Peran serangga dalam kehidupan manusia

9
Tugas Entomologi Nama : Afifi Rahmadetiassani NIM : 083112620150008 Peran Serangga Dalam Kehidupan Manusia Serangga merupakan kelompok hewan yang paling dominan di muka bumi, yaitu dengan jumlah spesies hampir 80 % dari jumlah total hewan di bumi. Total dari 751.000 spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia (Kalshoven 1981) dan sebanyak 1.413.000 spesies telah dikenal serta hampir setiap tahunnya terjadi penambahan spesies baru yang ditemukan (Borror,1998). Alasan ini yang menyebabkan serangga berhasil dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi, kapasitas dalam bereproduksi yang tinggi, serta kemampuan memakan jenis makanan yang berbeda dan dalam mengindari predator (Borror,1998). Berdasarkan kondisi tersebut, keberadaan serangga sebagai bagian ekosistem, dan perannya dalam kehidupan manusia sangat besar. Pemanfaatan yang bijak dapat memberikan manfaat dalam kehidupan manusia, baik yang dibuat ataupun yang alami, seperti pemanfaatan serangga di bidang kedokteran, pertanian, pangan dan lain sebagainya. Begitupun sebaliknya, populasi serangga yang tidak terkontrol dapat menyebabkan wabah penyakit, bersifat sebagai hama, dan bahkan merugikan pertanian. Praktek pemanfaatan serangga dalam kehidupan manusia semakin komplek dari masa ke

Transcript of Peran serangga dalam kehidupan manusia

Page 1: Peran serangga dalam kehidupan manusia

Tugas Entomologi

Nama : Afifi Rahmadetiassani

NIM : 083112620150008

Peran Serangga Dalam Kehidupan Manusia

Serangga merupakan kelompok hewan yang paling dominan di muka bumi, yaitu

dengan jumlah spesies hampir 80 % dari jumlah total hewan di bumi. Total dari 751.000 spesies

golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia (Kalshoven 1981) dan

sebanyak 1.413.000 spesies telah dikenal serta hampir setiap tahunnya terjadi penambahan

spesies baru yang ditemukan (Borror,1998). Alasan ini yang menyebabkan serangga berhasil

dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi, kapasitas dalam

bereproduksi yang tinggi, serta kemampuan memakan jenis makanan yang berbeda dan dalam

mengindari predator (Borror,1998).

Berdasarkan kondisi tersebut, keberadaan serangga sebagai bagian ekosistem, dan

perannya dalam kehidupan manusia sangat besar. Pemanfaatan yang bijak dapat memberikan

manfaat dalam kehidupan manusia, baik yang dibuat ataupun yang alami, seperti pemanfaatan

serangga di bidang kedokteran, pertanian, pangan dan lain sebagainya. Begitupun sebaliknya,

populasi serangga yang tidak terkontrol dapat menyebabkan wabah penyakit, bersifat sebagai

hama, dan bahkan merugikan pertanian. Praktek pemanfaatan serangga dalam kehidupan

manusia semakin komplek dari masa ke masa, mulai dari pemanfaatan sebagai pollinator

pertanian sampai penelitian tingkat molekuler di bidang ke.dokteran. berikut beberapa contoh

pemanfaatannya :

1. Sebagai bahan konsumsi

Indonesia maupun di negara lain, telah menggunakan serangga sebagai bahan konsumsi

karena serangga memiliki protein yang tinggi, energi, dan sejumlah vitamin dan mineral. Di

Thailand, masyarakat disana biasanya memakan serangga dalam bentuk telur, larva, atau dewasa

baik dimakan mentah maupun olahan yang dapat meningkatkan aroma dan cita rasa dari

serangga. Di Indonesia, hanya beberapa masyarakat yang mengkonsumsinya. Serangga yang

biasanya dikonsumsi seperti laron, capung, belalang,jangkrik, rayap dan ulat sagu.

Page 2: Peran serangga dalam kehidupan manusia

2. Sebagai bagian penting dalam ekosistem

Serangga pada umumnya mempunyai peranan yang sangat penting bagi ekosistem, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa kehadiran suatu serangga, maka kehidupan suatu

ekosistem akan terganggu dan tidak akan mencapai suatu keseimbangan. Peran serangga dalam

ekosistem diantaranya adalah sebagai pollinator, dekomposer, predator, parasitoid dan sebagai

bioindikator bagi suatu ekosistem. Dalam proses pollinator, serangga secara tidak langsung

berperan dalam proses polinasi, karena serangga hanya bertujuan untuk mendapatkan nektar

yang merupakan sumber makanannya. Terjadinya polinasi, karena secara tidak sengaja serbuk

sari menempel dan terbawa pada tubuh serangga. Contoh serangga yang menjadi pollinator

adalah kupu-kupu, kumbang dan lebah (Satta et al, 1998).

Peran sebagai dekomposer, merupakan hal terpenting dalam dekomposisi tanah.. Apabila

tidak ada serangga yang berperan di dalamnya maka akan berdampak negatif seperti, terjadinya

wabah penyakit yang disebabkan kotoran hewan tersebut didapati telur-telur vektor penyakit,

terjadinya pelambatan pertumbuhan bahkan kematian pada tanaman, Contoh serangga yang

dapat melakukan ini kumbang tahi (Shahabuddin et al, 2005). Kumbang ini memiliki perilaku

makan dan reproduksi yang dilakukan di sekitar feses, dengan demikian kumbang tahi sangat

membantu dalam menyebarkan dan menguraikan feses sehingga tidak menumpuk di suatu

tempat.

Aktifitas ini secara umum berpengaruh terhadap struktur tanah dan siklus hara sehingga

juga berpengaruh terhadap tumbuhan disekitarnya. Dengan membenamkan feses, kumbang dapat

memperbaiki kesuburan dan aerasi tanah, serta meningkatkan laju siklus nutrisi. Dekomposisi

tinja pada permukaan tanah, oleh kumbang tinja menyebabkan penurunan pH tanah setelah 9

minggu dan meningkatkan kadar nitrogen, yodium, fosfor, magnesium, dan kalsium sampai 42-

56 hari setelah peletakan tinja (Gallante, E. dan Garcia, A.M,.2001).

Dalam kehidupan di suatu ekosistem, serangga juga berperan sebagai agen pengendali

hayati, yang berkaitan dalam predasi. Serangga berperan sebagai predator bagi mangsanya baik

nematoda, protozoa, bahkan sesama serangga lain. Menurut Santoso (2007) ada sejenis lalat

Diatracophaga striatalis (lalat jatiroto), dimana larvanya dapat menyerang hama penggerek yang

berada di lubang tebu dan menghisap seluruh cairan haemolimpnya sampai mati.

Page 3: Peran serangga dalam kehidupan manusia

Serangga parasitod merupakan serangga yang berperan sebagai parasit serangga lain yang

dapat merugikan ternak dan manusia. Misalnya Spalangia endius dan S. nigroaenea merupakan

parasitoid yang menyerang pupa lalat rumah dan lalat kandang untuk kehidupan larva dan

pupanya, sedangkan dewasanya hidup bebas (Koesharto, 1995). Secara umum parasitoid

makanannya berupa nektar dan haemolim inang. Haemolim inang digunakan dalam

pembentukan dan pematangan telur sedangkan nektar dipelukan sejak awal sebagai sumber

energy (Stireman et al,2006).

Serangga termasuk hewan yang sangat responsif terhadap perubahan pada suatu

ekosistem. Maka dari itu serangga digunakan sebagai bioindikator suatu ekosistem. Misalnya

serangga akuatik selama ini paling banyak digunakan untuk mengetahui kondisi pencemaran air

pada suatu daerah, diantaranya adalah beberapa spesies serangga dari ordo Ephemeroptera,

Diptera, Trichoptera dan Plecoptera yang kelimpahannya mengindikasikan bahwa lingkungan

tersebut telah tercemar, karena serangga ini tidak dapat hidup pada habitat yang sudah tercemar

(Shahabuddin, 2003). Larva Odonta juga berpotensi sebagai bioindikator pencemaran air, karena

larva ini sangat sensitif terhadap perubahan kualitas air. Bila kualitas air sungai sebagai

habitatnya tercemar, maka larva odonata akan mati (Wardhani,2007).

3. Sebagai bahan obat

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa serangga berkhasiat sebagai obat. Misalnya

undur-undur yang dapat mengobati diabetes. Binatang ini mengandung zat sulfonylurea.

Kerja sulfonylurea pada undur-undur adalah melancarkan kerja pankreas dalam memproduksi

insulin (Pandji, 2009).

4. Serangga sebagai forensik

Entomologi forensik adalah pemanfaatan serangga untuk menginvestigasi sebuah

kejahatan. Dalam hal ini, teknik yang digunakan adalah mengidentifikasi jenis-jenis serangga

pemakan bangkai (nekrofagus) yang muncul pada korban kejahatan. Kemampuan serangga

sebagai perombak bahan organik, termasuk mayat manusia, dimanfaatkan di dalam bidang

kedokteran forensik untuk mengetahui waktu kematian mayat (Goff, 2003).

Page 4: Peran serangga dalam kehidupan manusia

Pada perkembangannya, kelompok-kelompok serangga nekrofagus yang banyak

digunakan untuk mengidentifikasi umur mayat berasal dari ordo Diptera, Coleoptera,

Hymenoptera (terutama semut), dan beberapa Lepidoptera (Jiron & Cartin, 1981). Serangga-

serangga tersebut diklaim dapat menentukan waktu kematian mayat dengan sangat pas, bahkan

melebihi teknik lain.

\

Dalam kehidupan manusia, serangga juga berdampak negatif antara lain :

1. Sebagai hama pertanian

Serangga juga dapat sebagai perusak tanaman seperti wereng cokelat yang dapat merusak

tanaman padi. Serannga tersebut juga memiliki kekebalan terhadap pestisida karena memiliki

kemampuan berubah pada genetiknya. Serangga hama ada yang menimbulkan kerusakan secara

langsung atau memakan langsung tanaman, ada juga yang sifatnya sebagai vektor virus.

2. Sebagai penyebar penyakit

Para peneliti di Amerika Serikat telah mengidentifikasi kecoa sebagai salah satu faktor

penyebab meningkatnya kasus asma di kalangan anak-anak. Di sejumlah kawasan permukiman

di New York City, di mana kasus asma banyak ditemukan, anak-anak sering terpapar alergen

dari kecoa sehinga mereka menjadi sangat rentan terhadap serangga tersebut. 

Para ahli dari Columbia University menemukan, anak-anak yang tinggal di kawasan

permukiman dengan prevalensi asma yang tinggi memiliki kemungkinan dua kali lebih tinggi

memiliki antibodi terhadap protein kecoa di dalam darah mereka, Suatu pertanda bahwa mereka

telah terpapar serangga tersebut dan diduga alergi terhadap hewan itu.

Lalat rumah dianggap mengganggu karena kesukaannya hinggap di tempat-tempat yang

lembab dan kotor. Selain hinggap, lalat juga menghisap bahan-bahan kotor dan memuntahkan

kembali dari mulutnya ketika hinggap di tempat berbeda. Pakan yang dihinggapi lalat akan

tercemar oleh mikroorganisme baik bakteri, protozoa, telur/larva cacing atau bahkan virus yang

dibawa dan dikeluarkan dari mulut lalat-lalat tersebut. Oleh karena itu lalat dianggap sebagai

penyebar berbagai penyakit kepada manusia maupun hewan,

Page 5: Peran serangga dalam kehidupan manusia

3. Sebagai perusak bangunan

Serangga jenis rayap selama ini dikenal sebagai perusak bangunan maupun bagian

bangunan atau peralatan yang berbahan dasar kayu. Hal itu erat terkait dengan kemampuan

makannya yang sangat cepat. Rayap menyerang bangunan disebabkan adanya sumber makanan,

baik yang terdekomposit pada kayu-kayu struktur dan non struktural maupun bahan berselulosa

lainnya. Disamping itu, kondisi dan konstruksi bangunan juga merupakan faktor pendorong

tingginya ancaman serangan rayap,

DAFTAR PUSTAKA

Borror, D.J., C.A. Triplehorn dan N. F. Johnson.1998. Pengenalan Jenis Serangga. Edisi keenam.

Soetiono Porto Soejono. Gajah mada university Press. Yogyakarta.

Galante, E., and Gracia, A.M., 2001. Decomposer Insect. South African Journal of Sciences

75:257-260.

Goff, L., 2003. Forensic Entomology. Dalam: V.H. Resh & R.T. Carde (editor),Encyclopedia of

Insects, Academic Press, Amsterdam, halaman 919 – 926.

Jiron, L.F., & V.M. Cartin. 1981. Insect succession in the decomposition of a mammal in Costa

Rica. Journal of the New York Entomological Society 89: 158-165.

Koesharto, F.X., 1995. Mass Rearing of Arthropod Parasitoid (Hymenoptera:Pteromaldae) of

Poultry and Cattle Farm’s Filth Flies. Dec.1995 hlm.65-67 ISSN 0854-8587 vol.2, No.2 .

Pandji. 2009. Undur-undur Sebagai Obat Diabetes Millitus dalam Super Artikel Media.

http://superartikel.com/2009/01/15/undur-undur-sebagai-obat-diabetes-millitus/

Santoso, M. B., 2007. Predator Musuh Alami yang Berguna.

Satta,A., Acciaro,M., Floris,I., Lentini,A., and Sulas, L., 1998. Insect Pollination of Sulla(H

edysarum coronarium L.) and Its Effect on Seed Production in a Mediterranean

Environment. CIHEAM – Options Mediterraneennes pgs 373-377.

Page 6: Peran serangga dalam kehidupan manusia

Shahabuddin, Hidayat,P., Noerdjito,W.A., and Manuwoto, S., 2005. Research on Insect

Biodiversity in Indonesia: Dung Beetles (Coleoptera:Scarabaeidae) And Its Role in

Ecosystem. ISSN: 1412-033X Volume 6, Nomor 2 April 2005 HLM: 141-146

Stireman,J.O., Nason, J.D., Heard, S.B., and Seehawer, J.M., 2006. Cascading Host-Associated

Genetic Differentiation in Parasitoids of Phytophagous Insects. Proc. R. Soc. B (2006)

273, 523–530 doi:10.1098/rspb.2005.3363.

Wardhani, T.S., 2007. Perbandingan Populasi Larva Odonata di Beberapa Sungai di Pulau

Pinang dan Hubungannya dengan Pengaruh Habitat dan Kualiti Air. Universiti Sains

Malaysia ogos 2007.