PERAN PESANTREN DALAM MEMBENTUK NILAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5590/1/Tesis...

93
PERAN PESANTREN DALAM MEMBENTUK NILAI KEWIRAUSAHAAN DAN KEPEMIMPINAN RELIGIUS SANTRI (Studi Kasus di Ponpes Entrepreneur Al Mawaddah Jekulo Kudus dan Ponpes Shofa Azzahro’ Gembong Pati ) Oleh LUKMAN HAKIM NIM. 12010160033 Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2019

Transcript of PERAN PESANTREN DALAM MEMBENTUK NILAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5590/1/Tesis...

PERAN PESANTREN

DALAM MEMBENTUK NILAI KEWIRAUSAHAAN

DAN KEPEMIMPINAN RELIGIUS SANTRI

(Studi Kasus di Ponpes Entrepreneur Al Mawaddah Jekulo

Kudus dan Ponpes Shofa Azzahro’ Gembong Pati)

Oleh

LUKMAN HAKIM

NIM. 12010160033

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

untuk gelar Magister Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2019

11 April 2019

ABSTRAK

“Peran Pesantren dalam Membentuk Nilai Kewirausahaan dan Kepemimpinan

Religius Santri (Studi Kasus di Ponpes Entrepreneur Al Mawaddah Jekulo Kudus

dan Ponpes Shofa Azzahro’ Gembong Pati)”. Tesis Program Studi Pendidikan

Agama Islam (PAI), Program Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri Salatiga,

2019.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif

yang bertujuan untuk mendeskripsikan strategi yang dilakukan Pondok Pesantren

Entrepreneur Al Mawaddah Jekulo Kudus dan Pondok Pesantren Shofa Azzahro’

Gembong Pati dalam menumbuhkan karakter kewirausahaan dan kepemimpinan

santri. Metode pengumpulan data yang digunakan terdiri dari metode wawancara,

dokumen, dan observasi. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan cara

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Obyek dalam penelitian

adalah Pondok Pesantren Entrepreneur Al Mawaddah Jekulo Kudus dan Pondok

Pesantren Shofa Azzahro’ Gembong Pati. Subyek penelitian adalah pimpinan

Pondok Pesantren Entrepreneur Al Mawaddah Jekulo Kudus dan Pondok

Pesantren Shofa Azzahro’ Gembong Pati dan informan dari Santri dan Ustad.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kegiatan entrepreneurship Pondok

Pesantren Entrepreneur Al Mawaddah Jekulo Kudus dan Pondok Pesantren Shofa

Azzahro’ Gembong berjalan dengan baik. Begitu pula tujuan yang diterapkan

adalah seorang santri harus menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat.

Karena pada dasarnya seorang santri harus juga memikirkan kehidupan dunia,

tidak hanya yang bersifat religius saja. Bentuk-bentuk kegiatan entrepreneurship

yang dilaksanakan adalah melalui pelatihan, budidaya buah naga, pembuatan

kripik dari singkong, pembuatan tepung mokaf, sirup, pemasok gula, koperasi dan

biro umroh dan lain sebagainya. Latar belakang kegiatan yang dilaksanakan di

pondok pesantren adalah meneladani sosok Nabi Muhammad yang merupakan

figur pengusaha yang sukses serta bentuk modernisasi kegiatan pembelajaran di

pondok pesantren dalam menghadapi tantangan zaman. Kegiatan kewirausahaan

dan kepemimpinan dapat menjadi media dalam membentuk para santri untuk

menjadi pribadi yang mandiri, merangsang ide-ide kreatif dan pandai menjalin

komunikasi dengan berbagai kalangan.

Kata kunci: Karakter Kewirausahaan dan Kepemimpinan Pondok Pesantren

0

ABSTRACT

"The Role of Pesantren in Shaping Entrepreneurial Values and Leadership

Religious (Case Studies in Al Mawaddah Entrepreneur Boarding School Jekulo

Kudus and Shofa Azzahro’ Boarding School Gembong Pati)". Thesis of Islamic

Education Studies Program (PAI), Graduate Program, State Islamic Institute of

Salatiga, 2019.

The type of research is descriptive study with qualitative approach that

aimed to describe the strategies undertaken by Al Mawaddah Entrepreneur

Boarding School Jekulo Kudus and Shofa Azzahro’ Boarding School Gembong

Pati in growing the students’ entrepreneurship and leadership character. Data were

collected by interviews, documents, and observations. Data were analyzed

through data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The research

object was Al Mawaddah Entrepreneur Boarding School Jekulo Kudus and Shofa

Azzahro’ Boarding School Gembong Pati. The research subjects were

management board Al Mawaddah Entrepreneur Boarding School Jekulo Kudus

and Shofa Azzahro’ Boarding School Gembong Pati and informants were from

Students and Teachers.

Research shows that the entrepreneurship and leadership activities Al

Mawaddah Entrepreneur Boarding School Jekulo Kudus and Shofa Azzahro’

Boarding School Gembong Pati going well. Similarly, the purpose being applied

is a students must balance the life of this world and the hereafter. Because

basically the students must also think about the life of the world, not just a

religious nature only. The forms entrepreneurship held is dragon fruit cultivation,

manufacture of cassava chips, manufacture mokaf flour, syrup, sugar suppliers,

cooperatives and Umrah agencies and others. The background of the activities

carried out in the boarding school is to emulate the Muslim prophet who is the

figure of a successful businessman as well as the modernization of learning

activities in the form of boarding school for the challenges of the times.

Entrepreneurship and leadership activities can be media in shaping the students to

become an independent person, stimulating creative ideas and clever establish

communication with various groups.

Keywords: Strategies, Islamic Boarding School, Entrepreneurship Character and

Leadership

MOTTO

“Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali

orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati

supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi

kesabaran.” 1

(Q. S. Al- ‘Ashr ayat : 1-3)

1Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahanya, CV Penerbit

Diponegoro, Bandung, 2006, 482.

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرمحن الرحيم

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga pada kesempatan ini penulis

dapat menyelesaikan tesis.

Tesis yang berjudul “Peran Pesantren dalam Membentuk Nilai

Kewirausahaan dan Kepemimpinan Religius Santri (Studi Kasus di Ponpes

Entrepreneur Al Mawaddah Jekulo Kudus dan Ponpes Shofa Azzahro’ Gembong

Pati)” disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Magister

Strata Dua (S.2) pada IAIN Salatiga. Dalam penyusunan tesis ini penulis banyak

mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga

penyusunan tesis ini dapat terealisasikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima

kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Prof. Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag., selaku Direktur Pascasarjana IAIN

Salatiga dengan segala kebijaksanaannya memudahkan dalam

terselesaikannya tesis ini.

3. Bapak Hammam, Ph. D., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama

Islam IAIN Salatiga dan selaku dosen pembimbing tesis, yang senantiasa

memberikan bimbingan, arahan, petunjuk-petunjuk penyusunan tesis, dan

memberikan tambahan wawasan mengenai pendidikan karakter, sehingga

penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

4. Guru Besar dan Dosen beserta Staff Pascasarjana IAIN Salatiga.

5. KH. Sofyan hadi, Lc., MA., selaku Pengasuh Pondok Pesantren Al

Mawaddah Center Kudus yang berkenan memberikan ijin untuk

melaksanakan penelitian di Pondok Pesantren Al Mawaddah Center Kudus.

6. KH. Imam Shofwan selaku Pengasuh Pondok Pesantren Shofa Azzahro’ Pati

yang berkenan memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian di Pondok

Pesantren Shofa Azzahro’ Pati.

7. Kyai, Ustadz, Santriwan dan Santriwati Pondok Pesantren Almawaddah dan

Pondok Pesantren Shofa Azzahro’ yang berkenan untuk menjadi nara sumber

untuk penelitian tesis ini.

8. Ibu, dan Ayah tercinta, yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan

moril maupun materil sehingga dapat terselesaikannya studi pascasarjana dan

tesis ini.

9. Teman-teman semua pihak yang telah memberikan motivasi dan bantuan

selama proses penyusunan tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-

persatu.

Pati, Maret 2019

Penulis

Lukman Hakim, S.Pd.I.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................ iv

ABSTRAK .............................................................................................. v

MOTTO .................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ............................................................................ vii

DAFTAR ISI ........................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………… 1

A. Latar Belakang masalah ......................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................. 6

C. Signifikansi Penelitian ........................................................... 6

D. Kajian Pustaka ....................................................................... 8

1. Penelitian Terdahulu ......................................................... 8

2. Kerangka Teori ................................................................. 12

E. Metode Penelitian .................................................................. 18

F. Sistematika Penelitian ............................................................ 22

BAB II INTERNALISASI NILAI KEWIRAUSAHAAN SANTRI ... 24

A. Ponpes Entrepreneur Al Mawaddah Jekulo Kudus ……….. 24

1. Profil Ponpes Entrepreneur Al Mawaddah Jekulo Kudus 24

2. Kegiatan Kewirausahaan Santri di Ponpes Entrepreneur

Al Mawaddah Jekulo Kudus ……………………………. 25

B. Ponpes Shofa Azzahro’ Gembong Pati …………..........….. 27

1. Profil Ponpes Shofa Azzahro’ Gembong Pati ………….. 27

2. Kegiatan Kewirausahaan Santri di Ponpes Shofa Azzahro’

Gembong Pati ………………………..…………………. 29

BAB III INTERNALISASI NILAI KEPEMIMPINAN RELIGIUS

SANTRI ……….................................................................…… 35

A. Bentuk Kegiatan Kepemimpinan Religius Santri Ponpes

Entrepreneur Al Mawaddah Jekulo Kudus ……………… 35

B. Analisis Bentuk Kegiatan Kepemimpinan Religius Santri

Ponpes Shofa Azzahro’ Gembong Pati …………..……… 38

BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT DALAM

MEMBENTUK NILAI KEWIRAUSAHAAN DAN

KEPEMIMPINAN RELIGIUS SANTRI …………………… 44

A. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Membentuk

Nilai Kewirausahaan Dan Kepemimpinan Religius Santri .. 44

B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Membentuk

Nilai Kewirausahaan Dan Kepemimpinan Religius Santri ... 46

BAB V PENUTUP

A. Simpulan .............................................................................. 50

B. Saran ..................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BIOGRAFI PENULIS

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesantren sebagai lembaga dakwah, lembaga sosial dan kemasyarakatan

sekaligus sebagai lembaga pendidikan yang mencetak generasi penerus Islam

yang handal sesuai dengan perkembangan zaman, dituntut untuk mampu

berkiprah menggerakkan ekonomi rakyat sebagai solusi bagi kompleksitas

permasalahan yang dihadapi bangsa ini.

Seiring dengan kuatnya tuntutan tersebut, pesantren diharapkan

melakukan modernisasi, rekonstruksi peran pesantren yang tadinya hanya

mempelajari kitab-kitab Islam klasik, kiranya dapat diberdayakan secara

maksimal sebagai agen pembangunan perekonomian lokal, wilayah, hingga

nasional.2 Melalui pendekatan ini, sumber daya atau unsur-unsur pondok

pesantren didayagunakan dalam bentuk pendidikan life skills untuk mencetak

manusia yang memiliki ilmu pengetahuan, potensi kemasyarakatan, dan

pembangunan wilayah.3 Meskipun demikian, proses modernisasi ini sama

sekali tidak mencabut pesantren dari akar kulturnya. Secara umum pesantren

tetap memiliki fungsi-fungsi sebagai: (1) Lembaga pendidikan yang

melakukan transfer ilmu-ilmu pengetahuan agama (tafaqquh fi addin) dan

nilai-nilai Islam (Islamic values). (2) Lembaga keagamaan yang melakukan

2 Khozin, Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia, Malang: UMM Press, 2006, 108-109.

3Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiyai, Jakarta:

LP3ES, 1994, 20.

1

kontrol sosial (social control). (3) Lembaga keagamaan yang melakukan

rekayasa sosial (social engineering).4

Keberadaan pesantren yang mampu menjawab tutntutan zaman tersebut

merupakan penjelmaan nilai-nilai Islam yang dianut sebagai implementasi

dari hablun min Allah dan hablun min al-nas serta fi al-dunya hasanah dan fi

al-akhirati hasanah. Sehingga selain menjalankan tugas utamanya sebagai

lembaga pendidikan Islam yang bertujuan regenerasi ulama, sebagai

pemimpin ummat, pesantren juga mencetak santri yang memiliki semangat

kemandirian, kewiraswastaan, semangat berdikari yang tidak

menggantungkan diri kepada orang lain.5

Pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan, diharapkan memberikan

memberikan pendidikan kewirausahaan kepada setiap santrinya. Hal ini harus

dilakukan untuk dapat melahirkan seorang wirausahawan atau entrepreneur

yang dapat mengisi lapisan-lapisan usaha kecil dan menengah yang handal,

mandiri, dan memegang teguh nilai-nilai Islam.

Saat ini banyak pesantren yang tidak hanya fokus pada penanaman

nilai-nilai, etika dan pengetahuan agama saja, namun juga mengembangkan

semangat penanaman nilai-nilai kewirausahaan dengan harapan dapat

melakukan transformasi sosial6 dalam mengapresiasi perubahan-perubahan,

4 M. Sulthon dan Moh. Khusnuridho, Manajemen Pondok Pesantren dalam Perspektif

Global, Yogyakarta: Laks Bang PRESSindo, 2006, 4 . 5 Habib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996, 52.

6 Indra, Hasbi, Pesantren dan Transformasi Sosial, Studi Atas Pemikiran K.H. Abdullah

Syafi’ie dalam Bidang Pendidikan Islam, Jakarta: Penamadani, 2005, Cet. 2.

serta membentuk sikap kemandirian dan kedewasaan sehingga mampu

menjawab tantangan zaman di era kompetisi global.7

Salah satu pesantren yang telah memberikan bekal kewirausahaan atau

entrepreneurship bagi para santrinya adalah Pondok Pesantren Entrepreneur

Al Mawaddah Center Jekulo Kudus dan Pondok Pesantren Shofa Azzahro’

Gembong Pati.

Pondok Pesantren Entrepreneur Al- Mawaddah adalah salah satu

pondok pesantren yang berada di wilayah Desa Hongosoco Kecamatan Jekulo

Kabupaten Kudus. Pondok pesantren ini memiliki beberapa kegiatan ekonomi

atau usaha, diantaranya adalah toko, Pertamini, jasa penimbangan tebu,

agrowisata (budidaya ikan lele, budidaya buah naga, out bond dan

hidroponik), terapi ikan, smart parenting, dan travel atau biro perjalanan yang

diberi nama Namira Tour.

Adapun kegiatan keagamaan santri di Pondok Pesantren Entrepreneur

Al- Mawaddah diantaranya adalah mujahadah surat al-Waqi’ah dan mengaji

beberapa kitab salaf, kemudian pada tengah malam para santri melakukan

Qiyam al-lail (sholat tahajjud dan mujahadah Asma’ al-Husna), kemudian

dilanjutkan sholat Subuh berjama’ah, setelah itu dilanjutkan mengaji kitab

Ihya’ Ulum ad-Din.

Sedangkan Pondok Pesantren Shofa Azzahro’ (PPSA) merupakan

Ponpes putra-putri Modern yang terletak di Desa Gembong Kecamatan

Gembong, Kabupaten Pati, didirikan oleh KH. Imam Shofwan dan Hj.

7 Azyumardi Azra, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Rekonstruksi dan

Demokratisasi, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2006, 123.

Fatimah Azzahro’. Pendirian pesantren ini, pada hakikatnya dilandasi oleh

tanggung jawab sosial sebagai anggota masyarakat untuk membina dan

mendidik generasi muda dalam mempelajari, memahami dan mengamalkan

ajaran-ajaran Islam yang lurus. Mengingat, saat ini semakin banyak

lingkungan di sekitar kita yang tumbuh subur perilaku-perilaku yang

melanggar syariat (tidak terpuji).

Selain itu, seiring dengan perkembangan era digital, PP Shofa Azzahro’

(PPSA) juga membekali para santri supaya memiliki bermacam-macam

keahlian, yaitu memadukan pendidikan agama, skill dan penguatan

kepribadian. Tujuannya, menjadikan out put santri PPSA menjadi calon-calon

Ulama’, Da’i/Da’iyah, pemimpin, pendidik dan entrepreuner yang disiplin,

berwawasan luas, kreatif, profesional dan berakhlaqul karimah.

Pendidikan skill yang diberikan oleh Pondok Pesantren Shofa Azzahro'

bertujuan untuk mempersiapkan para santriwan-santriwati untuk bersaing di

dunia global diantaranya adalah program komputer untuk melatih penguasaan

teknologi, program entrepreneur untuk mendidik kemadirian santri, program

kelas jurnalistik untuk melatih kesadaran menulis santri, program public

speaking untuk modal menjadi Pemimpin/Da’i.

Lembaga dan unit kegiatan Pondok Pesantren Shofa Azzahro' tersebut

bertujuan untuk memberi ruang para santriwan-santriwati untuk

mengembangkan diri berdasarkan bakat dan minat yang dimiliki. Selain itu,

dua lembaga seperti Lembaga Kesehatan Reproduksi Shofa Azzahro' dan

Lembaga Anti Bullying Shofa Azzahro' adalah sebuah pembaharuan di dunia

pesantren sebagai upaya untuk melatih para santri hidup sehat dan hidup

bebas kekerasan (fisik maupun psikis).

Terkait dengan pembaharuan pesantren ini, Dawam Rahardjo dalam

hasil penelitiannya tentang Pesantren dan Pembaharuan, memberikan

penjelasan bahwa membicarakan pesantren dalam konteks kewirausahaan,

menuntut pemahaman terhadap fenomena perkembangan abad mutakhir yang

menghendaki adanya suatu sistem pendidikan yang comprehensive. Karena

perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya pembinaan anak

didik yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan sikap, pengetahuan,

kecerdasan dan ketrampilan (vocational), serta kemampuan komunikasi dan

kesadaran akan ekologi lingkungannya.8

Penelitian terhadap pesantren dalam penelitian ini adalah berangkat dari

asumsi bahwa pertama, dunia pesantren yang sangat concern terhadap kajian-

kajian Islam semestinya bisa menjadi pelopor bagi bangkitnya sistem

perekonomian lewat tumbuhnya para entreupreneur yang didasari nilai-nilai

religius dari dunia pesantren. Kedua, Pesantren dengan ke-khasannya

(pendidikan keagamaan ) yang ada di mampu melahirkan seorang Ulama

sebagai warotsah al-anbiya’ sekaligus sebagai leader atau pemimpin ummat

yang juga didasari nilai-nilai religius, sehingga menjadi pemimpin yang

amanah, jujur sebagaimana semangat yang ada dalam nili-nilai religius.

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

guna mendeskripsikan dan menjelaskan secara komprehensif tentang peran

8 M. Dawam Rahardjo, Pengantar Penerbit dalam M. Dawam Rahardj. (ed) Pesantren dan

Pembaharuan, Jakarta: LP3ES. 1974, 23.

pesantren dalam membentuk nilai kewirausahaan dan kepemimpinan religius

santri di pondok pesantren dengan mengambil studi kasus di Ponpes

Entrepreneur Al Mawaddah Jekulo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus dan

Ponpes Shofa Azzahro’ Kecamatan Gembong Kabupaten Pati.

B. Rumusan Masalah

Rumusan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana internalisasi nilai kewirausahaan santri di Ponpes Entrepreneur

Al Mawaddah Desa Hongosoco Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus dan

Ponpes Shofa Azzahro’ Kecamatan Gembong Kabupaten Pati?.

2. Bagaimana internalisasi nilai kepemimpinan religius santri di Ponpes

Entrepreneur Al Mawaddah Desa Hongosoco Kecamatan Jekulo

Kabupaten Kudus dan Ponpes Shofa Azzahro’ Kecamatan Gembong

Kabupaten Pati?.

3. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk nilai

kewirausahaan dan kepemimpinan religius santri di Ponpes Entrepreneur

Al Mawaddah Jekulo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus dan Ponpes

Shofa Azzahro’ Kecamatan Gembong Kabupaten Pati?.

C. Signifikansi Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

a. Mengetahui internalisasi nilai kewirausahaan santri di Ponpes

Entrepreneur Al Mawaddah Desa Hongosoco Kecamatan Jekulo

Kabupaten Kudus dan Ponpes Shofa Azzahro’ Kecamatan Gembong

Kabupaten Pati.

b. Mengetahui internalisasi nilai kepemimpinan religius santri di Ponpes

Entrepreneur Al Mawaddah Jekulo Kecamatan Jekulo Kabupaten

Kudus dan Ponpes Shofa Azzahro’ Kecamatan Gembong Kabupaten

Pati.

c. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk

nilai kewirausahaan dan kepemimpinan religius santri di Ponpes

Entrepreneur Al Mawaddah Jekulo Kecamatan Jekulo Kabupaten

Kudus dan Ponpes Shofa Azzahro’ Kecamatan Gembong Kabupaten

Pati.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

a. Manfaat Teoritik

Dari segi teoretik, penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan

ilmu yang berharga bagi pengembangan pendidikan yang

berorientasi pada life skill dan kewirausahaan dan sekaligus sebagai

perbaikan model pendidikan dan sistem manajemen pesantren dalam

rangka ikut serta menjadikan pesantren sebagai sumber ilmu, sumber

pengetahuan dan sumber pendapatan, dan pencetak output

entrepreneur.

b. Manfaat Praktis

Sedangkan manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini

adalah:

1) Format nilai-nilai yang ditemukan dapat digunakan sebagai

acuan dalam pengelolaan pendidikan di pesantren khususnya

dalam penerapan modernisasi pesantren untuk membentuk nilai

kewirausahaan dan kepemimpinan religius bagi para santri

maupun masyarakat luas, terutama di pesantren-pesantren yang

memiliki kesamaan karakter dengan pesantren yang sedang

diteliti.

2) Bagi pengelola pesantren yang masih dalam tarap

pembangunan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pola

dan model pengembangan pendidikan dan pemberdayaan

ekonomi pesantren yang berbasis syariah. Sedangkan bagi

pesantren yang sudah maju lembaga pendidikan dan kuat

perekonomiannya, akan menjadi pembanding dalam

mengembangkan pendidikan yang berorientasi pada

kewirausahaan juga pengembangan perekonomian pesantren.

D. Kajian Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang disusun oleh Ismail Suardi Wekke yang berjudul

Pesantren dan Pengembangan Kurikulum Kewirausahaan: Kajian

Pesantren Roudahtul Khuffadz Sorong Papua Barat menunjukkan bahwa

pesantren Roudhotul Khuffadz melakukan beberapa kajian dan diskusi

dalam rangka pengembangan kurikulum. Selanjutnya, mereka

memutuskan untuk memperkuat kurikulum dengan aspek kewirausahaan.

Keputusan ini dibuat dengan memperhatikan kebutuhan lokal dan juga

untuk memberikan keluasan kesempatan bagi siswa setelah selesai

sekolah.9

Penelitian yang disusun oleh Diyah Yuli Sugiarti dengan judul

Strategi Pengembangan Pondok Pesantren dalam Membangun Peradaban

Muslim di Indonesia, menunjukkan bahwa pesantren di Indonesia berada

pada kuadran pertama yang berarti bahwa pesantren di Indonesia memiliki

kondisi yang menguntungkan sehingga mendukung kebijakan yang agresif

(Growth Oriented Strategy). Maka ketika ada gagasan menjadikan

pesantren sebagai pusat peradaban di Indonesia adalah suatu keniscayaan.

Dan untuk mewujudkannya tentu dibutuhkan strategi umum (Grand

Strategy) yang meliputi: (1) Memahami landasan dan konsep kebangkitan;

(2) Merumuskan kembali tujuan pesantrren; (3) Membenahi sistem

pendidikan pesantren; (4) Meningkatkan manajemen pesantren; (5)

Meningkatkan kompetensi output pesantren; (6) Refungsionalisasi

pesantren; (7) Membangun mitra kerjasama ke luar; (8) Meningkatkan

9 Ismail Suardi Wekke, “Pesantren dan Pengembangan Kurikulum Kewirausahaan: Kajian

Pesantren Roudahtul Khuffadz Sorong Papua Barat”, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan,

Volume 6, Number 2 (Desember 2012), 205-226.

peran pesantren; (9) Modernisasi dalam teknologi, informasi dan

komunikasi; dan (10) Program unggulan di era globalisasi. 10

Penelitian yang disusun oleh Chusnul Chotimah yang berjudul

Pendidikan Kewirausahaan di Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan. Hasil

dari penelitian ini adalah pertama, Nilai-nilai kewirausahaan yang

diinternalisasikan di pondok pesantren Sidogiri adalah nilai kewirausahaan

yang berbasis ibadah, dimana segala kegiatan ekonomi yang dilakukan

diniatkan untuk beribadah kepada Allah SWT. Nilai ibadah tersebut

berintikan pada keimanan. Semakin tinggi keimanan seseorang, maka

semakin baik pengelolaannya terhadap lembaga ekonomi dan semakin

tebal jiwa kewirausahaannya. Kedua, proses pendidikan kewirausahaan

yang dilaksanakan di pondok pesantren Sidogiri adalah santri dilatih untuk

mengelola lembaga ekonomi yang ada di pondok pesantren Sidogiri, di

bawah pantauan dari kiai dan pengurus pondok pesantren.11

Penelitian yang dilakukan oleh Moh. Toriquddin dengan judul

Aplikasi Ayat-Ayat Bisnis dalam Al-Qur’an pada Pesantren Enterpreneur:

Studi Kasus di Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan. Penelitian ini

mengangkat tentang aplikasi ayat-ayat bisnis dalam al-Qur’an pada

pesantren Sidogiri Pasuruan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan bagaimana ayat-ayat bisnis dalam al-Qur’an

diaplikasikan pada usaha bisnis di pesantren Sidogiri Pasuruan. Hasil

10

Diyah Yuli Sugiarti, “Strategi Pengembangan Pondok Pesantren Dalam Membangun

Peradaban Muslim di Indonesia”, Edukasi, Volume 3, Number 1 (2011), 8–37. 11

Chusnul Chotimah, “Pendidikan Kewirausahaan di Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan”,

Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Volume 8, Number 1 (Juni 2014), 115-136.

penelitian menunjukkan bahwa bisnis sebagai ibadah ditandai dengan akad

syar’i, aktifitas bisnis tidak melupakan untuk beribadah kepada Allah dan

penggunaan prinsip kejujuran (shiddiq), komunikatif (tabligh), amanah

(dapat dipercaya), fathonah (profesional) dalam menjalankan bisnis.

Bisnis profesional ditandai dengan penerapan prinsip keadilan dengan cara

tidak mengenakan uang tambahan bagi nasabah dan menjaga kerahasiaan

identitas nasabah serta sistem pencatatan keuangan modern dengan sistem

e-banking. Bisnis beretika ditandai dengan penolakan terhadap nasabah

dengan lemah lembut dan melayaninya dengan sopan santun.12

Penelitian yang dilakukan oleh Khotibul Umam dengan judul

Pendidikan Kewirausahaan di Pesantren Sebagai Upaya Dalam

Membangun Semangat para Santri untuk Berwirausaha. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa Pondok pesantren sebagai salah satu pendidikan

tertua di Indonesia memiliki peranan penting dalam memperkenalkan

kewirausahaan kepada para santri. Pendidikan kewirausahaan diharapkan

mampu meningkatkan kemampuan keterampilan berwirausaha dan

mendorong minat para santri untuk menjadi seorang pengusaha sebagai

salah satu bekal dalam mengais rezeki setelah menamatkan pendidikannya

di pondok pesantren. Pembelajaran kewirausahaan diharapkan dapat

mencetak lulusan santri yang memiliki daya saing professional dengan

kemampuan para santri yang memiliki sejumlah keahlian yang tinggi, baik

hard skill dan soft skill serta pengetahuan dibidang spiritual, emosional,

12

Moh. Toriquddin, “Aplikasi Ayat-Ayat Bisnis dalam Al-Qur’an pada Pesantren

Enterpreneur: Studi Kasus di Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan”, Jurnal Wacana Hukum Islam

dan Kemanusiaan, Volume 15, Number 2 (Desember 2015), 177-198.

maupun kreativitas yang menjadi harapan setiap lembaga pondok

pesantren.13

Penelitian yang dialakukan oleh Muhammad Heriyudanta dengan

judul Modernisasi Pendidikan Pesantren Perspektif Azyumardi Azra.

Tulisan ini bermaksud untuk meneliti dan memetakan pemikiran

Azyumardi Azra tentang pendidikan Islam, namun memfokuskan kajian

pada lembaga pendidikan Islam informal, pesantren. Dalam pandangan

Azra, pesantren sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan pendidikan

nasional telah diakui perannya sebagai agen perubahan sosial. Karenanya,

ia dituntut untuk terus memainkan perannya secara proaktif dan dinamis.

Untuk itu, agar pesantren mampu terus memainkan perannya dengan baik,

yakni menjadi produsen yang menghasilkan manusia-manusia yang

berilmu, berteknologi, berketerampilan tinggi, dan sekaligus beriman dan

beramal saleh, ia harus dimodernisasi secara serius sesuai dengan

kerangka modernitas. Sebab, mempertahankan pemikiran kelembagaan

Islam “tradisional” hanya akan memperpanjang nestapa ketidakberdayaan

kaum muslim dalam berhadapan dengan kemajuan dunia modern.14

Dari penelitian yang ada, kebanyakan mengungkap modernisasi

yang dilakukan di beberapa pesantren dengan menambahkan pendidikan

kewirausahaan. Sedangkan dalam penelitian ini yang membedakan adalah

pada fokus penelitian, yaitu dalam penelitian ini memfokuskan pada

13

Khotibul Umam, “Pendidikan Kewirausahaan di Pesantren Sebagai Upaya Dalam

Membangun Semangat para Santri untuk Berwirausaha”, Jurnal Ekonomi Syari'ah, Volume 03,

Number 1 (Juni 2016), 47-64. 14

Muhammad Heriyudanta, “Modernisasi Pendidikan Pesantren Perspektif Azyumardi

Azra”, Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Volume 8, Number 1 (Juni 2016), 145-172.

strategi yang digunakan oleh pondok pesantren dalam membentuk nilai

kewirausahaan dan kepemimpinan religius santri. Serta ada penekanan

pada nilai religius yang melekat pada nilai kewirausahaan dan

kepemimpinan. Sehingga diharapkan selain menjadi usahawan muslim

yang handal, santri-santri alumni pondok pesantren diharapkan juga

mampu menjadi pemimpin ummat dengan nilai-nilai leadership yang

dilandasi nilai-nilai keagamaan yang ditanamkan di pondok pesantren.

Dalam hal ini penulis memilih beberapa lokasi untuk komparatif dengan

judul Peran Pesantren dalam Membentuk Nilai Kewirausahaan dan

Kepemimpinan Religius Santri (Studi Kasus di Ponpes Entrepreneur Al

Mawaddah Jekulo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus dan Ponpes Shofa

Azzahro’ Kecamatan Gembong Kabupaten Pati).

2. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang menjadi fokus

penelitian diantaranya:

a. Peran Pesantren

Secara etimologi, pesantren berasal dari kata “santri” yang mendapat

awalan pe- dan akhiran -an yang berarti tempat tinggal santri.15

Secara terminologis, Mastuhu mengartikan pesantren adalah

lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami, menghayati

dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam (tafaqquh fi al-din)

15

Ahmad Muttohar. AR, Ideologi Pendidikan Pesantren, Semarang: Pustaka Rizki Putra,

2007, 11.

dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman

hidup bermasyarakat sehari-hari.16

Pesantren sebagai bagian dari pendidikan Islam harus senantiasa

memerankan fungsi dan misi profetisnya dalam peningkatan kualitas

sumber daya manusianya, baik dalam penguasaan sains dan teknologi

maupun dalam hal karakter, sikap dan moral, penghayatan dan

pengamalan ajaran agama.17

Dengan kata lain, pesantren secara ideal

harus berfungsi dan berperan membina dan menyiapkan santri yang

berilmu, berteknologi, berketerampilan tinggi, dan sekaligus beriman

dan beramal saleh. Pesantren harus mampu mengejar ketertinggalan-

ketertinggalan dalam menyiapkan SDM yang berkualitas.

Menurut Azra, pesantren hari ini harus mampu mencetak sumber

daya manusia (SDM) yang unggul yang ditandai dengan SDM yang

tidak hanya berkualitas pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek

afektif dan psikomotorik. Dalam kerangka ini, SDM yang dihasilkan

pondok pesantren diharapkan tidak hanya mempunyai perspektif

keilmuan yang lebih integrative dan komprehensif antara bidang ilmu-

ilmu agama dan ilmu-ilmu keduniaan tetapi juga memiliki kemampuan

teoritis dan praktis tertentu yang diperlukan dalam masa industri dan

pasca industri.18

16

Syamsul Ma’arif, Pesantren Vs Kapitalisme Sekolah, Semarang: Need’s Press, 2008, 62-

63. 17

Babun Suharto, Dari Pesantren Untuk Umat: Reinventing Eksistensi Pesantren di Era

Globalisasi, Surabaya: Imtiyaz, 2011, 71 . 18

Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru,

Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, 48.

Berkaitan dengan hal tersebut, Mulyasa mengatakan bahwa

peserta didik (santri) harus dibekali dengan berbagai kemampuan sesuai

dengan tuntutan zaman dan reformasi yang sedang bergulir, guna

menjawab tantangan globalisasi, berkontribusi pada pembangunan

masyarakat dan kesejahteraan sosial, lentur, dan adaptif terhadap

berbagai perubahan.19

b. Kewirausahaan Religius

Wirausaha terdiri dari dua kata yaitu wira dan usaha. Dalam

KBBI wira diartikan dengan pahlawan; laki-laki; bersifat jantan

(berani),20

sedangkan usaha adalah kegiatan dengan mengerahkan

tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud; pekerjaan

(perbuatan, prakarsa, ikhtiar, daya upaya) untuk mencapai sesuatu;

kegiatan di bidang perdagangan (dengan maksud mencari untung).21

Hendro dalam Baladina mendefinisikan kewirausahaan

(enterpreunership) adalah suatu usaha yang kreatif yang membangun

suatu value dari yang belum ada menjadi ada dan bisa dinikmati oleh

orang banyak.22

Sedangkan Agustina mendefinisikan kewirausahaan

(enterpreunership) adalah kemampuan berpikir kreatif dan berperilaku

19

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi,

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003, vi. 20

KBBI Versi Online, Melalui http://kbbi.web.id/wira, 2018. 21

KBBI Versi Online, Melalui http://kbbi.web.id/wira, 2018. 22

Nur Baladina, Membangun Konsep Enterpreunership Islam, dalam Jurnal Ulul albab,

Volume 13, No. 2, (2012), 130.

inovatif, yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan,

siasat, kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.23

Sedangkan istilah religius dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

mempunyai arti bersifat religi; bersifat keagamaan.24

Kata dasar dari

religius adalah religi yang berasal dari bahasa asing religion sebagai

kata bentuk dari kata benda yang berarti agama. Menurut Jalaluddin,

Agama mempunyai arti: percaya kepada Tuhan atau kekuatan super

human atau kekuatan yang di atas dan di sembah sebagai pencipta dan

pemelihara alam semesta, ekspresi dari kepercayaan di atas berupa amal

ibadah, dan suatu keadaan jiwa atau cara hidup yang mencerminkan

kecintaan atau kepercayaan terhadap Tuhan, kehendak, sikap dan

perilakunyas esuai dengan aturan Tuhan seperti tampak dalam

kehidupan kebiasaan.25

Jadi dapat diketahui bahwa religius merupakan suatu sikap yang

kuat dalam memeluk dan menjalankan ajaran agama serta sebagai

cerminan dirinya atas ketaatannya terhadap ajaran agama yang

dianutnya.

Dari beberapa definisi kewirausahaan dan religius di atas, dapat

ditarik sebuah pengertian bahwa kewirausahaan religius adalah

kemampuan seseorang untuk menciptakan (to create) manfaat dari

23

Tri Siwi Agustina, Kewirausahaan; teori dan Penerapan pada wirausaha dan UKM di

Indonesia, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015, 4. 24

KBBI Versi Online, Melalui http://kbbi.web.id/religius, 2018. 25

Jalaluddin, Psikologi Agama Memahami Perilaku Keagamaan dengan Mengaplikasikan

Prinsip-Prinsip Psikologi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, 25.

apapun yang ada dalam dirinya dan lingkungannya dengan didasari

nilai-nilai agama.

c. Kepemimpinan Religius

Kepemimpinan Religius adalah kepemimpinan yang membawa

dimensi keduniawian kepada dimensi religius (keIlahian). Dimensi

ilahiyah adalah dimensi yang berhubungan dengan ketuhanan atau

hablun min Allah, dimana inti dari ketuhanan adalah keagamaan.

Kepemimpinan yang religius adalah kepemimpinan yang mampu

mengilhami, membangkitkan, mempengaruhi dan menggerakkan

melalui keteladanan, pelayanan, kasih sayang dan implementasi nilai

dan sifat-sifat ketuhanan lainnya dalam tujuan, proses, budaya, dan

perilaku kepemimpinan.26

Dalam Islam kepemimpinan religius

barangkali dapat merujuk pada pola kepemimpinan yang diterapkan

oleh Rasulullah SAW, sebagaimana yang kita ketahui bahwa beliau

mempunyai integritas yang sangat tinggi sampai mendapatkan gelar Al-

Amin (terpecaya). Sifat-sifat utama yang Rasulullah miliki seperti

Siddiq, Amanah, Fathanah dan Tabligh telah mampu mepengaruhi

orang lain dengan cara mengilhami tanpa mengindoktrinasi,

meyadarkan tanpa menyakiti, membangkitakan tanpa memaksa dan

mengajak tanpa memerintah.

26

Jamaluddin Phonna, The Spiritual Leadreship. Melalui

https://jamsphonna.wordpress.com/2010/05/07/the-spiritual-leadership/, 2018.

E. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research).27

Sedangkan apabila ditinjau dari sifat-sifat datanya, maka penelitian ini

termasuk ke dalam penelitian kualitatif (kualitatif research)28

dengan

pendekatan deskriptif. 29

Penelitian diskriptif merupakan penelitian yang

berusaha mendiskripsikan mengenai unit sosial tertentu.30

Penelitian ini termasuk penelitian studi kasus (case study), yaitu

penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif mengenai

unit-unit sosial tertentu, yang meliputi individu, kelompok, lembaga dan

masyarakat.31

Dalam hal ini peneliti berupaya mendiskripsikan secara

mendalam bagaimana peran pesantren dalam membentuk nilai

kewirausahaan dan kepemimpinan religius santri di Ponpes Entrepreneur

Al Mawaddah Jekulo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus dan Ponpes

Shofa Azzahro’ Kecamatan Gembong Kabupaten Pati.

2. Sumber Data

Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.32

Data yang

diperlukan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi :

27

Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru,

1989, 199. 28

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002, 177. 29

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Alfabeta, 2005, 36. 30

Sugiyono, Memahami Penelitian..., 36. 31

Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: SIC, 2002, 24. 32

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Bina

Aksara, 1983, 102.

a. Sumber data primer atau sumber data utama.

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah sumber data

yang diperoleh dan dikumpulkan langsung dari informan yang terdiri

dari kata-kata dan tindakan.33

Dalam hal ini adalah kata-kata dan

tindakan pengasuh pondok pesantren, santri, tokoh masyarakat, dan

masyarakat yang ada di sekitar Ponpes Entrepreneur Al Mawaddah

Jekulo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus dan Ponpes Shofa

Azzahro’ Kecamatan Gembong Kabupaten Pati.

b. Sumber data sekunder atau sumber data pendukung.

Sumber data sekunder atau data tambahan dalam penelitian

ini adalah dokumen atau bahan tertulis serta bahan kepustakaan,

yakni buku-buku, artikel, jurnal ilmiah, dokumen-dokumen dan

koran yang relevan dengan penelitian ini.34

Sumber data pendukung lainnya adalah dokumentasi foto,

misalnya foto-foto kegiatan yang dilakukan oleh Ponpes

Entrepreneur Al Mawaddah Jekulo Kecamatan Jekulo Kabupaten

Kudus dan Ponpes Shofa Azzahro’ Kecamatan Gembong Kabupaten

Pati, segala aktifitas maupun sarana prasarana yang ada, dan seluruh

aktifitas yang dapat menunjang dalam memberikan gambaran pada

aspek-aspek tertentu.

33

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian …, 102. 34

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian …, 102.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan pada natural

setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik

pengumpulan lebih banyak pada observasi berperan serta (participant

observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan

dokumentasi. Ada beberapa teknik pengumpulan data yang penulis

gunakan dalam penelitian ini, yaitu: observasi, wawancara, dan

dokumentasi.

a. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik

terhadap gejala-gejala yang diselidiki.35

Jika suatu data yang

diperoleh kurang meyakinkan, biasanya peneliti akan menanyakan

kepada subyek secara langsung, tetapi karena hendak memperoleh

keyakinan terhadap keabsahan data tersebut jalan yang ditempuh

adalah mengamati sendiri yang berarti mengalami langsung

peristiwanya. Pada teknik pengumpulan data ini, peneliti

mengadakan observasi tentang : a) Kegitan keagamaan santri di

Ponpes Entrepreneur Al Mawaddah Jekulo Kecamatan Jekulo

Kabupaten Kudus dan Ponpes Shofa Azzahro’ Kecamatan Gembong

Kabupaten Pati; b) Kegitan ekonomi atau bisnis di Ponpes

Entrepreneur Al Mawaddah Jekulo Kecamatan Jekulo Kabupaten

35

Cholid Narbuko & Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta, 2009,

Cet. X, 70.

Kudus dan Ponpes Shofa Azzahro’ Kecamatan Gembong Kabupaten

Pati.

b. Wawancara

Wawancara yaitu metode pengambilan data dengan cara

menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan atau

responden. Caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap

muka.36

Dalam penelitian ini penulis akan melakukan wawancara

kepada pengasuh pondok pesantren, kyai dan santri untuk

memperoleh data mengenai konsep dan pelaksanaan berbagai

macam kegiatan di pondok pesantren Al Mawaddah Center Desa

Hongosoco Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus dan Ponpes Shofa

Azzahro’ Kecamatan Gembong Kabupaten Pati..

a. Dokumentasi

Dokumentasi ini berupa arsip-arsip tentang profil Ponpes

Entrepreneur Al Mawaddah Jekulo Kecamatan Jekulo Kabupaten

Kudus dan Ponpes Shofa Azzahro’ Kecamatan Gembong Kabupaten

Pati, sarana prasarana, dan kegiatan kewirausahaan yang dilakukan

di pondok pesantren dalam membentuk nilai kewirausahaan dn

kepemimpinan religius santri.

4. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan

secara terus menerus selama pengumpulan data berlangsung sampai pada

36

Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: CV.

Pustaka Setia, 2009, 131.

akhir penelitian atau penarikan kesimpulan. Analisis data dalam

penelitian ini mengikuti alur yang dinyatakan oleh Miles dan Huberman,

yaitu: pengumpulan data, reduksi data (data reduction), penyajian data

(data display) dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclusion

drawing / verivication).37

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembaca mengetahui pokok-pokok pembahasan

Tesis ini, maka penulis mengelompokkan menjadi tiga bagian yaitu bagian

awal, bagian isi dan bagian akhir.

Bagian awal ini meliputi: Halaman Sampul, Halaman Judul,

Halaman Pengesahan, Halaman Pernyataan, Abstrak, Prakata, Daftar Isi,

Daftar Tabel, dan Daftar Gambar, Daftar Singkatan, Daftar Lampiran.

Sedangkan bagian inti dalam penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab.

Bab pertama yaitu Pendahuluan, yang terdiri atas Latar Belakang

Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kajian Pustaka, Kerangka

Teori, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab kedua yaitu Internalisasi Nilai Kewirausahaan Santri.

Bab ketiga yaitu Internalisasi Nilai Kepemimpinan Religius Santri.

Bab keempat yaitu Faktor Pendukung dan Penghambat dalam

Membentuk Nilai Kewirausahaan dan Kepemimpinan Religius Santri.

37

Sugiyono, Memahami Penelitian..., 91.

Bab kelima adalah Penutup, yang berupa Kesimpulan dan Saran

Teoritis Maupun Praktis. Adapun pada bagian akhir berisi tentang Daftar

Pustaka dan Lampiran-Lampiran.

BAB II

INTERNALISASI NILAI KEWIRAUSAHAAN SANTRI

A. Ponpes Entrepreneur Al Mawaddah Jekulo Kudus

1. Profil Ponpes Entrepreneur Al Mawaddah Jekulo Kudus

Pondok Pesantren al-Mawaddah terletak di Desa Honggosoco RT. 06 RW.

01 Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus. Pondok pesantren ini terletak

bersebelahan dengan rumah pengasuhnya di samping jalan menuju IAIN

Kudus sehingga mudah sekali dijangkau.

Secara geografis, letak Pondok Pesantren al-Mawaddah sebelah

utara berbatasan dengan sawah dan ladang yang sangat luas, sebelah timur

berbatasan dengan rumah penduduk dengan apotik, sebelah selatan

berbatasan dengan Masjid Baitul Mu’minin dan sebelah barat berbatasan

dengan rumah Kiai Miftahuddin dan MTs-MA Hasyim Asy’ari 03

Honggosoco Jekulo Kudus.

Pondok Pesantren al-Mawaddah Honggosoco Jekulo Kudus

didirikan sekitar tahun 2008 oleh KH. Sofyan Hadi, Lc., M.A yang

dahulunya alumni S1 Fakultas Syari’ah wal-Qanun al-Azhar Kairo,

kemudian S2 Fakultas Interregious and Cross-Cultural Studies UGM

Yogyakarta. Tentunya KH. Sofyan Hadi, Lc., M.A tidak sendirian, karena

semua dorongan dan tekad istrinya juga Hj. Siti Khodijah al-Hafidzah,

alumni Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an Kudus.

24

Kurikulum yang digunakan di pesantren ini adalah kurikulum yang

mengakomodasi kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Kudus

menyangkut ajaran Sunan Kudus tentang GUSJIGANG (akronim dari :

bagus akhlak lan budine, pinter ngaji lan dagang).

Santri yang mondok / belajar di Pondok Pesantren al-Mawaddah

bejumlah 30, santri tersebut kebanyakan berasal dari sekitar Kudus,

sebagian berasal dari beberapa kabupaten yang berada di Jawa dan luar

Jawa bahkan ada yang berasal dari Kalimantan Timur.38

Jumlah Kiai / Masyayikh adalah 8 orang, yaitu KH. Sofyan Hadi,

Lc., M.A, Nyai Hj. Siti Khodijah, KH. Miftahuddin, Ustadz Khaiyuddin,

Ustadz Mu’taddin Ali, Ustadz Rasyidi, Ustadz Nur Said, M.A., M.Ag,

Ustadz Ersyad Qomar, ST.

Adapun sarana dan prasaranan yang dimiliki Pondok Pesantren al-

Mawaddah Honggosoco Jekulo Kudus ini diantaranya adalah gedung

asrama, gedung aula, kamar mandi, kantor keamanan, laboratorium

komputer, dan dapur.39

2. Bentuk Kegiatan Kewirausahaan Santri di Ponpes Entrepreneur Al

Mawaddah Jekulo Kudus.

Pondok pesantren Al-Mawaddah memiliki beberapa kegiatan ekonomi

atau usaha, diantaranya adalah toko, Pertamini, jasa penimbangan tebu,

agrowisata (budidaya ikan lele, budidaya buah naga, out bond dan

38

Ahmad Afandi (Ketua Pondok Pesantren al-Mawaddah), Wawancara Pribadi, Tanggal 5

Desember 2018, 13.05 WIB 39

Profil Pondok Pesantren al-Mawaddah, Sarana dan Prasarana Santri Pondok Pesantren

al-Mawaddah Honggosoco Jekulo Kudus, Tahun 2018

hidroponik), terapi ikan, smart parenting, dan travel atau biro perjalanan

yang diberi nama Namira Tour.

Adapun kegiatan keagamaan santri di pondok pesantren Al-

Muwaddah diantaranya adalah mujahadah surat al-Waqi’ah dan mengaji

beberapa kitab salaf, kemudian pada tengah malam para santri melakukan

Qiyam al-lail (sholat tahajjud dan mujahadah Asma’ al-Husna), kemudian

dilanjutkan sholat Subuh berjama’ah, setelah itu dilanjutkan mengaji kitab

Ihya’ Ulum ad-Din.

Penerapan kegiatan kewirausahaan dan kepemimpinan religius santri

di Pondok Pesantren Al-Mawaddah Centre dilaksanakan dari pihak

pesantren dengan memberikan materi-materi tentang keilmuan

kewirausahaan dan kepemimpinan religius, serta pihak pesantren

memberikan motivasi-motivasi yang bersifat membangun semangat para

santri menjadi seorang wirausahawan dan pemimpin dan pemberian arahan

serta bimbingan kepada santri.

Dalam melakukan kegiatan kewirausahaan yang dilakukan oleh para

santri, setiap hari para kyai atau ustadz melakukan pendampingan dan

melakukan pengawasan dalam proses kewirausahaan yang dilakukan

santri. Kemudian sore harinya dilakukan kegiatan evaluasi yang dilakukan

santri dan pengurus pondok, evaluasi tersebut tentang kendala dan

keuntungan serta pemberian upah terhadap santri.

B. Ponpes Shofa Azzahro’ Gembong Pati

1. Profil Ponpes Shofa Azzahro’ Gembong Pati

Pondok Pesantren Shofa Azzahro’ (PPSA) merupakan Ponpes putra-putri

Modern yang terletak di Desa Gembong, Kec. Gembong, Kabupaten Pati,

didirikan oleh KH. Imam Shofwan dan Hj. Fatimah Azzahro’. Pendirian

pesantren ini, pada hakikatnya dilandasi oleh tanggung jawab sosial

sebagai anggota masyarakat untuk membina dan mendidik generasi muda

dalam mempelajari, memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam

yang lurus. Mengingat, saat ini semakin banyak lingkungan di sekitar kita

yang tumbuh subur perilaku-perilaku yang melanggar syariat (tidak

terpuji).

Selain itu, seiring dengan perkembangan era digital, PP Shofa

Azzahro’ (PPSA) juga membekali para santri supaya memiliki bermacam-

macam keahlian, yaitu memadukan pendidikan agama, skill dan penguatan

kepribadian. Tujuannya, menjadikan out put santri PPSA menjadi calon-

calon Ulama’, Da’i/Da’iyah, pemimpin, pendidik atau entrepreuner yang

disiplin, berwawasan luas, kreatif, profesional dan berakhlaqul karimah.

PP Shofa Azzahro’ (PPSA) sebenarnya sudah berjalan sejak tahun

1990an, hanya saja masih bersifat informal. Seiring berjalannya waktu,

PPSA semakin mendapatkan kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu,

pada tanggal 10 Maret 2009 PPSA memperoleh ijin operasional dari

Kementerian Agama (Kemenag) dengan nomor piagam:

Kd.11.18/5/PP.00. 71785/2009.

Pada tahun 2015, PP Shofa Azzahro’ membuka program khusus

terpadu lantaran telah rampungnya infrastruktur utama berupa gedung

megah (3 lantai) senilai 5,1 M (Rp. 5.196.000.000,00) di lahan wakaf dari

KH. Nur Kholid Margerojo Pati, proyek besar itu guna mewujudkan

Ponpes yang berkualitas dan sehat. Pada tahun ajaran baru ini, Program

Terpadu Ponpes Shofa Azzahro’ menerima calon santri putra dan putri

yang akan masuk jenjang MI (akreditasi A), MTs (akreditasi A), dan MA

serta SMK (Akreditasi B).40

Pendidikan skill yang diberikan oleh Pondok Pesantren Shofa

Azzahro' bertujuan untuk mempersiapkan para santriwan-santriwati untuk

bersaing di dunia global. Hal ini diantaranya adalah dengan diadakannya

kelas komputer, entrepreneur, kelas jurnalistik, dan public speaking.

Lembaga dan unit kegiatan Pondok Pesantren Shofa Azzahro'

bertujuan untuk memberi ruang para santriwan-santriwati untuk

mengembangkan diri berdasarkan bakat dan minat yang dimiliki. Selain

itu, dua lembaga seperti Lembaga Kesehatan Reproduksi Shofa Azzahro'

dan Lembaga Anti Bullying Shofa Azzahro' adalah sebuah pembaharuan

di dunia pesantren sebagai upaya untuk melatih para santri hidup sehat dan

hidup bebas kekerasan (fisik maupun psikis).

Santri yang belajar atau mondok di Ponpes ini ada 71 santri yang

berasal dari daerah sekitar ponpes. Adapaun Dewan Pengurus Pondok

Pesantren Shofa Azzahro Gembong Pati adalah KH. Imam Shofwan,

40

Profil Pondok Pesantren Shofa Azzahro’, Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren

Shofa Azzahro’ Gembong Pati, Tahun 2018

S.Pd.I., KH. Muhammad Sudirman, S.Pd.I., KH. Nur Kholid, S.Pd.I., Kyai

Sholikhin, S.Pd.I.

Sedangkan yang menjadi Pengurus Harian adalah Hj. Fatimah

Azzahro, S.Pd.I (Mudir Ponpes Perempuan), Faiz Aminuddin, MA (Mudir

Ponpes Putra), Muhammad H. Taufiq, S.Pd.I (Sekretaris), Maria Ulfah,

S.Ag (Bendahara), Arfian Darmansyah, Lc, M.Hum (Kaur Bahasa Asing),

Kyai Ahmad Mohari, S.Pd.I al-Hafidz (Kaur Bimas), Arif Sugianto, S.Pd.I

(Kaur Kesenian), Bpk. Abdurrahman (Humas & Sarana Prasarana).

2. Bentuk Kegiatan Kewirausahaan Santri Ponpes Shofa Azzahro’ Gembong

Pati

Pondok Pesantren Shofa Azzahro’ (PPSA) merupakan Ponpes putra-putri

Modern yang terletak di Desa Gembong, Kec. Gembong, Kabupaten Pati.

Pendidikan skill yang diberikan oleh Pondok Pesantren Shofa Azzahro'

bertujuan untuk mempersiapkan para santriwan-santriwati untuk bersaing

di dunia global. Program tersebut diantaranya adalah:

Tabel 1

Program Pendidikan Skill Pondok Pesantren Shofa Azzahro'41

No Jenis Pelatihan Keterangan

1. Kelas Komputer Melatih penguasaan teknologi

2. Entrepreneur Mendidik kemadirian santri

3. Kelas Jurnalistik Melatih kesadaran menulis santri

4. Public Speaking Modal menjadi Pemimpin/Da’i

41

Hasil Observasi di Ponpes Shofa Azzahro’ tanggal 28 Februari 2019.

Lembaga dan unit kegiatan Pondok Pesantren Shofa Azzahro'

bertujuan untuk memberi ruang para santriwan-santriwati untuk

mengembangkan diri berdasarkan bakat dan minat yang dimiliki. Selain

itu, dua lembaga seperti Lembaga Kesehatan Reproduksi Shofa Azzahro'

dan Lembaga Anti Bullying Shofa Azzahro' adalah sebuah pembaharuan

di dunia pesantren sebagai upaya untuk melatih para santri hidup sehat dan

hidup bebas kekerasan (fisik maupun psikis).

Tabel 2

Kelembagaan Kegiatan Pondok Pesantren Shofa Azzahro'42

Nama Unit Kegiatan Keterangan

1. Pengabdian Masyarakat Membina 12 desa

2. Lembaga Bahasa Asing Bahasa Inggris dan Arab

3. Lembaga Anti Bullying Mencegah kekerasan

4. Buletin Shofa Azzahro Terbit setiap 1 bulan sekali

5. Kesenian Silat, Qiro’, Marching Band

6. Sport Community Wadah Bakat/Minat Olahraga

7. Go Green Community Menjadi Duta Pelestari Alam

C. Internalisasi Nilai Kewirausahaan Santri

Kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan kegiatan usaha

yang menerapkan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan persoalan

dengan menemukan peluang dan siap menghadapi resiko yang mempunyai

tujuan mencapai kesuksesan dari segi materi dan non materi.

42

Hasil Observasi di Ponpes Shofa Azzahro’ tanggal 28 Februari 2019.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti bagaimana peran pesantren

dalam pembentukan nilai kewirausahaan santri di Pondok Pesantren. Pondok

pesantren tidak hanya berperan sebagai tempat pembelajaran ilmu agama

saja, tetapi juga mempunyai peran dalam menumbuhkan jiwa wirausaha

santri. Santri-santri juga harus diberi pengetahuan dan pembekalan tentang

kewirausahaan.

Di era globalisasi sekarang ini, pesantren harus membangun sumber

daya manusia, tidak cukup dengan membangun satu aspek jiwa spiritual saja

melainkan diperlukan pula berbagai pengetahuan dan ketrampilan (skill) yang

selama ini masih kurang mampu dipenuhi oleh pondok pesantren.

Pengembangan semangat entrepreneurship berbasis pesantren merupakan

salah satu cara bagi pesantren dibidang pengembangan sumber daya santri.

Adanya dorongan dan motivasi dari pihak pesantren akan melahirkan

generasi santri yang memiliki jiwa entrepreneurship yang nantinya tidak

hanya berguna bagi pribadi tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi

perekonomian negara.

Penerapan kegiatan kewirausahaan dan kepemimpinan religius santri di

Pondok Pesantren Al-Mawaddah Centre dilaksanakan dari pihak pesantren

dengan memberikan materi-materi tentang keilmuan kewirausahaan dan

kepemimpinan religius, serta pihak pesantren memberikan motivasi-motivasi

yang bersifat membangun semangat para santri menjadi seorang

wirausahawan dan pemimpin dan pemberian arahan serta bimbingan kepada

santri.

Sedangkan dalam melakukan kegiatan kewirausahaan yang dilakukan

oleh para santri, setiap hari para kyai atau ustadz melakukan pendampingan

dan melakukan pengawasan dalam proses kewirausahaan yang dilakukan

santri. Kemudian sore harinya dilakukan kegiatan evaluasi yang dilakukan

santri dan pengurus pondok, evaluasi tersebut tentang kendala dan

keuntungan serta pemberian upah terhadap santri.

Adapun di Pondok Pesantren Shofa Azzahro pembentukan nilai

kewirausahaan dan kepemimpinan para santri dilakukan dengan mengadakan

pelatihan-pelatihan yang bekerja sama dengan institusi lain.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Faiz Aminuddin, MA yang

menyatakan bahwa:

Pelaksanaan kegiatan Kewirausahaan dan kepemimpinan para

santri dilakukan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan yang

bekerja sama dengan institusi lain. Seperti pelatihan penguasaan

teknologi bekerjasama dengan LTNU, pelatihan pengkaderan

bekerjasama dengan IPMAFA dan lain sebagainya. Selain itu,

pondok pesantren Shofa Azzahro’ juga membuka kelas untuk

sekolah atau lembaga pendidikan formal mulai dari MI, MTs, MA

dan SMK. 43

Adanya bentuk kegiatan di atas sesuai dengan pengertian

entrepreneurship, yaitu segala hal yang berkaitan dengan sikap, tindakan, dan

proses yang dilakukan oleh para enterprenuer dalam merintis, menjalankan,

dan mengembangkan usaha mereka.

Begitu juga pengertian Entrepreneur bukanlah sekedar pedagang,

namun bermakna jauh lebih dalam, yaitu berkenaan dengan mental manusia,

43

Wawancara dengan Bapak FAiz Aminuddin, MA, Pengasuh Pondok Pesantren Shofa

Azzahro’, pada tanggal 28 Februari 2019

rasa percaya diri, efesiensi waktu, kreatifitas, ketabahan, keuletan,

kesungguhan, dan moralitas dalam menjalankan usaha mandiri. Tujuan

akhirnya adalah untuk mempersiapkan setiap individu maupun masyarakat

agar dapat hidup layak sebagai manusia. Kehadirannya ditunjukan untuk

mengembangkan dirinya, masyarakat alam, serta kehidupan dengan semua

aktifitasnya.

Hal ini juga selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Sunarsih yang menunjukkan bahwa kemampuan kewirausahaan

(entrepreneurship) menjadi salah satu hal yang harus digiatkan di lembaga

pendidikan pondok pesantren, tujuannya agar supaya santri tidak hanya

mampu menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku sekolah atau Pondok

Pesantren, tetapi juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan bukan sibuk

untuk mencari lapangan pekerjaan yang semakin terbatas.

Kewirausahaan di sini hendaknya jangan dipahami hanya sekedar

kemampuan membuka usaha sendiri. Namun lebih dari itu, kewirausahaan

haruslah dimaknai sebagai momentum untuk mengubah mentalitas, pola fikir,

dan perubahan sosial budaya. Contohnya adalah dengan memberikan

kecakapan hidup (life skill) yang berupa kemampuan beternak, budidaya

perikanan, berdagang (misalnya membuka toko kelontong), perbengkelan

otomotif, dan permebelan.44

Dari pemaparan di atas akan sinkron dengan ajaran Islam yang

mengajarkan untuk manusia akan sukses di dunia dan akhiratnya jika

44

Sunarsih, Pengembangan Budaya Kewirausahaan Berbasis Syariah Untuk Menciptakan

Pengusaha Dari Lingkungan Santri Pada Pondok Pesantren Di Kabupaten Jember, Jurnal

Ekonomi, (2016), 2.

seimbang antara ibadah dan juga usaha karena yang dapat merubah nasib

manusia adalah diri manusia sendiri bukanlah orang lain. Hal ini sangat

sinkron dengan firman Allah dalam al-Qur’an al Karim:

ه إن ... ا بأهنفسهم ٱلل يروا مه تى يغه ا بقهوم حه ير مه ١١ ... له يغه

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan suatu kaum sehingga

mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. 45

Dari ayat di atas sudah jelas kalau manusia ingin sukses baik di dunia

maupun akhirat itu disamping dengan bantuan do’a juga tergantung dari

manusia itu sendiri, tinggal manusia itu mau berusaha ataupun tidak. Apapun

profesi ataupun pekerjaan yang manusia laksanakan saat ini adalah atas dari

dirinya sendiri, karena pada hakikatnya manusia yang merencanakan dan

melakukan segala sesuatu yang dilakukannya, baik buruk nantinya tergantung

dari manusia sendiri.

45

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an ....., 382.

BAB III

INTERNALISASI NILAI KEPEMIMPINAN RELIGIUS SANTRI

A. Bentuk Kegiatan Kepemimpinan Religius Santri di Ponpes Entrepreneur

Al Mawaddah Jekulo Kudus.

Pondok pesantren Al-Mawaddah memiliki beberapa kegiatan untuk melatih

jiwa kepemimpina bagi para santri. Adapun kegiatan kepemimpinan religius

santri di pondok pesantren Al- Mawaddah diantaranya adalah mujahadah

surat al-Waqi’ah dan mengaji beberapa kitab salaf, kemudian pada tengah

malam para santri melakukan Qiyam al-lail (sholat tahajjud dan mujahadah

Asma’ al-Husna), kemudian dilanjutkan sholat Subuh berjama’ah, setelah itu

dilanjutkan mengaji kitab Ihya’ Ulum ad-Din.

Kegiatan-kegiatan tersebut terjadwal dan dilaksanakan oleh para santri

dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab sesuai dengan jadwal

yang tertera. Selain itu, ada juga tata tertib santri di pondok pesantren. tata

tertib ini mengatur hal-hal apa saja yang diperbolehkan dan hal-hal apa yang

tidak diperbolehkan dikerjakan oleh santri.

Tata tertib tersebut adalah: 46

1. Aturan Makro

a. Setiap santri wajib mengamalkan ajaran Al-Qur‟an dan Sunnah

Rasulullah SAW.

b. Mematuhi segala ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan oleh

jajaran pengurus pondok.

46

Hasil Observasi di Ponpes Entrepreneur AL Mawaddah tanggal 29 Februari 2019.

35

c. Menjaga dan memelihara nama baik Pondok Pesantren

d. Berakhlak mulia

e. Memiliki tanda anggota santri pondok pesantren.

2. Aturan Mikro

a. Melaksanakan sholat fardlu dan wirid berjama’ah di masjid sesuai

waktu yang telah ditentukan

b. Mengikuti setiap kegiatan yang telah ditetapkan oleh pondok

c. Mengikuti pelajaran sesuai dengan jadwal yang telah ditetukan

d. Tidur malam pada pukul 22.00 WIB, dan bangun pada pukul 03.30

WIB

3. Ketetapan Larangan

a. Minum-minuman keras

b. Menkonsumsi obat-obatan terlarang di dalam/luar lingkungan pondok

c. Menonton ke tempat bioskop, bermain game, atau pertunjukan lainnya

tanpa izin pondok

d. Membawa radio, hp, TapeRecorder, majalah, foto/gambar yang tidak

baik

e. Membawa senjata tajam atau benda-benda lain yang membahayakan

f. Keluar dari pintu gerbang pondok tanpa izin pengurus sebelumnya

ketika pembelajaran

g. Duduk/nongkrong di warung makanan/minuman

h. Memasuki kamar santri lain tanpa izin dari yang berhak

i. Tidur di tempat/ranjang santri lain tanpa izin terlebih dahulu

j. Membawa/memakai barang santri lain tanpa izin terlebih dahulu

k. Berbicara buruk dan tidak pantas

4. Sanksi-sanksi

a. Diberi nasihat/teguran peringatan oleh ustadz/pengurus

b. Diberikan hukuman/takdzir sesuai dengan kesalahannya

Selain kegiatan tersebut di atas, dari pondok pesantren Al Mawaddah

juga menanamkan dan menekankan akan arti pentingnya sifat jujur, disiplin,

tanggung jawab dan kerjasama dalam menjalankan setiap kegiatan, baik itu

kegiatan kewirausahaan maupun kegiatan keagamaan yang diikuti oleh para

santri. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh KH. Sofyan Hadi, Lc., MA.

Bahwa:

Dalam menanamkan nilai kepemimpinan bagi para santri di

pondok ini, kami mencoba membiasakan dan menekankan akan

arti pentingnya sifat jujur, disiplin dan tanggung jawab dalam

setiap kegiatan yang diikuti para santri. Tujuannya supaya para

santri terbiasa dengan sifat tersebut, sehingga nantinya ketika

sudah boyong atau bermasyarakat sifat tersebut akan tetap

melekat pada diri santri.47

Dari hasil wawancara tersebut terlihat bahwa para santri di Ponpes

Entrepreneur Al Mawaddah akan diajarkan berbagai kegiatan yang

menanamkan berbagai sifat dalam karakter kepemimpinan seperti disiplin dan

bertanggung jawab. Tujuan dari semua tersebut untuk mewujudkan santri

yang berkualitas menjadi pemimpin dalam dirinya sendiri, keluarga, maupun

masyarakat.

47

Wawancara dengan KH. Sofyan Hadi, Lc, Pengasuh Pondok Pesantren Al Mawaddah,

pada tanggal 25 Februari 2019

B. Analisis Bentuk Kegiatan Kepemimpinan Religius Santri Ponpes Shofa

Azzahro’ Gembong Pati

Kegiatan kepemimpinan yang ditanamkan kepada para santri di Pondok

Pesantren Shofa Azzahro’ (PPSA) Desa Gembong, Kec. Gembong,

Kabupaten Pati diantaranya adalah melaui kegiatan-kegiatan sebgai berikut:

Tabel 3

Kegiatan Kepemimpinan Pondok Pesantren Shofa Azzahro'48

No Jenis Pelatihan Keterangan

1. Public Speaking Modal menjadi Pemimpin/Da’i

2. Pengabdian Masyarakat Melatih hidup bermasyarakat

3. Lembaga Anti Bullying Mencegah kekerasan

4. Go Green Community Melatih cinta lingkunagan

Kegiatan-kegiatan di Pondok Pesantren Shofa Azzahro' tersebut

bertujuan untuk memberi ruang para santriwan-santriwati untuk

mengembangkan diri.

Public Speaking atau Khitobah misalnya, kegiatan ini adalah kegiatan

rutin setiap hari selasa ba’da sholat isya’ yang diadakan dua minggu sekali.

Petugas khitobah bergantian sesuai dengan jadwal yang telah dibuat para

pengurus pondok. Tiap acara khitobah, yang menjadi petugas acaranya adalah

satu kamar santri yang mendapat giliran tiap dua minggunya. Sebelum

acaranya dilaksanakan, kamar yang mendapat jadwal khitobah melakukan

latihan sebelumnya agar penampilan nantinya bisa maksimal dan tidak

48

Hasil Observasi di Ponpes Shofa Azzahro’ tanggal 28 Februari 2019.

menjadi tertawaan karena kurangnya persiapan sebelumnya. Di dalam

kegiatan khitobah tersebut, ada beberapa santri dari kamar yang mendapatkan

jadwal untuk bertugas menjadi MC, penceramah, sholawatan, dan qori‟

(tilawah). Sehingga semua santri akan mendapatkan jatah dalam kegiatan

khitobah tersebut. 49

Pelaksanaan khitobah ini bertujuan melatih kedisiplinan bagi para

petugasnya untuk menunjukkan seberapa besar keseriusan mereka dalam

mengemban tugas dari ponpes. Bukan hanya bagi petugas saja, namun juga

melatih kedisiplinan bagi semua santri dalam mengikuti kegiatan khitobah

agar mendapatkan manfaatnya khususnya di dalam internalisasi karakter

disiplin bagi para santri sebagai calon pemimpin yang diharapkan mampu

membawa umat Islam ke cahaya kejayaan dunia hingga akhirat.

Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Bapak Faiz Aminuddin, MA

yang menyatakan:

Kegiatan Public Speaking ini adalah untuk melatih kedisiplinan

bagi semua santri dalam mengikuti kegiatan khitobah agar

mendapatkan manfaatnya khususnya di dalam internalisasi

karakter disiplin bagi para santri sebagai calon pemimpin yang

diharapkan mampu membawa umat Islam ke cahaya kejayaan

dunia hingga akhirat50

Pada kegiatan go green community diantaranya dilaksanakan melaui

piket kebersihan pondok sudah dijadwalkan kepengurusan. Setiap harinya ada

santri satu kamar yang bertugas piket kebersihan. Santri putra yang bertugas

piket harus membersihkan area pondok putra yaitu mushola, teras pondok,

49

Hasil Observasi di Ponpes Shofa Azzahro’ tanggal 28 Februari 2019. 50

Wawancara dengan KH. Sofyan Hadi, Lc., Pengasuh Pondok Pesantren Entrepreneur Al

Mawaddah, pada tanggal 25 Februari 2019

dan kamar mandi. Adapun bagi santri putri, mereka membersihkan pendopo

pondok, kamar mandi, dapur, teras pondok, dan teras rumah kyai. Alat yang

digunakan untuk melaksanakan piket kebersihan pondok seperti sapu lidi,

sapu lantai, pel lantai, sikat, cangkul, tempat sampah, dan ekrak sampah. 51

Pelaksanaan piket kebersihan mempunyai tujuan dalam internalisasi

karakter kepemimpinan khususnya dalam penerapan sifat keadilan antar

anggota dalam kerjasama tim. Dengan tokoh utamanya yaitu ketua kamar

sebagai pemegang keadilan bagi anggota-anggotanya.

C. Internalisasi Nilai Kepemimpinan Religius Santri

Temuan data hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti mengenai

internalisasi nilai kepemimpinan religius santri di Ponpes Entrepreneur Al

Mawaddah Jekulo Kudus melalui beberapa sifat kepemimpinan, seperti

tanggung jawab, kedisiplinan, serta berbagai sifat lain yang diberikan kepada

santri dan diterapkan di pondok.

Menurut KH. Sofyan Hadi, Lc., MA, para santri di Ponpes

Entrepreneur Al Mawaddah akan diajarkan berbagai kegiatan yang

menanamkan berbagai sifat dalam karakter kepemimpinan seperti disiplin dan

bertanggung jawab. Tujuan dari semua tersebut untuk mewujudkan santri

yang berkualitas menjadi pemimpin dalam dirinya sendiri, keluarga, maupun

masyarakat.

Dalam menanamkan nilai kepemimpinan bagi para santri di

pondok ini, kami mencoba membiasakan dan menekankan akan

arti pentingnya sifat jujur, disiplin dan tanggung jawab dalam

51

Hasil Observasi di Ponpes Shofa Azzahro’ tanggal 28 Februari 2019.

setiap kegiatan yang diikuti para santri. Tujuannya supaya para

santri terbiasa dengan sifat tersebut, sehingga nantinya ketika

sudah boyong atau bermasyarakat sifat tersebut akan tetap

melekat pada diri santri.52

Dalam internalisasi nilai kepemimpinan esensinya adalah penanaman

nilai-nilai yang positif sama halnya dengan pendidikan karakter. Hal yang

hampir sama juga ditemukan di Ponpes Shofa Azzahro Gembong Pati, yang

juga menanamkan nilai kepemimpinan kepada para santrinya. Internalisasi

nilai kepemimpinan di Ponpes Shofa Azzahro diantaranya dilaksanakan

melalui kegiatan public speaking, pengabdian masyarakat, Go Green

Community.

Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Bapak Faiz Aminuddin, MA

yang menyatakan:

Kegiatan untuk membentuk nilai kepemimpinan di pondok ini

sebagaimana di beberapa profil kegiatan pondok yang jenengan

ambil tadi, ada public speaking atau khitobah, pengabdian

masyarakat, Go Green Community atau Menjadi Duta Pelestari

Alam. 53

Dari dua Pondok Pesantren tersebut telah dilakukan beberapa kegiatan

bagi para santrinya dalam internalisasi nilai kepemimpinan sebagai usaha dari

pondok untuk bekal kepada para santrinya.

Berbagai kegiatan yang ada di ponpes seperti kegiatan khitobah, piket

kebersihan, usaha, sholat berjama’ah, yasinan, sholawatan, manaqiban, dan

kegiatan lain sebagainya serta sifat disiplin, tanggung jawab, adil, dan kerja

52

Wawancara dengan KH. Sofyan Hadi, Lc, Pengasuh Pondok Pesantren Al Mawaddah,

pada tanggal 25 Februari 2019 53

Wawancara dengan KH. Sofyan Hadi, Lc., Pengasuh Pondok Pesantren Entrepreneur Al

Mawaddah, pada tanggal 25 Februari 2019

sama merupakan aplikasi dari misi ponpes tersebut yang ingin memberikan

bekal dalam kehidupan yang lebih nyata agar santri bisa menjadi pemimpin

umat “siap memimpin dan siap dipimpin”. Dengan internalisasi nilai

kepemimpinan santri melalui melalui hal-hal tersebut di atas, diharapkan

nantinya akan muncul pemimpin yang mempunyai jiwa kepemimpinan sebgai

berikut:

1. Kepemimpinan yang dapat merubah dirinya kepada hal yang positif,

sehingga memunculkan sifat tanggung jawab pada diri sendiri, keluarga,

dan masyarakat.

2. Kepemimpinan terhadap diri sendiri, yang mana santri dilatih untuk

mempunyai jiwa kepemimpinan, mampu berorganisasi dalam skala mikro,

misalnya dalam bekerja sama satu kamar. Sehingga dari tahapan tersebut

akan tertanam pada diri santri kepada jiwa yang bisa bekerja sama dengan

tim, disiplin, dan tanggung jawab.

3. Kepemimpinan yang berkaitan dengan masyarakat, santri dibiasakan

bersosialisasi dan bergaul dengan orang lain, memahami hak dan

kewajiban sesama umat Islam, dan menjunjung tinggi rasa toleransi antar

umat beragama.

4. Internalisasi karakter yang berorientasi pada nilai-nilai kepemimpinan,

yaitu disiplin, bertanggung jawab, adil, dan kerja sama.

5. Metode yang digunakan, metode internalisasi karakter kepemimpinan yang

efektif dalam kehidupan di PPMQ yaitu keteladanan (uswatun hasanah),

pembiasaan berperilaku baik sebagai pembangun jiwa yang baik pula,

nasihat yang membangun, dan hukuman dalam menegakkan kedisiplinan..

Internalisasi nilai kepemimpinan santri di atas menurut peneliti sudah

baik, karena dengan adanya berbagai upaya diatas, bisa membentuk

pemimpin umat yang unggul, berkualitas dan sesuai dengan kondisi zaman.

Namun dari hasil yang akan dicapai dan serta cara internalisasi nilai

kepemimpinan santri perlu sekali untuk ditingkatkan, agar bukan hanya

beberapa santri terbentuk jiwa kepemimpinan, akan tetapi diharapkan semua

santri memiliki jiwa kepemimpinan yang akan menjadi pengokoh dan

perubahan yang baik dalam lingkup Islam khususnya, dan lingkup

masyarakat luas pada umumnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, Mulyasa mengatakan bahwa peserta

didik (santri) harus dibekali dengan berbagai kemampuan sesuai dengan

tuntutan zaman dan reformasi yang sedang bergulir, guna menjawab

tantangan globalisasi, berkontribusi pada pembangunan masyarakat dan

kesejahteraan sosial, lentur, dan adaptif terhadap berbagai perubahan.54

Maka dari itu peran pondok pesantren dalam menanamkan atau

membentuk nilai kepemimpinan yang dilandasi nilai-nilai agama adalah

sangat dan diperlukan dan sangat penting bagi peserta didik salah satunya

adalah santri.

54

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi …, vi.

BAB IV

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT DALAM MEMBENTUK

NILAI KEWIRAUSAHAAN DAN KEPEMIMPINAN RELIGIUS SANTRI

A. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Membentuk Nilai

Kewirausahaan Dan Kepemimpinan Religius Santri

Suatu kegiatan pasti ada faktor penghambat dan pendukung yang dihapinya,

begitu juga dengan pondok pesantren al-Mawaddah Honggosoco Jekulo

Kudus dan pondok pesantren shofa Azzahro’ Gembong Pati dalam proses

membentuk atau menanamkan nilai kewirausahaan dan kepemimpinan

religius kepada para santri. Faktor penghambat dan pendukung tersebut

diantaranya adalah :

1. Faktor Penghambat

a. Jam sekolah atau kuliah sama jam kerja belum diatur secara maksimal.

Hal tersebut di karenakan rata-rata santri yang mondok adalah anak

sekolah atau kuliah, jadi waktu sangat menghambat kegiatan

entrepreneurship di pondok pesantren tersebut.

b. Santri merasa bosan dan jenuh.

Semua kegiatan pasti suatu saat akan mengalami titik kejenuhan. Hal

ini yang di alami oleh santri di al-Mawaddah, karena kegiatan mereka

kalau di pondok adalah ngaji dan entrepreneur, selain itu mereka juga

harus dituntut untuk kuliah.

44

Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Sri Wahyuni salah satu santri

Ponpes Shofa Azzahro Pati:

kendalanya terkadang merasa bosan mas, banyak kegiatan.55

c. Efektivitas belajar kurang

Kurang efektifnya proses belajar ini diantaranya adalah karena

banyaknya kegiatan yang dilaksanakan santri, sehingga waktu

pembelajaran menjadi berkurang.

2. Faktor Pendukung

a. Sarana yang sudah cukup memadahi, karena dari pihak pondok

pesantren sudah memberikan layanan yang memadahi. Sarana dan

prasana merupakan sebuah alat pendukung yang membantu dalam

menjalankan sebuah program atau kegiatan. Oleh karena itu dari pihak

pondok pesantren mengupayakan pelayanan sebaik mungkin terhadap

santri, agar santri merasa nyaman dalam proses menuntut ilmu. Hal ini

sebagaimana dinyatakan oleh Bapak Faiz Aminuddin, MA:

Faktor yang menunjang kegiatan ini diantaranya adalah

sarana dan prasarana yang ada di pondok sudah ya

lumayan memadahi lah. Selain itu para kyai selalu

memerikan motivasi kepada para santri. 56

b. Pemberian bekal ilmu yang cukup. Meskipun ada kegiatan-kegiatan

yang bernuansa wirausaha tetapi hal ini tidak mengurangi kegiatan-

kegiatan keagamaan. Mengaji kitab dan lain-lain yang bernuansa

keagamaan tetap berlangsung atau dilaksanan. Hal ini karena nilai-nilai

55

Wawancara dengan Sri Wahyuni, Santri Pondok Pesantren Shofa Azzahro, pada tanggal

28 Februari 2019 56

Wawancara dengan Bapak Faiz Aminuddin, MA, Pengasuh Pondok Pesantren Shofa

Azzahro, pada tanggal 28 Februari 2019

yang diajarkan d pondok pesantren adalah nilai-nilai dengan nuansa

keagamaan atau Islami.

c. Pemberian motivasi untuk berwirausaha. Selain melibatkan siswa

dalam pelaksanaan kegiatan wirausaha, para santri juga diberikan

motivasi oleh para kyai dan ustadz. Hal ini bertujuan supaya para santri

tetap bersemangat, dan memiliki motivasi untuk mandiri.

B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Membentuk Nilai

Kewirausahaan Dan Kepemimpinan Religius Santri

Ajaran Islam telah mengatur di dalam al-Qur’an maupun al-Hadits tentang

bekerja, di dalamnya berisi dengan jelas tentang kewajiban untuk bekerja.

Dalam pandangan Islam, bekerja merupakan kegiatan yang mulia, yang akan

membawanya manusia menuju perubahan pada diri seseorang dan akan

membawanya dalam posisi terhormat, dan bernilai baik dimata Tuhan

maupun sesama.

Oleh sebab itulah, Islam menegaskan bahwa bekerja adalah suatu

kewajiban yang harus dilaksanakan manusia, bekerja merupakan kegiatan

yang setingkat dengan ibadah. Orang yang bekerja akan mendapat pahala

sebagaimana orang beribadah, orang yang mau bekerja dan berusaha keras

baik untuk dirinya sendiri dan keluarganya, niscaya akan mendapatkan

kemulyaan di dunia maupun di akhirat. Dalam pandangan Allah SWT,

seorang pekerja keras lebih utama dibandingkan dengan orang yang

melaksanakan ibadah dengan berdo’a tanpa mau bekerja dan berusaha,

sehingga hidupnya selalu bergantung dengan orang lain. Begitu juga dengan

yang ada di pondok pesantren al-Mawaddah Honggosoco Jekulo Kudus dan

pondok pesantren Shofa Azzahro’ Gembong Pati, pondok yang berlatar

belakang entrepreneurship.

Tujuan yang ingin di capai oleh pondok pesantren ini adalah bertujuan

untuk merubah paradigma santri yang belajar di pondok pesantren. Tuntutan

zaman di era gobal sekarang ini bahwa mengharuskan para santri tidak hanya

dituntut untuk mengetahui serta mempelajari ilmui-lmu agama saja akan

tetapi mereka juga perlu dibekali dengan IPTEK dan juga ketrampilan.

Kegiatan entrepreneurship inilah yang menjadi sarana para santri untuk

belajar mengembangkan keterampilan dan berwirausaha melalui kegiatan-

kegiatan yang telah disusun secara terprogram oleh pondok.

Suatu kegiatan tidak terlepas dari adanya hambatan, suatu hambatan

akan mudah diatasi dengan adanya faktor pendukung. Demikian juga yang

ada di pondok pesantren al-Mawaddah Honggosoco Jekulo Kudus dan

pondok pesantren Shofa Azzahro’ Gembong Pati. Faktor-faktor hambatan

antara lain kurang bisa mengetaur waktu belajar, merasa bosan dan kurang

efektifnya pembelajaran.

Untuk mengatasi beberapa hambatan tersebut, misalnya mengatasi

kejenuhan, hendaknya santri dapat melakukan hal tersebut dengan atau sesuai

dengan bakat dan minatnya. Hal ini juga sesuai dengan Model pendidikan

entrepreneur yang ditanamkan oleh Bapak Guru Muhammad Abdullah

Muchtar terhadap para santrinya dalam penelitian yang dilakukan oleh

Chusnul Dewi Umaroh yang menyebutkan bahwa Model pendidikan

entrepreneur ialah dengan memberdayakan santri sesuai dengan bakat

ataupun keterampilan yang dimiliki oleh santrinya dan mengadakan

pembelajaran life skill atau keterampilan yang ditujukan untuk santri.57

Hal tersebut tidak sesuai dengan ciri-ciri entrepreneur yang berhasil

diantaranya adalah:

1. Kepercayaan pada diri sendiri (self Confidence)

2. Penuh energi, dan bekerja cermat (diligence)

3. Kemampuan untuk menerima resiko yang diperhitungkan

4. Memiliki kreativitas.58

Sedangkan faktor-faktor pendukung dalam kegiatan entrepreneurship

di antaranya adalah: sarana dan prasarana memadai, motivasi.

Motivasi-motivasi yang di berikan kyai sangat peting bagi santri,

karena dengan motivasi tersebut santri menjadi semangat dalam kegiatan

entrepreneurship. Faktor Kekuatan do’a, sangat penting bagi santri untuk

mendapatkan do’a dari kyai.

Hal ini juga sependapat dengan hasil penelitian Siswanto dkk yang

menunjukkan bahwa motivasi kewirausahaan sangat penting bagi seorang

santri karena dengan diberikan motivasi-motivasi tentang kewirausahaan akan

membuka pandangan atau ide-ide seorang santri dalam mengembangkan

bakatnya atau minat mereka dalam berwirausaha kelak.59

57

Chusnul Dewi Umaroh, Pendidikan Entrepreneur Di Pondok Pesantren Sumber

Pendidikan Mental Agama Allah (Spmaa) Lamongan Pada Tahun 1961-2010, Avatara, Volume 3,

No. 2, (2015), 121 58

Winardi, Entrepreneur dan Entrepreneurship, Prenada Media, Jakarta Timur: 2003, 27-

28. 59

Siswanto dkk, Entrepreneurial Motivation in Pondok Pesantren, International Journal of

Business and Behavioral Sciences, Volume 3, No.2, (2013), 51.

Dengan adanya faktor-faktor tersebut telah menunjang atau mendukung

berjalannya program pondok pesantren yang berbasis entrepreneur ini, hal

tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Mukni’ah yang menunjukkan

bahwa faktor-faktor yang mendukung keberhasilan suatu program dalam

mengembangkan life skill santri diantaranya yaitu pertama melibatkan orang-

orang yang berkompeten dan atau orang-orang yang dapat membantu

kelancaran pelaksanaan program pesantren; kedua menentukan program

pendidikan yang sesuai dengan minat dan bakat; dan ketiga, dalam

menyelenggarakan pendidikan tersebut di atas didukung oleh sarana dan

prasarana (fasilitas) yang memadai.60

Jadi, dari beberapa faktor pendukung yang ada, dapat dikatakan hal

tersebut sangat menunjang dan membantu sekali dalam upaya penanaman

nilai kewirausahaan dan kepemimpinan religious santri yang yang

dicanangkan oleh pondok pesantren.

60

Mukni’ah, Manajemen Pendidikan Life Skill Untuk Meningkatkan Kemandirian Santri Di

Pondok Pesantren Nurul Qarnain Jember, Jurnal Penelitian Keislaman, Volume 11, No. 2, (2015),

221.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari beberapa uraian dalam pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Internalisasi nilai kewirausahaan santri di Pondok Pesantren Entrepreneur

Al-Mawaddah dilaksanakan dari pihak pesantren dengan memberikan

materi-materi tentang keilmuan kewirausahaan dan kepemimpinan

religius, serta pihak pesantren memberikan motivasi-motivasi yang bersifat

membangun semangat para santri menjadi seorang wirausahawan dan

pemimpin dan pemberian arahan serta bimbingan kepada santri. Selain itu,

setiap hari para kyai atau ustadz melakukan pendampingan dan melakukan

pengawasan dalam proses kewirausahaan yang dilakukan santri. Kemudian

sore harinya dilakukan kegiatan evaluasi yang dilakukan santri dan

pengurus pondok, evaluasi tersebut tentang kendala dan keuntungan serta

pemberian upah terhadap santri. Adapun di Pondok Pesantren Shofa

Azzahro pembentukan nilai kewirausahaan dan kepemimpinan para santri

dilakukan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan yang bekerja sama

dengan institusi lain.

3. Internalisasi nilai kepemimpinan religius santri di Ponpes Entrepreneur Al

Mawaddah dan Ponpes Shofa Azzahro dilakukan dengan mengadakan

kegiatan-kegiatan bagi para santrinya untuk bekal kepada para santrinya.

Berbagai kegiatan yang ada di ponpes seperti kegiatan khitobah, piket

50

kebersihan, usaha, sholat berjama’ah, yasinan, sholawatan, manaqiban,

dan kegiatan lain sebagainya serta sifat disiplin, tanggung jawab, adil, dan

kerja sama merupakan aplikasi dari misi ponpes tersebut yang ingin

memberikan bekal dalam kehidupan yang lebih nyata agar santri bisa

menjadi pemimpin umat “siap memimpin dan siap dipimpin”.

4. Faktor pendukung dan penghambat dari peran pesantren dalam

membentuk nilai kewirausahaan dan kepemimpinan religius santri di

pondok pesantren dengan mengambil studi kasus di Ponpes Entrepreneur

Al Mawaddah Jekulo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus dan Ponpes

Shofa Azzahro’ Kecamatan Gembong Kabupaten Pati diantaranya adalah:

a) Faktor Penghambat; Jam sekolah atau kuliah sama jam kerja belum

diatur secara maksimal, Santri merasa bosan dan jenuh, dan Efektivitas

belajar kurang. b) Faktor Pendukung; Sarana memadahi, Pemberian bekal

ilmu yang cukup, Pemberian motivasi untuk berwirausaha.

B. Saran

1. Pesantren

Upaya pondok pesantren untuk membekali santrinya dengan ilmu

pengetahuna dan teknologi serta berbagai keterampilan praktis diharapkan

menjadi solusi yang tepat untuk mempersiapkan mereka menjadi orang-

orang yang mandiri dengan kegiatan wirausaha. Praktek pengembangan

pembelajaran keterampilan melalui kerja nyata pada unit-unit yang ada

pada pondok esantren tersebut diharapkan lebih melihat terhadap minat

santri, agar setiap santri lebih siap untuk hidup mandiri dengan bekal

kewirausahaan yang dimiliki dan dijadwalkan dengan rapi sehingga tidak

mengganggu pelajaran sekolah maupun mengaji dan kegiatan lain.

2. Guru/Ustadz

Pengembangan kegiatan belajar mengajar dalam melaksanakan

pemberdayaan kewirausahaan dalam upaya menumbuhkan jiwa

entrepreneur santri hendaknya menyeimbangkan antara pembekalan teori

dan praktek secara proporsional. Pengembangan materi pelatihan yang

diberikan kepada santri sebaiknya tidak hanya berkaitan dengan

pembelajaran keterampilan praktis saja, melainkan juga harus diberikan

materi kewirausahaan secara teori yang lebih mendalam, sehingga mereka

benar-benar mempunyai bekal untuk menjadi wirausahawan kelak.

3. Murid

Tuntutan zaman di era gobal sekarang ini mengharuskan para santri tidak

hanya dituntut untuk mengetahui serta mempelajari ilmui-lmu agama saja

akan tetapi mereka juga perlu dibekali dengan IPTEK dan juga

ketrampilan. Ajaran Islam mengajarkan manusia akan sukses di dunia dan

akhiratnya jika seimbang antara ibadah dan juga usaha karena yang dapat

merubah nasib manusia adalah diri manusia sendiri bukanlah orang

lain.untuk itu seorang santri harus mampu menyeimbangkan antara ibadah

dan usaha.

4. Peneliti Berikutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang mempunyai konsentrasi yang sama dengan

penelitian ini, diharapkan mampu menuangkan pemikiran, ide dan gagasan

yang lebih baik lagi, sehingga bias menambah sumbangan ilmu berdakwah

demi kemajuan dakwah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin dan Saebani Beni Ahmad. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

CV. Pustaka Setia, 2009.

Agustina, Tri Siwi. Kewirausahaan; Teori dan Penerapan pada Wirausaha dan

UKM di Indonesia. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015.

Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Bina Aksara, 1983.

Azra, Azyumardi. Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Rekonstruksi dan

Demokratisasi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2006.

Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium

Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Baladina, Nur, “Membangun Konsep Enterpreunership Islam”, Jurnal Ulul Albab,

Volume 13, No. 2, (2012): 130-135.

Bogdan, R. C. dan Biklen, S. K. Qualitative Research for Education: An

Introduction to Theory and Methods. Boston: MA: Allyn and Bacon, Inc,

1982.

Chotimah, Chusnul, “Pendidikan Kewirausahaan di Pondok Pesantren Sidogiri

Pasuruan”, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Volume 8, Number 1 (Juni

2014): 115-136.

Cozby, Paul C. Methods in Behavior Research, terj. Maufur.Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2009.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: Gema Risalah

Press, 1992.

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiyai.

Jakarta: LP3ES, 1994.

Hamidi, Jazim dan Mustafa, Lutfi. Entrepreneurship Kaum Sarungan. Jakarta:

Khalifa, 2010.

Heriyudanta, Muhammad, “Modernisasi Pendidikan Pesantren Perspektif

Azyumardi Azra”, Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Volume 8, Number 1

(Juni 2016): 145-172.

Fayolle, Allain and Klandt, Heinz. International Entrepreneurship Educational

Isnex and Nexnuss. Edward Elgar Publishing, 2006.

54

Indra, Hasbi. Pesantren dan Transformasi Sosial, Studi Atas Pemikiran K.H.

Abdullah Syafi’ie dalam Bidang Pendidikan Islam. Jakarta: Penamadani,

2005.

Izfanna, D., Hisyam., “A Comprehensive Approach in Developing Akhlaq: A

Case Study on The Implementation of Character Education At Pondok

Pesantren Darunnajah”, Multicultural Education and Technology Volume 3,

Number 6 (2012): 77-86.

Jalaluddin. Psikologi Agama Memahami Perilaku Keagamaan dengan

Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2008.

KBBI Versi Online, Melalui http://kbbi.web.id/wira, 2018.

Khozin. Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia. Malang: UMM Press, 2006.

M.B., Miles & Huberman A. Mikel. Qualitative Data Analisis. Beverly Hills:

SAGE Publication, Inc, 1992.

Mesquita, Leopoldo, “The Entrepreneurialisation of School Work as A Central

Theme in Present Educational Changes: The Portuguese Case”, Educational

Administration and History Volume 4, Number 4 (2012): 141-153.

Moloeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2005.

Mujab, et.all., “Pesantren Management and Development towards Globalization”,

Proceeding of 1st International Conference of Pesantren UIN Maulana

Malik Ibrahim Malang Vol. 29 (2016): 1-16.

Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin,

2002.

Mukni’ah, Manajemen Pendidikan Life Skill Untuk Meningkatkan Kemandirian

Santri Di Pondok Pesantren Nurul Qarnain Jember, Jurnal Penelitian

Keislaman, Volume 11, No. 2, (2015), 221.

Mulyasa, E. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan

Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.

Narbuko, Cholid & Achmadi, Abu. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara,

2009.

Rahardjo, M. Dawam. Pengantar Penerbit dalam M. Dawam Rahardj. (ed)

Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta: LP3ES, 1974.

Riyanto, Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC, 2002.

Sirry, Mun’im, “The Public Expression of Traditional Islam: The Pesantren and

Civil Society in Post-Suharto Indonesia”, The Muslim World. Volume 15,

Number 100 (2010): 60–77.

Siswanto dkk, Entrepreneurial Motivation in Pondok Pesantren, International

Journal of Business and Behavioral Sciences, Volume 3, No.2, (2013): 51-

60.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:

Sinar Baru, 1989.

Sugiarti, Diyah Yuli, “Strategi Pengembangan Pondok Pesantren Dalam

Membangun Peradaban Muslim di Indonesia”, Edukasi, Volume 3, Number

1, (2011): 8–37.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta, 2005.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta, 2013.

Suharto, Babun. Dari Pesantren Untuk Umat: Reinventing Eksistensi Pesantren di

Era Globalisasi. Surabaya: Imtiyaz, 2011.

Sulthon, M., dan Khusnuridho, Moh. Manajemen Pondok Pesantren dalam

Perspektif Global. Yogyakarta: Laks Bang PRESSindo, 2006.

Sunarsih, Pengembangan Budaya Kewirausahaan Berbasis Syariah Untuk

Menciptakan Pengusaha Dari Lingkungan Santri Pada Pondok Pesantren Di

Kabupaten Jember, Jurnal Ekonomi, Volume2, Number 3 (2016): 2.

Spradley, J. P. Participant Observation. New York, CA: Holt, Rinehart and

Winston, 1980.

Srimulyani, Eka, “Pesantren Seblak of Jombang, East Java: Women’s Educational

Leadership”, Review of Indonesian and Malaysian Affairs, Volume 3,

Number 42 (2008): 81–106.

Thoha, Habib. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1996.

Toriquddin, Moh., “Aplikasi Ayat-Ayat Bisnis dalam Al-Qur’an pada Pesantren

Enterpreneur: Studi Kasus di Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan”, Jurnal

Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan, Volume 15, Number 2 (Desember

2015): 177-198.

Umam, Khotibul, “Pendidikan Kewirausahaan di Pesantren Sebagai Upaya Dalam

Membangun Semangat para Santri untuk Berwirausaha”, Jurnal Ekonomi

Syari'ah, Volume 03, Number 1 (Juni 2016): 47-64.

Umaroh, Chusnul Dewi, Pendidikan Entrepreneur Di Pondok Pesantren Sumber

Pendidikan Mental Agama Allah (Spmaa) Lamongan Pada Tahun 1961-

2010, Avatara, Volume 3, Number. 2 (2015): 121-128.

Wekke, Ismail Suardi, “Pesantren dan Pengembangan Kurikulum Kewirausahaan:

Kajian Pesantren Roudahtul Khuffadz Sorong Papua Barat”, Jurnal

Penelitian Sosial Keagamaan, Volume 6, Number 2 (Desember 2012): 205-

226.

Winardi. Entrepreneur dan Entrepreneurship. Jakarta Timur: Prenada Media,

2003.

PEDOMAN WAWANCARA

A. Pengasuh dan Pengurus Pondok

1. Dalam kegiatan pondok, nilai-nilai apa sajakah yang ditekankan pada

santri?.

2. Bagaimana pendapat anda tentang nilai kewirausahaan dan

kepemimpinan?

3. Bagaimana pendapat anda terkait sudah banyaknya para alumni

pondok pesantren yang sekaran eksis menjadi pengusaha atau pejabat?.

4. Apakah pondok pesantren ini sudah membekali sswa dengan

pendidikan life skill untuk seperti berwirausaha atau menjadi seorang

pemimpin atau pejabat?

5. Bagaimanakah cara mengembangkan sikap kewirausahaan dan

kepemimpinan santri?

6. Strategi apakah yang anda gunakan dalam menanamkan nilai

kewirausahaan dan kepemimpinan di pondok pesantren ini?

7. Bagaimana mengidentifikasi kebutuhan pelatihan pendidikan life skill

seperti berwirausaha dan pendidikan kepemimpinan dipondok

pesantren ini?

8. Bagaimana pelaksanaan pelatihan pendidikan life skill seperti

berwirausaha dan pendidikan kepemimpinan dipondok pesantren ini?

9. Kerjasama dengan siapa sajakah dalam pelaksanaan program

kewirausahaan dan kepemimpinan santri?

10. Bagaimana cara menetapkan sasaran pelatihan di pondok pesantren

ini?.

11. Bagaimana cara mengevaluasi kegiatan pelatihan di pondok pesantren

ini?.

12. Produk apa sajakah yang sudah dihasilkan?

13. Bagaimana respon sanrti terhadap kegiatan ini?.

14. Apakah santri yang diberi pelatihan debrikan insentif atau upah?.

15. Adakah kendala yang dihadapi dalam menanamkan nilai

kewirausahaan dan kepemimpinan di pondok pesantren ini?

16. Ada berapakah alumni pondok pesantren yang menjadi pengusaha dan

pemimpin?

B. Santri dan Alumni Pondok

1. Dalam kegiatan pondok, nilai-nilai apa sajakah yang ditekankan pada

santri?.

2. Bagaimana pendapat anda tentang nilai kewirausahaan dan

kepemimpinan?

3. Apakah diponpes ini ada pendidikan life skill atau ketrampilan spserti

untuk berwirausaha?

4. Apa tujuan diadakannya pendidikan life skill?

5. Apa manfat dari diadakannya pendidikan life skill?

6. Kapan waktu diadakannya program atau kegiatan pendidikan life skill?

7. Bagaimana pelaksanaan pelatihan pendidikan life skill seperti

berwirausaha dan pendidikan kepemimpinan dipondok pesantren ini?

8. Kerjasama dengan siapa sajakah dalam pelaksanaan program

kewirausahaan dan kepemimpinan santri?

9. Produk apa sajakah yang sudah dihasilkan?

10. Ketrampilan apa sajakah yang sudah diikuti?

11. Usaha apakah yang sudah dimiliki sekarang?

12. Adakah kendala yang dihadapi dalam menanamkan nilai

kewirausahaan dan kepemimpinan di pondok pesantren ini?

PEDOMAN DOKUMENTASI

1. Gambaran umum pondok pesantren

a. Sejarah berdirinya

b. Visi dan misi

c. Struktur organisasi

d. Sarana dan prasarana

2. Kegiatan kewirausahaan dan kepemimpinan santri

a. Identifikasi kebutuhan

b. Penetapan sasaran

c. Rancangan kegiatan

d. Pelaksanaan kegiatan

e. Jenis unit usaha yang telah dilaksanakan

TRANSKRIP WAWANCARA

Narasumber : KH. Sofyan Hadi, Lc., MA.

Waktu Pelaksanaan : 25 Februari 2019

Tempat : Ponpes Al Mawaddah Kudus

Pertanyaan : Dalam kegiatan pondok, nilai-nilai apa sajakah yang ditekankan

pada santri?.

Jawab : di dalam setiap kegiatan di pondok ini, nilai-nilai yang ditekankan

ya nilai-nilai tentang ajaran agama Islam atau nilai-nilai Islami.

Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda tentang nilai kewirausahaan dan

kepemimpinan?

Jawab : berwirausaha itu merupakan salah satu langkah untuk belajar

mandiri, jadi saya rasa perlu sekali untuk ditanamkan pada santri.

Pun demikian halnya dengan kepemimpinan. Seorang santri

supaya setelah dimasayarakat mampu menjadi leader ini nilai-

nilai kepemimpinan harus sudah mulai ditanamkan sejak masih di

pondok pesantren

Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda terkait sudah banyaknya para alumni

pondok pesantren yang sekarang eksis menjadi pengusaha atau

pejabat?.

Jawab : ya bagus, itu menunjukkan bahwa alumni-alumni pesantren ini

mampu berkiprah atau eksis dan diterima di masyarakat

Pertanyaan : Apakah pondok pesantren ini sudah membekali santri dengan

pendidikan life skill untuk seperti berwirausaha atau menjadi

seorang pemimpin atau pejabat?

Jawab : alhamdulillah di ponpes al Mawaddah ini, anak-anak sudah diberi

bekal dengan materi-materi yang bernuansa entrepreneurship atau

kewirausahaan. Seperti pengolahan ladang, biro umroh,

perdagangan, dan kegiatan kunjungan yang bekerjasama dengan

perusahaan atau institusi. Selain itu kegiatan keagamaan santri di

pondok pesantren Al- Muwaddah juga tetap dilaksanakan

diantaranya adalah mujahadah surat al-Waqi’ah dan mengaji

beberapa kitab salaf, kemudian pada tengah malam para santri

melakukan Qiyam al-lail (sholat tahajjud dan mujahadah Asma’

al-Husna), kemudian dilanjutkan sholat Subuh berjama’ah,

setelah itu dilanjutkan mengaji kitab Ihya’ Ulum ad-Din

Pertanyaan : Bagaimanakah cara mengembangkan sikap kewirausahaan dan

kepemimpinan santri?

Jawab : cara mengembangkan sikap kewirausahaan dan kepemimpinan

tersebut adalah melibatkan para santri baik putra maupun putri

dalam setiap kegiatan yang diadakan di pondok pesantren ini.

Santri di ajak untuk aktif dalam kegiatan, nanti para ustadz atau

kyai memantau dan memberikan arahan,

Pertanyaan : Strategi apakah yang anda gunakan dalam menanamkan nilai

kewirausahaan dan kepemimpinan di pondok pesantren ini?

Jawab : strateginya ya itu tadi strategi peran serta. Jadi mengajak santri

untuk terlibat dalam kegiatan.

Pertanyaan : Bagaimana mengidentifikasi kebutuhan pelatihan pendidikan life

skill seperti berwirausaha dan pendidikan kepemimpinan

dipondok pesantren ini?

Jawab : mengidentifikasinya adalah dengan melihat kebutuhan atau

peluang yang ada atau dibutuhkan di masyarakat

Pertanyaan : Bagaimana pelaksanaan pelatihan pendidikan life skill seperti

berwirausaha dan pendidikan kepemimpinan dipondok pesantren

ini?

Jawab : Dalam melakukan kegiatan kewirausahaan yang dilakukan oleh

para santri, setiap hari para kyai atau ustadz melakukan

pendampingan dan melakukan pengawasan dalam proses

kewirausahaan yang dilakukan santri. Kemudian sore harinya

dilakukan kegiatan evaluasi yang dilakukan santri dan pengurus

pondok, evaluasi tersebut tentang kendala dan keuntungan serta

pemberian upah terhadap santri

Pertanyaan : Kerjasama dengan siapa sajakah dalam pelaksanaan program

kewirausahaan dan kepemimpinan santri?

Jawab : kerjasamanya dengan mahasiswa dari kampus-kampus, maupun

pondok pesantren lainnya yang memiliki kopetensi

kewirausahaan

Pertanyaan : Bagaimana cara mengevaluasi kegiatan pelatihan di pondok

pesantren ini?.

Jawab : kegiatan evaluasi dilakukan santri dan pengurus pondok, evaluasi

tersebut tentang kendala dan keuntungan serta pemberian upah

terhadap santri

Pertanyaan : Produk apa sajakah yang sudah dihasilkan?

Jawab : alhamdulillah kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan di pondok

ini diantanranya: toko, Pertamini, jasa penimbangan tebu,

agrowisata (budidaya ikan lele, budidaya buah naga, out bond dan

hidroponik), terapi ikan, smart parenting, dan travel atau biro

perjalanan yang diberi nama Namira Tour

Pertanyaan : Bagaimana respon sanrti terhadap kegiatan ini?.

Jawab : santri sangat senang karena mereka memiliki kemampuan

tambahan sebagai bekal bermasyarakat

Pertanyaan : Apakah santri yang diberi pelatihan debrikan insentif atau upah?.

Jawab : pelatihan iya, seperti yang saya katakana tadi dengan bekerja

sama dengan instansi lainnya, dan juga dengan adanya

pendampingan oleh para ustadz atau kyai. Untuk insentih iya,

santri diberikan insentif. Sebagai penyemangat usaha.

Pertanyaan : Adakah kendala yang dihadapi dalam menanamkan nilai

kewirausahaan dan kepemimpinan di pondok pesantren ini?

Jawab : kendala yang dihadapi diantanya adalah kegiatan di pondok

kadang berbenturan dengan waktu belajar di sekolah, jadi

efektivitasnya kurang.

Peneliti Narasumber

Lukman Hakim KH. Sofyan Hadi, Lc., MA

TRANSKRIP WAWANCARA

Narasumber : Faiz Aminuddin, MA.

Waktu Pelaksanaan : 28 Februari 2019

Tempat : Ponpes Shofa Azzahro Pati

Pertanyaan : Dalam kegiatan pondok, nilai-nilai apa sajakah yang

ditekankan pada santri?.

Jawab : Di pondok pesantren ini, nilai-nilai yang ditekankan adalah nilai-

nilai akhlakuk karimah, karena itu penting sekali.

Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda tentang nilai kewirausahaan dan

kepemimpinan?

Jawab : Nilai-nilai kewirausahaan adalah nilai-nilai yang mengandung

unsur kemandirian dalam berusaha, kalo kepemimpinan adalah

nilai-nilai yang dijadikan dasar jika menjadi seorang pemimpin.

Pertanyaan : Bagaimana pendapat anda terkait sudah banyaknya para alumni

pondok pesantren yang sekarang eksis menjadi pengusaha atau

pejabat?.

Jawab : Saya rasa sangat bagus ya

Pertanyaan : Apakah pondok pesantren ini sudah membekali santri dengan

pendidikan life skill untuk seperti berwirausaha atau menjadi

seorang pemimpin atau pejabat?

Jawab : Pelatihan atau pendidikan skill yang diberikan oleh Pondok

Pesantren Shofa Azzahro' bertujuan untuk mempersiapkan para

santriwan-santriwati untuk bersaing di dunia global. Hal ini

diantaranya adalah dengan diadakannya kelas komputer,

entrepreneur, kelas jurnalistik, dan public speaking.

Pertanyaan : Bagaimanakah cara mengembangkan sikap kewirausahaan dan

kepemimpinan santri?

Jawab : Cara pengembangannya adalah dengan memberikan pelatihan-

pelatihan kepada santri

Pertanyaan : Strategi apakah yang anda gunakan dalam menanamkan nilai

kewirausahaan dan kepemimpinan di pondok pesantren ini?

Jawab : Strateginya dengan memberikan pelatihan-pelatihan itu tadi

atau materi-materi yang bernuansa wirausaha atau life skill.

Pertanyaan : Bagaimana mengidentifikasi kebutuhan pelatihan pendidikan life

skill seperti berwirausaha dan pendidikan kepemimpinan

dipondok pesantren ini?

Jawab : Dengan melihat peluang yang ada di masyarakat

Pertanyaan : Bagaimana pelaksanaan pelatihan pendidikan life skill seperti

berwirausaha dan pendidikan kepemimpinan dipondok pesantren

ini?

Jawab : Pelaksanaan kegiatan Kewirausahaan dan kepemimpinan para

santri dilakukan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan yang

bekerja sama dengan institusi lain. Seperti pelatihan penguasaan

teknologi bekerjasama dengan LTNU, pelatihan pengkaderan

bekerjasama dengan IPMAFA dan lain sebagainya. Selain itu,

pondok pesantren Shofa Azzahro’ juga membuka kelas untuk

sekolah atau lembaga pendidikan formal mulai dari MI, MTs, MA

dan SMK.

Pertanyaan : Kerjasama dengan siapa sajakah dalam pelaksanaan program

kewirausahaan dan kepemimpinan santri?

Jawab : Dengan LTNU, IPMAFA dan lain sebagainya

Pertanyaan : Bagaimana cara mengevaluasi kegiatan pelatihan di pondok

pesantren ini?.

Jawab : caranya adalah dengan melihat segi positif dan negatifnya, atau

manfaat dari pelatihan tersebut

Pertanyaan : Produk apa sajakah yang sudah dihasilkan?

Jawab : Ada kelas computer, kelas entrepreneur dan ada lembaga seperti

Lembaga Kesehatan Reproduksi Shofa Azzahro' dan Lembaga

Anti Bullying

Pertanyaan : Bagaimana respon sanrti terhadap kegiatan ini?.

Jawab : Saya rasa santri-santri di sini sangat antusias dengan kegiatan-

kegiatan tersebut

Pertanyaan : Apakah santri yang diberi pelatihan debrikan insentif atau upah?.

Jawab : Untuk pelatihan iya, dengan bekerja sama dengan instansi

Lainnya. Untuk insentih kadang ada kadang tidak.

Pertanyaan : Adakah kendala yang dihadapi dalam menanamkan nilai

kewirausahaan dan kepemimpinan di pondok pesantren ini?

Jawab : kendala yang dihadapi diantanya adalah terkadang santri merasa

jenuh dengan banyaknya kegiatan-kegiatan, kalo faktor

menunjang kegiatan ini diantaranya adalah sarana dan prasarana

yang ada di pondok sudah ya lumayan memadahi lah. Selain itu

para kyai selalu memerikan motivasi kepada para santri.

Peneliti Narasumber

Lukman Hakim Faiz Aminuddin, MA

TRANSKRIP WAWANCARA

Narasumber : Bahrul Ulum

Waktu Pelaksanaan : 25 Februari 2019

Tempat : Ponpes Al Mawaddah Kudus

1. Dalam kegiatan pondok, nilai-nilai apa sajakah yang ditekankan pada santri?.

Jawab: nilai-nilai keagamaan mas, tapi ya ada tambahan berwirausaha

2. Bagaimana pendapat anda tentang nilai kewirausahaan dan kepemimpinan?

Jawab: kewirausahaan saya rasa tentang kegiatan usaha ekonomi, sedangkan

kepemimpinan adalah nilai-nilai seorang pemimpin

3. Apakah di ponpes ini ada pendidikan life skill atau ketrampilan seperti untuk

berwirausaha?

Jawab: ada mas, ada kegiatan pengolahan ladang, pertamini, dan ada biro

umroh di sini.

4. Apa tujuan diadakannya pendidikan life skill?

Jawab: saya rasa tujuannya adalah supaya santri-santri nantinya dapat mandiri

setelah boyong dari pondok

5. Apa manfat dari diadakannya pendidikan life skill?

Jawab: Manfaatnya yang saya rasakan diantaranya adalah semakin bertambah

pengetahuan tentang wirausaha.

6. Kapan waktu diadakannya program atau kegiatan pendidikan life skill?

Jawab: kegiatan dilakukan setiap minggu

7. Bagaimana pelaksanaan pelatihan pendidikan life skill seperti berwirausaha

dan pendidikan kepemimpinan dipondok pesantren ini?

Jawab: Pelaksanaanya ya santri disuruh untuk terlibat langsung mas nanti dari

para ustadz memberikan arahan.

8. Kerjasama dengan siapa sajakah dalam pelaksanaan program kewirausahaan

dan kepemimpinan santri?

Jawab: Ada dari mahasiswa-mahasiwa mas

9. Produk apa sajakah yang sudah dihasilkan?

Jawab; Produk yang sudah dihasilkan seperti pengolahan ladang, pertamini,

dan ada biro umroh.

10. Ketrampilan apa sajakah yang sudah diikuti?

Jawab: saya sudah mengikuti yang pengelolaan lading dan pertamini mas.

11. Adakah kendala yang dihadapi dalam menanamkan nilai kewirausahaan dan

kepemimpinan di pondok pesantren ini?

Jawab: kendalanya kadang merasa bosan karena banyak aktifitas.

Peneliti Narasumber

Lukman Hakim Bahrul Ulum

TRANSKRIP WAWANCARA

Narasumber : Sri Wahyuni

Waktu Pelaksanaan : 28 Februari 2018

Tempat : Ponpes Shofa Azzahro Pati

1. Dalam kegiatan pondok, nilai-nilai apa sajakah yang ditekankan pada santri?.

Jawab: nilai-nilai ditekankan adalah nilai-nilai agama

2. Bagaimana pendapat anda tentang nilai kewirausahaan dan kepemimpinan?

Jawab: wirausaha adalah berdagang, sedangkan kepemimpinan adalah

bagaimana menjadi seorang pemimpin

3. Apakah di ponpes ini ada pendidikan life skill atau ketrampilan seperti untuk

berwirausaha?

Jawab: ada mas, ada kegiatan pelatihan-pelatihan di sini.

4. Apa tujuan diadakannya pendidikan life skill?

Jawab: Tujuannya adalah supaya santri-santri nantinya dapat mandiri

5. Apa manfat dari diadakannya pendidikan life skill?

Jawab: Manfaatnya banyak mas, diantaranya tambah ilmu.

6. Kapan waktu diadakannya program atau kegiatan pendidikan life skill?

Jawab: kegiatan dilakukan setiap saat

7. Bagaimana pelaksanaan pelatihan pendidikan life skill seperti berwirausaha

dan pendidikan kepemimpinan dipondok pesantren ini?

Jawab: para santri di sini dikutsertakan dalam pelatihan-pelatihan.

8. Kerjasama dengan siapa sajakah dalam pelaksanaan program kewirausahaan

dan kepemimpinan santri?

Jawab: pernah ada dari mahasiswa IPMAFA mas

9. Produk apa sajakah yang sudah dihasilkan?

Jawab; produknya ya pelatihan-pelatihan tadi.

10. Ketrampilan apa sajakah yang sudah diikuti?

Jawab: saya sudah saya ikuti pelatihan computer mas.

11. Adakah kendala yang dihadapi dalam menanamkan nilai kewirausahaan dan

kepemimpinan di pondok pesantren ini?

Jawab: kendalanya terkadang merasa bosan mas, banyak kegiatan.

Peneliti Narasumber

Lukman Hakim Sri Wahyuni

DOKUMENTASI

Wawancara dengan KH. Sofyan Hadi, Lc., MA

(Ponpes Al Mawaddah Kudus)

Wawancara dengan KH. Fais Aminuddin, MA.

(Ponpes Shofa Azzahro Pati)

Kegiatan pengelolaan ladang di Ponpes Al Mawaddah Kudus

Kegiatan pengelolaan ladang di Ponpes Al Mawaddah Kudus

Kegiatan beternak di Ponpes Al Mawaddah Kudus

PERNYATAAN PUBLIKASI TESIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Lukman Hakim, S.Pd.I.

NIM : 12010150043

Program Studi : Pendidikan Agam Islam

Judul :”Peran Pesantren dalam Membentuk Nilai

Kewirausahaan dan Kepemimpinan Religius Santri

(Studi Kasus di Ponpes Al Mawaddah Center

Jekulo Kudus dan Ponpes Shofa Azzahro’

Gembong Pati)”

Menyatakan bahwa ini benar-benar karya sendiri dan tidak keberatan untuk

dipublikasikan oleh pihak IAIN Salatiga tanpa membuat konsekuensi apapun.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dan jika dikemudian hari terbukti karya

saya ini bukan karya saya sendiri, maka saya sanggup untuk menanggung semua

konsekuensinya.

Salatiga, Maret 2019

Hormat saya,

Lukman hakim, S.Pd.I.

BIOGRAFI PENULIS

Berikut ini adalah biografi penyusun tesis secara singkat:

Nama : Lukman Hakim, S.Pd.I.

NIM : 12010160033

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat, Tanggal Lahir : Pati, 29 Mei 1990

Alamat : Sambirejo Gabus Pati

Program Studi : PAI

Email : [email protected]

Biografi Pendidikan:

1. MI : Lulus Tahun 2003

2. MTs : Lulus Tahun 2006

3. MA : Lulus Tahun 2009

4. S.1 : Lulus Tahun 2015

5. S.2 : Masuk Tahun 2016

Demikian biografi dan riwayat hidup penulis, semoga dapat menjadi awal

perkenalan yang baik dan dapat menjadikan hubungan Ukhuwah Islamiyah bagi

penulis dan pembaca tesis ini.

Pati, Maret 2019

Hormat saya,

Lukman Hakim, S.Pd.I.