BIOTEKNOLOGI UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN …

12
Vol 01, Ed 2, Maret 2021 BIOTEKNOLOGI UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN: MASALAH, POTENSI, DAN TANTANGAN Hal. 1 PEMBANGUNAN RUMAH MBR MELALUI MEKANISME FLPP HARUS TETAP MENGUTAMAKAN ASPEK LAYAK HUNI Hal. 3 TANTANGAN HOLDING ULTRA MIKRO Hal. 5 OPTIMALISASI LNG MELALUI PEMBEBASAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) Hal. 7

Transcript of BIOTEKNOLOGI UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN …

Page 1: BIOTEKNOLOGI UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN …

Vol 01, Ed 2, Maret 2021

BIOTEKNOLOGI UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN: MASALAH, POTENSI, DAN TANTANGAN

Hal. 1

PEMBANGUNAN RUMAH MBR MELALUI MEKANISME FLPP HARUS TETAP MENGUTAMAKAN ASPEK LAYAK HUNI

Hal. 3

TANTANGAN HOLDING ULTRA MIKRO

Hal. 5

OPTIMALISASI LNG MELALUI PEMBEBASAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

Hal. 7

Page 2: BIOTEKNOLOGI UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN …

Penanggung Jawab

Dr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E., M.Si.

Pemimpin Redaksi

Rastri Paramita, S.E., M.M.

Redaktur

Robby Alexander Sirait, S.E., M.E.

Dahiri, S.Si., M.Sc.

Adhi Prasetyo Satriyo Wibowo, S.M.

Rosalina Tineke Kusumawardhani, S.E.

Editor

Deasy Dwi Ramiayu, S.E.

Sekretariat

Husnul Latifah, S.Sos.

Memed Sobari

Musbiyatun

Hilda Piska Randini, S.I.P.

Budget Issue Brief Industri dan Pembangunan ini diterbitkan oleh Pusat Kajian Anggaran,Badan Keahlian DPR RI.

Isi dan hasil penelitian dalam tulisan-tulisan di terbitan ini sepenuhnya tanggung jawab para penulis dan bukan

merupakan pandangan resmi Badan Keahlian DPR RI.

Artikel 1 Bioteknologi untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan: Masalah, Potensi, dan

Tantangan ............................................................................................................................................ 1

Artikel 2 Pembangunan Rumah MBR Melalui Mekanisme FLPP Harus Tetap

Mengutamakan Aspek Layak Huni ............................................................................................. 3

Artikel 3 Tantangan Holding Ultra Mikro .................................................................................................. 5

Artikel 4 Optimalisasi LNG Melalui Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) .................. 7

Page 3: BIOTEKNOLOGI UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN …

www.puskajianggaran.dpr.go.id puskajianggaran @puskajianggaran

1 Industri dan Pembangunan Budget Issue Brief Vol 01, Ed 2, Maret 2021

Bioteknologi merupakan ilmu yang mempelajari

pemanfaatkan makhluk hidup, khususnya mikroorganisme (jasad

renik) atau sel-sel organisme hidup lainnya. Salah satu

pemanfaatan bioteknologi yaitu untuk menghasilkan benih

varietas unggul yang berkualitas, sehingga dapat meningkatkan

produktivitas. Namun, hasil penelitian benih varietas unggul

tersebut belum sebanding dengan realita di lapangan. Hal ini dapat

dilihat dari produktivitas hasil penelitian varietas padi IPB 9G

sebesar 9,09 ton/ha pada tahun 2017. Sedangkan produktivtas di

lapangan hanya 5,1 ton/ha pada tahun 2020. Produktivitas hasil

penelitian varietas jagung JH 234 sebesar 10,1 ton/ha, tetapi

realita di lapangan hanya 5,23 ton/ha. Kemudian produktivitas

hasil penelitian varietas kedelai Devon 1 2,75 ton/ha, tetapi

realitas di lapangan hanya 1,51 ton/ha. Kondisi tersebut

merupakan sinyalemen negatif terhadap implementasi hasil

penelitian. Padahal hasil penelitian sangat diharapkan dapat

menghasilkan outcome yaitu peningkatan produktivitas.

Permasalahan belum sebandingnya hasil penelitian dengan realita

di lapangan di atas, mengindikasikan pendistribusian dan

pemanfaatan hasil penelitian masih minim. Meskipun

pendistribusian sudah dilakukan, tetapi pemanfaatan benih belum

sesuai dengan kondisi lahan. Hal tersebut tercermin pada saat

masih ada subsidi benih, dimana petani mengeluhkan benih yang

diberikan oleh pemerintah karena varietas tidak cocok dengan

kondisi lahan tanam, sehingga produksi tidak sesuai harapan.

Permasalahan yang telah diuraiakan di atas harus menjadi perhatian pemerintah, karena hasil penelitian menunjukkan potensi untuk meningkatkan produktivitas. Berdasarkan Laporan Tahunan 2019 Balitbang Kementan, hasil penelitian varietas ungul pada tahun 2019 juga menunjukkan adanya peningkatan produktivitas dengan rincian yaitu sebagai berikut: 1. Komoditas tanaman padi. Hasil penelitian varietas Inpari-46

(9,08 ton/ha dengan rata-rata 6,74 ton/ha), Inpari-IR (9,98

ton/ha dengan rata-rata 6,21 ton/ha), Baroma (9,18 ton/ha

dengan rata-rata 6,01 ton/ha), dan Pamera (11,33 ton dengan

rata-rata 6,43 ton/ha).

2. Komoditas jagung. Hasil penelitian varietas Jharing-1 (13,78

ton/ha dengan rata-rata 11,03 ton/ha), JH-29 (12,6 ton/ha

dengan rata-rata 11,7 ton/ha) , dan JH-30 (12,6 ton/ha dengan

rata-rata 11,3 ton/ha).

Komisi IV

BIOTEKNOLOGI UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN:

MASALAH, POTENSI, DAN TANTANGAN

• Produktivitas hasil penelitian varietas unggul belum sebanding dengan realita produktivitas di lapangan

• Upaya yang perlu dilakukan oleh pemerintah yaitu pertama, hasil penelitian benih varietas unggul diimplentasikan pada program food estate. Kedua membentuk wilayah binaan pertanian dengan pemanfaatan hasil penelitian benih varietas unggul. Ketiga, baik food estate maupun wilayah binaan pertanian harus dilakukan pendampingan oleh peneliti dan penyuluh pertanian. Pendampingan yang dimaksud dimulai dari awal penyemaian benih sampai dengan panen, yang berdasarkan standar penelitian yang telah dilakukan.

HIGHLIGHT

INDUSTRI DAN PEMBANGUNAN

PUSAT KAJIAN ANGGARAN Badan Keahlian DPR RI

Penanggung Jawab : Dr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E Redaktur: Robby Alexander Sirait · Rastri Paramita ·Dahiri · Adhi Prasetyo · Deasy Dwi Ramiayu · Rosalina Tineke Kusumawardhani Penulis: Dahiri & Rosalina Tineke K

Page 4: BIOTEKNOLOGI UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN …

Industri dan Pembangunan Budget Issue Brief Vol 01, Ed 2, Maret 2021

www.puskajianggaran.dpr.go.id puskajianggaran @puskajianggaran

2

3. Komoditas Kedelai. Hasil penelitian varietas Dering-2 (3,32 ton/ha), Dering-3 (2,99 ton

dengan rata-rata 2,42 ton/ha), Demas-2 (3,27 ton dengan rata-rata 2,79 ton/ha), Demas-

3 (2,88 ton dengan rata-rata 2,66 ton/ha).

Dari hasil penelitian di atas diperoleh bahwa hasil penelitian varietas ungul

komoditas tanaman pangan menunjukkan adanya peningkatan produktivitas. Sangat

disayangkan jika hasil penelitian-penelitian tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik

seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena itu, tantangan bagi pemerintah adalah

bagaimana pemanfaatan hasil penelitian dapat sebanding dengan realita produktivitas di

lapangan. Jangan sampai hasil penelitian hanya sebatas laporan semata.

Untuk dapat meningkatkan pemanfaatan hasil penelitian di atas, pemerintah dapat

melakukan upaya sebagai berikut:

1. Hasil penelitian benih varietas unggul diimplentasikan pada program food estate.

2. Membentuk wilayah binaan pertanian dengan pemanfaatan hasil penelitian benih

varietas unggul .

3. Baik food estate maupun wilayah binaan pertanian harus dilakukan pendampingan oleh

peneliti dan penyuluh pertanian. Pendampingan yang dimaksud dimulai dari awal

penyemaian benih sampai dengan panen, yang berdasarkan standar penelitian yang telah

dilakukan.

Page 5: BIOTEKNOLOGI UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN …

www.puskajianggaran.dpr.go.id puskajianggaran @puskajianggaran

3 Industri dan Pembangunan Budget Issue Brief Vol 01, Ed 2, Maret 2021

Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP)

yang dijalankan sejak tahun 2010 merupakan penyaluran

pembiayaan kepemilikan rumah dari pemerintah melalui bank

pelaksana kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR),

dengan bunga tetap dan terjangkau untuk mengatasi masalah

backlog di Indonesia. Meskipun sudah berjalan satu dekade dan

sudah relatif banyak perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah,

namun penyediaan rumah bagi MBR ini masih dihadapkan pada

berbagai masalah. Salah satunya adalah kelayakan rumah yang

disediakan. Penyediaan rumah bagi MBR tidak boleh hanya

sekedar tersedia, murah dan terjangkau. Pemerintah juga harus

mengutamakan beberapa aspek agar rumah bagi MBR layak huni.

Kelayakan tersebut tidak hanya sebatas dari aspek teknis atau

konstruksi bangunan. Namun, juga harus memperhatikan

beberapa aspek, antara lain sarana dan prasarana (infrastruktur

dasar, air minum, sanitasi, energi, dan pembuangan limbah),

aksesibilitas dan lokasi (dikaitkan dengan mata pencaharian,

layanan pendidikan, kesehatan dan sosial lainnya, dan biaya yang

dikeluarkan selain biaya pembelian rumah), serta kelayakan

budaya.

Hasil survei yang dilakukan oleh Direktorat Evaluasi Bantuan

Pembiayaan Perumahan Kementerian PUPR pada 2017 ditemukan

sebanyak 36,42 persen unit rumah subsidi (dari total sampel

14.393 unit) yang belum dihuni, dimana penyebabnya banyak

berkaitan dengan kondisi fisik bangunan dan prasarana umum

perumahan yang belum tersedia (Bramantyo, 2019). Penilaian

Direktorat Perumusan Kebijakan dan Evaluasi Kementerian PUPR

pada 2018, menunjukkan bahwa 55,4 persen unit bersubsidi yang

dibangun oleh pengembang tidak memenuhi standar minimum

konstruksi dan persyaratan infrastruktur seperti yang diatur

dalam peraturan subsidi KPR (Bank Dunia, 2020). Dalam Kajian

Belanja Publik Indonesia (2020), Bank Dunia menyebutkan bahwa

perumahan bersubsidi cenderung berada di lokasi yang buruk,

yang pada gilirannya akan mengakibatkan biaya jangka panjang

yang lebih tinggi bagi penerima manfaat. Selain itu, laporan

tersebut juga menyebutkan bahwa tingginya jumlah hunian yang

tidak terisi, yang menambah jumlah rumah tidak layak huni.

Alasan ketidakterisian rumah subsidi tersebut adalah kondisi

infrastruktur dasar yang buruk (44 persen), kualitas konstruksi

Komisi V

PEMBANGUNAN RUMAH MBR MELALUI MEKANISME FLPP HARUS

TETAP MENGUTAMAKAN ASPEK LAYAK HUNI

• Selama satu dekade pelaksanaannya, program FLPP masih dihadapkan pada berbagai masalah, salah satunya yaitu kelayakan rumah yang disediakan baik dari aspek teknis maupun aspek lainnya seperti sarana dan prasarana, aksesibilitas dan lokasi serta kelayakan budaya.

• Berdasarkan hasil survei Direktorat EBPP Kementerian PUPR dan Kajian dari Bank Dunia, terlihat bahwa jumlah hunian rumah subsidi banyak yang tidak terisi karena aspek layak huni yang tidak terpenuhi.

• Untuk mengoptimalkan manfaat dan layak huni dari rumah subsidi, Pemerintah perlu melakukan beberapa hal yaitu penguatan law enforcement terkait layak huni, menerbitkan beleid baru pengganti Kepmen Kimpraswil 403 tahun 2002, kerja sama dan sinergi yang solid antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan lembaga lainnya, memastikan penerapan aplikasi SiPetruk, serta penerapan reward and punishment bagi pengembang.

HIGHLIGHT

PUSAT KAJIAN ANGGARAN Badan Keahlian DPR RI

Penanggung Jawab : Dr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E Redaktur: Robby Alexander Sirait · Rastri Paramita ·Dahiri · Adhi Prasetyo · Deasy Dwi Ramiayu · Rosalina Tineke Kusumawardhani Penulis: Robby Alexander Sirait & Emillia Octavia

INDUSTRI DAN PEMBANGUNAN

Page 6: BIOTEKNOLOGI UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN …

www.puskajianggaran.dpr.go.id puskajianggaran @puskajianggaran

Industri dan Pembangunan Budget Issue Brief Vol 01, Ed 2, Maret 2021

4 4

www.puskajianggaran.dpr.go.id puskajianggaran @puskajianggaran

yang buruk (27 persen), serta kurangnya listrik dan air bersih (17 persen).

Pada tahun 2021, pemerintah merencanakan alokasi FLPP senilai Rp16,66 triliun untuk rumah sebanyak 157.500 unit. Agar pembangunan rumah subsidi memberikan manfaat yang optimal dan layak huni bagi MBR, maka ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah. Pertama, perlunya penguatan law enforcement untuk memastikan rumah subsidi layak huni. Beberapa regulasi untuk memastikan rumah subsidi bagi MBR layak huni sebenarnya sudah ada, seperti Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2016 (PP No. 64 Tahun 2016), Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 403 Tahun 2002 (Kepmen Kimpraswil No. 403 Tahun 2002), Peraturan Menteri PUPR No. 27/PRT/M/2018, dan Peraturan Menteri PUPR Nomor 05/PRT/M/2016. Meskipun sudah ada regulasi yang mengaturnya, namun masih banyaknya rumah subsidi bagi MBR yang belum layak huni. Hal ini mengindikasikan adanya kelemahan dalam implementasi regulasi yang telah ada. Oleh karena itu, perlu penguatan law enforcement terkait standar teknis pembanguan, Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) dan penerbitan Sertifikat Laik Fungsi (SLF).

Kedua, mempercepat penerbitan beleid baru pengganti Kepmen Kimpraswil No. 403 Tahun 2002. Beleid ini merupakan acuan dalam standar bangunan rumah bagi MBR yang diberlakukan hingga saat ini. Dari sisi substansi, beleid ini sudah perlu dilakukan perubahan atau bahkan penggantian karena sudah tidak relevan dengan perkembangan kebutuhan untuk menghadirkan rumah layak huni bagi MBR. Sebenarnya wacana dan proses revisi ini sudah mulai dilakukan oleh Kementerian PUPR sejak tahun 2018. Namun, hingga saat ini belum ada penerbitan beleid baru. Padahal, Pasal 3

PP No. 64 Tahun 2016 secara spesifik mengamanahkan Menteri PUPR untuk menerbitkan regulasi standar pembangunan perumahan MBR.

Ketiga, perlu adanya kerja sama dan sinergi yang solid antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan lembaga lainnya terkait penentuan lokasi pembangunan rumah subsidi dan pemenuhan sarana prasarana pendukung. Hal ini diperlukan karena kelayakan huni rumah bersubsidi tidak boleh hanya dipandang dari kelayakan konstruksi atau fisik saja. Namun, lokasi dan sarana prasarana pendukung yang dikaitkan dengan kehidupan sosial (salah satunya akses ke layanan publik seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, listrik dan moda transportasi) dan mata pencaharian penerima manfaat juga menjadi hal yang sangat penting.

Keempat, memastikan penerapan aplikasi Sistem Pemantauan Konstruksi atau SiPetruk. Penerapan SiPetruk (bekerja sama dengan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi) merupakan kebutuhan yang perlu segera dilaksanakan. Namun, pelaksanaannya harus independen dan transparan. Tidak hanya itu saja, penerapan aplikasi ini sebaiknya lebih komprehensif. Pemantauan tidak hanya konstruksi saja. Namun, aplikasi ini juga harus memantau ketersediaan sarana prasarana pendukung yang sesuai standar agar layak huni.

Terakhir, perlu adanya penerapan reward and punishment bagi pengembang. Punishment dalam bentuk penerapan blacklist diperlukan agar pengembang memiliki komitmen kuat untuk menyediakan hunian yang sesuai dengan standar dan aturan dari pemerintah. Sedangkan reward dalam bentuk pemberian insentif diperlukan agar pengembang terpacu untuk memberikan kualitas dan kinerja terbaik dalam penyediaan rumah layak huni.

Page 7: BIOTEKNOLOGI UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN …

www.puskajianggaran.dpr.go.id puskajianggaran @puskajianggaran

5 Industri dan Pembangunan Budget Issue Brief Vol 01, Ed 2, Maret 2021

Saat ini jumlah pelaku usaha mikro mendominasi, yaitu lebih

dari 98% dari total pelaku usaha (usaha besar, menengah, kecil,

dan mikro) di Indonesia. Namun sayangnya masih terdapat gap

pembiayaan ultra mikro, di mana sebanyak 65% dari sekitar 54

juta pelaku usaha atau pekerja segmen ultra mikro (UMi) masih

belum terlayani oleh lembaga keuangan formal. Pelaku usaha

mikro tersebut umumnya memiliki literasi keuangan rendah,

akses yang terbatas, dan tidak memiliki aset kolateral. Untuk itu,

Pemerintah berencana melakukan integrasi BUMN untuk

mendorong penetrasi pembiayaan ultra mikro yang terdiri dari PT

Bank Rakyat Indonesia (PT BRI), PT Pegadaian dan PT Permodalan

Nasional Madani (PT PNM) yang ditargetkan terbentuk pada tahun

2021. Gambar 1. Struktur Transaksi Holding Ultra Mikro

Sumber: Kementerian Keuangan, 2021.

Pembentukan integrasi BUMN ini akan dilakukan melalui

aksi rights issue PT BRI, setelah mendapat arahan dari Komite

Privatisasi dan rekomendasi dari Menteri Keuangan serta

dikonsultasikan dengan DPR RI sesuai dengan PP 33/2005

tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan. Seluruh

saham seri B Negara pada PT Pegadaian dan PT PNM akan

disetorkan ke PT BRI dalam rangka partisipasi Pemerintah dalam

rights issue PT BRI tersebut. Penyetoran seluruh saham seri B

Negara pada PT Pegadaian dan PT PNM kepada PT BRI dilakukan

sesuai PP 72/2016 tentang Tata Cara Penyertaan Modal Negara

kepada BUMN. Setelah transaksi rights issue, PT BRI akan memiliki

seluruh saham seri B PT Pegadaian dan PT PNM, sedangkan

Pemerintah RI memiliki 1 lembar saham seri A Dwiwarna pada PT

Pegadaian dan PT PNM.

Kepemilikan saham pemerintah di PT BRI dipastikan

terjaga di level ±56,75% ≤ 60% sementara publik masih

Komisi VI

TANTANGAN HOLDING ULTRA MIKRO

• Pemerintah akan melakukan integrasi BUMN melalui holding ultra mikro yang terdiri dari PT Bank Rakyat Indonesia, PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani yang ditargetkan terbentuk pada tahun 2021.

• Holding ini diharapkan dapat membantu mencapai rasio target kredit UMKM dari 19,75% di 2020 menjadi 22% di 2024 dan dapat mempermudah akses layanan keuangan formal serta mengurangi biaya pendanaan usaha UMi dengan menjadi alternatif utama dari kredit dengan bunga tinggi.

• Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu terkait core business yang berbeda; kepastian bahwa holding company tidak akan menyebabkan pemutusan hubungan kerja di PT Pegadaian dan PT PNM; dan jangan sampai pengawasan kepada anak usaha menjadi melemah.

HIGHLIGHT

INDUSTRI DAN PEMBANGUNAN

PUSAT KAJIAN ANGGARAN Badan Keahlian DPR RI

Penanggung Jawab : Dr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E Redaktur: Robby Alexander Sirait · Rastri Paramita ·Dahiri · Adhi Prasetyo · Deasy Dwi Ramiayu · Rosalina Tineke Kusumawardhani Penulis: Ervita Luluk Zahara

Page 8: BIOTEKNOLOGI UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN …

Industri dan Pembangunan Budget Issue Brief Vol 01, Ed 2, Maret 2021

www.puskajianggaran.dpr.go.id puskajianggaran @puskajianggaran

6

menguasai ±40% ≤ 43,25% saham PT BRI.

Setelah integrasi BUMN ini terbentuk, PT

BRI akan memegang 99,99 persen saham

PT PNM dan PT Pegadaian, sedangkan

pemerintah RI memiliki saham Seri A

Dwiwarna.

Holding ultra mikro ini memiliki

beberapa potensi manfaat. Bagi perusahaan,

holding ini dapat meningkatkan valuasi

entitas, meningkatkan efisiensi bisnis melalui

sinergi entitas dan tata kelola yang lebih baik

dan penurunan cost of fund bersumber dari

dana murah segmen ultra mikro dan sumber

pendanaan alternatif. Bagi pemerintah,

holding ini diharapkan dapat membantu

mencapai rasio target kredit UMKM dari

19,75% di 2020 menjadi 22% di 2024 sesuai

agenda pembangunan nasional Indonesia,

menciptakan lapangan kerja dan bisnis baru

di segmen ultra mikro, memperkuat kerangka

sistem finansial Indonesia melalui integrasi

layanan keuangan yang strategis, membentuk

wadah untuk pendistribusian program

pemerintah dari berbagi kementerian yang

menargetkan segmen ultra mikro, dan

meningkatkan efisiensi tata kelola BUMN

dengan mengurangi jumlah entitas BUMN

tentunya jika dapat dikelola sesuai dengan

prinsip good corporate governance. Kemudian

bagi masyarakat, dengan holding ini

diharapkan dapat mempermudah akses

layanan keuangan formal serta mengurangi

biaya pendanaan usaha UMi dengan menjadi

alternatif utama dari kredit dengan bunga

tinggi.

Namun demikian, terdapat beberapa hal

yang perlu diperhatikan jika holding ultra

mikro ini dilaksanakan. Pertama, core

business ketiga perusahaan yang berbeda

meskipun terdapat target yang sama yaitu

pelaku UMKM dan ultra mikro. Jangan sampai

dengan holding ini efektivitas perusahaan

menjadi menurun. Seperti yang diketahui

bahwa PT BRI sendiri merupakan perusahaan

terbuka dan berfokus pada pelayanan industri

jasa keuangan perbankan. Selain itu, terdapat

saham yang dimiliki oleh publik yang

pengelolaannya berbasis pada keterbukaan

dan business oriented. Sementara PT

Pegadaian dan PT PNM dibentuk salah

satunya bertujuan untuk pelayanan publik

atau misi sosial seperti pengentasan

kemiskinan. Jika holding ini dilakukan, perlu

menjadi perhatian terutama agar core business

PT Pegadaian dan PT PNM tetap

dipertahankan. Apalagi sejauh ini untuk PT

Pegadaian memiliki kinerja baik terbukti PT

Pegadaian tetap mampu tumbuh positif di

tengah pandemi Covid-19. Proses pencairan di

PT Pegadaian pun relatif lebih cepat

dibandingkan dengan perbankan, dan selama

ini sangat membantu masyarakat khususnya

dalam kategori mikro dan ultra mikro yang

sebagian besar nasabahnya masuk ke dalam

status unbankable. Sehingga dibutuhkan

kejelasan proses bisnis dari holding ultra

mikro dan strategi menghadapi perbedaan

budaya organisasi diketiga BUMN tersebut.

Karena dengan adanya holding ini, perbedaan

budaya kerja tetap dipertahankan, namun

memiliki tujuan baru yang sama.

Kedua, harus dapat dipastikan holding ultra mikro ini tidak akan menyebabkan pemutusan hubungan kerja di PT Pegadaian dan PT PNM dengan alasan efisiensi. Karena setelah wacana holding ini muncul, banyak pegawai dan serikat pegawai PT Pegadaian yang menolak holding company ini. Maka selain diperlukan kajian yang komprehensif dan perencanaan yang matang terkait bagaimana peran masing-masing perusahaan jika holding ini terlaksana, diperlukan juga sosialisasi dengan pihak-pihak yang terdampak nantinya. Ketiga, hal yang juga perlu diwaspadai yaitu jangan sampai pengawasan kepada anak usaha menjadi melemah. Misalnya pengawasan oleh DPR dan BPK dikhawatirkan akan menjadi longgar karena yang bisa dikontrol secara langsung hanya holdingnya saja dalam hal ini nantinya adalah PT BRI. Sehingga diperlukan kontrol yang ketat untuk mengetahui bagaimana implementasi dan kepatuhan dari dilakukannya holding ini agar berjalan sesuai tujuannya yaitu menjangkau lebih banyak pelaku usaha ultra mikro dan meningkatkan layanan dan memberdayakan masyarakat di bidang ultra mikro secara berkelanjutan.

Page 9: BIOTEKNOLOGI UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN …

www.puskajianggaran.dpr.go.id puskajianggaran @puskajianggaran

7 Industri dan Pembangunan Budget Issue Brief Vol 01, Ed 2, Maret 2021

Upaya penguatan sumber energi nasional melalui optimalisasi jenis Liquified Natural Gas (LNG) kerap menjadi perhatian pemerintah. Pada tahun 2019, produksi gas bumi Indonesia mencapai 772,1 ribu Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD), yang kemudian diubah menjadi LNG dan diekspor sebanyak 22,08 persen, sementara sisanya dipasarkan di dalam negeri. Namun, meningkatnya kebutuhan LNG ini belum diikuti dengan peningkatan produksi. Dalam Laporan Ditjen Migas, produksi tahun 2019 hanya mencapai 16,43 juta ton atau menjadi yang terendah selama lima tahun terakhir (Gambar 1). Sementara itu, total kapasitas operasi kilang LNG hanya sebesar 31,24 MMTPA, atau 70,8 persen dibandingkan total kapasitas terpasangnya. Artinya, masih terdapat potensi besar untuk meningkatkan produksi LNG dalam negeri.

Gambar 1. Produksi LNG Tahun 2015-2019 (juta ton)

Sumber: Laporan Tahunan Ditjen Minyak dan Gas Bumi, diolah

Peliknya permasalahan LNG antara lain adalah faktor harga gas di Indonesia yang disebabkan inefisiensi produksi gas dalam negeri. Indikator natural gas rent, yang merupakan selisih antara total nilai pasar gas bumi suatu negara dengan seluruh biaya produksinya, dimana Indonesia masih cukup tertinggal. Menurut Bank Dunia, natural gas rent Indonesia tahun 2018 baru mencapai 1 persen, atau lebih rendah dibandingkan Malaysia (3 persen) dan Myanmar (3,5 persen). Padahal, faktor harga erat kaitannya dengan produktivitas serta rencana pengembangan industri LNG dalam negeri. Untuk itu, Pemerintah perlu memperhatikan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi harga tersebut.

Salah satu isu yang sempat menjadi perdebatan adalah pengenaan pajak pertambahan nilai (PPN) pada LNG. Sebelumnya, pengenaan PPN dilakukan sejak terbitnya Putusan

Komisi VII

OPTIMALISASI LNG MELALUI INSENTIF PEMBEBASAN

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

• Pada tahun 2019, produksi LNG dalam negeri hanya mencapai 16,43 juta ton. Padahal, total kapasitas operasi kilang LNG baru mencapai 70,8 persen dibandingkan total kapasitas terpasang sehingga masih terdapat potensi besar untuk meningkatkan produksi LNG.

• Indikator natural gas rent Indonesia tahun 2018 masih menunjukkan 1 persen, yang berarti belum efisiennya produksi dan harga LNG.

• Insentif berupa pembebasan PPN untuk LNG dalam PP 48/2020 diharapkan dapat meringankan beban pelaku industri serta mengurangi harga jual LNG. Namun skema insentif ini perlu dicermati lebih lanjut dan disesuaikan dengan pola industri hulu dan hilir.

HIGHLIGHT

PUSAT KAJIAN ANGGARAN Badan Keahlian DPR RI

Penanggung Jawab : Dr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E., M.Si. Redaktur: Robby Alexander Sirait · Rastri Paramita · Dahiri · Adhi Prasetyo · Deasy Dwi Ramiayu · Rosalina Tineke Kusumawardhani Penulis: Deasy Dwi Ramiayu

INDUSTRI DAN PEMBANGUNAN

Page 10: BIOTEKNOLOGI UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN …

8 Industri dan Pembangunan Budget Issue Brief Vol 01, Ed 2, Maret 2021

www.puskajianggaran.dpr.go.id puskajianggaran @puskajianggaran

Mahkamah Agung (MA) tahun

2018 sebagai hasil judicial review

dimana LNG merupakan Barang Kena

Pajak (BKP). Namun, pengenaan PPN ini

berdampak besar bagi pelaku usaha

industri LNG karena kontrak jual beli

yang belum memasukkan unsur PPN

dalam komponen harga kontrak dan

potensi penambahan beban subsidi

pemerintah. Untuk menjawab

permasalahan tersebut, Pemerintah

menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP)

Nomor 48 Tahun 2020 tentang

Perubahan Atas PP Nomor 81 Tahun

2015 tentang Impor Dan/Atau

Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu

Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan

Dari Pengenaan PPN.

Pembebasan PPN untuk pola

industri hulu bertujuan untuk

mengurangi harga jual gas pada industri.

Pada pola hulu migas, harga beli gas

dapat berkontribusi sebesar 70 persen

terhadap pembentukan gas industri.

Untuk itu, perlu diperhatikan apakah

skema pembebasan PPN ini sesuai

dengan pola industri hulu. Kegiatan

pengambilan migas (upstream) dan

pengolahan menjadi bahan lain

(downstream) dalam satu rantai

produksi pada industri LNG pola hulu

membuat pola ini kurang ekonomis dan

kompetitif. Biaya pemrosesan gas alam

dari kegiatan menjadi LNG yang

dilakukan kontraktor kontrak kerja

sama (KKKS) harus ditanggung sebagian

sesuai dengan proporsi kontrak oleh

negara dalam bentuk cost recovery.

Padahal, kerap terjadi perbedaan

pendapat antara pemerintah dan KKKS

atas biaya yang dijadikan cost recovery.

Dalam kontrak bagi hasil produksi

antara pemerintah dan KKKS, terdapat

prinsip assume and discharge yang

berarti seluruh PPN akan dikembalikan

negara kepada KKKS dalam

bentuk reimbursement.

Pada industri pola hilir, skema PPN

juga sangat penting untuk diperhatikan.

Jika berkaca pada alasan penerbitan

putusan MA tahun 2018, alasan

pengujian materi yang dilakukan oleh

salah satu pelaku industri pola hilir ialah

karena hilangnya hak produsen LNG

dalam mengkreditkan pajak

masukannya. Sementara dalam skema

pembebasan PPN ini, perlakuan pajak

masukan atas penyerahan BKP yang

dibebaskan PPN pada prinsipnya sama

dengan penyerahan non-BKP yang tidak

dapat dikreditkan. Sehingga

pembebasan PPN ini kurang

menguntungkan bagi pelaku industri

pola hilir. Terlebih lagi, perlu diingat

bahwa terdapat industri yang

memproses gas alam menjadi LNG

terpisah dengan kegiatan KKKS migas.

Dengan demikian, produsen LNG harus

bersaing dengan produsen asing yang

impor LNG-nya mendapat fasilitas bebas

PPN.

Berdasarkan uraian di atas, dapat

disimpulkan bahwa skema dan

mekanisme pembebasan PPN LNG

belum tentu dapat mempengaruhi harga

gas bumi. Untuk itu, rekomendasi yang

dapat disampaikan ialah Pemerintah

perlu menyusun aturan lebih lanjut

terkait PPN LNG yang dikaitkan dengan

pola industri, baik hulu dan hilir yang

setara. Pada pola hilir, pemerintah juga

dapat memberikan insentif pajak yang

berkaitan dengan biaya distribusi atapun

penyimpanan untuk menekan harga

LNG. Selain itu, pemerintah juga harus

mengupayakan efisiensi produksi dan

harga jual gas tanpa menggantungkan

pembebasan PPN saja. Jika tujuan lain

pemerintah untuk meningkatkan

investasi, maka tawaran insentif lain

juga perlu dipertimbangkan.

Page 11: BIOTEKNOLOGI UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN …
Page 12: BIOTEKNOLOGI UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN …