PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …

107
PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM PEMBERONTAKAN DI ACEH 1953-1962 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum.) Disusun Oleh: Muhammad Illham NIM: 1111022000012 K O N S E N T R A S I A S I A T E N G G A R A JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2016 M

Transcript of PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …

Page 1: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …

PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM

PEMBERONTAKAN DI ACEH 1953-1962

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S Hum)

Disusun Oleh

Muhammad Illham

NIM 1111022000012

K O N S E N T R A S I A S I A T E N G G A R A

JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H2016 M

i

ABSTRAK

Muhammad Illham

Peran Teungku Muhammad Daud Beureueh Dalam Pemberontakan di Aceh

1953-1962

Masa awal kemerdekaan di Aceh tahun 1953-1962 menjadi awal

meletusnya peristiwa berdarah yang dipimpin oleh Teungku Muhammad Daud

Beureueh dalam menegakkan Syariat Islam di Aceh Perjuangan yang dianggap

suatu pemberontakan timbul akibat kekecewaan rakyat Aceh terhadap Pemerintah

Pusat akibat dari janji-janji semu yang di ucapkan oleh Soekarno yang menjabat

Presiden saat itu tidak kunjung terwujud Rakyat Aceh yang sebelumnya berjuang

mempertahankan kedaulatan RI dengan seluruh jiwa raganya sangat geram

karena salah satu keinginan untuk mendirikan negara yang berlandaskan Syariat

Islam tidak kunjung tercapai dan berujung pada pemberontakan rakyat Aceh

dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Pasca kemerdekaan konflik

terjadi antar kedua belah pihak yaitu pemerintah pusat dan rakyat aceh dibawah

pimpinan Daud Beureueh bertikai mempertahankan ideologinya untuk dijadikan

sebuah landasan suatu negara Sesuatu hal yang sangat menarik dan dalam kajian

ini penulis ingin mengetahui bagaimana latar belakang pemberontakan serta usaha

dan upaya yang dilakukan pihak Daud Beureueh dalam memperjuangkan dan

mempertahankan ideologi Islam yang menjadi cita-cita rakyat Aceh

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahi robbi al‟alamin segala puja dan puji syukur ke hadirat

Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagaimana

mestinya Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada muara ilham

lautan ilmu yang tidak pernah larut yakni keharibaan baginda nabi Muhammad

SAW serta keluarga para sahabat-sahabatnya dan seluruh pengikutnya

Skripsi yang berjudul ldquoPeran Teungku Muhammad Daud Beureueh dalam

Pemberontakan Di Aceh 1953-1962rdquo ditulis dalam rangka menyelesaikan studi

Strata satu (S1) pada Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Sejarah dan

Kebudayaan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Alhamdulillah telah

diselesaikan hal ini tidak semata-mata berhasil dengan tenaga dan upaya sendiri

namun banyak pihak yang telah berpartisipasi membantu dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini baik yang bersifat moril maupun materil baik dalam sumber-

sumber kajian atau pun sharing pendapat Karena itu penulis mengucapkan terima

kasih atas kerjasama dorongan dan bantuannya Ucapan terima kasih tersebut

penulis sampaikan kepada

1 Prof Dr Sukron Kamil MA selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Yang telah memberikan persetujuan atas

persyaratan untuk memenuhi siding skripsi

2 Bapak H Nurhasan MA selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Kebudayaan

Islam dan Mrs Shalikatus Sa‟diyah MPd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah

dan Kebudayaan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Yang telah banyak

membantu dalam memproses berjalannya pembuatan skripsi ini

iii

3 Drs H Azhar Saleh MA selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan

waktu untuk membantu dan membimbing dalam proses menyelesaikan

skripsi ini

4 Ibu Hj Tati Hartimah MA selaku Dosen Penasehat Akademik yang selalu

memotivasi diri saya dalam meningkatkan kemampuan bekerja keras dalam

menyelesaikan skripsi

5 Bapak Ibu seluruh dosen Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam yang

memberikan sumbangsih ilmu dan pengalamannya

6 Seluruh staff dan pegawai Perpustakaan Adab dan Humaniora Perpustakaan

Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia Perpustakaan Universitas Indonesia dan Arsip Nasional Republik

Indonesia yang telah menjembatani penulis dengan sumber-sumber primer

dan sekunder terkait penelitian ini

7 Kedua orangtuaku tersayang papa Muchdi dan mama Nunung dan keluarga

di rumah yang telah memberikan perhatian dan curahan kasih sayangnya yang

luar biasa

8 Eki Renata Anggraini (cicak) yang selalu menemani dan memberikan suntikan

semangat serta doa yang tulus sehingga penulis selalu dapat termotivasi dan

dapat menyelesaikan penelitian ini

9 Sahabat-sahabatku Paisyal Ghanis dan Eko (coker) yang selalu menemani

dalam memberikan inspirasi kepada saya

10 Seluruh kawan-kawan di Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Mitra

Zalman (Ucok) yang telah ldquomemperkenalkanrdquo saya dengan sosok Daud

iv

Beureueh Kepada Egi Zulhansah Muliadin Iwan Taki Humaedi dan kawan

seperjuangan SKI 2011 lainnya yang selalu memberikan dukungannya kepada

penulis

Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis menyerahkan segalanya

semoga amal kebaikan yang telah mereka berikan akan mendapat balasan yang

setimpal dari Allah SWT Amin ya Robbal bdquoalamin

Ciputat 16 Mei 2016

Penulis

v

DAFTAR ISI

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipi

KATA PENGANTARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipii

DAFTAR ISIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipv

DAFTAR LAMPIRANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipvii

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

B Permasalahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

1 Identifikasi Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

2 Pembatasan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

3 Perumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip8

C Tujuan dan Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip8

D Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip9

E Metode Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

F Tinjauan pustakahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip13

G Sistematika penulisanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip15

BAB II Biografi Tgk M Daud Beureueh

A Lingkungan Keluargahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip16

B Riwayat Pendidikanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip18

C Karya-karyanyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip23

BAB III Kiprah Tgk M Daud Beureueh dalam Pemberontakan di Aceh

A Pembentukan Darul IslamTentara Islam Indonesia di Acehhelliphelliphelliphellip25

B Kedudukan dan Sikap Tgk M Daud Beureueh Dalam Pemberontakan di

Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip30

vi

C Respon Rakyat Aceh Terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh di

Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip41

BAB IV Pemberontakan dalam Perjuangan Menegakkan Syariat Islam di

Aceh

A Usaha-usaha Menegakkan Syariat Islam di Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip47

B Respon Pemerintah Terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh54

C Upaya penyelesaian Akhir Pemberontakan Tgk M Daud Beureuehhellip67

BAB V PENUTUP

A Kesimpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip78

B Saran-saranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip80

DAFTAR PUSTAKA82

LAMPIRAN-LAMPIRANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip86

vii

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lampiran I Gambar Tokoh Muhammad Daud Beureuehhelliphelliphelliphelliphellip86

2 Lampiran II Gambar Keadaan Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip87

3 Lampiran III Peta wilayah uleebalang tahun1930-anhelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip88

4 Lampiran IV Gambar Muhammad Daud Beureueh dan Ulama Acehhellip89

5 Lampiran V Gambar Pidato yang dilakukan oleh Muhammad Daud

dalam Rapat Dewan Pertahanan Daerahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip90

6 Lampiran VI Gambar Staf Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah

Karohelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip91

7 Lampiran VII Surat selebaran sisa-sisa feodalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip92

8 Lampiran VIII Missi Hardi 1959helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip93

9 Lampiran IX Surat Tgk M Daud Beureueh Kepada Soekarnohelliphelliphellip95

10 Lampiran X MAKLUMAT No GM-14-Mhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip96

11 Lampiran XI Surat Anakanda Kepada Ayahanda Daud Beureuehhelliphellip97

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Aceh sebuah kesultanan muslim di Sumatera Islam secara khas

menunjukan nuansa esoterisme pemikiran Ibn ‟Arabi1 Fenomena Aceh yang

berawal dari sebuah kerajaan berdaulat hingga menjadi salah satu bagian dari

Indonesia senantiasa berada dalam situasi kritis yang berkesinambungan

Berbagai krisis muncul seperti krisis politik yaitu pertikaian pendapat dan

pandangan di antara pemerintah pusat dan Aceh yang berkisar pada permasalahan

kekecewaan penindasan dan ketidaktulusan pusat dalam menjalankan sistem

pemerintahan di Aceh2 Sejak indonesia merdeka pada tahun 1945 Aceh telah

bergelimang dalam berbagai konflik diantarnya persoalan perang saudara seperti

perang Cumbok tahun 1946-1947 yang terjadi antara kaum Uleebalang dengan

kaum ulama yang bergabung dalam Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA)3 Jika

dilihat dari berbagai persoalan yang terjadi untuk kasus di Aceh penulis

berpendapat ini merupakan suatu perjuangan yang terjadi dibawah pimpinan Daud

Beureueh karena pada saat itu melalui PUSA Daud Beureueh menginginkan

proklamasi dimaknai secara nyata di Aceh Dimana tujuan perjuangan Daud

Beureueh adalah menegakan syariat Islam di tanah rencong dan menanamkan

sikap anti penjajahan4

Perjuangan rakyat Aceh tidak berhenti begitu saja pasca kemerdekaan

Republik Indonesia Belanda melakukan agresi bersenjata untuk kembali

1Harun Nasution dkk Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta Djambatan 1992) hal52-

57 2Abdulah Sani Usman Krisis Legitimasi Politik dalam Sejarah pemerintahan di Aceh

(Jakarta Badan Litbang dan diklat kementrian Agama RI 2010) hal1 3Persatuan ulama seluruh Aceh PUSA terbentuk pada tahun 1939 Didirikan oleh Tgk M

Daud Beureueh yang bertujuan untuk menghapuskan eksistensi hulu balang dan berfungsi untuk

mengatur tonggak pemerintahan di Aceh dengan berlandaskan syariat Islam Lihat MNur El

Ibrahimy Tgk M Daud Beureueh Peranannya dalam Pergolakan di Aceh (Jakarta Gunung

Agung 1982) hal72-77 4Perlu untuk diketahui bahwa tidak semua kaum Uleebalang bersikap sama dengan kaum

uleebalang yang terdapat di Pidie sebagai pemicu gerakan PUSA tetapi banyak kaum uleebalang

lainnya di Aceh berasal dari kaum ulama dan intelektual

2

menduduki seluruh kepulauan Indonesia Dalam usahanya menjajah Indonesia

Belanda menyiarkan berita-berita melalui surat kabar radio bahwa kedatangannya

bukan untuk menjajah Indonesia melainkan untuk menjaga keamanan yang

diakibatkan oleh perang Dunia II Selain melalui propaganda Belanda juga

melakukan dua agresi militer bersenjata yaitu agresi pertama tahun 1947 dan

agresi kedua tahun 1948 Akibat serangan itu hampir seluruh wilayah Indonesia

berhasil ditaklukan Dan daerah yang belum dikuasai satu-satunya adalah Aceh

beberapa kali Belanda berusaha menghancurkan perlawanan rakyat Indonesia di

daerah Aceh selalu digagalkan Baik darat udara atau pun laut percobaan

serangan Belanda dapat digagalkan dan Aceh berhasil mempertahankan

kedaulatan kemerdekaan Republik Indonesia Dan menjadikan Aceh sebagai

daerah modal5

Aceh dijuluki sebagai daerah modal selain karena kegigihan dari kekuatan

rakyat Aceh mempertahankan Republik Indonesia juga karena terdapat alat

komunikasi seperti pers dan radio Dengan adanya alat komunikasi tersebut

mempermudah hubungan antara pemerintah daerah-daerah lain antara pemerintah

Aceh dengan pemerintah pusat Melalui media ini dapat menyampaikan berita

secara praktis dan membangkitkan gelora semangat rakyat Aceh dalam

mempertahankan kedaulatan RI hingga titik darah penghabisan6 Peranan pers dan

radio di bidang ekonomi juga terlihat dari siaran tentang kebutuhan para pejuang

agar masyarakat dapat membantunya dalam bentuk makanan pikiran dan

persediaan perlengkapan lainnya Dan bantuan ekonomi lainnya adalah

pengumpulan dana sumbangan untuk membeli pesawat yang sangat dibutuhkan

untuk kelancaran perjuangan Pesawat yang dibeli berkat terkumpulnya

sumbangan masyarakat Aceh yang kemudian oleh Soekarno diberi nama

ldquoSeulawah RI-001rdquo Peran Aceh semakin penting ketika Teungku Muhammad

Daud Beureueh diangkat menjadi Gubernur militer Aceh Langkat dan Tanah

Karo yang berhasil menyatukan pasukan Aceh dari TRI laskar Aceh berbagai

divisi dan tentara pelajar Semakin banyak yang datang ke Medan Area maka

5A K Jakobi Aceh Daerah Modal (Jakarta Yayasan Seulawah RI-001 1992) hal219

6SM Amin Kenangan-kenangan di Masa Lampau (Jakarta Pradnya Paramita 1978)

hal103

3

dibentuk suatu badan koordinasi yang disebut RIMA (Resimen Istimewa Medan

Area)7 Satu-satunya front yang tidak mampu ditaklukan Belanda pada agresi

militer kedua adalah sektor barat atau utara front Medan Area yang dipertahankan

oleh RIMA pasukan dari Aceh

Ketika dalam keadaan krisis saat ibukota RI di Yogyakarta diduduki

Belanda Pemerintah pusat dipindahkan ke Bukit Tinggi dan membentuk

Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) Dengan agresi militer Belanda

yang kedua dapat dikatakan seluruh Sumatera telah berada dibawah kekuasaan

Belanda Satu-satunya daerah yang masih utuh belum dimasuki Belanda adalah

Daerah Aceh Hal ini menjadi faktor utama Aceh sebagai daerah modal

mempertahankan kedaulatan RI Aceh sebagai garis pertahanan RI terakhir

mempunyai peran yang sangat amat penting dimana ketika negara boneka yang

didirikan oleh Belanda sudah mengepung RI Pada saat itu Aceh menjadi penting

sebagai alternatif satu-satunya yang menentukan cita-cita bangsa dan negara RI

Dan ketika itu Presiden Soekarno memohon meminta bantuan kepada Gubernur

militer Aceh Langkat dan Tanah Karo Daud Beureueh untuk bersedia turut

mengambil bagian dalam perjuangan bersenjata yang tengah berkobar untuk

mempertahankan kemerdekaan Saat itu Soekarno memanggil Daud Beureueh

dengan sebutan kakak Selain meminta rakyat Aceh turut serta dalam perjuangan

Soekarno juga meminta bantuan untuk membeli sebuah pesawat dari sumbangan

masyarakat Aceh yang secara ikhlas dan tulus memberi sumbangan yang sangat

berharga untuk bangsa yang sedang berjuang sebagai tanda kesetiaan rakyat Aceh

pada NKRI

Hampir seluruh wilayah RI telah diduduki oleh Belanda tetapi Aceh tak

sedikit pun mundur menyerahkan daerahnya ke tangan penjajah Bahkan ketika

Indonesia sampai diujung tanduk melalui lidah manis Soekarno lebih dahulu

meminta bantuan kepada Aceh untuk membantu mempertahankan kemerdekaan

RI Tapi sama halnya seperti Belanda manis di bibir tak sama seperti kenyataan

yang ada Aceh dikhianati dengan digabungkannya provinsi Aceh dibawah

provinsi Sumatera Utara Aceh yang dipimpin oleh Daud Beureueh saat itu

7Muhammad Ibrahim Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Banda Aceh

Depdikbud 1978) hal210

4

terpedaya oleh tangisan Soekarno yang berjanji akan memberikan hak

menerapkan Syariat Islam di bumi Aceh jika Aceh mau bergabung membantu

memperjuangkan mempertahankan kedaulatan kemerdekaan Republik Indonesia

Pertentangan politik dengan pemerintah pusat yang terjadi setelah Aceh

digabungkan kembali menjadi bagian atau bdquoresiden‟ Sumatra Utara setelah

sebelumnya menjadi provinsi yang terpisah dengan provinsi Sumatra Utara Hal

ini membawa kepada suatu keadaan yang meresahkan akibat adanya tarik menarik

antara Aceh dan pemerintah pusat atau dengan kata lain pemerintah pusat tidak

mengakui pembentukan provinsi Aceh yang terpisah sehingga terjadi tumpang-

tindih kebijakan yang membawa kepada krisis kekuasaan8 Terkait teori kesadaran

sejarah Kuntowijoyo hal ini dapat memberikan tantangan kritik pendapat serta

sikap dalam pertentangan antara rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beureueh

dengan pemerintah pusat

Aceh ketika awal perjuangan kemerdekaan Indonesia secara de facto

merupakan bagian dari provinsi Sumatera dengan kebijakan undang-undang

sementara tahun 1945 yang membagi wilayah Indonesia dalam 10 provinsi

Setelah Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17

Agustus 19459 rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereuh dan ulama-ulama

lainnya bergerak dan berjuang mempertahankan proklamasi kemerdekaan10

Daud

Beureueh orang kuat Aceh dan benteng Republik dalam revolusi menolak untuk

menerima suatu pekerjaan di Jakarta dan tetap bermukim di Aceh sambil

memperhatikan perkembangan Pada saat itu revolusi kemerdekaan Indonesia tak

luput dari pengamatan Daud Beureueh Dia mengamati dengan tenang dan hati

hati setiap perkembangan yang terjadi Dan selama tokoh-tokoh Masyumi

memegang kedudukan yang penting dalam kabinet dia tidak melakukan tindakan

apapun akan tetapi pada bulan mei 1953 ditemukan bukti bahwa dia telah

menjalin hubungan dengan Kartosuwirjo dari Darul Islam Gerakan Darul Islam

bagaimanapun merupakan bagian dari akibat sampingan proses sosial politik yang

8Ibid hal177-178

9 17 Agustus 1945 atau 9 Ramadhan 1364 Hijriah

10 A Hajsimy Ulama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan Pembangunan Tamadun

Bangsa (Jakarta Bulan Bintang 1997) hal109

5

terjadi pasca kemerdekaan11

Ketika masa kabinet Ali terbentuk tersebar desas-

desus bahwa pemerintah pusat melalui kabinet bermaksud menangkapi orang-

orang terkemuka Aceh Berita tersebut kemudian sampai di telinga Daud

Beureueh bahwa ia dan sejumlah kawan-kawannya akan ditangkap oleh tentara

dengan alasan menyimpan senjata gelap12

Daud Beureueh menyatakan bahwa ia

tidak berkeberatan bila ditangkap dan dibunuh akan tetapi jangan dengan alasan

yang dibuat-buat dan jangan mengelabui mata rakyat Selanjutnya Daud Beureueh

menyatakan dalam suratnya bahwa dalam menghadapi tindakan sewenang-

wenang pihak tentara rakyat akan melalui tiga tahap tahap sabar tahap benci dan

tahap melawan Sekarang rakyat sudah sampai kepada tahap kedua Maka oleh

karena itu beliau mengharapkan kebijaksanaan Presiden Soekarno kiranya hal-hal

yang tidak diinginkan dapat dihindari13

Aceh memang pada akhirnya memberontak melalui gerakan DITII Aceh

Pada 21 September 1953 di Aceh meletus suatu peristiwa berdarah yang

merupakan tragedi bagi rakyat Tanah Rencong Ini merupakan awal perjuangan

dalam menegakan syariat Islam14

Daud Beureueh mengumumkan bahwa di Aceh

yang kini merupakan bagian dari Darul Islam tidak ada lagi pemerintahan

Pancasila Selain persoalan ideologi keagamaan pemberontakan Darul Islam

adalah bentuk perlawanan terhadap pengaruh pemerintahan pusat yang kian

merasuk Pemerintah merespon cepat tindakan yang dianggap sebagai

pemberontakan tersebut Ali Sastroamidjojo mengirimkan pasukan-pasukan untuk

menghalau kaum perjuangan dari kota-kota yang penting15

Dalam usahanya

memulihkan keamanan di Aceh Ali Sastroamidjojo memilih tindakan kekerasan16

Usahanya tidak langsung berbuahkan hasil tetapi melalui beberapa proses Daud

Beureueh yang mundur dari Batee ke Lapang kira-kira sebelah utara Sampoi Niet

Lhok Sukon (Aceh Utara) dalam usaha penyelesaian keamanan menemui jalan

11

Ibid hal197-198 12

M C Ricklefs Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (Jakarta Serambi 2010) hal

514 13

Lihat lampiran XI 14

Ibid hal1 15

Ibid hal514-515 16

Ibid hal162

6

buntu militer yang berlanjut sampai tahun 195917

Pada akhir Mei 1959 dilakukan

upaya akhir yaitu musyawarah antara dewan revolusi dan misi Hardi untuk

mencapai persetujuan leburlah Negara Bagian Aceh dari Negara Islam

Indonesia18

Misi Hardi dengan Keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959

telah berusaha ke arah memenuhi keinginan dan hasrat rakyat Aceh Keputusan

ini telah memberikan hak kepada daerah Aceh untuk memakai sebutan ldquoDaerah

Istimewa Acehrdquo19

Seperti yang telah dijelaskan diatas maka tercetuslah pemberontakan

DITII di Aceh yang dipelopori oleh Tgk M Daud Beureueh pemimpin DITII

Aceh yang tampil sebagai pemegang kekuasaan melalui bdquo‟revolusi sosial‟‟ dan

menjadi gubernur militer Aceh Langkat dan Tanah Karo pada 1948-1950

memimpin pemberontakan melawan kendali Jakarta pada 1953-1962 atas dasar

dua alasan yakni menentang diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatra Utara

dan gagalnya republik melaksanakan hukum Islam20

Pemberontakan Daud

Beureueh bertujuan untuk mendirikan negara Islam Indonesia bukan untuk

mencapai Aceh merdeka karena ia percaya bahwa itulah yang diperjuangkan oleh

orang Aceh sedemikian gigihnya selama revolusi mempertahankan kemerdekaan

Republik Indonesia21

Maka dari itu penulis tertarik untuk membahas sepak

terjang Tgk M Daud Beureueh dalam sebuah proposal berjudul Peran Tgk M

Daud Beureueh Dalam Pemberontakan di Aceh 1953-1962

17

M C Ricklefs OpCit hal515 18

M Nur El Ibrahimy OpCit hal168-171 19

Perkataan ldquoistimewardquo ini menimbulkan associatie-associatie pikiran pada suatu daerah

yang memang benar-benar bersifat ldquoistimewardquo suatu daerah yang berhak luas mengatur hal-hal

dalam setiap bidang pemerintahan Akan tetapi hak yang diberikan isi pada statusistimewa itu

pada hakikatnya bukanlah suatu hal yang luar biasa oleh karena yang diberikan itu hanyalah hak

otonomi yang berpokok pangkal pada undang-undang tahun 1957 sehingga perkataan ldquoistimewa

itu sebenarnya tidak tepat antara nama tidak sesuai dengan isi menurut penafsiran yang lazim

daripada perkataan ldquoistimewardquo Lihat M Nur El Ibrahimy Op Cit hal186 20

Anthony Reid Menuju Sejarah Sumatra Antara Sumatra Antara Indonesia dan Dunia

(Jakarta KITLV amp NUS publising 2010) hal 388-389 21

Ibid hal341

7

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Pasca kemerdekaan terjadi konflik yang disebabkan perbedaan pendapat

antara pemerintah pusat dengan rakyat Aceh Dan agresi Belanda juga terjadi

setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya kembali menggugat serta

memporak-porandakan seluruh Indonesia kecuali Aceh Kenyataan bahwa

Belanda telah mampu menduduki kembali Indonesia ditolak Semangat anti

penjajahan dalam diri rakyat Aceh selalu dipertahankan Pada era Orde Lama

krisis legitimasi di Aceh tidak ditunaikan janji pemerintah pusat berupa penerapan

syariat Islam yang tak terwujud menjadi akar permasalahan Krisis melalui

ketetapan yang berakibat pengalihan kuasa pemerintah Aceh yang berbentuk

provinsi yang terpisah menjadi residen dari provinsi Sumatera Utara Dalam

pengalihan kuasa rakyat masih dapat bersabar namun ketika ideologi dituntut

tidak terpenuhi dan perjuangan tumpah darah rakyat Aceh mempertahankan

kedaulatan tak dianggap akhirnya meletus lah konflik akibat dari kekecewaan dan

sebagai ekspresi kebangkitan rakyat aceh yang merasa harga diri masyarakat Aceh

terlecehkan oleh janji-janji dan iming-iming pemerintah

Dalam penelitian ini terdapat masalah yang telah diidentifikasi oleh

penulis Dan juga sebagai kajian lebih mendalam mengenai konflik yang terjadi

secara vertikal antara rakyat Aceh dengan pemerintah pusat yaitu

1 Terjadinya krisis legitimasi yang disebabkan oleh pengalihan kuasa

dan ideologi yang tidak direalisasikan

2 Pemberontakan pimpinan Tgk M Daud Beureueh atas kendali

pemerintah pusat akibat diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatera

Utara

2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi penulis tentang apa yang dipaparkan diatas maka

penulis membatasi permasalahan yaitu seputar Peran Tgk M Daud Beureueh

dalam Menegakan Syariat Islam di Aceh mengenai pengalihan kuasa dan ideologi

yang tidak direalisasikan Pada saat itu menjadi tahun pemberontakan dalam

8

menentang sikap pemerintah baik dalam mengatur otonomi daerah maupun

menetapkan ideologi suatu negara Adapun batasan tahunnya dimulai dari

perjuangan Tgk M Daud Beureueh pada tahun 1953 sampai kembalinya Tgk M

Daud Beureueh kepangkuan Republik Indonesia pada tahun 1962 Dan

pembatasan subjeknya yaitu terkait pengaruh Islam dan Barat mengenai rakyat

Aceh dan Pemerintah Pusat Serta objeknya mengenai perjuangan Tgk M Daud

Beureueh dalam menegakkan syariat Islam di Tanah Rencong

3 Perumusan Masalah

Dari pemaparan mengenai pemberontakan Tgk M Daud Beureueh dalam

menegakan syariat Islam di Aceh adapun perumusan masalah penelitian ini dapat

dibaca dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut

1 Apa motif yang melatarbelakangi pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

di Aceh

2 Seberapa besar pengaruh Tgk M Daud Beureueh dalam pemberontakan

di Aceh

3 Bagaimana hasil dari perjuangan Tgk M Daud Beureueh dalam

menegakan syariat Islam di Aceh

4 Bagaimana respon pemerintah terhadap pemberontakan Tgk M Daud

Beureueh

5 Apa solusi pemerintah dalam mengatasi pemberontakan di Aceh

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini tujuan yang ingin penulis capai adalah

1 Menjelaskan motif tercetusnya pemberontakan oleh rakyat Aceh terhadap

kendali pemerintah

2 Menjelaskan peran Tgk M Daud Beureueh dalam peristiwa berdarah di

Aceh

3 Mengetahui bentuk usaha atau upaya yang dilakukan rakyat Aceh dalam

menegakan syariat Islam

9

4 Menjelaskan hasil yang dicapai pada pemberontakan DITII dalam

memperjuangankan menegakan syariat Islam di Aceh

5 Menjelaskan respon pemerintah pusat terkait pemberontakan rakyat Aceh

Adapun dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai

berikut

1 Dapat memberikan wawasan dan menambah pengetahuan tentang peran

dan kontribusi Tgk M Daud Beureueh dalam peristiwa berdarah di Aceh

2 Sebagai bentuk khazanah keilmuaan dan pengembangan sejarah keislaman

Nusantara studi kasus Aceh

3 Pembelajaran masa lalu untuk kehidupan dimasa yang akan datang dalam

bentuk nyata sebagai kontribusi positif dari penulis dalam rangka

sosialisasi sejarah Nusantara

4 Memberikan informasi dan data kepada pembaca mengenai peristiwa

berdarah di Aceh

D Kerangka Teori

Fenomena yang terjadi pada pristiwa berdarah di Aceh adalah bentuk

revolusi sosial suatu kelompok oleh rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud

Beureueh yang menginginkan terwujudnya ideologi keagamaan dalam sebuah

Negara Pada kasus ini penulis melihat konflik terjadi karena adanya hukum

sebab-akibat sebab keinginan rakyat Aceh tidak terpenuhi berakibat munculnya

pemberontakan dalam menegakan syariat Islam Dalam sudut pandang teori

kesadaran sejarah hal ini memberikan dampak tantangan kritik pendapat dan

sikap Studi kasus tentang pemberontakan DITII di Aceh terkait teori kesadaran

sejarah memunculkan budaya progresif dalam bidang politik

Seperti pemikiran Marx mengenai etika humanis yang meyakini bahwa

manusia pada hakikatnya baik dan dalam keadaan tertentu yang menguntungkan

akan dapat membebaskan diri dari lembaga-lembaga yang menindas menghina

dan menyesatkan22

Dan untuk mencapai hal tersebut kekerasan dipandang

22

Miriam Budiharjo Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

2008) hal85

10

sebagai alat sah yang harus dipakai Kekerasan dalam kasus peristiwa berdarah ini

dipakai oleh pemerintah pusat yang menganggap pemberontakan Daud Beurueh

sebagai suatu tindakan yang menentang pemerintahan

Bisa dilihat dimensi sosial dari proses politik itu mencakup status dan

peranan elite politik terhadap masyarakat Aceh bagaimana interaksi dalam

perjuangan menegakan syariat islam yang menimbulkan suatu konflik Jadi

menurut analisa penulis ini merupakan suatu pemahaman keyakinan tentang Neo

Fundamentalisme Islam yang lebih menitik beratkan pada cita-cita ideologi

politik yaitu sebagai berikut

1 Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber 16 paling otoritatif

2 Skriptualis (tulisan) literalis tekstualis

3 Negara Islam sebagai cita-cita politik tentang berdasar pada syariat

Islam

4 Anti modernisme Barat demokrasi dan ideologi-ideologi lainnya

Pemahaman ini bersifat frontal yang mengarah pada kekerasan yang

melahirkan ideologi baru yang bernama Ideologi Negara IslamrarrNon

ParlementerrarrTarbiyah23

Maka dari itu berdasarkan penjelasan diatas penelitian ini ingin menguji

teori paradigma perubahan sosial dengan pendekatan konflik seperti yang

dikemukakan oleh T Persons dan N Smelzer mengatakan bahwa masyarakat

dikonsepsikan sebagai sistem yang mempunyai fungsi adaptasi integrasi

mempertahankan diri dan member orientasi tujuan Hal tersebut mencakup ide

masyarakat dengan adanya proses adaptasi untuk menghadapi pengaruh faktor

eksogen dan endogen maka tetap ada dinamika sosial Kerangka teoritis tersebut

juga menonjol dalam studi perubahan sosial sebagai bentuk perkembangan

Masalah sosial yang terjadi adalah kekecewaan penindasan dan ketidaktulusan

pusat dalam menjalankan sistem pemerintahan

23

Tarbiyah Takfiri adalah dimana mulai mengkafirkan apa-apa yang berasal dari barat

Hal ini menjadi dasar pemikiran gerakan salafi dan jihadi

11

E Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah dan metode yang akan

digunakan didalam penyusunan penelitian ini adalah metode historis yang bersifat

deskriptif analisis Metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara

kritis sumber data baik itu sumber primer Ensiklopedi Artikel Jurnal Majalah

Surat Kabar yang sezaman ataupun sumber sekunder seperti buku-buku24

Data

yang diperoleh tersebut disusun secara teratur dan sistematis lalu dianalisis secara

kualitatif Kemudian poin-poin yang autentik ditulis dan dipaparkan sesuai

bentuk kejadian suasana dan masanya Adapun analisa faktor-faktor politik

menjadi faktor pendukung

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencapai penulisan sejarah oleh

karena itu upaya merekonstruksi masa lampau dari obyek yang diteliti

menggunakan metode historis yang bersifat deskriptif analisis Dengan

menggunakan metode ini melalui pemaparan penulis diharapkan dapat membantu

untuk mengetahui fakta dan sejarah mengenai peran Tgk M Daud Beureueh

dalam pemberontakan di Aceh 1953-1962 Adapun dalam melakukan penelitian

ini penulis menggunakan metode historis25

yaitu

1 Heuristik kegiatan untuk mencari data atau pengumpulan bahan-bahan

atau sumber sejarah Hal ini merupakan tahap awal yang harus dilakukan

Adapun dalam pengumpulan data-data dan sumber yang akan digunakan

dalam membuat skripsi ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan

library research Dalam kaitannya dengan sumber-sumber seperti arsip

jurnal ensiklopedi artikel majalah surat kabar dan buku-buku penulis

mencari sumber dengan mengunjungi beberapa perpustakaan seperti

perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta perpustakaan

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

perpustakaan Nasional Arsip Nasional perpustakaan UI melalui toko

buku di wilayah Jakarta Tangerang dan Depok serta melalui katalog-

katalog dan website Selain itu penulis juga menggunakan buku-buku

koleksi pribadi yang berhubungan dengan kajian penelitian ini

24

Louis Gottschalk Mengerti Sejarah (Jakarta UI Pers 1975) hal32 25

Dudung Abdurahman Metode Penelitian Sejarah (Jakarta Logos 1999) hal54

12

2 Verifikasi setelah melakukan heuristik atau pengumpulan sumber-sumber

baik dalam bentuk artefak hasil-hasil dari persitiwa bersejarah ataupun

melalui dokumen-dokumen tertulis yang merupakan rekaman peristiwa

maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah kritik sumber26

Kritik sumber adalah usaha untuk mendapatkan sumber-sumber yang

relevan dan terbukti keaslian sumber Otentiksitas dangan pembahasan

sejarah yang ingin disusun sesuai dengan tema kajian Disini penulis

melakukan kritik sumber melalui pengujian data yaitu tampilan sumber

eksternal dan isi sumber internal Dengan mengidentifikasi keaslian

sumber otentik dan keabsahan tentang kesahihan sumber kredibilitas Baik

sumber primer dan sekunder penulis melakukan pengujian data untuk

mendapatkan hasil yang maksimal

3 Interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut juga dengan analisis

sejarah Dalam sumber terkait peristiwa berdarah di Aceh penulis

menggunakan studi komparatif yaitu menganalisis sebagian besar sumber

melalui buku-buku memaparkan Tgk M Daud Beureueh sebagai

pemberontak hal ini bertolak belakang dengan pemikiran penulis bahwa

ini adalah peristiwa perjuangan Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk

penulis Tujuannya agar data yang ada mampu untuk mengungkap

permasalahan yang ada sehingga diperoleh pemecahannya dalam sudut

pandang berbeda atau dua sisi27

4 Historiografi tahap ini adalah tahap yang terakhir dalam metode historis

Setelah melakukan tahap heuristik verifikasi dan interpretasi selanjutnya

historiografi Dengan menulis pemaparan atau laporan hasil penelitian

dalam suatu urutan yang sistematik yang telah diatur dalam pedoman

penelitian Dalam hal ini penulis berusaha menyusun penelitian ini

berdasarkan kronologi waktu dan tema-tema tertentu yang akhirnya isi inti

dari penelitian atau klimaks dari penelitian ini Tahap ini merupakan

rangkaian dari keseluruhan teknik metode pembahasan

26

Ibid hal 35-37 27

Louis Gottschalk Op Cit hal 54

13

F Tinjauan Pustaka

Untuk mendapatkan hasil yang dikehendaki sesuai dengan topik

permasalahan penulis mencari beberapa literature terkait pemberontakan rakyat

Aceh khususnya peran Daud Beureueh dalam menegakan syariat Islam namun

tidak banyak sumber-sumber dalam artikel majalah dan surat kabar yang

memberikan informasi secara detail mengenai peristiwa berdarah tersebut Dalam

kaitannya dengan judul penelitian ini ingin menyajikan hasil penelitian yang

menjadi pembahasan pokok dalam berbagai literature yang ada Adapun beberapa

literature yang dijadikan tinjauan pustaka sebagai berikut

Melalui artikel majalahsurat kabar Kabinet dan Aceh oleh pembantu-

CHAS yang dimuat dalam majalah Dalam Negeri WAKTUrdquo No41 tanggal 7

November28

Mengurai informasi tentang bagaimana pemerintah pusat seakan

menutupi penyebab meletusnya peristiwa berdarah di Aceh dengan

mengesampingkan alasannya yang lebih diungkapkan adalah mengenai

pemberontakan yang terjadi pada peristiwa berdarah yang banyak menelan korban

di kalangan rakyat Aceh Dan mengenai Cumbok Affairs pemerintah pusat

menganggap kesalahan terjadi pada pertentangan yang terjadi antara PUSA

dengan kaum hulu balang Dalam beberapa pemaparan majalah Dalam Negeri

tersebut penulis melihat informasi dan data yang disajikan lebih mengarah pada

pembelaan terhadap PUSA dibanding terhadap pemerintah pusat

Sama halnya dengan artikel majalahsurat kabar yang berjudul Tentang

soal memulihkan keamanan di Atjeh yang terbit WAKTUrdquo No23 tanggal 25 djuni

1955 Memaparkan tentang bagaimana keamanan di Aceh yang belum terkendali

Hal itu terlihat pada bantuan militer terhadap pamong praja untuk mematahkan

pemberontakan Daud Beureueh Berbeda dengan sebelumnya artikel

majalahsurat kabar yang berjudul Karena keterkaitan Ideologis yang ditulis oleh

Taufik Abdullah melalui Panji Masyarakat No419 Jika dikaitkan dengan

28

Dalam artikel majalahsurat kabar ini untuk tahun penerbitan tidak terlihat hal itu

dikarenakan karena sumber yang ada sangat rentan dan penulis menemukan sebagian teks hilang

terjadi akibat pengalihan dari sumber nyata yang di scan dan dipublikasikan via website online

Terlepas dari sisi eksternalnya untuk kritik internalnya artikel majalahsurat kabar Dalam Negeri

ini menggunakan penulis masih terkendala dalam menganalisa karena bahasa yang digunakan

bahasa yang berada di jaman sebelum dan pasca kemerdekaan

14

penelitian penulis melihat kasus Aceh sebagai perjuangan pengalihan kuasa dan

ideologi keagamaan Pemaparan lebih detail dijelaskan oleh Taufik Abdullah

mengenai pilar-pilar kepemimpinan sikap masyarakat Aceh yang bersifat

spontanitas dan enthusiasme

Dalam literature yang lain penulis menemukan beberapa buku yang

mendukung permasalahan dari topik ini M Nur El Ibrahimy Tgk M Daud

Beureueh perananya dalam pergolakan di Aceh Jakarta Gunung Agung 1982

Dalam buku ini membahas peranan Daud Beureueh dalam pemberontakan yang

terjadi di Aceh dimulai dari sebabnya sumbangan rakyat Aceh kepada pendirian

Republik serta terkait pristiwa berdarah secara kronologis Dalam buku ini juga

membahas biografi singkat mengenai Daud Beureueh

Semangat Merdeka 70 tahun menempuh jalan pergolakan amp perjuangan

yang ditulis oleh A Hasjmy 1985 adalah sebuah buku yang memuat perjalanan

A Hasjmy juga peristiwa sejarah yang terjadi kurun waktu 70 tahun penulis

Banyak peristiwa-peristiwa sejarah yang tercatat dibuku ini selama perang

kolonial melawan Belanda dan berbagai pergolakan politik di Aceh seperti

pertempuran dan pemberontakan juga disajikan lengkap dibuku ini Komentar

komentar dan analisa analisanya terhadap pembahasan juga melengkapi kisah

perjalanan hidup penulis dalam kancah pergolakan di Aceh Adapun kisah

pemberontakan terhadap tentara Jepang Pergerakan PUSA Gema Proklamasi di

Aceh sampai kepada bagaimana tentara Aceh mempertahankan kemerdekaan RI

merupakan sebagaian dari banyak kisah sejarah lainnya yang dikemukakan Oleh

Hasjmy Termasuk juga kisah dalam penahanannya dalam penjara oleh

pemerintahaan RI yang disebabkan oleh diproklamirkannya Darul Islam (DI) di

Aceh oleh Tgk M Daud Beureueh

Penulis juga melakukan perbandingan pada tiap literature yang ada

Seperti dalam buku Memahami Sejarah Konflik Aceh yang ditulis oleh Mr S M

Amin yang diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia Jakarta 2014

Bertentangan dengan buku Sejarah dan dokumen-dokumen pemberontakan di

Atjeh oleh Alibasjah Talsya Mr S M Amin ingin memberikan informasi kepada

pembaca dalam sudut pandang yang berbeda Peristiwa berdarah di Aceh

15

dilihatnya sebagai suatu perjuangan dalam menegakan ideologi keagamaan Hal

ini bertujuan untuk memberikan dan memperkaya pembaca mengenai studi kritis

dalam sejarah Aceh maupun sejarah Indonesia diawal berdirinya republic ini

G Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman secara keseluruhan skripsi ini terbagi

dalam lima bab Adapun susunan skripsi ini adalah sebagai berikut

BAB I Merupakan pendahuluan yang meliputi penjabaran singkat

mengenai permasalahan yang menjadi fokus kajian identifikasi

masalah batasan dan rumusan masalah tujuan dan manfaat

penelitian kerangka teori metode penelitian tinjauan pustaka

serta sistematika penulisan

BAB II Membahas biografi Tgk M Daud Beureueh dari mulai lingkungan

keluarga riwayat pendidikan dan karya-karyanya dalam berbagai

bentuk dari masa pra-kemerdekaan kemerdekaan dan pasca

kemerdekaan

BAB III Membahas lebih mendalam mengenai peranan Tgk M Daud

Beureueh dalam pemberontakan untuk menegakan syariat Islam di

Aceh Baik kedudukan sikap dan kontribusi nyatanya dalam

konflik yang disebut juga sebagai peristiwa berdarah di Aceh

BAB IV Membahas mengenai pemberontakan yang menjadi peristiwa

berdarah di Aceh Baik melalui upaya-upayanya dan hasil

perjuangan dalam bentuk perubahan sosial dengan menggunakan

pendekatan konflik Serta respon pemerintah pusat melalui

kebijakan-kebijakannya terhadap perjuangan masyarakat Aceh

yang dipimpin oleh Daud Beureueh

BAB V Berisikan penutup yang terdiri atas kesimpulan mengenai jawaban

permasalahan penelitian dan saran sebagai masukan terhadap

penelitian

16

BAB II

BIOGRAFI TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH

A Lingkungan Keluarga

Teungku Muhammad Daud Beureueh aslinya bernama Muhammad

Daud29

Ia dilahirkan pada tanggal 17 September 189930

di kampung Beureueh

Beureuneun atau yang sekarang termasuk Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie

Daerah Istimewa Aceh31

Daud Beureueh adalah salah satu tokoh ulama besar di

Aceh ia juga merupakan tokoh kontroversial yang populer dikalangan masyarakat

Aceh dalam perjuangannya mengibarkan serta menegakan panji-panji Islam di

bumi Aceh akibat rasa ketidakpuasannya atas pemerintahan Soekarno32

Ketika semasa hidupnya dihabiskan di Aceh dari situlah Daud Beureueh

dikatakan sebagai anak Aceh tulen Seperti dalam sebuah karangan yang ditulis

oleh Anggraini dalam majalah Indonesia Merdeka No214 yang terbit di

Banjarmasin pada tanggal 1 oktober 1953 berjudul ldquoSiapa Teungku Daud

Beureueh bekas Gubernur Aceh yang memberontakrdquo Menjelaskan mengenai

nama asalnya Muhammad Daud yang diberikan orang tuanya sejak lahir33

Gelar

Teungku34

berasal dari masyarakat Aceh merupakan sebutan yang diberikan

kepada ulama Aceh atau sebutan kepada setiap orang yang dihormati35

Sedang

tambahan bdquoBeureueh‟ adalah nama tempat kampung kelahirannya Penamaan ini

29

Harun Nasution dkk Op Cit hal202-203 30

Menurut A Hasjmy dalam buku Ulama Aceh Pejuang Kemerdekaan dan

Pembangunan Tamadun BangsaTgk M Daud Beureueh lahir dalam tahun 1316 Hijriah atau

sekitar tahun 1896 Masehi seperti yang dipaparkan dalam Ensiklopedi Islam Indonesia yang

disusun oleh Harun Nasution dkk 31

A Hasjmy Op Cit hal119-120 32

HM Bibit Suprapto Ensiklopedi Ulama Nusantara (Jakarta Gelar Media Indonesia

2009) hal231-323 33

El Ibrahimy Op Cit hal221-222 34

Sekedar info berbeda dengan Teungku (tgk) Sebutan Tengku adalah titel

kebangsawanan di Sumatera Timur Teuku adalah titel kebangsawanan di Aceh sedangkan

Tuanku adalah titel Sultan Aceh dan turunannya atau sebagai sebutan sultan-sultan di Sumatera 35

Anthony Reid Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera

(Jakarta Pustaka Sinar Harapan 1987) hal 12-17

17

adalah suatu kebiasaan pada sebagian masyarakat di Sumatera yang menaruhkan

nama kampungnya ke dalam namanya36

Jika dianalisa lebih mendalam mengenai Muhammad Daud nama yang

diberikan kedua orang tuanya adalah dua nama Nabiyullah yang diberikan kitab

Al Qur‟an dan Zabur Dari penamaan yang diberikan penulis berasumsi bahwa

keinginan kedua orang tuanya adalah menjadikan Daud Beureueh sebagai ulama

sekaligus mujahid37

yang siap membela menyebarkan mengibarkan dan

menegakan panji-panji yang berdasar pada syariat Islam Dilihat dari lingkungan

hidupnya Daud Beureueh tumbuh dan besar dilingkungan religius yang sarat

dengan nilai-nilai Islam38

Dan ketika memasuki masa dewasa di bawah bayang-

bayang keulamaan ayahnya yang sangat kuat yang mengilhami jejak hidupnya

Ayahnya bernama Teungku Ahmad yang pada waktu itu menjadi Keucik

(lurah) Kampung Beureueh Ayahnya merupakan seorang ulama yang

berpengaruh dikampungnya mendapat gelar dari masyarakat setempat dengan

sebutan bdquoImeuem‟ (imam) Beureueh Ibunya bernama Aminah Menurut A

Hasjmy dikatakan bahwa kakek Teungku Muhammad Daud Beureueh berasal dari

Kerajaan Pattani Darussalam namanya Haji Muhammad Adami39

Sementara

Daud Beureueh sendiri beristrikan tiga orang Istri yang pertama bernama

Teungku Cut Halimah atau sering dipanggil Mi Usi darinya dikaruniai tujuh

orang putraputri Istri yang kedua bernama Teungku Asma dipanggil Mi Paleue

darinya dikaruniai tiga orang putraputri Istri yang ketiga bernama Cutnyak

Asiyah terkenal dengan panggilan Mi Beureueh dikaruniai seorang putra yang

bernama Hatta jika diakumulasikan semuanya berjumlah sebelas orang

putraputri40

Daud Beureueh melalui anak tertuanya Teungku Maryam

mempunyai anak yaitu cucunya yang bernama Nila Inangda Mayang Keumala

36

El Ibrahimy Op Cit hal 222-223 37

Mujahid adalah orang yang berjuang demi membela agama Islam Sumber melalui

httpkbbiwebidmujahid di akses pada tanggal 31 Januari 2016 Pukul 1337 WIB 38

Nilai-nilai Islam yang dimaksud terlihat dimana ketika Maghrib tiba Hikayat Perang

Sabil selalu dikumandangkan di setiap meunasah (masjid kampung) Ibid hal 337-338 39

Kerajaan Pattani Darussalam adalah kerajaan Islam Melayu yang terletak di ujung

paling utara Semenanjung Tanah Melayu dan setelah dijajah Siam sekarang menjadi Thailand

Selatan A Hasjmy melalui bukunya yang berjudul ldquoUlama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan

dan Pembangunan Tamadun Bangsardquo hal120 40

A Hasjmy Op Cit hal120-121

18

yang bersuamikan Tan Sri Sanusi Junit41

telah mempersembahkan cicit untuk

Daud Beureueh Tidak banyak literature yang dapat penulis gali mengenai

keluarga Daud Beureueh baik mengenai keluarga lingkungan ataupun orang

terdekatnya

Ketenaran tokoh di Aceh senantiasa melekat pada kharisma kampungnya

Kampung adalah sebuah entitas politik42

yang pengaruhnya ditandai dengan

tokoh-tokoh perlawanan Hal ini terjadi akibat cita-cita yang belum tercapai Jika

dikaitkan dengan tempat tinggalnya Daud Beureueh berasal dari tanah Aceh

tepatnya didaerah Pidie Orang-orang Pidie terkenal berwatak keras ulet dan suka

merantau Mungkin sekali bila penulis katakan karena watak orang Pidie

demikian rupa maka Daud Beureueh tumbuh menjadi manusia yang keras dan

ulet hal ini terlihat juga setelah ia menjadi pemimpin umat43

Terlebih lagi Daud

Beureueh mendapatkan gelar Teungku adalah karena ia ulama yang berasal dari

rakyat jelata Jelaslah kemauan keinginan dan pendiriannya yang kuat yang

membuat Daud Beureueh sangat disegani oleh masyarakat Aceh44

B Riwayat Pendidikan

Dalam riwayat pendidikannya Daud Beureueh memperoleh pendidikannya

dari lembaga pendidikan tradisional45

Sebelum membahas hal itu lebih jauh

penulis ingin mencoba memaparkan sedikit mengenai sejarah pendidikan Islam di

41

Tri Sri Dato‟ Seri Sanusi Junid atau suami dari cucu Daud Beureueh yaitu Nila Inangda

Keumala lahir 10 Juli 1943 adalah tokoh politik Malaysia yang menjabat sebagai Menteri

Pembangunan Negara dan Luar Bandar pada tahun 1981 Menteri Pertaninan sewatu berumur 38

tahun pada tahun 1986 Dan Tan Sri Sanusi menjadi Menteri Besar Kedah Darul Aman yang

ketujuh pada tahun1996-1999 Sumber melalui httpmkompasianacomdandibachtiartan-sri-

sanusi-junid-putra-aceh-yang-jadi-menteri-di-malaysia_550e5dcaa33311b82dba8166 diakses pada

tanggal 31 januari 2016 Pukul 1541 WIB 42

Entitas politik adalah wujud politik Jika dikaitkan dengan dengan entitas budaya

menurut Kuntjaraningrat Analisa penulis mengenai penelitian ini adalah sebagai bentuk entitas

ideal yaitu merupakan kompleks dari ide-ide gagasan nilai-nilai norma-norma dsb Jelas

kaitannya dalam kasus perjuangan ini adalah terkait nilai-nilai keagamaan dalam menegakan

syariat Islam di Aceh Sumber melalui httpkbbiwebidentitas di akses pada tanggal 31 Januari

2016 Pukul 1730 WIB 43

Bukti dari sifatnya yang keras dan tegas terlihat ketika dalam suatu khotbah Jum‟at di

Masjid Raya Kutaraja dalam mengupas Islam dengan komunis Daud Beureueh sangat militant

tegas dan enteng dalam menyampaikan vonis haram dan kafir terhadap orang yang tidak

disukainya dalam kasus ini disebutkan untuk menjauhkan kaum Muslimin dari PKI 44

El Ibrahimy Op Cit hal 222 45

Harun Nasution Op Cit hal 202

19

Aceh Pendidikan Islam yang berlandaskan ayat-ayat Al Qur‟an adalah rasa

kesadaran beriman dan beramal salih yang berdasarkan ilmu pengetahuan

sehingga manusia menjadi makhluk sosial yang menghayati ajaran-ajaran Islam

dalam kehidupannya46

Baik dalam kehidupan politik ekonomi ataupun dalam

kehidupan sosial Dengan berpedoman ayat-ayat Al Qur‟an pendidikan Islam

bertujuan untuk

a Membina manuslia Muslim yang beriman dan beramal salih sehingga

memenuhi syarat untuk menjadi Khalifah Allah di atas bumi yang

bertugas memakmurkan dunia raya47

b Membina manusia Mukmin yang beramar makruf dan bernahi

mungkar sehingga mereka memiliki syarat-syarat untuk ditampilkan

menjadi umat pilihan di depan mata dunia48

c Membina Jama‟ah Ansarullah yang bertugas melaksanakan Dakwah

Islamiyah dengan hikmah kebijaksanaan dan ajaran-ajaran yang indah

sebagai syarat mutlak bagi kaum Muslimin untuk menjadi umat yang

beruntung dan mendapat kemenangan49

d Membina angkatan Dakwah yang tugasnya bejihad membela rakyat

melarat yang tertindas dengan segala daya dana dan jiwa sebagai

syarat mutlak untuk mendapat ampunan Allah dan kemenangan di

dunia dan di akhirat50

Pengertian dan tujuan pendidikan Islam ini merupakan hal penting ketika

kita mengenyam pendidikan Islam dimanapun51

Selain itu mengetahui

pengertian dan tujuan bermanfaat untuk mengkaji mengenai suatu penelitian

terkait pendidikan yang dalam kasus ini penulis akan mencoba untuk

menjelaskannya Seperti yang dijelaskan dalam berbagai literature Daud

Beureueh tidak mengalami masa-masa usia sekolah atau tidak masuk sekolah ke

lembaga pendidikan resmi yang dibuat Belanda seperti Volkschool Goverment

46

Landasan QS Al Alaq 1-5 dan At Taubah 122 47

Landasan QS An Nur 55-56 48

Landasan QS Ali Imran 110 49

Landasan QS Ali Imran 104 dan An Nahl 125 50

Landasan QS An Nisa 74 dan Ash Shaf10-12 51

A Hasjmy Bunga Rampai Revolusi dari Tanah Aceh (Jakarta Bulan Bintang 1978)

hal 51-53

20

Indlandsche School atau HIS52

Hal tersebut dikarenakan banyak putraputri Aceh

tidak diizinkan orangtuanya untuk memasuki sekolah-sekolah yang didirikan oleh

bdquokaphe‟53

terutama untuk putraputri ulama Dan terlebih lagi masih sangat

kuatnya anti penjajahan dan gema berkumandangnya Hikayat Perang Sabil54

Hal

ini membuktikan bahwa tidak benar yang dikatakan ldquopengamatrdquo yang mengatakan

bahwa orang Aceh jaman penjajahan anti ilmu pengetahuan melainkan yang

benar bahwa rakyat Aceh saat itu dan bahkan sampai sekarang anti penjajahan

seperti yang diterangkan oleh A Hasjmy dalam bukunya Ulama Aceh Mujahid

Pejuang Kemerdekaan dan Pembangunan Tamadun Bangsa

Walaupun Daud Beureueh dan masyarakat Aceh baik dikalangan ulama

maupun rakyat jelata tidak memasuki lembaga pendidikan yang didirikan kaum

penjajah namun mereka tidak ldquobuta hurufrdquo dan juga tidak ldquobuta ilmurdquo karena

mereka mendapat pendidikan di pusat-pusat pendidikan seperti pesantren

madrasah seperti dayahzawiyah55

Jika dikaji lebih dalam pendidikan yang

bernama dayahzawiyah berdiri ketika masa Kerajaan Islam Perlak sebagai

Kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara Hal ini merupakan upaya utama yang

dilakukakan dengan mendirikan tempat-tempat pendidikan bagi putraputri

negara dalam rangka mempunyai pengetahuan yang luas Ini merupakan perintah

Sultan56

untuk memberi pengetahuan yang luas melalui bidang pendidikan Dan

masa itu pendidikan dayahzawiyah diajarkan oleh ulama-ulama yang juga

mempunyai pengetahuan yang luas

52

Volkschool atau yang dikenal sekolah desa selama tiga tahun muncul sekitar tahun

1915 ketika jaman penjajahan Belanda diperuntukkan bagi anak-anak peribumi yang tinggal di

desa-desa Motif pembangunan sekolah ini adalah ekonomi Sumber melalui

httpwwwjakartagoidwebencyclopediadetail3515volkschool diakses pada tanggal 31 Januari

2016 Pukul1952 WIB Goverment Indlandsche School adalah sekolah rakyat lima tahun A

Hasjmy Op Cit Sedangkan HIS adalah sekolah dasar selama tujuh tahun dengan bahasa Belanda

sebagai pengantar diperuntukkan untuk anak-anak pribumi Sumber melalui Anthony Reid Op

Cit hal 13 53

Kaphe adalah sebutan kafir oleh masyarakat Aceh untuk Belanda atau penjajah 54

Hikayat Perang Sabil merupakan syair perang sabil yang ditulis dan disebarkan pada

waktu perlawanan anti-Belanda Anthony Reid Menuju Sejarah Sumatera Antara Indonesia dan

Dunia (Jakarta KITLV 2011) hal 338 55

El Ibrahimy Op Cit hal 221-222 56

Hal yang melatarbelakangi pendidikan masa itu adalah ketika itu Ayah Sultan sangat

mementingkan pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk putranya hal itu terlihat dari pemikiran

Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah yang juga mementingkan pendidikan dan ilmu

pengetahuan terinspirasi dari ayahnya

21

Setelah berdiri banyak tempat-tempat pendidikan yang bernama zawiyah

dalam Kerjaan Islam Perlak pada akhir abad ke-3 H atau abad ke-10 M

Berdirilah pendidikan Islam yang bernama ldquoZawiyah Cot Kalardquo didirikan oleh

pangeran Muhammad Amin yang sekaligus merupakan seorang ulama atau lebih

dikenal dengan nama Teungku Chik Cot Kala Kata-kata ldquozawiyahrdquo seiring

perkembangan jaman berubah sebutan menjadi ldquodayahrdquo menjadi ldquoDayah Cot

Kalardquo57

Mempunyai akar sejarah dalam bidang pendidikan yang kuat

memunculkan upaya yang dilakukan Kerajaan Aceh Darussalam untuk menyusun

lembaga-lembaga pendidikan yand disesuaikan dengan system dan organisasi

pendidikan atau pengajaran yang disusun oleh Perdana Menteri Nizamuddin dari

Daulah Abbasiyah sekitar abad ke-16 M dan seiring perkembangan pendidikan di

Aceh membawa ajaran wajib dalam rangka membasmi buta huruf tadan buta ilmu

Adapun tingkatan pendidikan di Aceh sekitar abad ke-17 M adalah sebagai

berikut

a Meunasah atau madrasah yaitu sekolah permulaan yang sama dengan

sekolah dasar Didirikan ditiap-tiap kampung atau desa untuk

mengajar murid-murid menulis dan membaca huruf Arab

b Rangkang melalui Masjid sebagai pusat segala kegiatan umat ini

merupakan pendidikan tingkat menengah pertama atau yang dikenal

dengan nama Madrasah Tsanawiyah Diajar mengenai fiqh atau hukum

Islam58

c Dayah dapat disamakan dengan Sekolah Menengah Atas atau

Madrasah Aliyah Dalam tingkatan ini murid-murid diajarkan

mengenai kitab-kitab dan kajian fiqh lebih mendalam

d Dayah Teungku Chik atau yang disebut Dayah Manyang disamakan

dengan akademik Teungku Chik artinya guru besar Diajarkan

mengenai pelajaran tentang bahasa fiqh hukum Islam sejarah ilmu

manthiq tauhid tasawuf ilmu falak tafsir hadits

57

Ibid hal 51-56 58

Diajar mengenai hukum islam yaitu tentang rubuk ibadah tauhid tasawuf sejarah Islam

dan umum dan bahasa Arab Melalui buku-buku berbahasa Melayu dan Arab

22

e Jami‟ah Baiturrahman setara dengan tingkatan universitas mempunyai

ldquoDaarrdquo atau fakultas Di ajar oleh guru-guru besar ulama atau sarjana

dari Aceh maupun didatangkan dari Arab Turki Persia dan India59

Kembali dalam fokus kajian mengenai pendidikan Daud Beureueh Dalam

pusat-pusat pendidikan yang bernama dayahzawiyah Daud Beureueh dan ulama

sejaman mempelajati baca tulis Arab dan pengetahuan Agama Islam Dalam

riwayat pendidikannya dari beberapa dayah terkemuka di Tanah Aceh Daud

Beureueh menimba ilmu pengetahuan bahasa Arab terutama sekali ilmu-ilmu

syariat dan hakikat serta ilmu-ilmu lain yang erat hubungannya dengan

pengembangan dan pembinaan Islam dalam melahirkan ulama besar dan

pemimpin rakyat60

Pada mulanya Daud Beureueh belajar di Pesantren Titeue

yang dipimpin oleh Tgk Muhammad Hamid selama satu setengah tahun

kemudian pindah ke Pesantren Lie Leumbeue dibawah pimpinan Tgk Ahmad

Harun yang terkenal dengan sebutan Teungku di Tenoh Mirah Setelah empat

setengah tahun belajar ia keluar sebagai ulama tulen atau tempaan pesantren

sejati Setelah lulus Daud Beureueh menikah dengan Tgk Halimah di kampung

Usi Meunasah Dayah Pada tahun 1930 ia membentuk Jami‟ah Diniyah dan

kemudian mendirikan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli Ini

merupakan pengembangan dari lembaga pesantrennya Dan sejak itu Daud

Beureueh mulai terkenal dengan gelar ldquoTeungkurdquo di kampung Usi Meunasah

Dayah61

62

Setelah Daud Beureueh mendirikan kedua lembaga pendidikannya

kemudian ia menjadi pemimpin dalam mempelajari ldquohuruf latinrdquo sehingga teman

ulama sejamannya menjadi pandai membaca dan menulis huruf Ilmu itu mereka

dapat ketika memasuki usia sekolah dalam lembaga pendidikan resmi yang

didirikan oleh Belanda yaitu Government Inlandsache School di kota kecil

59

A Hasjmy Op Cit hal 63-71 60

A Hasjmy Op Cit hal 121-123 61

Harun Nasution dkk Op Cit hal 202 62

Pada mulanya kebanyakan penduduk kampung Usi menganut kepercayaan suluk yang

bersumber kepada ajaran-ajaran Al Hallaj yang terkenal dalam sejarah ilmu Tasawuf Mereka

bertekad bahwa Allah Muhammad dan Adam hakikatnya adalah satu ibarat kain benang dan

kapas Dengan petunjuk-petunjuk yang terus menerus dari Tgk M Daud Beureueh kebanyakan

mereka telah kembali ke jalan yang benar Sumber melalui M Nur El Ibrahimy dalam bukunya

ldquoTgk M Daud Beureueh Peranannya Dalam Pergolakan di Acehrdquo hal 222

23

Seulimeum Dikatakan oleh Anthony Reid Tgk M Daud Beureueh tahun 1910-

1946 mendapatkan pendidikannya pada Europese School di Sigli Dan hal itu

yang dianggap Anthony Reid bahwa Daud Beureueh lebih bersifat ke Eropaan

dibanding uleebalang lainnya63

C Karya-karyanya

Dalam hal ini sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam mengenai

karya-karya Tgk M Daud Beureueh Disini penulis membagi karya-karyanya

menjadi 3 bagian yaitu pertama pemikiran merupakan hasil dari manusia tak

jarang manusia yang berfikir menghasilkan pemikiran-pemikiran yang bermanfaat

bagi kemajuan jaman namun dalam menerapkan pemikiran tersebut banyak

tantangan yang harus dihadapi Bukan mengenai tantangan tersebut tapi

bagaimana hal itu menjadi pecutan semangat untuk menghadapi tantangan jaman

yang mencoba melawan arus manusia

Dalam kasus ini jelas pemikiran Daud Beureueh merupakan pemikiran

politik yaitu menciptakan konsep Negara Islam Indonesia di Aceh64

Islam

sebagai dasar Negara dan Syariat Islam sebagaimana diperintahkan Allah SWT

Dan dijalankan oleh Rasulullah SAW Tantangan yang dihadapi dalam

mewujudkan pemikirannya adalah pemerintah pusat Pemerintah menganggap

pembentukan negara Islam ini adalah suatu tindakan pemberontakan dan

menentang terhadap kebijakan pemerintah Dan hasil dari pemikiran ini maka

tercetuslah Republik Islam Aceh (RIA)65

berdiri pada 15 Agustus 1961 Tetapi

tidak lama berselang setelah perundingan antara Daud Beureueh dengan pihak

pemerintah Indonesia akhirnya tercapailah rumusan yaitu bahwa di Aceh dibentuk

sebagai Daerah Istimewa Aceh (DISTA) dengan penerapan syariat Islam dengan

batas-batas yang diperbolehkan oleh perundang-undangan republik Indonesia

Sebelum pada akhirnya Aceh kembali kepangkuan Negara Kesatuan Republik

Indonesia dan bagian dari NKRI66

63

Ibid hal 350 64

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 200-205 65

RIA akhirnya berhenti pada bulan juli akibat dari propaganda pemerintah pusat dan

perpecahan dalam kubu DITII 66

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 205-208

24

Kedua adalah bentuk melalui karyanya Daud Beureueh membentuk

Jami‟ah Diniyah dan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli Ini

adalah bentuk nyata bagaimana Daud Beureueh ingin memberikan sesuatu yang

bermanfaat bagi penerus dalam bidang pendidikan Jika dikaji melalui pemikiran

pembaharuan dalam dunia Islam menurut At Tahtawi (1801-1873) kaitannya

dengan Daud Beureueh ini adalah bentuk yang lebih spesifik Karena Menurut At

Tahtawi untuk menuju kesejahtraan ialah dengan berpegang kepada agama dan

budi pekerti yang baik Dan menganjurkan pendidikan yang universal Tujuan

pendidikan menurut pendapatnya mencakup kecintaan kepada bangsa dan At

Tahtawi juga berpendapat ulama harus mengetahui ilmu-ilmu modern agar

mereka dapat menyesuaikan syariat dengan kebutuhan zaman modern67

Hal ini

terlihat pada Daud Beureueh yang mempelajari huruf latin untuk menambah

pengetahuannya yang lebih luas

Menurut pandangan James Siegel antropolog Amerika anggota

Departement of Antrophology di Cornel University mengenai Daud Beureueh

yang dianggap sebagai ulama yang berani (militant) dan reformis dari sejarah

Aceh James Siegel mengatakan bahwa Daud Beureueh pernah bersedia

membantu mengerjakan obyek-obyek yang bermanfaat bagi umum dengan

menyediakan diri sebagai alat dalam usaha membangun masjid perbaikan dan

pembuatan jalan-jalan memperbaiki saluran-saluran Irigasi68

Ia juga termasuk

uleebalang yang kaya dan paling giat dalam membuka perkebunan kopi di Tangse

sekitar tahun 1930-an untuk membantu perekonomian masyarakat sekitar69

67

Taufik Abdullah Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Pemikiran dan Peradaban

(Jakarta PT Ichtiar Baru Van Hoeve 2002) hal 397-398 68

El Ibrahimy Op Cit hal 228-235 69

Anthony Reid Op Cit hal 350

25

BAB III

PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM

PEMBERONTAKAN DI ACEH

A Pembentukan Darul Islam Tentara Islam Indonesia di Aceh

Perjuangan Daud Beureueh menegakan syariat Islam di Aceh terjadi pada

masa Era Orde Lama 1953-1962 telah menimbulkan peristiwa berdarah atau yang

lebih dikenal dengan pemberontakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia Aceh

(DITII Aceh) Meletus pada 20 september 195370

perjuangan untuk menciptakan

negara Islam di Aceh sebagai suatu negara bagian dari Negara Islam Indonesia

Pembentukan negara Islam yang berlandaskan kepada pelaksanaan syariat Islam

adalah cita-cita Daud Beureueh Pemberontakan ini timbul akibat kekecewaan

terhadap Soekarno serta harga diri yang terlecehkan karena tidak memenuhi

janjinya untuk menjadikan negara Indonesia sebagai sebuah negara yang

berlandaskan kepada Islam71

Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya pemberontakan yang terjadi

tahun 1953-1962 oleh Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh adalah

rasa sakit hati rakyat Aceh atas perjuangan mempertahankan kedaulatan RI yang

dipandang sebelah mata setelah berhasil mempertahankan kemerdekaan serta

kecewa dengan pemerintah karena wilayah Aceh dimasukan kedalam wilayah

Sumatera Utara dan janji pemerintah mengenai hak istimewa bagi daerah Aceh

tidak kunjung terwujud72

Sedangkan pendapat lebih kuat menurut Anthony Reid

faktor perjuangan melawan kendali Jakarta pada 1953-1962 didasari dua alasan

yakni menentang diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatera Utara dan

gagalnya Republik melaksanakan hukum Islam73

Pertentangan politik dengan

pemerintah pusat membawa kepada suatu keadaan yang meresahkan akibat

70

Dilihat pada beberapa literature peristiwa perjuangan di Aceh oleh Tgk M Daud

Beureueh dipandang sebagai suatu pemberontakan yang menentang kebijakan pemerintah dalam

menerapkan dasar negara Indonesia pasca kemerdekaan dan mengubur alasan kenapa

pemberontakan itu terjadi serta perjuangan gigihnya rakyat Aceh mengusir penjajah saat itu 71

Abdullah Sani Usman Op Cit hal200 72

__________ Ensiklopedi Islam untuk Pelajar 73

Anthony Reid Op Cit hal 338

26

adanya tarik menarik antara Aceh dengan pemerintah pusat Pemerintah pusat

tidak mengakui pembentukan provinsi Aceh yang terpisah sehingga terjadi

tupmang-tindih kebijakan yang membawa kepada krisis kekuasaan pemerintahan

di Aceh

Dalam permasalahan ideologi yaitu penerapan perundang-undangan Islam

yang dikehendaki oleh rakyat Aceh gagal diberikan oleh pemerintah pusat Hal ini

menjadi masalah dan membawa pertikaian atau konflik di era Orde Lama Darul

Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh dengan pemerintah pusat awalnya

disebabkan permasalahan kekuasaan dan selanjutnya masalah ideologi menurut

kacamata penulis dalam kasus ini konflik dapat melenyapkan unsur-unsur yang

memecah belah dan menegakan kembali Artinya konflik yang terjadi juga dapat

meredakan ketegangan antara pihak-pihak yang bertentangan sehingga konflik

dapat berfungsi sebagai stabilisator sistem sosial Sisi positifnya konflik dapat

menciptakan jenis-jenis interaksi yang baru di antara pihak yang bertentangan

Dan konflik juga berlaku sebagai rangsang untuk menciptakan aturan-aturan dan

sistem norma baru yang mengatur pihak-pihak yang bertentangan sehingga

keteraturan sosial Republik Indonesia khususnya Aceh dapat terwujud74

Pada kenyataannya pembentukan Negara Islam yang merupakan cita-cita

impian Daud Beureueh terilhami dari perjuangan DITII pimpinan Imam

Soekarmadji Maridjan Kartosuwiryo75

Kartosuwiryo adalah pemimpin pusat

yang pertama kali mencetuskan gerakan ini di Jawa Barat pada 7 Agustus 1949

Ini merupakan alasan Daud Beureueh merangsang dan ikut berjuang juga dalam

melahirkan Negara Islam di Aceh sebagai suatu Negara Bagian dari Negara Islam

Indonesia Selain itu alasan lain Daud Beureueh untuk tidak meminta bantuan

atau bergabung menyatukan kekuatan dengan DI TII Kartosuwiryo adalah karena

Daud Beureueh melihat ada tekanan hebat yang dilakukan pemerintah pusat

terhadap gerakan Kartosuwiryo Perjuangannya di Jawa direspon dengan sikap

74

Ulfah Fajarini Konflik dan Integrasi Potret Keagamaan Masyarakat Sawangan

(Jurnal Al-Turas Vol 11 No 3 September 2005) hal 289 75

Imam Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo (1905-1962) lahir pada 7 Februari 1905

Adalah pemimpin yang menentang legitimasi dan otoritas Republik Indonesia yang baru merdeka

antara 1948 dan 1962 Kartosuwiryo dikeluarkan dari sekolah kedokteran pada 1927 Karena

nasionalisme radikalnya dan secara politik aktif berasosiasi erat dengan HOS Tjokroaminoto

pemimpin Sarekat Islam Kartosuwiryo terilhami oleh pendirian Tjokroaminoto bahwa sebuah

negara Indonesia yang merdeka harus didasarkan pada prinsip-prinsip Islam Lihat Ensiklopedi

Islam Ringkas hal 356

27

keras oleh pemerintah pusat Melalui Tentara Nasional Indonesia gerakan yang

dianggap sebagai pemberontak ini berhasil ditumpas di berbagai wilayah di Jawa

Barat76

Walaupun mengikuti pola DI TII Kartosuwiryo hakikatnya gerakan DI

TII Aceh lebih merupakan gerakan peringatan kepada penguasa Jakarta agar tidak

sewenang-wenang dan melupakan sumbangan Aceh di masa lalu dengan

mengorbankan seluruh jiwa raga dan harta berharga masyarakat Aceh77

Hubungannya dengan masyarakat Aceh adalah konteks dimensi perilaku

kolektif Dimana suatu gerakan tidak hanya melakukan protes dan demonstrasi

melainkan berakibat pada pengrusakan harta benda dan juga mengakibatkan

jatuhnya korban jiwa Dari hubungan antar kelompok ini melibatkan suatu

gerakan sosial yaitu DI TII yang bertujuan menginginkan perubahan dalam

kekuasaan ataupun ideologi negara78

Dalam pembentukannya perjuangan Daud

Beureueh terinspirasi dari perjuangan dakwah yang ditempuh oleh Rasulullah

SAW Adapun langkah-langkah perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh

melalui tiga tahap yaitu

1 Pertama tahap pembinaan dan pengkaderan

Pada tahapan ini Daud Beureueh sangat serius dalam menanamkan nilai-

nilai dan norma Islam dalam kehidupan masyarakat di Aceh79

Diketahui Islam di

Indonesia sulit berkembang karena ada tiga penyebab Pertama jarak Indonesia

dengan pusat Islam terlalu jauh Kedua Islam sampai ke Indonesia adalah Islam

kosmopolitan dimana hubungan antar pemeluk Islam sedunia begitu dekat lalu

berubah menjadi Islam parokial yang lokal Ketiga Islam di Indonesia menjadi

Islam pedesaan dan menjadi Islam petani Ini berbeda dengan Timur Tengah yang

memiliki kaum pedagang yang mobil Sebelum abad ke-15 M mobilitas para

pedagang sangat tinggi namun ketika sampai di Indonesia menjadi Islam petani

yang mobilitasnya makin menurun Dan dipengaruhi oleh budaya agraris yang

relative statis dan percaya mistik80

76

Cyrill Glasse Op Cit hal 356 77

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 201 78

Ibid hal 160 79

Pada masa kesultanan Aceh Islam mengalami proses pelembagaan yang sangat jelas

sebagai kekuatan sosial budaya dan politik pada masa itu kekuatan pengaruh Islam semakin

dirasakan di hamper seluruh aspek kehidupan masyarakat Aceh lihat Ensiklopedi Tematis Dunia

Islam hal 65 80

Kuntowijoyo Op Cit hal 28-29

28

Hal itu merupakan sebuah tantangan untuk Daud Beureueh dalam

menanamkan Islam di masyarakat Aceh Dalam pembinaan nilai dan norma Islam

Daud Beureueh dalam bidang pendidikan mendirikan dua lembaga yaitu Jami‟ah

Diniyah dan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli sekitar tahun

1930 Dengan tujuan agar nafas Islam selalu ada di dalam masyarakat Aceh dan

membebaskan buta huruf dan buta ilmu dikalangan masyarakat Aceh Terutama

mengenai ilmu-ilmu syariat dan hakikat serta ilmu-ilmu yang erat hubungannya

dengan pengembangan dan pembinaan Islam dalam melahirkan ulama besar dan

pemimpin rakyat81

2 Kedua Tahap Interaksi dan Perjuangan

Pada tahap pembinaan aktifitas di bidang pendidikan yang dilakukan Daud

Beureueh adalah tandingan dari pendidikan yang di buat oleh kolonial Belanda

Dan secara tidak langsung Islam sudah berinteraksi di kalangan masyarakat Aceh

bagaimana di perkenalkan secara sederhana melalui pendidikan tradisional dan

dakwah-dakwah Rasa keimanan yang kuat sudah tertanam di masyarakat Aceh

kemudian menemui pergesekan ideologi Antara ide-ide yang dianggap benar

tentang Islam dengan ide-ide karena pengaruh barat melalui Ideologi Pancasila

Pada periode ini perjuangan Daud Beureueh begitu berat karena memperjuangkan

nilai-nilai keIslaman dalam cita-cita nya mendirikan negara yang berlandaskan

syariat Islam

Melalui dakwah-dakwahnya Daud Beureueh ingin menciptakan

masyarakat Aceh yang mempunyai semangat yang berkobar-kobar dalam

memperjuangkan Islam sebagai dasar negara Dalam substansinya dakwah adalah

menyeru kepada mentauhidkan Allah dan seruan ibadah hanya kepada-Nya serta

seruan untuk meninggalkan penyembahan kepada berhala dan seruan untuk

melepaskan diri dari kehidupan diluar ketentuan Islam seperti zaman jahiliyah

Dan ketika Soekarno mengkhianati cita-cita revolusi itu Soekarno dianggap

sebagai alasan di segala macam maksiat dan kemungkaran Soekarno menentang

Islam memisahkan Islam dari negara dan pemerintahan dan Islam itu sendiri

dipisahkan dari kehidupan masyarakat Pancasila selalu diagung-agungkan dengan

81

A Hasjmy Op Cit hal 121-123

29

penafsiran dan pelaksanaannya itu bukan merupakan wadah untuk Islam82

Dalam

pernyataannya ini menjadi alasan Daud Beureueh mengangkat senjata dan

berjanji ditengah-tengah masyarakat Aceh atas permintaan rakyat Aceh untuk

memimpin dan berjanji berjuang bersama-sama hingga kemenangan tercapai

melaksanakan hukum Allah di Republik Indonesia83

3 Ketiga Tahap Penerimaan Kekuasaan

Jika kaitannya dengan dakwah yang ditempuh Rasulullah SAW Tahapan

ini adalah tahapan menerapkan Islam secara praktis dan menyeluruh sekaligus

menyebarkan risalah Islam ke penjuru dunia Berbeda pada perjuangan yang

dilakukan Daud Beureueh Islam sebagai ilmu yang revolusioner Memiliki

kemampuan untuk mengubah dalam periode ilmu berbagai masalah

kemasyarakatan dapat dicarikan jawabannya dalam Islam Misal mengenai

ketimpangan sosial pemilikan tanah hubungan kerja ataupun masalah modal dan

penguasaan pasar Islam memiliki jawaban dari persoalan itu Tetapi hal itu masih

terbatas pada tingkat formulasi normatif dan belum mengangkat Islam menjadi

teori sosial Keadaan ini yang mungkin dianggap pemerintah saat itu masih tidak

percaya bahwa ide Islam bisa menjadi kenyataan Dan menganggap itu sebagai

ide abstrak atau dengan kata lain non progresif84

Setelah melakukan langkah-langkah mulai dari pembinaan pengkaderan

interaksi dan perjuangan Aceh pada awal perjuangan kemerdekaan Indonesia

secara de facto85

yang merupakan bagian dari provinsi Sumatera dengan

kebijakan undang-undang sementara tahun 1945 yang membagi wilayah

Indonesia menjadi 10 provinsi Pergantian pemerintahan Jepang kepada

pemerintahan Indonesia secara otomatis menghapus dan menggantikan undang-

undang peradilan baik dari zaman Belanda maupun Jepang menjadi perundang-

undangan Republik Indonesia yang diatur dalam lembaran Negara No 23 1947

Dengan berlakunya undang-undang ini segala bentuk perundang-undangan dan

struktur pemerintahan di Aceh yang berlaku pada era Belanda dan Jepang telah

82

Pada Saat Soekarno tidak menepati janjinya Pancasila dengan penafsiran dan

pelaksanaannya dianggap sebagai syirik yang sesat dan menyesatkan yang hanya sesuai dengan

agama lain di luar agama Islam 83

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 201 84

Kuntowijoyo Op Cit hal 30-31 85

De facto adalah pengakuan secara kenyataan pada kasus Aceh ini bersifat sementara

30

berubah Namun pada kenyataannya walaupun mengalami perubahan secara

prinsipnya perundang-undangan tersebut masih menyerupai kedua era Belanda

dan Jepang Dan perlu ditekankan perubahan yang terjadi bukan berarti

merupakan pengembalian kepada bentuk asal perundang-undangan Aceh atau

hasil perundingan perundang-undangan yang sesuai dengan kehendak masyarakat

Aceh Hal ini juga yang menyebabkan rakyat Aceh semakin geram dengan

pemerintah pusat dan alasan munculnya gerakan DITII Aceh86

B Kedudukan dan Sikap Tgk M Daud Beureueh dalam Perjuangan di

Aceh

Pada masanya perjuangan dengan berlandas pada syariat Islam Daud

Beureueh memiliki rentan waktu yang lama Mulai dari masa kolonial Belanda

masa kedudukan Jepang masa pra dan pasca kemerdekaan dan masa revolusi

Adapun kedudukan Daud Beureueh adalah sebagai berikut

Ulama seperti pemaparan penulis diatas dalam riwayat pendidikan Daud

Beureueh dikenal sebagai ulama tulen Hal itu terlihat dari pendidikan yang Daud

Beureueh jalani di Pesantren sekitar 6 tahun sebelum ia dikenal oleh rakyat Aceh

sebagai seorang ulama Pada saat menjadi ulama Daud beureueh mendirikan

lembaga pendidikan dan pemimpin dalam mengawali mempelajari huruf latin

Peran sebagai ulama makin terlihat tatkala ia menyelesaikan persoalaan yang

terjadi di masyarakat Dalam tahun 1920-1930-an Daud Beureueh dan para ulama

lainnya baik yang muda maupun yang sebaya dengannya telah berhasil

memberantas gerakan kebatinan saleek buta87

dimana bagi mereka gerakan itu

adalah suatu ancaman karena dapat merusak akidah keIslaman masyarakat Aceh

Ketua PUSA Persatuan Ulama Seluruh Aceh adalah organisasi modern

pertama dan sebuah gerakan rakyat yang berhasil muncul di Aceh setelah

pendudukan militer Berdiri pada tahun 1939-1942 organisasi ini menghimpun ke

86

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 178-179 87

Saleek buta ialah satu aliran kebatinan yang tumbuh di Aceh sekitar abad ke-19 dan

awal ke-20 M sampai dengan tahun tiga puluhan Di antara ajaran saleek buta bahwa Tuhan dan

makhluk adalah satu atau bersatunya Allah dengan manusia Dan bagi mereka syariat Islam

seperti yang diamalkan tidak berlaku Dalam buku A Hasjmy Op Cit hal 105

31

mayoritas ulama aktif di Aceh dalam program pengembangan sekolah-sekolah

agama yang lebih modern dan peningkatan Kekuatan Islam Aceh88

Organisasi ini

lahir dalam konfrensi pada bulan Mei tahun 1939 oleh Teungku Abdul Rahman

dari perguruan Al- Islam di Peusangan Lahir pada masa kolonial organisasi ini

muncul sebagai pejuang dalam mengambil kekuasaan dari Belanda di Aceh Hal

itu terlihat dari konflik yang terjadi antara PUSA dengan uleebalang Suatu

hubungan antara uleebalang dengan Belanda menjadi alasan mengapa PUSA

ingin memimpin sistem pemerintahan di Aceh

Meskipun berdiri di saat situasi tegang tetapi dalam perkembangannya

PUSA telah menunjukan dirinya sebagai suatu faktor politik yang sangat penting

Dalam empat tahun terakhir setelah berdirinya PUSA kekuasaan Belanda di Aceh

mengalami kemerosotan Perubahan sikap dan perilaku antara uleebalang dan

rakyat Aceh menjadi bukti nyata makin rapuhnya kekuasaan uleebalang

Perubahan sikap dan perilaku terlihat dari kemarahan dan kebencian masyarakat

Aceh akibat penindasan dan skandal beberapa uleebalang yang tergambar di

majalah Penjedar yang terbit di Medan pada bulan November 193889

Kemerosotan juga terlihat di bidang ekonomi yaitu dengan munculnya

PUSA sebagai kaum tandingan atau atasan baru sebagai motor penggerak

perekonomian rakyat dalam bentuk kaum pedagang yang berkembang didaerah

seperti Sigli Garot Bireun dan Idi Dan dalam dunia pendidikan terlihat pada

aliran pembaharuan yang pada dasarnya rakyat Aceh menganggap Belanda

sebagai kaphe dengan munculnya sekolah-sekolah keagamaan dengan

berlandaskan Islam menjadi tandingan untuk sekolah-sekolah yang didirikan

Belanda Berbeda dalam bidang politik perjuangan mendapatkan kekuasaan oleh

ulama dianggap Belanda sebagai suatu gerakan perlawanan yang begitu

berpengaruh Tapi aneh ketika sikap politik Belanda membiarkan gerakan yang di

pimpin oleh ulama tumbuh dan berkembang90

88

Anthony Reid Op Cit hal 280 89

Majalah Penjedar awalnya didirikan oleh mantan pemimpin PKI Xarim M S tetapi

kemudian majalah ini beralih ke tangan seorang wartawan Medan yaitu mantan pemimpin PSII

Mohammad Said menjadi pemimpin redaksinya pada bulan November dengan tujuannya yaitu

menggantikan kedudukan raja-raja uleebalang 90

Anthony Reid Op Cit hal 58-63

32

Menurut analisa penulis terhadap sikap politik Belanda melalui golongan

pembesar atau petinggi Belanda melihat perjuangan melalui organisasi yang

dipimpin ulama melalui PUSA sebagai sebuah hal yang wajar dan tidak

mengkhawatirkan sebaliknya pada tahun 1930an munculnya Muhammadiyah

sebagai sebuah gerakan non-Aceh yang terbuka dan menerima kebangkitan

nasionalisme Indonesia justru menimbulkan kekhawatiran oleh Belanda Jadi

kekhawatiran Belanda timbul melalui ruang lingkup PUSA gerakan pembaharuan

ruang lingkupnya lebih kecil dibanding dengan Muhammadiyah

Gubernur Militer merangkap panglima divisi X TRI91

pada masa revolusi

demi menciptakan proses pertahanan politik nasional di wilayah Aceh melalui

keputusan wakil Presiden Muhammad Hatta Daud Beureueh dilantik menjadi

Gubernur Tentara di wilayah Aceh Langkat dan Tanah Karo pada tanggal 27

Agustus 1947 di Bukit Tinggi Melalui Daud Beureueh kekuatan bersenjata di

Aceh dapat dibentuk dan dileburkan dalam wadah Tentara Nasional Indonesia

(TNI) yang sebelumnya terdiri dari berbagai barisan pejuang kekuatan bersenjata

Aceh yang tidak terkawal92

Hal ini didasarkan pertimbangan politis karena selain Daud Beureueh

seorang ulama dan pemimpin rakyat yang sangat berpengaruh juga karena banyak

diantara pemimpin laskar rakyat itu adalah muridnya Dengan demikian Daud

Beureueh dapat dijadikan figur pemersatu di wilayah Aceh kemudian atas dasar

posisi strategis yang dimilikinya Daud Beureueh diangkat sebagai Gubernur

Aceh pertama 1950 Namun tiga tahun kemudian 21 september 1953 terjadi

perselisihan pandangan politik antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat

Hal itu yang menyebabkan Daud Beureueh bersama rakyat mengangkat senjata

dan terjadilah tragedi berdarah atau lebih dikenal peristiwa berdarah93

Proklamator Darul Islam sebelum mengkaji mengenai kedudukan Daud

Beureueh dalam gerakan Darul Islam di Aceh penulis ingin memberikan

informasi bagaimana cikal bakal timbulnya Darul Islam di Aceh Darul Islam

adalah nama yang diberikan kepada sebuah gerakan pejuang Islam di Jawa Barat

91

El Ibrahimy Op Cit hal 47 92

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 184-186 93

Harun Nasution Op Cit hal 202-203

33

Indonesia yang menentang legitimasi dan otoritas Republik Indonesia yang baru

merdeka antara 1948 dan 1962 Dipimpin oleh Sukarmadji Maridjan

Kartosuwiryo (1905-1962) kekuatan militer Darul Islam resmi dikenal sebagai

Tentara Islam Indonesia (TII) dengan basisnya didataran tinggi Jawa Barat

mencoba memproklamasikan Negara Islam Indonesia 7 Agustus 1949 melalui

Kartosuwiryo yang dianggap sebagai pemimpin yang kharismatik Beraliansi

dengan pejuang Islam di Aceh pimpinan Daud Beureueh dan di Sulawesi Selatan

pimpinan Kahar Muzakkar melalui Piagam Jakarta pemimpin Islam menyetujui

sebuah negara pluralitas94

demi kesatuan nasional Imbalannya adalah adanya

pernyataan bahwa umat Islam wajib menjalankan hukum Islam Hal ini

merupakan klaim minimalis atas sistem politik walaupun secara konstitusional

tidak pernah dijadikan undang-undang Bagi kartosuwiryo dan pengikutnya pada

1945 bergerak dalam sayap radikal politik Islam hal ini merupakan

pengkhianatan95

Ketidak senangan mereka diperkuat oleh munculnya

keprihatinan terhadap pengaruh politis sayap kiri didalam barisan kaum

nasionalis96

Tepat tanggal 21 September 1953 (12 Muharam 1373 Hijriah) Daud

Beureueh memproklamirkan berdirinya Darul Islam negara Islam di Aceh Aceh

memberontak dari Republik Indonesia yang berlandasrkan Pancasila dan

bergabung dengan Negara Islam Indonesia yang berlandaskan syariat Islam

Berbeda dengan gerakan Darul Islam di Jawa Barat di daerah Aceh sendiri selain

lebih lambat munculnya gerakan ini pun relatif lebih singkat antara 1953-1957

Dan perjuangan terakhir pada tahun 1962 saat itu Daud Beureueh dianggap

sebagai tokoh sparatis dalam mewujudkan apa yang dicita-citakannya97

Dalam

94

Pluralisme adalah keadaan masyarakat yang majemuk berkaitan dengan sistem sosial

dan politik Melalui kebudayaan muncul berbagai kebudayaan yang berbeda dalam suatu

masyarakat Dalam kaitannya dengan perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh adalah tentang

sebuah prinsip-prinsip Islam sebagai payung ideologi bagi penduduk Indonesia Sumber melalui

httpkbbiwebidpluralisme di akses pada tanggal 16 Februari 2016 Pukul 0950 WIB 95

Pandangan alternatif Kartosuwiryo mengenai Indonesia dan tuntutannya akan sebuah

negara yang sepenuhnya Islam dijabarkan dalam risalahideologis 1946 bertajuk Haluan Politik

Islam Dia menulis bahwa hanya dengan beridirinya Darul Islam-lah kesejahtraan dan keselamatan

kaum Muslim di Indonesia terjamin dan keselamatan di akhirat pun tercapai 96

Cyrill Glasse Ensiklopedi Islam Ringkas (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1999)

hal 356-357 97

A Hasjmy Op Cit hal 113-117

34

karangan yang dimuat oleh A Hasjmy mengatakan menurut para pengamat

politik saat itu jalan sejarah yang mengantar Daud Beureueh ke mimbar

proklamasi Darul Islam di Aceh berkesimpulan bahwa adanya usaha-usaha

sistematis dan berencana yang bertujuan mendorong sebagian rakyat Aceh

memberontak terhadap Republik Indonesia yang telah dipelihara dan dibelanya

selama tahun-tahun yang amat getir dalam sejarah Republik yang masih muda

saat itu Di tahun Revolusi Fisik para pengamat politik mendapati kenyataan

bahwa tahun-tahun itu Aceh mengorbankan segalanya untuk membela dan

mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945 sehingga di angkasa Tanah Aceh

terus menerus berkibar Sang Saka Merah Putih98

Kaitannya dengan sikap Daud Beureueh dalam perjuangannya di Aceh

masa revolusi atau pasca kemerdekaan Terlihat mulai dari situasi genting

Republik Indonesia yang baru berusia dua tahun lebih pada media Juni 1948

membuat Presiden Soekarno mendatangi Aceh Dalam kaitannya dengan kolonial

jelas Aceh dengan sebutan tanah rencong inilah satu-satunya wilayah RI yang

dianggap masih berdaulat penuh Pasca Agresi Militer I Belanda dan perjanjian

Renville sejumlah wilayah RI terkepung negara-negara boneka buatan Belanda99

Misi hidup-mati yang dibawa Soekarno pada 15 Juni 1948 bersama Menteri

Dalam Negeri Dr Sukiman adalah untuk bertemu tokoh masyarakat di Aceh

Seperti dikutip dari buku bdquoAceh Daerah Modal‟ Soekarno menjalani kunjungan

tiga hari untuk berdialog dengan Tgk M Daud Beureueh di Markas Divisi X

Komandemen Sumatera Bireuen Dalam pertemuannya Soekarno meminta

bantuan kepada Daud Beureueh demi membangkitkan rasa patriotisme segenap

rakyat Aceh dengan mengungkit kembali perlawanan melawan kolonial Belanda

di Aceh100

98

A Hasjmy Semangat Merdeka 70 Tahun Menempuh Jalan Pergolakan dan

Perjuangan Kemerdekaan (Jakarta PT Bulan Bintang 1985) 99

Negara-negara boneka itu seperti Indonesia Timur atau Negara Pasundan Tak pelak

Aceh pun disebut jadi ldquosahamrdquo atau modal yang sangat penting untuk mempertahankan

Proklamasi 17 Agustus 1945 saat itu 100

Alasan lain kenapa Soekarno datang ke tanah rencong adalah karena rakyat Aceh

diketahui sebagai pejuang yang paling gigih menentang penjajahan Belanda Berpuluh-puluh tahun

rakyat Aceh berperang melawan kolonialisme Belanda Dan meminta saat itu mengusir Belanda

untuk kedua kalinya dari bumi persada tercinta yaitu Republik Indonesia Sumber melalui

35

Pada masa awal kemerdekaan sikap nasionalisme101

Daud Beureueh

mempunyai kharisma yang sangat kuat di masyarakat Aceh sehingga Presiden

Soekarno datang dan meminta bantuan dalam mempertahankan kemerdekaan

Indonesia dari ancaman negara boneka yang dilakukan Belanda Pada saat itu

Daud Beureueh mau masuk kedalam pemerintahan dengan di angkat menjadi

Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo dan berhasil menyatukan

gerakan-gerakan rakyat menjadi satu kesatuan dalam bentuk Tentara Nasional

Indonesia (TNI) Dengan tujuan dan cita-cita yang sama menuju keselamatan

nasional dari ancaman pihak luar atau penjajah Daud Beureueh menghidupkan

kembali kesadaran sejarah rakyat Aceh102

yang membuat api semangat yang

berkobar dalam diri masing-masing baik di kalangan masyarakat Aceh ulama

dan para pejuang lainnya103

Perjuangan Daud Beuereueh tidak berhenti pasca kemerdekaan setelah

berhasil menyelamatkan dan mempertahankan kesatuan Republik Indonesia dan

berjuang bersama seluruh rakyat Aceh dengan mengorbankan jiwa raga serta harta

berharga tetapi tuntutannya mengenai dasar sebuah negara tidak terpenuhi

membuat geram dan kecewa kepada pemerintahan pusat Respon cepat dilakukan

perubahan kedudukan dari koalisi berubah menjadi oposisi104

kritik keras

mengenai pergerakan pemimpin dalam berpolitik yang tidak mempunyai

tanggung jawab dalam mengambil keputusan di pemerintahan Pemberontakan

tidak begitu saja meletus malainkan melalui 3 tahapan yaitu tahap sabar tahap

benci dan tahap melawan Dan ini sudah mencapai tahap ketiga rakyat Aceh

khususnya sudah geram dan merasa dipermainkan harga dirinya Namun Daud

httpnewsokezonecomread201506153371165361misi-hidup-mati-yang-dibawa-soekarno-

ke-tanah-rencong diakses pada tanggal 19 Februari 2016 Pukul 0007 WIB 101

Sikap nasionalisme yaitu ajaran atau paham untuk mencintai bangsa dan negara

sendiri Sifatnya kenasionalan menjiwai bangsa Indonesia Sumber melalui

httpkbbiwebidnasionalisme diakses pada tanggal 19 Februari 2016 Pukul 1422 WIB 102

Kesadaran yang dimaksud adalah kesadaran dari dalam diri anggota atau para pejuang

dalam suatu bangsa yang secara potensial atau actual bersama-sama mencapai mempertahankan

dan mengabadikan identitas integritas kemakmuran dan kekuatan bangsa atau semangat

kebangsaan 103

Anthony Reid Op Cit hal 347 104

Koalisi adalah kerja sama yang dilakukan antara sebuah organisasi partai gerakan dll

Untuk memperoleh dukungan politik yang besar Sedangkan oposisi adalah Pertentangan dalam

pemerintahan sikap menentang dan mengkritik pendapat atau kebijaksanaan politik atau golongan

yang berkuasa Dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah Daud Beureueh dan Pemerintah

Pusat

36

Beureueh masih bisa menahan dengan mengirimkan secarcik surat kepada

Presiden Soekarno Hal ini menerangkan bahwa pemerintah mempunyai tanggung

jawab besar terhadap nasib tanah air membawa perubahan dalam cara berfikir

Akibat rasa kekecewaanya sikap revolusioner105

Daud Beureueh muncul Dalam

gerak gerik dan pikiran yang menghendaki perubahan serta merta dalam segala

sesuatu yang tidak di anggap sempurna Kaitannya dengan penetapan dasar negara

Pancasila dirasa kurang berpihak bagi umat Islam yang menginginkan negara

berlandas pada Islam106

Selain itu pemberontakan yang dilakukan DITII Aceh digandeng erat

dengan menjalin kerja sama dengan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia

(PRRI) Perjuangan Rakyat Semsta (PERMESTA) terutama dalam bidang militer

NBANII (DITII Aceh) telah mengadakan operasi bersama dengan pasukan PRRI

yang tergabung dalam Operasi Sabang Marauke di daerah-daerah perbatasan

Aceh-Sumatera Timur Ada terhembus isu bahwa PRRI mgnirimkan senjata

kepada NBANII107

Dan dikatakan bahwa Menteri pertahanan PRRI pernah

memutuskan untuk menemukan Kapten Jusuf Risin Pada Staf Divisi TgkTjhik di

Tiro untuk memberikan latihan kepada anggota DITII di Aceh pada akhir tahun

1959 sesuai dengan kesepakatan yang tercapai dalam pertemuan di Genewa pada

bulan Desember tahun 1958 antara pemimpin-pemimpin PRRIPERMESTA dan

dalam pertemuan itu turut hadir Hasan Ali Perdana Menteri NBANII dan Hasan

Muhammad Tiro (Duta Besar DI untuk Amerika Serikat di PBB) maka

diputuskanlah untuk mendirikan suatu negara yang berbentuk federal yang

dinamakan Republik Persatuan Indonesia (RPI) guna lebih banyak mendapatkan

105

Revolusioner adalah sikap dimana cendrung menghendaki perubahan secara

menyeluruh dan mendasar 106

Menurut Mr S M Amin peristiwa yang diawali dengan sifat revolusioner lambat

laun akan berubah menjadi sifat evolutioner Yaitu melihat peristiwa itu dari sisi positifnya

(kebaikan) juga dalam suatu cara membawa perubahan dengan berangsur-angsur Sifat ldquoreeelrdquo

yang tidak dapat melihatkesukaran-kesukaran keadaan suasana masa dan waktu berubah menjadi

sifat ldquoreeelrdquo yang menarik dalam perhatian segala kenyataan baik yang menguntungkan maupun

merugikan sehingga tindakan diambil dengan hati-hati dan penuh perhitungan laba ruginya 107

Disinyalir bahwa isu yang berhembus itu tidak benar Terbukti dari surat menyurat

antara PRRI dan NBANII Secara resmi PRRI tidak pernah mengirimkan senjata kepada

NBANII Tentang pengiriman senjata ke Aceh baru hendak dibicarakan dalam cabinet PRRI pada

akhir 1959

37

dukungan dari daerah-daerah dan untuk lebih mengefektifkan perjuangan

menghancurkan regime Soekarno yang diktatorial108

Dalam Undang-Undang Dasar Republik Persatuan Indonesia antara lain

disebutkan

Pasal 1 ayat 1 Negara RPI berdasarkan Keimanan kepada Tuhan YME

Pasal 1 ayat 2 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk atau

golongan untuk memeluk agamanya atau kepercayaannya

masing-masing dan untuk beribadah serta hidup

bermasyarakat sesuai dengan syariat agamanya atau

kepercayaannya

Pasal 31 ayat 1 Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan

mengeluarkan pendapat

Pasal 31 ayat 2 Mengeluarkan pendapat yang mengandung penghinaan

terhadap suatu agama ajakan untuk mendirikan dictator

atau ajakan untuk menganut dan melaksanakan paham-

paham komunis atau paham-paham lain yang

membahayakan asas-asas dasar negara dilarang

PRRI dan NBANII saat itu diharapkan untuk menjadi inti negara dan

keduanya mengambil inisiatif memelopori perjuangan menegakkannya Serta

mengharapkan sebagai proklamator selain tokoh Dewan Perjuangan dan PRRI

dua orang dari NBANII yaitu Tgk Daud Beureueh dan Hasan Ali yang masing-

masing direncanakan menjadi Wakil Presiden dan Menteri Luar Negeri ditambah

dengan Kahar Muzakkar dari Sulawesi yang direncanakan menjadi Menteri Muda

Pertahanan Menurut rencana Republik Persatuan Indonesia akan

diproklamasikan pada tanggal 15 atau 17 agustus 1959 Akan tetapi berhubung

dengan adanya usul-usul perubahan dari NBANII mengenai beberapa pasal dari

UUD RPI diantaranya mengenai soal yang fundamental yaitu mengenai wilayah

108

RPI adalah bentuk kelanjutan yang logis dari perjuangan daerah-daerah dan satu-

satunya kendaraan politik untuk mencapai tujuan dan cita-cita seperti yang dinyatakan program

perjuangan dari Dewan perjuangan dengan memperhatikan bahwa pelaksanaannya haruslah sesuai

dengan strategi perjuangan

38

RPI (pasal 3) maka proklamasi itu baru dapat di cetuskan pada tanggal 8 Februari

tahun 1960109

Meskipun terdapat perbedaan paham antara NBANII dengan PRRI

akhirnya Republik Persatuan Indonesia di proklamasikan juga pada tanggal 8

Februari 1960 dengan PRRI dan NBANII sebagai intinya Sejak itu NBANII

berubah namanya menjadi Republik Islam Aceh (RIA)sebagai satu negara bagian

dari Republik Persatuan Indonesia Dari masuknya NBANII ke dalam RPI tidak

berarti hubungan antara NBANII telah putus dengan NII pimpinan Kartosuwirjo

Dalam surat Wali NBANII kepada Pimpinan tertinggi NII KArtosuwirjo

bertanggal November tahun 1960 dijelaskan sebab-sebab mendorong NBANII

masuk kedalam RPI sebagai satu negara bagian yang menjadi inti dari RPI

Disamping itu diminta agar bukan saja hubungan NBANII dengan RPI disahkan

tetapi meminta juga Kartosuwirjo Pimpinan NII turut ikut berpadu dengan PRRI

dalam Republik Islam Indonesia yang berjiwa Islamisme dan Federalisme

Adapun sebab-sebab yang mendorong NBANII berpadu dengan RPI antara lain

adalah

1 RPI adalah suatu bentuk Federasi yang menjiwai ketatanegaraan Islam

2 Menjamin ketatanegaraan Islam bagi Negara Bagian secara demokratis

sehingga negara bagian bebas menjalankan hukum syariat Islam bagi umat

dan masyarakat Islam seluruhnya

3 RPI suatu negara yang mengakui mutlak kedaulatan negara berada di

tangan Allah SWT

4 RPI adalah suatu bentuk negara yang menganut falsafah yang sesuai

dengan kehendak umat Indonesia yang umumnya memeluk agama Islam

dan Kristen

109

Diperkirakan selain Aceh yang telah menjadi Negara Bagian inti dalam RPI akan

diterima juga untuk pertama kali menjadi Negara-negara Bagian Sumatera Barat Sumatera Utara

Sumatera Selatan Riau Jambi Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Maluku Selatan dan Maluku

Utara Perbedaan pendapat terjadi antara NBANII dan PRRI mengenai fundamental yaitu tentang

wilayah negara federal yang baru meliputi Sumatera dengan kata lain mereka menghendaki suatu

Republik Persatuan Sumatera Lihat lebih detail pada buku M Nur El Ibrahimy Tgk M Daud

Beureueh Pergolakannya di Aceh hal203-204

39

5 RPI menentang tegas AteisKomunis dalam perkembangan ketatanegaraan

Indonesia

6 Dengan RPI kita memperlihatkan hanya ada satu organisasi Negara saja di

Indonesia yang menentang dan member perlawanan bersenjata terhadap

organisasi pemerintah Soekarno

7 Dengan RPI kita menarik perhatian dunia internasional terhadap

kesanggupan kita dalam memegang kekuasaan politik di Indonesia

terutama dalam menumpas regime Soekarno sebagai landasan untuk

memperoleh sokongan dan bantuan moril dan materiil dari pihak luar

negeri baik di forum PBB maupun dari pihak negara-negara lain terutama

dari negara blok anti komunis

8 Dengan RPI kita melenyapkan kesempatan atau peluang bagi usaha taktik

dan tipu muslihat (regime Soekarno) dalam wujud memecah belah sesame

kita melakukan perlawanan bersenjata terhadap mereka baik dalam

masyarakat NBANII maupun dalam masyarakat PRRIPermesta ataupun

antara NIITII dan PRRIPERMESTA

9 Pembentukan RPI merupakan usaha untuk merangkul kembali pemimpin-

pemimpin dan politisi-politisi Islam dan Pemuda-pemuda Islam yang

militant dan revolusioner yang berada diluar organisasi NIITII untuk

sama-sama berjuang bahu-membahu menghancurkan regime

SoekarnoKomunis

10 Adanya berbagai kesulitan dalam berbagai bidang organisasi politik

militer financial ekonomi dan sebagainya Dengan terbentuknya RPI

diharapkan kesulitan-kesulitan ini sedikit demi sedikit dapat diatasi110

Pencetus Berdirinya Republik Islam Aceh berdiri pada saat akhir

perjuangan gerakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia DITII Aceh yaitu

setahun sebelum penyerahan Daud Beureueh kepada Republik Indonesia Pada

kemunculannya gerakan ini tidak begitu tersiar karena beriringan dengan DITII

110

Surat Wali NBANII kepada Pemimpin tertinggi NII KArtosuwirjo dalam bulan

November 1960

40

atau dalam rentang waktu yang singkat Hal yang melatar belakangi berdirinya

RIA adalah sebagai penerus perjuangan Daud Beureueh yang bertahan pada

keyakinannya semula yakni melanjutkan revolusi Islam di Aceh Dengan segala

kekuatan persenjataan dan pasukan yang terbatas maka tercetuslah berdirinya

Republik Islam Aceh pada 15 Agustus 1961 Tidak banyak literature yang penulis

dapatkan mengenai gerakan RIA tercatat menurut El Ibrahimy menerangkan

kemunculan RIA tidak tepat karena disaat bersamaan pemulihan keamanan

dengan Daud Beureueh menyebabkan usaha penyelesaian damai menemui jalan

buntu Hal ini membuat geram Kol Jasin dan Jendral Nasution yang sudah

melaporkan bahwa persoalan Aceh dan diri Tgk M Daud Beureueh telah selesai

Tetapi tiba-tiba muncul lagi surat resmi Daud Beureueh atas nama wali Negara

Republik Islam Aceh111

Daud Beureueh adalah bapak orang-orang Aceh ditinjau dari

karakteristiknya masyarakat Aceh sangat terikat dengan kesadaran dan

pengalaman sejarah dengan pengaruh Islam yang kuat Hal itu bisa dilihat dari

pola tingkah laku politik maupun ideologisnya Tiga peristiwa sejarah yang

menjadi sandaran dan kebanggan orang-orang Aceh yaitu

1 Masa kejayaan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M)112

dan Sultan

Iskandar Tsani (1636-1641 M)113

2 Perang Aceh114

3 Perjuangan di masa revolusi Kemerdekaan

Ketiga hal itulah yang menimbulkan kebanggaan pada orang Aceh baik

dalam rangka kesadaran keIslaman maupun dalam rangka kesadaran kebangsaan

Dalam konteks Islam Aceh dijuluki sebagai ldquoSerambi Mekahrdquo hal ini membawa

anggapan masyarakat Aceh bahwa di daerah mereka Islam dating Kerajaan Islam

berdiri dan pemikiran Islam berkembang serta perang Sabil yang terjadi cukup

111

El Ibrahimy Op Cit hal 197-198 112

Lihat sumber melalui httpmelayuonlinecomindpersonagedig303sultan-iskandar-

muda diakses pada tanggal 18 Februari 2016 Pukul 1751 WIB 113

Lihat sumber melalui httpkebudayaankemdikbudgoidbpcbaceh20131031

sekilas-sejarah-aceh-abad-ke-16-penulis-nurdin-s-sos-staf-pemugaran-bpcb-aceh diakses pada

tanggal 18 Februari 2016 Pukul 1758 WIB 114

Perang Aceh atau lebih dikenal dengan perang Sabil dalam bahasa aceh prang sabi

adalah perang masyarakat Aceh terhadap kolonial Belanda yang terjadi sekitar akhir abad ke-19

M dan lebih tepatnya pertama pecah pada tahun 1873 Hal ini adalah bukti perjuangan rakyat

Aceh yang anti kolonial atau disebut juga kaum kaphe

41

lama115

Pilar-pilar kepemimpinan Aceh terdiri dari ulama Sultan dan

uleebalang (uleebalang) Dan kedudukan ulama sangat strategis Bertolak dari

pengakuan masyarakat dan sudah menjadi fitrahnya ulama dalam konteks

kebudayaan Aceh mendampingi penguasa Sifatnya yang mobile (dominan) dan

tidak terikat oleh ikatan politik lokal memungkinkan para ulama116

berfungsi

sebagai perantara komunikasi kultural117

Dari kebanggaan itulah watak Daud Beureueh sebagai orang Pidie

terbentuk menjadi manusia keras dan ulet juga setelah menjadi pemimpin umat

Kekerasan dan keuletan terlihat dai pendirian yang amat tangguh sehingga sulit

untuk bergeser atau digeser dari sesuatu yang diyakini kebenarannya dalam hal

ini pendirian dan cita-citanya untuk mendirikan negara dengan berdasar pada

Islam118

Daud Beureueh juga dikenal sebagai pemimpin yang kharismatik

Pemimpin dengan jiwa wibawa yang sangat tinggi dan disegani di masa revolusi

Sifatnya itu terlihat ketika pada saat Daud Beureueh mengamati perkembangan

revolusi kemerdekaan Indonesia dengan tenang dan hati-hati119

C Respon Rakyat Aceh Terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

Dilihat dari letak geografisnya Aceh pada zaman dimana perdagangan

dunia berdinamika berada pada jalur georgrafis yang harmonis Aceh terletak dua

mil dari punggung pantai dan tiga mil dari kaki bukit Kedudukannya yang tak

jauh dari hulu dan hilir menjadikan Aceh sebagai permata hijau namun juga biru

115

Dalam keputusan mengenai perang Sabil pada oktober 1944 pertemuan yang

dilakukan uleebalang dan ulama adalah (1) hukum perang Sabil pada masa kolonial adalah

Fardlu‟ain yaitu wajib untuk setiap orang Islam (2) Belanja peperangan didapat dari Baitalmal

zakat dan sokongan dari hartawan (3) Hukumannya pengkhianat sama dengan si kafir

Penjelasan mengenai Fardlu‟ain adalah suatu ajaran tradisional Islam mengenai jihad

ialah bahwa hukumannya bukan fardlu‟ain tetapi hanya fard‟ala kifaya yaitu diwajibkan atas

masyarakat Islam sebagai suatu keseluruhan tetapi tidak diharuskan pada setiap pemeluknya

Lihat Anthony Reid Op Cit hal 327-352 116

Para ulama bertindak sebagai perumus pembina dan penumpuk cita ldquoke Acehanrdquo

sebagai suatu kesatuan kultural dan politik Pada tiga masa itu ulama lah yang tampil untuk

memimpin reformasi sosial dan agama Tindakan nyata terlihat apabila kehidupan keagamaan dan

sosial masyarakat Aceh telah menjauh dari ajran yang benar dan diyakini 117

Taufik Abdullah Karena Keterkaitan Ideologi Artikel surat kabar majalah Panji

Masyarakat No 419 118

A Hasjmy Op Cit hal 118-120 119

Abdullah Sani Usman OpCit hal 182

42

Kekayaan bahari terlihat dari kebajikan alam lewat hutan dan pertaniannya yang

subur Dan rumah masyarakat Aceh pun begitu dekat dengan alam Dibanding

dengan menggunakan beton sebagai landasannya para leluhur ini lebih suka

memilik bamboo dan batu yang dianyam dengan tangan-tangan terampil menjadi

tempat tinggal yang layak huni120

William Marsden explorer Inggris

menggambarkan sosok tubuh orang-orang Aceh berbeda dengan orang Sumatera

lainnya Mereka lebih tinggi dan berkulit lebih hitam Banyak yang menilai orang

Aceh adalah pencampuran orang Batak orang Melayu dan orang Chulias121

Ciri

lain dari orang Aceh adalah kegemarannya dalam bekerja lebih cerdik dan

memiliki wawasan luasmereka juga rajin mengunjungi ulama dan mengakrabi

orang asing yang seiman

Dari berbagai sisi di atas dan dari sisi pola dasar bahasa dan sosial Aceh

termasuk masyarakat Sumatera dan Asia Tenggara Namun ada cukup banyak

cirri khusus dalam perkembangan sejarahnya sejak abad ke-16 M yang

menyebabkan ideologi separatisme yang dianutnya meyakinkan ketika muncul

pada tahun 1970-an Berbeda dengan tradisi sastra ldquoMelayu klasikrdquo yang

menyaksikan peranan Aceh yang sangat besar didalamnya misalnya Aceh

sepenuhnya berdiri di pinggir sepanjang menyangkut pengembangan langgam

bahasa dan kesusasteraan Melayu Indonesia modern menjelang akhir abad ke-19

M122

sampai penaklukan Aceh oleh Belanda pada akhir abad ke-19 M hubungan

ekonomi politik dan budaya Acehterjalin dengan Samudra India dan

Semenanjung Malaya tidak dengan dunia Laut Jawa yang didominasi pada

awalnya oleh Jawa dan kemudian oleh Belanda Aceh merupakan bagian dari

dunia Islam Samudera India sejak Pasai dikunjungi dan ditulis oleh Ibn Battuta123

pada abad ke-14 M124

120

M Dien Madjid Catatan Pinggir Sejarah Aceh Perdagangan Diplomasi dan

Perjuangan Rakyat (Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia 2013) hal 86-87 121

Chulias adalah nama bangsa atau sebutan yang disematkan pada penduduk yang

berdiam dibagian barat India dan telah menjalin hubungan sosial dengan Aceh sejak masa yang

lama 122

Kesusasteraan Melayu Indonesia modern adalah budaya-atas ldquoIndiardquo perkotaan di

India Belanda yang mengungkap diri dalam bahasa Melayu yang menggunakan huruf romawi

(berbeda dengan huruf Arab dalam bahasa Melayu klasik) dan sebagian besar diciptakan pada

awalnya oleh orang-orang Indo-Eropa dan peranakan Tionghoa meski pada akhirnya diserap

sebagai bahasa pengantar oleh gerakan nasional 123

Ibn Battuta adalah seorang Arab yang waktu itu menjabat sebagai utusan Delhi 124

Anthony Reid Op Cit hal 335

43

Sebelum mengetahui respon rakyat Aceh terhadap perjuangan Daud

Beuereueh penulis ingin memaparkan rakyat Aceh melalui tiap golongan Pada

masa pra kemerdekaan rakyat Aceh yang menanti ini terbagi dalam tiga golongan

yaitu

1 Pertama golongan terbesar yang menanti segala sesuatu dengan

tenang dan tidak mengambil perhatian terhadap apa yang mungkin

terjadi Golongan ini adalah golongan yang tidak ldquopolitic mindedrdquo dan

menerima segala sesuatu dengan terbuka

2 Kedua golongan yang terdiri dari mereka yang sangat bergembira dan

sangat bersuka ria atas kapitalis Jepang Golongan ini bercita-cita

pengembalian kekuasaan Belanda ke tanah air125

3 Ketiga golongan terdiri dari mereka yang sekalipun lahirnya nampak

tenang akan tetapi dalam batinnya berada dalam keadaan gelisah

Mereka khawatir tentang akibat-akibat yang kelak akan timbul bila

Jepang lenyap dan Belanda kembali berkuasa

Pada konteks ini peran golongan ketiga inilah yang mempunyai peranan

aktif dan terkemuka baik sewaktu masa kolonial ataupun masa pendudukan

Jepang Meskipun hanya sebagian kecil dari golongan ini yang mempunyai alasan

menakuti kekuasaan penjajah banyak dari mereka pada hakikatnya bergerak baik

kepentingan sendiri atau golongan Dengan mempertopengkan kepentingan umum

pada masanya mereka memperoleh kedudukan dan pangkat tinggi Kesempatan

yang timbul sebagai akibat kedudukan dan pangkat tinggi ini telah digunakan

mereka untuk menguntungkan diri sendiri atau pun golongan Untuk kasus

perjuangan Daud Beureueh inilah alasan yang menjadikan rakyat Aceh terpecah

kedalam dua golongan Golongan uleebalang (raja-raja) dan golongan ulama

Pertentangan diantara kedua golongan ini hubungan antara uleebalang dengan

ulama Pertentangan ini menyerupai pertentangan adat dan hukum (Islam)

125

Dalam golongan ini terdapat sejumlah besar dari mereka yang masih menyimpan

peringatan nimat penghidupan yang dirasakan semasa pemerintahan Belanda dan sebelum Jepang

berkuasa Baik dalam pendudukan Belanda dan Jepang golongan ini punya kedudukan tinggi yang

memberikan mereka hidup dengan diliputi oleh kesenangan kemegahan dan kemewahan

44

Uleebalang mempertahankan kekelan adat sedangkan ulama berjuang menegakan

hukum berdasar syariat Islam dalam pemerintahan126

Menurut Snouck Hurgronje pertentangan antara ulama dan uleebalang

berdasar atas adanya perbedaan adat dan agama Keterangan Snouck ini disanggah

oleh M Nur El Ibrahimy yang mengatakan pernyataan Snouck kurang tepat

karena di Aceh tidak terdapat pertentangan yang berarti antara adat dan agama El

Ibrahimy mengatakan pada umumnya keduanya berhubungan baik yang satu

bersandar kepada yang lain keduanya tunjang-menunjang Di Aceh dapat

dikatakan adat dan resam Qanun bersandar kepada agama Karena sangat

mendalamnya ajaran Islam meresap dalam kehidupan masyarakat dan hukum

telah terjadi persesuaian Oleh karena itu pula Islam sangat diperjuangkan menjadi

ideology negara El Ibrahimy mengatakan terkait pertentangan uleebalang dan

ulama bukan karena petinggi adat dan petinggi agama Memang ada peribahasa

Aceh yang mengatakan bahwa ldquoadat bak Poteu Meureuhom hukom bak Syiah

Kualardquo yang artinya adat berada di dalam tangan sultan dan agama berada di

dalam tangan ulama Akan tetapi hal itu sekedar pembagian wewenang saja127

Kembali pada fokus kajian mengenai sikap rakyat Aceh Pada perjuangan

dibawah pimpinan Daud Beureueh tentang kesadaran rakyat Aceh Taufik

Abdullah dalam tulisannya terkait sikap rakyat Aceh mengatakan bahwa ada tiga

bagian penting pertama sikap spontanitas dan enthusiasme rakyat Aceh dalam

membantu perjuangan kedua pertemuan empat mata Daud Beureueh dengan

Soekarno ketika presiden pertama Republik Indonesia mengunjungi Aceh ketiga

penolakan Daud Beureueh terhadap T Mansyur (walinegara Sumatera Timur)

untuk bersama-sama mendirikan negara bagian Sumatera Mengenai sikap

spntanitas dan enthusiasme rakyat Aceh dalam membantu perjuangan dan

mempertahankan kemerdekaan RI terlihat dari kerelaan rakyat Aceh yang pintu

rumahnya di gedor malam-malam untuk membagi emas yang mereka miliki ikhlas

semata-mata karena Allah dan demi membantu serta memenuhi harapan

Soekarno yang meminta rakyat Aceh membantu perjuangan dengan

menyumbangkan sebuah pesawat terbang Rakyat Aceh sudah merasa puas

126

Mr S M Amin Op Cit hal 4-7 127

El Ibrahimy Op Cit hal 72-73

45

dengan pernyataan Soekarno yang menyebut Aceh adalah ldquodaerah modalrdquo atau

ldquodaerah payungrdquo128

Selanjutnya perubahan sikap terjadi di rakyat Aceh Ketika keinginan

cita-cita semangat perjuangan rakyat Aceh yang bernafaskan Islam tidak

terpenuhi Terlebih lagi dengan kebijakan pemerintah yang mementahkan harapan

dan kepercayaan dengan mengirimkan pemimpin-pemimpin atau tenaga-tenaga

ahli ke pusat daerah yang saat itu masih belum diperlukan sekalipun mereka

dikirim tidak membawa perubahan Selain itu dalam badan pemerintahan daerah

pemerintah pusat memilih petinggi-petinggi untuk daerah Aceh yang bukan

berasal dari Aceh Kemauan rakyat yang tidak terpenuhi dan kebijakan yang

dianggap tanpa pikir panjang ini membuat rakyat Aceh kecewa dan geram

Mengenai kebijakan pemerintah yang memilih orang diluar Aceh faktanya

masyarakat Aceh mempunyai pandangan tersendiri tentang segala seusuatu

mengenai penghidupannya ia mempunyai alam pikiran yang berlainan dengan

penduduk daerah lain Hal ini disebabkan oleh karena masyarakat Aceh dapat

dikatakan sebagai masyarakat yang tertutup geisoleerd129

Solusi dari permasalahan ini sebenarnya kemauan masyarakat Aceh adalah

tentang cara pelaksanaan susunan dewan-dewan dengan pemilihan rakyat umum

dalam konteks ini rakyat Aceh juga diselenggarakan dalam setiap bagian

pemerintahan sehingga bukan sedikit tuntutan-tuntutan mengenai penempatan

ahli-ahli atau penempatan petinggi didalam pemerintahan daerah Penempatan

menurut tuntutan ini adalah harus berdasar atas demokrasi yaitu kemauan rakyat

Menurut Mr S M Amin mengatakan bahwa rakyat Aceh terkenal sebagai rakyat

yang mencintai kemerdekaan dan tidak segan-segan mengorbankan jiwanya

dalam mencapai kemerdekaan Sejarah perjuangan melawan penjajah masa

kolonial memakan waktu berpuluh-puluh tahun menunjukan kepahlawanan

mereka dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia

128

Pada masa itu rakyat Aceh membantu perjuangan baik dari dalam dan luar negeri

Seperti kisah Dr Sudarsono yang datang ke Aceh dan kemudian di biayai oleh rakyat untuk

kembali ke luar negeri selalu diulang-ulang Ini semua telah menjadi ldquofolklorerdquo (cerita rakyat)

Dan ini merupakan sejarah Aceh yang tidak bias diinjak oleh kaki tentara Belanda 129

Mr S M Amin Op Cit hal 76

46

Untuk memperkuat pernyataan Mr S M Amin dalam menambahkan

pemahaman tentang sifat masyarakat Aceh penulis menambahkan tulisan Prof

Dr M Dien Madjid mengenai Hikayat Kerajaan Aceh mengatakan bahwa

masyarakat Aceh dikenal sebagai penganut Islam yang taat Hal ini tidak saja

dibuktikan secara historis lewat berbagai teori sejarah yang mengisahkan Aceh

sebagai tempat awal bersuanya Islam dengan penduduk Nusantara melainkan

ditinjau dari ruang publik mulai dari masyarakat bawah hingga tataran elite yang

taat pada ketentuan Islam Dan mengenai solusi dalam sistem pemerintahan

menurut Gabriel A Almond ciri khas pendekatan perilaku ini ialah pandangan

bahwa masyarakat dapat dilihat sebagai suatu sisitem sosial dan negara sebagai

suatu sistem politik yang menjadi subsistem dari sistem sosial Dalam sistem

bagian-bagiannya saling berinteraksi saling bergantungan dan semua bagian

bekerja sama untuk menunjang terselenggaranya sisitem Jika mengalami stress

(masalah) dari lingkungan tetap berusaha mengatasinya dengan memelihara

keseimbangan Dengan demikian sistem dapat bertahan130

130

Ibid hal 76-77

47

BAB IV

PEMBERONTAKAN DALAM PERJUANGAN MENEGAKAN SYARIAT

ISLAM DI ACEH

A Usaha-usaha Menegakan Syariat Islam di Aceh

Dalam perjuangannya menegakan syariat Islam rakyat Aceh bersikap

spontanitas dan enthusiasme mulai masa kolonial (penjajahan) dan masa

revolusi Hal itu terlihat ketika era Orde Lama rakyat Aceh menggugat regim

yang berkuasa di Jakarta hal itu disebabkan karena rakyat Aceh merasa

diperlakukan tidak adil dan manusiawi Pada 20 september 1953 meletus lah

peristiwa berdarah atau lebih dikenal dengan pemberontakan Darul Islam Tentara

Islam Indonesia (DI TII) reaksi spontan dan enthusiasme ditunjukan demi harga

diri rakyat Aceh yang terlecehkan pada saat itu131

Sebelum membahas lebih jauh

mengenai perjuangan dan usaha-usaha rakyat Aceh penulis mencoba menganalisa

status rakyat Aceh yang khususnya umat Islam saat itu Melalui zaman atau

periode tahap-tahap mengenai kesadaran sosial umat Islam Aceh dibagi menjadi

dua periode yaitu

1 Periode pertama munculnya kelas baru ketika konflik-konflik antar kelas

yang terjadi tahun (1920-1942) Pada periode ini umat Islam melakukan

berbagai aksi dalam bentuk demonstrasi dan juga mendirikan berbagai

asosiasi Selain SI ada juga Nahdlatul bdquoUlama (NU) Muhammadiyah dan

dalam kasus Aceh sendiri berdiri Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA)

Saat itu PUSA berkonflik dengan kaum uleebalang merupakan konflik antar

kelas atau bisa dikatakan perang saudara dalam memperebutkan peran dalan

sistem pemerintahan di Aceh PUSA tidak mengakui uleebalang karena

dibawah kendali kolonial dan teguh pada pendirian bahwa mereka anti

penjajahan Dan sejak 1942 dan seterusnya umat Islam dihadapkan pada tugas

baru Pada masa kolonial atau penjajahan para Kyai dan tokoh-tokoh umat

Islam mulai diikutsertakan dalam kepemimpinan dan kenegaraan

131

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 200

48

2 Periode kedua sesudah tahun 1942 dan setelah 1945 umat mendefinisikan

diri dalam rumusan baru yaitu sebagai warga negara sebagai citizen Dan

warga negara sebagai langkah akhir perjalanan historis Pada saat

merumuskan UUD yang didalamnya memuat rumusan Pancasila 1945 dan

memutuskan diri sebagai warga negara Indonesia Persoalannya sekarang

adalah persoalan antara negara dan warga negara Permasalahan ketika

ideologi dibentuk tidak sesuai kesepakatan rakyat Aceh merasa harga dirinya

terlecehkan oleh pemimpin negara Dan pada periode ini juga terjadikonflik

politik yang berkepanjangan sesudah tahun 1945 sampai tahun 1965 Umat

Islam yang memasuki babak baru yaitu ikut dalam Pemilihan umum ikut

dalam DPRMPR Badan-badan pemerintahan Karena itu umat Islam benar-

benar aktif sebagai warga negara Sebagai warga negara demokratis harus

menyadari hak dan kewajiban yang mempunyai budaya partisipan132

Pada tahapan kesadaran sosial tersebut perkembangan Islam di Indonesia

terbagi menjadi tiga zaman zaman mitos zaman ideologi dan zaman

pengetahuan atau ilmu Dalam kaitannya dengan Aceh usaha-usaha menegakan

syariat Islam muncul ketika zaman ideologi Hal ini terlihat ketika DITII Aceh

yang menjadikan pengetahuan Islam sebagai formulasi normatif dalam mengatur

sistem pemerintahan di Aceh Dari situ kemudian berkembang menjadi sebuah

ideologi lalu menjadi action133

Peran pelopor DITII Aceh yaitu organisasi

PUSA terlihat ketika konflik terjadi dengan uleebalang Dimana PUSA

memperjuangkan perannya dalam sistem pemerintahan Aceh yang dikuasai

uleebalang134

132

Kuntowijoyo Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia (Yogyakarta Shalahuddin

Press 1985) hal 18-25 133

Ibid hal 26 134

Menurut Van‟t Vern dalam laporan Kern mengatakan bahwa kekuasaan kaum

uleebalang diperkuat setelah perang Aceh ketika menyatakan takluk dengan Belanda Secara

ekonomis uleebalang memperoleh lebih banyak kekuasaan karena bertindak sebagai kepala

perusahaan-perusahaan dagang baru atau bekerja sama dengan perkebunan-perkebunan Barat

Kekuasaan pemerintah mereka dijamin aman oleh bantuan Belanda baik dalam peradilan hukum

perkawinan dan pemberian bewasiswa Dan ini penyebab terjadinya pertentangan antara ulama

melalui PUSA dengan uleebalang rasa kebencian dan kemarahan muncul ketika uleebalang

dianggap sebagai pengkhianat oleh masyarakat Aceh karena masyarakat Aceh sangat anti

penjajahan Terlebih lagi ketika penindasan dan skandal terhadap masyarakat Aceh yang dilakukan

oleh uleebalang

49

Usaha tidak terhenti begitu saja pasca ditetapkannya Pancasila sebagai

ideologi negara direspon cepat oleh rakyat Aceh rakyat Aceh dibawah pimpinan

Daud Beureueh mengambil sikap menentang dan memberontak atas kendali

Jakarta yaitu pemerintah pusat Jika ditinjau dari permasalahan ideologi tersebut

hal itu menimbulkan sikap antara pemerintah dengan masyarakat Aceh penulis

ingin menguji teori melalui ilmu sosial hal ini bisa menimbulkan prasangka sebab

dugaan Mengacu pada hubungan vertikal yang terjadi antara masyarakat Aceh

dengan pemerintah prasangka sebab dugaan merupakan sikap bermusuhan yang

terjadi antar kelompok yang satu terhadap kelompok lainnya135

yang didasari pada

ciri yang tidak menyenangkan Pada perjuangan yang terjadi era orde lama di

Aceh Menurut teori Banton mengenai prasangka ini merupakan teori frustasi-

agresi (frustration-aggression theory) Teori ini mengatakan bahwa orang akan

melakukan agresi manakala usahanya dalam memperoleh keinginan terhalangi136

Hal ini terjadi pada keinginan dan cita-cita Daud Beureueh dalam mendirikan

negara yang berlandaskan Islam tidak terpenuhi

Mengkaji lebih mendalam mengenai kedudukan Daud Beureueh dalam

pemberontakan di Aceh penulis ingin memaparkan mengenai apa yang

diperjuangkan oleh Daud Beureueh Dalam hal ini jelas perjuangan Daud

Beuereuh adalah mendirikan sebuah Negara Islam Indonesia yaitu negara yang

berlandaskan Islam bukan Pancasila Visi syariat Islam itu sendiri adalah

mewujudkan kemaslahatan manusia dunia dan akhirat Sedangkan misinya

melalui rumusan para ulama adalah kewajiban memelihara agama kewajiban

memelihara jiwa kewajiban memelihara harta kewajiban memelihara keturunan

kewajiban memelihara akal dan kewajiban memelihara kehormatan137

Jika

dilihat dari visi misinya dapat dikatakan kedudukan Daud Beureueh sangat

135

Menurut Kinloch (1979) kata kelompok dalam konsep hubungan antarkelompok

mencakup semua kriteria pertama terdiri atas ciri fisiologis yaitu pengelompokan yang didasarkan

pada persamaan jenis kelamin (laki-laki perempuan) usia (tua muda) dan ras (antara lain hitam

putih) kriteria kedua ialah persamaan kebudayaan seperti kelompok etnik di Aceh minangkabau

Ambon dll Meskipun Kinloch tidak menyebutkan agama namun dalam banyak kasus

pengelompokkan berdasarkan agama pun dapat dimasukan dalam kategori ini Kriteria ketiga

mengenai ekonomi dibagi antara mereka yang berekonomi kuat dan ekonomi lemah Dan criteria

keempat ialah prilaku mengenai fisik mental dan penyimpangan terhadap aturan masyarakat 136

Kamanto Sunarto Pengantar Ilmu Sosiologi (Jakarta Lembaga penerbit Fakultas

Ekonomi UI 2004) hal 151-152 137

Danial Syari‟at Islam dan Pluralitas Sosial dalam Jurnal Analisis Studi KeIslaman

vol XII No 1 1 Juni 2012 hal 72-74

50

penting Sebab melalui perjuangannya Daud Beureueh ingin nilai-nilai agama

dijadikan dasar pengambilan kebijakan di tingkat keluarga masyarakat dan

pemerintah menjamin hak hidup rakyat dalam bidang pendidikan serta

membangun generasi yang berkualitas bebas dari ketakutan dan kecemasan dalam

konflik dan pertikaian yang terjadi pada kaum minoritas138

Selanjutnya perkembangan pemerintahan di Aceh di tahun 1949

menyerupai pemberian otonomi kepada daerah Aceh Pemerintah Darurat

Republik Indonesia (PDRI) melalui keputusan Wakil Perdana Menteri pada 17

Desember 1949 No8DesW K P M membentuk provinsi Aceh Ketetapannya

bertujuan untuk memecah provinsi Sumatera Utara menjadi dua provinsi yaitu

provinsi Aceh dan provinsi Tapanuli-Sumatera Timur dalam menyempurnakan

dan melancarkan pemerintahan daerah Dan dalam waktu singkat terbentuklah

provinsi Aceh dengan Dewan Perwakilan dan Badan Eksekutifnya Daud

Beureueh saat itu menjabat sebagai gubernur Pada hakikatnya ini bukan

merupakan keinginan umum dan banyak masyarakat mengambil sikap menolak

terhadap pembentukan provinsi Aceh Keberadaan provinsi Aceh diduga

menimbulkan reaksi rakyat yang tidak mendapat bagian dalam pemerintahan yang

didominasi oleh masyarakat diluar Aceh139

Selain dari masyarakat umum

kebimbangan terjadi di dalam pemerintahan pusat itu sendiri tentang sah tidaknya

pembentukan provinsi Aceh dan mengenai kedudukan dan kekuasaan Wakil

Perdana Menteri yang berkedudukan di Sumatera

Pembentukan provinsi Aceh oleh Wakil Perdana Menteri menyebabkan

dibentuknya bdquopanitia penyelidik‟ yang diketuai oleh Menteri Mr Susanto

Tirtoprodjo pada bulan maret 1950 Dalam pertemuannya di Banda Aceh Menteri

Dalam Negeri mengatakan bahwa pemerintah pusat belum menetapkan adanya

provinsi Aceh Tetapi pendirian yang kuat terlihat ketika ketua DPR dan beberapa

anggotanya kukuh mempertahankan provinsi Aceh dengan alasan keinginan

138

Ibid hal 72 139

Dugaan masyarakat timbul karena organisasi PUSA ini memiliki sikap keras militant

dan enthusiasme serta teguh dengan apa yang dicita-citakannya Seperti perjuangan melawan

Belanda dan Jepang di tanah rencong mengenai sikap anti penjajahannya PUSA memiliki peranan

yang sangat penting terhadap kemerdekaan yang diraih Terlebih lagi dalam hal ini untuk

mengatur pemerintahannya sendiri masyarakat umum dari pandangannya mengenai apa-apa yang

diluar pemikiran dan cita-cita PUSA dianggap sebagai lawan politik ataupun lawan ideologi Jelas

hal ini dilatarbelakangi pengaruh pandangan Belanda terhadap PUSA

51

rakyat Terdapat dua pandangan dalam kasus ini yaitu disaat Teungku Amir Ali

Mujahid mengadakan suatu musyawarah di Alue Jangat dimana perhimpunan

yang dinamakan Pemuda Perjuangan Seluruh Aceh ini mengambil resolusi untuk

tetap mempertahankan provinsi Aceh dan mengatakan bahwa semangat yang

menggelora tidak akan terjamin jika provinsi Aceh dibubarkan Pernyataan ini

ditentang oleh Teuku Teongoh hanafiah dalam tulisannya mengatakan bahwa

yang mengkehendaki provinsi Aceh adalah sebagian dari kelompok ulama di

bawah kendali PUSA Mereka mempertahankan provinsi Aceh hanyalah karena

beranggapan dengan tetap berlangsungnya provinsi Aceh maka mereka dapat

memimpin pemerintahan di Aceh dan segala perbuatan keji mereka di masa

lampau berupa pembunuhan perampasan harta dan lain-lain terhadap kelompok

uleebalang dapat ditutupi140

Melalui tulisan Bachtiar Effendi dan Ali munhanif dari langkah-langkah

Daud Beureueh bukti nyata dalam aksinya adalah ketika negara revolusioner

Indonesia terlihat lemah atas perjuangan rakyat Aceh ketidakmampuan negara

menunjukan pengaruh pemerintahannya kepada masyarakat Aceh terutama pada

masa-masa 1945-1949 membuat pemerintah begitu rentan dalam menanggapi

tuntutan rakyat Aceh terutama untuk memperoleh otonomi regional lebih besar

dalam masalah sosial ekonomi dan politik ketika tahun 1949 Pemerintah

Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berbasis di Sumatera Barat menerima

tuntutan Aceh untuk de jure141

menjadi provinsi otonom daerah istimewa Pada

akhir tahun 1950-an Aceh diakui sebagai daerah istimewa otonom dengan Daud

Beureueh sebagai Gubernurnya Terutama dalam masalah keagamaan perkara

adat dan pendidikan dengan syarat otonomi tersebut tidak bertentangan dengan

konstitusi Perkembangan politik dengan diakuinya Aceh sebagai daerah istimewa

itu menunjukkan bahwa pemberontakan memperjuangkan ideologi dibawah

bendera Islam di Aceh dapat dipadamkan142

Pada pemberontakan yang dipimpin Daud Beureueh ini penulis membagi

menjadi dua motif perjuangan yaitu Islam dan Politik Pertama Islam berkaitan

140

Lihat Koran harian Indonesia Raya mengapa Aceh minta daerah autonomi (Jakarta 4

Agustus 1950) 141

De jure adalah pengakuan secara hukum 142

Taufik Abdullah dkk Op Cit hal 448

52

dengan Islam yaitu pembahasan mengenai Agama Mengenai konsep agama

sendiri menurut Light Keller dan Calhoun (1989) yaitu tentang kepercayaan

agama simbol agama praktik agama umat agama dan pengalaman agama143

Dan

penganut agama pun mengenal berbagai bentuk pengelompakan umat seperti

dalam komunitas keagamaan Islam yaitu pesantren dan wadah umat muslim

lainnya Pembentukan Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) yang juga sebagai

pelopor DITII Aceh adalah bukti nyata pengelompokan umat Islam di Aceh

berjalan baik Menurut analisa penulis pada kasus agama dan perubahan sosial ini

melalui pandangan Giddens (1989) mengatakan bahwa suatu proses mengenai

perubahan sosial dimana agama kehilangan pengaruhnya terhadap berbagai segi

kehidupan manusia dan oleh Light Keller dan Calhoun (1989) didefinisikan

sebagai proses melalui perhatian manusia beserta institusinya tercurahkan pada

hal duniawi dan perhatian terhadap hal yang bersifat rohaniah terkait agama

semakin berkurang Jelas hal ini yang menjadi kekhawatiran dan latarbelakang

mengenai alasan Daud Beureueh dalam menciptakan negara Islam Indonesia

yang apabila ideologi Pancasila terus dijalankan akan berdampak buruk kepada

nilai-nilai keIslaman masyarakat Indonesia khususnya Aceh144

Di Aceh ideologi Islam senantiasa menjadi sumber daya sikap patriotisme

rakyat Aceh dan sejak 1930-an menjadi jalan kepada modernisasi Saat itu para

ulama mengatakan bahwa mempertahankan Republik Indonesia berarti perang

Suci dan merupakan kelanjutan dari perjuangan yang adil dari Teungku Chik di

Tiro yang didukung oleh rakyat dengan penuh simpati Martabat uleebalang telah

jatuh ketika mereka bersikap kasar dan mengingkari nurani rakyat Di daerah

Pidie perlawanan anti-uleebalang menimbulkan harapan untuk mendapatkan

kembali tanah-tanah yang dulunya pernah disita secara tidak adil dari keluarga-

keluarga petani dengan demikian perjuangan melawan penindasan uleebalang

yang dilakukan ulama itu berakhir dengan gemilang Ulama-ulama pembaru yang

143

Kepercayaan agama dalam hal ini adalah Islam tentang keimanan kepada Allah swt

Simbol agama yaitu kerudung pakaian haji mukena dll Praktik agama berkenaan dengan sholat

dzikir pergi haji dll Umat agama yaitu Aceh yang terdiri dari mayoritas beragama Islam Dan

pengalaman agama merupakan suatu unsure dasar agama yang dialami penganut agama pribadi

seperti panggilan umat Islam Allah swt dll 144

Kamanto Sunarto Op Cit hal 69

53

terkenal telah memberikan inspirasi dan pimpinan langsung kepada gerakan

rakyat Dalam perlawanan terhadap tatanan masyarakat kolonial145

Kedua motif politik terlihat bagaimana Daud Beureueh melalui gerakan

DITII Aceh melakukan perlawanan terhadap kendali pemerintah pusat untuk

memperoleh peran dalam mengatur sistem pemerintahan di Aceh Menurut Harold

D Laswell dan Abraham Kaplan mengatakan bahwa kekuasaan adalah suatu

hubungan dimana seseorang atau sekelompok orang dapat menentukan tindakan

seseorang atau kelompok lain kearah tujuan pihak pertama146

Dalam hal ini Daud

Beureueh melalui PUSA menentukan tindakan untuk mengatur tatanan kehidupan

masyarakat Aceh melalui pemerintahan Perkembangan politik selanjutnya adalah

ketika Aceh tidak menjadi daerah istimewa seperti yang dijanjikan pemerintah

pasca kemerdekaan Dan dalam konteks yang lebih luas melalui gerakan Darul

Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh Daud Beureueh bercita-cita

mendirkan Negara Islam Indonesia Menurut Max Weber kekuasaan perlu

dibedakan dengan dominasi (herrschaft) Kekhasan dominasi ialah bahwa pada

dominasi pihak yang berkuasa mempunyai wewenang sah untuk berkuasa

berdasarkan aturan yang berlaku sehingga pihak yang dikuasai wajib menaati

kehendak penguasa Berbeda dalam kajian ini pihak Daud Beureueh menolak

mengikuti ketetapan dan kebijakan pemerintah dalam menyatukan Aceh kedalam

provinsi Sumatera Utara147

Pada pemberontakannya dalam perjuangan menegakan syariat di Aceh

termasuk kedalam tipe dominasi kharismatik yaitu mengenai keabsahannya

didasarkan pada kepercayaan rakyat Aceh terhadap kemampuan Daud Beureueh

mempunyai kemampuan luar biasa dalam memimpin dan memperjuangkan

ideologi Islam Dalam tipe dominasi ini pemimpin atau figur kharismatik

dianggap memiliki sifat kepahlawanan yang luar biasa Dan mengenai hubungan

rakyat dan pemimpin didasarkan pada ukuran kepercayaan dan kesetiaan

Perjuangan Daud Beureueh dalam tipe ini melaksanakan perjuangan meraih

145

Anthony Reid Op Cit hal 406 146

Miriam Budiardjo Op Cit hal 60 147

Rakyat Aceh sangat kecewa dengan penetapan pemerintah pusat melalui kebijakannya

menghilangkan Aceh dan Tapanuli dalam membentuk provinsi Sumatera Utara Kekecewaan

terlihat ketika rakyat Aceh berjuang mendirikan Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan Tgk

M Daud Beureueh

54

kekuasaannya bukan atas dasar aturan yang berlaku melainkan atas aturan yang

ditetapkannya sendiri Dalam proses politiknya148

Daud Beureueh berusaha

menggantikan sistem politik yang ada atau yang sudah berjalan dengan sistem

politik yang baru149

B Respon Pemerintah terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

Konflik yang terjadi antara Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII)

Aceh dengan pemerintah merupakan konflik yang memperebutkan pengaruh

dimasyarakat dimana dalam mencapai tujuannya masing-masing perebutan

kekuasaan yang berdasar pada ideologi yang berbeda satu sama lain itu

memunculkan berbagai aspek sumber kekuasaan150

Kasus perjuangan atau lebih

dikenal dengan peristiwa berdarah di Aceh merupakan kekuasaan yang bersumber

dari kepercayaan atau agama artinya ulama mempunyai kekuasaan terhadap

umatnya sehingga mereka dianggap sebagai pemimpin informal yang perlu

diperhitungkan dalam menentukan ideologi sebagai dasar sebuah negara Dalam

kasus ini pihak pemerintah sebagai pihak pemegang kekuasaan dan gerakan Daud

Beureueh sebagai pihak pejuang Esensi151

dari kekuasaan adalah hak

mengadakan sanksi dan cara menyelenggarakannya berbeda-beda Terdapat

empat cara dalam upaya mengenai esensi dari kekuasaan yaitu melalui kekerasan

fisik (force) koersi (coercion) melalui ancaman akan diadakan sanksi persuasi

(persuasion) meyakinkan dengan beragumentasi dan memberi ganjaran (reward)

bisa berupa inisiatif imbalan atau kompensasi152

Berbagai cara esensi dari kekuasaan tersebut menjadi tahapan dalam

peristiwa berdarah Seperti pada awal perjuangan yang dilakukan oleh Daud

Beureueh respon cepat pemerintah terlihat ketika pemerintahan Ali

Sastroamidjojo dalam usahanya memulihkan keamanan di Aceh telah memilih

148

Proses politik mengenai dasar politik yaitu persaingan untuk memperoleh kekuasaan

Proses politik berupa persaingan untuk memperoleh kekuasaan dapat mengarah dengan mudah ke

konflik antar pihak terkait dan dapat mengancam keutuhan masyarakat khususnya Aceh 149

Kamanto Sunarto Op Cit hal 72-73 150

Sumber kekuasaan berupa kekayaan dan kepercayaan atau agama 151

Esensi adalah hakikat inti ataupun hal yang pokok pertentangan antar kedua belah

pihak pertentangan mengenai ideologi Sumber melalui httpkbbiwebidesensi diakses pada

tanggal 3 Maret 2016 Pukul 1032 WIB 152

Miriam Budiardjo Op Cit hal 61-62

55

tindakan kekerasan senjata yang berakibat jatuhnya korban jiwa153

Pertentangan

diantara DI TII Aceh dengan pemerintah pusat telah menimbulkan ketegangan

antara rakyat yang berjuang melalui gerakan DI TII Aceh untuk melepaskan diri

dari kendali Jakarta Usaha yang dicapai dengan cara keras terlihat dari tekanan

oleh TNI disatu pihak di samping pemberian amnesti dan abolisi kepada anggota

DI TII di pihak lainnya untuk meredakan konflik yang terjadi154

Pasal 14 UUD

1945 menyatakan bahwa Presiden memberi grasi amnesti abolisi dan

rehabilitasi Dalam UU darurat No 11 tahun 1954 Lembaran Negara No 146

tahun 1954 pasal 1 menyebutkan Presiden atas kepentingan negara dapat

memberikan amnesti dan abolisi kepada orang-orang yang melakukan sesuatu

tindakan pidana Hal ini merupakan kewenangan Presiden sebagai Kepala Negara

Dalam memberikan amnesti dan abolisi Presiden mendapat nasihat tertulis

dari Mahkamah Agung yang menyampaikan nasihat itu atas permintaan Menteri

Kehakiman penghapusan dengan pemberian abolisi hanya dihapuskan penuntutan

terhadap mereka yang melakukan tindak pidana yang nyata akibat dari

persengketaan politik antara Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda pada tahun

1949 Amnesti adalah pengampunan dari Presiden yang menghapuskan semua

akibat hukum pidana bagi orang-orang yang telah melakukan suatu tindakan

terkait pemberontakan dalam perjuangan Daud Beureueh melalui DITII Aceh

Sementara abolisi yang diberikan kepada anggota DITII Aceh merupakan

pengampunan dari Presiden yang dapat menghapuskan penuntutan kepada pelaku

tindak pidana Jadi amnesti dapat diberikan kepada seseorang yang telah

melakukan tindak pidana baik sebelum maupun sesudah adanya putusan

pengadilan Sedangkan abolisi hanya dapat diberikan kepada pelaku tindak

pidana sebelum ada putusan pengadilan karena abolisi sifatnya hanya

menghapuskan penuntutan155

Sebelum membahas lebih jauh penulis ingin memberi gambaran

mengenai Aceh sebelum pemberontakan Daud Beureueh meletus Adapun

pemerintahan di Aceh yang berlangsung sejak Proklamasi Kemerdekaan pada

153

El Ibrahimy Op Cit hal 162 154

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 202 155

Alfitra Hapusnya Hak Menuntut dan Menjalankan Pidana (Jakarta Raih Asa Sukses

2012) hal 161-162

56

tanggal 17 Agustus 1945 sampai penyerahan kedaulatan pada tanggal 27

Desember 1949 dapat dibagi dalam empat bagian menurut pimpinan yang

bertanggung jawab adalah sebagai berikut

1 Pertama masa pemerintahan di bawah pimpinan Residen T Nya‟

Arif sejak saat Proklamasi Kemerdekaan sampai pertengahan bulan

Januari 1946

2 Kedua masa pemerintahan di bawah pimpinan Residen Teuku

Daudsyah sejak pertengahan bulan Januari 1946 sampai akhir bulan

Mei 1948

3 Ketiga masa pemerintahan di bawah pimpinan Gubernur Mr S M

Amin sejak akhir bulan Agustus 1949

4 Keempat masa pemerintahan di bawah pimpinan Wakil Perdana

Menteri Mr Syarifudin Prawiranegara sejak akhir bulan Agustus 1949

sampai saat penyerahan kedaulatan

Masa residen Teuku Nya‟ Arif merupakan kepala pemerintah daerah yang

pertama Pada permulaan maklumat kemerdekaan Indonesia di Sumatera oleh

Gubernur Sumatera Mr T M Hasan mengeluarkan sejumlah penetapan mengenai

penunjukan Asisten Residen Controleurs dan pegawai-pegawai tinggi lain Pada

awalnya jabatan-jabatan tersebut diduduki oleh para uleebalang dan keluarganya

Konflik yang terjadi antara uleebalang dengan ulama mengakibatkan jabatan

tidak lagi diduduki oleh para uleebalang melainkan para orang yang dianggap

berpengaruh dalam menentukan pembesar menduduki tempat jabatan tersebut

Pada penyusunan dalam pemerintahannya T Nya‟ Arif156

mengalami kendala

baik pertentangan dari masyarakat dalam menyelesaikan persoalan ataupun

tekanan yang dilakukan oleh Jepang Hal ini menempatkan T Nya‟ Arif lebih

berperan sebagai pemimpin ketentaraan Tentara Keamanan Rakyat Ketika timbul

156

Teuku Nyak Arif adalah pendiri Perkumpulan uleebalang-uleebalang Groot Atjeh

pada 8 Oktober 1939 Saat itu Aceh Besar ada dibawah kendali Belanda sehingga para uleebalang

mempunyai sedikit kepentingan untuk di lindungi Meskipun begitu T Nya‟ Arif dalam reaksinya

adalah bertahan terhadap kritik-kritik yang ditujukan kepada uleebalang ketika dia mengintrupsi

suatu rapat Muhammadiyah dengan menyatakan keberatannya atas sebutan ldquorajardquo kepada

golongannya karena mereka pada hakikatnya tidak lagi mempunyai kekuasaan yang sebenarnya

Dia membalik kritik kepada para ulama dengan mengatakan bahwa ldquodalam hal ini kita semua

bersalah bukan saja kaum uleebalangyang sekarang menjadi sasaran tetapi juga para Teungku

(ulama) yang tidak berani berkata sepatah kata pun ketika melihat kaum uleebalang berlaku tidak

pantas seperti minum brendi berdansa dan mengirim anak-anaknya ke sekolah Kristen Lihat

Anthony Reid Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan Sumatera hal 75

57

banyak persoalan yang terjadi maka ditetapkan sebagai wakil residen TRP

Mohd Ali yang tinggal di ibukota Kotaraja untuk mengatur pekerjaan-pekerjaan

residen Sedangkan T Nya‟ Arif bekerja di luar daerah Kotaraja untuk

menyelesaikan persoalan mengenai pertentangan pertempuran baik dengan

Jepang maupun masyarakat sendiri

Dalam periode ini atau sekitar empat bulan lamanya berakhir juga

kekuasaan uleebalang dan berganti dengan kekuasaan ulama Susunan Komite

Nasional Daerah adalah untuk sebagian besar terdiri dari anggota-anggota Para

Ulama oposisi dalam dewan dapat dikatakan tidak ada Dan segala urusan

mengenai penyelenggaraan pemerintahan berlangsung menurut kehendak para

ulama melalui organisasi PUSA Pada masa inilah pengeluaran pengumuman dari

pemerintah daerah yang mencap kaum uleebalang sebagai pengkhianat bangsa

dan agama Juga dari pihak tentara Jepang yang mengalami kesulitan di beberapa

daerah seperti di Meulaboh Kotaraja dan Langsa Peranan ketua Komite

Nasional Daerah Tuanku Mahmud sangat penting dalam mengatur kebijakan

dengan melakukan perundingan terus-menurus dengan Jepang sehingga

pertempuran dapat dibatasi sampai ke kota-kota tersebut dan tidak meluas ke

seluruh daerah Aceh Persatuan pemuda dalam organisasi pemuda Republik

Indonesia juga berperan dalam menyelesaikan persoalan dibawah pemerintahan

PUSA saat itu157

Masa residen Teuku Daudsyah pemerintah daerah sesudah pertengahan

bulan Januari 1946 T Daudsyah semasa pemerintahan Belanda adalah

Zelfbestuutder158

Idi suatu landschap di bagian Aceh Timur dan merupakan

bagian dari salah satu uleebalang-uleebalang yang tidak banyak jumlahnya yang

terlepas dari akibat-akibat pertentangan ulama-uleebalang Pada masa

pemerintahannya persoalan terjadi akibat yang ditimbulkan oleh gerakan Ali

Mujahid Gerakan ini pada hakikatnya lanjutan dari perang Cumbok suatu

pembersihan terhadap sisa-sisa partai feodal yang masih memegang peranan

dalam badan resmi Untuk mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi

157

MR S M Amin Op Cit hal 45-46 158

Pemerintahan sendiri masa kolonial Belanda

58

dibentuklah suatu Badan Eksekutif Susunan Badan Eksekutif pertama adalah

sebagai berikut

Ketua Residen Teuku Daudsyah

Wakil Ketua Mr S M Amin

Sekertaris Kamarusid

Anggota-anggota Sutikno Hasyim H M Zainuddin Mohd

Hanafiah R Insun

Kebijakan awal Badan Eksekutif adalah membuat peraturan-peraturan

mengenai harta anggota golongan uleebalang yang mengalami kekalahan di

persitiwa Cumbok159

Peraturan yang dimaksud antara lain

1 Pembentukan suatu badan yang mempunyai hak dan kewajiban

mengurus harta peninggalan mereka dari golongan uleebalang yang

telah tewas dalam peristiwa Cumbok

2 Memeriksa dan memutuskan tuntutan-tuntutan mengenai harta

peninggalan itu

3 Menetapkan penjualan sebagian dari harta peninggalan itu guna

pengganti kerugian yang diderita oleh pihak ulama sebagai akibat dari

pertempuran dalam peristiwa Cumbok

4 Putusan-putusan badan ini mempunyai kekuatan vonis yang tidak

dapat di apel

Dalam masa pemerintahan ini juga Aceh pertama kali menerima tamu-

tamu dari pusat pemerintahan yang berkewajiban mengadakan tinjauan dan

mempererat hubungan di antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah Pada

tanggal 21 Juli 1947 Belanda memulai suatu gerakan yang bertujuan melenyapkan

negara Republik Indonesia Meskipun sebagian besar di wilayah Jawa

Palembang dan Sumatera Timur sudah berhasil ditaklukan rakyat Aceh

159

Selanjutnya pemerintahan pimpinan residen T Daudsyah berjalan dengan baik dan

memuaskan Terlihat dari persoalan kekurangan yang dihadapi kesulitan-kesulitan dalam

hubungan kekurangan keuangan yang menyebabkan sebagian besar pekerjaan untuk kemakmuran

raykat Seperti membuat irigasi jalan-jalan jembatan obat-obat persekolahan untuk menunjang

mutu tentara

59

menghadapi agresi dengan satu tujuan yaitu mempertahankan negara sampai titik

darah penghabisan Reorganisasi dalam pemerintahan diwujudkan dalam

membentuk pemerintahan yang selaras Dan penetapan oleh Wakil Presiden Drs

Moh Hatta daerah Aceh dinyatakan sebagai daerah militer istimewa dengan

ditetapkannya seorang Tgk M Daud Beureueh sebagai Gubernur Militer yang

bertanggung jawab dalam pertahanan dan keamanan rakyat160

Kembali pada fokus kajian Menurut Cornelis van Dijk sejarawan Belanda

mengenai ldquodaftar hitamrdquo dalam sengkarut revolusi menimbulkan keresahan di

rakyat Aceh yang membakar Tanah Jeumpa pada awal 1950-an menjadi bahan

gunjingan yang hangat Pengirimnya disebut-sebut adalah pemerintah Ali

Sastroamidjojo melalui Jaksa Tinggi Sunarjo yang membawanya ke Medan Tapi

ada juga yang menyebutnya warisan kabinet Sukiman Yang isinya

menggambarkan puncak perseteruan pemerintah Jakarta dengan rakyat Aceh

Jakarta berencana membunuh 300 tokoh penting Aceh sumber lain menyebut 190

tokoh-melalui sebuah operasi rahasia Keputusan ini diambil setelah Jakarta

memastikan kawasan di ujung barat Sumatera akan menggelar pemberontakan

melawan pusat Tapi tak ada yang bisa memastikan keberadaan dokumen itu

Sejarawan Belanda lainnya BJ Boland dalam bukunya The Struggle of Islam in

Modern Indonesia menyebutkan sebetulnya surat itu tak pernah ada ldquoDesas-

desus itu diembuskan oleh politikus sayap kiri di Jakarta untuk menghantam

gerakan Islam di Acehrdquo katanya Secara tersirat Van Dijk menduga dokumen itu

ada ldquoDaftar nama itu barangkali sengaja dibocorkan dengan tujuan tertentu

Orang Aceh terkemuka merasa mereka akan ditangkap dan karena itu

memutuskan lari ke gunung161

Hal yang sama diungkapkan M Nur El-Ibrahimy yang mengungkapkan

bahwa Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dalam rapat paripurna DPR pada 2

November 1953 menyangkal telah menyusun daftar itu Tak penting benar apakah

dokumen itu ada atau tidak Yang pasti rumor tentang rencana pembunuhan itu

membuat pemberontakan Darul Islam di Aceh menemukan momentumnya

160

MR S M Amin Op Cit hal 54 161

Melalui sumber online httpsoalacehtumblrcom di akses pada 19 Juli 2016 Pukul

1912 WIB

60

Aktivis Darul Islam langsung pasang kuda-kuda Teungku Daud Beureueh salah

satu orang yang disasar oleh dokumen tersebut segera mengacungkan kapak

perang Daftar hitam adalah bukti yang menimbulkan kecurigaan kita bahwa

pencetus peristiwa berdarah itu adalah permainan lawan-lawan politik Teungku

Daud Beureueh untuk menghancurkan beliau dan kawan-kawan Sembilan tahun

Daud Beureueh memimpin sebuah gerakan perlawanan dengan bendera Darul

Islam Gerakan itu menjadi pembuka perlawanan Aceh pasca-era kolonial-sesuatu

yang hingga saat itu belum juga berakhir-dan memunculkan Daud Beureueh

tokoh besar yang sulit dilupakan sejarah ldquoLes hitamrdquo bukan satu-satunya alasan

mengapa peristiwa itu ada

Masa Gubernur Mr S M Amin dilantik ketika kunjungan Presiden

gubernur muda Sumatera Utara sebagai akibat perubahan pemerintahan di

Sumatera Dari satu provinsi yang dipimpin oleh gubernur Sumatera Mr T M

Hasan dengan ibu kota Bukit Tinggi menjadi tiga provinsi yaitu Sumatera Utara

Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan Dalam sistem provinsi Sumatera Utara

kerisidenan-keresidenan Tapanuli dan Aceh yang menyerupai keresidenan

otonom dihapuskan Selanjutnya residen dipimpin oleh Gubernur dan dijadikan

tiap-tiap kabupaten menjadi kesatuan yang memperoleh otonomi dibawah

pimpinan Bupati162

Pada reaksinya terlihat dua macam reaksi di masyarakat

Sumatera terhadap perubahan pemerintahan Sebagian rakyat pro terhadap

ketetapan baru sebagian lagi yang tidak banyak yang anti dan sebagian besar

tidak menunjukan reaksi Pelaksanaan undang-undang pembagian Sumatera

dalam tiga provinsi dimulai dengan pembentukan dewan perwakilan Sumatera

Utara yang teridiri dari anggota-anggota dewan perwakilan Sumatera yang

dihapuskan dan dalam dewan perwakilan ini mewakili Aceh Tapanuli atau

Sumatera Timur Rapat diadakan pada 13-16 Desember 1948 di Tapa‟ Tuan Hal

ini juga sebagai bukti tentang keinginan rakyat melangkahkan kakinya kearah

kesatuan negara163

162

Dalam penentuan ibu kota penunjukan Sibolaga sebagai ibu kota sementara dan

keinginan rakyat penetapan itu dicabut dan Kota Raja dijadikan sebagai ibu kota seiring

menunggu Medan dapat direbut kembali dari tangan Belanda 163

Dalam pelaksanaannya tentara dan rakyat sangat mentaati segala peraturan dan

tindakan-tindakan yang dikeluarkan dan dilakukan guna kepentingan pertahanan baik melalui

61

Masa wakil perdana menteri Mr Syarifudin Prawiranegara beriringan

dengan pembubaran pemerintah darurat penempatan Mr Syarifudin

Prawiranegara di daerah Aceh Sebagai Wakil Perdana Menteri Kekuasaan dalam

mengadakan perbaikan di pulau Sumatera dengan di bantu oleh suatu badan

penasihat yang terdiri dari komisaris pemerintah Panglima territorial teritorium

Sumatera dan beberapa orang yang ditunjukkan Peraturan-peraturan dibuat

mengenai terutama lapangan perekonomian Diadakan peraturan mengenai

panitia-panitia untuk mengurus pembelian barang-barang bagi pemerintah Dalam

mengatur harga pasaran untuk memperbaiki perekonomian di Sumatera Utara

untuk membantu dan mengawasi Bank Negara Berbeda mengenai peraturan

wakil Perdana Menteri tentang pemerintahan di Sumatera membawa perubahan

dalam struktur pemerintahan Peraturan yang membawa pembagian daerah

Sumatera Utara dari peraturan pemerintah darurat Republik Indonesia

menyerupai satu provinsi yang otonom menjadi dua provinsi yaitu provinsi Aceh

dan Tapanuli Sumatera Timur kelanjutannya pada masa Syarifudin

ditempatkannya dua daerah provinsi itu dibawah pimpinan Tgk M Daud

Beureueh dan Dr F- L Tobing sebagai gubernur164

Dalam bukunya Memahami Sejarah Konflik Aceh Mr S M Amin

memaparkan tentang pembagian daerah ini belum atau tidak dapat dipastikan

kebenarannya Ada isu yang mengatakan bahwa pembagian ini terkesan tergesa-

gesa dengan tidak memperhatikan keadaan dan dengan tidak mendengan

pemandangan dari instasi-instasi Dan tidak tahunya komisaris dan dewan

perwakilan provinsi Sumatera Utara Serta mengatakan bahwa perubahan yang

terjadi akibat desakan dari beberapa orang yang asli dalam daerah Aceh dan

Tapanuli dan yang menduduki tempat yang terpenting dalam pemerintahan

Dengan dasar keinginan rakyat ini Syarifudin beranggapan bahwa mereka yang

melakukan desakan adalah orang yang terkemuka dan berpengaruh dalam

masyarakat dan yang dapat dianggap representatif Adapun alasan Syarifudin

membuat keputusan prinsipil adalah sebagai berikut

1 Kepentingan penyempurnaan dan usaha melancarkan pemerintahan

ketetapan kebijakan pemerintah atau pun terkait pengawalan maupun instruksi-instruksi dalam

hubungan taktik bumi hangus 164

MR S M Amin Op Cit hal 67

62

2 Keinginan umum akan segera terbentuknya suatu sistem pemerintahan

daerah berdasarkan Undang-Undang No 22 tahun 1948165

Sedangkan keinginan umum yang menghendaki pembagian provinsi

Sumatera Utara dalam dua provinsi terbagi dalam tiga bagian yaitu

1 Sebagian besar yang tidak merasa berkepentingan (interese) dalam

soal dua atau satu provinsi yang tidak mengetahui dan tidak

mempunyai pengertian sedikit juga dalam persoalan ini

2 Sebagian kecil yang tidak menghendaki pembagian ini

3 Sebagian yang lebih kecil lagi yang menginginkan pembagian ini dan

berusaha dengan giat menciptakan keinginan menjadi kenyataan

Pada 17 Desember 1949 penetapan peraturan mengenai pemecahan

provinsi Sumatera Utara dalam dua provinsi Aceh dan Tapanuli Sumatera Timur

adalah suatu saat yang sangat berlainan dengan saat 30 September 1949

penetapan peraturan mengenai penyerahan kekuasaan luas pada wakil perdana

menteri Pada 30 September 1949 negara masih dalam konflik dengan kerajaan

Belanda Serangan yang terjadi oleh Belanda memungkinkan negara jatuh

kembali dalam kancah peperangan dan perhubungan Sumatera dan Jawa terputus

Berkaitan dengan Undang-Undang Dasar dari sejarah ketatanegaraan Indonesia

diketahui bahwa UUD yang berlaku telah beberapa kali berganti yaitu dari UUD

1945 kemudian diganti UUD RIS 1949 lalu berganti lagi dengan UUD

Sementara 1950 dan akhirnya kembali ke UUD 1945 Adapun kelima tahapan

perkembangannya itu adalah

1 Tahun 1945 UUD Republik Indonesia yang de facto hanya berlaku di

Jawa Madura dan Sumatera

2 Tahun 1949 UUD Republik Indonesia Serikat (RIS) yang berlaku di

seluruh Indonesia kecuali Irian Barat

3 Tahun 1950 UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlaku

diseluruh Indonesia kecuali Irian Barat

4 Tahun 1959 UUD Republik Indonesia 1945 UUD ini mulai 1959

berlaku diseluruh Indonesia termasuk Irian Barat

165

MR S M Amin Op Cit hal 70-71

63

5 Tahun 1999 UUD 1945 dengan amandemen dalam masa reformasi

Umumnya pergantian UUD mencerminkan anggapan bahwa perubahan

konstitusional yang dihadapi begitu fundamental Di Indonesia wewenang untuk

mengubah UUD ada ditangan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dengan

ketentuan bahwa kuorum adalah 23 anggota MPR sedangkan usul perubahan

UUD harus diterima oleh 23 anggota yang hadir dalam ketentuan di pasal 37166

Berbeda pandangan mengenai dasar dan hukum yang di terapkan

Soekarno Daud Beureueh ingin menciptakan hukum Islam di Indonesia Dimana

hukum Islam sendiri merupakan hasil dialektika167

otoritas yang didukung oleh

wahyu dengan konteks sosialnya Pembentukan hukum Islam berawal dari proses

dialektis dimana elemen-elemen tradisi masyarakat diambil dimodifikasi dan

dihapus sesuai dengan nilai moral yang ingin ditanamkan oleh Islam Perubahan

tradisi tersebut tidak berjalan revolusioner melainkan melalui proses evolusi168

Pranata yang didukung oleh Islam adalah sebuah pranata yang lahir dalam sebuah

masyarakat tradisional yaitu masyarakat yang dibimbing oleh nilai-nilai dan

kesucian tradisi bukan oleh hukum positif yang dihasilkan oleh organisasi negara

Dalam konteks ini hukum Islam bersifat arbitratif dan moral169

Pada

perkembangannya dalam penerapan hukum Islam di Aceh peran ulama sangat

berpengaruh terutama dalam organisasi Para ulama sebagai pemegang otoritas

keagamaan dalam Islam mempunyai peran penting yang berfungsi sebagai

pemberi fatwa ketika muncul persoalan di kalangan umat Islam Peradilan dalam

166

Miriam Budiardjo Op Cit hal 182-183 167

Dialektika adalah logika gerak atau suatu bentuk pemahaman yang sifatnya umum 168

Perubahan tersebut dapat terjadi karena adanya proses transformasi otoritas sehingga

perubahan memiliki legitimasi di masyarakat Perubahan pertama yang dilakukan oleh Al-Qur‟an

terhadap tradisi masyarakat pra-Islam terjadi dalam bidang hukum keluarga dan merupakan

pencapaian terbesar Seperti pernikahan bersama dengan waris membentuk hukum perdata Islam

dan menjadi elemen paling jelas dan tegas dalam skema hukum Islam Khususnya pernikahan

mencerminkan penataan Al-Qur‟an terhadap pranata sosial dasar di masyarakat 169

Arbitrative yaitu suatu proses yang menggunakan cara melalui pihak ketiga sebagai

penengah atau menciptakan solusi Sedangkan moral sesuatu yang berkaitan dengan velue (nilai)

dalam tindakan yang memiliki sesuatu nilai positif Moral secara eksplisit adalah hal-hal yang

berhubungan dengan porses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses

sosialisasi

64

sejarah Islam diisi oleh para ulama dengan referensi hukum hasil dari ijtihad

bukan hukum hasil legalisasi lembaga legislatif170

Kajian lebih mendalam mengenai hukum Islam ketika persoalan muncul

tatkala hukum keluarga Islam khususnya yang menyangkut pernikahan

bersentuhan dengan negara modern Melahirkan sebuah sistem kekuasaan politik

baru dimana legitimasi aparatusnya tidak diperoleh melalui tradisi melainkan

dari aturan hukum formal Sistem otoritas yang membentuk negara modern

tersebut adalah sistem otoritas legal rasional171

Ini merupakan suatu krisis otoritas

hukum Islam terhadap modernisasi zaman Faktor lain mengenai modernitas dan

krisis otoritas ditandai beberapa hal

1 Munculnya negara bangsa (nation state) yang kemudian menjadi

model umum negara di abad ke-20 M

2 Tumbuhnya rasionalitas dalam sistem sosial yang ditandai dengan

munculnya organisasi-organisasi sosial

3 Sebagai konsekuensi dari fenomena pertama dan kedua adalah

tumbuhnya otoritas legal-rasional yang didasarkan atas sistem

keorganisasian

4 Munculnya tren unifikasi dan kodifikasi hukum sebagai akibat dari

semakin berkembangnya otoritas legal-formal dengan negara sebagai

pilarnya

Fenomena modern yang mempengaruhi sistem otoritas menurut Bernard

Weiss menyatakan bahwa meskipun hukum Islam sama dengan hukum Romawi

dalam hal bahwa hukum adalah hasil dari para ahli hukum (jurist law)

Perbedaannya antara kedua hukum tersebut adalah pertama kerja para ahli hukum

Romawi dibatasi oleh kegiatan legislatif yang dilakukan oleh negara baik oleh

senat maupun kaisar Sedangkan dalam sistem hukum Islam tradisional negara

170

Ahwan Fanani Otoritas Dalam Hukum Islam (Artikel dalam Jurnal Justitia Islamica

Vol 7 No 1 Jan-Juni 2010) hal 3 171

Menurut Max Weber peran dan bentuk otoritas dibagi menjadi tiga yaitu pertama

legal-rasional otoritas yang bersandar pada legitimasi rasional yaitu yang berpijak kepada

legalitas pola aturan normative dan formal Kedua tradisional otoritas yang bersandar kepada

legitimasi tradisional yaitu kepercayaan yang mapan kesucian tradisi masa lalu dan legitimasi

orang-orang yang melaksanakan otoritas tersebut Ketiga kharismatis otoritas yang bersandar pada

legitimasi charisma yaitu yang berpijak pada kesucian tertentu kepahlawanan atau karakter

teladan dari seorang individu dan pola normative yang ia tunjukan

65

tidak memiliki kekuasaan legalisasi Negara hanya bisa menegakan hukum tetapi

tidak memiliki hak untuk membuat hukum Kedua hakim-hakim dalam tradisi

hukum Romawi memiliki keleluasaan dalam memutuskan hukum karena

keputusan hukum didasarkan atas kekuatan intuisinya172

Sementara dalam tradisi

hukum Islam para ahli hukum diikat oleh sumber formal yaitu teks Otoritasnya

lebih didasarkan atas keterampilannya menjabarkan teks dibandingkan oleh

kebijaksanaannya173

Upaya menjadikan hukum Islam sebagai hukum positif menuai pro dan

kontra Hukum Islam yang muncul di Indonesia tidak lepas dari dinamika sejarah

negara Indonesia Jauh sebelum kedatangan penjajah dari Eropa perkembangan

Islam dengan munculnya lembaga pendidikan seperti surau langgar madrasah

dan pesantren telah memberikan kontribusi pengetahuan mengenai kultur agamis

yang kuat di masyarakat Sehingga hukum Islam di Indonesia merupakan hukum

yang banyak di bentuk dan terinspirasi oleh kekuatan dari budaya agamis dan

relegius Dari lembaga pendidikan itu sumber-sumber utama informasi dan

penyuluhan masyarakat Mengajarkan berbagai keilmuan utamanya ilmu agama

yang didominasi kajian fikih kajian yang tidak lepas dari permasalahan hukum

Islam Dari akar sejarah yang kuat inilah pondasi cita-cita masyarakat Aceh

terbentuk karena Islam memperkenalkan suatu tradisi hukum baru di Indonesia

Dengan menawarkan dasar-dasar perilaku sosial yang rata dan sebanding juga

menyumbangkan konsepsi baru hukum di Indonesia Dan sifatnya yang elastis174

mengubah ikatan kesukuan dan kedaerahan menjadi ikatan yang universal175

Di kalangan masyarakat Aceh sendiri diketahui memiliki sikap tertutup

dan mempunyai pandangan tersendiri tentang segala sesuatu mengenai

penghidupannya Sebagai akibat dari sikapnya ini masyarakat didaerah dapat

dikatakan bersifat ldquostatischrdquo (tidak berubah-ubah) aliran-aliran baru tidak masuk

sehingga alam pikiran masyarakat tetap sebagai berpuluh tahun kebelakang176

172

Hal itu terjadi karena hakim dipandang sebagai orang yang bijaksana sehingga

keputusan hukum dilihat dari kemampuannya menggali nilai keadilan 173

Ibid hal 19-20 174

Bersifat Elastis dalam konteks ini memperhatikan berbagai segi kehidupan dan tidak

memiliki dogma yang kaku keras dan memaksa 175

Shohibul Itmam Transformasi Hukum Islam Menuju Hukum Positif Dalam Konteks

KeIndonesiaan (Artikel dalam Jurnal Justitia Islamica Vol 7 No 1 Jan-Juni 2010) hal 39-40 176

MR S M Amin Op Cit hal 76

66

Dalam pengertiannya mengenai hukum Islam di daerah Aceh adalah segala

peraturan yang bersifat hukum kekeluargaan yang berlaku atas anggota

masyarakat asli terkecuali beberapa kebiasaan dalam perkawinan yang tidak

bersifat prinsipil Selain itu rakyat Aceh adalah ldquoIslam mindedrdquo dan dalam cara

berpikir mereka pada umumnya tidak ada tempat bagi hukum terhadap persoalan

sehari-hari yang tidak berasal dari hukum Islam Ulama-ulama mengetahui bahwa

sebenarnya bukanlah seluruh hukum yang berlaku atas rakyat adalah hukum

Islam akan tetapi masih juga ada soal-soal yang diputuskan menurut dasar hukum

lain menganggap bahwa berlakunya peraturan-peraturan yang tidak berdasar

Islam adalah suatu keadaan yang tidak sempurna yang seharusnya mengalami

perubahan177

Dalam penerapannya mengenai hukum sejarah Aceh menyatakan bahwa

diantara kepala adat dan kepala agama terdapat pertentangan paham Ulama

mempunyai kekuasaan kehakiman terbatas mengenai hal perkawinan frail yang

berusaha dan bertujuan memperluas kekuasaan dan mempertahankan hak-hak

yang diserahkan organisasi ketatanegaraan olehnya Sedangkan adathoofden178

berusaha sebaliknya yaitu dengan memperkecil hak hakim agama sedapat

mungkin Ini merupakan suatu persoalan kedapatan prinsip (dasar) pembagian

kekuasaan diantara hakim agama dan hakim adat Aliran Islam ini berada di

segala kehidupan menyerupai suatu faktor yang tidak dapat diabaikan meskipun

banyak yang tidak menyetujui golongan Islam yang dianggap fanatic kolot dan

tidak selaras dengan keadaan Dan golongan anti Islam ini terdapat juga

didalamnya mereka yang telah memperoleh didikan agama secara modern di luar

negeri179

dan mereka yang telah pernah menerima didikan Barat mempunyai

pandangan yang lebih luas dalam melaksanakan hak dan kewajiban yang

sempurna180

177

Keadaan dalam menetapkan peranan hukum Islam di kehidupan sehari hari disebabkan

oleh tindakan sewenang-wenang dari uleebalang yang senantiasa berusaha agar masyarakat beralih

dari sifat keIslaman dan menuju kepada adat dengan maksud agar lebih sempurna dan dapat

memerintah rakyatnya 178

Adat hoofd adalah Kepala adat 179

__________ Tentang Soal Memulihkan Keamanan di Atjeh (Artikel WAKTU No

23 Tanggal 25 Juni 1955) 180

MR S M Amin Op Cit hal 87-89

67

Mengenai ideologi dasar sebuah negara Pancasila Daud Beureueh

dianggap anti Pancasila dan dirasa perlu keluar dari Republik Indonesia Tetapi

hal itu di sanggah ketika pada 15 Oktober 1945 Daud Beureueh bersama tiga

orang ulama besar mengeluarkan pernyataan politik yang dimaksudkan bahwa

umat Islam mempertahankan Republik Indonesia yang berdasar Pancasila wajib

hukumnya dan gugur dalam perjuangannya dianggap mati syahid Pernyataan ini

ditanda tangani oleh empat orang ulama besar yaitu Tengku haji Jakfa Siddik

Lamjabat Teungku Haji Ahmad Hasballah Indrapuri Teungku Haji Muhammad

Hasan Krungkale dan Teungku Muhammad Daud Beureueh Para pengamat

politik yang dengan seksama mengikuti perjalanan dan mengantar Daud Beureueh

ke mimbar proklamasi Darul Islam di Aceh mengatakan bahwa ada usaha-usaha

yang sistematis dan berencana yang bertujuan mendorong sebagian rakyat Aceh

berjuang dalam mewujudkan apa yang dicita-citakannya181

C Upaya Penyelesaian Akhir Pemberontakan DITII Aceh

Kasus yang terjadi di Aceh dalam fase perubahan sistem pemerintahan

bukanlah suatu kemauan rakyat sejati menjadi pimpinan dalam pemerintahan

melainkan seseorang ahli bicara (demagog) Siapa yang pandai bicara dan tidak

mempunyai rasa tanggung jawab yang cukup sangat mudah mempergunakan

rakyat umum sebagai alat untuk memenuhi keinginannya asalkan ahli bicara

mengetahui pokok-pokok keinginan umum dan tidak melampaui batasan-

batasannya Dengan memperhatikan pokok keinginan rakyat umum dan dalam

batas-batas pokok keinginan umum dapat diatur siasat untuk mencapai tujuan

Hal nyata ini yang menjadi alasan bahwa kekuatan Daud Beureueh dalam

pemberontakan berjuang menegakan syariat Islam adalah kekuatan lidah karena

sebagian besar rakyat Aceh didalam gerakan DITII Aceh di rekrut diajak dan

atas kemauannya sendiri melalui ajakan dakwah-dakwah dan pidato-pidato yang

dilakukan oleh Daud Beureueh pada khotbah-khotbahnya Inti dari situasinya

adalah mengikuti kemauan rakyat dipimpin oleh rakyat bukan yang memimpin

diluar kemauan rakyat dan walaupun dapat bersiasat sehingga keinginannya

sendiri dapat tercapai tetapi yang utama adalah tentang keinginan rakyat

181

A Hasjmy Op Cit hal 115

68

Selanjutnya Aristoteles menyatakan bahwa pemerintahan yang tersebut pada

hakikatnya adalah pemerintahan ldquomassardquo (gerombolan) yang mendiktekan

keinginannya secara sewenang-wenang Dan pemimpin dalam pemerintahan ini

tidak dapat memandang luas Pandangannya terbatas pada suasana daerah tidak

dapat meluas keluar daerah Serta tidak dapat melihat turun naiknya pertumbuhan

perjuangan nasional tidak dapat melihat perubahan dalam pelaksanaan tugas dan

juga tidak dapat melihat perubahan dalam perkembangan politik182

Pada hasil perjuangan dalam peristiwa berdarah ini dilalui oleh proses

untuk mencapai suatu kesepakatan Adapun langkah-langkah penyelesaian

persoalan konfrontasi antara rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beureueh dan

pemerintah pusat diawali dengan munculnya Dewan Revolusi yang diketuai oleh

A Gani Usman Dengan adanya gencatan senjata para pejuang dari masyarakat

Aceh mulai kembali pulang ke kampung untuk menjenguk keluarga serta

mengamati perkembangan kota-kota Alasan perjuangan Daud Beureueh

melakukan gencatan senjata adalah sebagai berikut

1 Pemimpin pemimpin pejuang menghindari Aceh dari kehancuran

akibat tekanan yang kuat dari pemerintah pusat dalam memberantas

perjuangan rakyat Aceh yang dianggap pemerintah sebagai suatu

pemberontakan

2 Sebagian rakyat Aceh dalam kubu Daud Beureueh telah letih berjuang

dan bosan hidup didalam hutan selama 6 tahun rentang tahun 1953-

1959

Munculnya Dewan Revolusi menandai pecahnya kaum pemberontak yang

terbagi menjadi dua kubu Antara kubu Tgk M Daud Beureueh Hasan Ali Ilyas

Leube dengan Trio Hasan Saleh Ayah Gani dan Husin Almujahid Kemelut

politik yang terjadi antar keduanya puncaknya terjadi pada tanggal 15 Maret 1959

melalui seruan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Negara Bagian Aceh (NBA)

Tentara Islam Indonesia Hasan Saleh sebagai menteri urusan perang telah

mengambil alih pimpinan NBA sipil dan militer dari tangan wali negara Daud

Beureueh Dan dalam menggantikan kabinet dibentuk lah Dewan Revolusi

182

MR S M Amin Op Cit hal 115-116

69

dibawah pimpinan A Gani Usman Beriringan dengan dibentuknya kubu

tandingan oleh Hasan Saleh kabinet Hasan Ali dibubarkan Kemudian

selanjutnya diserukan kepada rakyat umum supaya membantu Dewan Revolusi

dengan tujuan membawa rakyat Aceh ketempat yang mulia dan bahagia Seruan

itu ditandatangani oleh Tgk Amir Husin Almujahid selaku Ketua Dewan

Perwakilan Rakyat NBA (Majelis Syura)183

Pada tanggal 26 Maret 1959 keluar komnike No 2 dari Dewan Revolusi

yang dinamakan pernyataan Wali Negara NBA NII dalam pernyataan itu

dinyatakan bahwa ldquoDewan Pertimbangan diubah dengan sebutan Wali Negara184

Pokok dalam pernyataan ini adalah bahwa Dewan Revolusi NBA NII akan

meneruskan permusyawaratan dengan pemerintahan Republik Indonesia serta

menjadikan musyawarah ini sebagai prinsip bukan taktik185

Dengan keluarnya

pernyataan-pernyataan dari kedua belah pihak adalah bukti nyata bahwa di Aceh

telah terdapat dua Negara Bagian Aceh NII Yang pertama dibawah pimpinan

Daud Beureueh dan yang kedua dibawah pimpinan Hasan Saleh Selanjutnya

musyawarah dilakukan antara Dewan Revolusi dengan Pemerintah RI Pada

tanggal 23 Mei 1959 utusan pemerintah RI melalui Wakil Perdana Menteri I Mr

Hardi atau yang lebih dikenal dengan Misi Hardi yang terdiri dari 29 anggota

antara lain Menteri Negara Urusan Stabilisasi Ekonomi dan Wakil Kepala Staf

Angkatan Darat Jenderal Mayor Gatot Subroto Pada tanggal 24 Mei 1959

dilakukan pembicaraan-pembicaraan penting di segala bidang dengan KDMA dan

Gubernur atau Kepala Daerah Aceh sebagai persiapan permusyawaratan dengan

Dewan Revolusi

Pada tanggal 25 Mei 1959 musyawarah antara Misi Hardi dengan Dewan

Revolusi yang terdiri dari 25 anggota antara lain A Gani Usman (Ayah Gani)

183

El Ibrahimy Op Cit hal 165-166 184

Dalam komunike No 1 tidak ada Dewan Pertimbangan dan yang ada Dewan

Perwakilan Rakyat NBA (Majelis Syura) 185

Pengertian ldquoprinsip bukan taktikrdquo disini adalah bermusyawarah memperbincangkan

semua soal melalui diplomasi dan bukan dalam artian menyerah Dan dengan musyawarah bukan

untuk mencari menang atau kalah melainkan hasil musyawarah kelak bisa diterima disebagian

masyarakat Aceh dan pihak pemerintah RI juga menerima sebagian cita-cita kedua belah pihak

Jadi inilah yang dinamakan perdamaian adanya persatuan dan kembali bersatu sebagai hasil

musyawarah bukan merupakan penyerahan atau menyerah melainkan kewajiban masyarakat RI

untuk melanjutkan cita-cita pada revolusi 17 Agustus 1945 yang sudah menjadi kewajiban suci

umat Islam di Aceh dulu dan sampai saat ini

70

sebagai ketua Amir Husin Almujahid Hasan Saleh Husin Jusuf T M Amin T

A Hasan Ishak Amin dan A Gani Mutiara Musyawarah yang berjalan lancar

dan harmonis terlihat dari butir-butir hasil pemikiran Adapun hasil pemikiran

musyawarah antara Dewan Revolusi dan Misi Hardi adalah sebagai berikut

1 Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia tanggal 26 Mei 1959

No 1Misi1959 yang pokoknya menyatakan bahwa Daerah

Swantantra Tingkat I Aceh dapat disebut ldquoDaerah Istimewa Acehrdquo

dengan catatan bahwa kepada daerah tersebut tetap berlaku ketentuan-

ketentuan mengenai Daerah Swantantra Tingkat I seperti termuat

dalam undang-undang No 1 tahun 1957 tentang pokok-pokok

Pemerintahan Daerah begitu pula lain-lain peraturan perundangan

yang berlaku untuk Daerah Swantantra Tingkat I mengenai otonomi

yang seluas-luasnya terutama dalam keagamaan peradatan dan

pendidikan186

2 Segala aparat dari NBA NII (MiliterPolisiSipil) diterima ke dalam

pasukan yang bernama pasukan Tgk Tjhik di Tiro sebagai bagian dari

Komando Daerah Militer Aceh Iskandar Muda Sesuai dengan

pernyataan Misi Pemerintah Pusat yang bertanggal Kutaraja 26 Mei

1959

3 Pemerintah akan membantu sekuat tenaga dalam batas-batas

kemampuan negara pembangunan semesta di Aceh terutama dalam

bidang-bidang yang langsung menyentuh kepentingan rakyat jasmani

dan rohani sebagai langkah pertama untuk merealisir maksud

pemerintah tersebut Misi Pemerintah Pusat telah membawa otorisasi

sejumlah 884 juta rupiah

Dalam rangkaian tujuan-tujuan hasil dari pemikiran pada musyawarah

dengan Pemerintah Pusat melalui Misi Hardi maka Dewan Revolusi NBA NII

telah187

186

Keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959 Yang dibuat dalam menyelesaikan

persoalan di Aceh melalui musyawarah keputusan dari kedua belah pihak Pernyataan yang

diterangkan oleh Panglima KDMA 187

El Ibrahimy Op Cit hal 168-169

71

1 Menyatukan diri ke dalam Republik Indonesia untuk melanjutkan

revolusi nasional 1945 dengan berlandaskan Undang-Undang Dasar

1945 untuk mencapai kebahagiaan kamakmuran dan ketinggian

agama nusa dan bangsa

2 Melebur organisasi NBA Sipil dan Militer ke dalam tubuh Pemerintah

Republik Indonesia secara wajar188

Selain dari dalam kubu yang sudah terpecah menjadi dua pemulihan

keamanan Aceh juga dilakukan secara terus-menerus oleh pihak pemerintah pada

masa Kol M Jasin kepada pihak Daud Beureueh Melalui Kol Jasin yang datang

ke Aceh sebagai panglima KODAM I Iskandar Muda menggantikan Panglima

Sjamaun Gaharu dimana Aceh dalam suasana bergolak Tujuannya adalah

menciptakan ketenangan yang dapat dipelihara dan seruan kembali ke pangkuan

Ibu Pertiwi terhadap pihak pejuang dibawah pimpinan Daud Beureueh Dalam

mencapai tujuannya Kol Jasin menyerukan kampanye pemulihan keamanan Aceh

kesetiap daerah-daerah dan kecamatan-kecamatan di Aceh Pada pidatonya

tanggal 2 Maret 1962 Kol Jasin mengatakan bahwa ldquoia dari pihak pemerintah

pusat mengajak kepada masyarakat ramai-ramai untuk membantunya dalam

penyelesaian keamanan di Aceh yang terjadi sekitar 8 tahun yang membuat

banyak masyarakat menderita Bantuan dari masyarakat mengenai penyelesaian

keamanan Aceh merupakan tanggung jawab dari semua pihak baik dari kalangan

pemerintah pusat atau pun masyarakat di daerah Aceh Dan kemudian gerakan

kampanye menyerukan penyelesaian keamanan oleh Kol Jasin di akhiri di Aceh

Timur Langsa dan mengatakan bahwa seluruh daerah Aceh kembali menjadi

daerah yang aman dari Darulharb menjadi Darussalam189

Selanjutnya penyelesaian keamanan dilakukan oleh Kol Jasin dengan

Daud Beureueh Dimulai melaluit surat-menyurat antar keduanya pada tanggal 7

Maret 1961 Dalam surat itu Kol Jasin menyampaikan bahwa beliau oleh

atasannya telah diberi amanat bahwa pemerintah Republik Indonesia masih tetap

mengharapkan kembalinya Daud Beureueh dengan cara yang baik demi

188

Seperti tercantum dalam surat penyataan Dewan Revolusi Gerakan Revolusioner Islam

Aceh bertanggal 26 Mei 1959 189

Pidato Panglima Jasin dalam musyawarah kerukunann Rakyat Aceh pada bulan

Desember 1962

72

kebahagiaan rakyat dan daerah Aceh Pada tanggal 4 Agustus 1961 respon

dilakukan oleh Daud Beureueh melalui utusan pribadinya A R Hasjim kepada

Panglima Jasin untuk menyampaikan isi hatinya tentang apa cita-citanya kepada

beliau Dan pada tanggal 5 Agustus 1961 Kol Jasin mengirimkan surat kembali

menyatakan keharuannya atas kesediaan Daud Beureueh mengirimkan utusan

pribadinya dan menjadikan sebuah isyarat bagi penyelesaian keseluruhan

persoalan Aceh Kemudian pada tanggal 2 November 1961 pertemuan antar Kol

Jasin dan Daud Beureueh terlaksana di Langkahan Simpang Ulim daerah Aceh

Timur190

Pertemuan yang diliputi suasana ramah tamah dan persahabatan itu Daud

Beureueh menyampaikan keinginannya untuk melakukan pertemuan kepada pihak

yang lebih tinggi dengan mengutus M Hasballah Daud191

kepada Menteri

Keamanan Nasional Jendral Nasution di Jakarta Dalam rangka usaha

penyelesaian keamanan lahir dan batin di seluruh Aceh Keinginan Daud

Beureueh di setujui oleh Kol Jasin dan bersedia membantu pelaksanaannya192

Pada tanggal 21 November 1961 M Hasballah Daud yang ditemani oleh Letkol

Nyak Adam Kamil Kastaf KODAM I Iskandar Muda dan Kapten A Manan dari

Staf I diterima oleh Jendral Nasution yang didampingi oleh Letkol Barkah Pada

pertemuan antara kedua belah pihak ini menghasilkan pokok tujuan yang sama

Yaitu dengan menyambut Da‟wah Daud Beureueh itu Jendral Nasution

menyatakan bahwa apa yang terkandung dalam Da‟wah itu telah tercakup oleh

Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia No 1Misi Hardi tahun 1959

Kepada daerah Aceh selain telah dibenarkan dalam penyebutannya menjadi

Daerah Istimewa Aceh pun telah diberikan keistimewaan dalam tiga bidang yaitu

agama peradatan dan pendidikan sebagai wadah Jendral Nasution telah member

kuasa penuh kepada peperda dan pemerintah daerah Aceh untuk mengatur

190

El Ibrahimy Op Cit hal 181 191

M Hasballah Daud adalah Anak dari Tgk M Daud Beureueh Didalam Tentara Islam

Indonesia menjabat sebagai Kepala Staf 192

Dari surat Tgk M Daud Beureueh kepada Menteri Keamanan Nasional Jendral

Nasution yang dibawa oleh M Hasballah Daud berisi ketidakpuasan Daud Beureueh terhadap

Panglima KODAM I Iskandar Muda Kol Jasin Karena beranggapan bahwa Kol Jasin tidak

mempunyai wewenang yang cukup dalam memberikan suatu keputusan mengenai tuntutan yang

diajukannya Daud beureueh ingin mengemukakan langsung keinginannya itu kepada Menteri

Keamanan Nasional dengan harapan keinginannya dapat terkabul

73

pelaksanaannya Dan menghimbau agar seluruh masyarakat Aceh dan alim ulama

mengisi keputusan itu dengan membantu pelaksanaannya193

Usaha pemulihan Aceh tidak selalu berjalan dengan lancar terlihat ketika

surat Daud Beureueh yang bertanggal 16 Desember dengan segala lampirannya

yang disampaikan melalui M Hasballah Daud dan Baihaqi A K kepada Menteri

Keamanan Nasional di Jakarta Terhambat saat Kol Jasin melihat surat itu dengan

segala lampirannya Kol Jasin tidak mengizinkan mereka berangkat ke Jakarta

untuk menyampaikan surat tersebut kepada Jendral Nasution Dan ada surat tidak

resmi bertanggal 16 Desember 1961 yang maksudnya menjelaskan kepada

Jendral Nasution tentang hakikat dari pada Islam tidak saja berarti aqidah dan

ibadah akan tetapi mencakup apa yang dinamakan ldquonizhamrdquo yaitu pengaturan

hidup dan kehidupan manusia sebagai jawaban atas surat Jendral Nasution tanggal

21 November 1961 Seiring dengan tidak diizinkannya pertemuan ke Jakarta

maka berakhirlah surat-menyurat antara Daud Beureueh dan Jendral Nasution

Selain dengan Kol Jasin benturan juga terjadi dengan Hasan Ali Hasan Ali

sebagai Perdana Menteri Republik Islam Aceh berangkat keluar negeri untuk

bertemu dengan Mr S M Amin mantan Gubernur Sumatera Utara untuk

melakukan pertemuan dalam persoalan pemulihan keamanan diseluruh Indonesia

umumnya dan di Aceh khususnya194

Selanjutnya Hasan Ali menyetujui tuntutan Mr S M Amin dan isi teks

baru yang telah disetujui adalah sebagai berikut

A Mengenai umum

193

Mengenai keputusan Daerah Istimewa Aceh Daud Beureueh tidak puas dengan

keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959 (Misi Hardi) Meskipun sudah dibenarkan daerah

Aceh memakai nama ldquoDaerah Istimewa Acehrdquo akan tetapi keistimewaan yang sebenarnya tidak

ada Keistimewaan Aceh yang dimaksud keistimewaan yang bersumber dalam jiwa raga yang

sangat ldquofanaticrdquo pada agama Islam Memobilisasi keadaan dalam masyarakat adalah terutama

memelihara perasaan keagamaan ini menghindarkan segala sesuatu yang sifatnya dapat

menyinggung 194

Pertemuan antara Hasan Ali dan Mr S M Amin dilakukan di Malaya (Malaysia)

sebelum keberangkatan Amin menuju Bangkok dan Hongkong Adapun pokok-pokok persetujuan

yang telah dicapai antara Hasan Ali dan Mr S M Amin mengenai Aceh adalah sebagai berikut

1 Menyetujui hal-hal yang telah tercapai dalam persetujuan-persetujuan dengan Dewan

Revolusi

2 Mengembalikan Aceh ke dalam alam demokrasi dan mengadakan pemilihan umum

untuk DPRD DPRD ini kemudian memilih Gubernur

3 Pemimpin-pemimpin yang memberontak tidak dipindahkan dari daerah Aceh

74

1 Menyetujui pemulihan keamanan ditempuh secara integral melalui

pusat organisasi masing-masing Dalam hal ini Aceh mengambil

inisiatif ke jurusan itu

2 Mengadakan pemilihan umum secepat-cepatnya untuk

Konstituante Parlemen Presiden dan DPR-DPR Daerah atas dasar

Undang-Undang Pemilihan Umum No 7 tahun1953

3 Golongan-golongan dan perorangan yang bertentangan dengan

Pemerintah Republik Indonesia baik yang mengangkat senjata

maupun yang tidak berhak kembali dalam kegiatan politik

4 Mengadakan amnesti umum dan rehabilitasi tanpa pengecualian

B Mengenai Aceh khususnya

1 Mendukung sepenuhnya persesuaian tersebut dan memikul semua

konsekuensinya

2 Menyetujui berlaku sepenuhnya persetujuan-persetujuan yang telah

tercapai antara Pemerintah Republik Indonesia dan Dewan

Revolusi Aceh

3 Menyetujui penggantian kerugian rakyat umumnya sebagai akibat

persengketaan bersenjata di Aceh

4 Pemimpin-pemimpin yang mengadakan perlawanan bersenjata

tidak dipindahkan dari daerah dan kalau mereka menyukai

ditampung oleh Pemerintah kemana saja mereka sukai195

Rasa kekecewaan terlihat ketika Hasan Ali tidak bijaksana Terlihat dari

pertemuan yang dilakukan diluar negeri sangat memakan banyak waktu hampir

sekitar empat bulan lamanya Daud Beureueh merasa kesal dengan berlama-

lamanya Hasan Ali di luar negeri sedangkan keadaan Aceh kian hari kian

memilukan hati Daud Beureueh menganggap hal ini sebagai bentuk kesengajaan

untuk memperlama tinggalnya Hasan Ali di luar negeri sedangkan usaha-usaha

menghancurkan Republik Islam Aceh dari dalam terus dijalankan dengan segiat-

giatnya Pertemuan berikutnya dihadiri oleh Tritunggal yaitu Panglima

195

El Ibrahimy Op Cit hal 191-192

75

Gubernur dan Kepala Polisi ldquoDaerah Istimewa Aceh Kepala Staf KODAM I

Iskandar Muda Kepala Kehakiman Kepala Kejaksaan dan Kepala Mahkamah

Syariah Pokok laporan Daud Beureueh dan stafnya serta pasukan Ilyas Leube

akan bersedia ke pangkuan Ibu Pertiwi dengan syarat bahwa Daerah Istimewa

Aceh dilaksanakan unsur-unsur Syari‟at Islam dalam batas-batas yang

dimungkinkan perundang-undangan negara Kemudian setelah mendengar

keinginan Daud Beuereueh Kol Jasin mengatakan bahwa akan mempertaruhkan

jabatannya untuk menyetujui keinginan Daud Beuereueh dengan mengeluarkan

suatu keputusan PEPERDA

Dan pada tanggal 21 Mei 1962 di Banda Aceh di adakanlah kenduri besar

sebagai tanda bersyukur kepada Tuhan dan sebagai manifestasi kegembiraan atas

pulihnya keamanan di seluruh Aceh dan terciptanya perdamaian yang sudah

sekian lama dinanti-nantikan baik oleh pemerintah maupun oleh rakyat

Tercapainya persetujuan mengenai penyelesaian keamanan yang terakhir antara

Kol Jasin dan Daud Beureueh tidak hanya menimbulkan kelegaan dan

kegembiraan di kalangan rakyat akan tetapi juga berdampak di kalangan staf

Daud Beureueh seperti juga dikalangan staf KODAM I Iskandar Muda Dengan

pulihnya keamanan secara menyeluruh seluruh kekuatan baik pemerintah

maupun rakyat dapat dikerahkan untuk melaksanakan pembangunan daerah Aceh

yang memiliki banyak potensi ekonomi yang sangat bermanfaat baik untuk

kemajuan daerah Aceh atau pun untuk kemajuan negara196

Pertentangan diantara kaum republik Daud Beureueh melalui DITII

dengan pemerintah pusat telah menimbulkan ketegangan antara rakyat yang

memperjuangkan DITII Aceh dengan Jakarta Ini membuat usaha damai yang

hendak dicapai dan dilaksanakan dengan cara keras berupa tekanan oleh TNI di

satu pihak di samping pemberian amnesti dan abolisi197

kepada anggota DITII di

pihak lainnya Dengan menggunakan kedua cara ini secara tidak langsung telah

mendorong beberapa tokoh DITII Aceh termasuk Hasal Ali selaku Perdana

196

El Ibrahimy Op Cit hal 216 197

Amnesti adalah pengampunan atau penghapusan hukuman yang diberikan kepala

negara kepada seseorang atau sekelompok orang yang telah melakukan tindak pidana tertentu

Sedangkan abolisi adalah peniadaan peristiwa pidana dengan cara menghapuskan membatalkan

atau mengakhiri

76

Menteri DITII Aceh Mereka mengubah pendapat bahwa tidak ada manfaatnya

lagi untuk melanjutkan permusuhan dengan Jakarta sebaliknya sudah tiba

masanya untuk meletakkan senjata dan kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi198

Hal

ini membuktikan bahwa teori mengenai konflik menurut MR S M Amin adalah

benar tentang perubahan sifat pada koflik yang terjadi antara rakyat Aceh dan

pemerintah dari awalnya bersifat revolusioner menjadi evolutioner

Dari pemaparan di atas jelas sikap Daud Beureueh menentang atau tidak

pro feodal Pada masa perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh Mr S M

Amin menerangkan bahwa terjadi revolusi nasional dan revolusi sosial Revolusi

sosial adalah revolusi terhadap pengkhianat Cumbok Peristiwa Cumbok199

atau

perang saudara adalah konflik antara uleebalang yang bekerjasama mengatur

sistem pemerintahan bersama Belanda dengan ulama yang mempunyai prinsip

anti penjajahan Sedangkan revolusi nasional adalah revolusi untuk menanamkan

nilai-nilai keIslaman yang terdapat pada ideologi di seluruh Indonesia khususnya

Aceh sebagai usaha mewujudkan cita-cita keinginan bersama200

Jika dikaji lebih mendalam mengenai konflik yang terjadi peristiwa

berdarah ini merupakan akibat dari konflik vertikal Konflik itu sendiri adalah

pertentangan yang mempunyai hubungan erat dengan proses integrasi Hubungan

ini disebabkan karena proses integrasi adalah sekaligus suatu proses disorganisasi

dan disintegrasi Makin tinggi konflik atau pertentangan intra-kelompok makin

besar gaya sentripentalnya Artinya saling mempengaruhi satu sama lain makin

besar permusuhan terhadap kelompok luar makin besar integrasi Konflik tidak

selalu mengandung makna yang disfungsional Konflik justru dapat menjadi

198

Makna kata Ibu Pertiwi adalah sama dengan tanah air yang berarti Republik Indonesia 199

Berbeda pendapat dengan Mr S M Amin menurut M Nur El Ibrahimy revolusi

terhadap uleebalang di Aceh dibagi dalam dua tahap Revolusi tahap pertama yang dilancarkan

terhadap uleebalang yang termasuk dalam golongan Cumbok yang oleh pemerintah T Nyak Arif

sampai Panglima Polem Mohd Ali dianggap pengkhianat dan musuh Negara Republik Indonesia

Dan revolusi tahap kedua yang dilancarkan oleh Tentara Perjuangan Rakyat (TPR) dibawah

pimpinan Tgk Husin Almujahid pada bulan Maret 1946 terhadap uleebalang yang tidak termasuk

golongan Cumbok sebagai upaya untuk menggantikan sistem pemerintahan feodal dengan sistem

pemerintahan yang demokratis adalah revolusi sosial Dan dikatakan juga revolusi tahap kedua

adalah tanggung jawab Daud Beureueh terkait dengan pergerakan organisasinya PUSA Dan pada

akhir pergerakan revolusi tahap kedua Almujahid lepas dari segala ekses yang terjadi selama

gerakan TPR merupakan salah seorang tokoh yang berjasa meruntuhkan sistem feodal yang telah

berurat berakar berabad-abad dalam masyarakat Aceh 200

El Ibrahimy OpCit hal 114

77

sesuatu yang fungsional Selain itu konflik juga dapat berfungsi sebagai

stabilisator sistem sosial dalam meredakan ketegangan antara pihak-pihak yang

bertikai201

Dalam peristiwa berdarah ini tidak berjalan dengan tenang dan damai

melainkan dengan jalan kekerasan dan konflik antara Darul Islam Tentara Islam

Indonesia Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereueh dengan pemerintah pusat

Keamanan di Aceh yang belum terkendali membuat pemerintah mengirimkan

bantuan militer terhadap pamong praja untuk mematahkan perjuangan atau

pemberontakan yang dilakukan oleh Daud Beureueh Sikap Daud Beureueh

dianggap tidak mau mengindahkan pertimbangan politis yang selaras pada

pendirian pemerintah pusat yaitu mengenai dasar negara202

Dalam kaitannya dengan konflik yang terjadi antara Darul Islam dan

pemerintah pusat ini merupakan jenis konflik yang bersifat destruktif Yakni

konflik yang dipicu oleh rasa kebencian kekecewaan yang tumbuh dan tertanam

didalam diri mereka masing-masing Dari kaca mata politik konflik destruktif ini

tumbuh karena fanatisme para pendukung di suatu kelompok grup ataupun

organisasi Erat kaitannya dengan kajian ini tentang fanatisme masyarakat Aceh

yang mendukung cita-cita dan keinginan bersama yaitu mendirikan Negara Islam

Indonesia Akibatnya dari konflik destruktif berupa benturan-benturan fisik yang

membawa kerugian jiwa atau harta Banyak korban yang berjatuhan pada

peristiwa berdarah ini Ada tiga cara untuk mencegah terjadinya konflik

1 Menggunakan asas ldquotepo selirordquo apabila tidak mau disakiti orang lain

jangan pula menyakiti orang lain

2 Bersikap demokratis menghargai pluralisme pendapat paham dan

suku yang beragama dalam masyarakat

3 Mempunyai sikap toleransi terhadap agama yang berbeda tanpa kita

harus keluar dari akidah agama kita masing-masing

201

Ulfah Fajarini Konflik dan Integrasi Potret Keagamaan Masyarakat Sawangan

Artikel surat kabar majalah Al-Turas Vol 11 No 3 September 2006 202

_______ Tentang Soal Memulihkan Keamanan di Aceh artikel surat kabar majalah

WAKTU No23 tahun 1955

78

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Ketika Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17

Agustus 1945 rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereuh dan ulama-ulama

lainnya bergerak dan berjuang mempertahankan proklamasi kemerdekaan Aceh

awal perjuangan kemerdekaan Indonesia secara de facto merupakan bagian dari

provinsi Sumatera dengan kebijakan undang-undang sementara tahun 1945 yang

membagi wilayah Indonesia dalam 10 provinsi Perjuangan Daud Beureueh

menegakan syariat Islam di Aceh terjadi pada masa Era Orde Lama Pertentangan

politik dengan pemeritah pusat terjadi setelah Aceh digabungkan kembali menjadi

bagian atau bdquoresiden‟ Sumatra Utara setelah sebelumnya menjadi provinsi yang

terpisah dengan provinsi Sumatra Utara

Tidak hanya itu alasan pada 21 September 1953 di Aceh meletus suatu

peristiwa berdarah yang merupakan tragedi bagi rakyat Tanah Rencong adalah

karena rakyat Aceh merasa sangat kecewa geram marah akibat dari janji-janji

pemerintah disaat rakyat Aceh bersatu padu mengeluarkan semangat gelora

mempertahankan kedaulatan NKRI dengan seluruh jiwa raga dan harta bendanya

sebagai bukti kesetiaannya pada Republik Indonesia Selain persoalan ideologi

keagamaan pemberontakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia DITII Aceh

adalah bentuk perlawanan terhadap pengaruh pemerintahan pusat yang kian

merasuk Dimana isu-isu palsu yang disebarkan pemerintah mengenai pengadaan

senjata gelap oleh tokoh-tokoh pejuang Aceh tidak benar adanya Hal itu yang

menjadi puncak kemarahan dan rakyat Aceh dibawah pimpinan Tgk M Daud

Beureueh menagambil sikap melawan

Pada masanya perjuangan Daud Beureueh memiliki rentan waktu yang

lama Mulai dari masa kolonial Belanda masa kedudukan Jepang masa pra dan

pasca kemerdekaan dan masa revolusi Pembentukan Negara Islam yang

merupakan cita-cita impian Daud Beureueh terilhami dari perjuangan DI TII

pimpinan Imam Soekarmadji Maridjan Kartosuwiryo Dan juga menjalin

79

kerjasama dengan PRRIPERMESTA dalam mencapai tujuan bersama untuk

menghancurkan regime Soekarno dan mendirikan Negara Islam Indonesia

Pada tahapan kesadaran sosial tersebut perkembangan Islam di Indonesia

terbagi menjadi tiga zaman zaman mitos zaman ideologi dan zaman

pengetahuan atau ilmu Dalam kaitannya dengan Aceh perjuangan menegakan

syariat Islam muncul ketika zaman ideologi Pada perjuangan yang dipimpin

Daud Beureueh ini penulis membagi menjadi dua motif dilakukannya

pemberontakan yaitu Islam dan Politik Dan konflik yang terjadi ini menimbulkan

pertentangan antara masyarakat Aceh dengan pemerintah prasangka sebab

dugaan merupakan sikap bermusuhan yang terjadi antar kelompok yang

satuterhadap kelompok lainnya yang didasari pada ciri yang tidak menyenangkan

Pada perjuangannya ini yang terjadi di Era Orde Lama menurut teori Banton

mengenai prasangka ini merupakan teori frustasi-agresi (frustration-aggression

theory)

Selanjutnya analisa penulis terkait langkah-langkah Daud Beureueh dalam

mewujudkan apa yang di cita-citakannya adalah terinspirasi dari perjuangan

dakwah yang ditempuh oleh Rasulullah SAW yaitu melalui tahap pembinaan dan

pengkaderan tahap interaksi dan perjuangan dan tahap penerimaan kekuasaan

dalam membentuk DITII Aceh Walaupun pada kenyataannya pemberontakan

tidak terjadi begitu saja melainkan melalui 3 tahapan yaitu tahap sabar tahap

benci (djidjik) dan tahap melawan Sedangkan menurut Wakil Presiden Jusuf

Kalla dalam wawancaranya pada harian KOMPAS Rabu 10 Desember 2014

Pukul 1801 WIB di Jakarta terkait motif yang terjadi pada konflik di Aceh

mengatakan bahwa ldquopemberontakan DI TII bukan terjadi karena adanya konflik

antar agama Untuk kasus Aceh ia menilai hal itu terjadi karena hak-hak ekonomi

warga tidak terpenuhi Masalah Aceh itu bukan masalah syariah Orang berfikir

Aceh mau menjalankan syariah Islam tidak Siapa bilang kita membicarakan

Islam Kita berbicara kenapa ekonomi Aceh rendah padahal alamnya kayardquo

Dalam kacamata penulis konflik yang terjadi antara Darul Islam Tentara

Islam Indonesia (DI TII) dengan pemerintah adalah konflik politik yang

memperebutkan pengaruh dimasyarakat dalam mencapai tujuannya masing-

masing Perebutan kekuasaan yang berdasar pada ideologi yang berbeda satu

80

sama lain itu memunculkan berbagai aspek sumber kekuasaan Sumber kekuasaan

berupa kekayaan dan kepercayaan atau agama Adapun langkah-langkah

penyelesaian persoalan konfrontasi politik antara rakyat Aceh dibawah pimpinan

Daud Beureueh dan pemerintah pusat diawali dengan munculnya Dewan

Revolusi yang diketuai oleh A Gani Usman dan dengan dilakukannya gencatan

senjata Dan upaya penyelesaian akhir melalui musyawarah antar kedua belah

pihak yang bertikai

B Saran-saran

Pertama Dari pemaparan penulis kita bisa melihat bagaimana perjuangan

revolusioner seorang tokoh ulama di Aceh dalam memperjuangkan dan

mewujudkan cita-cita yang menjadi keinginan terpendam umat Islam demi

kemajuan bangsa dan agama Hal ini diharapkan memberikan kita pelajaran yang

sangat berarti sebagai umat Islam terkait perjuangan bahwa kita sedang

mengemban tugas berat dan sedang berjuang mempertahankan identitas

keIslaman kita melalui syariat-syariat dan hukum Islam yang harus diterapkan

dalam kehidupan bermasyarakat Ini bukan suatu hal yang mudah terlebih lagi

dengan perkembangan zaman yang maju dan modern serta merasuknya pengaruh

dari luar Islam harus kita lihat sebagai sebuah tantangan zaman Dan sikap

perjuangan Daud Beureueh patut kita contoh dalam menjadikan kita sebagai umat

Islam yang kuat teguh percaya dan antusias dalam mengkaji lebih dalam

mengenai ilmu yang berlandaskan Islam

Kedua Sebagai umat Islam harus menguatkan keimanan kita Dilihat dari

apa yang diperjuangkan kita juga harus percaya bahwa Islam telah memberikan

solusi bagi masalah dikehidupan kita baik melalui syariat-syariat dan hukumnya

Dengan peraturan-peraturan dan ketentuan yang berdasar pada Islam diharapkan

menjadikan kita sebagai umat Islam yang teguh beriman cinta damai serta saling

menjaga dan menghormati antar sesame umat beragama lainnya Dan tidak

terpengaruh peraturan atau pun ketentuan di luar nilai-nilai yang terkandung

dalam Islam

81

Ketiga Kajian ini ditunjukan kepada para pemimpin tokoh masyarakat

dan orang-orang berpengaruh lainnya dengan melihat sosok Daud Beureueh

diharapkan bisa lebih menambah rasa antusias dan memotivasi diri dalam

menyebarkan dan melaksanakan nilai-nilai keIslaman di masyarakat Serta

menjadi sosok yang kharismatik seperti yang ditujukan oleh Daud Beureueh yang

mencerahkan hati dan pikiran umat Islam terkait peranannya Semoga para

pemimpin dan orang-orang berpengaruh saat ini menyadari bahwa peran mereka

sangat penting dalam menanamkan dasar-dasar Islam di kehidupan masyarakat

Dan kita sebagai umat Islam patut menjaga dan mempertahankan hal tersebut

Keempat sebagai sebuah pelajaran yang berharga saat pengkuburan

sejarah terjadi pada peristiwa berdarah atau yang lebih dikenal dengan

pemberontakan Tgk M Daud Beureueh dengan mengesampingkan alasan kenapa

bisa terjadi pemberontakan Merupakan sesuatu yang sangat memilukan apabila

kita mengetahui hal ini Serta membongkar tipu daya pemerintah saat itu yang rela

melakukan apa saja demi mewujudkan keinginannya tanpa memikirkan

perjuangan pengorbanan gelora semangat kemerdekaan yang berjuang dengan

seluruh jiwa raga dan harta berharga demi mempertahankan kedaulatan Republik

Indonesia

82

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Primer

Artikel MajalahSurat Kabar

Pembantu-Chas ldquoWakturdquo di Djakarta ldquoKabinet dan Atjehrdquo Waktu No44

ldquoTentang Soal Memulihkan Keamanan di Atjehrdquo Tahun 1955

Buku

Jakobi A K1992 Aceh Daerah Modal Jakarta Yayasan Seulawah RI-001

El Ibrahimy M Nur 1982 Tgk M Daud Beureueh Perananya dalam

Pergolakan di Aceh Jakarta Gunung Agung

Hasjmy A 1997 Ulama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan

Pembangunan Tamadun Bangsa Jakarta PT Bulan Bintang

Amin MR S M 2014 Memahami Sejarah Konflik Aceh Jakarta Yayasan

Pustaka Obor Indonesia

Sumber Sekunder

Artikel MajalahSurat Kabar

Abdullah TaufikldquoKarena Keterkaitan Ideologisrdquo Panji Masyarakat No419

Jurnal

Danial Analisis Jurnal Studi KeIslaman Volume XII Nomor 1 Juni 2012

ldquoSyariat Islam dan Pluralitas Sosial Studi Tentang Minoritas Non-

Muslim dalam Qanun Syariat Islam di Acehrdquo Lampung IAIN Raden

Intan Lampung

Ahwan Fanani Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoOtoritas Dalam Hukum Islam Antara Transformasi

83

Ahwan Fanani Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoOtoritas Dalam Hukum Islam Antara Transformasi

dan Krisis Dalam Sistem Negara Modernrdquo Ponorogo Jurusan Syari‟ah

STAIN Ponorogo

Shohibul Itmam Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoTransformasi Hukum Islam Menuju Hukum Positif

Dalam Konteks KeIndonesiaanrdquo Ponorogo Jurusan Syari‟ah STAIN

Ponorogo

Ensiklopedia

Nasution Harun dkk 1992 Ensiklopedi Islam Indonesia Jakarta Djambatan

Glasse Cyril 1999 Ensiklopedi Islam Ringkas Jakarta PT Raja Grafindo

Persada

Abdullah Taufik 2002 Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jakarta Ichtiar Baru

van Hoeve

Buku

Ibrahim Muhammad 1978 Sejarah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh

Banda Aceh Depdikbud

Talsya T A 1990 Modal Perjuangan Kemerdekaa Perjuangan Kemerdekaan di

Aceh Banda Aceh Lembaga Sejarah Aceh

Sani Usman Abdullah 2010 Krisis Legimitasi Politik Dalam Sejarah

Pemerintahan Di Aceh Jakarta Kementrian Agama RI Badan Litbang

dan Diklat Puslitbang Lektur Keagamaan

Reid Anthony 2011 Menuju Sejarah Sumatra Antara Indonesia dan Dunia

Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Ricklefs M C 2008 Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 Jakarta PT Serambi

Ilmu Semesta

84

Reid Anthony 1987 Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di

Sumatra Jakarta Pustaka Sinar Harapan

Hasjmy A 1985 Semangat Merdeka 70 Tahun Menempuh Jalan Pergolakan amp

Perjuangan Jakarta PT Bulan Bintang

Madjid M Dien 2014 Catatan Pinggir Sejarah Aceh Perdagangan Diplomasi

dan Perjuangan Rakyat Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Hasjmy A 1978 Bunga Rampai Revolusi Dari Tanah Aceh Jakarta PT Bulan

Bintang

Sjamsuddin Nazaruddin 1990 Pemberontakan Kaum Republik Kasus Darul

Islam Aceh Jakarta Pustaka Utama Grafiti

AbdullahTaufik Siddique Sharon 1988 Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia

Tenggara Jakarta LP3ES

Adan Hasanuddin Yusuf 2003 Tamaddun amp Sejarah Etnografi Kekerasan di

Aceh Yogyakarta Prismasophie Press

M Lapidus Ira 1999 Sejarah Sosial Ummat Islam Jakarta PT Raja Grafindo

Persada

Budiardjo Miriam 2008 Dasar-Dasar Ilmu Politik Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama

Kuntowijoyo 1985 Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia Yogyakarta

Shalahuddin Press

Kuntowijoyo 1995 Pengantar Ilmu Sejarah Yogyakarta Yayasan Bentang

Budaya

Gottschalk Louis 2006 Mengerti Sejarah Jakarta UI Press

Tuwu Alimuddin 1993 Pengantar Metode Penelitian Jakarta UI Press

Abdurahman Dudung 1999 Metode Penelitian Sejarah Jakarta Logos

85

Kartodirdjo Sartono 1992 Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah

Jakarta PT Gramedia

Emalia Imas 2006 Historiografi Indonesia Jakarta UIN Jakarta Press

Sunarto Kamanto 2004 Pengantar Sosiologi Jakarta Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Website

httpwwwjakartagoid

httpmelayuonlinecom

httpkebudayaankemdikbudgoid

httpkbbiwebid

httpmkompasianacom

httpnewsokezonecom

httpsoalacehtumblrcom

86

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I

Tokoh Teungku Muhammad Daud Beureueh

87

Lampiran II

Gambaran Keadaan Aceh Awal Perkembangan Islam

88

Lampiran

III

Wilayah Uleebalang Aceh Pada Tahun 1930-an

89

Lampiran IV

90

Lampiran V

Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo Dalam Rapat Dewan Pertahanan

Daerah yang berlangsung tanggal 20 Maret 1949 membicarakan masalah surat

undangan Wali Negara Sumatera Timur Dr Tengku Mansur

91

Lampiran VI

Staf Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo

92

Lampiran VII

Surat selebaran pada Peristiwa Berdarah di Aceh

93

Lampiran VIII

KEPUTUSAN PERDANA MENTERI

REPUBLIK INDONESIA

No 1Missi1959

PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA

Berkehendak mengambil langkah kebidjaksanaan untuk lebih

mendjamin penjempurnaan dan pembangunan dalam

daerah swatantra tingkat ke I Atjeh

Menimbang bahwa untuk maksud tersebut dipandang perlu

membenarkan sebutan ldquoDaerah Istimewa Atjehrdquo kepada

Daerah Swatantra Tingkat ke I Atjeh sebagai stimulans

untuk mengadjukan otonomi seluasnja dalam rangka

pelaksanaan Undang-Undang No 11957 tentang pokok-

pokok Pemerintahan Daerah

Memperhatikan pertimbangan Komandan Komando Daerah Militer Atjeh

dan Gubernur Kepala Daerah Swatantra Tingkat ke I

Atjeh

Mengingat kuasa jang telah diberikan oleh Dewan Menteri dalam

sidangnja ke-159 pada tanggal 31 Djanuari 1959

Keputusan Perdana Menteri RI No 196PM1959 tanggal

19 Mei 1959

MEMUTUSKAN

Pasal I Daerah Swatantra Tk Ke I Atjeh dapat disebut

ldquoDaerah Istimewa Atjehrdquo dengan djatatan bahwa kepada

daerah itu tetap berlaku ketentuan-ketentuan mengenai

daerah swatantra Tk Ke I seperti termuat dalam Undang-

94

Undang No 1 tahun 1957 tentang Pokok-pokok

Pemerintahan Daerah begitu pula lain-lain peraturan

perundangan jang berlaku untuk Daerah Swatantra tingkat

ke I mengenai otonomi jang seluas-luasnja terutama dalam

lapangan keagamaan peradatan dan pendidikan

Pasal II Keputusan ini mulai berlaku tanggal 26 Mei 1959

sampai ada ketentuan lain

Pasal III Memberikan instruksi kepada segenap Kementerian

Djawatan dan Dinas jang bersangkutan agar memberikan

bantuan seperlunja kepada Daerah swatantra tingkat ke I

Atjeh (Daerah Istimewa Atjeh) dalam pertumbuhan

otonomi jang seluasnja

Wk Perdana Menteri IKetua

Missi Pemerintah ke Atjeh

dto

= Mr Hardi =

Turunan dikirimkan kepada

1 Semua Menteri

2 KDMA

3 Gubernur Kepala Daerah Swatantra tk Ke I

Atjeh (Daerah Istimewa Atjeh)

4 Dan lain-lain instansi jang bersangkutan

95

Lampiran IX

96

Lampiran X

97

Lampiran XI

Page 2: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …

i

ABSTRAK

Muhammad Illham

Peran Teungku Muhammad Daud Beureueh Dalam Pemberontakan di Aceh

1953-1962

Masa awal kemerdekaan di Aceh tahun 1953-1962 menjadi awal

meletusnya peristiwa berdarah yang dipimpin oleh Teungku Muhammad Daud

Beureueh dalam menegakkan Syariat Islam di Aceh Perjuangan yang dianggap

suatu pemberontakan timbul akibat kekecewaan rakyat Aceh terhadap Pemerintah

Pusat akibat dari janji-janji semu yang di ucapkan oleh Soekarno yang menjabat

Presiden saat itu tidak kunjung terwujud Rakyat Aceh yang sebelumnya berjuang

mempertahankan kedaulatan RI dengan seluruh jiwa raganya sangat geram

karena salah satu keinginan untuk mendirikan negara yang berlandaskan Syariat

Islam tidak kunjung tercapai dan berujung pada pemberontakan rakyat Aceh

dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Pasca kemerdekaan konflik

terjadi antar kedua belah pihak yaitu pemerintah pusat dan rakyat aceh dibawah

pimpinan Daud Beureueh bertikai mempertahankan ideologinya untuk dijadikan

sebuah landasan suatu negara Sesuatu hal yang sangat menarik dan dalam kajian

ini penulis ingin mengetahui bagaimana latar belakang pemberontakan serta usaha

dan upaya yang dilakukan pihak Daud Beureueh dalam memperjuangkan dan

mempertahankan ideologi Islam yang menjadi cita-cita rakyat Aceh

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahi robbi al‟alamin segala puja dan puji syukur ke hadirat

Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagaimana

mestinya Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada muara ilham

lautan ilmu yang tidak pernah larut yakni keharibaan baginda nabi Muhammad

SAW serta keluarga para sahabat-sahabatnya dan seluruh pengikutnya

Skripsi yang berjudul ldquoPeran Teungku Muhammad Daud Beureueh dalam

Pemberontakan Di Aceh 1953-1962rdquo ditulis dalam rangka menyelesaikan studi

Strata satu (S1) pada Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Sejarah dan

Kebudayaan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Alhamdulillah telah

diselesaikan hal ini tidak semata-mata berhasil dengan tenaga dan upaya sendiri

namun banyak pihak yang telah berpartisipasi membantu dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini baik yang bersifat moril maupun materil baik dalam sumber-

sumber kajian atau pun sharing pendapat Karena itu penulis mengucapkan terima

kasih atas kerjasama dorongan dan bantuannya Ucapan terima kasih tersebut

penulis sampaikan kepada

1 Prof Dr Sukron Kamil MA selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Yang telah memberikan persetujuan atas

persyaratan untuk memenuhi siding skripsi

2 Bapak H Nurhasan MA selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Kebudayaan

Islam dan Mrs Shalikatus Sa‟diyah MPd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah

dan Kebudayaan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Yang telah banyak

membantu dalam memproses berjalannya pembuatan skripsi ini

iii

3 Drs H Azhar Saleh MA selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan

waktu untuk membantu dan membimbing dalam proses menyelesaikan

skripsi ini

4 Ibu Hj Tati Hartimah MA selaku Dosen Penasehat Akademik yang selalu

memotivasi diri saya dalam meningkatkan kemampuan bekerja keras dalam

menyelesaikan skripsi

5 Bapak Ibu seluruh dosen Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam yang

memberikan sumbangsih ilmu dan pengalamannya

6 Seluruh staff dan pegawai Perpustakaan Adab dan Humaniora Perpustakaan

Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia Perpustakaan Universitas Indonesia dan Arsip Nasional Republik

Indonesia yang telah menjembatani penulis dengan sumber-sumber primer

dan sekunder terkait penelitian ini

7 Kedua orangtuaku tersayang papa Muchdi dan mama Nunung dan keluarga

di rumah yang telah memberikan perhatian dan curahan kasih sayangnya yang

luar biasa

8 Eki Renata Anggraini (cicak) yang selalu menemani dan memberikan suntikan

semangat serta doa yang tulus sehingga penulis selalu dapat termotivasi dan

dapat menyelesaikan penelitian ini

9 Sahabat-sahabatku Paisyal Ghanis dan Eko (coker) yang selalu menemani

dalam memberikan inspirasi kepada saya

10 Seluruh kawan-kawan di Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Mitra

Zalman (Ucok) yang telah ldquomemperkenalkanrdquo saya dengan sosok Daud

iv

Beureueh Kepada Egi Zulhansah Muliadin Iwan Taki Humaedi dan kawan

seperjuangan SKI 2011 lainnya yang selalu memberikan dukungannya kepada

penulis

Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis menyerahkan segalanya

semoga amal kebaikan yang telah mereka berikan akan mendapat balasan yang

setimpal dari Allah SWT Amin ya Robbal bdquoalamin

Ciputat 16 Mei 2016

Penulis

v

DAFTAR ISI

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipi

KATA PENGANTARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipii

DAFTAR ISIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipv

DAFTAR LAMPIRANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipvii

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

B Permasalahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

1 Identifikasi Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

2 Pembatasan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

3 Perumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip8

C Tujuan dan Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip8

D Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip9

E Metode Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

F Tinjauan pustakahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip13

G Sistematika penulisanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip15

BAB II Biografi Tgk M Daud Beureueh

A Lingkungan Keluargahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip16

B Riwayat Pendidikanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip18

C Karya-karyanyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip23

BAB III Kiprah Tgk M Daud Beureueh dalam Pemberontakan di Aceh

A Pembentukan Darul IslamTentara Islam Indonesia di Acehhelliphelliphelliphellip25

B Kedudukan dan Sikap Tgk M Daud Beureueh Dalam Pemberontakan di

Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip30

vi

C Respon Rakyat Aceh Terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh di

Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip41

BAB IV Pemberontakan dalam Perjuangan Menegakkan Syariat Islam di

Aceh

A Usaha-usaha Menegakkan Syariat Islam di Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip47

B Respon Pemerintah Terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh54

C Upaya penyelesaian Akhir Pemberontakan Tgk M Daud Beureuehhellip67

BAB V PENUTUP

A Kesimpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip78

B Saran-saranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip80

DAFTAR PUSTAKA82

LAMPIRAN-LAMPIRANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip86

vii

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lampiran I Gambar Tokoh Muhammad Daud Beureuehhelliphelliphelliphelliphellip86

2 Lampiran II Gambar Keadaan Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip87

3 Lampiran III Peta wilayah uleebalang tahun1930-anhelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip88

4 Lampiran IV Gambar Muhammad Daud Beureueh dan Ulama Acehhellip89

5 Lampiran V Gambar Pidato yang dilakukan oleh Muhammad Daud

dalam Rapat Dewan Pertahanan Daerahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip90

6 Lampiran VI Gambar Staf Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah

Karohelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip91

7 Lampiran VII Surat selebaran sisa-sisa feodalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip92

8 Lampiran VIII Missi Hardi 1959helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip93

9 Lampiran IX Surat Tgk M Daud Beureueh Kepada Soekarnohelliphelliphellip95

10 Lampiran X MAKLUMAT No GM-14-Mhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip96

11 Lampiran XI Surat Anakanda Kepada Ayahanda Daud Beureuehhelliphellip97

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Aceh sebuah kesultanan muslim di Sumatera Islam secara khas

menunjukan nuansa esoterisme pemikiran Ibn ‟Arabi1 Fenomena Aceh yang

berawal dari sebuah kerajaan berdaulat hingga menjadi salah satu bagian dari

Indonesia senantiasa berada dalam situasi kritis yang berkesinambungan

Berbagai krisis muncul seperti krisis politik yaitu pertikaian pendapat dan

pandangan di antara pemerintah pusat dan Aceh yang berkisar pada permasalahan

kekecewaan penindasan dan ketidaktulusan pusat dalam menjalankan sistem

pemerintahan di Aceh2 Sejak indonesia merdeka pada tahun 1945 Aceh telah

bergelimang dalam berbagai konflik diantarnya persoalan perang saudara seperti

perang Cumbok tahun 1946-1947 yang terjadi antara kaum Uleebalang dengan

kaum ulama yang bergabung dalam Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA)3 Jika

dilihat dari berbagai persoalan yang terjadi untuk kasus di Aceh penulis

berpendapat ini merupakan suatu perjuangan yang terjadi dibawah pimpinan Daud

Beureueh karena pada saat itu melalui PUSA Daud Beureueh menginginkan

proklamasi dimaknai secara nyata di Aceh Dimana tujuan perjuangan Daud

Beureueh adalah menegakan syariat Islam di tanah rencong dan menanamkan

sikap anti penjajahan4

Perjuangan rakyat Aceh tidak berhenti begitu saja pasca kemerdekaan

Republik Indonesia Belanda melakukan agresi bersenjata untuk kembali

1Harun Nasution dkk Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta Djambatan 1992) hal52-

57 2Abdulah Sani Usman Krisis Legitimasi Politik dalam Sejarah pemerintahan di Aceh

(Jakarta Badan Litbang dan diklat kementrian Agama RI 2010) hal1 3Persatuan ulama seluruh Aceh PUSA terbentuk pada tahun 1939 Didirikan oleh Tgk M

Daud Beureueh yang bertujuan untuk menghapuskan eksistensi hulu balang dan berfungsi untuk

mengatur tonggak pemerintahan di Aceh dengan berlandaskan syariat Islam Lihat MNur El

Ibrahimy Tgk M Daud Beureueh Peranannya dalam Pergolakan di Aceh (Jakarta Gunung

Agung 1982) hal72-77 4Perlu untuk diketahui bahwa tidak semua kaum Uleebalang bersikap sama dengan kaum

uleebalang yang terdapat di Pidie sebagai pemicu gerakan PUSA tetapi banyak kaum uleebalang

lainnya di Aceh berasal dari kaum ulama dan intelektual

2

menduduki seluruh kepulauan Indonesia Dalam usahanya menjajah Indonesia

Belanda menyiarkan berita-berita melalui surat kabar radio bahwa kedatangannya

bukan untuk menjajah Indonesia melainkan untuk menjaga keamanan yang

diakibatkan oleh perang Dunia II Selain melalui propaganda Belanda juga

melakukan dua agresi militer bersenjata yaitu agresi pertama tahun 1947 dan

agresi kedua tahun 1948 Akibat serangan itu hampir seluruh wilayah Indonesia

berhasil ditaklukan Dan daerah yang belum dikuasai satu-satunya adalah Aceh

beberapa kali Belanda berusaha menghancurkan perlawanan rakyat Indonesia di

daerah Aceh selalu digagalkan Baik darat udara atau pun laut percobaan

serangan Belanda dapat digagalkan dan Aceh berhasil mempertahankan

kedaulatan kemerdekaan Republik Indonesia Dan menjadikan Aceh sebagai

daerah modal5

Aceh dijuluki sebagai daerah modal selain karena kegigihan dari kekuatan

rakyat Aceh mempertahankan Republik Indonesia juga karena terdapat alat

komunikasi seperti pers dan radio Dengan adanya alat komunikasi tersebut

mempermudah hubungan antara pemerintah daerah-daerah lain antara pemerintah

Aceh dengan pemerintah pusat Melalui media ini dapat menyampaikan berita

secara praktis dan membangkitkan gelora semangat rakyat Aceh dalam

mempertahankan kedaulatan RI hingga titik darah penghabisan6 Peranan pers dan

radio di bidang ekonomi juga terlihat dari siaran tentang kebutuhan para pejuang

agar masyarakat dapat membantunya dalam bentuk makanan pikiran dan

persediaan perlengkapan lainnya Dan bantuan ekonomi lainnya adalah

pengumpulan dana sumbangan untuk membeli pesawat yang sangat dibutuhkan

untuk kelancaran perjuangan Pesawat yang dibeli berkat terkumpulnya

sumbangan masyarakat Aceh yang kemudian oleh Soekarno diberi nama

ldquoSeulawah RI-001rdquo Peran Aceh semakin penting ketika Teungku Muhammad

Daud Beureueh diangkat menjadi Gubernur militer Aceh Langkat dan Tanah

Karo yang berhasil menyatukan pasukan Aceh dari TRI laskar Aceh berbagai

divisi dan tentara pelajar Semakin banyak yang datang ke Medan Area maka

5A K Jakobi Aceh Daerah Modal (Jakarta Yayasan Seulawah RI-001 1992) hal219

6SM Amin Kenangan-kenangan di Masa Lampau (Jakarta Pradnya Paramita 1978)

hal103

3

dibentuk suatu badan koordinasi yang disebut RIMA (Resimen Istimewa Medan

Area)7 Satu-satunya front yang tidak mampu ditaklukan Belanda pada agresi

militer kedua adalah sektor barat atau utara front Medan Area yang dipertahankan

oleh RIMA pasukan dari Aceh

Ketika dalam keadaan krisis saat ibukota RI di Yogyakarta diduduki

Belanda Pemerintah pusat dipindahkan ke Bukit Tinggi dan membentuk

Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) Dengan agresi militer Belanda

yang kedua dapat dikatakan seluruh Sumatera telah berada dibawah kekuasaan

Belanda Satu-satunya daerah yang masih utuh belum dimasuki Belanda adalah

Daerah Aceh Hal ini menjadi faktor utama Aceh sebagai daerah modal

mempertahankan kedaulatan RI Aceh sebagai garis pertahanan RI terakhir

mempunyai peran yang sangat amat penting dimana ketika negara boneka yang

didirikan oleh Belanda sudah mengepung RI Pada saat itu Aceh menjadi penting

sebagai alternatif satu-satunya yang menentukan cita-cita bangsa dan negara RI

Dan ketika itu Presiden Soekarno memohon meminta bantuan kepada Gubernur

militer Aceh Langkat dan Tanah Karo Daud Beureueh untuk bersedia turut

mengambil bagian dalam perjuangan bersenjata yang tengah berkobar untuk

mempertahankan kemerdekaan Saat itu Soekarno memanggil Daud Beureueh

dengan sebutan kakak Selain meminta rakyat Aceh turut serta dalam perjuangan

Soekarno juga meminta bantuan untuk membeli sebuah pesawat dari sumbangan

masyarakat Aceh yang secara ikhlas dan tulus memberi sumbangan yang sangat

berharga untuk bangsa yang sedang berjuang sebagai tanda kesetiaan rakyat Aceh

pada NKRI

Hampir seluruh wilayah RI telah diduduki oleh Belanda tetapi Aceh tak

sedikit pun mundur menyerahkan daerahnya ke tangan penjajah Bahkan ketika

Indonesia sampai diujung tanduk melalui lidah manis Soekarno lebih dahulu

meminta bantuan kepada Aceh untuk membantu mempertahankan kemerdekaan

RI Tapi sama halnya seperti Belanda manis di bibir tak sama seperti kenyataan

yang ada Aceh dikhianati dengan digabungkannya provinsi Aceh dibawah

provinsi Sumatera Utara Aceh yang dipimpin oleh Daud Beureueh saat itu

7Muhammad Ibrahim Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Banda Aceh

Depdikbud 1978) hal210

4

terpedaya oleh tangisan Soekarno yang berjanji akan memberikan hak

menerapkan Syariat Islam di bumi Aceh jika Aceh mau bergabung membantu

memperjuangkan mempertahankan kedaulatan kemerdekaan Republik Indonesia

Pertentangan politik dengan pemerintah pusat yang terjadi setelah Aceh

digabungkan kembali menjadi bagian atau bdquoresiden‟ Sumatra Utara setelah

sebelumnya menjadi provinsi yang terpisah dengan provinsi Sumatra Utara Hal

ini membawa kepada suatu keadaan yang meresahkan akibat adanya tarik menarik

antara Aceh dan pemerintah pusat atau dengan kata lain pemerintah pusat tidak

mengakui pembentukan provinsi Aceh yang terpisah sehingga terjadi tumpang-

tindih kebijakan yang membawa kepada krisis kekuasaan8 Terkait teori kesadaran

sejarah Kuntowijoyo hal ini dapat memberikan tantangan kritik pendapat serta

sikap dalam pertentangan antara rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beureueh

dengan pemerintah pusat

Aceh ketika awal perjuangan kemerdekaan Indonesia secara de facto

merupakan bagian dari provinsi Sumatera dengan kebijakan undang-undang

sementara tahun 1945 yang membagi wilayah Indonesia dalam 10 provinsi

Setelah Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17

Agustus 19459 rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereuh dan ulama-ulama

lainnya bergerak dan berjuang mempertahankan proklamasi kemerdekaan10

Daud

Beureueh orang kuat Aceh dan benteng Republik dalam revolusi menolak untuk

menerima suatu pekerjaan di Jakarta dan tetap bermukim di Aceh sambil

memperhatikan perkembangan Pada saat itu revolusi kemerdekaan Indonesia tak

luput dari pengamatan Daud Beureueh Dia mengamati dengan tenang dan hati

hati setiap perkembangan yang terjadi Dan selama tokoh-tokoh Masyumi

memegang kedudukan yang penting dalam kabinet dia tidak melakukan tindakan

apapun akan tetapi pada bulan mei 1953 ditemukan bukti bahwa dia telah

menjalin hubungan dengan Kartosuwirjo dari Darul Islam Gerakan Darul Islam

bagaimanapun merupakan bagian dari akibat sampingan proses sosial politik yang

8Ibid hal177-178

9 17 Agustus 1945 atau 9 Ramadhan 1364 Hijriah

10 A Hajsimy Ulama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan Pembangunan Tamadun

Bangsa (Jakarta Bulan Bintang 1997) hal109

5

terjadi pasca kemerdekaan11

Ketika masa kabinet Ali terbentuk tersebar desas-

desus bahwa pemerintah pusat melalui kabinet bermaksud menangkapi orang-

orang terkemuka Aceh Berita tersebut kemudian sampai di telinga Daud

Beureueh bahwa ia dan sejumlah kawan-kawannya akan ditangkap oleh tentara

dengan alasan menyimpan senjata gelap12

Daud Beureueh menyatakan bahwa ia

tidak berkeberatan bila ditangkap dan dibunuh akan tetapi jangan dengan alasan

yang dibuat-buat dan jangan mengelabui mata rakyat Selanjutnya Daud Beureueh

menyatakan dalam suratnya bahwa dalam menghadapi tindakan sewenang-

wenang pihak tentara rakyat akan melalui tiga tahap tahap sabar tahap benci dan

tahap melawan Sekarang rakyat sudah sampai kepada tahap kedua Maka oleh

karena itu beliau mengharapkan kebijaksanaan Presiden Soekarno kiranya hal-hal

yang tidak diinginkan dapat dihindari13

Aceh memang pada akhirnya memberontak melalui gerakan DITII Aceh

Pada 21 September 1953 di Aceh meletus suatu peristiwa berdarah yang

merupakan tragedi bagi rakyat Tanah Rencong Ini merupakan awal perjuangan

dalam menegakan syariat Islam14

Daud Beureueh mengumumkan bahwa di Aceh

yang kini merupakan bagian dari Darul Islam tidak ada lagi pemerintahan

Pancasila Selain persoalan ideologi keagamaan pemberontakan Darul Islam

adalah bentuk perlawanan terhadap pengaruh pemerintahan pusat yang kian

merasuk Pemerintah merespon cepat tindakan yang dianggap sebagai

pemberontakan tersebut Ali Sastroamidjojo mengirimkan pasukan-pasukan untuk

menghalau kaum perjuangan dari kota-kota yang penting15

Dalam usahanya

memulihkan keamanan di Aceh Ali Sastroamidjojo memilih tindakan kekerasan16

Usahanya tidak langsung berbuahkan hasil tetapi melalui beberapa proses Daud

Beureueh yang mundur dari Batee ke Lapang kira-kira sebelah utara Sampoi Niet

Lhok Sukon (Aceh Utara) dalam usaha penyelesaian keamanan menemui jalan

11

Ibid hal197-198 12

M C Ricklefs Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (Jakarta Serambi 2010) hal

514 13

Lihat lampiran XI 14

Ibid hal1 15

Ibid hal514-515 16

Ibid hal162

6

buntu militer yang berlanjut sampai tahun 195917

Pada akhir Mei 1959 dilakukan

upaya akhir yaitu musyawarah antara dewan revolusi dan misi Hardi untuk

mencapai persetujuan leburlah Negara Bagian Aceh dari Negara Islam

Indonesia18

Misi Hardi dengan Keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959

telah berusaha ke arah memenuhi keinginan dan hasrat rakyat Aceh Keputusan

ini telah memberikan hak kepada daerah Aceh untuk memakai sebutan ldquoDaerah

Istimewa Acehrdquo19

Seperti yang telah dijelaskan diatas maka tercetuslah pemberontakan

DITII di Aceh yang dipelopori oleh Tgk M Daud Beureueh pemimpin DITII

Aceh yang tampil sebagai pemegang kekuasaan melalui bdquo‟revolusi sosial‟‟ dan

menjadi gubernur militer Aceh Langkat dan Tanah Karo pada 1948-1950

memimpin pemberontakan melawan kendali Jakarta pada 1953-1962 atas dasar

dua alasan yakni menentang diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatra Utara

dan gagalnya republik melaksanakan hukum Islam20

Pemberontakan Daud

Beureueh bertujuan untuk mendirikan negara Islam Indonesia bukan untuk

mencapai Aceh merdeka karena ia percaya bahwa itulah yang diperjuangkan oleh

orang Aceh sedemikian gigihnya selama revolusi mempertahankan kemerdekaan

Republik Indonesia21

Maka dari itu penulis tertarik untuk membahas sepak

terjang Tgk M Daud Beureueh dalam sebuah proposal berjudul Peran Tgk M

Daud Beureueh Dalam Pemberontakan di Aceh 1953-1962

17

M C Ricklefs OpCit hal515 18

M Nur El Ibrahimy OpCit hal168-171 19

Perkataan ldquoistimewardquo ini menimbulkan associatie-associatie pikiran pada suatu daerah

yang memang benar-benar bersifat ldquoistimewardquo suatu daerah yang berhak luas mengatur hal-hal

dalam setiap bidang pemerintahan Akan tetapi hak yang diberikan isi pada statusistimewa itu

pada hakikatnya bukanlah suatu hal yang luar biasa oleh karena yang diberikan itu hanyalah hak

otonomi yang berpokok pangkal pada undang-undang tahun 1957 sehingga perkataan ldquoistimewa

itu sebenarnya tidak tepat antara nama tidak sesuai dengan isi menurut penafsiran yang lazim

daripada perkataan ldquoistimewardquo Lihat M Nur El Ibrahimy Op Cit hal186 20

Anthony Reid Menuju Sejarah Sumatra Antara Sumatra Antara Indonesia dan Dunia

(Jakarta KITLV amp NUS publising 2010) hal 388-389 21

Ibid hal341

7

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Pasca kemerdekaan terjadi konflik yang disebabkan perbedaan pendapat

antara pemerintah pusat dengan rakyat Aceh Dan agresi Belanda juga terjadi

setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya kembali menggugat serta

memporak-porandakan seluruh Indonesia kecuali Aceh Kenyataan bahwa

Belanda telah mampu menduduki kembali Indonesia ditolak Semangat anti

penjajahan dalam diri rakyat Aceh selalu dipertahankan Pada era Orde Lama

krisis legitimasi di Aceh tidak ditunaikan janji pemerintah pusat berupa penerapan

syariat Islam yang tak terwujud menjadi akar permasalahan Krisis melalui

ketetapan yang berakibat pengalihan kuasa pemerintah Aceh yang berbentuk

provinsi yang terpisah menjadi residen dari provinsi Sumatera Utara Dalam

pengalihan kuasa rakyat masih dapat bersabar namun ketika ideologi dituntut

tidak terpenuhi dan perjuangan tumpah darah rakyat Aceh mempertahankan

kedaulatan tak dianggap akhirnya meletus lah konflik akibat dari kekecewaan dan

sebagai ekspresi kebangkitan rakyat aceh yang merasa harga diri masyarakat Aceh

terlecehkan oleh janji-janji dan iming-iming pemerintah

Dalam penelitian ini terdapat masalah yang telah diidentifikasi oleh

penulis Dan juga sebagai kajian lebih mendalam mengenai konflik yang terjadi

secara vertikal antara rakyat Aceh dengan pemerintah pusat yaitu

1 Terjadinya krisis legitimasi yang disebabkan oleh pengalihan kuasa

dan ideologi yang tidak direalisasikan

2 Pemberontakan pimpinan Tgk M Daud Beureueh atas kendali

pemerintah pusat akibat diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatera

Utara

2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi penulis tentang apa yang dipaparkan diatas maka

penulis membatasi permasalahan yaitu seputar Peran Tgk M Daud Beureueh

dalam Menegakan Syariat Islam di Aceh mengenai pengalihan kuasa dan ideologi

yang tidak direalisasikan Pada saat itu menjadi tahun pemberontakan dalam

8

menentang sikap pemerintah baik dalam mengatur otonomi daerah maupun

menetapkan ideologi suatu negara Adapun batasan tahunnya dimulai dari

perjuangan Tgk M Daud Beureueh pada tahun 1953 sampai kembalinya Tgk M

Daud Beureueh kepangkuan Republik Indonesia pada tahun 1962 Dan

pembatasan subjeknya yaitu terkait pengaruh Islam dan Barat mengenai rakyat

Aceh dan Pemerintah Pusat Serta objeknya mengenai perjuangan Tgk M Daud

Beureueh dalam menegakkan syariat Islam di Tanah Rencong

3 Perumusan Masalah

Dari pemaparan mengenai pemberontakan Tgk M Daud Beureueh dalam

menegakan syariat Islam di Aceh adapun perumusan masalah penelitian ini dapat

dibaca dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut

1 Apa motif yang melatarbelakangi pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

di Aceh

2 Seberapa besar pengaruh Tgk M Daud Beureueh dalam pemberontakan

di Aceh

3 Bagaimana hasil dari perjuangan Tgk M Daud Beureueh dalam

menegakan syariat Islam di Aceh

4 Bagaimana respon pemerintah terhadap pemberontakan Tgk M Daud

Beureueh

5 Apa solusi pemerintah dalam mengatasi pemberontakan di Aceh

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini tujuan yang ingin penulis capai adalah

1 Menjelaskan motif tercetusnya pemberontakan oleh rakyat Aceh terhadap

kendali pemerintah

2 Menjelaskan peran Tgk M Daud Beureueh dalam peristiwa berdarah di

Aceh

3 Mengetahui bentuk usaha atau upaya yang dilakukan rakyat Aceh dalam

menegakan syariat Islam

9

4 Menjelaskan hasil yang dicapai pada pemberontakan DITII dalam

memperjuangankan menegakan syariat Islam di Aceh

5 Menjelaskan respon pemerintah pusat terkait pemberontakan rakyat Aceh

Adapun dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai

berikut

1 Dapat memberikan wawasan dan menambah pengetahuan tentang peran

dan kontribusi Tgk M Daud Beureueh dalam peristiwa berdarah di Aceh

2 Sebagai bentuk khazanah keilmuaan dan pengembangan sejarah keislaman

Nusantara studi kasus Aceh

3 Pembelajaran masa lalu untuk kehidupan dimasa yang akan datang dalam

bentuk nyata sebagai kontribusi positif dari penulis dalam rangka

sosialisasi sejarah Nusantara

4 Memberikan informasi dan data kepada pembaca mengenai peristiwa

berdarah di Aceh

D Kerangka Teori

Fenomena yang terjadi pada pristiwa berdarah di Aceh adalah bentuk

revolusi sosial suatu kelompok oleh rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud

Beureueh yang menginginkan terwujudnya ideologi keagamaan dalam sebuah

Negara Pada kasus ini penulis melihat konflik terjadi karena adanya hukum

sebab-akibat sebab keinginan rakyat Aceh tidak terpenuhi berakibat munculnya

pemberontakan dalam menegakan syariat Islam Dalam sudut pandang teori

kesadaran sejarah hal ini memberikan dampak tantangan kritik pendapat dan

sikap Studi kasus tentang pemberontakan DITII di Aceh terkait teori kesadaran

sejarah memunculkan budaya progresif dalam bidang politik

Seperti pemikiran Marx mengenai etika humanis yang meyakini bahwa

manusia pada hakikatnya baik dan dalam keadaan tertentu yang menguntungkan

akan dapat membebaskan diri dari lembaga-lembaga yang menindas menghina

dan menyesatkan22

Dan untuk mencapai hal tersebut kekerasan dipandang

22

Miriam Budiharjo Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

2008) hal85

10

sebagai alat sah yang harus dipakai Kekerasan dalam kasus peristiwa berdarah ini

dipakai oleh pemerintah pusat yang menganggap pemberontakan Daud Beurueh

sebagai suatu tindakan yang menentang pemerintahan

Bisa dilihat dimensi sosial dari proses politik itu mencakup status dan

peranan elite politik terhadap masyarakat Aceh bagaimana interaksi dalam

perjuangan menegakan syariat islam yang menimbulkan suatu konflik Jadi

menurut analisa penulis ini merupakan suatu pemahaman keyakinan tentang Neo

Fundamentalisme Islam yang lebih menitik beratkan pada cita-cita ideologi

politik yaitu sebagai berikut

1 Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber 16 paling otoritatif

2 Skriptualis (tulisan) literalis tekstualis

3 Negara Islam sebagai cita-cita politik tentang berdasar pada syariat

Islam

4 Anti modernisme Barat demokrasi dan ideologi-ideologi lainnya

Pemahaman ini bersifat frontal yang mengarah pada kekerasan yang

melahirkan ideologi baru yang bernama Ideologi Negara IslamrarrNon

ParlementerrarrTarbiyah23

Maka dari itu berdasarkan penjelasan diatas penelitian ini ingin menguji

teori paradigma perubahan sosial dengan pendekatan konflik seperti yang

dikemukakan oleh T Persons dan N Smelzer mengatakan bahwa masyarakat

dikonsepsikan sebagai sistem yang mempunyai fungsi adaptasi integrasi

mempertahankan diri dan member orientasi tujuan Hal tersebut mencakup ide

masyarakat dengan adanya proses adaptasi untuk menghadapi pengaruh faktor

eksogen dan endogen maka tetap ada dinamika sosial Kerangka teoritis tersebut

juga menonjol dalam studi perubahan sosial sebagai bentuk perkembangan

Masalah sosial yang terjadi adalah kekecewaan penindasan dan ketidaktulusan

pusat dalam menjalankan sistem pemerintahan

23

Tarbiyah Takfiri adalah dimana mulai mengkafirkan apa-apa yang berasal dari barat

Hal ini menjadi dasar pemikiran gerakan salafi dan jihadi

11

E Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah dan metode yang akan

digunakan didalam penyusunan penelitian ini adalah metode historis yang bersifat

deskriptif analisis Metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara

kritis sumber data baik itu sumber primer Ensiklopedi Artikel Jurnal Majalah

Surat Kabar yang sezaman ataupun sumber sekunder seperti buku-buku24

Data

yang diperoleh tersebut disusun secara teratur dan sistematis lalu dianalisis secara

kualitatif Kemudian poin-poin yang autentik ditulis dan dipaparkan sesuai

bentuk kejadian suasana dan masanya Adapun analisa faktor-faktor politik

menjadi faktor pendukung

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencapai penulisan sejarah oleh

karena itu upaya merekonstruksi masa lampau dari obyek yang diteliti

menggunakan metode historis yang bersifat deskriptif analisis Dengan

menggunakan metode ini melalui pemaparan penulis diharapkan dapat membantu

untuk mengetahui fakta dan sejarah mengenai peran Tgk M Daud Beureueh

dalam pemberontakan di Aceh 1953-1962 Adapun dalam melakukan penelitian

ini penulis menggunakan metode historis25

yaitu

1 Heuristik kegiatan untuk mencari data atau pengumpulan bahan-bahan

atau sumber sejarah Hal ini merupakan tahap awal yang harus dilakukan

Adapun dalam pengumpulan data-data dan sumber yang akan digunakan

dalam membuat skripsi ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan

library research Dalam kaitannya dengan sumber-sumber seperti arsip

jurnal ensiklopedi artikel majalah surat kabar dan buku-buku penulis

mencari sumber dengan mengunjungi beberapa perpustakaan seperti

perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta perpustakaan

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

perpustakaan Nasional Arsip Nasional perpustakaan UI melalui toko

buku di wilayah Jakarta Tangerang dan Depok serta melalui katalog-

katalog dan website Selain itu penulis juga menggunakan buku-buku

koleksi pribadi yang berhubungan dengan kajian penelitian ini

24

Louis Gottschalk Mengerti Sejarah (Jakarta UI Pers 1975) hal32 25

Dudung Abdurahman Metode Penelitian Sejarah (Jakarta Logos 1999) hal54

12

2 Verifikasi setelah melakukan heuristik atau pengumpulan sumber-sumber

baik dalam bentuk artefak hasil-hasil dari persitiwa bersejarah ataupun

melalui dokumen-dokumen tertulis yang merupakan rekaman peristiwa

maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah kritik sumber26

Kritik sumber adalah usaha untuk mendapatkan sumber-sumber yang

relevan dan terbukti keaslian sumber Otentiksitas dangan pembahasan

sejarah yang ingin disusun sesuai dengan tema kajian Disini penulis

melakukan kritik sumber melalui pengujian data yaitu tampilan sumber

eksternal dan isi sumber internal Dengan mengidentifikasi keaslian

sumber otentik dan keabsahan tentang kesahihan sumber kredibilitas Baik

sumber primer dan sekunder penulis melakukan pengujian data untuk

mendapatkan hasil yang maksimal

3 Interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut juga dengan analisis

sejarah Dalam sumber terkait peristiwa berdarah di Aceh penulis

menggunakan studi komparatif yaitu menganalisis sebagian besar sumber

melalui buku-buku memaparkan Tgk M Daud Beureueh sebagai

pemberontak hal ini bertolak belakang dengan pemikiran penulis bahwa

ini adalah peristiwa perjuangan Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk

penulis Tujuannya agar data yang ada mampu untuk mengungkap

permasalahan yang ada sehingga diperoleh pemecahannya dalam sudut

pandang berbeda atau dua sisi27

4 Historiografi tahap ini adalah tahap yang terakhir dalam metode historis

Setelah melakukan tahap heuristik verifikasi dan interpretasi selanjutnya

historiografi Dengan menulis pemaparan atau laporan hasil penelitian

dalam suatu urutan yang sistematik yang telah diatur dalam pedoman

penelitian Dalam hal ini penulis berusaha menyusun penelitian ini

berdasarkan kronologi waktu dan tema-tema tertentu yang akhirnya isi inti

dari penelitian atau klimaks dari penelitian ini Tahap ini merupakan

rangkaian dari keseluruhan teknik metode pembahasan

26

Ibid hal 35-37 27

Louis Gottschalk Op Cit hal 54

13

F Tinjauan Pustaka

Untuk mendapatkan hasil yang dikehendaki sesuai dengan topik

permasalahan penulis mencari beberapa literature terkait pemberontakan rakyat

Aceh khususnya peran Daud Beureueh dalam menegakan syariat Islam namun

tidak banyak sumber-sumber dalam artikel majalah dan surat kabar yang

memberikan informasi secara detail mengenai peristiwa berdarah tersebut Dalam

kaitannya dengan judul penelitian ini ingin menyajikan hasil penelitian yang

menjadi pembahasan pokok dalam berbagai literature yang ada Adapun beberapa

literature yang dijadikan tinjauan pustaka sebagai berikut

Melalui artikel majalahsurat kabar Kabinet dan Aceh oleh pembantu-

CHAS yang dimuat dalam majalah Dalam Negeri WAKTUrdquo No41 tanggal 7

November28

Mengurai informasi tentang bagaimana pemerintah pusat seakan

menutupi penyebab meletusnya peristiwa berdarah di Aceh dengan

mengesampingkan alasannya yang lebih diungkapkan adalah mengenai

pemberontakan yang terjadi pada peristiwa berdarah yang banyak menelan korban

di kalangan rakyat Aceh Dan mengenai Cumbok Affairs pemerintah pusat

menganggap kesalahan terjadi pada pertentangan yang terjadi antara PUSA

dengan kaum hulu balang Dalam beberapa pemaparan majalah Dalam Negeri

tersebut penulis melihat informasi dan data yang disajikan lebih mengarah pada

pembelaan terhadap PUSA dibanding terhadap pemerintah pusat

Sama halnya dengan artikel majalahsurat kabar yang berjudul Tentang

soal memulihkan keamanan di Atjeh yang terbit WAKTUrdquo No23 tanggal 25 djuni

1955 Memaparkan tentang bagaimana keamanan di Aceh yang belum terkendali

Hal itu terlihat pada bantuan militer terhadap pamong praja untuk mematahkan

pemberontakan Daud Beureueh Berbeda dengan sebelumnya artikel

majalahsurat kabar yang berjudul Karena keterkaitan Ideologis yang ditulis oleh

Taufik Abdullah melalui Panji Masyarakat No419 Jika dikaitkan dengan

28

Dalam artikel majalahsurat kabar ini untuk tahun penerbitan tidak terlihat hal itu

dikarenakan karena sumber yang ada sangat rentan dan penulis menemukan sebagian teks hilang

terjadi akibat pengalihan dari sumber nyata yang di scan dan dipublikasikan via website online

Terlepas dari sisi eksternalnya untuk kritik internalnya artikel majalahsurat kabar Dalam Negeri

ini menggunakan penulis masih terkendala dalam menganalisa karena bahasa yang digunakan

bahasa yang berada di jaman sebelum dan pasca kemerdekaan

14

penelitian penulis melihat kasus Aceh sebagai perjuangan pengalihan kuasa dan

ideologi keagamaan Pemaparan lebih detail dijelaskan oleh Taufik Abdullah

mengenai pilar-pilar kepemimpinan sikap masyarakat Aceh yang bersifat

spontanitas dan enthusiasme

Dalam literature yang lain penulis menemukan beberapa buku yang

mendukung permasalahan dari topik ini M Nur El Ibrahimy Tgk M Daud

Beureueh perananya dalam pergolakan di Aceh Jakarta Gunung Agung 1982

Dalam buku ini membahas peranan Daud Beureueh dalam pemberontakan yang

terjadi di Aceh dimulai dari sebabnya sumbangan rakyat Aceh kepada pendirian

Republik serta terkait pristiwa berdarah secara kronologis Dalam buku ini juga

membahas biografi singkat mengenai Daud Beureueh

Semangat Merdeka 70 tahun menempuh jalan pergolakan amp perjuangan

yang ditulis oleh A Hasjmy 1985 adalah sebuah buku yang memuat perjalanan

A Hasjmy juga peristiwa sejarah yang terjadi kurun waktu 70 tahun penulis

Banyak peristiwa-peristiwa sejarah yang tercatat dibuku ini selama perang

kolonial melawan Belanda dan berbagai pergolakan politik di Aceh seperti

pertempuran dan pemberontakan juga disajikan lengkap dibuku ini Komentar

komentar dan analisa analisanya terhadap pembahasan juga melengkapi kisah

perjalanan hidup penulis dalam kancah pergolakan di Aceh Adapun kisah

pemberontakan terhadap tentara Jepang Pergerakan PUSA Gema Proklamasi di

Aceh sampai kepada bagaimana tentara Aceh mempertahankan kemerdekaan RI

merupakan sebagaian dari banyak kisah sejarah lainnya yang dikemukakan Oleh

Hasjmy Termasuk juga kisah dalam penahanannya dalam penjara oleh

pemerintahaan RI yang disebabkan oleh diproklamirkannya Darul Islam (DI) di

Aceh oleh Tgk M Daud Beureueh

Penulis juga melakukan perbandingan pada tiap literature yang ada

Seperti dalam buku Memahami Sejarah Konflik Aceh yang ditulis oleh Mr S M

Amin yang diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia Jakarta 2014

Bertentangan dengan buku Sejarah dan dokumen-dokumen pemberontakan di

Atjeh oleh Alibasjah Talsya Mr S M Amin ingin memberikan informasi kepada

pembaca dalam sudut pandang yang berbeda Peristiwa berdarah di Aceh

15

dilihatnya sebagai suatu perjuangan dalam menegakan ideologi keagamaan Hal

ini bertujuan untuk memberikan dan memperkaya pembaca mengenai studi kritis

dalam sejarah Aceh maupun sejarah Indonesia diawal berdirinya republic ini

G Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman secara keseluruhan skripsi ini terbagi

dalam lima bab Adapun susunan skripsi ini adalah sebagai berikut

BAB I Merupakan pendahuluan yang meliputi penjabaran singkat

mengenai permasalahan yang menjadi fokus kajian identifikasi

masalah batasan dan rumusan masalah tujuan dan manfaat

penelitian kerangka teori metode penelitian tinjauan pustaka

serta sistematika penulisan

BAB II Membahas biografi Tgk M Daud Beureueh dari mulai lingkungan

keluarga riwayat pendidikan dan karya-karyanya dalam berbagai

bentuk dari masa pra-kemerdekaan kemerdekaan dan pasca

kemerdekaan

BAB III Membahas lebih mendalam mengenai peranan Tgk M Daud

Beureueh dalam pemberontakan untuk menegakan syariat Islam di

Aceh Baik kedudukan sikap dan kontribusi nyatanya dalam

konflik yang disebut juga sebagai peristiwa berdarah di Aceh

BAB IV Membahas mengenai pemberontakan yang menjadi peristiwa

berdarah di Aceh Baik melalui upaya-upayanya dan hasil

perjuangan dalam bentuk perubahan sosial dengan menggunakan

pendekatan konflik Serta respon pemerintah pusat melalui

kebijakan-kebijakannya terhadap perjuangan masyarakat Aceh

yang dipimpin oleh Daud Beureueh

BAB V Berisikan penutup yang terdiri atas kesimpulan mengenai jawaban

permasalahan penelitian dan saran sebagai masukan terhadap

penelitian

16

BAB II

BIOGRAFI TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH

A Lingkungan Keluarga

Teungku Muhammad Daud Beureueh aslinya bernama Muhammad

Daud29

Ia dilahirkan pada tanggal 17 September 189930

di kampung Beureueh

Beureuneun atau yang sekarang termasuk Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie

Daerah Istimewa Aceh31

Daud Beureueh adalah salah satu tokoh ulama besar di

Aceh ia juga merupakan tokoh kontroversial yang populer dikalangan masyarakat

Aceh dalam perjuangannya mengibarkan serta menegakan panji-panji Islam di

bumi Aceh akibat rasa ketidakpuasannya atas pemerintahan Soekarno32

Ketika semasa hidupnya dihabiskan di Aceh dari situlah Daud Beureueh

dikatakan sebagai anak Aceh tulen Seperti dalam sebuah karangan yang ditulis

oleh Anggraini dalam majalah Indonesia Merdeka No214 yang terbit di

Banjarmasin pada tanggal 1 oktober 1953 berjudul ldquoSiapa Teungku Daud

Beureueh bekas Gubernur Aceh yang memberontakrdquo Menjelaskan mengenai

nama asalnya Muhammad Daud yang diberikan orang tuanya sejak lahir33

Gelar

Teungku34

berasal dari masyarakat Aceh merupakan sebutan yang diberikan

kepada ulama Aceh atau sebutan kepada setiap orang yang dihormati35

Sedang

tambahan bdquoBeureueh‟ adalah nama tempat kampung kelahirannya Penamaan ini

29

Harun Nasution dkk Op Cit hal202-203 30

Menurut A Hasjmy dalam buku Ulama Aceh Pejuang Kemerdekaan dan

Pembangunan Tamadun BangsaTgk M Daud Beureueh lahir dalam tahun 1316 Hijriah atau

sekitar tahun 1896 Masehi seperti yang dipaparkan dalam Ensiklopedi Islam Indonesia yang

disusun oleh Harun Nasution dkk 31

A Hasjmy Op Cit hal119-120 32

HM Bibit Suprapto Ensiklopedi Ulama Nusantara (Jakarta Gelar Media Indonesia

2009) hal231-323 33

El Ibrahimy Op Cit hal221-222 34

Sekedar info berbeda dengan Teungku (tgk) Sebutan Tengku adalah titel

kebangsawanan di Sumatera Timur Teuku adalah titel kebangsawanan di Aceh sedangkan

Tuanku adalah titel Sultan Aceh dan turunannya atau sebagai sebutan sultan-sultan di Sumatera 35

Anthony Reid Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera

(Jakarta Pustaka Sinar Harapan 1987) hal 12-17

17

adalah suatu kebiasaan pada sebagian masyarakat di Sumatera yang menaruhkan

nama kampungnya ke dalam namanya36

Jika dianalisa lebih mendalam mengenai Muhammad Daud nama yang

diberikan kedua orang tuanya adalah dua nama Nabiyullah yang diberikan kitab

Al Qur‟an dan Zabur Dari penamaan yang diberikan penulis berasumsi bahwa

keinginan kedua orang tuanya adalah menjadikan Daud Beureueh sebagai ulama

sekaligus mujahid37

yang siap membela menyebarkan mengibarkan dan

menegakan panji-panji yang berdasar pada syariat Islam Dilihat dari lingkungan

hidupnya Daud Beureueh tumbuh dan besar dilingkungan religius yang sarat

dengan nilai-nilai Islam38

Dan ketika memasuki masa dewasa di bawah bayang-

bayang keulamaan ayahnya yang sangat kuat yang mengilhami jejak hidupnya

Ayahnya bernama Teungku Ahmad yang pada waktu itu menjadi Keucik

(lurah) Kampung Beureueh Ayahnya merupakan seorang ulama yang

berpengaruh dikampungnya mendapat gelar dari masyarakat setempat dengan

sebutan bdquoImeuem‟ (imam) Beureueh Ibunya bernama Aminah Menurut A

Hasjmy dikatakan bahwa kakek Teungku Muhammad Daud Beureueh berasal dari

Kerajaan Pattani Darussalam namanya Haji Muhammad Adami39

Sementara

Daud Beureueh sendiri beristrikan tiga orang Istri yang pertama bernama

Teungku Cut Halimah atau sering dipanggil Mi Usi darinya dikaruniai tujuh

orang putraputri Istri yang kedua bernama Teungku Asma dipanggil Mi Paleue

darinya dikaruniai tiga orang putraputri Istri yang ketiga bernama Cutnyak

Asiyah terkenal dengan panggilan Mi Beureueh dikaruniai seorang putra yang

bernama Hatta jika diakumulasikan semuanya berjumlah sebelas orang

putraputri40

Daud Beureueh melalui anak tertuanya Teungku Maryam

mempunyai anak yaitu cucunya yang bernama Nila Inangda Mayang Keumala

36

El Ibrahimy Op Cit hal 222-223 37

Mujahid adalah orang yang berjuang demi membela agama Islam Sumber melalui

httpkbbiwebidmujahid di akses pada tanggal 31 Januari 2016 Pukul 1337 WIB 38

Nilai-nilai Islam yang dimaksud terlihat dimana ketika Maghrib tiba Hikayat Perang

Sabil selalu dikumandangkan di setiap meunasah (masjid kampung) Ibid hal 337-338 39

Kerajaan Pattani Darussalam adalah kerajaan Islam Melayu yang terletak di ujung

paling utara Semenanjung Tanah Melayu dan setelah dijajah Siam sekarang menjadi Thailand

Selatan A Hasjmy melalui bukunya yang berjudul ldquoUlama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan

dan Pembangunan Tamadun Bangsardquo hal120 40

A Hasjmy Op Cit hal120-121

18

yang bersuamikan Tan Sri Sanusi Junit41

telah mempersembahkan cicit untuk

Daud Beureueh Tidak banyak literature yang dapat penulis gali mengenai

keluarga Daud Beureueh baik mengenai keluarga lingkungan ataupun orang

terdekatnya

Ketenaran tokoh di Aceh senantiasa melekat pada kharisma kampungnya

Kampung adalah sebuah entitas politik42

yang pengaruhnya ditandai dengan

tokoh-tokoh perlawanan Hal ini terjadi akibat cita-cita yang belum tercapai Jika

dikaitkan dengan tempat tinggalnya Daud Beureueh berasal dari tanah Aceh

tepatnya didaerah Pidie Orang-orang Pidie terkenal berwatak keras ulet dan suka

merantau Mungkin sekali bila penulis katakan karena watak orang Pidie

demikian rupa maka Daud Beureueh tumbuh menjadi manusia yang keras dan

ulet hal ini terlihat juga setelah ia menjadi pemimpin umat43

Terlebih lagi Daud

Beureueh mendapatkan gelar Teungku adalah karena ia ulama yang berasal dari

rakyat jelata Jelaslah kemauan keinginan dan pendiriannya yang kuat yang

membuat Daud Beureueh sangat disegani oleh masyarakat Aceh44

B Riwayat Pendidikan

Dalam riwayat pendidikannya Daud Beureueh memperoleh pendidikannya

dari lembaga pendidikan tradisional45

Sebelum membahas hal itu lebih jauh

penulis ingin mencoba memaparkan sedikit mengenai sejarah pendidikan Islam di

41

Tri Sri Dato‟ Seri Sanusi Junid atau suami dari cucu Daud Beureueh yaitu Nila Inangda

Keumala lahir 10 Juli 1943 adalah tokoh politik Malaysia yang menjabat sebagai Menteri

Pembangunan Negara dan Luar Bandar pada tahun 1981 Menteri Pertaninan sewatu berumur 38

tahun pada tahun 1986 Dan Tan Sri Sanusi menjadi Menteri Besar Kedah Darul Aman yang

ketujuh pada tahun1996-1999 Sumber melalui httpmkompasianacomdandibachtiartan-sri-

sanusi-junid-putra-aceh-yang-jadi-menteri-di-malaysia_550e5dcaa33311b82dba8166 diakses pada

tanggal 31 januari 2016 Pukul 1541 WIB 42

Entitas politik adalah wujud politik Jika dikaitkan dengan dengan entitas budaya

menurut Kuntjaraningrat Analisa penulis mengenai penelitian ini adalah sebagai bentuk entitas

ideal yaitu merupakan kompleks dari ide-ide gagasan nilai-nilai norma-norma dsb Jelas

kaitannya dalam kasus perjuangan ini adalah terkait nilai-nilai keagamaan dalam menegakan

syariat Islam di Aceh Sumber melalui httpkbbiwebidentitas di akses pada tanggal 31 Januari

2016 Pukul 1730 WIB 43

Bukti dari sifatnya yang keras dan tegas terlihat ketika dalam suatu khotbah Jum‟at di

Masjid Raya Kutaraja dalam mengupas Islam dengan komunis Daud Beureueh sangat militant

tegas dan enteng dalam menyampaikan vonis haram dan kafir terhadap orang yang tidak

disukainya dalam kasus ini disebutkan untuk menjauhkan kaum Muslimin dari PKI 44

El Ibrahimy Op Cit hal 222 45

Harun Nasution Op Cit hal 202

19

Aceh Pendidikan Islam yang berlandaskan ayat-ayat Al Qur‟an adalah rasa

kesadaran beriman dan beramal salih yang berdasarkan ilmu pengetahuan

sehingga manusia menjadi makhluk sosial yang menghayati ajaran-ajaran Islam

dalam kehidupannya46

Baik dalam kehidupan politik ekonomi ataupun dalam

kehidupan sosial Dengan berpedoman ayat-ayat Al Qur‟an pendidikan Islam

bertujuan untuk

a Membina manuslia Muslim yang beriman dan beramal salih sehingga

memenuhi syarat untuk menjadi Khalifah Allah di atas bumi yang

bertugas memakmurkan dunia raya47

b Membina manusia Mukmin yang beramar makruf dan bernahi

mungkar sehingga mereka memiliki syarat-syarat untuk ditampilkan

menjadi umat pilihan di depan mata dunia48

c Membina Jama‟ah Ansarullah yang bertugas melaksanakan Dakwah

Islamiyah dengan hikmah kebijaksanaan dan ajaran-ajaran yang indah

sebagai syarat mutlak bagi kaum Muslimin untuk menjadi umat yang

beruntung dan mendapat kemenangan49

d Membina angkatan Dakwah yang tugasnya bejihad membela rakyat

melarat yang tertindas dengan segala daya dana dan jiwa sebagai

syarat mutlak untuk mendapat ampunan Allah dan kemenangan di

dunia dan di akhirat50

Pengertian dan tujuan pendidikan Islam ini merupakan hal penting ketika

kita mengenyam pendidikan Islam dimanapun51

Selain itu mengetahui

pengertian dan tujuan bermanfaat untuk mengkaji mengenai suatu penelitian

terkait pendidikan yang dalam kasus ini penulis akan mencoba untuk

menjelaskannya Seperti yang dijelaskan dalam berbagai literature Daud

Beureueh tidak mengalami masa-masa usia sekolah atau tidak masuk sekolah ke

lembaga pendidikan resmi yang dibuat Belanda seperti Volkschool Goverment

46

Landasan QS Al Alaq 1-5 dan At Taubah 122 47

Landasan QS An Nur 55-56 48

Landasan QS Ali Imran 110 49

Landasan QS Ali Imran 104 dan An Nahl 125 50

Landasan QS An Nisa 74 dan Ash Shaf10-12 51

A Hasjmy Bunga Rampai Revolusi dari Tanah Aceh (Jakarta Bulan Bintang 1978)

hal 51-53

20

Indlandsche School atau HIS52

Hal tersebut dikarenakan banyak putraputri Aceh

tidak diizinkan orangtuanya untuk memasuki sekolah-sekolah yang didirikan oleh

bdquokaphe‟53

terutama untuk putraputri ulama Dan terlebih lagi masih sangat

kuatnya anti penjajahan dan gema berkumandangnya Hikayat Perang Sabil54

Hal

ini membuktikan bahwa tidak benar yang dikatakan ldquopengamatrdquo yang mengatakan

bahwa orang Aceh jaman penjajahan anti ilmu pengetahuan melainkan yang

benar bahwa rakyat Aceh saat itu dan bahkan sampai sekarang anti penjajahan

seperti yang diterangkan oleh A Hasjmy dalam bukunya Ulama Aceh Mujahid

Pejuang Kemerdekaan dan Pembangunan Tamadun Bangsa

Walaupun Daud Beureueh dan masyarakat Aceh baik dikalangan ulama

maupun rakyat jelata tidak memasuki lembaga pendidikan yang didirikan kaum

penjajah namun mereka tidak ldquobuta hurufrdquo dan juga tidak ldquobuta ilmurdquo karena

mereka mendapat pendidikan di pusat-pusat pendidikan seperti pesantren

madrasah seperti dayahzawiyah55

Jika dikaji lebih dalam pendidikan yang

bernama dayahzawiyah berdiri ketika masa Kerajaan Islam Perlak sebagai

Kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara Hal ini merupakan upaya utama yang

dilakukakan dengan mendirikan tempat-tempat pendidikan bagi putraputri

negara dalam rangka mempunyai pengetahuan yang luas Ini merupakan perintah

Sultan56

untuk memberi pengetahuan yang luas melalui bidang pendidikan Dan

masa itu pendidikan dayahzawiyah diajarkan oleh ulama-ulama yang juga

mempunyai pengetahuan yang luas

52

Volkschool atau yang dikenal sekolah desa selama tiga tahun muncul sekitar tahun

1915 ketika jaman penjajahan Belanda diperuntukkan bagi anak-anak peribumi yang tinggal di

desa-desa Motif pembangunan sekolah ini adalah ekonomi Sumber melalui

httpwwwjakartagoidwebencyclopediadetail3515volkschool diakses pada tanggal 31 Januari

2016 Pukul1952 WIB Goverment Indlandsche School adalah sekolah rakyat lima tahun A

Hasjmy Op Cit Sedangkan HIS adalah sekolah dasar selama tujuh tahun dengan bahasa Belanda

sebagai pengantar diperuntukkan untuk anak-anak pribumi Sumber melalui Anthony Reid Op

Cit hal 13 53

Kaphe adalah sebutan kafir oleh masyarakat Aceh untuk Belanda atau penjajah 54

Hikayat Perang Sabil merupakan syair perang sabil yang ditulis dan disebarkan pada

waktu perlawanan anti-Belanda Anthony Reid Menuju Sejarah Sumatera Antara Indonesia dan

Dunia (Jakarta KITLV 2011) hal 338 55

El Ibrahimy Op Cit hal 221-222 56

Hal yang melatarbelakangi pendidikan masa itu adalah ketika itu Ayah Sultan sangat

mementingkan pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk putranya hal itu terlihat dari pemikiran

Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah yang juga mementingkan pendidikan dan ilmu

pengetahuan terinspirasi dari ayahnya

21

Setelah berdiri banyak tempat-tempat pendidikan yang bernama zawiyah

dalam Kerjaan Islam Perlak pada akhir abad ke-3 H atau abad ke-10 M

Berdirilah pendidikan Islam yang bernama ldquoZawiyah Cot Kalardquo didirikan oleh

pangeran Muhammad Amin yang sekaligus merupakan seorang ulama atau lebih

dikenal dengan nama Teungku Chik Cot Kala Kata-kata ldquozawiyahrdquo seiring

perkembangan jaman berubah sebutan menjadi ldquodayahrdquo menjadi ldquoDayah Cot

Kalardquo57

Mempunyai akar sejarah dalam bidang pendidikan yang kuat

memunculkan upaya yang dilakukan Kerajaan Aceh Darussalam untuk menyusun

lembaga-lembaga pendidikan yand disesuaikan dengan system dan organisasi

pendidikan atau pengajaran yang disusun oleh Perdana Menteri Nizamuddin dari

Daulah Abbasiyah sekitar abad ke-16 M dan seiring perkembangan pendidikan di

Aceh membawa ajaran wajib dalam rangka membasmi buta huruf tadan buta ilmu

Adapun tingkatan pendidikan di Aceh sekitar abad ke-17 M adalah sebagai

berikut

a Meunasah atau madrasah yaitu sekolah permulaan yang sama dengan

sekolah dasar Didirikan ditiap-tiap kampung atau desa untuk

mengajar murid-murid menulis dan membaca huruf Arab

b Rangkang melalui Masjid sebagai pusat segala kegiatan umat ini

merupakan pendidikan tingkat menengah pertama atau yang dikenal

dengan nama Madrasah Tsanawiyah Diajar mengenai fiqh atau hukum

Islam58

c Dayah dapat disamakan dengan Sekolah Menengah Atas atau

Madrasah Aliyah Dalam tingkatan ini murid-murid diajarkan

mengenai kitab-kitab dan kajian fiqh lebih mendalam

d Dayah Teungku Chik atau yang disebut Dayah Manyang disamakan

dengan akademik Teungku Chik artinya guru besar Diajarkan

mengenai pelajaran tentang bahasa fiqh hukum Islam sejarah ilmu

manthiq tauhid tasawuf ilmu falak tafsir hadits

57

Ibid hal 51-56 58

Diajar mengenai hukum islam yaitu tentang rubuk ibadah tauhid tasawuf sejarah Islam

dan umum dan bahasa Arab Melalui buku-buku berbahasa Melayu dan Arab

22

e Jami‟ah Baiturrahman setara dengan tingkatan universitas mempunyai

ldquoDaarrdquo atau fakultas Di ajar oleh guru-guru besar ulama atau sarjana

dari Aceh maupun didatangkan dari Arab Turki Persia dan India59

Kembali dalam fokus kajian mengenai pendidikan Daud Beureueh Dalam

pusat-pusat pendidikan yang bernama dayahzawiyah Daud Beureueh dan ulama

sejaman mempelajati baca tulis Arab dan pengetahuan Agama Islam Dalam

riwayat pendidikannya dari beberapa dayah terkemuka di Tanah Aceh Daud

Beureueh menimba ilmu pengetahuan bahasa Arab terutama sekali ilmu-ilmu

syariat dan hakikat serta ilmu-ilmu lain yang erat hubungannya dengan

pengembangan dan pembinaan Islam dalam melahirkan ulama besar dan

pemimpin rakyat60

Pada mulanya Daud Beureueh belajar di Pesantren Titeue

yang dipimpin oleh Tgk Muhammad Hamid selama satu setengah tahun

kemudian pindah ke Pesantren Lie Leumbeue dibawah pimpinan Tgk Ahmad

Harun yang terkenal dengan sebutan Teungku di Tenoh Mirah Setelah empat

setengah tahun belajar ia keluar sebagai ulama tulen atau tempaan pesantren

sejati Setelah lulus Daud Beureueh menikah dengan Tgk Halimah di kampung

Usi Meunasah Dayah Pada tahun 1930 ia membentuk Jami‟ah Diniyah dan

kemudian mendirikan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli Ini

merupakan pengembangan dari lembaga pesantrennya Dan sejak itu Daud

Beureueh mulai terkenal dengan gelar ldquoTeungkurdquo di kampung Usi Meunasah

Dayah61

62

Setelah Daud Beureueh mendirikan kedua lembaga pendidikannya

kemudian ia menjadi pemimpin dalam mempelajari ldquohuruf latinrdquo sehingga teman

ulama sejamannya menjadi pandai membaca dan menulis huruf Ilmu itu mereka

dapat ketika memasuki usia sekolah dalam lembaga pendidikan resmi yang

didirikan oleh Belanda yaitu Government Inlandsache School di kota kecil

59

A Hasjmy Op Cit hal 63-71 60

A Hasjmy Op Cit hal 121-123 61

Harun Nasution dkk Op Cit hal 202 62

Pada mulanya kebanyakan penduduk kampung Usi menganut kepercayaan suluk yang

bersumber kepada ajaran-ajaran Al Hallaj yang terkenal dalam sejarah ilmu Tasawuf Mereka

bertekad bahwa Allah Muhammad dan Adam hakikatnya adalah satu ibarat kain benang dan

kapas Dengan petunjuk-petunjuk yang terus menerus dari Tgk M Daud Beureueh kebanyakan

mereka telah kembali ke jalan yang benar Sumber melalui M Nur El Ibrahimy dalam bukunya

ldquoTgk M Daud Beureueh Peranannya Dalam Pergolakan di Acehrdquo hal 222

23

Seulimeum Dikatakan oleh Anthony Reid Tgk M Daud Beureueh tahun 1910-

1946 mendapatkan pendidikannya pada Europese School di Sigli Dan hal itu

yang dianggap Anthony Reid bahwa Daud Beureueh lebih bersifat ke Eropaan

dibanding uleebalang lainnya63

C Karya-karyanya

Dalam hal ini sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam mengenai

karya-karya Tgk M Daud Beureueh Disini penulis membagi karya-karyanya

menjadi 3 bagian yaitu pertama pemikiran merupakan hasil dari manusia tak

jarang manusia yang berfikir menghasilkan pemikiran-pemikiran yang bermanfaat

bagi kemajuan jaman namun dalam menerapkan pemikiran tersebut banyak

tantangan yang harus dihadapi Bukan mengenai tantangan tersebut tapi

bagaimana hal itu menjadi pecutan semangat untuk menghadapi tantangan jaman

yang mencoba melawan arus manusia

Dalam kasus ini jelas pemikiran Daud Beureueh merupakan pemikiran

politik yaitu menciptakan konsep Negara Islam Indonesia di Aceh64

Islam

sebagai dasar Negara dan Syariat Islam sebagaimana diperintahkan Allah SWT

Dan dijalankan oleh Rasulullah SAW Tantangan yang dihadapi dalam

mewujudkan pemikirannya adalah pemerintah pusat Pemerintah menganggap

pembentukan negara Islam ini adalah suatu tindakan pemberontakan dan

menentang terhadap kebijakan pemerintah Dan hasil dari pemikiran ini maka

tercetuslah Republik Islam Aceh (RIA)65

berdiri pada 15 Agustus 1961 Tetapi

tidak lama berselang setelah perundingan antara Daud Beureueh dengan pihak

pemerintah Indonesia akhirnya tercapailah rumusan yaitu bahwa di Aceh dibentuk

sebagai Daerah Istimewa Aceh (DISTA) dengan penerapan syariat Islam dengan

batas-batas yang diperbolehkan oleh perundang-undangan republik Indonesia

Sebelum pada akhirnya Aceh kembali kepangkuan Negara Kesatuan Republik

Indonesia dan bagian dari NKRI66

63

Ibid hal 350 64

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 200-205 65

RIA akhirnya berhenti pada bulan juli akibat dari propaganda pemerintah pusat dan

perpecahan dalam kubu DITII 66

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 205-208

24

Kedua adalah bentuk melalui karyanya Daud Beureueh membentuk

Jami‟ah Diniyah dan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli Ini

adalah bentuk nyata bagaimana Daud Beureueh ingin memberikan sesuatu yang

bermanfaat bagi penerus dalam bidang pendidikan Jika dikaji melalui pemikiran

pembaharuan dalam dunia Islam menurut At Tahtawi (1801-1873) kaitannya

dengan Daud Beureueh ini adalah bentuk yang lebih spesifik Karena Menurut At

Tahtawi untuk menuju kesejahtraan ialah dengan berpegang kepada agama dan

budi pekerti yang baik Dan menganjurkan pendidikan yang universal Tujuan

pendidikan menurut pendapatnya mencakup kecintaan kepada bangsa dan At

Tahtawi juga berpendapat ulama harus mengetahui ilmu-ilmu modern agar

mereka dapat menyesuaikan syariat dengan kebutuhan zaman modern67

Hal ini

terlihat pada Daud Beureueh yang mempelajari huruf latin untuk menambah

pengetahuannya yang lebih luas

Menurut pandangan James Siegel antropolog Amerika anggota

Departement of Antrophology di Cornel University mengenai Daud Beureueh

yang dianggap sebagai ulama yang berani (militant) dan reformis dari sejarah

Aceh James Siegel mengatakan bahwa Daud Beureueh pernah bersedia

membantu mengerjakan obyek-obyek yang bermanfaat bagi umum dengan

menyediakan diri sebagai alat dalam usaha membangun masjid perbaikan dan

pembuatan jalan-jalan memperbaiki saluran-saluran Irigasi68

Ia juga termasuk

uleebalang yang kaya dan paling giat dalam membuka perkebunan kopi di Tangse

sekitar tahun 1930-an untuk membantu perekonomian masyarakat sekitar69

67

Taufik Abdullah Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Pemikiran dan Peradaban

(Jakarta PT Ichtiar Baru Van Hoeve 2002) hal 397-398 68

El Ibrahimy Op Cit hal 228-235 69

Anthony Reid Op Cit hal 350

25

BAB III

PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM

PEMBERONTAKAN DI ACEH

A Pembentukan Darul Islam Tentara Islam Indonesia di Aceh

Perjuangan Daud Beureueh menegakan syariat Islam di Aceh terjadi pada

masa Era Orde Lama 1953-1962 telah menimbulkan peristiwa berdarah atau yang

lebih dikenal dengan pemberontakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia Aceh

(DITII Aceh) Meletus pada 20 september 195370

perjuangan untuk menciptakan

negara Islam di Aceh sebagai suatu negara bagian dari Negara Islam Indonesia

Pembentukan negara Islam yang berlandaskan kepada pelaksanaan syariat Islam

adalah cita-cita Daud Beureueh Pemberontakan ini timbul akibat kekecewaan

terhadap Soekarno serta harga diri yang terlecehkan karena tidak memenuhi

janjinya untuk menjadikan negara Indonesia sebagai sebuah negara yang

berlandaskan kepada Islam71

Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya pemberontakan yang terjadi

tahun 1953-1962 oleh Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh adalah

rasa sakit hati rakyat Aceh atas perjuangan mempertahankan kedaulatan RI yang

dipandang sebelah mata setelah berhasil mempertahankan kemerdekaan serta

kecewa dengan pemerintah karena wilayah Aceh dimasukan kedalam wilayah

Sumatera Utara dan janji pemerintah mengenai hak istimewa bagi daerah Aceh

tidak kunjung terwujud72

Sedangkan pendapat lebih kuat menurut Anthony Reid

faktor perjuangan melawan kendali Jakarta pada 1953-1962 didasari dua alasan

yakni menentang diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatera Utara dan

gagalnya Republik melaksanakan hukum Islam73

Pertentangan politik dengan

pemerintah pusat membawa kepada suatu keadaan yang meresahkan akibat

70

Dilihat pada beberapa literature peristiwa perjuangan di Aceh oleh Tgk M Daud

Beureueh dipandang sebagai suatu pemberontakan yang menentang kebijakan pemerintah dalam

menerapkan dasar negara Indonesia pasca kemerdekaan dan mengubur alasan kenapa

pemberontakan itu terjadi serta perjuangan gigihnya rakyat Aceh mengusir penjajah saat itu 71

Abdullah Sani Usman Op Cit hal200 72

__________ Ensiklopedi Islam untuk Pelajar 73

Anthony Reid Op Cit hal 338

26

adanya tarik menarik antara Aceh dengan pemerintah pusat Pemerintah pusat

tidak mengakui pembentukan provinsi Aceh yang terpisah sehingga terjadi

tupmang-tindih kebijakan yang membawa kepada krisis kekuasaan pemerintahan

di Aceh

Dalam permasalahan ideologi yaitu penerapan perundang-undangan Islam

yang dikehendaki oleh rakyat Aceh gagal diberikan oleh pemerintah pusat Hal ini

menjadi masalah dan membawa pertikaian atau konflik di era Orde Lama Darul

Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh dengan pemerintah pusat awalnya

disebabkan permasalahan kekuasaan dan selanjutnya masalah ideologi menurut

kacamata penulis dalam kasus ini konflik dapat melenyapkan unsur-unsur yang

memecah belah dan menegakan kembali Artinya konflik yang terjadi juga dapat

meredakan ketegangan antara pihak-pihak yang bertentangan sehingga konflik

dapat berfungsi sebagai stabilisator sistem sosial Sisi positifnya konflik dapat

menciptakan jenis-jenis interaksi yang baru di antara pihak yang bertentangan

Dan konflik juga berlaku sebagai rangsang untuk menciptakan aturan-aturan dan

sistem norma baru yang mengatur pihak-pihak yang bertentangan sehingga

keteraturan sosial Republik Indonesia khususnya Aceh dapat terwujud74

Pada kenyataannya pembentukan Negara Islam yang merupakan cita-cita

impian Daud Beureueh terilhami dari perjuangan DITII pimpinan Imam

Soekarmadji Maridjan Kartosuwiryo75

Kartosuwiryo adalah pemimpin pusat

yang pertama kali mencetuskan gerakan ini di Jawa Barat pada 7 Agustus 1949

Ini merupakan alasan Daud Beureueh merangsang dan ikut berjuang juga dalam

melahirkan Negara Islam di Aceh sebagai suatu Negara Bagian dari Negara Islam

Indonesia Selain itu alasan lain Daud Beureueh untuk tidak meminta bantuan

atau bergabung menyatukan kekuatan dengan DI TII Kartosuwiryo adalah karena

Daud Beureueh melihat ada tekanan hebat yang dilakukan pemerintah pusat

terhadap gerakan Kartosuwiryo Perjuangannya di Jawa direspon dengan sikap

74

Ulfah Fajarini Konflik dan Integrasi Potret Keagamaan Masyarakat Sawangan

(Jurnal Al-Turas Vol 11 No 3 September 2005) hal 289 75

Imam Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo (1905-1962) lahir pada 7 Februari 1905

Adalah pemimpin yang menentang legitimasi dan otoritas Republik Indonesia yang baru merdeka

antara 1948 dan 1962 Kartosuwiryo dikeluarkan dari sekolah kedokteran pada 1927 Karena

nasionalisme radikalnya dan secara politik aktif berasosiasi erat dengan HOS Tjokroaminoto

pemimpin Sarekat Islam Kartosuwiryo terilhami oleh pendirian Tjokroaminoto bahwa sebuah

negara Indonesia yang merdeka harus didasarkan pada prinsip-prinsip Islam Lihat Ensiklopedi

Islam Ringkas hal 356

27

keras oleh pemerintah pusat Melalui Tentara Nasional Indonesia gerakan yang

dianggap sebagai pemberontak ini berhasil ditumpas di berbagai wilayah di Jawa

Barat76

Walaupun mengikuti pola DI TII Kartosuwiryo hakikatnya gerakan DI

TII Aceh lebih merupakan gerakan peringatan kepada penguasa Jakarta agar tidak

sewenang-wenang dan melupakan sumbangan Aceh di masa lalu dengan

mengorbankan seluruh jiwa raga dan harta berharga masyarakat Aceh77

Hubungannya dengan masyarakat Aceh adalah konteks dimensi perilaku

kolektif Dimana suatu gerakan tidak hanya melakukan protes dan demonstrasi

melainkan berakibat pada pengrusakan harta benda dan juga mengakibatkan

jatuhnya korban jiwa Dari hubungan antar kelompok ini melibatkan suatu

gerakan sosial yaitu DI TII yang bertujuan menginginkan perubahan dalam

kekuasaan ataupun ideologi negara78

Dalam pembentukannya perjuangan Daud

Beureueh terinspirasi dari perjuangan dakwah yang ditempuh oleh Rasulullah

SAW Adapun langkah-langkah perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh

melalui tiga tahap yaitu

1 Pertama tahap pembinaan dan pengkaderan

Pada tahapan ini Daud Beureueh sangat serius dalam menanamkan nilai-

nilai dan norma Islam dalam kehidupan masyarakat di Aceh79

Diketahui Islam di

Indonesia sulit berkembang karena ada tiga penyebab Pertama jarak Indonesia

dengan pusat Islam terlalu jauh Kedua Islam sampai ke Indonesia adalah Islam

kosmopolitan dimana hubungan antar pemeluk Islam sedunia begitu dekat lalu

berubah menjadi Islam parokial yang lokal Ketiga Islam di Indonesia menjadi

Islam pedesaan dan menjadi Islam petani Ini berbeda dengan Timur Tengah yang

memiliki kaum pedagang yang mobil Sebelum abad ke-15 M mobilitas para

pedagang sangat tinggi namun ketika sampai di Indonesia menjadi Islam petani

yang mobilitasnya makin menurun Dan dipengaruhi oleh budaya agraris yang

relative statis dan percaya mistik80

76

Cyrill Glasse Op Cit hal 356 77

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 201 78

Ibid hal 160 79

Pada masa kesultanan Aceh Islam mengalami proses pelembagaan yang sangat jelas

sebagai kekuatan sosial budaya dan politik pada masa itu kekuatan pengaruh Islam semakin

dirasakan di hamper seluruh aspek kehidupan masyarakat Aceh lihat Ensiklopedi Tematis Dunia

Islam hal 65 80

Kuntowijoyo Op Cit hal 28-29

28

Hal itu merupakan sebuah tantangan untuk Daud Beureueh dalam

menanamkan Islam di masyarakat Aceh Dalam pembinaan nilai dan norma Islam

Daud Beureueh dalam bidang pendidikan mendirikan dua lembaga yaitu Jami‟ah

Diniyah dan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli sekitar tahun

1930 Dengan tujuan agar nafas Islam selalu ada di dalam masyarakat Aceh dan

membebaskan buta huruf dan buta ilmu dikalangan masyarakat Aceh Terutama

mengenai ilmu-ilmu syariat dan hakikat serta ilmu-ilmu yang erat hubungannya

dengan pengembangan dan pembinaan Islam dalam melahirkan ulama besar dan

pemimpin rakyat81

2 Kedua Tahap Interaksi dan Perjuangan

Pada tahap pembinaan aktifitas di bidang pendidikan yang dilakukan Daud

Beureueh adalah tandingan dari pendidikan yang di buat oleh kolonial Belanda

Dan secara tidak langsung Islam sudah berinteraksi di kalangan masyarakat Aceh

bagaimana di perkenalkan secara sederhana melalui pendidikan tradisional dan

dakwah-dakwah Rasa keimanan yang kuat sudah tertanam di masyarakat Aceh

kemudian menemui pergesekan ideologi Antara ide-ide yang dianggap benar

tentang Islam dengan ide-ide karena pengaruh barat melalui Ideologi Pancasila

Pada periode ini perjuangan Daud Beureueh begitu berat karena memperjuangkan

nilai-nilai keIslaman dalam cita-cita nya mendirikan negara yang berlandaskan

syariat Islam

Melalui dakwah-dakwahnya Daud Beureueh ingin menciptakan

masyarakat Aceh yang mempunyai semangat yang berkobar-kobar dalam

memperjuangkan Islam sebagai dasar negara Dalam substansinya dakwah adalah

menyeru kepada mentauhidkan Allah dan seruan ibadah hanya kepada-Nya serta

seruan untuk meninggalkan penyembahan kepada berhala dan seruan untuk

melepaskan diri dari kehidupan diluar ketentuan Islam seperti zaman jahiliyah

Dan ketika Soekarno mengkhianati cita-cita revolusi itu Soekarno dianggap

sebagai alasan di segala macam maksiat dan kemungkaran Soekarno menentang

Islam memisahkan Islam dari negara dan pemerintahan dan Islam itu sendiri

dipisahkan dari kehidupan masyarakat Pancasila selalu diagung-agungkan dengan

81

A Hasjmy Op Cit hal 121-123

29

penafsiran dan pelaksanaannya itu bukan merupakan wadah untuk Islam82

Dalam

pernyataannya ini menjadi alasan Daud Beureueh mengangkat senjata dan

berjanji ditengah-tengah masyarakat Aceh atas permintaan rakyat Aceh untuk

memimpin dan berjanji berjuang bersama-sama hingga kemenangan tercapai

melaksanakan hukum Allah di Republik Indonesia83

3 Ketiga Tahap Penerimaan Kekuasaan

Jika kaitannya dengan dakwah yang ditempuh Rasulullah SAW Tahapan

ini adalah tahapan menerapkan Islam secara praktis dan menyeluruh sekaligus

menyebarkan risalah Islam ke penjuru dunia Berbeda pada perjuangan yang

dilakukan Daud Beureueh Islam sebagai ilmu yang revolusioner Memiliki

kemampuan untuk mengubah dalam periode ilmu berbagai masalah

kemasyarakatan dapat dicarikan jawabannya dalam Islam Misal mengenai

ketimpangan sosial pemilikan tanah hubungan kerja ataupun masalah modal dan

penguasaan pasar Islam memiliki jawaban dari persoalan itu Tetapi hal itu masih

terbatas pada tingkat formulasi normatif dan belum mengangkat Islam menjadi

teori sosial Keadaan ini yang mungkin dianggap pemerintah saat itu masih tidak

percaya bahwa ide Islam bisa menjadi kenyataan Dan menganggap itu sebagai

ide abstrak atau dengan kata lain non progresif84

Setelah melakukan langkah-langkah mulai dari pembinaan pengkaderan

interaksi dan perjuangan Aceh pada awal perjuangan kemerdekaan Indonesia

secara de facto85

yang merupakan bagian dari provinsi Sumatera dengan

kebijakan undang-undang sementara tahun 1945 yang membagi wilayah

Indonesia menjadi 10 provinsi Pergantian pemerintahan Jepang kepada

pemerintahan Indonesia secara otomatis menghapus dan menggantikan undang-

undang peradilan baik dari zaman Belanda maupun Jepang menjadi perundang-

undangan Republik Indonesia yang diatur dalam lembaran Negara No 23 1947

Dengan berlakunya undang-undang ini segala bentuk perundang-undangan dan

struktur pemerintahan di Aceh yang berlaku pada era Belanda dan Jepang telah

82

Pada Saat Soekarno tidak menepati janjinya Pancasila dengan penafsiran dan

pelaksanaannya dianggap sebagai syirik yang sesat dan menyesatkan yang hanya sesuai dengan

agama lain di luar agama Islam 83

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 201 84

Kuntowijoyo Op Cit hal 30-31 85

De facto adalah pengakuan secara kenyataan pada kasus Aceh ini bersifat sementara

30

berubah Namun pada kenyataannya walaupun mengalami perubahan secara

prinsipnya perundang-undangan tersebut masih menyerupai kedua era Belanda

dan Jepang Dan perlu ditekankan perubahan yang terjadi bukan berarti

merupakan pengembalian kepada bentuk asal perundang-undangan Aceh atau

hasil perundingan perundang-undangan yang sesuai dengan kehendak masyarakat

Aceh Hal ini juga yang menyebabkan rakyat Aceh semakin geram dengan

pemerintah pusat dan alasan munculnya gerakan DITII Aceh86

B Kedudukan dan Sikap Tgk M Daud Beureueh dalam Perjuangan di

Aceh

Pada masanya perjuangan dengan berlandas pada syariat Islam Daud

Beureueh memiliki rentan waktu yang lama Mulai dari masa kolonial Belanda

masa kedudukan Jepang masa pra dan pasca kemerdekaan dan masa revolusi

Adapun kedudukan Daud Beureueh adalah sebagai berikut

Ulama seperti pemaparan penulis diatas dalam riwayat pendidikan Daud

Beureueh dikenal sebagai ulama tulen Hal itu terlihat dari pendidikan yang Daud

Beureueh jalani di Pesantren sekitar 6 tahun sebelum ia dikenal oleh rakyat Aceh

sebagai seorang ulama Pada saat menjadi ulama Daud beureueh mendirikan

lembaga pendidikan dan pemimpin dalam mengawali mempelajari huruf latin

Peran sebagai ulama makin terlihat tatkala ia menyelesaikan persoalaan yang

terjadi di masyarakat Dalam tahun 1920-1930-an Daud Beureueh dan para ulama

lainnya baik yang muda maupun yang sebaya dengannya telah berhasil

memberantas gerakan kebatinan saleek buta87

dimana bagi mereka gerakan itu

adalah suatu ancaman karena dapat merusak akidah keIslaman masyarakat Aceh

Ketua PUSA Persatuan Ulama Seluruh Aceh adalah organisasi modern

pertama dan sebuah gerakan rakyat yang berhasil muncul di Aceh setelah

pendudukan militer Berdiri pada tahun 1939-1942 organisasi ini menghimpun ke

86

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 178-179 87

Saleek buta ialah satu aliran kebatinan yang tumbuh di Aceh sekitar abad ke-19 dan

awal ke-20 M sampai dengan tahun tiga puluhan Di antara ajaran saleek buta bahwa Tuhan dan

makhluk adalah satu atau bersatunya Allah dengan manusia Dan bagi mereka syariat Islam

seperti yang diamalkan tidak berlaku Dalam buku A Hasjmy Op Cit hal 105

31

mayoritas ulama aktif di Aceh dalam program pengembangan sekolah-sekolah

agama yang lebih modern dan peningkatan Kekuatan Islam Aceh88

Organisasi ini

lahir dalam konfrensi pada bulan Mei tahun 1939 oleh Teungku Abdul Rahman

dari perguruan Al- Islam di Peusangan Lahir pada masa kolonial organisasi ini

muncul sebagai pejuang dalam mengambil kekuasaan dari Belanda di Aceh Hal

itu terlihat dari konflik yang terjadi antara PUSA dengan uleebalang Suatu

hubungan antara uleebalang dengan Belanda menjadi alasan mengapa PUSA

ingin memimpin sistem pemerintahan di Aceh

Meskipun berdiri di saat situasi tegang tetapi dalam perkembangannya

PUSA telah menunjukan dirinya sebagai suatu faktor politik yang sangat penting

Dalam empat tahun terakhir setelah berdirinya PUSA kekuasaan Belanda di Aceh

mengalami kemerosotan Perubahan sikap dan perilaku antara uleebalang dan

rakyat Aceh menjadi bukti nyata makin rapuhnya kekuasaan uleebalang

Perubahan sikap dan perilaku terlihat dari kemarahan dan kebencian masyarakat

Aceh akibat penindasan dan skandal beberapa uleebalang yang tergambar di

majalah Penjedar yang terbit di Medan pada bulan November 193889

Kemerosotan juga terlihat di bidang ekonomi yaitu dengan munculnya

PUSA sebagai kaum tandingan atau atasan baru sebagai motor penggerak

perekonomian rakyat dalam bentuk kaum pedagang yang berkembang didaerah

seperti Sigli Garot Bireun dan Idi Dan dalam dunia pendidikan terlihat pada

aliran pembaharuan yang pada dasarnya rakyat Aceh menganggap Belanda

sebagai kaphe dengan munculnya sekolah-sekolah keagamaan dengan

berlandaskan Islam menjadi tandingan untuk sekolah-sekolah yang didirikan

Belanda Berbeda dalam bidang politik perjuangan mendapatkan kekuasaan oleh

ulama dianggap Belanda sebagai suatu gerakan perlawanan yang begitu

berpengaruh Tapi aneh ketika sikap politik Belanda membiarkan gerakan yang di

pimpin oleh ulama tumbuh dan berkembang90

88

Anthony Reid Op Cit hal 280 89

Majalah Penjedar awalnya didirikan oleh mantan pemimpin PKI Xarim M S tetapi

kemudian majalah ini beralih ke tangan seorang wartawan Medan yaitu mantan pemimpin PSII

Mohammad Said menjadi pemimpin redaksinya pada bulan November dengan tujuannya yaitu

menggantikan kedudukan raja-raja uleebalang 90

Anthony Reid Op Cit hal 58-63

32

Menurut analisa penulis terhadap sikap politik Belanda melalui golongan

pembesar atau petinggi Belanda melihat perjuangan melalui organisasi yang

dipimpin ulama melalui PUSA sebagai sebuah hal yang wajar dan tidak

mengkhawatirkan sebaliknya pada tahun 1930an munculnya Muhammadiyah

sebagai sebuah gerakan non-Aceh yang terbuka dan menerima kebangkitan

nasionalisme Indonesia justru menimbulkan kekhawatiran oleh Belanda Jadi

kekhawatiran Belanda timbul melalui ruang lingkup PUSA gerakan pembaharuan

ruang lingkupnya lebih kecil dibanding dengan Muhammadiyah

Gubernur Militer merangkap panglima divisi X TRI91

pada masa revolusi

demi menciptakan proses pertahanan politik nasional di wilayah Aceh melalui

keputusan wakil Presiden Muhammad Hatta Daud Beureueh dilantik menjadi

Gubernur Tentara di wilayah Aceh Langkat dan Tanah Karo pada tanggal 27

Agustus 1947 di Bukit Tinggi Melalui Daud Beureueh kekuatan bersenjata di

Aceh dapat dibentuk dan dileburkan dalam wadah Tentara Nasional Indonesia

(TNI) yang sebelumnya terdiri dari berbagai barisan pejuang kekuatan bersenjata

Aceh yang tidak terkawal92

Hal ini didasarkan pertimbangan politis karena selain Daud Beureueh

seorang ulama dan pemimpin rakyat yang sangat berpengaruh juga karena banyak

diantara pemimpin laskar rakyat itu adalah muridnya Dengan demikian Daud

Beureueh dapat dijadikan figur pemersatu di wilayah Aceh kemudian atas dasar

posisi strategis yang dimilikinya Daud Beureueh diangkat sebagai Gubernur

Aceh pertama 1950 Namun tiga tahun kemudian 21 september 1953 terjadi

perselisihan pandangan politik antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat

Hal itu yang menyebabkan Daud Beureueh bersama rakyat mengangkat senjata

dan terjadilah tragedi berdarah atau lebih dikenal peristiwa berdarah93

Proklamator Darul Islam sebelum mengkaji mengenai kedudukan Daud

Beureueh dalam gerakan Darul Islam di Aceh penulis ingin memberikan

informasi bagaimana cikal bakal timbulnya Darul Islam di Aceh Darul Islam

adalah nama yang diberikan kepada sebuah gerakan pejuang Islam di Jawa Barat

91

El Ibrahimy Op Cit hal 47 92

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 184-186 93

Harun Nasution Op Cit hal 202-203

33

Indonesia yang menentang legitimasi dan otoritas Republik Indonesia yang baru

merdeka antara 1948 dan 1962 Dipimpin oleh Sukarmadji Maridjan

Kartosuwiryo (1905-1962) kekuatan militer Darul Islam resmi dikenal sebagai

Tentara Islam Indonesia (TII) dengan basisnya didataran tinggi Jawa Barat

mencoba memproklamasikan Negara Islam Indonesia 7 Agustus 1949 melalui

Kartosuwiryo yang dianggap sebagai pemimpin yang kharismatik Beraliansi

dengan pejuang Islam di Aceh pimpinan Daud Beureueh dan di Sulawesi Selatan

pimpinan Kahar Muzakkar melalui Piagam Jakarta pemimpin Islam menyetujui

sebuah negara pluralitas94

demi kesatuan nasional Imbalannya adalah adanya

pernyataan bahwa umat Islam wajib menjalankan hukum Islam Hal ini

merupakan klaim minimalis atas sistem politik walaupun secara konstitusional

tidak pernah dijadikan undang-undang Bagi kartosuwiryo dan pengikutnya pada

1945 bergerak dalam sayap radikal politik Islam hal ini merupakan

pengkhianatan95

Ketidak senangan mereka diperkuat oleh munculnya

keprihatinan terhadap pengaruh politis sayap kiri didalam barisan kaum

nasionalis96

Tepat tanggal 21 September 1953 (12 Muharam 1373 Hijriah) Daud

Beureueh memproklamirkan berdirinya Darul Islam negara Islam di Aceh Aceh

memberontak dari Republik Indonesia yang berlandasrkan Pancasila dan

bergabung dengan Negara Islam Indonesia yang berlandaskan syariat Islam

Berbeda dengan gerakan Darul Islam di Jawa Barat di daerah Aceh sendiri selain

lebih lambat munculnya gerakan ini pun relatif lebih singkat antara 1953-1957

Dan perjuangan terakhir pada tahun 1962 saat itu Daud Beureueh dianggap

sebagai tokoh sparatis dalam mewujudkan apa yang dicita-citakannya97

Dalam

94

Pluralisme adalah keadaan masyarakat yang majemuk berkaitan dengan sistem sosial

dan politik Melalui kebudayaan muncul berbagai kebudayaan yang berbeda dalam suatu

masyarakat Dalam kaitannya dengan perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh adalah tentang

sebuah prinsip-prinsip Islam sebagai payung ideologi bagi penduduk Indonesia Sumber melalui

httpkbbiwebidpluralisme di akses pada tanggal 16 Februari 2016 Pukul 0950 WIB 95

Pandangan alternatif Kartosuwiryo mengenai Indonesia dan tuntutannya akan sebuah

negara yang sepenuhnya Islam dijabarkan dalam risalahideologis 1946 bertajuk Haluan Politik

Islam Dia menulis bahwa hanya dengan beridirinya Darul Islam-lah kesejahtraan dan keselamatan

kaum Muslim di Indonesia terjamin dan keselamatan di akhirat pun tercapai 96

Cyrill Glasse Ensiklopedi Islam Ringkas (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1999)

hal 356-357 97

A Hasjmy Op Cit hal 113-117

34

karangan yang dimuat oleh A Hasjmy mengatakan menurut para pengamat

politik saat itu jalan sejarah yang mengantar Daud Beureueh ke mimbar

proklamasi Darul Islam di Aceh berkesimpulan bahwa adanya usaha-usaha

sistematis dan berencana yang bertujuan mendorong sebagian rakyat Aceh

memberontak terhadap Republik Indonesia yang telah dipelihara dan dibelanya

selama tahun-tahun yang amat getir dalam sejarah Republik yang masih muda

saat itu Di tahun Revolusi Fisik para pengamat politik mendapati kenyataan

bahwa tahun-tahun itu Aceh mengorbankan segalanya untuk membela dan

mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945 sehingga di angkasa Tanah Aceh

terus menerus berkibar Sang Saka Merah Putih98

Kaitannya dengan sikap Daud Beureueh dalam perjuangannya di Aceh

masa revolusi atau pasca kemerdekaan Terlihat mulai dari situasi genting

Republik Indonesia yang baru berusia dua tahun lebih pada media Juni 1948

membuat Presiden Soekarno mendatangi Aceh Dalam kaitannya dengan kolonial

jelas Aceh dengan sebutan tanah rencong inilah satu-satunya wilayah RI yang

dianggap masih berdaulat penuh Pasca Agresi Militer I Belanda dan perjanjian

Renville sejumlah wilayah RI terkepung negara-negara boneka buatan Belanda99

Misi hidup-mati yang dibawa Soekarno pada 15 Juni 1948 bersama Menteri

Dalam Negeri Dr Sukiman adalah untuk bertemu tokoh masyarakat di Aceh

Seperti dikutip dari buku bdquoAceh Daerah Modal‟ Soekarno menjalani kunjungan

tiga hari untuk berdialog dengan Tgk M Daud Beureueh di Markas Divisi X

Komandemen Sumatera Bireuen Dalam pertemuannya Soekarno meminta

bantuan kepada Daud Beureueh demi membangkitkan rasa patriotisme segenap

rakyat Aceh dengan mengungkit kembali perlawanan melawan kolonial Belanda

di Aceh100

98

A Hasjmy Semangat Merdeka 70 Tahun Menempuh Jalan Pergolakan dan

Perjuangan Kemerdekaan (Jakarta PT Bulan Bintang 1985) 99

Negara-negara boneka itu seperti Indonesia Timur atau Negara Pasundan Tak pelak

Aceh pun disebut jadi ldquosahamrdquo atau modal yang sangat penting untuk mempertahankan

Proklamasi 17 Agustus 1945 saat itu 100

Alasan lain kenapa Soekarno datang ke tanah rencong adalah karena rakyat Aceh

diketahui sebagai pejuang yang paling gigih menentang penjajahan Belanda Berpuluh-puluh tahun

rakyat Aceh berperang melawan kolonialisme Belanda Dan meminta saat itu mengusir Belanda

untuk kedua kalinya dari bumi persada tercinta yaitu Republik Indonesia Sumber melalui

35

Pada masa awal kemerdekaan sikap nasionalisme101

Daud Beureueh

mempunyai kharisma yang sangat kuat di masyarakat Aceh sehingga Presiden

Soekarno datang dan meminta bantuan dalam mempertahankan kemerdekaan

Indonesia dari ancaman negara boneka yang dilakukan Belanda Pada saat itu

Daud Beureueh mau masuk kedalam pemerintahan dengan di angkat menjadi

Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo dan berhasil menyatukan

gerakan-gerakan rakyat menjadi satu kesatuan dalam bentuk Tentara Nasional

Indonesia (TNI) Dengan tujuan dan cita-cita yang sama menuju keselamatan

nasional dari ancaman pihak luar atau penjajah Daud Beureueh menghidupkan

kembali kesadaran sejarah rakyat Aceh102

yang membuat api semangat yang

berkobar dalam diri masing-masing baik di kalangan masyarakat Aceh ulama

dan para pejuang lainnya103

Perjuangan Daud Beuereueh tidak berhenti pasca kemerdekaan setelah

berhasil menyelamatkan dan mempertahankan kesatuan Republik Indonesia dan

berjuang bersama seluruh rakyat Aceh dengan mengorbankan jiwa raga serta harta

berharga tetapi tuntutannya mengenai dasar sebuah negara tidak terpenuhi

membuat geram dan kecewa kepada pemerintahan pusat Respon cepat dilakukan

perubahan kedudukan dari koalisi berubah menjadi oposisi104

kritik keras

mengenai pergerakan pemimpin dalam berpolitik yang tidak mempunyai

tanggung jawab dalam mengambil keputusan di pemerintahan Pemberontakan

tidak begitu saja meletus malainkan melalui 3 tahapan yaitu tahap sabar tahap

benci dan tahap melawan Dan ini sudah mencapai tahap ketiga rakyat Aceh

khususnya sudah geram dan merasa dipermainkan harga dirinya Namun Daud

httpnewsokezonecomread201506153371165361misi-hidup-mati-yang-dibawa-soekarno-

ke-tanah-rencong diakses pada tanggal 19 Februari 2016 Pukul 0007 WIB 101

Sikap nasionalisme yaitu ajaran atau paham untuk mencintai bangsa dan negara

sendiri Sifatnya kenasionalan menjiwai bangsa Indonesia Sumber melalui

httpkbbiwebidnasionalisme diakses pada tanggal 19 Februari 2016 Pukul 1422 WIB 102

Kesadaran yang dimaksud adalah kesadaran dari dalam diri anggota atau para pejuang

dalam suatu bangsa yang secara potensial atau actual bersama-sama mencapai mempertahankan

dan mengabadikan identitas integritas kemakmuran dan kekuatan bangsa atau semangat

kebangsaan 103

Anthony Reid Op Cit hal 347 104

Koalisi adalah kerja sama yang dilakukan antara sebuah organisasi partai gerakan dll

Untuk memperoleh dukungan politik yang besar Sedangkan oposisi adalah Pertentangan dalam

pemerintahan sikap menentang dan mengkritik pendapat atau kebijaksanaan politik atau golongan

yang berkuasa Dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah Daud Beureueh dan Pemerintah

Pusat

36

Beureueh masih bisa menahan dengan mengirimkan secarcik surat kepada

Presiden Soekarno Hal ini menerangkan bahwa pemerintah mempunyai tanggung

jawab besar terhadap nasib tanah air membawa perubahan dalam cara berfikir

Akibat rasa kekecewaanya sikap revolusioner105

Daud Beureueh muncul Dalam

gerak gerik dan pikiran yang menghendaki perubahan serta merta dalam segala

sesuatu yang tidak di anggap sempurna Kaitannya dengan penetapan dasar negara

Pancasila dirasa kurang berpihak bagi umat Islam yang menginginkan negara

berlandas pada Islam106

Selain itu pemberontakan yang dilakukan DITII Aceh digandeng erat

dengan menjalin kerja sama dengan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia

(PRRI) Perjuangan Rakyat Semsta (PERMESTA) terutama dalam bidang militer

NBANII (DITII Aceh) telah mengadakan operasi bersama dengan pasukan PRRI

yang tergabung dalam Operasi Sabang Marauke di daerah-daerah perbatasan

Aceh-Sumatera Timur Ada terhembus isu bahwa PRRI mgnirimkan senjata

kepada NBANII107

Dan dikatakan bahwa Menteri pertahanan PRRI pernah

memutuskan untuk menemukan Kapten Jusuf Risin Pada Staf Divisi TgkTjhik di

Tiro untuk memberikan latihan kepada anggota DITII di Aceh pada akhir tahun

1959 sesuai dengan kesepakatan yang tercapai dalam pertemuan di Genewa pada

bulan Desember tahun 1958 antara pemimpin-pemimpin PRRIPERMESTA dan

dalam pertemuan itu turut hadir Hasan Ali Perdana Menteri NBANII dan Hasan

Muhammad Tiro (Duta Besar DI untuk Amerika Serikat di PBB) maka

diputuskanlah untuk mendirikan suatu negara yang berbentuk federal yang

dinamakan Republik Persatuan Indonesia (RPI) guna lebih banyak mendapatkan

105

Revolusioner adalah sikap dimana cendrung menghendaki perubahan secara

menyeluruh dan mendasar 106

Menurut Mr S M Amin peristiwa yang diawali dengan sifat revolusioner lambat

laun akan berubah menjadi sifat evolutioner Yaitu melihat peristiwa itu dari sisi positifnya

(kebaikan) juga dalam suatu cara membawa perubahan dengan berangsur-angsur Sifat ldquoreeelrdquo

yang tidak dapat melihatkesukaran-kesukaran keadaan suasana masa dan waktu berubah menjadi

sifat ldquoreeelrdquo yang menarik dalam perhatian segala kenyataan baik yang menguntungkan maupun

merugikan sehingga tindakan diambil dengan hati-hati dan penuh perhitungan laba ruginya 107

Disinyalir bahwa isu yang berhembus itu tidak benar Terbukti dari surat menyurat

antara PRRI dan NBANII Secara resmi PRRI tidak pernah mengirimkan senjata kepada

NBANII Tentang pengiriman senjata ke Aceh baru hendak dibicarakan dalam cabinet PRRI pada

akhir 1959

37

dukungan dari daerah-daerah dan untuk lebih mengefektifkan perjuangan

menghancurkan regime Soekarno yang diktatorial108

Dalam Undang-Undang Dasar Republik Persatuan Indonesia antara lain

disebutkan

Pasal 1 ayat 1 Negara RPI berdasarkan Keimanan kepada Tuhan YME

Pasal 1 ayat 2 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk atau

golongan untuk memeluk agamanya atau kepercayaannya

masing-masing dan untuk beribadah serta hidup

bermasyarakat sesuai dengan syariat agamanya atau

kepercayaannya

Pasal 31 ayat 1 Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan

mengeluarkan pendapat

Pasal 31 ayat 2 Mengeluarkan pendapat yang mengandung penghinaan

terhadap suatu agama ajakan untuk mendirikan dictator

atau ajakan untuk menganut dan melaksanakan paham-

paham komunis atau paham-paham lain yang

membahayakan asas-asas dasar negara dilarang

PRRI dan NBANII saat itu diharapkan untuk menjadi inti negara dan

keduanya mengambil inisiatif memelopori perjuangan menegakkannya Serta

mengharapkan sebagai proklamator selain tokoh Dewan Perjuangan dan PRRI

dua orang dari NBANII yaitu Tgk Daud Beureueh dan Hasan Ali yang masing-

masing direncanakan menjadi Wakil Presiden dan Menteri Luar Negeri ditambah

dengan Kahar Muzakkar dari Sulawesi yang direncanakan menjadi Menteri Muda

Pertahanan Menurut rencana Republik Persatuan Indonesia akan

diproklamasikan pada tanggal 15 atau 17 agustus 1959 Akan tetapi berhubung

dengan adanya usul-usul perubahan dari NBANII mengenai beberapa pasal dari

UUD RPI diantaranya mengenai soal yang fundamental yaitu mengenai wilayah

108

RPI adalah bentuk kelanjutan yang logis dari perjuangan daerah-daerah dan satu-

satunya kendaraan politik untuk mencapai tujuan dan cita-cita seperti yang dinyatakan program

perjuangan dari Dewan perjuangan dengan memperhatikan bahwa pelaksanaannya haruslah sesuai

dengan strategi perjuangan

38

RPI (pasal 3) maka proklamasi itu baru dapat di cetuskan pada tanggal 8 Februari

tahun 1960109

Meskipun terdapat perbedaan paham antara NBANII dengan PRRI

akhirnya Republik Persatuan Indonesia di proklamasikan juga pada tanggal 8

Februari 1960 dengan PRRI dan NBANII sebagai intinya Sejak itu NBANII

berubah namanya menjadi Republik Islam Aceh (RIA)sebagai satu negara bagian

dari Republik Persatuan Indonesia Dari masuknya NBANII ke dalam RPI tidak

berarti hubungan antara NBANII telah putus dengan NII pimpinan Kartosuwirjo

Dalam surat Wali NBANII kepada Pimpinan tertinggi NII KArtosuwirjo

bertanggal November tahun 1960 dijelaskan sebab-sebab mendorong NBANII

masuk kedalam RPI sebagai satu negara bagian yang menjadi inti dari RPI

Disamping itu diminta agar bukan saja hubungan NBANII dengan RPI disahkan

tetapi meminta juga Kartosuwirjo Pimpinan NII turut ikut berpadu dengan PRRI

dalam Republik Islam Indonesia yang berjiwa Islamisme dan Federalisme

Adapun sebab-sebab yang mendorong NBANII berpadu dengan RPI antara lain

adalah

1 RPI adalah suatu bentuk Federasi yang menjiwai ketatanegaraan Islam

2 Menjamin ketatanegaraan Islam bagi Negara Bagian secara demokratis

sehingga negara bagian bebas menjalankan hukum syariat Islam bagi umat

dan masyarakat Islam seluruhnya

3 RPI suatu negara yang mengakui mutlak kedaulatan negara berada di

tangan Allah SWT

4 RPI adalah suatu bentuk negara yang menganut falsafah yang sesuai

dengan kehendak umat Indonesia yang umumnya memeluk agama Islam

dan Kristen

109

Diperkirakan selain Aceh yang telah menjadi Negara Bagian inti dalam RPI akan

diterima juga untuk pertama kali menjadi Negara-negara Bagian Sumatera Barat Sumatera Utara

Sumatera Selatan Riau Jambi Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Maluku Selatan dan Maluku

Utara Perbedaan pendapat terjadi antara NBANII dan PRRI mengenai fundamental yaitu tentang

wilayah negara federal yang baru meliputi Sumatera dengan kata lain mereka menghendaki suatu

Republik Persatuan Sumatera Lihat lebih detail pada buku M Nur El Ibrahimy Tgk M Daud

Beureueh Pergolakannya di Aceh hal203-204

39

5 RPI menentang tegas AteisKomunis dalam perkembangan ketatanegaraan

Indonesia

6 Dengan RPI kita memperlihatkan hanya ada satu organisasi Negara saja di

Indonesia yang menentang dan member perlawanan bersenjata terhadap

organisasi pemerintah Soekarno

7 Dengan RPI kita menarik perhatian dunia internasional terhadap

kesanggupan kita dalam memegang kekuasaan politik di Indonesia

terutama dalam menumpas regime Soekarno sebagai landasan untuk

memperoleh sokongan dan bantuan moril dan materiil dari pihak luar

negeri baik di forum PBB maupun dari pihak negara-negara lain terutama

dari negara blok anti komunis

8 Dengan RPI kita melenyapkan kesempatan atau peluang bagi usaha taktik

dan tipu muslihat (regime Soekarno) dalam wujud memecah belah sesame

kita melakukan perlawanan bersenjata terhadap mereka baik dalam

masyarakat NBANII maupun dalam masyarakat PRRIPermesta ataupun

antara NIITII dan PRRIPERMESTA

9 Pembentukan RPI merupakan usaha untuk merangkul kembali pemimpin-

pemimpin dan politisi-politisi Islam dan Pemuda-pemuda Islam yang

militant dan revolusioner yang berada diluar organisasi NIITII untuk

sama-sama berjuang bahu-membahu menghancurkan regime

SoekarnoKomunis

10 Adanya berbagai kesulitan dalam berbagai bidang organisasi politik

militer financial ekonomi dan sebagainya Dengan terbentuknya RPI

diharapkan kesulitan-kesulitan ini sedikit demi sedikit dapat diatasi110

Pencetus Berdirinya Republik Islam Aceh berdiri pada saat akhir

perjuangan gerakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia DITII Aceh yaitu

setahun sebelum penyerahan Daud Beureueh kepada Republik Indonesia Pada

kemunculannya gerakan ini tidak begitu tersiar karena beriringan dengan DITII

110

Surat Wali NBANII kepada Pemimpin tertinggi NII KArtosuwirjo dalam bulan

November 1960

40

atau dalam rentang waktu yang singkat Hal yang melatar belakangi berdirinya

RIA adalah sebagai penerus perjuangan Daud Beureueh yang bertahan pada

keyakinannya semula yakni melanjutkan revolusi Islam di Aceh Dengan segala

kekuatan persenjataan dan pasukan yang terbatas maka tercetuslah berdirinya

Republik Islam Aceh pada 15 Agustus 1961 Tidak banyak literature yang penulis

dapatkan mengenai gerakan RIA tercatat menurut El Ibrahimy menerangkan

kemunculan RIA tidak tepat karena disaat bersamaan pemulihan keamanan

dengan Daud Beureueh menyebabkan usaha penyelesaian damai menemui jalan

buntu Hal ini membuat geram Kol Jasin dan Jendral Nasution yang sudah

melaporkan bahwa persoalan Aceh dan diri Tgk M Daud Beureueh telah selesai

Tetapi tiba-tiba muncul lagi surat resmi Daud Beureueh atas nama wali Negara

Republik Islam Aceh111

Daud Beureueh adalah bapak orang-orang Aceh ditinjau dari

karakteristiknya masyarakat Aceh sangat terikat dengan kesadaran dan

pengalaman sejarah dengan pengaruh Islam yang kuat Hal itu bisa dilihat dari

pola tingkah laku politik maupun ideologisnya Tiga peristiwa sejarah yang

menjadi sandaran dan kebanggan orang-orang Aceh yaitu

1 Masa kejayaan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M)112

dan Sultan

Iskandar Tsani (1636-1641 M)113

2 Perang Aceh114

3 Perjuangan di masa revolusi Kemerdekaan

Ketiga hal itulah yang menimbulkan kebanggaan pada orang Aceh baik

dalam rangka kesadaran keIslaman maupun dalam rangka kesadaran kebangsaan

Dalam konteks Islam Aceh dijuluki sebagai ldquoSerambi Mekahrdquo hal ini membawa

anggapan masyarakat Aceh bahwa di daerah mereka Islam dating Kerajaan Islam

berdiri dan pemikiran Islam berkembang serta perang Sabil yang terjadi cukup

111

El Ibrahimy Op Cit hal 197-198 112

Lihat sumber melalui httpmelayuonlinecomindpersonagedig303sultan-iskandar-

muda diakses pada tanggal 18 Februari 2016 Pukul 1751 WIB 113

Lihat sumber melalui httpkebudayaankemdikbudgoidbpcbaceh20131031

sekilas-sejarah-aceh-abad-ke-16-penulis-nurdin-s-sos-staf-pemugaran-bpcb-aceh diakses pada

tanggal 18 Februari 2016 Pukul 1758 WIB 114

Perang Aceh atau lebih dikenal dengan perang Sabil dalam bahasa aceh prang sabi

adalah perang masyarakat Aceh terhadap kolonial Belanda yang terjadi sekitar akhir abad ke-19

M dan lebih tepatnya pertama pecah pada tahun 1873 Hal ini adalah bukti perjuangan rakyat

Aceh yang anti kolonial atau disebut juga kaum kaphe

41

lama115

Pilar-pilar kepemimpinan Aceh terdiri dari ulama Sultan dan

uleebalang (uleebalang) Dan kedudukan ulama sangat strategis Bertolak dari

pengakuan masyarakat dan sudah menjadi fitrahnya ulama dalam konteks

kebudayaan Aceh mendampingi penguasa Sifatnya yang mobile (dominan) dan

tidak terikat oleh ikatan politik lokal memungkinkan para ulama116

berfungsi

sebagai perantara komunikasi kultural117

Dari kebanggaan itulah watak Daud Beureueh sebagai orang Pidie

terbentuk menjadi manusia keras dan ulet juga setelah menjadi pemimpin umat

Kekerasan dan keuletan terlihat dai pendirian yang amat tangguh sehingga sulit

untuk bergeser atau digeser dari sesuatu yang diyakini kebenarannya dalam hal

ini pendirian dan cita-citanya untuk mendirikan negara dengan berdasar pada

Islam118

Daud Beureueh juga dikenal sebagai pemimpin yang kharismatik

Pemimpin dengan jiwa wibawa yang sangat tinggi dan disegani di masa revolusi

Sifatnya itu terlihat ketika pada saat Daud Beureueh mengamati perkembangan

revolusi kemerdekaan Indonesia dengan tenang dan hati-hati119

C Respon Rakyat Aceh Terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

Dilihat dari letak geografisnya Aceh pada zaman dimana perdagangan

dunia berdinamika berada pada jalur georgrafis yang harmonis Aceh terletak dua

mil dari punggung pantai dan tiga mil dari kaki bukit Kedudukannya yang tak

jauh dari hulu dan hilir menjadikan Aceh sebagai permata hijau namun juga biru

115

Dalam keputusan mengenai perang Sabil pada oktober 1944 pertemuan yang

dilakukan uleebalang dan ulama adalah (1) hukum perang Sabil pada masa kolonial adalah

Fardlu‟ain yaitu wajib untuk setiap orang Islam (2) Belanja peperangan didapat dari Baitalmal

zakat dan sokongan dari hartawan (3) Hukumannya pengkhianat sama dengan si kafir

Penjelasan mengenai Fardlu‟ain adalah suatu ajaran tradisional Islam mengenai jihad

ialah bahwa hukumannya bukan fardlu‟ain tetapi hanya fard‟ala kifaya yaitu diwajibkan atas

masyarakat Islam sebagai suatu keseluruhan tetapi tidak diharuskan pada setiap pemeluknya

Lihat Anthony Reid Op Cit hal 327-352 116

Para ulama bertindak sebagai perumus pembina dan penumpuk cita ldquoke Acehanrdquo

sebagai suatu kesatuan kultural dan politik Pada tiga masa itu ulama lah yang tampil untuk

memimpin reformasi sosial dan agama Tindakan nyata terlihat apabila kehidupan keagamaan dan

sosial masyarakat Aceh telah menjauh dari ajran yang benar dan diyakini 117

Taufik Abdullah Karena Keterkaitan Ideologi Artikel surat kabar majalah Panji

Masyarakat No 419 118

A Hasjmy Op Cit hal 118-120 119

Abdullah Sani Usman OpCit hal 182

42

Kekayaan bahari terlihat dari kebajikan alam lewat hutan dan pertaniannya yang

subur Dan rumah masyarakat Aceh pun begitu dekat dengan alam Dibanding

dengan menggunakan beton sebagai landasannya para leluhur ini lebih suka

memilik bamboo dan batu yang dianyam dengan tangan-tangan terampil menjadi

tempat tinggal yang layak huni120

William Marsden explorer Inggris

menggambarkan sosok tubuh orang-orang Aceh berbeda dengan orang Sumatera

lainnya Mereka lebih tinggi dan berkulit lebih hitam Banyak yang menilai orang

Aceh adalah pencampuran orang Batak orang Melayu dan orang Chulias121

Ciri

lain dari orang Aceh adalah kegemarannya dalam bekerja lebih cerdik dan

memiliki wawasan luasmereka juga rajin mengunjungi ulama dan mengakrabi

orang asing yang seiman

Dari berbagai sisi di atas dan dari sisi pola dasar bahasa dan sosial Aceh

termasuk masyarakat Sumatera dan Asia Tenggara Namun ada cukup banyak

cirri khusus dalam perkembangan sejarahnya sejak abad ke-16 M yang

menyebabkan ideologi separatisme yang dianutnya meyakinkan ketika muncul

pada tahun 1970-an Berbeda dengan tradisi sastra ldquoMelayu klasikrdquo yang

menyaksikan peranan Aceh yang sangat besar didalamnya misalnya Aceh

sepenuhnya berdiri di pinggir sepanjang menyangkut pengembangan langgam

bahasa dan kesusasteraan Melayu Indonesia modern menjelang akhir abad ke-19

M122

sampai penaklukan Aceh oleh Belanda pada akhir abad ke-19 M hubungan

ekonomi politik dan budaya Acehterjalin dengan Samudra India dan

Semenanjung Malaya tidak dengan dunia Laut Jawa yang didominasi pada

awalnya oleh Jawa dan kemudian oleh Belanda Aceh merupakan bagian dari

dunia Islam Samudera India sejak Pasai dikunjungi dan ditulis oleh Ibn Battuta123

pada abad ke-14 M124

120

M Dien Madjid Catatan Pinggir Sejarah Aceh Perdagangan Diplomasi dan

Perjuangan Rakyat (Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia 2013) hal 86-87 121

Chulias adalah nama bangsa atau sebutan yang disematkan pada penduduk yang

berdiam dibagian barat India dan telah menjalin hubungan sosial dengan Aceh sejak masa yang

lama 122

Kesusasteraan Melayu Indonesia modern adalah budaya-atas ldquoIndiardquo perkotaan di

India Belanda yang mengungkap diri dalam bahasa Melayu yang menggunakan huruf romawi

(berbeda dengan huruf Arab dalam bahasa Melayu klasik) dan sebagian besar diciptakan pada

awalnya oleh orang-orang Indo-Eropa dan peranakan Tionghoa meski pada akhirnya diserap

sebagai bahasa pengantar oleh gerakan nasional 123

Ibn Battuta adalah seorang Arab yang waktu itu menjabat sebagai utusan Delhi 124

Anthony Reid Op Cit hal 335

43

Sebelum mengetahui respon rakyat Aceh terhadap perjuangan Daud

Beuereueh penulis ingin memaparkan rakyat Aceh melalui tiap golongan Pada

masa pra kemerdekaan rakyat Aceh yang menanti ini terbagi dalam tiga golongan

yaitu

1 Pertama golongan terbesar yang menanti segala sesuatu dengan

tenang dan tidak mengambil perhatian terhadap apa yang mungkin

terjadi Golongan ini adalah golongan yang tidak ldquopolitic mindedrdquo dan

menerima segala sesuatu dengan terbuka

2 Kedua golongan yang terdiri dari mereka yang sangat bergembira dan

sangat bersuka ria atas kapitalis Jepang Golongan ini bercita-cita

pengembalian kekuasaan Belanda ke tanah air125

3 Ketiga golongan terdiri dari mereka yang sekalipun lahirnya nampak

tenang akan tetapi dalam batinnya berada dalam keadaan gelisah

Mereka khawatir tentang akibat-akibat yang kelak akan timbul bila

Jepang lenyap dan Belanda kembali berkuasa

Pada konteks ini peran golongan ketiga inilah yang mempunyai peranan

aktif dan terkemuka baik sewaktu masa kolonial ataupun masa pendudukan

Jepang Meskipun hanya sebagian kecil dari golongan ini yang mempunyai alasan

menakuti kekuasaan penjajah banyak dari mereka pada hakikatnya bergerak baik

kepentingan sendiri atau golongan Dengan mempertopengkan kepentingan umum

pada masanya mereka memperoleh kedudukan dan pangkat tinggi Kesempatan

yang timbul sebagai akibat kedudukan dan pangkat tinggi ini telah digunakan

mereka untuk menguntungkan diri sendiri atau pun golongan Untuk kasus

perjuangan Daud Beureueh inilah alasan yang menjadikan rakyat Aceh terpecah

kedalam dua golongan Golongan uleebalang (raja-raja) dan golongan ulama

Pertentangan diantara kedua golongan ini hubungan antara uleebalang dengan

ulama Pertentangan ini menyerupai pertentangan adat dan hukum (Islam)

125

Dalam golongan ini terdapat sejumlah besar dari mereka yang masih menyimpan

peringatan nimat penghidupan yang dirasakan semasa pemerintahan Belanda dan sebelum Jepang

berkuasa Baik dalam pendudukan Belanda dan Jepang golongan ini punya kedudukan tinggi yang

memberikan mereka hidup dengan diliputi oleh kesenangan kemegahan dan kemewahan

44

Uleebalang mempertahankan kekelan adat sedangkan ulama berjuang menegakan

hukum berdasar syariat Islam dalam pemerintahan126

Menurut Snouck Hurgronje pertentangan antara ulama dan uleebalang

berdasar atas adanya perbedaan adat dan agama Keterangan Snouck ini disanggah

oleh M Nur El Ibrahimy yang mengatakan pernyataan Snouck kurang tepat

karena di Aceh tidak terdapat pertentangan yang berarti antara adat dan agama El

Ibrahimy mengatakan pada umumnya keduanya berhubungan baik yang satu

bersandar kepada yang lain keduanya tunjang-menunjang Di Aceh dapat

dikatakan adat dan resam Qanun bersandar kepada agama Karena sangat

mendalamnya ajaran Islam meresap dalam kehidupan masyarakat dan hukum

telah terjadi persesuaian Oleh karena itu pula Islam sangat diperjuangkan menjadi

ideology negara El Ibrahimy mengatakan terkait pertentangan uleebalang dan

ulama bukan karena petinggi adat dan petinggi agama Memang ada peribahasa

Aceh yang mengatakan bahwa ldquoadat bak Poteu Meureuhom hukom bak Syiah

Kualardquo yang artinya adat berada di dalam tangan sultan dan agama berada di

dalam tangan ulama Akan tetapi hal itu sekedar pembagian wewenang saja127

Kembali pada fokus kajian mengenai sikap rakyat Aceh Pada perjuangan

dibawah pimpinan Daud Beureueh tentang kesadaran rakyat Aceh Taufik

Abdullah dalam tulisannya terkait sikap rakyat Aceh mengatakan bahwa ada tiga

bagian penting pertama sikap spontanitas dan enthusiasme rakyat Aceh dalam

membantu perjuangan kedua pertemuan empat mata Daud Beureueh dengan

Soekarno ketika presiden pertama Republik Indonesia mengunjungi Aceh ketiga

penolakan Daud Beureueh terhadap T Mansyur (walinegara Sumatera Timur)

untuk bersama-sama mendirikan negara bagian Sumatera Mengenai sikap

spntanitas dan enthusiasme rakyat Aceh dalam membantu perjuangan dan

mempertahankan kemerdekaan RI terlihat dari kerelaan rakyat Aceh yang pintu

rumahnya di gedor malam-malam untuk membagi emas yang mereka miliki ikhlas

semata-mata karena Allah dan demi membantu serta memenuhi harapan

Soekarno yang meminta rakyat Aceh membantu perjuangan dengan

menyumbangkan sebuah pesawat terbang Rakyat Aceh sudah merasa puas

126

Mr S M Amin Op Cit hal 4-7 127

El Ibrahimy Op Cit hal 72-73

45

dengan pernyataan Soekarno yang menyebut Aceh adalah ldquodaerah modalrdquo atau

ldquodaerah payungrdquo128

Selanjutnya perubahan sikap terjadi di rakyat Aceh Ketika keinginan

cita-cita semangat perjuangan rakyat Aceh yang bernafaskan Islam tidak

terpenuhi Terlebih lagi dengan kebijakan pemerintah yang mementahkan harapan

dan kepercayaan dengan mengirimkan pemimpin-pemimpin atau tenaga-tenaga

ahli ke pusat daerah yang saat itu masih belum diperlukan sekalipun mereka

dikirim tidak membawa perubahan Selain itu dalam badan pemerintahan daerah

pemerintah pusat memilih petinggi-petinggi untuk daerah Aceh yang bukan

berasal dari Aceh Kemauan rakyat yang tidak terpenuhi dan kebijakan yang

dianggap tanpa pikir panjang ini membuat rakyat Aceh kecewa dan geram

Mengenai kebijakan pemerintah yang memilih orang diluar Aceh faktanya

masyarakat Aceh mempunyai pandangan tersendiri tentang segala seusuatu

mengenai penghidupannya ia mempunyai alam pikiran yang berlainan dengan

penduduk daerah lain Hal ini disebabkan oleh karena masyarakat Aceh dapat

dikatakan sebagai masyarakat yang tertutup geisoleerd129

Solusi dari permasalahan ini sebenarnya kemauan masyarakat Aceh adalah

tentang cara pelaksanaan susunan dewan-dewan dengan pemilihan rakyat umum

dalam konteks ini rakyat Aceh juga diselenggarakan dalam setiap bagian

pemerintahan sehingga bukan sedikit tuntutan-tuntutan mengenai penempatan

ahli-ahli atau penempatan petinggi didalam pemerintahan daerah Penempatan

menurut tuntutan ini adalah harus berdasar atas demokrasi yaitu kemauan rakyat

Menurut Mr S M Amin mengatakan bahwa rakyat Aceh terkenal sebagai rakyat

yang mencintai kemerdekaan dan tidak segan-segan mengorbankan jiwanya

dalam mencapai kemerdekaan Sejarah perjuangan melawan penjajah masa

kolonial memakan waktu berpuluh-puluh tahun menunjukan kepahlawanan

mereka dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia

128

Pada masa itu rakyat Aceh membantu perjuangan baik dari dalam dan luar negeri

Seperti kisah Dr Sudarsono yang datang ke Aceh dan kemudian di biayai oleh rakyat untuk

kembali ke luar negeri selalu diulang-ulang Ini semua telah menjadi ldquofolklorerdquo (cerita rakyat)

Dan ini merupakan sejarah Aceh yang tidak bias diinjak oleh kaki tentara Belanda 129

Mr S M Amin Op Cit hal 76

46

Untuk memperkuat pernyataan Mr S M Amin dalam menambahkan

pemahaman tentang sifat masyarakat Aceh penulis menambahkan tulisan Prof

Dr M Dien Madjid mengenai Hikayat Kerajaan Aceh mengatakan bahwa

masyarakat Aceh dikenal sebagai penganut Islam yang taat Hal ini tidak saja

dibuktikan secara historis lewat berbagai teori sejarah yang mengisahkan Aceh

sebagai tempat awal bersuanya Islam dengan penduduk Nusantara melainkan

ditinjau dari ruang publik mulai dari masyarakat bawah hingga tataran elite yang

taat pada ketentuan Islam Dan mengenai solusi dalam sistem pemerintahan

menurut Gabriel A Almond ciri khas pendekatan perilaku ini ialah pandangan

bahwa masyarakat dapat dilihat sebagai suatu sisitem sosial dan negara sebagai

suatu sistem politik yang menjadi subsistem dari sistem sosial Dalam sistem

bagian-bagiannya saling berinteraksi saling bergantungan dan semua bagian

bekerja sama untuk menunjang terselenggaranya sisitem Jika mengalami stress

(masalah) dari lingkungan tetap berusaha mengatasinya dengan memelihara

keseimbangan Dengan demikian sistem dapat bertahan130

130

Ibid hal 76-77

47

BAB IV

PEMBERONTAKAN DALAM PERJUANGAN MENEGAKAN SYARIAT

ISLAM DI ACEH

A Usaha-usaha Menegakan Syariat Islam di Aceh

Dalam perjuangannya menegakan syariat Islam rakyat Aceh bersikap

spontanitas dan enthusiasme mulai masa kolonial (penjajahan) dan masa

revolusi Hal itu terlihat ketika era Orde Lama rakyat Aceh menggugat regim

yang berkuasa di Jakarta hal itu disebabkan karena rakyat Aceh merasa

diperlakukan tidak adil dan manusiawi Pada 20 september 1953 meletus lah

peristiwa berdarah atau lebih dikenal dengan pemberontakan Darul Islam Tentara

Islam Indonesia (DI TII) reaksi spontan dan enthusiasme ditunjukan demi harga

diri rakyat Aceh yang terlecehkan pada saat itu131

Sebelum membahas lebih jauh

mengenai perjuangan dan usaha-usaha rakyat Aceh penulis mencoba menganalisa

status rakyat Aceh yang khususnya umat Islam saat itu Melalui zaman atau

periode tahap-tahap mengenai kesadaran sosial umat Islam Aceh dibagi menjadi

dua periode yaitu

1 Periode pertama munculnya kelas baru ketika konflik-konflik antar kelas

yang terjadi tahun (1920-1942) Pada periode ini umat Islam melakukan

berbagai aksi dalam bentuk demonstrasi dan juga mendirikan berbagai

asosiasi Selain SI ada juga Nahdlatul bdquoUlama (NU) Muhammadiyah dan

dalam kasus Aceh sendiri berdiri Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA)

Saat itu PUSA berkonflik dengan kaum uleebalang merupakan konflik antar

kelas atau bisa dikatakan perang saudara dalam memperebutkan peran dalan

sistem pemerintahan di Aceh PUSA tidak mengakui uleebalang karena

dibawah kendali kolonial dan teguh pada pendirian bahwa mereka anti

penjajahan Dan sejak 1942 dan seterusnya umat Islam dihadapkan pada tugas

baru Pada masa kolonial atau penjajahan para Kyai dan tokoh-tokoh umat

Islam mulai diikutsertakan dalam kepemimpinan dan kenegaraan

131

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 200

48

2 Periode kedua sesudah tahun 1942 dan setelah 1945 umat mendefinisikan

diri dalam rumusan baru yaitu sebagai warga negara sebagai citizen Dan

warga negara sebagai langkah akhir perjalanan historis Pada saat

merumuskan UUD yang didalamnya memuat rumusan Pancasila 1945 dan

memutuskan diri sebagai warga negara Indonesia Persoalannya sekarang

adalah persoalan antara negara dan warga negara Permasalahan ketika

ideologi dibentuk tidak sesuai kesepakatan rakyat Aceh merasa harga dirinya

terlecehkan oleh pemimpin negara Dan pada periode ini juga terjadikonflik

politik yang berkepanjangan sesudah tahun 1945 sampai tahun 1965 Umat

Islam yang memasuki babak baru yaitu ikut dalam Pemilihan umum ikut

dalam DPRMPR Badan-badan pemerintahan Karena itu umat Islam benar-

benar aktif sebagai warga negara Sebagai warga negara demokratis harus

menyadari hak dan kewajiban yang mempunyai budaya partisipan132

Pada tahapan kesadaran sosial tersebut perkembangan Islam di Indonesia

terbagi menjadi tiga zaman zaman mitos zaman ideologi dan zaman

pengetahuan atau ilmu Dalam kaitannya dengan Aceh usaha-usaha menegakan

syariat Islam muncul ketika zaman ideologi Hal ini terlihat ketika DITII Aceh

yang menjadikan pengetahuan Islam sebagai formulasi normatif dalam mengatur

sistem pemerintahan di Aceh Dari situ kemudian berkembang menjadi sebuah

ideologi lalu menjadi action133

Peran pelopor DITII Aceh yaitu organisasi

PUSA terlihat ketika konflik terjadi dengan uleebalang Dimana PUSA

memperjuangkan perannya dalam sistem pemerintahan Aceh yang dikuasai

uleebalang134

132

Kuntowijoyo Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia (Yogyakarta Shalahuddin

Press 1985) hal 18-25 133

Ibid hal 26 134

Menurut Van‟t Vern dalam laporan Kern mengatakan bahwa kekuasaan kaum

uleebalang diperkuat setelah perang Aceh ketika menyatakan takluk dengan Belanda Secara

ekonomis uleebalang memperoleh lebih banyak kekuasaan karena bertindak sebagai kepala

perusahaan-perusahaan dagang baru atau bekerja sama dengan perkebunan-perkebunan Barat

Kekuasaan pemerintah mereka dijamin aman oleh bantuan Belanda baik dalam peradilan hukum

perkawinan dan pemberian bewasiswa Dan ini penyebab terjadinya pertentangan antara ulama

melalui PUSA dengan uleebalang rasa kebencian dan kemarahan muncul ketika uleebalang

dianggap sebagai pengkhianat oleh masyarakat Aceh karena masyarakat Aceh sangat anti

penjajahan Terlebih lagi ketika penindasan dan skandal terhadap masyarakat Aceh yang dilakukan

oleh uleebalang

49

Usaha tidak terhenti begitu saja pasca ditetapkannya Pancasila sebagai

ideologi negara direspon cepat oleh rakyat Aceh rakyat Aceh dibawah pimpinan

Daud Beureueh mengambil sikap menentang dan memberontak atas kendali

Jakarta yaitu pemerintah pusat Jika ditinjau dari permasalahan ideologi tersebut

hal itu menimbulkan sikap antara pemerintah dengan masyarakat Aceh penulis

ingin menguji teori melalui ilmu sosial hal ini bisa menimbulkan prasangka sebab

dugaan Mengacu pada hubungan vertikal yang terjadi antara masyarakat Aceh

dengan pemerintah prasangka sebab dugaan merupakan sikap bermusuhan yang

terjadi antar kelompok yang satu terhadap kelompok lainnya135

yang didasari pada

ciri yang tidak menyenangkan Pada perjuangan yang terjadi era orde lama di

Aceh Menurut teori Banton mengenai prasangka ini merupakan teori frustasi-

agresi (frustration-aggression theory) Teori ini mengatakan bahwa orang akan

melakukan agresi manakala usahanya dalam memperoleh keinginan terhalangi136

Hal ini terjadi pada keinginan dan cita-cita Daud Beureueh dalam mendirikan

negara yang berlandaskan Islam tidak terpenuhi

Mengkaji lebih mendalam mengenai kedudukan Daud Beureueh dalam

pemberontakan di Aceh penulis ingin memaparkan mengenai apa yang

diperjuangkan oleh Daud Beureueh Dalam hal ini jelas perjuangan Daud

Beuereuh adalah mendirikan sebuah Negara Islam Indonesia yaitu negara yang

berlandaskan Islam bukan Pancasila Visi syariat Islam itu sendiri adalah

mewujudkan kemaslahatan manusia dunia dan akhirat Sedangkan misinya

melalui rumusan para ulama adalah kewajiban memelihara agama kewajiban

memelihara jiwa kewajiban memelihara harta kewajiban memelihara keturunan

kewajiban memelihara akal dan kewajiban memelihara kehormatan137

Jika

dilihat dari visi misinya dapat dikatakan kedudukan Daud Beureueh sangat

135

Menurut Kinloch (1979) kata kelompok dalam konsep hubungan antarkelompok

mencakup semua kriteria pertama terdiri atas ciri fisiologis yaitu pengelompokan yang didasarkan

pada persamaan jenis kelamin (laki-laki perempuan) usia (tua muda) dan ras (antara lain hitam

putih) kriteria kedua ialah persamaan kebudayaan seperti kelompok etnik di Aceh minangkabau

Ambon dll Meskipun Kinloch tidak menyebutkan agama namun dalam banyak kasus

pengelompokkan berdasarkan agama pun dapat dimasukan dalam kategori ini Kriteria ketiga

mengenai ekonomi dibagi antara mereka yang berekonomi kuat dan ekonomi lemah Dan criteria

keempat ialah prilaku mengenai fisik mental dan penyimpangan terhadap aturan masyarakat 136

Kamanto Sunarto Pengantar Ilmu Sosiologi (Jakarta Lembaga penerbit Fakultas

Ekonomi UI 2004) hal 151-152 137

Danial Syari‟at Islam dan Pluralitas Sosial dalam Jurnal Analisis Studi KeIslaman

vol XII No 1 1 Juni 2012 hal 72-74

50

penting Sebab melalui perjuangannya Daud Beureueh ingin nilai-nilai agama

dijadikan dasar pengambilan kebijakan di tingkat keluarga masyarakat dan

pemerintah menjamin hak hidup rakyat dalam bidang pendidikan serta

membangun generasi yang berkualitas bebas dari ketakutan dan kecemasan dalam

konflik dan pertikaian yang terjadi pada kaum minoritas138

Selanjutnya perkembangan pemerintahan di Aceh di tahun 1949

menyerupai pemberian otonomi kepada daerah Aceh Pemerintah Darurat

Republik Indonesia (PDRI) melalui keputusan Wakil Perdana Menteri pada 17

Desember 1949 No8DesW K P M membentuk provinsi Aceh Ketetapannya

bertujuan untuk memecah provinsi Sumatera Utara menjadi dua provinsi yaitu

provinsi Aceh dan provinsi Tapanuli-Sumatera Timur dalam menyempurnakan

dan melancarkan pemerintahan daerah Dan dalam waktu singkat terbentuklah

provinsi Aceh dengan Dewan Perwakilan dan Badan Eksekutifnya Daud

Beureueh saat itu menjabat sebagai gubernur Pada hakikatnya ini bukan

merupakan keinginan umum dan banyak masyarakat mengambil sikap menolak

terhadap pembentukan provinsi Aceh Keberadaan provinsi Aceh diduga

menimbulkan reaksi rakyat yang tidak mendapat bagian dalam pemerintahan yang

didominasi oleh masyarakat diluar Aceh139

Selain dari masyarakat umum

kebimbangan terjadi di dalam pemerintahan pusat itu sendiri tentang sah tidaknya

pembentukan provinsi Aceh dan mengenai kedudukan dan kekuasaan Wakil

Perdana Menteri yang berkedudukan di Sumatera

Pembentukan provinsi Aceh oleh Wakil Perdana Menteri menyebabkan

dibentuknya bdquopanitia penyelidik‟ yang diketuai oleh Menteri Mr Susanto

Tirtoprodjo pada bulan maret 1950 Dalam pertemuannya di Banda Aceh Menteri

Dalam Negeri mengatakan bahwa pemerintah pusat belum menetapkan adanya

provinsi Aceh Tetapi pendirian yang kuat terlihat ketika ketua DPR dan beberapa

anggotanya kukuh mempertahankan provinsi Aceh dengan alasan keinginan

138

Ibid hal 72 139

Dugaan masyarakat timbul karena organisasi PUSA ini memiliki sikap keras militant

dan enthusiasme serta teguh dengan apa yang dicita-citakannya Seperti perjuangan melawan

Belanda dan Jepang di tanah rencong mengenai sikap anti penjajahannya PUSA memiliki peranan

yang sangat penting terhadap kemerdekaan yang diraih Terlebih lagi dalam hal ini untuk

mengatur pemerintahannya sendiri masyarakat umum dari pandangannya mengenai apa-apa yang

diluar pemikiran dan cita-cita PUSA dianggap sebagai lawan politik ataupun lawan ideologi Jelas

hal ini dilatarbelakangi pengaruh pandangan Belanda terhadap PUSA

51

rakyat Terdapat dua pandangan dalam kasus ini yaitu disaat Teungku Amir Ali

Mujahid mengadakan suatu musyawarah di Alue Jangat dimana perhimpunan

yang dinamakan Pemuda Perjuangan Seluruh Aceh ini mengambil resolusi untuk

tetap mempertahankan provinsi Aceh dan mengatakan bahwa semangat yang

menggelora tidak akan terjamin jika provinsi Aceh dibubarkan Pernyataan ini

ditentang oleh Teuku Teongoh hanafiah dalam tulisannya mengatakan bahwa

yang mengkehendaki provinsi Aceh adalah sebagian dari kelompok ulama di

bawah kendali PUSA Mereka mempertahankan provinsi Aceh hanyalah karena

beranggapan dengan tetap berlangsungnya provinsi Aceh maka mereka dapat

memimpin pemerintahan di Aceh dan segala perbuatan keji mereka di masa

lampau berupa pembunuhan perampasan harta dan lain-lain terhadap kelompok

uleebalang dapat ditutupi140

Melalui tulisan Bachtiar Effendi dan Ali munhanif dari langkah-langkah

Daud Beureueh bukti nyata dalam aksinya adalah ketika negara revolusioner

Indonesia terlihat lemah atas perjuangan rakyat Aceh ketidakmampuan negara

menunjukan pengaruh pemerintahannya kepada masyarakat Aceh terutama pada

masa-masa 1945-1949 membuat pemerintah begitu rentan dalam menanggapi

tuntutan rakyat Aceh terutama untuk memperoleh otonomi regional lebih besar

dalam masalah sosial ekonomi dan politik ketika tahun 1949 Pemerintah

Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berbasis di Sumatera Barat menerima

tuntutan Aceh untuk de jure141

menjadi provinsi otonom daerah istimewa Pada

akhir tahun 1950-an Aceh diakui sebagai daerah istimewa otonom dengan Daud

Beureueh sebagai Gubernurnya Terutama dalam masalah keagamaan perkara

adat dan pendidikan dengan syarat otonomi tersebut tidak bertentangan dengan

konstitusi Perkembangan politik dengan diakuinya Aceh sebagai daerah istimewa

itu menunjukkan bahwa pemberontakan memperjuangkan ideologi dibawah

bendera Islam di Aceh dapat dipadamkan142

Pada pemberontakan yang dipimpin Daud Beureueh ini penulis membagi

menjadi dua motif perjuangan yaitu Islam dan Politik Pertama Islam berkaitan

140

Lihat Koran harian Indonesia Raya mengapa Aceh minta daerah autonomi (Jakarta 4

Agustus 1950) 141

De jure adalah pengakuan secara hukum 142

Taufik Abdullah dkk Op Cit hal 448

52

dengan Islam yaitu pembahasan mengenai Agama Mengenai konsep agama

sendiri menurut Light Keller dan Calhoun (1989) yaitu tentang kepercayaan

agama simbol agama praktik agama umat agama dan pengalaman agama143

Dan

penganut agama pun mengenal berbagai bentuk pengelompakan umat seperti

dalam komunitas keagamaan Islam yaitu pesantren dan wadah umat muslim

lainnya Pembentukan Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) yang juga sebagai

pelopor DITII Aceh adalah bukti nyata pengelompokan umat Islam di Aceh

berjalan baik Menurut analisa penulis pada kasus agama dan perubahan sosial ini

melalui pandangan Giddens (1989) mengatakan bahwa suatu proses mengenai

perubahan sosial dimana agama kehilangan pengaruhnya terhadap berbagai segi

kehidupan manusia dan oleh Light Keller dan Calhoun (1989) didefinisikan

sebagai proses melalui perhatian manusia beserta institusinya tercurahkan pada

hal duniawi dan perhatian terhadap hal yang bersifat rohaniah terkait agama

semakin berkurang Jelas hal ini yang menjadi kekhawatiran dan latarbelakang

mengenai alasan Daud Beureueh dalam menciptakan negara Islam Indonesia

yang apabila ideologi Pancasila terus dijalankan akan berdampak buruk kepada

nilai-nilai keIslaman masyarakat Indonesia khususnya Aceh144

Di Aceh ideologi Islam senantiasa menjadi sumber daya sikap patriotisme

rakyat Aceh dan sejak 1930-an menjadi jalan kepada modernisasi Saat itu para

ulama mengatakan bahwa mempertahankan Republik Indonesia berarti perang

Suci dan merupakan kelanjutan dari perjuangan yang adil dari Teungku Chik di

Tiro yang didukung oleh rakyat dengan penuh simpati Martabat uleebalang telah

jatuh ketika mereka bersikap kasar dan mengingkari nurani rakyat Di daerah

Pidie perlawanan anti-uleebalang menimbulkan harapan untuk mendapatkan

kembali tanah-tanah yang dulunya pernah disita secara tidak adil dari keluarga-

keluarga petani dengan demikian perjuangan melawan penindasan uleebalang

yang dilakukan ulama itu berakhir dengan gemilang Ulama-ulama pembaru yang

143

Kepercayaan agama dalam hal ini adalah Islam tentang keimanan kepada Allah swt

Simbol agama yaitu kerudung pakaian haji mukena dll Praktik agama berkenaan dengan sholat

dzikir pergi haji dll Umat agama yaitu Aceh yang terdiri dari mayoritas beragama Islam Dan

pengalaman agama merupakan suatu unsure dasar agama yang dialami penganut agama pribadi

seperti panggilan umat Islam Allah swt dll 144

Kamanto Sunarto Op Cit hal 69

53

terkenal telah memberikan inspirasi dan pimpinan langsung kepada gerakan

rakyat Dalam perlawanan terhadap tatanan masyarakat kolonial145

Kedua motif politik terlihat bagaimana Daud Beureueh melalui gerakan

DITII Aceh melakukan perlawanan terhadap kendali pemerintah pusat untuk

memperoleh peran dalam mengatur sistem pemerintahan di Aceh Menurut Harold

D Laswell dan Abraham Kaplan mengatakan bahwa kekuasaan adalah suatu

hubungan dimana seseorang atau sekelompok orang dapat menentukan tindakan

seseorang atau kelompok lain kearah tujuan pihak pertama146

Dalam hal ini Daud

Beureueh melalui PUSA menentukan tindakan untuk mengatur tatanan kehidupan

masyarakat Aceh melalui pemerintahan Perkembangan politik selanjutnya adalah

ketika Aceh tidak menjadi daerah istimewa seperti yang dijanjikan pemerintah

pasca kemerdekaan Dan dalam konteks yang lebih luas melalui gerakan Darul

Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh Daud Beureueh bercita-cita

mendirkan Negara Islam Indonesia Menurut Max Weber kekuasaan perlu

dibedakan dengan dominasi (herrschaft) Kekhasan dominasi ialah bahwa pada

dominasi pihak yang berkuasa mempunyai wewenang sah untuk berkuasa

berdasarkan aturan yang berlaku sehingga pihak yang dikuasai wajib menaati

kehendak penguasa Berbeda dalam kajian ini pihak Daud Beureueh menolak

mengikuti ketetapan dan kebijakan pemerintah dalam menyatukan Aceh kedalam

provinsi Sumatera Utara147

Pada pemberontakannya dalam perjuangan menegakan syariat di Aceh

termasuk kedalam tipe dominasi kharismatik yaitu mengenai keabsahannya

didasarkan pada kepercayaan rakyat Aceh terhadap kemampuan Daud Beureueh

mempunyai kemampuan luar biasa dalam memimpin dan memperjuangkan

ideologi Islam Dalam tipe dominasi ini pemimpin atau figur kharismatik

dianggap memiliki sifat kepahlawanan yang luar biasa Dan mengenai hubungan

rakyat dan pemimpin didasarkan pada ukuran kepercayaan dan kesetiaan

Perjuangan Daud Beureueh dalam tipe ini melaksanakan perjuangan meraih

145

Anthony Reid Op Cit hal 406 146

Miriam Budiardjo Op Cit hal 60 147

Rakyat Aceh sangat kecewa dengan penetapan pemerintah pusat melalui kebijakannya

menghilangkan Aceh dan Tapanuli dalam membentuk provinsi Sumatera Utara Kekecewaan

terlihat ketika rakyat Aceh berjuang mendirikan Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan Tgk

M Daud Beureueh

54

kekuasaannya bukan atas dasar aturan yang berlaku melainkan atas aturan yang

ditetapkannya sendiri Dalam proses politiknya148

Daud Beureueh berusaha

menggantikan sistem politik yang ada atau yang sudah berjalan dengan sistem

politik yang baru149

B Respon Pemerintah terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

Konflik yang terjadi antara Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII)

Aceh dengan pemerintah merupakan konflik yang memperebutkan pengaruh

dimasyarakat dimana dalam mencapai tujuannya masing-masing perebutan

kekuasaan yang berdasar pada ideologi yang berbeda satu sama lain itu

memunculkan berbagai aspek sumber kekuasaan150

Kasus perjuangan atau lebih

dikenal dengan peristiwa berdarah di Aceh merupakan kekuasaan yang bersumber

dari kepercayaan atau agama artinya ulama mempunyai kekuasaan terhadap

umatnya sehingga mereka dianggap sebagai pemimpin informal yang perlu

diperhitungkan dalam menentukan ideologi sebagai dasar sebuah negara Dalam

kasus ini pihak pemerintah sebagai pihak pemegang kekuasaan dan gerakan Daud

Beureueh sebagai pihak pejuang Esensi151

dari kekuasaan adalah hak

mengadakan sanksi dan cara menyelenggarakannya berbeda-beda Terdapat

empat cara dalam upaya mengenai esensi dari kekuasaan yaitu melalui kekerasan

fisik (force) koersi (coercion) melalui ancaman akan diadakan sanksi persuasi

(persuasion) meyakinkan dengan beragumentasi dan memberi ganjaran (reward)

bisa berupa inisiatif imbalan atau kompensasi152

Berbagai cara esensi dari kekuasaan tersebut menjadi tahapan dalam

peristiwa berdarah Seperti pada awal perjuangan yang dilakukan oleh Daud

Beureueh respon cepat pemerintah terlihat ketika pemerintahan Ali

Sastroamidjojo dalam usahanya memulihkan keamanan di Aceh telah memilih

148

Proses politik mengenai dasar politik yaitu persaingan untuk memperoleh kekuasaan

Proses politik berupa persaingan untuk memperoleh kekuasaan dapat mengarah dengan mudah ke

konflik antar pihak terkait dan dapat mengancam keutuhan masyarakat khususnya Aceh 149

Kamanto Sunarto Op Cit hal 72-73 150

Sumber kekuasaan berupa kekayaan dan kepercayaan atau agama 151

Esensi adalah hakikat inti ataupun hal yang pokok pertentangan antar kedua belah

pihak pertentangan mengenai ideologi Sumber melalui httpkbbiwebidesensi diakses pada

tanggal 3 Maret 2016 Pukul 1032 WIB 152

Miriam Budiardjo Op Cit hal 61-62

55

tindakan kekerasan senjata yang berakibat jatuhnya korban jiwa153

Pertentangan

diantara DI TII Aceh dengan pemerintah pusat telah menimbulkan ketegangan

antara rakyat yang berjuang melalui gerakan DI TII Aceh untuk melepaskan diri

dari kendali Jakarta Usaha yang dicapai dengan cara keras terlihat dari tekanan

oleh TNI disatu pihak di samping pemberian amnesti dan abolisi kepada anggota

DI TII di pihak lainnya untuk meredakan konflik yang terjadi154

Pasal 14 UUD

1945 menyatakan bahwa Presiden memberi grasi amnesti abolisi dan

rehabilitasi Dalam UU darurat No 11 tahun 1954 Lembaran Negara No 146

tahun 1954 pasal 1 menyebutkan Presiden atas kepentingan negara dapat

memberikan amnesti dan abolisi kepada orang-orang yang melakukan sesuatu

tindakan pidana Hal ini merupakan kewenangan Presiden sebagai Kepala Negara

Dalam memberikan amnesti dan abolisi Presiden mendapat nasihat tertulis

dari Mahkamah Agung yang menyampaikan nasihat itu atas permintaan Menteri

Kehakiman penghapusan dengan pemberian abolisi hanya dihapuskan penuntutan

terhadap mereka yang melakukan tindak pidana yang nyata akibat dari

persengketaan politik antara Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda pada tahun

1949 Amnesti adalah pengampunan dari Presiden yang menghapuskan semua

akibat hukum pidana bagi orang-orang yang telah melakukan suatu tindakan

terkait pemberontakan dalam perjuangan Daud Beureueh melalui DITII Aceh

Sementara abolisi yang diberikan kepada anggota DITII Aceh merupakan

pengampunan dari Presiden yang dapat menghapuskan penuntutan kepada pelaku

tindak pidana Jadi amnesti dapat diberikan kepada seseorang yang telah

melakukan tindak pidana baik sebelum maupun sesudah adanya putusan

pengadilan Sedangkan abolisi hanya dapat diberikan kepada pelaku tindak

pidana sebelum ada putusan pengadilan karena abolisi sifatnya hanya

menghapuskan penuntutan155

Sebelum membahas lebih jauh penulis ingin memberi gambaran

mengenai Aceh sebelum pemberontakan Daud Beureueh meletus Adapun

pemerintahan di Aceh yang berlangsung sejak Proklamasi Kemerdekaan pada

153

El Ibrahimy Op Cit hal 162 154

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 202 155

Alfitra Hapusnya Hak Menuntut dan Menjalankan Pidana (Jakarta Raih Asa Sukses

2012) hal 161-162

56

tanggal 17 Agustus 1945 sampai penyerahan kedaulatan pada tanggal 27

Desember 1949 dapat dibagi dalam empat bagian menurut pimpinan yang

bertanggung jawab adalah sebagai berikut

1 Pertama masa pemerintahan di bawah pimpinan Residen T Nya‟

Arif sejak saat Proklamasi Kemerdekaan sampai pertengahan bulan

Januari 1946

2 Kedua masa pemerintahan di bawah pimpinan Residen Teuku

Daudsyah sejak pertengahan bulan Januari 1946 sampai akhir bulan

Mei 1948

3 Ketiga masa pemerintahan di bawah pimpinan Gubernur Mr S M

Amin sejak akhir bulan Agustus 1949

4 Keempat masa pemerintahan di bawah pimpinan Wakil Perdana

Menteri Mr Syarifudin Prawiranegara sejak akhir bulan Agustus 1949

sampai saat penyerahan kedaulatan

Masa residen Teuku Nya‟ Arif merupakan kepala pemerintah daerah yang

pertama Pada permulaan maklumat kemerdekaan Indonesia di Sumatera oleh

Gubernur Sumatera Mr T M Hasan mengeluarkan sejumlah penetapan mengenai

penunjukan Asisten Residen Controleurs dan pegawai-pegawai tinggi lain Pada

awalnya jabatan-jabatan tersebut diduduki oleh para uleebalang dan keluarganya

Konflik yang terjadi antara uleebalang dengan ulama mengakibatkan jabatan

tidak lagi diduduki oleh para uleebalang melainkan para orang yang dianggap

berpengaruh dalam menentukan pembesar menduduki tempat jabatan tersebut

Pada penyusunan dalam pemerintahannya T Nya‟ Arif156

mengalami kendala

baik pertentangan dari masyarakat dalam menyelesaikan persoalan ataupun

tekanan yang dilakukan oleh Jepang Hal ini menempatkan T Nya‟ Arif lebih

berperan sebagai pemimpin ketentaraan Tentara Keamanan Rakyat Ketika timbul

156

Teuku Nyak Arif adalah pendiri Perkumpulan uleebalang-uleebalang Groot Atjeh

pada 8 Oktober 1939 Saat itu Aceh Besar ada dibawah kendali Belanda sehingga para uleebalang

mempunyai sedikit kepentingan untuk di lindungi Meskipun begitu T Nya‟ Arif dalam reaksinya

adalah bertahan terhadap kritik-kritik yang ditujukan kepada uleebalang ketika dia mengintrupsi

suatu rapat Muhammadiyah dengan menyatakan keberatannya atas sebutan ldquorajardquo kepada

golongannya karena mereka pada hakikatnya tidak lagi mempunyai kekuasaan yang sebenarnya

Dia membalik kritik kepada para ulama dengan mengatakan bahwa ldquodalam hal ini kita semua

bersalah bukan saja kaum uleebalangyang sekarang menjadi sasaran tetapi juga para Teungku

(ulama) yang tidak berani berkata sepatah kata pun ketika melihat kaum uleebalang berlaku tidak

pantas seperti minum brendi berdansa dan mengirim anak-anaknya ke sekolah Kristen Lihat

Anthony Reid Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan Sumatera hal 75

57

banyak persoalan yang terjadi maka ditetapkan sebagai wakil residen TRP

Mohd Ali yang tinggal di ibukota Kotaraja untuk mengatur pekerjaan-pekerjaan

residen Sedangkan T Nya‟ Arif bekerja di luar daerah Kotaraja untuk

menyelesaikan persoalan mengenai pertentangan pertempuran baik dengan

Jepang maupun masyarakat sendiri

Dalam periode ini atau sekitar empat bulan lamanya berakhir juga

kekuasaan uleebalang dan berganti dengan kekuasaan ulama Susunan Komite

Nasional Daerah adalah untuk sebagian besar terdiri dari anggota-anggota Para

Ulama oposisi dalam dewan dapat dikatakan tidak ada Dan segala urusan

mengenai penyelenggaraan pemerintahan berlangsung menurut kehendak para

ulama melalui organisasi PUSA Pada masa inilah pengeluaran pengumuman dari

pemerintah daerah yang mencap kaum uleebalang sebagai pengkhianat bangsa

dan agama Juga dari pihak tentara Jepang yang mengalami kesulitan di beberapa

daerah seperti di Meulaboh Kotaraja dan Langsa Peranan ketua Komite

Nasional Daerah Tuanku Mahmud sangat penting dalam mengatur kebijakan

dengan melakukan perundingan terus-menurus dengan Jepang sehingga

pertempuran dapat dibatasi sampai ke kota-kota tersebut dan tidak meluas ke

seluruh daerah Aceh Persatuan pemuda dalam organisasi pemuda Republik

Indonesia juga berperan dalam menyelesaikan persoalan dibawah pemerintahan

PUSA saat itu157

Masa residen Teuku Daudsyah pemerintah daerah sesudah pertengahan

bulan Januari 1946 T Daudsyah semasa pemerintahan Belanda adalah

Zelfbestuutder158

Idi suatu landschap di bagian Aceh Timur dan merupakan

bagian dari salah satu uleebalang-uleebalang yang tidak banyak jumlahnya yang

terlepas dari akibat-akibat pertentangan ulama-uleebalang Pada masa

pemerintahannya persoalan terjadi akibat yang ditimbulkan oleh gerakan Ali

Mujahid Gerakan ini pada hakikatnya lanjutan dari perang Cumbok suatu

pembersihan terhadap sisa-sisa partai feodal yang masih memegang peranan

dalam badan resmi Untuk mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi

157

MR S M Amin Op Cit hal 45-46 158

Pemerintahan sendiri masa kolonial Belanda

58

dibentuklah suatu Badan Eksekutif Susunan Badan Eksekutif pertama adalah

sebagai berikut

Ketua Residen Teuku Daudsyah

Wakil Ketua Mr S M Amin

Sekertaris Kamarusid

Anggota-anggota Sutikno Hasyim H M Zainuddin Mohd

Hanafiah R Insun

Kebijakan awal Badan Eksekutif adalah membuat peraturan-peraturan

mengenai harta anggota golongan uleebalang yang mengalami kekalahan di

persitiwa Cumbok159

Peraturan yang dimaksud antara lain

1 Pembentukan suatu badan yang mempunyai hak dan kewajiban

mengurus harta peninggalan mereka dari golongan uleebalang yang

telah tewas dalam peristiwa Cumbok

2 Memeriksa dan memutuskan tuntutan-tuntutan mengenai harta

peninggalan itu

3 Menetapkan penjualan sebagian dari harta peninggalan itu guna

pengganti kerugian yang diderita oleh pihak ulama sebagai akibat dari

pertempuran dalam peristiwa Cumbok

4 Putusan-putusan badan ini mempunyai kekuatan vonis yang tidak

dapat di apel

Dalam masa pemerintahan ini juga Aceh pertama kali menerima tamu-

tamu dari pusat pemerintahan yang berkewajiban mengadakan tinjauan dan

mempererat hubungan di antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah Pada

tanggal 21 Juli 1947 Belanda memulai suatu gerakan yang bertujuan melenyapkan

negara Republik Indonesia Meskipun sebagian besar di wilayah Jawa

Palembang dan Sumatera Timur sudah berhasil ditaklukan rakyat Aceh

159

Selanjutnya pemerintahan pimpinan residen T Daudsyah berjalan dengan baik dan

memuaskan Terlihat dari persoalan kekurangan yang dihadapi kesulitan-kesulitan dalam

hubungan kekurangan keuangan yang menyebabkan sebagian besar pekerjaan untuk kemakmuran

raykat Seperti membuat irigasi jalan-jalan jembatan obat-obat persekolahan untuk menunjang

mutu tentara

59

menghadapi agresi dengan satu tujuan yaitu mempertahankan negara sampai titik

darah penghabisan Reorganisasi dalam pemerintahan diwujudkan dalam

membentuk pemerintahan yang selaras Dan penetapan oleh Wakil Presiden Drs

Moh Hatta daerah Aceh dinyatakan sebagai daerah militer istimewa dengan

ditetapkannya seorang Tgk M Daud Beureueh sebagai Gubernur Militer yang

bertanggung jawab dalam pertahanan dan keamanan rakyat160

Kembali pada fokus kajian Menurut Cornelis van Dijk sejarawan Belanda

mengenai ldquodaftar hitamrdquo dalam sengkarut revolusi menimbulkan keresahan di

rakyat Aceh yang membakar Tanah Jeumpa pada awal 1950-an menjadi bahan

gunjingan yang hangat Pengirimnya disebut-sebut adalah pemerintah Ali

Sastroamidjojo melalui Jaksa Tinggi Sunarjo yang membawanya ke Medan Tapi

ada juga yang menyebutnya warisan kabinet Sukiman Yang isinya

menggambarkan puncak perseteruan pemerintah Jakarta dengan rakyat Aceh

Jakarta berencana membunuh 300 tokoh penting Aceh sumber lain menyebut 190

tokoh-melalui sebuah operasi rahasia Keputusan ini diambil setelah Jakarta

memastikan kawasan di ujung barat Sumatera akan menggelar pemberontakan

melawan pusat Tapi tak ada yang bisa memastikan keberadaan dokumen itu

Sejarawan Belanda lainnya BJ Boland dalam bukunya The Struggle of Islam in

Modern Indonesia menyebutkan sebetulnya surat itu tak pernah ada ldquoDesas-

desus itu diembuskan oleh politikus sayap kiri di Jakarta untuk menghantam

gerakan Islam di Acehrdquo katanya Secara tersirat Van Dijk menduga dokumen itu

ada ldquoDaftar nama itu barangkali sengaja dibocorkan dengan tujuan tertentu

Orang Aceh terkemuka merasa mereka akan ditangkap dan karena itu

memutuskan lari ke gunung161

Hal yang sama diungkapkan M Nur El-Ibrahimy yang mengungkapkan

bahwa Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dalam rapat paripurna DPR pada 2

November 1953 menyangkal telah menyusun daftar itu Tak penting benar apakah

dokumen itu ada atau tidak Yang pasti rumor tentang rencana pembunuhan itu

membuat pemberontakan Darul Islam di Aceh menemukan momentumnya

160

MR S M Amin Op Cit hal 54 161

Melalui sumber online httpsoalacehtumblrcom di akses pada 19 Juli 2016 Pukul

1912 WIB

60

Aktivis Darul Islam langsung pasang kuda-kuda Teungku Daud Beureueh salah

satu orang yang disasar oleh dokumen tersebut segera mengacungkan kapak

perang Daftar hitam adalah bukti yang menimbulkan kecurigaan kita bahwa

pencetus peristiwa berdarah itu adalah permainan lawan-lawan politik Teungku

Daud Beureueh untuk menghancurkan beliau dan kawan-kawan Sembilan tahun

Daud Beureueh memimpin sebuah gerakan perlawanan dengan bendera Darul

Islam Gerakan itu menjadi pembuka perlawanan Aceh pasca-era kolonial-sesuatu

yang hingga saat itu belum juga berakhir-dan memunculkan Daud Beureueh

tokoh besar yang sulit dilupakan sejarah ldquoLes hitamrdquo bukan satu-satunya alasan

mengapa peristiwa itu ada

Masa Gubernur Mr S M Amin dilantik ketika kunjungan Presiden

gubernur muda Sumatera Utara sebagai akibat perubahan pemerintahan di

Sumatera Dari satu provinsi yang dipimpin oleh gubernur Sumatera Mr T M

Hasan dengan ibu kota Bukit Tinggi menjadi tiga provinsi yaitu Sumatera Utara

Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan Dalam sistem provinsi Sumatera Utara

kerisidenan-keresidenan Tapanuli dan Aceh yang menyerupai keresidenan

otonom dihapuskan Selanjutnya residen dipimpin oleh Gubernur dan dijadikan

tiap-tiap kabupaten menjadi kesatuan yang memperoleh otonomi dibawah

pimpinan Bupati162

Pada reaksinya terlihat dua macam reaksi di masyarakat

Sumatera terhadap perubahan pemerintahan Sebagian rakyat pro terhadap

ketetapan baru sebagian lagi yang tidak banyak yang anti dan sebagian besar

tidak menunjukan reaksi Pelaksanaan undang-undang pembagian Sumatera

dalam tiga provinsi dimulai dengan pembentukan dewan perwakilan Sumatera

Utara yang teridiri dari anggota-anggota dewan perwakilan Sumatera yang

dihapuskan dan dalam dewan perwakilan ini mewakili Aceh Tapanuli atau

Sumatera Timur Rapat diadakan pada 13-16 Desember 1948 di Tapa‟ Tuan Hal

ini juga sebagai bukti tentang keinginan rakyat melangkahkan kakinya kearah

kesatuan negara163

162

Dalam penentuan ibu kota penunjukan Sibolaga sebagai ibu kota sementara dan

keinginan rakyat penetapan itu dicabut dan Kota Raja dijadikan sebagai ibu kota seiring

menunggu Medan dapat direbut kembali dari tangan Belanda 163

Dalam pelaksanaannya tentara dan rakyat sangat mentaati segala peraturan dan

tindakan-tindakan yang dikeluarkan dan dilakukan guna kepentingan pertahanan baik melalui

61

Masa wakil perdana menteri Mr Syarifudin Prawiranegara beriringan

dengan pembubaran pemerintah darurat penempatan Mr Syarifudin

Prawiranegara di daerah Aceh Sebagai Wakil Perdana Menteri Kekuasaan dalam

mengadakan perbaikan di pulau Sumatera dengan di bantu oleh suatu badan

penasihat yang terdiri dari komisaris pemerintah Panglima territorial teritorium

Sumatera dan beberapa orang yang ditunjukkan Peraturan-peraturan dibuat

mengenai terutama lapangan perekonomian Diadakan peraturan mengenai

panitia-panitia untuk mengurus pembelian barang-barang bagi pemerintah Dalam

mengatur harga pasaran untuk memperbaiki perekonomian di Sumatera Utara

untuk membantu dan mengawasi Bank Negara Berbeda mengenai peraturan

wakil Perdana Menteri tentang pemerintahan di Sumatera membawa perubahan

dalam struktur pemerintahan Peraturan yang membawa pembagian daerah

Sumatera Utara dari peraturan pemerintah darurat Republik Indonesia

menyerupai satu provinsi yang otonom menjadi dua provinsi yaitu provinsi Aceh

dan Tapanuli Sumatera Timur kelanjutannya pada masa Syarifudin

ditempatkannya dua daerah provinsi itu dibawah pimpinan Tgk M Daud

Beureueh dan Dr F- L Tobing sebagai gubernur164

Dalam bukunya Memahami Sejarah Konflik Aceh Mr S M Amin

memaparkan tentang pembagian daerah ini belum atau tidak dapat dipastikan

kebenarannya Ada isu yang mengatakan bahwa pembagian ini terkesan tergesa-

gesa dengan tidak memperhatikan keadaan dan dengan tidak mendengan

pemandangan dari instasi-instasi Dan tidak tahunya komisaris dan dewan

perwakilan provinsi Sumatera Utara Serta mengatakan bahwa perubahan yang

terjadi akibat desakan dari beberapa orang yang asli dalam daerah Aceh dan

Tapanuli dan yang menduduki tempat yang terpenting dalam pemerintahan

Dengan dasar keinginan rakyat ini Syarifudin beranggapan bahwa mereka yang

melakukan desakan adalah orang yang terkemuka dan berpengaruh dalam

masyarakat dan yang dapat dianggap representatif Adapun alasan Syarifudin

membuat keputusan prinsipil adalah sebagai berikut

1 Kepentingan penyempurnaan dan usaha melancarkan pemerintahan

ketetapan kebijakan pemerintah atau pun terkait pengawalan maupun instruksi-instruksi dalam

hubungan taktik bumi hangus 164

MR S M Amin Op Cit hal 67

62

2 Keinginan umum akan segera terbentuknya suatu sistem pemerintahan

daerah berdasarkan Undang-Undang No 22 tahun 1948165

Sedangkan keinginan umum yang menghendaki pembagian provinsi

Sumatera Utara dalam dua provinsi terbagi dalam tiga bagian yaitu

1 Sebagian besar yang tidak merasa berkepentingan (interese) dalam

soal dua atau satu provinsi yang tidak mengetahui dan tidak

mempunyai pengertian sedikit juga dalam persoalan ini

2 Sebagian kecil yang tidak menghendaki pembagian ini

3 Sebagian yang lebih kecil lagi yang menginginkan pembagian ini dan

berusaha dengan giat menciptakan keinginan menjadi kenyataan

Pada 17 Desember 1949 penetapan peraturan mengenai pemecahan

provinsi Sumatera Utara dalam dua provinsi Aceh dan Tapanuli Sumatera Timur

adalah suatu saat yang sangat berlainan dengan saat 30 September 1949

penetapan peraturan mengenai penyerahan kekuasaan luas pada wakil perdana

menteri Pada 30 September 1949 negara masih dalam konflik dengan kerajaan

Belanda Serangan yang terjadi oleh Belanda memungkinkan negara jatuh

kembali dalam kancah peperangan dan perhubungan Sumatera dan Jawa terputus

Berkaitan dengan Undang-Undang Dasar dari sejarah ketatanegaraan Indonesia

diketahui bahwa UUD yang berlaku telah beberapa kali berganti yaitu dari UUD

1945 kemudian diganti UUD RIS 1949 lalu berganti lagi dengan UUD

Sementara 1950 dan akhirnya kembali ke UUD 1945 Adapun kelima tahapan

perkembangannya itu adalah

1 Tahun 1945 UUD Republik Indonesia yang de facto hanya berlaku di

Jawa Madura dan Sumatera

2 Tahun 1949 UUD Republik Indonesia Serikat (RIS) yang berlaku di

seluruh Indonesia kecuali Irian Barat

3 Tahun 1950 UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlaku

diseluruh Indonesia kecuali Irian Barat

4 Tahun 1959 UUD Republik Indonesia 1945 UUD ini mulai 1959

berlaku diseluruh Indonesia termasuk Irian Barat

165

MR S M Amin Op Cit hal 70-71

63

5 Tahun 1999 UUD 1945 dengan amandemen dalam masa reformasi

Umumnya pergantian UUD mencerminkan anggapan bahwa perubahan

konstitusional yang dihadapi begitu fundamental Di Indonesia wewenang untuk

mengubah UUD ada ditangan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dengan

ketentuan bahwa kuorum adalah 23 anggota MPR sedangkan usul perubahan

UUD harus diterima oleh 23 anggota yang hadir dalam ketentuan di pasal 37166

Berbeda pandangan mengenai dasar dan hukum yang di terapkan

Soekarno Daud Beureueh ingin menciptakan hukum Islam di Indonesia Dimana

hukum Islam sendiri merupakan hasil dialektika167

otoritas yang didukung oleh

wahyu dengan konteks sosialnya Pembentukan hukum Islam berawal dari proses

dialektis dimana elemen-elemen tradisi masyarakat diambil dimodifikasi dan

dihapus sesuai dengan nilai moral yang ingin ditanamkan oleh Islam Perubahan

tradisi tersebut tidak berjalan revolusioner melainkan melalui proses evolusi168

Pranata yang didukung oleh Islam adalah sebuah pranata yang lahir dalam sebuah

masyarakat tradisional yaitu masyarakat yang dibimbing oleh nilai-nilai dan

kesucian tradisi bukan oleh hukum positif yang dihasilkan oleh organisasi negara

Dalam konteks ini hukum Islam bersifat arbitratif dan moral169

Pada

perkembangannya dalam penerapan hukum Islam di Aceh peran ulama sangat

berpengaruh terutama dalam organisasi Para ulama sebagai pemegang otoritas

keagamaan dalam Islam mempunyai peran penting yang berfungsi sebagai

pemberi fatwa ketika muncul persoalan di kalangan umat Islam Peradilan dalam

166

Miriam Budiardjo Op Cit hal 182-183 167

Dialektika adalah logika gerak atau suatu bentuk pemahaman yang sifatnya umum 168

Perubahan tersebut dapat terjadi karena adanya proses transformasi otoritas sehingga

perubahan memiliki legitimasi di masyarakat Perubahan pertama yang dilakukan oleh Al-Qur‟an

terhadap tradisi masyarakat pra-Islam terjadi dalam bidang hukum keluarga dan merupakan

pencapaian terbesar Seperti pernikahan bersama dengan waris membentuk hukum perdata Islam

dan menjadi elemen paling jelas dan tegas dalam skema hukum Islam Khususnya pernikahan

mencerminkan penataan Al-Qur‟an terhadap pranata sosial dasar di masyarakat 169

Arbitrative yaitu suatu proses yang menggunakan cara melalui pihak ketiga sebagai

penengah atau menciptakan solusi Sedangkan moral sesuatu yang berkaitan dengan velue (nilai)

dalam tindakan yang memiliki sesuatu nilai positif Moral secara eksplisit adalah hal-hal yang

berhubungan dengan porses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses

sosialisasi

64

sejarah Islam diisi oleh para ulama dengan referensi hukum hasil dari ijtihad

bukan hukum hasil legalisasi lembaga legislatif170

Kajian lebih mendalam mengenai hukum Islam ketika persoalan muncul

tatkala hukum keluarga Islam khususnya yang menyangkut pernikahan

bersentuhan dengan negara modern Melahirkan sebuah sistem kekuasaan politik

baru dimana legitimasi aparatusnya tidak diperoleh melalui tradisi melainkan

dari aturan hukum formal Sistem otoritas yang membentuk negara modern

tersebut adalah sistem otoritas legal rasional171

Ini merupakan suatu krisis otoritas

hukum Islam terhadap modernisasi zaman Faktor lain mengenai modernitas dan

krisis otoritas ditandai beberapa hal

1 Munculnya negara bangsa (nation state) yang kemudian menjadi

model umum negara di abad ke-20 M

2 Tumbuhnya rasionalitas dalam sistem sosial yang ditandai dengan

munculnya organisasi-organisasi sosial

3 Sebagai konsekuensi dari fenomena pertama dan kedua adalah

tumbuhnya otoritas legal-rasional yang didasarkan atas sistem

keorganisasian

4 Munculnya tren unifikasi dan kodifikasi hukum sebagai akibat dari

semakin berkembangnya otoritas legal-formal dengan negara sebagai

pilarnya

Fenomena modern yang mempengaruhi sistem otoritas menurut Bernard

Weiss menyatakan bahwa meskipun hukum Islam sama dengan hukum Romawi

dalam hal bahwa hukum adalah hasil dari para ahli hukum (jurist law)

Perbedaannya antara kedua hukum tersebut adalah pertama kerja para ahli hukum

Romawi dibatasi oleh kegiatan legislatif yang dilakukan oleh negara baik oleh

senat maupun kaisar Sedangkan dalam sistem hukum Islam tradisional negara

170

Ahwan Fanani Otoritas Dalam Hukum Islam (Artikel dalam Jurnal Justitia Islamica

Vol 7 No 1 Jan-Juni 2010) hal 3 171

Menurut Max Weber peran dan bentuk otoritas dibagi menjadi tiga yaitu pertama

legal-rasional otoritas yang bersandar pada legitimasi rasional yaitu yang berpijak kepada

legalitas pola aturan normative dan formal Kedua tradisional otoritas yang bersandar kepada

legitimasi tradisional yaitu kepercayaan yang mapan kesucian tradisi masa lalu dan legitimasi

orang-orang yang melaksanakan otoritas tersebut Ketiga kharismatis otoritas yang bersandar pada

legitimasi charisma yaitu yang berpijak pada kesucian tertentu kepahlawanan atau karakter

teladan dari seorang individu dan pola normative yang ia tunjukan

65

tidak memiliki kekuasaan legalisasi Negara hanya bisa menegakan hukum tetapi

tidak memiliki hak untuk membuat hukum Kedua hakim-hakim dalam tradisi

hukum Romawi memiliki keleluasaan dalam memutuskan hukum karena

keputusan hukum didasarkan atas kekuatan intuisinya172

Sementara dalam tradisi

hukum Islam para ahli hukum diikat oleh sumber formal yaitu teks Otoritasnya

lebih didasarkan atas keterampilannya menjabarkan teks dibandingkan oleh

kebijaksanaannya173

Upaya menjadikan hukum Islam sebagai hukum positif menuai pro dan

kontra Hukum Islam yang muncul di Indonesia tidak lepas dari dinamika sejarah

negara Indonesia Jauh sebelum kedatangan penjajah dari Eropa perkembangan

Islam dengan munculnya lembaga pendidikan seperti surau langgar madrasah

dan pesantren telah memberikan kontribusi pengetahuan mengenai kultur agamis

yang kuat di masyarakat Sehingga hukum Islam di Indonesia merupakan hukum

yang banyak di bentuk dan terinspirasi oleh kekuatan dari budaya agamis dan

relegius Dari lembaga pendidikan itu sumber-sumber utama informasi dan

penyuluhan masyarakat Mengajarkan berbagai keilmuan utamanya ilmu agama

yang didominasi kajian fikih kajian yang tidak lepas dari permasalahan hukum

Islam Dari akar sejarah yang kuat inilah pondasi cita-cita masyarakat Aceh

terbentuk karena Islam memperkenalkan suatu tradisi hukum baru di Indonesia

Dengan menawarkan dasar-dasar perilaku sosial yang rata dan sebanding juga

menyumbangkan konsepsi baru hukum di Indonesia Dan sifatnya yang elastis174

mengubah ikatan kesukuan dan kedaerahan menjadi ikatan yang universal175

Di kalangan masyarakat Aceh sendiri diketahui memiliki sikap tertutup

dan mempunyai pandangan tersendiri tentang segala sesuatu mengenai

penghidupannya Sebagai akibat dari sikapnya ini masyarakat didaerah dapat

dikatakan bersifat ldquostatischrdquo (tidak berubah-ubah) aliran-aliran baru tidak masuk

sehingga alam pikiran masyarakat tetap sebagai berpuluh tahun kebelakang176

172

Hal itu terjadi karena hakim dipandang sebagai orang yang bijaksana sehingga

keputusan hukum dilihat dari kemampuannya menggali nilai keadilan 173

Ibid hal 19-20 174

Bersifat Elastis dalam konteks ini memperhatikan berbagai segi kehidupan dan tidak

memiliki dogma yang kaku keras dan memaksa 175

Shohibul Itmam Transformasi Hukum Islam Menuju Hukum Positif Dalam Konteks

KeIndonesiaan (Artikel dalam Jurnal Justitia Islamica Vol 7 No 1 Jan-Juni 2010) hal 39-40 176

MR S M Amin Op Cit hal 76

66

Dalam pengertiannya mengenai hukum Islam di daerah Aceh adalah segala

peraturan yang bersifat hukum kekeluargaan yang berlaku atas anggota

masyarakat asli terkecuali beberapa kebiasaan dalam perkawinan yang tidak

bersifat prinsipil Selain itu rakyat Aceh adalah ldquoIslam mindedrdquo dan dalam cara

berpikir mereka pada umumnya tidak ada tempat bagi hukum terhadap persoalan

sehari-hari yang tidak berasal dari hukum Islam Ulama-ulama mengetahui bahwa

sebenarnya bukanlah seluruh hukum yang berlaku atas rakyat adalah hukum

Islam akan tetapi masih juga ada soal-soal yang diputuskan menurut dasar hukum

lain menganggap bahwa berlakunya peraturan-peraturan yang tidak berdasar

Islam adalah suatu keadaan yang tidak sempurna yang seharusnya mengalami

perubahan177

Dalam penerapannya mengenai hukum sejarah Aceh menyatakan bahwa

diantara kepala adat dan kepala agama terdapat pertentangan paham Ulama

mempunyai kekuasaan kehakiman terbatas mengenai hal perkawinan frail yang

berusaha dan bertujuan memperluas kekuasaan dan mempertahankan hak-hak

yang diserahkan organisasi ketatanegaraan olehnya Sedangkan adathoofden178

berusaha sebaliknya yaitu dengan memperkecil hak hakim agama sedapat

mungkin Ini merupakan suatu persoalan kedapatan prinsip (dasar) pembagian

kekuasaan diantara hakim agama dan hakim adat Aliran Islam ini berada di

segala kehidupan menyerupai suatu faktor yang tidak dapat diabaikan meskipun

banyak yang tidak menyetujui golongan Islam yang dianggap fanatic kolot dan

tidak selaras dengan keadaan Dan golongan anti Islam ini terdapat juga

didalamnya mereka yang telah memperoleh didikan agama secara modern di luar

negeri179

dan mereka yang telah pernah menerima didikan Barat mempunyai

pandangan yang lebih luas dalam melaksanakan hak dan kewajiban yang

sempurna180

177

Keadaan dalam menetapkan peranan hukum Islam di kehidupan sehari hari disebabkan

oleh tindakan sewenang-wenang dari uleebalang yang senantiasa berusaha agar masyarakat beralih

dari sifat keIslaman dan menuju kepada adat dengan maksud agar lebih sempurna dan dapat

memerintah rakyatnya 178

Adat hoofd adalah Kepala adat 179

__________ Tentang Soal Memulihkan Keamanan di Atjeh (Artikel WAKTU No

23 Tanggal 25 Juni 1955) 180

MR S M Amin Op Cit hal 87-89

67

Mengenai ideologi dasar sebuah negara Pancasila Daud Beureueh

dianggap anti Pancasila dan dirasa perlu keluar dari Republik Indonesia Tetapi

hal itu di sanggah ketika pada 15 Oktober 1945 Daud Beureueh bersama tiga

orang ulama besar mengeluarkan pernyataan politik yang dimaksudkan bahwa

umat Islam mempertahankan Republik Indonesia yang berdasar Pancasila wajib

hukumnya dan gugur dalam perjuangannya dianggap mati syahid Pernyataan ini

ditanda tangani oleh empat orang ulama besar yaitu Tengku haji Jakfa Siddik

Lamjabat Teungku Haji Ahmad Hasballah Indrapuri Teungku Haji Muhammad

Hasan Krungkale dan Teungku Muhammad Daud Beureueh Para pengamat

politik yang dengan seksama mengikuti perjalanan dan mengantar Daud Beureueh

ke mimbar proklamasi Darul Islam di Aceh mengatakan bahwa ada usaha-usaha

yang sistematis dan berencana yang bertujuan mendorong sebagian rakyat Aceh

berjuang dalam mewujudkan apa yang dicita-citakannya181

C Upaya Penyelesaian Akhir Pemberontakan DITII Aceh

Kasus yang terjadi di Aceh dalam fase perubahan sistem pemerintahan

bukanlah suatu kemauan rakyat sejati menjadi pimpinan dalam pemerintahan

melainkan seseorang ahli bicara (demagog) Siapa yang pandai bicara dan tidak

mempunyai rasa tanggung jawab yang cukup sangat mudah mempergunakan

rakyat umum sebagai alat untuk memenuhi keinginannya asalkan ahli bicara

mengetahui pokok-pokok keinginan umum dan tidak melampaui batasan-

batasannya Dengan memperhatikan pokok keinginan rakyat umum dan dalam

batas-batas pokok keinginan umum dapat diatur siasat untuk mencapai tujuan

Hal nyata ini yang menjadi alasan bahwa kekuatan Daud Beureueh dalam

pemberontakan berjuang menegakan syariat Islam adalah kekuatan lidah karena

sebagian besar rakyat Aceh didalam gerakan DITII Aceh di rekrut diajak dan

atas kemauannya sendiri melalui ajakan dakwah-dakwah dan pidato-pidato yang

dilakukan oleh Daud Beureueh pada khotbah-khotbahnya Inti dari situasinya

adalah mengikuti kemauan rakyat dipimpin oleh rakyat bukan yang memimpin

diluar kemauan rakyat dan walaupun dapat bersiasat sehingga keinginannya

sendiri dapat tercapai tetapi yang utama adalah tentang keinginan rakyat

181

A Hasjmy Op Cit hal 115

68

Selanjutnya Aristoteles menyatakan bahwa pemerintahan yang tersebut pada

hakikatnya adalah pemerintahan ldquomassardquo (gerombolan) yang mendiktekan

keinginannya secara sewenang-wenang Dan pemimpin dalam pemerintahan ini

tidak dapat memandang luas Pandangannya terbatas pada suasana daerah tidak

dapat meluas keluar daerah Serta tidak dapat melihat turun naiknya pertumbuhan

perjuangan nasional tidak dapat melihat perubahan dalam pelaksanaan tugas dan

juga tidak dapat melihat perubahan dalam perkembangan politik182

Pada hasil perjuangan dalam peristiwa berdarah ini dilalui oleh proses

untuk mencapai suatu kesepakatan Adapun langkah-langkah penyelesaian

persoalan konfrontasi antara rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beureueh dan

pemerintah pusat diawali dengan munculnya Dewan Revolusi yang diketuai oleh

A Gani Usman Dengan adanya gencatan senjata para pejuang dari masyarakat

Aceh mulai kembali pulang ke kampung untuk menjenguk keluarga serta

mengamati perkembangan kota-kota Alasan perjuangan Daud Beureueh

melakukan gencatan senjata adalah sebagai berikut

1 Pemimpin pemimpin pejuang menghindari Aceh dari kehancuran

akibat tekanan yang kuat dari pemerintah pusat dalam memberantas

perjuangan rakyat Aceh yang dianggap pemerintah sebagai suatu

pemberontakan

2 Sebagian rakyat Aceh dalam kubu Daud Beureueh telah letih berjuang

dan bosan hidup didalam hutan selama 6 tahun rentang tahun 1953-

1959

Munculnya Dewan Revolusi menandai pecahnya kaum pemberontak yang

terbagi menjadi dua kubu Antara kubu Tgk M Daud Beureueh Hasan Ali Ilyas

Leube dengan Trio Hasan Saleh Ayah Gani dan Husin Almujahid Kemelut

politik yang terjadi antar keduanya puncaknya terjadi pada tanggal 15 Maret 1959

melalui seruan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Negara Bagian Aceh (NBA)

Tentara Islam Indonesia Hasan Saleh sebagai menteri urusan perang telah

mengambil alih pimpinan NBA sipil dan militer dari tangan wali negara Daud

Beureueh Dan dalam menggantikan kabinet dibentuk lah Dewan Revolusi

182

MR S M Amin Op Cit hal 115-116

69

dibawah pimpinan A Gani Usman Beriringan dengan dibentuknya kubu

tandingan oleh Hasan Saleh kabinet Hasan Ali dibubarkan Kemudian

selanjutnya diserukan kepada rakyat umum supaya membantu Dewan Revolusi

dengan tujuan membawa rakyat Aceh ketempat yang mulia dan bahagia Seruan

itu ditandatangani oleh Tgk Amir Husin Almujahid selaku Ketua Dewan

Perwakilan Rakyat NBA (Majelis Syura)183

Pada tanggal 26 Maret 1959 keluar komnike No 2 dari Dewan Revolusi

yang dinamakan pernyataan Wali Negara NBA NII dalam pernyataan itu

dinyatakan bahwa ldquoDewan Pertimbangan diubah dengan sebutan Wali Negara184

Pokok dalam pernyataan ini adalah bahwa Dewan Revolusi NBA NII akan

meneruskan permusyawaratan dengan pemerintahan Republik Indonesia serta

menjadikan musyawarah ini sebagai prinsip bukan taktik185

Dengan keluarnya

pernyataan-pernyataan dari kedua belah pihak adalah bukti nyata bahwa di Aceh

telah terdapat dua Negara Bagian Aceh NII Yang pertama dibawah pimpinan

Daud Beureueh dan yang kedua dibawah pimpinan Hasan Saleh Selanjutnya

musyawarah dilakukan antara Dewan Revolusi dengan Pemerintah RI Pada

tanggal 23 Mei 1959 utusan pemerintah RI melalui Wakil Perdana Menteri I Mr

Hardi atau yang lebih dikenal dengan Misi Hardi yang terdiri dari 29 anggota

antara lain Menteri Negara Urusan Stabilisasi Ekonomi dan Wakil Kepala Staf

Angkatan Darat Jenderal Mayor Gatot Subroto Pada tanggal 24 Mei 1959

dilakukan pembicaraan-pembicaraan penting di segala bidang dengan KDMA dan

Gubernur atau Kepala Daerah Aceh sebagai persiapan permusyawaratan dengan

Dewan Revolusi

Pada tanggal 25 Mei 1959 musyawarah antara Misi Hardi dengan Dewan

Revolusi yang terdiri dari 25 anggota antara lain A Gani Usman (Ayah Gani)

183

El Ibrahimy Op Cit hal 165-166 184

Dalam komunike No 1 tidak ada Dewan Pertimbangan dan yang ada Dewan

Perwakilan Rakyat NBA (Majelis Syura) 185

Pengertian ldquoprinsip bukan taktikrdquo disini adalah bermusyawarah memperbincangkan

semua soal melalui diplomasi dan bukan dalam artian menyerah Dan dengan musyawarah bukan

untuk mencari menang atau kalah melainkan hasil musyawarah kelak bisa diterima disebagian

masyarakat Aceh dan pihak pemerintah RI juga menerima sebagian cita-cita kedua belah pihak

Jadi inilah yang dinamakan perdamaian adanya persatuan dan kembali bersatu sebagai hasil

musyawarah bukan merupakan penyerahan atau menyerah melainkan kewajiban masyarakat RI

untuk melanjutkan cita-cita pada revolusi 17 Agustus 1945 yang sudah menjadi kewajiban suci

umat Islam di Aceh dulu dan sampai saat ini

70

sebagai ketua Amir Husin Almujahid Hasan Saleh Husin Jusuf T M Amin T

A Hasan Ishak Amin dan A Gani Mutiara Musyawarah yang berjalan lancar

dan harmonis terlihat dari butir-butir hasil pemikiran Adapun hasil pemikiran

musyawarah antara Dewan Revolusi dan Misi Hardi adalah sebagai berikut

1 Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia tanggal 26 Mei 1959

No 1Misi1959 yang pokoknya menyatakan bahwa Daerah

Swantantra Tingkat I Aceh dapat disebut ldquoDaerah Istimewa Acehrdquo

dengan catatan bahwa kepada daerah tersebut tetap berlaku ketentuan-

ketentuan mengenai Daerah Swantantra Tingkat I seperti termuat

dalam undang-undang No 1 tahun 1957 tentang pokok-pokok

Pemerintahan Daerah begitu pula lain-lain peraturan perundangan

yang berlaku untuk Daerah Swantantra Tingkat I mengenai otonomi

yang seluas-luasnya terutama dalam keagamaan peradatan dan

pendidikan186

2 Segala aparat dari NBA NII (MiliterPolisiSipil) diterima ke dalam

pasukan yang bernama pasukan Tgk Tjhik di Tiro sebagai bagian dari

Komando Daerah Militer Aceh Iskandar Muda Sesuai dengan

pernyataan Misi Pemerintah Pusat yang bertanggal Kutaraja 26 Mei

1959

3 Pemerintah akan membantu sekuat tenaga dalam batas-batas

kemampuan negara pembangunan semesta di Aceh terutama dalam

bidang-bidang yang langsung menyentuh kepentingan rakyat jasmani

dan rohani sebagai langkah pertama untuk merealisir maksud

pemerintah tersebut Misi Pemerintah Pusat telah membawa otorisasi

sejumlah 884 juta rupiah

Dalam rangkaian tujuan-tujuan hasil dari pemikiran pada musyawarah

dengan Pemerintah Pusat melalui Misi Hardi maka Dewan Revolusi NBA NII

telah187

186

Keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959 Yang dibuat dalam menyelesaikan

persoalan di Aceh melalui musyawarah keputusan dari kedua belah pihak Pernyataan yang

diterangkan oleh Panglima KDMA 187

El Ibrahimy Op Cit hal 168-169

71

1 Menyatukan diri ke dalam Republik Indonesia untuk melanjutkan

revolusi nasional 1945 dengan berlandaskan Undang-Undang Dasar

1945 untuk mencapai kebahagiaan kamakmuran dan ketinggian

agama nusa dan bangsa

2 Melebur organisasi NBA Sipil dan Militer ke dalam tubuh Pemerintah

Republik Indonesia secara wajar188

Selain dari dalam kubu yang sudah terpecah menjadi dua pemulihan

keamanan Aceh juga dilakukan secara terus-menerus oleh pihak pemerintah pada

masa Kol M Jasin kepada pihak Daud Beureueh Melalui Kol Jasin yang datang

ke Aceh sebagai panglima KODAM I Iskandar Muda menggantikan Panglima

Sjamaun Gaharu dimana Aceh dalam suasana bergolak Tujuannya adalah

menciptakan ketenangan yang dapat dipelihara dan seruan kembali ke pangkuan

Ibu Pertiwi terhadap pihak pejuang dibawah pimpinan Daud Beureueh Dalam

mencapai tujuannya Kol Jasin menyerukan kampanye pemulihan keamanan Aceh

kesetiap daerah-daerah dan kecamatan-kecamatan di Aceh Pada pidatonya

tanggal 2 Maret 1962 Kol Jasin mengatakan bahwa ldquoia dari pihak pemerintah

pusat mengajak kepada masyarakat ramai-ramai untuk membantunya dalam

penyelesaian keamanan di Aceh yang terjadi sekitar 8 tahun yang membuat

banyak masyarakat menderita Bantuan dari masyarakat mengenai penyelesaian

keamanan Aceh merupakan tanggung jawab dari semua pihak baik dari kalangan

pemerintah pusat atau pun masyarakat di daerah Aceh Dan kemudian gerakan

kampanye menyerukan penyelesaian keamanan oleh Kol Jasin di akhiri di Aceh

Timur Langsa dan mengatakan bahwa seluruh daerah Aceh kembali menjadi

daerah yang aman dari Darulharb menjadi Darussalam189

Selanjutnya penyelesaian keamanan dilakukan oleh Kol Jasin dengan

Daud Beureueh Dimulai melaluit surat-menyurat antar keduanya pada tanggal 7

Maret 1961 Dalam surat itu Kol Jasin menyampaikan bahwa beliau oleh

atasannya telah diberi amanat bahwa pemerintah Republik Indonesia masih tetap

mengharapkan kembalinya Daud Beureueh dengan cara yang baik demi

188

Seperti tercantum dalam surat penyataan Dewan Revolusi Gerakan Revolusioner Islam

Aceh bertanggal 26 Mei 1959 189

Pidato Panglima Jasin dalam musyawarah kerukunann Rakyat Aceh pada bulan

Desember 1962

72

kebahagiaan rakyat dan daerah Aceh Pada tanggal 4 Agustus 1961 respon

dilakukan oleh Daud Beureueh melalui utusan pribadinya A R Hasjim kepada

Panglima Jasin untuk menyampaikan isi hatinya tentang apa cita-citanya kepada

beliau Dan pada tanggal 5 Agustus 1961 Kol Jasin mengirimkan surat kembali

menyatakan keharuannya atas kesediaan Daud Beureueh mengirimkan utusan

pribadinya dan menjadikan sebuah isyarat bagi penyelesaian keseluruhan

persoalan Aceh Kemudian pada tanggal 2 November 1961 pertemuan antar Kol

Jasin dan Daud Beureueh terlaksana di Langkahan Simpang Ulim daerah Aceh

Timur190

Pertemuan yang diliputi suasana ramah tamah dan persahabatan itu Daud

Beureueh menyampaikan keinginannya untuk melakukan pertemuan kepada pihak

yang lebih tinggi dengan mengutus M Hasballah Daud191

kepada Menteri

Keamanan Nasional Jendral Nasution di Jakarta Dalam rangka usaha

penyelesaian keamanan lahir dan batin di seluruh Aceh Keinginan Daud

Beureueh di setujui oleh Kol Jasin dan bersedia membantu pelaksanaannya192

Pada tanggal 21 November 1961 M Hasballah Daud yang ditemani oleh Letkol

Nyak Adam Kamil Kastaf KODAM I Iskandar Muda dan Kapten A Manan dari

Staf I diterima oleh Jendral Nasution yang didampingi oleh Letkol Barkah Pada

pertemuan antara kedua belah pihak ini menghasilkan pokok tujuan yang sama

Yaitu dengan menyambut Da‟wah Daud Beureueh itu Jendral Nasution

menyatakan bahwa apa yang terkandung dalam Da‟wah itu telah tercakup oleh

Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia No 1Misi Hardi tahun 1959

Kepada daerah Aceh selain telah dibenarkan dalam penyebutannya menjadi

Daerah Istimewa Aceh pun telah diberikan keistimewaan dalam tiga bidang yaitu

agama peradatan dan pendidikan sebagai wadah Jendral Nasution telah member

kuasa penuh kepada peperda dan pemerintah daerah Aceh untuk mengatur

190

El Ibrahimy Op Cit hal 181 191

M Hasballah Daud adalah Anak dari Tgk M Daud Beureueh Didalam Tentara Islam

Indonesia menjabat sebagai Kepala Staf 192

Dari surat Tgk M Daud Beureueh kepada Menteri Keamanan Nasional Jendral

Nasution yang dibawa oleh M Hasballah Daud berisi ketidakpuasan Daud Beureueh terhadap

Panglima KODAM I Iskandar Muda Kol Jasin Karena beranggapan bahwa Kol Jasin tidak

mempunyai wewenang yang cukup dalam memberikan suatu keputusan mengenai tuntutan yang

diajukannya Daud beureueh ingin mengemukakan langsung keinginannya itu kepada Menteri

Keamanan Nasional dengan harapan keinginannya dapat terkabul

73

pelaksanaannya Dan menghimbau agar seluruh masyarakat Aceh dan alim ulama

mengisi keputusan itu dengan membantu pelaksanaannya193

Usaha pemulihan Aceh tidak selalu berjalan dengan lancar terlihat ketika

surat Daud Beureueh yang bertanggal 16 Desember dengan segala lampirannya

yang disampaikan melalui M Hasballah Daud dan Baihaqi A K kepada Menteri

Keamanan Nasional di Jakarta Terhambat saat Kol Jasin melihat surat itu dengan

segala lampirannya Kol Jasin tidak mengizinkan mereka berangkat ke Jakarta

untuk menyampaikan surat tersebut kepada Jendral Nasution Dan ada surat tidak

resmi bertanggal 16 Desember 1961 yang maksudnya menjelaskan kepada

Jendral Nasution tentang hakikat dari pada Islam tidak saja berarti aqidah dan

ibadah akan tetapi mencakup apa yang dinamakan ldquonizhamrdquo yaitu pengaturan

hidup dan kehidupan manusia sebagai jawaban atas surat Jendral Nasution tanggal

21 November 1961 Seiring dengan tidak diizinkannya pertemuan ke Jakarta

maka berakhirlah surat-menyurat antara Daud Beureueh dan Jendral Nasution

Selain dengan Kol Jasin benturan juga terjadi dengan Hasan Ali Hasan Ali

sebagai Perdana Menteri Republik Islam Aceh berangkat keluar negeri untuk

bertemu dengan Mr S M Amin mantan Gubernur Sumatera Utara untuk

melakukan pertemuan dalam persoalan pemulihan keamanan diseluruh Indonesia

umumnya dan di Aceh khususnya194

Selanjutnya Hasan Ali menyetujui tuntutan Mr S M Amin dan isi teks

baru yang telah disetujui adalah sebagai berikut

A Mengenai umum

193

Mengenai keputusan Daerah Istimewa Aceh Daud Beureueh tidak puas dengan

keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959 (Misi Hardi) Meskipun sudah dibenarkan daerah

Aceh memakai nama ldquoDaerah Istimewa Acehrdquo akan tetapi keistimewaan yang sebenarnya tidak

ada Keistimewaan Aceh yang dimaksud keistimewaan yang bersumber dalam jiwa raga yang

sangat ldquofanaticrdquo pada agama Islam Memobilisasi keadaan dalam masyarakat adalah terutama

memelihara perasaan keagamaan ini menghindarkan segala sesuatu yang sifatnya dapat

menyinggung 194

Pertemuan antara Hasan Ali dan Mr S M Amin dilakukan di Malaya (Malaysia)

sebelum keberangkatan Amin menuju Bangkok dan Hongkong Adapun pokok-pokok persetujuan

yang telah dicapai antara Hasan Ali dan Mr S M Amin mengenai Aceh adalah sebagai berikut

1 Menyetujui hal-hal yang telah tercapai dalam persetujuan-persetujuan dengan Dewan

Revolusi

2 Mengembalikan Aceh ke dalam alam demokrasi dan mengadakan pemilihan umum

untuk DPRD DPRD ini kemudian memilih Gubernur

3 Pemimpin-pemimpin yang memberontak tidak dipindahkan dari daerah Aceh

74

1 Menyetujui pemulihan keamanan ditempuh secara integral melalui

pusat organisasi masing-masing Dalam hal ini Aceh mengambil

inisiatif ke jurusan itu

2 Mengadakan pemilihan umum secepat-cepatnya untuk

Konstituante Parlemen Presiden dan DPR-DPR Daerah atas dasar

Undang-Undang Pemilihan Umum No 7 tahun1953

3 Golongan-golongan dan perorangan yang bertentangan dengan

Pemerintah Republik Indonesia baik yang mengangkat senjata

maupun yang tidak berhak kembali dalam kegiatan politik

4 Mengadakan amnesti umum dan rehabilitasi tanpa pengecualian

B Mengenai Aceh khususnya

1 Mendukung sepenuhnya persesuaian tersebut dan memikul semua

konsekuensinya

2 Menyetujui berlaku sepenuhnya persetujuan-persetujuan yang telah

tercapai antara Pemerintah Republik Indonesia dan Dewan

Revolusi Aceh

3 Menyetujui penggantian kerugian rakyat umumnya sebagai akibat

persengketaan bersenjata di Aceh

4 Pemimpin-pemimpin yang mengadakan perlawanan bersenjata

tidak dipindahkan dari daerah dan kalau mereka menyukai

ditampung oleh Pemerintah kemana saja mereka sukai195

Rasa kekecewaan terlihat ketika Hasan Ali tidak bijaksana Terlihat dari

pertemuan yang dilakukan diluar negeri sangat memakan banyak waktu hampir

sekitar empat bulan lamanya Daud Beureueh merasa kesal dengan berlama-

lamanya Hasan Ali di luar negeri sedangkan keadaan Aceh kian hari kian

memilukan hati Daud Beureueh menganggap hal ini sebagai bentuk kesengajaan

untuk memperlama tinggalnya Hasan Ali di luar negeri sedangkan usaha-usaha

menghancurkan Republik Islam Aceh dari dalam terus dijalankan dengan segiat-

giatnya Pertemuan berikutnya dihadiri oleh Tritunggal yaitu Panglima

195

El Ibrahimy Op Cit hal 191-192

75

Gubernur dan Kepala Polisi ldquoDaerah Istimewa Aceh Kepala Staf KODAM I

Iskandar Muda Kepala Kehakiman Kepala Kejaksaan dan Kepala Mahkamah

Syariah Pokok laporan Daud Beureueh dan stafnya serta pasukan Ilyas Leube

akan bersedia ke pangkuan Ibu Pertiwi dengan syarat bahwa Daerah Istimewa

Aceh dilaksanakan unsur-unsur Syari‟at Islam dalam batas-batas yang

dimungkinkan perundang-undangan negara Kemudian setelah mendengar

keinginan Daud Beuereueh Kol Jasin mengatakan bahwa akan mempertaruhkan

jabatannya untuk menyetujui keinginan Daud Beuereueh dengan mengeluarkan

suatu keputusan PEPERDA

Dan pada tanggal 21 Mei 1962 di Banda Aceh di adakanlah kenduri besar

sebagai tanda bersyukur kepada Tuhan dan sebagai manifestasi kegembiraan atas

pulihnya keamanan di seluruh Aceh dan terciptanya perdamaian yang sudah

sekian lama dinanti-nantikan baik oleh pemerintah maupun oleh rakyat

Tercapainya persetujuan mengenai penyelesaian keamanan yang terakhir antara

Kol Jasin dan Daud Beureueh tidak hanya menimbulkan kelegaan dan

kegembiraan di kalangan rakyat akan tetapi juga berdampak di kalangan staf

Daud Beureueh seperti juga dikalangan staf KODAM I Iskandar Muda Dengan

pulihnya keamanan secara menyeluruh seluruh kekuatan baik pemerintah

maupun rakyat dapat dikerahkan untuk melaksanakan pembangunan daerah Aceh

yang memiliki banyak potensi ekonomi yang sangat bermanfaat baik untuk

kemajuan daerah Aceh atau pun untuk kemajuan negara196

Pertentangan diantara kaum republik Daud Beureueh melalui DITII

dengan pemerintah pusat telah menimbulkan ketegangan antara rakyat yang

memperjuangkan DITII Aceh dengan Jakarta Ini membuat usaha damai yang

hendak dicapai dan dilaksanakan dengan cara keras berupa tekanan oleh TNI di

satu pihak di samping pemberian amnesti dan abolisi197

kepada anggota DITII di

pihak lainnya Dengan menggunakan kedua cara ini secara tidak langsung telah

mendorong beberapa tokoh DITII Aceh termasuk Hasal Ali selaku Perdana

196

El Ibrahimy Op Cit hal 216 197

Amnesti adalah pengampunan atau penghapusan hukuman yang diberikan kepala

negara kepada seseorang atau sekelompok orang yang telah melakukan tindak pidana tertentu

Sedangkan abolisi adalah peniadaan peristiwa pidana dengan cara menghapuskan membatalkan

atau mengakhiri

76

Menteri DITII Aceh Mereka mengubah pendapat bahwa tidak ada manfaatnya

lagi untuk melanjutkan permusuhan dengan Jakarta sebaliknya sudah tiba

masanya untuk meletakkan senjata dan kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi198

Hal

ini membuktikan bahwa teori mengenai konflik menurut MR S M Amin adalah

benar tentang perubahan sifat pada koflik yang terjadi antara rakyat Aceh dan

pemerintah dari awalnya bersifat revolusioner menjadi evolutioner

Dari pemaparan di atas jelas sikap Daud Beureueh menentang atau tidak

pro feodal Pada masa perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh Mr S M

Amin menerangkan bahwa terjadi revolusi nasional dan revolusi sosial Revolusi

sosial adalah revolusi terhadap pengkhianat Cumbok Peristiwa Cumbok199

atau

perang saudara adalah konflik antara uleebalang yang bekerjasama mengatur

sistem pemerintahan bersama Belanda dengan ulama yang mempunyai prinsip

anti penjajahan Sedangkan revolusi nasional adalah revolusi untuk menanamkan

nilai-nilai keIslaman yang terdapat pada ideologi di seluruh Indonesia khususnya

Aceh sebagai usaha mewujudkan cita-cita keinginan bersama200

Jika dikaji lebih mendalam mengenai konflik yang terjadi peristiwa

berdarah ini merupakan akibat dari konflik vertikal Konflik itu sendiri adalah

pertentangan yang mempunyai hubungan erat dengan proses integrasi Hubungan

ini disebabkan karena proses integrasi adalah sekaligus suatu proses disorganisasi

dan disintegrasi Makin tinggi konflik atau pertentangan intra-kelompok makin

besar gaya sentripentalnya Artinya saling mempengaruhi satu sama lain makin

besar permusuhan terhadap kelompok luar makin besar integrasi Konflik tidak

selalu mengandung makna yang disfungsional Konflik justru dapat menjadi

198

Makna kata Ibu Pertiwi adalah sama dengan tanah air yang berarti Republik Indonesia 199

Berbeda pendapat dengan Mr S M Amin menurut M Nur El Ibrahimy revolusi

terhadap uleebalang di Aceh dibagi dalam dua tahap Revolusi tahap pertama yang dilancarkan

terhadap uleebalang yang termasuk dalam golongan Cumbok yang oleh pemerintah T Nyak Arif

sampai Panglima Polem Mohd Ali dianggap pengkhianat dan musuh Negara Republik Indonesia

Dan revolusi tahap kedua yang dilancarkan oleh Tentara Perjuangan Rakyat (TPR) dibawah

pimpinan Tgk Husin Almujahid pada bulan Maret 1946 terhadap uleebalang yang tidak termasuk

golongan Cumbok sebagai upaya untuk menggantikan sistem pemerintahan feodal dengan sistem

pemerintahan yang demokratis adalah revolusi sosial Dan dikatakan juga revolusi tahap kedua

adalah tanggung jawab Daud Beureueh terkait dengan pergerakan organisasinya PUSA Dan pada

akhir pergerakan revolusi tahap kedua Almujahid lepas dari segala ekses yang terjadi selama

gerakan TPR merupakan salah seorang tokoh yang berjasa meruntuhkan sistem feodal yang telah

berurat berakar berabad-abad dalam masyarakat Aceh 200

El Ibrahimy OpCit hal 114

77

sesuatu yang fungsional Selain itu konflik juga dapat berfungsi sebagai

stabilisator sistem sosial dalam meredakan ketegangan antara pihak-pihak yang

bertikai201

Dalam peristiwa berdarah ini tidak berjalan dengan tenang dan damai

melainkan dengan jalan kekerasan dan konflik antara Darul Islam Tentara Islam

Indonesia Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereueh dengan pemerintah pusat

Keamanan di Aceh yang belum terkendali membuat pemerintah mengirimkan

bantuan militer terhadap pamong praja untuk mematahkan perjuangan atau

pemberontakan yang dilakukan oleh Daud Beureueh Sikap Daud Beureueh

dianggap tidak mau mengindahkan pertimbangan politis yang selaras pada

pendirian pemerintah pusat yaitu mengenai dasar negara202

Dalam kaitannya dengan konflik yang terjadi antara Darul Islam dan

pemerintah pusat ini merupakan jenis konflik yang bersifat destruktif Yakni

konflik yang dipicu oleh rasa kebencian kekecewaan yang tumbuh dan tertanam

didalam diri mereka masing-masing Dari kaca mata politik konflik destruktif ini

tumbuh karena fanatisme para pendukung di suatu kelompok grup ataupun

organisasi Erat kaitannya dengan kajian ini tentang fanatisme masyarakat Aceh

yang mendukung cita-cita dan keinginan bersama yaitu mendirikan Negara Islam

Indonesia Akibatnya dari konflik destruktif berupa benturan-benturan fisik yang

membawa kerugian jiwa atau harta Banyak korban yang berjatuhan pada

peristiwa berdarah ini Ada tiga cara untuk mencegah terjadinya konflik

1 Menggunakan asas ldquotepo selirordquo apabila tidak mau disakiti orang lain

jangan pula menyakiti orang lain

2 Bersikap demokratis menghargai pluralisme pendapat paham dan

suku yang beragama dalam masyarakat

3 Mempunyai sikap toleransi terhadap agama yang berbeda tanpa kita

harus keluar dari akidah agama kita masing-masing

201

Ulfah Fajarini Konflik dan Integrasi Potret Keagamaan Masyarakat Sawangan

Artikel surat kabar majalah Al-Turas Vol 11 No 3 September 2006 202

_______ Tentang Soal Memulihkan Keamanan di Aceh artikel surat kabar majalah

WAKTU No23 tahun 1955

78

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Ketika Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17

Agustus 1945 rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereuh dan ulama-ulama

lainnya bergerak dan berjuang mempertahankan proklamasi kemerdekaan Aceh

awal perjuangan kemerdekaan Indonesia secara de facto merupakan bagian dari

provinsi Sumatera dengan kebijakan undang-undang sementara tahun 1945 yang

membagi wilayah Indonesia dalam 10 provinsi Perjuangan Daud Beureueh

menegakan syariat Islam di Aceh terjadi pada masa Era Orde Lama Pertentangan

politik dengan pemeritah pusat terjadi setelah Aceh digabungkan kembali menjadi

bagian atau bdquoresiden‟ Sumatra Utara setelah sebelumnya menjadi provinsi yang

terpisah dengan provinsi Sumatra Utara

Tidak hanya itu alasan pada 21 September 1953 di Aceh meletus suatu

peristiwa berdarah yang merupakan tragedi bagi rakyat Tanah Rencong adalah

karena rakyat Aceh merasa sangat kecewa geram marah akibat dari janji-janji

pemerintah disaat rakyat Aceh bersatu padu mengeluarkan semangat gelora

mempertahankan kedaulatan NKRI dengan seluruh jiwa raga dan harta bendanya

sebagai bukti kesetiaannya pada Republik Indonesia Selain persoalan ideologi

keagamaan pemberontakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia DITII Aceh

adalah bentuk perlawanan terhadap pengaruh pemerintahan pusat yang kian

merasuk Dimana isu-isu palsu yang disebarkan pemerintah mengenai pengadaan

senjata gelap oleh tokoh-tokoh pejuang Aceh tidak benar adanya Hal itu yang

menjadi puncak kemarahan dan rakyat Aceh dibawah pimpinan Tgk M Daud

Beureueh menagambil sikap melawan

Pada masanya perjuangan Daud Beureueh memiliki rentan waktu yang

lama Mulai dari masa kolonial Belanda masa kedudukan Jepang masa pra dan

pasca kemerdekaan dan masa revolusi Pembentukan Negara Islam yang

merupakan cita-cita impian Daud Beureueh terilhami dari perjuangan DI TII

pimpinan Imam Soekarmadji Maridjan Kartosuwiryo Dan juga menjalin

79

kerjasama dengan PRRIPERMESTA dalam mencapai tujuan bersama untuk

menghancurkan regime Soekarno dan mendirikan Negara Islam Indonesia

Pada tahapan kesadaran sosial tersebut perkembangan Islam di Indonesia

terbagi menjadi tiga zaman zaman mitos zaman ideologi dan zaman

pengetahuan atau ilmu Dalam kaitannya dengan Aceh perjuangan menegakan

syariat Islam muncul ketika zaman ideologi Pada perjuangan yang dipimpin

Daud Beureueh ini penulis membagi menjadi dua motif dilakukannya

pemberontakan yaitu Islam dan Politik Dan konflik yang terjadi ini menimbulkan

pertentangan antara masyarakat Aceh dengan pemerintah prasangka sebab

dugaan merupakan sikap bermusuhan yang terjadi antar kelompok yang

satuterhadap kelompok lainnya yang didasari pada ciri yang tidak menyenangkan

Pada perjuangannya ini yang terjadi di Era Orde Lama menurut teori Banton

mengenai prasangka ini merupakan teori frustasi-agresi (frustration-aggression

theory)

Selanjutnya analisa penulis terkait langkah-langkah Daud Beureueh dalam

mewujudkan apa yang di cita-citakannya adalah terinspirasi dari perjuangan

dakwah yang ditempuh oleh Rasulullah SAW yaitu melalui tahap pembinaan dan

pengkaderan tahap interaksi dan perjuangan dan tahap penerimaan kekuasaan

dalam membentuk DITII Aceh Walaupun pada kenyataannya pemberontakan

tidak terjadi begitu saja melainkan melalui 3 tahapan yaitu tahap sabar tahap

benci (djidjik) dan tahap melawan Sedangkan menurut Wakil Presiden Jusuf

Kalla dalam wawancaranya pada harian KOMPAS Rabu 10 Desember 2014

Pukul 1801 WIB di Jakarta terkait motif yang terjadi pada konflik di Aceh

mengatakan bahwa ldquopemberontakan DI TII bukan terjadi karena adanya konflik

antar agama Untuk kasus Aceh ia menilai hal itu terjadi karena hak-hak ekonomi

warga tidak terpenuhi Masalah Aceh itu bukan masalah syariah Orang berfikir

Aceh mau menjalankan syariah Islam tidak Siapa bilang kita membicarakan

Islam Kita berbicara kenapa ekonomi Aceh rendah padahal alamnya kayardquo

Dalam kacamata penulis konflik yang terjadi antara Darul Islam Tentara

Islam Indonesia (DI TII) dengan pemerintah adalah konflik politik yang

memperebutkan pengaruh dimasyarakat dalam mencapai tujuannya masing-

masing Perebutan kekuasaan yang berdasar pada ideologi yang berbeda satu

80

sama lain itu memunculkan berbagai aspek sumber kekuasaan Sumber kekuasaan

berupa kekayaan dan kepercayaan atau agama Adapun langkah-langkah

penyelesaian persoalan konfrontasi politik antara rakyat Aceh dibawah pimpinan

Daud Beureueh dan pemerintah pusat diawali dengan munculnya Dewan

Revolusi yang diketuai oleh A Gani Usman dan dengan dilakukannya gencatan

senjata Dan upaya penyelesaian akhir melalui musyawarah antar kedua belah

pihak yang bertikai

B Saran-saran

Pertama Dari pemaparan penulis kita bisa melihat bagaimana perjuangan

revolusioner seorang tokoh ulama di Aceh dalam memperjuangkan dan

mewujudkan cita-cita yang menjadi keinginan terpendam umat Islam demi

kemajuan bangsa dan agama Hal ini diharapkan memberikan kita pelajaran yang

sangat berarti sebagai umat Islam terkait perjuangan bahwa kita sedang

mengemban tugas berat dan sedang berjuang mempertahankan identitas

keIslaman kita melalui syariat-syariat dan hukum Islam yang harus diterapkan

dalam kehidupan bermasyarakat Ini bukan suatu hal yang mudah terlebih lagi

dengan perkembangan zaman yang maju dan modern serta merasuknya pengaruh

dari luar Islam harus kita lihat sebagai sebuah tantangan zaman Dan sikap

perjuangan Daud Beureueh patut kita contoh dalam menjadikan kita sebagai umat

Islam yang kuat teguh percaya dan antusias dalam mengkaji lebih dalam

mengenai ilmu yang berlandaskan Islam

Kedua Sebagai umat Islam harus menguatkan keimanan kita Dilihat dari

apa yang diperjuangkan kita juga harus percaya bahwa Islam telah memberikan

solusi bagi masalah dikehidupan kita baik melalui syariat-syariat dan hukumnya

Dengan peraturan-peraturan dan ketentuan yang berdasar pada Islam diharapkan

menjadikan kita sebagai umat Islam yang teguh beriman cinta damai serta saling

menjaga dan menghormati antar sesame umat beragama lainnya Dan tidak

terpengaruh peraturan atau pun ketentuan di luar nilai-nilai yang terkandung

dalam Islam

81

Ketiga Kajian ini ditunjukan kepada para pemimpin tokoh masyarakat

dan orang-orang berpengaruh lainnya dengan melihat sosok Daud Beureueh

diharapkan bisa lebih menambah rasa antusias dan memotivasi diri dalam

menyebarkan dan melaksanakan nilai-nilai keIslaman di masyarakat Serta

menjadi sosok yang kharismatik seperti yang ditujukan oleh Daud Beureueh yang

mencerahkan hati dan pikiran umat Islam terkait peranannya Semoga para

pemimpin dan orang-orang berpengaruh saat ini menyadari bahwa peran mereka

sangat penting dalam menanamkan dasar-dasar Islam di kehidupan masyarakat

Dan kita sebagai umat Islam patut menjaga dan mempertahankan hal tersebut

Keempat sebagai sebuah pelajaran yang berharga saat pengkuburan

sejarah terjadi pada peristiwa berdarah atau yang lebih dikenal dengan

pemberontakan Tgk M Daud Beureueh dengan mengesampingkan alasan kenapa

bisa terjadi pemberontakan Merupakan sesuatu yang sangat memilukan apabila

kita mengetahui hal ini Serta membongkar tipu daya pemerintah saat itu yang rela

melakukan apa saja demi mewujudkan keinginannya tanpa memikirkan

perjuangan pengorbanan gelora semangat kemerdekaan yang berjuang dengan

seluruh jiwa raga dan harta berharga demi mempertahankan kedaulatan Republik

Indonesia

82

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Primer

Artikel MajalahSurat Kabar

Pembantu-Chas ldquoWakturdquo di Djakarta ldquoKabinet dan Atjehrdquo Waktu No44

ldquoTentang Soal Memulihkan Keamanan di Atjehrdquo Tahun 1955

Buku

Jakobi A K1992 Aceh Daerah Modal Jakarta Yayasan Seulawah RI-001

El Ibrahimy M Nur 1982 Tgk M Daud Beureueh Perananya dalam

Pergolakan di Aceh Jakarta Gunung Agung

Hasjmy A 1997 Ulama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan

Pembangunan Tamadun Bangsa Jakarta PT Bulan Bintang

Amin MR S M 2014 Memahami Sejarah Konflik Aceh Jakarta Yayasan

Pustaka Obor Indonesia

Sumber Sekunder

Artikel MajalahSurat Kabar

Abdullah TaufikldquoKarena Keterkaitan Ideologisrdquo Panji Masyarakat No419

Jurnal

Danial Analisis Jurnal Studi KeIslaman Volume XII Nomor 1 Juni 2012

ldquoSyariat Islam dan Pluralitas Sosial Studi Tentang Minoritas Non-

Muslim dalam Qanun Syariat Islam di Acehrdquo Lampung IAIN Raden

Intan Lampung

Ahwan Fanani Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoOtoritas Dalam Hukum Islam Antara Transformasi

83

Ahwan Fanani Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoOtoritas Dalam Hukum Islam Antara Transformasi

dan Krisis Dalam Sistem Negara Modernrdquo Ponorogo Jurusan Syari‟ah

STAIN Ponorogo

Shohibul Itmam Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoTransformasi Hukum Islam Menuju Hukum Positif

Dalam Konteks KeIndonesiaanrdquo Ponorogo Jurusan Syari‟ah STAIN

Ponorogo

Ensiklopedia

Nasution Harun dkk 1992 Ensiklopedi Islam Indonesia Jakarta Djambatan

Glasse Cyril 1999 Ensiklopedi Islam Ringkas Jakarta PT Raja Grafindo

Persada

Abdullah Taufik 2002 Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jakarta Ichtiar Baru

van Hoeve

Buku

Ibrahim Muhammad 1978 Sejarah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh

Banda Aceh Depdikbud

Talsya T A 1990 Modal Perjuangan Kemerdekaa Perjuangan Kemerdekaan di

Aceh Banda Aceh Lembaga Sejarah Aceh

Sani Usman Abdullah 2010 Krisis Legimitasi Politik Dalam Sejarah

Pemerintahan Di Aceh Jakarta Kementrian Agama RI Badan Litbang

dan Diklat Puslitbang Lektur Keagamaan

Reid Anthony 2011 Menuju Sejarah Sumatra Antara Indonesia dan Dunia

Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Ricklefs M C 2008 Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 Jakarta PT Serambi

Ilmu Semesta

84

Reid Anthony 1987 Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di

Sumatra Jakarta Pustaka Sinar Harapan

Hasjmy A 1985 Semangat Merdeka 70 Tahun Menempuh Jalan Pergolakan amp

Perjuangan Jakarta PT Bulan Bintang

Madjid M Dien 2014 Catatan Pinggir Sejarah Aceh Perdagangan Diplomasi

dan Perjuangan Rakyat Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Hasjmy A 1978 Bunga Rampai Revolusi Dari Tanah Aceh Jakarta PT Bulan

Bintang

Sjamsuddin Nazaruddin 1990 Pemberontakan Kaum Republik Kasus Darul

Islam Aceh Jakarta Pustaka Utama Grafiti

AbdullahTaufik Siddique Sharon 1988 Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia

Tenggara Jakarta LP3ES

Adan Hasanuddin Yusuf 2003 Tamaddun amp Sejarah Etnografi Kekerasan di

Aceh Yogyakarta Prismasophie Press

M Lapidus Ira 1999 Sejarah Sosial Ummat Islam Jakarta PT Raja Grafindo

Persada

Budiardjo Miriam 2008 Dasar-Dasar Ilmu Politik Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama

Kuntowijoyo 1985 Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia Yogyakarta

Shalahuddin Press

Kuntowijoyo 1995 Pengantar Ilmu Sejarah Yogyakarta Yayasan Bentang

Budaya

Gottschalk Louis 2006 Mengerti Sejarah Jakarta UI Press

Tuwu Alimuddin 1993 Pengantar Metode Penelitian Jakarta UI Press

Abdurahman Dudung 1999 Metode Penelitian Sejarah Jakarta Logos

85

Kartodirdjo Sartono 1992 Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah

Jakarta PT Gramedia

Emalia Imas 2006 Historiografi Indonesia Jakarta UIN Jakarta Press

Sunarto Kamanto 2004 Pengantar Sosiologi Jakarta Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Website

httpwwwjakartagoid

httpmelayuonlinecom

httpkebudayaankemdikbudgoid

httpkbbiwebid

httpmkompasianacom

httpnewsokezonecom

httpsoalacehtumblrcom

86

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I

Tokoh Teungku Muhammad Daud Beureueh

87

Lampiran II

Gambaran Keadaan Aceh Awal Perkembangan Islam

88

Lampiran

III

Wilayah Uleebalang Aceh Pada Tahun 1930-an

89

Lampiran IV

90

Lampiran V

Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo Dalam Rapat Dewan Pertahanan

Daerah yang berlangsung tanggal 20 Maret 1949 membicarakan masalah surat

undangan Wali Negara Sumatera Timur Dr Tengku Mansur

91

Lampiran VI

Staf Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo

92

Lampiran VII

Surat selebaran pada Peristiwa Berdarah di Aceh

93

Lampiran VIII

KEPUTUSAN PERDANA MENTERI

REPUBLIK INDONESIA

No 1Missi1959

PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA

Berkehendak mengambil langkah kebidjaksanaan untuk lebih

mendjamin penjempurnaan dan pembangunan dalam

daerah swatantra tingkat ke I Atjeh

Menimbang bahwa untuk maksud tersebut dipandang perlu

membenarkan sebutan ldquoDaerah Istimewa Atjehrdquo kepada

Daerah Swatantra Tingkat ke I Atjeh sebagai stimulans

untuk mengadjukan otonomi seluasnja dalam rangka

pelaksanaan Undang-Undang No 11957 tentang pokok-

pokok Pemerintahan Daerah

Memperhatikan pertimbangan Komandan Komando Daerah Militer Atjeh

dan Gubernur Kepala Daerah Swatantra Tingkat ke I

Atjeh

Mengingat kuasa jang telah diberikan oleh Dewan Menteri dalam

sidangnja ke-159 pada tanggal 31 Djanuari 1959

Keputusan Perdana Menteri RI No 196PM1959 tanggal

19 Mei 1959

MEMUTUSKAN

Pasal I Daerah Swatantra Tk Ke I Atjeh dapat disebut

ldquoDaerah Istimewa Atjehrdquo dengan djatatan bahwa kepada

daerah itu tetap berlaku ketentuan-ketentuan mengenai

daerah swatantra Tk Ke I seperti termuat dalam Undang-

94

Undang No 1 tahun 1957 tentang Pokok-pokok

Pemerintahan Daerah begitu pula lain-lain peraturan

perundangan jang berlaku untuk Daerah Swatantra tingkat

ke I mengenai otonomi jang seluas-luasnja terutama dalam

lapangan keagamaan peradatan dan pendidikan

Pasal II Keputusan ini mulai berlaku tanggal 26 Mei 1959

sampai ada ketentuan lain

Pasal III Memberikan instruksi kepada segenap Kementerian

Djawatan dan Dinas jang bersangkutan agar memberikan

bantuan seperlunja kepada Daerah swatantra tingkat ke I

Atjeh (Daerah Istimewa Atjeh) dalam pertumbuhan

otonomi jang seluasnja

Wk Perdana Menteri IKetua

Missi Pemerintah ke Atjeh

dto

= Mr Hardi =

Turunan dikirimkan kepada

1 Semua Menteri

2 KDMA

3 Gubernur Kepala Daerah Swatantra tk Ke I

Atjeh (Daerah Istimewa Atjeh)

4 Dan lain-lain instansi jang bersangkutan

95

Lampiran IX

96

Lampiran X

97

Lampiran XI

Page 3: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahi robbi al‟alamin segala puja dan puji syukur ke hadirat

Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagaimana

mestinya Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada muara ilham

lautan ilmu yang tidak pernah larut yakni keharibaan baginda nabi Muhammad

SAW serta keluarga para sahabat-sahabatnya dan seluruh pengikutnya

Skripsi yang berjudul ldquoPeran Teungku Muhammad Daud Beureueh dalam

Pemberontakan Di Aceh 1953-1962rdquo ditulis dalam rangka menyelesaikan studi

Strata satu (S1) pada Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Sejarah dan

Kebudayaan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Alhamdulillah telah

diselesaikan hal ini tidak semata-mata berhasil dengan tenaga dan upaya sendiri

namun banyak pihak yang telah berpartisipasi membantu dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini baik yang bersifat moril maupun materil baik dalam sumber-

sumber kajian atau pun sharing pendapat Karena itu penulis mengucapkan terima

kasih atas kerjasama dorongan dan bantuannya Ucapan terima kasih tersebut

penulis sampaikan kepada

1 Prof Dr Sukron Kamil MA selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Yang telah memberikan persetujuan atas

persyaratan untuk memenuhi siding skripsi

2 Bapak H Nurhasan MA selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Kebudayaan

Islam dan Mrs Shalikatus Sa‟diyah MPd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah

dan Kebudayaan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Yang telah banyak

membantu dalam memproses berjalannya pembuatan skripsi ini

iii

3 Drs H Azhar Saleh MA selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan

waktu untuk membantu dan membimbing dalam proses menyelesaikan

skripsi ini

4 Ibu Hj Tati Hartimah MA selaku Dosen Penasehat Akademik yang selalu

memotivasi diri saya dalam meningkatkan kemampuan bekerja keras dalam

menyelesaikan skripsi

5 Bapak Ibu seluruh dosen Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam yang

memberikan sumbangsih ilmu dan pengalamannya

6 Seluruh staff dan pegawai Perpustakaan Adab dan Humaniora Perpustakaan

Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia Perpustakaan Universitas Indonesia dan Arsip Nasional Republik

Indonesia yang telah menjembatani penulis dengan sumber-sumber primer

dan sekunder terkait penelitian ini

7 Kedua orangtuaku tersayang papa Muchdi dan mama Nunung dan keluarga

di rumah yang telah memberikan perhatian dan curahan kasih sayangnya yang

luar biasa

8 Eki Renata Anggraini (cicak) yang selalu menemani dan memberikan suntikan

semangat serta doa yang tulus sehingga penulis selalu dapat termotivasi dan

dapat menyelesaikan penelitian ini

9 Sahabat-sahabatku Paisyal Ghanis dan Eko (coker) yang selalu menemani

dalam memberikan inspirasi kepada saya

10 Seluruh kawan-kawan di Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Mitra

Zalman (Ucok) yang telah ldquomemperkenalkanrdquo saya dengan sosok Daud

iv

Beureueh Kepada Egi Zulhansah Muliadin Iwan Taki Humaedi dan kawan

seperjuangan SKI 2011 lainnya yang selalu memberikan dukungannya kepada

penulis

Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis menyerahkan segalanya

semoga amal kebaikan yang telah mereka berikan akan mendapat balasan yang

setimpal dari Allah SWT Amin ya Robbal bdquoalamin

Ciputat 16 Mei 2016

Penulis

v

DAFTAR ISI

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipi

KATA PENGANTARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipii

DAFTAR ISIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipv

DAFTAR LAMPIRANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipvii

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

B Permasalahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

1 Identifikasi Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

2 Pembatasan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

3 Perumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip8

C Tujuan dan Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip8

D Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip9

E Metode Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

F Tinjauan pustakahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip13

G Sistematika penulisanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip15

BAB II Biografi Tgk M Daud Beureueh

A Lingkungan Keluargahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip16

B Riwayat Pendidikanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip18

C Karya-karyanyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip23

BAB III Kiprah Tgk M Daud Beureueh dalam Pemberontakan di Aceh

A Pembentukan Darul IslamTentara Islam Indonesia di Acehhelliphelliphelliphellip25

B Kedudukan dan Sikap Tgk M Daud Beureueh Dalam Pemberontakan di

Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip30

vi

C Respon Rakyat Aceh Terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh di

Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip41

BAB IV Pemberontakan dalam Perjuangan Menegakkan Syariat Islam di

Aceh

A Usaha-usaha Menegakkan Syariat Islam di Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip47

B Respon Pemerintah Terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh54

C Upaya penyelesaian Akhir Pemberontakan Tgk M Daud Beureuehhellip67

BAB V PENUTUP

A Kesimpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip78

B Saran-saranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip80

DAFTAR PUSTAKA82

LAMPIRAN-LAMPIRANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip86

vii

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lampiran I Gambar Tokoh Muhammad Daud Beureuehhelliphelliphelliphelliphellip86

2 Lampiran II Gambar Keadaan Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip87

3 Lampiran III Peta wilayah uleebalang tahun1930-anhelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip88

4 Lampiran IV Gambar Muhammad Daud Beureueh dan Ulama Acehhellip89

5 Lampiran V Gambar Pidato yang dilakukan oleh Muhammad Daud

dalam Rapat Dewan Pertahanan Daerahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip90

6 Lampiran VI Gambar Staf Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah

Karohelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip91

7 Lampiran VII Surat selebaran sisa-sisa feodalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip92

8 Lampiran VIII Missi Hardi 1959helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip93

9 Lampiran IX Surat Tgk M Daud Beureueh Kepada Soekarnohelliphelliphellip95

10 Lampiran X MAKLUMAT No GM-14-Mhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip96

11 Lampiran XI Surat Anakanda Kepada Ayahanda Daud Beureuehhelliphellip97

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Aceh sebuah kesultanan muslim di Sumatera Islam secara khas

menunjukan nuansa esoterisme pemikiran Ibn ‟Arabi1 Fenomena Aceh yang

berawal dari sebuah kerajaan berdaulat hingga menjadi salah satu bagian dari

Indonesia senantiasa berada dalam situasi kritis yang berkesinambungan

Berbagai krisis muncul seperti krisis politik yaitu pertikaian pendapat dan

pandangan di antara pemerintah pusat dan Aceh yang berkisar pada permasalahan

kekecewaan penindasan dan ketidaktulusan pusat dalam menjalankan sistem

pemerintahan di Aceh2 Sejak indonesia merdeka pada tahun 1945 Aceh telah

bergelimang dalam berbagai konflik diantarnya persoalan perang saudara seperti

perang Cumbok tahun 1946-1947 yang terjadi antara kaum Uleebalang dengan

kaum ulama yang bergabung dalam Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA)3 Jika

dilihat dari berbagai persoalan yang terjadi untuk kasus di Aceh penulis

berpendapat ini merupakan suatu perjuangan yang terjadi dibawah pimpinan Daud

Beureueh karena pada saat itu melalui PUSA Daud Beureueh menginginkan

proklamasi dimaknai secara nyata di Aceh Dimana tujuan perjuangan Daud

Beureueh adalah menegakan syariat Islam di tanah rencong dan menanamkan

sikap anti penjajahan4

Perjuangan rakyat Aceh tidak berhenti begitu saja pasca kemerdekaan

Republik Indonesia Belanda melakukan agresi bersenjata untuk kembali

1Harun Nasution dkk Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta Djambatan 1992) hal52-

57 2Abdulah Sani Usman Krisis Legitimasi Politik dalam Sejarah pemerintahan di Aceh

(Jakarta Badan Litbang dan diklat kementrian Agama RI 2010) hal1 3Persatuan ulama seluruh Aceh PUSA terbentuk pada tahun 1939 Didirikan oleh Tgk M

Daud Beureueh yang bertujuan untuk menghapuskan eksistensi hulu balang dan berfungsi untuk

mengatur tonggak pemerintahan di Aceh dengan berlandaskan syariat Islam Lihat MNur El

Ibrahimy Tgk M Daud Beureueh Peranannya dalam Pergolakan di Aceh (Jakarta Gunung

Agung 1982) hal72-77 4Perlu untuk diketahui bahwa tidak semua kaum Uleebalang bersikap sama dengan kaum

uleebalang yang terdapat di Pidie sebagai pemicu gerakan PUSA tetapi banyak kaum uleebalang

lainnya di Aceh berasal dari kaum ulama dan intelektual

2

menduduki seluruh kepulauan Indonesia Dalam usahanya menjajah Indonesia

Belanda menyiarkan berita-berita melalui surat kabar radio bahwa kedatangannya

bukan untuk menjajah Indonesia melainkan untuk menjaga keamanan yang

diakibatkan oleh perang Dunia II Selain melalui propaganda Belanda juga

melakukan dua agresi militer bersenjata yaitu agresi pertama tahun 1947 dan

agresi kedua tahun 1948 Akibat serangan itu hampir seluruh wilayah Indonesia

berhasil ditaklukan Dan daerah yang belum dikuasai satu-satunya adalah Aceh

beberapa kali Belanda berusaha menghancurkan perlawanan rakyat Indonesia di

daerah Aceh selalu digagalkan Baik darat udara atau pun laut percobaan

serangan Belanda dapat digagalkan dan Aceh berhasil mempertahankan

kedaulatan kemerdekaan Republik Indonesia Dan menjadikan Aceh sebagai

daerah modal5

Aceh dijuluki sebagai daerah modal selain karena kegigihan dari kekuatan

rakyat Aceh mempertahankan Republik Indonesia juga karena terdapat alat

komunikasi seperti pers dan radio Dengan adanya alat komunikasi tersebut

mempermudah hubungan antara pemerintah daerah-daerah lain antara pemerintah

Aceh dengan pemerintah pusat Melalui media ini dapat menyampaikan berita

secara praktis dan membangkitkan gelora semangat rakyat Aceh dalam

mempertahankan kedaulatan RI hingga titik darah penghabisan6 Peranan pers dan

radio di bidang ekonomi juga terlihat dari siaran tentang kebutuhan para pejuang

agar masyarakat dapat membantunya dalam bentuk makanan pikiran dan

persediaan perlengkapan lainnya Dan bantuan ekonomi lainnya adalah

pengumpulan dana sumbangan untuk membeli pesawat yang sangat dibutuhkan

untuk kelancaran perjuangan Pesawat yang dibeli berkat terkumpulnya

sumbangan masyarakat Aceh yang kemudian oleh Soekarno diberi nama

ldquoSeulawah RI-001rdquo Peran Aceh semakin penting ketika Teungku Muhammad

Daud Beureueh diangkat menjadi Gubernur militer Aceh Langkat dan Tanah

Karo yang berhasil menyatukan pasukan Aceh dari TRI laskar Aceh berbagai

divisi dan tentara pelajar Semakin banyak yang datang ke Medan Area maka

5A K Jakobi Aceh Daerah Modal (Jakarta Yayasan Seulawah RI-001 1992) hal219

6SM Amin Kenangan-kenangan di Masa Lampau (Jakarta Pradnya Paramita 1978)

hal103

3

dibentuk suatu badan koordinasi yang disebut RIMA (Resimen Istimewa Medan

Area)7 Satu-satunya front yang tidak mampu ditaklukan Belanda pada agresi

militer kedua adalah sektor barat atau utara front Medan Area yang dipertahankan

oleh RIMA pasukan dari Aceh

Ketika dalam keadaan krisis saat ibukota RI di Yogyakarta diduduki

Belanda Pemerintah pusat dipindahkan ke Bukit Tinggi dan membentuk

Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) Dengan agresi militer Belanda

yang kedua dapat dikatakan seluruh Sumatera telah berada dibawah kekuasaan

Belanda Satu-satunya daerah yang masih utuh belum dimasuki Belanda adalah

Daerah Aceh Hal ini menjadi faktor utama Aceh sebagai daerah modal

mempertahankan kedaulatan RI Aceh sebagai garis pertahanan RI terakhir

mempunyai peran yang sangat amat penting dimana ketika negara boneka yang

didirikan oleh Belanda sudah mengepung RI Pada saat itu Aceh menjadi penting

sebagai alternatif satu-satunya yang menentukan cita-cita bangsa dan negara RI

Dan ketika itu Presiden Soekarno memohon meminta bantuan kepada Gubernur

militer Aceh Langkat dan Tanah Karo Daud Beureueh untuk bersedia turut

mengambil bagian dalam perjuangan bersenjata yang tengah berkobar untuk

mempertahankan kemerdekaan Saat itu Soekarno memanggil Daud Beureueh

dengan sebutan kakak Selain meminta rakyat Aceh turut serta dalam perjuangan

Soekarno juga meminta bantuan untuk membeli sebuah pesawat dari sumbangan

masyarakat Aceh yang secara ikhlas dan tulus memberi sumbangan yang sangat

berharga untuk bangsa yang sedang berjuang sebagai tanda kesetiaan rakyat Aceh

pada NKRI

Hampir seluruh wilayah RI telah diduduki oleh Belanda tetapi Aceh tak

sedikit pun mundur menyerahkan daerahnya ke tangan penjajah Bahkan ketika

Indonesia sampai diujung tanduk melalui lidah manis Soekarno lebih dahulu

meminta bantuan kepada Aceh untuk membantu mempertahankan kemerdekaan

RI Tapi sama halnya seperti Belanda manis di bibir tak sama seperti kenyataan

yang ada Aceh dikhianati dengan digabungkannya provinsi Aceh dibawah

provinsi Sumatera Utara Aceh yang dipimpin oleh Daud Beureueh saat itu

7Muhammad Ibrahim Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Banda Aceh

Depdikbud 1978) hal210

4

terpedaya oleh tangisan Soekarno yang berjanji akan memberikan hak

menerapkan Syariat Islam di bumi Aceh jika Aceh mau bergabung membantu

memperjuangkan mempertahankan kedaulatan kemerdekaan Republik Indonesia

Pertentangan politik dengan pemerintah pusat yang terjadi setelah Aceh

digabungkan kembali menjadi bagian atau bdquoresiden‟ Sumatra Utara setelah

sebelumnya menjadi provinsi yang terpisah dengan provinsi Sumatra Utara Hal

ini membawa kepada suatu keadaan yang meresahkan akibat adanya tarik menarik

antara Aceh dan pemerintah pusat atau dengan kata lain pemerintah pusat tidak

mengakui pembentukan provinsi Aceh yang terpisah sehingga terjadi tumpang-

tindih kebijakan yang membawa kepada krisis kekuasaan8 Terkait teori kesadaran

sejarah Kuntowijoyo hal ini dapat memberikan tantangan kritik pendapat serta

sikap dalam pertentangan antara rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beureueh

dengan pemerintah pusat

Aceh ketika awal perjuangan kemerdekaan Indonesia secara de facto

merupakan bagian dari provinsi Sumatera dengan kebijakan undang-undang

sementara tahun 1945 yang membagi wilayah Indonesia dalam 10 provinsi

Setelah Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17

Agustus 19459 rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereuh dan ulama-ulama

lainnya bergerak dan berjuang mempertahankan proklamasi kemerdekaan10

Daud

Beureueh orang kuat Aceh dan benteng Republik dalam revolusi menolak untuk

menerima suatu pekerjaan di Jakarta dan tetap bermukim di Aceh sambil

memperhatikan perkembangan Pada saat itu revolusi kemerdekaan Indonesia tak

luput dari pengamatan Daud Beureueh Dia mengamati dengan tenang dan hati

hati setiap perkembangan yang terjadi Dan selama tokoh-tokoh Masyumi

memegang kedudukan yang penting dalam kabinet dia tidak melakukan tindakan

apapun akan tetapi pada bulan mei 1953 ditemukan bukti bahwa dia telah

menjalin hubungan dengan Kartosuwirjo dari Darul Islam Gerakan Darul Islam

bagaimanapun merupakan bagian dari akibat sampingan proses sosial politik yang

8Ibid hal177-178

9 17 Agustus 1945 atau 9 Ramadhan 1364 Hijriah

10 A Hajsimy Ulama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan Pembangunan Tamadun

Bangsa (Jakarta Bulan Bintang 1997) hal109

5

terjadi pasca kemerdekaan11

Ketika masa kabinet Ali terbentuk tersebar desas-

desus bahwa pemerintah pusat melalui kabinet bermaksud menangkapi orang-

orang terkemuka Aceh Berita tersebut kemudian sampai di telinga Daud

Beureueh bahwa ia dan sejumlah kawan-kawannya akan ditangkap oleh tentara

dengan alasan menyimpan senjata gelap12

Daud Beureueh menyatakan bahwa ia

tidak berkeberatan bila ditangkap dan dibunuh akan tetapi jangan dengan alasan

yang dibuat-buat dan jangan mengelabui mata rakyat Selanjutnya Daud Beureueh

menyatakan dalam suratnya bahwa dalam menghadapi tindakan sewenang-

wenang pihak tentara rakyat akan melalui tiga tahap tahap sabar tahap benci dan

tahap melawan Sekarang rakyat sudah sampai kepada tahap kedua Maka oleh

karena itu beliau mengharapkan kebijaksanaan Presiden Soekarno kiranya hal-hal

yang tidak diinginkan dapat dihindari13

Aceh memang pada akhirnya memberontak melalui gerakan DITII Aceh

Pada 21 September 1953 di Aceh meletus suatu peristiwa berdarah yang

merupakan tragedi bagi rakyat Tanah Rencong Ini merupakan awal perjuangan

dalam menegakan syariat Islam14

Daud Beureueh mengumumkan bahwa di Aceh

yang kini merupakan bagian dari Darul Islam tidak ada lagi pemerintahan

Pancasila Selain persoalan ideologi keagamaan pemberontakan Darul Islam

adalah bentuk perlawanan terhadap pengaruh pemerintahan pusat yang kian

merasuk Pemerintah merespon cepat tindakan yang dianggap sebagai

pemberontakan tersebut Ali Sastroamidjojo mengirimkan pasukan-pasukan untuk

menghalau kaum perjuangan dari kota-kota yang penting15

Dalam usahanya

memulihkan keamanan di Aceh Ali Sastroamidjojo memilih tindakan kekerasan16

Usahanya tidak langsung berbuahkan hasil tetapi melalui beberapa proses Daud

Beureueh yang mundur dari Batee ke Lapang kira-kira sebelah utara Sampoi Niet

Lhok Sukon (Aceh Utara) dalam usaha penyelesaian keamanan menemui jalan

11

Ibid hal197-198 12

M C Ricklefs Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (Jakarta Serambi 2010) hal

514 13

Lihat lampiran XI 14

Ibid hal1 15

Ibid hal514-515 16

Ibid hal162

6

buntu militer yang berlanjut sampai tahun 195917

Pada akhir Mei 1959 dilakukan

upaya akhir yaitu musyawarah antara dewan revolusi dan misi Hardi untuk

mencapai persetujuan leburlah Negara Bagian Aceh dari Negara Islam

Indonesia18

Misi Hardi dengan Keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959

telah berusaha ke arah memenuhi keinginan dan hasrat rakyat Aceh Keputusan

ini telah memberikan hak kepada daerah Aceh untuk memakai sebutan ldquoDaerah

Istimewa Acehrdquo19

Seperti yang telah dijelaskan diatas maka tercetuslah pemberontakan

DITII di Aceh yang dipelopori oleh Tgk M Daud Beureueh pemimpin DITII

Aceh yang tampil sebagai pemegang kekuasaan melalui bdquo‟revolusi sosial‟‟ dan

menjadi gubernur militer Aceh Langkat dan Tanah Karo pada 1948-1950

memimpin pemberontakan melawan kendali Jakarta pada 1953-1962 atas dasar

dua alasan yakni menentang diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatra Utara

dan gagalnya republik melaksanakan hukum Islam20

Pemberontakan Daud

Beureueh bertujuan untuk mendirikan negara Islam Indonesia bukan untuk

mencapai Aceh merdeka karena ia percaya bahwa itulah yang diperjuangkan oleh

orang Aceh sedemikian gigihnya selama revolusi mempertahankan kemerdekaan

Republik Indonesia21

Maka dari itu penulis tertarik untuk membahas sepak

terjang Tgk M Daud Beureueh dalam sebuah proposal berjudul Peran Tgk M

Daud Beureueh Dalam Pemberontakan di Aceh 1953-1962

17

M C Ricklefs OpCit hal515 18

M Nur El Ibrahimy OpCit hal168-171 19

Perkataan ldquoistimewardquo ini menimbulkan associatie-associatie pikiran pada suatu daerah

yang memang benar-benar bersifat ldquoistimewardquo suatu daerah yang berhak luas mengatur hal-hal

dalam setiap bidang pemerintahan Akan tetapi hak yang diberikan isi pada statusistimewa itu

pada hakikatnya bukanlah suatu hal yang luar biasa oleh karena yang diberikan itu hanyalah hak

otonomi yang berpokok pangkal pada undang-undang tahun 1957 sehingga perkataan ldquoistimewa

itu sebenarnya tidak tepat antara nama tidak sesuai dengan isi menurut penafsiran yang lazim

daripada perkataan ldquoistimewardquo Lihat M Nur El Ibrahimy Op Cit hal186 20

Anthony Reid Menuju Sejarah Sumatra Antara Sumatra Antara Indonesia dan Dunia

(Jakarta KITLV amp NUS publising 2010) hal 388-389 21

Ibid hal341

7

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Pasca kemerdekaan terjadi konflik yang disebabkan perbedaan pendapat

antara pemerintah pusat dengan rakyat Aceh Dan agresi Belanda juga terjadi

setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya kembali menggugat serta

memporak-porandakan seluruh Indonesia kecuali Aceh Kenyataan bahwa

Belanda telah mampu menduduki kembali Indonesia ditolak Semangat anti

penjajahan dalam diri rakyat Aceh selalu dipertahankan Pada era Orde Lama

krisis legitimasi di Aceh tidak ditunaikan janji pemerintah pusat berupa penerapan

syariat Islam yang tak terwujud menjadi akar permasalahan Krisis melalui

ketetapan yang berakibat pengalihan kuasa pemerintah Aceh yang berbentuk

provinsi yang terpisah menjadi residen dari provinsi Sumatera Utara Dalam

pengalihan kuasa rakyat masih dapat bersabar namun ketika ideologi dituntut

tidak terpenuhi dan perjuangan tumpah darah rakyat Aceh mempertahankan

kedaulatan tak dianggap akhirnya meletus lah konflik akibat dari kekecewaan dan

sebagai ekspresi kebangkitan rakyat aceh yang merasa harga diri masyarakat Aceh

terlecehkan oleh janji-janji dan iming-iming pemerintah

Dalam penelitian ini terdapat masalah yang telah diidentifikasi oleh

penulis Dan juga sebagai kajian lebih mendalam mengenai konflik yang terjadi

secara vertikal antara rakyat Aceh dengan pemerintah pusat yaitu

1 Terjadinya krisis legitimasi yang disebabkan oleh pengalihan kuasa

dan ideologi yang tidak direalisasikan

2 Pemberontakan pimpinan Tgk M Daud Beureueh atas kendali

pemerintah pusat akibat diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatera

Utara

2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi penulis tentang apa yang dipaparkan diatas maka

penulis membatasi permasalahan yaitu seputar Peran Tgk M Daud Beureueh

dalam Menegakan Syariat Islam di Aceh mengenai pengalihan kuasa dan ideologi

yang tidak direalisasikan Pada saat itu menjadi tahun pemberontakan dalam

8

menentang sikap pemerintah baik dalam mengatur otonomi daerah maupun

menetapkan ideologi suatu negara Adapun batasan tahunnya dimulai dari

perjuangan Tgk M Daud Beureueh pada tahun 1953 sampai kembalinya Tgk M

Daud Beureueh kepangkuan Republik Indonesia pada tahun 1962 Dan

pembatasan subjeknya yaitu terkait pengaruh Islam dan Barat mengenai rakyat

Aceh dan Pemerintah Pusat Serta objeknya mengenai perjuangan Tgk M Daud

Beureueh dalam menegakkan syariat Islam di Tanah Rencong

3 Perumusan Masalah

Dari pemaparan mengenai pemberontakan Tgk M Daud Beureueh dalam

menegakan syariat Islam di Aceh adapun perumusan masalah penelitian ini dapat

dibaca dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut

1 Apa motif yang melatarbelakangi pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

di Aceh

2 Seberapa besar pengaruh Tgk M Daud Beureueh dalam pemberontakan

di Aceh

3 Bagaimana hasil dari perjuangan Tgk M Daud Beureueh dalam

menegakan syariat Islam di Aceh

4 Bagaimana respon pemerintah terhadap pemberontakan Tgk M Daud

Beureueh

5 Apa solusi pemerintah dalam mengatasi pemberontakan di Aceh

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini tujuan yang ingin penulis capai adalah

1 Menjelaskan motif tercetusnya pemberontakan oleh rakyat Aceh terhadap

kendali pemerintah

2 Menjelaskan peran Tgk M Daud Beureueh dalam peristiwa berdarah di

Aceh

3 Mengetahui bentuk usaha atau upaya yang dilakukan rakyat Aceh dalam

menegakan syariat Islam

9

4 Menjelaskan hasil yang dicapai pada pemberontakan DITII dalam

memperjuangankan menegakan syariat Islam di Aceh

5 Menjelaskan respon pemerintah pusat terkait pemberontakan rakyat Aceh

Adapun dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai

berikut

1 Dapat memberikan wawasan dan menambah pengetahuan tentang peran

dan kontribusi Tgk M Daud Beureueh dalam peristiwa berdarah di Aceh

2 Sebagai bentuk khazanah keilmuaan dan pengembangan sejarah keislaman

Nusantara studi kasus Aceh

3 Pembelajaran masa lalu untuk kehidupan dimasa yang akan datang dalam

bentuk nyata sebagai kontribusi positif dari penulis dalam rangka

sosialisasi sejarah Nusantara

4 Memberikan informasi dan data kepada pembaca mengenai peristiwa

berdarah di Aceh

D Kerangka Teori

Fenomena yang terjadi pada pristiwa berdarah di Aceh adalah bentuk

revolusi sosial suatu kelompok oleh rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud

Beureueh yang menginginkan terwujudnya ideologi keagamaan dalam sebuah

Negara Pada kasus ini penulis melihat konflik terjadi karena adanya hukum

sebab-akibat sebab keinginan rakyat Aceh tidak terpenuhi berakibat munculnya

pemberontakan dalam menegakan syariat Islam Dalam sudut pandang teori

kesadaran sejarah hal ini memberikan dampak tantangan kritik pendapat dan

sikap Studi kasus tentang pemberontakan DITII di Aceh terkait teori kesadaran

sejarah memunculkan budaya progresif dalam bidang politik

Seperti pemikiran Marx mengenai etika humanis yang meyakini bahwa

manusia pada hakikatnya baik dan dalam keadaan tertentu yang menguntungkan

akan dapat membebaskan diri dari lembaga-lembaga yang menindas menghina

dan menyesatkan22

Dan untuk mencapai hal tersebut kekerasan dipandang

22

Miriam Budiharjo Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

2008) hal85

10

sebagai alat sah yang harus dipakai Kekerasan dalam kasus peristiwa berdarah ini

dipakai oleh pemerintah pusat yang menganggap pemberontakan Daud Beurueh

sebagai suatu tindakan yang menentang pemerintahan

Bisa dilihat dimensi sosial dari proses politik itu mencakup status dan

peranan elite politik terhadap masyarakat Aceh bagaimana interaksi dalam

perjuangan menegakan syariat islam yang menimbulkan suatu konflik Jadi

menurut analisa penulis ini merupakan suatu pemahaman keyakinan tentang Neo

Fundamentalisme Islam yang lebih menitik beratkan pada cita-cita ideologi

politik yaitu sebagai berikut

1 Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber 16 paling otoritatif

2 Skriptualis (tulisan) literalis tekstualis

3 Negara Islam sebagai cita-cita politik tentang berdasar pada syariat

Islam

4 Anti modernisme Barat demokrasi dan ideologi-ideologi lainnya

Pemahaman ini bersifat frontal yang mengarah pada kekerasan yang

melahirkan ideologi baru yang bernama Ideologi Negara IslamrarrNon

ParlementerrarrTarbiyah23

Maka dari itu berdasarkan penjelasan diatas penelitian ini ingin menguji

teori paradigma perubahan sosial dengan pendekatan konflik seperti yang

dikemukakan oleh T Persons dan N Smelzer mengatakan bahwa masyarakat

dikonsepsikan sebagai sistem yang mempunyai fungsi adaptasi integrasi

mempertahankan diri dan member orientasi tujuan Hal tersebut mencakup ide

masyarakat dengan adanya proses adaptasi untuk menghadapi pengaruh faktor

eksogen dan endogen maka tetap ada dinamika sosial Kerangka teoritis tersebut

juga menonjol dalam studi perubahan sosial sebagai bentuk perkembangan

Masalah sosial yang terjadi adalah kekecewaan penindasan dan ketidaktulusan

pusat dalam menjalankan sistem pemerintahan

23

Tarbiyah Takfiri adalah dimana mulai mengkafirkan apa-apa yang berasal dari barat

Hal ini menjadi dasar pemikiran gerakan salafi dan jihadi

11

E Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah dan metode yang akan

digunakan didalam penyusunan penelitian ini adalah metode historis yang bersifat

deskriptif analisis Metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara

kritis sumber data baik itu sumber primer Ensiklopedi Artikel Jurnal Majalah

Surat Kabar yang sezaman ataupun sumber sekunder seperti buku-buku24

Data

yang diperoleh tersebut disusun secara teratur dan sistematis lalu dianalisis secara

kualitatif Kemudian poin-poin yang autentik ditulis dan dipaparkan sesuai

bentuk kejadian suasana dan masanya Adapun analisa faktor-faktor politik

menjadi faktor pendukung

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencapai penulisan sejarah oleh

karena itu upaya merekonstruksi masa lampau dari obyek yang diteliti

menggunakan metode historis yang bersifat deskriptif analisis Dengan

menggunakan metode ini melalui pemaparan penulis diharapkan dapat membantu

untuk mengetahui fakta dan sejarah mengenai peran Tgk M Daud Beureueh

dalam pemberontakan di Aceh 1953-1962 Adapun dalam melakukan penelitian

ini penulis menggunakan metode historis25

yaitu

1 Heuristik kegiatan untuk mencari data atau pengumpulan bahan-bahan

atau sumber sejarah Hal ini merupakan tahap awal yang harus dilakukan

Adapun dalam pengumpulan data-data dan sumber yang akan digunakan

dalam membuat skripsi ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan

library research Dalam kaitannya dengan sumber-sumber seperti arsip

jurnal ensiklopedi artikel majalah surat kabar dan buku-buku penulis

mencari sumber dengan mengunjungi beberapa perpustakaan seperti

perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta perpustakaan

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

perpustakaan Nasional Arsip Nasional perpustakaan UI melalui toko

buku di wilayah Jakarta Tangerang dan Depok serta melalui katalog-

katalog dan website Selain itu penulis juga menggunakan buku-buku

koleksi pribadi yang berhubungan dengan kajian penelitian ini

24

Louis Gottschalk Mengerti Sejarah (Jakarta UI Pers 1975) hal32 25

Dudung Abdurahman Metode Penelitian Sejarah (Jakarta Logos 1999) hal54

12

2 Verifikasi setelah melakukan heuristik atau pengumpulan sumber-sumber

baik dalam bentuk artefak hasil-hasil dari persitiwa bersejarah ataupun

melalui dokumen-dokumen tertulis yang merupakan rekaman peristiwa

maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah kritik sumber26

Kritik sumber adalah usaha untuk mendapatkan sumber-sumber yang

relevan dan terbukti keaslian sumber Otentiksitas dangan pembahasan

sejarah yang ingin disusun sesuai dengan tema kajian Disini penulis

melakukan kritik sumber melalui pengujian data yaitu tampilan sumber

eksternal dan isi sumber internal Dengan mengidentifikasi keaslian

sumber otentik dan keabsahan tentang kesahihan sumber kredibilitas Baik

sumber primer dan sekunder penulis melakukan pengujian data untuk

mendapatkan hasil yang maksimal

3 Interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut juga dengan analisis

sejarah Dalam sumber terkait peristiwa berdarah di Aceh penulis

menggunakan studi komparatif yaitu menganalisis sebagian besar sumber

melalui buku-buku memaparkan Tgk M Daud Beureueh sebagai

pemberontak hal ini bertolak belakang dengan pemikiran penulis bahwa

ini adalah peristiwa perjuangan Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk

penulis Tujuannya agar data yang ada mampu untuk mengungkap

permasalahan yang ada sehingga diperoleh pemecahannya dalam sudut

pandang berbeda atau dua sisi27

4 Historiografi tahap ini adalah tahap yang terakhir dalam metode historis

Setelah melakukan tahap heuristik verifikasi dan interpretasi selanjutnya

historiografi Dengan menulis pemaparan atau laporan hasil penelitian

dalam suatu urutan yang sistematik yang telah diatur dalam pedoman

penelitian Dalam hal ini penulis berusaha menyusun penelitian ini

berdasarkan kronologi waktu dan tema-tema tertentu yang akhirnya isi inti

dari penelitian atau klimaks dari penelitian ini Tahap ini merupakan

rangkaian dari keseluruhan teknik metode pembahasan

26

Ibid hal 35-37 27

Louis Gottschalk Op Cit hal 54

13

F Tinjauan Pustaka

Untuk mendapatkan hasil yang dikehendaki sesuai dengan topik

permasalahan penulis mencari beberapa literature terkait pemberontakan rakyat

Aceh khususnya peran Daud Beureueh dalam menegakan syariat Islam namun

tidak banyak sumber-sumber dalam artikel majalah dan surat kabar yang

memberikan informasi secara detail mengenai peristiwa berdarah tersebut Dalam

kaitannya dengan judul penelitian ini ingin menyajikan hasil penelitian yang

menjadi pembahasan pokok dalam berbagai literature yang ada Adapun beberapa

literature yang dijadikan tinjauan pustaka sebagai berikut

Melalui artikel majalahsurat kabar Kabinet dan Aceh oleh pembantu-

CHAS yang dimuat dalam majalah Dalam Negeri WAKTUrdquo No41 tanggal 7

November28

Mengurai informasi tentang bagaimana pemerintah pusat seakan

menutupi penyebab meletusnya peristiwa berdarah di Aceh dengan

mengesampingkan alasannya yang lebih diungkapkan adalah mengenai

pemberontakan yang terjadi pada peristiwa berdarah yang banyak menelan korban

di kalangan rakyat Aceh Dan mengenai Cumbok Affairs pemerintah pusat

menganggap kesalahan terjadi pada pertentangan yang terjadi antara PUSA

dengan kaum hulu balang Dalam beberapa pemaparan majalah Dalam Negeri

tersebut penulis melihat informasi dan data yang disajikan lebih mengarah pada

pembelaan terhadap PUSA dibanding terhadap pemerintah pusat

Sama halnya dengan artikel majalahsurat kabar yang berjudul Tentang

soal memulihkan keamanan di Atjeh yang terbit WAKTUrdquo No23 tanggal 25 djuni

1955 Memaparkan tentang bagaimana keamanan di Aceh yang belum terkendali

Hal itu terlihat pada bantuan militer terhadap pamong praja untuk mematahkan

pemberontakan Daud Beureueh Berbeda dengan sebelumnya artikel

majalahsurat kabar yang berjudul Karena keterkaitan Ideologis yang ditulis oleh

Taufik Abdullah melalui Panji Masyarakat No419 Jika dikaitkan dengan

28

Dalam artikel majalahsurat kabar ini untuk tahun penerbitan tidak terlihat hal itu

dikarenakan karena sumber yang ada sangat rentan dan penulis menemukan sebagian teks hilang

terjadi akibat pengalihan dari sumber nyata yang di scan dan dipublikasikan via website online

Terlepas dari sisi eksternalnya untuk kritik internalnya artikel majalahsurat kabar Dalam Negeri

ini menggunakan penulis masih terkendala dalam menganalisa karena bahasa yang digunakan

bahasa yang berada di jaman sebelum dan pasca kemerdekaan

14

penelitian penulis melihat kasus Aceh sebagai perjuangan pengalihan kuasa dan

ideologi keagamaan Pemaparan lebih detail dijelaskan oleh Taufik Abdullah

mengenai pilar-pilar kepemimpinan sikap masyarakat Aceh yang bersifat

spontanitas dan enthusiasme

Dalam literature yang lain penulis menemukan beberapa buku yang

mendukung permasalahan dari topik ini M Nur El Ibrahimy Tgk M Daud

Beureueh perananya dalam pergolakan di Aceh Jakarta Gunung Agung 1982

Dalam buku ini membahas peranan Daud Beureueh dalam pemberontakan yang

terjadi di Aceh dimulai dari sebabnya sumbangan rakyat Aceh kepada pendirian

Republik serta terkait pristiwa berdarah secara kronologis Dalam buku ini juga

membahas biografi singkat mengenai Daud Beureueh

Semangat Merdeka 70 tahun menempuh jalan pergolakan amp perjuangan

yang ditulis oleh A Hasjmy 1985 adalah sebuah buku yang memuat perjalanan

A Hasjmy juga peristiwa sejarah yang terjadi kurun waktu 70 tahun penulis

Banyak peristiwa-peristiwa sejarah yang tercatat dibuku ini selama perang

kolonial melawan Belanda dan berbagai pergolakan politik di Aceh seperti

pertempuran dan pemberontakan juga disajikan lengkap dibuku ini Komentar

komentar dan analisa analisanya terhadap pembahasan juga melengkapi kisah

perjalanan hidup penulis dalam kancah pergolakan di Aceh Adapun kisah

pemberontakan terhadap tentara Jepang Pergerakan PUSA Gema Proklamasi di

Aceh sampai kepada bagaimana tentara Aceh mempertahankan kemerdekaan RI

merupakan sebagaian dari banyak kisah sejarah lainnya yang dikemukakan Oleh

Hasjmy Termasuk juga kisah dalam penahanannya dalam penjara oleh

pemerintahaan RI yang disebabkan oleh diproklamirkannya Darul Islam (DI) di

Aceh oleh Tgk M Daud Beureueh

Penulis juga melakukan perbandingan pada tiap literature yang ada

Seperti dalam buku Memahami Sejarah Konflik Aceh yang ditulis oleh Mr S M

Amin yang diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia Jakarta 2014

Bertentangan dengan buku Sejarah dan dokumen-dokumen pemberontakan di

Atjeh oleh Alibasjah Talsya Mr S M Amin ingin memberikan informasi kepada

pembaca dalam sudut pandang yang berbeda Peristiwa berdarah di Aceh

15

dilihatnya sebagai suatu perjuangan dalam menegakan ideologi keagamaan Hal

ini bertujuan untuk memberikan dan memperkaya pembaca mengenai studi kritis

dalam sejarah Aceh maupun sejarah Indonesia diawal berdirinya republic ini

G Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman secara keseluruhan skripsi ini terbagi

dalam lima bab Adapun susunan skripsi ini adalah sebagai berikut

BAB I Merupakan pendahuluan yang meliputi penjabaran singkat

mengenai permasalahan yang menjadi fokus kajian identifikasi

masalah batasan dan rumusan masalah tujuan dan manfaat

penelitian kerangka teori metode penelitian tinjauan pustaka

serta sistematika penulisan

BAB II Membahas biografi Tgk M Daud Beureueh dari mulai lingkungan

keluarga riwayat pendidikan dan karya-karyanya dalam berbagai

bentuk dari masa pra-kemerdekaan kemerdekaan dan pasca

kemerdekaan

BAB III Membahas lebih mendalam mengenai peranan Tgk M Daud

Beureueh dalam pemberontakan untuk menegakan syariat Islam di

Aceh Baik kedudukan sikap dan kontribusi nyatanya dalam

konflik yang disebut juga sebagai peristiwa berdarah di Aceh

BAB IV Membahas mengenai pemberontakan yang menjadi peristiwa

berdarah di Aceh Baik melalui upaya-upayanya dan hasil

perjuangan dalam bentuk perubahan sosial dengan menggunakan

pendekatan konflik Serta respon pemerintah pusat melalui

kebijakan-kebijakannya terhadap perjuangan masyarakat Aceh

yang dipimpin oleh Daud Beureueh

BAB V Berisikan penutup yang terdiri atas kesimpulan mengenai jawaban

permasalahan penelitian dan saran sebagai masukan terhadap

penelitian

16

BAB II

BIOGRAFI TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH

A Lingkungan Keluarga

Teungku Muhammad Daud Beureueh aslinya bernama Muhammad

Daud29

Ia dilahirkan pada tanggal 17 September 189930

di kampung Beureueh

Beureuneun atau yang sekarang termasuk Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie

Daerah Istimewa Aceh31

Daud Beureueh adalah salah satu tokoh ulama besar di

Aceh ia juga merupakan tokoh kontroversial yang populer dikalangan masyarakat

Aceh dalam perjuangannya mengibarkan serta menegakan panji-panji Islam di

bumi Aceh akibat rasa ketidakpuasannya atas pemerintahan Soekarno32

Ketika semasa hidupnya dihabiskan di Aceh dari situlah Daud Beureueh

dikatakan sebagai anak Aceh tulen Seperti dalam sebuah karangan yang ditulis

oleh Anggraini dalam majalah Indonesia Merdeka No214 yang terbit di

Banjarmasin pada tanggal 1 oktober 1953 berjudul ldquoSiapa Teungku Daud

Beureueh bekas Gubernur Aceh yang memberontakrdquo Menjelaskan mengenai

nama asalnya Muhammad Daud yang diberikan orang tuanya sejak lahir33

Gelar

Teungku34

berasal dari masyarakat Aceh merupakan sebutan yang diberikan

kepada ulama Aceh atau sebutan kepada setiap orang yang dihormati35

Sedang

tambahan bdquoBeureueh‟ adalah nama tempat kampung kelahirannya Penamaan ini

29

Harun Nasution dkk Op Cit hal202-203 30

Menurut A Hasjmy dalam buku Ulama Aceh Pejuang Kemerdekaan dan

Pembangunan Tamadun BangsaTgk M Daud Beureueh lahir dalam tahun 1316 Hijriah atau

sekitar tahun 1896 Masehi seperti yang dipaparkan dalam Ensiklopedi Islam Indonesia yang

disusun oleh Harun Nasution dkk 31

A Hasjmy Op Cit hal119-120 32

HM Bibit Suprapto Ensiklopedi Ulama Nusantara (Jakarta Gelar Media Indonesia

2009) hal231-323 33

El Ibrahimy Op Cit hal221-222 34

Sekedar info berbeda dengan Teungku (tgk) Sebutan Tengku adalah titel

kebangsawanan di Sumatera Timur Teuku adalah titel kebangsawanan di Aceh sedangkan

Tuanku adalah titel Sultan Aceh dan turunannya atau sebagai sebutan sultan-sultan di Sumatera 35

Anthony Reid Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera

(Jakarta Pustaka Sinar Harapan 1987) hal 12-17

17

adalah suatu kebiasaan pada sebagian masyarakat di Sumatera yang menaruhkan

nama kampungnya ke dalam namanya36

Jika dianalisa lebih mendalam mengenai Muhammad Daud nama yang

diberikan kedua orang tuanya adalah dua nama Nabiyullah yang diberikan kitab

Al Qur‟an dan Zabur Dari penamaan yang diberikan penulis berasumsi bahwa

keinginan kedua orang tuanya adalah menjadikan Daud Beureueh sebagai ulama

sekaligus mujahid37

yang siap membela menyebarkan mengibarkan dan

menegakan panji-panji yang berdasar pada syariat Islam Dilihat dari lingkungan

hidupnya Daud Beureueh tumbuh dan besar dilingkungan religius yang sarat

dengan nilai-nilai Islam38

Dan ketika memasuki masa dewasa di bawah bayang-

bayang keulamaan ayahnya yang sangat kuat yang mengilhami jejak hidupnya

Ayahnya bernama Teungku Ahmad yang pada waktu itu menjadi Keucik

(lurah) Kampung Beureueh Ayahnya merupakan seorang ulama yang

berpengaruh dikampungnya mendapat gelar dari masyarakat setempat dengan

sebutan bdquoImeuem‟ (imam) Beureueh Ibunya bernama Aminah Menurut A

Hasjmy dikatakan bahwa kakek Teungku Muhammad Daud Beureueh berasal dari

Kerajaan Pattani Darussalam namanya Haji Muhammad Adami39

Sementara

Daud Beureueh sendiri beristrikan tiga orang Istri yang pertama bernama

Teungku Cut Halimah atau sering dipanggil Mi Usi darinya dikaruniai tujuh

orang putraputri Istri yang kedua bernama Teungku Asma dipanggil Mi Paleue

darinya dikaruniai tiga orang putraputri Istri yang ketiga bernama Cutnyak

Asiyah terkenal dengan panggilan Mi Beureueh dikaruniai seorang putra yang

bernama Hatta jika diakumulasikan semuanya berjumlah sebelas orang

putraputri40

Daud Beureueh melalui anak tertuanya Teungku Maryam

mempunyai anak yaitu cucunya yang bernama Nila Inangda Mayang Keumala

36

El Ibrahimy Op Cit hal 222-223 37

Mujahid adalah orang yang berjuang demi membela agama Islam Sumber melalui

httpkbbiwebidmujahid di akses pada tanggal 31 Januari 2016 Pukul 1337 WIB 38

Nilai-nilai Islam yang dimaksud terlihat dimana ketika Maghrib tiba Hikayat Perang

Sabil selalu dikumandangkan di setiap meunasah (masjid kampung) Ibid hal 337-338 39

Kerajaan Pattani Darussalam adalah kerajaan Islam Melayu yang terletak di ujung

paling utara Semenanjung Tanah Melayu dan setelah dijajah Siam sekarang menjadi Thailand

Selatan A Hasjmy melalui bukunya yang berjudul ldquoUlama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan

dan Pembangunan Tamadun Bangsardquo hal120 40

A Hasjmy Op Cit hal120-121

18

yang bersuamikan Tan Sri Sanusi Junit41

telah mempersembahkan cicit untuk

Daud Beureueh Tidak banyak literature yang dapat penulis gali mengenai

keluarga Daud Beureueh baik mengenai keluarga lingkungan ataupun orang

terdekatnya

Ketenaran tokoh di Aceh senantiasa melekat pada kharisma kampungnya

Kampung adalah sebuah entitas politik42

yang pengaruhnya ditandai dengan

tokoh-tokoh perlawanan Hal ini terjadi akibat cita-cita yang belum tercapai Jika

dikaitkan dengan tempat tinggalnya Daud Beureueh berasal dari tanah Aceh

tepatnya didaerah Pidie Orang-orang Pidie terkenal berwatak keras ulet dan suka

merantau Mungkin sekali bila penulis katakan karena watak orang Pidie

demikian rupa maka Daud Beureueh tumbuh menjadi manusia yang keras dan

ulet hal ini terlihat juga setelah ia menjadi pemimpin umat43

Terlebih lagi Daud

Beureueh mendapatkan gelar Teungku adalah karena ia ulama yang berasal dari

rakyat jelata Jelaslah kemauan keinginan dan pendiriannya yang kuat yang

membuat Daud Beureueh sangat disegani oleh masyarakat Aceh44

B Riwayat Pendidikan

Dalam riwayat pendidikannya Daud Beureueh memperoleh pendidikannya

dari lembaga pendidikan tradisional45

Sebelum membahas hal itu lebih jauh

penulis ingin mencoba memaparkan sedikit mengenai sejarah pendidikan Islam di

41

Tri Sri Dato‟ Seri Sanusi Junid atau suami dari cucu Daud Beureueh yaitu Nila Inangda

Keumala lahir 10 Juli 1943 adalah tokoh politik Malaysia yang menjabat sebagai Menteri

Pembangunan Negara dan Luar Bandar pada tahun 1981 Menteri Pertaninan sewatu berumur 38

tahun pada tahun 1986 Dan Tan Sri Sanusi menjadi Menteri Besar Kedah Darul Aman yang

ketujuh pada tahun1996-1999 Sumber melalui httpmkompasianacomdandibachtiartan-sri-

sanusi-junid-putra-aceh-yang-jadi-menteri-di-malaysia_550e5dcaa33311b82dba8166 diakses pada

tanggal 31 januari 2016 Pukul 1541 WIB 42

Entitas politik adalah wujud politik Jika dikaitkan dengan dengan entitas budaya

menurut Kuntjaraningrat Analisa penulis mengenai penelitian ini adalah sebagai bentuk entitas

ideal yaitu merupakan kompleks dari ide-ide gagasan nilai-nilai norma-norma dsb Jelas

kaitannya dalam kasus perjuangan ini adalah terkait nilai-nilai keagamaan dalam menegakan

syariat Islam di Aceh Sumber melalui httpkbbiwebidentitas di akses pada tanggal 31 Januari

2016 Pukul 1730 WIB 43

Bukti dari sifatnya yang keras dan tegas terlihat ketika dalam suatu khotbah Jum‟at di

Masjid Raya Kutaraja dalam mengupas Islam dengan komunis Daud Beureueh sangat militant

tegas dan enteng dalam menyampaikan vonis haram dan kafir terhadap orang yang tidak

disukainya dalam kasus ini disebutkan untuk menjauhkan kaum Muslimin dari PKI 44

El Ibrahimy Op Cit hal 222 45

Harun Nasution Op Cit hal 202

19

Aceh Pendidikan Islam yang berlandaskan ayat-ayat Al Qur‟an adalah rasa

kesadaran beriman dan beramal salih yang berdasarkan ilmu pengetahuan

sehingga manusia menjadi makhluk sosial yang menghayati ajaran-ajaran Islam

dalam kehidupannya46

Baik dalam kehidupan politik ekonomi ataupun dalam

kehidupan sosial Dengan berpedoman ayat-ayat Al Qur‟an pendidikan Islam

bertujuan untuk

a Membina manuslia Muslim yang beriman dan beramal salih sehingga

memenuhi syarat untuk menjadi Khalifah Allah di atas bumi yang

bertugas memakmurkan dunia raya47

b Membina manusia Mukmin yang beramar makruf dan bernahi

mungkar sehingga mereka memiliki syarat-syarat untuk ditampilkan

menjadi umat pilihan di depan mata dunia48

c Membina Jama‟ah Ansarullah yang bertugas melaksanakan Dakwah

Islamiyah dengan hikmah kebijaksanaan dan ajaran-ajaran yang indah

sebagai syarat mutlak bagi kaum Muslimin untuk menjadi umat yang

beruntung dan mendapat kemenangan49

d Membina angkatan Dakwah yang tugasnya bejihad membela rakyat

melarat yang tertindas dengan segala daya dana dan jiwa sebagai

syarat mutlak untuk mendapat ampunan Allah dan kemenangan di

dunia dan di akhirat50

Pengertian dan tujuan pendidikan Islam ini merupakan hal penting ketika

kita mengenyam pendidikan Islam dimanapun51

Selain itu mengetahui

pengertian dan tujuan bermanfaat untuk mengkaji mengenai suatu penelitian

terkait pendidikan yang dalam kasus ini penulis akan mencoba untuk

menjelaskannya Seperti yang dijelaskan dalam berbagai literature Daud

Beureueh tidak mengalami masa-masa usia sekolah atau tidak masuk sekolah ke

lembaga pendidikan resmi yang dibuat Belanda seperti Volkschool Goverment

46

Landasan QS Al Alaq 1-5 dan At Taubah 122 47

Landasan QS An Nur 55-56 48

Landasan QS Ali Imran 110 49

Landasan QS Ali Imran 104 dan An Nahl 125 50

Landasan QS An Nisa 74 dan Ash Shaf10-12 51

A Hasjmy Bunga Rampai Revolusi dari Tanah Aceh (Jakarta Bulan Bintang 1978)

hal 51-53

20

Indlandsche School atau HIS52

Hal tersebut dikarenakan banyak putraputri Aceh

tidak diizinkan orangtuanya untuk memasuki sekolah-sekolah yang didirikan oleh

bdquokaphe‟53

terutama untuk putraputri ulama Dan terlebih lagi masih sangat

kuatnya anti penjajahan dan gema berkumandangnya Hikayat Perang Sabil54

Hal

ini membuktikan bahwa tidak benar yang dikatakan ldquopengamatrdquo yang mengatakan

bahwa orang Aceh jaman penjajahan anti ilmu pengetahuan melainkan yang

benar bahwa rakyat Aceh saat itu dan bahkan sampai sekarang anti penjajahan

seperti yang diterangkan oleh A Hasjmy dalam bukunya Ulama Aceh Mujahid

Pejuang Kemerdekaan dan Pembangunan Tamadun Bangsa

Walaupun Daud Beureueh dan masyarakat Aceh baik dikalangan ulama

maupun rakyat jelata tidak memasuki lembaga pendidikan yang didirikan kaum

penjajah namun mereka tidak ldquobuta hurufrdquo dan juga tidak ldquobuta ilmurdquo karena

mereka mendapat pendidikan di pusat-pusat pendidikan seperti pesantren

madrasah seperti dayahzawiyah55

Jika dikaji lebih dalam pendidikan yang

bernama dayahzawiyah berdiri ketika masa Kerajaan Islam Perlak sebagai

Kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara Hal ini merupakan upaya utama yang

dilakukakan dengan mendirikan tempat-tempat pendidikan bagi putraputri

negara dalam rangka mempunyai pengetahuan yang luas Ini merupakan perintah

Sultan56

untuk memberi pengetahuan yang luas melalui bidang pendidikan Dan

masa itu pendidikan dayahzawiyah diajarkan oleh ulama-ulama yang juga

mempunyai pengetahuan yang luas

52

Volkschool atau yang dikenal sekolah desa selama tiga tahun muncul sekitar tahun

1915 ketika jaman penjajahan Belanda diperuntukkan bagi anak-anak peribumi yang tinggal di

desa-desa Motif pembangunan sekolah ini adalah ekonomi Sumber melalui

httpwwwjakartagoidwebencyclopediadetail3515volkschool diakses pada tanggal 31 Januari

2016 Pukul1952 WIB Goverment Indlandsche School adalah sekolah rakyat lima tahun A

Hasjmy Op Cit Sedangkan HIS adalah sekolah dasar selama tujuh tahun dengan bahasa Belanda

sebagai pengantar diperuntukkan untuk anak-anak pribumi Sumber melalui Anthony Reid Op

Cit hal 13 53

Kaphe adalah sebutan kafir oleh masyarakat Aceh untuk Belanda atau penjajah 54

Hikayat Perang Sabil merupakan syair perang sabil yang ditulis dan disebarkan pada

waktu perlawanan anti-Belanda Anthony Reid Menuju Sejarah Sumatera Antara Indonesia dan

Dunia (Jakarta KITLV 2011) hal 338 55

El Ibrahimy Op Cit hal 221-222 56

Hal yang melatarbelakangi pendidikan masa itu adalah ketika itu Ayah Sultan sangat

mementingkan pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk putranya hal itu terlihat dari pemikiran

Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah yang juga mementingkan pendidikan dan ilmu

pengetahuan terinspirasi dari ayahnya

21

Setelah berdiri banyak tempat-tempat pendidikan yang bernama zawiyah

dalam Kerjaan Islam Perlak pada akhir abad ke-3 H atau abad ke-10 M

Berdirilah pendidikan Islam yang bernama ldquoZawiyah Cot Kalardquo didirikan oleh

pangeran Muhammad Amin yang sekaligus merupakan seorang ulama atau lebih

dikenal dengan nama Teungku Chik Cot Kala Kata-kata ldquozawiyahrdquo seiring

perkembangan jaman berubah sebutan menjadi ldquodayahrdquo menjadi ldquoDayah Cot

Kalardquo57

Mempunyai akar sejarah dalam bidang pendidikan yang kuat

memunculkan upaya yang dilakukan Kerajaan Aceh Darussalam untuk menyusun

lembaga-lembaga pendidikan yand disesuaikan dengan system dan organisasi

pendidikan atau pengajaran yang disusun oleh Perdana Menteri Nizamuddin dari

Daulah Abbasiyah sekitar abad ke-16 M dan seiring perkembangan pendidikan di

Aceh membawa ajaran wajib dalam rangka membasmi buta huruf tadan buta ilmu

Adapun tingkatan pendidikan di Aceh sekitar abad ke-17 M adalah sebagai

berikut

a Meunasah atau madrasah yaitu sekolah permulaan yang sama dengan

sekolah dasar Didirikan ditiap-tiap kampung atau desa untuk

mengajar murid-murid menulis dan membaca huruf Arab

b Rangkang melalui Masjid sebagai pusat segala kegiatan umat ini

merupakan pendidikan tingkat menengah pertama atau yang dikenal

dengan nama Madrasah Tsanawiyah Diajar mengenai fiqh atau hukum

Islam58

c Dayah dapat disamakan dengan Sekolah Menengah Atas atau

Madrasah Aliyah Dalam tingkatan ini murid-murid diajarkan

mengenai kitab-kitab dan kajian fiqh lebih mendalam

d Dayah Teungku Chik atau yang disebut Dayah Manyang disamakan

dengan akademik Teungku Chik artinya guru besar Diajarkan

mengenai pelajaran tentang bahasa fiqh hukum Islam sejarah ilmu

manthiq tauhid tasawuf ilmu falak tafsir hadits

57

Ibid hal 51-56 58

Diajar mengenai hukum islam yaitu tentang rubuk ibadah tauhid tasawuf sejarah Islam

dan umum dan bahasa Arab Melalui buku-buku berbahasa Melayu dan Arab

22

e Jami‟ah Baiturrahman setara dengan tingkatan universitas mempunyai

ldquoDaarrdquo atau fakultas Di ajar oleh guru-guru besar ulama atau sarjana

dari Aceh maupun didatangkan dari Arab Turki Persia dan India59

Kembali dalam fokus kajian mengenai pendidikan Daud Beureueh Dalam

pusat-pusat pendidikan yang bernama dayahzawiyah Daud Beureueh dan ulama

sejaman mempelajati baca tulis Arab dan pengetahuan Agama Islam Dalam

riwayat pendidikannya dari beberapa dayah terkemuka di Tanah Aceh Daud

Beureueh menimba ilmu pengetahuan bahasa Arab terutama sekali ilmu-ilmu

syariat dan hakikat serta ilmu-ilmu lain yang erat hubungannya dengan

pengembangan dan pembinaan Islam dalam melahirkan ulama besar dan

pemimpin rakyat60

Pada mulanya Daud Beureueh belajar di Pesantren Titeue

yang dipimpin oleh Tgk Muhammad Hamid selama satu setengah tahun

kemudian pindah ke Pesantren Lie Leumbeue dibawah pimpinan Tgk Ahmad

Harun yang terkenal dengan sebutan Teungku di Tenoh Mirah Setelah empat

setengah tahun belajar ia keluar sebagai ulama tulen atau tempaan pesantren

sejati Setelah lulus Daud Beureueh menikah dengan Tgk Halimah di kampung

Usi Meunasah Dayah Pada tahun 1930 ia membentuk Jami‟ah Diniyah dan

kemudian mendirikan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli Ini

merupakan pengembangan dari lembaga pesantrennya Dan sejak itu Daud

Beureueh mulai terkenal dengan gelar ldquoTeungkurdquo di kampung Usi Meunasah

Dayah61

62

Setelah Daud Beureueh mendirikan kedua lembaga pendidikannya

kemudian ia menjadi pemimpin dalam mempelajari ldquohuruf latinrdquo sehingga teman

ulama sejamannya menjadi pandai membaca dan menulis huruf Ilmu itu mereka

dapat ketika memasuki usia sekolah dalam lembaga pendidikan resmi yang

didirikan oleh Belanda yaitu Government Inlandsache School di kota kecil

59

A Hasjmy Op Cit hal 63-71 60

A Hasjmy Op Cit hal 121-123 61

Harun Nasution dkk Op Cit hal 202 62

Pada mulanya kebanyakan penduduk kampung Usi menganut kepercayaan suluk yang

bersumber kepada ajaran-ajaran Al Hallaj yang terkenal dalam sejarah ilmu Tasawuf Mereka

bertekad bahwa Allah Muhammad dan Adam hakikatnya adalah satu ibarat kain benang dan

kapas Dengan petunjuk-petunjuk yang terus menerus dari Tgk M Daud Beureueh kebanyakan

mereka telah kembali ke jalan yang benar Sumber melalui M Nur El Ibrahimy dalam bukunya

ldquoTgk M Daud Beureueh Peranannya Dalam Pergolakan di Acehrdquo hal 222

23

Seulimeum Dikatakan oleh Anthony Reid Tgk M Daud Beureueh tahun 1910-

1946 mendapatkan pendidikannya pada Europese School di Sigli Dan hal itu

yang dianggap Anthony Reid bahwa Daud Beureueh lebih bersifat ke Eropaan

dibanding uleebalang lainnya63

C Karya-karyanya

Dalam hal ini sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam mengenai

karya-karya Tgk M Daud Beureueh Disini penulis membagi karya-karyanya

menjadi 3 bagian yaitu pertama pemikiran merupakan hasil dari manusia tak

jarang manusia yang berfikir menghasilkan pemikiran-pemikiran yang bermanfaat

bagi kemajuan jaman namun dalam menerapkan pemikiran tersebut banyak

tantangan yang harus dihadapi Bukan mengenai tantangan tersebut tapi

bagaimana hal itu menjadi pecutan semangat untuk menghadapi tantangan jaman

yang mencoba melawan arus manusia

Dalam kasus ini jelas pemikiran Daud Beureueh merupakan pemikiran

politik yaitu menciptakan konsep Negara Islam Indonesia di Aceh64

Islam

sebagai dasar Negara dan Syariat Islam sebagaimana diperintahkan Allah SWT

Dan dijalankan oleh Rasulullah SAW Tantangan yang dihadapi dalam

mewujudkan pemikirannya adalah pemerintah pusat Pemerintah menganggap

pembentukan negara Islam ini adalah suatu tindakan pemberontakan dan

menentang terhadap kebijakan pemerintah Dan hasil dari pemikiran ini maka

tercetuslah Republik Islam Aceh (RIA)65

berdiri pada 15 Agustus 1961 Tetapi

tidak lama berselang setelah perundingan antara Daud Beureueh dengan pihak

pemerintah Indonesia akhirnya tercapailah rumusan yaitu bahwa di Aceh dibentuk

sebagai Daerah Istimewa Aceh (DISTA) dengan penerapan syariat Islam dengan

batas-batas yang diperbolehkan oleh perundang-undangan republik Indonesia

Sebelum pada akhirnya Aceh kembali kepangkuan Negara Kesatuan Republik

Indonesia dan bagian dari NKRI66

63

Ibid hal 350 64

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 200-205 65

RIA akhirnya berhenti pada bulan juli akibat dari propaganda pemerintah pusat dan

perpecahan dalam kubu DITII 66

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 205-208

24

Kedua adalah bentuk melalui karyanya Daud Beureueh membentuk

Jami‟ah Diniyah dan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli Ini

adalah bentuk nyata bagaimana Daud Beureueh ingin memberikan sesuatu yang

bermanfaat bagi penerus dalam bidang pendidikan Jika dikaji melalui pemikiran

pembaharuan dalam dunia Islam menurut At Tahtawi (1801-1873) kaitannya

dengan Daud Beureueh ini adalah bentuk yang lebih spesifik Karena Menurut At

Tahtawi untuk menuju kesejahtraan ialah dengan berpegang kepada agama dan

budi pekerti yang baik Dan menganjurkan pendidikan yang universal Tujuan

pendidikan menurut pendapatnya mencakup kecintaan kepada bangsa dan At

Tahtawi juga berpendapat ulama harus mengetahui ilmu-ilmu modern agar

mereka dapat menyesuaikan syariat dengan kebutuhan zaman modern67

Hal ini

terlihat pada Daud Beureueh yang mempelajari huruf latin untuk menambah

pengetahuannya yang lebih luas

Menurut pandangan James Siegel antropolog Amerika anggota

Departement of Antrophology di Cornel University mengenai Daud Beureueh

yang dianggap sebagai ulama yang berani (militant) dan reformis dari sejarah

Aceh James Siegel mengatakan bahwa Daud Beureueh pernah bersedia

membantu mengerjakan obyek-obyek yang bermanfaat bagi umum dengan

menyediakan diri sebagai alat dalam usaha membangun masjid perbaikan dan

pembuatan jalan-jalan memperbaiki saluran-saluran Irigasi68

Ia juga termasuk

uleebalang yang kaya dan paling giat dalam membuka perkebunan kopi di Tangse

sekitar tahun 1930-an untuk membantu perekonomian masyarakat sekitar69

67

Taufik Abdullah Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Pemikiran dan Peradaban

(Jakarta PT Ichtiar Baru Van Hoeve 2002) hal 397-398 68

El Ibrahimy Op Cit hal 228-235 69

Anthony Reid Op Cit hal 350

25

BAB III

PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM

PEMBERONTAKAN DI ACEH

A Pembentukan Darul Islam Tentara Islam Indonesia di Aceh

Perjuangan Daud Beureueh menegakan syariat Islam di Aceh terjadi pada

masa Era Orde Lama 1953-1962 telah menimbulkan peristiwa berdarah atau yang

lebih dikenal dengan pemberontakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia Aceh

(DITII Aceh) Meletus pada 20 september 195370

perjuangan untuk menciptakan

negara Islam di Aceh sebagai suatu negara bagian dari Negara Islam Indonesia

Pembentukan negara Islam yang berlandaskan kepada pelaksanaan syariat Islam

adalah cita-cita Daud Beureueh Pemberontakan ini timbul akibat kekecewaan

terhadap Soekarno serta harga diri yang terlecehkan karena tidak memenuhi

janjinya untuk menjadikan negara Indonesia sebagai sebuah negara yang

berlandaskan kepada Islam71

Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya pemberontakan yang terjadi

tahun 1953-1962 oleh Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh adalah

rasa sakit hati rakyat Aceh atas perjuangan mempertahankan kedaulatan RI yang

dipandang sebelah mata setelah berhasil mempertahankan kemerdekaan serta

kecewa dengan pemerintah karena wilayah Aceh dimasukan kedalam wilayah

Sumatera Utara dan janji pemerintah mengenai hak istimewa bagi daerah Aceh

tidak kunjung terwujud72

Sedangkan pendapat lebih kuat menurut Anthony Reid

faktor perjuangan melawan kendali Jakarta pada 1953-1962 didasari dua alasan

yakni menentang diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatera Utara dan

gagalnya Republik melaksanakan hukum Islam73

Pertentangan politik dengan

pemerintah pusat membawa kepada suatu keadaan yang meresahkan akibat

70

Dilihat pada beberapa literature peristiwa perjuangan di Aceh oleh Tgk M Daud

Beureueh dipandang sebagai suatu pemberontakan yang menentang kebijakan pemerintah dalam

menerapkan dasar negara Indonesia pasca kemerdekaan dan mengubur alasan kenapa

pemberontakan itu terjadi serta perjuangan gigihnya rakyat Aceh mengusir penjajah saat itu 71

Abdullah Sani Usman Op Cit hal200 72

__________ Ensiklopedi Islam untuk Pelajar 73

Anthony Reid Op Cit hal 338

26

adanya tarik menarik antara Aceh dengan pemerintah pusat Pemerintah pusat

tidak mengakui pembentukan provinsi Aceh yang terpisah sehingga terjadi

tupmang-tindih kebijakan yang membawa kepada krisis kekuasaan pemerintahan

di Aceh

Dalam permasalahan ideologi yaitu penerapan perundang-undangan Islam

yang dikehendaki oleh rakyat Aceh gagal diberikan oleh pemerintah pusat Hal ini

menjadi masalah dan membawa pertikaian atau konflik di era Orde Lama Darul

Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh dengan pemerintah pusat awalnya

disebabkan permasalahan kekuasaan dan selanjutnya masalah ideologi menurut

kacamata penulis dalam kasus ini konflik dapat melenyapkan unsur-unsur yang

memecah belah dan menegakan kembali Artinya konflik yang terjadi juga dapat

meredakan ketegangan antara pihak-pihak yang bertentangan sehingga konflik

dapat berfungsi sebagai stabilisator sistem sosial Sisi positifnya konflik dapat

menciptakan jenis-jenis interaksi yang baru di antara pihak yang bertentangan

Dan konflik juga berlaku sebagai rangsang untuk menciptakan aturan-aturan dan

sistem norma baru yang mengatur pihak-pihak yang bertentangan sehingga

keteraturan sosial Republik Indonesia khususnya Aceh dapat terwujud74

Pada kenyataannya pembentukan Negara Islam yang merupakan cita-cita

impian Daud Beureueh terilhami dari perjuangan DITII pimpinan Imam

Soekarmadji Maridjan Kartosuwiryo75

Kartosuwiryo adalah pemimpin pusat

yang pertama kali mencetuskan gerakan ini di Jawa Barat pada 7 Agustus 1949

Ini merupakan alasan Daud Beureueh merangsang dan ikut berjuang juga dalam

melahirkan Negara Islam di Aceh sebagai suatu Negara Bagian dari Negara Islam

Indonesia Selain itu alasan lain Daud Beureueh untuk tidak meminta bantuan

atau bergabung menyatukan kekuatan dengan DI TII Kartosuwiryo adalah karena

Daud Beureueh melihat ada tekanan hebat yang dilakukan pemerintah pusat

terhadap gerakan Kartosuwiryo Perjuangannya di Jawa direspon dengan sikap

74

Ulfah Fajarini Konflik dan Integrasi Potret Keagamaan Masyarakat Sawangan

(Jurnal Al-Turas Vol 11 No 3 September 2005) hal 289 75

Imam Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo (1905-1962) lahir pada 7 Februari 1905

Adalah pemimpin yang menentang legitimasi dan otoritas Republik Indonesia yang baru merdeka

antara 1948 dan 1962 Kartosuwiryo dikeluarkan dari sekolah kedokteran pada 1927 Karena

nasionalisme radikalnya dan secara politik aktif berasosiasi erat dengan HOS Tjokroaminoto

pemimpin Sarekat Islam Kartosuwiryo terilhami oleh pendirian Tjokroaminoto bahwa sebuah

negara Indonesia yang merdeka harus didasarkan pada prinsip-prinsip Islam Lihat Ensiklopedi

Islam Ringkas hal 356

27

keras oleh pemerintah pusat Melalui Tentara Nasional Indonesia gerakan yang

dianggap sebagai pemberontak ini berhasil ditumpas di berbagai wilayah di Jawa

Barat76

Walaupun mengikuti pola DI TII Kartosuwiryo hakikatnya gerakan DI

TII Aceh lebih merupakan gerakan peringatan kepada penguasa Jakarta agar tidak

sewenang-wenang dan melupakan sumbangan Aceh di masa lalu dengan

mengorbankan seluruh jiwa raga dan harta berharga masyarakat Aceh77

Hubungannya dengan masyarakat Aceh adalah konteks dimensi perilaku

kolektif Dimana suatu gerakan tidak hanya melakukan protes dan demonstrasi

melainkan berakibat pada pengrusakan harta benda dan juga mengakibatkan

jatuhnya korban jiwa Dari hubungan antar kelompok ini melibatkan suatu

gerakan sosial yaitu DI TII yang bertujuan menginginkan perubahan dalam

kekuasaan ataupun ideologi negara78

Dalam pembentukannya perjuangan Daud

Beureueh terinspirasi dari perjuangan dakwah yang ditempuh oleh Rasulullah

SAW Adapun langkah-langkah perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh

melalui tiga tahap yaitu

1 Pertama tahap pembinaan dan pengkaderan

Pada tahapan ini Daud Beureueh sangat serius dalam menanamkan nilai-

nilai dan norma Islam dalam kehidupan masyarakat di Aceh79

Diketahui Islam di

Indonesia sulit berkembang karena ada tiga penyebab Pertama jarak Indonesia

dengan pusat Islam terlalu jauh Kedua Islam sampai ke Indonesia adalah Islam

kosmopolitan dimana hubungan antar pemeluk Islam sedunia begitu dekat lalu

berubah menjadi Islam parokial yang lokal Ketiga Islam di Indonesia menjadi

Islam pedesaan dan menjadi Islam petani Ini berbeda dengan Timur Tengah yang

memiliki kaum pedagang yang mobil Sebelum abad ke-15 M mobilitas para

pedagang sangat tinggi namun ketika sampai di Indonesia menjadi Islam petani

yang mobilitasnya makin menurun Dan dipengaruhi oleh budaya agraris yang

relative statis dan percaya mistik80

76

Cyrill Glasse Op Cit hal 356 77

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 201 78

Ibid hal 160 79

Pada masa kesultanan Aceh Islam mengalami proses pelembagaan yang sangat jelas

sebagai kekuatan sosial budaya dan politik pada masa itu kekuatan pengaruh Islam semakin

dirasakan di hamper seluruh aspek kehidupan masyarakat Aceh lihat Ensiklopedi Tematis Dunia

Islam hal 65 80

Kuntowijoyo Op Cit hal 28-29

28

Hal itu merupakan sebuah tantangan untuk Daud Beureueh dalam

menanamkan Islam di masyarakat Aceh Dalam pembinaan nilai dan norma Islam

Daud Beureueh dalam bidang pendidikan mendirikan dua lembaga yaitu Jami‟ah

Diniyah dan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli sekitar tahun

1930 Dengan tujuan agar nafas Islam selalu ada di dalam masyarakat Aceh dan

membebaskan buta huruf dan buta ilmu dikalangan masyarakat Aceh Terutama

mengenai ilmu-ilmu syariat dan hakikat serta ilmu-ilmu yang erat hubungannya

dengan pengembangan dan pembinaan Islam dalam melahirkan ulama besar dan

pemimpin rakyat81

2 Kedua Tahap Interaksi dan Perjuangan

Pada tahap pembinaan aktifitas di bidang pendidikan yang dilakukan Daud

Beureueh adalah tandingan dari pendidikan yang di buat oleh kolonial Belanda

Dan secara tidak langsung Islam sudah berinteraksi di kalangan masyarakat Aceh

bagaimana di perkenalkan secara sederhana melalui pendidikan tradisional dan

dakwah-dakwah Rasa keimanan yang kuat sudah tertanam di masyarakat Aceh

kemudian menemui pergesekan ideologi Antara ide-ide yang dianggap benar

tentang Islam dengan ide-ide karena pengaruh barat melalui Ideologi Pancasila

Pada periode ini perjuangan Daud Beureueh begitu berat karena memperjuangkan

nilai-nilai keIslaman dalam cita-cita nya mendirikan negara yang berlandaskan

syariat Islam

Melalui dakwah-dakwahnya Daud Beureueh ingin menciptakan

masyarakat Aceh yang mempunyai semangat yang berkobar-kobar dalam

memperjuangkan Islam sebagai dasar negara Dalam substansinya dakwah adalah

menyeru kepada mentauhidkan Allah dan seruan ibadah hanya kepada-Nya serta

seruan untuk meninggalkan penyembahan kepada berhala dan seruan untuk

melepaskan diri dari kehidupan diluar ketentuan Islam seperti zaman jahiliyah

Dan ketika Soekarno mengkhianati cita-cita revolusi itu Soekarno dianggap

sebagai alasan di segala macam maksiat dan kemungkaran Soekarno menentang

Islam memisahkan Islam dari negara dan pemerintahan dan Islam itu sendiri

dipisahkan dari kehidupan masyarakat Pancasila selalu diagung-agungkan dengan

81

A Hasjmy Op Cit hal 121-123

29

penafsiran dan pelaksanaannya itu bukan merupakan wadah untuk Islam82

Dalam

pernyataannya ini menjadi alasan Daud Beureueh mengangkat senjata dan

berjanji ditengah-tengah masyarakat Aceh atas permintaan rakyat Aceh untuk

memimpin dan berjanji berjuang bersama-sama hingga kemenangan tercapai

melaksanakan hukum Allah di Republik Indonesia83

3 Ketiga Tahap Penerimaan Kekuasaan

Jika kaitannya dengan dakwah yang ditempuh Rasulullah SAW Tahapan

ini adalah tahapan menerapkan Islam secara praktis dan menyeluruh sekaligus

menyebarkan risalah Islam ke penjuru dunia Berbeda pada perjuangan yang

dilakukan Daud Beureueh Islam sebagai ilmu yang revolusioner Memiliki

kemampuan untuk mengubah dalam periode ilmu berbagai masalah

kemasyarakatan dapat dicarikan jawabannya dalam Islam Misal mengenai

ketimpangan sosial pemilikan tanah hubungan kerja ataupun masalah modal dan

penguasaan pasar Islam memiliki jawaban dari persoalan itu Tetapi hal itu masih

terbatas pada tingkat formulasi normatif dan belum mengangkat Islam menjadi

teori sosial Keadaan ini yang mungkin dianggap pemerintah saat itu masih tidak

percaya bahwa ide Islam bisa menjadi kenyataan Dan menganggap itu sebagai

ide abstrak atau dengan kata lain non progresif84

Setelah melakukan langkah-langkah mulai dari pembinaan pengkaderan

interaksi dan perjuangan Aceh pada awal perjuangan kemerdekaan Indonesia

secara de facto85

yang merupakan bagian dari provinsi Sumatera dengan

kebijakan undang-undang sementara tahun 1945 yang membagi wilayah

Indonesia menjadi 10 provinsi Pergantian pemerintahan Jepang kepada

pemerintahan Indonesia secara otomatis menghapus dan menggantikan undang-

undang peradilan baik dari zaman Belanda maupun Jepang menjadi perundang-

undangan Republik Indonesia yang diatur dalam lembaran Negara No 23 1947

Dengan berlakunya undang-undang ini segala bentuk perundang-undangan dan

struktur pemerintahan di Aceh yang berlaku pada era Belanda dan Jepang telah

82

Pada Saat Soekarno tidak menepati janjinya Pancasila dengan penafsiran dan

pelaksanaannya dianggap sebagai syirik yang sesat dan menyesatkan yang hanya sesuai dengan

agama lain di luar agama Islam 83

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 201 84

Kuntowijoyo Op Cit hal 30-31 85

De facto adalah pengakuan secara kenyataan pada kasus Aceh ini bersifat sementara

30

berubah Namun pada kenyataannya walaupun mengalami perubahan secara

prinsipnya perundang-undangan tersebut masih menyerupai kedua era Belanda

dan Jepang Dan perlu ditekankan perubahan yang terjadi bukan berarti

merupakan pengembalian kepada bentuk asal perundang-undangan Aceh atau

hasil perundingan perundang-undangan yang sesuai dengan kehendak masyarakat

Aceh Hal ini juga yang menyebabkan rakyat Aceh semakin geram dengan

pemerintah pusat dan alasan munculnya gerakan DITII Aceh86

B Kedudukan dan Sikap Tgk M Daud Beureueh dalam Perjuangan di

Aceh

Pada masanya perjuangan dengan berlandas pada syariat Islam Daud

Beureueh memiliki rentan waktu yang lama Mulai dari masa kolonial Belanda

masa kedudukan Jepang masa pra dan pasca kemerdekaan dan masa revolusi

Adapun kedudukan Daud Beureueh adalah sebagai berikut

Ulama seperti pemaparan penulis diatas dalam riwayat pendidikan Daud

Beureueh dikenal sebagai ulama tulen Hal itu terlihat dari pendidikan yang Daud

Beureueh jalani di Pesantren sekitar 6 tahun sebelum ia dikenal oleh rakyat Aceh

sebagai seorang ulama Pada saat menjadi ulama Daud beureueh mendirikan

lembaga pendidikan dan pemimpin dalam mengawali mempelajari huruf latin

Peran sebagai ulama makin terlihat tatkala ia menyelesaikan persoalaan yang

terjadi di masyarakat Dalam tahun 1920-1930-an Daud Beureueh dan para ulama

lainnya baik yang muda maupun yang sebaya dengannya telah berhasil

memberantas gerakan kebatinan saleek buta87

dimana bagi mereka gerakan itu

adalah suatu ancaman karena dapat merusak akidah keIslaman masyarakat Aceh

Ketua PUSA Persatuan Ulama Seluruh Aceh adalah organisasi modern

pertama dan sebuah gerakan rakyat yang berhasil muncul di Aceh setelah

pendudukan militer Berdiri pada tahun 1939-1942 organisasi ini menghimpun ke

86

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 178-179 87

Saleek buta ialah satu aliran kebatinan yang tumbuh di Aceh sekitar abad ke-19 dan

awal ke-20 M sampai dengan tahun tiga puluhan Di antara ajaran saleek buta bahwa Tuhan dan

makhluk adalah satu atau bersatunya Allah dengan manusia Dan bagi mereka syariat Islam

seperti yang diamalkan tidak berlaku Dalam buku A Hasjmy Op Cit hal 105

31

mayoritas ulama aktif di Aceh dalam program pengembangan sekolah-sekolah

agama yang lebih modern dan peningkatan Kekuatan Islam Aceh88

Organisasi ini

lahir dalam konfrensi pada bulan Mei tahun 1939 oleh Teungku Abdul Rahman

dari perguruan Al- Islam di Peusangan Lahir pada masa kolonial organisasi ini

muncul sebagai pejuang dalam mengambil kekuasaan dari Belanda di Aceh Hal

itu terlihat dari konflik yang terjadi antara PUSA dengan uleebalang Suatu

hubungan antara uleebalang dengan Belanda menjadi alasan mengapa PUSA

ingin memimpin sistem pemerintahan di Aceh

Meskipun berdiri di saat situasi tegang tetapi dalam perkembangannya

PUSA telah menunjukan dirinya sebagai suatu faktor politik yang sangat penting

Dalam empat tahun terakhir setelah berdirinya PUSA kekuasaan Belanda di Aceh

mengalami kemerosotan Perubahan sikap dan perilaku antara uleebalang dan

rakyat Aceh menjadi bukti nyata makin rapuhnya kekuasaan uleebalang

Perubahan sikap dan perilaku terlihat dari kemarahan dan kebencian masyarakat

Aceh akibat penindasan dan skandal beberapa uleebalang yang tergambar di

majalah Penjedar yang terbit di Medan pada bulan November 193889

Kemerosotan juga terlihat di bidang ekonomi yaitu dengan munculnya

PUSA sebagai kaum tandingan atau atasan baru sebagai motor penggerak

perekonomian rakyat dalam bentuk kaum pedagang yang berkembang didaerah

seperti Sigli Garot Bireun dan Idi Dan dalam dunia pendidikan terlihat pada

aliran pembaharuan yang pada dasarnya rakyat Aceh menganggap Belanda

sebagai kaphe dengan munculnya sekolah-sekolah keagamaan dengan

berlandaskan Islam menjadi tandingan untuk sekolah-sekolah yang didirikan

Belanda Berbeda dalam bidang politik perjuangan mendapatkan kekuasaan oleh

ulama dianggap Belanda sebagai suatu gerakan perlawanan yang begitu

berpengaruh Tapi aneh ketika sikap politik Belanda membiarkan gerakan yang di

pimpin oleh ulama tumbuh dan berkembang90

88

Anthony Reid Op Cit hal 280 89

Majalah Penjedar awalnya didirikan oleh mantan pemimpin PKI Xarim M S tetapi

kemudian majalah ini beralih ke tangan seorang wartawan Medan yaitu mantan pemimpin PSII

Mohammad Said menjadi pemimpin redaksinya pada bulan November dengan tujuannya yaitu

menggantikan kedudukan raja-raja uleebalang 90

Anthony Reid Op Cit hal 58-63

32

Menurut analisa penulis terhadap sikap politik Belanda melalui golongan

pembesar atau petinggi Belanda melihat perjuangan melalui organisasi yang

dipimpin ulama melalui PUSA sebagai sebuah hal yang wajar dan tidak

mengkhawatirkan sebaliknya pada tahun 1930an munculnya Muhammadiyah

sebagai sebuah gerakan non-Aceh yang terbuka dan menerima kebangkitan

nasionalisme Indonesia justru menimbulkan kekhawatiran oleh Belanda Jadi

kekhawatiran Belanda timbul melalui ruang lingkup PUSA gerakan pembaharuan

ruang lingkupnya lebih kecil dibanding dengan Muhammadiyah

Gubernur Militer merangkap panglima divisi X TRI91

pada masa revolusi

demi menciptakan proses pertahanan politik nasional di wilayah Aceh melalui

keputusan wakil Presiden Muhammad Hatta Daud Beureueh dilantik menjadi

Gubernur Tentara di wilayah Aceh Langkat dan Tanah Karo pada tanggal 27

Agustus 1947 di Bukit Tinggi Melalui Daud Beureueh kekuatan bersenjata di

Aceh dapat dibentuk dan dileburkan dalam wadah Tentara Nasional Indonesia

(TNI) yang sebelumnya terdiri dari berbagai barisan pejuang kekuatan bersenjata

Aceh yang tidak terkawal92

Hal ini didasarkan pertimbangan politis karena selain Daud Beureueh

seorang ulama dan pemimpin rakyat yang sangat berpengaruh juga karena banyak

diantara pemimpin laskar rakyat itu adalah muridnya Dengan demikian Daud

Beureueh dapat dijadikan figur pemersatu di wilayah Aceh kemudian atas dasar

posisi strategis yang dimilikinya Daud Beureueh diangkat sebagai Gubernur

Aceh pertama 1950 Namun tiga tahun kemudian 21 september 1953 terjadi

perselisihan pandangan politik antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat

Hal itu yang menyebabkan Daud Beureueh bersama rakyat mengangkat senjata

dan terjadilah tragedi berdarah atau lebih dikenal peristiwa berdarah93

Proklamator Darul Islam sebelum mengkaji mengenai kedudukan Daud

Beureueh dalam gerakan Darul Islam di Aceh penulis ingin memberikan

informasi bagaimana cikal bakal timbulnya Darul Islam di Aceh Darul Islam

adalah nama yang diberikan kepada sebuah gerakan pejuang Islam di Jawa Barat

91

El Ibrahimy Op Cit hal 47 92

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 184-186 93

Harun Nasution Op Cit hal 202-203

33

Indonesia yang menentang legitimasi dan otoritas Republik Indonesia yang baru

merdeka antara 1948 dan 1962 Dipimpin oleh Sukarmadji Maridjan

Kartosuwiryo (1905-1962) kekuatan militer Darul Islam resmi dikenal sebagai

Tentara Islam Indonesia (TII) dengan basisnya didataran tinggi Jawa Barat

mencoba memproklamasikan Negara Islam Indonesia 7 Agustus 1949 melalui

Kartosuwiryo yang dianggap sebagai pemimpin yang kharismatik Beraliansi

dengan pejuang Islam di Aceh pimpinan Daud Beureueh dan di Sulawesi Selatan

pimpinan Kahar Muzakkar melalui Piagam Jakarta pemimpin Islam menyetujui

sebuah negara pluralitas94

demi kesatuan nasional Imbalannya adalah adanya

pernyataan bahwa umat Islam wajib menjalankan hukum Islam Hal ini

merupakan klaim minimalis atas sistem politik walaupun secara konstitusional

tidak pernah dijadikan undang-undang Bagi kartosuwiryo dan pengikutnya pada

1945 bergerak dalam sayap radikal politik Islam hal ini merupakan

pengkhianatan95

Ketidak senangan mereka diperkuat oleh munculnya

keprihatinan terhadap pengaruh politis sayap kiri didalam barisan kaum

nasionalis96

Tepat tanggal 21 September 1953 (12 Muharam 1373 Hijriah) Daud

Beureueh memproklamirkan berdirinya Darul Islam negara Islam di Aceh Aceh

memberontak dari Republik Indonesia yang berlandasrkan Pancasila dan

bergabung dengan Negara Islam Indonesia yang berlandaskan syariat Islam

Berbeda dengan gerakan Darul Islam di Jawa Barat di daerah Aceh sendiri selain

lebih lambat munculnya gerakan ini pun relatif lebih singkat antara 1953-1957

Dan perjuangan terakhir pada tahun 1962 saat itu Daud Beureueh dianggap

sebagai tokoh sparatis dalam mewujudkan apa yang dicita-citakannya97

Dalam

94

Pluralisme adalah keadaan masyarakat yang majemuk berkaitan dengan sistem sosial

dan politik Melalui kebudayaan muncul berbagai kebudayaan yang berbeda dalam suatu

masyarakat Dalam kaitannya dengan perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh adalah tentang

sebuah prinsip-prinsip Islam sebagai payung ideologi bagi penduduk Indonesia Sumber melalui

httpkbbiwebidpluralisme di akses pada tanggal 16 Februari 2016 Pukul 0950 WIB 95

Pandangan alternatif Kartosuwiryo mengenai Indonesia dan tuntutannya akan sebuah

negara yang sepenuhnya Islam dijabarkan dalam risalahideologis 1946 bertajuk Haluan Politik

Islam Dia menulis bahwa hanya dengan beridirinya Darul Islam-lah kesejahtraan dan keselamatan

kaum Muslim di Indonesia terjamin dan keselamatan di akhirat pun tercapai 96

Cyrill Glasse Ensiklopedi Islam Ringkas (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1999)

hal 356-357 97

A Hasjmy Op Cit hal 113-117

34

karangan yang dimuat oleh A Hasjmy mengatakan menurut para pengamat

politik saat itu jalan sejarah yang mengantar Daud Beureueh ke mimbar

proklamasi Darul Islam di Aceh berkesimpulan bahwa adanya usaha-usaha

sistematis dan berencana yang bertujuan mendorong sebagian rakyat Aceh

memberontak terhadap Republik Indonesia yang telah dipelihara dan dibelanya

selama tahun-tahun yang amat getir dalam sejarah Republik yang masih muda

saat itu Di tahun Revolusi Fisik para pengamat politik mendapati kenyataan

bahwa tahun-tahun itu Aceh mengorbankan segalanya untuk membela dan

mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945 sehingga di angkasa Tanah Aceh

terus menerus berkibar Sang Saka Merah Putih98

Kaitannya dengan sikap Daud Beureueh dalam perjuangannya di Aceh

masa revolusi atau pasca kemerdekaan Terlihat mulai dari situasi genting

Republik Indonesia yang baru berusia dua tahun lebih pada media Juni 1948

membuat Presiden Soekarno mendatangi Aceh Dalam kaitannya dengan kolonial

jelas Aceh dengan sebutan tanah rencong inilah satu-satunya wilayah RI yang

dianggap masih berdaulat penuh Pasca Agresi Militer I Belanda dan perjanjian

Renville sejumlah wilayah RI terkepung negara-negara boneka buatan Belanda99

Misi hidup-mati yang dibawa Soekarno pada 15 Juni 1948 bersama Menteri

Dalam Negeri Dr Sukiman adalah untuk bertemu tokoh masyarakat di Aceh

Seperti dikutip dari buku bdquoAceh Daerah Modal‟ Soekarno menjalani kunjungan

tiga hari untuk berdialog dengan Tgk M Daud Beureueh di Markas Divisi X

Komandemen Sumatera Bireuen Dalam pertemuannya Soekarno meminta

bantuan kepada Daud Beureueh demi membangkitkan rasa patriotisme segenap

rakyat Aceh dengan mengungkit kembali perlawanan melawan kolonial Belanda

di Aceh100

98

A Hasjmy Semangat Merdeka 70 Tahun Menempuh Jalan Pergolakan dan

Perjuangan Kemerdekaan (Jakarta PT Bulan Bintang 1985) 99

Negara-negara boneka itu seperti Indonesia Timur atau Negara Pasundan Tak pelak

Aceh pun disebut jadi ldquosahamrdquo atau modal yang sangat penting untuk mempertahankan

Proklamasi 17 Agustus 1945 saat itu 100

Alasan lain kenapa Soekarno datang ke tanah rencong adalah karena rakyat Aceh

diketahui sebagai pejuang yang paling gigih menentang penjajahan Belanda Berpuluh-puluh tahun

rakyat Aceh berperang melawan kolonialisme Belanda Dan meminta saat itu mengusir Belanda

untuk kedua kalinya dari bumi persada tercinta yaitu Republik Indonesia Sumber melalui

35

Pada masa awal kemerdekaan sikap nasionalisme101

Daud Beureueh

mempunyai kharisma yang sangat kuat di masyarakat Aceh sehingga Presiden

Soekarno datang dan meminta bantuan dalam mempertahankan kemerdekaan

Indonesia dari ancaman negara boneka yang dilakukan Belanda Pada saat itu

Daud Beureueh mau masuk kedalam pemerintahan dengan di angkat menjadi

Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo dan berhasil menyatukan

gerakan-gerakan rakyat menjadi satu kesatuan dalam bentuk Tentara Nasional

Indonesia (TNI) Dengan tujuan dan cita-cita yang sama menuju keselamatan

nasional dari ancaman pihak luar atau penjajah Daud Beureueh menghidupkan

kembali kesadaran sejarah rakyat Aceh102

yang membuat api semangat yang

berkobar dalam diri masing-masing baik di kalangan masyarakat Aceh ulama

dan para pejuang lainnya103

Perjuangan Daud Beuereueh tidak berhenti pasca kemerdekaan setelah

berhasil menyelamatkan dan mempertahankan kesatuan Republik Indonesia dan

berjuang bersama seluruh rakyat Aceh dengan mengorbankan jiwa raga serta harta

berharga tetapi tuntutannya mengenai dasar sebuah negara tidak terpenuhi

membuat geram dan kecewa kepada pemerintahan pusat Respon cepat dilakukan

perubahan kedudukan dari koalisi berubah menjadi oposisi104

kritik keras

mengenai pergerakan pemimpin dalam berpolitik yang tidak mempunyai

tanggung jawab dalam mengambil keputusan di pemerintahan Pemberontakan

tidak begitu saja meletus malainkan melalui 3 tahapan yaitu tahap sabar tahap

benci dan tahap melawan Dan ini sudah mencapai tahap ketiga rakyat Aceh

khususnya sudah geram dan merasa dipermainkan harga dirinya Namun Daud

httpnewsokezonecomread201506153371165361misi-hidup-mati-yang-dibawa-soekarno-

ke-tanah-rencong diakses pada tanggal 19 Februari 2016 Pukul 0007 WIB 101

Sikap nasionalisme yaitu ajaran atau paham untuk mencintai bangsa dan negara

sendiri Sifatnya kenasionalan menjiwai bangsa Indonesia Sumber melalui

httpkbbiwebidnasionalisme diakses pada tanggal 19 Februari 2016 Pukul 1422 WIB 102

Kesadaran yang dimaksud adalah kesadaran dari dalam diri anggota atau para pejuang

dalam suatu bangsa yang secara potensial atau actual bersama-sama mencapai mempertahankan

dan mengabadikan identitas integritas kemakmuran dan kekuatan bangsa atau semangat

kebangsaan 103

Anthony Reid Op Cit hal 347 104

Koalisi adalah kerja sama yang dilakukan antara sebuah organisasi partai gerakan dll

Untuk memperoleh dukungan politik yang besar Sedangkan oposisi adalah Pertentangan dalam

pemerintahan sikap menentang dan mengkritik pendapat atau kebijaksanaan politik atau golongan

yang berkuasa Dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah Daud Beureueh dan Pemerintah

Pusat

36

Beureueh masih bisa menahan dengan mengirimkan secarcik surat kepada

Presiden Soekarno Hal ini menerangkan bahwa pemerintah mempunyai tanggung

jawab besar terhadap nasib tanah air membawa perubahan dalam cara berfikir

Akibat rasa kekecewaanya sikap revolusioner105

Daud Beureueh muncul Dalam

gerak gerik dan pikiran yang menghendaki perubahan serta merta dalam segala

sesuatu yang tidak di anggap sempurna Kaitannya dengan penetapan dasar negara

Pancasila dirasa kurang berpihak bagi umat Islam yang menginginkan negara

berlandas pada Islam106

Selain itu pemberontakan yang dilakukan DITII Aceh digandeng erat

dengan menjalin kerja sama dengan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia

(PRRI) Perjuangan Rakyat Semsta (PERMESTA) terutama dalam bidang militer

NBANII (DITII Aceh) telah mengadakan operasi bersama dengan pasukan PRRI

yang tergabung dalam Operasi Sabang Marauke di daerah-daerah perbatasan

Aceh-Sumatera Timur Ada terhembus isu bahwa PRRI mgnirimkan senjata

kepada NBANII107

Dan dikatakan bahwa Menteri pertahanan PRRI pernah

memutuskan untuk menemukan Kapten Jusuf Risin Pada Staf Divisi TgkTjhik di

Tiro untuk memberikan latihan kepada anggota DITII di Aceh pada akhir tahun

1959 sesuai dengan kesepakatan yang tercapai dalam pertemuan di Genewa pada

bulan Desember tahun 1958 antara pemimpin-pemimpin PRRIPERMESTA dan

dalam pertemuan itu turut hadir Hasan Ali Perdana Menteri NBANII dan Hasan

Muhammad Tiro (Duta Besar DI untuk Amerika Serikat di PBB) maka

diputuskanlah untuk mendirikan suatu negara yang berbentuk federal yang

dinamakan Republik Persatuan Indonesia (RPI) guna lebih banyak mendapatkan

105

Revolusioner adalah sikap dimana cendrung menghendaki perubahan secara

menyeluruh dan mendasar 106

Menurut Mr S M Amin peristiwa yang diawali dengan sifat revolusioner lambat

laun akan berubah menjadi sifat evolutioner Yaitu melihat peristiwa itu dari sisi positifnya

(kebaikan) juga dalam suatu cara membawa perubahan dengan berangsur-angsur Sifat ldquoreeelrdquo

yang tidak dapat melihatkesukaran-kesukaran keadaan suasana masa dan waktu berubah menjadi

sifat ldquoreeelrdquo yang menarik dalam perhatian segala kenyataan baik yang menguntungkan maupun

merugikan sehingga tindakan diambil dengan hati-hati dan penuh perhitungan laba ruginya 107

Disinyalir bahwa isu yang berhembus itu tidak benar Terbukti dari surat menyurat

antara PRRI dan NBANII Secara resmi PRRI tidak pernah mengirimkan senjata kepada

NBANII Tentang pengiriman senjata ke Aceh baru hendak dibicarakan dalam cabinet PRRI pada

akhir 1959

37

dukungan dari daerah-daerah dan untuk lebih mengefektifkan perjuangan

menghancurkan regime Soekarno yang diktatorial108

Dalam Undang-Undang Dasar Republik Persatuan Indonesia antara lain

disebutkan

Pasal 1 ayat 1 Negara RPI berdasarkan Keimanan kepada Tuhan YME

Pasal 1 ayat 2 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk atau

golongan untuk memeluk agamanya atau kepercayaannya

masing-masing dan untuk beribadah serta hidup

bermasyarakat sesuai dengan syariat agamanya atau

kepercayaannya

Pasal 31 ayat 1 Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan

mengeluarkan pendapat

Pasal 31 ayat 2 Mengeluarkan pendapat yang mengandung penghinaan

terhadap suatu agama ajakan untuk mendirikan dictator

atau ajakan untuk menganut dan melaksanakan paham-

paham komunis atau paham-paham lain yang

membahayakan asas-asas dasar negara dilarang

PRRI dan NBANII saat itu diharapkan untuk menjadi inti negara dan

keduanya mengambil inisiatif memelopori perjuangan menegakkannya Serta

mengharapkan sebagai proklamator selain tokoh Dewan Perjuangan dan PRRI

dua orang dari NBANII yaitu Tgk Daud Beureueh dan Hasan Ali yang masing-

masing direncanakan menjadi Wakil Presiden dan Menteri Luar Negeri ditambah

dengan Kahar Muzakkar dari Sulawesi yang direncanakan menjadi Menteri Muda

Pertahanan Menurut rencana Republik Persatuan Indonesia akan

diproklamasikan pada tanggal 15 atau 17 agustus 1959 Akan tetapi berhubung

dengan adanya usul-usul perubahan dari NBANII mengenai beberapa pasal dari

UUD RPI diantaranya mengenai soal yang fundamental yaitu mengenai wilayah

108

RPI adalah bentuk kelanjutan yang logis dari perjuangan daerah-daerah dan satu-

satunya kendaraan politik untuk mencapai tujuan dan cita-cita seperti yang dinyatakan program

perjuangan dari Dewan perjuangan dengan memperhatikan bahwa pelaksanaannya haruslah sesuai

dengan strategi perjuangan

38

RPI (pasal 3) maka proklamasi itu baru dapat di cetuskan pada tanggal 8 Februari

tahun 1960109

Meskipun terdapat perbedaan paham antara NBANII dengan PRRI

akhirnya Republik Persatuan Indonesia di proklamasikan juga pada tanggal 8

Februari 1960 dengan PRRI dan NBANII sebagai intinya Sejak itu NBANII

berubah namanya menjadi Republik Islam Aceh (RIA)sebagai satu negara bagian

dari Republik Persatuan Indonesia Dari masuknya NBANII ke dalam RPI tidak

berarti hubungan antara NBANII telah putus dengan NII pimpinan Kartosuwirjo

Dalam surat Wali NBANII kepada Pimpinan tertinggi NII KArtosuwirjo

bertanggal November tahun 1960 dijelaskan sebab-sebab mendorong NBANII

masuk kedalam RPI sebagai satu negara bagian yang menjadi inti dari RPI

Disamping itu diminta agar bukan saja hubungan NBANII dengan RPI disahkan

tetapi meminta juga Kartosuwirjo Pimpinan NII turut ikut berpadu dengan PRRI

dalam Republik Islam Indonesia yang berjiwa Islamisme dan Federalisme

Adapun sebab-sebab yang mendorong NBANII berpadu dengan RPI antara lain

adalah

1 RPI adalah suatu bentuk Federasi yang menjiwai ketatanegaraan Islam

2 Menjamin ketatanegaraan Islam bagi Negara Bagian secara demokratis

sehingga negara bagian bebas menjalankan hukum syariat Islam bagi umat

dan masyarakat Islam seluruhnya

3 RPI suatu negara yang mengakui mutlak kedaulatan negara berada di

tangan Allah SWT

4 RPI adalah suatu bentuk negara yang menganut falsafah yang sesuai

dengan kehendak umat Indonesia yang umumnya memeluk agama Islam

dan Kristen

109

Diperkirakan selain Aceh yang telah menjadi Negara Bagian inti dalam RPI akan

diterima juga untuk pertama kali menjadi Negara-negara Bagian Sumatera Barat Sumatera Utara

Sumatera Selatan Riau Jambi Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Maluku Selatan dan Maluku

Utara Perbedaan pendapat terjadi antara NBANII dan PRRI mengenai fundamental yaitu tentang

wilayah negara federal yang baru meliputi Sumatera dengan kata lain mereka menghendaki suatu

Republik Persatuan Sumatera Lihat lebih detail pada buku M Nur El Ibrahimy Tgk M Daud

Beureueh Pergolakannya di Aceh hal203-204

39

5 RPI menentang tegas AteisKomunis dalam perkembangan ketatanegaraan

Indonesia

6 Dengan RPI kita memperlihatkan hanya ada satu organisasi Negara saja di

Indonesia yang menentang dan member perlawanan bersenjata terhadap

organisasi pemerintah Soekarno

7 Dengan RPI kita menarik perhatian dunia internasional terhadap

kesanggupan kita dalam memegang kekuasaan politik di Indonesia

terutama dalam menumpas regime Soekarno sebagai landasan untuk

memperoleh sokongan dan bantuan moril dan materiil dari pihak luar

negeri baik di forum PBB maupun dari pihak negara-negara lain terutama

dari negara blok anti komunis

8 Dengan RPI kita melenyapkan kesempatan atau peluang bagi usaha taktik

dan tipu muslihat (regime Soekarno) dalam wujud memecah belah sesame

kita melakukan perlawanan bersenjata terhadap mereka baik dalam

masyarakat NBANII maupun dalam masyarakat PRRIPermesta ataupun

antara NIITII dan PRRIPERMESTA

9 Pembentukan RPI merupakan usaha untuk merangkul kembali pemimpin-

pemimpin dan politisi-politisi Islam dan Pemuda-pemuda Islam yang

militant dan revolusioner yang berada diluar organisasi NIITII untuk

sama-sama berjuang bahu-membahu menghancurkan regime

SoekarnoKomunis

10 Adanya berbagai kesulitan dalam berbagai bidang organisasi politik

militer financial ekonomi dan sebagainya Dengan terbentuknya RPI

diharapkan kesulitan-kesulitan ini sedikit demi sedikit dapat diatasi110

Pencetus Berdirinya Republik Islam Aceh berdiri pada saat akhir

perjuangan gerakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia DITII Aceh yaitu

setahun sebelum penyerahan Daud Beureueh kepada Republik Indonesia Pada

kemunculannya gerakan ini tidak begitu tersiar karena beriringan dengan DITII

110

Surat Wali NBANII kepada Pemimpin tertinggi NII KArtosuwirjo dalam bulan

November 1960

40

atau dalam rentang waktu yang singkat Hal yang melatar belakangi berdirinya

RIA adalah sebagai penerus perjuangan Daud Beureueh yang bertahan pada

keyakinannya semula yakni melanjutkan revolusi Islam di Aceh Dengan segala

kekuatan persenjataan dan pasukan yang terbatas maka tercetuslah berdirinya

Republik Islam Aceh pada 15 Agustus 1961 Tidak banyak literature yang penulis

dapatkan mengenai gerakan RIA tercatat menurut El Ibrahimy menerangkan

kemunculan RIA tidak tepat karena disaat bersamaan pemulihan keamanan

dengan Daud Beureueh menyebabkan usaha penyelesaian damai menemui jalan

buntu Hal ini membuat geram Kol Jasin dan Jendral Nasution yang sudah

melaporkan bahwa persoalan Aceh dan diri Tgk M Daud Beureueh telah selesai

Tetapi tiba-tiba muncul lagi surat resmi Daud Beureueh atas nama wali Negara

Republik Islam Aceh111

Daud Beureueh adalah bapak orang-orang Aceh ditinjau dari

karakteristiknya masyarakat Aceh sangat terikat dengan kesadaran dan

pengalaman sejarah dengan pengaruh Islam yang kuat Hal itu bisa dilihat dari

pola tingkah laku politik maupun ideologisnya Tiga peristiwa sejarah yang

menjadi sandaran dan kebanggan orang-orang Aceh yaitu

1 Masa kejayaan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M)112

dan Sultan

Iskandar Tsani (1636-1641 M)113

2 Perang Aceh114

3 Perjuangan di masa revolusi Kemerdekaan

Ketiga hal itulah yang menimbulkan kebanggaan pada orang Aceh baik

dalam rangka kesadaran keIslaman maupun dalam rangka kesadaran kebangsaan

Dalam konteks Islam Aceh dijuluki sebagai ldquoSerambi Mekahrdquo hal ini membawa

anggapan masyarakat Aceh bahwa di daerah mereka Islam dating Kerajaan Islam

berdiri dan pemikiran Islam berkembang serta perang Sabil yang terjadi cukup

111

El Ibrahimy Op Cit hal 197-198 112

Lihat sumber melalui httpmelayuonlinecomindpersonagedig303sultan-iskandar-

muda diakses pada tanggal 18 Februari 2016 Pukul 1751 WIB 113

Lihat sumber melalui httpkebudayaankemdikbudgoidbpcbaceh20131031

sekilas-sejarah-aceh-abad-ke-16-penulis-nurdin-s-sos-staf-pemugaran-bpcb-aceh diakses pada

tanggal 18 Februari 2016 Pukul 1758 WIB 114

Perang Aceh atau lebih dikenal dengan perang Sabil dalam bahasa aceh prang sabi

adalah perang masyarakat Aceh terhadap kolonial Belanda yang terjadi sekitar akhir abad ke-19

M dan lebih tepatnya pertama pecah pada tahun 1873 Hal ini adalah bukti perjuangan rakyat

Aceh yang anti kolonial atau disebut juga kaum kaphe

41

lama115

Pilar-pilar kepemimpinan Aceh terdiri dari ulama Sultan dan

uleebalang (uleebalang) Dan kedudukan ulama sangat strategis Bertolak dari

pengakuan masyarakat dan sudah menjadi fitrahnya ulama dalam konteks

kebudayaan Aceh mendampingi penguasa Sifatnya yang mobile (dominan) dan

tidak terikat oleh ikatan politik lokal memungkinkan para ulama116

berfungsi

sebagai perantara komunikasi kultural117

Dari kebanggaan itulah watak Daud Beureueh sebagai orang Pidie

terbentuk menjadi manusia keras dan ulet juga setelah menjadi pemimpin umat

Kekerasan dan keuletan terlihat dai pendirian yang amat tangguh sehingga sulit

untuk bergeser atau digeser dari sesuatu yang diyakini kebenarannya dalam hal

ini pendirian dan cita-citanya untuk mendirikan negara dengan berdasar pada

Islam118

Daud Beureueh juga dikenal sebagai pemimpin yang kharismatik

Pemimpin dengan jiwa wibawa yang sangat tinggi dan disegani di masa revolusi

Sifatnya itu terlihat ketika pada saat Daud Beureueh mengamati perkembangan

revolusi kemerdekaan Indonesia dengan tenang dan hati-hati119

C Respon Rakyat Aceh Terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

Dilihat dari letak geografisnya Aceh pada zaman dimana perdagangan

dunia berdinamika berada pada jalur georgrafis yang harmonis Aceh terletak dua

mil dari punggung pantai dan tiga mil dari kaki bukit Kedudukannya yang tak

jauh dari hulu dan hilir menjadikan Aceh sebagai permata hijau namun juga biru

115

Dalam keputusan mengenai perang Sabil pada oktober 1944 pertemuan yang

dilakukan uleebalang dan ulama adalah (1) hukum perang Sabil pada masa kolonial adalah

Fardlu‟ain yaitu wajib untuk setiap orang Islam (2) Belanja peperangan didapat dari Baitalmal

zakat dan sokongan dari hartawan (3) Hukumannya pengkhianat sama dengan si kafir

Penjelasan mengenai Fardlu‟ain adalah suatu ajaran tradisional Islam mengenai jihad

ialah bahwa hukumannya bukan fardlu‟ain tetapi hanya fard‟ala kifaya yaitu diwajibkan atas

masyarakat Islam sebagai suatu keseluruhan tetapi tidak diharuskan pada setiap pemeluknya

Lihat Anthony Reid Op Cit hal 327-352 116

Para ulama bertindak sebagai perumus pembina dan penumpuk cita ldquoke Acehanrdquo

sebagai suatu kesatuan kultural dan politik Pada tiga masa itu ulama lah yang tampil untuk

memimpin reformasi sosial dan agama Tindakan nyata terlihat apabila kehidupan keagamaan dan

sosial masyarakat Aceh telah menjauh dari ajran yang benar dan diyakini 117

Taufik Abdullah Karena Keterkaitan Ideologi Artikel surat kabar majalah Panji

Masyarakat No 419 118

A Hasjmy Op Cit hal 118-120 119

Abdullah Sani Usman OpCit hal 182

42

Kekayaan bahari terlihat dari kebajikan alam lewat hutan dan pertaniannya yang

subur Dan rumah masyarakat Aceh pun begitu dekat dengan alam Dibanding

dengan menggunakan beton sebagai landasannya para leluhur ini lebih suka

memilik bamboo dan batu yang dianyam dengan tangan-tangan terampil menjadi

tempat tinggal yang layak huni120

William Marsden explorer Inggris

menggambarkan sosok tubuh orang-orang Aceh berbeda dengan orang Sumatera

lainnya Mereka lebih tinggi dan berkulit lebih hitam Banyak yang menilai orang

Aceh adalah pencampuran orang Batak orang Melayu dan orang Chulias121

Ciri

lain dari orang Aceh adalah kegemarannya dalam bekerja lebih cerdik dan

memiliki wawasan luasmereka juga rajin mengunjungi ulama dan mengakrabi

orang asing yang seiman

Dari berbagai sisi di atas dan dari sisi pola dasar bahasa dan sosial Aceh

termasuk masyarakat Sumatera dan Asia Tenggara Namun ada cukup banyak

cirri khusus dalam perkembangan sejarahnya sejak abad ke-16 M yang

menyebabkan ideologi separatisme yang dianutnya meyakinkan ketika muncul

pada tahun 1970-an Berbeda dengan tradisi sastra ldquoMelayu klasikrdquo yang

menyaksikan peranan Aceh yang sangat besar didalamnya misalnya Aceh

sepenuhnya berdiri di pinggir sepanjang menyangkut pengembangan langgam

bahasa dan kesusasteraan Melayu Indonesia modern menjelang akhir abad ke-19

M122

sampai penaklukan Aceh oleh Belanda pada akhir abad ke-19 M hubungan

ekonomi politik dan budaya Acehterjalin dengan Samudra India dan

Semenanjung Malaya tidak dengan dunia Laut Jawa yang didominasi pada

awalnya oleh Jawa dan kemudian oleh Belanda Aceh merupakan bagian dari

dunia Islam Samudera India sejak Pasai dikunjungi dan ditulis oleh Ibn Battuta123

pada abad ke-14 M124

120

M Dien Madjid Catatan Pinggir Sejarah Aceh Perdagangan Diplomasi dan

Perjuangan Rakyat (Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia 2013) hal 86-87 121

Chulias adalah nama bangsa atau sebutan yang disematkan pada penduduk yang

berdiam dibagian barat India dan telah menjalin hubungan sosial dengan Aceh sejak masa yang

lama 122

Kesusasteraan Melayu Indonesia modern adalah budaya-atas ldquoIndiardquo perkotaan di

India Belanda yang mengungkap diri dalam bahasa Melayu yang menggunakan huruf romawi

(berbeda dengan huruf Arab dalam bahasa Melayu klasik) dan sebagian besar diciptakan pada

awalnya oleh orang-orang Indo-Eropa dan peranakan Tionghoa meski pada akhirnya diserap

sebagai bahasa pengantar oleh gerakan nasional 123

Ibn Battuta adalah seorang Arab yang waktu itu menjabat sebagai utusan Delhi 124

Anthony Reid Op Cit hal 335

43

Sebelum mengetahui respon rakyat Aceh terhadap perjuangan Daud

Beuereueh penulis ingin memaparkan rakyat Aceh melalui tiap golongan Pada

masa pra kemerdekaan rakyat Aceh yang menanti ini terbagi dalam tiga golongan

yaitu

1 Pertama golongan terbesar yang menanti segala sesuatu dengan

tenang dan tidak mengambil perhatian terhadap apa yang mungkin

terjadi Golongan ini adalah golongan yang tidak ldquopolitic mindedrdquo dan

menerima segala sesuatu dengan terbuka

2 Kedua golongan yang terdiri dari mereka yang sangat bergembira dan

sangat bersuka ria atas kapitalis Jepang Golongan ini bercita-cita

pengembalian kekuasaan Belanda ke tanah air125

3 Ketiga golongan terdiri dari mereka yang sekalipun lahirnya nampak

tenang akan tetapi dalam batinnya berada dalam keadaan gelisah

Mereka khawatir tentang akibat-akibat yang kelak akan timbul bila

Jepang lenyap dan Belanda kembali berkuasa

Pada konteks ini peran golongan ketiga inilah yang mempunyai peranan

aktif dan terkemuka baik sewaktu masa kolonial ataupun masa pendudukan

Jepang Meskipun hanya sebagian kecil dari golongan ini yang mempunyai alasan

menakuti kekuasaan penjajah banyak dari mereka pada hakikatnya bergerak baik

kepentingan sendiri atau golongan Dengan mempertopengkan kepentingan umum

pada masanya mereka memperoleh kedudukan dan pangkat tinggi Kesempatan

yang timbul sebagai akibat kedudukan dan pangkat tinggi ini telah digunakan

mereka untuk menguntungkan diri sendiri atau pun golongan Untuk kasus

perjuangan Daud Beureueh inilah alasan yang menjadikan rakyat Aceh terpecah

kedalam dua golongan Golongan uleebalang (raja-raja) dan golongan ulama

Pertentangan diantara kedua golongan ini hubungan antara uleebalang dengan

ulama Pertentangan ini menyerupai pertentangan adat dan hukum (Islam)

125

Dalam golongan ini terdapat sejumlah besar dari mereka yang masih menyimpan

peringatan nimat penghidupan yang dirasakan semasa pemerintahan Belanda dan sebelum Jepang

berkuasa Baik dalam pendudukan Belanda dan Jepang golongan ini punya kedudukan tinggi yang

memberikan mereka hidup dengan diliputi oleh kesenangan kemegahan dan kemewahan

44

Uleebalang mempertahankan kekelan adat sedangkan ulama berjuang menegakan

hukum berdasar syariat Islam dalam pemerintahan126

Menurut Snouck Hurgronje pertentangan antara ulama dan uleebalang

berdasar atas adanya perbedaan adat dan agama Keterangan Snouck ini disanggah

oleh M Nur El Ibrahimy yang mengatakan pernyataan Snouck kurang tepat

karena di Aceh tidak terdapat pertentangan yang berarti antara adat dan agama El

Ibrahimy mengatakan pada umumnya keduanya berhubungan baik yang satu

bersandar kepada yang lain keduanya tunjang-menunjang Di Aceh dapat

dikatakan adat dan resam Qanun bersandar kepada agama Karena sangat

mendalamnya ajaran Islam meresap dalam kehidupan masyarakat dan hukum

telah terjadi persesuaian Oleh karena itu pula Islam sangat diperjuangkan menjadi

ideology negara El Ibrahimy mengatakan terkait pertentangan uleebalang dan

ulama bukan karena petinggi adat dan petinggi agama Memang ada peribahasa

Aceh yang mengatakan bahwa ldquoadat bak Poteu Meureuhom hukom bak Syiah

Kualardquo yang artinya adat berada di dalam tangan sultan dan agama berada di

dalam tangan ulama Akan tetapi hal itu sekedar pembagian wewenang saja127

Kembali pada fokus kajian mengenai sikap rakyat Aceh Pada perjuangan

dibawah pimpinan Daud Beureueh tentang kesadaran rakyat Aceh Taufik

Abdullah dalam tulisannya terkait sikap rakyat Aceh mengatakan bahwa ada tiga

bagian penting pertama sikap spontanitas dan enthusiasme rakyat Aceh dalam

membantu perjuangan kedua pertemuan empat mata Daud Beureueh dengan

Soekarno ketika presiden pertama Republik Indonesia mengunjungi Aceh ketiga

penolakan Daud Beureueh terhadap T Mansyur (walinegara Sumatera Timur)

untuk bersama-sama mendirikan negara bagian Sumatera Mengenai sikap

spntanitas dan enthusiasme rakyat Aceh dalam membantu perjuangan dan

mempertahankan kemerdekaan RI terlihat dari kerelaan rakyat Aceh yang pintu

rumahnya di gedor malam-malam untuk membagi emas yang mereka miliki ikhlas

semata-mata karena Allah dan demi membantu serta memenuhi harapan

Soekarno yang meminta rakyat Aceh membantu perjuangan dengan

menyumbangkan sebuah pesawat terbang Rakyat Aceh sudah merasa puas

126

Mr S M Amin Op Cit hal 4-7 127

El Ibrahimy Op Cit hal 72-73

45

dengan pernyataan Soekarno yang menyebut Aceh adalah ldquodaerah modalrdquo atau

ldquodaerah payungrdquo128

Selanjutnya perubahan sikap terjadi di rakyat Aceh Ketika keinginan

cita-cita semangat perjuangan rakyat Aceh yang bernafaskan Islam tidak

terpenuhi Terlebih lagi dengan kebijakan pemerintah yang mementahkan harapan

dan kepercayaan dengan mengirimkan pemimpin-pemimpin atau tenaga-tenaga

ahli ke pusat daerah yang saat itu masih belum diperlukan sekalipun mereka

dikirim tidak membawa perubahan Selain itu dalam badan pemerintahan daerah

pemerintah pusat memilih petinggi-petinggi untuk daerah Aceh yang bukan

berasal dari Aceh Kemauan rakyat yang tidak terpenuhi dan kebijakan yang

dianggap tanpa pikir panjang ini membuat rakyat Aceh kecewa dan geram

Mengenai kebijakan pemerintah yang memilih orang diluar Aceh faktanya

masyarakat Aceh mempunyai pandangan tersendiri tentang segala seusuatu

mengenai penghidupannya ia mempunyai alam pikiran yang berlainan dengan

penduduk daerah lain Hal ini disebabkan oleh karena masyarakat Aceh dapat

dikatakan sebagai masyarakat yang tertutup geisoleerd129

Solusi dari permasalahan ini sebenarnya kemauan masyarakat Aceh adalah

tentang cara pelaksanaan susunan dewan-dewan dengan pemilihan rakyat umum

dalam konteks ini rakyat Aceh juga diselenggarakan dalam setiap bagian

pemerintahan sehingga bukan sedikit tuntutan-tuntutan mengenai penempatan

ahli-ahli atau penempatan petinggi didalam pemerintahan daerah Penempatan

menurut tuntutan ini adalah harus berdasar atas demokrasi yaitu kemauan rakyat

Menurut Mr S M Amin mengatakan bahwa rakyat Aceh terkenal sebagai rakyat

yang mencintai kemerdekaan dan tidak segan-segan mengorbankan jiwanya

dalam mencapai kemerdekaan Sejarah perjuangan melawan penjajah masa

kolonial memakan waktu berpuluh-puluh tahun menunjukan kepahlawanan

mereka dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia

128

Pada masa itu rakyat Aceh membantu perjuangan baik dari dalam dan luar negeri

Seperti kisah Dr Sudarsono yang datang ke Aceh dan kemudian di biayai oleh rakyat untuk

kembali ke luar negeri selalu diulang-ulang Ini semua telah menjadi ldquofolklorerdquo (cerita rakyat)

Dan ini merupakan sejarah Aceh yang tidak bias diinjak oleh kaki tentara Belanda 129

Mr S M Amin Op Cit hal 76

46

Untuk memperkuat pernyataan Mr S M Amin dalam menambahkan

pemahaman tentang sifat masyarakat Aceh penulis menambahkan tulisan Prof

Dr M Dien Madjid mengenai Hikayat Kerajaan Aceh mengatakan bahwa

masyarakat Aceh dikenal sebagai penganut Islam yang taat Hal ini tidak saja

dibuktikan secara historis lewat berbagai teori sejarah yang mengisahkan Aceh

sebagai tempat awal bersuanya Islam dengan penduduk Nusantara melainkan

ditinjau dari ruang publik mulai dari masyarakat bawah hingga tataran elite yang

taat pada ketentuan Islam Dan mengenai solusi dalam sistem pemerintahan

menurut Gabriel A Almond ciri khas pendekatan perilaku ini ialah pandangan

bahwa masyarakat dapat dilihat sebagai suatu sisitem sosial dan negara sebagai

suatu sistem politik yang menjadi subsistem dari sistem sosial Dalam sistem

bagian-bagiannya saling berinteraksi saling bergantungan dan semua bagian

bekerja sama untuk menunjang terselenggaranya sisitem Jika mengalami stress

(masalah) dari lingkungan tetap berusaha mengatasinya dengan memelihara

keseimbangan Dengan demikian sistem dapat bertahan130

130

Ibid hal 76-77

47

BAB IV

PEMBERONTAKAN DALAM PERJUANGAN MENEGAKAN SYARIAT

ISLAM DI ACEH

A Usaha-usaha Menegakan Syariat Islam di Aceh

Dalam perjuangannya menegakan syariat Islam rakyat Aceh bersikap

spontanitas dan enthusiasme mulai masa kolonial (penjajahan) dan masa

revolusi Hal itu terlihat ketika era Orde Lama rakyat Aceh menggugat regim

yang berkuasa di Jakarta hal itu disebabkan karena rakyat Aceh merasa

diperlakukan tidak adil dan manusiawi Pada 20 september 1953 meletus lah

peristiwa berdarah atau lebih dikenal dengan pemberontakan Darul Islam Tentara

Islam Indonesia (DI TII) reaksi spontan dan enthusiasme ditunjukan demi harga

diri rakyat Aceh yang terlecehkan pada saat itu131

Sebelum membahas lebih jauh

mengenai perjuangan dan usaha-usaha rakyat Aceh penulis mencoba menganalisa

status rakyat Aceh yang khususnya umat Islam saat itu Melalui zaman atau

periode tahap-tahap mengenai kesadaran sosial umat Islam Aceh dibagi menjadi

dua periode yaitu

1 Periode pertama munculnya kelas baru ketika konflik-konflik antar kelas

yang terjadi tahun (1920-1942) Pada periode ini umat Islam melakukan

berbagai aksi dalam bentuk demonstrasi dan juga mendirikan berbagai

asosiasi Selain SI ada juga Nahdlatul bdquoUlama (NU) Muhammadiyah dan

dalam kasus Aceh sendiri berdiri Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA)

Saat itu PUSA berkonflik dengan kaum uleebalang merupakan konflik antar

kelas atau bisa dikatakan perang saudara dalam memperebutkan peran dalan

sistem pemerintahan di Aceh PUSA tidak mengakui uleebalang karena

dibawah kendali kolonial dan teguh pada pendirian bahwa mereka anti

penjajahan Dan sejak 1942 dan seterusnya umat Islam dihadapkan pada tugas

baru Pada masa kolonial atau penjajahan para Kyai dan tokoh-tokoh umat

Islam mulai diikutsertakan dalam kepemimpinan dan kenegaraan

131

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 200

48

2 Periode kedua sesudah tahun 1942 dan setelah 1945 umat mendefinisikan

diri dalam rumusan baru yaitu sebagai warga negara sebagai citizen Dan

warga negara sebagai langkah akhir perjalanan historis Pada saat

merumuskan UUD yang didalamnya memuat rumusan Pancasila 1945 dan

memutuskan diri sebagai warga negara Indonesia Persoalannya sekarang

adalah persoalan antara negara dan warga negara Permasalahan ketika

ideologi dibentuk tidak sesuai kesepakatan rakyat Aceh merasa harga dirinya

terlecehkan oleh pemimpin negara Dan pada periode ini juga terjadikonflik

politik yang berkepanjangan sesudah tahun 1945 sampai tahun 1965 Umat

Islam yang memasuki babak baru yaitu ikut dalam Pemilihan umum ikut

dalam DPRMPR Badan-badan pemerintahan Karena itu umat Islam benar-

benar aktif sebagai warga negara Sebagai warga negara demokratis harus

menyadari hak dan kewajiban yang mempunyai budaya partisipan132

Pada tahapan kesadaran sosial tersebut perkembangan Islam di Indonesia

terbagi menjadi tiga zaman zaman mitos zaman ideologi dan zaman

pengetahuan atau ilmu Dalam kaitannya dengan Aceh usaha-usaha menegakan

syariat Islam muncul ketika zaman ideologi Hal ini terlihat ketika DITII Aceh

yang menjadikan pengetahuan Islam sebagai formulasi normatif dalam mengatur

sistem pemerintahan di Aceh Dari situ kemudian berkembang menjadi sebuah

ideologi lalu menjadi action133

Peran pelopor DITII Aceh yaitu organisasi

PUSA terlihat ketika konflik terjadi dengan uleebalang Dimana PUSA

memperjuangkan perannya dalam sistem pemerintahan Aceh yang dikuasai

uleebalang134

132

Kuntowijoyo Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia (Yogyakarta Shalahuddin

Press 1985) hal 18-25 133

Ibid hal 26 134

Menurut Van‟t Vern dalam laporan Kern mengatakan bahwa kekuasaan kaum

uleebalang diperkuat setelah perang Aceh ketika menyatakan takluk dengan Belanda Secara

ekonomis uleebalang memperoleh lebih banyak kekuasaan karena bertindak sebagai kepala

perusahaan-perusahaan dagang baru atau bekerja sama dengan perkebunan-perkebunan Barat

Kekuasaan pemerintah mereka dijamin aman oleh bantuan Belanda baik dalam peradilan hukum

perkawinan dan pemberian bewasiswa Dan ini penyebab terjadinya pertentangan antara ulama

melalui PUSA dengan uleebalang rasa kebencian dan kemarahan muncul ketika uleebalang

dianggap sebagai pengkhianat oleh masyarakat Aceh karena masyarakat Aceh sangat anti

penjajahan Terlebih lagi ketika penindasan dan skandal terhadap masyarakat Aceh yang dilakukan

oleh uleebalang

49

Usaha tidak terhenti begitu saja pasca ditetapkannya Pancasila sebagai

ideologi negara direspon cepat oleh rakyat Aceh rakyat Aceh dibawah pimpinan

Daud Beureueh mengambil sikap menentang dan memberontak atas kendali

Jakarta yaitu pemerintah pusat Jika ditinjau dari permasalahan ideologi tersebut

hal itu menimbulkan sikap antara pemerintah dengan masyarakat Aceh penulis

ingin menguji teori melalui ilmu sosial hal ini bisa menimbulkan prasangka sebab

dugaan Mengacu pada hubungan vertikal yang terjadi antara masyarakat Aceh

dengan pemerintah prasangka sebab dugaan merupakan sikap bermusuhan yang

terjadi antar kelompok yang satu terhadap kelompok lainnya135

yang didasari pada

ciri yang tidak menyenangkan Pada perjuangan yang terjadi era orde lama di

Aceh Menurut teori Banton mengenai prasangka ini merupakan teori frustasi-

agresi (frustration-aggression theory) Teori ini mengatakan bahwa orang akan

melakukan agresi manakala usahanya dalam memperoleh keinginan terhalangi136

Hal ini terjadi pada keinginan dan cita-cita Daud Beureueh dalam mendirikan

negara yang berlandaskan Islam tidak terpenuhi

Mengkaji lebih mendalam mengenai kedudukan Daud Beureueh dalam

pemberontakan di Aceh penulis ingin memaparkan mengenai apa yang

diperjuangkan oleh Daud Beureueh Dalam hal ini jelas perjuangan Daud

Beuereuh adalah mendirikan sebuah Negara Islam Indonesia yaitu negara yang

berlandaskan Islam bukan Pancasila Visi syariat Islam itu sendiri adalah

mewujudkan kemaslahatan manusia dunia dan akhirat Sedangkan misinya

melalui rumusan para ulama adalah kewajiban memelihara agama kewajiban

memelihara jiwa kewajiban memelihara harta kewajiban memelihara keturunan

kewajiban memelihara akal dan kewajiban memelihara kehormatan137

Jika

dilihat dari visi misinya dapat dikatakan kedudukan Daud Beureueh sangat

135

Menurut Kinloch (1979) kata kelompok dalam konsep hubungan antarkelompok

mencakup semua kriteria pertama terdiri atas ciri fisiologis yaitu pengelompokan yang didasarkan

pada persamaan jenis kelamin (laki-laki perempuan) usia (tua muda) dan ras (antara lain hitam

putih) kriteria kedua ialah persamaan kebudayaan seperti kelompok etnik di Aceh minangkabau

Ambon dll Meskipun Kinloch tidak menyebutkan agama namun dalam banyak kasus

pengelompokkan berdasarkan agama pun dapat dimasukan dalam kategori ini Kriteria ketiga

mengenai ekonomi dibagi antara mereka yang berekonomi kuat dan ekonomi lemah Dan criteria

keempat ialah prilaku mengenai fisik mental dan penyimpangan terhadap aturan masyarakat 136

Kamanto Sunarto Pengantar Ilmu Sosiologi (Jakarta Lembaga penerbit Fakultas

Ekonomi UI 2004) hal 151-152 137

Danial Syari‟at Islam dan Pluralitas Sosial dalam Jurnal Analisis Studi KeIslaman

vol XII No 1 1 Juni 2012 hal 72-74

50

penting Sebab melalui perjuangannya Daud Beureueh ingin nilai-nilai agama

dijadikan dasar pengambilan kebijakan di tingkat keluarga masyarakat dan

pemerintah menjamin hak hidup rakyat dalam bidang pendidikan serta

membangun generasi yang berkualitas bebas dari ketakutan dan kecemasan dalam

konflik dan pertikaian yang terjadi pada kaum minoritas138

Selanjutnya perkembangan pemerintahan di Aceh di tahun 1949

menyerupai pemberian otonomi kepada daerah Aceh Pemerintah Darurat

Republik Indonesia (PDRI) melalui keputusan Wakil Perdana Menteri pada 17

Desember 1949 No8DesW K P M membentuk provinsi Aceh Ketetapannya

bertujuan untuk memecah provinsi Sumatera Utara menjadi dua provinsi yaitu

provinsi Aceh dan provinsi Tapanuli-Sumatera Timur dalam menyempurnakan

dan melancarkan pemerintahan daerah Dan dalam waktu singkat terbentuklah

provinsi Aceh dengan Dewan Perwakilan dan Badan Eksekutifnya Daud

Beureueh saat itu menjabat sebagai gubernur Pada hakikatnya ini bukan

merupakan keinginan umum dan banyak masyarakat mengambil sikap menolak

terhadap pembentukan provinsi Aceh Keberadaan provinsi Aceh diduga

menimbulkan reaksi rakyat yang tidak mendapat bagian dalam pemerintahan yang

didominasi oleh masyarakat diluar Aceh139

Selain dari masyarakat umum

kebimbangan terjadi di dalam pemerintahan pusat itu sendiri tentang sah tidaknya

pembentukan provinsi Aceh dan mengenai kedudukan dan kekuasaan Wakil

Perdana Menteri yang berkedudukan di Sumatera

Pembentukan provinsi Aceh oleh Wakil Perdana Menteri menyebabkan

dibentuknya bdquopanitia penyelidik‟ yang diketuai oleh Menteri Mr Susanto

Tirtoprodjo pada bulan maret 1950 Dalam pertemuannya di Banda Aceh Menteri

Dalam Negeri mengatakan bahwa pemerintah pusat belum menetapkan adanya

provinsi Aceh Tetapi pendirian yang kuat terlihat ketika ketua DPR dan beberapa

anggotanya kukuh mempertahankan provinsi Aceh dengan alasan keinginan

138

Ibid hal 72 139

Dugaan masyarakat timbul karena organisasi PUSA ini memiliki sikap keras militant

dan enthusiasme serta teguh dengan apa yang dicita-citakannya Seperti perjuangan melawan

Belanda dan Jepang di tanah rencong mengenai sikap anti penjajahannya PUSA memiliki peranan

yang sangat penting terhadap kemerdekaan yang diraih Terlebih lagi dalam hal ini untuk

mengatur pemerintahannya sendiri masyarakat umum dari pandangannya mengenai apa-apa yang

diluar pemikiran dan cita-cita PUSA dianggap sebagai lawan politik ataupun lawan ideologi Jelas

hal ini dilatarbelakangi pengaruh pandangan Belanda terhadap PUSA

51

rakyat Terdapat dua pandangan dalam kasus ini yaitu disaat Teungku Amir Ali

Mujahid mengadakan suatu musyawarah di Alue Jangat dimana perhimpunan

yang dinamakan Pemuda Perjuangan Seluruh Aceh ini mengambil resolusi untuk

tetap mempertahankan provinsi Aceh dan mengatakan bahwa semangat yang

menggelora tidak akan terjamin jika provinsi Aceh dibubarkan Pernyataan ini

ditentang oleh Teuku Teongoh hanafiah dalam tulisannya mengatakan bahwa

yang mengkehendaki provinsi Aceh adalah sebagian dari kelompok ulama di

bawah kendali PUSA Mereka mempertahankan provinsi Aceh hanyalah karena

beranggapan dengan tetap berlangsungnya provinsi Aceh maka mereka dapat

memimpin pemerintahan di Aceh dan segala perbuatan keji mereka di masa

lampau berupa pembunuhan perampasan harta dan lain-lain terhadap kelompok

uleebalang dapat ditutupi140

Melalui tulisan Bachtiar Effendi dan Ali munhanif dari langkah-langkah

Daud Beureueh bukti nyata dalam aksinya adalah ketika negara revolusioner

Indonesia terlihat lemah atas perjuangan rakyat Aceh ketidakmampuan negara

menunjukan pengaruh pemerintahannya kepada masyarakat Aceh terutama pada

masa-masa 1945-1949 membuat pemerintah begitu rentan dalam menanggapi

tuntutan rakyat Aceh terutama untuk memperoleh otonomi regional lebih besar

dalam masalah sosial ekonomi dan politik ketika tahun 1949 Pemerintah

Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berbasis di Sumatera Barat menerima

tuntutan Aceh untuk de jure141

menjadi provinsi otonom daerah istimewa Pada

akhir tahun 1950-an Aceh diakui sebagai daerah istimewa otonom dengan Daud

Beureueh sebagai Gubernurnya Terutama dalam masalah keagamaan perkara

adat dan pendidikan dengan syarat otonomi tersebut tidak bertentangan dengan

konstitusi Perkembangan politik dengan diakuinya Aceh sebagai daerah istimewa

itu menunjukkan bahwa pemberontakan memperjuangkan ideologi dibawah

bendera Islam di Aceh dapat dipadamkan142

Pada pemberontakan yang dipimpin Daud Beureueh ini penulis membagi

menjadi dua motif perjuangan yaitu Islam dan Politik Pertama Islam berkaitan

140

Lihat Koran harian Indonesia Raya mengapa Aceh minta daerah autonomi (Jakarta 4

Agustus 1950) 141

De jure adalah pengakuan secara hukum 142

Taufik Abdullah dkk Op Cit hal 448

52

dengan Islam yaitu pembahasan mengenai Agama Mengenai konsep agama

sendiri menurut Light Keller dan Calhoun (1989) yaitu tentang kepercayaan

agama simbol agama praktik agama umat agama dan pengalaman agama143

Dan

penganut agama pun mengenal berbagai bentuk pengelompakan umat seperti

dalam komunitas keagamaan Islam yaitu pesantren dan wadah umat muslim

lainnya Pembentukan Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) yang juga sebagai

pelopor DITII Aceh adalah bukti nyata pengelompokan umat Islam di Aceh

berjalan baik Menurut analisa penulis pada kasus agama dan perubahan sosial ini

melalui pandangan Giddens (1989) mengatakan bahwa suatu proses mengenai

perubahan sosial dimana agama kehilangan pengaruhnya terhadap berbagai segi

kehidupan manusia dan oleh Light Keller dan Calhoun (1989) didefinisikan

sebagai proses melalui perhatian manusia beserta institusinya tercurahkan pada

hal duniawi dan perhatian terhadap hal yang bersifat rohaniah terkait agama

semakin berkurang Jelas hal ini yang menjadi kekhawatiran dan latarbelakang

mengenai alasan Daud Beureueh dalam menciptakan negara Islam Indonesia

yang apabila ideologi Pancasila terus dijalankan akan berdampak buruk kepada

nilai-nilai keIslaman masyarakat Indonesia khususnya Aceh144

Di Aceh ideologi Islam senantiasa menjadi sumber daya sikap patriotisme

rakyat Aceh dan sejak 1930-an menjadi jalan kepada modernisasi Saat itu para

ulama mengatakan bahwa mempertahankan Republik Indonesia berarti perang

Suci dan merupakan kelanjutan dari perjuangan yang adil dari Teungku Chik di

Tiro yang didukung oleh rakyat dengan penuh simpati Martabat uleebalang telah

jatuh ketika mereka bersikap kasar dan mengingkari nurani rakyat Di daerah

Pidie perlawanan anti-uleebalang menimbulkan harapan untuk mendapatkan

kembali tanah-tanah yang dulunya pernah disita secara tidak adil dari keluarga-

keluarga petani dengan demikian perjuangan melawan penindasan uleebalang

yang dilakukan ulama itu berakhir dengan gemilang Ulama-ulama pembaru yang

143

Kepercayaan agama dalam hal ini adalah Islam tentang keimanan kepada Allah swt

Simbol agama yaitu kerudung pakaian haji mukena dll Praktik agama berkenaan dengan sholat

dzikir pergi haji dll Umat agama yaitu Aceh yang terdiri dari mayoritas beragama Islam Dan

pengalaman agama merupakan suatu unsure dasar agama yang dialami penganut agama pribadi

seperti panggilan umat Islam Allah swt dll 144

Kamanto Sunarto Op Cit hal 69

53

terkenal telah memberikan inspirasi dan pimpinan langsung kepada gerakan

rakyat Dalam perlawanan terhadap tatanan masyarakat kolonial145

Kedua motif politik terlihat bagaimana Daud Beureueh melalui gerakan

DITII Aceh melakukan perlawanan terhadap kendali pemerintah pusat untuk

memperoleh peran dalam mengatur sistem pemerintahan di Aceh Menurut Harold

D Laswell dan Abraham Kaplan mengatakan bahwa kekuasaan adalah suatu

hubungan dimana seseorang atau sekelompok orang dapat menentukan tindakan

seseorang atau kelompok lain kearah tujuan pihak pertama146

Dalam hal ini Daud

Beureueh melalui PUSA menentukan tindakan untuk mengatur tatanan kehidupan

masyarakat Aceh melalui pemerintahan Perkembangan politik selanjutnya adalah

ketika Aceh tidak menjadi daerah istimewa seperti yang dijanjikan pemerintah

pasca kemerdekaan Dan dalam konteks yang lebih luas melalui gerakan Darul

Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh Daud Beureueh bercita-cita

mendirkan Negara Islam Indonesia Menurut Max Weber kekuasaan perlu

dibedakan dengan dominasi (herrschaft) Kekhasan dominasi ialah bahwa pada

dominasi pihak yang berkuasa mempunyai wewenang sah untuk berkuasa

berdasarkan aturan yang berlaku sehingga pihak yang dikuasai wajib menaati

kehendak penguasa Berbeda dalam kajian ini pihak Daud Beureueh menolak

mengikuti ketetapan dan kebijakan pemerintah dalam menyatukan Aceh kedalam

provinsi Sumatera Utara147

Pada pemberontakannya dalam perjuangan menegakan syariat di Aceh

termasuk kedalam tipe dominasi kharismatik yaitu mengenai keabsahannya

didasarkan pada kepercayaan rakyat Aceh terhadap kemampuan Daud Beureueh

mempunyai kemampuan luar biasa dalam memimpin dan memperjuangkan

ideologi Islam Dalam tipe dominasi ini pemimpin atau figur kharismatik

dianggap memiliki sifat kepahlawanan yang luar biasa Dan mengenai hubungan

rakyat dan pemimpin didasarkan pada ukuran kepercayaan dan kesetiaan

Perjuangan Daud Beureueh dalam tipe ini melaksanakan perjuangan meraih

145

Anthony Reid Op Cit hal 406 146

Miriam Budiardjo Op Cit hal 60 147

Rakyat Aceh sangat kecewa dengan penetapan pemerintah pusat melalui kebijakannya

menghilangkan Aceh dan Tapanuli dalam membentuk provinsi Sumatera Utara Kekecewaan

terlihat ketika rakyat Aceh berjuang mendirikan Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan Tgk

M Daud Beureueh

54

kekuasaannya bukan atas dasar aturan yang berlaku melainkan atas aturan yang

ditetapkannya sendiri Dalam proses politiknya148

Daud Beureueh berusaha

menggantikan sistem politik yang ada atau yang sudah berjalan dengan sistem

politik yang baru149

B Respon Pemerintah terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

Konflik yang terjadi antara Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII)

Aceh dengan pemerintah merupakan konflik yang memperebutkan pengaruh

dimasyarakat dimana dalam mencapai tujuannya masing-masing perebutan

kekuasaan yang berdasar pada ideologi yang berbeda satu sama lain itu

memunculkan berbagai aspek sumber kekuasaan150

Kasus perjuangan atau lebih

dikenal dengan peristiwa berdarah di Aceh merupakan kekuasaan yang bersumber

dari kepercayaan atau agama artinya ulama mempunyai kekuasaan terhadap

umatnya sehingga mereka dianggap sebagai pemimpin informal yang perlu

diperhitungkan dalam menentukan ideologi sebagai dasar sebuah negara Dalam

kasus ini pihak pemerintah sebagai pihak pemegang kekuasaan dan gerakan Daud

Beureueh sebagai pihak pejuang Esensi151

dari kekuasaan adalah hak

mengadakan sanksi dan cara menyelenggarakannya berbeda-beda Terdapat

empat cara dalam upaya mengenai esensi dari kekuasaan yaitu melalui kekerasan

fisik (force) koersi (coercion) melalui ancaman akan diadakan sanksi persuasi

(persuasion) meyakinkan dengan beragumentasi dan memberi ganjaran (reward)

bisa berupa inisiatif imbalan atau kompensasi152

Berbagai cara esensi dari kekuasaan tersebut menjadi tahapan dalam

peristiwa berdarah Seperti pada awal perjuangan yang dilakukan oleh Daud

Beureueh respon cepat pemerintah terlihat ketika pemerintahan Ali

Sastroamidjojo dalam usahanya memulihkan keamanan di Aceh telah memilih

148

Proses politik mengenai dasar politik yaitu persaingan untuk memperoleh kekuasaan

Proses politik berupa persaingan untuk memperoleh kekuasaan dapat mengarah dengan mudah ke

konflik antar pihak terkait dan dapat mengancam keutuhan masyarakat khususnya Aceh 149

Kamanto Sunarto Op Cit hal 72-73 150

Sumber kekuasaan berupa kekayaan dan kepercayaan atau agama 151

Esensi adalah hakikat inti ataupun hal yang pokok pertentangan antar kedua belah

pihak pertentangan mengenai ideologi Sumber melalui httpkbbiwebidesensi diakses pada

tanggal 3 Maret 2016 Pukul 1032 WIB 152

Miriam Budiardjo Op Cit hal 61-62

55

tindakan kekerasan senjata yang berakibat jatuhnya korban jiwa153

Pertentangan

diantara DI TII Aceh dengan pemerintah pusat telah menimbulkan ketegangan

antara rakyat yang berjuang melalui gerakan DI TII Aceh untuk melepaskan diri

dari kendali Jakarta Usaha yang dicapai dengan cara keras terlihat dari tekanan

oleh TNI disatu pihak di samping pemberian amnesti dan abolisi kepada anggota

DI TII di pihak lainnya untuk meredakan konflik yang terjadi154

Pasal 14 UUD

1945 menyatakan bahwa Presiden memberi grasi amnesti abolisi dan

rehabilitasi Dalam UU darurat No 11 tahun 1954 Lembaran Negara No 146

tahun 1954 pasal 1 menyebutkan Presiden atas kepentingan negara dapat

memberikan amnesti dan abolisi kepada orang-orang yang melakukan sesuatu

tindakan pidana Hal ini merupakan kewenangan Presiden sebagai Kepala Negara

Dalam memberikan amnesti dan abolisi Presiden mendapat nasihat tertulis

dari Mahkamah Agung yang menyampaikan nasihat itu atas permintaan Menteri

Kehakiman penghapusan dengan pemberian abolisi hanya dihapuskan penuntutan

terhadap mereka yang melakukan tindak pidana yang nyata akibat dari

persengketaan politik antara Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda pada tahun

1949 Amnesti adalah pengampunan dari Presiden yang menghapuskan semua

akibat hukum pidana bagi orang-orang yang telah melakukan suatu tindakan

terkait pemberontakan dalam perjuangan Daud Beureueh melalui DITII Aceh

Sementara abolisi yang diberikan kepada anggota DITII Aceh merupakan

pengampunan dari Presiden yang dapat menghapuskan penuntutan kepada pelaku

tindak pidana Jadi amnesti dapat diberikan kepada seseorang yang telah

melakukan tindak pidana baik sebelum maupun sesudah adanya putusan

pengadilan Sedangkan abolisi hanya dapat diberikan kepada pelaku tindak

pidana sebelum ada putusan pengadilan karena abolisi sifatnya hanya

menghapuskan penuntutan155

Sebelum membahas lebih jauh penulis ingin memberi gambaran

mengenai Aceh sebelum pemberontakan Daud Beureueh meletus Adapun

pemerintahan di Aceh yang berlangsung sejak Proklamasi Kemerdekaan pada

153

El Ibrahimy Op Cit hal 162 154

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 202 155

Alfitra Hapusnya Hak Menuntut dan Menjalankan Pidana (Jakarta Raih Asa Sukses

2012) hal 161-162

56

tanggal 17 Agustus 1945 sampai penyerahan kedaulatan pada tanggal 27

Desember 1949 dapat dibagi dalam empat bagian menurut pimpinan yang

bertanggung jawab adalah sebagai berikut

1 Pertama masa pemerintahan di bawah pimpinan Residen T Nya‟

Arif sejak saat Proklamasi Kemerdekaan sampai pertengahan bulan

Januari 1946

2 Kedua masa pemerintahan di bawah pimpinan Residen Teuku

Daudsyah sejak pertengahan bulan Januari 1946 sampai akhir bulan

Mei 1948

3 Ketiga masa pemerintahan di bawah pimpinan Gubernur Mr S M

Amin sejak akhir bulan Agustus 1949

4 Keempat masa pemerintahan di bawah pimpinan Wakil Perdana

Menteri Mr Syarifudin Prawiranegara sejak akhir bulan Agustus 1949

sampai saat penyerahan kedaulatan

Masa residen Teuku Nya‟ Arif merupakan kepala pemerintah daerah yang

pertama Pada permulaan maklumat kemerdekaan Indonesia di Sumatera oleh

Gubernur Sumatera Mr T M Hasan mengeluarkan sejumlah penetapan mengenai

penunjukan Asisten Residen Controleurs dan pegawai-pegawai tinggi lain Pada

awalnya jabatan-jabatan tersebut diduduki oleh para uleebalang dan keluarganya

Konflik yang terjadi antara uleebalang dengan ulama mengakibatkan jabatan

tidak lagi diduduki oleh para uleebalang melainkan para orang yang dianggap

berpengaruh dalam menentukan pembesar menduduki tempat jabatan tersebut

Pada penyusunan dalam pemerintahannya T Nya‟ Arif156

mengalami kendala

baik pertentangan dari masyarakat dalam menyelesaikan persoalan ataupun

tekanan yang dilakukan oleh Jepang Hal ini menempatkan T Nya‟ Arif lebih

berperan sebagai pemimpin ketentaraan Tentara Keamanan Rakyat Ketika timbul

156

Teuku Nyak Arif adalah pendiri Perkumpulan uleebalang-uleebalang Groot Atjeh

pada 8 Oktober 1939 Saat itu Aceh Besar ada dibawah kendali Belanda sehingga para uleebalang

mempunyai sedikit kepentingan untuk di lindungi Meskipun begitu T Nya‟ Arif dalam reaksinya

adalah bertahan terhadap kritik-kritik yang ditujukan kepada uleebalang ketika dia mengintrupsi

suatu rapat Muhammadiyah dengan menyatakan keberatannya atas sebutan ldquorajardquo kepada

golongannya karena mereka pada hakikatnya tidak lagi mempunyai kekuasaan yang sebenarnya

Dia membalik kritik kepada para ulama dengan mengatakan bahwa ldquodalam hal ini kita semua

bersalah bukan saja kaum uleebalangyang sekarang menjadi sasaran tetapi juga para Teungku

(ulama) yang tidak berani berkata sepatah kata pun ketika melihat kaum uleebalang berlaku tidak

pantas seperti minum brendi berdansa dan mengirim anak-anaknya ke sekolah Kristen Lihat

Anthony Reid Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan Sumatera hal 75

57

banyak persoalan yang terjadi maka ditetapkan sebagai wakil residen TRP

Mohd Ali yang tinggal di ibukota Kotaraja untuk mengatur pekerjaan-pekerjaan

residen Sedangkan T Nya‟ Arif bekerja di luar daerah Kotaraja untuk

menyelesaikan persoalan mengenai pertentangan pertempuran baik dengan

Jepang maupun masyarakat sendiri

Dalam periode ini atau sekitar empat bulan lamanya berakhir juga

kekuasaan uleebalang dan berganti dengan kekuasaan ulama Susunan Komite

Nasional Daerah adalah untuk sebagian besar terdiri dari anggota-anggota Para

Ulama oposisi dalam dewan dapat dikatakan tidak ada Dan segala urusan

mengenai penyelenggaraan pemerintahan berlangsung menurut kehendak para

ulama melalui organisasi PUSA Pada masa inilah pengeluaran pengumuman dari

pemerintah daerah yang mencap kaum uleebalang sebagai pengkhianat bangsa

dan agama Juga dari pihak tentara Jepang yang mengalami kesulitan di beberapa

daerah seperti di Meulaboh Kotaraja dan Langsa Peranan ketua Komite

Nasional Daerah Tuanku Mahmud sangat penting dalam mengatur kebijakan

dengan melakukan perundingan terus-menurus dengan Jepang sehingga

pertempuran dapat dibatasi sampai ke kota-kota tersebut dan tidak meluas ke

seluruh daerah Aceh Persatuan pemuda dalam organisasi pemuda Republik

Indonesia juga berperan dalam menyelesaikan persoalan dibawah pemerintahan

PUSA saat itu157

Masa residen Teuku Daudsyah pemerintah daerah sesudah pertengahan

bulan Januari 1946 T Daudsyah semasa pemerintahan Belanda adalah

Zelfbestuutder158

Idi suatu landschap di bagian Aceh Timur dan merupakan

bagian dari salah satu uleebalang-uleebalang yang tidak banyak jumlahnya yang

terlepas dari akibat-akibat pertentangan ulama-uleebalang Pada masa

pemerintahannya persoalan terjadi akibat yang ditimbulkan oleh gerakan Ali

Mujahid Gerakan ini pada hakikatnya lanjutan dari perang Cumbok suatu

pembersihan terhadap sisa-sisa partai feodal yang masih memegang peranan

dalam badan resmi Untuk mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi

157

MR S M Amin Op Cit hal 45-46 158

Pemerintahan sendiri masa kolonial Belanda

58

dibentuklah suatu Badan Eksekutif Susunan Badan Eksekutif pertama adalah

sebagai berikut

Ketua Residen Teuku Daudsyah

Wakil Ketua Mr S M Amin

Sekertaris Kamarusid

Anggota-anggota Sutikno Hasyim H M Zainuddin Mohd

Hanafiah R Insun

Kebijakan awal Badan Eksekutif adalah membuat peraturan-peraturan

mengenai harta anggota golongan uleebalang yang mengalami kekalahan di

persitiwa Cumbok159

Peraturan yang dimaksud antara lain

1 Pembentukan suatu badan yang mempunyai hak dan kewajiban

mengurus harta peninggalan mereka dari golongan uleebalang yang

telah tewas dalam peristiwa Cumbok

2 Memeriksa dan memutuskan tuntutan-tuntutan mengenai harta

peninggalan itu

3 Menetapkan penjualan sebagian dari harta peninggalan itu guna

pengganti kerugian yang diderita oleh pihak ulama sebagai akibat dari

pertempuran dalam peristiwa Cumbok

4 Putusan-putusan badan ini mempunyai kekuatan vonis yang tidak

dapat di apel

Dalam masa pemerintahan ini juga Aceh pertama kali menerima tamu-

tamu dari pusat pemerintahan yang berkewajiban mengadakan tinjauan dan

mempererat hubungan di antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah Pada

tanggal 21 Juli 1947 Belanda memulai suatu gerakan yang bertujuan melenyapkan

negara Republik Indonesia Meskipun sebagian besar di wilayah Jawa

Palembang dan Sumatera Timur sudah berhasil ditaklukan rakyat Aceh

159

Selanjutnya pemerintahan pimpinan residen T Daudsyah berjalan dengan baik dan

memuaskan Terlihat dari persoalan kekurangan yang dihadapi kesulitan-kesulitan dalam

hubungan kekurangan keuangan yang menyebabkan sebagian besar pekerjaan untuk kemakmuran

raykat Seperti membuat irigasi jalan-jalan jembatan obat-obat persekolahan untuk menunjang

mutu tentara

59

menghadapi agresi dengan satu tujuan yaitu mempertahankan negara sampai titik

darah penghabisan Reorganisasi dalam pemerintahan diwujudkan dalam

membentuk pemerintahan yang selaras Dan penetapan oleh Wakil Presiden Drs

Moh Hatta daerah Aceh dinyatakan sebagai daerah militer istimewa dengan

ditetapkannya seorang Tgk M Daud Beureueh sebagai Gubernur Militer yang

bertanggung jawab dalam pertahanan dan keamanan rakyat160

Kembali pada fokus kajian Menurut Cornelis van Dijk sejarawan Belanda

mengenai ldquodaftar hitamrdquo dalam sengkarut revolusi menimbulkan keresahan di

rakyat Aceh yang membakar Tanah Jeumpa pada awal 1950-an menjadi bahan

gunjingan yang hangat Pengirimnya disebut-sebut adalah pemerintah Ali

Sastroamidjojo melalui Jaksa Tinggi Sunarjo yang membawanya ke Medan Tapi

ada juga yang menyebutnya warisan kabinet Sukiman Yang isinya

menggambarkan puncak perseteruan pemerintah Jakarta dengan rakyat Aceh

Jakarta berencana membunuh 300 tokoh penting Aceh sumber lain menyebut 190

tokoh-melalui sebuah operasi rahasia Keputusan ini diambil setelah Jakarta

memastikan kawasan di ujung barat Sumatera akan menggelar pemberontakan

melawan pusat Tapi tak ada yang bisa memastikan keberadaan dokumen itu

Sejarawan Belanda lainnya BJ Boland dalam bukunya The Struggle of Islam in

Modern Indonesia menyebutkan sebetulnya surat itu tak pernah ada ldquoDesas-

desus itu diembuskan oleh politikus sayap kiri di Jakarta untuk menghantam

gerakan Islam di Acehrdquo katanya Secara tersirat Van Dijk menduga dokumen itu

ada ldquoDaftar nama itu barangkali sengaja dibocorkan dengan tujuan tertentu

Orang Aceh terkemuka merasa mereka akan ditangkap dan karena itu

memutuskan lari ke gunung161

Hal yang sama diungkapkan M Nur El-Ibrahimy yang mengungkapkan

bahwa Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dalam rapat paripurna DPR pada 2

November 1953 menyangkal telah menyusun daftar itu Tak penting benar apakah

dokumen itu ada atau tidak Yang pasti rumor tentang rencana pembunuhan itu

membuat pemberontakan Darul Islam di Aceh menemukan momentumnya

160

MR S M Amin Op Cit hal 54 161

Melalui sumber online httpsoalacehtumblrcom di akses pada 19 Juli 2016 Pukul

1912 WIB

60

Aktivis Darul Islam langsung pasang kuda-kuda Teungku Daud Beureueh salah

satu orang yang disasar oleh dokumen tersebut segera mengacungkan kapak

perang Daftar hitam adalah bukti yang menimbulkan kecurigaan kita bahwa

pencetus peristiwa berdarah itu adalah permainan lawan-lawan politik Teungku

Daud Beureueh untuk menghancurkan beliau dan kawan-kawan Sembilan tahun

Daud Beureueh memimpin sebuah gerakan perlawanan dengan bendera Darul

Islam Gerakan itu menjadi pembuka perlawanan Aceh pasca-era kolonial-sesuatu

yang hingga saat itu belum juga berakhir-dan memunculkan Daud Beureueh

tokoh besar yang sulit dilupakan sejarah ldquoLes hitamrdquo bukan satu-satunya alasan

mengapa peristiwa itu ada

Masa Gubernur Mr S M Amin dilantik ketika kunjungan Presiden

gubernur muda Sumatera Utara sebagai akibat perubahan pemerintahan di

Sumatera Dari satu provinsi yang dipimpin oleh gubernur Sumatera Mr T M

Hasan dengan ibu kota Bukit Tinggi menjadi tiga provinsi yaitu Sumatera Utara

Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan Dalam sistem provinsi Sumatera Utara

kerisidenan-keresidenan Tapanuli dan Aceh yang menyerupai keresidenan

otonom dihapuskan Selanjutnya residen dipimpin oleh Gubernur dan dijadikan

tiap-tiap kabupaten menjadi kesatuan yang memperoleh otonomi dibawah

pimpinan Bupati162

Pada reaksinya terlihat dua macam reaksi di masyarakat

Sumatera terhadap perubahan pemerintahan Sebagian rakyat pro terhadap

ketetapan baru sebagian lagi yang tidak banyak yang anti dan sebagian besar

tidak menunjukan reaksi Pelaksanaan undang-undang pembagian Sumatera

dalam tiga provinsi dimulai dengan pembentukan dewan perwakilan Sumatera

Utara yang teridiri dari anggota-anggota dewan perwakilan Sumatera yang

dihapuskan dan dalam dewan perwakilan ini mewakili Aceh Tapanuli atau

Sumatera Timur Rapat diadakan pada 13-16 Desember 1948 di Tapa‟ Tuan Hal

ini juga sebagai bukti tentang keinginan rakyat melangkahkan kakinya kearah

kesatuan negara163

162

Dalam penentuan ibu kota penunjukan Sibolaga sebagai ibu kota sementara dan

keinginan rakyat penetapan itu dicabut dan Kota Raja dijadikan sebagai ibu kota seiring

menunggu Medan dapat direbut kembali dari tangan Belanda 163

Dalam pelaksanaannya tentara dan rakyat sangat mentaati segala peraturan dan

tindakan-tindakan yang dikeluarkan dan dilakukan guna kepentingan pertahanan baik melalui

61

Masa wakil perdana menteri Mr Syarifudin Prawiranegara beriringan

dengan pembubaran pemerintah darurat penempatan Mr Syarifudin

Prawiranegara di daerah Aceh Sebagai Wakil Perdana Menteri Kekuasaan dalam

mengadakan perbaikan di pulau Sumatera dengan di bantu oleh suatu badan

penasihat yang terdiri dari komisaris pemerintah Panglima territorial teritorium

Sumatera dan beberapa orang yang ditunjukkan Peraturan-peraturan dibuat

mengenai terutama lapangan perekonomian Diadakan peraturan mengenai

panitia-panitia untuk mengurus pembelian barang-barang bagi pemerintah Dalam

mengatur harga pasaran untuk memperbaiki perekonomian di Sumatera Utara

untuk membantu dan mengawasi Bank Negara Berbeda mengenai peraturan

wakil Perdana Menteri tentang pemerintahan di Sumatera membawa perubahan

dalam struktur pemerintahan Peraturan yang membawa pembagian daerah

Sumatera Utara dari peraturan pemerintah darurat Republik Indonesia

menyerupai satu provinsi yang otonom menjadi dua provinsi yaitu provinsi Aceh

dan Tapanuli Sumatera Timur kelanjutannya pada masa Syarifudin

ditempatkannya dua daerah provinsi itu dibawah pimpinan Tgk M Daud

Beureueh dan Dr F- L Tobing sebagai gubernur164

Dalam bukunya Memahami Sejarah Konflik Aceh Mr S M Amin

memaparkan tentang pembagian daerah ini belum atau tidak dapat dipastikan

kebenarannya Ada isu yang mengatakan bahwa pembagian ini terkesan tergesa-

gesa dengan tidak memperhatikan keadaan dan dengan tidak mendengan

pemandangan dari instasi-instasi Dan tidak tahunya komisaris dan dewan

perwakilan provinsi Sumatera Utara Serta mengatakan bahwa perubahan yang

terjadi akibat desakan dari beberapa orang yang asli dalam daerah Aceh dan

Tapanuli dan yang menduduki tempat yang terpenting dalam pemerintahan

Dengan dasar keinginan rakyat ini Syarifudin beranggapan bahwa mereka yang

melakukan desakan adalah orang yang terkemuka dan berpengaruh dalam

masyarakat dan yang dapat dianggap representatif Adapun alasan Syarifudin

membuat keputusan prinsipil adalah sebagai berikut

1 Kepentingan penyempurnaan dan usaha melancarkan pemerintahan

ketetapan kebijakan pemerintah atau pun terkait pengawalan maupun instruksi-instruksi dalam

hubungan taktik bumi hangus 164

MR S M Amin Op Cit hal 67

62

2 Keinginan umum akan segera terbentuknya suatu sistem pemerintahan

daerah berdasarkan Undang-Undang No 22 tahun 1948165

Sedangkan keinginan umum yang menghendaki pembagian provinsi

Sumatera Utara dalam dua provinsi terbagi dalam tiga bagian yaitu

1 Sebagian besar yang tidak merasa berkepentingan (interese) dalam

soal dua atau satu provinsi yang tidak mengetahui dan tidak

mempunyai pengertian sedikit juga dalam persoalan ini

2 Sebagian kecil yang tidak menghendaki pembagian ini

3 Sebagian yang lebih kecil lagi yang menginginkan pembagian ini dan

berusaha dengan giat menciptakan keinginan menjadi kenyataan

Pada 17 Desember 1949 penetapan peraturan mengenai pemecahan

provinsi Sumatera Utara dalam dua provinsi Aceh dan Tapanuli Sumatera Timur

adalah suatu saat yang sangat berlainan dengan saat 30 September 1949

penetapan peraturan mengenai penyerahan kekuasaan luas pada wakil perdana

menteri Pada 30 September 1949 negara masih dalam konflik dengan kerajaan

Belanda Serangan yang terjadi oleh Belanda memungkinkan negara jatuh

kembali dalam kancah peperangan dan perhubungan Sumatera dan Jawa terputus

Berkaitan dengan Undang-Undang Dasar dari sejarah ketatanegaraan Indonesia

diketahui bahwa UUD yang berlaku telah beberapa kali berganti yaitu dari UUD

1945 kemudian diganti UUD RIS 1949 lalu berganti lagi dengan UUD

Sementara 1950 dan akhirnya kembali ke UUD 1945 Adapun kelima tahapan

perkembangannya itu adalah

1 Tahun 1945 UUD Republik Indonesia yang de facto hanya berlaku di

Jawa Madura dan Sumatera

2 Tahun 1949 UUD Republik Indonesia Serikat (RIS) yang berlaku di

seluruh Indonesia kecuali Irian Barat

3 Tahun 1950 UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlaku

diseluruh Indonesia kecuali Irian Barat

4 Tahun 1959 UUD Republik Indonesia 1945 UUD ini mulai 1959

berlaku diseluruh Indonesia termasuk Irian Barat

165

MR S M Amin Op Cit hal 70-71

63

5 Tahun 1999 UUD 1945 dengan amandemen dalam masa reformasi

Umumnya pergantian UUD mencerminkan anggapan bahwa perubahan

konstitusional yang dihadapi begitu fundamental Di Indonesia wewenang untuk

mengubah UUD ada ditangan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dengan

ketentuan bahwa kuorum adalah 23 anggota MPR sedangkan usul perubahan

UUD harus diterima oleh 23 anggota yang hadir dalam ketentuan di pasal 37166

Berbeda pandangan mengenai dasar dan hukum yang di terapkan

Soekarno Daud Beureueh ingin menciptakan hukum Islam di Indonesia Dimana

hukum Islam sendiri merupakan hasil dialektika167

otoritas yang didukung oleh

wahyu dengan konteks sosialnya Pembentukan hukum Islam berawal dari proses

dialektis dimana elemen-elemen tradisi masyarakat diambil dimodifikasi dan

dihapus sesuai dengan nilai moral yang ingin ditanamkan oleh Islam Perubahan

tradisi tersebut tidak berjalan revolusioner melainkan melalui proses evolusi168

Pranata yang didukung oleh Islam adalah sebuah pranata yang lahir dalam sebuah

masyarakat tradisional yaitu masyarakat yang dibimbing oleh nilai-nilai dan

kesucian tradisi bukan oleh hukum positif yang dihasilkan oleh organisasi negara

Dalam konteks ini hukum Islam bersifat arbitratif dan moral169

Pada

perkembangannya dalam penerapan hukum Islam di Aceh peran ulama sangat

berpengaruh terutama dalam organisasi Para ulama sebagai pemegang otoritas

keagamaan dalam Islam mempunyai peran penting yang berfungsi sebagai

pemberi fatwa ketika muncul persoalan di kalangan umat Islam Peradilan dalam

166

Miriam Budiardjo Op Cit hal 182-183 167

Dialektika adalah logika gerak atau suatu bentuk pemahaman yang sifatnya umum 168

Perubahan tersebut dapat terjadi karena adanya proses transformasi otoritas sehingga

perubahan memiliki legitimasi di masyarakat Perubahan pertama yang dilakukan oleh Al-Qur‟an

terhadap tradisi masyarakat pra-Islam terjadi dalam bidang hukum keluarga dan merupakan

pencapaian terbesar Seperti pernikahan bersama dengan waris membentuk hukum perdata Islam

dan menjadi elemen paling jelas dan tegas dalam skema hukum Islam Khususnya pernikahan

mencerminkan penataan Al-Qur‟an terhadap pranata sosial dasar di masyarakat 169

Arbitrative yaitu suatu proses yang menggunakan cara melalui pihak ketiga sebagai

penengah atau menciptakan solusi Sedangkan moral sesuatu yang berkaitan dengan velue (nilai)

dalam tindakan yang memiliki sesuatu nilai positif Moral secara eksplisit adalah hal-hal yang

berhubungan dengan porses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses

sosialisasi

64

sejarah Islam diisi oleh para ulama dengan referensi hukum hasil dari ijtihad

bukan hukum hasil legalisasi lembaga legislatif170

Kajian lebih mendalam mengenai hukum Islam ketika persoalan muncul

tatkala hukum keluarga Islam khususnya yang menyangkut pernikahan

bersentuhan dengan negara modern Melahirkan sebuah sistem kekuasaan politik

baru dimana legitimasi aparatusnya tidak diperoleh melalui tradisi melainkan

dari aturan hukum formal Sistem otoritas yang membentuk negara modern

tersebut adalah sistem otoritas legal rasional171

Ini merupakan suatu krisis otoritas

hukum Islam terhadap modernisasi zaman Faktor lain mengenai modernitas dan

krisis otoritas ditandai beberapa hal

1 Munculnya negara bangsa (nation state) yang kemudian menjadi

model umum negara di abad ke-20 M

2 Tumbuhnya rasionalitas dalam sistem sosial yang ditandai dengan

munculnya organisasi-organisasi sosial

3 Sebagai konsekuensi dari fenomena pertama dan kedua adalah

tumbuhnya otoritas legal-rasional yang didasarkan atas sistem

keorganisasian

4 Munculnya tren unifikasi dan kodifikasi hukum sebagai akibat dari

semakin berkembangnya otoritas legal-formal dengan negara sebagai

pilarnya

Fenomena modern yang mempengaruhi sistem otoritas menurut Bernard

Weiss menyatakan bahwa meskipun hukum Islam sama dengan hukum Romawi

dalam hal bahwa hukum adalah hasil dari para ahli hukum (jurist law)

Perbedaannya antara kedua hukum tersebut adalah pertama kerja para ahli hukum

Romawi dibatasi oleh kegiatan legislatif yang dilakukan oleh negara baik oleh

senat maupun kaisar Sedangkan dalam sistem hukum Islam tradisional negara

170

Ahwan Fanani Otoritas Dalam Hukum Islam (Artikel dalam Jurnal Justitia Islamica

Vol 7 No 1 Jan-Juni 2010) hal 3 171

Menurut Max Weber peran dan bentuk otoritas dibagi menjadi tiga yaitu pertama

legal-rasional otoritas yang bersandar pada legitimasi rasional yaitu yang berpijak kepada

legalitas pola aturan normative dan formal Kedua tradisional otoritas yang bersandar kepada

legitimasi tradisional yaitu kepercayaan yang mapan kesucian tradisi masa lalu dan legitimasi

orang-orang yang melaksanakan otoritas tersebut Ketiga kharismatis otoritas yang bersandar pada

legitimasi charisma yaitu yang berpijak pada kesucian tertentu kepahlawanan atau karakter

teladan dari seorang individu dan pola normative yang ia tunjukan

65

tidak memiliki kekuasaan legalisasi Negara hanya bisa menegakan hukum tetapi

tidak memiliki hak untuk membuat hukum Kedua hakim-hakim dalam tradisi

hukum Romawi memiliki keleluasaan dalam memutuskan hukum karena

keputusan hukum didasarkan atas kekuatan intuisinya172

Sementara dalam tradisi

hukum Islam para ahli hukum diikat oleh sumber formal yaitu teks Otoritasnya

lebih didasarkan atas keterampilannya menjabarkan teks dibandingkan oleh

kebijaksanaannya173

Upaya menjadikan hukum Islam sebagai hukum positif menuai pro dan

kontra Hukum Islam yang muncul di Indonesia tidak lepas dari dinamika sejarah

negara Indonesia Jauh sebelum kedatangan penjajah dari Eropa perkembangan

Islam dengan munculnya lembaga pendidikan seperti surau langgar madrasah

dan pesantren telah memberikan kontribusi pengetahuan mengenai kultur agamis

yang kuat di masyarakat Sehingga hukum Islam di Indonesia merupakan hukum

yang banyak di bentuk dan terinspirasi oleh kekuatan dari budaya agamis dan

relegius Dari lembaga pendidikan itu sumber-sumber utama informasi dan

penyuluhan masyarakat Mengajarkan berbagai keilmuan utamanya ilmu agama

yang didominasi kajian fikih kajian yang tidak lepas dari permasalahan hukum

Islam Dari akar sejarah yang kuat inilah pondasi cita-cita masyarakat Aceh

terbentuk karena Islam memperkenalkan suatu tradisi hukum baru di Indonesia

Dengan menawarkan dasar-dasar perilaku sosial yang rata dan sebanding juga

menyumbangkan konsepsi baru hukum di Indonesia Dan sifatnya yang elastis174

mengubah ikatan kesukuan dan kedaerahan menjadi ikatan yang universal175

Di kalangan masyarakat Aceh sendiri diketahui memiliki sikap tertutup

dan mempunyai pandangan tersendiri tentang segala sesuatu mengenai

penghidupannya Sebagai akibat dari sikapnya ini masyarakat didaerah dapat

dikatakan bersifat ldquostatischrdquo (tidak berubah-ubah) aliran-aliran baru tidak masuk

sehingga alam pikiran masyarakat tetap sebagai berpuluh tahun kebelakang176

172

Hal itu terjadi karena hakim dipandang sebagai orang yang bijaksana sehingga

keputusan hukum dilihat dari kemampuannya menggali nilai keadilan 173

Ibid hal 19-20 174

Bersifat Elastis dalam konteks ini memperhatikan berbagai segi kehidupan dan tidak

memiliki dogma yang kaku keras dan memaksa 175

Shohibul Itmam Transformasi Hukum Islam Menuju Hukum Positif Dalam Konteks

KeIndonesiaan (Artikel dalam Jurnal Justitia Islamica Vol 7 No 1 Jan-Juni 2010) hal 39-40 176

MR S M Amin Op Cit hal 76

66

Dalam pengertiannya mengenai hukum Islam di daerah Aceh adalah segala

peraturan yang bersifat hukum kekeluargaan yang berlaku atas anggota

masyarakat asli terkecuali beberapa kebiasaan dalam perkawinan yang tidak

bersifat prinsipil Selain itu rakyat Aceh adalah ldquoIslam mindedrdquo dan dalam cara

berpikir mereka pada umumnya tidak ada tempat bagi hukum terhadap persoalan

sehari-hari yang tidak berasal dari hukum Islam Ulama-ulama mengetahui bahwa

sebenarnya bukanlah seluruh hukum yang berlaku atas rakyat adalah hukum

Islam akan tetapi masih juga ada soal-soal yang diputuskan menurut dasar hukum

lain menganggap bahwa berlakunya peraturan-peraturan yang tidak berdasar

Islam adalah suatu keadaan yang tidak sempurna yang seharusnya mengalami

perubahan177

Dalam penerapannya mengenai hukum sejarah Aceh menyatakan bahwa

diantara kepala adat dan kepala agama terdapat pertentangan paham Ulama

mempunyai kekuasaan kehakiman terbatas mengenai hal perkawinan frail yang

berusaha dan bertujuan memperluas kekuasaan dan mempertahankan hak-hak

yang diserahkan organisasi ketatanegaraan olehnya Sedangkan adathoofden178

berusaha sebaliknya yaitu dengan memperkecil hak hakim agama sedapat

mungkin Ini merupakan suatu persoalan kedapatan prinsip (dasar) pembagian

kekuasaan diantara hakim agama dan hakim adat Aliran Islam ini berada di

segala kehidupan menyerupai suatu faktor yang tidak dapat diabaikan meskipun

banyak yang tidak menyetujui golongan Islam yang dianggap fanatic kolot dan

tidak selaras dengan keadaan Dan golongan anti Islam ini terdapat juga

didalamnya mereka yang telah memperoleh didikan agama secara modern di luar

negeri179

dan mereka yang telah pernah menerima didikan Barat mempunyai

pandangan yang lebih luas dalam melaksanakan hak dan kewajiban yang

sempurna180

177

Keadaan dalam menetapkan peranan hukum Islam di kehidupan sehari hari disebabkan

oleh tindakan sewenang-wenang dari uleebalang yang senantiasa berusaha agar masyarakat beralih

dari sifat keIslaman dan menuju kepada adat dengan maksud agar lebih sempurna dan dapat

memerintah rakyatnya 178

Adat hoofd adalah Kepala adat 179

__________ Tentang Soal Memulihkan Keamanan di Atjeh (Artikel WAKTU No

23 Tanggal 25 Juni 1955) 180

MR S M Amin Op Cit hal 87-89

67

Mengenai ideologi dasar sebuah negara Pancasila Daud Beureueh

dianggap anti Pancasila dan dirasa perlu keluar dari Republik Indonesia Tetapi

hal itu di sanggah ketika pada 15 Oktober 1945 Daud Beureueh bersama tiga

orang ulama besar mengeluarkan pernyataan politik yang dimaksudkan bahwa

umat Islam mempertahankan Republik Indonesia yang berdasar Pancasila wajib

hukumnya dan gugur dalam perjuangannya dianggap mati syahid Pernyataan ini

ditanda tangani oleh empat orang ulama besar yaitu Tengku haji Jakfa Siddik

Lamjabat Teungku Haji Ahmad Hasballah Indrapuri Teungku Haji Muhammad

Hasan Krungkale dan Teungku Muhammad Daud Beureueh Para pengamat

politik yang dengan seksama mengikuti perjalanan dan mengantar Daud Beureueh

ke mimbar proklamasi Darul Islam di Aceh mengatakan bahwa ada usaha-usaha

yang sistematis dan berencana yang bertujuan mendorong sebagian rakyat Aceh

berjuang dalam mewujudkan apa yang dicita-citakannya181

C Upaya Penyelesaian Akhir Pemberontakan DITII Aceh

Kasus yang terjadi di Aceh dalam fase perubahan sistem pemerintahan

bukanlah suatu kemauan rakyat sejati menjadi pimpinan dalam pemerintahan

melainkan seseorang ahli bicara (demagog) Siapa yang pandai bicara dan tidak

mempunyai rasa tanggung jawab yang cukup sangat mudah mempergunakan

rakyat umum sebagai alat untuk memenuhi keinginannya asalkan ahli bicara

mengetahui pokok-pokok keinginan umum dan tidak melampaui batasan-

batasannya Dengan memperhatikan pokok keinginan rakyat umum dan dalam

batas-batas pokok keinginan umum dapat diatur siasat untuk mencapai tujuan

Hal nyata ini yang menjadi alasan bahwa kekuatan Daud Beureueh dalam

pemberontakan berjuang menegakan syariat Islam adalah kekuatan lidah karena

sebagian besar rakyat Aceh didalam gerakan DITII Aceh di rekrut diajak dan

atas kemauannya sendiri melalui ajakan dakwah-dakwah dan pidato-pidato yang

dilakukan oleh Daud Beureueh pada khotbah-khotbahnya Inti dari situasinya

adalah mengikuti kemauan rakyat dipimpin oleh rakyat bukan yang memimpin

diluar kemauan rakyat dan walaupun dapat bersiasat sehingga keinginannya

sendiri dapat tercapai tetapi yang utama adalah tentang keinginan rakyat

181

A Hasjmy Op Cit hal 115

68

Selanjutnya Aristoteles menyatakan bahwa pemerintahan yang tersebut pada

hakikatnya adalah pemerintahan ldquomassardquo (gerombolan) yang mendiktekan

keinginannya secara sewenang-wenang Dan pemimpin dalam pemerintahan ini

tidak dapat memandang luas Pandangannya terbatas pada suasana daerah tidak

dapat meluas keluar daerah Serta tidak dapat melihat turun naiknya pertumbuhan

perjuangan nasional tidak dapat melihat perubahan dalam pelaksanaan tugas dan

juga tidak dapat melihat perubahan dalam perkembangan politik182

Pada hasil perjuangan dalam peristiwa berdarah ini dilalui oleh proses

untuk mencapai suatu kesepakatan Adapun langkah-langkah penyelesaian

persoalan konfrontasi antara rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beureueh dan

pemerintah pusat diawali dengan munculnya Dewan Revolusi yang diketuai oleh

A Gani Usman Dengan adanya gencatan senjata para pejuang dari masyarakat

Aceh mulai kembali pulang ke kampung untuk menjenguk keluarga serta

mengamati perkembangan kota-kota Alasan perjuangan Daud Beureueh

melakukan gencatan senjata adalah sebagai berikut

1 Pemimpin pemimpin pejuang menghindari Aceh dari kehancuran

akibat tekanan yang kuat dari pemerintah pusat dalam memberantas

perjuangan rakyat Aceh yang dianggap pemerintah sebagai suatu

pemberontakan

2 Sebagian rakyat Aceh dalam kubu Daud Beureueh telah letih berjuang

dan bosan hidup didalam hutan selama 6 tahun rentang tahun 1953-

1959

Munculnya Dewan Revolusi menandai pecahnya kaum pemberontak yang

terbagi menjadi dua kubu Antara kubu Tgk M Daud Beureueh Hasan Ali Ilyas

Leube dengan Trio Hasan Saleh Ayah Gani dan Husin Almujahid Kemelut

politik yang terjadi antar keduanya puncaknya terjadi pada tanggal 15 Maret 1959

melalui seruan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Negara Bagian Aceh (NBA)

Tentara Islam Indonesia Hasan Saleh sebagai menteri urusan perang telah

mengambil alih pimpinan NBA sipil dan militer dari tangan wali negara Daud

Beureueh Dan dalam menggantikan kabinet dibentuk lah Dewan Revolusi

182

MR S M Amin Op Cit hal 115-116

69

dibawah pimpinan A Gani Usman Beriringan dengan dibentuknya kubu

tandingan oleh Hasan Saleh kabinet Hasan Ali dibubarkan Kemudian

selanjutnya diserukan kepada rakyat umum supaya membantu Dewan Revolusi

dengan tujuan membawa rakyat Aceh ketempat yang mulia dan bahagia Seruan

itu ditandatangani oleh Tgk Amir Husin Almujahid selaku Ketua Dewan

Perwakilan Rakyat NBA (Majelis Syura)183

Pada tanggal 26 Maret 1959 keluar komnike No 2 dari Dewan Revolusi

yang dinamakan pernyataan Wali Negara NBA NII dalam pernyataan itu

dinyatakan bahwa ldquoDewan Pertimbangan diubah dengan sebutan Wali Negara184

Pokok dalam pernyataan ini adalah bahwa Dewan Revolusi NBA NII akan

meneruskan permusyawaratan dengan pemerintahan Republik Indonesia serta

menjadikan musyawarah ini sebagai prinsip bukan taktik185

Dengan keluarnya

pernyataan-pernyataan dari kedua belah pihak adalah bukti nyata bahwa di Aceh

telah terdapat dua Negara Bagian Aceh NII Yang pertama dibawah pimpinan

Daud Beureueh dan yang kedua dibawah pimpinan Hasan Saleh Selanjutnya

musyawarah dilakukan antara Dewan Revolusi dengan Pemerintah RI Pada

tanggal 23 Mei 1959 utusan pemerintah RI melalui Wakil Perdana Menteri I Mr

Hardi atau yang lebih dikenal dengan Misi Hardi yang terdiri dari 29 anggota

antara lain Menteri Negara Urusan Stabilisasi Ekonomi dan Wakil Kepala Staf

Angkatan Darat Jenderal Mayor Gatot Subroto Pada tanggal 24 Mei 1959

dilakukan pembicaraan-pembicaraan penting di segala bidang dengan KDMA dan

Gubernur atau Kepala Daerah Aceh sebagai persiapan permusyawaratan dengan

Dewan Revolusi

Pada tanggal 25 Mei 1959 musyawarah antara Misi Hardi dengan Dewan

Revolusi yang terdiri dari 25 anggota antara lain A Gani Usman (Ayah Gani)

183

El Ibrahimy Op Cit hal 165-166 184

Dalam komunike No 1 tidak ada Dewan Pertimbangan dan yang ada Dewan

Perwakilan Rakyat NBA (Majelis Syura) 185

Pengertian ldquoprinsip bukan taktikrdquo disini adalah bermusyawarah memperbincangkan

semua soal melalui diplomasi dan bukan dalam artian menyerah Dan dengan musyawarah bukan

untuk mencari menang atau kalah melainkan hasil musyawarah kelak bisa diterima disebagian

masyarakat Aceh dan pihak pemerintah RI juga menerima sebagian cita-cita kedua belah pihak

Jadi inilah yang dinamakan perdamaian adanya persatuan dan kembali bersatu sebagai hasil

musyawarah bukan merupakan penyerahan atau menyerah melainkan kewajiban masyarakat RI

untuk melanjutkan cita-cita pada revolusi 17 Agustus 1945 yang sudah menjadi kewajiban suci

umat Islam di Aceh dulu dan sampai saat ini

70

sebagai ketua Amir Husin Almujahid Hasan Saleh Husin Jusuf T M Amin T

A Hasan Ishak Amin dan A Gani Mutiara Musyawarah yang berjalan lancar

dan harmonis terlihat dari butir-butir hasil pemikiran Adapun hasil pemikiran

musyawarah antara Dewan Revolusi dan Misi Hardi adalah sebagai berikut

1 Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia tanggal 26 Mei 1959

No 1Misi1959 yang pokoknya menyatakan bahwa Daerah

Swantantra Tingkat I Aceh dapat disebut ldquoDaerah Istimewa Acehrdquo

dengan catatan bahwa kepada daerah tersebut tetap berlaku ketentuan-

ketentuan mengenai Daerah Swantantra Tingkat I seperti termuat

dalam undang-undang No 1 tahun 1957 tentang pokok-pokok

Pemerintahan Daerah begitu pula lain-lain peraturan perundangan

yang berlaku untuk Daerah Swantantra Tingkat I mengenai otonomi

yang seluas-luasnya terutama dalam keagamaan peradatan dan

pendidikan186

2 Segala aparat dari NBA NII (MiliterPolisiSipil) diterima ke dalam

pasukan yang bernama pasukan Tgk Tjhik di Tiro sebagai bagian dari

Komando Daerah Militer Aceh Iskandar Muda Sesuai dengan

pernyataan Misi Pemerintah Pusat yang bertanggal Kutaraja 26 Mei

1959

3 Pemerintah akan membantu sekuat tenaga dalam batas-batas

kemampuan negara pembangunan semesta di Aceh terutama dalam

bidang-bidang yang langsung menyentuh kepentingan rakyat jasmani

dan rohani sebagai langkah pertama untuk merealisir maksud

pemerintah tersebut Misi Pemerintah Pusat telah membawa otorisasi

sejumlah 884 juta rupiah

Dalam rangkaian tujuan-tujuan hasil dari pemikiran pada musyawarah

dengan Pemerintah Pusat melalui Misi Hardi maka Dewan Revolusi NBA NII

telah187

186

Keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959 Yang dibuat dalam menyelesaikan

persoalan di Aceh melalui musyawarah keputusan dari kedua belah pihak Pernyataan yang

diterangkan oleh Panglima KDMA 187

El Ibrahimy Op Cit hal 168-169

71

1 Menyatukan diri ke dalam Republik Indonesia untuk melanjutkan

revolusi nasional 1945 dengan berlandaskan Undang-Undang Dasar

1945 untuk mencapai kebahagiaan kamakmuran dan ketinggian

agama nusa dan bangsa

2 Melebur organisasi NBA Sipil dan Militer ke dalam tubuh Pemerintah

Republik Indonesia secara wajar188

Selain dari dalam kubu yang sudah terpecah menjadi dua pemulihan

keamanan Aceh juga dilakukan secara terus-menerus oleh pihak pemerintah pada

masa Kol M Jasin kepada pihak Daud Beureueh Melalui Kol Jasin yang datang

ke Aceh sebagai panglima KODAM I Iskandar Muda menggantikan Panglima

Sjamaun Gaharu dimana Aceh dalam suasana bergolak Tujuannya adalah

menciptakan ketenangan yang dapat dipelihara dan seruan kembali ke pangkuan

Ibu Pertiwi terhadap pihak pejuang dibawah pimpinan Daud Beureueh Dalam

mencapai tujuannya Kol Jasin menyerukan kampanye pemulihan keamanan Aceh

kesetiap daerah-daerah dan kecamatan-kecamatan di Aceh Pada pidatonya

tanggal 2 Maret 1962 Kol Jasin mengatakan bahwa ldquoia dari pihak pemerintah

pusat mengajak kepada masyarakat ramai-ramai untuk membantunya dalam

penyelesaian keamanan di Aceh yang terjadi sekitar 8 tahun yang membuat

banyak masyarakat menderita Bantuan dari masyarakat mengenai penyelesaian

keamanan Aceh merupakan tanggung jawab dari semua pihak baik dari kalangan

pemerintah pusat atau pun masyarakat di daerah Aceh Dan kemudian gerakan

kampanye menyerukan penyelesaian keamanan oleh Kol Jasin di akhiri di Aceh

Timur Langsa dan mengatakan bahwa seluruh daerah Aceh kembali menjadi

daerah yang aman dari Darulharb menjadi Darussalam189

Selanjutnya penyelesaian keamanan dilakukan oleh Kol Jasin dengan

Daud Beureueh Dimulai melaluit surat-menyurat antar keduanya pada tanggal 7

Maret 1961 Dalam surat itu Kol Jasin menyampaikan bahwa beliau oleh

atasannya telah diberi amanat bahwa pemerintah Republik Indonesia masih tetap

mengharapkan kembalinya Daud Beureueh dengan cara yang baik demi

188

Seperti tercantum dalam surat penyataan Dewan Revolusi Gerakan Revolusioner Islam

Aceh bertanggal 26 Mei 1959 189

Pidato Panglima Jasin dalam musyawarah kerukunann Rakyat Aceh pada bulan

Desember 1962

72

kebahagiaan rakyat dan daerah Aceh Pada tanggal 4 Agustus 1961 respon

dilakukan oleh Daud Beureueh melalui utusan pribadinya A R Hasjim kepada

Panglima Jasin untuk menyampaikan isi hatinya tentang apa cita-citanya kepada

beliau Dan pada tanggal 5 Agustus 1961 Kol Jasin mengirimkan surat kembali

menyatakan keharuannya atas kesediaan Daud Beureueh mengirimkan utusan

pribadinya dan menjadikan sebuah isyarat bagi penyelesaian keseluruhan

persoalan Aceh Kemudian pada tanggal 2 November 1961 pertemuan antar Kol

Jasin dan Daud Beureueh terlaksana di Langkahan Simpang Ulim daerah Aceh

Timur190

Pertemuan yang diliputi suasana ramah tamah dan persahabatan itu Daud

Beureueh menyampaikan keinginannya untuk melakukan pertemuan kepada pihak

yang lebih tinggi dengan mengutus M Hasballah Daud191

kepada Menteri

Keamanan Nasional Jendral Nasution di Jakarta Dalam rangka usaha

penyelesaian keamanan lahir dan batin di seluruh Aceh Keinginan Daud

Beureueh di setujui oleh Kol Jasin dan bersedia membantu pelaksanaannya192

Pada tanggal 21 November 1961 M Hasballah Daud yang ditemani oleh Letkol

Nyak Adam Kamil Kastaf KODAM I Iskandar Muda dan Kapten A Manan dari

Staf I diterima oleh Jendral Nasution yang didampingi oleh Letkol Barkah Pada

pertemuan antara kedua belah pihak ini menghasilkan pokok tujuan yang sama

Yaitu dengan menyambut Da‟wah Daud Beureueh itu Jendral Nasution

menyatakan bahwa apa yang terkandung dalam Da‟wah itu telah tercakup oleh

Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia No 1Misi Hardi tahun 1959

Kepada daerah Aceh selain telah dibenarkan dalam penyebutannya menjadi

Daerah Istimewa Aceh pun telah diberikan keistimewaan dalam tiga bidang yaitu

agama peradatan dan pendidikan sebagai wadah Jendral Nasution telah member

kuasa penuh kepada peperda dan pemerintah daerah Aceh untuk mengatur

190

El Ibrahimy Op Cit hal 181 191

M Hasballah Daud adalah Anak dari Tgk M Daud Beureueh Didalam Tentara Islam

Indonesia menjabat sebagai Kepala Staf 192

Dari surat Tgk M Daud Beureueh kepada Menteri Keamanan Nasional Jendral

Nasution yang dibawa oleh M Hasballah Daud berisi ketidakpuasan Daud Beureueh terhadap

Panglima KODAM I Iskandar Muda Kol Jasin Karena beranggapan bahwa Kol Jasin tidak

mempunyai wewenang yang cukup dalam memberikan suatu keputusan mengenai tuntutan yang

diajukannya Daud beureueh ingin mengemukakan langsung keinginannya itu kepada Menteri

Keamanan Nasional dengan harapan keinginannya dapat terkabul

73

pelaksanaannya Dan menghimbau agar seluruh masyarakat Aceh dan alim ulama

mengisi keputusan itu dengan membantu pelaksanaannya193

Usaha pemulihan Aceh tidak selalu berjalan dengan lancar terlihat ketika

surat Daud Beureueh yang bertanggal 16 Desember dengan segala lampirannya

yang disampaikan melalui M Hasballah Daud dan Baihaqi A K kepada Menteri

Keamanan Nasional di Jakarta Terhambat saat Kol Jasin melihat surat itu dengan

segala lampirannya Kol Jasin tidak mengizinkan mereka berangkat ke Jakarta

untuk menyampaikan surat tersebut kepada Jendral Nasution Dan ada surat tidak

resmi bertanggal 16 Desember 1961 yang maksudnya menjelaskan kepada

Jendral Nasution tentang hakikat dari pada Islam tidak saja berarti aqidah dan

ibadah akan tetapi mencakup apa yang dinamakan ldquonizhamrdquo yaitu pengaturan

hidup dan kehidupan manusia sebagai jawaban atas surat Jendral Nasution tanggal

21 November 1961 Seiring dengan tidak diizinkannya pertemuan ke Jakarta

maka berakhirlah surat-menyurat antara Daud Beureueh dan Jendral Nasution

Selain dengan Kol Jasin benturan juga terjadi dengan Hasan Ali Hasan Ali

sebagai Perdana Menteri Republik Islam Aceh berangkat keluar negeri untuk

bertemu dengan Mr S M Amin mantan Gubernur Sumatera Utara untuk

melakukan pertemuan dalam persoalan pemulihan keamanan diseluruh Indonesia

umumnya dan di Aceh khususnya194

Selanjutnya Hasan Ali menyetujui tuntutan Mr S M Amin dan isi teks

baru yang telah disetujui adalah sebagai berikut

A Mengenai umum

193

Mengenai keputusan Daerah Istimewa Aceh Daud Beureueh tidak puas dengan

keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959 (Misi Hardi) Meskipun sudah dibenarkan daerah

Aceh memakai nama ldquoDaerah Istimewa Acehrdquo akan tetapi keistimewaan yang sebenarnya tidak

ada Keistimewaan Aceh yang dimaksud keistimewaan yang bersumber dalam jiwa raga yang

sangat ldquofanaticrdquo pada agama Islam Memobilisasi keadaan dalam masyarakat adalah terutama

memelihara perasaan keagamaan ini menghindarkan segala sesuatu yang sifatnya dapat

menyinggung 194

Pertemuan antara Hasan Ali dan Mr S M Amin dilakukan di Malaya (Malaysia)

sebelum keberangkatan Amin menuju Bangkok dan Hongkong Adapun pokok-pokok persetujuan

yang telah dicapai antara Hasan Ali dan Mr S M Amin mengenai Aceh adalah sebagai berikut

1 Menyetujui hal-hal yang telah tercapai dalam persetujuan-persetujuan dengan Dewan

Revolusi

2 Mengembalikan Aceh ke dalam alam demokrasi dan mengadakan pemilihan umum

untuk DPRD DPRD ini kemudian memilih Gubernur

3 Pemimpin-pemimpin yang memberontak tidak dipindahkan dari daerah Aceh

74

1 Menyetujui pemulihan keamanan ditempuh secara integral melalui

pusat organisasi masing-masing Dalam hal ini Aceh mengambil

inisiatif ke jurusan itu

2 Mengadakan pemilihan umum secepat-cepatnya untuk

Konstituante Parlemen Presiden dan DPR-DPR Daerah atas dasar

Undang-Undang Pemilihan Umum No 7 tahun1953

3 Golongan-golongan dan perorangan yang bertentangan dengan

Pemerintah Republik Indonesia baik yang mengangkat senjata

maupun yang tidak berhak kembali dalam kegiatan politik

4 Mengadakan amnesti umum dan rehabilitasi tanpa pengecualian

B Mengenai Aceh khususnya

1 Mendukung sepenuhnya persesuaian tersebut dan memikul semua

konsekuensinya

2 Menyetujui berlaku sepenuhnya persetujuan-persetujuan yang telah

tercapai antara Pemerintah Republik Indonesia dan Dewan

Revolusi Aceh

3 Menyetujui penggantian kerugian rakyat umumnya sebagai akibat

persengketaan bersenjata di Aceh

4 Pemimpin-pemimpin yang mengadakan perlawanan bersenjata

tidak dipindahkan dari daerah dan kalau mereka menyukai

ditampung oleh Pemerintah kemana saja mereka sukai195

Rasa kekecewaan terlihat ketika Hasan Ali tidak bijaksana Terlihat dari

pertemuan yang dilakukan diluar negeri sangat memakan banyak waktu hampir

sekitar empat bulan lamanya Daud Beureueh merasa kesal dengan berlama-

lamanya Hasan Ali di luar negeri sedangkan keadaan Aceh kian hari kian

memilukan hati Daud Beureueh menganggap hal ini sebagai bentuk kesengajaan

untuk memperlama tinggalnya Hasan Ali di luar negeri sedangkan usaha-usaha

menghancurkan Republik Islam Aceh dari dalam terus dijalankan dengan segiat-

giatnya Pertemuan berikutnya dihadiri oleh Tritunggal yaitu Panglima

195

El Ibrahimy Op Cit hal 191-192

75

Gubernur dan Kepala Polisi ldquoDaerah Istimewa Aceh Kepala Staf KODAM I

Iskandar Muda Kepala Kehakiman Kepala Kejaksaan dan Kepala Mahkamah

Syariah Pokok laporan Daud Beureueh dan stafnya serta pasukan Ilyas Leube

akan bersedia ke pangkuan Ibu Pertiwi dengan syarat bahwa Daerah Istimewa

Aceh dilaksanakan unsur-unsur Syari‟at Islam dalam batas-batas yang

dimungkinkan perundang-undangan negara Kemudian setelah mendengar

keinginan Daud Beuereueh Kol Jasin mengatakan bahwa akan mempertaruhkan

jabatannya untuk menyetujui keinginan Daud Beuereueh dengan mengeluarkan

suatu keputusan PEPERDA

Dan pada tanggal 21 Mei 1962 di Banda Aceh di adakanlah kenduri besar

sebagai tanda bersyukur kepada Tuhan dan sebagai manifestasi kegembiraan atas

pulihnya keamanan di seluruh Aceh dan terciptanya perdamaian yang sudah

sekian lama dinanti-nantikan baik oleh pemerintah maupun oleh rakyat

Tercapainya persetujuan mengenai penyelesaian keamanan yang terakhir antara

Kol Jasin dan Daud Beureueh tidak hanya menimbulkan kelegaan dan

kegembiraan di kalangan rakyat akan tetapi juga berdampak di kalangan staf

Daud Beureueh seperti juga dikalangan staf KODAM I Iskandar Muda Dengan

pulihnya keamanan secara menyeluruh seluruh kekuatan baik pemerintah

maupun rakyat dapat dikerahkan untuk melaksanakan pembangunan daerah Aceh

yang memiliki banyak potensi ekonomi yang sangat bermanfaat baik untuk

kemajuan daerah Aceh atau pun untuk kemajuan negara196

Pertentangan diantara kaum republik Daud Beureueh melalui DITII

dengan pemerintah pusat telah menimbulkan ketegangan antara rakyat yang

memperjuangkan DITII Aceh dengan Jakarta Ini membuat usaha damai yang

hendak dicapai dan dilaksanakan dengan cara keras berupa tekanan oleh TNI di

satu pihak di samping pemberian amnesti dan abolisi197

kepada anggota DITII di

pihak lainnya Dengan menggunakan kedua cara ini secara tidak langsung telah

mendorong beberapa tokoh DITII Aceh termasuk Hasal Ali selaku Perdana

196

El Ibrahimy Op Cit hal 216 197

Amnesti adalah pengampunan atau penghapusan hukuman yang diberikan kepala

negara kepada seseorang atau sekelompok orang yang telah melakukan tindak pidana tertentu

Sedangkan abolisi adalah peniadaan peristiwa pidana dengan cara menghapuskan membatalkan

atau mengakhiri

76

Menteri DITII Aceh Mereka mengubah pendapat bahwa tidak ada manfaatnya

lagi untuk melanjutkan permusuhan dengan Jakarta sebaliknya sudah tiba

masanya untuk meletakkan senjata dan kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi198

Hal

ini membuktikan bahwa teori mengenai konflik menurut MR S M Amin adalah

benar tentang perubahan sifat pada koflik yang terjadi antara rakyat Aceh dan

pemerintah dari awalnya bersifat revolusioner menjadi evolutioner

Dari pemaparan di atas jelas sikap Daud Beureueh menentang atau tidak

pro feodal Pada masa perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh Mr S M

Amin menerangkan bahwa terjadi revolusi nasional dan revolusi sosial Revolusi

sosial adalah revolusi terhadap pengkhianat Cumbok Peristiwa Cumbok199

atau

perang saudara adalah konflik antara uleebalang yang bekerjasama mengatur

sistem pemerintahan bersama Belanda dengan ulama yang mempunyai prinsip

anti penjajahan Sedangkan revolusi nasional adalah revolusi untuk menanamkan

nilai-nilai keIslaman yang terdapat pada ideologi di seluruh Indonesia khususnya

Aceh sebagai usaha mewujudkan cita-cita keinginan bersama200

Jika dikaji lebih mendalam mengenai konflik yang terjadi peristiwa

berdarah ini merupakan akibat dari konflik vertikal Konflik itu sendiri adalah

pertentangan yang mempunyai hubungan erat dengan proses integrasi Hubungan

ini disebabkan karena proses integrasi adalah sekaligus suatu proses disorganisasi

dan disintegrasi Makin tinggi konflik atau pertentangan intra-kelompok makin

besar gaya sentripentalnya Artinya saling mempengaruhi satu sama lain makin

besar permusuhan terhadap kelompok luar makin besar integrasi Konflik tidak

selalu mengandung makna yang disfungsional Konflik justru dapat menjadi

198

Makna kata Ibu Pertiwi adalah sama dengan tanah air yang berarti Republik Indonesia 199

Berbeda pendapat dengan Mr S M Amin menurut M Nur El Ibrahimy revolusi

terhadap uleebalang di Aceh dibagi dalam dua tahap Revolusi tahap pertama yang dilancarkan

terhadap uleebalang yang termasuk dalam golongan Cumbok yang oleh pemerintah T Nyak Arif

sampai Panglima Polem Mohd Ali dianggap pengkhianat dan musuh Negara Republik Indonesia

Dan revolusi tahap kedua yang dilancarkan oleh Tentara Perjuangan Rakyat (TPR) dibawah

pimpinan Tgk Husin Almujahid pada bulan Maret 1946 terhadap uleebalang yang tidak termasuk

golongan Cumbok sebagai upaya untuk menggantikan sistem pemerintahan feodal dengan sistem

pemerintahan yang demokratis adalah revolusi sosial Dan dikatakan juga revolusi tahap kedua

adalah tanggung jawab Daud Beureueh terkait dengan pergerakan organisasinya PUSA Dan pada

akhir pergerakan revolusi tahap kedua Almujahid lepas dari segala ekses yang terjadi selama

gerakan TPR merupakan salah seorang tokoh yang berjasa meruntuhkan sistem feodal yang telah

berurat berakar berabad-abad dalam masyarakat Aceh 200

El Ibrahimy OpCit hal 114

77

sesuatu yang fungsional Selain itu konflik juga dapat berfungsi sebagai

stabilisator sistem sosial dalam meredakan ketegangan antara pihak-pihak yang

bertikai201

Dalam peristiwa berdarah ini tidak berjalan dengan tenang dan damai

melainkan dengan jalan kekerasan dan konflik antara Darul Islam Tentara Islam

Indonesia Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereueh dengan pemerintah pusat

Keamanan di Aceh yang belum terkendali membuat pemerintah mengirimkan

bantuan militer terhadap pamong praja untuk mematahkan perjuangan atau

pemberontakan yang dilakukan oleh Daud Beureueh Sikap Daud Beureueh

dianggap tidak mau mengindahkan pertimbangan politis yang selaras pada

pendirian pemerintah pusat yaitu mengenai dasar negara202

Dalam kaitannya dengan konflik yang terjadi antara Darul Islam dan

pemerintah pusat ini merupakan jenis konflik yang bersifat destruktif Yakni

konflik yang dipicu oleh rasa kebencian kekecewaan yang tumbuh dan tertanam

didalam diri mereka masing-masing Dari kaca mata politik konflik destruktif ini

tumbuh karena fanatisme para pendukung di suatu kelompok grup ataupun

organisasi Erat kaitannya dengan kajian ini tentang fanatisme masyarakat Aceh

yang mendukung cita-cita dan keinginan bersama yaitu mendirikan Negara Islam

Indonesia Akibatnya dari konflik destruktif berupa benturan-benturan fisik yang

membawa kerugian jiwa atau harta Banyak korban yang berjatuhan pada

peristiwa berdarah ini Ada tiga cara untuk mencegah terjadinya konflik

1 Menggunakan asas ldquotepo selirordquo apabila tidak mau disakiti orang lain

jangan pula menyakiti orang lain

2 Bersikap demokratis menghargai pluralisme pendapat paham dan

suku yang beragama dalam masyarakat

3 Mempunyai sikap toleransi terhadap agama yang berbeda tanpa kita

harus keluar dari akidah agama kita masing-masing

201

Ulfah Fajarini Konflik dan Integrasi Potret Keagamaan Masyarakat Sawangan

Artikel surat kabar majalah Al-Turas Vol 11 No 3 September 2006 202

_______ Tentang Soal Memulihkan Keamanan di Aceh artikel surat kabar majalah

WAKTU No23 tahun 1955

78

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Ketika Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17

Agustus 1945 rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereuh dan ulama-ulama

lainnya bergerak dan berjuang mempertahankan proklamasi kemerdekaan Aceh

awal perjuangan kemerdekaan Indonesia secara de facto merupakan bagian dari

provinsi Sumatera dengan kebijakan undang-undang sementara tahun 1945 yang

membagi wilayah Indonesia dalam 10 provinsi Perjuangan Daud Beureueh

menegakan syariat Islam di Aceh terjadi pada masa Era Orde Lama Pertentangan

politik dengan pemeritah pusat terjadi setelah Aceh digabungkan kembali menjadi

bagian atau bdquoresiden‟ Sumatra Utara setelah sebelumnya menjadi provinsi yang

terpisah dengan provinsi Sumatra Utara

Tidak hanya itu alasan pada 21 September 1953 di Aceh meletus suatu

peristiwa berdarah yang merupakan tragedi bagi rakyat Tanah Rencong adalah

karena rakyat Aceh merasa sangat kecewa geram marah akibat dari janji-janji

pemerintah disaat rakyat Aceh bersatu padu mengeluarkan semangat gelora

mempertahankan kedaulatan NKRI dengan seluruh jiwa raga dan harta bendanya

sebagai bukti kesetiaannya pada Republik Indonesia Selain persoalan ideologi

keagamaan pemberontakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia DITII Aceh

adalah bentuk perlawanan terhadap pengaruh pemerintahan pusat yang kian

merasuk Dimana isu-isu palsu yang disebarkan pemerintah mengenai pengadaan

senjata gelap oleh tokoh-tokoh pejuang Aceh tidak benar adanya Hal itu yang

menjadi puncak kemarahan dan rakyat Aceh dibawah pimpinan Tgk M Daud

Beureueh menagambil sikap melawan

Pada masanya perjuangan Daud Beureueh memiliki rentan waktu yang

lama Mulai dari masa kolonial Belanda masa kedudukan Jepang masa pra dan

pasca kemerdekaan dan masa revolusi Pembentukan Negara Islam yang

merupakan cita-cita impian Daud Beureueh terilhami dari perjuangan DI TII

pimpinan Imam Soekarmadji Maridjan Kartosuwiryo Dan juga menjalin

79

kerjasama dengan PRRIPERMESTA dalam mencapai tujuan bersama untuk

menghancurkan regime Soekarno dan mendirikan Negara Islam Indonesia

Pada tahapan kesadaran sosial tersebut perkembangan Islam di Indonesia

terbagi menjadi tiga zaman zaman mitos zaman ideologi dan zaman

pengetahuan atau ilmu Dalam kaitannya dengan Aceh perjuangan menegakan

syariat Islam muncul ketika zaman ideologi Pada perjuangan yang dipimpin

Daud Beureueh ini penulis membagi menjadi dua motif dilakukannya

pemberontakan yaitu Islam dan Politik Dan konflik yang terjadi ini menimbulkan

pertentangan antara masyarakat Aceh dengan pemerintah prasangka sebab

dugaan merupakan sikap bermusuhan yang terjadi antar kelompok yang

satuterhadap kelompok lainnya yang didasari pada ciri yang tidak menyenangkan

Pada perjuangannya ini yang terjadi di Era Orde Lama menurut teori Banton

mengenai prasangka ini merupakan teori frustasi-agresi (frustration-aggression

theory)

Selanjutnya analisa penulis terkait langkah-langkah Daud Beureueh dalam

mewujudkan apa yang di cita-citakannya adalah terinspirasi dari perjuangan

dakwah yang ditempuh oleh Rasulullah SAW yaitu melalui tahap pembinaan dan

pengkaderan tahap interaksi dan perjuangan dan tahap penerimaan kekuasaan

dalam membentuk DITII Aceh Walaupun pada kenyataannya pemberontakan

tidak terjadi begitu saja melainkan melalui 3 tahapan yaitu tahap sabar tahap

benci (djidjik) dan tahap melawan Sedangkan menurut Wakil Presiden Jusuf

Kalla dalam wawancaranya pada harian KOMPAS Rabu 10 Desember 2014

Pukul 1801 WIB di Jakarta terkait motif yang terjadi pada konflik di Aceh

mengatakan bahwa ldquopemberontakan DI TII bukan terjadi karena adanya konflik

antar agama Untuk kasus Aceh ia menilai hal itu terjadi karena hak-hak ekonomi

warga tidak terpenuhi Masalah Aceh itu bukan masalah syariah Orang berfikir

Aceh mau menjalankan syariah Islam tidak Siapa bilang kita membicarakan

Islam Kita berbicara kenapa ekonomi Aceh rendah padahal alamnya kayardquo

Dalam kacamata penulis konflik yang terjadi antara Darul Islam Tentara

Islam Indonesia (DI TII) dengan pemerintah adalah konflik politik yang

memperebutkan pengaruh dimasyarakat dalam mencapai tujuannya masing-

masing Perebutan kekuasaan yang berdasar pada ideologi yang berbeda satu

80

sama lain itu memunculkan berbagai aspek sumber kekuasaan Sumber kekuasaan

berupa kekayaan dan kepercayaan atau agama Adapun langkah-langkah

penyelesaian persoalan konfrontasi politik antara rakyat Aceh dibawah pimpinan

Daud Beureueh dan pemerintah pusat diawali dengan munculnya Dewan

Revolusi yang diketuai oleh A Gani Usman dan dengan dilakukannya gencatan

senjata Dan upaya penyelesaian akhir melalui musyawarah antar kedua belah

pihak yang bertikai

B Saran-saran

Pertama Dari pemaparan penulis kita bisa melihat bagaimana perjuangan

revolusioner seorang tokoh ulama di Aceh dalam memperjuangkan dan

mewujudkan cita-cita yang menjadi keinginan terpendam umat Islam demi

kemajuan bangsa dan agama Hal ini diharapkan memberikan kita pelajaran yang

sangat berarti sebagai umat Islam terkait perjuangan bahwa kita sedang

mengemban tugas berat dan sedang berjuang mempertahankan identitas

keIslaman kita melalui syariat-syariat dan hukum Islam yang harus diterapkan

dalam kehidupan bermasyarakat Ini bukan suatu hal yang mudah terlebih lagi

dengan perkembangan zaman yang maju dan modern serta merasuknya pengaruh

dari luar Islam harus kita lihat sebagai sebuah tantangan zaman Dan sikap

perjuangan Daud Beureueh patut kita contoh dalam menjadikan kita sebagai umat

Islam yang kuat teguh percaya dan antusias dalam mengkaji lebih dalam

mengenai ilmu yang berlandaskan Islam

Kedua Sebagai umat Islam harus menguatkan keimanan kita Dilihat dari

apa yang diperjuangkan kita juga harus percaya bahwa Islam telah memberikan

solusi bagi masalah dikehidupan kita baik melalui syariat-syariat dan hukumnya

Dengan peraturan-peraturan dan ketentuan yang berdasar pada Islam diharapkan

menjadikan kita sebagai umat Islam yang teguh beriman cinta damai serta saling

menjaga dan menghormati antar sesame umat beragama lainnya Dan tidak

terpengaruh peraturan atau pun ketentuan di luar nilai-nilai yang terkandung

dalam Islam

81

Ketiga Kajian ini ditunjukan kepada para pemimpin tokoh masyarakat

dan orang-orang berpengaruh lainnya dengan melihat sosok Daud Beureueh

diharapkan bisa lebih menambah rasa antusias dan memotivasi diri dalam

menyebarkan dan melaksanakan nilai-nilai keIslaman di masyarakat Serta

menjadi sosok yang kharismatik seperti yang ditujukan oleh Daud Beureueh yang

mencerahkan hati dan pikiran umat Islam terkait peranannya Semoga para

pemimpin dan orang-orang berpengaruh saat ini menyadari bahwa peran mereka

sangat penting dalam menanamkan dasar-dasar Islam di kehidupan masyarakat

Dan kita sebagai umat Islam patut menjaga dan mempertahankan hal tersebut

Keempat sebagai sebuah pelajaran yang berharga saat pengkuburan

sejarah terjadi pada peristiwa berdarah atau yang lebih dikenal dengan

pemberontakan Tgk M Daud Beureueh dengan mengesampingkan alasan kenapa

bisa terjadi pemberontakan Merupakan sesuatu yang sangat memilukan apabila

kita mengetahui hal ini Serta membongkar tipu daya pemerintah saat itu yang rela

melakukan apa saja demi mewujudkan keinginannya tanpa memikirkan

perjuangan pengorbanan gelora semangat kemerdekaan yang berjuang dengan

seluruh jiwa raga dan harta berharga demi mempertahankan kedaulatan Republik

Indonesia

82

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Primer

Artikel MajalahSurat Kabar

Pembantu-Chas ldquoWakturdquo di Djakarta ldquoKabinet dan Atjehrdquo Waktu No44

ldquoTentang Soal Memulihkan Keamanan di Atjehrdquo Tahun 1955

Buku

Jakobi A K1992 Aceh Daerah Modal Jakarta Yayasan Seulawah RI-001

El Ibrahimy M Nur 1982 Tgk M Daud Beureueh Perananya dalam

Pergolakan di Aceh Jakarta Gunung Agung

Hasjmy A 1997 Ulama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan

Pembangunan Tamadun Bangsa Jakarta PT Bulan Bintang

Amin MR S M 2014 Memahami Sejarah Konflik Aceh Jakarta Yayasan

Pustaka Obor Indonesia

Sumber Sekunder

Artikel MajalahSurat Kabar

Abdullah TaufikldquoKarena Keterkaitan Ideologisrdquo Panji Masyarakat No419

Jurnal

Danial Analisis Jurnal Studi KeIslaman Volume XII Nomor 1 Juni 2012

ldquoSyariat Islam dan Pluralitas Sosial Studi Tentang Minoritas Non-

Muslim dalam Qanun Syariat Islam di Acehrdquo Lampung IAIN Raden

Intan Lampung

Ahwan Fanani Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoOtoritas Dalam Hukum Islam Antara Transformasi

83

Ahwan Fanani Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoOtoritas Dalam Hukum Islam Antara Transformasi

dan Krisis Dalam Sistem Negara Modernrdquo Ponorogo Jurusan Syari‟ah

STAIN Ponorogo

Shohibul Itmam Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoTransformasi Hukum Islam Menuju Hukum Positif

Dalam Konteks KeIndonesiaanrdquo Ponorogo Jurusan Syari‟ah STAIN

Ponorogo

Ensiklopedia

Nasution Harun dkk 1992 Ensiklopedi Islam Indonesia Jakarta Djambatan

Glasse Cyril 1999 Ensiklopedi Islam Ringkas Jakarta PT Raja Grafindo

Persada

Abdullah Taufik 2002 Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jakarta Ichtiar Baru

van Hoeve

Buku

Ibrahim Muhammad 1978 Sejarah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh

Banda Aceh Depdikbud

Talsya T A 1990 Modal Perjuangan Kemerdekaa Perjuangan Kemerdekaan di

Aceh Banda Aceh Lembaga Sejarah Aceh

Sani Usman Abdullah 2010 Krisis Legimitasi Politik Dalam Sejarah

Pemerintahan Di Aceh Jakarta Kementrian Agama RI Badan Litbang

dan Diklat Puslitbang Lektur Keagamaan

Reid Anthony 2011 Menuju Sejarah Sumatra Antara Indonesia dan Dunia

Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Ricklefs M C 2008 Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 Jakarta PT Serambi

Ilmu Semesta

84

Reid Anthony 1987 Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di

Sumatra Jakarta Pustaka Sinar Harapan

Hasjmy A 1985 Semangat Merdeka 70 Tahun Menempuh Jalan Pergolakan amp

Perjuangan Jakarta PT Bulan Bintang

Madjid M Dien 2014 Catatan Pinggir Sejarah Aceh Perdagangan Diplomasi

dan Perjuangan Rakyat Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Hasjmy A 1978 Bunga Rampai Revolusi Dari Tanah Aceh Jakarta PT Bulan

Bintang

Sjamsuddin Nazaruddin 1990 Pemberontakan Kaum Republik Kasus Darul

Islam Aceh Jakarta Pustaka Utama Grafiti

AbdullahTaufik Siddique Sharon 1988 Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia

Tenggara Jakarta LP3ES

Adan Hasanuddin Yusuf 2003 Tamaddun amp Sejarah Etnografi Kekerasan di

Aceh Yogyakarta Prismasophie Press

M Lapidus Ira 1999 Sejarah Sosial Ummat Islam Jakarta PT Raja Grafindo

Persada

Budiardjo Miriam 2008 Dasar-Dasar Ilmu Politik Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama

Kuntowijoyo 1985 Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia Yogyakarta

Shalahuddin Press

Kuntowijoyo 1995 Pengantar Ilmu Sejarah Yogyakarta Yayasan Bentang

Budaya

Gottschalk Louis 2006 Mengerti Sejarah Jakarta UI Press

Tuwu Alimuddin 1993 Pengantar Metode Penelitian Jakarta UI Press

Abdurahman Dudung 1999 Metode Penelitian Sejarah Jakarta Logos

85

Kartodirdjo Sartono 1992 Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah

Jakarta PT Gramedia

Emalia Imas 2006 Historiografi Indonesia Jakarta UIN Jakarta Press

Sunarto Kamanto 2004 Pengantar Sosiologi Jakarta Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Website

httpwwwjakartagoid

httpmelayuonlinecom

httpkebudayaankemdikbudgoid

httpkbbiwebid

httpmkompasianacom

httpnewsokezonecom

httpsoalacehtumblrcom

86

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I

Tokoh Teungku Muhammad Daud Beureueh

87

Lampiran II

Gambaran Keadaan Aceh Awal Perkembangan Islam

88

Lampiran

III

Wilayah Uleebalang Aceh Pada Tahun 1930-an

89

Lampiran IV

90

Lampiran V

Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo Dalam Rapat Dewan Pertahanan

Daerah yang berlangsung tanggal 20 Maret 1949 membicarakan masalah surat

undangan Wali Negara Sumatera Timur Dr Tengku Mansur

91

Lampiran VI

Staf Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo

92

Lampiran VII

Surat selebaran pada Peristiwa Berdarah di Aceh

93

Lampiran VIII

KEPUTUSAN PERDANA MENTERI

REPUBLIK INDONESIA

No 1Missi1959

PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA

Berkehendak mengambil langkah kebidjaksanaan untuk lebih

mendjamin penjempurnaan dan pembangunan dalam

daerah swatantra tingkat ke I Atjeh

Menimbang bahwa untuk maksud tersebut dipandang perlu

membenarkan sebutan ldquoDaerah Istimewa Atjehrdquo kepada

Daerah Swatantra Tingkat ke I Atjeh sebagai stimulans

untuk mengadjukan otonomi seluasnja dalam rangka

pelaksanaan Undang-Undang No 11957 tentang pokok-

pokok Pemerintahan Daerah

Memperhatikan pertimbangan Komandan Komando Daerah Militer Atjeh

dan Gubernur Kepala Daerah Swatantra Tingkat ke I

Atjeh

Mengingat kuasa jang telah diberikan oleh Dewan Menteri dalam

sidangnja ke-159 pada tanggal 31 Djanuari 1959

Keputusan Perdana Menteri RI No 196PM1959 tanggal

19 Mei 1959

MEMUTUSKAN

Pasal I Daerah Swatantra Tk Ke I Atjeh dapat disebut

ldquoDaerah Istimewa Atjehrdquo dengan djatatan bahwa kepada

daerah itu tetap berlaku ketentuan-ketentuan mengenai

daerah swatantra Tk Ke I seperti termuat dalam Undang-

94

Undang No 1 tahun 1957 tentang Pokok-pokok

Pemerintahan Daerah begitu pula lain-lain peraturan

perundangan jang berlaku untuk Daerah Swatantra tingkat

ke I mengenai otonomi jang seluas-luasnja terutama dalam

lapangan keagamaan peradatan dan pendidikan

Pasal II Keputusan ini mulai berlaku tanggal 26 Mei 1959

sampai ada ketentuan lain

Pasal III Memberikan instruksi kepada segenap Kementerian

Djawatan dan Dinas jang bersangkutan agar memberikan

bantuan seperlunja kepada Daerah swatantra tingkat ke I

Atjeh (Daerah Istimewa Atjeh) dalam pertumbuhan

otonomi jang seluasnja

Wk Perdana Menteri IKetua

Missi Pemerintah ke Atjeh

dto

= Mr Hardi =

Turunan dikirimkan kepada

1 Semua Menteri

2 KDMA

3 Gubernur Kepala Daerah Swatantra tk Ke I

Atjeh (Daerah Istimewa Atjeh)

4 Dan lain-lain instansi jang bersangkutan

95

Lampiran IX

96

Lampiran X

97

Lampiran XI

Page 4: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …

iii

3 Drs H Azhar Saleh MA selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan

waktu untuk membantu dan membimbing dalam proses menyelesaikan

skripsi ini

4 Ibu Hj Tati Hartimah MA selaku Dosen Penasehat Akademik yang selalu

memotivasi diri saya dalam meningkatkan kemampuan bekerja keras dalam

menyelesaikan skripsi

5 Bapak Ibu seluruh dosen Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam yang

memberikan sumbangsih ilmu dan pengalamannya

6 Seluruh staff dan pegawai Perpustakaan Adab dan Humaniora Perpustakaan

Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia Perpustakaan Universitas Indonesia dan Arsip Nasional Republik

Indonesia yang telah menjembatani penulis dengan sumber-sumber primer

dan sekunder terkait penelitian ini

7 Kedua orangtuaku tersayang papa Muchdi dan mama Nunung dan keluarga

di rumah yang telah memberikan perhatian dan curahan kasih sayangnya yang

luar biasa

8 Eki Renata Anggraini (cicak) yang selalu menemani dan memberikan suntikan

semangat serta doa yang tulus sehingga penulis selalu dapat termotivasi dan

dapat menyelesaikan penelitian ini

9 Sahabat-sahabatku Paisyal Ghanis dan Eko (coker) yang selalu menemani

dalam memberikan inspirasi kepada saya

10 Seluruh kawan-kawan di Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Mitra

Zalman (Ucok) yang telah ldquomemperkenalkanrdquo saya dengan sosok Daud

iv

Beureueh Kepada Egi Zulhansah Muliadin Iwan Taki Humaedi dan kawan

seperjuangan SKI 2011 lainnya yang selalu memberikan dukungannya kepada

penulis

Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis menyerahkan segalanya

semoga amal kebaikan yang telah mereka berikan akan mendapat balasan yang

setimpal dari Allah SWT Amin ya Robbal bdquoalamin

Ciputat 16 Mei 2016

Penulis

v

DAFTAR ISI

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipi

KATA PENGANTARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipii

DAFTAR ISIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipv

DAFTAR LAMPIRANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipvii

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

B Permasalahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

1 Identifikasi Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

2 Pembatasan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

3 Perumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip8

C Tujuan dan Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip8

D Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip9

E Metode Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

F Tinjauan pustakahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip13

G Sistematika penulisanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip15

BAB II Biografi Tgk M Daud Beureueh

A Lingkungan Keluargahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip16

B Riwayat Pendidikanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip18

C Karya-karyanyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip23

BAB III Kiprah Tgk M Daud Beureueh dalam Pemberontakan di Aceh

A Pembentukan Darul IslamTentara Islam Indonesia di Acehhelliphelliphelliphellip25

B Kedudukan dan Sikap Tgk M Daud Beureueh Dalam Pemberontakan di

Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip30

vi

C Respon Rakyat Aceh Terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh di

Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip41

BAB IV Pemberontakan dalam Perjuangan Menegakkan Syariat Islam di

Aceh

A Usaha-usaha Menegakkan Syariat Islam di Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip47

B Respon Pemerintah Terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh54

C Upaya penyelesaian Akhir Pemberontakan Tgk M Daud Beureuehhellip67

BAB V PENUTUP

A Kesimpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip78

B Saran-saranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip80

DAFTAR PUSTAKA82

LAMPIRAN-LAMPIRANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip86

vii

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lampiran I Gambar Tokoh Muhammad Daud Beureuehhelliphelliphelliphelliphellip86

2 Lampiran II Gambar Keadaan Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip87

3 Lampiran III Peta wilayah uleebalang tahun1930-anhelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip88

4 Lampiran IV Gambar Muhammad Daud Beureueh dan Ulama Acehhellip89

5 Lampiran V Gambar Pidato yang dilakukan oleh Muhammad Daud

dalam Rapat Dewan Pertahanan Daerahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip90

6 Lampiran VI Gambar Staf Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah

Karohelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip91

7 Lampiran VII Surat selebaran sisa-sisa feodalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip92

8 Lampiran VIII Missi Hardi 1959helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip93

9 Lampiran IX Surat Tgk M Daud Beureueh Kepada Soekarnohelliphelliphellip95

10 Lampiran X MAKLUMAT No GM-14-Mhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip96

11 Lampiran XI Surat Anakanda Kepada Ayahanda Daud Beureuehhelliphellip97

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Aceh sebuah kesultanan muslim di Sumatera Islam secara khas

menunjukan nuansa esoterisme pemikiran Ibn ‟Arabi1 Fenomena Aceh yang

berawal dari sebuah kerajaan berdaulat hingga menjadi salah satu bagian dari

Indonesia senantiasa berada dalam situasi kritis yang berkesinambungan

Berbagai krisis muncul seperti krisis politik yaitu pertikaian pendapat dan

pandangan di antara pemerintah pusat dan Aceh yang berkisar pada permasalahan

kekecewaan penindasan dan ketidaktulusan pusat dalam menjalankan sistem

pemerintahan di Aceh2 Sejak indonesia merdeka pada tahun 1945 Aceh telah

bergelimang dalam berbagai konflik diantarnya persoalan perang saudara seperti

perang Cumbok tahun 1946-1947 yang terjadi antara kaum Uleebalang dengan

kaum ulama yang bergabung dalam Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA)3 Jika

dilihat dari berbagai persoalan yang terjadi untuk kasus di Aceh penulis

berpendapat ini merupakan suatu perjuangan yang terjadi dibawah pimpinan Daud

Beureueh karena pada saat itu melalui PUSA Daud Beureueh menginginkan

proklamasi dimaknai secara nyata di Aceh Dimana tujuan perjuangan Daud

Beureueh adalah menegakan syariat Islam di tanah rencong dan menanamkan

sikap anti penjajahan4

Perjuangan rakyat Aceh tidak berhenti begitu saja pasca kemerdekaan

Republik Indonesia Belanda melakukan agresi bersenjata untuk kembali

1Harun Nasution dkk Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta Djambatan 1992) hal52-

57 2Abdulah Sani Usman Krisis Legitimasi Politik dalam Sejarah pemerintahan di Aceh

(Jakarta Badan Litbang dan diklat kementrian Agama RI 2010) hal1 3Persatuan ulama seluruh Aceh PUSA terbentuk pada tahun 1939 Didirikan oleh Tgk M

Daud Beureueh yang bertujuan untuk menghapuskan eksistensi hulu balang dan berfungsi untuk

mengatur tonggak pemerintahan di Aceh dengan berlandaskan syariat Islam Lihat MNur El

Ibrahimy Tgk M Daud Beureueh Peranannya dalam Pergolakan di Aceh (Jakarta Gunung

Agung 1982) hal72-77 4Perlu untuk diketahui bahwa tidak semua kaum Uleebalang bersikap sama dengan kaum

uleebalang yang terdapat di Pidie sebagai pemicu gerakan PUSA tetapi banyak kaum uleebalang

lainnya di Aceh berasal dari kaum ulama dan intelektual

2

menduduki seluruh kepulauan Indonesia Dalam usahanya menjajah Indonesia

Belanda menyiarkan berita-berita melalui surat kabar radio bahwa kedatangannya

bukan untuk menjajah Indonesia melainkan untuk menjaga keamanan yang

diakibatkan oleh perang Dunia II Selain melalui propaganda Belanda juga

melakukan dua agresi militer bersenjata yaitu agresi pertama tahun 1947 dan

agresi kedua tahun 1948 Akibat serangan itu hampir seluruh wilayah Indonesia

berhasil ditaklukan Dan daerah yang belum dikuasai satu-satunya adalah Aceh

beberapa kali Belanda berusaha menghancurkan perlawanan rakyat Indonesia di

daerah Aceh selalu digagalkan Baik darat udara atau pun laut percobaan

serangan Belanda dapat digagalkan dan Aceh berhasil mempertahankan

kedaulatan kemerdekaan Republik Indonesia Dan menjadikan Aceh sebagai

daerah modal5

Aceh dijuluki sebagai daerah modal selain karena kegigihan dari kekuatan

rakyat Aceh mempertahankan Republik Indonesia juga karena terdapat alat

komunikasi seperti pers dan radio Dengan adanya alat komunikasi tersebut

mempermudah hubungan antara pemerintah daerah-daerah lain antara pemerintah

Aceh dengan pemerintah pusat Melalui media ini dapat menyampaikan berita

secara praktis dan membangkitkan gelora semangat rakyat Aceh dalam

mempertahankan kedaulatan RI hingga titik darah penghabisan6 Peranan pers dan

radio di bidang ekonomi juga terlihat dari siaran tentang kebutuhan para pejuang

agar masyarakat dapat membantunya dalam bentuk makanan pikiran dan

persediaan perlengkapan lainnya Dan bantuan ekonomi lainnya adalah

pengumpulan dana sumbangan untuk membeli pesawat yang sangat dibutuhkan

untuk kelancaran perjuangan Pesawat yang dibeli berkat terkumpulnya

sumbangan masyarakat Aceh yang kemudian oleh Soekarno diberi nama

ldquoSeulawah RI-001rdquo Peran Aceh semakin penting ketika Teungku Muhammad

Daud Beureueh diangkat menjadi Gubernur militer Aceh Langkat dan Tanah

Karo yang berhasil menyatukan pasukan Aceh dari TRI laskar Aceh berbagai

divisi dan tentara pelajar Semakin banyak yang datang ke Medan Area maka

5A K Jakobi Aceh Daerah Modal (Jakarta Yayasan Seulawah RI-001 1992) hal219

6SM Amin Kenangan-kenangan di Masa Lampau (Jakarta Pradnya Paramita 1978)

hal103

3

dibentuk suatu badan koordinasi yang disebut RIMA (Resimen Istimewa Medan

Area)7 Satu-satunya front yang tidak mampu ditaklukan Belanda pada agresi

militer kedua adalah sektor barat atau utara front Medan Area yang dipertahankan

oleh RIMA pasukan dari Aceh

Ketika dalam keadaan krisis saat ibukota RI di Yogyakarta diduduki

Belanda Pemerintah pusat dipindahkan ke Bukit Tinggi dan membentuk

Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) Dengan agresi militer Belanda

yang kedua dapat dikatakan seluruh Sumatera telah berada dibawah kekuasaan

Belanda Satu-satunya daerah yang masih utuh belum dimasuki Belanda adalah

Daerah Aceh Hal ini menjadi faktor utama Aceh sebagai daerah modal

mempertahankan kedaulatan RI Aceh sebagai garis pertahanan RI terakhir

mempunyai peran yang sangat amat penting dimana ketika negara boneka yang

didirikan oleh Belanda sudah mengepung RI Pada saat itu Aceh menjadi penting

sebagai alternatif satu-satunya yang menentukan cita-cita bangsa dan negara RI

Dan ketika itu Presiden Soekarno memohon meminta bantuan kepada Gubernur

militer Aceh Langkat dan Tanah Karo Daud Beureueh untuk bersedia turut

mengambil bagian dalam perjuangan bersenjata yang tengah berkobar untuk

mempertahankan kemerdekaan Saat itu Soekarno memanggil Daud Beureueh

dengan sebutan kakak Selain meminta rakyat Aceh turut serta dalam perjuangan

Soekarno juga meminta bantuan untuk membeli sebuah pesawat dari sumbangan

masyarakat Aceh yang secara ikhlas dan tulus memberi sumbangan yang sangat

berharga untuk bangsa yang sedang berjuang sebagai tanda kesetiaan rakyat Aceh

pada NKRI

Hampir seluruh wilayah RI telah diduduki oleh Belanda tetapi Aceh tak

sedikit pun mundur menyerahkan daerahnya ke tangan penjajah Bahkan ketika

Indonesia sampai diujung tanduk melalui lidah manis Soekarno lebih dahulu

meminta bantuan kepada Aceh untuk membantu mempertahankan kemerdekaan

RI Tapi sama halnya seperti Belanda manis di bibir tak sama seperti kenyataan

yang ada Aceh dikhianati dengan digabungkannya provinsi Aceh dibawah

provinsi Sumatera Utara Aceh yang dipimpin oleh Daud Beureueh saat itu

7Muhammad Ibrahim Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Banda Aceh

Depdikbud 1978) hal210

4

terpedaya oleh tangisan Soekarno yang berjanji akan memberikan hak

menerapkan Syariat Islam di bumi Aceh jika Aceh mau bergabung membantu

memperjuangkan mempertahankan kedaulatan kemerdekaan Republik Indonesia

Pertentangan politik dengan pemerintah pusat yang terjadi setelah Aceh

digabungkan kembali menjadi bagian atau bdquoresiden‟ Sumatra Utara setelah

sebelumnya menjadi provinsi yang terpisah dengan provinsi Sumatra Utara Hal

ini membawa kepada suatu keadaan yang meresahkan akibat adanya tarik menarik

antara Aceh dan pemerintah pusat atau dengan kata lain pemerintah pusat tidak

mengakui pembentukan provinsi Aceh yang terpisah sehingga terjadi tumpang-

tindih kebijakan yang membawa kepada krisis kekuasaan8 Terkait teori kesadaran

sejarah Kuntowijoyo hal ini dapat memberikan tantangan kritik pendapat serta

sikap dalam pertentangan antara rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beureueh

dengan pemerintah pusat

Aceh ketika awal perjuangan kemerdekaan Indonesia secara de facto

merupakan bagian dari provinsi Sumatera dengan kebijakan undang-undang

sementara tahun 1945 yang membagi wilayah Indonesia dalam 10 provinsi

Setelah Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17

Agustus 19459 rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereuh dan ulama-ulama

lainnya bergerak dan berjuang mempertahankan proklamasi kemerdekaan10

Daud

Beureueh orang kuat Aceh dan benteng Republik dalam revolusi menolak untuk

menerima suatu pekerjaan di Jakarta dan tetap bermukim di Aceh sambil

memperhatikan perkembangan Pada saat itu revolusi kemerdekaan Indonesia tak

luput dari pengamatan Daud Beureueh Dia mengamati dengan tenang dan hati

hati setiap perkembangan yang terjadi Dan selama tokoh-tokoh Masyumi

memegang kedudukan yang penting dalam kabinet dia tidak melakukan tindakan

apapun akan tetapi pada bulan mei 1953 ditemukan bukti bahwa dia telah

menjalin hubungan dengan Kartosuwirjo dari Darul Islam Gerakan Darul Islam

bagaimanapun merupakan bagian dari akibat sampingan proses sosial politik yang

8Ibid hal177-178

9 17 Agustus 1945 atau 9 Ramadhan 1364 Hijriah

10 A Hajsimy Ulama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan Pembangunan Tamadun

Bangsa (Jakarta Bulan Bintang 1997) hal109

5

terjadi pasca kemerdekaan11

Ketika masa kabinet Ali terbentuk tersebar desas-

desus bahwa pemerintah pusat melalui kabinet bermaksud menangkapi orang-

orang terkemuka Aceh Berita tersebut kemudian sampai di telinga Daud

Beureueh bahwa ia dan sejumlah kawan-kawannya akan ditangkap oleh tentara

dengan alasan menyimpan senjata gelap12

Daud Beureueh menyatakan bahwa ia

tidak berkeberatan bila ditangkap dan dibunuh akan tetapi jangan dengan alasan

yang dibuat-buat dan jangan mengelabui mata rakyat Selanjutnya Daud Beureueh

menyatakan dalam suratnya bahwa dalam menghadapi tindakan sewenang-

wenang pihak tentara rakyat akan melalui tiga tahap tahap sabar tahap benci dan

tahap melawan Sekarang rakyat sudah sampai kepada tahap kedua Maka oleh

karena itu beliau mengharapkan kebijaksanaan Presiden Soekarno kiranya hal-hal

yang tidak diinginkan dapat dihindari13

Aceh memang pada akhirnya memberontak melalui gerakan DITII Aceh

Pada 21 September 1953 di Aceh meletus suatu peristiwa berdarah yang

merupakan tragedi bagi rakyat Tanah Rencong Ini merupakan awal perjuangan

dalam menegakan syariat Islam14

Daud Beureueh mengumumkan bahwa di Aceh

yang kini merupakan bagian dari Darul Islam tidak ada lagi pemerintahan

Pancasila Selain persoalan ideologi keagamaan pemberontakan Darul Islam

adalah bentuk perlawanan terhadap pengaruh pemerintahan pusat yang kian

merasuk Pemerintah merespon cepat tindakan yang dianggap sebagai

pemberontakan tersebut Ali Sastroamidjojo mengirimkan pasukan-pasukan untuk

menghalau kaum perjuangan dari kota-kota yang penting15

Dalam usahanya

memulihkan keamanan di Aceh Ali Sastroamidjojo memilih tindakan kekerasan16

Usahanya tidak langsung berbuahkan hasil tetapi melalui beberapa proses Daud

Beureueh yang mundur dari Batee ke Lapang kira-kira sebelah utara Sampoi Niet

Lhok Sukon (Aceh Utara) dalam usaha penyelesaian keamanan menemui jalan

11

Ibid hal197-198 12

M C Ricklefs Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (Jakarta Serambi 2010) hal

514 13

Lihat lampiran XI 14

Ibid hal1 15

Ibid hal514-515 16

Ibid hal162

6

buntu militer yang berlanjut sampai tahun 195917

Pada akhir Mei 1959 dilakukan

upaya akhir yaitu musyawarah antara dewan revolusi dan misi Hardi untuk

mencapai persetujuan leburlah Negara Bagian Aceh dari Negara Islam

Indonesia18

Misi Hardi dengan Keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959

telah berusaha ke arah memenuhi keinginan dan hasrat rakyat Aceh Keputusan

ini telah memberikan hak kepada daerah Aceh untuk memakai sebutan ldquoDaerah

Istimewa Acehrdquo19

Seperti yang telah dijelaskan diatas maka tercetuslah pemberontakan

DITII di Aceh yang dipelopori oleh Tgk M Daud Beureueh pemimpin DITII

Aceh yang tampil sebagai pemegang kekuasaan melalui bdquo‟revolusi sosial‟‟ dan

menjadi gubernur militer Aceh Langkat dan Tanah Karo pada 1948-1950

memimpin pemberontakan melawan kendali Jakarta pada 1953-1962 atas dasar

dua alasan yakni menentang diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatra Utara

dan gagalnya republik melaksanakan hukum Islam20

Pemberontakan Daud

Beureueh bertujuan untuk mendirikan negara Islam Indonesia bukan untuk

mencapai Aceh merdeka karena ia percaya bahwa itulah yang diperjuangkan oleh

orang Aceh sedemikian gigihnya selama revolusi mempertahankan kemerdekaan

Republik Indonesia21

Maka dari itu penulis tertarik untuk membahas sepak

terjang Tgk M Daud Beureueh dalam sebuah proposal berjudul Peran Tgk M

Daud Beureueh Dalam Pemberontakan di Aceh 1953-1962

17

M C Ricklefs OpCit hal515 18

M Nur El Ibrahimy OpCit hal168-171 19

Perkataan ldquoistimewardquo ini menimbulkan associatie-associatie pikiran pada suatu daerah

yang memang benar-benar bersifat ldquoistimewardquo suatu daerah yang berhak luas mengatur hal-hal

dalam setiap bidang pemerintahan Akan tetapi hak yang diberikan isi pada statusistimewa itu

pada hakikatnya bukanlah suatu hal yang luar biasa oleh karena yang diberikan itu hanyalah hak

otonomi yang berpokok pangkal pada undang-undang tahun 1957 sehingga perkataan ldquoistimewa

itu sebenarnya tidak tepat antara nama tidak sesuai dengan isi menurut penafsiran yang lazim

daripada perkataan ldquoistimewardquo Lihat M Nur El Ibrahimy Op Cit hal186 20

Anthony Reid Menuju Sejarah Sumatra Antara Sumatra Antara Indonesia dan Dunia

(Jakarta KITLV amp NUS publising 2010) hal 388-389 21

Ibid hal341

7

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Pasca kemerdekaan terjadi konflik yang disebabkan perbedaan pendapat

antara pemerintah pusat dengan rakyat Aceh Dan agresi Belanda juga terjadi

setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya kembali menggugat serta

memporak-porandakan seluruh Indonesia kecuali Aceh Kenyataan bahwa

Belanda telah mampu menduduki kembali Indonesia ditolak Semangat anti

penjajahan dalam diri rakyat Aceh selalu dipertahankan Pada era Orde Lama

krisis legitimasi di Aceh tidak ditunaikan janji pemerintah pusat berupa penerapan

syariat Islam yang tak terwujud menjadi akar permasalahan Krisis melalui

ketetapan yang berakibat pengalihan kuasa pemerintah Aceh yang berbentuk

provinsi yang terpisah menjadi residen dari provinsi Sumatera Utara Dalam

pengalihan kuasa rakyat masih dapat bersabar namun ketika ideologi dituntut

tidak terpenuhi dan perjuangan tumpah darah rakyat Aceh mempertahankan

kedaulatan tak dianggap akhirnya meletus lah konflik akibat dari kekecewaan dan

sebagai ekspresi kebangkitan rakyat aceh yang merasa harga diri masyarakat Aceh

terlecehkan oleh janji-janji dan iming-iming pemerintah

Dalam penelitian ini terdapat masalah yang telah diidentifikasi oleh

penulis Dan juga sebagai kajian lebih mendalam mengenai konflik yang terjadi

secara vertikal antara rakyat Aceh dengan pemerintah pusat yaitu

1 Terjadinya krisis legitimasi yang disebabkan oleh pengalihan kuasa

dan ideologi yang tidak direalisasikan

2 Pemberontakan pimpinan Tgk M Daud Beureueh atas kendali

pemerintah pusat akibat diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatera

Utara

2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi penulis tentang apa yang dipaparkan diatas maka

penulis membatasi permasalahan yaitu seputar Peran Tgk M Daud Beureueh

dalam Menegakan Syariat Islam di Aceh mengenai pengalihan kuasa dan ideologi

yang tidak direalisasikan Pada saat itu menjadi tahun pemberontakan dalam

8

menentang sikap pemerintah baik dalam mengatur otonomi daerah maupun

menetapkan ideologi suatu negara Adapun batasan tahunnya dimulai dari

perjuangan Tgk M Daud Beureueh pada tahun 1953 sampai kembalinya Tgk M

Daud Beureueh kepangkuan Republik Indonesia pada tahun 1962 Dan

pembatasan subjeknya yaitu terkait pengaruh Islam dan Barat mengenai rakyat

Aceh dan Pemerintah Pusat Serta objeknya mengenai perjuangan Tgk M Daud

Beureueh dalam menegakkan syariat Islam di Tanah Rencong

3 Perumusan Masalah

Dari pemaparan mengenai pemberontakan Tgk M Daud Beureueh dalam

menegakan syariat Islam di Aceh adapun perumusan masalah penelitian ini dapat

dibaca dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut

1 Apa motif yang melatarbelakangi pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

di Aceh

2 Seberapa besar pengaruh Tgk M Daud Beureueh dalam pemberontakan

di Aceh

3 Bagaimana hasil dari perjuangan Tgk M Daud Beureueh dalam

menegakan syariat Islam di Aceh

4 Bagaimana respon pemerintah terhadap pemberontakan Tgk M Daud

Beureueh

5 Apa solusi pemerintah dalam mengatasi pemberontakan di Aceh

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini tujuan yang ingin penulis capai adalah

1 Menjelaskan motif tercetusnya pemberontakan oleh rakyat Aceh terhadap

kendali pemerintah

2 Menjelaskan peran Tgk M Daud Beureueh dalam peristiwa berdarah di

Aceh

3 Mengetahui bentuk usaha atau upaya yang dilakukan rakyat Aceh dalam

menegakan syariat Islam

9

4 Menjelaskan hasil yang dicapai pada pemberontakan DITII dalam

memperjuangankan menegakan syariat Islam di Aceh

5 Menjelaskan respon pemerintah pusat terkait pemberontakan rakyat Aceh

Adapun dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai

berikut

1 Dapat memberikan wawasan dan menambah pengetahuan tentang peran

dan kontribusi Tgk M Daud Beureueh dalam peristiwa berdarah di Aceh

2 Sebagai bentuk khazanah keilmuaan dan pengembangan sejarah keislaman

Nusantara studi kasus Aceh

3 Pembelajaran masa lalu untuk kehidupan dimasa yang akan datang dalam

bentuk nyata sebagai kontribusi positif dari penulis dalam rangka

sosialisasi sejarah Nusantara

4 Memberikan informasi dan data kepada pembaca mengenai peristiwa

berdarah di Aceh

D Kerangka Teori

Fenomena yang terjadi pada pristiwa berdarah di Aceh adalah bentuk

revolusi sosial suatu kelompok oleh rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud

Beureueh yang menginginkan terwujudnya ideologi keagamaan dalam sebuah

Negara Pada kasus ini penulis melihat konflik terjadi karena adanya hukum

sebab-akibat sebab keinginan rakyat Aceh tidak terpenuhi berakibat munculnya

pemberontakan dalam menegakan syariat Islam Dalam sudut pandang teori

kesadaran sejarah hal ini memberikan dampak tantangan kritik pendapat dan

sikap Studi kasus tentang pemberontakan DITII di Aceh terkait teori kesadaran

sejarah memunculkan budaya progresif dalam bidang politik

Seperti pemikiran Marx mengenai etika humanis yang meyakini bahwa

manusia pada hakikatnya baik dan dalam keadaan tertentu yang menguntungkan

akan dapat membebaskan diri dari lembaga-lembaga yang menindas menghina

dan menyesatkan22

Dan untuk mencapai hal tersebut kekerasan dipandang

22

Miriam Budiharjo Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

2008) hal85

10

sebagai alat sah yang harus dipakai Kekerasan dalam kasus peristiwa berdarah ini

dipakai oleh pemerintah pusat yang menganggap pemberontakan Daud Beurueh

sebagai suatu tindakan yang menentang pemerintahan

Bisa dilihat dimensi sosial dari proses politik itu mencakup status dan

peranan elite politik terhadap masyarakat Aceh bagaimana interaksi dalam

perjuangan menegakan syariat islam yang menimbulkan suatu konflik Jadi

menurut analisa penulis ini merupakan suatu pemahaman keyakinan tentang Neo

Fundamentalisme Islam yang lebih menitik beratkan pada cita-cita ideologi

politik yaitu sebagai berikut

1 Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber 16 paling otoritatif

2 Skriptualis (tulisan) literalis tekstualis

3 Negara Islam sebagai cita-cita politik tentang berdasar pada syariat

Islam

4 Anti modernisme Barat demokrasi dan ideologi-ideologi lainnya

Pemahaman ini bersifat frontal yang mengarah pada kekerasan yang

melahirkan ideologi baru yang bernama Ideologi Negara IslamrarrNon

ParlementerrarrTarbiyah23

Maka dari itu berdasarkan penjelasan diatas penelitian ini ingin menguji

teori paradigma perubahan sosial dengan pendekatan konflik seperti yang

dikemukakan oleh T Persons dan N Smelzer mengatakan bahwa masyarakat

dikonsepsikan sebagai sistem yang mempunyai fungsi adaptasi integrasi

mempertahankan diri dan member orientasi tujuan Hal tersebut mencakup ide

masyarakat dengan adanya proses adaptasi untuk menghadapi pengaruh faktor

eksogen dan endogen maka tetap ada dinamika sosial Kerangka teoritis tersebut

juga menonjol dalam studi perubahan sosial sebagai bentuk perkembangan

Masalah sosial yang terjadi adalah kekecewaan penindasan dan ketidaktulusan

pusat dalam menjalankan sistem pemerintahan

23

Tarbiyah Takfiri adalah dimana mulai mengkafirkan apa-apa yang berasal dari barat

Hal ini menjadi dasar pemikiran gerakan salafi dan jihadi

11

E Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah dan metode yang akan

digunakan didalam penyusunan penelitian ini adalah metode historis yang bersifat

deskriptif analisis Metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara

kritis sumber data baik itu sumber primer Ensiklopedi Artikel Jurnal Majalah

Surat Kabar yang sezaman ataupun sumber sekunder seperti buku-buku24

Data

yang diperoleh tersebut disusun secara teratur dan sistematis lalu dianalisis secara

kualitatif Kemudian poin-poin yang autentik ditulis dan dipaparkan sesuai

bentuk kejadian suasana dan masanya Adapun analisa faktor-faktor politik

menjadi faktor pendukung

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencapai penulisan sejarah oleh

karena itu upaya merekonstruksi masa lampau dari obyek yang diteliti

menggunakan metode historis yang bersifat deskriptif analisis Dengan

menggunakan metode ini melalui pemaparan penulis diharapkan dapat membantu

untuk mengetahui fakta dan sejarah mengenai peran Tgk M Daud Beureueh

dalam pemberontakan di Aceh 1953-1962 Adapun dalam melakukan penelitian

ini penulis menggunakan metode historis25

yaitu

1 Heuristik kegiatan untuk mencari data atau pengumpulan bahan-bahan

atau sumber sejarah Hal ini merupakan tahap awal yang harus dilakukan

Adapun dalam pengumpulan data-data dan sumber yang akan digunakan

dalam membuat skripsi ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan

library research Dalam kaitannya dengan sumber-sumber seperti arsip

jurnal ensiklopedi artikel majalah surat kabar dan buku-buku penulis

mencari sumber dengan mengunjungi beberapa perpustakaan seperti

perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta perpustakaan

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

perpustakaan Nasional Arsip Nasional perpustakaan UI melalui toko

buku di wilayah Jakarta Tangerang dan Depok serta melalui katalog-

katalog dan website Selain itu penulis juga menggunakan buku-buku

koleksi pribadi yang berhubungan dengan kajian penelitian ini

24

Louis Gottschalk Mengerti Sejarah (Jakarta UI Pers 1975) hal32 25

Dudung Abdurahman Metode Penelitian Sejarah (Jakarta Logos 1999) hal54

12

2 Verifikasi setelah melakukan heuristik atau pengumpulan sumber-sumber

baik dalam bentuk artefak hasil-hasil dari persitiwa bersejarah ataupun

melalui dokumen-dokumen tertulis yang merupakan rekaman peristiwa

maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah kritik sumber26

Kritik sumber adalah usaha untuk mendapatkan sumber-sumber yang

relevan dan terbukti keaslian sumber Otentiksitas dangan pembahasan

sejarah yang ingin disusun sesuai dengan tema kajian Disini penulis

melakukan kritik sumber melalui pengujian data yaitu tampilan sumber

eksternal dan isi sumber internal Dengan mengidentifikasi keaslian

sumber otentik dan keabsahan tentang kesahihan sumber kredibilitas Baik

sumber primer dan sekunder penulis melakukan pengujian data untuk

mendapatkan hasil yang maksimal

3 Interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut juga dengan analisis

sejarah Dalam sumber terkait peristiwa berdarah di Aceh penulis

menggunakan studi komparatif yaitu menganalisis sebagian besar sumber

melalui buku-buku memaparkan Tgk M Daud Beureueh sebagai

pemberontak hal ini bertolak belakang dengan pemikiran penulis bahwa

ini adalah peristiwa perjuangan Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk

penulis Tujuannya agar data yang ada mampu untuk mengungkap

permasalahan yang ada sehingga diperoleh pemecahannya dalam sudut

pandang berbeda atau dua sisi27

4 Historiografi tahap ini adalah tahap yang terakhir dalam metode historis

Setelah melakukan tahap heuristik verifikasi dan interpretasi selanjutnya

historiografi Dengan menulis pemaparan atau laporan hasil penelitian

dalam suatu urutan yang sistematik yang telah diatur dalam pedoman

penelitian Dalam hal ini penulis berusaha menyusun penelitian ini

berdasarkan kronologi waktu dan tema-tema tertentu yang akhirnya isi inti

dari penelitian atau klimaks dari penelitian ini Tahap ini merupakan

rangkaian dari keseluruhan teknik metode pembahasan

26

Ibid hal 35-37 27

Louis Gottschalk Op Cit hal 54

13

F Tinjauan Pustaka

Untuk mendapatkan hasil yang dikehendaki sesuai dengan topik

permasalahan penulis mencari beberapa literature terkait pemberontakan rakyat

Aceh khususnya peran Daud Beureueh dalam menegakan syariat Islam namun

tidak banyak sumber-sumber dalam artikel majalah dan surat kabar yang

memberikan informasi secara detail mengenai peristiwa berdarah tersebut Dalam

kaitannya dengan judul penelitian ini ingin menyajikan hasil penelitian yang

menjadi pembahasan pokok dalam berbagai literature yang ada Adapun beberapa

literature yang dijadikan tinjauan pustaka sebagai berikut

Melalui artikel majalahsurat kabar Kabinet dan Aceh oleh pembantu-

CHAS yang dimuat dalam majalah Dalam Negeri WAKTUrdquo No41 tanggal 7

November28

Mengurai informasi tentang bagaimana pemerintah pusat seakan

menutupi penyebab meletusnya peristiwa berdarah di Aceh dengan

mengesampingkan alasannya yang lebih diungkapkan adalah mengenai

pemberontakan yang terjadi pada peristiwa berdarah yang banyak menelan korban

di kalangan rakyat Aceh Dan mengenai Cumbok Affairs pemerintah pusat

menganggap kesalahan terjadi pada pertentangan yang terjadi antara PUSA

dengan kaum hulu balang Dalam beberapa pemaparan majalah Dalam Negeri

tersebut penulis melihat informasi dan data yang disajikan lebih mengarah pada

pembelaan terhadap PUSA dibanding terhadap pemerintah pusat

Sama halnya dengan artikel majalahsurat kabar yang berjudul Tentang

soal memulihkan keamanan di Atjeh yang terbit WAKTUrdquo No23 tanggal 25 djuni

1955 Memaparkan tentang bagaimana keamanan di Aceh yang belum terkendali

Hal itu terlihat pada bantuan militer terhadap pamong praja untuk mematahkan

pemberontakan Daud Beureueh Berbeda dengan sebelumnya artikel

majalahsurat kabar yang berjudul Karena keterkaitan Ideologis yang ditulis oleh

Taufik Abdullah melalui Panji Masyarakat No419 Jika dikaitkan dengan

28

Dalam artikel majalahsurat kabar ini untuk tahun penerbitan tidak terlihat hal itu

dikarenakan karena sumber yang ada sangat rentan dan penulis menemukan sebagian teks hilang

terjadi akibat pengalihan dari sumber nyata yang di scan dan dipublikasikan via website online

Terlepas dari sisi eksternalnya untuk kritik internalnya artikel majalahsurat kabar Dalam Negeri

ini menggunakan penulis masih terkendala dalam menganalisa karena bahasa yang digunakan

bahasa yang berada di jaman sebelum dan pasca kemerdekaan

14

penelitian penulis melihat kasus Aceh sebagai perjuangan pengalihan kuasa dan

ideologi keagamaan Pemaparan lebih detail dijelaskan oleh Taufik Abdullah

mengenai pilar-pilar kepemimpinan sikap masyarakat Aceh yang bersifat

spontanitas dan enthusiasme

Dalam literature yang lain penulis menemukan beberapa buku yang

mendukung permasalahan dari topik ini M Nur El Ibrahimy Tgk M Daud

Beureueh perananya dalam pergolakan di Aceh Jakarta Gunung Agung 1982

Dalam buku ini membahas peranan Daud Beureueh dalam pemberontakan yang

terjadi di Aceh dimulai dari sebabnya sumbangan rakyat Aceh kepada pendirian

Republik serta terkait pristiwa berdarah secara kronologis Dalam buku ini juga

membahas biografi singkat mengenai Daud Beureueh

Semangat Merdeka 70 tahun menempuh jalan pergolakan amp perjuangan

yang ditulis oleh A Hasjmy 1985 adalah sebuah buku yang memuat perjalanan

A Hasjmy juga peristiwa sejarah yang terjadi kurun waktu 70 tahun penulis

Banyak peristiwa-peristiwa sejarah yang tercatat dibuku ini selama perang

kolonial melawan Belanda dan berbagai pergolakan politik di Aceh seperti

pertempuran dan pemberontakan juga disajikan lengkap dibuku ini Komentar

komentar dan analisa analisanya terhadap pembahasan juga melengkapi kisah

perjalanan hidup penulis dalam kancah pergolakan di Aceh Adapun kisah

pemberontakan terhadap tentara Jepang Pergerakan PUSA Gema Proklamasi di

Aceh sampai kepada bagaimana tentara Aceh mempertahankan kemerdekaan RI

merupakan sebagaian dari banyak kisah sejarah lainnya yang dikemukakan Oleh

Hasjmy Termasuk juga kisah dalam penahanannya dalam penjara oleh

pemerintahaan RI yang disebabkan oleh diproklamirkannya Darul Islam (DI) di

Aceh oleh Tgk M Daud Beureueh

Penulis juga melakukan perbandingan pada tiap literature yang ada

Seperti dalam buku Memahami Sejarah Konflik Aceh yang ditulis oleh Mr S M

Amin yang diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia Jakarta 2014

Bertentangan dengan buku Sejarah dan dokumen-dokumen pemberontakan di

Atjeh oleh Alibasjah Talsya Mr S M Amin ingin memberikan informasi kepada

pembaca dalam sudut pandang yang berbeda Peristiwa berdarah di Aceh

15

dilihatnya sebagai suatu perjuangan dalam menegakan ideologi keagamaan Hal

ini bertujuan untuk memberikan dan memperkaya pembaca mengenai studi kritis

dalam sejarah Aceh maupun sejarah Indonesia diawal berdirinya republic ini

G Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman secara keseluruhan skripsi ini terbagi

dalam lima bab Adapun susunan skripsi ini adalah sebagai berikut

BAB I Merupakan pendahuluan yang meliputi penjabaran singkat

mengenai permasalahan yang menjadi fokus kajian identifikasi

masalah batasan dan rumusan masalah tujuan dan manfaat

penelitian kerangka teori metode penelitian tinjauan pustaka

serta sistematika penulisan

BAB II Membahas biografi Tgk M Daud Beureueh dari mulai lingkungan

keluarga riwayat pendidikan dan karya-karyanya dalam berbagai

bentuk dari masa pra-kemerdekaan kemerdekaan dan pasca

kemerdekaan

BAB III Membahas lebih mendalam mengenai peranan Tgk M Daud

Beureueh dalam pemberontakan untuk menegakan syariat Islam di

Aceh Baik kedudukan sikap dan kontribusi nyatanya dalam

konflik yang disebut juga sebagai peristiwa berdarah di Aceh

BAB IV Membahas mengenai pemberontakan yang menjadi peristiwa

berdarah di Aceh Baik melalui upaya-upayanya dan hasil

perjuangan dalam bentuk perubahan sosial dengan menggunakan

pendekatan konflik Serta respon pemerintah pusat melalui

kebijakan-kebijakannya terhadap perjuangan masyarakat Aceh

yang dipimpin oleh Daud Beureueh

BAB V Berisikan penutup yang terdiri atas kesimpulan mengenai jawaban

permasalahan penelitian dan saran sebagai masukan terhadap

penelitian

16

BAB II

BIOGRAFI TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH

A Lingkungan Keluarga

Teungku Muhammad Daud Beureueh aslinya bernama Muhammad

Daud29

Ia dilahirkan pada tanggal 17 September 189930

di kampung Beureueh

Beureuneun atau yang sekarang termasuk Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie

Daerah Istimewa Aceh31

Daud Beureueh adalah salah satu tokoh ulama besar di

Aceh ia juga merupakan tokoh kontroversial yang populer dikalangan masyarakat

Aceh dalam perjuangannya mengibarkan serta menegakan panji-panji Islam di

bumi Aceh akibat rasa ketidakpuasannya atas pemerintahan Soekarno32

Ketika semasa hidupnya dihabiskan di Aceh dari situlah Daud Beureueh

dikatakan sebagai anak Aceh tulen Seperti dalam sebuah karangan yang ditulis

oleh Anggraini dalam majalah Indonesia Merdeka No214 yang terbit di

Banjarmasin pada tanggal 1 oktober 1953 berjudul ldquoSiapa Teungku Daud

Beureueh bekas Gubernur Aceh yang memberontakrdquo Menjelaskan mengenai

nama asalnya Muhammad Daud yang diberikan orang tuanya sejak lahir33

Gelar

Teungku34

berasal dari masyarakat Aceh merupakan sebutan yang diberikan

kepada ulama Aceh atau sebutan kepada setiap orang yang dihormati35

Sedang

tambahan bdquoBeureueh‟ adalah nama tempat kampung kelahirannya Penamaan ini

29

Harun Nasution dkk Op Cit hal202-203 30

Menurut A Hasjmy dalam buku Ulama Aceh Pejuang Kemerdekaan dan

Pembangunan Tamadun BangsaTgk M Daud Beureueh lahir dalam tahun 1316 Hijriah atau

sekitar tahun 1896 Masehi seperti yang dipaparkan dalam Ensiklopedi Islam Indonesia yang

disusun oleh Harun Nasution dkk 31

A Hasjmy Op Cit hal119-120 32

HM Bibit Suprapto Ensiklopedi Ulama Nusantara (Jakarta Gelar Media Indonesia

2009) hal231-323 33

El Ibrahimy Op Cit hal221-222 34

Sekedar info berbeda dengan Teungku (tgk) Sebutan Tengku adalah titel

kebangsawanan di Sumatera Timur Teuku adalah titel kebangsawanan di Aceh sedangkan

Tuanku adalah titel Sultan Aceh dan turunannya atau sebagai sebutan sultan-sultan di Sumatera 35

Anthony Reid Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera

(Jakarta Pustaka Sinar Harapan 1987) hal 12-17

17

adalah suatu kebiasaan pada sebagian masyarakat di Sumatera yang menaruhkan

nama kampungnya ke dalam namanya36

Jika dianalisa lebih mendalam mengenai Muhammad Daud nama yang

diberikan kedua orang tuanya adalah dua nama Nabiyullah yang diberikan kitab

Al Qur‟an dan Zabur Dari penamaan yang diberikan penulis berasumsi bahwa

keinginan kedua orang tuanya adalah menjadikan Daud Beureueh sebagai ulama

sekaligus mujahid37

yang siap membela menyebarkan mengibarkan dan

menegakan panji-panji yang berdasar pada syariat Islam Dilihat dari lingkungan

hidupnya Daud Beureueh tumbuh dan besar dilingkungan religius yang sarat

dengan nilai-nilai Islam38

Dan ketika memasuki masa dewasa di bawah bayang-

bayang keulamaan ayahnya yang sangat kuat yang mengilhami jejak hidupnya

Ayahnya bernama Teungku Ahmad yang pada waktu itu menjadi Keucik

(lurah) Kampung Beureueh Ayahnya merupakan seorang ulama yang

berpengaruh dikampungnya mendapat gelar dari masyarakat setempat dengan

sebutan bdquoImeuem‟ (imam) Beureueh Ibunya bernama Aminah Menurut A

Hasjmy dikatakan bahwa kakek Teungku Muhammad Daud Beureueh berasal dari

Kerajaan Pattani Darussalam namanya Haji Muhammad Adami39

Sementara

Daud Beureueh sendiri beristrikan tiga orang Istri yang pertama bernama

Teungku Cut Halimah atau sering dipanggil Mi Usi darinya dikaruniai tujuh

orang putraputri Istri yang kedua bernama Teungku Asma dipanggil Mi Paleue

darinya dikaruniai tiga orang putraputri Istri yang ketiga bernama Cutnyak

Asiyah terkenal dengan panggilan Mi Beureueh dikaruniai seorang putra yang

bernama Hatta jika diakumulasikan semuanya berjumlah sebelas orang

putraputri40

Daud Beureueh melalui anak tertuanya Teungku Maryam

mempunyai anak yaitu cucunya yang bernama Nila Inangda Mayang Keumala

36

El Ibrahimy Op Cit hal 222-223 37

Mujahid adalah orang yang berjuang demi membela agama Islam Sumber melalui

httpkbbiwebidmujahid di akses pada tanggal 31 Januari 2016 Pukul 1337 WIB 38

Nilai-nilai Islam yang dimaksud terlihat dimana ketika Maghrib tiba Hikayat Perang

Sabil selalu dikumandangkan di setiap meunasah (masjid kampung) Ibid hal 337-338 39

Kerajaan Pattani Darussalam adalah kerajaan Islam Melayu yang terletak di ujung

paling utara Semenanjung Tanah Melayu dan setelah dijajah Siam sekarang menjadi Thailand

Selatan A Hasjmy melalui bukunya yang berjudul ldquoUlama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan

dan Pembangunan Tamadun Bangsardquo hal120 40

A Hasjmy Op Cit hal120-121

18

yang bersuamikan Tan Sri Sanusi Junit41

telah mempersembahkan cicit untuk

Daud Beureueh Tidak banyak literature yang dapat penulis gali mengenai

keluarga Daud Beureueh baik mengenai keluarga lingkungan ataupun orang

terdekatnya

Ketenaran tokoh di Aceh senantiasa melekat pada kharisma kampungnya

Kampung adalah sebuah entitas politik42

yang pengaruhnya ditandai dengan

tokoh-tokoh perlawanan Hal ini terjadi akibat cita-cita yang belum tercapai Jika

dikaitkan dengan tempat tinggalnya Daud Beureueh berasal dari tanah Aceh

tepatnya didaerah Pidie Orang-orang Pidie terkenal berwatak keras ulet dan suka

merantau Mungkin sekali bila penulis katakan karena watak orang Pidie

demikian rupa maka Daud Beureueh tumbuh menjadi manusia yang keras dan

ulet hal ini terlihat juga setelah ia menjadi pemimpin umat43

Terlebih lagi Daud

Beureueh mendapatkan gelar Teungku adalah karena ia ulama yang berasal dari

rakyat jelata Jelaslah kemauan keinginan dan pendiriannya yang kuat yang

membuat Daud Beureueh sangat disegani oleh masyarakat Aceh44

B Riwayat Pendidikan

Dalam riwayat pendidikannya Daud Beureueh memperoleh pendidikannya

dari lembaga pendidikan tradisional45

Sebelum membahas hal itu lebih jauh

penulis ingin mencoba memaparkan sedikit mengenai sejarah pendidikan Islam di

41

Tri Sri Dato‟ Seri Sanusi Junid atau suami dari cucu Daud Beureueh yaitu Nila Inangda

Keumala lahir 10 Juli 1943 adalah tokoh politik Malaysia yang menjabat sebagai Menteri

Pembangunan Negara dan Luar Bandar pada tahun 1981 Menteri Pertaninan sewatu berumur 38

tahun pada tahun 1986 Dan Tan Sri Sanusi menjadi Menteri Besar Kedah Darul Aman yang

ketujuh pada tahun1996-1999 Sumber melalui httpmkompasianacomdandibachtiartan-sri-

sanusi-junid-putra-aceh-yang-jadi-menteri-di-malaysia_550e5dcaa33311b82dba8166 diakses pada

tanggal 31 januari 2016 Pukul 1541 WIB 42

Entitas politik adalah wujud politik Jika dikaitkan dengan dengan entitas budaya

menurut Kuntjaraningrat Analisa penulis mengenai penelitian ini adalah sebagai bentuk entitas

ideal yaitu merupakan kompleks dari ide-ide gagasan nilai-nilai norma-norma dsb Jelas

kaitannya dalam kasus perjuangan ini adalah terkait nilai-nilai keagamaan dalam menegakan

syariat Islam di Aceh Sumber melalui httpkbbiwebidentitas di akses pada tanggal 31 Januari

2016 Pukul 1730 WIB 43

Bukti dari sifatnya yang keras dan tegas terlihat ketika dalam suatu khotbah Jum‟at di

Masjid Raya Kutaraja dalam mengupas Islam dengan komunis Daud Beureueh sangat militant

tegas dan enteng dalam menyampaikan vonis haram dan kafir terhadap orang yang tidak

disukainya dalam kasus ini disebutkan untuk menjauhkan kaum Muslimin dari PKI 44

El Ibrahimy Op Cit hal 222 45

Harun Nasution Op Cit hal 202

19

Aceh Pendidikan Islam yang berlandaskan ayat-ayat Al Qur‟an adalah rasa

kesadaran beriman dan beramal salih yang berdasarkan ilmu pengetahuan

sehingga manusia menjadi makhluk sosial yang menghayati ajaran-ajaran Islam

dalam kehidupannya46

Baik dalam kehidupan politik ekonomi ataupun dalam

kehidupan sosial Dengan berpedoman ayat-ayat Al Qur‟an pendidikan Islam

bertujuan untuk

a Membina manuslia Muslim yang beriman dan beramal salih sehingga

memenuhi syarat untuk menjadi Khalifah Allah di atas bumi yang

bertugas memakmurkan dunia raya47

b Membina manusia Mukmin yang beramar makruf dan bernahi

mungkar sehingga mereka memiliki syarat-syarat untuk ditampilkan

menjadi umat pilihan di depan mata dunia48

c Membina Jama‟ah Ansarullah yang bertugas melaksanakan Dakwah

Islamiyah dengan hikmah kebijaksanaan dan ajaran-ajaran yang indah

sebagai syarat mutlak bagi kaum Muslimin untuk menjadi umat yang

beruntung dan mendapat kemenangan49

d Membina angkatan Dakwah yang tugasnya bejihad membela rakyat

melarat yang tertindas dengan segala daya dana dan jiwa sebagai

syarat mutlak untuk mendapat ampunan Allah dan kemenangan di

dunia dan di akhirat50

Pengertian dan tujuan pendidikan Islam ini merupakan hal penting ketika

kita mengenyam pendidikan Islam dimanapun51

Selain itu mengetahui

pengertian dan tujuan bermanfaat untuk mengkaji mengenai suatu penelitian

terkait pendidikan yang dalam kasus ini penulis akan mencoba untuk

menjelaskannya Seperti yang dijelaskan dalam berbagai literature Daud

Beureueh tidak mengalami masa-masa usia sekolah atau tidak masuk sekolah ke

lembaga pendidikan resmi yang dibuat Belanda seperti Volkschool Goverment

46

Landasan QS Al Alaq 1-5 dan At Taubah 122 47

Landasan QS An Nur 55-56 48

Landasan QS Ali Imran 110 49

Landasan QS Ali Imran 104 dan An Nahl 125 50

Landasan QS An Nisa 74 dan Ash Shaf10-12 51

A Hasjmy Bunga Rampai Revolusi dari Tanah Aceh (Jakarta Bulan Bintang 1978)

hal 51-53

20

Indlandsche School atau HIS52

Hal tersebut dikarenakan banyak putraputri Aceh

tidak diizinkan orangtuanya untuk memasuki sekolah-sekolah yang didirikan oleh

bdquokaphe‟53

terutama untuk putraputri ulama Dan terlebih lagi masih sangat

kuatnya anti penjajahan dan gema berkumandangnya Hikayat Perang Sabil54

Hal

ini membuktikan bahwa tidak benar yang dikatakan ldquopengamatrdquo yang mengatakan

bahwa orang Aceh jaman penjajahan anti ilmu pengetahuan melainkan yang

benar bahwa rakyat Aceh saat itu dan bahkan sampai sekarang anti penjajahan

seperti yang diterangkan oleh A Hasjmy dalam bukunya Ulama Aceh Mujahid

Pejuang Kemerdekaan dan Pembangunan Tamadun Bangsa

Walaupun Daud Beureueh dan masyarakat Aceh baik dikalangan ulama

maupun rakyat jelata tidak memasuki lembaga pendidikan yang didirikan kaum

penjajah namun mereka tidak ldquobuta hurufrdquo dan juga tidak ldquobuta ilmurdquo karena

mereka mendapat pendidikan di pusat-pusat pendidikan seperti pesantren

madrasah seperti dayahzawiyah55

Jika dikaji lebih dalam pendidikan yang

bernama dayahzawiyah berdiri ketika masa Kerajaan Islam Perlak sebagai

Kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara Hal ini merupakan upaya utama yang

dilakukakan dengan mendirikan tempat-tempat pendidikan bagi putraputri

negara dalam rangka mempunyai pengetahuan yang luas Ini merupakan perintah

Sultan56

untuk memberi pengetahuan yang luas melalui bidang pendidikan Dan

masa itu pendidikan dayahzawiyah diajarkan oleh ulama-ulama yang juga

mempunyai pengetahuan yang luas

52

Volkschool atau yang dikenal sekolah desa selama tiga tahun muncul sekitar tahun

1915 ketika jaman penjajahan Belanda diperuntukkan bagi anak-anak peribumi yang tinggal di

desa-desa Motif pembangunan sekolah ini adalah ekonomi Sumber melalui

httpwwwjakartagoidwebencyclopediadetail3515volkschool diakses pada tanggal 31 Januari

2016 Pukul1952 WIB Goverment Indlandsche School adalah sekolah rakyat lima tahun A

Hasjmy Op Cit Sedangkan HIS adalah sekolah dasar selama tujuh tahun dengan bahasa Belanda

sebagai pengantar diperuntukkan untuk anak-anak pribumi Sumber melalui Anthony Reid Op

Cit hal 13 53

Kaphe adalah sebutan kafir oleh masyarakat Aceh untuk Belanda atau penjajah 54

Hikayat Perang Sabil merupakan syair perang sabil yang ditulis dan disebarkan pada

waktu perlawanan anti-Belanda Anthony Reid Menuju Sejarah Sumatera Antara Indonesia dan

Dunia (Jakarta KITLV 2011) hal 338 55

El Ibrahimy Op Cit hal 221-222 56

Hal yang melatarbelakangi pendidikan masa itu adalah ketika itu Ayah Sultan sangat

mementingkan pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk putranya hal itu terlihat dari pemikiran

Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah yang juga mementingkan pendidikan dan ilmu

pengetahuan terinspirasi dari ayahnya

21

Setelah berdiri banyak tempat-tempat pendidikan yang bernama zawiyah

dalam Kerjaan Islam Perlak pada akhir abad ke-3 H atau abad ke-10 M

Berdirilah pendidikan Islam yang bernama ldquoZawiyah Cot Kalardquo didirikan oleh

pangeran Muhammad Amin yang sekaligus merupakan seorang ulama atau lebih

dikenal dengan nama Teungku Chik Cot Kala Kata-kata ldquozawiyahrdquo seiring

perkembangan jaman berubah sebutan menjadi ldquodayahrdquo menjadi ldquoDayah Cot

Kalardquo57

Mempunyai akar sejarah dalam bidang pendidikan yang kuat

memunculkan upaya yang dilakukan Kerajaan Aceh Darussalam untuk menyusun

lembaga-lembaga pendidikan yand disesuaikan dengan system dan organisasi

pendidikan atau pengajaran yang disusun oleh Perdana Menteri Nizamuddin dari

Daulah Abbasiyah sekitar abad ke-16 M dan seiring perkembangan pendidikan di

Aceh membawa ajaran wajib dalam rangka membasmi buta huruf tadan buta ilmu

Adapun tingkatan pendidikan di Aceh sekitar abad ke-17 M adalah sebagai

berikut

a Meunasah atau madrasah yaitu sekolah permulaan yang sama dengan

sekolah dasar Didirikan ditiap-tiap kampung atau desa untuk

mengajar murid-murid menulis dan membaca huruf Arab

b Rangkang melalui Masjid sebagai pusat segala kegiatan umat ini

merupakan pendidikan tingkat menengah pertama atau yang dikenal

dengan nama Madrasah Tsanawiyah Diajar mengenai fiqh atau hukum

Islam58

c Dayah dapat disamakan dengan Sekolah Menengah Atas atau

Madrasah Aliyah Dalam tingkatan ini murid-murid diajarkan

mengenai kitab-kitab dan kajian fiqh lebih mendalam

d Dayah Teungku Chik atau yang disebut Dayah Manyang disamakan

dengan akademik Teungku Chik artinya guru besar Diajarkan

mengenai pelajaran tentang bahasa fiqh hukum Islam sejarah ilmu

manthiq tauhid tasawuf ilmu falak tafsir hadits

57

Ibid hal 51-56 58

Diajar mengenai hukum islam yaitu tentang rubuk ibadah tauhid tasawuf sejarah Islam

dan umum dan bahasa Arab Melalui buku-buku berbahasa Melayu dan Arab

22

e Jami‟ah Baiturrahman setara dengan tingkatan universitas mempunyai

ldquoDaarrdquo atau fakultas Di ajar oleh guru-guru besar ulama atau sarjana

dari Aceh maupun didatangkan dari Arab Turki Persia dan India59

Kembali dalam fokus kajian mengenai pendidikan Daud Beureueh Dalam

pusat-pusat pendidikan yang bernama dayahzawiyah Daud Beureueh dan ulama

sejaman mempelajati baca tulis Arab dan pengetahuan Agama Islam Dalam

riwayat pendidikannya dari beberapa dayah terkemuka di Tanah Aceh Daud

Beureueh menimba ilmu pengetahuan bahasa Arab terutama sekali ilmu-ilmu

syariat dan hakikat serta ilmu-ilmu lain yang erat hubungannya dengan

pengembangan dan pembinaan Islam dalam melahirkan ulama besar dan

pemimpin rakyat60

Pada mulanya Daud Beureueh belajar di Pesantren Titeue

yang dipimpin oleh Tgk Muhammad Hamid selama satu setengah tahun

kemudian pindah ke Pesantren Lie Leumbeue dibawah pimpinan Tgk Ahmad

Harun yang terkenal dengan sebutan Teungku di Tenoh Mirah Setelah empat

setengah tahun belajar ia keluar sebagai ulama tulen atau tempaan pesantren

sejati Setelah lulus Daud Beureueh menikah dengan Tgk Halimah di kampung

Usi Meunasah Dayah Pada tahun 1930 ia membentuk Jami‟ah Diniyah dan

kemudian mendirikan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli Ini

merupakan pengembangan dari lembaga pesantrennya Dan sejak itu Daud

Beureueh mulai terkenal dengan gelar ldquoTeungkurdquo di kampung Usi Meunasah

Dayah61

62

Setelah Daud Beureueh mendirikan kedua lembaga pendidikannya

kemudian ia menjadi pemimpin dalam mempelajari ldquohuruf latinrdquo sehingga teman

ulama sejamannya menjadi pandai membaca dan menulis huruf Ilmu itu mereka

dapat ketika memasuki usia sekolah dalam lembaga pendidikan resmi yang

didirikan oleh Belanda yaitu Government Inlandsache School di kota kecil

59

A Hasjmy Op Cit hal 63-71 60

A Hasjmy Op Cit hal 121-123 61

Harun Nasution dkk Op Cit hal 202 62

Pada mulanya kebanyakan penduduk kampung Usi menganut kepercayaan suluk yang

bersumber kepada ajaran-ajaran Al Hallaj yang terkenal dalam sejarah ilmu Tasawuf Mereka

bertekad bahwa Allah Muhammad dan Adam hakikatnya adalah satu ibarat kain benang dan

kapas Dengan petunjuk-petunjuk yang terus menerus dari Tgk M Daud Beureueh kebanyakan

mereka telah kembali ke jalan yang benar Sumber melalui M Nur El Ibrahimy dalam bukunya

ldquoTgk M Daud Beureueh Peranannya Dalam Pergolakan di Acehrdquo hal 222

23

Seulimeum Dikatakan oleh Anthony Reid Tgk M Daud Beureueh tahun 1910-

1946 mendapatkan pendidikannya pada Europese School di Sigli Dan hal itu

yang dianggap Anthony Reid bahwa Daud Beureueh lebih bersifat ke Eropaan

dibanding uleebalang lainnya63

C Karya-karyanya

Dalam hal ini sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam mengenai

karya-karya Tgk M Daud Beureueh Disini penulis membagi karya-karyanya

menjadi 3 bagian yaitu pertama pemikiran merupakan hasil dari manusia tak

jarang manusia yang berfikir menghasilkan pemikiran-pemikiran yang bermanfaat

bagi kemajuan jaman namun dalam menerapkan pemikiran tersebut banyak

tantangan yang harus dihadapi Bukan mengenai tantangan tersebut tapi

bagaimana hal itu menjadi pecutan semangat untuk menghadapi tantangan jaman

yang mencoba melawan arus manusia

Dalam kasus ini jelas pemikiran Daud Beureueh merupakan pemikiran

politik yaitu menciptakan konsep Negara Islam Indonesia di Aceh64

Islam

sebagai dasar Negara dan Syariat Islam sebagaimana diperintahkan Allah SWT

Dan dijalankan oleh Rasulullah SAW Tantangan yang dihadapi dalam

mewujudkan pemikirannya adalah pemerintah pusat Pemerintah menganggap

pembentukan negara Islam ini adalah suatu tindakan pemberontakan dan

menentang terhadap kebijakan pemerintah Dan hasil dari pemikiran ini maka

tercetuslah Republik Islam Aceh (RIA)65

berdiri pada 15 Agustus 1961 Tetapi

tidak lama berselang setelah perundingan antara Daud Beureueh dengan pihak

pemerintah Indonesia akhirnya tercapailah rumusan yaitu bahwa di Aceh dibentuk

sebagai Daerah Istimewa Aceh (DISTA) dengan penerapan syariat Islam dengan

batas-batas yang diperbolehkan oleh perundang-undangan republik Indonesia

Sebelum pada akhirnya Aceh kembali kepangkuan Negara Kesatuan Republik

Indonesia dan bagian dari NKRI66

63

Ibid hal 350 64

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 200-205 65

RIA akhirnya berhenti pada bulan juli akibat dari propaganda pemerintah pusat dan

perpecahan dalam kubu DITII 66

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 205-208

24

Kedua adalah bentuk melalui karyanya Daud Beureueh membentuk

Jami‟ah Diniyah dan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli Ini

adalah bentuk nyata bagaimana Daud Beureueh ingin memberikan sesuatu yang

bermanfaat bagi penerus dalam bidang pendidikan Jika dikaji melalui pemikiran

pembaharuan dalam dunia Islam menurut At Tahtawi (1801-1873) kaitannya

dengan Daud Beureueh ini adalah bentuk yang lebih spesifik Karena Menurut At

Tahtawi untuk menuju kesejahtraan ialah dengan berpegang kepada agama dan

budi pekerti yang baik Dan menganjurkan pendidikan yang universal Tujuan

pendidikan menurut pendapatnya mencakup kecintaan kepada bangsa dan At

Tahtawi juga berpendapat ulama harus mengetahui ilmu-ilmu modern agar

mereka dapat menyesuaikan syariat dengan kebutuhan zaman modern67

Hal ini

terlihat pada Daud Beureueh yang mempelajari huruf latin untuk menambah

pengetahuannya yang lebih luas

Menurut pandangan James Siegel antropolog Amerika anggota

Departement of Antrophology di Cornel University mengenai Daud Beureueh

yang dianggap sebagai ulama yang berani (militant) dan reformis dari sejarah

Aceh James Siegel mengatakan bahwa Daud Beureueh pernah bersedia

membantu mengerjakan obyek-obyek yang bermanfaat bagi umum dengan

menyediakan diri sebagai alat dalam usaha membangun masjid perbaikan dan

pembuatan jalan-jalan memperbaiki saluran-saluran Irigasi68

Ia juga termasuk

uleebalang yang kaya dan paling giat dalam membuka perkebunan kopi di Tangse

sekitar tahun 1930-an untuk membantu perekonomian masyarakat sekitar69

67

Taufik Abdullah Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Pemikiran dan Peradaban

(Jakarta PT Ichtiar Baru Van Hoeve 2002) hal 397-398 68

El Ibrahimy Op Cit hal 228-235 69

Anthony Reid Op Cit hal 350

25

BAB III

PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM

PEMBERONTAKAN DI ACEH

A Pembentukan Darul Islam Tentara Islam Indonesia di Aceh

Perjuangan Daud Beureueh menegakan syariat Islam di Aceh terjadi pada

masa Era Orde Lama 1953-1962 telah menimbulkan peristiwa berdarah atau yang

lebih dikenal dengan pemberontakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia Aceh

(DITII Aceh) Meletus pada 20 september 195370

perjuangan untuk menciptakan

negara Islam di Aceh sebagai suatu negara bagian dari Negara Islam Indonesia

Pembentukan negara Islam yang berlandaskan kepada pelaksanaan syariat Islam

adalah cita-cita Daud Beureueh Pemberontakan ini timbul akibat kekecewaan

terhadap Soekarno serta harga diri yang terlecehkan karena tidak memenuhi

janjinya untuk menjadikan negara Indonesia sebagai sebuah negara yang

berlandaskan kepada Islam71

Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya pemberontakan yang terjadi

tahun 1953-1962 oleh Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh adalah

rasa sakit hati rakyat Aceh atas perjuangan mempertahankan kedaulatan RI yang

dipandang sebelah mata setelah berhasil mempertahankan kemerdekaan serta

kecewa dengan pemerintah karena wilayah Aceh dimasukan kedalam wilayah

Sumatera Utara dan janji pemerintah mengenai hak istimewa bagi daerah Aceh

tidak kunjung terwujud72

Sedangkan pendapat lebih kuat menurut Anthony Reid

faktor perjuangan melawan kendali Jakarta pada 1953-1962 didasari dua alasan

yakni menentang diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatera Utara dan

gagalnya Republik melaksanakan hukum Islam73

Pertentangan politik dengan

pemerintah pusat membawa kepada suatu keadaan yang meresahkan akibat

70

Dilihat pada beberapa literature peristiwa perjuangan di Aceh oleh Tgk M Daud

Beureueh dipandang sebagai suatu pemberontakan yang menentang kebijakan pemerintah dalam

menerapkan dasar negara Indonesia pasca kemerdekaan dan mengubur alasan kenapa

pemberontakan itu terjadi serta perjuangan gigihnya rakyat Aceh mengusir penjajah saat itu 71

Abdullah Sani Usman Op Cit hal200 72

__________ Ensiklopedi Islam untuk Pelajar 73

Anthony Reid Op Cit hal 338

26

adanya tarik menarik antara Aceh dengan pemerintah pusat Pemerintah pusat

tidak mengakui pembentukan provinsi Aceh yang terpisah sehingga terjadi

tupmang-tindih kebijakan yang membawa kepada krisis kekuasaan pemerintahan

di Aceh

Dalam permasalahan ideologi yaitu penerapan perundang-undangan Islam

yang dikehendaki oleh rakyat Aceh gagal diberikan oleh pemerintah pusat Hal ini

menjadi masalah dan membawa pertikaian atau konflik di era Orde Lama Darul

Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh dengan pemerintah pusat awalnya

disebabkan permasalahan kekuasaan dan selanjutnya masalah ideologi menurut

kacamata penulis dalam kasus ini konflik dapat melenyapkan unsur-unsur yang

memecah belah dan menegakan kembali Artinya konflik yang terjadi juga dapat

meredakan ketegangan antara pihak-pihak yang bertentangan sehingga konflik

dapat berfungsi sebagai stabilisator sistem sosial Sisi positifnya konflik dapat

menciptakan jenis-jenis interaksi yang baru di antara pihak yang bertentangan

Dan konflik juga berlaku sebagai rangsang untuk menciptakan aturan-aturan dan

sistem norma baru yang mengatur pihak-pihak yang bertentangan sehingga

keteraturan sosial Republik Indonesia khususnya Aceh dapat terwujud74

Pada kenyataannya pembentukan Negara Islam yang merupakan cita-cita

impian Daud Beureueh terilhami dari perjuangan DITII pimpinan Imam

Soekarmadji Maridjan Kartosuwiryo75

Kartosuwiryo adalah pemimpin pusat

yang pertama kali mencetuskan gerakan ini di Jawa Barat pada 7 Agustus 1949

Ini merupakan alasan Daud Beureueh merangsang dan ikut berjuang juga dalam

melahirkan Negara Islam di Aceh sebagai suatu Negara Bagian dari Negara Islam

Indonesia Selain itu alasan lain Daud Beureueh untuk tidak meminta bantuan

atau bergabung menyatukan kekuatan dengan DI TII Kartosuwiryo adalah karena

Daud Beureueh melihat ada tekanan hebat yang dilakukan pemerintah pusat

terhadap gerakan Kartosuwiryo Perjuangannya di Jawa direspon dengan sikap

74

Ulfah Fajarini Konflik dan Integrasi Potret Keagamaan Masyarakat Sawangan

(Jurnal Al-Turas Vol 11 No 3 September 2005) hal 289 75

Imam Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo (1905-1962) lahir pada 7 Februari 1905

Adalah pemimpin yang menentang legitimasi dan otoritas Republik Indonesia yang baru merdeka

antara 1948 dan 1962 Kartosuwiryo dikeluarkan dari sekolah kedokteran pada 1927 Karena

nasionalisme radikalnya dan secara politik aktif berasosiasi erat dengan HOS Tjokroaminoto

pemimpin Sarekat Islam Kartosuwiryo terilhami oleh pendirian Tjokroaminoto bahwa sebuah

negara Indonesia yang merdeka harus didasarkan pada prinsip-prinsip Islam Lihat Ensiklopedi

Islam Ringkas hal 356

27

keras oleh pemerintah pusat Melalui Tentara Nasional Indonesia gerakan yang

dianggap sebagai pemberontak ini berhasil ditumpas di berbagai wilayah di Jawa

Barat76

Walaupun mengikuti pola DI TII Kartosuwiryo hakikatnya gerakan DI

TII Aceh lebih merupakan gerakan peringatan kepada penguasa Jakarta agar tidak

sewenang-wenang dan melupakan sumbangan Aceh di masa lalu dengan

mengorbankan seluruh jiwa raga dan harta berharga masyarakat Aceh77

Hubungannya dengan masyarakat Aceh adalah konteks dimensi perilaku

kolektif Dimana suatu gerakan tidak hanya melakukan protes dan demonstrasi

melainkan berakibat pada pengrusakan harta benda dan juga mengakibatkan

jatuhnya korban jiwa Dari hubungan antar kelompok ini melibatkan suatu

gerakan sosial yaitu DI TII yang bertujuan menginginkan perubahan dalam

kekuasaan ataupun ideologi negara78

Dalam pembentukannya perjuangan Daud

Beureueh terinspirasi dari perjuangan dakwah yang ditempuh oleh Rasulullah

SAW Adapun langkah-langkah perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh

melalui tiga tahap yaitu

1 Pertama tahap pembinaan dan pengkaderan

Pada tahapan ini Daud Beureueh sangat serius dalam menanamkan nilai-

nilai dan norma Islam dalam kehidupan masyarakat di Aceh79

Diketahui Islam di

Indonesia sulit berkembang karena ada tiga penyebab Pertama jarak Indonesia

dengan pusat Islam terlalu jauh Kedua Islam sampai ke Indonesia adalah Islam

kosmopolitan dimana hubungan antar pemeluk Islam sedunia begitu dekat lalu

berubah menjadi Islam parokial yang lokal Ketiga Islam di Indonesia menjadi

Islam pedesaan dan menjadi Islam petani Ini berbeda dengan Timur Tengah yang

memiliki kaum pedagang yang mobil Sebelum abad ke-15 M mobilitas para

pedagang sangat tinggi namun ketika sampai di Indonesia menjadi Islam petani

yang mobilitasnya makin menurun Dan dipengaruhi oleh budaya agraris yang

relative statis dan percaya mistik80

76

Cyrill Glasse Op Cit hal 356 77

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 201 78

Ibid hal 160 79

Pada masa kesultanan Aceh Islam mengalami proses pelembagaan yang sangat jelas

sebagai kekuatan sosial budaya dan politik pada masa itu kekuatan pengaruh Islam semakin

dirasakan di hamper seluruh aspek kehidupan masyarakat Aceh lihat Ensiklopedi Tematis Dunia

Islam hal 65 80

Kuntowijoyo Op Cit hal 28-29

28

Hal itu merupakan sebuah tantangan untuk Daud Beureueh dalam

menanamkan Islam di masyarakat Aceh Dalam pembinaan nilai dan norma Islam

Daud Beureueh dalam bidang pendidikan mendirikan dua lembaga yaitu Jami‟ah

Diniyah dan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli sekitar tahun

1930 Dengan tujuan agar nafas Islam selalu ada di dalam masyarakat Aceh dan

membebaskan buta huruf dan buta ilmu dikalangan masyarakat Aceh Terutama

mengenai ilmu-ilmu syariat dan hakikat serta ilmu-ilmu yang erat hubungannya

dengan pengembangan dan pembinaan Islam dalam melahirkan ulama besar dan

pemimpin rakyat81

2 Kedua Tahap Interaksi dan Perjuangan

Pada tahap pembinaan aktifitas di bidang pendidikan yang dilakukan Daud

Beureueh adalah tandingan dari pendidikan yang di buat oleh kolonial Belanda

Dan secara tidak langsung Islam sudah berinteraksi di kalangan masyarakat Aceh

bagaimana di perkenalkan secara sederhana melalui pendidikan tradisional dan

dakwah-dakwah Rasa keimanan yang kuat sudah tertanam di masyarakat Aceh

kemudian menemui pergesekan ideologi Antara ide-ide yang dianggap benar

tentang Islam dengan ide-ide karena pengaruh barat melalui Ideologi Pancasila

Pada periode ini perjuangan Daud Beureueh begitu berat karena memperjuangkan

nilai-nilai keIslaman dalam cita-cita nya mendirikan negara yang berlandaskan

syariat Islam

Melalui dakwah-dakwahnya Daud Beureueh ingin menciptakan

masyarakat Aceh yang mempunyai semangat yang berkobar-kobar dalam

memperjuangkan Islam sebagai dasar negara Dalam substansinya dakwah adalah

menyeru kepada mentauhidkan Allah dan seruan ibadah hanya kepada-Nya serta

seruan untuk meninggalkan penyembahan kepada berhala dan seruan untuk

melepaskan diri dari kehidupan diluar ketentuan Islam seperti zaman jahiliyah

Dan ketika Soekarno mengkhianati cita-cita revolusi itu Soekarno dianggap

sebagai alasan di segala macam maksiat dan kemungkaran Soekarno menentang

Islam memisahkan Islam dari negara dan pemerintahan dan Islam itu sendiri

dipisahkan dari kehidupan masyarakat Pancasila selalu diagung-agungkan dengan

81

A Hasjmy Op Cit hal 121-123

29

penafsiran dan pelaksanaannya itu bukan merupakan wadah untuk Islam82

Dalam

pernyataannya ini menjadi alasan Daud Beureueh mengangkat senjata dan

berjanji ditengah-tengah masyarakat Aceh atas permintaan rakyat Aceh untuk

memimpin dan berjanji berjuang bersama-sama hingga kemenangan tercapai

melaksanakan hukum Allah di Republik Indonesia83

3 Ketiga Tahap Penerimaan Kekuasaan

Jika kaitannya dengan dakwah yang ditempuh Rasulullah SAW Tahapan

ini adalah tahapan menerapkan Islam secara praktis dan menyeluruh sekaligus

menyebarkan risalah Islam ke penjuru dunia Berbeda pada perjuangan yang

dilakukan Daud Beureueh Islam sebagai ilmu yang revolusioner Memiliki

kemampuan untuk mengubah dalam periode ilmu berbagai masalah

kemasyarakatan dapat dicarikan jawabannya dalam Islam Misal mengenai

ketimpangan sosial pemilikan tanah hubungan kerja ataupun masalah modal dan

penguasaan pasar Islam memiliki jawaban dari persoalan itu Tetapi hal itu masih

terbatas pada tingkat formulasi normatif dan belum mengangkat Islam menjadi

teori sosial Keadaan ini yang mungkin dianggap pemerintah saat itu masih tidak

percaya bahwa ide Islam bisa menjadi kenyataan Dan menganggap itu sebagai

ide abstrak atau dengan kata lain non progresif84

Setelah melakukan langkah-langkah mulai dari pembinaan pengkaderan

interaksi dan perjuangan Aceh pada awal perjuangan kemerdekaan Indonesia

secara de facto85

yang merupakan bagian dari provinsi Sumatera dengan

kebijakan undang-undang sementara tahun 1945 yang membagi wilayah

Indonesia menjadi 10 provinsi Pergantian pemerintahan Jepang kepada

pemerintahan Indonesia secara otomatis menghapus dan menggantikan undang-

undang peradilan baik dari zaman Belanda maupun Jepang menjadi perundang-

undangan Republik Indonesia yang diatur dalam lembaran Negara No 23 1947

Dengan berlakunya undang-undang ini segala bentuk perundang-undangan dan

struktur pemerintahan di Aceh yang berlaku pada era Belanda dan Jepang telah

82

Pada Saat Soekarno tidak menepati janjinya Pancasila dengan penafsiran dan

pelaksanaannya dianggap sebagai syirik yang sesat dan menyesatkan yang hanya sesuai dengan

agama lain di luar agama Islam 83

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 201 84

Kuntowijoyo Op Cit hal 30-31 85

De facto adalah pengakuan secara kenyataan pada kasus Aceh ini bersifat sementara

30

berubah Namun pada kenyataannya walaupun mengalami perubahan secara

prinsipnya perundang-undangan tersebut masih menyerupai kedua era Belanda

dan Jepang Dan perlu ditekankan perubahan yang terjadi bukan berarti

merupakan pengembalian kepada bentuk asal perundang-undangan Aceh atau

hasil perundingan perundang-undangan yang sesuai dengan kehendak masyarakat

Aceh Hal ini juga yang menyebabkan rakyat Aceh semakin geram dengan

pemerintah pusat dan alasan munculnya gerakan DITII Aceh86

B Kedudukan dan Sikap Tgk M Daud Beureueh dalam Perjuangan di

Aceh

Pada masanya perjuangan dengan berlandas pada syariat Islam Daud

Beureueh memiliki rentan waktu yang lama Mulai dari masa kolonial Belanda

masa kedudukan Jepang masa pra dan pasca kemerdekaan dan masa revolusi

Adapun kedudukan Daud Beureueh adalah sebagai berikut

Ulama seperti pemaparan penulis diatas dalam riwayat pendidikan Daud

Beureueh dikenal sebagai ulama tulen Hal itu terlihat dari pendidikan yang Daud

Beureueh jalani di Pesantren sekitar 6 tahun sebelum ia dikenal oleh rakyat Aceh

sebagai seorang ulama Pada saat menjadi ulama Daud beureueh mendirikan

lembaga pendidikan dan pemimpin dalam mengawali mempelajari huruf latin

Peran sebagai ulama makin terlihat tatkala ia menyelesaikan persoalaan yang

terjadi di masyarakat Dalam tahun 1920-1930-an Daud Beureueh dan para ulama

lainnya baik yang muda maupun yang sebaya dengannya telah berhasil

memberantas gerakan kebatinan saleek buta87

dimana bagi mereka gerakan itu

adalah suatu ancaman karena dapat merusak akidah keIslaman masyarakat Aceh

Ketua PUSA Persatuan Ulama Seluruh Aceh adalah organisasi modern

pertama dan sebuah gerakan rakyat yang berhasil muncul di Aceh setelah

pendudukan militer Berdiri pada tahun 1939-1942 organisasi ini menghimpun ke

86

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 178-179 87

Saleek buta ialah satu aliran kebatinan yang tumbuh di Aceh sekitar abad ke-19 dan

awal ke-20 M sampai dengan tahun tiga puluhan Di antara ajaran saleek buta bahwa Tuhan dan

makhluk adalah satu atau bersatunya Allah dengan manusia Dan bagi mereka syariat Islam

seperti yang diamalkan tidak berlaku Dalam buku A Hasjmy Op Cit hal 105

31

mayoritas ulama aktif di Aceh dalam program pengembangan sekolah-sekolah

agama yang lebih modern dan peningkatan Kekuatan Islam Aceh88

Organisasi ini

lahir dalam konfrensi pada bulan Mei tahun 1939 oleh Teungku Abdul Rahman

dari perguruan Al- Islam di Peusangan Lahir pada masa kolonial organisasi ini

muncul sebagai pejuang dalam mengambil kekuasaan dari Belanda di Aceh Hal

itu terlihat dari konflik yang terjadi antara PUSA dengan uleebalang Suatu

hubungan antara uleebalang dengan Belanda menjadi alasan mengapa PUSA

ingin memimpin sistem pemerintahan di Aceh

Meskipun berdiri di saat situasi tegang tetapi dalam perkembangannya

PUSA telah menunjukan dirinya sebagai suatu faktor politik yang sangat penting

Dalam empat tahun terakhir setelah berdirinya PUSA kekuasaan Belanda di Aceh

mengalami kemerosotan Perubahan sikap dan perilaku antara uleebalang dan

rakyat Aceh menjadi bukti nyata makin rapuhnya kekuasaan uleebalang

Perubahan sikap dan perilaku terlihat dari kemarahan dan kebencian masyarakat

Aceh akibat penindasan dan skandal beberapa uleebalang yang tergambar di

majalah Penjedar yang terbit di Medan pada bulan November 193889

Kemerosotan juga terlihat di bidang ekonomi yaitu dengan munculnya

PUSA sebagai kaum tandingan atau atasan baru sebagai motor penggerak

perekonomian rakyat dalam bentuk kaum pedagang yang berkembang didaerah

seperti Sigli Garot Bireun dan Idi Dan dalam dunia pendidikan terlihat pada

aliran pembaharuan yang pada dasarnya rakyat Aceh menganggap Belanda

sebagai kaphe dengan munculnya sekolah-sekolah keagamaan dengan

berlandaskan Islam menjadi tandingan untuk sekolah-sekolah yang didirikan

Belanda Berbeda dalam bidang politik perjuangan mendapatkan kekuasaan oleh

ulama dianggap Belanda sebagai suatu gerakan perlawanan yang begitu

berpengaruh Tapi aneh ketika sikap politik Belanda membiarkan gerakan yang di

pimpin oleh ulama tumbuh dan berkembang90

88

Anthony Reid Op Cit hal 280 89

Majalah Penjedar awalnya didirikan oleh mantan pemimpin PKI Xarim M S tetapi

kemudian majalah ini beralih ke tangan seorang wartawan Medan yaitu mantan pemimpin PSII

Mohammad Said menjadi pemimpin redaksinya pada bulan November dengan tujuannya yaitu

menggantikan kedudukan raja-raja uleebalang 90

Anthony Reid Op Cit hal 58-63

32

Menurut analisa penulis terhadap sikap politik Belanda melalui golongan

pembesar atau petinggi Belanda melihat perjuangan melalui organisasi yang

dipimpin ulama melalui PUSA sebagai sebuah hal yang wajar dan tidak

mengkhawatirkan sebaliknya pada tahun 1930an munculnya Muhammadiyah

sebagai sebuah gerakan non-Aceh yang terbuka dan menerima kebangkitan

nasionalisme Indonesia justru menimbulkan kekhawatiran oleh Belanda Jadi

kekhawatiran Belanda timbul melalui ruang lingkup PUSA gerakan pembaharuan

ruang lingkupnya lebih kecil dibanding dengan Muhammadiyah

Gubernur Militer merangkap panglima divisi X TRI91

pada masa revolusi

demi menciptakan proses pertahanan politik nasional di wilayah Aceh melalui

keputusan wakil Presiden Muhammad Hatta Daud Beureueh dilantik menjadi

Gubernur Tentara di wilayah Aceh Langkat dan Tanah Karo pada tanggal 27

Agustus 1947 di Bukit Tinggi Melalui Daud Beureueh kekuatan bersenjata di

Aceh dapat dibentuk dan dileburkan dalam wadah Tentara Nasional Indonesia

(TNI) yang sebelumnya terdiri dari berbagai barisan pejuang kekuatan bersenjata

Aceh yang tidak terkawal92

Hal ini didasarkan pertimbangan politis karena selain Daud Beureueh

seorang ulama dan pemimpin rakyat yang sangat berpengaruh juga karena banyak

diantara pemimpin laskar rakyat itu adalah muridnya Dengan demikian Daud

Beureueh dapat dijadikan figur pemersatu di wilayah Aceh kemudian atas dasar

posisi strategis yang dimilikinya Daud Beureueh diangkat sebagai Gubernur

Aceh pertama 1950 Namun tiga tahun kemudian 21 september 1953 terjadi

perselisihan pandangan politik antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat

Hal itu yang menyebabkan Daud Beureueh bersama rakyat mengangkat senjata

dan terjadilah tragedi berdarah atau lebih dikenal peristiwa berdarah93

Proklamator Darul Islam sebelum mengkaji mengenai kedudukan Daud

Beureueh dalam gerakan Darul Islam di Aceh penulis ingin memberikan

informasi bagaimana cikal bakal timbulnya Darul Islam di Aceh Darul Islam

adalah nama yang diberikan kepada sebuah gerakan pejuang Islam di Jawa Barat

91

El Ibrahimy Op Cit hal 47 92

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 184-186 93

Harun Nasution Op Cit hal 202-203

33

Indonesia yang menentang legitimasi dan otoritas Republik Indonesia yang baru

merdeka antara 1948 dan 1962 Dipimpin oleh Sukarmadji Maridjan

Kartosuwiryo (1905-1962) kekuatan militer Darul Islam resmi dikenal sebagai

Tentara Islam Indonesia (TII) dengan basisnya didataran tinggi Jawa Barat

mencoba memproklamasikan Negara Islam Indonesia 7 Agustus 1949 melalui

Kartosuwiryo yang dianggap sebagai pemimpin yang kharismatik Beraliansi

dengan pejuang Islam di Aceh pimpinan Daud Beureueh dan di Sulawesi Selatan

pimpinan Kahar Muzakkar melalui Piagam Jakarta pemimpin Islam menyetujui

sebuah negara pluralitas94

demi kesatuan nasional Imbalannya adalah adanya

pernyataan bahwa umat Islam wajib menjalankan hukum Islam Hal ini

merupakan klaim minimalis atas sistem politik walaupun secara konstitusional

tidak pernah dijadikan undang-undang Bagi kartosuwiryo dan pengikutnya pada

1945 bergerak dalam sayap radikal politik Islam hal ini merupakan

pengkhianatan95

Ketidak senangan mereka diperkuat oleh munculnya

keprihatinan terhadap pengaruh politis sayap kiri didalam barisan kaum

nasionalis96

Tepat tanggal 21 September 1953 (12 Muharam 1373 Hijriah) Daud

Beureueh memproklamirkan berdirinya Darul Islam negara Islam di Aceh Aceh

memberontak dari Republik Indonesia yang berlandasrkan Pancasila dan

bergabung dengan Negara Islam Indonesia yang berlandaskan syariat Islam

Berbeda dengan gerakan Darul Islam di Jawa Barat di daerah Aceh sendiri selain

lebih lambat munculnya gerakan ini pun relatif lebih singkat antara 1953-1957

Dan perjuangan terakhir pada tahun 1962 saat itu Daud Beureueh dianggap

sebagai tokoh sparatis dalam mewujudkan apa yang dicita-citakannya97

Dalam

94

Pluralisme adalah keadaan masyarakat yang majemuk berkaitan dengan sistem sosial

dan politik Melalui kebudayaan muncul berbagai kebudayaan yang berbeda dalam suatu

masyarakat Dalam kaitannya dengan perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh adalah tentang

sebuah prinsip-prinsip Islam sebagai payung ideologi bagi penduduk Indonesia Sumber melalui

httpkbbiwebidpluralisme di akses pada tanggal 16 Februari 2016 Pukul 0950 WIB 95

Pandangan alternatif Kartosuwiryo mengenai Indonesia dan tuntutannya akan sebuah

negara yang sepenuhnya Islam dijabarkan dalam risalahideologis 1946 bertajuk Haluan Politik

Islam Dia menulis bahwa hanya dengan beridirinya Darul Islam-lah kesejahtraan dan keselamatan

kaum Muslim di Indonesia terjamin dan keselamatan di akhirat pun tercapai 96

Cyrill Glasse Ensiklopedi Islam Ringkas (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1999)

hal 356-357 97

A Hasjmy Op Cit hal 113-117

34

karangan yang dimuat oleh A Hasjmy mengatakan menurut para pengamat

politik saat itu jalan sejarah yang mengantar Daud Beureueh ke mimbar

proklamasi Darul Islam di Aceh berkesimpulan bahwa adanya usaha-usaha

sistematis dan berencana yang bertujuan mendorong sebagian rakyat Aceh

memberontak terhadap Republik Indonesia yang telah dipelihara dan dibelanya

selama tahun-tahun yang amat getir dalam sejarah Republik yang masih muda

saat itu Di tahun Revolusi Fisik para pengamat politik mendapati kenyataan

bahwa tahun-tahun itu Aceh mengorbankan segalanya untuk membela dan

mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945 sehingga di angkasa Tanah Aceh

terus menerus berkibar Sang Saka Merah Putih98

Kaitannya dengan sikap Daud Beureueh dalam perjuangannya di Aceh

masa revolusi atau pasca kemerdekaan Terlihat mulai dari situasi genting

Republik Indonesia yang baru berusia dua tahun lebih pada media Juni 1948

membuat Presiden Soekarno mendatangi Aceh Dalam kaitannya dengan kolonial

jelas Aceh dengan sebutan tanah rencong inilah satu-satunya wilayah RI yang

dianggap masih berdaulat penuh Pasca Agresi Militer I Belanda dan perjanjian

Renville sejumlah wilayah RI terkepung negara-negara boneka buatan Belanda99

Misi hidup-mati yang dibawa Soekarno pada 15 Juni 1948 bersama Menteri

Dalam Negeri Dr Sukiman adalah untuk bertemu tokoh masyarakat di Aceh

Seperti dikutip dari buku bdquoAceh Daerah Modal‟ Soekarno menjalani kunjungan

tiga hari untuk berdialog dengan Tgk M Daud Beureueh di Markas Divisi X

Komandemen Sumatera Bireuen Dalam pertemuannya Soekarno meminta

bantuan kepada Daud Beureueh demi membangkitkan rasa patriotisme segenap

rakyat Aceh dengan mengungkit kembali perlawanan melawan kolonial Belanda

di Aceh100

98

A Hasjmy Semangat Merdeka 70 Tahun Menempuh Jalan Pergolakan dan

Perjuangan Kemerdekaan (Jakarta PT Bulan Bintang 1985) 99

Negara-negara boneka itu seperti Indonesia Timur atau Negara Pasundan Tak pelak

Aceh pun disebut jadi ldquosahamrdquo atau modal yang sangat penting untuk mempertahankan

Proklamasi 17 Agustus 1945 saat itu 100

Alasan lain kenapa Soekarno datang ke tanah rencong adalah karena rakyat Aceh

diketahui sebagai pejuang yang paling gigih menentang penjajahan Belanda Berpuluh-puluh tahun

rakyat Aceh berperang melawan kolonialisme Belanda Dan meminta saat itu mengusir Belanda

untuk kedua kalinya dari bumi persada tercinta yaitu Republik Indonesia Sumber melalui

35

Pada masa awal kemerdekaan sikap nasionalisme101

Daud Beureueh

mempunyai kharisma yang sangat kuat di masyarakat Aceh sehingga Presiden

Soekarno datang dan meminta bantuan dalam mempertahankan kemerdekaan

Indonesia dari ancaman negara boneka yang dilakukan Belanda Pada saat itu

Daud Beureueh mau masuk kedalam pemerintahan dengan di angkat menjadi

Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo dan berhasil menyatukan

gerakan-gerakan rakyat menjadi satu kesatuan dalam bentuk Tentara Nasional

Indonesia (TNI) Dengan tujuan dan cita-cita yang sama menuju keselamatan

nasional dari ancaman pihak luar atau penjajah Daud Beureueh menghidupkan

kembali kesadaran sejarah rakyat Aceh102

yang membuat api semangat yang

berkobar dalam diri masing-masing baik di kalangan masyarakat Aceh ulama

dan para pejuang lainnya103

Perjuangan Daud Beuereueh tidak berhenti pasca kemerdekaan setelah

berhasil menyelamatkan dan mempertahankan kesatuan Republik Indonesia dan

berjuang bersama seluruh rakyat Aceh dengan mengorbankan jiwa raga serta harta

berharga tetapi tuntutannya mengenai dasar sebuah negara tidak terpenuhi

membuat geram dan kecewa kepada pemerintahan pusat Respon cepat dilakukan

perubahan kedudukan dari koalisi berubah menjadi oposisi104

kritik keras

mengenai pergerakan pemimpin dalam berpolitik yang tidak mempunyai

tanggung jawab dalam mengambil keputusan di pemerintahan Pemberontakan

tidak begitu saja meletus malainkan melalui 3 tahapan yaitu tahap sabar tahap

benci dan tahap melawan Dan ini sudah mencapai tahap ketiga rakyat Aceh

khususnya sudah geram dan merasa dipermainkan harga dirinya Namun Daud

httpnewsokezonecomread201506153371165361misi-hidup-mati-yang-dibawa-soekarno-

ke-tanah-rencong diakses pada tanggal 19 Februari 2016 Pukul 0007 WIB 101

Sikap nasionalisme yaitu ajaran atau paham untuk mencintai bangsa dan negara

sendiri Sifatnya kenasionalan menjiwai bangsa Indonesia Sumber melalui

httpkbbiwebidnasionalisme diakses pada tanggal 19 Februari 2016 Pukul 1422 WIB 102

Kesadaran yang dimaksud adalah kesadaran dari dalam diri anggota atau para pejuang

dalam suatu bangsa yang secara potensial atau actual bersama-sama mencapai mempertahankan

dan mengabadikan identitas integritas kemakmuran dan kekuatan bangsa atau semangat

kebangsaan 103

Anthony Reid Op Cit hal 347 104

Koalisi adalah kerja sama yang dilakukan antara sebuah organisasi partai gerakan dll

Untuk memperoleh dukungan politik yang besar Sedangkan oposisi adalah Pertentangan dalam

pemerintahan sikap menentang dan mengkritik pendapat atau kebijaksanaan politik atau golongan

yang berkuasa Dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah Daud Beureueh dan Pemerintah

Pusat

36

Beureueh masih bisa menahan dengan mengirimkan secarcik surat kepada

Presiden Soekarno Hal ini menerangkan bahwa pemerintah mempunyai tanggung

jawab besar terhadap nasib tanah air membawa perubahan dalam cara berfikir

Akibat rasa kekecewaanya sikap revolusioner105

Daud Beureueh muncul Dalam

gerak gerik dan pikiran yang menghendaki perubahan serta merta dalam segala

sesuatu yang tidak di anggap sempurna Kaitannya dengan penetapan dasar negara

Pancasila dirasa kurang berpihak bagi umat Islam yang menginginkan negara

berlandas pada Islam106

Selain itu pemberontakan yang dilakukan DITII Aceh digandeng erat

dengan menjalin kerja sama dengan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia

(PRRI) Perjuangan Rakyat Semsta (PERMESTA) terutama dalam bidang militer

NBANII (DITII Aceh) telah mengadakan operasi bersama dengan pasukan PRRI

yang tergabung dalam Operasi Sabang Marauke di daerah-daerah perbatasan

Aceh-Sumatera Timur Ada terhembus isu bahwa PRRI mgnirimkan senjata

kepada NBANII107

Dan dikatakan bahwa Menteri pertahanan PRRI pernah

memutuskan untuk menemukan Kapten Jusuf Risin Pada Staf Divisi TgkTjhik di

Tiro untuk memberikan latihan kepada anggota DITII di Aceh pada akhir tahun

1959 sesuai dengan kesepakatan yang tercapai dalam pertemuan di Genewa pada

bulan Desember tahun 1958 antara pemimpin-pemimpin PRRIPERMESTA dan

dalam pertemuan itu turut hadir Hasan Ali Perdana Menteri NBANII dan Hasan

Muhammad Tiro (Duta Besar DI untuk Amerika Serikat di PBB) maka

diputuskanlah untuk mendirikan suatu negara yang berbentuk federal yang

dinamakan Republik Persatuan Indonesia (RPI) guna lebih banyak mendapatkan

105

Revolusioner adalah sikap dimana cendrung menghendaki perubahan secara

menyeluruh dan mendasar 106

Menurut Mr S M Amin peristiwa yang diawali dengan sifat revolusioner lambat

laun akan berubah menjadi sifat evolutioner Yaitu melihat peristiwa itu dari sisi positifnya

(kebaikan) juga dalam suatu cara membawa perubahan dengan berangsur-angsur Sifat ldquoreeelrdquo

yang tidak dapat melihatkesukaran-kesukaran keadaan suasana masa dan waktu berubah menjadi

sifat ldquoreeelrdquo yang menarik dalam perhatian segala kenyataan baik yang menguntungkan maupun

merugikan sehingga tindakan diambil dengan hati-hati dan penuh perhitungan laba ruginya 107

Disinyalir bahwa isu yang berhembus itu tidak benar Terbukti dari surat menyurat

antara PRRI dan NBANII Secara resmi PRRI tidak pernah mengirimkan senjata kepada

NBANII Tentang pengiriman senjata ke Aceh baru hendak dibicarakan dalam cabinet PRRI pada

akhir 1959

37

dukungan dari daerah-daerah dan untuk lebih mengefektifkan perjuangan

menghancurkan regime Soekarno yang diktatorial108

Dalam Undang-Undang Dasar Republik Persatuan Indonesia antara lain

disebutkan

Pasal 1 ayat 1 Negara RPI berdasarkan Keimanan kepada Tuhan YME

Pasal 1 ayat 2 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk atau

golongan untuk memeluk agamanya atau kepercayaannya

masing-masing dan untuk beribadah serta hidup

bermasyarakat sesuai dengan syariat agamanya atau

kepercayaannya

Pasal 31 ayat 1 Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan

mengeluarkan pendapat

Pasal 31 ayat 2 Mengeluarkan pendapat yang mengandung penghinaan

terhadap suatu agama ajakan untuk mendirikan dictator

atau ajakan untuk menganut dan melaksanakan paham-

paham komunis atau paham-paham lain yang

membahayakan asas-asas dasar negara dilarang

PRRI dan NBANII saat itu diharapkan untuk menjadi inti negara dan

keduanya mengambil inisiatif memelopori perjuangan menegakkannya Serta

mengharapkan sebagai proklamator selain tokoh Dewan Perjuangan dan PRRI

dua orang dari NBANII yaitu Tgk Daud Beureueh dan Hasan Ali yang masing-

masing direncanakan menjadi Wakil Presiden dan Menteri Luar Negeri ditambah

dengan Kahar Muzakkar dari Sulawesi yang direncanakan menjadi Menteri Muda

Pertahanan Menurut rencana Republik Persatuan Indonesia akan

diproklamasikan pada tanggal 15 atau 17 agustus 1959 Akan tetapi berhubung

dengan adanya usul-usul perubahan dari NBANII mengenai beberapa pasal dari

UUD RPI diantaranya mengenai soal yang fundamental yaitu mengenai wilayah

108

RPI adalah bentuk kelanjutan yang logis dari perjuangan daerah-daerah dan satu-

satunya kendaraan politik untuk mencapai tujuan dan cita-cita seperti yang dinyatakan program

perjuangan dari Dewan perjuangan dengan memperhatikan bahwa pelaksanaannya haruslah sesuai

dengan strategi perjuangan

38

RPI (pasal 3) maka proklamasi itu baru dapat di cetuskan pada tanggal 8 Februari

tahun 1960109

Meskipun terdapat perbedaan paham antara NBANII dengan PRRI

akhirnya Republik Persatuan Indonesia di proklamasikan juga pada tanggal 8

Februari 1960 dengan PRRI dan NBANII sebagai intinya Sejak itu NBANII

berubah namanya menjadi Republik Islam Aceh (RIA)sebagai satu negara bagian

dari Republik Persatuan Indonesia Dari masuknya NBANII ke dalam RPI tidak

berarti hubungan antara NBANII telah putus dengan NII pimpinan Kartosuwirjo

Dalam surat Wali NBANII kepada Pimpinan tertinggi NII KArtosuwirjo

bertanggal November tahun 1960 dijelaskan sebab-sebab mendorong NBANII

masuk kedalam RPI sebagai satu negara bagian yang menjadi inti dari RPI

Disamping itu diminta agar bukan saja hubungan NBANII dengan RPI disahkan

tetapi meminta juga Kartosuwirjo Pimpinan NII turut ikut berpadu dengan PRRI

dalam Republik Islam Indonesia yang berjiwa Islamisme dan Federalisme

Adapun sebab-sebab yang mendorong NBANII berpadu dengan RPI antara lain

adalah

1 RPI adalah suatu bentuk Federasi yang menjiwai ketatanegaraan Islam

2 Menjamin ketatanegaraan Islam bagi Negara Bagian secara demokratis

sehingga negara bagian bebas menjalankan hukum syariat Islam bagi umat

dan masyarakat Islam seluruhnya

3 RPI suatu negara yang mengakui mutlak kedaulatan negara berada di

tangan Allah SWT

4 RPI adalah suatu bentuk negara yang menganut falsafah yang sesuai

dengan kehendak umat Indonesia yang umumnya memeluk agama Islam

dan Kristen

109

Diperkirakan selain Aceh yang telah menjadi Negara Bagian inti dalam RPI akan

diterima juga untuk pertama kali menjadi Negara-negara Bagian Sumatera Barat Sumatera Utara

Sumatera Selatan Riau Jambi Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Maluku Selatan dan Maluku

Utara Perbedaan pendapat terjadi antara NBANII dan PRRI mengenai fundamental yaitu tentang

wilayah negara federal yang baru meliputi Sumatera dengan kata lain mereka menghendaki suatu

Republik Persatuan Sumatera Lihat lebih detail pada buku M Nur El Ibrahimy Tgk M Daud

Beureueh Pergolakannya di Aceh hal203-204

39

5 RPI menentang tegas AteisKomunis dalam perkembangan ketatanegaraan

Indonesia

6 Dengan RPI kita memperlihatkan hanya ada satu organisasi Negara saja di

Indonesia yang menentang dan member perlawanan bersenjata terhadap

organisasi pemerintah Soekarno

7 Dengan RPI kita menarik perhatian dunia internasional terhadap

kesanggupan kita dalam memegang kekuasaan politik di Indonesia

terutama dalam menumpas regime Soekarno sebagai landasan untuk

memperoleh sokongan dan bantuan moril dan materiil dari pihak luar

negeri baik di forum PBB maupun dari pihak negara-negara lain terutama

dari negara blok anti komunis

8 Dengan RPI kita melenyapkan kesempatan atau peluang bagi usaha taktik

dan tipu muslihat (regime Soekarno) dalam wujud memecah belah sesame

kita melakukan perlawanan bersenjata terhadap mereka baik dalam

masyarakat NBANII maupun dalam masyarakat PRRIPermesta ataupun

antara NIITII dan PRRIPERMESTA

9 Pembentukan RPI merupakan usaha untuk merangkul kembali pemimpin-

pemimpin dan politisi-politisi Islam dan Pemuda-pemuda Islam yang

militant dan revolusioner yang berada diluar organisasi NIITII untuk

sama-sama berjuang bahu-membahu menghancurkan regime

SoekarnoKomunis

10 Adanya berbagai kesulitan dalam berbagai bidang organisasi politik

militer financial ekonomi dan sebagainya Dengan terbentuknya RPI

diharapkan kesulitan-kesulitan ini sedikit demi sedikit dapat diatasi110

Pencetus Berdirinya Republik Islam Aceh berdiri pada saat akhir

perjuangan gerakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia DITII Aceh yaitu

setahun sebelum penyerahan Daud Beureueh kepada Republik Indonesia Pada

kemunculannya gerakan ini tidak begitu tersiar karena beriringan dengan DITII

110

Surat Wali NBANII kepada Pemimpin tertinggi NII KArtosuwirjo dalam bulan

November 1960

40

atau dalam rentang waktu yang singkat Hal yang melatar belakangi berdirinya

RIA adalah sebagai penerus perjuangan Daud Beureueh yang bertahan pada

keyakinannya semula yakni melanjutkan revolusi Islam di Aceh Dengan segala

kekuatan persenjataan dan pasukan yang terbatas maka tercetuslah berdirinya

Republik Islam Aceh pada 15 Agustus 1961 Tidak banyak literature yang penulis

dapatkan mengenai gerakan RIA tercatat menurut El Ibrahimy menerangkan

kemunculan RIA tidak tepat karena disaat bersamaan pemulihan keamanan

dengan Daud Beureueh menyebabkan usaha penyelesaian damai menemui jalan

buntu Hal ini membuat geram Kol Jasin dan Jendral Nasution yang sudah

melaporkan bahwa persoalan Aceh dan diri Tgk M Daud Beureueh telah selesai

Tetapi tiba-tiba muncul lagi surat resmi Daud Beureueh atas nama wali Negara

Republik Islam Aceh111

Daud Beureueh adalah bapak orang-orang Aceh ditinjau dari

karakteristiknya masyarakat Aceh sangat terikat dengan kesadaran dan

pengalaman sejarah dengan pengaruh Islam yang kuat Hal itu bisa dilihat dari

pola tingkah laku politik maupun ideologisnya Tiga peristiwa sejarah yang

menjadi sandaran dan kebanggan orang-orang Aceh yaitu

1 Masa kejayaan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M)112

dan Sultan

Iskandar Tsani (1636-1641 M)113

2 Perang Aceh114

3 Perjuangan di masa revolusi Kemerdekaan

Ketiga hal itulah yang menimbulkan kebanggaan pada orang Aceh baik

dalam rangka kesadaran keIslaman maupun dalam rangka kesadaran kebangsaan

Dalam konteks Islam Aceh dijuluki sebagai ldquoSerambi Mekahrdquo hal ini membawa

anggapan masyarakat Aceh bahwa di daerah mereka Islam dating Kerajaan Islam

berdiri dan pemikiran Islam berkembang serta perang Sabil yang terjadi cukup

111

El Ibrahimy Op Cit hal 197-198 112

Lihat sumber melalui httpmelayuonlinecomindpersonagedig303sultan-iskandar-

muda diakses pada tanggal 18 Februari 2016 Pukul 1751 WIB 113

Lihat sumber melalui httpkebudayaankemdikbudgoidbpcbaceh20131031

sekilas-sejarah-aceh-abad-ke-16-penulis-nurdin-s-sos-staf-pemugaran-bpcb-aceh diakses pada

tanggal 18 Februari 2016 Pukul 1758 WIB 114

Perang Aceh atau lebih dikenal dengan perang Sabil dalam bahasa aceh prang sabi

adalah perang masyarakat Aceh terhadap kolonial Belanda yang terjadi sekitar akhir abad ke-19

M dan lebih tepatnya pertama pecah pada tahun 1873 Hal ini adalah bukti perjuangan rakyat

Aceh yang anti kolonial atau disebut juga kaum kaphe

41

lama115

Pilar-pilar kepemimpinan Aceh terdiri dari ulama Sultan dan

uleebalang (uleebalang) Dan kedudukan ulama sangat strategis Bertolak dari

pengakuan masyarakat dan sudah menjadi fitrahnya ulama dalam konteks

kebudayaan Aceh mendampingi penguasa Sifatnya yang mobile (dominan) dan

tidak terikat oleh ikatan politik lokal memungkinkan para ulama116

berfungsi

sebagai perantara komunikasi kultural117

Dari kebanggaan itulah watak Daud Beureueh sebagai orang Pidie

terbentuk menjadi manusia keras dan ulet juga setelah menjadi pemimpin umat

Kekerasan dan keuletan terlihat dai pendirian yang amat tangguh sehingga sulit

untuk bergeser atau digeser dari sesuatu yang diyakini kebenarannya dalam hal

ini pendirian dan cita-citanya untuk mendirikan negara dengan berdasar pada

Islam118

Daud Beureueh juga dikenal sebagai pemimpin yang kharismatik

Pemimpin dengan jiwa wibawa yang sangat tinggi dan disegani di masa revolusi

Sifatnya itu terlihat ketika pada saat Daud Beureueh mengamati perkembangan

revolusi kemerdekaan Indonesia dengan tenang dan hati-hati119

C Respon Rakyat Aceh Terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

Dilihat dari letak geografisnya Aceh pada zaman dimana perdagangan

dunia berdinamika berada pada jalur georgrafis yang harmonis Aceh terletak dua

mil dari punggung pantai dan tiga mil dari kaki bukit Kedudukannya yang tak

jauh dari hulu dan hilir menjadikan Aceh sebagai permata hijau namun juga biru

115

Dalam keputusan mengenai perang Sabil pada oktober 1944 pertemuan yang

dilakukan uleebalang dan ulama adalah (1) hukum perang Sabil pada masa kolonial adalah

Fardlu‟ain yaitu wajib untuk setiap orang Islam (2) Belanja peperangan didapat dari Baitalmal

zakat dan sokongan dari hartawan (3) Hukumannya pengkhianat sama dengan si kafir

Penjelasan mengenai Fardlu‟ain adalah suatu ajaran tradisional Islam mengenai jihad

ialah bahwa hukumannya bukan fardlu‟ain tetapi hanya fard‟ala kifaya yaitu diwajibkan atas

masyarakat Islam sebagai suatu keseluruhan tetapi tidak diharuskan pada setiap pemeluknya

Lihat Anthony Reid Op Cit hal 327-352 116

Para ulama bertindak sebagai perumus pembina dan penumpuk cita ldquoke Acehanrdquo

sebagai suatu kesatuan kultural dan politik Pada tiga masa itu ulama lah yang tampil untuk

memimpin reformasi sosial dan agama Tindakan nyata terlihat apabila kehidupan keagamaan dan

sosial masyarakat Aceh telah menjauh dari ajran yang benar dan diyakini 117

Taufik Abdullah Karena Keterkaitan Ideologi Artikel surat kabar majalah Panji

Masyarakat No 419 118

A Hasjmy Op Cit hal 118-120 119

Abdullah Sani Usman OpCit hal 182

42

Kekayaan bahari terlihat dari kebajikan alam lewat hutan dan pertaniannya yang

subur Dan rumah masyarakat Aceh pun begitu dekat dengan alam Dibanding

dengan menggunakan beton sebagai landasannya para leluhur ini lebih suka

memilik bamboo dan batu yang dianyam dengan tangan-tangan terampil menjadi

tempat tinggal yang layak huni120

William Marsden explorer Inggris

menggambarkan sosok tubuh orang-orang Aceh berbeda dengan orang Sumatera

lainnya Mereka lebih tinggi dan berkulit lebih hitam Banyak yang menilai orang

Aceh adalah pencampuran orang Batak orang Melayu dan orang Chulias121

Ciri

lain dari orang Aceh adalah kegemarannya dalam bekerja lebih cerdik dan

memiliki wawasan luasmereka juga rajin mengunjungi ulama dan mengakrabi

orang asing yang seiman

Dari berbagai sisi di atas dan dari sisi pola dasar bahasa dan sosial Aceh

termasuk masyarakat Sumatera dan Asia Tenggara Namun ada cukup banyak

cirri khusus dalam perkembangan sejarahnya sejak abad ke-16 M yang

menyebabkan ideologi separatisme yang dianutnya meyakinkan ketika muncul

pada tahun 1970-an Berbeda dengan tradisi sastra ldquoMelayu klasikrdquo yang

menyaksikan peranan Aceh yang sangat besar didalamnya misalnya Aceh

sepenuhnya berdiri di pinggir sepanjang menyangkut pengembangan langgam

bahasa dan kesusasteraan Melayu Indonesia modern menjelang akhir abad ke-19

M122

sampai penaklukan Aceh oleh Belanda pada akhir abad ke-19 M hubungan

ekonomi politik dan budaya Acehterjalin dengan Samudra India dan

Semenanjung Malaya tidak dengan dunia Laut Jawa yang didominasi pada

awalnya oleh Jawa dan kemudian oleh Belanda Aceh merupakan bagian dari

dunia Islam Samudera India sejak Pasai dikunjungi dan ditulis oleh Ibn Battuta123

pada abad ke-14 M124

120

M Dien Madjid Catatan Pinggir Sejarah Aceh Perdagangan Diplomasi dan

Perjuangan Rakyat (Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia 2013) hal 86-87 121

Chulias adalah nama bangsa atau sebutan yang disematkan pada penduduk yang

berdiam dibagian barat India dan telah menjalin hubungan sosial dengan Aceh sejak masa yang

lama 122

Kesusasteraan Melayu Indonesia modern adalah budaya-atas ldquoIndiardquo perkotaan di

India Belanda yang mengungkap diri dalam bahasa Melayu yang menggunakan huruf romawi

(berbeda dengan huruf Arab dalam bahasa Melayu klasik) dan sebagian besar diciptakan pada

awalnya oleh orang-orang Indo-Eropa dan peranakan Tionghoa meski pada akhirnya diserap

sebagai bahasa pengantar oleh gerakan nasional 123

Ibn Battuta adalah seorang Arab yang waktu itu menjabat sebagai utusan Delhi 124

Anthony Reid Op Cit hal 335

43

Sebelum mengetahui respon rakyat Aceh terhadap perjuangan Daud

Beuereueh penulis ingin memaparkan rakyat Aceh melalui tiap golongan Pada

masa pra kemerdekaan rakyat Aceh yang menanti ini terbagi dalam tiga golongan

yaitu

1 Pertama golongan terbesar yang menanti segala sesuatu dengan

tenang dan tidak mengambil perhatian terhadap apa yang mungkin

terjadi Golongan ini adalah golongan yang tidak ldquopolitic mindedrdquo dan

menerima segala sesuatu dengan terbuka

2 Kedua golongan yang terdiri dari mereka yang sangat bergembira dan

sangat bersuka ria atas kapitalis Jepang Golongan ini bercita-cita

pengembalian kekuasaan Belanda ke tanah air125

3 Ketiga golongan terdiri dari mereka yang sekalipun lahirnya nampak

tenang akan tetapi dalam batinnya berada dalam keadaan gelisah

Mereka khawatir tentang akibat-akibat yang kelak akan timbul bila

Jepang lenyap dan Belanda kembali berkuasa

Pada konteks ini peran golongan ketiga inilah yang mempunyai peranan

aktif dan terkemuka baik sewaktu masa kolonial ataupun masa pendudukan

Jepang Meskipun hanya sebagian kecil dari golongan ini yang mempunyai alasan

menakuti kekuasaan penjajah banyak dari mereka pada hakikatnya bergerak baik

kepentingan sendiri atau golongan Dengan mempertopengkan kepentingan umum

pada masanya mereka memperoleh kedudukan dan pangkat tinggi Kesempatan

yang timbul sebagai akibat kedudukan dan pangkat tinggi ini telah digunakan

mereka untuk menguntungkan diri sendiri atau pun golongan Untuk kasus

perjuangan Daud Beureueh inilah alasan yang menjadikan rakyat Aceh terpecah

kedalam dua golongan Golongan uleebalang (raja-raja) dan golongan ulama

Pertentangan diantara kedua golongan ini hubungan antara uleebalang dengan

ulama Pertentangan ini menyerupai pertentangan adat dan hukum (Islam)

125

Dalam golongan ini terdapat sejumlah besar dari mereka yang masih menyimpan

peringatan nimat penghidupan yang dirasakan semasa pemerintahan Belanda dan sebelum Jepang

berkuasa Baik dalam pendudukan Belanda dan Jepang golongan ini punya kedudukan tinggi yang

memberikan mereka hidup dengan diliputi oleh kesenangan kemegahan dan kemewahan

44

Uleebalang mempertahankan kekelan adat sedangkan ulama berjuang menegakan

hukum berdasar syariat Islam dalam pemerintahan126

Menurut Snouck Hurgronje pertentangan antara ulama dan uleebalang

berdasar atas adanya perbedaan adat dan agama Keterangan Snouck ini disanggah

oleh M Nur El Ibrahimy yang mengatakan pernyataan Snouck kurang tepat

karena di Aceh tidak terdapat pertentangan yang berarti antara adat dan agama El

Ibrahimy mengatakan pada umumnya keduanya berhubungan baik yang satu

bersandar kepada yang lain keduanya tunjang-menunjang Di Aceh dapat

dikatakan adat dan resam Qanun bersandar kepada agama Karena sangat

mendalamnya ajaran Islam meresap dalam kehidupan masyarakat dan hukum

telah terjadi persesuaian Oleh karena itu pula Islam sangat diperjuangkan menjadi

ideology negara El Ibrahimy mengatakan terkait pertentangan uleebalang dan

ulama bukan karena petinggi adat dan petinggi agama Memang ada peribahasa

Aceh yang mengatakan bahwa ldquoadat bak Poteu Meureuhom hukom bak Syiah

Kualardquo yang artinya adat berada di dalam tangan sultan dan agama berada di

dalam tangan ulama Akan tetapi hal itu sekedar pembagian wewenang saja127

Kembali pada fokus kajian mengenai sikap rakyat Aceh Pada perjuangan

dibawah pimpinan Daud Beureueh tentang kesadaran rakyat Aceh Taufik

Abdullah dalam tulisannya terkait sikap rakyat Aceh mengatakan bahwa ada tiga

bagian penting pertama sikap spontanitas dan enthusiasme rakyat Aceh dalam

membantu perjuangan kedua pertemuan empat mata Daud Beureueh dengan

Soekarno ketika presiden pertama Republik Indonesia mengunjungi Aceh ketiga

penolakan Daud Beureueh terhadap T Mansyur (walinegara Sumatera Timur)

untuk bersama-sama mendirikan negara bagian Sumatera Mengenai sikap

spntanitas dan enthusiasme rakyat Aceh dalam membantu perjuangan dan

mempertahankan kemerdekaan RI terlihat dari kerelaan rakyat Aceh yang pintu

rumahnya di gedor malam-malam untuk membagi emas yang mereka miliki ikhlas

semata-mata karena Allah dan demi membantu serta memenuhi harapan

Soekarno yang meminta rakyat Aceh membantu perjuangan dengan

menyumbangkan sebuah pesawat terbang Rakyat Aceh sudah merasa puas

126

Mr S M Amin Op Cit hal 4-7 127

El Ibrahimy Op Cit hal 72-73

45

dengan pernyataan Soekarno yang menyebut Aceh adalah ldquodaerah modalrdquo atau

ldquodaerah payungrdquo128

Selanjutnya perubahan sikap terjadi di rakyat Aceh Ketika keinginan

cita-cita semangat perjuangan rakyat Aceh yang bernafaskan Islam tidak

terpenuhi Terlebih lagi dengan kebijakan pemerintah yang mementahkan harapan

dan kepercayaan dengan mengirimkan pemimpin-pemimpin atau tenaga-tenaga

ahli ke pusat daerah yang saat itu masih belum diperlukan sekalipun mereka

dikirim tidak membawa perubahan Selain itu dalam badan pemerintahan daerah

pemerintah pusat memilih petinggi-petinggi untuk daerah Aceh yang bukan

berasal dari Aceh Kemauan rakyat yang tidak terpenuhi dan kebijakan yang

dianggap tanpa pikir panjang ini membuat rakyat Aceh kecewa dan geram

Mengenai kebijakan pemerintah yang memilih orang diluar Aceh faktanya

masyarakat Aceh mempunyai pandangan tersendiri tentang segala seusuatu

mengenai penghidupannya ia mempunyai alam pikiran yang berlainan dengan

penduduk daerah lain Hal ini disebabkan oleh karena masyarakat Aceh dapat

dikatakan sebagai masyarakat yang tertutup geisoleerd129

Solusi dari permasalahan ini sebenarnya kemauan masyarakat Aceh adalah

tentang cara pelaksanaan susunan dewan-dewan dengan pemilihan rakyat umum

dalam konteks ini rakyat Aceh juga diselenggarakan dalam setiap bagian

pemerintahan sehingga bukan sedikit tuntutan-tuntutan mengenai penempatan

ahli-ahli atau penempatan petinggi didalam pemerintahan daerah Penempatan

menurut tuntutan ini adalah harus berdasar atas demokrasi yaitu kemauan rakyat

Menurut Mr S M Amin mengatakan bahwa rakyat Aceh terkenal sebagai rakyat

yang mencintai kemerdekaan dan tidak segan-segan mengorbankan jiwanya

dalam mencapai kemerdekaan Sejarah perjuangan melawan penjajah masa

kolonial memakan waktu berpuluh-puluh tahun menunjukan kepahlawanan

mereka dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia

128

Pada masa itu rakyat Aceh membantu perjuangan baik dari dalam dan luar negeri

Seperti kisah Dr Sudarsono yang datang ke Aceh dan kemudian di biayai oleh rakyat untuk

kembali ke luar negeri selalu diulang-ulang Ini semua telah menjadi ldquofolklorerdquo (cerita rakyat)

Dan ini merupakan sejarah Aceh yang tidak bias diinjak oleh kaki tentara Belanda 129

Mr S M Amin Op Cit hal 76

46

Untuk memperkuat pernyataan Mr S M Amin dalam menambahkan

pemahaman tentang sifat masyarakat Aceh penulis menambahkan tulisan Prof

Dr M Dien Madjid mengenai Hikayat Kerajaan Aceh mengatakan bahwa

masyarakat Aceh dikenal sebagai penganut Islam yang taat Hal ini tidak saja

dibuktikan secara historis lewat berbagai teori sejarah yang mengisahkan Aceh

sebagai tempat awal bersuanya Islam dengan penduduk Nusantara melainkan

ditinjau dari ruang publik mulai dari masyarakat bawah hingga tataran elite yang

taat pada ketentuan Islam Dan mengenai solusi dalam sistem pemerintahan

menurut Gabriel A Almond ciri khas pendekatan perilaku ini ialah pandangan

bahwa masyarakat dapat dilihat sebagai suatu sisitem sosial dan negara sebagai

suatu sistem politik yang menjadi subsistem dari sistem sosial Dalam sistem

bagian-bagiannya saling berinteraksi saling bergantungan dan semua bagian

bekerja sama untuk menunjang terselenggaranya sisitem Jika mengalami stress

(masalah) dari lingkungan tetap berusaha mengatasinya dengan memelihara

keseimbangan Dengan demikian sistem dapat bertahan130

130

Ibid hal 76-77

47

BAB IV

PEMBERONTAKAN DALAM PERJUANGAN MENEGAKAN SYARIAT

ISLAM DI ACEH

A Usaha-usaha Menegakan Syariat Islam di Aceh

Dalam perjuangannya menegakan syariat Islam rakyat Aceh bersikap

spontanitas dan enthusiasme mulai masa kolonial (penjajahan) dan masa

revolusi Hal itu terlihat ketika era Orde Lama rakyat Aceh menggugat regim

yang berkuasa di Jakarta hal itu disebabkan karena rakyat Aceh merasa

diperlakukan tidak adil dan manusiawi Pada 20 september 1953 meletus lah

peristiwa berdarah atau lebih dikenal dengan pemberontakan Darul Islam Tentara

Islam Indonesia (DI TII) reaksi spontan dan enthusiasme ditunjukan demi harga

diri rakyat Aceh yang terlecehkan pada saat itu131

Sebelum membahas lebih jauh

mengenai perjuangan dan usaha-usaha rakyat Aceh penulis mencoba menganalisa

status rakyat Aceh yang khususnya umat Islam saat itu Melalui zaman atau

periode tahap-tahap mengenai kesadaran sosial umat Islam Aceh dibagi menjadi

dua periode yaitu

1 Periode pertama munculnya kelas baru ketika konflik-konflik antar kelas

yang terjadi tahun (1920-1942) Pada periode ini umat Islam melakukan

berbagai aksi dalam bentuk demonstrasi dan juga mendirikan berbagai

asosiasi Selain SI ada juga Nahdlatul bdquoUlama (NU) Muhammadiyah dan

dalam kasus Aceh sendiri berdiri Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA)

Saat itu PUSA berkonflik dengan kaum uleebalang merupakan konflik antar

kelas atau bisa dikatakan perang saudara dalam memperebutkan peran dalan

sistem pemerintahan di Aceh PUSA tidak mengakui uleebalang karena

dibawah kendali kolonial dan teguh pada pendirian bahwa mereka anti

penjajahan Dan sejak 1942 dan seterusnya umat Islam dihadapkan pada tugas

baru Pada masa kolonial atau penjajahan para Kyai dan tokoh-tokoh umat

Islam mulai diikutsertakan dalam kepemimpinan dan kenegaraan

131

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 200

48

2 Periode kedua sesudah tahun 1942 dan setelah 1945 umat mendefinisikan

diri dalam rumusan baru yaitu sebagai warga negara sebagai citizen Dan

warga negara sebagai langkah akhir perjalanan historis Pada saat

merumuskan UUD yang didalamnya memuat rumusan Pancasila 1945 dan

memutuskan diri sebagai warga negara Indonesia Persoalannya sekarang

adalah persoalan antara negara dan warga negara Permasalahan ketika

ideologi dibentuk tidak sesuai kesepakatan rakyat Aceh merasa harga dirinya

terlecehkan oleh pemimpin negara Dan pada periode ini juga terjadikonflik

politik yang berkepanjangan sesudah tahun 1945 sampai tahun 1965 Umat

Islam yang memasuki babak baru yaitu ikut dalam Pemilihan umum ikut

dalam DPRMPR Badan-badan pemerintahan Karena itu umat Islam benar-

benar aktif sebagai warga negara Sebagai warga negara demokratis harus

menyadari hak dan kewajiban yang mempunyai budaya partisipan132

Pada tahapan kesadaran sosial tersebut perkembangan Islam di Indonesia

terbagi menjadi tiga zaman zaman mitos zaman ideologi dan zaman

pengetahuan atau ilmu Dalam kaitannya dengan Aceh usaha-usaha menegakan

syariat Islam muncul ketika zaman ideologi Hal ini terlihat ketika DITII Aceh

yang menjadikan pengetahuan Islam sebagai formulasi normatif dalam mengatur

sistem pemerintahan di Aceh Dari situ kemudian berkembang menjadi sebuah

ideologi lalu menjadi action133

Peran pelopor DITII Aceh yaitu organisasi

PUSA terlihat ketika konflik terjadi dengan uleebalang Dimana PUSA

memperjuangkan perannya dalam sistem pemerintahan Aceh yang dikuasai

uleebalang134

132

Kuntowijoyo Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia (Yogyakarta Shalahuddin

Press 1985) hal 18-25 133

Ibid hal 26 134

Menurut Van‟t Vern dalam laporan Kern mengatakan bahwa kekuasaan kaum

uleebalang diperkuat setelah perang Aceh ketika menyatakan takluk dengan Belanda Secara

ekonomis uleebalang memperoleh lebih banyak kekuasaan karena bertindak sebagai kepala

perusahaan-perusahaan dagang baru atau bekerja sama dengan perkebunan-perkebunan Barat

Kekuasaan pemerintah mereka dijamin aman oleh bantuan Belanda baik dalam peradilan hukum

perkawinan dan pemberian bewasiswa Dan ini penyebab terjadinya pertentangan antara ulama

melalui PUSA dengan uleebalang rasa kebencian dan kemarahan muncul ketika uleebalang

dianggap sebagai pengkhianat oleh masyarakat Aceh karena masyarakat Aceh sangat anti

penjajahan Terlebih lagi ketika penindasan dan skandal terhadap masyarakat Aceh yang dilakukan

oleh uleebalang

49

Usaha tidak terhenti begitu saja pasca ditetapkannya Pancasila sebagai

ideologi negara direspon cepat oleh rakyat Aceh rakyat Aceh dibawah pimpinan

Daud Beureueh mengambil sikap menentang dan memberontak atas kendali

Jakarta yaitu pemerintah pusat Jika ditinjau dari permasalahan ideologi tersebut

hal itu menimbulkan sikap antara pemerintah dengan masyarakat Aceh penulis

ingin menguji teori melalui ilmu sosial hal ini bisa menimbulkan prasangka sebab

dugaan Mengacu pada hubungan vertikal yang terjadi antara masyarakat Aceh

dengan pemerintah prasangka sebab dugaan merupakan sikap bermusuhan yang

terjadi antar kelompok yang satu terhadap kelompok lainnya135

yang didasari pada

ciri yang tidak menyenangkan Pada perjuangan yang terjadi era orde lama di

Aceh Menurut teori Banton mengenai prasangka ini merupakan teori frustasi-

agresi (frustration-aggression theory) Teori ini mengatakan bahwa orang akan

melakukan agresi manakala usahanya dalam memperoleh keinginan terhalangi136

Hal ini terjadi pada keinginan dan cita-cita Daud Beureueh dalam mendirikan

negara yang berlandaskan Islam tidak terpenuhi

Mengkaji lebih mendalam mengenai kedudukan Daud Beureueh dalam

pemberontakan di Aceh penulis ingin memaparkan mengenai apa yang

diperjuangkan oleh Daud Beureueh Dalam hal ini jelas perjuangan Daud

Beuereuh adalah mendirikan sebuah Negara Islam Indonesia yaitu negara yang

berlandaskan Islam bukan Pancasila Visi syariat Islam itu sendiri adalah

mewujudkan kemaslahatan manusia dunia dan akhirat Sedangkan misinya

melalui rumusan para ulama adalah kewajiban memelihara agama kewajiban

memelihara jiwa kewajiban memelihara harta kewajiban memelihara keturunan

kewajiban memelihara akal dan kewajiban memelihara kehormatan137

Jika

dilihat dari visi misinya dapat dikatakan kedudukan Daud Beureueh sangat

135

Menurut Kinloch (1979) kata kelompok dalam konsep hubungan antarkelompok

mencakup semua kriteria pertama terdiri atas ciri fisiologis yaitu pengelompokan yang didasarkan

pada persamaan jenis kelamin (laki-laki perempuan) usia (tua muda) dan ras (antara lain hitam

putih) kriteria kedua ialah persamaan kebudayaan seperti kelompok etnik di Aceh minangkabau

Ambon dll Meskipun Kinloch tidak menyebutkan agama namun dalam banyak kasus

pengelompokkan berdasarkan agama pun dapat dimasukan dalam kategori ini Kriteria ketiga

mengenai ekonomi dibagi antara mereka yang berekonomi kuat dan ekonomi lemah Dan criteria

keempat ialah prilaku mengenai fisik mental dan penyimpangan terhadap aturan masyarakat 136

Kamanto Sunarto Pengantar Ilmu Sosiologi (Jakarta Lembaga penerbit Fakultas

Ekonomi UI 2004) hal 151-152 137

Danial Syari‟at Islam dan Pluralitas Sosial dalam Jurnal Analisis Studi KeIslaman

vol XII No 1 1 Juni 2012 hal 72-74

50

penting Sebab melalui perjuangannya Daud Beureueh ingin nilai-nilai agama

dijadikan dasar pengambilan kebijakan di tingkat keluarga masyarakat dan

pemerintah menjamin hak hidup rakyat dalam bidang pendidikan serta

membangun generasi yang berkualitas bebas dari ketakutan dan kecemasan dalam

konflik dan pertikaian yang terjadi pada kaum minoritas138

Selanjutnya perkembangan pemerintahan di Aceh di tahun 1949

menyerupai pemberian otonomi kepada daerah Aceh Pemerintah Darurat

Republik Indonesia (PDRI) melalui keputusan Wakil Perdana Menteri pada 17

Desember 1949 No8DesW K P M membentuk provinsi Aceh Ketetapannya

bertujuan untuk memecah provinsi Sumatera Utara menjadi dua provinsi yaitu

provinsi Aceh dan provinsi Tapanuli-Sumatera Timur dalam menyempurnakan

dan melancarkan pemerintahan daerah Dan dalam waktu singkat terbentuklah

provinsi Aceh dengan Dewan Perwakilan dan Badan Eksekutifnya Daud

Beureueh saat itu menjabat sebagai gubernur Pada hakikatnya ini bukan

merupakan keinginan umum dan banyak masyarakat mengambil sikap menolak

terhadap pembentukan provinsi Aceh Keberadaan provinsi Aceh diduga

menimbulkan reaksi rakyat yang tidak mendapat bagian dalam pemerintahan yang

didominasi oleh masyarakat diluar Aceh139

Selain dari masyarakat umum

kebimbangan terjadi di dalam pemerintahan pusat itu sendiri tentang sah tidaknya

pembentukan provinsi Aceh dan mengenai kedudukan dan kekuasaan Wakil

Perdana Menteri yang berkedudukan di Sumatera

Pembentukan provinsi Aceh oleh Wakil Perdana Menteri menyebabkan

dibentuknya bdquopanitia penyelidik‟ yang diketuai oleh Menteri Mr Susanto

Tirtoprodjo pada bulan maret 1950 Dalam pertemuannya di Banda Aceh Menteri

Dalam Negeri mengatakan bahwa pemerintah pusat belum menetapkan adanya

provinsi Aceh Tetapi pendirian yang kuat terlihat ketika ketua DPR dan beberapa

anggotanya kukuh mempertahankan provinsi Aceh dengan alasan keinginan

138

Ibid hal 72 139

Dugaan masyarakat timbul karena organisasi PUSA ini memiliki sikap keras militant

dan enthusiasme serta teguh dengan apa yang dicita-citakannya Seperti perjuangan melawan

Belanda dan Jepang di tanah rencong mengenai sikap anti penjajahannya PUSA memiliki peranan

yang sangat penting terhadap kemerdekaan yang diraih Terlebih lagi dalam hal ini untuk

mengatur pemerintahannya sendiri masyarakat umum dari pandangannya mengenai apa-apa yang

diluar pemikiran dan cita-cita PUSA dianggap sebagai lawan politik ataupun lawan ideologi Jelas

hal ini dilatarbelakangi pengaruh pandangan Belanda terhadap PUSA

51

rakyat Terdapat dua pandangan dalam kasus ini yaitu disaat Teungku Amir Ali

Mujahid mengadakan suatu musyawarah di Alue Jangat dimana perhimpunan

yang dinamakan Pemuda Perjuangan Seluruh Aceh ini mengambil resolusi untuk

tetap mempertahankan provinsi Aceh dan mengatakan bahwa semangat yang

menggelora tidak akan terjamin jika provinsi Aceh dibubarkan Pernyataan ini

ditentang oleh Teuku Teongoh hanafiah dalam tulisannya mengatakan bahwa

yang mengkehendaki provinsi Aceh adalah sebagian dari kelompok ulama di

bawah kendali PUSA Mereka mempertahankan provinsi Aceh hanyalah karena

beranggapan dengan tetap berlangsungnya provinsi Aceh maka mereka dapat

memimpin pemerintahan di Aceh dan segala perbuatan keji mereka di masa

lampau berupa pembunuhan perampasan harta dan lain-lain terhadap kelompok

uleebalang dapat ditutupi140

Melalui tulisan Bachtiar Effendi dan Ali munhanif dari langkah-langkah

Daud Beureueh bukti nyata dalam aksinya adalah ketika negara revolusioner

Indonesia terlihat lemah atas perjuangan rakyat Aceh ketidakmampuan negara

menunjukan pengaruh pemerintahannya kepada masyarakat Aceh terutama pada

masa-masa 1945-1949 membuat pemerintah begitu rentan dalam menanggapi

tuntutan rakyat Aceh terutama untuk memperoleh otonomi regional lebih besar

dalam masalah sosial ekonomi dan politik ketika tahun 1949 Pemerintah

Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berbasis di Sumatera Barat menerima

tuntutan Aceh untuk de jure141

menjadi provinsi otonom daerah istimewa Pada

akhir tahun 1950-an Aceh diakui sebagai daerah istimewa otonom dengan Daud

Beureueh sebagai Gubernurnya Terutama dalam masalah keagamaan perkara

adat dan pendidikan dengan syarat otonomi tersebut tidak bertentangan dengan

konstitusi Perkembangan politik dengan diakuinya Aceh sebagai daerah istimewa

itu menunjukkan bahwa pemberontakan memperjuangkan ideologi dibawah

bendera Islam di Aceh dapat dipadamkan142

Pada pemberontakan yang dipimpin Daud Beureueh ini penulis membagi

menjadi dua motif perjuangan yaitu Islam dan Politik Pertama Islam berkaitan

140

Lihat Koran harian Indonesia Raya mengapa Aceh minta daerah autonomi (Jakarta 4

Agustus 1950) 141

De jure adalah pengakuan secara hukum 142

Taufik Abdullah dkk Op Cit hal 448

52

dengan Islam yaitu pembahasan mengenai Agama Mengenai konsep agama

sendiri menurut Light Keller dan Calhoun (1989) yaitu tentang kepercayaan

agama simbol agama praktik agama umat agama dan pengalaman agama143

Dan

penganut agama pun mengenal berbagai bentuk pengelompakan umat seperti

dalam komunitas keagamaan Islam yaitu pesantren dan wadah umat muslim

lainnya Pembentukan Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) yang juga sebagai

pelopor DITII Aceh adalah bukti nyata pengelompokan umat Islam di Aceh

berjalan baik Menurut analisa penulis pada kasus agama dan perubahan sosial ini

melalui pandangan Giddens (1989) mengatakan bahwa suatu proses mengenai

perubahan sosial dimana agama kehilangan pengaruhnya terhadap berbagai segi

kehidupan manusia dan oleh Light Keller dan Calhoun (1989) didefinisikan

sebagai proses melalui perhatian manusia beserta institusinya tercurahkan pada

hal duniawi dan perhatian terhadap hal yang bersifat rohaniah terkait agama

semakin berkurang Jelas hal ini yang menjadi kekhawatiran dan latarbelakang

mengenai alasan Daud Beureueh dalam menciptakan negara Islam Indonesia

yang apabila ideologi Pancasila terus dijalankan akan berdampak buruk kepada

nilai-nilai keIslaman masyarakat Indonesia khususnya Aceh144

Di Aceh ideologi Islam senantiasa menjadi sumber daya sikap patriotisme

rakyat Aceh dan sejak 1930-an menjadi jalan kepada modernisasi Saat itu para

ulama mengatakan bahwa mempertahankan Republik Indonesia berarti perang

Suci dan merupakan kelanjutan dari perjuangan yang adil dari Teungku Chik di

Tiro yang didukung oleh rakyat dengan penuh simpati Martabat uleebalang telah

jatuh ketika mereka bersikap kasar dan mengingkari nurani rakyat Di daerah

Pidie perlawanan anti-uleebalang menimbulkan harapan untuk mendapatkan

kembali tanah-tanah yang dulunya pernah disita secara tidak adil dari keluarga-

keluarga petani dengan demikian perjuangan melawan penindasan uleebalang

yang dilakukan ulama itu berakhir dengan gemilang Ulama-ulama pembaru yang

143

Kepercayaan agama dalam hal ini adalah Islam tentang keimanan kepada Allah swt

Simbol agama yaitu kerudung pakaian haji mukena dll Praktik agama berkenaan dengan sholat

dzikir pergi haji dll Umat agama yaitu Aceh yang terdiri dari mayoritas beragama Islam Dan

pengalaman agama merupakan suatu unsure dasar agama yang dialami penganut agama pribadi

seperti panggilan umat Islam Allah swt dll 144

Kamanto Sunarto Op Cit hal 69

53

terkenal telah memberikan inspirasi dan pimpinan langsung kepada gerakan

rakyat Dalam perlawanan terhadap tatanan masyarakat kolonial145

Kedua motif politik terlihat bagaimana Daud Beureueh melalui gerakan

DITII Aceh melakukan perlawanan terhadap kendali pemerintah pusat untuk

memperoleh peran dalam mengatur sistem pemerintahan di Aceh Menurut Harold

D Laswell dan Abraham Kaplan mengatakan bahwa kekuasaan adalah suatu

hubungan dimana seseorang atau sekelompok orang dapat menentukan tindakan

seseorang atau kelompok lain kearah tujuan pihak pertama146

Dalam hal ini Daud

Beureueh melalui PUSA menentukan tindakan untuk mengatur tatanan kehidupan

masyarakat Aceh melalui pemerintahan Perkembangan politik selanjutnya adalah

ketika Aceh tidak menjadi daerah istimewa seperti yang dijanjikan pemerintah

pasca kemerdekaan Dan dalam konteks yang lebih luas melalui gerakan Darul

Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh Daud Beureueh bercita-cita

mendirkan Negara Islam Indonesia Menurut Max Weber kekuasaan perlu

dibedakan dengan dominasi (herrschaft) Kekhasan dominasi ialah bahwa pada

dominasi pihak yang berkuasa mempunyai wewenang sah untuk berkuasa

berdasarkan aturan yang berlaku sehingga pihak yang dikuasai wajib menaati

kehendak penguasa Berbeda dalam kajian ini pihak Daud Beureueh menolak

mengikuti ketetapan dan kebijakan pemerintah dalam menyatukan Aceh kedalam

provinsi Sumatera Utara147

Pada pemberontakannya dalam perjuangan menegakan syariat di Aceh

termasuk kedalam tipe dominasi kharismatik yaitu mengenai keabsahannya

didasarkan pada kepercayaan rakyat Aceh terhadap kemampuan Daud Beureueh

mempunyai kemampuan luar biasa dalam memimpin dan memperjuangkan

ideologi Islam Dalam tipe dominasi ini pemimpin atau figur kharismatik

dianggap memiliki sifat kepahlawanan yang luar biasa Dan mengenai hubungan

rakyat dan pemimpin didasarkan pada ukuran kepercayaan dan kesetiaan

Perjuangan Daud Beureueh dalam tipe ini melaksanakan perjuangan meraih

145

Anthony Reid Op Cit hal 406 146

Miriam Budiardjo Op Cit hal 60 147

Rakyat Aceh sangat kecewa dengan penetapan pemerintah pusat melalui kebijakannya

menghilangkan Aceh dan Tapanuli dalam membentuk provinsi Sumatera Utara Kekecewaan

terlihat ketika rakyat Aceh berjuang mendirikan Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan Tgk

M Daud Beureueh

54

kekuasaannya bukan atas dasar aturan yang berlaku melainkan atas aturan yang

ditetapkannya sendiri Dalam proses politiknya148

Daud Beureueh berusaha

menggantikan sistem politik yang ada atau yang sudah berjalan dengan sistem

politik yang baru149

B Respon Pemerintah terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

Konflik yang terjadi antara Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII)

Aceh dengan pemerintah merupakan konflik yang memperebutkan pengaruh

dimasyarakat dimana dalam mencapai tujuannya masing-masing perebutan

kekuasaan yang berdasar pada ideologi yang berbeda satu sama lain itu

memunculkan berbagai aspek sumber kekuasaan150

Kasus perjuangan atau lebih

dikenal dengan peristiwa berdarah di Aceh merupakan kekuasaan yang bersumber

dari kepercayaan atau agama artinya ulama mempunyai kekuasaan terhadap

umatnya sehingga mereka dianggap sebagai pemimpin informal yang perlu

diperhitungkan dalam menentukan ideologi sebagai dasar sebuah negara Dalam

kasus ini pihak pemerintah sebagai pihak pemegang kekuasaan dan gerakan Daud

Beureueh sebagai pihak pejuang Esensi151

dari kekuasaan adalah hak

mengadakan sanksi dan cara menyelenggarakannya berbeda-beda Terdapat

empat cara dalam upaya mengenai esensi dari kekuasaan yaitu melalui kekerasan

fisik (force) koersi (coercion) melalui ancaman akan diadakan sanksi persuasi

(persuasion) meyakinkan dengan beragumentasi dan memberi ganjaran (reward)

bisa berupa inisiatif imbalan atau kompensasi152

Berbagai cara esensi dari kekuasaan tersebut menjadi tahapan dalam

peristiwa berdarah Seperti pada awal perjuangan yang dilakukan oleh Daud

Beureueh respon cepat pemerintah terlihat ketika pemerintahan Ali

Sastroamidjojo dalam usahanya memulihkan keamanan di Aceh telah memilih

148

Proses politik mengenai dasar politik yaitu persaingan untuk memperoleh kekuasaan

Proses politik berupa persaingan untuk memperoleh kekuasaan dapat mengarah dengan mudah ke

konflik antar pihak terkait dan dapat mengancam keutuhan masyarakat khususnya Aceh 149

Kamanto Sunarto Op Cit hal 72-73 150

Sumber kekuasaan berupa kekayaan dan kepercayaan atau agama 151

Esensi adalah hakikat inti ataupun hal yang pokok pertentangan antar kedua belah

pihak pertentangan mengenai ideologi Sumber melalui httpkbbiwebidesensi diakses pada

tanggal 3 Maret 2016 Pukul 1032 WIB 152

Miriam Budiardjo Op Cit hal 61-62

55

tindakan kekerasan senjata yang berakibat jatuhnya korban jiwa153

Pertentangan

diantara DI TII Aceh dengan pemerintah pusat telah menimbulkan ketegangan

antara rakyat yang berjuang melalui gerakan DI TII Aceh untuk melepaskan diri

dari kendali Jakarta Usaha yang dicapai dengan cara keras terlihat dari tekanan

oleh TNI disatu pihak di samping pemberian amnesti dan abolisi kepada anggota

DI TII di pihak lainnya untuk meredakan konflik yang terjadi154

Pasal 14 UUD

1945 menyatakan bahwa Presiden memberi grasi amnesti abolisi dan

rehabilitasi Dalam UU darurat No 11 tahun 1954 Lembaran Negara No 146

tahun 1954 pasal 1 menyebutkan Presiden atas kepentingan negara dapat

memberikan amnesti dan abolisi kepada orang-orang yang melakukan sesuatu

tindakan pidana Hal ini merupakan kewenangan Presiden sebagai Kepala Negara

Dalam memberikan amnesti dan abolisi Presiden mendapat nasihat tertulis

dari Mahkamah Agung yang menyampaikan nasihat itu atas permintaan Menteri

Kehakiman penghapusan dengan pemberian abolisi hanya dihapuskan penuntutan

terhadap mereka yang melakukan tindak pidana yang nyata akibat dari

persengketaan politik antara Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda pada tahun

1949 Amnesti adalah pengampunan dari Presiden yang menghapuskan semua

akibat hukum pidana bagi orang-orang yang telah melakukan suatu tindakan

terkait pemberontakan dalam perjuangan Daud Beureueh melalui DITII Aceh

Sementara abolisi yang diberikan kepada anggota DITII Aceh merupakan

pengampunan dari Presiden yang dapat menghapuskan penuntutan kepada pelaku

tindak pidana Jadi amnesti dapat diberikan kepada seseorang yang telah

melakukan tindak pidana baik sebelum maupun sesudah adanya putusan

pengadilan Sedangkan abolisi hanya dapat diberikan kepada pelaku tindak

pidana sebelum ada putusan pengadilan karena abolisi sifatnya hanya

menghapuskan penuntutan155

Sebelum membahas lebih jauh penulis ingin memberi gambaran

mengenai Aceh sebelum pemberontakan Daud Beureueh meletus Adapun

pemerintahan di Aceh yang berlangsung sejak Proklamasi Kemerdekaan pada

153

El Ibrahimy Op Cit hal 162 154

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 202 155

Alfitra Hapusnya Hak Menuntut dan Menjalankan Pidana (Jakarta Raih Asa Sukses

2012) hal 161-162

56

tanggal 17 Agustus 1945 sampai penyerahan kedaulatan pada tanggal 27

Desember 1949 dapat dibagi dalam empat bagian menurut pimpinan yang

bertanggung jawab adalah sebagai berikut

1 Pertama masa pemerintahan di bawah pimpinan Residen T Nya‟

Arif sejak saat Proklamasi Kemerdekaan sampai pertengahan bulan

Januari 1946

2 Kedua masa pemerintahan di bawah pimpinan Residen Teuku

Daudsyah sejak pertengahan bulan Januari 1946 sampai akhir bulan

Mei 1948

3 Ketiga masa pemerintahan di bawah pimpinan Gubernur Mr S M

Amin sejak akhir bulan Agustus 1949

4 Keempat masa pemerintahan di bawah pimpinan Wakil Perdana

Menteri Mr Syarifudin Prawiranegara sejak akhir bulan Agustus 1949

sampai saat penyerahan kedaulatan

Masa residen Teuku Nya‟ Arif merupakan kepala pemerintah daerah yang

pertama Pada permulaan maklumat kemerdekaan Indonesia di Sumatera oleh

Gubernur Sumatera Mr T M Hasan mengeluarkan sejumlah penetapan mengenai

penunjukan Asisten Residen Controleurs dan pegawai-pegawai tinggi lain Pada

awalnya jabatan-jabatan tersebut diduduki oleh para uleebalang dan keluarganya

Konflik yang terjadi antara uleebalang dengan ulama mengakibatkan jabatan

tidak lagi diduduki oleh para uleebalang melainkan para orang yang dianggap

berpengaruh dalam menentukan pembesar menduduki tempat jabatan tersebut

Pada penyusunan dalam pemerintahannya T Nya‟ Arif156

mengalami kendala

baik pertentangan dari masyarakat dalam menyelesaikan persoalan ataupun

tekanan yang dilakukan oleh Jepang Hal ini menempatkan T Nya‟ Arif lebih

berperan sebagai pemimpin ketentaraan Tentara Keamanan Rakyat Ketika timbul

156

Teuku Nyak Arif adalah pendiri Perkumpulan uleebalang-uleebalang Groot Atjeh

pada 8 Oktober 1939 Saat itu Aceh Besar ada dibawah kendali Belanda sehingga para uleebalang

mempunyai sedikit kepentingan untuk di lindungi Meskipun begitu T Nya‟ Arif dalam reaksinya

adalah bertahan terhadap kritik-kritik yang ditujukan kepada uleebalang ketika dia mengintrupsi

suatu rapat Muhammadiyah dengan menyatakan keberatannya atas sebutan ldquorajardquo kepada

golongannya karena mereka pada hakikatnya tidak lagi mempunyai kekuasaan yang sebenarnya

Dia membalik kritik kepada para ulama dengan mengatakan bahwa ldquodalam hal ini kita semua

bersalah bukan saja kaum uleebalangyang sekarang menjadi sasaran tetapi juga para Teungku

(ulama) yang tidak berani berkata sepatah kata pun ketika melihat kaum uleebalang berlaku tidak

pantas seperti minum brendi berdansa dan mengirim anak-anaknya ke sekolah Kristen Lihat

Anthony Reid Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan Sumatera hal 75

57

banyak persoalan yang terjadi maka ditetapkan sebagai wakil residen TRP

Mohd Ali yang tinggal di ibukota Kotaraja untuk mengatur pekerjaan-pekerjaan

residen Sedangkan T Nya‟ Arif bekerja di luar daerah Kotaraja untuk

menyelesaikan persoalan mengenai pertentangan pertempuran baik dengan

Jepang maupun masyarakat sendiri

Dalam periode ini atau sekitar empat bulan lamanya berakhir juga

kekuasaan uleebalang dan berganti dengan kekuasaan ulama Susunan Komite

Nasional Daerah adalah untuk sebagian besar terdiri dari anggota-anggota Para

Ulama oposisi dalam dewan dapat dikatakan tidak ada Dan segala urusan

mengenai penyelenggaraan pemerintahan berlangsung menurut kehendak para

ulama melalui organisasi PUSA Pada masa inilah pengeluaran pengumuman dari

pemerintah daerah yang mencap kaum uleebalang sebagai pengkhianat bangsa

dan agama Juga dari pihak tentara Jepang yang mengalami kesulitan di beberapa

daerah seperti di Meulaboh Kotaraja dan Langsa Peranan ketua Komite

Nasional Daerah Tuanku Mahmud sangat penting dalam mengatur kebijakan

dengan melakukan perundingan terus-menurus dengan Jepang sehingga

pertempuran dapat dibatasi sampai ke kota-kota tersebut dan tidak meluas ke

seluruh daerah Aceh Persatuan pemuda dalam organisasi pemuda Republik

Indonesia juga berperan dalam menyelesaikan persoalan dibawah pemerintahan

PUSA saat itu157

Masa residen Teuku Daudsyah pemerintah daerah sesudah pertengahan

bulan Januari 1946 T Daudsyah semasa pemerintahan Belanda adalah

Zelfbestuutder158

Idi suatu landschap di bagian Aceh Timur dan merupakan

bagian dari salah satu uleebalang-uleebalang yang tidak banyak jumlahnya yang

terlepas dari akibat-akibat pertentangan ulama-uleebalang Pada masa

pemerintahannya persoalan terjadi akibat yang ditimbulkan oleh gerakan Ali

Mujahid Gerakan ini pada hakikatnya lanjutan dari perang Cumbok suatu

pembersihan terhadap sisa-sisa partai feodal yang masih memegang peranan

dalam badan resmi Untuk mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi

157

MR S M Amin Op Cit hal 45-46 158

Pemerintahan sendiri masa kolonial Belanda

58

dibentuklah suatu Badan Eksekutif Susunan Badan Eksekutif pertama adalah

sebagai berikut

Ketua Residen Teuku Daudsyah

Wakil Ketua Mr S M Amin

Sekertaris Kamarusid

Anggota-anggota Sutikno Hasyim H M Zainuddin Mohd

Hanafiah R Insun

Kebijakan awal Badan Eksekutif adalah membuat peraturan-peraturan

mengenai harta anggota golongan uleebalang yang mengalami kekalahan di

persitiwa Cumbok159

Peraturan yang dimaksud antara lain

1 Pembentukan suatu badan yang mempunyai hak dan kewajiban

mengurus harta peninggalan mereka dari golongan uleebalang yang

telah tewas dalam peristiwa Cumbok

2 Memeriksa dan memutuskan tuntutan-tuntutan mengenai harta

peninggalan itu

3 Menetapkan penjualan sebagian dari harta peninggalan itu guna

pengganti kerugian yang diderita oleh pihak ulama sebagai akibat dari

pertempuran dalam peristiwa Cumbok

4 Putusan-putusan badan ini mempunyai kekuatan vonis yang tidak

dapat di apel

Dalam masa pemerintahan ini juga Aceh pertama kali menerima tamu-

tamu dari pusat pemerintahan yang berkewajiban mengadakan tinjauan dan

mempererat hubungan di antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah Pada

tanggal 21 Juli 1947 Belanda memulai suatu gerakan yang bertujuan melenyapkan

negara Republik Indonesia Meskipun sebagian besar di wilayah Jawa

Palembang dan Sumatera Timur sudah berhasil ditaklukan rakyat Aceh

159

Selanjutnya pemerintahan pimpinan residen T Daudsyah berjalan dengan baik dan

memuaskan Terlihat dari persoalan kekurangan yang dihadapi kesulitan-kesulitan dalam

hubungan kekurangan keuangan yang menyebabkan sebagian besar pekerjaan untuk kemakmuran

raykat Seperti membuat irigasi jalan-jalan jembatan obat-obat persekolahan untuk menunjang

mutu tentara

59

menghadapi agresi dengan satu tujuan yaitu mempertahankan negara sampai titik

darah penghabisan Reorganisasi dalam pemerintahan diwujudkan dalam

membentuk pemerintahan yang selaras Dan penetapan oleh Wakil Presiden Drs

Moh Hatta daerah Aceh dinyatakan sebagai daerah militer istimewa dengan

ditetapkannya seorang Tgk M Daud Beureueh sebagai Gubernur Militer yang

bertanggung jawab dalam pertahanan dan keamanan rakyat160

Kembali pada fokus kajian Menurut Cornelis van Dijk sejarawan Belanda

mengenai ldquodaftar hitamrdquo dalam sengkarut revolusi menimbulkan keresahan di

rakyat Aceh yang membakar Tanah Jeumpa pada awal 1950-an menjadi bahan

gunjingan yang hangat Pengirimnya disebut-sebut adalah pemerintah Ali

Sastroamidjojo melalui Jaksa Tinggi Sunarjo yang membawanya ke Medan Tapi

ada juga yang menyebutnya warisan kabinet Sukiman Yang isinya

menggambarkan puncak perseteruan pemerintah Jakarta dengan rakyat Aceh

Jakarta berencana membunuh 300 tokoh penting Aceh sumber lain menyebut 190

tokoh-melalui sebuah operasi rahasia Keputusan ini diambil setelah Jakarta

memastikan kawasan di ujung barat Sumatera akan menggelar pemberontakan

melawan pusat Tapi tak ada yang bisa memastikan keberadaan dokumen itu

Sejarawan Belanda lainnya BJ Boland dalam bukunya The Struggle of Islam in

Modern Indonesia menyebutkan sebetulnya surat itu tak pernah ada ldquoDesas-

desus itu diembuskan oleh politikus sayap kiri di Jakarta untuk menghantam

gerakan Islam di Acehrdquo katanya Secara tersirat Van Dijk menduga dokumen itu

ada ldquoDaftar nama itu barangkali sengaja dibocorkan dengan tujuan tertentu

Orang Aceh terkemuka merasa mereka akan ditangkap dan karena itu

memutuskan lari ke gunung161

Hal yang sama diungkapkan M Nur El-Ibrahimy yang mengungkapkan

bahwa Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dalam rapat paripurna DPR pada 2

November 1953 menyangkal telah menyusun daftar itu Tak penting benar apakah

dokumen itu ada atau tidak Yang pasti rumor tentang rencana pembunuhan itu

membuat pemberontakan Darul Islam di Aceh menemukan momentumnya

160

MR S M Amin Op Cit hal 54 161

Melalui sumber online httpsoalacehtumblrcom di akses pada 19 Juli 2016 Pukul

1912 WIB

60

Aktivis Darul Islam langsung pasang kuda-kuda Teungku Daud Beureueh salah

satu orang yang disasar oleh dokumen tersebut segera mengacungkan kapak

perang Daftar hitam adalah bukti yang menimbulkan kecurigaan kita bahwa

pencetus peristiwa berdarah itu adalah permainan lawan-lawan politik Teungku

Daud Beureueh untuk menghancurkan beliau dan kawan-kawan Sembilan tahun

Daud Beureueh memimpin sebuah gerakan perlawanan dengan bendera Darul

Islam Gerakan itu menjadi pembuka perlawanan Aceh pasca-era kolonial-sesuatu

yang hingga saat itu belum juga berakhir-dan memunculkan Daud Beureueh

tokoh besar yang sulit dilupakan sejarah ldquoLes hitamrdquo bukan satu-satunya alasan

mengapa peristiwa itu ada

Masa Gubernur Mr S M Amin dilantik ketika kunjungan Presiden

gubernur muda Sumatera Utara sebagai akibat perubahan pemerintahan di

Sumatera Dari satu provinsi yang dipimpin oleh gubernur Sumatera Mr T M

Hasan dengan ibu kota Bukit Tinggi menjadi tiga provinsi yaitu Sumatera Utara

Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan Dalam sistem provinsi Sumatera Utara

kerisidenan-keresidenan Tapanuli dan Aceh yang menyerupai keresidenan

otonom dihapuskan Selanjutnya residen dipimpin oleh Gubernur dan dijadikan

tiap-tiap kabupaten menjadi kesatuan yang memperoleh otonomi dibawah

pimpinan Bupati162

Pada reaksinya terlihat dua macam reaksi di masyarakat

Sumatera terhadap perubahan pemerintahan Sebagian rakyat pro terhadap

ketetapan baru sebagian lagi yang tidak banyak yang anti dan sebagian besar

tidak menunjukan reaksi Pelaksanaan undang-undang pembagian Sumatera

dalam tiga provinsi dimulai dengan pembentukan dewan perwakilan Sumatera

Utara yang teridiri dari anggota-anggota dewan perwakilan Sumatera yang

dihapuskan dan dalam dewan perwakilan ini mewakili Aceh Tapanuli atau

Sumatera Timur Rapat diadakan pada 13-16 Desember 1948 di Tapa‟ Tuan Hal

ini juga sebagai bukti tentang keinginan rakyat melangkahkan kakinya kearah

kesatuan negara163

162

Dalam penentuan ibu kota penunjukan Sibolaga sebagai ibu kota sementara dan

keinginan rakyat penetapan itu dicabut dan Kota Raja dijadikan sebagai ibu kota seiring

menunggu Medan dapat direbut kembali dari tangan Belanda 163

Dalam pelaksanaannya tentara dan rakyat sangat mentaati segala peraturan dan

tindakan-tindakan yang dikeluarkan dan dilakukan guna kepentingan pertahanan baik melalui

61

Masa wakil perdana menteri Mr Syarifudin Prawiranegara beriringan

dengan pembubaran pemerintah darurat penempatan Mr Syarifudin

Prawiranegara di daerah Aceh Sebagai Wakil Perdana Menteri Kekuasaan dalam

mengadakan perbaikan di pulau Sumatera dengan di bantu oleh suatu badan

penasihat yang terdiri dari komisaris pemerintah Panglima territorial teritorium

Sumatera dan beberapa orang yang ditunjukkan Peraturan-peraturan dibuat

mengenai terutama lapangan perekonomian Diadakan peraturan mengenai

panitia-panitia untuk mengurus pembelian barang-barang bagi pemerintah Dalam

mengatur harga pasaran untuk memperbaiki perekonomian di Sumatera Utara

untuk membantu dan mengawasi Bank Negara Berbeda mengenai peraturan

wakil Perdana Menteri tentang pemerintahan di Sumatera membawa perubahan

dalam struktur pemerintahan Peraturan yang membawa pembagian daerah

Sumatera Utara dari peraturan pemerintah darurat Republik Indonesia

menyerupai satu provinsi yang otonom menjadi dua provinsi yaitu provinsi Aceh

dan Tapanuli Sumatera Timur kelanjutannya pada masa Syarifudin

ditempatkannya dua daerah provinsi itu dibawah pimpinan Tgk M Daud

Beureueh dan Dr F- L Tobing sebagai gubernur164

Dalam bukunya Memahami Sejarah Konflik Aceh Mr S M Amin

memaparkan tentang pembagian daerah ini belum atau tidak dapat dipastikan

kebenarannya Ada isu yang mengatakan bahwa pembagian ini terkesan tergesa-

gesa dengan tidak memperhatikan keadaan dan dengan tidak mendengan

pemandangan dari instasi-instasi Dan tidak tahunya komisaris dan dewan

perwakilan provinsi Sumatera Utara Serta mengatakan bahwa perubahan yang

terjadi akibat desakan dari beberapa orang yang asli dalam daerah Aceh dan

Tapanuli dan yang menduduki tempat yang terpenting dalam pemerintahan

Dengan dasar keinginan rakyat ini Syarifudin beranggapan bahwa mereka yang

melakukan desakan adalah orang yang terkemuka dan berpengaruh dalam

masyarakat dan yang dapat dianggap representatif Adapun alasan Syarifudin

membuat keputusan prinsipil adalah sebagai berikut

1 Kepentingan penyempurnaan dan usaha melancarkan pemerintahan

ketetapan kebijakan pemerintah atau pun terkait pengawalan maupun instruksi-instruksi dalam

hubungan taktik bumi hangus 164

MR S M Amin Op Cit hal 67

62

2 Keinginan umum akan segera terbentuknya suatu sistem pemerintahan

daerah berdasarkan Undang-Undang No 22 tahun 1948165

Sedangkan keinginan umum yang menghendaki pembagian provinsi

Sumatera Utara dalam dua provinsi terbagi dalam tiga bagian yaitu

1 Sebagian besar yang tidak merasa berkepentingan (interese) dalam

soal dua atau satu provinsi yang tidak mengetahui dan tidak

mempunyai pengertian sedikit juga dalam persoalan ini

2 Sebagian kecil yang tidak menghendaki pembagian ini

3 Sebagian yang lebih kecil lagi yang menginginkan pembagian ini dan

berusaha dengan giat menciptakan keinginan menjadi kenyataan

Pada 17 Desember 1949 penetapan peraturan mengenai pemecahan

provinsi Sumatera Utara dalam dua provinsi Aceh dan Tapanuli Sumatera Timur

adalah suatu saat yang sangat berlainan dengan saat 30 September 1949

penetapan peraturan mengenai penyerahan kekuasaan luas pada wakil perdana

menteri Pada 30 September 1949 negara masih dalam konflik dengan kerajaan

Belanda Serangan yang terjadi oleh Belanda memungkinkan negara jatuh

kembali dalam kancah peperangan dan perhubungan Sumatera dan Jawa terputus

Berkaitan dengan Undang-Undang Dasar dari sejarah ketatanegaraan Indonesia

diketahui bahwa UUD yang berlaku telah beberapa kali berganti yaitu dari UUD

1945 kemudian diganti UUD RIS 1949 lalu berganti lagi dengan UUD

Sementara 1950 dan akhirnya kembali ke UUD 1945 Adapun kelima tahapan

perkembangannya itu adalah

1 Tahun 1945 UUD Republik Indonesia yang de facto hanya berlaku di

Jawa Madura dan Sumatera

2 Tahun 1949 UUD Republik Indonesia Serikat (RIS) yang berlaku di

seluruh Indonesia kecuali Irian Barat

3 Tahun 1950 UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlaku

diseluruh Indonesia kecuali Irian Barat

4 Tahun 1959 UUD Republik Indonesia 1945 UUD ini mulai 1959

berlaku diseluruh Indonesia termasuk Irian Barat

165

MR S M Amin Op Cit hal 70-71

63

5 Tahun 1999 UUD 1945 dengan amandemen dalam masa reformasi

Umumnya pergantian UUD mencerminkan anggapan bahwa perubahan

konstitusional yang dihadapi begitu fundamental Di Indonesia wewenang untuk

mengubah UUD ada ditangan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dengan

ketentuan bahwa kuorum adalah 23 anggota MPR sedangkan usul perubahan

UUD harus diterima oleh 23 anggota yang hadir dalam ketentuan di pasal 37166

Berbeda pandangan mengenai dasar dan hukum yang di terapkan

Soekarno Daud Beureueh ingin menciptakan hukum Islam di Indonesia Dimana

hukum Islam sendiri merupakan hasil dialektika167

otoritas yang didukung oleh

wahyu dengan konteks sosialnya Pembentukan hukum Islam berawal dari proses

dialektis dimana elemen-elemen tradisi masyarakat diambil dimodifikasi dan

dihapus sesuai dengan nilai moral yang ingin ditanamkan oleh Islam Perubahan

tradisi tersebut tidak berjalan revolusioner melainkan melalui proses evolusi168

Pranata yang didukung oleh Islam adalah sebuah pranata yang lahir dalam sebuah

masyarakat tradisional yaitu masyarakat yang dibimbing oleh nilai-nilai dan

kesucian tradisi bukan oleh hukum positif yang dihasilkan oleh organisasi negara

Dalam konteks ini hukum Islam bersifat arbitratif dan moral169

Pada

perkembangannya dalam penerapan hukum Islam di Aceh peran ulama sangat

berpengaruh terutama dalam organisasi Para ulama sebagai pemegang otoritas

keagamaan dalam Islam mempunyai peran penting yang berfungsi sebagai

pemberi fatwa ketika muncul persoalan di kalangan umat Islam Peradilan dalam

166

Miriam Budiardjo Op Cit hal 182-183 167

Dialektika adalah logika gerak atau suatu bentuk pemahaman yang sifatnya umum 168

Perubahan tersebut dapat terjadi karena adanya proses transformasi otoritas sehingga

perubahan memiliki legitimasi di masyarakat Perubahan pertama yang dilakukan oleh Al-Qur‟an

terhadap tradisi masyarakat pra-Islam terjadi dalam bidang hukum keluarga dan merupakan

pencapaian terbesar Seperti pernikahan bersama dengan waris membentuk hukum perdata Islam

dan menjadi elemen paling jelas dan tegas dalam skema hukum Islam Khususnya pernikahan

mencerminkan penataan Al-Qur‟an terhadap pranata sosial dasar di masyarakat 169

Arbitrative yaitu suatu proses yang menggunakan cara melalui pihak ketiga sebagai

penengah atau menciptakan solusi Sedangkan moral sesuatu yang berkaitan dengan velue (nilai)

dalam tindakan yang memiliki sesuatu nilai positif Moral secara eksplisit adalah hal-hal yang

berhubungan dengan porses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses

sosialisasi

64

sejarah Islam diisi oleh para ulama dengan referensi hukum hasil dari ijtihad

bukan hukum hasil legalisasi lembaga legislatif170

Kajian lebih mendalam mengenai hukum Islam ketika persoalan muncul

tatkala hukum keluarga Islam khususnya yang menyangkut pernikahan

bersentuhan dengan negara modern Melahirkan sebuah sistem kekuasaan politik

baru dimana legitimasi aparatusnya tidak diperoleh melalui tradisi melainkan

dari aturan hukum formal Sistem otoritas yang membentuk negara modern

tersebut adalah sistem otoritas legal rasional171

Ini merupakan suatu krisis otoritas

hukum Islam terhadap modernisasi zaman Faktor lain mengenai modernitas dan

krisis otoritas ditandai beberapa hal

1 Munculnya negara bangsa (nation state) yang kemudian menjadi

model umum negara di abad ke-20 M

2 Tumbuhnya rasionalitas dalam sistem sosial yang ditandai dengan

munculnya organisasi-organisasi sosial

3 Sebagai konsekuensi dari fenomena pertama dan kedua adalah

tumbuhnya otoritas legal-rasional yang didasarkan atas sistem

keorganisasian

4 Munculnya tren unifikasi dan kodifikasi hukum sebagai akibat dari

semakin berkembangnya otoritas legal-formal dengan negara sebagai

pilarnya

Fenomena modern yang mempengaruhi sistem otoritas menurut Bernard

Weiss menyatakan bahwa meskipun hukum Islam sama dengan hukum Romawi

dalam hal bahwa hukum adalah hasil dari para ahli hukum (jurist law)

Perbedaannya antara kedua hukum tersebut adalah pertama kerja para ahli hukum

Romawi dibatasi oleh kegiatan legislatif yang dilakukan oleh negara baik oleh

senat maupun kaisar Sedangkan dalam sistem hukum Islam tradisional negara

170

Ahwan Fanani Otoritas Dalam Hukum Islam (Artikel dalam Jurnal Justitia Islamica

Vol 7 No 1 Jan-Juni 2010) hal 3 171

Menurut Max Weber peran dan bentuk otoritas dibagi menjadi tiga yaitu pertama

legal-rasional otoritas yang bersandar pada legitimasi rasional yaitu yang berpijak kepada

legalitas pola aturan normative dan formal Kedua tradisional otoritas yang bersandar kepada

legitimasi tradisional yaitu kepercayaan yang mapan kesucian tradisi masa lalu dan legitimasi

orang-orang yang melaksanakan otoritas tersebut Ketiga kharismatis otoritas yang bersandar pada

legitimasi charisma yaitu yang berpijak pada kesucian tertentu kepahlawanan atau karakter

teladan dari seorang individu dan pola normative yang ia tunjukan

65

tidak memiliki kekuasaan legalisasi Negara hanya bisa menegakan hukum tetapi

tidak memiliki hak untuk membuat hukum Kedua hakim-hakim dalam tradisi

hukum Romawi memiliki keleluasaan dalam memutuskan hukum karena

keputusan hukum didasarkan atas kekuatan intuisinya172

Sementara dalam tradisi

hukum Islam para ahli hukum diikat oleh sumber formal yaitu teks Otoritasnya

lebih didasarkan atas keterampilannya menjabarkan teks dibandingkan oleh

kebijaksanaannya173

Upaya menjadikan hukum Islam sebagai hukum positif menuai pro dan

kontra Hukum Islam yang muncul di Indonesia tidak lepas dari dinamika sejarah

negara Indonesia Jauh sebelum kedatangan penjajah dari Eropa perkembangan

Islam dengan munculnya lembaga pendidikan seperti surau langgar madrasah

dan pesantren telah memberikan kontribusi pengetahuan mengenai kultur agamis

yang kuat di masyarakat Sehingga hukum Islam di Indonesia merupakan hukum

yang banyak di bentuk dan terinspirasi oleh kekuatan dari budaya agamis dan

relegius Dari lembaga pendidikan itu sumber-sumber utama informasi dan

penyuluhan masyarakat Mengajarkan berbagai keilmuan utamanya ilmu agama

yang didominasi kajian fikih kajian yang tidak lepas dari permasalahan hukum

Islam Dari akar sejarah yang kuat inilah pondasi cita-cita masyarakat Aceh

terbentuk karena Islam memperkenalkan suatu tradisi hukum baru di Indonesia

Dengan menawarkan dasar-dasar perilaku sosial yang rata dan sebanding juga

menyumbangkan konsepsi baru hukum di Indonesia Dan sifatnya yang elastis174

mengubah ikatan kesukuan dan kedaerahan menjadi ikatan yang universal175

Di kalangan masyarakat Aceh sendiri diketahui memiliki sikap tertutup

dan mempunyai pandangan tersendiri tentang segala sesuatu mengenai

penghidupannya Sebagai akibat dari sikapnya ini masyarakat didaerah dapat

dikatakan bersifat ldquostatischrdquo (tidak berubah-ubah) aliran-aliran baru tidak masuk

sehingga alam pikiran masyarakat tetap sebagai berpuluh tahun kebelakang176

172

Hal itu terjadi karena hakim dipandang sebagai orang yang bijaksana sehingga

keputusan hukum dilihat dari kemampuannya menggali nilai keadilan 173

Ibid hal 19-20 174

Bersifat Elastis dalam konteks ini memperhatikan berbagai segi kehidupan dan tidak

memiliki dogma yang kaku keras dan memaksa 175

Shohibul Itmam Transformasi Hukum Islam Menuju Hukum Positif Dalam Konteks

KeIndonesiaan (Artikel dalam Jurnal Justitia Islamica Vol 7 No 1 Jan-Juni 2010) hal 39-40 176

MR S M Amin Op Cit hal 76

66

Dalam pengertiannya mengenai hukum Islam di daerah Aceh adalah segala

peraturan yang bersifat hukum kekeluargaan yang berlaku atas anggota

masyarakat asli terkecuali beberapa kebiasaan dalam perkawinan yang tidak

bersifat prinsipil Selain itu rakyat Aceh adalah ldquoIslam mindedrdquo dan dalam cara

berpikir mereka pada umumnya tidak ada tempat bagi hukum terhadap persoalan

sehari-hari yang tidak berasal dari hukum Islam Ulama-ulama mengetahui bahwa

sebenarnya bukanlah seluruh hukum yang berlaku atas rakyat adalah hukum

Islam akan tetapi masih juga ada soal-soal yang diputuskan menurut dasar hukum

lain menganggap bahwa berlakunya peraturan-peraturan yang tidak berdasar

Islam adalah suatu keadaan yang tidak sempurna yang seharusnya mengalami

perubahan177

Dalam penerapannya mengenai hukum sejarah Aceh menyatakan bahwa

diantara kepala adat dan kepala agama terdapat pertentangan paham Ulama

mempunyai kekuasaan kehakiman terbatas mengenai hal perkawinan frail yang

berusaha dan bertujuan memperluas kekuasaan dan mempertahankan hak-hak

yang diserahkan organisasi ketatanegaraan olehnya Sedangkan adathoofden178

berusaha sebaliknya yaitu dengan memperkecil hak hakim agama sedapat

mungkin Ini merupakan suatu persoalan kedapatan prinsip (dasar) pembagian

kekuasaan diantara hakim agama dan hakim adat Aliran Islam ini berada di

segala kehidupan menyerupai suatu faktor yang tidak dapat diabaikan meskipun

banyak yang tidak menyetujui golongan Islam yang dianggap fanatic kolot dan

tidak selaras dengan keadaan Dan golongan anti Islam ini terdapat juga

didalamnya mereka yang telah memperoleh didikan agama secara modern di luar

negeri179

dan mereka yang telah pernah menerima didikan Barat mempunyai

pandangan yang lebih luas dalam melaksanakan hak dan kewajiban yang

sempurna180

177

Keadaan dalam menetapkan peranan hukum Islam di kehidupan sehari hari disebabkan

oleh tindakan sewenang-wenang dari uleebalang yang senantiasa berusaha agar masyarakat beralih

dari sifat keIslaman dan menuju kepada adat dengan maksud agar lebih sempurna dan dapat

memerintah rakyatnya 178

Adat hoofd adalah Kepala adat 179

__________ Tentang Soal Memulihkan Keamanan di Atjeh (Artikel WAKTU No

23 Tanggal 25 Juni 1955) 180

MR S M Amin Op Cit hal 87-89

67

Mengenai ideologi dasar sebuah negara Pancasila Daud Beureueh

dianggap anti Pancasila dan dirasa perlu keluar dari Republik Indonesia Tetapi

hal itu di sanggah ketika pada 15 Oktober 1945 Daud Beureueh bersama tiga

orang ulama besar mengeluarkan pernyataan politik yang dimaksudkan bahwa

umat Islam mempertahankan Republik Indonesia yang berdasar Pancasila wajib

hukumnya dan gugur dalam perjuangannya dianggap mati syahid Pernyataan ini

ditanda tangani oleh empat orang ulama besar yaitu Tengku haji Jakfa Siddik

Lamjabat Teungku Haji Ahmad Hasballah Indrapuri Teungku Haji Muhammad

Hasan Krungkale dan Teungku Muhammad Daud Beureueh Para pengamat

politik yang dengan seksama mengikuti perjalanan dan mengantar Daud Beureueh

ke mimbar proklamasi Darul Islam di Aceh mengatakan bahwa ada usaha-usaha

yang sistematis dan berencana yang bertujuan mendorong sebagian rakyat Aceh

berjuang dalam mewujudkan apa yang dicita-citakannya181

C Upaya Penyelesaian Akhir Pemberontakan DITII Aceh

Kasus yang terjadi di Aceh dalam fase perubahan sistem pemerintahan

bukanlah suatu kemauan rakyat sejati menjadi pimpinan dalam pemerintahan

melainkan seseorang ahli bicara (demagog) Siapa yang pandai bicara dan tidak

mempunyai rasa tanggung jawab yang cukup sangat mudah mempergunakan

rakyat umum sebagai alat untuk memenuhi keinginannya asalkan ahli bicara

mengetahui pokok-pokok keinginan umum dan tidak melampaui batasan-

batasannya Dengan memperhatikan pokok keinginan rakyat umum dan dalam

batas-batas pokok keinginan umum dapat diatur siasat untuk mencapai tujuan

Hal nyata ini yang menjadi alasan bahwa kekuatan Daud Beureueh dalam

pemberontakan berjuang menegakan syariat Islam adalah kekuatan lidah karena

sebagian besar rakyat Aceh didalam gerakan DITII Aceh di rekrut diajak dan

atas kemauannya sendiri melalui ajakan dakwah-dakwah dan pidato-pidato yang

dilakukan oleh Daud Beureueh pada khotbah-khotbahnya Inti dari situasinya

adalah mengikuti kemauan rakyat dipimpin oleh rakyat bukan yang memimpin

diluar kemauan rakyat dan walaupun dapat bersiasat sehingga keinginannya

sendiri dapat tercapai tetapi yang utama adalah tentang keinginan rakyat

181

A Hasjmy Op Cit hal 115

68

Selanjutnya Aristoteles menyatakan bahwa pemerintahan yang tersebut pada

hakikatnya adalah pemerintahan ldquomassardquo (gerombolan) yang mendiktekan

keinginannya secara sewenang-wenang Dan pemimpin dalam pemerintahan ini

tidak dapat memandang luas Pandangannya terbatas pada suasana daerah tidak

dapat meluas keluar daerah Serta tidak dapat melihat turun naiknya pertumbuhan

perjuangan nasional tidak dapat melihat perubahan dalam pelaksanaan tugas dan

juga tidak dapat melihat perubahan dalam perkembangan politik182

Pada hasil perjuangan dalam peristiwa berdarah ini dilalui oleh proses

untuk mencapai suatu kesepakatan Adapun langkah-langkah penyelesaian

persoalan konfrontasi antara rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beureueh dan

pemerintah pusat diawali dengan munculnya Dewan Revolusi yang diketuai oleh

A Gani Usman Dengan adanya gencatan senjata para pejuang dari masyarakat

Aceh mulai kembali pulang ke kampung untuk menjenguk keluarga serta

mengamati perkembangan kota-kota Alasan perjuangan Daud Beureueh

melakukan gencatan senjata adalah sebagai berikut

1 Pemimpin pemimpin pejuang menghindari Aceh dari kehancuran

akibat tekanan yang kuat dari pemerintah pusat dalam memberantas

perjuangan rakyat Aceh yang dianggap pemerintah sebagai suatu

pemberontakan

2 Sebagian rakyat Aceh dalam kubu Daud Beureueh telah letih berjuang

dan bosan hidup didalam hutan selama 6 tahun rentang tahun 1953-

1959

Munculnya Dewan Revolusi menandai pecahnya kaum pemberontak yang

terbagi menjadi dua kubu Antara kubu Tgk M Daud Beureueh Hasan Ali Ilyas

Leube dengan Trio Hasan Saleh Ayah Gani dan Husin Almujahid Kemelut

politik yang terjadi antar keduanya puncaknya terjadi pada tanggal 15 Maret 1959

melalui seruan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Negara Bagian Aceh (NBA)

Tentara Islam Indonesia Hasan Saleh sebagai menteri urusan perang telah

mengambil alih pimpinan NBA sipil dan militer dari tangan wali negara Daud

Beureueh Dan dalam menggantikan kabinet dibentuk lah Dewan Revolusi

182

MR S M Amin Op Cit hal 115-116

69

dibawah pimpinan A Gani Usman Beriringan dengan dibentuknya kubu

tandingan oleh Hasan Saleh kabinet Hasan Ali dibubarkan Kemudian

selanjutnya diserukan kepada rakyat umum supaya membantu Dewan Revolusi

dengan tujuan membawa rakyat Aceh ketempat yang mulia dan bahagia Seruan

itu ditandatangani oleh Tgk Amir Husin Almujahid selaku Ketua Dewan

Perwakilan Rakyat NBA (Majelis Syura)183

Pada tanggal 26 Maret 1959 keluar komnike No 2 dari Dewan Revolusi

yang dinamakan pernyataan Wali Negara NBA NII dalam pernyataan itu

dinyatakan bahwa ldquoDewan Pertimbangan diubah dengan sebutan Wali Negara184

Pokok dalam pernyataan ini adalah bahwa Dewan Revolusi NBA NII akan

meneruskan permusyawaratan dengan pemerintahan Republik Indonesia serta

menjadikan musyawarah ini sebagai prinsip bukan taktik185

Dengan keluarnya

pernyataan-pernyataan dari kedua belah pihak adalah bukti nyata bahwa di Aceh

telah terdapat dua Negara Bagian Aceh NII Yang pertama dibawah pimpinan

Daud Beureueh dan yang kedua dibawah pimpinan Hasan Saleh Selanjutnya

musyawarah dilakukan antara Dewan Revolusi dengan Pemerintah RI Pada

tanggal 23 Mei 1959 utusan pemerintah RI melalui Wakil Perdana Menteri I Mr

Hardi atau yang lebih dikenal dengan Misi Hardi yang terdiri dari 29 anggota

antara lain Menteri Negara Urusan Stabilisasi Ekonomi dan Wakil Kepala Staf

Angkatan Darat Jenderal Mayor Gatot Subroto Pada tanggal 24 Mei 1959

dilakukan pembicaraan-pembicaraan penting di segala bidang dengan KDMA dan

Gubernur atau Kepala Daerah Aceh sebagai persiapan permusyawaratan dengan

Dewan Revolusi

Pada tanggal 25 Mei 1959 musyawarah antara Misi Hardi dengan Dewan

Revolusi yang terdiri dari 25 anggota antara lain A Gani Usman (Ayah Gani)

183

El Ibrahimy Op Cit hal 165-166 184

Dalam komunike No 1 tidak ada Dewan Pertimbangan dan yang ada Dewan

Perwakilan Rakyat NBA (Majelis Syura) 185

Pengertian ldquoprinsip bukan taktikrdquo disini adalah bermusyawarah memperbincangkan

semua soal melalui diplomasi dan bukan dalam artian menyerah Dan dengan musyawarah bukan

untuk mencari menang atau kalah melainkan hasil musyawarah kelak bisa diterima disebagian

masyarakat Aceh dan pihak pemerintah RI juga menerima sebagian cita-cita kedua belah pihak

Jadi inilah yang dinamakan perdamaian adanya persatuan dan kembali bersatu sebagai hasil

musyawarah bukan merupakan penyerahan atau menyerah melainkan kewajiban masyarakat RI

untuk melanjutkan cita-cita pada revolusi 17 Agustus 1945 yang sudah menjadi kewajiban suci

umat Islam di Aceh dulu dan sampai saat ini

70

sebagai ketua Amir Husin Almujahid Hasan Saleh Husin Jusuf T M Amin T

A Hasan Ishak Amin dan A Gani Mutiara Musyawarah yang berjalan lancar

dan harmonis terlihat dari butir-butir hasil pemikiran Adapun hasil pemikiran

musyawarah antara Dewan Revolusi dan Misi Hardi adalah sebagai berikut

1 Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia tanggal 26 Mei 1959

No 1Misi1959 yang pokoknya menyatakan bahwa Daerah

Swantantra Tingkat I Aceh dapat disebut ldquoDaerah Istimewa Acehrdquo

dengan catatan bahwa kepada daerah tersebut tetap berlaku ketentuan-

ketentuan mengenai Daerah Swantantra Tingkat I seperti termuat

dalam undang-undang No 1 tahun 1957 tentang pokok-pokok

Pemerintahan Daerah begitu pula lain-lain peraturan perundangan

yang berlaku untuk Daerah Swantantra Tingkat I mengenai otonomi

yang seluas-luasnya terutama dalam keagamaan peradatan dan

pendidikan186

2 Segala aparat dari NBA NII (MiliterPolisiSipil) diterima ke dalam

pasukan yang bernama pasukan Tgk Tjhik di Tiro sebagai bagian dari

Komando Daerah Militer Aceh Iskandar Muda Sesuai dengan

pernyataan Misi Pemerintah Pusat yang bertanggal Kutaraja 26 Mei

1959

3 Pemerintah akan membantu sekuat tenaga dalam batas-batas

kemampuan negara pembangunan semesta di Aceh terutama dalam

bidang-bidang yang langsung menyentuh kepentingan rakyat jasmani

dan rohani sebagai langkah pertama untuk merealisir maksud

pemerintah tersebut Misi Pemerintah Pusat telah membawa otorisasi

sejumlah 884 juta rupiah

Dalam rangkaian tujuan-tujuan hasil dari pemikiran pada musyawarah

dengan Pemerintah Pusat melalui Misi Hardi maka Dewan Revolusi NBA NII

telah187

186

Keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959 Yang dibuat dalam menyelesaikan

persoalan di Aceh melalui musyawarah keputusan dari kedua belah pihak Pernyataan yang

diterangkan oleh Panglima KDMA 187

El Ibrahimy Op Cit hal 168-169

71

1 Menyatukan diri ke dalam Republik Indonesia untuk melanjutkan

revolusi nasional 1945 dengan berlandaskan Undang-Undang Dasar

1945 untuk mencapai kebahagiaan kamakmuran dan ketinggian

agama nusa dan bangsa

2 Melebur organisasi NBA Sipil dan Militer ke dalam tubuh Pemerintah

Republik Indonesia secara wajar188

Selain dari dalam kubu yang sudah terpecah menjadi dua pemulihan

keamanan Aceh juga dilakukan secara terus-menerus oleh pihak pemerintah pada

masa Kol M Jasin kepada pihak Daud Beureueh Melalui Kol Jasin yang datang

ke Aceh sebagai panglima KODAM I Iskandar Muda menggantikan Panglima

Sjamaun Gaharu dimana Aceh dalam suasana bergolak Tujuannya adalah

menciptakan ketenangan yang dapat dipelihara dan seruan kembali ke pangkuan

Ibu Pertiwi terhadap pihak pejuang dibawah pimpinan Daud Beureueh Dalam

mencapai tujuannya Kol Jasin menyerukan kampanye pemulihan keamanan Aceh

kesetiap daerah-daerah dan kecamatan-kecamatan di Aceh Pada pidatonya

tanggal 2 Maret 1962 Kol Jasin mengatakan bahwa ldquoia dari pihak pemerintah

pusat mengajak kepada masyarakat ramai-ramai untuk membantunya dalam

penyelesaian keamanan di Aceh yang terjadi sekitar 8 tahun yang membuat

banyak masyarakat menderita Bantuan dari masyarakat mengenai penyelesaian

keamanan Aceh merupakan tanggung jawab dari semua pihak baik dari kalangan

pemerintah pusat atau pun masyarakat di daerah Aceh Dan kemudian gerakan

kampanye menyerukan penyelesaian keamanan oleh Kol Jasin di akhiri di Aceh

Timur Langsa dan mengatakan bahwa seluruh daerah Aceh kembali menjadi

daerah yang aman dari Darulharb menjadi Darussalam189

Selanjutnya penyelesaian keamanan dilakukan oleh Kol Jasin dengan

Daud Beureueh Dimulai melaluit surat-menyurat antar keduanya pada tanggal 7

Maret 1961 Dalam surat itu Kol Jasin menyampaikan bahwa beliau oleh

atasannya telah diberi amanat bahwa pemerintah Republik Indonesia masih tetap

mengharapkan kembalinya Daud Beureueh dengan cara yang baik demi

188

Seperti tercantum dalam surat penyataan Dewan Revolusi Gerakan Revolusioner Islam

Aceh bertanggal 26 Mei 1959 189

Pidato Panglima Jasin dalam musyawarah kerukunann Rakyat Aceh pada bulan

Desember 1962

72

kebahagiaan rakyat dan daerah Aceh Pada tanggal 4 Agustus 1961 respon

dilakukan oleh Daud Beureueh melalui utusan pribadinya A R Hasjim kepada

Panglima Jasin untuk menyampaikan isi hatinya tentang apa cita-citanya kepada

beliau Dan pada tanggal 5 Agustus 1961 Kol Jasin mengirimkan surat kembali

menyatakan keharuannya atas kesediaan Daud Beureueh mengirimkan utusan

pribadinya dan menjadikan sebuah isyarat bagi penyelesaian keseluruhan

persoalan Aceh Kemudian pada tanggal 2 November 1961 pertemuan antar Kol

Jasin dan Daud Beureueh terlaksana di Langkahan Simpang Ulim daerah Aceh

Timur190

Pertemuan yang diliputi suasana ramah tamah dan persahabatan itu Daud

Beureueh menyampaikan keinginannya untuk melakukan pertemuan kepada pihak

yang lebih tinggi dengan mengutus M Hasballah Daud191

kepada Menteri

Keamanan Nasional Jendral Nasution di Jakarta Dalam rangka usaha

penyelesaian keamanan lahir dan batin di seluruh Aceh Keinginan Daud

Beureueh di setujui oleh Kol Jasin dan bersedia membantu pelaksanaannya192

Pada tanggal 21 November 1961 M Hasballah Daud yang ditemani oleh Letkol

Nyak Adam Kamil Kastaf KODAM I Iskandar Muda dan Kapten A Manan dari

Staf I diterima oleh Jendral Nasution yang didampingi oleh Letkol Barkah Pada

pertemuan antara kedua belah pihak ini menghasilkan pokok tujuan yang sama

Yaitu dengan menyambut Da‟wah Daud Beureueh itu Jendral Nasution

menyatakan bahwa apa yang terkandung dalam Da‟wah itu telah tercakup oleh

Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia No 1Misi Hardi tahun 1959

Kepada daerah Aceh selain telah dibenarkan dalam penyebutannya menjadi

Daerah Istimewa Aceh pun telah diberikan keistimewaan dalam tiga bidang yaitu

agama peradatan dan pendidikan sebagai wadah Jendral Nasution telah member

kuasa penuh kepada peperda dan pemerintah daerah Aceh untuk mengatur

190

El Ibrahimy Op Cit hal 181 191

M Hasballah Daud adalah Anak dari Tgk M Daud Beureueh Didalam Tentara Islam

Indonesia menjabat sebagai Kepala Staf 192

Dari surat Tgk M Daud Beureueh kepada Menteri Keamanan Nasional Jendral

Nasution yang dibawa oleh M Hasballah Daud berisi ketidakpuasan Daud Beureueh terhadap

Panglima KODAM I Iskandar Muda Kol Jasin Karena beranggapan bahwa Kol Jasin tidak

mempunyai wewenang yang cukup dalam memberikan suatu keputusan mengenai tuntutan yang

diajukannya Daud beureueh ingin mengemukakan langsung keinginannya itu kepada Menteri

Keamanan Nasional dengan harapan keinginannya dapat terkabul

73

pelaksanaannya Dan menghimbau agar seluruh masyarakat Aceh dan alim ulama

mengisi keputusan itu dengan membantu pelaksanaannya193

Usaha pemulihan Aceh tidak selalu berjalan dengan lancar terlihat ketika

surat Daud Beureueh yang bertanggal 16 Desember dengan segala lampirannya

yang disampaikan melalui M Hasballah Daud dan Baihaqi A K kepada Menteri

Keamanan Nasional di Jakarta Terhambat saat Kol Jasin melihat surat itu dengan

segala lampirannya Kol Jasin tidak mengizinkan mereka berangkat ke Jakarta

untuk menyampaikan surat tersebut kepada Jendral Nasution Dan ada surat tidak

resmi bertanggal 16 Desember 1961 yang maksudnya menjelaskan kepada

Jendral Nasution tentang hakikat dari pada Islam tidak saja berarti aqidah dan

ibadah akan tetapi mencakup apa yang dinamakan ldquonizhamrdquo yaitu pengaturan

hidup dan kehidupan manusia sebagai jawaban atas surat Jendral Nasution tanggal

21 November 1961 Seiring dengan tidak diizinkannya pertemuan ke Jakarta

maka berakhirlah surat-menyurat antara Daud Beureueh dan Jendral Nasution

Selain dengan Kol Jasin benturan juga terjadi dengan Hasan Ali Hasan Ali

sebagai Perdana Menteri Republik Islam Aceh berangkat keluar negeri untuk

bertemu dengan Mr S M Amin mantan Gubernur Sumatera Utara untuk

melakukan pertemuan dalam persoalan pemulihan keamanan diseluruh Indonesia

umumnya dan di Aceh khususnya194

Selanjutnya Hasan Ali menyetujui tuntutan Mr S M Amin dan isi teks

baru yang telah disetujui adalah sebagai berikut

A Mengenai umum

193

Mengenai keputusan Daerah Istimewa Aceh Daud Beureueh tidak puas dengan

keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959 (Misi Hardi) Meskipun sudah dibenarkan daerah

Aceh memakai nama ldquoDaerah Istimewa Acehrdquo akan tetapi keistimewaan yang sebenarnya tidak

ada Keistimewaan Aceh yang dimaksud keistimewaan yang bersumber dalam jiwa raga yang

sangat ldquofanaticrdquo pada agama Islam Memobilisasi keadaan dalam masyarakat adalah terutama

memelihara perasaan keagamaan ini menghindarkan segala sesuatu yang sifatnya dapat

menyinggung 194

Pertemuan antara Hasan Ali dan Mr S M Amin dilakukan di Malaya (Malaysia)

sebelum keberangkatan Amin menuju Bangkok dan Hongkong Adapun pokok-pokok persetujuan

yang telah dicapai antara Hasan Ali dan Mr S M Amin mengenai Aceh adalah sebagai berikut

1 Menyetujui hal-hal yang telah tercapai dalam persetujuan-persetujuan dengan Dewan

Revolusi

2 Mengembalikan Aceh ke dalam alam demokrasi dan mengadakan pemilihan umum

untuk DPRD DPRD ini kemudian memilih Gubernur

3 Pemimpin-pemimpin yang memberontak tidak dipindahkan dari daerah Aceh

74

1 Menyetujui pemulihan keamanan ditempuh secara integral melalui

pusat organisasi masing-masing Dalam hal ini Aceh mengambil

inisiatif ke jurusan itu

2 Mengadakan pemilihan umum secepat-cepatnya untuk

Konstituante Parlemen Presiden dan DPR-DPR Daerah atas dasar

Undang-Undang Pemilihan Umum No 7 tahun1953

3 Golongan-golongan dan perorangan yang bertentangan dengan

Pemerintah Republik Indonesia baik yang mengangkat senjata

maupun yang tidak berhak kembali dalam kegiatan politik

4 Mengadakan amnesti umum dan rehabilitasi tanpa pengecualian

B Mengenai Aceh khususnya

1 Mendukung sepenuhnya persesuaian tersebut dan memikul semua

konsekuensinya

2 Menyetujui berlaku sepenuhnya persetujuan-persetujuan yang telah

tercapai antara Pemerintah Republik Indonesia dan Dewan

Revolusi Aceh

3 Menyetujui penggantian kerugian rakyat umumnya sebagai akibat

persengketaan bersenjata di Aceh

4 Pemimpin-pemimpin yang mengadakan perlawanan bersenjata

tidak dipindahkan dari daerah dan kalau mereka menyukai

ditampung oleh Pemerintah kemana saja mereka sukai195

Rasa kekecewaan terlihat ketika Hasan Ali tidak bijaksana Terlihat dari

pertemuan yang dilakukan diluar negeri sangat memakan banyak waktu hampir

sekitar empat bulan lamanya Daud Beureueh merasa kesal dengan berlama-

lamanya Hasan Ali di luar negeri sedangkan keadaan Aceh kian hari kian

memilukan hati Daud Beureueh menganggap hal ini sebagai bentuk kesengajaan

untuk memperlama tinggalnya Hasan Ali di luar negeri sedangkan usaha-usaha

menghancurkan Republik Islam Aceh dari dalam terus dijalankan dengan segiat-

giatnya Pertemuan berikutnya dihadiri oleh Tritunggal yaitu Panglima

195

El Ibrahimy Op Cit hal 191-192

75

Gubernur dan Kepala Polisi ldquoDaerah Istimewa Aceh Kepala Staf KODAM I

Iskandar Muda Kepala Kehakiman Kepala Kejaksaan dan Kepala Mahkamah

Syariah Pokok laporan Daud Beureueh dan stafnya serta pasukan Ilyas Leube

akan bersedia ke pangkuan Ibu Pertiwi dengan syarat bahwa Daerah Istimewa

Aceh dilaksanakan unsur-unsur Syari‟at Islam dalam batas-batas yang

dimungkinkan perundang-undangan negara Kemudian setelah mendengar

keinginan Daud Beuereueh Kol Jasin mengatakan bahwa akan mempertaruhkan

jabatannya untuk menyetujui keinginan Daud Beuereueh dengan mengeluarkan

suatu keputusan PEPERDA

Dan pada tanggal 21 Mei 1962 di Banda Aceh di adakanlah kenduri besar

sebagai tanda bersyukur kepada Tuhan dan sebagai manifestasi kegembiraan atas

pulihnya keamanan di seluruh Aceh dan terciptanya perdamaian yang sudah

sekian lama dinanti-nantikan baik oleh pemerintah maupun oleh rakyat

Tercapainya persetujuan mengenai penyelesaian keamanan yang terakhir antara

Kol Jasin dan Daud Beureueh tidak hanya menimbulkan kelegaan dan

kegembiraan di kalangan rakyat akan tetapi juga berdampak di kalangan staf

Daud Beureueh seperti juga dikalangan staf KODAM I Iskandar Muda Dengan

pulihnya keamanan secara menyeluruh seluruh kekuatan baik pemerintah

maupun rakyat dapat dikerahkan untuk melaksanakan pembangunan daerah Aceh

yang memiliki banyak potensi ekonomi yang sangat bermanfaat baik untuk

kemajuan daerah Aceh atau pun untuk kemajuan negara196

Pertentangan diantara kaum republik Daud Beureueh melalui DITII

dengan pemerintah pusat telah menimbulkan ketegangan antara rakyat yang

memperjuangkan DITII Aceh dengan Jakarta Ini membuat usaha damai yang

hendak dicapai dan dilaksanakan dengan cara keras berupa tekanan oleh TNI di

satu pihak di samping pemberian amnesti dan abolisi197

kepada anggota DITII di

pihak lainnya Dengan menggunakan kedua cara ini secara tidak langsung telah

mendorong beberapa tokoh DITII Aceh termasuk Hasal Ali selaku Perdana

196

El Ibrahimy Op Cit hal 216 197

Amnesti adalah pengampunan atau penghapusan hukuman yang diberikan kepala

negara kepada seseorang atau sekelompok orang yang telah melakukan tindak pidana tertentu

Sedangkan abolisi adalah peniadaan peristiwa pidana dengan cara menghapuskan membatalkan

atau mengakhiri

76

Menteri DITII Aceh Mereka mengubah pendapat bahwa tidak ada manfaatnya

lagi untuk melanjutkan permusuhan dengan Jakarta sebaliknya sudah tiba

masanya untuk meletakkan senjata dan kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi198

Hal

ini membuktikan bahwa teori mengenai konflik menurut MR S M Amin adalah

benar tentang perubahan sifat pada koflik yang terjadi antara rakyat Aceh dan

pemerintah dari awalnya bersifat revolusioner menjadi evolutioner

Dari pemaparan di atas jelas sikap Daud Beureueh menentang atau tidak

pro feodal Pada masa perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh Mr S M

Amin menerangkan bahwa terjadi revolusi nasional dan revolusi sosial Revolusi

sosial adalah revolusi terhadap pengkhianat Cumbok Peristiwa Cumbok199

atau

perang saudara adalah konflik antara uleebalang yang bekerjasama mengatur

sistem pemerintahan bersama Belanda dengan ulama yang mempunyai prinsip

anti penjajahan Sedangkan revolusi nasional adalah revolusi untuk menanamkan

nilai-nilai keIslaman yang terdapat pada ideologi di seluruh Indonesia khususnya

Aceh sebagai usaha mewujudkan cita-cita keinginan bersama200

Jika dikaji lebih mendalam mengenai konflik yang terjadi peristiwa

berdarah ini merupakan akibat dari konflik vertikal Konflik itu sendiri adalah

pertentangan yang mempunyai hubungan erat dengan proses integrasi Hubungan

ini disebabkan karena proses integrasi adalah sekaligus suatu proses disorganisasi

dan disintegrasi Makin tinggi konflik atau pertentangan intra-kelompok makin

besar gaya sentripentalnya Artinya saling mempengaruhi satu sama lain makin

besar permusuhan terhadap kelompok luar makin besar integrasi Konflik tidak

selalu mengandung makna yang disfungsional Konflik justru dapat menjadi

198

Makna kata Ibu Pertiwi adalah sama dengan tanah air yang berarti Republik Indonesia 199

Berbeda pendapat dengan Mr S M Amin menurut M Nur El Ibrahimy revolusi

terhadap uleebalang di Aceh dibagi dalam dua tahap Revolusi tahap pertama yang dilancarkan

terhadap uleebalang yang termasuk dalam golongan Cumbok yang oleh pemerintah T Nyak Arif

sampai Panglima Polem Mohd Ali dianggap pengkhianat dan musuh Negara Republik Indonesia

Dan revolusi tahap kedua yang dilancarkan oleh Tentara Perjuangan Rakyat (TPR) dibawah

pimpinan Tgk Husin Almujahid pada bulan Maret 1946 terhadap uleebalang yang tidak termasuk

golongan Cumbok sebagai upaya untuk menggantikan sistem pemerintahan feodal dengan sistem

pemerintahan yang demokratis adalah revolusi sosial Dan dikatakan juga revolusi tahap kedua

adalah tanggung jawab Daud Beureueh terkait dengan pergerakan organisasinya PUSA Dan pada

akhir pergerakan revolusi tahap kedua Almujahid lepas dari segala ekses yang terjadi selama

gerakan TPR merupakan salah seorang tokoh yang berjasa meruntuhkan sistem feodal yang telah

berurat berakar berabad-abad dalam masyarakat Aceh 200

El Ibrahimy OpCit hal 114

77

sesuatu yang fungsional Selain itu konflik juga dapat berfungsi sebagai

stabilisator sistem sosial dalam meredakan ketegangan antara pihak-pihak yang

bertikai201

Dalam peristiwa berdarah ini tidak berjalan dengan tenang dan damai

melainkan dengan jalan kekerasan dan konflik antara Darul Islam Tentara Islam

Indonesia Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereueh dengan pemerintah pusat

Keamanan di Aceh yang belum terkendali membuat pemerintah mengirimkan

bantuan militer terhadap pamong praja untuk mematahkan perjuangan atau

pemberontakan yang dilakukan oleh Daud Beureueh Sikap Daud Beureueh

dianggap tidak mau mengindahkan pertimbangan politis yang selaras pada

pendirian pemerintah pusat yaitu mengenai dasar negara202

Dalam kaitannya dengan konflik yang terjadi antara Darul Islam dan

pemerintah pusat ini merupakan jenis konflik yang bersifat destruktif Yakni

konflik yang dipicu oleh rasa kebencian kekecewaan yang tumbuh dan tertanam

didalam diri mereka masing-masing Dari kaca mata politik konflik destruktif ini

tumbuh karena fanatisme para pendukung di suatu kelompok grup ataupun

organisasi Erat kaitannya dengan kajian ini tentang fanatisme masyarakat Aceh

yang mendukung cita-cita dan keinginan bersama yaitu mendirikan Negara Islam

Indonesia Akibatnya dari konflik destruktif berupa benturan-benturan fisik yang

membawa kerugian jiwa atau harta Banyak korban yang berjatuhan pada

peristiwa berdarah ini Ada tiga cara untuk mencegah terjadinya konflik

1 Menggunakan asas ldquotepo selirordquo apabila tidak mau disakiti orang lain

jangan pula menyakiti orang lain

2 Bersikap demokratis menghargai pluralisme pendapat paham dan

suku yang beragama dalam masyarakat

3 Mempunyai sikap toleransi terhadap agama yang berbeda tanpa kita

harus keluar dari akidah agama kita masing-masing

201

Ulfah Fajarini Konflik dan Integrasi Potret Keagamaan Masyarakat Sawangan

Artikel surat kabar majalah Al-Turas Vol 11 No 3 September 2006 202

_______ Tentang Soal Memulihkan Keamanan di Aceh artikel surat kabar majalah

WAKTU No23 tahun 1955

78

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Ketika Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17

Agustus 1945 rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereuh dan ulama-ulama

lainnya bergerak dan berjuang mempertahankan proklamasi kemerdekaan Aceh

awal perjuangan kemerdekaan Indonesia secara de facto merupakan bagian dari

provinsi Sumatera dengan kebijakan undang-undang sementara tahun 1945 yang

membagi wilayah Indonesia dalam 10 provinsi Perjuangan Daud Beureueh

menegakan syariat Islam di Aceh terjadi pada masa Era Orde Lama Pertentangan

politik dengan pemeritah pusat terjadi setelah Aceh digabungkan kembali menjadi

bagian atau bdquoresiden‟ Sumatra Utara setelah sebelumnya menjadi provinsi yang

terpisah dengan provinsi Sumatra Utara

Tidak hanya itu alasan pada 21 September 1953 di Aceh meletus suatu

peristiwa berdarah yang merupakan tragedi bagi rakyat Tanah Rencong adalah

karena rakyat Aceh merasa sangat kecewa geram marah akibat dari janji-janji

pemerintah disaat rakyat Aceh bersatu padu mengeluarkan semangat gelora

mempertahankan kedaulatan NKRI dengan seluruh jiwa raga dan harta bendanya

sebagai bukti kesetiaannya pada Republik Indonesia Selain persoalan ideologi

keagamaan pemberontakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia DITII Aceh

adalah bentuk perlawanan terhadap pengaruh pemerintahan pusat yang kian

merasuk Dimana isu-isu palsu yang disebarkan pemerintah mengenai pengadaan

senjata gelap oleh tokoh-tokoh pejuang Aceh tidak benar adanya Hal itu yang

menjadi puncak kemarahan dan rakyat Aceh dibawah pimpinan Tgk M Daud

Beureueh menagambil sikap melawan

Pada masanya perjuangan Daud Beureueh memiliki rentan waktu yang

lama Mulai dari masa kolonial Belanda masa kedudukan Jepang masa pra dan

pasca kemerdekaan dan masa revolusi Pembentukan Negara Islam yang

merupakan cita-cita impian Daud Beureueh terilhami dari perjuangan DI TII

pimpinan Imam Soekarmadji Maridjan Kartosuwiryo Dan juga menjalin

79

kerjasama dengan PRRIPERMESTA dalam mencapai tujuan bersama untuk

menghancurkan regime Soekarno dan mendirikan Negara Islam Indonesia

Pada tahapan kesadaran sosial tersebut perkembangan Islam di Indonesia

terbagi menjadi tiga zaman zaman mitos zaman ideologi dan zaman

pengetahuan atau ilmu Dalam kaitannya dengan Aceh perjuangan menegakan

syariat Islam muncul ketika zaman ideologi Pada perjuangan yang dipimpin

Daud Beureueh ini penulis membagi menjadi dua motif dilakukannya

pemberontakan yaitu Islam dan Politik Dan konflik yang terjadi ini menimbulkan

pertentangan antara masyarakat Aceh dengan pemerintah prasangka sebab

dugaan merupakan sikap bermusuhan yang terjadi antar kelompok yang

satuterhadap kelompok lainnya yang didasari pada ciri yang tidak menyenangkan

Pada perjuangannya ini yang terjadi di Era Orde Lama menurut teori Banton

mengenai prasangka ini merupakan teori frustasi-agresi (frustration-aggression

theory)

Selanjutnya analisa penulis terkait langkah-langkah Daud Beureueh dalam

mewujudkan apa yang di cita-citakannya adalah terinspirasi dari perjuangan

dakwah yang ditempuh oleh Rasulullah SAW yaitu melalui tahap pembinaan dan

pengkaderan tahap interaksi dan perjuangan dan tahap penerimaan kekuasaan

dalam membentuk DITII Aceh Walaupun pada kenyataannya pemberontakan

tidak terjadi begitu saja melainkan melalui 3 tahapan yaitu tahap sabar tahap

benci (djidjik) dan tahap melawan Sedangkan menurut Wakil Presiden Jusuf

Kalla dalam wawancaranya pada harian KOMPAS Rabu 10 Desember 2014

Pukul 1801 WIB di Jakarta terkait motif yang terjadi pada konflik di Aceh

mengatakan bahwa ldquopemberontakan DI TII bukan terjadi karena adanya konflik

antar agama Untuk kasus Aceh ia menilai hal itu terjadi karena hak-hak ekonomi

warga tidak terpenuhi Masalah Aceh itu bukan masalah syariah Orang berfikir

Aceh mau menjalankan syariah Islam tidak Siapa bilang kita membicarakan

Islam Kita berbicara kenapa ekonomi Aceh rendah padahal alamnya kayardquo

Dalam kacamata penulis konflik yang terjadi antara Darul Islam Tentara

Islam Indonesia (DI TII) dengan pemerintah adalah konflik politik yang

memperebutkan pengaruh dimasyarakat dalam mencapai tujuannya masing-

masing Perebutan kekuasaan yang berdasar pada ideologi yang berbeda satu

80

sama lain itu memunculkan berbagai aspek sumber kekuasaan Sumber kekuasaan

berupa kekayaan dan kepercayaan atau agama Adapun langkah-langkah

penyelesaian persoalan konfrontasi politik antara rakyat Aceh dibawah pimpinan

Daud Beureueh dan pemerintah pusat diawali dengan munculnya Dewan

Revolusi yang diketuai oleh A Gani Usman dan dengan dilakukannya gencatan

senjata Dan upaya penyelesaian akhir melalui musyawarah antar kedua belah

pihak yang bertikai

B Saran-saran

Pertama Dari pemaparan penulis kita bisa melihat bagaimana perjuangan

revolusioner seorang tokoh ulama di Aceh dalam memperjuangkan dan

mewujudkan cita-cita yang menjadi keinginan terpendam umat Islam demi

kemajuan bangsa dan agama Hal ini diharapkan memberikan kita pelajaran yang

sangat berarti sebagai umat Islam terkait perjuangan bahwa kita sedang

mengemban tugas berat dan sedang berjuang mempertahankan identitas

keIslaman kita melalui syariat-syariat dan hukum Islam yang harus diterapkan

dalam kehidupan bermasyarakat Ini bukan suatu hal yang mudah terlebih lagi

dengan perkembangan zaman yang maju dan modern serta merasuknya pengaruh

dari luar Islam harus kita lihat sebagai sebuah tantangan zaman Dan sikap

perjuangan Daud Beureueh patut kita contoh dalam menjadikan kita sebagai umat

Islam yang kuat teguh percaya dan antusias dalam mengkaji lebih dalam

mengenai ilmu yang berlandaskan Islam

Kedua Sebagai umat Islam harus menguatkan keimanan kita Dilihat dari

apa yang diperjuangkan kita juga harus percaya bahwa Islam telah memberikan

solusi bagi masalah dikehidupan kita baik melalui syariat-syariat dan hukumnya

Dengan peraturan-peraturan dan ketentuan yang berdasar pada Islam diharapkan

menjadikan kita sebagai umat Islam yang teguh beriman cinta damai serta saling

menjaga dan menghormati antar sesame umat beragama lainnya Dan tidak

terpengaruh peraturan atau pun ketentuan di luar nilai-nilai yang terkandung

dalam Islam

81

Ketiga Kajian ini ditunjukan kepada para pemimpin tokoh masyarakat

dan orang-orang berpengaruh lainnya dengan melihat sosok Daud Beureueh

diharapkan bisa lebih menambah rasa antusias dan memotivasi diri dalam

menyebarkan dan melaksanakan nilai-nilai keIslaman di masyarakat Serta

menjadi sosok yang kharismatik seperti yang ditujukan oleh Daud Beureueh yang

mencerahkan hati dan pikiran umat Islam terkait peranannya Semoga para

pemimpin dan orang-orang berpengaruh saat ini menyadari bahwa peran mereka

sangat penting dalam menanamkan dasar-dasar Islam di kehidupan masyarakat

Dan kita sebagai umat Islam patut menjaga dan mempertahankan hal tersebut

Keempat sebagai sebuah pelajaran yang berharga saat pengkuburan

sejarah terjadi pada peristiwa berdarah atau yang lebih dikenal dengan

pemberontakan Tgk M Daud Beureueh dengan mengesampingkan alasan kenapa

bisa terjadi pemberontakan Merupakan sesuatu yang sangat memilukan apabila

kita mengetahui hal ini Serta membongkar tipu daya pemerintah saat itu yang rela

melakukan apa saja demi mewujudkan keinginannya tanpa memikirkan

perjuangan pengorbanan gelora semangat kemerdekaan yang berjuang dengan

seluruh jiwa raga dan harta berharga demi mempertahankan kedaulatan Republik

Indonesia

82

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Primer

Artikel MajalahSurat Kabar

Pembantu-Chas ldquoWakturdquo di Djakarta ldquoKabinet dan Atjehrdquo Waktu No44

ldquoTentang Soal Memulihkan Keamanan di Atjehrdquo Tahun 1955

Buku

Jakobi A K1992 Aceh Daerah Modal Jakarta Yayasan Seulawah RI-001

El Ibrahimy M Nur 1982 Tgk M Daud Beureueh Perananya dalam

Pergolakan di Aceh Jakarta Gunung Agung

Hasjmy A 1997 Ulama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan

Pembangunan Tamadun Bangsa Jakarta PT Bulan Bintang

Amin MR S M 2014 Memahami Sejarah Konflik Aceh Jakarta Yayasan

Pustaka Obor Indonesia

Sumber Sekunder

Artikel MajalahSurat Kabar

Abdullah TaufikldquoKarena Keterkaitan Ideologisrdquo Panji Masyarakat No419

Jurnal

Danial Analisis Jurnal Studi KeIslaman Volume XII Nomor 1 Juni 2012

ldquoSyariat Islam dan Pluralitas Sosial Studi Tentang Minoritas Non-

Muslim dalam Qanun Syariat Islam di Acehrdquo Lampung IAIN Raden

Intan Lampung

Ahwan Fanani Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoOtoritas Dalam Hukum Islam Antara Transformasi

83

Ahwan Fanani Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoOtoritas Dalam Hukum Islam Antara Transformasi

dan Krisis Dalam Sistem Negara Modernrdquo Ponorogo Jurusan Syari‟ah

STAIN Ponorogo

Shohibul Itmam Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoTransformasi Hukum Islam Menuju Hukum Positif

Dalam Konteks KeIndonesiaanrdquo Ponorogo Jurusan Syari‟ah STAIN

Ponorogo

Ensiklopedia

Nasution Harun dkk 1992 Ensiklopedi Islam Indonesia Jakarta Djambatan

Glasse Cyril 1999 Ensiklopedi Islam Ringkas Jakarta PT Raja Grafindo

Persada

Abdullah Taufik 2002 Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jakarta Ichtiar Baru

van Hoeve

Buku

Ibrahim Muhammad 1978 Sejarah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh

Banda Aceh Depdikbud

Talsya T A 1990 Modal Perjuangan Kemerdekaa Perjuangan Kemerdekaan di

Aceh Banda Aceh Lembaga Sejarah Aceh

Sani Usman Abdullah 2010 Krisis Legimitasi Politik Dalam Sejarah

Pemerintahan Di Aceh Jakarta Kementrian Agama RI Badan Litbang

dan Diklat Puslitbang Lektur Keagamaan

Reid Anthony 2011 Menuju Sejarah Sumatra Antara Indonesia dan Dunia

Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Ricklefs M C 2008 Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 Jakarta PT Serambi

Ilmu Semesta

84

Reid Anthony 1987 Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di

Sumatra Jakarta Pustaka Sinar Harapan

Hasjmy A 1985 Semangat Merdeka 70 Tahun Menempuh Jalan Pergolakan amp

Perjuangan Jakarta PT Bulan Bintang

Madjid M Dien 2014 Catatan Pinggir Sejarah Aceh Perdagangan Diplomasi

dan Perjuangan Rakyat Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Hasjmy A 1978 Bunga Rampai Revolusi Dari Tanah Aceh Jakarta PT Bulan

Bintang

Sjamsuddin Nazaruddin 1990 Pemberontakan Kaum Republik Kasus Darul

Islam Aceh Jakarta Pustaka Utama Grafiti

AbdullahTaufik Siddique Sharon 1988 Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia

Tenggara Jakarta LP3ES

Adan Hasanuddin Yusuf 2003 Tamaddun amp Sejarah Etnografi Kekerasan di

Aceh Yogyakarta Prismasophie Press

M Lapidus Ira 1999 Sejarah Sosial Ummat Islam Jakarta PT Raja Grafindo

Persada

Budiardjo Miriam 2008 Dasar-Dasar Ilmu Politik Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama

Kuntowijoyo 1985 Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia Yogyakarta

Shalahuddin Press

Kuntowijoyo 1995 Pengantar Ilmu Sejarah Yogyakarta Yayasan Bentang

Budaya

Gottschalk Louis 2006 Mengerti Sejarah Jakarta UI Press

Tuwu Alimuddin 1993 Pengantar Metode Penelitian Jakarta UI Press

Abdurahman Dudung 1999 Metode Penelitian Sejarah Jakarta Logos

85

Kartodirdjo Sartono 1992 Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah

Jakarta PT Gramedia

Emalia Imas 2006 Historiografi Indonesia Jakarta UIN Jakarta Press

Sunarto Kamanto 2004 Pengantar Sosiologi Jakarta Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Website

httpwwwjakartagoid

httpmelayuonlinecom

httpkebudayaankemdikbudgoid

httpkbbiwebid

httpmkompasianacom

httpnewsokezonecom

httpsoalacehtumblrcom

86

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I

Tokoh Teungku Muhammad Daud Beureueh

87

Lampiran II

Gambaran Keadaan Aceh Awal Perkembangan Islam

88

Lampiran

III

Wilayah Uleebalang Aceh Pada Tahun 1930-an

89

Lampiran IV

90

Lampiran V

Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo Dalam Rapat Dewan Pertahanan

Daerah yang berlangsung tanggal 20 Maret 1949 membicarakan masalah surat

undangan Wali Negara Sumatera Timur Dr Tengku Mansur

91

Lampiran VI

Staf Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo

92

Lampiran VII

Surat selebaran pada Peristiwa Berdarah di Aceh

93

Lampiran VIII

KEPUTUSAN PERDANA MENTERI

REPUBLIK INDONESIA

No 1Missi1959

PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA

Berkehendak mengambil langkah kebidjaksanaan untuk lebih

mendjamin penjempurnaan dan pembangunan dalam

daerah swatantra tingkat ke I Atjeh

Menimbang bahwa untuk maksud tersebut dipandang perlu

membenarkan sebutan ldquoDaerah Istimewa Atjehrdquo kepada

Daerah Swatantra Tingkat ke I Atjeh sebagai stimulans

untuk mengadjukan otonomi seluasnja dalam rangka

pelaksanaan Undang-Undang No 11957 tentang pokok-

pokok Pemerintahan Daerah

Memperhatikan pertimbangan Komandan Komando Daerah Militer Atjeh

dan Gubernur Kepala Daerah Swatantra Tingkat ke I

Atjeh

Mengingat kuasa jang telah diberikan oleh Dewan Menteri dalam

sidangnja ke-159 pada tanggal 31 Djanuari 1959

Keputusan Perdana Menteri RI No 196PM1959 tanggal

19 Mei 1959

MEMUTUSKAN

Pasal I Daerah Swatantra Tk Ke I Atjeh dapat disebut

ldquoDaerah Istimewa Atjehrdquo dengan djatatan bahwa kepada

daerah itu tetap berlaku ketentuan-ketentuan mengenai

daerah swatantra Tk Ke I seperti termuat dalam Undang-

94

Undang No 1 tahun 1957 tentang Pokok-pokok

Pemerintahan Daerah begitu pula lain-lain peraturan

perundangan jang berlaku untuk Daerah Swatantra tingkat

ke I mengenai otonomi jang seluas-luasnja terutama dalam

lapangan keagamaan peradatan dan pendidikan

Pasal II Keputusan ini mulai berlaku tanggal 26 Mei 1959

sampai ada ketentuan lain

Pasal III Memberikan instruksi kepada segenap Kementerian

Djawatan dan Dinas jang bersangkutan agar memberikan

bantuan seperlunja kepada Daerah swatantra tingkat ke I

Atjeh (Daerah Istimewa Atjeh) dalam pertumbuhan

otonomi jang seluasnja

Wk Perdana Menteri IKetua

Missi Pemerintah ke Atjeh

dto

= Mr Hardi =

Turunan dikirimkan kepada

1 Semua Menteri

2 KDMA

3 Gubernur Kepala Daerah Swatantra tk Ke I

Atjeh (Daerah Istimewa Atjeh)

4 Dan lain-lain instansi jang bersangkutan

95

Lampiran IX

96

Lampiran X

97

Lampiran XI

Page 5: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …

iv

Beureueh Kepada Egi Zulhansah Muliadin Iwan Taki Humaedi dan kawan

seperjuangan SKI 2011 lainnya yang selalu memberikan dukungannya kepada

penulis

Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis menyerahkan segalanya

semoga amal kebaikan yang telah mereka berikan akan mendapat balasan yang

setimpal dari Allah SWT Amin ya Robbal bdquoalamin

Ciputat 16 Mei 2016

Penulis

v

DAFTAR ISI

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipi

KATA PENGANTARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipii

DAFTAR ISIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipv

DAFTAR LAMPIRANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipvii

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

B Permasalahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

1 Identifikasi Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

2 Pembatasan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

3 Perumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip8

C Tujuan dan Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip8

D Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip9

E Metode Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

F Tinjauan pustakahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip13

G Sistematika penulisanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip15

BAB II Biografi Tgk M Daud Beureueh

A Lingkungan Keluargahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip16

B Riwayat Pendidikanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip18

C Karya-karyanyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip23

BAB III Kiprah Tgk M Daud Beureueh dalam Pemberontakan di Aceh

A Pembentukan Darul IslamTentara Islam Indonesia di Acehhelliphelliphelliphellip25

B Kedudukan dan Sikap Tgk M Daud Beureueh Dalam Pemberontakan di

Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip30

vi

C Respon Rakyat Aceh Terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh di

Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip41

BAB IV Pemberontakan dalam Perjuangan Menegakkan Syariat Islam di

Aceh

A Usaha-usaha Menegakkan Syariat Islam di Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip47

B Respon Pemerintah Terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh54

C Upaya penyelesaian Akhir Pemberontakan Tgk M Daud Beureuehhellip67

BAB V PENUTUP

A Kesimpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip78

B Saran-saranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip80

DAFTAR PUSTAKA82

LAMPIRAN-LAMPIRANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip86

vii

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lampiran I Gambar Tokoh Muhammad Daud Beureuehhelliphelliphelliphelliphellip86

2 Lampiran II Gambar Keadaan Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip87

3 Lampiran III Peta wilayah uleebalang tahun1930-anhelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip88

4 Lampiran IV Gambar Muhammad Daud Beureueh dan Ulama Acehhellip89

5 Lampiran V Gambar Pidato yang dilakukan oleh Muhammad Daud

dalam Rapat Dewan Pertahanan Daerahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip90

6 Lampiran VI Gambar Staf Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah

Karohelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip91

7 Lampiran VII Surat selebaran sisa-sisa feodalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip92

8 Lampiran VIII Missi Hardi 1959helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip93

9 Lampiran IX Surat Tgk M Daud Beureueh Kepada Soekarnohelliphelliphellip95

10 Lampiran X MAKLUMAT No GM-14-Mhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip96

11 Lampiran XI Surat Anakanda Kepada Ayahanda Daud Beureuehhelliphellip97

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Aceh sebuah kesultanan muslim di Sumatera Islam secara khas

menunjukan nuansa esoterisme pemikiran Ibn ‟Arabi1 Fenomena Aceh yang

berawal dari sebuah kerajaan berdaulat hingga menjadi salah satu bagian dari

Indonesia senantiasa berada dalam situasi kritis yang berkesinambungan

Berbagai krisis muncul seperti krisis politik yaitu pertikaian pendapat dan

pandangan di antara pemerintah pusat dan Aceh yang berkisar pada permasalahan

kekecewaan penindasan dan ketidaktulusan pusat dalam menjalankan sistem

pemerintahan di Aceh2 Sejak indonesia merdeka pada tahun 1945 Aceh telah

bergelimang dalam berbagai konflik diantarnya persoalan perang saudara seperti

perang Cumbok tahun 1946-1947 yang terjadi antara kaum Uleebalang dengan

kaum ulama yang bergabung dalam Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA)3 Jika

dilihat dari berbagai persoalan yang terjadi untuk kasus di Aceh penulis

berpendapat ini merupakan suatu perjuangan yang terjadi dibawah pimpinan Daud

Beureueh karena pada saat itu melalui PUSA Daud Beureueh menginginkan

proklamasi dimaknai secara nyata di Aceh Dimana tujuan perjuangan Daud

Beureueh adalah menegakan syariat Islam di tanah rencong dan menanamkan

sikap anti penjajahan4

Perjuangan rakyat Aceh tidak berhenti begitu saja pasca kemerdekaan

Republik Indonesia Belanda melakukan agresi bersenjata untuk kembali

1Harun Nasution dkk Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta Djambatan 1992) hal52-

57 2Abdulah Sani Usman Krisis Legitimasi Politik dalam Sejarah pemerintahan di Aceh

(Jakarta Badan Litbang dan diklat kementrian Agama RI 2010) hal1 3Persatuan ulama seluruh Aceh PUSA terbentuk pada tahun 1939 Didirikan oleh Tgk M

Daud Beureueh yang bertujuan untuk menghapuskan eksistensi hulu balang dan berfungsi untuk

mengatur tonggak pemerintahan di Aceh dengan berlandaskan syariat Islam Lihat MNur El

Ibrahimy Tgk M Daud Beureueh Peranannya dalam Pergolakan di Aceh (Jakarta Gunung

Agung 1982) hal72-77 4Perlu untuk diketahui bahwa tidak semua kaum Uleebalang bersikap sama dengan kaum

uleebalang yang terdapat di Pidie sebagai pemicu gerakan PUSA tetapi banyak kaum uleebalang

lainnya di Aceh berasal dari kaum ulama dan intelektual

2

menduduki seluruh kepulauan Indonesia Dalam usahanya menjajah Indonesia

Belanda menyiarkan berita-berita melalui surat kabar radio bahwa kedatangannya

bukan untuk menjajah Indonesia melainkan untuk menjaga keamanan yang

diakibatkan oleh perang Dunia II Selain melalui propaganda Belanda juga

melakukan dua agresi militer bersenjata yaitu agresi pertama tahun 1947 dan

agresi kedua tahun 1948 Akibat serangan itu hampir seluruh wilayah Indonesia

berhasil ditaklukan Dan daerah yang belum dikuasai satu-satunya adalah Aceh

beberapa kali Belanda berusaha menghancurkan perlawanan rakyat Indonesia di

daerah Aceh selalu digagalkan Baik darat udara atau pun laut percobaan

serangan Belanda dapat digagalkan dan Aceh berhasil mempertahankan

kedaulatan kemerdekaan Republik Indonesia Dan menjadikan Aceh sebagai

daerah modal5

Aceh dijuluki sebagai daerah modal selain karena kegigihan dari kekuatan

rakyat Aceh mempertahankan Republik Indonesia juga karena terdapat alat

komunikasi seperti pers dan radio Dengan adanya alat komunikasi tersebut

mempermudah hubungan antara pemerintah daerah-daerah lain antara pemerintah

Aceh dengan pemerintah pusat Melalui media ini dapat menyampaikan berita

secara praktis dan membangkitkan gelora semangat rakyat Aceh dalam

mempertahankan kedaulatan RI hingga titik darah penghabisan6 Peranan pers dan

radio di bidang ekonomi juga terlihat dari siaran tentang kebutuhan para pejuang

agar masyarakat dapat membantunya dalam bentuk makanan pikiran dan

persediaan perlengkapan lainnya Dan bantuan ekonomi lainnya adalah

pengumpulan dana sumbangan untuk membeli pesawat yang sangat dibutuhkan

untuk kelancaran perjuangan Pesawat yang dibeli berkat terkumpulnya

sumbangan masyarakat Aceh yang kemudian oleh Soekarno diberi nama

ldquoSeulawah RI-001rdquo Peran Aceh semakin penting ketika Teungku Muhammad

Daud Beureueh diangkat menjadi Gubernur militer Aceh Langkat dan Tanah

Karo yang berhasil menyatukan pasukan Aceh dari TRI laskar Aceh berbagai

divisi dan tentara pelajar Semakin banyak yang datang ke Medan Area maka

5A K Jakobi Aceh Daerah Modal (Jakarta Yayasan Seulawah RI-001 1992) hal219

6SM Amin Kenangan-kenangan di Masa Lampau (Jakarta Pradnya Paramita 1978)

hal103

3

dibentuk suatu badan koordinasi yang disebut RIMA (Resimen Istimewa Medan

Area)7 Satu-satunya front yang tidak mampu ditaklukan Belanda pada agresi

militer kedua adalah sektor barat atau utara front Medan Area yang dipertahankan

oleh RIMA pasukan dari Aceh

Ketika dalam keadaan krisis saat ibukota RI di Yogyakarta diduduki

Belanda Pemerintah pusat dipindahkan ke Bukit Tinggi dan membentuk

Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) Dengan agresi militer Belanda

yang kedua dapat dikatakan seluruh Sumatera telah berada dibawah kekuasaan

Belanda Satu-satunya daerah yang masih utuh belum dimasuki Belanda adalah

Daerah Aceh Hal ini menjadi faktor utama Aceh sebagai daerah modal

mempertahankan kedaulatan RI Aceh sebagai garis pertahanan RI terakhir

mempunyai peran yang sangat amat penting dimana ketika negara boneka yang

didirikan oleh Belanda sudah mengepung RI Pada saat itu Aceh menjadi penting

sebagai alternatif satu-satunya yang menentukan cita-cita bangsa dan negara RI

Dan ketika itu Presiden Soekarno memohon meminta bantuan kepada Gubernur

militer Aceh Langkat dan Tanah Karo Daud Beureueh untuk bersedia turut

mengambil bagian dalam perjuangan bersenjata yang tengah berkobar untuk

mempertahankan kemerdekaan Saat itu Soekarno memanggil Daud Beureueh

dengan sebutan kakak Selain meminta rakyat Aceh turut serta dalam perjuangan

Soekarno juga meminta bantuan untuk membeli sebuah pesawat dari sumbangan

masyarakat Aceh yang secara ikhlas dan tulus memberi sumbangan yang sangat

berharga untuk bangsa yang sedang berjuang sebagai tanda kesetiaan rakyat Aceh

pada NKRI

Hampir seluruh wilayah RI telah diduduki oleh Belanda tetapi Aceh tak

sedikit pun mundur menyerahkan daerahnya ke tangan penjajah Bahkan ketika

Indonesia sampai diujung tanduk melalui lidah manis Soekarno lebih dahulu

meminta bantuan kepada Aceh untuk membantu mempertahankan kemerdekaan

RI Tapi sama halnya seperti Belanda manis di bibir tak sama seperti kenyataan

yang ada Aceh dikhianati dengan digabungkannya provinsi Aceh dibawah

provinsi Sumatera Utara Aceh yang dipimpin oleh Daud Beureueh saat itu

7Muhammad Ibrahim Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Banda Aceh

Depdikbud 1978) hal210

4

terpedaya oleh tangisan Soekarno yang berjanji akan memberikan hak

menerapkan Syariat Islam di bumi Aceh jika Aceh mau bergabung membantu

memperjuangkan mempertahankan kedaulatan kemerdekaan Republik Indonesia

Pertentangan politik dengan pemerintah pusat yang terjadi setelah Aceh

digabungkan kembali menjadi bagian atau bdquoresiden‟ Sumatra Utara setelah

sebelumnya menjadi provinsi yang terpisah dengan provinsi Sumatra Utara Hal

ini membawa kepada suatu keadaan yang meresahkan akibat adanya tarik menarik

antara Aceh dan pemerintah pusat atau dengan kata lain pemerintah pusat tidak

mengakui pembentukan provinsi Aceh yang terpisah sehingga terjadi tumpang-

tindih kebijakan yang membawa kepada krisis kekuasaan8 Terkait teori kesadaran

sejarah Kuntowijoyo hal ini dapat memberikan tantangan kritik pendapat serta

sikap dalam pertentangan antara rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beureueh

dengan pemerintah pusat

Aceh ketika awal perjuangan kemerdekaan Indonesia secara de facto

merupakan bagian dari provinsi Sumatera dengan kebijakan undang-undang

sementara tahun 1945 yang membagi wilayah Indonesia dalam 10 provinsi

Setelah Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17

Agustus 19459 rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereuh dan ulama-ulama

lainnya bergerak dan berjuang mempertahankan proklamasi kemerdekaan10

Daud

Beureueh orang kuat Aceh dan benteng Republik dalam revolusi menolak untuk

menerima suatu pekerjaan di Jakarta dan tetap bermukim di Aceh sambil

memperhatikan perkembangan Pada saat itu revolusi kemerdekaan Indonesia tak

luput dari pengamatan Daud Beureueh Dia mengamati dengan tenang dan hati

hati setiap perkembangan yang terjadi Dan selama tokoh-tokoh Masyumi

memegang kedudukan yang penting dalam kabinet dia tidak melakukan tindakan

apapun akan tetapi pada bulan mei 1953 ditemukan bukti bahwa dia telah

menjalin hubungan dengan Kartosuwirjo dari Darul Islam Gerakan Darul Islam

bagaimanapun merupakan bagian dari akibat sampingan proses sosial politik yang

8Ibid hal177-178

9 17 Agustus 1945 atau 9 Ramadhan 1364 Hijriah

10 A Hajsimy Ulama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan Pembangunan Tamadun

Bangsa (Jakarta Bulan Bintang 1997) hal109

5

terjadi pasca kemerdekaan11

Ketika masa kabinet Ali terbentuk tersebar desas-

desus bahwa pemerintah pusat melalui kabinet bermaksud menangkapi orang-

orang terkemuka Aceh Berita tersebut kemudian sampai di telinga Daud

Beureueh bahwa ia dan sejumlah kawan-kawannya akan ditangkap oleh tentara

dengan alasan menyimpan senjata gelap12

Daud Beureueh menyatakan bahwa ia

tidak berkeberatan bila ditangkap dan dibunuh akan tetapi jangan dengan alasan

yang dibuat-buat dan jangan mengelabui mata rakyat Selanjutnya Daud Beureueh

menyatakan dalam suratnya bahwa dalam menghadapi tindakan sewenang-

wenang pihak tentara rakyat akan melalui tiga tahap tahap sabar tahap benci dan

tahap melawan Sekarang rakyat sudah sampai kepada tahap kedua Maka oleh

karena itu beliau mengharapkan kebijaksanaan Presiden Soekarno kiranya hal-hal

yang tidak diinginkan dapat dihindari13

Aceh memang pada akhirnya memberontak melalui gerakan DITII Aceh

Pada 21 September 1953 di Aceh meletus suatu peristiwa berdarah yang

merupakan tragedi bagi rakyat Tanah Rencong Ini merupakan awal perjuangan

dalam menegakan syariat Islam14

Daud Beureueh mengumumkan bahwa di Aceh

yang kini merupakan bagian dari Darul Islam tidak ada lagi pemerintahan

Pancasila Selain persoalan ideologi keagamaan pemberontakan Darul Islam

adalah bentuk perlawanan terhadap pengaruh pemerintahan pusat yang kian

merasuk Pemerintah merespon cepat tindakan yang dianggap sebagai

pemberontakan tersebut Ali Sastroamidjojo mengirimkan pasukan-pasukan untuk

menghalau kaum perjuangan dari kota-kota yang penting15

Dalam usahanya

memulihkan keamanan di Aceh Ali Sastroamidjojo memilih tindakan kekerasan16

Usahanya tidak langsung berbuahkan hasil tetapi melalui beberapa proses Daud

Beureueh yang mundur dari Batee ke Lapang kira-kira sebelah utara Sampoi Niet

Lhok Sukon (Aceh Utara) dalam usaha penyelesaian keamanan menemui jalan

11

Ibid hal197-198 12

M C Ricklefs Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (Jakarta Serambi 2010) hal

514 13

Lihat lampiran XI 14

Ibid hal1 15

Ibid hal514-515 16

Ibid hal162

6

buntu militer yang berlanjut sampai tahun 195917

Pada akhir Mei 1959 dilakukan

upaya akhir yaitu musyawarah antara dewan revolusi dan misi Hardi untuk

mencapai persetujuan leburlah Negara Bagian Aceh dari Negara Islam

Indonesia18

Misi Hardi dengan Keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959

telah berusaha ke arah memenuhi keinginan dan hasrat rakyat Aceh Keputusan

ini telah memberikan hak kepada daerah Aceh untuk memakai sebutan ldquoDaerah

Istimewa Acehrdquo19

Seperti yang telah dijelaskan diatas maka tercetuslah pemberontakan

DITII di Aceh yang dipelopori oleh Tgk M Daud Beureueh pemimpin DITII

Aceh yang tampil sebagai pemegang kekuasaan melalui bdquo‟revolusi sosial‟‟ dan

menjadi gubernur militer Aceh Langkat dan Tanah Karo pada 1948-1950

memimpin pemberontakan melawan kendali Jakarta pada 1953-1962 atas dasar

dua alasan yakni menentang diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatra Utara

dan gagalnya republik melaksanakan hukum Islam20

Pemberontakan Daud

Beureueh bertujuan untuk mendirikan negara Islam Indonesia bukan untuk

mencapai Aceh merdeka karena ia percaya bahwa itulah yang diperjuangkan oleh

orang Aceh sedemikian gigihnya selama revolusi mempertahankan kemerdekaan

Republik Indonesia21

Maka dari itu penulis tertarik untuk membahas sepak

terjang Tgk M Daud Beureueh dalam sebuah proposal berjudul Peran Tgk M

Daud Beureueh Dalam Pemberontakan di Aceh 1953-1962

17

M C Ricklefs OpCit hal515 18

M Nur El Ibrahimy OpCit hal168-171 19

Perkataan ldquoistimewardquo ini menimbulkan associatie-associatie pikiran pada suatu daerah

yang memang benar-benar bersifat ldquoistimewardquo suatu daerah yang berhak luas mengatur hal-hal

dalam setiap bidang pemerintahan Akan tetapi hak yang diberikan isi pada statusistimewa itu

pada hakikatnya bukanlah suatu hal yang luar biasa oleh karena yang diberikan itu hanyalah hak

otonomi yang berpokok pangkal pada undang-undang tahun 1957 sehingga perkataan ldquoistimewa

itu sebenarnya tidak tepat antara nama tidak sesuai dengan isi menurut penafsiran yang lazim

daripada perkataan ldquoistimewardquo Lihat M Nur El Ibrahimy Op Cit hal186 20

Anthony Reid Menuju Sejarah Sumatra Antara Sumatra Antara Indonesia dan Dunia

(Jakarta KITLV amp NUS publising 2010) hal 388-389 21

Ibid hal341

7

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Pasca kemerdekaan terjadi konflik yang disebabkan perbedaan pendapat

antara pemerintah pusat dengan rakyat Aceh Dan agresi Belanda juga terjadi

setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya kembali menggugat serta

memporak-porandakan seluruh Indonesia kecuali Aceh Kenyataan bahwa

Belanda telah mampu menduduki kembali Indonesia ditolak Semangat anti

penjajahan dalam diri rakyat Aceh selalu dipertahankan Pada era Orde Lama

krisis legitimasi di Aceh tidak ditunaikan janji pemerintah pusat berupa penerapan

syariat Islam yang tak terwujud menjadi akar permasalahan Krisis melalui

ketetapan yang berakibat pengalihan kuasa pemerintah Aceh yang berbentuk

provinsi yang terpisah menjadi residen dari provinsi Sumatera Utara Dalam

pengalihan kuasa rakyat masih dapat bersabar namun ketika ideologi dituntut

tidak terpenuhi dan perjuangan tumpah darah rakyat Aceh mempertahankan

kedaulatan tak dianggap akhirnya meletus lah konflik akibat dari kekecewaan dan

sebagai ekspresi kebangkitan rakyat aceh yang merasa harga diri masyarakat Aceh

terlecehkan oleh janji-janji dan iming-iming pemerintah

Dalam penelitian ini terdapat masalah yang telah diidentifikasi oleh

penulis Dan juga sebagai kajian lebih mendalam mengenai konflik yang terjadi

secara vertikal antara rakyat Aceh dengan pemerintah pusat yaitu

1 Terjadinya krisis legitimasi yang disebabkan oleh pengalihan kuasa

dan ideologi yang tidak direalisasikan

2 Pemberontakan pimpinan Tgk M Daud Beureueh atas kendali

pemerintah pusat akibat diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatera

Utara

2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi penulis tentang apa yang dipaparkan diatas maka

penulis membatasi permasalahan yaitu seputar Peran Tgk M Daud Beureueh

dalam Menegakan Syariat Islam di Aceh mengenai pengalihan kuasa dan ideologi

yang tidak direalisasikan Pada saat itu menjadi tahun pemberontakan dalam

8

menentang sikap pemerintah baik dalam mengatur otonomi daerah maupun

menetapkan ideologi suatu negara Adapun batasan tahunnya dimulai dari

perjuangan Tgk M Daud Beureueh pada tahun 1953 sampai kembalinya Tgk M

Daud Beureueh kepangkuan Republik Indonesia pada tahun 1962 Dan

pembatasan subjeknya yaitu terkait pengaruh Islam dan Barat mengenai rakyat

Aceh dan Pemerintah Pusat Serta objeknya mengenai perjuangan Tgk M Daud

Beureueh dalam menegakkan syariat Islam di Tanah Rencong

3 Perumusan Masalah

Dari pemaparan mengenai pemberontakan Tgk M Daud Beureueh dalam

menegakan syariat Islam di Aceh adapun perumusan masalah penelitian ini dapat

dibaca dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut

1 Apa motif yang melatarbelakangi pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

di Aceh

2 Seberapa besar pengaruh Tgk M Daud Beureueh dalam pemberontakan

di Aceh

3 Bagaimana hasil dari perjuangan Tgk M Daud Beureueh dalam

menegakan syariat Islam di Aceh

4 Bagaimana respon pemerintah terhadap pemberontakan Tgk M Daud

Beureueh

5 Apa solusi pemerintah dalam mengatasi pemberontakan di Aceh

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini tujuan yang ingin penulis capai adalah

1 Menjelaskan motif tercetusnya pemberontakan oleh rakyat Aceh terhadap

kendali pemerintah

2 Menjelaskan peran Tgk M Daud Beureueh dalam peristiwa berdarah di

Aceh

3 Mengetahui bentuk usaha atau upaya yang dilakukan rakyat Aceh dalam

menegakan syariat Islam

9

4 Menjelaskan hasil yang dicapai pada pemberontakan DITII dalam

memperjuangankan menegakan syariat Islam di Aceh

5 Menjelaskan respon pemerintah pusat terkait pemberontakan rakyat Aceh

Adapun dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai

berikut

1 Dapat memberikan wawasan dan menambah pengetahuan tentang peran

dan kontribusi Tgk M Daud Beureueh dalam peristiwa berdarah di Aceh

2 Sebagai bentuk khazanah keilmuaan dan pengembangan sejarah keislaman

Nusantara studi kasus Aceh

3 Pembelajaran masa lalu untuk kehidupan dimasa yang akan datang dalam

bentuk nyata sebagai kontribusi positif dari penulis dalam rangka

sosialisasi sejarah Nusantara

4 Memberikan informasi dan data kepada pembaca mengenai peristiwa

berdarah di Aceh

D Kerangka Teori

Fenomena yang terjadi pada pristiwa berdarah di Aceh adalah bentuk

revolusi sosial suatu kelompok oleh rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud

Beureueh yang menginginkan terwujudnya ideologi keagamaan dalam sebuah

Negara Pada kasus ini penulis melihat konflik terjadi karena adanya hukum

sebab-akibat sebab keinginan rakyat Aceh tidak terpenuhi berakibat munculnya

pemberontakan dalam menegakan syariat Islam Dalam sudut pandang teori

kesadaran sejarah hal ini memberikan dampak tantangan kritik pendapat dan

sikap Studi kasus tentang pemberontakan DITII di Aceh terkait teori kesadaran

sejarah memunculkan budaya progresif dalam bidang politik

Seperti pemikiran Marx mengenai etika humanis yang meyakini bahwa

manusia pada hakikatnya baik dan dalam keadaan tertentu yang menguntungkan

akan dapat membebaskan diri dari lembaga-lembaga yang menindas menghina

dan menyesatkan22

Dan untuk mencapai hal tersebut kekerasan dipandang

22

Miriam Budiharjo Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

2008) hal85

10

sebagai alat sah yang harus dipakai Kekerasan dalam kasus peristiwa berdarah ini

dipakai oleh pemerintah pusat yang menganggap pemberontakan Daud Beurueh

sebagai suatu tindakan yang menentang pemerintahan

Bisa dilihat dimensi sosial dari proses politik itu mencakup status dan

peranan elite politik terhadap masyarakat Aceh bagaimana interaksi dalam

perjuangan menegakan syariat islam yang menimbulkan suatu konflik Jadi

menurut analisa penulis ini merupakan suatu pemahaman keyakinan tentang Neo

Fundamentalisme Islam yang lebih menitik beratkan pada cita-cita ideologi

politik yaitu sebagai berikut

1 Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber 16 paling otoritatif

2 Skriptualis (tulisan) literalis tekstualis

3 Negara Islam sebagai cita-cita politik tentang berdasar pada syariat

Islam

4 Anti modernisme Barat demokrasi dan ideologi-ideologi lainnya

Pemahaman ini bersifat frontal yang mengarah pada kekerasan yang

melahirkan ideologi baru yang bernama Ideologi Negara IslamrarrNon

ParlementerrarrTarbiyah23

Maka dari itu berdasarkan penjelasan diatas penelitian ini ingin menguji

teori paradigma perubahan sosial dengan pendekatan konflik seperti yang

dikemukakan oleh T Persons dan N Smelzer mengatakan bahwa masyarakat

dikonsepsikan sebagai sistem yang mempunyai fungsi adaptasi integrasi

mempertahankan diri dan member orientasi tujuan Hal tersebut mencakup ide

masyarakat dengan adanya proses adaptasi untuk menghadapi pengaruh faktor

eksogen dan endogen maka tetap ada dinamika sosial Kerangka teoritis tersebut

juga menonjol dalam studi perubahan sosial sebagai bentuk perkembangan

Masalah sosial yang terjadi adalah kekecewaan penindasan dan ketidaktulusan

pusat dalam menjalankan sistem pemerintahan

23

Tarbiyah Takfiri adalah dimana mulai mengkafirkan apa-apa yang berasal dari barat

Hal ini menjadi dasar pemikiran gerakan salafi dan jihadi

11

E Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah dan metode yang akan

digunakan didalam penyusunan penelitian ini adalah metode historis yang bersifat

deskriptif analisis Metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara

kritis sumber data baik itu sumber primer Ensiklopedi Artikel Jurnal Majalah

Surat Kabar yang sezaman ataupun sumber sekunder seperti buku-buku24

Data

yang diperoleh tersebut disusun secara teratur dan sistematis lalu dianalisis secara

kualitatif Kemudian poin-poin yang autentik ditulis dan dipaparkan sesuai

bentuk kejadian suasana dan masanya Adapun analisa faktor-faktor politik

menjadi faktor pendukung

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencapai penulisan sejarah oleh

karena itu upaya merekonstruksi masa lampau dari obyek yang diteliti

menggunakan metode historis yang bersifat deskriptif analisis Dengan

menggunakan metode ini melalui pemaparan penulis diharapkan dapat membantu

untuk mengetahui fakta dan sejarah mengenai peran Tgk M Daud Beureueh

dalam pemberontakan di Aceh 1953-1962 Adapun dalam melakukan penelitian

ini penulis menggunakan metode historis25

yaitu

1 Heuristik kegiatan untuk mencari data atau pengumpulan bahan-bahan

atau sumber sejarah Hal ini merupakan tahap awal yang harus dilakukan

Adapun dalam pengumpulan data-data dan sumber yang akan digunakan

dalam membuat skripsi ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan

library research Dalam kaitannya dengan sumber-sumber seperti arsip

jurnal ensiklopedi artikel majalah surat kabar dan buku-buku penulis

mencari sumber dengan mengunjungi beberapa perpustakaan seperti

perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta perpustakaan

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

perpustakaan Nasional Arsip Nasional perpustakaan UI melalui toko

buku di wilayah Jakarta Tangerang dan Depok serta melalui katalog-

katalog dan website Selain itu penulis juga menggunakan buku-buku

koleksi pribadi yang berhubungan dengan kajian penelitian ini

24

Louis Gottschalk Mengerti Sejarah (Jakarta UI Pers 1975) hal32 25

Dudung Abdurahman Metode Penelitian Sejarah (Jakarta Logos 1999) hal54

12

2 Verifikasi setelah melakukan heuristik atau pengumpulan sumber-sumber

baik dalam bentuk artefak hasil-hasil dari persitiwa bersejarah ataupun

melalui dokumen-dokumen tertulis yang merupakan rekaman peristiwa

maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah kritik sumber26

Kritik sumber adalah usaha untuk mendapatkan sumber-sumber yang

relevan dan terbukti keaslian sumber Otentiksitas dangan pembahasan

sejarah yang ingin disusun sesuai dengan tema kajian Disini penulis

melakukan kritik sumber melalui pengujian data yaitu tampilan sumber

eksternal dan isi sumber internal Dengan mengidentifikasi keaslian

sumber otentik dan keabsahan tentang kesahihan sumber kredibilitas Baik

sumber primer dan sekunder penulis melakukan pengujian data untuk

mendapatkan hasil yang maksimal

3 Interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut juga dengan analisis

sejarah Dalam sumber terkait peristiwa berdarah di Aceh penulis

menggunakan studi komparatif yaitu menganalisis sebagian besar sumber

melalui buku-buku memaparkan Tgk M Daud Beureueh sebagai

pemberontak hal ini bertolak belakang dengan pemikiran penulis bahwa

ini adalah peristiwa perjuangan Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk

penulis Tujuannya agar data yang ada mampu untuk mengungkap

permasalahan yang ada sehingga diperoleh pemecahannya dalam sudut

pandang berbeda atau dua sisi27

4 Historiografi tahap ini adalah tahap yang terakhir dalam metode historis

Setelah melakukan tahap heuristik verifikasi dan interpretasi selanjutnya

historiografi Dengan menulis pemaparan atau laporan hasil penelitian

dalam suatu urutan yang sistematik yang telah diatur dalam pedoman

penelitian Dalam hal ini penulis berusaha menyusun penelitian ini

berdasarkan kronologi waktu dan tema-tema tertentu yang akhirnya isi inti

dari penelitian atau klimaks dari penelitian ini Tahap ini merupakan

rangkaian dari keseluruhan teknik metode pembahasan

26

Ibid hal 35-37 27

Louis Gottschalk Op Cit hal 54

13

F Tinjauan Pustaka

Untuk mendapatkan hasil yang dikehendaki sesuai dengan topik

permasalahan penulis mencari beberapa literature terkait pemberontakan rakyat

Aceh khususnya peran Daud Beureueh dalam menegakan syariat Islam namun

tidak banyak sumber-sumber dalam artikel majalah dan surat kabar yang

memberikan informasi secara detail mengenai peristiwa berdarah tersebut Dalam

kaitannya dengan judul penelitian ini ingin menyajikan hasil penelitian yang

menjadi pembahasan pokok dalam berbagai literature yang ada Adapun beberapa

literature yang dijadikan tinjauan pustaka sebagai berikut

Melalui artikel majalahsurat kabar Kabinet dan Aceh oleh pembantu-

CHAS yang dimuat dalam majalah Dalam Negeri WAKTUrdquo No41 tanggal 7

November28

Mengurai informasi tentang bagaimana pemerintah pusat seakan

menutupi penyebab meletusnya peristiwa berdarah di Aceh dengan

mengesampingkan alasannya yang lebih diungkapkan adalah mengenai

pemberontakan yang terjadi pada peristiwa berdarah yang banyak menelan korban

di kalangan rakyat Aceh Dan mengenai Cumbok Affairs pemerintah pusat

menganggap kesalahan terjadi pada pertentangan yang terjadi antara PUSA

dengan kaum hulu balang Dalam beberapa pemaparan majalah Dalam Negeri

tersebut penulis melihat informasi dan data yang disajikan lebih mengarah pada

pembelaan terhadap PUSA dibanding terhadap pemerintah pusat

Sama halnya dengan artikel majalahsurat kabar yang berjudul Tentang

soal memulihkan keamanan di Atjeh yang terbit WAKTUrdquo No23 tanggal 25 djuni

1955 Memaparkan tentang bagaimana keamanan di Aceh yang belum terkendali

Hal itu terlihat pada bantuan militer terhadap pamong praja untuk mematahkan

pemberontakan Daud Beureueh Berbeda dengan sebelumnya artikel

majalahsurat kabar yang berjudul Karena keterkaitan Ideologis yang ditulis oleh

Taufik Abdullah melalui Panji Masyarakat No419 Jika dikaitkan dengan

28

Dalam artikel majalahsurat kabar ini untuk tahun penerbitan tidak terlihat hal itu

dikarenakan karena sumber yang ada sangat rentan dan penulis menemukan sebagian teks hilang

terjadi akibat pengalihan dari sumber nyata yang di scan dan dipublikasikan via website online

Terlepas dari sisi eksternalnya untuk kritik internalnya artikel majalahsurat kabar Dalam Negeri

ini menggunakan penulis masih terkendala dalam menganalisa karena bahasa yang digunakan

bahasa yang berada di jaman sebelum dan pasca kemerdekaan

14

penelitian penulis melihat kasus Aceh sebagai perjuangan pengalihan kuasa dan

ideologi keagamaan Pemaparan lebih detail dijelaskan oleh Taufik Abdullah

mengenai pilar-pilar kepemimpinan sikap masyarakat Aceh yang bersifat

spontanitas dan enthusiasme

Dalam literature yang lain penulis menemukan beberapa buku yang

mendukung permasalahan dari topik ini M Nur El Ibrahimy Tgk M Daud

Beureueh perananya dalam pergolakan di Aceh Jakarta Gunung Agung 1982

Dalam buku ini membahas peranan Daud Beureueh dalam pemberontakan yang

terjadi di Aceh dimulai dari sebabnya sumbangan rakyat Aceh kepada pendirian

Republik serta terkait pristiwa berdarah secara kronologis Dalam buku ini juga

membahas biografi singkat mengenai Daud Beureueh

Semangat Merdeka 70 tahun menempuh jalan pergolakan amp perjuangan

yang ditulis oleh A Hasjmy 1985 adalah sebuah buku yang memuat perjalanan

A Hasjmy juga peristiwa sejarah yang terjadi kurun waktu 70 tahun penulis

Banyak peristiwa-peristiwa sejarah yang tercatat dibuku ini selama perang

kolonial melawan Belanda dan berbagai pergolakan politik di Aceh seperti

pertempuran dan pemberontakan juga disajikan lengkap dibuku ini Komentar

komentar dan analisa analisanya terhadap pembahasan juga melengkapi kisah

perjalanan hidup penulis dalam kancah pergolakan di Aceh Adapun kisah

pemberontakan terhadap tentara Jepang Pergerakan PUSA Gema Proklamasi di

Aceh sampai kepada bagaimana tentara Aceh mempertahankan kemerdekaan RI

merupakan sebagaian dari banyak kisah sejarah lainnya yang dikemukakan Oleh

Hasjmy Termasuk juga kisah dalam penahanannya dalam penjara oleh

pemerintahaan RI yang disebabkan oleh diproklamirkannya Darul Islam (DI) di

Aceh oleh Tgk M Daud Beureueh

Penulis juga melakukan perbandingan pada tiap literature yang ada

Seperti dalam buku Memahami Sejarah Konflik Aceh yang ditulis oleh Mr S M

Amin yang diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia Jakarta 2014

Bertentangan dengan buku Sejarah dan dokumen-dokumen pemberontakan di

Atjeh oleh Alibasjah Talsya Mr S M Amin ingin memberikan informasi kepada

pembaca dalam sudut pandang yang berbeda Peristiwa berdarah di Aceh

15

dilihatnya sebagai suatu perjuangan dalam menegakan ideologi keagamaan Hal

ini bertujuan untuk memberikan dan memperkaya pembaca mengenai studi kritis

dalam sejarah Aceh maupun sejarah Indonesia diawal berdirinya republic ini

G Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman secara keseluruhan skripsi ini terbagi

dalam lima bab Adapun susunan skripsi ini adalah sebagai berikut

BAB I Merupakan pendahuluan yang meliputi penjabaran singkat

mengenai permasalahan yang menjadi fokus kajian identifikasi

masalah batasan dan rumusan masalah tujuan dan manfaat

penelitian kerangka teori metode penelitian tinjauan pustaka

serta sistematika penulisan

BAB II Membahas biografi Tgk M Daud Beureueh dari mulai lingkungan

keluarga riwayat pendidikan dan karya-karyanya dalam berbagai

bentuk dari masa pra-kemerdekaan kemerdekaan dan pasca

kemerdekaan

BAB III Membahas lebih mendalam mengenai peranan Tgk M Daud

Beureueh dalam pemberontakan untuk menegakan syariat Islam di

Aceh Baik kedudukan sikap dan kontribusi nyatanya dalam

konflik yang disebut juga sebagai peristiwa berdarah di Aceh

BAB IV Membahas mengenai pemberontakan yang menjadi peristiwa

berdarah di Aceh Baik melalui upaya-upayanya dan hasil

perjuangan dalam bentuk perubahan sosial dengan menggunakan

pendekatan konflik Serta respon pemerintah pusat melalui

kebijakan-kebijakannya terhadap perjuangan masyarakat Aceh

yang dipimpin oleh Daud Beureueh

BAB V Berisikan penutup yang terdiri atas kesimpulan mengenai jawaban

permasalahan penelitian dan saran sebagai masukan terhadap

penelitian

16

BAB II

BIOGRAFI TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH

A Lingkungan Keluarga

Teungku Muhammad Daud Beureueh aslinya bernama Muhammad

Daud29

Ia dilahirkan pada tanggal 17 September 189930

di kampung Beureueh

Beureuneun atau yang sekarang termasuk Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie

Daerah Istimewa Aceh31

Daud Beureueh adalah salah satu tokoh ulama besar di

Aceh ia juga merupakan tokoh kontroversial yang populer dikalangan masyarakat

Aceh dalam perjuangannya mengibarkan serta menegakan panji-panji Islam di

bumi Aceh akibat rasa ketidakpuasannya atas pemerintahan Soekarno32

Ketika semasa hidupnya dihabiskan di Aceh dari situlah Daud Beureueh

dikatakan sebagai anak Aceh tulen Seperti dalam sebuah karangan yang ditulis

oleh Anggraini dalam majalah Indonesia Merdeka No214 yang terbit di

Banjarmasin pada tanggal 1 oktober 1953 berjudul ldquoSiapa Teungku Daud

Beureueh bekas Gubernur Aceh yang memberontakrdquo Menjelaskan mengenai

nama asalnya Muhammad Daud yang diberikan orang tuanya sejak lahir33

Gelar

Teungku34

berasal dari masyarakat Aceh merupakan sebutan yang diberikan

kepada ulama Aceh atau sebutan kepada setiap orang yang dihormati35

Sedang

tambahan bdquoBeureueh‟ adalah nama tempat kampung kelahirannya Penamaan ini

29

Harun Nasution dkk Op Cit hal202-203 30

Menurut A Hasjmy dalam buku Ulama Aceh Pejuang Kemerdekaan dan

Pembangunan Tamadun BangsaTgk M Daud Beureueh lahir dalam tahun 1316 Hijriah atau

sekitar tahun 1896 Masehi seperti yang dipaparkan dalam Ensiklopedi Islam Indonesia yang

disusun oleh Harun Nasution dkk 31

A Hasjmy Op Cit hal119-120 32

HM Bibit Suprapto Ensiklopedi Ulama Nusantara (Jakarta Gelar Media Indonesia

2009) hal231-323 33

El Ibrahimy Op Cit hal221-222 34

Sekedar info berbeda dengan Teungku (tgk) Sebutan Tengku adalah titel

kebangsawanan di Sumatera Timur Teuku adalah titel kebangsawanan di Aceh sedangkan

Tuanku adalah titel Sultan Aceh dan turunannya atau sebagai sebutan sultan-sultan di Sumatera 35

Anthony Reid Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera

(Jakarta Pustaka Sinar Harapan 1987) hal 12-17

17

adalah suatu kebiasaan pada sebagian masyarakat di Sumatera yang menaruhkan

nama kampungnya ke dalam namanya36

Jika dianalisa lebih mendalam mengenai Muhammad Daud nama yang

diberikan kedua orang tuanya adalah dua nama Nabiyullah yang diberikan kitab

Al Qur‟an dan Zabur Dari penamaan yang diberikan penulis berasumsi bahwa

keinginan kedua orang tuanya adalah menjadikan Daud Beureueh sebagai ulama

sekaligus mujahid37

yang siap membela menyebarkan mengibarkan dan

menegakan panji-panji yang berdasar pada syariat Islam Dilihat dari lingkungan

hidupnya Daud Beureueh tumbuh dan besar dilingkungan religius yang sarat

dengan nilai-nilai Islam38

Dan ketika memasuki masa dewasa di bawah bayang-

bayang keulamaan ayahnya yang sangat kuat yang mengilhami jejak hidupnya

Ayahnya bernama Teungku Ahmad yang pada waktu itu menjadi Keucik

(lurah) Kampung Beureueh Ayahnya merupakan seorang ulama yang

berpengaruh dikampungnya mendapat gelar dari masyarakat setempat dengan

sebutan bdquoImeuem‟ (imam) Beureueh Ibunya bernama Aminah Menurut A

Hasjmy dikatakan bahwa kakek Teungku Muhammad Daud Beureueh berasal dari

Kerajaan Pattani Darussalam namanya Haji Muhammad Adami39

Sementara

Daud Beureueh sendiri beristrikan tiga orang Istri yang pertama bernama

Teungku Cut Halimah atau sering dipanggil Mi Usi darinya dikaruniai tujuh

orang putraputri Istri yang kedua bernama Teungku Asma dipanggil Mi Paleue

darinya dikaruniai tiga orang putraputri Istri yang ketiga bernama Cutnyak

Asiyah terkenal dengan panggilan Mi Beureueh dikaruniai seorang putra yang

bernama Hatta jika diakumulasikan semuanya berjumlah sebelas orang

putraputri40

Daud Beureueh melalui anak tertuanya Teungku Maryam

mempunyai anak yaitu cucunya yang bernama Nila Inangda Mayang Keumala

36

El Ibrahimy Op Cit hal 222-223 37

Mujahid adalah orang yang berjuang demi membela agama Islam Sumber melalui

httpkbbiwebidmujahid di akses pada tanggal 31 Januari 2016 Pukul 1337 WIB 38

Nilai-nilai Islam yang dimaksud terlihat dimana ketika Maghrib tiba Hikayat Perang

Sabil selalu dikumandangkan di setiap meunasah (masjid kampung) Ibid hal 337-338 39

Kerajaan Pattani Darussalam adalah kerajaan Islam Melayu yang terletak di ujung

paling utara Semenanjung Tanah Melayu dan setelah dijajah Siam sekarang menjadi Thailand

Selatan A Hasjmy melalui bukunya yang berjudul ldquoUlama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan

dan Pembangunan Tamadun Bangsardquo hal120 40

A Hasjmy Op Cit hal120-121

18

yang bersuamikan Tan Sri Sanusi Junit41

telah mempersembahkan cicit untuk

Daud Beureueh Tidak banyak literature yang dapat penulis gali mengenai

keluarga Daud Beureueh baik mengenai keluarga lingkungan ataupun orang

terdekatnya

Ketenaran tokoh di Aceh senantiasa melekat pada kharisma kampungnya

Kampung adalah sebuah entitas politik42

yang pengaruhnya ditandai dengan

tokoh-tokoh perlawanan Hal ini terjadi akibat cita-cita yang belum tercapai Jika

dikaitkan dengan tempat tinggalnya Daud Beureueh berasal dari tanah Aceh

tepatnya didaerah Pidie Orang-orang Pidie terkenal berwatak keras ulet dan suka

merantau Mungkin sekali bila penulis katakan karena watak orang Pidie

demikian rupa maka Daud Beureueh tumbuh menjadi manusia yang keras dan

ulet hal ini terlihat juga setelah ia menjadi pemimpin umat43

Terlebih lagi Daud

Beureueh mendapatkan gelar Teungku adalah karena ia ulama yang berasal dari

rakyat jelata Jelaslah kemauan keinginan dan pendiriannya yang kuat yang

membuat Daud Beureueh sangat disegani oleh masyarakat Aceh44

B Riwayat Pendidikan

Dalam riwayat pendidikannya Daud Beureueh memperoleh pendidikannya

dari lembaga pendidikan tradisional45

Sebelum membahas hal itu lebih jauh

penulis ingin mencoba memaparkan sedikit mengenai sejarah pendidikan Islam di

41

Tri Sri Dato‟ Seri Sanusi Junid atau suami dari cucu Daud Beureueh yaitu Nila Inangda

Keumala lahir 10 Juli 1943 adalah tokoh politik Malaysia yang menjabat sebagai Menteri

Pembangunan Negara dan Luar Bandar pada tahun 1981 Menteri Pertaninan sewatu berumur 38

tahun pada tahun 1986 Dan Tan Sri Sanusi menjadi Menteri Besar Kedah Darul Aman yang

ketujuh pada tahun1996-1999 Sumber melalui httpmkompasianacomdandibachtiartan-sri-

sanusi-junid-putra-aceh-yang-jadi-menteri-di-malaysia_550e5dcaa33311b82dba8166 diakses pada

tanggal 31 januari 2016 Pukul 1541 WIB 42

Entitas politik adalah wujud politik Jika dikaitkan dengan dengan entitas budaya

menurut Kuntjaraningrat Analisa penulis mengenai penelitian ini adalah sebagai bentuk entitas

ideal yaitu merupakan kompleks dari ide-ide gagasan nilai-nilai norma-norma dsb Jelas

kaitannya dalam kasus perjuangan ini adalah terkait nilai-nilai keagamaan dalam menegakan

syariat Islam di Aceh Sumber melalui httpkbbiwebidentitas di akses pada tanggal 31 Januari

2016 Pukul 1730 WIB 43

Bukti dari sifatnya yang keras dan tegas terlihat ketika dalam suatu khotbah Jum‟at di

Masjid Raya Kutaraja dalam mengupas Islam dengan komunis Daud Beureueh sangat militant

tegas dan enteng dalam menyampaikan vonis haram dan kafir terhadap orang yang tidak

disukainya dalam kasus ini disebutkan untuk menjauhkan kaum Muslimin dari PKI 44

El Ibrahimy Op Cit hal 222 45

Harun Nasution Op Cit hal 202

19

Aceh Pendidikan Islam yang berlandaskan ayat-ayat Al Qur‟an adalah rasa

kesadaran beriman dan beramal salih yang berdasarkan ilmu pengetahuan

sehingga manusia menjadi makhluk sosial yang menghayati ajaran-ajaran Islam

dalam kehidupannya46

Baik dalam kehidupan politik ekonomi ataupun dalam

kehidupan sosial Dengan berpedoman ayat-ayat Al Qur‟an pendidikan Islam

bertujuan untuk

a Membina manuslia Muslim yang beriman dan beramal salih sehingga

memenuhi syarat untuk menjadi Khalifah Allah di atas bumi yang

bertugas memakmurkan dunia raya47

b Membina manusia Mukmin yang beramar makruf dan bernahi

mungkar sehingga mereka memiliki syarat-syarat untuk ditampilkan

menjadi umat pilihan di depan mata dunia48

c Membina Jama‟ah Ansarullah yang bertugas melaksanakan Dakwah

Islamiyah dengan hikmah kebijaksanaan dan ajaran-ajaran yang indah

sebagai syarat mutlak bagi kaum Muslimin untuk menjadi umat yang

beruntung dan mendapat kemenangan49

d Membina angkatan Dakwah yang tugasnya bejihad membela rakyat

melarat yang tertindas dengan segala daya dana dan jiwa sebagai

syarat mutlak untuk mendapat ampunan Allah dan kemenangan di

dunia dan di akhirat50

Pengertian dan tujuan pendidikan Islam ini merupakan hal penting ketika

kita mengenyam pendidikan Islam dimanapun51

Selain itu mengetahui

pengertian dan tujuan bermanfaat untuk mengkaji mengenai suatu penelitian

terkait pendidikan yang dalam kasus ini penulis akan mencoba untuk

menjelaskannya Seperti yang dijelaskan dalam berbagai literature Daud

Beureueh tidak mengalami masa-masa usia sekolah atau tidak masuk sekolah ke

lembaga pendidikan resmi yang dibuat Belanda seperti Volkschool Goverment

46

Landasan QS Al Alaq 1-5 dan At Taubah 122 47

Landasan QS An Nur 55-56 48

Landasan QS Ali Imran 110 49

Landasan QS Ali Imran 104 dan An Nahl 125 50

Landasan QS An Nisa 74 dan Ash Shaf10-12 51

A Hasjmy Bunga Rampai Revolusi dari Tanah Aceh (Jakarta Bulan Bintang 1978)

hal 51-53

20

Indlandsche School atau HIS52

Hal tersebut dikarenakan banyak putraputri Aceh

tidak diizinkan orangtuanya untuk memasuki sekolah-sekolah yang didirikan oleh

bdquokaphe‟53

terutama untuk putraputri ulama Dan terlebih lagi masih sangat

kuatnya anti penjajahan dan gema berkumandangnya Hikayat Perang Sabil54

Hal

ini membuktikan bahwa tidak benar yang dikatakan ldquopengamatrdquo yang mengatakan

bahwa orang Aceh jaman penjajahan anti ilmu pengetahuan melainkan yang

benar bahwa rakyat Aceh saat itu dan bahkan sampai sekarang anti penjajahan

seperti yang diterangkan oleh A Hasjmy dalam bukunya Ulama Aceh Mujahid

Pejuang Kemerdekaan dan Pembangunan Tamadun Bangsa

Walaupun Daud Beureueh dan masyarakat Aceh baik dikalangan ulama

maupun rakyat jelata tidak memasuki lembaga pendidikan yang didirikan kaum

penjajah namun mereka tidak ldquobuta hurufrdquo dan juga tidak ldquobuta ilmurdquo karena

mereka mendapat pendidikan di pusat-pusat pendidikan seperti pesantren

madrasah seperti dayahzawiyah55

Jika dikaji lebih dalam pendidikan yang

bernama dayahzawiyah berdiri ketika masa Kerajaan Islam Perlak sebagai

Kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara Hal ini merupakan upaya utama yang

dilakukakan dengan mendirikan tempat-tempat pendidikan bagi putraputri

negara dalam rangka mempunyai pengetahuan yang luas Ini merupakan perintah

Sultan56

untuk memberi pengetahuan yang luas melalui bidang pendidikan Dan

masa itu pendidikan dayahzawiyah diajarkan oleh ulama-ulama yang juga

mempunyai pengetahuan yang luas

52

Volkschool atau yang dikenal sekolah desa selama tiga tahun muncul sekitar tahun

1915 ketika jaman penjajahan Belanda diperuntukkan bagi anak-anak peribumi yang tinggal di

desa-desa Motif pembangunan sekolah ini adalah ekonomi Sumber melalui

httpwwwjakartagoidwebencyclopediadetail3515volkschool diakses pada tanggal 31 Januari

2016 Pukul1952 WIB Goverment Indlandsche School adalah sekolah rakyat lima tahun A

Hasjmy Op Cit Sedangkan HIS adalah sekolah dasar selama tujuh tahun dengan bahasa Belanda

sebagai pengantar diperuntukkan untuk anak-anak pribumi Sumber melalui Anthony Reid Op

Cit hal 13 53

Kaphe adalah sebutan kafir oleh masyarakat Aceh untuk Belanda atau penjajah 54

Hikayat Perang Sabil merupakan syair perang sabil yang ditulis dan disebarkan pada

waktu perlawanan anti-Belanda Anthony Reid Menuju Sejarah Sumatera Antara Indonesia dan

Dunia (Jakarta KITLV 2011) hal 338 55

El Ibrahimy Op Cit hal 221-222 56

Hal yang melatarbelakangi pendidikan masa itu adalah ketika itu Ayah Sultan sangat

mementingkan pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk putranya hal itu terlihat dari pemikiran

Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah yang juga mementingkan pendidikan dan ilmu

pengetahuan terinspirasi dari ayahnya

21

Setelah berdiri banyak tempat-tempat pendidikan yang bernama zawiyah

dalam Kerjaan Islam Perlak pada akhir abad ke-3 H atau abad ke-10 M

Berdirilah pendidikan Islam yang bernama ldquoZawiyah Cot Kalardquo didirikan oleh

pangeran Muhammad Amin yang sekaligus merupakan seorang ulama atau lebih

dikenal dengan nama Teungku Chik Cot Kala Kata-kata ldquozawiyahrdquo seiring

perkembangan jaman berubah sebutan menjadi ldquodayahrdquo menjadi ldquoDayah Cot

Kalardquo57

Mempunyai akar sejarah dalam bidang pendidikan yang kuat

memunculkan upaya yang dilakukan Kerajaan Aceh Darussalam untuk menyusun

lembaga-lembaga pendidikan yand disesuaikan dengan system dan organisasi

pendidikan atau pengajaran yang disusun oleh Perdana Menteri Nizamuddin dari

Daulah Abbasiyah sekitar abad ke-16 M dan seiring perkembangan pendidikan di

Aceh membawa ajaran wajib dalam rangka membasmi buta huruf tadan buta ilmu

Adapun tingkatan pendidikan di Aceh sekitar abad ke-17 M adalah sebagai

berikut

a Meunasah atau madrasah yaitu sekolah permulaan yang sama dengan

sekolah dasar Didirikan ditiap-tiap kampung atau desa untuk

mengajar murid-murid menulis dan membaca huruf Arab

b Rangkang melalui Masjid sebagai pusat segala kegiatan umat ini

merupakan pendidikan tingkat menengah pertama atau yang dikenal

dengan nama Madrasah Tsanawiyah Diajar mengenai fiqh atau hukum

Islam58

c Dayah dapat disamakan dengan Sekolah Menengah Atas atau

Madrasah Aliyah Dalam tingkatan ini murid-murid diajarkan

mengenai kitab-kitab dan kajian fiqh lebih mendalam

d Dayah Teungku Chik atau yang disebut Dayah Manyang disamakan

dengan akademik Teungku Chik artinya guru besar Diajarkan

mengenai pelajaran tentang bahasa fiqh hukum Islam sejarah ilmu

manthiq tauhid tasawuf ilmu falak tafsir hadits

57

Ibid hal 51-56 58

Diajar mengenai hukum islam yaitu tentang rubuk ibadah tauhid tasawuf sejarah Islam

dan umum dan bahasa Arab Melalui buku-buku berbahasa Melayu dan Arab

22

e Jami‟ah Baiturrahman setara dengan tingkatan universitas mempunyai

ldquoDaarrdquo atau fakultas Di ajar oleh guru-guru besar ulama atau sarjana

dari Aceh maupun didatangkan dari Arab Turki Persia dan India59

Kembali dalam fokus kajian mengenai pendidikan Daud Beureueh Dalam

pusat-pusat pendidikan yang bernama dayahzawiyah Daud Beureueh dan ulama

sejaman mempelajati baca tulis Arab dan pengetahuan Agama Islam Dalam

riwayat pendidikannya dari beberapa dayah terkemuka di Tanah Aceh Daud

Beureueh menimba ilmu pengetahuan bahasa Arab terutama sekali ilmu-ilmu

syariat dan hakikat serta ilmu-ilmu lain yang erat hubungannya dengan

pengembangan dan pembinaan Islam dalam melahirkan ulama besar dan

pemimpin rakyat60

Pada mulanya Daud Beureueh belajar di Pesantren Titeue

yang dipimpin oleh Tgk Muhammad Hamid selama satu setengah tahun

kemudian pindah ke Pesantren Lie Leumbeue dibawah pimpinan Tgk Ahmad

Harun yang terkenal dengan sebutan Teungku di Tenoh Mirah Setelah empat

setengah tahun belajar ia keluar sebagai ulama tulen atau tempaan pesantren

sejati Setelah lulus Daud Beureueh menikah dengan Tgk Halimah di kampung

Usi Meunasah Dayah Pada tahun 1930 ia membentuk Jami‟ah Diniyah dan

kemudian mendirikan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli Ini

merupakan pengembangan dari lembaga pesantrennya Dan sejak itu Daud

Beureueh mulai terkenal dengan gelar ldquoTeungkurdquo di kampung Usi Meunasah

Dayah61

62

Setelah Daud Beureueh mendirikan kedua lembaga pendidikannya

kemudian ia menjadi pemimpin dalam mempelajari ldquohuruf latinrdquo sehingga teman

ulama sejamannya menjadi pandai membaca dan menulis huruf Ilmu itu mereka

dapat ketika memasuki usia sekolah dalam lembaga pendidikan resmi yang

didirikan oleh Belanda yaitu Government Inlandsache School di kota kecil

59

A Hasjmy Op Cit hal 63-71 60

A Hasjmy Op Cit hal 121-123 61

Harun Nasution dkk Op Cit hal 202 62

Pada mulanya kebanyakan penduduk kampung Usi menganut kepercayaan suluk yang

bersumber kepada ajaran-ajaran Al Hallaj yang terkenal dalam sejarah ilmu Tasawuf Mereka

bertekad bahwa Allah Muhammad dan Adam hakikatnya adalah satu ibarat kain benang dan

kapas Dengan petunjuk-petunjuk yang terus menerus dari Tgk M Daud Beureueh kebanyakan

mereka telah kembali ke jalan yang benar Sumber melalui M Nur El Ibrahimy dalam bukunya

ldquoTgk M Daud Beureueh Peranannya Dalam Pergolakan di Acehrdquo hal 222

23

Seulimeum Dikatakan oleh Anthony Reid Tgk M Daud Beureueh tahun 1910-

1946 mendapatkan pendidikannya pada Europese School di Sigli Dan hal itu

yang dianggap Anthony Reid bahwa Daud Beureueh lebih bersifat ke Eropaan

dibanding uleebalang lainnya63

C Karya-karyanya

Dalam hal ini sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam mengenai

karya-karya Tgk M Daud Beureueh Disini penulis membagi karya-karyanya

menjadi 3 bagian yaitu pertama pemikiran merupakan hasil dari manusia tak

jarang manusia yang berfikir menghasilkan pemikiran-pemikiran yang bermanfaat

bagi kemajuan jaman namun dalam menerapkan pemikiran tersebut banyak

tantangan yang harus dihadapi Bukan mengenai tantangan tersebut tapi

bagaimana hal itu menjadi pecutan semangat untuk menghadapi tantangan jaman

yang mencoba melawan arus manusia

Dalam kasus ini jelas pemikiran Daud Beureueh merupakan pemikiran

politik yaitu menciptakan konsep Negara Islam Indonesia di Aceh64

Islam

sebagai dasar Negara dan Syariat Islam sebagaimana diperintahkan Allah SWT

Dan dijalankan oleh Rasulullah SAW Tantangan yang dihadapi dalam

mewujudkan pemikirannya adalah pemerintah pusat Pemerintah menganggap

pembentukan negara Islam ini adalah suatu tindakan pemberontakan dan

menentang terhadap kebijakan pemerintah Dan hasil dari pemikiran ini maka

tercetuslah Republik Islam Aceh (RIA)65

berdiri pada 15 Agustus 1961 Tetapi

tidak lama berselang setelah perundingan antara Daud Beureueh dengan pihak

pemerintah Indonesia akhirnya tercapailah rumusan yaitu bahwa di Aceh dibentuk

sebagai Daerah Istimewa Aceh (DISTA) dengan penerapan syariat Islam dengan

batas-batas yang diperbolehkan oleh perundang-undangan republik Indonesia

Sebelum pada akhirnya Aceh kembali kepangkuan Negara Kesatuan Republik

Indonesia dan bagian dari NKRI66

63

Ibid hal 350 64

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 200-205 65

RIA akhirnya berhenti pada bulan juli akibat dari propaganda pemerintah pusat dan

perpecahan dalam kubu DITII 66

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 205-208

24

Kedua adalah bentuk melalui karyanya Daud Beureueh membentuk

Jami‟ah Diniyah dan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli Ini

adalah bentuk nyata bagaimana Daud Beureueh ingin memberikan sesuatu yang

bermanfaat bagi penerus dalam bidang pendidikan Jika dikaji melalui pemikiran

pembaharuan dalam dunia Islam menurut At Tahtawi (1801-1873) kaitannya

dengan Daud Beureueh ini adalah bentuk yang lebih spesifik Karena Menurut At

Tahtawi untuk menuju kesejahtraan ialah dengan berpegang kepada agama dan

budi pekerti yang baik Dan menganjurkan pendidikan yang universal Tujuan

pendidikan menurut pendapatnya mencakup kecintaan kepada bangsa dan At

Tahtawi juga berpendapat ulama harus mengetahui ilmu-ilmu modern agar

mereka dapat menyesuaikan syariat dengan kebutuhan zaman modern67

Hal ini

terlihat pada Daud Beureueh yang mempelajari huruf latin untuk menambah

pengetahuannya yang lebih luas

Menurut pandangan James Siegel antropolog Amerika anggota

Departement of Antrophology di Cornel University mengenai Daud Beureueh

yang dianggap sebagai ulama yang berani (militant) dan reformis dari sejarah

Aceh James Siegel mengatakan bahwa Daud Beureueh pernah bersedia

membantu mengerjakan obyek-obyek yang bermanfaat bagi umum dengan

menyediakan diri sebagai alat dalam usaha membangun masjid perbaikan dan

pembuatan jalan-jalan memperbaiki saluran-saluran Irigasi68

Ia juga termasuk

uleebalang yang kaya dan paling giat dalam membuka perkebunan kopi di Tangse

sekitar tahun 1930-an untuk membantu perekonomian masyarakat sekitar69

67

Taufik Abdullah Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Pemikiran dan Peradaban

(Jakarta PT Ichtiar Baru Van Hoeve 2002) hal 397-398 68

El Ibrahimy Op Cit hal 228-235 69

Anthony Reid Op Cit hal 350

25

BAB III

PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM

PEMBERONTAKAN DI ACEH

A Pembentukan Darul Islam Tentara Islam Indonesia di Aceh

Perjuangan Daud Beureueh menegakan syariat Islam di Aceh terjadi pada

masa Era Orde Lama 1953-1962 telah menimbulkan peristiwa berdarah atau yang

lebih dikenal dengan pemberontakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia Aceh

(DITII Aceh) Meletus pada 20 september 195370

perjuangan untuk menciptakan

negara Islam di Aceh sebagai suatu negara bagian dari Negara Islam Indonesia

Pembentukan negara Islam yang berlandaskan kepada pelaksanaan syariat Islam

adalah cita-cita Daud Beureueh Pemberontakan ini timbul akibat kekecewaan

terhadap Soekarno serta harga diri yang terlecehkan karena tidak memenuhi

janjinya untuk menjadikan negara Indonesia sebagai sebuah negara yang

berlandaskan kepada Islam71

Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya pemberontakan yang terjadi

tahun 1953-1962 oleh Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh adalah

rasa sakit hati rakyat Aceh atas perjuangan mempertahankan kedaulatan RI yang

dipandang sebelah mata setelah berhasil mempertahankan kemerdekaan serta

kecewa dengan pemerintah karena wilayah Aceh dimasukan kedalam wilayah

Sumatera Utara dan janji pemerintah mengenai hak istimewa bagi daerah Aceh

tidak kunjung terwujud72

Sedangkan pendapat lebih kuat menurut Anthony Reid

faktor perjuangan melawan kendali Jakarta pada 1953-1962 didasari dua alasan

yakni menentang diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatera Utara dan

gagalnya Republik melaksanakan hukum Islam73

Pertentangan politik dengan

pemerintah pusat membawa kepada suatu keadaan yang meresahkan akibat

70

Dilihat pada beberapa literature peristiwa perjuangan di Aceh oleh Tgk M Daud

Beureueh dipandang sebagai suatu pemberontakan yang menentang kebijakan pemerintah dalam

menerapkan dasar negara Indonesia pasca kemerdekaan dan mengubur alasan kenapa

pemberontakan itu terjadi serta perjuangan gigihnya rakyat Aceh mengusir penjajah saat itu 71

Abdullah Sani Usman Op Cit hal200 72

__________ Ensiklopedi Islam untuk Pelajar 73

Anthony Reid Op Cit hal 338

26

adanya tarik menarik antara Aceh dengan pemerintah pusat Pemerintah pusat

tidak mengakui pembentukan provinsi Aceh yang terpisah sehingga terjadi

tupmang-tindih kebijakan yang membawa kepada krisis kekuasaan pemerintahan

di Aceh

Dalam permasalahan ideologi yaitu penerapan perundang-undangan Islam

yang dikehendaki oleh rakyat Aceh gagal diberikan oleh pemerintah pusat Hal ini

menjadi masalah dan membawa pertikaian atau konflik di era Orde Lama Darul

Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh dengan pemerintah pusat awalnya

disebabkan permasalahan kekuasaan dan selanjutnya masalah ideologi menurut

kacamata penulis dalam kasus ini konflik dapat melenyapkan unsur-unsur yang

memecah belah dan menegakan kembali Artinya konflik yang terjadi juga dapat

meredakan ketegangan antara pihak-pihak yang bertentangan sehingga konflik

dapat berfungsi sebagai stabilisator sistem sosial Sisi positifnya konflik dapat

menciptakan jenis-jenis interaksi yang baru di antara pihak yang bertentangan

Dan konflik juga berlaku sebagai rangsang untuk menciptakan aturan-aturan dan

sistem norma baru yang mengatur pihak-pihak yang bertentangan sehingga

keteraturan sosial Republik Indonesia khususnya Aceh dapat terwujud74

Pada kenyataannya pembentukan Negara Islam yang merupakan cita-cita

impian Daud Beureueh terilhami dari perjuangan DITII pimpinan Imam

Soekarmadji Maridjan Kartosuwiryo75

Kartosuwiryo adalah pemimpin pusat

yang pertama kali mencetuskan gerakan ini di Jawa Barat pada 7 Agustus 1949

Ini merupakan alasan Daud Beureueh merangsang dan ikut berjuang juga dalam

melahirkan Negara Islam di Aceh sebagai suatu Negara Bagian dari Negara Islam

Indonesia Selain itu alasan lain Daud Beureueh untuk tidak meminta bantuan

atau bergabung menyatukan kekuatan dengan DI TII Kartosuwiryo adalah karena

Daud Beureueh melihat ada tekanan hebat yang dilakukan pemerintah pusat

terhadap gerakan Kartosuwiryo Perjuangannya di Jawa direspon dengan sikap

74

Ulfah Fajarini Konflik dan Integrasi Potret Keagamaan Masyarakat Sawangan

(Jurnal Al-Turas Vol 11 No 3 September 2005) hal 289 75

Imam Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo (1905-1962) lahir pada 7 Februari 1905

Adalah pemimpin yang menentang legitimasi dan otoritas Republik Indonesia yang baru merdeka

antara 1948 dan 1962 Kartosuwiryo dikeluarkan dari sekolah kedokteran pada 1927 Karena

nasionalisme radikalnya dan secara politik aktif berasosiasi erat dengan HOS Tjokroaminoto

pemimpin Sarekat Islam Kartosuwiryo terilhami oleh pendirian Tjokroaminoto bahwa sebuah

negara Indonesia yang merdeka harus didasarkan pada prinsip-prinsip Islam Lihat Ensiklopedi

Islam Ringkas hal 356

27

keras oleh pemerintah pusat Melalui Tentara Nasional Indonesia gerakan yang

dianggap sebagai pemberontak ini berhasil ditumpas di berbagai wilayah di Jawa

Barat76

Walaupun mengikuti pola DI TII Kartosuwiryo hakikatnya gerakan DI

TII Aceh lebih merupakan gerakan peringatan kepada penguasa Jakarta agar tidak

sewenang-wenang dan melupakan sumbangan Aceh di masa lalu dengan

mengorbankan seluruh jiwa raga dan harta berharga masyarakat Aceh77

Hubungannya dengan masyarakat Aceh adalah konteks dimensi perilaku

kolektif Dimana suatu gerakan tidak hanya melakukan protes dan demonstrasi

melainkan berakibat pada pengrusakan harta benda dan juga mengakibatkan

jatuhnya korban jiwa Dari hubungan antar kelompok ini melibatkan suatu

gerakan sosial yaitu DI TII yang bertujuan menginginkan perubahan dalam

kekuasaan ataupun ideologi negara78

Dalam pembentukannya perjuangan Daud

Beureueh terinspirasi dari perjuangan dakwah yang ditempuh oleh Rasulullah

SAW Adapun langkah-langkah perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh

melalui tiga tahap yaitu

1 Pertama tahap pembinaan dan pengkaderan

Pada tahapan ini Daud Beureueh sangat serius dalam menanamkan nilai-

nilai dan norma Islam dalam kehidupan masyarakat di Aceh79

Diketahui Islam di

Indonesia sulit berkembang karena ada tiga penyebab Pertama jarak Indonesia

dengan pusat Islam terlalu jauh Kedua Islam sampai ke Indonesia adalah Islam

kosmopolitan dimana hubungan antar pemeluk Islam sedunia begitu dekat lalu

berubah menjadi Islam parokial yang lokal Ketiga Islam di Indonesia menjadi

Islam pedesaan dan menjadi Islam petani Ini berbeda dengan Timur Tengah yang

memiliki kaum pedagang yang mobil Sebelum abad ke-15 M mobilitas para

pedagang sangat tinggi namun ketika sampai di Indonesia menjadi Islam petani

yang mobilitasnya makin menurun Dan dipengaruhi oleh budaya agraris yang

relative statis dan percaya mistik80

76

Cyrill Glasse Op Cit hal 356 77

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 201 78

Ibid hal 160 79

Pada masa kesultanan Aceh Islam mengalami proses pelembagaan yang sangat jelas

sebagai kekuatan sosial budaya dan politik pada masa itu kekuatan pengaruh Islam semakin

dirasakan di hamper seluruh aspek kehidupan masyarakat Aceh lihat Ensiklopedi Tematis Dunia

Islam hal 65 80

Kuntowijoyo Op Cit hal 28-29

28

Hal itu merupakan sebuah tantangan untuk Daud Beureueh dalam

menanamkan Islam di masyarakat Aceh Dalam pembinaan nilai dan norma Islam

Daud Beureueh dalam bidang pendidikan mendirikan dua lembaga yaitu Jami‟ah

Diniyah dan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli sekitar tahun

1930 Dengan tujuan agar nafas Islam selalu ada di dalam masyarakat Aceh dan

membebaskan buta huruf dan buta ilmu dikalangan masyarakat Aceh Terutama

mengenai ilmu-ilmu syariat dan hakikat serta ilmu-ilmu yang erat hubungannya

dengan pengembangan dan pembinaan Islam dalam melahirkan ulama besar dan

pemimpin rakyat81

2 Kedua Tahap Interaksi dan Perjuangan

Pada tahap pembinaan aktifitas di bidang pendidikan yang dilakukan Daud

Beureueh adalah tandingan dari pendidikan yang di buat oleh kolonial Belanda

Dan secara tidak langsung Islam sudah berinteraksi di kalangan masyarakat Aceh

bagaimana di perkenalkan secara sederhana melalui pendidikan tradisional dan

dakwah-dakwah Rasa keimanan yang kuat sudah tertanam di masyarakat Aceh

kemudian menemui pergesekan ideologi Antara ide-ide yang dianggap benar

tentang Islam dengan ide-ide karena pengaruh barat melalui Ideologi Pancasila

Pada periode ini perjuangan Daud Beureueh begitu berat karena memperjuangkan

nilai-nilai keIslaman dalam cita-cita nya mendirikan negara yang berlandaskan

syariat Islam

Melalui dakwah-dakwahnya Daud Beureueh ingin menciptakan

masyarakat Aceh yang mempunyai semangat yang berkobar-kobar dalam

memperjuangkan Islam sebagai dasar negara Dalam substansinya dakwah adalah

menyeru kepada mentauhidkan Allah dan seruan ibadah hanya kepada-Nya serta

seruan untuk meninggalkan penyembahan kepada berhala dan seruan untuk

melepaskan diri dari kehidupan diluar ketentuan Islam seperti zaman jahiliyah

Dan ketika Soekarno mengkhianati cita-cita revolusi itu Soekarno dianggap

sebagai alasan di segala macam maksiat dan kemungkaran Soekarno menentang

Islam memisahkan Islam dari negara dan pemerintahan dan Islam itu sendiri

dipisahkan dari kehidupan masyarakat Pancasila selalu diagung-agungkan dengan

81

A Hasjmy Op Cit hal 121-123

29

penafsiran dan pelaksanaannya itu bukan merupakan wadah untuk Islam82

Dalam

pernyataannya ini menjadi alasan Daud Beureueh mengangkat senjata dan

berjanji ditengah-tengah masyarakat Aceh atas permintaan rakyat Aceh untuk

memimpin dan berjanji berjuang bersama-sama hingga kemenangan tercapai

melaksanakan hukum Allah di Republik Indonesia83

3 Ketiga Tahap Penerimaan Kekuasaan

Jika kaitannya dengan dakwah yang ditempuh Rasulullah SAW Tahapan

ini adalah tahapan menerapkan Islam secara praktis dan menyeluruh sekaligus

menyebarkan risalah Islam ke penjuru dunia Berbeda pada perjuangan yang

dilakukan Daud Beureueh Islam sebagai ilmu yang revolusioner Memiliki

kemampuan untuk mengubah dalam periode ilmu berbagai masalah

kemasyarakatan dapat dicarikan jawabannya dalam Islam Misal mengenai

ketimpangan sosial pemilikan tanah hubungan kerja ataupun masalah modal dan

penguasaan pasar Islam memiliki jawaban dari persoalan itu Tetapi hal itu masih

terbatas pada tingkat formulasi normatif dan belum mengangkat Islam menjadi

teori sosial Keadaan ini yang mungkin dianggap pemerintah saat itu masih tidak

percaya bahwa ide Islam bisa menjadi kenyataan Dan menganggap itu sebagai

ide abstrak atau dengan kata lain non progresif84

Setelah melakukan langkah-langkah mulai dari pembinaan pengkaderan

interaksi dan perjuangan Aceh pada awal perjuangan kemerdekaan Indonesia

secara de facto85

yang merupakan bagian dari provinsi Sumatera dengan

kebijakan undang-undang sementara tahun 1945 yang membagi wilayah

Indonesia menjadi 10 provinsi Pergantian pemerintahan Jepang kepada

pemerintahan Indonesia secara otomatis menghapus dan menggantikan undang-

undang peradilan baik dari zaman Belanda maupun Jepang menjadi perundang-

undangan Republik Indonesia yang diatur dalam lembaran Negara No 23 1947

Dengan berlakunya undang-undang ini segala bentuk perundang-undangan dan

struktur pemerintahan di Aceh yang berlaku pada era Belanda dan Jepang telah

82

Pada Saat Soekarno tidak menepati janjinya Pancasila dengan penafsiran dan

pelaksanaannya dianggap sebagai syirik yang sesat dan menyesatkan yang hanya sesuai dengan

agama lain di luar agama Islam 83

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 201 84

Kuntowijoyo Op Cit hal 30-31 85

De facto adalah pengakuan secara kenyataan pada kasus Aceh ini bersifat sementara

30

berubah Namun pada kenyataannya walaupun mengalami perubahan secara

prinsipnya perundang-undangan tersebut masih menyerupai kedua era Belanda

dan Jepang Dan perlu ditekankan perubahan yang terjadi bukan berarti

merupakan pengembalian kepada bentuk asal perundang-undangan Aceh atau

hasil perundingan perundang-undangan yang sesuai dengan kehendak masyarakat

Aceh Hal ini juga yang menyebabkan rakyat Aceh semakin geram dengan

pemerintah pusat dan alasan munculnya gerakan DITII Aceh86

B Kedudukan dan Sikap Tgk M Daud Beureueh dalam Perjuangan di

Aceh

Pada masanya perjuangan dengan berlandas pada syariat Islam Daud

Beureueh memiliki rentan waktu yang lama Mulai dari masa kolonial Belanda

masa kedudukan Jepang masa pra dan pasca kemerdekaan dan masa revolusi

Adapun kedudukan Daud Beureueh adalah sebagai berikut

Ulama seperti pemaparan penulis diatas dalam riwayat pendidikan Daud

Beureueh dikenal sebagai ulama tulen Hal itu terlihat dari pendidikan yang Daud

Beureueh jalani di Pesantren sekitar 6 tahun sebelum ia dikenal oleh rakyat Aceh

sebagai seorang ulama Pada saat menjadi ulama Daud beureueh mendirikan

lembaga pendidikan dan pemimpin dalam mengawali mempelajari huruf latin

Peran sebagai ulama makin terlihat tatkala ia menyelesaikan persoalaan yang

terjadi di masyarakat Dalam tahun 1920-1930-an Daud Beureueh dan para ulama

lainnya baik yang muda maupun yang sebaya dengannya telah berhasil

memberantas gerakan kebatinan saleek buta87

dimana bagi mereka gerakan itu

adalah suatu ancaman karena dapat merusak akidah keIslaman masyarakat Aceh

Ketua PUSA Persatuan Ulama Seluruh Aceh adalah organisasi modern

pertama dan sebuah gerakan rakyat yang berhasil muncul di Aceh setelah

pendudukan militer Berdiri pada tahun 1939-1942 organisasi ini menghimpun ke

86

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 178-179 87

Saleek buta ialah satu aliran kebatinan yang tumbuh di Aceh sekitar abad ke-19 dan

awal ke-20 M sampai dengan tahun tiga puluhan Di antara ajaran saleek buta bahwa Tuhan dan

makhluk adalah satu atau bersatunya Allah dengan manusia Dan bagi mereka syariat Islam

seperti yang diamalkan tidak berlaku Dalam buku A Hasjmy Op Cit hal 105

31

mayoritas ulama aktif di Aceh dalam program pengembangan sekolah-sekolah

agama yang lebih modern dan peningkatan Kekuatan Islam Aceh88

Organisasi ini

lahir dalam konfrensi pada bulan Mei tahun 1939 oleh Teungku Abdul Rahman

dari perguruan Al- Islam di Peusangan Lahir pada masa kolonial organisasi ini

muncul sebagai pejuang dalam mengambil kekuasaan dari Belanda di Aceh Hal

itu terlihat dari konflik yang terjadi antara PUSA dengan uleebalang Suatu

hubungan antara uleebalang dengan Belanda menjadi alasan mengapa PUSA

ingin memimpin sistem pemerintahan di Aceh

Meskipun berdiri di saat situasi tegang tetapi dalam perkembangannya

PUSA telah menunjukan dirinya sebagai suatu faktor politik yang sangat penting

Dalam empat tahun terakhir setelah berdirinya PUSA kekuasaan Belanda di Aceh

mengalami kemerosotan Perubahan sikap dan perilaku antara uleebalang dan

rakyat Aceh menjadi bukti nyata makin rapuhnya kekuasaan uleebalang

Perubahan sikap dan perilaku terlihat dari kemarahan dan kebencian masyarakat

Aceh akibat penindasan dan skandal beberapa uleebalang yang tergambar di

majalah Penjedar yang terbit di Medan pada bulan November 193889

Kemerosotan juga terlihat di bidang ekonomi yaitu dengan munculnya

PUSA sebagai kaum tandingan atau atasan baru sebagai motor penggerak

perekonomian rakyat dalam bentuk kaum pedagang yang berkembang didaerah

seperti Sigli Garot Bireun dan Idi Dan dalam dunia pendidikan terlihat pada

aliran pembaharuan yang pada dasarnya rakyat Aceh menganggap Belanda

sebagai kaphe dengan munculnya sekolah-sekolah keagamaan dengan

berlandaskan Islam menjadi tandingan untuk sekolah-sekolah yang didirikan

Belanda Berbeda dalam bidang politik perjuangan mendapatkan kekuasaan oleh

ulama dianggap Belanda sebagai suatu gerakan perlawanan yang begitu

berpengaruh Tapi aneh ketika sikap politik Belanda membiarkan gerakan yang di

pimpin oleh ulama tumbuh dan berkembang90

88

Anthony Reid Op Cit hal 280 89

Majalah Penjedar awalnya didirikan oleh mantan pemimpin PKI Xarim M S tetapi

kemudian majalah ini beralih ke tangan seorang wartawan Medan yaitu mantan pemimpin PSII

Mohammad Said menjadi pemimpin redaksinya pada bulan November dengan tujuannya yaitu

menggantikan kedudukan raja-raja uleebalang 90

Anthony Reid Op Cit hal 58-63

32

Menurut analisa penulis terhadap sikap politik Belanda melalui golongan

pembesar atau petinggi Belanda melihat perjuangan melalui organisasi yang

dipimpin ulama melalui PUSA sebagai sebuah hal yang wajar dan tidak

mengkhawatirkan sebaliknya pada tahun 1930an munculnya Muhammadiyah

sebagai sebuah gerakan non-Aceh yang terbuka dan menerima kebangkitan

nasionalisme Indonesia justru menimbulkan kekhawatiran oleh Belanda Jadi

kekhawatiran Belanda timbul melalui ruang lingkup PUSA gerakan pembaharuan

ruang lingkupnya lebih kecil dibanding dengan Muhammadiyah

Gubernur Militer merangkap panglima divisi X TRI91

pada masa revolusi

demi menciptakan proses pertahanan politik nasional di wilayah Aceh melalui

keputusan wakil Presiden Muhammad Hatta Daud Beureueh dilantik menjadi

Gubernur Tentara di wilayah Aceh Langkat dan Tanah Karo pada tanggal 27

Agustus 1947 di Bukit Tinggi Melalui Daud Beureueh kekuatan bersenjata di

Aceh dapat dibentuk dan dileburkan dalam wadah Tentara Nasional Indonesia

(TNI) yang sebelumnya terdiri dari berbagai barisan pejuang kekuatan bersenjata

Aceh yang tidak terkawal92

Hal ini didasarkan pertimbangan politis karena selain Daud Beureueh

seorang ulama dan pemimpin rakyat yang sangat berpengaruh juga karena banyak

diantara pemimpin laskar rakyat itu adalah muridnya Dengan demikian Daud

Beureueh dapat dijadikan figur pemersatu di wilayah Aceh kemudian atas dasar

posisi strategis yang dimilikinya Daud Beureueh diangkat sebagai Gubernur

Aceh pertama 1950 Namun tiga tahun kemudian 21 september 1953 terjadi

perselisihan pandangan politik antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat

Hal itu yang menyebabkan Daud Beureueh bersama rakyat mengangkat senjata

dan terjadilah tragedi berdarah atau lebih dikenal peristiwa berdarah93

Proklamator Darul Islam sebelum mengkaji mengenai kedudukan Daud

Beureueh dalam gerakan Darul Islam di Aceh penulis ingin memberikan

informasi bagaimana cikal bakal timbulnya Darul Islam di Aceh Darul Islam

adalah nama yang diberikan kepada sebuah gerakan pejuang Islam di Jawa Barat

91

El Ibrahimy Op Cit hal 47 92

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 184-186 93

Harun Nasution Op Cit hal 202-203

33

Indonesia yang menentang legitimasi dan otoritas Republik Indonesia yang baru

merdeka antara 1948 dan 1962 Dipimpin oleh Sukarmadji Maridjan

Kartosuwiryo (1905-1962) kekuatan militer Darul Islam resmi dikenal sebagai

Tentara Islam Indonesia (TII) dengan basisnya didataran tinggi Jawa Barat

mencoba memproklamasikan Negara Islam Indonesia 7 Agustus 1949 melalui

Kartosuwiryo yang dianggap sebagai pemimpin yang kharismatik Beraliansi

dengan pejuang Islam di Aceh pimpinan Daud Beureueh dan di Sulawesi Selatan

pimpinan Kahar Muzakkar melalui Piagam Jakarta pemimpin Islam menyetujui

sebuah negara pluralitas94

demi kesatuan nasional Imbalannya adalah adanya

pernyataan bahwa umat Islam wajib menjalankan hukum Islam Hal ini

merupakan klaim minimalis atas sistem politik walaupun secara konstitusional

tidak pernah dijadikan undang-undang Bagi kartosuwiryo dan pengikutnya pada

1945 bergerak dalam sayap radikal politik Islam hal ini merupakan

pengkhianatan95

Ketidak senangan mereka diperkuat oleh munculnya

keprihatinan terhadap pengaruh politis sayap kiri didalam barisan kaum

nasionalis96

Tepat tanggal 21 September 1953 (12 Muharam 1373 Hijriah) Daud

Beureueh memproklamirkan berdirinya Darul Islam negara Islam di Aceh Aceh

memberontak dari Republik Indonesia yang berlandasrkan Pancasila dan

bergabung dengan Negara Islam Indonesia yang berlandaskan syariat Islam

Berbeda dengan gerakan Darul Islam di Jawa Barat di daerah Aceh sendiri selain

lebih lambat munculnya gerakan ini pun relatif lebih singkat antara 1953-1957

Dan perjuangan terakhir pada tahun 1962 saat itu Daud Beureueh dianggap

sebagai tokoh sparatis dalam mewujudkan apa yang dicita-citakannya97

Dalam

94

Pluralisme adalah keadaan masyarakat yang majemuk berkaitan dengan sistem sosial

dan politik Melalui kebudayaan muncul berbagai kebudayaan yang berbeda dalam suatu

masyarakat Dalam kaitannya dengan perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh adalah tentang

sebuah prinsip-prinsip Islam sebagai payung ideologi bagi penduduk Indonesia Sumber melalui

httpkbbiwebidpluralisme di akses pada tanggal 16 Februari 2016 Pukul 0950 WIB 95

Pandangan alternatif Kartosuwiryo mengenai Indonesia dan tuntutannya akan sebuah

negara yang sepenuhnya Islam dijabarkan dalam risalahideologis 1946 bertajuk Haluan Politik

Islam Dia menulis bahwa hanya dengan beridirinya Darul Islam-lah kesejahtraan dan keselamatan

kaum Muslim di Indonesia terjamin dan keselamatan di akhirat pun tercapai 96

Cyrill Glasse Ensiklopedi Islam Ringkas (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1999)

hal 356-357 97

A Hasjmy Op Cit hal 113-117

34

karangan yang dimuat oleh A Hasjmy mengatakan menurut para pengamat

politik saat itu jalan sejarah yang mengantar Daud Beureueh ke mimbar

proklamasi Darul Islam di Aceh berkesimpulan bahwa adanya usaha-usaha

sistematis dan berencana yang bertujuan mendorong sebagian rakyat Aceh

memberontak terhadap Republik Indonesia yang telah dipelihara dan dibelanya

selama tahun-tahun yang amat getir dalam sejarah Republik yang masih muda

saat itu Di tahun Revolusi Fisik para pengamat politik mendapati kenyataan

bahwa tahun-tahun itu Aceh mengorbankan segalanya untuk membela dan

mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945 sehingga di angkasa Tanah Aceh

terus menerus berkibar Sang Saka Merah Putih98

Kaitannya dengan sikap Daud Beureueh dalam perjuangannya di Aceh

masa revolusi atau pasca kemerdekaan Terlihat mulai dari situasi genting

Republik Indonesia yang baru berusia dua tahun lebih pada media Juni 1948

membuat Presiden Soekarno mendatangi Aceh Dalam kaitannya dengan kolonial

jelas Aceh dengan sebutan tanah rencong inilah satu-satunya wilayah RI yang

dianggap masih berdaulat penuh Pasca Agresi Militer I Belanda dan perjanjian

Renville sejumlah wilayah RI terkepung negara-negara boneka buatan Belanda99

Misi hidup-mati yang dibawa Soekarno pada 15 Juni 1948 bersama Menteri

Dalam Negeri Dr Sukiman adalah untuk bertemu tokoh masyarakat di Aceh

Seperti dikutip dari buku bdquoAceh Daerah Modal‟ Soekarno menjalani kunjungan

tiga hari untuk berdialog dengan Tgk M Daud Beureueh di Markas Divisi X

Komandemen Sumatera Bireuen Dalam pertemuannya Soekarno meminta

bantuan kepada Daud Beureueh demi membangkitkan rasa patriotisme segenap

rakyat Aceh dengan mengungkit kembali perlawanan melawan kolonial Belanda

di Aceh100

98

A Hasjmy Semangat Merdeka 70 Tahun Menempuh Jalan Pergolakan dan

Perjuangan Kemerdekaan (Jakarta PT Bulan Bintang 1985) 99

Negara-negara boneka itu seperti Indonesia Timur atau Negara Pasundan Tak pelak

Aceh pun disebut jadi ldquosahamrdquo atau modal yang sangat penting untuk mempertahankan

Proklamasi 17 Agustus 1945 saat itu 100

Alasan lain kenapa Soekarno datang ke tanah rencong adalah karena rakyat Aceh

diketahui sebagai pejuang yang paling gigih menentang penjajahan Belanda Berpuluh-puluh tahun

rakyat Aceh berperang melawan kolonialisme Belanda Dan meminta saat itu mengusir Belanda

untuk kedua kalinya dari bumi persada tercinta yaitu Republik Indonesia Sumber melalui

35

Pada masa awal kemerdekaan sikap nasionalisme101

Daud Beureueh

mempunyai kharisma yang sangat kuat di masyarakat Aceh sehingga Presiden

Soekarno datang dan meminta bantuan dalam mempertahankan kemerdekaan

Indonesia dari ancaman negara boneka yang dilakukan Belanda Pada saat itu

Daud Beureueh mau masuk kedalam pemerintahan dengan di angkat menjadi

Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo dan berhasil menyatukan

gerakan-gerakan rakyat menjadi satu kesatuan dalam bentuk Tentara Nasional

Indonesia (TNI) Dengan tujuan dan cita-cita yang sama menuju keselamatan

nasional dari ancaman pihak luar atau penjajah Daud Beureueh menghidupkan

kembali kesadaran sejarah rakyat Aceh102

yang membuat api semangat yang

berkobar dalam diri masing-masing baik di kalangan masyarakat Aceh ulama

dan para pejuang lainnya103

Perjuangan Daud Beuereueh tidak berhenti pasca kemerdekaan setelah

berhasil menyelamatkan dan mempertahankan kesatuan Republik Indonesia dan

berjuang bersama seluruh rakyat Aceh dengan mengorbankan jiwa raga serta harta

berharga tetapi tuntutannya mengenai dasar sebuah negara tidak terpenuhi

membuat geram dan kecewa kepada pemerintahan pusat Respon cepat dilakukan

perubahan kedudukan dari koalisi berubah menjadi oposisi104

kritik keras

mengenai pergerakan pemimpin dalam berpolitik yang tidak mempunyai

tanggung jawab dalam mengambil keputusan di pemerintahan Pemberontakan

tidak begitu saja meletus malainkan melalui 3 tahapan yaitu tahap sabar tahap

benci dan tahap melawan Dan ini sudah mencapai tahap ketiga rakyat Aceh

khususnya sudah geram dan merasa dipermainkan harga dirinya Namun Daud

httpnewsokezonecomread201506153371165361misi-hidup-mati-yang-dibawa-soekarno-

ke-tanah-rencong diakses pada tanggal 19 Februari 2016 Pukul 0007 WIB 101

Sikap nasionalisme yaitu ajaran atau paham untuk mencintai bangsa dan negara

sendiri Sifatnya kenasionalan menjiwai bangsa Indonesia Sumber melalui

httpkbbiwebidnasionalisme diakses pada tanggal 19 Februari 2016 Pukul 1422 WIB 102

Kesadaran yang dimaksud adalah kesadaran dari dalam diri anggota atau para pejuang

dalam suatu bangsa yang secara potensial atau actual bersama-sama mencapai mempertahankan

dan mengabadikan identitas integritas kemakmuran dan kekuatan bangsa atau semangat

kebangsaan 103

Anthony Reid Op Cit hal 347 104

Koalisi adalah kerja sama yang dilakukan antara sebuah organisasi partai gerakan dll

Untuk memperoleh dukungan politik yang besar Sedangkan oposisi adalah Pertentangan dalam

pemerintahan sikap menentang dan mengkritik pendapat atau kebijaksanaan politik atau golongan

yang berkuasa Dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah Daud Beureueh dan Pemerintah

Pusat

36

Beureueh masih bisa menahan dengan mengirimkan secarcik surat kepada

Presiden Soekarno Hal ini menerangkan bahwa pemerintah mempunyai tanggung

jawab besar terhadap nasib tanah air membawa perubahan dalam cara berfikir

Akibat rasa kekecewaanya sikap revolusioner105

Daud Beureueh muncul Dalam

gerak gerik dan pikiran yang menghendaki perubahan serta merta dalam segala

sesuatu yang tidak di anggap sempurna Kaitannya dengan penetapan dasar negara

Pancasila dirasa kurang berpihak bagi umat Islam yang menginginkan negara

berlandas pada Islam106

Selain itu pemberontakan yang dilakukan DITII Aceh digandeng erat

dengan menjalin kerja sama dengan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia

(PRRI) Perjuangan Rakyat Semsta (PERMESTA) terutama dalam bidang militer

NBANII (DITII Aceh) telah mengadakan operasi bersama dengan pasukan PRRI

yang tergabung dalam Operasi Sabang Marauke di daerah-daerah perbatasan

Aceh-Sumatera Timur Ada terhembus isu bahwa PRRI mgnirimkan senjata

kepada NBANII107

Dan dikatakan bahwa Menteri pertahanan PRRI pernah

memutuskan untuk menemukan Kapten Jusuf Risin Pada Staf Divisi TgkTjhik di

Tiro untuk memberikan latihan kepada anggota DITII di Aceh pada akhir tahun

1959 sesuai dengan kesepakatan yang tercapai dalam pertemuan di Genewa pada

bulan Desember tahun 1958 antara pemimpin-pemimpin PRRIPERMESTA dan

dalam pertemuan itu turut hadir Hasan Ali Perdana Menteri NBANII dan Hasan

Muhammad Tiro (Duta Besar DI untuk Amerika Serikat di PBB) maka

diputuskanlah untuk mendirikan suatu negara yang berbentuk federal yang

dinamakan Republik Persatuan Indonesia (RPI) guna lebih banyak mendapatkan

105

Revolusioner adalah sikap dimana cendrung menghendaki perubahan secara

menyeluruh dan mendasar 106

Menurut Mr S M Amin peristiwa yang diawali dengan sifat revolusioner lambat

laun akan berubah menjadi sifat evolutioner Yaitu melihat peristiwa itu dari sisi positifnya

(kebaikan) juga dalam suatu cara membawa perubahan dengan berangsur-angsur Sifat ldquoreeelrdquo

yang tidak dapat melihatkesukaran-kesukaran keadaan suasana masa dan waktu berubah menjadi

sifat ldquoreeelrdquo yang menarik dalam perhatian segala kenyataan baik yang menguntungkan maupun

merugikan sehingga tindakan diambil dengan hati-hati dan penuh perhitungan laba ruginya 107

Disinyalir bahwa isu yang berhembus itu tidak benar Terbukti dari surat menyurat

antara PRRI dan NBANII Secara resmi PRRI tidak pernah mengirimkan senjata kepada

NBANII Tentang pengiriman senjata ke Aceh baru hendak dibicarakan dalam cabinet PRRI pada

akhir 1959

37

dukungan dari daerah-daerah dan untuk lebih mengefektifkan perjuangan

menghancurkan regime Soekarno yang diktatorial108

Dalam Undang-Undang Dasar Republik Persatuan Indonesia antara lain

disebutkan

Pasal 1 ayat 1 Negara RPI berdasarkan Keimanan kepada Tuhan YME

Pasal 1 ayat 2 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk atau

golongan untuk memeluk agamanya atau kepercayaannya

masing-masing dan untuk beribadah serta hidup

bermasyarakat sesuai dengan syariat agamanya atau

kepercayaannya

Pasal 31 ayat 1 Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan

mengeluarkan pendapat

Pasal 31 ayat 2 Mengeluarkan pendapat yang mengandung penghinaan

terhadap suatu agama ajakan untuk mendirikan dictator

atau ajakan untuk menganut dan melaksanakan paham-

paham komunis atau paham-paham lain yang

membahayakan asas-asas dasar negara dilarang

PRRI dan NBANII saat itu diharapkan untuk menjadi inti negara dan

keduanya mengambil inisiatif memelopori perjuangan menegakkannya Serta

mengharapkan sebagai proklamator selain tokoh Dewan Perjuangan dan PRRI

dua orang dari NBANII yaitu Tgk Daud Beureueh dan Hasan Ali yang masing-

masing direncanakan menjadi Wakil Presiden dan Menteri Luar Negeri ditambah

dengan Kahar Muzakkar dari Sulawesi yang direncanakan menjadi Menteri Muda

Pertahanan Menurut rencana Republik Persatuan Indonesia akan

diproklamasikan pada tanggal 15 atau 17 agustus 1959 Akan tetapi berhubung

dengan adanya usul-usul perubahan dari NBANII mengenai beberapa pasal dari

UUD RPI diantaranya mengenai soal yang fundamental yaitu mengenai wilayah

108

RPI adalah bentuk kelanjutan yang logis dari perjuangan daerah-daerah dan satu-

satunya kendaraan politik untuk mencapai tujuan dan cita-cita seperti yang dinyatakan program

perjuangan dari Dewan perjuangan dengan memperhatikan bahwa pelaksanaannya haruslah sesuai

dengan strategi perjuangan

38

RPI (pasal 3) maka proklamasi itu baru dapat di cetuskan pada tanggal 8 Februari

tahun 1960109

Meskipun terdapat perbedaan paham antara NBANII dengan PRRI

akhirnya Republik Persatuan Indonesia di proklamasikan juga pada tanggal 8

Februari 1960 dengan PRRI dan NBANII sebagai intinya Sejak itu NBANII

berubah namanya menjadi Republik Islam Aceh (RIA)sebagai satu negara bagian

dari Republik Persatuan Indonesia Dari masuknya NBANII ke dalam RPI tidak

berarti hubungan antara NBANII telah putus dengan NII pimpinan Kartosuwirjo

Dalam surat Wali NBANII kepada Pimpinan tertinggi NII KArtosuwirjo

bertanggal November tahun 1960 dijelaskan sebab-sebab mendorong NBANII

masuk kedalam RPI sebagai satu negara bagian yang menjadi inti dari RPI

Disamping itu diminta agar bukan saja hubungan NBANII dengan RPI disahkan

tetapi meminta juga Kartosuwirjo Pimpinan NII turut ikut berpadu dengan PRRI

dalam Republik Islam Indonesia yang berjiwa Islamisme dan Federalisme

Adapun sebab-sebab yang mendorong NBANII berpadu dengan RPI antara lain

adalah

1 RPI adalah suatu bentuk Federasi yang menjiwai ketatanegaraan Islam

2 Menjamin ketatanegaraan Islam bagi Negara Bagian secara demokratis

sehingga negara bagian bebas menjalankan hukum syariat Islam bagi umat

dan masyarakat Islam seluruhnya

3 RPI suatu negara yang mengakui mutlak kedaulatan negara berada di

tangan Allah SWT

4 RPI adalah suatu bentuk negara yang menganut falsafah yang sesuai

dengan kehendak umat Indonesia yang umumnya memeluk agama Islam

dan Kristen

109

Diperkirakan selain Aceh yang telah menjadi Negara Bagian inti dalam RPI akan

diterima juga untuk pertama kali menjadi Negara-negara Bagian Sumatera Barat Sumatera Utara

Sumatera Selatan Riau Jambi Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Maluku Selatan dan Maluku

Utara Perbedaan pendapat terjadi antara NBANII dan PRRI mengenai fundamental yaitu tentang

wilayah negara federal yang baru meliputi Sumatera dengan kata lain mereka menghendaki suatu

Republik Persatuan Sumatera Lihat lebih detail pada buku M Nur El Ibrahimy Tgk M Daud

Beureueh Pergolakannya di Aceh hal203-204

39

5 RPI menentang tegas AteisKomunis dalam perkembangan ketatanegaraan

Indonesia

6 Dengan RPI kita memperlihatkan hanya ada satu organisasi Negara saja di

Indonesia yang menentang dan member perlawanan bersenjata terhadap

organisasi pemerintah Soekarno

7 Dengan RPI kita menarik perhatian dunia internasional terhadap

kesanggupan kita dalam memegang kekuasaan politik di Indonesia

terutama dalam menumpas regime Soekarno sebagai landasan untuk

memperoleh sokongan dan bantuan moril dan materiil dari pihak luar

negeri baik di forum PBB maupun dari pihak negara-negara lain terutama

dari negara blok anti komunis

8 Dengan RPI kita melenyapkan kesempatan atau peluang bagi usaha taktik

dan tipu muslihat (regime Soekarno) dalam wujud memecah belah sesame

kita melakukan perlawanan bersenjata terhadap mereka baik dalam

masyarakat NBANII maupun dalam masyarakat PRRIPermesta ataupun

antara NIITII dan PRRIPERMESTA

9 Pembentukan RPI merupakan usaha untuk merangkul kembali pemimpin-

pemimpin dan politisi-politisi Islam dan Pemuda-pemuda Islam yang

militant dan revolusioner yang berada diluar organisasi NIITII untuk

sama-sama berjuang bahu-membahu menghancurkan regime

SoekarnoKomunis

10 Adanya berbagai kesulitan dalam berbagai bidang organisasi politik

militer financial ekonomi dan sebagainya Dengan terbentuknya RPI

diharapkan kesulitan-kesulitan ini sedikit demi sedikit dapat diatasi110

Pencetus Berdirinya Republik Islam Aceh berdiri pada saat akhir

perjuangan gerakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia DITII Aceh yaitu

setahun sebelum penyerahan Daud Beureueh kepada Republik Indonesia Pada

kemunculannya gerakan ini tidak begitu tersiar karena beriringan dengan DITII

110

Surat Wali NBANII kepada Pemimpin tertinggi NII KArtosuwirjo dalam bulan

November 1960

40

atau dalam rentang waktu yang singkat Hal yang melatar belakangi berdirinya

RIA adalah sebagai penerus perjuangan Daud Beureueh yang bertahan pada

keyakinannya semula yakni melanjutkan revolusi Islam di Aceh Dengan segala

kekuatan persenjataan dan pasukan yang terbatas maka tercetuslah berdirinya

Republik Islam Aceh pada 15 Agustus 1961 Tidak banyak literature yang penulis

dapatkan mengenai gerakan RIA tercatat menurut El Ibrahimy menerangkan

kemunculan RIA tidak tepat karena disaat bersamaan pemulihan keamanan

dengan Daud Beureueh menyebabkan usaha penyelesaian damai menemui jalan

buntu Hal ini membuat geram Kol Jasin dan Jendral Nasution yang sudah

melaporkan bahwa persoalan Aceh dan diri Tgk M Daud Beureueh telah selesai

Tetapi tiba-tiba muncul lagi surat resmi Daud Beureueh atas nama wali Negara

Republik Islam Aceh111

Daud Beureueh adalah bapak orang-orang Aceh ditinjau dari

karakteristiknya masyarakat Aceh sangat terikat dengan kesadaran dan

pengalaman sejarah dengan pengaruh Islam yang kuat Hal itu bisa dilihat dari

pola tingkah laku politik maupun ideologisnya Tiga peristiwa sejarah yang

menjadi sandaran dan kebanggan orang-orang Aceh yaitu

1 Masa kejayaan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M)112

dan Sultan

Iskandar Tsani (1636-1641 M)113

2 Perang Aceh114

3 Perjuangan di masa revolusi Kemerdekaan

Ketiga hal itulah yang menimbulkan kebanggaan pada orang Aceh baik

dalam rangka kesadaran keIslaman maupun dalam rangka kesadaran kebangsaan

Dalam konteks Islam Aceh dijuluki sebagai ldquoSerambi Mekahrdquo hal ini membawa

anggapan masyarakat Aceh bahwa di daerah mereka Islam dating Kerajaan Islam

berdiri dan pemikiran Islam berkembang serta perang Sabil yang terjadi cukup

111

El Ibrahimy Op Cit hal 197-198 112

Lihat sumber melalui httpmelayuonlinecomindpersonagedig303sultan-iskandar-

muda diakses pada tanggal 18 Februari 2016 Pukul 1751 WIB 113

Lihat sumber melalui httpkebudayaankemdikbudgoidbpcbaceh20131031

sekilas-sejarah-aceh-abad-ke-16-penulis-nurdin-s-sos-staf-pemugaran-bpcb-aceh diakses pada

tanggal 18 Februari 2016 Pukul 1758 WIB 114

Perang Aceh atau lebih dikenal dengan perang Sabil dalam bahasa aceh prang sabi

adalah perang masyarakat Aceh terhadap kolonial Belanda yang terjadi sekitar akhir abad ke-19

M dan lebih tepatnya pertama pecah pada tahun 1873 Hal ini adalah bukti perjuangan rakyat

Aceh yang anti kolonial atau disebut juga kaum kaphe

41

lama115

Pilar-pilar kepemimpinan Aceh terdiri dari ulama Sultan dan

uleebalang (uleebalang) Dan kedudukan ulama sangat strategis Bertolak dari

pengakuan masyarakat dan sudah menjadi fitrahnya ulama dalam konteks

kebudayaan Aceh mendampingi penguasa Sifatnya yang mobile (dominan) dan

tidak terikat oleh ikatan politik lokal memungkinkan para ulama116

berfungsi

sebagai perantara komunikasi kultural117

Dari kebanggaan itulah watak Daud Beureueh sebagai orang Pidie

terbentuk menjadi manusia keras dan ulet juga setelah menjadi pemimpin umat

Kekerasan dan keuletan terlihat dai pendirian yang amat tangguh sehingga sulit

untuk bergeser atau digeser dari sesuatu yang diyakini kebenarannya dalam hal

ini pendirian dan cita-citanya untuk mendirikan negara dengan berdasar pada

Islam118

Daud Beureueh juga dikenal sebagai pemimpin yang kharismatik

Pemimpin dengan jiwa wibawa yang sangat tinggi dan disegani di masa revolusi

Sifatnya itu terlihat ketika pada saat Daud Beureueh mengamati perkembangan

revolusi kemerdekaan Indonesia dengan tenang dan hati-hati119

C Respon Rakyat Aceh Terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

Dilihat dari letak geografisnya Aceh pada zaman dimana perdagangan

dunia berdinamika berada pada jalur georgrafis yang harmonis Aceh terletak dua

mil dari punggung pantai dan tiga mil dari kaki bukit Kedudukannya yang tak

jauh dari hulu dan hilir menjadikan Aceh sebagai permata hijau namun juga biru

115

Dalam keputusan mengenai perang Sabil pada oktober 1944 pertemuan yang

dilakukan uleebalang dan ulama adalah (1) hukum perang Sabil pada masa kolonial adalah

Fardlu‟ain yaitu wajib untuk setiap orang Islam (2) Belanja peperangan didapat dari Baitalmal

zakat dan sokongan dari hartawan (3) Hukumannya pengkhianat sama dengan si kafir

Penjelasan mengenai Fardlu‟ain adalah suatu ajaran tradisional Islam mengenai jihad

ialah bahwa hukumannya bukan fardlu‟ain tetapi hanya fard‟ala kifaya yaitu diwajibkan atas

masyarakat Islam sebagai suatu keseluruhan tetapi tidak diharuskan pada setiap pemeluknya

Lihat Anthony Reid Op Cit hal 327-352 116

Para ulama bertindak sebagai perumus pembina dan penumpuk cita ldquoke Acehanrdquo

sebagai suatu kesatuan kultural dan politik Pada tiga masa itu ulama lah yang tampil untuk

memimpin reformasi sosial dan agama Tindakan nyata terlihat apabila kehidupan keagamaan dan

sosial masyarakat Aceh telah menjauh dari ajran yang benar dan diyakini 117

Taufik Abdullah Karena Keterkaitan Ideologi Artikel surat kabar majalah Panji

Masyarakat No 419 118

A Hasjmy Op Cit hal 118-120 119

Abdullah Sani Usman OpCit hal 182

42

Kekayaan bahari terlihat dari kebajikan alam lewat hutan dan pertaniannya yang

subur Dan rumah masyarakat Aceh pun begitu dekat dengan alam Dibanding

dengan menggunakan beton sebagai landasannya para leluhur ini lebih suka

memilik bamboo dan batu yang dianyam dengan tangan-tangan terampil menjadi

tempat tinggal yang layak huni120

William Marsden explorer Inggris

menggambarkan sosok tubuh orang-orang Aceh berbeda dengan orang Sumatera

lainnya Mereka lebih tinggi dan berkulit lebih hitam Banyak yang menilai orang

Aceh adalah pencampuran orang Batak orang Melayu dan orang Chulias121

Ciri

lain dari orang Aceh adalah kegemarannya dalam bekerja lebih cerdik dan

memiliki wawasan luasmereka juga rajin mengunjungi ulama dan mengakrabi

orang asing yang seiman

Dari berbagai sisi di atas dan dari sisi pola dasar bahasa dan sosial Aceh

termasuk masyarakat Sumatera dan Asia Tenggara Namun ada cukup banyak

cirri khusus dalam perkembangan sejarahnya sejak abad ke-16 M yang

menyebabkan ideologi separatisme yang dianutnya meyakinkan ketika muncul

pada tahun 1970-an Berbeda dengan tradisi sastra ldquoMelayu klasikrdquo yang

menyaksikan peranan Aceh yang sangat besar didalamnya misalnya Aceh

sepenuhnya berdiri di pinggir sepanjang menyangkut pengembangan langgam

bahasa dan kesusasteraan Melayu Indonesia modern menjelang akhir abad ke-19

M122

sampai penaklukan Aceh oleh Belanda pada akhir abad ke-19 M hubungan

ekonomi politik dan budaya Acehterjalin dengan Samudra India dan

Semenanjung Malaya tidak dengan dunia Laut Jawa yang didominasi pada

awalnya oleh Jawa dan kemudian oleh Belanda Aceh merupakan bagian dari

dunia Islam Samudera India sejak Pasai dikunjungi dan ditulis oleh Ibn Battuta123

pada abad ke-14 M124

120

M Dien Madjid Catatan Pinggir Sejarah Aceh Perdagangan Diplomasi dan

Perjuangan Rakyat (Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia 2013) hal 86-87 121

Chulias adalah nama bangsa atau sebutan yang disematkan pada penduduk yang

berdiam dibagian barat India dan telah menjalin hubungan sosial dengan Aceh sejak masa yang

lama 122

Kesusasteraan Melayu Indonesia modern adalah budaya-atas ldquoIndiardquo perkotaan di

India Belanda yang mengungkap diri dalam bahasa Melayu yang menggunakan huruf romawi

(berbeda dengan huruf Arab dalam bahasa Melayu klasik) dan sebagian besar diciptakan pada

awalnya oleh orang-orang Indo-Eropa dan peranakan Tionghoa meski pada akhirnya diserap

sebagai bahasa pengantar oleh gerakan nasional 123

Ibn Battuta adalah seorang Arab yang waktu itu menjabat sebagai utusan Delhi 124

Anthony Reid Op Cit hal 335

43

Sebelum mengetahui respon rakyat Aceh terhadap perjuangan Daud

Beuereueh penulis ingin memaparkan rakyat Aceh melalui tiap golongan Pada

masa pra kemerdekaan rakyat Aceh yang menanti ini terbagi dalam tiga golongan

yaitu

1 Pertama golongan terbesar yang menanti segala sesuatu dengan

tenang dan tidak mengambil perhatian terhadap apa yang mungkin

terjadi Golongan ini adalah golongan yang tidak ldquopolitic mindedrdquo dan

menerima segala sesuatu dengan terbuka

2 Kedua golongan yang terdiri dari mereka yang sangat bergembira dan

sangat bersuka ria atas kapitalis Jepang Golongan ini bercita-cita

pengembalian kekuasaan Belanda ke tanah air125

3 Ketiga golongan terdiri dari mereka yang sekalipun lahirnya nampak

tenang akan tetapi dalam batinnya berada dalam keadaan gelisah

Mereka khawatir tentang akibat-akibat yang kelak akan timbul bila

Jepang lenyap dan Belanda kembali berkuasa

Pada konteks ini peran golongan ketiga inilah yang mempunyai peranan

aktif dan terkemuka baik sewaktu masa kolonial ataupun masa pendudukan

Jepang Meskipun hanya sebagian kecil dari golongan ini yang mempunyai alasan

menakuti kekuasaan penjajah banyak dari mereka pada hakikatnya bergerak baik

kepentingan sendiri atau golongan Dengan mempertopengkan kepentingan umum

pada masanya mereka memperoleh kedudukan dan pangkat tinggi Kesempatan

yang timbul sebagai akibat kedudukan dan pangkat tinggi ini telah digunakan

mereka untuk menguntungkan diri sendiri atau pun golongan Untuk kasus

perjuangan Daud Beureueh inilah alasan yang menjadikan rakyat Aceh terpecah

kedalam dua golongan Golongan uleebalang (raja-raja) dan golongan ulama

Pertentangan diantara kedua golongan ini hubungan antara uleebalang dengan

ulama Pertentangan ini menyerupai pertentangan adat dan hukum (Islam)

125

Dalam golongan ini terdapat sejumlah besar dari mereka yang masih menyimpan

peringatan nimat penghidupan yang dirasakan semasa pemerintahan Belanda dan sebelum Jepang

berkuasa Baik dalam pendudukan Belanda dan Jepang golongan ini punya kedudukan tinggi yang

memberikan mereka hidup dengan diliputi oleh kesenangan kemegahan dan kemewahan

44

Uleebalang mempertahankan kekelan adat sedangkan ulama berjuang menegakan

hukum berdasar syariat Islam dalam pemerintahan126

Menurut Snouck Hurgronje pertentangan antara ulama dan uleebalang

berdasar atas adanya perbedaan adat dan agama Keterangan Snouck ini disanggah

oleh M Nur El Ibrahimy yang mengatakan pernyataan Snouck kurang tepat

karena di Aceh tidak terdapat pertentangan yang berarti antara adat dan agama El

Ibrahimy mengatakan pada umumnya keduanya berhubungan baik yang satu

bersandar kepada yang lain keduanya tunjang-menunjang Di Aceh dapat

dikatakan adat dan resam Qanun bersandar kepada agama Karena sangat

mendalamnya ajaran Islam meresap dalam kehidupan masyarakat dan hukum

telah terjadi persesuaian Oleh karena itu pula Islam sangat diperjuangkan menjadi

ideology negara El Ibrahimy mengatakan terkait pertentangan uleebalang dan

ulama bukan karena petinggi adat dan petinggi agama Memang ada peribahasa

Aceh yang mengatakan bahwa ldquoadat bak Poteu Meureuhom hukom bak Syiah

Kualardquo yang artinya adat berada di dalam tangan sultan dan agama berada di

dalam tangan ulama Akan tetapi hal itu sekedar pembagian wewenang saja127

Kembali pada fokus kajian mengenai sikap rakyat Aceh Pada perjuangan

dibawah pimpinan Daud Beureueh tentang kesadaran rakyat Aceh Taufik

Abdullah dalam tulisannya terkait sikap rakyat Aceh mengatakan bahwa ada tiga

bagian penting pertama sikap spontanitas dan enthusiasme rakyat Aceh dalam

membantu perjuangan kedua pertemuan empat mata Daud Beureueh dengan

Soekarno ketika presiden pertama Republik Indonesia mengunjungi Aceh ketiga

penolakan Daud Beureueh terhadap T Mansyur (walinegara Sumatera Timur)

untuk bersama-sama mendirikan negara bagian Sumatera Mengenai sikap

spntanitas dan enthusiasme rakyat Aceh dalam membantu perjuangan dan

mempertahankan kemerdekaan RI terlihat dari kerelaan rakyat Aceh yang pintu

rumahnya di gedor malam-malam untuk membagi emas yang mereka miliki ikhlas

semata-mata karena Allah dan demi membantu serta memenuhi harapan

Soekarno yang meminta rakyat Aceh membantu perjuangan dengan

menyumbangkan sebuah pesawat terbang Rakyat Aceh sudah merasa puas

126

Mr S M Amin Op Cit hal 4-7 127

El Ibrahimy Op Cit hal 72-73

45

dengan pernyataan Soekarno yang menyebut Aceh adalah ldquodaerah modalrdquo atau

ldquodaerah payungrdquo128

Selanjutnya perubahan sikap terjadi di rakyat Aceh Ketika keinginan

cita-cita semangat perjuangan rakyat Aceh yang bernafaskan Islam tidak

terpenuhi Terlebih lagi dengan kebijakan pemerintah yang mementahkan harapan

dan kepercayaan dengan mengirimkan pemimpin-pemimpin atau tenaga-tenaga

ahli ke pusat daerah yang saat itu masih belum diperlukan sekalipun mereka

dikirim tidak membawa perubahan Selain itu dalam badan pemerintahan daerah

pemerintah pusat memilih petinggi-petinggi untuk daerah Aceh yang bukan

berasal dari Aceh Kemauan rakyat yang tidak terpenuhi dan kebijakan yang

dianggap tanpa pikir panjang ini membuat rakyat Aceh kecewa dan geram

Mengenai kebijakan pemerintah yang memilih orang diluar Aceh faktanya

masyarakat Aceh mempunyai pandangan tersendiri tentang segala seusuatu

mengenai penghidupannya ia mempunyai alam pikiran yang berlainan dengan

penduduk daerah lain Hal ini disebabkan oleh karena masyarakat Aceh dapat

dikatakan sebagai masyarakat yang tertutup geisoleerd129

Solusi dari permasalahan ini sebenarnya kemauan masyarakat Aceh adalah

tentang cara pelaksanaan susunan dewan-dewan dengan pemilihan rakyat umum

dalam konteks ini rakyat Aceh juga diselenggarakan dalam setiap bagian

pemerintahan sehingga bukan sedikit tuntutan-tuntutan mengenai penempatan

ahli-ahli atau penempatan petinggi didalam pemerintahan daerah Penempatan

menurut tuntutan ini adalah harus berdasar atas demokrasi yaitu kemauan rakyat

Menurut Mr S M Amin mengatakan bahwa rakyat Aceh terkenal sebagai rakyat

yang mencintai kemerdekaan dan tidak segan-segan mengorbankan jiwanya

dalam mencapai kemerdekaan Sejarah perjuangan melawan penjajah masa

kolonial memakan waktu berpuluh-puluh tahun menunjukan kepahlawanan

mereka dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia

128

Pada masa itu rakyat Aceh membantu perjuangan baik dari dalam dan luar negeri

Seperti kisah Dr Sudarsono yang datang ke Aceh dan kemudian di biayai oleh rakyat untuk

kembali ke luar negeri selalu diulang-ulang Ini semua telah menjadi ldquofolklorerdquo (cerita rakyat)

Dan ini merupakan sejarah Aceh yang tidak bias diinjak oleh kaki tentara Belanda 129

Mr S M Amin Op Cit hal 76

46

Untuk memperkuat pernyataan Mr S M Amin dalam menambahkan

pemahaman tentang sifat masyarakat Aceh penulis menambahkan tulisan Prof

Dr M Dien Madjid mengenai Hikayat Kerajaan Aceh mengatakan bahwa

masyarakat Aceh dikenal sebagai penganut Islam yang taat Hal ini tidak saja

dibuktikan secara historis lewat berbagai teori sejarah yang mengisahkan Aceh

sebagai tempat awal bersuanya Islam dengan penduduk Nusantara melainkan

ditinjau dari ruang publik mulai dari masyarakat bawah hingga tataran elite yang

taat pada ketentuan Islam Dan mengenai solusi dalam sistem pemerintahan

menurut Gabriel A Almond ciri khas pendekatan perilaku ini ialah pandangan

bahwa masyarakat dapat dilihat sebagai suatu sisitem sosial dan negara sebagai

suatu sistem politik yang menjadi subsistem dari sistem sosial Dalam sistem

bagian-bagiannya saling berinteraksi saling bergantungan dan semua bagian

bekerja sama untuk menunjang terselenggaranya sisitem Jika mengalami stress

(masalah) dari lingkungan tetap berusaha mengatasinya dengan memelihara

keseimbangan Dengan demikian sistem dapat bertahan130

130

Ibid hal 76-77

47

BAB IV

PEMBERONTAKAN DALAM PERJUANGAN MENEGAKAN SYARIAT

ISLAM DI ACEH

A Usaha-usaha Menegakan Syariat Islam di Aceh

Dalam perjuangannya menegakan syariat Islam rakyat Aceh bersikap

spontanitas dan enthusiasme mulai masa kolonial (penjajahan) dan masa

revolusi Hal itu terlihat ketika era Orde Lama rakyat Aceh menggugat regim

yang berkuasa di Jakarta hal itu disebabkan karena rakyat Aceh merasa

diperlakukan tidak adil dan manusiawi Pada 20 september 1953 meletus lah

peristiwa berdarah atau lebih dikenal dengan pemberontakan Darul Islam Tentara

Islam Indonesia (DI TII) reaksi spontan dan enthusiasme ditunjukan demi harga

diri rakyat Aceh yang terlecehkan pada saat itu131

Sebelum membahas lebih jauh

mengenai perjuangan dan usaha-usaha rakyat Aceh penulis mencoba menganalisa

status rakyat Aceh yang khususnya umat Islam saat itu Melalui zaman atau

periode tahap-tahap mengenai kesadaran sosial umat Islam Aceh dibagi menjadi

dua periode yaitu

1 Periode pertama munculnya kelas baru ketika konflik-konflik antar kelas

yang terjadi tahun (1920-1942) Pada periode ini umat Islam melakukan

berbagai aksi dalam bentuk demonstrasi dan juga mendirikan berbagai

asosiasi Selain SI ada juga Nahdlatul bdquoUlama (NU) Muhammadiyah dan

dalam kasus Aceh sendiri berdiri Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA)

Saat itu PUSA berkonflik dengan kaum uleebalang merupakan konflik antar

kelas atau bisa dikatakan perang saudara dalam memperebutkan peran dalan

sistem pemerintahan di Aceh PUSA tidak mengakui uleebalang karena

dibawah kendali kolonial dan teguh pada pendirian bahwa mereka anti

penjajahan Dan sejak 1942 dan seterusnya umat Islam dihadapkan pada tugas

baru Pada masa kolonial atau penjajahan para Kyai dan tokoh-tokoh umat

Islam mulai diikutsertakan dalam kepemimpinan dan kenegaraan

131

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 200

48

2 Periode kedua sesudah tahun 1942 dan setelah 1945 umat mendefinisikan

diri dalam rumusan baru yaitu sebagai warga negara sebagai citizen Dan

warga negara sebagai langkah akhir perjalanan historis Pada saat

merumuskan UUD yang didalamnya memuat rumusan Pancasila 1945 dan

memutuskan diri sebagai warga negara Indonesia Persoalannya sekarang

adalah persoalan antara negara dan warga negara Permasalahan ketika

ideologi dibentuk tidak sesuai kesepakatan rakyat Aceh merasa harga dirinya

terlecehkan oleh pemimpin negara Dan pada periode ini juga terjadikonflik

politik yang berkepanjangan sesudah tahun 1945 sampai tahun 1965 Umat

Islam yang memasuki babak baru yaitu ikut dalam Pemilihan umum ikut

dalam DPRMPR Badan-badan pemerintahan Karena itu umat Islam benar-

benar aktif sebagai warga negara Sebagai warga negara demokratis harus

menyadari hak dan kewajiban yang mempunyai budaya partisipan132

Pada tahapan kesadaran sosial tersebut perkembangan Islam di Indonesia

terbagi menjadi tiga zaman zaman mitos zaman ideologi dan zaman

pengetahuan atau ilmu Dalam kaitannya dengan Aceh usaha-usaha menegakan

syariat Islam muncul ketika zaman ideologi Hal ini terlihat ketika DITII Aceh

yang menjadikan pengetahuan Islam sebagai formulasi normatif dalam mengatur

sistem pemerintahan di Aceh Dari situ kemudian berkembang menjadi sebuah

ideologi lalu menjadi action133

Peran pelopor DITII Aceh yaitu organisasi

PUSA terlihat ketika konflik terjadi dengan uleebalang Dimana PUSA

memperjuangkan perannya dalam sistem pemerintahan Aceh yang dikuasai

uleebalang134

132

Kuntowijoyo Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia (Yogyakarta Shalahuddin

Press 1985) hal 18-25 133

Ibid hal 26 134

Menurut Van‟t Vern dalam laporan Kern mengatakan bahwa kekuasaan kaum

uleebalang diperkuat setelah perang Aceh ketika menyatakan takluk dengan Belanda Secara

ekonomis uleebalang memperoleh lebih banyak kekuasaan karena bertindak sebagai kepala

perusahaan-perusahaan dagang baru atau bekerja sama dengan perkebunan-perkebunan Barat

Kekuasaan pemerintah mereka dijamin aman oleh bantuan Belanda baik dalam peradilan hukum

perkawinan dan pemberian bewasiswa Dan ini penyebab terjadinya pertentangan antara ulama

melalui PUSA dengan uleebalang rasa kebencian dan kemarahan muncul ketika uleebalang

dianggap sebagai pengkhianat oleh masyarakat Aceh karena masyarakat Aceh sangat anti

penjajahan Terlebih lagi ketika penindasan dan skandal terhadap masyarakat Aceh yang dilakukan

oleh uleebalang

49

Usaha tidak terhenti begitu saja pasca ditetapkannya Pancasila sebagai

ideologi negara direspon cepat oleh rakyat Aceh rakyat Aceh dibawah pimpinan

Daud Beureueh mengambil sikap menentang dan memberontak atas kendali

Jakarta yaitu pemerintah pusat Jika ditinjau dari permasalahan ideologi tersebut

hal itu menimbulkan sikap antara pemerintah dengan masyarakat Aceh penulis

ingin menguji teori melalui ilmu sosial hal ini bisa menimbulkan prasangka sebab

dugaan Mengacu pada hubungan vertikal yang terjadi antara masyarakat Aceh

dengan pemerintah prasangka sebab dugaan merupakan sikap bermusuhan yang

terjadi antar kelompok yang satu terhadap kelompok lainnya135

yang didasari pada

ciri yang tidak menyenangkan Pada perjuangan yang terjadi era orde lama di

Aceh Menurut teori Banton mengenai prasangka ini merupakan teori frustasi-

agresi (frustration-aggression theory) Teori ini mengatakan bahwa orang akan

melakukan agresi manakala usahanya dalam memperoleh keinginan terhalangi136

Hal ini terjadi pada keinginan dan cita-cita Daud Beureueh dalam mendirikan

negara yang berlandaskan Islam tidak terpenuhi

Mengkaji lebih mendalam mengenai kedudukan Daud Beureueh dalam

pemberontakan di Aceh penulis ingin memaparkan mengenai apa yang

diperjuangkan oleh Daud Beureueh Dalam hal ini jelas perjuangan Daud

Beuereuh adalah mendirikan sebuah Negara Islam Indonesia yaitu negara yang

berlandaskan Islam bukan Pancasila Visi syariat Islam itu sendiri adalah

mewujudkan kemaslahatan manusia dunia dan akhirat Sedangkan misinya

melalui rumusan para ulama adalah kewajiban memelihara agama kewajiban

memelihara jiwa kewajiban memelihara harta kewajiban memelihara keturunan

kewajiban memelihara akal dan kewajiban memelihara kehormatan137

Jika

dilihat dari visi misinya dapat dikatakan kedudukan Daud Beureueh sangat

135

Menurut Kinloch (1979) kata kelompok dalam konsep hubungan antarkelompok

mencakup semua kriteria pertama terdiri atas ciri fisiologis yaitu pengelompokan yang didasarkan

pada persamaan jenis kelamin (laki-laki perempuan) usia (tua muda) dan ras (antara lain hitam

putih) kriteria kedua ialah persamaan kebudayaan seperti kelompok etnik di Aceh minangkabau

Ambon dll Meskipun Kinloch tidak menyebutkan agama namun dalam banyak kasus

pengelompokkan berdasarkan agama pun dapat dimasukan dalam kategori ini Kriteria ketiga

mengenai ekonomi dibagi antara mereka yang berekonomi kuat dan ekonomi lemah Dan criteria

keempat ialah prilaku mengenai fisik mental dan penyimpangan terhadap aturan masyarakat 136

Kamanto Sunarto Pengantar Ilmu Sosiologi (Jakarta Lembaga penerbit Fakultas

Ekonomi UI 2004) hal 151-152 137

Danial Syari‟at Islam dan Pluralitas Sosial dalam Jurnal Analisis Studi KeIslaman

vol XII No 1 1 Juni 2012 hal 72-74

50

penting Sebab melalui perjuangannya Daud Beureueh ingin nilai-nilai agama

dijadikan dasar pengambilan kebijakan di tingkat keluarga masyarakat dan

pemerintah menjamin hak hidup rakyat dalam bidang pendidikan serta

membangun generasi yang berkualitas bebas dari ketakutan dan kecemasan dalam

konflik dan pertikaian yang terjadi pada kaum minoritas138

Selanjutnya perkembangan pemerintahan di Aceh di tahun 1949

menyerupai pemberian otonomi kepada daerah Aceh Pemerintah Darurat

Republik Indonesia (PDRI) melalui keputusan Wakil Perdana Menteri pada 17

Desember 1949 No8DesW K P M membentuk provinsi Aceh Ketetapannya

bertujuan untuk memecah provinsi Sumatera Utara menjadi dua provinsi yaitu

provinsi Aceh dan provinsi Tapanuli-Sumatera Timur dalam menyempurnakan

dan melancarkan pemerintahan daerah Dan dalam waktu singkat terbentuklah

provinsi Aceh dengan Dewan Perwakilan dan Badan Eksekutifnya Daud

Beureueh saat itu menjabat sebagai gubernur Pada hakikatnya ini bukan

merupakan keinginan umum dan banyak masyarakat mengambil sikap menolak

terhadap pembentukan provinsi Aceh Keberadaan provinsi Aceh diduga

menimbulkan reaksi rakyat yang tidak mendapat bagian dalam pemerintahan yang

didominasi oleh masyarakat diluar Aceh139

Selain dari masyarakat umum

kebimbangan terjadi di dalam pemerintahan pusat itu sendiri tentang sah tidaknya

pembentukan provinsi Aceh dan mengenai kedudukan dan kekuasaan Wakil

Perdana Menteri yang berkedudukan di Sumatera

Pembentukan provinsi Aceh oleh Wakil Perdana Menteri menyebabkan

dibentuknya bdquopanitia penyelidik‟ yang diketuai oleh Menteri Mr Susanto

Tirtoprodjo pada bulan maret 1950 Dalam pertemuannya di Banda Aceh Menteri

Dalam Negeri mengatakan bahwa pemerintah pusat belum menetapkan adanya

provinsi Aceh Tetapi pendirian yang kuat terlihat ketika ketua DPR dan beberapa

anggotanya kukuh mempertahankan provinsi Aceh dengan alasan keinginan

138

Ibid hal 72 139

Dugaan masyarakat timbul karena organisasi PUSA ini memiliki sikap keras militant

dan enthusiasme serta teguh dengan apa yang dicita-citakannya Seperti perjuangan melawan

Belanda dan Jepang di tanah rencong mengenai sikap anti penjajahannya PUSA memiliki peranan

yang sangat penting terhadap kemerdekaan yang diraih Terlebih lagi dalam hal ini untuk

mengatur pemerintahannya sendiri masyarakat umum dari pandangannya mengenai apa-apa yang

diluar pemikiran dan cita-cita PUSA dianggap sebagai lawan politik ataupun lawan ideologi Jelas

hal ini dilatarbelakangi pengaruh pandangan Belanda terhadap PUSA

51

rakyat Terdapat dua pandangan dalam kasus ini yaitu disaat Teungku Amir Ali

Mujahid mengadakan suatu musyawarah di Alue Jangat dimana perhimpunan

yang dinamakan Pemuda Perjuangan Seluruh Aceh ini mengambil resolusi untuk

tetap mempertahankan provinsi Aceh dan mengatakan bahwa semangat yang

menggelora tidak akan terjamin jika provinsi Aceh dibubarkan Pernyataan ini

ditentang oleh Teuku Teongoh hanafiah dalam tulisannya mengatakan bahwa

yang mengkehendaki provinsi Aceh adalah sebagian dari kelompok ulama di

bawah kendali PUSA Mereka mempertahankan provinsi Aceh hanyalah karena

beranggapan dengan tetap berlangsungnya provinsi Aceh maka mereka dapat

memimpin pemerintahan di Aceh dan segala perbuatan keji mereka di masa

lampau berupa pembunuhan perampasan harta dan lain-lain terhadap kelompok

uleebalang dapat ditutupi140

Melalui tulisan Bachtiar Effendi dan Ali munhanif dari langkah-langkah

Daud Beureueh bukti nyata dalam aksinya adalah ketika negara revolusioner

Indonesia terlihat lemah atas perjuangan rakyat Aceh ketidakmampuan negara

menunjukan pengaruh pemerintahannya kepada masyarakat Aceh terutama pada

masa-masa 1945-1949 membuat pemerintah begitu rentan dalam menanggapi

tuntutan rakyat Aceh terutama untuk memperoleh otonomi regional lebih besar

dalam masalah sosial ekonomi dan politik ketika tahun 1949 Pemerintah

Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berbasis di Sumatera Barat menerima

tuntutan Aceh untuk de jure141

menjadi provinsi otonom daerah istimewa Pada

akhir tahun 1950-an Aceh diakui sebagai daerah istimewa otonom dengan Daud

Beureueh sebagai Gubernurnya Terutama dalam masalah keagamaan perkara

adat dan pendidikan dengan syarat otonomi tersebut tidak bertentangan dengan

konstitusi Perkembangan politik dengan diakuinya Aceh sebagai daerah istimewa

itu menunjukkan bahwa pemberontakan memperjuangkan ideologi dibawah

bendera Islam di Aceh dapat dipadamkan142

Pada pemberontakan yang dipimpin Daud Beureueh ini penulis membagi

menjadi dua motif perjuangan yaitu Islam dan Politik Pertama Islam berkaitan

140

Lihat Koran harian Indonesia Raya mengapa Aceh minta daerah autonomi (Jakarta 4

Agustus 1950) 141

De jure adalah pengakuan secara hukum 142

Taufik Abdullah dkk Op Cit hal 448

52

dengan Islam yaitu pembahasan mengenai Agama Mengenai konsep agama

sendiri menurut Light Keller dan Calhoun (1989) yaitu tentang kepercayaan

agama simbol agama praktik agama umat agama dan pengalaman agama143

Dan

penganut agama pun mengenal berbagai bentuk pengelompakan umat seperti

dalam komunitas keagamaan Islam yaitu pesantren dan wadah umat muslim

lainnya Pembentukan Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) yang juga sebagai

pelopor DITII Aceh adalah bukti nyata pengelompokan umat Islam di Aceh

berjalan baik Menurut analisa penulis pada kasus agama dan perubahan sosial ini

melalui pandangan Giddens (1989) mengatakan bahwa suatu proses mengenai

perubahan sosial dimana agama kehilangan pengaruhnya terhadap berbagai segi

kehidupan manusia dan oleh Light Keller dan Calhoun (1989) didefinisikan

sebagai proses melalui perhatian manusia beserta institusinya tercurahkan pada

hal duniawi dan perhatian terhadap hal yang bersifat rohaniah terkait agama

semakin berkurang Jelas hal ini yang menjadi kekhawatiran dan latarbelakang

mengenai alasan Daud Beureueh dalam menciptakan negara Islam Indonesia

yang apabila ideologi Pancasila terus dijalankan akan berdampak buruk kepada

nilai-nilai keIslaman masyarakat Indonesia khususnya Aceh144

Di Aceh ideologi Islam senantiasa menjadi sumber daya sikap patriotisme

rakyat Aceh dan sejak 1930-an menjadi jalan kepada modernisasi Saat itu para

ulama mengatakan bahwa mempertahankan Republik Indonesia berarti perang

Suci dan merupakan kelanjutan dari perjuangan yang adil dari Teungku Chik di

Tiro yang didukung oleh rakyat dengan penuh simpati Martabat uleebalang telah

jatuh ketika mereka bersikap kasar dan mengingkari nurani rakyat Di daerah

Pidie perlawanan anti-uleebalang menimbulkan harapan untuk mendapatkan

kembali tanah-tanah yang dulunya pernah disita secara tidak adil dari keluarga-

keluarga petani dengan demikian perjuangan melawan penindasan uleebalang

yang dilakukan ulama itu berakhir dengan gemilang Ulama-ulama pembaru yang

143

Kepercayaan agama dalam hal ini adalah Islam tentang keimanan kepada Allah swt

Simbol agama yaitu kerudung pakaian haji mukena dll Praktik agama berkenaan dengan sholat

dzikir pergi haji dll Umat agama yaitu Aceh yang terdiri dari mayoritas beragama Islam Dan

pengalaman agama merupakan suatu unsure dasar agama yang dialami penganut agama pribadi

seperti panggilan umat Islam Allah swt dll 144

Kamanto Sunarto Op Cit hal 69

53

terkenal telah memberikan inspirasi dan pimpinan langsung kepada gerakan

rakyat Dalam perlawanan terhadap tatanan masyarakat kolonial145

Kedua motif politik terlihat bagaimana Daud Beureueh melalui gerakan

DITII Aceh melakukan perlawanan terhadap kendali pemerintah pusat untuk

memperoleh peran dalam mengatur sistem pemerintahan di Aceh Menurut Harold

D Laswell dan Abraham Kaplan mengatakan bahwa kekuasaan adalah suatu

hubungan dimana seseorang atau sekelompok orang dapat menentukan tindakan

seseorang atau kelompok lain kearah tujuan pihak pertama146

Dalam hal ini Daud

Beureueh melalui PUSA menentukan tindakan untuk mengatur tatanan kehidupan

masyarakat Aceh melalui pemerintahan Perkembangan politik selanjutnya adalah

ketika Aceh tidak menjadi daerah istimewa seperti yang dijanjikan pemerintah

pasca kemerdekaan Dan dalam konteks yang lebih luas melalui gerakan Darul

Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh Daud Beureueh bercita-cita

mendirkan Negara Islam Indonesia Menurut Max Weber kekuasaan perlu

dibedakan dengan dominasi (herrschaft) Kekhasan dominasi ialah bahwa pada

dominasi pihak yang berkuasa mempunyai wewenang sah untuk berkuasa

berdasarkan aturan yang berlaku sehingga pihak yang dikuasai wajib menaati

kehendak penguasa Berbeda dalam kajian ini pihak Daud Beureueh menolak

mengikuti ketetapan dan kebijakan pemerintah dalam menyatukan Aceh kedalam

provinsi Sumatera Utara147

Pada pemberontakannya dalam perjuangan menegakan syariat di Aceh

termasuk kedalam tipe dominasi kharismatik yaitu mengenai keabsahannya

didasarkan pada kepercayaan rakyat Aceh terhadap kemampuan Daud Beureueh

mempunyai kemampuan luar biasa dalam memimpin dan memperjuangkan

ideologi Islam Dalam tipe dominasi ini pemimpin atau figur kharismatik

dianggap memiliki sifat kepahlawanan yang luar biasa Dan mengenai hubungan

rakyat dan pemimpin didasarkan pada ukuran kepercayaan dan kesetiaan

Perjuangan Daud Beureueh dalam tipe ini melaksanakan perjuangan meraih

145

Anthony Reid Op Cit hal 406 146

Miriam Budiardjo Op Cit hal 60 147

Rakyat Aceh sangat kecewa dengan penetapan pemerintah pusat melalui kebijakannya

menghilangkan Aceh dan Tapanuli dalam membentuk provinsi Sumatera Utara Kekecewaan

terlihat ketika rakyat Aceh berjuang mendirikan Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan Tgk

M Daud Beureueh

54

kekuasaannya bukan atas dasar aturan yang berlaku melainkan atas aturan yang

ditetapkannya sendiri Dalam proses politiknya148

Daud Beureueh berusaha

menggantikan sistem politik yang ada atau yang sudah berjalan dengan sistem

politik yang baru149

B Respon Pemerintah terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

Konflik yang terjadi antara Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII)

Aceh dengan pemerintah merupakan konflik yang memperebutkan pengaruh

dimasyarakat dimana dalam mencapai tujuannya masing-masing perebutan

kekuasaan yang berdasar pada ideologi yang berbeda satu sama lain itu

memunculkan berbagai aspek sumber kekuasaan150

Kasus perjuangan atau lebih

dikenal dengan peristiwa berdarah di Aceh merupakan kekuasaan yang bersumber

dari kepercayaan atau agama artinya ulama mempunyai kekuasaan terhadap

umatnya sehingga mereka dianggap sebagai pemimpin informal yang perlu

diperhitungkan dalam menentukan ideologi sebagai dasar sebuah negara Dalam

kasus ini pihak pemerintah sebagai pihak pemegang kekuasaan dan gerakan Daud

Beureueh sebagai pihak pejuang Esensi151

dari kekuasaan adalah hak

mengadakan sanksi dan cara menyelenggarakannya berbeda-beda Terdapat

empat cara dalam upaya mengenai esensi dari kekuasaan yaitu melalui kekerasan

fisik (force) koersi (coercion) melalui ancaman akan diadakan sanksi persuasi

(persuasion) meyakinkan dengan beragumentasi dan memberi ganjaran (reward)

bisa berupa inisiatif imbalan atau kompensasi152

Berbagai cara esensi dari kekuasaan tersebut menjadi tahapan dalam

peristiwa berdarah Seperti pada awal perjuangan yang dilakukan oleh Daud

Beureueh respon cepat pemerintah terlihat ketika pemerintahan Ali

Sastroamidjojo dalam usahanya memulihkan keamanan di Aceh telah memilih

148

Proses politik mengenai dasar politik yaitu persaingan untuk memperoleh kekuasaan

Proses politik berupa persaingan untuk memperoleh kekuasaan dapat mengarah dengan mudah ke

konflik antar pihak terkait dan dapat mengancam keutuhan masyarakat khususnya Aceh 149

Kamanto Sunarto Op Cit hal 72-73 150

Sumber kekuasaan berupa kekayaan dan kepercayaan atau agama 151

Esensi adalah hakikat inti ataupun hal yang pokok pertentangan antar kedua belah

pihak pertentangan mengenai ideologi Sumber melalui httpkbbiwebidesensi diakses pada

tanggal 3 Maret 2016 Pukul 1032 WIB 152

Miriam Budiardjo Op Cit hal 61-62

55

tindakan kekerasan senjata yang berakibat jatuhnya korban jiwa153

Pertentangan

diantara DI TII Aceh dengan pemerintah pusat telah menimbulkan ketegangan

antara rakyat yang berjuang melalui gerakan DI TII Aceh untuk melepaskan diri

dari kendali Jakarta Usaha yang dicapai dengan cara keras terlihat dari tekanan

oleh TNI disatu pihak di samping pemberian amnesti dan abolisi kepada anggota

DI TII di pihak lainnya untuk meredakan konflik yang terjadi154

Pasal 14 UUD

1945 menyatakan bahwa Presiden memberi grasi amnesti abolisi dan

rehabilitasi Dalam UU darurat No 11 tahun 1954 Lembaran Negara No 146

tahun 1954 pasal 1 menyebutkan Presiden atas kepentingan negara dapat

memberikan amnesti dan abolisi kepada orang-orang yang melakukan sesuatu

tindakan pidana Hal ini merupakan kewenangan Presiden sebagai Kepala Negara

Dalam memberikan amnesti dan abolisi Presiden mendapat nasihat tertulis

dari Mahkamah Agung yang menyampaikan nasihat itu atas permintaan Menteri

Kehakiman penghapusan dengan pemberian abolisi hanya dihapuskan penuntutan

terhadap mereka yang melakukan tindak pidana yang nyata akibat dari

persengketaan politik antara Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda pada tahun

1949 Amnesti adalah pengampunan dari Presiden yang menghapuskan semua

akibat hukum pidana bagi orang-orang yang telah melakukan suatu tindakan

terkait pemberontakan dalam perjuangan Daud Beureueh melalui DITII Aceh

Sementara abolisi yang diberikan kepada anggota DITII Aceh merupakan

pengampunan dari Presiden yang dapat menghapuskan penuntutan kepada pelaku

tindak pidana Jadi amnesti dapat diberikan kepada seseorang yang telah

melakukan tindak pidana baik sebelum maupun sesudah adanya putusan

pengadilan Sedangkan abolisi hanya dapat diberikan kepada pelaku tindak

pidana sebelum ada putusan pengadilan karena abolisi sifatnya hanya

menghapuskan penuntutan155

Sebelum membahas lebih jauh penulis ingin memberi gambaran

mengenai Aceh sebelum pemberontakan Daud Beureueh meletus Adapun

pemerintahan di Aceh yang berlangsung sejak Proklamasi Kemerdekaan pada

153

El Ibrahimy Op Cit hal 162 154

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 202 155

Alfitra Hapusnya Hak Menuntut dan Menjalankan Pidana (Jakarta Raih Asa Sukses

2012) hal 161-162

56

tanggal 17 Agustus 1945 sampai penyerahan kedaulatan pada tanggal 27

Desember 1949 dapat dibagi dalam empat bagian menurut pimpinan yang

bertanggung jawab adalah sebagai berikut

1 Pertama masa pemerintahan di bawah pimpinan Residen T Nya‟

Arif sejak saat Proklamasi Kemerdekaan sampai pertengahan bulan

Januari 1946

2 Kedua masa pemerintahan di bawah pimpinan Residen Teuku

Daudsyah sejak pertengahan bulan Januari 1946 sampai akhir bulan

Mei 1948

3 Ketiga masa pemerintahan di bawah pimpinan Gubernur Mr S M

Amin sejak akhir bulan Agustus 1949

4 Keempat masa pemerintahan di bawah pimpinan Wakil Perdana

Menteri Mr Syarifudin Prawiranegara sejak akhir bulan Agustus 1949

sampai saat penyerahan kedaulatan

Masa residen Teuku Nya‟ Arif merupakan kepala pemerintah daerah yang

pertama Pada permulaan maklumat kemerdekaan Indonesia di Sumatera oleh

Gubernur Sumatera Mr T M Hasan mengeluarkan sejumlah penetapan mengenai

penunjukan Asisten Residen Controleurs dan pegawai-pegawai tinggi lain Pada

awalnya jabatan-jabatan tersebut diduduki oleh para uleebalang dan keluarganya

Konflik yang terjadi antara uleebalang dengan ulama mengakibatkan jabatan

tidak lagi diduduki oleh para uleebalang melainkan para orang yang dianggap

berpengaruh dalam menentukan pembesar menduduki tempat jabatan tersebut

Pada penyusunan dalam pemerintahannya T Nya‟ Arif156

mengalami kendala

baik pertentangan dari masyarakat dalam menyelesaikan persoalan ataupun

tekanan yang dilakukan oleh Jepang Hal ini menempatkan T Nya‟ Arif lebih

berperan sebagai pemimpin ketentaraan Tentara Keamanan Rakyat Ketika timbul

156

Teuku Nyak Arif adalah pendiri Perkumpulan uleebalang-uleebalang Groot Atjeh

pada 8 Oktober 1939 Saat itu Aceh Besar ada dibawah kendali Belanda sehingga para uleebalang

mempunyai sedikit kepentingan untuk di lindungi Meskipun begitu T Nya‟ Arif dalam reaksinya

adalah bertahan terhadap kritik-kritik yang ditujukan kepada uleebalang ketika dia mengintrupsi

suatu rapat Muhammadiyah dengan menyatakan keberatannya atas sebutan ldquorajardquo kepada

golongannya karena mereka pada hakikatnya tidak lagi mempunyai kekuasaan yang sebenarnya

Dia membalik kritik kepada para ulama dengan mengatakan bahwa ldquodalam hal ini kita semua

bersalah bukan saja kaum uleebalangyang sekarang menjadi sasaran tetapi juga para Teungku

(ulama) yang tidak berani berkata sepatah kata pun ketika melihat kaum uleebalang berlaku tidak

pantas seperti minum brendi berdansa dan mengirim anak-anaknya ke sekolah Kristen Lihat

Anthony Reid Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan Sumatera hal 75

57

banyak persoalan yang terjadi maka ditetapkan sebagai wakil residen TRP

Mohd Ali yang tinggal di ibukota Kotaraja untuk mengatur pekerjaan-pekerjaan

residen Sedangkan T Nya‟ Arif bekerja di luar daerah Kotaraja untuk

menyelesaikan persoalan mengenai pertentangan pertempuran baik dengan

Jepang maupun masyarakat sendiri

Dalam periode ini atau sekitar empat bulan lamanya berakhir juga

kekuasaan uleebalang dan berganti dengan kekuasaan ulama Susunan Komite

Nasional Daerah adalah untuk sebagian besar terdiri dari anggota-anggota Para

Ulama oposisi dalam dewan dapat dikatakan tidak ada Dan segala urusan

mengenai penyelenggaraan pemerintahan berlangsung menurut kehendak para

ulama melalui organisasi PUSA Pada masa inilah pengeluaran pengumuman dari

pemerintah daerah yang mencap kaum uleebalang sebagai pengkhianat bangsa

dan agama Juga dari pihak tentara Jepang yang mengalami kesulitan di beberapa

daerah seperti di Meulaboh Kotaraja dan Langsa Peranan ketua Komite

Nasional Daerah Tuanku Mahmud sangat penting dalam mengatur kebijakan

dengan melakukan perundingan terus-menurus dengan Jepang sehingga

pertempuran dapat dibatasi sampai ke kota-kota tersebut dan tidak meluas ke

seluruh daerah Aceh Persatuan pemuda dalam organisasi pemuda Republik

Indonesia juga berperan dalam menyelesaikan persoalan dibawah pemerintahan

PUSA saat itu157

Masa residen Teuku Daudsyah pemerintah daerah sesudah pertengahan

bulan Januari 1946 T Daudsyah semasa pemerintahan Belanda adalah

Zelfbestuutder158

Idi suatu landschap di bagian Aceh Timur dan merupakan

bagian dari salah satu uleebalang-uleebalang yang tidak banyak jumlahnya yang

terlepas dari akibat-akibat pertentangan ulama-uleebalang Pada masa

pemerintahannya persoalan terjadi akibat yang ditimbulkan oleh gerakan Ali

Mujahid Gerakan ini pada hakikatnya lanjutan dari perang Cumbok suatu

pembersihan terhadap sisa-sisa partai feodal yang masih memegang peranan

dalam badan resmi Untuk mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi

157

MR S M Amin Op Cit hal 45-46 158

Pemerintahan sendiri masa kolonial Belanda

58

dibentuklah suatu Badan Eksekutif Susunan Badan Eksekutif pertama adalah

sebagai berikut

Ketua Residen Teuku Daudsyah

Wakil Ketua Mr S M Amin

Sekertaris Kamarusid

Anggota-anggota Sutikno Hasyim H M Zainuddin Mohd

Hanafiah R Insun

Kebijakan awal Badan Eksekutif adalah membuat peraturan-peraturan

mengenai harta anggota golongan uleebalang yang mengalami kekalahan di

persitiwa Cumbok159

Peraturan yang dimaksud antara lain

1 Pembentukan suatu badan yang mempunyai hak dan kewajiban

mengurus harta peninggalan mereka dari golongan uleebalang yang

telah tewas dalam peristiwa Cumbok

2 Memeriksa dan memutuskan tuntutan-tuntutan mengenai harta

peninggalan itu

3 Menetapkan penjualan sebagian dari harta peninggalan itu guna

pengganti kerugian yang diderita oleh pihak ulama sebagai akibat dari

pertempuran dalam peristiwa Cumbok

4 Putusan-putusan badan ini mempunyai kekuatan vonis yang tidak

dapat di apel

Dalam masa pemerintahan ini juga Aceh pertama kali menerima tamu-

tamu dari pusat pemerintahan yang berkewajiban mengadakan tinjauan dan

mempererat hubungan di antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah Pada

tanggal 21 Juli 1947 Belanda memulai suatu gerakan yang bertujuan melenyapkan

negara Republik Indonesia Meskipun sebagian besar di wilayah Jawa

Palembang dan Sumatera Timur sudah berhasil ditaklukan rakyat Aceh

159

Selanjutnya pemerintahan pimpinan residen T Daudsyah berjalan dengan baik dan

memuaskan Terlihat dari persoalan kekurangan yang dihadapi kesulitan-kesulitan dalam

hubungan kekurangan keuangan yang menyebabkan sebagian besar pekerjaan untuk kemakmuran

raykat Seperti membuat irigasi jalan-jalan jembatan obat-obat persekolahan untuk menunjang

mutu tentara

59

menghadapi agresi dengan satu tujuan yaitu mempertahankan negara sampai titik

darah penghabisan Reorganisasi dalam pemerintahan diwujudkan dalam

membentuk pemerintahan yang selaras Dan penetapan oleh Wakil Presiden Drs

Moh Hatta daerah Aceh dinyatakan sebagai daerah militer istimewa dengan

ditetapkannya seorang Tgk M Daud Beureueh sebagai Gubernur Militer yang

bertanggung jawab dalam pertahanan dan keamanan rakyat160

Kembali pada fokus kajian Menurut Cornelis van Dijk sejarawan Belanda

mengenai ldquodaftar hitamrdquo dalam sengkarut revolusi menimbulkan keresahan di

rakyat Aceh yang membakar Tanah Jeumpa pada awal 1950-an menjadi bahan

gunjingan yang hangat Pengirimnya disebut-sebut adalah pemerintah Ali

Sastroamidjojo melalui Jaksa Tinggi Sunarjo yang membawanya ke Medan Tapi

ada juga yang menyebutnya warisan kabinet Sukiman Yang isinya

menggambarkan puncak perseteruan pemerintah Jakarta dengan rakyat Aceh

Jakarta berencana membunuh 300 tokoh penting Aceh sumber lain menyebut 190

tokoh-melalui sebuah operasi rahasia Keputusan ini diambil setelah Jakarta

memastikan kawasan di ujung barat Sumatera akan menggelar pemberontakan

melawan pusat Tapi tak ada yang bisa memastikan keberadaan dokumen itu

Sejarawan Belanda lainnya BJ Boland dalam bukunya The Struggle of Islam in

Modern Indonesia menyebutkan sebetulnya surat itu tak pernah ada ldquoDesas-

desus itu diembuskan oleh politikus sayap kiri di Jakarta untuk menghantam

gerakan Islam di Acehrdquo katanya Secara tersirat Van Dijk menduga dokumen itu

ada ldquoDaftar nama itu barangkali sengaja dibocorkan dengan tujuan tertentu

Orang Aceh terkemuka merasa mereka akan ditangkap dan karena itu

memutuskan lari ke gunung161

Hal yang sama diungkapkan M Nur El-Ibrahimy yang mengungkapkan

bahwa Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dalam rapat paripurna DPR pada 2

November 1953 menyangkal telah menyusun daftar itu Tak penting benar apakah

dokumen itu ada atau tidak Yang pasti rumor tentang rencana pembunuhan itu

membuat pemberontakan Darul Islam di Aceh menemukan momentumnya

160

MR S M Amin Op Cit hal 54 161

Melalui sumber online httpsoalacehtumblrcom di akses pada 19 Juli 2016 Pukul

1912 WIB

60

Aktivis Darul Islam langsung pasang kuda-kuda Teungku Daud Beureueh salah

satu orang yang disasar oleh dokumen tersebut segera mengacungkan kapak

perang Daftar hitam adalah bukti yang menimbulkan kecurigaan kita bahwa

pencetus peristiwa berdarah itu adalah permainan lawan-lawan politik Teungku

Daud Beureueh untuk menghancurkan beliau dan kawan-kawan Sembilan tahun

Daud Beureueh memimpin sebuah gerakan perlawanan dengan bendera Darul

Islam Gerakan itu menjadi pembuka perlawanan Aceh pasca-era kolonial-sesuatu

yang hingga saat itu belum juga berakhir-dan memunculkan Daud Beureueh

tokoh besar yang sulit dilupakan sejarah ldquoLes hitamrdquo bukan satu-satunya alasan

mengapa peristiwa itu ada

Masa Gubernur Mr S M Amin dilantik ketika kunjungan Presiden

gubernur muda Sumatera Utara sebagai akibat perubahan pemerintahan di

Sumatera Dari satu provinsi yang dipimpin oleh gubernur Sumatera Mr T M

Hasan dengan ibu kota Bukit Tinggi menjadi tiga provinsi yaitu Sumatera Utara

Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan Dalam sistem provinsi Sumatera Utara

kerisidenan-keresidenan Tapanuli dan Aceh yang menyerupai keresidenan

otonom dihapuskan Selanjutnya residen dipimpin oleh Gubernur dan dijadikan

tiap-tiap kabupaten menjadi kesatuan yang memperoleh otonomi dibawah

pimpinan Bupati162

Pada reaksinya terlihat dua macam reaksi di masyarakat

Sumatera terhadap perubahan pemerintahan Sebagian rakyat pro terhadap

ketetapan baru sebagian lagi yang tidak banyak yang anti dan sebagian besar

tidak menunjukan reaksi Pelaksanaan undang-undang pembagian Sumatera

dalam tiga provinsi dimulai dengan pembentukan dewan perwakilan Sumatera

Utara yang teridiri dari anggota-anggota dewan perwakilan Sumatera yang

dihapuskan dan dalam dewan perwakilan ini mewakili Aceh Tapanuli atau

Sumatera Timur Rapat diadakan pada 13-16 Desember 1948 di Tapa‟ Tuan Hal

ini juga sebagai bukti tentang keinginan rakyat melangkahkan kakinya kearah

kesatuan negara163

162

Dalam penentuan ibu kota penunjukan Sibolaga sebagai ibu kota sementara dan

keinginan rakyat penetapan itu dicabut dan Kota Raja dijadikan sebagai ibu kota seiring

menunggu Medan dapat direbut kembali dari tangan Belanda 163

Dalam pelaksanaannya tentara dan rakyat sangat mentaati segala peraturan dan

tindakan-tindakan yang dikeluarkan dan dilakukan guna kepentingan pertahanan baik melalui

61

Masa wakil perdana menteri Mr Syarifudin Prawiranegara beriringan

dengan pembubaran pemerintah darurat penempatan Mr Syarifudin

Prawiranegara di daerah Aceh Sebagai Wakil Perdana Menteri Kekuasaan dalam

mengadakan perbaikan di pulau Sumatera dengan di bantu oleh suatu badan

penasihat yang terdiri dari komisaris pemerintah Panglima territorial teritorium

Sumatera dan beberapa orang yang ditunjukkan Peraturan-peraturan dibuat

mengenai terutama lapangan perekonomian Diadakan peraturan mengenai

panitia-panitia untuk mengurus pembelian barang-barang bagi pemerintah Dalam

mengatur harga pasaran untuk memperbaiki perekonomian di Sumatera Utara

untuk membantu dan mengawasi Bank Negara Berbeda mengenai peraturan

wakil Perdana Menteri tentang pemerintahan di Sumatera membawa perubahan

dalam struktur pemerintahan Peraturan yang membawa pembagian daerah

Sumatera Utara dari peraturan pemerintah darurat Republik Indonesia

menyerupai satu provinsi yang otonom menjadi dua provinsi yaitu provinsi Aceh

dan Tapanuli Sumatera Timur kelanjutannya pada masa Syarifudin

ditempatkannya dua daerah provinsi itu dibawah pimpinan Tgk M Daud

Beureueh dan Dr F- L Tobing sebagai gubernur164

Dalam bukunya Memahami Sejarah Konflik Aceh Mr S M Amin

memaparkan tentang pembagian daerah ini belum atau tidak dapat dipastikan

kebenarannya Ada isu yang mengatakan bahwa pembagian ini terkesan tergesa-

gesa dengan tidak memperhatikan keadaan dan dengan tidak mendengan

pemandangan dari instasi-instasi Dan tidak tahunya komisaris dan dewan

perwakilan provinsi Sumatera Utara Serta mengatakan bahwa perubahan yang

terjadi akibat desakan dari beberapa orang yang asli dalam daerah Aceh dan

Tapanuli dan yang menduduki tempat yang terpenting dalam pemerintahan

Dengan dasar keinginan rakyat ini Syarifudin beranggapan bahwa mereka yang

melakukan desakan adalah orang yang terkemuka dan berpengaruh dalam

masyarakat dan yang dapat dianggap representatif Adapun alasan Syarifudin

membuat keputusan prinsipil adalah sebagai berikut

1 Kepentingan penyempurnaan dan usaha melancarkan pemerintahan

ketetapan kebijakan pemerintah atau pun terkait pengawalan maupun instruksi-instruksi dalam

hubungan taktik bumi hangus 164

MR S M Amin Op Cit hal 67

62

2 Keinginan umum akan segera terbentuknya suatu sistem pemerintahan

daerah berdasarkan Undang-Undang No 22 tahun 1948165

Sedangkan keinginan umum yang menghendaki pembagian provinsi

Sumatera Utara dalam dua provinsi terbagi dalam tiga bagian yaitu

1 Sebagian besar yang tidak merasa berkepentingan (interese) dalam

soal dua atau satu provinsi yang tidak mengetahui dan tidak

mempunyai pengertian sedikit juga dalam persoalan ini

2 Sebagian kecil yang tidak menghendaki pembagian ini

3 Sebagian yang lebih kecil lagi yang menginginkan pembagian ini dan

berusaha dengan giat menciptakan keinginan menjadi kenyataan

Pada 17 Desember 1949 penetapan peraturan mengenai pemecahan

provinsi Sumatera Utara dalam dua provinsi Aceh dan Tapanuli Sumatera Timur

adalah suatu saat yang sangat berlainan dengan saat 30 September 1949

penetapan peraturan mengenai penyerahan kekuasaan luas pada wakil perdana

menteri Pada 30 September 1949 negara masih dalam konflik dengan kerajaan

Belanda Serangan yang terjadi oleh Belanda memungkinkan negara jatuh

kembali dalam kancah peperangan dan perhubungan Sumatera dan Jawa terputus

Berkaitan dengan Undang-Undang Dasar dari sejarah ketatanegaraan Indonesia

diketahui bahwa UUD yang berlaku telah beberapa kali berganti yaitu dari UUD

1945 kemudian diganti UUD RIS 1949 lalu berganti lagi dengan UUD

Sementara 1950 dan akhirnya kembali ke UUD 1945 Adapun kelima tahapan

perkembangannya itu adalah

1 Tahun 1945 UUD Republik Indonesia yang de facto hanya berlaku di

Jawa Madura dan Sumatera

2 Tahun 1949 UUD Republik Indonesia Serikat (RIS) yang berlaku di

seluruh Indonesia kecuali Irian Barat

3 Tahun 1950 UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlaku

diseluruh Indonesia kecuali Irian Barat

4 Tahun 1959 UUD Republik Indonesia 1945 UUD ini mulai 1959

berlaku diseluruh Indonesia termasuk Irian Barat

165

MR S M Amin Op Cit hal 70-71

63

5 Tahun 1999 UUD 1945 dengan amandemen dalam masa reformasi

Umumnya pergantian UUD mencerminkan anggapan bahwa perubahan

konstitusional yang dihadapi begitu fundamental Di Indonesia wewenang untuk

mengubah UUD ada ditangan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dengan

ketentuan bahwa kuorum adalah 23 anggota MPR sedangkan usul perubahan

UUD harus diterima oleh 23 anggota yang hadir dalam ketentuan di pasal 37166

Berbeda pandangan mengenai dasar dan hukum yang di terapkan

Soekarno Daud Beureueh ingin menciptakan hukum Islam di Indonesia Dimana

hukum Islam sendiri merupakan hasil dialektika167

otoritas yang didukung oleh

wahyu dengan konteks sosialnya Pembentukan hukum Islam berawal dari proses

dialektis dimana elemen-elemen tradisi masyarakat diambil dimodifikasi dan

dihapus sesuai dengan nilai moral yang ingin ditanamkan oleh Islam Perubahan

tradisi tersebut tidak berjalan revolusioner melainkan melalui proses evolusi168

Pranata yang didukung oleh Islam adalah sebuah pranata yang lahir dalam sebuah

masyarakat tradisional yaitu masyarakat yang dibimbing oleh nilai-nilai dan

kesucian tradisi bukan oleh hukum positif yang dihasilkan oleh organisasi negara

Dalam konteks ini hukum Islam bersifat arbitratif dan moral169

Pada

perkembangannya dalam penerapan hukum Islam di Aceh peran ulama sangat

berpengaruh terutama dalam organisasi Para ulama sebagai pemegang otoritas

keagamaan dalam Islam mempunyai peran penting yang berfungsi sebagai

pemberi fatwa ketika muncul persoalan di kalangan umat Islam Peradilan dalam

166

Miriam Budiardjo Op Cit hal 182-183 167

Dialektika adalah logika gerak atau suatu bentuk pemahaman yang sifatnya umum 168

Perubahan tersebut dapat terjadi karena adanya proses transformasi otoritas sehingga

perubahan memiliki legitimasi di masyarakat Perubahan pertama yang dilakukan oleh Al-Qur‟an

terhadap tradisi masyarakat pra-Islam terjadi dalam bidang hukum keluarga dan merupakan

pencapaian terbesar Seperti pernikahan bersama dengan waris membentuk hukum perdata Islam

dan menjadi elemen paling jelas dan tegas dalam skema hukum Islam Khususnya pernikahan

mencerminkan penataan Al-Qur‟an terhadap pranata sosial dasar di masyarakat 169

Arbitrative yaitu suatu proses yang menggunakan cara melalui pihak ketiga sebagai

penengah atau menciptakan solusi Sedangkan moral sesuatu yang berkaitan dengan velue (nilai)

dalam tindakan yang memiliki sesuatu nilai positif Moral secara eksplisit adalah hal-hal yang

berhubungan dengan porses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses

sosialisasi

64

sejarah Islam diisi oleh para ulama dengan referensi hukum hasil dari ijtihad

bukan hukum hasil legalisasi lembaga legislatif170

Kajian lebih mendalam mengenai hukum Islam ketika persoalan muncul

tatkala hukum keluarga Islam khususnya yang menyangkut pernikahan

bersentuhan dengan negara modern Melahirkan sebuah sistem kekuasaan politik

baru dimana legitimasi aparatusnya tidak diperoleh melalui tradisi melainkan

dari aturan hukum formal Sistem otoritas yang membentuk negara modern

tersebut adalah sistem otoritas legal rasional171

Ini merupakan suatu krisis otoritas

hukum Islam terhadap modernisasi zaman Faktor lain mengenai modernitas dan

krisis otoritas ditandai beberapa hal

1 Munculnya negara bangsa (nation state) yang kemudian menjadi

model umum negara di abad ke-20 M

2 Tumbuhnya rasionalitas dalam sistem sosial yang ditandai dengan

munculnya organisasi-organisasi sosial

3 Sebagai konsekuensi dari fenomena pertama dan kedua adalah

tumbuhnya otoritas legal-rasional yang didasarkan atas sistem

keorganisasian

4 Munculnya tren unifikasi dan kodifikasi hukum sebagai akibat dari

semakin berkembangnya otoritas legal-formal dengan negara sebagai

pilarnya

Fenomena modern yang mempengaruhi sistem otoritas menurut Bernard

Weiss menyatakan bahwa meskipun hukum Islam sama dengan hukum Romawi

dalam hal bahwa hukum adalah hasil dari para ahli hukum (jurist law)

Perbedaannya antara kedua hukum tersebut adalah pertama kerja para ahli hukum

Romawi dibatasi oleh kegiatan legislatif yang dilakukan oleh negara baik oleh

senat maupun kaisar Sedangkan dalam sistem hukum Islam tradisional negara

170

Ahwan Fanani Otoritas Dalam Hukum Islam (Artikel dalam Jurnal Justitia Islamica

Vol 7 No 1 Jan-Juni 2010) hal 3 171

Menurut Max Weber peran dan bentuk otoritas dibagi menjadi tiga yaitu pertama

legal-rasional otoritas yang bersandar pada legitimasi rasional yaitu yang berpijak kepada

legalitas pola aturan normative dan formal Kedua tradisional otoritas yang bersandar kepada

legitimasi tradisional yaitu kepercayaan yang mapan kesucian tradisi masa lalu dan legitimasi

orang-orang yang melaksanakan otoritas tersebut Ketiga kharismatis otoritas yang bersandar pada

legitimasi charisma yaitu yang berpijak pada kesucian tertentu kepahlawanan atau karakter

teladan dari seorang individu dan pola normative yang ia tunjukan

65

tidak memiliki kekuasaan legalisasi Negara hanya bisa menegakan hukum tetapi

tidak memiliki hak untuk membuat hukum Kedua hakim-hakim dalam tradisi

hukum Romawi memiliki keleluasaan dalam memutuskan hukum karena

keputusan hukum didasarkan atas kekuatan intuisinya172

Sementara dalam tradisi

hukum Islam para ahli hukum diikat oleh sumber formal yaitu teks Otoritasnya

lebih didasarkan atas keterampilannya menjabarkan teks dibandingkan oleh

kebijaksanaannya173

Upaya menjadikan hukum Islam sebagai hukum positif menuai pro dan

kontra Hukum Islam yang muncul di Indonesia tidak lepas dari dinamika sejarah

negara Indonesia Jauh sebelum kedatangan penjajah dari Eropa perkembangan

Islam dengan munculnya lembaga pendidikan seperti surau langgar madrasah

dan pesantren telah memberikan kontribusi pengetahuan mengenai kultur agamis

yang kuat di masyarakat Sehingga hukum Islam di Indonesia merupakan hukum

yang banyak di bentuk dan terinspirasi oleh kekuatan dari budaya agamis dan

relegius Dari lembaga pendidikan itu sumber-sumber utama informasi dan

penyuluhan masyarakat Mengajarkan berbagai keilmuan utamanya ilmu agama

yang didominasi kajian fikih kajian yang tidak lepas dari permasalahan hukum

Islam Dari akar sejarah yang kuat inilah pondasi cita-cita masyarakat Aceh

terbentuk karena Islam memperkenalkan suatu tradisi hukum baru di Indonesia

Dengan menawarkan dasar-dasar perilaku sosial yang rata dan sebanding juga

menyumbangkan konsepsi baru hukum di Indonesia Dan sifatnya yang elastis174

mengubah ikatan kesukuan dan kedaerahan menjadi ikatan yang universal175

Di kalangan masyarakat Aceh sendiri diketahui memiliki sikap tertutup

dan mempunyai pandangan tersendiri tentang segala sesuatu mengenai

penghidupannya Sebagai akibat dari sikapnya ini masyarakat didaerah dapat

dikatakan bersifat ldquostatischrdquo (tidak berubah-ubah) aliran-aliran baru tidak masuk

sehingga alam pikiran masyarakat tetap sebagai berpuluh tahun kebelakang176

172

Hal itu terjadi karena hakim dipandang sebagai orang yang bijaksana sehingga

keputusan hukum dilihat dari kemampuannya menggali nilai keadilan 173

Ibid hal 19-20 174

Bersifat Elastis dalam konteks ini memperhatikan berbagai segi kehidupan dan tidak

memiliki dogma yang kaku keras dan memaksa 175

Shohibul Itmam Transformasi Hukum Islam Menuju Hukum Positif Dalam Konteks

KeIndonesiaan (Artikel dalam Jurnal Justitia Islamica Vol 7 No 1 Jan-Juni 2010) hal 39-40 176

MR S M Amin Op Cit hal 76

66

Dalam pengertiannya mengenai hukum Islam di daerah Aceh adalah segala

peraturan yang bersifat hukum kekeluargaan yang berlaku atas anggota

masyarakat asli terkecuali beberapa kebiasaan dalam perkawinan yang tidak

bersifat prinsipil Selain itu rakyat Aceh adalah ldquoIslam mindedrdquo dan dalam cara

berpikir mereka pada umumnya tidak ada tempat bagi hukum terhadap persoalan

sehari-hari yang tidak berasal dari hukum Islam Ulama-ulama mengetahui bahwa

sebenarnya bukanlah seluruh hukum yang berlaku atas rakyat adalah hukum

Islam akan tetapi masih juga ada soal-soal yang diputuskan menurut dasar hukum

lain menganggap bahwa berlakunya peraturan-peraturan yang tidak berdasar

Islam adalah suatu keadaan yang tidak sempurna yang seharusnya mengalami

perubahan177

Dalam penerapannya mengenai hukum sejarah Aceh menyatakan bahwa

diantara kepala adat dan kepala agama terdapat pertentangan paham Ulama

mempunyai kekuasaan kehakiman terbatas mengenai hal perkawinan frail yang

berusaha dan bertujuan memperluas kekuasaan dan mempertahankan hak-hak

yang diserahkan organisasi ketatanegaraan olehnya Sedangkan adathoofden178

berusaha sebaliknya yaitu dengan memperkecil hak hakim agama sedapat

mungkin Ini merupakan suatu persoalan kedapatan prinsip (dasar) pembagian

kekuasaan diantara hakim agama dan hakim adat Aliran Islam ini berada di

segala kehidupan menyerupai suatu faktor yang tidak dapat diabaikan meskipun

banyak yang tidak menyetujui golongan Islam yang dianggap fanatic kolot dan

tidak selaras dengan keadaan Dan golongan anti Islam ini terdapat juga

didalamnya mereka yang telah memperoleh didikan agama secara modern di luar

negeri179

dan mereka yang telah pernah menerima didikan Barat mempunyai

pandangan yang lebih luas dalam melaksanakan hak dan kewajiban yang

sempurna180

177

Keadaan dalam menetapkan peranan hukum Islam di kehidupan sehari hari disebabkan

oleh tindakan sewenang-wenang dari uleebalang yang senantiasa berusaha agar masyarakat beralih

dari sifat keIslaman dan menuju kepada adat dengan maksud agar lebih sempurna dan dapat

memerintah rakyatnya 178

Adat hoofd adalah Kepala adat 179

__________ Tentang Soal Memulihkan Keamanan di Atjeh (Artikel WAKTU No

23 Tanggal 25 Juni 1955) 180

MR S M Amin Op Cit hal 87-89

67

Mengenai ideologi dasar sebuah negara Pancasila Daud Beureueh

dianggap anti Pancasila dan dirasa perlu keluar dari Republik Indonesia Tetapi

hal itu di sanggah ketika pada 15 Oktober 1945 Daud Beureueh bersama tiga

orang ulama besar mengeluarkan pernyataan politik yang dimaksudkan bahwa

umat Islam mempertahankan Republik Indonesia yang berdasar Pancasila wajib

hukumnya dan gugur dalam perjuangannya dianggap mati syahid Pernyataan ini

ditanda tangani oleh empat orang ulama besar yaitu Tengku haji Jakfa Siddik

Lamjabat Teungku Haji Ahmad Hasballah Indrapuri Teungku Haji Muhammad

Hasan Krungkale dan Teungku Muhammad Daud Beureueh Para pengamat

politik yang dengan seksama mengikuti perjalanan dan mengantar Daud Beureueh

ke mimbar proklamasi Darul Islam di Aceh mengatakan bahwa ada usaha-usaha

yang sistematis dan berencana yang bertujuan mendorong sebagian rakyat Aceh

berjuang dalam mewujudkan apa yang dicita-citakannya181

C Upaya Penyelesaian Akhir Pemberontakan DITII Aceh

Kasus yang terjadi di Aceh dalam fase perubahan sistem pemerintahan

bukanlah suatu kemauan rakyat sejati menjadi pimpinan dalam pemerintahan

melainkan seseorang ahli bicara (demagog) Siapa yang pandai bicara dan tidak

mempunyai rasa tanggung jawab yang cukup sangat mudah mempergunakan

rakyat umum sebagai alat untuk memenuhi keinginannya asalkan ahli bicara

mengetahui pokok-pokok keinginan umum dan tidak melampaui batasan-

batasannya Dengan memperhatikan pokok keinginan rakyat umum dan dalam

batas-batas pokok keinginan umum dapat diatur siasat untuk mencapai tujuan

Hal nyata ini yang menjadi alasan bahwa kekuatan Daud Beureueh dalam

pemberontakan berjuang menegakan syariat Islam adalah kekuatan lidah karena

sebagian besar rakyat Aceh didalam gerakan DITII Aceh di rekrut diajak dan

atas kemauannya sendiri melalui ajakan dakwah-dakwah dan pidato-pidato yang

dilakukan oleh Daud Beureueh pada khotbah-khotbahnya Inti dari situasinya

adalah mengikuti kemauan rakyat dipimpin oleh rakyat bukan yang memimpin

diluar kemauan rakyat dan walaupun dapat bersiasat sehingga keinginannya

sendiri dapat tercapai tetapi yang utama adalah tentang keinginan rakyat

181

A Hasjmy Op Cit hal 115

68

Selanjutnya Aristoteles menyatakan bahwa pemerintahan yang tersebut pada

hakikatnya adalah pemerintahan ldquomassardquo (gerombolan) yang mendiktekan

keinginannya secara sewenang-wenang Dan pemimpin dalam pemerintahan ini

tidak dapat memandang luas Pandangannya terbatas pada suasana daerah tidak

dapat meluas keluar daerah Serta tidak dapat melihat turun naiknya pertumbuhan

perjuangan nasional tidak dapat melihat perubahan dalam pelaksanaan tugas dan

juga tidak dapat melihat perubahan dalam perkembangan politik182

Pada hasil perjuangan dalam peristiwa berdarah ini dilalui oleh proses

untuk mencapai suatu kesepakatan Adapun langkah-langkah penyelesaian

persoalan konfrontasi antara rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beureueh dan

pemerintah pusat diawali dengan munculnya Dewan Revolusi yang diketuai oleh

A Gani Usman Dengan adanya gencatan senjata para pejuang dari masyarakat

Aceh mulai kembali pulang ke kampung untuk menjenguk keluarga serta

mengamati perkembangan kota-kota Alasan perjuangan Daud Beureueh

melakukan gencatan senjata adalah sebagai berikut

1 Pemimpin pemimpin pejuang menghindari Aceh dari kehancuran

akibat tekanan yang kuat dari pemerintah pusat dalam memberantas

perjuangan rakyat Aceh yang dianggap pemerintah sebagai suatu

pemberontakan

2 Sebagian rakyat Aceh dalam kubu Daud Beureueh telah letih berjuang

dan bosan hidup didalam hutan selama 6 tahun rentang tahun 1953-

1959

Munculnya Dewan Revolusi menandai pecahnya kaum pemberontak yang

terbagi menjadi dua kubu Antara kubu Tgk M Daud Beureueh Hasan Ali Ilyas

Leube dengan Trio Hasan Saleh Ayah Gani dan Husin Almujahid Kemelut

politik yang terjadi antar keduanya puncaknya terjadi pada tanggal 15 Maret 1959

melalui seruan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Negara Bagian Aceh (NBA)

Tentara Islam Indonesia Hasan Saleh sebagai menteri urusan perang telah

mengambil alih pimpinan NBA sipil dan militer dari tangan wali negara Daud

Beureueh Dan dalam menggantikan kabinet dibentuk lah Dewan Revolusi

182

MR S M Amin Op Cit hal 115-116

69

dibawah pimpinan A Gani Usman Beriringan dengan dibentuknya kubu

tandingan oleh Hasan Saleh kabinet Hasan Ali dibubarkan Kemudian

selanjutnya diserukan kepada rakyat umum supaya membantu Dewan Revolusi

dengan tujuan membawa rakyat Aceh ketempat yang mulia dan bahagia Seruan

itu ditandatangani oleh Tgk Amir Husin Almujahid selaku Ketua Dewan

Perwakilan Rakyat NBA (Majelis Syura)183

Pada tanggal 26 Maret 1959 keluar komnike No 2 dari Dewan Revolusi

yang dinamakan pernyataan Wali Negara NBA NII dalam pernyataan itu

dinyatakan bahwa ldquoDewan Pertimbangan diubah dengan sebutan Wali Negara184

Pokok dalam pernyataan ini adalah bahwa Dewan Revolusi NBA NII akan

meneruskan permusyawaratan dengan pemerintahan Republik Indonesia serta

menjadikan musyawarah ini sebagai prinsip bukan taktik185

Dengan keluarnya

pernyataan-pernyataan dari kedua belah pihak adalah bukti nyata bahwa di Aceh

telah terdapat dua Negara Bagian Aceh NII Yang pertama dibawah pimpinan

Daud Beureueh dan yang kedua dibawah pimpinan Hasan Saleh Selanjutnya

musyawarah dilakukan antara Dewan Revolusi dengan Pemerintah RI Pada

tanggal 23 Mei 1959 utusan pemerintah RI melalui Wakil Perdana Menteri I Mr

Hardi atau yang lebih dikenal dengan Misi Hardi yang terdiri dari 29 anggota

antara lain Menteri Negara Urusan Stabilisasi Ekonomi dan Wakil Kepala Staf

Angkatan Darat Jenderal Mayor Gatot Subroto Pada tanggal 24 Mei 1959

dilakukan pembicaraan-pembicaraan penting di segala bidang dengan KDMA dan

Gubernur atau Kepala Daerah Aceh sebagai persiapan permusyawaratan dengan

Dewan Revolusi

Pada tanggal 25 Mei 1959 musyawarah antara Misi Hardi dengan Dewan

Revolusi yang terdiri dari 25 anggota antara lain A Gani Usman (Ayah Gani)

183

El Ibrahimy Op Cit hal 165-166 184

Dalam komunike No 1 tidak ada Dewan Pertimbangan dan yang ada Dewan

Perwakilan Rakyat NBA (Majelis Syura) 185

Pengertian ldquoprinsip bukan taktikrdquo disini adalah bermusyawarah memperbincangkan

semua soal melalui diplomasi dan bukan dalam artian menyerah Dan dengan musyawarah bukan

untuk mencari menang atau kalah melainkan hasil musyawarah kelak bisa diterima disebagian

masyarakat Aceh dan pihak pemerintah RI juga menerima sebagian cita-cita kedua belah pihak

Jadi inilah yang dinamakan perdamaian adanya persatuan dan kembali bersatu sebagai hasil

musyawarah bukan merupakan penyerahan atau menyerah melainkan kewajiban masyarakat RI

untuk melanjutkan cita-cita pada revolusi 17 Agustus 1945 yang sudah menjadi kewajiban suci

umat Islam di Aceh dulu dan sampai saat ini

70

sebagai ketua Amir Husin Almujahid Hasan Saleh Husin Jusuf T M Amin T

A Hasan Ishak Amin dan A Gani Mutiara Musyawarah yang berjalan lancar

dan harmonis terlihat dari butir-butir hasil pemikiran Adapun hasil pemikiran

musyawarah antara Dewan Revolusi dan Misi Hardi adalah sebagai berikut

1 Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia tanggal 26 Mei 1959

No 1Misi1959 yang pokoknya menyatakan bahwa Daerah

Swantantra Tingkat I Aceh dapat disebut ldquoDaerah Istimewa Acehrdquo

dengan catatan bahwa kepada daerah tersebut tetap berlaku ketentuan-

ketentuan mengenai Daerah Swantantra Tingkat I seperti termuat

dalam undang-undang No 1 tahun 1957 tentang pokok-pokok

Pemerintahan Daerah begitu pula lain-lain peraturan perundangan

yang berlaku untuk Daerah Swantantra Tingkat I mengenai otonomi

yang seluas-luasnya terutama dalam keagamaan peradatan dan

pendidikan186

2 Segala aparat dari NBA NII (MiliterPolisiSipil) diterima ke dalam

pasukan yang bernama pasukan Tgk Tjhik di Tiro sebagai bagian dari

Komando Daerah Militer Aceh Iskandar Muda Sesuai dengan

pernyataan Misi Pemerintah Pusat yang bertanggal Kutaraja 26 Mei

1959

3 Pemerintah akan membantu sekuat tenaga dalam batas-batas

kemampuan negara pembangunan semesta di Aceh terutama dalam

bidang-bidang yang langsung menyentuh kepentingan rakyat jasmani

dan rohani sebagai langkah pertama untuk merealisir maksud

pemerintah tersebut Misi Pemerintah Pusat telah membawa otorisasi

sejumlah 884 juta rupiah

Dalam rangkaian tujuan-tujuan hasil dari pemikiran pada musyawarah

dengan Pemerintah Pusat melalui Misi Hardi maka Dewan Revolusi NBA NII

telah187

186

Keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959 Yang dibuat dalam menyelesaikan

persoalan di Aceh melalui musyawarah keputusan dari kedua belah pihak Pernyataan yang

diterangkan oleh Panglima KDMA 187

El Ibrahimy Op Cit hal 168-169

71

1 Menyatukan diri ke dalam Republik Indonesia untuk melanjutkan

revolusi nasional 1945 dengan berlandaskan Undang-Undang Dasar

1945 untuk mencapai kebahagiaan kamakmuran dan ketinggian

agama nusa dan bangsa

2 Melebur organisasi NBA Sipil dan Militer ke dalam tubuh Pemerintah

Republik Indonesia secara wajar188

Selain dari dalam kubu yang sudah terpecah menjadi dua pemulihan

keamanan Aceh juga dilakukan secara terus-menerus oleh pihak pemerintah pada

masa Kol M Jasin kepada pihak Daud Beureueh Melalui Kol Jasin yang datang

ke Aceh sebagai panglima KODAM I Iskandar Muda menggantikan Panglima

Sjamaun Gaharu dimana Aceh dalam suasana bergolak Tujuannya adalah

menciptakan ketenangan yang dapat dipelihara dan seruan kembali ke pangkuan

Ibu Pertiwi terhadap pihak pejuang dibawah pimpinan Daud Beureueh Dalam

mencapai tujuannya Kol Jasin menyerukan kampanye pemulihan keamanan Aceh

kesetiap daerah-daerah dan kecamatan-kecamatan di Aceh Pada pidatonya

tanggal 2 Maret 1962 Kol Jasin mengatakan bahwa ldquoia dari pihak pemerintah

pusat mengajak kepada masyarakat ramai-ramai untuk membantunya dalam

penyelesaian keamanan di Aceh yang terjadi sekitar 8 tahun yang membuat

banyak masyarakat menderita Bantuan dari masyarakat mengenai penyelesaian

keamanan Aceh merupakan tanggung jawab dari semua pihak baik dari kalangan

pemerintah pusat atau pun masyarakat di daerah Aceh Dan kemudian gerakan

kampanye menyerukan penyelesaian keamanan oleh Kol Jasin di akhiri di Aceh

Timur Langsa dan mengatakan bahwa seluruh daerah Aceh kembali menjadi

daerah yang aman dari Darulharb menjadi Darussalam189

Selanjutnya penyelesaian keamanan dilakukan oleh Kol Jasin dengan

Daud Beureueh Dimulai melaluit surat-menyurat antar keduanya pada tanggal 7

Maret 1961 Dalam surat itu Kol Jasin menyampaikan bahwa beliau oleh

atasannya telah diberi amanat bahwa pemerintah Republik Indonesia masih tetap

mengharapkan kembalinya Daud Beureueh dengan cara yang baik demi

188

Seperti tercantum dalam surat penyataan Dewan Revolusi Gerakan Revolusioner Islam

Aceh bertanggal 26 Mei 1959 189

Pidato Panglima Jasin dalam musyawarah kerukunann Rakyat Aceh pada bulan

Desember 1962

72

kebahagiaan rakyat dan daerah Aceh Pada tanggal 4 Agustus 1961 respon

dilakukan oleh Daud Beureueh melalui utusan pribadinya A R Hasjim kepada

Panglima Jasin untuk menyampaikan isi hatinya tentang apa cita-citanya kepada

beliau Dan pada tanggal 5 Agustus 1961 Kol Jasin mengirimkan surat kembali

menyatakan keharuannya atas kesediaan Daud Beureueh mengirimkan utusan

pribadinya dan menjadikan sebuah isyarat bagi penyelesaian keseluruhan

persoalan Aceh Kemudian pada tanggal 2 November 1961 pertemuan antar Kol

Jasin dan Daud Beureueh terlaksana di Langkahan Simpang Ulim daerah Aceh

Timur190

Pertemuan yang diliputi suasana ramah tamah dan persahabatan itu Daud

Beureueh menyampaikan keinginannya untuk melakukan pertemuan kepada pihak

yang lebih tinggi dengan mengutus M Hasballah Daud191

kepada Menteri

Keamanan Nasional Jendral Nasution di Jakarta Dalam rangka usaha

penyelesaian keamanan lahir dan batin di seluruh Aceh Keinginan Daud

Beureueh di setujui oleh Kol Jasin dan bersedia membantu pelaksanaannya192

Pada tanggal 21 November 1961 M Hasballah Daud yang ditemani oleh Letkol

Nyak Adam Kamil Kastaf KODAM I Iskandar Muda dan Kapten A Manan dari

Staf I diterima oleh Jendral Nasution yang didampingi oleh Letkol Barkah Pada

pertemuan antara kedua belah pihak ini menghasilkan pokok tujuan yang sama

Yaitu dengan menyambut Da‟wah Daud Beureueh itu Jendral Nasution

menyatakan bahwa apa yang terkandung dalam Da‟wah itu telah tercakup oleh

Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia No 1Misi Hardi tahun 1959

Kepada daerah Aceh selain telah dibenarkan dalam penyebutannya menjadi

Daerah Istimewa Aceh pun telah diberikan keistimewaan dalam tiga bidang yaitu

agama peradatan dan pendidikan sebagai wadah Jendral Nasution telah member

kuasa penuh kepada peperda dan pemerintah daerah Aceh untuk mengatur

190

El Ibrahimy Op Cit hal 181 191

M Hasballah Daud adalah Anak dari Tgk M Daud Beureueh Didalam Tentara Islam

Indonesia menjabat sebagai Kepala Staf 192

Dari surat Tgk M Daud Beureueh kepada Menteri Keamanan Nasional Jendral

Nasution yang dibawa oleh M Hasballah Daud berisi ketidakpuasan Daud Beureueh terhadap

Panglima KODAM I Iskandar Muda Kol Jasin Karena beranggapan bahwa Kol Jasin tidak

mempunyai wewenang yang cukup dalam memberikan suatu keputusan mengenai tuntutan yang

diajukannya Daud beureueh ingin mengemukakan langsung keinginannya itu kepada Menteri

Keamanan Nasional dengan harapan keinginannya dapat terkabul

73

pelaksanaannya Dan menghimbau agar seluruh masyarakat Aceh dan alim ulama

mengisi keputusan itu dengan membantu pelaksanaannya193

Usaha pemulihan Aceh tidak selalu berjalan dengan lancar terlihat ketika

surat Daud Beureueh yang bertanggal 16 Desember dengan segala lampirannya

yang disampaikan melalui M Hasballah Daud dan Baihaqi A K kepada Menteri

Keamanan Nasional di Jakarta Terhambat saat Kol Jasin melihat surat itu dengan

segala lampirannya Kol Jasin tidak mengizinkan mereka berangkat ke Jakarta

untuk menyampaikan surat tersebut kepada Jendral Nasution Dan ada surat tidak

resmi bertanggal 16 Desember 1961 yang maksudnya menjelaskan kepada

Jendral Nasution tentang hakikat dari pada Islam tidak saja berarti aqidah dan

ibadah akan tetapi mencakup apa yang dinamakan ldquonizhamrdquo yaitu pengaturan

hidup dan kehidupan manusia sebagai jawaban atas surat Jendral Nasution tanggal

21 November 1961 Seiring dengan tidak diizinkannya pertemuan ke Jakarta

maka berakhirlah surat-menyurat antara Daud Beureueh dan Jendral Nasution

Selain dengan Kol Jasin benturan juga terjadi dengan Hasan Ali Hasan Ali

sebagai Perdana Menteri Republik Islam Aceh berangkat keluar negeri untuk

bertemu dengan Mr S M Amin mantan Gubernur Sumatera Utara untuk

melakukan pertemuan dalam persoalan pemulihan keamanan diseluruh Indonesia

umumnya dan di Aceh khususnya194

Selanjutnya Hasan Ali menyetujui tuntutan Mr S M Amin dan isi teks

baru yang telah disetujui adalah sebagai berikut

A Mengenai umum

193

Mengenai keputusan Daerah Istimewa Aceh Daud Beureueh tidak puas dengan

keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959 (Misi Hardi) Meskipun sudah dibenarkan daerah

Aceh memakai nama ldquoDaerah Istimewa Acehrdquo akan tetapi keistimewaan yang sebenarnya tidak

ada Keistimewaan Aceh yang dimaksud keistimewaan yang bersumber dalam jiwa raga yang

sangat ldquofanaticrdquo pada agama Islam Memobilisasi keadaan dalam masyarakat adalah terutama

memelihara perasaan keagamaan ini menghindarkan segala sesuatu yang sifatnya dapat

menyinggung 194

Pertemuan antara Hasan Ali dan Mr S M Amin dilakukan di Malaya (Malaysia)

sebelum keberangkatan Amin menuju Bangkok dan Hongkong Adapun pokok-pokok persetujuan

yang telah dicapai antara Hasan Ali dan Mr S M Amin mengenai Aceh adalah sebagai berikut

1 Menyetujui hal-hal yang telah tercapai dalam persetujuan-persetujuan dengan Dewan

Revolusi

2 Mengembalikan Aceh ke dalam alam demokrasi dan mengadakan pemilihan umum

untuk DPRD DPRD ini kemudian memilih Gubernur

3 Pemimpin-pemimpin yang memberontak tidak dipindahkan dari daerah Aceh

74

1 Menyetujui pemulihan keamanan ditempuh secara integral melalui

pusat organisasi masing-masing Dalam hal ini Aceh mengambil

inisiatif ke jurusan itu

2 Mengadakan pemilihan umum secepat-cepatnya untuk

Konstituante Parlemen Presiden dan DPR-DPR Daerah atas dasar

Undang-Undang Pemilihan Umum No 7 tahun1953

3 Golongan-golongan dan perorangan yang bertentangan dengan

Pemerintah Republik Indonesia baik yang mengangkat senjata

maupun yang tidak berhak kembali dalam kegiatan politik

4 Mengadakan amnesti umum dan rehabilitasi tanpa pengecualian

B Mengenai Aceh khususnya

1 Mendukung sepenuhnya persesuaian tersebut dan memikul semua

konsekuensinya

2 Menyetujui berlaku sepenuhnya persetujuan-persetujuan yang telah

tercapai antara Pemerintah Republik Indonesia dan Dewan

Revolusi Aceh

3 Menyetujui penggantian kerugian rakyat umumnya sebagai akibat

persengketaan bersenjata di Aceh

4 Pemimpin-pemimpin yang mengadakan perlawanan bersenjata

tidak dipindahkan dari daerah dan kalau mereka menyukai

ditampung oleh Pemerintah kemana saja mereka sukai195

Rasa kekecewaan terlihat ketika Hasan Ali tidak bijaksana Terlihat dari

pertemuan yang dilakukan diluar negeri sangat memakan banyak waktu hampir

sekitar empat bulan lamanya Daud Beureueh merasa kesal dengan berlama-

lamanya Hasan Ali di luar negeri sedangkan keadaan Aceh kian hari kian

memilukan hati Daud Beureueh menganggap hal ini sebagai bentuk kesengajaan

untuk memperlama tinggalnya Hasan Ali di luar negeri sedangkan usaha-usaha

menghancurkan Republik Islam Aceh dari dalam terus dijalankan dengan segiat-

giatnya Pertemuan berikutnya dihadiri oleh Tritunggal yaitu Panglima

195

El Ibrahimy Op Cit hal 191-192

75

Gubernur dan Kepala Polisi ldquoDaerah Istimewa Aceh Kepala Staf KODAM I

Iskandar Muda Kepala Kehakiman Kepala Kejaksaan dan Kepala Mahkamah

Syariah Pokok laporan Daud Beureueh dan stafnya serta pasukan Ilyas Leube

akan bersedia ke pangkuan Ibu Pertiwi dengan syarat bahwa Daerah Istimewa

Aceh dilaksanakan unsur-unsur Syari‟at Islam dalam batas-batas yang

dimungkinkan perundang-undangan negara Kemudian setelah mendengar

keinginan Daud Beuereueh Kol Jasin mengatakan bahwa akan mempertaruhkan

jabatannya untuk menyetujui keinginan Daud Beuereueh dengan mengeluarkan

suatu keputusan PEPERDA

Dan pada tanggal 21 Mei 1962 di Banda Aceh di adakanlah kenduri besar

sebagai tanda bersyukur kepada Tuhan dan sebagai manifestasi kegembiraan atas

pulihnya keamanan di seluruh Aceh dan terciptanya perdamaian yang sudah

sekian lama dinanti-nantikan baik oleh pemerintah maupun oleh rakyat

Tercapainya persetujuan mengenai penyelesaian keamanan yang terakhir antara

Kol Jasin dan Daud Beureueh tidak hanya menimbulkan kelegaan dan

kegembiraan di kalangan rakyat akan tetapi juga berdampak di kalangan staf

Daud Beureueh seperti juga dikalangan staf KODAM I Iskandar Muda Dengan

pulihnya keamanan secara menyeluruh seluruh kekuatan baik pemerintah

maupun rakyat dapat dikerahkan untuk melaksanakan pembangunan daerah Aceh

yang memiliki banyak potensi ekonomi yang sangat bermanfaat baik untuk

kemajuan daerah Aceh atau pun untuk kemajuan negara196

Pertentangan diantara kaum republik Daud Beureueh melalui DITII

dengan pemerintah pusat telah menimbulkan ketegangan antara rakyat yang

memperjuangkan DITII Aceh dengan Jakarta Ini membuat usaha damai yang

hendak dicapai dan dilaksanakan dengan cara keras berupa tekanan oleh TNI di

satu pihak di samping pemberian amnesti dan abolisi197

kepada anggota DITII di

pihak lainnya Dengan menggunakan kedua cara ini secara tidak langsung telah

mendorong beberapa tokoh DITII Aceh termasuk Hasal Ali selaku Perdana

196

El Ibrahimy Op Cit hal 216 197

Amnesti adalah pengampunan atau penghapusan hukuman yang diberikan kepala

negara kepada seseorang atau sekelompok orang yang telah melakukan tindak pidana tertentu

Sedangkan abolisi adalah peniadaan peristiwa pidana dengan cara menghapuskan membatalkan

atau mengakhiri

76

Menteri DITII Aceh Mereka mengubah pendapat bahwa tidak ada manfaatnya

lagi untuk melanjutkan permusuhan dengan Jakarta sebaliknya sudah tiba

masanya untuk meletakkan senjata dan kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi198

Hal

ini membuktikan bahwa teori mengenai konflik menurut MR S M Amin adalah

benar tentang perubahan sifat pada koflik yang terjadi antara rakyat Aceh dan

pemerintah dari awalnya bersifat revolusioner menjadi evolutioner

Dari pemaparan di atas jelas sikap Daud Beureueh menentang atau tidak

pro feodal Pada masa perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh Mr S M

Amin menerangkan bahwa terjadi revolusi nasional dan revolusi sosial Revolusi

sosial adalah revolusi terhadap pengkhianat Cumbok Peristiwa Cumbok199

atau

perang saudara adalah konflik antara uleebalang yang bekerjasama mengatur

sistem pemerintahan bersama Belanda dengan ulama yang mempunyai prinsip

anti penjajahan Sedangkan revolusi nasional adalah revolusi untuk menanamkan

nilai-nilai keIslaman yang terdapat pada ideologi di seluruh Indonesia khususnya

Aceh sebagai usaha mewujudkan cita-cita keinginan bersama200

Jika dikaji lebih mendalam mengenai konflik yang terjadi peristiwa

berdarah ini merupakan akibat dari konflik vertikal Konflik itu sendiri adalah

pertentangan yang mempunyai hubungan erat dengan proses integrasi Hubungan

ini disebabkan karena proses integrasi adalah sekaligus suatu proses disorganisasi

dan disintegrasi Makin tinggi konflik atau pertentangan intra-kelompok makin

besar gaya sentripentalnya Artinya saling mempengaruhi satu sama lain makin

besar permusuhan terhadap kelompok luar makin besar integrasi Konflik tidak

selalu mengandung makna yang disfungsional Konflik justru dapat menjadi

198

Makna kata Ibu Pertiwi adalah sama dengan tanah air yang berarti Republik Indonesia 199

Berbeda pendapat dengan Mr S M Amin menurut M Nur El Ibrahimy revolusi

terhadap uleebalang di Aceh dibagi dalam dua tahap Revolusi tahap pertama yang dilancarkan

terhadap uleebalang yang termasuk dalam golongan Cumbok yang oleh pemerintah T Nyak Arif

sampai Panglima Polem Mohd Ali dianggap pengkhianat dan musuh Negara Republik Indonesia

Dan revolusi tahap kedua yang dilancarkan oleh Tentara Perjuangan Rakyat (TPR) dibawah

pimpinan Tgk Husin Almujahid pada bulan Maret 1946 terhadap uleebalang yang tidak termasuk

golongan Cumbok sebagai upaya untuk menggantikan sistem pemerintahan feodal dengan sistem

pemerintahan yang demokratis adalah revolusi sosial Dan dikatakan juga revolusi tahap kedua

adalah tanggung jawab Daud Beureueh terkait dengan pergerakan organisasinya PUSA Dan pada

akhir pergerakan revolusi tahap kedua Almujahid lepas dari segala ekses yang terjadi selama

gerakan TPR merupakan salah seorang tokoh yang berjasa meruntuhkan sistem feodal yang telah

berurat berakar berabad-abad dalam masyarakat Aceh 200

El Ibrahimy OpCit hal 114

77

sesuatu yang fungsional Selain itu konflik juga dapat berfungsi sebagai

stabilisator sistem sosial dalam meredakan ketegangan antara pihak-pihak yang

bertikai201

Dalam peristiwa berdarah ini tidak berjalan dengan tenang dan damai

melainkan dengan jalan kekerasan dan konflik antara Darul Islam Tentara Islam

Indonesia Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereueh dengan pemerintah pusat

Keamanan di Aceh yang belum terkendali membuat pemerintah mengirimkan

bantuan militer terhadap pamong praja untuk mematahkan perjuangan atau

pemberontakan yang dilakukan oleh Daud Beureueh Sikap Daud Beureueh

dianggap tidak mau mengindahkan pertimbangan politis yang selaras pada

pendirian pemerintah pusat yaitu mengenai dasar negara202

Dalam kaitannya dengan konflik yang terjadi antara Darul Islam dan

pemerintah pusat ini merupakan jenis konflik yang bersifat destruktif Yakni

konflik yang dipicu oleh rasa kebencian kekecewaan yang tumbuh dan tertanam

didalam diri mereka masing-masing Dari kaca mata politik konflik destruktif ini

tumbuh karena fanatisme para pendukung di suatu kelompok grup ataupun

organisasi Erat kaitannya dengan kajian ini tentang fanatisme masyarakat Aceh

yang mendukung cita-cita dan keinginan bersama yaitu mendirikan Negara Islam

Indonesia Akibatnya dari konflik destruktif berupa benturan-benturan fisik yang

membawa kerugian jiwa atau harta Banyak korban yang berjatuhan pada

peristiwa berdarah ini Ada tiga cara untuk mencegah terjadinya konflik

1 Menggunakan asas ldquotepo selirordquo apabila tidak mau disakiti orang lain

jangan pula menyakiti orang lain

2 Bersikap demokratis menghargai pluralisme pendapat paham dan

suku yang beragama dalam masyarakat

3 Mempunyai sikap toleransi terhadap agama yang berbeda tanpa kita

harus keluar dari akidah agama kita masing-masing

201

Ulfah Fajarini Konflik dan Integrasi Potret Keagamaan Masyarakat Sawangan

Artikel surat kabar majalah Al-Turas Vol 11 No 3 September 2006 202

_______ Tentang Soal Memulihkan Keamanan di Aceh artikel surat kabar majalah

WAKTU No23 tahun 1955

78

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Ketika Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17

Agustus 1945 rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereuh dan ulama-ulama

lainnya bergerak dan berjuang mempertahankan proklamasi kemerdekaan Aceh

awal perjuangan kemerdekaan Indonesia secara de facto merupakan bagian dari

provinsi Sumatera dengan kebijakan undang-undang sementara tahun 1945 yang

membagi wilayah Indonesia dalam 10 provinsi Perjuangan Daud Beureueh

menegakan syariat Islam di Aceh terjadi pada masa Era Orde Lama Pertentangan

politik dengan pemeritah pusat terjadi setelah Aceh digabungkan kembali menjadi

bagian atau bdquoresiden‟ Sumatra Utara setelah sebelumnya menjadi provinsi yang

terpisah dengan provinsi Sumatra Utara

Tidak hanya itu alasan pada 21 September 1953 di Aceh meletus suatu

peristiwa berdarah yang merupakan tragedi bagi rakyat Tanah Rencong adalah

karena rakyat Aceh merasa sangat kecewa geram marah akibat dari janji-janji

pemerintah disaat rakyat Aceh bersatu padu mengeluarkan semangat gelora

mempertahankan kedaulatan NKRI dengan seluruh jiwa raga dan harta bendanya

sebagai bukti kesetiaannya pada Republik Indonesia Selain persoalan ideologi

keagamaan pemberontakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia DITII Aceh

adalah bentuk perlawanan terhadap pengaruh pemerintahan pusat yang kian

merasuk Dimana isu-isu palsu yang disebarkan pemerintah mengenai pengadaan

senjata gelap oleh tokoh-tokoh pejuang Aceh tidak benar adanya Hal itu yang

menjadi puncak kemarahan dan rakyat Aceh dibawah pimpinan Tgk M Daud

Beureueh menagambil sikap melawan

Pada masanya perjuangan Daud Beureueh memiliki rentan waktu yang

lama Mulai dari masa kolonial Belanda masa kedudukan Jepang masa pra dan

pasca kemerdekaan dan masa revolusi Pembentukan Negara Islam yang

merupakan cita-cita impian Daud Beureueh terilhami dari perjuangan DI TII

pimpinan Imam Soekarmadji Maridjan Kartosuwiryo Dan juga menjalin

79

kerjasama dengan PRRIPERMESTA dalam mencapai tujuan bersama untuk

menghancurkan regime Soekarno dan mendirikan Negara Islam Indonesia

Pada tahapan kesadaran sosial tersebut perkembangan Islam di Indonesia

terbagi menjadi tiga zaman zaman mitos zaman ideologi dan zaman

pengetahuan atau ilmu Dalam kaitannya dengan Aceh perjuangan menegakan

syariat Islam muncul ketika zaman ideologi Pada perjuangan yang dipimpin

Daud Beureueh ini penulis membagi menjadi dua motif dilakukannya

pemberontakan yaitu Islam dan Politik Dan konflik yang terjadi ini menimbulkan

pertentangan antara masyarakat Aceh dengan pemerintah prasangka sebab

dugaan merupakan sikap bermusuhan yang terjadi antar kelompok yang

satuterhadap kelompok lainnya yang didasari pada ciri yang tidak menyenangkan

Pada perjuangannya ini yang terjadi di Era Orde Lama menurut teori Banton

mengenai prasangka ini merupakan teori frustasi-agresi (frustration-aggression

theory)

Selanjutnya analisa penulis terkait langkah-langkah Daud Beureueh dalam

mewujudkan apa yang di cita-citakannya adalah terinspirasi dari perjuangan

dakwah yang ditempuh oleh Rasulullah SAW yaitu melalui tahap pembinaan dan

pengkaderan tahap interaksi dan perjuangan dan tahap penerimaan kekuasaan

dalam membentuk DITII Aceh Walaupun pada kenyataannya pemberontakan

tidak terjadi begitu saja melainkan melalui 3 tahapan yaitu tahap sabar tahap

benci (djidjik) dan tahap melawan Sedangkan menurut Wakil Presiden Jusuf

Kalla dalam wawancaranya pada harian KOMPAS Rabu 10 Desember 2014

Pukul 1801 WIB di Jakarta terkait motif yang terjadi pada konflik di Aceh

mengatakan bahwa ldquopemberontakan DI TII bukan terjadi karena adanya konflik

antar agama Untuk kasus Aceh ia menilai hal itu terjadi karena hak-hak ekonomi

warga tidak terpenuhi Masalah Aceh itu bukan masalah syariah Orang berfikir

Aceh mau menjalankan syariah Islam tidak Siapa bilang kita membicarakan

Islam Kita berbicara kenapa ekonomi Aceh rendah padahal alamnya kayardquo

Dalam kacamata penulis konflik yang terjadi antara Darul Islam Tentara

Islam Indonesia (DI TII) dengan pemerintah adalah konflik politik yang

memperebutkan pengaruh dimasyarakat dalam mencapai tujuannya masing-

masing Perebutan kekuasaan yang berdasar pada ideologi yang berbeda satu

80

sama lain itu memunculkan berbagai aspek sumber kekuasaan Sumber kekuasaan

berupa kekayaan dan kepercayaan atau agama Adapun langkah-langkah

penyelesaian persoalan konfrontasi politik antara rakyat Aceh dibawah pimpinan

Daud Beureueh dan pemerintah pusat diawali dengan munculnya Dewan

Revolusi yang diketuai oleh A Gani Usman dan dengan dilakukannya gencatan

senjata Dan upaya penyelesaian akhir melalui musyawarah antar kedua belah

pihak yang bertikai

B Saran-saran

Pertama Dari pemaparan penulis kita bisa melihat bagaimana perjuangan

revolusioner seorang tokoh ulama di Aceh dalam memperjuangkan dan

mewujudkan cita-cita yang menjadi keinginan terpendam umat Islam demi

kemajuan bangsa dan agama Hal ini diharapkan memberikan kita pelajaran yang

sangat berarti sebagai umat Islam terkait perjuangan bahwa kita sedang

mengemban tugas berat dan sedang berjuang mempertahankan identitas

keIslaman kita melalui syariat-syariat dan hukum Islam yang harus diterapkan

dalam kehidupan bermasyarakat Ini bukan suatu hal yang mudah terlebih lagi

dengan perkembangan zaman yang maju dan modern serta merasuknya pengaruh

dari luar Islam harus kita lihat sebagai sebuah tantangan zaman Dan sikap

perjuangan Daud Beureueh patut kita contoh dalam menjadikan kita sebagai umat

Islam yang kuat teguh percaya dan antusias dalam mengkaji lebih dalam

mengenai ilmu yang berlandaskan Islam

Kedua Sebagai umat Islam harus menguatkan keimanan kita Dilihat dari

apa yang diperjuangkan kita juga harus percaya bahwa Islam telah memberikan

solusi bagi masalah dikehidupan kita baik melalui syariat-syariat dan hukumnya

Dengan peraturan-peraturan dan ketentuan yang berdasar pada Islam diharapkan

menjadikan kita sebagai umat Islam yang teguh beriman cinta damai serta saling

menjaga dan menghormati antar sesame umat beragama lainnya Dan tidak

terpengaruh peraturan atau pun ketentuan di luar nilai-nilai yang terkandung

dalam Islam

81

Ketiga Kajian ini ditunjukan kepada para pemimpin tokoh masyarakat

dan orang-orang berpengaruh lainnya dengan melihat sosok Daud Beureueh

diharapkan bisa lebih menambah rasa antusias dan memotivasi diri dalam

menyebarkan dan melaksanakan nilai-nilai keIslaman di masyarakat Serta

menjadi sosok yang kharismatik seperti yang ditujukan oleh Daud Beureueh yang

mencerahkan hati dan pikiran umat Islam terkait peranannya Semoga para

pemimpin dan orang-orang berpengaruh saat ini menyadari bahwa peran mereka

sangat penting dalam menanamkan dasar-dasar Islam di kehidupan masyarakat

Dan kita sebagai umat Islam patut menjaga dan mempertahankan hal tersebut

Keempat sebagai sebuah pelajaran yang berharga saat pengkuburan

sejarah terjadi pada peristiwa berdarah atau yang lebih dikenal dengan

pemberontakan Tgk M Daud Beureueh dengan mengesampingkan alasan kenapa

bisa terjadi pemberontakan Merupakan sesuatu yang sangat memilukan apabila

kita mengetahui hal ini Serta membongkar tipu daya pemerintah saat itu yang rela

melakukan apa saja demi mewujudkan keinginannya tanpa memikirkan

perjuangan pengorbanan gelora semangat kemerdekaan yang berjuang dengan

seluruh jiwa raga dan harta berharga demi mempertahankan kedaulatan Republik

Indonesia

82

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Primer

Artikel MajalahSurat Kabar

Pembantu-Chas ldquoWakturdquo di Djakarta ldquoKabinet dan Atjehrdquo Waktu No44

ldquoTentang Soal Memulihkan Keamanan di Atjehrdquo Tahun 1955

Buku

Jakobi A K1992 Aceh Daerah Modal Jakarta Yayasan Seulawah RI-001

El Ibrahimy M Nur 1982 Tgk M Daud Beureueh Perananya dalam

Pergolakan di Aceh Jakarta Gunung Agung

Hasjmy A 1997 Ulama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan

Pembangunan Tamadun Bangsa Jakarta PT Bulan Bintang

Amin MR S M 2014 Memahami Sejarah Konflik Aceh Jakarta Yayasan

Pustaka Obor Indonesia

Sumber Sekunder

Artikel MajalahSurat Kabar

Abdullah TaufikldquoKarena Keterkaitan Ideologisrdquo Panji Masyarakat No419

Jurnal

Danial Analisis Jurnal Studi KeIslaman Volume XII Nomor 1 Juni 2012

ldquoSyariat Islam dan Pluralitas Sosial Studi Tentang Minoritas Non-

Muslim dalam Qanun Syariat Islam di Acehrdquo Lampung IAIN Raden

Intan Lampung

Ahwan Fanani Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoOtoritas Dalam Hukum Islam Antara Transformasi

83

Ahwan Fanani Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoOtoritas Dalam Hukum Islam Antara Transformasi

dan Krisis Dalam Sistem Negara Modernrdquo Ponorogo Jurusan Syari‟ah

STAIN Ponorogo

Shohibul Itmam Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoTransformasi Hukum Islam Menuju Hukum Positif

Dalam Konteks KeIndonesiaanrdquo Ponorogo Jurusan Syari‟ah STAIN

Ponorogo

Ensiklopedia

Nasution Harun dkk 1992 Ensiklopedi Islam Indonesia Jakarta Djambatan

Glasse Cyril 1999 Ensiklopedi Islam Ringkas Jakarta PT Raja Grafindo

Persada

Abdullah Taufik 2002 Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jakarta Ichtiar Baru

van Hoeve

Buku

Ibrahim Muhammad 1978 Sejarah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh

Banda Aceh Depdikbud

Talsya T A 1990 Modal Perjuangan Kemerdekaa Perjuangan Kemerdekaan di

Aceh Banda Aceh Lembaga Sejarah Aceh

Sani Usman Abdullah 2010 Krisis Legimitasi Politik Dalam Sejarah

Pemerintahan Di Aceh Jakarta Kementrian Agama RI Badan Litbang

dan Diklat Puslitbang Lektur Keagamaan

Reid Anthony 2011 Menuju Sejarah Sumatra Antara Indonesia dan Dunia

Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Ricklefs M C 2008 Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 Jakarta PT Serambi

Ilmu Semesta

84

Reid Anthony 1987 Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di

Sumatra Jakarta Pustaka Sinar Harapan

Hasjmy A 1985 Semangat Merdeka 70 Tahun Menempuh Jalan Pergolakan amp

Perjuangan Jakarta PT Bulan Bintang

Madjid M Dien 2014 Catatan Pinggir Sejarah Aceh Perdagangan Diplomasi

dan Perjuangan Rakyat Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Hasjmy A 1978 Bunga Rampai Revolusi Dari Tanah Aceh Jakarta PT Bulan

Bintang

Sjamsuddin Nazaruddin 1990 Pemberontakan Kaum Republik Kasus Darul

Islam Aceh Jakarta Pustaka Utama Grafiti

AbdullahTaufik Siddique Sharon 1988 Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia

Tenggara Jakarta LP3ES

Adan Hasanuddin Yusuf 2003 Tamaddun amp Sejarah Etnografi Kekerasan di

Aceh Yogyakarta Prismasophie Press

M Lapidus Ira 1999 Sejarah Sosial Ummat Islam Jakarta PT Raja Grafindo

Persada

Budiardjo Miriam 2008 Dasar-Dasar Ilmu Politik Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama

Kuntowijoyo 1985 Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia Yogyakarta

Shalahuddin Press

Kuntowijoyo 1995 Pengantar Ilmu Sejarah Yogyakarta Yayasan Bentang

Budaya

Gottschalk Louis 2006 Mengerti Sejarah Jakarta UI Press

Tuwu Alimuddin 1993 Pengantar Metode Penelitian Jakarta UI Press

Abdurahman Dudung 1999 Metode Penelitian Sejarah Jakarta Logos

85

Kartodirdjo Sartono 1992 Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah

Jakarta PT Gramedia

Emalia Imas 2006 Historiografi Indonesia Jakarta UIN Jakarta Press

Sunarto Kamanto 2004 Pengantar Sosiologi Jakarta Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Website

httpwwwjakartagoid

httpmelayuonlinecom

httpkebudayaankemdikbudgoid

httpkbbiwebid

httpmkompasianacom

httpnewsokezonecom

httpsoalacehtumblrcom

86

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I

Tokoh Teungku Muhammad Daud Beureueh

87

Lampiran II

Gambaran Keadaan Aceh Awal Perkembangan Islam

88

Lampiran

III

Wilayah Uleebalang Aceh Pada Tahun 1930-an

89

Lampiran IV

90

Lampiran V

Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo Dalam Rapat Dewan Pertahanan

Daerah yang berlangsung tanggal 20 Maret 1949 membicarakan masalah surat

undangan Wali Negara Sumatera Timur Dr Tengku Mansur

91

Lampiran VI

Staf Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo

92

Lampiran VII

Surat selebaran pada Peristiwa Berdarah di Aceh

93

Lampiran VIII

KEPUTUSAN PERDANA MENTERI

REPUBLIK INDONESIA

No 1Missi1959

PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA

Berkehendak mengambil langkah kebidjaksanaan untuk lebih

mendjamin penjempurnaan dan pembangunan dalam

daerah swatantra tingkat ke I Atjeh

Menimbang bahwa untuk maksud tersebut dipandang perlu

membenarkan sebutan ldquoDaerah Istimewa Atjehrdquo kepada

Daerah Swatantra Tingkat ke I Atjeh sebagai stimulans

untuk mengadjukan otonomi seluasnja dalam rangka

pelaksanaan Undang-Undang No 11957 tentang pokok-

pokok Pemerintahan Daerah

Memperhatikan pertimbangan Komandan Komando Daerah Militer Atjeh

dan Gubernur Kepala Daerah Swatantra Tingkat ke I

Atjeh

Mengingat kuasa jang telah diberikan oleh Dewan Menteri dalam

sidangnja ke-159 pada tanggal 31 Djanuari 1959

Keputusan Perdana Menteri RI No 196PM1959 tanggal

19 Mei 1959

MEMUTUSKAN

Pasal I Daerah Swatantra Tk Ke I Atjeh dapat disebut

ldquoDaerah Istimewa Atjehrdquo dengan djatatan bahwa kepada

daerah itu tetap berlaku ketentuan-ketentuan mengenai

daerah swatantra Tk Ke I seperti termuat dalam Undang-

94

Undang No 1 tahun 1957 tentang Pokok-pokok

Pemerintahan Daerah begitu pula lain-lain peraturan

perundangan jang berlaku untuk Daerah Swatantra tingkat

ke I mengenai otonomi jang seluas-luasnja terutama dalam

lapangan keagamaan peradatan dan pendidikan

Pasal II Keputusan ini mulai berlaku tanggal 26 Mei 1959

sampai ada ketentuan lain

Pasal III Memberikan instruksi kepada segenap Kementerian

Djawatan dan Dinas jang bersangkutan agar memberikan

bantuan seperlunja kepada Daerah swatantra tingkat ke I

Atjeh (Daerah Istimewa Atjeh) dalam pertumbuhan

otonomi jang seluasnja

Wk Perdana Menteri IKetua

Missi Pemerintah ke Atjeh

dto

= Mr Hardi =

Turunan dikirimkan kepada

1 Semua Menteri

2 KDMA

3 Gubernur Kepala Daerah Swatantra tk Ke I

Atjeh (Daerah Istimewa Atjeh)

4 Dan lain-lain instansi jang bersangkutan

95

Lampiran IX

96

Lampiran X

97

Lampiran XI

Page 6: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …

v

DAFTAR ISI

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipi

KATA PENGANTARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipii

DAFTAR ISIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipv

DAFTAR LAMPIRANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipvii

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip1

B Permasalahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

1 Identifikasi Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

2 Pembatasan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip7

3 Perumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip8

C Tujuan dan Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip8

D Kerangka Teorihelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip9

E Metode Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip11

F Tinjauan pustakahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip13

G Sistematika penulisanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip15

BAB II Biografi Tgk M Daud Beureueh

A Lingkungan Keluargahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip16

B Riwayat Pendidikanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip18

C Karya-karyanyahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip23

BAB III Kiprah Tgk M Daud Beureueh dalam Pemberontakan di Aceh

A Pembentukan Darul IslamTentara Islam Indonesia di Acehhelliphelliphelliphellip25

B Kedudukan dan Sikap Tgk M Daud Beureueh Dalam Pemberontakan di

Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip30

vi

C Respon Rakyat Aceh Terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh di

Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip41

BAB IV Pemberontakan dalam Perjuangan Menegakkan Syariat Islam di

Aceh

A Usaha-usaha Menegakkan Syariat Islam di Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip47

B Respon Pemerintah Terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh54

C Upaya penyelesaian Akhir Pemberontakan Tgk M Daud Beureuehhellip67

BAB V PENUTUP

A Kesimpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip78

B Saran-saranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip80

DAFTAR PUSTAKA82

LAMPIRAN-LAMPIRANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip86

vii

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lampiran I Gambar Tokoh Muhammad Daud Beureuehhelliphelliphelliphelliphellip86

2 Lampiran II Gambar Keadaan Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip87

3 Lampiran III Peta wilayah uleebalang tahun1930-anhelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip88

4 Lampiran IV Gambar Muhammad Daud Beureueh dan Ulama Acehhellip89

5 Lampiran V Gambar Pidato yang dilakukan oleh Muhammad Daud

dalam Rapat Dewan Pertahanan Daerahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip90

6 Lampiran VI Gambar Staf Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah

Karohelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip91

7 Lampiran VII Surat selebaran sisa-sisa feodalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip92

8 Lampiran VIII Missi Hardi 1959helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip93

9 Lampiran IX Surat Tgk M Daud Beureueh Kepada Soekarnohelliphelliphellip95

10 Lampiran X MAKLUMAT No GM-14-Mhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip96

11 Lampiran XI Surat Anakanda Kepada Ayahanda Daud Beureuehhelliphellip97

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Aceh sebuah kesultanan muslim di Sumatera Islam secara khas

menunjukan nuansa esoterisme pemikiran Ibn ‟Arabi1 Fenomena Aceh yang

berawal dari sebuah kerajaan berdaulat hingga menjadi salah satu bagian dari

Indonesia senantiasa berada dalam situasi kritis yang berkesinambungan

Berbagai krisis muncul seperti krisis politik yaitu pertikaian pendapat dan

pandangan di antara pemerintah pusat dan Aceh yang berkisar pada permasalahan

kekecewaan penindasan dan ketidaktulusan pusat dalam menjalankan sistem

pemerintahan di Aceh2 Sejak indonesia merdeka pada tahun 1945 Aceh telah

bergelimang dalam berbagai konflik diantarnya persoalan perang saudara seperti

perang Cumbok tahun 1946-1947 yang terjadi antara kaum Uleebalang dengan

kaum ulama yang bergabung dalam Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA)3 Jika

dilihat dari berbagai persoalan yang terjadi untuk kasus di Aceh penulis

berpendapat ini merupakan suatu perjuangan yang terjadi dibawah pimpinan Daud

Beureueh karena pada saat itu melalui PUSA Daud Beureueh menginginkan

proklamasi dimaknai secara nyata di Aceh Dimana tujuan perjuangan Daud

Beureueh adalah menegakan syariat Islam di tanah rencong dan menanamkan

sikap anti penjajahan4

Perjuangan rakyat Aceh tidak berhenti begitu saja pasca kemerdekaan

Republik Indonesia Belanda melakukan agresi bersenjata untuk kembali

1Harun Nasution dkk Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta Djambatan 1992) hal52-

57 2Abdulah Sani Usman Krisis Legitimasi Politik dalam Sejarah pemerintahan di Aceh

(Jakarta Badan Litbang dan diklat kementrian Agama RI 2010) hal1 3Persatuan ulama seluruh Aceh PUSA terbentuk pada tahun 1939 Didirikan oleh Tgk M

Daud Beureueh yang bertujuan untuk menghapuskan eksistensi hulu balang dan berfungsi untuk

mengatur tonggak pemerintahan di Aceh dengan berlandaskan syariat Islam Lihat MNur El

Ibrahimy Tgk M Daud Beureueh Peranannya dalam Pergolakan di Aceh (Jakarta Gunung

Agung 1982) hal72-77 4Perlu untuk diketahui bahwa tidak semua kaum Uleebalang bersikap sama dengan kaum

uleebalang yang terdapat di Pidie sebagai pemicu gerakan PUSA tetapi banyak kaum uleebalang

lainnya di Aceh berasal dari kaum ulama dan intelektual

2

menduduki seluruh kepulauan Indonesia Dalam usahanya menjajah Indonesia

Belanda menyiarkan berita-berita melalui surat kabar radio bahwa kedatangannya

bukan untuk menjajah Indonesia melainkan untuk menjaga keamanan yang

diakibatkan oleh perang Dunia II Selain melalui propaganda Belanda juga

melakukan dua agresi militer bersenjata yaitu agresi pertama tahun 1947 dan

agresi kedua tahun 1948 Akibat serangan itu hampir seluruh wilayah Indonesia

berhasil ditaklukan Dan daerah yang belum dikuasai satu-satunya adalah Aceh

beberapa kali Belanda berusaha menghancurkan perlawanan rakyat Indonesia di

daerah Aceh selalu digagalkan Baik darat udara atau pun laut percobaan

serangan Belanda dapat digagalkan dan Aceh berhasil mempertahankan

kedaulatan kemerdekaan Republik Indonesia Dan menjadikan Aceh sebagai

daerah modal5

Aceh dijuluki sebagai daerah modal selain karena kegigihan dari kekuatan

rakyat Aceh mempertahankan Republik Indonesia juga karena terdapat alat

komunikasi seperti pers dan radio Dengan adanya alat komunikasi tersebut

mempermudah hubungan antara pemerintah daerah-daerah lain antara pemerintah

Aceh dengan pemerintah pusat Melalui media ini dapat menyampaikan berita

secara praktis dan membangkitkan gelora semangat rakyat Aceh dalam

mempertahankan kedaulatan RI hingga titik darah penghabisan6 Peranan pers dan

radio di bidang ekonomi juga terlihat dari siaran tentang kebutuhan para pejuang

agar masyarakat dapat membantunya dalam bentuk makanan pikiran dan

persediaan perlengkapan lainnya Dan bantuan ekonomi lainnya adalah

pengumpulan dana sumbangan untuk membeli pesawat yang sangat dibutuhkan

untuk kelancaran perjuangan Pesawat yang dibeli berkat terkumpulnya

sumbangan masyarakat Aceh yang kemudian oleh Soekarno diberi nama

ldquoSeulawah RI-001rdquo Peran Aceh semakin penting ketika Teungku Muhammad

Daud Beureueh diangkat menjadi Gubernur militer Aceh Langkat dan Tanah

Karo yang berhasil menyatukan pasukan Aceh dari TRI laskar Aceh berbagai

divisi dan tentara pelajar Semakin banyak yang datang ke Medan Area maka

5A K Jakobi Aceh Daerah Modal (Jakarta Yayasan Seulawah RI-001 1992) hal219

6SM Amin Kenangan-kenangan di Masa Lampau (Jakarta Pradnya Paramita 1978)

hal103

3

dibentuk suatu badan koordinasi yang disebut RIMA (Resimen Istimewa Medan

Area)7 Satu-satunya front yang tidak mampu ditaklukan Belanda pada agresi

militer kedua adalah sektor barat atau utara front Medan Area yang dipertahankan

oleh RIMA pasukan dari Aceh

Ketika dalam keadaan krisis saat ibukota RI di Yogyakarta diduduki

Belanda Pemerintah pusat dipindahkan ke Bukit Tinggi dan membentuk

Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) Dengan agresi militer Belanda

yang kedua dapat dikatakan seluruh Sumatera telah berada dibawah kekuasaan

Belanda Satu-satunya daerah yang masih utuh belum dimasuki Belanda adalah

Daerah Aceh Hal ini menjadi faktor utama Aceh sebagai daerah modal

mempertahankan kedaulatan RI Aceh sebagai garis pertahanan RI terakhir

mempunyai peran yang sangat amat penting dimana ketika negara boneka yang

didirikan oleh Belanda sudah mengepung RI Pada saat itu Aceh menjadi penting

sebagai alternatif satu-satunya yang menentukan cita-cita bangsa dan negara RI

Dan ketika itu Presiden Soekarno memohon meminta bantuan kepada Gubernur

militer Aceh Langkat dan Tanah Karo Daud Beureueh untuk bersedia turut

mengambil bagian dalam perjuangan bersenjata yang tengah berkobar untuk

mempertahankan kemerdekaan Saat itu Soekarno memanggil Daud Beureueh

dengan sebutan kakak Selain meminta rakyat Aceh turut serta dalam perjuangan

Soekarno juga meminta bantuan untuk membeli sebuah pesawat dari sumbangan

masyarakat Aceh yang secara ikhlas dan tulus memberi sumbangan yang sangat

berharga untuk bangsa yang sedang berjuang sebagai tanda kesetiaan rakyat Aceh

pada NKRI

Hampir seluruh wilayah RI telah diduduki oleh Belanda tetapi Aceh tak

sedikit pun mundur menyerahkan daerahnya ke tangan penjajah Bahkan ketika

Indonesia sampai diujung tanduk melalui lidah manis Soekarno lebih dahulu

meminta bantuan kepada Aceh untuk membantu mempertahankan kemerdekaan

RI Tapi sama halnya seperti Belanda manis di bibir tak sama seperti kenyataan

yang ada Aceh dikhianati dengan digabungkannya provinsi Aceh dibawah

provinsi Sumatera Utara Aceh yang dipimpin oleh Daud Beureueh saat itu

7Muhammad Ibrahim Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Banda Aceh

Depdikbud 1978) hal210

4

terpedaya oleh tangisan Soekarno yang berjanji akan memberikan hak

menerapkan Syariat Islam di bumi Aceh jika Aceh mau bergabung membantu

memperjuangkan mempertahankan kedaulatan kemerdekaan Republik Indonesia

Pertentangan politik dengan pemerintah pusat yang terjadi setelah Aceh

digabungkan kembali menjadi bagian atau bdquoresiden‟ Sumatra Utara setelah

sebelumnya menjadi provinsi yang terpisah dengan provinsi Sumatra Utara Hal

ini membawa kepada suatu keadaan yang meresahkan akibat adanya tarik menarik

antara Aceh dan pemerintah pusat atau dengan kata lain pemerintah pusat tidak

mengakui pembentukan provinsi Aceh yang terpisah sehingga terjadi tumpang-

tindih kebijakan yang membawa kepada krisis kekuasaan8 Terkait teori kesadaran

sejarah Kuntowijoyo hal ini dapat memberikan tantangan kritik pendapat serta

sikap dalam pertentangan antara rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beureueh

dengan pemerintah pusat

Aceh ketika awal perjuangan kemerdekaan Indonesia secara de facto

merupakan bagian dari provinsi Sumatera dengan kebijakan undang-undang

sementara tahun 1945 yang membagi wilayah Indonesia dalam 10 provinsi

Setelah Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17

Agustus 19459 rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereuh dan ulama-ulama

lainnya bergerak dan berjuang mempertahankan proklamasi kemerdekaan10

Daud

Beureueh orang kuat Aceh dan benteng Republik dalam revolusi menolak untuk

menerima suatu pekerjaan di Jakarta dan tetap bermukim di Aceh sambil

memperhatikan perkembangan Pada saat itu revolusi kemerdekaan Indonesia tak

luput dari pengamatan Daud Beureueh Dia mengamati dengan tenang dan hati

hati setiap perkembangan yang terjadi Dan selama tokoh-tokoh Masyumi

memegang kedudukan yang penting dalam kabinet dia tidak melakukan tindakan

apapun akan tetapi pada bulan mei 1953 ditemukan bukti bahwa dia telah

menjalin hubungan dengan Kartosuwirjo dari Darul Islam Gerakan Darul Islam

bagaimanapun merupakan bagian dari akibat sampingan proses sosial politik yang

8Ibid hal177-178

9 17 Agustus 1945 atau 9 Ramadhan 1364 Hijriah

10 A Hajsimy Ulama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan Pembangunan Tamadun

Bangsa (Jakarta Bulan Bintang 1997) hal109

5

terjadi pasca kemerdekaan11

Ketika masa kabinet Ali terbentuk tersebar desas-

desus bahwa pemerintah pusat melalui kabinet bermaksud menangkapi orang-

orang terkemuka Aceh Berita tersebut kemudian sampai di telinga Daud

Beureueh bahwa ia dan sejumlah kawan-kawannya akan ditangkap oleh tentara

dengan alasan menyimpan senjata gelap12

Daud Beureueh menyatakan bahwa ia

tidak berkeberatan bila ditangkap dan dibunuh akan tetapi jangan dengan alasan

yang dibuat-buat dan jangan mengelabui mata rakyat Selanjutnya Daud Beureueh

menyatakan dalam suratnya bahwa dalam menghadapi tindakan sewenang-

wenang pihak tentara rakyat akan melalui tiga tahap tahap sabar tahap benci dan

tahap melawan Sekarang rakyat sudah sampai kepada tahap kedua Maka oleh

karena itu beliau mengharapkan kebijaksanaan Presiden Soekarno kiranya hal-hal

yang tidak diinginkan dapat dihindari13

Aceh memang pada akhirnya memberontak melalui gerakan DITII Aceh

Pada 21 September 1953 di Aceh meletus suatu peristiwa berdarah yang

merupakan tragedi bagi rakyat Tanah Rencong Ini merupakan awal perjuangan

dalam menegakan syariat Islam14

Daud Beureueh mengumumkan bahwa di Aceh

yang kini merupakan bagian dari Darul Islam tidak ada lagi pemerintahan

Pancasila Selain persoalan ideologi keagamaan pemberontakan Darul Islam

adalah bentuk perlawanan terhadap pengaruh pemerintahan pusat yang kian

merasuk Pemerintah merespon cepat tindakan yang dianggap sebagai

pemberontakan tersebut Ali Sastroamidjojo mengirimkan pasukan-pasukan untuk

menghalau kaum perjuangan dari kota-kota yang penting15

Dalam usahanya

memulihkan keamanan di Aceh Ali Sastroamidjojo memilih tindakan kekerasan16

Usahanya tidak langsung berbuahkan hasil tetapi melalui beberapa proses Daud

Beureueh yang mundur dari Batee ke Lapang kira-kira sebelah utara Sampoi Niet

Lhok Sukon (Aceh Utara) dalam usaha penyelesaian keamanan menemui jalan

11

Ibid hal197-198 12

M C Ricklefs Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (Jakarta Serambi 2010) hal

514 13

Lihat lampiran XI 14

Ibid hal1 15

Ibid hal514-515 16

Ibid hal162

6

buntu militer yang berlanjut sampai tahun 195917

Pada akhir Mei 1959 dilakukan

upaya akhir yaitu musyawarah antara dewan revolusi dan misi Hardi untuk

mencapai persetujuan leburlah Negara Bagian Aceh dari Negara Islam

Indonesia18

Misi Hardi dengan Keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959

telah berusaha ke arah memenuhi keinginan dan hasrat rakyat Aceh Keputusan

ini telah memberikan hak kepada daerah Aceh untuk memakai sebutan ldquoDaerah

Istimewa Acehrdquo19

Seperti yang telah dijelaskan diatas maka tercetuslah pemberontakan

DITII di Aceh yang dipelopori oleh Tgk M Daud Beureueh pemimpin DITII

Aceh yang tampil sebagai pemegang kekuasaan melalui bdquo‟revolusi sosial‟‟ dan

menjadi gubernur militer Aceh Langkat dan Tanah Karo pada 1948-1950

memimpin pemberontakan melawan kendali Jakarta pada 1953-1962 atas dasar

dua alasan yakni menentang diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatra Utara

dan gagalnya republik melaksanakan hukum Islam20

Pemberontakan Daud

Beureueh bertujuan untuk mendirikan negara Islam Indonesia bukan untuk

mencapai Aceh merdeka karena ia percaya bahwa itulah yang diperjuangkan oleh

orang Aceh sedemikian gigihnya selama revolusi mempertahankan kemerdekaan

Republik Indonesia21

Maka dari itu penulis tertarik untuk membahas sepak

terjang Tgk M Daud Beureueh dalam sebuah proposal berjudul Peran Tgk M

Daud Beureueh Dalam Pemberontakan di Aceh 1953-1962

17

M C Ricklefs OpCit hal515 18

M Nur El Ibrahimy OpCit hal168-171 19

Perkataan ldquoistimewardquo ini menimbulkan associatie-associatie pikiran pada suatu daerah

yang memang benar-benar bersifat ldquoistimewardquo suatu daerah yang berhak luas mengatur hal-hal

dalam setiap bidang pemerintahan Akan tetapi hak yang diberikan isi pada statusistimewa itu

pada hakikatnya bukanlah suatu hal yang luar biasa oleh karena yang diberikan itu hanyalah hak

otonomi yang berpokok pangkal pada undang-undang tahun 1957 sehingga perkataan ldquoistimewa

itu sebenarnya tidak tepat antara nama tidak sesuai dengan isi menurut penafsiran yang lazim

daripada perkataan ldquoistimewardquo Lihat M Nur El Ibrahimy Op Cit hal186 20

Anthony Reid Menuju Sejarah Sumatra Antara Sumatra Antara Indonesia dan Dunia

(Jakarta KITLV amp NUS publising 2010) hal 388-389 21

Ibid hal341

7

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Pasca kemerdekaan terjadi konflik yang disebabkan perbedaan pendapat

antara pemerintah pusat dengan rakyat Aceh Dan agresi Belanda juga terjadi

setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya kembali menggugat serta

memporak-porandakan seluruh Indonesia kecuali Aceh Kenyataan bahwa

Belanda telah mampu menduduki kembali Indonesia ditolak Semangat anti

penjajahan dalam diri rakyat Aceh selalu dipertahankan Pada era Orde Lama

krisis legitimasi di Aceh tidak ditunaikan janji pemerintah pusat berupa penerapan

syariat Islam yang tak terwujud menjadi akar permasalahan Krisis melalui

ketetapan yang berakibat pengalihan kuasa pemerintah Aceh yang berbentuk

provinsi yang terpisah menjadi residen dari provinsi Sumatera Utara Dalam

pengalihan kuasa rakyat masih dapat bersabar namun ketika ideologi dituntut

tidak terpenuhi dan perjuangan tumpah darah rakyat Aceh mempertahankan

kedaulatan tak dianggap akhirnya meletus lah konflik akibat dari kekecewaan dan

sebagai ekspresi kebangkitan rakyat aceh yang merasa harga diri masyarakat Aceh

terlecehkan oleh janji-janji dan iming-iming pemerintah

Dalam penelitian ini terdapat masalah yang telah diidentifikasi oleh

penulis Dan juga sebagai kajian lebih mendalam mengenai konflik yang terjadi

secara vertikal antara rakyat Aceh dengan pemerintah pusat yaitu

1 Terjadinya krisis legitimasi yang disebabkan oleh pengalihan kuasa

dan ideologi yang tidak direalisasikan

2 Pemberontakan pimpinan Tgk M Daud Beureueh atas kendali

pemerintah pusat akibat diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatera

Utara

2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi penulis tentang apa yang dipaparkan diatas maka

penulis membatasi permasalahan yaitu seputar Peran Tgk M Daud Beureueh

dalam Menegakan Syariat Islam di Aceh mengenai pengalihan kuasa dan ideologi

yang tidak direalisasikan Pada saat itu menjadi tahun pemberontakan dalam

8

menentang sikap pemerintah baik dalam mengatur otonomi daerah maupun

menetapkan ideologi suatu negara Adapun batasan tahunnya dimulai dari

perjuangan Tgk M Daud Beureueh pada tahun 1953 sampai kembalinya Tgk M

Daud Beureueh kepangkuan Republik Indonesia pada tahun 1962 Dan

pembatasan subjeknya yaitu terkait pengaruh Islam dan Barat mengenai rakyat

Aceh dan Pemerintah Pusat Serta objeknya mengenai perjuangan Tgk M Daud

Beureueh dalam menegakkan syariat Islam di Tanah Rencong

3 Perumusan Masalah

Dari pemaparan mengenai pemberontakan Tgk M Daud Beureueh dalam

menegakan syariat Islam di Aceh adapun perumusan masalah penelitian ini dapat

dibaca dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut

1 Apa motif yang melatarbelakangi pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

di Aceh

2 Seberapa besar pengaruh Tgk M Daud Beureueh dalam pemberontakan

di Aceh

3 Bagaimana hasil dari perjuangan Tgk M Daud Beureueh dalam

menegakan syariat Islam di Aceh

4 Bagaimana respon pemerintah terhadap pemberontakan Tgk M Daud

Beureueh

5 Apa solusi pemerintah dalam mengatasi pemberontakan di Aceh

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini tujuan yang ingin penulis capai adalah

1 Menjelaskan motif tercetusnya pemberontakan oleh rakyat Aceh terhadap

kendali pemerintah

2 Menjelaskan peran Tgk M Daud Beureueh dalam peristiwa berdarah di

Aceh

3 Mengetahui bentuk usaha atau upaya yang dilakukan rakyat Aceh dalam

menegakan syariat Islam

9

4 Menjelaskan hasil yang dicapai pada pemberontakan DITII dalam

memperjuangankan menegakan syariat Islam di Aceh

5 Menjelaskan respon pemerintah pusat terkait pemberontakan rakyat Aceh

Adapun dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai

berikut

1 Dapat memberikan wawasan dan menambah pengetahuan tentang peran

dan kontribusi Tgk M Daud Beureueh dalam peristiwa berdarah di Aceh

2 Sebagai bentuk khazanah keilmuaan dan pengembangan sejarah keislaman

Nusantara studi kasus Aceh

3 Pembelajaran masa lalu untuk kehidupan dimasa yang akan datang dalam

bentuk nyata sebagai kontribusi positif dari penulis dalam rangka

sosialisasi sejarah Nusantara

4 Memberikan informasi dan data kepada pembaca mengenai peristiwa

berdarah di Aceh

D Kerangka Teori

Fenomena yang terjadi pada pristiwa berdarah di Aceh adalah bentuk

revolusi sosial suatu kelompok oleh rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud

Beureueh yang menginginkan terwujudnya ideologi keagamaan dalam sebuah

Negara Pada kasus ini penulis melihat konflik terjadi karena adanya hukum

sebab-akibat sebab keinginan rakyat Aceh tidak terpenuhi berakibat munculnya

pemberontakan dalam menegakan syariat Islam Dalam sudut pandang teori

kesadaran sejarah hal ini memberikan dampak tantangan kritik pendapat dan

sikap Studi kasus tentang pemberontakan DITII di Aceh terkait teori kesadaran

sejarah memunculkan budaya progresif dalam bidang politik

Seperti pemikiran Marx mengenai etika humanis yang meyakini bahwa

manusia pada hakikatnya baik dan dalam keadaan tertentu yang menguntungkan

akan dapat membebaskan diri dari lembaga-lembaga yang menindas menghina

dan menyesatkan22

Dan untuk mencapai hal tersebut kekerasan dipandang

22

Miriam Budiharjo Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

2008) hal85

10

sebagai alat sah yang harus dipakai Kekerasan dalam kasus peristiwa berdarah ini

dipakai oleh pemerintah pusat yang menganggap pemberontakan Daud Beurueh

sebagai suatu tindakan yang menentang pemerintahan

Bisa dilihat dimensi sosial dari proses politik itu mencakup status dan

peranan elite politik terhadap masyarakat Aceh bagaimana interaksi dalam

perjuangan menegakan syariat islam yang menimbulkan suatu konflik Jadi

menurut analisa penulis ini merupakan suatu pemahaman keyakinan tentang Neo

Fundamentalisme Islam yang lebih menitik beratkan pada cita-cita ideologi

politik yaitu sebagai berikut

1 Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber 16 paling otoritatif

2 Skriptualis (tulisan) literalis tekstualis

3 Negara Islam sebagai cita-cita politik tentang berdasar pada syariat

Islam

4 Anti modernisme Barat demokrasi dan ideologi-ideologi lainnya

Pemahaman ini bersifat frontal yang mengarah pada kekerasan yang

melahirkan ideologi baru yang bernama Ideologi Negara IslamrarrNon

ParlementerrarrTarbiyah23

Maka dari itu berdasarkan penjelasan diatas penelitian ini ingin menguji

teori paradigma perubahan sosial dengan pendekatan konflik seperti yang

dikemukakan oleh T Persons dan N Smelzer mengatakan bahwa masyarakat

dikonsepsikan sebagai sistem yang mempunyai fungsi adaptasi integrasi

mempertahankan diri dan member orientasi tujuan Hal tersebut mencakup ide

masyarakat dengan adanya proses adaptasi untuk menghadapi pengaruh faktor

eksogen dan endogen maka tetap ada dinamika sosial Kerangka teoritis tersebut

juga menonjol dalam studi perubahan sosial sebagai bentuk perkembangan

Masalah sosial yang terjadi adalah kekecewaan penindasan dan ketidaktulusan

pusat dalam menjalankan sistem pemerintahan

23

Tarbiyah Takfiri adalah dimana mulai mengkafirkan apa-apa yang berasal dari barat

Hal ini menjadi dasar pemikiran gerakan salafi dan jihadi

11

E Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah dan metode yang akan

digunakan didalam penyusunan penelitian ini adalah metode historis yang bersifat

deskriptif analisis Metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara

kritis sumber data baik itu sumber primer Ensiklopedi Artikel Jurnal Majalah

Surat Kabar yang sezaman ataupun sumber sekunder seperti buku-buku24

Data

yang diperoleh tersebut disusun secara teratur dan sistematis lalu dianalisis secara

kualitatif Kemudian poin-poin yang autentik ditulis dan dipaparkan sesuai

bentuk kejadian suasana dan masanya Adapun analisa faktor-faktor politik

menjadi faktor pendukung

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencapai penulisan sejarah oleh

karena itu upaya merekonstruksi masa lampau dari obyek yang diteliti

menggunakan metode historis yang bersifat deskriptif analisis Dengan

menggunakan metode ini melalui pemaparan penulis diharapkan dapat membantu

untuk mengetahui fakta dan sejarah mengenai peran Tgk M Daud Beureueh

dalam pemberontakan di Aceh 1953-1962 Adapun dalam melakukan penelitian

ini penulis menggunakan metode historis25

yaitu

1 Heuristik kegiatan untuk mencari data atau pengumpulan bahan-bahan

atau sumber sejarah Hal ini merupakan tahap awal yang harus dilakukan

Adapun dalam pengumpulan data-data dan sumber yang akan digunakan

dalam membuat skripsi ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan

library research Dalam kaitannya dengan sumber-sumber seperti arsip

jurnal ensiklopedi artikel majalah surat kabar dan buku-buku penulis

mencari sumber dengan mengunjungi beberapa perpustakaan seperti

perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta perpustakaan

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

perpustakaan Nasional Arsip Nasional perpustakaan UI melalui toko

buku di wilayah Jakarta Tangerang dan Depok serta melalui katalog-

katalog dan website Selain itu penulis juga menggunakan buku-buku

koleksi pribadi yang berhubungan dengan kajian penelitian ini

24

Louis Gottschalk Mengerti Sejarah (Jakarta UI Pers 1975) hal32 25

Dudung Abdurahman Metode Penelitian Sejarah (Jakarta Logos 1999) hal54

12

2 Verifikasi setelah melakukan heuristik atau pengumpulan sumber-sumber

baik dalam bentuk artefak hasil-hasil dari persitiwa bersejarah ataupun

melalui dokumen-dokumen tertulis yang merupakan rekaman peristiwa

maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah kritik sumber26

Kritik sumber adalah usaha untuk mendapatkan sumber-sumber yang

relevan dan terbukti keaslian sumber Otentiksitas dangan pembahasan

sejarah yang ingin disusun sesuai dengan tema kajian Disini penulis

melakukan kritik sumber melalui pengujian data yaitu tampilan sumber

eksternal dan isi sumber internal Dengan mengidentifikasi keaslian

sumber otentik dan keabsahan tentang kesahihan sumber kredibilitas Baik

sumber primer dan sekunder penulis melakukan pengujian data untuk

mendapatkan hasil yang maksimal

3 Interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut juga dengan analisis

sejarah Dalam sumber terkait peristiwa berdarah di Aceh penulis

menggunakan studi komparatif yaitu menganalisis sebagian besar sumber

melalui buku-buku memaparkan Tgk M Daud Beureueh sebagai

pemberontak hal ini bertolak belakang dengan pemikiran penulis bahwa

ini adalah peristiwa perjuangan Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk

penulis Tujuannya agar data yang ada mampu untuk mengungkap

permasalahan yang ada sehingga diperoleh pemecahannya dalam sudut

pandang berbeda atau dua sisi27

4 Historiografi tahap ini adalah tahap yang terakhir dalam metode historis

Setelah melakukan tahap heuristik verifikasi dan interpretasi selanjutnya

historiografi Dengan menulis pemaparan atau laporan hasil penelitian

dalam suatu urutan yang sistematik yang telah diatur dalam pedoman

penelitian Dalam hal ini penulis berusaha menyusun penelitian ini

berdasarkan kronologi waktu dan tema-tema tertentu yang akhirnya isi inti

dari penelitian atau klimaks dari penelitian ini Tahap ini merupakan

rangkaian dari keseluruhan teknik metode pembahasan

26

Ibid hal 35-37 27

Louis Gottschalk Op Cit hal 54

13

F Tinjauan Pustaka

Untuk mendapatkan hasil yang dikehendaki sesuai dengan topik

permasalahan penulis mencari beberapa literature terkait pemberontakan rakyat

Aceh khususnya peran Daud Beureueh dalam menegakan syariat Islam namun

tidak banyak sumber-sumber dalam artikel majalah dan surat kabar yang

memberikan informasi secara detail mengenai peristiwa berdarah tersebut Dalam

kaitannya dengan judul penelitian ini ingin menyajikan hasil penelitian yang

menjadi pembahasan pokok dalam berbagai literature yang ada Adapun beberapa

literature yang dijadikan tinjauan pustaka sebagai berikut

Melalui artikel majalahsurat kabar Kabinet dan Aceh oleh pembantu-

CHAS yang dimuat dalam majalah Dalam Negeri WAKTUrdquo No41 tanggal 7

November28

Mengurai informasi tentang bagaimana pemerintah pusat seakan

menutupi penyebab meletusnya peristiwa berdarah di Aceh dengan

mengesampingkan alasannya yang lebih diungkapkan adalah mengenai

pemberontakan yang terjadi pada peristiwa berdarah yang banyak menelan korban

di kalangan rakyat Aceh Dan mengenai Cumbok Affairs pemerintah pusat

menganggap kesalahan terjadi pada pertentangan yang terjadi antara PUSA

dengan kaum hulu balang Dalam beberapa pemaparan majalah Dalam Negeri

tersebut penulis melihat informasi dan data yang disajikan lebih mengarah pada

pembelaan terhadap PUSA dibanding terhadap pemerintah pusat

Sama halnya dengan artikel majalahsurat kabar yang berjudul Tentang

soal memulihkan keamanan di Atjeh yang terbit WAKTUrdquo No23 tanggal 25 djuni

1955 Memaparkan tentang bagaimana keamanan di Aceh yang belum terkendali

Hal itu terlihat pada bantuan militer terhadap pamong praja untuk mematahkan

pemberontakan Daud Beureueh Berbeda dengan sebelumnya artikel

majalahsurat kabar yang berjudul Karena keterkaitan Ideologis yang ditulis oleh

Taufik Abdullah melalui Panji Masyarakat No419 Jika dikaitkan dengan

28

Dalam artikel majalahsurat kabar ini untuk tahun penerbitan tidak terlihat hal itu

dikarenakan karena sumber yang ada sangat rentan dan penulis menemukan sebagian teks hilang

terjadi akibat pengalihan dari sumber nyata yang di scan dan dipublikasikan via website online

Terlepas dari sisi eksternalnya untuk kritik internalnya artikel majalahsurat kabar Dalam Negeri

ini menggunakan penulis masih terkendala dalam menganalisa karena bahasa yang digunakan

bahasa yang berada di jaman sebelum dan pasca kemerdekaan

14

penelitian penulis melihat kasus Aceh sebagai perjuangan pengalihan kuasa dan

ideologi keagamaan Pemaparan lebih detail dijelaskan oleh Taufik Abdullah

mengenai pilar-pilar kepemimpinan sikap masyarakat Aceh yang bersifat

spontanitas dan enthusiasme

Dalam literature yang lain penulis menemukan beberapa buku yang

mendukung permasalahan dari topik ini M Nur El Ibrahimy Tgk M Daud

Beureueh perananya dalam pergolakan di Aceh Jakarta Gunung Agung 1982

Dalam buku ini membahas peranan Daud Beureueh dalam pemberontakan yang

terjadi di Aceh dimulai dari sebabnya sumbangan rakyat Aceh kepada pendirian

Republik serta terkait pristiwa berdarah secara kronologis Dalam buku ini juga

membahas biografi singkat mengenai Daud Beureueh

Semangat Merdeka 70 tahun menempuh jalan pergolakan amp perjuangan

yang ditulis oleh A Hasjmy 1985 adalah sebuah buku yang memuat perjalanan

A Hasjmy juga peristiwa sejarah yang terjadi kurun waktu 70 tahun penulis

Banyak peristiwa-peristiwa sejarah yang tercatat dibuku ini selama perang

kolonial melawan Belanda dan berbagai pergolakan politik di Aceh seperti

pertempuran dan pemberontakan juga disajikan lengkap dibuku ini Komentar

komentar dan analisa analisanya terhadap pembahasan juga melengkapi kisah

perjalanan hidup penulis dalam kancah pergolakan di Aceh Adapun kisah

pemberontakan terhadap tentara Jepang Pergerakan PUSA Gema Proklamasi di

Aceh sampai kepada bagaimana tentara Aceh mempertahankan kemerdekaan RI

merupakan sebagaian dari banyak kisah sejarah lainnya yang dikemukakan Oleh

Hasjmy Termasuk juga kisah dalam penahanannya dalam penjara oleh

pemerintahaan RI yang disebabkan oleh diproklamirkannya Darul Islam (DI) di

Aceh oleh Tgk M Daud Beureueh

Penulis juga melakukan perbandingan pada tiap literature yang ada

Seperti dalam buku Memahami Sejarah Konflik Aceh yang ditulis oleh Mr S M

Amin yang diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia Jakarta 2014

Bertentangan dengan buku Sejarah dan dokumen-dokumen pemberontakan di

Atjeh oleh Alibasjah Talsya Mr S M Amin ingin memberikan informasi kepada

pembaca dalam sudut pandang yang berbeda Peristiwa berdarah di Aceh

15

dilihatnya sebagai suatu perjuangan dalam menegakan ideologi keagamaan Hal

ini bertujuan untuk memberikan dan memperkaya pembaca mengenai studi kritis

dalam sejarah Aceh maupun sejarah Indonesia diawal berdirinya republic ini

G Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman secara keseluruhan skripsi ini terbagi

dalam lima bab Adapun susunan skripsi ini adalah sebagai berikut

BAB I Merupakan pendahuluan yang meliputi penjabaran singkat

mengenai permasalahan yang menjadi fokus kajian identifikasi

masalah batasan dan rumusan masalah tujuan dan manfaat

penelitian kerangka teori metode penelitian tinjauan pustaka

serta sistematika penulisan

BAB II Membahas biografi Tgk M Daud Beureueh dari mulai lingkungan

keluarga riwayat pendidikan dan karya-karyanya dalam berbagai

bentuk dari masa pra-kemerdekaan kemerdekaan dan pasca

kemerdekaan

BAB III Membahas lebih mendalam mengenai peranan Tgk M Daud

Beureueh dalam pemberontakan untuk menegakan syariat Islam di

Aceh Baik kedudukan sikap dan kontribusi nyatanya dalam

konflik yang disebut juga sebagai peristiwa berdarah di Aceh

BAB IV Membahas mengenai pemberontakan yang menjadi peristiwa

berdarah di Aceh Baik melalui upaya-upayanya dan hasil

perjuangan dalam bentuk perubahan sosial dengan menggunakan

pendekatan konflik Serta respon pemerintah pusat melalui

kebijakan-kebijakannya terhadap perjuangan masyarakat Aceh

yang dipimpin oleh Daud Beureueh

BAB V Berisikan penutup yang terdiri atas kesimpulan mengenai jawaban

permasalahan penelitian dan saran sebagai masukan terhadap

penelitian

16

BAB II

BIOGRAFI TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH

A Lingkungan Keluarga

Teungku Muhammad Daud Beureueh aslinya bernama Muhammad

Daud29

Ia dilahirkan pada tanggal 17 September 189930

di kampung Beureueh

Beureuneun atau yang sekarang termasuk Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie

Daerah Istimewa Aceh31

Daud Beureueh adalah salah satu tokoh ulama besar di

Aceh ia juga merupakan tokoh kontroversial yang populer dikalangan masyarakat

Aceh dalam perjuangannya mengibarkan serta menegakan panji-panji Islam di

bumi Aceh akibat rasa ketidakpuasannya atas pemerintahan Soekarno32

Ketika semasa hidupnya dihabiskan di Aceh dari situlah Daud Beureueh

dikatakan sebagai anak Aceh tulen Seperti dalam sebuah karangan yang ditulis

oleh Anggraini dalam majalah Indonesia Merdeka No214 yang terbit di

Banjarmasin pada tanggal 1 oktober 1953 berjudul ldquoSiapa Teungku Daud

Beureueh bekas Gubernur Aceh yang memberontakrdquo Menjelaskan mengenai

nama asalnya Muhammad Daud yang diberikan orang tuanya sejak lahir33

Gelar

Teungku34

berasal dari masyarakat Aceh merupakan sebutan yang diberikan

kepada ulama Aceh atau sebutan kepada setiap orang yang dihormati35

Sedang

tambahan bdquoBeureueh‟ adalah nama tempat kampung kelahirannya Penamaan ini

29

Harun Nasution dkk Op Cit hal202-203 30

Menurut A Hasjmy dalam buku Ulama Aceh Pejuang Kemerdekaan dan

Pembangunan Tamadun BangsaTgk M Daud Beureueh lahir dalam tahun 1316 Hijriah atau

sekitar tahun 1896 Masehi seperti yang dipaparkan dalam Ensiklopedi Islam Indonesia yang

disusun oleh Harun Nasution dkk 31

A Hasjmy Op Cit hal119-120 32

HM Bibit Suprapto Ensiklopedi Ulama Nusantara (Jakarta Gelar Media Indonesia

2009) hal231-323 33

El Ibrahimy Op Cit hal221-222 34

Sekedar info berbeda dengan Teungku (tgk) Sebutan Tengku adalah titel

kebangsawanan di Sumatera Timur Teuku adalah titel kebangsawanan di Aceh sedangkan

Tuanku adalah titel Sultan Aceh dan turunannya atau sebagai sebutan sultan-sultan di Sumatera 35

Anthony Reid Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera

(Jakarta Pustaka Sinar Harapan 1987) hal 12-17

17

adalah suatu kebiasaan pada sebagian masyarakat di Sumatera yang menaruhkan

nama kampungnya ke dalam namanya36

Jika dianalisa lebih mendalam mengenai Muhammad Daud nama yang

diberikan kedua orang tuanya adalah dua nama Nabiyullah yang diberikan kitab

Al Qur‟an dan Zabur Dari penamaan yang diberikan penulis berasumsi bahwa

keinginan kedua orang tuanya adalah menjadikan Daud Beureueh sebagai ulama

sekaligus mujahid37

yang siap membela menyebarkan mengibarkan dan

menegakan panji-panji yang berdasar pada syariat Islam Dilihat dari lingkungan

hidupnya Daud Beureueh tumbuh dan besar dilingkungan religius yang sarat

dengan nilai-nilai Islam38

Dan ketika memasuki masa dewasa di bawah bayang-

bayang keulamaan ayahnya yang sangat kuat yang mengilhami jejak hidupnya

Ayahnya bernama Teungku Ahmad yang pada waktu itu menjadi Keucik

(lurah) Kampung Beureueh Ayahnya merupakan seorang ulama yang

berpengaruh dikampungnya mendapat gelar dari masyarakat setempat dengan

sebutan bdquoImeuem‟ (imam) Beureueh Ibunya bernama Aminah Menurut A

Hasjmy dikatakan bahwa kakek Teungku Muhammad Daud Beureueh berasal dari

Kerajaan Pattani Darussalam namanya Haji Muhammad Adami39

Sementara

Daud Beureueh sendiri beristrikan tiga orang Istri yang pertama bernama

Teungku Cut Halimah atau sering dipanggil Mi Usi darinya dikaruniai tujuh

orang putraputri Istri yang kedua bernama Teungku Asma dipanggil Mi Paleue

darinya dikaruniai tiga orang putraputri Istri yang ketiga bernama Cutnyak

Asiyah terkenal dengan panggilan Mi Beureueh dikaruniai seorang putra yang

bernama Hatta jika diakumulasikan semuanya berjumlah sebelas orang

putraputri40

Daud Beureueh melalui anak tertuanya Teungku Maryam

mempunyai anak yaitu cucunya yang bernama Nila Inangda Mayang Keumala

36

El Ibrahimy Op Cit hal 222-223 37

Mujahid adalah orang yang berjuang demi membela agama Islam Sumber melalui

httpkbbiwebidmujahid di akses pada tanggal 31 Januari 2016 Pukul 1337 WIB 38

Nilai-nilai Islam yang dimaksud terlihat dimana ketika Maghrib tiba Hikayat Perang

Sabil selalu dikumandangkan di setiap meunasah (masjid kampung) Ibid hal 337-338 39

Kerajaan Pattani Darussalam adalah kerajaan Islam Melayu yang terletak di ujung

paling utara Semenanjung Tanah Melayu dan setelah dijajah Siam sekarang menjadi Thailand

Selatan A Hasjmy melalui bukunya yang berjudul ldquoUlama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan

dan Pembangunan Tamadun Bangsardquo hal120 40

A Hasjmy Op Cit hal120-121

18

yang bersuamikan Tan Sri Sanusi Junit41

telah mempersembahkan cicit untuk

Daud Beureueh Tidak banyak literature yang dapat penulis gali mengenai

keluarga Daud Beureueh baik mengenai keluarga lingkungan ataupun orang

terdekatnya

Ketenaran tokoh di Aceh senantiasa melekat pada kharisma kampungnya

Kampung adalah sebuah entitas politik42

yang pengaruhnya ditandai dengan

tokoh-tokoh perlawanan Hal ini terjadi akibat cita-cita yang belum tercapai Jika

dikaitkan dengan tempat tinggalnya Daud Beureueh berasal dari tanah Aceh

tepatnya didaerah Pidie Orang-orang Pidie terkenal berwatak keras ulet dan suka

merantau Mungkin sekali bila penulis katakan karena watak orang Pidie

demikian rupa maka Daud Beureueh tumbuh menjadi manusia yang keras dan

ulet hal ini terlihat juga setelah ia menjadi pemimpin umat43

Terlebih lagi Daud

Beureueh mendapatkan gelar Teungku adalah karena ia ulama yang berasal dari

rakyat jelata Jelaslah kemauan keinginan dan pendiriannya yang kuat yang

membuat Daud Beureueh sangat disegani oleh masyarakat Aceh44

B Riwayat Pendidikan

Dalam riwayat pendidikannya Daud Beureueh memperoleh pendidikannya

dari lembaga pendidikan tradisional45

Sebelum membahas hal itu lebih jauh

penulis ingin mencoba memaparkan sedikit mengenai sejarah pendidikan Islam di

41

Tri Sri Dato‟ Seri Sanusi Junid atau suami dari cucu Daud Beureueh yaitu Nila Inangda

Keumala lahir 10 Juli 1943 adalah tokoh politik Malaysia yang menjabat sebagai Menteri

Pembangunan Negara dan Luar Bandar pada tahun 1981 Menteri Pertaninan sewatu berumur 38

tahun pada tahun 1986 Dan Tan Sri Sanusi menjadi Menteri Besar Kedah Darul Aman yang

ketujuh pada tahun1996-1999 Sumber melalui httpmkompasianacomdandibachtiartan-sri-

sanusi-junid-putra-aceh-yang-jadi-menteri-di-malaysia_550e5dcaa33311b82dba8166 diakses pada

tanggal 31 januari 2016 Pukul 1541 WIB 42

Entitas politik adalah wujud politik Jika dikaitkan dengan dengan entitas budaya

menurut Kuntjaraningrat Analisa penulis mengenai penelitian ini adalah sebagai bentuk entitas

ideal yaitu merupakan kompleks dari ide-ide gagasan nilai-nilai norma-norma dsb Jelas

kaitannya dalam kasus perjuangan ini adalah terkait nilai-nilai keagamaan dalam menegakan

syariat Islam di Aceh Sumber melalui httpkbbiwebidentitas di akses pada tanggal 31 Januari

2016 Pukul 1730 WIB 43

Bukti dari sifatnya yang keras dan tegas terlihat ketika dalam suatu khotbah Jum‟at di

Masjid Raya Kutaraja dalam mengupas Islam dengan komunis Daud Beureueh sangat militant

tegas dan enteng dalam menyampaikan vonis haram dan kafir terhadap orang yang tidak

disukainya dalam kasus ini disebutkan untuk menjauhkan kaum Muslimin dari PKI 44

El Ibrahimy Op Cit hal 222 45

Harun Nasution Op Cit hal 202

19

Aceh Pendidikan Islam yang berlandaskan ayat-ayat Al Qur‟an adalah rasa

kesadaran beriman dan beramal salih yang berdasarkan ilmu pengetahuan

sehingga manusia menjadi makhluk sosial yang menghayati ajaran-ajaran Islam

dalam kehidupannya46

Baik dalam kehidupan politik ekonomi ataupun dalam

kehidupan sosial Dengan berpedoman ayat-ayat Al Qur‟an pendidikan Islam

bertujuan untuk

a Membina manuslia Muslim yang beriman dan beramal salih sehingga

memenuhi syarat untuk menjadi Khalifah Allah di atas bumi yang

bertugas memakmurkan dunia raya47

b Membina manusia Mukmin yang beramar makruf dan bernahi

mungkar sehingga mereka memiliki syarat-syarat untuk ditampilkan

menjadi umat pilihan di depan mata dunia48

c Membina Jama‟ah Ansarullah yang bertugas melaksanakan Dakwah

Islamiyah dengan hikmah kebijaksanaan dan ajaran-ajaran yang indah

sebagai syarat mutlak bagi kaum Muslimin untuk menjadi umat yang

beruntung dan mendapat kemenangan49

d Membina angkatan Dakwah yang tugasnya bejihad membela rakyat

melarat yang tertindas dengan segala daya dana dan jiwa sebagai

syarat mutlak untuk mendapat ampunan Allah dan kemenangan di

dunia dan di akhirat50

Pengertian dan tujuan pendidikan Islam ini merupakan hal penting ketika

kita mengenyam pendidikan Islam dimanapun51

Selain itu mengetahui

pengertian dan tujuan bermanfaat untuk mengkaji mengenai suatu penelitian

terkait pendidikan yang dalam kasus ini penulis akan mencoba untuk

menjelaskannya Seperti yang dijelaskan dalam berbagai literature Daud

Beureueh tidak mengalami masa-masa usia sekolah atau tidak masuk sekolah ke

lembaga pendidikan resmi yang dibuat Belanda seperti Volkschool Goverment

46

Landasan QS Al Alaq 1-5 dan At Taubah 122 47

Landasan QS An Nur 55-56 48

Landasan QS Ali Imran 110 49

Landasan QS Ali Imran 104 dan An Nahl 125 50

Landasan QS An Nisa 74 dan Ash Shaf10-12 51

A Hasjmy Bunga Rampai Revolusi dari Tanah Aceh (Jakarta Bulan Bintang 1978)

hal 51-53

20

Indlandsche School atau HIS52

Hal tersebut dikarenakan banyak putraputri Aceh

tidak diizinkan orangtuanya untuk memasuki sekolah-sekolah yang didirikan oleh

bdquokaphe‟53

terutama untuk putraputri ulama Dan terlebih lagi masih sangat

kuatnya anti penjajahan dan gema berkumandangnya Hikayat Perang Sabil54

Hal

ini membuktikan bahwa tidak benar yang dikatakan ldquopengamatrdquo yang mengatakan

bahwa orang Aceh jaman penjajahan anti ilmu pengetahuan melainkan yang

benar bahwa rakyat Aceh saat itu dan bahkan sampai sekarang anti penjajahan

seperti yang diterangkan oleh A Hasjmy dalam bukunya Ulama Aceh Mujahid

Pejuang Kemerdekaan dan Pembangunan Tamadun Bangsa

Walaupun Daud Beureueh dan masyarakat Aceh baik dikalangan ulama

maupun rakyat jelata tidak memasuki lembaga pendidikan yang didirikan kaum

penjajah namun mereka tidak ldquobuta hurufrdquo dan juga tidak ldquobuta ilmurdquo karena

mereka mendapat pendidikan di pusat-pusat pendidikan seperti pesantren

madrasah seperti dayahzawiyah55

Jika dikaji lebih dalam pendidikan yang

bernama dayahzawiyah berdiri ketika masa Kerajaan Islam Perlak sebagai

Kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara Hal ini merupakan upaya utama yang

dilakukakan dengan mendirikan tempat-tempat pendidikan bagi putraputri

negara dalam rangka mempunyai pengetahuan yang luas Ini merupakan perintah

Sultan56

untuk memberi pengetahuan yang luas melalui bidang pendidikan Dan

masa itu pendidikan dayahzawiyah diajarkan oleh ulama-ulama yang juga

mempunyai pengetahuan yang luas

52

Volkschool atau yang dikenal sekolah desa selama tiga tahun muncul sekitar tahun

1915 ketika jaman penjajahan Belanda diperuntukkan bagi anak-anak peribumi yang tinggal di

desa-desa Motif pembangunan sekolah ini adalah ekonomi Sumber melalui

httpwwwjakartagoidwebencyclopediadetail3515volkschool diakses pada tanggal 31 Januari

2016 Pukul1952 WIB Goverment Indlandsche School adalah sekolah rakyat lima tahun A

Hasjmy Op Cit Sedangkan HIS adalah sekolah dasar selama tujuh tahun dengan bahasa Belanda

sebagai pengantar diperuntukkan untuk anak-anak pribumi Sumber melalui Anthony Reid Op

Cit hal 13 53

Kaphe adalah sebutan kafir oleh masyarakat Aceh untuk Belanda atau penjajah 54

Hikayat Perang Sabil merupakan syair perang sabil yang ditulis dan disebarkan pada

waktu perlawanan anti-Belanda Anthony Reid Menuju Sejarah Sumatera Antara Indonesia dan

Dunia (Jakarta KITLV 2011) hal 338 55

El Ibrahimy Op Cit hal 221-222 56

Hal yang melatarbelakangi pendidikan masa itu adalah ketika itu Ayah Sultan sangat

mementingkan pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk putranya hal itu terlihat dari pemikiran

Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah yang juga mementingkan pendidikan dan ilmu

pengetahuan terinspirasi dari ayahnya

21

Setelah berdiri banyak tempat-tempat pendidikan yang bernama zawiyah

dalam Kerjaan Islam Perlak pada akhir abad ke-3 H atau abad ke-10 M

Berdirilah pendidikan Islam yang bernama ldquoZawiyah Cot Kalardquo didirikan oleh

pangeran Muhammad Amin yang sekaligus merupakan seorang ulama atau lebih

dikenal dengan nama Teungku Chik Cot Kala Kata-kata ldquozawiyahrdquo seiring

perkembangan jaman berubah sebutan menjadi ldquodayahrdquo menjadi ldquoDayah Cot

Kalardquo57

Mempunyai akar sejarah dalam bidang pendidikan yang kuat

memunculkan upaya yang dilakukan Kerajaan Aceh Darussalam untuk menyusun

lembaga-lembaga pendidikan yand disesuaikan dengan system dan organisasi

pendidikan atau pengajaran yang disusun oleh Perdana Menteri Nizamuddin dari

Daulah Abbasiyah sekitar abad ke-16 M dan seiring perkembangan pendidikan di

Aceh membawa ajaran wajib dalam rangka membasmi buta huruf tadan buta ilmu

Adapun tingkatan pendidikan di Aceh sekitar abad ke-17 M adalah sebagai

berikut

a Meunasah atau madrasah yaitu sekolah permulaan yang sama dengan

sekolah dasar Didirikan ditiap-tiap kampung atau desa untuk

mengajar murid-murid menulis dan membaca huruf Arab

b Rangkang melalui Masjid sebagai pusat segala kegiatan umat ini

merupakan pendidikan tingkat menengah pertama atau yang dikenal

dengan nama Madrasah Tsanawiyah Diajar mengenai fiqh atau hukum

Islam58

c Dayah dapat disamakan dengan Sekolah Menengah Atas atau

Madrasah Aliyah Dalam tingkatan ini murid-murid diajarkan

mengenai kitab-kitab dan kajian fiqh lebih mendalam

d Dayah Teungku Chik atau yang disebut Dayah Manyang disamakan

dengan akademik Teungku Chik artinya guru besar Diajarkan

mengenai pelajaran tentang bahasa fiqh hukum Islam sejarah ilmu

manthiq tauhid tasawuf ilmu falak tafsir hadits

57

Ibid hal 51-56 58

Diajar mengenai hukum islam yaitu tentang rubuk ibadah tauhid tasawuf sejarah Islam

dan umum dan bahasa Arab Melalui buku-buku berbahasa Melayu dan Arab

22

e Jami‟ah Baiturrahman setara dengan tingkatan universitas mempunyai

ldquoDaarrdquo atau fakultas Di ajar oleh guru-guru besar ulama atau sarjana

dari Aceh maupun didatangkan dari Arab Turki Persia dan India59

Kembali dalam fokus kajian mengenai pendidikan Daud Beureueh Dalam

pusat-pusat pendidikan yang bernama dayahzawiyah Daud Beureueh dan ulama

sejaman mempelajati baca tulis Arab dan pengetahuan Agama Islam Dalam

riwayat pendidikannya dari beberapa dayah terkemuka di Tanah Aceh Daud

Beureueh menimba ilmu pengetahuan bahasa Arab terutama sekali ilmu-ilmu

syariat dan hakikat serta ilmu-ilmu lain yang erat hubungannya dengan

pengembangan dan pembinaan Islam dalam melahirkan ulama besar dan

pemimpin rakyat60

Pada mulanya Daud Beureueh belajar di Pesantren Titeue

yang dipimpin oleh Tgk Muhammad Hamid selama satu setengah tahun

kemudian pindah ke Pesantren Lie Leumbeue dibawah pimpinan Tgk Ahmad

Harun yang terkenal dengan sebutan Teungku di Tenoh Mirah Setelah empat

setengah tahun belajar ia keluar sebagai ulama tulen atau tempaan pesantren

sejati Setelah lulus Daud Beureueh menikah dengan Tgk Halimah di kampung

Usi Meunasah Dayah Pada tahun 1930 ia membentuk Jami‟ah Diniyah dan

kemudian mendirikan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli Ini

merupakan pengembangan dari lembaga pesantrennya Dan sejak itu Daud

Beureueh mulai terkenal dengan gelar ldquoTeungkurdquo di kampung Usi Meunasah

Dayah61

62

Setelah Daud Beureueh mendirikan kedua lembaga pendidikannya

kemudian ia menjadi pemimpin dalam mempelajari ldquohuruf latinrdquo sehingga teman

ulama sejamannya menjadi pandai membaca dan menulis huruf Ilmu itu mereka

dapat ketika memasuki usia sekolah dalam lembaga pendidikan resmi yang

didirikan oleh Belanda yaitu Government Inlandsache School di kota kecil

59

A Hasjmy Op Cit hal 63-71 60

A Hasjmy Op Cit hal 121-123 61

Harun Nasution dkk Op Cit hal 202 62

Pada mulanya kebanyakan penduduk kampung Usi menganut kepercayaan suluk yang

bersumber kepada ajaran-ajaran Al Hallaj yang terkenal dalam sejarah ilmu Tasawuf Mereka

bertekad bahwa Allah Muhammad dan Adam hakikatnya adalah satu ibarat kain benang dan

kapas Dengan petunjuk-petunjuk yang terus menerus dari Tgk M Daud Beureueh kebanyakan

mereka telah kembali ke jalan yang benar Sumber melalui M Nur El Ibrahimy dalam bukunya

ldquoTgk M Daud Beureueh Peranannya Dalam Pergolakan di Acehrdquo hal 222

23

Seulimeum Dikatakan oleh Anthony Reid Tgk M Daud Beureueh tahun 1910-

1946 mendapatkan pendidikannya pada Europese School di Sigli Dan hal itu

yang dianggap Anthony Reid bahwa Daud Beureueh lebih bersifat ke Eropaan

dibanding uleebalang lainnya63

C Karya-karyanya

Dalam hal ini sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam mengenai

karya-karya Tgk M Daud Beureueh Disini penulis membagi karya-karyanya

menjadi 3 bagian yaitu pertama pemikiran merupakan hasil dari manusia tak

jarang manusia yang berfikir menghasilkan pemikiran-pemikiran yang bermanfaat

bagi kemajuan jaman namun dalam menerapkan pemikiran tersebut banyak

tantangan yang harus dihadapi Bukan mengenai tantangan tersebut tapi

bagaimana hal itu menjadi pecutan semangat untuk menghadapi tantangan jaman

yang mencoba melawan arus manusia

Dalam kasus ini jelas pemikiran Daud Beureueh merupakan pemikiran

politik yaitu menciptakan konsep Negara Islam Indonesia di Aceh64

Islam

sebagai dasar Negara dan Syariat Islam sebagaimana diperintahkan Allah SWT

Dan dijalankan oleh Rasulullah SAW Tantangan yang dihadapi dalam

mewujudkan pemikirannya adalah pemerintah pusat Pemerintah menganggap

pembentukan negara Islam ini adalah suatu tindakan pemberontakan dan

menentang terhadap kebijakan pemerintah Dan hasil dari pemikiran ini maka

tercetuslah Republik Islam Aceh (RIA)65

berdiri pada 15 Agustus 1961 Tetapi

tidak lama berselang setelah perundingan antara Daud Beureueh dengan pihak

pemerintah Indonesia akhirnya tercapailah rumusan yaitu bahwa di Aceh dibentuk

sebagai Daerah Istimewa Aceh (DISTA) dengan penerapan syariat Islam dengan

batas-batas yang diperbolehkan oleh perundang-undangan republik Indonesia

Sebelum pada akhirnya Aceh kembali kepangkuan Negara Kesatuan Republik

Indonesia dan bagian dari NKRI66

63

Ibid hal 350 64

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 200-205 65

RIA akhirnya berhenti pada bulan juli akibat dari propaganda pemerintah pusat dan

perpecahan dalam kubu DITII 66

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 205-208

24

Kedua adalah bentuk melalui karyanya Daud Beureueh membentuk

Jami‟ah Diniyah dan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli Ini

adalah bentuk nyata bagaimana Daud Beureueh ingin memberikan sesuatu yang

bermanfaat bagi penerus dalam bidang pendidikan Jika dikaji melalui pemikiran

pembaharuan dalam dunia Islam menurut At Tahtawi (1801-1873) kaitannya

dengan Daud Beureueh ini adalah bentuk yang lebih spesifik Karena Menurut At

Tahtawi untuk menuju kesejahtraan ialah dengan berpegang kepada agama dan

budi pekerti yang baik Dan menganjurkan pendidikan yang universal Tujuan

pendidikan menurut pendapatnya mencakup kecintaan kepada bangsa dan At

Tahtawi juga berpendapat ulama harus mengetahui ilmu-ilmu modern agar

mereka dapat menyesuaikan syariat dengan kebutuhan zaman modern67

Hal ini

terlihat pada Daud Beureueh yang mempelajari huruf latin untuk menambah

pengetahuannya yang lebih luas

Menurut pandangan James Siegel antropolog Amerika anggota

Departement of Antrophology di Cornel University mengenai Daud Beureueh

yang dianggap sebagai ulama yang berani (militant) dan reformis dari sejarah

Aceh James Siegel mengatakan bahwa Daud Beureueh pernah bersedia

membantu mengerjakan obyek-obyek yang bermanfaat bagi umum dengan

menyediakan diri sebagai alat dalam usaha membangun masjid perbaikan dan

pembuatan jalan-jalan memperbaiki saluran-saluran Irigasi68

Ia juga termasuk

uleebalang yang kaya dan paling giat dalam membuka perkebunan kopi di Tangse

sekitar tahun 1930-an untuk membantu perekonomian masyarakat sekitar69

67

Taufik Abdullah Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Pemikiran dan Peradaban

(Jakarta PT Ichtiar Baru Van Hoeve 2002) hal 397-398 68

El Ibrahimy Op Cit hal 228-235 69

Anthony Reid Op Cit hal 350

25

BAB III

PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM

PEMBERONTAKAN DI ACEH

A Pembentukan Darul Islam Tentara Islam Indonesia di Aceh

Perjuangan Daud Beureueh menegakan syariat Islam di Aceh terjadi pada

masa Era Orde Lama 1953-1962 telah menimbulkan peristiwa berdarah atau yang

lebih dikenal dengan pemberontakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia Aceh

(DITII Aceh) Meletus pada 20 september 195370

perjuangan untuk menciptakan

negara Islam di Aceh sebagai suatu negara bagian dari Negara Islam Indonesia

Pembentukan negara Islam yang berlandaskan kepada pelaksanaan syariat Islam

adalah cita-cita Daud Beureueh Pemberontakan ini timbul akibat kekecewaan

terhadap Soekarno serta harga diri yang terlecehkan karena tidak memenuhi

janjinya untuk menjadikan negara Indonesia sebagai sebuah negara yang

berlandaskan kepada Islam71

Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya pemberontakan yang terjadi

tahun 1953-1962 oleh Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh adalah

rasa sakit hati rakyat Aceh atas perjuangan mempertahankan kedaulatan RI yang

dipandang sebelah mata setelah berhasil mempertahankan kemerdekaan serta

kecewa dengan pemerintah karena wilayah Aceh dimasukan kedalam wilayah

Sumatera Utara dan janji pemerintah mengenai hak istimewa bagi daerah Aceh

tidak kunjung terwujud72

Sedangkan pendapat lebih kuat menurut Anthony Reid

faktor perjuangan melawan kendali Jakarta pada 1953-1962 didasari dua alasan

yakni menentang diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatera Utara dan

gagalnya Republik melaksanakan hukum Islam73

Pertentangan politik dengan

pemerintah pusat membawa kepada suatu keadaan yang meresahkan akibat

70

Dilihat pada beberapa literature peristiwa perjuangan di Aceh oleh Tgk M Daud

Beureueh dipandang sebagai suatu pemberontakan yang menentang kebijakan pemerintah dalam

menerapkan dasar negara Indonesia pasca kemerdekaan dan mengubur alasan kenapa

pemberontakan itu terjadi serta perjuangan gigihnya rakyat Aceh mengusir penjajah saat itu 71

Abdullah Sani Usman Op Cit hal200 72

__________ Ensiklopedi Islam untuk Pelajar 73

Anthony Reid Op Cit hal 338

26

adanya tarik menarik antara Aceh dengan pemerintah pusat Pemerintah pusat

tidak mengakui pembentukan provinsi Aceh yang terpisah sehingga terjadi

tupmang-tindih kebijakan yang membawa kepada krisis kekuasaan pemerintahan

di Aceh

Dalam permasalahan ideologi yaitu penerapan perundang-undangan Islam

yang dikehendaki oleh rakyat Aceh gagal diberikan oleh pemerintah pusat Hal ini

menjadi masalah dan membawa pertikaian atau konflik di era Orde Lama Darul

Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh dengan pemerintah pusat awalnya

disebabkan permasalahan kekuasaan dan selanjutnya masalah ideologi menurut

kacamata penulis dalam kasus ini konflik dapat melenyapkan unsur-unsur yang

memecah belah dan menegakan kembali Artinya konflik yang terjadi juga dapat

meredakan ketegangan antara pihak-pihak yang bertentangan sehingga konflik

dapat berfungsi sebagai stabilisator sistem sosial Sisi positifnya konflik dapat

menciptakan jenis-jenis interaksi yang baru di antara pihak yang bertentangan

Dan konflik juga berlaku sebagai rangsang untuk menciptakan aturan-aturan dan

sistem norma baru yang mengatur pihak-pihak yang bertentangan sehingga

keteraturan sosial Republik Indonesia khususnya Aceh dapat terwujud74

Pada kenyataannya pembentukan Negara Islam yang merupakan cita-cita

impian Daud Beureueh terilhami dari perjuangan DITII pimpinan Imam

Soekarmadji Maridjan Kartosuwiryo75

Kartosuwiryo adalah pemimpin pusat

yang pertama kali mencetuskan gerakan ini di Jawa Barat pada 7 Agustus 1949

Ini merupakan alasan Daud Beureueh merangsang dan ikut berjuang juga dalam

melahirkan Negara Islam di Aceh sebagai suatu Negara Bagian dari Negara Islam

Indonesia Selain itu alasan lain Daud Beureueh untuk tidak meminta bantuan

atau bergabung menyatukan kekuatan dengan DI TII Kartosuwiryo adalah karena

Daud Beureueh melihat ada tekanan hebat yang dilakukan pemerintah pusat

terhadap gerakan Kartosuwiryo Perjuangannya di Jawa direspon dengan sikap

74

Ulfah Fajarini Konflik dan Integrasi Potret Keagamaan Masyarakat Sawangan

(Jurnal Al-Turas Vol 11 No 3 September 2005) hal 289 75

Imam Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo (1905-1962) lahir pada 7 Februari 1905

Adalah pemimpin yang menentang legitimasi dan otoritas Republik Indonesia yang baru merdeka

antara 1948 dan 1962 Kartosuwiryo dikeluarkan dari sekolah kedokteran pada 1927 Karena

nasionalisme radikalnya dan secara politik aktif berasosiasi erat dengan HOS Tjokroaminoto

pemimpin Sarekat Islam Kartosuwiryo terilhami oleh pendirian Tjokroaminoto bahwa sebuah

negara Indonesia yang merdeka harus didasarkan pada prinsip-prinsip Islam Lihat Ensiklopedi

Islam Ringkas hal 356

27

keras oleh pemerintah pusat Melalui Tentara Nasional Indonesia gerakan yang

dianggap sebagai pemberontak ini berhasil ditumpas di berbagai wilayah di Jawa

Barat76

Walaupun mengikuti pola DI TII Kartosuwiryo hakikatnya gerakan DI

TII Aceh lebih merupakan gerakan peringatan kepada penguasa Jakarta agar tidak

sewenang-wenang dan melupakan sumbangan Aceh di masa lalu dengan

mengorbankan seluruh jiwa raga dan harta berharga masyarakat Aceh77

Hubungannya dengan masyarakat Aceh adalah konteks dimensi perilaku

kolektif Dimana suatu gerakan tidak hanya melakukan protes dan demonstrasi

melainkan berakibat pada pengrusakan harta benda dan juga mengakibatkan

jatuhnya korban jiwa Dari hubungan antar kelompok ini melibatkan suatu

gerakan sosial yaitu DI TII yang bertujuan menginginkan perubahan dalam

kekuasaan ataupun ideologi negara78

Dalam pembentukannya perjuangan Daud

Beureueh terinspirasi dari perjuangan dakwah yang ditempuh oleh Rasulullah

SAW Adapun langkah-langkah perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh

melalui tiga tahap yaitu

1 Pertama tahap pembinaan dan pengkaderan

Pada tahapan ini Daud Beureueh sangat serius dalam menanamkan nilai-

nilai dan norma Islam dalam kehidupan masyarakat di Aceh79

Diketahui Islam di

Indonesia sulit berkembang karena ada tiga penyebab Pertama jarak Indonesia

dengan pusat Islam terlalu jauh Kedua Islam sampai ke Indonesia adalah Islam

kosmopolitan dimana hubungan antar pemeluk Islam sedunia begitu dekat lalu

berubah menjadi Islam parokial yang lokal Ketiga Islam di Indonesia menjadi

Islam pedesaan dan menjadi Islam petani Ini berbeda dengan Timur Tengah yang

memiliki kaum pedagang yang mobil Sebelum abad ke-15 M mobilitas para

pedagang sangat tinggi namun ketika sampai di Indonesia menjadi Islam petani

yang mobilitasnya makin menurun Dan dipengaruhi oleh budaya agraris yang

relative statis dan percaya mistik80

76

Cyrill Glasse Op Cit hal 356 77

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 201 78

Ibid hal 160 79

Pada masa kesultanan Aceh Islam mengalami proses pelembagaan yang sangat jelas

sebagai kekuatan sosial budaya dan politik pada masa itu kekuatan pengaruh Islam semakin

dirasakan di hamper seluruh aspek kehidupan masyarakat Aceh lihat Ensiklopedi Tematis Dunia

Islam hal 65 80

Kuntowijoyo Op Cit hal 28-29

28

Hal itu merupakan sebuah tantangan untuk Daud Beureueh dalam

menanamkan Islam di masyarakat Aceh Dalam pembinaan nilai dan norma Islam

Daud Beureueh dalam bidang pendidikan mendirikan dua lembaga yaitu Jami‟ah

Diniyah dan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli sekitar tahun

1930 Dengan tujuan agar nafas Islam selalu ada di dalam masyarakat Aceh dan

membebaskan buta huruf dan buta ilmu dikalangan masyarakat Aceh Terutama

mengenai ilmu-ilmu syariat dan hakikat serta ilmu-ilmu yang erat hubungannya

dengan pengembangan dan pembinaan Islam dalam melahirkan ulama besar dan

pemimpin rakyat81

2 Kedua Tahap Interaksi dan Perjuangan

Pada tahap pembinaan aktifitas di bidang pendidikan yang dilakukan Daud

Beureueh adalah tandingan dari pendidikan yang di buat oleh kolonial Belanda

Dan secara tidak langsung Islam sudah berinteraksi di kalangan masyarakat Aceh

bagaimana di perkenalkan secara sederhana melalui pendidikan tradisional dan

dakwah-dakwah Rasa keimanan yang kuat sudah tertanam di masyarakat Aceh

kemudian menemui pergesekan ideologi Antara ide-ide yang dianggap benar

tentang Islam dengan ide-ide karena pengaruh barat melalui Ideologi Pancasila

Pada periode ini perjuangan Daud Beureueh begitu berat karena memperjuangkan

nilai-nilai keIslaman dalam cita-cita nya mendirikan negara yang berlandaskan

syariat Islam

Melalui dakwah-dakwahnya Daud Beureueh ingin menciptakan

masyarakat Aceh yang mempunyai semangat yang berkobar-kobar dalam

memperjuangkan Islam sebagai dasar negara Dalam substansinya dakwah adalah

menyeru kepada mentauhidkan Allah dan seruan ibadah hanya kepada-Nya serta

seruan untuk meninggalkan penyembahan kepada berhala dan seruan untuk

melepaskan diri dari kehidupan diluar ketentuan Islam seperti zaman jahiliyah

Dan ketika Soekarno mengkhianati cita-cita revolusi itu Soekarno dianggap

sebagai alasan di segala macam maksiat dan kemungkaran Soekarno menentang

Islam memisahkan Islam dari negara dan pemerintahan dan Islam itu sendiri

dipisahkan dari kehidupan masyarakat Pancasila selalu diagung-agungkan dengan

81

A Hasjmy Op Cit hal 121-123

29

penafsiran dan pelaksanaannya itu bukan merupakan wadah untuk Islam82

Dalam

pernyataannya ini menjadi alasan Daud Beureueh mengangkat senjata dan

berjanji ditengah-tengah masyarakat Aceh atas permintaan rakyat Aceh untuk

memimpin dan berjanji berjuang bersama-sama hingga kemenangan tercapai

melaksanakan hukum Allah di Republik Indonesia83

3 Ketiga Tahap Penerimaan Kekuasaan

Jika kaitannya dengan dakwah yang ditempuh Rasulullah SAW Tahapan

ini adalah tahapan menerapkan Islam secara praktis dan menyeluruh sekaligus

menyebarkan risalah Islam ke penjuru dunia Berbeda pada perjuangan yang

dilakukan Daud Beureueh Islam sebagai ilmu yang revolusioner Memiliki

kemampuan untuk mengubah dalam periode ilmu berbagai masalah

kemasyarakatan dapat dicarikan jawabannya dalam Islam Misal mengenai

ketimpangan sosial pemilikan tanah hubungan kerja ataupun masalah modal dan

penguasaan pasar Islam memiliki jawaban dari persoalan itu Tetapi hal itu masih

terbatas pada tingkat formulasi normatif dan belum mengangkat Islam menjadi

teori sosial Keadaan ini yang mungkin dianggap pemerintah saat itu masih tidak

percaya bahwa ide Islam bisa menjadi kenyataan Dan menganggap itu sebagai

ide abstrak atau dengan kata lain non progresif84

Setelah melakukan langkah-langkah mulai dari pembinaan pengkaderan

interaksi dan perjuangan Aceh pada awal perjuangan kemerdekaan Indonesia

secara de facto85

yang merupakan bagian dari provinsi Sumatera dengan

kebijakan undang-undang sementara tahun 1945 yang membagi wilayah

Indonesia menjadi 10 provinsi Pergantian pemerintahan Jepang kepada

pemerintahan Indonesia secara otomatis menghapus dan menggantikan undang-

undang peradilan baik dari zaman Belanda maupun Jepang menjadi perundang-

undangan Republik Indonesia yang diatur dalam lembaran Negara No 23 1947

Dengan berlakunya undang-undang ini segala bentuk perundang-undangan dan

struktur pemerintahan di Aceh yang berlaku pada era Belanda dan Jepang telah

82

Pada Saat Soekarno tidak menepati janjinya Pancasila dengan penafsiran dan

pelaksanaannya dianggap sebagai syirik yang sesat dan menyesatkan yang hanya sesuai dengan

agama lain di luar agama Islam 83

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 201 84

Kuntowijoyo Op Cit hal 30-31 85

De facto adalah pengakuan secara kenyataan pada kasus Aceh ini bersifat sementara

30

berubah Namun pada kenyataannya walaupun mengalami perubahan secara

prinsipnya perundang-undangan tersebut masih menyerupai kedua era Belanda

dan Jepang Dan perlu ditekankan perubahan yang terjadi bukan berarti

merupakan pengembalian kepada bentuk asal perundang-undangan Aceh atau

hasil perundingan perundang-undangan yang sesuai dengan kehendak masyarakat

Aceh Hal ini juga yang menyebabkan rakyat Aceh semakin geram dengan

pemerintah pusat dan alasan munculnya gerakan DITII Aceh86

B Kedudukan dan Sikap Tgk M Daud Beureueh dalam Perjuangan di

Aceh

Pada masanya perjuangan dengan berlandas pada syariat Islam Daud

Beureueh memiliki rentan waktu yang lama Mulai dari masa kolonial Belanda

masa kedudukan Jepang masa pra dan pasca kemerdekaan dan masa revolusi

Adapun kedudukan Daud Beureueh adalah sebagai berikut

Ulama seperti pemaparan penulis diatas dalam riwayat pendidikan Daud

Beureueh dikenal sebagai ulama tulen Hal itu terlihat dari pendidikan yang Daud

Beureueh jalani di Pesantren sekitar 6 tahun sebelum ia dikenal oleh rakyat Aceh

sebagai seorang ulama Pada saat menjadi ulama Daud beureueh mendirikan

lembaga pendidikan dan pemimpin dalam mengawali mempelajari huruf latin

Peran sebagai ulama makin terlihat tatkala ia menyelesaikan persoalaan yang

terjadi di masyarakat Dalam tahun 1920-1930-an Daud Beureueh dan para ulama

lainnya baik yang muda maupun yang sebaya dengannya telah berhasil

memberantas gerakan kebatinan saleek buta87

dimana bagi mereka gerakan itu

adalah suatu ancaman karena dapat merusak akidah keIslaman masyarakat Aceh

Ketua PUSA Persatuan Ulama Seluruh Aceh adalah organisasi modern

pertama dan sebuah gerakan rakyat yang berhasil muncul di Aceh setelah

pendudukan militer Berdiri pada tahun 1939-1942 organisasi ini menghimpun ke

86

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 178-179 87

Saleek buta ialah satu aliran kebatinan yang tumbuh di Aceh sekitar abad ke-19 dan

awal ke-20 M sampai dengan tahun tiga puluhan Di antara ajaran saleek buta bahwa Tuhan dan

makhluk adalah satu atau bersatunya Allah dengan manusia Dan bagi mereka syariat Islam

seperti yang diamalkan tidak berlaku Dalam buku A Hasjmy Op Cit hal 105

31

mayoritas ulama aktif di Aceh dalam program pengembangan sekolah-sekolah

agama yang lebih modern dan peningkatan Kekuatan Islam Aceh88

Organisasi ini

lahir dalam konfrensi pada bulan Mei tahun 1939 oleh Teungku Abdul Rahman

dari perguruan Al- Islam di Peusangan Lahir pada masa kolonial organisasi ini

muncul sebagai pejuang dalam mengambil kekuasaan dari Belanda di Aceh Hal

itu terlihat dari konflik yang terjadi antara PUSA dengan uleebalang Suatu

hubungan antara uleebalang dengan Belanda menjadi alasan mengapa PUSA

ingin memimpin sistem pemerintahan di Aceh

Meskipun berdiri di saat situasi tegang tetapi dalam perkembangannya

PUSA telah menunjukan dirinya sebagai suatu faktor politik yang sangat penting

Dalam empat tahun terakhir setelah berdirinya PUSA kekuasaan Belanda di Aceh

mengalami kemerosotan Perubahan sikap dan perilaku antara uleebalang dan

rakyat Aceh menjadi bukti nyata makin rapuhnya kekuasaan uleebalang

Perubahan sikap dan perilaku terlihat dari kemarahan dan kebencian masyarakat

Aceh akibat penindasan dan skandal beberapa uleebalang yang tergambar di

majalah Penjedar yang terbit di Medan pada bulan November 193889

Kemerosotan juga terlihat di bidang ekonomi yaitu dengan munculnya

PUSA sebagai kaum tandingan atau atasan baru sebagai motor penggerak

perekonomian rakyat dalam bentuk kaum pedagang yang berkembang didaerah

seperti Sigli Garot Bireun dan Idi Dan dalam dunia pendidikan terlihat pada

aliran pembaharuan yang pada dasarnya rakyat Aceh menganggap Belanda

sebagai kaphe dengan munculnya sekolah-sekolah keagamaan dengan

berlandaskan Islam menjadi tandingan untuk sekolah-sekolah yang didirikan

Belanda Berbeda dalam bidang politik perjuangan mendapatkan kekuasaan oleh

ulama dianggap Belanda sebagai suatu gerakan perlawanan yang begitu

berpengaruh Tapi aneh ketika sikap politik Belanda membiarkan gerakan yang di

pimpin oleh ulama tumbuh dan berkembang90

88

Anthony Reid Op Cit hal 280 89

Majalah Penjedar awalnya didirikan oleh mantan pemimpin PKI Xarim M S tetapi

kemudian majalah ini beralih ke tangan seorang wartawan Medan yaitu mantan pemimpin PSII

Mohammad Said menjadi pemimpin redaksinya pada bulan November dengan tujuannya yaitu

menggantikan kedudukan raja-raja uleebalang 90

Anthony Reid Op Cit hal 58-63

32

Menurut analisa penulis terhadap sikap politik Belanda melalui golongan

pembesar atau petinggi Belanda melihat perjuangan melalui organisasi yang

dipimpin ulama melalui PUSA sebagai sebuah hal yang wajar dan tidak

mengkhawatirkan sebaliknya pada tahun 1930an munculnya Muhammadiyah

sebagai sebuah gerakan non-Aceh yang terbuka dan menerima kebangkitan

nasionalisme Indonesia justru menimbulkan kekhawatiran oleh Belanda Jadi

kekhawatiran Belanda timbul melalui ruang lingkup PUSA gerakan pembaharuan

ruang lingkupnya lebih kecil dibanding dengan Muhammadiyah

Gubernur Militer merangkap panglima divisi X TRI91

pada masa revolusi

demi menciptakan proses pertahanan politik nasional di wilayah Aceh melalui

keputusan wakil Presiden Muhammad Hatta Daud Beureueh dilantik menjadi

Gubernur Tentara di wilayah Aceh Langkat dan Tanah Karo pada tanggal 27

Agustus 1947 di Bukit Tinggi Melalui Daud Beureueh kekuatan bersenjata di

Aceh dapat dibentuk dan dileburkan dalam wadah Tentara Nasional Indonesia

(TNI) yang sebelumnya terdiri dari berbagai barisan pejuang kekuatan bersenjata

Aceh yang tidak terkawal92

Hal ini didasarkan pertimbangan politis karena selain Daud Beureueh

seorang ulama dan pemimpin rakyat yang sangat berpengaruh juga karena banyak

diantara pemimpin laskar rakyat itu adalah muridnya Dengan demikian Daud

Beureueh dapat dijadikan figur pemersatu di wilayah Aceh kemudian atas dasar

posisi strategis yang dimilikinya Daud Beureueh diangkat sebagai Gubernur

Aceh pertama 1950 Namun tiga tahun kemudian 21 september 1953 terjadi

perselisihan pandangan politik antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat

Hal itu yang menyebabkan Daud Beureueh bersama rakyat mengangkat senjata

dan terjadilah tragedi berdarah atau lebih dikenal peristiwa berdarah93

Proklamator Darul Islam sebelum mengkaji mengenai kedudukan Daud

Beureueh dalam gerakan Darul Islam di Aceh penulis ingin memberikan

informasi bagaimana cikal bakal timbulnya Darul Islam di Aceh Darul Islam

adalah nama yang diberikan kepada sebuah gerakan pejuang Islam di Jawa Barat

91

El Ibrahimy Op Cit hal 47 92

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 184-186 93

Harun Nasution Op Cit hal 202-203

33

Indonesia yang menentang legitimasi dan otoritas Republik Indonesia yang baru

merdeka antara 1948 dan 1962 Dipimpin oleh Sukarmadji Maridjan

Kartosuwiryo (1905-1962) kekuatan militer Darul Islam resmi dikenal sebagai

Tentara Islam Indonesia (TII) dengan basisnya didataran tinggi Jawa Barat

mencoba memproklamasikan Negara Islam Indonesia 7 Agustus 1949 melalui

Kartosuwiryo yang dianggap sebagai pemimpin yang kharismatik Beraliansi

dengan pejuang Islam di Aceh pimpinan Daud Beureueh dan di Sulawesi Selatan

pimpinan Kahar Muzakkar melalui Piagam Jakarta pemimpin Islam menyetujui

sebuah negara pluralitas94

demi kesatuan nasional Imbalannya adalah adanya

pernyataan bahwa umat Islam wajib menjalankan hukum Islam Hal ini

merupakan klaim minimalis atas sistem politik walaupun secara konstitusional

tidak pernah dijadikan undang-undang Bagi kartosuwiryo dan pengikutnya pada

1945 bergerak dalam sayap radikal politik Islam hal ini merupakan

pengkhianatan95

Ketidak senangan mereka diperkuat oleh munculnya

keprihatinan terhadap pengaruh politis sayap kiri didalam barisan kaum

nasionalis96

Tepat tanggal 21 September 1953 (12 Muharam 1373 Hijriah) Daud

Beureueh memproklamirkan berdirinya Darul Islam negara Islam di Aceh Aceh

memberontak dari Republik Indonesia yang berlandasrkan Pancasila dan

bergabung dengan Negara Islam Indonesia yang berlandaskan syariat Islam

Berbeda dengan gerakan Darul Islam di Jawa Barat di daerah Aceh sendiri selain

lebih lambat munculnya gerakan ini pun relatif lebih singkat antara 1953-1957

Dan perjuangan terakhir pada tahun 1962 saat itu Daud Beureueh dianggap

sebagai tokoh sparatis dalam mewujudkan apa yang dicita-citakannya97

Dalam

94

Pluralisme adalah keadaan masyarakat yang majemuk berkaitan dengan sistem sosial

dan politik Melalui kebudayaan muncul berbagai kebudayaan yang berbeda dalam suatu

masyarakat Dalam kaitannya dengan perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh adalah tentang

sebuah prinsip-prinsip Islam sebagai payung ideologi bagi penduduk Indonesia Sumber melalui

httpkbbiwebidpluralisme di akses pada tanggal 16 Februari 2016 Pukul 0950 WIB 95

Pandangan alternatif Kartosuwiryo mengenai Indonesia dan tuntutannya akan sebuah

negara yang sepenuhnya Islam dijabarkan dalam risalahideologis 1946 bertajuk Haluan Politik

Islam Dia menulis bahwa hanya dengan beridirinya Darul Islam-lah kesejahtraan dan keselamatan

kaum Muslim di Indonesia terjamin dan keselamatan di akhirat pun tercapai 96

Cyrill Glasse Ensiklopedi Islam Ringkas (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1999)

hal 356-357 97

A Hasjmy Op Cit hal 113-117

34

karangan yang dimuat oleh A Hasjmy mengatakan menurut para pengamat

politik saat itu jalan sejarah yang mengantar Daud Beureueh ke mimbar

proklamasi Darul Islam di Aceh berkesimpulan bahwa adanya usaha-usaha

sistematis dan berencana yang bertujuan mendorong sebagian rakyat Aceh

memberontak terhadap Republik Indonesia yang telah dipelihara dan dibelanya

selama tahun-tahun yang amat getir dalam sejarah Republik yang masih muda

saat itu Di tahun Revolusi Fisik para pengamat politik mendapati kenyataan

bahwa tahun-tahun itu Aceh mengorbankan segalanya untuk membela dan

mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945 sehingga di angkasa Tanah Aceh

terus menerus berkibar Sang Saka Merah Putih98

Kaitannya dengan sikap Daud Beureueh dalam perjuangannya di Aceh

masa revolusi atau pasca kemerdekaan Terlihat mulai dari situasi genting

Republik Indonesia yang baru berusia dua tahun lebih pada media Juni 1948

membuat Presiden Soekarno mendatangi Aceh Dalam kaitannya dengan kolonial

jelas Aceh dengan sebutan tanah rencong inilah satu-satunya wilayah RI yang

dianggap masih berdaulat penuh Pasca Agresi Militer I Belanda dan perjanjian

Renville sejumlah wilayah RI terkepung negara-negara boneka buatan Belanda99

Misi hidup-mati yang dibawa Soekarno pada 15 Juni 1948 bersama Menteri

Dalam Negeri Dr Sukiman adalah untuk bertemu tokoh masyarakat di Aceh

Seperti dikutip dari buku bdquoAceh Daerah Modal‟ Soekarno menjalani kunjungan

tiga hari untuk berdialog dengan Tgk M Daud Beureueh di Markas Divisi X

Komandemen Sumatera Bireuen Dalam pertemuannya Soekarno meminta

bantuan kepada Daud Beureueh demi membangkitkan rasa patriotisme segenap

rakyat Aceh dengan mengungkit kembali perlawanan melawan kolonial Belanda

di Aceh100

98

A Hasjmy Semangat Merdeka 70 Tahun Menempuh Jalan Pergolakan dan

Perjuangan Kemerdekaan (Jakarta PT Bulan Bintang 1985) 99

Negara-negara boneka itu seperti Indonesia Timur atau Negara Pasundan Tak pelak

Aceh pun disebut jadi ldquosahamrdquo atau modal yang sangat penting untuk mempertahankan

Proklamasi 17 Agustus 1945 saat itu 100

Alasan lain kenapa Soekarno datang ke tanah rencong adalah karena rakyat Aceh

diketahui sebagai pejuang yang paling gigih menentang penjajahan Belanda Berpuluh-puluh tahun

rakyat Aceh berperang melawan kolonialisme Belanda Dan meminta saat itu mengusir Belanda

untuk kedua kalinya dari bumi persada tercinta yaitu Republik Indonesia Sumber melalui

35

Pada masa awal kemerdekaan sikap nasionalisme101

Daud Beureueh

mempunyai kharisma yang sangat kuat di masyarakat Aceh sehingga Presiden

Soekarno datang dan meminta bantuan dalam mempertahankan kemerdekaan

Indonesia dari ancaman negara boneka yang dilakukan Belanda Pada saat itu

Daud Beureueh mau masuk kedalam pemerintahan dengan di angkat menjadi

Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo dan berhasil menyatukan

gerakan-gerakan rakyat menjadi satu kesatuan dalam bentuk Tentara Nasional

Indonesia (TNI) Dengan tujuan dan cita-cita yang sama menuju keselamatan

nasional dari ancaman pihak luar atau penjajah Daud Beureueh menghidupkan

kembali kesadaran sejarah rakyat Aceh102

yang membuat api semangat yang

berkobar dalam diri masing-masing baik di kalangan masyarakat Aceh ulama

dan para pejuang lainnya103

Perjuangan Daud Beuereueh tidak berhenti pasca kemerdekaan setelah

berhasil menyelamatkan dan mempertahankan kesatuan Republik Indonesia dan

berjuang bersama seluruh rakyat Aceh dengan mengorbankan jiwa raga serta harta

berharga tetapi tuntutannya mengenai dasar sebuah negara tidak terpenuhi

membuat geram dan kecewa kepada pemerintahan pusat Respon cepat dilakukan

perubahan kedudukan dari koalisi berubah menjadi oposisi104

kritik keras

mengenai pergerakan pemimpin dalam berpolitik yang tidak mempunyai

tanggung jawab dalam mengambil keputusan di pemerintahan Pemberontakan

tidak begitu saja meletus malainkan melalui 3 tahapan yaitu tahap sabar tahap

benci dan tahap melawan Dan ini sudah mencapai tahap ketiga rakyat Aceh

khususnya sudah geram dan merasa dipermainkan harga dirinya Namun Daud

httpnewsokezonecomread201506153371165361misi-hidup-mati-yang-dibawa-soekarno-

ke-tanah-rencong diakses pada tanggal 19 Februari 2016 Pukul 0007 WIB 101

Sikap nasionalisme yaitu ajaran atau paham untuk mencintai bangsa dan negara

sendiri Sifatnya kenasionalan menjiwai bangsa Indonesia Sumber melalui

httpkbbiwebidnasionalisme diakses pada tanggal 19 Februari 2016 Pukul 1422 WIB 102

Kesadaran yang dimaksud adalah kesadaran dari dalam diri anggota atau para pejuang

dalam suatu bangsa yang secara potensial atau actual bersama-sama mencapai mempertahankan

dan mengabadikan identitas integritas kemakmuran dan kekuatan bangsa atau semangat

kebangsaan 103

Anthony Reid Op Cit hal 347 104

Koalisi adalah kerja sama yang dilakukan antara sebuah organisasi partai gerakan dll

Untuk memperoleh dukungan politik yang besar Sedangkan oposisi adalah Pertentangan dalam

pemerintahan sikap menentang dan mengkritik pendapat atau kebijaksanaan politik atau golongan

yang berkuasa Dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah Daud Beureueh dan Pemerintah

Pusat

36

Beureueh masih bisa menahan dengan mengirimkan secarcik surat kepada

Presiden Soekarno Hal ini menerangkan bahwa pemerintah mempunyai tanggung

jawab besar terhadap nasib tanah air membawa perubahan dalam cara berfikir

Akibat rasa kekecewaanya sikap revolusioner105

Daud Beureueh muncul Dalam

gerak gerik dan pikiran yang menghendaki perubahan serta merta dalam segala

sesuatu yang tidak di anggap sempurna Kaitannya dengan penetapan dasar negara

Pancasila dirasa kurang berpihak bagi umat Islam yang menginginkan negara

berlandas pada Islam106

Selain itu pemberontakan yang dilakukan DITII Aceh digandeng erat

dengan menjalin kerja sama dengan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia

(PRRI) Perjuangan Rakyat Semsta (PERMESTA) terutama dalam bidang militer

NBANII (DITII Aceh) telah mengadakan operasi bersama dengan pasukan PRRI

yang tergabung dalam Operasi Sabang Marauke di daerah-daerah perbatasan

Aceh-Sumatera Timur Ada terhembus isu bahwa PRRI mgnirimkan senjata

kepada NBANII107

Dan dikatakan bahwa Menteri pertahanan PRRI pernah

memutuskan untuk menemukan Kapten Jusuf Risin Pada Staf Divisi TgkTjhik di

Tiro untuk memberikan latihan kepada anggota DITII di Aceh pada akhir tahun

1959 sesuai dengan kesepakatan yang tercapai dalam pertemuan di Genewa pada

bulan Desember tahun 1958 antara pemimpin-pemimpin PRRIPERMESTA dan

dalam pertemuan itu turut hadir Hasan Ali Perdana Menteri NBANII dan Hasan

Muhammad Tiro (Duta Besar DI untuk Amerika Serikat di PBB) maka

diputuskanlah untuk mendirikan suatu negara yang berbentuk federal yang

dinamakan Republik Persatuan Indonesia (RPI) guna lebih banyak mendapatkan

105

Revolusioner adalah sikap dimana cendrung menghendaki perubahan secara

menyeluruh dan mendasar 106

Menurut Mr S M Amin peristiwa yang diawali dengan sifat revolusioner lambat

laun akan berubah menjadi sifat evolutioner Yaitu melihat peristiwa itu dari sisi positifnya

(kebaikan) juga dalam suatu cara membawa perubahan dengan berangsur-angsur Sifat ldquoreeelrdquo

yang tidak dapat melihatkesukaran-kesukaran keadaan suasana masa dan waktu berubah menjadi

sifat ldquoreeelrdquo yang menarik dalam perhatian segala kenyataan baik yang menguntungkan maupun

merugikan sehingga tindakan diambil dengan hati-hati dan penuh perhitungan laba ruginya 107

Disinyalir bahwa isu yang berhembus itu tidak benar Terbukti dari surat menyurat

antara PRRI dan NBANII Secara resmi PRRI tidak pernah mengirimkan senjata kepada

NBANII Tentang pengiriman senjata ke Aceh baru hendak dibicarakan dalam cabinet PRRI pada

akhir 1959

37

dukungan dari daerah-daerah dan untuk lebih mengefektifkan perjuangan

menghancurkan regime Soekarno yang diktatorial108

Dalam Undang-Undang Dasar Republik Persatuan Indonesia antara lain

disebutkan

Pasal 1 ayat 1 Negara RPI berdasarkan Keimanan kepada Tuhan YME

Pasal 1 ayat 2 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk atau

golongan untuk memeluk agamanya atau kepercayaannya

masing-masing dan untuk beribadah serta hidup

bermasyarakat sesuai dengan syariat agamanya atau

kepercayaannya

Pasal 31 ayat 1 Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan

mengeluarkan pendapat

Pasal 31 ayat 2 Mengeluarkan pendapat yang mengandung penghinaan

terhadap suatu agama ajakan untuk mendirikan dictator

atau ajakan untuk menganut dan melaksanakan paham-

paham komunis atau paham-paham lain yang

membahayakan asas-asas dasar negara dilarang

PRRI dan NBANII saat itu diharapkan untuk menjadi inti negara dan

keduanya mengambil inisiatif memelopori perjuangan menegakkannya Serta

mengharapkan sebagai proklamator selain tokoh Dewan Perjuangan dan PRRI

dua orang dari NBANII yaitu Tgk Daud Beureueh dan Hasan Ali yang masing-

masing direncanakan menjadi Wakil Presiden dan Menteri Luar Negeri ditambah

dengan Kahar Muzakkar dari Sulawesi yang direncanakan menjadi Menteri Muda

Pertahanan Menurut rencana Republik Persatuan Indonesia akan

diproklamasikan pada tanggal 15 atau 17 agustus 1959 Akan tetapi berhubung

dengan adanya usul-usul perubahan dari NBANII mengenai beberapa pasal dari

UUD RPI diantaranya mengenai soal yang fundamental yaitu mengenai wilayah

108

RPI adalah bentuk kelanjutan yang logis dari perjuangan daerah-daerah dan satu-

satunya kendaraan politik untuk mencapai tujuan dan cita-cita seperti yang dinyatakan program

perjuangan dari Dewan perjuangan dengan memperhatikan bahwa pelaksanaannya haruslah sesuai

dengan strategi perjuangan

38

RPI (pasal 3) maka proklamasi itu baru dapat di cetuskan pada tanggal 8 Februari

tahun 1960109

Meskipun terdapat perbedaan paham antara NBANII dengan PRRI

akhirnya Republik Persatuan Indonesia di proklamasikan juga pada tanggal 8

Februari 1960 dengan PRRI dan NBANII sebagai intinya Sejak itu NBANII

berubah namanya menjadi Republik Islam Aceh (RIA)sebagai satu negara bagian

dari Republik Persatuan Indonesia Dari masuknya NBANII ke dalam RPI tidak

berarti hubungan antara NBANII telah putus dengan NII pimpinan Kartosuwirjo

Dalam surat Wali NBANII kepada Pimpinan tertinggi NII KArtosuwirjo

bertanggal November tahun 1960 dijelaskan sebab-sebab mendorong NBANII

masuk kedalam RPI sebagai satu negara bagian yang menjadi inti dari RPI

Disamping itu diminta agar bukan saja hubungan NBANII dengan RPI disahkan

tetapi meminta juga Kartosuwirjo Pimpinan NII turut ikut berpadu dengan PRRI

dalam Republik Islam Indonesia yang berjiwa Islamisme dan Federalisme

Adapun sebab-sebab yang mendorong NBANII berpadu dengan RPI antara lain

adalah

1 RPI adalah suatu bentuk Federasi yang menjiwai ketatanegaraan Islam

2 Menjamin ketatanegaraan Islam bagi Negara Bagian secara demokratis

sehingga negara bagian bebas menjalankan hukum syariat Islam bagi umat

dan masyarakat Islam seluruhnya

3 RPI suatu negara yang mengakui mutlak kedaulatan negara berada di

tangan Allah SWT

4 RPI adalah suatu bentuk negara yang menganut falsafah yang sesuai

dengan kehendak umat Indonesia yang umumnya memeluk agama Islam

dan Kristen

109

Diperkirakan selain Aceh yang telah menjadi Negara Bagian inti dalam RPI akan

diterima juga untuk pertama kali menjadi Negara-negara Bagian Sumatera Barat Sumatera Utara

Sumatera Selatan Riau Jambi Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Maluku Selatan dan Maluku

Utara Perbedaan pendapat terjadi antara NBANII dan PRRI mengenai fundamental yaitu tentang

wilayah negara federal yang baru meliputi Sumatera dengan kata lain mereka menghendaki suatu

Republik Persatuan Sumatera Lihat lebih detail pada buku M Nur El Ibrahimy Tgk M Daud

Beureueh Pergolakannya di Aceh hal203-204

39

5 RPI menentang tegas AteisKomunis dalam perkembangan ketatanegaraan

Indonesia

6 Dengan RPI kita memperlihatkan hanya ada satu organisasi Negara saja di

Indonesia yang menentang dan member perlawanan bersenjata terhadap

organisasi pemerintah Soekarno

7 Dengan RPI kita menarik perhatian dunia internasional terhadap

kesanggupan kita dalam memegang kekuasaan politik di Indonesia

terutama dalam menumpas regime Soekarno sebagai landasan untuk

memperoleh sokongan dan bantuan moril dan materiil dari pihak luar

negeri baik di forum PBB maupun dari pihak negara-negara lain terutama

dari negara blok anti komunis

8 Dengan RPI kita melenyapkan kesempatan atau peluang bagi usaha taktik

dan tipu muslihat (regime Soekarno) dalam wujud memecah belah sesame

kita melakukan perlawanan bersenjata terhadap mereka baik dalam

masyarakat NBANII maupun dalam masyarakat PRRIPermesta ataupun

antara NIITII dan PRRIPERMESTA

9 Pembentukan RPI merupakan usaha untuk merangkul kembali pemimpin-

pemimpin dan politisi-politisi Islam dan Pemuda-pemuda Islam yang

militant dan revolusioner yang berada diluar organisasi NIITII untuk

sama-sama berjuang bahu-membahu menghancurkan regime

SoekarnoKomunis

10 Adanya berbagai kesulitan dalam berbagai bidang organisasi politik

militer financial ekonomi dan sebagainya Dengan terbentuknya RPI

diharapkan kesulitan-kesulitan ini sedikit demi sedikit dapat diatasi110

Pencetus Berdirinya Republik Islam Aceh berdiri pada saat akhir

perjuangan gerakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia DITII Aceh yaitu

setahun sebelum penyerahan Daud Beureueh kepada Republik Indonesia Pada

kemunculannya gerakan ini tidak begitu tersiar karena beriringan dengan DITII

110

Surat Wali NBANII kepada Pemimpin tertinggi NII KArtosuwirjo dalam bulan

November 1960

40

atau dalam rentang waktu yang singkat Hal yang melatar belakangi berdirinya

RIA adalah sebagai penerus perjuangan Daud Beureueh yang bertahan pada

keyakinannya semula yakni melanjutkan revolusi Islam di Aceh Dengan segala

kekuatan persenjataan dan pasukan yang terbatas maka tercetuslah berdirinya

Republik Islam Aceh pada 15 Agustus 1961 Tidak banyak literature yang penulis

dapatkan mengenai gerakan RIA tercatat menurut El Ibrahimy menerangkan

kemunculan RIA tidak tepat karena disaat bersamaan pemulihan keamanan

dengan Daud Beureueh menyebabkan usaha penyelesaian damai menemui jalan

buntu Hal ini membuat geram Kol Jasin dan Jendral Nasution yang sudah

melaporkan bahwa persoalan Aceh dan diri Tgk M Daud Beureueh telah selesai

Tetapi tiba-tiba muncul lagi surat resmi Daud Beureueh atas nama wali Negara

Republik Islam Aceh111

Daud Beureueh adalah bapak orang-orang Aceh ditinjau dari

karakteristiknya masyarakat Aceh sangat terikat dengan kesadaran dan

pengalaman sejarah dengan pengaruh Islam yang kuat Hal itu bisa dilihat dari

pola tingkah laku politik maupun ideologisnya Tiga peristiwa sejarah yang

menjadi sandaran dan kebanggan orang-orang Aceh yaitu

1 Masa kejayaan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M)112

dan Sultan

Iskandar Tsani (1636-1641 M)113

2 Perang Aceh114

3 Perjuangan di masa revolusi Kemerdekaan

Ketiga hal itulah yang menimbulkan kebanggaan pada orang Aceh baik

dalam rangka kesadaran keIslaman maupun dalam rangka kesadaran kebangsaan

Dalam konteks Islam Aceh dijuluki sebagai ldquoSerambi Mekahrdquo hal ini membawa

anggapan masyarakat Aceh bahwa di daerah mereka Islam dating Kerajaan Islam

berdiri dan pemikiran Islam berkembang serta perang Sabil yang terjadi cukup

111

El Ibrahimy Op Cit hal 197-198 112

Lihat sumber melalui httpmelayuonlinecomindpersonagedig303sultan-iskandar-

muda diakses pada tanggal 18 Februari 2016 Pukul 1751 WIB 113

Lihat sumber melalui httpkebudayaankemdikbudgoidbpcbaceh20131031

sekilas-sejarah-aceh-abad-ke-16-penulis-nurdin-s-sos-staf-pemugaran-bpcb-aceh diakses pada

tanggal 18 Februari 2016 Pukul 1758 WIB 114

Perang Aceh atau lebih dikenal dengan perang Sabil dalam bahasa aceh prang sabi

adalah perang masyarakat Aceh terhadap kolonial Belanda yang terjadi sekitar akhir abad ke-19

M dan lebih tepatnya pertama pecah pada tahun 1873 Hal ini adalah bukti perjuangan rakyat

Aceh yang anti kolonial atau disebut juga kaum kaphe

41

lama115

Pilar-pilar kepemimpinan Aceh terdiri dari ulama Sultan dan

uleebalang (uleebalang) Dan kedudukan ulama sangat strategis Bertolak dari

pengakuan masyarakat dan sudah menjadi fitrahnya ulama dalam konteks

kebudayaan Aceh mendampingi penguasa Sifatnya yang mobile (dominan) dan

tidak terikat oleh ikatan politik lokal memungkinkan para ulama116

berfungsi

sebagai perantara komunikasi kultural117

Dari kebanggaan itulah watak Daud Beureueh sebagai orang Pidie

terbentuk menjadi manusia keras dan ulet juga setelah menjadi pemimpin umat

Kekerasan dan keuletan terlihat dai pendirian yang amat tangguh sehingga sulit

untuk bergeser atau digeser dari sesuatu yang diyakini kebenarannya dalam hal

ini pendirian dan cita-citanya untuk mendirikan negara dengan berdasar pada

Islam118

Daud Beureueh juga dikenal sebagai pemimpin yang kharismatik

Pemimpin dengan jiwa wibawa yang sangat tinggi dan disegani di masa revolusi

Sifatnya itu terlihat ketika pada saat Daud Beureueh mengamati perkembangan

revolusi kemerdekaan Indonesia dengan tenang dan hati-hati119

C Respon Rakyat Aceh Terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

Dilihat dari letak geografisnya Aceh pada zaman dimana perdagangan

dunia berdinamika berada pada jalur georgrafis yang harmonis Aceh terletak dua

mil dari punggung pantai dan tiga mil dari kaki bukit Kedudukannya yang tak

jauh dari hulu dan hilir menjadikan Aceh sebagai permata hijau namun juga biru

115

Dalam keputusan mengenai perang Sabil pada oktober 1944 pertemuan yang

dilakukan uleebalang dan ulama adalah (1) hukum perang Sabil pada masa kolonial adalah

Fardlu‟ain yaitu wajib untuk setiap orang Islam (2) Belanja peperangan didapat dari Baitalmal

zakat dan sokongan dari hartawan (3) Hukumannya pengkhianat sama dengan si kafir

Penjelasan mengenai Fardlu‟ain adalah suatu ajaran tradisional Islam mengenai jihad

ialah bahwa hukumannya bukan fardlu‟ain tetapi hanya fard‟ala kifaya yaitu diwajibkan atas

masyarakat Islam sebagai suatu keseluruhan tetapi tidak diharuskan pada setiap pemeluknya

Lihat Anthony Reid Op Cit hal 327-352 116

Para ulama bertindak sebagai perumus pembina dan penumpuk cita ldquoke Acehanrdquo

sebagai suatu kesatuan kultural dan politik Pada tiga masa itu ulama lah yang tampil untuk

memimpin reformasi sosial dan agama Tindakan nyata terlihat apabila kehidupan keagamaan dan

sosial masyarakat Aceh telah menjauh dari ajran yang benar dan diyakini 117

Taufik Abdullah Karena Keterkaitan Ideologi Artikel surat kabar majalah Panji

Masyarakat No 419 118

A Hasjmy Op Cit hal 118-120 119

Abdullah Sani Usman OpCit hal 182

42

Kekayaan bahari terlihat dari kebajikan alam lewat hutan dan pertaniannya yang

subur Dan rumah masyarakat Aceh pun begitu dekat dengan alam Dibanding

dengan menggunakan beton sebagai landasannya para leluhur ini lebih suka

memilik bamboo dan batu yang dianyam dengan tangan-tangan terampil menjadi

tempat tinggal yang layak huni120

William Marsden explorer Inggris

menggambarkan sosok tubuh orang-orang Aceh berbeda dengan orang Sumatera

lainnya Mereka lebih tinggi dan berkulit lebih hitam Banyak yang menilai orang

Aceh adalah pencampuran orang Batak orang Melayu dan orang Chulias121

Ciri

lain dari orang Aceh adalah kegemarannya dalam bekerja lebih cerdik dan

memiliki wawasan luasmereka juga rajin mengunjungi ulama dan mengakrabi

orang asing yang seiman

Dari berbagai sisi di atas dan dari sisi pola dasar bahasa dan sosial Aceh

termasuk masyarakat Sumatera dan Asia Tenggara Namun ada cukup banyak

cirri khusus dalam perkembangan sejarahnya sejak abad ke-16 M yang

menyebabkan ideologi separatisme yang dianutnya meyakinkan ketika muncul

pada tahun 1970-an Berbeda dengan tradisi sastra ldquoMelayu klasikrdquo yang

menyaksikan peranan Aceh yang sangat besar didalamnya misalnya Aceh

sepenuhnya berdiri di pinggir sepanjang menyangkut pengembangan langgam

bahasa dan kesusasteraan Melayu Indonesia modern menjelang akhir abad ke-19

M122

sampai penaklukan Aceh oleh Belanda pada akhir abad ke-19 M hubungan

ekonomi politik dan budaya Acehterjalin dengan Samudra India dan

Semenanjung Malaya tidak dengan dunia Laut Jawa yang didominasi pada

awalnya oleh Jawa dan kemudian oleh Belanda Aceh merupakan bagian dari

dunia Islam Samudera India sejak Pasai dikunjungi dan ditulis oleh Ibn Battuta123

pada abad ke-14 M124

120

M Dien Madjid Catatan Pinggir Sejarah Aceh Perdagangan Diplomasi dan

Perjuangan Rakyat (Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia 2013) hal 86-87 121

Chulias adalah nama bangsa atau sebutan yang disematkan pada penduduk yang

berdiam dibagian barat India dan telah menjalin hubungan sosial dengan Aceh sejak masa yang

lama 122

Kesusasteraan Melayu Indonesia modern adalah budaya-atas ldquoIndiardquo perkotaan di

India Belanda yang mengungkap diri dalam bahasa Melayu yang menggunakan huruf romawi

(berbeda dengan huruf Arab dalam bahasa Melayu klasik) dan sebagian besar diciptakan pada

awalnya oleh orang-orang Indo-Eropa dan peranakan Tionghoa meski pada akhirnya diserap

sebagai bahasa pengantar oleh gerakan nasional 123

Ibn Battuta adalah seorang Arab yang waktu itu menjabat sebagai utusan Delhi 124

Anthony Reid Op Cit hal 335

43

Sebelum mengetahui respon rakyat Aceh terhadap perjuangan Daud

Beuereueh penulis ingin memaparkan rakyat Aceh melalui tiap golongan Pada

masa pra kemerdekaan rakyat Aceh yang menanti ini terbagi dalam tiga golongan

yaitu

1 Pertama golongan terbesar yang menanti segala sesuatu dengan

tenang dan tidak mengambil perhatian terhadap apa yang mungkin

terjadi Golongan ini adalah golongan yang tidak ldquopolitic mindedrdquo dan

menerima segala sesuatu dengan terbuka

2 Kedua golongan yang terdiri dari mereka yang sangat bergembira dan

sangat bersuka ria atas kapitalis Jepang Golongan ini bercita-cita

pengembalian kekuasaan Belanda ke tanah air125

3 Ketiga golongan terdiri dari mereka yang sekalipun lahirnya nampak

tenang akan tetapi dalam batinnya berada dalam keadaan gelisah

Mereka khawatir tentang akibat-akibat yang kelak akan timbul bila

Jepang lenyap dan Belanda kembali berkuasa

Pada konteks ini peran golongan ketiga inilah yang mempunyai peranan

aktif dan terkemuka baik sewaktu masa kolonial ataupun masa pendudukan

Jepang Meskipun hanya sebagian kecil dari golongan ini yang mempunyai alasan

menakuti kekuasaan penjajah banyak dari mereka pada hakikatnya bergerak baik

kepentingan sendiri atau golongan Dengan mempertopengkan kepentingan umum

pada masanya mereka memperoleh kedudukan dan pangkat tinggi Kesempatan

yang timbul sebagai akibat kedudukan dan pangkat tinggi ini telah digunakan

mereka untuk menguntungkan diri sendiri atau pun golongan Untuk kasus

perjuangan Daud Beureueh inilah alasan yang menjadikan rakyat Aceh terpecah

kedalam dua golongan Golongan uleebalang (raja-raja) dan golongan ulama

Pertentangan diantara kedua golongan ini hubungan antara uleebalang dengan

ulama Pertentangan ini menyerupai pertentangan adat dan hukum (Islam)

125

Dalam golongan ini terdapat sejumlah besar dari mereka yang masih menyimpan

peringatan nimat penghidupan yang dirasakan semasa pemerintahan Belanda dan sebelum Jepang

berkuasa Baik dalam pendudukan Belanda dan Jepang golongan ini punya kedudukan tinggi yang

memberikan mereka hidup dengan diliputi oleh kesenangan kemegahan dan kemewahan

44

Uleebalang mempertahankan kekelan adat sedangkan ulama berjuang menegakan

hukum berdasar syariat Islam dalam pemerintahan126

Menurut Snouck Hurgronje pertentangan antara ulama dan uleebalang

berdasar atas adanya perbedaan adat dan agama Keterangan Snouck ini disanggah

oleh M Nur El Ibrahimy yang mengatakan pernyataan Snouck kurang tepat

karena di Aceh tidak terdapat pertentangan yang berarti antara adat dan agama El

Ibrahimy mengatakan pada umumnya keduanya berhubungan baik yang satu

bersandar kepada yang lain keduanya tunjang-menunjang Di Aceh dapat

dikatakan adat dan resam Qanun bersandar kepada agama Karena sangat

mendalamnya ajaran Islam meresap dalam kehidupan masyarakat dan hukum

telah terjadi persesuaian Oleh karena itu pula Islam sangat diperjuangkan menjadi

ideology negara El Ibrahimy mengatakan terkait pertentangan uleebalang dan

ulama bukan karena petinggi adat dan petinggi agama Memang ada peribahasa

Aceh yang mengatakan bahwa ldquoadat bak Poteu Meureuhom hukom bak Syiah

Kualardquo yang artinya adat berada di dalam tangan sultan dan agama berada di

dalam tangan ulama Akan tetapi hal itu sekedar pembagian wewenang saja127

Kembali pada fokus kajian mengenai sikap rakyat Aceh Pada perjuangan

dibawah pimpinan Daud Beureueh tentang kesadaran rakyat Aceh Taufik

Abdullah dalam tulisannya terkait sikap rakyat Aceh mengatakan bahwa ada tiga

bagian penting pertama sikap spontanitas dan enthusiasme rakyat Aceh dalam

membantu perjuangan kedua pertemuan empat mata Daud Beureueh dengan

Soekarno ketika presiden pertama Republik Indonesia mengunjungi Aceh ketiga

penolakan Daud Beureueh terhadap T Mansyur (walinegara Sumatera Timur)

untuk bersama-sama mendirikan negara bagian Sumatera Mengenai sikap

spntanitas dan enthusiasme rakyat Aceh dalam membantu perjuangan dan

mempertahankan kemerdekaan RI terlihat dari kerelaan rakyat Aceh yang pintu

rumahnya di gedor malam-malam untuk membagi emas yang mereka miliki ikhlas

semata-mata karena Allah dan demi membantu serta memenuhi harapan

Soekarno yang meminta rakyat Aceh membantu perjuangan dengan

menyumbangkan sebuah pesawat terbang Rakyat Aceh sudah merasa puas

126

Mr S M Amin Op Cit hal 4-7 127

El Ibrahimy Op Cit hal 72-73

45

dengan pernyataan Soekarno yang menyebut Aceh adalah ldquodaerah modalrdquo atau

ldquodaerah payungrdquo128

Selanjutnya perubahan sikap terjadi di rakyat Aceh Ketika keinginan

cita-cita semangat perjuangan rakyat Aceh yang bernafaskan Islam tidak

terpenuhi Terlebih lagi dengan kebijakan pemerintah yang mementahkan harapan

dan kepercayaan dengan mengirimkan pemimpin-pemimpin atau tenaga-tenaga

ahli ke pusat daerah yang saat itu masih belum diperlukan sekalipun mereka

dikirim tidak membawa perubahan Selain itu dalam badan pemerintahan daerah

pemerintah pusat memilih petinggi-petinggi untuk daerah Aceh yang bukan

berasal dari Aceh Kemauan rakyat yang tidak terpenuhi dan kebijakan yang

dianggap tanpa pikir panjang ini membuat rakyat Aceh kecewa dan geram

Mengenai kebijakan pemerintah yang memilih orang diluar Aceh faktanya

masyarakat Aceh mempunyai pandangan tersendiri tentang segala seusuatu

mengenai penghidupannya ia mempunyai alam pikiran yang berlainan dengan

penduduk daerah lain Hal ini disebabkan oleh karena masyarakat Aceh dapat

dikatakan sebagai masyarakat yang tertutup geisoleerd129

Solusi dari permasalahan ini sebenarnya kemauan masyarakat Aceh adalah

tentang cara pelaksanaan susunan dewan-dewan dengan pemilihan rakyat umum

dalam konteks ini rakyat Aceh juga diselenggarakan dalam setiap bagian

pemerintahan sehingga bukan sedikit tuntutan-tuntutan mengenai penempatan

ahli-ahli atau penempatan petinggi didalam pemerintahan daerah Penempatan

menurut tuntutan ini adalah harus berdasar atas demokrasi yaitu kemauan rakyat

Menurut Mr S M Amin mengatakan bahwa rakyat Aceh terkenal sebagai rakyat

yang mencintai kemerdekaan dan tidak segan-segan mengorbankan jiwanya

dalam mencapai kemerdekaan Sejarah perjuangan melawan penjajah masa

kolonial memakan waktu berpuluh-puluh tahun menunjukan kepahlawanan

mereka dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia

128

Pada masa itu rakyat Aceh membantu perjuangan baik dari dalam dan luar negeri

Seperti kisah Dr Sudarsono yang datang ke Aceh dan kemudian di biayai oleh rakyat untuk

kembali ke luar negeri selalu diulang-ulang Ini semua telah menjadi ldquofolklorerdquo (cerita rakyat)

Dan ini merupakan sejarah Aceh yang tidak bias diinjak oleh kaki tentara Belanda 129

Mr S M Amin Op Cit hal 76

46

Untuk memperkuat pernyataan Mr S M Amin dalam menambahkan

pemahaman tentang sifat masyarakat Aceh penulis menambahkan tulisan Prof

Dr M Dien Madjid mengenai Hikayat Kerajaan Aceh mengatakan bahwa

masyarakat Aceh dikenal sebagai penganut Islam yang taat Hal ini tidak saja

dibuktikan secara historis lewat berbagai teori sejarah yang mengisahkan Aceh

sebagai tempat awal bersuanya Islam dengan penduduk Nusantara melainkan

ditinjau dari ruang publik mulai dari masyarakat bawah hingga tataran elite yang

taat pada ketentuan Islam Dan mengenai solusi dalam sistem pemerintahan

menurut Gabriel A Almond ciri khas pendekatan perilaku ini ialah pandangan

bahwa masyarakat dapat dilihat sebagai suatu sisitem sosial dan negara sebagai

suatu sistem politik yang menjadi subsistem dari sistem sosial Dalam sistem

bagian-bagiannya saling berinteraksi saling bergantungan dan semua bagian

bekerja sama untuk menunjang terselenggaranya sisitem Jika mengalami stress

(masalah) dari lingkungan tetap berusaha mengatasinya dengan memelihara

keseimbangan Dengan demikian sistem dapat bertahan130

130

Ibid hal 76-77

47

BAB IV

PEMBERONTAKAN DALAM PERJUANGAN MENEGAKAN SYARIAT

ISLAM DI ACEH

A Usaha-usaha Menegakan Syariat Islam di Aceh

Dalam perjuangannya menegakan syariat Islam rakyat Aceh bersikap

spontanitas dan enthusiasme mulai masa kolonial (penjajahan) dan masa

revolusi Hal itu terlihat ketika era Orde Lama rakyat Aceh menggugat regim

yang berkuasa di Jakarta hal itu disebabkan karena rakyat Aceh merasa

diperlakukan tidak adil dan manusiawi Pada 20 september 1953 meletus lah

peristiwa berdarah atau lebih dikenal dengan pemberontakan Darul Islam Tentara

Islam Indonesia (DI TII) reaksi spontan dan enthusiasme ditunjukan demi harga

diri rakyat Aceh yang terlecehkan pada saat itu131

Sebelum membahas lebih jauh

mengenai perjuangan dan usaha-usaha rakyat Aceh penulis mencoba menganalisa

status rakyat Aceh yang khususnya umat Islam saat itu Melalui zaman atau

periode tahap-tahap mengenai kesadaran sosial umat Islam Aceh dibagi menjadi

dua periode yaitu

1 Periode pertama munculnya kelas baru ketika konflik-konflik antar kelas

yang terjadi tahun (1920-1942) Pada periode ini umat Islam melakukan

berbagai aksi dalam bentuk demonstrasi dan juga mendirikan berbagai

asosiasi Selain SI ada juga Nahdlatul bdquoUlama (NU) Muhammadiyah dan

dalam kasus Aceh sendiri berdiri Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA)

Saat itu PUSA berkonflik dengan kaum uleebalang merupakan konflik antar

kelas atau bisa dikatakan perang saudara dalam memperebutkan peran dalan

sistem pemerintahan di Aceh PUSA tidak mengakui uleebalang karena

dibawah kendali kolonial dan teguh pada pendirian bahwa mereka anti

penjajahan Dan sejak 1942 dan seterusnya umat Islam dihadapkan pada tugas

baru Pada masa kolonial atau penjajahan para Kyai dan tokoh-tokoh umat

Islam mulai diikutsertakan dalam kepemimpinan dan kenegaraan

131

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 200

48

2 Periode kedua sesudah tahun 1942 dan setelah 1945 umat mendefinisikan

diri dalam rumusan baru yaitu sebagai warga negara sebagai citizen Dan

warga negara sebagai langkah akhir perjalanan historis Pada saat

merumuskan UUD yang didalamnya memuat rumusan Pancasila 1945 dan

memutuskan diri sebagai warga negara Indonesia Persoalannya sekarang

adalah persoalan antara negara dan warga negara Permasalahan ketika

ideologi dibentuk tidak sesuai kesepakatan rakyat Aceh merasa harga dirinya

terlecehkan oleh pemimpin negara Dan pada periode ini juga terjadikonflik

politik yang berkepanjangan sesudah tahun 1945 sampai tahun 1965 Umat

Islam yang memasuki babak baru yaitu ikut dalam Pemilihan umum ikut

dalam DPRMPR Badan-badan pemerintahan Karena itu umat Islam benar-

benar aktif sebagai warga negara Sebagai warga negara demokratis harus

menyadari hak dan kewajiban yang mempunyai budaya partisipan132

Pada tahapan kesadaran sosial tersebut perkembangan Islam di Indonesia

terbagi menjadi tiga zaman zaman mitos zaman ideologi dan zaman

pengetahuan atau ilmu Dalam kaitannya dengan Aceh usaha-usaha menegakan

syariat Islam muncul ketika zaman ideologi Hal ini terlihat ketika DITII Aceh

yang menjadikan pengetahuan Islam sebagai formulasi normatif dalam mengatur

sistem pemerintahan di Aceh Dari situ kemudian berkembang menjadi sebuah

ideologi lalu menjadi action133

Peran pelopor DITII Aceh yaitu organisasi

PUSA terlihat ketika konflik terjadi dengan uleebalang Dimana PUSA

memperjuangkan perannya dalam sistem pemerintahan Aceh yang dikuasai

uleebalang134

132

Kuntowijoyo Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia (Yogyakarta Shalahuddin

Press 1985) hal 18-25 133

Ibid hal 26 134

Menurut Van‟t Vern dalam laporan Kern mengatakan bahwa kekuasaan kaum

uleebalang diperkuat setelah perang Aceh ketika menyatakan takluk dengan Belanda Secara

ekonomis uleebalang memperoleh lebih banyak kekuasaan karena bertindak sebagai kepala

perusahaan-perusahaan dagang baru atau bekerja sama dengan perkebunan-perkebunan Barat

Kekuasaan pemerintah mereka dijamin aman oleh bantuan Belanda baik dalam peradilan hukum

perkawinan dan pemberian bewasiswa Dan ini penyebab terjadinya pertentangan antara ulama

melalui PUSA dengan uleebalang rasa kebencian dan kemarahan muncul ketika uleebalang

dianggap sebagai pengkhianat oleh masyarakat Aceh karena masyarakat Aceh sangat anti

penjajahan Terlebih lagi ketika penindasan dan skandal terhadap masyarakat Aceh yang dilakukan

oleh uleebalang

49

Usaha tidak terhenti begitu saja pasca ditetapkannya Pancasila sebagai

ideologi negara direspon cepat oleh rakyat Aceh rakyat Aceh dibawah pimpinan

Daud Beureueh mengambil sikap menentang dan memberontak atas kendali

Jakarta yaitu pemerintah pusat Jika ditinjau dari permasalahan ideologi tersebut

hal itu menimbulkan sikap antara pemerintah dengan masyarakat Aceh penulis

ingin menguji teori melalui ilmu sosial hal ini bisa menimbulkan prasangka sebab

dugaan Mengacu pada hubungan vertikal yang terjadi antara masyarakat Aceh

dengan pemerintah prasangka sebab dugaan merupakan sikap bermusuhan yang

terjadi antar kelompok yang satu terhadap kelompok lainnya135

yang didasari pada

ciri yang tidak menyenangkan Pada perjuangan yang terjadi era orde lama di

Aceh Menurut teori Banton mengenai prasangka ini merupakan teori frustasi-

agresi (frustration-aggression theory) Teori ini mengatakan bahwa orang akan

melakukan agresi manakala usahanya dalam memperoleh keinginan terhalangi136

Hal ini terjadi pada keinginan dan cita-cita Daud Beureueh dalam mendirikan

negara yang berlandaskan Islam tidak terpenuhi

Mengkaji lebih mendalam mengenai kedudukan Daud Beureueh dalam

pemberontakan di Aceh penulis ingin memaparkan mengenai apa yang

diperjuangkan oleh Daud Beureueh Dalam hal ini jelas perjuangan Daud

Beuereuh adalah mendirikan sebuah Negara Islam Indonesia yaitu negara yang

berlandaskan Islam bukan Pancasila Visi syariat Islam itu sendiri adalah

mewujudkan kemaslahatan manusia dunia dan akhirat Sedangkan misinya

melalui rumusan para ulama adalah kewajiban memelihara agama kewajiban

memelihara jiwa kewajiban memelihara harta kewajiban memelihara keturunan

kewajiban memelihara akal dan kewajiban memelihara kehormatan137

Jika

dilihat dari visi misinya dapat dikatakan kedudukan Daud Beureueh sangat

135

Menurut Kinloch (1979) kata kelompok dalam konsep hubungan antarkelompok

mencakup semua kriteria pertama terdiri atas ciri fisiologis yaitu pengelompokan yang didasarkan

pada persamaan jenis kelamin (laki-laki perempuan) usia (tua muda) dan ras (antara lain hitam

putih) kriteria kedua ialah persamaan kebudayaan seperti kelompok etnik di Aceh minangkabau

Ambon dll Meskipun Kinloch tidak menyebutkan agama namun dalam banyak kasus

pengelompokkan berdasarkan agama pun dapat dimasukan dalam kategori ini Kriteria ketiga

mengenai ekonomi dibagi antara mereka yang berekonomi kuat dan ekonomi lemah Dan criteria

keempat ialah prilaku mengenai fisik mental dan penyimpangan terhadap aturan masyarakat 136

Kamanto Sunarto Pengantar Ilmu Sosiologi (Jakarta Lembaga penerbit Fakultas

Ekonomi UI 2004) hal 151-152 137

Danial Syari‟at Islam dan Pluralitas Sosial dalam Jurnal Analisis Studi KeIslaman

vol XII No 1 1 Juni 2012 hal 72-74

50

penting Sebab melalui perjuangannya Daud Beureueh ingin nilai-nilai agama

dijadikan dasar pengambilan kebijakan di tingkat keluarga masyarakat dan

pemerintah menjamin hak hidup rakyat dalam bidang pendidikan serta

membangun generasi yang berkualitas bebas dari ketakutan dan kecemasan dalam

konflik dan pertikaian yang terjadi pada kaum minoritas138

Selanjutnya perkembangan pemerintahan di Aceh di tahun 1949

menyerupai pemberian otonomi kepada daerah Aceh Pemerintah Darurat

Republik Indonesia (PDRI) melalui keputusan Wakil Perdana Menteri pada 17

Desember 1949 No8DesW K P M membentuk provinsi Aceh Ketetapannya

bertujuan untuk memecah provinsi Sumatera Utara menjadi dua provinsi yaitu

provinsi Aceh dan provinsi Tapanuli-Sumatera Timur dalam menyempurnakan

dan melancarkan pemerintahan daerah Dan dalam waktu singkat terbentuklah

provinsi Aceh dengan Dewan Perwakilan dan Badan Eksekutifnya Daud

Beureueh saat itu menjabat sebagai gubernur Pada hakikatnya ini bukan

merupakan keinginan umum dan banyak masyarakat mengambil sikap menolak

terhadap pembentukan provinsi Aceh Keberadaan provinsi Aceh diduga

menimbulkan reaksi rakyat yang tidak mendapat bagian dalam pemerintahan yang

didominasi oleh masyarakat diluar Aceh139

Selain dari masyarakat umum

kebimbangan terjadi di dalam pemerintahan pusat itu sendiri tentang sah tidaknya

pembentukan provinsi Aceh dan mengenai kedudukan dan kekuasaan Wakil

Perdana Menteri yang berkedudukan di Sumatera

Pembentukan provinsi Aceh oleh Wakil Perdana Menteri menyebabkan

dibentuknya bdquopanitia penyelidik‟ yang diketuai oleh Menteri Mr Susanto

Tirtoprodjo pada bulan maret 1950 Dalam pertemuannya di Banda Aceh Menteri

Dalam Negeri mengatakan bahwa pemerintah pusat belum menetapkan adanya

provinsi Aceh Tetapi pendirian yang kuat terlihat ketika ketua DPR dan beberapa

anggotanya kukuh mempertahankan provinsi Aceh dengan alasan keinginan

138

Ibid hal 72 139

Dugaan masyarakat timbul karena organisasi PUSA ini memiliki sikap keras militant

dan enthusiasme serta teguh dengan apa yang dicita-citakannya Seperti perjuangan melawan

Belanda dan Jepang di tanah rencong mengenai sikap anti penjajahannya PUSA memiliki peranan

yang sangat penting terhadap kemerdekaan yang diraih Terlebih lagi dalam hal ini untuk

mengatur pemerintahannya sendiri masyarakat umum dari pandangannya mengenai apa-apa yang

diluar pemikiran dan cita-cita PUSA dianggap sebagai lawan politik ataupun lawan ideologi Jelas

hal ini dilatarbelakangi pengaruh pandangan Belanda terhadap PUSA

51

rakyat Terdapat dua pandangan dalam kasus ini yaitu disaat Teungku Amir Ali

Mujahid mengadakan suatu musyawarah di Alue Jangat dimana perhimpunan

yang dinamakan Pemuda Perjuangan Seluruh Aceh ini mengambil resolusi untuk

tetap mempertahankan provinsi Aceh dan mengatakan bahwa semangat yang

menggelora tidak akan terjamin jika provinsi Aceh dibubarkan Pernyataan ini

ditentang oleh Teuku Teongoh hanafiah dalam tulisannya mengatakan bahwa

yang mengkehendaki provinsi Aceh adalah sebagian dari kelompok ulama di

bawah kendali PUSA Mereka mempertahankan provinsi Aceh hanyalah karena

beranggapan dengan tetap berlangsungnya provinsi Aceh maka mereka dapat

memimpin pemerintahan di Aceh dan segala perbuatan keji mereka di masa

lampau berupa pembunuhan perampasan harta dan lain-lain terhadap kelompok

uleebalang dapat ditutupi140

Melalui tulisan Bachtiar Effendi dan Ali munhanif dari langkah-langkah

Daud Beureueh bukti nyata dalam aksinya adalah ketika negara revolusioner

Indonesia terlihat lemah atas perjuangan rakyat Aceh ketidakmampuan negara

menunjukan pengaruh pemerintahannya kepada masyarakat Aceh terutama pada

masa-masa 1945-1949 membuat pemerintah begitu rentan dalam menanggapi

tuntutan rakyat Aceh terutama untuk memperoleh otonomi regional lebih besar

dalam masalah sosial ekonomi dan politik ketika tahun 1949 Pemerintah

Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berbasis di Sumatera Barat menerima

tuntutan Aceh untuk de jure141

menjadi provinsi otonom daerah istimewa Pada

akhir tahun 1950-an Aceh diakui sebagai daerah istimewa otonom dengan Daud

Beureueh sebagai Gubernurnya Terutama dalam masalah keagamaan perkara

adat dan pendidikan dengan syarat otonomi tersebut tidak bertentangan dengan

konstitusi Perkembangan politik dengan diakuinya Aceh sebagai daerah istimewa

itu menunjukkan bahwa pemberontakan memperjuangkan ideologi dibawah

bendera Islam di Aceh dapat dipadamkan142

Pada pemberontakan yang dipimpin Daud Beureueh ini penulis membagi

menjadi dua motif perjuangan yaitu Islam dan Politik Pertama Islam berkaitan

140

Lihat Koran harian Indonesia Raya mengapa Aceh minta daerah autonomi (Jakarta 4

Agustus 1950) 141

De jure adalah pengakuan secara hukum 142

Taufik Abdullah dkk Op Cit hal 448

52

dengan Islam yaitu pembahasan mengenai Agama Mengenai konsep agama

sendiri menurut Light Keller dan Calhoun (1989) yaitu tentang kepercayaan

agama simbol agama praktik agama umat agama dan pengalaman agama143

Dan

penganut agama pun mengenal berbagai bentuk pengelompakan umat seperti

dalam komunitas keagamaan Islam yaitu pesantren dan wadah umat muslim

lainnya Pembentukan Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) yang juga sebagai

pelopor DITII Aceh adalah bukti nyata pengelompokan umat Islam di Aceh

berjalan baik Menurut analisa penulis pada kasus agama dan perubahan sosial ini

melalui pandangan Giddens (1989) mengatakan bahwa suatu proses mengenai

perubahan sosial dimana agama kehilangan pengaruhnya terhadap berbagai segi

kehidupan manusia dan oleh Light Keller dan Calhoun (1989) didefinisikan

sebagai proses melalui perhatian manusia beserta institusinya tercurahkan pada

hal duniawi dan perhatian terhadap hal yang bersifat rohaniah terkait agama

semakin berkurang Jelas hal ini yang menjadi kekhawatiran dan latarbelakang

mengenai alasan Daud Beureueh dalam menciptakan negara Islam Indonesia

yang apabila ideologi Pancasila terus dijalankan akan berdampak buruk kepada

nilai-nilai keIslaman masyarakat Indonesia khususnya Aceh144

Di Aceh ideologi Islam senantiasa menjadi sumber daya sikap patriotisme

rakyat Aceh dan sejak 1930-an menjadi jalan kepada modernisasi Saat itu para

ulama mengatakan bahwa mempertahankan Republik Indonesia berarti perang

Suci dan merupakan kelanjutan dari perjuangan yang adil dari Teungku Chik di

Tiro yang didukung oleh rakyat dengan penuh simpati Martabat uleebalang telah

jatuh ketika mereka bersikap kasar dan mengingkari nurani rakyat Di daerah

Pidie perlawanan anti-uleebalang menimbulkan harapan untuk mendapatkan

kembali tanah-tanah yang dulunya pernah disita secara tidak adil dari keluarga-

keluarga petani dengan demikian perjuangan melawan penindasan uleebalang

yang dilakukan ulama itu berakhir dengan gemilang Ulama-ulama pembaru yang

143

Kepercayaan agama dalam hal ini adalah Islam tentang keimanan kepada Allah swt

Simbol agama yaitu kerudung pakaian haji mukena dll Praktik agama berkenaan dengan sholat

dzikir pergi haji dll Umat agama yaitu Aceh yang terdiri dari mayoritas beragama Islam Dan

pengalaman agama merupakan suatu unsure dasar agama yang dialami penganut agama pribadi

seperti panggilan umat Islam Allah swt dll 144

Kamanto Sunarto Op Cit hal 69

53

terkenal telah memberikan inspirasi dan pimpinan langsung kepada gerakan

rakyat Dalam perlawanan terhadap tatanan masyarakat kolonial145

Kedua motif politik terlihat bagaimana Daud Beureueh melalui gerakan

DITII Aceh melakukan perlawanan terhadap kendali pemerintah pusat untuk

memperoleh peran dalam mengatur sistem pemerintahan di Aceh Menurut Harold

D Laswell dan Abraham Kaplan mengatakan bahwa kekuasaan adalah suatu

hubungan dimana seseorang atau sekelompok orang dapat menentukan tindakan

seseorang atau kelompok lain kearah tujuan pihak pertama146

Dalam hal ini Daud

Beureueh melalui PUSA menentukan tindakan untuk mengatur tatanan kehidupan

masyarakat Aceh melalui pemerintahan Perkembangan politik selanjutnya adalah

ketika Aceh tidak menjadi daerah istimewa seperti yang dijanjikan pemerintah

pasca kemerdekaan Dan dalam konteks yang lebih luas melalui gerakan Darul

Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh Daud Beureueh bercita-cita

mendirkan Negara Islam Indonesia Menurut Max Weber kekuasaan perlu

dibedakan dengan dominasi (herrschaft) Kekhasan dominasi ialah bahwa pada

dominasi pihak yang berkuasa mempunyai wewenang sah untuk berkuasa

berdasarkan aturan yang berlaku sehingga pihak yang dikuasai wajib menaati

kehendak penguasa Berbeda dalam kajian ini pihak Daud Beureueh menolak

mengikuti ketetapan dan kebijakan pemerintah dalam menyatukan Aceh kedalam

provinsi Sumatera Utara147

Pada pemberontakannya dalam perjuangan menegakan syariat di Aceh

termasuk kedalam tipe dominasi kharismatik yaitu mengenai keabsahannya

didasarkan pada kepercayaan rakyat Aceh terhadap kemampuan Daud Beureueh

mempunyai kemampuan luar biasa dalam memimpin dan memperjuangkan

ideologi Islam Dalam tipe dominasi ini pemimpin atau figur kharismatik

dianggap memiliki sifat kepahlawanan yang luar biasa Dan mengenai hubungan

rakyat dan pemimpin didasarkan pada ukuran kepercayaan dan kesetiaan

Perjuangan Daud Beureueh dalam tipe ini melaksanakan perjuangan meraih

145

Anthony Reid Op Cit hal 406 146

Miriam Budiardjo Op Cit hal 60 147

Rakyat Aceh sangat kecewa dengan penetapan pemerintah pusat melalui kebijakannya

menghilangkan Aceh dan Tapanuli dalam membentuk provinsi Sumatera Utara Kekecewaan

terlihat ketika rakyat Aceh berjuang mendirikan Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan Tgk

M Daud Beureueh

54

kekuasaannya bukan atas dasar aturan yang berlaku melainkan atas aturan yang

ditetapkannya sendiri Dalam proses politiknya148

Daud Beureueh berusaha

menggantikan sistem politik yang ada atau yang sudah berjalan dengan sistem

politik yang baru149

B Respon Pemerintah terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

Konflik yang terjadi antara Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII)

Aceh dengan pemerintah merupakan konflik yang memperebutkan pengaruh

dimasyarakat dimana dalam mencapai tujuannya masing-masing perebutan

kekuasaan yang berdasar pada ideologi yang berbeda satu sama lain itu

memunculkan berbagai aspek sumber kekuasaan150

Kasus perjuangan atau lebih

dikenal dengan peristiwa berdarah di Aceh merupakan kekuasaan yang bersumber

dari kepercayaan atau agama artinya ulama mempunyai kekuasaan terhadap

umatnya sehingga mereka dianggap sebagai pemimpin informal yang perlu

diperhitungkan dalam menentukan ideologi sebagai dasar sebuah negara Dalam

kasus ini pihak pemerintah sebagai pihak pemegang kekuasaan dan gerakan Daud

Beureueh sebagai pihak pejuang Esensi151

dari kekuasaan adalah hak

mengadakan sanksi dan cara menyelenggarakannya berbeda-beda Terdapat

empat cara dalam upaya mengenai esensi dari kekuasaan yaitu melalui kekerasan

fisik (force) koersi (coercion) melalui ancaman akan diadakan sanksi persuasi

(persuasion) meyakinkan dengan beragumentasi dan memberi ganjaran (reward)

bisa berupa inisiatif imbalan atau kompensasi152

Berbagai cara esensi dari kekuasaan tersebut menjadi tahapan dalam

peristiwa berdarah Seperti pada awal perjuangan yang dilakukan oleh Daud

Beureueh respon cepat pemerintah terlihat ketika pemerintahan Ali

Sastroamidjojo dalam usahanya memulihkan keamanan di Aceh telah memilih

148

Proses politik mengenai dasar politik yaitu persaingan untuk memperoleh kekuasaan

Proses politik berupa persaingan untuk memperoleh kekuasaan dapat mengarah dengan mudah ke

konflik antar pihak terkait dan dapat mengancam keutuhan masyarakat khususnya Aceh 149

Kamanto Sunarto Op Cit hal 72-73 150

Sumber kekuasaan berupa kekayaan dan kepercayaan atau agama 151

Esensi adalah hakikat inti ataupun hal yang pokok pertentangan antar kedua belah

pihak pertentangan mengenai ideologi Sumber melalui httpkbbiwebidesensi diakses pada

tanggal 3 Maret 2016 Pukul 1032 WIB 152

Miriam Budiardjo Op Cit hal 61-62

55

tindakan kekerasan senjata yang berakibat jatuhnya korban jiwa153

Pertentangan

diantara DI TII Aceh dengan pemerintah pusat telah menimbulkan ketegangan

antara rakyat yang berjuang melalui gerakan DI TII Aceh untuk melepaskan diri

dari kendali Jakarta Usaha yang dicapai dengan cara keras terlihat dari tekanan

oleh TNI disatu pihak di samping pemberian amnesti dan abolisi kepada anggota

DI TII di pihak lainnya untuk meredakan konflik yang terjadi154

Pasal 14 UUD

1945 menyatakan bahwa Presiden memberi grasi amnesti abolisi dan

rehabilitasi Dalam UU darurat No 11 tahun 1954 Lembaran Negara No 146

tahun 1954 pasal 1 menyebutkan Presiden atas kepentingan negara dapat

memberikan amnesti dan abolisi kepada orang-orang yang melakukan sesuatu

tindakan pidana Hal ini merupakan kewenangan Presiden sebagai Kepala Negara

Dalam memberikan amnesti dan abolisi Presiden mendapat nasihat tertulis

dari Mahkamah Agung yang menyampaikan nasihat itu atas permintaan Menteri

Kehakiman penghapusan dengan pemberian abolisi hanya dihapuskan penuntutan

terhadap mereka yang melakukan tindak pidana yang nyata akibat dari

persengketaan politik antara Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda pada tahun

1949 Amnesti adalah pengampunan dari Presiden yang menghapuskan semua

akibat hukum pidana bagi orang-orang yang telah melakukan suatu tindakan

terkait pemberontakan dalam perjuangan Daud Beureueh melalui DITII Aceh

Sementara abolisi yang diberikan kepada anggota DITII Aceh merupakan

pengampunan dari Presiden yang dapat menghapuskan penuntutan kepada pelaku

tindak pidana Jadi amnesti dapat diberikan kepada seseorang yang telah

melakukan tindak pidana baik sebelum maupun sesudah adanya putusan

pengadilan Sedangkan abolisi hanya dapat diberikan kepada pelaku tindak

pidana sebelum ada putusan pengadilan karena abolisi sifatnya hanya

menghapuskan penuntutan155

Sebelum membahas lebih jauh penulis ingin memberi gambaran

mengenai Aceh sebelum pemberontakan Daud Beureueh meletus Adapun

pemerintahan di Aceh yang berlangsung sejak Proklamasi Kemerdekaan pada

153

El Ibrahimy Op Cit hal 162 154

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 202 155

Alfitra Hapusnya Hak Menuntut dan Menjalankan Pidana (Jakarta Raih Asa Sukses

2012) hal 161-162

56

tanggal 17 Agustus 1945 sampai penyerahan kedaulatan pada tanggal 27

Desember 1949 dapat dibagi dalam empat bagian menurut pimpinan yang

bertanggung jawab adalah sebagai berikut

1 Pertama masa pemerintahan di bawah pimpinan Residen T Nya‟

Arif sejak saat Proklamasi Kemerdekaan sampai pertengahan bulan

Januari 1946

2 Kedua masa pemerintahan di bawah pimpinan Residen Teuku

Daudsyah sejak pertengahan bulan Januari 1946 sampai akhir bulan

Mei 1948

3 Ketiga masa pemerintahan di bawah pimpinan Gubernur Mr S M

Amin sejak akhir bulan Agustus 1949

4 Keempat masa pemerintahan di bawah pimpinan Wakil Perdana

Menteri Mr Syarifudin Prawiranegara sejak akhir bulan Agustus 1949

sampai saat penyerahan kedaulatan

Masa residen Teuku Nya‟ Arif merupakan kepala pemerintah daerah yang

pertama Pada permulaan maklumat kemerdekaan Indonesia di Sumatera oleh

Gubernur Sumatera Mr T M Hasan mengeluarkan sejumlah penetapan mengenai

penunjukan Asisten Residen Controleurs dan pegawai-pegawai tinggi lain Pada

awalnya jabatan-jabatan tersebut diduduki oleh para uleebalang dan keluarganya

Konflik yang terjadi antara uleebalang dengan ulama mengakibatkan jabatan

tidak lagi diduduki oleh para uleebalang melainkan para orang yang dianggap

berpengaruh dalam menentukan pembesar menduduki tempat jabatan tersebut

Pada penyusunan dalam pemerintahannya T Nya‟ Arif156

mengalami kendala

baik pertentangan dari masyarakat dalam menyelesaikan persoalan ataupun

tekanan yang dilakukan oleh Jepang Hal ini menempatkan T Nya‟ Arif lebih

berperan sebagai pemimpin ketentaraan Tentara Keamanan Rakyat Ketika timbul

156

Teuku Nyak Arif adalah pendiri Perkumpulan uleebalang-uleebalang Groot Atjeh

pada 8 Oktober 1939 Saat itu Aceh Besar ada dibawah kendali Belanda sehingga para uleebalang

mempunyai sedikit kepentingan untuk di lindungi Meskipun begitu T Nya‟ Arif dalam reaksinya

adalah bertahan terhadap kritik-kritik yang ditujukan kepada uleebalang ketika dia mengintrupsi

suatu rapat Muhammadiyah dengan menyatakan keberatannya atas sebutan ldquorajardquo kepada

golongannya karena mereka pada hakikatnya tidak lagi mempunyai kekuasaan yang sebenarnya

Dia membalik kritik kepada para ulama dengan mengatakan bahwa ldquodalam hal ini kita semua

bersalah bukan saja kaum uleebalangyang sekarang menjadi sasaran tetapi juga para Teungku

(ulama) yang tidak berani berkata sepatah kata pun ketika melihat kaum uleebalang berlaku tidak

pantas seperti minum brendi berdansa dan mengirim anak-anaknya ke sekolah Kristen Lihat

Anthony Reid Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan Sumatera hal 75

57

banyak persoalan yang terjadi maka ditetapkan sebagai wakil residen TRP

Mohd Ali yang tinggal di ibukota Kotaraja untuk mengatur pekerjaan-pekerjaan

residen Sedangkan T Nya‟ Arif bekerja di luar daerah Kotaraja untuk

menyelesaikan persoalan mengenai pertentangan pertempuran baik dengan

Jepang maupun masyarakat sendiri

Dalam periode ini atau sekitar empat bulan lamanya berakhir juga

kekuasaan uleebalang dan berganti dengan kekuasaan ulama Susunan Komite

Nasional Daerah adalah untuk sebagian besar terdiri dari anggota-anggota Para

Ulama oposisi dalam dewan dapat dikatakan tidak ada Dan segala urusan

mengenai penyelenggaraan pemerintahan berlangsung menurut kehendak para

ulama melalui organisasi PUSA Pada masa inilah pengeluaran pengumuman dari

pemerintah daerah yang mencap kaum uleebalang sebagai pengkhianat bangsa

dan agama Juga dari pihak tentara Jepang yang mengalami kesulitan di beberapa

daerah seperti di Meulaboh Kotaraja dan Langsa Peranan ketua Komite

Nasional Daerah Tuanku Mahmud sangat penting dalam mengatur kebijakan

dengan melakukan perundingan terus-menurus dengan Jepang sehingga

pertempuran dapat dibatasi sampai ke kota-kota tersebut dan tidak meluas ke

seluruh daerah Aceh Persatuan pemuda dalam organisasi pemuda Republik

Indonesia juga berperan dalam menyelesaikan persoalan dibawah pemerintahan

PUSA saat itu157

Masa residen Teuku Daudsyah pemerintah daerah sesudah pertengahan

bulan Januari 1946 T Daudsyah semasa pemerintahan Belanda adalah

Zelfbestuutder158

Idi suatu landschap di bagian Aceh Timur dan merupakan

bagian dari salah satu uleebalang-uleebalang yang tidak banyak jumlahnya yang

terlepas dari akibat-akibat pertentangan ulama-uleebalang Pada masa

pemerintahannya persoalan terjadi akibat yang ditimbulkan oleh gerakan Ali

Mujahid Gerakan ini pada hakikatnya lanjutan dari perang Cumbok suatu

pembersihan terhadap sisa-sisa partai feodal yang masih memegang peranan

dalam badan resmi Untuk mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi

157

MR S M Amin Op Cit hal 45-46 158

Pemerintahan sendiri masa kolonial Belanda

58

dibentuklah suatu Badan Eksekutif Susunan Badan Eksekutif pertama adalah

sebagai berikut

Ketua Residen Teuku Daudsyah

Wakil Ketua Mr S M Amin

Sekertaris Kamarusid

Anggota-anggota Sutikno Hasyim H M Zainuddin Mohd

Hanafiah R Insun

Kebijakan awal Badan Eksekutif adalah membuat peraturan-peraturan

mengenai harta anggota golongan uleebalang yang mengalami kekalahan di

persitiwa Cumbok159

Peraturan yang dimaksud antara lain

1 Pembentukan suatu badan yang mempunyai hak dan kewajiban

mengurus harta peninggalan mereka dari golongan uleebalang yang

telah tewas dalam peristiwa Cumbok

2 Memeriksa dan memutuskan tuntutan-tuntutan mengenai harta

peninggalan itu

3 Menetapkan penjualan sebagian dari harta peninggalan itu guna

pengganti kerugian yang diderita oleh pihak ulama sebagai akibat dari

pertempuran dalam peristiwa Cumbok

4 Putusan-putusan badan ini mempunyai kekuatan vonis yang tidak

dapat di apel

Dalam masa pemerintahan ini juga Aceh pertama kali menerima tamu-

tamu dari pusat pemerintahan yang berkewajiban mengadakan tinjauan dan

mempererat hubungan di antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah Pada

tanggal 21 Juli 1947 Belanda memulai suatu gerakan yang bertujuan melenyapkan

negara Republik Indonesia Meskipun sebagian besar di wilayah Jawa

Palembang dan Sumatera Timur sudah berhasil ditaklukan rakyat Aceh

159

Selanjutnya pemerintahan pimpinan residen T Daudsyah berjalan dengan baik dan

memuaskan Terlihat dari persoalan kekurangan yang dihadapi kesulitan-kesulitan dalam

hubungan kekurangan keuangan yang menyebabkan sebagian besar pekerjaan untuk kemakmuran

raykat Seperti membuat irigasi jalan-jalan jembatan obat-obat persekolahan untuk menunjang

mutu tentara

59

menghadapi agresi dengan satu tujuan yaitu mempertahankan negara sampai titik

darah penghabisan Reorganisasi dalam pemerintahan diwujudkan dalam

membentuk pemerintahan yang selaras Dan penetapan oleh Wakil Presiden Drs

Moh Hatta daerah Aceh dinyatakan sebagai daerah militer istimewa dengan

ditetapkannya seorang Tgk M Daud Beureueh sebagai Gubernur Militer yang

bertanggung jawab dalam pertahanan dan keamanan rakyat160

Kembali pada fokus kajian Menurut Cornelis van Dijk sejarawan Belanda

mengenai ldquodaftar hitamrdquo dalam sengkarut revolusi menimbulkan keresahan di

rakyat Aceh yang membakar Tanah Jeumpa pada awal 1950-an menjadi bahan

gunjingan yang hangat Pengirimnya disebut-sebut adalah pemerintah Ali

Sastroamidjojo melalui Jaksa Tinggi Sunarjo yang membawanya ke Medan Tapi

ada juga yang menyebutnya warisan kabinet Sukiman Yang isinya

menggambarkan puncak perseteruan pemerintah Jakarta dengan rakyat Aceh

Jakarta berencana membunuh 300 tokoh penting Aceh sumber lain menyebut 190

tokoh-melalui sebuah operasi rahasia Keputusan ini diambil setelah Jakarta

memastikan kawasan di ujung barat Sumatera akan menggelar pemberontakan

melawan pusat Tapi tak ada yang bisa memastikan keberadaan dokumen itu

Sejarawan Belanda lainnya BJ Boland dalam bukunya The Struggle of Islam in

Modern Indonesia menyebutkan sebetulnya surat itu tak pernah ada ldquoDesas-

desus itu diembuskan oleh politikus sayap kiri di Jakarta untuk menghantam

gerakan Islam di Acehrdquo katanya Secara tersirat Van Dijk menduga dokumen itu

ada ldquoDaftar nama itu barangkali sengaja dibocorkan dengan tujuan tertentu

Orang Aceh terkemuka merasa mereka akan ditangkap dan karena itu

memutuskan lari ke gunung161

Hal yang sama diungkapkan M Nur El-Ibrahimy yang mengungkapkan

bahwa Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dalam rapat paripurna DPR pada 2

November 1953 menyangkal telah menyusun daftar itu Tak penting benar apakah

dokumen itu ada atau tidak Yang pasti rumor tentang rencana pembunuhan itu

membuat pemberontakan Darul Islam di Aceh menemukan momentumnya

160

MR S M Amin Op Cit hal 54 161

Melalui sumber online httpsoalacehtumblrcom di akses pada 19 Juli 2016 Pukul

1912 WIB

60

Aktivis Darul Islam langsung pasang kuda-kuda Teungku Daud Beureueh salah

satu orang yang disasar oleh dokumen tersebut segera mengacungkan kapak

perang Daftar hitam adalah bukti yang menimbulkan kecurigaan kita bahwa

pencetus peristiwa berdarah itu adalah permainan lawan-lawan politik Teungku

Daud Beureueh untuk menghancurkan beliau dan kawan-kawan Sembilan tahun

Daud Beureueh memimpin sebuah gerakan perlawanan dengan bendera Darul

Islam Gerakan itu menjadi pembuka perlawanan Aceh pasca-era kolonial-sesuatu

yang hingga saat itu belum juga berakhir-dan memunculkan Daud Beureueh

tokoh besar yang sulit dilupakan sejarah ldquoLes hitamrdquo bukan satu-satunya alasan

mengapa peristiwa itu ada

Masa Gubernur Mr S M Amin dilantik ketika kunjungan Presiden

gubernur muda Sumatera Utara sebagai akibat perubahan pemerintahan di

Sumatera Dari satu provinsi yang dipimpin oleh gubernur Sumatera Mr T M

Hasan dengan ibu kota Bukit Tinggi menjadi tiga provinsi yaitu Sumatera Utara

Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan Dalam sistem provinsi Sumatera Utara

kerisidenan-keresidenan Tapanuli dan Aceh yang menyerupai keresidenan

otonom dihapuskan Selanjutnya residen dipimpin oleh Gubernur dan dijadikan

tiap-tiap kabupaten menjadi kesatuan yang memperoleh otonomi dibawah

pimpinan Bupati162

Pada reaksinya terlihat dua macam reaksi di masyarakat

Sumatera terhadap perubahan pemerintahan Sebagian rakyat pro terhadap

ketetapan baru sebagian lagi yang tidak banyak yang anti dan sebagian besar

tidak menunjukan reaksi Pelaksanaan undang-undang pembagian Sumatera

dalam tiga provinsi dimulai dengan pembentukan dewan perwakilan Sumatera

Utara yang teridiri dari anggota-anggota dewan perwakilan Sumatera yang

dihapuskan dan dalam dewan perwakilan ini mewakili Aceh Tapanuli atau

Sumatera Timur Rapat diadakan pada 13-16 Desember 1948 di Tapa‟ Tuan Hal

ini juga sebagai bukti tentang keinginan rakyat melangkahkan kakinya kearah

kesatuan negara163

162

Dalam penentuan ibu kota penunjukan Sibolaga sebagai ibu kota sementara dan

keinginan rakyat penetapan itu dicabut dan Kota Raja dijadikan sebagai ibu kota seiring

menunggu Medan dapat direbut kembali dari tangan Belanda 163

Dalam pelaksanaannya tentara dan rakyat sangat mentaati segala peraturan dan

tindakan-tindakan yang dikeluarkan dan dilakukan guna kepentingan pertahanan baik melalui

61

Masa wakil perdana menteri Mr Syarifudin Prawiranegara beriringan

dengan pembubaran pemerintah darurat penempatan Mr Syarifudin

Prawiranegara di daerah Aceh Sebagai Wakil Perdana Menteri Kekuasaan dalam

mengadakan perbaikan di pulau Sumatera dengan di bantu oleh suatu badan

penasihat yang terdiri dari komisaris pemerintah Panglima territorial teritorium

Sumatera dan beberapa orang yang ditunjukkan Peraturan-peraturan dibuat

mengenai terutama lapangan perekonomian Diadakan peraturan mengenai

panitia-panitia untuk mengurus pembelian barang-barang bagi pemerintah Dalam

mengatur harga pasaran untuk memperbaiki perekonomian di Sumatera Utara

untuk membantu dan mengawasi Bank Negara Berbeda mengenai peraturan

wakil Perdana Menteri tentang pemerintahan di Sumatera membawa perubahan

dalam struktur pemerintahan Peraturan yang membawa pembagian daerah

Sumatera Utara dari peraturan pemerintah darurat Republik Indonesia

menyerupai satu provinsi yang otonom menjadi dua provinsi yaitu provinsi Aceh

dan Tapanuli Sumatera Timur kelanjutannya pada masa Syarifudin

ditempatkannya dua daerah provinsi itu dibawah pimpinan Tgk M Daud

Beureueh dan Dr F- L Tobing sebagai gubernur164

Dalam bukunya Memahami Sejarah Konflik Aceh Mr S M Amin

memaparkan tentang pembagian daerah ini belum atau tidak dapat dipastikan

kebenarannya Ada isu yang mengatakan bahwa pembagian ini terkesan tergesa-

gesa dengan tidak memperhatikan keadaan dan dengan tidak mendengan

pemandangan dari instasi-instasi Dan tidak tahunya komisaris dan dewan

perwakilan provinsi Sumatera Utara Serta mengatakan bahwa perubahan yang

terjadi akibat desakan dari beberapa orang yang asli dalam daerah Aceh dan

Tapanuli dan yang menduduki tempat yang terpenting dalam pemerintahan

Dengan dasar keinginan rakyat ini Syarifudin beranggapan bahwa mereka yang

melakukan desakan adalah orang yang terkemuka dan berpengaruh dalam

masyarakat dan yang dapat dianggap representatif Adapun alasan Syarifudin

membuat keputusan prinsipil adalah sebagai berikut

1 Kepentingan penyempurnaan dan usaha melancarkan pemerintahan

ketetapan kebijakan pemerintah atau pun terkait pengawalan maupun instruksi-instruksi dalam

hubungan taktik bumi hangus 164

MR S M Amin Op Cit hal 67

62

2 Keinginan umum akan segera terbentuknya suatu sistem pemerintahan

daerah berdasarkan Undang-Undang No 22 tahun 1948165

Sedangkan keinginan umum yang menghendaki pembagian provinsi

Sumatera Utara dalam dua provinsi terbagi dalam tiga bagian yaitu

1 Sebagian besar yang tidak merasa berkepentingan (interese) dalam

soal dua atau satu provinsi yang tidak mengetahui dan tidak

mempunyai pengertian sedikit juga dalam persoalan ini

2 Sebagian kecil yang tidak menghendaki pembagian ini

3 Sebagian yang lebih kecil lagi yang menginginkan pembagian ini dan

berusaha dengan giat menciptakan keinginan menjadi kenyataan

Pada 17 Desember 1949 penetapan peraturan mengenai pemecahan

provinsi Sumatera Utara dalam dua provinsi Aceh dan Tapanuli Sumatera Timur

adalah suatu saat yang sangat berlainan dengan saat 30 September 1949

penetapan peraturan mengenai penyerahan kekuasaan luas pada wakil perdana

menteri Pada 30 September 1949 negara masih dalam konflik dengan kerajaan

Belanda Serangan yang terjadi oleh Belanda memungkinkan negara jatuh

kembali dalam kancah peperangan dan perhubungan Sumatera dan Jawa terputus

Berkaitan dengan Undang-Undang Dasar dari sejarah ketatanegaraan Indonesia

diketahui bahwa UUD yang berlaku telah beberapa kali berganti yaitu dari UUD

1945 kemudian diganti UUD RIS 1949 lalu berganti lagi dengan UUD

Sementara 1950 dan akhirnya kembali ke UUD 1945 Adapun kelima tahapan

perkembangannya itu adalah

1 Tahun 1945 UUD Republik Indonesia yang de facto hanya berlaku di

Jawa Madura dan Sumatera

2 Tahun 1949 UUD Republik Indonesia Serikat (RIS) yang berlaku di

seluruh Indonesia kecuali Irian Barat

3 Tahun 1950 UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlaku

diseluruh Indonesia kecuali Irian Barat

4 Tahun 1959 UUD Republik Indonesia 1945 UUD ini mulai 1959

berlaku diseluruh Indonesia termasuk Irian Barat

165

MR S M Amin Op Cit hal 70-71

63

5 Tahun 1999 UUD 1945 dengan amandemen dalam masa reformasi

Umumnya pergantian UUD mencerminkan anggapan bahwa perubahan

konstitusional yang dihadapi begitu fundamental Di Indonesia wewenang untuk

mengubah UUD ada ditangan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dengan

ketentuan bahwa kuorum adalah 23 anggota MPR sedangkan usul perubahan

UUD harus diterima oleh 23 anggota yang hadir dalam ketentuan di pasal 37166

Berbeda pandangan mengenai dasar dan hukum yang di terapkan

Soekarno Daud Beureueh ingin menciptakan hukum Islam di Indonesia Dimana

hukum Islam sendiri merupakan hasil dialektika167

otoritas yang didukung oleh

wahyu dengan konteks sosialnya Pembentukan hukum Islam berawal dari proses

dialektis dimana elemen-elemen tradisi masyarakat diambil dimodifikasi dan

dihapus sesuai dengan nilai moral yang ingin ditanamkan oleh Islam Perubahan

tradisi tersebut tidak berjalan revolusioner melainkan melalui proses evolusi168

Pranata yang didukung oleh Islam adalah sebuah pranata yang lahir dalam sebuah

masyarakat tradisional yaitu masyarakat yang dibimbing oleh nilai-nilai dan

kesucian tradisi bukan oleh hukum positif yang dihasilkan oleh organisasi negara

Dalam konteks ini hukum Islam bersifat arbitratif dan moral169

Pada

perkembangannya dalam penerapan hukum Islam di Aceh peran ulama sangat

berpengaruh terutama dalam organisasi Para ulama sebagai pemegang otoritas

keagamaan dalam Islam mempunyai peran penting yang berfungsi sebagai

pemberi fatwa ketika muncul persoalan di kalangan umat Islam Peradilan dalam

166

Miriam Budiardjo Op Cit hal 182-183 167

Dialektika adalah logika gerak atau suatu bentuk pemahaman yang sifatnya umum 168

Perubahan tersebut dapat terjadi karena adanya proses transformasi otoritas sehingga

perubahan memiliki legitimasi di masyarakat Perubahan pertama yang dilakukan oleh Al-Qur‟an

terhadap tradisi masyarakat pra-Islam terjadi dalam bidang hukum keluarga dan merupakan

pencapaian terbesar Seperti pernikahan bersama dengan waris membentuk hukum perdata Islam

dan menjadi elemen paling jelas dan tegas dalam skema hukum Islam Khususnya pernikahan

mencerminkan penataan Al-Qur‟an terhadap pranata sosial dasar di masyarakat 169

Arbitrative yaitu suatu proses yang menggunakan cara melalui pihak ketiga sebagai

penengah atau menciptakan solusi Sedangkan moral sesuatu yang berkaitan dengan velue (nilai)

dalam tindakan yang memiliki sesuatu nilai positif Moral secara eksplisit adalah hal-hal yang

berhubungan dengan porses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses

sosialisasi

64

sejarah Islam diisi oleh para ulama dengan referensi hukum hasil dari ijtihad

bukan hukum hasil legalisasi lembaga legislatif170

Kajian lebih mendalam mengenai hukum Islam ketika persoalan muncul

tatkala hukum keluarga Islam khususnya yang menyangkut pernikahan

bersentuhan dengan negara modern Melahirkan sebuah sistem kekuasaan politik

baru dimana legitimasi aparatusnya tidak diperoleh melalui tradisi melainkan

dari aturan hukum formal Sistem otoritas yang membentuk negara modern

tersebut adalah sistem otoritas legal rasional171

Ini merupakan suatu krisis otoritas

hukum Islam terhadap modernisasi zaman Faktor lain mengenai modernitas dan

krisis otoritas ditandai beberapa hal

1 Munculnya negara bangsa (nation state) yang kemudian menjadi

model umum negara di abad ke-20 M

2 Tumbuhnya rasionalitas dalam sistem sosial yang ditandai dengan

munculnya organisasi-organisasi sosial

3 Sebagai konsekuensi dari fenomena pertama dan kedua adalah

tumbuhnya otoritas legal-rasional yang didasarkan atas sistem

keorganisasian

4 Munculnya tren unifikasi dan kodifikasi hukum sebagai akibat dari

semakin berkembangnya otoritas legal-formal dengan negara sebagai

pilarnya

Fenomena modern yang mempengaruhi sistem otoritas menurut Bernard

Weiss menyatakan bahwa meskipun hukum Islam sama dengan hukum Romawi

dalam hal bahwa hukum adalah hasil dari para ahli hukum (jurist law)

Perbedaannya antara kedua hukum tersebut adalah pertama kerja para ahli hukum

Romawi dibatasi oleh kegiatan legislatif yang dilakukan oleh negara baik oleh

senat maupun kaisar Sedangkan dalam sistem hukum Islam tradisional negara

170

Ahwan Fanani Otoritas Dalam Hukum Islam (Artikel dalam Jurnal Justitia Islamica

Vol 7 No 1 Jan-Juni 2010) hal 3 171

Menurut Max Weber peran dan bentuk otoritas dibagi menjadi tiga yaitu pertama

legal-rasional otoritas yang bersandar pada legitimasi rasional yaitu yang berpijak kepada

legalitas pola aturan normative dan formal Kedua tradisional otoritas yang bersandar kepada

legitimasi tradisional yaitu kepercayaan yang mapan kesucian tradisi masa lalu dan legitimasi

orang-orang yang melaksanakan otoritas tersebut Ketiga kharismatis otoritas yang bersandar pada

legitimasi charisma yaitu yang berpijak pada kesucian tertentu kepahlawanan atau karakter

teladan dari seorang individu dan pola normative yang ia tunjukan

65

tidak memiliki kekuasaan legalisasi Negara hanya bisa menegakan hukum tetapi

tidak memiliki hak untuk membuat hukum Kedua hakim-hakim dalam tradisi

hukum Romawi memiliki keleluasaan dalam memutuskan hukum karena

keputusan hukum didasarkan atas kekuatan intuisinya172

Sementara dalam tradisi

hukum Islam para ahli hukum diikat oleh sumber formal yaitu teks Otoritasnya

lebih didasarkan atas keterampilannya menjabarkan teks dibandingkan oleh

kebijaksanaannya173

Upaya menjadikan hukum Islam sebagai hukum positif menuai pro dan

kontra Hukum Islam yang muncul di Indonesia tidak lepas dari dinamika sejarah

negara Indonesia Jauh sebelum kedatangan penjajah dari Eropa perkembangan

Islam dengan munculnya lembaga pendidikan seperti surau langgar madrasah

dan pesantren telah memberikan kontribusi pengetahuan mengenai kultur agamis

yang kuat di masyarakat Sehingga hukum Islam di Indonesia merupakan hukum

yang banyak di bentuk dan terinspirasi oleh kekuatan dari budaya agamis dan

relegius Dari lembaga pendidikan itu sumber-sumber utama informasi dan

penyuluhan masyarakat Mengajarkan berbagai keilmuan utamanya ilmu agama

yang didominasi kajian fikih kajian yang tidak lepas dari permasalahan hukum

Islam Dari akar sejarah yang kuat inilah pondasi cita-cita masyarakat Aceh

terbentuk karena Islam memperkenalkan suatu tradisi hukum baru di Indonesia

Dengan menawarkan dasar-dasar perilaku sosial yang rata dan sebanding juga

menyumbangkan konsepsi baru hukum di Indonesia Dan sifatnya yang elastis174

mengubah ikatan kesukuan dan kedaerahan menjadi ikatan yang universal175

Di kalangan masyarakat Aceh sendiri diketahui memiliki sikap tertutup

dan mempunyai pandangan tersendiri tentang segala sesuatu mengenai

penghidupannya Sebagai akibat dari sikapnya ini masyarakat didaerah dapat

dikatakan bersifat ldquostatischrdquo (tidak berubah-ubah) aliran-aliran baru tidak masuk

sehingga alam pikiran masyarakat tetap sebagai berpuluh tahun kebelakang176

172

Hal itu terjadi karena hakim dipandang sebagai orang yang bijaksana sehingga

keputusan hukum dilihat dari kemampuannya menggali nilai keadilan 173

Ibid hal 19-20 174

Bersifat Elastis dalam konteks ini memperhatikan berbagai segi kehidupan dan tidak

memiliki dogma yang kaku keras dan memaksa 175

Shohibul Itmam Transformasi Hukum Islam Menuju Hukum Positif Dalam Konteks

KeIndonesiaan (Artikel dalam Jurnal Justitia Islamica Vol 7 No 1 Jan-Juni 2010) hal 39-40 176

MR S M Amin Op Cit hal 76

66

Dalam pengertiannya mengenai hukum Islam di daerah Aceh adalah segala

peraturan yang bersifat hukum kekeluargaan yang berlaku atas anggota

masyarakat asli terkecuali beberapa kebiasaan dalam perkawinan yang tidak

bersifat prinsipil Selain itu rakyat Aceh adalah ldquoIslam mindedrdquo dan dalam cara

berpikir mereka pada umumnya tidak ada tempat bagi hukum terhadap persoalan

sehari-hari yang tidak berasal dari hukum Islam Ulama-ulama mengetahui bahwa

sebenarnya bukanlah seluruh hukum yang berlaku atas rakyat adalah hukum

Islam akan tetapi masih juga ada soal-soal yang diputuskan menurut dasar hukum

lain menganggap bahwa berlakunya peraturan-peraturan yang tidak berdasar

Islam adalah suatu keadaan yang tidak sempurna yang seharusnya mengalami

perubahan177

Dalam penerapannya mengenai hukum sejarah Aceh menyatakan bahwa

diantara kepala adat dan kepala agama terdapat pertentangan paham Ulama

mempunyai kekuasaan kehakiman terbatas mengenai hal perkawinan frail yang

berusaha dan bertujuan memperluas kekuasaan dan mempertahankan hak-hak

yang diserahkan organisasi ketatanegaraan olehnya Sedangkan adathoofden178

berusaha sebaliknya yaitu dengan memperkecil hak hakim agama sedapat

mungkin Ini merupakan suatu persoalan kedapatan prinsip (dasar) pembagian

kekuasaan diantara hakim agama dan hakim adat Aliran Islam ini berada di

segala kehidupan menyerupai suatu faktor yang tidak dapat diabaikan meskipun

banyak yang tidak menyetujui golongan Islam yang dianggap fanatic kolot dan

tidak selaras dengan keadaan Dan golongan anti Islam ini terdapat juga

didalamnya mereka yang telah memperoleh didikan agama secara modern di luar

negeri179

dan mereka yang telah pernah menerima didikan Barat mempunyai

pandangan yang lebih luas dalam melaksanakan hak dan kewajiban yang

sempurna180

177

Keadaan dalam menetapkan peranan hukum Islam di kehidupan sehari hari disebabkan

oleh tindakan sewenang-wenang dari uleebalang yang senantiasa berusaha agar masyarakat beralih

dari sifat keIslaman dan menuju kepada adat dengan maksud agar lebih sempurna dan dapat

memerintah rakyatnya 178

Adat hoofd adalah Kepala adat 179

__________ Tentang Soal Memulihkan Keamanan di Atjeh (Artikel WAKTU No

23 Tanggal 25 Juni 1955) 180

MR S M Amin Op Cit hal 87-89

67

Mengenai ideologi dasar sebuah negara Pancasila Daud Beureueh

dianggap anti Pancasila dan dirasa perlu keluar dari Republik Indonesia Tetapi

hal itu di sanggah ketika pada 15 Oktober 1945 Daud Beureueh bersama tiga

orang ulama besar mengeluarkan pernyataan politik yang dimaksudkan bahwa

umat Islam mempertahankan Republik Indonesia yang berdasar Pancasila wajib

hukumnya dan gugur dalam perjuangannya dianggap mati syahid Pernyataan ini

ditanda tangani oleh empat orang ulama besar yaitu Tengku haji Jakfa Siddik

Lamjabat Teungku Haji Ahmad Hasballah Indrapuri Teungku Haji Muhammad

Hasan Krungkale dan Teungku Muhammad Daud Beureueh Para pengamat

politik yang dengan seksama mengikuti perjalanan dan mengantar Daud Beureueh

ke mimbar proklamasi Darul Islam di Aceh mengatakan bahwa ada usaha-usaha

yang sistematis dan berencana yang bertujuan mendorong sebagian rakyat Aceh

berjuang dalam mewujudkan apa yang dicita-citakannya181

C Upaya Penyelesaian Akhir Pemberontakan DITII Aceh

Kasus yang terjadi di Aceh dalam fase perubahan sistem pemerintahan

bukanlah suatu kemauan rakyat sejati menjadi pimpinan dalam pemerintahan

melainkan seseorang ahli bicara (demagog) Siapa yang pandai bicara dan tidak

mempunyai rasa tanggung jawab yang cukup sangat mudah mempergunakan

rakyat umum sebagai alat untuk memenuhi keinginannya asalkan ahli bicara

mengetahui pokok-pokok keinginan umum dan tidak melampaui batasan-

batasannya Dengan memperhatikan pokok keinginan rakyat umum dan dalam

batas-batas pokok keinginan umum dapat diatur siasat untuk mencapai tujuan

Hal nyata ini yang menjadi alasan bahwa kekuatan Daud Beureueh dalam

pemberontakan berjuang menegakan syariat Islam adalah kekuatan lidah karena

sebagian besar rakyat Aceh didalam gerakan DITII Aceh di rekrut diajak dan

atas kemauannya sendiri melalui ajakan dakwah-dakwah dan pidato-pidato yang

dilakukan oleh Daud Beureueh pada khotbah-khotbahnya Inti dari situasinya

adalah mengikuti kemauan rakyat dipimpin oleh rakyat bukan yang memimpin

diluar kemauan rakyat dan walaupun dapat bersiasat sehingga keinginannya

sendiri dapat tercapai tetapi yang utama adalah tentang keinginan rakyat

181

A Hasjmy Op Cit hal 115

68

Selanjutnya Aristoteles menyatakan bahwa pemerintahan yang tersebut pada

hakikatnya adalah pemerintahan ldquomassardquo (gerombolan) yang mendiktekan

keinginannya secara sewenang-wenang Dan pemimpin dalam pemerintahan ini

tidak dapat memandang luas Pandangannya terbatas pada suasana daerah tidak

dapat meluas keluar daerah Serta tidak dapat melihat turun naiknya pertumbuhan

perjuangan nasional tidak dapat melihat perubahan dalam pelaksanaan tugas dan

juga tidak dapat melihat perubahan dalam perkembangan politik182

Pada hasil perjuangan dalam peristiwa berdarah ini dilalui oleh proses

untuk mencapai suatu kesepakatan Adapun langkah-langkah penyelesaian

persoalan konfrontasi antara rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beureueh dan

pemerintah pusat diawali dengan munculnya Dewan Revolusi yang diketuai oleh

A Gani Usman Dengan adanya gencatan senjata para pejuang dari masyarakat

Aceh mulai kembali pulang ke kampung untuk menjenguk keluarga serta

mengamati perkembangan kota-kota Alasan perjuangan Daud Beureueh

melakukan gencatan senjata adalah sebagai berikut

1 Pemimpin pemimpin pejuang menghindari Aceh dari kehancuran

akibat tekanan yang kuat dari pemerintah pusat dalam memberantas

perjuangan rakyat Aceh yang dianggap pemerintah sebagai suatu

pemberontakan

2 Sebagian rakyat Aceh dalam kubu Daud Beureueh telah letih berjuang

dan bosan hidup didalam hutan selama 6 tahun rentang tahun 1953-

1959

Munculnya Dewan Revolusi menandai pecahnya kaum pemberontak yang

terbagi menjadi dua kubu Antara kubu Tgk M Daud Beureueh Hasan Ali Ilyas

Leube dengan Trio Hasan Saleh Ayah Gani dan Husin Almujahid Kemelut

politik yang terjadi antar keduanya puncaknya terjadi pada tanggal 15 Maret 1959

melalui seruan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Negara Bagian Aceh (NBA)

Tentara Islam Indonesia Hasan Saleh sebagai menteri urusan perang telah

mengambil alih pimpinan NBA sipil dan militer dari tangan wali negara Daud

Beureueh Dan dalam menggantikan kabinet dibentuk lah Dewan Revolusi

182

MR S M Amin Op Cit hal 115-116

69

dibawah pimpinan A Gani Usman Beriringan dengan dibentuknya kubu

tandingan oleh Hasan Saleh kabinet Hasan Ali dibubarkan Kemudian

selanjutnya diserukan kepada rakyat umum supaya membantu Dewan Revolusi

dengan tujuan membawa rakyat Aceh ketempat yang mulia dan bahagia Seruan

itu ditandatangani oleh Tgk Amir Husin Almujahid selaku Ketua Dewan

Perwakilan Rakyat NBA (Majelis Syura)183

Pada tanggal 26 Maret 1959 keluar komnike No 2 dari Dewan Revolusi

yang dinamakan pernyataan Wali Negara NBA NII dalam pernyataan itu

dinyatakan bahwa ldquoDewan Pertimbangan diubah dengan sebutan Wali Negara184

Pokok dalam pernyataan ini adalah bahwa Dewan Revolusi NBA NII akan

meneruskan permusyawaratan dengan pemerintahan Republik Indonesia serta

menjadikan musyawarah ini sebagai prinsip bukan taktik185

Dengan keluarnya

pernyataan-pernyataan dari kedua belah pihak adalah bukti nyata bahwa di Aceh

telah terdapat dua Negara Bagian Aceh NII Yang pertama dibawah pimpinan

Daud Beureueh dan yang kedua dibawah pimpinan Hasan Saleh Selanjutnya

musyawarah dilakukan antara Dewan Revolusi dengan Pemerintah RI Pada

tanggal 23 Mei 1959 utusan pemerintah RI melalui Wakil Perdana Menteri I Mr

Hardi atau yang lebih dikenal dengan Misi Hardi yang terdiri dari 29 anggota

antara lain Menteri Negara Urusan Stabilisasi Ekonomi dan Wakil Kepala Staf

Angkatan Darat Jenderal Mayor Gatot Subroto Pada tanggal 24 Mei 1959

dilakukan pembicaraan-pembicaraan penting di segala bidang dengan KDMA dan

Gubernur atau Kepala Daerah Aceh sebagai persiapan permusyawaratan dengan

Dewan Revolusi

Pada tanggal 25 Mei 1959 musyawarah antara Misi Hardi dengan Dewan

Revolusi yang terdiri dari 25 anggota antara lain A Gani Usman (Ayah Gani)

183

El Ibrahimy Op Cit hal 165-166 184

Dalam komunike No 1 tidak ada Dewan Pertimbangan dan yang ada Dewan

Perwakilan Rakyat NBA (Majelis Syura) 185

Pengertian ldquoprinsip bukan taktikrdquo disini adalah bermusyawarah memperbincangkan

semua soal melalui diplomasi dan bukan dalam artian menyerah Dan dengan musyawarah bukan

untuk mencari menang atau kalah melainkan hasil musyawarah kelak bisa diterima disebagian

masyarakat Aceh dan pihak pemerintah RI juga menerima sebagian cita-cita kedua belah pihak

Jadi inilah yang dinamakan perdamaian adanya persatuan dan kembali bersatu sebagai hasil

musyawarah bukan merupakan penyerahan atau menyerah melainkan kewajiban masyarakat RI

untuk melanjutkan cita-cita pada revolusi 17 Agustus 1945 yang sudah menjadi kewajiban suci

umat Islam di Aceh dulu dan sampai saat ini

70

sebagai ketua Amir Husin Almujahid Hasan Saleh Husin Jusuf T M Amin T

A Hasan Ishak Amin dan A Gani Mutiara Musyawarah yang berjalan lancar

dan harmonis terlihat dari butir-butir hasil pemikiran Adapun hasil pemikiran

musyawarah antara Dewan Revolusi dan Misi Hardi adalah sebagai berikut

1 Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia tanggal 26 Mei 1959

No 1Misi1959 yang pokoknya menyatakan bahwa Daerah

Swantantra Tingkat I Aceh dapat disebut ldquoDaerah Istimewa Acehrdquo

dengan catatan bahwa kepada daerah tersebut tetap berlaku ketentuan-

ketentuan mengenai Daerah Swantantra Tingkat I seperti termuat

dalam undang-undang No 1 tahun 1957 tentang pokok-pokok

Pemerintahan Daerah begitu pula lain-lain peraturan perundangan

yang berlaku untuk Daerah Swantantra Tingkat I mengenai otonomi

yang seluas-luasnya terutama dalam keagamaan peradatan dan

pendidikan186

2 Segala aparat dari NBA NII (MiliterPolisiSipil) diterima ke dalam

pasukan yang bernama pasukan Tgk Tjhik di Tiro sebagai bagian dari

Komando Daerah Militer Aceh Iskandar Muda Sesuai dengan

pernyataan Misi Pemerintah Pusat yang bertanggal Kutaraja 26 Mei

1959

3 Pemerintah akan membantu sekuat tenaga dalam batas-batas

kemampuan negara pembangunan semesta di Aceh terutama dalam

bidang-bidang yang langsung menyentuh kepentingan rakyat jasmani

dan rohani sebagai langkah pertama untuk merealisir maksud

pemerintah tersebut Misi Pemerintah Pusat telah membawa otorisasi

sejumlah 884 juta rupiah

Dalam rangkaian tujuan-tujuan hasil dari pemikiran pada musyawarah

dengan Pemerintah Pusat melalui Misi Hardi maka Dewan Revolusi NBA NII

telah187

186

Keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959 Yang dibuat dalam menyelesaikan

persoalan di Aceh melalui musyawarah keputusan dari kedua belah pihak Pernyataan yang

diterangkan oleh Panglima KDMA 187

El Ibrahimy Op Cit hal 168-169

71

1 Menyatukan diri ke dalam Republik Indonesia untuk melanjutkan

revolusi nasional 1945 dengan berlandaskan Undang-Undang Dasar

1945 untuk mencapai kebahagiaan kamakmuran dan ketinggian

agama nusa dan bangsa

2 Melebur organisasi NBA Sipil dan Militer ke dalam tubuh Pemerintah

Republik Indonesia secara wajar188

Selain dari dalam kubu yang sudah terpecah menjadi dua pemulihan

keamanan Aceh juga dilakukan secara terus-menerus oleh pihak pemerintah pada

masa Kol M Jasin kepada pihak Daud Beureueh Melalui Kol Jasin yang datang

ke Aceh sebagai panglima KODAM I Iskandar Muda menggantikan Panglima

Sjamaun Gaharu dimana Aceh dalam suasana bergolak Tujuannya adalah

menciptakan ketenangan yang dapat dipelihara dan seruan kembali ke pangkuan

Ibu Pertiwi terhadap pihak pejuang dibawah pimpinan Daud Beureueh Dalam

mencapai tujuannya Kol Jasin menyerukan kampanye pemulihan keamanan Aceh

kesetiap daerah-daerah dan kecamatan-kecamatan di Aceh Pada pidatonya

tanggal 2 Maret 1962 Kol Jasin mengatakan bahwa ldquoia dari pihak pemerintah

pusat mengajak kepada masyarakat ramai-ramai untuk membantunya dalam

penyelesaian keamanan di Aceh yang terjadi sekitar 8 tahun yang membuat

banyak masyarakat menderita Bantuan dari masyarakat mengenai penyelesaian

keamanan Aceh merupakan tanggung jawab dari semua pihak baik dari kalangan

pemerintah pusat atau pun masyarakat di daerah Aceh Dan kemudian gerakan

kampanye menyerukan penyelesaian keamanan oleh Kol Jasin di akhiri di Aceh

Timur Langsa dan mengatakan bahwa seluruh daerah Aceh kembali menjadi

daerah yang aman dari Darulharb menjadi Darussalam189

Selanjutnya penyelesaian keamanan dilakukan oleh Kol Jasin dengan

Daud Beureueh Dimulai melaluit surat-menyurat antar keduanya pada tanggal 7

Maret 1961 Dalam surat itu Kol Jasin menyampaikan bahwa beliau oleh

atasannya telah diberi amanat bahwa pemerintah Republik Indonesia masih tetap

mengharapkan kembalinya Daud Beureueh dengan cara yang baik demi

188

Seperti tercantum dalam surat penyataan Dewan Revolusi Gerakan Revolusioner Islam

Aceh bertanggal 26 Mei 1959 189

Pidato Panglima Jasin dalam musyawarah kerukunann Rakyat Aceh pada bulan

Desember 1962

72

kebahagiaan rakyat dan daerah Aceh Pada tanggal 4 Agustus 1961 respon

dilakukan oleh Daud Beureueh melalui utusan pribadinya A R Hasjim kepada

Panglima Jasin untuk menyampaikan isi hatinya tentang apa cita-citanya kepada

beliau Dan pada tanggal 5 Agustus 1961 Kol Jasin mengirimkan surat kembali

menyatakan keharuannya atas kesediaan Daud Beureueh mengirimkan utusan

pribadinya dan menjadikan sebuah isyarat bagi penyelesaian keseluruhan

persoalan Aceh Kemudian pada tanggal 2 November 1961 pertemuan antar Kol

Jasin dan Daud Beureueh terlaksana di Langkahan Simpang Ulim daerah Aceh

Timur190

Pertemuan yang diliputi suasana ramah tamah dan persahabatan itu Daud

Beureueh menyampaikan keinginannya untuk melakukan pertemuan kepada pihak

yang lebih tinggi dengan mengutus M Hasballah Daud191

kepada Menteri

Keamanan Nasional Jendral Nasution di Jakarta Dalam rangka usaha

penyelesaian keamanan lahir dan batin di seluruh Aceh Keinginan Daud

Beureueh di setujui oleh Kol Jasin dan bersedia membantu pelaksanaannya192

Pada tanggal 21 November 1961 M Hasballah Daud yang ditemani oleh Letkol

Nyak Adam Kamil Kastaf KODAM I Iskandar Muda dan Kapten A Manan dari

Staf I diterima oleh Jendral Nasution yang didampingi oleh Letkol Barkah Pada

pertemuan antara kedua belah pihak ini menghasilkan pokok tujuan yang sama

Yaitu dengan menyambut Da‟wah Daud Beureueh itu Jendral Nasution

menyatakan bahwa apa yang terkandung dalam Da‟wah itu telah tercakup oleh

Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia No 1Misi Hardi tahun 1959

Kepada daerah Aceh selain telah dibenarkan dalam penyebutannya menjadi

Daerah Istimewa Aceh pun telah diberikan keistimewaan dalam tiga bidang yaitu

agama peradatan dan pendidikan sebagai wadah Jendral Nasution telah member

kuasa penuh kepada peperda dan pemerintah daerah Aceh untuk mengatur

190

El Ibrahimy Op Cit hal 181 191

M Hasballah Daud adalah Anak dari Tgk M Daud Beureueh Didalam Tentara Islam

Indonesia menjabat sebagai Kepala Staf 192

Dari surat Tgk M Daud Beureueh kepada Menteri Keamanan Nasional Jendral

Nasution yang dibawa oleh M Hasballah Daud berisi ketidakpuasan Daud Beureueh terhadap

Panglima KODAM I Iskandar Muda Kol Jasin Karena beranggapan bahwa Kol Jasin tidak

mempunyai wewenang yang cukup dalam memberikan suatu keputusan mengenai tuntutan yang

diajukannya Daud beureueh ingin mengemukakan langsung keinginannya itu kepada Menteri

Keamanan Nasional dengan harapan keinginannya dapat terkabul

73

pelaksanaannya Dan menghimbau agar seluruh masyarakat Aceh dan alim ulama

mengisi keputusan itu dengan membantu pelaksanaannya193

Usaha pemulihan Aceh tidak selalu berjalan dengan lancar terlihat ketika

surat Daud Beureueh yang bertanggal 16 Desember dengan segala lampirannya

yang disampaikan melalui M Hasballah Daud dan Baihaqi A K kepada Menteri

Keamanan Nasional di Jakarta Terhambat saat Kol Jasin melihat surat itu dengan

segala lampirannya Kol Jasin tidak mengizinkan mereka berangkat ke Jakarta

untuk menyampaikan surat tersebut kepada Jendral Nasution Dan ada surat tidak

resmi bertanggal 16 Desember 1961 yang maksudnya menjelaskan kepada

Jendral Nasution tentang hakikat dari pada Islam tidak saja berarti aqidah dan

ibadah akan tetapi mencakup apa yang dinamakan ldquonizhamrdquo yaitu pengaturan

hidup dan kehidupan manusia sebagai jawaban atas surat Jendral Nasution tanggal

21 November 1961 Seiring dengan tidak diizinkannya pertemuan ke Jakarta

maka berakhirlah surat-menyurat antara Daud Beureueh dan Jendral Nasution

Selain dengan Kol Jasin benturan juga terjadi dengan Hasan Ali Hasan Ali

sebagai Perdana Menteri Republik Islam Aceh berangkat keluar negeri untuk

bertemu dengan Mr S M Amin mantan Gubernur Sumatera Utara untuk

melakukan pertemuan dalam persoalan pemulihan keamanan diseluruh Indonesia

umumnya dan di Aceh khususnya194

Selanjutnya Hasan Ali menyetujui tuntutan Mr S M Amin dan isi teks

baru yang telah disetujui adalah sebagai berikut

A Mengenai umum

193

Mengenai keputusan Daerah Istimewa Aceh Daud Beureueh tidak puas dengan

keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959 (Misi Hardi) Meskipun sudah dibenarkan daerah

Aceh memakai nama ldquoDaerah Istimewa Acehrdquo akan tetapi keistimewaan yang sebenarnya tidak

ada Keistimewaan Aceh yang dimaksud keistimewaan yang bersumber dalam jiwa raga yang

sangat ldquofanaticrdquo pada agama Islam Memobilisasi keadaan dalam masyarakat adalah terutama

memelihara perasaan keagamaan ini menghindarkan segala sesuatu yang sifatnya dapat

menyinggung 194

Pertemuan antara Hasan Ali dan Mr S M Amin dilakukan di Malaya (Malaysia)

sebelum keberangkatan Amin menuju Bangkok dan Hongkong Adapun pokok-pokok persetujuan

yang telah dicapai antara Hasan Ali dan Mr S M Amin mengenai Aceh adalah sebagai berikut

1 Menyetujui hal-hal yang telah tercapai dalam persetujuan-persetujuan dengan Dewan

Revolusi

2 Mengembalikan Aceh ke dalam alam demokrasi dan mengadakan pemilihan umum

untuk DPRD DPRD ini kemudian memilih Gubernur

3 Pemimpin-pemimpin yang memberontak tidak dipindahkan dari daerah Aceh

74

1 Menyetujui pemulihan keamanan ditempuh secara integral melalui

pusat organisasi masing-masing Dalam hal ini Aceh mengambil

inisiatif ke jurusan itu

2 Mengadakan pemilihan umum secepat-cepatnya untuk

Konstituante Parlemen Presiden dan DPR-DPR Daerah atas dasar

Undang-Undang Pemilihan Umum No 7 tahun1953

3 Golongan-golongan dan perorangan yang bertentangan dengan

Pemerintah Republik Indonesia baik yang mengangkat senjata

maupun yang tidak berhak kembali dalam kegiatan politik

4 Mengadakan amnesti umum dan rehabilitasi tanpa pengecualian

B Mengenai Aceh khususnya

1 Mendukung sepenuhnya persesuaian tersebut dan memikul semua

konsekuensinya

2 Menyetujui berlaku sepenuhnya persetujuan-persetujuan yang telah

tercapai antara Pemerintah Republik Indonesia dan Dewan

Revolusi Aceh

3 Menyetujui penggantian kerugian rakyat umumnya sebagai akibat

persengketaan bersenjata di Aceh

4 Pemimpin-pemimpin yang mengadakan perlawanan bersenjata

tidak dipindahkan dari daerah dan kalau mereka menyukai

ditampung oleh Pemerintah kemana saja mereka sukai195

Rasa kekecewaan terlihat ketika Hasan Ali tidak bijaksana Terlihat dari

pertemuan yang dilakukan diluar negeri sangat memakan banyak waktu hampir

sekitar empat bulan lamanya Daud Beureueh merasa kesal dengan berlama-

lamanya Hasan Ali di luar negeri sedangkan keadaan Aceh kian hari kian

memilukan hati Daud Beureueh menganggap hal ini sebagai bentuk kesengajaan

untuk memperlama tinggalnya Hasan Ali di luar negeri sedangkan usaha-usaha

menghancurkan Republik Islam Aceh dari dalam terus dijalankan dengan segiat-

giatnya Pertemuan berikutnya dihadiri oleh Tritunggal yaitu Panglima

195

El Ibrahimy Op Cit hal 191-192

75

Gubernur dan Kepala Polisi ldquoDaerah Istimewa Aceh Kepala Staf KODAM I

Iskandar Muda Kepala Kehakiman Kepala Kejaksaan dan Kepala Mahkamah

Syariah Pokok laporan Daud Beureueh dan stafnya serta pasukan Ilyas Leube

akan bersedia ke pangkuan Ibu Pertiwi dengan syarat bahwa Daerah Istimewa

Aceh dilaksanakan unsur-unsur Syari‟at Islam dalam batas-batas yang

dimungkinkan perundang-undangan negara Kemudian setelah mendengar

keinginan Daud Beuereueh Kol Jasin mengatakan bahwa akan mempertaruhkan

jabatannya untuk menyetujui keinginan Daud Beuereueh dengan mengeluarkan

suatu keputusan PEPERDA

Dan pada tanggal 21 Mei 1962 di Banda Aceh di adakanlah kenduri besar

sebagai tanda bersyukur kepada Tuhan dan sebagai manifestasi kegembiraan atas

pulihnya keamanan di seluruh Aceh dan terciptanya perdamaian yang sudah

sekian lama dinanti-nantikan baik oleh pemerintah maupun oleh rakyat

Tercapainya persetujuan mengenai penyelesaian keamanan yang terakhir antara

Kol Jasin dan Daud Beureueh tidak hanya menimbulkan kelegaan dan

kegembiraan di kalangan rakyat akan tetapi juga berdampak di kalangan staf

Daud Beureueh seperti juga dikalangan staf KODAM I Iskandar Muda Dengan

pulihnya keamanan secara menyeluruh seluruh kekuatan baik pemerintah

maupun rakyat dapat dikerahkan untuk melaksanakan pembangunan daerah Aceh

yang memiliki banyak potensi ekonomi yang sangat bermanfaat baik untuk

kemajuan daerah Aceh atau pun untuk kemajuan negara196

Pertentangan diantara kaum republik Daud Beureueh melalui DITII

dengan pemerintah pusat telah menimbulkan ketegangan antara rakyat yang

memperjuangkan DITII Aceh dengan Jakarta Ini membuat usaha damai yang

hendak dicapai dan dilaksanakan dengan cara keras berupa tekanan oleh TNI di

satu pihak di samping pemberian amnesti dan abolisi197

kepada anggota DITII di

pihak lainnya Dengan menggunakan kedua cara ini secara tidak langsung telah

mendorong beberapa tokoh DITII Aceh termasuk Hasal Ali selaku Perdana

196

El Ibrahimy Op Cit hal 216 197

Amnesti adalah pengampunan atau penghapusan hukuman yang diberikan kepala

negara kepada seseorang atau sekelompok orang yang telah melakukan tindak pidana tertentu

Sedangkan abolisi adalah peniadaan peristiwa pidana dengan cara menghapuskan membatalkan

atau mengakhiri

76

Menteri DITII Aceh Mereka mengubah pendapat bahwa tidak ada manfaatnya

lagi untuk melanjutkan permusuhan dengan Jakarta sebaliknya sudah tiba

masanya untuk meletakkan senjata dan kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi198

Hal

ini membuktikan bahwa teori mengenai konflik menurut MR S M Amin adalah

benar tentang perubahan sifat pada koflik yang terjadi antara rakyat Aceh dan

pemerintah dari awalnya bersifat revolusioner menjadi evolutioner

Dari pemaparan di atas jelas sikap Daud Beureueh menentang atau tidak

pro feodal Pada masa perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh Mr S M

Amin menerangkan bahwa terjadi revolusi nasional dan revolusi sosial Revolusi

sosial adalah revolusi terhadap pengkhianat Cumbok Peristiwa Cumbok199

atau

perang saudara adalah konflik antara uleebalang yang bekerjasama mengatur

sistem pemerintahan bersama Belanda dengan ulama yang mempunyai prinsip

anti penjajahan Sedangkan revolusi nasional adalah revolusi untuk menanamkan

nilai-nilai keIslaman yang terdapat pada ideologi di seluruh Indonesia khususnya

Aceh sebagai usaha mewujudkan cita-cita keinginan bersama200

Jika dikaji lebih mendalam mengenai konflik yang terjadi peristiwa

berdarah ini merupakan akibat dari konflik vertikal Konflik itu sendiri adalah

pertentangan yang mempunyai hubungan erat dengan proses integrasi Hubungan

ini disebabkan karena proses integrasi adalah sekaligus suatu proses disorganisasi

dan disintegrasi Makin tinggi konflik atau pertentangan intra-kelompok makin

besar gaya sentripentalnya Artinya saling mempengaruhi satu sama lain makin

besar permusuhan terhadap kelompok luar makin besar integrasi Konflik tidak

selalu mengandung makna yang disfungsional Konflik justru dapat menjadi

198

Makna kata Ibu Pertiwi adalah sama dengan tanah air yang berarti Republik Indonesia 199

Berbeda pendapat dengan Mr S M Amin menurut M Nur El Ibrahimy revolusi

terhadap uleebalang di Aceh dibagi dalam dua tahap Revolusi tahap pertama yang dilancarkan

terhadap uleebalang yang termasuk dalam golongan Cumbok yang oleh pemerintah T Nyak Arif

sampai Panglima Polem Mohd Ali dianggap pengkhianat dan musuh Negara Republik Indonesia

Dan revolusi tahap kedua yang dilancarkan oleh Tentara Perjuangan Rakyat (TPR) dibawah

pimpinan Tgk Husin Almujahid pada bulan Maret 1946 terhadap uleebalang yang tidak termasuk

golongan Cumbok sebagai upaya untuk menggantikan sistem pemerintahan feodal dengan sistem

pemerintahan yang demokratis adalah revolusi sosial Dan dikatakan juga revolusi tahap kedua

adalah tanggung jawab Daud Beureueh terkait dengan pergerakan organisasinya PUSA Dan pada

akhir pergerakan revolusi tahap kedua Almujahid lepas dari segala ekses yang terjadi selama

gerakan TPR merupakan salah seorang tokoh yang berjasa meruntuhkan sistem feodal yang telah

berurat berakar berabad-abad dalam masyarakat Aceh 200

El Ibrahimy OpCit hal 114

77

sesuatu yang fungsional Selain itu konflik juga dapat berfungsi sebagai

stabilisator sistem sosial dalam meredakan ketegangan antara pihak-pihak yang

bertikai201

Dalam peristiwa berdarah ini tidak berjalan dengan tenang dan damai

melainkan dengan jalan kekerasan dan konflik antara Darul Islam Tentara Islam

Indonesia Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereueh dengan pemerintah pusat

Keamanan di Aceh yang belum terkendali membuat pemerintah mengirimkan

bantuan militer terhadap pamong praja untuk mematahkan perjuangan atau

pemberontakan yang dilakukan oleh Daud Beureueh Sikap Daud Beureueh

dianggap tidak mau mengindahkan pertimbangan politis yang selaras pada

pendirian pemerintah pusat yaitu mengenai dasar negara202

Dalam kaitannya dengan konflik yang terjadi antara Darul Islam dan

pemerintah pusat ini merupakan jenis konflik yang bersifat destruktif Yakni

konflik yang dipicu oleh rasa kebencian kekecewaan yang tumbuh dan tertanam

didalam diri mereka masing-masing Dari kaca mata politik konflik destruktif ini

tumbuh karena fanatisme para pendukung di suatu kelompok grup ataupun

organisasi Erat kaitannya dengan kajian ini tentang fanatisme masyarakat Aceh

yang mendukung cita-cita dan keinginan bersama yaitu mendirikan Negara Islam

Indonesia Akibatnya dari konflik destruktif berupa benturan-benturan fisik yang

membawa kerugian jiwa atau harta Banyak korban yang berjatuhan pada

peristiwa berdarah ini Ada tiga cara untuk mencegah terjadinya konflik

1 Menggunakan asas ldquotepo selirordquo apabila tidak mau disakiti orang lain

jangan pula menyakiti orang lain

2 Bersikap demokratis menghargai pluralisme pendapat paham dan

suku yang beragama dalam masyarakat

3 Mempunyai sikap toleransi terhadap agama yang berbeda tanpa kita

harus keluar dari akidah agama kita masing-masing

201

Ulfah Fajarini Konflik dan Integrasi Potret Keagamaan Masyarakat Sawangan

Artikel surat kabar majalah Al-Turas Vol 11 No 3 September 2006 202

_______ Tentang Soal Memulihkan Keamanan di Aceh artikel surat kabar majalah

WAKTU No23 tahun 1955

78

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Ketika Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17

Agustus 1945 rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereuh dan ulama-ulama

lainnya bergerak dan berjuang mempertahankan proklamasi kemerdekaan Aceh

awal perjuangan kemerdekaan Indonesia secara de facto merupakan bagian dari

provinsi Sumatera dengan kebijakan undang-undang sementara tahun 1945 yang

membagi wilayah Indonesia dalam 10 provinsi Perjuangan Daud Beureueh

menegakan syariat Islam di Aceh terjadi pada masa Era Orde Lama Pertentangan

politik dengan pemeritah pusat terjadi setelah Aceh digabungkan kembali menjadi

bagian atau bdquoresiden‟ Sumatra Utara setelah sebelumnya menjadi provinsi yang

terpisah dengan provinsi Sumatra Utara

Tidak hanya itu alasan pada 21 September 1953 di Aceh meletus suatu

peristiwa berdarah yang merupakan tragedi bagi rakyat Tanah Rencong adalah

karena rakyat Aceh merasa sangat kecewa geram marah akibat dari janji-janji

pemerintah disaat rakyat Aceh bersatu padu mengeluarkan semangat gelora

mempertahankan kedaulatan NKRI dengan seluruh jiwa raga dan harta bendanya

sebagai bukti kesetiaannya pada Republik Indonesia Selain persoalan ideologi

keagamaan pemberontakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia DITII Aceh

adalah bentuk perlawanan terhadap pengaruh pemerintahan pusat yang kian

merasuk Dimana isu-isu palsu yang disebarkan pemerintah mengenai pengadaan

senjata gelap oleh tokoh-tokoh pejuang Aceh tidak benar adanya Hal itu yang

menjadi puncak kemarahan dan rakyat Aceh dibawah pimpinan Tgk M Daud

Beureueh menagambil sikap melawan

Pada masanya perjuangan Daud Beureueh memiliki rentan waktu yang

lama Mulai dari masa kolonial Belanda masa kedudukan Jepang masa pra dan

pasca kemerdekaan dan masa revolusi Pembentukan Negara Islam yang

merupakan cita-cita impian Daud Beureueh terilhami dari perjuangan DI TII

pimpinan Imam Soekarmadji Maridjan Kartosuwiryo Dan juga menjalin

79

kerjasama dengan PRRIPERMESTA dalam mencapai tujuan bersama untuk

menghancurkan regime Soekarno dan mendirikan Negara Islam Indonesia

Pada tahapan kesadaran sosial tersebut perkembangan Islam di Indonesia

terbagi menjadi tiga zaman zaman mitos zaman ideologi dan zaman

pengetahuan atau ilmu Dalam kaitannya dengan Aceh perjuangan menegakan

syariat Islam muncul ketika zaman ideologi Pada perjuangan yang dipimpin

Daud Beureueh ini penulis membagi menjadi dua motif dilakukannya

pemberontakan yaitu Islam dan Politik Dan konflik yang terjadi ini menimbulkan

pertentangan antara masyarakat Aceh dengan pemerintah prasangka sebab

dugaan merupakan sikap bermusuhan yang terjadi antar kelompok yang

satuterhadap kelompok lainnya yang didasari pada ciri yang tidak menyenangkan

Pada perjuangannya ini yang terjadi di Era Orde Lama menurut teori Banton

mengenai prasangka ini merupakan teori frustasi-agresi (frustration-aggression

theory)

Selanjutnya analisa penulis terkait langkah-langkah Daud Beureueh dalam

mewujudkan apa yang di cita-citakannya adalah terinspirasi dari perjuangan

dakwah yang ditempuh oleh Rasulullah SAW yaitu melalui tahap pembinaan dan

pengkaderan tahap interaksi dan perjuangan dan tahap penerimaan kekuasaan

dalam membentuk DITII Aceh Walaupun pada kenyataannya pemberontakan

tidak terjadi begitu saja melainkan melalui 3 tahapan yaitu tahap sabar tahap

benci (djidjik) dan tahap melawan Sedangkan menurut Wakil Presiden Jusuf

Kalla dalam wawancaranya pada harian KOMPAS Rabu 10 Desember 2014

Pukul 1801 WIB di Jakarta terkait motif yang terjadi pada konflik di Aceh

mengatakan bahwa ldquopemberontakan DI TII bukan terjadi karena adanya konflik

antar agama Untuk kasus Aceh ia menilai hal itu terjadi karena hak-hak ekonomi

warga tidak terpenuhi Masalah Aceh itu bukan masalah syariah Orang berfikir

Aceh mau menjalankan syariah Islam tidak Siapa bilang kita membicarakan

Islam Kita berbicara kenapa ekonomi Aceh rendah padahal alamnya kayardquo

Dalam kacamata penulis konflik yang terjadi antara Darul Islam Tentara

Islam Indonesia (DI TII) dengan pemerintah adalah konflik politik yang

memperebutkan pengaruh dimasyarakat dalam mencapai tujuannya masing-

masing Perebutan kekuasaan yang berdasar pada ideologi yang berbeda satu

80

sama lain itu memunculkan berbagai aspek sumber kekuasaan Sumber kekuasaan

berupa kekayaan dan kepercayaan atau agama Adapun langkah-langkah

penyelesaian persoalan konfrontasi politik antara rakyat Aceh dibawah pimpinan

Daud Beureueh dan pemerintah pusat diawali dengan munculnya Dewan

Revolusi yang diketuai oleh A Gani Usman dan dengan dilakukannya gencatan

senjata Dan upaya penyelesaian akhir melalui musyawarah antar kedua belah

pihak yang bertikai

B Saran-saran

Pertama Dari pemaparan penulis kita bisa melihat bagaimana perjuangan

revolusioner seorang tokoh ulama di Aceh dalam memperjuangkan dan

mewujudkan cita-cita yang menjadi keinginan terpendam umat Islam demi

kemajuan bangsa dan agama Hal ini diharapkan memberikan kita pelajaran yang

sangat berarti sebagai umat Islam terkait perjuangan bahwa kita sedang

mengemban tugas berat dan sedang berjuang mempertahankan identitas

keIslaman kita melalui syariat-syariat dan hukum Islam yang harus diterapkan

dalam kehidupan bermasyarakat Ini bukan suatu hal yang mudah terlebih lagi

dengan perkembangan zaman yang maju dan modern serta merasuknya pengaruh

dari luar Islam harus kita lihat sebagai sebuah tantangan zaman Dan sikap

perjuangan Daud Beureueh patut kita contoh dalam menjadikan kita sebagai umat

Islam yang kuat teguh percaya dan antusias dalam mengkaji lebih dalam

mengenai ilmu yang berlandaskan Islam

Kedua Sebagai umat Islam harus menguatkan keimanan kita Dilihat dari

apa yang diperjuangkan kita juga harus percaya bahwa Islam telah memberikan

solusi bagi masalah dikehidupan kita baik melalui syariat-syariat dan hukumnya

Dengan peraturan-peraturan dan ketentuan yang berdasar pada Islam diharapkan

menjadikan kita sebagai umat Islam yang teguh beriman cinta damai serta saling

menjaga dan menghormati antar sesame umat beragama lainnya Dan tidak

terpengaruh peraturan atau pun ketentuan di luar nilai-nilai yang terkandung

dalam Islam

81

Ketiga Kajian ini ditunjukan kepada para pemimpin tokoh masyarakat

dan orang-orang berpengaruh lainnya dengan melihat sosok Daud Beureueh

diharapkan bisa lebih menambah rasa antusias dan memotivasi diri dalam

menyebarkan dan melaksanakan nilai-nilai keIslaman di masyarakat Serta

menjadi sosok yang kharismatik seperti yang ditujukan oleh Daud Beureueh yang

mencerahkan hati dan pikiran umat Islam terkait peranannya Semoga para

pemimpin dan orang-orang berpengaruh saat ini menyadari bahwa peran mereka

sangat penting dalam menanamkan dasar-dasar Islam di kehidupan masyarakat

Dan kita sebagai umat Islam patut menjaga dan mempertahankan hal tersebut

Keempat sebagai sebuah pelajaran yang berharga saat pengkuburan

sejarah terjadi pada peristiwa berdarah atau yang lebih dikenal dengan

pemberontakan Tgk M Daud Beureueh dengan mengesampingkan alasan kenapa

bisa terjadi pemberontakan Merupakan sesuatu yang sangat memilukan apabila

kita mengetahui hal ini Serta membongkar tipu daya pemerintah saat itu yang rela

melakukan apa saja demi mewujudkan keinginannya tanpa memikirkan

perjuangan pengorbanan gelora semangat kemerdekaan yang berjuang dengan

seluruh jiwa raga dan harta berharga demi mempertahankan kedaulatan Republik

Indonesia

82

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Primer

Artikel MajalahSurat Kabar

Pembantu-Chas ldquoWakturdquo di Djakarta ldquoKabinet dan Atjehrdquo Waktu No44

ldquoTentang Soal Memulihkan Keamanan di Atjehrdquo Tahun 1955

Buku

Jakobi A K1992 Aceh Daerah Modal Jakarta Yayasan Seulawah RI-001

El Ibrahimy M Nur 1982 Tgk M Daud Beureueh Perananya dalam

Pergolakan di Aceh Jakarta Gunung Agung

Hasjmy A 1997 Ulama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan

Pembangunan Tamadun Bangsa Jakarta PT Bulan Bintang

Amin MR S M 2014 Memahami Sejarah Konflik Aceh Jakarta Yayasan

Pustaka Obor Indonesia

Sumber Sekunder

Artikel MajalahSurat Kabar

Abdullah TaufikldquoKarena Keterkaitan Ideologisrdquo Panji Masyarakat No419

Jurnal

Danial Analisis Jurnal Studi KeIslaman Volume XII Nomor 1 Juni 2012

ldquoSyariat Islam dan Pluralitas Sosial Studi Tentang Minoritas Non-

Muslim dalam Qanun Syariat Islam di Acehrdquo Lampung IAIN Raden

Intan Lampung

Ahwan Fanani Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoOtoritas Dalam Hukum Islam Antara Transformasi

83

Ahwan Fanani Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoOtoritas Dalam Hukum Islam Antara Transformasi

dan Krisis Dalam Sistem Negara Modernrdquo Ponorogo Jurusan Syari‟ah

STAIN Ponorogo

Shohibul Itmam Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoTransformasi Hukum Islam Menuju Hukum Positif

Dalam Konteks KeIndonesiaanrdquo Ponorogo Jurusan Syari‟ah STAIN

Ponorogo

Ensiklopedia

Nasution Harun dkk 1992 Ensiklopedi Islam Indonesia Jakarta Djambatan

Glasse Cyril 1999 Ensiklopedi Islam Ringkas Jakarta PT Raja Grafindo

Persada

Abdullah Taufik 2002 Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jakarta Ichtiar Baru

van Hoeve

Buku

Ibrahim Muhammad 1978 Sejarah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh

Banda Aceh Depdikbud

Talsya T A 1990 Modal Perjuangan Kemerdekaa Perjuangan Kemerdekaan di

Aceh Banda Aceh Lembaga Sejarah Aceh

Sani Usman Abdullah 2010 Krisis Legimitasi Politik Dalam Sejarah

Pemerintahan Di Aceh Jakarta Kementrian Agama RI Badan Litbang

dan Diklat Puslitbang Lektur Keagamaan

Reid Anthony 2011 Menuju Sejarah Sumatra Antara Indonesia dan Dunia

Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Ricklefs M C 2008 Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 Jakarta PT Serambi

Ilmu Semesta

84

Reid Anthony 1987 Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di

Sumatra Jakarta Pustaka Sinar Harapan

Hasjmy A 1985 Semangat Merdeka 70 Tahun Menempuh Jalan Pergolakan amp

Perjuangan Jakarta PT Bulan Bintang

Madjid M Dien 2014 Catatan Pinggir Sejarah Aceh Perdagangan Diplomasi

dan Perjuangan Rakyat Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Hasjmy A 1978 Bunga Rampai Revolusi Dari Tanah Aceh Jakarta PT Bulan

Bintang

Sjamsuddin Nazaruddin 1990 Pemberontakan Kaum Republik Kasus Darul

Islam Aceh Jakarta Pustaka Utama Grafiti

AbdullahTaufik Siddique Sharon 1988 Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia

Tenggara Jakarta LP3ES

Adan Hasanuddin Yusuf 2003 Tamaddun amp Sejarah Etnografi Kekerasan di

Aceh Yogyakarta Prismasophie Press

M Lapidus Ira 1999 Sejarah Sosial Ummat Islam Jakarta PT Raja Grafindo

Persada

Budiardjo Miriam 2008 Dasar-Dasar Ilmu Politik Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama

Kuntowijoyo 1985 Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia Yogyakarta

Shalahuddin Press

Kuntowijoyo 1995 Pengantar Ilmu Sejarah Yogyakarta Yayasan Bentang

Budaya

Gottschalk Louis 2006 Mengerti Sejarah Jakarta UI Press

Tuwu Alimuddin 1993 Pengantar Metode Penelitian Jakarta UI Press

Abdurahman Dudung 1999 Metode Penelitian Sejarah Jakarta Logos

85

Kartodirdjo Sartono 1992 Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah

Jakarta PT Gramedia

Emalia Imas 2006 Historiografi Indonesia Jakarta UIN Jakarta Press

Sunarto Kamanto 2004 Pengantar Sosiologi Jakarta Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Website

httpwwwjakartagoid

httpmelayuonlinecom

httpkebudayaankemdikbudgoid

httpkbbiwebid

httpmkompasianacom

httpnewsokezonecom

httpsoalacehtumblrcom

86

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I

Tokoh Teungku Muhammad Daud Beureueh

87

Lampiran II

Gambaran Keadaan Aceh Awal Perkembangan Islam

88

Lampiran

III

Wilayah Uleebalang Aceh Pada Tahun 1930-an

89

Lampiran IV

90

Lampiran V

Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo Dalam Rapat Dewan Pertahanan

Daerah yang berlangsung tanggal 20 Maret 1949 membicarakan masalah surat

undangan Wali Negara Sumatera Timur Dr Tengku Mansur

91

Lampiran VI

Staf Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo

92

Lampiran VII

Surat selebaran pada Peristiwa Berdarah di Aceh

93

Lampiran VIII

KEPUTUSAN PERDANA MENTERI

REPUBLIK INDONESIA

No 1Missi1959

PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA

Berkehendak mengambil langkah kebidjaksanaan untuk lebih

mendjamin penjempurnaan dan pembangunan dalam

daerah swatantra tingkat ke I Atjeh

Menimbang bahwa untuk maksud tersebut dipandang perlu

membenarkan sebutan ldquoDaerah Istimewa Atjehrdquo kepada

Daerah Swatantra Tingkat ke I Atjeh sebagai stimulans

untuk mengadjukan otonomi seluasnja dalam rangka

pelaksanaan Undang-Undang No 11957 tentang pokok-

pokok Pemerintahan Daerah

Memperhatikan pertimbangan Komandan Komando Daerah Militer Atjeh

dan Gubernur Kepala Daerah Swatantra Tingkat ke I

Atjeh

Mengingat kuasa jang telah diberikan oleh Dewan Menteri dalam

sidangnja ke-159 pada tanggal 31 Djanuari 1959

Keputusan Perdana Menteri RI No 196PM1959 tanggal

19 Mei 1959

MEMUTUSKAN

Pasal I Daerah Swatantra Tk Ke I Atjeh dapat disebut

ldquoDaerah Istimewa Atjehrdquo dengan djatatan bahwa kepada

daerah itu tetap berlaku ketentuan-ketentuan mengenai

daerah swatantra Tk Ke I seperti termuat dalam Undang-

94

Undang No 1 tahun 1957 tentang Pokok-pokok

Pemerintahan Daerah begitu pula lain-lain peraturan

perundangan jang berlaku untuk Daerah Swatantra tingkat

ke I mengenai otonomi jang seluas-luasnja terutama dalam

lapangan keagamaan peradatan dan pendidikan

Pasal II Keputusan ini mulai berlaku tanggal 26 Mei 1959

sampai ada ketentuan lain

Pasal III Memberikan instruksi kepada segenap Kementerian

Djawatan dan Dinas jang bersangkutan agar memberikan

bantuan seperlunja kepada Daerah swatantra tingkat ke I

Atjeh (Daerah Istimewa Atjeh) dalam pertumbuhan

otonomi jang seluasnja

Wk Perdana Menteri IKetua

Missi Pemerintah ke Atjeh

dto

= Mr Hardi =

Turunan dikirimkan kepada

1 Semua Menteri

2 KDMA

3 Gubernur Kepala Daerah Swatantra tk Ke I

Atjeh (Daerah Istimewa Atjeh)

4 Dan lain-lain instansi jang bersangkutan

95

Lampiran IX

96

Lampiran X

97

Lampiran XI

Page 7: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …

vi

C Respon Rakyat Aceh Terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh di

Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip41

BAB IV Pemberontakan dalam Perjuangan Menegakkan Syariat Islam di

Aceh

A Usaha-usaha Menegakkan Syariat Islam di Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip47

B Respon Pemerintah Terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh54

C Upaya penyelesaian Akhir Pemberontakan Tgk M Daud Beureuehhellip67

BAB V PENUTUP

A Kesimpulanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip78

B Saran-saranhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip80

DAFTAR PUSTAKA82

LAMPIRAN-LAMPIRANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip86

vii

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lampiran I Gambar Tokoh Muhammad Daud Beureuehhelliphelliphelliphelliphellip86

2 Lampiran II Gambar Keadaan Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip87

3 Lampiran III Peta wilayah uleebalang tahun1930-anhelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip88

4 Lampiran IV Gambar Muhammad Daud Beureueh dan Ulama Acehhellip89

5 Lampiran V Gambar Pidato yang dilakukan oleh Muhammad Daud

dalam Rapat Dewan Pertahanan Daerahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip90

6 Lampiran VI Gambar Staf Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah

Karohelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip91

7 Lampiran VII Surat selebaran sisa-sisa feodalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip92

8 Lampiran VIII Missi Hardi 1959helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip93

9 Lampiran IX Surat Tgk M Daud Beureueh Kepada Soekarnohelliphelliphellip95

10 Lampiran X MAKLUMAT No GM-14-Mhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip96

11 Lampiran XI Surat Anakanda Kepada Ayahanda Daud Beureuehhelliphellip97

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Aceh sebuah kesultanan muslim di Sumatera Islam secara khas

menunjukan nuansa esoterisme pemikiran Ibn ‟Arabi1 Fenomena Aceh yang

berawal dari sebuah kerajaan berdaulat hingga menjadi salah satu bagian dari

Indonesia senantiasa berada dalam situasi kritis yang berkesinambungan

Berbagai krisis muncul seperti krisis politik yaitu pertikaian pendapat dan

pandangan di antara pemerintah pusat dan Aceh yang berkisar pada permasalahan

kekecewaan penindasan dan ketidaktulusan pusat dalam menjalankan sistem

pemerintahan di Aceh2 Sejak indonesia merdeka pada tahun 1945 Aceh telah

bergelimang dalam berbagai konflik diantarnya persoalan perang saudara seperti

perang Cumbok tahun 1946-1947 yang terjadi antara kaum Uleebalang dengan

kaum ulama yang bergabung dalam Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA)3 Jika

dilihat dari berbagai persoalan yang terjadi untuk kasus di Aceh penulis

berpendapat ini merupakan suatu perjuangan yang terjadi dibawah pimpinan Daud

Beureueh karena pada saat itu melalui PUSA Daud Beureueh menginginkan

proklamasi dimaknai secara nyata di Aceh Dimana tujuan perjuangan Daud

Beureueh adalah menegakan syariat Islam di tanah rencong dan menanamkan

sikap anti penjajahan4

Perjuangan rakyat Aceh tidak berhenti begitu saja pasca kemerdekaan

Republik Indonesia Belanda melakukan agresi bersenjata untuk kembali

1Harun Nasution dkk Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta Djambatan 1992) hal52-

57 2Abdulah Sani Usman Krisis Legitimasi Politik dalam Sejarah pemerintahan di Aceh

(Jakarta Badan Litbang dan diklat kementrian Agama RI 2010) hal1 3Persatuan ulama seluruh Aceh PUSA terbentuk pada tahun 1939 Didirikan oleh Tgk M

Daud Beureueh yang bertujuan untuk menghapuskan eksistensi hulu balang dan berfungsi untuk

mengatur tonggak pemerintahan di Aceh dengan berlandaskan syariat Islam Lihat MNur El

Ibrahimy Tgk M Daud Beureueh Peranannya dalam Pergolakan di Aceh (Jakarta Gunung

Agung 1982) hal72-77 4Perlu untuk diketahui bahwa tidak semua kaum Uleebalang bersikap sama dengan kaum

uleebalang yang terdapat di Pidie sebagai pemicu gerakan PUSA tetapi banyak kaum uleebalang

lainnya di Aceh berasal dari kaum ulama dan intelektual

2

menduduki seluruh kepulauan Indonesia Dalam usahanya menjajah Indonesia

Belanda menyiarkan berita-berita melalui surat kabar radio bahwa kedatangannya

bukan untuk menjajah Indonesia melainkan untuk menjaga keamanan yang

diakibatkan oleh perang Dunia II Selain melalui propaganda Belanda juga

melakukan dua agresi militer bersenjata yaitu agresi pertama tahun 1947 dan

agresi kedua tahun 1948 Akibat serangan itu hampir seluruh wilayah Indonesia

berhasil ditaklukan Dan daerah yang belum dikuasai satu-satunya adalah Aceh

beberapa kali Belanda berusaha menghancurkan perlawanan rakyat Indonesia di

daerah Aceh selalu digagalkan Baik darat udara atau pun laut percobaan

serangan Belanda dapat digagalkan dan Aceh berhasil mempertahankan

kedaulatan kemerdekaan Republik Indonesia Dan menjadikan Aceh sebagai

daerah modal5

Aceh dijuluki sebagai daerah modal selain karena kegigihan dari kekuatan

rakyat Aceh mempertahankan Republik Indonesia juga karena terdapat alat

komunikasi seperti pers dan radio Dengan adanya alat komunikasi tersebut

mempermudah hubungan antara pemerintah daerah-daerah lain antara pemerintah

Aceh dengan pemerintah pusat Melalui media ini dapat menyampaikan berita

secara praktis dan membangkitkan gelora semangat rakyat Aceh dalam

mempertahankan kedaulatan RI hingga titik darah penghabisan6 Peranan pers dan

radio di bidang ekonomi juga terlihat dari siaran tentang kebutuhan para pejuang

agar masyarakat dapat membantunya dalam bentuk makanan pikiran dan

persediaan perlengkapan lainnya Dan bantuan ekonomi lainnya adalah

pengumpulan dana sumbangan untuk membeli pesawat yang sangat dibutuhkan

untuk kelancaran perjuangan Pesawat yang dibeli berkat terkumpulnya

sumbangan masyarakat Aceh yang kemudian oleh Soekarno diberi nama

ldquoSeulawah RI-001rdquo Peran Aceh semakin penting ketika Teungku Muhammad

Daud Beureueh diangkat menjadi Gubernur militer Aceh Langkat dan Tanah

Karo yang berhasil menyatukan pasukan Aceh dari TRI laskar Aceh berbagai

divisi dan tentara pelajar Semakin banyak yang datang ke Medan Area maka

5A K Jakobi Aceh Daerah Modal (Jakarta Yayasan Seulawah RI-001 1992) hal219

6SM Amin Kenangan-kenangan di Masa Lampau (Jakarta Pradnya Paramita 1978)

hal103

3

dibentuk suatu badan koordinasi yang disebut RIMA (Resimen Istimewa Medan

Area)7 Satu-satunya front yang tidak mampu ditaklukan Belanda pada agresi

militer kedua adalah sektor barat atau utara front Medan Area yang dipertahankan

oleh RIMA pasukan dari Aceh

Ketika dalam keadaan krisis saat ibukota RI di Yogyakarta diduduki

Belanda Pemerintah pusat dipindahkan ke Bukit Tinggi dan membentuk

Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) Dengan agresi militer Belanda

yang kedua dapat dikatakan seluruh Sumatera telah berada dibawah kekuasaan

Belanda Satu-satunya daerah yang masih utuh belum dimasuki Belanda adalah

Daerah Aceh Hal ini menjadi faktor utama Aceh sebagai daerah modal

mempertahankan kedaulatan RI Aceh sebagai garis pertahanan RI terakhir

mempunyai peran yang sangat amat penting dimana ketika negara boneka yang

didirikan oleh Belanda sudah mengepung RI Pada saat itu Aceh menjadi penting

sebagai alternatif satu-satunya yang menentukan cita-cita bangsa dan negara RI

Dan ketika itu Presiden Soekarno memohon meminta bantuan kepada Gubernur

militer Aceh Langkat dan Tanah Karo Daud Beureueh untuk bersedia turut

mengambil bagian dalam perjuangan bersenjata yang tengah berkobar untuk

mempertahankan kemerdekaan Saat itu Soekarno memanggil Daud Beureueh

dengan sebutan kakak Selain meminta rakyat Aceh turut serta dalam perjuangan

Soekarno juga meminta bantuan untuk membeli sebuah pesawat dari sumbangan

masyarakat Aceh yang secara ikhlas dan tulus memberi sumbangan yang sangat

berharga untuk bangsa yang sedang berjuang sebagai tanda kesetiaan rakyat Aceh

pada NKRI

Hampir seluruh wilayah RI telah diduduki oleh Belanda tetapi Aceh tak

sedikit pun mundur menyerahkan daerahnya ke tangan penjajah Bahkan ketika

Indonesia sampai diujung tanduk melalui lidah manis Soekarno lebih dahulu

meminta bantuan kepada Aceh untuk membantu mempertahankan kemerdekaan

RI Tapi sama halnya seperti Belanda manis di bibir tak sama seperti kenyataan

yang ada Aceh dikhianati dengan digabungkannya provinsi Aceh dibawah

provinsi Sumatera Utara Aceh yang dipimpin oleh Daud Beureueh saat itu

7Muhammad Ibrahim Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Banda Aceh

Depdikbud 1978) hal210

4

terpedaya oleh tangisan Soekarno yang berjanji akan memberikan hak

menerapkan Syariat Islam di bumi Aceh jika Aceh mau bergabung membantu

memperjuangkan mempertahankan kedaulatan kemerdekaan Republik Indonesia

Pertentangan politik dengan pemerintah pusat yang terjadi setelah Aceh

digabungkan kembali menjadi bagian atau bdquoresiden‟ Sumatra Utara setelah

sebelumnya menjadi provinsi yang terpisah dengan provinsi Sumatra Utara Hal

ini membawa kepada suatu keadaan yang meresahkan akibat adanya tarik menarik

antara Aceh dan pemerintah pusat atau dengan kata lain pemerintah pusat tidak

mengakui pembentukan provinsi Aceh yang terpisah sehingga terjadi tumpang-

tindih kebijakan yang membawa kepada krisis kekuasaan8 Terkait teori kesadaran

sejarah Kuntowijoyo hal ini dapat memberikan tantangan kritik pendapat serta

sikap dalam pertentangan antara rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beureueh

dengan pemerintah pusat

Aceh ketika awal perjuangan kemerdekaan Indonesia secara de facto

merupakan bagian dari provinsi Sumatera dengan kebijakan undang-undang

sementara tahun 1945 yang membagi wilayah Indonesia dalam 10 provinsi

Setelah Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17

Agustus 19459 rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereuh dan ulama-ulama

lainnya bergerak dan berjuang mempertahankan proklamasi kemerdekaan10

Daud

Beureueh orang kuat Aceh dan benteng Republik dalam revolusi menolak untuk

menerima suatu pekerjaan di Jakarta dan tetap bermukim di Aceh sambil

memperhatikan perkembangan Pada saat itu revolusi kemerdekaan Indonesia tak

luput dari pengamatan Daud Beureueh Dia mengamati dengan tenang dan hati

hati setiap perkembangan yang terjadi Dan selama tokoh-tokoh Masyumi

memegang kedudukan yang penting dalam kabinet dia tidak melakukan tindakan

apapun akan tetapi pada bulan mei 1953 ditemukan bukti bahwa dia telah

menjalin hubungan dengan Kartosuwirjo dari Darul Islam Gerakan Darul Islam

bagaimanapun merupakan bagian dari akibat sampingan proses sosial politik yang

8Ibid hal177-178

9 17 Agustus 1945 atau 9 Ramadhan 1364 Hijriah

10 A Hajsimy Ulama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan Pembangunan Tamadun

Bangsa (Jakarta Bulan Bintang 1997) hal109

5

terjadi pasca kemerdekaan11

Ketika masa kabinet Ali terbentuk tersebar desas-

desus bahwa pemerintah pusat melalui kabinet bermaksud menangkapi orang-

orang terkemuka Aceh Berita tersebut kemudian sampai di telinga Daud

Beureueh bahwa ia dan sejumlah kawan-kawannya akan ditangkap oleh tentara

dengan alasan menyimpan senjata gelap12

Daud Beureueh menyatakan bahwa ia

tidak berkeberatan bila ditangkap dan dibunuh akan tetapi jangan dengan alasan

yang dibuat-buat dan jangan mengelabui mata rakyat Selanjutnya Daud Beureueh

menyatakan dalam suratnya bahwa dalam menghadapi tindakan sewenang-

wenang pihak tentara rakyat akan melalui tiga tahap tahap sabar tahap benci dan

tahap melawan Sekarang rakyat sudah sampai kepada tahap kedua Maka oleh

karena itu beliau mengharapkan kebijaksanaan Presiden Soekarno kiranya hal-hal

yang tidak diinginkan dapat dihindari13

Aceh memang pada akhirnya memberontak melalui gerakan DITII Aceh

Pada 21 September 1953 di Aceh meletus suatu peristiwa berdarah yang

merupakan tragedi bagi rakyat Tanah Rencong Ini merupakan awal perjuangan

dalam menegakan syariat Islam14

Daud Beureueh mengumumkan bahwa di Aceh

yang kini merupakan bagian dari Darul Islam tidak ada lagi pemerintahan

Pancasila Selain persoalan ideologi keagamaan pemberontakan Darul Islam

adalah bentuk perlawanan terhadap pengaruh pemerintahan pusat yang kian

merasuk Pemerintah merespon cepat tindakan yang dianggap sebagai

pemberontakan tersebut Ali Sastroamidjojo mengirimkan pasukan-pasukan untuk

menghalau kaum perjuangan dari kota-kota yang penting15

Dalam usahanya

memulihkan keamanan di Aceh Ali Sastroamidjojo memilih tindakan kekerasan16

Usahanya tidak langsung berbuahkan hasil tetapi melalui beberapa proses Daud

Beureueh yang mundur dari Batee ke Lapang kira-kira sebelah utara Sampoi Niet

Lhok Sukon (Aceh Utara) dalam usaha penyelesaian keamanan menemui jalan

11

Ibid hal197-198 12

M C Ricklefs Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (Jakarta Serambi 2010) hal

514 13

Lihat lampiran XI 14

Ibid hal1 15

Ibid hal514-515 16

Ibid hal162

6

buntu militer yang berlanjut sampai tahun 195917

Pada akhir Mei 1959 dilakukan

upaya akhir yaitu musyawarah antara dewan revolusi dan misi Hardi untuk

mencapai persetujuan leburlah Negara Bagian Aceh dari Negara Islam

Indonesia18

Misi Hardi dengan Keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959

telah berusaha ke arah memenuhi keinginan dan hasrat rakyat Aceh Keputusan

ini telah memberikan hak kepada daerah Aceh untuk memakai sebutan ldquoDaerah

Istimewa Acehrdquo19

Seperti yang telah dijelaskan diatas maka tercetuslah pemberontakan

DITII di Aceh yang dipelopori oleh Tgk M Daud Beureueh pemimpin DITII

Aceh yang tampil sebagai pemegang kekuasaan melalui bdquo‟revolusi sosial‟‟ dan

menjadi gubernur militer Aceh Langkat dan Tanah Karo pada 1948-1950

memimpin pemberontakan melawan kendali Jakarta pada 1953-1962 atas dasar

dua alasan yakni menentang diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatra Utara

dan gagalnya republik melaksanakan hukum Islam20

Pemberontakan Daud

Beureueh bertujuan untuk mendirikan negara Islam Indonesia bukan untuk

mencapai Aceh merdeka karena ia percaya bahwa itulah yang diperjuangkan oleh

orang Aceh sedemikian gigihnya selama revolusi mempertahankan kemerdekaan

Republik Indonesia21

Maka dari itu penulis tertarik untuk membahas sepak

terjang Tgk M Daud Beureueh dalam sebuah proposal berjudul Peran Tgk M

Daud Beureueh Dalam Pemberontakan di Aceh 1953-1962

17

M C Ricklefs OpCit hal515 18

M Nur El Ibrahimy OpCit hal168-171 19

Perkataan ldquoistimewardquo ini menimbulkan associatie-associatie pikiran pada suatu daerah

yang memang benar-benar bersifat ldquoistimewardquo suatu daerah yang berhak luas mengatur hal-hal

dalam setiap bidang pemerintahan Akan tetapi hak yang diberikan isi pada statusistimewa itu

pada hakikatnya bukanlah suatu hal yang luar biasa oleh karena yang diberikan itu hanyalah hak

otonomi yang berpokok pangkal pada undang-undang tahun 1957 sehingga perkataan ldquoistimewa

itu sebenarnya tidak tepat antara nama tidak sesuai dengan isi menurut penafsiran yang lazim

daripada perkataan ldquoistimewardquo Lihat M Nur El Ibrahimy Op Cit hal186 20

Anthony Reid Menuju Sejarah Sumatra Antara Sumatra Antara Indonesia dan Dunia

(Jakarta KITLV amp NUS publising 2010) hal 388-389 21

Ibid hal341

7

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Pasca kemerdekaan terjadi konflik yang disebabkan perbedaan pendapat

antara pemerintah pusat dengan rakyat Aceh Dan agresi Belanda juga terjadi

setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya kembali menggugat serta

memporak-porandakan seluruh Indonesia kecuali Aceh Kenyataan bahwa

Belanda telah mampu menduduki kembali Indonesia ditolak Semangat anti

penjajahan dalam diri rakyat Aceh selalu dipertahankan Pada era Orde Lama

krisis legitimasi di Aceh tidak ditunaikan janji pemerintah pusat berupa penerapan

syariat Islam yang tak terwujud menjadi akar permasalahan Krisis melalui

ketetapan yang berakibat pengalihan kuasa pemerintah Aceh yang berbentuk

provinsi yang terpisah menjadi residen dari provinsi Sumatera Utara Dalam

pengalihan kuasa rakyat masih dapat bersabar namun ketika ideologi dituntut

tidak terpenuhi dan perjuangan tumpah darah rakyat Aceh mempertahankan

kedaulatan tak dianggap akhirnya meletus lah konflik akibat dari kekecewaan dan

sebagai ekspresi kebangkitan rakyat aceh yang merasa harga diri masyarakat Aceh

terlecehkan oleh janji-janji dan iming-iming pemerintah

Dalam penelitian ini terdapat masalah yang telah diidentifikasi oleh

penulis Dan juga sebagai kajian lebih mendalam mengenai konflik yang terjadi

secara vertikal antara rakyat Aceh dengan pemerintah pusat yaitu

1 Terjadinya krisis legitimasi yang disebabkan oleh pengalihan kuasa

dan ideologi yang tidak direalisasikan

2 Pemberontakan pimpinan Tgk M Daud Beureueh atas kendali

pemerintah pusat akibat diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatera

Utara

2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi penulis tentang apa yang dipaparkan diatas maka

penulis membatasi permasalahan yaitu seputar Peran Tgk M Daud Beureueh

dalam Menegakan Syariat Islam di Aceh mengenai pengalihan kuasa dan ideologi

yang tidak direalisasikan Pada saat itu menjadi tahun pemberontakan dalam

8

menentang sikap pemerintah baik dalam mengatur otonomi daerah maupun

menetapkan ideologi suatu negara Adapun batasan tahunnya dimulai dari

perjuangan Tgk M Daud Beureueh pada tahun 1953 sampai kembalinya Tgk M

Daud Beureueh kepangkuan Republik Indonesia pada tahun 1962 Dan

pembatasan subjeknya yaitu terkait pengaruh Islam dan Barat mengenai rakyat

Aceh dan Pemerintah Pusat Serta objeknya mengenai perjuangan Tgk M Daud

Beureueh dalam menegakkan syariat Islam di Tanah Rencong

3 Perumusan Masalah

Dari pemaparan mengenai pemberontakan Tgk M Daud Beureueh dalam

menegakan syariat Islam di Aceh adapun perumusan masalah penelitian ini dapat

dibaca dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut

1 Apa motif yang melatarbelakangi pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

di Aceh

2 Seberapa besar pengaruh Tgk M Daud Beureueh dalam pemberontakan

di Aceh

3 Bagaimana hasil dari perjuangan Tgk M Daud Beureueh dalam

menegakan syariat Islam di Aceh

4 Bagaimana respon pemerintah terhadap pemberontakan Tgk M Daud

Beureueh

5 Apa solusi pemerintah dalam mengatasi pemberontakan di Aceh

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini tujuan yang ingin penulis capai adalah

1 Menjelaskan motif tercetusnya pemberontakan oleh rakyat Aceh terhadap

kendali pemerintah

2 Menjelaskan peran Tgk M Daud Beureueh dalam peristiwa berdarah di

Aceh

3 Mengetahui bentuk usaha atau upaya yang dilakukan rakyat Aceh dalam

menegakan syariat Islam

9

4 Menjelaskan hasil yang dicapai pada pemberontakan DITII dalam

memperjuangankan menegakan syariat Islam di Aceh

5 Menjelaskan respon pemerintah pusat terkait pemberontakan rakyat Aceh

Adapun dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai

berikut

1 Dapat memberikan wawasan dan menambah pengetahuan tentang peran

dan kontribusi Tgk M Daud Beureueh dalam peristiwa berdarah di Aceh

2 Sebagai bentuk khazanah keilmuaan dan pengembangan sejarah keislaman

Nusantara studi kasus Aceh

3 Pembelajaran masa lalu untuk kehidupan dimasa yang akan datang dalam

bentuk nyata sebagai kontribusi positif dari penulis dalam rangka

sosialisasi sejarah Nusantara

4 Memberikan informasi dan data kepada pembaca mengenai peristiwa

berdarah di Aceh

D Kerangka Teori

Fenomena yang terjadi pada pristiwa berdarah di Aceh adalah bentuk

revolusi sosial suatu kelompok oleh rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud

Beureueh yang menginginkan terwujudnya ideologi keagamaan dalam sebuah

Negara Pada kasus ini penulis melihat konflik terjadi karena adanya hukum

sebab-akibat sebab keinginan rakyat Aceh tidak terpenuhi berakibat munculnya

pemberontakan dalam menegakan syariat Islam Dalam sudut pandang teori

kesadaran sejarah hal ini memberikan dampak tantangan kritik pendapat dan

sikap Studi kasus tentang pemberontakan DITII di Aceh terkait teori kesadaran

sejarah memunculkan budaya progresif dalam bidang politik

Seperti pemikiran Marx mengenai etika humanis yang meyakini bahwa

manusia pada hakikatnya baik dan dalam keadaan tertentu yang menguntungkan

akan dapat membebaskan diri dari lembaga-lembaga yang menindas menghina

dan menyesatkan22

Dan untuk mencapai hal tersebut kekerasan dipandang

22

Miriam Budiharjo Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

2008) hal85

10

sebagai alat sah yang harus dipakai Kekerasan dalam kasus peristiwa berdarah ini

dipakai oleh pemerintah pusat yang menganggap pemberontakan Daud Beurueh

sebagai suatu tindakan yang menentang pemerintahan

Bisa dilihat dimensi sosial dari proses politik itu mencakup status dan

peranan elite politik terhadap masyarakat Aceh bagaimana interaksi dalam

perjuangan menegakan syariat islam yang menimbulkan suatu konflik Jadi

menurut analisa penulis ini merupakan suatu pemahaman keyakinan tentang Neo

Fundamentalisme Islam yang lebih menitik beratkan pada cita-cita ideologi

politik yaitu sebagai berikut

1 Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber 16 paling otoritatif

2 Skriptualis (tulisan) literalis tekstualis

3 Negara Islam sebagai cita-cita politik tentang berdasar pada syariat

Islam

4 Anti modernisme Barat demokrasi dan ideologi-ideologi lainnya

Pemahaman ini bersifat frontal yang mengarah pada kekerasan yang

melahirkan ideologi baru yang bernama Ideologi Negara IslamrarrNon

ParlementerrarrTarbiyah23

Maka dari itu berdasarkan penjelasan diatas penelitian ini ingin menguji

teori paradigma perubahan sosial dengan pendekatan konflik seperti yang

dikemukakan oleh T Persons dan N Smelzer mengatakan bahwa masyarakat

dikonsepsikan sebagai sistem yang mempunyai fungsi adaptasi integrasi

mempertahankan diri dan member orientasi tujuan Hal tersebut mencakup ide

masyarakat dengan adanya proses adaptasi untuk menghadapi pengaruh faktor

eksogen dan endogen maka tetap ada dinamika sosial Kerangka teoritis tersebut

juga menonjol dalam studi perubahan sosial sebagai bentuk perkembangan

Masalah sosial yang terjadi adalah kekecewaan penindasan dan ketidaktulusan

pusat dalam menjalankan sistem pemerintahan

23

Tarbiyah Takfiri adalah dimana mulai mengkafirkan apa-apa yang berasal dari barat

Hal ini menjadi dasar pemikiran gerakan salafi dan jihadi

11

E Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah dan metode yang akan

digunakan didalam penyusunan penelitian ini adalah metode historis yang bersifat

deskriptif analisis Metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara

kritis sumber data baik itu sumber primer Ensiklopedi Artikel Jurnal Majalah

Surat Kabar yang sezaman ataupun sumber sekunder seperti buku-buku24

Data

yang diperoleh tersebut disusun secara teratur dan sistematis lalu dianalisis secara

kualitatif Kemudian poin-poin yang autentik ditulis dan dipaparkan sesuai

bentuk kejadian suasana dan masanya Adapun analisa faktor-faktor politik

menjadi faktor pendukung

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencapai penulisan sejarah oleh

karena itu upaya merekonstruksi masa lampau dari obyek yang diteliti

menggunakan metode historis yang bersifat deskriptif analisis Dengan

menggunakan metode ini melalui pemaparan penulis diharapkan dapat membantu

untuk mengetahui fakta dan sejarah mengenai peran Tgk M Daud Beureueh

dalam pemberontakan di Aceh 1953-1962 Adapun dalam melakukan penelitian

ini penulis menggunakan metode historis25

yaitu

1 Heuristik kegiatan untuk mencari data atau pengumpulan bahan-bahan

atau sumber sejarah Hal ini merupakan tahap awal yang harus dilakukan

Adapun dalam pengumpulan data-data dan sumber yang akan digunakan

dalam membuat skripsi ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan

library research Dalam kaitannya dengan sumber-sumber seperti arsip

jurnal ensiklopedi artikel majalah surat kabar dan buku-buku penulis

mencari sumber dengan mengunjungi beberapa perpustakaan seperti

perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta perpustakaan

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

perpustakaan Nasional Arsip Nasional perpustakaan UI melalui toko

buku di wilayah Jakarta Tangerang dan Depok serta melalui katalog-

katalog dan website Selain itu penulis juga menggunakan buku-buku

koleksi pribadi yang berhubungan dengan kajian penelitian ini

24

Louis Gottschalk Mengerti Sejarah (Jakarta UI Pers 1975) hal32 25

Dudung Abdurahman Metode Penelitian Sejarah (Jakarta Logos 1999) hal54

12

2 Verifikasi setelah melakukan heuristik atau pengumpulan sumber-sumber

baik dalam bentuk artefak hasil-hasil dari persitiwa bersejarah ataupun

melalui dokumen-dokumen tertulis yang merupakan rekaman peristiwa

maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah kritik sumber26

Kritik sumber adalah usaha untuk mendapatkan sumber-sumber yang

relevan dan terbukti keaslian sumber Otentiksitas dangan pembahasan

sejarah yang ingin disusun sesuai dengan tema kajian Disini penulis

melakukan kritik sumber melalui pengujian data yaitu tampilan sumber

eksternal dan isi sumber internal Dengan mengidentifikasi keaslian

sumber otentik dan keabsahan tentang kesahihan sumber kredibilitas Baik

sumber primer dan sekunder penulis melakukan pengujian data untuk

mendapatkan hasil yang maksimal

3 Interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut juga dengan analisis

sejarah Dalam sumber terkait peristiwa berdarah di Aceh penulis

menggunakan studi komparatif yaitu menganalisis sebagian besar sumber

melalui buku-buku memaparkan Tgk M Daud Beureueh sebagai

pemberontak hal ini bertolak belakang dengan pemikiran penulis bahwa

ini adalah peristiwa perjuangan Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk

penulis Tujuannya agar data yang ada mampu untuk mengungkap

permasalahan yang ada sehingga diperoleh pemecahannya dalam sudut

pandang berbeda atau dua sisi27

4 Historiografi tahap ini adalah tahap yang terakhir dalam metode historis

Setelah melakukan tahap heuristik verifikasi dan interpretasi selanjutnya

historiografi Dengan menulis pemaparan atau laporan hasil penelitian

dalam suatu urutan yang sistematik yang telah diatur dalam pedoman

penelitian Dalam hal ini penulis berusaha menyusun penelitian ini

berdasarkan kronologi waktu dan tema-tema tertentu yang akhirnya isi inti

dari penelitian atau klimaks dari penelitian ini Tahap ini merupakan

rangkaian dari keseluruhan teknik metode pembahasan

26

Ibid hal 35-37 27

Louis Gottschalk Op Cit hal 54

13

F Tinjauan Pustaka

Untuk mendapatkan hasil yang dikehendaki sesuai dengan topik

permasalahan penulis mencari beberapa literature terkait pemberontakan rakyat

Aceh khususnya peran Daud Beureueh dalam menegakan syariat Islam namun

tidak banyak sumber-sumber dalam artikel majalah dan surat kabar yang

memberikan informasi secara detail mengenai peristiwa berdarah tersebut Dalam

kaitannya dengan judul penelitian ini ingin menyajikan hasil penelitian yang

menjadi pembahasan pokok dalam berbagai literature yang ada Adapun beberapa

literature yang dijadikan tinjauan pustaka sebagai berikut

Melalui artikel majalahsurat kabar Kabinet dan Aceh oleh pembantu-

CHAS yang dimuat dalam majalah Dalam Negeri WAKTUrdquo No41 tanggal 7

November28

Mengurai informasi tentang bagaimana pemerintah pusat seakan

menutupi penyebab meletusnya peristiwa berdarah di Aceh dengan

mengesampingkan alasannya yang lebih diungkapkan adalah mengenai

pemberontakan yang terjadi pada peristiwa berdarah yang banyak menelan korban

di kalangan rakyat Aceh Dan mengenai Cumbok Affairs pemerintah pusat

menganggap kesalahan terjadi pada pertentangan yang terjadi antara PUSA

dengan kaum hulu balang Dalam beberapa pemaparan majalah Dalam Negeri

tersebut penulis melihat informasi dan data yang disajikan lebih mengarah pada

pembelaan terhadap PUSA dibanding terhadap pemerintah pusat

Sama halnya dengan artikel majalahsurat kabar yang berjudul Tentang

soal memulihkan keamanan di Atjeh yang terbit WAKTUrdquo No23 tanggal 25 djuni

1955 Memaparkan tentang bagaimana keamanan di Aceh yang belum terkendali

Hal itu terlihat pada bantuan militer terhadap pamong praja untuk mematahkan

pemberontakan Daud Beureueh Berbeda dengan sebelumnya artikel

majalahsurat kabar yang berjudul Karena keterkaitan Ideologis yang ditulis oleh

Taufik Abdullah melalui Panji Masyarakat No419 Jika dikaitkan dengan

28

Dalam artikel majalahsurat kabar ini untuk tahun penerbitan tidak terlihat hal itu

dikarenakan karena sumber yang ada sangat rentan dan penulis menemukan sebagian teks hilang

terjadi akibat pengalihan dari sumber nyata yang di scan dan dipublikasikan via website online

Terlepas dari sisi eksternalnya untuk kritik internalnya artikel majalahsurat kabar Dalam Negeri

ini menggunakan penulis masih terkendala dalam menganalisa karena bahasa yang digunakan

bahasa yang berada di jaman sebelum dan pasca kemerdekaan

14

penelitian penulis melihat kasus Aceh sebagai perjuangan pengalihan kuasa dan

ideologi keagamaan Pemaparan lebih detail dijelaskan oleh Taufik Abdullah

mengenai pilar-pilar kepemimpinan sikap masyarakat Aceh yang bersifat

spontanitas dan enthusiasme

Dalam literature yang lain penulis menemukan beberapa buku yang

mendukung permasalahan dari topik ini M Nur El Ibrahimy Tgk M Daud

Beureueh perananya dalam pergolakan di Aceh Jakarta Gunung Agung 1982

Dalam buku ini membahas peranan Daud Beureueh dalam pemberontakan yang

terjadi di Aceh dimulai dari sebabnya sumbangan rakyat Aceh kepada pendirian

Republik serta terkait pristiwa berdarah secara kronologis Dalam buku ini juga

membahas biografi singkat mengenai Daud Beureueh

Semangat Merdeka 70 tahun menempuh jalan pergolakan amp perjuangan

yang ditulis oleh A Hasjmy 1985 adalah sebuah buku yang memuat perjalanan

A Hasjmy juga peristiwa sejarah yang terjadi kurun waktu 70 tahun penulis

Banyak peristiwa-peristiwa sejarah yang tercatat dibuku ini selama perang

kolonial melawan Belanda dan berbagai pergolakan politik di Aceh seperti

pertempuran dan pemberontakan juga disajikan lengkap dibuku ini Komentar

komentar dan analisa analisanya terhadap pembahasan juga melengkapi kisah

perjalanan hidup penulis dalam kancah pergolakan di Aceh Adapun kisah

pemberontakan terhadap tentara Jepang Pergerakan PUSA Gema Proklamasi di

Aceh sampai kepada bagaimana tentara Aceh mempertahankan kemerdekaan RI

merupakan sebagaian dari banyak kisah sejarah lainnya yang dikemukakan Oleh

Hasjmy Termasuk juga kisah dalam penahanannya dalam penjara oleh

pemerintahaan RI yang disebabkan oleh diproklamirkannya Darul Islam (DI) di

Aceh oleh Tgk M Daud Beureueh

Penulis juga melakukan perbandingan pada tiap literature yang ada

Seperti dalam buku Memahami Sejarah Konflik Aceh yang ditulis oleh Mr S M

Amin yang diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia Jakarta 2014

Bertentangan dengan buku Sejarah dan dokumen-dokumen pemberontakan di

Atjeh oleh Alibasjah Talsya Mr S M Amin ingin memberikan informasi kepada

pembaca dalam sudut pandang yang berbeda Peristiwa berdarah di Aceh

15

dilihatnya sebagai suatu perjuangan dalam menegakan ideologi keagamaan Hal

ini bertujuan untuk memberikan dan memperkaya pembaca mengenai studi kritis

dalam sejarah Aceh maupun sejarah Indonesia diawal berdirinya republic ini

G Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman secara keseluruhan skripsi ini terbagi

dalam lima bab Adapun susunan skripsi ini adalah sebagai berikut

BAB I Merupakan pendahuluan yang meliputi penjabaran singkat

mengenai permasalahan yang menjadi fokus kajian identifikasi

masalah batasan dan rumusan masalah tujuan dan manfaat

penelitian kerangka teori metode penelitian tinjauan pustaka

serta sistematika penulisan

BAB II Membahas biografi Tgk M Daud Beureueh dari mulai lingkungan

keluarga riwayat pendidikan dan karya-karyanya dalam berbagai

bentuk dari masa pra-kemerdekaan kemerdekaan dan pasca

kemerdekaan

BAB III Membahas lebih mendalam mengenai peranan Tgk M Daud

Beureueh dalam pemberontakan untuk menegakan syariat Islam di

Aceh Baik kedudukan sikap dan kontribusi nyatanya dalam

konflik yang disebut juga sebagai peristiwa berdarah di Aceh

BAB IV Membahas mengenai pemberontakan yang menjadi peristiwa

berdarah di Aceh Baik melalui upaya-upayanya dan hasil

perjuangan dalam bentuk perubahan sosial dengan menggunakan

pendekatan konflik Serta respon pemerintah pusat melalui

kebijakan-kebijakannya terhadap perjuangan masyarakat Aceh

yang dipimpin oleh Daud Beureueh

BAB V Berisikan penutup yang terdiri atas kesimpulan mengenai jawaban

permasalahan penelitian dan saran sebagai masukan terhadap

penelitian

16

BAB II

BIOGRAFI TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH

A Lingkungan Keluarga

Teungku Muhammad Daud Beureueh aslinya bernama Muhammad

Daud29

Ia dilahirkan pada tanggal 17 September 189930

di kampung Beureueh

Beureuneun atau yang sekarang termasuk Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie

Daerah Istimewa Aceh31

Daud Beureueh adalah salah satu tokoh ulama besar di

Aceh ia juga merupakan tokoh kontroversial yang populer dikalangan masyarakat

Aceh dalam perjuangannya mengibarkan serta menegakan panji-panji Islam di

bumi Aceh akibat rasa ketidakpuasannya atas pemerintahan Soekarno32

Ketika semasa hidupnya dihabiskan di Aceh dari situlah Daud Beureueh

dikatakan sebagai anak Aceh tulen Seperti dalam sebuah karangan yang ditulis

oleh Anggraini dalam majalah Indonesia Merdeka No214 yang terbit di

Banjarmasin pada tanggal 1 oktober 1953 berjudul ldquoSiapa Teungku Daud

Beureueh bekas Gubernur Aceh yang memberontakrdquo Menjelaskan mengenai

nama asalnya Muhammad Daud yang diberikan orang tuanya sejak lahir33

Gelar

Teungku34

berasal dari masyarakat Aceh merupakan sebutan yang diberikan

kepada ulama Aceh atau sebutan kepada setiap orang yang dihormati35

Sedang

tambahan bdquoBeureueh‟ adalah nama tempat kampung kelahirannya Penamaan ini

29

Harun Nasution dkk Op Cit hal202-203 30

Menurut A Hasjmy dalam buku Ulama Aceh Pejuang Kemerdekaan dan

Pembangunan Tamadun BangsaTgk M Daud Beureueh lahir dalam tahun 1316 Hijriah atau

sekitar tahun 1896 Masehi seperti yang dipaparkan dalam Ensiklopedi Islam Indonesia yang

disusun oleh Harun Nasution dkk 31

A Hasjmy Op Cit hal119-120 32

HM Bibit Suprapto Ensiklopedi Ulama Nusantara (Jakarta Gelar Media Indonesia

2009) hal231-323 33

El Ibrahimy Op Cit hal221-222 34

Sekedar info berbeda dengan Teungku (tgk) Sebutan Tengku adalah titel

kebangsawanan di Sumatera Timur Teuku adalah titel kebangsawanan di Aceh sedangkan

Tuanku adalah titel Sultan Aceh dan turunannya atau sebagai sebutan sultan-sultan di Sumatera 35

Anthony Reid Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera

(Jakarta Pustaka Sinar Harapan 1987) hal 12-17

17

adalah suatu kebiasaan pada sebagian masyarakat di Sumatera yang menaruhkan

nama kampungnya ke dalam namanya36

Jika dianalisa lebih mendalam mengenai Muhammad Daud nama yang

diberikan kedua orang tuanya adalah dua nama Nabiyullah yang diberikan kitab

Al Qur‟an dan Zabur Dari penamaan yang diberikan penulis berasumsi bahwa

keinginan kedua orang tuanya adalah menjadikan Daud Beureueh sebagai ulama

sekaligus mujahid37

yang siap membela menyebarkan mengibarkan dan

menegakan panji-panji yang berdasar pada syariat Islam Dilihat dari lingkungan

hidupnya Daud Beureueh tumbuh dan besar dilingkungan religius yang sarat

dengan nilai-nilai Islam38

Dan ketika memasuki masa dewasa di bawah bayang-

bayang keulamaan ayahnya yang sangat kuat yang mengilhami jejak hidupnya

Ayahnya bernama Teungku Ahmad yang pada waktu itu menjadi Keucik

(lurah) Kampung Beureueh Ayahnya merupakan seorang ulama yang

berpengaruh dikampungnya mendapat gelar dari masyarakat setempat dengan

sebutan bdquoImeuem‟ (imam) Beureueh Ibunya bernama Aminah Menurut A

Hasjmy dikatakan bahwa kakek Teungku Muhammad Daud Beureueh berasal dari

Kerajaan Pattani Darussalam namanya Haji Muhammad Adami39

Sementara

Daud Beureueh sendiri beristrikan tiga orang Istri yang pertama bernama

Teungku Cut Halimah atau sering dipanggil Mi Usi darinya dikaruniai tujuh

orang putraputri Istri yang kedua bernama Teungku Asma dipanggil Mi Paleue

darinya dikaruniai tiga orang putraputri Istri yang ketiga bernama Cutnyak

Asiyah terkenal dengan panggilan Mi Beureueh dikaruniai seorang putra yang

bernama Hatta jika diakumulasikan semuanya berjumlah sebelas orang

putraputri40

Daud Beureueh melalui anak tertuanya Teungku Maryam

mempunyai anak yaitu cucunya yang bernama Nila Inangda Mayang Keumala

36

El Ibrahimy Op Cit hal 222-223 37

Mujahid adalah orang yang berjuang demi membela agama Islam Sumber melalui

httpkbbiwebidmujahid di akses pada tanggal 31 Januari 2016 Pukul 1337 WIB 38

Nilai-nilai Islam yang dimaksud terlihat dimana ketika Maghrib tiba Hikayat Perang

Sabil selalu dikumandangkan di setiap meunasah (masjid kampung) Ibid hal 337-338 39

Kerajaan Pattani Darussalam adalah kerajaan Islam Melayu yang terletak di ujung

paling utara Semenanjung Tanah Melayu dan setelah dijajah Siam sekarang menjadi Thailand

Selatan A Hasjmy melalui bukunya yang berjudul ldquoUlama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan

dan Pembangunan Tamadun Bangsardquo hal120 40

A Hasjmy Op Cit hal120-121

18

yang bersuamikan Tan Sri Sanusi Junit41

telah mempersembahkan cicit untuk

Daud Beureueh Tidak banyak literature yang dapat penulis gali mengenai

keluarga Daud Beureueh baik mengenai keluarga lingkungan ataupun orang

terdekatnya

Ketenaran tokoh di Aceh senantiasa melekat pada kharisma kampungnya

Kampung adalah sebuah entitas politik42

yang pengaruhnya ditandai dengan

tokoh-tokoh perlawanan Hal ini terjadi akibat cita-cita yang belum tercapai Jika

dikaitkan dengan tempat tinggalnya Daud Beureueh berasal dari tanah Aceh

tepatnya didaerah Pidie Orang-orang Pidie terkenal berwatak keras ulet dan suka

merantau Mungkin sekali bila penulis katakan karena watak orang Pidie

demikian rupa maka Daud Beureueh tumbuh menjadi manusia yang keras dan

ulet hal ini terlihat juga setelah ia menjadi pemimpin umat43

Terlebih lagi Daud

Beureueh mendapatkan gelar Teungku adalah karena ia ulama yang berasal dari

rakyat jelata Jelaslah kemauan keinginan dan pendiriannya yang kuat yang

membuat Daud Beureueh sangat disegani oleh masyarakat Aceh44

B Riwayat Pendidikan

Dalam riwayat pendidikannya Daud Beureueh memperoleh pendidikannya

dari lembaga pendidikan tradisional45

Sebelum membahas hal itu lebih jauh

penulis ingin mencoba memaparkan sedikit mengenai sejarah pendidikan Islam di

41

Tri Sri Dato‟ Seri Sanusi Junid atau suami dari cucu Daud Beureueh yaitu Nila Inangda

Keumala lahir 10 Juli 1943 adalah tokoh politik Malaysia yang menjabat sebagai Menteri

Pembangunan Negara dan Luar Bandar pada tahun 1981 Menteri Pertaninan sewatu berumur 38

tahun pada tahun 1986 Dan Tan Sri Sanusi menjadi Menteri Besar Kedah Darul Aman yang

ketujuh pada tahun1996-1999 Sumber melalui httpmkompasianacomdandibachtiartan-sri-

sanusi-junid-putra-aceh-yang-jadi-menteri-di-malaysia_550e5dcaa33311b82dba8166 diakses pada

tanggal 31 januari 2016 Pukul 1541 WIB 42

Entitas politik adalah wujud politik Jika dikaitkan dengan dengan entitas budaya

menurut Kuntjaraningrat Analisa penulis mengenai penelitian ini adalah sebagai bentuk entitas

ideal yaitu merupakan kompleks dari ide-ide gagasan nilai-nilai norma-norma dsb Jelas

kaitannya dalam kasus perjuangan ini adalah terkait nilai-nilai keagamaan dalam menegakan

syariat Islam di Aceh Sumber melalui httpkbbiwebidentitas di akses pada tanggal 31 Januari

2016 Pukul 1730 WIB 43

Bukti dari sifatnya yang keras dan tegas terlihat ketika dalam suatu khotbah Jum‟at di

Masjid Raya Kutaraja dalam mengupas Islam dengan komunis Daud Beureueh sangat militant

tegas dan enteng dalam menyampaikan vonis haram dan kafir terhadap orang yang tidak

disukainya dalam kasus ini disebutkan untuk menjauhkan kaum Muslimin dari PKI 44

El Ibrahimy Op Cit hal 222 45

Harun Nasution Op Cit hal 202

19

Aceh Pendidikan Islam yang berlandaskan ayat-ayat Al Qur‟an adalah rasa

kesadaran beriman dan beramal salih yang berdasarkan ilmu pengetahuan

sehingga manusia menjadi makhluk sosial yang menghayati ajaran-ajaran Islam

dalam kehidupannya46

Baik dalam kehidupan politik ekonomi ataupun dalam

kehidupan sosial Dengan berpedoman ayat-ayat Al Qur‟an pendidikan Islam

bertujuan untuk

a Membina manuslia Muslim yang beriman dan beramal salih sehingga

memenuhi syarat untuk menjadi Khalifah Allah di atas bumi yang

bertugas memakmurkan dunia raya47

b Membina manusia Mukmin yang beramar makruf dan bernahi

mungkar sehingga mereka memiliki syarat-syarat untuk ditampilkan

menjadi umat pilihan di depan mata dunia48

c Membina Jama‟ah Ansarullah yang bertugas melaksanakan Dakwah

Islamiyah dengan hikmah kebijaksanaan dan ajaran-ajaran yang indah

sebagai syarat mutlak bagi kaum Muslimin untuk menjadi umat yang

beruntung dan mendapat kemenangan49

d Membina angkatan Dakwah yang tugasnya bejihad membela rakyat

melarat yang tertindas dengan segala daya dana dan jiwa sebagai

syarat mutlak untuk mendapat ampunan Allah dan kemenangan di

dunia dan di akhirat50

Pengertian dan tujuan pendidikan Islam ini merupakan hal penting ketika

kita mengenyam pendidikan Islam dimanapun51

Selain itu mengetahui

pengertian dan tujuan bermanfaat untuk mengkaji mengenai suatu penelitian

terkait pendidikan yang dalam kasus ini penulis akan mencoba untuk

menjelaskannya Seperti yang dijelaskan dalam berbagai literature Daud

Beureueh tidak mengalami masa-masa usia sekolah atau tidak masuk sekolah ke

lembaga pendidikan resmi yang dibuat Belanda seperti Volkschool Goverment

46

Landasan QS Al Alaq 1-5 dan At Taubah 122 47

Landasan QS An Nur 55-56 48

Landasan QS Ali Imran 110 49

Landasan QS Ali Imran 104 dan An Nahl 125 50

Landasan QS An Nisa 74 dan Ash Shaf10-12 51

A Hasjmy Bunga Rampai Revolusi dari Tanah Aceh (Jakarta Bulan Bintang 1978)

hal 51-53

20

Indlandsche School atau HIS52

Hal tersebut dikarenakan banyak putraputri Aceh

tidak diizinkan orangtuanya untuk memasuki sekolah-sekolah yang didirikan oleh

bdquokaphe‟53

terutama untuk putraputri ulama Dan terlebih lagi masih sangat

kuatnya anti penjajahan dan gema berkumandangnya Hikayat Perang Sabil54

Hal

ini membuktikan bahwa tidak benar yang dikatakan ldquopengamatrdquo yang mengatakan

bahwa orang Aceh jaman penjajahan anti ilmu pengetahuan melainkan yang

benar bahwa rakyat Aceh saat itu dan bahkan sampai sekarang anti penjajahan

seperti yang diterangkan oleh A Hasjmy dalam bukunya Ulama Aceh Mujahid

Pejuang Kemerdekaan dan Pembangunan Tamadun Bangsa

Walaupun Daud Beureueh dan masyarakat Aceh baik dikalangan ulama

maupun rakyat jelata tidak memasuki lembaga pendidikan yang didirikan kaum

penjajah namun mereka tidak ldquobuta hurufrdquo dan juga tidak ldquobuta ilmurdquo karena

mereka mendapat pendidikan di pusat-pusat pendidikan seperti pesantren

madrasah seperti dayahzawiyah55

Jika dikaji lebih dalam pendidikan yang

bernama dayahzawiyah berdiri ketika masa Kerajaan Islam Perlak sebagai

Kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara Hal ini merupakan upaya utama yang

dilakukakan dengan mendirikan tempat-tempat pendidikan bagi putraputri

negara dalam rangka mempunyai pengetahuan yang luas Ini merupakan perintah

Sultan56

untuk memberi pengetahuan yang luas melalui bidang pendidikan Dan

masa itu pendidikan dayahzawiyah diajarkan oleh ulama-ulama yang juga

mempunyai pengetahuan yang luas

52

Volkschool atau yang dikenal sekolah desa selama tiga tahun muncul sekitar tahun

1915 ketika jaman penjajahan Belanda diperuntukkan bagi anak-anak peribumi yang tinggal di

desa-desa Motif pembangunan sekolah ini adalah ekonomi Sumber melalui

httpwwwjakartagoidwebencyclopediadetail3515volkschool diakses pada tanggal 31 Januari

2016 Pukul1952 WIB Goverment Indlandsche School adalah sekolah rakyat lima tahun A

Hasjmy Op Cit Sedangkan HIS adalah sekolah dasar selama tujuh tahun dengan bahasa Belanda

sebagai pengantar diperuntukkan untuk anak-anak pribumi Sumber melalui Anthony Reid Op

Cit hal 13 53

Kaphe adalah sebutan kafir oleh masyarakat Aceh untuk Belanda atau penjajah 54

Hikayat Perang Sabil merupakan syair perang sabil yang ditulis dan disebarkan pada

waktu perlawanan anti-Belanda Anthony Reid Menuju Sejarah Sumatera Antara Indonesia dan

Dunia (Jakarta KITLV 2011) hal 338 55

El Ibrahimy Op Cit hal 221-222 56

Hal yang melatarbelakangi pendidikan masa itu adalah ketika itu Ayah Sultan sangat

mementingkan pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk putranya hal itu terlihat dari pemikiran

Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah yang juga mementingkan pendidikan dan ilmu

pengetahuan terinspirasi dari ayahnya

21

Setelah berdiri banyak tempat-tempat pendidikan yang bernama zawiyah

dalam Kerjaan Islam Perlak pada akhir abad ke-3 H atau abad ke-10 M

Berdirilah pendidikan Islam yang bernama ldquoZawiyah Cot Kalardquo didirikan oleh

pangeran Muhammad Amin yang sekaligus merupakan seorang ulama atau lebih

dikenal dengan nama Teungku Chik Cot Kala Kata-kata ldquozawiyahrdquo seiring

perkembangan jaman berubah sebutan menjadi ldquodayahrdquo menjadi ldquoDayah Cot

Kalardquo57

Mempunyai akar sejarah dalam bidang pendidikan yang kuat

memunculkan upaya yang dilakukan Kerajaan Aceh Darussalam untuk menyusun

lembaga-lembaga pendidikan yand disesuaikan dengan system dan organisasi

pendidikan atau pengajaran yang disusun oleh Perdana Menteri Nizamuddin dari

Daulah Abbasiyah sekitar abad ke-16 M dan seiring perkembangan pendidikan di

Aceh membawa ajaran wajib dalam rangka membasmi buta huruf tadan buta ilmu

Adapun tingkatan pendidikan di Aceh sekitar abad ke-17 M adalah sebagai

berikut

a Meunasah atau madrasah yaitu sekolah permulaan yang sama dengan

sekolah dasar Didirikan ditiap-tiap kampung atau desa untuk

mengajar murid-murid menulis dan membaca huruf Arab

b Rangkang melalui Masjid sebagai pusat segala kegiatan umat ini

merupakan pendidikan tingkat menengah pertama atau yang dikenal

dengan nama Madrasah Tsanawiyah Diajar mengenai fiqh atau hukum

Islam58

c Dayah dapat disamakan dengan Sekolah Menengah Atas atau

Madrasah Aliyah Dalam tingkatan ini murid-murid diajarkan

mengenai kitab-kitab dan kajian fiqh lebih mendalam

d Dayah Teungku Chik atau yang disebut Dayah Manyang disamakan

dengan akademik Teungku Chik artinya guru besar Diajarkan

mengenai pelajaran tentang bahasa fiqh hukum Islam sejarah ilmu

manthiq tauhid tasawuf ilmu falak tafsir hadits

57

Ibid hal 51-56 58

Diajar mengenai hukum islam yaitu tentang rubuk ibadah tauhid tasawuf sejarah Islam

dan umum dan bahasa Arab Melalui buku-buku berbahasa Melayu dan Arab

22

e Jami‟ah Baiturrahman setara dengan tingkatan universitas mempunyai

ldquoDaarrdquo atau fakultas Di ajar oleh guru-guru besar ulama atau sarjana

dari Aceh maupun didatangkan dari Arab Turki Persia dan India59

Kembali dalam fokus kajian mengenai pendidikan Daud Beureueh Dalam

pusat-pusat pendidikan yang bernama dayahzawiyah Daud Beureueh dan ulama

sejaman mempelajati baca tulis Arab dan pengetahuan Agama Islam Dalam

riwayat pendidikannya dari beberapa dayah terkemuka di Tanah Aceh Daud

Beureueh menimba ilmu pengetahuan bahasa Arab terutama sekali ilmu-ilmu

syariat dan hakikat serta ilmu-ilmu lain yang erat hubungannya dengan

pengembangan dan pembinaan Islam dalam melahirkan ulama besar dan

pemimpin rakyat60

Pada mulanya Daud Beureueh belajar di Pesantren Titeue

yang dipimpin oleh Tgk Muhammad Hamid selama satu setengah tahun

kemudian pindah ke Pesantren Lie Leumbeue dibawah pimpinan Tgk Ahmad

Harun yang terkenal dengan sebutan Teungku di Tenoh Mirah Setelah empat

setengah tahun belajar ia keluar sebagai ulama tulen atau tempaan pesantren

sejati Setelah lulus Daud Beureueh menikah dengan Tgk Halimah di kampung

Usi Meunasah Dayah Pada tahun 1930 ia membentuk Jami‟ah Diniyah dan

kemudian mendirikan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli Ini

merupakan pengembangan dari lembaga pesantrennya Dan sejak itu Daud

Beureueh mulai terkenal dengan gelar ldquoTeungkurdquo di kampung Usi Meunasah

Dayah61

62

Setelah Daud Beureueh mendirikan kedua lembaga pendidikannya

kemudian ia menjadi pemimpin dalam mempelajari ldquohuruf latinrdquo sehingga teman

ulama sejamannya menjadi pandai membaca dan menulis huruf Ilmu itu mereka

dapat ketika memasuki usia sekolah dalam lembaga pendidikan resmi yang

didirikan oleh Belanda yaitu Government Inlandsache School di kota kecil

59

A Hasjmy Op Cit hal 63-71 60

A Hasjmy Op Cit hal 121-123 61

Harun Nasution dkk Op Cit hal 202 62

Pada mulanya kebanyakan penduduk kampung Usi menganut kepercayaan suluk yang

bersumber kepada ajaran-ajaran Al Hallaj yang terkenal dalam sejarah ilmu Tasawuf Mereka

bertekad bahwa Allah Muhammad dan Adam hakikatnya adalah satu ibarat kain benang dan

kapas Dengan petunjuk-petunjuk yang terus menerus dari Tgk M Daud Beureueh kebanyakan

mereka telah kembali ke jalan yang benar Sumber melalui M Nur El Ibrahimy dalam bukunya

ldquoTgk M Daud Beureueh Peranannya Dalam Pergolakan di Acehrdquo hal 222

23

Seulimeum Dikatakan oleh Anthony Reid Tgk M Daud Beureueh tahun 1910-

1946 mendapatkan pendidikannya pada Europese School di Sigli Dan hal itu

yang dianggap Anthony Reid bahwa Daud Beureueh lebih bersifat ke Eropaan

dibanding uleebalang lainnya63

C Karya-karyanya

Dalam hal ini sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam mengenai

karya-karya Tgk M Daud Beureueh Disini penulis membagi karya-karyanya

menjadi 3 bagian yaitu pertama pemikiran merupakan hasil dari manusia tak

jarang manusia yang berfikir menghasilkan pemikiran-pemikiran yang bermanfaat

bagi kemajuan jaman namun dalam menerapkan pemikiran tersebut banyak

tantangan yang harus dihadapi Bukan mengenai tantangan tersebut tapi

bagaimana hal itu menjadi pecutan semangat untuk menghadapi tantangan jaman

yang mencoba melawan arus manusia

Dalam kasus ini jelas pemikiran Daud Beureueh merupakan pemikiran

politik yaitu menciptakan konsep Negara Islam Indonesia di Aceh64

Islam

sebagai dasar Negara dan Syariat Islam sebagaimana diperintahkan Allah SWT

Dan dijalankan oleh Rasulullah SAW Tantangan yang dihadapi dalam

mewujudkan pemikirannya adalah pemerintah pusat Pemerintah menganggap

pembentukan negara Islam ini adalah suatu tindakan pemberontakan dan

menentang terhadap kebijakan pemerintah Dan hasil dari pemikiran ini maka

tercetuslah Republik Islam Aceh (RIA)65

berdiri pada 15 Agustus 1961 Tetapi

tidak lama berselang setelah perundingan antara Daud Beureueh dengan pihak

pemerintah Indonesia akhirnya tercapailah rumusan yaitu bahwa di Aceh dibentuk

sebagai Daerah Istimewa Aceh (DISTA) dengan penerapan syariat Islam dengan

batas-batas yang diperbolehkan oleh perundang-undangan republik Indonesia

Sebelum pada akhirnya Aceh kembali kepangkuan Negara Kesatuan Republik

Indonesia dan bagian dari NKRI66

63

Ibid hal 350 64

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 200-205 65

RIA akhirnya berhenti pada bulan juli akibat dari propaganda pemerintah pusat dan

perpecahan dalam kubu DITII 66

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 205-208

24

Kedua adalah bentuk melalui karyanya Daud Beureueh membentuk

Jami‟ah Diniyah dan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli Ini

adalah bentuk nyata bagaimana Daud Beureueh ingin memberikan sesuatu yang

bermanfaat bagi penerus dalam bidang pendidikan Jika dikaji melalui pemikiran

pembaharuan dalam dunia Islam menurut At Tahtawi (1801-1873) kaitannya

dengan Daud Beureueh ini adalah bentuk yang lebih spesifik Karena Menurut At

Tahtawi untuk menuju kesejahtraan ialah dengan berpegang kepada agama dan

budi pekerti yang baik Dan menganjurkan pendidikan yang universal Tujuan

pendidikan menurut pendapatnya mencakup kecintaan kepada bangsa dan At

Tahtawi juga berpendapat ulama harus mengetahui ilmu-ilmu modern agar

mereka dapat menyesuaikan syariat dengan kebutuhan zaman modern67

Hal ini

terlihat pada Daud Beureueh yang mempelajari huruf latin untuk menambah

pengetahuannya yang lebih luas

Menurut pandangan James Siegel antropolog Amerika anggota

Departement of Antrophology di Cornel University mengenai Daud Beureueh

yang dianggap sebagai ulama yang berani (militant) dan reformis dari sejarah

Aceh James Siegel mengatakan bahwa Daud Beureueh pernah bersedia

membantu mengerjakan obyek-obyek yang bermanfaat bagi umum dengan

menyediakan diri sebagai alat dalam usaha membangun masjid perbaikan dan

pembuatan jalan-jalan memperbaiki saluran-saluran Irigasi68

Ia juga termasuk

uleebalang yang kaya dan paling giat dalam membuka perkebunan kopi di Tangse

sekitar tahun 1930-an untuk membantu perekonomian masyarakat sekitar69

67

Taufik Abdullah Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Pemikiran dan Peradaban

(Jakarta PT Ichtiar Baru Van Hoeve 2002) hal 397-398 68

El Ibrahimy Op Cit hal 228-235 69

Anthony Reid Op Cit hal 350

25

BAB III

PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM

PEMBERONTAKAN DI ACEH

A Pembentukan Darul Islam Tentara Islam Indonesia di Aceh

Perjuangan Daud Beureueh menegakan syariat Islam di Aceh terjadi pada

masa Era Orde Lama 1953-1962 telah menimbulkan peristiwa berdarah atau yang

lebih dikenal dengan pemberontakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia Aceh

(DITII Aceh) Meletus pada 20 september 195370

perjuangan untuk menciptakan

negara Islam di Aceh sebagai suatu negara bagian dari Negara Islam Indonesia

Pembentukan negara Islam yang berlandaskan kepada pelaksanaan syariat Islam

adalah cita-cita Daud Beureueh Pemberontakan ini timbul akibat kekecewaan

terhadap Soekarno serta harga diri yang terlecehkan karena tidak memenuhi

janjinya untuk menjadikan negara Indonesia sebagai sebuah negara yang

berlandaskan kepada Islam71

Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya pemberontakan yang terjadi

tahun 1953-1962 oleh Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh adalah

rasa sakit hati rakyat Aceh atas perjuangan mempertahankan kedaulatan RI yang

dipandang sebelah mata setelah berhasil mempertahankan kemerdekaan serta

kecewa dengan pemerintah karena wilayah Aceh dimasukan kedalam wilayah

Sumatera Utara dan janji pemerintah mengenai hak istimewa bagi daerah Aceh

tidak kunjung terwujud72

Sedangkan pendapat lebih kuat menurut Anthony Reid

faktor perjuangan melawan kendali Jakarta pada 1953-1962 didasari dua alasan

yakni menentang diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatera Utara dan

gagalnya Republik melaksanakan hukum Islam73

Pertentangan politik dengan

pemerintah pusat membawa kepada suatu keadaan yang meresahkan akibat

70

Dilihat pada beberapa literature peristiwa perjuangan di Aceh oleh Tgk M Daud

Beureueh dipandang sebagai suatu pemberontakan yang menentang kebijakan pemerintah dalam

menerapkan dasar negara Indonesia pasca kemerdekaan dan mengubur alasan kenapa

pemberontakan itu terjadi serta perjuangan gigihnya rakyat Aceh mengusir penjajah saat itu 71

Abdullah Sani Usman Op Cit hal200 72

__________ Ensiklopedi Islam untuk Pelajar 73

Anthony Reid Op Cit hal 338

26

adanya tarik menarik antara Aceh dengan pemerintah pusat Pemerintah pusat

tidak mengakui pembentukan provinsi Aceh yang terpisah sehingga terjadi

tupmang-tindih kebijakan yang membawa kepada krisis kekuasaan pemerintahan

di Aceh

Dalam permasalahan ideologi yaitu penerapan perundang-undangan Islam

yang dikehendaki oleh rakyat Aceh gagal diberikan oleh pemerintah pusat Hal ini

menjadi masalah dan membawa pertikaian atau konflik di era Orde Lama Darul

Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh dengan pemerintah pusat awalnya

disebabkan permasalahan kekuasaan dan selanjutnya masalah ideologi menurut

kacamata penulis dalam kasus ini konflik dapat melenyapkan unsur-unsur yang

memecah belah dan menegakan kembali Artinya konflik yang terjadi juga dapat

meredakan ketegangan antara pihak-pihak yang bertentangan sehingga konflik

dapat berfungsi sebagai stabilisator sistem sosial Sisi positifnya konflik dapat

menciptakan jenis-jenis interaksi yang baru di antara pihak yang bertentangan

Dan konflik juga berlaku sebagai rangsang untuk menciptakan aturan-aturan dan

sistem norma baru yang mengatur pihak-pihak yang bertentangan sehingga

keteraturan sosial Republik Indonesia khususnya Aceh dapat terwujud74

Pada kenyataannya pembentukan Negara Islam yang merupakan cita-cita

impian Daud Beureueh terilhami dari perjuangan DITII pimpinan Imam

Soekarmadji Maridjan Kartosuwiryo75

Kartosuwiryo adalah pemimpin pusat

yang pertama kali mencetuskan gerakan ini di Jawa Barat pada 7 Agustus 1949

Ini merupakan alasan Daud Beureueh merangsang dan ikut berjuang juga dalam

melahirkan Negara Islam di Aceh sebagai suatu Negara Bagian dari Negara Islam

Indonesia Selain itu alasan lain Daud Beureueh untuk tidak meminta bantuan

atau bergabung menyatukan kekuatan dengan DI TII Kartosuwiryo adalah karena

Daud Beureueh melihat ada tekanan hebat yang dilakukan pemerintah pusat

terhadap gerakan Kartosuwiryo Perjuangannya di Jawa direspon dengan sikap

74

Ulfah Fajarini Konflik dan Integrasi Potret Keagamaan Masyarakat Sawangan

(Jurnal Al-Turas Vol 11 No 3 September 2005) hal 289 75

Imam Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo (1905-1962) lahir pada 7 Februari 1905

Adalah pemimpin yang menentang legitimasi dan otoritas Republik Indonesia yang baru merdeka

antara 1948 dan 1962 Kartosuwiryo dikeluarkan dari sekolah kedokteran pada 1927 Karena

nasionalisme radikalnya dan secara politik aktif berasosiasi erat dengan HOS Tjokroaminoto

pemimpin Sarekat Islam Kartosuwiryo terilhami oleh pendirian Tjokroaminoto bahwa sebuah

negara Indonesia yang merdeka harus didasarkan pada prinsip-prinsip Islam Lihat Ensiklopedi

Islam Ringkas hal 356

27

keras oleh pemerintah pusat Melalui Tentara Nasional Indonesia gerakan yang

dianggap sebagai pemberontak ini berhasil ditumpas di berbagai wilayah di Jawa

Barat76

Walaupun mengikuti pola DI TII Kartosuwiryo hakikatnya gerakan DI

TII Aceh lebih merupakan gerakan peringatan kepada penguasa Jakarta agar tidak

sewenang-wenang dan melupakan sumbangan Aceh di masa lalu dengan

mengorbankan seluruh jiwa raga dan harta berharga masyarakat Aceh77

Hubungannya dengan masyarakat Aceh adalah konteks dimensi perilaku

kolektif Dimana suatu gerakan tidak hanya melakukan protes dan demonstrasi

melainkan berakibat pada pengrusakan harta benda dan juga mengakibatkan

jatuhnya korban jiwa Dari hubungan antar kelompok ini melibatkan suatu

gerakan sosial yaitu DI TII yang bertujuan menginginkan perubahan dalam

kekuasaan ataupun ideologi negara78

Dalam pembentukannya perjuangan Daud

Beureueh terinspirasi dari perjuangan dakwah yang ditempuh oleh Rasulullah

SAW Adapun langkah-langkah perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh

melalui tiga tahap yaitu

1 Pertama tahap pembinaan dan pengkaderan

Pada tahapan ini Daud Beureueh sangat serius dalam menanamkan nilai-

nilai dan norma Islam dalam kehidupan masyarakat di Aceh79

Diketahui Islam di

Indonesia sulit berkembang karena ada tiga penyebab Pertama jarak Indonesia

dengan pusat Islam terlalu jauh Kedua Islam sampai ke Indonesia adalah Islam

kosmopolitan dimana hubungan antar pemeluk Islam sedunia begitu dekat lalu

berubah menjadi Islam parokial yang lokal Ketiga Islam di Indonesia menjadi

Islam pedesaan dan menjadi Islam petani Ini berbeda dengan Timur Tengah yang

memiliki kaum pedagang yang mobil Sebelum abad ke-15 M mobilitas para

pedagang sangat tinggi namun ketika sampai di Indonesia menjadi Islam petani

yang mobilitasnya makin menurun Dan dipengaruhi oleh budaya agraris yang

relative statis dan percaya mistik80

76

Cyrill Glasse Op Cit hal 356 77

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 201 78

Ibid hal 160 79

Pada masa kesultanan Aceh Islam mengalami proses pelembagaan yang sangat jelas

sebagai kekuatan sosial budaya dan politik pada masa itu kekuatan pengaruh Islam semakin

dirasakan di hamper seluruh aspek kehidupan masyarakat Aceh lihat Ensiklopedi Tematis Dunia

Islam hal 65 80

Kuntowijoyo Op Cit hal 28-29

28

Hal itu merupakan sebuah tantangan untuk Daud Beureueh dalam

menanamkan Islam di masyarakat Aceh Dalam pembinaan nilai dan norma Islam

Daud Beureueh dalam bidang pendidikan mendirikan dua lembaga yaitu Jami‟ah

Diniyah dan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli sekitar tahun

1930 Dengan tujuan agar nafas Islam selalu ada di dalam masyarakat Aceh dan

membebaskan buta huruf dan buta ilmu dikalangan masyarakat Aceh Terutama

mengenai ilmu-ilmu syariat dan hakikat serta ilmu-ilmu yang erat hubungannya

dengan pengembangan dan pembinaan Islam dalam melahirkan ulama besar dan

pemimpin rakyat81

2 Kedua Tahap Interaksi dan Perjuangan

Pada tahap pembinaan aktifitas di bidang pendidikan yang dilakukan Daud

Beureueh adalah tandingan dari pendidikan yang di buat oleh kolonial Belanda

Dan secara tidak langsung Islam sudah berinteraksi di kalangan masyarakat Aceh

bagaimana di perkenalkan secara sederhana melalui pendidikan tradisional dan

dakwah-dakwah Rasa keimanan yang kuat sudah tertanam di masyarakat Aceh

kemudian menemui pergesekan ideologi Antara ide-ide yang dianggap benar

tentang Islam dengan ide-ide karena pengaruh barat melalui Ideologi Pancasila

Pada periode ini perjuangan Daud Beureueh begitu berat karena memperjuangkan

nilai-nilai keIslaman dalam cita-cita nya mendirikan negara yang berlandaskan

syariat Islam

Melalui dakwah-dakwahnya Daud Beureueh ingin menciptakan

masyarakat Aceh yang mempunyai semangat yang berkobar-kobar dalam

memperjuangkan Islam sebagai dasar negara Dalam substansinya dakwah adalah

menyeru kepada mentauhidkan Allah dan seruan ibadah hanya kepada-Nya serta

seruan untuk meninggalkan penyembahan kepada berhala dan seruan untuk

melepaskan diri dari kehidupan diluar ketentuan Islam seperti zaman jahiliyah

Dan ketika Soekarno mengkhianati cita-cita revolusi itu Soekarno dianggap

sebagai alasan di segala macam maksiat dan kemungkaran Soekarno menentang

Islam memisahkan Islam dari negara dan pemerintahan dan Islam itu sendiri

dipisahkan dari kehidupan masyarakat Pancasila selalu diagung-agungkan dengan

81

A Hasjmy Op Cit hal 121-123

29

penafsiran dan pelaksanaannya itu bukan merupakan wadah untuk Islam82

Dalam

pernyataannya ini menjadi alasan Daud Beureueh mengangkat senjata dan

berjanji ditengah-tengah masyarakat Aceh atas permintaan rakyat Aceh untuk

memimpin dan berjanji berjuang bersama-sama hingga kemenangan tercapai

melaksanakan hukum Allah di Republik Indonesia83

3 Ketiga Tahap Penerimaan Kekuasaan

Jika kaitannya dengan dakwah yang ditempuh Rasulullah SAW Tahapan

ini adalah tahapan menerapkan Islam secara praktis dan menyeluruh sekaligus

menyebarkan risalah Islam ke penjuru dunia Berbeda pada perjuangan yang

dilakukan Daud Beureueh Islam sebagai ilmu yang revolusioner Memiliki

kemampuan untuk mengubah dalam periode ilmu berbagai masalah

kemasyarakatan dapat dicarikan jawabannya dalam Islam Misal mengenai

ketimpangan sosial pemilikan tanah hubungan kerja ataupun masalah modal dan

penguasaan pasar Islam memiliki jawaban dari persoalan itu Tetapi hal itu masih

terbatas pada tingkat formulasi normatif dan belum mengangkat Islam menjadi

teori sosial Keadaan ini yang mungkin dianggap pemerintah saat itu masih tidak

percaya bahwa ide Islam bisa menjadi kenyataan Dan menganggap itu sebagai

ide abstrak atau dengan kata lain non progresif84

Setelah melakukan langkah-langkah mulai dari pembinaan pengkaderan

interaksi dan perjuangan Aceh pada awal perjuangan kemerdekaan Indonesia

secara de facto85

yang merupakan bagian dari provinsi Sumatera dengan

kebijakan undang-undang sementara tahun 1945 yang membagi wilayah

Indonesia menjadi 10 provinsi Pergantian pemerintahan Jepang kepada

pemerintahan Indonesia secara otomatis menghapus dan menggantikan undang-

undang peradilan baik dari zaman Belanda maupun Jepang menjadi perundang-

undangan Republik Indonesia yang diatur dalam lembaran Negara No 23 1947

Dengan berlakunya undang-undang ini segala bentuk perundang-undangan dan

struktur pemerintahan di Aceh yang berlaku pada era Belanda dan Jepang telah

82

Pada Saat Soekarno tidak menepati janjinya Pancasila dengan penafsiran dan

pelaksanaannya dianggap sebagai syirik yang sesat dan menyesatkan yang hanya sesuai dengan

agama lain di luar agama Islam 83

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 201 84

Kuntowijoyo Op Cit hal 30-31 85

De facto adalah pengakuan secara kenyataan pada kasus Aceh ini bersifat sementara

30

berubah Namun pada kenyataannya walaupun mengalami perubahan secara

prinsipnya perundang-undangan tersebut masih menyerupai kedua era Belanda

dan Jepang Dan perlu ditekankan perubahan yang terjadi bukan berarti

merupakan pengembalian kepada bentuk asal perundang-undangan Aceh atau

hasil perundingan perundang-undangan yang sesuai dengan kehendak masyarakat

Aceh Hal ini juga yang menyebabkan rakyat Aceh semakin geram dengan

pemerintah pusat dan alasan munculnya gerakan DITII Aceh86

B Kedudukan dan Sikap Tgk M Daud Beureueh dalam Perjuangan di

Aceh

Pada masanya perjuangan dengan berlandas pada syariat Islam Daud

Beureueh memiliki rentan waktu yang lama Mulai dari masa kolonial Belanda

masa kedudukan Jepang masa pra dan pasca kemerdekaan dan masa revolusi

Adapun kedudukan Daud Beureueh adalah sebagai berikut

Ulama seperti pemaparan penulis diatas dalam riwayat pendidikan Daud

Beureueh dikenal sebagai ulama tulen Hal itu terlihat dari pendidikan yang Daud

Beureueh jalani di Pesantren sekitar 6 tahun sebelum ia dikenal oleh rakyat Aceh

sebagai seorang ulama Pada saat menjadi ulama Daud beureueh mendirikan

lembaga pendidikan dan pemimpin dalam mengawali mempelajari huruf latin

Peran sebagai ulama makin terlihat tatkala ia menyelesaikan persoalaan yang

terjadi di masyarakat Dalam tahun 1920-1930-an Daud Beureueh dan para ulama

lainnya baik yang muda maupun yang sebaya dengannya telah berhasil

memberantas gerakan kebatinan saleek buta87

dimana bagi mereka gerakan itu

adalah suatu ancaman karena dapat merusak akidah keIslaman masyarakat Aceh

Ketua PUSA Persatuan Ulama Seluruh Aceh adalah organisasi modern

pertama dan sebuah gerakan rakyat yang berhasil muncul di Aceh setelah

pendudukan militer Berdiri pada tahun 1939-1942 organisasi ini menghimpun ke

86

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 178-179 87

Saleek buta ialah satu aliran kebatinan yang tumbuh di Aceh sekitar abad ke-19 dan

awal ke-20 M sampai dengan tahun tiga puluhan Di antara ajaran saleek buta bahwa Tuhan dan

makhluk adalah satu atau bersatunya Allah dengan manusia Dan bagi mereka syariat Islam

seperti yang diamalkan tidak berlaku Dalam buku A Hasjmy Op Cit hal 105

31

mayoritas ulama aktif di Aceh dalam program pengembangan sekolah-sekolah

agama yang lebih modern dan peningkatan Kekuatan Islam Aceh88

Organisasi ini

lahir dalam konfrensi pada bulan Mei tahun 1939 oleh Teungku Abdul Rahman

dari perguruan Al- Islam di Peusangan Lahir pada masa kolonial organisasi ini

muncul sebagai pejuang dalam mengambil kekuasaan dari Belanda di Aceh Hal

itu terlihat dari konflik yang terjadi antara PUSA dengan uleebalang Suatu

hubungan antara uleebalang dengan Belanda menjadi alasan mengapa PUSA

ingin memimpin sistem pemerintahan di Aceh

Meskipun berdiri di saat situasi tegang tetapi dalam perkembangannya

PUSA telah menunjukan dirinya sebagai suatu faktor politik yang sangat penting

Dalam empat tahun terakhir setelah berdirinya PUSA kekuasaan Belanda di Aceh

mengalami kemerosotan Perubahan sikap dan perilaku antara uleebalang dan

rakyat Aceh menjadi bukti nyata makin rapuhnya kekuasaan uleebalang

Perubahan sikap dan perilaku terlihat dari kemarahan dan kebencian masyarakat

Aceh akibat penindasan dan skandal beberapa uleebalang yang tergambar di

majalah Penjedar yang terbit di Medan pada bulan November 193889

Kemerosotan juga terlihat di bidang ekonomi yaitu dengan munculnya

PUSA sebagai kaum tandingan atau atasan baru sebagai motor penggerak

perekonomian rakyat dalam bentuk kaum pedagang yang berkembang didaerah

seperti Sigli Garot Bireun dan Idi Dan dalam dunia pendidikan terlihat pada

aliran pembaharuan yang pada dasarnya rakyat Aceh menganggap Belanda

sebagai kaphe dengan munculnya sekolah-sekolah keagamaan dengan

berlandaskan Islam menjadi tandingan untuk sekolah-sekolah yang didirikan

Belanda Berbeda dalam bidang politik perjuangan mendapatkan kekuasaan oleh

ulama dianggap Belanda sebagai suatu gerakan perlawanan yang begitu

berpengaruh Tapi aneh ketika sikap politik Belanda membiarkan gerakan yang di

pimpin oleh ulama tumbuh dan berkembang90

88

Anthony Reid Op Cit hal 280 89

Majalah Penjedar awalnya didirikan oleh mantan pemimpin PKI Xarim M S tetapi

kemudian majalah ini beralih ke tangan seorang wartawan Medan yaitu mantan pemimpin PSII

Mohammad Said menjadi pemimpin redaksinya pada bulan November dengan tujuannya yaitu

menggantikan kedudukan raja-raja uleebalang 90

Anthony Reid Op Cit hal 58-63

32

Menurut analisa penulis terhadap sikap politik Belanda melalui golongan

pembesar atau petinggi Belanda melihat perjuangan melalui organisasi yang

dipimpin ulama melalui PUSA sebagai sebuah hal yang wajar dan tidak

mengkhawatirkan sebaliknya pada tahun 1930an munculnya Muhammadiyah

sebagai sebuah gerakan non-Aceh yang terbuka dan menerima kebangkitan

nasionalisme Indonesia justru menimbulkan kekhawatiran oleh Belanda Jadi

kekhawatiran Belanda timbul melalui ruang lingkup PUSA gerakan pembaharuan

ruang lingkupnya lebih kecil dibanding dengan Muhammadiyah

Gubernur Militer merangkap panglima divisi X TRI91

pada masa revolusi

demi menciptakan proses pertahanan politik nasional di wilayah Aceh melalui

keputusan wakil Presiden Muhammad Hatta Daud Beureueh dilantik menjadi

Gubernur Tentara di wilayah Aceh Langkat dan Tanah Karo pada tanggal 27

Agustus 1947 di Bukit Tinggi Melalui Daud Beureueh kekuatan bersenjata di

Aceh dapat dibentuk dan dileburkan dalam wadah Tentara Nasional Indonesia

(TNI) yang sebelumnya terdiri dari berbagai barisan pejuang kekuatan bersenjata

Aceh yang tidak terkawal92

Hal ini didasarkan pertimbangan politis karena selain Daud Beureueh

seorang ulama dan pemimpin rakyat yang sangat berpengaruh juga karena banyak

diantara pemimpin laskar rakyat itu adalah muridnya Dengan demikian Daud

Beureueh dapat dijadikan figur pemersatu di wilayah Aceh kemudian atas dasar

posisi strategis yang dimilikinya Daud Beureueh diangkat sebagai Gubernur

Aceh pertama 1950 Namun tiga tahun kemudian 21 september 1953 terjadi

perselisihan pandangan politik antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat

Hal itu yang menyebabkan Daud Beureueh bersama rakyat mengangkat senjata

dan terjadilah tragedi berdarah atau lebih dikenal peristiwa berdarah93

Proklamator Darul Islam sebelum mengkaji mengenai kedudukan Daud

Beureueh dalam gerakan Darul Islam di Aceh penulis ingin memberikan

informasi bagaimana cikal bakal timbulnya Darul Islam di Aceh Darul Islam

adalah nama yang diberikan kepada sebuah gerakan pejuang Islam di Jawa Barat

91

El Ibrahimy Op Cit hal 47 92

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 184-186 93

Harun Nasution Op Cit hal 202-203

33

Indonesia yang menentang legitimasi dan otoritas Republik Indonesia yang baru

merdeka antara 1948 dan 1962 Dipimpin oleh Sukarmadji Maridjan

Kartosuwiryo (1905-1962) kekuatan militer Darul Islam resmi dikenal sebagai

Tentara Islam Indonesia (TII) dengan basisnya didataran tinggi Jawa Barat

mencoba memproklamasikan Negara Islam Indonesia 7 Agustus 1949 melalui

Kartosuwiryo yang dianggap sebagai pemimpin yang kharismatik Beraliansi

dengan pejuang Islam di Aceh pimpinan Daud Beureueh dan di Sulawesi Selatan

pimpinan Kahar Muzakkar melalui Piagam Jakarta pemimpin Islam menyetujui

sebuah negara pluralitas94

demi kesatuan nasional Imbalannya adalah adanya

pernyataan bahwa umat Islam wajib menjalankan hukum Islam Hal ini

merupakan klaim minimalis atas sistem politik walaupun secara konstitusional

tidak pernah dijadikan undang-undang Bagi kartosuwiryo dan pengikutnya pada

1945 bergerak dalam sayap radikal politik Islam hal ini merupakan

pengkhianatan95

Ketidak senangan mereka diperkuat oleh munculnya

keprihatinan terhadap pengaruh politis sayap kiri didalam barisan kaum

nasionalis96

Tepat tanggal 21 September 1953 (12 Muharam 1373 Hijriah) Daud

Beureueh memproklamirkan berdirinya Darul Islam negara Islam di Aceh Aceh

memberontak dari Republik Indonesia yang berlandasrkan Pancasila dan

bergabung dengan Negara Islam Indonesia yang berlandaskan syariat Islam

Berbeda dengan gerakan Darul Islam di Jawa Barat di daerah Aceh sendiri selain

lebih lambat munculnya gerakan ini pun relatif lebih singkat antara 1953-1957

Dan perjuangan terakhir pada tahun 1962 saat itu Daud Beureueh dianggap

sebagai tokoh sparatis dalam mewujudkan apa yang dicita-citakannya97

Dalam

94

Pluralisme adalah keadaan masyarakat yang majemuk berkaitan dengan sistem sosial

dan politik Melalui kebudayaan muncul berbagai kebudayaan yang berbeda dalam suatu

masyarakat Dalam kaitannya dengan perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh adalah tentang

sebuah prinsip-prinsip Islam sebagai payung ideologi bagi penduduk Indonesia Sumber melalui

httpkbbiwebidpluralisme di akses pada tanggal 16 Februari 2016 Pukul 0950 WIB 95

Pandangan alternatif Kartosuwiryo mengenai Indonesia dan tuntutannya akan sebuah

negara yang sepenuhnya Islam dijabarkan dalam risalahideologis 1946 bertajuk Haluan Politik

Islam Dia menulis bahwa hanya dengan beridirinya Darul Islam-lah kesejahtraan dan keselamatan

kaum Muslim di Indonesia terjamin dan keselamatan di akhirat pun tercapai 96

Cyrill Glasse Ensiklopedi Islam Ringkas (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1999)

hal 356-357 97

A Hasjmy Op Cit hal 113-117

34

karangan yang dimuat oleh A Hasjmy mengatakan menurut para pengamat

politik saat itu jalan sejarah yang mengantar Daud Beureueh ke mimbar

proklamasi Darul Islam di Aceh berkesimpulan bahwa adanya usaha-usaha

sistematis dan berencana yang bertujuan mendorong sebagian rakyat Aceh

memberontak terhadap Republik Indonesia yang telah dipelihara dan dibelanya

selama tahun-tahun yang amat getir dalam sejarah Republik yang masih muda

saat itu Di tahun Revolusi Fisik para pengamat politik mendapati kenyataan

bahwa tahun-tahun itu Aceh mengorbankan segalanya untuk membela dan

mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945 sehingga di angkasa Tanah Aceh

terus menerus berkibar Sang Saka Merah Putih98

Kaitannya dengan sikap Daud Beureueh dalam perjuangannya di Aceh

masa revolusi atau pasca kemerdekaan Terlihat mulai dari situasi genting

Republik Indonesia yang baru berusia dua tahun lebih pada media Juni 1948

membuat Presiden Soekarno mendatangi Aceh Dalam kaitannya dengan kolonial

jelas Aceh dengan sebutan tanah rencong inilah satu-satunya wilayah RI yang

dianggap masih berdaulat penuh Pasca Agresi Militer I Belanda dan perjanjian

Renville sejumlah wilayah RI terkepung negara-negara boneka buatan Belanda99

Misi hidup-mati yang dibawa Soekarno pada 15 Juni 1948 bersama Menteri

Dalam Negeri Dr Sukiman adalah untuk bertemu tokoh masyarakat di Aceh

Seperti dikutip dari buku bdquoAceh Daerah Modal‟ Soekarno menjalani kunjungan

tiga hari untuk berdialog dengan Tgk M Daud Beureueh di Markas Divisi X

Komandemen Sumatera Bireuen Dalam pertemuannya Soekarno meminta

bantuan kepada Daud Beureueh demi membangkitkan rasa patriotisme segenap

rakyat Aceh dengan mengungkit kembali perlawanan melawan kolonial Belanda

di Aceh100

98

A Hasjmy Semangat Merdeka 70 Tahun Menempuh Jalan Pergolakan dan

Perjuangan Kemerdekaan (Jakarta PT Bulan Bintang 1985) 99

Negara-negara boneka itu seperti Indonesia Timur atau Negara Pasundan Tak pelak

Aceh pun disebut jadi ldquosahamrdquo atau modal yang sangat penting untuk mempertahankan

Proklamasi 17 Agustus 1945 saat itu 100

Alasan lain kenapa Soekarno datang ke tanah rencong adalah karena rakyat Aceh

diketahui sebagai pejuang yang paling gigih menentang penjajahan Belanda Berpuluh-puluh tahun

rakyat Aceh berperang melawan kolonialisme Belanda Dan meminta saat itu mengusir Belanda

untuk kedua kalinya dari bumi persada tercinta yaitu Republik Indonesia Sumber melalui

35

Pada masa awal kemerdekaan sikap nasionalisme101

Daud Beureueh

mempunyai kharisma yang sangat kuat di masyarakat Aceh sehingga Presiden

Soekarno datang dan meminta bantuan dalam mempertahankan kemerdekaan

Indonesia dari ancaman negara boneka yang dilakukan Belanda Pada saat itu

Daud Beureueh mau masuk kedalam pemerintahan dengan di angkat menjadi

Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo dan berhasil menyatukan

gerakan-gerakan rakyat menjadi satu kesatuan dalam bentuk Tentara Nasional

Indonesia (TNI) Dengan tujuan dan cita-cita yang sama menuju keselamatan

nasional dari ancaman pihak luar atau penjajah Daud Beureueh menghidupkan

kembali kesadaran sejarah rakyat Aceh102

yang membuat api semangat yang

berkobar dalam diri masing-masing baik di kalangan masyarakat Aceh ulama

dan para pejuang lainnya103

Perjuangan Daud Beuereueh tidak berhenti pasca kemerdekaan setelah

berhasil menyelamatkan dan mempertahankan kesatuan Republik Indonesia dan

berjuang bersama seluruh rakyat Aceh dengan mengorbankan jiwa raga serta harta

berharga tetapi tuntutannya mengenai dasar sebuah negara tidak terpenuhi

membuat geram dan kecewa kepada pemerintahan pusat Respon cepat dilakukan

perubahan kedudukan dari koalisi berubah menjadi oposisi104

kritik keras

mengenai pergerakan pemimpin dalam berpolitik yang tidak mempunyai

tanggung jawab dalam mengambil keputusan di pemerintahan Pemberontakan

tidak begitu saja meletus malainkan melalui 3 tahapan yaitu tahap sabar tahap

benci dan tahap melawan Dan ini sudah mencapai tahap ketiga rakyat Aceh

khususnya sudah geram dan merasa dipermainkan harga dirinya Namun Daud

httpnewsokezonecomread201506153371165361misi-hidup-mati-yang-dibawa-soekarno-

ke-tanah-rencong diakses pada tanggal 19 Februari 2016 Pukul 0007 WIB 101

Sikap nasionalisme yaitu ajaran atau paham untuk mencintai bangsa dan negara

sendiri Sifatnya kenasionalan menjiwai bangsa Indonesia Sumber melalui

httpkbbiwebidnasionalisme diakses pada tanggal 19 Februari 2016 Pukul 1422 WIB 102

Kesadaran yang dimaksud adalah kesadaran dari dalam diri anggota atau para pejuang

dalam suatu bangsa yang secara potensial atau actual bersama-sama mencapai mempertahankan

dan mengabadikan identitas integritas kemakmuran dan kekuatan bangsa atau semangat

kebangsaan 103

Anthony Reid Op Cit hal 347 104

Koalisi adalah kerja sama yang dilakukan antara sebuah organisasi partai gerakan dll

Untuk memperoleh dukungan politik yang besar Sedangkan oposisi adalah Pertentangan dalam

pemerintahan sikap menentang dan mengkritik pendapat atau kebijaksanaan politik atau golongan

yang berkuasa Dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah Daud Beureueh dan Pemerintah

Pusat

36

Beureueh masih bisa menahan dengan mengirimkan secarcik surat kepada

Presiden Soekarno Hal ini menerangkan bahwa pemerintah mempunyai tanggung

jawab besar terhadap nasib tanah air membawa perubahan dalam cara berfikir

Akibat rasa kekecewaanya sikap revolusioner105

Daud Beureueh muncul Dalam

gerak gerik dan pikiran yang menghendaki perubahan serta merta dalam segala

sesuatu yang tidak di anggap sempurna Kaitannya dengan penetapan dasar negara

Pancasila dirasa kurang berpihak bagi umat Islam yang menginginkan negara

berlandas pada Islam106

Selain itu pemberontakan yang dilakukan DITII Aceh digandeng erat

dengan menjalin kerja sama dengan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia

(PRRI) Perjuangan Rakyat Semsta (PERMESTA) terutama dalam bidang militer

NBANII (DITII Aceh) telah mengadakan operasi bersama dengan pasukan PRRI

yang tergabung dalam Operasi Sabang Marauke di daerah-daerah perbatasan

Aceh-Sumatera Timur Ada terhembus isu bahwa PRRI mgnirimkan senjata

kepada NBANII107

Dan dikatakan bahwa Menteri pertahanan PRRI pernah

memutuskan untuk menemukan Kapten Jusuf Risin Pada Staf Divisi TgkTjhik di

Tiro untuk memberikan latihan kepada anggota DITII di Aceh pada akhir tahun

1959 sesuai dengan kesepakatan yang tercapai dalam pertemuan di Genewa pada

bulan Desember tahun 1958 antara pemimpin-pemimpin PRRIPERMESTA dan

dalam pertemuan itu turut hadir Hasan Ali Perdana Menteri NBANII dan Hasan

Muhammad Tiro (Duta Besar DI untuk Amerika Serikat di PBB) maka

diputuskanlah untuk mendirikan suatu negara yang berbentuk federal yang

dinamakan Republik Persatuan Indonesia (RPI) guna lebih banyak mendapatkan

105

Revolusioner adalah sikap dimana cendrung menghendaki perubahan secara

menyeluruh dan mendasar 106

Menurut Mr S M Amin peristiwa yang diawali dengan sifat revolusioner lambat

laun akan berubah menjadi sifat evolutioner Yaitu melihat peristiwa itu dari sisi positifnya

(kebaikan) juga dalam suatu cara membawa perubahan dengan berangsur-angsur Sifat ldquoreeelrdquo

yang tidak dapat melihatkesukaran-kesukaran keadaan suasana masa dan waktu berubah menjadi

sifat ldquoreeelrdquo yang menarik dalam perhatian segala kenyataan baik yang menguntungkan maupun

merugikan sehingga tindakan diambil dengan hati-hati dan penuh perhitungan laba ruginya 107

Disinyalir bahwa isu yang berhembus itu tidak benar Terbukti dari surat menyurat

antara PRRI dan NBANII Secara resmi PRRI tidak pernah mengirimkan senjata kepada

NBANII Tentang pengiriman senjata ke Aceh baru hendak dibicarakan dalam cabinet PRRI pada

akhir 1959

37

dukungan dari daerah-daerah dan untuk lebih mengefektifkan perjuangan

menghancurkan regime Soekarno yang diktatorial108

Dalam Undang-Undang Dasar Republik Persatuan Indonesia antara lain

disebutkan

Pasal 1 ayat 1 Negara RPI berdasarkan Keimanan kepada Tuhan YME

Pasal 1 ayat 2 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk atau

golongan untuk memeluk agamanya atau kepercayaannya

masing-masing dan untuk beribadah serta hidup

bermasyarakat sesuai dengan syariat agamanya atau

kepercayaannya

Pasal 31 ayat 1 Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan

mengeluarkan pendapat

Pasal 31 ayat 2 Mengeluarkan pendapat yang mengandung penghinaan

terhadap suatu agama ajakan untuk mendirikan dictator

atau ajakan untuk menganut dan melaksanakan paham-

paham komunis atau paham-paham lain yang

membahayakan asas-asas dasar negara dilarang

PRRI dan NBANII saat itu diharapkan untuk menjadi inti negara dan

keduanya mengambil inisiatif memelopori perjuangan menegakkannya Serta

mengharapkan sebagai proklamator selain tokoh Dewan Perjuangan dan PRRI

dua orang dari NBANII yaitu Tgk Daud Beureueh dan Hasan Ali yang masing-

masing direncanakan menjadi Wakil Presiden dan Menteri Luar Negeri ditambah

dengan Kahar Muzakkar dari Sulawesi yang direncanakan menjadi Menteri Muda

Pertahanan Menurut rencana Republik Persatuan Indonesia akan

diproklamasikan pada tanggal 15 atau 17 agustus 1959 Akan tetapi berhubung

dengan adanya usul-usul perubahan dari NBANII mengenai beberapa pasal dari

UUD RPI diantaranya mengenai soal yang fundamental yaitu mengenai wilayah

108

RPI adalah bentuk kelanjutan yang logis dari perjuangan daerah-daerah dan satu-

satunya kendaraan politik untuk mencapai tujuan dan cita-cita seperti yang dinyatakan program

perjuangan dari Dewan perjuangan dengan memperhatikan bahwa pelaksanaannya haruslah sesuai

dengan strategi perjuangan

38

RPI (pasal 3) maka proklamasi itu baru dapat di cetuskan pada tanggal 8 Februari

tahun 1960109

Meskipun terdapat perbedaan paham antara NBANII dengan PRRI

akhirnya Republik Persatuan Indonesia di proklamasikan juga pada tanggal 8

Februari 1960 dengan PRRI dan NBANII sebagai intinya Sejak itu NBANII

berubah namanya menjadi Republik Islam Aceh (RIA)sebagai satu negara bagian

dari Republik Persatuan Indonesia Dari masuknya NBANII ke dalam RPI tidak

berarti hubungan antara NBANII telah putus dengan NII pimpinan Kartosuwirjo

Dalam surat Wali NBANII kepada Pimpinan tertinggi NII KArtosuwirjo

bertanggal November tahun 1960 dijelaskan sebab-sebab mendorong NBANII

masuk kedalam RPI sebagai satu negara bagian yang menjadi inti dari RPI

Disamping itu diminta agar bukan saja hubungan NBANII dengan RPI disahkan

tetapi meminta juga Kartosuwirjo Pimpinan NII turut ikut berpadu dengan PRRI

dalam Republik Islam Indonesia yang berjiwa Islamisme dan Federalisme

Adapun sebab-sebab yang mendorong NBANII berpadu dengan RPI antara lain

adalah

1 RPI adalah suatu bentuk Federasi yang menjiwai ketatanegaraan Islam

2 Menjamin ketatanegaraan Islam bagi Negara Bagian secara demokratis

sehingga negara bagian bebas menjalankan hukum syariat Islam bagi umat

dan masyarakat Islam seluruhnya

3 RPI suatu negara yang mengakui mutlak kedaulatan negara berada di

tangan Allah SWT

4 RPI adalah suatu bentuk negara yang menganut falsafah yang sesuai

dengan kehendak umat Indonesia yang umumnya memeluk agama Islam

dan Kristen

109

Diperkirakan selain Aceh yang telah menjadi Negara Bagian inti dalam RPI akan

diterima juga untuk pertama kali menjadi Negara-negara Bagian Sumatera Barat Sumatera Utara

Sumatera Selatan Riau Jambi Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Maluku Selatan dan Maluku

Utara Perbedaan pendapat terjadi antara NBANII dan PRRI mengenai fundamental yaitu tentang

wilayah negara federal yang baru meliputi Sumatera dengan kata lain mereka menghendaki suatu

Republik Persatuan Sumatera Lihat lebih detail pada buku M Nur El Ibrahimy Tgk M Daud

Beureueh Pergolakannya di Aceh hal203-204

39

5 RPI menentang tegas AteisKomunis dalam perkembangan ketatanegaraan

Indonesia

6 Dengan RPI kita memperlihatkan hanya ada satu organisasi Negara saja di

Indonesia yang menentang dan member perlawanan bersenjata terhadap

organisasi pemerintah Soekarno

7 Dengan RPI kita menarik perhatian dunia internasional terhadap

kesanggupan kita dalam memegang kekuasaan politik di Indonesia

terutama dalam menumpas regime Soekarno sebagai landasan untuk

memperoleh sokongan dan bantuan moril dan materiil dari pihak luar

negeri baik di forum PBB maupun dari pihak negara-negara lain terutama

dari negara blok anti komunis

8 Dengan RPI kita melenyapkan kesempatan atau peluang bagi usaha taktik

dan tipu muslihat (regime Soekarno) dalam wujud memecah belah sesame

kita melakukan perlawanan bersenjata terhadap mereka baik dalam

masyarakat NBANII maupun dalam masyarakat PRRIPermesta ataupun

antara NIITII dan PRRIPERMESTA

9 Pembentukan RPI merupakan usaha untuk merangkul kembali pemimpin-

pemimpin dan politisi-politisi Islam dan Pemuda-pemuda Islam yang

militant dan revolusioner yang berada diluar organisasi NIITII untuk

sama-sama berjuang bahu-membahu menghancurkan regime

SoekarnoKomunis

10 Adanya berbagai kesulitan dalam berbagai bidang organisasi politik

militer financial ekonomi dan sebagainya Dengan terbentuknya RPI

diharapkan kesulitan-kesulitan ini sedikit demi sedikit dapat diatasi110

Pencetus Berdirinya Republik Islam Aceh berdiri pada saat akhir

perjuangan gerakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia DITII Aceh yaitu

setahun sebelum penyerahan Daud Beureueh kepada Republik Indonesia Pada

kemunculannya gerakan ini tidak begitu tersiar karena beriringan dengan DITII

110

Surat Wali NBANII kepada Pemimpin tertinggi NII KArtosuwirjo dalam bulan

November 1960

40

atau dalam rentang waktu yang singkat Hal yang melatar belakangi berdirinya

RIA adalah sebagai penerus perjuangan Daud Beureueh yang bertahan pada

keyakinannya semula yakni melanjutkan revolusi Islam di Aceh Dengan segala

kekuatan persenjataan dan pasukan yang terbatas maka tercetuslah berdirinya

Republik Islam Aceh pada 15 Agustus 1961 Tidak banyak literature yang penulis

dapatkan mengenai gerakan RIA tercatat menurut El Ibrahimy menerangkan

kemunculan RIA tidak tepat karena disaat bersamaan pemulihan keamanan

dengan Daud Beureueh menyebabkan usaha penyelesaian damai menemui jalan

buntu Hal ini membuat geram Kol Jasin dan Jendral Nasution yang sudah

melaporkan bahwa persoalan Aceh dan diri Tgk M Daud Beureueh telah selesai

Tetapi tiba-tiba muncul lagi surat resmi Daud Beureueh atas nama wali Negara

Republik Islam Aceh111

Daud Beureueh adalah bapak orang-orang Aceh ditinjau dari

karakteristiknya masyarakat Aceh sangat terikat dengan kesadaran dan

pengalaman sejarah dengan pengaruh Islam yang kuat Hal itu bisa dilihat dari

pola tingkah laku politik maupun ideologisnya Tiga peristiwa sejarah yang

menjadi sandaran dan kebanggan orang-orang Aceh yaitu

1 Masa kejayaan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M)112

dan Sultan

Iskandar Tsani (1636-1641 M)113

2 Perang Aceh114

3 Perjuangan di masa revolusi Kemerdekaan

Ketiga hal itulah yang menimbulkan kebanggaan pada orang Aceh baik

dalam rangka kesadaran keIslaman maupun dalam rangka kesadaran kebangsaan

Dalam konteks Islam Aceh dijuluki sebagai ldquoSerambi Mekahrdquo hal ini membawa

anggapan masyarakat Aceh bahwa di daerah mereka Islam dating Kerajaan Islam

berdiri dan pemikiran Islam berkembang serta perang Sabil yang terjadi cukup

111

El Ibrahimy Op Cit hal 197-198 112

Lihat sumber melalui httpmelayuonlinecomindpersonagedig303sultan-iskandar-

muda diakses pada tanggal 18 Februari 2016 Pukul 1751 WIB 113

Lihat sumber melalui httpkebudayaankemdikbudgoidbpcbaceh20131031

sekilas-sejarah-aceh-abad-ke-16-penulis-nurdin-s-sos-staf-pemugaran-bpcb-aceh diakses pada

tanggal 18 Februari 2016 Pukul 1758 WIB 114

Perang Aceh atau lebih dikenal dengan perang Sabil dalam bahasa aceh prang sabi

adalah perang masyarakat Aceh terhadap kolonial Belanda yang terjadi sekitar akhir abad ke-19

M dan lebih tepatnya pertama pecah pada tahun 1873 Hal ini adalah bukti perjuangan rakyat

Aceh yang anti kolonial atau disebut juga kaum kaphe

41

lama115

Pilar-pilar kepemimpinan Aceh terdiri dari ulama Sultan dan

uleebalang (uleebalang) Dan kedudukan ulama sangat strategis Bertolak dari

pengakuan masyarakat dan sudah menjadi fitrahnya ulama dalam konteks

kebudayaan Aceh mendampingi penguasa Sifatnya yang mobile (dominan) dan

tidak terikat oleh ikatan politik lokal memungkinkan para ulama116

berfungsi

sebagai perantara komunikasi kultural117

Dari kebanggaan itulah watak Daud Beureueh sebagai orang Pidie

terbentuk menjadi manusia keras dan ulet juga setelah menjadi pemimpin umat

Kekerasan dan keuletan terlihat dai pendirian yang amat tangguh sehingga sulit

untuk bergeser atau digeser dari sesuatu yang diyakini kebenarannya dalam hal

ini pendirian dan cita-citanya untuk mendirikan negara dengan berdasar pada

Islam118

Daud Beureueh juga dikenal sebagai pemimpin yang kharismatik

Pemimpin dengan jiwa wibawa yang sangat tinggi dan disegani di masa revolusi

Sifatnya itu terlihat ketika pada saat Daud Beureueh mengamati perkembangan

revolusi kemerdekaan Indonesia dengan tenang dan hati-hati119

C Respon Rakyat Aceh Terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

Dilihat dari letak geografisnya Aceh pada zaman dimana perdagangan

dunia berdinamika berada pada jalur georgrafis yang harmonis Aceh terletak dua

mil dari punggung pantai dan tiga mil dari kaki bukit Kedudukannya yang tak

jauh dari hulu dan hilir menjadikan Aceh sebagai permata hijau namun juga biru

115

Dalam keputusan mengenai perang Sabil pada oktober 1944 pertemuan yang

dilakukan uleebalang dan ulama adalah (1) hukum perang Sabil pada masa kolonial adalah

Fardlu‟ain yaitu wajib untuk setiap orang Islam (2) Belanja peperangan didapat dari Baitalmal

zakat dan sokongan dari hartawan (3) Hukumannya pengkhianat sama dengan si kafir

Penjelasan mengenai Fardlu‟ain adalah suatu ajaran tradisional Islam mengenai jihad

ialah bahwa hukumannya bukan fardlu‟ain tetapi hanya fard‟ala kifaya yaitu diwajibkan atas

masyarakat Islam sebagai suatu keseluruhan tetapi tidak diharuskan pada setiap pemeluknya

Lihat Anthony Reid Op Cit hal 327-352 116

Para ulama bertindak sebagai perumus pembina dan penumpuk cita ldquoke Acehanrdquo

sebagai suatu kesatuan kultural dan politik Pada tiga masa itu ulama lah yang tampil untuk

memimpin reformasi sosial dan agama Tindakan nyata terlihat apabila kehidupan keagamaan dan

sosial masyarakat Aceh telah menjauh dari ajran yang benar dan diyakini 117

Taufik Abdullah Karena Keterkaitan Ideologi Artikel surat kabar majalah Panji

Masyarakat No 419 118

A Hasjmy Op Cit hal 118-120 119

Abdullah Sani Usman OpCit hal 182

42

Kekayaan bahari terlihat dari kebajikan alam lewat hutan dan pertaniannya yang

subur Dan rumah masyarakat Aceh pun begitu dekat dengan alam Dibanding

dengan menggunakan beton sebagai landasannya para leluhur ini lebih suka

memilik bamboo dan batu yang dianyam dengan tangan-tangan terampil menjadi

tempat tinggal yang layak huni120

William Marsden explorer Inggris

menggambarkan sosok tubuh orang-orang Aceh berbeda dengan orang Sumatera

lainnya Mereka lebih tinggi dan berkulit lebih hitam Banyak yang menilai orang

Aceh adalah pencampuran orang Batak orang Melayu dan orang Chulias121

Ciri

lain dari orang Aceh adalah kegemarannya dalam bekerja lebih cerdik dan

memiliki wawasan luasmereka juga rajin mengunjungi ulama dan mengakrabi

orang asing yang seiman

Dari berbagai sisi di atas dan dari sisi pola dasar bahasa dan sosial Aceh

termasuk masyarakat Sumatera dan Asia Tenggara Namun ada cukup banyak

cirri khusus dalam perkembangan sejarahnya sejak abad ke-16 M yang

menyebabkan ideologi separatisme yang dianutnya meyakinkan ketika muncul

pada tahun 1970-an Berbeda dengan tradisi sastra ldquoMelayu klasikrdquo yang

menyaksikan peranan Aceh yang sangat besar didalamnya misalnya Aceh

sepenuhnya berdiri di pinggir sepanjang menyangkut pengembangan langgam

bahasa dan kesusasteraan Melayu Indonesia modern menjelang akhir abad ke-19

M122

sampai penaklukan Aceh oleh Belanda pada akhir abad ke-19 M hubungan

ekonomi politik dan budaya Acehterjalin dengan Samudra India dan

Semenanjung Malaya tidak dengan dunia Laut Jawa yang didominasi pada

awalnya oleh Jawa dan kemudian oleh Belanda Aceh merupakan bagian dari

dunia Islam Samudera India sejak Pasai dikunjungi dan ditulis oleh Ibn Battuta123

pada abad ke-14 M124

120

M Dien Madjid Catatan Pinggir Sejarah Aceh Perdagangan Diplomasi dan

Perjuangan Rakyat (Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia 2013) hal 86-87 121

Chulias adalah nama bangsa atau sebutan yang disematkan pada penduduk yang

berdiam dibagian barat India dan telah menjalin hubungan sosial dengan Aceh sejak masa yang

lama 122

Kesusasteraan Melayu Indonesia modern adalah budaya-atas ldquoIndiardquo perkotaan di

India Belanda yang mengungkap diri dalam bahasa Melayu yang menggunakan huruf romawi

(berbeda dengan huruf Arab dalam bahasa Melayu klasik) dan sebagian besar diciptakan pada

awalnya oleh orang-orang Indo-Eropa dan peranakan Tionghoa meski pada akhirnya diserap

sebagai bahasa pengantar oleh gerakan nasional 123

Ibn Battuta adalah seorang Arab yang waktu itu menjabat sebagai utusan Delhi 124

Anthony Reid Op Cit hal 335

43

Sebelum mengetahui respon rakyat Aceh terhadap perjuangan Daud

Beuereueh penulis ingin memaparkan rakyat Aceh melalui tiap golongan Pada

masa pra kemerdekaan rakyat Aceh yang menanti ini terbagi dalam tiga golongan

yaitu

1 Pertama golongan terbesar yang menanti segala sesuatu dengan

tenang dan tidak mengambil perhatian terhadap apa yang mungkin

terjadi Golongan ini adalah golongan yang tidak ldquopolitic mindedrdquo dan

menerima segala sesuatu dengan terbuka

2 Kedua golongan yang terdiri dari mereka yang sangat bergembira dan

sangat bersuka ria atas kapitalis Jepang Golongan ini bercita-cita

pengembalian kekuasaan Belanda ke tanah air125

3 Ketiga golongan terdiri dari mereka yang sekalipun lahirnya nampak

tenang akan tetapi dalam batinnya berada dalam keadaan gelisah

Mereka khawatir tentang akibat-akibat yang kelak akan timbul bila

Jepang lenyap dan Belanda kembali berkuasa

Pada konteks ini peran golongan ketiga inilah yang mempunyai peranan

aktif dan terkemuka baik sewaktu masa kolonial ataupun masa pendudukan

Jepang Meskipun hanya sebagian kecil dari golongan ini yang mempunyai alasan

menakuti kekuasaan penjajah banyak dari mereka pada hakikatnya bergerak baik

kepentingan sendiri atau golongan Dengan mempertopengkan kepentingan umum

pada masanya mereka memperoleh kedudukan dan pangkat tinggi Kesempatan

yang timbul sebagai akibat kedudukan dan pangkat tinggi ini telah digunakan

mereka untuk menguntungkan diri sendiri atau pun golongan Untuk kasus

perjuangan Daud Beureueh inilah alasan yang menjadikan rakyat Aceh terpecah

kedalam dua golongan Golongan uleebalang (raja-raja) dan golongan ulama

Pertentangan diantara kedua golongan ini hubungan antara uleebalang dengan

ulama Pertentangan ini menyerupai pertentangan adat dan hukum (Islam)

125

Dalam golongan ini terdapat sejumlah besar dari mereka yang masih menyimpan

peringatan nimat penghidupan yang dirasakan semasa pemerintahan Belanda dan sebelum Jepang

berkuasa Baik dalam pendudukan Belanda dan Jepang golongan ini punya kedudukan tinggi yang

memberikan mereka hidup dengan diliputi oleh kesenangan kemegahan dan kemewahan

44

Uleebalang mempertahankan kekelan adat sedangkan ulama berjuang menegakan

hukum berdasar syariat Islam dalam pemerintahan126

Menurut Snouck Hurgronje pertentangan antara ulama dan uleebalang

berdasar atas adanya perbedaan adat dan agama Keterangan Snouck ini disanggah

oleh M Nur El Ibrahimy yang mengatakan pernyataan Snouck kurang tepat

karena di Aceh tidak terdapat pertentangan yang berarti antara adat dan agama El

Ibrahimy mengatakan pada umumnya keduanya berhubungan baik yang satu

bersandar kepada yang lain keduanya tunjang-menunjang Di Aceh dapat

dikatakan adat dan resam Qanun bersandar kepada agama Karena sangat

mendalamnya ajaran Islam meresap dalam kehidupan masyarakat dan hukum

telah terjadi persesuaian Oleh karena itu pula Islam sangat diperjuangkan menjadi

ideology negara El Ibrahimy mengatakan terkait pertentangan uleebalang dan

ulama bukan karena petinggi adat dan petinggi agama Memang ada peribahasa

Aceh yang mengatakan bahwa ldquoadat bak Poteu Meureuhom hukom bak Syiah

Kualardquo yang artinya adat berada di dalam tangan sultan dan agama berada di

dalam tangan ulama Akan tetapi hal itu sekedar pembagian wewenang saja127

Kembali pada fokus kajian mengenai sikap rakyat Aceh Pada perjuangan

dibawah pimpinan Daud Beureueh tentang kesadaran rakyat Aceh Taufik

Abdullah dalam tulisannya terkait sikap rakyat Aceh mengatakan bahwa ada tiga

bagian penting pertama sikap spontanitas dan enthusiasme rakyat Aceh dalam

membantu perjuangan kedua pertemuan empat mata Daud Beureueh dengan

Soekarno ketika presiden pertama Republik Indonesia mengunjungi Aceh ketiga

penolakan Daud Beureueh terhadap T Mansyur (walinegara Sumatera Timur)

untuk bersama-sama mendirikan negara bagian Sumatera Mengenai sikap

spntanitas dan enthusiasme rakyat Aceh dalam membantu perjuangan dan

mempertahankan kemerdekaan RI terlihat dari kerelaan rakyat Aceh yang pintu

rumahnya di gedor malam-malam untuk membagi emas yang mereka miliki ikhlas

semata-mata karena Allah dan demi membantu serta memenuhi harapan

Soekarno yang meminta rakyat Aceh membantu perjuangan dengan

menyumbangkan sebuah pesawat terbang Rakyat Aceh sudah merasa puas

126

Mr S M Amin Op Cit hal 4-7 127

El Ibrahimy Op Cit hal 72-73

45

dengan pernyataan Soekarno yang menyebut Aceh adalah ldquodaerah modalrdquo atau

ldquodaerah payungrdquo128

Selanjutnya perubahan sikap terjadi di rakyat Aceh Ketika keinginan

cita-cita semangat perjuangan rakyat Aceh yang bernafaskan Islam tidak

terpenuhi Terlebih lagi dengan kebijakan pemerintah yang mementahkan harapan

dan kepercayaan dengan mengirimkan pemimpin-pemimpin atau tenaga-tenaga

ahli ke pusat daerah yang saat itu masih belum diperlukan sekalipun mereka

dikirim tidak membawa perubahan Selain itu dalam badan pemerintahan daerah

pemerintah pusat memilih petinggi-petinggi untuk daerah Aceh yang bukan

berasal dari Aceh Kemauan rakyat yang tidak terpenuhi dan kebijakan yang

dianggap tanpa pikir panjang ini membuat rakyat Aceh kecewa dan geram

Mengenai kebijakan pemerintah yang memilih orang diluar Aceh faktanya

masyarakat Aceh mempunyai pandangan tersendiri tentang segala seusuatu

mengenai penghidupannya ia mempunyai alam pikiran yang berlainan dengan

penduduk daerah lain Hal ini disebabkan oleh karena masyarakat Aceh dapat

dikatakan sebagai masyarakat yang tertutup geisoleerd129

Solusi dari permasalahan ini sebenarnya kemauan masyarakat Aceh adalah

tentang cara pelaksanaan susunan dewan-dewan dengan pemilihan rakyat umum

dalam konteks ini rakyat Aceh juga diselenggarakan dalam setiap bagian

pemerintahan sehingga bukan sedikit tuntutan-tuntutan mengenai penempatan

ahli-ahli atau penempatan petinggi didalam pemerintahan daerah Penempatan

menurut tuntutan ini adalah harus berdasar atas demokrasi yaitu kemauan rakyat

Menurut Mr S M Amin mengatakan bahwa rakyat Aceh terkenal sebagai rakyat

yang mencintai kemerdekaan dan tidak segan-segan mengorbankan jiwanya

dalam mencapai kemerdekaan Sejarah perjuangan melawan penjajah masa

kolonial memakan waktu berpuluh-puluh tahun menunjukan kepahlawanan

mereka dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia

128

Pada masa itu rakyat Aceh membantu perjuangan baik dari dalam dan luar negeri

Seperti kisah Dr Sudarsono yang datang ke Aceh dan kemudian di biayai oleh rakyat untuk

kembali ke luar negeri selalu diulang-ulang Ini semua telah menjadi ldquofolklorerdquo (cerita rakyat)

Dan ini merupakan sejarah Aceh yang tidak bias diinjak oleh kaki tentara Belanda 129

Mr S M Amin Op Cit hal 76

46

Untuk memperkuat pernyataan Mr S M Amin dalam menambahkan

pemahaman tentang sifat masyarakat Aceh penulis menambahkan tulisan Prof

Dr M Dien Madjid mengenai Hikayat Kerajaan Aceh mengatakan bahwa

masyarakat Aceh dikenal sebagai penganut Islam yang taat Hal ini tidak saja

dibuktikan secara historis lewat berbagai teori sejarah yang mengisahkan Aceh

sebagai tempat awal bersuanya Islam dengan penduduk Nusantara melainkan

ditinjau dari ruang publik mulai dari masyarakat bawah hingga tataran elite yang

taat pada ketentuan Islam Dan mengenai solusi dalam sistem pemerintahan

menurut Gabriel A Almond ciri khas pendekatan perilaku ini ialah pandangan

bahwa masyarakat dapat dilihat sebagai suatu sisitem sosial dan negara sebagai

suatu sistem politik yang menjadi subsistem dari sistem sosial Dalam sistem

bagian-bagiannya saling berinteraksi saling bergantungan dan semua bagian

bekerja sama untuk menunjang terselenggaranya sisitem Jika mengalami stress

(masalah) dari lingkungan tetap berusaha mengatasinya dengan memelihara

keseimbangan Dengan demikian sistem dapat bertahan130

130

Ibid hal 76-77

47

BAB IV

PEMBERONTAKAN DALAM PERJUANGAN MENEGAKAN SYARIAT

ISLAM DI ACEH

A Usaha-usaha Menegakan Syariat Islam di Aceh

Dalam perjuangannya menegakan syariat Islam rakyat Aceh bersikap

spontanitas dan enthusiasme mulai masa kolonial (penjajahan) dan masa

revolusi Hal itu terlihat ketika era Orde Lama rakyat Aceh menggugat regim

yang berkuasa di Jakarta hal itu disebabkan karena rakyat Aceh merasa

diperlakukan tidak adil dan manusiawi Pada 20 september 1953 meletus lah

peristiwa berdarah atau lebih dikenal dengan pemberontakan Darul Islam Tentara

Islam Indonesia (DI TII) reaksi spontan dan enthusiasme ditunjukan demi harga

diri rakyat Aceh yang terlecehkan pada saat itu131

Sebelum membahas lebih jauh

mengenai perjuangan dan usaha-usaha rakyat Aceh penulis mencoba menganalisa

status rakyat Aceh yang khususnya umat Islam saat itu Melalui zaman atau

periode tahap-tahap mengenai kesadaran sosial umat Islam Aceh dibagi menjadi

dua periode yaitu

1 Periode pertama munculnya kelas baru ketika konflik-konflik antar kelas

yang terjadi tahun (1920-1942) Pada periode ini umat Islam melakukan

berbagai aksi dalam bentuk demonstrasi dan juga mendirikan berbagai

asosiasi Selain SI ada juga Nahdlatul bdquoUlama (NU) Muhammadiyah dan

dalam kasus Aceh sendiri berdiri Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA)

Saat itu PUSA berkonflik dengan kaum uleebalang merupakan konflik antar

kelas atau bisa dikatakan perang saudara dalam memperebutkan peran dalan

sistem pemerintahan di Aceh PUSA tidak mengakui uleebalang karena

dibawah kendali kolonial dan teguh pada pendirian bahwa mereka anti

penjajahan Dan sejak 1942 dan seterusnya umat Islam dihadapkan pada tugas

baru Pada masa kolonial atau penjajahan para Kyai dan tokoh-tokoh umat

Islam mulai diikutsertakan dalam kepemimpinan dan kenegaraan

131

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 200

48

2 Periode kedua sesudah tahun 1942 dan setelah 1945 umat mendefinisikan

diri dalam rumusan baru yaitu sebagai warga negara sebagai citizen Dan

warga negara sebagai langkah akhir perjalanan historis Pada saat

merumuskan UUD yang didalamnya memuat rumusan Pancasila 1945 dan

memutuskan diri sebagai warga negara Indonesia Persoalannya sekarang

adalah persoalan antara negara dan warga negara Permasalahan ketika

ideologi dibentuk tidak sesuai kesepakatan rakyat Aceh merasa harga dirinya

terlecehkan oleh pemimpin negara Dan pada periode ini juga terjadikonflik

politik yang berkepanjangan sesudah tahun 1945 sampai tahun 1965 Umat

Islam yang memasuki babak baru yaitu ikut dalam Pemilihan umum ikut

dalam DPRMPR Badan-badan pemerintahan Karena itu umat Islam benar-

benar aktif sebagai warga negara Sebagai warga negara demokratis harus

menyadari hak dan kewajiban yang mempunyai budaya partisipan132

Pada tahapan kesadaran sosial tersebut perkembangan Islam di Indonesia

terbagi menjadi tiga zaman zaman mitos zaman ideologi dan zaman

pengetahuan atau ilmu Dalam kaitannya dengan Aceh usaha-usaha menegakan

syariat Islam muncul ketika zaman ideologi Hal ini terlihat ketika DITII Aceh

yang menjadikan pengetahuan Islam sebagai formulasi normatif dalam mengatur

sistem pemerintahan di Aceh Dari situ kemudian berkembang menjadi sebuah

ideologi lalu menjadi action133

Peran pelopor DITII Aceh yaitu organisasi

PUSA terlihat ketika konflik terjadi dengan uleebalang Dimana PUSA

memperjuangkan perannya dalam sistem pemerintahan Aceh yang dikuasai

uleebalang134

132

Kuntowijoyo Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia (Yogyakarta Shalahuddin

Press 1985) hal 18-25 133

Ibid hal 26 134

Menurut Van‟t Vern dalam laporan Kern mengatakan bahwa kekuasaan kaum

uleebalang diperkuat setelah perang Aceh ketika menyatakan takluk dengan Belanda Secara

ekonomis uleebalang memperoleh lebih banyak kekuasaan karena bertindak sebagai kepala

perusahaan-perusahaan dagang baru atau bekerja sama dengan perkebunan-perkebunan Barat

Kekuasaan pemerintah mereka dijamin aman oleh bantuan Belanda baik dalam peradilan hukum

perkawinan dan pemberian bewasiswa Dan ini penyebab terjadinya pertentangan antara ulama

melalui PUSA dengan uleebalang rasa kebencian dan kemarahan muncul ketika uleebalang

dianggap sebagai pengkhianat oleh masyarakat Aceh karena masyarakat Aceh sangat anti

penjajahan Terlebih lagi ketika penindasan dan skandal terhadap masyarakat Aceh yang dilakukan

oleh uleebalang

49

Usaha tidak terhenti begitu saja pasca ditetapkannya Pancasila sebagai

ideologi negara direspon cepat oleh rakyat Aceh rakyat Aceh dibawah pimpinan

Daud Beureueh mengambil sikap menentang dan memberontak atas kendali

Jakarta yaitu pemerintah pusat Jika ditinjau dari permasalahan ideologi tersebut

hal itu menimbulkan sikap antara pemerintah dengan masyarakat Aceh penulis

ingin menguji teori melalui ilmu sosial hal ini bisa menimbulkan prasangka sebab

dugaan Mengacu pada hubungan vertikal yang terjadi antara masyarakat Aceh

dengan pemerintah prasangka sebab dugaan merupakan sikap bermusuhan yang

terjadi antar kelompok yang satu terhadap kelompok lainnya135

yang didasari pada

ciri yang tidak menyenangkan Pada perjuangan yang terjadi era orde lama di

Aceh Menurut teori Banton mengenai prasangka ini merupakan teori frustasi-

agresi (frustration-aggression theory) Teori ini mengatakan bahwa orang akan

melakukan agresi manakala usahanya dalam memperoleh keinginan terhalangi136

Hal ini terjadi pada keinginan dan cita-cita Daud Beureueh dalam mendirikan

negara yang berlandaskan Islam tidak terpenuhi

Mengkaji lebih mendalam mengenai kedudukan Daud Beureueh dalam

pemberontakan di Aceh penulis ingin memaparkan mengenai apa yang

diperjuangkan oleh Daud Beureueh Dalam hal ini jelas perjuangan Daud

Beuereuh adalah mendirikan sebuah Negara Islam Indonesia yaitu negara yang

berlandaskan Islam bukan Pancasila Visi syariat Islam itu sendiri adalah

mewujudkan kemaslahatan manusia dunia dan akhirat Sedangkan misinya

melalui rumusan para ulama adalah kewajiban memelihara agama kewajiban

memelihara jiwa kewajiban memelihara harta kewajiban memelihara keturunan

kewajiban memelihara akal dan kewajiban memelihara kehormatan137

Jika

dilihat dari visi misinya dapat dikatakan kedudukan Daud Beureueh sangat

135

Menurut Kinloch (1979) kata kelompok dalam konsep hubungan antarkelompok

mencakup semua kriteria pertama terdiri atas ciri fisiologis yaitu pengelompokan yang didasarkan

pada persamaan jenis kelamin (laki-laki perempuan) usia (tua muda) dan ras (antara lain hitam

putih) kriteria kedua ialah persamaan kebudayaan seperti kelompok etnik di Aceh minangkabau

Ambon dll Meskipun Kinloch tidak menyebutkan agama namun dalam banyak kasus

pengelompokkan berdasarkan agama pun dapat dimasukan dalam kategori ini Kriteria ketiga

mengenai ekonomi dibagi antara mereka yang berekonomi kuat dan ekonomi lemah Dan criteria

keempat ialah prilaku mengenai fisik mental dan penyimpangan terhadap aturan masyarakat 136

Kamanto Sunarto Pengantar Ilmu Sosiologi (Jakarta Lembaga penerbit Fakultas

Ekonomi UI 2004) hal 151-152 137

Danial Syari‟at Islam dan Pluralitas Sosial dalam Jurnal Analisis Studi KeIslaman

vol XII No 1 1 Juni 2012 hal 72-74

50

penting Sebab melalui perjuangannya Daud Beureueh ingin nilai-nilai agama

dijadikan dasar pengambilan kebijakan di tingkat keluarga masyarakat dan

pemerintah menjamin hak hidup rakyat dalam bidang pendidikan serta

membangun generasi yang berkualitas bebas dari ketakutan dan kecemasan dalam

konflik dan pertikaian yang terjadi pada kaum minoritas138

Selanjutnya perkembangan pemerintahan di Aceh di tahun 1949

menyerupai pemberian otonomi kepada daerah Aceh Pemerintah Darurat

Republik Indonesia (PDRI) melalui keputusan Wakil Perdana Menteri pada 17

Desember 1949 No8DesW K P M membentuk provinsi Aceh Ketetapannya

bertujuan untuk memecah provinsi Sumatera Utara menjadi dua provinsi yaitu

provinsi Aceh dan provinsi Tapanuli-Sumatera Timur dalam menyempurnakan

dan melancarkan pemerintahan daerah Dan dalam waktu singkat terbentuklah

provinsi Aceh dengan Dewan Perwakilan dan Badan Eksekutifnya Daud

Beureueh saat itu menjabat sebagai gubernur Pada hakikatnya ini bukan

merupakan keinginan umum dan banyak masyarakat mengambil sikap menolak

terhadap pembentukan provinsi Aceh Keberadaan provinsi Aceh diduga

menimbulkan reaksi rakyat yang tidak mendapat bagian dalam pemerintahan yang

didominasi oleh masyarakat diluar Aceh139

Selain dari masyarakat umum

kebimbangan terjadi di dalam pemerintahan pusat itu sendiri tentang sah tidaknya

pembentukan provinsi Aceh dan mengenai kedudukan dan kekuasaan Wakil

Perdana Menteri yang berkedudukan di Sumatera

Pembentukan provinsi Aceh oleh Wakil Perdana Menteri menyebabkan

dibentuknya bdquopanitia penyelidik‟ yang diketuai oleh Menteri Mr Susanto

Tirtoprodjo pada bulan maret 1950 Dalam pertemuannya di Banda Aceh Menteri

Dalam Negeri mengatakan bahwa pemerintah pusat belum menetapkan adanya

provinsi Aceh Tetapi pendirian yang kuat terlihat ketika ketua DPR dan beberapa

anggotanya kukuh mempertahankan provinsi Aceh dengan alasan keinginan

138

Ibid hal 72 139

Dugaan masyarakat timbul karena organisasi PUSA ini memiliki sikap keras militant

dan enthusiasme serta teguh dengan apa yang dicita-citakannya Seperti perjuangan melawan

Belanda dan Jepang di tanah rencong mengenai sikap anti penjajahannya PUSA memiliki peranan

yang sangat penting terhadap kemerdekaan yang diraih Terlebih lagi dalam hal ini untuk

mengatur pemerintahannya sendiri masyarakat umum dari pandangannya mengenai apa-apa yang

diluar pemikiran dan cita-cita PUSA dianggap sebagai lawan politik ataupun lawan ideologi Jelas

hal ini dilatarbelakangi pengaruh pandangan Belanda terhadap PUSA

51

rakyat Terdapat dua pandangan dalam kasus ini yaitu disaat Teungku Amir Ali

Mujahid mengadakan suatu musyawarah di Alue Jangat dimana perhimpunan

yang dinamakan Pemuda Perjuangan Seluruh Aceh ini mengambil resolusi untuk

tetap mempertahankan provinsi Aceh dan mengatakan bahwa semangat yang

menggelora tidak akan terjamin jika provinsi Aceh dibubarkan Pernyataan ini

ditentang oleh Teuku Teongoh hanafiah dalam tulisannya mengatakan bahwa

yang mengkehendaki provinsi Aceh adalah sebagian dari kelompok ulama di

bawah kendali PUSA Mereka mempertahankan provinsi Aceh hanyalah karena

beranggapan dengan tetap berlangsungnya provinsi Aceh maka mereka dapat

memimpin pemerintahan di Aceh dan segala perbuatan keji mereka di masa

lampau berupa pembunuhan perampasan harta dan lain-lain terhadap kelompok

uleebalang dapat ditutupi140

Melalui tulisan Bachtiar Effendi dan Ali munhanif dari langkah-langkah

Daud Beureueh bukti nyata dalam aksinya adalah ketika negara revolusioner

Indonesia terlihat lemah atas perjuangan rakyat Aceh ketidakmampuan negara

menunjukan pengaruh pemerintahannya kepada masyarakat Aceh terutama pada

masa-masa 1945-1949 membuat pemerintah begitu rentan dalam menanggapi

tuntutan rakyat Aceh terutama untuk memperoleh otonomi regional lebih besar

dalam masalah sosial ekonomi dan politik ketika tahun 1949 Pemerintah

Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berbasis di Sumatera Barat menerima

tuntutan Aceh untuk de jure141

menjadi provinsi otonom daerah istimewa Pada

akhir tahun 1950-an Aceh diakui sebagai daerah istimewa otonom dengan Daud

Beureueh sebagai Gubernurnya Terutama dalam masalah keagamaan perkara

adat dan pendidikan dengan syarat otonomi tersebut tidak bertentangan dengan

konstitusi Perkembangan politik dengan diakuinya Aceh sebagai daerah istimewa

itu menunjukkan bahwa pemberontakan memperjuangkan ideologi dibawah

bendera Islam di Aceh dapat dipadamkan142

Pada pemberontakan yang dipimpin Daud Beureueh ini penulis membagi

menjadi dua motif perjuangan yaitu Islam dan Politik Pertama Islam berkaitan

140

Lihat Koran harian Indonesia Raya mengapa Aceh minta daerah autonomi (Jakarta 4

Agustus 1950) 141

De jure adalah pengakuan secara hukum 142

Taufik Abdullah dkk Op Cit hal 448

52

dengan Islam yaitu pembahasan mengenai Agama Mengenai konsep agama

sendiri menurut Light Keller dan Calhoun (1989) yaitu tentang kepercayaan

agama simbol agama praktik agama umat agama dan pengalaman agama143

Dan

penganut agama pun mengenal berbagai bentuk pengelompakan umat seperti

dalam komunitas keagamaan Islam yaitu pesantren dan wadah umat muslim

lainnya Pembentukan Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) yang juga sebagai

pelopor DITII Aceh adalah bukti nyata pengelompokan umat Islam di Aceh

berjalan baik Menurut analisa penulis pada kasus agama dan perubahan sosial ini

melalui pandangan Giddens (1989) mengatakan bahwa suatu proses mengenai

perubahan sosial dimana agama kehilangan pengaruhnya terhadap berbagai segi

kehidupan manusia dan oleh Light Keller dan Calhoun (1989) didefinisikan

sebagai proses melalui perhatian manusia beserta institusinya tercurahkan pada

hal duniawi dan perhatian terhadap hal yang bersifat rohaniah terkait agama

semakin berkurang Jelas hal ini yang menjadi kekhawatiran dan latarbelakang

mengenai alasan Daud Beureueh dalam menciptakan negara Islam Indonesia

yang apabila ideologi Pancasila terus dijalankan akan berdampak buruk kepada

nilai-nilai keIslaman masyarakat Indonesia khususnya Aceh144

Di Aceh ideologi Islam senantiasa menjadi sumber daya sikap patriotisme

rakyat Aceh dan sejak 1930-an menjadi jalan kepada modernisasi Saat itu para

ulama mengatakan bahwa mempertahankan Republik Indonesia berarti perang

Suci dan merupakan kelanjutan dari perjuangan yang adil dari Teungku Chik di

Tiro yang didukung oleh rakyat dengan penuh simpati Martabat uleebalang telah

jatuh ketika mereka bersikap kasar dan mengingkari nurani rakyat Di daerah

Pidie perlawanan anti-uleebalang menimbulkan harapan untuk mendapatkan

kembali tanah-tanah yang dulunya pernah disita secara tidak adil dari keluarga-

keluarga petani dengan demikian perjuangan melawan penindasan uleebalang

yang dilakukan ulama itu berakhir dengan gemilang Ulama-ulama pembaru yang

143

Kepercayaan agama dalam hal ini adalah Islam tentang keimanan kepada Allah swt

Simbol agama yaitu kerudung pakaian haji mukena dll Praktik agama berkenaan dengan sholat

dzikir pergi haji dll Umat agama yaitu Aceh yang terdiri dari mayoritas beragama Islam Dan

pengalaman agama merupakan suatu unsure dasar agama yang dialami penganut agama pribadi

seperti panggilan umat Islam Allah swt dll 144

Kamanto Sunarto Op Cit hal 69

53

terkenal telah memberikan inspirasi dan pimpinan langsung kepada gerakan

rakyat Dalam perlawanan terhadap tatanan masyarakat kolonial145

Kedua motif politik terlihat bagaimana Daud Beureueh melalui gerakan

DITII Aceh melakukan perlawanan terhadap kendali pemerintah pusat untuk

memperoleh peran dalam mengatur sistem pemerintahan di Aceh Menurut Harold

D Laswell dan Abraham Kaplan mengatakan bahwa kekuasaan adalah suatu

hubungan dimana seseorang atau sekelompok orang dapat menentukan tindakan

seseorang atau kelompok lain kearah tujuan pihak pertama146

Dalam hal ini Daud

Beureueh melalui PUSA menentukan tindakan untuk mengatur tatanan kehidupan

masyarakat Aceh melalui pemerintahan Perkembangan politik selanjutnya adalah

ketika Aceh tidak menjadi daerah istimewa seperti yang dijanjikan pemerintah

pasca kemerdekaan Dan dalam konteks yang lebih luas melalui gerakan Darul

Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh Daud Beureueh bercita-cita

mendirkan Negara Islam Indonesia Menurut Max Weber kekuasaan perlu

dibedakan dengan dominasi (herrschaft) Kekhasan dominasi ialah bahwa pada

dominasi pihak yang berkuasa mempunyai wewenang sah untuk berkuasa

berdasarkan aturan yang berlaku sehingga pihak yang dikuasai wajib menaati

kehendak penguasa Berbeda dalam kajian ini pihak Daud Beureueh menolak

mengikuti ketetapan dan kebijakan pemerintah dalam menyatukan Aceh kedalam

provinsi Sumatera Utara147

Pada pemberontakannya dalam perjuangan menegakan syariat di Aceh

termasuk kedalam tipe dominasi kharismatik yaitu mengenai keabsahannya

didasarkan pada kepercayaan rakyat Aceh terhadap kemampuan Daud Beureueh

mempunyai kemampuan luar biasa dalam memimpin dan memperjuangkan

ideologi Islam Dalam tipe dominasi ini pemimpin atau figur kharismatik

dianggap memiliki sifat kepahlawanan yang luar biasa Dan mengenai hubungan

rakyat dan pemimpin didasarkan pada ukuran kepercayaan dan kesetiaan

Perjuangan Daud Beureueh dalam tipe ini melaksanakan perjuangan meraih

145

Anthony Reid Op Cit hal 406 146

Miriam Budiardjo Op Cit hal 60 147

Rakyat Aceh sangat kecewa dengan penetapan pemerintah pusat melalui kebijakannya

menghilangkan Aceh dan Tapanuli dalam membentuk provinsi Sumatera Utara Kekecewaan

terlihat ketika rakyat Aceh berjuang mendirikan Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan Tgk

M Daud Beureueh

54

kekuasaannya bukan atas dasar aturan yang berlaku melainkan atas aturan yang

ditetapkannya sendiri Dalam proses politiknya148

Daud Beureueh berusaha

menggantikan sistem politik yang ada atau yang sudah berjalan dengan sistem

politik yang baru149

B Respon Pemerintah terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

Konflik yang terjadi antara Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII)

Aceh dengan pemerintah merupakan konflik yang memperebutkan pengaruh

dimasyarakat dimana dalam mencapai tujuannya masing-masing perebutan

kekuasaan yang berdasar pada ideologi yang berbeda satu sama lain itu

memunculkan berbagai aspek sumber kekuasaan150

Kasus perjuangan atau lebih

dikenal dengan peristiwa berdarah di Aceh merupakan kekuasaan yang bersumber

dari kepercayaan atau agama artinya ulama mempunyai kekuasaan terhadap

umatnya sehingga mereka dianggap sebagai pemimpin informal yang perlu

diperhitungkan dalam menentukan ideologi sebagai dasar sebuah negara Dalam

kasus ini pihak pemerintah sebagai pihak pemegang kekuasaan dan gerakan Daud

Beureueh sebagai pihak pejuang Esensi151

dari kekuasaan adalah hak

mengadakan sanksi dan cara menyelenggarakannya berbeda-beda Terdapat

empat cara dalam upaya mengenai esensi dari kekuasaan yaitu melalui kekerasan

fisik (force) koersi (coercion) melalui ancaman akan diadakan sanksi persuasi

(persuasion) meyakinkan dengan beragumentasi dan memberi ganjaran (reward)

bisa berupa inisiatif imbalan atau kompensasi152

Berbagai cara esensi dari kekuasaan tersebut menjadi tahapan dalam

peristiwa berdarah Seperti pada awal perjuangan yang dilakukan oleh Daud

Beureueh respon cepat pemerintah terlihat ketika pemerintahan Ali

Sastroamidjojo dalam usahanya memulihkan keamanan di Aceh telah memilih

148

Proses politik mengenai dasar politik yaitu persaingan untuk memperoleh kekuasaan

Proses politik berupa persaingan untuk memperoleh kekuasaan dapat mengarah dengan mudah ke

konflik antar pihak terkait dan dapat mengancam keutuhan masyarakat khususnya Aceh 149

Kamanto Sunarto Op Cit hal 72-73 150

Sumber kekuasaan berupa kekayaan dan kepercayaan atau agama 151

Esensi adalah hakikat inti ataupun hal yang pokok pertentangan antar kedua belah

pihak pertentangan mengenai ideologi Sumber melalui httpkbbiwebidesensi diakses pada

tanggal 3 Maret 2016 Pukul 1032 WIB 152

Miriam Budiardjo Op Cit hal 61-62

55

tindakan kekerasan senjata yang berakibat jatuhnya korban jiwa153

Pertentangan

diantara DI TII Aceh dengan pemerintah pusat telah menimbulkan ketegangan

antara rakyat yang berjuang melalui gerakan DI TII Aceh untuk melepaskan diri

dari kendali Jakarta Usaha yang dicapai dengan cara keras terlihat dari tekanan

oleh TNI disatu pihak di samping pemberian amnesti dan abolisi kepada anggota

DI TII di pihak lainnya untuk meredakan konflik yang terjadi154

Pasal 14 UUD

1945 menyatakan bahwa Presiden memberi grasi amnesti abolisi dan

rehabilitasi Dalam UU darurat No 11 tahun 1954 Lembaran Negara No 146

tahun 1954 pasal 1 menyebutkan Presiden atas kepentingan negara dapat

memberikan amnesti dan abolisi kepada orang-orang yang melakukan sesuatu

tindakan pidana Hal ini merupakan kewenangan Presiden sebagai Kepala Negara

Dalam memberikan amnesti dan abolisi Presiden mendapat nasihat tertulis

dari Mahkamah Agung yang menyampaikan nasihat itu atas permintaan Menteri

Kehakiman penghapusan dengan pemberian abolisi hanya dihapuskan penuntutan

terhadap mereka yang melakukan tindak pidana yang nyata akibat dari

persengketaan politik antara Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda pada tahun

1949 Amnesti adalah pengampunan dari Presiden yang menghapuskan semua

akibat hukum pidana bagi orang-orang yang telah melakukan suatu tindakan

terkait pemberontakan dalam perjuangan Daud Beureueh melalui DITII Aceh

Sementara abolisi yang diberikan kepada anggota DITII Aceh merupakan

pengampunan dari Presiden yang dapat menghapuskan penuntutan kepada pelaku

tindak pidana Jadi amnesti dapat diberikan kepada seseorang yang telah

melakukan tindak pidana baik sebelum maupun sesudah adanya putusan

pengadilan Sedangkan abolisi hanya dapat diberikan kepada pelaku tindak

pidana sebelum ada putusan pengadilan karena abolisi sifatnya hanya

menghapuskan penuntutan155

Sebelum membahas lebih jauh penulis ingin memberi gambaran

mengenai Aceh sebelum pemberontakan Daud Beureueh meletus Adapun

pemerintahan di Aceh yang berlangsung sejak Proklamasi Kemerdekaan pada

153

El Ibrahimy Op Cit hal 162 154

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 202 155

Alfitra Hapusnya Hak Menuntut dan Menjalankan Pidana (Jakarta Raih Asa Sukses

2012) hal 161-162

56

tanggal 17 Agustus 1945 sampai penyerahan kedaulatan pada tanggal 27

Desember 1949 dapat dibagi dalam empat bagian menurut pimpinan yang

bertanggung jawab adalah sebagai berikut

1 Pertama masa pemerintahan di bawah pimpinan Residen T Nya‟

Arif sejak saat Proklamasi Kemerdekaan sampai pertengahan bulan

Januari 1946

2 Kedua masa pemerintahan di bawah pimpinan Residen Teuku

Daudsyah sejak pertengahan bulan Januari 1946 sampai akhir bulan

Mei 1948

3 Ketiga masa pemerintahan di bawah pimpinan Gubernur Mr S M

Amin sejak akhir bulan Agustus 1949

4 Keempat masa pemerintahan di bawah pimpinan Wakil Perdana

Menteri Mr Syarifudin Prawiranegara sejak akhir bulan Agustus 1949

sampai saat penyerahan kedaulatan

Masa residen Teuku Nya‟ Arif merupakan kepala pemerintah daerah yang

pertama Pada permulaan maklumat kemerdekaan Indonesia di Sumatera oleh

Gubernur Sumatera Mr T M Hasan mengeluarkan sejumlah penetapan mengenai

penunjukan Asisten Residen Controleurs dan pegawai-pegawai tinggi lain Pada

awalnya jabatan-jabatan tersebut diduduki oleh para uleebalang dan keluarganya

Konflik yang terjadi antara uleebalang dengan ulama mengakibatkan jabatan

tidak lagi diduduki oleh para uleebalang melainkan para orang yang dianggap

berpengaruh dalam menentukan pembesar menduduki tempat jabatan tersebut

Pada penyusunan dalam pemerintahannya T Nya‟ Arif156

mengalami kendala

baik pertentangan dari masyarakat dalam menyelesaikan persoalan ataupun

tekanan yang dilakukan oleh Jepang Hal ini menempatkan T Nya‟ Arif lebih

berperan sebagai pemimpin ketentaraan Tentara Keamanan Rakyat Ketika timbul

156

Teuku Nyak Arif adalah pendiri Perkumpulan uleebalang-uleebalang Groot Atjeh

pada 8 Oktober 1939 Saat itu Aceh Besar ada dibawah kendali Belanda sehingga para uleebalang

mempunyai sedikit kepentingan untuk di lindungi Meskipun begitu T Nya‟ Arif dalam reaksinya

adalah bertahan terhadap kritik-kritik yang ditujukan kepada uleebalang ketika dia mengintrupsi

suatu rapat Muhammadiyah dengan menyatakan keberatannya atas sebutan ldquorajardquo kepada

golongannya karena mereka pada hakikatnya tidak lagi mempunyai kekuasaan yang sebenarnya

Dia membalik kritik kepada para ulama dengan mengatakan bahwa ldquodalam hal ini kita semua

bersalah bukan saja kaum uleebalangyang sekarang menjadi sasaran tetapi juga para Teungku

(ulama) yang tidak berani berkata sepatah kata pun ketika melihat kaum uleebalang berlaku tidak

pantas seperti minum brendi berdansa dan mengirim anak-anaknya ke sekolah Kristen Lihat

Anthony Reid Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan Sumatera hal 75

57

banyak persoalan yang terjadi maka ditetapkan sebagai wakil residen TRP

Mohd Ali yang tinggal di ibukota Kotaraja untuk mengatur pekerjaan-pekerjaan

residen Sedangkan T Nya‟ Arif bekerja di luar daerah Kotaraja untuk

menyelesaikan persoalan mengenai pertentangan pertempuran baik dengan

Jepang maupun masyarakat sendiri

Dalam periode ini atau sekitar empat bulan lamanya berakhir juga

kekuasaan uleebalang dan berganti dengan kekuasaan ulama Susunan Komite

Nasional Daerah adalah untuk sebagian besar terdiri dari anggota-anggota Para

Ulama oposisi dalam dewan dapat dikatakan tidak ada Dan segala urusan

mengenai penyelenggaraan pemerintahan berlangsung menurut kehendak para

ulama melalui organisasi PUSA Pada masa inilah pengeluaran pengumuman dari

pemerintah daerah yang mencap kaum uleebalang sebagai pengkhianat bangsa

dan agama Juga dari pihak tentara Jepang yang mengalami kesulitan di beberapa

daerah seperti di Meulaboh Kotaraja dan Langsa Peranan ketua Komite

Nasional Daerah Tuanku Mahmud sangat penting dalam mengatur kebijakan

dengan melakukan perundingan terus-menurus dengan Jepang sehingga

pertempuran dapat dibatasi sampai ke kota-kota tersebut dan tidak meluas ke

seluruh daerah Aceh Persatuan pemuda dalam organisasi pemuda Republik

Indonesia juga berperan dalam menyelesaikan persoalan dibawah pemerintahan

PUSA saat itu157

Masa residen Teuku Daudsyah pemerintah daerah sesudah pertengahan

bulan Januari 1946 T Daudsyah semasa pemerintahan Belanda adalah

Zelfbestuutder158

Idi suatu landschap di bagian Aceh Timur dan merupakan

bagian dari salah satu uleebalang-uleebalang yang tidak banyak jumlahnya yang

terlepas dari akibat-akibat pertentangan ulama-uleebalang Pada masa

pemerintahannya persoalan terjadi akibat yang ditimbulkan oleh gerakan Ali

Mujahid Gerakan ini pada hakikatnya lanjutan dari perang Cumbok suatu

pembersihan terhadap sisa-sisa partai feodal yang masih memegang peranan

dalam badan resmi Untuk mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi

157

MR S M Amin Op Cit hal 45-46 158

Pemerintahan sendiri masa kolonial Belanda

58

dibentuklah suatu Badan Eksekutif Susunan Badan Eksekutif pertama adalah

sebagai berikut

Ketua Residen Teuku Daudsyah

Wakil Ketua Mr S M Amin

Sekertaris Kamarusid

Anggota-anggota Sutikno Hasyim H M Zainuddin Mohd

Hanafiah R Insun

Kebijakan awal Badan Eksekutif adalah membuat peraturan-peraturan

mengenai harta anggota golongan uleebalang yang mengalami kekalahan di

persitiwa Cumbok159

Peraturan yang dimaksud antara lain

1 Pembentukan suatu badan yang mempunyai hak dan kewajiban

mengurus harta peninggalan mereka dari golongan uleebalang yang

telah tewas dalam peristiwa Cumbok

2 Memeriksa dan memutuskan tuntutan-tuntutan mengenai harta

peninggalan itu

3 Menetapkan penjualan sebagian dari harta peninggalan itu guna

pengganti kerugian yang diderita oleh pihak ulama sebagai akibat dari

pertempuran dalam peristiwa Cumbok

4 Putusan-putusan badan ini mempunyai kekuatan vonis yang tidak

dapat di apel

Dalam masa pemerintahan ini juga Aceh pertama kali menerima tamu-

tamu dari pusat pemerintahan yang berkewajiban mengadakan tinjauan dan

mempererat hubungan di antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah Pada

tanggal 21 Juli 1947 Belanda memulai suatu gerakan yang bertujuan melenyapkan

negara Republik Indonesia Meskipun sebagian besar di wilayah Jawa

Palembang dan Sumatera Timur sudah berhasil ditaklukan rakyat Aceh

159

Selanjutnya pemerintahan pimpinan residen T Daudsyah berjalan dengan baik dan

memuaskan Terlihat dari persoalan kekurangan yang dihadapi kesulitan-kesulitan dalam

hubungan kekurangan keuangan yang menyebabkan sebagian besar pekerjaan untuk kemakmuran

raykat Seperti membuat irigasi jalan-jalan jembatan obat-obat persekolahan untuk menunjang

mutu tentara

59

menghadapi agresi dengan satu tujuan yaitu mempertahankan negara sampai titik

darah penghabisan Reorganisasi dalam pemerintahan diwujudkan dalam

membentuk pemerintahan yang selaras Dan penetapan oleh Wakil Presiden Drs

Moh Hatta daerah Aceh dinyatakan sebagai daerah militer istimewa dengan

ditetapkannya seorang Tgk M Daud Beureueh sebagai Gubernur Militer yang

bertanggung jawab dalam pertahanan dan keamanan rakyat160

Kembali pada fokus kajian Menurut Cornelis van Dijk sejarawan Belanda

mengenai ldquodaftar hitamrdquo dalam sengkarut revolusi menimbulkan keresahan di

rakyat Aceh yang membakar Tanah Jeumpa pada awal 1950-an menjadi bahan

gunjingan yang hangat Pengirimnya disebut-sebut adalah pemerintah Ali

Sastroamidjojo melalui Jaksa Tinggi Sunarjo yang membawanya ke Medan Tapi

ada juga yang menyebutnya warisan kabinet Sukiman Yang isinya

menggambarkan puncak perseteruan pemerintah Jakarta dengan rakyat Aceh

Jakarta berencana membunuh 300 tokoh penting Aceh sumber lain menyebut 190

tokoh-melalui sebuah operasi rahasia Keputusan ini diambil setelah Jakarta

memastikan kawasan di ujung barat Sumatera akan menggelar pemberontakan

melawan pusat Tapi tak ada yang bisa memastikan keberadaan dokumen itu

Sejarawan Belanda lainnya BJ Boland dalam bukunya The Struggle of Islam in

Modern Indonesia menyebutkan sebetulnya surat itu tak pernah ada ldquoDesas-

desus itu diembuskan oleh politikus sayap kiri di Jakarta untuk menghantam

gerakan Islam di Acehrdquo katanya Secara tersirat Van Dijk menduga dokumen itu

ada ldquoDaftar nama itu barangkali sengaja dibocorkan dengan tujuan tertentu

Orang Aceh terkemuka merasa mereka akan ditangkap dan karena itu

memutuskan lari ke gunung161

Hal yang sama diungkapkan M Nur El-Ibrahimy yang mengungkapkan

bahwa Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dalam rapat paripurna DPR pada 2

November 1953 menyangkal telah menyusun daftar itu Tak penting benar apakah

dokumen itu ada atau tidak Yang pasti rumor tentang rencana pembunuhan itu

membuat pemberontakan Darul Islam di Aceh menemukan momentumnya

160

MR S M Amin Op Cit hal 54 161

Melalui sumber online httpsoalacehtumblrcom di akses pada 19 Juli 2016 Pukul

1912 WIB

60

Aktivis Darul Islam langsung pasang kuda-kuda Teungku Daud Beureueh salah

satu orang yang disasar oleh dokumen tersebut segera mengacungkan kapak

perang Daftar hitam adalah bukti yang menimbulkan kecurigaan kita bahwa

pencetus peristiwa berdarah itu adalah permainan lawan-lawan politik Teungku

Daud Beureueh untuk menghancurkan beliau dan kawan-kawan Sembilan tahun

Daud Beureueh memimpin sebuah gerakan perlawanan dengan bendera Darul

Islam Gerakan itu menjadi pembuka perlawanan Aceh pasca-era kolonial-sesuatu

yang hingga saat itu belum juga berakhir-dan memunculkan Daud Beureueh

tokoh besar yang sulit dilupakan sejarah ldquoLes hitamrdquo bukan satu-satunya alasan

mengapa peristiwa itu ada

Masa Gubernur Mr S M Amin dilantik ketika kunjungan Presiden

gubernur muda Sumatera Utara sebagai akibat perubahan pemerintahan di

Sumatera Dari satu provinsi yang dipimpin oleh gubernur Sumatera Mr T M

Hasan dengan ibu kota Bukit Tinggi menjadi tiga provinsi yaitu Sumatera Utara

Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan Dalam sistem provinsi Sumatera Utara

kerisidenan-keresidenan Tapanuli dan Aceh yang menyerupai keresidenan

otonom dihapuskan Selanjutnya residen dipimpin oleh Gubernur dan dijadikan

tiap-tiap kabupaten menjadi kesatuan yang memperoleh otonomi dibawah

pimpinan Bupati162

Pada reaksinya terlihat dua macam reaksi di masyarakat

Sumatera terhadap perubahan pemerintahan Sebagian rakyat pro terhadap

ketetapan baru sebagian lagi yang tidak banyak yang anti dan sebagian besar

tidak menunjukan reaksi Pelaksanaan undang-undang pembagian Sumatera

dalam tiga provinsi dimulai dengan pembentukan dewan perwakilan Sumatera

Utara yang teridiri dari anggota-anggota dewan perwakilan Sumatera yang

dihapuskan dan dalam dewan perwakilan ini mewakili Aceh Tapanuli atau

Sumatera Timur Rapat diadakan pada 13-16 Desember 1948 di Tapa‟ Tuan Hal

ini juga sebagai bukti tentang keinginan rakyat melangkahkan kakinya kearah

kesatuan negara163

162

Dalam penentuan ibu kota penunjukan Sibolaga sebagai ibu kota sementara dan

keinginan rakyat penetapan itu dicabut dan Kota Raja dijadikan sebagai ibu kota seiring

menunggu Medan dapat direbut kembali dari tangan Belanda 163

Dalam pelaksanaannya tentara dan rakyat sangat mentaati segala peraturan dan

tindakan-tindakan yang dikeluarkan dan dilakukan guna kepentingan pertahanan baik melalui

61

Masa wakil perdana menteri Mr Syarifudin Prawiranegara beriringan

dengan pembubaran pemerintah darurat penempatan Mr Syarifudin

Prawiranegara di daerah Aceh Sebagai Wakil Perdana Menteri Kekuasaan dalam

mengadakan perbaikan di pulau Sumatera dengan di bantu oleh suatu badan

penasihat yang terdiri dari komisaris pemerintah Panglima territorial teritorium

Sumatera dan beberapa orang yang ditunjukkan Peraturan-peraturan dibuat

mengenai terutama lapangan perekonomian Diadakan peraturan mengenai

panitia-panitia untuk mengurus pembelian barang-barang bagi pemerintah Dalam

mengatur harga pasaran untuk memperbaiki perekonomian di Sumatera Utara

untuk membantu dan mengawasi Bank Negara Berbeda mengenai peraturan

wakil Perdana Menteri tentang pemerintahan di Sumatera membawa perubahan

dalam struktur pemerintahan Peraturan yang membawa pembagian daerah

Sumatera Utara dari peraturan pemerintah darurat Republik Indonesia

menyerupai satu provinsi yang otonom menjadi dua provinsi yaitu provinsi Aceh

dan Tapanuli Sumatera Timur kelanjutannya pada masa Syarifudin

ditempatkannya dua daerah provinsi itu dibawah pimpinan Tgk M Daud

Beureueh dan Dr F- L Tobing sebagai gubernur164

Dalam bukunya Memahami Sejarah Konflik Aceh Mr S M Amin

memaparkan tentang pembagian daerah ini belum atau tidak dapat dipastikan

kebenarannya Ada isu yang mengatakan bahwa pembagian ini terkesan tergesa-

gesa dengan tidak memperhatikan keadaan dan dengan tidak mendengan

pemandangan dari instasi-instasi Dan tidak tahunya komisaris dan dewan

perwakilan provinsi Sumatera Utara Serta mengatakan bahwa perubahan yang

terjadi akibat desakan dari beberapa orang yang asli dalam daerah Aceh dan

Tapanuli dan yang menduduki tempat yang terpenting dalam pemerintahan

Dengan dasar keinginan rakyat ini Syarifudin beranggapan bahwa mereka yang

melakukan desakan adalah orang yang terkemuka dan berpengaruh dalam

masyarakat dan yang dapat dianggap representatif Adapun alasan Syarifudin

membuat keputusan prinsipil adalah sebagai berikut

1 Kepentingan penyempurnaan dan usaha melancarkan pemerintahan

ketetapan kebijakan pemerintah atau pun terkait pengawalan maupun instruksi-instruksi dalam

hubungan taktik bumi hangus 164

MR S M Amin Op Cit hal 67

62

2 Keinginan umum akan segera terbentuknya suatu sistem pemerintahan

daerah berdasarkan Undang-Undang No 22 tahun 1948165

Sedangkan keinginan umum yang menghendaki pembagian provinsi

Sumatera Utara dalam dua provinsi terbagi dalam tiga bagian yaitu

1 Sebagian besar yang tidak merasa berkepentingan (interese) dalam

soal dua atau satu provinsi yang tidak mengetahui dan tidak

mempunyai pengertian sedikit juga dalam persoalan ini

2 Sebagian kecil yang tidak menghendaki pembagian ini

3 Sebagian yang lebih kecil lagi yang menginginkan pembagian ini dan

berusaha dengan giat menciptakan keinginan menjadi kenyataan

Pada 17 Desember 1949 penetapan peraturan mengenai pemecahan

provinsi Sumatera Utara dalam dua provinsi Aceh dan Tapanuli Sumatera Timur

adalah suatu saat yang sangat berlainan dengan saat 30 September 1949

penetapan peraturan mengenai penyerahan kekuasaan luas pada wakil perdana

menteri Pada 30 September 1949 negara masih dalam konflik dengan kerajaan

Belanda Serangan yang terjadi oleh Belanda memungkinkan negara jatuh

kembali dalam kancah peperangan dan perhubungan Sumatera dan Jawa terputus

Berkaitan dengan Undang-Undang Dasar dari sejarah ketatanegaraan Indonesia

diketahui bahwa UUD yang berlaku telah beberapa kali berganti yaitu dari UUD

1945 kemudian diganti UUD RIS 1949 lalu berganti lagi dengan UUD

Sementara 1950 dan akhirnya kembali ke UUD 1945 Adapun kelima tahapan

perkembangannya itu adalah

1 Tahun 1945 UUD Republik Indonesia yang de facto hanya berlaku di

Jawa Madura dan Sumatera

2 Tahun 1949 UUD Republik Indonesia Serikat (RIS) yang berlaku di

seluruh Indonesia kecuali Irian Barat

3 Tahun 1950 UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlaku

diseluruh Indonesia kecuali Irian Barat

4 Tahun 1959 UUD Republik Indonesia 1945 UUD ini mulai 1959

berlaku diseluruh Indonesia termasuk Irian Barat

165

MR S M Amin Op Cit hal 70-71

63

5 Tahun 1999 UUD 1945 dengan amandemen dalam masa reformasi

Umumnya pergantian UUD mencerminkan anggapan bahwa perubahan

konstitusional yang dihadapi begitu fundamental Di Indonesia wewenang untuk

mengubah UUD ada ditangan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dengan

ketentuan bahwa kuorum adalah 23 anggota MPR sedangkan usul perubahan

UUD harus diterima oleh 23 anggota yang hadir dalam ketentuan di pasal 37166

Berbeda pandangan mengenai dasar dan hukum yang di terapkan

Soekarno Daud Beureueh ingin menciptakan hukum Islam di Indonesia Dimana

hukum Islam sendiri merupakan hasil dialektika167

otoritas yang didukung oleh

wahyu dengan konteks sosialnya Pembentukan hukum Islam berawal dari proses

dialektis dimana elemen-elemen tradisi masyarakat diambil dimodifikasi dan

dihapus sesuai dengan nilai moral yang ingin ditanamkan oleh Islam Perubahan

tradisi tersebut tidak berjalan revolusioner melainkan melalui proses evolusi168

Pranata yang didukung oleh Islam adalah sebuah pranata yang lahir dalam sebuah

masyarakat tradisional yaitu masyarakat yang dibimbing oleh nilai-nilai dan

kesucian tradisi bukan oleh hukum positif yang dihasilkan oleh organisasi negara

Dalam konteks ini hukum Islam bersifat arbitratif dan moral169

Pada

perkembangannya dalam penerapan hukum Islam di Aceh peran ulama sangat

berpengaruh terutama dalam organisasi Para ulama sebagai pemegang otoritas

keagamaan dalam Islam mempunyai peran penting yang berfungsi sebagai

pemberi fatwa ketika muncul persoalan di kalangan umat Islam Peradilan dalam

166

Miriam Budiardjo Op Cit hal 182-183 167

Dialektika adalah logika gerak atau suatu bentuk pemahaman yang sifatnya umum 168

Perubahan tersebut dapat terjadi karena adanya proses transformasi otoritas sehingga

perubahan memiliki legitimasi di masyarakat Perubahan pertama yang dilakukan oleh Al-Qur‟an

terhadap tradisi masyarakat pra-Islam terjadi dalam bidang hukum keluarga dan merupakan

pencapaian terbesar Seperti pernikahan bersama dengan waris membentuk hukum perdata Islam

dan menjadi elemen paling jelas dan tegas dalam skema hukum Islam Khususnya pernikahan

mencerminkan penataan Al-Qur‟an terhadap pranata sosial dasar di masyarakat 169

Arbitrative yaitu suatu proses yang menggunakan cara melalui pihak ketiga sebagai

penengah atau menciptakan solusi Sedangkan moral sesuatu yang berkaitan dengan velue (nilai)

dalam tindakan yang memiliki sesuatu nilai positif Moral secara eksplisit adalah hal-hal yang

berhubungan dengan porses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses

sosialisasi

64

sejarah Islam diisi oleh para ulama dengan referensi hukum hasil dari ijtihad

bukan hukum hasil legalisasi lembaga legislatif170

Kajian lebih mendalam mengenai hukum Islam ketika persoalan muncul

tatkala hukum keluarga Islam khususnya yang menyangkut pernikahan

bersentuhan dengan negara modern Melahirkan sebuah sistem kekuasaan politik

baru dimana legitimasi aparatusnya tidak diperoleh melalui tradisi melainkan

dari aturan hukum formal Sistem otoritas yang membentuk negara modern

tersebut adalah sistem otoritas legal rasional171

Ini merupakan suatu krisis otoritas

hukum Islam terhadap modernisasi zaman Faktor lain mengenai modernitas dan

krisis otoritas ditandai beberapa hal

1 Munculnya negara bangsa (nation state) yang kemudian menjadi

model umum negara di abad ke-20 M

2 Tumbuhnya rasionalitas dalam sistem sosial yang ditandai dengan

munculnya organisasi-organisasi sosial

3 Sebagai konsekuensi dari fenomena pertama dan kedua adalah

tumbuhnya otoritas legal-rasional yang didasarkan atas sistem

keorganisasian

4 Munculnya tren unifikasi dan kodifikasi hukum sebagai akibat dari

semakin berkembangnya otoritas legal-formal dengan negara sebagai

pilarnya

Fenomena modern yang mempengaruhi sistem otoritas menurut Bernard

Weiss menyatakan bahwa meskipun hukum Islam sama dengan hukum Romawi

dalam hal bahwa hukum adalah hasil dari para ahli hukum (jurist law)

Perbedaannya antara kedua hukum tersebut adalah pertama kerja para ahli hukum

Romawi dibatasi oleh kegiatan legislatif yang dilakukan oleh negara baik oleh

senat maupun kaisar Sedangkan dalam sistem hukum Islam tradisional negara

170

Ahwan Fanani Otoritas Dalam Hukum Islam (Artikel dalam Jurnal Justitia Islamica

Vol 7 No 1 Jan-Juni 2010) hal 3 171

Menurut Max Weber peran dan bentuk otoritas dibagi menjadi tiga yaitu pertama

legal-rasional otoritas yang bersandar pada legitimasi rasional yaitu yang berpijak kepada

legalitas pola aturan normative dan formal Kedua tradisional otoritas yang bersandar kepada

legitimasi tradisional yaitu kepercayaan yang mapan kesucian tradisi masa lalu dan legitimasi

orang-orang yang melaksanakan otoritas tersebut Ketiga kharismatis otoritas yang bersandar pada

legitimasi charisma yaitu yang berpijak pada kesucian tertentu kepahlawanan atau karakter

teladan dari seorang individu dan pola normative yang ia tunjukan

65

tidak memiliki kekuasaan legalisasi Negara hanya bisa menegakan hukum tetapi

tidak memiliki hak untuk membuat hukum Kedua hakim-hakim dalam tradisi

hukum Romawi memiliki keleluasaan dalam memutuskan hukum karena

keputusan hukum didasarkan atas kekuatan intuisinya172

Sementara dalam tradisi

hukum Islam para ahli hukum diikat oleh sumber formal yaitu teks Otoritasnya

lebih didasarkan atas keterampilannya menjabarkan teks dibandingkan oleh

kebijaksanaannya173

Upaya menjadikan hukum Islam sebagai hukum positif menuai pro dan

kontra Hukum Islam yang muncul di Indonesia tidak lepas dari dinamika sejarah

negara Indonesia Jauh sebelum kedatangan penjajah dari Eropa perkembangan

Islam dengan munculnya lembaga pendidikan seperti surau langgar madrasah

dan pesantren telah memberikan kontribusi pengetahuan mengenai kultur agamis

yang kuat di masyarakat Sehingga hukum Islam di Indonesia merupakan hukum

yang banyak di bentuk dan terinspirasi oleh kekuatan dari budaya agamis dan

relegius Dari lembaga pendidikan itu sumber-sumber utama informasi dan

penyuluhan masyarakat Mengajarkan berbagai keilmuan utamanya ilmu agama

yang didominasi kajian fikih kajian yang tidak lepas dari permasalahan hukum

Islam Dari akar sejarah yang kuat inilah pondasi cita-cita masyarakat Aceh

terbentuk karena Islam memperkenalkan suatu tradisi hukum baru di Indonesia

Dengan menawarkan dasar-dasar perilaku sosial yang rata dan sebanding juga

menyumbangkan konsepsi baru hukum di Indonesia Dan sifatnya yang elastis174

mengubah ikatan kesukuan dan kedaerahan menjadi ikatan yang universal175

Di kalangan masyarakat Aceh sendiri diketahui memiliki sikap tertutup

dan mempunyai pandangan tersendiri tentang segala sesuatu mengenai

penghidupannya Sebagai akibat dari sikapnya ini masyarakat didaerah dapat

dikatakan bersifat ldquostatischrdquo (tidak berubah-ubah) aliran-aliran baru tidak masuk

sehingga alam pikiran masyarakat tetap sebagai berpuluh tahun kebelakang176

172

Hal itu terjadi karena hakim dipandang sebagai orang yang bijaksana sehingga

keputusan hukum dilihat dari kemampuannya menggali nilai keadilan 173

Ibid hal 19-20 174

Bersifat Elastis dalam konteks ini memperhatikan berbagai segi kehidupan dan tidak

memiliki dogma yang kaku keras dan memaksa 175

Shohibul Itmam Transformasi Hukum Islam Menuju Hukum Positif Dalam Konteks

KeIndonesiaan (Artikel dalam Jurnal Justitia Islamica Vol 7 No 1 Jan-Juni 2010) hal 39-40 176

MR S M Amin Op Cit hal 76

66

Dalam pengertiannya mengenai hukum Islam di daerah Aceh adalah segala

peraturan yang bersifat hukum kekeluargaan yang berlaku atas anggota

masyarakat asli terkecuali beberapa kebiasaan dalam perkawinan yang tidak

bersifat prinsipil Selain itu rakyat Aceh adalah ldquoIslam mindedrdquo dan dalam cara

berpikir mereka pada umumnya tidak ada tempat bagi hukum terhadap persoalan

sehari-hari yang tidak berasal dari hukum Islam Ulama-ulama mengetahui bahwa

sebenarnya bukanlah seluruh hukum yang berlaku atas rakyat adalah hukum

Islam akan tetapi masih juga ada soal-soal yang diputuskan menurut dasar hukum

lain menganggap bahwa berlakunya peraturan-peraturan yang tidak berdasar

Islam adalah suatu keadaan yang tidak sempurna yang seharusnya mengalami

perubahan177

Dalam penerapannya mengenai hukum sejarah Aceh menyatakan bahwa

diantara kepala adat dan kepala agama terdapat pertentangan paham Ulama

mempunyai kekuasaan kehakiman terbatas mengenai hal perkawinan frail yang

berusaha dan bertujuan memperluas kekuasaan dan mempertahankan hak-hak

yang diserahkan organisasi ketatanegaraan olehnya Sedangkan adathoofden178

berusaha sebaliknya yaitu dengan memperkecil hak hakim agama sedapat

mungkin Ini merupakan suatu persoalan kedapatan prinsip (dasar) pembagian

kekuasaan diantara hakim agama dan hakim adat Aliran Islam ini berada di

segala kehidupan menyerupai suatu faktor yang tidak dapat diabaikan meskipun

banyak yang tidak menyetujui golongan Islam yang dianggap fanatic kolot dan

tidak selaras dengan keadaan Dan golongan anti Islam ini terdapat juga

didalamnya mereka yang telah memperoleh didikan agama secara modern di luar

negeri179

dan mereka yang telah pernah menerima didikan Barat mempunyai

pandangan yang lebih luas dalam melaksanakan hak dan kewajiban yang

sempurna180

177

Keadaan dalam menetapkan peranan hukum Islam di kehidupan sehari hari disebabkan

oleh tindakan sewenang-wenang dari uleebalang yang senantiasa berusaha agar masyarakat beralih

dari sifat keIslaman dan menuju kepada adat dengan maksud agar lebih sempurna dan dapat

memerintah rakyatnya 178

Adat hoofd adalah Kepala adat 179

__________ Tentang Soal Memulihkan Keamanan di Atjeh (Artikel WAKTU No

23 Tanggal 25 Juni 1955) 180

MR S M Amin Op Cit hal 87-89

67

Mengenai ideologi dasar sebuah negara Pancasila Daud Beureueh

dianggap anti Pancasila dan dirasa perlu keluar dari Republik Indonesia Tetapi

hal itu di sanggah ketika pada 15 Oktober 1945 Daud Beureueh bersama tiga

orang ulama besar mengeluarkan pernyataan politik yang dimaksudkan bahwa

umat Islam mempertahankan Republik Indonesia yang berdasar Pancasila wajib

hukumnya dan gugur dalam perjuangannya dianggap mati syahid Pernyataan ini

ditanda tangani oleh empat orang ulama besar yaitu Tengku haji Jakfa Siddik

Lamjabat Teungku Haji Ahmad Hasballah Indrapuri Teungku Haji Muhammad

Hasan Krungkale dan Teungku Muhammad Daud Beureueh Para pengamat

politik yang dengan seksama mengikuti perjalanan dan mengantar Daud Beureueh

ke mimbar proklamasi Darul Islam di Aceh mengatakan bahwa ada usaha-usaha

yang sistematis dan berencana yang bertujuan mendorong sebagian rakyat Aceh

berjuang dalam mewujudkan apa yang dicita-citakannya181

C Upaya Penyelesaian Akhir Pemberontakan DITII Aceh

Kasus yang terjadi di Aceh dalam fase perubahan sistem pemerintahan

bukanlah suatu kemauan rakyat sejati menjadi pimpinan dalam pemerintahan

melainkan seseorang ahli bicara (demagog) Siapa yang pandai bicara dan tidak

mempunyai rasa tanggung jawab yang cukup sangat mudah mempergunakan

rakyat umum sebagai alat untuk memenuhi keinginannya asalkan ahli bicara

mengetahui pokok-pokok keinginan umum dan tidak melampaui batasan-

batasannya Dengan memperhatikan pokok keinginan rakyat umum dan dalam

batas-batas pokok keinginan umum dapat diatur siasat untuk mencapai tujuan

Hal nyata ini yang menjadi alasan bahwa kekuatan Daud Beureueh dalam

pemberontakan berjuang menegakan syariat Islam adalah kekuatan lidah karena

sebagian besar rakyat Aceh didalam gerakan DITII Aceh di rekrut diajak dan

atas kemauannya sendiri melalui ajakan dakwah-dakwah dan pidato-pidato yang

dilakukan oleh Daud Beureueh pada khotbah-khotbahnya Inti dari situasinya

adalah mengikuti kemauan rakyat dipimpin oleh rakyat bukan yang memimpin

diluar kemauan rakyat dan walaupun dapat bersiasat sehingga keinginannya

sendiri dapat tercapai tetapi yang utama adalah tentang keinginan rakyat

181

A Hasjmy Op Cit hal 115

68

Selanjutnya Aristoteles menyatakan bahwa pemerintahan yang tersebut pada

hakikatnya adalah pemerintahan ldquomassardquo (gerombolan) yang mendiktekan

keinginannya secara sewenang-wenang Dan pemimpin dalam pemerintahan ini

tidak dapat memandang luas Pandangannya terbatas pada suasana daerah tidak

dapat meluas keluar daerah Serta tidak dapat melihat turun naiknya pertumbuhan

perjuangan nasional tidak dapat melihat perubahan dalam pelaksanaan tugas dan

juga tidak dapat melihat perubahan dalam perkembangan politik182

Pada hasil perjuangan dalam peristiwa berdarah ini dilalui oleh proses

untuk mencapai suatu kesepakatan Adapun langkah-langkah penyelesaian

persoalan konfrontasi antara rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beureueh dan

pemerintah pusat diawali dengan munculnya Dewan Revolusi yang diketuai oleh

A Gani Usman Dengan adanya gencatan senjata para pejuang dari masyarakat

Aceh mulai kembali pulang ke kampung untuk menjenguk keluarga serta

mengamati perkembangan kota-kota Alasan perjuangan Daud Beureueh

melakukan gencatan senjata adalah sebagai berikut

1 Pemimpin pemimpin pejuang menghindari Aceh dari kehancuran

akibat tekanan yang kuat dari pemerintah pusat dalam memberantas

perjuangan rakyat Aceh yang dianggap pemerintah sebagai suatu

pemberontakan

2 Sebagian rakyat Aceh dalam kubu Daud Beureueh telah letih berjuang

dan bosan hidup didalam hutan selama 6 tahun rentang tahun 1953-

1959

Munculnya Dewan Revolusi menandai pecahnya kaum pemberontak yang

terbagi menjadi dua kubu Antara kubu Tgk M Daud Beureueh Hasan Ali Ilyas

Leube dengan Trio Hasan Saleh Ayah Gani dan Husin Almujahid Kemelut

politik yang terjadi antar keduanya puncaknya terjadi pada tanggal 15 Maret 1959

melalui seruan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Negara Bagian Aceh (NBA)

Tentara Islam Indonesia Hasan Saleh sebagai menteri urusan perang telah

mengambil alih pimpinan NBA sipil dan militer dari tangan wali negara Daud

Beureueh Dan dalam menggantikan kabinet dibentuk lah Dewan Revolusi

182

MR S M Amin Op Cit hal 115-116

69

dibawah pimpinan A Gani Usman Beriringan dengan dibentuknya kubu

tandingan oleh Hasan Saleh kabinet Hasan Ali dibubarkan Kemudian

selanjutnya diserukan kepada rakyat umum supaya membantu Dewan Revolusi

dengan tujuan membawa rakyat Aceh ketempat yang mulia dan bahagia Seruan

itu ditandatangani oleh Tgk Amir Husin Almujahid selaku Ketua Dewan

Perwakilan Rakyat NBA (Majelis Syura)183

Pada tanggal 26 Maret 1959 keluar komnike No 2 dari Dewan Revolusi

yang dinamakan pernyataan Wali Negara NBA NII dalam pernyataan itu

dinyatakan bahwa ldquoDewan Pertimbangan diubah dengan sebutan Wali Negara184

Pokok dalam pernyataan ini adalah bahwa Dewan Revolusi NBA NII akan

meneruskan permusyawaratan dengan pemerintahan Republik Indonesia serta

menjadikan musyawarah ini sebagai prinsip bukan taktik185

Dengan keluarnya

pernyataan-pernyataan dari kedua belah pihak adalah bukti nyata bahwa di Aceh

telah terdapat dua Negara Bagian Aceh NII Yang pertama dibawah pimpinan

Daud Beureueh dan yang kedua dibawah pimpinan Hasan Saleh Selanjutnya

musyawarah dilakukan antara Dewan Revolusi dengan Pemerintah RI Pada

tanggal 23 Mei 1959 utusan pemerintah RI melalui Wakil Perdana Menteri I Mr

Hardi atau yang lebih dikenal dengan Misi Hardi yang terdiri dari 29 anggota

antara lain Menteri Negara Urusan Stabilisasi Ekonomi dan Wakil Kepala Staf

Angkatan Darat Jenderal Mayor Gatot Subroto Pada tanggal 24 Mei 1959

dilakukan pembicaraan-pembicaraan penting di segala bidang dengan KDMA dan

Gubernur atau Kepala Daerah Aceh sebagai persiapan permusyawaratan dengan

Dewan Revolusi

Pada tanggal 25 Mei 1959 musyawarah antara Misi Hardi dengan Dewan

Revolusi yang terdiri dari 25 anggota antara lain A Gani Usman (Ayah Gani)

183

El Ibrahimy Op Cit hal 165-166 184

Dalam komunike No 1 tidak ada Dewan Pertimbangan dan yang ada Dewan

Perwakilan Rakyat NBA (Majelis Syura) 185

Pengertian ldquoprinsip bukan taktikrdquo disini adalah bermusyawarah memperbincangkan

semua soal melalui diplomasi dan bukan dalam artian menyerah Dan dengan musyawarah bukan

untuk mencari menang atau kalah melainkan hasil musyawarah kelak bisa diterima disebagian

masyarakat Aceh dan pihak pemerintah RI juga menerima sebagian cita-cita kedua belah pihak

Jadi inilah yang dinamakan perdamaian adanya persatuan dan kembali bersatu sebagai hasil

musyawarah bukan merupakan penyerahan atau menyerah melainkan kewajiban masyarakat RI

untuk melanjutkan cita-cita pada revolusi 17 Agustus 1945 yang sudah menjadi kewajiban suci

umat Islam di Aceh dulu dan sampai saat ini

70

sebagai ketua Amir Husin Almujahid Hasan Saleh Husin Jusuf T M Amin T

A Hasan Ishak Amin dan A Gani Mutiara Musyawarah yang berjalan lancar

dan harmonis terlihat dari butir-butir hasil pemikiran Adapun hasil pemikiran

musyawarah antara Dewan Revolusi dan Misi Hardi adalah sebagai berikut

1 Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia tanggal 26 Mei 1959

No 1Misi1959 yang pokoknya menyatakan bahwa Daerah

Swantantra Tingkat I Aceh dapat disebut ldquoDaerah Istimewa Acehrdquo

dengan catatan bahwa kepada daerah tersebut tetap berlaku ketentuan-

ketentuan mengenai Daerah Swantantra Tingkat I seperti termuat

dalam undang-undang No 1 tahun 1957 tentang pokok-pokok

Pemerintahan Daerah begitu pula lain-lain peraturan perundangan

yang berlaku untuk Daerah Swantantra Tingkat I mengenai otonomi

yang seluas-luasnya terutama dalam keagamaan peradatan dan

pendidikan186

2 Segala aparat dari NBA NII (MiliterPolisiSipil) diterima ke dalam

pasukan yang bernama pasukan Tgk Tjhik di Tiro sebagai bagian dari

Komando Daerah Militer Aceh Iskandar Muda Sesuai dengan

pernyataan Misi Pemerintah Pusat yang bertanggal Kutaraja 26 Mei

1959

3 Pemerintah akan membantu sekuat tenaga dalam batas-batas

kemampuan negara pembangunan semesta di Aceh terutama dalam

bidang-bidang yang langsung menyentuh kepentingan rakyat jasmani

dan rohani sebagai langkah pertama untuk merealisir maksud

pemerintah tersebut Misi Pemerintah Pusat telah membawa otorisasi

sejumlah 884 juta rupiah

Dalam rangkaian tujuan-tujuan hasil dari pemikiran pada musyawarah

dengan Pemerintah Pusat melalui Misi Hardi maka Dewan Revolusi NBA NII

telah187

186

Keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959 Yang dibuat dalam menyelesaikan

persoalan di Aceh melalui musyawarah keputusan dari kedua belah pihak Pernyataan yang

diterangkan oleh Panglima KDMA 187

El Ibrahimy Op Cit hal 168-169

71

1 Menyatukan diri ke dalam Republik Indonesia untuk melanjutkan

revolusi nasional 1945 dengan berlandaskan Undang-Undang Dasar

1945 untuk mencapai kebahagiaan kamakmuran dan ketinggian

agama nusa dan bangsa

2 Melebur organisasi NBA Sipil dan Militer ke dalam tubuh Pemerintah

Republik Indonesia secara wajar188

Selain dari dalam kubu yang sudah terpecah menjadi dua pemulihan

keamanan Aceh juga dilakukan secara terus-menerus oleh pihak pemerintah pada

masa Kol M Jasin kepada pihak Daud Beureueh Melalui Kol Jasin yang datang

ke Aceh sebagai panglima KODAM I Iskandar Muda menggantikan Panglima

Sjamaun Gaharu dimana Aceh dalam suasana bergolak Tujuannya adalah

menciptakan ketenangan yang dapat dipelihara dan seruan kembali ke pangkuan

Ibu Pertiwi terhadap pihak pejuang dibawah pimpinan Daud Beureueh Dalam

mencapai tujuannya Kol Jasin menyerukan kampanye pemulihan keamanan Aceh

kesetiap daerah-daerah dan kecamatan-kecamatan di Aceh Pada pidatonya

tanggal 2 Maret 1962 Kol Jasin mengatakan bahwa ldquoia dari pihak pemerintah

pusat mengajak kepada masyarakat ramai-ramai untuk membantunya dalam

penyelesaian keamanan di Aceh yang terjadi sekitar 8 tahun yang membuat

banyak masyarakat menderita Bantuan dari masyarakat mengenai penyelesaian

keamanan Aceh merupakan tanggung jawab dari semua pihak baik dari kalangan

pemerintah pusat atau pun masyarakat di daerah Aceh Dan kemudian gerakan

kampanye menyerukan penyelesaian keamanan oleh Kol Jasin di akhiri di Aceh

Timur Langsa dan mengatakan bahwa seluruh daerah Aceh kembali menjadi

daerah yang aman dari Darulharb menjadi Darussalam189

Selanjutnya penyelesaian keamanan dilakukan oleh Kol Jasin dengan

Daud Beureueh Dimulai melaluit surat-menyurat antar keduanya pada tanggal 7

Maret 1961 Dalam surat itu Kol Jasin menyampaikan bahwa beliau oleh

atasannya telah diberi amanat bahwa pemerintah Republik Indonesia masih tetap

mengharapkan kembalinya Daud Beureueh dengan cara yang baik demi

188

Seperti tercantum dalam surat penyataan Dewan Revolusi Gerakan Revolusioner Islam

Aceh bertanggal 26 Mei 1959 189

Pidato Panglima Jasin dalam musyawarah kerukunann Rakyat Aceh pada bulan

Desember 1962

72

kebahagiaan rakyat dan daerah Aceh Pada tanggal 4 Agustus 1961 respon

dilakukan oleh Daud Beureueh melalui utusan pribadinya A R Hasjim kepada

Panglima Jasin untuk menyampaikan isi hatinya tentang apa cita-citanya kepada

beliau Dan pada tanggal 5 Agustus 1961 Kol Jasin mengirimkan surat kembali

menyatakan keharuannya atas kesediaan Daud Beureueh mengirimkan utusan

pribadinya dan menjadikan sebuah isyarat bagi penyelesaian keseluruhan

persoalan Aceh Kemudian pada tanggal 2 November 1961 pertemuan antar Kol

Jasin dan Daud Beureueh terlaksana di Langkahan Simpang Ulim daerah Aceh

Timur190

Pertemuan yang diliputi suasana ramah tamah dan persahabatan itu Daud

Beureueh menyampaikan keinginannya untuk melakukan pertemuan kepada pihak

yang lebih tinggi dengan mengutus M Hasballah Daud191

kepada Menteri

Keamanan Nasional Jendral Nasution di Jakarta Dalam rangka usaha

penyelesaian keamanan lahir dan batin di seluruh Aceh Keinginan Daud

Beureueh di setujui oleh Kol Jasin dan bersedia membantu pelaksanaannya192

Pada tanggal 21 November 1961 M Hasballah Daud yang ditemani oleh Letkol

Nyak Adam Kamil Kastaf KODAM I Iskandar Muda dan Kapten A Manan dari

Staf I diterima oleh Jendral Nasution yang didampingi oleh Letkol Barkah Pada

pertemuan antara kedua belah pihak ini menghasilkan pokok tujuan yang sama

Yaitu dengan menyambut Da‟wah Daud Beureueh itu Jendral Nasution

menyatakan bahwa apa yang terkandung dalam Da‟wah itu telah tercakup oleh

Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia No 1Misi Hardi tahun 1959

Kepada daerah Aceh selain telah dibenarkan dalam penyebutannya menjadi

Daerah Istimewa Aceh pun telah diberikan keistimewaan dalam tiga bidang yaitu

agama peradatan dan pendidikan sebagai wadah Jendral Nasution telah member

kuasa penuh kepada peperda dan pemerintah daerah Aceh untuk mengatur

190

El Ibrahimy Op Cit hal 181 191

M Hasballah Daud adalah Anak dari Tgk M Daud Beureueh Didalam Tentara Islam

Indonesia menjabat sebagai Kepala Staf 192

Dari surat Tgk M Daud Beureueh kepada Menteri Keamanan Nasional Jendral

Nasution yang dibawa oleh M Hasballah Daud berisi ketidakpuasan Daud Beureueh terhadap

Panglima KODAM I Iskandar Muda Kol Jasin Karena beranggapan bahwa Kol Jasin tidak

mempunyai wewenang yang cukup dalam memberikan suatu keputusan mengenai tuntutan yang

diajukannya Daud beureueh ingin mengemukakan langsung keinginannya itu kepada Menteri

Keamanan Nasional dengan harapan keinginannya dapat terkabul

73

pelaksanaannya Dan menghimbau agar seluruh masyarakat Aceh dan alim ulama

mengisi keputusan itu dengan membantu pelaksanaannya193

Usaha pemulihan Aceh tidak selalu berjalan dengan lancar terlihat ketika

surat Daud Beureueh yang bertanggal 16 Desember dengan segala lampirannya

yang disampaikan melalui M Hasballah Daud dan Baihaqi A K kepada Menteri

Keamanan Nasional di Jakarta Terhambat saat Kol Jasin melihat surat itu dengan

segala lampirannya Kol Jasin tidak mengizinkan mereka berangkat ke Jakarta

untuk menyampaikan surat tersebut kepada Jendral Nasution Dan ada surat tidak

resmi bertanggal 16 Desember 1961 yang maksudnya menjelaskan kepada

Jendral Nasution tentang hakikat dari pada Islam tidak saja berarti aqidah dan

ibadah akan tetapi mencakup apa yang dinamakan ldquonizhamrdquo yaitu pengaturan

hidup dan kehidupan manusia sebagai jawaban atas surat Jendral Nasution tanggal

21 November 1961 Seiring dengan tidak diizinkannya pertemuan ke Jakarta

maka berakhirlah surat-menyurat antara Daud Beureueh dan Jendral Nasution

Selain dengan Kol Jasin benturan juga terjadi dengan Hasan Ali Hasan Ali

sebagai Perdana Menteri Republik Islam Aceh berangkat keluar negeri untuk

bertemu dengan Mr S M Amin mantan Gubernur Sumatera Utara untuk

melakukan pertemuan dalam persoalan pemulihan keamanan diseluruh Indonesia

umumnya dan di Aceh khususnya194

Selanjutnya Hasan Ali menyetujui tuntutan Mr S M Amin dan isi teks

baru yang telah disetujui adalah sebagai berikut

A Mengenai umum

193

Mengenai keputusan Daerah Istimewa Aceh Daud Beureueh tidak puas dengan

keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959 (Misi Hardi) Meskipun sudah dibenarkan daerah

Aceh memakai nama ldquoDaerah Istimewa Acehrdquo akan tetapi keistimewaan yang sebenarnya tidak

ada Keistimewaan Aceh yang dimaksud keistimewaan yang bersumber dalam jiwa raga yang

sangat ldquofanaticrdquo pada agama Islam Memobilisasi keadaan dalam masyarakat adalah terutama

memelihara perasaan keagamaan ini menghindarkan segala sesuatu yang sifatnya dapat

menyinggung 194

Pertemuan antara Hasan Ali dan Mr S M Amin dilakukan di Malaya (Malaysia)

sebelum keberangkatan Amin menuju Bangkok dan Hongkong Adapun pokok-pokok persetujuan

yang telah dicapai antara Hasan Ali dan Mr S M Amin mengenai Aceh adalah sebagai berikut

1 Menyetujui hal-hal yang telah tercapai dalam persetujuan-persetujuan dengan Dewan

Revolusi

2 Mengembalikan Aceh ke dalam alam demokrasi dan mengadakan pemilihan umum

untuk DPRD DPRD ini kemudian memilih Gubernur

3 Pemimpin-pemimpin yang memberontak tidak dipindahkan dari daerah Aceh

74

1 Menyetujui pemulihan keamanan ditempuh secara integral melalui

pusat organisasi masing-masing Dalam hal ini Aceh mengambil

inisiatif ke jurusan itu

2 Mengadakan pemilihan umum secepat-cepatnya untuk

Konstituante Parlemen Presiden dan DPR-DPR Daerah atas dasar

Undang-Undang Pemilihan Umum No 7 tahun1953

3 Golongan-golongan dan perorangan yang bertentangan dengan

Pemerintah Republik Indonesia baik yang mengangkat senjata

maupun yang tidak berhak kembali dalam kegiatan politik

4 Mengadakan amnesti umum dan rehabilitasi tanpa pengecualian

B Mengenai Aceh khususnya

1 Mendukung sepenuhnya persesuaian tersebut dan memikul semua

konsekuensinya

2 Menyetujui berlaku sepenuhnya persetujuan-persetujuan yang telah

tercapai antara Pemerintah Republik Indonesia dan Dewan

Revolusi Aceh

3 Menyetujui penggantian kerugian rakyat umumnya sebagai akibat

persengketaan bersenjata di Aceh

4 Pemimpin-pemimpin yang mengadakan perlawanan bersenjata

tidak dipindahkan dari daerah dan kalau mereka menyukai

ditampung oleh Pemerintah kemana saja mereka sukai195

Rasa kekecewaan terlihat ketika Hasan Ali tidak bijaksana Terlihat dari

pertemuan yang dilakukan diluar negeri sangat memakan banyak waktu hampir

sekitar empat bulan lamanya Daud Beureueh merasa kesal dengan berlama-

lamanya Hasan Ali di luar negeri sedangkan keadaan Aceh kian hari kian

memilukan hati Daud Beureueh menganggap hal ini sebagai bentuk kesengajaan

untuk memperlama tinggalnya Hasan Ali di luar negeri sedangkan usaha-usaha

menghancurkan Republik Islam Aceh dari dalam terus dijalankan dengan segiat-

giatnya Pertemuan berikutnya dihadiri oleh Tritunggal yaitu Panglima

195

El Ibrahimy Op Cit hal 191-192

75

Gubernur dan Kepala Polisi ldquoDaerah Istimewa Aceh Kepala Staf KODAM I

Iskandar Muda Kepala Kehakiman Kepala Kejaksaan dan Kepala Mahkamah

Syariah Pokok laporan Daud Beureueh dan stafnya serta pasukan Ilyas Leube

akan bersedia ke pangkuan Ibu Pertiwi dengan syarat bahwa Daerah Istimewa

Aceh dilaksanakan unsur-unsur Syari‟at Islam dalam batas-batas yang

dimungkinkan perundang-undangan negara Kemudian setelah mendengar

keinginan Daud Beuereueh Kol Jasin mengatakan bahwa akan mempertaruhkan

jabatannya untuk menyetujui keinginan Daud Beuereueh dengan mengeluarkan

suatu keputusan PEPERDA

Dan pada tanggal 21 Mei 1962 di Banda Aceh di adakanlah kenduri besar

sebagai tanda bersyukur kepada Tuhan dan sebagai manifestasi kegembiraan atas

pulihnya keamanan di seluruh Aceh dan terciptanya perdamaian yang sudah

sekian lama dinanti-nantikan baik oleh pemerintah maupun oleh rakyat

Tercapainya persetujuan mengenai penyelesaian keamanan yang terakhir antara

Kol Jasin dan Daud Beureueh tidak hanya menimbulkan kelegaan dan

kegembiraan di kalangan rakyat akan tetapi juga berdampak di kalangan staf

Daud Beureueh seperti juga dikalangan staf KODAM I Iskandar Muda Dengan

pulihnya keamanan secara menyeluruh seluruh kekuatan baik pemerintah

maupun rakyat dapat dikerahkan untuk melaksanakan pembangunan daerah Aceh

yang memiliki banyak potensi ekonomi yang sangat bermanfaat baik untuk

kemajuan daerah Aceh atau pun untuk kemajuan negara196

Pertentangan diantara kaum republik Daud Beureueh melalui DITII

dengan pemerintah pusat telah menimbulkan ketegangan antara rakyat yang

memperjuangkan DITII Aceh dengan Jakarta Ini membuat usaha damai yang

hendak dicapai dan dilaksanakan dengan cara keras berupa tekanan oleh TNI di

satu pihak di samping pemberian amnesti dan abolisi197

kepada anggota DITII di

pihak lainnya Dengan menggunakan kedua cara ini secara tidak langsung telah

mendorong beberapa tokoh DITII Aceh termasuk Hasal Ali selaku Perdana

196

El Ibrahimy Op Cit hal 216 197

Amnesti adalah pengampunan atau penghapusan hukuman yang diberikan kepala

negara kepada seseorang atau sekelompok orang yang telah melakukan tindak pidana tertentu

Sedangkan abolisi adalah peniadaan peristiwa pidana dengan cara menghapuskan membatalkan

atau mengakhiri

76

Menteri DITII Aceh Mereka mengubah pendapat bahwa tidak ada manfaatnya

lagi untuk melanjutkan permusuhan dengan Jakarta sebaliknya sudah tiba

masanya untuk meletakkan senjata dan kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi198

Hal

ini membuktikan bahwa teori mengenai konflik menurut MR S M Amin adalah

benar tentang perubahan sifat pada koflik yang terjadi antara rakyat Aceh dan

pemerintah dari awalnya bersifat revolusioner menjadi evolutioner

Dari pemaparan di atas jelas sikap Daud Beureueh menentang atau tidak

pro feodal Pada masa perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh Mr S M

Amin menerangkan bahwa terjadi revolusi nasional dan revolusi sosial Revolusi

sosial adalah revolusi terhadap pengkhianat Cumbok Peristiwa Cumbok199

atau

perang saudara adalah konflik antara uleebalang yang bekerjasama mengatur

sistem pemerintahan bersama Belanda dengan ulama yang mempunyai prinsip

anti penjajahan Sedangkan revolusi nasional adalah revolusi untuk menanamkan

nilai-nilai keIslaman yang terdapat pada ideologi di seluruh Indonesia khususnya

Aceh sebagai usaha mewujudkan cita-cita keinginan bersama200

Jika dikaji lebih mendalam mengenai konflik yang terjadi peristiwa

berdarah ini merupakan akibat dari konflik vertikal Konflik itu sendiri adalah

pertentangan yang mempunyai hubungan erat dengan proses integrasi Hubungan

ini disebabkan karena proses integrasi adalah sekaligus suatu proses disorganisasi

dan disintegrasi Makin tinggi konflik atau pertentangan intra-kelompok makin

besar gaya sentripentalnya Artinya saling mempengaruhi satu sama lain makin

besar permusuhan terhadap kelompok luar makin besar integrasi Konflik tidak

selalu mengandung makna yang disfungsional Konflik justru dapat menjadi

198

Makna kata Ibu Pertiwi adalah sama dengan tanah air yang berarti Republik Indonesia 199

Berbeda pendapat dengan Mr S M Amin menurut M Nur El Ibrahimy revolusi

terhadap uleebalang di Aceh dibagi dalam dua tahap Revolusi tahap pertama yang dilancarkan

terhadap uleebalang yang termasuk dalam golongan Cumbok yang oleh pemerintah T Nyak Arif

sampai Panglima Polem Mohd Ali dianggap pengkhianat dan musuh Negara Republik Indonesia

Dan revolusi tahap kedua yang dilancarkan oleh Tentara Perjuangan Rakyat (TPR) dibawah

pimpinan Tgk Husin Almujahid pada bulan Maret 1946 terhadap uleebalang yang tidak termasuk

golongan Cumbok sebagai upaya untuk menggantikan sistem pemerintahan feodal dengan sistem

pemerintahan yang demokratis adalah revolusi sosial Dan dikatakan juga revolusi tahap kedua

adalah tanggung jawab Daud Beureueh terkait dengan pergerakan organisasinya PUSA Dan pada

akhir pergerakan revolusi tahap kedua Almujahid lepas dari segala ekses yang terjadi selama

gerakan TPR merupakan salah seorang tokoh yang berjasa meruntuhkan sistem feodal yang telah

berurat berakar berabad-abad dalam masyarakat Aceh 200

El Ibrahimy OpCit hal 114

77

sesuatu yang fungsional Selain itu konflik juga dapat berfungsi sebagai

stabilisator sistem sosial dalam meredakan ketegangan antara pihak-pihak yang

bertikai201

Dalam peristiwa berdarah ini tidak berjalan dengan tenang dan damai

melainkan dengan jalan kekerasan dan konflik antara Darul Islam Tentara Islam

Indonesia Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereueh dengan pemerintah pusat

Keamanan di Aceh yang belum terkendali membuat pemerintah mengirimkan

bantuan militer terhadap pamong praja untuk mematahkan perjuangan atau

pemberontakan yang dilakukan oleh Daud Beureueh Sikap Daud Beureueh

dianggap tidak mau mengindahkan pertimbangan politis yang selaras pada

pendirian pemerintah pusat yaitu mengenai dasar negara202

Dalam kaitannya dengan konflik yang terjadi antara Darul Islam dan

pemerintah pusat ini merupakan jenis konflik yang bersifat destruktif Yakni

konflik yang dipicu oleh rasa kebencian kekecewaan yang tumbuh dan tertanam

didalam diri mereka masing-masing Dari kaca mata politik konflik destruktif ini

tumbuh karena fanatisme para pendukung di suatu kelompok grup ataupun

organisasi Erat kaitannya dengan kajian ini tentang fanatisme masyarakat Aceh

yang mendukung cita-cita dan keinginan bersama yaitu mendirikan Negara Islam

Indonesia Akibatnya dari konflik destruktif berupa benturan-benturan fisik yang

membawa kerugian jiwa atau harta Banyak korban yang berjatuhan pada

peristiwa berdarah ini Ada tiga cara untuk mencegah terjadinya konflik

1 Menggunakan asas ldquotepo selirordquo apabila tidak mau disakiti orang lain

jangan pula menyakiti orang lain

2 Bersikap demokratis menghargai pluralisme pendapat paham dan

suku yang beragama dalam masyarakat

3 Mempunyai sikap toleransi terhadap agama yang berbeda tanpa kita

harus keluar dari akidah agama kita masing-masing

201

Ulfah Fajarini Konflik dan Integrasi Potret Keagamaan Masyarakat Sawangan

Artikel surat kabar majalah Al-Turas Vol 11 No 3 September 2006 202

_______ Tentang Soal Memulihkan Keamanan di Aceh artikel surat kabar majalah

WAKTU No23 tahun 1955

78

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Ketika Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17

Agustus 1945 rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereuh dan ulama-ulama

lainnya bergerak dan berjuang mempertahankan proklamasi kemerdekaan Aceh

awal perjuangan kemerdekaan Indonesia secara de facto merupakan bagian dari

provinsi Sumatera dengan kebijakan undang-undang sementara tahun 1945 yang

membagi wilayah Indonesia dalam 10 provinsi Perjuangan Daud Beureueh

menegakan syariat Islam di Aceh terjadi pada masa Era Orde Lama Pertentangan

politik dengan pemeritah pusat terjadi setelah Aceh digabungkan kembali menjadi

bagian atau bdquoresiden‟ Sumatra Utara setelah sebelumnya menjadi provinsi yang

terpisah dengan provinsi Sumatra Utara

Tidak hanya itu alasan pada 21 September 1953 di Aceh meletus suatu

peristiwa berdarah yang merupakan tragedi bagi rakyat Tanah Rencong adalah

karena rakyat Aceh merasa sangat kecewa geram marah akibat dari janji-janji

pemerintah disaat rakyat Aceh bersatu padu mengeluarkan semangat gelora

mempertahankan kedaulatan NKRI dengan seluruh jiwa raga dan harta bendanya

sebagai bukti kesetiaannya pada Republik Indonesia Selain persoalan ideologi

keagamaan pemberontakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia DITII Aceh

adalah bentuk perlawanan terhadap pengaruh pemerintahan pusat yang kian

merasuk Dimana isu-isu palsu yang disebarkan pemerintah mengenai pengadaan

senjata gelap oleh tokoh-tokoh pejuang Aceh tidak benar adanya Hal itu yang

menjadi puncak kemarahan dan rakyat Aceh dibawah pimpinan Tgk M Daud

Beureueh menagambil sikap melawan

Pada masanya perjuangan Daud Beureueh memiliki rentan waktu yang

lama Mulai dari masa kolonial Belanda masa kedudukan Jepang masa pra dan

pasca kemerdekaan dan masa revolusi Pembentukan Negara Islam yang

merupakan cita-cita impian Daud Beureueh terilhami dari perjuangan DI TII

pimpinan Imam Soekarmadji Maridjan Kartosuwiryo Dan juga menjalin

79

kerjasama dengan PRRIPERMESTA dalam mencapai tujuan bersama untuk

menghancurkan regime Soekarno dan mendirikan Negara Islam Indonesia

Pada tahapan kesadaran sosial tersebut perkembangan Islam di Indonesia

terbagi menjadi tiga zaman zaman mitos zaman ideologi dan zaman

pengetahuan atau ilmu Dalam kaitannya dengan Aceh perjuangan menegakan

syariat Islam muncul ketika zaman ideologi Pada perjuangan yang dipimpin

Daud Beureueh ini penulis membagi menjadi dua motif dilakukannya

pemberontakan yaitu Islam dan Politik Dan konflik yang terjadi ini menimbulkan

pertentangan antara masyarakat Aceh dengan pemerintah prasangka sebab

dugaan merupakan sikap bermusuhan yang terjadi antar kelompok yang

satuterhadap kelompok lainnya yang didasari pada ciri yang tidak menyenangkan

Pada perjuangannya ini yang terjadi di Era Orde Lama menurut teori Banton

mengenai prasangka ini merupakan teori frustasi-agresi (frustration-aggression

theory)

Selanjutnya analisa penulis terkait langkah-langkah Daud Beureueh dalam

mewujudkan apa yang di cita-citakannya adalah terinspirasi dari perjuangan

dakwah yang ditempuh oleh Rasulullah SAW yaitu melalui tahap pembinaan dan

pengkaderan tahap interaksi dan perjuangan dan tahap penerimaan kekuasaan

dalam membentuk DITII Aceh Walaupun pada kenyataannya pemberontakan

tidak terjadi begitu saja melainkan melalui 3 tahapan yaitu tahap sabar tahap

benci (djidjik) dan tahap melawan Sedangkan menurut Wakil Presiden Jusuf

Kalla dalam wawancaranya pada harian KOMPAS Rabu 10 Desember 2014

Pukul 1801 WIB di Jakarta terkait motif yang terjadi pada konflik di Aceh

mengatakan bahwa ldquopemberontakan DI TII bukan terjadi karena adanya konflik

antar agama Untuk kasus Aceh ia menilai hal itu terjadi karena hak-hak ekonomi

warga tidak terpenuhi Masalah Aceh itu bukan masalah syariah Orang berfikir

Aceh mau menjalankan syariah Islam tidak Siapa bilang kita membicarakan

Islam Kita berbicara kenapa ekonomi Aceh rendah padahal alamnya kayardquo

Dalam kacamata penulis konflik yang terjadi antara Darul Islam Tentara

Islam Indonesia (DI TII) dengan pemerintah adalah konflik politik yang

memperebutkan pengaruh dimasyarakat dalam mencapai tujuannya masing-

masing Perebutan kekuasaan yang berdasar pada ideologi yang berbeda satu

80

sama lain itu memunculkan berbagai aspek sumber kekuasaan Sumber kekuasaan

berupa kekayaan dan kepercayaan atau agama Adapun langkah-langkah

penyelesaian persoalan konfrontasi politik antara rakyat Aceh dibawah pimpinan

Daud Beureueh dan pemerintah pusat diawali dengan munculnya Dewan

Revolusi yang diketuai oleh A Gani Usman dan dengan dilakukannya gencatan

senjata Dan upaya penyelesaian akhir melalui musyawarah antar kedua belah

pihak yang bertikai

B Saran-saran

Pertama Dari pemaparan penulis kita bisa melihat bagaimana perjuangan

revolusioner seorang tokoh ulama di Aceh dalam memperjuangkan dan

mewujudkan cita-cita yang menjadi keinginan terpendam umat Islam demi

kemajuan bangsa dan agama Hal ini diharapkan memberikan kita pelajaran yang

sangat berarti sebagai umat Islam terkait perjuangan bahwa kita sedang

mengemban tugas berat dan sedang berjuang mempertahankan identitas

keIslaman kita melalui syariat-syariat dan hukum Islam yang harus diterapkan

dalam kehidupan bermasyarakat Ini bukan suatu hal yang mudah terlebih lagi

dengan perkembangan zaman yang maju dan modern serta merasuknya pengaruh

dari luar Islam harus kita lihat sebagai sebuah tantangan zaman Dan sikap

perjuangan Daud Beureueh patut kita contoh dalam menjadikan kita sebagai umat

Islam yang kuat teguh percaya dan antusias dalam mengkaji lebih dalam

mengenai ilmu yang berlandaskan Islam

Kedua Sebagai umat Islam harus menguatkan keimanan kita Dilihat dari

apa yang diperjuangkan kita juga harus percaya bahwa Islam telah memberikan

solusi bagi masalah dikehidupan kita baik melalui syariat-syariat dan hukumnya

Dengan peraturan-peraturan dan ketentuan yang berdasar pada Islam diharapkan

menjadikan kita sebagai umat Islam yang teguh beriman cinta damai serta saling

menjaga dan menghormati antar sesame umat beragama lainnya Dan tidak

terpengaruh peraturan atau pun ketentuan di luar nilai-nilai yang terkandung

dalam Islam

81

Ketiga Kajian ini ditunjukan kepada para pemimpin tokoh masyarakat

dan orang-orang berpengaruh lainnya dengan melihat sosok Daud Beureueh

diharapkan bisa lebih menambah rasa antusias dan memotivasi diri dalam

menyebarkan dan melaksanakan nilai-nilai keIslaman di masyarakat Serta

menjadi sosok yang kharismatik seperti yang ditujukan oleh Daud Beureueh yang

mencerahkan hati dan pikiran umat Islam terkait peranannya Semoga para

pemimpin dan orang-orang berpengaruh saat ini menyadari bahwa peran mereka

sangat penting dalam menanamkan dasar-dasar Islam di kehidupan masyarakat

Dan kita sebagai umat Islam patut menjaga dan mempertahankan hal tersebut

Keempat sebagai sebuah pelajaran yang berharga saat pengkuburan

sejarah terjadi pada peristiwa berdarah atau yang lebih dikenal dengan

pemberontakan Tgk M Daud Beureueh dengan mengesampingkan alasan kenapa

bisa terjadi pemberontakan Merupakan sesuatu yang sangat memilukan apabila

kita mengetahui hal ini Serta membongkar tipu daya pemerintah saat itu yang rela

melakukan apa saja demi mewujudkan keinginannya tanpa memikirkan

perjuangan pengorbanan gelora semangat kemerdekaan yang berjuang dengan

seluruh jiwa raga dan harta berharga demi mempertahankan kedaulatan Republik

Indonesia

82

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Primer

Artikel MajalahSurat Kabar

Pembantu-Chas ldquoWakturdquo di Djakarta ldquoKabinet dan Atjehrdquo Waktu No44

ldquoTentang Soal Memulihkan Keamanan di Atjehrdquo Tahun 1955

Buku

Jakobi A K1992 Aceh Daerah Modal Jakarta Yayasan Seulawah RI-001

El Ibrahimy M Nur 1982 Tgk M Daud Beureueh Perananya dalam

Pergolakan di Aceh Jakarta Gunung Agung

Hasjmy A 1997 Ulama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan

Pembangunan Tamadun Bangsa Jakarta PT Bulan Bintang

Amin MR S M 2014 Memahami Sejarah Konflik Aceh Jakarta Yayasan

Pustaka Obor Indonesia

Sumber Sekunder

Artikel MajalahSurat Kabar

Abdullah TaufikldquoKarena Keterkaitan Ideologisrdquo Panji Masyarakat No419

Jurnal

Danial Analisis Jurnal Studi KeIslaman Volume XII Nomor 1 Juni 2012

ldquoSyariat Islam dan Pluralitas Sosial Studi Tentang Minoritas Non-

Muslim dalam Qanun Syariat Islam di Acehrdquo Lampung IAIN Raden

Intan Lampung

Ahwan Fanani Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoOtoritas Dalam Hukum Islam Antara Transformasi

83

Ahwan Fanani Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoOtoritas Dalam Hukum Islam Antara Transformasi

dan Krisis Dalam Sistem Negara Modernrdquo Ponorogo Jurusan Syari‟ah

STAIN Ponorogo

Shohibul Itmam Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoTransformasi Hukum Islam Menuju Hukum Positif

Dalam Konteks KeIndonesiaanrdquo Ponorogo Jurusan Syari‟ah STAIN

Ponorogo

Ensiklopedia

Nasution Harun dkk 1992 Ensiklopedi Islam Indonesia Jakarta Djambatan

Glasse Cyril 1999 Ensiklopedi Islam Ringkas Jakarta PT Raja Grafindo

Persada

Abdullah Taufik 2002 Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jakarta Ichtiar Baru

van Hoeve

Buku

Ibrahim Muhammad 1978 Sejarah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh

Banda Aceh Depdikbud

Talsya T A 1990 Modal Perjuangan Kemerdekaa Perjuangan Kemerdekaan di

Aceh Banda Aceh Lembaga Sejarah Aceh

Sani Usman Abdullah 2010 Krisis Legimitasi Politik Dalam Sejarah

Pemerintahan Di Aceh Jakarta Kementrian Agama RI Badan Litbang

dan Diklat Puslitbang Lektur Keagamaan

Reid Anthony 2011 Menuju Sejarah Sumatra Antara Indonesia dan Dunia

Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Ricklefs M C 2008 Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 Jakarta PT Serambi

Ilmu Semesta

84

Reid Anthony 1987 Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di

Sumatra Jakarta Pustaka Sinar Harapan

Hasjmy A 1985 Semangat Merdeka 70 Tahun Menempuh Jalan Pergolakan amp

Perjuangan Jakarta PT Bulan Bintang

Madjid M Dien 2014 Catatan Pinggir Sejarah Aceh Perdagangan Diplomasi

dan Perjuangan Rakyat Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Hasjmy A 1978 Bunga Rampai Revolusi Dari Tanah Aceh Jakarta PT Bulan

Bintang

Sjamsuddin Nazaruddin 1990 Pemberontakan Kaum Republik Kasus Darul

Islam Aceh Jakarta Pustaka Utama Grafiti

AbdullahTaufik Siddique Sharon 1988 Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia

Tenggara Jakarta LP3ES

Adan Hasanuddin Yusuf 2003 Tamaddun amp Sejarah Etnografi Kekerasan di

Aceh Yogyakarta Prismasophie Press

M Lapidus Ira 1999 Sejarah Sosial Ummat Islam Jakarta PT Raja Grafindo

Persada

Budiardjo Miriam 2008 Dasar-Dasar Ilmu Politik Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama

Kuntowijoyo 1985 Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia Yogyakarta

Shalahuddin Press

Kuntowijoyo 1995 Pengantar Ilmu Sejarah Yogyakarta Yayasan Bentang

Budaya

Gottschalk Louis 2006 Mengerti Sejarah Jakarta UI Press

Tuwu Alimuddin 1993 Pengantar Metode Penelitian Jakarta UI Press

Abdurahman Dudung 1999 Metode Penelitian Sejarah Jakarta Logos

85

Kartodirdjo Sartono 1992 Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah

Jakarta PT Gramedia

Emalia Imas 2006 Historiografi Indonesia Jakarta UIN Jakarta Press

Sunarto Kamanto 2004 Pengantar Sosiologi Jakarta Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Website

httpwwwjakartagoid

httpmelayuonlinecom

httpkebudayaankemdikbudgoid

httpkbbiwebid

httpmkompasianacom

httpnewsokezonecom

httpsoalacehtumblrcom

86

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I

Tokoh Teungku Muhammad Daud Beureueh

87

Lampiran II

Gambaran Keadaan Aceh Awal Perkembangan Islam

88

Lampiran

III

Wilayah Uleebalang Aceh Pada Tahun 1930-an

89

Lampiran IV

90

Lampiran V

Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo Dalam Rapat Dewan Pertahanan

Daerah yang berlangsung tanggal 20 Maret 1949 membicarakan masalah surat

undangan Wali Negara Sumatera Timur Dr Tengku Mansur

91

Lampiran VI

Staf Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo

92

Lampiran VII

Surat selebaran pada Peristiwa Berdarah di Aceh

93

Lampiran VIII

KEPUTUSAN PERDANA MENTERI

REPUBLIK INDONESIA

No 1Missi1959

PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA

Berkehendak mengambil langkah kebidjaksanaan untuk lebih

mendjamin penjempurnaan dan pembangunan dalam

daerah swatantra tingkat ke I Atjeh

Menimbang bahwa untuk maksud tersebut dipandang perlu

membenarkan sebutan ldquoDaerah Istimewa Atjehrdquo kepada

Daerah Swatantra Tingkat ke I Atjeh sebagai stimulans

untuk mengadjukan otonomi seluasnja dalam rangka

pelaksanaan Undang-Undang No 11957 tentang pokok-

pokok Pemerintahan Daerah

Memperhatikan pertimbangan Komandan Komando Daerah Militer Atjeh

dan Gubernur Kepala Daerah Swatantra Tingkat ke I

Atjeh

Mengingat kuasa jang telah diberikan oleh Dewan Menteri dalam

sidangnja ke-159 pada tanggal 31 Djanuari 1959

Keputusan Perdana Menteri RI No 196PM1959 tanggal

19 Mei 1959

MEMUTUSKAN

Pasal I Daerah Swatantra Tk Ke I Atjeh dapat disebut

ldquoDaerah Istimewa Atjehrdquo dengan djatatan bahwa kepada

daerah itu tetap berlaku ketentuan-ketentuan mengenai

daerah swatantra Tk Ke I seperti termuat dalam Undang-

94

Undang No 1 tahun 1957 tentang Pokok-pokok

Pemerintahan Daerah begitu pula lain-lain peraturan

perundangan jang berlaku untuk Daerah Swatantra tingkat

ke I mengenai otonomi jang seluas-luasnja terutama dalam

lapangan keagamaan peradatan dan pendidikan

Pasal II Keputusan ini mulai berlaku tanggal 26 Mei 1959

sampai ada ketentuan lain

Pasal III Memberikan instruksi kepada segenap Kementerian

Djawatan dan Dinas jang bersangkutan agar memberikan

bantuan seperlunja kepada Daerah swatantra tingkat ke I

Atjeh (Daerah Istimewa Atjeh) dalam pertumbuhan

otonomi jang seluasnja

Wk Perdana Menteri IKetua

Missi Pemerintah ke Atjeh

dto

= Mr Hardi =

Turunan dikirimkan kepada

1 Semua Menteri

2 KDMA

3 Gubernur Kepala Daerah Swatantra tk Ke I

Atjeh (Daerah Istimewa Atjeh)

4 Dan lain-lain instansi jang bersangkutan

95

Lampiran IX

96

Lampiran X

97

Lampiran XI

Page 8: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …

vii

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lampiran I Gambar Tokoh Muhammad Daud Beureuehhelliphelliphelliphelliphellip86

2 Lampiran II Gambar Keadaan Acehhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip87

3 Lampiran III Peta wilayah uleebalang tahun1930-anhelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip88

4 Lampiran IV Gambar Muhammad Daud Beureueh dan Ulama Acehhellip89

5 Lampiran V Gambar Pidato yang dilakukan oleh Muhammad Daud

dalam Rapat Dewan Pertahanan Daerahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip90

6 Lampiran VI Gambar Staf Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah

Karohelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip91

7 Lampiran VII Surat selebaran sisa-sisa feodalhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip92

8 Lampiran VIII Missi Hardi 1959helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip93

9 Lampiran IX Surat Tgk M Daud Beureueh Kepada Soekarnohelliphelliphellip95

10 Lampiran X MAKLUMAT No GM-14-Mhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip96

11 Lampiran XI Surat Anakanda Kepada Ayahanda Daud Beureuehhelliphellip97

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Aceh sebuah kesultanan muslim di Sumatera Islam secara khas

menunjukan nuansa esoterisme pemikiran Ibn ‟Arabi1 Fenomena Aceh yang

berawal dari sebuah kerajaan berdaulat hingga menjadi salah satu bagian dari

Indonesia senantiasa berada dalam situasi kritis yang berkesinambungan

Berbagai krisis muncul seperti krisis politik yaitu pertikaian pendapat dan

pandangan di antara pemerintah pusat dan Aceh yang berkisar pada permasalahan

kekecewaan penindasan dan ketidaktulusan pusat dalam menjalankan sistem

pemerintahan di Aceh2 Sejak indonesia merdeka pada tahun 1945 Aceh telah

bergelimang dalam berbagai konflik diantarnya persoalan perang saudara seperti

perang Cumbok tahun 1946-1947 yang terjadi antara kaum Uleebalang dengan

kaum ulama yang bergabung dalam Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA)3 Jika

dilihat dari berbagai persoalan yang terjadi untuk kasus di Aceh penulis

berpendapat ini merupakan suatu perjuangan yang terjadi dibawah pimpinan Daud

Beureueh karena pada saat itu melalui PUSA Daud Beureueh menginginkan

proklamasi dimaknai secara nyata di Aceh Dimana tujuan perjuangan Daud

Beureueh adalah menegakan syariat Islam di tanah rencong dan menanamkan

sikap anti penjajahan4

Perjuangan rakyat Aceh tidak berhenti begitu saja pasca kemerdekaan

Republik Indonesia Belanda melakukan agresi bersenjata untuk kembali

1Harun Nasution dkk Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta Djambatan 1992) hal52-

57 2Abdulah Sani Usman Krisis Legitimasi Politik dalam Sejarah pemerintahan di Aceh

(Jakarta Badan Litbang dan diklat kementrian Agama RI 2010) hal1 3Persatuan ulama seluruh Aceh PUSA terbentuk pada tahun 1939 Didirikan oleh Tgk M

Daud Beureueh yang bertujuan untuk menghapuskan eksistensi hulu balang dan berfungsi untuk

mengatur tonggak pemerintahan di Aceh dengan berlandaskan syariat Islam Lihat MNur El

Ibrahimy Tgk M Daud Beureueh Peranannya dalam Pergolakan di Aceh (Jakarta Gunung

Agung 1982) hal72-77 4Perlu untuk diketahui bahwa tidak semua kaum Uleebalang bersikap sama dengan kaum

uleebalang yang terdapat di Pidie sebagai pemicu gerakan PUSA tetapi banyak kaum uleebalang

lainnya di Aceh berasal dari kaum ulama dan intelektual

2

menduduki seluruh kepulauan Indonesia Dalam usahanya menjajah Indonesia

Belanda menyiarkan berita-berita melalui surat kabar radio bahwa kedatangannya

bukan untuk menjajah Indonesia melainkan untuk menjaga keamanan yang

diakibatkan oleh perang Dunia II Selain melalui propaganda Belanda juga

melakukan dua agresi militer bersenjata yaitu agresi pertama tahun 1947 dan

agresi kedua tahun 1948 Akibat serangan itu hampir seluruh wilayah Indonesia

berhasil ditaklukan Dan daerah yang belum dikuasai satu-satunya adalah Aceh

beberapa kali Belanda berusaha menghancurkan perlawanan rakyat Indonesia di

daerah Aceh selalu digagalkan Baik darat udara atau pun laut percobaan

serangan Belanda dapat digagalkan dan Aceh berhasil mempertahankan

kedaulatan kemerdekaan Republik Indonesia Dan menjadikan Aceh sebagai

daerah modal5

Aceh dijuluki sebagai daerah modal selain karena kegigihan dari kekuatan

rakyat Aceh mempertahankan Republik Indonesia juga karena terdapat alat

komunikasi seperti pers dan radio Dengan adanya alat komunikasi tersebut

mempermudah hubungan antara pemerintah daerah-daerah lain antara pemerintah

Aceh dengan pemerintah pusat Melalui media ini dapat menyampaikan berita

secara praktis dan membangkitkan gelora semangat rakyat Aceh dalam

mempertahankan kedaulatan RI hingga titik darah penghabisan6 Peranan pers dan

radio di bidang ekonomi juga terlihat dari siaran tentang kebutuhan para pejuang

agar masyarakat dapat membantunya dalam bentuk makanan pikiran dan

persediaan perlengkapan lainnya Dan bantuan ekonomi lainnya adalah

pengumpulan dana sumbangan untuk membeli pesawat yang sangat dibutuhkan

untuk kelancaran perjuangan Pesawat yang dibeli berkat terkumpulnya

sumbangan masyarakat Aceh yang kemudian oleh Soekarno diberi nama

ldquoSeulawah RI-001rdquo Peran Aceh semakin penting ketika Teungku Muhammad

Daud Beureueh diangkat menjadi Gubernur militer Aceh Langkat dan Tanah

Karo yang berhasil menyatukan pasukan Aceh dari TRI laskar Aceh berbagai

divisi dan tentara pelajar Semakin banyak yang datang ke Medan Area maka

5A K Jakobi Aceh Daerah Modal (Jakarta Yayasan Seulawah RI-001 1992) hal219

6SM Amin Kenangan-kenangan di Masa Lampau (Jakarta Pradnya Paramita 1978)

hal103

3

dibentuk suatu badan koordinasi yang disebut RIMA (Resimen Istimewa Medan

Area)7 Satu-satunya front yang tidak mampu ditaklukan Belanda pada agresi

militer kedua adalah sektor barat atau utara front Medan Area yang dipertahankan

oleh RIMA pasukan dari Aceh

Ketika dalam keadaan krisis saat ibukota RI di Yogyakarta diduduki

Belanda Pemerintah pusat dipindahkan ke Bukit Tinggi dan membentuk

Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) Dengan agresi militer Belanda

yang kedua dapat dikatakan seluruh Sumatera telah berada dibawah kekuasaan

Belanda Satu-satunya daerah yang masih utuh belum dimasuki Belanda adalah

Daerah Aceh Hal ini menjadi faktor utama Aceh sebagai daerah modal

mempertahankan kedaulatan RI Aceh sebagai garis pertahanan RI terakhir

mempunyai peran yang sangat amat penting dimana ketika negara boneka yang

didirikan oleh Belanda sudah mengepung RI Pada saat itu Aceh menjadi penting

sebagai alternatif satu-satunya yang menentukan cita-cita bangsa dan negara RI

Dan ketika itu Presiden Soekarno memohon meminta bantuan kepada Gubernur

militer Aceh Langkat dan Tanah Karo Daud Beureueh untuk bersedia turut

mengambil bagian dalam perjuangan bersenjata yang tengah berkobar untuk

mempertahankan kemerdekaan Saat itu Soekarno memanggil Daud Beureueh

dengan sebutan kakak Selain meminta rakyat Aceh turut serta dalam perjuangan

Soekarno juga meminta bantuan untuk membeli sebuah pesawat dari sumbangan

masyarakat Aceh yang secara ikhlas dan tulus memberi sumbangan yang sangat

berharga untuk bangsa yang sedang berjuang sebagai tanda kesetiaan rakyat Aceh

pada NKRI

Hampir seluruh wilayah RI telah diduduki oleh Belanda tetapi Aceh tak

sedikit pun mundur menyerahkan daerahnya ke tangan penjajah Bahkan ketika

Indonesia sampai diujung tanduk melalui lidah manis Soekarno lebih dahulu

meminta bantuan kepada Aceh untuk membantu mempertahankan kemerdekaan

RI Tapi sama halnya seperti Belanda manis di bibir tak sama seperti kenyataan

yang ada Aceh dikhianati dengan digabungkannya provinsi Aceh dibawah

provinsi Sumatera Utara Aceh yang dipimpin oleh Daud Beureueh saat itu

7Muhammad Ibrahim Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Banda Aceh

Depdikbud 1978) hal210

4

terpedaya oleh tangisan Soekarno yang berjanji akan memberikan hak

menerapkan Syariat Islam di bumi Aceh jika Aceh mau bergabung membantu

memperjuangkan mempertahankan kedaulatan kemerdekaan Republik Indonesia

Pertentangan politik dengan pemerintah pusat yang terjadi setelah Aceh

digabungkan kembali menjadi bagian atau bdquoresiden‟ Sumatra Utara setelah

sebelumnya menjadi provinsi yang terpisah dengan provinsi Sumatra Utara Hal

ini membawa kepada suatu keadaan yang meresahkan akibat adanya tarik menarik

antara Aceh dan pemerintah pusat atau dengan kata lain pemerintah pusat tidak

mengakui pembentukan provinsi Aceh yang terpisah sehingga terjadi tumpang-

tindih kebijakan yang membawa kepada krisis kekuasaan8 Terkait teori kesadaran

sejarah Kuntowijoyo hal ini dapat memberikan tantangan kritik pendapat serta

sikap dalam pertentangan antara rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beureueh

dengan pemerintah pusat

Aceh ketika awal perjuangan kemerdekaan Indonesia secara de facto

merupakan bagian dari provinsi Sumatera dengan kebijakan undang-undang

sementara tahun 1945 yang membagi wilayah Indonesia dalam 10 provinsi

Setelah Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17

Agustus 19459 rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereuh dan ulama-ulama

lainnya bergerak dan berjuang mempertahankan proklamasi kemerdekaan10

Daud

Beureueh orang kuat Aceh dan benteng Republik dalam revolusi menolak untuk

menerima suatu pekerjaan di Jakarta dan tetap bermukim di Aceh sambil

memperhatikan perkembangan Pada saat itu revolusi kemerdekaan Indonesia tak

luput dari pengamatan Daud Beureueh Dia mengamati dengan tenang dan hati

hati setiap perkembangan yang terjadi Dan selama tokoh-tokoh Masyumi

memegang kedudukan yang penting dalam kabinet dia tidak melakukan tindakan

apapun akan tetapi pada bulan mei 1953 ditemukan bukti bahwa dia telah

menjalin hubungan dengan Kartosuwirjo dari Darul Islam Gerakan Darul Islam

bagaimanapun merupakan bagian dari akibat sampingan proses sosial politik yang

8Ibid hal177-178

9 17 Agustus 1945 atau 9 Ramadhan 1364 Hijriah

10 A Hajsimy Ulama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan Pembangunan Tamadun

Bangsa (Jakarta Bulan Bintang 1997) hal109

5

terjadi pasca kemerdekaan11

Ketika masa kabinet Ali terbentuk tersebar desas-

desus bahwa pemerintah pusat melalui kabinet bermaksud menangkapi orang-

orang terkemuka Aceh Berita tersebut kemudian sampai di telinga Daud

Beureueh bahwa ia dan sejumlah kawan-kawannya akan ditangkap oleh tentara

dengan alasan menyimpan senjata gelap12

Daud Beureueh menyatakan bahwa ia

tidak berkeberatan bila ditangkap dan dibunuh akan tetapi jangan dengan alasan

yang dibuat-buat dan jangan mengelabui mata rakyat Selanjutnya Daud Beureueh

menyatakan dalam suratnya bahwa dalam menghadapi tindakan sewenang-

wenang pihak tentara rakyat akan melalui tiga tahap tahap sabar tahap benci dan

tahap melawan Sekarang rakyat sudah sampai kepada tahap kedua Maka oleh

karena itu beliau mengharapkan kebijaksanaan Presiden Soekarno kiranya hal-hal

yang tidak diinginkan dapat dihindari13

Aceh memang pada akhirnya memberontak melalui gerakan DITII Aceh

Pada 21 September 1953 di Aceh meletus suatu peristiwa berdarah yang

merupakan tragedi bagi rakyat Tanah Rencong Ini merupakan awal perjuangan

dalam menegakan syariat Islam14

Daud Beureueh mengumumkan bahwa di Aceh

yang kini merupakan bagian dari Darul Islam tidak ada lagi pemerintahan

Pancasila Selain persoalan ideologi keagamaan pemberontakan Darul Islam

adalah bentuk perlawanan terhadap pengaruh pemerintahan pusat yang kian

merasuk Pemerintah merespon cepat tindakan yang dianggap sebagai

pemberontakan tersebut Ali Sastroamidjojo mengirimkan pasukan-pasukan untuk

menghalau kaum perjuangan dari kota-kota yang penting15

Dalam usahanya

memulihkan keamanan di Aceh Ali Sastroamidjojo memilih tindakan kekerasan16

Usahanya tidak langsung berbuahkan hasil tetapi melalui beberapa proses Daud

Beureueh yang mundur dari Batee ke Lapang kira-kira sebelah utara Sampoi Niet

Lhok Sukon (Aceh Utara) dalam usaha penyelesaian keamanan menemui jalan

11

Ibid hal197-198 12

M C Ricklefs Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (Jakarta Serambi 2010) hal

514 13

Lihat lampiran XI 14

Ibid hal1 15

Ibid hal514-515 16

Ibid hal162

6

buntu militer yang berlanjut sampai tahun 195917

Pada akhir Mei 1959 dilakukan

upaya akhir yaitu musyawarah antara dewan revolusi dan misi Hardi untuk

mencapai persetujuan leburlah Negara Bagian Aceh dari Negara Islam

Indonesia18

Misi Hardi dengan Keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959

telah berusaha ke arah memenuhi keinginan dan hasrat rakyat Aceh Keputusan

ini telah memberikan hak kepada daerah Aceh untuk memakai sebutan ldquoDaerah

Istimewa Acehrdquo19

Seperti yang telah dijelaskan diatas maka tercetuslah pemberontakan

DITII di Aceh yang dipelopori oleh Tgk M Daud Beureueh pemimpin DITII

Aceh yang tampil sebagai pemegang kekuasaan melalui bdquo‟revolusi sosial‟‟ dan

menjadi gubernur militer Aceh Langkat dan Tanah Karo pada 1948-1950

memimpin pemberontakan melawan kendali Jakarta pada 1953-1962 atas dasar

dua alasan yakni menentang diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatra Utara

dan gagalnya republik melaksanakan hukum Islam20

Pemberontakan Daud

Beureueh bertujuan untuk mendirikan negara Islam Indonesia bukan untuk

mencapai Aceh merdeka karena ia percaya bahwa itulah yang diperjuangkan oleh

orang Aceh sedemikian gigihnya selama revolusi mempertahankan kemerdekaan

Republik Indonesia21

Maka dari itu penulis tertarik untuk membahas sepak

terjang Tgk M Daud Beureueh dalam sebuah proposal berjudul Peran Tgk M

Daud Beureueh Dalam Pemberontakan di Aceh 1953-1962

17

M C Ricklefs OpCit hal515 18

M Nur El Ibrahimy OpCit hal168-171 19

Perkataan ldquoistimewardquo ini menimbulkan associatie-associatie pikiran pada suatu daerah

yang memang benar-benar bersifat ldquoistimewardquo suatu daerah yang berhak luas mengatur hal-hal

dalam setiap bidang pemerintahan Akan tetapi hak yang diberikan isi pada statusistimewa itu

pada hakikatnya bukanlah suatu hal yang luar biasa oleh karena yang diberikan itu hanyalah hak

otonomi yang berpokok pangkal pada undang-undang tahun 1957 sehingga perkataan ldquoistimewa

itu sebenarnya tidak tepat antara nama tidak sesuai dengan isi menurut penafsiran yang lazim

daripada perkataan ldquoistimewardquo Lihat M Nur El Ibrahimy Op Cit hal186 20

Anthony Reid Menuju Sejarah Sumatra Antara Sumatra Antara Indonesia dan Dunia

(Jakarta KITLV amp NUS publising 2010) hal 388-389 21

Ibid hal341

7

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Pasca kemerdekaan terjadi konflik yang disebabkan perbedaan pendapat

antara pemerintah pusat dengan rakyat Aceh Dan agresi Belanda juga terjadi

setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya kembali menggugat serta

memporak-porandakan seluruh Indonesia kecuali Aceh Kenyataan bahwa

Belanda telah mampu menduduki kembali Indonesia ditolak Semangat anti

penjajahan dalam diri rakyat Aceh selalu dipertahankan Pada era Orde Lama

krisis legitimasi di Aceh tidak ditunaikan janji pemerintah pusat berupa penerapan

syariat Islam yang tak terwujud menjadi akar permasalahan Krisis melalui

ketetapan yang berakibat pengalihan kuasa pemerintah Aceh yang berbentuk

provinsi yang terpisah menjadi residen dari provinsi Sumatera Utara Dalam

pengalihan kuasa rakyat masih dapat bersabar namun ketika ideologi dituntut

tidak terpenuhi dan perjuangan tumpah darah rakyat Aceh mempertahankan

kedaulatan tak dianggap akhirnya meletus lah konflik akibat dari kekecewaan dan

sebagai ekspresi kebangkitan rakyat aceh yang merasa harga diri masyarakat Aceh

terlecehkan oleh janji-janji dan iming-iming pemerintah

Dalam penelitian ini terdapat masalah yang telah diidentifikasi oleh

penulis Dan juga sebagai kajian lebih mendalam mengenai konflik yang terjadi

secara vertikal antara rakyat Aceh dengan pemerintah pusat yaitu

1 Terjadinya krisis legitimasi yang disebabkan oleh pengalihan kuasa

dan ideologi yang tidak direalisasikan

2 Pemberontakan pimpinan Tgk M Daud Beureueh atas kendali

pemerintah pusat akibat diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatera

Utara

2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi penulis tentang apa yang dipaparkan diatas maka

penulis membatasi permasalahan yaitu seputar Peran Tgk M Daud Beureueh

dalam Menegakan Syariat Islam di Aceh mengenai pengalihan kuasa dan ideologi

yang tidak direalisasikan Pada saat itu menjadi tahun pemberontakan dalam

8

menentang sikap pemerintah baik dalam mengatur otonomi daerah maupun

menetapkan ideologi suatu negara Adapun batasan tahunnya dimulai dari

perjuangan Tgk M Daud Beureueh pada tahun 1953 sampai kembalinya Tgk M

Daud Beureueh kepangkuan Republik Indonesia pada tahun 1962 Dan

pembatasan subjeknya yaitu terkait pengaruh Islam dan Barat mengenai rakyat

Aceh dan Pemerintah Pusat Serta objeknya mengenai perjuangan Tgk M Daud

Beureueh dalam menegakkan syariat Islam di Tanah Rencong

3 Perumusan Masalah

Dari pemaparan mengenai pemberontakan Tgk M Daud Beureueh dalam

menegakan syariat Islam di Aceh adapun perumusan masalah penelitian ini dapat

dibaca dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut

1 Apa motif yang melatarbelakangi pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

di Aceh

2 Seberapa besar pengaruh Tgk M Daud Beureueh dalam pemberontakan

di Aceh

3 Bagaimana hasil dari perjuangan Tgk M Daud Beureueh dalam

menegakan syariat Islam di Aceh

4 Bagaimana respon pemerintah terhadap pemberontakan Tgk M Daud

Beureueh

5 Apa solusi pemerintah dalam mengatasi pemberontakan di Aceh

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini tujuan yang ingin penulis capai adalah

1 Menjelaskan motif tercetusnya pemberontakan oleh rakyat Aceh terhadap

kendali pemerintah

2 Menjelaskan peran Tgk M Daud Beureueh dalam peristiwa berdarah di

Aceh

3 Mengetahui bentuk usaha atau upaya yang dilakukan rakyat Aceh dalam

menegakan syariat Islam

9

4 Menjelaskan hasil yang dicapai pada pemberontakan DITII dalam

memperjuangankan menegakan syariat Islam di Aceh

5 Menjelaskan respon pemerintah pusat terkait pemberontakan rakyat Aceh

Adapun dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai

berikut

1 Dapat memberikan wawasan dan menambah pengetahuan tentang peran

dan kontribusi Tgk M Daud Beureueh dalam peristiwa berdarah di Aceh

2 Sebagai bentuk khazanah keilmuaan dan pengembangan sejarah keislaman

Nusantara studi kasus Aceh

3 Pembelajaran masa lalu untuk kehidupan dimasa yang akan datang dalam

bentuk nyata sebagai kontribusi positif dari penulis dalam rangka

sosialisasi sejarah Nusantara

4 Memberikan informasi dan data kepada pembaca mengenai peristiwa

berdarah di Aceh

D Kerangka Teori

Fenomena yang terjadi pada pristiwa berdarah di Aceh adalah bentuk

revolusi sosial suatu kelompok oleh rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud

Beureueh yang menginginkan terwujudnya ideologi keagamaan dalam sebuah

Negara Pada kasus ini penulis melihat konflik terjadi karena adanya hukum

sebab-akibat sebab keinginan rakyat Aceh tidak terpenuhi berakibat munculnya

pemberontakan dalam menegakan syariat Islam Dalam sudut pandang teori

kesadaran sejarah hal ini memberikan dampak tantangan kritik pendapat dan

sikap Studi kasus tentang pemberontakan DITII di Aceh terkait teori kesadaran

sejarah memunculkan budaya progresif dalam bidang politik

Seperti pemikiran Marx mengenai etika humanis yang meyakini bahwa

manusia pada hakikatnya baik dan dalam keadaan tertentu yang menguntungkan

akan dapat membebaskan diri dari lembaga-lembaga yang menindas menghina

dan menyesatkan22

Dan untuk mencapai hal tersebut kekerasan dipandang

22

Miriam Budiharjo Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

2008) hal85

10

sebagai alat sah yang harus dipakai Kekerasan dalam kasus peristiwa berdarah ini

dipakai oleh pemerintah pusat yang menganggap pemberontakan Daud Beurueh

sebagai suatu tindakan yang menentang pemerintahan

Bisa dilihat dimensi sosial dari proses politik itu mencakup status dan

peranan elite politik terhadap masyarakat Aceh bagaimana interaksi dalam

perjuangan menegakan syariat islam yang menimbulkan suatu konflik Jadi

menurut analisa penulis ini merupakan suatu pemahaman keyakinan tentang Neo

Fundamentalisme Islam yang lebih menitik beratkan pada cita-cita ideologi

politik yaitu sebagai berikut

1 Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber 16 paling otoritatif

2 Skriptualis (tulisan) literalis tekstualis

3 Negara Islam sebagai cita-cita politik tentang berdasar pada syariat

Islam

4 Anti modernisme Barat demokrasi dan ideologi-ideologi lainnya

Pemahaman ini bersifat frontal yang mengarah pada kekerasan yang

melahirkan ideologi baru yang bernama Ideologi Negara IslamrarrNon

ParlementerrarrTarbiyah23

Maka dari itu berdasarkan penjelasan diatas penelitian ini ingin menguji

teori paradigma perubahan sosial dengan pendekatan konflik seperti yang

dikemukakan oleh T Persons dan N Smelzer mengatakan bahwa masyarakat

dikonsepsikan sebagai sistem yang mempunyai fungsi adaptasi integrasi

mempertahankan diri dan member orientasi tujuan Hal tersebut mencakup ide

masyarakat dengan adanya proses adaptasi untuk menghadapi pengaruh faktor

eksogen dan endogen maka tetap ada dinamika sosial Kerangka teoritis tersebut

juga menonjol dalam studi perubahan sosial sebagai bentuk perkembangan

Masalah sosial yang terjadi adalah kekecewaan penindasan dan ketidaktulusan

pusat dalam menjalankan sistem pemerintahan

23

Tarbiyah Takfiri adalah dimana mulai mengkafirkan apa-apa yang berasal dari barat

Hal ini menjadi dasar pemikiran gerakan salafi dan jihadi

11

E Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah dan metode yang akan

digunakan didalam penyusunan penelitian ini adalah metode historis yang bersifat

deskriptif analisis Metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara

kritis sumber data baik itu sumber primer Ensiklopedi Artikel Jurnal Majalah

Surat Kabar yang sezaman ataupun sumber sekunder seperti buku-buku24

Data

yang diperoleh tersebut disusun secara teratur dan sistematis lalu dianalisis secara

kualitatif Kemudian poin-poin yang autentik ditulis dan dipaparkan sesuai

bentuk kejadian suasana dan masanya Adapun analisa faktor-faktor politik

menjadi faktor pendukung

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencapai penulisan sejarah oleh

karena itu upaya merekonstruksi masa lampau dari obyek yang diteliti

menggunakan metode historis yang bersifat deskriptif analisis Dengan

menggunakan metode ini melalui pemaparan penulis diharapkan dapat membantu

untuk mengetahui fakta dan sejarah mengenai peran Tgk M Daud Beureueh

dalam pemberontakan di Aceh 1953-1962 Adapun dalam melakukan penelitian

ini penulis menggunakan metode historis25

yaitu

1 Heuristik kegiatan untuk mencari data atau pengumpulan bahan-bahan

atau sumber sejarah Hal ini merupakan tahap awal yang harus dilakukan

Adapun dalam pengumpulan data-data dan sumber yang akan digunakan

dalam membuat skripsi ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan

library research Dalam kaitannya dengan sumber-sumber seperti arsip

jurnal ensiklopedi artikel majalah surat kabar dan buku-buku penulis

mencari sumber dengan mengunjungi beberapa perpustakaan seperti

perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta perpustakaan

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

perpustakaan Nasional Arsip Nasional perpustakaan UI melalui toko

buku di wilayah Jakarta Tangerang dan Depok serta melalui katalog-

katalog dan website Selain itu penulis juga menggunakan buku-buku

koleksi pribadi yang berhubungan dengan kajian penelitian ini

24

Louis Gottschalk Mengerti Sejarah (Jakarta UI Pers 1975) hal32 25

Dudung Abdurahman Metode Penelitian Sejarah (Jakarta Logos 1999) hal54

12

2 Verifikasi setelah melakukan heuristik atau pengumpulan sumber-sumber

baik dalam bentuk artefak hasil-hasil dari persitiwa bersejarah ataupun

melalui dokumen-dokumen tertulis yang merupakan rekaman peristiwa

maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah kritik sumber26

Kritik sumber adalah usaha untuk mendapatkan sumber-sumber yang

relevan dan terbukti keaslian sumber Otentiksitas dangan pembahasan

sejarah yang ingin disusun sesuai dengan tema kajian Disini penulis

melakukan kritik sumber melalui pengujian data yaitu tampilan sumber

eksternal dan isi sumber internal Dengan mengidentifikasi keaslian

sumber otentik dan keabsahan tentang kesahihan sumber kredibilitas Baik

sumber primer dan sekunder penulis melakukan pengujian data untuk

mendapatkan hasil yang maksimal

3 Interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut juga dengan analisis

sejarah Dalam sumber terkait peristiwa berdarah di Aceh penulis

menggunakan studi komparatif yaitu menganalisis sebagian besar sumber

melalui buku-buku memaparkan Tgk M Daud Beureueh sebagai

pemberontak hal ini bertolak belakang dengan pemikiran penulis bahwa

ini adalah peristiwa perjuangan Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk

penulis Tujuannya agar data yang ada mampu untuk mengungkap

permasalahan yang ada sehingga diperoleh pemecahannya dalam sudut

pandang berbeda atau dua sisi27

4 Historiografi tahap ini adalah tahap yang terakhir dalam metode historis

Setelah melakukan tahap heuristik verifikasi dan interpretasi selanjutnya

historiografi Dengan menulis pemaparan atau laporan hasil penelitian

dalam suatu urutan yang sistematik yang telah diatur dalam pedoman

penelitian Dalam hal ini penulis berusaha menyusun penelitian ini

berdasarkan kronologi waktu dan tema-tema tertentu yang akhirnya isi inti

dari penelitian atau klimaks dari penelitian ini Tahap ini merupakan

rangkaian dari keseluruhan teknik metode pembahasan

26

Ibid hal 35-37 27

Louis Gottschalk Op Cit hal 54

13

F Tinjauan Pustaka

Untuk mendapatkan hasil yang dikehendaki sesuai dengan topik

permasalahan penulis mencari beberapa literature terkait pemberontakan rakyat

Aceh khususnya peran Daud Beureueh dalam menegakan syariat Islam namun

tidak banyak sumber-sumber dalam artikel majalah dan surat kabar yang

memberikan informasi secara detail mengenai peristiwa berdarah tersebut Dalam

kaitannya dengan judul penelitian ini ingin menyajikan hasil penelitian yang

menjadi pembahasan pokok dalam berbagai literature yang ada Adapun beberapa

literature yang dijadikan tinjauan pustaka sebagai berikut

Melalui artikel majalahsurat kabar Kabinet dan Aceh oleh pembantu-

CHAS yang dimuat dalam majalah Dalam Negeri WAKTUrdquo No41 tanggal 7

November28

Mengurai informasi tentang bagaimana pemerintah pusat seakan

menutupi penyebab meletusnya peristiwa berdarah di Aceh dengan

mengesampingkan alasannya yang lebih diungkapkan adalah mengenai

pemberontakan yang terjadi pada peristiwa berdarah yang banyak menelan korban

di kalangan rakyat Aceh Dan mengenai Cumbok Affairs pemerintah pusat

menganggap kesalahan terjadi pada pertentangan yang terjadi antara PUSA

dengan kaum hulu balang Dalam beberapa pemaparan majalah Dalam Negeri

tersebut penulis melihat informasi dan data yang disajikan lebih mengarah pada

pembelaan terhadap PUSA dibanding terhadap pemerintah pusat

Sama halnya dengan artikel majalahsurat kabar yang berjudul Tentang

soal memulihkan keamanan di Atjeh yang terbit WAKTUrdquo No23 tanggal 25 djuni

1955 Memaparkan tentang bagaimana keamanan di Aceh yang belum terkendali

Hal itu terlihat pada bantuan militer terhadap pamong praja untuk mematahkan

pemberontakan Daud Beureueh Berbeda dengan sebelumnya artikel

majalahsurat kabar yang berjudul Karena keterkaitan Ideologis yang ditulis oleh

Taufik Abdullah melalui Panji Masyarakat No419 Jika dikaitkan dengan

28

Dalam artikel majalahsurat kabar ini untuk tahun penerbitan tidak terlihat hal itu

dikarenakan karena sumber yang ada sangat rentan dan penulis menemukan sebagian teks hilang

terjadi akibat pengalihan dari sumber nyata yang di scan dan dipublikasikan via website online

Terlepas dari sisi eksternalnya untuk kritik internalnya artikel majalahsurat kabar Dalam Negeri

ini menggunakan penulis masih terkendala dalam menganalisa karena bahasa yang digunakan

bahasa yang berada di jaman sebelum dan pasca kemerdekaan

14

penelitian penulis melihat kasus Aceh sebagai perjuangan pengalihan kuasa dan

ideologi keagamaan Pemaparan lebih detail dijelaskan oleh Taufik Abdullah

mengenai pilar-pilar kepemimpinan sikap masyarakat Aceh yang bersifat

spontanitas dan enthusiasme

Dalam literature yang lain penulis menemukan beberapa buku yang

mendukung permasalahan dari topik ini M Nur El Ibrahimy Tgk M Daud

Beureueh perananya dalam pergolakan di Aceh Jakarta Gunung Agung 1982

Dalam buku ini membahas peranan Daud Beureueh dalam pemberontakan yang

terjadi di Aceh dimulai dari sebabnya sumbangan rakyat Aceh kepada pendirian

Republik serta terkait pristiwa berdarah secara kronologis Dalam buku ini juga

membahas biografi singkat mengenai Daud Beureueh

Semangat Merdeka 70 tahun menempuh jalan pergolakan amp perjuangan

yang ditulis oleh A Hasjmy 1985 adalah sebuah buku yang memuat perjalanan

A Hasjmy juga peristiwa sejarah yang terjadi kurun waktu 70 tahun penulis

Banyak peristiwa-peristiwa sejarah yang tercatat dibuku ini selama perang

kolonial melawan Belanda dan berbagai pergolakan politik di Aceh seperti

pertempuran dan pemberontakan juga disajikan lengkap dibuku ini Komentar

komentar dan analisa analisanya terhadap pembahasan juga melengkapi kisah

perjalanan hidup penulis dalam kancah pergolakan di Aceh Adapun kisah

pemberontakan terhadap tentara Jepang Pergerakan PUSA Gema Proklamasi di

Aceh sampai kepada bagaimana tentara Aceh mempertahankan kemerdekaan RI

merupakan sebagaian dari banyak kisah sejarah lainnya yang dikemukakan Oleh

Hasjmy Termasuk juga kisah dalam penahanannya dalam penjara oleh

pemerintahaan RI yang disebabkan oleh diproklamirkannya Darul Islam (DI) di

Aceh oleh Tgk M Daud Beureueh

Penulis juga melakukan perbandingan pada tiap literature yang ada

Seperti dalam buku Memahami Sejarah Konflik Aceh yang ditulis oleh Mr S M

Amin yang diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia Jakarta 2014

Bertentangan dengan buku Sejarah dan dokumen-dokumen pemberontakan di

Atjeh oleh Alibasjah Talsya Mr S M Amin ingin memberikan informasi kepada

pembaca dalam sudut pandang yang berbeda Peristiwa berdarah di Aceh

15

dilihatnya sebagai suatu perjuangan dalam menegakan ideologi keagamaan Hal

ini bertujuan untuk memberikan dan memperkaya pembaca mengenai studi kritis

dalam sejarah Aceh maupun sejarah Indonesia diawal berdirinya republic ini

G Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman secara keseluruhan skripsi ini terbagi

dalam lima bab Adapun susunan skripsi ini adalah sebagai berikut

BAB I Merupakan pendahuluan yang meliputi penjabaran singkat

mengenai permasalahan yang menjadi fokus kajian identifikasi

masalah batasan dan rumusan masalah tujuan dan manfaat

penelitian kerangka teori metode penelitian tinjauan pustaka

serta sistematika penulisan

BAB II Membahas biografi Tgk M Daud Beureueh dari mulai lingkungan

keluarga riwayat pendidikan dan karya-karyanya dalam berbagai

bentuk dari masa pra-kemerdekaan kemerdekaan dan pasca

kemerdekaan

BAB III Membahas lebih mendalam mengenai peranan Tgk M Daud

Beureueh dalam pemberontakan untuk menegakan syariat Islam di

Aceh Baik kedudukan sikap dan kontribusi nyatanya dalam

konflik yang disebut juga sebagai peristiwa berdarah di Aceh

BAB IV Membahas mengenai pemberontakan yang menjadi peristiwa

berdarah di Aceh Baik melalui upaya-upayanya dan hasil

perjuangan dalam bentuk perubahan sosial dengan menggunakan

pendekatan konflik Serta respon pemerintah pusat melalui

kebijakan-kebijakannya terhadap perjuangan masyarakat Aceh

yang dipimpin oleh Daud Beureueh

BAB V Berisikan penutup yang terdiri atas kesimpulan mengenai jawaban

permasalahan penelitian dan saran sebagai masukan terhadap

penelitian

16

BAB II

BIOGRAFI TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH

A Lingkungan Keluarga

Teungku Muhammad Daud Beureueh aslinya bernama Muhammad

Daud29

Ia dilahirkan pada tanggal 17 September 189930

di kampung Beureueh

Beureuneun atau yang sekarang termasuk Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie

Daerah Istimewa Aceh31

Daud Beureueh adalah salah satu tokoh ulama besar di

Aceh ia juga merupakan tokoh kontroversial yang populer dikalangan masyarakat

Aceh dalam perjuangannya mengibarkan serta menegakan panji-panji Islam di

bumi Aceh akibat rasa ketidakpuasannya atas pemerintahan Soekarno32

Ketika semasa hidupnya dihabiskan di Aceh dari situlah Daud Beureueh

dikatakan sebagai anak Aceh tulen Seperti dalam sebuah karangan yang ditulis

oleh Anggraini dalam majalah Indonesia Merdeka No214 yang terbit di

Banjarmasin pada tanggal 1 oktober 1953 berjudul ldquoSiapa Teungku Daud

Beureueh bekas Gubernur Aceh yang memberontakrdquo Menjelaskan mengenai

nama asalnya Muhammad Daud yang diberikan orang tuanya sejak lahir33

Gelar

Teungku34

berasal dari masyarakat Aceh merupakan sebutan yang diberikan

kepada ulama Aceh atau sebutan kepada setiap orang yang dihormati35

Sedang

tambahan bdquoBeureueh‟ adalah nama tempat kampung kelahirannya Penamaan ini

29

Harun Nasution dkk Op Cit hal202-203 30

Menurut A Hasjmy dalam buku Ulama Aceh Pejuang Kemerdekaan dan

Pembangunan Tamadun BangsaTgk M Daud Beureueh lahir dalam tahun 1316 Hijriah atau

sekitar tahun 1896 Masehi seperti yang dipaparkan dalam Ensiklopedi Islam Indonesia yang

disusun oleh Harun Nasution dkk 31

A Hasjmy Op Cit hal119-120 32

HM Bibit Suprapto Ensiklopedi Ulama Nusantara (Jakarta Gelar Media Indonesia

2009) hal231-323 33

El Ibrahimy Op Cit hal221-222 34

Sekedar info berbeda dengan Teungku (tgk) Sebutan Tengku adalah titel

kebangsawanan di Sumatera Timur Teuku adalah titel kebangsawanan di Aceh sedangkan

Tuanku adalah titel Sultan Aceh dan turunannya atau sebagai sebutan sultan-sultan di Sumatera 35

Anthony Reid Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera

(Jakarta Pustaka Sinar Harapan 1987) hal 12-17

17

adalah suatu kebiasaan pada sebagian masyarakat di Sumatera yang menaruhkan

nama kampungnya ke dalam namanya36

Jika dianalisa lebih mendalam mengenai Muhammad Daud nama yang

diberikan kedua orang tuanya adalah dua nama Nabiyullah yang diberikan kitab

Al Qur‟an dan Zabur Dari penamaan yang diberikan penulis berasumsi bahwa

keinginan kedua orang tuanya adalah menjadikan Daud Beureueh sebagai ulama

sekaligus mujahid37

yang siap membela menyebarkan mengibarkan dan

menegakan panji-panji yang berdasar pada syariat Islam Dilihat dari lingkungan

hidupnya Daud Beureueh tumbuh dan besar dilingkungan religius yang sarat

dengan nilai-nilai Islam38

Dan ketika memasuki masa dewasa di bawah bayang-

bayang keulamaan ayahnya yang sangat kuat yang mengilhami jejak hidupnya

Ayahnya bernama Teungku Ahmad yang pada waktu itu menjadi Keucik

(lurah) Kampung Beureueh Ayahnya merupakan seorang ulama yang

berpengaruh dikampungnya mendapat gelar dari masyarakat setempat dengan

sebutan bdquoImeuem‟ (imam) Beureueh Ibunya bernama Aminah Menurut A

Hasjmy dikatakan bahwa kakek Teungku Muhammad Daud Beureueh berasal dari

Kerajaan Pattani Darussalam namanya Haji Muhammad Adami39

Sementara

Daud Beureueh sendiri beristrikan tiga orang Istri yang pertama bernama

Teungku Cut Halimah atau sering dipanggil Mi Usi darinya dikaruniai tujuh

orang putraputri Istri yang kedua bernama Teungku Asma dipanggil Mi Paleue

darinya dikaruniai tiga orang putraputri Istri yang ketiga bernama Cutnyak

Asiyah terkenal dengan panggilan Mi Beureueh dikaruniai seorang putra yang

bernama Hatta jika diakumulasikan semuanya berjumlah sebelas orang

putraputri40

Daud Beureueh melalui anak tertuanya Teungku Maryam

mempunyai anak yaitu cucunya yang bernama Nila Inangda Mayang Keumala

36

El Ibrahimy Op Cit hal 222-223 37

Mujahid adalah orang yang berjuang demi membela agama Islam Sumber melalui

httpkbbiwebidmujahid di akses pada tanggal 31 Januari 2016 Pukul 1337 WIB 38

Nilai-nilai Islam yang dimaksud terlihat dimana ketika Maghrib tiba Hikayat Perang

Sabil selalu dikumandangkan di setiap meunasah (masjid kampung) Ibid hal 337-338 39

Kerajaan Pattani Darussalam adalah kerajaan Islam Melayu yang terletak di ujung

paling utara Semenanjung Tanah Melayu dan setelah dijajah Siam sekarang menjadi Thailand

Selatan A Hasjmy melalui bukunya yang berjudul ldquoUlama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan

dan Pembangunan Tamadun Bangsardquo hal120 40

A Hasjmy Op Cit hal120-121

18

yang bersuamikan Tan Sri Sanusi Junit41

telah mempersembahkan cicit untuk

Daud Beureueh Tidak banyak literature yang dapat penulis gali mengenai

keluarga Daud Beureueh baik mengenai keluarga lingkungan ataupun orang

terdekatnya

Ketenaran tokoh di Aceh senantiasa melekat pada kharisma kampungnya

Kampung adalah sebuah entitas politik42

yang pengaruhnya ditandai dengan

tokoh-tokoh perlawanan Hal ini terjadi akibat cita-cita yang belum tercapai Jika

dikaitkan dengan tempat tinggalnya Daud Beureueh berasal dari tanah Aceh

tepatnya didaerah Pidie Orang-orang Pidie terkenal berwatak keras ulet dan suka

merantau Mungkin sekali bila penulis katakan karena watak orang Pidie

demikian rupa maka Daud Beureueh tumbuh menjadi manusia yang keras dan

ulet hal ini terlihat juga setelah ia menjadi pemimpin umat43

Terlebih lagi Daud

Beureueh mendapatkan gelar Teungku adalah karena ia ulama yang berasal dari

rakyat jelata Jelaslah kemauan keinginan dan pendiriannya yang kuat yang

membuat Daud Beureueh sangat disegani oleh masyarakat Aceh44

B Riwayat Pendidikan

Dalam riwayat pendidikannya Daud Beureueh memperoleh pendidikannya

dari lembaga pendidikan tradisional45

Sebelum membahas hal itu lebih jauh

penulis ingin mencoba memaparkan sedikit mengenai sejarah pendidikan Islam di

41

Tri Sri Dato‟ Seri Sanusi Junid atau suami dari cucu Daud Beureueh yaitu Nila Inangda

Keumala lahir 10 Juli 1943 adalah tokoh politik Malaysia yang menjabat sebagai Menteri

Pembangunan Negara dan Luar Bandar pada tahun 1981 Menteri Pertaninan sewatu berumur 38

tahun pada tahun 1986 Dan Tan Sri Sanusi menjadi Menteri Besar Kedah Darul Aman yang

ketujuh pada tahun1996-1999 Sumber melalui httpmkompasianacomdandibachtiartan-sri-

sanusi-junid-putra-aceh-yang-jadi-menteri-di-malaysia_550e5dcaa33311b82dba8166 diakses pada

tanggal 31 januari 2016 Pukul 1541 WIB 42

Entitas politik adalah wujud politik Jika dikaitkan dengan dengan entitas budaya

menurut Kuntjaraningrat Analisa penulis mengenai penelitian ini adalah sebagai bentuk entitas

ideal yaitu merupakan kompleks dari ide-ide gagasan nilai-nilai norma-norma dsb Jelas

kaitannya dalam kasus perjuangan ini adalah terkait nilai-nilai keagamaan dalam menegakan

syariat Islam di Aceh Sumber melalui httpkbbiwebidentitas di akses pada tanggal 31 Januari

2016 Pukul 1730 WIB 43

Bukti dari sifatnya yang keras dan tegas terlihat ketika dalam suatu khotbah Jum‟at di

Masjid Raya Kutaraja dalam mengupas Islam dengan komunis Daud Beureueh sangat militant

tegas dan enteng dalam menyampaikan vonis haram dan kafir terhadap orang yang tidak

disukainya dalam kasus ini disebutkan untuk menjauhkan kaum Muslimin dari PKI 44

El Ibrahimy Op Cit hal 222 45

Harun Nasution Op Cit hal 202

19

Aceh Pendidikan Islam yang berlandaskan ayat-ayat Al Qur‟an adalah rasa

kesadaran beriman dan beramal salih yang berdasarkan ilmu pengetahuan

sehingga manusia menjadi makhluk sosial yang menghayati ajaran-ajaran Islam

dalam kehidupannya46

Baik dalam kehidupan politik ekonomi ataupun dalam

kehidupan sosial Dengan berpedoman ayat-ayat Al Qur‟an pendidikan Islam

bertujuan untuk

a Membina manuslia Muslim yang beriman dan beramal salih sehingga

memenuhi syarat untuk menjadi Khalifah Allah di atas bumi yang

bertugas memakmurkan dunia raya47

b Membina manusia Mukmin yang beramar makruf dan bernahi

mungkar sehingga mereka memiliki syarat-syarat untuk ditampilkan

menjadi umat pilihan di depan mata dunia48

c Membina Jama‟ah Ansarullah yang bertugas melaksanakan Dakwah

Islamiyah dengan hikmah kebijaksanaan dan ajaran-ajaran yang indah

sebagai syarat mutlak bagi kaum Muslimin untuk menjadi umat yang

beruntung dan mendapat kemenangan49

d Membina angkatan Dakwah yang tugasnya bejihad membela rakyat

melarat yang tertindas dengan segala daya dana dan jiwa sebagai

syarat mutlak untuk mendapat ampunan Allah dan kemenangan di

dunia dan di akhirat50

Pengertian dan tujuan pendidikan Islam ini merupakan hal penting ketika

kita mengenyam pendidikan Islam dimanapun51

Selain itu mengetahui

pengertian dan tujuan bermanfaat untuk mengkaji mengenai suatu penelitian

terkait pendidikan yang dalam kasus ini penulis akan mencoba untuk

menjelaskannya Seperti yang dijelaskan dalam berbagai literature Daud

Beureueh tidak mengalami masa-masa usia sekolah atau tidak masuk sekolah ke

lembaga pendidikan resmi yang dibuat Belanda seperti Volkschool Goverment

46

Landasan QS Al Alaq 1-5 dan At Taubah 122 47

Landasan QS An Nur 55-56 48

Landasan QS Ali Imran 110 49

Landasan QS Ali Imran 104 dan An Nahl 125 50

Landasan QS An Nisa 74 dan Ash Shaf10-12 51

A Hasjmy Bunga Rampai Revolusi dari Tanah Aceh (Jakarta Bulan Bintang 1978)

hal 51-53

20

Indlandsche School atau HIS52

Hal tersebut dikarenakan banyak putraputri Aceh

tidak diizinkan orangtuanya untuk memasuki sekolah-sekolah yang didirikan oleh

bdquokaphe‟53

terutama untuk putraputri ulama Dan terlebih lagi masih sangat

kuatnya anti penjajahan dan gema berkumandangnya Hikayat Perang Sabil54

Hal

ini membuktikan bahwa tidak benar yang dikatakan ldquopengamatrdquo yang mengatakan

bahwa orang Aceh jaman penjajahan anti ilmu pengetahuan melainkan yang

benar bahwa rakyat Aceh saat itu dan bahkan sampai sekarang anti penjajahan

seperti yang diterangkan oleh A Hasjmy dalam bukunya Ulama Aceh Mujahid

Pejuang Kemerdekaan dan Pembangunan Tamadun Bangsa

Walaupun Daud Beureueh dan masyarakat Aceh baik dikalangan ulama

maupun rakyat jelata tidak memasuki lembaga pendidikan yang didirikan kaum

penjajah namun mereka tidak ldquobuta hurufrdquo dan juga tidak ldquobuta ilmurdquo karena

mereka mendapat pendidikan di pusat-pusat pendidikan seperti pesantren

madrasah seperti dayahzawiyah55

Jika dikaji lebih dalam pendidikan yang

bernama dayahzawiyah berdiri ketika masa Kerajaan Islam Perlak sebagai

Kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara Hal ini merupakan upaya utama yang

dilakukakan dengan mendirikan tempat-tempat pendidikan bagi putraputri

negara dalam rangka mempunyai pengetahuan yang luas Ini merupakan perintah

Sultan56

untuk memberi pengetahuan yang luas melalui bidang pendidikan Dan

masa itu pendidikan dayahzawiyah diajarkan oleh ulama-ulama yang juga

mempunyai pengetahuan yang luas

52

Volkschool atau yang dikenal sekolah desa selama tiga tahun muncul sekitar tahun

1915 ketika jaman penjajahan Belanda diperuntukkan bagi anak-anak peribumi yang tinggal di

desa-desa Motif pembangunan sekolah ini adalah ekonomi Sumber melalui

httpwwwjakartagoidwebencyclopediadetail3515volkschool diakses pada tanggal 31 Januari

2016 Pukul1952 WIB Goverment Indlandsche School adalah sekolah rakyat lima tahun A

Hasjmy Op Cit Sedangkan HIS adalah sekolah dasar selama tujuh tahun dengan bahasa Belanda

sebagai pengantar diperuntukkan untuk anak-anak pribumi Sumber melalui Anthony Reid Op

Cit hal 13 53

Kaphe adalah sebutan kafir oleh masyarakat Aceh untuk Belanda atau penjajah 54

Hikayat Perang Sabil merupakan syair perang sabil yang ditulis dan disebarkan pada

waktu perlawanan anti-Belanda Anthony Reid Menuju Sejarah Sumatera Antara Indonesia dan

Dunia (Jakarta KITLV 2011) hal 338 55

El Ibrahimy Op Cit hal 221-222 56

Hal yang melatarbelakangi pendidikan masa itu adalah ketika itu Ayah Sultan sangat

mementingkan pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk putranya hal itu terlihat dari pemikiran

Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah yang juga mementingkan pendidikan dan ilmu

pengetahuan terinspirasi dari ayahnya

21

Setelah berdiri banyak tempat-tempat pendidikan yang bernama zawiyah

dalam Kerjaan Islam Perlak pada akhir abad ke-3 H atau abad ke-10 M

Berdirilah pendidikan Islam yang bernama ldquoZawiyah Cot Kalardquo didirikan oleh

pangeran Muhammad Amin yang sekaligus merupakan seorang ulama atau lebih

dikenal dengan nama Teungku Chik Cot Kala Kata-kata ldquozawiyahrdquo seiring

perkembangan jaman berubah sebutan menjadi ldquodayahrdquo menjadi ldquoDayah Cot

Kalardquo57

Mempunyai akar sejarah dalam bidang pendidikan yang kuat

memunculkan upaya yang dilakukan Kerajaan Aceh Darussalam untuk menyusun

lembaga-lembaga pendidikan yand disesuaikan dengan system dan organisasi

pendidikan atau pengajaran yang disusun oleh Perdana Menteri Nizamuddin dari

Daulah Abbasiyah sekitar abad ke-16 M dan seiring perkembangan pendidikan di

Aceh membawa ajaran wajib dalam rangka membasmi buta huruf tadan buta ilmu

Adapun tingkatan pendidikan di Aceh sekitar abad ke-17 M adalah sebagai

berikut

a Meunasah atau madrasah yaitu sekolah permulaan yang sama dengan

sekolah dasar Didirikan ditiap-tiap kampung atau desa untuk

mengajar murid-murid menulis dan membaca huruf Arab

b Rangkang melalui Masjid sebagai pusat segala kegiatan umat ini

merupakan pendidikan tingkat menengah pertama atau yang dikenal

dengan nama Madrasah Tsanawiyah Diajar mengenai fiqh atau hukum

Islam58

c Dayah dapat disamakan dengan Sekolah Menengah Atas atau

Madrasah Aliyah Dalam tingkatan ini murid-murid diajarkan

mengenai kitab-kitab dan kajian fiqh lebih mendalam

d Dayah Teungku Chik atau yang disebut Dayah Manyang disamakan

dengan akademik Teungku Chik artinya guru besar Diajarkan

mengenai pelajaran tentang bahasa fiqh hukum Islam sejarah ilmu

manthiq tauhid tasawuf ilmu falak tafsir hadits

57

Ibid hal 51-56 58

Diajar mengenai hukum islam yaitu tentang rubuk ibadah tauhid tasawuf sejarah Islam

dan umum dan bahasa Arab Melalui buku-buku berbahasa Melayu dan Arab

22

e Jami‟ah Baiturrahman setara dengan tingkatan universitas mempunyai

ldquoDaarrdquo atau fakultas Di ajar oleh guru-guru besar ulama atau sarjana

dari Aceh maupun didatangkan dari Arab Turki Persia dan India59

Kembali dalam fokus kajian mengenai pendidikan Daud Beureueh Dalam

pusat-pusat pendidikan yang bernama dayahzawiyah Daud Beureueh dan ulama

sejaman mempelajati baca tulis Arab dan pengetahuan Agama Islam Dalam

riwayat pendidikannya dari beberapa dayah terkemuka di Tanah Aceh Daud

Beureueh menimba ilmu pengetahuan bahasa Arab terutama sekali ilmu-ilmu

syariat dan hakikat serta ilmu-ilmu lain yang erat hubungannya dengan

pengembangan dan pembinaan Islam dalam melahirkan ulama besar dan

pemimpin rakyat60

Pada mulanya Daud Beureueh belajar di Pesantren Titeue

yang dipimpin oleh Tgk Muhammad Hamid selama satu setengah tahun

kemudian pindah ke Pesantren Lie Leumbeue dibawah pimpinan Tgk Ahmad

Harun yang terkenal dengan sebutan Teungku di Tenoh Mirah Setelah empat

setengah tahun belajar ia keluar sebagai ulama tulen atau tempaan pesantren

sejati Setelah lulus Daud Beureueh menikah dengan Tgk Halimah di kampung

Usi Meunasah Dayah Pada tahun 1930 ia membentuk Jami‟ah Diniyah dan

kemudian mendirikan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli Ini

merupakan pengembangan dari lembaga pesantrennya Dan sejak itu Daud

Beureueh mulai terkenal dengan gelar ldquoTeungkurdquo di kampung Usi Meunasah

Dayah61

62

Setelah Daud Beureueh mendirikan kedua lembaga pendidikannya

kemudian ia menjadi pemimpin dalam mempelajari ldquohuruf latinrdquo sehingga teman

ulama sejamannya menjadi pandai membaca dan menulis huruf Ilmu itu mereka

dapat ketika memasuki usia sekolah dalam lembaga pendidikan resmi yang

didirikan oleh Belanda yaitu Government Inlandsache School di kota kecil

59

A Hasjmy Op Cit hal 63-71 60

A Hasjmy Op Cit hal 121-123 61

Harun Nasution dkk Op Cit hal 202 62

Pada mulanya kebanyakan penduduk kampung Usi menganut kepercayaan suluk yang

bersumber kepada ajaran-ajaran Al Hallaj yang terkenal dalam sejarah ilmu Tasawuf Mereka

bertekad bahwa Allah Muhammad dan Adam hakikatnya adalah satu ibarat kain benang dan

kapas Dengan petunjuk-petunjuk yang terus menerus dari Tgk M Daud Beureueh kebanyakan

mereka telah kembali ke jalan yang benar Sumber melalui M Nur El Ibrahimy dalam bukunya

ldquoTgk M Daud Beureueh Peranannya Dalam Pergolakan di Acehrdquo hal 222

23

Seulimeum Dikatakan oleh Anthony Reid Tgk M Daud Beureueh tahun 1910-

1946 mendapatkan pendidikannya pada Europese School di Sigli Dan hal itu

yang dianggap Anthony Reid bahwa Daud Beureueh lebih bersifat ke Eropaan

dibanding uleebalang lainnya63

C Karya-karyanya

Dalam hal ini sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam mengenai

karya-karya Tgk M Daud Beureueh Disini penulis membagi karya-karyanya

menjadi 3 bagian yaitu pertama pemikiran merupakan hasil dari manusia tak

jarang manusia yang berfikir menghasilkan pemikiran-pemikiran yang bermanfaat

bagi kemajuan jaman namun dalam menerapkan pemikiran tersebut banyak

tantangan yang harus dihadapi Bukan mengenai tantangan tersebut tapi

bagaimana hal itu menjadi pecutan semangat untuk menghadapi tantangan jaman

yang mencoba melawan arus manusia

Dalam kasus ini jelas pemikiran Daud Beureueh merupakan pemikiran

politik yaitu menciptakan konsep Negara Islam Indonesia di Aceh64

Islam

sebagai dasar Negara dan Syariat Islam sebagaimana diperintahkan Allah SWT

Dan dijalankan oleh Rasulullah SAW Tantangan yang dihadapi dalam

mewujudkan pemikirannya adalah pemerintah pusat Pemerintah menganggap

pembentukan negara Islam ini adalah suatu tindakan pemberontakan dan

menentang terhadap kebijakan pemerintah Dan hasil dari pemikiran ini maka

tercetuslah Republik Islam Aceh (RIA)65

berdiri pada 15 Agustus 1961 Tetapi

tidak lama berselang setelah perundingan antara Daud Beureueh dengan pihak

pemerintah Indonesia akhirnya tercapailah rumusan yaitu bahwa di Aceh dibentuk

sebagai Daerah Istimewa Aceh (DISTA) dengan penerapan syariat Islam dengan

batas-batas yang diperbolehkan oleh perundang-undangan republik Indonesia

Sebelum pada akhirnya Aceh kembali kepangkuan Negara Kesatuan Republik

Indonesia dan bagian dari NKRI66

63

Ibid hal 350 64

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 200-205 65

RIA akhirnya berhenti pada bulan juli akibat dari propaganda pemerintah pusat dan

perpecahan dalam kubu DITII 66

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 205-208

24

Kedua adalah bentuk melalui karyanya Daud Beureueh membentuk

Jami‟ah Diniyah dan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli Ini

adalah bentuk nyata bagaimana Daud Beureueh ingin memberikan sesuatu yang

bermanfaat bagi penerus dalam bidang pendidikan Jika dikaji melalui pemikiran

pembaharuan dalam dunia Islam menurut At Tahtawi (1801-1873) kaitannya

dengan Daud Beureueh ini adalah bentuk yang lebih spesifik Karena Menurut At

Tahtawi untuk menuju kesejahtraan ialah dengan berpegang kepada agama dan

budi pekerti yang baik Dan menganjurkan pendidikan yang universal Tujuan

pendidikan menurut pendapatnya mencakup kecintaan kepada bangsa dan At

Tahtawi juga berpendapat ulama harus mengetahui ilmu-ilmu modern agar

mereka dapat menyesuaikan syariat dengan kebutuhan zaman modern67

Hal ini

terlihat pada Daud Beureueh yang mempelajari huruf latin untuk menambah

pengetahuannya yang lebih luas

Menurut pandangan James Siegel antropolog Amerika anggota

Departement of Antrophology di Cornel University mengenai Daud Beureueh

yang dianggap sebagai ulama yang berani (militant) dan reformis dari sejarah

Aceh James Siegel mengatakan bahwa Daud Beureueh pernah bersedia

membantu mengerjakan obyek-obyek yang bermanfaat bagi umum dengan

menyediakan diri sebagai alat dalam usaha membangun masjid perbaikan dan

pembuatan jalan-jalan memperbaiki saluran-saluran Irigasi68

Ia juga termasuk

uleebalang yang kaya dan paling giat dalam membuka perkebunan kopi di Tangse

sekitar tahun 1930-an untuk membantu perekonomian masyarakat sekitar69

67

Taufik Abdullah Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Pemikiran dan Peradaban

(Jakarta PT Ichtiar Baru Van Hoeve 2002) hal 397-398 68

El Ibrahimy Op Cit hal 228-235 69

Anthony Reid Op Cit hal 350

25

BAB III

PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM

PEMBERONTAKAN DI ACEH

A Pembentukan Darul Islam Tentara Islam Indonesia di Aceh

Perjuangan Daud Beureueh menegakan syariat Islam di Aceh terjadi pada

masa Era Orde Lama 1953-1962 telah menimbulkan peristiwa berdarah atau yang

lebih dikenal dengan pemberontakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia Aceh

(DITII Aceh) Meletus pada 20 september 195370

perjuangan untuk menciptakan

negara Islam di Aceh sebagai suatu negara bagian dari Negara Islam Indonesia

Pembentukan negara Islam yang berlandaskan kepada pelaksanaan syariat Islam

adalah cita-cita Daud Beureueh Pemberontakan ini timbul akibat kekecewaan

terhadap Soekarno serta harga diri yang terlecehkan karena tidak memenuhi

janjinya untuk menjadikan negara Indonesia sebagai sebuah negara yang

berlandaskan kepada Islam71

Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya pemberontakan yang terjadi

tahun 1953-1962 oleh Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh adalah

rasa sakit hati rakyat Aceh atas perjuangan mempertahankan kedaulatan RI yang

dipandang sebelah mata setelah berhasil mempertahankan kemerdekaan serta

kecewa dengan pemerintah karena wilayah Aceh dimasukan kedalam wilayah

Sumatera Utara dan janji pemerintah mengenai hak istimewa bagi daerah Aceh

tidak kunjung terwujud72

Sedangkan pendapat lebih kuat menurut Anthony Reid

faktor perjuangan melawan kendali Jakarta pada 1953-1962 didasari dua alasan

yakni menentang diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatera Utara dan

gagalnya Republik melaksanakan hukum Islam73

Pertentangan politik dengan

pemerintah pusat membawa kepada suatu keadaan yang meresahkan akibat

70

Dilihat pada beberapa literature peristiwa perjuangan di Aceh oleh Tgk M Daud

Beureueh dipandang sebagai suatu pemberontakan yang menentang kebijakan pemerintah dalam

menerapkan dasar negara Indonesia pasca kemerdekaan dan mengubur alasan kenapa

pemberontakan itu terjadi serta perjuangan gigihnya rakyat Aceh mengusir penjajah saat itu 71

Abdullah Sani Usman Op Cit hal200 72

__________ Ensiklopedi Islam untuk Pelajar 73

Anthony Reid Op Cit hal 338

26

adanya tarik menarik antara Aceh dengan pemerintah pusat Pemerintah pusat

tidak mengakui pembentukan provinsi Aceh yang terpisah sehingga terjadi

tupmang-tindih kebijakan yang membawa kepada krisis kekuasaan pemerintahan

di Aceh

Dalam permasalahan ideologi yaitu penerapan perundang-undangan Islam

yang dikehendaki oleh rakyat Aceh gagal diberikan oleh pemerintah pusat Hal ini

menjadi masalah dan membawa pertikaian atau konflik di era Orde Lama Darul

Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh dengan pemerintah pusat awalnya

disebabkan permasalahan kekuasaan dan selanjutnya masalah ideologi menurut

kacamata penulis dalam kasus ini konflik dapat melenyapkan unsur-unsur yang

memecah belah dan menegakan kembali Artinya konflik yang terjadi juga dapat

meredakan ketegangan antara pihak-pihak yang bertentangan sehingga konflik

dapat berfungsi sebagai stabilisator sistem sosial Sisi positifnya konflik dapat

menciptakan jenis-jenis interaksi yang baru di antara pihak yang bertentangan

Dan konflik juga berlaku sebagai rangsang untuk menciptakan aturan-aturan dan

sistem norma baru yang mengatur pihak-pihak yang bertentangan sehingga

keteraturan sosial Republik Indonesia khususnya Aceh dapat terwujud74

Pada kenyataannya pembentukan Negara Islam yang merupakan cita-cita

impian Daud Beureueh terilhami dari perjuangan DITII pimpinan Imam

Soekarmadji Maridjan Kartosuwiryo75

Kartosuwiryo adalah pemimpin pusat

yang pertama kali mencetuskan gerakan ini di Jawa Barat pada 7 Agustus 1949

Ini merupakan alasan Daud Beureueh merangsang dan ikut berjuang juga dalam

melahirkan Negara Islam di Aceh sebagai suatu Negara Bagian dari Negara Islam

Indonesia Selain itu alasan lain Daud Beureueh untuk tidak meminta bantuan

atau bergabung menyatukan kekuatan dengan DI TII Kartosuwiryo adalah karena

Daud Beureueh melihat ada tekanan hebat yang dilakukan pemerintah pusat

terhadap gerakan Kartosuwiryo Perjuangannya di Jawa direspon dengan sikap

74

Ulfah Fajarini Konflik dan Integrasi Potret Keagamaan Masyarakat Sawangan

(Jurnal Al-Turas Vol 11 No 3 September 2005) hal 289 75

Imam Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo (1905-1962) lahir pada 7 Februari 1905

Adalah pemimpin yang menentang legitimasi dan otoritas Republik Indonesia yang baru merdeka

antara 1948 dan 1962 Kartosuwiryo dikeluarkan dari sekolah kedokteran pada 1927 Karena

nasionalisme radikalnya dan secara politik aktif berasosiasi erat dengan HOS Tjokroaminoto

pemimpin Sarekat Islam Kartosuwiryo terilhami oleh pendirian Tjokroaminoto bahwa sebuah

negara Indonesia yang merdeka harus didasarkan pada prinsip-prinsip Islam Lihat Ensiklopedi

Islam Ringkas hal 356

27

keras oleh pemerintah pusat Melalui Tentara Nasional Indonesia gerakan yang

dianggap sebagai pemberontak ini berhasil ditumpas di berbagai wilayah di Jawa

Barat76

Walaupun mengikuti pola DI TII Kartosuwiryo hakikatnya gerakan DI

TII Aceh lebih merupakan gerakan peringatan kepada penguasa Jakarta agar tidak

sewenang-wenang dan melupakan sumbangan Aceh di masa lalu dengan

mengorbankan seluruh jiwa raga dan harta berharga masyarakat Aceh77

Hubungannya dengan masyarakat Aceh adalah konteks dimensi perilaku

kolektif Dimana suatu gerakan tidak hanya melakukan protes dan demonstrasi

melainkan berakibat pada pengrusakan harta benda dan juga mengakibatkan

jatuhnya korban jiwa Dari hubungan antar kelompok ini melibatkan suatu

gerakan sosial yaitu DI TII yang bertujuan menginginkan perubahan dalam

kekuasaan ataupun ideologi negara78

Dalam pembentukannya perjuangan Daud

Beureueh terinspirasi dari perjuangan dakwah yang ditempuh oleh Rasulullah

SAW Adapun langkah-langkah perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh

melalui tiga tahap yaitu

1 Pertama tahap pembinaan dan pengkaderan

Pada tahapan ini Daud Beureueh sangat serius dalam menanamkan nilai-

nilai dan norma Islam dalam kehidupan masyarakat di Aceh79

Diketahui Islam di

Indonesia sulit berkembang karena ada tiga penyebab Pertama jarak Indonesia

dengan pusat Islam terlalu jauh Kedua Islam sampai ke Indonesia adalah Islam

kosmopolitan dimana hubungan antar pemeluk Islam sedunia begitu dekat lalu

berubah menjadi Islam parokial yang lokal Ketiga Islam di Indonesia menjadi

Islam pedesaan dan menjadi Islam petani Ini berbeda dengan Timur Tengah yang

memiliki kaum pedagang yang mobil Sebelum abad ke-15 M mobilitas para

pedagang sangat tinggi namun ketika sampai di Indonesia menjadi Islam petani

yang mobilitasnya makin menurun Dan dipengaruhi oleh budaya agraris yang

relative statis dan percaya mistik80

76

Cyrill Glasse Op Cit hal 356 77

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 201 78

Ibid hal 160 79

Pada masa kesultanan Aceh Islam mengalami proses pelembagaan yang sangat jelas

sebagai kekuatan sosial budaya dan politik pada masa itu kekuatan pengaruh Islam semakin

dirasakan di hamper seluruh aspek kehidupan masyarakat Aceh lihat Ensiklopedi Tematis Dunia

Islam hal 65 80

Kuntowijoyo Op Cit hal 28-29

28

Hal itu merupakan sebuah tantangan untuk Daud Beureueh dalam

menanamkan Islam di masyarakat Aceh Dalam pembinaan nilai dan norma Islam

Daud Beureueh dalam bidang pendidikan mendirikan dua lembaga yaitu Jami‟ah

Diniyah dan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli sekitar tahun

1930 Dengan tujuan agar nafas Islam selalu ada di dalam masyarakat Aceh dan

membebaskan buta huruf dan buta ilmu dikalangan masyarakat Aceh Terutama

mengenai ilmu-ilmu syariat dan hakikat serta ilmu-ilmu yang erat hubungannya

dengan pengembangan dan pembinaan Islam dalam melahirkan ulama besar dan

pemimpin rakyat81

2 Kedua Tahap Interaksi dan Perjuangan

Pada tahap pembinaan aktifitas di bidang pendidikan yang dilakukan Daud

Beureueh adalah tandingan dari pendidikan yang di buat oleh kolonial Belanda

Dan secara tidak langsung Islam sudah berinteraksi di kalangan masyarakat Aceh

bagaimana di perkenalkan secara sederhana melalui pendidikan tradisional dan

dakwah-dakwah Rasa keimanan yang kuat sudah tertanam di masyarakat Aceh

kemudian menemui pergesekan ideologi Antara ide-ide yang dianggap benar

tentang Islam dengan ide-ide karena pengaruh barat melalui Ideologi Pancasila

Pada periode ini perjuangan Daud Beureueh begitu berat karena memperjuangkan

nilai-nilai keIslaman dalam cita-cita nya mendirikan negara yang berlandaskan

syariat Islam

Melalui dakwah-dakwahnya Daud Beureueh ingin menciptakan

masyarakat Aceh yang mempunyai semangat yang berkobar-kobar dalam

memperjuangkan Islam sebagai dasar negara Dalam substansinya dakwah adalah

menyeru kepada mentauhidkan Allah dan seruan ibadah hanya kepada-Nya serta

seruan untuk meninggalkan penyembahan kepada berhala dan seruan untuk

melepaskan diri dari kehidupan diluar ketentuan Islam seperti zaman jahiliyah

Dan ketika Soekarno mengkhianati cita-cita revolusi itu Soekarno dianggap

sebagai alasan di segala macam maksiat dan kemungkaran Soekarno menentang

Islam memisahkan Islam dari negara dan pemerintahan dan Islam itu sendiri

dipisahkan dari kehidupan masyarakat Pancasila selalu diagung-agungkan dengan

81

A Hasjmy Op Cit hal 121-123

29

penafsiran dan pelaksanaannya itu bukan merupakan wadah untuk Islam82

Dalam

pernyataannya ini menjadi alasan Daud Beureueh mengangkat senjata dan

berjanji ditengah-tengah masyarakat Aceh atas permintaan rakyat Aceh untuk

memimpin dan berjanji berjuang bersama-sama hingga kemenangan tercapai

melaksanakan hukum Allah di Republik Indonesia83

3 Ketiga Tahap Penerimaan Kekuasaan

Jika kaitannya dengan dakwah yang ditempuh Rasulullah SAW Tahapan

ini adalah tahapan menerapkan Islam secara praktis dan menyeluruh sekaligus

menyebarkan risalah Islam ke penjuru dunia Berbeda pada perjuangan yang

dilakukan Daud Beureueh Islam sebagai ilmu yang revolusioner Memiliki

kemampuan untuk mengubah dalam periode ilmu berbagai masalah

kemasyarakatan dapat dicarikan jawabannya dalam Islam Misal mengenai

ketimpangan sosial pemilikan tanah hubungan kerja ataupun masalah modal dan

penguasaan pasar Islam memiliki jawaban dari persoalan itu Tetapi hal itu masih

terbatas pada tingkat formulasi normatif dan belum mengangkat Islam menjadi

teori sosial Keadaan ini yang mungkin dianggap pemerintah saat itu masih tidak

percaya bahwa ide Islam bisa menjadi kenyataan Dan menganggap itu sebagai

ide abstrak atau dengan kata lain non progresif84

Setelah melakukan langkah-langkah mulai dari pembinaan pengkaderan

interaksi dan perjuangan Aceh pada awal perjuangan kemerdekaan Indonesia

secara de facto85

yang merupakan bagian dari provinsi Sumatera dengan

kebijakan undang-undang sementara tahun 1945 yang membagi wilayah

Indonesia menjadi 10 provinsi Pergantian pemerintahan Jepang kepada

pemerintahan Indonesia secara otomatis menghapus dan menggantikan undang-

undang peradilan baik dari zaman Belanda maupun Jepang menjadi perundang-

undangan Republik Indonesia yang diatur dalam lembaran Negara No 23 1947

Dengan berlakunya undang-undang ini segala bentuk perundang-undangan dan

struktur pemerintahan di Aceh yang berlaku pada era Belanda dan Jepang telah

82

Pada Saat Soekarno tidak menepati janjinya Pancasila dengan penafsiran dan

pelaksanaannya dianggap sebagai syirik yang sesat dan menyesatkan yang hanya sesuai dengan

agama lain di luar agama Islam 83

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 201 84

Kuntowijoyo Op Cit hal 30-31 85

De facto adalah pengakuan secara kenyataan pada kasus Aceh ini bersifat sementara

30

berubah Namun pada kenyataannya walaupun mengalami perubahan secara

prinsipnya perundang-undangan tersebut masih menyerupai kedua era Belanda

dan Jepang Dan perlu ditekankan perubahan yang terjadi bukan berarti

merupakan pengembalian kepada bentuk asal perundang-undangan Aceh atau

hasil perundingan perundang-undangan yang sesuai dengan kehendak masyarakat

Aceh Hal ini juga yang menyebabkan rakyat Aceh semakin geram dengan

pemerintah pusat dan alasan munculnya gerakan DITII Aceh86

B Kedudukan dan Sikap Tgk M Daud Beureueh dalam Perjuangan di

Aceh

Pada masanya perjuangan dengan berlandas pada syariat Islam Daud

Beureueh memiliki rentan waktu yang lama Mulai dari masa kolonial Belanda

masa kedudukan Jepang masa pra dan pasca kemerdekaan dan masa revolusi

Adapun kedudukan Daud Beureueh adalah sebagai berikut

Ulama seperti pemaparan penulis diatas dalam riwayat pendidikan Daud

Beureueh dikenal sebagai ulama tulen Hal itu terlihat dari pendidikan yang Daud

Beureueh jalani di Pesantren sekitar 6 tahun sebelum ia dikenal oleh rakyat Aceh

sebagai seorang ulama Pada saat menjadi ulama Daud beureueh mendirikan

lembaga pendidikan dan pemimpin dalam mengawali mempelajari huruf latin

Peran sebagai ulama makin terlihat tatkala ia menyelesaikan persoalaan yang

terjadi di masyarakat Dalam tahun 1920-1930-an Daud Beureueh dan para ulama

lainnya baik yang muda maupun yang sebaya dengannya telah berhasil

memberantas gerakan kebatinan saleek buta87

dimana bagi mereka gerakan itu

adalah suatu ancaman karena dapat merusak akidah keIslaman masyarakat Aceh

Ketua PUSA Persatuan Ulama Seluruh Aceh adalah organisasi modern

pertama dan sebuah gerakan rakyat yang berhasil muncul di Aceh setelah

pendudukan militer Berdiri pada tahun 1939-1942 organisasi ini menghimpun ke

86

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 178-179 87

Saleek buta ialah satu aliran kebatinan yang tumbuh di Aceh sekitar abad ke-19 dan

awal ke-20 M sampai dengan tahun tiga puluhan Di antara ajaran saleek buta bahwa Tuhan dan

makhluk adalah satu atau bersatunya Allah dengan manusia Dan bagi mereka syariat Islam

seperti yang diamalkan tidak berlaku Dalam buku A Hasjmy Op Cit hal 105

31

mayoritas ulama aktif di Aceh dalam program pengembangan sekolah-sekolah

agama yang lebih modern dan peningkatan Kekuatan Islam Aceh88

Organisasi ini

lahir dalam konfrensi pada bulan Mei tahun 1939 oleh Teungku Abdul Rahman

dari perguruan Al- Islam di Peusangan Lahir pada masa kolonial organisasi ini

muncul sebagai pejuang dalam mengambil kekuasaan dari Belanda di Aceh Hal

itu terlihat dari konflik yang terjadi antara PUSA dengan uleebalang Suatu

hubungan antara uleebalang dengan Belanda menjadi alasan mengapa PUSA

ingin memimpin sistem pemerintahan di Aceh

Meskipun berdiri di saat situasi tegang tetapi dalam perkembangannya

PUSA telah menunjukan dirinya sebagai suatu faktor politik yang sangat penting

Dalam empat tahun terakhir setelah berdirinya PUSA kekuasaan Belanda di Aceh

mengalami kemerosotan Perubahan sikap dan perilaku antara uleebalang dan

rakyat Aceh menjadi bukti nyata makin rapuhnya kekuasaan uleebalang

Perubahan sikap dan perilaku terlihat dari kemarahan dan kebencian masyarakat

Aceh akibat penindasan dan skandal beberapa uleebalang yang tergambar di

majalah Penjedar yang terbit di Medan pada bulan November 193889

Kemerosotan juga terlihat di bidang ekonomi yaitu dengan munculnya

PUSA sebagai kaum tandingan atau atasan baru sebagai motor penggerak

perekonomian rakyat dalam bentuk kaum pedagang yang berkembang didaerah

seperti Sigli Garot Bireun dan Idi Dan dalam dunia pendidikan terlihat pada

aliran pembaharuan yang pada dasarnya rakyat Aceh menganggap Belanda

sebagai kaphe dengan munculnya sekolah-sekolah keagamaan dengan

berlandaskan Islam menjadi tandingan untuk sekolah-sekolah yang didirikan

Belanda Berbeda dalam bidang politik perjuangan mendapatkan kekuasaan oleh

ulama dianggap Belanda sebagai suatu gerakan perlawanan yang begitu

berpengaruh Tapi aneh ketika sikap politik Belanda membiarkan gerakan yang di

pimpin oleh ulama tumbuh dan berkembang90

88

Anthony Reid Op Cit hal 280 89

Majalah Penjedar awalnya didirikan oleh mantan pemimpin PKI Xarim M S tetapi

kemudian majalah ini beralih ke tangan seorang wartawan Medan yaitu mantan pemimpin PSII

Mohammad Said menjadi pemimpin redaksinya pada bulan November dengan tujuannya yaitu

menggantikan kedudukan raja-raja uleebalang 90

Anthony Reid Op Cit hal 58-63

32

Menurut analisa penulis terhadap sikap politik Belanda melalui golongan

pembesar atau petinggi Belanda melihat perjuangan melalui organisasi yang

dipimpin ulama melalui PUSA sebagai sebuah hal yang wajar dan tidak

mengkhawatirkan sebaliknya pada tahun 1930an munculnya Muhammadiyah

sebagai sebuah gerakan non-Aceh yang terbuka dan menerima kebangkitan

nasionalisme Indonesia justru menimbulkan kekhawatiran oleh Belanda Jadi

kekhawatiran Belanda timbul melalui ruang lingkup PUSA gerakan pembaharuan

ruang lingkupnya lebih kecil dibanding dengan Muhammadiyah

Gubernur Militer merangkap panglima divisi X TRI91

pada masa revolusi

demi menciptakan proses pertahanan politik nasional di wilayah Aceh melalui

keputusan wakil Presiden Muhammad Hatta Daud Beureueh dilantik menjadi

Gubernur Tentara di wilayah Aceh Langkat dan Tanah Karo pada tanggal 27

Agustus 1947 di Bukit Tinggi Melalui Daud Beureueh kekuatan bersenjata di

Aceh dapat dibentuk dan dileburkan dalam wadah Tentara Nasional Indonesia

(TNI) yang sebelumnya terdiri dari berbagai barisan pejuang kekuatan bersenjata

Aceh yang tidak terkawal92

Hal ini didasarkan pertimbangan politis karena selain Daud Beureueh

seorang ulama dan pemimpin rakyat yang sangat berpengaruh juga karena banyak

diantara pemimpin laskar rakyat itu adalah muridnya Dengan demikian Daud

Beureueh dapat dijadikan figur pemersatu di wilayah Aceh kemudian atas dasar

posisi strategis yang dimilikinya Daud Beureueh diangkat sebagai Gubernur

Aceh pertama 1950 Namun tiga tahun kemudian 21 september 1953 terjadi

perselisihan pandangan politik antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat

Hal itu yang menyebabkan Daud Beureueh bersama rakyat mengangkat senjata

dan terjadilah tragedi berdarah atau lebih dikenal peristiwa berdarah93

Proklamator Darul Islam sebelum mengkaji mengenai kedudukan Daud

Beureueh dalam gerakan Darul Islam di Aceh penulis ingin memberikan

informasi bagaimana cikal bakal timbulnya Darul Islam di Aceh Darul Islam

adalah nama yang diberikan kepada sebuah gerakan pejuang Islam di Jawa Barat

91

El Ibrahimy Op Cit hal 47 92

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 184-186 93

Harun Nasution Op Cit hal 202-203

33

Indonesia yang menentang legitimasi dan otoritas Republik Indonesia yang baru

merdeka antara 1948 dan 1962 Dipimpin oleh Sukarmadji Maridjan

Kartosuwiryo (1905-1962) kekuatan militer Darul Islam resmi dikenal sebagai

Tentara Islam Indonesia (TII) dengan basisnya didataran tinggi Jawa Barat

mencoba memproklamasikan Negara Islam Indonesia 7 Agustus 1949 melalui

Kartosuwiryo yang dianggap sebagai pemimpin yang kharismatik Beraliansi

dengan pejuang Islam di Aceh pimpinan Daud Beureueh dan di Sulawesi Selatan

pimpinan Kahar Muzakkar melalui Piagam Jakarta pemimpin Islam menyetujui

sebuah negara pluralitas94

demi kesatuan nasional Imbalannya adalah adanya

pernyataan bahwa umat Islam wajib menjalankan hukum Islam Hal ini

merupakan klaim minimalis atas sistem politik walaupun secara konstitusional

tidak pernah dijadikan undang-undang Bagi kartosuwiryo dan pengikutnya pada

1945 bergerak dalam sayap radikal politik Islam hal ini merupakan

pengkhianatan95

Ketidak senangan mereka diperkuat oleh munculnya

keprihatinan terhadap pengaruh politis sayap kiri didalam barisan kaum

nasionalis96

Tepat tanggal 21 September 1953 (12 Muharam 1373 Hijriah) Daud

Beureueh memproklamirkan berdirinya Darul Islam negara Islam di Aceh Aceh

memberontak dari Republik Indonesia yang berlandasrkan Pancasila dan

bergabung dengan Negara Islam Indonesia yang berlandaskan syariat Islam

Berbeda dengan gerakan Darul Islam di Jawa Barat di daerah Aceh sendiri selain

lebih lambat munculnya gerakan ini pun relatif lebih singkat antara 1953-1957

Dan perjuangan terakhir pada tahun 1962 saat itu Daud Beureueh dianggap

sebagai tokoh sparatis dalam mewujudkan apa yang dicita-citakannya97

Dalam

94

Pluralisme adalah keadaan masyarakat yang majemuk berkaitan dengan sistem sosial

dan politik Melalui kebudayaan muncul berbagai kebudayaan yang berbeda dalam suatu

masyarakat Dalam kaitannya dengan perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh adalah tentang

sebuah prinsip-prinsip Islam sebagai payung ideologi bagi penduduk Indonesia Sumber melalui

httpkbbiwebidpluralisme di akses pada tanggal 16 Februari 2016 Pukul 0950 WIB 95

Pandangan alternatif Kartosuwiryo mengenai Indonesia dan tuntutannya akan sebuah

negara yang sepenuhnya Islam dijabarkan dalam risalahideologis 1946 bertajuk Haluan Politik

Islam Dia menulis bahwa hanya dengan beridirinya Darul Islam-lah kesejahtraan dan keselamatan

kaum Muslim di Indonesia terjamin dan keselamatan di akhirat pun tercapai 96

Cyrill Glasse Ensiklopedi Islam Ringkas (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1999)

hal 356-357 97

A Hasjmy Op Cit hal 113-117

34

karangan yang dimuat oleh A Hasjmy mengatakan menurut para pengamat

politik saat itu jalan sejarah yang mengantar Daud Beureueh ke mimbar

proklamasi Darul Islam di Aceh berkesimpulan bahwa adanya usaha-usaha

sistematis dan berencana yang bertujuan mendorong sebagian rakyat Aceh

memberontak terhadap Republik Indonesia yang telah dipelihara dan dibelanya

selama tahun-tahun yang amat getir dalam sejarah Republik yang masih muda

saat itu Di tahun Revolusi Fisik para pengamat politik mendapati kenyataan

bahwa tahun-tahun itu Aceh mengorbankan segalanya untuk membela dan

mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945 sehingga di angkasa Tanah Aceh

terus menerus berkibar Sang Saka Merah Putih98

Kaitannya dengan sikap Daud Beureueh dalam perjuangannya di Aceh

masa revolusi atau pasca kemerdekaan Terlihat mulai dari situasi genting

Republik Indonesia yang baru berusia dua tahun lebih pada media Juni 1948

membuat Presiden Soekarno mendatangi Aceh Dalam kaitannya dengan kolonial

jelas Aceh dengan sebutan tanah rencong inilah satu-satunya wilayah RI yang

dianggap masih berdaulat penuh Pasca Agresi Militer I Belanda dan perjanjian

Renville sejumlah wilayah RI terkepung negara-negara boneka buatan Belanda99

Misi hidup-mati yang dibawa Soekarno pada 15 Juni 1948 bersama Menteri

Dalam Negeri Dr Sukiman adalah untuk bertemu tokoh masyarakat di Aceh

Seperti dikutip dari buku bdquoAceh Daerah Modal‟ Soekarno menjalani kunjungan

tiga hari untuk berdialog dengan Tgk M Daud Beureueh di Markas Divisi X

Komandemen Sumatera Bireuen Dalam pertemuannya Soekarno meminta

bantuan kepada Daud Beureueh demi membangkitkan rasa patriotisme segenap

rakyat Aceh dengan mengungkit kembali perlawanan melawan kolonial Belanda

di Aceh100

98

A Hasjmy Semangat Merdeka 70 Tahun Menempuh Jalan Pergolakan dan

Perjuangan Kemerdekaan (Jakarta PT Bulan Bintang 1985) 99

Negara-negara boneka itu seperti Indonesia Timur atau Negara Pasundan Tak pelak

Aceh pun disebut jadi ldquosahamrdquo atau modal yang sangat penting untuk mempertahankan

Proklamasi 17 Agustus 1945 saat itu 100

Alasan lain kenapa Soekarno datang ke tanah rencong adalah karena rakyat Aceh

diketahui sebagai pejuang yang paling gigih menentang penjajahan Belanda Berpuluh-puluh tahun

rakyat Aceh berperang melawan kolonialisme Belanda Dan meminta saat itu mengusir Belanda

untuk kedua kalinya dari bumi persada tercinta yaitu Republik Indonesia Sumber melalui

35

Pada masa awal kemerdekaan sikap nasionalisme101

Daud Beureueh

mempunyai kharisma yang sangat kuat di masyarakat Aceh sehingga Presiden

Soekarno datang dan meminta bantuan dalam mempertahankan kemerdekaan

Indonesia dari ancaman negara boneka yang dilakukan Belanda Pada saat itu

Daud Beureueh mau masuk kedalam pemerintahan dengan di angkat menjadi

Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo dan berhasil menyatukan

gerakan-gerakan rakyat menjadi satu kesatuan dalam bentuk Tentara Nasional

Indonesia (TNI) Dengan tujuan dan cita-cita yang sama menuju keselamatan

nasional dari ancaman pihak luar atau penjajah Daud Beureueh menghidupkan

kembali kesadaran sejarah rakyat Aceh102

yang membuat api semangat yang

berkobar dalam diri masing-masing baik di kalangan masyarakat Aceh ulama

dan para pejuang lainnya103

Perjuangan Daud Beuereueh tidak berhenti pasca kemerdekaan setelah

berhasil menyelamatkan dan mempertahankan kesatuan Republik Indonesia dan

berjuang bersama seluruh rakyat Aceh dengan mengorbankan jiwa raga serta harta

berharga tetapi tuntutannya mengenai dasar sebuah negara tidak terpenuhi

membuat geram dan kecewa kepada pemerintahan pusat Respon cepat dilakukan

perubahan kedudukan dari koalisi berubah menjadi oposisi104

kritik keras

mengenai pergerakan pemimpin dalam berpolitik yang tidak mempunyai

tanggung jawab dalam mengambil keputusan di pemerintahan Pemberontakan

tidak begitu saja meletus malainkan melalui 3 tahapan yaitu tahap sabar tahap

benci dan tahap melawan Dan ini sudah mencapai tahap ketiga rakyat Aceh

khususnya sudah geram dan merasa dipermainkan harga dirinya Namun Daud

httpnewsokezonecomread201506153371165361misi-hidup-mati-yang-dibawa-soekarno-

ke-tanah-rencong diakses pada tanggal 19 Februari 2016 Pukul 0007 WIB 101

Sikap nasionalisme yaitu ajaran atau paham untuk mencintai bangsa dan negara

sendiri Sifatnya kenasionalan menjiwai bangsa Indonesia Sumber melalui

httpkbbiwebidnasionalisme diakses pada tanggal 19 Februari 2016 Pukul 1422 WIB 102

Kesadaran yang dimaksud adalah kesadaran dari dalam diri anggota atau para pejuang

dalam suatu bangsa yang secara potensial atau actual bersama-sama mencapai mempertahankan

dan mengabadikan identitas integritas kemakmuran dan kekuatan bangsa atau semangat

kebangsaan 103

Anthony Reid Op Cit hal 347 104

Koalisi adalah kerja sama yang dilakukan antara sebuah organisasi partai gerakan dll

Untuk memperoleh dukungan politik yang besar Sedangkan oposisi adalah Pertentangan dalam

pemerintahan sikap menentang dan mengkritik pendapat atau kebijaksanaan politik atau golongan

yang berkuasa Dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah Daud Beureueh dan Pemerintah

Pusat

36

Beureueh masih bisa menahan dengan mengirimkan secarcik surat kepada

Presiden Soekarno Hal ini menerangkan bahwa pemerintah mempunyai tanggung

jawab besar terhadap nasib tanah air membawa perubahan dalam cara berfikir

Akibat rasa kekecewaanya sikap revolusioner105

Daud Beureueh muncul Dalam

gerak gerik dan pikiran yang menghendaki perubahan serta merta dalam segala

sesuatu yang tidak di anggap sempurna Kaitannya dengan penetapan dasar negara

Pancasila dirasa kurang berpihak bagi umat Islam yang menginginkan negara

berlandas pada Islam106

Selain itu pemberontakan yang dilakukan DITII Aceh digandeng erat

dengan menjalin kerja sama dengan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia

(PRRI) Perjuangan Rakyat Semsta (PERMESTA) terutama dalam bidang militer

NBANII (DITII Aceh) telah mengadakan operasi bersama dengan pasukan PRRI

yang tergabung dalam Operasi Sabang Marauke di daerah-daerah perbatasan

Aceh-Sumatera Timur Ada terhembus isu bahwa PRRI mgnirimkan senjata

kepada NBANII107

Dan dikatakan bahwa Menteri pertahanan PRRI pernah

memutuskan untuk menemukan Kapten Jusuf Risin Pada Staf Divisi TgkTjhik di

Tiro untuk memberikan latihan kepada anggota DITII di Aceh pada akhir tahun

1959 sesuai dengan kesepakatan yang tercapai dalam pertemuan di Genewa pada

bulan Desember tahun 1958 antara pemimpin-pemimpin PRRIPERMESTA dan

dalam pertemuan itu turut hadir Hasan Ali Perdana Menteri NBANII dan Hasan

Muhammad Tiro (Duta Besar DI untuk Amerika Serikat di PBB) maka

diputuskanlah untuk mendirikan suatu negara yang berbentuk federal yang

dinamakan Republik Persatuan Indonesia (RPI) guna lebih banyak mendapatkan

105

Revolusioner adalah sikap dimana cendrung menghendaki perubahan secara

menyeluruh dan mendasar 106

Menurut Mr S M Amin peristiwa yang diawali dengan sifat revolusioner lambat

laun akan berubah menjadi sifat evolutioner Yaitu melihat peristiwa itu dari sisi positifnya

(kebaikan) juga dalam suatu cara membawa perubahan dengan berangsur-angsur Sifat ldquoreeelrdquo

yang tidak dapat melihatkesukaran-kesukaran keadaan suasana masa dan waktu berubah menjadi

sifat ldquoreeelrdquo yang menarik dalam perhatian segala kenyataan baik yang menguntungkan maupun

merugikan sehingga tindakan diambil dengan hati-hati dan penuh perhitungan laba ruginya 107

Disinyalir bahwa isu yang berhembus itu tidak benar Terbukti dari surat menyurat

antara PRRI dan NBANII Secara resmi PRRI tidak pernah mengirimkan senjata kepada

NBANII Tentang pengiriman senjata ke Aceh baru hendak dibicarakan dalam cabinet PRRI pada

akhir 1959

37

dukungan dari daerah-daerah dan untuk lebih mengefektifkan perjuangan

menghancurkan regime Soekarno yang diktatorial108

Dalam Undang-Undang Dasar Republik Persatuan Indonesia antara lain

disebutkan

Pasal 1 ayat 1 Negara RPI berdasarkan Keimanan kepada Tuhan YME

Pasal 1 ayat 2 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk atau

golongan untuk memeluk agamanya atau kepercayaannya

masing-masing dan untuk beribadah serta hidup

bermasyarakat sesuai dengan syariat agamanya atau

kepercayaannya

Pasal 31 ayat 1 Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan

mengeluarkan pendapat

Pasal 31 ayat 2 Mengeluarkan pendapat yang mengandung penghinaan

terhadap suatu agama ajakan untuk mendirikan dictator

atau ajakan untuk menganut dan melaksanakan paham-

paham komunis atau paham-paham lain yang

membahayakan asas-asas dasar negara dilarang

PRRI dan NBANII saat itu diharapkan untuk menjadi inti negara dan

keduanya mengambil inisiatif memelopori perjuangan menegakkannya Serta

mengharapkan sebagai proklamator selain tokoh Dewan Perjuangan dan PRRI

dua orang dari NBANII yaitu Tgk Daud Beureueh dan Hasan Ali yang masing-

masing direncanakan menjadi Wakil Presiden dan Menteri Luar Negeri ditambah

dengan Kahar Muzakkar dari Sulawesi yang direncanakan menjadi Menteri Muda

Pertahanan Menurut rencana Republik Persatuan Indonesia akan

diproklamasikan pada tanggal 15 atau 17 agustus 1959 Akan tetapi berhubung

dengan adanya usul-usul perubahan dari NBANII mengenai beberapa pasal dari

UUD RPI diantaranya mengenai soal yang fundamental yaitu mengenai wilayah

108

RPI adalah bentuk kelanjutan yang logis dari perjuangan daerah-daerah dan satu-

satunya kendaraan politik untuk mencapai tujuan dan cita-cita seperti yang dinyatakan program

perjuangan dari Dewan perjuangan dengan memperhatikan bahwa pelaksanaannya haruslah sesuai

dengan strategi perjuangan

38

RPI (pasal 3) maka proklamasi itu baru dapat di cetuskan pada tanggal 8 Februari

tahun 1960109

Meskipun terdapat perbedaan paham antara NBANII dengan PRRI

akhirnya Republik Persatuan Indonesia di proklamasikan juga pada tanggal 8

Februari 1960 dengan PRRI dan NBANII sebagai intinya Sejak itu NBANII

berubah namanya menjadi Republik Islam Aceh (RIA)sebagai satu negara bagian

dari Republik Persatuan Indonesia Dari masuknya NBANII ke dalam RPI tidak

berarti hubungan antara NBANII telah putus dengan NII pimpinan Kartosuwirjo

Dalam surat Wali NBANII kepada Pimpinan tertinggi NII KArtosuwirjo

bertanggal November tahun 1960 dijelaskan sebab-sebab mendorong NBANII

masuk kedalam RPI sebagai satu negara bagian yang menjadi inti dari RPI

Disamping itu diminta agar bukan saja hubungan NBANII dengan RPI disahkan

tetapi meminta juga Kartosuwirjo Pimpinan NII turut ikut berpadu dengan PRRI

dalam Republik Islam Indonesia yang berjiwa Islamisme dan Federalisme

Adapun sebab-sebab yang mendorong NBANII berpadu dengan RPI antara lain

adalah

1 RPI adalah suatu bentuk Federasi yang menjiwai ketatanegaraan Islam

2 Menjamin ketatanegaraan Islam bagi Negara Bagian secara demokratis

sehingga negara bagian bebas menjalankan hukum syariat Islam bagi umat

dan masyarakat Islam seluruhnya

3 RPI suatu negara yang mengakui mutlak kedaulatan negara berada di

tangan Allah SWT

4 RPI adalah suatu bentuk negara yang menganut falsafah yang sesuai

dengan kehendak umat Indonesia yang umumnya memeluk agama Islam

dan Kristen

109

Diperkirakan selain Aceh yang telah menjadi Negara Bagian inti dalam RPI akan

diterima juga untuk pertama kali menjadi Negara-negara Bagian Sumatera Barat Sumatera Utara

Sumatera Selatan Riau Jambi Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Maluku Selatan dan Maluku

Utara Perbedaan pendapat terjadi antara NBANII dan PRRI mengenai fundamental yaitu tentang

wilayah negara federal yang baru meliputi Sumatera dengan kata lain mereka menghendaki suatu

Republik Persatuan Sumatera Lihat lebih detail pada buku M Nur El Ibrahimy Tgk M Daud

Beureueh Pergolakannya di Aceh hal203-204

39

5 RPI menentang tegas AteisKomunis dalam perkembangan ketatanegaraan

Indonesia

6 Dengan RPI kita memperlihatkan hanya ada satu organisasi Negara saja di

Indonesia yang menentang dan member perlawanan bersenjata terhadap

organisasi pemerintah Soekarno

7 Dengan RPI kita menarik perhatian dunia internasional terhadap

kesanggupan kita dalam memegang kekuasaan politik di Indonesia

terutama dalam menumpas regime Soekarno sebagai landasan untuk

memperoleh sokongan dan bantuan moril dan materiil dari pihak luar

negeri baik di forum PBB maupun dari pihak negara-negara lain terutama

dari negara blok anti komunis

8 Dengan RPI kita melenyapkan kesempatan atau peluang bagi usaha taktik

dan tipu muslihat (regime Soekarno) dalam wujud memecah belah sesame

kita melakukan perlawanan bersenjata terhadap mereka baik dalam

masyarakat NBANII maupun dalam masyarakat PRRIPermesta ataupun

antara NIITII dan PRRIPERMESTA

9 Pembentukan RPI merupakan usaha untuk merangkul kembali pemimpin-

pemimpin dan politisi-politisi Islam dan Pemuda-pemuda Islam yang

militant dan revolusioner yang berada diluar organisasi NIITII untuk

sama-sama berjuang bahu-membahu menghancurkan regime

SoekarnoKomunis

10 Adanya berbagai kesulitan dalam berbagai bidang organisasi politik

militer financial ekonomi dan sebagainya Dengan terbentuknya RPI

diharapkan kesulitan-kesulitan ini sedikit demi sedikit dapat diatasi110

Pencetus Berdirinya Republik Islam Aceh berdiri pada saat akhir

perjuangan gerakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia DITII Aceh yaitu

setahun sebelum penyerahan Daud Beureueh kepada Republik Indonesia Pada

kemunculannya gerakan ini tidak begitu tersiar karena beriringan dengan DITII

110

Surat Wali NBANII kepada Pemimpin tertinggi NII KArtosuwirjo dalam bulan

November 1960

40

atau dalam rentang waktu yang singkat Hal yang melatar belakangi berdirinya

RIA adalah sebagai penerus perjuangan Daud Beureueh yang bertahan pada

keyakinannya semula yakni melanjutkan revolusi Islam di Aceh Dengan segala

kekuatan persenjataan dan pasukan yang terbatas maka tercetuslah berdirinya

Republik Islam Aceh pada 15 Agustus 1961 Tidak banyak literature yang penulis

dapatkan mengenai gerakan RIA tercatat menurut El Ibrahimy menerangkan

kemunculan RIA tidak tepat karena disaat bersamaan pemulihan keamanan

dengan Daud Beureueh menyebabkan usaha penyelesaian damai menemui jalan

buntu Hal ini membuat geram Kol Jasin dan Jendral Nasution yang sudah

melaporkan bahwa persoalan Aceh dan diri Tgk M Daud Beureueh telah selesai

Tetapi tiba-tiba muncul lagi surat resmi Daud Beureueh atas nama wali Negara

Republik Islam Aceh111

Daud Beureueh adalah bapak orang-orang Aceh ditinjau dari

karakteristiknya masyarakat Aceh sangat terikat dengan kesadaran dan

pengalaman sejarah dengan pengaruh Islam yang kuat Hal itu bisa dilihat dari

pola tingkah laku politik maupun ideologisnya Tiga peristiwa sejarah yang

menjadi sandaran dan kebanggan orang-orang Aceh yaitu

1 Masa kejayaan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M)112

dan Sultan

Iskandar Tsani (1636-1641 M)113

2 Perang Aceh114

3 Perjuangan di masa revolusi Kemerdekaan

Ketiga hal itulah yang menimbulkan kebanggaan pada orang Aceh baik

dalam rangka kesadaran keIslaman maupun dalam rangka kesadaran kebangsaan

Dalam konteks Islam Aceh dijuluki sebagai ldquoSerambi Mekahrdquo hal ini membawa

anggapan masyarakat Aceh bahwa di daerah mereka Islam dating Kerajaan Islam

berdiri dan pemikiran Islam berkembang serta perang Sabil yang terjadi cukup

111

El Ibrahimy Op Cit hal 197-198 112

Lihat sumber melalui httpmelayuonlinecomindpersonagedig303sultan-iskandar-

muda diakses pada tanggal 18 Februari 2016 Pukul 1751 WIB 113

Lihat sumber melalui httpkebudayaankemdikbudgoidbpcbaceh20131031

sekilas-sejarah-aceh-abad-ke-16-penulis-nurdin-s-sos-staf-pemugaran-bpcb-aceh diakses pada

tanggal 18 Februari 2016 Pukul 1758 WIB 114

Perang Aceh atau lebih dikenal dengan perang Sabil dalam bahasa aceh prang sabi

adalah perang masyarakat Aceh terhadap kolonial Belanda yang terjadi sekitar akhir abad ke-19

M dan lebih tepatnya pertama pecah pada tahun 1873 Hal ini adalah bukti perjuangan rakyat

Aceh yang anti kolonial atau disebut juga kaum kaphe

41

lama115

Pilar-pilar kepemimpinan Aceh terdiri dari ulama Sultan dan

uleebalang (uleebalang) Dan kedudukan ulama sangat strategis Bertolak dari

pengakuan masyarakat dan sudah menjadi fitrahnya ulama dalam konteks

kebudayaan Aceh mendampingi penguasa Sifatnya yang mobile (dominan) dan

tidak terikat oleh ikatan politik lokal memungkinkan para ulama116

berfungsi

sebagai perantara komunikasi kultural117

Dari kebanggaan itulah watak Daud Beureueh sebagai orang Pidie

terbentuk menjadi manusia keras dan ulet juga setelah menjadi pemimpin umat

Kekerasan dan keuletan terlihat dai pendirian yang amat tangguh sehingga sulit

untuk bergeser atau digeser dari sesuatu yang diyakini kebenarannya dalam hal

ini pendirian dan cita-citanya untuk mendirikan negara dengan berdasar pada

Islam118

Daud Beureueh juga dikenal sebagai pemimpin yang kharismatik

Pemimpin dengan jiwa wibawa yang sangat tinggi dan disegani di masa revolusi

Sifatnya itu terlihat ketika pada saat Daud Beureueh mengamati perkembangan

revolusi kemerdekaan Indonesia dengan tenang dan hati-hati119

C Respon Rakyat Aceh Terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

Dilihat dari letak geografisnya Aceh pada zaman dimana perdagangan

dunia berdinamika berada pada jalur georgrafis yang harmonis Aceh terletak dua

mil dari punggung pantai dan tiga mil dari kaki bukit Kedudukannya yang tak

jauh dari hulu dan hilir menjadikan Aceh sebagai permata hijau namun juga biru

115

Dalam keputusan mengenai perang Sabil pada oktober 1944 pertemuan yang

dilakukan uleebalang dan ulama adalah (1) hukum perang Sabil pada masa kolonial adalah

Fardlu‟ain yaitu wajib untuk setiap orang Islam (2) Belanja peperangan didapat dari Baitalmal

zakat dan sokongan dari hartawan (3) Hukumannya pengkhianat sama dengan si kafir

Penjelasan mengenai Fardlu‟ain adalah suatu ajaran tradisional Islam mengenai jihad

ialah bahwa hukumannya bukan fardlu‟ain tetapi hanya fard‟ala kifaya yaitu diwajibkan atas

masyarakat Islam sebagai suatu keseluruhan tetapi tidak diharuskan pada setiap pemeluknya

Lihat Anthony Reid Op Cit hal 327-352 116

Para ulama bertindak sebagai perumus pembina dan penumpuk cita ldquoke Acehanrdquo

sebagai suatu kesatuan kultural dan politik Pada tiga masa itu ulama lah yang tampil untuk

memimpin reformasi sosial dan agama Tindakan nyata terlihat apabila kehidupan keagamaan dan

sosial masyarakat Aceh telah menjauh dari ajran yang benar dan diyakini 117

Taufik Abdullah Karena Keterkaitan Ideologi Artikel surat kabar majalah Panji

Masyarakat No 419 118

A Hasjmy Op Cit hal 118-120 119

Abdullah Sani Usman OpCit hal 182

42

Kekayaan bahari terlihat dari kebajikan alam lewat hutan dan pertaniannya yang

subur Dan rumah masyarakat Aceh pun begitu dekat dengan alam Dibanding

dengan menggunakan beton sebagai landasannya para leluhur ini lebih suka

memilik bamboo dan batu yang dianyam dengan tangan-tangan terampil menjadi

tempat tinggal yang layak huni120

William Marsden explorer Inggris

menggambarkan sosok tubuh orang-orang Aceh berbeda dengan orang Sumatera

lainnya Mereka lebih tinggi dan berkulit lebih hitam Banyak yang menilai orang

Aceh adalah pencampuran orang Batak orang Melayu dan orang Chulias121

Ciri

lain dari orang Aceh adalah kegemarannya dalam bekerja lebih cerdik dan

memiliki wawasan luasmereka juga rajin mengunjungi ulama dan mengakrabi

orang asing yang seiman

Dari berbagai sisi di atas dan dari sisi pola dasar bahasa dan sosial Aceh

termasuk masyarakat Sumatera dan Asia Tenggara Namun ada cukup banyak

cirri khusus dalam perkembangan sejarahnya sejak abad ke-16 M yang

menyebabkan ideologi separatisme yang dianutnya meyakinkan ketika muncul

pada tahun 1970-an Berbeda dengan tradisi sastra ldquoMelayu klasikrdquo yang

menyaksikan peranan Aceh yang sangat besar didalamnya misalnya Aceh

sepenuhnya berdiri di pinggir sepanjang menyangkut pengembangan langgam

bahasa dan kesusasteraan Melayu Indonesia modern menjelang akhir abad ke-19

M122

sampai penaklukan Aceh oleh Belanda pada akhir abad ke-19 M hubungan

ekonomi politik dan budaya Acehterjalin dengan Samudra India dan

Semenanjung Malaya tidak dengan dunia Laut Jawa yang didominasi pada

awalnya oleh Jawa dan kemudian oleh Belanda Aceh merupakan bagian dari

dunia Islam Samudera India sejak Pasai dikunjungi dan ditulis oleh Ibn Battuta123

pada abad ke-14 M124

120

M Dien Madjid Catatan Pinggir Sejarah Aceh Perdagangan Diplomasi dan

Perjuangan Rakyat (Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia 2013) hal 86-87 121

Chulias adalah nama bangsa atau sebutan yang disematkan pada penduduk yang

berdiam dibagian barat India dan telah menjalin hubungan sosial dengan Aceh sejak masa yang

lama 122

Kesusasteraan Melayu Indonesia modern adalah budaya-atas ldquoIndiardquo perkotaan di

India Belanda yang mengungkap diri dalam bahasa Melayu yang menggunakan huruf romawi

(berbeda dengan huruf Arab dalam bahasa Melayu klasik) dan sebagian besar diciptakan pada

awalnya oleh orang-orang Indo-Eropa dan peranakan Tionghoa meski pada akhirnya diserap

sebagai bahasa pengantar oleh gerakan nasional 123

Ibn Battuta adalah seorang Arab yang waktu itu menjabat sebagai utusan Delhi 124

Anthony Reid Op Cit hal 335

43

Sebelum mengetahui respon rakyat Aceh terhadap perjuangan Daud

Beuereueh penulis ingin memaparkan rakyat Aceh melalui tiap golongan Pada

masa pra kemerdekaan rakyat Aceh yang menanti ini terbagi dalam tiga golongan

yaitu

1 Pertama golongan terbesar yang menanti segala sesuatu dengan

tenang dan tidak mengambil perhatian terhadap apa yang mungkin

terjadi Golongan ini adalah golongan yang tidak ldquopolitic mindedrdquo dan

menerima segala sesuatu dengan terbuka

2 Kedua golongan yang terdiri dari mereka yang sangat bergembira dan

sangat bersuka ria atas kapitalis Jepang Golongan ini bercita-cita

pengembalian kekuasaan Belanda ke tanah air125

3 Ketiga golongan terdiri dari mereka yang sekalipun lahirnya nampak

tenang akan tetapi dalam batinnya berada dalam keadaan gelisah

Mereka khawatir tentang akibat-akibat yang kelak akan timbul bila

Jepang lenyap dan Belanda kembali berkuasa

Pada konteks ini peran golongan ketiga inilah yang mempunyai peranan

aktif dan terkemuka baik sewaktu masa kolonial ataupun masa pendudukan

Jepang Meskipun hanya sebagian kecil dari golongan ini yang mempunyai alasan

menakuti kekuasaan penjajah banyak dari mereka pada hakikatnya bergerak baik

kepentingan sendiri atau golongan Dengan mempertopengkan kepentingan umum

pada masanya mereka memperoleh kedudukan dan pangkat tinggi Kesempatan

yang timbul sebagai akibat kedudukan dan pangkat tinggi ini telah digunakan

mereka untuk menguntungkan diri sendiri atau pun golongan Untuk kasus

perjuangan Daud Beureueh inilah alasan yang menjadikan rakyat Aceh terpecah

kedalam dua golongan Golongan uleebalang (raja-raja) dan golongan ulama

Pertentangan diantara kedua golongan ini hubungan antara uleebalang dengan

ulama Pertentangan ini menyerupai pertentangan adat dan hukum (Islam)

125

Dalam golongan ini terdapat sejumlah besar dari mereka yang masih menyimpan

peringatan nimat penghidupan yang dirasakan semasa pemerintahan Belanda dan sebelum Jepang

berkuasa Baik dalam pendudukan Belanda dan Jepang golongan ini punya kedudukan tinggi yang

memberikan mereka hidup dengan diliputi oleh kesenangan kemegahan dan kemewahan

44

Uleebalang mempertahankan kekelan adat sedangkan ulama berjuang menegakan

hukum berdasar syariat Islam dalam pemerintahan126

Menurut Snouck Hurgronje pertentangan antara ulama dan uleebalang

berdasar atas adanya perbedaan adat dan agama Keterangan Snouck ini disanggah

oleh M Nur El Ibrahimy yang mengatakan pernyataan Snouck kurang tepat

karena di Aceh tidak terdapat pertentangan yang berarti antara adat dan agama El

Ibrahimy mengatakan pada umumnya keduanya berhubungan baik yang satu

bersandar kepada yang lain keduanya tunjang-menunjang Di Aceh dapat

dikatakan adat dan resam Qanun bersandar kepada agama Karena sangat

mendalamnya ajaran Islam meresap dalam kehidupan masyarakat dan hukum

telah terjadi persesuaian Oleh karena itu pula Islam sangat diperjuangkan menjadi

ideology negara El Ibrahimy mengatakan terkait pertentangan uleebalang dan

ulama bukan karena petinggi adat dan petinggi agama Memang ada peribahasa

Aceh yang mengatakan bahwa ldquoadat bak Poteu Meureuhom hukom bak Syiah

Kualardquo yang artinya adat berada di dalam tangan sultan dan agama berada di

dalam tangan ulama Akan tetapi hal itu sekedar pembagian wewenang saja127

Kembali pada fokus kajian mengenai sikap rakyat Aceh Pada perjuangan

dibawah pimpinan Daud Beureueh tentang kesadaran rakyat Aceh Taufik

Abdullah dalam tulisannya terkait sikap rakyat Aceh mengatakan bahwa ada tiga

bagian penting pertama sikap spontanitas dan enthusiasme rakyat Aceh dalam

membantu perjuangan kedua pertemuan empat mata Daud Beureueh dengan

Soekarno ketika presiden pertama Republik Indonesia mengunjungi Aceh ketiga

penolakan Daud Beureueh terhadap T Mansyur (walinegara Sumatera Timur)

untuk bersama-sama mendirikan negara bagian Sumatera Mengenai sikap

spntanitas dan enthusiasme rakyat Aceh dalam membantu perjuangan dan

mempertahankan kemerdekaan RI terlihat dari kerelaan rakyat Aceh yang pintu

rumahnya di gedor malam-malam untuk membagi emas yang mereka miliki ikhlas

semata-mata karena Allah dan demi membantu serta memenuhi harapan

Soekarno yang meminta rakyat Aceh membantu perjuangan dengan

menyumbangkan sebuah pesawat terbang Rakyat Aceh sudah merasa puas

126

Mr S M Amin Op Cit hal 4-7 127

El Ibrahimy Op Cit hal 72-73

45

dengan pernyataan Soekarno yang menyebut Aceh adalah ldquodaerah modalrdquo atau

ldquodaerah payungrdquo128

Selanjutnya perubahan sikap terjadi di rakyat Aceh Ketika keinginan

cita-cita semangat perjuangan rakyat Aceh yang bernafaskan Islam tidak

terpenuhi Terlebih lagi dengan kebijakan pemerintah yang mementahkan harapan

dan kepercayaan dengan mengirimkan pemimpin-pemimpin atau tenaga-tenaga

ahli ke pusat daerah yang saat itu masih belum diperlukan sekalipun mereka

dikirim tidak membawa perubahan Selain itu dalam badan pemerintahan daerah

pemerintah pusat memilih petinggi-petinggi untuk daerah Aceh yang bukan

berasal dari Aceh Kemauan rakyat yang tidak terpenuhi dan kebijakan yang

dianggap tanpa pikir panjang ini membuat rakyat Aceh kecewa dan geram

Mengenai kebijakan pemerintah yang memilih orang diluar Aceh faktanya

masyarakat Aceh mempunyai pandangan tersendiri tentang segala seusuatu

mengenai penghidupannya ia mempunyai alam pikiran yang berlainan dengan

penduduk daerah lain Hal ini disebabkan oleh karena masyarakat Aceh dapat

dikatakan sebagai masyarakat yang tertutup geisoleerd129

Solusi dari permasalahan ini sebenarnya kemauan masyarakat Aceh adalah

tentang cara pelaksanaan susunan dewan-dewan dengan pemilihan rakyat umum

dalam konteks ini rakyat Aceh juga diselenggarakan dalam setiap bagian

pemerintahan sehingga bukan sedikit tuntutan-tuntutan mengenai penempatan

ahli-ahli atau penempatan petinggi didalam pemerintahan daerah Penempatan

menurut tuntutan ini adalah harus berdasar atas demokrasi yaitu kemauan rakyat

Menurut Mr S M Amin mengatakan bahwa rakyat Aceh terkenal sebagai rakyat

yang mencintai kemerdekaan dan tidak segan-segan mengorbankan jiwanya

dalam mencapai kemerdekaan Sejarah perjuangan melawan penjajah masa

kolonial memakan waktu berpuluh-puluh tahun menunjukan kepahlawanan

mereka dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia

128

Pada masa itu rakyat Aceh membantu perjuangan baik dari dalam dan luar negeri

Seperti kisah Dr Sudarsono yang datang ke Aceh dan kemudian di biayai oleh rakyat untuk

kembali ke luar negeri selalu diulang-ulang Ini semua telah menjadi ldquofolklorerdquo (cerita rakyat)

Dan ini merupakan sejarah Aceh yang tidak bias diinjak oleh kaki tentara Belanda 129

Mr S M Amin Op Cit hal 76

46

Untuk memperkuat pernyataan Mr S M Amin dalam menambahkan

pemahaman tentang sifat masyarakat Aceh penulis menambahkan tulisan Prof

Dr M Dien Madjid mengenai Hikayat Kerajaan Aceh mengatakan bahwa

masyarakat Aceh dikenal sebagai penganut Islam yang taat Hal ini tidak saja

dibuktikan secara historis lewat berbagai teori sejarah yang mengisahkan Aceh

sebagai tempat awal bersuanya Islam dengan penduduk Nusantara melainkan

ditinjau dari ruang publik mulai dari masyarakat bawah hingga tataran elite yang

taat pada ketentuan Islam Dan mengenai solusi dalam sistem pemerintahan

menurut Gabriel A Almond ciri khas pendekatan perilaku ini ialah pandangan

bahwa masyarakat dapat dilihat sebagai suatu sisitem sosial dan negara sebagai

suatu sistem politik yang menjadi subsistem dari sistem sosial Dalam sistem

bagian-bagiannya saling berinteraksi saling bergantungan dan semua bagian

bekerja sama untuk menunjang terselenggaranya sisitem Jika mengalami stress

(masalah) dari lingkungan tetap berusaha mengatasinya dengan memelihara

keseimbangan Dengan demikian sistem dapat bertahan130

130

Ibid hal 76-77

47

BAB IV

PEMBERONTAKAN DALAM PERJUANGAN MENEGAKAN SYARIAT

ISLAM DI ACEH

A Usaha-usaha Menegakan Syariat Islam di Aceh

Dalam perjuangannya menegakan syariat Islam rakyat Aceh bersikap

spontanitas dan enthusiasme mulai masa kolonial (penjajahan) dan masa

revolusi Hal itu terlihat ketika era Orde Lama rakyat Aceh menggugat regim

yang berkuasa di Jakarta hal itu disebabkan karena rakyat Aceh merasa

diperlakukan tidak adil dan manusiawi Pada 20 september 1953 meletus lah

peristiwa berdarah atau lebih dikenal dengan pemberontakan Darul Islam Tentara

Islam Indonesia (DI TII) reaksi spontan dan enthusiasme ditunjukan demi harga

diri rakyat Aceh yang terlecehkan pada saat itu131

Sebelum membahas lebih jauh

mengenai perjuangan dan usaha-usaha rakyat Aceh penulis mencoba menganalisa

status rakyat Aceh yang khususnya umat Islam saat itu Melalui zaman atau

periode tahap-tahap mengenai kesadaran sosial umat Islam Aceh dibagi menjadi

dua periode yaitu

1 Periode pertama munculnya kelas baru ketika konflik-konflik antar kelas

yang terjadi tahun (1920-1942) Pada periode ini umat Islam melakukan

berbagai aksi dalam bentuk demonstrasi dan juga mendirikan berbagai

asosiasi Selain SI ada juga Nahdlatul bdquoUlama (NU) Muhammadiyah dan

dalam kasus Aceh sendiri berdiri Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA)

Saat itu PUSA berkonflik dengan kaum uleebalang merupakan konflik antar

kelas atau bisa dikatakan perang saudara dalam memperebutkan peran dalan

sistem pemerintahan di Aceh PUSA tidak mengakui uleebalang karena

dibawah kendali kolonial dan teguh pada pendirian bahwa mereka anti

penjajahan Dan sejak 1942 dan seterusnya umat Islam dihadapkan pada tugas

baru Pada masa kolonial atau penjajahan para Kyai dan tokoh-tokoh umat

Islam mulai diikutsertakan dalam kepemimpinan dan kenegaraan

131

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 200

48

2 Periode kedua sesudah tahun 1942 dan setelah 1945 umat mendefinisikan

diri dalam rumusan baru yaitu sebagai warga negara sebagai citizen Dan

warga negara sebagai langkah akhir perjalanan historis Pada saat

merumuskan UUD yang didalamnya memuat rumusan Pancasila 1945 dan

memutuskan diri sebagai warga negara Indonesia Persoalannya sekarang

adalah persoalan antara negara dan warga negara Permasalahan ketika

ideologi dibentuk tidak sesuai kesepakatan rakyat Aceh merasa harga dirinya

terlecehkan oleh pemimpin negara Dan pada periode ini juga terjadikonflik

politik yang berkepanjangan sesudah tahun 1945 sampai tahun 1965 Umat

Islam yang memasuki babak baru yaitu ikut dalam Pemilihan umum ikut

dalam DPRMPR Badan-badan pemerintahan Karena itu umat Islam benar-

benar aktif sebagai warga negara Sebagai warga negara demokratis harus

menyadari hak dan kewajiban yang mempunyai budaya partisipan132

Pada tahapan kesadaran sosial tersebut perkembangan Islam di Indonesia

terbagi menjadi tiga zaman zaman mitos zaman ideologi dan zaman

pengetahuan atau ilmu Dalam kaitannya dengan Aceh usaha-usaha menegakan

syariat Islam muncul ketika zaman ideologi Hal ini terlihat ketika DITII Aceh

yang menjadikan pengetahuan Islam sebagai formulasi normatif dalam mengatur

sistem pemerintahan di Aceh Dari situ kemudian berkembang menjadi sebuah

ideologi lalu menjadi action133

Peran pelopor DITII Aceh yaitu organisasi

PUSA terlihat ketika konflik terjadi dengan uleebalang Dimana PUSA

memperjuangkan perannya dalam sistem pemerintahan Aceh yang dikuasai

uleebalang134

132

Kuntowijoyo Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia (Yogyakarta Shalahuddin

Press 1985) hal 18-25 133

Ibid hal 26 134

Menurut Van‟t Vern dalam laporan Kern mengatakan bahwa kekuasaan kaum

uleebalang diperkuat setelah perang Aceh ketika menyatakan takluk dengan Belanda Secara

ekonomis uleebalang memperoleh lebih banyak kekuasaan karena bertindak sebagai kepala

perusahaan-perusahaan dagang baru atau bekerja sama dengan perkebunan-perkebunan Barat

Kekuasaan pemerintah mereka dijamin aman oleh bantuan Belanda baik dalam peradilan hukum

perkawinan dan pemberian bewasiswa Dan ini penyebab terjadinya pertentangan antara ulama

melalui PUSA dengan uleebalang rasa kebencian dan kemarahan muncul ketika uleebalang

dianggap sebagai pengkhianat oleh masyarakat Aceh karena masyarakat Aceh sangat anti

penjajahan Terlebih lagi ketika penindasan dan skandal terhadap masyarakat Aceh yang dilakukan

oleh uleebalang

49

Usaha tidak terhenti begitu saja pasca ditetapkannya Pancasila sebagai

ideologi negara direspon cepat oleh rakyat Aceh rakyat Aceh dibawah pimpinan

Daud Beureueh mengambil sikap menentang dan memberontak atas kendali

Jakarta yaitu pemerintah pusat Jika ditinjau dari permasalahan ideologi tersebut

hal itu menimbulkan sikap antara pemerintah dengan masyarakat Aceh penulis

ingin menguji teori melalui ilmu sosial hal ini bisa menimbulkan prasangka sebab

dugaan Mengacu pada hubungan vertikal yang terjadi antara masyarakat Aceh

dengan pemerintah prasangka sebab dugaan merupakan sikap bermusuhan yang

terjadi antar kelompok yang satu terhadap kelompok lainnya135

yang didasari pada

ciri yang tidak menyenangkan Pada perjuangan yang terjadi era orde lama di

Aceh Menurut teori Banton mengenai prasangka ini merupakan teori frustasi-

agresi (frustration-aggression theory) Teori ini mengatakan bahwa orang akan

melakukan agresi manakala usahanya dalam memperoleh keinginan terhalangi136

Hal ini terjadi pada keinginan dan cita-cita Daud Beureueh dalam mendirikan

negara yang berlandaskan Islam tidak terpenuhi

Mengkaji lebih mendalam mengenai kedudukan Daud Beureueh dalam

pemberontakan di Aceh penulis ingin memaparkan mengenai apa yang

diperjuangkan oleh Daud Beureueh Dalam hal ini jelas perjuangan Daud

Beuereuh adalah mendirikan sebuah Negara Islam Indonesia yaitu negara yang

berlandaskan Islam bukan Pancasila Visi syariat Islam itu sendiri adalah

mewujudkan kemaslahatan manusia dunia dan akhirat Sedangkan misinya

melalui rumusan para ulama adalah kewajiban memelihara agama kewajiban

memelihara jiwa kewajiban memelihara harta kewajiban memelihara keturunan

kewajiban memelihara akal dan kewajiban memelihara kehormatan137

Jika

dilihat dari visi misinya dapat dikatakan kedudukan Daud Beureueh sangat

135

Menurut Kinloch (1979) kata kelompok dalam konsep hubungan antarkelompok

mencakup semua kriteria pertama terdiri atas ciri fisiologis yaitu pengelompokan yang didasarkan

pada persamaan jenis kelamin (laki-laki perempuan) usia (tua muda) dan ras (antara lain hitam

putih) kriteria kedua ialah persamaan kebudayaan seperti kelompok etnik di Aceh minangkabau

Ambon dll Meskipun Kinloch tidak menyebutkan agama namun dalam banyak kasus

pengelompokkan berdasarkan agama pun dapat dimasukan dalam kategori ini Kriteria ketiga

mengenai ekonomi dibagi antara mereka yang berekonomi kuat dan ekonomi lemah Dan criteria

keempat ialah prilaku mengenai fisik mental dan penyimpangan terhadap aturan masyarakat 136

Kamanto Sunarto Pengantar Ilmu Sosiologi (Jakarta Lembaga penerbit Fakultas

Ekonomi UI 2004) hal 151-152 137

Danial Syari‟at Islam dan Pluralitas Sosial dalam Jurnal Analisis Studi KeIslaman

vol XII No 1 1 Juni 2012 hal 72-74

50

penting Sebab melalui perjuangannya Daud Beureueh ingin nilai-nilai agama

dijadikan dasar pengambilan kebijakan di tingkat keluarga masyarakat dan

pemerintah menjamin hak hidup rakyat dalam bidang pendidikan serta

membangun generasi yang berkualitas bebas dari ketakutan dan kecemasan dalam

konflik dan pertikaian yang terjadi pada kaum minoritas138

Selanjutnya perkembangan pemerintahan di Aceh di tahun 1949

menyerupai pemberian otonomi kepada daerah Aceh Pemerintah Darurat

Republik Indonesia (PDRI) melalui keputusan Wakil Perdana Menteri pada 17

Desember 1949 No8DesW K P M membentuk provinsi Aceh Ketetapannya

bertujuan untuk memecah provinsi Sumatera Utara menjadi dua provinsi yaitu

provinsi Aceh dan provinsi Tapanuli-Sumatera Timur dalam menyempurnakan

dan melancarkan pemerintahan daerah Dan dalam waktu singkat terbentuklah

provinsi Aceh dengan Dewan Perwakilan dan Badan Eksekutifnya Daud

Beureueh saat itu menjabat sebagai gubernur Pada hakikatnya ini bukan

merupakan keinginan umum dan banyak masyarakat mengambil sikap menolak

terhadap pembentukan provinsi Aceh Keberadaan provinsi Aceh diduga

menimbulkan reaksi rakyat yang tidak mendapat bagian dalam pemerintahan yang

didominasi oleh masyarakat diluar Aceh139

Selain dari masyarakat umum

kebimbangan terjadi di dalam pemerintahan pusat itu sendiri tentang sah tidaknya

pembentukan provinsi Aceh dan mengenai kedudukan dan kekuasaan Wakil

Perdana Menteri yang berkedudukan di Sumatera

Pembentukan provinsi Aceh oleh Wakil Perdana Menteri menyebabkan

dibentuknya bdquopanitia penyelidik‟ yang diketuai oleh Menteri Mr Susanto

Tirtoprodjo pada bulan maret 1950 Dalam pertemuannya di Banda Aceh Menteri

Dalam Negeri mengatakan bahwa pemerintah pusat belum menetapkan adanya

provinsi Aceh Tetapi pendirian yang kuat terlihat ketika ketua DPR dan beberapa

anggotanya kukuh mempertahankan provinsi Aceh dengan alasan keinginan

138

Ibid hal 72 139

Dugaan masyarakat timbul karena organisasi PUSA ini memiliki sikap keras militant

dan enthusiasme serta teguh dengan apa yang dicita-citakannya Seperti perjuangan melawan

Belanda dan Jepang di tanah rencong mengenai sikap anti penjajahannya PUSA memiliki peranan

yang sangat penting terhadap kemerdekaan yang diraih Terlebih lagi dalam hal ini untuk

mengatur pemerintahannya sendiri masyarakat umum dari pandangannya mengenai apa-apa yang

diluar pemikiran dan cita-cita PUSA dianggap sebagai lawan politik ataupun lawan ideologi Jelas

hal ini dilatarbelakangi pengaruh pandangan Belanda terhadap PUSA

51

rakyat Terdapat dua pandangan dalam kasus ini yaitu disaat Teungku Amir Ali

Mujahid mengadakan suatu musyawarah di Alue Jangat dimana perhimpunan

yang dinamakan Pemuda Perjuangan Seluruh Aceh ini mengambil resolusi untuk

tetap mempertahankan provinsi Aceh dan mengatakan bahwa semangat yang

menggelora tidak akan terjamin jika provinsi Aceh dibubarkan Pernyataan ini

ditentang oleh Teuku Teongoh hanafiah dalam tulisannya mengatakan bahwa

yang mengkehendaki provinsi Aceh adalah sebagian dari kelompok ulama di

bawah kendali PUSA Mereka mempertahankan provinsi Aceh hanyalah karena

beranggapan dengan tetap berlangsungnya provinsi Aceh maka mereka dapat

memimpin pemerintahan di Aceh dan segala perbuatan keji mereka di masa

lampau berupa pembunuhan perampasan harta dan lain-lain terhadap kelompok

uleebalang dapat ditutupi140

Melalui tulisan Bachtiar Effendi dan Ali munhanif dari langkah-langkah

Daud Beureueh bukti nyata dalam aksinya adalah ketika negara revolusioner

Indonesia terlihat lemah atas perjuangan rakyat Aceh ketidakmampuan negara

menunjukan pengaruh pemerintahannya kepada masyarakat Aceh terutama pada

masa-masa 1945-1949 membuat pemerintah begitu rentan dalam menanggapi

tuntutan rakyat Aceh terutama untuk memperoleh otonomi regional lebih besar

dalam masalah sosial ekonomi dan politik ketika tahun 1949 Pemerintah

Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berbasis di Sumatera Barat menerima

tuntutan Aceh untuk de jure141

menjadi provinsi otonom daerah istimewa Pada

akhir tahun 1950-an Aceh diakui sebagai daerah istimewa otonom dengan Daud

Beureueh sebagai Gubernurnya Terutama dalam masalah keagamaan perkara

adat dan pendidikan dengan syarat otonomi tersebut tidak bertentangan dengan

konstitusi Perkembangan politik dengan diakuinya Aceh sebagai daerah istimewa

itu menunjukkan bahwa pemberontakan memperjuangkan ideologi dibawah

bendera Islam di Aceh dapat dipadamkan142

Pada pemberontakan yang dipimpin Daud Beureueh ini penulis membagi

menjadi dua motif perjuangan yaitu Islam dan Politik Pertama Islam berkaitan

140

Lihat Koran harian Indonesia Raya mengapa Aceh minta daerah autonomi (Jakarta 4

Agustus 1950) 141

De jure adalah pengakuan secara hukum 142

Taufik Abdullah dkk Op Cit hal 448

52

dengan Islam yaitu pembahasan mengenai Agama Mengenai konsep agama

sendiri menurut Light Keller dan Calhoun (1989) yaitu tentang kepercayaan

agama simbol agama praktik agama umat agama dan pengalaman agama143

Dan

penganut agama pun mengenal berbagai bentuk pengelompakan umat seperti

dalam komunitas keagamaan Islam yaitu pesantren dan wadah umat muslim

lainnya Pembentukan Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) yang juga sebagai

pelopor DITII Aceh adalah bukti nyata pengelompokan umat Islam di Aceh

berjalan baik Menurut analisa penulis pada kasus agama dan perubahan sosial ini

melalui pandangan Giddens (1989) mengatakan bahwa suatu proses mengenai

perubahan sosial dimana agama kehilangan pengaruhnya terhadap berbagai segi

kehidupan manusia dan oleh Light Keller dan Calhoun (1989) didefinisikan

sebagai proses melalui perhatian manusia beserta institusinya tercurahkan pada

hal duniawi dan perhatian terhadap hal yang bersifat rohaniah terkait agama

semakin berkurang Jelas hal ini yang menjadi kekhawatiran dan latarbelakang

mengenai alasan Daud Beureueh dalam menciptakan negara Islam Indonesia

yang apabila ideologi Pancasila terus dijalankan akan berdampak buruk kepada

nilai-nilai keIslaman masyarakat Indonesia khususnya Aceh144

Di Aceh ideologi Islam senantiasa menjadi sumber daya sikap patriotisme

rakyat Aceh dan sejak 1930-an menjadi jalan kepada modernisasi Saat itu para

ulama mengatakan bahwa mempertahankan Republik Indonesia berarti perang

Suci dan merupakan kelanjutan dari perjuangan yang adil dari Teungku Chik di

Tiro yang didukung oleh rakyat dengan penuh simpati Martabat uleebalang telah

jatuh ketika mereka bersikap kasar dan mengingkari nurani rakyat Di daerah

Pidie perlawanan anti-uleebalang menimbulkan harapan untuk mendapatkan

kembali tanah-tanah yang dulunya pernah disita secara tidak adil dari keluarga-

keluarga petani dengan demikian perjuangan melawan penindasan uleebalang

yang dilakukan ulama itu berakhir dengan gemilang Ulama-ulama pembaru yang

143

Kepercayaan agama dalam hal ini adalah Islam tentang keimanan kepada Allah swt

Simbol agama yaitu kerudung pakaian haji mukena dll Praktik agama berkenaan dengan sholat

dzikir pergi haji dll Umat agama yaitu Aceh yang terdiri dari mayoritas beragama Islam Dan

pengalaman agama merupakan suatu unsure dasar agama yang dialami penganut agama pribadi

seperti panggilan umat Islam Allah swt dll 144

Kamanto Sunarto Op Cit hal 69

53

terkenal telah memberikan inspirasi dan pimpinan langsung kepada gerakan

rakyat Dalam perlawanan terhadap tatanan masyarakat kolonial145

Kedua motif politik terlihat bagaimana Daud Beureueh melalui gerakan

DITII Aceh melakukan perlawanan terhadap kendali pemerintah pusat untuk

memperoleh peran dalam mengatur sistem pemerintahan di Aceh Menurut Harold

D Laswell dan Abraham Kaplan mengatakan bahwa kekuasaan adalah suatu

hubungan dimana seseorang atau sekelompok orang dapat menentukan tindakan

seseorang atau kelompok lain kearah tujuan pihak pertama146

Dalam hal ini Daud

Beureueh melalui PUSA menentukan tindakan untuk mengatur tatanan kehidupan

masyarakat Aceh melalui pemerintahan Perkembangan politik selanjutnya adalah

ketika Aceh tidak menjadi daerah istimewa seperti yang dijanjikan pemerintah

pasca kemerdekaan Dan dalam konteks yang lebih luas melalui gerakan Darul

Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh Daud Beureueh bercita-cita

mendirkan Negara Islam Indonesia Menurut Max Weber kekuasaan perlu

dibedakan dengan dominasi (herrschaft) Kekhasan dominasi ialah bahwa pada

dominasi pihak yang berkuasa mempunyai wewenang sah untuk berkuasa

berdasarkan aturan yang berlaku sehingga pihak yang dikuasai wajib menaati

kehendak penguasa Berbeda dalam kajian ini pihak Daud Beureueh menolak

mengikuti ketetapan dan kebijakan pemerintah dalam menyatukan Aceh kedalam

provinsi Sumatera Utara147

Pada pemberontakannya dalam perjuangan menegakan syariat di Aceh

termasuk kedalam tipe dominasi kharismatik yaitu mengenai keabsahannya

didasarkan pada kepercayaan rakyat Aceh terhadap kemampuan Daud Beureueh

mempunyai kemampuan luar biasa dalam memimpin dan memperjuangkan

ideologi Islam Dalam tipe dominasi ini pemimpin atau figur kharismatik

dianggap memiliki sifat kepahlawanan yang luar biasa Dan mengenai hubungan

rakyat dan pemimpin didasarkan pada ukuran kepercayaan dan kesetiaan

Perjuangan Daud Beureueh dalam tipe ini melaksanakan perjuangan meraih

145

Anthony Reid Op Cit hal 406 146

Miriam Budiardjo Op Cit hal 60 147

Rakyat Aceh sangat kecewa dengan penetapan pemerintah pusat melalui kebijakannya

menghilangkan Aceh dan Tapanuli dalam membentuk provinsi Sumatera Utara Kekecewaan

terlihat ketika rakyat Aceh berjuang mendirikan Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan Tgk

M Daud Beureueh

54

kekuasaannya bukan atas dasar aturan yang berlaku melainkan atas aturan yang

ditetapkannya sendiri Dalam proses politiknya148

Daud Beureueh berusaha

menggantikan sistem politik yang ada atau yang sudah berjalan dengan sistem

politik yang baru149

B Respon Pemerintah terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

Konflik yang terjadi antara Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII)

Aceh dengan pemerintah merupakan konflik yang memperebutkan pengaruh

dimasyarakat dimana dalam mencapai tujuannya masing-masing perebutan

kekuasaan yang berdasar pada ideologi yang berbeda satu sama lain itu

memunculkan berbagai aspek sumber kekuasaan150

Kasus perjuangan atau lebih

dikenal dengan peristiwa berdarah di Aceh merupakan kekuasaan yang bersumber

dari kepercayaan atau agama artinya ulama mempunyai kekuasaan terhadap

umatnya sehingga mereka dianggap sebagai pemimpin informal yang perlu

diperhitungkan dalam menentukan ideologi sebagai dasar sebuah negara Dalam

kasus ini pihak pemerintah sebagai pihak pemegang kekuasaan dan gerakan Daud

Beureueh sebagai pihak pejuang Esensi151

dari kekuasaan adalah hak

mengadakan sanksi dan cara menyelenggarakannya berbeda-beda Terdapat

empat cara dalam upaya mengenai esensi dari kekuasaan yaitu melalui kekerasan

fisik (force) koersi (coercion) melalui ancaman akan diadakan sanksi persuasi

(persuasion) meyakinkan dengan beragumentasi dan memberi ganjaran (reward)

bisa berupa inisiatif imbalan atau kompensasi152

Berbagai cara esensi dari kekuasaan tersebut menjadi tahapan dalam

peristiwa berdarah Seperti pada awal perjuangan yang dilakukan oleh Daud

Beureueh respon cepat pemerintah terlihat ketika pemerintahan Ali

Sastroamidjojo dalam usahanya memulihkan keamanan di Aceh telah memilih

148

Proses politik mengenai dasar politik yaitu persaingan untuk memperoleh kekuasaan

Proses politik berupa persaingan untuk memperoleh kekuasaan dapat mengarah dengan mudah ke

konflik antar pihak terkait dan dapat mengancam keutuhan masyarakat khususnya Aceh 149

Kamanto Sunarto Op Cit hal 72-73 150

Sumber kekuasaan berupa kekayaan dan kepercayaan atau agama 151

Esensi adalah hakikat inti ataupun hal yang pokok pertentangan antar kedua belah

pihak pertentangan mengenai ideologi Sumber melalui httpkbbiwebidesensi diakses pada

tanggal 3 Maret 2016 Pukul 1032 WIB 152

Miriam Budiardjo Op Cit hal 61-62

55

tindakan kekerasan senjata yang berakibat jatuhnya korban jiwa153

Pertentangan

diantara DI TII Aceh dengan pemerintah pusat telah menimbulkan ketegangan

antara rakyat yang berjuang melalui gerakan DI TII Aceh untuk melepaskan diri

dari kendali Jakarta Usaha yang dicapai dengan cara keras terlihat dari tekanan

oleh TNI disatu pihak di samping pemberian amnesti dan abolisi kepada anggota

DI TII di pihak lainnya untuk meredakan konflik yang terjadi154

Pasal 14 UUD

1945 menyatakan bahwa Presiden memberi grasi amnesti abolisi dan

rehabilitasi Dalam UU darurat No 11 tahun 1954 Lembaran Negara No 146

tahun 1954 pasal 1 menyebutkan Presiden atas kepentingan negara dapat

memberikan amnesti dan abolisi kepada orang-orang yang melakukan sesuatu

tindakan pidana Hal ini merupakan kewenangan Presiden sebagai Kepala Negara

Dalam memberikan amnesti dan abolisi Presiden mendapat nasihat tertulis

dari Mahkamah Agung yang menyampaikan nasihat itu atas permintaan Menteri

Kehakiman penghapusan dengan pemberian abolisi hanya dihapuskan penuntutan

terhadap mereka yang melakukan tindak pidana yang nyata akibat dari

persengketaan politik antara Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda pada tahun

1949 Amnesti adalah pengampunan dari Presiden yang menghapuskan semua

akibat hukum pidana bagi orang-orang yang telah melakukan suatu tindakan

terkait pemberontakan dalam perjuangan Daud Beureueh melalui DITII Aceh

Sementara abolisi yang diberikan kepada anggota DITII Aceh merupakan

pengampunan dari Presiden yang dapat menghapuskan penuntutan kepada pelaku

tindak pidana Jadi amnesti dapat diberikan kepada seseorang yang telah

melakukan tindak pidana baik sebelum maupun sesudah adanya putusan

pengadilan Sedangkan abolisi hanya dapat diberikan kepada pelaku tindak

pidana sebelum ada putusan pengadilan karena abolisi sifatnya hanya

menghapuskan penuntutan155

Sebelum membahas lebih jauh penulis ingin memberi gambaran

mengenai Aceh sebelum pemberontakan Daud Beureueh meletus Adapun

pemerintahan di Aceh yang berlangsung sejak Proklamasi Kemerdekaan pada

153

El Ibrahimy Op Cit hal 162 154

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 202 155

Alfitra Hapusnya Hak Menuntut dan Menjalankan Pidana (Jakarta Raih Asa Sukses

2012) hal 161-162

56

tanggal 17 Agustus 1945 sampai penyerahan kedaulatan pada tanggal 27

Desember 1949 dapat dibagi dalam empat bagian menurut pimpinan yang

bertanggung jawab adalah sebagai berikut

1 Pertama masa pemerintahan di bawah pimpinan Residen T Nya‟

Arif sejak saat Proklamasi Kemerdekaan sampai pertengahan bulan

Januari 1946

2 Kedua masa pemerintahan di bawah pimpinan Residen Teuku

Daudsyah sejak pertengahan bulan Januari 1946 sampai akhir bulan

Mei 1948

3 Ketiga masa pemerintahan di bawah pimpinan Gubernur Mr S M

Amin sejak akhir bulan Agustus 1949

4 Keempat masa pemerintahan di bawah pimpinan Wakil Perdana

Menteri Mr Syarifudin Prawiranegara sejak akhir bulan Agustus 1949

sampai saat penyerahan kedaulatan

Masa residen Teuku Nya‟ Arif merupakan kepala pemerintah daerah yang

pertama Pada permulaan maklumat kemerdekaan Indonesia di Sumatera oleh

Gubernur Sumatera Mr T M Hasan mengeluarkan sejumlah penetapan mengenai

penunjukan Asisten Residen Controleurs dan pegawai-pegawai tinggi lain Pada

awalnya jabatan-jabatan tersebut diduduki oleh para uleebalang dan keluarganya

Konflik yang terjadi antara uleebalang dengan ulama mengakibatkan jabatan

tidak lagi diduduki oleh para uleebalang melainkan para orang yang dianggap

berpengaruh dalam menentukan pembesar menduduki tempat jabatan tersebut

Pada penyusunan dalam pemerintahannya T Nya‟ Arif156

mengalami kendala

baik pertentangan dari masyarakat dalam menyelesaikan persoalan ataupun

tekanan yang dilakukan oleh Jepang Hal ini menempatkan T Nya‟ Arif lebih

berperan sebagai pemimpin ketentaraan Tentara Keamanan Rakyat Ketika timbul

156

Teuku Nyak Arif adalah pendiri Perkumpulan uleebalang-uleebalang Groot Atjeh

pada 8 Oktober 1939 Saat itu Aceh Besar ada dibawah kendali Belanda sehingga para uleebalang

mempunyai sedikit kepentingan untuk di lindungi Meskipun begitu T Nya‟ Arif dalam reaksinya

adalah bertahan terhadap kritik-kritik yang ditujukan kepada uleebalang ketika dia mengintrupsi

suatu rapat Muhammadiyah dengan menyatakan keberatannya atas sebutan ldquorajardquo kepada

golongannya karena mereka pada hakikatnya tidak lagi mempunyai kekuasaan yang sebenarnya

Dia membalik kritik kepada para ulama dengan mengatakan bahwa ldquodalam hal ini kita semua

bersalah bukan saja kaum uleebalangyang sekarang menjadi sasaran tetapi juga para Teungku

(ulama) yang tidak berani berkata sepatah kata pun ketika melihat kaum uleebalang berlaku tidak

pantas seperti minum brendi berdansa dan mengirim anak-anaknya ke sekolah Kristen Lihat

Anthony Reid Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan Sumatera hal 75

57

banyak persoalan yang terjadi maka ditetapkan sebagai wakil residen TRP

Mohd Ali yang tinggal di ibukota Kotaraja untuk mengatur pekerjaan-pekerjaan

residen Sedangkan T Nya‟ Arif bekerja di luar daerah Kotaraja untuk

menyelesaikan persoalan mengenai pertentangan pertempuran baik dengan

Jepang maupun masyarakat sendiri

Dalam periode ini atau sekitar empat bulan lamanya berakhir juga

kekuasaan uleebalang dan berganti dengan kekuasaan ulama Susunan Komite

Nasional Daerah adalah untuk sebagian besar terdiri dari anggota-anggota Para

Ulama oposisi dalam dewan dapat dikatakan tidak ada Dan segala urusan

mengenai penyelenggaraan pemerintahan berlangsung menurut kehendak para

ulama melalui organisasi PUSA Pada masa inilah pengeluaran pengumuman dari

pemerintah daerah yang mencap kaum uleebalang sebagai pengkhianat bangsa

dan agama Juga dari pihak tentara Jepang yang mengalami kesulitan di beberapa

daerah seperti di Meulaboh Kotaraja dan Langsa Peranan ketua Komite

Nasional Daerah Tuanku Mahmud sangat penting dalam mengatur kebijakan

dengan melakukan perundingan terus-menurus dengan Jepang sehingga

pertempuran dapat dibatasi sampai ke kota-kota tersebut dan tidak meluas ke

seluruh daerah Aceh Persatuan pemuda dalam organisasi pemuda Republik

Indonesia juga berperan dalam menyelesaikan persoalan dibawah pemerintahan

PUSA saat itu157

Masa residen Teuku Daudsyah pemerintah daerah sesudah pertengahan

bulan Januari 1946 T Daudsyah semasa pemerintahan Belanda adalah

Zelfbestuutder158

Idi suatu landschap di bagian Aceh Timur dan merupakan

bagian dari salah satu uleebalang-uleebalang yang tidak banyak jumlahnya yang

terlepas dari akibat-akibat pertentangan ulama-uleebalang Pada masa

pemerintahannya persoalan terjadi akibat yang ditimbulkan oleh gerakan Ali

Mujahid Gerakan ini pada hakikatnya lanjutan dari perang Cumbok suatu

pembersihan terhadap sisa-sisa partai feodal yang masih memegang peranan

dalam badan resmi Untuk mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi

157

MR S M Amin Op Cit hal 45-46 158

Pemerintahan sendiri masa kolonial Belanda

58

dibentuklah suatu Badan Eksekutif Susunan Badan Eksekutif pertama adalah

sebagai berikut

Ketua Residen Teuku Daudsyah

Wakil Ketua Mr S M Amin

Sekertaris Kamarusid

Anggota-anggota Sutikno Hasyim H M Zainuddin Mohd

Hanafiah R Insun

Kebijakan awal Badan Eksekutif adalah membuat peraturan-peraturan

mengenai harta anggota golongan uleebalang yang mengalami kekalahan di

persitiwa Cumbok159

Peraturan yang dimaksud antara lain

1 Pembentukan suatu badan yang mempunyai hak dan kewajiban

mengurus harta peninggalan mereka dari golongan uleebalang yang

telah tewas dalam peristiwa Cumbok

2 Memeriksa dan memutuskan tuntutan-tuntutan mengenai harta

peninggalan itu

3 Menetapkan penjualan sebagian dari harta peninggalan itu guna

pengganti kerugian yang diderita oleh pihak ulama sebagai akibat dari

pertempuran dalam peristiwa Cumbok

4 Putusan-putusan badan ini mempunyai kekuatan vonis yang tidak

dapat di apel

Dalam masa pemerintahan ini juga Aceh pertama kali menerima tamu-

tamu dari pusat pemerintahan yang berkewajiban mengadakan tinjauan dan

mempererat hubungan di antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah Pada

tanggal 21 Juli 1947 Belanda memulai suatu gerakan yang bertujuan melenyapkan

negara Republik Indonesia Meskipun sebagian besar di wilayah Jawa

Palembang dan Sumatera Timur sudah berhasil ditaklukan rakyat Aceh

159

Selanjutnya pemerintahan pimpinan residen T Daudsyah berjalan dengan baik dan

memuaskan Terlihat dari persoalan kekurangan yang dihadapi kesulitan-kesulitan dalam

hubungan kekurangan keuangan yang menyebabkan sebagian besar pekerjaan untuk kemakmuran

raykat Seperti membuat irigasi jalan-jalan jembatan obat-obat persekolahan untuk menunjang

mutu tentara

59

menghadapi agresi dengan satu tujuan yaitu mempertahankan negara sampai titik

darah penghabisan Reorganisasi dalam pemerintahan diwujudkan dalam

membentuk pemerintahan yang selaras Dan penetapan oleh Wakil Presiden Drs

Moh Hatta daerah Aceh dinyatakan sebagai daerah militer istimewa dengan

ditetapkannya seorang Tgk M Daud Beureueh sebagai Gubernur Militer yang

bertanggung jawab dalam pertahanan dan keamanan rakyat160

Kembali pada fokus kajian Menurut Cornelis van Dijk sejarawan Belanda

mengenai ldquodaftar hitamrdquo dalam sengkarut revolusi menimbulkan keresahan di

rakyat Aceh yang membakar Tanah Jeumpa pada awal 1950-an menjadi bahan

gunjingan yang hangat Pengirimnya disebut-sebut adalah pemerintah Ali

Sastroamidjojo melalui Jaksa Tinggi Sunarjo yang membawanya ke Medan Tapi

ada juga yang menyebutnya warisan kabinet Sukiman Yang isinya

menggambarkan puncak perseteruan pemerintah Jakarta dengan rakyat Aceh

Jakarta berencana membunuh 300 tokoh penting Aceh sumber lain menyebut 190

tokoh-melalui sebuah operasi rahasia Keputusan ini diambil setelah Jakarta

memastikan kawasan di ujung barat Sumatera akan menggelar pemberontakan

melawan pusat Tapi tak ada yang bisa memastikan keberadaan dokumen itu

Sejarawan Belanda lainnya BJ Boland dalam bukunya The Struggle of Islam in

Modern Indonesia menyebutkan sebetulnya surat itu tak pernah ada ldquoDesas-

desus itu diembuskan oleh politikus sayap kiri di Jakarta untuk menghantam

gerakan Islam di Acehrdquo katanya Secara tersirat Van Dijk menduga dokumen itu

ada ldquoDaftar nama itu barangkali sengaja dibocorkan dengan tujuan tertentu

Orang Aceh terkemuka merasa mereka akan ditangkap dan karena itu

memutuskan lari ke gunung161

Hal yang sama diungkapkan M Nur El-Ibrahimy yang mengungkapkan

bahwa Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dalam rapat paripurna DPR pada 2

November 1953 menyangkal telah menyusun daftar itu Tak penting benar apakah

dokumen itu ada atau tidak Yang pasti rumor tentang rencana pembunuhan itu

membuat pemberontakan Darul Islam di Aceh menemukan momentumnya

160

MR S M Amin Op Cit hal 54 161

Melalui sumber online httpsoalacehtumblrcom di akses pada 19 Juli 2016 Pukul

1912 WIB

60

Aktivis Darul Islam langsung pasang kuda-kuda Teungku Daud Beureueh salah

satu orang yang disasar oleh dokumen tersebut segera mengacungkan kapak

perang Daftar hitam adalah bukti yang menimbulkan kecurigaan kita bahwa

pencetus peristiwa berdarah itu adalah permainan lawan-lawan politik Teungku

Daud Beureueh untuk menghancurkan beliau dan kawan-kawan Sembilan tahun

Daud Beureueh memimpin sebuah gerakan perlawanan dengan bendera Darul

Islam Gerakan itu menjadi pembuka perlawanan Aceh pasca-era kolonial-sesuatu

yang hingga saat itu belum juga berakhir-dan memunculkan Daud Beureueh

tokoh besar yang sulit dilupakan sejarah ldquoLes hitamrdquo bukan satu-satunya alasan

mengapa peristiwa itu ada

Masa Gubernur Mr S M Amin dilantik ketika kunjungan Presiden

gubernur muda Sumatera Utara sebagai akibat perubahan pemerintahan di

Sumatera Dari satu provinsi yang dipimpin oleh gubernur Sumatera Mr T M

Hasan dengan ibu kota Bukit Tinggi menjadi tiga provinsi yaitu Sumatera Utara

Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan Dalam sistem provinsi Sumatera Utara

kerisidenan-keresidenan Tapanuli dan Aceh yang menyerupai keresidenan

otonom dihapuskan Selanjutnya residen dipimpin oleh Gubernur dan dijadikan

tiap-tiap kabupaten menjadi kesatuan yang memperoleh otonomi dibawah

pimpinan Bupati162

Pada reaksinya terlihat dua macam reaksi di masyarakat

Sumatera terhadap perubahan pemerintahan Sebagian rakyat pro terhadap

ketetapan baru sebagian lagi yang tidak banyak yang anti dan sebagian besar

tidak menunjukan reaksi Pelaksanaan undang-undang pembagian Sumatera

dalam tiga provinsi dimulai dengan pembentukan dewan perwakilan Sumatera

Utara yang teridiri dari anggota-anggota dewan perwakilan Sumatera yang

dihapuskan dan dalam dewan perwakilan ini mewakili Aceh Tapanuli atau

Sumatera Timur Rapat diadakan pada 13-16 Desember 1948 di Tapa‟ Tuan Hal

ini juga sebagai bukti tentang keinginan rakyat melangkahkan kakinya kearah

kesatuan negara163

162

Dalam penentuan ibu kota penunjukan Sibolaga sebagai ibu kota sementara dan

keinginan rakyat penetapan itu dicabut dan Kota Raja dijadikan sebagai ibu kota seiring

menunggu Medan dapat direbut kembali dari tangan Belanda 163

Dalam pelaksanaannya tentara dan rakyat sangat mentaati segala peraturan dan

tindakan-tindakan yang dikeluarkan dan dilakukan guna kepentingan pertahanan baik melalui

61

Masa wakil perdana menteri Mr Syarifudin Prawiranegara beriringan

dengan pembubaran pemerintah darurat penempatan Mr Syarifudin

Prawiranegara di daerah Aceh Sebagai Wakil Perdana Menteri Kekuasaan dalam

mengadakan perbaikan di pulau Sumatera dengan di bantu oleh suatu badan

penasihat yang terdiri dari komisaris pemerintah Panglima territorial teritorium

Sumatera dan beberapa orang yang ditunjukkan Peraturan-peraturan dibuat

mengenai terutama lapangan perekonomian Diadakan peraturan mengenai

panitia-panitia untuk mengurus pembelian barang-barang bagi pemerintah Dalam

mengatur harga pasaran untuk memperbaiki perekonomian di Sumatera Utara

untuk membantu dan mengawasi Bank Negara Berbeda mengenai peraturan

wakil Perdana Menteri tentang pemerintahan di Sumatera membawa perubahan

dalam struktur pemerintahan Peraturan yang membawa pembagian daerah

Sumatera Utara dari peraturan pemerintah darurat Republik Indonesia

menyerupai satu provinsi yang otonom menjadi dua provinsi yaitu provinsi Aceh

dan Tapanuli Sumatera Timur kelanjutannya pada masa Syarifudin

ditempatkannya dua daerah provinsi itu dibawah pimpinan Tgk M Daud

Beureueh dan Dr F- L Tobing sebagai gubernur164

Dalam bukunya Memahami Sejarah Konflik Aceh Mr S M Amin

memaparkan tentang pembagian daerah ini belum atau tidak dapat dipastikan

kebenarannya Ada isu yang mengatakan bahwa pembagian ini terkesan tergesa-

gesa dengan tidak memperhatikan keadaan dan dengan tidak mendengan

pemandangan dari instasi-instasi Dan tidak tahunya komisaris dan dewan

perwakilan provinsi Sumatera Utara Serta mengatakan bahwa perubahan yang

terjadi akibat desakan dari beberapa orang yang asli dalam daerah Aceh dan

Tapanuli dan yang menduduki tempat yang terpenting dalam pemerintahan

Dengan dasar keinginan rakyat ini Syarifudin beranggapan bahwa mereka yang

melakukan desakan adalah orang yang terkemuka dan berpengaruh dalam

masyarakat dan yang dapat dianggap representatif Adapun alasan Syarifudin

membuat keputusan prinsipil adalah sebagai berikut

1 Kepentingan penyempurnaan dan usaha melancarkan pemerintahan

ketetapan kebijakan pemerintah atau pun terkait pengawalan maupun instruksi-instruksi dalam

hubungan taktik bumi hangus 164

MR S M Amin Op Cit hal 67

62

2 Keinginan umum akan segera terbentuknya suatu sistem pemerintahan

daerah berdasarkan Undang-Undang No 22 tahun 1948165

Sedangkan keinginan umum yang menghendaki pembagian provinsi

Sumatera Utara dalam dua provinsi terbagi dalam tiga bagian yaitu

1 Sebagian besar yang tidak merasa berkepentingan (interese) dalam

soal dua atau satu provinsi yang tidak mengetahui dan tidak

mempunyai pengertian sedikit juga dalam persoalan ini

2 Sebagian kecil yang tidak menghendaki pembagian ini

3 Sebagian yang lebih kecil lagi yang menginginkan pembagian ini dan

berusaha dengan giat menciptakan keinginan menjadi kenyataan

Pada 17 Desember 1949 penetapan peraturan mengenai pemecahan

provinsi Sumatera Utara dalam dua provinsi Aceh dan Tapanuli Sumatera Timur

adalah suatu saat yang sangat berlainan dengan saat 30 September 1949

penetapan peraturan mengenai penyerahan kekuasaan luas pada wakil perdana

menteri Pada 30 September 1949 negara masih dalam konflik dengan kerajaan

Belanda Serangan yang terjadi oleh Belanda memungkinkan negara jatuh

kembali dalam kancah peperangan dan perhubungan Sumatera dan Jawa terputus

Berkaitan dengan Undang-Undang Dasar dari sejarah ketatanegaraan Indonesia

diketahui bahwa UUD yang berlaku telah beberapa kali berganti yaitu dari UUD

1945 kemudian diganti UUD RIS 1949 lalu berganti lagi dengan UUD

Sementara 1950 dan akhirnya kembali ke UUD 1945 Adapun kelima tahapan

perkembangannya itu adalah

1 Tahun 1945 UUD Republik Indonesia yang de facto hanya berlaku di

Jawa Madura dan Sumatera

2 Tahun 1949 UUD Republik Indonesia Serikat (RIS) yang berlaku di

seluruh Indonesia kecuali Irian Barat

3 Tahun 1950 UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlaku

diseluruh Indonesia kecuali Irian Barat

4 Tahun 1959 UUD Republik Indonesia 1945 UUD ini mulai 1959

berlaku diseluruh Indonesia termasuk Irian Barat

165

MR S M Amin Op Cit hal 70-71

63

5 Tahun 1999 UUD 1945 dengan amandemen dalam masa reformasi

Umumnya pergantian UUD mencerminkan anggapan bahwa perubahan

konstitusional yang dihadapi begitu fundamental Di Indonesia wewenang untuk

mengubah UUD ada ditangan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dengan

ketentuan bahwa kuorum adalah 23 anggota MPR sedangkan usul perubahan

UUD harus diterima oleh 23 anggota yang hadir dalam ketentuan di pasal 37166

Berbeda pandangan mengenai dasar dan hukum yang di terapkan

Soekarno Daud Beureueh ingin menciptakan hukum Islam di Indonesia Dimana

hukum Islam sendiri merupakan hasil dialektika167

otoritas yang didukung oleh

wahyu dengan konteks sosialnya Pembentukan hukum Islam berawal dari proses

dialektis dimana elemen-elemen tradisi masyarakat diambil dimodifikasi dan

dihapus sesuai dengan nilai moral yang ingin ditanamkan oleh Islam Perubahan

tradisi tersebut tidak berjalan revolusioner melainkan melalui proses evolusi168

Pranata yang didukung oleh Islam adalah sebuah pranata yang lahir dalam sebuah

masyarakat tradisional yaitu masyarakat yang dibimbing oleh nilai-nilai dan

kesucian tradisi bukan oleh hukum positif yang dihasilkan oleh organisasi negara

Dalam konteks ini hukum Islam bersifat arbitratif dan moral169

Pada

perkembangannya dalam penerapan hukum Islam di Aceh peran ulama sangat

berpengaruh terutama dalam organisasi Para ulama sebagai pemegang otoritas

keagamaan dalam Islam mempunyai peran penting yang berfungsi sebagai

pemberi fatwa ketika muncul persoalan di kalangan umat Islam Peradilan dalam

166

Miriam Budiardjo Op Cit hal 182-183 167

Dialektika adalah logika gerak atau suatu bentuk pemahaman yang sifatnya umum 168

Perubahan tersebut dapat terjadi karena adanya proses transformasi otoritas sehingga

perubahan memiliki legitimasi di masyarakat Perubahan pertama yang dilakukan oleh Al-Qur‟an

terhadap tradisi masyarakat pra-Islam terjadi dalam bidang hukum keluarga dan merupakan

pencapaian terbesar Seperti pernikahan bersama dengan waris membentuk hukum perdata Islam

dan menjadi elemen paling jelas dan tegas dalam skema hukum Islam Khususnya pernikahan

mencerminkan penataan Al-Qur‟an terhadap pranata sosial dasar di masyarakat 169

Arbitrative yaitu suatu proses yang menggunakan cara melalui pihak ketiga sebagai

penengah atau menciptakan solusi Sedangkan moral sesuatu yang berkaitan dengan velue (nilai)

dalam tindakan yang memiliki sesuatu nilai positif Moral secara eksplisit adalah hal-hal yang

berhubungan dengan porses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses

sosialisasi

64

sejarah Islam diisi oleh para ulama dengan referensi hukum hasil dari ijtihad

bukan hukum hasil legalisasi lembaga legislatif170

Kajian lebih mendalam mengenai hukum Islam ketika persoalan muncul

tatkala hukum keluarga Islam khususnya yang menyangkut pernikahan

bersentuhan dengan negara modern Melahirkan sebuah sistem kekuasaan politik

baru dimana legitimasi aparatusnya tidak diperoleh melalui tradisi melainkan

dari aturan hukum formal Sistem otoritas yang membentuk negara modern

tersebut adalah sistem otoritas legal rasional171

Ini merupakan suatu krisis otoritas

hukum Islam terhadap modernisasi zaman Faktor lain mengenai modernitas dan

krisis otoritas ditandai beberapa hal

1 Munculnya negara bangsa (nation state) yang kemudian menjadi

model umum negara di abad ke-20 M

2 Tumbuhnya rasionalitas dalam sistem sosial yang ditandai dengan

munculnya organisasi-organisasi sosial

3 Sebagai konsekuensi dari fenomena pertama dan kedua adalah

tumbuhnya otoritas legal-rasional yang didasarkan atas sistem

keorganisasian

4 Munculnya tren unifikasi dan kodifikasi hukum sebagai akibat dari

semakin berkembangnya otoritas legal-formal dengan negara sebagai

pilarnya

Fenomena modern yang mempengaruhi sistem otoritas menurut Bernard

Weiss menyatakan bahwa meskipun hukum Islam sama dengan hukum Romawi

dalam hal bahwa hukum adalah hasil dari para ahli hukum (jurist law)

Perbedaannya antara kedua hukum tersebut adalah pertama kerja para ahli hukum

Romawi dibatasi oleh kegiatan legislatif yang dilakukan oleh negara baik oleh

senat maupun kaisar Sedangkan dalam sistem hukum Islam tradisional negara

170

Ahwan Fanani Otoritas Dalam Hukum Islam (Artikel dalam Jurnal Justitia Islamica

Vol 7 No 1 Jan-Juni 2010) hal 3 171

Menurut Max Weber peran dan bentuk otoritas dibagi menjadi tiga yaitu pertama

legal-rasional otoritas yang bersandar pada legitimasi rasional yaitu yang berpijak kepada

legalitas pola aturan normative dan formal Kedua tradisional otoritas yang bersandar kepada

legitimasi tradisional yaitu kepercayaan yang mapan kesucian tradisi masa lalu dan legitimasi

orang-orang yang melaksanakan otoritas tersebut Ketiga kharismatis otoritas yang bersandar pada

legitimasi charisma yaitu yang berpijak pada kesucian tertentu kepahlawanan atau karakter

teladan dari seorang individu dan pola normative yang ia tunjukan

65

tidak memiliki kekuasaan legalisasi Negara hanya bisa menegakan hukum tetapi

tidak memiliki hak untuk membuat hukum Kedua hakim-hakim dalam tradisi

hukum Romawi memiliki keleluasaan dalam memutuskan hukum karena

keputusan hukum didasarkan atas kekuatan intuisinya172

Sementara dalam tradisi

hukum Islam para ahli hukum diikat oleh sumber formal yaitu teks Otoritasnya

lebih didasarkan atas keterampilannya menjabarkan teks dibandingkan oleh

kebijaksanaannya173

Upaya menjadikan hukum Islam sebagai hukum positif menuai pro dan

kontra Hukum Islam yang muncul di Indonesia tidak lepas dari dinamika sejarah

negara Indonesia Jauh sebelum kedatangan penjajah dari Eropa perkembangan

Islam dengan munculnya lembaga pendidikan seperti surau langgar madrasah

dan pesantren telah memberikan kontribusi pengetahuan mengenai kultur agamis

yang kuat di masyarakat Sehingga hukum Islam di Indonesia merupakan hukum

yang banyak di bentuk dan terinspirasi oleh kekuatan dari budaya agamis dan

relegius Dari lembaga pendidikan itu sumber-sumber utama informasi dan

penyuluhan masyarakat Mengajarkan berbagai keilmuan utamanya ilmu agama

yang didominasi kajian fikih kajian yang tidak lepas dari permasalahan hukum

Islam Dari akar sejarah yang kuat inilah pondasi cita-cita masyarakat Aceh

terbentuk karena Islam memperkenalkan suatu tradisi hukum baru di Indonesia

Dengan menawarkan dasar-dasar perilaku sosial yang rata dan sebanding juga

menyumbangkan konsepsi baru hukum di Indonesia Dan sifatnya yang elastis174

mengubah ikatan kesukuan dan kedaerahan menjadi ikatan yang universal175

Di kalangan masyarakat Aceh sendiri diketahui memiliki sikap tertutup

dan mempunyai pandangan tersendiri tentang segala sesuatu mengenai

penghidupannya Sebagai akibat dari sikapnya ini masyarakat didaerah dapat

dikatakan bersifat ldquostatischrdquo (tidak berubah-ubah) aliran-aliran baru tidak masuk

sehingga alam pikiran masyarakat tetap sebagai berpuluh tahun kebelakang176

172

Hal itu terjadi karena hakim dipandang sebagai orang yang bijaksana sehingga

keputusan hukum dilihat dari kemampuannya menggali nilai keadilan 173

Ibid hal 19-20 174

Bersifat Elastis dalam konteks ini memperhatikan berbagai segi kehidupan dan tidak

memiliki dogma yang kaku keras dan memaksa 175

Shohibul Itmam Transformasi Hukum Islam Menuju Hukum Positif Dalam Konteks

KeIndonesiaan (Artikel dalam Jurnal Justitia Islamica Vol 7 No 1 Jan-Juni 2010) hal 39-40 176

MR S M Amin Op Cit hal 76

66

Dalam pengertiannya mengenai hukum Islam di daerah Aceh adalah segala

peraturan yang bersifat hukum kekeluargaan yang berlaku atas anggota

masyarakat asli terkecuali beberapa kebiasaan dalam perkawinan yang tidak

bersifat prinsipil Selain itu rakyat Aceh adalah ldquoIslam mindedrdquo dan dalam cara

berpikir mereka pada umumnya tidak ada tempat bagi hukum terhadap persoalan

sehari-hari yang tidak berasal dari hukum Islam Ulama-ulama mengetahui bahwa

sebenarnya bukanlah seluruh hukum yang berlaku atas rakyat adalah hukum

Islam akan tetapi masih juga ada soal-soal yang diputuskan menurut dasar hukum

lain menganggap bahwa berlakunya peraturan-peraturan yang tidak berdasar

Islam adalah suatu keadaan yang tidak sempurna yang seharusnya mengalami

perubahan177

Dalam penerapannya mengenai hukum sejarah Aceh menyatakan bahwa

diantara kepala adat dan kepala agama terdapat pertentangan paham Ulama

mempunyai kekuasaan kehakiman terbatas mengenai hal perkawinan frail yang

berusaha dan bertujuan memperluas kekuasaan dan mempertahankan hak-hak

yang diserahkan organisasi ketatanegaraan olehnya Sedangkan adathoofden178

berusaha sebaliknya yaitu dengan memperkecil hak hakim agama sedapat

mungkin Ini merupakan suatu persoalan kedapatan prinsip (dasar) pembagian

kekuasaan diantara hakim agama dan hakim adat Aliran Islam ini berada di

segala kehidupan menyerupai suatu faktor yang tidak dapat diabaikan meskipun

banyak yang tidak menyetujui golongan Islam yang dianggap fanatic kolot dan

tidak selaras dengan keadaan Dan golongan anti Islam ini terdapat juga

didalamnya mereka yang telah memperoleh didikan agama secara modern di luar

negeri179

dan mereka yang telah pernah menerima didikan Barat mempunyai

pandangan yang lebih luas dalam melaksanakan hak dan kewajiban yang

sempurna180

177

Keadaan dalam menetapkan peranan hukum Islam di kehidupan sehari hari disebabkan

oleh tindakan sewenang-wenang dari uleebalang yang senantiasa berusaha agar masyarakat beralih

dari sifat keIslaman dan menuju kepada adat dengan maksud agar lebih sempurna dan dapat

memerintah rakyatnya 178

Adat hoofd adalah Kepala adat 179

__________ Tentang Soal Memulihkan Keamanan di Atjeh (Artikel WAKTU No

23 Tanggal 25 Juni 1955) 180

MR S M Amin Op Cit hal 87-89

67

Mengenai ideologi dasar sebuah negara Pancasila Daud Beureueh

dianggap anti Pancasila dan dirasa perlu keluar dari Republik Indonesia Tetapi

hal itu di sanggah ketika pada 15 Oktober 1945 Daud Beureueh bersama tiga

orang ulama besar mengeluarkan pernyataan politik yang dimaksudkan bahwa

umat Islam mempertahankan Republik Indonesia yang berdasar Pancasila wajib

hukumnya dan gugur dalam perjuangannya dianggap mati syahid Pernyataan ini

ditanda tangani oleh empat orang ulama besar yaitu Tengku haji Jakfa Siddik

Lamjabat Teungku Haji Ahmad Hasballah Indrapuri Teungku Haji Muhammad

Hasan Krungkale dan Teungku Muhammad Daud Beureueh Para pengamat

politik yang dengan seksama mengikuti perjalanan dan mengantar Daud Beureueh

ke mimbar proklamasi Darul Islam di Aceh mengatakan bahwa ada usaha-usaha

yang sistematis dan berencana yang bertujuan mendorong sebagian rakyat Aceh

berjuang dalam mewujudkan apa yang dicita-citakannya181

C Upaya Penyelesaian Akhir Pemberontakan DITII Aceh

Kasus yang terjadi di Aceh dalam fase perubahan sistem pemerintahan

bukanlah suatu kemauan rakyat sejati menjadi pimpinan dalam pemerintahan

melainkan seseorang ahli bicara (demagog) Siapa yang pandai bicara dan tidak

mempunyai rasa tanggung jawab yang cukup sangat mudah mempergunakan

rakyat umum sebagai alat untuk memenuhi keinginannya asalkan ahli bicara

mengetahui pokok-pokok keinginan umum dan tidak melampaui batasan-

batasannya Dengan memperhatikan pokok keinginan rakyat umum dan dalam

batas-batas pokok keinginan umum dapat diatur siasat untuk mencapai tujuan

Hal nyata ini yang menjadi alasan bahwa kekuatan Daud Beureueh dalam

pemberontakan berjuang menegakan syariat Islam adalah kekuatan lidah karena

sebagian besar rakyat Aceh didalam gerakan DITII Aceh di rekrut diajak dan

atas kemauannya sendiri melalui ajakan dakwah-dakwah dan pidato-pidato yang

dilakukan oleh Daud Beureueh pada khotbah-khotbahnya Inti dari situasinya

adalah mengikuti kemauan rakyat dipimpin oleh rakyat bukan yang memimpin

diluar kemauan rakyat dan walaupun dapat bersiasat sehingga keinginannya

sendiri dapat tercapai tetapi yang utama adalah tentang keinginan rakyat

181

A Hasjmy Op Cit hal 115

68

Selanjutnya Aristoteles menyatakan bahwa pemerintahan yang tersebut pada

hakikatnya adalah pemerintahan ldquomassardquo (gerombolan) yang mendiktekan

keinginannya secara sewenang-wenang Dan pemimpin dalam pemerintahan ini

tidak dapat memandang luas Pandangannya terbatas pada suasana daerah tidak

dapat meluas keluar daerah Serta tidak dapat melihat turun naiknya pertumbuhan

perjuangan nasional tidak dapat melihat perubahan dalam pelaksanaan tugas dan

juga tidak dapat melihat perubahan dalam perkembangan politik182

Pada hasil perjuangan dalam peristiwa berdarah ini dilalui oleh proses

untuk mencapai suatu kesepakatan Adapun langkah-langkah penyelesaian

persoalan konfrontasi antara rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beureueh dan

pemerintah pusat diawali dengan munculnya Dewan Revolusi yang diketuai oleh

A Gani Usman Dengan adanya gencatan senjata para pejuang dari masyarakat

Aceh mulai kembali pulang ke kampung untuk menjenguk keluarga serta

mengamati perkembangan kota-kota Alasan perjuangan Daud Beureueh

melakukan gencatan senjata adalah sebagai berikut

1 Pemimpin pemimpin pejuang menghindari Aceh dari kehancuran

akibat tekanan yang kuat dari pemerintah pusat dalam memberantas

perjuangan rakyat Aceh yang dianggap pemerintah sebagai suatu

pemberontakan

2 Sebagian rakyat Aceh dalam kubu Daud Beureueh telah letih berjuang

dan bosan hidup didalam hutan selama 6 tahun rentang tahun 1953-

1959

Munculnya Dewan Revolusi menandai pecahnya kaum pemberontak yang

terbagi menjadi dua kubu Antara kubu Tgk M Daud Beureueh Hasan Ali Ilyas

Leube dengan Trio Hasan Saleh Ayah Gani dan Husin Almujahid Kemelut

politik yang terjadi antar keduanya puncaknya terjadi pada tanggal 15 Maret 1959

melalui seruan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Negara Bagian Aceh (NBA)

Tentara Islam Indonesia Hasan Saleh sebagai menteri urusan perang telah

mengambil alih pimpinan NBA sipil dan militer dari tangan wali negara Daud

Beureueh Dan dalam menggantikan kabinet dibentuk lah Dewan Revolusi

182

MR S M Amin Op Cit hal 115-116

69

dibawah pimpinan A Gani Usman Beriringan dengan dibentuknya kubu

tandingan oleh Hasan Saleh kabinet Hasan Ali dibubarkan Kemudian

selanjutnya diserukan kepada rakyat umum supaya membantu Dewan Revolusi

dengan tujuan membawa rakyat Aceh ketempat yang mulia dan bahagia Seruan

itu ditandatangani oleh Tgk Amir Husin Almujahid selaku Ketua Dewan

Perwakilan Rakyat NBA (Majelis Syura)183

Pada tanggal 26 Maret 1959 keluar komnike No 2 dari Dewan Revolusi

yang dinamakan pernyataan Wali Negara NBA NII dalam pernyataan itu

dinyatakan bahwa ldquoDewan Pertimbangan diubah dengan sebutan Wali Negara184

Pokok dalam pernyataan ini adalah bahwa Dewan Revolusi NBA NII akan

meneruskan permusyawaratan dengan pemerintahan Republik Indonesia serta

menjadikan musyawarah ini sebagai prinsip bukan taktik185

Dengan keluarnya

pernyataan-pernyataan dari kedua belah pihak adalah bukti nyata bahwa di Aceh

telah terdapat dua Negara Bagian Aceh NII Yang pertama dibawah pimpinan

Daud Beureueh dan yang kedua dibawah pimpinan Hasan Saleh Selanjutnya

musyawarah dilakukan antara Dewan Revolusi dengan Pemerintah RI Pada

tanggal 23 Mei 1959 utusan pemerintah RI melalui Wakil Perdana Menteri I Mr

Hardi atau yang lebih dikenal dengan Misi Hardi yang terdiri dari 29 anggota

antara lain Menteri Negara Urusan Stabilisasi Ekonomi dan Wakil Kepala Staf

Angkatan Darat Jenderal Mayor Gatot Subroto Pada tanggal 24 Mei 1959

dilakukan pembicaraan-pembicaraan penting di segala bidang dengan KDMA dan

Gubernur atau Kepala Daerah Aceh sebagai persiapan permusyawaratan dengan

Dewan Revolusi

Pada tanggal 25 Mei 1959 musyawarah antara Misi Hardi dengan Dewan

Revolusi yang terdiri dari 25 anggota antara lain A Gani Usman (Ayah Gani)

183

El Ibrahimy Op Cit hal 165-166 184

Dalam komunike No 1 tidak ada Dewan Pertimbangan dan yang ada Dewan

Perwakilan Rakyat NBA (Majelis Syura) 185

Pengertian ldquoprinsip bukan taktikrdquo disini adalah bermusyawarah memperbincangkan

semua soal melalui diplomasi dan bukan dalam artian menyerah Dan dengan musyawarah bukan

untuk mencari menang atau kalah melainkan hasil musyawarah kelak bisa diterima disebagian

masyarakat Aceh dan pihak pemerintah RI juga menerima sebagian cita-cita kedua belah pihak

Jadi inilah yang dinamakan perdamaian adanya persatuan dan kembali bersatu sebagai hasil

musyawarah bukan merupakan penyerahan atau menyerah melainkan kewajiban masyarakat RI

untuk melanjutkan cita-cita pada revolusi 17 Agustus 1945 yang sudah menjadi kewajiban suci

umat Islam di Aceh dulu dan sampai saat ini

70

sebagai ketua Amir Husin Almujahid Hasan Saleh Husin Jusuf T M Amin T

A Hasan Ishak Amin dan A Gani Mutiara Musyawarah yang berjalan lancar

dan harmonis terlihat dari butir-butir hasil pemikiran Adapun hasil pemikiran

musyawarah antara Dewan Revolusi dan Misi Hardi adalah sebagai berikut

1 Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia tanggal 26 Mei 1959

No 1Misi1959 yang pokoknya menyatakan bahwa Daerah

Swantantra Tingkat I Aceh dapat disebut ldquoDaerah Istimewa Acehrdquo

dengan catatan bahwa kepada daerah tersebut tetap berlaku ketentuan-

ketentuan mengenai Daerah Swantantra Tingkat I seperti termuat

dalam undang-undang No 1 tahun 1957 tentang pokok-pokok

Pemerintahan Daerah begitu pula lain-lain peraturan perundangan

yang berlaku untuk Daerah Swantantra Tingkat I mengenai otonomi

yang seluas-luasnya terutama dalam keagamaan peradatan dan

pendidikan186

2 Segala aparat dari NBA NII (MiliterPolisiSipil) diterima ke dalam

pasukan yang bernama pasukan Tgk Tjhik di Tiro sebagai bagian dari

Komando Daerah Militer Aceh Iskandar Muda Sesuai dengan

pernyataan Misi Pemerintah Pusat yang bertanggal Kutaraja 26 Mei

1959

3 Pemerintah akan membantu sekuat tenaga dalam batas-batas

kemampuan negara pembangunan semesta di Aceh terutama dalam

bidang-bidang yang langsung menyentuh kepentingan rakyat jasmani

dan rohani sebagai langkah pertama untuk merealisir maksud

pemerintah tersebut Misi Pemerintah Pusat telah membawa otorisasi

sejumlah 884 juta rupiah

Dalam rangkaian tujuan-tujuan hasil dari pemikiran pada musyawarah

dengan Pemerintah Pusat melalui Misi Hardi maka Dewan Revolusi NBA NII

telah187

186

Keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959 Yang dibuat dalam menyelesaikan

persoalan di Aceh melalui musyawarah keputusan dari kedua belah pihak Pernyataan yang

diterangkan oleh Panglima KDMA 187

El Ibrahimy Op Cit hal 168-169

71

1 Menyatukan diri ke dalam Republik Indonesia untuk melanjutkan

revolusi nasional 1945 dengan berlandaskan Undang-Undang Dasar

1945 untuk mencapai kebahagiaan kamakmuran dan ketinggian

agama nusa dan bangsa

2 Melebur organisasi NBA Sipil dan Militer ke dalam tubuh Pemerintah

Republik Indonesia secara wajar188

Selain dari dalam kubu yang sudah terpecah menjadi dua pemulihan

keamanan Aceh juga dilakukan secara terus-menerus oleh pihak pemerintah pada

masa Kol M Jasin kepada pihak Daud Beureueh Melalui Kol Jasin yang datang

ke Aceh sebagai panglima KODAM I Iskandar Muda menggantikan Panglima

Sjamaun Gaharu dimana Aceh dalam suasana bergolak Tujuannya adalah

menciptakan ketenangan yang dapat dipelihara dan seruan kembali ke pangkuan

Ibu Pertiwi terhadap pihak pejuang dibawah pimpinan Daud Beureueh Dalam

mencapai tujuannya Kol Jasin menyerukan kampanye pemulihan keamanan Aceh

kesetiap daerah-daerah dan kecamatan-kecamatan di Aceh Pada pidatonya

tanggal 2 Maret 1962 Kol Jasin mengatakan bahwa ldquoia dari pihak pemerintah

pusat mengajak kepada masyarakat ramai-ramai untuk membantunya dalam

penyelesaian keamanan di Aceh yang terjadi sekitar 8 tahun yang membuat

banyak masyarakat menderita Bantuan dari masyarakat mengenai penyelesaian

keamanan Aceh merupakan tanggung jawab dari semua pihak baik dari kalangan

pemerintah pusat atau pun masyarakat di daerah Aceh Dan kemudian gerakan

kampanye menyerukan penyelesaian keamanan oleh Kol Jasin di akhiri di Aceh

Timur Langsa dan mengatakan bahwa seluruh daerah Aceh kembali menjadi

daerah yang aman dari Darulharb menjadi Darussalam189

Selanjutnya penyelesaian keamanan dilakukan oleh Kol Jasin dengan

Daud Beureueh Dimulai melaluit surat-menyurat antar keduanya pada tanggal 7

Maret 1961 Dalam surat itu Kol Jasin menyampaikan bahwa beliau oleh

atasannya telah diberi amanat bahwa pemerintah Republik Indonesia masih tetap

mengharapkan kembalinya Daud Beureueh dengan cara yang baik demi

188

Seperti tercantum dalam surat penyataan Dewan Revolusi Gerakan Revolusioner Islam

Aceh bertanggal 26 Mei 1959 189

Pidato Panglima Jasin dalam musyawarah kerukunann Rakyat Aceh pada bulan

Desember 1962

72

kebahagiaan rakyat dan daerah Aceh Pada tanggal 4 Agustus 1961 respon

dilakukan oleh Daud Beureueh melalui utusan pribadinya A R Hasjim kepada

Panglima Jasin untuk menyampaikan isi hatinya tentang apa cita-citanya kepada

beliau Dan pada tanggal 5 Agustus 1961 Kol Jasin mengirimkan surat kembali

menyatakan keharuannya atas kesediaan Daud Beureueh mengirimkan utusan

pribadinya dan menjadikan sebuah isyarat bagi penyelesaian keseluruhan

persoalan Aceh Kemudian pada tanggal 2 November 1961 pertemuan antar Kol

Jasin dan Daud Beureueh terlaksana di Langkahan Simpang Ulim daerah Aceh

Timur190

Pertemuan yang diliputi suasana ramah tamah dan persahabatan itu Daud

Beureueh menyampaikan keinginannya untuk melakukan pertemuan kepada pihak

yang lebih tinggi dengan mengutus M Hasballah Daud191

kepada Menteri

Keamanan Nasional Jendral Nasution di Jakarta Dalam rangka usaha

penyelesaian keamanan lahir dan batin di seluruh Aceh Keinginan Daud

Beureueh di setujui oleh Kol Jasin dan bersedia membantu pelaksanaannya192

Pada tanggal 21 November 1961 M Hasballah Daud yang ditemani oleh Letkol

Nyak Adam Kamil Kastaf KODAM I Iskandar Muda dan Kapten A Manan dari

Staf I diterima oleh Jendral Nasution yang didampingi oleh Letkol Barkah Pada

pertemuan antara kedua belah pihak ini menghasilkan pokok tujuan yang sama

Yaitu dengan menyambut Da‟wah Daud Beureueh itu Jendral Nasution

menyatakan bahwa apa yang terkandung dalam Da‟wah itu telah tercakup oleh

Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia No 1Misi Hardi tahun 1959

Kepada daerah Aceh selain telah dibenarkan dalam penyebutannya menjadi

Daerah Istimewa Aceh pun telah diberikan keistimewaan dalam tiga bidang yaitu

agama peradatan dan pendidikan sebagai wadah Jendral Nasution telah member

kuasa penuh kepada peperda dan pemerintah daerah Aceh untuk mengatur

190

El Ibrahimy Op Cit hal 181 191

M Hasballah Daud adalah Anak dari Tgk M Daud Beureueh Didalam Tentara Islam

Indonesia menjabat sebagai Kepala Staf 192

Dari surat Tgk M Daud Beureueh kepada Menteri Keamanan Nasional Jendral

Nasution yang dibawa oleh M Hasballah Daud berisi ketidakpuasan Daud Beureueh terhadap

Panglima KODAM I Iskandar Muda Kol Jasin Karena beranggapan bahwa Kol Jasin tidak

mempunyai wewenang yang cukup dalam memberikan suatu keputusan mengenai tuntutan yang

diajukannya Daud beureueh ingin mengemukakan langsung keinginannya itu kepada Menteri

Keamanan Nasional dengan harapan keinginannya dapat terkabul

73

pelaksanaannya Dan menghimbau agar seluruh masyarakat Aceh dan alim ulama

mengisi keputusan itu dengan membantu pelaksanaannya193

Usaha pemulihan Aceh tidak selalu berjalan dengan lancar terlihat ketika

surat Daud Beureueh yang bertanggal 16 Desember dengan segala lampirannya

yang disampaikan melalui M Hasballah Daud dan Baihaqi A K kepada Menteri

Keamanan Nasional di Jakarta Terhambat saat Kol Jasin melihat surat itu dengan

segala lampirannya Kol Jasin tidak mengizinkan mereka berangkat ke Jakarta

untuk menyampaikan surat tersebut kepada Jendral Nasution Dan ada surat tidak

resmi bertanggal 16 Desember 1961 yang maksudnya menjelaskan kepada

Jendral Nasution tentang hakikat dari pada Islam tidak saja berarti aqidah dan

ibadah akan tetapi mencakup apa yang dinamakan ldquonizhamrdquo yaitu pengaturan

hidup dan kehidupan manusia sebagai jawaban atas surat Jendral Nasution tanggal

21 November 1961 Seiring dengan tidak diizinkannya pertemuan ke Jakarta

maka berakhirlah surat-menyurat antara Daud Beureueh dan Jendral Nasution

Selain dengan Kol Jasin benturan juga terjadi dengan Hasan Ali Hasan Ali

sebagai Perdana Menteri Republik Islam Aceh berangkat keluar negeri untuk

bertemu dengan Mr S M Amin mantan Gubernur Sumatera Utara untuk

melakukan pertemuan dalam persoalan pemulihan keamanan diseluruh Indonesia

umumnya dan di Aceh khususnya194

Selanjutnya Hasan Ali menyetujui tuntutan Mr S M Amin dan isi teks

baru yang telah disetujui adalah sebagai berikut

A Mengenai umum

193

Mengenai keputusan Daerah Istimewa Aceh Daud Beureueh tidak puas dengan

keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959 (Misi Hardi) Meskipun sudah dibenarkan daerah

Aceh memakai nama ldquoDaerah Istimewa Acehrdquo akan tetapi keistimewaan yang sebenarnya tidak

ada Keistimewaan Aceh yang dimaksud keistimewaan yang bersumber dalam jiwa raga yang

sangat ldquofanaticrdquo pada agama Islam Memobilisasi keadaan dalam masyarakat adalah terutama

memelihara perasaan keagamaan ini menghindarkan segala sesuatu yang sifatnya dapat

menyinggung 194

Pertemuan antara Hasan Ali dan Mr S M Amin dilakukan di Malaya (Malaysia)

sebelum keberangkatan Amin menuju Bangkok dan Hongkong Adapun pokok-pokok persetujuan

yang telah dicapai antara Hasan Ali dan Mr S M Amin mengenai Aceh adalah sebagai berikut

1 Menyetujui hal-hal yang telah tercapai dalam persetujuan-persetujuan dengan Dewan

Revolusi

2 Mengembalikan Aceh ke dalam alam demokrasi dan mengadakan pemilihan umum

untuk DPRD DPRD ini kemudian memilih Gubernur

3 Pemimpin-pemimpin yang memberontak tidak dipindahkan dari daerah Aceh

74

1 Menyetujui pemulihan keamanan ditempuh secara integral melalui

pusat organisasi masing-masing Dalam hal ini Aceh mengambil

inisiatif ke jurusan itu

2 Mengadakan pemilihan umum secepat-cepatnya untuk

Konstituante Parlemen Presiden dan DPR-DPR Daerah atas dasar

Undang-Undang Pemilihan Umum No 7 tahun1953

3 Golongan-golongan dan perorangan yang bertentangan dengan

Pemerintah Republik Indonesia baik yang mengangkat senjata

maupun yang tidak berhak kembali dalam kegiatan politik

4 Mengadakan amnesti umum dan rehabilitasi tanpa pengecualian

B Mengenai Aceh khususnya

1 Mendukung sepenuhnya persesuaian tersebut dan memikul semua

konsekuensinya

2 Menyetujui berlaku sepenuhnya persetujuan-persetujuan yang telah

tercapai antara Pemerintah Republik Indonesia dan Dewan

Revolusi Aceh

3 Menyetujui penggantian kerugian rakyat umumnya sebagai akibat

persengketaan bersenjata di Aceh

4 Pemimpin-pemimpin yang mengadakan perlawanan bersenjata

tidak dipindahkan dari daerah dan kalau mereka menyukai

ditampung oleh Pemerintah kemana saja mereka sukai195

Rasa kekecewaan terlihat ketika Hasan Ali tidak bijaksana Terlihat dari

pertemuan yang dilakukan diluar negeri sangat memakan banyak waktu hampir

sekitar empat bulan lamanya Daud Beureueh merasa kesal dengan berlama-

lamanya Hasan Ali di luar negeri sedangkan keadaan Aceh kian hari kian

memilukan hati Daud Beureueh menganggap hal ini sebagai bentuk kesengajaan

untuk memperlama tinggalnya Hasan Ali di luar negeri sedangkan usaha-usaha

menghancurkan Republik Islam Aceh dari dalam terus dijalankan dengan segiat-

giatnya Pertemuan berikutnya dihadiri oleh Tritunggal yaitu Panglima

195

El Ibrahimy Op Cit hal 191-192

75

Gubernur dan Kepala Polisi ldquoDaerah Istimewa Aceh Kepala Staf KODAM I

Iskandar Muda Kepala Kehakiman Kepala Kejaksaan dan Kepala Mahkamah

Syariah Pokok laporan Daud Beureueh dan stafnya serta pasukan Ilyas Leube

akan bersedia ke pangkuan Ibu Pertiwi dengan syarat bahwa Daerah Istimewa

Aceh dilaksanakan unsur-unsur Syari‟at Islam dalam batas-batas yang

dimungkinkan perundang-undangan negara Kemudian setelah mendengar

keinginan Daud Beuereueh Kol Jasin mengatakan bahwa akan mempertaruhkan

jabatannya untuk menyetujui keinginan Daud Beuereueh dengan mengeluarkan

suatu keputusan PEPERDA

Dan pada tanggal 21 Mei 1962 di Banda Aceh di adakanlah kenduri besar

sebagai tanda bersyukur kepada Tuhan dan sebagai manifestasi kegembiraan atas

pulihnya keamanan di seluruh Aceh dan terciptanya perdamaian yang sudah

sekian lama dinanti-nantikan baik oleh pemerintah maupun oleh rakyat

Tercapainya persetujuan mengenai penyelesaian keamanan yang terakhir antara

Kol Jasin dan Daud Beureueh tidak hanya menimbulkan kelegaan dan

kegembiraan di kalangan rakyat akan tetapi juga berdampak di kalangan staf

Daud Beureueh seperti juga dikalangan staf KODAM I Iskandar Muda Dengan

pulihnya keamanan secara menyeluruh seluruh kekuatan baik pemerintah

maupun rakyat dapat dikerahkan untuk melaksanakan pembangunan daerah Aceh

yang memiliki banyak potensi ekonomi yang sangat bermanfaat baik untuk

kemajuan daerah Aceh atau pun untuk kemajuan negara196

Pertentangan diantara kaum republik Daud Beureueh melalui DITII

dengan pemerintah pusat telah menimbulkan ketegangan antara rakyat yang

memperjuangkan DITII Aceh dengan Jakarta Ini membuat usaha damai yang

hendak dicapai dan dilaksanakan dengan cara keras berupa tekanan oleh TNI di

satu pihak di samping pemberian amnesti dan abolisi197

kepada anggota DITII di

pihak lainnya Dengan menggunakan kedua cara ini secara tidak langsung telah

mendorong beberapa tokoh DITII Aceh termasuk Hasal Ali selaku Perdana

196

El Ibrahimy Op Cit hal 216 197

Amnesti adalah pengampunan atau penghapusan hukuman yang diberikan kepala

negara kepada seseorang atau sekelompok orang yang telah melakukan tindak pidana tertentu

Sedangkan abolisi adalah peniadaan peristiwa pidana dengan cara menghapuskan membatalkan

atau mengakhiri

76

Menteri DITII Aceh Mereka mengubah pendapat bahwa tidak ada manfaatnya

lagi untuk melanjutkan permusuhan dengan Jakarta sebaliknya sudah tiba

masanya untuk meletakkan senjata dan kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi198

Hal

ini membuktikan bahwa teori mengenai konflik menurut MR S M Amin adalah

benar tentang perubahan sifat pada koflik yang terjadi antara rakyat Aceh dan

pemerintah dari awalnya bersifat revolusioner menjadi evolutioner

Dari pemaparan di atas jelas sikap Daud Beureueh menentang atau tidak

pro feodal Pada masa perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh Mr S M

Amin menerangkan bahwa terjadi revolusi nasional dan revolusi sosial Revolusi

sosial adalah revolusi terhadap pengkhianat Cumbok Peristiwa Cumbok199

atau

perang saudara adalah konflik antara uleebalang yang bekerjasama mengatur

sistem pemerintahan bersama Belanda dengan ulama yang mempunyai prinsip

anti penjajahan Sedangkan revolusi nasional adalah revolusi untuk menanamkan

nilai-nilai keIslaman yang terdapat pada ideologi di seluruh Indonesia khususnya

Aceh sebagai usaha mewujudkan cita-cita keinginan bersama200

Jika dikaji lebih mendalam mengenai konflik yang terjadi peristiwa

berdarah ini merupakan akibat dari konflik vertikal Konflik itu sendiri adalah

pertentangan yang mempunyai hubungan erat dengan proses integrasi Hubungan

ini disebabkan karena proses integrasi adalah sekaligus suatu proses disorganisasi

dan disintegrasi Makin tinggi konflik atau pertentangan intra-kelompok makin

besar gaya sentripentalnya Artinya saling mempengaruhi satu sama lain makin

besar permusuhan terhadap kelompok luar makin besar integrasi Konflik tidak

selalu mengandung makna yang disfungsional Konflik justru dapat menjadi

198

Makna kata Ibu Pertiwi adalah sama dengan tanah air yang berarti Republik Indonesia 199

Berbeda pendapat dengan Mr S M Amin menurut M Nur El Ibrahimy revolusi

terhadap uleebalang di Aceh dibagi dalam dua tahap Revolusi tahap pertama yang dilancarkan

terhadap uleebalang yang termasuk dalam golongan Cumbok yang oleh pemerintah T Nyak Arif

sampai Panglima Polem Mohd Ali dianggap pengkhianat dan musuh Negara Republik Indonesia

Dan revolusi tahap kedua yang dilancarkan oleh Tentara Perjuangan Rakyat (TPR) dibawah

pimpinan Tgk Husin Almujahid pada bulan Maret 1946 terhadap uleebalang yang tidak termasuk

golongan Cumbok sebagai upaya untuk menggantikan sistem pemerintahan feodal dengan sistem

pemerintahan yang demokratis adalah revolusi sosial Dan dikatakan juga revolusi tahap kedua

adalah tanggung jawab Daud Beureueh terkait dengan pergerakan organisasinya PUSA Dan pada

akhir pergerakan revolusi tahap kedua Almujahid lepas dari segala ekses yang terjadi selama

gerakan TPR merupakan salah seorang tokoh yang berjasa meruntuhkan sistem feodal yang telah

berurat berakar berabad-abad dalam masyarakat Aceh 200

El Ibrahimy OpCit hal 114

77

sesuatu yang fungsional Selain itu konflik juga dapat berfungsi sebagai

stabilisator sistem sosial dalam meredakan ketegangan antara pihak-pihak yang

bertikai201

Dalam peristiwa berdarah ini tidak berjalan dengan tenang dan damai

melainkan dengan jalan kekerasan dan konflik antara Darul Islam Tentara Islam

Indonesia Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereueh dengan pemerintah pusat

Keamanan di Aceh yang belum terkendali membuat pemerintah mengirimkan

bantuan militer terhadap pamong praja untuk mematahkan perjuangan atau

pemberontakan yang dilakukan oleh Daud Beureueh Sikap Daud Beureueh

dianggap tidak mau mengindahkan pertimbangan politis yang selaras pada

pendirian pemerintah pusat yaitu mengenai dasar negara202

Dalam kaitannya dengan konflik yang terjadi antara Darul Islam dan

pemerintah pusat ini merupakan jenis konflik yang bersifat destruktif Yakni

konflik yang dipicu oleh rasa kebencian kekecewaan yang tumbuh dan tertanam

didalam diri mereka masing-masing Dari kaca mata politik konflik destruktif ini

tumbuh karena fanatisme para pendukung di suatu kelompok grup ataupun

organisasi Erat kaitannya dengan kajian ini tentang fanatisme masyarakat Aceh

yang mendukung cita-cita dan keinginan bersama yaitu mendirikan Negara Islam

Indonesia Akibatnya dari konflik destruktif berupa benturan-benturan fisik yang

membawa kerugian jiwa atau harta Banyak korban yang berjatuhan pada

peristiwa berdarah ini Ada tiga cara untuk mencegah terjadinya konflik

1 Menggunakan asas ldquotepo selirordquo apabila tidak mau disakiti orang lain

jangan pula menyakiti orang lain

2 Bersikap demokratis menghargai pluralisme pendapat paham dan

suku yang beragama dalam masyarakat

3 Mempunyai sikap toleransi terhadap agama yang berbeda tanpa kita

harus keluar dari akidah agama kita masing-masing

201

Ulfah Fajarini Konflik dan Integrasi Potret Keagamaan Masyarakat Sawangan

Artikel surat kabar majalah Al-Turas Vol 11 No 3 September 2006 202

_______ Tentang Soal Memulihkan Keamanan di Aceh artikel surat kabar majalah

WAKTU No23 tahun 1955

78

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Ketika Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17

Agustus 1945 rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereuh dan ulama-ulama

lainnya bergerak dan berjuang mempertahankan proklamasi kemerdekaan Aceh

awal perjuangan kemerdekaan Indonesia secara de facto merupakan bagian dari

provinsi Sumatera dengan kebijakan undang-undang sementara tahun 1945 yang

membagi wilayah Indonesia dalam 10 provinsi Perjuangan Daud Beureueh

menegakan syariat Islam di Aceh terjadi pada masa Era Orde Lama Pertentangan

politik dengan pemeritah pusat terjadi setelah Aceh digabungkan kembali menjadi

bagian atau bdquoresiden‟ Sumatra Utara setelah sebelumnya menjadi provinsi yang

terpisah dengan provinsi Sumatra Utara

Tidak hanya itu alasan pada 21 September 1953 di Aceh meletus suatu

peristiwa berdarah yang merupakan tragedi bagi rakyat Tanah Rencong adalah

karena rakyat Aceh merasa sangat kecewa geram marah akibat dari janji-janji

pemerintah disaat rakyat Aceh bersatu padu mengeluarkan semangat gelora

mempertahankan kedaulatan NKRI dengan seluruh jiwa raga dan harta bendanya

sebagai bukti kesetiaannya pada Republik Indonesia Selain persoalan ideologi

keagamaan pemberontakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia DITII Aceh

adalah bentuk perlawanan terhadap pengaruh pemerintahan pusat yang kian

merasuk Dimana isu-isu palsu yang disebarkan pemerintah mengenai pengadaan

senjata gelap oleh tokoh-tokoh pejuang Aceh tidak benar adanya Hal itu yang

menjadi puncak kemarahan dan rakyat Aceh dibawah pimpinan Tgk M Daud

Beureueh menagambil sikap melawan

Pada masanya perjuangan Daud Beureueh memiliki rentan waktu yang

lama Mulai dari masa kolonial Belanda masa kedudukan Jepang masa pra dan

pasca kemerdekaan dan masa revolusi Pembentukan Negara Islam yang

merupakan cita-cita impian Daud Beureueh terilhami dari perjuangan DI TII

pimpinan Imam Soekarmadji Maridjan Kartosuwiryo Dan juga menjalin

79

kerjasama dengan PRRIPERMESTA dalam mencapai tujuan bersama untuk

menghancurkan regime Soekarno dan mendirikan Negara Islam Indonesia

Pada tahapan kesadaran sosial tersebut perkembangan Islam di Indonesia

terbagi menjadi tiga zaman zaman mitos zaman ideologi dan zaman

pengetahuan atau ilmu Dalam kaitannya dengan Aceh perjuangan menegakan

syariat Islam muncul ketika zaman ideologi Pada perjuangan yang dipimpin

Daud Beureueh ini penulis membagi menjadi dua motif dilakukannya

pemberontakan yaitu Islam dan Politik Dan konflik yang terjadi ini menimbulkan

pertentangan antara masyarakat Aceh dengan pemerintah prasangka sebab

dugaan merupakan sikap bermusuhan yang terjadi antar kelompok yang

satuterhadap kelompok lainnya yang didasari pada ciri yang tidak menyenangkan

Pada perjuangannya ini yang terjadi di Era Orde Lama menurut teori Banton

mengenai prasangka ini merupakan teori frustasi-agresi (frustration-aggression

theory)

Selanjutnya analisa penulis terkait langkah-langkah Daud Beureueh dalam

mewujudkan apa yang di cita-citakannya adalah terinspirasi dari perjuangan

dakwah yang ditempuh oleh Rasulullah SAW yaitu melalui tahap pembinaan dan

pengkaderan tahap interaksi dan perjuangan dan tahap penerimaan kekuasaan

dalam membentuk DITII Aceh Walaupun pada kenyataannya pemberontakan

tidak terjadi begitu saja melainkan melalui 3 tahapan yaitu tahap sabar tahap

benci (djidjik) dan tahap melawan Sedangkan menurut Wakil Presiden Jusuf

Kalla dalam wawancaranya pada harian KOMPAS Rabu 10 Desember 2014

Pukul 1801 WIB di Jakarta terkait motif yang terjadi pada konflik di Aceh

mengatakan bahwa ldquopemberontakan DI TII bukan terjadi karena adanya konflik

antar agama Untuk kasus Aceh ia menilai hal itu terjadi karena hak-hak ekonomi

warga tidak terpenuhi Masalah Aceh itu bukan masalah syariah Orang berfikir

Aceh mau menjalankan syariah Islam tidak Siapa bilang kita membicarakan

Islam Kita berbicara kenapa ekonomi Aceh rendah padahal alamnya kayardquo

Dalam kacamata penulis konflik yang terjadi antara Darul Islam Tentara

Islam Indonesia (DI TII) dengan pemerintah adalah konflik politik yang

memperebutkan pengaruh dimasyarakat dalam mencapai tujuannya masing-

masing Perebutan kekuasaan yang berdasar pada ideologi yang berbeda satu

80

sama lain itu memunculkan berbagai aspek sumber kekuasaan Sumber kekuasaan

berupa kekayaan dan kepercayaan atau agama Adapun langkah-langkah

penyelesaian persoalan konfrontasi politik antara rakyat Aceh dibawah pimpinan

Daud Beureueh dan pemerintah pusat diawali dengan munculnya Dewan

Revolusi yang diketuai oleh A Gani Usman dan dengan dilakukannya gencatan

senjata Dan upaya penyelesaian akhir melalui musyawarah antar kedua belah

pihak yang bertikai

B Saran-saran

Pertama Dari pemaparan penulis kita bisa melihat bagaimana perjuangan

revolusioner seorang tokoh ulama di Aceh dalam memperjuangkan dan

mewujudkan cita-cita yang menjadi keinginan terpendam umat Islam demi

kemajuan bangsa dan agama Hal ini diharapkan memberikan kita pelajaran yang

sangat berarti sebagai umat Islam terkait perjuangan bahwa kita sedang

mengemban tugas berat dan sedang berjuang mempertahankan identitas

keIslaman kita melalui syariat-syariat dan hukum Islam yang harus diterapkan

dalam kehidupan bermasyarakat Ini bukan suatu hal yang mudah terlebih lagi

dengan perkembangan zaman yang maju dan modern serta merasuknya pengaruh

dari luar Islam harus kita lihat sebagai sebuah tantangan zaman Dan sikap

perjuangan Daud Beureueh patut kita contoh dalam menjadikan kita sebagai umat

Islam yang kuat teguh percaya dan antusias dalam mengkaji lebih dalam

mengenai ilmu yang berlandaskan Islam

Kedua Sebagai umat Islam harus menguatkan keimanan kita Dilihat dari

apa yang diperjuangkan kita juga harus percaya bahwa Islam telah memberikan

solusi bagi masalah dikehidupan kita baik melalui syariat-syariat dan hukumnya

Dengan peraturan-peraturan dan ketentuan yang berdasar pada Islam diharapkan

menjadikan kita sebagai umat Islam yang teguh beriman cinta damai serta saling

menjaga dan menghormati antar sesame umat beragama lainnya Dan tidak

terpengaruh peraturan atau pun ketentuan di luar nilai-nilai yang terkandung

dalam Islam

81

Ketiga Kajian ini ditunjukan kepada para pemimpin tokoh masyarakat

dan orang-orang berpengaruh lainnya dengan melihat sosok Daud Beureueh

diharapkan bisa lebih menambah rasa antusias dan memotivasi diri dalam

menyebarkan dan melaksanakan nilai-nilai keIslaman di masyarakat Serta

menjadi sosok yang kharismatik seperti yang ditujukan oleh Daud Beureueh yang

mencerahkan hati dan pikiran umat Islam terkait peranannya Semoga para

pemimpin dan orang-orang berpengaruh saat ini menyadari bahwa peran mereka

sangat penting dalam menanamkan dasar-dasar Islam di kehidupan masyarakat

Dan kita sebagai umat Islam patut menjaga dan mempertahankan hal tersebut

Keempat sebagai sebuah pelajaran yang berharga saat pengkuburan

sejarah terjadi pada peristiwa berdarah atau yang lebih dikenal dengan

pemberontakan Tgk M Daud Beureueh dengan mengesampingkan alasan kenapa

bisa terjadi pemberontakan Merupakan sesuatu yang sangat memilukan apabila

kita mengetahui hal ini Serta membongkar tipu daya pemerintah saat itu yang rela

melakukan apa saja demi mewujudkan keinginannya tanpa memikirkan

perjuangan pengorbanan gelora semangat kemerdekaan yang berjuang dengan

seluruh jiwa raga dan harta berharga demi mempertahankan kedaulatan Republik

Indonesia

82

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Primer

Artikel MajalahSurat Kabar

Pembantu-Chas ldquoWakturdquo di Djakarta ldquoKabinet dan Atjehrdquo Waktu No44

ldquoTentang Soal Memulihkan Keamanan di Atjehrdquo Tahun 1955

Buku

Jakobi A K1992 Aceh Daerah Modal Jakarta Yayasan Seulawah RI-001

El Ibrahimy M Nur 1982 Tgk M Daud Beureueh Perananya dalam

Pergolakan di Aceh Jakarta Gunung Agung

Hasjmy A 1997 Ulama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan

Pembangunan Tamadun Bangsa Jakarta PT Bulan Bintang

Amin MR S M 2014 Memahami Sejarah Konflik Aceh Jakarta Yayasan

Pustaka Obor Indonesia

Sumber Sekunder

Artikel MajalahSurat Kabar

Abdullah TaufikldquoKarena Keterkaitan Ideologisrdquo Panji Masyarakat No419

Jurnal

Danial Analisis Jurnal Studi KeIslaman Volume XII Nomor 1 Juni 2012

ldquoSyariat Islam dan Pluralitas Sosial Studi Tentang Minoritas Non-

Muslim dalam Qanun Syariat Islam di Acehrdquo Lampung IAIN Raden

Intan Lampung

Ahwan Fanani Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoOtoritas Dalam Hukum Islam Antara Transformasi

83

Ahwan Fanani Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoOtoritas Dalam Hukum Islam Antara Transformasi

dan Krisis Dalam Sistem Negara Modernrdquo Ponorogo Jurusan Syari‟ah

STAIN Ponorogo

Shohibul Itmam Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoTransformasi Hukum Islam Menuju Hukum Positif

Dalam Konteks KeIndonesiaanrdquo Ponorogo Jurusan Syari‟ah STAIN

Ponorogo

Ensiklopedia

Nasution Harun dkk 1992 Ensiklopedi Islam Indonesia Jakarta Djambatan

Glasse Cyril 1999 Ensiklopedi Islam Ringkas Jakarta PT Raja Grafindo

Persada

Abdullah Taufik 2002 Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jakarta Ichtiar Baru

van Hoeve

Buku

Ibrahim Muhammad 1978 Sejarah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh

Banda Aceh Depdikbud

Talsya T A 1990 Modal Perjuangan Kemerdekaa Perjuangan Kemerdekaan di

Aceh Banda Aceh Lembaga Sejarah Aceh

Sani Usman Abdullah 2010 Krisis Legimitasi Politik Dalam Sejarah

Pemerintahan Di Aceh Jakarta Kementrian Agama RI Badan Litbang

dan Diklat Puslitbang Lektur Keagamaan

Reid Anthony 2011 Menuju Sejarah Sumatra Antara Indonesia dan Dunia

Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Ricklefs M C 2008 Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 Jakarta PT Serambi

Ilmu Semesta

84

Reid Anthony 1987 Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di

Sumatra Jakarta Pustaka Sinar Harapan

Hasjmy A 1985 Semangat Merdeka 70 Tahun Menempuh Jalan Pergolakan amp

Perjuangan Jakarta PT Bulan Bintang

Madjid M Dien 2014 Catatan Pinggir Sejarah Aceh Perdagangan Diplomasi

dan Perjuangan Rakyat Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Hasjmy A 1978 Bunga Rampai Revolusi Dari Tanah Aceh Jakarta PT Bulan

Bintang

Sjamsuddin Nazaruddin 1990 Pemberontakan Kaum Republik Kasus Darul

Islam Aceh Jakarta Pustaka Utama Grafiti

AbdullahTaufik Siddique Sharon 1988 Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia

Tenggara Jakarta LP3ES

Adan Hasanuddin Yusuf 2003 Tamaddun amp Sejarah Etnografi Kekerasan di

Aceh Yogyakarta Prismasophie Press

M Lapidus Ira 1999 Sejarah Sosial Ummat Islam Jakarta PT Raja Grafindo

Persada

Budiardjo Miriam 2008 Dasar-Dasar Ilmu Politik Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama

Kuntowijoyo 1985 Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia Yogyakarta

Shalahuddin Press

Kuntowijoyo 1995 Pengantar Ilmu Sejarah Yogyakarta Yayasan Bentang

Budaya

Gottschalk Louis 2006 Mengerti Sejarah Jakarta UI Press

Tuwu Alimuddin 1993 Pengantar Metode Penelitian Jakarta UI Press

Abdurahman Dudung 1999 Metode Penelitian Sejarah Jakarta Logos

85

Kartodirdjo Sartono 1992 Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah

Jakarta PT Gramedia

Emalia Imas 2006 Historiografi Indonesia Jakarta UIN Jakarta Press

Sunarto Kamanto 2004 Pengantar Sosiologi Jakarta Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Website

httpwwwjakartagoid

httpmelayuonlinecom

httpkebudayaankemdikbudgoid

httpkbbiwebid

httpmkompasianacom

httpnewsokezonecom

httpsoalacehtumblrcom

86

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I

Tokoh Teungku Muhammad Daud Beureueh

87

Lampiran II

Gambaran Keadaan Aceh Awal Perkembangan Islam

88

Lampiran

III

Wilayah Uleebalang Aceh Pada Tahun 1930-an

89

Lampiran IV

90

Lampiran V

Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo Dalam Rapat Dewan Pertahanan

Daerah yang berlangsung tanggal 20 Maret 1949 membicarakan masalah surat

undangan Wali Negara Sumatera Timur Dr Tengku Mansur

91

Lampiran VI

Staf Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo

92

Lampiran VII

Surat selebaran pada Peristiwa Berdarah di Aceh

93

Lampiran VIII

KEPUTUSAN PERDANA MENTERI

REPUBLIK INDONESIA

No 1Missi1959

PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA

Berkehendak mengambil langkah kebidjaksanaan untuk lebih

mendjamin penjempurnaan dan pembangunan dalam

daerah swatantra tingkat ke I Atjeh

Menimbang bahwa untuk maksud tersebut dipandang perlu

membenarkan sebutan ldquoDaerah Istimewa Atjehrdquo kepada

Daerah Swatantra Tingkat ke I Atjeh sebagai stimulans

untuk mengadjukan otonomi seluasnja dalam rangka

pelaksanaan Undang-Undang No 11957 tentang pokok-

pokok Pemerintahan Daerah

Memperhatikan pertimbangan Komandan Komando Daerah Militer Atjeh

dan Gubernur Kepala Daerah Swatantra Tingkat ke I

Atjeh

Mengingat kuasa jang telah diberikan oleh Dewan Menteri dalam

sidangnja ke-159 pada tanggal 31 Djanuari 1959

Keputusan Perdana Menteri RI No 196PM1959 tanggal

19 Mei 1959

MEMUTUSKAN

Pasal I Daerah Swatantra Tk Ke I Atjeh dapat disebut

ldquoDaerah Istimewa Atjehrdquo dengan djatatan bahwa kepada

daerah itu tetap berlaku ketentuan-ketentuan mengenai

daerah swatantra Tk Ke I seperti termuat dalam Undang-

94

Undang No 1 tahun 1957 tentang Pokok-pokok

Pemerintahan Daerah begitu pula lain-lain peraturan

perundangan jang berlaku untuk Daerah Swatantra tingkat

ke I mengenai otonomi jang seluas-luasnja terutama dalam

lapangan keagamaan peradatan dan pendidikan

Pasal II Keputusan ini mulai berlaku tanggal 26 Mei 1959

sampai ada ketentuan lain

Pasal III Memberikan instruksi kepada segenap Kementerian

Djawatan dan Dinas jang bersangkutan agar memberikan

bantuan seperlunja kepada Daerah swatantra tingkat ke I

Atjeh (Daerah Istimewa Atjeh) dalam pertumbuhan

otonomi jang seluasnja

Wk Perdana Menteri IKetua

Missi Pemerintah ke Atjeh

dto

= Mr Hardi =

Turunan dikirimkan kepada

1 Semua Menteri

2 KDMA

3 Gubernur Kepala Daerah Swatantra tk Ke I

Atjeh (Daerah Istimewa Atjeh)

4 Dan lain-lain instansi jang bersangkutan

95

Lampiran IX

96

Lampiran X

97

Lampiran XI

Page 9: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Aceh sebuah kesultanan muslim di Sumatera Islam secara khas

menunjukan nuansa esoterisme pemikiran Ibn ‟Arabi1 Fenomena Aceh yang

berawal dari sebuah kerajaan berdaulat hingga menjadi salah satu bagian dari

Indonesia senantiasa berada dalam situasi kritis yang berkesinambungan

Berbagai krisis muncul seperti krisis politik yaitu pertikaian pendapat dan

pandangan di antara pemerintah pusat dan Aceh yang berkisar pada permasalahan

kekecewaan penindasan dan ketidaktulusan pusat dalam menjalankan sistem

pemerintahan di Aceh2 Sejak indonesia merdeka pada tahun 1945 Aceh telah

bergelimang dalam berbagai konflik diantarnya persoalan perang saudara seperti

perang Cumbok tahun 1946-1947 yang terjadi antara kaum Uleebalang dengan

kaum ulama yang bergabung dalam Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA)3 Jika

dilihat dari berbagai persoalan yang terjadi untuk kasus di Aceh penulis

berpendapat ini merupakan suatu perjuangan yang terjadi dibawah pimpinan Daud

Beureueh karena pada saat itu melalui PUSA Daud Beureueh menginginkan

proklamasi dimaknai secara nyata di Aceh Dimana tujuan perjuangan Daud

Beureueh adalah menegakan syariat Islam di tanah rencong dan menanamkan

sikap anti penjajahan4

Perjuangan rakyat Aceh tidak berhenti begitu saja pasca kemerdekaan

Republik Indonesia Belanda melakukan agresi bersenjata untuk kembali

1Harun Nasution dkk Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta Djambatan 1992) hal52-

57 2Abdulah Sani Usman Krisis Legitimasi Politik dalam Sejarah pemerintahan di Aceh

(Jakarta Badan Litbang dan diklat kementrian Agama RI 2010) hal1 3Persatuan ulama seluruh Aceh PUSA terbentuk pada tahun 1939 Didirikan oleh Tgk M

Daud Beureueh yang bertujuan untuk menghapuskan eksistensi hulu balang dan berfungsi untuk

mengatur tonggak pemerintahan di Aceh dengan berlandaskan syariat Islam Lihat MNur El

Ibrahimy Tgk M Daud Beureueh Peranannya dalam Pergolakan di Aceh (Jakarta Gunung

Agung 1982) hal72-77 4Perlu untuk diketahui bahwa tidak semua kaum Uleebalang bersikap sama dengan kaum

uleebalang yang terdapat di Pidie sebagai pemicu gerakan PUSA tetapi banyak kaum uleebalang

lainnya di Aceh berasal dari kaum ulama dan intelektual

2

menduduki seluruh kepulauan Indonesia Dalam usahanya menjajah Indonesia

Belanda menyiarkan berita-berita melalui surat kabar radio bahwa kedatangannya

bukan untuk menjajah Indonesia melainkan untuk menjaga keamanan yang

diakibatkan oleh perang Dunia II Selain melalui propaganda Belanda juga

melakukan dua agresi militer bersenjata yaitu agresi pertama tahun 1947 dan

agresi kedua tahun 1948 Akibat serangan itu hampir seluruh wilayah Indonesia

berhasil ditaklukan Dan daerah yang belum dikuasai satu-satunya adalah Aceh

beberapa kali Belanda berusaha menghancurkan perlawanan rakyat Indonesia di

daerah Aceh selalu digagalkan Baik darat udara atau pun laut percobaan

serangan Belanda dapat digagalkan dan Aceh berhasil mempertahankan

kedaulatan kemerdekaan Republik Indonesia Dan menjadikan Aceh sebagai

daerah modal5

Aceh dijuluki sebagai daerah modal selain karena kegigihan dari kekuatan

rakyat Aceh mempertahankan Republik Indonesia juga karena terdapat alat

komunikasi seperti pers dan radio Dengan adanya alat komunikasi tersebut

mempermudah hubungan antara pemerintah daerah-daerah lain antara pemerintah

Aceh dengan pemerintah pusat Melalui media ini dapat menyampaikan berita

secara praktis dan membangkitkan gelora semangat rakyat Aceh dalam

mempertahankan kedaulatan RI hingga titik darah penghabisan6 Peranan pers dan

radio di bidang ekonomi juga terlihat dari siaran tentang kebutuhan para pejuang

agar masyarakat dapat membantunya dalam bentuk makanan pikiran dan

persediaan perlengkapan lainnya Dan bantuan ekonomi lainnya adalah

pengumpulan dana sumbangan untuk membeli pesawat yang sangat dibutuhkan

untuk kelancaran perjuangan Pesawat yang dibeli berkat terkumpulnya

sumbangan masyarakat Aceh yang kemudian oleh Soekarno diberi nama

ldquoSeulawah RI-001rdquo Peran Aceh semakin penting ketika Teungku Muhammad

Daud Beureueh diangkat menjadi Gubernur militer Aceh Langkat dan Tanah

Karo yang berhasil menyatukan pasukan Aceh dari TRI laskar Aceh berbagai

divisi dan tentara pelajar Semakin banyak yang datang ke Medan Area maka

5A K Jakobi Aceh Daerah Modal (Jakarta Yayasan Seulawah RI-001 1992) hal219

6SM Amin Kenangan-kenangan di Masa Lampau (Jakarta Pradnya Paramita 1978)

hal103

3

dibentuk suatu badan koordinasi yang disebut RIMA (Resimen Istimewa Medan

Area)7 Satu-satunya front yang tidak mampu ditaklukan Belanda pada agresi

militer kedua adalah sektor barat atau utara front Medan Area yang dipertahankan

oleh RIMA pasukan dari Aceh

Ketika dalam keadaan krisis saat ibukota RI di Yogyakarta diduduki

Belanda Pemerintah pusat dipindahkan ke Bukit Tinggi dan membentuk

Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) Dengan agresi militer Belanda

yang kedua dapat dikatakan seluruh Sumatera telah berada dibawah kekuasaan

Belanda Satu-satunya daerah yang masih utuh belum dimasuki Belanda adalah

Daerah Aceh Hal ini menjadi faktor utama Aceh sebagai daerah modal

mempertahankan kedaulatan RI Aceh sebagai garis pertahanan RI terakhir

mempunyai peran yang sangat amat penting dimana ketika negara boneka yang

didirikan oleh Belanda sudah mengepung RI Pada saat itu Aceh menjadi penting

sebagai alternatif satu-satunya yang menentukan cita-cita bangsa dan negara RI

Dan ketika itu Presiden Soekarno memohon meminta bantuan kepada Gubernur

militer Aceh Langkat dan Tanah Karo Daud Beureueh untuk bersedia turut

mengambil bagian dalam perjuangan bersenjata yang tengah berkobar untuk

mempertahankan kemerdekaan Saat itu Soekarno memanggil Daud Beureueh

dengan sebutan kakak Selain meminta rakyat Aceh turut serta dalam perjuangan

Soekarno juga meminta bantuan untuk membeli sebuah pesawat dari sumbangan

masyarakat Aceh yang secara ikhlas dan tulus memberi sumbangan yang sangat

berharga untuk bangsa yang sedang berjuang sebagai tanda kesetiaan rakyat Aceh

pada NKRI

Hampir seluruh wilayah RI telah diduduki oleh Belanda tetapi Aceh tak

sedikit pun mundur menyerahkan daerahnya ke tangan penjajah Bahkan ketika

Indonesia sampai diujung tanduk melalui lidah manis Soekarno lebih dahulu

meminta bantuan kepada Aceh untuk membantu mempertahankan kemerdekaan

RI Tapi sama halnya seperti Belanda manis di bibir tak sama seperti kenyataan

yang ada Aceh dikhianati dengan digabungkannya provinsi Aceh dibawah

provinsi Sumatera Utara Aceh yang dipimpin oleh Daud Beureueh saat itu

7Muhammad Ibrahim Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Banda Aceh

Depdikbud 1978) hal210

4

terpedaya oleh tangisan Soekarno yang berjanji akan memberikan hak

menerapkan Syariat Islam di bumi Aceh jika Aceh mau bergabung membantu

memperjuangkan mempertahankan kedaulatan kemerdekaan Republik Indonesia

Pertentangan politik dengan pemerintah pusat yang terjadi setelah Aceh

digabungkan kembali menjadi bagian atau bdquoresiden‟ Sumatra Utara setelah

sebelumnya menjadi provinsi yang terpisah dengan provinsi Sumatra Utara Hal

ini membawa kepada suatu keadaan yang meresahkan akibat adanya tarik menarik

antara Aceh dan pemerintah pusat atau dengan kata lain pemerintah pusat tidak

mengakui pembentukan provinsi Aceh yang terpisah sehingga terjadi tumpang-

tindih kebijakan yang membawa kepada krisis kekuasaan8 Terkait teori kesadaran

sejarah Kuntowijoyo hal ini dapat memberikan tantangan kritik pendapat serta

sikap dalam pertentangan antara rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beureueh

dengan pemerintah pusat

Aceh ketika awal perjuangan kemerdekaan Indonesia secara de facto

merupakan bagian dari provinsi Sumatera dengan kebijakan undang-undang

sementara tahun 1945 yang membagi wilayah Indonesia dalam 10 provinsi

Setelah Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17

Agustus 19459 rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereuh dan ulama-ulama

lainnya bergerak dan berjuang mempertahankan proklamasi kemerdekaan10

Daud

Beureueh orang kuat Aceh dan benteng Republik dalam revolusi menolak untuk

menerima suatu pekerjaan di Jakarta dan tetap bermukim di Aceh sambil

memperhatikan perkembangan Pada saat itu revolusi kemerdekaan Indonesia tak

luput dari pengamatan Daud Beureueh Dia mengamati dengan tenang dan hati

hati setiap perkembangan yang terjadi Dan selama tokoh-tokoh Masyumi

memegang kedudukan yang penting dalam kabinet dia tidak melakukan tindakan

apapun akan tetapi pada bulan mei 1953 ditemukan bukti bahwa dia telah

menjalin hubungan dengan Kartosuwirjo dari Darul Islam Gerakan Darul Islam

bagaimanapun merupakan bagian dari akibat sampingan proses sosial politik yang

8Ibid hal177-178

9 17 Agustus 1945 atau 9 Ramadhan 1364 Hijriah

10 A Hajsimy Ulama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan Pembangunan Tamadun

Bangsa (Jakarta Bulan Bintang 1997) hal109

5

terjadi pasca kemerdekaan11

Ketika masa kabinet Ali terbentuk tersebar desas-

desus bahwa pemerintah pusat melalui kabinet bermaksud menangkapi orang-

orang terkemuka Aceh Berita tersebut kemudian sampai di telinga Daud

Beureueh bahwa ia dan sejumlah kawan-kawannya akan ditangkap oleh tentara

dengan alasan menyimpan senjata gelap12

Daud Beureueh menyatakan bahwa ia

tidak berkeberatan bila ditangkap dan dibunuh akan tetapi jangan dengan alasan

yang dibuat-buat dan jangan mengelabui mata rakyat Selanjutnya Daud Beureueh

menyatakan dalam suratnya bahwa dalam menghadapi tindakan sewenang-

wenang pihak tentara rakyat akan melalui tiga tahap tahap sabar tahap benci dan

tahap melawan Sekarang rakyat sudah sampai kepada tahap kedua Maka oleh

karena itu beliau mengharapkan kebijaksanaan Presiden Soekarno kiranya hal-hal

yang tidak diinginkan dapat dihindari13

Aceh memang pada akhirnya memberontak melalui gerakan DITII Aceh

Pada 21 September 1953 di Aceh meletus suatu peristiwa berdarah yang

merupakan tragedi bagi rakyat Tanah Rencong Ini merupakan awal perjuangan

dalam menegakan syariat Islam14

Daud Beureueh mengumumkan bahwa di Aceh

yang kini merupakan bagian dari Darul Islam tidak ada lagi pemerintahan

Pancasila Selain persoalan ideologi keagamaan pemberontakan Darul Islam

adalah bentuk perlawanan terhadap pengaruh pemerintahan pusat yang kian

merasuk Pemerintah merespon cepat tindakan yang dianggap sebagai

pemberontakan tersebut Ali Sastroamidjojo mengirimkan pasukan-pasukan untuk

menghalau kaum perjuangan dari kota-kota yang penting15

Dalam usahanya

memulihkan keamanan di Aceh Ali Sastroamidjojo memilih tindakan kekerasan16

Usahanya tidak langsung berbuahkan hasil tetapi melalui beberapa proses Daud

Beureueh yang mundur dari Batee ke Lapang kira-kira sebelah utara Sampoi Niet

Lhok Sukon (Aceh Utara) dalam usaha penyelesaian keamanan menemui jalan

11

Ibid hal197-198 12

M C Ricklefs Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (Jakarta Serambi 2010) hal

514 13

Lihat lampiran XI 14

Ibid hal1 15

Ibid hal514-515 16

Ibid hal162

6

buntu militer yang berlanjut sampai tahun 195917

Pada akhir Mei 1959 dilakukan

upaya akhir yaitu musyawarah antara dewan revolusi dan misi Hardi untuk

mencapai persetujuan leburlah Negara Bagian Aceh dari Negara Islam

Indonesia18

Misi Hardi dengan Keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959

telah berusaha ke arah memenuhi keinginan dan hasrat rakyat Aceh Keputusan

ini telah memberikan hak kepada daerah Aceh untuk memakai sebutan ldquoDaerah

Istimewa Acehrdquo19

Seperti yang telah dijelaskan diatas maka tercetuslah pemberontakan

DITII di Aceh yang dipelopori oleh Tgk M Daud Beureueh pemimpin DITII

Aceh yang tampil sebagai pemegang kekuasaan melalui bdquo‟revolusi sosial‟‟ dan

menjadi gubernur militer Aceh Langkat dan Tanah Karo pada 1948-1950

memimpin pemberontakan melawan kendali Jakarta pada 1953-1962 atas dasar

dua alasan yakni menentang diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatra Utara

dan gagalnya republik melaksanakan hukum Islam20

Pemberontakan Daud

Beureueh bertujuan untuk mendirikan negara Islam Indonesia bukan untuk

mencapai Aceh merdeka karena ia percaya bahwa itulah yang diperjuangkan oleh

orang Aceh sedemikian gigihnya selama revolusi mempertahankan kemerdekaan

Republik Indonesia21

Maka dari itu penulis tertarik untuk membahas sepak

terjang Tgk M Daud Beureueh dalam sebuah proposal berjudul Peran Tgk M

Daud Beureueh Dalam Pemberontakan di Aceh 1953-1962

17

M C Ricklefs OpCit hal515 18

M Nur El Ibrahimy OpCit hal168-171 19

Perkataan ldquoistimewardquo ini menimbulkan associatie-associatie pikiran pada suatu daerah

yang memang benar-benar bersifat ldquoistimewardquo suatu daerah yang berhak luas mengatur hal-hal

dalam setiap bidang pemerintahan Akan tetapi hak yang diberikan isi pada statusistimewa itu

pada hakikatnya bukanlah suatu hal yang luar biasa oleh karena yang diberikan itu hanyalah hak

otonomi yang berpokok pangkal pada undang-undang tahun 1957 sehingga perkataan ldquoistimewa

itu sebenarnya tidak tepat antara nama tidak sesuai dengan isi menurut penafsiran yang lazim

daripada perkataan ldquoistimewardquo Lihat M Nur El Ibrahimy Op Cit hal186 20

Anthony Reid Menuju Sejarah Sumatra Antara Sumatra Antara Indonesia dan Dunia

(Jakarta KITLV amp NUS publising 2010) hal 388-389 21

Ibid hal341

7

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Pasca kemerdekaan terjadi konflik yang disebabkan perbedaan pendapat

antara pemerintah pusat dengan rakyat Aceh Dan agresi Belanda juga terjadi

setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya kembali menggugat serta

memporak-porandakan seluruh Indonesia kecuali Aceh Kenyataan bahwa

Belanda telah mampu menduduki kembali Indonesia ditolak Semangat anti

penjajahan dalam diri rakyat Aceh selalu dipertahankan Pada era Orde Lama

krisis legitimasi di Aceh tidak ditunaikan janji pemerintah pusat berupa penerapan

syariat Islam yang tak terwujud menjadi akar permasalahan Krisis melalui

ketetapan yang berakibat pengalihan kuasa pemerintah Aceh yang berbentuk

provinsi yang terpisah menjadi residen dari provinsi Sumatera Utara Dalam

pengalihan kuasa rakyat masih dapat bersabar namun ketika ideologi dituntut

tidak terpenuhi dan perjuangan tumpah darah rakyat Aceh mempertahankan

kedaulatan tak dianggap akhirnya meletus lah konflik akibat dari kekecewaan dan

sebagai ekspresi kebangkitan rakyat aceh yang merasa harga diri masyarakat Aceh

terlecehkan oleh janji-janji dan iming-iming pemerintah

Dalam penelitian ini terdapat masalah yang telah diidentifikasi oleh

penulis Dan juga sebagai kajian lebih mendalam mengenai konflik yang terjadi

secara vertikal antara rakyat Aceh dengan pemerintah pusat yaitu

1 Terjadinya krisis legitimasi yang disebabkan oleh pengalihan kuasa

dan ideologi yang tidak direalisasikan

2 Pemberontakan pimpinan Tgk M Daud Beureueh atas kendali

pemerintah pusat akibat diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatera

Utara

2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi penulis tentang apa yang dipaparkan diatas maka

penulis membatasi permasalahan yaitu seputar Peran Tgk M Daud Beureueh

dalam Menegakan Syariat Islam di Aceh mengenai pengalihan kuasa dan ideologi

yang tidak direalisasikan Pada saat itu menjadi tahun pemberontakan dalam

8

menentang sikap pemerintah baik dalam mengatur otonomi daerah maupun

menetapkan ideologi suatu negara Adapun batasan tahunnya dimulai dari

perjuangan Tgk M Daud Beureueh pada tahun 1953 sampai kembalinya Tgk M

Daud Beureueh kepangkuan Republik Indonesia pada tahun 1962 Dan

pembatasan subjeknya yaitu terkait pengaruh Islam dan Barat mengenai rakyat

Aceh dan Pemerintah Pusat Serta objeknya mengenai perjuangan Tgk M Daud

Beureueh dalam menegakkan syariat Islam di Tanah Rencong

3 Perumusan Masalah

Dari pemaparan mengenai pemberontakan Tgk M Daud Beureueh dalam

menegakan syariat Islam di Aceh adapun perumusan masalah penelitian ini dapat

dibaca dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut

1 Apa motif yang melatarbelakangi pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

di Aceh

2 Seberapa besar pengaruh Tgk M Daud Beureueh dalam pemberontakan

di Aceh

3 Bagaimana hasil dari perjuangan Tgk M Daud Beureueh dalam

menegakan syariat Islam di Aceh

4 Bagaimana respon pemerintah terhadap pemberontakan Tgk M Daud

Beureueh

5 Apa solusi pemerintah dalam mengatasi pemberontakan di Aceh

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini tujuan yang ingin penulis capai adalah

1 Menjelaskan motif tercetusnya pemberontakan oleh rakyat Aceh terhadap

kendali pemerintah

2 Menjelaskan peran Tgk M Daud Beureueh dalam peristiwa berdarah di

Aceh

3 Mengetahui bentuk usaha atau upaya yang dilakukan rakyat Aceh dalam

menegakan syariat Islam

9

4 Menjelaskan hasil yang dicapai pada pemberontakan DITII dalam

memperjuangankan menegakan syariat Islam di Aceh

5 Menjelaskan respon pemerintah pusat terkait pemberontakan rakyat Aceh

Adapun dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai

berikut

1 Dapat memberikan wawasan dan menambah pengetahuan tentang peran

dan kontribusi Tgk M Daud Beureueh dalam peristiwa berdarah di Aceh

2 Sebagai bentuk khazanah keilmuaan dan pengembangan sejarah keislaman

Nusantara studi kasus Aceh

3 Pembelajaran masa lalu untuk kehidupan dimasa yang akan datang dalam

bentuk nyata sebagai kontribusi positif dari penulis dalam rangka

sosialisasi sejarah Nusantara

4 Memberikan informasi dan data kepada pembaca mengenai peristiwa

berdarah di Aceh

D Kerangka Teori

Fenomena yang terjadi pada pristiwa berdarah di Aceh adalah bentuk

revolusi sosial suatu kelompok oleh rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud

Beureueh yang menginginkan terwujudnya ideologi keagamaan dalam sebuah

Negara Pada kasus ini penulis melihat konflik terjadi karena adanya hukum

sebab-akibat sebab keinginan rakyat Aceh tidak terpenuhi berakibat munculnya

pemberontakan dalam menegakan syariat Islam Dalam sudut pandang teori

kesadaran sejarah hal ini memberikan dampak tantangan kritik pendapat dan

sikap Studi kasus tentang pemberontakan DITII di Aceh terkait teori kesadaran

sejarah memunculkan budaya progresif dalam bidang politik

Seperti pemikiran Marx mengenai etika humanis yang meyakini bahwa

manusia pada hakikatnya baik dan dalam keadaan tertentu yang menguntungkan

akan dapat membebaskan diri dari lembaga-lembaga yang menindas menghina

dan menyesatkan22

Dan untuk mencapai hal tersebut kekerasan dipandang

22

Miriam Budiharjo Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

2008) hal85

10

sebagai alat sah yang harus dipakai Kekerasan dalam kasus peristiwa berdarah ini

dipakai oleh pemerintah pusat yang menganggap pemberontakan Daud Beurueh

sebagai suatu tindakan yang menentang pemerintahan

Bisa dilihat dimensi sosial dari proses politik itu mencakup status dan

peranan elite politik terhadap masyarakat Aceh bagaimana interaksi dalam

perjuangan menegakan syariat islam yang menimbulkan suatu konflik Jadi

menurut analisa penulis ini merupakan suatu pemahaman keyakinan tentang Neo

Fundamentalisme Islam yang lebih menitik beratkan pada cita-cita ideologi

politik yaitu sebagai berikut

1 Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber 16 paling otoritatif

2 Skriptualis (tulisan) literalis tekstualis

3 Negara Islam sebagai cita-cita politik tentang berdasar pada syariat

Islam

4 Anti modernisme Barat demokrasi dan ideologi-ideologi lainnya

Pemahaman ini bersifat frontal yang mengarah pada kekerasan yang

melahirkan ideologi baru yang bernama Ideologi Negara IslamrarrNon

ParlementerrarrTarbiyah23

Maka dari itu berdasarkan penjelasan diatas penelitian ini ingin menguji

teori paradigma perubahan sosial dengan pendekatan konflik seperti yang

dikemukakan oleh T Persons dan N Smelzer mengatakan bahwa masyarakat

dikonsepsikan sebagai sistem yang mempunyai fungsi adaptasi integrasi

mempertahankan diri dan member orientasi tujuan Hal tersebut mencakup ide

masyarakat dengan adanya proses adaptasi untuk menghadapi pengaruh faktor

eksogen dan endogen maka tetap ada dinamika sosial Kerangka teoritis tersebut

juga menonjol dalam studi perubahan sosial sebagai bentuk perkembangan

Masalah sosial yang terjadi adalah kekecewaan penindasan dan ketidaktulusan

pusat dalam menjalankan sistem pemerintahan

23

Tarbiyah Takfiri adalah dimana mulai mengkafirkan apa-apa yang berasal dari barat

Hal ini menjadi dasar pemikiran gerakan salafi dan jihadi

11

E Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah dan metode yang akan

digunakan didalam penyusunan penelitian ini adalah metode historis yang bersifat

deskriptif analisis Metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara

kritis sumber data baik itu sumber primer Ensiklopedi Artikel Jurnal Majalah

Surat Kabar yang sezaman ataupun sumber sekunder seperti buku-buku24

Data

yang diperoleh tersebut disusun secara teratur dan sistematis lalu dianalisis secara

kualitatif Kemudian poin-poin yang autentik ditulis dan dipaparkan sesuai

bentuk kejadian suasana dan masanya Adapun analisa faktor-faktor politik

menjadi faktor pendukung

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencapai penulisan sejarah oleh

karena itu upaya merekonstruksi masa lampau dari obyek yang diteliti

menggunakan metode historis yang bersifat deskriptif analisis Dengan

menggunakan metode ini melalui pemaparan penulis diharapkan dapat membantu

untuk mengetahui fakta dan sejarah mengenai peran Tgk M Daud Beureueh

dalam pemberontakan di Aceh 1953-1962 Adapun dalam melakukan penelitian

ini penulis menggunakan metode historis25

yaitu

1 Heuristik kegiatan untuk mencari data atau pengumpulan bahan-bahan

atau sumber sejarah Hal ini merupakan tahap awal yang harus dilakukan

Adapun dalam pengumpulan data-data dan sumber yang akan digunakan

dalam membuat skripsi ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan

library research Dalam kaitannya dengan sumber-sumber seperti arsip

jurnal ensiklopedi artikel majalah surat kabar dan buku-buku penulis

mencari sumber dengan mengunjungi beberapa perpustakaan seperti

perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta perpustakaan

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

perpustakaan Nasional Arsip Nasional perpustakaan UI melalui toko

buku di wilayah Jakarta Tangerang dan Depok serta melalui katalog-

katalog dan website Selain itu penulis juga menggunakan buku-buku

koleksi pribadi yang berhubungan dengan kajian penelitian ini

24

Louis Gottschalk Mengerti Sejarah (Jakarta UI Pers 1975) hal32 25

Dudung Abdurahman Metode Penelitian Sejarah (Jakarta Logos 1999) hal54

12

2 Verifikasi setelah melakukan heuristik atau pengumpulan sumber-sumber

baik dalam bentuk artefak hasil-hasil dari persitiwa bersejarah ataupun

melalui dokumen-dokumen tertulis yang merupakan rekaman peristiwa

maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah kritik sumber26

Kritik sumber adalah usaha untuk mendapatkan sumber-sumber yang

relevan dan terbukti keaslian sumber Otentiksitas dangan pembahasan

sejarah yang ingin disusun sesuai dengan tema kajian Disini penulis

melakukan kritik sumber melalui pengujian data yaitu tampilan sumber

eksternal dan isi sumber internal Dengan mengidentifikasi keaslian

sumber otentik dan keabsahan tentang kesahihan sumber kredibilitas Baik

sumber primer dan sekunder penulis melakukan pengujian data untuk

mendapatkan hasil yang maksimal

3 Interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut juga dengan analisis

sejarah Dalam sumber terkait peristiwa berdarah di Aceh penulis

menggunakan studi komparatif yaitu menganalisis sebagian besar sumber

melalui buku-buku memaparkan Tgk M Daud Beureueh sebagai

pemberontak hal ini bertolak belakang dengan pemikiran penulis bahwa

ini adalah peristiwa perjuangan Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk

penulis Tujuannya agar data yang ada mampu untuk mengungkap

permasalahan yang ada sehingga diperoleh pemecahannya dalam sudut

pandang berbeda atau dua sisi27

4 Historiografi tahap ini adalah tahap yang terakhir dalam metode historis

Setelah melakukan tahap heuristik verifikasi dan interpretasi selanjutnya

historiografi Dengan menulis pemaparan atau laporan hasil penelitian

dalam suatu urutan yang sistematik yang telah diatur dalam pedoman

penelitian Dalam hal ini penulis berusaha menyusun penelitian ini

berdasarkan kronologi waktu dan tema-tema tertentu yang akhirnya isi inti

dari penelitian atau klimaks dari penelitian ini Tahap ini merupakan

rangkaian dari keseluruhan teknik metode pembahasan

26

Ibid hal 35-37 27

Louis Gottschalk Op Cit hal 54

13

F Tinjauan Pustaka

Untuk mendapatkan hasil yang dikehendaki sesuai dengan topik

permasalahan penulis mencari beberapa literature terkait pemberontakan rakyat

Aceh khususnya peran Daud Beureueh dalam menegakan syariat Islam namun

tidak banyak sumber-sumber dalam artikel majalah dan surat kabar yang

memberikan informasi secara detail mengenai peristiwa berdarah tersebut Dalam

kaitannya dengan judul penelitian ini ingin menyajikan hasil penelitian yang

menjadi pembahasan pokok dalam berbagai literature yang ada Adapun beberapa

literature yang dijadikan tinjauan pustaka sebagai berikut

Melalui artikel majalahsurat kabar Kabinet dan Aceh oleh pembantu-

CHAS yang dimuat dalam majalah Dalam Negeri WAKTUrdquo No41 tanggal 7

November28

Mengurai informasi tentang bagaimana pemerintah pusat seakan

menutupi penyebab meletusnya peristiwa berdarah di Aceh dengan

mengesampingkan alasannya yang lebih diungkapkan adalah mengenai

pemberontakan yang terjadi pada peristiwa berdarah yang banyak menelan korban

di kalangan rakyat Aceh Dan mengenai Cumbok Affairs pemerintah pusat

menganggap kesalahan terjadi pada pertentangan yang terjadi antara PUSA

dengan kaum hulu balang Dalam beberapa pemaparan majalah Dalam Negeri

tersebut penulis melihat informasi dan data yang disajikan lebih mengarah pada

pembelaan terhadap PUSA dibanding terhadap pemerintah pusat

Sama halnya dengan artikel majalahsurat kabar yang berjudul Tentang

soal memulihkan keamanan di Atjeh yang terbit WAKTUrdquo No23 tanggal 25 djuni

1955 Memaparkan tentang bagaimana keamanan di Aceh yang belum terkendali

Hal itu terlihat pada bantuan militer terhadap pamong praja untuk mematahkan

pemberontakan Daud Beureueh Berbeda dengan sebelumnya artikel

majalahsurat kabar yang berjudul Karena keterkaitan Ideologis yang ditulis oleh

Taufik Abdullah melalui Panji Masyarakat No419 Jika dikaitkan dengan

28

Dalam artikel majalahsurat kabar ini untuk tahun penerbitan tidak terlihat hal itu

dikarenakan karena sumber yang ada sangat rentan dan penulis menemukan sebagian teks hilang

terjadi akibat pengalihan dari sumber nyata yang di scan dan dipublikasikan via website online

Terlepas dari sisi eksternalnya untuk kritik internalnya artikel majalahsurat kabar Dalam Negeri

ini menggunakan penulis masih terkendala dalam menganalisa karena bahasa yang digunakan

bahasa yang berada di jaman sebelum dan pasca kemerdekaan

14

penelitian penulis melihat kasus Aceh sebagai perjuangan pengalihan kuasa dan

ideologi keagamaan Pemaparan lebih detail dijelaskan oleh Taufik Abdullah

mengenai pilar-pilar kepemimpinan sikap masyarakat Aceh yang bersifat

spontanitas dan enthusiasme

Dalam literature yang lain penulis menemukan beberapa buku yang

mendukung permasalahan dari topik ini M Nur El Ibrahimy Tgk M Daud

Beureueh perananya dalam pergolakan di Aceh Jakarta Gunung Agung 1982

Dalam buku ini membahas peranan Daud Beureueh dalam pemberontakan yang

terjadi di Aceh dimulai dari sebabnya sumbangan rakyat Aceh kepada pendirian

Republik serta terkait pristiwa berdarah secara kronologis Dalam buku ini juga

membahas biografi singkat mengenai Daud Beureueh

Semangat Merdeka 70 tahun menempuh jalan pergolakan amp perjuangan

yang ditulis oleh A Hasjmy 1985 adalah sebuah buku yang memuat perjalanan

A Hasjmy juga peristiwa sejarah yang terjadi kurun waktu 70 tahun penulis

Banyak peristiwa-peristiwa sejarah yang tercatat dibuku ini selama perang

kolonial melawan Belanda dan berbagai pergolakan politik di Aceh seperti

pertempuran dan pemberontakan juga disajikan lengkap dibuku ini Komentar

komentar dan analisa analisanya terhadap pembahasan juga melengkapi kisah

perjalanan hidup penulis dalam kancah pergolakan di Aceh Adapun kisah

pemberontakan terhadap tentara Jepang Pergerakan PUSA Gema Proklamasi di

Aceh sampai kepada bagaimana tentara Aceh mempertahankan kemerdekaan RI

merupakan sebagaian dari banyak kisah sejarah lainnya yang dikemukakan Oleh

Hasjmy Termasuk juga kisah dalam penahanannya dalam penjara oleh

pemerintahaan RI yang disebabkan oleh diproklamirkannya Darul Islam (DI) di

Aceh oleh Tgk M Daud Beureueh

Penulis juga melakukan perbandingan pada tiap literature yang ada

Seperti dalam buku Memahami Sejarah Konflik Aceh yang ditulis oleh Mr S M

Amin yang diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia Jakarta 2014

Bertentangan dengan buku Sejarah dan dokumen-dokumen pemberontakan di

Atjeh oleh Alibasjah Talsya Mr S M Amin ingin memberikan informasi kepada

pembaca dalam sudut pandang yang berbeda Peristiwa berdarah di Aceh

15

dilihatnya sebagai suatu perjuangan dalam menegakan ideologi keagamaan Hal

ini bertujuan untuk memberikan dan memperkaya pembaca mengenai studi kritis

dalam sejarah Aceh maupun sejarah Indonesia diawal berdirinya republic ini

G Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman secara keseluruhan skripsi ini terbagi

dalam lima bab Adapun susunan skripsi ini adalah sebagai berikut

BAB I Merupakan pendahuluan yang meliputi penjabaran singkat

mengenai permasalahan yang menjadi fokus kajian identifikasi

masalah batasan dan rumusan masalah tujuan dan manfaat

penelitian kerangka teori metode penelitian tinjauan pustaka

serta sistematika penulisan

BAB II Membahas biografi Tgk M Daud Beureueh dari mulai lingkungan

keluarga riwayat pendidikan dan karya-karyanya dalam berbagai

bentuk dari masa pra-kemerdekaan kemerdekaan dan pasca

kemerdekaan

BAB III Membahas lebih mendalam mengenai peranan Tgk M Daud

Beureueh dalam pemberontakan untuk menegakan syariat Islam di

Aceh Baik kedudukan sikap dan kontribusi nyatanya dalam

konflik yang disebut juga sebagai peristiwa berdarah di Aceh

BAB IV Membahas mengenai pemberontakan yang menjadi peristiwa

berdarah di Aceh Baik melalui upaya-upayanya dan hasil

perjuangan dalam bentuk perubahan sosial dengan menggunakan

pendekatan konflik Serta respon pemerintah pusat melalui

kebijakan-kebijakannya terhadap perjuangan masyarakat Aceh

yang dipimpin oleh Daud Beureueh

BAB V Berisikan penutup yang terdiri atas kesimpulan mengenai jawaban

permasalahan penelitian dan saran sebagai masukan terhadap

penelitian

16

BAB II

BIOGRAFI TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH

A Lingkungan Keluarga

Teungku Muhammad Daud Beureueh aslinya bernama Muhammad

Daud29

Ia dilahirkan pada tanggal 17 September 189930

di kampung Beureueh

Beureuneun atau yang sekarang termasuk Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie

Daerah Istimewa Aceh31

Daud Beureueh adalah salah satu tokoh ulama besar di

Aceh ia juga merupakan tokoh kontroversial yang populer dikalangan masyarakat

Aceh dalam perjuangannya mengibarkan serta menegakan panji-panji Islam di

bumi Aceh akibat rasa ketidakpuasannya atas pemerintahan Soekarno32

Ketika semasa hidupnya dihabiskan di Aceh dari situlah Daud Beureueh

dikatakan sebagai anak Aceh tulen Seperti dalam sebuah karangan yang ditulis

oleh Anggraini dalam majalah Indonesia Merdeka No214 yang terbit di

Banjarmasin pada tanggal 1 oktober 1953 berjudul ldquoSiapa Teungku Daud

Beureueh bekas Gubernur Aceh yang memberontakrdquo Menjelaskan mengenai

nama asalnya Muhammad Daud yang diberikan orang tuanya sejak lahir33

Gelar

Teungku34

berasal dari masyarakat Aceh merupakan sebutan yang diberikan

kepada ulama Aceh atau sebutan kepada setiap orang yang dihormati35

Sedang

tambahan bdquoBeureueh‟ adalah nama tempat kampung kelahirannya Penamaan ini

29

Harun Nasution dkk Op Cit hal202-203 30

Menurut A Hasjmy dalam buku Ulama Aceh Pejuang Kemerdekaan dan

Pembangunan Tamadun BangsaTgk M Daud Beureueh lahir dalam tahun 1316 Hijriah atau

sekitar tahun 1896 Masehi seperti yang dipaparkan dalam Ensiklopedi Islam Indonesia yang

disusun oleh Harun Nasution dkk 31

A Hasjmy Op Cit hal119-120 32

HM Bibit Suprapto Ensiklopedi Ulama Nusantara (Jakarta Gelar Media Indonesia

2009) hal231-323 33

El Ibrahimy Op Cit hal221-222 34

Sekedar info berbeda dengan Teungku (tgk) Sebutan Tengku adalah titel

kebangsawanan di Sumatera Timur Teuku adalah titel kebangsawanan di Aceh sedangkan

Tuanku adalah titel Sultan Aceh dan turunannya atau sebagai sebutan sultan-sultan di Sumatera 35

Anthony Reid Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera

(Jakarta Pustaka Sinar Harapan 1987) hal 12-17

17

adalah suatu kebiasaan pada sebagian masyarakat di Sumatera yang menaruhkan

nama kampungnya ke dalam namanya36

Jika dianalisa lebih mendalam mengenai Muhammad Daud nama yang

diberikan kedua orang tuanya adalah dua nama Nabiyullah yang diberikan kitab

Al Qur‟an dan Zabur Dari penamaan yang diberikan penulis berasumsi bahwa

keinginan kedua orang tuanya adalah menjadikan Daud Beureueh sebagai ulama

sekaligus mujahid37

yang siap membela menyebarkan mengibarkan dan

menegakan panji-panji yang berdasar pada syariat Islam Dilihat dari lingkungan

hidupnya Daud Beureueh tumbuh dan besar dilingkungan religius yang sarat

dengan nilai-nilai Islam38

Dan ketika memasuki masa dewasa di bawah bayang-

bayang keulamaan ayahnya yang sangat kuat yang mengilhami jejak hidupnya

Ayahnya bernama Teungku Ahmad yang pada waktu itu menjadi Keucik

(lurah) Kampung Beureueh Ayahnya merupakan seorang ulama yang

berpengaruh dikampungnya mendapat gelar dari masyarakat setempat dengan

sebutan bdquoImeuem‟ (imam) Beureueh Ibunya bernama Aminah Menurut A

Hasjmy dikatakan bahwa kakek Teungku Muhammad Daud Beureueh berasal dari

Kerajaan Pattani Darussalam namanya Haji Muhammad Adami39

Sementara

Daud Beureueh sendiri beristrikan tiga orang Istri yang pertama bernama

Teungku Cut Halimah atau sering dipanggil Mi Usi darinya dikaruniai tujuh

orang putraputri Istri yang kedua bernama Teungku Asma dipanggil Mi Paleue

darinya dikaruniai tiga orang putraputri Istri yang ketiga bernama Cutnyak

Asiyah terkenal dengan panggilan Mi Beureueh dikaruniai seorang putra yang

bernama Hatta jika diakumulasikan semuanya berjumlah sebelas orang

putraputri40

Daud Beureueh melalui anak tertuanya Teungku Maryam

mempunyai anak yaitu cucunya yang bernama Nila Inangda Mayang Keumala

36

El Ibrahimy Op Cit hal 222-223 37

Mujahid adalah orang yang berjuang demi membela agama Islam Sumber melalui

httpkbbiwebidmujahid di akses pada tanggal 31 Januari 2016 Pukul 1337 WIB 38

Nilai-nilai Islam yang dimaksud terlihat dimana ketika Maghrib tiba Hikayat Perang

Sabil selalu dikumandangkan di setiap meunasah (masjid kampung) Ibid hal 337-338 39

Kerajaan Pattani Darussalam adalah kerajaan Islam Melayu yang terletak di ujung

paling utara Semenanjung Tanah Melayu dan setelah dijajah Siam sekarang menjadi Thailand

Selatan A Hasjmy melalui bukunya yang berjudul ldquoUlama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan

dan Pembangunan Tamadun Bangsardquo hal120 40

A Hasjmy Op Cit hal120-121

18

yang bersuamikan Tan Sri Sanusi Junit41

telah mempersembahkan cicit untuk

Daud Beureueh Tidak banyak literature yang dapat penulis gali mengenai

keluarga Daud Beureueh baik mengenai keluarga lingkungan ataupun orang

terdekatnya

Ketenaran tokoh di Aceh senantiasa melekat pada kharisma kampungnya

Kampung adalah sebuah entitas politik42

yang pengaruhnya ditandai dengan

tokoh-tokoh perlawanan Hal ini terjadi akibat cita-cita yang belum tercapai Jika

dikaitkan dengan tempat tinggalnya Daud Beureueh berasal dari tanah Aceh

tepatnya didaerah Pidie Orang-orang Pidie terkenal berwatak keras ulet dan suka

merantau Mungkin sekali bila penulis katakan karena watak orang Pidie

demikian rupa maka Daud Beureueh tumbuh menjadi manusia yang keras dan

ulet hal ini terlihat juga setelah ia menjadi pemimpin umat43

Terlebih lagi Daud

Beureueh mendapatkan gelar Teungku adalah karena ia ulama yang berasal dari

rakyat jelata Jelaslah kemauan keinginan dan pendiriannya yang kuat yang

membuat Daud Beureueh sangat disegani oleh masyarakat Aceh44

B Riwayat Pendidikan

Dalam riwayat pendidikannya Daud Beureueh memperoleh pendidikannya

dari lembaga pendidikan tradisional45

Sebelum membahas hal itu lebih jauh

penulis ingin mencoba memaparkan sedikit mengenai sejarah pendidikan Islam di

41

Tri Sri Dato‟ Seri Sanusi Junid atau suami dari cucu Daud Beureueh yaitu Nila Inangda

Keumala lahir 10 Juli 1943 adalah tokoh politik Malaysia yang menjabat sebagai Menteri

Pembangunan Negara dan Luar Bandar pada tahun 1981 Menteri Pertaninan sewatu berumur 38

tahun pada tahun 1986 Dan Tan Sri Sanusi menjadi Menteri Besar Kedah Darul Aman yang

ketujuh pada tahun1996-1999 Sumber melalui httpmkompasianacomdandibachtiartan-sri-

sanusi-junid-putra-aceh-yang-jadi-menteri-di-malaysia_550e5dcaa33311b82dba8166 diakses pada

tanggal 31 januari 2016 Pukul 1541 WIB 42

Entitas politik adalah wujud politik Jika dikaitkan dengan dengan entitas budaya

menurut Kuntjaraningrat Analisa penulis mengenai penelitian ini adalah sebagai bentuk entitas

ideal yaitu merupakan kompleks dari ide-ide gagasan nilai-nilai norma-norma dsb Jelas

kaitannya dalam kasus perjuangan ini adalah terkait nilai-nilai keagamaan dalam menegakan

syariat Islam di Aceh Sumber melalui httpkbbiwebidentitas di akses pada tanggal 31 Januari

2016 Pukul 1730 WIB 43

Bukti dari sifatnya yang keras dan tegas terlihat ketika dalam suatu khotbah Jum‟at di

Masjid Raya Kutaraja dalam mengupas Islam dengan komunis Daud Beureueh sangat militant

tegas dan enteng dalam menyampaikan vonis haram dan kafir terhadap orang yang tidak

disukainya dalam kasus ini disebutkan untuk menjauhkan kaum Muslimin dari PKI 44

El Ibrahimy Op Cit hal 222 45

Harun Nasution Op Cit hal 202

19

Aceh Pendidikan Islam yang berlandaskan ayat-ayat Al Qur‟an adalah rasa

kesadaran beriman dan beramal salih yang berdasarkan ilmu pengetahuan

sehingga manusia menjadi makhluk sosial yang menghayati ajaran-ajaran Islam

dalam kehidupannya46

Baik dalam kehidupan politik ekonomi ataupun dalam

kehidupan sosial Dengan berpedoman ayat-ayat Al Qur‟an pendidikan Islam

bertujuan untuk

a Membina manuslia Muslim yang beriman dan beramal salih sehingga

memenuhi syarat untuk menjadi Khalifah Allah di atas bumi yang

bertugas memakmurkan dunia raya47

b Membina manusia Mukmin yang beramar makruf dan bernahi

mungkar sehingga mereka memiliki syarat-syarat untuk ditampilkan

menjadi umat pilihan di depan mata dunia48

c Membina Jama‟ah Ansarullah yang bertugas melaksanakan Dakwah

Islamiyah dengan hikmah kebijaksanaan dan ajaran-ajaran yang indah

sebagai syarat mutlak bagi kaum Muslimin untuk menjadi umat yang

beruntung dan mendapat kemenangan49

d Membina angkatan Dakwah yang tugasnya bejihad membela rakyat

melarat yang tertindas dengan segala daya dana dan jiwa sebagai

syarat mutlak untuk mendapat ampunan Allah dan kemenangan di

dunia dan di akhirat50

Pengertian dan tujuan pendidikan Islam ini merupakan hal penting ketika

kita mengenyam pendidikan Islam dimanapun51

Selain itu mengetahui

pengertian dan tujuan bermanfaat untuk mengkaji mengenai suatu penelitian

terkait pendidikan yang dalam kasus ini penulis akan mencoba untuk

menjelaskannya Seperti yang dijelaskan dalam berbagai literature Daud

Beureueh tidak mengalami masa-masa usia sekolah atau tidak masuk sekolah ke

lembaga pendidikan resmi yang dibuat Belanda seperti Volkschool Goverment

46

Landasan QS Al Alaq 1-5 dan At Taubah 122 47

Landasan QS An Nur 55-56 48

Landasan QS Ali Imran 110 49

Landasan QS Ali Imran 104 dan An Nahl 125 50

Landasan QS An Nisa 74 dan Ash Shaf10-12 51

A Hasjmy Bunga Rampai Revolusi dari Tanah Aceh (Jakarta Bulan Bintang 1978)

hal 51-53

20

Indlandsche School atau HIS52

Hal tersebut dikarenakan banyak putraputri Aceh

tidak diizinkan orangtuanya untuk memasuki sekolah-sekolah yang didirikan oleh

bdquokaphe‟53

terutama untuk putraputri ulama Dan terlebih lagi masih sangat

kuatnya anti penjajahan dan gema berkumandangnya Hikayat Perang Sabil54

Hal

ini membuktikan bahwa tidak benar yang dikatakan ldquopengamatrdquo yang mengatakan

bahwa orang Aceh jaman penjajahan anti ilmu pengetahuan melainkan yang

benar bahwa rakyat Aceh saat itu dan bahkan sampai sekarang anti penjajahan

seperti yang diterangkan oleh A Hasjmy dalam bukunya Ulama Aceh Mujahid

Pejuang Kemerdekaan dan Pembangunan Tamadun Bangsa

Walaupun Daud Beureueh dan masyarakat Aceh baik dikalangan ulama

maupun rakyat jelata tidak memasuki lembaga pendidikan yang didirikan kaum

penjajah namun mereka tidak ldquobuta hurufrdquo dan juga tidak ldquobuta ilmurdquo karena

mereka mendapat pendidikan di pusat-pusat pendidikan seperti pesantren

madrasah seperti dayahzawiyah55

Jika dikaji lebih dalam pendidikan yang

bernama dayahzawiyah berdiri ketika masa Kerajaan Islam Perlak sebagai

Kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara Hal ini merupakan upaya utama yang

dilakukakan dengan mendirikan tempat-tempat pendidikan bagi putraputri

negara dalam rangka mempunyai pengetahuan yang luas Ini merupakan perintah

Sultan56

untuk memberi pengetahuan yang luas melalui bidang pendidikan Dan

masa itu pendidikan dayahzawiyah diajarkan oleh ulama-ulama yang juga

mempunyai pengetahuan yang luas

52

Volkschool atau yang dikenal sekolah desa selama tiga tahun muncul sekitar tahun

1915 ketika jaman penjajahan Belanda diperuntukkan bagi anak-anak peribumi yang tinggal di

desa-desa Motif pembangunan sekolah ini adalah ekonomi Sumber melalui

httpwwwjakartagoidwebencyclopediadetail3515volkschool diakses pada tanggal 31 Januari

2016 Pukul1952 WIB Goverment Indlandsche School adalah sekolah rakyat lima tahun A

Hasjmy Op Cit Sedangkan HIS adalah sekolah dasar selama tujuh tahun dengan bahasa Belanda

sebagai pengantar diperuntukkan untuk anak-anak pribumi Sumber melalui Anthony Reid Op

Cit hal 13 53

Kaphe adalah sebutan kafir oleh masyarakat Aceh untuk Belanda atau penjajah 54

Hikayat Perang Sabil merupakan syair perang sabil yang ditulis dan disebarkan pada

waktu perlawanan anti-Belanda Anthony Reid Menuju Sejarah Sumatera Antara Indonesia dan

Dunia (Jakarta KITLV 2011) hal 338 55

El Ibrahimy Op Cit hal 221-222 56

Hal yang melatarbelakangi pendidikan masa itu adalah ketika itu Ayah Sultan sangat

mementingkan pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk putranya hal itu terlihat dari pemikiran

Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah yang juga mementingkan pendidikan dan ilmu

pengetahuan terinspirasi dari ayahnya

21

Setelah berdiri banyak tempat-tempat pendidikan yang bernama zawiyah

dalam Kerjaan Islam Perlak pada akhir abad ke-3 H atau abad ke-10 M

Berdirilah pendidikan Islam yang bernama ldquoZawiyah Cot Kalardquo didirikan oleh

pangeran Muhammad Amin yang sekaligus merupakan seorang ulama atau lebih

dikenal dengan nama Teungku Chik Cot Kala Kata-kata ldquozawiyahrdquo seiring

perkembangan jaman berubah sebutan menjadi ldquodayahrdquo menjadi ldquoDayah Cot

Kalardquo57

Mempunyai akar sejarah dalam bidang pendidikan yang kuat

memunculkan upaya yang dilakukan Kerajaan Aceh Darussalam untuk menyusun

lembaga-lembaga pendidikan yand disesuaikan dengan system dan organisasi

pendidikan atau pengajaran yang disusun oleh Perdana Menteri Nizamuddin dari

Daulah Abbasiyah sekitar abad ke-16 M dan seiring perkembangan pendidikan di

Aceh membawa ajaran wajib dalam rangka membasmi buta huruf tadan buta ilmu

Adapun tingkatan pendidikan di Aceh sekitar abad ke-17 M adalah sebagai

berikut

a Meunasah atau madrasah yaitu sekolah permulaan yang sama dengan

sekolah dasar Didirikan ditiap-tiap kampung atau desa untuk

mengajar murid-murid menulis dan membaca huruf Arab

b Rangkang melalui Masjid sebagai pusat segala kegiatan umat ini

merupakan pendidikan tingkat menengah pertama atau yang dikenal

dengan nama Madrasah Tsanawiyah Diajar mengenai fiqh atau hukum

Islam58

c Dayah dapat disamakan dengan Sekolah Menengah Atas atau

Madrasah Aliyah Dalam tingkatan ini murid-murid diajarkan

mengenai kitab-kitab dan kajian fiqh lebih mendalam

d Dayah Teungku Chik atau yang disebut Dayah Manyang disamakan

dengan akademik Teungku Chik artinya guru besar Diajarkan

mengenai pelajaran tentang bahasa fiqh hukum Islam sejarah ilmu

manthiq tauhid tasawuf ilmu falak tafsir hadits

57

Ibid hal 51-56 58

Diajar mengenai hukum islam yaitu tentang rubuk ibadah tauhid tasawuf sejarah Islam

dan umum dan bahasa Arab Melalui buku-buku berbahasa Melayu dan Arab

22

e Jami‟ah Baiturrahman setara dengan tingkatan universitas mempunyai

ldquoDaarrdquo atau fakultas Di ajar oleh guru-guru besar ulama atau sarjana

dari Aceh maupun didatangkan dari Arab Turki Persia dan India59

Kembali dalam fokus kajian mengenai pendidikan Daud Beureueh Dalam

pusat-pusat pendidikan yang bernama dayahzawiyah Daud Beureueh dan ulama

sejaman mempelajati baca tulis Arab dan pengetahuan Agama Islam Dalam

riwayat pendidikannya dari beberapa dayah terkemuka di Tanah Aceh Daud

Beureueh menimba ilmu pengetahuan bahasa Arab terutama sekali ilmu-ilmu

syariat dan hakikat serta ilmu-ilmu lain yang erat hubungannya dengan

pengembangan dan pembinaan Islam dalam melahirkan ulama besar dan

pemimpin rakyat60

Pada mulanya Daud Beureueh belajar di Pesantren Titeue

yang dipimpin oleh Tgk Muhammad Hamid selama satu setengah tahun

kemudian pindah ke Pesantren Lie Leumbeue dibawah pimpinan Tgk Ahmad

Harun yang terkenal dengan sebutan Teungku di Tenoh Mirah Setelah empat

setengah tahun belajar ia keluar sebagai ulama tulen atau tempaan pesantren

sejati Setelah lulus Daud Beureueh menikah dengan Tgk Halimah di kampung

Usi Meunasah Dayah Pada tahun 1930 ia membentuk Jami‟ah Diniyah dan

kemudian mendirikan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli Ini

merupakan pengembangan dari lembaga pesantrennya Dan sejak itu Daud

Beureueh mulai terkenal dengan gelar ldquoTeungkurdquo di kampung Usi Meunasah

Dayah61

62

Setelah Daud Beureueh mendirikan kedua lembaga pendidikannya

kemudian ia menjadi pemimpin dalam mempelajari ldquohuruf latinrdquo sehingga teman

ulama sejamannya menjadi pandai membaca dan menulis huruf Ilmu itu mereka

dapat ketika memasuki usia sekolah dalam lembaga pendidikan resmi yang

didirikan oleh Belanda yaitu Government Inlandsache School di kota kecil

59

A Hasjmy Op Cit hal 63-71 60

A Hasjmy Op Cit hal 121-123 61

Harun Nasution dkk Op Cit hal 202 62

Pada mulanya kebanyakan penduduk kampung Usi menganut kepercayaan suluk yang

bersumber kepada ajaran-ajaran Al Hallaj yang terkenal dalam sejarah ilmu Tasawuf Mereka

bertekad bahwa Allah Muhammad dan Adam hakikatnya adalah satu ibarat kain benang dan

kapas Dengan petunjuk-petunjuk yang terus menerus dari Tgk M Daud Beureueh kebanyakan

mereka telah kembali ke jalan yang benar Sumber melalui M Nur El Ibrahimy dalam bukunya

ldquoTgk M Daud Beureueh Peranannya Dalam Pergolakan di Acehrdquo hal 222

23

Seulimeum Dikatakan oleh Anthony Reid Tgk M Daud Beureueh tahun 1910-

1946 mendapatkan pendidikannya pada Europese School di Sigli Dan hal itu

yang dianggap Anthony Reid bahwa Daud Beureueh lebih bersifat ke Eropaan

dibanding uleebalang lainnya63

C Karya-karyanya

Dalam hal ini sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam mengenai

karya-karya Tgk M Daud Beureueh Disini penulis membagi karya-karyanya

menjadi 3 bagian yaitu pertama pemikiran merupakan hasil dari manusia tak

jarang manusia yang berfikir menghasilkan pemikiran-pemikiran yang bermanfaat

bagi kemajuan jaman namun dalam menerapkan pemikiran tersebut banyak

tantangan yang harus dihadapi Bukan mengenai tantangan tersebut tapi

bagaimana hal itu menjadi pecutan semangat untuk menghadapi tantangan jaman

yang mencoba melawan arus manusia

Dalam kasus ini jelas pemikiran Daud Beureueh merupakan pemikiran

politik yaitu menciptakan konsep Negara Islam Indonesia di Aceh64

Islam

sebagai dasar Negara dan Syariat Islam sebagaimana diperintahkan Allah SWT

Dan dijalankan oleh Rasulullah SAW Tantangan yang dihadapi dalam

mewujudkan pemikirannya adalah pemerintah pusat Pemerintah menganggap

pembentukan negara Islam ini adalah suatu tindakan pemberontakan dan

menentang terhadap kebijakan pemerintah Dan hasil dari pemikiran ini maka

tercetuslah Republik Islam Aceh (RIA)65

berdiri pada 15 Agustus 1961 Tetapi

tidak lama berselang setelah perundingan antara Daud Beureueh dengan pihak

pemerintah Indonesia akhirnya tercapailah rumusan yaitu bahwa di Aceh dibentuk

sebagai Daerah Istimewa Aceh (DISTA) dengan penerapan syariat Islam dengan

batas-batas yang diperbolehkan oleh perundang-undangan republik Indonesia

Sebelum pada akhirnya Aceh kembali kepangkuan Negara Kesatuan Republik

Indonesia dan bagian dari NKRI66

63

Ibid hal 350 64

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 200-205 65

RIA akhirnya berhenti pada bulan juli akibat dari propaganda pemerintah pusat dan

perpecahan dalam kubu DITII 66

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 205-208

24

Kedua adalah bentuk melalui karyanya Daud Beureueh membentuk

Jami‟ah Diniyah dan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli Ini

adalah bentuk nyata bagaimana Daud Beureueh ingin memberikan sesuatu yang

bermanfaat bagi penerus dalam bidang pendidikan Jika dikaji melalui pemikiran

pembaharuan dalam dunia Islam menurut At Tahtawi (1801-1873) kaitannya

dengan Daud Beureueh ini adalah bentuk yang lebih spesifik Karena Menurut At

Tahtawi untuk menuju kesejahtraan ialah dengan berpegang kepada agama dan

budi pekerti yang baik Dan menganjurkan pendidikan yang universal Tujuan

pendidikan menurut pendapatnya mencakup kecintaan kepada bangsa dan At

Tahtawi juga berpendapat ulama harus mengetahui ilmu-ilmu modern agar

mereka dapat menyesuaikan syariat dengan kebutuhan zaman modern67

Hal ini

terlihat pada Daud Beureueh yang mempelajari huruf latin untuk menambah

pengetahuannya yang lebih luas

Menurut pandangan James Siegel antropolog Amerika anggota

Departement of Antrophology di Cornel University mengenai Daud Beureueh

yang dianggap sebagai ulama yang berani (militant) dan reformis dari sejarah

Aceh James Siegel mengatakan bahwa Daud Beureueh pernah bersedia

membantu mengerjakan obyek-obyek yang bermanfaat bagi umum dengan

menyediakan diri sebagai alat dalam usaha membangun masjid perbaikan dan

pembuatan jalan-jalan memperbaiki saluran-saluran Irigasi68

Ia juga termasuk

uleebalang yang kaya dan paling giat dalam membuka perkebunan kopi di Tangse

sekitar tahun 1930-an untuk membantu perekonomian masyarakat sekitar69

67

Taufik Abdullah Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Pemikiran dan Peradaban

(Jakarta PT Ichtiar Baru Van Hoeve 2002) hal 397-398 68

El Ibrahimy Op Cit hal 228-235 69

Anthony Reid Op Cit hal 350

25

BAB III

PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM

PEMBERONTAKAN DI ACEH

A Pembentukan Darul Islam Tentara Islam Indonesia di Aceh

Perjuangan Daud Beureueh menegakan syariat Islam di Aceh terjadi pada

masa Era Orde Lama 1953-1962 telah menimbulkan peristiwa berdarah atau yang

lebih dikenal dengan pemberontakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia Aceh

(DITII Aceh) Meletus pada 20 september 195370

perjuangan untuk menciptakan

negara Islam di Aceh sebagai suatu negara bagian dari Negara Islam Indonesia

Pembentukan negara Islam yang berlandaskan kepada pelaksanaan syariat Islam

adalah cita-cita Daud Beureueh Pemberontakan ini timbul akibat kekecewaan

terhadap Soekarno serta harga diri yang terlecehkan karena tidak memenuhi

janjinya untuk menjadikan negara Indonesia sebagai sebuah negara yang

berlandaskan kepada Islam71

Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya pemberontakan yang terjadi

tahun 1953-1962 oleh Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh adalah

rasa sakit hati rakyat Aceh atas perjuangan mempertahankan kedaulatan RI yang

dipandang sebelah mata setelah berhasil mempertahankan kemerdekaan serta

kecewa dengan pemerintah karena wilayah Aceh dimasukan kedalam wilayah

Sumatera Utara dan janji pemerintah mengenai hak istimewa bagi daerah Aceh

tidak kunjung terwujud72

Sedangkan pendapat lebih kuat menurut Anthony Reid

faktor perjuangan melawan kendali Jakarta pada 1953-1962 didasari dua alasan

yakni menentang diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatera Utara dan

gagalnya Republik melaksanakan hukum Islam73

Pertentangan politik dengan

pemerintah pusat membawa kepada suatu keadaan yang meresahkan akibat

70

Dilihat pada beberapa literature peristiwa perjuangan di Aceh oleh Tgk M Daud

Beureueh dipandang sebagai suatu pemberontakan yang menentang kebijakan pemerintah dalam

menerapkan dasar negara Indonesia pasca kemerdekaan dan mengubur alasan kenapa

pemberontakan itu terjadi serta perjuangan gigihnya rakyat Aceh mengusir penjajah saat itu 71

Abdullah Sani Usman Op Cit hal200 72

__________ Ensiklopedi Islam untuk Pelajar 73

Anthony Reid Op Cit hal 338

26

adanya tarik menarik antara Aceh dengan pemerintah pusat Pemerintah pusat

tidak mengakui pembentukan provinsi Aceh yang terpisah sehingga terjadi

tupmang-tindih kebijakan yang membawa kepada krisis kekuasaan pemerintahan

di Aceh

Dalam permasalahan ideologi yaitu penerapan perundang-undangan Islam

yang dikehendaki oleh rakyat Aceh gagal diberikan oleh pemerintah pusat Hal ini

menjadi masalah dan membawa pertikaian atau konflik di era Orde Lama Darul

Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh dengan pemerintah pusat awalnya

disebabkan permasalahan kekuasaan dan selanjutnya masalah ideologi menurut

kacamata penulis dalam kasus ini konflik dapat melenyapkan unsur-unsur yang

memecah belah dan menegakan kembali Artinya konflik yang terjadi juga dapat

meredakan ketegangan antara pihak-pihak yang bertentangan sehingga konflik

dapat berfungsi sebagai stabilisator sistem sosial Sisi positifnya konflik dapat

menciptakan jenis-jenis interaksi yang baru di antara pihak yang bertentangan

Dan konflik juga berlaku sebagai rangsang untuk menciptakan aturan-aturan dan

sistem norma baru yang mengatur pihak-pihak yang bertentangan sehingga

keteraturan sosial Republik Indonesia khususnya Aceh dapat terwujud74

Pada kenyataannya pembentukan Negara Islam yang merupakan cita-cita

impian Daud Beureueh terilhami dari perjuangan DITII pimpinan Imam

Soekarmadji Maridjan Kartosuwiryo75

Kartosuwiryo adalah pemimpin pusat

yang pertama kali mencetuskan gerakan ini di Jawa Barat pada 7 Agustus 1949

Ini merupakan alasan Daud Beureueh merangsang dan ikut berjuang juga dalam

melahirkan Negara Islam di Aceh sebagai suatu Negara Bagian dari Negara Islam

Indonesia Selain itu alasan lain Daud Beureueh untuk tidak meminta bantuan

atau bergabung menyatukan kekuatan dengan DI TII Kartosuwiryo adalah karena

Daud Beureueh melihat ada tekanan hebat yang dilakukan pemerintah pusat

terhadap gerakan Kartosuwiryo Perjuangannya di Jawa direspon dengan sikap

74

Ulfah Fajarini Konflik dan Integrasi Potret Keagamaan Masyarakat Sawangan

(Jurnal Al-Turas Vol 11 No 3 September 2005) hal 289 75

Imam Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo (1905-1962) lahir pada 7 Februari 1905

Adalah pemimpin yang menentang legitimasi dan otoritas Republik Indonesia yang baru merdeka

antara 1948 dan 1962 Kartosuwiryo dikeluarkan dari sekolah kedokteran pada 1927 Karena

nasionalisme radikalnya dan secara politik aktif berasosiasi erat dengan HOS Tjokroaminoto

pemimpin Sarekat Islam Kartosuwiryo terilhami oleh pendirian Tjokroaminoto bahwa sebuah

negara Indonesia yang merdeka harus didasarkan pada prinsip-prinsip Islam Lihat Ensiklopedi

Islam Ringkas hal 356

27

keras oleh pemerintah pusat Melalui Tentara Nasional Indonesia gerakan yang

dianggap sebagai pemberontak ini berhasil ditumpas di berbagai wilayah di Jawa

Barat76

Walaupun mengikuti pola DI TII Kartosuwiryo hakikatnya gerakan DI

TII Aceh lebih merupakan gerakan peringatan kepada penguasa Jakarta agar tidak

sewenang-wenang dan melupakan sumbangan Aceh di masa lalu dengan

mengorbankan seluruh jiwa raga dan harta berharga masyarakat Aceh77

Hubungannya dengan masyarakat Aceh adalah konteks dimensi perilaku

kolektif Dimana suatu gerakan tidak hanya melakukan protes dan demonstrasi

melainkan berakibat pada pengrusakan harta benda dan juga mengakibatkan

jatuhnya korban jiwa Dari hubungan antar kelompok ini melibatkan suatu

gerakan sosial yaitu DI TII yang bertujuan menginginkan perubahan dalam

kekuasaan ataupun ideologi negara78

Dalam pembentukannya perjuangan Daud

Beureueh terinspirasi dari perjuangan dakwah yang ditempuh oleh Rasulullah

SAW Adapun langkah-langkah perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh

melalui tiga tahap yaitu

1 Pertama tahap pembinaan dan pengkaderan

Pada tahapan ini Daud Beureueh sangat serius dalam menanamkan nilai-

nilai dan norma Islam dalam kehidupan masyarakat di Aceh79

Diketahui Islam di

Indonesia sulit berkembang karena ada tiga penyebab Pertama jarak Indonesia

dengan pusat Islam terlalu jauh Kedua Islam sampai ke Indonesia adalah Islam

kosmopolitan dimana hubungan antar pemeluk Islam sedunia begitu dekat lalu

berubah menjadi Islam parokial yang lokal Ketiga Islam di Indonesia menjadi

Islam pedesaan dan menjadi Islam petani Ini berbeda dengan Timur Tengah yang

memiliki kaum pedagang yang mobil Sebelum abad ke-15 M mobilitas para

pedagang sangat tinggi namun ketika sampai di Indonesia menjadi Islam petani

yang mobilitasnya makin menurun Dan dipengaruhi oleh budaya agraris yang

relative statis dan percaya mistik80

76

Cyrill Glasse Op Cit hal 356 77

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 201 78

Ibid hal 160 79

Pada masa kesultanan Aceh Islam mengalami proses pelembagaan yang sangat jelas

sebagai kekuatan sosial budaya dan politik pada masa itu kekuatan pengaruh Islam semakin

dirasakan di hamper seluruh aspek kehidupan masyarakat Aceh lihat Ensiklopedi Tematis Dunia

Islam hal 65 80

Kuntowijoyo Op Cit hal 28-29

28

Hal itu merupakan sebuah tantangan untuk Daud Beureueh dalam

menanamkan Islam di masyarakat Aceh Dalam pembinaan nilai dan norma Islam

Daud Beureueh dalam bidang pendidikan mendirikan dua lembaga yaitu Jami‟ah

Diniyah dan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli sekitar tahun

1930 Dengan tujuan agar nafas Islam selalu ada di dalam masyarakat Aceh dan

membebaskan buta huruf dan buta ilmu dikalangan masyarakat Aceh Terutama

mengenai ilmu-ilmu syariat dan hakikat serta ilmu-ilmu yang erat hubungannya

dengan pengembangan dan pembinaan Islam dalam melahirkan ulama besar dan

pemimpin rakyat81

2 Kedua Tahap Interaksi dan Perjuangan

Pada tahap pembinaan aktifitas di bidang pendidikan yang dilakukan Daud

Beureueh adalah tandingan dari pendidikan yang di buat oleh kolonial Belanda

Dan secara tidak langsung Islam sudah berinteraksi di kalangan masyarakat Aceh

bagaimana di perkenalkan secara sederhana melalui pendidikan tradisional dan

dakwah-dakwah Rasa keimanan yang kuat sudah tertanam di masyarakat Aceh

kemudian menemui pergesekan ideologi Antara ide-ide yang dianggap benar

tentang Islam dengan ide-ide karena pengaruh barat melalui Ideologi Pancasila

Pada periode ini perjuangan Daud Beureueh begitu berat karena memperjuangkan

nilai-nilai keIslaman dalam cita-cita nya mendirikan negara yang berlandaskan

syariat Islam

Melalui dakwah-dakwahnya Daud Beureueh ingin menciptakan

masyarakat Aceh yang mempunyai semangat yang berkobar-kobar dalam

memperjuangkan Islam sebagai dasar negara Dalam substansinya dakwah adalah

menyeru kepada mentauhidkan Allah dan seruan ibadah hanya kepada-Nya serta

seruan untuk meninggalkan penyembahan kepada berhala dan seruan untuk

melepaskan diri dari kehidupan diluar ketentuan Islam seperti zaman jahiliyah

Dan ketika Soekarno mengkhianati cita-cita revolusi itu Soekarno dianggap

sebagai alasan di segala macam maksiat dan kemungkaran Soekarno menentang

Islam memisahkan Islam dari negara dan pemerintahan dan Islam itu sendiri

dipisahkan dari kehidupan masyarakat Pancasila selalu diagung-agungkan dengan

81

A Hasjmy Op Cit hal 121-123

29

penafsiran dan pelaksanaannya itu bukan merupakan wadah untuk Islam82

Dalam

pernyataannya ini menjadi alasan Daud Beureueh mengangkat senjata dan

berjanji ditengah-tengah masyarakat Aceh atas permintaan rakyat Aceh untuk

memimpin dan berjanji berjuang bersama-sama hingga kemenangan tercapai

melaksanakan hukum Allah di Republik Indonesia83

3 Ketiga Tahap Penerimaan Kekuasaan

Jika kaitannya dengan dakwah yang ditempuh Rasulullah SAW Tahapan

ini adalah tahapan menerapkan Islam secara praktis dan menyeluruh sekaligus

menyebarkan risalah Islam ke penjuru dunia Berbeda pada perjuangan yang

dilakukan Daud Beureueh Islam sebagai ilmu yang revolusioner Memiliki

kemampuan untuk mengubah dalam periode ilmu berbagai masalah

kemasyarakatan dapat dicarikan jawabannya dalam Islam Misal mengenai

ketimpangan sosial pemilikan tanah hubungan kerja ataupun masalah modal dan

penguasaan pasar Islam memiliki jawaban dari persoalan itu Tetapi hal itu masih

terbatas pada tingkat formulasi normatif dan belum mengangkat Islam menjadi

teori sosial Keadaan ini yang mungkin dianggap pemerintah saat itu masih tidak

percaya bahwa ide Islam bisa menjadi kenyataan Dan menganggap itu sebagai

ide abstrak atau dengan kata lain non progresif84

Setelah melakukan langkah-langkah mulai dari pembinaan pengkaderan

interaksi dan perjuangan Aceh pada awal perjuangan kemerdekaan Indonesia

secara de facto85

yang merupakan bagian dari provinsi Sumatera dengan

kebijakan undang-undang sementara tahun 1945 yang membagi wilayah

Indonesia menjadi 10 provinsi Pergantian pemerintahan Jepang kepada

pemerintahan Indonesia secara otomatis menghapus dan menggantikan undang-

undang peradilan baik dari zaman Belanda maupun Jepang menjadi perundang-

undangan Republik Indonesia yang diatur dalam lembaran Negara No 23 1947

Dengan berlakunya undang-undang ini segala bentuk perundang-undangan dan

struktur pemerintahan di Aceh yang berlaku pada era Belanda dan Jepang telah

82

Pada Saat Soekarno tidak menepati janjinya Pancasila dengan penafsiran dan

pelaksanaannya dianggap sebagai syirik yang sesat dan menyesatkan yang hanya sesuai dengan

agama lain di luar agama Islam 83

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 201 84

Kuntowijoyo Op Cit hal 30-31 85

De facto adalah pengakuan secara kenyataan pada kasus Aceh ini bersifat sementara

30

berubah Namun pada kenyataannya walaupun mengalami perubahan secara

prinsipnya perundang-undangan tersebut masih menyerupai kedua era Belanda

dan Jepang Dan perlu ditekankan perubahan yang terjadi bukan berarti

merupakan pengembalian kepada bentuk asal perundang-undangan Aceh atau

hasil perundingan perundang-undangan yang sesuai dengan kehendak masyarakat

Aceh Hal ini juga yang menyebabkan rakyat Aceh semakin geram dengan

pemerintah pusat dan alasan munculnya gerakan DITII Aceh86

B Kedudukan dan Sikap Tgk M Daud Beureueh dalam Perjuangan di

Aceh

Pada masanya perjuangan dengan berlandas pada syariat Islam Daud

Beureueh memiliki rentan waktu yang lama Mulai dari masa kolonial Belanda

masa kedudukan Jepang masa pra dan pasca kemerdekaan dan masa revolusi

Adapun kedudukan Daud Beureueh adalah sebagai berikut

Ulama seperti pemaparan penulis diatas dalam riwayat pendidikan Daud

Beureueh dikenal sebagai ulama tulen Hal itu terlihat dari pendidikan yang Daud

Beureueh jalani di Pesantren sekitar 6 tahun sebelum ia dikenal oleh rakyat Aceh

sebagai seorang ulama Pada saat menjadi ulama Daud beureueh mendirikan

lembaga pendidikan dan pemimpin dalam mengawali mempelajari huruf latin

Peran sebagai ulama makin terlihat tatkala ia menyelesaikan persoalaan yang

terjadi di masyarakat Dalam tahun 1920-1930-an Daud Beureueh dan para ulama

lainnya baik yang muda maupun yang sebaya dengannya telah berhasil

memberantas gerakan kebatinan saleek buta87

dimana bagi mereka gerakan itu

adalah suatu ancaman karena dapat merusak akidah keIslaman masyarakat Aceh

Ketua PUSA Persatuan Ulama Seluruh Aceh adalah organisasi modern

pertama dan sebuah gerakan rakyat yang berhasil muncul di Aceh setelah

pendudukan militer Berdiri pada tahun 1939-1942 organisasi ini menghimpun ke

86

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 178-179 87

Saleek buta ialah satu aliran kebatinan yang tumbuh di Aceh sekitar abad ke-19 dan

awal ke-20 M sampai dengan tahun tiga puluhan Di antara ajaran saleek buta bahwa Tuhan dan

makhluk adalah satu atau bersatunya Allah dengan manusia Dan bagi mereka syariat Islam

seperti yang diamalkan tidak berlaku Dalam buku A Hasjmy Op Cit hal 105

31

mayoritas ulama aktif di Aceh dalam program pengembangan sekolah-sekolah

agama yang lebih modern dan peningkatan Kekuatan Islam Aceh88

Organisasi ini

lahir dalam konfrensi pada bulan Mei tahun 1939 oleh Teungku Abdul Rahman

dari perguruan Al- Islam di Peusangan Lahir pada masa kolonial organisasi ini

muncul sebagai pejuang dalam mengambil kekuasaan dari Belanda di Aceh Hal

itu terlihat dari konflik yang terjadi antara PUSA dengan uleebalang Suatu

hubungan antara uleebalang dengan Belanda menjadi alasan mengapa PUSA

ingin memimpin sistem pemerintahan di Aceh

Meskipun berdiri di saat situasi tegang tetapi dalam perkembangannya

PUSA telah menunjukan dirinya sebagai suatu faktor politik yang sangat penting

Dalam empat tahun terakhir setelah berdirinya PUSA kekuasaan Belanda di Aceh

mengalami kemerosotan Perubahan sikap dan perilaku antara uleebalang dan

rakyat Aceh menjadi bukti nyata makin rapuhnya kekuasaan uleebalang

Perubahan sikap dan perilaku terlihat dari kemarahan dan kebencian masyarakat

Aceh akibat penindasan dan skandal beberapa uleebalang yang tergambar di

majalah Penjedar yang terbit di Medan pada bulan November 193889

Kemerosotan juga terlihat di bidang ekonomi yaitu dengan munculnya

PUSA sebagai kaum tandingan atau atasan baru sebagai motor penggerak

perekonomian rakyat dalam bentuk kaum pedagang yang berkembang didaerah

seperti Sigli Garot Bireun dan Idi Dan dalam dunia pendidikan terlihat pada

aliran pembaharuan yang pada dasarnya rakyat Aceh menganggap Belanda

sebagai kaphe dengan munculnya sekolah-sekolah keagamaan dengan

berlandaskan Islam menjadi tandingan untuk sekolah-sekolah yang didirikan

Belanda Berbeda dalam bidang politik perjuangan mendapatkan kekuasaan oleh

ulama dianggap Belanda sebagai suatu gerakan perlawanan yang begitu

berpengaruh Tapi aneh ketika sikap politik Belanda membiarkan gerakan yang di

pimpin oleh ulama tumbuh dan berkembang90

88

Anthony Reid Op Cit hal 280 89

Majalah Penjedar awalnya didirikan oleh mantan pemimpin PKI Xarim M S tetapi

kemudian majalah ini beralih ke tangan seorang wartawan Medan yaitu mantan pemimpin PSII

Mohammad Said menjadi pemimpin redaksinya pada bulan November dengan tujuannya yaitu

menggantikan kedudukan raja-raja uleebalang 90

Anthony Reid Op Cit hal 58-63

32

Menurut analisa penulis terhadap sikap politik Belanda melalui golongan

pembesar atau petinggi Belanda melihat perjuangan melalui organisasi yang

dipimpin ulama melalui PUSA sebagai sebuah hal yang wajar dan tidak

mengkhawatirkan sebaliknya pada tahun 1930an munculnya Muhammadiyah

sebagai sebuah gerakan non-Aceh yang terbuka dan menerima kebangkitan

nasionalisme Indonesia justru menimbulkan kekhawatiran oleh Belanda Jadi

kekhawatiran Belanda timbul melalui ruang lingkup PUSA gerakan pembaharuan

ruang lingkupnya lebih kecil dibanding dengan Muhammadiyah

Gubernur Militer merangkap panglima divisi X TRI91

pada masa revolusi

demi menciptakan proses pertahanan politik nasional di wilayah Aceh melalui

keputusan wakil Presiden Muhammad Hatta Daud Beureueh dilantik menjadi

Gubernur Tentara di wilayah Aceh Langkat dan Tanah Karo pada tanggal 27

Agustus 1947 di Bukit Tinggi Melalui Daud Beureueh kekuatan bersenjata di

Aceh dapat dibentuk dan dileburkan dalam wadah Tentara Nasional Indonesia

(TNI) yang sebelumnya terdiri dari berbagai barisan pejuang kekuatan bersenjata

Aceh yang tidak terkawal92

Hal ini didasarkan pertimbangan politis karena selain Daud Beureueh

seorang ulama dan pemimpin rakyat yang sangat berpengaruh juga karena banyak

diantara pemimpin laskar rakyat itu adalah muridnya Dengan demikian Daud

Beureueh dapat dijadikan figur pemersatu di wilayah Aceh kemudian atas dasar

posisi strategis yang dimilikinya Daud Beureueh diangkat sebagai Gubernur

Aceh pertama 1950 Namun tiga tahun kemudian 21 september 1953 terjadi

perselisihan pandangan politik antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat

Hal itu yang menyebabkan Daud Beureueh bersama rakyat mengangkat senjata

dan terjadilah tragedi berdarah atau lebih dikenal peristiwa berdarah93

Proklamator Darul Islam sebelum mengkaji mengenai kedudukan Daud

Beureueh dalam gerakan Darul Islam di Aceh penulis ingin memberikan

informasi bagaimana cikal bakal timbulnya Darul Islam di Aceh Darul Islam

adalah nama yang diberikan kepada sebuah gerakan pejuang Islam di Jawa Barat

91

El Ibrahimy Op Cit hal 47 92

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 184-186 93

Harun Nasution Op Cit hal 202-203

33

Indonesia yang menentang legitimasi dan otoritas Republik Indonesia yang baru

merdeka antara 1948 dan 1962 Dipimpin oleh Sukarmadji Maridjan

Kartosuwiryo (1905-1962) kekuatan militer Darul Islam resmi dikenal sebagai

Tentara Islam Indonesia (TII) dengan basisnya didataran tinggi Jawa Barat

mencoba memproklamasikan Negara Islam Indonesia 7 Agustus 1949 melalui

Kartosuwiryo yang dianggap sebagai pemimpin yang kharismatik Beraliansi

dengan pejuang Islam di Aceh pimpinan Daud Beureueh dan di Sulawesi Selatan

pimpinan Kahar Muzakkar melalui Piagam Jakarta pemimpin Islam menyetujui

sebuah negara pluralitas94

demi kesatuan nasional Imbalannya adalah adanya

pernyataan bahwa umat Islam wajib menjalankan hukum Islam Hal ini

merupakan klaim minimalis atas sistem politik walaupun secara konstitusional

tidak pernah dijadikan undang-undang Bagi kartosuwiryo dan pengikutnya pada

1945 bergerak dalam sayap radikal politik Islam hal ini merupakan

pengkhianatan95

Ketidak senangan mereka diperkuat oleh munculnya

keprihatinan terhadap pengaruh politis sayap kiri didalam barisan kaum

nasionalis96

Tepat tanggal 21 September 1953 (12 Muharam 1373 Hijriah) Daud

Beureueh memproklamirkan berdirinya Darul Islam negara Islam di Aceh Aceh

memberontak dari Republik Indonesia yang berlandasrkan Pancasila dan

bergabung dengan Negara Islam Indonesia yang berlandaskan syariat Islam

Berbeda dengan gerakan Darul Islam di Jawa Barat di daerah Aceh sendiri selain

lebih lambat munculnya gerakan ini pun relatif lebih singkat antara 1953-1957

Dan perjuangan terakhir pada tahun 1962 saat itu Daud Beureueh dianggap

sebagai tokoh sparatis dalam mewujudkan apa yang dicita-citakannya97

Dalam

94

Pluralisme adalah keadaan masyarakat yang majemuk berkaitan dengan sistem sosial

dan politik Melalui kebudayaan muncul berbagai kebudayaan yang berbeda dalam suatu

masyarakat Dalam kaitannya dengan perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh adalah tentang

sebuah prinsip-prinsip Islam sebagai payung ideologi bagi penduduk Indonesia Sumber melalui

httpkbbiwebidpluralisme di akses pada tanggal 16 Februari 2016 Pukul 0950 WIB 95

Pandangan alternatif Kartosuwiryo mengenai Indonesia dan tuntutannya akan sebuah

negara yang sepenuhnya Islam dijabarkan dalam risalahideologis 1946 bertajuk Haluan Politik

Islam Dia menulis bahwa hanya dengan beridirinya Darul Islam-lah kesejahtraan dan keselamatan

kaum Muslim di Indonesia terjamin dan keselamatan di akhirat pun tercapai 96

Cyrill Glasse Ensiklopedi Islam Ringkas (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1999)

hal 356-357 97

A Hasjmy Op Cit hal 113-117

34

karangan yang dimuat oleh A Hasjmy mengatakan menurut para pengamat

politik saat itu jalan sejarah yang mengantar Daud Beureueh ke mimbar

proklamasi Darul Islam di Aceh berkesimpulan bahwa adanya usaha-usaha

sistematis dan berencana yang bertujuan mendorong sebagian rakyat Aceh

memberontak terhadap Republik Indonesia yang telah dipelihara dan dibelanya

selama tahun-tahun yang amat getir dalam sejarah Republik yang masih muda

saat itu Di tahun Revolusi Fisik para pengamat politik mendapati kenyataan

bahwa tahun-tahun itu Aceh mengorbankan segalanya untuk membela dan

mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945 sehingga di angkasa Tanah Aceh

terus menerus berkibar Sang Saka Merah Putih98

Kaitannya dengan sikap Daud Beureueh dalam perjuangannya di Aceh

masa revolusi atau pasca kemerdekaan Terlihat mulai dari situasi genting

Republik Indonesia yang baru berusia dua tahun lebih pada media Juni 1948

membuat Presiden Soekarno mendatangi Aceh Dalam kaitannya dengan kolonial

jelas Aceh dengan sebutan tanah rencong inilah satu-satunya wilayah RI yang

dianggap masih berdaulat penuh Pasca Agresi Militer I Belanda dan perjanjian

Renville sejumlah wilayah RI terkepung negara-negara boneka buatan Belanda99

Misi hidup-mati yang dibawa Soekarno pada 15 Juni 1948 bersama Menteri

Dalam Negeri Dr Sukiman adalah untuk bertemu tokoh masyarakat di Aceh

Seperti dikutip dari buku bdquoAceh Daerah Modal‟ Soekarno menjalani kunjungan

tiga hari untuk berdialog dengan Tgk M Daud Beureueh di Markas Divisi X

Komandemen Sumatera Bireuen Dalam pertemuannya Soekarno meminta

bantuan kepada Daud Beureueh demi membangkitkan rasa patriotisme segenap

rakyat Aceh dengan mengungkit kembali perlawanan melawan kolonial Belanda

di Aceh100

98

A Hasjmy Semangat Merdeka 70 Tahun Menempuh Jalan Pergolakan dan

Perjuangan Kemerdekaan (Jakarta PT Bulan Bintang 1985) 99

Negara-negara boneka itu seperti Indonesia Timur atau Negara Pasundan Tak pelak

Aceh pun disebut jadi ldquosahamrdquo atau modal yang sangat penting untuk mempertahankan

Proklamasi 17 Agustus 1945 saat itu 100

Alasan lain kenapa Soekarno datang ke tanah rencong adalah karena rakyat Aceh

diketahui sebagai pejuang yang paling gigih menentang penjajahan Belanda Berpuluh-puluh tahun

rakyat Aceh berperang melawan kolonialisme Belanda Dan meminta saat itu mengusir Belanda

untuk kedua kalinya dari bumi persada tercinta yaitu Republik Indonesia Sumber melalui

35

Pada masa awal kemerdekaan sikap nasionalisme101

Daud Beureueh

mempunyai kharisma yang sangat kuat di masyarakat Aceh sehingga Presiden

Soekarno datang dan meminta bantuan dalam mempertahankan kemerdekaan

Indonesia dari ancaman negara boneka yang dilakukan Belanda Pada saat itu

Daud Beureueh mau masuk kedalam pemerintahan dengan di angkat menjadi

Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo dan berhasil menyatukan

gerakan-gerakan rakyat menjadi satu kesatuan dalam bentuk Tentara Nasional

Indonesia (TNI) Dengan tujuan dan cita-cita yang sama menuju keselamatan

nasional dari ancaman pihak luar atau penjajah Daud Beureueh menghidupkan

kembali kesadaran sejarah rakyat Aceh102

yang membuat api semangat yang

berkobar dalam diri masing-masing baik di kalangan masyarakat Aceh ulama

dan para pejuang lainnya103

Perjuangan Daud Beuereueh tidak berhenti pasca kemerdekaan setelah

berhasil menyelamatkan dan mempertahankan kesatuan Republik Indonesia dan

berjuang bersama seluruh rakyat Aceh dengan mengorbankan jiwa raga serta harta

berharga tetapi tuntutannya mengenai dasar sebuah negara tidak terpenuhi

membuat geram dan kecewa kepada pemerintahan pusat Respon cepat dilakukan

perubahan kedudukan dari koalisi berubah menjadi oposisi104

kritik keras

mengenai pergerakan pemimpin dalam berpolitik yang tidak mempunyai

tanggung jawab dalam mengambil keputusan di pemerintahan Pemberontakan

tidak begitu saja meletus malainkan melalui 3 tahapan yaitu tahap sabar tahap

benci dan tahap melawan Dan ini sudah mencapai tahap ketiga rakyat Aceh

khususnya sudah geram dan merasa dipermainkan harga dirinya Namun Daud

httpnewsokezonecomread201506153371165361misi-hidup-mati-yang-dibawa-soekarno-

ke-tanah-rencong diakses pada tanggal 19 Februari 2016 Pukul 0007 WIB 101

Sikap nasionalisme yaitu ajaran atau paham untuk mencintai bangsa dan negara

sendiri Sifatnya kenasionalan menjiwai bangsa Indonesia Sumber melalui

httpkbbiwebidnasionalisme diakses pada tanggal 19 Februari 2016 Pukul 1422 WIB 102

Kesadaran yang dimaksud adalah kesadaran dari dalam diri anggota atau para pejuang

dalam suatu bangsa yang secara potensial atau actual bersama-sama mencapai mempertahankan

dan mengabadikan identitas integritas kemakmuran dan kekuatan bangsa atau semangat

kebangsaan 103

Anthony Reid Op Cit hal 347 104

Koalisi adalah kerja sama yang dilakukan antara sebuah organisasi partai gerakan dll

Untuk memperoleh dukungan politik yang besar Sedangkan oposisi adalah Pertentangan dalam

pemerintahan sikap menentang dan mengkritik pendapat atau kebijaksanaan politik atau golongan

yang berkuasa Dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah Daud Beureueh dan Pemerintah

Pusat

36

Beureueh masih bisa menahan dengan mengirimkan secarcik surat kepada

Presiden Soekarno Hal ini menerangkan bahwa pemerintah mempunyai tanggung

jawab besar terhadap nasib tanah air membawa perubahan dalam cara berfikir

Akibat rasa kekecewaanya sikap revolusioner105

Daud Beureueh muncul Dalam

gerak gerik dan pikiran yang menghendaki perubahan serta merta dalam segala

sesuatu yang tidak di anggap sempurna Kaitannya dengan penetapan dasar negara

Pancasila dirasa kurang berpihak bagi umat Islam yang menginginkan negara

berlandas pada Islam106

Selain itu pemberontakan yang dilakukan DITII Aceh digandeng erat

dengan menjalin kerja sama dengan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia

(PRRI) Perjuangan Rakyat Semsta (PERMESTA) terutama dalam bidang militer

NBANII (DITII Aceh) telah mengadakan operasi bersama dengan pasukan PRRI

yang tergabung dalam Operasi Sabang Marauke di daerah-daerah perbatasan

Aceh-Sumatera Timur Ada terhembus isu bahwa PRRI mgnirimkan senjata

kepada NBANII107

Dan dikatakan bahwa Menteri pertahanan PRRI pernah

memutuskan untuk menemukan Kapten Jusuf Risin Pada Staf Divisi TgkTjhik di

Tiro untuk memberikan latihan kepada anggota DITII di Aceh pada akhir tahun

1959 sesuai dengan kesepakatan yang tercapai dalam pertemuan di Genewa pada

bulan Desember tahun 1958 antara pemimpin-pemimpin PRRIPERMESTA dan

dalam pertemuan itu turut hadir Hasan Ali Perdana Menteri NBANII dan Hasan

Muhammad Tiro (Duta Besar DI untuk Amerika Serikat di PBB) maka

diputuskanlah untuk mendirikan suatu negara yang berbentuk federal yang

dinamakan Republik Persatuan Indonesia (RPI) guna lebih banyak mendapatkan

105

Revolusioner adalah sikap dimana cendrung menghendaki perubahan secara

menyeluruh dan mendasar 106

Menurut Mr S M Amin peristiwa yang diawali dengan sifat revolusioner lambat

laun akan berubah menjadi sifat evolutioner Yaitu melihat peristiwa itu dari sisi positifnya

(kebaikan) juga dalam suatu cara membawa perubahan dengan berangsur-angsur Sifat ldquoreeelrdquo

yang tidak dapat melihatkesukaran-kesukaran keadaan suasana masa dan waktu berubah menjadi

sifat ldquoreeelrdquo yang menarik dalam perhatian segala kenyataan baik yang menguntungkan maupun

merugikan sehingga tindakan diambil dengan hati-hati dan penuh perhitungan laba ruginya 107

Disinyalir bahwa isu yang berhembus itu tidak benar Terbukti dari surat menyurat

antara PRRI dan NBANII Secara resmi PRRI tidak pernah mengirimkan senjata kepada

NBANII Tentang pengiriman senjata ke Aceh baru hendak dibicarakan dalam cabinet PRRI pada

akhir 1959

37

dukungan dari daerah-daerah dan untuk lebih mengefektifkan perjuangan

menghancurkan regime Soekarno yang diktatorial108

Dalam Undang-Undang Dasar Republik Persatuan Indonesia antara lain

disebutkan

Pasal 1 ayat 1 Negara RPI berdasarkan Keimanan kepada Tuhan YME

Pasal 1 ayat 2 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk atau

golongan untuk memeluk agamanya atau kepercayaannya

masing-masing dan untuk beribadah serta hidup

bermasyarakat sesuai dengan syariat agamanya atau

kepercayaannya

Pasal 31 ayat 1 Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan

mengeluarkan pendapat

Pasal 31 ayat 2 Mengeluarkan pendapat yang mengandung penghinaan

terhadap suatu agama ajakan untuk mendirikan dictator

atau ajakan untuk menganut dan melaksanakan paham-

paham komunis atau paham-paham lain yang

membahayakan asas-asas dasar negara dilarang

PRRI dan NBANII saat itu diharapkan untuk menjadi inti negara dan

keduanya mengambil inisiatif memelopori perjuangan menegakkannya Serta

mengharapkan sebagai proklamator selain tokoh Dewan Perjuangan dan PRRI

dua orang dari NBANII yaitu Tgk Daud Beureueh dan Hasan Ali yang masing-

masing direncanakan menjadi Wakil Presiden dan Menteri Luar Negeri ditambah

dengan Kahar Muzakkar dari Sulawesi yang direncanakan menjadi Menteri Muda

Pertahanan Menurut rencana Republik Persatuan Indonesia akan

diproklamasikan pada tanggal 15 atau 17 agustus 1959 Akan tetapi berhubung

dengan adanya usul-usul perubahan dari NBANII mengenai beberapa pasal dari

UUD RPI diantaranya mengenai soal yang fundamental yaitu mengenai wilayah

108

RPI adalah bentuk kelanjutan yang logis dari perjuangan daerah-daerah dan satu-

satunya kendaraan politik untuk mencapai tujuan dan cita-cita seperti yang dinyatakan program

perjuangan dari Dewan perjuangan dengan memperhatikan bahwa pelaksanaannya haruslah sesuai

dengan strategi perjuangan

38

RPI (pasal 3) maka proklamasi itu baru dapat di cetuskan pada tanggal 8 Februari

tahun 1960109

Meskipun terdapat perbedaan paham antara NBANII dengan PRRI

akhirnya Republik Persatuan Indonesia di proklamasikan juga pada tanggal 8

Februari 1960 dengan PRRI dan NBANII sebagai intinya Sejak itu NBANII

berubah namanya menjadi Republik Islam Aceh (RIA)sebagai satu negara bagian

dari Republik Persatuan Indonesia Dari masuknya NBANII ke dalam RPI tidak

berarti hubungan antara NBANII telah putus dengan NII pimpinan Kartosuwirjo

Dalam surat Wali NBANII kepada Pimpinan tertinggi NII KArtosuwirjo

bertanggal November tahun 1960 dijelaskan sebab-sebab mendorong NBANII

masuk kedalam RPI sebagai satu negara bagian yang menjadi inti dari RPI

Disamping itu diminta agar bukan saja hubungan NBANII dengan RPI disahkan

tetapi meminta juga Kartosuwirjo Pimpinan NII turut ikut berpadu dengan PRRI

dalam Republik Islam Indonesia yang berjiwa Islamisme dan Federalisme

Adapun sebab-sebab yang mendorong NBANII berpadu dengan RPI antara lain

adalah

1 RPI adalah suatu bentuk Federasi yang menjiwai ketatanegaraan Islam

2 Menjamin ketatanegaraan Islam bagi Negara Bagian secara demokratis

sehingga negara bagian bebas menjalankan hukum syariat Islam bagi umat

dan masyarakat Islam seluruhnya

3 RPI suatu negara yang mengakui mutlak kedaulatan negara berada di

tangan Allah SWT

4 RPI adalah suatu bentuk negara yang menganut falsafah yang sesuai

dengan kehendak umat Indonesia yang umumnya memeluk agama Islam

dan Kristen

109

Diperkirakan selain Aceh yang telah menjadi Negara Bagian inti dalam RPI akan

diterima juga untuk pertama kali menjadi Negara-negara Bagian Sumatera Barat Sumatera Utara

Sumatera Selatan Riau Jambi Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Maluku Selatan dan Maluku

Utara Perbedaan pendapat terjadi antara NBANII dan PRRI mengenai fundamental yaitu tentang

wilayah negara federal yang baru meliputi Sumatera dengan kata lain mereka menghendaki suatu

Republik Persatuan Sumatera Lihat lebih detail pada buku M Nur El Ibrahimy Tgk M Daud

Beureueh Pergolakannya di Aceh hal203-204

39

5 RPI menentang tegas AteisKomunis dalam perkembangan ketatanegaraan

Indonesia

6 Dengan RPI kita memperlihatkan hanya ada satu organisasi Negara saja di

Indonesia yang menentang dan member perlawanan bersenjata terhadap

organisasi pemerintah Soekarno

7 Dengan RPI kita menarik perhatian dunia internasional terhadap

kesanggupan kita dalam memegang kekuasaan politik di Indonesia

terutama dalam menumpas regime Soekarno sebagai landasan untuk

memperoleh sokongan dan bantuan moril dan materiil dari pihak luar

negeri baik di forum PBB maupun dari pihak negara-negara lain terutama

dari negara blok anti komunis

8 Dengan RPI kita melenyapkan kesempatan atau peluang bagi usaha taktik

dan tipu muslihat (regime Soekarno) dalam wujud memecah belah sesame

kita melakukan perlawanan bersenjata terhadap mereka baik dalam

masyarakat NBANII maupun dalam masyarakat PRRIPermesta ataupun

antara NIITII dan PRRIPERMESTA

9 Pembentukan RPI merupakan usaha untuk merangkul kembali pemimpin-

pemimpin dan politisi-politisi Islam dan Pemuda-pemuda Islam yang

militant dan revolusioner yang berada diluar organisasi NIITII untuk

sama-sama berjuang bahu-membahu menghancurkan regime

SoekarnoKomunis

10 Adanya berbagai kesulitan dalam berbagai bidang organisasi politik

militer financial ekonomi dan sebagainya Dengan terbentuknya RPI

diharapkan kesulitan-kesulitan ini sedikit demi sedikit dapat diatasi110

Pencetus Berdirinya Republik Islam Aceh berdiri pada saat akhir

perjuangan gerakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia DITII Aceh yaitu

setahun sebelum penyerahan Daud Beureueh kepada Republik Indonesia Pada

kemunculannya gerakan ini tidak begitu tersiar karena beriringan dengan DITII

110

Surat Wali NBANII kepada Pemimpin tertinggi NII KArtosuwirjo dalam bulan

November 1960

40

atau dalam rentang waktu yang singkat Hal yang melatar belakangi berdirinya

RIA adalah sebagai penerus perjuangan Daud Beureueh yang bertahan pada

keyakinannya semula yakni melanjutkan revolusi Islam di Aceh Dengan segala

kekuatan persenjataan dan pasukan yang terbatas maka tercetuslah berdirinya

Republik Islam Aceh pada 15 Agustus 1961 Tidak banyak literature yang penulis

dapatkan mengenai gerakan RIA tercatat menurut El Ibrahimy menerangkan

kemunculan RIA tidak tepat karena disaat bersamaan pemulihan keamanan

dengan Daud Beureueh menyebabkan usaha penyelesaian damai menemui jalan

buntu Hal ini membuat geram Kol Jasin dan Jendral Nasution yang sudah

melaporkan bahwa persoalan Aceh dan diri Tgk M Daud Beureueh telah selesai

Tetapi tiba-tiba muncul lagi surat resmi Daud Beureueh atas nama wali Negara

Republik Islam Aceh111

Daud Beureueh adalah bapak orang-orang Aceh ditinjau dari

karakteristiknya masyarakat Aceh sangat terikat dengan kesadaran dan

pengalaman sejarah dengan pengaruh Islam yang kuat Hal itu bisa dilihat dari

pola tingkah laku politik maupun ideologisnya Tiga peristiwa sejarah yang

menjadi sandaran dan kebanggan orang-orang Aceh yaitu

1 Masa kejayaan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M)112

dan Sultan

Iskandar Tsani (1636-1641 M)113

2 Perang Aceh114

3 Perjuangan di masa revolusi Kemerdekaan

Ketiga hal itulah yang menimbulkan kebanggaan pada orang Aceh baik

dalam rangka kesadaran keIslaman maupun dalam rangka kesadaran kebangsaan

Dalam konteks Islam Aceh dijuluki sebagai ldquoSerambi Mekahrdquo hal ini membawa

anggapan masyarakat Aceh bahwa di daerah mereka Islam dating Kerajaan Islam

berdiri dan pemikiran Islam berkembang serta perang Sabil yang terjadi cukup

111

El Ibrahimy Op Cit hal 197-198 112

Lihat sumber melalui httpmelayuonlinecomindpersonagedig303sultan-iskandar-

muda diakses pada tanggal 18 Februari 2016 Pukul 1751 WIB 113

Lihat sumber melalui httpkebudayaankemdikbudgoidbpcbaceh20131031

sekilas-sejarah-aceh-abad-ke-16-penulis-nurdin-s-sos-staf-pemugaran-bpcb-aceh diakses pada

tanggal 18 Februari 2016 Pukul 1758 WIB 114

Perang Aceh atau lebih dikenal dengan perang Sabil dalam bahasa aceh prang sabi

adalah perang masyarakat Aceh terhadap kolonial Belanda yang terjadi sekitar akhir abad ke-19

M dan lebih tepatnya pertama pecah pada tahun 1873 Hal ini adalah bukti perjuangan rakyat

Aceh yang anti kolonial atau disebut juga kaum kaphe

41

lama115

Pilar-pilar kepemimpinan Aceh terdiri dari ulama Sultan dan

uleebalang (uleebalang) Dan kedudukan ulama sangat strategis Bertolak dari

pengakuan masyarakat dan sudah menjadi fitrahnya ulama dalam konteks

kebudayaan Aceh mendampingi penguasa Sifatnya yang mobile (dominan) dan

tidak terikat oleh ikatan politik lokal memungkinkan para ulama116

berfungsi

sebagai perantara komunikasi kultural117

Dari kebanggaan itulah watak Daud Beureueh sebagai orang Pidie

terbentuk menjadi manusia keras dan ulet juga setelah menjadi pemimpin umat

Kekerasan dan keuletan terlihat dai pendirian yang amat tangguh sehingga sulit

untuk bergeser atau digeser dari sesuatu yang diyakini kebenarannya dalam hal

ini pendirian dan cita-citanya untuk mendirikan negara dengan berdasar pada

Islam118

Daud Beureueh juga dikenal sebagai pemimpin yang kharismatik

Pemimpin dengan jiwa wibawa yang sangat tinggi dan disegani di masa revolusi

Sifatnya itu terlihat ketika pada saat Daud Beureueh mengamati perkembangan

revolusi kemerdekaan Indonesia dengan tenang dan hati-hati119

C Respon Rakyat Aceh Terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

Dilihat dari letak geografisnya Aceh pada zaman dimana perdagangan

dunia berdinamika berada pada jalur georgrafis yang harmonis Aceh terletak dua

mil dari punggung pantai dan tiga mil dari kaki bukit Kedudukannya yang tak

jauh dari hulu dan hilir menjadikan Aceh sebagai permata hijau namun juga biru

115

Dalam keputusan mengenai perang Sabil pada oktober 1944 pertemuan yang

dilakukan uleebalang dan ulama adalah (1) hukum perang Sabil pada masa kolonial adalah

Fardlu‟ain yaitu wajib untuk setiap orang Islam (2) Belanja peperangan didapat dari Baitalmal

zakat dan sokongan dari hartawan (3) Hukumannya pengkhianat sama dengan si kafir

Penjelasan mengenai Fardlu‟ain adalah suatu ajaran tradisional Islam mengenai jihad

ialah bahwa hukumannya bukan fardlu‟ain tetapi hanya fard‟ala kifaya yaitu diwajibkan atas

masyarakat Islam sebagai suatu keseluruhan tetapi tidak diharuskan pada setiap pemeluknya

Lihat Anthony Reid Op Cit hal 327-352 116

Para ulama bertindak sebagai perumus pembina dan penumpuk cita ldquoke Acehanrdquo

sebagai suatu kesatuan kultural dan politik Pada tiga masa itu ulama lah yang tampil untuk

memimpin reformasi sosial dan agama Tindakan nyata terlihat apabila kehidupan keagamaan dan

sosial masyarakat Aceh telah menjauh dari ajran yang benar dan diyakini 117

Taufik Abdullah Karena Keterkaitan Ideologi Artikel surat kabar majalah Panji

Masyarakat No 419 118

A Hasjmy Op Cit hal 118-120 119

Abdullah Sani Usman OpCit hal 182

42

Kekayaan bahari terlihat dari kebajikan alam lewat hutan dan pertaniannya yang

subur Dan rumah masyarakat Aceh pun begitu dekat dengan alam Dibanding

dengan menggunakan beton sebagai landasannya para leluhur ini lebih suka

memilik bamboo dan batu yang dianyam dengan tangan-tangan terampil menjadi

tempat tinggal yang layak huni120

William Marsden explorer Inggris

menggambarkan sosok tubuh orang-orang Aceh berbeda dengan orang Sumatera

lainnya Mereka lebih tinggi dan berkulit lebih hitam Banyak yang menilai orang

Aceh adalah pencampuran orang Batak orang Melayu dan orang Chulias121

Ciri

lain dari orang Aceh adalah kegemarannya dalam bekerja lebih cerdik dan

memiliki wawasan luasmereka juga rajin mengunjungi ulama dan mengakrabi

orang asing yang seiman

Dari berbagai sisi di atas dan dari sisi pola dasar bahasa dan sosial Aceh

termasuk masyarakat Sumatera dan Asia Tenggara Namun ada cukup banyak

cirri khusus dalam perkembangan sejarahnya sejak abad ke-16 M yang

menyebabkan ideologi separatisme yang dianutnya meyakinkan ketika muncul

pada tahun 1970-an Berbeda dengan tradisi sastra ldquoMelayu klasikrdquo yang

menyaksikan peranan Aceh yang sangat besar didalamnya misalnya Aceh

sepenuhnya berdiri di pinggir sepanjang menyangkut pengembangan langgam

bahasa dan kesusasteraan Melayu Indonesia modern menjelang akhir abad ke-19

M122

sampai penaklukan Aceh oleh Belanda pada akhir abad ke-19 M hubungan

ekonomi politik dan budaya Acehterjalin dengan Samudra India dan

Semenanjung Malaya tidak dengan dunia Laut Jawa yang didominasi pada

awalnya oleh Jawa dan kemudian oleh Belanda Aceh merupakan bagian dari

dunia Islam Samudera India sejak Pasai dikunjungi dan ditulis oleh Ibn Battuta123

pada abad ke-14 M124

120

M Dien Madjid Catatan Pinggir Sejarah Aceh Perdagangan Diplomasi dan

Perjuangan Rakyat (Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia 2013) hal 86-87 121

Chulias adalah nama bangsa atau sebutan yang disematkan pada penduduk yang

berdiam dibagian barat India dan telah menjalin hubungan sosial dengan Aceh sejak masa yang

lama 122

Kesusasteraan Melayu Indonesia modern adalah budaya-atas ldquoIndiardquo perkotaan di

India Belanda yang mengungkap diri dalam bahasa Melayu yang menggunakan huruf romawi

(berbeda dengan huruf Arab dalam bahasa Melayu klasik) dan sebagian besar diciptakan pada

awalnya oleh orang-orang Indo-Eropa dan peranakan Tionghoa meski pada akhirnya diserap

sebagai bahasa pengantar oleh gerakan nasional 123

Ibn Battuta adalah seorang Arab yang waktu itu menjabat sebagai utusan Delhi 124

Anthony Reid Op Cit hal 335

43

Sebelum mengetahui respon rakyat Aceh terhadap perjuangan Daud

Beuereueh penulis ingin memaparkan rakyat Aceh melalui tiap golongan Pada

masa pra kemerdekaan rakyat Aceh yang menanti ini terbagi dalam tiga golongan

yaitu

1 Pertama golongan terbesar yang menanti segala sesuatu dengan

tenang dan tidak mengambil perhatian terhadap apa yang mungkin

terjadi Golongan ini adalah golongan yang tidak ldquopolitic mindedrdquo dan

menerima segala sesuatu dengan terbuka

2 Kedua golongan yang terdiri dari mereka yang sangat bergembira dan

sangat bersuka ria atas kapitalis Jepang Golongan ini bercita-cita

pengembalian kekuasaan Belanda ke tanah air125

3 Ketiga golongan terdiri dari mereka yang sekalipun lahirnya nampak

tenang akan tetapi dalam batinnya berada dalam keadaan gelisah

Mereka khawatir tentang akibat-akibat yang kelak akan timbul bila

Jepang lenyap dan Belanda kembali berkuasa

Pada konteks ini peran golongan ketiga inilah yang mempunyai peranan

aktif dan terkemuka baik sewaktu masa kolonial ataupun masa pendudukan

Jepang Meskipun hanya sebagian kecil dari golongan ini yang mempunyai alasan

menakuti kekuasaan penjajah banyak dari mereka pada hakikatnya bergerak baik

kepentingan sendiri atau golongan Dengan mempertopengkan kepentingan umum

pada masanya mereka memperoleh kedudukan dan pangkat tinggi Kesempatan

yang timbul sebagai akibat kedudukan dan pangkat tinggi ini telah digunakan

mereka untuk menguntungkan diri sendiri atau pun golongan Untuk kasus

perjuangan Daud Beureueh inilah alasan yang menjadikan rakyat Aceh terpecah

kedalam dua golongan Golongan uleebalang (raja-raja) dan golongan ulama

Pertentangan diantara kedua golongan ini hubungan antara uleebalang dengan

ulama Pertentangan ini menyerupai pertentangan adat dan hukum (Islam)

125

Dalam golongan ini terdapat sejumlah besar dari mereka yang masih menyimpan

peringatan nimat penghidupan yang dirasakan semasa pemerintahan Belanda dan sebelum Jepang

berkuasa Baik dalam pendudukan Belanda dan Jepang golongan ini punya kedudukan tinggi yang

memberikan mereka hidup dengan diliputi oleh kesenangan kemegahan dan kemewahan

44

Uleebalang mempertahankan kekelan adat sedangkan ulama berjuang menegakan

hukum berdasar syariat Islam dalam pemerintahan126

Menurut Snouck Hurgronje pertentangan antara ulama dan uleebalang

berdasar atas adanya perbedaan adat dan agama Keterangan Snouck ini disanggah

oleh M Nur El Ibrahimy yang mengatakan pernyataan Snouck kurang tepat

karena di Aceh tidak terdapat pertentangan yang berarti antara adat dan agama El

Ibrahimy mengatakan pada umumnya keduanya berhubungan baik yang satu

bersandar kepada yang lain keduanya tunjang-menunjang Di Aceh dapat

dikatakan adat dan resam Qanun bersandar kepada agama Karena sangat

mendalamnya ajaran Islam meresap dalam kehidupan masyarakat dan hukum

telah terjadi persesuaian Oleh karena itu pula Islam sangat diperjuangkan menjadi

ideology negara El Ibrahimy mengatakan terkait pertentangan uleebalang dan

ulama bukan karena petinggi adat dan petinggi agama Memang ada peribahasa

Aceh yang mengatakan bahwa ldquoadat bak Poteu Meureuhom hukom bak Syiah

Kualardquo yang artinya adat berada di dalam tangan sultan dan agama berada di

dalam tangan ulama Akan tetapi hal itu sekedar pembagian wewenang saja127

Kembali pada fokus kajian mengenai sikap rakyat Aceh Pada perjuangan

dibawah pimpinan Daud Beureueh tentang kesadaran rakyat Aceh Taufik

Abdullah dalam tulisannya terkait sikap rakyat Aceh mengatakan bahwa ada tiga

bagian penting pertama sikap spontanitas dan enthusiasme rakyat Aceh dalam

membantu perjuangan kedua pertemuan empat mata Daud Beureueh dengan

Soekarno ketika presiden pertama Republik Indonesia mengunjungi Aceh ketiga

penolakan Daud Beureueh terhadap T Mansyur (walinegara Sumatera Timur)

untuk bersama-sama mendirikan negara bagian Sumatera Mengenai sikap

spntanitas dan enthusiasme rakyat Aceh dalam membantu perjuangan dan

mempertahankan kemerdekaan RI terlihat dari kerelaan rakyat Aceh yang pintu

rumahnya di gedor malam-malam untuk membagi emas yang mereka miliki ikhlas

semata-mata karena Allah dan demi membantu serta memenuhi harapan

Soekarno yang meminta rakyat Aceh membantu perjuangan dengan

menyumbangkan sebuah pesawat terbang Rakyat Aceh sudah merasa puas

126

Mr S M Amin Op Cit hal 4-7 127

El Ibrahimy Op Cit hal 72-73

45

dengan pernyataan Soekarno yang menyebut Aceh adalah ldquodaerah modalrdquo atau

ldquodaerah payungrdquo128

Selanjutnya perubahan sikap terjadi di rakyat Aceh Ketika keinginan

cita-cita semangat perjuangan rakyat Aceh yang bernafaskan Islam tidak

terpenuhi Terlebih lagi dengan kebijakan pemerintah yang mementahkan harapan

dan kepercayaan dengan mengirimkan pemimpin-pemimpin atau tenaga-tenaga

ahli ke pusat daerah yang saat itu masih belum diperlukan sekalipun mereka

dikirim tidak membawa perubahan Selain itu dalam badan pemerintahan daerah

pemerintah pusat memilih petinggi-petinggi untuk daerah Aceh yang bukan

berasal dari Aceh Kemauan rakyat yang tidak terpenuhi dan kebijakan yang

dianggap tanpa pikir panjang ini membuat rakyat Aceh kecewa dan geram

Mengenai kebijakan pemerintah yang memilih orang diluar Aceh faktanya

masyarakat Aceh mempunyai pandangan tersendiri tentang segala seusuatu

mengenai penghidupannya ia mempunyai alam pikiran yang berlainan dengan

penduduk daerah lain Hal ini disebabkan oleh karena masyarakat Aceh dapat

dikatakan sebagai masyarakat yang tertutup geisoleerd129

Solusi dari permasalahan ini sebenarnya kemauan masyarakat Aceh adalah

tentang cara pelaksanaan susunan dewan-dewan dengan pemilihan rakyat umum

dalam konteks ini rakyat Aceh juga diselenggarakan dalam setiap bagian

pemerintahan sehingga bukan sedikit tuntutan-tuntutan mengenai penempatan

ahli-ahli atau penempatan petinggi didalam pemerintahan daerah Penempatan

menurut tuntutan ini adalah harus berdasar atas demokrasi yaitu kemauan rakyat

Menurut Mr S M Amin mengatakan bahwa rakyat Aceh terkenal sebagai rakyat

yang mencintai kemerdekaan dan tidak segan-segan mengorbankan jiwanya

dalam mencapai kemerdekaan Sejarah perjuangan melawan penjajah masa

kolonial memakan waktu berpuluh-puluh tahun menunjukan kepahlawanan

mereka dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia

128

Pada masa itu rakyat Aceh membantu perjuangan baik dari dalam dan luar negeri

Seperti kisah Dr Sudarsono yang datang ke Aceh dan kemudian di biayai oleh rakyat untuk

kembali ke luar negeri selalu diulang-ulang Ini semua telah menjadi ldquofolklorerdquo (cerita rakyat)

Dan ini merupakan sejarah Aceh yang tidak bias diinjak oleh kaki tentara Belanda 129

Mr S M Amin Op Cit hal 76

46

Untuk memperkuat pernyataan Mr S M Amin dalam menambahkan

pemahaman tentang sifat masyarakat Aceh penulis menambahkan tulisan Prof

Dr M Dien Madjid mengenai Hikayat Kerajaan Aceh mengatakan bahwa

masyarakat Aceh dikenal sebagai penganut Islam yang taat Hal ini tidak saja

dibuktikan secara historis lewat berbagai teori sejarah yang mengisahkan Aceh

sebagai tempat awal bersuanya Islam dengan penduduk Nusantara melainkan

ditinjau dari ruang publik mulai dari masyarakat bawah hingga tataran elite yang

taat pada ketentuan Islam Dan mengenai solusi dalam sistem pemerintahan

menurut Gabriel A Almond ciri khas pendekatan perilaku ini ialah pandangan

bahwa masyarakat dapat dilihat sebagai suatu sisitem sosial dan negara sebagai

suatu sistem politik yang menjadi subsistem dari sistem sosial Dalam sistem

bagian-bagiannya saling berinteraksi saling bergantungan dan semua bagian

bekerja sama untuk menunjang terselenggaranya sisitem Jika mengalami stress

(masalah) dari lingkungan tetap berusaha mengatasinya dengan memelihara

keseimbangan Dengan demikian sistem dapat bertahan130

130

Ibid hal 76-77

47

BAB IV

PEMBERONTAKAN DALAM PERJUANGAN MENEGAKAN SYARIAT

ISLAM DI ACEH

A Usaha-usaha Menegakan Syariat Islam di Aceh

Dalam perjuangannya menegakan syariat Islam rakyat Aceh bersikap

spontanitas dan enthusiasme mulai masa kolonial (penjajahan) dan masa

revolusi Hal itu terlihat ketika era Orde Lama rakyat Aceh menggugat regim

yang berkuasa di Jakarta hal itu disebabkan karena rakyat Aceh merasa

diperlakukan tidak adil dan manusiawi Pada 20 september 1953 meletus lah

peristiwa berdarah atau lebih dikenal dengan pemberontakan Darul Islam Tentara

Islam Indonesia (DI TII) reaksi spontan dan enthusiasme ditunjukan demi harga

diri rakyat Aceh yang terlecehkan pada saat itu131

Sebelum membahas lebih jauh

mengenai perjuangan dan usaha-usaha rakyat Aceh penulis mencoba menganalisa

status rakyat Aceh yang khususnya umat Islam saat itu Melalui zaman atau

periode tahap-tahap mengenai kesadaran sosial umat Islam Aceh dibagi menjadi

dua periode yaitu

1 Periode pertama munculnya kelas baru ketika konflik-konflik antar kelas

yang terjadi tahun (1920-1942) Pada periode ini umat Islam melakukan

berbagai aksi dalam bentuk demonstrasi dan juga mendirikan berbagai

asosiasi Selain SI ada juga Nahdlatul bdquoUlama (NU) Muhammadiyah dan

dalam kasus Aceh sendiri berdiri Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA)

Saat itu PUSA berkonflik dengan kaum uleebalang merupakan konflik antar

kelas atau bisa dikatakan perang saudara dalam memperebutkan peran dalan

sistem pemerintahan di Aceh PUSA tidak mengakui uleebalang karena

dibawah kendali kolonial dan teguh pada pendirian bahwa mereka anti

penjajahan Dan sejak 1942 dan seterusnya umat Islam dihadapkan pada tugas

baru Pada masa kolonial atau penjajahan para Kyai dan tokoh-tokoh umat

Islam mulai diikutsertakan dalam kepemimpinan dan kenegaraan

131

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 200

48

2 Periode kedua sesudah tahun 1942 dan setelah 1945 umat mendefinisikan

diri dalam rumusan baru yaitu sebagai warga negara sebagai citizen Dan

warga negara sebagai langkah akhir perjalanan historis Pada saat

merumuskan UUD yang didalamnya memuat rumusan Pancasila 1945 dan

memutuskan diri sebagai warga negara Indonesia Persoalannya sekarang

adalah persoalan antara negara dan warga negara Permasalahan ketika

ideologi dibentuk tidak sesuai kesepakatan rakyat Aceh merasa harga dirinya

terlecehkan oleh pemimpin negara Dan pada periode ini juga terjadikonflik

politik yang berkepanjangan sesudah tahun 1945 sampai tahun 1965 Umat

Islam yang memasuki babak baru yaitu ikut dalam Pemilihan umum ikut

dalam DPRMPR Badan-badan pemerintahan Karena itu umat Islam benar-

benar aktif sebagai warga negara Sebagai warga negara demokratis harus

menyadari hak dan kewajiban yang mempunyai budaya partisipan132

Pada tahapan kesadaran sosial tersebut perkembangan Islam di Indonesia

terbagi menjadi tiga zaman zaman mitos zaman ideologi dan zaman

pengetahuan atau ilmu Dalam kaitannya dengan Aceh usaha-usaha menegakan

syariat Islam muncul ketika zaman ideologi Hal ini terlihat ketika DITII Aceh

yang menjadikan pengetahuan Islam sebagai formulasi normatif dalam mengatur

sistem pemerintahan di Aceh Dari situ kemudian berkembang menjadi sebuah

ideologi lalu menjadi action133

Peran pelopor DITII Aceh yaitu organisasi

PUSA terlihat ketika konflik terjadi dengan uleebalang Dimana PUSA

memperjuangkan perannya dalam sistem pemerintahan Aceh yang dikuasai

uleebalang134

132

Kuntowijoyo Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia (Yogyakarta Shalahuddin

Press 1985) hal 18-25 133

Ibid hal 26 134

Menurut Van‟t Vern dalam laporan Kern mengatakan bahwa kekuasaan kaum

uleebalang diperkuat setelah perang Aceh ketika menyatakan takluk dengan Belanda Secara

ekonomis uleebalang memperoleh lebih banyak kekuasaan karena bertindak sebagai kepala

perusahaan-perusahaan dagang baru atau bekerja sama dengan perkebunan-perkebunan Barat

Kekuasaan pemerintah mereka dijamin aman oleh bantuan Belanda baik dalam peradilan hukum

perkawinan dan pemberian bewasiswa Dan ini penyebab terjadinya pertentangan antara ulama

melalui PUSA dengan uleebalang rasa kebencian dan kemarahan muncul ketika uleebalang

dianggap sebagai pengkhianat oleh masyarakat Aceh karena masyarakat Aceh sangat anti

penjajahan Terlebih lagi ketika penindasan dan skandal terhadap masyarakat Aceh yang dilakukan

oleh uleebalang

49

Usaha tidak terhenti begitu saja pasca ditetapkannya Pancasila sebagai

ideologi negara direspon cepat oleh rakyat Aceh rakyat Aceh dibawah pimpinan

Daud Beureueh mengambil sikap menentang dan memberontak atas kendali

Jakarta yaitu pemerintah pusat Jika ditinjau dari permasalahan ideologi tersebut

hal itu menimbulkan sikap antara pemerintah dengan masyarakat Aceh penulis

ingin menguji teori melalui ilmu sosial hal ini bisa menimbulkan prasangka sebab

dugaan Mengacu pada hubungan vertikal yang terjadi antara masyarakat Aceh

dengan pemerintah prasangka sebab dugaan merupakan sikap bermusuhan yang

terjadi antar kelompok yang satu terhadap kelompok lainnya135

yang didasari pada

ciri yang tidak menyenangkan Pada perjuangan yang terjadi era orde lama di

Aceh Menurut teori Banton mengenai prasangka ini merupakan teori frustasi-

agresi (frustration-aggression theory) Teori ini mengatakan bahwa orang akan

melakukan agresi manakala usahanya dalam memperoleh keinginan terhalangi136

Hal ini terjadi pada keinginan dan cita-cita Daud Beureueh dalam mendirikan

negara yang berlandaskan Islam tidak terpenuhi

Mengkaji lebih mendalam mengenai kedudukan Daud Beureueh dalam

pemberontakan di Aceh penulis ingin memaparkan mengenai apa yang

diperjuangkan oleh Daud Beureueh Dalam hal ini jelas perjuangan Daud

Beuereuh adalah mendirikan sebuah Negara Islam Indonesia yaitu negara yang

berlandaskan Islam bukan Pancasila Visi syariat Islam itu sendiri adalah

mewujudkan kemaslahatan manusia dunia dan akhirat Sedangkan misinya

melalui rumusan para ulama adalah kewajiban memelihara agama kewajiban

memelihara jiwa kewajiban memelihara harta kewajiban memelihara keturunan

kewajiban memelihara akal dan kewajiban memelihara kehormatan137

Jika

dilihat dari visi misinya dapat dikatakan kedudukan Daud Beureueh sangat

135

Menurut Kinloch (1979) kata kelompok dalam konsep hubungan antarkelompok

mencakup semua kriteria pertama terdiri atas ciri fisiologis yaitu pengelompokan yang didasarkan

pada persamaan jenis kelamin (laki-laki perempuan) usia (tua muda) dan ras (antara lain hitam

putih) kriteria kedua ialah persamaan kebudayaan seperti kelompok etnik di Aceh minangkabau

Ambon dll Meskipun Kinloch tidak menyebutkan agama namun dalam banyak kasus

pengelompokkan berdasarkan agama pun dapat dimasukan dalam kategori ini Kriteria ketiga

mengenai ekonomi dibagi antara mereka yang berekonomi kuat dan ekonomi lemah Dan criteria

keempat ialah prilaku mengenai fisik mental dan penyimpangan terhadap aturan masyarakat 136

Kamanto Sunarto Pengantar Ilmu Sosiologi (Jakarta Lembaga penerbit Fakultas

Ekonomi UI 2004) hal 151-152 137

Danial Syari‟at Islam dan Pluralitas Sosial dalam Jurnal Analisis Studi KeIslaman

vol XII No 1 1 Juni 2012 hal 72-74

50

penting Sebab melalui perjuangannya Daud Beureueh ingin nilai-nilai agama

dijadikan dasar pengambilan kebijakan di tingkat keluarga masyarakat dan

pemerintah menjamin hak hidup rakyat dalam bidang pendidikan serta

membangun generasi yang berkualitas bebas dari ketakutan dan kecemasan dalam

konflik dan pertikaian yang terjadi pada kaum minoritas138

Selanjutnya perkembangan pemerintahan di Aceh di tahun 1949

menyerupai pemberian otonomi kepada daerah Aceh Pemerintah Darurat

Republik Indonesia (PDRI) melalui keputusan Wakil Perdana Menteri pada 17

Desember 1949 No8DesW K P M membentuk provinsi Aceh Ketetapannya

bertujuan untuk memecah provinsi Sumatera Utara menjadi dua provinsi yaitu

provinsi Aceh dan provinsi Tapanuli-Sumatera Timur dalam menyempurnakan

dan melancarkan pemerintahan daerah Dan dalam waktu singkat terbentuklah

provinsi Aceh dengan Dewan Perwakilan dan Badan Eksekutifnya Daud

Beureueh saat itu menjabat sebagai gubernur Pada hakikatnya ini bukan

merupakan keinginan umum dan banyak masyarakat mengambil sikap menolak

terhadap pembentukan provinsi Aceh Keberadaan provinsi Aceh diduga

menimbulkan reaksi rakyat yang tidak mendapat bagian dalam pemerintahan yang

didominasi oleh masyarakat diluar Aceh139

Selain dari masyarakat umum

kebimbangan terjadi di dalam pemerintahan pusat itu sendiri tentang sah tidaknya

pembentukan provinsi Aceh dan mengenai kedudukan dan kekuasaan Wakil

Perdana Menteri yang berkedudukan di Sumatera

Pembentukan provinsi Aceh oleh Wakil Perdana Menteri menyebabkan

dibentuknya bdquopanitia penyelidik‟ yang diketuai oleh Menteri Mr Susanto

Tirtoprodjo pada bulan maret 1950 Dalam pertemuannya di Banda Aceh Menteri

Dalam Negeri mengatakan bahwa pemerintah pusat belum menetapkan adanya

provinsi Aceh Tetapi pendirian yang kuat terlihat ketika ketua DPR dan beberapa

anggotanya kukuh mempertahankan provinsi Aceh dengan alasan keinginan

138

Ibid hal 72 139

Dugaan masyarakat timbul karena organisasi PUSA ini memiliki sikap keras militant

dan enthusiasme serta teguh dengan apa yang dicita-citakannya Seperti perjuangan melawan

Belanda dan Jepang di tanah rencong mengenai sikap anti penjajahannya PUSA memiliki peranan

yang sangat penting terhadap kemerdekaan yang diraih Terlebih lagi dalam hal ini untuk

mengatur pemerintahannya sendiri masyarakat umum dari pandangannya mengenai apa-apa yang

diluar pemikiran dan cita-cita PUSA dianggap sebagai lawan politik ataupun lawan ideologi Jelas

hal ini dilatarbelakangi pengaruh pandangan Belanda terhadap PUSA

51

rakyat Terdapat dua pandangan dalam kasus ini yaitu disaat Teungku Amir Ali

Mujahid mengadakan suatu musyawarah di Alue Jangat dimana perhimpunan

yang dinamakan Pemuda Perjuangan Seluruh Aceh ini mengambil resolusi untuk

tetap mempertahankan provinsi Aceh dan mengatakan bahwa semangat yang

menggelora tidak akan terjamin jika provinsi Aceh dibubarkan Pernyataan ini

ditentang oleh Teuku Teongoh hanafiah dalam tulisannya mengatakan bahwa

yang mengkehendaki provinsi Aceh adalah sebagian dari kelompok ulama di

bawah kendali PUSA Mereka mempertahankan provinsi Aceh hanyalah karena

beranggapan dengan tetap berlangsungnya provinsi Aceh maka mereka dapat

memimpin pemerintahan di Aceh dan segala perbuatan keji mereka di masa

lampau berupa pembunuhan perampasan harta dan lain-lain terhadap kelompok

uleebalang dapat ditutupi140

Melalui tulisan Bachtiar Effendi dan Ali munhanif dari langkah-langkah

Daud Beureueh bukti nyata dalam aksinya adalah ketika negara revolusioner

Indonesia terlihat lemah atas perjuangan rakyat Aceh ketidakmampuan negara

menunjukan pengaruh pemerintahannya kepada masyarakat Aceh terutama pada

masa-masa 1945-1949 membuat pemerintah begitu rentan dalam menanggapi

tuntutan rakyat Aceh terutama untuk memperoleh otonomi regional lebih besar

dalam masalah sosial ekonomi dan politik ketika tahun 1949 Pemerintah

Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berbasis di Sumatera Barat menerima

tuntutan Aceh untuk de jure141

menjadi provinsi otonom daerah istimewa Pada

akhir tahun 1950-an Aceh diakui sebagai daerah istimewa otonom dengan Daud

Beureueh sebagai Gubernurnya Terutama dalam masalah keagamaan perkara

adat dan pendidikan dengan syarat otonomi tersebut tidak bertentangan dengan

konstitusi Perkembangan politik dengan diakuinya Aceh sebagai daerah istimewa

itu menunjukkan bahwa pemberontakan memperjuangkan ideologi dibawah

bendera Islam di Aceh dapat dipadamkan142

Pada pemberontakan yang dipimpin Daud Beureueh ini penulis membagi

menjadi dua motif perjuangan yaitu Islam dan Politik Pertama Islam berkaitan

140

Lihat Koran harian Indonesia Raya mengapa Aceh minta daerah autonomi (Jakarta 4

Agustus 1950) 141

De jure adalah pengakuan secara hukum 142

Taufik Abdullah dkk Op Cit hal 448

52

dengan Islam yaitu pembahasan mengenai Agama Mengenai konsep agama

sendiri menurut Light Keller dan Calhoun (1989) yaitu tentang kepercayaan

agama simbol agama praktik agama umat agama dan pengalaman agama143

Dan

penganut agama pun mengenal berbagai bentuk pengelompakan umat seperti

dalam komunitas keagamaan Islam yaitu pesantren dan wadah umat muslim

lainnya Pembentukan Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) yang juga sebagai

pelopor DITII Aceh adalah bukti nyata pengelompokan umat Islam di Aceh

berjalan baik Menurut analisa penulis pada kasus agama dan perubahan sosial ini

melalui pandangan Giddens (1989) mengatakan bahwa suatu proses mengenai

perubahan sosial dimana agama kehilangan pengaruhnya terhadap berbagai segi

kehidupan manusia dan oleh Light Keller dan Calhoun (1989) didefinisikan

sebagai proses melalui perhatian manusia beserta institusinya tercurahkan pada

hal duniawi dan perhatian terhadap hal yang bersifat rohaniah terkait agama

semakin berkurang Jelas hal ini yang menjadi kekhawatiran dan latarbelakang

mengenai alasan Daud Beureueh dalam menciptakan negara Islam Indonesia

yang apabila ideologi Pancasila terus dijalankan akan berdampak buruk kepada

nilai-nilai keIslaman masyarakat Indonesia khususnya Aceh144

Di Aceh ideologi Islam senantiasa menjadi sumber daya sikap patriotisme

rakyat Aceh dan sejak 1930-an menjadi jalan kepada modernisasi Saat itu para

ulama mengatakan bahwa mempertahankan Republik Indonesia berarti perang

Suci dan merupakan kelanjutan dari perjuangan yang adil dari Teungku Chik di

Tiro yang didukung oleh rakyat dengan penuh simpati Martabat uleebalang telah

jatuh ketika mereka bersikap kasar dan mengingkari nurani rakyat Di daerah

Pidie perlawanan anti-uleebalang menimbulkan harapan untuk mendapatkan

kembali tanah-tanah yang dulunya pernah disita secara tidak adil dari keluarga-

keluarga petani dengan demikian perjuangan melawan penindasan uleebalang

yang dilakukan ulama itu berakhir dengan gemilang Ulama-ulama pembaru yang

143

Kepercayaan agama dalam hal ini adalah Islam tentang keimanan kepada Allah swt

Simbol agama yaitu kerudung pakaian haji mukena dll Praktik agama berkenaan dengan sholat

dzikir pergi haji dll Umat agama yaitu Aceh yang terdiri dari mayoritas beragama Islam Dan

pengalaman agama merupakan suatu unsure dasar agama yang dialami penganut agama pribadi

seperti panggilan umat Islam Allah swt dll 144

Kamanto Sunarto Op Cit hal 69

53

terkenal telah memberikan inspirasi dan pimpinan langsung kepada gerakan

rakyat Dalam perlawanan terhadap tatanan masyarakat kolonial145

Kedua motif politik terlihat bagaimana Daud Beureueh melalui gerakan

DITII Aceh melakukan perlawanan terhadap kendali pemerintah pusat untuk

memperoleh peran dalam mengatur sistem pemerintahan di Aceh Menurut Harold

D Laswell dan Abraham Kaplan mengatakan bahwa kekuasaan adalah suatu

hubungan dimana seseorang atau sekelompok orang dapat menentukan tindakan

seseorang atau kelompok lain kearah tujuan pihak pertama146

Dalam hal ini Daud

Beureueh melalui PUSA menentukan tindakan untuk mengatur tatanan kehidupan

masyarakat Aceh melalui pemerintahan Perkembangan politik selanjutnya adalah

ketika Aceh tidak menjadi daerah istimewa seperti yang dijanjikan pemerintah

pasca kemerdekaan Dan dalam konteks yang lebih luas melalui gerakan Darul

Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh Daud Beureueh bercita-cita

mendirkan Negara Islam Indonesia Menurut Max Weber kekuasaan perlu

dibedakan dengan dominasi (herrschaft) Kekhasan dominasi ialah bahwa pada

dominasi pihak yang berkuasa mempunyai wewenang sah untuk berkuasa

berdasarkan aturan yang berlaku sehingga pihak yang dikuasai wajib menaati

kehendak penguasa Berbeda dalam kajian ini pihak Daud Beureueh menolak

mengikuti ketetapan dan kebijakan pemerintah dalam menyatukan Aceh kedalam

provinsi Sumatera Utara147

Pada pemberontakannya dalam perjuangan menegakan syariat di Aceh

termasuk kedalam tipe dominasi kharismatik yaitu mengenai keabsahannya

didasarkan pada kepercayaan rakyat Aceh terhadap kemampuan Daud Beureueh

mempunyai kemampuan luar biasa dalam memimpin dan memperjuangkan

ideologi Islam Dalam tipe dominasi ini pemimpin atau figur kharismatik

dianggap memiliki sifat kepahlawanan yang luar biasa Dan mengenai hubungan

rakyat dan pemimpin didasarkan pada ukuran kepercayaan dan kesetiaan

Perjuangan Daud Beureueh dalam tipe ini melaksanakan perjuangan meraih

145

Anthony Reid Op Cit hal 406 146

Miriam Budiardjo Op Cit hal 60 147

Rakyat Aceh sangat kecewa dengan penetapan pemerintah pusat melalui kebijakannya

menghilangkan Aceh dan Tapanuli dalam membentuk provinsi Sumatera Utara Kekecewaan

terlihat ketika rakyat Aceh berjuang mendirikan Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan Tgk

M Daud Beureueh

54

kekuasaannya bukan atas dasar aturan yang berlaku melainkan atas aturan yang

ditetapkannya sendiri Dalam proses politiknya148

Daud Beureueh berusaha

menggantikan sistem politik yang ada atau yang sudah berjalan dengan sistem

politik yang baru149

B Respon Pemerintah terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

Konflik yang terjadi antara Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII)

Aceh dengan pemerintah merupakan konflik yang memperebutkan pengaruh

dimasyarakat dimana dalam mencapai tujuannya masing-masing perebutan

kekuasaan yang berdasar pada ideologi yang berbeda satu sama lain itu

memunculkan berbagai aspek sumber kekuasaan150

Kasus perjuangan atau lebih

dikenal dengan peristiwa berdarah di Aceh merupakan kekuasaan yang bersumber

dari kepercayaan atau agama artinya ulama mempunyai kekuasaan terhadap

umatnya sehingga mereka dianggap sebagai pemimpin informal yang perlu

diperhitungkan dalam menentukan ideologi sebagai dasar sebuah negara Dalam

kasus ini pihak pemerintah sebagai pihak pemegang kekuasaan dan gerakan Daud

Beureueh sebagai pihak pejuang Esensi151

dari kekuasaan adalah hak

mengadakan sanksi dan cara menyelenggarakannya berbeda-beda Terdapat

empat cara dalam upaya mengenai esensi dari kekuasaan yaitu melalui kekerasan

fisik (force) koersi (coercion) melalui ancaman akan diadakan sanksi persuasi

(persuasion) meyakinkan dengan beragumentasi dan memberi ganjaran (reward)

bisa berupa inisiatif imbalan atau kompensasi152

Berbagai cara esensi dari kekuasaan tersebut menjadi tahapan dalam

peristiwa berdarah Seperti pada awal perjuangan yang dilakukan oleh Daud

Beureueh respon cepat pemerintah terlihat ketika pemerintahan Ali

Sastroamidjojo dalam usahanya memulihkan keamanan di Aceh telah memilih

148

Proses politik mengenai dasar politik yaitu persaingan untuk memperoleh kekuasaan

Proses politik berupa persaingan untuk memperoleh kekuasaan dapat mengarah dengan mudah ke

konflik antar pihak terkait dan dapat mengancam keutuhan masyarakat khususnya Aceh 149

Kamanto Sunarto Op Cit hal 72-73 150

Sumber kekuasaan berupa kekayaan dan kepercayaan atau agama 151

Esensi adalah hakikat inti ataupun hal yang pokok pertentangan antar kedua belah

pihak pertentangan mengenai ideologi Sumber melalui httpkbbiwebidesensi diakses pada

tanggal 3 Maret 2016 Pukul 1032 WIB 152

Miriam Budiardjo Op Cit hal 61-62

55

tindakan kekerasan senjata yang berakibat jatuhnya korban jiwa153

Pertentangan

diantara DI TII Aceh dengan pemerintah pusat telah menimbulkan ketegangan

antara rakyat yang berjuang melalui gerakan DI TII Aceh untuk melepaskan diri

dari kendali Jakarta Usaha yang dicapai dengan cara keras terlihat dari tekanan

oleh TNI disatu pihak di samping pemberian amnesti dan abolisi kepada anggota

DI TII di pihak lainnya untuk meredakan konflik yang terjadi154

Pasal 14 UUD

1945 menyatakan bahwa Presiden memberi grasi amnesti abolisi dan

rehabilitasi Dalam UU darurat No 11 tahun 1954 Lembaran Negara No 146

tahun 1954 pasal 1 menyebutkan Presiden atas kepentingan negara dapat

memberikan amnesti dan abolisi kepada orang-orang yang melakukan sesuatu

tindakan pidana Hal ini merupakan kewenangan Presiden sebagai Kepala Negara

Dalam memberikan amnesti dan abolisi Presiden mendapat nasihat tertulis

dari Mahkamah Agung yang menyampaikan nasihat itu atas permintaan Menteri

Kehakiman penghapusan dengan pemberian abolisi hanya dihapuskan penuntutan

terhadap mereka yang melakukan tindak pidana yang nyata akibat dari

persengketaan politik antara Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda pada tahun

1949 Amnesti adalah pengampunan dari Presiden yang menghapuskan semua

akibat hukum pidana bagi orang-orang yang telah melakukan suatu tindakan

terkait pemberontakan dalam perjuangan Daud Beureueh melalui DITII Aceh

Sementara abolisi yang diberikan kepada anggota DITII Aceh merupakan

pengampunan dari Presiden yang dapat menghapuskan penuntutan kepada pelaku

tindak pidana Jadi amnesti dapat diberikan kepada seseorang yang telah

melakukan tindak pidana baik sebelum maupun sesudah adanya putusan

pengadilan Sedangkan abolisi hanya dapat diberikan kepada pelaku tindak

pidana sebelum ada putusan pengadilan karena abolisi sifatnya hanya

menghapuskan penuntutan155

Sebelum membahas lebih jauh penulis ingin memberi gambaran

mengenai Aceh sebelum pemberontakan Daud Beureueh meletus Adapun

pemerintahan di Aceh yang berlangsung sejak Proklamasi Kemerdekaan pada

153

El Ibrahimy Op Cit hal 162 154

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 202 155

Alfitra Hapusnya Hak Menuntut dan Menjalankan Pidana (Jakarta Raih Asa Sukses

2012) hal 161-162

56

tanggal 17 Agustus 1945 sampai penyerahan kedaulatan pada tanggal 27

Desember 1949 dapat dibagi dalam empat bagian menurut pimpinan yang

bertanggung jawab adalah sebagai berikut

1 Pertama masa pemerintahan di bawah pimpinan Residen T Nya‟

Arif sejak saat Proklamasi Kemerdekaan sampai pertengahan bulan

Januari 1946

2 Kedua masa pemerintahan di bawah pimpinan Residen Teuku

Daudsyah sejak pertengahan bulan Januari 1946 sampai akhir bulan

Mei 1948

3 Ketiga masa pemerintahan di bawah pimpinan Gubernur Mr S M

Amin sejak akhir bulan Agustus 1949

4 Keempat masa pemerintahan di bawah pimpinan Wakil Perdana

Menteri Mr Syarifudin Prawiranegara sejak akhir bulan Agustus 1949

sampai saat penyerahan kedaulatan

Masa residen Teuku Nya‟ Arif merupakan kepala pemerintah daerah yang

pertama Pada permulaan maklumat kemerdekaan Indonesia di Sumatera oleh

Gubernur Sumatera Mr T M Hasan mengeluarkan sejumlah penetapan mengenai

penunjukan Asisten Residen Controleurs dan pegawai-pegawai tinggi lain Pada

awalnya jabatan-jabatan tersebut diduduki oleh para uleebalang dan keluarganya

Konflik yang terjadi antara uleebalang dengan ulama mengakibatkan jabatan

tidak lagi diduduki oleh para uleebalang melainkan para orang yang dianggap

berpengaruh dalam menentukan pembesar menduduki tempat jabatan tersebut

Pada penyusunan dalam pemerintahannya T Nya‟ Arif156

mengalami kendala

baik pertentangan dari masyarakat dalam menyelesaikan persoalan ataupun

tekanan yang dilakukan oleh Jepang Hal ini menempatkan T Nya‟ Arif lebih

berperan sebagai pemimpin ketentaraan Tentara Keamanan Rakyat Ketika timbul

156

Teuku Nyak Arif adalah pendiri Perkumpulan uleebalang-uleebalang Groot Atjeh

pada 8 Oktober 1939 Saat itu Aceh Besar ada dibawah kendali Belanda sehingga para uleebalang

mempunyai sedikit kepentingan untuk di lindungi Meskipun begitu T Nya‟ Arif dalam reaksinya

adalah bertahan terhadap kritik-kritik yang ditujukan kepada uleebalang ketika dia mengintrupsi

suatu rapat Muhammadiyah dengan menyatakan keberatannya atas sebutan ldquorajardquo kepada

golongannya karena mereka pada hakikatnya tidak lagi mempunyai kekuasaan yang sebenarnya

Dia membalik kritik kepada para ulama dengan mengatakan bahwa ldquodalam hal ini kita semua

bersalah bukan saja kaum uleebalangyang sekarang menjadi sasaran tetapi juga para Teungku

(ulama) yang tidak berani berkata sepatah kata pun ketika melihat kaum uleebalang berlaku tidak

pantas seperti minum brendi berdansa dan mengirim anak-anaknya ke sekolah Kristen Lihat

Anthony Reid Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan Sumatera hal 75

57

banyak persoalan yang terjadi maka ditetapkan sebagai wakil residen TRP

Mohd Ali yang tinggal di ibukota Kotaraja untuk mengatur pekerjaan-pekerjaan

residen Sedangkan T Nya‟ Arif bekerja di luar daerah Kotaraja untuk

menyelesaikan persoalan mengenai pertentangan pertempuran baik dengan

Jepang maupun masyarakat sendiri

Dalam periode ini atau sekitar empat bulan lamanya berakhir juga

kekuasaan uleebalang dan berganti dengan kekuasaan ulama Susunan Komite

Nasional Daerah adalah untuk sebagian besar terdiri dari anggota-anggota Para

Ulama oposisi dalam dewan dapat dikatakan tidak ada Dan segala urusan

mengenai penyelenggaraan pemerintahan berlangsung menurut kehendak para

ulama melalui organisasi PUSA Pada masa inilah pengeluaran pengumuman dari

pemerintah daerah yang mencap kaum uleebalang sebagai pengkhianat bangsa

dan agama Juga dari pihak tentara Jepang yang mengalami kesulitan di beberapa

daerah seperti di Meulaboh Kotaraja dan Langsa Peranan ketua Komite

Nasional Daerah Tuanku Mahmud sangat penting dalam mengatur kebijakan

dengan melakukan perundingan terus-menurus dengan Jepang sehingga

pertempuran dapat dibatasi sampai ke kota-kota tersebut dan tidak meluas ke

seluruh daerah Aceh Persatuan pemuda dalam organisasi pemuda Republik

Indonesia juga berperan dalam menyelesaikan persoalan dibawah pemerintahan

PUSA saat itu157

Masa residen Teuku Daudsyah pemerintah daerah sesudah pertengahan

bulan Januari 1946 T Daudsyah semasa pemerintahan Belanda adalah

Zelfbestuutder158

Idi suatu landschap di bagian Aceh Timur dan merupakan

bagian dari salah satu uleebalang-uleebalang yang tidak banyak jumlahnya yang

terlepas dari akibat-akibat pertentangan ulama-uleebalang Pada masa

pemerintahannya persoalan terjadi akibat yang ditimbulkan oleh gerakan Ali

Mujahid Gerakan ini pada hakikatnya lanjutan dari perang Cumbok suatu

pembersihan terhadap sisa-sisa partai feodal yang masih memegang peranan

dalam badan resmi Untuk mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi

157

MR S M Amin Op Cit hal 45-46 158

Pemerintahan sendiri masa kolonial Belanda

58

dibentuklah suatu Badan Eksekutif Susunan Badan Eksekutif pertama adalah

sebagai berikut

Ketua Residen Teuku Daudsyah

Wakil Ketua Mr S M Amin

Sekertaris Kamarusid

Anggota-anggota Sutikno Hasyim H M Zainuddin Mohd

Hanafiah R Insun

Kebijakan awal Badan Eksekutif adalah membuat peraturan-peraturan

mengenai harta anggota golongan uleebalang yang mengalami kekalahan di

persitiwa Cumbok159

Peraturan yang dimaksud antara lain

1 Pembentukan suatu badan yang mempunyai hak dan kewajiban

mengurus harta peninggalan mereka dari golongan uleebalang yang

telah tewas dalam peristiwa Cumbok

2 Memeriksa dan memutuskan tuntutan-tuntutan mengenai harta

peninggalan itu

3 Menetapkan penjualan sebagian dari harta peninggalan itu guna

pengganti kerugian yang diderita oleh pihak ulama sebagai akibat dari

pertempuran dalam peristiwa Cumbok

4 Putusan-putusan badan ini mempunyai kekuatan vonis yang tidak

dapat di apel

Dalam masa pemerintahan ini juga Aceh pertama kali menerima tamu-

tamu dari pusat pemerintahan yang berkewajiban mengadakan tinjauan dan

mempererat hubungan di antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah Pada

tanggal 21 Juli 1947 Belanda memulai suatu gerakan yang bertujuan melenyapkan

negara Republik Indonesia Meskipun sebagian besar di wilayah Jawa

Palembang dan Sumatera Timur sudah berhasil ditaklukan rakyat Aceh

159

Selanjutnya pemerintahan pimpinan residen T Daudsyah berjalan dengan baik dan

memuaskan Terlihat dari persoalan kekurangan yang dihadapi kesulitan-kesulitan dalam

hubungan kekurangan keuangan yang menyebabkan sebagian besar pekerjaan untuk kemakmuran

raykat Seperti membuat irigasi jalan-jalan jembatan obat-obat persekolahan untuk menunjang

mutu tentara

59

menghadapi agresi dengan satu tujuan yaitu mempertahankan negara sampai titik

darah penghabisan Reorganisasi dalam pemerintahan diwujudkan dalam

membentuk pemerintahan yang selaras Dan penetapan oleh Wakil Presiden Drs

Moh Hatta daerah Aceh dinyatakan sebagai daerah militer istimewa dengan

ditetapkannya seorang Tgk M Daud Beureueh sebagai Gubernur Militer yang

bertanggung jawab dalam pertahanan dan keamanan rakyat160

Kembali pada fokus kajian Menurut Cornelis van Dijk sejarawan Belanda

mengenai ldquodaftar hitamrdquo dalam sengkarut revolusi menimbulkan keresahan di

rakyat Aceh yang membakar Tanah Jeumpa pada awal 1950-an menjadi bahan

gunjingan yang hangat Pengirimnya disebut-sebut adalah pemerintah Ali

Sastroamidjojo melalui Jaksa Tinggi Sunarjo yang membawanya ke Medan Tapi

ada juga yang menyebutnya warisan kabinet Sukiman Yang isinya

menggambarkan puncak perseteruan pemerintah Jakarta dengan rakyat Aceh

Jakarta berencana membunuh 300 tokoh penting Aceh sumber lain menyebut 190

tokoh-melalui sebuah operasi rahasia Keputusan ini diambil setelah Jakarta

memastikan kawasan di ujung barat Sumatera akan menggelar pemberontakan

melawan pusat Tapi tak ada yang bisa memastikan keberadaan dokumen itu

Sejarawan Belanda lainnya BJ Boland dalam bukunya The Struggle of Islam in

Modern Indonesia menyebutkan sebetulnya surat itu tak pernah ada ldquoDesas-

desus itu diembuskan oleh politikus sayap kiri di Jakarta untuk menghantam

gerakan Islam di Acehrdquo katanya Secara tersirat Van Dijk menduga dokumen itu

ada ldquoDaftar nama itu barangkali sengaja dibocorkan dengan tujuan tertentu

Orang Aceh terkemuka merasa mereka akan ditangkap dan karena itu

memutuskan lari ke gunung161

Hal yang sama diungkapkan M Nur El-Ibrahimy yang mengungkapkan

bahwa Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dalam rapat paripurna DPR pada 2

November 1953 menyangkal telah menyusun daftar itu Tak penting benar apakah

dokumen itu ada atau tidak Yang pasti rumor tentang rencana pembunuhan itu

membuat pemberontakan Darul Islam di Aceh menemukan momentumnya

160

MR S M Amin Op Cit hal 54 161

Melalui sumber online httpsoalacehtumblrcom di akses pada 19 Juli 2016 Pukul

1912 WIB

60

Aktivis Darul Islam langsung pasang kuda-kuda Teungku Daud Beureueh salah

satu orang yang disasar oleh dokumen tersebut segera mengacungkan kapak

perang Daftar hitam adalah bukti yang menimbulkan kecurigaan kita bahwa

pencetus peristiwa berdarah itu adalah permainan lawan-lawan politik Teungku

Daud Beureueh untuk menghancurkan beliau dan kawan-kawan Sembilan tahun

Daud Beureueh memimpin sebuah gerakan perlawanan dengan bendera Darul

Islam Gerakan itu menjadi pembuka perlawanan Aceh pasca-era kolonial-sesuatu

yang hingga saat itu belum juga berakhir-dan memunculkan Daud Beureueh

tokoh besar yang sulit dilupakan sejarah ldquoLes hitamrdquo bukan satu-satunya alasan

mengapa peristiwa itu ada

Masa Gubernur Mr S M Amin dilantik ketika kunjungan Presiden

gubernur muda Sumatera Utara sebagai akibat perubahan pemerintahan di

Sumatera Dari satu provinsi yang dipimpin oleh gubernur Sumatera Mr T M

Hasan dengan ibu kota Bukit Tinggi menjadi tiga provinsi yaitu Sumatera Utara

Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan Dalam sistem provinsi Sumatera Utara

kerisidenan-keresidenan Tapanuli dan Aceh yang menyerupai keresidenan

otonom dihapuskan Selanjutnya residen dipimpin oleh Gubernur dan dijadikan

tiap-tiap kabupaten menjadi kesatuan yang memperoleh otonomi dibawah

pimpinan Bupati162

Pada reaksinya terlihat dua macam reaksi di masyarakat

Sumatera terhadap perubahan pemerintahan Sebagian rakyat pro terhadap

ketetapan baru sebagian lagi yang tidak banyak yang anti dan sebagian besar

tidak menunjukan reaksi Pelaksanaan undang-undang pembagian Sumatera

dalam tiga provinsi dimulai dengan pembentukan dewan perwakilan Sumatera

Utara yang teridiri dari anggota-anggota dewan perwakilan Sumatera yang

dihapuskan dan dalam dewan perwakilan ini mewakili Aceh Tapanuli atau

Sumatera Timur Rapat diadakan pada 13-16 Desember 1948 di Tapa‟ Tuan Hal

ini juga sebagai bukti tentang keinginan rakyat melangkahkan kakinya kearah

kesatuan negara163

162

Dalam penentuan ibu kota penunjukan Sibolaga sebagai ibu kota sementara dan

keinginan rakyat penetapan itu dicabut dan Kota Raja dijadikan sebagai ibu kota seiring

menunggu Medan dapat direbut kembali dari tangan Belanda 163

Dalam pelaksanaannya tentara dan rakyat sangat mentaati segala peraturan dan

tindakan-tindakan yang dikeluarkan dan dilakukan guna kepentingan pertahanan baik melalui

61

Masa wakil perdana menteri Mr Syarifudin Prawiranegara beriringan

dengan pembubaran pemerintah darurat penempatan Mr Syarifudin

Prawiranegara di daerah Aceh Sebagai Wakil Perdana Menteri Kekuasaan dalam

mengadakan perbaikan di pulau Sumatera dengan di bantu oleh suatu badan

penasihat yang terdiri dari komisaris pemerintah Panglima territorial teritorium

Sumatera dan beberapa orang yang ditunjukkan Peraturan-peraturan dibuat

mengenai terutama lapangan perekonomian Diadakan peraturan mengenai

panitia-panitia untuk mengurus pembelian barang-barang bagi pemerintah Dalam

mengatur harga pasaran untuk memperbaiki perekonomian di Sumatera Utara

untuk membantu dan mengawasi Bank Negara Berbeda mengenai peraturan

wakil Perdana Menteri tentang pemerintahan di Sumatera membawa perubahan

dalam struktur pemerintahan Peraturan yang membawa pembagian daerah

Sumatera Utara dari peraturan pemerintah darurat Republik Indonesia

menyerupai satu provinsi yang otonom menjadi dua provinsi yaitu provinsi Aceh

dan Tapanuli Sumatera Timur kelanjutannya pada masa Syarifudin

ditempatkannya dua daerah provinsi itu dibawah pimpinan Tgk M Daud

Beureueh dan Dr F- L Tobing sebagai gubernur164

Dalam bukunya Memahami Sejarah Konflik Aceh Mr S M Amin

memaparkan tentang pembagian daerah ini belum atau tidak dapat dipastikan

kebenarannya Ada isu yang mengatakan bahwa pembagian ini terkesan tergesa-

gesa dengan tidak memperhatikan keadaan dan dengan tidak mendengan

pemandangan dari instasi-instasi Dan tidak tahunya komisaris dan dewan

perwakilan provinsi Sumatera Utara Serta mengatakan bahwa perubahan yang

terjadi akibat desakan dari beberapa orang yang asli dalam daerah Aceh dan

Tapanuli dan yang menduduki tempat yang terpenting dalam pemerintahan

Dengan dasar keinginan rakyat ini Syarifudin beranggapan bahwa mereka yang

melakukan desakan adalah orang yang terkemuka dan berpengaruh dalam

masyarakat dan yang dapat dianggap representatif Adapun alasan Syarifudin

membuat keputusan prinsipil adalah sebagai berikut

1 Kepentingan penyempurnaan dan usaha melancarkan pemerintahan

ketetapan kebijakan pemerintah atau pun terkait pengawalan maupun instruksi-instruksi dalam

hubungan taktik bumi hangus 164

MR S M Amin Op Cit hal 67

62

2 Keinginan umum akan segera terbentuknya suatu sistem pemerintahan

daerah berdasarkan Undang-Undang No 22 tahun 1948165

Sedangkan keinginan umum yang menghendaki pembagian provinsi

Sumatera Utara dalam dua provinsi terbagi dalam tiga bagian yaitu

1 Sebagian besar yang tidak merasa berkepentingan (interese) dalam

soal dua atau satu provinsi yang tidak mengetahui dan tidak

mempunyai pengertian sedikit juga dalam persoalan ini

2 Sebagian kecil yang tidak menghendaki pembagian ini

3 Sebagian yang lebih kecil lagi yang menginginkan pembagian ini dan

berusaha dengan giat menciptakan keinginan menjadi kenyataan

Pada 17 Desember 1949 penetapan peraturan mengenai pemecahan

provinsi Sumatera Utara dalam dua provinsi Aceh dan Tapanuli Sumatera Timur

adalah suatu saat yang sangat berlainan dengan saat 30 September 1949

penetapan peraturan mengenai penyerahan kekuasaan luas pada wakil perdana

menteri Pada 30 September 1949 negara masih dalam konflik dengan kerajaan

Belanda Serangan yang terjadi oleh Belanda memungkinkan negara jatuh

kembali dalam kancah peperangan dan perhubungan Sumatera dan Jawa terputus

Berkaitan dengan Undang-Undang Dasar dari sejarah ketatanegaraan Indonesia

diketahui bahwa UUD yang berlaku telah beberapa kali berganti yaitu dari UUD

1945 kemudian diganti UUD RIS 1949 lalu berganti lagi dengan UUD

Sementara 1950 dan akhirnya kembali ke UUD 1945 Adapun kelima tahapan

perkembangannya itu adalah

1 Tahun 1945 UUD Republik Indonesia yang de facto hanya berlaku di

Jawa Madura dan Sumatera

2 Tahun 1949 UUD Republik Indonesia Serikat (RIS) yang berlaku di

seluruh Indonesia kecuali Irian Barat

3 Tahun 1950 UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlaku

diseluruh Indonesia kecuali Irian Barat

4 Tahun 1959 UUD Republik Indonesia 1945 UUD ini mulai 1959

berlaku diseluruh Indonesia termasuk Irian Barat

165

MR S M Amin Op Cit hal 70-71

63

5 Tahun 1999 UUD 1945 dengan amandemen dalam masa reformasi

Umumnya pergantian UUD mencerminkan anggapan bahwa perubahan

konstitusional yang dihadapi begitu fundamental Di Indonesia wewenang untuk

mengubah UUD ada ditangan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dengan

ketentuan bahwa kuorum adalah 23 anggota MPR sedangkan usul perubahan

UUD harus diterima oleh 23 anggota yang hadir dalam ketentuan di pasal 37166

Berbeda pandangan mengenai dasar dan hukum yang di terapkan

Soekarno Daud Beureueh ingin menciptakan hukum Islam di Indonesia Dimana

hukum Islam sendiri merupakan hasil dialektika167

otoritas yang didukung oleh

wahyu dengan konteks sosialnya Pembentukan hukum Islam berawal dari proses

dialektis dimana elemen-elemen tradisi masyarakat diambil dimodifikasi dan

dihapus sesuai dengan nilai moral yang ingin ditanamkan oleh Islam Perubahan

tradisi tersebut tidak berjalan revolusioner melainkan melalui proses evolusi168

Pranata yang didukung oleh Islam adalah sebuah pranata yang lahir dalam sebuah

masyarakat tradisional yaitu masyarakat yang dibimbing oleh nilai-nilai dan

kesucian tradisi bukan oleh hukum positif yang dihasilkan oleh organisasi negara

Dalam konteks ini hukum Islam bersifat arbitratif dan moral169

Pada

perkembangannya dalam penerapan hukum Islam di Aceh peran ulama sangat

berpengaruh terutama dalam organisasi Para ulama sebagai pemegang otoritas

keagamaan dalam Islam mempunyai peran penting yang berfungsi sebagai

pemberi fatwa ketika muncul persoalan di kalangan umat Islam Peradilan dalam

166

Miriam Budiardjo Op Cit hal 182-183 167

Dialektika adalah logika gerak atau suatu bentuk pemahaman yang sifatnya umum 168

Perubahan tersebut dapat terjadi karena adanya proses transformasi otoritas sehingga

perubahan memiliki legitimasi di masyarakat Perubahan pertama yang dilakukan oleh Al-Qur‟an

terhadap tradisi masyarakat pra-Islam terjadi dalam bidang hukum keluarga dan merupakan

pencapaian terbesar Seperti pernikahan bersama dengan waris membentuk hukum perdata Islam

dan menjadi elemen paling jelas dan tegas dalam skema hukum Islam Khususnya pernikahan

mencerminkan penataan Al-Qur‟an terhadap pranata sosial dasar di masyarakat 169

Arbitrative yaitu suatu proses yang menggunakan cara melalui pihak ketiga sebagai

penengah atau menciptakan solusi Sedangkan moral sesuatu yang berkaitan dengan velue (nilai)

dalam tindakan yang memiliki sesuatu nilai positif Moral secara eksplisit adalah hal-hal yang

berhubungan dengan porses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses

sosialisasi

64

sejarah Islam diisi oleh para ulama dengan referensi hukum hasil dari ijtihad

bukan hukum hasil legalisasi lembaga legislatif170

Kajian lebih mendalam mengenai hukum Islam ketika persoalan muncul

tatkala hukum keluarga Islam khususnya yang menyangkut pernikahan

bersentuhan dengan negara modern Melahirkan sebuah sistem kekuasaan politik

baru dimana legitimasi aparatusnya tidak diperoleh melalui tradisi melainkan

dari aturan hukum formal Sistem otoritas yang membentuk negara modern

tersebut adalah sistem otoritas legal rasional171

Ini merupakan suatu krisis otoritas

hukum Islam terhadap modernisasi zaman Faktor lain mengenai modernitas dan

krisis otoritas ditandai beberapa hal

1 Munculnya negara bangsa (nation state) yang kemudian menjadi

model umum negara di abad ke-20 M

2 Tumbuhnya rasionalitas dalam sistem sosial yang ditandai dengan

munculnya organisasi-organisasi sosial

3 Sebagai konsekuensi dari fenomena pertama dan kedua adalah

tumbuhnya otoritas legal-rasional yang didasarkan atas sistem

keorganisasian

4 Munculnya tren unifikasi dan kodifikasi hukum sebagai akibat dari

semakin berkembangnya otoritas legal-formal dengan negara sebagai

pilarnya

Fenomena modern yang mempengaruhi sistem otoritas menurut Bernard

Weiss menyatakan bahwa meskipun hukum Islam sama dengan hukum Romawi

dalam hal bahwa hukum adalah hasil dari para ahli hukum (jurist law)

Perbedaannya antara kedua hukum tersebut adalah pertama kerja para ahli hukum

Romawi dibatasi oleh kegiatan legislatif yang dilakukan oleh negara baik oleh

senat maupun kaisar Sedangkan dalam sistem hukum Islam tradisional negara

170

Ahwan Fanani Otoritas Dalam Hukum Islam (Artikel dalam Jurnal Justitia Islamica

Vol 7 No 1 Jan-Juni 2010) hal 3 171

Menurut Max Weber peran dan bentuk otoritas dibagi menjadi tiga yaitu pertama

legal-rasional otoritas yang bersandar pada legitimasi rasional yaitu yang berpijak kepada

legalitas pola aturan normative dan formal Kedua tradisional otoritas yang bersandar kepada

legitimasi tradisional yaitu kepercayaan yang mapan kesucian tradisi masa lalu dan legitimasi

orang-orang yang melaksanakan otoritas tersebut Ketiga kharismatis otoritas yang bersandar pada

legitimasi charisma yaitu yang berpijak pada kesucian tertentu kepahlawanan atau karakter

teladan dari seorang individu dan pola normative yang ia tunjukan

65

tidak memiliki kekuasaan legalisasi Negara hanya bisa menegakan hukum tetapi

tidak memiliki hak untuk membuat hukum Kedua hakim-hakim dalam tradisi

hukum Romawi memiliki keleluasaan dalam memutuskan hukum karena

keputusan hukum didasarkan atas kekuatan intuisinya172

Sementara dalam tradisi

hukum Islam para ahli hukum diikat oleh sumber formal yaitu teks Otoritasnya

lebih didasarkan atas keterampilannya menjabarkan teks dibandingkan oleh

kebijaksanaannya173

Upaya menjadikan hukum Islam sebagai hukum positif menuai pro dan

kontra Hukum Islam yang muncul di Indonesia tidak lepas dari dinamika sejarah

negara Indonesia Jauh sebelum kedatangan penjajah dari Eropa perkembangan

Islam dengan munculnya lembaga pendidikan seperti surau langgar madrasah

dan pesantren telah memberikan kontribusi pengetahuan mengenai kultur agamis

yang kuat di masyarakat Sehingga hukum Islam di Indonesia merupakan hukum

yang banyak di bentuk dan terinspirasi oleh kekuatan dari budaya agamis dan

relegius Dari lembaga pendidikan itu sumber-sumber utama informasi dan

penyuluhan masyarakat Mengajarkan berbagai keilmuan utamanya ilmu agama

yang didominasi kajian fikih kajian yang tidak lepas dari permasalahan hukum

Islam Dari akar sejarah yang kuat inilah pondasi cita-cita masyarakat Aceh

terbentuk karena Islam memperkenalkan suatu tradisi hukum baru di Indonesia

Dengan menawarkan dasar-dasar perilaku sosial yang rata dan sebanding juga

menyumbangkan konsepsi baru hukum di Indonesia Dan sifatnya yang elastis174

mengubah ikatan kesukuan dan kedaerahan menjadi ikatan yang universal175

Di kalangan masyarakat Aceh sendiri diketahui memiliki sikap tertutup

dan mempunyai pandangan tersendiri tentang segala sesuatu mengenai

penghidupannya Sebagai akibat dari sikapnya ini masyarakat didaerah dapat

dikatakan bersifat ldquostatischrdquo (tidak berubah-ubah) aliran-aliran baru tidak masuk

sehingga alam pikiran masyarakat tetap sebagai berpuluh tahun kebelakang176

172

Hal itu terjadi karena hakim dipandang sebagai orang yang bijaksana sehingga

keputusan hukum dilihat dari kemampuannya menggali nilai keadilan 173

Ibid hal 19-20 174

Bersifat Elastis dalam konteks ini memperhatikan berbagai segi kehidupan dan tidak

memiliki dogma yang kaku keras dan memaksa 175

Shohibul Itmam Transformasi Hukum Islam Menuju Hukum Positif Dalam Konteks

KeIndonesiaan (Artikel dalam Jurnal Justitia Islamica Vol 7 No 1 Jan-Juni 2010) hal 39-40 176

MR S M Amin Op Cit hal 76

66

Dalam pengertiannya mengenai hukum Islam di daerah Aceh adalah segala

peraturan yang bersifat hukum kekeluargaan yang berlaku atas anggota

masyarakat asli terkecuali beberapa kebiasaan dalam perkawinan yang tidak

bersifat prinsipil Selain itu rakyat Aceh adalah ldquoIslam mindedrdquo dan dalam cara

berpikir mereka pada umumnya tidak ada tempat bagi hukum terhadap persoalan

sehari-hari yang tidak berasal dari hukum Islam Ulama-ulama mengetahui bahwa

sebenarnya bukanlah seluruh hukum yang berlaku atas rakyat adalah hukum

Islam akan tetapi masih juga ada soal-soal yang diputuskan menurut dasar hukum

lain menganggap bahwa berlakunya peraturan-peraturan yang tidak berdasar

Islam adalah suatu keadaan yang tidak sempurna yang seharusnya mengalami

perubahan177

Dalam penerapannya mengenai hukum sejarah Aceh menyatakan bahwa

diantara kepala adat dan kepala agama terdapat pertentangan paham Ulama

mempunyai kekuasaan kehakiman terbatas mengenai hal perkawinan frail yang

berusaha dan bertujuan memperluas kekuasaan dan mempertahankan hak-hak

yang diserahkan organisasi ketatanegaraan olehnya Sedangkan adathoofden178

berusaha sebaliknya yaitu dengan memperkecil hak hakim agama sedapat

mungkin Ini merupakan suatu persoalan kedapatan prinsip (dasar) pembagian

kekuasaan diantara hakim agama dan hakim adat Aliran Islam ini berada di

segala kehidupan menyerupai suatu faktor yang tidak dapat diabaikan meskipun

banyak yang tidak menyetujui golongan Islam yang dianggap fanatic kolot dan

tidak selaras dengan keadaan Dan golongan anti Islam ini terdapat juga

didalamnya mereka yang telah memperoleh didikan agama secara modern di luar

negeri179

dan mereka yang telah pernah menerima didikan Barat mempunyai

pandangan yang lebih luas dalam melaksanakan hak dan kewajiban yang

sempurna180

177

Keadaan dalam menetapkan peranan hukum Islam di kehidupan sehari hari disebabkan

oleh tindakan sewenang-wenang dari uleebalang yang senantiasa berusaha agar masyarakat beralih

dari sifat keIslaman dan menuju kepada adat dengan maksud agar lebih sempurna dan dapat

memerintah rakyatnya 178

Adat hoofd adalah Kepala adat 179

__________ Tentang Soal Memulihkan Keamanan di Atjeh (Artikel WAKTU No

23 Tanggal 25 Juni 1955) 180

MR S M Amin Op Cit hal 87-89

67

Mengenai ideologi dasar sebuah negara Pancasila Daud Beureueh

dianggap anti Pancasila dan dirasa perlu keluar dari Republik Indonesia Tetapi

hal itu di sanggah ketika pada 15 Oktober 1945 Daud Beureueh bersama tiga

orang ulama besar mengeluarkan pernyataan politik yang dimaksudkan bahwa

umat Islam mempertahankan Republik Indonesia yang berdasar Pancasila wajib

hukumnya dan gugur dalam perjuangannya dianggap mati syahid Pernyataan ini

ditanda tangani oleh empat orang ulama besar yaitu Tengku haji Jakfa Siddik

Lamjabat Teungku Haji Ahmad Hasballah Indrapuri Teungku Haji Muhammad

Hasan Krungkale dan Teungku Muhammad Daud Beureueh Para pengamat

politik yang dengan seksama mengikuti perjalanan dan mengantar Daud Beureueh

ke mimbar proklamasi Darul Islam di Aceh mengatakan bahwa ada usaha-usaha

yang sistematis dan berencana yang bertujuan mendorong sebagian rakyat Aceh

berjuang dalam mewujudkan apa yang dicita-citakannya181

C Upaya Penyelesaian Akhir Pemberontakan DITII Aceh

Kasus yang terjadi di Aceh dalam fase perubahan sistem pemerintahan

bukanlah suatu kemauan rakyat sejati menjadi pimpinan dalam pemerintahan

melainkan seseorang ahli bicara (demagog) Siapa yang pandai bicara dan tidak

mempunyai rasa tanggung jawab yang cukup sangat mudah mempergunakan

rakyat umum sebagai alat untuk memenuhi keinginannya asalkan ahli bicara

mengetahui pokok-pokok keinginan umum dan tidak melampaui batasan-

batasannya Dengan memperhatikan pokok keinginan rakyat umum dan dalam

batas-batas pokok keinginan umum dapat diatur siasat untuk mencapai tujuan

Hal nyata ini yang menjadi alasan bahwa kekuatan Daud Beureueh dalam

pemberontakan berjuang menegakan syariat Islam adalah kekuatan lidah karena

sebagian besar rakyat Aceh didalam gerakan DITII Aceh di rekrut diajak dan

atas kemauannya sendiri melalui ajakan dakwah-dakwah dan pidato-pidato yang

dilakukan oleh Daud Beureueh pada khotbah-khotbahnya Inti dari situasinya

adalah mengikuti kemauan rakyat dipimpin oleh rakyat bukan yang memimpin

diluar kemauan rakyat dan walaupun dapat bersiasat sehingga keinginannya

sendiri dapat tercapai tetapi yang utama adalah tentang keinginan rakyat

181

A Hasjmy Op Cit hal 115

68

Selanjutnya Aristoteles menyatakan bahwa pemerintahan yang tersebut pada

hakikatnya adalah pemerintahan ldquomassardquo (gerombolan) yang mendiktekan

keinginannya secara sewenang-wenang Dan pemimpin dalam pemerintahan ini

tidak dapat memandang luas Pandangannya terbatas pada suasana daerah tidak

dapat meluas keluar daerah Serta tidak dapat melihat turun naiknya pertumbuhan

perjuangan nasional tidak dapat melihat perubahan dalam pelaksanaan tugas dan

juga tidak dapat melihat perubahan dalam perkembangan politik182

Pada hasil perjuangan dalam peristiwa berdarah ini dilalui oleh proses

untuk mencapai suatu kesepakatan Adapun langkah-langkah penyelesaian

persoalan konfrontasi antara rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beureueh dan

pemerintah pusat diawali dengan munculnya Dewan Revolusi yang diketuai oleh

A Gani Usman Dengan adanya gencatan senjata para pejuang dari masyarakat

Aceh mulai kembali pulang ke kampung untuk menjenguk keluarga serta

mengamati perkembangan kota-kota Alasan perjuangan Daud Beureueh

melakukan gencatan senjata adalah sebagai berikut

1 Pemimpin pemimpin pejuang menghindari Aceh dari kehancuran

akibat tekanan yang kuat dari pemerintah pusat dalam memberantas

perjuangan rakyat Aceh yang dianggap pemerintah sebagai suatu

pemberontakan

2 Sebagian rakyat Aceh dalam kubu Daud Beureueh telah letih berjuang

dan bosan hidup didalam hutan selama 6 tahun rentang tahun 1953-

1959

Munculnya Dewan Revolusi menandai pecahnya kaum pemberontak yang

terbagi menjadi dua kubu Antara kubu Tgk M Daud Beureueh Hasan Ali Ilyas

Leube dengan Trio Hasan Saleh Ayah Gani dan Husin Almujahid Kemelut

politik yang terjadi antar keduanya puncaknya terjadi pada tanggal 15 Maret 1959

melalui seruan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Negara Bagian Aceh (NBA)

Tentara Islam Indonesia Hasan Saleh sebagai menteri urusan perang telah

mengambil alih pimpinan NBA sipil dan militer dari tangan wali negara Daud

Beureueh Dan dalam menggantikan kabinet dibentuk lah Dewan Revolusi

182

MR S M Amin Op Cit hal 115-116

69

dibawah pimpinan A Gani Usman Beriringan dengan dibentuknya kubu

tandingan oleh Hasan Saleh kabinet Hasan Ali dibubarkan Kemudian

selanjutnya diserukan kepada rakyat umum supaya membantu Dewan Revolusi

dengan tujuan membawa rakyat Aceh ketempat yang mulia dan bahagia Seruan

itu ditandatangani oleh Tgk Amir Husin Almujahid selaku Ketua Dewan

Perwakilan Rakyat NBA (Majelis Syura)183

Pada tanggal 26 Maret 1959 keluar komnike No 2 dari Dewan Revolusi

yang dinamakan pernyataan Wali Negara NBA NII dalam pernyataan itu

dinyatakan bahwa ldquoDewan Pertimbangan diubah dengan sebutan Wali Negara184

Pokok dalam pernyataan ini adalah bahwa Dewan Revolusi NBA NII akan

meneruskan permusyawaratan dengan pemerintahan Republik Indonesia serta

menjadikan musyawarah ini sebagai prinsip bukan taktik185

Dengan keluarnya

pernyataan-pernyataan dari kedua belah pihak adalah bukti nyata bahwa di Aceh

telah terdapat dua Negara Bagian Aceh NII Yang pertama dibawah pimpinan

Daud Beureueh dan yang kedua dibawah pimpinan Hasan Saleh Selanjutnya

musyawarah dilakukan antara Dewan Revolusi dengan Pemerintah RI Pada

tanggal 23 Mei 1959 utusan pemerintah RI melalui Wakil Perdana Menteri I Mr

Hardi atau yang lebih dikenal dengan Misi Hardi yang terdiri dari 29 anggota

antara lain Menteri Negara Urusan Stabilisasi Ekonomi dan Wakil Kepala Staf

Angkatan Darat Jenderal Mayor Gatot Subroto Pada tanggal 24 Mei 1959

dilakukan pembicaraan-pembicaraan penting di segala bidang dengan KDMA dan

Gubernur atau Kepala Daerah Aceh sebagai persiapan permusyawaratan dengan

Dewan Revolusi

Pada tanggal 25 Mei 1959 musyawarah antara Misi Hardi dengan Dewan

Revolusi yang terdiri dari 25 anggota antara lain A Gani Usman (Ayah Gani)

183

El Ibrahimy Op Cit hal 165-166 184

Dalam komunike No 1 tidak ada Dewan Pertimbangan dan yang ada Dewan

Perwakilan Rakyat NBA (Majelis Syura) 185

Pengertian ldquoprinsip bukan taktikrdquo disini adalah bermusyawarah memperbincangkan

semua soal melalui diplomasi dan bukan dalam artian menyerah Dan dengan musyawarah bukan

untuk mencari menang atau kalah melainkan hasil musyawarah kelak bisa diterima disebagian

masyarakat Aceh dan pihak pemerintah RI juga menerima sebagian cita-cita kedua belah pihak

Jadi inilah yang dinamakan perdamaian adanya persatuan dan kembali bersatu sebagai hasil

musyawarah bukan merupakan penyerahan atau menyerah melainkan kewajiban masyarakat RI

untuk melanjutkan cita-cita pada revolusi 17 Agustus 1945 yang sudah menjadi kewajiban suci

umat Islam di Aceh dulu dan sampai saat ini

70

sebagai ketua Amir Husin Almujahid Hasan Saleh Husin Jusuf T M Amin T

A Hasan Ishak Amin dan A Gani Mutiara Musyawarah yang berjalan lancar

dan harmonis terlihat dari butir-butir hasil pemikiran Adapun hasil pemikiran

musyawarah antara Dewan Revolusi dan Misi Hardi adalah sebagai berikut

1 Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia tanggal 26 Mei 1959

No 1Misi1959 yang pokoknya menyatakan bahwa Daerah

Swantantra Tingkat I Aceh dapat disebut ldquoDaerah Istimewa Acehrdquo

dengan catatan bahwa kepada daerah tersebut tetap berlaku ketentuan-

ketentuan mengenai Daerah Swantantra Tingkat I seperti termuat

dalam undang-undang No 1 tahun 1957 tentang pokok-pokok

Pemerintahan Daerah begitu pula lain-lain peraturan perundangan

yang berlaku untuk Daerah Swantantra Tingkat I mengenai otonomi

yang seluas-luasnya terutama dalam keagamaan peradatan dan

pendidikan186

2 Segala aparat dari NBA NII (MiliterPolisiSipil) diterima ke dalam

pasukan yang bernama pasukan Tgk Tjhik di Tiro sebagai bagian dari

Komando Daerah Militer Aceh Iskandar Muda Sesuai dengan

pernyataan Misi Pemerintah Pusat yang bertanggal Kutaraja 26 Mei

1959

3 Pemerintah akan membantu sekuat tenaga dalam batas-batas

kemampuan negara pembangunan semesta di Aceh terutama dalam

bidang-bidang yang langsung menyentuh kepentingan rakyat jasmani

dan rohani sebagai langkah pertama untuk merealisir maksud

pemerintah tersebut Misi Pemerintah Pusat telah membawa otorisasi

sejumlah 884 juta rupiah

Dalam rangkaian tujuan-tujuan hasil dari pemikiran pada musyawarah

dengan Pemerintah Pusat melalui Misi Hardi maka Dewan Revolusi NBA NII

telah187

186

Keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959 Yang dibuat dalam menyelesaikan

persoalan di Aceh melalui musyawarah keputusan dari kedua belah pihak Pernyataan yang

diterangkan oleh Panglima KDMA 187

El Ibrahimy Op Cit hal 168-169

71

1 Menyatukan diri ke dalam Republik Indonesia untuk melanjutkan

revolusi nasional 1945 dengan berlandaskan Undang-Undang Dasar

1945 untuk mencapai kebahagiaan kamakmuran dan ketinggian

agama nusa dan bangsa

2 Melebur organisasi NBA Sipil dan Militer ke dalam tubuh Pemerintah

Republik Indonesia secara wajar188

Selain dari dalam kubu yang sudah terpecah menjadi dua pemulihan

keamanan Aceh juga dilakukan secara terus-menerus oleh pihak pemerintah pada

masa Kol M Jasin kepada pihak Daud Beureueh Melalui Kol Jasin yang datang

ke Aceh sebagai panglima KODAM I Iskandar Muda menggantikan Panglima

Sjamaun Gaharu dimana Aceh dalam suasana bergolak Tujuannya adalah

menciptakan ketenangan yang dapat dipelihara dan seruan kembali ke pangkuan

Ibu Pertiwi terhadap pihak pejuang dibawah pimpinan Daud Beureueh Dalam

mencapai tujuannya Kol Jasin menyerukan kampanye pemulihan keamanan Aceh

kesetiap daerah-daerah dan kecamatan-kecamatan di Aceh Pada pidatonya

tanggal 2 Maret 1962 Kol Jasin mengatakan bahwa ldquoia dari pihak pemerintah

pusat mengajak kepada masyarakat ramai-ramai untuk membantunya dalam

penyelesaian keamanan di Aceh yang terjadi sekitar 8 tahun yang membuat

banyak masyarakat menderita Bantuan dari masyarakat mengenai penyelesaian

keamanan Aceh merupakan tanggung jawab dari semua pihak baik dari kalangan

pemerintah pusat atau pun masyarakat di daerah Aceh Dan kemudian gerakan

kampanye menyerukan penyelesaian keamanan oleh Kol Jasin di akhiri di Aceh

Timur Langsa dan mengatakan bahwa seluruh daerah Aceh kembali menjadi

daerah yang aman dari Darulharb menjadi Darussalam189

Selanjutnya penyelesaian keamanan dilakukan oleh Kol Jasin dengan

Daud Beureueh Dimulai melaluit surat-menyurat antar keduanya pada tanggal 7

Maret 1961 Dalam surat itu Kol Jasin menyampaikan bahwa beliau oleh

atasannya telah diberi amanat bahwa pemerintah Republik Indonesia masih tetap

mengharapkan kembalinya Daud Beureueh dengan cara yang baik demi

188

Seperti tercantum dalam surat penyataan Dewan Revolusi Gerakan Revolusioner Islam

Aceh bertanggal 26 Mei 1959 189

Pidato Panglima Jasin dalam musyawarah kerukunann Rakyat Aceh pada bulan

Desember 1962

72

kebahagiaan rakyat dan daerah Aceh Pada tanggal 4 Agustus 1961 respon

dilakukan oleh Daud Beureueh melalui utusan pribadinya A R Hasjim kepada

Panglima Jasin untuk menyampaikan isi hatinya tentang apa cita-citanya kepada

beliau Dan pada tanggal 5 Agustus 1961 Kol Jasin mengirimkan surat kembali

menyatakan keharuannya atas kesediaan Daud Beureueh mengirimkan utusan

pribadinya dan menjadikan sebuah isyarat bagi penyelesaian keseluruhan

persoalan Aceh Kemudian pada tanggal 2 November 1961 pertemuan antar Kol

Jasin dan Daud Beureueh terlaksana di Langkahan Simpang Ulim daerah Aceh

Timur190

Pertemuan yang diliputi suasana ramah tamah dan persahabatan itu Daud

Beureueh menyampaikan keinginannya untuk melakukan pertemuan kepada pihak

yang lebih tinggi dengan mengutus M Hasballah Daud191

kepada Menteri

Keamanan Nasional Jendral Nasution di Jakarta Dalam rangka usaha

penyelesaian keamanan lahir dan batin di seluruh Aceh Keinginan Daud

Beureueh di setujui oleh Kol Jasin dan bersedia membantu pelaksanaannya192

Pada tanggal 21 November 1961 M Hasballah Daud yang ditemani oleh Letkol

Nyak Adam Kamil Kastaf KODAM I Iskandar Muda dan Kapten A Manan dari

Staf I diterima oleh Jendral Nasution yang didampingi oleh Letkol Barkah Pada

pertemuan antara kedua belah pihak ini menghasilkan pokok tujuan yang sama

Yaitu dengan menyambut Da‟wah Daud Beureueh itu Jendral Nasution

menyatakan bahwa apa yang terkandung dalam Da‟wah itu telah tercakup oleh

Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia No 1Misi Hardi tahun 1959

Kepada daerah Aceh selain telah dibenarkan dalam penyebutannya menjadi

Daerah Istimewa Aceh pun telah diberikan keistimewaan dalam tiga bidang yaitu

agama peradatan dan pendidikan sebagai wadah Jendral Nasution telah member

kuasa penuh kepada peperda dan pemerintah daerah Aceh untuk mengatur

190

El Ibrahimy Op Cit hal 181 191

M Hasballah Daud adalah Anak dari Tgk M Daud Beureueh Didalam Tentara Islam

Indonesia menjabat sebagai Kepala Staf 192

Dari surat Tgk M Daud Beureueh kepada Menteri Keamanan Nasional Jendral

Nasution yang dibawa oleh M Hasballah Daud berisi ketidakpuasan Daud Beureueh terhadap

Panglima KODAM I Iskandar Muda Kol Jasin Karena beranggapan bahwa Kol Jasin tidak

mempunyai wewenang yang cukup dalam memberikan suatu keputusan mengenai tuntutan yang

diajukannya Daud beureueh ingin mengemukakan langsung keinginannya itu kepada Menteri

Keamanan Nasional dengan harapan keinginannya dapat terkabul

73

pelaksanaannya Dan menghimbau agar seluruh masyarakat Aceh dan alim ulama

mengisi keputusan itu dengan membantu pelaksanaannya193

Usaha pemulihan Aceh tidak selalu berjalan dengan lancar terlihat ketika

surat Daud Beureueh yang bertanggal 16 Desember dengan segala lampirannya

yang disampaikan melalui M Hasballah Daud dan Baihaqi A K kepada Menteri

Keamanan Nasional di Jakarta Terhambat saat Kol Jasin melihat surat itu dengan

segala lampirannya Kol Jasin tidak mengizinkan mereka berangkat ke Jakarta

untuk menyampaikan surat tersebut kepada Jendral Nasution Dan ada surat tidak

resmi bertanggal 16 Desember 1961 yang maksudnya menjelaskan kepada

Jendral Nasution tentang hakikat dari pada Islam tidak saja berarti aqidah dan

ibadah akan tetapi mencakup apa yang dinamakan ldquonizhamrdquo yaitu pengaturan

hidup dan kehidupan manusia sebagai jawaban atas surat Jendral Nasution tanggal

21 November 1961 Seiring dengan tidak diizinkannya pertemuan ke Jakarta

maka berakhirlah surat-menyurat antara Daud Beureueh dan Jendral Nasution

Selain dengan Kol Jasin benturan juga terjadi dengan Hasan Ali Hasan Ali

sebagai Perdana Menteri Republik Islam Aceh berangkat keluar negeri untuk

bertemu dengan Mr S M Amin mantan Gubernur Sumatera Utara untuk

melakukan pertemuan dalam persoalan pemulihan keamanan diseluruh Indonesia

umumnya dan di Aceh khususnya194

Selanjutnya Hasan Ali menyetujui tuntutan Mr S M Amin dan isi teks

baru yang telah disetujui adalah sebagai berikut

A Mengenai umum

193

Mengenai keputusan Daerah Istimewa Aceh Daud Beureueh tidak puas dengan

keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959 (Misi Hardi) Meskipun sudah dibenarkan daerah

Aceh memakai nama ldquoDaerah Istimewa Acehrdquo akan tetapi keistimewaan yang sebenarnya tidak

ada Keistimewaan Aceh yang dimaksud keistimewaan yang bersumber dalam jiwa raga yang

sangat ldquofanaticrdquo pada agama Islam Memobilisasi keadaan dalam masyarakat adalah terutama

memelihara perasaan keagamaan ini menghindarkan segala sesuatu yang sifatnya dapat

menyinggung 194

Pertemuan antara Hasan Ali dan Mr S M Amin dilakukan di Malaya (Malaysia)

sebelum keberangkatan Amin menuju Bangkok dan Hongkong Adapun pokok-pokok persetujuan

yang telah dicapai antara Hasan Ali dan Mr S M Amin mengenai Aceh adalah sebagai berikut

1 Menyetujui hal-hal yang telah tercapai dalam persetujuan-persetujuan dengan Dewan

Revolusi

2 Mengembalikan Aceh ke dalam alam demokrasi dan mengadakan pemilihan umum

untuk DPRD DPRD ini kemudian memilih Gubernur

3 Pemimpin-pemimpin yang memberontak tidak dipindahkan dari daerah Aceh

74

1 Menyetujui pemulihan keamanan ditempuh secara integral melalui

pusat organisasi masing-masing Dalam hal ini Aceh mengambil

inisiatif ke jurusan itu

2 Mengadakan pemilihan umum secepat-cepatnya untuk

Konstituante Parlemen Presiden dan DPR-DPR Daerah atas dasar

Undang-Undang Pemilihan Umum No 7 tahun1953

3 Golongan-golongan dan perorangan yang bertentangan dengan

Pemerintah Republik Indonesia baik yang mengangkat senjata

maupun yang tidak berhak kembali dalam kegiatan politik

4 Mengadakan amnesti umum dan rehabilitasi tanpa pengecualian

B Mengenai Aceh khususnya

1 Mendukung sepenuhnya persesuaian tersebut dan memikul semua

konsekuensinya

2 Menyetujui berlaku sepenuhnya persetujuan-persetujuan yang telah

tercapai antara Pemerintah Republik Indonesia dan Dewan

Revolusi Aceh

3 Menyetujui penggantian kerugian rakyat umumnya sebagai akibat

persengketaan bersenjata di Aceh

4 Pemimpin-pemimpin yang mengadakan perlawanan bersenjata

tidak dipindahkan dari daerah dan kalau mereka menyukai

ditampung oleh Pemerintah kemana saja mereka sukai195

Rasa kekecewaan terlihat ketika Hasan Ali tidak bijaksana Terlihat dari

pertemuan yang dilakukan diluar negeri sangat memakan banyak waktu hampir

sekitar empat bulan lamanya Daud Beureueh merasa kesal dengan berlama-

lamanya Hasan Ali di luar negeri sedangkan keadaan Aceh kian hari kian

memilukan hati Daud Beureueh menganggap hal ini sebagai bentuk kesengajaan

untuk memperlama tinggalnya Hasan Ali di luar negeri sedangkan usaha-usaha

menghancurkan Republik Islam Aceh dari dalam terus dijalankan dengan segiat-

giatnya Pertemuan berikutnya dihadiri oleh Tritunggal yaitu Panglima

195

El Ibrahimy Op Cit hal 191-192

75

Gubernur dan Kepala Polisi ldquoDaerah Istimewa Aceh Kepala Staf KODAM I

Iskandar Muda Kepala Kehakiman Kepala Kejaksaan dan Kepala Mahkamah

Syariah Pokok laporan Daud Beureueh dan stafnya serta pasukan Ilyas Leube

akan bersedia ke pangkuan Ibu Pertiwi dengan syarat bahwa Daerah Istimewa

Aceh dilaksanakan unsur-unsur Syari‟at Islam dalam batas-batas yang

dimungkinkan perundang-undangan negara Kemudian setelah mendengar

keinginan Daud Beuereueh Kol Jasin mengatakan bahwa akan mempertaruhkan

jabatannya untuk menyetujui keinginan Daud Beuereueh dengan mengeluarkan

suatu keputusan PEPERDA

Dan pada tanggal 21 Mei 1962 di Banda Aceh di adakanlah kenduri besar

sebagai tanda bersyukur kepada Tuhan dan sebagai manifestasi kegembiraan atas

pulihnya keamanan di seluruh Aceh dan terciptanya perdamaian yang sudah

sekian lama dinanti-nantikan baik oleh pemerintah maupun oleh rakyat

Tercapainya persetujuan mengenai penyelesaian keamanan yang terakhir antara

Kol Jasin dan Daud Beureueh tidak hanya menimbulkan kelegaan dan

kegembiraan di kalangan rakyat akan tetapi juga berdampak di kalangan staf

Daud Beureueh seperti juga dikalangan staf KODAM I Iskandar Muda Dengan

pulihnya keamanan secara menyeluruh seluruh kekuatan baik pemerintah

maupun rakyat dapat dikerahkan untuk melaksanakan pembangunan daerah Aceh

yang memiliki banyak potensi ekonomi yang sangat bermanfaat baik untuk

kemajuan daerah Aceh atau pun untuk kemajuan negara196

Pertentangan diantara kaum republik Daud Beureueh melalui DITII

dengan pemerintah pusat telah menimbulkan ketegangan antara rakyat yang

memperjuangkan DITII Aceh dengan Jakarta Ini membuat usaha damai yang

hendak dicapai dan dilaksanakan dengan cara keras berupa tekanan oleh TNI di

satu pihak di samping pemberian amnesti dan abolisi197

kepada anggota DITII di

pihak lainnya Dengan menggunakan kedua cara ini secara tidak langsung telah

mendorong beberapa tokoh DITII Aceh termasuk Hasal Ali selaku Perdana

196

El Ibrahimy Op Cit hal 216 197

Amnesti adalah pengampunan atau penghapusan hukuman yang diberikan kepala

negara kepada seseorang atau sekelompok orang yang telah melakukan tindak pidana tertentu

Sedangkan abolisi adalah peniadaan peristiwa pidana dengan cara menghapuskan membatalkan

atau mengakhiri

76

Menteri DITII Aceh Mereka mengubah pendapat bahwa tidak ada manfaatnya

lagi untuk melanjutkan permusuhan dengan Jakarta sebaliknya sudah tiba

masanya untuk meletakkan senjata dan kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi198

Hal

ini membuktikan bahwa teori mengenai konflik menurut MR S M Amin adalah

benar tentang perubahan sifat pada koflik yang terjadi antara rakyat Aceh dan

pemerintah dari awalnya bersifat revolusioner menjadi evolutioner

Dari pemaparan di atas jelas sikap Daud Beureueh menentang atau tidak

pro feodal Pada masa perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh Mr S M

Amin menerangkan bahwa terjadi revolusi nasional dan revolusi sosial Revolusi

sosial adalah revolusi terhadap pengkhianat Cumbok Peristiwa Cumbok199

atau

perang saudara adalah konflik antara uleebalang yang bekerjasama mengatur

sistem pemerintahan bersama Belanda dengan ulama yang mempunyai prinsip

anti penjajahan Sedangkan revolusi nasional adalah revolusi untuk menanamkan

nilai-nilai keIslaman yang terdapat pada ideologi di seluruh Indonesia khususnya

Aceh sebagai usaha mewujudkan cita-cita keinginan bersama200

Jika dikaji lebih mendalam mengenai konflik yang terjadi peristiwa

berdarah ini merupakan akibat dari konflik vertikal Konflik itu sendiri adalah

pertentangan yang mempunyai hubungan erat dengan proses integrasi Hubungan

ini disebabkan karena proses integrasi adalah sekaligus suatu proses disorganisasi

dan disintegrasi Makin tinggi konflik atau pertentangan intra-kelompok makin

besar gaya sentripentalnya Artinya saling mempengaruhi satu sama lain makin

besar permusuhan terhadap kelompok luar makin besar integrasi Konflik tidak

selalu mengandung makna yang disfungsional Konflik justru dapat menjadi

198

Makna kata Ibu Pertiwi adalah sama dengan tanah air yang berarti Republik Indonesia 199

Berbeda pendapat dengan Mr S M Amin menurut M Nur El Ibrahimy revolusi

terhadap uleebalang di Aceh dibagi dalam dua tahap Revolusi tahap pertama yang dilancarkan

terhadap uleebalang yang termasuk dalam golongan Cumbok yang oleh pemerintah T Nyak Arif

sampai Panglima Polem Mohd Ali dianggap pengkhianat dan musuh Negara Republik Indonesia

Dan revolusi tahap kedua yang dilancarkan oleh Tentara Perjuangan Rakyat (TPR) dibawah

pimpinan Tgk Husin Almujahid pada bulan Maret 1946 terhadap uleebalang yang tidak termasuk

golongan Cumbok sebagai upaya untuk menggantikan sistem pemerintahan feodal dengan sistem

pemerintahan yang demokratis adalah revolusi sosial Dan dikatakan juga revolusi tahap kedua

adalah tanggung jawab Daud Beureueh terkait dengan pergerakan organisasinya PUSA Dan pada

akhir pergerakan revolusi tahap kedua Almujahid lepas dari segala ekses yang terjadi selama

gerakan TPR merupakan salah seorang tokoh yang berjasa meruntuhkan sistem feodal yang telah

berurat berakar berabad-abad dalam masyarakat Aceh 200

El Ibrahimy OpCit hal 114

77

sesuatu yang fungsional Selain itu konflik juga dapat berfungsi sebagai

stabilisator sistem sosial dalam meredakan ketegangan antara pihak-pihak yang

bertikai201

Dalam peristiwa berdarah ini tidak berjalan dengan tenang dan damai

melainkan dengan jalan kekerasan dan konflik antara Darul Islam Tentara Islam

Indonesia Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereueh dengan pemerintah pusat

Keamanan di Aceh yang belum terkendali membuat pemerintah mengirimkan

bantuan militer terhadap pamong praja untuk mematahkan perjuangan atau

pemberontakan yang dilakukan oleh Daud Beureueh Sikap Daud Beureueh

dianggap tidak mau mengindahkan pertimbangan politis yang selaras pada

pendirian pemerintah pusat yaitu mengenai dasar negara202

Dalam kaitannya dengan konflik yang terjadi antara Darul Islam dan

pemerintah pusat ini merupakan jenis konflik yang bersifat destruktif Yakni

konflik yang dipicu oleh rasa kebencian kekecewaan yang tumbuh dan tertanam

didalam diri mereka masing-masing Dari kaca mata politik konflik destruktif ini

tumbuh karena fanatisme para pendukung di suatu kelompok grup ataupun

organisasi Erat kaitannya dengan kajian ini tentang fanatisme masyarakat Aceh

yang mendukung cita-cita dan keinginan bersama yaitu mendirikan Negara Islam

Indonesia Akibatnya dari konflik destruktif berupa benturan-benturan fisik yang

membawa kerugian jiwa atau harta Banyak korban yang berjatuhan pada

peristiwa berdarah ini Ada tiga cara untuk mencegah terjadinya konflik

1 Menggunakan asas ldquotepo selirordquo apabila tidak mau disakiti orang lain

jangan pula menyakiti orang lain

2 Bersikap demokratis menghargai pluralisme pendapat paham dan

suku yang beragama dalam masyarakat

3 Mempunyai sikap toleransi terhadap agama yang berbeda tanpa kita

harus keluar dari akidah agama kita masing-masing

201

Ulfah Fajarini Konflik dan Integrasi Potret Keagamaan Masyarakat Sawangan

Artikel surat kabar majalah Al-Turas Vol 11 No 3 September 2006 202

_______ Tentang Soal Memulihkan Keamanan di Aceh artikel surat kabar majalah

WAKTU No23 tahun 1955

78

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Ketika Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17

Agustus 1945 rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereuh dan ulama-ulama

lainnya bergerak dan berjuang mempertahankan proklamasi kemerdekaan Aceh

awal perjuangan kemerdekaan Indonesia secara de facto merupakan bagian dari

provinsi Sumatera dengan kebijakan undang-undang sementara tahun 1945 yang

membagi wilayah Indonesia dalam 10 provinsi Perjuangan Daud Beureueh

menegakan syariat Islam di Aceh terjadi pada masa Era Orde Lama Pertentangan

politik dengan pemeritah pusat terjadi setelah Aceh digabungkan kembali menjadi

bagian atau bdquoresiden‟ Sumatra Utara setelah sebelumnya menjadi provinsi yang

terpisah dengan provinsi Sumatra Utara

Tidak hanya itu alasan pada 21 September 1953 di Aceh meletus suatu

peristiwa berdarah yang merupakan tragedi bagi rakyat Tanah Rencong adalah

karena rakyat Aceh merasa sangat kecewa geram marah akibat dari janji-janji

pemerintah disaat rakyat Aceh bersatu padu mengeluarkan semangat gelora

mempertahankan kedaulatan NKRI dengan seluruh jiwa raga dan harta bendanya

sebagai bukti kesetiaannya pada Republik Indonesia Selain persoalan ideologi

keagamaan pemberontakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia DITII Aceh

adalah bentuk perlawanan terhadap pengaruh pemerintahan pusat yang kian

merasuk Dimana isu-isu palsu yang disebarkan pemerintah mengenai pengadaan

senjata gelap oleh tokoh-tokoh pejuang Aceh tidak benar adanya Hal itu yang

menjadi puncak kemarahan dan rakyat Aceh dibawah pimpinan Tgk M Daud

Beureueh menagambil sikap melawan

Pada masanya perjuangan Daud Beureueh memiliki rentan waktu yang

lama Mulai dari masa kolonial Belanda masa kedudukan Jepang masa pra dan

pasca kemerdekaan dan masa revolusi Pembentukan Negara Islam yang

merupakan cita-cita impian Daud Beureueh terilhami dari perjuangan DI TII

pimpinan Imam Soekarmadji Maridjan Kartosuwiryo Dan juga menjalin

79

kerjasama dengan PRRIPERMESTA dalam mencapai tujuan bersama untuk

menghancurkan regime Soekarno dan mendirikan Negara Islam Indonesia

Pada tahapan kesadaran sosial tersebut perkembangan Islam di Indonesia

terbagi menjadi tiga zaman zaman mitos zaman ideologi dan zaman

pengetahuan atau ilmu Dalam kaitannya dengan Aceh perjuangan menegakan

syariat Islam muncul ketika zaman ideologi Pada perjuangan yang dipimpin

Daud Beureueh ini penulis membagi menjadi dua motif dilakukannya

pemberontakan yaitu Islam dan Politik Dan konflik yang terjadi ini menimbulkan

pertentangan antara masyarakat Aceh dengan pemerintah prasangka sebab

dugaan merupakan sikap bermusuhan yang terjadi antar kelompok yang

satuterhadap kelompok lainnya yang didasari pada ciri yang tidak menyenangkan

Pada perjuangannya ini yang terjadi di Era Orde Lama menurut teori Banton

mengenai prasangka ini merupakan teori frustasi-agresi (frustration-aggression

theory)

Selanjutnya analisa penulis terkait langkah-langkah Daud Beureueh dalam

mewujudkan apa yang di cita-citakannya adalah terinspirasi dari perjuangan

dakwah yang ditempuh oleh Rasulullah SAW yaitu melalui tahap pembinaan dan

pengkaderan tahap interaksi dan perjuangan dan tahap penerimaan kekuasaan

dalam membentuk DITII Aceh Walaupun pada kenyataannya pemberontakan

tidak terjadi begitu saja melainkan melalui 3 tahapan yaitu tahap sabar tahap

benci (djidjik) dan tahap melawan Sedangkan menurut Wakil Presiden Jusuf

Kalla dalam wawancaranya pada harian KOMPAS Rabu 10 Desember 2014

Pukul 1801 WIB di Jakarta terkait motif yang terjadi pada konflik di Aceh

mengatakan bahwa ldquopemberontakan DI TII bukan terjadi karena adanya konflik

antar agama Untuk kasus Aceh ia menilai hal itu terjadi karena hak-hak ekonomi

warga tidak terpenuhi Masalah Aceh itu bukan masalah syariah Orang berfikir

Aceh mau menjalankan syariah Islam tidak Siapa bilang kita membicarakan

Islam Kita berbicara kenapa ekonomi Aceh rendah padahal alamnya kayardquo

Dalam kacamata penulis konflik yang terjadi antara Darul Islam Tentara

Islam Indonesia (DI TII) dengan pemerintah adalah konflik politik yang

memperebutkan pengaruh dimasyarakat dalam mencapai tujuannya masing-

masing Perebutan kekuasaan yang berdasar pada ideologi yang berbeda satu

80

sama lain itu memunculkan berbagai aspek sumber kekuasaan Sumber kekuasaan

berupa kekayaan dan kepercayaan atau agama Adapun langkah-langkah

penyelesaian persoalan konfrontasi politik antara rakyat Aceh dibawah pimpinan

Daud Beureueh dan pemerintah pusat diawali dengan munculnya Dewan

Revolusi yang diketuai oleh A Gani Usman dan dengan dilakukannya gencatan

senjata Dan upaya penyelesaian akhir melalui musyawarah antar kedua belah

pihak yang bertikai

B Saran-saran

Pertama Dari pemaparan penulis kita bisa melihat bagaimana perjuangan

revolusioner seorang tokoh ulama di Aceh dalam memperjuangkan dan

mewujudkan cita-cita yang menjadi keinginan terpendam umat Islam demi

kemajuan bangsa dan agama Hal ini diharapkan memberikan kita pelajaran yang

sangat berarti sebagai umat Islam terkait perjuangan bahwa kita sedang

mengemban tugas berat dan sedang berjuang mempertahankan identitas

keIslaman kita melalui syariat-syariat dan hukum Islam yang harus diterapkan

dalam kehidupan bermasyarakat Ini bukan suatu hal yang mudah terlebih lagi

dengan perkembangan zaman yang maju dan modern serta merasuknya pengaruh

dari luar Islam harus kita lihat sebagai sebuah tantangan zaman Dan sikap

perjuangan Daud Beureueh patut kita contoh dalam menjadikan kita sebagai umat

Islam yang kuat teguh percaya dan antusias dalam mengkaji lebih dalam

mengenai ilmu yang berlandaskan Islam

Kedua Sebagai umat Islam harus menguatkan keimanan kita Dilihat dari

apa yang diperjuangkan kita juga harus percaya bahwa Islam telah memberikan

solusi bagi masalah dikehidupan kita baik melalui syariat-syariat dan hukumnya

Dengan peraturan-peraturan dan ketentuan yang berdasar pada Islam diharapkan

menjadikan kita sebagai umat Islam yang teguh beriman cinta damai serta saling

menjaga dan menghormati antar sesame umat beragama lainnya Dan tidak

terpengaruh peraturan atau pun ketentuan di luar nilai-nilai yang terkandung

dalam Islam

81

Ketiga Kajian ini ditunjukan kepada para pemimpin tokoh masyarakat

dan orang-orang berpengaruh lainnya dengan melihat sosok Daud Beureueh

diharapkan bisa lebih menambah rasa antusias dan memotivasi diri dalam

menyebarkan dan melaksanakan nilai-nilai keIslaman di masyarakat Serta

menjadi sosok yang kharismatik seperti yang ditujukan oleh Daud Beureueh yang

mencerahkan hati dan pikiran umat Islam terkait peranannya Semoga para

pemimpin dan orang-orang berpengaruh saat ini menyadari bahwa peran mereka

sangat penting dalam menanamkan dasar-dasar Islam di kehidupan masyarakat

Dan kita sebagai umat Islam patut menjaga dan mempertahankan hal tersebut

Keempat sebagai sebuah pelajaran yang berharga saat pengkuburan

sejarah terjadi pada peristiwa berdarah atau yang lebih dikenal dengan

pemberontakan Tgk M Daud Beureueh dengan mengesampingkan alasan kenapa

bisa terjadi pemberontakan Merupakan sesuatu yang sangat memilukan apabila

kita mengetahui hal ini Serta membongkar tipu daya pemerintah saat itu yang rela

melakukan apa saja demi mewujudkan keinginannya tanpa memikirkan

perjuangan pengorbanan gelora semangat kemerdekaan yang berjuang dengan

seluruh jiwa raga dan harta berharga demi mempertahankan kedaulatan Republik

Indonesia

82

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Primer

Artikel MajalahSurat Kabar

Pembantu-Chas ldquoWakturdquo di Djakarta ldquoKabinet dan Atjehrdquo Waktu No44

ldquoTentang Soal Memulihkan Keamanan di Atjehrdquo Tahun 1955

Buku

Jakobi A K1992 Aceh Daerah Modal Jakarta Yayasan Seulawah RI-001

El Ibrahimy M Nur 1982 Tgk M Daud Beureueh Perananya dalam

Pergolakan di Aceh Jakarta Gunung Agung

Hasjmy A 1997 Ulama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan

Pembangunan Tamadun Bangsa Jakarta PT Bulan Bintang

Amin MR S M 2014 Memahami Sejarah Konflik Aceh Jakarta Yayasan

Pustaka Obor Indonesia

Sumber Sekunder

Artikel MajalahSurat Kabar

Abdullah TaufikldquoKarena Keterkaitan Ideologisrdquo Panji Masyarakat No419

Jurnal

Danial Analisis Jurnal Studi KeIslaman Volume XII Nomor 1 Juni 2012

ldquoSyariat Islam dan Pluralitas Sosial Studi Tentang Minoritas Non-

Muslim dalam Qanun Syariat Islam di Acehrdquo Lampung IAIN Raden

Intan Lampung

Ahwan Fanani Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoOtoritas Dalam Hukum Islam Antara Transformasi

83

Ahwan Fanani Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoOtoritas Dalam Hukum Islam Antara Transformasi

dan Krisis Dalam Sistem Negara Modernrdquo Ponorogo Jurusan Syari‟ah

STAIN Ponorogo

Shohibul Itmam Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoTransformasi Hukum Islam Menuju Hukum Positif

Dalam Konteks KeIndonesiaanrdquo Ponorogo Jurusan Syari‟ah STAIN

Ponorogo

Ensiklopedia

Nasution Harun dkk 1992 Ensiklopedi Islam Indonesia Jakarta Djambatan

Glasse Cyril 1999 Ensiklopedi Islam Ringkas Jakarta PT Raja Grafindo

Persada

Abdullah Taufik 2002 Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jakarta Ichtiar Baru

van Hoeve

Buku

Ibrahim Muhammad 1978 Sejarah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh

Banda Aceh Depdikbud

Talsya T A 1990 Modal Perjuangan Kemerdekaa Perjuangan Kemerdekaan di

Aceh Banda Aceh Lembaga Sejarah Aceh

Sani Usman Abdullah 2010 Krisis Legimitasi Politik Dalam Sejarah

Pemerintahan Di Aceh Jakarta Kementrian Agama RI Badan Litbang

dan Diklat Puslitbang Lektur Keagamaan

Reid Anthony 2011 Menuju Sejarah Sumatra Antara Indonesia dan Dunia

Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Ricklefs M C 2008 Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 Jakarta PT Serambi

Ilmu Semesta

84

Reid Anthony 1987 Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di

Sumatra Jakarta Pustaka Sinar Harapan

Hasjmy A 1985 Semangat Merdeka 70 Tahun Menempuh Jalan Pergolakan amp

Perjuangan Jakarta PT Bulan Bintang

Madjid M Dien 2014 Catatan Pinggir Sejarah Aceh Perdagangan Diplomasi

dan Perjuangan Rakyat Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Hasjmy A 1978 Bunga Rampai Revolusi Dari Tanah Aceh Jakarta PT Bulan

Bintang

Sjamsuddin Nazaruddin 1990 Pemberontakan Kaum Republik Kasus Darul

Islam Aceh Jakarta Pustaka Utama Grafiti

AbdullahTaufik Siddique Sharon 1988 Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia

Tenggara Jakarta LP3ES

Adan Hasanuddin Yusuf 2003 Tamaddun amp Sejarah Etnografi Kekerasan di

Aceh Yogyakarta Prismasophie Press

M Lapidus Ira 1999 Sejarah Sosial Ummat Islam Jakarta PT Raja Grafindo

Persada

Budiardjo Miriam 2008 Dasar-Dasar Ilmu Politik Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama

Kuntowijoyo 1985 Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia Yogyakarta

Shalahuddin Press

Kuntowijoyo 1995 Pengantar Ilmu Sejarah Yogyakarta Yayasan Bentang

Budaya

Gottschalk Louis 2006 Mengerti Sejarah Jakarta UI Press

Tuwu Alimuddin 1993 Pengantar Metode Penelitian Jakarta UI Press

Abdurahman Dudung 1999 Metode Penelitian Sejarah Jakarta Logos

85

Kartodirdjo Sartono 1992 Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah

Jakarta PT Gramedia

Emalia Imas 2006 Historiografi Indonesia Jakarta UIN Jakarta Press

Sunarto Kamanto 2004 Pengantar Sosiologi Jakarta Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Website

httpwwwjakartagoid

httpmelayuonlinecom

httpkebudayaankemdikbudgoid

httpkbbiwebid

httpmkompasianacom

httpnewsokezonecom

httpsoalacehtumblrcom

86

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I

Tokoh Teungku Muhammad Daud Beureueh

87

Lampiran II

Gambaran Keadaan Aceh Awal Perkembangan Islam

88

Lampiran

III

Wilayah Uleebalang Aceh Pada Tahun 1930-an

89

Lampiran IV

90

Lampiran V

Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo Dalam Rapat Dewan Pertahanan

Daerah yang berlangsung tanggal 20 Maret 1949 membicarakan masalah surat

undangan Wali Negara Sumatera Timur Dr Tengku Mansur

91

Lampiran VI

Staf Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo

92

Lampiran VII

Surat selebaran pada Peristiwa Berdarah di Aceh

93

Lampiran VIII

KEPUTUSAN PERDANA MENTERI

REPUBLIK INDONESIA

No 1Missi1959

PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA

Berkehendak mengambil langkah kebidjaksanaan untuk lebih

mendjamin penjempurnaan dan pembangunan dalam

daerah swatantra tingkat ke I Atjeh

Menimbang bahwa untuk maksud tersebut dipandang perlu

membenarkan sebutan ldquoDaerah Istimewa Atjehrdquo kepada

Daerah Swatantra Tingkat ke I Atjeh sebagai stimulans

untuk mengadjukan otonomi seluasnja dalam rangka

pelaksanaan Undang-Undang No 11957 tentang pokok-

pokok Pemerintahan Daerah

Memperhatikan pertimbangan Komandan Komando Daerah Militer Atjeh

dan Gubernur Kepala Daerah Swatantra Tingkat ke I

Atjeh

Mengingat kuasa jang telah diberikan oleh Dewan Menteri dalam

sidangnja ke-159 pada tanggal 31 Djanuari 1959

Keputusan Perdana Menteri RI No 196PM1959 tanggal

19 Mei 1959

MEMUTUSKAN

Pasal I Daerah Swatantra Tk Ke I Atjeh dapat disebut

ldquoDaerah Istimewa Atjehrdquo dengan djatatan bahwa kepada

daerah itu tetap berlaku ketentuan-ketentuan mengenai

daerah swatantra Tk Ke I seperti termuat dalam Undang-

94

Undang No 1 tahun 1957 tentang Pokok-pokok

Pemerintahan Daerah begitu pula lain-lain peraturan

perundangan jang berlaku untuk Daerah Swatantra tingkat

ke I mengenai otonomi jang seluas-luasnja terutama dalam

lapangan keagamaan peradatan dan pendidikan

Pasal II Keputusan ini mulai berlaku tanggal 26 Mei 1959

sampai ada ketentuan lain

Pasal III Memberikan instruksi kepada segenap Kementerian

Djawatan dan Dinas jang bersangkutan agar memberikan

bantuan seperlunja kepada Daerah swatantra tingkat ke I

Atjeh (Daerah Istimewa Atjeh) dalam pertumbuhan

otonomi jang seluasnja

Wk Perdana Menteri IKetua

Missi Pemerintah ke Atjeh

dto

= Mr Hardi =

Turunan dikirimkan kepada

1 Semua Menteri

2 KDMA

3 Gubernur Kepala Daerah Swatantra tk Ke I

Atjeh (Daerah Istimewa Atjeh)

4 Dan lain-lain instansi jang bersangkutan

95

Lampiran IX

96

Lampiran X

97

Lampiran XI

Page 10: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …

2

menduduki seluruh kepulauan Indonesia Dalam usahanya menjajah Indonesia

Belanda menyiarkan berita-berita melalui surat kabar radio bahwa kedatangannya

bukan untuk menjajah Indonesia melainkan untuk menjaga keamanan yang

diakibatkan oleh perang Dunia II Selain melalui propaganda Belanda juga

melakukan dua agresi militer bersenjata yaitu agresi pertama tahun 1947 dan

agresi kedua tahun 1948 Akibat serangan itu hampir seluruh wilayah Indonesia

berhasil ditaklukan Dan daerah yang belum dikuasai satu-satunya adalah Aceh

beberapa kali Belanda berusaha menghancurkan perlawanan rakyat Indonesia di

daerah Aceh selalu digagalkan Baik darat udara atau pun laut percobaan

serangan Belanda dapat digagalkan dan Aceh berhasil mempertahankan

kedaulatan kemerdekaan Republik Indonesia Dan menjadikan Aceh sebagai

daerah modal5

Aceh dijuluki sebagai daerah modal selain karena kegigihan dari kekuatan

rakyat Aceh mempertahankan Republik Indonesia juga karena terdapat alat

komunikasi seperti pers dan radio Dengan adanya alat komunikasi tersebut

mempermudah hubungan antara pemerintah daerah-daerah lain antara pemerintah

Aceh dengan pemerintah pusat Melalui media ini dapat menyampaikan berita

secara praktis dan membangkitkan gelora semangat rakyat Aceh dalam

mempertahankan kedaulatan RI hingga titik darah penghabisan6 Peranan pers dan

radio di bidang ekonomi juga terlihat dari siaran tentang kebutuhan para pejuang

agar masyarakat dapat membantunya dalam bentuk makanan pikiran dan

persediaan perlengkapan lainnya Dan bantuan ekonomi lainnya adalah

pengumpulan dana sumbangan untuk membeli pesawat yang sangat dibutuhkan

untuk kelancaran perjuangan Pesawat yang dibeli berkat terkumpulnya

sumbangan masyarakat Aceh yang kemudian oleh Soekarno diberi nama

ldquoSeulawah RI-001rdquo Peran Aceh semakin penting ketika Teungku Muhammad

Daud Beureueh diangkat menjadi Gubernur militer Aceh Langkat dan Tanah

Karo yang berhasil menyatukan pasukan Aceh dari TRI laskar Aceh berbagai

divisi dan tentara pelajar Semakin banyak yang datang ke Medan Area maka

5A K Jakobi Aceh Daerah Modal (Jakarta Yayasan Seulawah RI-001 1992) hal219

6SM Amin Kenangan-kenangan di Masa Lampau (Jakarta Pradnya Paramita 1978)

hal103

3

dibentuk suatu badan koordinasi yang disebut RIMA (Resimen Istimewa Medan

Area)7 Satu-satunya front yang tidak mampu ditaklukan Belanda pada agresi

militer kedua adalah sektor barat atau utara front Medan Area yang dipertahankan

oleh RIMA pasukan dari Aceh

Ketika dalam keadaan krisis saat ibukota RI di Yogyakarta diduduki

Belanda Pemerintah pusat dipindahkan ke Bukit Tinggi dan membentuk

Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) Dengan agresi militer Belanda

yang kedua dapat dikatakan seluruh Sumatera telah berada dibawah kekuasaan

Belanda Satu-satunya daerah yang masih utuh belum dimasuki Belanda adalah

Daerah Aceh Hal ini menjadi faktor utama Aceh sebagai daerah modal

mempertahankan kedaulatan RI Aceh sebagai garis pertahanan RI terakhir

mempunyai peran yang sangat amat penting dimana ketika negara boneka yang

didirikan oleh Belanda sudah mengepung RI Pada saat itu Aceh menjadi penting

sebagai alternatif satu-satunya yang menentukan cita-cita bangsa dan negara RI

Dan ketika itu Presiden Soekarno memohon meminta bantuan kepada Gubernur

militer Aceh Langkat dan Tanah Karo Daud Beureueh untuk bersedia turut

mengambil bagian dalam perjuangan bersenjata yang tengah berkobar untuk

mempertahankan kemerdekaan Saat itu Soekarno memanggil Daud Beureueh

dengan sebutan kakak Selain meminta rakyat Aceh turut serta dalam perjuangan

Soekarno juga meminta bantuan untuk membeli sebuah pesawat dari sumbangan

masyarakat Aceh yang secara ikhlas dan tulus memberi sumbangan yang sangat

berharga untuk bangsa yang sedang berjuang sebagai tanda kesetiaan rakyat Aceh

pada NKRI

Hampir seluruh wilayah RI telah diduduki oleh Belanda tetapi Aceh tak

sedikit pun mundur menyerahkan daerahnya ke tangan penjajah Bahkan ketika

Indonesia sampai diujung tanduk melalui lidah manis Soekarno lebih dahulu

meminta bantuan kepada Aceh untuk membantu mempertahankan kemerdekaan

RI Tapi sama halnya seperti Belanda manis di bibir tak sama seperti kenyataan

yang ada Aceh dikhianati dengan digabungkannya provinsi Aceh dibawah

provinsi Sumatera Utara Aceh yang dipimpin oleh Daud Beureueh saat itu

7Muhammad Ibrahim Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Banda Aceh

Depdikbud 1978) hal210

4

terpedaya oleh tangisan Soekarno yang berjanji akan memberikan hak

menerapkan Syariat Islam di bumi Aceh jika Aceh mau bergabung membantu

memperjuangkan mempertahankan kedaulatan kemerdekaan Republik Indonesia

Pertentangan politik dengan pemerintah pusat yang terjadi setelah Aceh

digabungkan kembali menjadi bagian atau bdquoresiden‟ Sumatra Utara setelah

sebelumnya menjadi provinsi yang terpisah dengan provinsi Sumatra Utara Hal

ini membawa kepada suatu keadaan yang meresahkan akibat adanya tarik menarik

antara Aceh dan pemerintah pusat atau dengan kata lain pemerintah pusat tidak

mengakui pembentukan provinsi Aceh yang terpisah sehingga terjadi tumpang-

tindih kebijakan yang membawa kepada krisis kekuasaan8 Terkait teori kesadaran

sejarah Kuntowijoyo hal ini dapat memberikan tantangan kritik pendapat serta

sikap dalam pertentangan antara rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beureueh

dengan pemerintah pusat

Aceh ketika awal perjuangan kemerdekaan Indonesia secara de facto

merupakan bagian dari provinsi Sumatera dengan kebijakan undang-undang

sementara tahun 1945 yang membagi wilayah Indonesia dalam 10 provinsi

Setelah Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17

Agustus 19459 rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereuh dan ulama-ulama

lainnya bergerak dan berjuang mempertahankan proklamasi kemerdekaan10

Daud

Beureueh orang kuat Aceh dan benteng Republik dalam revolusi menolak untuk

menerima suatu pekerjaan di Jakarta dan tetap bermukim di Aceh sambil

memperhatikan perkembangan Pada saat itu revolusi kemerdekaan Indonesia tak

luput dari pengamatan Daud Beureueh Dia mengamati dengan tenang dan hati

hati setiap perkembangan yang terjadi Dan selama tokoh-tokoh Masyumi

memegang kedudukan yang penting dalam kabinet dia tidak melakukan tindakan

apapun akan tetapi pada bulan mei 1953 ditemukan bukti bahwa dia telah

menjalin hubungan dengan Kartosuwirjo dari Darul Islam Gerakan Darul Islam

bagaimanapun merupakan bagian dari akibat sampingan proses sosial politik yang

8Ibid hal177-178

9 17 Agustus 1945 atau 9 Ramadhan 1364 Hijriah

10 A Hajsimy Ulama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan Pembangunan Tamadun

Bangsa (Jakarta Bulan Bintang 1997) hal109

5

terjadi pasca kemerdekaan11

Ketika masa kabinet Ali terbentuk tersebar desas-

desus bahwa pemerintah pusat melalui kabinet bermaksud menangkapi orang-

orang terkemuka Aceh Berita tersebut kemudian sampai di telinga Daud

Beureueh bahwa ia dan sejumlah kawan-kawannya akan ditangkap oleh tentara

dengan alasan menyimpan senjata gelap12

Daud Beureueh menyatakan bahwa ia

tidak berkeberatan bila ditangkap dan dibunuh akan tetapi jangan dengan alasan

yang dibuat-buat dan jangan mengelabui mata rakyat Selanjutnya Daud Beureueh

menyatakan dalam suratnya bahwa dalam menghadapi tindakan sewenang-

wenang pihak tentara rakyat akan melalui tiga tahap tahap sabar tahap benci dan

tahap melawan Sekarang rakyat sudah sampai kepada tahap kedua Maka oleh

karena itu beliau mengharapkan kebijaksanaan Presiden Soekarno kiranya hal-hal

yang tidak diinginkan dapat dihindari13

Aceh memang pada akhirnya memberontak melalui gerakan DITII Aceh

Pada 21 September 1953 di Aceh meletus suatu peristiwa berdarah yang

merupakan tragedi bagi rakyat Tanah Rencong Ini merupakan awal perjuangan

dalam menegakan syariat Islam14

Daud Beureueh mengumumkan bahwa di Aceh

yang kini merupakan bagian dari Darul Islam tidak ada lagi pemerintahan

Pancasila Selain persoalan ideologi keagamaan pemberontakan Darul Islam

adalah bentuk perlawanan terhadap pengaruh pemerintahan pusat yang kian

merasuk Pemerintah merespon cepat tindakan yang dianggap sebagai

pemberontakan tersebut Ali Sastroamidjojo mengirimkan pasukan-pasukan untuk

menghalau kaum perjuangan dari kota-kota yang penting15

Dalam usahanya

memulihkan keamanan di Aceh Ali Sastroamidjojo memilih tindakan kekerasan16

Usahanya tidak langsung berbuahkan hasil tetapi melalui beberapa proses Daud

Beureueh yang mundur dari Batee ke Lapang kira-kira sebelah utara Sampoi Niet

Lhok Sukon (Aceh Utara) dalam usaha penyelesaian keamanan menemui jalan

11

Ibid hal197-198 12

M C Ricklefs Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (Jakarta Serambi 2010) hal

514 13

Lihat lampiran XI 14

Ibid hal1 15

Ibid hal514-515 16

Ibid hal162

6

buntu militer yang berlanjut sampai tahun 195917

Pada akhir Mei 1959 dilakukan

upaya akhir yaitu musyawarah antara dewan revolusi dan misi Hardi untuk

mencapai persetujuan leburlah Negara Bagian Aceh dari Negara Islam

Indonesia18

Misi Hardi dengan Keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959

telah berusaha ke arah memenuhi keinginan dan hasrat rakyat Aceh Keputusan

ini telah memberikan hak kepada daerah Aceh untuk memakai sebutan ldquoDaerah

Istimewa Acehrdquo19

Seperti yang telah dijelaskan diatas maka tercetuslah pemberontakan

DITII di Aceh yang dipelopori oleh Tgk M Daud Beureueh pemimpin DITII

Aceh yang tampil sebagai pemegang kekuasaan melalui bdquo‟revolusi sosial‟‟ dan

menjadi gubernur militer Aceh Langkat dan Tanah Karo pada 1948-1950

memimpin pemberontakan melawan kendali Jakarta pada 1953-1962 atas dasar

dua alasan yakni menentang diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatra Utara

dan gagalnya republik melaksanakan hukum Islam20

Pemberontakan Daud

Beureueh bertujuan untuk mendirikan negara Islam Indonesia bukan untuk

mencapai Aceh merdeka karena ia percaya bahwa itulah yang diperjuangkan oleh

orang Aceh sedemikian gigihnya selama revolusi mempertahankan kemerdekaan

Republik Indonesia21

Maka dari itu penulis tertarik untuk membahas sepak

terjang Tgk M Daud Beureueh dalam sebuah proposal berjudul Peran Tgk M

Daud Beureueh Dalam Pemberontakan di Aceh 1953-1962

17

M C Ricklefs OpCit hal515 18

M Nur El Ibrahimy OpCit hal168-171 19

Perkataan ldquoistimewardquo ini menimbulkan associatie-associatie pikiran pada suatu daerah

yang memang benar-benar bersifat ldquoistimewardquo suatu daerah yang berhak luas mengatur hal-hal

dalam setiap bidang pemerintahan Akan tetapi hak yang diberikan isi pada statusistimewa itu

pada hakikatnya bukanlah suatu hal yang luar biasa oleh karena yang diberikan itu hanyalah hak

otonomi yang berpokok pangkal pada undang-undang tahun 1957 sehingga perkataan ldquoistimewa

itu sebenarnya tidak tepat antara nama tidak sesuai dengan isi menurut penafsiran yang lazim

daripada perkataan ldquoistimewardquo Lihat M Nur El Ibrahimy Op Cit hal186 20

Anthony Reid Menuju Sejarah Sumatra Antara Sumatra Antara Indonesia dan Dunia

(Jakarta KITLV amp NUS publising 2010) hal 388-389 21

Ibid hal341

7

B Permasalahan

1 Identifikasi Masalah

Pasca kemerdekaan terjadi konflik yang disebabkan perbedaan pendapat

antara pemerintah pusat dengan rakyat Aceh Dan agresi Belanda juga terjadi

setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya kembali menggugat serta

memporak-porandakan seluruh Indonesia kecuali Aceh Kenyataan bahwa

Belanda telah mampu menduduki kembali Indonesia ditolak Semangat anti

penjajahan dalam diri rakyat Aceh selalu dipertahankan Pada era Orde Lama

krisis legitimasi di Aceh tidak ditunaikan janji pemerintah pusat berupa penerapan

syariat Islam yang tak terwujud menjadi akar permasalahan Krisis melalui

ketetapan yang berakibat pengalihan kuasa pemerintah Aceh yang berbentuk

provinsi yang terpisah menjadi residen dari provinsi Sumatera Utara Dalam

pengalihan kuasa rakyat masih dapat bersabar namun ketika ideologi dituntut

tidak terpenuhi dan perjuangan tumpah darah rakyat Aceh mempertahankan

kedaulatan tak dianggap akhirnya meletus lah konflik akibat dari kekecewaan dan

sebagai ekspresi kebangkitan rakyat aceh yang merasa harga diri masyarakat Aceh

terlecehkan oleh janji-janji dan iming-iming pemerintah

Dalam penelitian ini terdapat masalah yang telah diidentifikasi oleh

penulis Dan juga sebagai kajian lebih mendalam mengenai konflik yang terjadi

secara vertikal antara rakyat Aceh dengan pemerintah pusat yaitu

1 Terjadinya krisis legitimasi yang disebabkan oleh pengalihan kuasa

dan ideologi yang tidak direalisasikan

2 Pemberontakan pimpinan Tgk M Daud Beureueh atas kendali

pemerintah pusat akibat diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatera

Utara

2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi penulis tentang apa yang dipaparkan diatas maka

penulis membatasi permasalahan yaitu seputar Peran Tgk M Daud Beureueh

dalam Menegakan Syariat Islam di Aceh mengenai pengalihan kuasa dan ideologi

yang tidak direalisasikan Pada saat itu menjadi tahun pemberontakan dalam

8

menentang sikap pemerintah baik dalam mengatur otonomi daerah maupun

menetapkan ideologi suatu negara Adapun batasan tahunnya dimulai dari

perjuangan Tgk M Daud Beureueh pada tahun 1953 sampai kembalinya Tgk M

Daud Beureueh kepangkuan Republik Indonesia pada tahun 1962 Dan

pembatasan subjeknya yaitu terkait pengaruh Islam dan Barat mengenai rakyat

Aceh dan Pemerintah Pusat Serta objeknya mengenai perjuangan Tgk M Daud

Beureueh dalam menegakkan syariat Islam di Tanah Rencong

3 Perumusan Masalah

Dari pemaparan mengenai pemberontakan Tgk M Daud Beureueh dalam

menegakan syariat Islam di Aceh adapun perumusan masalah penelitian ini dapat

dibaca dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut

1 Apa motif yang melatarbelakangi pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

di Aceh

2 Seberapa besar pengaruh Tgk M Daud Beureueh dalam pemberontakan

di Aceh

3 Bagaimana hasil dari perjuangan Tgk M Daud Beureueh dalam

menegakan syariat Islam di Aceh

4 Bagaimana respon pemerintah terhadap pemberontakan Tgk M Daud

Beureueh

5 Apa solusi pemerintah dalam mengatasi pemberontakan di Aceh

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini tujuan yang ingin penulis capai adalah

1 Menjelaskan motif tercetusnya pemberontakan oleh rakyat Aceh terhadap

kendali pemerintah

2 Menjelaskan peran Tgk M Daud Beureueh dalam peristiwa berdarah di

Aceh

3 Mengetahui bentuk usaha atau upaya yang dilakukan rakyat Aceh dalam

menegakan syariat Islam

9

4 Menjelaskan hasil yang dicapai pada pemberontakan DITII dalam

memperjuangankan menegakan syariat Islam di Aceh

5 Menjelaskan respon pemerintah pusat terkait pemberontakan rakyat Aceh

Adapun dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai

berikut

1 Dapat memberikan wawasan dan menambah pengetahuan tentang peran

dan kontribusi Tgk M Daud Beureueh dalam peristiwa berdarah di Aceh

2 Sebagai bentuk khazanah keilmuaan dan pengembangan sejarah keislaman

Nusantara studi kasus Aceh

3 Pembelajaran masa lalu untuk kehidupan dimasa yang akan datang dalam

bentuk nyata sebagai kontribusi positif dari penulis dalam rangka

sosialisasi sejarah Nusantara

4 Memberikan informasi dan data kepada pembaca mengenai peristiwa

berdarah di Aceh

D Kerangka Teori

Fenomena yang terjadi pada pristiwa berdarah di Aceh adalah bentuk

revolusi sosial suatu kelompok oleh rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud

Beureueh yang menginginkan terwujudnya ideologi keagamaan dalam sebuah

Negara Pada kasus ini penulis melihat konflik terjadi karena adanya hukum

sebab-akibat sebab keinginan rakyat Aceh tidak terpenuhi berakibat munculnya

pemberontakan dalam menegakan syariat Islam Dalam sudut pandang teori

kesadaran sejarah hal ini memberikan dampak tantangan kritik pendapat dan

sikap Studi kasus tentang pemberontakan DITII di Aceh terkait teori kesadaran

sejarah memunculkan budaya progresif dalam bidang politik

Seperti pemikiran Marx mengenai etika humanis yang meyakini bahwa

manusia pada hakikatnya baik dan dalam keadaan tertentu yang menguntungkan

akan dapat membebaskan diri dari lembaga-lembaga yang menindas menghina

dan menyesatkan22

Dan untuk mencapai hal tersebut kekerasan dipandang

22

Miriam Budiharjo Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta Gramedia Pustaka Utama

2008) hal85

10

sebagai alat sah yang harus dipakai Kekerasan dalam kasus peristiwa berdarah ini

dipakai oleh pemerintah pusat yang menganggap pemberontakan Daud Beurueh

sebagai suatu tindakan yang menentang pemerintahan

Bisa dilihat dimensi sosial dari proses politik itu mencakup status dan

peranan elite politik terhadap masyarakat Aceh bagaimana interaksi dalam

perjuangan menegakan syariat islam yang menimbulkan suatu konflik Jadi

menurut analisa penulis ini merupakan suatu pemahaman keyakinan tentang Neo

Fundamentalisme Islam yang lebih menitik beratkan pada cita-cita ideologi

politik yaitu sebagai berikut

1 Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber 16 paling otoritatif

2 Skriptualis (tulisan) literalis tekstualis

3 Negara Islam sebagai cita-cita politik tentang berdasar pada syariat

Islam

4 Anti modernisme Barat demokrasi dan ideologi-ideologi lainnya

Pemahaman ini bersifat frontal yang mengarah pada kekerasan yang

melahirkan ideologi baru yang bernama Ideologi Negara IslamrarrNon

ParlementerrarrTarbiyah23

Maka dari itu berdasarkan penjelasan diatas penelitian ini ingin menguji

teori paradigma perubahan sosial dengan pendekatan konflik seperti yang

dikemukakan oleh T Persons dan N Smelzer mengatakan bahwa masyarakat

dikonsepsikan sebagai sistem yang mempunyai fungsi adaptasi integrasi

mempertahankan diri dan member orientasi tujuan Hal tersebut mencakup ide

masyarakat dengan adanya proses adaptasi untuk menghadapi pengaruh faktor

eksogen dan endogen maka tetap ada dinamika sosial Kerangka teoritis tersebut

juga menonjol dalam studi perubahan sosial sebagai bentuk perkembangan

Masalah sosial yang terjadi adalah kekecewaan penindasan dan ketidaktulusan

pusat dalam menjalankan sistem pemerintahan

23

Tarbiyah Takfiri adalah dimana mulai mengkafirkan apa-apa yang berasal dari barat

Hal ini menjadi dasar pemikiran gerakan salafi dan jihadi

11

E Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah dan metode yang akan

digunakan didalam penyusunan penelitian ini adalah metode historis yang bersifat

deskriptif analisis Metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara

kritis sumber data baik itu sumber primer Ensiklopedi Artikel Jurnal Majalah

Surat Kabar yang sezaman ataupun sumber sekunder seperti buku-buku24

Data

yang diperoleh tersebut disusun secara teratur dan sistematis lalu dianalisis secara

kualitatif Kemudian poin-poin yang autentik ditulis dan dipaparkan sesuai

bentuk kejadian suasana dan masanya Adapun analisa faktor-faktor politik

menjadi faktor pendukung

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencapai penulisan sejarah oleh

karena itu upaya merekonstruksi masa lampau dari obyek yang diteliti

menggunakan metode historis yang bersifat deskriptif analisis Dengan

menggunakan metode ini melalui pemaparan penulis diharapkan dapat membantu

untuk mengetahui fakta dan sejarah mengenai peran Tgk M Daud Beureueh

dalam pemberontakan di Aceh 1953-1962 Adapun dalam melakukan penelitian

ini penulis menggunakan metode historis25

yaitu

1 Heuristik kegiatan untuk mencari data atau pengumpulan bahan-bahan

atau sumber sejarah Hal ini merupakan tahap awal yang harus dilakukan

Adapun dalam pengumpulan data-data dan sumber yang akan digunakan

dalam membuat skripsi ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan

library research Dalam kaitannya dengan sumber-sumber seperti arsip

jurnal ensiklopedi artikel majalah surat kabar dan buku-buku penulis

mencari sumber dengan mengunjungi beberapa perpustakaan seperti

perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta perpustakaan

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

perpustakaan Nasional Arsip Nasional perpustakaan UI melalui toko

buku di wilayah Jakarta Tangerang dan Depok serta melalui katalog-

katalog dan website Selain itu penulis juga menggunakan buku-buku

koleksi pribadi yang berhubungan dengan kajian penelitian ini

24

Louis Gottschalk Mengerti Sejarah (Jakarta UI Pers 1975) hal32 25

Dudung Abdurahman Metode Penelitian Sejarah (Jakarta Logos 1999) hal54

12

2 Verifikasi setelah melakukan heuristik atau pengumpulan sumber-sumber

baik dalam bentuk artefak hasil-hasil dari persitiwa bersejarah ataupun

melalui dokumen-dokumen tertulis yang merupakan rekaman peristiwa

maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah kritik sumber26

Kritik sumber adalah usaha untuk mendapatkan sumber-sumber yang

relevan dan terbukti keaslian sumber Otentiksitas dangan pembahasan

sejarah yang ingin disusun sesuai dengan tema kajian Disini penulis

melakukan kritik sumber melalui pengujian data yaitu tampilan sumber

eksternal dan isi sumber internal Dengan mengidentifikasi keaslian

sumber otentik dan keabsahan tentang kesahihan sumber kredibilitas Baik

sumber primer dan sekunder penulis melakukan pengujian data untuk

mendapatkan hasil yang maksimal

3 Interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut juga dengan analisis

sejarah Dalam sumber terkait peristiwa berdarah di Aceh penulis

menggunakan studi komparatif yaitu menganalisis sebagian besar sumber

melalui buku-buku memaparkan Tgk M Daud Beureueh sebagai

pemberontak hal ini bertolak belakang dengan pemikiran penulis bahwa

ini adalah peristiwa perjuangan Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk

penulis Tujuannya agar data yang ada mampu untuk mengungkap

permasalahan yang ada sehingga diperoleh pemecahannya dalam sudut

pandang berbeda atau dua sisi27

4 Historiografi tahap ini adalah tahap yang terakhir dalam metode historis

Setelah melakukan tahap heuristik verifikasi dan interpretasi selanjutnya

historiografi Dengan menulis pemaparan atau laporan hasil penelitian

dalam suatu urutan yang sistematik yang telah diatur dalam pedoman

penelitian Dalam hal ini penulis berusaha menyusun penelitian ini

berdasarkan kronologi waktu dan tema-tema tertentu yang akhirnya isi inti

dari penelitian atau klimaks dari penelitian ini Tahap ini merupakan

rangkaian dari keseluruhan teknik metode pembahasan

26

Ibid hal 35-37 27

Louis Gottschalk Op Cit hal 54

13

F Tinjauan Pustaka

Untuk mendapatkan hasil yang dikehendaki sesuai dengan topik

permasalahan penulis mencari beberapa literature terkait pemberontakan rakyat

Aceh khususnya peran Daud Beureueh dalam menegakan syariat Islam namun

tidak banyak sumber-sumber dalam artikel majalah dan surat kabar yang

memberikan informasi secara detail mengenai peristiwa berdarah tersebut Dalam

kaitannya dengan judul penelitian ini ingin menyajikan hasil penelitian yang

menjadi pembahasan pokok dalam berbagai literature yang ada Adapun beberapa

literature yang dijadikan tinjauan pustaka sebagai berikut

Melalui artikel majalahsurat kabar Kabinet dan Aceh oleh pembantu-

CHAS yang dimuat dalam majalah Dalam Negeri WAKTUrdquo No41 tanggal 7

November28

Mengurai informasi tentang bagaimana pemerintah pusat seakan

menutupi penyebab meletusnya peristiwa berdarah di Aceh dengan

mengesampingkan alasannya yang lebih diungkapkan adalah mengenai

pemberontakan yang terjadi pada peristiwa berdarah yang banyak menelan korban

di kalangan rakyat Aceh Dan mengenai Cumbok Affairs pemerintah pusat

menganggap kesalahan terjadi pada pertentangan yang terjadi antara PUSA

dengan kaum hulu balang Dalam beberapa pemaparan majalah Dalam Negeri

tersebut penulis melihat informasi dan data yang disajikan lebih mengarah pada

pembelaan terhadap PUSA dibanding terhadap pemerintah pusat

Sama halnya dengan artikel majalahsurat kabar yang berjudul Tentang

soal memulihkan keamanan di Atjeh yang terbit WAKTUrdquo No23 tanggal 25 djuni

1955 Memaparkan tentang bagaimana keamanan di Aceh yang belum terkendali

Hal itu terlihat pada bantuan militer terhadap pamong praja untuk mematahkan

pemberontakan Daud Beureueh Berbeda dengan sebelumnya artikel

majalahsurat kabar yang berjudul Karena keterkaitan Ideologis yang ditulis oleh

Taufik Abdullah melalui Panji Masyarakat No419 Jika dikaitkan dengan

28

Dalam artikel majalahsurat kabar ini untuk tahun penerbitan tidak terlihat hal itu

dikarenakan karena sumber yang ada sangat rentan dan penulis menemukan sebagian teks hilang

terjadi akibat pengalihan dari sumber nyata yang di scan dan dipublikasikan via website online

Terlepas dari sisi eksternalnya untuk kritik internalnya artikel majalahsurat kabar Dalam Negeri

ini menggunakan penulis masih terkendala dalam menganalisa karena bahasa yang digunakan

bahasa yang berada di jaman sebelum dan pasca kemerdekaan

14

penelitian penulis melihat kasus Aceh sebagai perjuangan pengalihan kuasa dan

ideologi keagamaan Pemaparan lebih detail dijelaskan oleh Taufik Abdullah

mengenai pilar-pilar kepemimpinan sikap masyarakat Aceh yang bersifat

spontanitas dan enthusiasme

Dalam literature yang lain penulis menemukan beberapa buku yang

mendukung permasalahan dari topik ini M Nur El Ibrahimy Tgk M Daud

Beureueh perananya dalam pergolakan di Aceh Jakarta Gunung Agung 1982

Dalam buku ini membahas peranan Daud Beureueh dalam pemberontakan yang

terjadi di Aceh dimulai dari sebabnya sumbangan rakyat Aceh kepada pendirian

Republik serta terkait pristiwa berdarah secara kronologis Dalam buku ini juga

membahas biografi singkat mengenai Daud Beureueh

Semangat Merdeka 70 tahun menempuh jalan pergolakan amp perjuangan

yang ditulis oleh A Hasjmy 1985 adalah sebuah buku yang memuat perjalanan

A Hasjmy juga peristiwa sejarah yang terjadi kurun waktu 70 tahun penulis

Banyak peristiwa-peristiwa sejarah yang tercatat dibuku ini selama perang

kolonial melawan Belanda dan berbagai pergolakan politik di Aceh seperti

pertempuran dan pemberontakan juga disajikan lengkap dibuku ini Komentar

komentar dan analisa analisanya terhadap pembahasan juga melengkapi kisah

perjalanan hidup penulis dalam kancah pergolakan di Aceh Adapun kisah

pemberontakan terhadap tentara Jepang Pergerakan PUSA Gema Proklamasi di

Aceh sampai kepada bagaimana tentara Aceh mempertahankan kemerdekaan RI

merupakan sebagaian dari banyak kisah sejarah lainnya yang dikemukakan Oleh

Hasjmy Termasuk juga kisah dalam penahanannya dalam penjara oleh

pemerintahaan RI yang disebabkan oleh diproklamirkannya Darul Islam (DI) di

Aceh oleh Tgk M Daud Beureueh

Penulis juga melakukan perbandingan pada tiap literature yang ada

Seperti dalam buku Memahami Sejarah Konflik Aceh yang ditulis oleh Mr S M

Amin yang diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia Jakarta 2014

Bertentangan dengan buku Sejarah dan dokumen-dokumen pemberontakan di

Atjeh oleh Alibasjah Talsya Mr S M Amin ingin memberikan informasi kepada

pembaca dalam sudut pandang yang berbeda Peristiwa berdarah di Aceh

15

dilihatnya sebagai suatu perjuangan dalam menegakan ideologi keagamaan Hal

ini bertujuan untuk memberikan dan memperkaya pembaca mengenai studi kritis

dalam sejarah Aceh maupun sejarah Indonesia diawal berdirinya republic ini

G Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman secara keseluruhan skripsi ini terbagi

dalam lima bab Adapun susunan skripsi ini adalah sebagai berikut

BAB I Merupakan pendahuluan yang meliputi penjabaran singkat

mengenai permasalahan yang menjadi fokus kajian identifikasi

masalah batasan dan rumusan masalah tujuan dan manfaat

penelitian kerangka teori metode penelitian tinjauan pustaka

serta sistematika penulisan

BAB II Membahas biografi Tgk M Daud Beureueh dari mulai lingkungan

keluarga riwayat pendidikan dan karya-karyanya dalam berbagai

bentuk dari masa pra-kemerdekaan kemerdekaan dan pasca

kemerdekaan

BAB III Membahas lebih mendalam mengenai peranan Tgk M Daud

Beureueh dalam pemberontakan untuk menegakan syariat Islam di

Aceh Baik kedudukan sikap dan kontribusi nyatanya dalam

konflik yang disebut juga sebagai peristiwa berdarah di Aceh

BAB IV Membahas mengenai pemberontakan yang menjadi peristiwa

berdarah di Aceh Baik melalui upaya-upayanya dan hasil

perjuangan dalam bentuk perubahan sosial dengan menggunakan

pendekatan konflik Serta respon pemerintah pusat melalui

kebijakan-kebijakannya terhadap perjuangan masyarakat Aceh

yang dipimpin oleh Daud Beureueh

BAB V Berisikan penutup yang terdiri atas kesimpulan mengenai jawaban

permasalahan penelitian dan saran sebagai masukan terhadap

penelitian

16

BAB II

BIOGRAFI TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH

A Lingkungan Keluarga

Teungku Muhammad Daud Beureueh aslinya bernama Muhammad

Daud29

Ia dilahirkan pada tanggal 17 September 189930

di kampung Beureueh

Beureuneun atau yang sekarang termasuk Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie

Daerah Istimewa Aceh31

Daud Beureueh adalah salah satu tokoh ulama besar di

Aceh ia juga merupakan tokoh kontroversial yang populer dikalangan masyarakat

Aceh dalam perjuangannya mengibarkan serta menegakan panji-panji Islam di

bumi Aceh akibat rasa ketidakpuasannya atas pemerintahan Soekarno32

Ketika semasa hidupnya dihabiskan di Aceh dari situlah Daud Beureueh

dikatakan sebagai anak Aceh tulen Seperti dalam sebuah karangan yang ditulis

oleh Anggraini dalam majalah Indonesia Merdeka No214 yang terbit di

Banjarmasin pada tanggal 1 oktober 1953 berjudul ldquoSiapa Teungku Daud

Beureueh bekas Gubernur Aceh yang memberontakrdquo Menjelaskan mengenai

nama asalnya Muhammad Daud yang diberikan orang tuanya sejak lahir33

Gelar

Teungku34

berasal dari masyarakat Aceh merupakan sebutan yang diberikan

kepada ulama Aceh atau sebutan kepada setiap orang yang dihormati35

Sedang

tambahan bdquoBeureueh‟ adalah nama tempat kampung kelahirannya Penamaan ini

29

Harun Nasution dkk Op Cit hal202-203 30

Menurut A Hasjmy dalam buku Ulama Aceh Pejuang Kemerdekaan dan

Pembangunan Tamadun BangsaTgk M Daud Beureueh lahir dalam tahun 1316 Hijriah atau

sekitar tahun 1896 Masehi seperti yang dipaparkan dalam Ensiklopedi Islam Indonesia yang

disusun oleh Harun Nasution dkk 31

A Hasjmy Op Cit hal119-120 32

HM Bibit Suprapto Ensiklopedi Ulama Nusantara (Jakarta Gelar Media Indonesia

2009) hal231-323 33

El Ibrahimy Op Cit hal221-222 34

Sekedar info berbeda dengan Teungku (tgk) Sebutan Tengku adalah titel

kebangsawanan di Sumatera Timur Teuku adalah titel kebangsawanan di Aceh sedangkan

Tuanku adalah titel Sultan Aceh dan turunannya atau sebagai sebutan sultan-sultan di Sumatera 35

Anthony Reid Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera

(Jakarta Pustaka Sinar Harapan 1987) hal 12-17

17

adalah suatu kebiasaan pada sebagian masyarakat di Sumatera yang menaruhkan

nama kampungnya ke dalam namanya36

Jika dianalisa lebih mendalam mengenai Muhammad Daud nama yang

diberikan kedua orang tuanya adalah dua nama Nabiyullah yang diberikan kitab

Al Qur‟an dan Zabur Dari penamaan yang diberikan penulis berasumsi bahwa

keinginan kedua orang tuanya adalah menjadikan Daud Beureueh sebagai ulama

sekaligus mujahid37

yang siap membela menyebarkan mengibarkan dan

menegakan panji-panji yang berdasar pada syariat Islam Dilihat dari lingkungan

hidupnya Daud Beureueh tumbuh dan besar dilingkungan religius yang sarat

dengan nilai-nilai Islam38

Dan ketika memasuki masa dewasa di bawah bayang-

bayang keulamaan ayahnya yang sangat kuat yang mengilhami jejak hidupnya

Ayahnya bernama Teungku Ahmad yang pada waktu itu menjadi Keucik

(lurah) Kampung Beureueh Ayahnya merupakan seorang ulama yang

berpengaruh dikampungnya mendapat gelar dari masyarakat setempat dengan

sebutan bdquoImeuem‟ (imam) Beureueh Ibunya bernama Aminah Menurut A

Hasjmy dikatakan bahwa kakek Teungku Muhammad Daud Beureueh berasal dari

Kerajaan Pattani Darussalam namanya Haji Muhammad Adami39

Sementara

Daud Beureueh sendiri beristrikan tiga orang Istri yang pertama bernama

Teungku Cut Halimah atau sering dipanggil Mi Usi darinya dikaruniai tujuh

orang putraputri Istri yang kedua bernama Teungku Asma dipanggil Mi Paleue

darinya dikaruniai tiga orang putraputri Istri yang ketiga bernama Cutnyak

Asiyah terkenal dengan panggilan Mi Beureueh dikaruniai seorang putra yang

bernama Hatta jika diakumulasikan semuanya berjumlah sebelas orang

putraputri40

Daud Beureueh melalui anak tertuanya Teungku Maryam

mempunyai anak yaitu cucunya yang bernama Nila Inangda Mayang Keumala

36

El Ibrahimy Op Cit hal 222-223 37

Mujahid adalah orang yang berjuang demi membela agama Islam Sumber melalui

httpkbbiwebidmujahid di akses pada tanggal 31 Januari 2016 Pukul 1337 WIB 38

Nilai-nilai Islam yang dimaksud terlihat dimana ketika Maghrib tiba Hikayat Perang

Sabil selalu dikumandangkan di setiap meunasah (masjid kampung) Ibid hal 337-338 39

Kerajaan Pattani Darussalam adalah kerajaan Islam Melayu yang terletak di ujung

paling utara Semenanjung Tanah Melayu dan setelah dijajah Siam sekarang menjadi Thailand

Selatan A Hasjmy melalui bukunya yang berjudul ldquoUlama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan

dan Pembangunan Tamadun Bangsardquo hal120 40

A Hasjmy Op Cit hal120-121

18

yang bersuamikan Tan Sri Sanusi Junit41

telah mempersembahkan cicit untuk

Daud Beureueh Tidak banyak literature yang dapat penulis gali mengenai

keluarga Daud Beureueh baik mengenai keluarga lingkungan ataupun orang

terdekatnya

Ketenaran tokoh di Aceh senantiasa melekat pada kharisma kampungnya

Kampung adalah sebuah entitas politik42

yang pengaruhnya ditandai dengan

tokoh-tokoh perlawanan Hal ini terjadi akibat cita-cita yang belum tercapai Jika

dikaitkan dengan tempat tinggalnya Daud Beureueh berasal dari tanah Aceh

tepatnya didaerah Pidie Orang-orang Pidie terkenal berwatak keras ulet dan suka

merantau Mungkin sekali bila penulis katakan karena watak orang Pidie

demikian rupa maka Daud Beureueh tumbuh menjadi manusia yang keras dan

ulet hal ini terlihat juga setelah ia menjadi pemimpin umat43

Terlebih lagi Daud

Beureueh mendapatkan gelar Teungku adalah karena ia ulama yang berasal dari

rakyat jelata Jelaslah kemauan keinginan dan pendiriannya yang kuat yang

membuat Daud Beureueh sangat disegani oleh masyarakat Aceh44

B Riwayat Pendidikan

Dalam riwayat pendidikannya Daud Beureueh memperoleh pendidikannya

dari lembaga pendidikan tradisional45

Sebelum membahas hal itu lebih jauh

penulis ingin mencoba memaparkan sedikit mengenai sejarah pendidikan Islam di

41

Tri Sri Dato‟ Seri Sanusi Junid atau suami dari cucu Daud Beureueh yaitu Nila Inangda

Keumala lahir 10 Juli 1943 adalah tokoh politik Malaysia yang menjabat sebagai Menteri

Pembangunan Negara dan Luar Bandar pada tahun 1981 Menteri Pertaninan sewatu berumur 38

tahun pada tahun 1986 Dan Tan Sri Sanusi menjadi Menteri Besar Kedah Darul Aman yang

ketujuh pada tahun1996-1999 Sumber melalui httpmkompasianacomdandibachtiartan-sri-

sanusi-junid-putra-aceh-yang-jadi-menteri-di-malaysia_550e5dcaa33311b82dba8166 diakses pada

tanggal 31 januari 2016 Pukul 1541 WIB 42

Entitas politik adalah wujud politik Jika dikaitkan dengan dengan entitas budaya

menurut Kuntjaraningrat Analisa penulis mengenai penelitian ini adalah sebagai bentuk entitas

ideal yaitu merupakan kompleks dari ide-ide gagasan nilai-nilai norma-norma dsb Jelas

kaitannya dalam kasus perjuangan ini adalah terkait nilai-nilai keagamaan dalam menegakan

syariat Islam di Aceh Sumber melalui httpkbbiwebidentitas di akses pada tanggal 31 Januari

2016 Pukul 1730 WIB 43

Bukti dari sifatnya yang keras dan tegas terlihat ketika dalam suatu khotbah Jum‟at di

Masjid Raya Kutaraja dalam mengupas Islam dengan komunis Daud Beureueh sangat militant

tegas dan enteng dalam menyampaikan vonis haram dan kafir terhadap orang yang tidak

disukainya dalam kasus ini disebutkan untuk menjauhkan kaum Muslimin dari PKI 44

El Ibrahimy Op Cit hal 222 45

Harun Nasution Op Cit hal 202

19

Aceh Pendidikan Islam yang berlandaskan ayat-ayat Al Qur‟an adalah rasa

kesadaran beriman dan beramal salih yang berdasarkan ilmu pengetahuan

sehingga manusia menjadi makhluk sosial yang menghayati ajaran-ajaran Islam

dalam kehidupannya46

Baik dalam kehidupan politik ekonomi ataupun dalam

kehidupan sosial Dengan berpedoman ayat-ayat Al Qur‟an pendidikan Islam

bertujuan untuk

a Membina manuslia Muslim yang beriman dan beramal salih sehingga

memenuhi syarat untuk menjadi Khalifah Allah di atas bumi yang

bertugas memakmurkan dunia raya47

b Membina manusia Mukmin yang beramar makruf dan bernahi

mungkar sehingga mereka memiliki syarat-syarat untuk ditampilkan

menjadi umat pilihan di depan mata dunia48

c Membina Jama‟ah Ansarullah yang bertugas melaksanakan Dakwah

Islamiyah dengan hikmah kebijaksanaan dan ajaran-ajaran yang indah

sebagai syarat mutlak bagi kaum Muslimin untuk menjadi umat yang

beruntung dan mendapat kemenangan49

d Membina angkatan Dakwah yang tugasnya bejihad membela rakyat

melarat yang tertindas dengan segala daya dana dan jiwa sebagai

syarat mutlak untuk mendapat ampunan Allah dan kemenangan di

dunia dan di akhirat50

Pengertian dan tujuan pendidikan Islam ini merupakan hal penting ketika

kita mengenyam pendidikan Islam dimanapun51

Selain itu mengetahui

pengertian dan tujuan bermanfaat untuk mengkaji mengenai suatu penelitian

terkait pendidikan yang dalam kasus ini penulis akan mencoba untuk

menjelaskannya Seperti yang dijelaskan dalam berbagai literature Daud

Beureueh tidak mengalami masa-masa usia sekolah atau tidak masuk sekolah ke

lembaga pendidikan resmi yang dibuat Belanda seperti Volkschool Goverment

46

Landasan QS Al Alaq 1-5 dan At Taubah 122 47

Landasan QS An Nur 55-56 48

Landasan QS Ali Imran 110 49

Landasan QS Ali Imran 104 dan An Nahl 125 50

Landasan QS An Nisa 74 dan Ash Shaf10-12 51

A Hasjmy Bunga Rampai Revolusi dari Tanah Aceh (Jakarta Bulan Bintang 1978)

hal 51-53

20

Indlandsche School atau HIS52

Hal tersebut dikarenakan banyak putraputri Aceh

tidak diizinkan orangtuanya untuk memasuki sekolah-sekolah yang didirikan oleh

bdquokaphe‟53

terutama untuk putraputri ulama Dan terlebih lagi masih sangat

kuatnya anti penjajahan dan gema berkumandangnya Hikayat Perang Sabil54

Hal

ini membuktikan bahwa tidak benar yang dikatakan ldquopengamatrdquo yang mengatakan

bahwa orang Aceh jaman penjajahan anti ilmu pengetahuan melainkan yang

benar bahwa rakyat Aceh saat itu dan bahkan sampai sekarang anti penjajahan

seperti yang diterangkan oleh A Hasjmy dalam bukunya Ulama Aceh Mujahid

Pejuang Kemerdekaan dan Pembangunan Tamadun Bangsa

Walaupun Daud Beureueh dan masyarakat Aceh baik dikalangan ulama

maupun rakyat jelata tidak memasuki lembaga pendidikan yang didirikan kaum

penjajah namun mereka tidak ldquobuta hurufrdquo dan juga tidak ldquobuta ilmurdquo karena

mereka mendapat pendidikan di pusat-pusat pendidikan seperti pesantren

madrasah seperti dayahzawiyah55

Jika dikaji lebih dalam pendidikan yang

bernama dayahzawiyah berdiri ketika masa Kerajaan Islam Perlak sebagai

Kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara Hal ini merupakan upaya utama yang

dilakukakan dengan mendirikan tempat-tempat pendidikan bagi putraputri

negara dalam rangka mempunyai pengetahuan yang luas Ini merupakan perintah

Sultan56

untuk memberi pengetahuan yang luas melalui bidang pendidikan Dan

masa itu pendidikan dayahzawiyah diajarkan oleh ulama-ulama yang juga

mempunyai pengetahuan yang luas

52

Volkschool atau yang dikenal sekolah desa selama tiga tahun muncul sekitar tahun

1915 ketika jaman penjajahan Belanda diperuntukkan bagi anak-anak peribumi yang tinggal di

desa-desa Motif pembangunan sekolah ini adalah ekonomi Sumber melalui

httpwwwjakartagoidwebencyclopediadetail3515volkschool diakses pada tanggal 31 Januari

2016 Pukul1952 WIB Goverment Indlandsche School adalah sekolah rakyat lima tahun A

Hasjmy Op Cit Sedangkan HIS adalah sekolah dasar selama tujuh tahun dengan bahasa Belanda

sebagai pengantar diperuntukkan untuk anak-anak pribumi Sumber melalui Anthony Reid Op

Cit hal 13 53

Kaphe adalah sebutan kafir oleh masyarakat Aceh untuk Belanda atau penjajah 54

Hikayat Perang Sabil merupakan syair perang sabil yang ditulis dan disebarkan pada

waktu perlawanan anti-Belanda Anthony Reid Menuju Sejarah Sumatera Antara Indonesia dan

Dunia (Jakarta KITLV 2011) hal 338 55

El Ibrahimy Op Cit hal 221-222 56

Hal yang melatarbelakangi pendidikan masa itu adalah ketika itu Ayah Sultan sangat

mementingkan pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk putranya hal itu terlihat dari pemikiran

Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah yang juga mementingkan pendidikan dan ilmu

pengetahuan terinspirasi dari ayahnya

21

Setelah berdiri banyak tempat-tempat pendidikan yang bernama zawiyah

dalam Kerjaan Islam Perlak pada akhir abad ke-3 H atau abad ke-10 M

Berdirilah pendidikan Islam yang bernama ldquoZawiyah Cot Kalardquo didirikan oleh

pangeran Muhammad Amin yang sekaligus merupakan seorang ulama atau lebih

dikenal dengan nama Teungku Chik Cot Kala Kata-kata ldquozawiyahrdquo seiring

perkembangan jaman berubah sebutan menjadi ldquodayahrdquo menjadi ldquoDayah Cot

Kalardquo57

Mempunyai akar sejarah dalam bidang pendidikan yang kuat

memunculkan upaya yang dilakukan Kerajaan Aceh Darussalam untuk menyusun

lembaga-lembaga pendidikan yand disesuaikan dengan system dan organisasi

pendidikan atau pengajaran yang disusun oleh Perdana Menteri Nizamuddin dari

Daulah Abbasiyah sekitar abad ke-16 M dan seiring perkembangan pendidikan di

Aceh membawa ajaran wajib dalam rangka membasmi buta huruf tadan buta ilmu

Adapun tingkatan pendidikan di Aceh sekitar abad ke-17 M adalah sebagai

berikut

a Meunasah atau madrasah yaitu sekolah permulaan yang sama dengan

sekolah dasar Didirikan ditiap-tiap kampung atau desa untuk

mengajar murid-murid menulis dan membaca huruf Arab

b Rangkang melalui Masjid sebagai pusat segala kegiatan umat ini

merupakan pendidikan tingkat menengah pertama atau yang dikenal

dengan nama Madrasah Tsanawiyah Diajar mengenai fiqh atau hukum

Islam58

c Dayah dapat disamakan dengan Sekolah Menengah Atas atau

Madrasah Aliyah Dalam tingkatan ini murid-murid diajarkan

mengenai kitab-kitab dan kajian fiqh lebih mendalam

d Dayah Teungku Chik atau yang disebut Dayah Manyang disamakan

dengan akademik Teungku Chik artinya guru besar Diajarkan

mengenai pelajaran tentang bahasa fiqh hukum Islam sejarah ilmu

manthiq tauhid tasawuf ilmu falak tafsir hadits

57

Ibid hal 51-56 58

Diajar mengenai hukum islam yaitu tentang rubuk ibadah tauhid tasawuf sejarah Islam

dan umum dan bahasa Arab Melalui buku-buku berbahasa Melayu dan Arab

22

e Jami‟ah Baiturrahman setara dengan tingkatan universitas mempunyai

ldquoDaarrdquo atau fakultas Di ajar oleh guru-guru besar ulama atau sarjana

dari Aceh maupun didatangkan dari Arab Turki Persia dan India59

Kembali dalam fokus kajian mengenai pendidikan Daud Beureueh Dalam

pusat-pusat pendidikan yang bernama dayahzawiyah Daud Beureueh dan ulama

sejaman mempelajati baca tulis Arab dan pengetahuan Agama Islam Dalam

riwayat pendidikannya dari beberapa dayah terkemuka di Tanah Aceh Daud

Beureueh menimba ilmu pengetahuan bahasa Arab terutama sekali ilmu-ilmu

syariat dan hakikat serta ilmu-ilmu lain yang erat hubungannya dengan

pengembangan dan pembinaan Islam dalam melahirkan ulama besar dan

pemimpin rakyat60

Pada mulanya Daud Beureueh belajar di Pesantren Titeue

yang dipimpin oleh Tgk Muhammad Hamid selama satu setengah tahun

kemudian pindah ke Pesantren Lie Leumbeue dibawah pimpinan Tgk Ahmad

Harun yang terkenal dengan sebutan Teungku di Tenoh Mirah Setelah empat

setengah tahun belajar ia keluar sebagai ulama tulen atau tempaan pesantren

sejati Setelah lulus Daud Beureueh menikah dengan Tgk Halimah di kampung

Usi Meunasah Dayah Pada tahun 1930 ia membentuk Jami‟ah Diniyah dan

kemudian mendirikan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli Ini

merupakan pengembangan dari lembaga pesantrennya Dan sejak itu Daud

Beureueh mulai terkenal dengan gelar ldquoTeungkurdquo di kampung Usi Meunasah

Dayah61

62

Setelah Daud Beureueh mendirikan kedua lembaga pendidikannya

kemudian ia menjadi pemimpin dalam mempelajari ldquohuruf latinrdquo sehingga teman

ulama sejamannya menjadi pandai membaca dan menulis huruf Ilmu itu mereka

dapat ketika memasuki usia sekolah dalam lembaga pendidikan resmi yang

didirikan oleh Belanda yaitu Government Inlandsache School di kota kecil

59

A Hasjmy Op Cit hal 63-71 60

A Hasjmy Op Cit hal 121-123 61

Harun Nasution dkk Op Cit hal 202 62

Pada mulanya kebanyakan penduduk kampung Usi menganut kepercayaan suluk yang

bersumber kepada ajaran-ajaran Al Hallaj yang terkenal dalam sejarah ilmu Tasawuf Mereka

bertekad bahwa Allah Muhammad dan Adam hakikatnya adalah satu ibarat kain benang dan

kapas Dengan petunjuk-petunjuk yang terus menerus dari Tgk M Daud Beureueh kebanyakan

mereka telah kembali ke jalan yang benar Sumber melalui M Nur El Ibrahimy dalam bukunya

ldquoTgk M Daud Beureueh Peranannya Dalam Pergolakan di Acehrdquo hal 222

23

Seulimeum Dikatakan oleh Anthony Reid Tgk M Daud Beureueh tahun 1910-

1946 mendapatkan pendidikannya pada Europese School di Sigli Dan hal itu

yang dianggap Anthony Reid bahwa Daud Beureueh lebih bersifat ke Eropaan

dibanding uleebalang lainnya63

C Karya-karyanya

Dalam hal ini sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam mengenai

karya-karya Tgk M Daud Beureueh Disini penulis membagi karya-karyanya

menjadi 3 bagian yaitu pertama pemikiran merupakan hasil dari manusia tak

jarang manusia yang berfikir menghasilkan pemikiran-pemikiran yang bermanfaat

bagi kemajuan jaman namun dalam menerapkan pemikiran tersebut banyak

tantangan yang harus dihadapi Bukan mengenai tantangan tersebut tapi

bagaimana hal itu menjadi pecutan semangat untuk menghadapi tantangan jaman

yang mencoba melawan arus manusia

Dalam kasus ini jelas pemikiran Daud Beureueh merupakan pemikiran

politik yaitu menciptakan konsep Negara Islam Indonesia di Aceh64

Islam

sebagai dasar Negara dan Syariat Islam sebagaimana diperintahkan Allah SWT

Dan dijalankan oleh Rasulullah SAW Tantangan yang dihadapi dalam

mewujudkan pemikirannya adalah pemerintah pusat Pemerintah menganggap

pembentukan negara Islam ini adalah suatu tindakan pemberontakan dan

menentang terhadap kebijakan pemerintah Dan hasil dari pemikiran ini maka

tercetuslah Republik Islam Aceh (RIA)65

berdiri pada 15 Agustus 1961 Tetapi

tidak lama berselang setelah perundingan antara Daud Beureueh dengan pihak

pemerintah Indonesia akhirnya tercapailah rumusan yaitu bahwa di Aceh dibentuk

sebagai Daerah Istimewa Aceh (DISTA) dengan penerapan syariat Islam dengan

batas-batas yang diperbolehkan oleh perundang-undangan republik Indonesia

Sebelum pada akhirnya Aceh kembali kepangkuan Negara Kesatuan Republik

Indonesia dan bagian dari NKRI66

63

Ibid hal 350 64

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 200-205 65

RIA akhirnya berhenti pada bulan juli akibat dari propaganda pemerintah pusat dan

perpecahan dalam kubu DITII 66

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 205-208

24

Kedua adalah bentuk melalui karyanya Daud Beureueh membentuk

Jami‟ah Diniyah dan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli Ini

adalah bentuk nyata bagaimana Daud Beureueh ingin memberikan sesuatu yang

bermanfaat bagi penerus dalam bidang pendidikan Jika dikaji melalui pemikiran

pembaharuan dalam dunia Islam menurut At Tahtawi (1801-1873) kaitannya

dengan Daud Beureueh ini adalah bentuk yang lebih spesifik Karena Menurut At

Tahtawi untuk menuju kesejahtraan ialah dengan berpegang kepada agama dan

budi pekerti yang baik Dan menganjurkan pendidikan yang universal Tujuan

pendidikan menurut pendapatnya mencakup kecintaan kepada bangsa dan At

Tahtawi juga berpendapat ulama harus mengetahui ilmu-ilmu modern agar

mereka dapat menyesuaikan syariat dengan kebutuhan zaman modern67

Hal ini

terlihat pada Daud Beureueh yang mempelajari huruf latin untuk menambah

pengetahuannya yang lebih luas

Menurut pandangan James Siegel antropolog Amerika anggota

Departement of Antrophology di Cornel University mengenai Daud Beureueh

yang dianggap sebagai ulama yang berani (militant) dan reformis dari sejarah

Aceh James Siegel mengatakan bahwa Daud Beureueh pernah bersedia

membantu mengerjakan obyek-obyek yang bermanfaat bagi umum dengan

menyediakan diri sebagai alat dalam usaha membangun masjid perbaikan dan

pembuatan jalan-jalan memperbaiki saluran-saluran Irigasi68

Ia juga termasuk

uleebalang yang kaya dan paling giat dalam membuka perkebunan kopi di Tangse

sekitar tahun 1930-an untuk membantu perekonomian masyarakat sekitar69

67

Taufik Abdullah Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Pemikiran dan Peradaban

(Jakarta PT Ichtiar Baru Van Hoeve 2002) hal 397-398 68

El Ibrahimy Op Cit hal 228-235 69

Anthony Reid Op Cit hal 350

25

BAB III

PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM

PEMBERONTAKAN DI ACEH

A Pembentukan Darul Islam Tentara Islam Indonesia di Aceh

Perjuangan Daud Beureueh menegakan syariat Islam di Aceh terjadi pada

masa Era Orde Lama 1953-1962 telah menimbulkan peristiwa berdarah atau yang

lebih dikenal dengan pemberontakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia Aceh

(DITII Aceh) Meletus pada 20 september 195370

perjuangan untuk menciptakan

negara Islam di Aceh sebagai suatu negara bagian dari Negara Islam Indonesia

Pembentukan negara Islam yang berlandaskan kepada pelaksanaan syariat Islam

adalah cita-cita Daud Beureueh Pemberontakan ini timbul akibat kekecewaan

terhadap Soekarno serta harga diri yang terlecehkan karena tidak memenuhi

janjinya untuk menjadikan negara Indonesia sebagai sebuah negara yang

berlandaskan kepada Islam71

Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya pemberontakan yang terjadi

tahun 1953-1962 oleh Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh adalah

rasa sakit hati rakyat Aceh atas perjuangan mempertahankan kedaulatan RI yang

dipandang sebelah mata setelah berhasil mempertahankan kemerdekaan serta

kecewa dengan pemerintah karena wilayah Aceh dimasukan kedalam wilayah

Sumatera Utara dan janji pemerintah mengenai hak istimewa bagi daerah Aceh

tidak kunjung terwujud72

Sedangkan pendapat lebih kuat menurut Anthony Reid

faktor perjuangan melawan kendali Jakarta pada 1953-1962 didasari dua alasan

yakni menentang diserapnya Aceh ke dalam Provinsi Sumatera Utara dan

gagalnya Republik melaksanakan hukum Islam73

Pertentangan politik dengan

pemerintah pusat membawa kepada suatu keadaan yang meresahkan akibat

70

Dilihat pada beberapa literature peristiwa perjuangan di Aceh oleh Tgk M Daud

Beureueh dipandang sebagai suatu pemberontakan yang menentang kebijakan pemerintah dalam

menerapkan dasar negara Indonesia pasca kemerdekaan dan mengubur alasan kenapa

pemberontakan itu terjadi serta perjuangan gigihnya rakyat Aceh mengusir penjajah saat itu 71

Abdullah Sani Usman Op Cit hal200 72

__________ Ensiklopedi Islam untuk Pelajar 73

Anthony Reid Op Cit hal 338

26

adanya tarik menarik antara Aceh dengan pemerintah pusat Pemerintah pusat

tidak mengakui pembentukan provinsi Aceh yang terpisah sehingga terjadi

tupmang-tindih kebijakan yang membawa kepada krisis kekuasaan pemerintahan

di Aceh

Dalam permasalahan ideologi yaitu penerapan perundang-undangan Islam

yang dikehendaki oleh rakyat Aceh gagal diberikan oleh pemerintah pusat Hal ini

menjadi masalah dan membawa pertikaian atau konflik di era Orde Lama Darul

Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh dengan pemerintah pusat awalnya

disebabkan permasalahan kekuasaan dan selanjutnya masalah ideologi menurut

kacamata penulis dalam kasus ini konflik dapat melenyapkan unsur-unsur yang

memecah belah dan menegakan kembali Artinya konflik yang terjadi juga dapat

meredakan ketegangan antara pihak-pihak yang bertentangan sehingga konflik

dapat berfungsi sebagai stabilisator sistem sosial Sisi positifnya konflik dapat

menciptakan jenis-jenis interaksi yang baru di antara pihak yang bertentangan

Dan konflik juga berlaku sebagai rangsang untuk menciptakan aturan-aturan dan

sistem norma baru yang mengatur pihak-pihak yang bertentangan sehingga

keteraturan sosial Republik Indonesia khususnya Aceh dapat terwujud74

Pada kenyataannya pembentukan Negara Islam yang merupakan cita-cita

impian Daud Beureueh terilhami dari perjuangan DITII pimpinan Imam

Soekarmadji Maridjan Kartosuwiryo75

Kartosuwiryo adalah pemimpin pusat

yang pertama kali mencetuskan gerakan ini di Jawa Barat pada 7 Agustus 1949

Ini merupakan alasan Daud Beureueh merangsang dan ikut berjuang juga dalam

melahirkan Negara Islam di Aceh sebagai suatu Negara Bagian dari Negara Islam

Indonesia Selain itu alasan lain Daud Beureueh untuk tidak meminta bantuan

atau bergabung menyatukan kekuatan dengan DI TII Kartosuwiryo adalah karena

Daud Beureueh melihat ada tekanan hebat yang dilakukan pemerintah pusat

terhadap gerakan Kartosuwiryo Perjuangannya di Jawa direspon dengan sikap

74

Ulfah Fajarini Konflik dan Integrasi Potret Keagamaan Masyarakat Sawangan

(Jurnal Al-Turas Vol 11 No 3 September 2005) hal 289 75

Imam Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo (1905-1962) lahir pada 7 Februari 1905

Adalah pemimpin yang menentang legitimasi dan otoritas Republik Indonesia yang baru merdeka

antara 1948 dan 1962 Kartosuwiryo dikeluarkan dari sekolah kedokteran pada 1927 Karena

nasionalisme radikalnya dan secara politik aktif berasosiasi erat dengan HOS Tjokroaminoto

pemimpin Sarekat Islam Kartosuwiryo terilhami oleh pendirian Tjokroaminoto bahwa sebuah

negara Indonesia yang merdeka harus didasarkan pada prinsip-prinsip Islam Lihat Ensiklopedi

Islam Ringkas hal 356

27

keras oleh pemerintah pusat Melalui Tentara Nasional Indonesia gerakan yang

dianggap sebagai pemberontak ini berhasil ditumpas di berbagai wilayah di Jawa

Barat76

Walaupun mengikuti pola DI TII Kartosuwiryo hakikatnya gerakan DI

TII Aceh lebih merupakan gerakan peringatan kepada penguasa Jakarta agar tidak

sewenang-wenang dan melupakan sumbangan Aceh di masa lalu dengan

mengorbankan seluruh jiwa raga dan harta berharga masyarakat Aceh77

Hubungannya dengan masyarakat Aceh adalah konteks dimensi perilaku

kolektif Dimana suatu gerakan tidak hanya melakukan protes dan demonstrasi

melainkan berakibat pada pengrusakan harta benda dan juga mengakibatkan

jatuhnya korban jiwa Dari hubungan antar kelompok ini melibatkan suatu

gerakan sosial yaitu DI TII yang bertujuan menginginkan perubahan dalam

kekuasaan ataupun ideologi negara78

Dalam pembentukannya perjuangan Daud

Beureueh terinspirasi dari perjuangan dakwah yang ditempuh oleh Rasulullah

SAW Adapun langkah-langkah perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh

melalui tiga tahap yaitu

1 Pertama tahap pembinaan dan pengkaderan

Pada tahapan ini Daud Beureueh sangat serius dalam menanamkan nilai-

nilai dan norma Islam dalam kehidupan masyarakat di Aceh79

Diketahui Islam di

Indonesia sulit berkembang karena ada tiga penyebab Pertama jarak Indonesia

dengan pusat Islam terlalu jauh Kedua Islam sampai ke Indonesia adalah Islam

kosmopolitan dimana hubungan antar pemeluk Islam sedunia begitu dekat lalu

berubah menjadi Islam parokial yang lokal Ketiga Islam di Indonesia menjadi

Islam pedesaan dan menjadi Islam petani Ini berbeda dengan Timur Tengah yang

memiliki kaum pedagang yang mobil Sebelum abad ke-15 M mobilitas para

pedagang sangat tinggi namun ketika sampai di Indonesia menjadi Islam petani

yang mobilitasnya makin menurun Dan dipengaruhi oleh budaya agraris yang

relative statis dan percaya mistik80

76

Cyrill Glasse Op Cit hal 356 77

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 201 78

Ibid hal 160 79

Pada masa kesultanan Aceh Islam mengalami proses pelembagaan yang sangat jelas

sebagai kekuatan sosial budaya dan politik pada masa itu kekuatan pengaruh Islam semakin

dirasakan di hamper seluruh aspek kehidupan masyarakat Aceh lihat Ensiklopedi Tematis Dunia

Islam hal 65 80

Kuntowijoyo Op Cit hal 28-29

28

Hal itu merupakan sebuah tantangan untuk Daud Beureueh dalam

menanamkan Islam di masyarakat Aceh Dalam pembinaan nilai dan norma Islam

Daud Beureueh dalam bidang pendidikan mendirikan dua lembaga yaitu Jami‟ah

Diniyah dan Madrasah Sa‟adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli sekitar tahun

1930 Dengan tujuan agar nafas Islam selalu ada di dalam masyarakat Aceh dan

membebaskan buta huruf dan buta ilmu dikalangan masyarakat Aceh Terutama

mengenai ilmu-ilmu syariat dan hakikat serta ilmu-ilmu yang erat hubungannya

dengan pengembangan dan pembinaan Islam dalam melahirkan ulama besar dan

pemimpin rakyat81

2 Kedua Tahap Interaksi dan Perjuangan

Pada tahap pembinaan aktifitas di bidang pendidikan yang dilakukan Daud

Beureueh adalah tandingan dari pendidikan yang di buat oleh kolonial Belanda

Dan secara tidak langsung Islam sudah berinteraksi di kalangan masyarakat Aceh

bagaimana di perkenalkan secara sederhana melalui pendidikan tradisional dan

dakwah-dakwah Rasa keimanan yang kuat sudah tertanam di masyarakat Aceh

kemudian menemui pergesekan ideologi Antara ide-ide yang dianggap benar

tentang Islam dengan ide-ide karena pengaruh barat melalui Ideologi Pancasila

Pada periode ini perjuangan Daud Beureueh begitu berat karena memperjuangkan

nilai-nilai keIslaman dalam cita-cita nya mendirikan negara yang berlandaskan

syariat Islam

Melalui dakwah-dakwahnya Daud Beureueh ingin menciptakan

masyarakat Aceh yang mempunyai semangat yang berkobar-kobar dalam

memperjuangkan Islam sebagai dasar negara Dalam substansinya dakwah adalah

menyeru kepada mentauhidkan Allah dan seruan ibadah hanya kepada-Nya serta

seruan untuk meninggalkan penyembahan kepada berhala dan seruan untuk

melepaskan diri dari kehidupan diluar ketentuan Islam seperti zaman jahiliyah

Dan ketika Soekarno mengkhianati cita-cita revolusi itu Soekarno dianggap

sebagai alasan di segala macam maksiat dan kemungkaran Soekarno menentang

Islam memisahkan Islam dari negara dan pemerintahan dan Islam itu sendiri

dipisahkan dari kehidupan masyarakat Pancasila selalu diagung-agungkan dengan

81

A Hasjmy Op Cit hal 121-123

29

penafsiran dan pelaksanaannya itu bukan merupakan wadah untuk Islam82

Dalam

pernyataannya ini menjadi alasan Daud Beureueh mengangkat senjata dan

berjanji ditengah-tengah masyarakat Aceh atas permintaan rakyat Aceh untuk

memimpin dan berjanji berjuang bersama-sama hingga kemenangan tercapai

melaksanakan hukum Allah di Republik Indonesia83

3 Ketiga Tahap Penerimaan Kekuasaan

Jika kaitannya dengan dakwah yang ditempuh Rasulullah SAW Tahapan

ini adalah tahapan menerapkan Islam secara praktis dan menyeluruh sekaligus

menyebarkan risalah Islam ke penjuru dunia Berbeda pada perjuangan yang

dilakukan Daud Beureueh Islam sebagai ilmu yang revolusioner Memiliki

kemampuan untuk mengubah dalam periode ilmu berbagai masalah

kemasyarakatan dapat dicarikan jawabannya dalam Islam Misal mengenai

ketimpangan sosial pemilikan tanah hubungan kerja ataupun masalah modal dan

penguasaan pasar Islam memiliki jawaban dari persoalan itu Tetapi hal itu masih

terbatas pada tingkat formulasi normatif dan belum mengangkat Islam menjadi

teori sosial Keadaan ini yang mungkin dianggap pemerintah saat itu masih tidak

percaya bahwa ide Islam bisa menjadi kenyataan Dan menganggap itu sebagai

ide abstrak atau dengan kata lain non progresif84

Setelah melakukan langkah-langkah mulai dari pembinaan pengkaderan

interaksi dan perjuangan Aceh pada awal perjuangan kemerdekaan Indonesia

secara de facto85

yang merupakan bagian dari provinsi Sumatera dengan

kebijakan undang-undang sementara tahun 1945 yang membagi wilayah

Indonesia menjadi 10 provinsi Pergantian pemerintahan Jepang kepada

pemerintahan Indonesia secara otomatis menghapus dan menggantikan undang-

undang peradilan baik dari zaman Belanda maupun Jepang menjadi perundang-

undangan Republik Indonesia yang diatur dalam lembaran Negara No 23 1947

Dengan berlakunya undang-undang ini segala bentuk perundang-undangan dan

struktur pemerintahan di Aceh yang berlaku pada era Belanda dan Jepang telah

82

Pada Saat Soekarno tidak menepati janjinya Pancasila dengan penafsiran dan

pelaksanaannya dianggap sebagai syirik yang sesat dan menyesatkan yang hanya sesuai dengan

agama lain di luar agama Islam 83

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 201 84

Kuntowijoyo Op Cit hal 30-31 85

De facto adalah pengakuan secara kenyataan pada kasus Aceh ini bersifat sementara

30

berubah Namun pada kenyataannya walaupun mengalami perubahan secara

prinsipnya perundang-undangan tersebut masih menyerupai kedua era Belanda

dan Jepang Dan perlu ditekankan perubahan yang terjadi bukan berarti

merupakan pengembalian kepada bentuk asal perundang-undangan Aceh atau

hasil perundingan perundang-undangan yang sesuai dengan kehendak masyarakat

Aceh Hal ini juga yang menyebabkan rakyat Aceh semakin geram dengan

pemerintah pusat dan alasan munculnya gerakan DITII Aceh86

B Kedudukan dan Sikap Tgk M Daud Beureueh dalam Perjuangan di

Aceh

Pada masanya perjuangan dengan berlandas pada syariat Islam Daud

Beureueh memiliki rentan waktu yang lama Mulai dari masa kolonial Belanda

masa kedudukan Jepang masa pra dan pasca kemerdekaan dan masa revolusi

Adapun kedudukan Daud Beureueh adalah sebagai berikut

Ulama seperti pemaparan penulis diatas dalam riwayat pendidikan Daud

Beureueh dikenal sebagai ulama tulen Hal itu terlihat dari pendidikan yang Daud

Beureueh jalani di Pesantren sekitar 6 tahun sebelum ia dikenal oleh rakyat Aceh

sebagai seorang ulama Pada saat menjadi ulama Daud beureueh mendirikan

lembaga pendidikan dan pemimpin dalam mengawali mempelajari huruf latin

Peran sebagai ulama makin terlihat tatkala ia menyelesaikan persoalaan yang

terjadi di masyarakat Dalam tahun 1920-1930-an Daud Beureueh dan para ulama

lainnya baik yang muda maupun yang sebaya dengannya telah berhasil

memberantas gerakan kebatinan saleek buta87

dimana bagi mereka gerakan itu

adalah suatu ancaman karena dapat merusak akidah keIslaman masyarakat Aceh

Ketua PUSA Persatuan Ulama Seluruh Aceh adalah organisasi modern

pertama dan sebuah gerakan rakyat yang berhasil muncul di Aceh setelah

pendudukan militer Berdiri pada tahun 1939-1942 organisasi ini menghimpun ke

86

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 178-179 87

Saleek buta ialah satu aliran kebatinan yang tumbuh di Aceh sekitar abad ke-19 dan

awal ke-20 M sampai dengan tahun tiga puluhan Di antara ajaran saleek buta bahwa Tuhan dan

makhluk adalah satu atau bersatunya Allah dengan manusia Dan bagi mereka syariat Islam

seperti yang diamalkan tidak berlaku Dalam buku A Hasjmy Op Cit hal 105

31

mayoritas ulama aktif di Aceh dalam program pengembangan sekolah-sekolah

agama yang lebih modern dan peningkatan Kekuatan Islam Aceh88

Organisasi ini

lahir dalam konfrensi pada bulan Mei tahun 1939 oleh Teungku Abdul Rahman

dari perguruan Al- Islam di Peusangan Lahir pada masa kolonial organisasi ini

muncul sebagai pejuang dalam mengambil kekuasaan dari Belanda di Aceh Hal

itu terlihat dari konflik yang terjadi antara PUSA dengan uleebalang Suatu

hubungan antara uleebalang dengan Belanda menjadi alasan mengapa PUSA

ingin memimpin sistem pemerintahan di Aceh

Meskipun berdiri di saat situasi tegang tetapi dalam perkembangannya

PUSA telah menunjukan dirinya sebagai suatu faktor politik yang sangat penting

Dalam empat tahun terakhir setelah berdirinya PUSA kekuasaan Belanda di Aceh

mengalami kemerosotan Perubahan sikap dan perilaku antara uleebalang dan

rakyat Aceh menjadi bukti nyata makin rapuhnya kekuasaan uleebalang

Perubahan sikap dan perilaku terlihat dari kemarahan dan kebencian masyarakat

Aceh akibat penindasan dan skandal beberapa uleebalang yang tergambar di

majalah Penjedar yang terbit di Medan pada bulan November 193889

Kemerosotan juga terlihat di bidang ekonomi yaitu dengan munculnya

PUSA sebagai kaum tandingan atau atasan baru sebagai motor penggerak

perekonomian rakyat dalam bentuk kaum pedagang yang berkembang didaerah

seperti Sigli Garot Bireun dan Idi Dan dalam dunia pendidikan terlihat pada

aliran pembaharuan yang pada dasarnya rakyat Aceh menganggap Belanda

sebagai kaphe dengan munculnya sekolah-sekolah keagamaan dengan

berlandaskan Islam menjadi tandingan untuk sekolah-sekolah yang didirikan

Belanda Berbeda dalam bidang politik perjuangan mendapatkan kekuasaan oleh

ulama dianggap Belanda sebagai suatu gerakan perlawanan yang begitu

berpengaruh Tapi aneh ketika sikap politik Belanda membiarkan gerakan yang di

pimpin oleh ulama tumbuh dan berkembang90

88

Anthony Reid Op Cit hal 280 89

Majalah Penjedar awalnya didirikan oleh mantan pemimpin PKI Xarim M S tetapi

kemudian majalah ini beralih ke tangan seorang wartawan Medan yaitu mantan pemimpin PSII

Mohammad Said menjadi pemimpin redaksinya pada bulan November dengan tujuannya yaitu

menggantikan kedudukan raja-raja uleebalang 90

Anthony Reid Op Cit hal 58-63

32

Menurut analisa penulis terhadap sikap politik Belanda melalui golongan

pembesar atau petinggi Belanda melihat perjuangan melalui organisasi yang

dipimpin ulama melalui PUSA sebagai sebuah hal yang wajar dan tidak

mengkhawatirkan sebaliknya pada tahun 1930an munculnya Muhammadiyah

sebagai sebuah gerakan non-Aceh yang terbuka dan menerima kebangkitan

nasionalisme Indonesia justru menimbulkan kekhawatiran oleh Belanda Jadi

kekhawatiran Belanda timbul melalui ruang lingkup PUSA gerakan pembaharuan

ruang lingkupnya lebih kecil dibanding dengan Muhammadiyah

Gubernur Militer merangkap panglima divisi X TRI91

pada masa revolusi

demi menciptakan proses pertahanan politik nasional di wilayah Aceh melalui

keputusan wakil Presiden Muhammad Hatta Daud Beureueh dilantik menjadi

Gubernur Tentara di wilayah Aceh Langkat dan Tanah Karo pada tanggal 27

Agustus 1947 di Bukit Tinggi Melalui Daud Beureueh kekuatan bersenjata di

Aceh dapat dibentuk dan dileburkan dalam wadah Tentara Nasional Indonesia

(TNI) yang sebelumnya terdiri dari berbagai barisan pejuang kekuatan bersenjata

Aceh yang tidak terkawal92

Hal ini didasarkan pertimbangan politis karena selain Daud Beureueh

seorang ulama dan pemimpin rakyat yang sangat berpengaruh juga karena banyak

diantara pemimpin laskar rakyat itu adalah muridnya Dengan demikian Daud

Beureueh dapat dijadikan figur pemersatu di wilayah Aceh kemudian atas dasar

posisi strategis yang dimilikinya Daud Beureueh diangkat sebagai Gubernur

Aceh pertama 1950 Namun tiga tahun kemudian 21 september 1953 terjadi

perselisihan pandangan politik antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat

Hal itu yang menyebabkan Daud Beureueh bersama rakyat mengangkat senjata

dan terjadilah tragedi berdarah atau lebih dikenal peristiwa berdarah93

Proklamator Darul Islam sebelum mengkaji mengenai kedudukan Daud

Beureueh dalam gerakan Darul Islam di Aceh penulis ingin memberikan

informasi bagaimana cikal bakal timbulnya Darul Islam di Aceh Darul Islam

adalah nama yang diberikan kepada sebuah gerakan pejuang Islam di Jawa Barat

91

El Ibrahimy Op Cit hal 47 92

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 184-186 93

Harun Nasution Op Cit hal 202-203

33

Indonesia yang menentang legitimasi dan otoritas Republik Indonesia yang baru

merdeka antara 1948 dan 1962 Dipimpin oleh Sukarmadji Maridjan

Kartosuwiryo (1905-1962) kekuatan militer Darul Islam resmi dikenal sebagai

Tentara Islam Indonesia (TII) dengan basisnya didataran tinggi Jawa Barat

mencoba memproklamasikan Negara Islam Indonesia 7 Agustus 1949 melalui

Kartosuwiryo yang dianggap sebagai pemimpin yang kharismatik Beraliansi

dengan pejuang Islam di Aceh pimpinan Daud Beureueh dan di Sulawesi Selatan

pimpinan Kahar Muzakkar melalui Piagam Jakarta pemimpin Islam menyetujui

sebuah negara pluralitas94

demi kesatuan nasional Imbalannya adalah adanya

pernyataan bahwa umat Islam wajib menjalankan hukum Islam Hal ini

merupakan klaim minimalis atas sistem politik walaupun secara konstitusional

tidak pernah dijadikan undang-undang Bagi kartosuwiryo dan pengikutnya pada

1945 bergerak dalam sayap radikal politik Islam hal ini merupakan

pengkhianatan95

Ketidak senangan mereka diperkuat oleh munculnya

keprihatinan terhadap pengaruh politis sayap kiri didalam barisan kaum

nasionalis96

Tepat tanggal 21 September 1953 (12 Muharam 1373 Hijriah) Daud

Beureueh memproklamirkan berdirinya Darul Islam negara Islam di Aceh Aceh

memberontak dari Republik Indonesia yang berlandasrkan Pancasila dan

bergabung dengan Negara Islam Indonesia yang berlandaskan syariat Islam

Berbeda dengan gerakan Darul Islam di Jawa Barat di daerah Aceh sendiri selain

lebih lambat munculnya gerakan ini pun relatif lebih singkat antara 1953-1957

Dan perjuangan terakhir pada tahun 1962 saat itu Daud Beureueh dianggap

sebagai tokoh sparatis dalam mewujudkan apa yang dicita-citakannya97

Dalam

94

Pluralisme adalah keadaan masyarakat yang majemuk berkaitan dengan sistem sosial

dan politik Melalui kebudayaan muncul berbagai kebudayaan yang berbeda dalam suatu

masyarakat Dalam kaitannya dengan perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh adalah tentang

sebuah prinsip-prinsip Islam sebagai payung ideologi bagi penduduk Indonesia Sumber melalui

httpkbbiwebidpluralisme di akses pada tanggal 16 Februari 2016 Pukul 0950 WIB 95

Pandangan alternatif Kartosuwiryo mengenai Indonesia dan tuntutannya akan sebuah

negara yang sepenuhnya Islam dijabarkan dalam risalahideologis 1946 bertajuk Haluan Politik

Islam Dia menulis bahwa hanya dengan beridirinya Darul Islam-lah kesejahtraan dan keselamatan

kaum Muslim di Indonesia terjamin dan keselamatan di akhirat pun tercapai 96

Cyrill Glasse Ensiklopedi Islam Ringkas (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1999)

hal 356-357 97

A Hasjmy Op Cit hal 113-117

34

karangan yang dimuat oleh A Hasjmy mengatakan menurut para pengamat

politik saat itu jalan sejarah yang mengantar Daud Beureueh ke mimbar

proklamasi Darul Islam di Aceh berkesimpulan bahwa adanya usaha-usaha

sistematis dan berencana yang bertujuan mendorong sebagian rakyat Aceh

memberontak terhadap Republik Indonesia yang telah dipelihara dan dibelanya

selama tahun-tahun yang amat getir dalam sejarah Republik yang masih muda

saat itu Di tahun Revolusi Fisik para pengamat politik mendapati kenyataan

bahwa tahun-tahun itu Aceh mengorbankan segalanya untuk membela dan

mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945 sehingga di angkasa Tanah Aceh

terus menerus berkibar Sang Saka Merah Putih98

Kaitannya dengan sikap Daud Beureueh dalam perjuangannya di Aceh

masa revolusi atau pasca kemerdekaan Terlihat mulai dari situasi genting

Republik Indonesia yang baru berusia dua tahun lebih pada media Juni 1948

membuat Presiden Soekarno mendatangi Aceh Dalam kaitannya dengan kolonial

jelas Aceh dengan sebutan tanah rencong inilah satu-satunya wilayah RI yang

dianggap masih berdaulat penuh Pasca Agresi Militer I Belanda dan perjanjian

Renville sejumlah wilayah RI terkepung negara-negara boneka buatan Belanda99

Misi hidup-mati yang dibawa Soekarno pada 15 Juni 1948 bersama Menteri

Dalam Negeri Dr Sukiman adalah untuk bertemu tokoh masyarakat di Aceh

Seperti dikutip dari buku bdquoAceh Daerah Modal‟ Soekarno menjalani kunjungan

tiga hari untuk berdialog dengan Tgk M Daud Beureueh di Markas Divisi X

Komandemen Sumatera Bireuen Dalam pertemuannya Soekarno meminta

bantuan kepada Daud Beureueh demi membangkitkan rasa patriotisme segenap

rakyat Aceh dengan mengungkit kembali perlawanan melawan kolonial Belanda

di Aceh100

98

A Hasjmy Semangat Merdeka 70 Tahun Menempuh Jalan Pergolakan dan

Perjuangan Kemerdekaan (Jakarta PT Bulan Bintang 1985) 99

Negara-negara boneka itu seperti Indonesia Timur atau Negara Pasundan Tak pelak

Aceh pun disebut jadi ldquosahamrdquo atau modal yang sangat penting untuk mempertahankan

Proklamasi 17 Agustus 1945 saat itu 100

Alasan lain kenapa Soekarno datang ke tanah rencong adalah karena rakyat Aceh

diketahui sebagai pejuang yang paling gigih menentang penjajahan Belanda Berpuluh-puluh tahun

rakyat Aceh berperang melawan kolonialisme Belanda Dan meminta saat itu mengusir Belanda

untuk kedua kalinya dari bumi persada tercinta yaitu Republik Indonesia Sumber melalui

35

Pada masa awal kemerdekaan sikap nasionalisme101

Daud Beureueh

mempunyai kharisma yang sangat kuat di masyarakat Aceh sehingga Presiden

Soekarno datang dan meminta bantuan dalam mempertahankan kemerdekaan

Indonesia dari ancaman negara boneka yang dilakukan Belanda Pada saat itu

Daud Beureueh mau masuk kedalam pemerintahan dengan di angkat menjadi

Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo dan berhasil menyatukan

gerakan-gerakan rakyat menjadi satu kesatuan dalam bentuk Tentara Nasional

Indonesia (TNI) Dengan tujuan dan cita-cita yang sama menuju keselamatan

nasional dari ancaman pihak luar atau penjajah Daud Beureueh menghidupkan

kembali kesadaran sejarah rakyat Aceh102

yang membuat api semangat yang

berkobar dalam diri masing-masing baik di kalangan masyarakat Aceh ulama

dan para pejuang lainnya103

Perjuangan Daud Beuereueh tidak berhenti pasca kemerdekaan setelah

berhasil menyelamatkan dan mempertahankan kesatuan Republik Indonesia dan

berjuang bersama seluruh rakyat Aceh dengan mengorbankan jiwa raga serta harta

berharga tetapi tuntutannya mengenai dasar sebuah negara tidak terpenuhi

membuat geram dan kecewa kepada pemerintahan pusat Respon cepat dilakukan

perubahan kedudukan dari koalisi berubah menjadi oposisi104

kritik keras

mengenai pergerakan pemimpin dalam berpolitik yang tidak mempunyai

tanggung jawab dalam mengambil keputusan di pemerintahan Pemberontakan

tidak begitu saja meletus malainkan melalui 3 tahapan yaitu tahap sabar tahap

benci dan tahap melawan Dan ini sudah mencapai tahap ketiga rakyat Aceh

khususnya sudah geram dan merasa dipermainkan harga dirinya Namun Daud

httpnewsokezonecomread201506153371165361misi-hidup-mati-yang-dibawa-soekarno-

ke-tanah-rencong diakses pada tanggal 19 Februari 2016 Pukul 0007 WIB 101

Sikap nasionalisme yaitu ajaran atau paham untuk mencintai bangsa dan negara

sendiri Sifatnya kenasionalan menjiwai bangsa Indonesia Sumber melalui

httpkbbiwebidnasionalisme diakses pada tanggal 19 Februari 2016 Pukul 1422 WIB 102

Kesadaran yang dimaksud adalah kesadaran dari dalam diri anggota atau para pejuang

dalam suatu bangsa yang secara potensial atau actual bersama-sama mencapai mempertahankan

dan mengabadikan identitas integritas kemakmuran dan kekuatan bangsa atau semangat

kebangsaan 103

Anthony Reid Op Cit hal 347 104

Koalisi adalah kerja sama yang dilakukan antara sebuah organisasi partai gerakan dll

Untuk memperoleh dukungan politik yang besar Sedangkan oposisi adalah Pertentangan dalam

pemerintahan sikap menentang dan mengkritik pendapat atau kebijaksanaan politik atau golongan

yang berkuasa Dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah Daud Beureueh dan Pemerintah

Pusat

36

Beureueh masih bisa menahan dengan mengirimkan secarcik surat kepada

Presiden Soekarno Hal ini menerangkan bahwa pemerintah mempunyai tanggung

jawab besar terhadap nasib tanah air membawa perubahan dalam cara berfikir

Akibat rasa kekecewaanya sikap revolusioner105

Daud Beureueh muncul Dalam

gerak gerik dan pikiran yang menghendaki perubahan serta merta dalam segala

sesuatu yang tidak di anggap sempurna Kaitannya dengan penetapan dasar negara

Pancasila dirasa kurang berpihak bagi umat Islam yang menginginkan negara

berlandas pada Islam106

Selain itu pemberontakan yang dilakukan DITII Aceh digandeng erat

dengan menjalin kerja sama dengan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia

(PRRI) Perjuangan Rakyat Semsta (PERMESTA) terutama dalam bidang militer

NBANII (DITII Aceh) telah mengadakan operasi bersama dengan pasukan PRRI

yang tergabung dalam Operasi Sabang Marauke di daerah-daerah perbatasan

Aceh-Sumatera Timur Ada terhembus isu bahwa PRRI mgnirimkan senjata

kepada NBANII107

Dan dikatakan bahwa Menteri pertahanan PRRI pernah

memutuskan untuk menemukan Kapten Jusuf Risin Pada Staf Divisi TgkTjhik di

Tiro untuk memberikan latihan kepada anggota DITII di Aceh pada akhir tahun

1959 sesuai dengan kesepakatan yang tercapai dalam pertemuan di Genewa pada

bulan Desember tahun 1958 antara pemimpin-pemimpin PRRIPERMESTA dan

dalam pertemuan itu turut hadir Hasan Ali Perdana Menteri NBANII dan Hasan

Muhammad Tiro (Duta Besar DI untuk Amerika Serikat di PBB) maka

diputuskanlah untuk mendirikan suatu negara yang berbentuk federal yang

dinamakan Republik Persatuan Indonesia (RPI) guna lebih banyak mendapatkan

105

Revolusioner adalah sikap dimana cendrung menghendaki perubahan secara

menyeluruh dan mendasar 106

Menurut Mr S M Amin peristiwa yang diawali dengan sifat revolusioner lambat

laun akan berubah menjadi sifat evolutioner Yaitu melihat peristiwa itu dari sisi positifnya

(kebaikan) juga dalam suatu cara membawa perubahan dengan berangsur-angsur Sifat ldquoreeelrdquo

yang tidak dapat melihatkesukaran-kesukaran keadaan suasana masa dan waktu berubah menjadi

sifat ldquoreeelrdquo yang menarik dalam perhatian segala kenyataan baik yang menguntungkan maupun

merugikan sehingga tindakan diambil dengan hati-hati dan penuh perhitungan laba ruginya 107

Disinyalir bahwa isu yang berhembus itu tidak benar Terbukti dari surat menyurat

antara PRRI dan NBANII Secara resmi PRRI tidak pernah mengirimkan senjata kepada

NBANII Tentang pengiriman senjata ke Aceh baru hendak dibicarakan dalam cabinet PRRI pada

akhir 1959

37

dukungan dari daerah-daerah dan untuk lebih mengefektifkan perjuangan

menghancurkan regime Soekarno yang diktatorial108

Dalam Undang-Undang Dasar Republik Persatuan Indonesia antara lain

disebutkan

Pasal 1 ayat 1 Negara RPI berdasarkan Keimanan kepada Tuhan YME

Pasal 1 ayat 2 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk atau

golongan untuk memeluk agamanya atau kepercayaannya

masing-masing dan untuk beribadah serta hidup

bermasyarakat sesuai dengan syariat agamanya atau

kepercayaannya

Pasal 31 ayat 1 Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan

mengeluarkan pendapat

Pasal 31 ayat 2 Mengeluarkan pendapat yang mengandung penghinaan

terhadap suatu agama ajakan untuk mendirikan dictator

atau ajakan untuk menganut dan melaksanakan paham-

paham komunis atau paham-paham lain yang

membahayakan asas-asas dasar negara dilarang

PRRI dan NBANII saat itu diharapkan untuk menjadi inti negara dan

keduanya mengambil inisiatif memelopori perjuangan menegakkannya Serta

mengharapkan sebagai proklamator selain tokoh Dewan Perjuangan dan PRRI

dua orang dari NBANII yaitu Tgk Daud Beureueh dan Hasan Ali yang masing-

masing direncanakan menjadi Wakil Presiden dan Menteri Luar Negeri ditambah

dengan Kahar Muzakkar dari Sulawesi yang direncanakan menjadi Menteri Muda

Pertahanan Menurut rencana Republik Persatuan Indonesia akan

diproklamasikan pada tanggal 15 atau 17 agustus 1959 Akan tetapi berhubung

dengan adanya usul-usul perubahan dari NBANII mengenai beberapa pasal dari

UUD RPI diantaranya mengenai soal yang fundamental yaitu mengenai wilayah

108

RPI adalah bentuk kelanjutan yang logis dari perjuangan daerah-daerah dan satu-

satunya kendaraan politik untuk mencapai tujuan dan cita-cita seperti yang dinyatakan program

perjuangan dari Dewan perjuangan dengan memperhatikan bahwa pelaksanaannya haruslah sesuai

dengan strategi perjuangan

38

RPI (pasal 3) maka proklamasi itu baru dapat di cetuskan pada tanggal 8 Februari

tahun 1960109

Meskipun terdapat perbedaan paham antara NBANII dengan PRRI

akhirnya Republik Persatuan Indonesia di proklamasikan juga pada tanggal 8

Februari 1960 dengan PRRI dan NBANII sebagai intinya Sejak itu NBANII

berubah namanya menjadi Republik Islam Aceh (RIA)sebagai satu negara bagian

dari Republik Persatuan Indonesia Dari masuknya NBANII ke dalam RPI tidak

berarti hubungan antara NBANII telah putus dengan NII pimpinan Kartosuwirjo

Dalam surat Wali NBANII kepada Pimpinan tertinggi NII KArtosuwirjo

bertanggal November tahun 1960 dijelaskan sebab-sebab mendorong NBANII

masuk kedalam RPI sebagai satu negara bagian yang menjadi inti dari RPI

Disamping itu diminta agar bukan saja hubungan NBANII dengan RPI disahkan

tetapi meminta juga Kartosuwirjo Pimpinan NII turut ikut berpadu dengan PRRI

dalam Republik Islam Indonesia yang berjiwa Islamisme dan Federalisme

Adapun sebab-sebab yang mendorong NBANII berpadu dengan RPI antara lain

adalah

1 RPI adalah suatu bentuk Federasi yang menjiwai ketatanegaraan Islam

2 Menjamin ketatanegaraan Islam bagi Negara Bagian secara demokratis

sehingga negara bagian bebas menjalankan hukum syariat Islam bagi umat

dan masyarakat Islam seluruhnya

3 RPI suatu negara yang mengakui mutlak kedaulatan negara berada di

tangan Allah SWT

4 RPI adalah suatu bentuk negara yang menganut falsafah yang sesuai

dengan kehendak umat Indonesia yang umumnya memeluk agama Islam

dan Kristen

109

Diperkirakan selain Aceh yang telah menjadi Negara Bagian inti dalam RPI akan

diterima juga untuk pertama kali menjadi Negara-negara Bagian Sumatera Barat Sumatera Utara

Sumatera Selatan Riau Jambi Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Maluku Selatan dan Maluku

Utara Perbedaan pendapat terjadi antara NBANII dan PRRI mengenai fundamental yaitu tentang

wilayah negara federal yang baru meliputi Sumatera dengan kata lain mereka menghendaki suatu

Republik Persatuan Sumatera Lihat lebih detail pada buku M Nur El Ibrahimy Tgk M Daud

Beureueh Pergolakannya di Aceh hal203-204

39

5 RPI menentang tegas AteisKomunis dalam perkembangan ketatanegaraan

Indonesia

6 Dengan RPI kita memperlihatkan hanya ada satu organisasi Negara saja di

Indonesia yang menentang dan member perlawanan bersenjata terhadap

organisasi pemerintah Soekarno

7 Dengan RPI kita menarik perhatian dunia internasional terhadap

kesanggupan kita dalam memegang kekuasaan politik di Indonesia

terutama dalam menumpas regime Soekarno sebagai landasan untuk

memperoleh sokongan dan bantuan moril dan materiil dari pihak luar

negeri baik di forum PBB maupun dari pihak negara-negara lain terutama

dari negara blok anti komunis

8 Dengan RPI kita melenyapkan kesempatan atau peluang bagi usaha taktik

dan tipu muslihat (regime Soekarno) dalam wujud memecah belah sesame

kita melakukan perlawanan bersenjata terhadap mereka baik dalam

masyarakat NBANII maupun dalam masyarakat PRRIPermesta ataupun

antara NIITII dan PRRIPERMESTA

9 Pembentukan RPI merupakan usaha untuk merangkul kembali pemimpin-

pemimpin dan politisi-politisi Islam dan Pemuda-pemuda Islam yang

militant dan revolusioner yang berada diluar organisasi NIITII untuk

sama-sama berjuang bahu-membahu menghancurkan regime

SoekarnoKomunis

10 Adanya berbagai kesulitan dalam berbagai bidang organisasi politik

militer financial ekonomi dan sebagainya Dengan terbentuknya RPI

diharapkan kesulitan-kesulitan ini sedikit demi sedikit dapat diatasi110

Pencetus Berdirinya Republik Islam Aceh berdiri pada saat akhir

perjuangan gerakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia DITII Aceh yaitu

setahun sebelum penyerahan Daud Beureueh kepada Republik Indonesia Pada

kemunculannya gerakan ini tidak begitu tersiar karena beriringan dengan DITII

110

Surat Wali NBANII kepada Pemimpin tertinggi NII KArtosuwirjo dalam bulan

November 1960

40

atau dalam rentang waktu yang singkat Hal yang melatar belakangi berdirinya

RIA adalah sebagai penerus perjuangan Daud Beureueh yang bertahan pada

keyakinannya semula yakni melanjutkan revolusi Islam di Aceh Dengan segala

kekuatan persenjataan dan pasukan yang terbatas maka tercetuslah berdirinya

Republik Islam Aceh pada 15 Agustus 1961 Tidak banyak literature yang penulis

dapatkan mengenai gerakan RIA tercatat menurut El Ibrahimy menerangkan

kemunculan RIA tidak tepat karena disaat bersamaan pemulihan keamanan

dengan Daud Beureueh menyebabkan usaha penyelesaian damai menemui jalan

buntu Hal ini membuat geram Kol Jasin dan Jendral Nasution yang sudah

melaporkan bahwa persoalan Aceh dan diri Tgk M Daud Beureueh telah selesai

Tetapi tiba-tiba muncul lagi surat resmi Daud Beureueh atas nama wali Negara

Republik Islam Aceh111

Daud Beureueh adalah bapak orang-orang Aceh ditinjau dari

karakteristiknya masyarakat Aceh sangat terikat dengan kesadaran dan

pengalaman sejarah dengan pengaruh Islam yang kuat Hal itu bisa dilihat dari

pola tingkah laku politik maupun ideologisnya Tiga peristiwa sejarah yang

menjadi sandaran dan kebanggan orang-orang Aceh yaitu

1 Masa kejayaan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M)112

dan Sultan

Iskandar Tsani (1636-1641 M)113

2 Perang Aceh114

3 Perjuangan di masa revolusi Kemerdekaan

Ketiga hal itulah yang menimbulkan kebanggaan pada orang Aceh baik

dalam rangka kesadaran keIslaman maupun dalam rangka kesadaran kebangsaan

Dalam konteks Islam Aceh dijuluki sebagai ldquoSerambi Mekahrdquo hal ini membawa

anggapan masyarakat Aceh bahwa di daerah mereka Islam dating Kerajaan Islam

berdiri dan pemikiran Islam berkembang serta perang Sabil yang terjadi cukup

111

El Ibrahimy Op Cit hal 197-198 112

Lihat sumber melalui httpmelayuonlinecomindpersonagedig303sultan-iskandar-

muda diakses pada tanggal 18 Februari 2016 Pukul 1751 WIB 113

Lihat sumber melalui httpkebudayaankemdikbudgoidbpcbaceh20131031

sekilas-sejarah-aceh-abad-ke-16-penulis-nurdin-s-sos-staf-pemugaran-bpcb-aceh diakses pada

tanggal 18 Februari 2016 Pukul 1758 WIB 114

Perang Aceh atau lebih dikenal dengan perang Sabil dalam bahasa aceh prang sabi

adalah perang masyarakat Aceh terhadap kolonial Belanda yang terjadi sekitar akhir abad ke-19

M dan lebih tepatnya pertama pecah pada tahun 1873 Hal ini adalah bukti perjuangan rakyat

Aceh yang anti kolonial atau disebut juga kaum kaphe

41

lama115

Pilar-pilar kepemimpinan Aceh terdiri dari ulama Sultan dan

uleebalang (uleebalang) Dan kedudukan ulama sangat strategis Bertolak dari

pengakuan masyarakat dan sudah menjadi fitrahnya ulama dalam konteks

kebudayaan Aceh mendampingi penguasa Sifatnya yang mobile (dominan) dan

tidak terikat oleh ikatan politik lokal memungkinkan para ulama116

berfungsi

sebagai perantara komunikasi kultural117

Dari kebanggaan itulah watak Daud Beureueh sebagai orang Pidie

terbentuk menjadi manusia keras dan ulet juga setelah menjadi pemimpin umat

Kekerasan dan keuletan terlihat dai pendirian yang amat tangguh sehingga sulit

untuk bergeser atau digeser dari sesuatu yang diyakini kebenarannya dalam hal

ini pendirian dan cita-citanya untuk mendirikan negara dengan berdasar pada

Islam118

Daud Beureueh juga dikenal sebagai pemimpin yang kharismatik

Pemimpin dengan jiwa wibawa yang sangat tinggi dan disegani di masa revolusi

Sifatnya itu terlihat ketika pada saat Daud Beureueh mengamati perkembangan

revolusi kemerdekaan Indonesia dengan tenang dan hati-hati119

C Respon Rakyat Aceh Terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

Dilihat dari letak geografisnya Aceh pada zaman dimana perdagangan

dunia berdinamika berada pada jalur georgrafis yang harmonis Aceh terletak dua

mil dari punggung pantai dan tiga mil dari kaki bukit Kedudukannya yang tak

jauh dari hulu dan hilir menjadikan Aceh sebagai permata hijau namun juga biru

115

Dalam keputusan mengenai perang Sabil pada oktober 1944 pertemuan yang

dilakukan uleebalang dan ulama adalah (1) hukum perang Sabil pada masa kolonial adalah

Fardlu‟ain yaitu wajib untuk setiap orang Islam (2) Belanja peperangan didapat dari Baitalmal

zakat dan sokongan dari hartawan (3) Hukumannya pengkhianat sama dengan si kafir

Penjelasan mengenai Fardlu‟ain adalah suatu ajaran tradisional Islam mengenai jihad

ialah bahwa hukumannya bukan fardlu‟ain tetapi hanya fard‟ala kifaya yaitu diwajibkan atas

masyarakat Islam sebagai suatu keseluruhan tetapi tidak diharuskan pada setiap pemeluknya

Lihat Anthony Reid Op Cit hal 327-352 116

Para ulama bertindak sebagai perumus pembina dan penumpuk cita ldquoke Acehanrdquo

sebagai suatu kesatuan kultural dan politik Pada tiga masa itu ulama lah yang tampil untuk

memimpin reformasi sosial dan agama Tindakan nyata terlihat apabila kehidupan keagamaan dan

sosial masyarakat Aceh telah menjauh dari ajran yang benar dan diyakini 117

Taufik Abdullah Karena Keterkaitan Ideologi Artikel surat kabar majalah Panji

Masyarakat No 419 118

A Hasjmy Op Cit hal 118-120 119

Abdullah Sani Usman OpCit hal 182

42

Kekayaan bahari terlihat dari kebajikan alam lewat hutan dan pertaniannya yang

subur Dan rumah masyarakat Aceh pun begitu dekat dengan alam Dibanding

dengan menggunakan beton sebagai landasannya para leluhur ini lebih suka

memilik bamboo dan batu yang dianyam dengan tangan-tangan terampil menjadi

tempat tinggal yang layak huni120

William Marsden explorer Inggris

menggambarkan sosok tubuh orang-orang Aceh berbeda dengan orang Sumatera

lainnya Mereka lebih tinggi dan berkulit lebih hitam Banyak yang menilai orang

Aceh adalah pencampuran orang Batak orang Melayu dan orang Chulias121

Ciri

lain dari orang Aceh adalah kegemarannya dalam bekerja lebih cerdik dan

memiliki wawasan luasmereka juga rajin mengunjungi ulama dan mengakrabi

orang asing yang seiman

Dari berbagai sisi di atas dan dari sisi pola dasar bahasa dan sosial Aceh

termasuk masyarakat Sumatera dan Asia Tenggara Namun ada cukup banyak

cirri khusus dalam perkembangan sejarahnya sejak abad ke-16 M yang

menyebabkan ideologi separatisme yang dianutnya meyakinkan ketika muncul

pada tahun 1970-an Berbeda dengan tradisi sastra ldquoMelayu klasikrdquo yang

menyaksikan peranan Aceh yang sangat besar didalamnya misalnya Aceh

sepenuhnya berdiri di pinggir sepanjang menyangkut pengembangan langgam

bahasa dan kesusasteraan Melayu Indonesia modern menjelang akhir abad ke-19

M122

sampai penaklukan Aceh oleh Belanda pada akhir abad ke-19 M hubungan

ekonomi politik dan budaya Acehterjalin dengan Samudra India dan

Semenanjung Malaya tidak dengan dunia Laut Jawa yang didominasi pada

awalnya oleh Jawa dan kemudian oleh Belanda Aceh merupakan bagian dari

dunia Islam Samudera India sejak Pasai dikunjungi dan ditulis oleh Ibn Battuta123

pada abad ke-14 M124

120

M Dien Madjid Catatan Pinggir Sejarah Aceh Perdagangan Diplomasi dan

Perjuangan Rakyat (Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia 2013) hal 86-87 121

Chulias adalah nama bangsa atau sebutan yang disematkan pada penduduk yang

berdiam dibagian barat India dan telah menjalin hubungan sosial dengan Aceh sejak masa yang

lama 122

Kesusasteraan Melayu Indonesia modern adalah budaya-atas ldquoIndiardquo perkotaan di

India Belanda yang mengungkap diri dalam bahasa Melayu yang menggunakan huruf romawi

(berbeda dengan huruf Arab dalam bahasa Melayu klasik) dan sebagian besar diciptakan pada

awalnya oleh orang-orang Indo-Eropa dan peranakan Tionghoa meski pada akhirnya diserap

sebagai bahasa pengantar oleh gerakan nasional 123

Ibn Battuta adalah seorang Arab yang waktu itu menjabat sebagai utusan Delhi 124

Anthony Reid Op Cit hal 335

43

Sebelum mengetahui respon rakyat Aceh terhadap perjuangan Daud

Beuereueh penulis ingin memaparkan rakyat Aceh melalui tiap golongan Pada

masa pra kemerdekaan rakyat Aceh yang menanti ini terbagi dalam tiga golongan

yaitu

1 Pertama golongan terbesar yang menanti segala sesuatu dengan

tenang dan tidak mengambil perhatian terhadap apa yang mungkin

terjadi Golongan ini adalah golongan yang tidak ldquopolitic mindedrdquo dan

menerima segala sesuatu dengan terbuka

2 Kedua golongan yang terdiri dari mereka yang sangat bergembira dan

sangat bersuka ria atas kapitalis Jepang Golongan ini bercita-cita

pengembalian kekuasaan Belanda ke tanah air125

3 Ketiga golongan terdiri dari mereka yang sekalipun lahirnya nampak

tenang akan tetapi dalam batinnya berada dalam keadaan gelisah

Mereka khawatir tentang akibat-akibat yang kelak akan timbul bila

Jepang lenyap dan Belanda kembali berkuasa

Pada konteks ini peran golongan ketiga inilah yang mempunyai peranan

aktif dan terkemuka baik sewaktu masa kolonial ataupun masa pendudukan

Jepang Meskipun hanya sebagian kecil dari golongan ini yang mempunyai alasan

menakuti kekuasaan penjajah banyak dari mereka pada hakikatnya bergerak baik

kepentingan sendiri atau golongan Dengan mempertopengkan kepentingan umum

pada masanya mereka memperoleh kedudukan dan pangkat tinggi Kesempatan

yang timbul sebagai akibat kedudukan dan pangkat tinggi ini telah digunakan

mereka untuk menguntungkan diri sendiri atau pun golongan Untuk kasus

perjuangan Daud Beureueh inilah alasan yang menjadikan rakyat Aceh terpecah

kedalam dua golongan Golongan uleebalang (raja-raja) dan golongan ulama

Pertentangan diantara kedua golongan ini hubungan antara uleebalang dengan

ulama Pertentangan ini menyerupai pertentangan adat dan hukum (Islam)

125

Dalam golongan ini terdapat sejumlah besar dari mereka yang masih menyimpan

peringatan nimat penghidupan yang dirasakan semasa pemerintahan Belanda dan sebelum Jepang

berkuasa Baik dalam pendudukan Belanda dan Jepang golongan ini punya kedudukan tinggi yang

memberikan mereka hidup dengan diliputi oleh kesenangan kemegahan dan kemewahan

44

Uleebalang mempertahankan kekelan adat sedangkan ulama berjuang menegakan

hukum berdasar syariat Islam dalam pemerintahan126

Menurut Snouck Hurgronje pertentangan antara ulama dan uleebalang

berdasar atas adanya perbedaan adat dan agama Keterangan Snouck ini disanggah

oleh M Nur El Ibrahimy yang mengatakan pernyataan Snouck kurang tepat

karena di Aceh tidak terdapat pertentangan yang berarti antara adat dan agama El

Ibrahimy mengatakan pada umumnya keduanya berhubungan baik yang satu

bersandar kepada yang lain keduanya tunjang-menunjang Di Aceh dapat

dikatakan adat dan resam Qanun bersandar kepada agama Karena sangat

mendalamnya ajaran Islam meresap dalam kehidupan masyarakat dan hukum

telah terjadi persesuaian Oleh karena itu pula Islam sangat diperjuangkan menjadi

ideology negara El Ibrahimy mengatakan terkait pertentangan uleebalang dan

ulama bukan karena petinggi adat dan petinggi agama Memang ada peribahasa

Aceh yang mengatakan bahwa ldquoadat bak Poteu Meureuhom hukom bak Syiah

Kualardquo yang artinya adat berada di dalam tangan sultan dan agama berada di

dalam tangan ulama Akan tetapi hal itu sekedar pembagian wewenang saja127

Kembali pada fokus kajian mengenai sikap rakyat Aceh Pada perjuangan

dibawah pimpinan Daud Beureueh tentang kesadaran rakyat Aceh Taufik

Abdullah dalam tulisannya terkait sikap rakyat Aceh mengatakan bahwa ada tiga

bagian penting pertama sikap spontanitas dan enthusiasme rakyat Aceh dalam

membantu perjuangan kedua pertemuan empat mata Daud Beureueh dengan

Soekarno ketika presiden pertama Republik Indonesia mengunjungi Aceh ketiga

penolakan Daud Beureueh terhadap T Mansyur (walinegara Sumatera Timur)

untuk bersama-sama mendirikan negara bagian Sumatera Mengenai sikap

spntanitas dan enthusiasme rakyat Aceh dalam membantu perjuangan dan

mempertahankan kemerdekaan RI terlihat dari kerelaan rakyat Aceh yang pintu

rumahnya di gedor malam-malam untuk membagi emas yang mereka miliki ikhlas

semata-mata karena Allah dan demi membantu serta memenuhi harapan

Soekarno yang meminta rakyat Aceh membantu perjuangan dengan

menyumbangkan sebuah pesawat terbang Rakyat Aceh sudah merasa puas

126

Mr S M Amin Op Cit hal 4-7 127

El Ibrahimy Op Cit hal 72-73

45

dengan pernyataan Soekarno yang menyebut Aceh adalah ldquodaerah modalrdquo atau

ldquodaerah payungrdquo128

Selanjutnya perubahan sikap terjadi di rakyat Aceh Ketika keinginan

cita-cita semangat perjuangan rakyat Aceh yang bernafaskan Islam tidak

terpenuhi Terlebih lagi dengan kebijakan pemerintah yang mementahkan harapan

dan kepercayaan dengan mengirimkan pemimpin-pemimpin atau tenaga-tenaga

ahli ke pusat daerah yang saat itu masih belum diperlukan sekalipun mereka

dikirim tidak membawa perubahan Selain itu dalam badan pemerintahan daerah

pemerintah pusat memilih petinggi-petinggi untuk daerah Aceh yang bukan

berasal dari Aceh Kemauan rakyat yang tidak terpenuhi dan kebijakan yang

dianggap tanpa pikir panjang ini membuat rakyat Aceh kecewa dan geram

Mengenai kebijakan pemerintah yang memilih orang diluar Aceh faktanya

masyarakat Aceh mempunyai pandangan tersendiri tentang segala seusuatu

mengenai penghidupannya ia mempunyai alam pikiran yang berlainan dengan

penduduk daerah lain Hal ini disebabkan oleh karena masyarakat Aceh dapat

dikatakan sebagai masyarakat yang tertutup geisoleerd129

Solusi dari permasalahan ini sebenarnya kemauan masyarakat Aceh adalah

tentang cara pelaksanaan susunan dewan-dewan dengan pemilihan rakyat umum

dalam konteks ini rakyat Aceh juga diselenggarakan dalam setiap bagian

pemerintahan sehingga bukan sedikit tuntutan-tuntutan mengenai penempatan

ahli-ahli atau penempatan petinggi didalam pemerintahan daerah Penempatan

menurut tuntutan ini adalah harus berdasar atas demokrasi yaitu kemauan rakyat

Menurut Mr S M Amin mengatakan bahwa rakyat Aceh terkenal sebagai rakyat

yang mencintai kemerdekaan dan tidak segan-segan mengorbankan jiwanya

dalam mencapai kemerdekaan Sejarah perjuangan melawan penjajah masa

kolonial memakan waktu berpuluh-puluh tahun menunjukan kepahlawanan

mereka dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia

128

Pada masa itu rakyat Aceh membantu perjuangan baik dari dalam dan luar negeri

Seperti kisah Dr Sudarsono yang datang ke Aceh dan kemudian di biayai oleh rakyat untuk

kembali ke luar negeri selalu diulang-ulang Ini semua telah menjadi ldquofolklorerdquo (cerita rakyat)

Dan ini merupakan sejarah Aceh yang tidak bias diinjak oleh kaki tentara Belanda 129

Mr S M Amin Op Cit hal 76

46

Untuk memperkuat pernyataan Mr S M Amin dalam menambahkan

pemahaman tentang sifat masyarakat Aceh penulis menambahkan tulisan Prof

Dr M Dien Madjid mengenai Hikayat Kerajaan Aceh mengatakan bahwa

masyarakat Aceh dikenal sebagai penganut Islam yang taat Hal ini tidak saja

dibuktikan secara historis lewat berbagai teori sejarah yang mengisahkan Aceh

sebagai tempat awal bersuanya Islam dengan penduduk Nusantara melainkan

ditinjau dari ruang publik mulai dari masyarakat bawah hingga tataran elite yang

taat pada ketentuan Islam Dan mengenai solusi dalam sistem pemerintahan

menurut Gabriel A Almond ciri khas pendekatan perilaku ini ialah pandangan

bahwa masyarakat dapat dilihat sebagai suatu sisitem sosial dan negara sebagai

suatu sistem politik yang menjadi subsistem dari sistem sosial Dalam sistem

bagian-bagiannya saling berinteraksi saling bergantungan dan semua bagian

bekerja sama untuk menunjang terselenggaranya sisitem Jika mengalami stress

(masalah) dari lingkungan tetap berusaha mengatasinya dengan memelihara

keseimbangan Dengan demikian sistem dapat bertahan130

130

Ibid hal 76-77

47

BAB IV

PEMBERONTAKAN DALAM PERJUANGAN MENEGAKAN SYARIAT

ISLAM DI ACEH

A Usaha-usaha Menegakan Syariat Islam di Aceh

Dalam perjuangannya menegakan syariat Islam rakyat Aceh bersikap

spontanitas dan enthusiasme mulai masa kolonial (penjajahan) dan masa

revolusi Hal itu terlihat ketika era Orde Lama rakyat Aceh menggugat regim

yang berkuasa di Jakarta hal itu disebabkan karena rakyat Aceh merasa

diperlakukan tidak adil dan manusiawi Pada 20 september 1953 meletus lah

peristiwa berdarah atau lebih dikenal dengan pemberontakan Darul Islam Tentara

Islam Indonesia (DI TII) reaksi spontan dan enthusiasme ditunjukan demi harga

diri rakyat Aceh yang terlecehkan pada saat itu131

Sebelum membahas lebih jauh

mengenai perjuangan dan usaha-usaha rakyat Aceh penulis mencoba menganalisa

status rakyat Aceh yang khususnya umat Islam saat itu Melalui zaman atau

periode tahap-tahap mengenai kesadaran sosial umat Islam Aceh dibagi menjadi

dua periode yaitu

1 Periode pertama munculnya kelas baru ketika konflik-konflik antar kelas

yang terjadi tahun (1920-1942) Pada periode ini umat Islam melakukan

berbagai aksi dalam bentuk demonstrasi dan juga mendirikan berbagai

asosiasi Selain SI ada juga Nahdlatul bdquoUlama (NU) Muhammadiyah dan

dalam kasus Aceh sendiri berdiri Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA)

Saat itu PUSA berkonflik dengan kaum uleebalang merupakan konflik antar

kelas atau bisa dikatakan perang saudara dalam memperebutkan peran dalan

sistem pemerintahan di Aceh PUSA tidak mengakui uleebalang karena

dibawah kendali kolonial dan teguh pada pendirian bahwa mereka anti

penjajahan Dan sejak 1942 dan seterusnya umat Islam dihadapkan pada tugas

baru Pada masa kolonial atau penjajahan para Kyai dan tokoh-tokoh umat

Islam mulai diikutsertakan dalam kepemimpinan dan kenegaraan

131

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 200

48

2 Periode kedua sesudah tahun 1942 dan setelah 1945 umat mendefinisikan

diri dalam rumusan baru yaitu sebagai warga negara sebagai citizen Dan

warga negara sebagai langkah akhir perjalanan historis Pada saat

merumuskan UUD yang didalamnya memuat rumusan Pancasila 1945 dan

memutuskan diri sebagai warga negara Indonesia Persoalannya sekarang

adalah persoalan antara negara dan warga negara Permasalahan ketika

ideologi dibentuk tidak sesuai kesepakatan rakyat Aceh merasa harga dirinya

terlecehkan oleh pemimpin negara Dan pada periode ini juga terjadikonflik

politik yang berkepanjangan sesudah tahun 1945 sampai tahun 1965 Umat

Islam yang memasuki babak baru yaitu ikut dalam Pemilihan umum ikut

dalam DPRMPR Badan-badan pemerintahan Karena itu umat Islam benar-

benar aktif sebagai warga negara Sebagai warga negara demokratis harus

menyadari hak dan kewajiban yang mempunyai budaya partisipan132

Pada tahapan kesadaran sosial tersebut perkembangan Islam di Indonesia

terbagi menjadi tiga zaman zaman mitos zaman ideologi dan zaman

pengetahuan atau ilmu Dalam kaitannya dengan Aceh usaha-usaha menegakan

syariat Islam muncul ketika zaman ideologi Hal ini terlihat ketika DITII Aceh

yang menjadikan pengetahuan Islam sebagai formulasi normatif dalam mengatur

sistem pemerintahan di Aceh Dari situ kemudian berkembang menjadi sebuah

ideologi lalu menjadi action133

Peran pelopor DITII Aceh yaitu organisasi

PUSA terlihat ketika konflik terjadi dengan uleebalang Dimana PUSA

memperjuangkan perannya dalam sistem pemerintahan Aceh yang dikuasai

uleebalang134

132

Kuntowijoyo Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia (Yogyakarta Shalahuddin

Press 1985) hal 18-25 133

Ibid hal 26 134

Menurut Van‟t Vern dalam laporan Kern mengatakan bahwa kekuasaan kaum

uleebalang diperkuat setelah perang Aceh ketika menyatakan takluk dengan Belanda Secara

ekonomis uleebalang memperoleh lebih banyak kekuasaan karena bertindak sebagai kepala

perusahaan-perusahaan dagang baru atau bekerja sama dengan perkebunan-perkebunan Barat

Kekuasaan pemerintah mereka dijamin aman oleh bantuan Belanda baik dalam peradilan hukum

perkawinan dan pemberian bewasiswa Dan ini penyebab terjadinya pertentangan antara ulama

melalui PUSA dengan uleebalang rasa kebencian dan kemarahan muncul ketika uleebalang

dianggap sebagai pengkhianat oleh masyarakat Aceh karena masyarakat Aceh sangat anti

penjajahan Terlebih lagi ketika penindasan dan skandal terhadap masyarakat Aceh yang dilakukan

oleh uleebalang

49

Usaha tidak terhenti begitu saja pasca ditetapkannya Pancasila sebagai

ideologi negara direspon cepat oleh rakyat Aceh rakyat Aceh dibawah pimpinan

Daud Beureueh mengambil sikap menentang dan memberontak atas kendali

Jakarta yaitu pemerintah pusat Jika ditinjau dari permasalahan ideologi tersebut

hal itu menimbulkan sikap antara pemerintah dengan masyarakat Aceh penulis

ingin menguji teori melalui ilmu sosial hal ini bisa menimbulkan prasangka sebab

dugaan Mengacu pada hubungan vertikal yang terjadi antara masyarakat Aceh

dengan pemerintah prasangka sebab dugaan merupakan sikap bermusuhan yang

terjadi antar kelompok yang satu terhadap kelompok lainnya135

yang didasari pada

ciri yang tidak menyenangkan Pada perjuangan yang terjadi era orde lama di

Aceh Menurut teori Banton mengenai prasangka ini merupakan teori frustasi-

agresi (frustration-aggression theory) Teori ini mengatakan bahwa orang akan

melakukan agresi manakala usahanya dalam memperoleh keinginan terhalangi136

Hal ini terjadi pada keinginan dan cita-cita Daud Beureueh dalam mendirikan

negara yang berlandaskan Islam tidak terpenuhi

Mengkaji lebih mendalam mengenai kedudukan Daud Beureueh dalam

pemberontakan di Aceh penulis ingin memaparkan mengenai apa yang

diperjuangkan oleh Daud Beureueh Dalam hal ini jelas perjuangan Daud

Beuereuh adalah mendirikan sebuah Negara Islam Indonesia yaitu negara yang

berlandaskan Islam bukan Pancasila Visi syariat Islam itu sendiri adalah

mewujudkan kemaslahatan manusia dunia dan akhirat Sedangkan misinya

melalui rumusan para ulama adalah kewajiban memelihara agama kewajiban

memelihara jiwa kewajiban memelihara harta kewajiban memelihara keturunan

kewajiban memelihara akal dan kewajiban memelihara kehormatan137

Jika

dilihat dari visi misinya dapat dikatakan kedudukan Daud Beureueh sangat

135

Menurut Kinloch (1979) kata kelompok dalam konsep hubungan antarkelompok

mencakup semua kriteria pertama terdiri atas ciri fisiologis yaitu pengelompokan yang didasarkan

pada persamaan jenis kelamin (laki-laki perempuan) usia (tua muda) dan ras (antara lain hitam

putih) kriteria kedua ialah persamaan kebudayaan seperti kelompok etnik di Aceh minangkabau

Ambon dll Meskipun Kinloch tidak menyebutkan agama namun dalam banyak kasus

pengelompokkan berdasarkan agama pun dapat dimasukan dalam kategori ini Kriteria ketiga

mengenai ekonomi dibagi antara mereka yang berekonomi kuat dan ekonomi lemah Dan criteria

keempat ialah prilaku mengenai fisik mental dan penyimpangan terhadap aturan masyarakat 136

Kamanto Sunarto Pengantar Ilmu Sosiologi (Jakarta Lembaga penerbit Fakultas

Ekonomi UI 2004) hal 151-152 137

Danial Syari‟at Islam dan Pluralitas Sosial dalam Jurnal Analisis Studi KeIslaman

vol XII No 1 1 Juni 2012 hal 72-74

50

penting Sebab melalui perjuangannya Daud Beureueh ingin nilai-nilai agama

dijadikan dasar pengambilan kebijakan di tingkat keluarga masyarakat dan

pemerintah menjamin hak hidup rakyat dalam bidang pendidikan serta

membangun generasi yang berkualitas bebas dari ketakutan dan kecemasan dalam

konflik dan pertikaian yang terjadi pada kaum minoritas138

Selanjutnya perkembangan pemerintahan di Aceh di tahun 1949

menyerupai pemberian otonomi kepada daerah Aceh Pemerintah Darurat

Republik Indonesia (PDRI) melalui keputusan Wakil Perdana Menteri pada 17

Desember 1949 No8DesW K P M membentuk provinsi Aceh Ketetapannya

bertujuan untuk memecah provinsi Sumatera Utara menjadi dua provinsi yaitu

provinsi Aceh dan provinsi Tapanuli-Sumatera Timur dalam menyempurnakan

dan melancarkan pemerintahan daerah Dan dalam waktu singkat terbentuklah

provinsi Aceh dengan Dewan Perwakilan dan Badan Eksekutifnya Daud

Beureueh saat itu menjabat sebagai gubernur Pada hakikatnya ini bukan

merupakan keinginan umum dan banyak masyarakat mengambil sikap menolak

terhadap pembentukan provinsi Aceh Keberadaan provinsi Aceh diduga

menimbulkan reaksi rakyat yang tidak mendapat bagian dalam pemerintahan yang

didominasi oleh masyarakat diluar Aceh139

Selain dari masyarakat umum

kebimbangan terjadi di dalam pemerintahan pusat itu sendiri tentang sah tidaknya

pembentukan provinsi Aceh dan mengenai kedudukan dan kekuasaan Wakil

Perdana Menteri yang berkedudukan di Sumatera

Pembentukan provinsi Aceh oleh Wakil Perdana Menteri menyebabkan

dibentuknya bdquopanitia penyelidik‟ yang diketuai oleh Menteri Mr Susanto

Tirtoprodjo pada bulan maret 1950 Dalam pertemuannya di Banda Aceh Menteri

Dalam Negeri mengatakan bahwa pemerintah pusat belum menetapkan adanya

provinsi Aceh Tetapi pendirian yang kuat terlihat ketika ketua DPR dan beberapa

anggotanya kukuh mempertahankan provinsi Aceh dengan alasan keinginan

138

Ibid hal 72 139

Dugaan masyarakat timbul karena organisasi PUSA ini memiliki sikap keras militant

dan enthusiasme serta teguh dengan apa yang dicita-citakannya Seperti perjuangan melawan

Belanda dan Jepang di tanah rencong mengenai sikap anti penjajahannya PUSA memiliki peranan

yang sangat penting terhadap kemerdekaan yang diraih Terlebih lagi dalam hal ini untuk

mengatur pemerintahannya sendiri masyarakat umum dari pandangannya mengenai apa-apa yang

diluar pemikiran dan cita-cita PUSA dianggap sebagai lawan politik ataupun lawan ideologi Jelas

hal ini dilatarbelakangi pengaruh pandangan Belanda terhadap PUSA

51

rakyat Terdapat dua pandangan dalam kasus ini yaitu disaat Teungku Amir Ali

Mujahid mengadakan suatu musyawarah di Alue Jangat dimana perhimpunan

yang dinamakan Pemuda Perjuangan Seluruh Aceh ini mengambil resolusi untuk

tetap mempertahankan provinsi Aceh dan mengatakan bahwa semangat yang

menggelora tidak akan terjamin jika provinsi Aceh dibubarkan Pernyataan ini

ditentang oleh Teuku Teongoh hanafiah dalam tulisannya mengatakan bahwa

yang mengkehendaki provinsi Aceh adalah sebagian dari kelompok ulama di

bawah kendali PUSA Mereka mempertahankan provinsi Aceh hanyalah karena

beranggapan dengan tetap berlangsungnya provinsi Aceh maka mereka dapat

memimpin pemerintahan di Aceh dan segala perbuatan keji mereka di masa

lampau berupa pembunuhan perampasan harta dan lain-lain terhadap kelompok

uleebalang dapat ditutupi140

Melalui tulisan Bachtiar Effendi dan Ali munhanif dari langkah-langkah

Daud Beureueh bukti nyata dalam aksinya adalah ketika negara revolusioner

Indonesia terlihat lemah atas perjuangan rakyat Aceh ketidakmampuan negara

menunjukan pengaruh pemerintahannya kepada masyarakat Aceh terutama pada

masa-masa 1945-1949 membuat pemerintah begitu rentan dalam menanggapi

tuntutan rakyat Aceh terutama untuk memperoleh otonomi regional lebih besar

dalam masalah sosial ekonomi dan politik ketika tahun 1949 Pemerintah

Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berbasis di Sumatera Barat menerima

tuntutan Aceh untuk de jure141

menjadi provinsi otonom daerah istimewa Pada

akhir tahun 1950-an Aceh diakui sebagai daerah istimewa otonom dengan Daud

Beureueh sebagai Gubernurnya Terutama dalam masalah keagamaan perkara

adat dan pendidikan dengan syarat otonomi tersebut tidak bertentangan dengan

konstitusi Perkembangan politik dengan diakuinya Aceh sebagai daerah istimewa

itu menunjukkan bahwa pemberontakan memperjuangkan ideologi dibawah

bendera Islam di Aceh dapat dipadamkan142

Pada pemberontakan yang dipimpin Daud Beureueh ini penulis membagi

menjadi dua motif perjuangan yaitu Islam dan Politik Pertama Islam berkaitan

140

Lihat Koran harian Indonesia Raya mengapa Aceh minta daerah autonomi (Jakarta 4

Agustus 1950) 141

De jure adalah pengakuan secara hukum 142

Taufik Abdullah dkk Op Cit hal 448

52

dengan Islam yaitu pembahasan mengenai Agama Mengenai konsep agama

sendiri menurut Light Keller dan Calhoun (1989) yaitu tentang kepercayaan

agama simbol agama praktik agama umat agama dan pengalaman agama143

Dan

penganut agama pun mengenal berbagai bentuk pengelompakan umat seperti

dalam komunitas keagamaan Islam yaitu pesantren dan wadah umat muslim

lainnya Pembentukan Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) yang juga sebagai

pelopor DITII Aceh adalah bukti nyata pengelompokan umat Islam di Aceh

berjalan baik Menurut analisa penulis pada kasus agama dan perubahan sosial ini

melalui pandangan Giddens (1989) mengatakan bahwa suatu proses mengenai

perubahan sosial dimana agama kehilangan pengaruhnya terhadap berbagai segi

kehidupan manusia dan oleh Light Keller dan Calhoun (1989) didefinisikan

sebagai proses melalui perhatian manusia beserta institusinya tercurahkan pada

hal duniawi dan perhatian terhadap hal yang bersifat rohaniah terkait agama

semakin berkurang Jelas hal ini yang menjadi kekhawatiran dan latarbelakang

mengenai alasan Daud Beureueh dalam menciptakan negara Islam Indonesia

yang apabila ideologi Pancasila terus dijalankan akan berdampak buruk kepada

nilai-nilai keIslaman masyarakat Indonesia khususnya Aceh144

Di Aceh ideologi Islam senantiasa menjadi sumber daya sikap patriotisme

rakyat Aceh dan sejak 1930-an menjadi jalan kepada modernisasi Saat itu para

ulama mengatakan bahwa mempertahankan Republik Indonesia berarti perang

Suci dan merupakan kelanjutan dari perjuangan yang adil dari Teungku Chik di

Tiro yang didukung oleh rakyat dengan penuh simpati Martabat uleebalang telah

jatuh ketika mereka bersikap kasar dan mengingkari nurani rakyat Di daerah

Pidie perlawanan anti-uleebalang menimbulkan harapan untuk mendapatkan

kembali tanah-tanah yang dulunya pernah disita secara tidak adil dari keluarga-

keluarga petani dengan demikian perjuangan melawan penindasan uleebalang

yang dilakukan ulama itu berakhir dengan gemilang Ulama-ulama pembaru yang

143

Kepercayaan agama dalam hal ini adalah Islam tentang keimanan kepada Allah swt

Simbol agama yaitu kerudung pakaian haji mukena dll Praktik agama berkenaan dengan sholat

dzikir pergi haji dll Umat agama yaitu Aceh yang terdiri dari mayoritas beragama Islam Dan

pengalaman agama merupakan suatu unsure dasar agama yang dialami penganut agama pribadi

seperti panggilan umat Islam Allah swt dll 144

Kamanto Sunarto Op Cit hal 69

53

terkenal telah memberikan inspirasi dan pimpinan langsung kepada gerakan

rakyat Dalam perlawanan terhadap tatanan masyarakat kolonial145

Kedua motif politik terlihat bagaimana Daud Beureueh melalui gerakan

DITII Aceh melakukan perlawanan terhadap kendali pemerintah pusat untuk

memperoleh peran dalam mengatur sistem pemerintahan di Aceh Menurut Harold

D Laswell dan Abraham Kaplan mengatakan bahwa kekuasaan adalah suatu

hubungan dimana seseorang atau sekelompok orang dapat menentukan tindakan

seseorang atau kelompok lain kearah tujuan pihak pertama146

Dalam hal ini Daud

Beureueh melalui PUSA menentukan tindakan untuk mengatur tatanan kehidupan

masyarakat Aceh melalui pemerintahan Perkembangan politik selanjutnya adalah

ketika Aceh tidak menjadi daerah istimewa seperti yang dijanjikan pemerintah

pasca kemerdekaan Dan dalam konteks yang lebih luas melalui gerakan Darul

Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) Aceh Daud Beureueh bercita-cita

mendirkan Negara Islam Indonesia Menurut Max Weber kekuasaan perlu

dibedakan dengan dominasi (herrschaft) Kekhasan dominasi ialah bahwa pada

dominasi pihak yang berkuasa mempunyai wewenang sah untuk berkuasa

berdasarkan aturan yang berlaku sehingga pihak yang dikuasai wajib menaati

kehendak penguasa Berbeda dalam kajian ini pihak Daud Beureueh menolak

mengikuti ketetapan dan kebijakan pemerintah dalam menyatukan Aceh kedalam

provinsi Sumatera Utara147

Pada pemberontakannya dalam perjuangan menegakan syariat di Aceh

termasuk kedalam tipe dominasi kharismatik yaitu mengenai keabsahannya

didasarkan pada kepercayaan rakyat Aceh terhadap kemampuan Daud Beureueh

mempunyai kemampuan luar biasa dalam memimpin dan memperjuangkan

ideologi Islam Dalam tipe dominasi ini pemimpin atau figur kharismatik

dianggap memiliki sifat kepahlawanan yang luar biasa Dan mengenai hubungan

rakyat dan pemimpin didasarkan pada ukuran kepercayaan dan kesetiaan

Perjuangan Daud Beureueh dalam tipe ini melaksanakan perjuangan meraih

145

Anthony Reid Op Cit hal 406 146

Miriam Budiardjo Op Cit hal 60 147

Rakyat Aceh sangat kecewa dengan penetapan pemerintah pusat melalui kebijakannya

menghilangkan Aceh dan Tapanuli dalam membentuk provinsi Sumatera Utara Kekecewaan

terlihat ketika rakyat Aceh berjuang mendirikan Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan Tgk

M Daud Beureueh

54

kekuasaannya bukan atas dasar aturan yang berlaku melainkan atas aturan yang

ditetapkannya sendiri Dalam proses politiknya148

Daud Beureueh berusaha

menggantikan sistem politik yang ada atau yang sudah berjalan dengan sistem

politik yang baru149

B Respon Pemerintah terhadap Pemberontakan Tgk M Daud Beureueh

Konflik yang terjadi antara Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII)

Aceh dengan pemerintah merupakan konflik yang memperebutkan pengaruh

dimasyarakat dimana dalam mencapai tujuannya masing-masing perebutan

kekuasaan yang berdasar pada ideologi yang berbeda satu sama lain itu

memunculkan berbagai aspek sumber kekuasaan150

Kasus perjuangan atau lebih

dikenal dengan peristiwa berdarah di Aceh merupakan kekuasaan yang bersumber

dari kepercayaan atau agama artinya ulama mempunyai kekuasaan terhadap

umatnya sehingga mereka dianggap sebagai pemimpin informal yang perlu

diperhitungkan dalam menentukan ideologi sebagai dasar sebuah negara Dalam

kasus ini pihak pemerintah sebagai pihak pemegang kekuasaan dan gerakan Daud

Beureueh sebagai pihak pejuang Esensi151

dari kekuasaan adalah hak

mengadakan sanksi dan cara menyelenggarakannya berbeda-beda Terdapat

empat cara dalam upaya mengenai esensi dari kekuasaan yaitu melalui kekerasan

fisik (force) koersi (coercion) melalui ancaman akan diadakan sanksi persuasi

(persuasion) meyakinkan dengan beragumentasi dan memberi ganjaran (reward)

bisa berupa inisiatif imbalan atau kompensasi152

Berbagai cara esensi dari kekuasaan tersebut menjadi tahapan dalam

peristiwa berdarah Seperti pada awal perjuangan yang dilakukan oleh Daud

Beureueh respon cepat pemerintah terlihat ketika pemerintahan Ali

Sastroamidjojo dalam usahanya memulihkan keamanan di Aceh telah memilih

148

Proses politik mengenai dasar politik yaitu persaingan untuk memperoleh kekuasaan

Proses politik berupa persaingan untuk memperoleh kekuasaan dapat mengarah dengan mudah ke

konflik antar pihak terkait dan dapat mengancam keutuhan masyarakat khususnya Aceh 149

Kamanto Sunarto Op Cit hal 72-73 150

Sumber kekuasaan berupa kekayaan dan kepercayaan atau agama 151

Esensi adalah hakikat inti ataupun hal yang pokok pertentangan antar kedua belah

pihak pertentangan mengenai ideologi Sumber melalui httpkbbiwebidesensi diakses pada

tanggal 3 Maret 2016 Pukul 1032 WIB 152

Miriam Budiardjo Op Cit hal 61-62

55

tindakan kekerasan senjata yang berakibat jatuhnya korban jiwa153

Pertentangan

diantara DI TII Aceh dengan pemerintah pusat telah menimbulkan ketegangan

antara rakyat yang berjuang melalui gerakan DI TII Aceh untuk melepaskan diri

dari kendali Jakarta Usaha yang dicapai dengan cara keras terlihat dari tekanan

oleh TNI disatu pihak di samping pemberian amnesti dan abolisi kepada anggota

DI TII di pihak lainnya untuk meredakan konflik yang terjadi154

Pasal 14 UUD

1945 menyatakan bahwa Presiden memberi grasi amnesti abolisi dan

rehabilitasi Dalam UU darurat No 11 tahun 1954 Lembaran Negara No 146

tahun 1954 pasal 1 menyebutkan Presiden atas kepentingan negara dapat

memberikan amnesti dan abolisi kepada orang-orang yang melakukan sesuatu

tindakan pidana Hal ini merupakan kewenangan Presiden sebagai Kepala Negara

Dalam memberikan amnesti dan abolisi Presiden mendapat nasihat tertulis

dari Mahkamah Agung yang menyampaikan nasihat itu atas permintaan Menteri

Kehakiman penghapusan dengan pemberian abolisi hanya dihapuskan penuntutan

terhadap mereka yang melakukan tindak pidana yang nyata akibat dari

persengketaan politik antara Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda pada tahun

1949 Amnesti adalah pengampunan dari Presiden yang menghapuskan semua

akibat hukum pidana bagi orang-orang yang telah melakukan suatu tindakan

terkait pemberontakan dalam perjuangan Daud Beureueh melalui DITII Aceh

Sementara abolisi yang diberikan kepada anggota DITII Aceh merupakan

pengampunan dari Presiden yang dapat menghapuskan penuntutan kepada pelaku

tindak pidana Jadi amnesti dapat diberikan kepada seseorang yang telah

melakukan tindak pidana baik sebelum maupun sesudah adanya putusan

pengadilan Sedangkan abolisi hanya dapat diberikan kepada pelaku tindak

pidana sebelum ada putusan pengadilan karena abolisi sifatnya hanya

menghapuskan penuntutan155

Sebelum membahas lebih jauh penulis ingin memberi gambaran

mengenai Aceh sebelum pemberontakan Daud Beureueh meletus Adapun

pemerintahan di Aceh yang berlangsung sejak Proklamasi Kemerdekaan pada

153

El Ibrahimy Op Cit hal 162 154

Abdullah Sani Usman Op Cit hal 202 155

Alfitra Hapusnya Hak Menuntut dan Menjalankan Pidana (Jakarta Raih Asa Sukses

2012) hal 161-162

56

tanggal 17 Agustus 1945 sampai penyerahan kedaulatan pada tanggal 27

Desember 1949 dapat dibagi dalam empat bagian menurut pimpinan yang

bertanggung jawab adalah sebagai berikut

1 Pertama masa pemerintahan di bawah pimpinan Residen T Nya‟

Arif sejak saat Proklamasi Kemerdekaan sampai pertengahan bulan

Januari 1946

2 Kedua masa pemerintahan di bawah pimpinan Residen Teuku

Daudsyah sejak pertengahan bulan Januari 1946 sampai akhir bulan

Mei 1948

3 Ketiga masa pemerintahan di bawah pimpinan Gubernur Mr S M

Amin sejak akhir bulan Agustus 1949

4 Keempat masa pemerintahan di bawah pimpinan Wakil Perdana

Menteri Mr Syarifudin Prawiranegara sejak akhir bulan Agustus 1949

sampai saat penyerahan kedaulatan

Masa residen Teuku Nya‟ Arif merupakan kepala pemerintah daerah yang

pertama Pada permulaan maklumat kemerdekaan Indonesia di Sumatera oleh

Gubernur Sumatera Mr T M Hasan mengeluarkan sejumlah penetapan mengenai

penunjukan Asisten Residen Controleurs dan pegawai-pegawai tinggi lain Pada

awalnya jabatan-jabatan tersebut diduduki oleh para uleebalang dan keluarganya

Konflik yang terjadi antara uleebalang dengan ulama mengakibatkan jabatan

tidak lagi diduduki oleh para uleebalang melainkan para orang yang dianggap

berpengaruh dalam menentukan pembesar menduduki tempat jabatan tersebut

Pada penyusunan dalam pemerintahannya T Nya‟ Arif156

mengalami kendala

baik pertentangan dari masyarakat dalam menyelesaikan persoalan ataupun

tekanan yang dilakukan oleh Jepang Hal ini menempatkan T Nya‟ Arif lebih

berperan sebagai pemimpin ketentaraan Tentara Keamanan Rakyat Ketika timbul

156

Teuku Nyak Arif adalah pendiri Perkumpulan uleebalang-uleebalang Groot Atjeh

pada 8 Oktober 1939 Saat itu Aceh Besar ada dibawah kendali Belanda sehingga para uleebalang

mempunyai sedikit kepentingan untuk di lindungi Meskipun begitu T Nya‟ Arif dalam reaksinya

adalah bertahan terhadap kritik-kritik yang ditujukan kepada uleebalang ketika dia mengintrupsi

suatu rapat Muhammadiyah dengan menyatakan keberatannya atas sebutan ldquorajardquo kepada

golongannya karena mereka pada hakikatnya tidak lagi mempunyai kekuasaan yang sebenarnya

Dia membalik kritik kepada para ulama dengan mengatakan bahwa ldquodalam hal ini kita semua

bersalah bukan saja kaum uleebalangyang sekarang menjadi sasaran tetapi juga para Teungku

(ulama) yang tidak berani berkata sepatah kata pun ketika melihat kaum uleebalang berlaku tidak

pantas seperti minum brendi berdansa dan mengirim anak-anaknya ke sekolah Kristen Lihat

Anthony Reid Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan Sumatera hal 75

57

banyak persoalan yang terjadi maka ditetapkan sebagai wakil residen TRP

Mohd Ali yang tinggal di ibukota Kotaraja untuk mengatur pekerjaan-pekerjaan

residen Sedangkan T Nya‟ Arif bekerja di luar daerah Kotaraja untuk

menyelesaikan persoalan mengenai pertentangan pertempuran baik dengan

Jepang maupun masyarakat sendiri

Dalam periode ini atau sekitar empat bulan lamanya berakhir juga

kekuasaan uleebalang dan berganti dengan kekuasaan ulama Susunan Komite

Nasional Daerah adalah untuk sebagian besar terdiri dari anggota-anggota Para

Ulama oposisi dalam dewan dapat dikatakan tidak ada Dan segala urusan

mengenai penyelenggaraan pemerintahan berlangsung menurut kehendak para

ulama melalui organisasi PUSA Pada masa inilah pengeluaran pengumuman dari

pemerintah daerah yang mencap kaum uleebalang sebagai pengkhianat bangsa

dan agama Juga dari pihak tentara Jepang yang mengalami kesulitan di beberapa

daerah seperti di Meulaboh Kotaraja dan Langsa Peranan ketua Komite

Nasional Daerah Tuanku Mahmud sangat penting dalam mengatur kebijakan

dengan melakukan perundingan terus-menurus dengan Jepang sehingga

pertempuran dapat dibatasi sampai ke kota-kota tersebut dan tidak meluas ke

seluruh daerah Aceh Persatuan pemuda dalam organisasi pemuda Republik

Indonesia juga berperan dalam menyelesaikan persoalan dibawah pemerintahan

PUSA saat itu157

Masa residen Teuku Daudsyah pemerintah daerah sesudah pertengahan

bulan Januari 1946 T Daudsyah semasa pemerintahan Belanda adalah

Zelfbestuutder158

Idi suatu landschap di bagian Aceh Timur dan merupakan

bagian dari salah satu uleebalang-uleebalang yang tidak banyak jumlahnya yang

terlepas dari akibat-akibat pertentangan ulama-uleebalang Pada masa

pemerintahannya persoalan terjadi akibat yang ditimbulkan oleh gerakan Ali

Mujahid Gerakan ini pada hakikatnya lanjutan dari perang Cumbok suatu

pembersihan terhadap sisa-sisa partai feodal yang masih memegang peranan

dalam badan resmi Untuk mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi

157

MR S M Amin Op Cit hal 45-46 158

Pemerintahan sendiri masa kolonial Belanda

58

dibentuklah suatu Badan Eksekutif Susunan Badan Eksekutif pertama adalah

sebagai berikut

Ketua Residen Teuku Daudsyah

Wakil Ketua Mr S M Amin

Sekertaris Kamarusid

Anggota-anggota Sutikno Hasyim H M Zainuddin Mohd

Hanafiah R Insun

Kebijakan awal Badan Eksekutif adalah membuat peraturan-peraturan

mengenai harta anggota golongan uleebalang yang mengalami kekalahan di

persitiwa Cumbok159

Peraturan yang dimaksud antara lain

1 Pembentukan suatu badan yang mempunyai hak dan kewajiban

mengurus harta peninggalan mereka dari golongan uleebalang yang

telah tewas dalam peristiwa Cumbok

2 Memeriksa dan memutuskan tuntutan-tuntutan mengenai harta

peninggalan itu

3 Menetapkan penjualan sebagian dari harta peninggalan itu guna

pengganti kerugian yang diderita oleh pihak ulama sebagai akibat dari

pertempuran dalam peristiwa Cumbok

4 Putusan-putusan badan ini mempunyai kekuatan vonis yang tidak

dapat di apel

Dalam masa pemerintahan ini juga Aceh pertama kali menerima tamu-

tamu dari pusat pemerintahan yang berkewajiban mengadakan tinjauan dan

mempererat hubungan di antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah Pada

tanggal 21 Juli 1947 Belanda memulai suatu gerakan yang bertujuan melenyapkan

negara Republik Indonesia Meskipun sebagian besar di wilayah Jawa

Palembang dan Sumatera Timur sudah berhasil ditaklukan rakyat Aceh

159

Selanjutnya pemerintahan pimpinan residen T Daudsyah berjalan dengan baik dan

memuaskan Terlihat dari persoalan kekurangan yang dihadapi kesulitan-kesulitan dalam

hubungan kekurangan keuangan yang menyebabkan sebagian besar pekerjaan untuk kemakmuran

raykat Seperti membuat irigasi jalan-jalan jembatan obat-obat persekolahan untuk menunjang

mutu tentara

59

menghadapi agresi dengan satu tujuan yaitu mempertahankan negara sampai titik

darah penghabisan Reorganisasi dalam pemerintahan diwujudkan dalam

membentuk pemerintahan yang selaras Dan penetapan oleh Wakil Presiden Drs

Moh Hatta daerah Aceh dinyatakan sebagai daerah militer istimewa dengan

ditetapkannya seorang Tgk M Daud Beureueh sebagai Gubernur Militer yang

bertanggung jawab dalam pertahanan dan keamanan rakyat160

Kembali pada fokus kajian Menurut Cornelis van Dijk sejarawan Belanda

mengenai ldquodaftar hitamrdquo dalam sengkarut revolusi menimbulkan keresahan di

rakyat Aceh yang membakar Tanah Jeumpa pada awal 1950-an menjadi bahan

gunjingan yang hangat Pengirimnya disebut-sebut adalah pemerintah Ali

Sastroamidjojo melalui Jaksa Tinggi Sunarjo yang membawanya ke Medan Tapi

ada juga yang menyebutnya warisan kabinet Sukiman Yang isinya

menggambarkan puncak perseteruan pemerintah Jakarta dengan rakyat Aceh

Jakarta berencana membunuh 300 tokoh penting Aceh sumber lain menyebut 190

tokoh-melalui sebuah operasi rahasia Keputusan ini diambil setelah Jakarta

memastikan kawasan di ujung barat Sumatera akan menggelar pemberontakan

melawan pusat Tapi tak ada yang bisa memastikan keberadaan dokumen itu

Sejarawan Belanda lainnya BJ Boland dalam bukunya The Struggle of Islam in

Modern Indonesia menyebutkan sebetulnya surat itu tak pernah ada ldquoDesas-

desus itu diembuskan oleh politikus sayap kiri di Jakarta untuk menghantam

gerakan Islam di Acehrdquo katanya Secara tersirat Van Dijk menduga dokumen itu

ada ldquoDaftar nama itu barangkali sengaja dibocorkan dengan tujuan tertentu

Orang Aceh terkemuka merasa mereka akan ditangkap dan karena itu

memutuskan lari ke gunung161

Hal yang sama diungkapkan M Nur El-Ibrahimy yang mengungkapkan

bahwa Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dalam rapat paripurna DPR pada 2

November 1953 menyangkal telah menyusun daftar itu Tak penting benar apakah

dokumen itu ada atau tidak Yang pasti rumor tentang rencana pembunuhan itu

membuat pemberontakan Darul Islam di Aceh menemukan momentumnya

160

MR S M Amin Op Cit hal 54 161

Melalui sumber online httpsoalacehtumblrcom di akses pada 19 Juli 2016 Pukul

1912 WIB

60

Aktivis Darul Islam langsung pasang kuda-kuda Teungku Daud Beureueh salah

satu orang yang disasar oleh dokumen tersebut segera mengacungkan kapak

perang Daftar hitam adalah bukti yang menimbulkan kecurigaan kita bahwa

pencetus peristiwa berdarah itu adalah permainan lawan-lawan politik Teungku

Daud Beureueh untuk menghancurkan beliau dan kawan-kawan Sembilan tahun

Daud Beureueh memimpin sebuah gerakan perlawanan dengan bendera Darul

Islam Gerakan itu menjadi pembuka perlawanan Aceh pasca-era kolonial-sesuatu

yang hingga saat itu belum juga berakhir-dan memunculkan Daud Beureueh

tokoh besar yang sulit dilupakan sejarah ldquoLes hitamrdquo bukan satu-satunya alasan

mengapa peristiwa itu ada

Masa Gubernur Mr S M Amin dilantik ketika kunjungan Presiden

gubernur muda Sumatera Utara sebagai akibat perubahan pemerintahan di

Sumatera Dari satu provinsi yang dipimpin oleh gubernur Sumatera Mr T M

Hasan dengan ibu kota Bukit Tinggi menjadi tiga provinsi yaitu Sumatera Utara

Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan Dalam sistem provinsi Sumatera Utara

kerisidenan-keresidenan Tapanuli dan Aceh yang menyerupai keresidenan

otonom dihapuskan Selanjutnya residen dipimpin oleh Gubernur dan dijadikan

tiap-tiap kabupaten menjadi kesatuan yang memperoleh otonomi dibawah

pimpinan Bupati162

Pada reaksinya terlihat dua macam reaksi di masyarakat

Sumatera terhadap perubahan pemerintahan Sebagian rakyat pro terhadap

ketetapan baru sebagian lagi yang tidak banyak yang anti dan sebagian besar

tidak menunjukan reaksi Pelaksanaan undang-undang pembagian Sumatera

dalam tiga provinsi dimulai dengan pembentukan dewan perwakilan Sumatera

Utara yang teridiri dari anggota-anggota dewan perwakilan Sumatera yang

dihapuskan dan dalam dewan perwakilan ini mewakili Aceh Tapanuli atau

Sumatera Timur Rapat diadakan pada 13-16 Desember 1948 di Tapa‟ Tuan Hal

ini juga sebagai bukti tentang keinginan rakyat melangkahkan kakinya kearah

kesatuan negara163

162

Dalam penentuan ibu kota penunjukan Sibolaga sebagai ibu kota sementara dan

keinginan rakyat penetapan itu dicabut dan Kota Raja dijadikan sebagai ibu kota seiring

menunggu Medan dapat direbut kembali dari tangan Belanda 163

Dalam pelaksanaannya tentara dan rakyat sangat mentaati segala peraturan dan

tindakan-tindakan yang dikeluarkan dan dilakukan guna kepentingan pertahanan baik melalui

61

Masa wakil perdana menteri Mr Syarifudin Prawiranegara beriringan

dengan pembubaran pemerintah darurat penempatan Mr Syarifudin

Prawiranegara di daerah Aceh Sebagai Wakil Perdana Menteri Kekuasaan dalam

mengadakan perbaikan di pulau Sumatera dengan di bantu oleh suatu badan

penasihat yang terdiri dari komisaris pemerintah Panglima territorial teritorium

Sumatera dan beberapa orang yang ditunjukkan Peraturan-peraturan dibuat

mengenai terutama lapangan perekonomian Diadakan peraturan mengenai

panitia-panitia untuk mengurus pembelian barang-barang bagi pemerintah Dalam

mengatur harga pasaran untuk memperbaiki perekonomian di Sumatera Utara

untuk membantu dan mengawasi Bank Negara Berbeda mengenai peraturan

wakil Perdana Menteri tentang pemerintahan di Sumatera membawa perubahan

dalam struktur pemerintahan Peraturan yang membawa pembagian daerah

Sumatera Utara dari peraturan pemerintah darurat Republik Indonesia

menyerupai satu provinsi yang otonom menjadi dua provinsi yaitu provinsi Aceh

dan Tapanuli Sumatera Timur kelanjutannya pada masa Syarifudin

ditempatkannya dua daerah provinsi itu dibawah pimpinan Tgk M Daud

Beureueh dan Dr F- L Tobing sebagai gubernur164

Dalam bukunya Memahami Sejarah Konflik Aceh Mr S M Amin

memaparkan tentang pembagian daerah ini belum atau tidak dapat dipastikan

kebenarannya Ada isu yang mengatakan bahwa pembagian ini terkesan tergesa-

gesa dengan tidak memperhatikan keadaan dan dengan tidak mendengan

pemandangan dari instasi-instasi Dan tidak tahunya komisaris dan dewan

perwakilan provinsi Sumatera Utara Serta mengatakan bahwa perubahan yang

terjadi akibat desakan dari beberapa orang yang asli dalam daerah Aceh dan

Tapanuli dan yang menduduki tempat yang terpenting dalam pemerintahan

Dengan dasar keinginan rakyat ini Syarifudin beranggapan bahwa mereka yang

melakukan desakan adalah orang yang terkemuka dan berpengaruh dalam

masyarakat dan yang dapat dianggap representatif Adapun alasan Syarifudin

membuat keputusan prinsipil adalah sebagai berikut

1 Kepentingan penyempurnaan dan usaha melancarkan pemerintahan

ketetapan kebijakan pemerintah atau pun terkait pengawalan maupun instruksi-instruksi dalam

hubungan taktik bumi hangus 164

MR S M Amin Op Cit hal 67

62

2 Keinginan umum akan segera terbentuknya suatu sistem pemerintahan

daerah berdasarkan Undang-Undang No 22 tahun 1948165

Sedangkan keinginan umum yang menghendaki pembagian provinsi

Sumatera Utara dalam dua provinsi terbagi dalam tiga bagian yaitu

1 Sebagian besar yang tidak merasa berkepentingan (interese) dalam

soal dua atau satu provinsi yang tidak mengetahui dan tidak

mempunyai pengertian sedikit juga dalam persoalan ini

2 Sebagian kecil yang tidak menghendaki pembagian ini

3 Sebagian yang lebih kecil lagi yang menginginkan pembagian ini dan

berusaha dengan giat menciptakan keinginan menjadi kenyataan

Pada 17 Desember 1949 penetapan peraturan mengenai pemecahan

provinsi Sumatera Utara dalam dua provinsi Aceh dan Tapanuli Sumatera Timur

adalah suatu saat yang sangat berlainan dengan saat 30 September 1949

penetapan peraturan mengenai penyerahan kekuasaan luas pada wakil perdana

menteri Pada 30 September 1949 negara masih dalam konflik dengan kerajaan

Belanda Serangan yang terjadi oleh Belanda memungkinkan negara jatuh

kembali dalam kancah peperangan dan perhubungan Sumatera dan Jawa terputus

Berkaitan dengan Undang-Undang Dasar dari sejarah ketatanegaraan Indonesia

diketahui bahwa UUD yang berlaku telah beberapa kali berganti yaitu dari UUD

1945 kemudian diganti UUD RIS 1949 lalu berganti lagi dengan UUD

Sementara 1950 dan akhirnya kembali ke UUD 1945 Adapun kelima tahapan

perkembangannya itu adalah

1 Tahun 1945 UUD Republik Indonesia yang de facto hanya berlaku di

Jawa Madura dan Sumatera

2 Tahun 1949 UUD Republik Indonesia Serikat (RIS) yang berlaku di

seluruh Indonesia kecuali Irian Barat

3 Tahun 1950 UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlaku

diseluruh Indonesia kecuali Irian Barat

4 Tahun 1959 UUD Republik Indonesia 1945 UUD ini mulai 1959

berlaku diseluruh Indonesia termasuk Irian Barat

165

MR S M Amin Op Cit hal 70-71

63

5 Tahun 1999 UUD 1945 dengan amandemen dalam masa reformasi

Umumnya pergantian UUD mencerminkan anggapan bahwa perubahan

konstitusional yang dihadapi begitu fundamental Di Indonesia wewenang untuk

mengubah UUD ada ditangan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dengan

ketentuan bahwa kuorum adalah 23 anggota MPR sedangkan usul perubahan

UUD harus diterima oleh 23 anggota yang hadir dalam ketentuan di pasal 37166

Berbeda pandangan mengenai dasar dan hukum yang di terapkan

Soekarno Daud Beureueh ingin menciptakan hukum Islam di Indonesia Dimana

hukum Islam sendiri merupakan hasil dialektika167

otoritas yang didukung oleh

wahyu dengan konteks sosialnya Pembentukan hukum Islam berawal dari proses

dialektis dimana elemen-elemen tradisi masyarakat diambil dimodifikasi dan

dihapus sesuai dengan nilai moral yang ingin ditanamkan oleh Islam Perubahan

tradisi tersebut tidak berjalan revolusioner melainkan melalui proses evolusi168

Pranata yang didukung oleh Islam adalah sebuah pranata yang lahir dalam sebuah

masyarakat tradisional yaitu masyarakat yang dibimbing oleh nilai-nilai dan

kesucian tradisi bukan oleh hukum positif yang dihasilkan oleh organisasi negara

Dalam konteks ini hukum Islam bersifat arbitratif dan moral169

Pada

perkembangannya dalam penerapan hukum Islam di Aceh peran ulama sangat

berpengaruh terutama dalam organisasi Para ulama sebagai pemegang otoritas

keagamaan dalam Islam mempunyai peran penting yang berfungsi sebagai

pemberi fatwa ketika muncul persoalan di kalangan umat Islam Peradilan dalam

166

Miriam Budiardjo Op Cit hal 182-183 167

Dialektika adalah logika gerak atau suatu bentuk pemahaman yang sifatnya umum 168

Perubahan tersebut dapat terjadi karena adanya proses transformasi otoritas sehingga

perubahan memiliki legitimasi di masyarakat Perubahan pertama yang dilakukan oleh Al-Qur‟an

terhadap tradisi masyarakat pra-Islam terjadi dalam bidang hukum keluarga dan merupakan

pencapaian terbesar Seperti pernikahan bersama dengan waris membentuk hukum perdata Islam

dan menjadi elemen paling jelas dan tegas dalam skema hukum Islam Khususnya pernikahan

mencerminkan penataan Al-Qur‟an terhadap pranata sosial dasar di masyarakat 169

Arbitrative yaitu suatu proses yang menggunakan cara melalui pihak ketiga sebagai

penengah atau menciptakan solusi Sedangkan moral sesuatu yang berkaitan dengan velue (nilai)

dalam tindakan yang memiliki sesuatu nilai positif Moral secara eksplisit adalah hal-hal yang

berhubungan dengan porses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses

sosialisasi

64

sejarah Islam diisi oleh para ulama dengan referensi hukum hasil dari ijtihad

bukan hukum hasil legalisasi lembaga legislatif170

Kajian lebih mendalam mengenai hukum Islam ketika persoalan muncul

tatkala hukum keluarga Islam khususnya yang menyangkut pernikahan

bersentuhan dengan negara modern Melahirkan sebuah sistem kekuasaan politik

baru dimana legitimasi aparatusnya tidak diperoleh melalui tradisi melainkan

dari aturan hukum formal Sistem otoritas yang membentuk negara modern

tersebut adalah sistem otoritas legal rasional171

Ini merupakan suatu krisis otoritas

hukum Islam terhadap modernisasi zaman Faktor lain mengenai modernitas dan

krisis otoritas ditandai beberapa hal

1 Munculnya negara bangsa (nation state) yang kemudian menjadi

model umum negara di abad ke-20 M

2 Tumbuhnya rasionalitas dalam sistem sosial yang ditandai dengan

munculnya organisasi-organisasi sosial

3 Sebagai konsekuensi dari fenomena pertama dan kedua adalah

tumbuhnya otoritas legal-rasional yang didasarkan atas sistem

keorganisasian

4 Munculnya tren unifikasi dan kodifikasi hukum sebagai akibat dari

semakin berkembangnya otoritas legal-formal dengan negara sebagai

pilarnya

Fenomena modern yang mempengaruhi sistem otoritas menurut Bernard

Weiss menyatakan bahwa meskipun hukum Islam sama dengan hukum Romawi

dalam hal bahwa hukum adalah hasil dari para ahli hukum (jurist law)

Perbedaannya antara kedua hukum tersebut adalah pertama kerja para ahli hukum

Romawi dibatasi oleh kegiatan legislatif yang dilakukan oleh negara baik oleh

senat maupun kaisar Sedangkan dalam sistem hukum Islam tradisional negara

170

Ahwan Fanani Otoritas Dalam Hukum Islam (Artikel dalam Jurnal Justitia Islamica

Vol 7 No 1 Jan-Juni 2010) hal 3 171

Menurut Max Weber peran dan bentuk otoritas dibagi menjadi tiga yaitu pertama

legal-rasional otoritas yang bersandar pada legitimasi rasional yaitu yang berpijak kepada

legalitas pola aturan normative dan formal Kedua tradisional otoritas yang bersandar kepada

legitimasi tradisional yaitu kepercayaan yang mapan kesucian tradisi masa lalu dan legitimasi

orang-orang yang melaksanakan otoritas tersebut Ketiga kharismatis otoritas yang bersandar pada

legitimasi charisma yaitu yang berpijak pada kesucian tertentu kepahlawanan atau karakter

teladan dari seorang individu dan pola normative yang ia tunjukan

65

tidak memiliki kekuasaan legalisasi Negara hanya bisa menegakan hukum tetapi

tidak memiliki hak untuk membuat hukum Kedua hakim-hakim dalam tradisi

hukum Romawi memiliki keleluasaan dalam memutuskan hukum karena

keputusan hukum didasarkan atas kekuatan intuisinya172

Sementara dalam tradisi

hukum Islam para ahli hukum diikat oleh sumber formal yaitu teks Otoritasnya

lebih didasarkan atas keterampilannya menjabarkan teks dibandingkan oleh

kebijaksanaannya173

Upaya menjadikan hukum Islam sebagai hukum positif menuai pro dan

kontra Hukum Islam yang muncul di Indonesia tidak lepas dari dinamika sejarah

negara Indonesia Jauh sebelum kedatangan penjajah dari Eropa perkembangan

Islam dengan munculnya lembaga pendidikan seperti surau langgar madrasah

dan pesantren telah memberikan kontribusi pengetahuan mengenai kultur agamis

yang kuat di masyarakat Sehingga hukum Islam di Indonesia merupakan hukum

yang banyak di bentuk dan terinspirasi oleh kekuatan dari budaya agamis dan

relegius Dari lembaga pendidikan itu sumber-sumber utama informasi dan

penyuluhan masyarakat Mengajarkan berbagai keilmuan utamanya ilmu agama

yang didominasi kajian fikih kajian yang tidak lepas dari permasalahan hukum

Islam Dari akar sejarah yang kuat inilah pondasi cita-cita masyarakat Aceh

terbentuk karena Islam memperkenalkan suatu tradisi hukum baru di Indonesia

Dengan menawarkan dasar-dasar perilaku sosial yang rata dan sebanding juga

menyumbangkan konsepsi baru hukum di Indonesia Dan sifatnya yang elastis174

mengubah ikatan kesukuan dan kedaerahan menjadi ikatan yang universal175

Di kalangan masyarakat Aceh sendiri diketahui memiliki sikap tertutup

dan mempunyai pandangan tersendiri tentang segala sesuatu mengenai

penghidupannya Sebagai akibat dari sikapnya ini masyarakat didaerah dapat

dikatakan bersifat ldquostatischrdquo (tidak berubah-ubah) aliran-aliran baru tidak masuk

sehingga alam pikiran masyarakat tetap sebagai berpuluh tahun kebelakang176

172

Hal itu terjadi karena hakim dipandang sebagai orang yang bijaksana sehingga

keputusan hukum dilihat dari kemampuannya menggali nilai keadilan 173

Ibid hal 19-20 174

Bersifat Elastis dalam konteks ini memperhatikan berbagai segi kehidupan dan tidak

memiliki dogma yang kaku keras dan memaksa 175

Shohibul Itmam Transformasi Hukum Islam Menuju Hukum Positif Dalam Konteks

KeIndonesiaan (Artikel dalam Jurnal Justitia Islamica Vol 7 No 1 Jan-Juni 2010) hal 39-40 176

MR S M Amin Op Cit hal 76

66

Dalam pengertiannya mengenai hukum Islam di daerah Aceh adalah segala

peraturan yang bersifat hukum kekeluargaan yang berlaku atas anggota

masyarakat asli terkecuali beberapa kebiasaan dalam perkawinan yang tidak

bersifat prinsipil Selain itu rakyat Aceh adalah ldquoIslam mindedrdquo dan dalam cara

berpikir mereka pada umumnya tidak ada tempat bagi hukum terhadap persoalan

sehari-hari yang tidak berasal dari hukum Islam Ulama-ulama mengetahui bahwa

sebenarnya bukanlah seluruh hukum yang berlaku atas rakyat adalah hukum

Islam akan tetapi masih juga ada soal-soal yang diputuskan menurut dasar hukum

lain menganggap bahwa berlakunya peraturan-peraturan yang tidak berdasar

Islam adalah suatu keadaan yang tidak sempurna yang seharusnya mengalami

perubahan177

Dalam penerapannya mengenai hukum sejarah Aceh menyatakan bahwa

diantara kepala adat dan kepala agama terdapat pertentangan paham Ulama

mempunyai kekuasaan kehakiman terbatas mengenai hal perkawinan frail yang

berusaha dan bertujuan memperluas kekuasaan dan mempertahankan hak-hak

yang diserahkan organisasi ketatanegaraan olehnya Sedangkan adathoofden178

berusaha sebaliknya yaitu dengan memperkecil hak hakim agama sedapat

mungkin Ini merupakan suatu persoalan kedapatan prinsip (dasar) pembagian

kekuasaan diantara hakim agama dan hakim adat Aliran Islam ini berada di

segala kehidupan menyerupai suatu faktor yang tidak dapat diabaikan meskipun

banyak yang tidak menyetujui golongan Islam yang dianggap fanatic kolot dan

tidak selaras dengan keadaan Dan golongan anti Islam ini terdapat juga

didalamnya mereka yang telah memperoleh didikan agama secara modern di luar

negeri179

dan mereka yang telah pernah menerima didikan Barat mempunyai

pandangan yang lebih luas dalam melaksanakan hak dan kewajiban yang

sempurna180

177

Keadaan dalam menetapkan peranan hukum Islam di kehidupan sehari hari disebabkan

oleh tindakan sewenang-wenang dari uleebalang yang senantiasa berusaha agar masyarakat beralih

dari sifat keIslaman dan menuju kepada adat dengan maksud agar lebih sempurna dan dapat

memerintah rakyatnya 178

Adat hoofd adalah Kepala adat 179

__________ Tentang Soal Memulihkan Keamanan di Atjeh (Artikel WAKTU No

23 Tanggal 25 Juni 1955) 180

MR S M Amin Op Cit hal 87-89

67

Mengenai ideologi dasar sebuah negara Pancasila Daud Beureueh

dianggap anti Pancasila dan dirasa perlu keluar dari Republik Indonesia Tetapi

hal itu di sanggah ketika pada 15 Oktober 1945 Daud Beureueh bersama tiga

orang ulama besar mengeluarkan pernyataan politik yang dimaksudkan bahwa

umat Islam mempertahankan Republik Indonesia yang berdasar Pancasila wajib

hukumnya dan gugur dalam perjuangannya dianggap mati syahid Pernyataan ini

ditanda tangani oleh empat orang ulama besar yaitu Tengku haji Jakfa Siddik

Lamjabat Teungku Haji Ahmad Hasballah Indrapuri Teungku Haji Muhammad

Hasan Krungkale dan Teungku Muhammad Daud Beureueh Para pengamat

politik yang dengan seksama mengikuti perjalanan dan mengantar Daud Beureueh

ke mimbar proklamasi Darul Islam di Aceh mengatakan bahwa ada usaha-usaha

yang sistematis dan berencana yang bertujuan mendorong sebagian rakyat Aceh

berjuang dalam mewujudkan apa yang dicita-citakannya181

C Upaya Penyelesaian Akhir Pemberontakan DITII Aceh

Kasus yang terjadi di Aceh dalam fase perubahan sistem pemerintahan

bukanlah suatu kemauan rakyat sejati menjadi pimpinan dalam pemerintahan

melainkan seseorang ahli bicara (demagog) Siapa yang pandai bicara dan tidak

mempunyai rasa tanggung jawab yang cukup sangat mudah mempergunakan

rakyat umum sebagai alat untuk memenuhi keinginannya asalkan ahli bicara

mengetahui pokok-pokok keinginan umum dan tidak melampaui batasan-

batasannya Dengan memperhatikan pokok keinginan rakyat umum dan dalam

batas-batas pokok keinginan umum dapat diatur siasat untuk mencapai tujuan

Hal nyata ini yang menjadi alasan bahwa kekuatan Daud Beureueh dalam

pemberontakan berjuang menegakan syariat Islam adalah kekuatan lidah karena

sebagian besar rakyat Aceh didalam gerakan DITII Aceh di rekrut diajak dan

atas kemauannya sendiri melalui ajakan dakwah-dakwah dan pidato-pidato yang

dilakukan oleh Daud Beureueh pada khotbah-khotbahnya Inti dari situasinya

adalah mengikuti kemauan rakyat dipimpin oleh rakyat bukan yang memimpin

diluar kemauan rakyat dan walaupun dapat bersiasat sehingga keinginannya

sendiri dapat tercapai tetapi yang utama adalah tentang keinginan rakyat

181

A Hasjmy Op Cit hal 115

68

Selanjutnya Aristoteles menyatakan bahwa pemerintahan yang tersebut pada

hakikatnya adalah pemerintahan ldquomassardquo (gerombolan) yang mendiktekan

keinginannya secara sewenang-wenang Dan pemimpin dalam pemerintahan ini

tidak dapat memandang luas Pandangannya terbatas pada suasana daerah tidak

dapat meluas keluar daerah Serta tidak dapat melihat turun naiknya pertumbuhan

perjuangan nasional tidak dapat melihat perubahan dalam pelaksanaan tugas dan

juga tidak dapat melihat perubahan dalam perkembangan politik182

Pada hasil perjuangan dalam peristiwa berdarah ini dilalui oleh proses

untuk mencapai suatu kesepakatan Adapun langkah-langkah penyelesaian

persoalan konfrontasi antara rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beureueh dan

pemerintah pusat diawali dengan munculnya Dewan Revolusi yang diketuai oleh

A Gani Usman Dengan adanya gencatan senjata para pejuang dari masyarakat

Aceh mulai kembali pulang ke kampung untuk menjenguk keluarga serta

mengamati perkembangan kota-kota Alasan perjuangan Daud Beureueh

melakukan gencatan senjata adalah sebagai berikut

1 Pemimpin pemimpin pejuang menghindari Aceh dari kehancuran

akibat tekanan yang kuat dari pemerintah pusat dalam memberantas

perjuangan rakyat Aceh yang dianggap pemerintah sebagai suatu

pemberontakan

2 Sebagian rakyat Aceh dalam kubu Daud Beureueh telah letih berjuang

dan bosan hidup didalam hutan selama 6 tahun rentang tahun 1953-

1959

Munculnya Dewan Revolusi menandai pecahnya kaum pemberontak yang

terbagi menjadi dua kubu Antara kubu Tgk M Daud Beureueh Hasan Ali Ilyas

Leube dengan Trio Hasan Saleh Ayah Gani dan Husin Almujahid Kemelut

politik yang terjadi antar keduanya puncaknya terjadi pada tanggal 15 Maret 1959

melalui seruan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Negara Bagian Aceh (NBA)

Tentara Islam Indonesia Hasan Saleh sebagai menteri urusan perang telah

mengambil alih pimpinan NBA sipil dan militer dari tangan wali negara Daud

Beureueh Dan dalam menggantikan kabinet dibentuk lah Dewan Revolusi

182

MR S M Amin Op Cit hal 115-116

69

dibawah pimpinan A Gani Usman Beriringan dengan dibentuknya kubu

tandingan oleh Hasan Saleh kabinet Hasan Ali dibubarkan Kemudian

selanjutnya diserukan kepada rakyat umum supaya membantu Dewan Revolusi

dengan tujuan membawa rakyat Aceh ketempat yang mulia dan bahagia Seruan

itu ditandatangani oleh Tgk Amir Husin Almujahid selaku Ketua Dewan

Perwakilan Rakyat NBA (Majelis Syura)183

Pada tanggal 26 Maret 1959 keluar komnike No 2 dari Dewan Revolusi

yang dinamakan pernyataan Wali Negara NBA NII dalam pernyataan itu

dinyatakan bahwa ldquoDewan Pertimbangan diubah dengan sebutan Wali Negara184

Pokok dalam pernyataan ini adalah bahwa Dewan Revolusi NBA NII akan

meneruskan permusyawaratan dengan pemerintahan Republik Indonesia serta

menjadikan musyawarah ini sebagai prinsip bukan taktik185

Dengan keluarnya

pernyataan-pernyataan dari kedua belah pihak adalah bukti nyata bahwa di Aceh

telah terdapat dua Negara Bagian Aceh NII Yang pertama dibawah pimpinan

Daud Beureueh dan yang kedua dibawah pimpinan Hasan Saleh Selanjutnya

musyawarah dilakukan antara Dewan Revolusi dengan Pemerintah RI Pada

tanggal 23 Mei 1959 utusan pemerintah RI melalui Wakil Perdana Menteri I Mr

Hardi atau yang lebih dikenal dengan Misi Hardi yang terdiri dari 29 anggota

antara lain Menteri Negara Urusan Stabilisasi Ekonomi dan Wakil Kepala Staf

Angkatan Darat Jenderal Mayor Gatot Subroto Pada tanggal 24 Mei 1959

dilakukan pembicaraan-pembicaraan penting di segala bidang dengan KDMA dan

Gubernur atau Kepala Daerah Aceh sebagai persiapan permusyawaratan dengan

Dewan Revolusi

Pada tanggal 25 Mei 1959 musyawarah antara Misi Hardi dengan Dewan

Revolusi yang terdiri dari 25 anggota antara lain A Gani Usman (Ayah Gani)

183

El Ibrahimy Op Cit hal 165-166 184

Dalam komunike No 1 tidak ada Dewan Pertimbangan dan yang ada Dewan

Perwakilan Rakyat NBA (Majelis Syura) 185

Pengertian ldquoprinsip bukan taktikrdquo disini adalah bermusyawarah memperbincangkan

semua soal melalui diplomasi dan bukan dalam artian menyerah Dan dengan musyawarah bukan

untuk mencari menang atau kalah melainkan hasil musyawarah kelak bisa diterima disebagian

masyarakat Aceh dan pihak pemerintah RI juga menerima sebagian cita-cita kedua belah pihak

Jadi inilah yang dinamakan perdamaian adanya persatuan dan kembali bersatu sebagai hasil

musyawarah bukan merupakan penyerahan atau menyerah melainkan kewajiban masyarakat RI

untuk melanjutkan cita-cita pada revolusi 17 Agustus 1945 yang sudah menjadi kewajiban suci

umat Islam di Aceh dulu dan sampai saat ini

70

sebagai ketua Amir Husin Almujahid Hasan Saleh Husin Jusuf T M Amin T

A Hasan Ishak Amin dan A Gani Mutiara Musyawarah yang berjalan lancar

dan harmonis terlihat dari butir-butir hasil pemikiran Adapun hasil pemikiran

musyawarah antara Dewan Revolusi dan Misi Hardi adalah sebagai berikut

1 Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia tanggal 26 Mei 1959

No 1Misi1959 yang pokoknya menyatakan bahwa Daerah

Swantantra Tingkat I Aceh dapat disebut ldquoDaerah Istimewa Acehrdquo

dengan catatan bahwa kepada daerah tersebut tetap berlaku ketentuan-

ketentuan mengenai Daerah Swantantra Tingkat I seperti termuat

dalam undang-undang No 1 tahun 1957 tentang pokok-pokok

Pemerintahan Daerah begitu pula lain-lain peraturan perundangan

yang berlaku untuk Daerah Swantantra Tingkat I mengenai otonomi

yang seluas-luasnya terutama dalam keagamaan peradatan dan

pendidikan186

2 Segala aparat dari NBA NII (MiliterPolisiSipil) diterima ke dalam

pasukan yang bernama pasukan Tgk Tjhik di Tiro sebagai bagian dari

Komando Daerah Militer Aceh Iskandar Muda Sesuai dengan

pernyataan Misi Pemerintah Pusat yang bertanggal Kutaraja 26 Mei

1959

3 Pemerintah akan membantu sekuat tenaga dalam batas-batas

kemampuan negara pembangunan semesta di Aceh terutama dalam

bidang-bidang yang langsung menyentuh kepentingan rakyat jasmani

dan rohani sebagai langkah pertama untuk merealisir maksud

pemerintah tersebut Misi Pemerintah Pusat telah membawa otorisasi

sejumlah 884 juta rupiah

Dalam rangkaian tujuan-tujuan hasil dari pemikiran pada musyawarah

dengan Pemerintah Pusat melalui Misi Hardi maka Dewan Revolusi NBA NII

telah187

186

Keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959 Yang dibuat dalam menyelesaikan

persoalan di Aceh melalui musyawarah keputusan dari kedua belah pihak Pernyataan yang

diterangkan oleh Panglima KDMA 187

El Ibrahimy Op Cit hal 168-169

71

1 Menyatukan diri ke dalam Republik Indonesia untuk melanjutkan

revolusi nasional 1945 dengan berlandaskan Undang-Undang Dasar

1945 untuk mencapai kebahagiaan kamakmuran dan ketinggian

agama nusa dan bangsa

2 Melebur organisasi NBA Sipil dan Militer ke dalam tubuh Pemerintah

Republik Indonesia secara wajar188

Selain dari dalam kubu yang sudah terpecah menjadi dua pemulihan

keamanan Aceh juga dilakukan secara terus-menerus oleh pihak pemerintah pada

masa Kol M Jasin kepada pihak Daud Beureueh Melalui Kol Jasin yang datang

ke Aceh sebagai panglima KODAM I Iskandar Muda menggantikan Panglima

Sjamaun Gaharu dimana Aceh dalam suasana bergolak Tujuannya adalah

menciptakan ketenangan yang dapat dipelihara dan seruan kembali ke pangkuan

Ibu Pertiwi terhadap pihak pejuang dibawah pimpinan Daud Beureueh Dalam

mencapai tujuannya Kol Jasin menyerukan kampanye pemulihan keamanan Aceh

kesetiap daerah-daerah dan kecamatan-kecamatan di Aceh Pada pidatonya

tanggal 2 Maret 1962 Kol Jasin mengatakan bahwa ldquoia dari pihak pemerintah

pusat mengajak kepada masyarakat ramai-ramai untuk membantunya dalam

penyelesaian keamanan di Aceh yang terjadi sekitar 8 tahun yang membuat

banyak masyarakat menderita Bantuan dari masyarakat mengenai penyelesaian

keamanan Aceh merupakan tanggung jawab dari semua pihak baik dari kalangan

pemerintah pusat atau pun masyarakat di daerah Aceh Dan kemudian gerakan

kampanye menyerukan penyelesaian keamanan oleh Kol Jasin di akhiri di Aceh

Timur Langsa dan mengatakan bahwa seluruh daerah Aceh kembali menjadi

daerah yang aman dari Darulharb menjadi Darussalam189

Selanjutnya penyelesaian keamanan dilakukan oleh Kol Jasin dengan

Daud Beureueh Dimulai melaluit surat-menyurat antar keduanya pada tanggal 7

Maret 1961 Dalam surat itu Kol Jasin menyampaikan bahwa beliau oleh

atasannya telah diberi amanat bahwa pemerintah Republik Indonesia masih tetap

mengharapkan kembalinya Daud Beureueh dengan cara yang baik demi

188

Seperti tercantum dalam surat penyataan Dewan Revolusi Gerakan Revolusioner Islam

Aceh bertanggal 26 Mei 1959 189

Pidato Panglima Jasin dalam musyawarah kerukunann Rakyat Aceh pada bulan

Desember 1962

72

kebahagiaan rakyat dan daerah Aceh Pada tanggal 4 Agustus 1961 respon

dilakukan oleh Daud Beureueh melalui utusan pribadinya A R Hasjim kepada

Panglima Jasin untuk menyampaikan isi hatinya tentang apa cita-citanya kepada

beliau Dan pada tanggal 5 Agustus 1961 Kol Jasin mengirimkan surat kembali

menyatakan keharuannya atas kesediaan Daud Beureueh mengirimkan utusan

pribadinya dan menjadikan sebuah isyarat bagi penyelesaian keseluruhan

persoalan Aceh Kemudian pada tanggal 2 November 1961 pertemuan antar Kol

Jasin dan Daud Beureueh terlaksana di Langkahan Simpang Ulim daerah Aceh

Timur190

Pertemuan yang diliputi suasana ramah tamah dan persahabatan itu Daud

Beureueh menyampaikan keinginannya untuk melakukan pertemuan kepada pihak

yang lebih tinggi dengan mengutus M Hasballah Daud191

kepada Menteri

Keamanan Nasional Jendral Nasution di Jakarta Dalam rangka usaha

penyelesaian keamanan lahir dan batin di seluruh Aceh Keinginan Daud

Beureueh di setujui oleh Kol Jasin dan bersedia membantu pelaksanaannya192

Pada tanggal 21 November 1961 M Hasballah Daud yang ditemani oleh Letkol

Nyak Adam Kamil Kastaf KODAM I Iskandar Muda dan Kapten A Manan dari

Staf I diterima oleh Jendral Nasution yang didampingi oleh Letkol Barkah Pada

pertemuan antara kedua belah pihak ini menghasilkan pokok tujuan yang sama

Yaitu dengan menyambut Da‟wah Daud Beureueh itu Jendral Nasution

menyatakan bahwa apa yang terkandung dalam Da‟wah itu telah tercakup oleh

Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia No 1Misi Hardi tahun 1959

Kepada daerah Aceh selain telah dibenarkan dalam penyebutannya menjadi

Daerah Istimewa Aceh pun telah diberikan keistimewaan dalam tiga bidang yaitu

agama peradatan dan pendidikan sebagai wadah Jendral Nasution telah member

kuasa penuh kepada peperda dan pemerintah daerah Aceh untuk mengatur

190

El Ibrahimy Op Cit hal 181 191

M Hasballah Daud adalah Anak dari Tgk M Daud Beureueh Didalam Tentara Islam

Indonesia menjabat sebagai Kepala Staf 192

Dari surat Tgk M Daud Beureueh kepada Menteri Keamanan Nasional Jendral

Nasution yang dibawa oleh M Hasballah Daud berisi ketidakpuasan Daud Beureueh terhadap

Panglima KODAM I Iskandar Muda Kol Jasin Karena beranggapan bahwa Kol Jasin tidak

mempunyai wewenang yang cukup dalam memberikan suatu keputusan mengenai tuntutan yang

diajukannya Daud beureueh ingin mengemukakan langsung keinginannya itu kepada Menteri

Keamanan Nasional dengan harapan keinginannya dapat terkabul

73

pelaksanaannya Dan menghimbau agar seluruh masyarakat Aceh dan alim ulama

mengisi keputusan itu dengan membantu pelaksanaannya193

Usaha pemulihan Aceh tidak selalu berjalan dengan lancar terlihat ketika

surat Daud Beureueh yang bertanggal 16 Desember dengan segala lampirannya

yang disampaikan melalui M Hasballah Daud dan Baihaqi A K kepada Menteri

Keamanan Nasional di Jakarta Terhambat saat Kol Jasin melihat surat itu dengan

segala lampirannya Kol Jasin tidak mengizinkan mereka berangkat ke Jakarta

untuk menyampaikan surat tersebut kepada Jendral Nasution Dan ada surat tidak

resmi bertanggal 16 Desember 1961 yang maksudnya menjelaskan kepada

Jendral Nasution tentang hakikat dari pada Islam tidak saja berarti aqidah dan

ibadah akan tetapi mencakup apa yang dinamakan ldquonizhamrdquo yaitu pengaturan

hidup dan kehidupan manusia sebagai jawaban atas surat Jendral Nasution tanggal

21 November 1961 Seiring dengan tidak diizinkannya pertemuan ke Jakarta

maka berakhirlah surat-menyurat antara Daud Beureueh dan Jendral Nasution

Selain dengan Kol Jasin benturan juga terjadi dengan Hasan Ali Hasan Ali

sebagai Perdana Menteri Republik Islam Aceh berangkat keluar negeri untuk

bertemu dengan Mr S M Amin mantan Gubernur Sumatera Utara untuk

melakukan pertemuan dalam persoalan pemulihan keamanan diseluruh Indonesia

umumnya dan di Aceh khususnya194

Selanjutnya Hasan Ali menyetujui tuntutan Mr S M Amin dan isi teks

baru yang telah disetujui adalah sebagai berikut

A Mengenai umum

193

Mengenai keputusan Daerah Istimewa Aceh Daud Beureueh tidak puas dengan

keputusan Perdana Menteri RI No 1Misi1959 (Misi Hardi) Meskipun sudah dibenarkan daerah

Aceh memakai nama ldquoDaerah Istimewa Acehrdquo akan tetapi keistimewaan yang sebenarnya tidak

ada Keistimewaan Aceh yang dimaksud keistimewaan yang bersumber dalam jiwa raga yang

sangat ldquofanaticrdquo pada agama Islam Memobilisasi keadaan dalam masyarakat adalah terutama

memelihara perasaan keagamaan ini menghindarkan segala sesuatu yang sifatnya dapat

menyinggung 194

Pertemuan antara Hasan Ali dan Mr S M Amin dilakukan di Malaya (Malaysia)

sebelum keberangkatan Amin menuju Bangkok dan Hongkong Adapun pokok-pokok persetujuan

yang telah dicapai antara Hasan Ali dan Mr S M Amin mengenai Aceh adalah sebagai berikut

1 Menyetujui hal-hal yang telah tercapai dalam persetujuan-persetujuan dengan Dewan

Revolusi

2 Mengembalikan Aceh ke dalam alam demokrasi dan mengadakan pemilihan umum

untuk DPRD DPRD ini kemudian memilih Gubernur

3 Pemimpin-pemimpin yang memberontak tidak dipindahkan dari daerah Aceh

74

1 Menyetujui pemulihan keamanan ditempuh secara integral melalui

pusat organisasi masing-masing Dalam hal ini Aceh mengambil

inisiatif ke jurusan itu

2 Mengadakan pemilihan umum secepat-cepatnya untuk

Konstituante Parlemen Presiden dan DPR-DPR Daerah atas dasar

Undang-Undang Pemilihan Umum No 7 tahun1953

3 Golongan-golongan dan perorangan yang bertentangan dengan

Pemerintah Republik Indonesia baik yang mengangkat senjata

maupun yang tidak berhak kembali dalam kegiatan politik

4 Mengadakan amnesti umum dan rehabilitasi tanpa pengecualian

B Mengenai Aceh khususnya

1 Mendukung sepenuhnya persesuaian tersebut dan memikul semua

konsekuensinya

2 Menyetujui berlaku sepenuhnya persetujuan-persetujuan yang telah

tercapai antara Pemerintah Republik Indonesia dan Dewan

Revolusi Aceh

3 Menyetujui penggantian kerugian rakyat umumnya sebagai akibat

persengketaan bersenjata di Aceh

4 Pemimpin-pemimpin yang mengadakan perlawanan bersenjata

tidak dipindahkan dari daerah dan kalau mereka menyukai

ditampung oleh Pemerintah kemana saja mereka sukai195

Rasa kekecewaan terlihat ketika Hasan Ali tidak bijaksana Terlihat dari

pertemuan yang dilakukan diluar negeri sangat memakan banyak waktu hampir

sekitar empat bulan lamanya Daud Beureueh merasa kesal dengan berlama-

lamanya Hasan Ali di luar negeri sedangkan keadaan Aceh kian hari kian

memilukan hati Daud Beureueh menganggap hal ini sebagai bentuk kesengajaan

untuk memperlama tinggalnya Hasan Ali di luar negeri sedangkan usaha-usaha

menghancurkan Republik Islam Aceh dari dalam terus dijalankan dengan segiat-

giatnya Pertemuan berikutnya dihadiri oleh Tritunggal yaitu Panglima

195

El Ibrahimy Op Cit hal 191-192

75

Gubernur dan Kepala Polisi ldquoDaerah Istimewa Aceh Kepala Staf KODAM I

Iskandar Muda Kepala Kehakiman Kepala Kejaksaan dan Kepala Mahkamah

Syariah Pokok laporan Daud Beureueh dan stafnya serta pasukan Ilyas Leube

akan bersedia ke pangkuan Ibu Pertiwi dengan syarat bahwa Daerah Istimewa

Aceh dilaksanakan unsur-unsur Syari‟at Islam dalam batas-batas yang

dimungkinkan perundang-undangan negara Kemudian setelah mendengar

keinginan Daud Beuereueh Kol Jasin mengatakan bahwa akan mempertaruhkan

jabatannya untuk menyetujui keinginan Daud Beuereueh dengan mengeluarkan

suatu keputusan PEPERDA

Dan pada tanggal 21 Mei 1962 di Banda Aceh di adakanlah kenduri besar

sebagai tanda bersyukur kepada Tuhan dan sebagai manifestasi kegembiraan atas

pulihnya keamanan di seluruh Aceh dan terciptanya perdamaian yang sudah

sekian lama dinanti-nantikan baik oleh pemerintah maupun oleh rakyat

Tercapainya persetujuan mengenai penyelesaian keamanan yang terakhir antara

Kol Jasin dan Daud Beureueh tidak hanya menimbulkan kelegaan dan

kegembiraan di kalangan rakyat akan tetapi juga berdampak di kalangan staf

Daud Beureueh seperti juga dikalangan staf KODAM I Iskandar Muda Dengan

pulihnya keamanan secara menyeluruh seluruh kekuatan baik pemerintah

maupun rakyat dapat dikerahkan untuk melaksanakan pembangunan daerah Aceh

yang memiliki banyak potensi ekonomi yang sangat bermanfaat baik untuk

kemajuan daerah Aceh atau pun untuk kemajuan negara196

Pertentangan diantara kaum republik Daud Beureueh melalui DITII

dengan pemerintah pusat telah menimbulkan ketegangan antara rakyat yang

memperjuangkan DITII Aceh dengan Jakarta Ini membuat usaha damai yang

hendak dicapai dan dilaksanakan dengan cara keras berupa tekanan oleh TNI di

satu pihak di samping pemberian amnesti dan abolisi197

kepada anggota DITII di

pihak lainnya Dengan menggunakan kedua cara ini secara tidak langsung telah

mendorong beberapa tokoh DITII Aceh termasuk Hasal Ali selaku Perdana

196

El Ibrahimy Op Cit hal 216 197

Amnesti adalah pengampunan atau penghapusan hukuman yang diberikan kepala

negara kepada seseorang atau sekelompok orang yang telah melakukan tindak pidana tertentu

Sedangkan abolisi adalah peniadaan peristiwa pidana dengan cara menghapuskan membatalkan

atau mengakhiri

76

Menteri DITII Aceh Mereka mengubah pendapat bahwa tidak ada manfaatnya

lagi untuk melanjutkan permusuhan dengan Jakarta sebaliknya sudah tiba

masanya untuk meletakkan senjata dan kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi198

Hal

ini membuktikan bahwa teori mengenai konflik menurut MR S M Amin adalah

benar tentang perubahan sifat pada koflik yang terjadi antara rakyat Aceh dan

pemerintah dari awalnya bersifat revolusioner menjadi evolutioner

Dari pemaparan di atas jelas sikap Daud Beureueh menentang atau tidak

pro feodal Pada masa perjuangan menegakan syariat Islam di Aceh Mr S M

Amin menerangkan bahwa terjadi revolusi nasional dan revolusi sosial Revolusi

sosial adalah revolusi terhadap pengkhianat Cumbok Peristiwa Cumbok199

atau

perang saudara adalah konflik antara uleebalang yang bekerjasama mengatur

sistem pemerintahan bersama Belanda dengan ulama yang mempunyai prinsip

anti penjajahan Sedangkan revolusi nasional adalah revolusi untuk menanamkan

nilai-nilai keIslaman yang terdapat pada ideologi di seluruh Indonesia khususnya

Aceh sebagai usaha mewujudkan cita-cita keinginan bersama200

Jika dikaji lebih mendalam mengenai konflik yang terjadi peristiwa

berdarah ini merupakan akibat dari konflik vertikal Konflik itu sendiri adalah

pertentangan yang mempunyai hubungan erat dengan proses integrasi Hubungan

ini disebabkan karena proses integrasi adalah sekaligus suatu proses disorganisasi

dan disintegrasi Makin tinggi konflik atau pertentangan intra-kelompok makin

besar gaya sentripentalnya Artinya saling mempengaruhi satu sama lain makin

besar permusuhan terhadap kelompok luar makin besar integrasi Konflik tidak

selalu mengandung makna yang disfungsional Konflik justru dapat menjadi

198

Makna kata Ibu Pertiwi adalah sama dengan tanah air yang berarti Republik Indonesia 199

Berbeda pendapat dengan Mr S M Amin menurut M Nur El Ibrahimy revolusi

terhadap uleebalang di Aceh dibagi dalam dua tahap Revolusi tahap pertama yang dilancarkan

terhadap uleebalang yang termasuk dalam golongan Cumbok yang oleh pemerintah T Nyak Arif

sampai Panglima Polem Mohd Ali dianggap pengkhianat dan musuh Negara Republik Indonesia

Dan revolusi tahap kedua yang dilancarkan oleh Tentara Perjuangan Rakyat (TPR) dibawah

pimpinan Tgk Husin Almujahid pada bulan Maret 1946 terhadap uleebalang yang tidak termasuk

golongan Cumbok sebagai upaya untuk menggantikan sistem pemerintahan feodal dengan sistem

pemerintahan yang demokratis adalah revolusi sosial Dan dikatakan juga revolusi tahap kedua

adalah tanggung jawab Daud Beureueh terkait dengan pergerakan organisasinya PUSA Dan pada

akhir pergerakan revolusi tahap kedua Almujahid lepas dari segala ekses yang terjadi selama

gerakan TPR merupakan salah seorang tokoh yang berjasa meruntuhkan sistem feodal yang telah

berurat berakar berabad-abad dalam masyarakat Aceh 200

El Ibrahimy OpCit hal 114

77

sesuatu yang fungsional Selain itu konflik juga dapat berfungsi sebagai

stabilisator sistem sosial dalam meredakan ketegangan antara pihak-pihak yang

bertikai201

Dalam peristiwa berdarah ini tidak berjalan dengan tenang dan damai

melainkan dengan jalan kekerasan dan konflik antara Darul Islam Tentara Islam

Indonesia Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereueh dengan pemerintah pusat

Keamanan di Aceh yang belum terkendali membuat pemerintah mengirimkan

bantuan militer terhadap pamong praja untuk mematahkan perjuangan atau

pemberontakan yang dilakukan oleh Daud Beureueh Sikap Daud Beureueh

dianggap tidak mau mengindahkan pertimbangan politis yang selaras pada

pendirian pemerintah pusat yaitu mengenai dasar negara202

Dalam kaitannya dengan konflik yang terjadi antara Darul Islam dan

pemerintah pusat ini merupakan jenis konflik yang bersifat destruktif Yakni

konflik yang dipicu oleh rasa kebencian kekecewaan yang tumbuh dan tertanam

didalam diri mereka masing-masing Dari kaca mata politik konflik destruktif ini

tumbuh karena fanatisme para pendukung di suatu kelompok grup ataupun

organisasi Erat kaitannya dengan kajian ini tentang fanatisme masyarakat Aceh

yang mendukung cita-cita dan keinginan bersama yaitu mendirikan Negara Islam

Indonesia Akibatnya dari konflik destruktif berupa benturan-benturan fisik yang

membawa kerugian jiwa atau harta Banyak korban yang berjatuhan pada

peristiwa berdarah ini Ada tiga cara untuk mencegah terjadinya konflik

1 Menggunakan asas ldquotepo selirordquo apabila tidak mau disakiti orang lain

jangan pula menyakiti orang lain

2 Bersikap demokratis menghargai pluralisme pendapat paham dan

suku yang beragama dalam masyarakat

3 Mempunyai sikap toleransi terhadap agama yang berbeda tanpa kita

harus keluar dari akidah agama kita masing-masing

201

Ulfah Fajarini Konflik dan Integrasi Potret Keagamaan Masyarakat Sawangan

Artikel surat kabar majalah Al-Turas Vol 11 No 3 September 2006 202

_______ Tentang Soal Memulihkan Keamanan di Aceh artikel surat kabar majalah

WAKTU No23 tahun 1955

78

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Ketika Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17

Agustus 1945 rakyat Aceh dibawah pimpinan Daud Beuereuh dan ulama-ulama

lainnya bergerak dan berjuang mempertahankan proklamasi kemerdekaan Aceh

awal perjuangan kemerdekaan Indonesia secara de facto merupakan bagian dari

provinsi Sumatera dengan kebijakan undang-undang sementara tahun 1945 yang

membagi wilayah Indonesia dalam 10 provinsi Perjuangan Daud Beureueh

menegakan syariat Islam di Aceh terjadi pada masa Era Orde Lama Pertentangan

politik dengan pemeritah pusat terjadi setelah Aceh digabungkan kembali menjadi

bagian atau bdquoresiden‟ Sumatra Utara setelah sebelumnya menjadi provinsi yang

terpisah dengan provinsi Sumatra Utara

Tidak hanya itu alasan pada 21 September 1953 di Aceh meletus suatu

peristiwa berdarah yang merupakan tragedi bagi rakyat Tanah Rencong adalah

karena rakyat Aceh merasa sangat kecewa geram marah akibat dari janji-janji

pemerintah disaat rakyat Aceh bersatu padu mengeluarkan semangat gelora

mempertahankan kedaulatan NKRI dengan seluruh jiwa raga dan harta bendanya

sebagai bukti kesetiaannya pada Republik Indonesia Selain persoalan ideologi

keagamaan pemberontakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia DITII Aceh

adalah bentuk perlawanan terhadap pengaruh pemerintahan pusat yang kian

merasuk Dimana isu-isu palsu yang disebarkan pemerintah mengenai pengadaan

senjata gelap oleh tokoh-tokoh pejuang Aceh tidak benar adanya Hal itu yang

menjadi puncak kemarahan dan rakyat Aceh dibawah pimpinan Tgk M Daud

Beureueh menagambil sikap melawan

Pada masanya perjuangan Daud Beureueh memiliki rentan waktu yang

lama Mulai dari masa kolonial Belanda masa kedudukan Jepang masa pra dan

pasca kemerdekaan dan masa revolusi Pembentukan Negara Islam yang

merupakan cita-cita impian Daud Beureueh terilhami dari perjuangan DI TII

pimpinan Imam Soekarmadji Maridjan Kartosuwiryo Dan juga menjalin

79

kerjasama dengan PRRIPERMESTA dalam mencapai tujuan bersama untuk

menghancurkan regime Soekarno dan mendirikan Negara Islam Indonesia

Pada tahapan kesadaran sosial tersebut perkembangan Islam di Indonesia

terbagi menjadi tiga zaman zaman mitos zaman ideologi dan zaman

pengetahuan atau ilmu Dalam kaitannya dengan Aceh perjuangan menegakan

syariat Islam muncul ketika zaman ideologi Pada perjuangan yang dipimpin

Daud Beureueh ini penulis membagi menjadi dua motif dilakukannya

pemberontakan yaitu Islam dan Politik Dan konflik yang terjadi ini menimbulkan

pertentangan antara masyarakat Aceh dengan pemerintah prasangka sebab

dugaan merupakan sikap bermusuhan yang terjadi antar kelompok yang

satuterhadap kelompok lainnya yang didasari pada ciri yang tidak menyenangkan

Pada perjuangannya ini yang terjadi di Era Orde Lama menurut teori Banton

mengenai prasangka ini merupakan teori frustasi-agresi (frustration-aggression

theory)

Selanjutnya analisa penulis terkait langkah-langkah Daud Beureueh dalam

mewujudkan apa yang di cita-citakannya adalah terinspirasi dari perjuangan

dakwah yang ditempuh oleh Rasulullah SAW yaitu melalui tahap pembinaan dan

pengkaderan tahap interaksi dan perjuangan dan tahap penerimaan kekuasaan

dalam membentuk DITII Aceh Walaupun pada kenyataannya pemberontakan

tidak terjadi begitu saja melainkan melalui 3 tahapan yaitu tahap sabar tahap

benci (djidjik) dan tahap melawan Sedangkan menurut Wakil Presiden Jusuf

Kalla dalam wawancaranya pada harian KOMPAS Rabu 10 Desember 2014

Pukul 1801 WIB di Jakarta terkait motif yang terjadi pada konflik di Aceh

mengatakan bahwa ldquopemberontakan DI TII bukan terjadi karena adanya konflik

antar agama Untuk kasus Aceh ia menilai hal itu terjadi karena hak-hak ekonomi

warga tidak terpenuhi Masalah Aceh itu bukan masalah syariah Orang berfikir

Aceh mau menjalankan syariah Islam tidak Siapa bilang kita membicarakan

Islam Kita berbicara kenapa ekonomi Aceh rendah padahal alamnya kayardquo

Dalam kacamata penulis konflik yang terjadi antara Darul Islam Tentara

Islam Indonesia (DI TII) dengan pemerintah adalah konflik politik yang

memperebutkan pengaruh dimasyarakat dalam mencapai tujuannya masing-

masing Perebutan kekuasaan yang berdasar pada ideologi yang berbeda satu

80

sama lain itu memunculkan berbagai aspek sumber kekuasaan Sumber kekuasaan

berupa kekayaan dan kepercayaan atau agama Adapun langkah-langkah

penyelesaian persoalan konfrontasi politik antara rakyat Aceh dibawah pimpinan

Daud Beureueh dan pemerintah pusat diawali dengan munculnya Dewan

Revolusi yang diketuai oleh A Gani Usman dan dengan dilakukannya gencatan

senjata Dan upaya penyelesaian akhir melalui musyawarah antar kedua belah

pihak yang bertikai

B Saran-saran

Pertama Dari pemaparan penulis kita bisa melihat bagaimana perjuangan

revolusioner seorang tokoh ulama di Aceh dalam memperjuangkan dan

mewujudkan cita-cita yang menjadi keinginan terpendam umat Islam demi

kemajuan bangsa dan agama Hal ini diharapkan memberikan kita pelajaran yang

sangat berarti sebagai umat Islam terkait perjuangan bahwa kita sedang

mengemban tugas berat dan sedang berjuang mempertahankan identitas

keIslaman kita melalui syariat-syariat dan hukum Islam yang harus diterapkan

dalam kehidupan bermasyarakat Ini bukan suatu hal yang mudah terlebih lagi

dengan perkembangan zaman yang maju dan modern serta merasuknya pengaruh

dari luar Islam harus kita lihat sebagai sebuah tantangan zaman Dan sikap

perjuangan Daud Beureueh patut kita contoh dalam menjadikan kita sebagai umat

Islam yang kuat teguh percaya dan antusias dalam mengkaji lebih dalam

mengenai ilmu yang berlandaskan Islam

Kedua Sebagai umat Islam harus menguatkan keimanan kita Dilihat dari

apa yang diperjuangkan kita juga harus percaya bahwa Islam telah memberikan

solusi bagi masalah dikehidupan kita baik melalui syariat-syariat dan hukumnya

Dengan peraturan-peraturan dan ketentuan yang berdasar pada Islam diharapkan

menjadikan kita sebagai umat Islam yang teguh beriman cinta damai serta saling

menjaga dan menghormati antar sesame umat beragama lainnya Dan tidak

terpengaruh peraturan atau pun ketentuan di luar nilai-nilai yang terkandung

dalam Islam

81

Ketiga Kajian ini ditunjukan kepada para pemimpin tokoh masyarakat

dan orang-orang berpengaruh lainnya dengan melihat sosok Daud Beureueh

diharapkan bisa lebih menambah rasa antusias dan memotivasi diri dalam

menyebarkan dan melaksanakan nilai-nilai keIslaman di masyarakat Serta

menjadi sosok yang kharismatik seperti yang ditujukan oleh Daud Beureueh yang

mencerahkan hati dan pikiran umat Islam terkait peranannya Semoga para

pemimpin dan orang-orang berpengaruh saat ini menyadari bahwa peran mereka

sangat penting dalam menanamkan dasar-dasar Islam di kehidupan masyarakat

Dan kita sebagai umat Islam patut menjaga dan mempertahankan hal tersebut

Keempat sebagai sebuah pelajaran yang berharga saat pengkuburan

sejarah terjadi pada peristiwa berdarah atau yang lebih dikenal dengan

pemberontakan Tgk M Daud Beureueh dengan mengesampingkan alasan kenapa

bisa terjadi pemberontakan Merupakan sesuatu yang sangat memilukan apabila

kita mengetahui hal ini Serta membongkar tipu daya pemerintah saat itu yang rela

melakukan apa saja demi mewujudkan keinginannya tanpa memikirkan

perjuangan pengorbanan gelora semangat kemerdekaan yang berjuang dengan

seluruh jiwa raga dan harta berharga demi mempertahankan kedaulatan Republik

Indonesia

82

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Primer

Artikel MajalahSurat Kabar

Pembantu-Chas ldquoWakturdquo di Djakarta ldquoKabinet dan Atjehrdquo Waktu No44

ldquoTentang Soal Memulihkan Keamanan di Atjehrdquo Tahun 1955

Buku

Jakobi A K1992 Aceh Daerah Modal Jakarta Yayasan Seulawah RI-001

El Ibrahimy M Nur 1982 Tgk M Daud Beureueh Perananya dalam

Pergolakan di Aceh Jakarta Gunung Agung

Hasjmy A 1997 Ulama Aceh Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan

Pembangunan Tamadun Bangsa Jakarta PT Bulan Bintang

Amin MR S M 2014 Memahami Sejarah Konflik Aceh Jakarta Yayasan

Pustaka Obor Indonesia

Sumber Sekunder

Artikel MajalahSurat Kabar

Abdullah TaufikldquoKarena Keterkaitan Ideologisrdquo Panji Masyarakat No419

Jurnal

Danial Analisis Jurnal Studi KeIslaman Volume XII Nomor 1 Juni 2012

ldquoSyariat Islam dan Pluralitas Sosial Studi Tentang Minoritas Non-

Muslim dalam Qanun Syariat Islam di Acehrdquo Lampung IAIN Raden

Intan Lampung

Ahwan Fanani Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoOtoritas Dalam Hukum Islam Antara Transformasi

83

Ahwan Fanani Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoOtoritas Dalam Hukum Islam Antara Transformasi

dan Krisis Dalam Sistem Negara Modernrdquo Ponorogo Jurusan Syari‟ah

STAIN Ponorogo

Shohibul Itmam Justitia Islamica Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Vol 7 No 1

Januari-Juni 2010 ldquoTransformasi Hukum Islam Menuju Hukum Positif

Dalam Konteks KeIndonesiaanrdquo Ponorogo Jurusan Syari‟ah STAIN

Ponorogo

Ensiklopedia

Nasution Harun dkk 1992 Ensiklopedi Islam Indonesia Jakarta Djambatan

Glasse Cyril 1999 Ensiklopedi Islam Ringkas Jakarta PT Raja Grafindo

Persada

Abdullah Taufik 2002 Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jakarta Ichtiar Baru

van Hoeve

Buku

Ibrahim Muhammad 1978 Sejarah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh

Banda Aceh Depdikbud

Talsya T A 1990 Modal Perjuangan Kemerdekaa Perjuangan Kemerdekaan di

Aceh Banda Aceh Lembaga Sejarah Aceh

Sani Usman Abdullah 2010 Krisis Legimitasi Politik Dalam Sejarah

Pemerintahan Di Aceh Jakarta Kementrian Agama RI Badan Litbang

dan Diklat Puslitbang Lektur Keagamaan

Reid Anthony 2011 Menuju Sejarah Sumatra Antara Indonesia dan Dunia

Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Ricklefs M C 2008 Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 Jakarta PT Serambi

Ilmu Semesta

84

Reid Anthony 1987 Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di

Sumatra Jakarta Pustaka Sinar Harapan

Hasjmy A 1985 Semangat Merdeka 70 Tahun Menempuh Jalan Pergolakan amp

Perjuangan Jakarta PT Bulan Bintang

Madjid M Dien 2014 Catatan Pinggir Sejarah Aceh Perdagangan Diplomasi

dan Perjuangan Rakyat Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Hasjmy A 1978 Bunga Rampai Revolusi Dari Tanah Aceh Jakarta PT Bulan

Bintang

Sjamsuddin Nazaruddin 1990 Pemberontakan Kaum Republik Kasus Darul

Islam Aceh Jakarta Pustaka Utama Grafiti

AbdullahTaufik Siddique Sharon 1988 Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia

Tenggara Jakarta LP3ES

Adan Hasanuddin Yusuf 2003 Tamaddun amp Sejarah Etnografi Kekerasan di

Aceh Yogyakarta Prismasophie Press

M Lapidus Ira 1999 Sejarah Sosial Ummat Islam Jakarta PT Raja Grafindo

Persada

Budiardjo Miriam 2008 Dasar-Dasar Ilmu Politik Jakarta PT Gramedia

Pustaka Utama

Kuntowijoyo 1985 Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia Yogyakarta

Shalahuddin Press

Kuntowijoyo 1995 Pengantar Ilmu Sejarah Yogyakarta Yayasan Bentang

Budaya

Gottschalk Louis 2006 Mengerti Sejarah Jakarta UI Press

Tuwu Alimuddin 1993 Pengantar Metode Penelitian Jakarta UI Press

Abdurahman Dudung 1999 Metode Penelitian Sejarah Jakarta Logos

85

Kartodirdjo Sartono 1992 Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah

Jakarta PT Gramedia

Emalia Imas 2006 Historiografi Indonesia Jakarta UIN Jakarta Press

Sunarto Kamanto 2004 Pengantar Sosiologi Jakarta Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Website

httpwwwjakartagoid

httpmelayuonlinecom

httpkebudayaankemdikbudgoid

httpkbbiwebid

httpmkompasianacom

httpnewsokezonecom

httpsoalacehtumblrcom

86

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I

Tokoh Teungku Muhammad Daud Beureueh

87

Lampiran II

Gambaran Keadaan Aceh Awal Perkembangan Islam

88

Lampiran

III

Wilayah Uleebalang Aceh Pada Tahun 1930-an

89

Lampiran IV

90

Lampiran V

Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo Dalam Rapat Dewan Pertahanan

Daerah yang berlangsung tanggal 20 Maret 1949 membicarakan masalah surat

undangan Wali Negara Sumatera Timur Dr Tengku Mansur

91

Lampiran VI

Staf Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo

92

Lampiran VII

Surat selebaran pada Peristiwa Berdarah di Aceh

93

Lampiran VIII

KEPUTUSAN PERDANA MENTERI

REPUBLIK INDONESIA

No 1Missi1959

PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA

Berkehendak mengambil langkah kebidjaksanaan untuk lebih

mendjamin penjempurnaan dan pembangunan dalam

daerah swatantra tingkat ke I Atjeh

Menimbang bahwa untuk maksud tersebut dipandang perlu

membenarkan sebutan ldquoDaerah Istimewa Atjehrdquo kepada

Daerah Swatantra Tingkat ke I Atjeh sebagai stimulans

untuk mengadjukan otonomi seluasnja dalam rangka

pelaksanaan Undang-Undang No 11957 tentang pokok-

pokok Pemerintahan Daerah

Memperhatikan pertimbangan Komandan Komando Daerah Militer Atjeh

dan Gubernur Kepala Daerah Swatantra Tingkat ke I

Atjeh

Mengingat kuasa jang telah diberikan oleh Dewan Menteri dalam

sidangnja ke-159 pada tanggal 31 Djanuari 1959

Keputusan Perdana Menteri RI No 196PM1959 tanggal

19 Mei 1959

MEMUTUSKAN

Pasal I Daerah Swatantra Tk Ke I Atjeh dapat disebut

ldquoDaerah Istimewa Atjehrdquo dengan djatatan bahwa kepada

daerah itu tetap berlaku ketentuan-ketentuan mengenai

daerah swatantra Tk Ke I seperti termuat dalam Undang-

94

Undang No 1 tahun 1957 tentang Pokok-pokok

Pemerintahan Daerah begitu pula lain-lain peraturan

perundangan jang berlaku untuk Daerah Swatantra tingkat

ke I mengenai otonomi jang seluas-luasnja terutama dalam

lapangan keagamaan peradatan dan pendidikan

Pasal II Keputusan ini mulai berlaku tanggal 26 Mei 1959

sampai ada ketentuan lain

Pasal III Memberikan instruksi kepada segenap Kementerian

Djawatan dan Dinas jang bersangkutan agar memberikan

bantuan seperlunja kepada Daerah swatantra tingkat ke I

Atjeh (Daerah Istimewa Atjeh) dalam pertumbuhan

otonomi jang seluasnja

Wk Perdana Menteri IKetua

Missi Pemerintah ke Atjeh

dto

= Mr Hardi =

Turunan dikirimkan kepada

1 Semua Menteri

2 KDMA

3 Gubernur Kepala Daerah Swatantra tk Ke I

Atjeh (Daerah Istimewa Atjeh)

4 Dan lain-lain instansi jang bersangkutan

95

Lampiran IX

96

Lampiran X

97

Lampiran XI

Page 11: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 12: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 13: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 14: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 15: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 16: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 17: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 18: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 19: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 20: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 21: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 22: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 23: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 24: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 25: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 26: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 27: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 28: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 29: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 30: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 31: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 32: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 33: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 34: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 35: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 36: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 37: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 38: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 39: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 40: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 41: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 42: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 43: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 44: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 45: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 46: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 47: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 48: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 49: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 50: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 51: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 52: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 53: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 54: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 55: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 56: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 57: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 58: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 59: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 60: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 61: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 62: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 63: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 64: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 65: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 66: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 67: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 68: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 69: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 70: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 71: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 72: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 73: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 74: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 75: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 76: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 77: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 78: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 79: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 80: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 81: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 82: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 83: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 84: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 85: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 86: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 87: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 88: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 89: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 90: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 91: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 92: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 93: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 94: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 95: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 96: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 97: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 98: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 99: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 100: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 101: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 102: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 103: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 104: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …
Page 105: PERAN TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DALAM …