Terminal Illness

23
A. Konsep Terminal Illness Pasien terminal illness adalah pasien yang sedang menderita sakit dimana tingkat sakitnya telah mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan medis sudah tidak mungkin dapat menyembuhkan lagi. Oleh karena itu, pasien terminal illnes harus mendapatkan perawatan paliatif yang bersifat meredakan gejala penyakit, namun tidak lagi berfungsi untuk menyembuhkan. Jadi fungsi perawatan paliatif pada pasien terminal illnes adalah mengendalikan nyeri yang dirasakan serta keluhan-keluhan lainnya dan meminimalisir masalah emosi, sosial dan spiritual. Penjelasan tersebut mengindikasi bahwa pasien terminal illness adalah orang-orang sakit yang diagnosis dengan penyakit berat yang tidak dapat disembuhkan lagi dimana prognosisnya adalah kematian. B. Pengertian Terminal illness Kondisi Terminal adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami sakit atau penyakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh dan menuju pada proses kematian dalam 6 bulan atau kurang. Kematian sebagai wujud kehilangan kehidupan dan abadi sifatnya, baik bagi yang telah menjalani proses kematian maupun bagi yang ditinggalkan, kematian ini dapat bermakna berbeda bagi setiap orang.

Transcript of Terminal Illness

Page 1: Terminal Illness

A. Konsep Terminal Illness

Pasien terminal illness adalah pasien yang sedang menderita sakit dimana tingkat

sakitnya telah mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan medis sudah tidak mungkin

dapat menyembuhkan lagi. Oleh karena itu, pasien terminal illnes harus mendapatkan

perawatan paliatif yang bersifat meredakan gejala penyakit, namun tidak lagi berfungsi

untuk menyembuhkan.

Jadi fungsi perawatan paliatif pada pasien terminal illnes adalah mengendalikan nyeri

yang dirasakan serta keluhan-keluhan lainnya dan meminimalisir masalah emosi, sosial

dan spiritual. Penjelasan tersebut mengindikasi bahwa pasien terminal illness adalah

orang-orang sakit yang diagnosis dengan penyakit berat yang tidak dapat disembuhkan

lagi dimana prognosisnya adalah kematian.

B. Pengertian Terminal illness

Kondisi Terminal adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami sakit atau

penyakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh dan menuju pada proses kematian

dalam 6 bulan atau kurang. Kematian sebagai wujud kehilangan kehidupan dan abadi

sifatnya, baik bagi yang telah menjalani proses kematian maupun bagi yang ditinggalkan,

kematian ini dapat bermakna berbeda bagi setiap orang.

Kematian adalah sebuah rahasia Tuhan. Namun, sebab-sebab kematian merupakan

fenomena yang selalu mengalami dinamika perubahan sesuai dengan dinamika

perubahan manusia sebab kematian adalah akhir dari tahapan tugas-tugas perkembangan

hidup manusia. Manusia bias mati karena sakit, kecelakaan, terbunuh, bunuh diri,

euthanasia atau mungkin mati tanpa sebab apa-apa. Manusia yang mati secara mendadak

tanpa melalui proses menuju kematian atau sekarat dalam jangka waktu yang relative

pendek pasti tidak menunjukan dinamika sebagaimana yang dikemukakan oleh Kubbler

Rose (1998) atau Pattison dalam Papalia (1977); sedangkan mereka yang mati melalui

proses menuju kematian dalam jangka waktu yang relatif panjang seperti pasien erminal

illness akan menunjukan dinamika yang sangat kompleks.

Saat kematian itu datang, maka berhentilah semua aktivitas organ-organ yang

menyokong kehidupan. Suasana berkabung dan emosi sedihlah yang biasa mendominasi

Page 2: Terminal Illness

kematian. Semua makhluk yang pernah hidup pasti akan mati, termasuk manusia. Hanya

saja kapan waktu tibanya kematian itulah yang tidak pasti. Ketakutan dan kecemasan

akan suatu kematian merupakan fenomena yang umum dialami oleh semua manusia.

Ketakutan dan kecemasan itu dapat muncul karena waktu tibanya yang tidak diketahui

dan belum adanya kesiapan untuk menghadapi kematian itu sendiri. Kesiapan akan

meninggalkan orang-orang yang disayangi, kesiapan untuk meninggalkan dunia yang

mungkin penuh dengan kenikmatan, dan menuju suatu tempat atau kehidupan lain yang

berbeda.

Hal ini berarti bahwa waktu kematiannya lebih jelas diketahui dan menjadi suatu hal

yang pasti. Meskipun waktu kematian yang sudah dapat dilihat dengan lebih pasti, namun

rasa tidak terima, takut, marah, cemas, dan sedih menghinggapi pasien terminal illness

setelah ia didiagnosis seperti itu. Diagnosis terminal illness dapat menyebabkan trauma

bagi pasien dan keluarganya.

C. Tanda Menjelang ajal

Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian

Ada 4 type dari perjalanan proses kematian, yaitu:

a. Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan

yang cepat dari fase akut ke kronik.

b. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, baisanya terjadi pada

kondisi penyakit yang kronik.

c. Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya

terjadi pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.

d. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan

sakit kronik dan telah berjalan lama.

Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian

o Kehilangan Tonus Otot, ditandai:

a. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.

b. Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek menelan.

Page 3: Terminal Illness

c. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai: nausea, muntah,

perut kembung, obstipasi, dsbg.

d. Penurunan control spinkter urinari dan rectal.

e. Gerakan tubuh yang terbatas.

o Kelambatan dalam Sirkulasi, ditandai:

a. Kemunduran dalam sensasi.

b. Cyanosis pada daerah ekstermitas.

c. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga dan

hidung.

o Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital

a. Nadi lambat dan lemah.

b. Tekanan darah turun.

c. Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.

o Gangguan Sensoria.

a. Penglihatan kabur.

b. Gangguan penciuman dan perabaan.

Tanda-tanda Klinis Saat Meninggal

o Pupil mata melebar.

o Tidak mampu untuk bergerak.

o Kehilangan reflek.

o Nadi cepat dan kecil.

o Pernafasan chyene-stoke dan ngorok.

o Tekanan darah sangat rendah.

o Mata dapat tertutup atau agak terbuka.

Tanda-tanda Meninggal secara klinis

Secara tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui perubahan-

perubahan nadi, respirasi dan tekanan darah. Pada tahun 1968, World Medical Assembly,

menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi kematian, yaitu:

Page 4: Terminal Illness

a. Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total.

b. Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan.

c. Tidak ada reflek.

d. Gambaran mendatar pada EKG.

D. Beberapa Reaksi terhadap Penyakit Terminal

Beberapa pasien mungkin masih punya waktu untuk kematian psikologis,

o mereka mungkin akan menyerah pada keadaan

o Beberapa orang mencari cara untuk mengurangi nyeri dan gangguan

o emosional dari penyakit yang lama serta menunggu kematian dengan

tenang

o Sebagian lagi menjadi takut atau marah dan menunjukkan suasana hati

yang bergeser dari menolak sampai depresi

o Sebagian yang lain mencoba mencapainya, mencoba mengungkapkan

perasaannya dan pikirannya tentang masa depan yang tidak pasti

o Yang lain putus asa dan cemas atau periode mencari, pertanyaan yang

masih kabur

E. Adaptasi Dengan Terminal illness

Bagaimana cara seseorang beradaptasi dengan terminal illness sesuai dengan umurnya

dijelaskan Sarafino (2002) sebagai berikut:

1. Anak

Konsep kematian masih abstrak dan tidak dimengerti dengan baik oleh anak-anak.

Sampai umur 5 tahun, anak masih berpikir bahwa kematian adalah hidup di tempat lain

dan orang dapat datang kembali. Mereka juga percaya bahwa kematian bisa dihindari.

Kematian adalah topik yang tidak mudah bagi orang dewasa untuk didiskusikan dan

mereka biasanya menghindarkan anaknya dari realita akan kematian dengan mengatakan

bahwa orang mati akan “pergi” atau “berada di surga” atau hanya tidur.

Pada anak yang mengalami terminal illness kesadaran mereka akan muncul secara

bertahap. Pertama, anak akan menyadari bahwa mereka sangat sakit tetapi akan sembuh.

Page 5: Terminal Illness

Kemudian mereka menyadari penyakitnya tidak bertambah baik dan belajar mengenai

kematian dari teman seumurnya terutama orang yang memiliki penyakit mirip, lalu

mereka menyimpulkan bahwa mereka juga sekarat.

Saat ini, para ahli percaya bahwa anak-anak seharusya mengetahui sebanyak

mungkin mengenai penyakitnya agar mereka mengerti dan dapat mendiskusikannya

terutama mengenai perpisahan dengan orang tua. Ketika anak mengalami terminal illness

biasanya orang tua akan menyembunyikannya, sehingga emosi anak tidak terganggu.

Untuk anak yang lebih tua, pendekatan yang hangat, jujur, terbuka, dan sensitif

mengurangi kecemasan dan mempertahankan hubungan yang saling mempercayai

dengan orang tuanya.

INFANT

a. Konsep kematian belum ada, berpisah dari ortu (separation)

dianggap sebagai kematian

b. Respon dan tingkah laku yang muncul

1) Bereaksi kuat terhadap separation = terpisah dari ortu sbg caregivers

2) menangis keras, menendang-nendang

c. Implikasi untuk komunikasi

1) Memahami strategi penanganan separation anxiety

2) Bantu anggota keluarga untuk koping terhadap kematian sehingga mereka siap

untuk kematian bayi

EARLY CHILDHOOD

a. Konsep kematian dipengaruhi oleh attitude ortu

1) Saat konsep kematian berkembang, kematian dianggap sbg temporer,

gradual, reversibel dan menurunkan kontinuitas hidup

2) Wishes (berkeinginan), misbehavior, unrelated action ? kematian

3) Bila punya pengalaman mengenai kematian, konsepnya lebih matang walau

ia belum bisa mengungkapkannya

b. Respon dan tingkah laku yang muncul

Page 6: Terminal Illness

1) Meningkatkan keingintahuan mengenai hal-hal yang berhubunga dengan

kematian, secara spontan mendiskusikan tentang kematian

2) berbincang-bincang dengan orang mati???

c. Implikasi untuk komunikasi

1) Pertanyaan tentang kematian dari anak

2) Diskusi tentang kematian, hal-hal yang kurang dimengerti

3) Kaji miskonsepsi terutama bila takut dan cemas

4) Beri pengertian, kematian merupakan bagian dari kehidupan dan hal itu

wajar

5) Kesempatan untuk diperhatikan dan bercakap-cakap degan orang tua pada

anak yag dying

6) Dekat dengan orang tua

MIDDLE CHILDHOOD

a. Konsep kematian : 4 ½ - 8 th mengerti semua yang hidup nanti

akan mati ? universality, irreversible, nonfunctionality

b. Respon dan tingkah laku yang muncul

1) Pertanyaan ttg kematian lebih detail

2) Being death

3) Hub dg ritual

4) Ingin menyentuh corps bgmn rasanya

5) Bermain utk lebih mengerti kematian dan mengkoping perasaan

c. Implikasi untuk komunikasi

1) Dengan memberikan penjelasan yg konkrit ttg penyebab kematian

2) Dengan bermain

3) Diskusi mengenai takut krn kehilangan ortu

4) Siblings: butuh kesempatan untuk tanya tentang sakit dan kematian

saudaranya dan informasi yang spesifik tentang penyebab kematian

5) Ggn thd perasaan bersalah pd sibling thd saudaranya yang mati

6) Lebih concern thd separasi, nyeri, mutilition dan suffering

Page 7: Terminal Illness

7) Cemas terhadap pengaruh kematiannya pada orang tua sehingga menutup

komunikasi

LATE CHILDHOOD

a. Konsep kematian: universality, irreversibelity, nonfunctioning of

death, mulai cemas terhadap kematiannya sendiri, tertarik pada keadaan setelah

kematian

b. Respon dan tingkah laku yang muncul

1) Menggunakan ritual utk menurunkan cemas

2) TL: reckless (berani)

3) Tough demeanor: cara bertindak takut dan mudah terluka ? koping thd

perasaan

4) Humor

c. Implikasi untuk komunikasi

1) Pengungkapan rasa takut dan mengerti bahwa takut itu normal

2) Butuh informasi lebih detail mengapa ssorg hrs mati

3) Diskusi konsekwensi realistik dari reckless activity

4) Respon emosional

5) Bantu dying child merasa bahwa hidupnya penting dan berarti

2. Remaja atau Dewasa muda

Walaupun remaja dan dewasa muda berpikir bahwa kematian pada usia muda

cukup tinggi, mereka memimpikan kematian yang tiba-tiba dan kekerasan. Jika mereka

mengalami terminal illness, mereka menyadari bahwa kematian tidak terjadi semestinya

dan merasa marah dengan “ketidakberdayaannya” dan “ketidakadilan” serta tidak adanya

kesempatan untuk mengembangkan kehidupannya.

Pada saat seperti ini, hubungan dengan ibunya akan menjadi lebih dekat. Menderita

terminal illness terutama pada pasien yang memiliki anak akan membuat pasien merasa

bersalah tidak dapat merawat anaknya dan seolah-olah merasa bahagia melihat anaknya

tumbuh. Karena kematian pada saat itu terasa tidak semestinya, dewasa muda menjadi

lebih marah dan mengalami tekanan emosi ketika hidupnya diancam terminal illness.

Page 8: Terminal Illness

a. Konsep kematian

1) Pengertian mengenai kematian lebih jelas

2) “here and now” strong focus

3) mencari identitas personal ? sulit menerima kematian

4) masih memegang konsep kematian dari pengalaman dan

komunikasi dr keluarga

5) working trough religious n philosophical views about life, death

n after life

b. Respon dan tingkah laku yang muncul

1) Cemas krn kematian terutama krn citra diri dan konsep hidup yg

terancam

2) Denial n avoidance of death menurunkan kecemasan akan

kematian

c. Implikasi untuk komunikasi

1) Kesempatan utk membuka percakapan mengenai kematian

2) Kaji persepsi spesifik adolescence

3) Peringatan thd perasaan bersalah, bermusuhan, cemas, dan bingung saat

komunikasi

4) Treat feeling n concern dg respek yg sepenuhnya dan rasa percaya

5) Terbuka saat sharing pendapat dan concern ttg kematian

6) Betulkan miskonsepsi dan tdk menghakimi

7) Dying adolescence sulit sharing concern dg keluarga

8) Sering merasa terisolasi dr komunikasi kelompoknya

9) Support utk mempertahankan harga diri

10) Bantu dlm meningkatkan positive closure (pengakhiran) ttg arti hidup yg singkat

Karakteristik kematian anak:

a. Tidak diharapkan dan tiba – tiba

Page 9: Terminal Illness

b. Unexpected n lingering (tdk datang2 ? tetap hidup)

c. Anticipated n expected

d. Anticipated for the future but unexpected at the time of death

e. Anticipated n lingering

3. Dewasa madya dan dewasa tua

Penelitian membuktikan bahwa dewasa muda menjadi semakin tidak takut dengan

kematian ketika mereka bertambah tua. Mereka menyadari bahwa mereka mungkin akan

mati karena penyakit kronis. Mereka juga memiliki masa lalu yang lebih panjang

dibandingkan orang dewasa muda dan memberikan kesempatan pada mereka untuk

menerima lebih banyak. Orang-orang yang melihat masa lalunya dan percaya bahwa

mereka telah memenuhi hal-hal penting dan hidup dengan baik tidak begitu kesulitan

beradaptasi dengan terminal illness.

F. Problem Yang Berkaitan Dengan Terminal Illnes

1) Problem fisik, berkaitan dengan kondisi (penyakit terminalnya): nyeri,

perubahan berbagai fungsi sistem tubuh, perubahan tampilan fisik.

2) Problem psikologis (ketidakberdayaan): kehilangan control,

ketergantungan, kehilangan diri dan harapan.

3) Problem sosial, isolasi dan keterasingan, perpisahan.

4) Problem spiritual.

5) Ketidak-sesuaian, antara kebutuhan dan harapan dengan perlakuan yang

didapat (dokter, perawat, keluarga, dsb).

G. Tahapan Penerimaan Terhadap Kematian

Kubler- Ross (dalam Taylor, 1999) merumuskan lima tahap ketika seseorang dihadapkan

pada kematian. Kelima tahap tersebut antara lain:

1) Denial (penyangkalan)

Page 10: Terminal Illness

Respon dimana klien tidak percaya atau menolak terhadap apa yang dihadapi atau

yang sedang terjadi. Dan tidak siap terhadap kondisi yang dihadapi dan dampaknya. Ini

memungkinkan bagi pasien untuk membenahi diri. Dengan berjalannya waktu, sehingga

tidak refensif secara radikal.

Penyangkalan merupakan reaksi pertama ketika seseorang didiagnosis menderita

terminal illness. Sebagian besar orang akan merasa shock, terkejut dan merasa bahwa ini

merupakan kesalahan. Penyangkalan adalah awal penyesuaian diri terhadap kehidupan

yang diwarnai oleh penyakit dan hal tersebut merupakan hal yang normal dan berarti.

2) Marah

Fase marah terjadi pada saat fase denial tidak lagi bisa dipertahankan. Rasa

kemarahan ini sering sulit dipahami oleh keluarga atau orang terdekat oleh karena dapat

terpicu oleh hal-hal yang secara normal tidak menimbulkan kemarahan. Rasa marah ini

sering terjadi karena rasa tidak berdaya, bisa terjadi kapan saja dan kepada siapa saja

tetapi umumnya terarah kepada orang-orang yang secara emosional punya kedekatan

hubungan.

Pasien yang menderita terminal illness akan mempertanyakan keadaan dirinya,

mengapa ia yang menderita penyakit dan akan meninggal. Pasien yang marah akan

melampiaskan kebenciannya pada orang-orang yang sehat seperti teman, anggota

keluarga, maupun staf rumah sakit. Pasien yang tidak dapat mengekspresikan

kemarahannya misalnya melalui teriakan akan menyimpan sakit hati. Pasien yang sakit

hati menunjukkan kebenciannya melalui candaan tentang kematian, mentertawakan

penampilan atau keadaannya, atau berusaha melakukan hal yang menyenangkan yang

belum sempat dilakukannya sebelum ia meninggal.

Kemarahan merupakan salah satu respon yang paling sulit dihadapi keluarga dan

temannya. Keluarga dapat bekerja sama dengan terapis untuk mengerti bahwa pasien

sebenarnya tidak marah kepada mereka tapi pada nasibnya.

3) Bargaining (menawar)

Klien mencoba untuk melakukan tawar menawar dengan tuhan agar terhindar dari

kehilangan yang akan terjadi, ini bisa dilakukan dalam diam atau dinyatakan secara

terbuka. Secara psikologis tawar menawar dilakukan untuk memperbaiki kesalahan atau

dosa masa lalu. Pada tahap ini pasien sudah meninggalkan kemarahannya dalam berbagai

Page 11: Terminal Illness

strategi seperti menerapkan tingkah laku baik demi kesehatan, atau melakukan amal, atau

tingkah laku lain yang tidak biasa dilakukannya merupakan tanda bahwa pasien sedang

melakukan tawar-menawar terhadap penyakitnya.

4) Depresi

Tahap keempat dalam model Kubler-Ross dilihat sebagai tahap di mana pasien

kehilangan kontrolnya. Pasien akan merasa jenuh, sesak nafas dan lelah. Mereka akan

merasa kesulitan untuk makan, perhatian, dan sulit untuk menyingkirkan rasa sakit atau

ketidaknyamanan. Rasa kesedihan yang mendalam sebagai akibat kehilangan ( past loss

& impending loss), ekspresi kesedihan ini verbal atau nonverbal merupakan persiapan

terhadap kehilangan atau perpisahan abadi dengan apapun dan siapapun.

Tahap depresi ini dikatakan sebagai masa ‘anticipatory grief’, di mana pasien akan

menangisi kematiannya sendiri. Proses kesedihan ini terjadi dalam dua tahap, yaitu ketika

pasien berada dalam masa kehilangan aktivitas yang dinilainya berharga, teman dan

kemudian mulai mengantisipasi hilangnya aktivitas dan hubungan di masa depan.

5) Penerimaan (acceptance)

Pada tahap ini pasien sudah terlalu lemah untuk merasa marah dan memikirkan

kematian. Beberapa pasien menggunakan waktunya untuk membuat perisapan,

memutuskan kepunyaannya, dan mengucapkan selamat tinggal pada teman lama dan

anggota keluarga.

Pada tahap menerima ini, klien memahami dan menerima keadaannya yang

bersangkutan mulai kehilangan interest dengan lingkungannya, dapat menemukan

kedamaian dengan kondisinya, dan beristirahat untuk menyiapkan dan memulai

perjalanan panjang.

H. Dinamika Psikologis

Dinamika psikologis secara umum sebagai berikut:

1) Individu menyadari atau berkata bahwa kehidupannya akan

segera berakhir,

2) Individu tidak pernah ada yang tahu kapan kematiannya

akan datang,

Page 12: Terminal Illness

3) Individu mulai mengalami keputusasaan akan treatmen-

treatmen yang didapat dan dijalankan, ia mulai yakin bahwa semua yang

dilakukan tidak akan menyembuhkan penyakitnya bahkan ia yakin kematian telah

dekat,

4) Individu mulai mengalami problem-problem pikiran,

perasaan dan psikologis yang kesemuanyasulit untuk dipecahkan. Dinamika

keempat ini tidak dialami secara signifikan pada personalitnya yang cukup

matang sehingg dinamika psikologisnya untuk menghadapi kematian lebih cepat

mencapai acceptance/penerimaan.

Dinamika tersebut ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu : umur, jenis kelamin,

ras/suku bangsa, budaya kelompok, latar belakang sosial, dan personality/kepribadian.

I. Tingkat Kesadaran Terhadap Kondisi Terminal Illnes

1. Closed Awareness

Dalam hal ini klien dan keluarga tidak menyadari datangnya kematian, tidak tahu

mengapa sakit dan percaya akan sembuh.

2. Mutual Pretense

Dalam hal ini klien, keluarag, team kesehatan tahu bahwa kondisinya terminal tetapi

merasa tidak nyaman untuk dan menghindari membicarakan kondisi yang dihadapi klien.

Ini berat bagi klien karena tidak dapat mengekspresikan kekuatannya.

3. Open Awareness

Pada kondisi ini klien dan orang disekitarnya tahu bahwa dia berada diambang

kematian sehingga tidak ada kesulitan untuk membicarakannya. Pada tahap ini klien

dapat dilibatkan untuk proses intervensi keperawatan.

J. Tujuan & Peran Keperawatan

Tujuan keperawatan klien dengan kondisi terminal secara umum/cara mengurangi syok :

o Menghilangkan atau mengurangi rasa kesendirian, takut dan depresi

o Mempertahankan rasa aman, harkat dan rasa berguna

o Membantu klien menerima rasa kehilangan

o Membantu kenyamanan fisik

Page 13: Terminal Illness

o Mempertahankan harapan (faith and hope)

Peran Perawat Saat Klien Dalam Kondisi Terminal Illness

o Pengabdian yang tulus dengan hati nurani yang ikhlas

o Seulas senyum yang ikhlas dari seorang perawat bisa memberikan secercah

harapan kesembuhan untuk seorang pasien

o Membantu klien agar siap meninggal dengan tenang

o Memenuhi kebutuhan spiritual

Intervensi Keperawatan Terhadap Respon Klien

a. Tahap Denial

Beri dukungan pada fase awal karena ini berfungsi protektif dan memberi waktu bagi

klien untuk melihat kebenaran. Bantu untuk melihat kebenaran dengan konfirmasi

kondisi melalui second opinion.

b. Tahap Anger

Bantu klien untuk memahami bahwa marah adalah respon normal akan kehilangan dan

ketidakberdayaan. Siapkan bantuan berkesinambungan agar klien merasa aman.

c. Tahap Bargaining

Asah kepekaan perawat bila fase tawar menawar ini dilakukan secara diam-diam.

Bargaining sering dilakukan klien karena rasa bersalah atau ketakutan terhadap bayang-

bayang dosa masa lalu. Bantu agar klien mampu mengekspresikan apa yang dirasakan,

apabila perlu datangkan pemuka agama untuk pendampingan.

d. Tahap Depresi

Klien perlu untuk merasa sedih dan beri kesempatan untuk mengekspresikan

kesedihannya. Perawat hadir sebagai pendamping dan pendengar.

e. Tahap Menerima

Klien merasa damai dan tenang. Dampingi klien untuk mempertahankan rasa berguna

(self worth). Berdayakan pasien untuk melakukan segala sesuatu yang masih mampu

dilakukan dengan pendampingan. Fasilitasi untuk menyiapkan perpisahan abadi.

Page 14: Terminal Illness

I. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Kondisi Terminal Illnes

1. Pengkajian

Hal-hal yang dikaji adalah :

Tanda gejala ansietas ( misalnya, tanda vital, nafsu makan, pola tidur, dan tingkat

konsentrasi).

Dukungan yang disediakan yang penting bagi klien.

Ekspresi tidak ada harapan atau tidak berdaya (misalnya, ”aku tidak dapat”).

Sumber ansietas (misalnya, nyeri malfungsi tubuh, penghinaan, pengabaian, kegagalan,

akibat negatif dari survivor).

2. Perumusan Masalah Keperawatan Dan Diagnosa Keperawatan

Ansietas berhubungan dengan takut terhadap proses menjelang ajal.

Sedih kronis berhubungan dengan kesedihan yang mendalam karena meninggalkan

keluarga sendirian setelah kematian.

Distress spiritual berhubungan dengan gambaran kematian yang negatif atau pikiran-

pikiran yang tidak menyenangkan tentang semua kejadian yang berkaitan dengan

kematian atau menjelang ajal.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Kaji tanda gejala ansietas.

R/ ansietas menunjukkan berkurangnya harapan hidup pasien.

Kaji TTV.

R/ penurunan tanda-tanda vital menandakan kondisi yang sangat kritis.

Kaji dukungan yang disediakan oleh keluarga pasien.

R/ dkungan dari keluarga klien akan membuat pasien tenang dalam menghadapi

kematian.

Kaji ekspresi tidak ada harapan atau tidak berdaya dari pasien.

R/ ekspresi yang tenang menunjukkan kesiapan pasien menjelang ajal.

Kaji sumber ansietas pasien.

R/ membantu klien menyelesaikan wasiat-wasiat akan mengurangi kecemasan pasien

dalam menghadapi kematian.

Berikan pemahaman kepada kepada keluarga pasien tentang penyakit pasien.

4. Implementasi keperawatan

Page 15: Terminal Illness

o Mengkaji gejala gejala ansietas(misalnya: nafsu makan , pola tidur,dan tingkat

konsentrasi).

o Mengkaji anda-tanda vital dan evalasi tingkat kesadaran pasien.

o Berikan dukungan lepada pasien dengan tidak menyinggung keyakinan pasien.

o Megkaji ekspresi tidak adanya harapan hidup dan memberikan dukungan sepenuhnya

terhadap apa yang diwasiatkan pasien.

o Memberikan pemahaman pada keluarga tentang apa yang sedang dihadapi paien.

o Memberikan kejujuran dan jawaban langsung terhaadap pertanyaan pasien tentang

proses menjelang kematian.

5. Evaluasi

o Klien mampu mempertahankan kenyamanan psikologis selama proses menjelang ajal.

o Klien mampu mengungkapkan perasaan misalnya : marah, sedih, atau kehilangan dan

pikiran dengan staf perawat dan/atau orang penting bagi klien.

o Mampu mengidentifikasi area kontrol pribadi.

o Mampu mengekspresikan perasaan yang positif tentang hubungan dengan orang

penting bagi pasien.

o Mampu menerima keterbatasan dan mencari bantuan sesuai kebutuhan.