Lp Terminal

50
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIE TERMINAL A. Pengertian 1. Pengertian Penyakit Terminal Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan. Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu (Kubler-Ross, 1969). Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu (Carpenito, 1999). Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada stadium lanjut, penyakit utama tidak dapat diobati, bersifat progresif, pengobatan hanya bersifat paliatif (mengurangi gejala dan keluhan, 1

description

lp terminal

Transcript of Lp Terminal

Page 1: Lp Terminal

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIE

TERMINAL

A. Pengertian

1. Pengertian Penyakit Terminal

Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat

tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat

disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan. Kondisi terminal adalah

suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan

proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu (Kubler-Ross,

1969).

Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian

berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual

bagi individu (Carpenito, 1999).

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian

tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

Penyakit pada stadium lanjut, penyakit utama tidak dapat diobati, bersifat

progresif, pengobatan hanya bersifat paliatif (mengurangi gejala dan keluhan,

memperbaiki kualitas hidup). ( Tim medis RS Kanker Darmais, 1996)

Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami

berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan,

gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual

yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan

pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/ pengobatan

gejala fisik,, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis,

sosial dan spiritual yang dilakukandengan pendekatan interdisiplin yang dikenal

sebagai perawatan paliatif. (Doyle & Macdonald, 2003)

1

Page 2: Lp Terminal

Pada pasien penyakit terminal akan melalui fase – fase berduka akibat

kekhwatiran akan penyakitnya. Sering kali penyakit terminal membawa efek

psikologis terhadap klien, seperti kekhawatiran berlebihan akan penyakit atau

kondisis yang akan dialami, serta kekawatiran akan kematian yang disebabkan

oleh penyakitnya. Kehilangan aspek diri biasanya dialami oleh pasien terminal,

akibat kondisi tubuh yang semakin melemah, terjadi penurunan kemampuan

fisik, dan diikuti perubahan citra tubuh, yang menyebabkan kehilangan pada

aspek diri klien.

Perawatan terminal dapat dimulai pada minggu-minggu, hari-hari dan

jaminan terakhir kehidupan dimana bertujuan:

1. Mempertahankan hidup

2. Menurunkan stress

3. Meringankan dan mempertahankan kenyamanan selama mungkin

(Weisman)

Secara umum kematian adalah sebagian proses dari kehidupan yang

dialami oleh siapa saja meskipun demikian, hal tersebut tetap saja menimbulkan

perasaan nyeri dan takut, tidak hanya pasien akan juga keluarganya bahkan pada

mereka yang merawat dan mengurusnya.

Penderita yang akan meninggal tidak akan kembali lagi ke tengah keluarga,

kenyataan ini sangat berat bagi keluarga yang akan ditinggalkannya Untuk

menghindari hal diatas bukan hanya keluarganya saja yang berduka bahkan klien

lebih tertekan dengan penyakit yang dideritanya.

2. Faktor Predisposisi

a. Usia

b. Lingkungan sosial dan budaya

c. Faktor Jenis Kelamin

d. Faktor Tingkat Pendidikan

2

Page 3: Lp Terminal

e. Faktor Ekonomi

f. Faktor Pengetahuan

g. Faktor Lama Rawat Inap

h. Faktor Caring Perawat

3. Klasifikasi

1 Penyakit-penyakit kanker stadium akhir.

2 Penyakit-penyakit infeksi.

3 Congestif Renal Falure (CRF).

4 Stroke Multiple Sklerosis.

5 Akibat kecelakaan fatal.

6 AIDS

7 Diabetes Militus Tipe II

B. Gejala dan Tanda

Ciri – Ciri Penyakit Terminal

a. Penyakit tidak dapat disembuhkan

b. Mengarah pada kematian

c. Diagnosa medis sudah jelas

d. Tidak ada obat untuk menyembuhkan

e. Prognosis jelek

f. Bersifat progresif

Fisik

a. Gerakan pengindraan menghilang secara berangsur – angsur dari ujung kaki

dan ujung jari

b. Aktifitas dari GI berkurang

c. Reflek mulai menghilang

d. Kulit kebiruan dan pucat

e. Denyut nadi tidak teratur dan lemah

3

Page 4: Lp Terminal

f. Nafas berbunyi keras dan cepat ngorok

g. Penglihatan mulai kabur

h. Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri

i. Klien dapat tidak sadarkan diri

Psikososial

Sesuai fase-fase kehilangan menurut seorang ahli E.Kubbler Ross

mempelajari respon-respon atas menerima kematian dan maut secara mendalam

dan hasil penelitiannya yaitu :

a.      Respon kehilangan

1)  Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah , keakutan, cara tertentu

untuk mengatur tangan

2) Cemas diungkapkan dengan cara menggerakan otot rahang dan kemudian

mengendor

3) Rasa sedih diungkapkan dengan mata setengah terbuka / menangis

b.    Hubungan dengan orang lain

Kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidakmampuan untuk

berhubungan secara interpersnal serta akibat penolakan. Dr.Elisabeth Kublerr-

Ross telah mengidentifikasi lima tahap berduka yang dapat terjadi pada pasien

dengan penyakit terminal :

1) Denial ( Pengingkaran )

Tidak percaya telah terjadi kehilangan. Tidak siap mengatasi masalah

praktis, seperti pasien yang mengalami penyakit terminal tidak siap atau tidak

dapat menerima bahwa dirinya terkena penyakit terminal. Biasanya klien dapat

menunjukan keceriaan palsu sehingga memperlama penyangkalan.

4

Page 5: Lp Terminal

Reaksi pada Fase Denial :

Psikologi

a) Syok

b) Tidak percaya

c) Tidak tahu harus berbuat apa

d) Mengingkari Kenyataan

Fisik

a) Letih

b) Lemah

c) Pucat

d) Mual

e) Diare

f) Menangis

g) Gangguan Pernafasan

h) Gelisah

i) Detak jantung meningkat

2) Anger ( Marah )

Pada fase ini pasien dapat mengarahkan kemarahan kepada petugas medis

atau perawat yang melakukan kegiatan atau tindakan normal yang tidak

mengganggu mereka.

Reaksi pada fase anger :

Perilaku

a) Agresif

b) Bicara kasar

5

Page 6: Lp Terminal

c) Menyerang orang lain

d) Menolak pengobatan

e) Menuduh dokter atau perawat tidak kompeten

Fisik

a) Muka merah

b) Denyut nadi cepat

c) Gelisah

d) Susah tidur

e) Tangan mengepal

3) Bargaining (Tawar-Menawar)

Klien berusaha melakukan tawar menawar terhdap penyakitnya, biasanya

klien takut akan kondisinya yang semakin parah dan juga kematian akibat

penyakitnya. Klien mengalami masa ketakutan akibat rasa bersalah atau dosa

apabila dia mengalami kematian akibat penyakit terminalnya.

4) Depretion ( Depresi )

Fase dimana ketika klien mengingat akan kondisi penyakitnya, dan

memikirkan dan mendapatkan tekanan dari kondisinya. Pada fase ini klien

biasanya mengingat hal – hal menarik dalam hidupnya, dan takut kehilangan

semua momen atau hal tersebut apabila klien harus meninggalkan semuanya

akibat penyakit terminal yang ia derita. Klien biasanya cenderung menutup diri,

cemas, dan menangis, serta klien dapat menarik diri dari lingkungan sosial.

Perilaku

a) Menunjukan sikap menarik diri

b) Kadang bersikap sangat penurut

6

Page 7: Lp Terminal

c) Tidak mau bicara

d) Menyatakan keputusasaan

e) Rasa tidak berharga

f) Bisa muncul keinginan bunuh diri

Gejala fisik

a) menolak makan

b) susah tidur

c) letih

d) libido turun

5) Acceptance ( Penerimaan)

Pada fase ini biasanya klien telah menerima kondisinya. Klien

membutuhkan perhatian dari orang – orang terdekatnya, untuk memotivasi

psikologis klien dalam menghadapi penyakit terminal nya, dan juga menghadapi

kematian yang akan terjadi padanya. Klien juga biasanya telah merencanakan

atau menata kehidupannya dalam kondisinya.

Reaksi pada fase acceptance:

a) Reorganisasi perasaan kehilangan

b) Pikiran tentang objek yang hilang akan mulai berkurang atau hilang beralih ke

objek baru.

c) Menerima kenyataan kehilangan

d) Mulai memandang ke depan.

7

Page 8: Lp Terminal

C. Pohon Masalah

8

Penyakit Terminal

Faktor Usia Faktor Lingkungan Sosial dan

Budaya

Faktor Jenis Kelamin

Faktor Tingkat Pendidikan

Faktor Ekonomi

Faktor Pengetahuan

Faktor Caring Perawat

Faktor Lama Rawat Inap

Fase Denial Fase Anger Fase Bargaining

Fase Depresi

Fase Acceptance

Syok

Mengingkari Kondisi

Takut Akan Dosa

Takut Akan

Kematian

Mempersiapkan mental

Penarikan Diri Dari

Lingkungan Sosial

Marah Tawar Menawar

Gangguan Hubungan

Sosial

Menerima Kondisi

Tidak Percaya

Merasa Tidak

Berharga

Resiko Bunuh Diri

Page 9: Lp Terminal

D. Pemeriksaan Diagnostik

Untuk mengkaji pemenuhan kebutuhan pasien menjelang ajal. Jenis

pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan yaitu :

1. Pemeriksaan Tonus Otot

Kehilangan tonus otot ditandai dengan:

a. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.

b. Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek

menelan.

c. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai: nausea, muntah,

perut kembung, obstipasi, dsbg.

d. Penurunan control spinkter urinari dan rectal.

e. Gerakan tubuh yang terbatas.

2. Pemeriksaan Sirkulasi

Kelabatan dalam sirkulasi ditandai dengan:

a. Kemunduran dalam sensasi.

b. Cyanosis pada daerah ekstermitas.

c. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga

dan hidung.

9

Ketidak

mampuan

koping

keluarga

Dukacita

Ketidak

efektifan

kopingKehilangan

Page 10: Lp Terminal

3. Pemeriksaan tanda-tanda vital

Perubahan-perubahan tanda vital yaitu :

a. Nadi lambat dan lemah.

b. Tekanan darah turun.

c. Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.

4. Pemeriksaan Sensoria

Gangguan-gangguan sensoria :

a. Penglihatan kabur.

b. Gangguan penciuman dan perabaan.

E. Penatalaksanaan Medis

1. Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Pada Pasien Terminal

a. Konsep Bimbingan dan Konseling pada Pasien Terminal

Asuhan perawatan klien terminal tidaklah mudah. Perawat membantu

klien untuk meraih kembali martabatnya. Perawat dapat berbagi

penderitaan klien menjelang ajal dan melakukan intervensi yang dapat

meningkatkan kualitas hidup, klien harus dirawat dengan respek dan

perhatian penuh.  Dalam melakukan perawatan keluarga dan orang

terdekat klien harus dilibatkan, bimbingan dan konsultasi tentang

perawatan diperlukan.

Pokok-pokok  dalam memberikan bimbingan dan konseling dalam

perawatan pasien terminal terdiri dari:

1) Peningkatan Kenyamanan

Kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan

peredaan distress psikobiologis. Perawat harus memberikan

bimbingan kepada keluarga tentang tindakan penenangan bagi

klien sakit terminal. Kontrol nyeri terutama penting karena

mengganggu tidur, nafsu makan, mobilitas, dan fungsi psikologis.

Ketakutan terhadap nyeri umum terjadi pada klien kanker.

10

Page 11: Lp Terminal

Pemberian kenyamanan bagi klien terminal juga mencakup

pengendalian gejala penyakit dan pemberian terapi. Klien mungkin

akan bergantung pada  perawat dan keluarganya untuk pemenuhan

kebutuhan dasarnya, sehingga perawat bisa memberikan

bimbingan dan konseling bagi keluarga tentang bagaimana cara

memberikan kenyamanan pada klien.

2) Pemeliharan Kemandirian

Tempat perawatan yang tepat untuk pasien terminal adalah

perawatan intensif, pilihan lain adalah perawatan hospice yang

memungkinkan perawatan komprehensif di rumah. Perawat harus

memberikan informasi tentang pilihan ini kepada keluarga dank

lien. Sebagian besar klien terminal ingin mandiri dalam melakukan

aktivitasnya. Mengizinkan pasien untuk melakukan tugas

sederhana seperti mandi, makan, membaca, akan meningkatkan

martabat klien. Perawat tidak boleh memaksakan partisipasi klien

terutama jika ketidakmampuan secara fisik membuat partisipasi

tersebut menjadi sulit. Perawat bisa memberikan dorongan kepada

keluarga untuk membiarkan klien membuat keputusan.

3) Pencegahan Kesepian dan Isolasi

Perawat membutuhkan kesabaran dan pengalaman untuk merespon

secara efektif terhadap klien menjelang ajal. Untuk mencegah

kesepian dan penyimpangan sensori, perawat mengintervensi

untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Lingkungan harus diberi

pencahayaan yang baik, keterlibatan anggota keluarga, teman

dekat dapat mencegah kesepian. Keluarga atau penjenguk harus

diperbolehkan bersama klien menjelang ajal sepanjang waktu.

Perawat memberikan bimbingan kepada keluarga untuk tetap/

selalu bersama klien menjelang ajal, terutama saat-saat terkhir

hidupnya.

4) Peningkatan Ketenangan Spiritual

11

Page 12: Lp Terminal

Peningkatan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari

sekedar meminta rohaniawan. Ketika kematian mendekat, Klien

sering mencari ketenangan. Perawat dan keluarga dapat membantu

klien mengekspresikan nilai dan keyakinannya. Klien menjelang

ajal mungkin mencari untuk menemukan tujuan dan makna hidup

sebelum menyerahkan diri kepada kematian. Klien mungkin minta

pengampunan baik dari yang maha kuasa atau dari anggota

keluarga. Selain kebutuhan spiritual ada juga harapn dan cinta,

cinta dapat diekspresikan dengan baik melalui perawatan yang

tulus dan penuh simpati dari perawat dan keluarga.

Perawat   dan keluarga memberikan ketenangan spiritual dengan

menggunakan ketrampilan komunikasi, empati, berdoa dengan

klien, membaca kitab suci, atau mendengarkan musik.

5) Dukungan untuk keluarga yang berduka

Anggota keluarga harus didukung melewati waktu menjelang ajal

dan kematian dari orang yang mereka cintai. Semua tindakan

medis, peralatan yang digunakan pada klien harus diberikan

penjelasan, seperti alat Bantu nafas atau pacu jantung.

Kemungkinan yang terjadi selama fase kritis pasien terminal harus

dijelaskan pada keluarga.

b. Prosedur Bimbingan dan Konseling pada pasien terminal

Dalam memberikan bimbingan dan konseling kepada pasien terminal

atau keluarganya, harus ditetapkan tujuan bersama. Hal ini menjadi

dasar untuk evaluasi  tindakan perawatan. Bimbingan yang diberikan

harus berfokus pada peningkatan kenyamanan dan perbaikan sisa

kualitas hidup, hal ini berarti memberikan bimbingan pada aspek

perbaikan fisik, psikologis, social dan spiritual.

2. Pelaksanaan Perawatan Lanjutan Di Rumah

a. Batasan Perawatan Lanjut di Rumah

12

Page 13: Lp Terminal

Penyakit terminal menempatan tuntutan yang besar pada sumber social

dan finansial. Keluarga mungkin takut berkomunikasi dengan klien,

banyak hal sulit yang dialami keluarga untuk mengatasi kondisi

anggota keluarganya yang terminal. Hal ini mencakup lamanya

periode menjelang ajal, gejala yang sulit dikontrol, penampilan dan

bau yang tidak menyenangkan, sumber koping yang terbatas, dan

buruknya hubungan dengan pemberi perawatan. Alternatif perawatan

bisa dilaksanakan di rumah, dikenal dengan Perawatan Hospice.

Perawatan Hospice adalah program perawatan yang berpusat pada

keluarga yang dirancang untuk membantu klien terminal dapat hidup

nyaman dan mempertahankan gaya hidup senormal mungkin

sepanjang proses menjelang ajal. Sebagian besar klien dalam program

hospice mempunyai waktu hidup 6 bulan atau kurang. Program ini

dimulai di Irlandia tahun 1879, yang kemudian di Inggris, amerika,

dan Canada pada tahun 1970-an. Komponen Perawatan Hospice yaitu:

1) Perawatan di rumah yang terkoordinasi dengan pelayanan rawat

jalan dibawah administrasi rumah sakit.

2) Control gejala (fisik, fisiologis, sosio-spiritual)

3) Pelayanan yang diarahkan dokter.

4) Ketentuan tim perawatan interdisiplin ilmu yang terdiri dari

dokter, perwat, rohaniawan, pekerja sosial, dan konselor.

5) Pelayanan medis dan keperawatan tersedia sepanjang waktu.

6) Klien dan keluarga sebagai unit perawatan.

7) Tindak lanjut kehilangan karena kematian setelah keamatian klien.

8) Penggunaan tenaga sukarela terlatih sebagai bagian dari tim.

9) Penerimaan kedalam program didasarkan pada kebutuhan

perawatan kesehatan ketimbang pada kemampuan untuk

membayar.

Program hospice menekankan pengobatan paliatif yang mengotrol

gejala ketimbang pengobatan penyakit. Klien dan keluarga

13

Page 14: Lp Terminal

berpartisipasi dalam perawatan .perawatan klien dikoordinasikan

antara lingkungan rumah dan klien. Upaya diarahkan untuk tetap

merawat klien dirumah selama mungkin. Keluarga menjadi pemberi

perawatan primer, pemberian medikasi dan pengobatan, tim

interdisiplin memberikan sumber psikologis dan fisik yang diperlukan

untuk mendukung keluarga.

b. Sistem Rujukan

Dalam pelayanan rujukan, rujukan pasien harus dibuat oleh

penanggung jawab perawatan. Diluar negeri Registered nurses (RN),

mempunyai kewenangan untuk merujuk pasien ke system pelayanan

yang lebih tinggi lagi. Dalam perawatan pasien di rumah, system

rujukan bisa dibuat, dimana perawatan klien oleh perawat home care

dibawah yurisdiksi Registered nurses (RN). RN membuat delegasi

tugas-tugas perawatan yang harus dilaksanakan oleh perawat

pelaksana yang telah mempunyai izin (lisenced) dari lembaga

berwenang. Prinsip Delegasi/Rujukan:

1) Perawat pelaksana secara hukum bertanggung jawab langsung

untuk merawat klien.

2) Perawat pelaksana bertanggung jawab untuk merujuk pasien,

mengevaluasi asuhan yang diberikan, bimbingan dan konseling

pasien terminal.

3) Pemberian terapi intravena tergantung peraturan pemerintah

setempat, ada yang memberi kewenangan untuk melakukan terapi

intravena oleh pelaksana perawat, ada juga yang tidak.

4) Lembaga berwenang (Rumah sakit, binas kesehatan) memberi kan

izin pada perawat pelaksana untuk merawat dan membuat rujukan

berdasarkan standar asuhan keperawatan.

c. Langkah Perawatan Lanjut di Rumah

Perawatan lanjut di rumah ditujukan untuk memberikan perawatan

fisik berupa perawatan kebersihan diri, perawatan kulit, ambulasi,

14

Page 15: Lp Terminal

laithan dan mobilisasi, berpakaian, kemampuan eliminasi dan lainnya.

Perawatan harus memberikan kebersihan, keamanan, kenyamanan dan

lingkungan yang tenang. Inti perawatan harus bisa memberikan

kenyamanan bagi klien, peningkatan kemandirian, Pencegahan

Kesepian dan Isolasi, peningkatan ketenagan spiritual.

F. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian terhadap identitas klien

1) Nama

2) Umur

3) Jenis Kelamin

4) Agama

5) Suku

6) Bangsa

7) Alamat

8) Dx Medis

9) Sumber Biaya

10) Sumber Informasi

11) No.RM

12) Tanggal Masuk Rumah Sakit

13) Ruangan

b. Pengkajian terhadap identitas penangguang jawab klien (keluarga)

1) Nama

2) Umur

3) Jenis Kelamin

4) Agama

5) Suku

6) Bangsa

7) Alamat

15

Page 16: Lp Terminal

8) Hubungan Dengan Klien

c. Pengkajian terhadap riwayat kesehatan klien

1) Alasan masuk rumah sakit

2) Keluhan utama

3) Kronologi keluhan

4) Riwayat kesehatan masa lalu

5) Riwayat kesehatan keluarga

d. Mengkaji kebutuhan dasar klien berdasarkan teori 14 dasar kebutuhan dasar

manusia

1) Bernapas

2) Makan dan minum

3) Gerak aktivitas

4) Eliminasi

5) Istirahat tidur

6) Kebersihan diri

7) Pengaturan suhu tubuh

8) Rasa aman

9) Rasa nyaman

10) Sosial

11) Prestasi dan produktivitas

12) Rekreasi

13) Belajar

14) Spiritual

e. Melakukan pemeriksaan fisik pada klien

f. Mengkaji data penunjang klien

16

Page 17: Lp Terminal

g. Mengkaji kondisi keluarga klien dalam menghadapi kondisi klien dan kesiapan

keluarga akan kehilangan klien dengan penyakit terminal yang sulit disembuhkan :

1) Fase Denial

Perawat dapat mengkaji gejala pada tahap denial (penolakan) yang ditunjukan

keluarga klien pada saat mendengar kondisi klien dengan penyakit terminal, yang

kemudian dicocokan dengan tanda dan gejala pada fase ini sesuai teori.

2) Fase Anger

Perawat dapat mengkaji gejala pada tahap anger (marah) yang ditunjukan

keluarga klien pada saat mendengar kondisi klien dengan penyakit terminal, yang

kemudian dicocokan dengan tanda dan gejala pada fase ini sesuai teori. Pada fase ini

perawat mengkaji hanya berdasarkan observasi sebab kluarga pasien tidak mungkin

menjawab pertanyan perawat pada fase ini.

3) Fase Bargaining (Tawar Menawar)

Perawat dapat mengkaji gejala pada tahap bargaining (tawar menawar) yang

ditunjukan keluarga klien pada saat mendengar kondisi klien dengan penyakit

terminal, yang kemudian dicocokan dengan tanda dan gejala pada fase ini sesuai

teori. Pada fase ini perawat masih bisa mengkaji klien dengan wawancara namun

perhatikan kuantitas serta kulitas pertanyaan untuk menjaga kestabilan kondisi

keluarga klien.

4) Fase Depresi

Perawat dapat mengkaji gejala pada tahap depresi yang ditunjukan keluarga

klien pada saat mendengar kondisi klien dengan penyakit terminal, yang kemudian

dicocokan dengan tanda dan gejala pada fase ini sesuai teori. Pada tahap ini perawat

dapat mengkaji keluarga klien namun sedikit, dan terkadang tidak mendapatkan

17

Page 18: Lp Terminal

respon sebab kondisi keluarga klien dalam keadaan tertekan, dan perawat dapat

mengkomunikasikan kondisi keluarga klien.

5) Fase Acceptance (Penerimaan)

Perawat dapat mengkaji gejala pada tahap acceptance (penerimaan) yang

ditunjukan keluarga klien pada saat mendengar kondisi klien dengan penyakit

terminal, yang kemudian dicocokan dengan tanda dan gejala pada fase ini sesuai

teori. Pada kondisi ini perawat lebih leluasa mengkaji kondisi kesiapan keluarga klien

dalam menghadapi resiko kehilangan klien yang mengalami penyakit terminal, sebab

pada gfase ini kleuarga klien biasanya mulai pasrah atau sudah dapat menerima

kondisi kerabatnya.

G. Daftar Diagnosa Keperawatan

a. Dukacita

Definisi

Proses kompleks normal yang meliputi respons dan perilaku emosional, fisik,

spiritual, sosial, dan intelektual yakni individu, keluarga, dan komunitas memasukan

kehilangan yang aktual, adaptif, atau dipersepsikan kedalam kehidupan sehari – hari

mereka.

Batasan Karakteristik

1) Perubahan tingkat aktivitas

2) Perubahan pola mimpi

3) Perubahan fungsi imun

4) Gangguan fungsi neuroendokrin

5) Marah

6) Menyalahkan

7) Berpisah/menarik diri

8) Putus asa

9) Disorganisasi/kacau

10) Gangguan pola tidur

11) Mengalami kelegaan

18

Page 19: Lp Terminal

12) Memelihara hubungan dengan klien dengan penyakit terminal

13) Membuat makna kehilangan

14) Kepedihan

15) Perilaku panik

16) Pertumbuhan personal

17) Distres psikologis

18) Menderita

Faktor yang berhubungan

1) Mengantisipasi kehilangan hal yang bermakna

2) Mengantisipasi kehilangan orang terdekat

3) Kematian orang terdekat

4) Kehilangan objek penting

b. Ketidakefektifan Koping

Defenisi :

Ketidak mampuan untuk membentuk penilaian valid tentang stressor, ketidak

adekuatan pilihan respon yang dilakukan dan/atau tidak mampuan untuk

menggunakan sumber daya yang tersedia.

Batasan Karakteristik

1) Perubahan pada pola komunikasi yang biasa

2) Penurunan penggunaan dukungan sosial

3) Perilaku destruktif terhadap orang lain

4) Letih, Angka penyakit yang tinggi

5) Ketidak mampuan memperhatikan informasi

6) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar

7) Ketidak mampuan memenuhi harapan peran

8) Pemecahan masalah yang tidak adekuat

9) Kurangnya perilaku yang berfokus pada pencapaian tujuan

10) Kurangnya resolusi masalah

11) Konsentrasi buruk

19

Page 20: Lp Terminal

12) Mengungkapkan ketidakmampuan meminta bantuan

13) Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah

14) Pengambilan resiko, gangguan tidur

15) Penyalahgunaan zat

16) Menggunakan koping yang mengganggu perilaku adaptif

Faktor yang berhubungan

1) Gangguan dalam pola penilaian ancaman, melepas tekanan

2) Gangguan dalam pole melepaskan tekanan/ketegangan

3) Perbedaan gender dalam strategi koping

4) Derajad ancaman yang tinggi

5) Ketidak mampuan untuk mengubah energi yang adaptif

6) Sumber yang tersedia tidak adekuat

7) Dukungan sosial yang tidak adekuat yang diciptakan oleh karakteristik

hubungan

8) Tingkat percaya diri yang tidak adekuat dalam kemampuan mengatasi

masalah

9) Tingkat persepsi kontrol yang tidak adekuat

10) Ketidak adekuatan kesempatan bersiap terhadap stresor

11) Krisis muturasi, krisis situasi

12) Ragu

c. Ketidakefektifan Koping Keluarga

Defenisi

Perilaku terdekat (anggota keluarga atau orang penting lainnya) yang

membatasi kapasitas/kemampuannya dan kemampuan klien untuk secara efektif

menangani tugas penting mengenai adaptasi keduanya terhadap masalah kesehatan.

Batasan Karakteristik

1) Pengabaian

2) Agresi agitasi

3) Menjamin rutinitas biasa tanpa menghormati kebutuhan klien

20

Page 21: Lp Terminal

4) Peningkatan ketergantungan klien

5) Depresi

6) Membelot

7) Tidak menghormati kebutuhan klien

8) Perilaku keluarga yang mengganggu kesejahteraan

9) Permusuhan

10) Ganguan Individualisasi

11) Gangguan membangun kembali kehidupan yang bermakna untuk diri

sendiri

12) Intoleran

13) perawatan yang mengabaikan klien dalam hal kebutuhan dasar manusia

14) hubungan yang mengabaikan anggota keluarga lain

15) terlalu khawatir terus menerus mengenai klien

16) psikosomatis

17) penolakan

18) merasakan tanda penyakit klien

Faktor Yang Berhubungan

1) Penanganan resistensi keluarga terhadap pengobatan yang berubah – ubah

2) Gaya koping yang tidak sesuai antara orang terdekat dengan klien untuk

menangani tugas adaptif

3) Gaya koping yang tidak sesuai diantara orang terdekat

4) Hubungan keluarga yang sangat ambivalen

5) Orang terdekat lama tidak mengungkapkan perasaan (miasalkan rasa

bersalah, cemas, permusuhan, putus asa)

H. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa

Keperawatan

Tindakan dan

Kriteria Hasil

Intervensi Rasional

1. Duka cita 1. Menunjukkan

rasa

1) Tentukan pada tahap

berduka mana

1)Pengkajian data

dasar yang akurat

21

Page 22: Lp Terminal

pergerakan ke

arah resolusi

dari rasa duka

dan harapan

untuk masa

depan

2. Fungsi pada

tingkat

adekuat, ikut

serta dalam

pekerjaan dan

AKS

pasian terfiksasi.

Identifikasi

perilaku-perilaku

yang berhubungan

dengan tahap ini.

2) Kembangkan

hubungan saling

percaya dengan

pasien. Perlihatkan

empati dan

perhatian. Jujur dan

tepati semua janji

3) Perlihatkan sikap

menerima dan

membolehkan

pasien untuk

mengekspresikan

perasaannya secara

terbuka

4) Dorong pasien untuk

mengekspresikan

rasa marah.

adalah penting

untuk perencanaan

keperawatan yang

efektif bagi pasien

yang berduka.

2)Rasa percaya

merupakan dasar

unutk suatu

kebutuhan yang

terapeutik.

3)Sikap menerima

menunjukkan kepada

pasien bahwa anda

yakin bahwa ia

merupakan

seseorang pribadi

yang bermakna.

Rasa percaya

meningkat.

4)Pengungkapan

secara verbal

perasaan dalam

suatu lingkungan

yang tidak

mengancam dapat

membantu pasien

sampai kepada

hubungan dengan

persoalan-

22

Page 23: Lp Terminal

5) Bantu pasien untuk

mengeluarkan

kemarahan yang

terpendam dengan

berpartisipasi dalam

aktivitas-aktivitas

motorik kasar (mis,

joging, bola voli,dll)

6) Ajarkan tentang

tahap-tahap berduka

yang normal dan

perilaku yang

berhubungan dengan

setiap tahap.

7) Dorong pasien untuk

meninjau hubungan

dengan konsep

kehilangan.

persoalan yang

belum

terpecahkan.

5)Latihan fisik

memberikan suatu

metode yang aman

dan efektif untuk

mengeluarkan

kemarahan yang

terpendam.

6)Pengetahuan

tentang perasaan-

perasaan yang

wajar yang

berhubungan

dengan berduka

yang normal dapat

menolong

mengurangi

beberapa perasaan

bersalah

menyebabkan

timbulnya respon-

respon ini.

7)Pasien harus

menghentikan

persepsi idealisnya

dan mampu

menerima baik

23

Page 24: Lp Terminal

8) Komunikasikan

kepada pasien

bahwa menangis

merupakan hal yang

dapat diterima.

9) Bantu pasien dalam

memecahkan

masalahnya sebagai

usaha untuk

menentukan

metoda-metoda

koping yang lebih

adaptif terhadap

pengalaman

kehilangan.

10) Dorong pasien untuk

menjangkau

dukungan spiritual

selama waktu ini

dalam bentuk

apapun yang

diinginkan

aspek positif

maupun negatif

dari konsep

kehilangan

sebelum proses

berduka selesai

seluruhnya.

8)Menangis

merupakan hal yan

wajar dalam

menghadapi

kehilangan

9)Umpan balik

positif

meningkatkan

harga diri dan

mendorong

pengulangan

perilaku yang

diharapkan.

10) Memenuhi

kebutuhan

spiritual klien

24

Page 25: Lp Terminal

untuknya.

3. Ketidak

efektifan

koping

berhubungan

dengan

penyakit

terminal

NOC

Decision making

Role inhasmet

Sosial suport

Kriteria hasil

Mengidentifikasi

pola koping

yang efektif

Mengungkapkan

secara verbal

tentang koping

yang efektif

Mengatakan

penurunan stres

Klien

mengatakan

telah menerima

tentang

keadaanya

Mampu

mengidentifikasi

strategi tentang

koping

NIC

Decision making

1) Menginformasikan

klien alternatif atau

solusi lain

penanganan

2) Memfasilitasi klien

untuk membuat

keputusan

3) Bantu klien untuk

mengidentifikasi

keuntungan,

kerugian dari

keadaan

1)Informasi dapat

mengurangi

perasaan tanpa

harapan dan tidak

berguna.

Keikutsertaan

dalam perawatan

akan

meningkatkan

perasaan kontrol

dan harga diri.

2)Meningkatkan

perasaan kontrol

dan keikutsertaan

dalam situasi

dimana orang

terdekat tidak

dapat berbuat

banyak.

3)Memberikan

wawasan

mengenai

pemikiran,/faktor-

faktor yang

berhubungan

dengan situasi

individu.

25

Page 26: Lp Terminal

Role inhancement

1) Bantu klien untuk

mengidentifikasi

macam – macam

nilai kehidupan

2) Bantu klien

identifikasi strategi

positif untuk

mengatur pola nilai

yang dimiliki

Coping enhancement

1) Anjurkan klien

untuk

mengidentifikasi

gambaran perubahan

peran yang realistis

2) Gunakan pendekatan

tenang dan

meyakinkan

Kepercayaan akan

meningkatkan

persepsi pasien

tentang situasi dan

partisipasi dalam

regimen

keperawatan.

1)Menurunkan

ansietas dan

menyediakan

kontrol bagi

pasien selama

situasi krisis

2)Untuk mengatasi

ketegangan dan

memelihara rasa

kontrol individu

1)Menyiapkan status

mental pasien agar

mampu menerima

perubahan peran

yang terjadi

2)Agar pasien yakin

dan mau

kooperatif dalam

pemberian

26

Page 27: Lp Terminal

3) Hindari

pengambilan

keputusan pada saat

klien berada dalam

stres berat

4) Berikan informasi

actual yang terkait

dengan diagnosis,

terapi dan prognosis

Intervensi lainnya

1) Mengobservasi TTV

klien

2) Memenuhi

kebutuhan dasar

klien

informasi

3)Pasien lebih

mampu menerima

informasi dengan

jelas

4) Agar keluarga

bisa mengerti dan

menerima

sehingga tahap

anger bisa ditekan

1) Memonitor

perkembangan

status kesehatan

pasien

2) Menghargai

kehidupan klien

dengan tetap

memberikan

pelayanan sesuai

kebutuhannya

demi

mempertahankan

hidupnya

27

Page 28: Lp Terminal

4. Ketidak

mampuan

koping

keluarga

berhubungan

dengan

kehilangan

NOC

1) Family

coping,

disable

2) Perenting,

impaired

3) Therapeutic

regimen

management,

ineffective

4) Violence:

other

directed, risk

for

Kriteria hasil

1) Hubungan

pemberi

asuhan

klien:

interaksi

dan

hubungan

yang positif

antara

pemberi

dan

penerima

asuhan

2) Performa

pemberi

NIC

Coping

enhanchement

1) Bantu keluarga

dalam mengenal

masalah

2) Dorong partisipasi

keluarga dalam

semua pertemuan

kelompok

3) Dorong keluarga

untuk

memperlihatkan

kekhawatiran dan

untuk membantu

perawatan

pascahospitalisasi

4) Bantu memotivasi

keluarga untuk

berubah membantu

klien untuk

beradaptasi dengan

persepsi stresor,

perubahan, atau

1)Pasien

mendapatkan

dukungan dan

bantuan dari

keluarga dalam

menghadapi

penyakitnya

2) Partisipasi seluruh

anggota keluarga

dalam

menyelesaikan

masalah yang

efektif

3)Simpati dari

keluarga

meningkatkan

harga diri pasien.

4)Membantu orang

terdekat dengan

pasien untuk

meyakinkan

pasien agar

menerima apa

yang terjadi dan

28

Page 29: Lp Terminal

asuhan

perawatan

lansung :

penyediaan

perawatan

kesehatan

dan

perawatan

personal

yang tepat

kepada

anggota

keluarga

oleh

pemberi

keperawata

n keluarga

3) Peforma

pemberian

asuhan

perawatan

tidak

langsung :

pengaturan

dan

pengawasa

n perawatan

yang sesuai

bagi

anggota

ancaman yang

mengganggu

pemenuhan

tuntutan dan peran

hidup

5) Dukungan emosi ;

memberikan

penenangan,

penerimaan, dan

dorongan selama

periode stres

6) Memfasilitasi

partisipasi keluarga

dalam perawatan

emosi fisik klien

7) Dukungan

keluarga :

meningkatkan

nilai, minat, dan

tujuan keluarga

8) Panduan sistem

kesehatan :

memfasilitasi lokal

klien dan

penggunaan

pelayanan

kesehatan yang

sesuai

9) Mendorong pasien

mencari dorongan

berkeinginan

untuk membagi

masalah pasien

dengan keluarga

5)Mengungkapkan

perasaan pada diri

pasien yang tidak

terselesaikan

6)Proses koping

keluarga terjadi

dengan efektif

7)Meningkatkan

hubungan keluarga

dengan klien

8)Peningkatan

kesehatan pasien

dengan memberikan

pelayanan sesuai

kebutuhan pasien

9)Memberikan

29

Page 30: Lp Terminal

keluarga

oleh

pemberi

perawatan

keluarga

4) Kesejahtera

an pemberi

asuhan :

derajat

persepsi

positif

mengenai

status

kesehatan

dan kondisi

5) Potensial

ketahanan

pemberi

asuhan :

faktor yang

meningkatk

an

kontinuitas

perawatan

oleh

pemberi

perawatan

keluarga

dalam

periode

spiritual , jika

diperlukan

10) Bantu anggota

keluarga dalam

mengklarifikasi

apa yang mereka

harapkan dan

butuhkan satu

sama lain

Caregiver support

1) Menyediakan

informasi penting,

advokasi, dan

dukungan yang

dibutuhkan untuk

memfasilitasi

perawatan primer

pasien selain dari

profesional

kesehatan

Family support

Intervensi lainnya

1) Mengobservasi TTV

klien

2) Memenuhi

kebutuhan dasar

pemahaman tentang

esensi kehidupan

dan kematian

10) Untuk mencari

bantuan sesuai

kebutuhan akan

membuat mereka

memilih untuk

mengambil

keuntungan dari apa

yang tersedia

1)Membantu

pasien/orang

terdekat untuk

mengilhami solusi

yang mungkin

(memberikan

pertimbangan pro

dan kontra bagi

setiap masalah)

sehingga mampu

mengambil

keputusan yang baik

1)Memantau

perkembangan

kondisi pasien

2)Mempertahankan

hidup pasien

30

Page 31: Lp Terminal

waktu yang

lama

6) Koping

keluarga :

tindakan

keluarga

untuk

mengelola

stresor yang

membebani

sumber –

sumber

keluarga

7) Normalisasi

keluarga ;

kapasitas

sistem

keluarga

dalam

mempertah

ankan

rutinitas

dan

mengemba

ngkan

strategi

untuk

mengoptim

alkan

fungsi jika

klien dengan tetap

menghargai diri

pasien

31

Page 32: Lp Terminal

ada anggota

keluarga

yang sakit

kronis atau

mengalami

ketunadaya

an

8) Mampu

mengatasi

masalah

keluarga

9) Mencari

bantuan

keluarga

bila perlu

10) Mencapai

stabilitas

finansial

untuk

memenuhi

kebutuhan

anggota

keluarga

11) Mampu

menyelesai

kan konflik

tanpa

kekerasan

12) Memperlih

atkan

32

Page 33: Lp Terminal

fleksibelitas

peran

13) Mengungka

pkan

peningkata

n

kemampua

n untuk

melakukan

koping

terhadap

perubahan

dalam

struktur

dinamika

keluarga

14) Mengungka

pkan

perasaan

yang tidak

terselesaika

n

15) Identifikasi

gaya

koping

yang

bertentanga

n

16) Partisipasi

dalam

33

Page 34: Lp Terminal

pengemban

gan dan

implementa

si rencana

keperawata

n

I. Refrensi

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 1999. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.

Jakarta:EGC

Cemy Nur Fitria. 2010. Palliative Care Pada Penderita Penyakit Terminal.

Bandung. portalgaruda.org. diakses pada 30 Mei 2015

Joko Susanto. 2012. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal.

Lamongan. www.e-jurnal.com. diakses pada 30 Mei 2015

Kozier, Barbara. 2011. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Nurarif, Amin Huda, Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda NIC-NOC. Jakarta : Mediaction

AD Damayanti. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal

Ditinjau Dari Aspek Psikososial. www.indonesianjournalofcancer.or.id. diakses

pada 30 Mei 2015

34