Lp Terminal
-
Upload
sri-indry-lestari -
Category
Documents
-
view
38 -
download
4
description
Transcript of Lp Terminal
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIE
TERMINAL
A. Pengertian
1. Pengertian Penyakit Terminal
Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat
tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat
disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan. Kondisi terminal adalah
suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan
proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu (Kubler-Ross,
1969).
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian
berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual
bagi individu (Carpenito, 1999).
Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian
tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).
Penyakit pada stadium lanjut, penyakit utama tidak dapat diobati, bersifat
progresif, pengobatan hanya bersifat paliatif (mengurangi gejala dan keluhan,
memperbaiki kualitas hidup). ( Tim medis RS Kanker Darmais, 1996)
Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami
berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan,
gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual
yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan
pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/ pengobatan
gejala fisik,, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis,
sosial dan spiritual yang dilakukandengan pendekatan interdisiplin yang dikenal
sebagai perawatan paliatif. (Doyle & Macdonald, 2003)
1
Pada pasien penyakit terminal akan melalui fase – fase berduka akibat
kekhwatiran akan penyakitnya. Sering kali penyakit terminal membawa efek
psikologis terhadap klien, seperti kekhawatiran berlebihan akan penyakit atau
kondisis yang akan dialami, serta kekawatiran akan kematian yang disebabkan
oleh penyakitnya. Kehilangan aspek diri biasanya dialami oleh pasien terminal,
akibat kondisi tubuh yang semakin melemah, terjadi penurunan kemampuan
fisik, dan diikuti perubahan citra tubuh, yang menyebabkan kehilangan pada
aspek diri klien.
Perawatan terminal dapat dimulai pada minggu-minggu, hari-hari dan
jaminan terakhir kehidupan dimana bertujuan:
1. Mempertahankan hidup
2. Menurunkan stress
3. Meringankan dan mempertahankan kenyamanan selama mungkin
(Weisman)
Secara umum kematian adalah sebagian proses dari kehidupan yang
dialami oleh siapa saja meskipun demikian, hal tersebut tetap saja menimbulkan
perasaan nyeri dan takut, tidak hanya pasien akan juga keluarganya bahkan pada
mereka yang merawat dan mengurusnya.
Penderita yang akan meninggal tidak akan kembali lagi ke tengah keluarga,
kenyataan ini sangat berat bagi keluarga yang akan ditinggalkannya Untuk
menghindari hal diatas bukan hanya keluarganya saja yang berduka bahkan klien
lebih tertekan dengan penyakit yang dideritanya.
2. Faktor Predisposisi
a. Usia
b. Lingkungan sosial dan budaya
c. Faktor Jenis Kelamin
d. Faktor Tingkat Pendidikan
2
e. Faktor Ekonomi
f. Faktor Pengetahuan
g. Faktor Lama Rawat Inap
h. Faktor Caring Perawat
3. Klasifikasi
1 Penyakit-penyakit kanker stadium akhir.
2 Penyakit-penyakit infeksi.
3 Congestif Renal Falure (CRF).
4 Stroke Multiple Sklerosis.
5 Akibat kecelakaan fatal.
6 AIDS
7 Diabetes Militus Tipe II
B. Gejala dan Tanda
Ciri – Ciri Penyakit Terminal
a. Penyakit tidak dapat disembuhkan
b. Mengarah pada kematian
c. Diagnosa medis sudah jelas
d. Tidak ada obat untuk menyembuhkan
e. Prognosis jelek
f. Bersifat progresif
Fisik
a. Gerakan pengindraan menghilang secara berangsur – angsur dari ujung kaki
dan ujung jari
b. Aktifitas dari GI berkurang
c. Reflek mulai menghilang
d. Kulit kebiruan dan pucat
e. Denyut nadi tidak teratur dan lemah
3
f. Nafas berbunyi keras dan cepat ngorok
g. Penglihatan mulai kabur
h. Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri
i. Klien dapat tidak sadarkan diri
Psikososial
Sesuai fase-fase kehilangan menurut seorang ahli E.Kubbler Ross
mempelajari respon-respon atas menerima kematian dan maut secara mendalam
dan hasil penelitiannya yaitu :
a. Respon kehilangan
1) Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah , keakutan, cara tertentu
untuk mengatur tangan
2) Cemas diungkapkan dengan cara menggerakan otot rahang dan kemudian
mengendor
3) Rasa sedih diungkapkan dengan mata setengah terbuka / menangis
b. Hubungan dengan orang lain
Kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidakmampuan untuk
berhubungan secara interpersnal serta akibat penolakan. Dr.Elisabeth Kublerr-
Ross telah mengidentifikasi lima tahap berduka yang dapat terjadi pada pasien
dengan penyakit terminal :
1) Denial ( Pengingkaran )
Tidak percaya telah terjadi kehilangan. Tidak siap mengatasi masalah
praktis, seperti pasien yang mengalami penyakit terminal tidak siap atau tidak
dapat menerima bahwa dirinya terkena penyakit terminal. Biasanya klien dapat
menunjukan keceriaan palsu sehingga memperlama penyangkalan.
4
Reaksi pada Fase Denial :
Psikologi
a) Syok
b) Tidak percaya
c) Tidak tahu harus berbuat apa
d) Mengingkari Kenyataan
Fisik
a) Letih
b) Lemah
c) Pucat
d) Mual
e) Diare
f) Menangis
g) Gangguan Pernafasan
h) Gelisah
i) Detak jantung meningkat
2) Anger ( Marah )
Pada fase ini pasien dapat mengarahkan kemarahan kepada petugas medis
atau perawat yang melakukan kegiatan atau tindakan normal yang tidak
mengganggu mereka.
Reaksi pada fase anger :
Perilaku
a) Agresif
b) Bicara kasar
5
c) Menyerang orang lain
d) Menolak pengobatan
e) Menuduh dokter atau perawat tidak kompeten
Fisik
a) Muka merah
b) Denyut nadi cepat
c) Gelisah
d) Susah tidur
e) Tangan mengepal
3) Bargaining (Tawar-Menawar)
Klien berusaha melakukan tawar menawar terhdap penyakitnya, biasanya
klien takut akan kondisinya yang semakin parah dan juga kematian akibat
penyakitnya. Klien mengalami masa ketakutan akibat rasa bersalah atau dosa
apabila dia mengalami kematian akibat penyakit terminalnya.
4) Depretion ( Depresi )
Fase dimana ketika klien mengingat akan kondisi penyakitnya, dan
memikirkan dan mendapatkan tekanan dari kondisinya. Pada fase ini klien
biasanya mengingat hal – hal menarik dalam hidupnya, dan takut kehilangan
semua momen atau hal tersebut apabila klien harus meninggalkan semuanya
akibat penyakit terminal yang ia derita. Klien biasanya cenderung menutup diri,
cemas, dan menangis, serta klien dapat menarik diri dari lingkungan sosial.
Perilaku
a) Menunjukan sikap menarik diri
b) Kadang bersikap sangat penurut
6
c) Tidak mau bicara
d) Menyatakan keputusasaan
e) Rasa tidak berharga
f) Bisa muncul keinginan bunuh diri
Gejala fisik
a) menolak makan
b) susah tidur
c) letih
d) libido turun
5) Acceptance ( Penerimaan)
Pada fase ini biasanya klien telah menerima kondisinya. Klien
membutuhkan perhatian dari orang – orang terdekatnya, untuk memotivasi
psikologis klien dalam menghadapi penyakit terminal nya, dan juga menghadapi
kematian yang akan terjadi padanya. Klien juga biasanya telah merencanakan
atau menata kehidupannya dalam kondisinya.
Reaksi pada fase acceptance:
a) Reorganisasi perasaan kehilangan
b) Pikiran tentang objek yang hilang akan mulai berkurang atau hilang beralih ke
objek baru.
c) Menerima kenyataan kehilangan
d) Mulai memandang ke depan.
7
C. Pohon Masalah
8
Penyakit Terminal
Faktor Usia Faktor Lingkungan Sosial dan
Budaya
Faktor Jenis Kelamin
Faktor Tingkat Pendidikan
Faktor Ekonomi
Faktor Pengetahuan
Faktor Caring Perawat
Faktor Lama Rawat Inap
Fase Denial Fase Anger Fase Bargaining
Fase Depresi
Fase Acceptance
Syok
Mengingkari Kondisi
Takut Akan Dosa
Takut Akan
Kematian
Mempersiapkan mental
Penarikan Diri Dari
Lingkungan Sosial
Marah Tawar Menawar
Gangguan Hubungan
Sosial
Menerima Kondisi
Tidak Percaya
Merasa Tidak
Berharga
Resiko Bunuh Diri
D. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mengkaji pemenuhan kebutuhan pasien menjelang ajal. Jenis
pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan yaitu :
1. Pemeriksaan Tonus Otot
Kehilangan tonus otot ditandai dengan:
a. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.
b. Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek
menelan.
c. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai: nausea, muntah,
perut kembung, obstipasi, dsbg.
d. Penurunan control spinkter urinari dan rectal.
e. Gerakan tubuh yang terbatas.
2. Pemeriksaan Sirkulasi
Kelabatan dalam sirkulasi ditandai dengan:
a. Kemunduran dalam sensasi.
b. Cyanosis pada daerah ekstermitas.
c. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga
dan hidung.
9
Ketidak
mampuan
koping
keluarga
Dukacita
Ketidak
efektifan
kopingKehilangan
3. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Perubahan-perubahan tanda vital yaitu :
a. Nadi lambat dan lemah.
b. Tekanan darah turun.
c. Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.
4. Pemeriksaan Sensoria
Gangguan-gangguan sensoria :
a. Penglihatan kabur.
b. Gangguan penciuman dan perabaan.
E. Penatalaksanaan Medis
1. Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Pada Pasien Terminal
a. Konsep Bimbingan dan Konseling pada Pasien Terminal
Asuhan perawatan klien terminal tidaklah mudah. Perawat membantu
klien untuk meraih kembali martabatnya. Perawat dapat berbagi
penderitaan klien menjelang ajal dan melakukan intervensi yang dapat
meningkatkan kualitas hidup, klien harus dirawat dengan respek dan
perhatian penuh. Dalam melakukan perawatan keluarga dan orang
terdekat klien harus dilibatkan, bimbingan dan konsultasi tentang
perawatan diperlukan.
Pokok-pokok dalam memberikan bimbingan dan konseling dalam
perawatan pasien terminal terdiri dari:
1) Peningkatan Kenyamanan
Kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan
peredaan distress psikobiologis. Perawat harus memberikan
bimbingan kepada keluarga tentang tindakan penenangan bagi
klien sakit terminal. Kontrol nyeri terutama penting karena
mengganggu tidur, nafsu makan, mobilitas, dan fungsi psikologis.
Ketakutan terhadap nyeri umum terjadi pada klien kanker.
10
Pemberian kenyamanan bagi klien terminal juga mencakup
pengendalian gejala penyakit dan pemberian terapi. Klien mungkin
akan bergantung pada perawat dan keluarganya untuk pemenuhan
kebutuhan dasarnya, sehingga perawat bisa memberikan
bimbingan dan konseling bagi keluarga tentang bagaimana cara
memberikan kenyamanan pada klien.
2) Pemeliharan Kemandirian
Tempat perawatan yang tepat untuk pasien terminal adalah
perawatan intensif, pilihan lain adalah perawatan hospice yang
memungkinkan perawatan komprehensif di rumah. Perawat harus
memberikan informasi tentang pilihan ini kepada keluarga dank
lien. Sebagian besar klien terminal ingin mandiri dalam melakukan
aktivitasnya. Mengizinkan pasien untuk melakukan tugas
sederhana seperti mandi, makan, membaca, akan meningkatkan
martabat klien. Perawat tidak boleh memaksakan partisipasi klien
terutama jika ketidakmampuan secara fisik membuat partisipasi
tersebut menjadi sulit. Perawat bisa memberikan dorongan kepada
keluarga untuk membiarkan klien membuat keputusan.
3) Pencegahan Kesepian dan Isolasi
Perawat membutuhkan kesabaran dan pengalaman untuk merespon
secara efektif terhadap klien menjelang ajal. Untuk mencegah
kesepian dan penyimpangan sensori, perawat mengintervensi
untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Lingkungan harus diberi
pencahayaan yang baik, keterlibatan anggota keluarga, teman
dekat dapat mencegah kesepian. Keluarga atau penjenguk harus
diperbolehkan bersama klien menjelang ajal sepanjang waktu.
Perawat memberikan bimbingan kepada keluarga untuk tetap/
selalu bersama klien menjelang ajal, terutama saat-saat terkhir
hidupnya.
4) Peningkatan Ketenangan Spiritual
11
Peningkatan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari
sekedar meminta rohaniawan. Ketika kematian mendekat, Klien
sering mencari ketenangan. Perawat dan keluarga dapat membantu
klien mengekspresikan nilai dan keyakinannya. Klien menjelang
ajal mungkin mencari untuk menemukan tujuan dan makna hidup
sebelum menyerahkan diri kepada kematian. Klien mungkin minta
pengampunan baik dari yang maha kuasa atau dari anggota
keluarga. Selain kebutuhan spiritual ada juga harapn dan cinta,
cinta dapat diekspresikan dengan baik melalui perawatan yang
tulus dan penuh simpati dari perawat dan keluarga.
Perawat dan keluarga memberikan ketenangan spiritual dengan
menggunakan ketrampilan komunikasi, empati, berdoa dengan
klien, membaca kitab suci, atau mendengarkan musik.
5) Dukungan untuk keluarga yang berduka
Anggota keluarga harus didukung melewati waktu menjelang ajal
dan kematian dari orang yang mereka cintai. Semua tindakan
medis, peralatan yang digunakan pada klien harus diberikan
penjelasan, seperti alat Bantu nafas atau pacu jantung.
Kemungkinan yang terjadi selama fase kritis pasien terminal harus
dijelaskan pada keluarga.
b. Prosedur Bimbingan dan Konseling pada pasien terminal
Dalam memberikan bimbingan dan konseling kepada pasien terminal
atau keluarganya, harus ditetapkan tujuan bersama. Hal ini menjadi
dasar untuk evaluasi tindakan perawatan. Bimbingan yang diberikan
harus berfokus pada peningkatan kenyamanan dan perbaikan sisa
kualitas hidup, hal ini berarti memberikan bimbingan pada aspek
perbaikan fisik, psikologis, social dan spiritual.
2. Pelaksanaan Perawatan Lanjutan Di Rumah
a. Batasan Perawatan Lanjut di Rumah
12
Penyakit terminal menempatan tuntutan yang besar pada sumber social
dan finansial. Keluarga mungkin takut berkomunikasi dengan klien,
banyak hal sulit yang dialami keluarga untuk mengatasi kondisi
anggota keluarganya yang terminal. Hal ini mencakup lamanya
periode menjelang ajal, gejala yang sulit dikontrol, penampilan dan
bau yang tidak menyenangkan, sumber koping yang terbatas, dan
buruknya hubungan dengan pemberi perawatan. Alternatif perawatan
bisa dilaksanakan di rumah, dikenal dengan Perawatan Hospice.
Perawatan Hospice adalah program perawatan yang berpusat pada
keluarga yang dirancang untuk membantu klien terminal dapat hidup
nyaman dan mempertahankan gaya hidup senormal mungkin
sepanjang proses menjelang ajal. Sebagian besar klien dalam program
hospice mempunyai waktu hidup 6 bulan atau kurang. Program ini
dimulai di Irlandia tahun 1879, yang kemudian di Inggris, amerika,
dan Canada pada tahun 1970-an. Komponen Perawatan Hospice yaitu:
1) Perawatan di rumah yang terkoordinasi dengan pelayanan rawat
jalan dibawah administrasi rumah sakit.
2) Control gejala (fisik, fisiologis, sosio-spiritual)
3) Pelayanan yang diarahkan dokter.
4) Ketentuan tim perawatan interdisiplin ilmu yang terdiri dari
dokter, perwat, rohaniawan, pekerja sosial, dan konselor.
5) Pelayanan medis dan keperawatan tersedia sepanjang waktu.
6) Klien dan keluarga sebagai unit perawatan.
7) Tindak lanjut kehilangan karena kematian setelah keamatian klien.
8) Penggunaan tenaga sukarela terlatih sebagai bagian dari tim.
9) Penerimaan kedalam program didasarkan pada kebutuhan
perawatan kesehatan ketimbang pada kemampuan untuk
membayar.
Program hospice menekankan pengobatan paliatif yang mengotrol
gejala ketimbang pengobatan penyakit. Klien dan keluarga
13
berpartisipasi dalam perawatan .perawatan klien dikoordinasikan
antara lingkungan rumah dan klien. Upaya diarahkan untuk tetap
merawat klien dirumah selama mungkin. Keluarga menjadi pemberi
perawatan primer, pemberian medikasi dan pengobatan, tim
interdisiplin memberikan sumber psikologis dan fisik yang diperlukan
untuk mendukung keluarga.
b. Sistem Rujukan
Dalam pelayanan rujukan, rujukan pasien harus dibuat oleh
penanggung jawab perawatan. Diluar negeri Registered nurses (RN),
mempunyai kewenangan untuk merujuk pasien ke system pelayanan
yang lebih tinggi lagi. Dalam perawatan pasien di rumah, system
rujukan bisa dibuat, dimana perawatan klien oleh perawat home care
dibawah yurisdiksi Registered nurses (RN). RN membuat delegasi
tugas-tugas perawatan yang harus dilaksanakan oleh perawat
pelaksana yang telah mempunyai izin (lisenced) dari lembaga
berwenang. Prinsip Delegasi/Rujukan:
1) Perawat pelaksana secara hukum bertanggung jawab langsung
untuk merawat klien.
2) Perawat pelaksana bertanggung jawab untuk merujuk pasien,
mengevaluasi asuhan yang diberikan, bimbingan dan konseling
pasien terminal.
3) Pemberian terapi intravena tergantung peraturan pemerintah
setempat, ada yang memberi kewenangan untuk melakukan terapi
intravena oleh pelaksana perawat, ada juga yang tidak.
4) Lembaga berwenang (Rumah sakit, binas kesehatan) memberi kan
izin pada perawat pelaksana untuk merawat dan membuat rujukan
berdasarkan standar asuhan keperawatan.
c. Langkah Perawatan Lanjut di Rumah
Perawatan lanjut di rumah ditujukan untuk memberikan perawatan
fisik berupa perawatan kebersihan diri, perawatan kulit, ambulasi,
14
laithan dan mobilisasi, berpakaian, kemampuan eliminasi dan lainnya.
Perawatan harus memberikan kebersihan, keamanan, kenyamanan dan
lingkungan yang tenang. Inti perawatan harus bisa memberikan
kenyamanan bagi klien, peningkatan kemandirian, Pencegahan
Kesepian dan Isolasi, peningkatan ketenagan spiritual.
F. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian terhadap identitas klien
1) Nama
2) Umur
3) Jenis Kelamin
4) Agama
5) Suku
6) Bangsa
7) Alamat
8) Dx Medis
9) Sumber Biaya
10) Sumber Informasi
11) No.RM
12) Tanggal Masuk Rumah Sakit
13) Ruangan
b. Pengkajian terhadap identitas penangguang jawab klien (keluarga)
1) Nama
2) Umur
3) Jenis Kelamin
4) Agama
5) Suku
6) Bangsa
7) Alamat
15
8) Hubungan Dengan Klien
c. Pengkajian terhadap riwayat kesehatan klien
1) Alasan masuk rumah sakit
2) Keluhan utama
3) Kronologi keluhan
4) Riwayat kesehatan masa lalu
5) Riwayat kesehatan keluarga
d. Mengkaji kebutuhan dasar klien berdasarkan teori 14 dasar kebutuhan dasar
manusia
1) Bernapas
2) Makan dan minum
3) Gerak aktivitas
4) Eliminasi
5) Istirahat tidur
6) Kebersihan diri
7) Pengaturan suhu tubuh
8) Rasa aman
9) Rasa nyaman
10) Sosial
11) Prestasi dan produktivitas
12) Rekreasi
13) Belajar
14) Spiritual
e. Melakukan pemeriksaan fisik pada klien
f. Mengkaji data penunjang klien
16
g. Mengkaji kondisi keluarga klien dalam menghadapi kondisi klien dan kesiapan
keluarga akan kehilangan klien dengan penyakit terminal yang sulit disembuhkan :
1) Fase Denial
Perawat dapat mengkaji gejala pada tahap denial (penolakan) yang ditunjukan
keluarga klien pada saat mendengar kondisi klien dengan penyakit terminal, yang
kemudian dicocokan dengan tanda dan gejala pada fase ini sesuai teori.
2) Fase Anger
Perawat dapat mengkaji gejala pada tahap anger (marah) yang ditunjukan
keluarga klien pada saat mendengar kondisi klien dengan penyakit terminal, yang
kemudian dicocokan dengan tanda dan gejala pada fase ini sesuai teori. Pada fase ini
perawat mengkaji hanya berdasarkan observasi sebab kluarga pasien tidak mungkin
menjawab pertanyan perawat pada fase ini.
3) Fase Bargaining (Tawar Menawar)
Perawat dapat mengkaji gejala pada tahap bargaining (tawar menawar) yang
ditunjukan keluarga klien pada saat mendengar kondisi klien dengan penyakit
terminal, yang kemudian dicocokan dengan tanda dan gejala pada fase ini sesuai
teori. Pada fase ini perawat masih bisa mengkaji klien dengan wawancara namun
perhatikan kuantitas serta kulitas pertanyaan untuk menjaga kestabilan kondisi
keluarga klien.
4) Fase Depresi
Perawat dapat mengkaji gejala pada tahap depresi yang ditunjukan keluarga
klien pada saat mendengar kondisi klien dengan penyakit terminal, yang kemudian
dicocokan dengan tanda dan gejala pada fase ini sesuai teori. Pada tahap ini perawat
dapat mengkaji keluarga klien namun sedikit, dan terkadang tidak mendapatkan
17
respon sebab kondisi keluarga klien dalam keadaan tertekan, dan perawat dapat
mengkomunikasikan kondisi keluarga klien.
5) Fase Acceptance (Penerimaan)
Perawat dapat mengkaji gejala pada tahap acceptance (penerimaan) yang
ditunjukan keluarga klien pada saat mendengar kondisi klien dengan penyakit
terminal, yang kemudian dicocokan dengan tanda dan gejala pada fase ini sesuai
teori. Pada kondisi ini perawat lebih leluasa mengkaji kondisi kesiapan keluarga klien
dalam menghadapi resiko kehilangan klien yang mengalami penyakit terminal, sebab
pada gfase ini kleuarga klien biasanya mulai pasrah atau sudah dapat menerima
kondisi kerabatnya.
G. Daftar Diagnosa Keperawatan
a. Dukacita
Definisi
Proses kompleks normal yang meliputi respons dan perilaku emosional, fisik,
spiritual, sosial, dan intelektual yakni individu, keluarga, dan komunitas memasukan
kehilangan yang aktual, adaptif, atau dipersepsikan kedalam kehidupan sehari – hari
mereka.
Batasan Karakteristik
1) Perubahan tingkat aktivitas
2) Perubahan pola mimpi
3) Perubahan fungsi imun
4) Gangguan fungsi neuroendokrin
5) Marah
6) Menyalahkan
7) Berpisah/menarik diri
8) Putus asa
9) Disorganisasi/kacau
10) Gangguan pola tidur
11) Mengalami kelegaan
18
12) Memelihara hubungan dengan klien dengan penyakit terminal
13) Membuat makna kehilangan
14) Kepedihan
15) Perilaku panik
16) Pertumbuhan personal
17) Distres psikologis
18) Menderita
Faktor yang berhubungan
1) Mengantisipasi kehilangan hal yang bermakna
2) Mengantisipasi kehilangan orang terdekat
3) Kematian orang terdekat
4) Kehilangan objek penting
b. Ketidakefektifan Koping
Defenisi :
Ketidak mampuan untuk membentuk penilaian valid tentang stressor, ketidak
adekuatan pilihan respon yang dilakukan dan/atau tidak mampuan untuk
menggunakan sumber daya yang tersedia.
Batasan Karakteristik
1) Perubahan pada pola komunikasi yang biasa
2) Penurunan penggunaan dukungan sosial
3) Perilaku destruktif terhadap orang lain
4) Letih, Angka penyakit yang tinggi
5) Ketidak mampuan memperhatikan informasi
6) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
7) Ketidak mampuan memenuhi harapan peran
8) Pemecahan masalah yang tidak adekuat
9) Kurangnya perilaku yang berfokus pada pencapaian tujuan
10) Kurangnya resolusi masalah
11) Konsentrasi buruk
19
12) Mengungkapkan ketidakmampuan meminta bantuan
13) Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah
14) Pengambilan resiko, gangguan tidur
15) Penyalahgunaan zat
16) Menggunakan koping yang mengganggu perilaku adaptif
Faktor yang berhubungan
1) Gangguan dalam pola penilaian ancaman, melepas tekanan
2) Gangguan dalam pole melepaskan tekanan/ketegangan
3) Perbedaan gender dalam strategi koping
4) Derajad ancaman yang tinggi
5) Ketidak mampuan untuk mengubah energi yang adaptif
6) Sumber yang tersedia tidak adekuat
7) Dukungan sosial yang tidak adekuat yang diciptakan oleh karakteristik
hubungan
8) Tingkat percaya diri yang tidak adekuat dalam kemampuan mengatasi
masalah
9) Tingkat persepsi kontrol yang tidak adekuat
10) Ketidak adekuatan kesempatan bersiap terhadap stresor
11) Krisis muturasi, krisis situasi
12) Ragu
c. Ketidakefektifan Koping Keluarga
Defenisi
Perilaku terdekat (anggota keluarga atau orang penting lainnya) yang
membatasi kapasitas/kemampuannya dan kemampuan klien untuk secara efektif
menangani tugas penting mengenai adaptasi keduanya terhadap masalah kesehatan.
Batasan Karakteristik
1) Pengabaian
2) Agresi agitasi
3) Menjamin rutinitas biasa tanpa menghormati kebutuhan klien
20
4) Peningkatan ketergantungan klien
5) Depresi
6) Membelot
7) Tidak menghormati kebutuhan klien
8) Perilaku keluarga yang mengganggu kesejahteraan
9) Permusuhan
10) Ganguan Individualisasi
11) Gangguan membangun kembali kehidupan yang bermakna untuk diri
sendiri
12) Intoleran
13) perawatan yang mengabaikan klien dalam hal kebutuhan dasar manusia
14) hubungan yang mengabaikan anggota keluarga lain
15) terlalu khawatir terus menerus mengenai klien
16) psikosomatis
17) penolakan
18) merasakan tanda penyakit klien
Faktor Yang Berhubungan
1) Penanganan resistensi keluarga terhadap pengobatan yang berubah – ubah
2) Gaya koping yang tidak sesuai antara orang terdekat dengan klien untuk
menangani tugas adaptif
3) Gaya koping yang tidak sesuai diantara orang terdekat
4) Hubungan keluarga yang sangat ambivalen
5) Orang terdekat lama tidak mengungkapkan perasaan (miasalkan rasa
bersalah, cemas, permusuhan, putus asa)
H. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa
Keperawatan
Tindakan dan
Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
1. Duka cita 1. Menunjukkan
rasa
1) Tentukan pada tahap
berduka mana
1)Pengkajian data
dasar yang akurat
21
pergerakan ke
arah resolusi
dari rasa duka
dan harapan
untuk masa
depan
2. Fungsi pada
tingkat
adekuat, ikut
serta dalam
pekerjaan dan
AKS
pasian terfiksasi.
Identifikasi
perilaku-perilaku
yang berhubungan
dengan tahap ini.
2) Kembangkan
hubungan saling
percaya dengan
pasien. Perlihatkan
empati dan
perhatian. Jujur dan
tepati semua janji
3) Perlihatkan sikap
menerima dan
membolehkan
pasien untuk
mengekspresikan
perasaannya secara
terbuka
4) Dorong pasien untuk
mengekspresikan
rasa marah.
adalah penting
untuk perencanaan
keperawatan yang
efektif bagi pasien
yang berduka.
2)Rasa percaya
merupakan dasar
unutk suatu
kebutuhan yang
terapeutik.
3)Sikap menerima
menunjukkan kepada
pasien bahwa anda
yakin bahwa ia
merupakan
seseorang pribadi
yang bermakna.
Rasa percaya
meningkat.
4)Pengungkapan
secara verbal
perasaan dalam
suatu lingkungan
yang tidak
mengancam dapat
membantu pasien
sampai kepada
hubungan dengan
persoalan-
22
5) Bantu pasien untuk
mengeluarkan
kemarahan yang
terpendam dengan
berpartisipasi dalam
aktivitas-aktivitas
motorik kasar (mis,
joging, bola voli,dll)
6) Ajarkan tentang
tahap-tahap berduka
yang normal dan
perilaku yang
berhubungan dengan
setiap tahap.
7) Dorong pasien untuk
meninjau hubungan
dengan konsep
kehilangan.
persoalan yang
belum
terpecahkan.
5)Latihan fisik
memberikan suatu
metode yang aman
dan efektif untuk
mengeluarkan
kemarahan yang
terpendam.
6)Pengetahuan
tentang perasaan-
perasaan yang
wajar yang
berhubungan
dengan berduka
yang normal dapat
menolong
mengurangi
beberapa perasaan
bersalah
menyebabkan
timbulnya respon-
respon ini.
7)Pasien harus
menghentikan
persepsi idealisnya
dan mampu
menerima baik
23
8) Komunikasikan
kepada pasien
bahwa menangis
merupakan hal yang
dapat diterima.
9) Bantu pasien dalam
memecahkan
masalahnya sebagai
usaha untuk
menentukan
metoda-metoda
koping yang lebih
adaptif terhadap
pengalaman
kehilangan.
10) Dorong pasien untuk
menjangkau
dukungan spiritual
selama waktu ini
dalam bentuk
apapun yang
diinginkan
aspek positif
maupun negatif
dari konsep
kehilangan
sebelum proses
berduka selesai
seluruhnya.
8)Menangis
merupakan hal yan
wajar dalam
menghadapi
kehilangan
9)Umpan balik
positif
meningkatkan
harga diri dan
mendorong
pengulangan
perilaku yang
diharapkan.
10) Memenuhi
kebutuhan
spiritual klien
24
untuknya.
3. Ketidak
efektifan
koping
berhubungan
dengan
penyakit
terminal
NOC
Decision making
Role inhasmet
Sosial suport
Kriteria hasil
Mengidentifikasi
pola koping
yang efektif
Mengungkapkan
secara verbal
tentang koping
yang efektif
Mengatakan
penurunan stres
Klien
mengatakan
telah menerima
tentang
keadaanya
Mampu
mengidentifikasi
strategi tentang
koping
NIC
Decision making
1) Menginformasikan
klien alternatif atau
solusi lain
penanganan
2) Memfasilitasi klien
untuk membuat
keputusan
3) Bantu klien untuk
mengidentifikasi
keuntungan,
kerugian dari
keadaan
1)Informasi dapat
mengurangi
perasaan tanpa
harapan dan tidak
berguna.
Keikutsertaan
dalam perawatan
akan
meningkatkan
perasaan kontrol
dan harga diri.
2)Meningkatkan
perasaan kontrol
dan keikutsertaan
dalam situasi
dimana orang
terdekat tidak
dapat berbuat
banyak.
3)Memberikan
wawasan
mengenai
pemikiran,/faktor-
faktor yang
berhubungan
dengan situasi
individu.
25
Role inhancement
1) Bantu klien untuk
mengidentifikasi
macam – macam
nilai kehidupan
2) Bantu klien
identifikasi strategi
positif untuk
mengatur pola nilai
yang dimiliki
Coping enhancement
1) Anjurkan klien
untuk
mengidentifikasi
gambaran perubahan
peran yang realistis
2) Gunakan pendekatan
tenang dan
meyakinkan
Kepercayaan akan
meningkatkan
persepsi pasien
tentang situasi dan
partisipasi dalam
regimen
keperawatan.
1)Menurunkan
ansietas dan
menyediakan
kontrol bagi
pasien selama
situasi krisis
2)Untuk mengatasi
ketegangan dan
memelihara rasa
kontrol individu
1)Menyiapkan status
mental pasien agar
mampu menerima
perubahan peran
yang terjadi
2)Agar pasien yakin
dan mau
kooperatif dalam
pemberian
26
3) Hindari
pengambilan
keputusan pada saat
klien berada dalam
stres berat
4) Berikan informasi
actual yang terkait
dengan diagnosis,
terapi dan prognosis
Intervensi lainnya
1) Mengobservasi TTV
klien
2) Memenuhi
kebutuhan dasar
klien
informasi
3)Pasien lebih
mampu menerima
informasi dengan
jelas
4) Agar keluarga
bisa mengerti dan
menerima
sehingga tahap
anger bisa ditekan
1) Memonitor
perkembangan
status kesehatan
pasien
2) Menghargai
kehidupan klien
dengan tetap
memberikan
pelayanan sesuai
kebutuhannya
demi
mempertahankan
hidupnya
27
4. Ketidak
mampuan
koping
keluarga
berhubungan
dengan
kehilangan
NOC
1) Family
coping,
disable
2) Perenting,
impaired
3) Therapeutic
regimen
management,
ineffective
4) Violence:
other
directed, risk
for
Kriteria hasil
1) Hubungan
pemberi
asuhan
klien:
interaksi
dan
hubungan
yang positif
antara
pemberi
dan
penerima
asuhan
2) Performa
pemberi
NIC
Coping
enhanchement
1) Bantu keluarga
dalam mengenal
masalah
2) Dorong partisipasi
keluarga dalam
semua pertemuan
kelompok
3) Dorong keluarga
untuk
memperlihatkan
kekhawatiran dan
untuk membantu
perawatan
pascahospitalisasi
4) Bantu memotivasi
keluarga untuk
berubah membantu
klien untuk
beradaptasi dengan
persepsi stresor,
perubahan, atau
1)Pasien
mendapatkan
dukungan dan
bantuan dari
keluarga dalam
menghadapi
penyakitnya
2) Partisipasi seluruh
anggota keluarga
dalam
menyelesaikan
masalah yang
efektif
3)Simpati dari
keluarga
meningkatkan
harga diri pasien.
4)Membantu orang
terdekat dengan
pasien untuk
meyakinkan
pasien agar
menerima apa
yang terjadi dan
28
asuhan
perawatan
lansung :
penyediaan
perawatan
kesehatan
dan
perawatan
personal
yang tepat
kepada
anggota
keluarga
oleh
pemberi
keperawata
n keluarga
3) Peforma
pemberian
asuhan
perawatan
tidak
langsung :
pengaturan
dan
pengawasa
n perawatan
yang sesuai
bagi
anggota
ancaman yang
mengganggu
pemenuhan
tuntutan dan peran
hidup
5) Dukungan emosi ;
memberikan
penenangan,
penerimaan, dan
dorongan selama
periode stres
6) Memfasilitasi
partisipasi keluarga
dalam perawatan
emosi fisik klien
7) Dukungan
keluarga :
meningkatkan
nilai, minat, dan
tujuan keluarga
8) Panduan sistem
kesehatan :
memfasilitasi lokal
klien dan
penggunaan
pelayanan
kesehatan yang
sesuai
9) Mendorong pasien
mencari dorongan
berkeinginan
untuk membagi
masalah pasien
dengan keluarga
5)Mengungkapkan
perasaan pada diri
pasien yang tidak
terselesaikan
6)Proses koping
keluarga terjadi
dengan efektif
7)Meningkatkan
hubungan keluarga
dengan klien
8)Peningkatan
kesehatan pasien
dengan memberikan
pelayanan sesuai
kebutuhan pasien
9)Memberikan
29
keluarga
oleh
pemberi
perawatan
keluarga
4) Kesejahtera
an pemberi
asuhan :
derajat
persepsi
positif
mengenai
status
kesehatan
dan kondisi
5) Potensial
ketahanan
pemberi
asuhan :
faktor yang
meningkatk
an
kontinuitas
perawatan
oleh
pemberi
perawatan
keluarga
dalam
periode
spiritual , jika
diperlukan
10) Bantu anggota
keluarga dalam
mengklarifikasi
apa yang mereka
harapkan dan
butuhkan satu
sama lain
Caregiver support
1) Menyediakan
informasi penting,
advokasi, dan
dukungan yang
dibutuhkan untuk
memfasilitasi
perawatan primer
pasien selain dari
profesional
kesehatan
Family support
Intervensi lainnya
1) Mengobservasi TTV
klien
2) Memenuhi
kebutuhan dasar
pemahaman tentang
esensi kehidupan
dan kematian
10) Untuk mencari
bantuan sesuai
kebutuhan akan
membuat mereka
memilih untuk
mengambil
keuntungan dari apa
yang tersedia
1)Membantu
pasien/orang
terdekat untuk
mengilhami solusi
yang mungkin
(memberikan
pertimbangan pro
dan kontra bagi
setiap masalah)
sehingga mampu
mengambil
keputusan yang baik
1)Memantau
perkembangan
kondisi pasien
2)Mempertahankan
hidup pasien
30
waktu yang
lama
6) Koping
keluarga :
tindakan
keluarga
untuk
mengelola
stresor yang
membebani
sumber –
sumber
keluarga
7) Normalisasi
keluarga ;
kapasitas
sistem
keluarga
dalam
mempertah
ankan
rutinitas
dan
mengemba
ngkan
strategi
untuk
mengoptim
alkan
fungsi jika
klien dengan tetap
menghargai diri
pasien
31
ada anggota
keluarga
yang sakit
kronis atau
mengalami
ketunadaya
an
8) Mampu
mengatasi
masalah
keluarga
9) Mencari
bantuan
keluarga
bila perlu
10) Mencapai
stabilitas
finansial
untuk
memenuhi
kebutuhan
anggota
keluarga
11) Mampu
menyelesai
kan konflik
tanpa
kekerasan
12) Memperlih
atkan
32
fleksibelitas
peran
13) Mengungka
pkan
peningkata
n
kemampua
n untuk
melakukan
koping
terhadap
perubahan
dalam
struktur
dinamika
keluarga
14) Mengungka
pkan
perasaan
yang tidak
terselesaika
n
15) Identifikasi
gaya
koping
yang
bertentanga
n
16) Partisipasi
dalam
33
pengemban
gan dan
implementa
si rencana
keperawata
n
I. Refrensi
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 1999. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta:EGC
Cemy Nur Fitria. 2010. Palliative Care Pada Penderita Penyakit Terminal.
Bandung. portalgaruda.org. diakses pada 30 Mei 2015
Joko Susanto. 2012. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal.
Lamongan. www.e-jurnal.com. diakses pada 30 Mei 2015
Kozier, Barbara. 2011. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Nurarif, Amin Huda, Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda NIC-NOC. Jakarta : Mediaction
AD Damayanti. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal
Ditinjau Dari Aspek Psikososial. www.indonesianjournalofcancer.or.id. diakses
pada 30 Mei 2015
34