PERAN PENYULUH AGAMA ISLAM DALAM MEWUJUDKAN...
Transcript of PERAN PENYULUH AGAMA ISLAM DALAM MEWUJUDKAN...
PERAN PENYULUH AGAMA ISLAM DALAM
MEWUJUDKAN KELUARGA SAKINAH DI
KECAMATAN CAKUNG JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos.)
Oleh
Qois Dzulfaqqor
NIM 1113052000003
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN
ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU
KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/1439 H
i
ABTRAK
Qois Dzulfaqqor, (1113052000003), Peran Penyuluh Agama
Islam dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah di Kecamatan
Cakung Jakarta Timur, di bawah Bimbingan Drs. M. Lutfi
Jamal, MA.
Penyuluh Agama Islam memegang peran untuk
menyampaikan pesan pembangunan dengan pendekatan dan bahasa
agama. Salah satu program pembangunan tersebut ialah program
“Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah” yang memiliki tujuan
untuk menurunkan angka KDRT dan perceraian di Indonesia,
sehingga menciptakan keluarga yang sakinah. Oleh karena itu
Penyuluh Agama Islam memiliki tugas untuk menyampaikan pesan
yang terdapat pada program tersebut kepada masyarakat.
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peran
Penyuluh Agama Islam dalam mewujudkan keluarga sakinah di
Kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif dengan desain deskriptif. Data
diperoleh dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Dari hasil penelitian ini, Penyuluh Agama Islam melakukan
peran dalam mewujudkan keluarga sakinah melalui program
“Pembinaan Keluarga Sakinah” di Kecamatan Cakung sesuai
dengan tugas dan fungsinya. Dalam tugasnya Penyuluh Agama
Islam melakukan pembinaan dan bimbingan di majelis ta’lim,
bimbingan perkawinan dan pembinaan keluarga sakinah teladan
dengan metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi,
metode demontrasi/keteladanan sebagai fungsi edukatif/informatif.
Kemudian melaksakan fungsi konsultatif dengan metode
silaturahmi (home visit) yaitu dengan metode konsultasi dan menjadi
mediator sosial di masyarakat sebagai fungsi advokatif dengan
metode diskusi atau musyawarah. Selanjutnya faktor yang menjadi
penghambat kegiatan penyuluhan yaitu kurangnya Penyuluh Agama
Islam yang tersertifikasi, anggaran kegiatan, fasilitas yang kurang
memadai, perizinan mengikuti kegiatan bimbingan perkawinan, dan
buku pedoman khusus untuk Penyuluh Agama Islam yang kurang
memadai.
Kata Kunci: Peran, Penyuluh Agama Islam, Keluarga Sakinah
ii
iii
KATA PENGANTAR
حيم حمن الره الره بسم للاه
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt.
karena berkat rahmat, hidayah serta taufiq-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peran Penyuluh
Agama Islam dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah di
Kecamatan Cakung Jakarta Timur”. Shalawat dan salam
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. yang diutus
dengan kebenaran, sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi
peringatan sehingga menjadi cahaya penerang bagi umatnya
hingga hari kiamat nanti.
Adapun dalam penyusunan penelitian ini tidak semata-
mata hasil kerja penulis sendiri, melainkan juga berkat bimbingan
dan dorongan dari pihak-pihak yang telah membantu, baik secara
materi maupun secara spiritual. Untuk itu dalam kesempatan kali
ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima
kasih terutama kepada kedua orang tua penulis Ayah Marwih
Ibnu Hajar dan Mamah Qoidah, S.Pd.I. yang telah mengantarkan
penulis sampai pada titik ini. Selain itu penulis juga sangat
berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis
dalam penelitian ini yang di antaranya:
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil
Dekan Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Si selaku
Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr. Suhaimi,
iv
M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni
dan Kerjasama.
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si dan Ir. Noor Bekti Negoro,
SE, M.Si selaku Ketua dan Sekertari Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
3. M. Lutfi Jamal, MA selaku dosen pembimbing sekaligus
penasehat akademik yang senantiasa meluangkan tenaga,
waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan
nasehat dalam penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komuniasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat
kepada penulis selama menempuh pendidikan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Penyuluh Agama Islam Kecamatan Cakung, terkhusus Hj.
Lili Kholilah, S.Ag, Ubaidillah, S.Sos.I serta Kepala KUA
Kecamatan Cakung, H. Abdul Azis Kamaludin, MA beserta
staf yang tak pernah lelah membantu penulis.
6. Pengurus dan jama’ah majelis ta’lim binaan Penyuluh
Agama Islam Kecamatan Cakung yang telah meluangkan
waktu dan tempat untuk penulis dalam melaksanakan
penelitian.
7. Kedua adik penulis, Muqsithoh Hazimah dan Siti Muthiah
Aulia yang telah memberi do’a dan dukungan kepada
penulis.
8. Seluruh rekan-rekan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam 2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terkhusus, Ade
v
Azizi, Sahrul Iman, Amala Firman, Indah Nurmalasari, Dwi
Avitasari, Niko Afriyandi, yang telah memberi banyak
masukan, motivasi dan canda-tawa kepada penulis.
9. Sahabat penulis, Nur Sabilal Huda, Ari Mulki Zamani, Lilis
Lisnawati, Iman Salim Ali Farrar terima kasih telah menjadi
bagian hidup penulis baik suka maupun duka.
10. Seluruh anggota The Ashabul Kahfi Chanting Group, terima
kasih telah menemani, mendukung dan mendoakan penulis.
11. Adik-adik didik saya di Ikatan Kesenian Islam MAN 8
Jakarta terkhusus divisi kaligrafi Islam. Terima kasih telah
mendukung, mendoakan dan memberi banyak kejutan dalam
hidup penulis.
12. Dewan Selawat Raudhatul Muhibbin Kedah, Malaysia.
terkhusus Ust. Muhammad Neezam Arifin yang telah
memberikan do’a, motivasi serta menginspirasi penulis
melalui syair-syairnya.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi
ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu, tanpa
mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih.
Semoga semua bantuan dan perhatian yang tercurah
mendapat balasan pahala berlipat ganda dari Allah Swt. Selain itu
semoga apa yang menjadi cita-cita dan impian kita semua
terwujud di masa depan serta mendapat ridha dan keberkahan
dari Allah Swt.
Penulis menyadari bahwa begitu banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Namun, penulis berharap adanya
masukan,kritik dan saran yang membangun supaya menjadi
vi
acuan yang baik bagi penulis. Akhir kata semoga skripsi ini dapat
menjadi manfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi
segenap keluarga besar Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam.
Jakarta, 30 Mei 2018
Qois Dzulfaqqor
vii
DAFTAR ISI
ABTRAK ....................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................ iii
DAFTAR ISI .............................................................................. vii
DAFTAR TABEL ....................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ......................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1
B. Pembatasan Masalah .................................................... 12
C. Rumusan Masalah ........................................................ 13
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................. 14
1. Tujuan Penelitian ..................................................... 14
2. Manfaat Penelitian .................................................. 14
E. Metodologi Penelitian ................................................. 15
1. Metode Penelitian .................................................... 15
2. Tempat dan Waktu Penelitian................................ 16
3. Subjek dan Objek Penelitian .................................. 18
4. Instrument dan Alat Bantu ..................................... 19
5. Teknik Pengumpulan data ...................................... 21
6. Teknik Analisis Data .............................................. 23
7. Teknik dan Pemeriksaan Keabsahan data ............ 23
F. Tinjauan Pustaka .......................................................... 26
G. Sistematika Penulisan .................................................. 33
BAB II LANDASAN TEORI .................................................. 35
A. Peran Penyuluh Agama Islam .................................... 35
1. Pengertian Peran ...................................................... 35
2. Peran dan Fungsi ..................................................... 38
3. Pengertian Penyuluh Agama Islam ....................... 39
4. Peran Penyuluh Agama Islam................................ 41
B. Keluarga Sakinah ......................................................... 46
1. Pengertian Keluarga Sakinah ................................. 46
2. Kriteria Keluarga Sakinah ...................................... 51
C. Mewujudkan Keluarga Sakinah ................................. 56
1. Pernikahan ................................................................ 56
viii
2. Menjalankan Hak dan kewajiban Suami-Istri ..... 59
3. Membina Hubungan Antara Anggota Keluarga
dan lingkungan ........................................................ 62
4. Membina Kehidupan Beragama dalam
Berkeluarga .............................................................. 63
5. Hal-hal yang Perlu Dihindari dalam Berkeluarga 65
D. Perceraian dan Dampak Buruknya bagi Keluarga ... 69
1. Pengertian Perceraian ............................................. 69
2. Akibat yang Ditimbulkan dari Perceraian ............ 70
E. Metode Penyuluhan dalam Mewujudkan Keluarga
Sakinah. ......................................................................... 73
1. Pengertian Metode .................................................. 73
F. Keterkaitan Peran Penyuluh Agama Islam dengan
Metode Penyuluhan ..................................................... 79
BAB III GAMBARAN UMUM PENYULUH AGAMA
ISLAM KUA KECAMATAN CAKUNG ............... 83
A. Sejarah Singkat Penyuluh Agama Islam ................... 83
B. Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Cakung .. 85
C. Kantor Urusan Agama Kecamatan Cakung .............. 88
1. Tugas dan Fungsi KUA Kecamatan Cakung ....... 89
2. Letak Geografis ....................................................... 90
3. Luas Wilayah Kecamatan Cakung ........................ 92
4. Data Penduduk Kecamatan Cakung ..................... 93
5. Data Keagamaan Kecamatan Cakung .................. 94
D. Program Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah di
Kecamatan Cakung ...................................................... 95
E. Hubungan Penyuluh Agama Islam dengan BP4 .... 100
BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS PENELITIAN
.................................................................................. 103
A. Data Informan ............................................................. 103
1. Hj. Lili Kholilah, S.Ag ......................................... 104
2. Ubaidillah, S.Sos.I ................................................ 104
3. H. Abdul Azis Kamaludin, MA........................... 105
4. Dra. Hj. Zubaidah Muchtar, M.Si ....................... 106
5. H. Ahmad Kurtubi, Lc .......................................... 107
ix
6. Tinah ....................................................................... 108
7. Hj. Siti Mariyam .................................................... 109
8. Hj. Maswati ............................................................ 110
9. H. Mukhtar Lubis, S.Ag ....................................... 110
B. Hasil Penelitian ........................................................... 111
1. Tugas Penyuluh Agama Islam dalam Mewujudkan
Keluarga Sakinah di Kecamatan Cakung ........... 112
2. Fungsi dan Hak Penyuluh Agama Islam
dalamMewujudkan Keluarga Sakinah di
Kecamatan Cakung. .............................................. 115
3. Metode Penyuluh Agama Islam Dalam
Mewujudkan Keluarga Sakinah Di Kecamatan
Cakung .................................................................... 136
4. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
Penyuluh Agama dalam Mewujudkan Keluarga
Sakinah di Kecamatan Cakung ........................... 143
BAB V PENUTUP ................................................................. 151
A. Kesimpulan ................................................................. 151
B. Saran ............................................................................ 153
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 157
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................... 161
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keterkaitan Peran dengan Metode Penyuluhan .......... 79 Tabel 3.1 Data Penyuluh Agama KUA Kecamatan Cakung ...... 86 Tabel 3.2 Data Pegawai PNS dan Non PNS Berdasarkan Jabatan
.................................................................................... 90 Tabel 3.3 Rincian Luas Wilayah Kecamatan Cakung ................ 92 Tabel 3.4 Data Penduduk Kecamatan Cakung ........................... 93 Tabel 3.5 Data Keagamaan Kecamatan Cakung ........................ 94
Tabel 4.1 Tujuan Peran Penyuluh Agama Islam dalam
Mewujudkan Keluarga Sakinah di Kecamatan Cakung
.................................................................................. 130
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai makhluk sosial manusia pasti akan selalu
saling membutuhkan satu sama lainnya. Tidak ada manusia
yang mampu hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain
ataupun makhluk lain. Terutama dalam keberlangsungan
hidup manusia itu tersendiri, dimana manusia tidak akan
dapat meneruskan generasinya dan melestarikan spesiesnya
dari kepunahan tanpa adanya pasangan dari golongan
manusia itu sendiri. Allah menciptakan manusia berpasang-
pasangan memiliki tujuan untuk melanjutkan
keberlangsungan hidup umat manusia, tidak lain yaitu untuk
berkembang biak memperoleh keturunan. Hal ini telah jelas
dipaparkan dalam al-Qur’an Sûrah al-Nisâ/4: 1 sebagai
berikut:
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-
mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari
padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada
keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
2
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu”.1 (QS: al-Nisâ/4: 1)
Ayat di atas telah jelas menerangkan bahwa manusia
diciptakan berpasang-pasangan untuk menhasilkan keturunan
dari keduanya. Namun, mungkinkah Allah menciptakan
pasangan bagi manusia daripada golongan manusia itu sendiri
hanya untuk berkembang biak saja. Lantas jikalau demikian
apa yang berbeda dengan hewan-hewan maupun tumbuh-
tumbuhan yang memiliki pasangan untuk sekedar
berkembang biak. Jelas bahwa manusia adalah makhluk
paling sempurna yang Allah ciptakan, dengan demikian tak
mungkin memiliki kesamaan dalam hal tujuan penciptaannya,
termasuk pula dalam penentuan cara manusia berpasangan di
dalam Islam.
Konsep penyatuan antara kedua jenis manusia yaitu
laki-laki dan perempuan yang sah adalah melalui ikatan
pernikahan. Bahkan dalam agama lainpun pernikahan
memang menjadi simbol yang resmi dan kokoh ketika
sepasang manusia memilih untuk menjalani hidup bersama.
Di dalam Islam pernikahan bukan hanya sebagai peresmi
hubungan sepasang manusia dan memiliki keturunan semata.
Tetapi di dalam sebuah ikatan pernikahan haruslah terdapat
beberapa hal yang di jelaskan dalam al-Qur’an Sûrah al-
Rûm/30: 21 sebagai berikut:
1 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an The Wisdom, (Jakarta: PT Aku
Bisa, 2013), h. 77.
3
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.2 (QS: Al-Rûm/30: 21)
Menurut ayat tersebut, keluarga Islam terbentuk dalam
keterpaduan antara ketenangan (sakinah), penuh rasa cinta
(mawaddah) dan kasih sayang (rahmah). Ia terdiri dari istri
yang patuh dan setia, suami yang jujur dan tulus, ayah yang
penuh kasih sayang dan ramah, ibu yang lemah lembut dan
berperasaan halus, putra-putri yang patuh dan taat serta
kerabat yang saling membina silaturahmi dan tolong-
menolong. Hal ini dapat tercapai bila masing-masing anggota
keluarga tersebut mengetahui hak dan kewajibannya.3
Sudah barang tentu makna dari setiap orang yang
membina rumah tangga mencari kebahagiaan hidup. Hampir
seluruh budaya bangsa menempatkan kehidupan berkeluarga
sebagai ukuran kebahagiaan yang sebenarnya. Meski
seseorang gagal karirnya di luar rumah, tetapi sukses
membangun keluarga yang kokoh dan sejahtera, maka
tetaplah ia dipandang sebagai orang yang sukses dan
2 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an The Wisdom, (Jakarta: PT Aku
Bisa, 2013), h. 406. 3 Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah
Lengkap, (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2009), h. 18.
4
berbahagia. Sebaliknya orang yang sukses di luar rumah,
tetapi keluarganya berantakan, maka ia tidak disebut orang
yang beruntung, karena betapapun sukses diraih, tetapi
kegagalan dalam rumah tangganya akan tercermin
diwajahnya, tercermin pula pola hidupnya yang tidak bahagia.
Hidup berkeluarga memang merupakan fitrah sosial
manusia. Secara psikologis, kehidupan berkeluarga, baik bagi
suami, istri, anak-anak, cucu-cicit atau bahkan mertua
merupakan pelabuhan perasaan; ketentraman, kerinduan,
keharuan, semangat dan pengorbanan, semuanya berlabuh di
lembaga yang bernama keluarga. Secara alamiah, ikatan
kekeluargaan memiliki nilai kesucian, oleh karena itu bukan
hanya di masyarakat tradisionil kesetiaan keluarga dipandang
mulia, pada masyarakat liberalpun, kesetiaan keluarga masih
menjadi nilai keindahan, meski persemayaman keindahan itu
di alam bawah sadar. Di balik budaya “pergaulan bebas” yang
dinikmati masyarakat liberal, tetap saja diakui di alam bawah
sadarnya “kebenaran” nilai kesetiaan dalam hidup
berkeluarga.4
Memang benar setiap orang yang melangsungkan
pernikahan ingin memiliki keluarga yang sangat sempurna
dan penuh ketenangan serta kebahagiaan di dalamnya. Kata
sakinah, mawaddah, wa rahmah mungkin mewakili daripada
keinginan tersebut. Terlebih lagi memang itulah hakikat
4 Achmad Mubarok, Psikologi Keluarga Dari Keluarga Sakinah
Hingga Keluarga Bangsa, (Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara, 2005), h. 141-
142.
5
sebenarnya dalam membina rumah tangga di dalam ajaran
Islam. Hidup berumah tangga bagaikan mengemudi bahtera di
tengah samudra luas. Lautan kehidupan seperti tak bertepi,
dan medan hamparan kehidupan sering tiba-tiba berubah.
Memasuki lembaran baru hidup berkeluarga biasanya
dipandang sebagai pintu kebahagiaan. Segala macam harapan
kebahagiaan ditumpahkan pada lembaga keluarga. Akan
tetapi setelah periode “impian indah” terlampaui seseorang
harus menghadapi realita kehidupan. Sunnah kehidupan
ternyata adalah “problem”, tak terkecuali dalam lingkup
keluarga terdapat problem, problem yang ada sepanjang
masa. Tidak ada seorangpun yang hidupnya terbebas dari
problem, tetapi ukuran keberhasilan hidup justru terletak pada
kemampuan seseorang mengatasi problem.5
Dalam pelaksanaannya, menjadikan keluarga yang
sakinah dan selalu berhasil melewati berbagai problem yang
berlaku di dalam kehidupan berumah tangga menjadi sebuah
tantangan yang besar dan tergolong sulit. Tidak sedikit
masalah yang dapat mengandaskan suatu ikatan perkawinan
di tengah jalan. Mulai dari masalah yang tergolong sepele
sampai dengan masalah-masalah yang cukup pelik sehingga
berpotensi membuat keharmonisan rumah tangga menjadi
retak.
Memutuskan suatu ikatan pernikahan kepada
perceraian memang sesuatu yang tidak dilarang dalam syariat
5 Achmad Mubarok, Psikologi Keluarga Dari Keluarga Sakinah
Hingga Keluarga Bangsa, (Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara, 2005), h. 171.
6
Islam, namun perceraian adalah perkara yang paling dibenci
oleh Allah. Jika memang perceraian itu menjadi suatu
keharusan dan kalaupun tetap dipertahankan suatu tali
pernikahan menambah kemudharatan di antara kedua belah
pihak maka perceraian adalah jalan terakhir yang dapat
ditempuh. Namun, bila masih dapat diselesaikan dengan cara
yang baik dan saling memaafkan serta berintrosfeksi diri,
tentu itu lebih baik daripada harus menggadaikan status
pernikahan yang telah dibagun. Banyak faktor yang
menjadikan suatu rumah tangga berhujung pada jurang
perceraian, terlebih lagi di kota-kota besar seperti Jakarta
yang memiliki tingkat stress yang cukup tinggi dan dapat
memicu masalah-masalah mulai dari masalah krisis ekonomi,
perbedaan pendapat, membuka aib rumah tangga, perbedaan
status sosial, dan kurangnya pemahaman tentang hakikat
pernikahan itu sendiri.
Di antara faktor yang sering menimbulkan
perselisihan dalam keluarga ialah kehilangan kepercayaan
antara satu sama lain. Kepercayaan atas kemampuan masing-
masing dalam berbagai bidang, kepercayaan atas tingkah
laku dan kesetiaan masing-masing kepada teman hidupnya.
Kehilangan kepercayaan itulah yang sering membawa
retaknya keluarga dan menjadi rapuhnya hubungan antara
satu sama lain. Kepercayaan akan kesetiaan masing-masing
itu berhubungan erat dengan agama. Seorang yang mengerti
ajaran agamanya tahu apa yang diperintahkan dan tahu apa
yang dilarang Tuhan dan telah terbiasa mematuhi ajaran
7
agamanya, ia tidak akan berani berbuat salah menyimpang
dari ketentuan hukum yang secara tegas diajarkan oleh
agamanya.
Faktor terpenting dalam pemupukan rasa tanggung
jawab dalam perkawinan itu adalah adanya rasa kasih sayang
yang mendalam antara satu sama lain. Karena sayangnya
suami pada istri dan sebaliknya istri kepada suami,
menyebabkan masing-masing mereka berusaha
menghindarkan segala sesuatu yang akan mengurangi rasa
bahagia suami/istri serta masing-masing mereka akan selalu
berusaha untuk menambah rasa bahagia istri/suaminya.
Karena adanya kasih sayang itu, rasa tanggung jawab akan
bertambah dan dengan hilangnya kasih sayang, hilang pulalah
kemauan untuk bertanggung jawab.6
Faktor lain yang tidak jarang menjadi sebab
ketegangan dalam keluarga adalah perasaan kurang dihargai
oleh pihak lain baik oleh istri maupun suami. Penghargaan
timbal balik antara istri dan suami sangat penting untuk
menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam keluarga. Begitu
pula rasa harga diri merupakan salah satu kebutuhan jiwa
yang utama dalam hidup manusia. Seandainya suami/istri
tidak saling menghargai dalam keluarga dia akan kecewa, dan
tidak puas, ketidakpuasan dan kekecewaan itu dapat
menyebabkan tidak bersedia memikul tanggung jawab dalam
keluarga. Akibatnya saling mendendam malah saling
6 Tulus, dkk., Buku Panduan Konseling untuk Konselor BP4
Perspektif Kesetaraan, (Jakarta: Rahima, 2012), h.114-115.
8
membenci dan pada akhirnya rumah tangga akan hancur
berantakan.
Penghargaan jangan hanya diberikan kepada hal-hal
yang besar saja, akan tetapi hendaklah sampai pada hal-hal
yang kecil-kecil juga perlu diperhatikan dan dihargai karena
hal yang kecil-kecil itu pengaruhnya cukup besar, misalnya
masalah makanan pakaian, sikap, mimik muka, percakapan,
tidak menghargainya, dan sebagainya. Kalau sudah terjadi
ketidakharmonisan akan saling salah menyalahkan. Masing-
masing merasa benar sendiri, akibatnya anak-anak yang
menjadi korban.7
Hal-hal yang sepele kadang-kadang berakibat
ketegangan dalam rumah tangga. Seringkali orang
berpendirian bahwa tanggung jawab mencari rezeki dan
pembiayaan keluarga terpikul atas pundak suami, sedangkan
tanggung jawab mengurus rumah tangga dan mendidik anak-
anak urusan istri. Pendirian tersebut ada benarnya, tetapi
tidaklah sepenuhnya benar. Mungkin dalam mencari nafkah
suami yang melakukannya, tetapi dalam mengatur
pengeluaran dan pembelanjaan dilakukan bersama
(istri/suami). Sementara, mengurus keperluan anak sehari-
hari, yang masih kecil banyak dilakukan oleh istri, tapi
mengurus pendidikan secara umum dilakukan bersama
suami/istri. Sering terjadi kesalah-pahaman dan kesalah
pengertian orang tua akan banyak membawa akibat negatif
7 Tulus, dkk., Buku Panduan Konseling untuk Konselor BP4
Perspektif Kesetaraan, (Jakarta: Rahima, 2012), h. 116.
9
pada anak. Banyak anak-anak merasa tidak disayang bahkan
dibenci dan tidak diperhantikan oleh orang tuanya terutama
ayahnya merasa jauh dari anak-anaknya, karena mengira
bahwa tanggung jawab mengurus anak-anak adalah
kewajiban ibu saja.8
Inti dari semua permaslahan di atas ialah karena
kurangnya pemahaman tentang hakikat, hak dan kewajiban
yang harus dilakukan dalam sebuah pernikahan sehingga
menyebabkan perselisihan, silang pendapat kekerasan dalam
rumah tangga dan berujung padaasebuah perceraian.
Terutama di kalangan selebritis yang seolah-olah memainkan
sebuah ikatan perkawinan yang sakral dengan mudahnya
melakukan perceraian bak sebuah permainan. Hal seperti ini
menjadi contoh yang kurang baik, terlebih lagi mereka selalu
muncul di layar televisi dan menjadi idola bagi sebagian
orang.
Sebagaimana mestinya sebuah pernikahan itu berjalan
di jalan yang membawa kedamaian dan ketenangan serta
memperkecil kemungkinan terjadinya perceraian, perlu
adanya seseorang yang berperan untuk membimbing dan
menjadi panutan sekaligus mengajarkan segala kiat-kiat untuk
menjadikan rumah tangga yang dibangun sebagaimana
hakitatnya menjadi rumah tangga yang sakinah, mawaddah,
wa rahmah.
8 Tulus, dkk., Buku Panduan Konseling untuk Konselor BP4
Perspektif Kesetaraan, (Jakarta: Rahima, 2012), h. 116.
10
Dengan menanggapi hal tersebut, pemerintah melalui
Kementerian Agama Republik Indonesia mencanangkan
program penurunan angka perceraian di Indonesia. Menteri
Agama RI H. Lukman Hakim Saifuddin mengulas tingginya
angka perselisihan dan perceraian dalam rentang waktu
sepuluh tahun terakhir. Data hingga 2013, dari sekitar 2,2 juta
pernikahan setiap tahunnya, 45 persen terjadi perselisihan dan
12-15 persen mengalami perceraian. Perselisihan rumah
tangga dan perceraian berpotensi menjadi sumber
permasalahan sosial apabila lalai dalam menanggulanginya.
Menyikapi kondisi dan permasalahan tersebut, “Pendidikan
Pra Nikah perlu dijadikan gerakan nasional dalam masyarakat
kita dan harus dimotori oleh BP4 bersama Kementerian
Agama”. 9
Memang sebenarnya persoalan pembimbingan yang
bekaitan dengan masalah keluarga merupakan peran daripada
Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan
(BP4) melalui program Bimbingan Perkawinan (Bimwin)
yang dilakukan di Kantor Urusan Agama (KUA). Namun
dalam praktek di lapangan program Bimwin yang
dikhususkan kepada calon Pengantin ini tersendat oleh
alokasi anggaran yang kurang lancar sehingga pengadaan
program tersebut hanya ketika dana tersebut turun saja.
Padahal program tersebut sangat penting untuk memberikan
9 Bimas Islam, Menag: Pendidikan Pra Nikah Perlu Dijadikan
Gerakan Nasional artikel di akses melalui
https://bimasislam.kemenag.go.id/post/berita/menag-pendidikan-pra-nikah-
perlu-dijadikan-gerakan-nasional- pada 9 Oktober 2017 pukul 21.45 WIB.
11
bekal kepada calon pengantin dalam menjalani kehidupan
berumah tangga sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.
Terlebih lagi hingga tahun 2017 wilayah Jakarta
Timur merupakan daerah dengan angka perceraian tertinggi
di Provinsi DKI Jakarta.10
Dan Kecamatan Cakung
merupakan daerah dengan penduduk terbanyak di Kota
Administrasi Jakarta Timur, sehingga potensi untuk
terjadinya perceraian cukup tinggi.11
Melihat temuan di atas, Penyuluh Agama Islam yang
terintegrasi dalam keanggotaan Kantor Urusan Agama (KUA)
memegang peran dalam menjembatani program tersebut
kepada masyarakat. Sehingga masyarakat dapat memahami
dan menerapkan segala aspek yang ditujukan oleh pemerintah
melalui bekal-bekal yang diterangkan oleh Penyuluh Agama
Islam dan mampu menjadikan terwujudnya keluarga yang
sakinah dan menurunnya angka perceraian yang ada.
Dalam hal ini, peran yang dilakukan Penyuluh Agama
Islam tidak hanya ditujukan kepada calon pengantin saja,
tetapi kepada semua golongan masyarakat dari anak-anak,
remaja, usia pra-nikah, maupun orang dewasa. Lebih
khususnya kepada masyarakat yang masih dalam kriteria pra-
sakinah. Sehingga dapat menurunkan angka konflik yang
10
Yan Yusuf, Jaktim Penyumbang Tertinggi Angka Perceraian
karena Medsos di DKI,
https://metro.sindonews.com/read/1245526/170/jaktim-penyumbang-tertinggi-
angka-perceraian-karena-medsos-di-dki-1507146321 diakses pada 15
November 2017. 11
Agus Wahyudi, dkk., Statistik Daerah Kota Jakarta Timur 2017 ,
(Jakarta: Badan Pusat Statistik Kota Administrasi Jakarta Timur, 2017), h. 34.
12
terjadi di dalam rumah tangga, hingga turunnya angka
perceraian yang ada di Indonesia, khususnya di Kecamatan
Cakung, Jakarta Timur.
Dengan didasari latar belakang tersebut penulis ingin
mengadakan sebuah penelitian yang selanjutnya dijadikan
sebuah pembahasan skripsi dengan judul “Peran Penyuluh
Agama Islam dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah di
Kecamatan Cakung Jakarta Timur”.
B. Pembatasan Masalah
Dalam sebuah penelitian diperlukan pembatasan
masalah agar lebih terfokus kepada apa yang diteliti. Adapun
yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini yang erat
kaitannya dengan masalah dalam penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Peran yang dimaksud adalah peran menurut Soerjono
Soekanto yang menjelaskan bahwa “peran merupakan
aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan”.12
Hak dan kewajiban Penyuluh Agama Islam yang
dimaksud ialah Hak dan Kewajiban menurut pedoman
teknis Penyuluh Agama Islam yang diatur oleh undang-
undang. Untuk mengetahui peran Penyuluh Agama Islam
dapat dilihat dari dijalankan atau tidak kewajibannya
12
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2000), h. 243.
13
berupa tugas dan fungsinya di masyarakat, serta terpenuhi
hak-haknya dalam melaksanakan penyuluhan.
2. Penyuluh Agama Islam yang dimaksud adalah Penyuluh
Agama Islam yang melaksanakan penyuluhan di wilayah
binaan Kantor Urusan Agama Kecamatan Cakung, Jakarta
Timur.
3. Keluarga sakinah yang dimaksud adalah keluarga/jama’ah
yang merupakan bagian dari kelompok binaan Penyuluh
Agama Islam Kecamatan Cakung dan memenuhi kriteria
keluarga sakinah menurut petunjuk teknis pembinaan
gerakan keluarga sakinah tahun 2011.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan
masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana tugas Penyuluh Agama Islam dalam
mewujudkan keluarga sakinah di Kecamatan Cakung ?
2. Bagaimana fungsi dan hak-hak Penyuluh Agama Islam
dalam mewujudkan keluarga sakinah di Kecamatan
Cakung ?
3. Metode apa yang dilakukan Penyuluh Agama Islam dalam
mewujudkan keluarga sakinah di Kecamatan Cakung ?
4. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
mewujudkan keluarga sakinah di Kecamatan Cakung ?
14
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Merujuk kepada rumusan masalah yang dibahas di
atas, penelitian skripsi ini bertujuan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis tugas, fungsi, hak-hak
dan metode penyuluhan yang dilakukan oleh Penyuluh
Agama Islam, serta faktor pendukung dan penghambat
Penyuluh Agama Islam melakukan penyuluhan dalam
mewujudkan keluarga sakinah di Kecamatan Cakung,
Jakarta Timur.
2. Manfaat Penelitian
Kemudian manfaat dari penelitian ini dapat
tergambar pada dua sisi, yaitu sisi akademik dan praktis.
Adapun manfaat-manfaat dalam penelitian ini dapat
dilihat sebagai berikut:
a. Manfaat Akademik
Secara akademik penelitian skripsi ini memiliki
manfaat sebagai berikut:
1) Hasil dari penelitian ini dapat memberikan
pengetahuan dan wawasan dalam upaya
mengembangkan studi dakwah dan komunikasi
2) Selain itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan
dapat berguna bagi Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi (FIDIKOM) khususnya pada
jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam ketika
melakukan penyuluhan dengan materi
mewujudkan keluarga sakinah.
15
b. Manfaat Praktis
Kemudian secara praktis penelitian ini memiliki
manfaat sebagai berikut:
1) Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi dalam meningkatkan
kualitas penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan
yang tepat dalam mewujudkan keluarga sakinah.
2) Sebagai pengingat bagi masyarakat muslim
khususnya dalam membina rumah tangga maupun
untuk mempersiapkan diri membangun sebuah
rumah tangga perlu mengikuti syariat ajaran Islam
sehingga akan menciptakan keluarga yang damai,
bahagia dan sejahtera dengan kata lain yaitu
keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskriptif
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
16
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.13
Metode deskriptif kualitatif merupakan langkah-
langkah yang melakukan representasi objek tentang
semua informasi. Dengan kata lain metode ini tidak
terbatas pada pengumpulan data, tetapi juga meliputi
analisis dan interpretasi tentang arti dari data tersebut.14
Melalui metode penelitian di atas penulis
melakukan observasi, wawancara, studi kepustakaan dan
dokumentasi untuk memperoleh data yang terkait dengan
penelitian skripsi ini. Data yang diperoleh tersebut penulis
analisis secara deskriptif sehingga mengetahui lebih
dalam, mengakar, menyeluruh dan lebih jelas tentang
peran Penyuluh Agama Islam dalam menwujudkan
keluarga sakinah di Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cakung,
Jakarta Timur pada Bulan November 2017 sampai Bulan
Mei 2018. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini
berdasarkan atas pertimbangan sebagai berikut:
a. Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur hingga
tahun 2017 masih menyumbang angka perceraian
13
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.
Rosda Karya, 2007), cet. ke-18, h. 6. 14
Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian Suatu Pemikiran
dan Penerapan (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 24.
17
tertinggi di Provinsi DKI Jakarta.15
Dan Kecamatan
Cakung merupakan daerah dengan penduduk
terbanyak di Jakarta Timur.16
Sehingga potensi angka
perceraiaannya cukup besar. Selain itu pula peneliti
telah memastikan belum adanya penelitian dengan
tema peran Penyuluh Agama Islam dalam
mewujudkan keluarga sakinah di Kecamatan Cakung,
Jakarta Timur.
b. Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan (BP4) selaku lembaga yang mempunyai
peran dalam mewujudkan keluarga sakinah sudah
tidak berinduk kepada Kantor Urusan Agama dan
menjadi lembaga independen sehingga tidak ada
anggaran khusus untuk BP4 dari Kementrian Agama
RI dalam menjalankan program-programnya. Dampak
dari hal tersebut menjadikan banyak program-program
yang tidak berjalan dengan baik17
c. Tersendatnya program Bimbingan Perkawinan yang
merupakan program wajib bagi calon pengantin yang
bertujuan untuk memberi bekal dalam kehidupan
15
Yan Yusuf, Jaktim Penyumbang Tertinggi Angka Perceraian
karena Medsos di DKI,
https://metro.sindonews.com/read/1245526/170/jaktim-penyumbang-tertinggi-
angka-perceraian-karena-medsos-di-dki-1507146321 diakses pada 15
November 2017. 16
Agus Wahyudi, dkk., Statistik Daerah Kota Jakarta Timur 2017 ,
(Jakarta: Badan Pusat Statistik Kota Administrasi Jakarta Timur, 2017), h. 34. 17
Wawancara pribadi dengan Dra. Hj. Zubaidah Muchtar, M. Si
Tim Ahli BP4 Pusat dan Trainer Bimbingan Teknik Fasilitator Keluarga
Sakinah DKI Jakarta. 13 Februari 2018.
18
rumah tangga sesuai syari’at Islam di Kantor Urusan
Agama Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
d. Masih tingginya tingkat perceraiaan di Indonesia
sehingga terbentuknya program Kementrian Agama
RI dalam menekan angka perceraian. Melalui hal
tersebut Penyuluh Agama Islam di Kecamatan Cakung
merekomendasikan penelitian ini.
3. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah semua orang yang
menjadi sumber atau informan yang dapat
memberikan keterangan mengenai masalah
penelitian.18
Adapun teknik pemilihan subjek yang
digunakan penulis adalah purposive sampling.
Purposive sampling adalah sampel yang diambil
betul-betul sesuai dengan maksud dan tujuan
peneliti.19
Penentuan sampel dalam penelitian ini
berdasarkan pada karakteristik yang dianggap
mempunyai keterkaitan dengan karakteristik populasi
yang telah diketahui sebelumnya. Dalam hal ini yaitu,
subjek yang dapat memberikan informasi terkait
dengan penelitian yang penulis lakukan tentang peran
18
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar, (Jakarta:
Bina Aksara, 1989), h. 91. 19
Irawan Soehatono, MetodePenelitian Sosial, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1995), h. 63.
19
Penyuluh Agama Islam dalam mewujudkan keluarga
sakinah di Kecamatan Cakung Jakarta Timur.
Melalui teknik pemilihan subjek penelitian di
atas yang akan dijadikan subjek penelitian adalah
sekelompok orang yang dapat memberi informasi
yang relevan dengan objek yang diteliti yaitu dua
orang Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan
Cakung, satu orang Kepala KUA, satu orang Mentor
Bimbingan Teknik Fasilitator Keluarga Sakinah DKI
Jakarta sekaligus Konsultan Ahli BP4 Pusat, satu
orang keluarga sakinah teladan DKI Jakarta tahun
2016, dan empat orang jama’ah kelompok binaan
Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Cakung.
b. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah yang menjadi
perhatian suatu penelitian.20
Melalui pengertian
tersebut yang menjadi perhatian penulis dalam
penelitian skripsi ini adalah peran Penyuluh Agama
Islam dalam mewujudkan keluarga sakinah di
Kecamatan Cakung.
4. Instrument dan Alat Bantu
Dalam penelitian ini, intrument yang digunakan
yaitu peneliti/penulis sendiri. Selain itu untuk
mempermudah dalam melakukan penelitian, peneliti
menggunakan alat bantu sebagai berikut:
20
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar, (Jakarta:
Bina Aksara, 1989), h. 59.
20
a. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang
dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian.
Penulis menyusun pedoman wawancara dengan
membuat pertanyaan-pertanyaan yang sesuai tujuan
penelitian, teori yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti, dan rumusan masalah yang penulis buat agar
mendapat data yang sesuai dengan keinginan penulis
dan tujuan dari penelitian ini. Data-data tersebut
berkaitan dengan tugas, fungsi, hak-hak, metode,
faktor pendukung dan faktor penghambat Penyuluh
Agama Islam dalam mewujudkan keluarga sakinah di
Kecamatan Cakung.
b. Pedoman Observasi
Pedoman observasi digunakan agar penulis dapat
melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan
penelitian. Dalam hal ini, penulis menentukan hal-hal
apa saja yang penulis perlu observasi sehingga sesuai
dengan tujuan daripada penilitian serta mendapatkan
data yang sesuai dengan keinginan penulis. Adapun
pedoman observasi yang penulis buat seperti
pengamatan perilaku subjek selama kegiatan yang
berhubungan dengan penelitian, kemudian mengamati
lingkungan dan kondisi saat program penyuluhan
berlangsung, serta pengaruhnya terhadap perilaku
subjek dan informasi yang muncul pada saat
berlangsungnya kegiatan.
21
c. Alat Perekam
Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat
wawancara, agar penulis dapat berkonsentrasi pada
proses pengambilan data tanpa harus berhenti untuk
mencatat jawaban-jawaban dari subjek. Dalam
pengumpulan data, alat perekam baru dapat
dipergunakan setelah mendapat izin dari subjek untuk
mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara
berlangsung. Dalam hal ini penulis meminta izin
kepada informan untuk merekam jalannya wawancara
dengan alat perekam suara berupa aplikasi perekam
handphone. Dan mendokumentasikan kegiatan dengan
merekam dalam format video maupun foto kegiatan.
5. Teknik Pengumpulan data
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan
sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.21
Sedangkan menurut Burhan Bungin observasi adalah
kemampuan seseorang untuk menggunakan
pengamatannya melalui hasil pengamatan panca
indera mata serta dibantu dengan panca indera
lainnya. Di dalam pembahasan ini kata observasi dan
pengamatan digunakan secara bergantian, seseorang
21
Sutrisna Hadi, Metodelogi Reaserh, (Yogyakarta: Andi Offset,
1989), cet. ke-19, h. 139.
22
yang sedang melakukan pengamatan tidak selamanya
menggunakan panca indera matanya saja, tetapi selalu
menghasilkan apa yang dilihatnya dan apa yang
dihasilkan pancaindra yang lainnya, seperti apa yang
dia dengar, apa yang dia cicipi dan apa yang dia cium
dari penciumannya, bahkan merasakan dari apa yang
ia rasakan dari sentuhan-sentuhan kulitnya22
. Dalam
hal ini peneliti melakukan pengamatan langsung ke
lapangan untuk melihat langsung peran Penyuluh
Agama Islam dalam mewujudkan keluarga sakinah di
Kecamatan Cakung, Jakarta Timur melalui kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh Agama Islam
selama penelitian yang penulis lakukan.
b. Wawancara, yaitu percakapan langsung dan tatap
muka dengan maksud tertentu yang dilakukan
pewawancara untuk memperoleh informasi.23
Dalam
hal ini penulis mewawancarai dua orang Penyuluh
Agama Islam KUA Kecamatan Cakung, satu orang
Kepala KUA Kecamatan Cakung, satu orang Mentor
Bimbingan Teknik Fasilitator Keluarga Sakinah DKI
Jakarta sekaligus Konsultan Ahli BP4 Pusat, satu
orang keluarga sakinah teladan DKI Jakarta tahun
22
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi,Ekonomi,
Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainya, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2013), h. 142-143. 23
Imam Suprayogo dan Tobrani. Metodologi Penelitian Sosial-
Agama (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 172.
23
2016, dan empat orang jama’ah kelompok binaan
Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Cakung.
c. Dokumentasi, dalam proses dokumentasi, penulis
melakukan pengumpulan data-data berupa gambar
ataupun hasil wawancara berupa mencatat kegiatan
dengan tulisan, rekaman suara menggunakan alat
perekam berupa handphone, maupun video yang
terkait dengan penelitian ini di lingkungan Kecamatan
Cakung, Jakarta Timur.
6. Teknik Analisis Data
Dari data yang dikumpulkan, kemudian dianalisis
dan diinterpretasikan. Sedangkan metode yang penulis
gunakan dalam menganalisis data adalah dengan metode
deskriptif, yaitu penulis melaporkan data dengan cara
menerangkan, memberi gambaran dan mengklasifikasikan
data terkumpul apa adanya dan kemudian data tersebut
disimpulkan.
7. Teknik dan Pemeriksaan Keabsahan data
Teknik dan pemeriksaan keabsahan data yang
digunakan dalam penelitian ini ada tiga macam
diantaranya:
a. Perpanjang Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan
dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak
hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi
memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada
24
latar penelitian.24
Dalam hal ini, untuk menggali data
atau informasi yang diperlukan dalam penelitian ini,
peneliti selalu ikut serta dalam segala kegiatan yang
dilakukan oleh informan utama, sehingga lebih fokus
pada penelitian. Informan utama dalam penelitian ini
adalah Penyuluh Agama Islam yang melakukan
kegiatan penyuluhan di Kecamatan Cakung, Jakarta
Timur.
b. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan dilakukan dengan
maksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam
situasi yang relevan atau isu yang sedang dicari dan
kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut
secara rinci.25
Dalam ketekunan pengamatan ini
penulis memperhatikan aspek-aspek yang menunjang
daripada tujuan penelitian, yaitu peran Penyuluh
Agama Islam dalam mewujudkan keluarga sakinah di
Kecamatan Cakung Jakarta Timur. Aspek-aspek
tersebut seperti tugas dan fungsi serta metode yang
dilakukan Penyuluh Agama Islam Kecamatan Cakung
dalam penyuluhannya.
c. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
24
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung :Remaja
Rosdakarya,1991), h. 175. 25
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung :Remaja
Rosdakarya,1991), h. 177.
25
di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin (dalam
Lexy J. Moleong, 1991) membedakan empat macam
triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang
memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik
dan teori.26
Adapun teknik triangulasi yang penulis pakai
dalam penelitian ini adalah triangulasi data atau
triangulasi sumber. Sebagaimana dikemukakan Yin,
triangulasi data atau sumber dimaksudkan agar dalam
pengumpulan data, peneliti menggunakan multi
sumber data.27
Triangulasi Sumber dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber.28
Dalam hal ini, untuk membantu
memeriksa keabsahan data penulis melakukan
triangulasi sumber dengan mencari sumber selain dari
informan utama, yaitu dua orang Penyuluh Agama
Islam. Oleh karena itu penulis mewawancarai
informan lain sebagai pemeriksa keabsahan data yang
penulis dapat dari informan utama. Oleh karena itu
penulis mewawancarai pula satu orang Kepala KUA,
satu orang keluarga sakinah teladan DKI Jakarta tahun
26
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung :Remaja
Rosdakarya,1991), h. 178. 27
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-
Agama (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 185. 28
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan; Pendekatan
Kuantitatif, Kualitataif dan R&D), (Bandung; alfabeta, 2010), cet. XI, h. 372.
26
2016, dan empat orang jama’ah kelompok binaan
Penyuluh Agama Islam.
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang mewujudkan keluarga sakinah telah
banyak dilakukan, berikut ini beberapa penelitian yang
mempunyai relevansi dengan judul penelitian penulis antara
lain:
1. Skripsi berjudul: “Strategi Dakwah Majelis Az-Zikra
dalam Menciptakan Keluarga Sakinah” oleh Bobby
Rahman pada tahun 2010, Mahasiswa Jurusan
Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode deskriptif. Penetitian ini ingin mengetahui
bagaimana strategi dakwah Majelis Az-Zikra dalam
menciptakan keluarga yang sakinah melalui Lembaga
Titian Keluarga Sakinah yang didirikannya. Dengan
wawancara dan observasi dengan orang yang terkait
dengan Lembaga Titian Keluarga Sakinah, diketahui
bahwa strategi yang digunakan adalah dengan melakukan
pembekalan secara “fikriyah” yaitu dengan memberikan
wawassan tentang keluarga serta dengan membina rohani
para anggotanya dengan kegiatan seperti zikir.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis
lakukan yaitu sama-sama meneliti tentang
menciptakan/mewujudkan keluarga sakinah, namun
berbeda dalam pemilihan subjek penelitian. Pemilihan
27
subjek pada penelitian ini yaitu Jika penelitian ini lebih
fokus kepada strategi dakwah Majelis Az-Zikra dalam
menciptakan keluarga sakinah, maka penulis lebih
terfokus pada peran Penyuluh Agama Islam di Kecamatan
Cakung, Jakarta Timur dalam mewujudkan keluarga
sakinah yang cakupannya lebih luas berupa tugas pokok
dan fungsi Penyuluh Agama Islam, metode yang
digunakan, serta juga faktor yang mendukung dan
menghambat dalam mewujudkan keluarga sakinah di
Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
2. Skripsi berjudul: “Faktor-Faktor Efektivitas Program
“Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah (SAMARA)”
dalam Pembinaan Keluarga Islami di Radio Dakta 107
FM Bekasi” oleh Diah Anggraini pada tahun 2011,
Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif analisis,
yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor efektivitas
program Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah (SAMARA)
dalam pembinaan keluarga Islami di Bekasi. Melalui
observasi partisipan, wawancara, Focus Group Disscution
(FGD) pada pendengar Samara, dan dokumentasi berupa
rekaman program Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah
(SAMARA) yang disiarkan secara on air dan foto-foto
kegiatan Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah (SAMARA)
secara off air. Hasil penelitian ini menunjukkan 1) format
28
yang digunakan adalah format prolog skrip kasus, prolog
pendalaman materi dengan dua arah, dan tanya jawab
multimedia, dengan faktor pendukung yang berorientasi
pada narasumber, 2) faktor pendukung pesan yang terdiri
dari: (a) urutan pesan deduktif, (b) gagasan menarik
selanjutnya menerima pesan, (c) imbauan rasional,
imbauan motivasi, dan imbauan emosional sebagai faktor
pendukung, (d) abstraksi pesan, dan (e) pesan nonverbal,
3) faktor pendukung seorang komunikator yang terdiri
dari: (a) kredibiilitas prior ethos, (b) atraksi narasumber,
dan (c) kekuasaan tim produksi, dan 4) faktor pendukung
keseimbangan program Samara on air dan off air adalah
(a) kerjasama tim produksi dan keaktifan narasumber
dalam menyeimbangkan pra-produksi sampai produksi
bahkan sampai pasca produksi, (b) profesi radio sebagai
radio islam, radio dakwah, (c) faktor nonverbal (pesan
paralinguistik), dan (d) faktor komunikator yang
menunjukkan kredibilitasnya.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis ialah
sama-sama membahas tentang keluarga sakinah, tetapi
penelitian ini lebih cendurung fokus meneliti faktor-faktor
evektifitas sebuah program di radio Dakta Bekasi, dan
penelitian ini cakupannya cukup luas karena melihat
efektivitas sebuah program dengan penelitian setingkat
kota. Sedangkan penulis meneliti tetang peran Penyuluh
Agama Islam dengan tingkatan penelitian setingkat
kecamatan. Namun, penulis tidak hanya fokus kepada
29
faktor-faktor evektivitas program keluarga sakinah, tetapi
juga tugas pokok dan fungsi Penyuluh Agama Islam,
metode yang digunakan, serta juga faktor yang
mendukung dan menghambat dalam mewujudkan
keluarga sakinah di Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
3. Skripsi dengan judul: “Peran Bimbingan Pra nikah
Bagi Calon Pengantin di Kantor Urusan Agama
(KUA) Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan”
oleh Hapipah pada tahun 2013, Mahasiswa Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini adalah : Peran
bimbingan pra nikah bagi calon pengantin di KUA
Ciputat petugas KUA melakukan bimbingan pra nikah
kepada calon pengantin ditujukan agar mereka memahami
benar peran masing-masing dalam keluarga. Karena itu,
petugas KUA memberikan beberapa materi pokok
diantaranya keluarga sakinah, kesehatan dalam keluarga,
dan UUD perkawinan. Dan apa saja kendala pelaksanaan
bimbingan pra nikah berdasarkan perspektif calon
pengantin adalah masih rendahnya kesadaran calon
pengantin tentang penting tidaknya bimbingan pra nikah.
Selain itu calon pengantin juga menganggap pelaksanaan
bimbingan pra nikah didukung oleh fasilitas yang kurang
memadai. kendala pelaksanaan bimbingan pra nikah
berdasarkan perspektif petugas KUA kopetensi
30
pembimbing yang masih terbatas, kurangnya disiplin
peserta (calon pengantin) serta minimnya sarana dan
prasarana.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis ialah
sama-sama berlatar belakang KUA dan berkaitan dengan
program mewujudkan keluarga sakinah, sedangkan
perbedaannya ialah walau sama-sama membahas tentang
peran, namun penelitian ini menguji peran sebuah
program yang ada di KUA, yaitu program bimbingan pra
nikah di KUA Ciputat. Sedangkan penulis terfokus pada
peran seorang Penyuluh Agama Islam dalam
melaksanakan seluruh program-program yang diadakan
KUA Kecamatan Cakung atau program Penyuluh Agama
Islam tersendiri untuk mewujudkan keluarga sakinah di
wilayah binaan KUA Kecamatan Cakung.
4. Skripsi dengan judul: “Pembinaan Mental Agama Islam
Pada Persatuan Istri Prajurit (PERSIT) Kartika
Chandra Kirana Dalam Upaya Mewujudkan
Keluarga Sakinah Dilingkungan TNI AD Yonkav 7
Pragosa Satya Cijantung Jakarta Timur” oleh Thi Thi
Hardhiyanthi tahun 2016. Mahasiswa Jurusan Bimbingan
dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian snow
ball yaitu penelitian yang dilakukan secara intensif dan
terinci terhadap suatu organisasi/lembaga yang
menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini
31
menyimpulkan bahwa kegiatan pembinaan mental yang
diadakan di Yonkav 7 Pragosa Satya Cijantung terutama
dalam kegiatan pengajian mingguan memberikan
tambahan pengetahuan agama terhadap para prajurit dan
disana ada konseling agama untuk konsultasi dari setiap
masalahnya, serta berbagai kegiatan yang mengisi serta
melatih para istri prajurit untuk menjadi insan yang
mandiri dan bermanfaat untuk orang banyak. Aktifitas
pembinaan mental agama ini sangat berperan dalam
pelaksanaan program bintal khususnya di bidang agama
Islam, sebagai pedoman, petunjuk, serta perlindungan
untuk istri prajurit itu sendiri untuk menjadi istri dan
masyarakat yang baik.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis ialah
sama-sama membahasa tentang mewujudkan keluarga
sakinah. Namun, penelitian ini meneliti tentang
pembinaan mental yang hanya terkonsentrasi di organisasi
Persatuan Istri Prajurit di Yongkav 7 Pragosa Satya
Cijantung. sedangkan penulis meneliti tentang peran
Penyuluh Agama Islam yang menjalankan program-
program KUA Kecamatan Cakung atau program
Penyuluh Agama Islam tersendiri untuk mewujudkan
keluarga sakinah di wilayah binaan KUA Kecamatan
Cakung. Dimana peran ini lebih luas cakupannya
dibandingkan dengan penelitian ini.
32
5. Skripsi dengan judul: “Peran dan Kontribusi BP4
dalam Membentuk Keluarga Sakinah di KUA Tanah
Abang Jakarta Pusat” oleh Syarifudin pada tahun 2011,
Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti ini
menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah BP4 KUA
Tanah Abang sudah mengadakan pembinaan dan
pemupukan sebuah lokasi atau kelurahan untuk menjadi
kelurahan percontohan bagi keluarga sakinah.
Persamaan dalam penelitian yang dilakukan penulis
dengan peneliti ini ialah sama-sama meneliti tentang
membentuk atau mewujudkan keluarga sakinah. Namun,
yang membedakannya adalah pada penentuan subjek yang
berperan dalam membentuk atau mewujudkan keluarga
sakinah. Jika penelitiaan ini terfokus pada peran BP4
sebagai lembaga yang khusus menangani bimbingan dan
penyelesaiaan masalah dalam perkawinan, Namun penulis
memilih meneliti Peran Penyuluh Agama Islam yang
merupakan seorang yang memberikan penerangan
program-program KUA dan program-program Penyuluh
Agama Islam itu sendiri dalam mewujudkan keluarga
sakinah. Bisa dikatakan penelitian ini terfokus pada peran
suatu lembaga, sedangkan penulis meneliti peran
seseorang dalam suatu lembaga.
33
G. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian skripsi ini penulis mengacu pada
pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis dan
Desertasi) karya Hamid Nasuhi dkk. yang diterbitkan oleh
CeQDA (Center for Quality Develoment and Assurance)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi dalam lima
bab yaitu:
BAB I: Pendahuluan, bab ini merupakan uraian umum dari
skripsi ini. Isinya menjelaskan latar belakang masalah
penulisan, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, landasan teori, metodologi penelitian,
tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II: Landasan Teori, dalam bab ini membahas secara
detail tentang definisi peran, peran dan fungsi, Penyuluh
Agama Islam, peran Penyuluh Agama Islam, pengertian
keluarga sakinah, ciri-ciri keluarga sakinah, kriteria keluarga
sakinah, pernikahan, menjalankan hak dan kewajiban suami-
istri, perceraiaan dan dampak buruknya bagi keluarga,
keterkaitan peran dengan metode,tujuan dari peran Penyuluh
Agama Islam.
BAB III: Gambaran Umum Penyuluh Agama Islam KUA
Kecamatan Cakung, dalam bab ini membahas tentang,
sejarah singkat Penyuluh Agama Islam, Penyuluh Agama
Islam Kecamatan Cakung, Kantor Urusan Agama Kecamatan
Cakung, dan program kerja Penyuluh Agama Islam KUA
34
Kecamatan Cakung, hubungan Penyuluh Agama Islam
dengan BP4.
BAB IV: Hasil Penelitian, bab ini merupakan pembahasan
inti dari hasil penelitian, yang berisi mengungkap secara
detail tentang program Pembinaan Gerakan Keluarga
Sakinah, peran Penyuluh Agama Islam berupa tugas, fungsi
dan hak, metode penyuluhan, faktor pendukung dan
penghambat Penyuluh Agama Islam dalam mewujudkan
keluarga sakinah di Kecamatan Cakung Jakarta Timur.
BAB V: Penutup, sebagaimana lazimnya dalam sebuah
laporan hasil penelitian, dalam bab ini berisikan mengenai
kesimpulan dan implementasi yang merupakan jawaban dari
rumusan masalah yang diajukan pada bab pertama dan kritik
serta saran.
35
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peran Penyuluh Agama Islam
1. Pengertian Peran
Sejarah istilah “peran” diambil dari dunia teater.
Dalam teater, seorang aktor harus bermain sebagai tokoh
tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia
diharapkan untuk berperilaku secara tertentu. Posisi aktor
dalam teater (sandiwara) itu kemudian dianalogikan
dengan posisi seseorang dalam masyarakat. Sebagaimana
halnya dalam teater, posisi orang dalam masyarakat sama
dengan posisi aktor dalam teater, yaitu bahwa perilaku
yang diharapkan daripadanya tidak berdiri sendiri,
melainkan selalu berada dalam kaitan dengan adanya
orang-orang lain yang berhubungan dengan orang atau
aktor tersebut. Dari pandangan inilah disusun teori-teori
peran.1
Kata “peran” dalam “Kamus Besar Bahasa
Indonesia” berarti perangkat tingkat yang diharapkan
dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam
masyarakat.2 Dalam “Kamus Umum Bahasa Indonesia”
kata “peranan” ini memiliki arti yang sama dengan kata
“peran”, lebih jelasnya “peran” disini adalah sesuatu yang
1 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2013), h. 215. 2 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), Cet. Ke-2, h. 854.
36
jadi bagian atau memegang pimpinan yang terutama
(dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa). Permisalannya
yaitu tenaga-tenaga ahli dan buruh-buruh pun memegang
(peran/peranan) penting juga dalam pembangunan
negara.3
Menurut Komaruddin dalam “Ensiklopedia
Managemen” menerangkan bahwa yang dimaksudkan
dengan peran adalah:
a. Bagian dari tugas mana yang harus dilaksanakan
dalam manajemen.
b. Pola penilaian yang diharapkan dapat mengenai suatu
status.
c. Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok atau
pranata.
d. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi
karakteristik yang ada padanya.
e. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.4
Senada dengan hal di atas Soerjono Soekanto
menjelaskan bahwa “peranan merupakan aspek dinamis
kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak
dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia
menjalankan suatu peranan”.5 Peran ini lebih banyak
3 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2014), Edisi Ke-3, h. 870. 4 Komaruddin, Ensiklopedia Manajemen, (Jakarta : Bumi Aksara,
2001), Edisi Ke-5, h. 768. 5 Soerjono Soekanto, Sosioiogi Suatu Pengantar, ( Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2000), h. 243.
37
menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu
proses.6
Sedangkan menurut Gross, Mason dan Mc.
Eachern yang dikutip oleh David Berry mendefinisikan
bahwa peran sebagai seperangkat harapan-harapan yang
dikenalkan pada individu yang menempati kedudukan
sosial tertentu. Harapan-harapan tersebut merupakan
imbangan dari norma-norma sosial dan oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa peranan-peranan itu ditentukan
oleh norma-norma yang ada di dalam masyarakat. Artinya
seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang
diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaannya dan
dalam pekerjaan-pekerjaan lainnya.7 Dapat diartikan
bahwa peran tersebut dapat dilihat dari dijalankan atau
tidaknya kewajiban seseorang yang menempati
kedudukan sosial (Pekerjaan) sesuai dengan hal-hal yang
diharapkan oleh masyarakat.
Bisa disimpulkan dari penjelasan di atas bahwa
peran adalah suatu status atau kedudukan sosial tertentu
yang dimiliki seseorang yang ditentukan oleh norma-
norma yang ada di masyarakat, yang status tersebut
memiliki hak, dan kewajiban (berupa tugas pokok)
ataupun fungsi yang ada pada diri seseorang sesuai
dengan kedudukan seseorang tersebut di masyarakat.
6 Soerjono Soekanto, Sosioiogi Suatu Pengantar, ( Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1990), h. 269. 7 David Barry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi,(Jakarta:
Rajawali, 1983), Cet. 3, h. 99-100.
38
Dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan
peran menurut Soerjono Soekanto sebagai penilai apakah
Penyuluh Agama Islam di wilayah binaan KUA
Kecamatan Cakung, Jakarta Timur memiliki peran dalam
mewujudkan keluarga sakinah sesuai dengan status, hak
dan kewajiban (tugas pokok) dan fungsi dari Penyuluh
Agama Islam itu sendiri di masyarakat, khususnya di
Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
2. Peran dan Fungsi
Jika dilihat dari penjelasan di atas tentang peran
tersebut, peran tidak pernah terlepas dari fungsi yang ada
di dalamnya. Mengenai kata peran dan fungsi, baik
hubungan dan perbedaan antara keduanya, dapat
dijelaskan bahwa peran memiliki arti sebagai status atau
kedudukan seseorang di masyarakat. Peran ini lebih
diartikan sebagai status seseorang yang mengemban
kewajiban (tugas) yang harus dilakukan oleh seseorang
tersebut di masyarakat.
Sedangkan fungsi dalam hal ini diartikan sebagai
jabatan (pekerjaan) yang dilakukan.8 Fungsi ini sebagai
pelaksanaan atau realisasi daripada kewajiban-kewajiban
jabatan (perkerjaan) atau status (kedudukan) seseorang di
masyarakat.
Dari kedua kata tersebut dapat dilihat perbedaan
antar satu dengan lainnya. Dimana peran adalah sebuah
8 Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 420.
39
kewajiban (tugas) yang harus dilakukan seseorang dalam
kedudukannya di masyarakat, sedangkan fungsi sebagai
realisasi daripada kewajiban yang diemban oleh seseorang
sesuai dengan kedudukannya di masyarakat.
3. Pengertian Penyuluh Agama Islam
Kata penyuluh berasal dari kata “suluh” yang
berarti barang yang dipakai untuk menerangi (biasa dibuat
dari daun kelapa yang kering) atau “obor”. Sedangkan
penyuluh sendiri berarti “pemberi penerangan”,
“penunjuk jalan”. Bisa disimpulkan bahwa penyuluh
adalah seseorang yang memberi penerangan dan petunjuk
kepada jalan yang benar.9
Sedangkan kata “agama” dalam “Kamus Bahasa
Indonesia” berarti ajaran, sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa, tata peribadatan, dan tata kaidah yang bertalian
dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya dengan kepercayaan itu.10
Jadi agama bisa
diartikan sebagai sistem yang mengatur seseorang dalam
kepercayaan kepada Tuhan, baik dalam beribadah
maupun pergaulan dengan sesama manusia dan
lingkungan sekitar.
9 Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 1386. 10
Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 18.
40
Lalu kata “Islam” menurut “Kamus Umum Bahasa
Indonesia” agama yang dibawa Nabi Muhammad Saw.11
dan lebih jelas lagi “Kamus Besar Bahasa Indonesia”
menjelaskan kata “Islam” memiliki arti agama yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. berpedoman pada
kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan ke dunia melalui
wahyu Allah Swt.12
Bisa diartikan Islam adalah agama
yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. dengan
berpedoman kepada kitab suci Al-Qur’an dan hadits-
hadits Nabi Saw.
Kalau ketiga kata tersebut dipadukan, Penyuluh
Agama Islam memiliki arti seorang yang memberikan
penerangan, petunjuk maupun bimbingan kepada
khalayak sasaran agar selalu di jalan yang benar sesuai
dengan tuntunan agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad Saw. dengan berpedoman pada kitab suci Al-
Qur’an dan hadits-hadits Nabi Muhammad Saw.
Penyuluh Agama Islam juga mempunyai arti
pembimbing umat dalam rangka pembinaan mental moral
dan ketaqwaan kepada Allah Swt. Selain itu Penyuluh
Agama Islam juga menerangkan dan menjabarkan segala
aspek pembangunan melalui pintu dan bahasa agama.
Penyampaian yang dilakukan oleh Penyuluh Agama Islam
kepada masyarakat adalah dengan melalui bahasa yang
11
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2014), Edisi Ke-3, h. 454. 12
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Pusat Bahasa, 2014), Edisi Ke-4, h. 549.
41
sederhana dan dimengerti oleh rakyat dengan pendekatan
keagamaan.13
4. Peran Penyuluh Agama Islam
Dari penjelasan di atas dapat diartikan bahwa
peran Penyuluh Agama Islam adalah status atau
kedudukan seseorang di masyarakat yang dilihat dari hak
dan kewajiban (tugas pokok) dan fungsi di masyarakat
dalam memberikan penerangan, petunjuk maupun
bimbingan kepada khalayak sasaran agar selalu di jalan
yang benar sesuai dengan tuntunan agama Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.
Peran Penyuluh Agama Islam tidak pernah lepas
dari tugas pokok dan fungsi yang ditetapkan oleh
Kementrian Agama RI. Tugas pokok Penyuluh Agama
Islam diatur dalam Keputusan Menteri Koordinator
Negara Bidang Pengawasan Pembangunan dan
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
54/Kep/MK.WASPAN/9/1999 adalah melakukan dan
mengembangkan kegiatan bimbingan atau penyuluhan
agama dan pembangunan melalui bahasa agama.14
Kemudian untuk menjalankan tugasnya memberi
bimbingan dan penyuluhan agama maupun pembanguna
dengan bahasa agama, Penyuluh Agama Islam memiliki
beberapa fungsi yang melekat pada statusnya di
13
Departeman Agama RI, Panduan Penyuluh Agama, (Jakarta: Dirjen
Bimas Islam Dan Urusan Haji, 1987), h. 9-10. 14
Kementrian Agama RI, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Penyuluh Agama, (Jakarta: Dirjen Bimas Islam, 2012), h. 12.
42
masyarakat. Adapun fungsi Penyuluh Agama Islam dalam
melaksanakan tugasnya ialah sebagai berikut:
a. Fungsi Informatif dan Edukatif
Penyuluh Agama Islam memposisikan dirinya sebagai
Da’i yang berkewajiban mendakwahkan Islam,
menyampaikan penerangan agama dan mendidik
masyarakat dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
tuntutan Al-Quran dan Sunnah Nabi Saw.
b. Fungsi Konsultatif
Penyuluh Agama Islam menyediakan dirinya untuk
turut memikirkan dan memecahkan persoalan-
persoalan yang dihadapi masyarakat, baik persoalan-
persoalan pribadi, keluarga atau persoalan masyarakat
secara umum.
c. Fungsi Advokatif
Penyuluh Agama Islam memiliki tanggung jawab
moral dan sosial untuk melakukan kegiatan pembelaan
terhadap umat/masyarakat binaannya terhadap
berbagai ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan
yang merugikan akidah, mengganggu ibadah dan
merusak akhlak.15
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya,
Penyuluh Agama Islam mempunyai hak yang secara
literatur diatur dalam pedoman dan teknis Penyuluh
15
Thalib Manhia, Tugas Pokok Dan Fungsi Penyuluh Agama Islam
Fungsional, Https://Gorontalo2.Kemenag.Go.Id/Artikel/29577/Tugas-Pokok-
Dan-Fungsi-Penyuluh-Agama-Islam-Fungsional Di Akses Pada Tanggal 12
Februari 2018.
43
Agama yang ditetapkan undang-undang, baik honorarium
Penyululuh Agama Honorer maupun angka kredit bagi
Penyuluh Agama Islam Fungsional. Namun secara umum,
hak-hak Penyuluh Agama Islam sama dengan penyuluh-
penyuluh lainnya. Seperti halnya Penyuluh Pertanian,
Penyuluh Agama Islam mempunyai hak-hak sebagai
berikut:
1) Menerima pengakuan resmi dari pemerintah dan
mengikuti pelatihan bidang penyuluhan.
2) Dapat memanfaatkan sarana dan prasarana
penyuluhan yang dimiliki oleh pemerintah dan
pemerintah daerah.
3) Di mungkinkan dapat menerima bantuan biaya apabila
mengikuti kegiatan penyuluhan sepanjang tersedia
anggaran pemerintah dan pemerintah daerah
mencukupi.
4) Mendapat penghargaan atas tugas, pengabdian dan
prestasinya dan;
5) Dapat mengikuti berbagai kegiatan penyuluhan yang
difasilitasi oleh pemerintah dan atau pemerintah
daerah.16
Dari pemaparan tentang tugas, fungsi, dan hak
Penyuluh Agama Islam di atas, secara umum Penyuluh
16
Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
61/Permentan/OT.140/11/2008. Tentang Pedoman Pembinaan Penyuluhan
Pertanian Swadaya Dan Penyuluh Pertanian Swasta.
44
Agama Islam memiliki 3 peran utama, adapun peran
tersebut ialah:
a. Penyuluh Agama Islam sebagai pembimbing
masyarakat
Penyuluh Agama Islam sebagai pemuka agama selalu
membimbing, mengayomi dan menggerakkan
masyarakat untuk berbuat baik serta menjauhi
perbuatan terlarang. Mengajak kepada sesuatu yang
menjadi keperluan masyarakatnya dalam membina
wilayahnya baik untuk keperluan masyarakatnya
dalam membina wilayahnya, baik untuk keperluan
sarana kemasyarakatannya.
b. Penyuluh Agama Islam sebagai panutan
Dengan sifat kepemimpinannya Penyuluh Agama
Islam tidak hanya memberikan penerapan dalam
bentuk ucapan dan kata-kata saja. Akan tetapi
bersama-sama mengamalkan dan melaksanakan apa
yang dianjurkannya. Penyuluh Agama Islam
memimpin masyarakat dalam melaksanakan berbagai
kegiatan dengan memberi petunjuk dan penjelasan
tentang apa yang harus dikerjakan, memulainya secara
bersama-sama dan menyelesaikannya secara bersama-
sama pula. Keteladanan ini ditanamkan di dalam
kegiatan kehidupan sehari-hari, sehingga masyarakat
dengan penuh kesadaran dan keikhlasan mengikuti
petunjuk dan ajakan pemimpinnya.
45
c. Penyuluh Agama Islam penyambung tugas
Penerangan Agama
Penerangan Agama secara instusional hanya sampai
tingkat Kabupaten/Kotamadya, sedangkan tugas
operasional Penerangan Agama langsung kepada
masyarakat tidak dapat dilaksanakan oleh karyawan
Penerangan Agama mengingat jumlahnya sangat
sedikit dan tidak merata untuk setiap daerah. Oleh
karenanya sebagai penyambung pelaksanaan tugas
Penerangan Agama kepada masyarakat dilaksanakan
oleh Penyuluh Agama Islam. Dengan demikian tugas
Penyuluh Agama Islam tidak semata-mata
melaksanakan penyuluhan agama Islam dalam arti
sempit berupa pengajian, akan tetapi seluruh kegiatan
penerangan baik berupa pembimbingan keagamaan
maupun bimbingan dan penerangan tentang berbagai
program pembangunan dilaksanakan oleh Penyuluh
Agama Islam. Posisi Penyuluh Agama Islam ini
sangat strategis baik untuk menyampaikan misi
kegamaan maupun misi pembangunan.17
17
Departeman Agama RI, Panduan Penyuluh Agama, (Jakarta: Dirjen
Bimas Islam Dan Urusan Haji, 1987), h. 8-9.
46
B. Keluarga Sakinah
1. Pengertian Keluarga Sakinah
Menjadi keluarga yang sakinah adalah tujuan
dalam membangun kehidupan berumah tangga. Keluarga
sakinah erat kaitannya dengan rumah tangga yang
harmonis, tenang, damai dan berkecukupan.
Istilah keluarga sakinah tersusun dari dua kata
yaitu “keluarga” dan “sakinah”. Kata “keluarga” dalam
“Kamus Besar Bahasa Indonesia” artinya ibu dan bapak
beserta anak-anaknya; seisi rumah.18
Selain itu keluarga
juga dapat diartikan sebagai masyarakat terkait yang
sekurang-kurangnya terdiri dari pasangan suami-istri
sebagai sumber intinya berikut anak-anak yang lahir dari
mereka. Jadi setidak-tidaknya keluarga adalah pasangan
suami-istri, baik mempunyai anak atau tidak mempunyai
anak (nucleal family).
Menurut Abu Ahmadi keluarga merupakan
kelompok primer yang paling penting di dalam
masyarakat. Keluarga merupakan group yang terbentuk
dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan mana
sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan
membesarkan anak-anak yang belum dewasa. Satuan ini
18
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2003), h. 536.
47
mempuanyai sifat tertentu yang sam, di mana saja dalam
masyarakat manusia.19
Dalam hal ini keluarga yang dimaksud ialah suami
istri yang terbentuk melalui perkawinan. Maka hidup
bersama seseorang pria dengan wanita tidak dapat
dinamakan keluarga jika keduanya tidak diikat oleh
perkawinan. Karena itu perkawinan diperlukan untuk
membentuk keluarga.20
Keluarga adalah kesatuan terkecil yang terdiri dari
suami isteri dan jika tidak ada anak-anak dan didahului
oleh perkawinan. Dari pengertian tersebut berarti
ketiadaan anak tidaklah menggugurkan status keluarga,
jadi faktor anak bukanlah faktor mutlak untuk
terwujudnya suatu keluarga. Suatu keluarga yang
kebetulan tidak dikaruniai anak, tetap mempunyai status
sebagai keluarga. Atau dengan kata lain keluarga itu tetap
berhak dirinya sebagai keluarga.21
Kata sakinah disebutkan sebanyak enam kali
dalam Al-Quran, yakni pada surat Al-Baqarah ayat 248,
surat Al-Taubah ayat 26 dan 40, dan surat Al-Fath ayat 4,
19
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002),
h. 239. 20
Kantor Wilayah Kementerian Agama RI Provinsi DKI Jakarta,
Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Badan Penasehat Pembinaan Dan
Pelestarian Perkawinan (BP4) Provinsi DKI Jakarta, 2012), h. 4. 21
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002),
h. 242.
48
18, dan 26. Masing-masing kata “sakinah” dalam ayat
diatas memiliki arti ketenangan dan ketenteraman.22
Sedangkan kata “sakinah” dalam “Kamus Besar
Bahasa Indonesia” artinya kedamaian, ketenteraman,
ketenangan, dan kebahagiaan.23
Seseorang akan
merasakan sakinah apabila terpenuhi unsur-unsur hajat
hidup spiritual dan material secara layak dan seimbang.
Sebaliknya apabila atau salah satu dari yang disebutkan
tadi tidak terpenuhi,maka orang tersebut akan merasa
kecewa dan gelisah. Hajat hidup yang diinginkan dalam
kehidupan seseorang meliputi; kesehatan, sandang,
pangan, papan, paguyuban, perlindungan hak asasi dan
sebagainya. Seorang yang sakinah hidupnya adalah orang
yang terpelihara kesehatannya, cukup sandang, pangan
dan papan, diterima dalam pergaulan di masyarakat yang
beradab, serta hak-hak asasinya terlindungi oleh norma
agama, norma hukum, dan norma susila.24
Bila kata keluarga dan sakinah dijadikan satu,
maka memiliki arti sebuah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak yang diliputi dengan suasana damai,
tenteram, tenang, dan bahagia.25
Dari uraian singkat di
22
A. D. Eridani, dkk., Peran BP4 Dalam Mewujudkan Keluarga
Sakinah Hasil Penelitian Di 6 Wilayah, (Rahima: Jakarta, 2013), h. 161. 23
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2003), h. 980. 24
Kantor Wilayah Kementerian Agama RI Provinsi DKI Jakarta,
Membina Keluarga Sakinah, ( Jakarta: Badan Penasehat Pembinaan Dan
Pelestarian Perkawinan (BP4) Provinsi DKI Jakarta, 2012), h. 5. 25
Ahmad Zaini, Membentuk Keluarga Sakinah Melalui Bimbingan
Dan Konseling Pernikahan Vol. 6, No. 1, Juni 2015, STAIN Kudus, h. 91.
49
atas dengan demikian dapat dirumuskan bahwa keluarga
sakinah adalah keluarga yang dibina atas perkawinan
yang sah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan
material secara layak dan seimbang, diliputi suasana kasih
sayang antar anggota keluarga dan lingkungannya dengan
selaras, serasi,serta mampu mengamalkan, menghayati
dan memperdalam nilai-nilai keimanan,ketaqwaan dan
akhlak mulia.26
Islam mendorong untuk membentuk keluarga.
Islam mengajak manusia untuk hidup dalam naungan
keluarga, karena keluarga seperti gambaran kecil dalam
kehidupan stabil yang menjadi pemenuhan keinginan
manusia, tanpa menghilangkan kebutuhannya.
Terwujudnya keluarga sakinah dan sejahterah adalah
dambaan setiap keluarga. Agama Islam menginginkan
terwujudnya keluarga yang demikian sesuai dengan al-
Qur’an Sûrah al-Rûm/30: 21 sebagai berikut:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
26
Kantor Wilayah Kementerian Agama RI Provinsi DKI Jakarta,
Membina Keluarga Sakinah. ( Jakarta: Badan Penasehat Pembinaan Dan
Pelestarian Perkawinan (BP4) Provinsi DKI Jakarta, 2012), h. 5-6.
50
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.27
Selaras dengan penjelasan di atas berdasarkan
keputusan Direktur Jenderal Bimbingan dan Masyarakat
Islam dan Urusan Haji Nomor : D/71/1999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Gerakan Keluarga Sakinah Bab III
Pasal 3 menyatakan bahwa keluarga sakinah adalah
keluarga yang dibina atas perkawinan yang sah, mampu
memenuhi hajat spiritual dan material secara layak dan
seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara anggota
keluarga dan lingkungannya dengan selaras, serasi, serta
mampu mengamalkan, menghayati, dan memperdalam
nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan dan akhlak mulia.28
Melihat dari penjelasan di atas dapat diartikan
bahwa keluarga sakinah adalah keluarga yang dibangun
atas perkawinan yang sah menurut Undang-Undang yang
berlaku mampu memenuhi hajat spiritual dan material
secara layak dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang
antara anggota keluarga dan lingkungannya dengan
selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati,
dan memperdalam nilai-nilai agama.
27
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an The Wisdom, (Jakarta: PT Aku
Bisa, 2013), h. 406. 28
Kementrian Agama RI, Pedoman Teknis Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakinah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam,
2011), h. 21.
51
2. Kriteria Keluarga Sakinah
Dalam “Program Pembinaan Gerakan Keluarga
Sakinah” Kementrian Agama RI menyusun kriteria-
kriteria umum keluarga sakinah yang terdiri dari Keluarga
Pra Sakinah, Keluarga Sakinah I, Keluarga Sakinah II,
Keluarga Sakinah III, dan Keluarga Sakinah III Plus yang
dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kondisi
masing-masing daerah. Uraian masing-masing kriteria
sebagai berikut:
a. Keluarga Pra Sakinah: yaitu keluarga-keluarga yang
dibentuk bukan melalui ketentuan perkawinan yang
sah, tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar spiritual
dan material (basic need) secara minimal, seperti
keimanan, shalat, zakat fitrah, puasa, sandang, pangan,
papan dan kesehatan.
b. Keluarga Sakinah I: yaitu keluarga-keluarga yang
dibangun atas perkawinan yang sah dan telah dapat
memenuhi kebutuhan spiritual dan material secara
minimal tetapi masih belum dapat memenuhi
kebutuhan sosial psikologisnya, seperti kebutuhan
akan pendidikan, bimbingan keagamaan dalam
keluarganya, mengikuti interaksi sosial keagamaan
dengan lingkungannya.29
c. Keluarga Sakinah II: yaitu keluarga-keluarga yang
dibangun atas perkawinan yang sah dan di samping
29
Kementrian Agama RI, Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakinah, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2011), h. 21-22.
52
telah dapat memenuhi kebutuhan kehidupannya juga
telah mampu memahami pentingnya pelaksanaan
ajaran agama serta bimbingan keagamaan dalam
keluarga serta mampu mengadakan interaksi sosial
keagamaan dengan lingkungannya, tetapi belum
mampu menghayati serta mengembangkan nilai-nilai
keimanaan, ketaqwaan dan akhlakul karimah, infaq,
zakat, amal jariah, menabung dan sebagainya.
d. Keluarga Sakinah III: yaitu keluarga-keluarga yang
dapat memenuhi seluruh kebutuhan keimanan,
ketaqwaan, akhlakul karimah, sosial psikologis, dan
pengembangan keluarganya, tetapi belum mampu
menjadi suri tauladan bagi lingkungannya.
e. Keluarga Sakinah III Plus: yaitu keluarga-keluarga
yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan
keimanan, ketaqwaan dan akhlakul karimah secara
sempurna, kebutuhan sosial psikologis, dan
pengembangannya serta dapat menjadi suri tauladan
bagi lingkungannya.30
Untuk mengukur keberhasilan program keluarga
sakinah tersebut ditentukan tolak ukur umum masing-masing
tingkatan. Tolak ukur ini juga dapat dikembangkan sesuai
situasi dalam kondisi di sekitarnya. Adapun tolak ukur umum
tersebut adalah sebagai berikut :
30
Kementrian Agama RI, Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan Keluarga
Sakinah, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2011), h. 22-23.
53
a. Keluarga Pra sakinah
1) Keluarga yang dibentuk tidak melalui perkawinan
yang sah.
2) Tidak sesuai ketentuan perundang-undangan
perkawinan yang berlaku.
3) Tidak memiliki dasar keimanan.
4) Tidak melakukan shalat wajib.
5) Tidak mengeluarkan zakat fitrah.
6) Tidak menjalankan puasa wajib.
7) Tidak tamat SD, dan tidak dapat baca tulis.
8) Termasuk kategori fakir dan atau miskin.
9) Berbuat asusila.
10) Terlibat perkara-perkara kriminal.31
b. Keluarga Sakinah I
1) Perkawinan sesuai dengan peraturan syariat dan UU
Nomor 1 Tahun 1974.
2) Keluarga memiliki surat nikah atau bukti lain, sebagai
bukti perkawinan yang sah.
3) Mempunyai perangkat Shalat, sebagai bukti
melaksanaan shalat wajib dan dasar keimanan.
4) Terpenuhi kebutuhan makanana pokok, sebagai tanda
bukan tergolong fakir miskin.
5) Masih sering meninggalkan shalat.
6) Percaya terhadap takhayul.
7) Tidak datang di pengajian/majelis taklim.
31
Kementrian Agama RI, Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakinah, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2011), h. 23.
54
8) Rata-rata keluarga tamat atau memiliki ijazah SD.32
c. Keluarga Sakinah II
Selain telah memenuhi kriteria Keluarga Sakinah
I, keluarga tersebut hendaknya:
1) Tidak terjadi perceraian, kecuali sebab kematian atau
hal sejenis lainnya yang mengharuskan terjadi
perceraian itu.
2) Penghasilan keluarga melebihi kebutuhan pokok,
sehingga bisa menabung.
3) Rata-rata keluarga memiliki ijazah SMP.
4) Memiliki rumah sendiri meskipun sederhana.
5) Keluarga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan
sosial keagamaan.
6) Mampu memenuhi standard makanan yang sehat/
memenuhi empat sehat lima sempurna. Tidak terlibat
perkara kriminal, judi, mabuk, prostitusi dan
perbuatan amoral lainnya.33
d. Keluarga Sakinah III
Selain telah memenuhi kriteria Keluarga Sakinah
II, keluarga tersebut hendaknya:
1) Aktif dalam upaya meningkatkan kegiatan dan gairah
keagamaan di masjid-masjid maupun dalam keluarga.
2) Keluarga aktif menjadi pengurus kegiatan keagamaan
dan sosial kemasyarakatan.
32
Kementrian Agama RI, Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakinah, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2011), h. 23-24. 33
Kementrian Agama RI, Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakinah, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2011), h. 23-24.
55
3) Aktif memberikan dorongan dan motivasi untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan anak sereta
kesehatan masyarakat pada umumnya.
4) Rata-rata keluarga memiliki ijazah SLTA ke atas.
5) Pengeluaran zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf
senantiasa meningkat.
6) Meningkatnya pengeluaran qurban.
7) Melaksanakan ibadah haji secara baik dan benar,
sesuai tuntunan agama dan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.34
e. Keluarga Sakinah III Plus
Selain telah memenuhi kriteria Keluarga Sakinah
III, keluarga tersebut hendaknya:
1) Keluarga yang telah melaksanakan haji dapat
memenuhi kriteria haji mabrur.
2) Menjadi tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh
organisasi yang dicintai oleh masyarakat dan
keluarganya.
3) Pengeluaran zakat, infaq, shadaqah jariyah, wakaf
meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
4) Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyarakat
sekelilingnya dalam memenuhi ajaran agama.
5) Keluarga mampu mengembangkan ajaran agama.
6) Rat-rata anggota keluarga mempunyai ijazah sarjana.
34
Kementrian Agama RI, Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakinah, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2011), h. 24-25.
56
7) Nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlakul karimah
tertanam dalam kehidupan pribadi dan keluarganya.
8) Tumbuh berkembang perasaan cinta kasih sayang
secara selaras, serasi dan seimbang dalam anggota
keluarga dan lingkungan.
9) Mampu menjadi suri tauladan masyarakat
sekitarnya.35
C. Mewujudkan Keluarga Sakinah
Menjadi keluarga sakinah memang sejatinya tujuan
utama dalam membangun sebuah keluarga. Hidup yang penuh
dengan ketentraman, harmonis, bahagia tentulah menjadi
dambaan setiap manusia. Ada beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk mewujudkan sebuah keluarga yang sakinah.
Adapun upaya yang dilakukan untuk mewujudkan keluarga
sakinah sebagai berikut:
1. Pernikahan
Setiap manusia pasti menginginkan membangun
sebuah keluarga dengan penuh kedamaian di dalamnya.
Tentunya bagi umat Islam dalam mewujudkan sebuah
keluarga tersebut haruslah melalui tahapan-tahapan yang
telah disyariatkan oleh Agama Islam. Tentunya tahapan
pertama dalam membangun sebuah keluarga haruslah
melalui tahapan pernikahan.
Kata pernikahan berasal dari kata “nikah” yang
diberi imbuhan pe-an, kata nikah berasal dari Bahasa
35
Kementrian Agama RI, Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakinah, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2011), h. 25-26.
57
Arab “nikahun” sinonimnya “tazawwaja” kemudian
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai
perkawinan. Kata “nikah” juga bisa berarti al-jam’u dan
al-dhamu yang artinya kumpul. Makna nikah (zawaj) bisa
diartikan dengan aqdu al-tazwij yang artinya akad nikah.
Juga bisa diartikan (wath’u al-zaujah) bermakna
menyetubuhi istri. Kata “nikah” juga sering digunakan
sebab termasuk dalam Bahasa Indonesia 36
Menurut peraturan perundang-undangan, dasar
dan tujuan pernikahan atau perkawinan merujuk pada
Undang-Undang No. 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan
tercantum dalam Pasal 1 dan Pasal 2.
Dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 1 tahun 1974
Tentang Perkawinan menjelaskan bahwa perkawinan
ialah ikatan lahir-batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.37
Selanjutnya
dalam Pasal 2 Dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 1 tahun
1974 Tentang Perkawinan dinyatakan bahwa:
a. Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut
hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu.
36
Tihami Dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah
Lengkap, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 6-7. 37
Kantor Wilayah Kementerian Agama RI Provinsi DKI Jakarta,
Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Badan Penasehat Pembinaan Dan
Pelestarian Perkawinan (BP4) Provinsi DKI Jakarta, 2012), h. 8.
58
b. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.38
Selain didasari oleh perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia, dalam ajaran Islam nikah pun di
jelaskan dalam al-Qur’an Sûrah al-Nûr/24: 32 sebagai
berikut:
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian di
antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin)
dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-
hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin
Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan
Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha
mengetahui”.39
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim Nabi Saw bersabda:
وعن انس بن مالك رضى للا عنه انه النهبي صلى
لكنى انا : "وقال للا عليه وسلهم حمد للا واثنى عليه
ج النساء فمن اصلى وانام واصوم وافطر واتزوه
متفق عليه" رغب عن سنهتى فليس منى “Dari Anas bin Malik ra. bahwasanya Nabi Saw.
setelah memuji Allah, beliau bersabda: “akan tetapi aku
melakukan shalat, tidur, berpuasa, berbuka dan menikahi
wanita. Barang siapa yang membenci terhadap
38
Kantor Wilayah Kementerian Agama RI Provinsi DKI Jakarta,
Membina Keluarga Sakinah. (Jakarta: Badan Penasehat Pembinaan Dan
Pelestarian Perkawinan (BP4) Provinsi DKI Jakarta, 2012), h. 8. 39
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an The Wisdom, (Jakarta: PT Aku
Bisa, 2013), h. 354.
59
sunnahku/tindakanku, ia bukanlah termasuk umatku”.40
(HR. Bukhari dan Muslim)
2. Menjalankan Hak dan kewajiban Suami-Istri
Dalam kehidupan berkeluarga terdapat hak-hak
dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suami istri
agar terciptanya keluarga sakinah. Hak dan kewajiban
yang harus dipatuhi oleh suami-istri sebagai berikut:
a. Hak dan Kewajiban Suami
Sebagai kepala keluarga suami mempunyai hak
sebagai berikut:
1) Suami mendapatkan perlakuan dan pelayanan
yang baik dari istri selaku kepala
keluarga/pemimpin rumah tangga dalam batas
yang ditentukan oleh norma agama dan susila.
2) Mengarahkan kehidupan keluarga agar menjadi
keluarga yang takwa.41
Sedangkan kewajiban dari suami agar mencaptakan
keluarga yang sakinah ialah:
1) Memimpin keluarga dengan penuh kasih sayang
sesuai syari’at Islam.
2) Membayar mahar.
3) Memberi nafkah dengan ma’ruf (baik), baik
berupa pangan, sandang, maupun papan.
40
Ahmad Muhammad Yusuf, Ensiklopedi Tematis Ayat Al-Qur’an
Dan Hadits, (Jakarta: Widya Cahaya, 2009), Jilid 7, h. 225. 41
Tulus, dkk., Buku Panduan Konseling Untuk BP4 Perspektif
Kesetaraan, (Jakarta: Rahima, 2012), h 127.
60
4) Menggauli istri sebagaimana mestinya dengan
cara yang baik dan penuh rasa kasih sayang.
5) Memelihara, memimpin dan membimbing serta
membina keluarga agar menjadi keluarga yang
saleh dan terjauhkan dari siksa api neraka.
6) Mendidik istri terutama dalam hal beragama.
7) Menjamin rasa aman bagi keluarga.
8) Menjadi teladan dan pemeran utama dalam
penanaman nilai keagamaan, kebaikan,kebenaran,
cinta kasih, dan kedamaian dalam keluarga.42
b. Hak dan Kewajiban Istri
Selain suami, istripun mempunyai hak-hak dalam
menjalankan hidup berumah tangga. Adapun hak-hak
istri ialah:
1) Hak mengenai harta, yaitu istri berhak
mendapatkan mahar atau mas kawin dan nafkah.
2) Hak mendapat pengakuan yang baik dari suami.
3) Hak memperoleh perhatian dan penjagaan dari
suami, maksudnya menjaga keselamatan dan
kehormatan istrinya, tidak menyia-nyiakan dan
menjaga agar senantiasa melaksanakan perintah
Allah Swt.43
Lalu kewajiban yang patut dijalankan oleh seorang
istri ialah:
42
Tulus, dkk., Buku Panduan Konseling Untuk BP4 Perspektif
Kesetaraan, (Jakarta: Rahima, 2012), h. 127-128. 43
Tulus, dkk., Buku Panduan Konseling Untuk BP4 Perspektif
Kesetaraan, (Jakarta: Rahima, 2012), h. 128.
61
1) Taat dan patuh pada suami selama tidak mengajak
kepada perbuatan yang dilarang agama.
2) Menjaga diri dan kehormatan rumah tangga.
3) Menerima, dan mensyukuri nafkah yang diberikan
suami.
4) Apabila suami memerlukan istri, istri tidak boleh
menolak kecuali alasan yang dibenarkan dalam
syariat.
5) Keluar rumah dengan izin suami.
6) Menerima serta menghormati pemberian suami
dan mencukupkan nafkah sebaik-baiknya, hemat,
cermat, dan bijaksana.
7) Istri tidak boleh memberikan apa saja dari rumah
suaminya, jika tidak mendapatkan izinnya.
8) Istri tidak boleh berpuasa sunnah jika tidak
mendapat izin suami.44
c. Kewajiban Bersama
Dalam kehidupan berumah tangga suami dan istri
tidak hanya memiliki hak dan kewajiban masing-
masing, tetapi juga memiliki kewajiban bersama.
Adapun kewajiban bersama tersebut adalah:
1) Saling menghormati dan menjaga hak yang lain.
2) Saling berbuat baik kepada keluarga keduanya.
44
Tulus, dkk., Buku Panduan Konseling Untuk BP4 Perspektif
Kesetaraan, (Jakarta: Rahima, 2012), h. 129.
62
3) Saling memelihara kepercayaan dan menyimpan
rahasia rumah tangga dan memelihara
keutuhannya.
4) Saling memelihara dan mendidik anak-anaknya
dengan penuh kasih sayang dan saling
memaafkan.
5) Saling bersikap bijaksana ketika timbul masalah.
6) Saling sabar dan menyadari kekurangan yang ada
pada diri masing-masing.45
3. Membina Hubungan Antara Anggota Keluarga dan
lingkungan
Keluarga dalam lingkup yang lebih besar tidak
hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak (nuclear family)
akan tetapi menyangkut hubungan persaudaraan yang
lebih besar lagi (extended family), baik hubungan antara
anggota keluargamaupun hubungan dengan lingkungan
masyarakat.
a. Hubungan antara Anggota Keluarga
Karena hubungan persaudaraan yang lebih luas
menjadi ciri dari masyarakat kita, hubungan di antara
sesama keluarga istri harus baik dengan keluarga
pihak suami.46
Dengan menjaga hubungan yang baik
45
Tulus, dkk., Buku Panduan Konseling Untuk BP4 Perspektif
Kesetaraan, ( Jakarta: Rahima, 2012), h. 129. 46
Kantor Wilayah Kementerian Agama RI Provinsi DKI Jakarta,
Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Badan Penasehat Pembinaan Dan
Pelestarian Perkawinan (BP4) Provinsi DKI Jakarta, 2012), h. 29-30.
63
antar keluarga suami dan istri dapat membuka peluang
untuk menhantarkan kepada keluarga yang sakinah.
b. Hubungan dengan Tetangga dan Masyarakat
Tetangga merupakan orang-orang yang
terdekat yang umumnya merekalah orang-orang yang
pertama tahu dan dimintai pertolongannya. Oleh
karenanya sangatlah janggal kalau hubungan dengan
tetangga tidak mendapat perhatian.
Dapat dibanyangkan kalau sebuah keluarga
yang tidak mau rukun dengan tetangganya, kemudian
mengalami musibah yang memerlukan pertolongan
orang lain, sedangkan tetangga tidak mau tahu
urusannya. Saling kunjung-mengunjungi dan saling
mengirimi adalah perbuatan terpuji lainnya terhadap
tetangga. Perbuatan tersebut akan menimbulkan rasa
kasih dan sayang antara satu dengan lainnya.
4. Membina Kehidupan Beragama dalam Berkeluarga
Dalam upaya membentuk keluarga sakinah,
peranan agama menjadi sangat penting. Ajaran agama
tidak cukup hanya diketahui dan difahami, akan tetapi
harus dapat dihayati dan diamalkan oleh setiap anggota
keluarga sehingga kehidupan dalam keluarga tersebut
dapat mencerminkan suatu kehidupan yang penuh dengan
ketentraman, keamanan dan kedamaian yang dijiwai oleh
ajaran dan tuntunan agama. Setiap anggota keluarga,
terutama orang tua dituntut untuk senantiasa bersikap dan
64
berbuat sesuai dengan garis-garis yang ditetapkan oleh
Allah dan Rasul-Nya.
Dalam hubungan ini orang tua perlu menyadari
betapa pentingnya pendidikan agama bagi setiap anggota
keluarga, khususnya bagi anak-anak. Pendidikan agama
yang ditanamkan sedini mungkin kepada anak-anak akan
sangat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
kepribadian mereka.47
Dari hal inilah orang tua harus memiliki bekal
agama yang cukup untuk memberikan pengajaran agama
bagi keluarganya, sehingga mereka akan mengamalkan
agama dengan baik, kemudian mereka dapat menjalankan
hidup selamat dan sejahtera. Sebagaimana Allah
mewajibkan kepada kita untuk menjaga diri kita dan
keluarga kita daripada meninggalkan perintah Allah Swt.
yang salah satunya memberi bekal agama yang baik
sehingga terhindar daripada siksa neraka di akhirat nanti.
Hal ini dijelaskan Allah Swt. dalam al-Qur’an Sûrat al-
Tahrîm/66: 6 sebagai berikut:
47
Kantor Wilayah Kementerian Agama RI Provinsi DKI Jakarta,
Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Badan Penasehat Pembinaan Dan
Pelestarian Perkawinan (BP4) Provinsi DKI Jakarta, 2012), h. 42-43.
65
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”.48
Selain daripada agama dapat menjaga kita dan
keluarga kita dari apa neraka kelak, agama juga
menjadikan pemeluknya memiliki hati yang damai dan
tentram yang merupakan salah satu cerminan seseorang
itu hidup bahagia. Hati yang tentram ini bisa didapatkan
jika seseorang senantiasa mengingat Allah dimanapun ia
berada sebagaimana firman Allah Swt. dalam al-Qur’an
Sûrat al-Ra’du/13 : 28 berikut:
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram”.49
5. Hal-hal yang Perlu Dihindari dalam Berkeluarga
Dalam rangka membina kebahagiaan dan
kesejahterahan keluarga ada beberapa hal yang perlu
dicegah dan dihindari, antara lain:
48
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an The Wisdom, (Jakarta: PT Aku
Bisa, 2013), h. 560. 49
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an The Wisdom, (Jakarta: PT Aku
Bisa, 2013), h. 252.
66
a. Hal-hal yang dapat mengganggu kebahagiaan
keluarga:
1) Membuka rahasia pribadi
Segala rahasia pribadi, lebih-lebih yang
menyangkut aib dan kekurangan suami (termasuk
keluarganya), maupun istri (termasuk
keluarganya) tidak perlu dibukakan atau dikatakan
kepada orang lain.
2) Cemburu yang berlebihan
Sifat cemburu dalam batas tertentu dapat diterima
dan diartikan sebagai tanda adanya cinta seseorang
suami kepada istri atau sebaliknya. Akan tetapi
bila cemburu itu timbul tanpa alasan, jelas akan
dapat menggangu kebahagian.
3) Rasa dendam, iri hati dan dengki
Dendam yang berkepanjangan, apalagi yang tidak
jelas ujung pangkalnya, merupakan sifat yang
sangat tercela dan dapat memicu permusuhan antar
anggota keluarga maupun di dalam masyarakat.
4) Judi dan minuman keras
Permainan judi dan minum-minuman keras
merupakan perbuatan sia-sia dan membahayakan
kehidupan keluarga. Secara pribadi seseorang
penjudi senantiasa lalai akan segala tugas dan
tanggung jawabnya, baik kepada Allah, maupun
kepada keluarga dan masyarakat.
67
5) Pergaulan bebas tanpa batas
Pergaulan bebas tanpa batas lebih-lebih yang
menyangkut hubungan pria dan wanita, akan
menjurus pada gangguan kebahagiaan keluarga.
Segala bentuk yang mengarah pada zina harus
dijauhi. Jagalah mata kepala dan mata hati, lisan
dan badan dari perbuatan buruk.
6) Kurang menjaga kehormatan diri
Perlu diingat bahwa sebagai suami atau istri harus
selalu mawas diri, dan menjaga kehormatan diri.
Sehingga mencerminkan sikap kepribadian
seorang muslim.50
b. Hal-hal yang dapat menimbulkan perselisihan di
antaranya adalah:
1) Mengulangi cerita lama/nostalgia pribadi
Menceritakan kepada suami atau istri
menyinggung kenangan lama yang berkenaan
dengan kekasih terdahulu, merupakan tindakan
yang tidak bijaksana dan dapat menimbulkan
perselisihan.
2) Mengungkit-ungkit kekurangan keluarga
Mengungkit-ungkit kekurangan keluarga suami
atau istri bukanlah perbuatan terpuji. Keluarga
suami adalah keluarga istri, demikian pula
50
Kantor Wilayah Kementerian Agama RI Provinsi DKI Jakarta,
Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Badan Penasehat Pembinaan Dan
Pelestarian Perkawinan (BP4) Provinsi DKI Jakarta, 2012), h. 50-52.
68
keluarga istri adalah keluarga suami.
Kekurangan salah satu pihak berarti kekurangan
bersama yang tak pantas diungkit-ungkit.
3) Suka mencela kekurangan suami/istri
Suka mencela kekurangan suami atau istri, baik
secara langsung maupun secara diam-diam harus
dapat dihindarkan. Masing-masing pihak tidak
seharusnya saling mencela bila terdapat
kekurangan pada pihak lainnya. Berusaha saling
memperbaiki dan saling mengisi, karena
manusia itu tidak ada yang sempurna. Sedikit
banyak, pasti ada kurangnya, dan tidak ada
orang yang mau dikatakan kurang atau salahnya.
4) Memuji wanita/pria lain
Memuji-muji wanita atau pria lain di hadapan
suami atau istri sendiri adalah perbuatan yang
tidak bijaksana dan dapat mengundang
perselisihan.
5) Kurang peka terhadap hal-hal yang tidak
disenangi
Suami-istri harus peka dan cepat tanggap atas
segala sesuatu yang dapat menimbulkan rasa
tidak senang pada diri masing-masing. 51
51
Kantor Wilayah Kementerian Agama RI Provinsi DKI Jakarta,
Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Badan Penasehat Pembinaan Dan
Pelestarian Perkawinan (BP4) Provinsi DKI Jakarta, 2012), h. 52-54.
69
D. Perceraian dan Dampak Buruknya bagi Keluarga
1. Pengertian Perceraian
Perceraian dalam istilah fiqih disebut “talak” atau
“furqah”. Talak berarti “membuka ikatan”,
“membatalkan perjanjian”. Furqah berarti “bercerai”,
lawan dari “berkumpul” kemudian kedua perkataan ini
dijadikan istilah oleh ahli-ahli fiqih yang berarti:
perceraian antar suami istri. Perkataan “talak” atau
“furqah” dalam istilah mempunyai arti yang umum dan
arti yang khusus. Arti yang umum, ialah segala macam
bentuk perceraian yang jatuh dengan sendirinya seperti
perceraian yang disebabkan oleh meninggalnya salah
seorang dari suami istri. Arti khusus ialah perceraian yang
dijatuhkan oleh suami saja. 52
Pada prinsip asalnya, talak itu hukumnya makruh
berdasarkan sabda Rasulullah Saw.
م .قال رسول للا ص: عن ابن عمر رضى للا عنهما قال
ماجة روه ابو داود وابن " ابغض الحلل الى للا الطلق "
ح ابو حاتم ارساله وصححه الحاكم ورجه
“Dari Ibnu Umar Ra. ia berkata: “Rasulullah
Saw. Bersabda: “perbuatan halal yang dimurkai oleh
Allah adalah talak/perceraian”.53
(HR. Abu Dawud dan
Ibnu Majah. Al-Hakim mensahihkannya sedangkan Abu
Hatim merajihkan sebagai hadits mursal).
52
A. Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan,
(Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1987), h. 156. 53
Ahmad Muhammad Yusuf, Ensiklopedi Tematis Ayat Al-Qur’an
Dan Hadits, (Jakarta: Widya Cahaya, 2009), Jilid 7, h. 306.
70
Talak adakalanya wajib, kadang-kadang haram,
mubah, dan kadang-kadang dihukumi sunah. Talak wajib,
misalnya talak dari hukum perkara syiqaq, yakni
perselisihan suami istri yang sudah tidak dapat
didamaikan lagi, dan kedua pihak memandang perceraian
sebagai jalan terbaik untuk menyelesaikan persengketaan
mereka. Kemudian menjadi haram jika talak tidak
diperlukan dan merugikan bagi suami-istri. Mubah
hukumnya jika tidak dapat diharapkan adanya kebaikan
dari pihak istri. Talak sunah yaitu talak yang dijatuhkan
suami apabila istri sulit untuk diajak melakukan perbuatan
kebajikan dan selalu melanggar perintah Allah.54
Perlu dinyatakan bahwa dengan mensyariatkan
perceraian itu, bukanlah berarti bahwa agama Islam
menyukai atau sekurang-kurangnya bersikaf pasif
terhadap kemungkinan-kemungkinan terjadinya
perceraian dari suatu perkawinan, atau boleh dilakukan
setiap saat yang dikehendaki, tetapi agama Islam tetap
memandangnya dengan suatu yang musykil (suatu yang
bertentangan dengan asas dari suatu peraturan atau pokok
dasar dari undang-undang).55
2. Akibat yang Ditimbulkan dari Perceraian
Walau Allah tidak melarang sebuah perceraian,
namun perceraian ini tetap akan memiliki akibat yang
54
Tihami Dan Sohari Sahrani. Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah
Lengkap (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2009), h. 249-250. 55
A. Kamal Mukhtar. Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan,
(Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1987), h. 157-158.
71
ditimbulkan olehnya. Berikut adalah di antara akibat yang
ditimbulkan dari perceraian yaitu:
a. Bagi perempuan yang telah menjadi janda, dia akan
mengalami masalah lahir maupun batin.
Masalah lahir seperti: makan minum, pakaian
dan tempat tinggal. Walaupun perempuan yang janda
itu masih memiliki ibu dan ayah, atau saudaranya,
akan tetapi, untuk menanggung beban hidup seorang
janda bukan suatu hal yang mudah, apalagi kalau
janda itu mempunyai anak. Biasanya apabila terjadi
perceraian, anak akan lebih suka tinggal bersama
ibunya. Akan tetapi masalah yang akan timbul, bagi
seorang perempuan yang janda, untuk menanggung
dirinya sendiri saja rasanya dia sudah tidak mampu,
apalagi untuk menanggung hidup anak-anaknya.
Satu masalah lagi yang akan menekan jiwa dan
perasaan anak ialah apabila ibunya kawin lagi dengan
laki laki yang lain, maka anak tersebut telah berayah
tiri. Apalagi perasaan anak tadi akan lebih tersiksa
apabila ayah tirinya sangat membencinya.
Sedangkan masalah batinpun lebih banyak
lagi, misalnya masalah nafsu kelamin, sebab bagi
perempuan yang hidup menjada, ia akan mengalami
gangguan jiwa, rasa malu pada masyarakat di
sekelililingnya, anggapan buruk masyarakat
kepadanya dan lain-lain.
72
b. Bagi seorang suami ia pun akan merasakan kesepian,
disebabkan ketiadaan istri yang selama ini menjadi
teman hidupnya dalam rumah tangga, serta tidak ada
penghibur hati di masa-masa yang diharapkan.
c. Suami terpaksa mengerjakan pekerjaan yang selama
ini dilakukan oleh istri.
d. Bagi mereka yang mempunyai anak, kadang kala
terpaksa berpisah dengan anak-anaknya yang selama
ini sering terdengar gelak tertawanya di rumah.
e. Masalah keuangan dan ekonomi sudah mulai merosot,
disebababkan tidak ada lagi orang yang akan
mengontrol keuangan dalam belanja.
f. Apabila selalu kesepian, besar kemungkinan si suami
akan terjerumus ke lembah dosa, seperti ke tempat
pelacuran dan sebagainya.
g. Akan menimbulkan perasaan malas, karena sudah
tidak ada perasaan tanggung jawab.
h. Hukuman dari masyarakat, yaitu masyarakat akan
menganggap suami yang tidak bertanggung jawab
dalam berumah tangga.
i. Masyarakat juga akan mengutuk suami itu, karena
telah memutuskan kasih sayang dengan anak-anaknya.
j. Si suami akan dituntut di hari akhirat, apabila dengan
sebab perceraian itu, pendidikan anak-anaknya
menjadi tak tentu arah.56
56
Kasmuri Selamat, Pedoman Mengayuh Bahtera Rumah Tangga
(Panduan Perkawinan), (Jakarta:Kalam Mulia, 1998), h. 32-33.
73
E. Metode Penyuluhan dalam Mewujudkan Keluarga
Sakinah.
1. Pengertian Metode
Dalam menyukseskan sebuah penyuluhan perlu
adanya metode yang tepat dalam menyampaikan materi yang
akan disampaikan oleh penyuluh itu sendiri. Hal ini juga
termasuk dalam melakukan penyuluhan dengan materi
tentang keluarga sakinah. Perlulah menggunakan metode
yang tepat sehingga penyuluhannya dapat terlaksana dengan
sukses.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Metode ialah
cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang di kehendaki; cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna pencapai tujuan yang ditentukan.57
Dapat diartikan bahwa secara umum metode adalah
cara yang dilakukan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.
Seperti halnya ketika Penyuluh Agama Islam menginginkan
penyuluhan yang dilakukannya berhasil dan berdampak
kepada tersuluh, maka perlu menggunakan metode yang
tepat. Adapaun metode-metode yang biasa dilakukan antara
lain adalah:
a. Wawancara
Adalah salah satu cara atau teknik yang digunakan
untuk mengungkapkan dan mengetahui mengenai fakta-
57
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. Ke-3, h. 740.
74
fakta mental/kejiwaan (psikis) yang ada pada diri
terbimbing (tersuluh) atau klien.58
Wawancara dalam
kegiatan penyuluhan keluarga sakinah dilakukan untuk
menyelesaikan masalah di saat ada anggota kelompok
binaan Penyuluh Agama Islam mendapati masalah dalam
kehidupan berumah tangga mereka dan secara umum
wawancara ini dilakukan secara interpersonal (face to
face).
b. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang dilakukan
dengan maksud untuk menyampaikan keterangan,
petunjuk, pengertian, dan penjelasan tentang sesuatu
kepada pendengar dengan menggunakan lisan. Metode
ceramah merupakan suatu teknik penyuluhan yang banyak
diwarnai oleh ciri-ciri karakteristik berbicara oleh
seseorang penyuluh pada suatu aktivitas penyuluhan.
Metode ini harus diimbangi dengan kepandaian khusus
tentang retorika, diskusi dan fator-faktor lain yang
membuat pendengar merasa simpatik dengan
ceramahnya.59
Dalam melakukan penyuluhan dengan metode
ceramah ada tiga teknik yang bisa digunakan sehingga
penyuluhan itu dapat berjalan dengan maksimal. Adapun
teknik-teknik tersebut ialah:
58
M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluhan (Konseling)
Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h.
122. 59
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amza. 2009), h. 101.
75
1) Teknik Bil-hikmah
Yaitu cara yang bijaksana, bersifat akademis dan
elegant. Teknik ini biasanya digunakan dalam
menghadapi klien (tersuluh) yang terpelajar, intelek,
dan memiliki tingkat rasional yang tinggi, tetapi
bersifat ragu-ragu atau bahkan kurang yakin terhadap
kebenaran ajaran agama, sehingga menjadi masalah
bagi dirinya.
2) Teknik Bil-mujadalah
Yaitu melaui perdebatan yang digunakan dalam
menunjukkan dan membuktikan kebenaran ajaran
agama, dengan menggunakan dalil-dalil yang rasional.
Teknik ini digunakan terhadap klien (tersuluh) yang
sangat kritis atau tidak mudah menerima begitu saja
apa-apa yang disampaikan penyuluh agama.
3) Tenik Bil-mau’idzah
Yaitu menunjukkan contoh yang benar dan tepat, agar
klien (tersuluh) bisa mengikutinya dengan mudah,
sebab kekuatan logikanya sulit menangkap bila hanya
berupa penjelasan atau teori-teori yang masih baku
(tekstual).60
c. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode yang dilakukan
dengan menggunakan tanya jawab untuk mengetahui
60
M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluhan (Konseling)
Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h.
135-136.
76
sampai sejauh mana ingatan atau pikiran seseorang
memahami atau menguasai materi dakwah atau
penyuluhan.61
Metode tanya jawab sebagai suatu cara
menyajikan penyuluhan harus digunakan bersama-sama
dengan metode lainnya, seperti metode ceramah. Metode
tanya jawab ini sifatnya membantu kekurangan-kekurangan
yang terdapat pada metode ceramah.
d. Metode Diskusi
Diskusi sering dimaksud sebagai pertukaran fikiran
(gagasan, pendapat dan sebagainya) antara sejumlah orang
secara lisan membahas suatu masalah tertentu yang
dilaksanakan dengan teratur dan bertujuan memperoleh
kebenaran.62
Melalui metode diskusi penyuluh agama dapat
mengembangkan kualitas mental dan pengetahuan agama
para peserta dan memperluas pandangan tentang materi
penyuluhan yang didiskusikan.
e. Metode Propaganda
Yaitu upaya untuk menyiarkan Islam dengan cara
mempengaruhi dan membujuk massa secara massal,
persuasif, dan bersifat otoritatif (paksaan).63
f. Metode Keteladanan/Demonstrasi
Yaitu penyajian dakwah atau penyuluhan dengan
memberikan keteladanan lansung sehingga tersuluh akan
tertarik untuk ikut kepada apa yang dicontohkan. Metode
61
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amza. 2009), h. 102. 62
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amza. 2009), h. 102. 63
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amza. 2009), h. 103.
77
penyuluhan ini dapat dipergunakan untuk hal-hal yang
berkaitan dengan akhlak, cara bergaul, cara beribadah,
berumah tangga, dan segala aspek kehidupan manusia. Nabi
Muhammad Saw. sendiri dalam kehidupannya merupakan
teladan bagi setiap manusia.64
g. Metode Drama
Sebuah cara menjajakan materi penyuluhan dengan
mempertunjukkan dan mempertontonkan kepada tersuluh
agar penyuluhan tercapai sesuai yang ditargetkan. Dalam
metode ini, materi penyuluhan disuguhkan dalam bentuk
drama yang dimainkan oleh seniman yang professional
sebagai penyuluh atau penyuluh yang berprofesi sebagai
seniman. Biasanya metode ini bisa berupa pertunjukan
teater, film, acara televisi, dan video.65
h. Metode Silaturahmi (home visit)
Yaitu penyuluhan yang dilakukan dengan mengadakan
kunjungan kepada suatu objek tertentu dalam rangka
menyampaikan isi dakwah kepada penerima penyuluhan.
Biasanya metode ini digunakan jika ada masalah yang
mesti diselesaikan dan menggunakan pendekatan konseling.
Yaitu membantu individu untuk mengatasi masalah-
masalahnya dan membantu individu mencapai
perkembangan diri yang optimal dengan sumber-sumber
yang ada dari dirinya sendiri. Jadi, konseling merupakan
64
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amza. 2009), h. 103-
104. 65
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amza. 2009), h. 104.
78
“hubungan membantu”, dimana konselor memberikan
kesempatan kepada kliennya untuk dapat menemukan
solusi dari masalah yang dihadapi kliennya untuk dapat
menemukan solusi dari masalah yang dihadapinya sehingga
kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya.66
Dari penjabaran metode-metode di atas, Penyuluh
Agama Islam dapat memilih metode-metode yang tersedia,
memadukan, atau berinovasi dengan metode yang ada dalam
kegiatan pembinaan, pembimbing serta penyuluhan keluarga
sakinah di masyarakat. Hal ini bertujuan agar penyuluhan
yang dilaksanakan sesuai dengan kehendak dari Penyuluh
Agama Islam, dan juga memberi efek yang positif bagi
jama’ah. Efek tersebut berupa pengamalan dari materi-materi
yang disampaikan, baik didapatkan ketika mengikuti
kegiatan-kegiatan penyuluhan seperti di majelis ta’lim,
ataupun dalam kegiatan konsultasi dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi seseorang dalam rumah tangga atau
dengan lingkungan yang ditinggalinya.
66
Tulus, dkk. Buku Panduan Konseling Untuk Konselor BP4
Perspektif Kesetaraan (Jakarta: Rahima, 2012), h. 196.
79
F. Keterkaitan Peran Penyuluh Agama Islam dengan
Metode Penyuluhan
Untuk melaksanakan perannya dalam mewujudkan
keluarga sakinah, Penyuluh Agama Islam memerlukan
metode penyuluhan yang tepat untuk menyampaikan materi-
materi penyuluhan itu sendiri. Lebih tepatnya dalam peran
yang dikaitkan dengan metode penyuluhan tersebut ialah
fungsi yang melekat pada Penyuluh Agama Islam.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa fungsi
ialah realisasi daripada kewajiban yang ada dalam peran
tersebut. Adapun keterkaitan peran dengan metode
penyuluhan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Keterkaitan Peran dengan Metode Penyuluhan
No Peran Metode Penyuluhan
1 Fungsi
Informatif/edukatif,
Dalam hal ini
Penyuluh Agama
Islam memberikan
penerangan,
pengajaran dan
informasi terkait
dengan materi-materi
keluarga sakinah.
Fungsi ini biasanya
dilakukan di Majelis
Ta’lim, Kegiatan
Bimbingan
Perkawinan dan
pembekalan pada
calon keluarga sakinah
teladan.
Penggunaan metode yang
dilakukan dalam
menjalankan fungsi
informatif/edukatif tersebut
ialah metode ceramah,
metode tanya jawab,
metode diskusi, dan
demonstrasi/keteladanan.
Penggunaan metode
tersebut didasari karena
biasanya cakupan jama’ah
atau khalayak sasaran
penyuluhan tersebut cukup
banyak. Sehingga metode-
metode tersebutlah yang
dipilih dalam menjalankan
fungsi informatif/edukatif
tersebut.
80
2 Fungsi Konsultatif,
dalam hal ini Penyuluh
Agama Islam
melakukan konsultasi
kepada jama’ah yang
meminta untuk
membantu
menyelesaikan
masalah yang mereka
hadapi dalam
kehidupan berumah
tangga.
Dalam menjalankan fungsi
konsultatif, Penyuluh
Agama Islam melakukan
metode silaturahmi (home
visit). Biasanya metode ini
digunakan jika ada masalah
yang mesti diselesaikan
dan menggunakan
pendekatan konseling.
3 Fungsi Advokatif,
dalam hal ini Penyuluh
Agama Islam
memposisikan dirinya
sebagai advokat atau
mediator sosial di
masyarakat. Biasanya
dalam kegiatan
keluarga sakinah
Penyuluh Agama
Islam melakukan
pembelaan dan
menangani masalah
pertikaian dalam
rumah tangga di
masyarakat.
Penyuluh Agama Islam
menjalankan fungsi
advokatif dengan
melakukan metode diskusi
atau musyawarah kepada
orang-orang yang terlibat
dalam permasalahan yang
dapat merusak ketentraman
dalam berumah tangga.
Selain itupula penyuluh
agama memberikan
penerangan penerangan
dengan metode ceramah
berupa nasihat-nasihat
yang bertujuan untuk
member penyadaran
kepada mereka yang
bertikai.
Dari penjelasan tabel di atas, dapat kita lihat ada
keterkaitan yang hadir antara peran yang dilakukan Penyuluh
Agama Islam melalui fungsi-fungsi yang dilakukan dengan
metode yang dipilih ketika melaksanakan fungsi-fungsi tersebut.
Artinya, metode penyuluhan digunakan disesuaikan dengan
fungsi yang akan dijalankan oleh Penyuluh Agama Islam. Seperti
81
dalam menjalankan fungsi informatif dan edukatif, Penyuluh
Agama Islam menggunakan metode ceramah karena menghadapi
jama’ah yang cukup banyak. Metode silaturahmi kepada jama’ah
yang konsultasi masalah keluarga untuk menjaga rahasia jama’ah
dalam melangsungkan fungsi konsultatif. Kemudian
menggunakan metode diskusi untuk menemukan akar
permasalahan ketika ada yang bertikai untuk menentukan langkah
yang cocok dalam menyelesaikian masalah.
82
83
BAB III
GAMBARAN UMUM PENYULUH AGAMA ISLAM KUA
KECAMATAN CAKUNG
A. Sejarah Singkat Penyuluh Agama Islam
Penyuluhan Agama Islam sebelumnya terkenal
dengan “Penyiaran Agama Islam” yang dilakukan oleh para
pemuka agama yaitu, Ulama, Muballigh, Da’I atau Kiyai
yang menyampaikan langsung kepada masyarakat. Kegiatan
tersebut dilakukan melalui pengajian, tabligh, dakwah di
rumah-rumah, di langgar, di masjid-masjid maupaun tempat
lainnya. Kegiatan penyiaran ini dilakukan dalam bentuk
pesantren, sekolah atau madrasah, dengan memberikan
berbagai macam ilmu pengetahuan keagamaan. Selain itu
pemuka agama juga menyampaikan masalah-masalah
kemasyarakatan dan memberikan bimbingannya dalam
kehidupan sehari-hari.1
Dalam masa kemerdekaan, usaha bimbingan kepada
masyarakat terus dilaksanakan, baik berupa bimbingan
keagamaan maupun bimbingan dalam bidang kemasyarakatan
dalam rangka membangun bangsa yang merdeka sejahtera.
Para pemuka agama yang menyelenggarakan bimbingan
kepada masyarakat diangkat pemerintah sebagai Penyuluh
Agama dan kepada mereka diberi uang lelah berupa
honorarium. Tugas Penyuluh Agama adalah melaksanakan
1 Departeman Agama RI, Panduan Penyuluh Agama, (Jakarta: Dirjen
Bimas Islam dan Urusan Haji, 1987), h. 4.
84
bimbingan, penerangan serta pengarahan kepada
masyarakatdalam bidang keagamaan maupun kemasyarakatan
untuk lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat akan
ajaran dan kemudian mendorong untuk melaksanakannya
dengan sebaik-baiknya. Demikian juga dalam masalah
kemasyarakatan, untuk diketahui apa yang harus dibuat dan
diselenggarakan dalam kehidupan sehari-hari dalam usaha
memajukan kesejahteraannya.2
Pada tahun 1972 istilah Penyuluh Agama mengalami
perubahan menjadi Guru Agama Honorer (GAH). Istilah ini
muncul disebabkan karena Penyuluh Agama tersebut
honorariumnya disesuaikan dengan Guru Agama. Dengan
ketentuan tersebut maka istilahnya disesuaikan dengan dasar
pemberian honorarium tersebut, kemudian secara umum
disebut Guru Agama Honorer (GAH).3
Istilah Penyuluh Agama mulai disosialisasikan
kembali sejak tahun 1985 melalui Keputusan Menteri Agama
Nomor 79 Tahun 1985 tentang honorarium bagi Penyuluh
Agama. Istilah Penyuluh Agama kembali dipergunakan untuk
mengganti istilah Guru Agama Honorer (GAH) yang dipakai
sebelumnya di lingkungan kedinasan Departemen Agama.4
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994
tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil antara lain
2 Departeman Agama RI, Panduan Penyuluh Agama, (Jakarta: Dirjen
Bimas Islam dan Urusan Haji, 1987), h. 4-5. 3 Departeman Agama RI, Panduan Penyuluh Agama, (Jakarta: Dirjen
Bimas Islam dan Urusan Haji, 1987), h. 7. 4 Departeman Agama RI, Panduan Penyuluh Agama, (Jakarta: Dirjen
Bimas Islam dan Urusan Haji, 1987), h. 8.
85
dinyatakan bahwa untuk meningkatkan mutu profesionalisme
dan pembinaan karir pegawai negeri sipil perlu ditetapkan
jabatan fungsional. Sebagai pelaksanaan dari ketentuan
tersebut di atas, dikeluarkan keputusan Presiden Nomor 87
Tahun 1999 tentang rumpun jabatan fungsional Pegawai
Negeri Sipil (PNS) yang antara lain menetapkan bahwa
penyuluh agama adalah jabatan fungsional pegawai negeri
yang termasuk dalam rumpun jabatan keagamaan.
B. Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Cakung
Penyuluh Agama Islam adalah sebuah jabatan di
Kementrian Agama yang termasuk dalam kelompok jabatan
fungsional yang terintegrasi dalam ruang lingkup Kantor
Urusan Agama (KUA) Kecamatan. Penetapan ini merujuk
pada Pasal 11 Ayat 1 PMA Nomor 34 Tahun 2016 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan bahwa:
“Kelompok jabatan fungsional terdiri dari kelompok
jabatan fungsional tertentu yaitu Penghulu dan Penyuluh
Agama Islam, dan kelompok jabatan fungsional umum
lainnya yang masing-masing terbagi dalam beberapa
kelompok sesuai dengan bidang keahliannya berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan”.5
Dari PMA Nomor 34 Tahun 2016 tersebut juga
memberi putusan bahwa Penyuluh Agama Islam yang
sebelumnya tidak termasuk dalam struktur Kantor Urusan
5 PMA Nomor 34 Tahun 2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan melalui situs
https://bimasislam.kemenag.go.id/uploads/files/PMA-34-update.pdf pada 13
Maret 2018 pukul 20.30 WIB.
86
Agama (KUA) kemudian masuk kepada struktur Kantor
Urusan Agama (KUA) karena termasuk dalam jabatan
fungsional yang telas dijelaskan di atas, dan sebagaimana
yang dipaparkan pada Pasal 5 PMA Nomor 34 Tahun 2016
bahwa “susunan organisasi KUA Kecamatan terdiri atas:
Kepala KUA Kecamatan, petugas Tata Usaha, dan kelompok
jabatan fungsional”.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya di
lingkungan KUA, Penyuluh Agama Islam Kecamatan terdiri
dari Penyuluh Agama Islam fungsional dan Penyuluh Agama
Islam honorer yang sama-sama mengemban tugas sesuai
perundang-undangan yang berlaku. Dalam lingkupan wilayah
binaan KUA Kecamatan Cakung terdiri dari 17 Penyuluh
Agama Islam yang terdiri dari enam orang Penyuluh Agama
Islam fungsional dan sebelas orang Penyuluh Agama Islam
honorer yang bertugas di tujuh kelurahan di Kecamatan
Cakung.
Tabel 3.1
Data Penyuluh Agama KUA Kecamatan Cakung6
No Nama NIP/No.Reg Keterangan
1 Hj. Rahmawati, M.Ag 196012031986032019 Penyuluh
Agama Islam
fungsional
2 Dra. Hj. Yayah Yahroni 196507142003122001 Penyuluh
Agama Islam
fungsional
3 Hj. Lili Kholilah, S.Ag 197406022003122001 Penyuluh
Agama Islam
fungsional
4 Siti Rohmah, S.Ag 197302172003122002 Penyuluh
6 Struktur Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Cakung Periode
2017-2019.
87
Agama Islam
fungsional
5 Nur Annisa Q.A, S.Ag 197901232002122001 Penyuluh
Agama Islam
fungsional
6 Ubaidillah, S.Sos.I 198603162009011002 Penyuluh
Agama Islam
fungsional
7 Farid Mubarok, S.Ag 31.75.19730710.0042 Penyuluh
Agama Islam
honorer
8 Dedi Wahyudi, S.Ag 31.75.197106240045 Penyuluh
Agama Islam
honorer
9 Drs. Wahyudin 31.75.19650321.0087 Penyuluh
Agama Islam
honorer
10 Rahmawati, MA 31.75.19770329.0048 Penyuluh
Agama Islam
honorer
11 Mahfuz Syafi’i, S.Pd.I 31.75.19891011.0043 Penyuluh
Agama Islam
honorer
12 Munzir Tamam, S.Sos.I 31.75.19900306.0089 Penyuluh
Agama Islam
honorer
13 Ahmad Mursyidi, SH 31.75.19770816.0044 Penyuluh
Agama Islam
honorer
14 Sri Rejeki, S.Ag 31.75.19740204.0099 Penyuluh
Agama Islam
honorer
15 Abdul Kohar, S.S 31.75.19830504.0047 Penyuluh
Agama Islam
honorer
16 Asaroh, S.Pd.I 31.75.19671010.0041 Penyuluh
Agama Islam
honorer
17 Untung Margono, M.Us 5.31.7506.010373.0001 Penyuluh
Agama Islam
honorer
88
C. Kantor Urusan Agama Kecamatan Cakung
Kantor Urusan Agama yang selanjutnya disingkat
dengan KUA Kecamatan adalah unit pelaksana teknis pada
Kementrian Agama, berada dalam naungan Direktur Jendral
Bimbingan Masyarakat Islam dan secara operasional dibina
oleh kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten/Kota.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk memimpin
KUA Kecamatan, Kepala KUA dijabat oleh penghulu dengan
tugas tambahan memimpin bukan merrupakan jabatan
struktural sesuai dengan PMA Nomor 34 tahun 2016.7
Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Cakung
merupakan institusi pemerintah di bawah Kementrian Agama
Kota Jakarta Timur yang mempunyai tugas dan fungsi untuk
melaksanakan sebagian tugas dan fungsi pemerintah di
bidang pembangunan agama di Kecamatan, khususnya di
bidang urusan agama Islam. Dalam melaksanakan tugas
tersebut, maka KUA Kec. Cakung merencanakan berbagai
program kegiatan yang dituangkan dalam program strategis.
Hal itu dimaksudkan agar tugas dan fungsi yang diembannya
dapat dicapai dengan hasil yang baik.8
7 Tim Penyusun, Profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Cakung
Tahun 2016, (Jakarta: KUA Kec. Cakung, 2016), h. 1. 8 Tim Penyusun, Profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Cakung
Tahun 2016, (Jakarta: KUA Kec. Cakung, 2016), h. 2.
89
1. Tugas dan Fungsi KUA Kecamatan Cakung
Tugas KUA Kecamatan yaitu melaksanakan
layanan dan bimbingan masyarakat Islam di wilayah
kerjanya. Untuk melaksanakan tugas yang diatur oleh
undang-undang KUA Kecamatan Cakung
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. Pelaksanaan pelayanan, pengawasan, pencatatan dan
pelaporan nikah dan rujuk.
b. Menyusun statistik layanan dan bimbingan
masyarakat Islam.
c. Pengelolaan dokumentasi dan sistem informasi
manajemen KUA Kecamatan.
d. Pelayanan bimbingan keluarga sakinah.
e. Pelayanan bimbingan kemasjidan.
f. Pelayanan bimbingan rukyat dan pembinaan syari’ah.
g. Pelayanan bimbingan dan penerangan agama Islam
h. Pelayanan bimbingan zakat dan wakaf.
i. Pelayanan bimbingan manasik haji.
j. Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan
KUA Kec. Cakung.9
Untuk menjalankan tugas dan fungsi di atas, KUA
Kecamatan Cakung memiliki pegawai pelaksana tugas
sebagai berikut:
9 Tim Penyusun, Profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Cakung
Tahun 2016, (Jakarta: KUA Kec. Cakung, 2016), h. 4.
90
Tabel 3.2
Data Pegawai PNS dan Non PNS Berdasarkan Jabatan10
No Nama Jabatan Jumlah Ket
1 Kepala KUA 1
2 Penghulu 7
3 Staf/Pelaksana 16
4 Penyuluh Agama Islam 6
5 Penyuluh Agama Islam honorer 11
6 Pengawas SD/MI/TK/RA 3
7 Satpam 1
8 Cleaning Service 11
Jumlah 46
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi di atas,
KUA Kecamatan Cakung dibantu oleh 46 pegawai yang
terdiri dari 1 orang Kepala KUA, 7 orang Penghulu, 16
orang Staf/Pelaksana, 6 orang Penyuluh Agama Islam
fungsional, 11 orang Penyuluh Agama Islam honorer, 3
orang Pengawas SD/MI/TK/RA,1 orang Satpam dan 1
orang Cleaning Service.
2. Letak Geografis
Kantor Urusan Agama Kecamatan Cakung terletak
di Jalan Kayu Tinggi No. 7 RT. 003 Rw. 003 Kelurahan
Cakung Timur, Kota Jakarta Timur, Propinsi DKI Jakarta,
kode pos 13910 dengan nomor telephone 021-4610235.
Letak ini sangat strategis karena mudah dijangkau dengan
kendaraan dan angkutan umum yaitu mobil angkutan
KWK 21 Jurusan Pulo Gadung ke Kandang Sapi. Kantor
ini juga berdekatan dengan Jalan Raya Bekasi yang
merupakan jalan utama dan termasuk dalam satu wialayah
10
Tim Penyusun, Profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Cakung
Tahun 2016, (Jakarta: KUA Kec. Cakung, 2016), h. 10.
91
dengan kantor urusan Agama Kecamatan Cakung serta
Dinas Instansi yang lain sehingga memudahkan dalam
pengurusan persuratan, mempercepat koordinasi dan
pengurusan administrasi serta hubungan lintas sektoral
dan lain sebagainya.11
Secara geografis, KUA Kecamatan Cakung
termaksud dalam wilayah admistrasi Kecamatan Cakung,
Jakarta Timur. Kecamatan Cakung terletak antara 1060
49’ 35” Timur dan 060 10’ 37” Litang Selatan.
. Adapun
batas wilayahnya adalah sebelah utara Kecamatan
Cilincing (Kota Administrasi Jakarta Utara), sebelah
timur Kecamatan Bekasi Utara (Kota Bekasi), sebelah
barat Kecamatan Pulo Gadung, sebelah selatan
Kecamatan Duren Sawit. Kecamatan Cakung memiliki
luas wilayah seluas 42,28 Km2 atau sekitar 22,49% dari
luas wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur, dan
merupakan wilayah terluas dari 10 Kecamatan di Kota
Administrasi Jakarta Timur.12
Ada beberapa sungai yang melewati wilayah
Kecamatan Cakung yaitu kali Cakung, Kali Buaran, dan
dibatasi oleh Cakung Nadeco di sebelah timur. Kecamatan
Cakung ini cukup strategis karena terletak di pintu
gerbang masuk Jakarta dari arah Timur yaitu Provinsi
11
Tim Penyusun, Profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Cakung
Tahun 2016, (Jakarta: KUA Kec. Cakung, 2016), h. 5. 12
Agus Wahyudi, Statistik Daerah Kecamatan Cakung Tahun 2015,
(Jakarta: BPS Administrasi Jakarta Timur), h. 1.
92
Jawa Barat (Bekasi). Kecamatan Cakung juga dilintasi
oleh tol Cakung-Cilincing (Cacing).
3. Luas Wilayah Kecamatan Cakung
Sebagai bagian dari wilayah binaan KUA
Kecamatan Cakung, Kecamatan Cakung terdiri dari tujuh
kelurahan. Adapun tujuh kelurahan tersebut memiliki
rician luas sebagai berikut:
Tabel 3.3
Rincian Luas Wilayah Kecamatan Cakung13
No Kelurahan Luas Wilayah
(Km2)
RW RT
1 Jatinegara 6, 60 13 162
2 Rawa Terate 3,30 6 60
3 Penggilingan 4,49 18 228
4 Cakung Barat 6, 12 10 104
5 Cakung Timur 9, 81 14 185
6 Ujung Menteng 5,04 10 102
7 Pulo Gebang 6,92 16 185
Jumlah 42,28 87 986
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Luas
Wilayah Kecamatan Cakung seluas 42,28 Km2, dengan
kelurahan terluas yaitu kelurahan Cakung Timur yakni
sekitar 23,20% dari total luas wilayah Kecamatan
Cakung, sedangkan yang terkecil adalah Kelurahan Rawa
Terate dengan luas sekitar 7,81% dari total luas wilayah
Kecamatan Cakung. Dari tujuh kelurahan tersebut terbagi
menjadi 87 RW, 986 RT, dengan jumlah RW dan RT
paling banyak terdapat di Kelurahan Penggilingan dengan
13
Agus Wahyudi, Statistik Daerah Kecamatan Cakung Tahun 2015,
(Jakarta: BPS Administrasi Jakarta Timur), h. 2.
93
18 RW dan 228 RT, dan yang paling sedikit terdapat di
Kelurahan Rawa Terate dengan 6 RW dan 60 RT.
4. Data Penduduk Kecamatan Cakung
Dari data yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Administrasi Jakarta Timur, menerangkan
bahwa jumlah penduduk Kecamatan Cakung adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.4
Data Penduduk Kecamatan Cakung14
No Kelurahan Jumlah
Penduduk
Jumlah
Pemegang
KTP
Jumlah
KK Ket
1 Jatinegara 105.279 67.465 33.130
2 Rawa Terate 28. 656 21.439 10.650
3 Penggilingan 103. 344 77.389 34.180
4 Cakung Barat 75.178 41.235 35.417
5 Cakung Timur 68.110 44.850 20.470
6 Ujung Menteng 31.811 22.862 10.259
7 Pulo Gebang 110.781 72.978 32.650
Jumlah 523.159 348.218 176.756
Berdasarkan proyeksi penduduk dari Sensus
Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Kecamatan
Cakung tahun 2014 sebesar 523.159 jiwa dan merupakan
kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar di Jakarta
Timur (18,56%), dengan pemegang KTP Sebanyak
348.218 jiwa dan memiliki 176.756 kepala keluarga.
Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan Pulo
Gebang dengan 110.781 jiwa (21,18%), kemudian
Kelurahan Jatinegara sebanyak 105.279 jiwa (20,12%),
14
Agus Wahyudi, Statistik Daerah Kecamatan Cakung Tahun 2015,
(Jakarta: BPS Administrasi Jakarta Timur), h. 3.
94
sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di kelurahan
Rawa Terate dengan 28.656 jiwa (5,48%).
5. Data Keagamaan Kecamatan Cakung
Data keagamaan Kecamatan Cakung adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.5
Data Keagamaan Kecamatan Cakung15
No Kelurahan Islam Kristen Katolik Budha Hindu
1 Jatinegara 102.289 1.367 1.295 113 215
2 Rawa Terate 26.951 945 383 185 192
3 Penggilingan 93.587 2.216 7.369 108 64
4 Cakung
Barat 73.826 401 797 62 92
5 Cakung
Timur 64.168 1.948 1.334 299 361
6 Ujung
Menteng 29.514 801 789 344 363
7 Pulo Gebang 101.530 2.997 5.507 222 525
Jumlah 491.865 10.675 17.475 1.332 1.812
Berdasarkan survey data Keagamaan KUA
Kecamatan Cakung tahun 2016, mayoritas penduduk
Kecamatan Cakung beragama Islam sebanyak 491.865
jiwa dengan jumlah pemeluk terbesar berada di Kelurahan
Jatinegara sekitar 102.289 jiwa dan Kelurahan Pulo
Gebang sebanyak 101.530 jiwa dan pemeluk agama Islam
paling sedikit terdapat pada Kelurahan Rawa Terate
sebesar 26.951 jiwa. Sedangkan agama Budha adalah
agama yang paling sedikit dipeluk oleh penduduk
Kecamatan Cakung dengan jumlah 1.332 jiwa dengan
pemeluk terkecil di wilayah Kelurahan Cakung Barat.
15
Tim Penyusun, Profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Cakung
Tahun 2016, (Jakarta: KUA Kec. Cakung, 2016), h. 8.
95
D. Program Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah di
Kecamatan Cakung
Program “Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah”
adalah sebagai gerakan nasional yang merupakan bagian dari
upaya meletakkan dasar-dasar kerangka dan agenda reformasi
pembangunan agama dan sosial budaya dalam usaha
mewujudkan masyarakat madani yang bermoral tinggi, penuh
keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia.
Upaya penanaman nilai-nilai keimanan, ketaqwaan
dan akhlak mulia tersebut dilaksanakan melalui pendidikan
agama dalam keluarga, masyarakat, dan pendidikan formal.
Upaya ini menekankan kepada aspek penanaman,
pengamalan, penghayatan, pengembangan nilai-nilai
keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia dalam kehidupan
sehari-hari dalam berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Aspek penanaman, pengamalan dan penghayatan
nilai-nilai agama dimaksudkan untuk mengimbangi dampak
negative perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sehingga keluarga dan masyarakat Indonesia memiliki
ketahan yang kokoh dalam menghadapi era globalisasi dan
berbagai pengaruh negatif masuknya budaya asing.16
Perencanaan program “Pembinaan Gerakan Keluarga
Sakinah” menjadi bagian yang terpisahkan dari program
reformasi pembangunan di tingkat pusat dan daerah yang
16
Kementrian Agama RI, Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakinah, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2011), h. 27.
96
didanai oleh APBN, APBD, bantuan luar negeri, dana non
budgeter dan swadaya masyarakat. Untuk itu maka
perencanaan program, pelaksanaan kegiatan operasional
dilaksanakan di daerah dan perencanaan pembinaan, evaluasi,
monitoring dan pilot project dilaksanakan di pusat.17
Tujuan umum dilakukan program “Pembinaan
Gerakan Keluarga Sakinah adalah sebagai upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia secara terpadu antara
masyarakat dan pemerintah dalam mempercepat mengatasi
krisis yang melanda bangsa Indonesia untuk mewujudkan
masyarakat yang madani yang bermoral tinggi, penuh
keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia.18
Sedangkan tujuan khusus Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakinah adalah sebagai berikut:
a. Menanamkan, mengamalkan dan menghayati nilai-nilai
keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia dalam kehidupan
keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui
pendidikan agama dalam keluarga, masyarakat dan
pendidikan formal.
b. Memberdayakan ekonomi umat melalui peningkatan
kemapuan ekonomi keluarga, kelompok keluarga sakinah,
koperasi masjid, koperasi majelis ta’lim dan upaya
peningkatan ekonomi kerakyatan lainnya, serta
17
Kementrian Agama RI, Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakinah, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2011), h. 29. 18
Kementrian Agama RI, Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakinah, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2011), h. 10.
97
memobilisasi potensi zakat, infaq, shadaqah, wakaf dan
dana keagamaan lainnya.
c. Menurunkan angka perselisihan perkawinan dan
perceraian sehingga akan mengurangi jumlah keluarga
bermasalah yang menjadi sumber kerawanan sosial.
d. Membina calon pengantin agar memiliki pengetahuan dan
kesiapan secara fisik dan mental dalam memasuki jenjang
perkawinan, sehingga dapat membangun keluarga yang
sakinah.
e. Membina remaja usia nikah agar tidak terjerumus kepada
pergaulan bebas, dekadensi moral, penyalahgunaan
narkoba, perjudian, tawuran dan tindak kriminal lainnya.
f. Meningkatkan pembinaan tentang reproduksi sehat dan
gizi masyarakat melalui pembinaan calon pengantin, ibu
hamil dan menyusui, bayi, balita, dan anak-anak usia
sekolah dengan pendekatan agama.
g. Meningkatkan kesehatan keluarga, masyarakat dan
lingkungan melalui pendekatan agama dan gerakan jum’at
bersih.
h. Meningkatkan upaya penanggulan Penyakit Menular
Seksual dan HIV/AIDS melalui pendekatan moral
keagamaan.
i. Meningkatkan sikap hidup dan perilaku masyarakat
tentang cara pandang terhadap pria dan wanita agar
98
memiliki kesetaraan yang serasi, seimbang dan
berkesinambungan.19
Kemudian sasaran “Gerakan Keluarga Sakinah”
adalah seluruh keluarga, masyarakat dan bangsa Indonesia
pada umumnya dengan lebih memperhatikan keluarga miskin.
Dengan melihat tujuan dan sasaran program tersebut,
maka disusunlah program kerja “Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakinah” antara lain sebagai berikut:
a. Pendidikan agama dalam keluarga
b. Pendidikan agama di masyarakat
c. Peningkatan pendidikan agama melalui pendidikan formal
d. Kursus pra nikah
e. Peningkatan kegiatan konseling keluarga
f. Pembinaan remaja usia nikah
g. Pemberdayaan ekonomi keluarga
h. Peningkatan gizi keluarga
i. Reproduksi sehat
j. Sanitasi lingkungan
k. Penanggulangan penyakit menular seksual (PMS) dan
HIV/AIDS serta narkoba.20
Program kerja “Pembinaan Gerakan Keluarga
Sakinah” ini dilakukan tidak hanya oleh KUA, namun juga
dilaksanakan oleh lembaga lain seperti Puskesmas, BKKBN,
dan BNN sesuai dengan bidang masing-masing. Dari
19
Kementrian Agama RI, Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakinah, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2011), h. 11-12. 20
Kementrian Agama RI, Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakinah, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2011), h. 31.
99
keseluruhan program kerja “Pembinaan Gerakan Keluarga
Sakinah” tersebut, KUA Kecamatan Cakung melakukan
beberapa program kerja seperti pendidikan agama di
masyarakat, kursus pra-nikah, peningkatan kegiatan konseling
keluarga, pembinaan remaja usia nikah.
Sebagai penyambung program pembangunan di
masyarakat Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Cakung
juga bertugas menyampaikan materi-materi yang
berhubungan dengan program kerja “Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakinah” kepada masyarakat.
Jika melihat hal tersebut, memang seluruh Penyuluh
Agama Islam memiliki kewajiban yang sama untuk
menyampaikan pesan pembangunan berupa materi-materi
yang berkaitan khusus dengan keluarga sakinah. Tetapi dalam
hal ini, ada beberapa Penyuluh Agama Islam di Kecamatan
Cakung yang dikhususkan untuk menangani kegiatan
pembinaan keluarga sakinah. Dari 17 orang Penyuluh Agama
Islam yang ada di Kecamatan Cakung, hanya dua orang
Penyuluh Agama Islam yang dikhususkan dalam
melaksanakan pembinaan keluarga sakinah. Satu orang
Penyuluh Agama Fungsional yaitu Hj. Lili Kholilah, S.Ag
dan satu orang Penyuluh Agama Islam Honorer yaitu Ahmad
Mursyidi, SH. Namun, yang sudah tersertifikasi untuk
menjadi fasilitator dalam kegiatan Bimbingan Perkawinan
(Bimwin) baru satu orang saja, yaitu Hj. Lili Kholilah, S. Ag.
Terlebih dari itu, program “Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakinah” ini memiliki cakupan materi yang luas.
100
Materi yang harus disampaikan bukan hanya materi tentang
keluarga atau fikih munakahat saja, tetapi seluruh aspek
keagamaan perlu disuluhkan kepada masyarakat, termasuk
juga dengan penyampaian pesan pembangunan melalui
pendekatan agama. Program “Pembinaan Keluarga Sakinah”
ini tidak dikhususkan hanya memberikan pembinaan tentang
tata cara berumah tangga menurut ajaran Islam saja. Tetapi
lebih kepada menanamkan segala macam nilai keimanan dan
ketaqwaan kepada masyarakat agar memiliki akhlak yang
mulia. Dengan demikian akan tercipta masyarakat yang
madani yang penuh keimanan, ketaqwaan, dan berakhlak
mulia, sesuai dengan tujuan utama program ini yang
termaksuk dalam program reformasi pembangunan
keagamaan dan sosial budaya.
Oleh karena itulah, seluruh Penyuluh Agama Islam di
Kecamatan Cakung mengemban tugas yang sama, yaitu
menyukseskan program pembangunan tersebut sebagai salah
satu peran Penyuluh Agama Islam, yaitu sebagai
penyambung pesan pembangunan yang disampaikan oleh
pemerintah dengan pintu dan bahasa agama.
E. Hubungan Penyuluh Agama Islam dengan BP4
Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan (BP4) adalah organisasi profesional yang
bersifat sosial keagamaan sebagai mitra kerja Kementerian
Agama dan institusi terkait baik pemerintah maupun non-
pemerintah dalam mewujudkan keluarga sakinah mawaddah
101
warahmah.21
BP4 berdiri secara resmi pada tanggal 3 Januari
1960 di Jakarta, dan disahkan berdasarkan SK Menteri
Agama RI No.85 tahun 1961.22
BP4 berdiri dengan tujuan mempertinggi mutu
perkawinan guna mewujudkan keluarga sakinah menurut
ajaran Islam untuk mencapai masyarakat dan bangsa
Indonesia yang maju, mandiri, bahagia, sejahtera, materil dan
spiritual.23
Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu
program yang dilaksanakan oleh BP4 adalah bimbingan Pra-
nikah di KUA bagi calon pengantin.
Dalam kegiatan Bimbingan Pra-Nikah atau
Bimbingan Perkawinan, Penyuluh Agama Islam dilibatkan
dalam mengisi kegiatan tersebut. seperti memberikan materi-
materi yang berkaitan dengan rumah tangga sesuai dengan
ajaran Islam. Jadi hubungan antara BP4 dan Penyuluh
Agama Islam khususnya di Kecamatan Cakung ini terlihat
dalam kegiatan Bimbingan Perkawinan (Bimwin). Tetapi,
untuk kegiatan lain seperti penyuluhan perkawinan di majelis
ta’lim yang merupakan binaan daripada Penyuluh Agama
Islam di Kecamatan Cakung, BP4 tidak ikut turut serta dalam
membatu proses penyuluhan tersebut.
21
Pasal 3, AD/ART Hasil Musyawarah Nasional BP4 XV/ 2014, h. 6.
Melalui situs http://bp4jatim.blogspot.com/2014/08/ad-art-bp4-hasil-
musyawarah-nasional.html pada 15 September 2018 pukul 20.00 WIB 22
Tulus, dkk. Buku Panduan Konseling Untuk Konselor BP4
Perspektif Kesetaraan (Jakarta: Rahima, 2012), h. 11-12. 23
Tulus, dkk. Buku Panduan Konseling Untuk Konselor BP4
Perspektif Kesetaraan (Jakarta: Rahima, 2012), h. 19.
102
103
BAB IV
TEMUAN DATA DAN ANALISIS PENELITIAN
Dalam bab ini penulis akan memaparkan dan menganalisis
hasil dari penelitian tentang “Peran Penyuluh Agama Islam Dalam
Mewujudkan Keluarga Sakinah di Kecamatan Cakung Jakarta
Timur” dengan format deskriptif. Yaitu melaporkan data dengan
cara menerangkan, memberi gambaran dan mengklasifikasikan
data terkumpul apa adanya dan kemudian data tersebut
disimpulkan. Adapun pemilihan informan diambil sesuai dengan
teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang
diambil betul-betul sesuai dengan maksud dan tujuan peneliti.
Sehingga dengan berdasarkan ini penulis memutuskan mengambil
data hasil wawancara dari dua orang Penyuluh Agama Islam KUA
Kecamatan Cakung, satu orang Kepala KUA, satu orang Trainer
(mentor) Bimbingan Teknik Fasilitator Keluarga Sakinah DKI
Jakarta sekaligus Tim Ahli BP4 Pusat, satu orang keluarga sakinah
teladan DKI Jakarta tahun 2016, dan empat orang jama’ah
kelompok binaan Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Cakung
yang termasuk dalam kategori keluarga sakinah III dan keluarga
sakinah III plus dari konsentrasi penyuluhan yang paling tinggi di
kecamatan Cakung.
A. Data Informan
Berikut ini adalah data informan yang penulis
wawancarai terkait dengan penelitian tentang peran Penyuluh
Agama Islam dalam mewujudkan keluarga sakinah di
104
Kecamatan Cakung. Berikut ini adalah data dari para
informan:
1. Hj. Lili Kholilah, S.Ag
Hj. Lili Kholilah, S.Ag adalah seorang Penyuluh
Agama Islam fungsional Kecamatan Cakung Jakarta Timur
yang lahir di Bekasi, 02 Juni 1974. Beliau berlatar belakang
pendidikan S1 jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, di
Fakultas Agama Islam Universitas Islam Asy-Syafi’iyah
Jakarta. Hj. Lili Khlolilah, S.Ag membina setidaknya 13
majelis ta’lim di Kecamatan Cakung, selain itu juga beliau
adalah Penyuluh Agama Islam yang tersertifikasi dalam
bidang pembinaan keluarga sakinah, sehingga sering
mengisi kegiatan-kegiatan kursus pra-nikah di KUA
Kecamatan Cakung.1
Pemilihan Hj. Lili Kholilah, S.Ag sebagai informan
karena beliau adalah Penyuluh Agama Islam KUA
Kecamatan Cakung yang mempunyai kompetensi khusus
dalam bidang keluarga sakinah, sehingga penulis dapat
mencari informasi terkait dengan penelitian skripsi ini lebih
detail dan menyeluruh.
2. Ubaidillah, S.Sos.I
Ubaidillah, S.Sos.I adalah seorang Penyuluh Agama
Islam fungsional di lingkungan KUA Kecamatan Cakung
Jakarta Timur, lahir di Jakarta 16 Maret 1986, mengenyam
pendidikan S1 jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
1 Wawancara Pribadi dengan Hj. Lili Kholilah, S.Ag, Penyuluh Agama
Islam fungsional KUA Kecamatan Cakung, 18 Desember 2017.
105
UIN Syarif Hidayullah Jakarta. Beliau adalah satu-satunya
Penyuluh Agama Islam fungsional laki-laki di KUA
Kecamatan Cakung. Ubaidillah, S.Sos.I memiliki binaan
Majelis Ta’lim di Kecamatan Cakung sekitar 11 majelis
ta’lim.2
Pemilihan Ubaidillah, S.Sos.I karena beliau adalah
satu-satunya Penyuluh Agama Islam fungsional laki-laki di
KUA Kecamatan Cakung. Sehingga sasaran penyuluhannya
tidak hanya kepada kaum ibu/perempuan saja, namun dapat
menjangkau kepada kaum bapak/laki-laki. Selain itu juga
beliau juga memiliki tugas pembinaan pra-nikah di KUA
Kecamatan Cakung.
3. H. Abdul Azis Kamaludin, MA
H. Abdul Azis Kamaludin, MA Lahir di Jakarta, 5
Februari 1973 adalah seorang Kepala KUA Kecamatan
Cakung dengan latar belakang pendidikan S2 jurusan
Magister Komunikasi Penyiaran Islam di Universitas Islam
Asy-Syafi’iyah Jakarta. Beliau mengawali karirnya di
KUA Kecamatan Cakung sebagai Penghulu pada tahun
2008 dan kemudian menjadi kepala KUA Kecamatan
Cakung pada Tahun 2015-sekarang.3
Dalam penelitaian skripsi ini, H. Abdul Azis
Kamaludin, MA dipilih sebagai informan karena sebagai
2 Wawancara Pribadi dengan Ubaidillah, S.Sos.I, Penyuluh Agama
Islam fungsional KUA Kecamatan Cakung, 20 Desember 2017. 3 Wawancara Pribadi dengan H. Abdul Azis Kamaludin, MA, Kepala
KUA Kecamatan Cakung, 08 Maret 2018.
106
Kepala KUA Kecamatan Cakung yang menjadi atasan
Penyuluh Agama Islam dalam struktur KUA Kecamatan
Cakung yang salah satu tugasnya mengawasi tugas
Penyuluh Agama Islam dan secara langsung mengetahui
tugas-tugas dan program-program Penyuluh Agama Islam
di KUA Kecamatan Cakung.
4. Dra. Hj. Zubaidah Muchtar, M.Si
Dra. Hj. Zubaidah Muchtar, M.Si lahir di Batang, 11
Oktober 1936 adalah seorang konsultan perkawinan Badan
Penasihat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4)
Pusat dan trainer (mentor) program bimbingan teknik
fasilitator keluarga sakinah Kementerian Agama RI sejak
tahun 2009-sekarang, beliau juga mengasuh Rubrik
Konsultasi Perkawinan di Majalah Perkawinan dan
Keluarga BP4 Pusat yang sudah terbit sejak tahun 1971.
Meskipun beliau memiliki background S2 jurusan Ilmu
Politik Universitas Gajah Mada, namun beliau adalah
seorang mantan staf ahli Menteri Agama RI masa bakti
(1993-1996). Beliau beralamatkan di Jl. Kawi-kawi Bawah
No. A2 Kel. Johar Baru RT 10/08 Jakarta Pusat.4
Penulis menjadikan Dra. Hj. Zubaidah Muchtar,
M.Si sebagai informan penelitian skripsi ini untuk
mengetahui seluk-beluk tentang program pembinaan
keluarga sakinah secara detail. Terlebih lagi beliau adalah
4 Wawancara pribadi dengan Dra. Hj. Zubaidah Muchtar, M.Si, Tim
Ahli BP4 Pusat dan Trainer Bimbingan Teknik Fasilitator Keluarga Sakinah
Kementerian Agama RI, 13 Februari 2018.
107
salah seorang pencetus program ibu teladan yang sekarang
menjadi keluarga sakinah teladan.
Memang beliau tidak memiliki kaitan langsung
dengan Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Cakung,
dan tidak tahu pasti tentang kinerja dan peran Penyuluh
Agama Islam di Kecamatan Cakung. Namun, karena beliau
adalah trainer bagi Penyuluh Agama Islam yang mengikuti
program bimbingan teknik fasilitator keluarga sakinah,
sehingga penulis menggali informasi tentang program-
program dari “Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah”,
metode dan teknik yang perlu dilakukan oleh Penyuluh
Agama Islam dalam mewujudkan keluarga sakinah.
Sehingga dapat menjadi tolak ukur penulis untuk
mengetahui apakah Penyuluh Agama Islam KUA
Kecamatan Cakung telah melakukan penyuluhan program
“Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah” dengan baik atau
belum.
5. H. Ahmad Kurtubi, Lc
H. Ahmad Kurtubi lahir di Jakarta, 7 Maret 1956.
Beliau adalah keluarga sakinah teladan DKI Jakarta pada
tahun 2016. Pendidikan terakhirnya yaitu S1 di King Saud
University Riyadh jurusan Bahasa dan Sastra Arab, walau
demikian beliau seorang dosen bahasa Arab dan Ilmu
Agama Islam di salah satu Universitas Islam swasta di
Bekasi, selain itu juga beliau menjadi fasilitator BP4 dalam
melaksanakan penyuluhan keluarga sakinah di Kota
Administrasi Jakarta Timur. Beliau beralamatkan di Kp.
108
Buaran RT 009/02 Kelurahan Cakung Timur, Kecamatan
Cakung Jakarta Timur.5
Penulis memilih H. Ahmad Kurtubi, Lc karena
sebelum beliau menjadi keluarga sakinah teladan DKI
Jakarta tahun 2016, beliau mengikuti program-program
pelayanan bimbingan keluarga sakinah yang dilakukan oleh
KUA Kecamatan Cakung dibantu oleh Penyuluh Agama
Islam KUA Kecamatan Cakung. Sehingga beliau
mengetahui bagaimana peran yang dilakukan Penyuluh
Agama Islam KUA Kecamatan Cakung hingga sukses
membawanya dalam perlombaan keluarga sakinah teladan
tingkat nasional.
6. Tinah
Ibu Tinah adalah seorang jama’ah kaum ibu pada
Majelis Ta’lim Asaasul Falaah Kelurahan Pulo Gebang
yang dibina oleh Ust. Drs. H. Dedy Wahyudi yang juga
seorang Penyuluh Agama Islam honorer KUA Kecamatan
Cakung selama kurang lebih 10 tahun. Lahir di Jakarta, 11
Februari 1970, memiliki pendidikan terakhir Madrasah
Aliyah, beralamat di Jl. Pulo Gebang RT 006/006 Kec.
Cakung Jakarta Timur.6
Pemilihan ibu Tinah sebagai informan karena masuk
dalam kriteria keluarga sakinah III dan juga pernah masuk
seleksi keluarga sakinah teladan tingkat Kecamatan
5 Wawancara Pribadi dengan H. Ahmad Kurtubi, Lc, Keluarga Sakinah
Teladan DKI Jakarta Tahun 2016. 3 Februari 2018. 6 Wawancara Pribadi dengan Tinah, Jama’ah Majelis Ta’lim Kaum Ibu
Asaasul Falaah, 2 Februari 2018
109
Cakung. Selain itu juga banyak mengikuti kegiatan majelis
ta’lim yang dibina oleh Penyuluh Agama Islam KUA
Kecamatan Cakung di lingkungan Kelurahan Pulo Gebang.
Sehingga mengetahui peran yang dilakukan Penyuluh
Agama Islam KUA Kecamatan Cakung.
7. Hj. Siti Mariyam
Hj. Siti Mariyam adalah jama’ah dari Majelis Ta’lim
Abituren Al-Falaah Kelurahan Ujung Menteng yang dibina
oleh Siti Rohmah, S.Ag Penyuluh Agama Islam fungsional
KUA Kecamatan Cakung selama kurang lebih 25 tahun.
Lahir di Sukamandi, 19 Agustus 1949 dengan latar
belakang pendidikan terakhir SLTA. Bertempat tinggal di
Jl. Arun 8 No. 17 Komplek Pertamina Ujung Menteng
Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.7
Pemilihan Hj. Siti Mariyam sebagai informan dalam
penelitian skripsi ini bertujuan untuk mengali informasi
tentang kegiatan penyuluhan di Majelis Ta’lim Abituren Al-
Falaah, yang mana beliau telah cukup lama mengikuti
kegiatan majelis ta’lim di majelis ta’lim tersebut. Selain itu
juga Hj. Siti Mariyam termasuk dalam kriteria keluarga
sakinah III dan pernah mewakili Kelurahan Ujung Menteng
dalam lomba keluarga sakinah teladan tingkat Kecamatan
Cakung.
7 Wawancara Pribadi dengan Hj. Siti Maryam, Jama’ah Majelis Ta’lim
Abituren Al-Falaah, 3 Februari 2018.
110
8. Hj. Maswati
Hj. Maswati lahir di Bekasi, 7 Maret 1953,
merupakan jama’ah Majelis Ta’lim Abituren Al-Falaah
Kelurahan Ujung Menteng yang dibina oleh Siti Rohmah,
S.Ag Penyuluh Agama Islam fungsional KUA Kecamatan
Cakung selama sekitar 25 tahun. Pendidikan terakhirnya
ialah MTs/ SLTP. Bertempat tinggal di Jl. Pulo Gebang Gg.
Swadaya III RT 004/005 Pulo Gebang Cakung Jakarta
Timur.8
Penulis menjadikan beliau sebagai informan karena
sudah cukup lama mengikuti kegiatan penyuluhan di
Majelis Ta’lim Abituren Al-Falaah di Jl. Pulo Gebang,
Kampung Kandang Besar, Kelurahan Ujung Menteng,
Kecamatan Cakung, sehingga cukup mengetahui kegiatan
penyuluhan yang diadakan Penyuluh Agama Islam KUA
Kecamatan Cakung di majelis ta’lim tersebut. Selain itu Hj.
Maswati juga termasuk pada kriteria keluarga sakinah III
walau hanya memiliki ijazah terakhir SMP.
9. H. Mukhtar Lubis, S.Ag
Bapak H. Mukhtar Lubis lahir di Jakarta, 14 Juli
1957, merupakan guru di beberapa Majelis Talim di
Kelurahan Cakung Timur dan juga jama’ah dari Forum
Komunikasi Ulama Umara (FK-ULUM) Kecamatan
Cakung. Beliau telah mengikuti kegiatan majelis ta’lim di
daerah Cakung Timur sekitar 29 tahun. Bapak H. Mukhtar
8 Wawancara Pribadi dengan Hj. Maswati, Jama’ah Majelis Ta’lim
Abituren Al-Falaah, 3 Februari 2018.
111
Lubis beralamatkan Jl. Balai Rakyat RT 15/01 Cakung
Timur, Cakung, Jakarta Timur.9
Penulis menjadikan H. Mukhtar Lubis karena beliau
telah lama mengikuti kegiatan penyuluhan di majelis ta’lim
yang ada di Kelurahan Cakung Timur dan aktif di FK-
ULUM yang merupakan sarana penyambung silaturahmi
antara ulama-ulama dan aparat pemerintahan di Kecamatan
Cakung. Selain itu pula beliau melakukan bimbingan di
berbagai majelis ta’lim dan merupakan tokoh masyarakat
Kampung Gempol, Cakung Timur, sehingga masuk ke
dalam kriteria keluarga sakinah III plus. Dengan demikian
penulis merasa perlu menggali informasi tentang kegiatan
Penyuluh Agama Islam di lingkungan Kelurahan Cakung
Timur.
B. Hasil Penelitian
Pada bagian ini penulis akan memaparkan hasil
penelitian tentang peran Penyuluh Agama Islam dalam
mewujudkan keluarga sakinah di Kecamatan Cakung Jakarta
Timur, metode yang digunakan, serta faktor yang mendukung,
faktor yang menjadi hambatan serta penyelesaiannya. Penulis
dalam hal ini akan mendeskripsikan sesuai dengan temuan di
lapangan, baik dari hasil wawancara dengan informan maupun
hasil dari observasi penulis selama mengadakan penelitian ini
secara deskriptif. Yaitu melaporkan data dengan cara
9 Wawancara Pribadi dengan H. Mukhtar Lubis, Jama’ah FK-ULUM
Kec. Cakung, 4 Februari 2018.
112
menerangkan, memberi gambaran dan mengklasifikasikan data
terkumpul apa adanya dan kemudian data tersebut disimpulkan.
1. Tugas Penyuluh Agama Islam dalam Mewujudkan
Keluarga Sakinah di Kecamatan Cakung
Tugas Penyuluh Agama Islam diatur melalui
Keputusan Menteri Koordinator Negara Bidang Pengawasan
Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
54/Kep/MK.WASPAN/9/1999 adalah melakukan dan
mengembangkan kegiatan bimbingan atau penyuluhan
agama dan pembangunan melalui bahasa agama.10
Dalam menjalankan tugasnya, Penyuluh Agama
Islam melakukan pembinaan dan bimbingan di majelis
ta’lim. Selain itu, Penyuluh Agama Islam juga memiliki
tugas sebagai koordinator antar tokoh agama Islam dan
aparat pemerintahan setempat, dan membantu program-
program KUA seperti pelayanan keluarga sakinah.
sebagaimana yang dijelaskan oleh H. Abdul Azis
Kamaludin, MA:
“Tugas Penyuluh Agama itu melakukan pembinaan dan
bimbingan kepada majelis ta’lim binaannya, kemudian
melakukan koordinasi dengan para tokoh agama Islam,
juga lintas sektoral seperti kelurahan dan kecamatan.
Selain itu membantu menyampaikan program-program
Kementrian Agama ke masyarakat, ditambah juga
membantu dalam program-program di KUA seperti
pelayanan keluarga sakinah, contohnya Bimbingan
10
Kementrian Agama RI, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Penyuluh Agama, (Jakarta: Dirjen Bimas Islam, 2012), h. 12.
113
Perkawinan (Bimwin) yang sebelumnya dikenal dengan
istilahnya Kursus Calon Penganten (Suscaten)”.11
Dari penjelasan di atas salah satu tugas Penyuluh
Agama Islam di antaranya yaitu melakukan kegiatan
bimbingan dan penyuluhan agama yaitu melakukan
pelayanan bimbingan keluarga sakinah. Namun, dalam
mewujudkan keluarga sakinah di Kecamatan Cakung,
Penyuluh Agama Islam tidak hanya melakukan pelayanan
bimbingan pra-nikah seperti Bimbingan Perkawinan
(Bimwin) yang termasuk dalam program KUA Kecamatan
Cakung. Tetapi, sebagai pembina dari majelis ta’lim yang
ada di Kecamatan Cakung, Penyuluh Agama Islam juga
melakukan penyuluhan dengan materi-materi yang
berkaitan dengan keluarga menurut pandangan Islam
kepada jama’ah majelis ta’lim.
Hal ini di dasari oleh himbauan Menteri Agama H.
Lukman Hakim Saifudin mengenai tingginya angka
perselisihan dan perceraian dalam rentang waktu sepuluh
tahun terakhir. Data hingga 2013, dari sekitar 2,2 juta
pernikahan setiap tahunnya, 45 persen terjadi perselisihan
dan 12-15 persen mengalami perceraian. Perselisihan rumah
tangga dan perceraian berpotensi menjadi sumber
permasalahan sosial apabila lalai dalam
menanggulanginya.12
Melalui hal tersebut Penyuluh Agama
11
Wawancara Pribadi dengan H. Abdul Azis Kamaludin, MA, Kepala
KUA Kecamatan Cakung, 08 Maret 2018. 12
Bimas Islam, Menag: Pendidikan Pra Nikah Perlu Dijadikan
Gerakan Nasional artikel di akses melalui
114
Islam yang mengemban tugas sebagai penyambung
program Kementerian Agama perlu melaksanakan
penyuluhan keluarga sakinah untuk menurunkan angka
perceraian yang ada di Indonesia.
Dari hasil observasi penulis menemukan Penyuluh
Agama Islam KUA Kecamatan Cakung melakukan
bimbingan dan penyuluhan dengan materi-materi keluarga
dan materi yang berhubungan dengan upaya peningkatan
kualitas dalam kehidupan berumah tangga kepada
kelompok majelis ta’lim binaan yang ada di Kecamatan
Cakung. Penyuluhan dengan materi khusus keluarga
sakinah yang penulis temukan tidak terlalu sering
dibawakan. Namun, setiap kali kegiatan majelis ta’lim ada
saja yang berkaitan dengan materi keluarga. Hj. Siti
Maryam menjelaskan:
“Ustadz juga melakukan pengajaran tentang kehidupan
berkeluarga. Seperti akhlak istri kepada suami, hak dan
kewajiban suami istri, cara mengurus anak dengan baik
dan masih banyak lagi. Pemberian materinya tidak
sekaligus, kadang sebulan sekali, kadang juga suka
nyambung dalam materi yang lain”.13
Secara garis besar penulis mendapati Penyuluh
Agama Islam Kecamatan Cakung telah melaksanakan
tugasnya dalam melakukan pembimbingan dan penyuluhan
di majelis ta’lim binaannya. Sebagaimana juga tugas
https://bimasislam.kemenag.go.id/post/berita/menag-pendidikan-pra-nikah-perlu-
dijadikan-gerakan-nasional- pada 9 Oktober 2017 pukul 21.45 WIB. 13
Wawancara Pribadi dengan Hj. Siti Maryam, Jama’ah Majelis Ta’lim
Abituren Al-Falaah, 2 Februari 2018.
115
menyampaikan pesan pembangunan berupa melakukan
penyuluhan dan bimbingan untuk menurunkan angka
perceraian melalui bahasa agama. Dimana Penyuluh Agama
Islam Kecamatan Cakung telah melakukan upaya
pembekalan berupa pembimbingan dan penyuluhan dengan
materi yang berhubungan dengan cara mencapai keluarga
yang sakinah, mawaddah, warahmah.
2. Fungsi dan Hak Penyuluh Agama Islam dalam
Mewujudkan Keluarga Sakinah di Kecamatan Cakung.
Selain melaksanakan tugas, Penyuluh Agama Islam
juga wajib melaksanakan fungsinya sehingga dapat
dikatakan memiliki peran di masyarakat. Penyuluh Agama
Islam mempunyai fungsi edukatif dan informatif, fungsi
konsultatif, dan fungsi advokatif. Dalam menjalankan peran
dalam mewujudkan keluarga sakinah di Kecamatan Cakung
penulis melakukan observasi di majelis ta’lim binaan
Penyuluh Agama Islam yang berada di Kecamatan Cakung
serta melakukan wawancara kepada informan-informan
yang berkaitan dengan penelitian skripsi ini. Menurut
temuan yang penulis dapatkan, Penyuluh Agama Islam
Kecamatan Cakung melakukan fungsi-fungsinya tersebut.
a. Fungsi Informatif dan Edukatif
Untuk memenuhi fungsi informatif dan edukatif,
Penyuluh Agama Islam Kecamatan Cakung melakukan
kegiatan pembinaan majelis ta’lim di Kecamatan
Cakung. Kegiatan pembinaan ini dilakukan lima hari
116
dalam satu minggu, yaitu Senin sampai Jum’at dengan
jadwal yang bervariasi seperti pukul 07.30 WIB.-10.00
WIB., 09.00 WIB.-11.30 WIB. dan 13.00 WIB.-15.00
WIB. tetapi terkadang Penyuluh Agama Islam memiliki
jadwal tambahan di hari Sabtu atau Minggu dan jadwal
kegiatan majelis ta’lim di malam hari.
Jama’ah binaan Penyuluh Agama Islam hampir
rata-rata adalah kaum ibu. Hal ini karena dari enam
orang Penyuluh Agama Islam fungsional Kecamatan
Cakung hanya satu orang yang berjenis kelamin laki-
laki. Jadi, bisa dikatakan Penyuluhan Agama Islam di
Kecamatan Cakung lebih terfokus pada kaum ibu.
Walaupun Penyuluh Agama honorer memiliki delapan
orang Penyuluh Agama Islam laki-laki dari sebelas
Penyuluh Agama Islam honorer yang ada di Kecamatan
Cakung. Tetapi lebih banyak kaum ibu yang menerima
penyuluhan di Kecamatan Cakung. Hal ini bukan tidak
beralasan, penyuluhan terfokus pada kaum ibu karena
Penyuluh Agama Islam harus memberikan laporan
kegiatannya sesuai dengan jam kerja yang berlaku bagi
Penyuluh Agama Islam. Terlebih lagi pada jam kerja
Penyuluh Agama Islam tersebut lebih banyak kegiatan
majelis ta’lim kaum ibu, sedang kegiatan majelis ta’lim
kaum bapak lebih sering di malam hari dan itupun lebih
banyak di akhir pekan.
Kemudian bentuk kegiatan majelis ta’lim yang
dibina oleh Penyuluh Agama Islam Kecamatan Cakung
117
memiliki kemiripan satu sama lainnya. Hal ini berasal
dari tradisi yang sudah turun-temurun yang ada di
Kecamatan Cakung. Kegiatan majelis ta’lim ini di buka
dengan pembacaan surat al-Fatihah kemudian
pembacaan surat Yasîn dilanjutkan dengan pembacaan
tahlil dan tahmid setelah itu pemberian materi
bimbingan dan penyuluhan dari Penyuluh Agama Islam
dan ditutup dengan do’a.
Terkait dengan fungsi informatif dan edukatif
dalam mewujudkan keluarga sakinah di Kecamatan
Cakung, Penyuluh Agama Islam memberi informasi dan
pengajaran kepada jama’ah yang disuluh sesuai dengan
pedoman program pembinaan gerakan keluarga sakinah
yang dirancang oleh Kementerian Agama RI, Penyuluh
Agama Islam Kecamatan Cakung membantu tugas
KUA dalam menyampaikan informasi tentang
pentingnya mengikuti kegiatan pra-nikah di KUA
melalui program Bimwin.
Selain menginformasikan hal tersebut Penyuluh
Agama Islam Kecamatan Cakung memberikan materi-
materi tentang keluarga sakinah kepada jama’ah majelis
ta’lim yang termasuk dalam binaan Penyuluh Agama
Islam di Kecamatan Cakung. Materi khusus keluarga
sakinah ini biasanya berupa materi fikih munakahat.
Namun, karena Penyuluh Agama Islam tidak
dikhususkan hanya melakukan penyuluhan keluarga
sakinah saja, tetapi melaksanakan penyuluhan dari
118
segala aspek keagamaan. Maka, pembahasan untuk
materi keluarga sakinah di majelis ta’lim tidak begitu
sering di laksanakan, kecuali ketika ada kegiatan
tasyakuran pernikahan. Sebagaimana diterangkan oleh
H. Mukhtar Lubis:
“Jarang ya, biasanya paling banyak membahas
masalah ibadah, masalah keluarga sakinah nyaris
jarang, kecuali kalau ada acara tasyakuran
pernikahan. Seperti itu, kalau spesifik di kegiatan
majelis ta’lim atau kesempatan yang lain sepertinya
jarang spesifik ke materi dengan judul keluarga
sakinah. Kalau materi keluarga yang lain ya paling
bicaranya tentang ekonomi”.14
Namun, untuk mencapai tujuan program
“Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah” yang
dicanangkan Kementerian Agama RI, Penyuluh Agama
Islam Kecamatan Cakung tetap menyisipkan materi-
materi keluarga dalam kegiatan penyuluhan di majelis
ta’lim. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibu Tinah:
“Kalau materi keluarga sakinah tidak begitu sering.
Tetapi, kalau membahas materi seperti maulid Nabi
ujung-ujungnya kesana juga. Walaupun misalnya
membahas tentang akhlak Nabi, tetapi membahas
akhlak Nabi kepada istri-istrinya dan kehidupan
Nabi dalam berumah tangga. Jadi secara tidak
langsung kita diajak oleh penyuluh harus mengikuti
jejak Rasulullah untuk rumah tangga kita. Masih
banyak yang lainnya, intinya itu walaupun
materinya tidak berjudul keluarga sakinah, tetapi
14
Wawancara Pribadi dengan H. Mukhtar Lubis, Jama’ah FK-ULUM
Kec. Cakung, 4 Februari 2018.
119
ujung-ujungnya tetap ke materi ke keluarga, ke
rumah tangga”.15
Jika dilihat materi yang biasa disisipkan dalam
penyuluhan dengan materi khusus keluarga sakinah di
majelis ta’lim ialah materi akhlak dan tata cara dalam
kehidupan berumah tangga. Sebagaimana yang
dijelaskan oleh Hj. Lili Kholilah, S.Ag:
“Materi yang biasa diberikan seperti materi
berakhlak yang baik kepada pasangan, misalnya
seorang suami bersikap lemah lembut kepada
istrinya, tidak berkata kasar, begitu pula dengan
seorang istri harus mematuhi segala perintah suami
dengan catatan kepada hal-hal yang dibenarkan oleh
agama bukan mengikuti perintah yang dilarang oleh
Allah. Selain itu pula berakhlak yang baik kepada
keluarga, baik keluarga dari pihak istri maupun dari
pihak suami dan pula berakhlak yang baik kepada
lingkungan tempat mereka tinggal. Selain materi
akhlak juga disampaikan materi tentang bagaimana
mengurus anak dengan baik sesuai dengan ajaran
agama Islam. Karena membina keluarga sakinah
bukan hanya sekedar hubungan suami istri semata,
tetapi seluruh yang berada di dalam keluarga
tersebut, baik anak, orang tua bahkan di dalam
lingkungan masyarakat”.16
Selain melaksanakan pembinaan majelis ta’lim,
dalam upaya menyukseskan program “Pembinaan
Gerakan Keluarga Sakinah” dan melaksanakan fungsi
informatif dan edukatif, Penyuluh Agama Islam
15
Wawancara Pribadi dengan Tinah, Jama’ah Majelis Ta’lim Kaum
Ibu Asaasul Falaah, 2 Februari 2018. 16
Wawancara Pribadi dengan Hj. Lili Kholilah, S.Ag, Penyuluh Agama
Islam fungsional KUA Kecamatan Cakung, 18 Desember 2017.
120
melaksanakan pelayanan bimbingan keluarga sakinah
yang merupakan program KUA Kecamatan Cakung.
Pelayanan bimbingan keluarga sakinah ini
secara umum terdiri dari dua program. Kedua program
tersebut ialah melakukan seleksi dan pembinaan kepada
calon keluarga sakinah teladan yang ada di Kecamatan
Cakung, dan melakukan bimbingan perkawinan berupa
bimbingan pra-nikah maupun konsultasi perkawinan.
Hubungan pemilihan keluarga sakinah teladan di
Kecamatan Cakung dengan peran Penyuluh Agama
Islam dalam mewujudkan keluarga sakinah terdapat
pada tugas Penyuluh Agama Islam yang dibebankan
KUA Kecamatan Cakung untuk mencari calon-calon
keluarga sakinah teladan yang sesuai dengan kriteria-
kriteria yang ditentukan oleh Kementerian Agama RI
untuk diseleksi dan dipilih mewakili Kecamatan di
tingkat selanjutnya. Selain itu dalam pemilihan keluarga
sakinah teladan ini Penyuluh Agama juga memberikan
pembinaan kepada keluarga sakinah teladan yang
terpilih untuk mewakili Kecamatan Cakung di tingkat
Kota Administrasi Jakarta Timur. Dari pembinaan inilah
Penyuluh Agama Islam melakukan fungsi
informatif/edukatif berupa penambahan bekal
pengetahuan berupa materi yang diujikan saat
perlombaan nanti.
Dalam proses seleksi pemilihan keluarga
sakinah teladan tingkat kecamatan, Penyuluh Agama
121
Islam mencari informasi-informasi dari masyarakat,
tokoh masyarakat, tokoh agama, kelurahan dan
kecamatan dan menyeleksinya sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan oleh Kementerian Agama.
Sebagaimana yang dikatakan oleh H. Abdul Azis
Kamaludin, MA:
“Yang mencari keluarga sakinah saat perlombaan
keluarga sakinah teladan itu Penyuluh Agama Islam,
kalau saya sibuk di kantor, jika ada kabar siapa yang
terpilih untuk dimajukan mewakili Kecamatan
Cakung, mereka melapor ke saya “pak sudah siap”,
kemudian dikoordinasikan dengan kelurahan dan
kecamatan”.17
Setelah menentukan keluarga sakinah teladan
tingkat Kecamatan Cakung, Penyuluh Agama Islam
melakukan pembimbingan kepada keluarga sakinah
teladan tersebut untuk dipromosikan ke tingkat Kota
Administrasi Jakarta Timur. Pembimbingan itu berupa
pemberian materi fikih munakahat lengkap dan
Kompilasi Hukum Islam. Sebagaimana yang dikatakan
oleh H. Ahmad Kurtubi:
“Semuanya didukung oleh KUA baik fasilitasnya
dan bekal ilmu yang harus dipelajari oleh Penyuluh
Agama Islam dan penghulu, seperti fikih
munakahat, Kompilasi Hukum Islam tentang bab
perkawinan, dan ketika masuk di tingkat Walikota
17
Wawancara Pribadi dengan H. Abdul Azis Kamaludin, MA, Kepala
KUA Kecamatan Cakung, 08 Maret 2018.
122
kita dibimbing oleh KUA dengan standar materi-
materi penilaian keluarga sakinah”.18
Program pemilihan keluarga sakinah teladan ini
bertujuan untuk memotivasi masyarakat supaya saling
berlomba-lomba dalam kebaikan dengan memperbaiki
diri dan hubungannya dengan keluarga sehingga
menciptaka keluarga yang tentram damai dengan
tuntunan ajaran Islam. Namun cukup disayangkan,
untuk program pemilihan keluarga sakinah teladan tidak
diadakan di tahun 2017 dan 2018 ini karena ada suatu
hal yang belum dapat dijelaskan.
“Untuk lomba keluarga sakinah tahun ini dan tahun
lalu tidak diadakan, saya kurang tahu kenapa
sebabnya bisa tidak diadakan. Mungkin karena
masalah klasik seperti pendanaan”.19
Selain pembimbingan kepada peserta
perlombaan keluarga sakinah teladan, Penyuluh Agama
Islam sejatinya juga perlu melakukan kegiatan
pengidentifikasian terhadap keluarga yang pra-sakinah.
Namun, dalam hal ini selama observasi penulis belum
menemukan Penyuluh Agama Islam melakukan
kegiatan khusus untuk mengidentifikasi masyarakat
yang masih dalam kategori pra-sakinah.
Penyuluh Agama Islam lebih banyak melakukan
kegiatan pembimbingan dalam majelis ta’lim daripada
18
Wawancara Pribadi dengan H. Ahmad Kurtubi Lc, Keluarga Sakinah
Teladan DKI Jakarta Tahun 2016. 3 Februari 2018. 19
Wawancara Pribadi dengan H. Abdul Azis Kamaludin, MA, Kepala
KUA Kecamatan Cakung, 08 Maret 2018.
123
bersentuhan langsung dengan orang-orang yang masih
tergolong dalam keluarga pra-sakinah. Tersentuhnya
orang-orang yang dalam golongan pra-sakinah hanya
dalam beberapa event saja, seperti ketika acara-acara
santunan yatim-piatu, pembagian zakat fitrah ketika
bulan Ramadhan, dan bila ada kasus atau konflik yang
terjadi dalam sebuah keluarga dan dimintakan kepada
Penyuluh Agama Islam untuk menjembatani, atau
memberi solusi melalui pendekatan agama Islam.
Selain daripada kegiatan yang dipaparkan di
atas, dalam program pelayanan bimbingan keluarga
sakinah di KUA Kecamatan Cakung juga menjadi
fasilitator dalam kegiatan bimbingan pra-nikah atau
yang sering disebut dengan “Kursus Calon Penganten”
(Suscaten) dan sekarang berganti nama menjadi
“Bimbingan Perkawinan” (Bimwin).
Dalam pelaksananan pelayanan bimbingan
keluarga sakinah khususnya di KUA Kecamatan
Cakung. Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan
Cakung mengisi kegiatan pembimbingan pra-nikah
yang diadakan sebulan dua kali. KUA Kecamatan
Cakung menyediakan waktu dua hari dalam satu kali
kegiatan Bimwin. Materi-materi yang disampaikan
dalam Bimwin berupa fikih munakahat, Kompilasi
Hukum Islam (KHI), UU Perkawinan, UU KDRT,
Keluarga Berencana (KB), kesehatan reproduksi. Tetapi
Penyuluh Agama Islam hanya memberikan materi
124
tentang fikih munakahat saja dan dibantu oleh BP4,
sedangkan KHI diberikan oleh penghulu, KB oleh
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN), dan kesehatan reproduksi dari
pihak Puskesmas. Lebih lengkap lagi H. Abdul Azis
Kamaludin, MA menjelaskan alur kegiatan Bimwin:
“Jadi untuk kegiatan Bimwin itu dilakukan dua hari
dalam satu kegiatan dari pagi pukul 08.00 WIB.
hingga sore pukul 15.00 WIB. atau kadang sampai
16.00 WIB. Sebelum diberi materi, para calon
pengantin diberikan pretest untuk mengetahui
kemampuan awal calon pengantin. Lalu setelah itu
diberi materi, materinya itu fikih munakahat yang
disampaikan oleh Penyuluh Agama Islam dibantu
oleh orang BP4 dan kita datangkan pula Pak Kurtubi
sebagai contoh keluarga sakinah teladan untuk ikut
menjelaskan juga tentang hal tersebut. Lalu
kemudian materi Kompilasi Hukum Islam, UU
Perkawinan, UU KDRT, oleh penghulu dan BP4,
dilanjut lagi dengan materi KB dari BKKBN dan
dari Puskesmas yang memberikan materi kesehatan
reproduksi serta penyuntikan vaksin tetanus texoid
untuk calon pengantin perempuan. Setelah materi itu
semua disampaikan, kita lakukan post test, biasanya
nilainya akan lebih besar ketimbang dengan hasil
dari pretest. Ini membuktikan mereka
berkembang”.20
Pelaksanaan Bimwin di KUA Kecamatan
Cakung pada tahun 2018 ini belum terlaksana hingga
penelitian skripsi ini selesai. Hal ini karena alokasi dana
dari Kementerian Agama untuk kegiatan Bimwin belum
20
Wawancara Pribadi dengan H. Abdul Azis Kamaludin, MA, Kepala
KUA Kecamatan Cakung, 08 Maret 2018.
125
teralokasikan. Sebagaimana yang dijelaskan H. Abdul
Azis Kamaludin, MA:
“Untuk kegiatan Bimwin tahun ini sampai sekarang
belum bisa kita laksanakan karena anggarannya
belum ada. Kita tidak bisa melaksanakan kalau tidak
ada anggarannya, karena anggaran untuk kegiatan
Bimwin ini tidak sedikit. Hal terkait dengan sarana
prasarana dan konsumsi seperti makan, kalau
pesertanya ada sekitar 80 orang, berarti ada sekitar
40 pasang, dan juga harus memberikan buku
panduan juga”.21
Dari hasil observasi dan wawancara dengan
informan serta paparan di atas mengenai fungsi
informatif dan edukatif Penyuluh Agama Islam dalam
mewujudkan keluarga sakinah di Kecamatan Cakung,
penulis menyimpulkan bahwa Penyuluh Agama Islam
KUA Kecamatan Cakung sudah terlaksana cukup baik
dalam menjalankan fungsi informatif dan edukatif
mengenai mewujudkan keluarga sakinah di Kecamatan
Cakung. Namun, dalam praktek di lapangan sering
terkendala dengan program-program yang tidak dapat
berjalan dengan baik akibat anggaran dana yang belum
teralokasikan.
b. Fungsi Konsultatif
Penyuluh Agama Islam selain menjadi
pembimbing dan melakukan penyuluhan agama kepada
kelompok binaannya juga harus menyediakan dirinya
21
Wawancara Pribadi dengan H. Abdul Azis Kamaludin, MA, Kepala
KUA Kecamatan Cakung, 08 Maret 2018.
126
untuk turut memikirkan dan memecahkan persoalan-
persoalan yang dihadapi masyarakat, baik persoalan-
persoalan pribadi, keluarga atau persoalan masyarakat
secara umum. Penyuluh Agama Islam harus bersedia
membuka mata dan telinga terhadap persoalan yang
dihadapi oleh masyarakat.
Bisa dikatakan Penyuluh Agama Islam menjadi
tempat bertanya dan tempat mengadu bagi masyarakat
untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah dengan
nasehatnya. Maka dalam hal ini Penyuluh Agama Islam
berperan sebagai psikolog, teman curhat dan teman
untuk berbagi.
Dalam menyukseskan program “Pembinaan
Gerakan Keluarga Sakinah”, Penyuluh Agama Islam
KUA Kecamatan Cakung melakukan kegiatan
konsultasi perkawinan baik di KUA, di majelis ta’lim
maupun di rumah Penyuluh Agama Islam itu sendiri.
Sebagaimana yang diterangkan oleh Ubaidillah, S.Sos.I:
“Terkadang ada saja masyarakat yang datang ke
kantor untuk konsultasi, misalnya kemarin ada yang
datang ke kantor berdua lalu bertanya tentang bisa
atau tidak menikah beda agama di KUA, ya saya
beri arahan dan masukan bahwa di KUA hanya
untuk umat Islam saja, kalau mau nikah di KUA
harus masuk Islam dahulu, dengan syarat berjanji
tidak kembali ke keyakinan sebelumnya setelah
menikah. Selain itu juga saat setelah majelis ta’lim
selesai atau di rumah terkadang ada masyarakat
127
yang datang untuk konsultasi masalah
keluarganya”.22
Kegiatan konsultasi ini tidak terjadwal seperti
kegiatan pembinaan majelis ta’lim. Penyuluh Agama
Islam harus siap sedia melayani jama’ah yang ingin
melakukan konsultasi kepadanya. Karena tidak semua
jama’ah yang hadir dalam kegiatan majelis ta’lim berani
menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan masalah pribadinya dan takut menjadi bahan
perbincangan di masyarakat jika jama’ah lain tahu
masalah yang dihadapinya. Sehingga jama’ah biasanya
meminta waktu Penyuluh Agama Islam selepas kegiatan
majelis, KUA, atau menyempatkan diri datang ke rumah
Penyuluh Agama Islam itu sendiri.
Dalam kegiatan konsultasi, masalah-masalah
yang biasa dihadapi Penyuluh Agama Islam mengenai
masalah keluarga ialah masalah perdebatan dalam
rumah tangga seperti, perselingkuhan, masalah nafkah,
perbedaan pendapat, waris, KDRT, dan kenakalan anak.
Sebagaimana dijelaskan oleh Ubaidillah, S.Sos.I:
“Yang datang ke saya untuk konsultasi masalah
keluarga biasanya berhubungan dengan masalah
suami atau istri selingkuh, suami nikah lagi, suami
jarang memberi nafkah lahir ataupun batin, istri
mengeluh suami kurang dalam memberi nafkah,
salah faham akibat perbedaan pendapat, perebutan
22
Wawancara Pribadi dengan Ubaidillah, S.Sos.I, Penyuluh Agama
Islam fungsional KUA Kecamatan Cakung, 20 Desember 2017.
128
warisan, KDRT, dan anak yang susah diatur oleh
orang tua”.23
Selain melihat dari hasil wawancara yang
dilakukan oleh penulis, penulis pun melihat bahwa
Penyuluh Agama Islam KUA Kec. Cakung sangat
terbuka kepada orang-orang yang hendak melakukan
kosultasi atas problem-problem yang mereka rasakan.
Rata-rata jama’ah menyetujui bahwa Penyuluh Agama
Islam adalah orang yang tepat untuk berkonsultasi
tentang masalah-masalah kehidupannya, terutama
masalah yang berkaitan dengan agama. Dari penjelasan
tersebut, penulis menyimpulkan Penyuluh Agama Islam
KUA Kecamatan Cakung menjalankan fungsi
konsultatif dalam mewujudkan keluarga sakinah di
Kecamatan Cakung.
c. Fungsi Advokatif
Pada fungsi advokatif ini, Penyuluh Agama
Islam memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk
melakukan kegiatan pembelaan terhadap
umat/masyarakat binaannya terhadap berbagai
ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang
merugikan akidah, mengganggu ibadah dan merusak
akhlak.
Dalam mewujudkan keluarga sakinah di
Kecamatan Cakung, Penyuluh Agama Islam turut ikut
23
Wawancara Pribadi dengan Ubaidillah, S.Sos.I, Penyuluh Agama
Islam fungsional KUA Kecamatan Cakung, 20 Desember 2017.
129
menyelesaikan masalah-masalah yang ada di
masyarakat. Seperti yang dijelaskan oleh H. Abdul
Azis Kamaludin, MA:
“Jadi Penyuluh Agama itu ya tugasnya mengatasi
masalah-masalah yang ada di masyarakat, sebagai
mediator gitu. Contohnya, belum lama ini ada pesan
masuk ke saya bahwa ada masjid yang kaligrafinya
hanya “lailaha” saja. Terlebih lagi masjid itu di
kawasan Jakarta Garden City yang mayoritas dihuni
oleh etnis Tionghoa, jadi viral tuh sampai ke
facebook, ada PKI di Cakung katanya. Akhirnya kita
kirim Penyuluh ke lapangan untuk mengecek ke
lokasi, ternyata benar itu adanya. Akhirnya
Penyuluh memediasi antara pengurus masjid dengan
masyarakat, dan sekarang sudah lengkap
kaligrafinya “lailaha illallah” dan kembali tenang
lagi. Selain itu juga Penyuluh membantu kami kalau
ada yang datang ke KUA untuk menyelesaikan
konflik dalam keluarganya seperti KDRT,
perselingkuhan dan lainnya. Namun, Penyuluh
Agama ini bukan Penyuluh khusus perkawinan, jadi
mereka lebih sering di lapangan, jadi kalau dirasa
harus diselesaikan cepat, kami sendiri yang turun
langsung”.24
Dari keterangan tersebut, bisa dikatakan, Penyuluh
Agama Islam melakukan fungsi advokatif sebagai
mediator sosial di masyarakat.
Melihat Peran Penyuluh Agama Islam dalam
mewujudkan keluarga sakinah di Kecamatan Cakung yang
telah didesripsikan di atas, dapat dilihat bahwa peran
tersebut memiliki tujuan sesuai dengan fungsi yang
dilakukan oleh Penyuluh Agama Islam dalam melaksanakan
24
Wawancara Pribadi dengan H. Abdul Azis Kamaludin, MA, Kepala
KUA Kecamatan Cakung, 08 Maret 2018.
130
tugasnya. Adapun tujuan dari peran tersebut berdasarkan
fungsinya diterangkan dalam tabel berikut:
Tabel 4.1
Tujuan Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mewujudkan Keluarga
Sakinah di Kecamatan Cakung
No Peran Tujuan
1 Fungsi Informatif Memberikan informasi kepada
masyarakat tentang program-
program keluarga sakinah yang
ada di Kecamatan Cakung,
Jakarta Timur kepada jama’ah
binaannya. Informasi tersebut
seperti pemberitahuan kepada
masyarakat tentang diadakannya
bimbingan pra-nikah bagi calon
pengantin, konsultasi
perkawinan, dan pesan-pesan
lain yang diberikan oleh
Kementerian Agama RI.
2 Fungsi Edukatif Memberikan pengajaran kepada
masyarakat tentang panduan
dalam menempuh kehidupan
berumah tangga sesuai dengan
syariat Islam. Seperti berakhlak
yang baik dalam berumah
tangga, dan memenuhi hak dan
kewajiban bersama seluruh
anggota keluarga. Hal ini
bertujuan untuk menekan dan
menurunkan angka Kekerasan
Dalam Rumah Tangga (KDRT)
maupun angka perceraian yang
ada di Indonesia.
3 Fungsi Konsultatif Memberikan arahan, serta
masukan, kepada masyarakat
yang membutuhkan bantuan
berupa konsultasi masalah yang
dihadapi jama’ah dalam
kehidupan berumah tangga,
sehingga bisa menyikapi
masalah dalam keluarga dengan
baik, sesuai dengan ketentuan
131
syariat Islam dan pertikaian
menjadi reda serta tidak
berhujung kepada perceraian.
4 Fungsi Advokatif Menjadi penengah ketika ada
keributan, atau pertikaian dalam
rumah tangga, antar saudara,
maupun tetangga dengan
mencari tahu akar masalah dan
memberikan solusi yang terbaik.
Hal ini bertujuan untuk
menciptakan lingkungan yang
kondusif dan ketentraman dalam
bermasyarakat maupun dalam
berumah tangga sehingga
terhindar dari perceraian.
Dari tabel tersebut telah jelas tujuan yang dilakukan
Penyuluh Agama Islam Kecamatan Cakung menjalankan
peran dalam mewujudkan keluarga sakinah. Hal tersebut
telah diterangkan melalui tabel dengan tujuan yang paling
mendasar yaitu untuk memberi pengetahuan kepada
masyarakat tentang tata cara berumah tangga yang baik
menurut syari’at Islam, sehingga mengurangi angka
kekerasan dalam rumah tangga dan menekan angka
perceraian di Indonesia, khususnya di daerah Kecamatan
Cakung, Jakarta Timur.
d. Hak-hak Penyuluh Agama
Dalam menjalankan fungsi-fungsi yang telah
dijelakan di atas, Penyuluh Agama Islam memiliki beberapa
hak yang dapat menunjang berjalannya fungsi dari
Penyuluh Agama Islam itu sendiri. Di antara hak-haknya
yaitu:
132
1) Menerima pengakuan resmi dari pemerintah dan
mengikuti pelatihan bidang penyuluhan.
Dalam observasi yang penulis lakukan, Penyuluh
Agama Islam yang berinduk di KUA Kecamatan
Cakung, baik Penyuluh Agama Islam Fungsional
maupun Penyuluh Agama Islam Honorer telah mendapat
pengakuan resmi dari pemerintah dan juga mendapatkan
pelatihan-pelatihan penyuluhan. Namun, untuk pelatihan
atau sertifikasi di bidang pembinaan keluarga sakinah
tidak semua Penyuluh Agama Islam di Kecamatan
Cakung mendapatkan kesempatan untuk turut serta
dalam kegiatan tersebut. Dari 17 Pernyuluh Agama Islam
yang ada di Kecamatan Cakung, hanya satu orang saja
yang tersertifikasi dalam bidang pembinaan keluarga
sakinah. Sehingga untuk kegiatan-kegiatan khusus materi
keluarga seperti Bimwin itu hanya diisi oleh penyuluh
yang tersertifikasi saja. Sebagaimana yang dikatakan
oleh H. Abdul Azis Kamaludin, MA:
“Bu Lili kan ikut tuh, penghulu juga ada penyuluh
juga ada itu dibimtek oleh BP4 Pusat beberapa hari
dan diberikan sertifikat. Nah dia ini yang boleh
menyampaikan materi di dalam binwin saya saja
hanya fasilitator tambahan. Fasilitator belum
semuanya disertifikasi, jadi seharusnya semua
fasilitator disertifikasi, kebayangkan di Jakarta
Timur hanya dua orang, dia-dia terus, padalah sdm
banyak dan kebijakan kita itu masih belum berani
untuk menugaskan yang belum bersertifikat untuk
menyampaikan materi. Jadi, tenaga fasilitatornya
masih minim, harusnya penyuluh-penyuluh yang
banyak itu diberi kesempatan untuk mengikuti
133
sertifikasi fasilitator sehingga bisa mengisi
materi”.25
2) Dapat memanfaatkan sarana dan prasarana penyuluhan
yang dimiliki oleh pemerintah dan pemerintah daerah.
Penyuluh Agama Islam Kecamatan Cakung
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
memanfaatkan sarana dan prasarana yang disediakan
oleh pemerintah. Seperti, ruang kerja, komputer, dan
hal-hal lain yang ada di ruang kerja tersebut. Ruang
kerja tersebut selain berfungsi sebagai basecamp
Penyuluh, juga berfungsi sebagai tempat konsultasi
ketika ada jama’ah atau masyarakat yang datang untuk
menyelesaikan masalahnya. Namun, untuk kegiatan di
majelis ta’lim Penyuluh Agama Islam belum merasakan
langsung sarana dan prasarana yang disedikan untuk
menunjang penyuluhan di majelis ta’lim binaannya.
3) Di mungkinkan dapat menerima bantuan biaya apabila
mengikuti kegiatan penyuluhan sepanjang tersedia
anggaran pemerintah dan pemerintah daerah
mencukupi.
Dalam kegiatan penyuluhan, anggaran bantuan
dari pemerintah memang sangat dibutuhkan. Terlebih
lagi kegiatan-kegiatan yang memang sangat penting
untuk dilaksananakan seperti Bimbingan Pra-nikah,
atau yang biasa disebut Bimbingan Perkawinan
25
Wawancara Pribadi dengan H. Abdul Azis Kamaludin, MA, Kepala
KUA Kecamatan Cakung, 08 Maret 2018.
134
(Bimwin). Namun, terkadang anggaran pemerintah
tersendat. Sehingga program tersebut tidak berjalan
dengan baik. Hal ini disampaikan oleh H. Abdul Azis
Kamaludin, MA:
“Kita tidak bisa melaksanakan kalau tidak ada
anggarannya, karena terkait dengan sarana prasarana
dan konsumsi, Untuk kegiatan Bimwin tahun ini
sampai sekarang belum bisa kita laksanakan karena
anggarannya belum ada. Kita tidak bisa
melaksanakan kalau tidak ada anggarannya, karena
anggaran untuk kegiatan Bimwin ini tidak sedikit.
Hal terkait dengan sarana prasarana dan konsumsi
seperti makan, kalau pesertanya ada sekitar 80
orang, berarti ada sekitar 40 pasang, dan juga harus
memberikan buku panduan juga”.26
4) Mendapat penghargaan atas tugas, pengabdian dan
prestasinya.
Hak Penyuluh Agama Islam ini terkait dengan
pemberian gaji (honor), tunjangan, dan peningkatan
angka kredit maupun kenaikan pangkat. Terntunya
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
5) Dapat mengikuti berbagai kegiatan penyuluhan yang
difasilitasi oleh pemerintah dan atau pemerintah daerah.
Selama saya melakukan observasi, saya melihat
bahwa Penyuluh Agama Islam Kecamatan Cakung
sering diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan
penyuluhan yang diadakan oleh pemerintah. Seperti
halnya mengikuti kegiatan penyuluhan di Kepulauan
26
Wawancara Pribadi dengan H. Abdul Azis Kamaludin, MA, Kepala
KUA Kecamatan Cakung, 08 Maret 2018.
135
Seribu belum lama ini. Mengisi kegiatan-kegiatan
majelis ta’lim khusus staf Kecamatan, maupun majelis
ta’lim staf Walikota Jakarta Timur yang juga berada di
lingkungan Kecamatan Cakung.
Menelaah dari pemaparan di atas, dapat diketahui
bahwa Penyuluh Agama Islam Kecamatan Cakung telah
melaksanakan peran dalam mewujudkan keluarga sakinah
dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan dijalankan
kewajibannya yaitu tugas dan fungsi yang mereka miliki
seperti melaksanakan tugas sebagai penyambung pesan
pembangunan dengan melalui bahasa agama, menjalankan
fungsi informatif/edukatif dengan memberikan ilmu tentang
berakhlak yang baik dan tata cara berumah tangga,
melakukan kegiatan konseling bagi mereka yang ingin
menyelesaikan masalah tentang keluarganya sebagai bentuk
fungsi konsultatif, kemudian menjadi mediator sosial di
masyarakat ketika ada masalah yang berkaitan tentang
keretakan dalam rumah tangga, perselisihan antar tetangga
dan sebagainya sebagai perwujudan fungsi advokatif
Penyuluh Agama Islam. Dengan demikian maka bisa
dikatakan Penyuluh Agama Islam Kecamatan Cakung telah
melakukan perannya dalam mewujudkan keluarga sakinah
di Kecamatan Cakung dengan baik. Namun, dalam
pemenuhan hak-hak Penyuluh Agama Islam dalam
Mewujudkan Keluarga Sakinah di Kecamatan Cakung
masih ada beberapa hak yang belum optimal diterima
maupun dirasakan oleh Penyuluh. Sehingga masih menjadi
136
faktor yang dapat mengahambat beberapa kegiatan
penyuluhan.
3. Metode Penyuluh Agama Islam Dalam Mewujudkan
Keluarga Sakinah Di Kecamatan Cakung
Dalam melakukan penyuluhan tentang program
“Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah”, Penyuluh Agama
Islam Kecamatan Cakung memiliki beberapa metode yang
dipakai sesuai dengan kebutuhan daripada jama’ah seperti
ceramah, tanya jawab, diskusi, konseling, dan bermain
peran/demonstrasi. Masing-masing metode ini cukup efektif
jika pemilihannya sesuai dengan kebutuhan jama’ah.
Sebagai mana hasil wawancara yang penulis lakukan
dengan Hj. Lili Kholilah, S. Ag:
“Metode yang digunakan biasanya ceramah, tanya
jawab, diskusi, konseling, demonstrasi, dan konseling.
Masing-masing metode digunakan sesuai dengan
situasi dan kondisi serta kebutuhan sehingga bisa lebih
efektif dalam pelaksanaannya”.27
Dari hasil wawancara dan observasi penulis di
lapangan, dapat penulis jelaskan metode-metode yang
dipakai Penyuluh Agama Islam dalam mewujudkan
keluarga sakinah di Kecamatan Cakung sebagai berikut:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang dilakukan
dengan maksud untuk menyampaikan keterangan,
27
Wawancara Pribadi dengan Hj. Lili Kholilah, S.Ag. Penyuluh Agama
Fungsional Kec. Cakung. 18 Desember 2017.
137
petunjuk, pengertian, dan penjelasan tentang sesuatu
kepada pendengar dengan menggunakan lisan. Metode
ceramah merupakan suatu teknik penyuluhan yang
banyak diwarnai oleh ciri-ciri karakteristik berbicara
oleh seseorang penyuluh pada suatu aktivitas
penyuluhan. Metode ini harus diimbangi dengan
kepandaian khusus tentang retorika, diskusi dan fator-
faktor lain yang membuat pendengar merasa simpatik
dengan ceramahnya.28
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,
seluruh Penyuluh Agama Islam Kecamatan Cakung
melakukan metode ceramah dalam kegiatan pembinaan
majelis ta’lim di wilayah Kecamatan Cakung.
Penggunaan metode ini dirasa karena penyampaian
materi memang harus disampaikan dengan metode
ceramah mengingat jumlah jama’ah yang cukup banyak
dan faktor keterbatasan waktu.
Sebagai jama’ah yang merasakan penyuluhan,
Ibu Tinah menyatakan bahwa metode ceramah juga bisa
efektif bila sang penyuluh memamahi cara menghadapi
jama’ah. Baik dalam hal pemilihan kosa-kata maupun
mampu membaca situasi dan kondisi jama’ah yang
hadir.
“Selama ini penggunaan metode ceramah yang
dilakukan Penyuluh Agama Islam kalau menurut
saya si efektif, selama penyampaiannya itu lugas,
dan penyampaiannya itu jelas efektif, kadang-
28
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amza. 2009), h. 101.
138
kadang tergantung penyampaiannya juga si, kadang-
kadang ada kan orang menyampaikannya tidak
melihat situasi dan kondisi, dia menyampaikannya
berbahasa intelek kita tidak mengerti. Maka dari itu
untuk ustadz-ustadzah atau penyuluh dimanapun dia
berceramah harus lihat situasi dan kondisi
jama’ah”.29
b. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode yang
dilakukan dengan menggunakan tanya jawab untuk
mengetahui sampai sejauh mana ingatan atau pikiran
seseorang memahami atau menguasai materi dakwah
atau penyuluhan.30
Metode tanya jawab sebagai suatu
cara menyajikan penyuluhan harus digunakan bersama-
sama dengan metode lainnya, seperti metode ceramah.
Metode tanya jawab ini sifatnya membantu kekurangan-
kekurangan yang terdapat pada metode ceramah.
Dalam pelaksanaan penyuluhan, penggunaan
metode tanya jawab ini terkadang tidak selalu
digunakan dalam pelengkap metode ceramah yang
dilakukan dalam kegiatan penyuluhan di majelis ta’lim.
Terkadang meski sudah dibukakan sesi untuk
melakukan tanya jawab jama’ah malu untuk bertanya.
Berikut adalah pandangan H. Mukhtar Lubis, S.
Ag selama mengikuti kegiatan majelis ta’lim yang
berada di Kecamatan Cakung:
29
Wawancara Pribadi dengan Ibu Tinah. Jama’ah Majelis Ta’lim
Asaasul Falaah Pulo Gebang. 2 Februari 2018. 30
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amza. 2009), h. 102.
139
“Metodenya ceramah saja, dialog sama diskusi
jarang, sebab mungkin yang pertama keterbatasan
waktu, yang kedua mungkin kalau dibuka dialog
tentang keluarga sakinah, jama’ah malu untuk
bertanya”.31
c. Metode Diskusi
Diskusi sering dimaksud sebagai pertukaran
fikiran (gagasan, pendapat dan sebagainya) antara
sejumlah orang secara lisan membahas suatu masalah
tertentu yang dilaksanakan dengan teratur dan bertujuan
memperoleh kebenaran.32
Metode diskusi ini biasa dipakai Penyuluh
Agama Islam dalam kegiatan Bimwin/Suscaten. Pada
hal ini para calon pengantin diberikan satu masalah
dalam keluarga kemudian mereka diberi kesempatan
untuk berdiskusi dengan calon pengantin lainnya, dan
diberikan kepada mereka kesempatan untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Setelah itu Penyuluh
Agama Islam dan fasilitator lain dalam kegiatan
Bimwin memberikan solusi yang tepat dalam
menyelesaikan masalah tersebut. Sebagaimana yang
dikatakan oleh H. Abdul Azis Kamaludin, MA:
“Jadi mereka diberi waktu untuk diskusi untuk
menyelesaikan satu masalah, baik diskusi dengan
pasangannya, ataupun berkelompok dengan
pasangan lainnya. Setelah selesai dan mendapat
jawaban, nanti Penyuluh Agama dan fasilitator
31
Wawancara Pribadi dengan H. Mukhtar Lubis, S.Ag, Jama’ah FK-
ULUM Kec. Cakung. 4 Februari 2018. 32
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amza. 2009), h. 102.
140
lainnya memberi arahan dan masukan atas jawaban
mereka dan diberi penyelesaian masalah yang
tepat”.33
d. Metode Keteladanan/Demonstrasi
Metode keteladanan/demonstrasi yaitu penyajian
dakwah atau penyuluhan dengan memberikan
keteladanan lansung sehingga tersuluh akan tertarik
untuk ikut kepada apa yang dicontohkan. Metode
penyuluhan ini dapat dipergunakan untuk hal-hal yang
berkaitan dengan akhlak, cara bergaul, cara beribadah,
berumah tangga, dan segala aspek kehidupan manusia.
Nabi Muhammad Saw. sendiri dalam kehidupannya
merupakan teladan bagi setiap manusia.34
Sebagaimana
yang dijelaskan oleh Hj. Lili Kholilah, S.Ag:
“Penyuluh Agama Islam adalah sebagai public
figure yang nyata di masyarakat, oleh karenanya
gerak-geriknya akan diperhatikan oleh masyarakat
dan menjadi teladan dalam urusan agama terutama
dalam hal ini yaitu sebagai contoh keluarga yang
sakinah, jadi standarnya kita harus sakinah dulu
sebelum kita memberikan materi keluarga sakinah
kepada jam’ah kita. Karena bagaimana mungkin
jama’ah akan mengikuti apa yang dikatakan seorang
penyuluh jika penyuluh itu dipandang tidak
menerapkan atau mengamalkan materi yang
disampaikannya tersebut. Istilahnya “dia saja yang
memberikan materi tidak mempraktekkan, kalau
hanya bicara saja saya juga bisa”. Nyatanya jama’ah
akan lebih mudah menerima materi dan percaya
33
Wawancara Pribadi dengan H. Abdul Azis Kamaludin, MA, Kepala
KUA Kecamatan Cakung, 08 Maret 2018. 34
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amza. 2009), h. 103-
104.
141
dengan apa yang disampaikan jika yang memberi
materi itu mengalami hal itu sendiri dan jelas
mereka memiliki contoh yang kongkrit yang bisa
diikuti”.35
Selain melalui keteladanan, metode demonstrasi
ini juga bisa dilakukan melalui peragaan ketika
menyampaikan materi seperti tata cara berwudhu,
mandi junub, dan hal lain yang berkaitan dengan ibadah
yang zhahir (terlihat).
e. Metode Silaturahmi (home visit)
Metode silaturahmi (home visit) yaitu
penyuluhan yang dilakukan dengan mengadakan
kunjungan kepada suatu objek tertentu dalam rangka
menyampaikan isi dakwah kepada penerima
penyuluhan. Biasanya metode ini digunakan jika ada
masalah yang mesti diselesaikan dan menggunakan
pendekatan konseling. Yaitu membantu individu untuk
mengatasi masalah-masalahnya dan membantu individu
mencapai perkembangan diri yang optimal dengan
sumber-sumber yang ada dari dirinya sendiri. Jadi,
konseling merupakan “hubungan membantu”, dimana
penyuluh memberikan kesempatan kepada kliennya
untuk dapat menemukan solusi dari masalah yang
dihadapi kliennya, untuk dapat menemukan solusi dari
35
Wawancara Pribadi dengan Hj. Lili Kholilah, S.Ag. Penyuluh Agama
Fungsional Kec. Cakung. 18 Desember 2017.
142
masalah yang dihadapinya sehingga kehidupannya bisa
lebih baik dari sebelumnya.36
Dalam metode silaturahmi ini tidak hanya
Penyuluh Agama Islam yang hadir ke rumah jama’ah
binaannya, tetapi jama’ah binaan Penyuluh Agama
Islam juga bisa datang ke rumah atau kantor Penyuluh
Agama Islam untuk berkonsultasi tentang masalah
mereka.
Dari uraian metode yang dilakukan Penyuluh
Agama Islam dalam melakukan penyuluhan untuk
mewujudkan keluarga sakinah di Kecamatan Cakung di
atas, penulis dapat mengeneralisir bahwa dari sekian banyak
metode yang ada, Penyuluh Agama Islam lebih memilih
menyampaikan materi dengan menggunakan metode
ceramah. Pemilihan metode ceramah ini dilakukan karena
terbatas oleh waktu dan jumlah sasaran yang cukup banyak
dalam satu periode majelis ta’lim, maka metode ceramah
dirasa cocok untuk melakukan pembinaan kepada jama’ah.
Selain itu Penyuluh Agama Islam juga menggunakan
metode/pendekatan konseling jika sewaktu-waktu ada klien
mereka yang ingin menyelesaikan masalah pribadi mereka
seperti masalah keluarga khususnya. Sedangkan untuk
metode lainnya seperti metode diskusi, tanya jawab, drama
dan sebagainya hanya dilakukan di kegiatan tertentu saja,
seperti kegiatan bimbingan perkawinan.
36
Tulus, dkk. Buku Panduan Konseling untuk Konselor BP4 Perspektif
Kesetaraan (Jakarta: Rahima, 2012), h. 196.
143
Mengenai seberapa efektif metode yang dilakukan
oleh Penyuluh Agama Islam dalam menyampaikan materi
kehidupan berkeluarga menurut syari’at Islam itu kembali
kepada keahlian penyuluh itu masing-masing dan pula
pandai memilah-milih metode yang dirasa cocok untuk
diterapkan di dalam suatu forum. Pemilihan metode yang
tepat dengan ditambah keahlian yang memadai membuat
Penyuluh Agama Islam dapat menjalankan perannya
dengan baik dan efektif.
4. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Penyuluh
Agama dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah di
Kecamatan Cakung
Penyuluhan agama Islam dengan materi keluarga
sakinah yang dilakukan penyuluh agama Kecamatan
Cakung akan berjalan lancar jika memiliki hal-hal yang
mendukung penyuluhan tersebut. Menurut Ubaidillah,
S.Sos.I ada beberapa faktor yang mendukung dalam
melakukan penyuluhan di majelis talim maupun di dalam
bimbingan perkawinan yang dilaksanakan oleh pihak KUA
Kecamatan Cakung. Menurutnya bantuan penyuluhan lewat
media adalah hal yang mendukung suksesnya penyuluhan
agama Islam. Ditambah lagi kepekaan Penyuluh Agama
Islam ketika melaksanakan penyuluhan itu dibutuhkan.
“Faktor yang menjadi pendukung penyuluhan yang
pertama yaitu melalui media, seperti melalui video yang
diputar melalui proyektor, kita putarkan contoh-contoh
keluarga sakinah. Dengan melihat video tersebut
diharapkan dapat mempermudah jama’ah memahami
144
seperti apa bentuk keluarga sakinah yang sebenarnya
sehingga dapat meneladaninnya. Kemudian yang kedua
yaitu dari kita sendiri, yaitu dari penyampaian kita yang
tidak boleh monoton, serius terus atau melucu terus, kita
pun harus tahu waktu yang tepat untuk serius dan untuk
melucu”.37
Menurut Hj. Lili Kholilah, S.Ag salah satu yang
menjadi pendukung dalam melakukan penyuluhan keluarga
sakinah yaitu terletak pada diri Penyuluh Agama Islam itu
sendiri menerapkan materi pada diri sendiri terlebih dahulu
atau tidak. Jika Penyuluh Agama Islam memaparkan materi
berdasarkan pengalamann pribadi akan lebih lues dan
jama’ah pun lebih percaya dan mengikuti arahan yang
diberikan oleh Penyuluh Agama Islam itu sendiri.
“Faktor pendukung dalam melakukan penyuluhan terkait
dengan materi keluarga sakinah ialah berada pada diri
penyuluh itu sendiri. Karena bagaimana mungkin
jama’ah akan mengikuti apa yang dikatakan seorang
penyuluh jika penyuluh itu dipandang tidak menerapkan
atau mengamalkan materi yang disampaikannya tersebut.
Istilahnya “dia aja yang memberikan materi enggak
mempraktekkan, kalau cuma bicara saya juga bisa”.
Nyatanya jama’ah akan lebih mudah menerima materi
dan percaya dengan apa yang disampaikan jika yang
memberi materi itu mengalami hal itu sendiri dan jelas
mereka memiliki contoh yang kongkrit yang bisa diikuti.
Untuk itu kedudukan sebenarnya dari Penyuluh Agama
Islam adalah sebagai public figure yang nyata di
masyarakat, oleh karenanya gerak-geriknya akan
diperhatikan oleh masyarakat dan menjadi teladan dalam
urusan agama terutama dalam hal ini yaitu sebagai
contoh keluarga yang sakinah, jadi standarnya kita harus
37
Wawancara Pribadi dengan Ubaidillah, S.Sos.I. Penyuluh Agama
Fungsional Kec. Cakung. 20 Desember 2017.
145
sakinah dahulu sebelum kita memberikan materi
keluarga sakinah kepada jam’ah kita”.38
Dalam kegiatan penyuluhan, sudah bukan barang
baru jika sebuah penyuluhan itu mengalami beberapa
kendala atau hambatan di dalamnya. Sehingga dapat juga
mempengaruhi peran yang ada pada penyuluh agama dalam
membimbing masyarakatnya. Sebagaimana juga
penyuluhan untuk mewujudkan keluarga sakinah di
Kecamatan Cakung ini yang mempunyai beberapa kendala
sehingga menghambat penyuluhan dan dapat
mempengaruhi peran penyuluh agama dalam mewujudkan
keluarga sakinah di Kecamatan Cakung.
Menurut Hj. Lili Kholilah, S.Ag menjelaskan tidak
ada hambatan yang cukup berarti dalam melakukan
penyuluhan. Namun, menurutnya masih kurangnya buku
yang bisa menjadi pedoman khusus untuk Penyuluh Agama
Islam dalam memberikan materi keluarga menurut
perspektif Islam.
“Sejauh ini tidak ada hambatan yang cukup berarti,
tetapi yang jadi persoalan dalam melakukan sebuah
penyuluhan yang berhubungan dengan keluarga
sakinah tersebut yaitu masalah buku pedoman
penyuluhan khusus materi keluarga sakinah yang
dirasa masih kurang, sehingga penyuluh itu sendiri
harus lebih ekstra mencari materi yang cocok dengan
kondisi masyarakat tanpa ada indikator yang paten.
Kita benar- benar harus mencari materi lebih ekstra,
dari manapun sumbernya, misal kita ikut acara maulid
kita catat materi-materi yang disampaikan ustadz atau
38
Wawancara pribadi dengan Hj. Lili Kholilah, S.Ag. Penyuluh Agama
Fungsional Kecamatan Cakung Jakarta Timur .18 Desember 2017
146
ustadzah yang sedang berceramah, atau kalau kita
melihat ceramah di tv atau mendengarkan radio ya
sebisa mungkin kita catat poin-poin pentingnya, nanti
kita tinggal kembangkan saja. Terus juga kita bisa cari
di internet dan hal-hal lain yang bisa menjadi bahan
ajar kita kepada jama’ah”.39
Menurut pandangan penulis selama melakukan
pengamatan memang untuk penyuluhan di majelis ta’lim
tidak begitu terlihat terkendala. Ya mungkin faktor
Penyuluh Agama Islam itu sendiri yang menguasai materi
yang akan diberikan dan juga memiliki kemampuan dalam
mengkondusipkan jama’ah serta meninggalkan kesan yang
baik, sehingga jama’ah tetap banyak jama’ah yang hadir
mengikuti kegitan tersebut meski hanya menggunakan
metode ceramah dalam melakukan penyuluhannya.
Namun dalam melakukan pembimbingan melalui
kegiatan bimbingan perkawinan yang diadakan KUA
Kecamatan Cakung yang penyuluh agama pun dilibatkan
cukup banyak kendala yang ditemukan. Kepala KUA
Kecamatan Cakung begitu terbuka dalam memaparkan
kendala yang dihadapi pada saat ini.
“Yang pertama anggaran, kita tidak bisa melaksanakan
kalau tidak ada anggarannya, karena terkait dengan
sarana prasarana dan konsumsi, kalau orangnya ada
sekitar 80 orang atau 40 pasang dan juga butuh buku.
Lalu terkendala juga masalah regulasinya yang belum
fleksibel, contohnya fasilitator belum semuanya
disertifikasi, jadi seharusnya semua fasilitator
39
Wawancara Pribadi dengan Hj. Lili Kholilah, S.Ag. Penyuluh Agama
Fungsional Kec. Cakung. 18 Desember 2017.
147
disertifikasi, kebayangkan di Jakarta Timur hanya dua
orang, dia-dia terus, padalah sdm banyak dan kebijakan
kita itu masih belum berani untuk menugaskan yang
belum bersertifikat untuk menyampaikan materi. Jadi,
tenaga fasilitatornya masih minim, harusnya penyuluh-
penyuluh yang banyak itu diberi kesempatan untuk
mengikuti sertifikasi fasilitator sehingga bisa mengisi
materi. Terus berikutnya lagi yaitu masalah reqrutment
peserta, para peserta biasanya para karyawan dan
karyawati yang mereka dapat izinnya cukup sulit,
seharusnya mereka mengikuti kegiatan selama dua hari
full dari pagi sampe sore, tetapi banyak yang tidak
dapat izin. berikutnya masalah sarana dan prasarananya
ruangannya belum layak. Beda di luar negeri, di
Malaysia, di Singapura ketika study banding mereka itu
ada auditorium khusus seperti bioskop. Dan ada juga
yang binwin secara masal 10 kecamatan dijadikan satu,
itupun jauh dari yang saya lihat di Malaysia tetapi ya
itu bisa diminimalisir kalau materi yang ada bisa
diterima dengan baik”.40
Dalam menghadapi perihal yang menjadi hambatan
dalam melaksanakan penyuluhan yang terkait dengan
perwujudan keluarga sakinah di Kecamatan Cakung, H.
Abdul Azis Kamaludin, MA menjelaskan beberapa solusi
yang dapat dilakukan sebagai berikut:
“Ya kita berusaha untuk mengoptimalkan sarana dan
prasarana yang ada, kita tambah sarana seperti kita
belum bisa menyediakan sarana prasarana berupa ac, kita
tambah kipas angin, yang kedua ya supaya mereka tidak
jenuh engga ngantuk dikasih lah permainan, game-game,
terus materi yang dikuasai dikopi, habis infocus tidak
ada, terpaksa dikopi bahan-bahannya. Kalau di infocus
kan mereka tinggal dilihat kita kopi kita bagikan dibaca,
ada buku modul kemudian diberikan untuk mengcover
40
Wawancara Pribadi dengan H. Abdul Azis Kamaludin, MA, Kepala
KUA Kecamatan Cakung, 08 Maret 2018.
148
materi-materi yang tidak bisa disampaikan secara utuh
mereka bisa liat disitu. Cara mengatasinya disamping itu
juga harus penyuluhnya sendiri mencari inovasi, jangan
menyerah dengan keadaan gitu. Keadaan kaya gini
gimana problem solvenya ?, ya kita inovasi kemudian
mengupgrade diri mengaktualisasikan diri sehingga bisa
mengikuti perkembangan zaman dan menyesuaikan diri
dengan situasi dan kondisi yang apa adanya kaya gini
gitu”.41
Menelaah dari penjabaran di atas, penulis dapat
melihat bahwa penyuluhan agama yang dilakukan di
Kecamatan Cakung, khususnya pada materi keluarga
sakinah sebenarnya tidak begitu menemui hambatan yang
cukup berarti. Hal ini dikarenakan penyuluh agama yang
ada di Kecamatan Cakung lebih banyak berada di lapangan,
seperti mengisi materi di majelis ta’lim yang ada di
lingkungan KUA Kecamatan Cakung. Untuk menghadapi
jama’ahnya penyuluh agama di Kecamatan Cakung dengan
menggunakan metode ceramah dengan keahlian masing-
masing dan melihat situasi dan kondisi jama’ah. Sehingga
tidak begitu ada problem yang dapat mengganggu jalannya
peran Penyuluh Agama Islam tersebut.
Namun, faktor yang lebih menghambat dalam
mewujudkan keluarga sakinah yaitu kurangnya fasilitas
yang memadai dalam program bimbingan perkawinan, dan
juga Penyuluh Agama Islam yang tersertifikasi, sehingga
tidak semua Penyuluh Agama Islam dapat menyentuh
segmentasi bimbingan perkawinan yang dilakukan oleh
41
Wawancara Pribadi dengan H. Abdul Azis Kamaludin, MA, Kepala
KUA Kecamatan Cakung, 08 Maret 2018.
149
KUA meskipun kapasitas mereka sama atau bahkan lebih
ahli dari Penyuluh Agama Islam yang tersertifikasi. Tetapi
itu semua dapat diatasi dengan memanfaakan sisi kreatif,
inovatif dan tidak menyerah dengan keadaan yang ada serta
mengupgrade diri sehingga dapat mengikuti perkembangan
zaman.
150
151
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan
dalam mengetahui peran Penyuluh Agama Islam dalam
mewujudkan keluarga sakinah di Kecamatan Cakung Jakarta
Timur. Penulis menyimpulkan hasil penelitian ini sebagai
berikut:
1. Tugas Penyuluh Agama Islam dalam Mewujudkan
Keluarga Sakinah di Kecamatan Cakung
Penyuluh Agama Islam Kecamatan Cakung telah
melaksanakan tugasnya dalam melakukan pembimbingan
dan penyuluhan di majelis ta’lim binaannya. Sebagaimana
juga tugas menyampaikan pesan pembangunan berupa
melakukan penyuluhan dan bimbingan untuk menurunkan
angka perceraian melalui bahasa agama. Dimana
Penyuluh Agama Islam Kecamatan Cakung telah
melakukan upaya pembekalan berupa pembimbingan dan
penyuluhan dengan materi yang berhubungan dengan cara
mencapai keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.
2. Fungsi dan hak-hak Penyuluh Agama Islam dalam
mewujudkan keluarga sakinah di Kecamatan Cakung
Penyuluh Agama Islam menjalankan fungsi
informatif/edukatif dengan memberikan ilmu tentang
berakhlak yang baik dan tata cara berumah tangga,
melakukan kegiatan konseling bagi mereka yang ingin
152
menyelesaikan masalah tentang keluarganya sebagai
bentuk fungsi konsultatif, kemudian menjadi mediator
sosial di masyarakat ketika ada masalah yang berkaitan
tentang keretakan dalam rumah tangga, perselisihan antar
tetangga dan sebagainya sebagai perwujudan fungsi
advokatif Penyuluh Agama Islam. Dengan demikian maka
bisa dikatakan Penyuluh Agama Islam Kecamatan
Cakung telah melakukan perannya dalam mewujudkan
keluarga sakinah di Kecamatan Cakung dengan baik.
Namun, dalam pemenuhan hak-hak Penyuluh Agama
Islam dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah di
Kecamatan Cakung masih ada beberapa hak yang belum
optimal diterima maupun dirasakan oleh Penyuluh.
3. Metode Penyuluh Agama Islam Dalam Mewujudkan
Keluarga Sakinah di Kecamatan Cakung
Penyuluh Agama Islam lebih memilih menyampaikan
materi dengan menggunakan metode ceramah. Pemilihan
metode ceramah ini dilakukan karena terbatas oleh waktu
dan jumlah sasaran yang cukup banyak dalam satu
periode majelis ta’lim, maka metode ceramah dirasa
cocok untuk melakukan pembinaan kepada jama’ah.
Selain itu Penyuluh Agama Islam juga menggunakan
metode/pendekatan konseling jika sewaktu-waktu ada
klien mereka yang ingin menyelesaikan masalah pribadi
mereka seperti masalah keluarga khususnya. Sedangkan
untuk metode lainnya seperti metode diskusi, tanya jawab,
153
drama dan sebagainya hanya dilakukan di kegiatan
tertentu saja, seperti kegiatan bimbingan perkawinan.
4. Faktor Pendukung dan faktor Penghambat Penyuluh
Agama Islam dalam mewujudkan Keluarga Sakinah di
Kecamatan Cakung.
Faktor yang menjadi pendukung penyuluhan yaitu
kemampuan yang dimiliki oleh Penyuluh Agama Islam itu
sendiri. Sedangkan faktor yang menghambat dalam
mewujudkan keluarga sakinah yaitu kurangnya fasilitas
yang memadai dalam program bimbingan perkawinan,
dan juga kurangnya Penyuluh Agama Islam yang
tersertifikasi, sehingga tidak semua Penyuluh Agama
Islam dapat menyentuh segmentasi bimbingan
perkawinan yang dilakukan oleh KUA meskipun
kapasitas mereka sama atau bahkan lebih ahli dari
Penyuluh Agama Islam yang tersertifikasi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, kiranya
penulis perlu memberikan kritik dan saran yang mungkin
bermanfaat bagi keberlangsungan peran Penyuluh Agama
Islam dalam mewujudkan keluarga sakinah di Kecamatan
Cakung. Adapun kritik dan saran tersebut ialah :
1. Kementerian Agama RI
a. Membuat kebijakan dan alokasi anggaran tentang
kewajiban mengikuti pendidikan pranikah/bimbingan
perkawinan bagi pasangan yang akan menikah.
154
b. Berkerjasama dengan Kementerian ketenagakerjaan
terkait kebijakan kewajiban mengikuti pendidikan
pranikah/bimbingan perkawinan bagi calon pengantin
yang berkerja pada perusahan sehingga mudah untuk
mendapatkan izin dalam mengikuti kegiatan
bimbingan perkawinan sebelum mengadakan
pernikahan.
c. Perlu adanya kerjasama Direktorat Penerangan Agama
Islam dengan Pihak BP4 sehingga penyuluh agama
bisa menjadi mitra dan sharing partner BP4 dalam
mewujudkan keluarga sakinah.
d. Melakukan sertifikasi bimbingan teknik fasilitator
keluarga sakinah kepada seluruh Penyuluh Agama
Islam baik Penyuluh Agama Islam fungsional
maupun Penyuluh Agama Islam honorer.
2. Penyuluh Agama Islam
a. Mampu melakukan adopsi, difusi dan inovasi dalam
penyuluhan yang dilakukannya agar dapat mengikuti
perkembangan zaman dan selalu up to date. Serta
menggunakan metode yang sesuai dengan kondisi
jama’ah agar penyuluhan dapat lebih membekas pada
hati jama’ah.
b. Memanfaatkan media yang ada, terutama media sosial
yang dapat berdampak lebih luas bagi penyuluhannya.
Seperti membuka konsultasi online dan membuat
video-video dan tulisan-tulisan tentang pentingnya
mewujudkan keluarga sakinah.
155
c. Perlu melakukan koordinasi dan sosialisasi dengan
pihak-pihak terkait untuk meningkatkan perannya di
masyarakat.
d. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
penyuluh agama dan KUA dengan memberikan
teladan yang baik dan pengoptimalan dalam
melaksanakan penyuluhan.
3. Untuk Masyarakat
a. Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat,
melakukan sosialisasi tentang eksistensi Penyuluh
Agama Islam, peran Penyuluh Agama Islam, dan
peran Kantor Urusan Agama. Sehingga ketika mereka
mengalami permasalahan yang terkait dengan masalah
rumah tangga, mereka mengetahui siapa yang dapat
mereka temui untuk membantu menyelesaikan
masalah mereka.
b. Jama’ah agar tidak malu untuk bertanya perihal
ketidakpahaman mereka ketika Penyuluh Agama
Islam menerangkan materi. Atau jika memang dirasa
sangat rahasia dapat melakukan konsultasi langsung
dengan menghubungi Penyuluh Agama Islam atau
datang ke Kantor Urusan Agama langsung.
c. Bagi masyarakat yang hendak melakukan pernikahan
hendaknya mengikuti kegiatan pendidikan
pranikah/bimbingan perkawinan untuk bekal dalam
kehidupan berumah tangga di kemudian hari.
156
157
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman dan Soejono. Metode Penelitian Suatu Pemikiran
dan Penerapan. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.
Amin, Samsul Munir. Ilmu dakwah. Jakarta: Amza, 2009.
Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian Suatu Pengantar.
Jakarta: Bina Aksara, 1989.
As-Subki, Ali Yusuf. Fiqh Keluarga Pedoman Berkeluarga
dalam Islam. Jakarta: Amzah, 2012.
Barry, David. Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi. Jakarta:
Rajawali, 1983.
Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif:Pemahaman
Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Model
Aplikasi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. 2003.
Bungin, M. Burhan Penelitian Kualitatif Komunikasi,Ekonomi,
Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainya. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2009.
BP4 Pusat. Perkawinan dan keluarga Majalah Bulanan No.
508/XLII/2015. Jakarta: B4 Pusat, 2015.
Departeman Agama RI. Panduan Penyuluh Agama, Jakarta:
Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji. 1987.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesi., Jakarta: Balai Pustaka, 1994.
Eridani, A. D., dkk. Peran BP4 dalam Mewujudkan Keluarga
Sakinah Hasil Penelitian di 6 Wilayah. Rahima: Jakarta,
2013.
Hadi, Sutrisna. Metodelogi Reaserh. Yogyakarta: Andi Offset,
1989.
158
Hawari, Dadang. Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta : Dana Bakti Prima Yasa, 2004.
Imanuel, Florentinus Christian Peran Kepala Desa dalam
Pembangunan di Desa Budaya Sungai Bawang
Kecamatan Muara badak Kab. Kutai Kartanegara Vol. 3,
No. 2, UNMUL. 2015.
Kantor Wilayah Kementerian Agama RI Provinsi DKI Jakarta.
Membina Keluarga Sakinah. Jakarta: Badan Penasehat
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Provinsi
DKI Jakarta, 2012.
Kementrian Agama RI. Al-Qur’an The Wisdom. Jakarta: PT Aku
Bisa, 2013.
Kementrian Agama RI. Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakina. Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam, 2011.
Komaruddin. Ensiklopedia Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara,
2001.
. Lutfi, M. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling)
Islam. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2008.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kulitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1991.
Mubarok, Achmad. Psikologi Keluarga Dari Keluarga Sakinah
Hingga Keluarga Bangsa. Jakarta: PT. Bina Rena
Pariwara, 2005.
Mukhtar, Kamal. Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan.
Jakarta: PT Bulan Bintang, 1987.
Nazir, Moh Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. 2015.
Poerwadarminta, W. J. S. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta:Balai Pustaka,1986.
159
Sahrani, Sohari dan Tihami. Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah
Lengkap. Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2009.
Soehatono, Irawan. MetodePenelitian Sosial. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1995.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1990.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2000.
Sawono, Sarlito W. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta:
Rajawali Pers, 2010.
Selamat, Kasmuri. Pedoman Mengayuh Bahtera Rumah Tangga
(Panduan Perkawinan). Jakarta:Kalam Mulia, 1998.
Sunarto, Ahmad. Terjemah Hadits Shahih Muslim. Bandung:
Husaini, 2002.
Suprayogo, Imam dan Thabrani. Metodologi Sosial Agama.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001.
Suprayogo, Imam dan Tobroni. Metodologi Penelitian Sosial-
Agama. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.
Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia. Kamus Bahasa
Indonesia. Jakarta:Pusat Bahasa, 2008.
Tim Penyusun. Profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Cakung
Tahun 2016. Jakarta: KUA Kec. Cakung, 2016.
Tulus, dkk. Buku Panduan Konseling untuk Konselor BP4
Perspektif Kesetaraan. Jakarta: Rahima, 2012.
Wahyudi, Agus. Statistik Daerah Kecamatan Cakung Tahun
2015. Jakarta: BPS Administrasi Jakarta Timur.
Wahyudi, Agus dkk. Statistik Daerah Kota Jakarta Timur 2017.
Jakarta: Badan Pusat Statistik Kota Administrasi Jakarta
Timur, 2017.
160
Yusuf, Ahmad Muhammad. Ensiklopedi Tematis Ayat Al-Qur’an
dan Hadits, Jakarta: Widya Cahaya, 2009.
Zaini, Ahmad. Membentuk Keluarga Sakinah Melalui Bimbingan
dan Konseling Pernikahan Vol. 6, No. 1, STAIN Kudus.
Juni 2015.
Sumber Internet:
AD/ART Hasil Musyawarah Nasional BP4 XV/ 2014, h. 6. Di
melalui situs http://bp4jatim.blogspot.com/2014/08/ad-art-
bp4-hasil-musyawarah-nasional.html
Bimas Islam, Menag: Pendidikan Pra Nikah Perlu Dijadikan
Gerakan Nasional artikel di akses melalui
https://bimasislam.kemenag.go.id/post/berita/menag-
pendidikan-pra-nikah-perlu-dijadikan-gerakan-nasional-
Manhia, Thalib. Tugas Pokok Dan Fungsi Penyuluh Agama Islam
Fungsional.
https://gorontalo2.kemenag.go.id/artikel/29577/tugas-
pokok-dan-fungsi-penyuluh-agama-islam-fungsional .
PMA Nomor 34 Tahun 2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan melalui situs
https://bimasislam.kemenag.go.id/uploads/files/PMA-34-
update.pdf .
Yusuf, Yan. Jaktim Penyumbang Tertinggi Angka Perceraian
karena Medsos di DKI,
https://metro.sindonews.com/read/1245526/170/jaktim-
penyumbang-tertinggi-angka-perceraian-karena-medsos-
di-dki-1507146321 .
161
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Hasil Observasi / Catatan
Lapangan
Catatan Lapangan
Nama Majelis Ta’lim : Abituren Al-Falaah
Penyuluh Agama : Ust. Drs. Dedy Wahyudi
Hari/Tanggal : Sabtu, 03 Februari 2018
Waktu : 07.30 WIB. s/d 09.30 WIB
Alamat : Jl. Pulo Gebang, Kp. Kandang Besar,
Kelurahan Ujung Menteng, Kecamatan
Cakung, Jakarta Timur.
Cuaca ketika saya hadir pagi itu cukup cerah, saya sampai di Majelis
Ta’lim Abituren Al-Falaah sekitar pukul 07.30 WIB., karena majelis
ta’lim ini khusus kaum ibu, saya duduk di bagian belakang sebelah
kanan dari ruangan tempat majelis ta’lim itu diadakan. Hal ini saya
lakukan agar dapat memperhatikan secara utuh gerak gerik dari
jama’ah maupun daripada Penyuluh Agama ketika sedang
menyampaikan materi. Ketika saya datang, kondisi ruangan yang
cukup luas dengan dimensi sekitar 20 m x 10 m tersebut sudah terisi
setengahnya. Jama’ahnya juga cukup kompak dengan memakai
seragam putih bermotif bunga berwarna kuning dan kerudung
berwarna kuning, namun untuk kerudung cukup banyak juga yang
tidak mengenakan kerudung berwarna kuning. Sambil menunggu
jama’ah datang ada beberapa ibu-ibu yang bersholawat mengisi
kekosongan sebelum majelis dimulai.
Tidak lama setalah saya datang sekitar pukul 07.45 WIB. kegiatan
majelis ta’lim tersebut dimulai karena jama’ah sudah memenuhi
ruangan bahkan ada jama’ah yang tidak kebagian tempat, dan
terpaksa duduk di luar ruangan. Jama’ah yang hadir pada saat itu ada
sekitar 120 orang dengan didominasi jama’ah yang berumur 40
tahun ke atas, bahkan banyak yang dapat dikatakan cukup sepuh.
Kegiatan majelis ta’lim dipandu oleh pembawa acara dan diawali
dengan dibacakan susunan acara pada kegiatan majelis ta’lim
tersebut. Adapun susunan acara pada kesempatan tersebut yaitu,
pembukaan, pembacaan surat yasin, tahlil dan tahmid, dilanjutkan
dengan do’a sebelum materi, kemudian materi, dan ditutup dengan
do’a.
Sekitar pukul 09.00 WIB. Ust. Dedy Wahyudi pun masuk ke dalam
ruangan dan duduk di kursi dengan dengan meja di depannya. Pada
kesempatan itu, Ust. Dedy mengenakan gamis dan peci yang
berwarna putih. Kemudian memulai penyampaian materinya dengan
salam, dan menyampaikan materi dengan intonasi suara sedang,
dengan gaya bahasa yang lembut dan santun. Beliau menyampaikan
materi sekitar 30 menit. Dengan pembahasan materi tentang
“kehidupan setelah alam dunia”. Memang materi ini cukup jauh dari
materi khusus tentang keluarga sakinah, tetapi dalam kajian ini Ust.
Dedy menyampaikan agar kita selalu menjaga diri kita dari
perbuatan-perbuatan yang menjerumuskan diri kita ke neraka, dan
juga selalu menjaga dan mengingatkan keluarga kita agar menjauhi
perbuatan yang dilarang Allah seperti yang diterangkan dalam Al-
Qur’an surat At-Tahrim ayat 6:
……
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka”.
Kemudian, saya melihat hampir semua jama’ah membawa buku
catatan dan mencatatat materi yang disampaikan oleh Ust. Dedy.
Secara keseluruhan, cara penyampaian yang dilakukan oleh Ust.
Dedy walaupun hanya dengan metode ceramah, tetapi
penyampaiannya cukup lues dan mudah dipahami karena
memberikan contoh-contoh yang mudah dipahami dengan
karakteristik jama’ah yang tergolong banyak yang sepuh.
Catatan Lapangan
Nama Majelis Ta’lim : Al-Jihad
Penyuluh Agama : Ustazah Rahmayanti, S.Ag
Hari/Tanggal : Sabtu, 13 Januari 2018
Waktu : 07.30 WIB. s/d 09.30 WIB
Alamat : Masjid Al-Jihad, Jl. Pulo Gebang,
Kp. Kandang Besar, Kelurahan
Ujung Menteng, Kecamatan
Cakung, Jakarta Timur.
Saya sampai di masjid Al-Jihad sekitar pukul 07.30 WIB. kondisi
cuaca pada pagi itu cerah. Masjid Al-Jihad ini merupakan masjid
yang paling besar yang berada di Kampung Kandang Besar
Kelurahan Ujung Menteng, letaknya persis dipinggir jalan dengan
halaman yang cukup luas. Majelis ta’lim Al-Jihad ini adalah majelis
ta’lim yang dilangsungkan satu bulan sekali pada setiap pertengahan
bulan. Ketika saya datang, beberapa jama’ah majelis ta’lim tersebut
sedang melantunkan sholawat dengan diiringi musik marawis
dengan kostum hijau toska dengan kerudung merah, sedangkan
jama’ah lainnya memakai pakaian yang tidak seragam. Jama’ah
yang hadir pada kesempatan kali itu sekitar 70 orang, karena
Setelah selesai membaca sholawat, pengajian dilanjutkan dengan
pembacaan surat Yasin kemudian tahlil dan tahmid, dan dilanjukan
dengan pembacaan kisah Maulid Nabi (rawi), pada pembacaan rawi
ini ada beberapa jama’ah yang bertugas membacakan rawi tersebut.
Terkadang diselingi dengan pembacaan sholawat. Dan setelah
selesai membacakan kisah nabi tersebut jama’ah berdiri dan
membaca sholawat bersama-sama diiringi tabuhan marawis.
Setelah sesesai, sekitar pukul 09.30 WIB. Ustadzah Rahmayanti
memberikan sambutan kepada jama’ah, dan karena pada saat itu ada
penghulu yang hadir. Maka untuk pemberian materi pada saat itu
diserahkan kepada penghulu. Sebagai penghulu Kecamatan Cakung,
Ust. Mastur menyampaikan materi-materi tentang pentingnya
menjaga keutuhan rumah tangga. Penyampain materi tersebut
menggunakan metode ceramah dengan penyampain yang cukup
mudah dipahami, namun ritme penyampaiannya agak cepat.
Jama’ah pun memperhatikan jalannya ceramah, dan kegiatan ditutup
dengan do’a.
Catatan Lapangan
Nama Majelis Ta’lim : Tombo Ati
Penyuluh Agama : Ustazah Lili Kholilah, S.Ag
Hari/Tanggal : Minggu, 25 Februari 2018
Waktu : 08.00 WIB. s/d 09.30 WIB
Alamat : Jl. Pulo Gebang, Komplek
Pertamina, Kelurahan Ujung
Menteng, Kecamatan Cakung,
Jakarta Timur.
Saya tiba di majelis ta’lim Tombo Ati sekitar jam 08.00 WIB.,
nampak sudah cukup banyak yang hadir pada kesempatan tersebut.
Majelis ta’lim Tombo Ati adalah majelis ta’lim kaum ibu di bawah
asuhan Opick Tombo Ati, Majelis ta’lim ini aktif sekitar satu bulan
sekali saja, dan untuk pengajarnya pun tidak tetap, seperti kegiatan
majelis ta’lim selalu berubah-ubah pematerinya. Pada saat ini
Ustazah Hj. Lili yang diundang pada kegiatan majelis tersebut. Dari
penglihatan saya, majelis ta’lim ini tergolong untuk golongan kaum
elit, atau istilahnya ibu-ibu komplek. Dengan kondisi ruangan yang
bisa dikatakan nyaman. Jama’ah yang hadir pun memakai pakaian
yang beragam, tidak seragam seperti majelis ta’lim kaum ibu
biasanya dengan jumlah yang hadir sekitar 50 orang.
Majelis dimulai dengan dipandu oleh pembawa acara, diawali
dengan pembukaan berupa pembacaan surat Al-Fatihah kemudian
membaca Surat Yasin dan dilanjutkan dengan tahlil dan tahmid.
Setelah rangkaian tersebut selesai, sekitar pukul 09.00 WIB. Hj. Lily
sebagai pemateri pun mulai mengisi materi dengan tema menjaga
tali silaturahmi. Dalam materi tersebut Hj. Lili menjelaskan bahwa
pentingnya menjaga silaturahmi antar keluarga, tetangga, dan
kerabat dekat maupun kerabat jauh, sehingga dapat membuat rumah
tangga menjadi tentram karena saling menjaga satu sama lainnya,
tidak saling bermusuhan dan saling mengisi satu sama lainnya.
Penyampaian yang dalam pemberian materi menggunakan metode
ceramah, dengan gaya bahasa yang lembut lebih condong kepada
penyampaian KH. Abdullah Gymnastiar. Respon jama’ah pun cukup
kondusif dan memperhatikan apa yang telah disampaikan oleh
Ustadzah Hj. Lili. Ceramah pun berakhir pukul 09.30 dan ditutup
dengan doa. Setelah acarapun ada jamuan berupa makan bersama.
Catatan Lapangan
Nama Majelis Ta’lim : Darusy Syifa
Penyuluh Agama : Ustazah Lili Kholilah, S.Ag
Hari/Tanggal : Minggu, 6 Mei 2018
Waktu : 08.30 WIB. s/d 10.30 WIB
Alamat : Jl. Sawo Kecik, RT 005/08,
Kelurahan Pulo Gebang,
Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
Cuaca cukup terik pada saat saya sampai ke lokasi majelis ta’lim,
saya sampai pada pukul 09.00 WIB. karena Ustadzah. Hj. Lili
meminta agar datang lebih siangdan kegiatan majelis ta’lim kali ini
bersamaan dengan penutupan sementara majelis ta’lim Darusy Syifa
untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Saat saya datang, kegiatan
majelis ta’lim sudah mulai dan sedang berlangsung pembacaan surat
Yasin. Dan jama’ah yang hadir menggunakan seragam nuansa merah
muda, dengan jumlah jama’ah sekitar 50 orang, dengan ruangan
berdimensi sekitar 15m x 10m.
Setelah pembacaan surat Yasin tersebut dilanjutkan dengan
pembacaan tahlil dan tahmid, lalu dilanjutkan dengan pembacaan
kisah maulid Nabi Muhammad Saw. (Rawi) dengan diiringi
shalawat oleh tim marawis. Pada pukul 09.45 WIB. barulah
diberikan materi oleh beberapa pengisi acara. Kesemuannya lebih
kepada mengingatkan kita untuk mempersiapkan diri akan
datangnya bulan suci Ramadhan dan amalan-amalan yang
dianjurkan Allah ketika berpuasa di bulan Ramadhan.
Hj. Lili Kholilah, S.Ag pun turut mengingatkan kepada jama’ah
bahwa di dalam berkeluarga harus saling mengingatkan ketika
berpuasa, contohnya mengingatkan atau membangunkan suami
untuk melakukan ibadah sholat malam dengan kata kata yang penuh
lemah lembut, mengajarkan anak sedari dini untuk berpuasa dan
melaksanakan sholat sunnah tarawih. Pengisian materi ini dengan
metode ceramah, jama’ah memperhatikan dengan baik apa yang
disampaikan oleh Hj. Lili. dan kegiatan majelis ta’lim ditutup
dengan do’a pada pukul 10.30 WIB.
Catatan Lapangan
Nama Majelis Ta’lim : Nurul Akbar
Penyuluh Agama : Ustazah Lili Kholilah, S.Ag
Hari/Tanggal : Jum’at, 11 Mei 2018
Waktu : 08.30 WIB. s/d 10.00 WIB
Alamat : Jl. Pulo Gebang, RT 003/08,
Kelurahan Pulo Gebang,
Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
Pagi itu matahari sudah mulai terik, saya datang bersama Ustadzah
Hj. Lili sekitar pukul 09.30 WIB. Majelis ta’lim yang saya datangi
bertempat di sebuah musholah kecil di perkampungan. Musholah
yang hanya dapat menampung kira-kira 50-60 orang sholat, dengan
jama’ah yang hadir sekitar 30 orang dan dengan pakaian yang tidak
seragam.
Saat saya datang, jama’ah sedang membaca surat Yasin yang
dipimpin oleh seorang jama’ah. Dan jama’ah lainnya mengikuti.
Kemudian setelah selesai, jama’ah lain memimpin pembacaan tahlil
dan tahmid. Setelah itu pembacaan maulid Nabi oleh grup marawis
diiringi dengan sholawat-sholawat kepada Nabi Saw.
Sekitar pukul 09.30 WIB. Hj. Lili pun mengisi kegiatan majelis
ta’lim. Penerangan tersebut menggunakan metode ceramah,
sebagaimana yang dilakukan oleh Hj. Lili di berbagai kegiatan
penyuluhan di majelis ta’lim lain. Adapun materi yang disampaikan
berkenaan dengan bulan suci Ramadhan, karena pada hari itu
dilaksanakan penutupan sementara daripada majelis ta’lim Nurul
Akbar. Sebagai penyuluh keluarga sakinah, Hj. Lili tidak lupa
menyelipkan materi materi yang bertujuan untuk meningkatkan
keeratan hubungan dalam berumah tangga. Dalam hal ini dilihat dari
aspek keutamaan di bulan suci Ramadhan, terutama yang digaris
bawahi yaitu keberkahan dan kebersamaan yang muncul ketika
dalam keluarga itu sahur bersama dan buka puasa bersama lengkap
satu anggota keluarga, saling berbagi kepada tetangga dan sanak
saudara dan sebagainya. Namun, di tengah penyampaian Hj. Lili
Kholilah ada jama’ah yang mebagian makanan, sehingga jama’ah
menjadi kurang fokus dan perhatiannya terbagi. Sehingga Hj. Lili
menyiasati untuk tidak berlama-lama menyampaikan materi
penyuluhannya dan ditutup majelisnya dengan doa.
Catatan Lapangan
Nama Majelis Ta’lim : Forum Komunikasi Ulama Umara
(FK-ULUM)
Penyuluh Agama : Ust. Ubaidillah, S.Sos.I
Hari/Tanggal : Minggu, 21 Januari 2018
Waktu : 04.00 WIB. s/d 06.30 WIB.
Alamat : Masjid Jami’ Asaasul Falaah, Jl.
Pulo Gebang, RT 003/06,
Kelurahan Pulo Gebang,
Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
Hari masih dibilang masih pagi buta, bahkan waktu sholat shubuh
pun belum masuk. Saya mendatangi kegiatan sholat subuh gabungan
bersama ulama dan umara (pemerintah/totoh masyarakat) yang ada
di Kecamatan Cakung, yang jadwalnya setiap minggu pagi sebelum
waktu sholat subuh dan tempatnya berpindah-pindah di masjid yang
ada di Kecamatan Cakung. Saat itu pukul 04.00 WIB. dari kejauhan
sudah terdengar seseorang mulai memimpin tahlil, tak lama saya
pun sampai di Masjid Jami’ Asaasul Falaah. Saya cukup kaget ruang
utama masjid sudah penuh dengan jama’ah yang sudah rapih
membuat barisan atau shaf untuk sholat, perkiraan saya daya
tampung ruang utama masjid tersebut ialah 200-250 orang jama’ah.
Perlahan-lahan jama’ah lain sudah mulai berdatangan dan mengisi
pelataran masjid. Mungkin kalau bisa saya taksir keseluruhan yang
hadir pada saat itu bisa mencapai 400-500 orang jama’ah. Untuk
menggambarkannya, masjid satu lantai dengan ukuran sekitar 50 m
x 40 m itu penuh seperti layaknya sholat jum’at.
Sekitar 10 menit menjelang adzan ada petugas yang berkeliling
untuk memintakan sedekah dari jama’ah menggunakan kain yang
berbentuk karung sambil diiringi dengan pembacaan sholawat.
Pukul 04.28 WIB. salah seorang jama’ah mengumandangkan adzan
dan kegiatan dilanjutkan dengan sholat subuh berjama’ah. Selesai
kegiatan sholat shubuh berjama’ah, ketua FK-ULUM Kecamatan
Cakung KH. Bahrudin Ali, S.Kom.I berdiri dan memberikan
sambutan dan sebagai pembawa acara pada kesempatan kali ini.
Adapun kegiatannya yaitu hanya sambutan dari pihak pemerintah
kecamatan dan ceramah agama. Pada kesempatan ini Ust. Ubay
sebagai Penyuluh Agama Islam Kecamatan Cakung, hanya
mendampingi dan sebagai pengawas kegiatan majelis ta’lim saja.
Karena banyak ulama-ulama yang lebih pantas menyampaikan ilmu.
Untuk sambutan dilakukan oleh perwakilan dari Camat Kecamatan
Cakung, beliau berpesan bahwa kegiatan-kegiatan seperti ini harus
sering dilaksanakan, dan menghimbau kepada warga untuk menjaga
ketertiban bersama. Terlebih lagi menjaga anak-anak agar tidak
leuyuran di malam hari yang mengakibatkan tawuran, dan perbuatan
kejahatan lainnya.
Setelah selesai, kegiatan majelis dilanjutkan dengan ceramah agama
yang dibawakan oleh KH. Munawir Aseli, pada kesempatan kali ini
KH. Munawir Aseli menyampaikan menjaga kerukunan di
masyarakat. Cara penyampaian KH. Munawir Aseli sangat menarik,
beliau menyampaikan dengan menyelipkan hal-hal yang lucu namun
tetap di dalam konteks materi. Seperti untuk menjaga kerukunan
dalam berumah tangga, ketika isteri sedang marah kepada suami
misalnya. Beliau berkata:
“Pak, bini mah kalo lagi gambek gampang obatnya, bini itu kan dari
tulang rusuk kita pak, bengkok, engga bisa langsung dilurusin, harus
pelan pelan ngelurusinnya kalo lagi ngambek. Nih pak, kalau kita ke
subang, disubang ada toge goreng mang udin, itu toge gorengnya
enak pak, kalo kita liatin tuh toge kan bengkok tuh pak, nah pas
disiram air panas togenya langsung lurus. Jadi kalo bini ngambek ?”
jama’ah kompak menjawab “guyur panas”. Beliau melanjutkan
kembali “Husss, jangan diguyur, bisa mampus bini kita, caranya
gampang pak, maen-maen ke pasar perumnas Kelender, deket pintu
masuk lurus terus belok kanan, disitu ada took emas King, jangan ke
kiri, ke kiri mah tokok emas mutiara, beliin pak, insya Allah adem
tuh bini, intinya mah gampang pak, beri hak dia, kan dia ingin
terlihat cantik di mata kita, beliin emas, bedak dan macem macem
tetek bengeknya dah, kita juga harus saling mengerti agar rumah
tangga kita adem, antara laki sama bini harus klop dan saling
mendukung”.
Beliau menyampaikan ceramah sekitar 1 jam, dengan kondisi
jama’ah yang penuh perhatian mendengarkan cermah dari beliau.
dan pada pukul 06.15 acara ditutup dengan do’a.
Pedoman dan Hasil
Wawancara
HASIL WAWANCARA
Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Cakung Jakarta Timur
Nama : Hj. Lili Kholilah, S. Ag
Tempat dan tanggal lahir : Bekasi, 02 Juni 1974
Pendidikan : S1, KPI Universitas Islam Asy-
Syafi’iyah Jakarta
Jabatan Di KUA Kec Cakung : Penyuluh Agama Islam
Fungsional
Tempat Wawancara : KUA Kecamatan Cakung
Hari dan Tanggal Wawancara : Senin, 18 Desember 2017.
1. Seberapa penting Penyuluhan Agama Islam mengadakan
penyuluhan untuk mewujudkan keluarga sakinah di
masyarakat?
Sangat penting, Penyuluh Agama Islam menyampaikan
materi keluarga sakinah sebagai pengingat masyarakat untuk
selalu memegang teguh agama Allah. Karena dengan
mengamalkan materi yang berhubungan dengan keluarga
sakinah dan terwujud dalam keluarganya sebagai keluarga
sakinah, maka secara tidak langsung mereka itu benar-benar
memegang teguh ajaran agama Allah. Sebagai contoh dalam
keluarga mereka saling menjaga dan mengingatkan antar
satu dengan yang lainnya untuk melakukan suatu ibadah
seperti mengingatkan sholat kepada suami saat bekerja
melalui sms, dengan saling mengingatkan satu sama lain
tentang suatu ibadah tidak hanya menjadikan seorang
tersebut memegang teguh ajaran agama Allah semata, tetapi
dengan demikian mereka akan merasa saling peduli dan
mengerti satu sama lain sehingga keluarga mereka tentram
dan damai.
2. Seperti apa tugas pokok Penyuluh Agama Islam di
masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Tugas pokok Penyuluh Agama Islam di masyarakat sebagai
juru terang atau pembimbing masyarakat dalam memahami
dan memberikan contoh terkait dengan hal yang berkaitan
dengan hal keagamaan, seperti pemahaman dalam beribadah
(fiqih), tentang, aqidah dan tauhid termaksud memberi
pengetahuan tentang hidup berumah tangga dan
bermasyarakat.
3. Seperti apa fungsi edukatif/informatif Penyuluh Agama Islam
di Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah
?
Fungsi edukatif/informatif itu berupa memberikan materi
atau pembelajaran kepada jama’ah di majelis ta’lim dengan
memberikan gambaran kepada masyarakat/jama’ah
bagaimana kehidupan berumah tangga yang sakinah. Selain
itu memberikan materi-materi terkait seperti berakhlak yang
baik dengan suami/istri, hak dan kewajiban suami istri,
mengurus anak, bertetangga dan memberitahu bagaimana
cara mewujudkan keluarga sakinah terutama dari segi aspek
keagamaan. Selain itu mengisi materi kegiatan seperti kursus
calon penganten (suscaten).
4. Seperti apa fungsi konsultatif Penyuluh Agama Islam di
Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Menerima masyarakat yang datang ke KUA atau langsung ke
saya untuk konsultasi tentang masalah yang ia hadapi dalam
kehidupan berumah tangga dan memberikan arahan sesuai
dengan masalah yang dihadapi oleh orang tersebut.
5. Seperti apa fungsi Advokatif Penyuluh Agama Islam di
Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Membantu masyarakat dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya, bisa sebagai mediator di dalam pertikaian
dalam rumah tangga, KDRT, masalah waris dan masalah
lainnya.
6. Kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan Penyuluh Agama
yang berkaitan dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Mengisi kegiatan KUA yang berhubungan dengan
mewujudkan keluarga sakinah di antaranya seperti tadi, yaitu
kursus pra-nikah yang biasa disebut Suscaten itu, lalu
konseling perkawinan bila ada masalah dalam keluarga,
biasanya ada yang datang ke KUA atau datang langsung
menemui saya. Kemudian kegiatan majelis ta’lim di
masyarakat, ya materinya kita berikan tidak hanya fokus
pada materi keluarga saja, tetapi seluruh aspek kehidupan
dalam Islam seperti jual-beli dan kajian fikih lainnya,
menjaga kesehatan, dan bahaya pergaulan bebas.
7. Metode apa yang digunakan ketika melakukan penyuluhan
keluarga sakinah dan metode apa yang dirasa lebih efektif
dengan situasi jama’ah saat ini ?
Metode yang digunakan biasanya ceramah, tanya jawab,
diskusi, konseling, demonstrasi, dan konseling. Masing-
masing metode digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi
serta kebutuhan sehingga bisa lebih efektif dalam
pelaksanaannya.
8. Seberapa sering dilakukannya pemberian materi keluarga
sakinah dalam suatu penyuluhan ?
Tidak terlalu sering untuk materi khusus yang terkait dengan
tema keluarga sakinah, sebulan paling hanya sekali atau dua
kali. Tetapi terkadang sering diselipi dalam materi lain, bisa
dibilang sambil menyelam minum air.
9. Materi-materi apa yang terkait dengan perwujudan keluarga
sakinah pada masyarakat ?
Materi yang biasa diberikan seperti materi berakhlak yang
baik kepada pasangan, misalnya seorang suami bersikap
lemah lembut kepada istrinya, tidak berkata kasar, begitu
pula dengan seorang istri harus mematuhi segala perintah
suami dengan catatan kepada hal-hal yang dibenarkan oleh
agama bukan mengikuti perintah yang dilarang oleh Allah.
Selain itu pula berakhlak yang baik kepada keluarga, baik
keluarga dari pihak istri maupun dari pihak suami dan pula
berakhlak yang baik kepada lingkungan tempat mereka
tinggal. Selain materi akhlak juga disampaikan materi
tentang bagaimana mengurus anak dengan baik sesuai
dengan ajaran agama Islam. Karena membina keluarga
sakinah bukan hanya sekedar hubungan suami istri semata,
tetapi seluruh yang berada di dalam keluarga tersebut, baik
anak, orang tua bahkan di dalam lingkungan masyarakat.
10. Bagaimana respon jama’ah ketika mereka mendapatkan
materi yang terkait dengan keluarga sakinah ?
Senang, karena masalah ini ya memang masalah yang
mereka alami sehari-hari dan mungkin dengan mengikuti
kajian ini mereka dapat jawaban dari hal yang sebelumnya
mereka belum tau dan mereka pertanyakan selama ini.
Bahkan ada yang menghubungi saya secara pribadi jika
merasa malu dengan jama’ah lain, dan mereka percaya
dengan kita, kita pun juga harus menjaga rahasia mereka
sehingga mereka menerima kita tanpa berfikiran buruk
kepada kita dan senang jika kita jelaskan materi terkait
keluarga ini.
11. Menurut Ibu adakah perubahan yang terlihat dari diri jama’ah
setelah sekian kali mengikuti kajian tentang keluarga sakinah
?
Ada, ya selama ini saya melihat jama’ah yang ikut kegiatan
pengajian atau penyuluhan si, mereka ada perubahan,
misalnya mereka mengaku mempraktekannya. “ustadzah
alhamdulillah setelah saya ngikutin kata ustadzah suami saya
jadi seneng”. Ya masih banyak lagi, kaya mereka yang belum
tau tentang fiqh tentang thoharoh seperti mandi junub setelah
berhubungan suami istri atau setelah haid dan nifas, mereka
antusias tuh ketika dijelasin materi itu dan mereka
mengamalkannya. Ya walaupun keliatannya sepele kan, kalau
kita engga bener atau kurang sempurna mandi junubnya, ya
ibadah seperti sholat dan yang lainnya bisa menjadi kurang
sempurna juga, bahkan tidak sah karena bisa dihitung
masih dalam kondisi berhadas.
12. Apakah faktor pendukung dalam terselenggaranya
penyuluhan keluarga sakinah di kecamatan Cakung, hal
tersebut berupa apa ?
Faktor pendukung dalam melakukan penyuluhan terkait
dengan materi keluarga sakinah ialah berada pada diri
penyuluh itu sendiri. Karena bagaimana mungkin jama’ah
akan mengikuti apa yang dikatakan seorang penyuluh jika
penyuluh itu dipandang tidak menerapkan atau mengamalkan
materi yang disampaikannya tersebut. Istilahnya “dia aja
yang memberikan materi enggak mempraktekkan, kalau cuma
ngomong juga saya bisa”. Nyatanya jama’ah akan lebih
mudah menerima materi dan percaya dengan apa yang
disampaikan jikalau yang memberi materi itu mengalami hal
itu sendiri dan jelas mereka memiliki contoh yang kongkrit
yang bisa diikuti. Untuk itu kedudukan sebenarnya dari
Penyuluh agama adalah sebagai public figure yang nyata di
masyarakat, oleh karenanya gerak-geriknya akan
diperhatikan oleh masyarakat dan menjadi teladan dalam
urusan agama terutama dalam hal ini yaitu sebagai contoh
keluarga yang sakinah, jadi standarnya kita harus sakinah
dulu sebelum kita memberikan materi keluarga sakinah
kepada jam’ah kita.
13. Selain hal yang mendukung tersebut, adakah hal yang
menjadi hambatan dalam terselenggaranya penyuluhan
keluarga sakinah di kecamatan Cakung?
Sejauh ini tidak ada hambatan yang cukup berarti, tetapi
yang jadi persoalan dalam melakukan sebuah penyuluhan
yang berhubungan dengan keluarga sakinah tersebut yaitu
masalah buku pedoman penyuluhan khusus materi keluarga
sakina yang dirasa masih kurang, sehingga penyuluh itu
sendiri harus lebih ekstra mencari materi yang cocok dengan
kondisi masyarakat tanpa ada indikator yang paten.
14. Dalam melakukan penyuluhan terkait, bagaimana mengatasi
hambatan tersebut sehingga penyuluhan tersebut dapat
berjalan dengan baik?
Ya caranya ya tadi, kita benar benar harus mencari materi
lebih ekstra, dari manapun sumbernya, misal kita ikut acara
maulid kita catet materi-materi yang disampaikan ustadz atau
ustadzah yang sedang berceramah, atau kalau kita melihat
ceramah di tv atau mendengarkan radio ya sebisa mungkin
kita catet tuh poin-poin pentingnya, nanti kita tinggal
kembangin aja. Terus juga kita bisa cari di internet dan hal-
hal lain yang bisa menjadi bahan ajar kita kepada jama’ah.
HASIL WAWANCARA
Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Cakung Jakarta Timur
Nama : Ubaidillah, S.Sos.I
Tempat dan tanggal lahir : Jakarta, 16 Maret 1986
Pendidikan : S1, BPI UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Jabatan Di KUA Kec Cakung : Penyuluh Agama Islam
Fungsional
Tempat Wawancara : KUA Kecamatan Cakung
Hari dan Tanggal Wawancara : Rabu, 20 Desember 2017.
1. Seberapa penting Penyuluhan Agama Islam mengadakan
penyuluhan untuk mewujudkan keluarga sakinah di
masyarakat?
Ya penting, karena penyuluh mempunyai kewajiban mendidik
mereka sebelum sampai sesudahnya sakinah. penyuluh
memberikan mereka suatu arahan menjadi keluarga yang
sakinah mawaddah, warohmah wa mut mainnah.
2. Seperti apa tugas pokok Penyuluh Agama Islam di
masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Tugas Penyuluh Agama Islam yaitu memberi bimbingan dan
penyuluhan kepada masyarakat seperti mengajar di majelis
ta’lim, dan mengisi kegiatan suscaten.
3. Seperti apa fungsi edukatif/informatif Penyuluh Agama Islam
di Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah
?
Seperti misalnya kita membimbing masyarakat di majelis
ta’lim, kita mengajar pengajian bapak-bapak, ibu-ibu, atau
masyarakta, kita mengajakan bagaimana keluarga sakinah,
cara bersyukur dan mengembangkan keluarga. Selain itu
memberikan materi-materi terkait seperti berakhlak yang
baik dengan suami/istri, hak dan kewajiban suami istri,
mengurus anak, bertetangga dan memberitahu bagaimana
cara mewujudkan keluarga sakinah terutama dari segi aspek
keagamaan. Selain itu mengisi materi kegiatan seperti kursus
calon penganten (suscaten).
4. Seperti apa fungsi konsultatif Penyuluh Agama Islam di
Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Terkadang ada saja masyarakat yang datang ke kantor untuk
konsultasi, misalnya kemarin ada yang datang ke kantor
berdua lalu bertanya tentang bisa atau tidak menikah beda
agama di KUA, ya saya beri arahan dan masukan bahwa di
KUA hanya untuk umat Islam saja, kalau mau nikah di KUA
harus masuk Islam dahulu, dengan syarat berjanji tidak
kembali ke keyakinan sebelumnya setelah menikah. Selain itu
juga saat setelah majelis ta’lim selesai atau di rumah
terkadang ada masyarakat yang datang untuk konsultasi
masalah keluarganya. Yang datang ke saya untuk konsultasi
masalah keluarga biasanya berhubungan dengan masalah
suami atau istri selingkuh, suami nikah lagi, suami jarang
memberi nafkah lahir ataupun batin, istri mengeluh suami
kurang dalam memberi nafkah, salah faham akibat
perbedaan pendapat, perebutan warisan, KDRT, dan anak
yang susah diatur oleh orang tua.
5. Seperti apa fungsi Advokatif Penyuluh Agama Islam di
Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Ya memediasi jika ada yang datang untuk menyelesaikan
masalah dalam rumah tangga seperti KDRT, masalah
warisan,
6. Kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan Penyuluh Agama
yang berkaitan dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Memberikan materi, seperti suscaten, memberikan himbauan
tentang keluarga sakinah, menasehati mereka seperti
ceramah, sehabis itu ketika kita pulang ke rumah kita ada
masyarakat yang mungkin bertanya kepada kita, tentang
masalah keluarganya, lalu kita datang ke rumah mereka, kita
pantau mereka kita tenangkan hati mereka jika dirasa
bermasalah. Mudah mudahan dengan ketenangan hati itu
mereka bisa berubah dari apa yang utarakan sama klayan
kita.
7. Metode apa yang digunakan ketika melakukan penyuluhan
keluarga sakinah dan metode apa yang dirasa lebih efektif
dengan situasi jama’ah saat ini ?
Ceramah, ya seperti nasehat menasehati di majelis ta’lim,
atau jika ada yang datang langsung ke saya ya berupa
konseling, atau terkadang saya langsung datang ke rumah
jama’ah atau klayan jika dipinta.
8. Seberapa sering dilakukannya pemberian materi keluarga
sakinah dalam suatu penyuluhan ?
Ya tidak sering-sering sangat si, ya jika dikalkulasikan dalam
persen ya sekitar 80%. Dari mulai pertama kepada anak-
anaknya juga diberi arahan materi akhlak, karena akhlak
sangat penting juga dalam membangun keluarga sakinah,
karena keluarga sakinah bukan hanya masalah suami istri
semata tetapi juga mencakup kepada anak-anak juga. Jadi
sebelum kita memberi penyuluhan kepada orang tuanya, kita
membimbing anaknya terlebih dahulu, sopan santunnya
terhadap orang tua. Jadi kita tidak menyalahkan orang tua
dengan mengadu bahwa anaknya nakal dan sebagai macam
lainnya, tetapi kita pantau keduanya dan kita beri nasehat
baik berupa bimbingan maupun penyuluhan kepada mereka.
9. Materi-materi apa yang terkait dengan perwujudan keluarga
sakinah pada masyarakat ?
Tentang akhlakul karimah dalam berkeluarga, karena nabi di
utus untuk menyempurnakan akhlak, jadi yang pertama
dalam mewujudkan keluarga sakinah itu yaitu membentuk
akhlak. Mungkin ketika seorang anak saat dewasanya nanti
suka songong karena tidak dibekali dari kecilnya penanaman
akhlak yang bagus oleh orang tuanya. Kemudian pula kepada
orang tuanya kita tanamkan materi akhlak seperti kalau
kepada ibu-ibu kita ajarkan kalau bicara kepada suaminya
yang sopan, lembut, ngomong yang bagus, kemudian saling
jujur dan terbuka di dalam keluarga. Itu yang saya
kembangkan dan berikan ketika menyampaikan materi yang
berkaitan dengan keluarga sakinah.
10. Bagaimana respon jama’ah ketika mereka mendapatkan
materi yang terkait dengan keluarga sakinah ?
Semua mendengarkan dan responnya oke, maksudnya tidak
jider (ngaji sambil nyender), tidak jituk (ngaji sambil
ngantuk), karena saya melakukan pendekatannya serius tapi
diselingi dengan candaan atau tawa. Jadi engga serius terus,
jadi jama’ah tegang saat menerima materi. Jadi diselingi
candaan juga membuat hati mereka lebih menerima materi
yang kita sampaikan, seperti mamah dedeh contohnya
seriusnya 60% ada becandanya 40%. Jadi mereka ketika
mendengarkan tidak jiler (ngaji sambil ngiler) jadi ngaji
sambil serius.
11. Menurut Bapak adakah perubahan yang terlihat dari diri
jama’ah setelah sekian kali mengikuti kajian tentang keluarga
sakinah ?
Kalau itu saya kurang tahu persis masih 50:50 lah, tetapi
yang saya tahu secara umum saja, missal awalnya anak yang
saya beri bimbingan akhlak agar sopan santun kepada orang
tua yang tadinya tidak mau cium tangan, tidak mengucapkan
salam kalau masuk ke rumah dia akhirnya berubah. Saya
lebih terfokus kepada bimbingan kepada anak-anak karena
jika dibimbing terus menerus lama kelamaan mereka dewasa
dan dapat mendidik anak mereka sesuai bimbingan yang kita
lakukan dan menjadikan keluarganya menjadi harmonis
berkat permberian bekal oleh kita sedari dini.
12. Apakah faktor pendukung dalam terselenggaranya
penyuluhan keluarga sakinah di kecamatan Cakung, hal
tersebut berupa apa ?
Faktor yang menjadi pendukung yaitu yang pertama melalui
media, seperti melalui video yang diputar melalui proyektor,
kita putarkan contoh-contoh keluarga sakinah. Dengan
melihat video tersebut diharapkan dapat mempermudah
jama’ah memahami seperti apa bentuk keluarga sakinah
yang sebenarnya sehingga dapat meneladaninnya. Kemudian
yang kedua yaitu dari kita sendiri, yaitu dari penyampaian
kita yang tidak boleh monoton, serius terus atau melucu
terus, kita pun harus tau waktu yang tepat untuk serius dan
untuk melucu.
13. Selain hal yang mendukung tersebut, adakah hal yang
menjadi hambatan dalam terselenggaranya penyuluhan
keluarga sakinah di kecamatan Cakung?
Ada sih, seperti misalnya contohnya ketika seseorang
diundang untuk ke KUA untuk suscaten, kadang datang di
pertemuan pertama, eh pertemuan berikutnya enggak dateng-
dateng, atau bahkan enggak pernah dateng sama sekali.
Kemudian ada lagi nih, saat diberi bimbingan suscaten
misalnya, awalnya mah bener dipraktekin apa yang kita
ajarkan, tapi sesudah seminggu berubah lagi seperti semula.
Jadi yang menjadi faktor hambatan sebenernya si godaan
setan. Iya karena setan itu kan pasti akan menggoda manusia
yang berusaha mengamalkan ilmu yang dia miliki.
14. Dalam melakukan penyuluhan terkait, bagaimana mengatasi
hambatan tersebut sehingga penyuluhan tersebut dapat
berjalan dengan baik?
Ya cara mengatasinya yaitu kita terus memasuki nasehat-
nasehat kepada mereka, kalau mereka mau mendengarkan
syukur Alhamdulillah, ada kan yang dengerin tetapi masuk
kuping kanan keluar dari kuping kiri,ya tetap kita harus
selalu memberikan nasehat kepada mereka sampai terbuka
hati mereka. Kita nasehati pula mereka dengan kitaa suruh
mereka banyak baca, karena Rasulullah saja mendapat
wahyu pertama yaitu “Iqra” yang berarti bacaralah, bukan
menulis, atau mengetik, bacanya ya baca Al-Qur’an, kan di
al-Qur’an sekarang banyak yang ada terjemahnya tuh
disampingnya, kalau mereka tidak ngerti bisa tanya kepada
kita dan terbukalah hati mereka. Kemudian juga kita jangan
pernah malas dan kapok untuk memberi bimbingan, jangan
karena kita sebel sama klayan kita, kita udahan membimbing
mereka. Kita harus terus ngikutin mereka dan pantau mereka.
HASIL WAWANCARA
Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Cakung Jakarta
Timur
Nama : H. Abdul Azis Kamaludin, MA
Tempat dan tanggal lahir : Jakarta, 5 Februari 1973
Pendidikan : S2 KPI Universitas Islam Asy-
Syafi’iyah Jakarta
Jabatan Di KUA Kec Cakung : Kepala KUA
Tempat Wawancara : KUA Kecamatan Cakung
Hari dan Tanggal Wawancara : 08 Maret 2018
15. Seberapa penting Penyuluh Agama Islam mengadakan
penyuluhan untuk mewujudkan keluarga sakinah di
masyarakat?
Sangat penting ya, karena Penyuluh Agama itu adalah
pembimbing masyarakat dan memang sudah tugas mereka
memberikan materi keagamaan kepada masyarakat. Terlebih
materi tentang keluarga sehingga meminimalisir terjadinya
perselisihan dalam rumah tangga bahkan sampai dengan
perceraian.
16. Seperti apa tugas pokok Penyuluh Agama Islam di
masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Tugas Penyuluh Agama itu melakukan pembinaan dan
bimbingan kepada majelis ta’lim binaannya, kemudian
melakukan koordinasi dengan para tokoh agama Islam, juga
lintas sektoral seperti kelurahan dan kecamatan. Selain itu
membantu menyampaikan program-program Kementerian
Agama ke masyarakat, ditambah juga membantu dalam
program-program di KUA seperti pelayanan keluarga
sakinah, contohnya Bimbingan Perkawinan (Bimwin) yang
sebelumnya dikenal dengan istilahnya Kursus Calon
Penganten (Suscaten).
17. Seperti apa fungsi edukatif/informatif Penyuluh Agama Islam
di Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah
?
Fungsinya adalah menyampaikan penyuluhan di bidang
agama kalau penghulu kan stressingnya di bagian nikah-
rujuk. Kalau penyuluh melakukan penyuluhan, nah mereka
objek garapannya majelis ta’lim, terus kemudian kordinasi
dengan para tokoh agama islam terus kemudian juga
melakukan tugas lintas sektoral juga kepada kelurahan,
kepada kecamatan, juga sebagainya. Dia membantu kita juga
menyampaikan program-program Kementerian Agama ke
masyarakat. Ditambah juga dia membantu kita dalam
program-program di KUA seperti ya Keluarga sakinah,
itukan ada BIMWIN atau dulu istilahnya suscaten.
18. Seperti apa fungsi konsultatif Penyuluh Agama Islam di
Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Kadang membantu dalam penanganan masalah keluarga di
KUA Kecamatan Cakung, kasuistis disini penyuluh agama
tidak begitu dominan disini karena kebanyakan dari mereka
perempuan, jadi bagaimana mereka melakukan penasehatan
karena mereka itu fokus kepada kerja-kerja lapangan.
19. Seperti apa fungsi Advokatif Penyuluh Agama Islam di
Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Jadi Penyuluh Agama itu ya tugasnya mengatasi masalah-
masalah yang ada di masyarakat, sebagai mediator gitu.
Contohnya, belum lama ini ada pesan masuk ke saya bahwa
ada masjid yang kaligrafinya hanya “lailaha” saja. Terlebih
lagi masjid itu di kawasan Jakarta Garden City yang
mayoritas dihuni oleh etnis Tionghoa, jadi viral tuh sampai
ke facebook, ada PKI di Cakung katanya. Akhirnya kita kirim
Penyuluh ke lapangan untuk mengecek ke lokasi, ternyata
benar itu adanya. Akhirnya Penyuluh memediasi antara
pengurus masjid dengan masyarakat, dan sekarang sudah
lengkap kaligrafinya “lailaha illallah” dan kembali tenang
lagi. Selain itu juga Penyuluh membantu kami kalau ada yang
datang ke KUA untuk menyelesaikan konflik dalam
keluarganya seperti KDRT, perselingkuhan dan lainnya.
Namun, Penyuluh Agama ini bukan Penyuluh khusus
perkawinan, jadi mereka lebih sering di lapangan, jadi kalau
dirasa harus diselesaikan cepat, kami sendiri yang turun
langsung.
20. Kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan Penyuluh Agama
yang berkaitan dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Lebih real itu ketika lomba keluarga sakinah, tahun ini engga
ada lomba keluarga sakinah, jadi setiap tahun itu kita
mengikuti lomba keluarga sakinah, beberapa tahun yang lalu
2016 Cakung Juara DKI itu saya mencari peserta masyarakat
yang bisa kita libatkan pada kegiatan tersebutkan saya tidak
punya informasi,nah penyuluh mencari, siapa tahun ini yang
mau dijagokan, keluarga mana ?. Mencari duta-duta itu saya
kan tidak tahu, saya bukan orang sini, nah kemarin tahun
2016 Ust. Kurtubi juara tuh, juara pertama di DKI dan juara
harapan di Nasional. Nah penyuluh dengan kita itu bahu
membahu untuk membangun keluarga sakinah, kegiatan
keluarga sakinah ini pun semacam stimulan bagi keluarga-
keluarga yang lain, akhirnya pak kurtubi pun kita libatkan
sebagai penasehat di BP4 tuh bersama para penyuluh dan
kita. Itu yang mencari keluarga sakinah itu penyuluh, kalau
saya sibuk di kantor nanti kalau ada apa-apa mereka laporan
ke saya “ pak sudah siap”, koordinasi dengan kecamatan,
dengan kelurahan, jadi begitu tugasnya, selebihnya biasanya
kita melaksanakan desa binaan, disitu kita membuat kampung
sakinah, hanya lagi-lagi anggarannya tidak ada, paling
penyuluhan-penyuluhan agama dan sebagainya. Dan dia pun
di kampungnya masing-masing mengatasi masalah
perceraian, itu ibu Nisa menjadi konselor bagi
masyarakatnya, kalau ada masalah rumah tangga mengadu
ke dia, hanya kan dia tidak spesifik ngerti tentang
perkawinan, kadang kan dia bertanya “pak ibu ini gini-gini-
gini” saya jelaskan, terus dia sampaikan, dia sebagai
penyambung penyuluh kan tidak menguasai semua.
21. Metode apa yang digunakan ketika melakukan penyuluhan
keluarga sakinah dan metode apa yang dirasa lebih efektif
dengan situasi jama’ah saat ini ?
Oh ada metode sekarang andragogi ya, jadi melalui
permainan-permainan, yang lebih faham itu penghulu saya
yang menjadi fasilitator, jadi sekarang penyuluh, penghulu
itu diberikan bimtek, bimbingan teknis, sekarang bu Lili kan
ikut tuh, penghulu juga ada penyuluh juga ada itu dibimtek
oleh BP4 Pusat beberapa hari dan diberikan sertifikat. Nah
dia ini yang boleh menyampaikan materi di dalam binwin
saya saja hanya fasilitator tambahan, kalau yang intinya
mereka, metodenya mereka punya sendiri tuh, permainan
kemudian kausistis, permainan contohnya ada kasus kaya
gini, jadi calon penganten, calon suami sama calon istri
disuruh mengisi kertas, “kamu obsesinya kalau sudah
berrumah tangga seperti apa ?” dipadukan tuh, kadang-
kadang calon istrinya mau kemana calon siuaminya mau
kemana, berarti kan visinya beda jadi kita arahin, terus
kemudian “kamu nanti konsep pendidikan anaknya gimana
?” dia begini dia begini , itu nanti dinasehati, jadi dalam
acara binwin itu sesungguhnya mempersiapkan mereka untuk
menjalani pernikahan lebih macthing lagi, selama ini mereka
pacaran saja, tidak ngobrolin prospek kedepan, di Bimwin itu
secara permainan-permainan jadi tahu oh pasangan saya
maunya begini-begini-begini, tidak nyambung dong, yang
suaminya mau cepat punya anak, ternyata istrinya bilang
tidak, saya setelah tiga tahun baru punya anak, lah kok
gimana. Disitulah diskusi kemudian antara pasangan ini juga
dibuat dinamika kelompok antara mereka dengan mereka,
Jadi mereka diberi waktu untuk diskusi untuk menyelesaikan
satu masalah, baik diskusi dengan pasangannya, ataupun
berkelompok dengan pasangan lainnya. Setelah selesai dan
mendapat jawaban, nanti Penyuluh Agama dan fasilitator
lainnya memberi arahan dan masukan atas jawaban mereka
dan diberi penyelesaian masalah yang tepat. Jadi tidak
monoton seperti dua arah, jadi lebih dinamislah.
22. Seberapa sering dilakukannya pemberian materi keluarga
sakinah dalam suatu penyuluhan ?
Karena penyuluh itukan penyuluh agama, bukan penyuluh
perkawinan, jadi dia tidak selalu menjelaskan masalah
perkawinan jadi dia agama saja, jadi sebetulnya dia
penyuluh itu seperti ustadz saja.
23. Materi-materi apa yang terkait dengan perwujudan keluarga
sakinah pada masyarakat ?
Kalau di KUA pas kegiatan Bimwin awalnya ada pretest abis
itu posttes, pretest pasti dia awalnya rendah kan, dia kagak
tau UU perkawinan, uu kdrt, kompilasi hukum islam, tentang
munakat, kemudian problem solve itu nilainya jelek tuh
enggak papa nilainya apa adanya, setelah dilakukan
pembelajaran dilakukan posttes, ada nilainya tuh bukan saya
yang megang nilainya, saya kan bukan panitia. Jadi ketauan
tuh dia punya perkembangan pengetahuan khasanah setelah
mengikuti kegiatan dua hari tersebut, selama ini sih tercapai
Alhamdulillah. Setelah kita ajarin selama dua hari posttesnya
meningkat. Kemudian kita kasih sertifikat juga. Jadi untuk
kegiatan Bimwin itu dilakukan dua hari dalam satu kegiatan
dari pagi pukul 08.00 WIB. hingga sore pukul 15.00 WIB.
atau kadang sampai 16.00 WIB. Sebelum diberi materi, para
calon pengantin diberikan pretest untuk mengetahui
kemampuan awal calon pengantin. Lalu setelah itu diberi
materi, materinya itu fikih munakahat yang disampaikan oleh
Penyuluh Agama Islam dibantu oleh orang BP4 dan kita
datangkan pula Pak Kurtubi sebagai contoh keluarga sakinah
teladan untuk ikut menjelaskan juga tentang hal tersebut.
Lalu kemudian materi Kompilasi Hukum Islam, UU
Perkawinan, UU KDRT, oleh penghulu dan BP4, dilanjut lagi
dengan materi KB dari BKKBN dan dari Puskesmas yang
memberikan materi kesehatan reproduksi serta penyuntikan
vaksin tetanus texoid untuk calon pengantin perempuan.
Setelah materi itu semua disampaikan, kita lakukan post test,
biasanya nilainya akan lebih besar ketimbang dengan hasil
dari pretest. Ini membuktikan mereka berkembang.
24. Bagaimana respon jama’ah ketika mereka mendapatkan
materi yang terkait dengan keluarga sakinah ?
Selama ini mereka bagus-bagus saja, tetapi kerena kegiatan
ini dua hari di hari kerja dari pagi sampai sore, mereka kan
kerja, izinnya kadang hanya dapat satu hari, ada yang dua
hari tapi setengahhari setengah hari ada juga yang dapet dua
hari, karena apa, gara-gara ikut ini nanti dipecat, mana mau
kawin kan kita repot juga. Mengapa permasalahannya seperti
itu ? karena belom match atara kementrian agama dengan
ketenaga kerjaan, sebenarnya kementerian agama dan
ketenaga kerjaan udah klop tuh, hanya ketika di break down
di socity “inikan bukan punya BUMN, ini kan swasta”. Kita
tidak bisa kan kaku gara-gara ini kita bilang dia tidak lulus.
Tapi kan selama ini kita kasih dispensasi kantornya ya
dikasih juga dua hari, kadang-kadang satu hari setengah,
paginya dia tidak ikut gitu. Responnya bagus.
25. Menurut Bapak adakah perubahan yang terlihat dari diri
jama’ah setelah sekian kali mengikuti kajian tentang keluarga
sakinah ?
Setelah materi Bimwin diberikan, kita lakukan post test,
biasanya nilainya akan lebih besar ketimbang dengan hasil
dari pretest. Ini membuktikan mereka berkembang. Berarti
ada perubahan yang di dapatkan oleh para calon pengantin
tadi. Tentunya ya perubahan yang positif, dari yang belum
tahu tentang hak dan kewajiban, Kompilasi Hukum Islam jadi
tahu.
26. Apakah faktor pendukung dalam terselenggaranya
penyuluhan keluarga sakinah di kecamatan Cakung, hal
tersebut berupa apa ?
Faktor pendukungnya yaitu kemampuan fasilitator dalam
menyampaikan materi dan menyiasati kekurangan fasilitas
yang ada.
27. Selain hal yang mendukung tersebut, adakah hal yang
menjadi hambatan dalam terselenggaranya penyuluhan
keluarga sakinah di kecamatan Cakung?
Yang pertama anggaran, kita tidak bisa melaksanakan kalau
tidak ada anggarannya, karena terkait dengan sarana
prasarana dan konsumsi, Untuk kegiatan Bimwin tahun ini
sampai sekarang belum bisa kita laksanakan karena
anggarannya belum ada. Kita tidak bisa melaksanakan kalau
tidak ada anggarannya, karena anggaran untuk kegiatan
Bimwin ini tidak sedikit. Hal terkait dengan sarana
prasarana dan konsumsi seperti makan, kalau pesertanya ada
sekitar 80 orang, berarti ada sekitar 40 pasang, dan juga
harus memberikan buku panduan juga. Lalu terkendala juga
masalah regulasinya yang belum fleksibel, contohnya
fasilitator belum semuanya disertifikasi, jadi seharusnya
semua fasilitator disertifikasi, kebayangkan di Jakarta Timur
hanya dua orang, dia-dia terus, padalah sdm banyak dan
kebijakan kita itu masih belum berani untuk menugaskan
yang belum bersertifikat untuk menyampaikan materi. Jadi,
tenaga fasilitatornya masih minim, harusnya penyuluh-
penyuluh yang banyak itu diberi kesempatan untuk mengikuti
sertifikasi fasilitator sehingga bisa mengisi materi. Terus
berikutnya lagi yaitu masalah reqrutment peserta, para
peserta biasanya para karyawan dan karyawati yang mereka
dapat izinnya cukup sulit, seharusnya mereka mengikuti
kegiatan selama dua hari full dari pagi sampe sore, tetapi
banyak yang tidak dapat izin. berikutnya masalah sarana dan
prasarananya ruangannya belum layak. Beda di luar negeri,
di Malaysia, di Singapura ketika study banding mereka itu
ada auditorium khusus seperti bioskop. Dan ada juga yang
binwin secara masal 10 kecamatan dijadikan satu, itupun
jauh dari yang saya lihat di Malaysia tetapi ya itu bisa
diminimalisir kalau materi yang ada bisa diterima dengan
baik.
28. Dalam melakukan penyuluhan terkait, bagaimana mengatasi
hambatan tersebut sehingga penyuluhan tersebut dapat
berjalan dengan baik?
Ya kita berusaha untuk mengoptimalkan sarana dan
prasarana yang ada, kita tambah sarana seperti kita belum
bisa menyediakan sarana prasarana berupa ac, kita tambah
kipas angin, yang kedua ya supaya mereka tidak jenuh engga
ngantuk dikasih lah permainan, game-game, terus materi
yang dikuasai dikopi, habis infocus tidak ada, terpaksa dikopi
bahan-bahannya. Kalau di infocus kan mereka tinggal dilihat
kita kopi kita bagikan dibaca, ada buku modul kemudian
diberikan untuk mengcover materi-materi yang tidak bisa
disampaikan secara utuh mereka bisa liat disitu. Cara
mengatasinya disamping itu juga harus penyuluhnya sendiri
mencari inovasi, jangan menyerah dengan keadaan gitu.
Keadaan kaya gini gimana problem solvenya ?, ya kita
inovasi kemudian mengupgrade diri mengaktualisasikan diri
sehingga bisa mengikuti perkembangan zaman dan
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang apa
adanya kaya gini gitu.
29. Apa harapan anda kedepannya mengenai pembinaan keluarga
sakinah, khususnya pembinaan yang dilakukan oleh Penyuluh
Agama ?
Yang pertama dia harus dilibatkan dalam sertifikasi
fasilitator binwin gitu kan, karena kan penyuluh tidak rata ya,
ada yang paham masalah-masalah pernikahan, ada juga
yang minim. Nah dengan diberikan kesempatan untuk
menjadi fasilitator dia kan dibimtek, diberi pembekalan jadi
professional, dia mumpuni, nah selama ini kan orang
fasilitatornya terbatas untuk diikuti bimtek, bimtek kan
terbatas, jadi semakin banyak bimtek, semakin banyak kita
mempunyai tenaga professional untuk memberikan masalah
itu. Yang kedua sarana dan prasarana harus dipenuhi, kita
bagaimana, infocus tidak punya bawa sendiri, laptop tidak
ada. Jadi memang harus ada political will dari pemerintah
memberikan sarana dan prasaranan yang memadai kemudian
juga membuat regulasi yang memicu SDM itu menjadi
professional harus diberikan stimulant lanjut, melalui apa ?
ya banyak hal, melalui sarana prasarana dipenuhi, kemudian
peningkatan SDM kemudian juga ya ditingkatkan
kesejahteraanya gitu. Sehingga penyuluh-penyuluh honorer
juga bisa ikut, ya kalau gajinya kecil ya gimana kerjaan
seabrek-abrek ngurusin kehitupan ummat, gajinya cuman
gope sebulan, cuman kita engga boleh mengeluh, ini kan kalo
cara mengatasinya disamping juga kita harus penyuluhnya
sendiri mencari inofasi, jangan menyerah dengan keadaan
gitu. Keadaan kaya gini gimana problem solvenya ?, ya kita
inovasi kemudian mengupgrade diri mengaktualisasikan diri
sehingga bisa mengikuti perkembangan zaman dan
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang apa
adanya kaya gini gitu.
HASIL WAWANCARA
Icon Keluarga Sakinah Teladan DKI Jakarta Tahun 2016
Nama : H. Ahmad Kurtubi
Tempat dan tanggal lahir : Jakarta, 11 Februari 1956
Pendidikan : S1 Bahasa dan Sastra Arab King
Saud University
Riyadh
Alamat : Kp. Buaran RT 009/02 Kelurahan
Cakung Timur, Kecamatan
Cakung Jakarta Timur., Jakarta
Timur.
Tempat Wawancara : Rumah H. Ahmad Kurtubi
Hari dan Tanggal Wawancara : Sabtu, 03 Februari 2018
1. Berapa lama anda mengikuti dan melakukan kegiatan
penyuluhan ?
Sudah sekitar 36 tahun.
2. Menurut anda seberapa penting Penyuluh Agama Islam
menyampaikan materi keluarga sakinah, mengapa demikian ?
Saya merasa khususnya sekarang ini amat penting. Seperti
pertumbuhan angka perceraian yang sangat tinggi di
Indonesia, kemudian pertumbuhan penduduk dan
perkembangan teknologi sehingga menyebabkan banyak
problem dalam rumah tangga seperti broken heart.
3. Seperti apa tugas Penyuluh Agama Islam di masyarakat
terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Membimbing dan memberi pelajaran untuk kita dalam
kehidupan berumah tangga. Misalnya guru atau penyuluh
agama mengajarkan kita kalau mau ngaji harus izin sama
suami dulu, ya kan kalau kita izin sama suami dan diizin
suami ridho kita pun sama sama enak. Ya pokoknya guru
atau penyuluh agama pasti mengarahkan kita kepada hal
yang baik tadi, seperti mengajarkan bagaimana berkeluarga
yang baik.
4. Seperti apa fungsi edukatif/informatif Penyuluh Agama Islam
di Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah
?
Memberikan ilmu pengetahuan tentang agama Islam kepada
jama’ahnya terumatama dalam hal berumah tangga sesuai
dengan ketentuan syariat Islam yang berlaku.
5. Seperti apa fungsi konsultatif Penyuluh Agama Islam di
Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Memberikan kesempatan bagi jama’ahnya untuk tempat
curahan hati, keluh kesah dan memberikan solusinya sesuai
dengan jalan agama.
6. Seperti apa fungsi Advokatif Penyuluh Agama Islam di
Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Penyuluh sebagai orang yang di percaya di masyarakat untuk
menyelesaikan masalah-masalah, tentunya dalam hal ini bisa
dalam masalah yang timbul dalam kehidpan berumah tangga,
bertetangga dan lain sebagainnya.
7. Seberapa sering penyuluh agama menyampaikan materi
terkait tentang keluarga sakinah, apakah dirasa sudah cukup,
mengapa demikian ?
Ya cukup sering, bagaimana membangun rumah tangga
sesuai dengan konsep islam, hubungan rumah tangga,
hubungan inter rumah tangga antar masyarakat dan
mendidik keluarga sehingga mendidik anak supaya menjadi
anak yang bermanfaat buat masyarakat. Karena masalah
rumah tangga itu masalah yang sangat komplek, masalah
waris, masalah waris, hukum nikah, hukum cerai, hukum
asuh ya menyangkut masalah sehari hari sehingga penyuluh
harus menguasai itu.
8. Metode apa saja yang dilakukan penyuluh agama dalam
menyampaikan materi keluarga sakinah ?
Pertama metode ceramah sudah umum digunakan kedua
metode dialog dua pihak antara penyuluh dengan
masyarakat, ketiga metode peraga diskusi, simulasi itu
digunakan ketika melakukan bimbingan, kita memiliki 4
materi dalam setiap bimbingan, materi KDRT, kedua materi
sakinah, ketiga materi reproduksi, keempat materi undang
undang perkawinan. Itu materi yang diberikan dalam
kurikulum binwin namanya.
9. Metode penyuluhan seperti apa yang anda rasa paling efektif
dan mudah difahami mengenai materi keluarga sakinah ?
Yang paling efektif itu ya kita membuka tanya jawab,
kemunikasi dengan medsos, itu sangat-sangat efektif nah
kalau di ruang kelas mereka karena kan masih tertutup kan,
suasananya formal banget.
10. Apakah jama’ah mempraktekkan materi keluarga sakinah
tersebut ?
Selama ini yang saya lihat mempraktekkan terutama sekali di
bidang fiqih sholat toharoh, pernah saya di kecamatan pulo
gadung saya tes seorang calon pasangan penganten, mereka
bertanya apa itu mandi junub ? apa itu mandi hadas besar ?
mereka masih blank sekali, itu contoh saja, sebab masih
banyak masyarakat kita menjelang perkawinan belum faham
tentang mandi junub masalah toharoh, sehingga kita beri
bimbingan tersebut. Alhamdulillah mereka me wa saya “pak
ustadz Alhamdulillah saya jadi rajin sholat, saya ngerti
agama”.
11. Bagaimana perasaan jama’ah ketika mendapat ilmu tentang
keluarga sakinah, apa dampak yang dapat terlihat ?
Bahkan senang sekali, saya belum sampai mereka sudah
datang, bahkan sampai melewati waktu batas. Dampaknya ya
mereka jadi lebih tahu apa yang semestinya mereka lakukan
di kehidupan berrumah tangga sesuai syariat Islam.
12. Apa menjadi hambatan dalam jalannya penyuluhan keluarga
sakinah ?
Masalah perizinan mengikuti kegiatan bimwin oleh pabrik
atau tempat mereka bekerja.
13. Dalam melakukan penyuluhan terkait, bagaimana mengatasi
hambatan tersebut sehingga penyuluhan tersebut dapat
berjalan dengan baik?
Cara mengatasi hambatan berupa ketidak hadiran ketika
suscaten/binwin yaitu memberikan surat rekomendasi kepada
yang bekerja. Alhamdulillah selama bulan September sampai
desember ini yang hadir kisaran 60%-70%, sisanya mereka
yang tidak mendapat izin dari perusahaan. Cara yang kedua
yaitu diancam kalau tidakk datang, tidak dapat sertifikat,
tidakk dinikahkan.
14. Apa harapan anda kedepannya mengenai pembinaan keluarga
sakinah, khususnya pembinaan yang dilakukan oleh penyuluh
Agama ?
Kepada penyuluh agama untuk lebih menguasai lagi materi
kehidupan berumah tangga dalam islam kedua memanfaatkan
teknologi dalam rangka mengefektifkan program penyuluhan,
misalnya melalui infocus, rekaman, film, video dan berbagai
teknologi lain. Karena kalau dengan ceramah biasanya
ngantuk atau apa, kuasailah teknologi visual dalam rangka
menjalankan penyuluhan terbaik dengan hasil yang terbaik,
ketiga mendorong masyrakat khususnya calon penganten
untuk selalu konsultasi kepada pihak penyuluh atu tokoh-
tokoh masyarakat.
15. Bagaimana tahapan anda sehingga bisa menjadi icon keluarga
sakinah DKI Jakarta tahun 2016 ?
Saya selama 32 tahun ini sudah berkiprah di bidang dakwah,
dengan profesi saya ini banyak orang yang membutuhkan
saya, banyak yang konsultasi. Sehingga dilihat oleh KUA
siapa sih icon keluarga sakinah ini yang perlu kita
promosikan untuk ke tingkat lebih tinggi lagi datenglah KUA
bersama penyuluh kemari, berkata “pak ustadz bagaimana
jika saya promosikan untuk menjadi icon keluarga sakinah ?”
saya jawab “ saya belum siap”, lalu penyuluh berkata ”pak
ustadz lebih siap daripada yang lain” . Setelah itu semuanya
didukung oleh KUA baik fasilitasnya dan bekal ilmu yang
harus dipelajari, langsung masuk kita di tingkat Walikota
dibimbing oleh KUA dengan standar materi materi penilaian
keluarga sakinah. Alhamdulillah ditingkat walikota menjadi
yang terbaik, juri melihat langsung ke rumah kita menilai.
Ketika di tingkat provinsi saya juga mengalahakan 5 kota
madya lain di DKI berkat keterlibatan KUA, Walikota,
pemerintah daerah, semua terlibat sampai ketingkat nasional.
Di tingkat nasional lebih besar lagi, namun saya tidak
mendapat peringkat satu pada saat itu dan saya sudah
bersyukur masuk 10 besar tingkat nasional.
16. Menurut pengalaman anda selama mengikuti perlombaan
keluarga sakinah hingga tingkat nasional, apa sebenarnya
kriteria keluarga sakinah ?
Yang paling utama dari kriteria keluarga sakinah itu ialah
berhasil membangun keluarga yang bermanfaat buat
masyarakat. Yang paling pertama ditanya ketika saya
mengikuti tingkat nasional oleh Prof. Ahmad Mubarok guru
besar UIN yaitu “apa keberhasilan putra-putri anda ?”, yang
kedua bagaimana menciptakan keluarga yang sakinah ya
dengan unsur islami, ya ada sholatnya, ada zakatnya, ketiga
ya mengabdi kepada masyarakat. Disamping profil saya,
missal ditanya apakah pernah bercerai ?, ini sangat tinggi
nilainya, kalau kita pernah bercerai nol nilainya, kecuali
kalau cerai mati walau menikah lagi dengan syarat menikah
dengan orang yang cerai mati juga. Jadi keluarga sakinah
adalah keluarga yang berhasil mempertahankan keluarga.
Makanya syaratnya itu harus sudah melewati 30 tahun usia
pernikahan. Kemudian juga tidak boleh bercerai maupun
poligami, walaupun poligami juga sah dalam agama, tetapi
image bangsa ini terhadap poligami ini masih negatif.
Kemudian adakah peran ibu di masyarakat, anak-anak bisa
ngaji atau tidak. Sebenarnya ada empat aspek yang dinilai,
waktu tingkat DKI ada empat juri yang menilai, yang
pertama juri dalam bidang sosial, bagimana hubungan
dengan sosial ?, juri yang kedua berhubungan dengan PKK,
apakah ibu mengerti atau tidak tentang PKK, juri yang ketiga
tentang pendalaman agama, kemudian juri yang keempat
yaitu tentang undang-undang.
17. Apa saran anda kepada pemuda yang belum menikah
sehingga dapat membangun keluarga sakinah di kemudian
hari ?
Ya lakukanlah dalam niat membangun keluarga dengan
persepsi islam. Yang pertama yaitu mengetahui apa kriteria
calon istri, mengapa ? karena istri adalah ibu, dan ibu
adalah sekolah bagi anak anaknya, kalau ibunya baik maka
anak-anaknya pun akan baik pula. Kedua, persiapkan
ekonomi, anak-anak sekarang kebanyakan langsung kawin
tanpa berfikir panjang, kenapa ? ketika anda disahkan ketika
ijab dan qobul, maka wewenang orang tua dibebankan
langsung ke anda, maka persiapkan betul-betul masalah
ekonomi. Jadi yang dimaksud mampu dalam hadits itu iyalah
kemapuan lahir dan batin, lahir yaitu secara ekonomi, nafkah
baik rupiah dan harta. Jadi menikah muda itu dibolehkan
dengan syarat “ba’ah” yaitu tadi harus siap lahir dan batin.
Angka perceraian paling tinggi ada di Jawa Barat, terus di
Jawa Barat mana yang paling tinggi yaitu Pantura, dari
Cikampek, Subang, Indramayu itu paling tinggi perceraian,
kenapa ? tadi ada yang kawin masih muda masih umur 12.
Saya punya murid di Bekasi dia menangis “guru saya mau
dinikahin sama orang tua saya, saya masih mau kuliah” saya
bilang “loh kenapa?” dia jawab ”orang tua saya enggak
mau punya anak dibilang perawan tua, aib katanya” dan
akhirnya saya datangi orang tuanya dan akhirnya sekarang
anak itu sudah jadi dosen di daerah Bogor. Jadi angka
perceraian itu banyak ya tadi bakan yang kawin pada masih
muda, musim panen kawin, musim paceklik cerai. Intinya
kawin muda itu banyak negatifnya ditambah lagi enggak
menguasai ilmu kerumah tanggaan. Itulah makannya
penyuluh agama melaui BP4 itu mengadakan pembinaan,
program binwin adalah bagian solusi daripada
permasalahan perceraian. Untuk masalah persiapan
menikah, laki-laki tentu lebih berat daripada wanita,
“arrijalu kauwamuna alannisa” dalam hal lain boleh saja
ada emansipasi, tetapi dalam hal membangun rumah tetap
lelakilah yang lebih ditekankan karena dialah sosok
pemimpin.
HASIL WAWANCARA
Tim Ahli BP4 Pusat dan Trainer (Mentor) Program Bimbingan
Teknik Fasilitator Keluarga Sakinah
Nama : Dra. Hj. Zubaidah Muchtar, M.Si
Tempat dan tanggal lahir : Batang, 11 Oktober 1936
Pendidikan : S2 Ilmu Politik Universitas Gajah
Mada
Jabatan Di BP4 Pusat : Tim Ahli BP4 Pusat dan Trainer
(Mentor) Program Bimbingan
Teknik Fasilitator Keluarga
Sakinah
Alamat : Jl. Kawi-kawi Bawah No. A2 Kel.
Johar Baru RT 10/08 Jakarta
Pusat.
Tempat Wawancara : BP4 Pusat Istiqlal
Hari dan Tanggal Wawancara : 13 Februari 2018
1. Bagaimana sebenarnya program Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakinah itu terbentuk ?
Pada tahun 1950 itu angka perceraian itu tinggi sekali
sampai antara 50%-60% bayangin, itukan perbandingan
peristiwa pada tahun yang sama jadi kalau hari itu ada 100
orang menikah ini ada kejadian 50-60 orang yang cerai jadi
gimana ini caranya karena kan waktu itu kita tidak punya
perlindungan positif terhadap keluarga, yang ada tahun itu
kita masih menggunakan hukum belanda, yang dapat
perlindungan itu kan biasanya Kristen, Timur asing itu
termasuk China. Kita itu dianggap fiqh, pernikahan itu
dianggap sebagai adat, jadi orang cerai ya terjadi begitu
saja, engga ada orang yang menasehati mau kemana dia
harus pergi, yang akhirnya itulah pejabat departemen agama
mendirikan BP4. Itu mula-mula tahun 1950-an dalam skala
lokal, di Bandung, kemudian Yogyakarta, dan di tempat-
tempat lainnya lokal begitu.
Pada tahun 1960 itu pada saat departemen mengadakan
konferensi nasional disitulah terbentuklah dalam skala
nasional pada tahun 1961 dan itu ada SK Menteri Agama.
Akhirya BP4 juga memperjuangkan agar ada undang-undang
perkawinan untuk umat Islam. Akhirnya ketika Pak Harto
naik sebagai presiden saat itu saya menjadi anggota DPRGR
terbentuklah undang-undang perkawinan. Tetapi untuk
menetralisir dibentuklah undang-undang bukan untuk umat
islam, tetapi undang-undang perkawinan berskala nasional
yaitu Undang-Undang Pokok Perkawinan Nasional, artinya
apa? Undang undang ini berlaku untuk seluruh bangsa
Indonesia baik yang muslim maupun yang non-muslim,
makannya pada tahun 1974 setelah undang-undang itu lahir
pada waktu itu perceraian itu sudah turun dari 50% menjadi
25%-35%. Itu ketika undang-undang perkawinan itu BP4
sudah bisa menurunkan sebanyak itu. Nah dari 35% ini terus
kan BP4 terus mengadakan kegiatan untuk melakukan
suscaten Kursus Calon Penganten supaya orang itu
mengetahui apa itu tujuan perkawinan, kan orang itu fikir
perkawinan itu sekedar untuk mengesahkan hubungan laki-
laki dan perempuan, tetapi lebih jauh dari itu. Soal
bagaimana mengunsursalihkan agama itu harus menjadikan
agama anaknya menjadi islam, sebagaimana al-Quran
menjelaskan :
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka”.
Terus bahwa perkawinan itu memang orang mengatakan
bukan wajib hukumnya kan sunnah, tapi bisa berubah
menjadi wajib, bisa menjadi makruh, bisa pula menjadi
haram. Wajib hukumnya bila dia telah memenuhi syaratnya,
bisa jadi haram atau makruh apabila niatnya jelek, missal
mengawini perempuan ternyata perempuannya itu dijual ah
itu kan haram tuh, ada juga dia mengawini perempuan untuk
perempuan itu membawa narkoba, nah itu niatnya kan
Innamal a’malu bin niat, Allah kan meliat sesuatu dari
niatnya, kalau niatnya baik maka akan baik, kalau niatnya
buruk ya akan menjadi buruk. Ketika undang undang
perkawinan lahir itu tingkat perceraian itu 35% sampai
zamannya Pak Harto turun hingga 9% pada tahun 1998.
Nah setelah reformasi angka perceraian naik lagi hingga
27% kenapa ?, yaitu tugas suscaten itu kurang dan tidak
dilaksanakan, apalagi ketika ada KPK itu KUA takut sekali
menarik uang selain biaya khusus untuk nikah kan ada
peraturannya kalau nikah di KUA tidak ditarik biaya jadi
kalau dia menarik uang untuk biaya suscaten itu kena tuh,
dianggap pungli, nah tapi kalau dia nikah di luar rumah itu
bayar tuh RP. 650.000. dari uang RP. 650.000 itu akan
dikembalikan kepada masyarakat itu Rp. 50.000 yang
maksudnya untuk biaya suscaten untuk dua orang. nah itu
paling digunakan hanya untuk satu hari, mana bisa untuk dua
atau tiga hari. Nah itulah kenapa sekarang mudah sekali
untuk orang bercerai. Karena memang mereka tidak tau
sebenernya pokok tujuan perkawinan itu, dan tidak
mengetahui sebenarnya apa itu keluarga sakinah ?, yaitu
keluarga yang perkawinannya itu sah menurut agama dan
sah menurut undang-undang perkawinan, jadi yang
perkawinan di bawah tangan atau siri itu ya menurut UU no
1 tahun 1974 dia sah menurut agamanya, tapi dia tak punya
kekuatan hukum resmi. Jadi ketika dia mau cerai biasanya
dilakukan di sidang di depan hakim, nah kalau sekarang dia
mau cerai kawin siri ya tidak bisa, tidak ada surat nikahnya,
atau dia mau nuntut dia engga dikasih macam-macam harta
gono gini tidak bisa, yaitu endingnya maka sahnya menurut
UU perkawinan apabila sesuai dengan ketentuan agama
masing-masing dan dicatat oleh petugas pencatatan
pernikahan di daerah masing-masing.
Akibat tidak diselenggarakan suscaten itulah makin hari,
makin tahun tingkat angka perceraian itu naik, disamping itu
juga masalah globalisasi masalah tv masalah hp, tahu tidak
di tv itu artis masalah cerai-kawin cerai-kawin biasa saja,
seakan akan banyak anak yang kawin 5 tahun itu cerai
banyak coba, kenapa ? ya dia niru itu. Disamping itu orang
yang sudah 20 tahun bisa cerai coba, itu karena Hp jadi
suami buka Hp istri kok ada sayang-sayangnya sama yang
lain, istri buka Hp suami ada sayang-sayangnya salam yang
lain, jadi mereka menganggapnya sudah selingkuh. Padahal
mah belum tentu, katanya suaminya sudah selingkuh sama
yang di Hp, istrinya sudah selingkuh sama yang di Hp, terus
cerai deh, padahal belum tentu. Jadi sekarang yang aneh kita
sedih memang bisa dilihat apakah perceraian positif atau
negatif. Perempuan yang meminta cerai itu lebih banyak
daripada laki-laki, saya kalau ada empat yang cerai yang
tiga itu yang minta cerai itu perempuan yang satu laki-laki
berarti sekitar 75% perempuan yang menceraikan suaminya.
kalau dulu yang nangis kalau diceraikan perempuan, karena
apa ? karena dia tidak punya pegangan hidup maksudnya dia
tidak kerja dikatakan dia nompang hidup sama suami kan
gitu, jadi dia nangis dia kan. Kalo sekarang terbalik yang
nangis laki-laki coba, dia nangis dicerai oleh istrinya tapi
kalau suami yang mencerai istri, tidak ada istri nangis,
karena mereka itu bekerja punya penghasilan, jadi jika
dicerai apalagi alasannya karena pihak orang ketiga dibawa
ke pengadilan itu sudah tidak bisa didamaikan, beda kalo
disini, disini hampir 80% - 90% orang datang kesini tidak
jadi cerai, tapi kalau ke sana untuk 10% saja susah. Karena
kalau ke sana orang datang tapi dimasukkan sidang dulu ke
pengadilan, berhadapan di meja hijau, jadi masing-masing
berhadapan gengsinya tinggi. Sebenarnya masalah
perceraian adalah masalah harga diri, gengsi nih, siapa yang
menang siapa yang kalah, kan gitu. Oleh hakim dikirim ke
mediator supaya tidak jadi cerai susah. Jadi masalahnya itu
komplek ada masalahnya karena pihak ketiga, ada
masalahnya ekonomi, budaya, ada masalah politik, macam-
macam itu masalah perceraian. Maka sekarang itu BP4 ingin
mengembalikan bahwa setiap perkawinan itu harus
diwajibkan melalui suscaten, tapi dana untuk inilah yang
seret, kan hanya dikasih uang Rp.50.000 untuk 2 orang itu
aja. Lagian pula kalau dahulu kan BP4 ada di dalam
departemen dikatakan itu non structural, mulai tahun 2009
BP4 mandiri karena ketika terakhir ini orde reformasi ini
begini jadi BP4 ini mencari dana sendiri kadang-kadang saja
departemen agama kasih kegiatan, kerjasama kan ada MOU
supaya ada kegiatan-kegiatan yang bisa dikerjakan oleh BP4
tetapi tidak rutin itu.
Mengenai perceraian apakah jelek perempuan minta cerai
itu, ada dua pandangan kalau ditinjau dari segi kesadaran
berundang-undang itu positif, berarti mereka punya hak,
kalau dulu kan hak cerai itu ada pada suami, tetapi menurut
UU perkawinan suami istri haknya sama di dalam hukum,
jadi dia perempuan-perempuan sekarang dia tidak mau
dianggap sebagai bawahan suami, dia menganggap
bermaksudnya setara. Anaknya bukan anak ibunya, tetapi
anak bersama, membesarkannya pun bersama.nah sekarang
mengani masalah hak nafkah. Tetap dalam UU perkawinan
suami berkewajiban memberi nafkah kepada anak dan
istrinya termasuk kalau fiqh ya menyelenggarakan bajunya,
rumahnya ya macam-macamlah. Nah sekarang ini mereka
kan pada kerja, perempuan ini sebenarnya membantu para
suami juga, tetapi masih ada yang berpendapat uang suami
uang saya, uang saya ya uang saya, itu pendapatnya begitu,
meskipun begitu ya istri bekerja kan atas persetujuan suami,
nah kalau istri kerja suami kerja ya sama-sama buat
keluarga, uang istri bukan uang saya, uang suami bukan
uang saya, uang saya uang kamu uang saya, sama-sama
mestinya. Ini semacam budaya baru tapi ya masih tetap
islami kan kalo perempuan enggak wajib mencari nafkah
untuk keluarga tapi dia tetap menanggung bagi saya itu pintu
surga.
Tetapi banyak perempuan cerai itu begini, suami pikirannya
istri yang sudah punya pengahasilan bahkan banyak yang
lebih daripada suaminya tetapi suami tidak memberi lagi.
Nah ini yang menyebabkan istri menggugat suami karena
suami tidak mengasih nafkah. Nah ini suaminya tidak benar
kan, ada lagi kalau suaminya selingkuh nih ya dia kerja untuk
perempuan lain, saya kerja untuk biayai rumah. Nah dia
tidak mau dan merasa diperlakukan tidak adil. Nah itulah
mereka kalau dikasih kursus supaya ada perubahan sekarang
ini bagaimana cara menurunkannya, yaitu keluarga harus
dikendalikan bersama harus dikuasai bersama termasuk
mendidik anak. Begini, suami kerja, istri kerja tetapi
kewajiban untuk mengurus anak itu masih dibebankan
kepada seorang istri kan konyol itu kan. Orang datang kan
sama-sama capek, suami datang baca koran, katanya
kewajiban dia hanya mencari nafkah ke kantor, si istri pulang
dari kantor capek tetapi dia mesti menyapu, masih mengepel,
masih mencuci, masih memasak, nah itu harus ada semacam
perubahan lah gitu supaya ada tanggung jawab bersama,
maksudnya ada komitmen yang tinggi.
2. Apa perlu Penyuluh Agama Islam mempunyai tugas dalam
mewujudkan keluarga sakinah, jika ada apa tugasnya ?
Iya dong yang namanya dakwah luas sekali kapanpun dan
dimanapun, orang mati sudah masuk kubur saja kita bisa
dakwah disitu, orang kan bilang, orang mati kan sudah tidak
dengar, ya kalau tidakk dengar kan yang dengar yang masih
hidup, itu kan yang sebenernya yang ditalkin/diceramahi kan
yang hidup. Ya tugasnya membimbing masyarakat agar
menjadi keluarga yang sakinah.
3. Seperti apa fungsi edukatif/informatif Penyuluh Agama Islam
di Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah
?
Iya turut serta dalam kegiatan Suscaten/Bimwin serta
memberikan ilmu kepada jama’ahnya tentang masalah
keluarga menurut agama Islam.
4. Seperti apa fungsi konsultatif Penyuluh Agama Islam di
Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Kan ada di masyarakat orang yang menjadi mediator sosial,
ya artinya orang percaya sama penyuluh itu, ketika ada
masalah datang ke rumah dia.
5. Seperti apa fungsi Advokatif Penyuluh Agama Islam di
Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Ya sama seperti tadi sebagai mediator sosial di masyarakat,
ya menjadi seorang yang dipercaya oleh masyarakat untuk
menyelesaikan masalahnya dengan pendekatan agama.
6. Sesering apa seharusnya Penyuluh Agama Islam
menyampaikan materi terkait tentang keluarga sakinah ?
Ya dimana kesempatan, materi apapun harus dimasukkan itu,
inklusif, dimanapun dimateri apapun masuk, disisipi dimana
ada kesempatan.
7. Metode penyuluhan seperti apa yang anda rasa paling efektif
dan mudah difahami mengenai materi keluarga sakinah ?
Ya walau ceramah tapi jangan monolog harus dialog, karena
dengan begitu akan lebih hidup dan tidak bosen dan merasa
diorangkan, mereka bukan saja merasa sebagai objek tetapi
juga subjek. Perlu juga metode konseling selama penyuluh itu
menguasai hal tersebut.
8. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam melakukan
penyuluhan ?
Salama ini tidak ada hambatan tuh, Itu tergantung dari kita,
tergantung dari kemampuan dari konselor atau penyuluh
sendiri juga, kalau kemaupuan kita bagus ya insya Allah
enggak ada hambatan sama sekali.
9. Apa yang menjadi pendukung terselenggaranya kegiatan
penyuluhan ini?
Ya keimanan saja, kita tuh dituntut oleh agama itu, uangmu
keluarkan jangan minta saja gitu. Kalau mau cari pahala
disinilah lading amal, jadi kuncinya ikhlas, maka insya Allah
akan terselenggara dengan baik apa yang kita lakukan.
10. Apa harapan anda kedepannya mengenai pembinaan keluarga
sakinah, khususnya pembinaan yang dilakukan oleh penyuluh
Agama ?
Mesti adanya kerjasama departemen penerangan bekerja
sama dengan BP4 gitu, jadi setiap pengantin mesti ada
khutbahnya, ada penasehatan itu kan bagus sekali. Harus ada
kerjasama dari pusat sampai di daerah, di daerah kan ada
tuh bagian penerangan gitu, terstruktur. Kan sekarang
banyak dana penerangan. Penyuluh agama juga harus
aktiflah di masjid, kan zaman Rasulullah kan masjid itu
fungsinya ganda, untuk ekonomi, sosial, budaya termaksuk
juga untuk pertahanan. Zaman Rasulullah hidup masjid,
kalau kita membangun masjid, di masjid kita bangun
koperasi, di masjid kita bisa semua tuh.
HASIL WAWANCARA
Jama’ah Binaan Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Cakung
Jakarta Timur
Nama : Tinah
Tempat dan tanggal lahir : Jakarta, 11 Februari 1970
Pendidikan : Madrasah Aliyah/SMA
Alamat : Jl. Pulo Gebang, Gg. H. Mayar
RT 006/006 Pulo Gebang,
Kecamatan Cakung, Jakarta
Timur.
Tempat Wawancara : Rumah Ibu Tinah
Hari dan Tanggal Wawancara : Jum’at, 02 Februari 2018.
1. Berapa lama anda mengikutin kegiatan penyuluhan ?
Ya kalau dihitung-hitung ngikut pengajian bulanan sama
mingguan mungkin sudah sekitar 10 tahunan.
2. Seberapa penting Penyuluh Agama Islam menyampaikan materi
keluarga sakinah, mengapa demikian ?
Penting, ya karena materi apapun yang berkaitan tentang
agama larinya kepada kehidupan berumah tangga, misalkan
kita belajar fiqih tentang bagaimana cara menyucikan diri dari
hadas, junub, bagaimana cara melayani suami biar suaminya
bahagia seneng engga jadi rebut, kan ada gara-gara dari
hubungan badan ada keributan, itulah tetap penyuluh agama
punya tugas meluruskan dan mengarahkan. Kayaknya si emang
100% penyuluh agama memiliki peran kesitu.
3. Seperti apa tugas Penyuluh Agama Islam di masyarakat
terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Membimbing dan memberi pelajaran untuk kita dalam
kehidupan berumah tangga. Misalnya guru atau penyuluh
agama mengajarkan kita kalau mau ngaji harus izin sama suami
dulu, ya kan kalau kita izin sama suami dan diizin suami ridho
kita pun sama sama enak. Ya pokoknya guru atau penyuluh
agama pasti mengarahkan kita kepada hal yang baik tadi,
seperti mengajarkan bagaimana berkeluarga yang baik.
4. Seperti apa fungsi edukatif/informatif Penyuluh Agama Islam di
Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Ya seperti tadi, memberi bimbingan dan pengajaran di majelis
ta’lim dengan materi-materi cara yang benar dalam berumah
tangga sesuai dengan syari’at Islam.
5. Seperti apa fungsi konsultatif Penyuluh Agama Islam di
Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Ya membantu dan menerima jama’ah yang ingin berkonsultasi
tentang masalah yang dialaminya dalam berumah tangga. Serta
memberikan solusi yang tepat sesuai ajaran Islam.
6. Seperti apa fungsi Advokatif Penyuluh Agama Islam di
Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Menjadi penengah jika ada masyarakat yang bertikai, misalnya
kalau ada yang ingin bercerai penyuluh agama bisa
mendamaikan.
7. Seberapa sering penyuluh agama menyampaikan materi terkait
tentang keluarga sakinah, apakah dirasa sudah cukup, mengapa
demikian ?
Kalau materi keluarga sakinah tidak begitu sering. Tetapi, kalau
membahas materi seperti maulid Nabi ujung-ujungnya kesana
juga. Walaupun misalnya membahas tentang akhlak Nabi, tetapi
membahas akhlak Nabi kepada istri-istrinya dan kehidupan
Nabi dalam berumah tangga. Jadi secara tidak langsung kita
diajak oleh penyuluh harus mengikuti jejak Rasulullah untuk
rumah tangga kita. Masih banyak yang lainnya, intinya itu
walaupun materinya tidak berjudul keluarga sakinah, tetapi
ujung-ujungnya tetap ke materi ke keluarga, ke rumah tangga”
8. Metode apa saja yang dilakukan penyuluh agama dalam
menyampaikan materi keluarga sakinah ?
Kayanya sih kalau Ust. Dedy selalu ceramah, tidak
menggunakan kitab, paling kadang-kadang dia cari hadits-
hadits tertentu, dia kopikan, lalu dibagikan ke ibu-ibu, jadi dia
mengajar dari kopian itu, dan ibu-ibu membaca sambil
mendengarkan penjelasannya itu. Yang jelas dia tidak pegang
panduan, hanya dari kopian-kopian itu. Oh iya, ada juga Tanya
jawab, beberapa menit saja, satu atau dua orang.
9. Metode penyuluhan seperti apa yang anda rasa paling efektif dan
mudah difahami mengenai materi keluarga sakinah ?
Selama ini penggunaan metode ceramah yang dilakukan
Penyuluh Agama Islam kalau menurut saya si efektif, selama
penyampaiannya itu lugas, dan penyampaiannya itu jelas efektif,
kadang-kadang tergantung penyampaiannya juga si, kadang-
kadang ada kan orang menyampaikannya tidak melihat situasi
dan kondisi, dia menyampaikannya berbahasa intelek kita tidak
mengerti. Maka dari itu untuk ustadz-ustadzah atau penyuluh
dimanapun dia berceramah harus lihat situasi dan kondisi
jama’ah.
10. Apakah anda mempraktekkan materi keluarga sakinah tersebut ?
Selagi penyampaiannya berkenaan, dan yang diajarkan oleh
guru misalnya cara berumah tangga yang baik ya kita amali,
cara berdoa yang baik kita amali, ya kalau sudah dapat ilmu
dari guru selagi itu baik ya kita laksanakan.
11. Seberapa sering anda mempraktekkan materi yang diberikan
penyuluh agama, terutama materi keluarga sakinah ?
Sering alhamdulillah, gurunya didengerkan dan ilmu yang di
dapat harus diamalkan.
12. Bagaimana perasaan anda ketika telah mempraktekkan ilmu
yang di dapat tentang keluarga sakinah, apa dampak yang anda
rasakan ?
Ya kalau kita jalankan dan materinya berkaitan tentang hidup
kita ya senang, apalagi seperti saya sudah berumah tangga
sudah 37 tahun apabila guru itu menyampaikan materi
berkenaan senang sekali. Ya dampaknya ya kita menjalankan
rumah tangga menjadi tentram, jarang sekali ada keributan, ya
senang gitu.
13. Apa harapan anda kedepannya mengenai pembinaan keluarga
sakinah, khususnya pembinaan yang dilakukan oleh Penyuluh
Agama ?
Ya harapan saya kalau bisa apalagi mereka seorang guru,
seorang ustadz, seorang ustadzah, kalau bisa mereka itu apa
yang mereka ucapkan wujudnya dia, jangan sampai apa yang
dia sampaikan tidak mereka lakukan, ya jangan kaya ilmu lilin,
dia yang menerangi orang dia sendiri yang terbakar. Ya kalau
bisa menjadi contoh yang terbaiklah, kalau yang mencontohkan
sudah baik, pasti insya Allah anak buahnya juga baik.
HASIL WAWANCARA
Jama’ah Binaan Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan
Cakung Jakarta Timur
Nama : Hj. Maswati
Tempat dan tanggal lahir : Bekasi, 7 Maret 1953
Pendidikan : SLTP
Alamat : Jl. Pulo Gebang Gg. Swadaya III
RT 004/005 Kelurahan Pulo
Gebang, Kecamatan Cakung,
Jakarta Timur.
Tempat Wawancara : Majelis Abituren Al-Falah
Kelurahan Ujung Menteng
Hari dan Tanggal Wawancara : Sabtu, 03 Februari 2018.
1. Berapa lama anda mengikutin kegiatan penyuluhan ?
sekitar 25 tahunan sejak majelis ini didirikan.
2. Seberapa penting Penyuluh Agama Islam menyampaikan
materi keluarga sakinah, mengapa demikian ?
Penting, karena masalah keluarga itu masalah kehidupan
sehari-hari.
3. Seperti apa tugas Penyuluh Agama Islam di masyarakat
terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Ya banyak sekali tugasnya, terutama dalam membimbing
masyarakat ke jalan yang benar seperti menyampaikan
materi keluarga. Ya karena materi keluarga juga termasuk
materi agama yang perlu dibahas, dan biasanya ustadz pun
menjelaskan bagaimana cara berperilaku dalam kehidupan
sehari hari, seperti di dalam keluarga.
4. Seperti apa fungsi edukatif/informatif Penyuluh Agama Islam
di Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah
?
Menyampaikan materi keluarga seperti cara berperilaku
dalam kehidupan sehari-hari di dalam keluarga tadi.
5. Seperti apa fungsi konsultatif Penyuluh Agama Islam di
Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Ustadz sebagai tempat bertanya,mencurahkan unek-unek
sehingga dapat membantu menyelesaikan masalah.
6. Seperti apa fungsi Advokatif Penyuluh Agama Islam di
Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Sebagai seorang yang dipandang di masyarakat dalam
menyelesaikan masalah yang terjadi. Seperti perselisihan
dalam rumah tangga.
7. Seberapa sering penyuluh agama menyampaikan materi
terkait tentang keluarga sakinah, apakah dirasa sudah cukup,
mengapa demikian ?
Tidak begitu sering, tetapi kadang ada saja pembahasan
keluarga di dalam materi lain yang disampaikan oleh ustadz.
8. Metode apa saja yang dilakukan penyuluh agama dalam
menyampaikan materi keluarga sakinah ?
Ceramah
9. Metode penyuluhan seperti apa yang anda rasa paling efektif
dan mudah difahami mengenai materi keluarga sakinah ?
Ceramah, karena penyuluhan yang dilakukan biasanya
berbentuk ceramah dan ustadz menjelaskan dengan baik,
santun dan dengan bahasa yang mudah dimengerti.
10. Apakah anda mempraktekkan materi keluarga sakinah
tersebut ?
Iya, selama itu kebaikan saya akan berusaha mempraktekkan.
11. Seberapa sering anda mempraktekkan materi yang diberikan
penyuluh agama, terutama materi keluarga sakinah ?
Cukup sering. ya selama dapat ilmu dari ustadz sebisa
mungkin kita praktekkan dalam hidup kita.
12. Bagaimana perasaan anda ketika telah mempraktekkan ilmu
yang di dapat tentang keluarga sakinah, apa dampak yang
anda rasakan ?
Saya merasa bersyukur, dan bahagia.
13. Apa harapan anda kedepannya mengenai pembinaan
keluarga sakinah, khususnya pembinaan yang dilakukan oleh
penyuluh Agama ?
Harapan saya agar selalu bisa memberikan ilmu-ilmu yang
bermanfaat serta dengan penjelasan yang mudah di mengerti
sehingga kita mudah mempraktekkannya.
HASIL WAWANCARA
Jama’ah Binaan Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan
Cakung Jakarta Timur
Nama : Hj. Siti Mariyam
Tempat dan tanggal lahir : Sukamandi, 19 Agustus 1949
Pendidikan : SLTA
Alamat : Jl. Arun 8 No. 17 Komplek
Pertamina Kelurahan Ujung
Menteng, Kecamatan Cakung,
Jakarta Timur.
Tempat Wawancara : Majelis Ta’lim Abituren Al-
Falaah Kelurahan Ujung Menteng
Hari dan Tanggal Wawancara : Sabtu, 03 Februari 2018.
1. Berapa lama anda mengikutin kegiatan penyuluhan ?
Ya sekitar 25 tahunan.
2. Seberapa penting Penyuluh Agama Islam menyampaikan
materi keluarga sakinah, mengapa demikian ?
Penting, karena kehidupan berumah tangga atau keluarga
kan kita alamin setiap hari.
3. Seperti apa tugas Penyuluh Agama Islam di masyarakat
terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Tugasnya seperti mengajarkan masyarakat kepada hal-hal
yang benar. ya seperti materi-materi yang berkaitan dengan
keluarga.
4. Seperti apa fungsi edukatif/informatif Penyuluh Agama Islam
di Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah
?
Ustadz melakukan pengajaran tentang kehidupan
berkeluarga. Seperti akhlak istri kepada suami, hak dan
kewajiban suami istri, cara mengurus anak dengan baik dan
masih banyak lagi. Pemberian materinya tidak sekaligus,
kadang sebulan sekali, kadang juga suka nyambung dalam
materi yang lain.
5. Seperti apa fungsi konsultatif Penyuluh Agama Islam di
Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Menerima jama’ah yang ingin konsultasi tentang masalah
keluarga dan memberinya solusi.
6. Seperti apa fungsi Advokatif Penyuluh Agama Islam di
Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Menyelesaikan masalah di masyarakat, terutama masalah
yang ada di dalam keluarga yang ada di masyarakat.
7. Seberapa sering penyuluh agama menyampaikan materi
terkait tentang keluarga sakinah, apakah dirasa sudah cukup,
mengapa demikian ?
Tidak sering, tetapi kadang diselipi dalam materi lain.
8. Metode apa saja yang dilakukan penyuluh agama dalam
menyampaikan materi keluarga sakinah ?
Ceramah, terkadang ada tanya jawab juga.
9. Metode penyuluhan seperti apa yang anda rasa paling efektif
dan mudah difahami mengenai materi keluarga sakinah ?
Ceramah, karena penyuluhan yang dilakukan biasanya
berbentuk ceramah dan ustadz menjelaskan dengan baik,
santun dan dengan bahasa yang mudah dicerna.
10. Apakah anda mempraktekkan materi keluarga sakinah
tersebut ?
Iya, selama itu kebaikan saya akan berusaha mempraktekkan.
11. Seberapa sering anda mempraktekkan materi yang diberikan
penyuluh agama, terutama materi keluarga sakinah ?
Cukup sering, ya kalau memang itu disampaikan oleh ustadz
ya kita praktekkan.
12. Bagaimana perasaan anda ketika telah mempraktekkan ilmu
yang di dapat tentang keluarga sakinah, apa dampak yang
anda rasakan ?
Alhamdulillah saya merasa bersyukur, dan pastinya bahagia.
13. Apa harapan anda kedepannya mengenai pembinaan
keluarga sakinah, khususnya pembinaan yang dilakukan oleh
penyuluh Agama ?
Jadi untuk mendekati jama’ah terutama kaum ibu ustadz
haruslah bisa fleksibel, tidak keras tidak terlalu lembut, tapi
mengena begitu. Lihat situasi lah, lihat umur yang dihadapi,
terus golongan apa. Kalau disini pakai bahasa tinggi banyak
nenek-nenek, kurang faham jadinya, akhirnya mereka fikir
mendingan ngobrol karena enggak faham. Ya terutama liat
sikon, terus juga pemilihan tema yang tepat juga.
HASIL WAWANCARA
Jama’ah Binaan Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan
Cakung Jakarta Timur
Nama : H. Mukhtar Lubis
Tempat dan tanggal lahir : Jakarta, 14 Juli 1957
Pendidikan : S1Fakultas Syariah IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Alamat : Jl. Balai Rakyat RT 15/01 Cakung
Timur, Cakung, Jakarta Timur.
Tempat Wawancara : Rumah Bapak H. Mukhtar Lubis
Hari dan Tanggal Wawancara : Minggu, 04 Februari 2018.
1. Berapa lama anda mengikutin kegiatan penyuluhan ?
29 Tahun
2. Seberapa penting Penyuluh Agama Islam menyampaikan
materi keluarga sakinah, mengapa demikian ?
Kalau kata saya sangat penting, itu kan penyuluh artinya
memberikan keterangan kepada mereka ya, itu sesuai dengan
hadits nabi “kun aliman aw muta’aliman aw mustamian aw
muhibban walatakun khomsan”, itu kan disitu ada unsur
yang penting terutama ya guru yang bisa menjelaskan kepada
orang yang membutuhkan ya, begitu. Sangat penting
pokoknya jawabannya sangat penting.
3. Seperti apa tugas Penyuluh Agama Islam di masyarakat
terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Tugas penyuluh agama ya tidak hanya memberikan
penyuluhan atau bimbingan tentang keluarga saja. Kalau
sudah bicara agama semuanya sudah termasuk, dari masalah
perkawinan, ibadah, aqidah kemudian kenegaraan. Jika
bicara penyuluh agama berarti seluruhnya, tidak hanya
tentang keluarga saja. Mungkin ya tidak semua bisa dikuasai
semua, mungkin dari keterbatasan ilmu pengetahuan dia.
4. Seperti apa fungsi edukatif/informatif Penyuluh Agama
Islam di Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga
sakinah ?
Ya tadi, memberikan penyuluhan atau bimbingan tentang
keluarga dan semua tentang agama.
5. Seperti apa fungsi konsultatif Penyuluh Agama Islam di
Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Ya penyuluh sebagai tempat konsultasi jama’ah jika ada
masalah yang berkaitan dengan rumah tangganya dan
memberikan solusi yang baik sesuai dengan ajaran agama
islam tentunya.
6. Seperti apa fungsi Advokatif Penyuluh Agama Islam di
Masyarakat terutama dalam mewujudkan keluarga sakinah ?
Ya hampir mirip sama konsultasi tadi, bedanya kalau ini
penyuluh harus sebagai penengah jikalau dipinta jama’ah
untuk mengatasi masalah yang sudah genting, contoh
perebutan warisan tuh.
7. Seberapa sering penyuluh agama menyampaikan materi
terkait tentang keluarga sakinah, apakah dirasa sudah cukup,
mengapa demikian ?
Jarang ya, biasanya paling banyak membahas masalah
ibadah, masalah keluarga sakinah nyaris jarang, kecuali
kalau ada acara tasyakuran pernikahan. Seperti itu, kalau
spesifik di kegiatan majelis ta’lim atau kesempatan yang lain
sepertinya jarang spesifik ke materi dengan judul keluarga
sakinah. Kalau materi keluarga yang lain ya paling
bicaranya tentang ekonomi.
8. Metode apa saja yang dilakukan penyuluh agama dalam
menyampaikan materi keluarga sakinah ?
Metodenya ceramah saja, dialog sama diskusi jarang, sebab
mungkin yang pertama keterbatasan waktu, yang kedua
mungkin kalau dibuka dialog tentang keluarga sakinah,
jama’ah malu untuk bertanya.
9. Metode penyuluhan seperti apa yang anda rasa paling efektif
dan mudah difahami mengenai materi keluarga sakinah ?
Kalau dengan pendekatannya dengan ceramah ya paling
sekitar 40%, itupun untuk mereka yang punya kasus ya tidak
tuntas. Sifatnya kan hanya ceramah umum yang tidak sampai
kepermasalahan. Kalau yang enak mungkin dengan
konseling, penyuluh datang ke rumah, itu sangat sangat
efektif, jadi lebih bisa difahami. Tapi ya mau gimana, jarang
juga yang mau terbuka, mungkin karena sangat sensitif ya,
masalah pribadi jadi ya jarang. Kalau dengan ceramah ya
sekitar 40%, ya walaupun ketika acara hajatan 40%, apalagi
sudah dihidangkan makanan.
10. Apakah anda mempraktekkan materi keluarga sakinah
tersebut ?
Ilmu kan ada dua, ada yang agama dan ada yang umum,
kalau yang agama harus kita yakini, sudah benar, jangan
pakai ditanya itu salah atau sudah benar. Kalau yang umum
ya bisa jadi benar bisa jadi salah.
11. Seberapa sering anda mempraktekkan materi yang diberikan
penyuluh agama, terutama materi keluarga sakinah ?
Jadi yang paling utama ilmu itu harus diamalkan. Jangan
sampai kita dicap sebagai orang yang” kaburomaktan
indallahi ma la ta’malun”, tetapi ya kita berharap kita
mengamalkan ilmu bukan karena ingin diekspos jadi orang
yang paling benar. Jadi kalau dapat ilmu ya harus segera
diamalkan.
12. Bagaimana perasaan anda ketika telah mempraktekkan ilmu
yang di dapat tentang keluarga sakinah, apa dampak yang
anda rasakan ?
Yang pertama merasa senang, karena ilmu yang kita miliki,
ilmu yang baru sudah kita laksanakan, kalau perlu ya kita
keluarkan kepada orang lain. Orang lainpun saya rasa juga
senang. Senangnya gini, sebab orang lain juga tidak akan
melihat sebatas ucapan, tetapi melihat ketika terjun di
masyarakat benarkah antara ucapan dengan perbuatannya.
Nah ini harus dibuktikan ya, sebab kalau tidak dibuktikan ya
hanya sebatas wacana, jauh bara dari atas panggang. Tapi
yang saya lihat sekarang tidak seperti itu ya.
13. Apa harapan anda kedepannya mengenai pembinaan
keluarga sakinah, khususnya pembinaan yang dilakukan oleh
penyuluh Agama ?
Ya sebenernya harus dor to dor, dan harus punya data,
rumah tangga ini istrinya pendidikan nya apa terus suaminya
pendidikannya apa. kan ketika mereka mau dor to dor tau,
oh ini mesti dikasihnya apa. Inilah yang saya bilang kali ya,
mengapa umat islam tidak mau pada sholat mungkin di
musholah tidak sholat tapi di rumah sholat karena data dasar
ilmunya ini ini sangat minim ditambah lagi kalau ceramah
umum yang begitu dengar dia bilang dalam hati “gua
disindir nih” kan ribet juga yang kaya gitu kan. Dor to dor
kemudian ada satu saat yang sifatnya masal tetapi ya latar
belakang ilmunya mesti sama. Kemudian ya dibuat seperti
kelompok tutor gitu. Nanti yang sudah bisa menjadi tutornya
terus begitu. Sebab yang pertama kita lihat kalau keluarga
sakinah mawaddah wa rohmah itu sholat dulu, sebab dengan
sholat bisa dilihat nanti kebahagiaan mereka ada. Sebab
kalau mereka tidak sholat bagaimana bisa dikatakan sakinah.
Tetapi dengan hal ini yang pertama ya pekerjaannya jadi
banyak yang kedua perlu biaya yang cukup besar pula, untuk
mempeta-petakan orang orang sekecamatan kan lumayan,
apalagi kalau kita liat penyuluh di satu kecamatan Cuma
tujuh, satu kelurahan satu. Tapi ya mau gimanapun
alhamdulillah kan penyuluh sudah ada, tinggal kreatif dan
inovatif dalam menyuluh, bagaimana dia bisa manfaatkan
lingkungannya, jabatannya semua yang ada bisa seperti itu.
.
Dokumentasi
Dokumentasi Foto
Kegiatan Majelis Ta’lim
Majelis Ta’lim Abituren Al-Falaah Majelis Ta’lim Al-Hidayah
Majelis Ta’lim Darus-Syifa Majelis Ta’lim Al-Jihad
Majelis Ta’lim Tombo Ati Majelis Forum Komunikasi Ulama
Umara (FK-ULUM)
Kegiatan Bimbingan Perkawinan
Pemberian Materi Oleh Pemberian Materi Oleh Dokter
Penyuluh Agama Islam Puskesmas Kec. Cakung
Pemeriksaan Kesehatan Oleh Calon Pengantin yang Mengikuti
Dokter Puskesmas Kegiatan Bimwin
Wawancara
Wawancara dengan Wawancara dengan
Dra. Hj. Zubaidah Mukhtar,M.Si Kepala KUA Kec. Cakung
Sarana dan Prasarana KUA Kec. Cakung
Plang KUA Kec. Cakung Tampak Depan Gedung KUA Kec.
Arah Pintu Masuk KUA Cakung
Struktur Organisasi KUA Kec. Cakung Kantor Penyuluh Agama Islam
KUA Kec. Cakung
Surat Perizinan dan Surat
Keterangan