penetapan permohonan
17 Wawancara dengan WW di Unit Pelayanan Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI
Jakarta, 20 Mei 2012 18 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta, Lampiran Surat
pengurusan perpanjang Ijin Usaha Di Dalam Terminal Bus Dan Terminal Di Provinsi DKI
Jakarta, h: 2 19 Wawancara dengan WW, di Unit Pelayanan Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI
Jakarta, 20 Mei 2012.
81
pengurusan izin dan perpanjangan perijinan usaha pada lokasi terminal
dilaksanakan selama 21 hari.21
Untuk Lebih jelas lagi, prosedur pelayanan permohonan ijin dan
perpanjang perijinan dalam melakukan kegiatan usaha di terminal Bus
Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat pada diagram sebagai berikut: 22
c. Tahap Seleksi Usaha.
Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta
memberikan seleksi kepada pedagang dengan memberikan 5 persyaratan
jenis usaha penunjang yang berdasarkan ketentuan PERDA Provinsi Khusus
20 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta, Lampiran Surat
pengurusan perpanjang Ijin Usaha Di Dalam Terminal Bus Dan Terminal Di Provinsi DKI
Jakarta, h: 2
Proses 21 Hari
UPT Terminal
Pemohan Atau Badan
Seksi Operasional
Kepala UPT TerminalTerminal
Sekretaris DISHUB
Wakil Kepala Dinas
Kepala Dinas
Pernomor Surat
82
Ibukota Jakarta nomor 12 tahun 2003, diantaranya adalah: Satu, kios
makanan dan minuman. Dua, kios majalah dan koran. Tiga, WC umum
(peterusan). Empat, kios karcis atau stiker bus. Lima, warung
telekomunikasi (WARTEL).23 Dengan adanya ketentuan diatas, maka dalam
melakukan kegiatan usaha di terminal para pedagang tidak dapat
menentukan jenis dagangannya untuk di pasarkan atau di jual, karena Unit
Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta telah menentukan
jenis usaha yang di perbolehkan. Dengan adanya ketentuan tersebut, tanpa
disadari dapat menghambat gerak para pedagang dalam melakukan usaha,
dan kemungkinan bisa mengurangi pendapatan mereka, bahkan
menimbulkan daya saing di antara pedagang.
d. Membayar retribusi.
Setiap pedagang yang menempati lokasi relokasi atau fasilitas
penunjang terminal, diwajibkan membayar retribusi atau sewa berdasarkan
lokasi dan luasan tempat. Pedagang yang melakukan kegiatan usaha di
wilayah terminal antar kota (AK) di kenakan RP. 30.000 permeter dengan
masa tenggang satu bulan, dan untuk di wilayah terminal dalam kota (DK)
Rp. 20.000 permeter dengan masa tenggang satu bulan, kemudian untuk di
terminal yang berdiri sendiri atau terminal kecil yang digunakan hanya
untuk perlintasan kendaraan dikenakan biaya Rp. 15.000 permeter dengan
masa tenggang satu bulan. Ketentuan tersebut berdasarkan PERDA nomor 1
tahun 2006 tentang Retribusi, dan Hasil wawancara dengan WW:
21 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta Lampiran Surat
pengurusan perpanjang Ijin Usaha Di Dalam Terminal Bus Dan Terminal Di Provinsi DKI
Jakarta, h: 1
83
Kalo yang berdiri sendiri, terminal berdiri sendiri kaya rawamangun, pasar minggu, kelender itu cuma 15 ribu per meter peseginya, kalo berdampingan kaya rambutan kan itu ada antar kota, dan dalam kota itu 20 ribu, pokoknya yang antar kota itu 30 ribu mau di lebak bulus kek, mo di kalideres, di pulo gadung. di dalam kotanya 20 ribu (20 Mei 2012: 11.00 WIB). 24
Dalam melakukan pembayaran retribusi, para pedagang membayar
sewa tempat kepada pihak terminal,25 kemudian dari kepengurusan terminal
diserahkan ke Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI
Jakarta. Dana retribusi tersebut digunakan untuk kas daerah.26
Dengan adanya proses perijinan, pedagang kaki lima mendapatkan
jaminan hukum dari pemerintah, dan jaminan keamanan dalam melakukan
kegiatan usaha di terminal Kampung Rambutan. Mekanisme perijinan dan
bentuk bangunan yang sediakan oleh Unit Pengelola Terminal Angkutan
Jalan Provinsi DKI Jakarta, bila dikaitkan dengan PERGUB PROV. DKI
Jakarta nomor 8 tahun 2009 tentang lokasi sementara pasal dua sampai
dengan pasal lima, maka bentuk relokasi yang dilakukan oleh Unit
Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta merupakan
relokasi untuk usaha mikro atau pedagang kaki lima ke lokasi sementara.27
22 Wawancara dengan WW di Unit Pelayanan Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI
Jakarta, 20 Mei 2012 23 Wawancara dengan H, salah satu pedagang resmi di Terminal Dalam Kota Kp.
Rambutan Jakarta Timur 21 Mei 2012 24 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi Jakarta, Rekapitulasi Data Fasilitas
Terminal PROV DKI Jakarta, h: 36. 15 Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur,
PERGUB PROV. DKI Jakarta No 8 Tahun
2009 Tentang Lokasi Sementara (Jakarta: Dinas Perhubungan 2012), h: 65.
84
2. Kebijakan Sementara
Pemerintah melarang kegiatan perekonomian informal ilegal (pedagang
kaki lima liar) berdasarkan PERDA nomor 8 tahun 2007 pasal 25, yang
isinya melarang setiap orang membeli barang yang dipasarkan oleh para
pedagang kaki lima. Dengan adanya ketentuan tersebut, jelas kegiatan
perekonomian informal ini dilarang pemerintah. Namun, di terminal
kampung rambutan masih banyak pedagang kaki lima yang liar masih eksis
dan pertumbuhannya semakin banyak.
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, faktor pedagang kaki lima
masih tetap eksis dan berkembang diterminal Kampung Rambutan
dikarenakan adanya kebijakan sementara yang diberikan oleh pihak terminal
kepada pedagang kaki lima liar, dan kebijakan tersebut dan berdasarkan
konsensus (kesepakatan) antara pihak terminal dengan para pedagang kaki
lima tidak resmi. Kebijakan tersebut, isinya yaitu:
a. Jam operasional
Dalam melakukan kegiatan usaha para pedagang kaki lima liar,
diberikan kebebasan oleh pihak terminal untuk dapat masuk di dalam
terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur berdasarkan jam tertentu yang
telah disepakati oleh para pedagang liar, yaitu mulai dari jam 12 siang
sampai dengan jam 5 pagi. Ketentuan ini berdasarkan informasi dari para
pedagang yang statusnya tidak resmi (liar), diantaranya yaitu dari N
pedagang buah-buahan yang sering beroperasi di wilayah terminal dalam
85
kota: Ya ada waktu waktu tertentu aja dari jam 12 siang sampe jam 5 sore
abis-abis ya terakhir sampe subuh aja jam 5 pagi (15 April 2012: 10.00
WIB). 28
Selanjutnya, informasi dari D yang merupakan pedagang nasi
goreng, mie rebus dan kopi yang di wilayah terminal antar kota terminal
kampung rambutan sebagai berikut, Kebijakannya ya kalo siang macet,
jadi bikin ganggu ketertiban umum, eeh ini lah ini, bikin macet mobil, macet
bis jadi di kasih waktunya sampe jam empat, jam setengah lima sampe jam
empat malem (25 Mei 2012: 09.00 WIB). 29 Kemudian, E pedagang buah
buahan di terminal dalam kota, berpendapat sama yaitu: Kebijakan ada,
tapi cuman boleh masuk ya jam 3 abis djuhur, dan sekitar jam empat
sorelah (24 Mei 2012: 19.00 WIB).30
b. Membayar Retribusi
Selain diberikan jam operasional, pedagang berkewajiban membayar
retribusi sebesar Rp. 2000 sampai Rp. 3000 perharinya untuk jasa
kebersihan, dan di koordinasi oleh petugas kebersihan. Seperti yang
diungkapakan juga oleh E: Kalo masalah pungutan ya sekedar uang
kalo pungutan itu dari
(25 Mei 2012: 09.00 WIB).31 Hal serupa dinyatakan oleh D:
Iya 2000, yaaa bayar sekedarnya lah untuk kebersihan, dan pokoknya ada
26 Wawancara dengan N, di WARTEG Terminal Dalam Kota, 15 April 2012 26 Wawancara dengan D, Warung Sayur Di Samping Terminal Kampung Rambutan, 25
Mei 2012 25 Wawancara dengan E, Warung Kopi Di Terminal Dalam Kota, 24 Mei 2012 27 Wawancara dengan E.
86
(25 Mei 2012: 09.00 WIB).32
Kemudian, menurut S: Itu namanya, uang kebersihan atauwa apa pokoknya
3000, tapi masalah yang nerima saya ga tau (22 Mei 2012: 12.00 WIB). 33
Selanjutnya N berpendapat: Pungutan, ada sih tapi cuma tiap hari minggu
(15 April 2012: 10.00
WIB).34
c. Konsekuensi
Konsekuensi merupakan tindakan represif yang dilakukan pihak
terminal kepada pedagang kaki lima yang melanggar kebijakan parsial
tersebut dengan cara merajia atau mengusir mereka dari wilayah terminal
Kampung Rambutan, hal ini terjadi apabila mereka melanggar jam
operasional yang telah ditetapkan, sebagaimana yang di ungkapkan D: Ya
(25 Mei 2012: 09.00
WIB). 35 Kemudian N berpendapat sama yaitu: Pernah sih (di razia), ya
ngelanggar batas peraturan aja, kan dah di kasih waktu, trus ngelanggar
(15 April 2012: 10.00 WIB). 36
d. Lokasi
Pihak terminal memberikan kebebasan kepada pedagang kaki lima
untuk menentukan lokasi usaha, dengan syarat tidak melanggar jam
operasional yang telah ditentukan dan mengganggu ketertiban di terminal
28 Wawancara dengan D. 2012 29 Wawancara dengan S, di Warung Kopi Samping Dalam Kota, 22 Mei 2012 26 Wawancara dengan N. 30 Wawancara dengan D. 26 Wawancara dengan N.
87
kampung rambutan. Hal ini berdasarkan informasi dari D: Lokasi tempat,
kita nentuin sendiri, cari lahan kosong buat jualan (25 Mei 2012: 09.00
WIB). 37
Hasil observasi di lapangan, penulis mendapatkan 3 lokasi sentral
yang kerap dijadikan tempat para pedagang liar dalam memasarkan atau
menjual dagangannya, yaitu di wilayah terminal dalam kota, jalur masuk
terminal dan jalur keluar terminal. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat
pada gambar sebagai berikut:
Sumber: Observasi di Terminal Kp. Rambutan Jakarta Timur 15 April 2012.
31 Wawancara dengan D.
Pedagang liar Di Wilayah Terminal Dalam Kota
Pedagang Liar Di Jalur Masuk Terminal Pedagang Liar Di Jalur Keluar Terminal
88
Alasan para pedagang tidak resmi (liar) memilih ketiga lokasi
tersebut yaitu, merupakan tempat yang stategis karena ramai akan pengguna
fasilitas terminal atau penumpang.38 Bila dikaitkan dengan teori Mc. Gee
and Yeung, persebaran yang dilakukan para pedagang kaki lima di terminal
kampung rambutan merupakan pola penyebaran memanjang (Linier
Concentration) karena terfokus pada eksebilitas yang tinggi pada lokasi,
dikarenakan sering dilalui dan tempat berkumpulnya para pengguna jasa
terminal atau calon penumpang.39 Selanjutnya, jenis barang dagangan yang
dipasarkan oleh para pedagang kaki lima liar di terminal kampung rambutan
merupakan barang mentah atau yang tidak diproses seperti buah-buahan,
dan bentuk usaha yang dilakukan para pedagang dapat dikategorikan dalam
aktivitas semi permanen (Semi Static), karena menggunakan sarana yang
sederhana yaitu dengan menggunakan keranjang untuk dijadikan gelaran
mereka.40
Berdasarkan PERDA nomor 2 tahun 2002 tentang Perpasaran
Swasta, 41 yang isinya memberikan hak kepada pedagang kaki lima dengan
menyediakan ruang usaha bagi usaha kecil dan pedagang kaki lima sebesar
20 persen lahan pemerintah. Dengan demikian, berdasarkan peraturan
26 Wawancara dengan N. 23
Ari Susilo Budi, Kajian Karakteristik Berlokasi Pedagang Kaki Lima Berdasarkan
Preferensi PKL Serta Persepsi Masyarakat Sekitar di Kota Pemalang. Semarang: Tesis, Jurusan Perencanaan Pembangunan Wilayah Dan Kota, Universitas Diponegoro, 2006, h: 39.
23 Ari Susilo Budi, Kajian Karakteristik Berlokasi Pedagang Kaki Lima Berdasarkan
Preferensi PKL Serta persepsi Masyarakat Sekitar di Kota Pemalang, h: 37. Diakses pada tanggal 25 November 2011 dari www. Eprints.undip.ac.id.
19 Jakarta go. Id, Wawancara Gubernur Dengan Harian Indonesia Harian Indonesia, 30 November 2009, h: 3. Diakses pada 25 Februari 2012. http://www.jakarta.go.id/web/news/2009/11/WAWANCARA-GUBERNUR-DENGAN-HARIAN-INDONESIA
89
daerah tersebut, kebijakan sementara yang di berikan pihak terminal,
menurut analisis penulis merupakan bentuk perlindungan terhadap pedagang
kaki lima, serta merupakan bentuk realisasi dari PERDA nomor 8 tahun
2007 pasal 27 ayat 1 tentang usaha tertentu, yang isinya yaitu:
Setiap orang atau badan dilarang menempatkan benda-benda dengan maksud untuk melakukan sesuatu usaha di jalan, dipinggir rel kereta api, jalur hijau, taman dan tempat-tempat umum, kecuali di tempat-tempat yang telah diizinkan oleh pejabat berwenang yang ditunjuk oleh Gubernur (Gubernur Provinsi DKI Jakarta. 2007: 6).
42
Bila dikaitkan dengan teori konflik, kebijakan sementara merupakan
bentuk dan tingkatan intervensi konflik, yaitu pengelolaan konflik (Conflict
Management). Pengelolaan Konflik suatu tindakan antipasi pemerintah
khususnya pihak terminal Kampung Rambutan jakarta Timur, supaya tidak
bergejolaknya perlawanan-perlawanan (konflik) dari pedagang kaki lima
dengan menciptakan berbagai pemecahan masalah.43 Serta, untuk
menjegahnya konflik terbuka di lingkungan terminal, seperti secara
langsung kepada petugas yang mau menangkap mereka, menolak relokasi,
dan tetap berjualan di lingkungan terminal.44
Kebijakan sementara, bila di analisis dengan teori fungsional
struktural, di satu sisi bersifat fungsional karena pihak terminal dapat
mengontrol para pedagang kaki lima liar, menyukseskan program relokasi
dengan memberikan keuntungan bagi pemakai bangunan relokasi, dan
19 Ketertiban Umum 19 Novri Susan, Sosiologi Konflik Dan Isu-Isu Konflik Kontemporer (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group 2009), h: 97. 44 Maria Sri Rahayu Strategi Pedagang Kaki Lima Terhadap PERDA No. 3 Tahun 2000:
Studi Kasus Di Lapangan Puputan Margarana Denpasar , h: 14.
90
memberikan peluang untuk para pedagang tidak resmi atau liar untuk
mencari nafkah di terminal Kampung Rambutan. Namun, menurut Robert
K. Merton, keadaan dimana seluruh bagian dari sistem sosial bekerjasama
dalam suatu tingkatan keselarasan atau konsistensi internal yang memadai,
tanpa menghasilkan konflik berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau
diatur adalah bertentangan dengan fakta, karena dalam kenyataannya dapat
terjadi sesuatu yang fungsional bagi satu kelompok, tetapi dapat pula
bersifat disfungsional bagi kelompok yang lain.45 di sisi lain kebijakan
sementara menjadi disfungsional karena berdasarkan hasil temuan
dilapangan (hasil wawancara dengan pedagang kaki lima liar), kebijakan
tersebut menghambat usaha mereka, dan masih ada tindakan represif
diantara mereka walaupun telah diberikan jam operasional dan ada pungutan
retribusi. Hal ini mengartikan bahwa kebijakan sementara ini tidak ada
jaminan hukum dan keamanan untuk para pedagang kaki lima liar.
Dengan adanya disfungsional dari kebijakan sementara, maka
kebijakan sementara merupakan pembatasan ruang gerak pedagang kaki
lima liar. Seperti harapan yang ungkapan D: Ya minta nya sih ga banyak-
banyak. di kasih waktu, di kasih inilah pokoknya jam 4 kita masuk tar pagi
kita sudah selesai kita pulang gitu aja ga minta banyak-banyak (25 Mei
2012: 09.00 WIB).46 Selanjutnya dari N:
27 Shvoong, Pokok-pokok Teori Struktur Fungsional . Shvoong, 30 Juni 2011, h: 3. Diakses pada tanggal 20 April 2012. http://id.shvoong.com/law-and-politics/contemporary-theory/2180241-pokok-pokok-teori-struktural-fungsional/#ixzz1oRAim3fI
33 Wawancara dengan D.
91
Kalo pesan, untuk seluruh bapak LLD gitu tolong lah di kasih batas waktu yang panjang apa lagi kalo misalkan hari minggu mah di bebaskan biar para pedagang bisa sama-sama cari makan (15 April 2012: 10.00 WIB).47
Dari penjelasan kedua informan tersebut, maka jelas bahwa memang
kebijakan sementara terasa sangat memberatkan dan sangat menekan
kehidupan pedagang kaki lima liar di terminal tersebut. Dari segi hukum
aktivitas yang mereka lakukan sangat jelas telah melanggar peraturan daerah
yang berlaku, sementara pekerjaan itu merupakan pilihan yang harus ambil
ditengah ketidakberdayaan mereka. Maka tidak dipungkiri terdapatnya
bentuk-bentuk pembangkangan untuk menghadapi dominasi tersebut dalam
bentuk resistensi (perlawanan).
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, bentuk resistensi yang
digunakan oleh para pedagang kaki lima liar yaitu dengan melanggar
kebijakan yang telah ditentukan, seperti tetap berjualan dengan melanggar
jam operasional yang telah ditentukan dengan strategi hardware, yaitu
mengambil kesempatan dari situasi (main kucing-kucingan).48 Mengutip
dari pemikiran James Scott, tindakan perlawanan diatas merupakan bentuk
resistensi terbuka, karena merupakan penolakan terhadap kategori-kategori
yang dipaksakan kepada para pedagang kaki lima, dan tidak berpretensi
mengubah sistem dominasi, tetapi hanya untuk menolak sistem yang
berlaku yang bersifat eksploitatif dan tidak adil.49
26 Wawancara dengan N. 48 Alisjahbana, Sisi Gelap Perkembangan Kota (Yogyakara: Laksbang Pressindo 2005), h:
142-143. 49 James Scott, Senjatanya Orang-orang Yang Kalah (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
2000), h. 40-41.
92
Bentuk resistensi selanjutnya yaitu resistensi terselubung, dengan
tindakan menerima ketentuan atau kebijakan yang diberikan pihak terminal
dengan cara menggerutu, mengomel, membicarakan petugas diam, pasrah,
dan mengikuti peraturan serta menerima konsekuensi yang diberikan.
Seperti yang diungkapkan E: Untuk keinginan saya, ya maunya sih dari
siang gitu, cuman karna ga diijinin, jadi yaa mau ga mau harus sore, jadi
(24 Mei 2012: 19.00 WIB).50
Menurut teori fungsional struktural, bentuk resistensi tersebut
merupakan bagian dari ritualisme (Ritualism), yaitu suatu keadaan di mana
warga masyarakat menolak tujuan yang telah ditetapkan namun masih tetap
memilih sarana atau tata cara yang telah ditentukan.51 Kemudian, Menurut
Hardjana, tindakan yang dilakukan para pedagang kaki lima dengan
menerima ketentuan atau kebijakan yang diberikan pihak terminal dengan
cara diam, pasrah dan mengikuti peraturan serta menerima konsekuensi
yang diberikan, termasuk kedalam konflik tertutup.52
Kedua bentuk resistensi yang dilakukan oleh para pedagang
merupakan suatu proses sosial untuk meminimalisir eksploitasi terhadap
mereka (para pedagang kaki lima liar).53 Sedangkan menurut Gurr, tindakan
32 Wawancara dengan E. 27 Dr. Ir. Herien puspitawati, Teori Struktural Fungsional Dan Aplikasinya Dalam
Kehidupan Keluarga (Bogor: Ikk Fema 2009), h: 17-18 52 Agus M. Hardjana, Konflik di Tempat Kerja (Yogyakarta: Kanisius 1994), h. 16-18. 53 Alisjahbana, Resisitensi Pedagang Kaki Lima di Perkotaan: Studi Kasus PKL Kota
Surabaya , Humanika, Vol 82, Desember 2004, h: 126.
93
tersebut merupakan suatu protes sosial penolakan akan keputusan dari pihak
otoriter atau yang berwenang, yaitu kepengurusan terminal.54
Dalam menghadapi resistensi pedagang kaki lima liar, pihak terminal
menerapkan berbagai cara untuk menanggapi kehadiran merekasalah
satunya dengan tindakan represif seperti di razi dan pengusiran, hal tersebut
dilakukan untuk terciptanya lingkungan yang kondusif, aman, dan tertib.
Sebagaimana yang diungkapkan Bpk. AA:
Yaa kalo misalkan pedagang yang tidak resmi itu berdagang di wilayah terminal kita tertibkan, apalagi sampai menimbulkan kemacetan dan mengganggu pejalan kaki atau orang-orang yang ingin memakai fasilitas terminal, kita akan merazia mereka, karna
jelas-jelas mengganggu (24 Mei 2012: 10.00 WIB).55
Sebagaimana yang diungkapkan Dahrendorf, bahwa kesetabilan atau
keseimbangan terjadi karena adanya pemaksaan,56 dan konflik sosial yang
didasarkan pada oposisi kepentingan kelas dan konsekuensi konflik itu
dalam melahirkan perubahan sosial.57 Dengan demikian, walaupun tindakan
ini mencederai kemanusiaan atau tidak manusiawi, namun tindakan represif
perlu dilakukan untuk mencapai tujuan supaya terciptanya lingkungan yang
kondusif di lingkungan terminal dengan mengontrol para pedagang liar
supaya tidak mengganggu ketertiban di terminal, dan tempat relokasi
menjadi lebih bermanfaat bagi pedagang kaki lima, serta keberadaan
54
(Studi Kasus di Kab. Bogor, Prov. Jawa Barat Komunitas, Vol. IV No.3 (November 2008), h: 55.
39 Wawancara dengan AA. 34 Zainuddin Malik, Narasi Agung: Tiga Teori Sosial Hegemonik (Surabaya: LPAM 2003),
h:207. 57 Robert M. Z. Lawang, ed, Paul Johnson: Teori Sosiologi Klasik dan Modern II (Jakarta:
Gramedia 1986), h: 183.
94
pedagang kaki lima liar tidak merugikan pedagang resmi dalam
menjalankan usaha, dan juga memperoleh penghasilan yang diharapkan. Hal
ini sebagaimana harapan yang di ungkapkan L: Ya terganggu sih mas, ya
kesatu omset kita menurun dengan adanya pedagang-pedagang liar (25
Mei 2012: 15.00 WIB).58 Kemudian, harapan dari H:
Iyya emang sih merasa risih juga sih cuman yaa namanya orang mencari makan gitu pak, masing-masing aja rizkinya, ga ngelarang sih yaa kalo bisa sih di tertibkan lah, biar supaya yang punya kios ini pendapatannya lebih layak gitu lah (25 Mei 2012: 16.40 WIB).59
B. Faktor Penghambat Relokasi Pedagang Kaki Lima Di Terminal
Kampung Rambutan Jakarta Timur
Dalam menjalankan program di lapangan, tentunya banyak ditemukan
beberapa kendala. Berdasarkan informasi yang di peroleh di lapangan, ada
beberapa kendala yang dihadapi oleh pihak Unit Pengelola Terminal
Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta dalam relokasi yaitu:
1. Dalam penyediaan bangunan fasilitas penunjang terminal Unit
Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta hanya
diperbolehkan memakai 10 persen dari luasan terminal.60
2. Dalam melakukan kegiatan usaha di terminal kampung rambutan,
Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta
mengijinkan pihak terminal memfasilitasi para pedagang, serta
35 Wawancara dengan L, Kios Rumah Makan Terminal Kampung Rambutan Dalam Kota,
25 Juni 2012 36 Wawancara dengan H, Kios Rumah Makan Terminal Kampung Rambutan Dalm Kota,
21 Mei 2012
37 Wawancara dengan WW .
95
memperbolehkan para pedagang mendirikan bangunannya sendiri,
di satu sisi kebijakan tersebut membantu pedagang dalam
melakukan kegiatan usaha di terminal, namun di sisi lainnya
memberatkan pedagang atau pengelola yang sudah mendirikan kios
di kawasan terminal karena kios-kios yang dibangun di atas lahan
pemerintah (terminal) akan menjadi hak milik pemerintah, 61 dan
selanjutnya di kelola oleh Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan
Provinsi DKI Jakarta. 62 Ketentuan tersebut jelas merugikan para
pedagang yang telah mendirikan kios dengan modal sendiri
kemudian hak kepemilikannya di ambil, dalam peraturan tersebut
pemerintah seolah-olah menjadi pihak yang otoriter dalam
pengaturannya, dan tidak mempertimbangkan keinginan dan
kesejahteraan pedagang.
3. Tempat relokasi untuk para pedagang di terminal kampung rambutan
saat ini tidak dapat di tambah atau di perbanyak, sebagaimana yang
diungkapkan WW: Sebenernya..! kalo fasilitas terminal, baik itu di
terminal DKI itu tida
(20 Mei 2012: 11.00 WIB).63 Kemudian, menurut AA: Sekarang
fasilitas penunjang tidak bisa di tambah lagi karena aset atau lahan di
26 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta, Lampiran
Surat Ijin
Kegiatan Usaha Di Dalam Terminal Penumpang, Pool Bus Dan Terminal Barang Di Provinsi
Jakarta, h: 1. 6 Wawancara dengan K. 38 Wawancara Wawancara dengan WW
96
(24 Mei 2012: 10.00
WIB).64
4. Dengan adanya ketentuan pembatasan pembangunan fasilitas
terminal atau tempat relokasi, Unit Pengelola Terminal Angkutan
Jalan Provinsi DKI Jakarta saat ini hanya memberikan bantuan
kepada para pedagang yang sudah menempati tempat relokasi
dengan memperbolehkan memperpanjang ijin usaha, sebagaimana
yang diutarakan WW:
Jadi ini yang ada aja, untuk perpanjang aja memperpanjang tempat, jadi gak boleh di tambah lagi, maksudnya ga boleh permohonan baru atau memohon ijin baru, yang ada sekarang ini hanya proses
perpanjang aja, permohonan ijin (20 Mei 2012: 11.00 WIB). 65
Dengan adanya ketentuan yang hanya 10 persen peruntukan bangunan
fasilitas terminal, berdampak minimnya bangunan relokasi untuk para
pedagang kaki lima. Kemudian, dengan adanya pembatasan dalam
penyediaan fasilitas terminal dan Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan
Provinsi DKI Jakarta hanya melayani para pedagang yang sudah terdaftar
menempati lokasi resmi, mengakibatkan banyak pedagang kaki lima yang
tidak dapat mengakses fasilitas terminal, serta tidak memberikan
kesempatan kepada pedagang lain untuk menempati lokasi tersebut,
sehingga masih banyak para pedagang melakukan aktifitasnya di ruang-
ruang publik dan menjadi pedagang liar.
39 Wawancara dengan AA. 40 Wawancara dengan WW .
97
5. Proses perijinan yang berbelit-belit dan waktu persetujuan perijinan
yang lama, sehingga menyulitkan para pedagang kaki lima untuk
mengakses fasilitas resmi tersebut.
6. Situasi dan kondisi di terminal kampung rambutan yang kurang
menjamin untuk melakukan kegiatan usaha. Hal tersebut membuat
para pedagang berpikir dua kali untuk memakai fasilitas yang
tersedia di terminal, dikarenakan ketakutan akan hasil atau materi
(penghasilan) yang akan mereka peroleh nantinya tidak memuaskan,
sehingga tidak mencukupi untuk kebutuhan kebutuhan sehari hari
dan membayar sewa tempat. Hal ini berdasarkan pernyataan dari E:
Kalo saya mau istilahnya sewa-sewa tempat kan kita liat dulu
kondisi pak, kita takutnya udah di siapin di sewain trus jualan kita
kurang pak hasilnya (24 Mei 2012: 19.00 WIB).66 Kemudian N
berpendapat sama yaitu: Ya kalo nyewa kios mah penghasilan
kurang, trus biayanya juga gede, sewanya gede, kalo ngasongkan
(15 April 2012: 10.00 WIB).67
41 Wawancara dengan E. 26 Wawancara dengan N.
98
C. Respon Pedagang Terhadap Kebijakan Unit Pengelola Terminal
Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta Dan Terminal
Tujuan relokasi di terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur adalah
mengatasi problematika para pedagang kaki lima dengan memberikan ruang
atau lokasi kepada mereka supaya dapat terciptanya tata ruang yang
kondusif, tertib, serta kenyamanan dan keamanan untuk para pedagang kaki
lima dalam melakukan kegiatan usahanya.68 Namun, tidak semua para
pedagang kaki lima berniat untuk menempati lokasi tersebut, dikarenakan
fasilitas yang disediakan Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi
DKI Jakarta sangat minim, serta situasi dan kondisi yang kurang menjamin
di terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur sehingga masih banyak para
pedagang melakukan kegiatan usahanya secara liar. 69 Hal ini berdasarkan
sumber dari pedagang seperti yang diungkapkan oleh H:
Kalo bisa sih di terminal ini fasiltasnya di tambah lagi gitu pak, maksudnya biar supaya fasilitasnya itu banyak biar ada peminatnya dan omset buat saya juga ya bisa bertambah lah (25 Mei 2012: 16.40 WIB).70
Dengan adanya harapan, rasa ketidakpuasan dari pedagang, serta
ketakutan akan situasi dan kondisi yang kurang menjamin, pihak terminal
dan Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta mencoba
memenuhi dan mengatasi semua keluhan dari pedagang supaya dapat
pindah ketempat relokasi, yaitu dengan memberikan pelayanan pendaftaran
42 Wawancara dengan AA. 43 Wawancara dengan E. 44 Wawancara dengan H.
99
gratis, biaya sewa yang dapat di jangkau pedagang,71 menempatkan relokasi
yang mudah di jangkau konsumen seperti di jalur keluar terminal kampung
rambutan,72 serta memberikan keamanan.
Pelayanan yang diberikan oleh pihak terminal dan Unit Pengelola
Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta yang melihat keinginan
pedagang berdampak positif, sehingga lambat laun jumlah pedagang kaki
lima yang menggunakan relokasi bertambah. Menurut data yang di dapat
dari terminal, pada tahun 2011 bangunan lokasi binaan yaitu ruang tunggu
terminal di tempati hanya 64 kios, diantaranya: diterminal antar kota
terdapat 32 kios, dan di terminal dalam kota terdapat 32 kios. kemudian,
menurut data terbaru dari Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi
DKI Jakarta, tahun 2012 yang menempati tempat relokasi ada 67 pengelola
atau para pedagang, diantaranya: diterminal antar kota terdapat 37
pedagang, dan di terminal dalam kota terdapat 30 pedagang,73 serta terdapat
69 pedagang dengan 73 jenis usaha di jalur keluar terminal Kampung
Rambutan.74
Dari beberapa tindakan dan gagasan dari pihak terminal dan Unit
Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta mampu
mendorong para pedagang kaki lima bahkan masyarakat untuk memakai
fasilitas penunjang yang di sediakan, hal ini berdasarkan kesan para
45 Wawancara dengan WW. 46 Wawancara dengan AA. 47Terminal Kampung. Rambutan Jakarta Timur, Daftar Pengguna Fasilitas Terminal
Dalam Kota Kp. Rambutan 2011-2012. 29 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta, Lampiran daftar
Pengguna Fasilitas Terminal Jalur Keluar Terminal Kp. Rambutan Kp. Rambutan 2012.
100
pedagang seperti yang di ungkapkan H: Dagang disini.!, yaa cukup puas
soalnya disini keamananya juga ya saya rasa kondusif gitu (25 Mei 2012:
16.40 WIB)..75
Kemudian, Hal yang tidak jauh berbeda diungkapkan L: Kesannya ya
ke satu, kita merasa nyaman, ke dua kita merasa aman gitu (25 Mei 2012:
15.00 WIB).76
Dari pernyataan diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa tindakan
atau kebijakan Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI
Jakarta jika di analisis melalui teori fungsional struktural merupakan suatu
fungsi. Fungsi tersebut merupakan suatu kegiatan yang diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan dari sebuah sistem, serta untuk menciptakan
equibilitium atau keseimbangan di lingkungan tersebut. Dalam tindakan-
tindakan tersebut ditemukan komponen-komponen penting yaitu:
1. Adaptasi (Adaptation), dengan adanya tempat relokasi di terminal
kampung rambutan, supaya para pedagang kaki lima dapat
menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan menggunakan
sarana dan fasilitas seperti kios-kios, serta mengikuti peraturan-
peraturan yang ada, agar dapat berjualan di terminal Kampung
Rambutan Jakarta Timur.
48 Wawancara dengan H. 49 Wawancara dengan L.
101
2. Tujuan (Goal), tujuan relokasi tersebut untuk menambah
pendapatan daerah (APD) atau kas daerah, menciptakan ketertiban
umum, dan memenuhi kebutuhan pedagang.
3. Integrasi (Integration), dengan adanya relokasi di terminal kampung
rambutan adalah untuk dapat terciptanya kerjasama antara
pemerintah dan pedagang yang dapat saling menguntungkan antara
kedua belah pihak, seperti keuntungan dari segi finansial.
4. Pemeliharaan Pola-pola (Latency), agar terciptanya tujuan dan
fungsi terminal yang memberikan pelayanan yang kondusif
terhadap masyarakat, maka perlu adanya pemeliharaan pola yang
ada di terminal kampung rambutan melalui kebijakan pemerintah
atau peraturan daerah. Dengan adanya kebijakan atau peraturan dari
pemerintah yang mengatur masalah pedagang kaki lima di terminal
Kampung Rambutan, maka terminal akan terjaga sebagai tempat
pelayanan yang nyaman untuk masyarakat, dengn pemeliharaan
pola ini juga pedagang kaki lima akan mentaati kebijakan yang
diberikan pemerintah untuk terciptanya keertiban umum. Kebijakan
ini harus terus di aplikasikan secara continue (berkelanjutan)
sehingga pola yang ada terminal sebagai tempat layanan publik bisa
terjaga dengan baik.
102
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Tujuan relokasi pedagang kaki lima di terminal kampung rambutan yaitu
untuk menciptakan suasana tertib dan rapih di lingkungan terminal tersebut,
dan membantu masyarakat khususnya para pedagang kaki lima supaya dapat
melakukan kegiatan usaha dengan aman dan nyaman. Pendekatan relokasi
dipilih sebagai bentuk kepedulian pemerintah pada kebutuhan pedagang kaki
lima akan ruang berusaha yang juga legal. Dengan merelokasi pedagang kaki
lima ke lokasi fasilitas terminal, di harapkan pedagang dapat terus berusaha
dan mendapatkan penghidupan yang lebih baik.
Dari hasil pembahasan sebelumnya, relokasi pedagang kaki lima di
terminal kampung rambutan Jakarta Timur telah dapat mencapai tujuan.
Pertama, Respon positif dari para pedagang yang terbukti dari data Unit
Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta. Kedua, ditinjau
dari aspek fisik dapat di simpulkan, relokasi telah dapat memunuhi fungsi
sebagai ruang usaha untuk para pedagang kaki lima di terminal kampung
rambutan. Ketiga, program relokasi memberikan peluang bagi para pedagang
kaki lima dan masyarakat untuk dapat melakukan kegiatan usaha di terminal.
103
Namun, di lapangan terdapat penyimpangan yang dilakukan oleh oknum-
oknum yang memanfaatkan keberadaan pedagang kaki lima, seperti pungutan
retribusi terhadap pedagang kaki lima yang tidak memiliki tempat (liar),
bahkan pemberian lokasi dan jam operasional tanpa memberikan jaminan
akan hukum dan keamanan. Kebijakan tersebut sangat baik dalam menangani
pedagang liar supaya keberadaan mereka tetap eksis dan memberikan peluang
untuk memenuhi kehidupan mereka. Akan tetapi Kebijakan tersebut jelas
melanggar PERDA NO 1 Tahun 2006 tentang retribusi daerah, di dalam
PERDA ini menyatakan setiap pemungutan retribusi dikenakan kepada badan
atau orang yang memanfaatkan tanah milik negara yang sudah mendapatkan
izin dari pihak yang berwenang. Dengan demikian kegiatan pungutan
retribusi kepada pedagang kaki lima yang tidak memiliki tempat menyimpang
dari PERDA tersebut. Kemudian, PERDA No 8 Tahun 2007 pasal 25 ayat 2
yang menyebutkan bahwa Setiap orang atau badan dilarang berdagang,
berusaha di bagian jalan atau trotoar, halte, jembatan penyebrangan orang dan
tempat-tempat untuk kepentingan umum lainnya terkecuali mendapatkan ijin
dari gubernur.
Kemudian, kebijakan yang diberikan Unit Pengelola Terminal Angkutan
Jalan Provinsi DKI Jakart dan dari terminal Kampung Rambutan Jakarta
Timur belum dapat mengakomodasi keinginan dari PKL, karena masih
banyak harapan-harapan atau keinginan dari pedagang kaki lima yang resmi
dan pedagang liar.
104
2. Rekomendasi
Dari kesimpulan pembahasan di atas, dapat diusulkan rekomendasi
sebagai berikut:
a. Untuk mencapai tujuan relokasi, diperlukan konsistensi
dari pemerintah yang mempunyai peran dan kebijakan.
b. Dalam program relokasi harus lebih dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat khususnya pedagang.
c. Dalam menagani pedagang kaki lima yang liar harus lebih
bijak dan tegas, serta melarang atau menindaklanjuti
x
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Alisjahbana. 2005. Sisi Gelap Perkembangan Kota. Yogyakara: Laksbang Pressindo.
Berry, David. 2003. Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Dagun, M. Seve. 1997. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga
Pengkajian Kebudyaan Nusantara/LPKN.
Effendi, Tadjuddin Noer. 1993. Sumber Daya Manusia Peluang Kerja Dan
Kemiskinan. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya. Hardjana, Agus M. 1994. Konflik di Tempat Kerja.Yogyakarta: Kanisius.
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aplikasi Untuk Penelitian
Pendidikan, Hukum, Ekonomi & Management, Sosial, Humaniora, Politik,
Agama, dan Filsafat. Jakarta: GP. press. Jayadinata. J. T. 1999. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan,
Perkotaan dan Wilayah. Bandung: ITB. Kountur, Roni. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: PPM. Press.
Kuswarno, Engkus. 2009. Penelitian Fenomenologi Konsepsi, Pedoman, dan
Contoh Penelitiannya: Fenomena Pengemis Kota Bandung. Bandung: Widya Padjajaran
Malik, Zainuddin. 2003. Narasi Agung: Tiga Teori Sosial Hegemonik. Surabaya: LPAM.
Marbun, B.N. SH. 2003. Kota Indonesia Masa Depan. Jakarta: Erlangga.
Lawang, Robert M. Z, ed. 1986. Paul Johnson: Teori Sosiologi Klasik dan
Modern II. Jakarta: Gramedia.
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta. 2010. Pembentukan Organisasi Dan
Tata Kerja Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan. Jakarta: Gubernur Provinsi DKI Jakarta.
Puspitawati, Herien. 2009. Teori Struktural Fungsional Dan Aplikasinya Dalam
Kehidupan Keluarga. Bogor: Ikk Fema.
xi
Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Ritzer, George & Douglas J. goodman. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Prenada Media Group. Sajogyo, Pudjiwati. 1985. Sosiologi Pembangunan. Jakarta: PT. Etasa Dinamika. Scott, James. 2000. Senjatanya Orang-orang Yang Kalah. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Permai.
Sudarso. 2003. Resistensi Terselubung Buruh Anak Perkebunan. Laporan Penelitian Lembaga Penelitian Universitas Airlangga.
Susan, Novri. 2009. Sosiologi Konflik Dan Isu-Isu Konflik Kontemporer. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur. Lampiran Tupoksi Terminal Kp.
Rambutan. Jakarta: Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta.
Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur. 2012. Lampiran Organisasi
Kepengurusan Terminal Dalam Kota Kp. Rambutan. Jakarta: Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta.
Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur. 2012. Lampiran Organisasi
Kepengurusan Terminal Antar Kota Kp. Rambutan. Jakarta: Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta.
Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi Jakarta. 2012. Rekapitulasi
Data Fasilitas Terminal PROV DKI Jakarta. Jakarta: Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta.
Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi Jakarta. 2012. Lampiran
Tupoksi Unit Pengelola Terminal AJ PROV DKI Jakarta. Jakarta: Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta.
Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta. 2012. Lampiran
Surat Ijin Kegiatan Usaha Di Dalam Terminal Penumpang, Pool Bus Dan
Terminal Barang Di Provinsi Jakarta. Jakarta: Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta.
Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta. 2012. Lampiran
Surat Pengurusan Perpanjang Ijin Usaha Di Dalam Terminal Bus Dan
Terminal di Provinsi DKI Jakarta Jakarta: Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta.
xii
Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta. 2012. Lampiran
Daftar Pengguna Fasilitas Terminal Antar Kota Kp. Rambutan. Jakarta: Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta.
Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta. 2012. Lampiran
Daftar Pengguna Fasilitas Terminal Dalam Kota Kp. Rambutan. Jakarta: Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta.
Veeger, K. J. 1993. Realitas Sosial: Refleksi Filsafat Sosial Atas Hubungan
Individu Masyarakat Dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Skripsi/Tesis:
Santoso, Heru. 2011. Pemberdayaan Komunitas Pedagang Kaki Lima Oleh
Fahmina Institut di Cerebon. Jakarta: Skripsi. Jurusan Kesejahteraan Sosial. UIN Syarif Hidayatullah.
Aswad, Muhammad. 2012. Implementasi Etika Bisnis Islam: Memotret
Moralitas Kakao di Kabupaten Palma, Sulawesi Barat Jakarta: Tesis. UIN Syarif Hidayatullah.
Jurnal:
Resistensi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastuktur Perdesaan: Studi Kasus di Kab. Bogor, Prov. Jawa Barat Komunitas,
Vol. IV No.3 November.
Resisitensi Pedagang Kaki Lima di Perkotaan: Studi Kasus PKL Kota Surabaya. Humanika, Vol. 82. Desember.
Perundang-undangan:
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan. 2010.
Peraturan Daerah NO 8 Tahun 2007 Tentang Ketertiban Umum.
Peraturan Daerah NO 2 Tahun 2002 Tentang Perpasaran Swasta Di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Peraturan Daerah NO 1 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Tahun 2007-2012. Peraturan Daerah NO 1 tahun 2006 tentang retribusi.
xiii
Peraturan Daerah Provinsi khusus Ibukota Jakarta NO 12 Tahun 2003 tentang
Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Kereta Api, Sungai Dan Danau, Serta Penyeberang Di Provinsi DKI Jakarta.
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta NO 8 Tahun 2009 Tentang Lokasi Sementara.
Peraturan Gubernur NO 66 THN 2005 dan SK kepala Dinas Perhubungan Provinsi daerah Khusus Ibu kota Jakarta NO 1803 Tahun 2008
Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2008. Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Internet:
1. Artikel
Konsep Dan Ruang Lingkup Kebijakan Publik Allfredeon, Modul 1 Desember. Diakses pada 2 Februari 2012. http://allfredoem.files.wordpress.com/2010/10/modul-1-konsep-dasar-kebijakan-publik1.pdf
Darmawan, Yusran. 2009. tensi dalam Kajian Antropologi. Timur Angin,
20 Agustus Diakses pada tanggal 2 Februari 2011. http://timurangin.blogspot.com/2009/08/resistensi-dalam-kajian antropologi.html.
Ferryroen. 2011. Talcott Parsons: Teori Struktur Fungsional 30 Agustus. Diakses pada 14 April 2012. http://ferryroen.wordpress.com/tag/talcott-parsons-teori-struktur-fungsional/
Ma'az, Mamfaluthy Al- Dampak Kebijakan Relokasi Terhadap Tingkat Pendapatan Pedagang Kaki Lima Menurut Perspektif Islam: Studi Kasus Di Banda Aceh. Penuebah, 21 Juni. Diakses pada tanggal 2 Februari 2012. http://peunebah.blogspot.com/2011/06/dampak-kebijakan-relokasi-terhadap.html.
PERDA RTRW 2030 Disahkan Berita Jakarta. 25 Agustus 2011.
Diakses pada tanggal 16 Maret 2012. www.jakarta.go.id/web/news/2011/.../Perda-RTRW-2030-Disahkan.
xiv
Listiliani, Wanda. 2011. Pedagang Kaki Lima dan Lapangan Kerja JABAR.
Akatiga. Diakses pada tanggal 20 Desember 2011. www_akatiga_org_index_php_artikeldanopini_usahakecil_72pkldanlapkerja_tmpl_component.pdf.
Shvoong. 2011. Pokok-pokok Teori Struktur Fungsional Shvoong, 30 Juni. Diakses pada tanggal 20 April 2012. http://id.shvoong.com/law-and politics/contemporary-theory/2180241-pokok-pokok-teori-struktural- fungsional/#ixzz1oRAim3fI
2. Jurnal
Hamidjoyo, Kunto. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Kebijakan, Penataan, Pembinaan, Dan Penertiban Pedagang Kaki Lima Di Surakarta: Studi Kasus Di Kecamatan Lawetan. Diakses pada tanggal 14 Februari 2012. ejournal.undip.ac.id/index.php/dialogue/article/download/466/346.
Sri Rahayu, Maria. 2000. Strategi Pedagang Kaki Lima Terhadap PERDA no. 3 Tahun 2000: Studi Kasus Di Lapangan Puputan Margarana Denpasar. UNUD. Denpasar : Tesis. Fakultas Pendidikan IPS, Jurusan Sejarah IKIP PGRI. Diakses dari Internet pada tanggal 20 Oktober 2012. ejournal.unud.ac.id/.../6~strategi%20pedagang%20kaki%20lima.pdf.
Zakik. 2006. Analisis Strategi Dan Kebijakan Penanganan Pedagang Kaki Lima Di Kota Surabaya PDII. Semarang: Jurusan Ekonomi. Universitas Unijoyo. Diakses pada tanggal 3 Februari 2012.
jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/120692119.pdf.
3. Surat Kabar
Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi 17 Oktober. Diakses pada tanggal 6 Desember 2011. http://www.bps.go.id/.pdf
Jakarta, Berita. 2010. Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Provinsi DKI Jakarta. Sakethi, Team Mirah. Diakses pada 25 Desember 2011 dari http://www.beritajakarta.com/download/ppmk_ver_ind.pdf.
Jakarta. Go. id Wawancara Gubernur Dengan Harian Indonesia Harian
Indonesia, 30 November. Diakses pada tanggal 25 Februari 2012. http://www.jakarta.go.id/web/news/2009/11/WAWANCARA- GUBERNUR-DENGAN-HARIAN-INDONESIA.
xv
Situs Resmi Pemerintah Provinsi. 2010. Program Kerja Jakarta. Go.id, 11 Januari. Diakses pada 24 November 2011. www. Jakarta. go. id.
4. Tesis
Agustinus, Tumpal Hasiholan. 2010. Strategi Penanganan pedagang Kaki Lima.
Jakarta: Tesis. Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi. Universitas Indinesia. Diakses pada tanggal 5 Februari 2012. www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/131333-T%2027614...pdf.
Budi, Ari Susilo. 2006. Kajian Karakteristik Berlokasi Pedagang Kaki Lima
Berdasarkan Preferensi PKL Serta persepsi Masyarakat Sekitar di Kota
Pemalang. Semarang: Tesis. Pasca Sarjana Perencanaan Pembangunan Wilayah Dan Kota. Universitas Diponegoro. Diakses pada tanggal 25 November 2011 dari www. Eprints.undip.ac.id.
Kusuma, Disti Ayu. 2010. Efiktivitas Relokasi Pedagang Kaki Lima Di Resto PKL
Restoran Mrican, Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. Yogyakarta: Skripsi. Jurusan Arsitektur dan Perencanaan. Fakultas Tekhnik. Universitasa Gajah Mada. Diakses pada tanggal 5 Februari 2012. www.4shared.com/office/.../tugas_akhir_-_efektivitas_relo.html
Rianto, Wibowo. 2006. Identifikasi Faktor Kegagalan Relokasi Pedangang Kaki
Lima : Studi Kasus Kawasan Pedagang Kaki Lima di Jl. Arjuna, Kota Bandung. Bandung: Tesis. Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota. Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer. UNICOM. Diakses pada tanggal 15 April 2012. jbptunikompp-gdl-s1-2006-wiboworian-3467-bab-2.doc
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta
1. Berdirinya Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI
Jakarta pada tahun berapa.
2. Dibentuknya Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI
Jakarta berdasarkan dasar hukum apa
3. Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta, apa
suatu instansi atau dinas yang yang berdiri sendiri atau di bawah
naungan dari DISHUB
4. Apa saja tugas utama dari Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan
Provinsi DKI Jakarta
5. Apa visi dan misi dari Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan
Provinsi DKI Jakarta
6. Dan apa fungsi dari Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi
DKI Jakarta
7. Apa saja program-program dari Unit Pengelola Terminal Angkutan
Jalan Provinsi DKI Jakarta
8. Pelayanan apa saja yang diberikan Unit Pengelola Terminal Angkutan
Jalan Provinsi DKI Jakarta untuk masyarakat, khususnya para
pedagang
9. Persyaratan apa saja yang harus dipenuhi oleh para pedagang untuk
menempati lokasi yang disediakan oleh Unit Pengelola Terminal
Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta atau membangun tempat usaha
10. Bagaimana tahapan atau proses dalam melakukan perijinan
melakukan kegiatan usaha atau mendirikan bangunan untuk usaha di
terminal
11. Bagaimana mekanisme memperpanjang ijin pemakaian lokasi
12. Kewajiban apa saja yang harus di penuhi para pedagang
13. Sarana atau prasarana (fasilitas) apa saja yang di berikan kepada para
pedagang
14. Bagaimana proses pemilihan atau pemberian lokasi terhadap para
pedagang
15. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam menangani pedagang
di terminal
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Kepengurusan Terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur
1. Berdirinya terminal kampung rambutan pada tahun berapa, dan
diresmikannya pleh siapa
2. Apa visi dan misi dari terminal kampung rambutan
3. Pelayanan dan fasilitas apa saja yang diberikan terminal kampung
rambutan untuk masyarakat dan para pedagang
4. Apa tujuan dan alasan didirikannya bangunan relokasi di terminal
5. Pihak mana saja yang berperan dalam penyelenggaraan banguna relokasi
6. Persyaratan apa saja yang harus dipenuhi oleh para pedagang untuk
menempati bangunan relokasi
7. Bagaimana mekanisme dalam melakukan perijinan pememakaian
bangunan relokasi
8. Bagaimana mekanisme memperpanjang ijin pememakaian bangunan
relokasi
9. Kewajiban apa saja yang hrus dipenuhi para pedagang
10. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak terminal dalam
pelaksanaan program relokasi
11. Bagaimana mengatasi para pedagang liar di terminal kampung rambutan
12. Adakah kebijakan untuk para pedagang liar di terminal kampung rambutan
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk pedagang resmi atau binaan di Terminal Kampung Rambutan
1. Apa alasan anda menjadi pedagang binaan di terminal
2. Mengapa anda memilih memakai fasilitas relokasi
3. Persyaratan apa saja yang harus dipenuhi oleh para pedagang untuk
menempati bangunan relokasi
4. Bagaimana mekasisme dalam melakukan perijinan pemakaian
bangunan relokasi
5. Bagaimana mekasisme memperpanjang ijin pemakaian bangunan
relokasi
6. Kewajiban apa saja yang harus dipenuhi para pedagang
7. Bagaiman alur pembayaran retribusi tempat relokasi
8. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi oleh anda dalam melakukan
kegiatan usaha diterminal
9. Adakah kebijakan atau ketentuan dari pihak terminal untuk para
pedagang resmi
10. Adakan pesan untuk pihak terminal
11. Adakah kesan dalam melakukan kegiatan usaha di terminal
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk pedagang tidak resmi di Terminal Kampung Rambutan
1. Bagaiman anda menjalankan aktifitas sehai-hari
2. Dalam melakukan aktivitas anda sering melakukan di areal mana saja
3. Apa alasan anda memilih areal tersebut
4. Apa alasan anda menjadi pedagang kaki lima tidak resmi
5. Adakah keinginan menjadi pedagang binaan terminal
6. Adakah keinginan untuk memakai fasilitas terminal atau bangunan
relokasi
7. Apa kendala anda dalam melakukan kegiatan usaha di terminal
8. Adakah kebijakan atau ketentuan dari pihak terminal
9. Bagaimana sikap atau respon anda terhadap kebijakan atau ketentuan
yang ada di terminal
10. Apa kewajiban yang harus anda penuhi selama anda melakukan
kegiata usaha di terminal
11. Adakah pesan untuk pihak terminal
12. Adakah kesan dalam melakukan kegiatan usaha di terminal
LAMPIRAN I
TRANSKRIP WAWANCARA
VERBATIM IN-DEPTH INTERVIEW
Tanggal : 22 Mei 2012
Jam/ tanggal : 12.00
Lokasi : Warung Kopi samping dalam kota
Nama Informan : Bpk. Supiran
umur : _
Profesi : pedagang es
Status Profesi : pedagang liar
Sahril : mas dagang di terminal di sebelah mana pak
Bpk. S : samping KOREM
Sahril : samping KOREM , itu berarti luar terminal atau dalam
terminal termasuknya pak
Bpk. S : jalurnya, jalurnya di luar kota
Sahril : berarti di luar jalur kota ya pak,
Bpk. Supiran : iya
Sahril : itu eh udah berapa tahun dagang di terminal ini
Bpk. S : sekitardua tahun, ya sekitar sudah dua tahun
Sahril : itu usahanya, usaha apa aja pak
Bpk. S : ya itu lah, dagang es saja
Sahril : maaf namanya siapa pak saya belum tau
Bpk. S : namanya
Sahril : iya
Bpk. S : supiran
Sahril : oh pak supiran, itu dagang di jalur luar kota itu bayar atau
gimana pak
Bpk. S : bayar
Sahril : hah
Bpk. S : bayar
Sahril :
perhari
Bpk. S : itu namanya, uang kebersihan atauwa apa pokoknya..
3000
Sahril : oh 3000, itu retribusinya siapa yang mungutinnya
Bpk. S : ya sama-sama, sama-sama pedagang tapi kalo masalah
bawahan dan keuangan yang nerima saya gak tau
Sahril : oh gitu ya pa, berarti yang 3000 itu buat kebersihan ja ya
pak
Bpk. S : iya
Sahril :itu bisa dagang disitu ada ketentuannya ga sih pak dagang
disitu
Bpk. S : ya adalah sebetulnya pokoknya dagang disitu gak sesuai
keinginan sendiri, cuma itu.
Sahril : oh..sekian pak terima kasih pak
LAMPIRAN II
TRANSKRIP WAWANCARA
VERBATIM IN-DEPTH INTERVIEW
Tanggal : 24 Mei 2012
Jam : 19.00
Lokasi : Warung Kopi di terminal dalam kota
Nama Informan : Edo
umur : _
Profesi : Pedagang buah-buahan
Status Profesi : Pedagang Liar (asongan)
Sahril : slamat malam mas.
E : slamat malam
Sahril :maaf, eh maaf ganggu, bisa minta waktunya sebentar ga
mas
Edo : waktu apa pak ya
Sahril :eeh gini, saya kan dari mahasiswa UIN mas, mau ngadain
wawancara gitu
E : wawancara apa pak
Sahril : eh gini mas saya mau wawancarai tentang keseharian mas
aja dan tentang mas melakukan usaha
E : boleh, silahkan
Sahril : gini mas ehh maaf dulu nama mas siapa ya
E : nama saya edo
Sahril : aslinya maaf dari mana
E : aslinya dari brebes jawa tengah
Sahril : pendidikan terakhirnya sampe mana mas
E : pendidikannya cuman sampe SMP pa
Sahril : ini dagang buah-buahan sudah berapa tahun
E : eehh kurang lebih ada 6 tahun
Sahril : aslinya dari mana mas saya lupa lagi
E : kalo aslinya kan udah di bilang dari brebes, cuman tempat
jalan tuh di terminal pal
Sahril : oh jadi dari brebes ya. eeh ini dagang sendiri pa ma
keluarga
E : sekarang mah dah sendiri dulu ngikut keluarga
Sahril : oh..ngembangin ja pa ya
E : iya
Sahril : ehh dagang disini berkeliling tiap harinya atau punya
tempat
E : dari rumah berangkat langsung ketempat aja pak
Sahril : oh jadi belum mendapatkan tempat gitu
E : belum
Sahril : jadi saya kan dapat informasi dari kepala terminal, katanya
ga boleh dagang di terminal apa betul mas
E : oh ..sebenernya sih dilarang
Sahril : iyah
E : sebenernya dilarang, eeh cuman mo gimana lagi namanya
cari makan
Sahril : eeeh nah trus kalo misalkan dilarang kok mas bisa bisa
masuk gitu, apa ada kebijakan dari terminal atau
giman...mas
E : ada, tapi cuman boleh masuk ya jam 3 abis djuhur
Sahril : abis djuhur ya mas
E : dan sekitar jam 4 sorelah
Sahril : oh jadi jam 4 sore itu boleh masuk gitu
E : boleh
Sahril :tanpa dilarang mas
E : iya
Sahril : itu ada pungutan biaya apa gimana mas
E : kalo di terminal sih ga ada pak
Sahril : ga ada..denger-denger ada pungutan kebersihan atau
tempat gitu
E : kalo masalah pungutan ya sekedar uang sampah
Sahril : uang sampah mas
E : kebersihan paling 2000 per hari
Sahril : 2000 per hari itu dipungutinnya sama pihak terminal atau
instansi lain atau gimana mas
E : kalo pungutan itu dari kebersihan
Sahril : berarti dari terminal
E : terminal lah
Sahril :itu dananya apa buat terminal bener atau gimana
E :kalo soal itu saya ga tau pa
Sahril :terus ee, jadi ee mas itu dagang di terminal gitu..belum
belum mempunyai tempat dan masih berkeliling gitu mas
ya
E : iya bener
Sahril : jadi dapat bisa masuk dari siang sampe 4 sore
E : dari 4 sore kita baru bisa masuk pa
Sahril : ohh, nah itu trus katanya bayar 2000 gitu ya
E : iya bener 2000 itu untuk kebersihan
Sahril : untuk pihak terminal
E : iya bener
Sahril : terus ada pesan kesannya ga mas
E : eeh maksudnya kesan pesan apaan
Sahril :maaf boleh saya ulangi lagi, eee kesan pesannya seperti apa
sih mas buat terminal, buat pedagang seperti mas
E : kesan pesan gimana ya pa
Sahril :yaaa tadi kan kata mas katanya dikasih waktu kan dagang
dari sore sampe malaem ya mas ya
E : iya
Sahril : ya itu kan menghambat mas berdagang, misalkan
keinginan mas berdagang disini kaya gimana
E : untuk keinginan saya, ya maunya sih dari siang gitu,
cuman karna ga diijinin jadi yaa mau ga mau harus sore,
jadi kita turutin aja
Sahril : terus kenapa ga nyewa tempat, kan udah disediakan lokasi
gitu, kaya kios
E : kalo saya mau istilahnya sewa-sewa tempat kan kita liat
dulu kondisi pak
Sahril :oh
E : kita takutnya udah di siapin di sewain trus jualan kita
kurang pa hasilnya
Sahril : jadi mungkin ya liat-liat dulu sikon ya mas, mang sikon
disini gimana sih mas sepi pa rame atau gimana sih
E : kalo soal jualan sih ya kadang-kadang lah pa, ada rame
ada sepi Cuma, tapi biasanya sedeng-sedeng lah, standar lah
Sahril : ee terima kasih mas atas waktunya dan kerja samanya
terimakasih
E : iya sama-sama
LAMPIRAN III
TRANSKRIP WAWANCARA
VERBATIM IN-DEPTH INTERVIEW
Tanggal : 25 MEI
Jam : 09;00
Lokasi : Warung sayur di samping terminal kampung rambutan
Nama Informan :Daryanto
umur : _
Profesi : Pedagang nasi, mie goreng kopi
Status Profesi : Pedagang Liar (dengan Gerobak)
Sahril : maaf pa bisa tanya-tanya sebentar
D : ya..ya.. bisa
Sahril :namanya siapa mas
D :nama daryanto
Sahril :mas dagang sudah berapa tahun mas
D : ya hampir 10 taun
Sahril :aslinya dari mana mas
D :aslinya dari jawa tengah
Sahril :ehh mas dagang apa aja
D :kopi, nasi goreng, mie rebus, segala macem lah
Sahril :eehh maaf mas pendidikan terakhir mas
D : pendidikan terakhir sekolah dasar
Sahril : mas dagang di terminal ini ketentuaannya apa aja sih mas
D : yaaa bayar sekedar lah untuk kebersihan
Sahril : untuk lokasi gimana mas
D : lokasi di tempat
Sahril :lokasi itu ditentukan terninal atau apa kita yang nentuin
D : kita nentuin sendiri, cari lahan kosong buat jualan
Sahril :itu,.. kebijakan terminal buat pedagang seperti mas seperti
apa sih, boleh operasinya atau dagang
D : kebijakannya ya kalo siang macet, jadi bikin ganggu
ketertiban umum, eeh ini lah ini, bikin macet mobil, macet
bis jadi di kasih waktunya sampe jam 4,..jam setengah lima
sampe jam 4 malem
Sahril : oh jadi di bolehkan dagang di terminal tu dari jam 4 sore
sampe jam empat malem
D : empat pagi
Sahril : 4 pagi
D : iya
Sahril :itu harus jam segitu aja ya, pa kalo ga,....ee ngelewatin jam
segitu di rajia atau diiii...?
D : ya gitulah di rajia, bikin macet kita juga nauin sendiri lah
Sahril :itu dalam perharinya katanya 2000 ya
D :iya 2000
Sahril :itu di tarikinnya dari mana, eeh dari pihak man
D :pokoknya ada yang narikin buat kebersihan
Sahril : dari terminal..!
D :iya dari terminal
Sahril :buat kebersihan
D : iya buat kebersihan
Sahril :truss ee boleh saya nanya pesan kesannya mas, mas kan
sebagai pedagang pesan buat terminal buat pedagang seperti
mas tuh pengennya seperti apa
D :ya minta nya sih ga banyak-banyak. di kasih waktu, di
kasih inilah pokoknya jam 4 kita masuk tar pagi kita sudah
selesai kita pulang gitu aja ga minta banyak-banyak
Sahril : cuma minta jam operasional aja
D : iya
Sahril : tempat juga gitu
D : tempat juga iya
Sahril :jadi keinginan mas tu Cuma berdagang di terminal dengan
aman dan nyaman dan di kasih tempat dan waktu
D : waktu iya
Sahril : mungkin, eeeee Cuma segitu aja ya mas, makasih atas
waktunya, assalamualaikum.
LAMPIRAN IV
TRANSKRIP WAWANCARA
VERBATIM IN-DEPTH INTERVIEW
Tanggal : 25 Mei 2012
Jam : 16.40
Lokasi : Kios Rumah Makan Terminal Kampung Rambutan Dalm
Kota
Nama Informan : Bpk. Sueb
umur : 41 tahun
Profesi : Pengusaha rumah makan
Status Profesi : Pedagang yang Menempati Bangunan Relokasi
Sahril : maaf pak bisa minta waktunya sebentar pa
H : buat apa ya
Sahril :gini pak saya mau wawancara, ya wawancara tentang
keseharian bapak tentang menjalankan usaha
H :emmm
Sahril :bisa minta waktunya
H : yaaa bisa sih
Sahril :buat wawancara
H :iya
Sahril :begini pa, mohon maaf nama bapak siapa ?
H :nama saya pa haji sueb
Sahril : oh pa haji Sueb
H : iya
Sahril : pak sueb aslinya dari mana pak ya
H : aslinya dari sini
Sahril : oh orang asli sini
H : orang asli sini,..terminal maksudnya gitu
Sahril :dagang di sini udah berapa tahun pak
H :dagang disini..!, ya seumuran terminal
Sahril : wah berarti udah belasan tahun pak
H :belasan taun, kira-kira 11 tahunan lah kurang lebihnya gitu
dah
Sahril : umurnya berapa tahun ya pa, maaf umur bapak berapa
tahun
H : iyya umur saya kira-kira 41 tahun
Sahril :bapak disini dagang, eee kios ini kios rumah makan ini
nyewa atau milik sendiri
H : saya disini nyewa pak
Sahril :nyewa
H : nyewa iya
Sahril : ke
H :ke UPT
Sahril :UPT
H : iya UPT
Sahril :oh jadi nyewa ke UPT ya pak, berarti disediakan UPT
Bpk. Sueb :heem
Sahril :masalah daftar perijinannya seperti apa sih pa
H : kalo daftar perijinannya, saya daftar langsung ke DISHUB
nih pak
Sahril :ke DISHUB dulu, tadi kan UPT Pak
H :Iya UPT
Sahril :berarti ke DISHUB dulu trus Ke UPT
H : iya ke DISHUB dulu trus langsung ke UPT
Sahril : oh gitu
H :heem
Sahril : kalo masalah pembayarannya gimana pak, bapak kan
disini nyewa, bayar perbulannya berapa tuh
H : maksudnya ni uang sewanya perbulan gitu ya
Sahril : iya
H : iyyaa jadiii saya bayarnya perbulan itu 200 ribu
Sahril : jadi, 200 ribu
H :iya
Sahril : itu 200 ribu buat apa aja sih pak
Bpk. Sueb : uang yang 200 ratus ribu itu saya bayar buat bayar kios,
listrik, aer dan kebersihan pak
Sahril : masalah penarikan eeh biayanya itu bayar langsung atau
gimana pa
H : oh iya, saya bayar langsung keterminal, pokok nya ada
yang narikinlah
Sahril : oh gitu
H : ada koordinasinya
Sahril : berarti tu UPT tu cuman perijinannya aja ya pa
H : iya bener UPT cuman perijinannya aja
Sahril : jadi pembayarannya keterminal ada yang narikin
H :iya
Sahril : terus..eee ini kan bapak kan usdah lama nih udahhh,
katanya belasan tahun dari awal pembangunan terminal
H : dari tahun 92
Sahril : tahun 92
H :iya betul betul
Sahril : eee disinikan katanya 3 tahun tu pa ya perpanjang
perijinannya, terus cara perpanjang perijinannya seperti apa
pa
H : cara perijinannya ya
Sahril : perpanjangnya
H : cara perpanjangnya saya bayar lagi ke UPT
Sahril : ke UPT lagi ya pak
H : iya ke UPT lagi
Sahril : kesan pesannya seperti apa pak
H : kesan pesannya
Sahril : kesan pesannya bapak sebagai PKL
H : kalo bisa sih di terminal ini fasiltasnya di tambah lagi gitu
pak, maksudnya biar supaya fasilitasnya itu banyak biar ada
peminatnya dan omset buat saya juga ya bisa bertambah lah
Sahril : cukup puas ga pa dagang di lokasi yang di kasih UPT atau
terminal
H : dagang disini.!, yaa cukup puas juga sih di terminal apa
lagi kalo misalkan di tambah lagi fasilitasnya
Sahril : alasannya apa pak dagang disini
H :alasanya..! ya soalnya disini keamananya juga ya saya rasa
kondusif gitu
Sahril : merasa risih ga pak liar
H :pedagang asongan gitu
Sahril : iya pedagang asongan
H :iyya emang sih merasa risih juga sih cuman yaa namanya
orang mencari makan gitu pak, masing-masing aja rizkinya
Sahril : jadi ga ngelarang gitu
H : ga ngelarang sih yaa kalon bisa sih di tertibkan lah
Sahril : di tertibkan
H :biar supaya yang punya kios ini pendapatannya lebih layak
gitu lah
Sahril : oh jadi gitu pak
H :iya
Sahril : cukup sekian pa, terima kasih atas waktunya pak
H : oh iya iya
Sahril : mohon maaf udah ganggu bapak ber aktifitas
H : iya
LAMPIRAN V
TRANSKRIP WAWANCARA
VERBATIM IN-DEPTH INTERVIEW
Tanggal : 25 Mei 2012
Jam : 15.00
Lokasi : Kios Rumah Makan Terminal Kampung Rambutan Dalam
Kota
Nama Informan : Bpk. Lili
umur :
Profesi : pedagang makanan dan minuman
Status Profesi : Pedagang Antar Kota
Sahril : slamat sore bang
L : selamat sore
Sahril : maaf bisa minta minta waktunya sebentar
L : oh iya iya silahkan pak
Sahril : gini pak Cuma pengen mewawancarai bapak tentang
kegiatan usaha bapak gitu
L : iya
Sahril : kenalan dulu bang, nama abang siapa
L : saya pa lili
Sahril : pa lili ya, pa lili sekolah sampe tamat jenjang ke berapa
pak
L : ya saya, cuman sampe SMP saja
Sahril : SMP ya pak
L : iya
Sahril : asalnya dari mana pak
L : ya dari garut
Sahril : garut, bapak usaha disini di terminal luar kota udah
berapa tahun pak
L : ya kurang lebih ya satu tahun setengah
Sahril : satu tahun setengah berarti baru ya pak
L : iya
Sahril : kalo pengen usaha di terminal ini gimani sih prosedurnya
gitu yang harus di ikutin gitu
L : persyaratan-persyaratannya ya, ya kita ke satu kita
daftar ke UPT,
Sahril : UPT
L
ke terminal, udah di persetujui baru kita bisa usaha di
terminal
Sahril : itu pendaftarannya bayar atau gimana pak
L : ya bayar
Sahril : itu pendaftarannya seperti apa, eeee retribusinya seperti
apa sih
L : ya retribusinya jadi misalkan perkios itu 250 ribu, 150
buat kios, 50 buat listrik 50 lagi buat kebersihan
Sahril : terus apa saja sih yang di kasih oleh terminal, oelh UPT
itu pak selain kios itu
L : ya sebenernya banyak sih, ya karna saya kurang tau, baru,
ya cuman kios-kios aja gitu
Sahril : dalam masalah proses perpanjangan perijinannya ada ga
pak
L : proses perpanjang perijinannya, ya seperti kaya ke awal
lagi kita daftar ke UPT lanjut kita ke terminal lanjut kita ke
terminal untuk kita perpanjang
Sahril : eee pesan kesannya gimana pak dagang di terminal ini
L : kesannya ya ke satu, kita merasa nyaman, ke dua kita
merasa aman gitu
Sahril : merasa keganggu ga sih pak sama pedagang-pedagang
liar di terminal
L : ya terganggu sih mas, ya kesatu omset kita menurun
dengan adanya pedagang-pedagang liar
Sahril : oh begitu ya pak, jadi saya tanggap tadi jadi bapak tu
bayar retribusi itu 250 pak ya,
L : iya
Sahril : 150 buat bayar kios,
L : iya
Sahril : 50 buat listrik
L : betul
Sahril : 50 buat kebersihan
L : iya betul
Sahril : terus ketentuan apa saja yag haruss..ee selain retribusi apa
lagi yang harus di penuhin pedagang disini
L : ya gada lagi ya, cuman ya kita menjaga lingkungan ja sih
ya terutama, gitu ja, menjaga lingkungan, ya masalah
kebersihan dan ketertiban yang ada yang ada ataurannya di
dalam lingkungan terminal
Sahril : iya. terima kasih pak atas waktunya, mungkin Cuma
sekian aja terima kasih pak
LAMPIRAN VI
TRANSKRIP WAWANCARA
VERBATIM IN-DEPTH INTERVIEW
Tanggal : 20 Mei 2012
Jam : 11.00
Lokasi : kantor Subagian Tata Usaha
Nama Informan : Bpk. Wisnu
umur : _
Profesi : K. A. Subagian Tata Usaha
Sahril : perijinannya seperti apa sih pa misalkan harus biaya nya
berapa prosedurnya harus ngelewatin mana dulu
WW : sebenernya..! kalo fasilitas terminal, baik itu di terminal
DKI itu tidak boleh di tambah lagi, jadi ini yang ada aja
untuk perpanjang aja, jadi gak boleh di tambah lagi,
memohon ijin baru, yang ada sekarang ini hanya perpanjang
aja, kalo biaya perijinan ga ada biaya cuman dia bayar
retribusi sesuai luasan sesuai perda 1 tentang retribusi daerah,
nah di situ ada tuh,... beda-beda memang kalo kaya di
rambutan ni kan antar kota namanya biasanya di perda itu
30.000 meter persegi, luasannya berapa nih buat jualannya
nih tinggal di kali luas. kalo di dalam kota yang
berdampingan dengan antar kota itu retribusinya 20 ribu
Sahril : per..bulan
WW : perbulan, enak disini murah kan, beda beda sih emang
Sahril : itu berlaku untuk semua terminal apa hanya di terminal
kampung rambutan aja
WW :semua terminal, semua terminal berlaku, kalo yang berdiri
sendiri terminal berdiri sendiri kaya rawamangun, pasar
minggu, kelender itu Cuma 15 ribu per meter peseginya,
kalo berdampingan kaya rambutan kan itu ada antar kota,
dan dalam kota itu 20 ribu, pokoknya yang antar kota itu 30
ribu mau di lebak bulus kek, mo di kalideres, di pulo
gadung. di dalam kotanya 20 ribu
Sahril : UPT ini pak eee udah berapa lama sih berdirinya
WW : UPT ini dari tahun dua ribuuuu... ee kalo dari UPTnya ya
tahun 2002 kalo ga salah, awalnya namanya badan
pengelola terminal dulu saya juga masih sekolah dulu.
Sahril : ini termasuk instansi DISHUB juga pak ya
WW : iya, ni sub dinas, namanya UPT unit pengelola terminal
Sahril : diresmikannya oleh siapa pa
WW : dulu sih mungkin gubernur, tapi kan sekarangkan udah
jadi UPT sih sesuai berdasarkan kebijakan dan ada struktur
baru, tupoksinya berdasarkan PERDA 10.
Sahril : dalam lokasi itu pak
WW : lokasi apa
Sahril : lokasi dagang nya pak, kios-kios itu di tentukan oleh UPT
atau pihak terminal di kampung rambutannya pak
WW : oh iya dari sini
Sahril : dari sini pak (UPT)
WW : dari sini, UPT ke Terminal nanti kami rujuk ke
Sahril : KATERnya
WW
baru di updatin, jadi nanti begitu bangun terminal udah ada
tu fasilitasnya,toh sekarangkan kaya nya fasial ni ya yang
ada di terminal, nah sekarang kita mo tata tuh, mo kita
lokalisir, nah disini nanti sebagai fasilitas terminal.
Sahril : ini masa berlaku eee ijinnya tuh berapa tahun pa
minimalnya
WW : 1 tahun perpanjang
Sahril : 1 tahun perpanjang..!
WW : nanti per 3 tahun kita evaluasi gitu. maksudnya layak ga
dia masih berjualan disitu. visi misikan membantu apa
namanya kelas menengah ke bawah, susah juga sih ya
memang rata-rata, tapi rata-rata sih saya liat memang buat
menengah ke bawah kan misi misinya awalnya waktu
pembangunan badan pengelola terminal, saya rasa juga visi
misi itu sudah tidak cocok lagi, karna terminal bukan untuk
berdagang kalo toh ada fasilitas buat berdagang itu paling
sekedarnya aja, kalo menurut KM apa PERGUB itu cuman
10 persen luasan terminal untuk fasilitas
Sahril : emm dikit sekali ya pak
WW : Sebenernya visi misi nya itu membantu untuk fasilitas
ya.!,
Sahril : jadi tugas pokoknya berarti cuman ee mengurus perijinan
WW : yang di mana
Sahril : di sini di UPT
WW : oohh bukan itu aja kalo UPT teminal tugasnya ada bangun
terminal, memenuhi hak terminal, memperbaiki terminal
Sahril : ooh yg disini pak
WW : iya bukan itu saja banyak
Sahril : jadi pokoknya yang bersangkuatan dengan terminal UPT
yang menangani
WW : iya begitulah
LAMPIRAN VII
TRANSKRIP WAWANCARA
VERBATIM IN-DEPTH INTERVIEW
Tanggal : 24 Mei 2012
Jam/ tanggal : 10.00
Lokasi : Kantor Kepala Terminal Dalam Kota
Nama Informan : Bpk. H. Atta
umur : _
Profesi : Kepala Terminal Dalam Kota
Status Profesi : Petugas Dinas Perhubungan
Sahril : begini pak, minggu lalu saya kan dari UPT riset disana,
dan saya dapat informasi dari bahwa diterminal ini
menyediakan tempat untuk kegiatan usaha seperti
berdagang atau memperbolehkan para pedagang memakai
fasilitas penunjang terminal yaa seperti kios dan lain-
AA : masalah pemakaian lokasi terminal......iya memang benar
kami memperbolehkan tapi..! harus ada persetujuan dari
pusat dulu eee yaitu UPT tadi, yaa karena UPT yang
menyediakan bangunan-bangunan tersebut, terminal
tugasnya hanya menjaga,..! merawat bangunan-banguna
yang di sediakan UPT
Sahril : eeemm seperti apa ja sih pak tempat yang di perbolehkan
atau yang di sediakan
AA : sebenernya tempat-tempat penujang fasilitas terminal
seperti kios-kios,... dan memperbolehkan mereka
membangun WC umum dan lain-lain.... tapi ya kalo
masalah pemakaian kios-kios itu maupun membangun
bangunan...! yaa itu juga harus seperti tadi lagi, ijin dulu ke
UPT, baru konfirmasi ke kita.. misalkan sudah dipersetujui
sama UPT baru kita alokasikan mereka ketempat yang
masih kosong
Sahril : letak kios-kiosnya dimana aja pak
Aav : di ruang tunggu ada.
Sahril : eemmm..pak, itu,. itu kios-kios yang berderetan di jalur
keluar, itu milik terminal juga atau swasta pak
AA : ooh yang d jalur keluar terminal, iya itu milik terminal, itu
juga merupakan fasilitas penunjang terminal
Sahril : ooh.. jadi itu juga, kios yang di jalur itu fasilitas
penunjang terminal pak,
AA : iya
Sahril : jadi itu eee merupakan tempat yang boleh di tempati para
pedagang juga.. pak
AA : iya benar, ya selain di ruang tunggu, kios-kios yang ada di
jalur keluar terminal juga tempat yang boleh digunakan
pedagang
Sahril : itu sudah berapa lama pak berdirinya kios-kios itu
AA : itu di bangunnya tahun 2001
Sahril : itu semua pedagangnya resmi atau tidak pak
AA : yang menempati kios-kios itu resmi semua..!,... karena
pedagang yang melakukan kegiatan usaha atau berdagang di
wilayah terminal itu para pedagang binaan,...... yang gak
resmi tuh yaa seperti pedagang asong, pedagang yang pake
gerobak.
Sahril : eee itu tujuan di bangunnya kios-kios itu tadi pak, eee
yang di jalur keluar itu buat apa pak
AA : sebenernya untuk menambah fasilitas penunjang
terminal,.....sekaligus tempat relokasi untuk para pedagang
kaki lima yang ada disini , yaaa karna..! keberadaan mereka
sering mengganggu kelancaran kendaraan, membuat
terminal menjadi kumuh, `jadi kami merekomendasikan ke
UPT untuk menyediakan bangunan relokasi untuk
mereka....! supaya mereka bisa usaha di tempat itu dan tidak
menggangu ketertiban umum.....! ..... sebenernya sih bukan
untuk pedagang saja, untuk masyarakat juga, misalkan ada
masyarakat yang ingin usaha di terminal ini kami bantu, dan
kami tempatkan ke lokasi relokasi itu.
Sahril : eee maaf pak, fasilitas penunjang itu apa pak
AA : fasilitas penunjang..! yaa fasilitas yang disediakan
terminal untuk melayani, dan memenuhi setiap kebutuhan
setiap pemakai terminal seperti calon penumpang
Sahril : penyediaan fasilitas penunjang berdasarkan hukum ..eeee
peraturan dari mana pak
AA : kalo masalah ketentuannya itu dulu kalo tidak
salah...merujuk pada keputusan kementerian perhubungan,
tapi detilnya bapak lupa lagi , maklumlah ya namanya juga
manusia ya kan pasti ada lupanya.....pokoknya dalam setiap
terminal di wajibkan menyediakan fasilitas penunjang,...ya
itu tadi..! untuk untuk melayani para calon penumpang.
Sahril : emmm jadi memang di haruskan ya pak terminal itu
menyediakan fasilitas penunjang
AA : iya betul
Sahril : eee maaf pak, eeee kios-kios atau tempat usaha pedagang
yang ada di terminal ini ada berapa pak
AA : kalo masalah data kios dan juga data pedagang itu
sekarang yaa kurang lebih ada 25 kios,.....yang ada di
terminal dalam kota ya, tapi kalo mau lebih jelasnya lagi,
data-datanya ada di UPT... adek ke UPT aja lagi semua ada
disana,... data-data jumlah kiosnya dan pedagangnya
Sahril : ooh di UPT ya Pak,
AA : iya semua data lengkapnya ada disana
Sahril : kios-kios itu eee yang di sediakan itu untuk jadi hak
mereka atau nyewa pak
AA : mereka nyewa
Sahril : eee itu mekanis bayar sewanya gimana pak
AA : bayar retribusinya perbulan.....
Sahril : biaya sewanya perbulan itu berapa pak
AA : itu UPT yang menentukan, kita hanya menampung dana
retribusi dari setiap pedagang selanjutnya di serahkan ke
Pusat, UPT
Sahril : para pedagang bayar sewanya ke terminal atau langsung
ke UPT pak
AA : ya melalui kita dulu, kan tadi sudah di jelasin
Sahril : emmm, eee masalah perijinannya, prosedurnya gimana
pak
AA : kalo masalah perijinan ya harus melalui UPT dulu,..jadi
setiap pedagang yang ingin usaha di terminal harus ijinnya
Ke UPT, kalo sudah di persetujui dari sana baru kita
memberikan lokasi untuk mereka
Sahril : eee alasannya membangun tempat relokasi di ruang
tunggu dan di jalur keluar terminal itu apa pak
AA : kita menyediakan tempat di lokasi tersebut karena ya
lokasi berkumpulnya para penumpang..... tadi kan sudah di
jelaskan, terminal menyediakan fasilitas penunjang untuk
melayani para penumpang ya kan..!, memberikan kepuasan
untuk para penumpang,.. jadi yaa alasanya salah satunya
seperti itu...
Sahril : jadi tempat relokasi, di bangun di tempat yang ramai ya
pak
AA : ya ga juga, kita mendirikan bangunan tidak sembarangan
tempat, kita juga harus melihat sikon dan letak atau posisi
yang strategis supaya tata ruang terminal kondusif tidak
menghambat aktivitas di terminal.
Sahril : emmm gitu ya....ada gak sih pak kendala-kendala yang di
hadapi oleh terminal dalam merealisasikan program relokasi
AA : kendalanya ya, pertama ya seperti yang sudah saya
jelaskan di awal, pihak terminal itu tidak mempunyai hak
untuk membangun tempat dan memberikan ijin, karena
semua keputusan di pegang oleh UPT jadi kita gak
sembarangan mengrekrut pedagang dan menambah
bangunan di terminal ini..! ya karna ketentuannya seperti
itu....eee selanjutnya sekarang fasilitas penunjang tidak bisa
di tambah lagi karena areal diterminal sudah penuh dengan
fasilitas terminal,
Sahril : eee untuk para pedagang yang tidak memiliki tempat atau
tidak resmi, kebijakan apa yang di berikan
AA : yaa kalo misalkan pedagang yang tidak resmi itu
berdagang di wilayah terminal kita tertibkan, apalagi
sampai menimbulkan kemacetan dan mengganggu pejalan
kaki atau orang-orang yang ingin memakai fasilitas
terminal, kita akan merazia mereka, karna jelas-jelas
mengganggu.
Sahril : ee maaf pak, tapi pak kemarin-kemarin pas sore saya lihat
banyak pedagang masuk dan berjualan di dalam terminal
dengan menggunakan gerobak ada juga pengasong, ee maaf
apa hal itu kenapa bisa terjadi pak..
AA : yaaa memang sulit sih menertibkan pedagang liartapi ya
tetap kita tertibkan, kalo mereka menggangu ketertiban
umum.
Sahril : ooh gitu ya pak,.....eee boleh tau visi misinya terminal ini,
dan bisa saya minta struktur keorganisasian di terminal ini
beserta tugas-tugasnya
AA : ooh itu.....kalo visi misi, kepengurusan, dan tupoksi
terminal, adek bisa liat di mading yang ada di sebelah adek,
Sahril : ooh itu pak
AA : nah di situ ada tuh smuanya tentang terminal, terserah
mau di tulis silahkan
Sahril : kalo boleh bisa saya photo pak semuanya
AA : ooh silahkan
Sahril : eee maaf pak di mading itu saya lihat tugas-tugas
kepengurusan terminal gak ada pa...eeee kalo boleh tau
tugas nya apa saja pak.
AA : emmmm tugas-tugasnya, kepala terminal tugasnya
mengkoordinasi setiap anggota kepengurusan, TU tata
usaha tugasnya mengurus berkas atau surat-surat penting
dan juga mengurus keuangan.
Sahril : seperti bendahara pak..!
AA : iya bendahara juga
Sahril : kepala regu tugasnya apa pak
AA : tugasnya mengkoordinasi setiap anggotanya untuk
melaksanakan kewajiban mereka seperti menertibkan
lingkungan terminal, mengatur lalu lintas kendaraan, dan
pedagang... karyawan PTT..!, tugasnya merekrut pegawai
baru atau tambahan untuk terminal,.....terusssss pegawai
kebersihan tugasnya menjaga lingkungan dan juga membuat
lingkungan terminal menjadi nyaman aman dan
bersih.......adalagi yang di tanyakan.
Sahril : eee mungkin sekian aja pertanyaan dari saya pak, eee
terima kasih pak atas waktunya
AA : yaa sama-sama misalkan ada yang kurang ade kembali aja
lagi
Sahril : oh iya pak terima kasih
LAMPIRAN VIII
TRANSKRIP WAWANCARA
VERBATIM IN-DEPTH INTERVIEW
Tanggal : 30 Juni 2012
Jam : 13.00
Lokasi : Kantor Kepala Terminal Antar Kota
Nama Informan : Ibu Cristine
umur : _
Profesi : Staff Tata Usaha Terminal Antar Kota
Status Profesi : Petugas Dinas Perhubungan
Sahril : maaf bu, kios-kios yang berada di jalur keluar terminal itu
milik terminal ataw swasta bu..
C : kios-kios yang di jalur itu milik terminal mas
Sahril : yang membangun kios-kios itu pihak terminal atau ada
pihak lain bu.
C :setiap bangunan yang ada di terminal termasuk kios-kios
itu pusat yang menyediakan
Sahril :itu dibangunnya tahun berapa bu dan di resmikan oleh
siapa bu
C :di dirikannya pada tahun berapaya..? kalo diresmikannya
bpk sutuoso gubernur
Sahril : tujuan penyediaan kios-kios di jalur keluar terminal itu
untuk apa bu
C : itu untuk penataan, penataan biyar rapih biyar gada
pedagang asongan, heem..jadi di tetapkan disini
Sahril : penataan, ini kan ada batasnya bu ini yang termasuk dalam
kota dan antar kota nih bu
C : pedagang itu adanya dalam kota ya kan
Sahril : jadi ini dalam kota bu
LAMPIRAN IX
TRANSKRIP WAWANCARA
VERBATIM IN-DEPTH INTERVIEW
Tanggal : 30 Juni 2012
Jam/ tanggal : 14.00
Lokasi : Di Rumah Makan Jalur Keluar Terminal (Kios Relokasi)
Nama Informan : Bpk. Kayat
umur : _
Profesi : Koordinator Para Pedagang di Jalur Keluar Terminal
Status Profesi : Warga Sipil (Masyarakat)
Sahril : maaf pak saya wawancara ya dan saya rekam boleh pak,
ini nanti enggak saya poblikasi ke luar,
K : ini buat intern atau ekstern
Sahril : ini intern pak, buat tugas,
SR :saya takut jadi perkara aja kalo bisa untuk sekolah aja.
Sahril : paling kita hanya ngelampirin dan data-data dan
perijinannya. yang milik terminal itu sebelah mana ja
seperti yang milik terminal itu sebelah mana ja.
K : ini termasuk wilayah terminal dalam kota,
Sahril : terminal dalam kota
K : iya. perijinannya ini dari UPT itu tahun 2001 awal, awal
nya kan ada pedagang kaki lima disana di ruang tunggu, dan
kita bentuk PKL yaitu pedagang kakil lima sampe saat ini,
waktu masih pejabat masih pak arifin kalo gak salah ya pak
tahun 2001, eh eee pak tomson, ke pak arifin, pak didi dan
sekarang pak haji atta. awalnya itulah padagang kaki lima
dari di ruang tunggu kita fasilitasi kita ajukan ke UPT, jadi
kerja sama PT ama UPT. sekarang ini statusnya statusnya
doll...karena ada keseimbangan dari pemerintah karena
tanah ini milik pemerintah dan ada fasilitasnya jadi
sekarang berlanjut.
Sahril : maaf pak bangunannya itu bangun sendiri atau ada yang
memfasilitasi
K : dulu bangunan polos dan sekarang di bangun kios yang
bangunan di bangun sendiri. cuman UPT ini menyediakan
tempat saja atau lahan
Sahril : jadi tujuan bangunan ini untuk merekrut dan membantu
pedagang kaki lima
K : betul
Sahril : berarti ini termasuk bangunan relokasi
K : betul untuk relokasi
Sahril : jumlah pedagangnya ada berapa pak
K : kurang lebih ada tujuh puluh orang
Sahril :ada tujuh puluh orang pak. itu cara perijinannya dan
persaratannya seperti apa pak
K : ya dulu ada seperti surat PKL, dulu kita yang
mengkoordinir lanjut UPT yang mengkelola.
Sahril : ini di resmikannya sama siapa pak
K : ini sama UPT, iya UPT. saya terus terang saja saya gak tau
saya gak nyampe kesana, yang saya tau pengusaha setempat
sama UPT aja. jadi gitu awalnya pedagang yang di ruang
tunggu kita tampung kita tertibkan
Sahril : jadi pedagang yang di ruang tunggu itu di alokasikan
K : jadi UPT lah yang mengelola ini,
Sahril : saya dapat informasi cara pembayaran retribusinya
langsung ke UPT gitu, gak lewat terminal atau gimana...
K : enggak...pihak pengusaha atau pengelola ke UPT.
LAMPIRAN IX
TRANSKRIP WAWANCARA
VERBATIM IN-DEPTH INTERVIEW
Tanggal : 15 April 2012
Jam/ tanggal : 10.00
Lokasi : WARTEG di terminal dalam kota
Nama Informan : Nur Cholis Ais
umur : 20
Profesi : Pedagang Buah-buahan
Status Profesi : Pedagang tidak resmi
Sahril : itu dagang tiap hari mas
N : jarang, ya sekarang mah dagang terus
Sahril : namanya siapa mas
N : Nurcholis ais
Sahril : Nurcholis ais, ini dagang udah berapa lama mas
N : ya kurang lebih satu tahunan
Sahril : satu tahun mas, aslinya dari mana ni mas
N : solo
Sahril : solo, ini dagang disini sendiri pa ma orang tua mas
N : sendiri
Sahril : maaf umurnya berapa tahun mas
N : 19
Sahril : 19 tahun
N : 20 jalan
Sahril :
N : SMP
Sahril : SMP ya, ini dagang di terminal di sebelah mananya mas
sering mangkal nya
N : di dalam kota
Sahril : di dalam kota, di sebelah mananya mas dagangnya
N : pintu masuk dalam kota aja
Sahril : pintu masuk, itu alasan dagang disitu apa sih alasannya
N : alasannya, dari pada nganggur dari pada diemaja di rumah
Sahril : oh buat nyari uang gitu
N : iya
Sahril : kan daerah situkan apa gimana gitu apa rame gimana gitu
N : kalo lagi rame ya rame kalo sepi ya sepi
Sahril : itu kira-kira ada pungutan biaya atau gimana sih kok bisa
masuk ke terminal gitu
N : pungutan, ada sih tapi cuma tiap hari minggu doang
Sahril : tiap hari minggu, pas hari libur atau gimana
N : seminggu sekali lah
Sahril : ini maaf, dagang apa aja selain buah
N : ya buah doang, ya macem-macem lah
Sahril : jadi buah-buahan aneka gitu
N : yaa aneka buah
Sahril : tadi saya dengerkan ada retribusinya ya, ada pungutannya,
itu kira-kira pungutannya itu berapa
N : ya paling 2000 lah buat kebersihan aja
Sahril : 2000 ya, yang mungutinnya dari mana mas
N : ya dari tukang kebersihan
Sahril : kebersihan, berarti dari terminal ya.
N : iya
Sahril : trus disinikan itu denger-denger peraturan, maaf denger-
denger dari terminal ada peraturan gak boleh masuk tuh
keterminal buat dagang tapi tadikan kok mas bisa masuk
gitu, selain bayar 2000 apalagi mas apa ada kebijakan apa
gimana gitu
N : ya ada waktu waktu tertentu aja dari jam 12 siang sampe
jam 5 sore abis-abis ya terakhir sampe subuh aja jam 5 pagi
Sahril : berarti ada ini ada jam operasional
N : iya
Sahril : tadi dari siang ya sampe subuh tadi ya, berarti boleh
masuk dari siang ampe subuh sama bayar 2000 itu ya
ketentuannya
N : iya
Sahril :
N : pernah sih
Sahril : pernah, itu waktu di rajianya kenapa mas
N : ya ngelanggar batas peraturan aja
Sahril : maksudnya peraturan seperti apa
N : kan dah di kasih waktu, trus ngelanggar gitu
Sahril : berarti gak boleh ngelewatin batas waktu gitu, nah ini kan,
kan terminal nyediain kios-kios ya kaya kios-kios relokasi
mas nur kan udah tau kan, udah tau belum
N : iya
Sahril : itu kenapa gak mencoba tuk nyewa disitu kan aman gitu
kan, kalo secara ngasongkan katanya di rajia kan gak aman,
kenapa gak mencoba gitu nyewa disitu
N : ya kalo nyewa kios mah penghasilan kurang, trus biayanya
juga gede
Sahril : ooh berarti sewanya gede
N : sewanya gede, kalo ngasongkan bisa kesana kesini
Sahril : berarti sewanya besar gitu ya, trus ee mingkin yang
terakhir ini punya pesan kesan gak buat terminal
N : kalo pesan, untuk seluruh bapak LLD gitu tolong lah di
kasih batas waktu yang panjang apa lagi kalo misalkan hari
minggu mah di bebaskan biar para pedagang bisa sama-
sama cari makan
Sahril :
denger LLD, emang yang sering ngerajia itu LLD atau apa
dari terminal gitu
N : ya LLD, DISHUB juga
Sahril : ooh berarti termasuk DISHUB juga
N : iya
Sahril : oohh berarti yang ngerajia itu orang-orang DISHUB
N : iya
Sahril : kalo penghasilan perhari berapa mas
N : ya tergantung sepi ramenya, ya bisa dapat 200, 300, kalo
lagi gak rame mah 70, 80
Sahril : itu ama modal gitu mas
N : kalo ama modal mah paling dapat 300, yang penting bisa
buat makan, gitu aja
Sahril : jadi, tar sya simpulkan, tadi kan dagang disitu tadi karena
kurang denger alasan dagang di dalam terminal itu
alasannya apa tu mas
N : alasan dagang di pintu masuk, sewakan turun di pintu
masuk dan jalur keluar
Sahril : tadi kan saya denger ddari mas nur bahwa ngider atau
keliling, ee dagang tuh kira-kira kalo boleh tau dagangnya
tuh di daerah terminal mana aja atau keliling kemana aja di
daerah terminal
N : ya dari dalam kota, pintu masuk terminal aja, ama luar
kota udah
Sahril : jadi jalur-jalur pintu masuk ama keluarnya ya mas, ama
tengah terminal
N : iya
Sahril : terima kasih mas atas informasinya
N : iya,...udah cukup
LAMPIRAN
Unit Pengelola Terminal Angkuatan Jalan Provinsi DKI Jakarta,
yang letaknya di terminal Rawamangun Jakarta Timur
Kantor Kepala Unit Pengelola Terminal Angkuatan Jalan Provinsi Jakarta
DKI di lantai dua
Kantor Terminal Dalam Kota Kampung
Rambutan Jakarta Timur
Kantor Terminal Antar Kota Kampung
Rambutan Jakarta Timur
Gerobak, kereta dorong, dan keranjang, sarana yang digunakan para pedagang liar di terminal
Kampung Rambutan Jakarta Timur
Kios-kios permanen sarana yang digunakan para pedagang resmi di terminal Kampung
Rambutan Jakarta Timur