ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip,...

102
ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN PENEMUAN HUKUM UNTUK MENGISI KEKOSONGAN HUKUM DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PENINJAUAN KEMBALI KASUS KORUPSI BLBI (STUDI PUTUSAN MA NO.17 PK/PID/2007) Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : ETIKA FARIDA NIM : E1106118 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip,...

Page 1: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

i

ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN PENEMUAN

HUKUM UNTUK MENGISI KEKOSONGAN HUKUM DALAM

PEMERIKSAAN PERKARA PENINJAUAN KEMBALI KASUS

KORUPSI BLBI (STUDI PUTUSAN MA NO.17 PK/PID/2007)

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

ETIKA FARIDA

NIM : E1106118

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2010

Page 2: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum ( Skripsi )

ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN PENEMUAN

HUKUM UNTUK MENGISI KEKOSONGAN HUKUM DALAM

PEMERIKSAAN PERKARA PENINJAUAN KEMBALI KASUS

KORUPSI BLBI (STUDI PUTUSAN MA NO.17 PK/PID/2007)

Disusun oleh :

ETIKA FARIDA

NIM : E1106118

Disetujui untuk Dipertahankan

Dosen Pembimbing

BAMBANG SANTOSO S.H,M.Hum

NIP. 196202091989031001

Page 3: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

iii

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum ( Skripsi )

ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN PENEMUAN

HUKUM UNTUK MENGISI KEKOSONGAN HUKUM DALAM

PEMERIKSAAN PERKARA PENINJAUAN KEMBALI KASUS

KORUPSI BLBI (STUDI PUTUSAN MA NO.17 PK/PID/2007)

Disusun oleh :

ETIKA FARIDA

NIM : E1106118

Telah diterima dan di sahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum ( Skripsi )

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 23 Maret 2010

TIM PENGUJI

1. Edy Herdyanto, S.H., M.H. ( ................................. ) NIP. 195706291985031002 Ketua 2. Kristiyadi, S.H., M.Hum. ( ..................................) NIP. 195812251986011001 Sekretaris 3. Bambang Santoso, S.H., M.Hum. ( ................................. ) NIP. 196202091989031001 Anggota

MENGETAHUI

Dekan,

Mohammad Jamin, S.H, M.Hum NIP : 196109301986011001

Page 4: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

iv

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari

suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada

Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”

(Q.S Alam Nasyrah: 6-8)

”Kebahagiaan terbesar dalam hidup ini adalah bila kita berhasil melakukan apa yang menurut

orang lain tidak dapat kita lakukan”

(Walter Beganhot)

“Mengetahui kekurangan diri sendiri adalah tangga untuk mencapai cita-cita dan berusaha

mengisi kekurangan tersebut adalah keberanian luar biasa”

(Hamka)

“Setiap manusia pasti akan melalui fase tersulit dalam hidup, jadikanlah suatu keterpurukan

dalam hidup sebagai acuan melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih baik lagi. Karena

larut dalam keterpurukan adalah neraka dunia yang paling jahanam.”

(Penulis)

“Hidup itu pilihan so pilih lah jalan terbaik untuk hidup mu”

(Penulis)

“Kata sesal tidak bisa diucap di awal, dan sebisa mungkin jangan sampai terucap di akhir.

Usaha dari manusia itu sendiri adalah untuk mengetahui jawaban yang telah digariskan

Allah.”

(Penulis)

Page 5: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini Penulis persembahkan sebagai wujud syukur, cinta, dan terima kasih

kepada :

1. Allah SWT Sang Pencipta Alam Semesta atas segala karunia, rahmat, dan nikmat yang

telah diberikan-Nya.

2. Nabi Muhammad SAW, sebagai Uswatun Hasanah yang telah memberi suri teladan

yang baik bagi umatnya.

3. Kedua Orangtua Ku tercina Bapak H.Maryadi dan Ibu Hj.Sumiyati di desa.

4. Adik- adikku tercinta Laely Alpiah dan Nikmah choiriyah atas semangat dan

keceriaanya

5. Seluruh keluarga besarku atas perhatian dan dukungannya.

6. Sahabat-Sahabatku.

7. Indonesia Tanah kelahiranku,dimana aku hidup dan mengabdi.

8. Almamterku,Universitas sebelas Maret Surakarta.

Page 6: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

vi

ABSTRAK

ETIKA FARIDA, 2010. ANLISIS PERTIMBANAGAN HAKIM MELAKUKAN PENEMUAN HUKUM UNTUK MENGISI KEKOSONGAN HUKUM DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PENINJAUAN KEMBALI KASUS KORUPSI BLBI (STUDI PUTUSAN MA NO.17/PK/PID/2007) Fakultas Hukum UNS. Penelitian Hukum ini bertujuan untuk mengetahui wewenang hakim Mahkamah Agung untuk menemukan hukum dalam pemeriksaan perkara peninjauan kembali perkara korupsi BLBI Sebagai penelitian hukum, maka penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif atau doktrinal.Sumber data utamanya berupa data sekunder, yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Analisis data menggunakan teknik analisis data yang bersifat tafsiran hukum sehingga diperoleh kesimpulan yang bersifat obyektif dan sistematis sebagai jawaban dari permasalahan yang diteliti. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan, Bentuk penemuan hukum yang dilakukan oleh Hakim Mahkamah Agung dalam pemeriksaan perkara peninjauan kembali kasus korupsi BLBI dengan terpidana David Nusa Wijaya adalah dalam memaknai pengertian melawan hukum dalam UU no. 31 tahun 1999. Penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU No. 31 tahun 1999 menyebutkan bahwa pengertian melawan hukum meliputi formil dan materiil. Penjelasan Pasal tersebut dinyatakan “tidak mengikat secara hukum” oleh putusan Mahkamah Konstitusi No.003/PUU.IV/2006. Akibat putusan MK tersebut maka yang dimaksud/pengertian “melawan hukum” dalam Pasal 2 ayat (1) tersebut menjadi tidak jelas. Untuk mengatasi ketidakjelasan tersebut, maka Hakim Mahkamah Agung harus melakukan penemuan hukum dalam memaknai pengertian melawan hukum dalam Pasal 2 ayat (1) UU No. 31 tahun 1999. Hasil Penemuan hukum tersebut adalah bahwa dengan mengacu pada beberapa teori, maka Hakim Mahkamah Agung dalam pemeriksaan PK tetap memaknai pengertian melawan hukum dalam arti yang luas, yaitu formil dan materiil.

Page 7: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

vii

ABSTRACT

ETIKA FARIDA, 2010. THE ANALYSE OF THE JUDGE CONSIDERATION IN DOING THE INVENTION OF LAW TO FILL THE BLANKNESS OF LAW IN SESSION OF THE COURT OF SIGHTING RETURN TO THE CASE OF BLBI CORRUPTION (CASE STUDY OF SUPREME COURT NO. 17/PK/PID/2007) Faculty of Law, Sebelas Maret University. This research of law aims to find out the competent of judge of Supreme Court to find the law in session of the court of sighting return to the case of BLBI corruption. As the research of law, this research represents the research of law of normative or doctrinal. The main source of data can be secondary data, which contains premier law material, secondary law material, and tertiary law material. The data analysis used techniques of data analysis which have characteristic of law interpretation so that it can be gotten the objective and systematic conclusion as the answer of the research problems. From the result of analysis, the result of the data test yields that form of the law invention which is done by the judge of Supreme Court in session of the court of sighting return to the case of BLBI corruption with the suspect of David Nusa Wijaya is in concerning the meaning of oppose the law in statute number 31 year 1999. The explanation of section 2 sentence (1) in statute number 31 year 1999 mentioned that the meaning of oppose the law contains formal and material. The explanation of the section is mentioned “do not bind judicially” by the decision of Constitution Law court no. 003/PUU.IV/2006. The consequence of the decision of Constitution Law court makes the meaning of “oppose the law” in the section 2 sentence (1) unclearly. To overcome this unclearness, hence the judge of Supreme Court should do the law invention in concerning the meaning of oppose the law in the section 2 sentence (1) of statute number 31 year 1999. The result of the law invention is by referring at some theories, hence the judge of Supreme Court in PK inspection remains to concern the meaning of oppose the law in wide meaning, that is formal and material.

vi

Page 8: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,

berkah, serta karunia-Nya yang telah diberikan kepada Penulis, sehingga Penulis

mampu menyelesaikan tugas penulisan hukum dengan judul “ANALISIS

PERTIMBANAGAN HAKIM MELAKUKAN PENEMUAN HUKUM UNTUK

MENGISI KEKOSONGAN HUKUM DALAM PEMERIKSAAN PERKARA

PENINJAUAN KEMBALI KASUS KORUPSI BLBI (STUDI PUTUSAN MA

NO.17/PK/PID/2007)”

Penulisan hukum ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi syarat-

syarat untuk memperoleh derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum di Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penulisan hukum ini, penulis mengalami banyak hambatan dan

permasalahan baik secara langsung maupun tidak langsung menyangkut

penyelesaian penulisan hukum ini. Namun berkat bimbingan, bantuan moral

maupun materiil, serta saran dari berbagai pihak yang tidak henti-hentinya

memberi semangat dan selalu mendukung penulis.Maka tidak ada salahnya

dengan kerendahan hati dan perasaan yang tulus dari sanubari yang paling dalam,

penulis memberikan penghargaan berupa ucapan terima kasih atas berbagai

bantuan yang telah banyak membantu Penulis selama melaksanakan studi sampai

terselesaikannya penyusunan penulisan hukum ini, maka pada kesempatan kali ini

Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang kepada :

1. Bapak Prof. DR. Dr. Syamsulhadi, SpKj selaku Rektor Universitas

Sebelas Maret.

2. Bapak Moh. Jamin, S.H, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret yang telah banyak memberikan kemudahan

kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan hukum ini.

3. Bapak Edy Herdyanto, S.H, MH selaku Ketua Bagian Hukum Acara.

Yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Page 9: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

ix

4. Bapak Bambang Santoso, S.H., M.Hum. Selaku Pembimbing Skripsi yang

telah sabar dan tidak lelah memberikan bimbingan,dukungan,nasihat,

motivasi demi kemajuan Penulis.

5. Ibu Djuwityastuti, S.H, selaku Pembimbing Akademik Penulis yang

selalu memberi wejangan selama belajar di Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret.

6. Bapak Waluya, S.H, M.Si selaku Pembimbing KMM di Kejaksaan Negeri

Sragen yang telah mendampingi penulis dalam menempuh kegiatan

tersebut.

7. Bapak Kristiyadi, S.H, M.H, selaku dosen Hukum acara pidana yang telah

memberikan dasar-dasar hukum acara pidana.

8. Bapak Harjono, S.H, M.H selaku bapak non reguler .

9. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

atas segala dedikasinya terhadap seluruh mahasiswa termasuk Penulis

selama Penulis menempuh studi di Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

10. Seluruh karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah

banyak membantu segala kepentingan Penulis selama Penulis menempuh

studi di Fakultas Hukum UNS Surakarta.

11. Seluruh staf dan pegawai jajaran Kejaksaan Negeri Sragen yang telah

banyak membantu dan memberi banyak pengalaman kepada penulis.

12. Kedua Orangtua Ku tercina Bapak H.Maryadi dan Ibu Hj.Sumiyati di

desa,matur Suwun sanget untuk kasih sayang,doa serta segenap

pengertian, dukungan dan kepercayaan atas segala jalan yang Penulis pilih

dan keputusan yang Penulis buat. Dan tidak pula di pungkiri atas semua

“uang saku” yang telah engkau berikan. Walaupun mungkin mereka tidak

mengerti tentang apa yang sedang Penulis kerjakan tetapi support mereka

adalah suatu bentuk pengertian terbesar mereka terhadap Penulis.

13. Adik-adikku Laely yang suka mendadak sakit menjelang ujian,Si hitam

manis Nikmah yang membuat hari-hari penulis selalu ceria.Mz.fauzy dan

Page 10: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

x

Keponakan-keponakanku yang selalu mengganggu jalannya penulisan

hukum ini, fahlul, Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas

dan dyas yang setia mendampingi penulis dalam suka maupun duka dan

selalu memberikan motivasi serta selalu mengorbankan waktunya

untukku.

14. Keluarga Besar Penulis yang telah memberikan perhatian dan dukungan

baik moril maupun materiil.

15. Kangmas yang telah setia mendampingiku dalam suka maupun duka, yang

selalu memberikan motivasi serta selalu mengorbankan waktunya

untukku.terimakasi atas semua yang telah engkau berikan, maaf penulis

belum bisa membalas semua kebaikanmu.

16. Soulmateku Deden Andriani S.H dengan mz.ridwanya dan Ririn Setiawati

S.H dengan pak pol.isharyanto nya,yang selalu ada untuk penulis di saat

suka maupun duka,Makasih boat semua motivasi dan nasehat yang kau

berikan, penulis bukan apa-apa tanpa kalian.

17. Seseorang yang pernah mengisi relung hati penulis terima kasih atas

semangat, kesabaran dan kasih sayang yang pernah kau berikan, penulis

berdoa semoga Tuhan YME selalu menjagamu.

18. Teman-teman seperjuanganku yang berjuang pantang menyerah demi

sebuah toga: Winda, Shenny, Berlian, mz.Donii, Yudha, Jefry, Topik,

Nana, Andika dll.

19. Teman-teman kuliah seperjuanganku: Aby, Ajay, Rodi, Anung, Entud,

Setom, Gepeng, Noni dina, Noni Sari dll. dan seluruh teman-teman

Angkatan 2006 FH UNS yang telah mengisi hari-hari Penulis selama ini

hingga lebih berwarna dan berarti. Maaf tidak bisa menyebutkan kalian

satu persatu

20. Temen-Temen ku: Ade, Wafa, Julek, Nina, Qoqom, Mb.Ndi.2, Mb.Riema,

Pak.Anton Jaksa, Winda 09, Tyaz 09, Anu, Rojan, Haris, Simmo, Benciz,

Kintil, Buyung yang selalu kompak,di tunggu maen bareng nya lagi.

Page 11: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

xi

21. Teman-teman Angkatan 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 reguler

maupun non reguler yang telah banyak mewarnai kehidupan Penulis dalam

studi di Kampus Hukum tercinta

22. Pasukan Pengamanan Kampus : Bapak Harno dan Crew, Mas Pardi, mas

Wahyono, mas Eko, serta kerabat kerja yang komitmen terhadap

kenyamanan Kampus.

Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini masih jauh dari

kesempurnaan, mengingat kemampuan Penulis yang masih sangat terbatas. Oleh

karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan Penulis terima

dengan senang hati

Semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi sumbangan Pengetahuan dan

Pengembangan Hukum pada khususnya dan Ilmu Pengetahuan pada umumnya.

Dan semoga pihak-pihak yang telah membantu Penulisan Hukum ini, atas amal

baik mereka semoga mendapat pahala dari Allah SWT. Amin.

Surakarta, Januari 2010

Penulis

Page 12: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii HALAMAN MOTTO...................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v ABSTRAK ....................................................................................... vi KATA PENGANTAR .................................................................................... vii DAFTAR ISI ....................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7

E. Metode Penelitian ...................................................................... 8

F. Sistematika Penulisan Hukum ................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori ........................................................................... 12

1. Tinjauan Umum tentang Hakim Mahkamah Agung ............. 12

a. Pengertian Hakim ........................................................... 12

b. Kewajiban dan Tanggung Jawab Hakim ....................... 12

c. Pengertian Mahkamah Agung......................................... 13

d. Wewenang Mahkamah Agung........................................ 14

e. Arti Penting Putusan Hakim ........................................... 15

2. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Korupsi ................ 16

a. Pengertian Korupsi ......................................................... 16

b. Sifat Delik Korupsi ........................................................ 25

c. Ciri-Ciri Korupsi ............................................................. 26

d. Sebab-Sebab Korupsi...................................................... 26

3. Tinjauan Umum Tentang Upaya Hukum Peninjauan Kembali 27

a. Pengertian dan Jenis Upaya Hukum .............................. 27

Page 13: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

xiii

b. Pengertian Tentang Peninjauan Kembali ....................... 28

B. Kerangka Pemikiran .................................................................. 30

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pertimbangan Hakim untuk Melakukan Penemuan Hukum dalam Pemeriksaan Perkara Peninjauan Kembali Kasus Korupsi BLBI ......................................................... 32

1. Kasus posisi .......................................................................... 32

2. Identitas Terpidana ................................................................ 33

3. Dakwaan .......................................................................... 34

4. Tuntutan Pidana..................................................................... 34

5. Amar Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat

tanggal 11Maret 2002 No.504/Pid.B/2001/PN. Jkt.Bar ....................................................................... 35

6. Amar Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta

No.67/Pid/2002/PT.DKI tanggal 12 Agustus 2002 ........................................................ 35

7. Amar Putusan Kasasi Mahkamah Agung

RI No.830 K/Pid/2003 tanggal 23 Juli 2003 ............ 36 8. Alasan Pengajuan Peninjauan Kembali oleh

Terpidana ................................................................... 37 9. Bentuk Penemuan Hukum dalam Pemeriksaan

Perkara Peninjauan Kembali ...................................... 75 10. Amar Putusan Mahkamah Agung dalam

Pemeriksaan Peninjuan Kembali ............................... 77 11. Pembahasan ..................................................................... 79

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan .............................................................................. 88

B. Saran ................................................................................ 88

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sebagai suatu Negara yang dalam tahap membangun dan berkembang,

Indonesia memiliki suatu tujuan dan cita-cita bangsa seperti yang tercantum

dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alenia 4 yaitu melindungi

segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban

dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social.

Untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita tersebut, bangsa Indonesia harus

mampu membentuk dan membina suatu tata penghidupan serta

kepribadiannya. Usaha ini merupakan suatu usaha yang terus-menerus dari

generasi ke generasi. Untuk menjamin terlaksananya usaha tersebut perlu

setiap generasi dibekali oleh generasi yang terdahulu dengan kehendak,

kesediaan, dan kemampuan serta ketrampilan untuk melaksanakan tugas

tersebut guna terwujudnya tujuan dan cita-cita bangsa.

Sehubungan dengan cara untuk memenuhi kesejahteraan, maka orang

seringkali menempuh cara-cara yang dilarang oleh peraturan. Sikap seseorang

tersebut sangat bertentangan dengan peraturan yang melandasi Negara hukum

ini. Menurut UUD 1945, Negara Indonesia adalah Negara hukum, dimana

keseluruhan perilaku dan tindakan setiap warga Negara dan aparatur Negara

tunduk terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari

segi hukum, rumusan umum yang dapat disampaikan adalah bahwa segala

tindakan termasuk kebijaksanaan-kebijaksanaan harus didasarkan pada

ketentuan-ketentuan hukum.

Korupsi merupakan suatu momok bagi setiap negara di dunia. Korupsi

yang telah mengakar dengan demikian kuatnya akan membawa

konsekuensi

Page 15: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

2

terhambatnya pembangunan di suatu negara. Tak pelak lagi, gaung

pemberantasan korupsi semakin bergema di seluruh dunia. Indonesia sebagai

salah satu negara dengan peringkat korupsi teratas, ikut serta dalam langkah

tersebut dengan memperkuat perangkat hukum yang ada untuk memberantas

korupsi, yaitu diantaranya dengan membentuk UU tentang Tindak Pidana

Korupsi yang kemudian ditindaklanjuti dengan UU Pengadilan Khusus

Korupsi.

Walaupun Indonesia termasuk dalam peringkat teratas dalam korupsi,

namun secara statistik tidak banyak kasus korupsi yang dapat dijerat dengan

perangkat hukum yang ada. Hal ini tentunya menimbulkan suatu pertanyaan

besar mengenai bagaimanakah sebenarnya proses penegakan hukum dalam

bidang korupsi di negara ini. Ketidakantusiasan masyarakat yang secara nyata

terlihat dalam menyikapi upaya pemerintah dalam memberantas korupsi

secara retorik menjawab pertanyaan besar tersebut

Di seluruh dunia, korupsi selalu mendapatkan perhatian yang lebih

dibandingkan dengan tindak pidana lainnya. Fenomena ini dapat dimaklumi

mengingat dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindak pidana ini. Dampak

yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi

merupakan masalah serius, tindak pidana ini dapat membahayakan stabilitas

dan keamanan masyarakat, membahayakan pembangunan sosial ekonomi, dan

juga politik serta dapat merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas karena

lambat laun perbuatan ini seakan menjadi budaya. Korupsi merupakan

ancaman terhadap cita-cita menuju masyarakat adil dan makmur.

Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan

membawa bencana tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional

tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. Tindak

pidana korupsi yang meluas dan sistematis juga merupakan pelanggaran

terhadap hak sosial dan hak ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, tindak

pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa

melainkan telah menjadi kejahatan luar biasa. Begitu pun dalam upaya

Page 16: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

3

pemberantasannya tidak lagi dapat dilakukan secara biasa, tetapi dituntut

dengan cara-cara luar biasa.

Korupsi itu sendiri adalah merupakan suatu penyakit dalam

masyarakat, suatu hal yang dapat menghambat jalannya pembangunan di

Negara kita ini. Karena itu sebagaimana juga berbagai penyakit dalam

masyarakat lainnya, penyakit ini perlu diberantas. Darimana dan bagaimana

memulai pemberantasan korupsi, ketika penyimpangan kekuasaan itu sudah

merasuk ke semua sektor di berbagai tingkatan, dalam lingkungan politik dan

birokrasi yang tidak mendukung. Sementara pemerintahan baru yang

diharapkan masyarakat dapat memutus mata rantai korupsi yang ditinggalkan

rezim lama, juga harus menghadapi kesulitan-kesulitan ekonomi, masalah

politik dan keamanan yang juga sama pentingnya untuk diselesaikan dalam

waktu bersamaan.

Sejauh ini banyak pihak di tanah air, termasuk pemerintah, yang

meyakini penyelesaian masalah semacam itu sesuatu hal yang tidak mudah

dan harus ditoleransi sebagai masalah bersama yang telah membudaya yang

harus dihadapi dengan kesabaran tinggi, sambil berharap ada perebaikan

dalam jangka panjang. Tidak ada perbedaan signifikan korupsi yang terjadi

pada era demokrasi ini, bahkan sesungguhnya merupakan kelanjutan sistem,

pola dan cara-cara yang diwariskan orde baru. Terutama korupsi di birokrasi

pemerintah relatif tidak mengalami perubahan. Hal ini mudah dipahami

karena birokrasi hampir 100 persen masih di dominasi orang-orang lama,

meskipun pemerintahannya berganti. Juga tidak ada kebijakan untuk

mereformasi birokrasi, termasuk lembaga pengawasan dan institusi hukum

guna mempersempit peluang-peluang bagi terjadinya korupsi dan menjamin

pelakunya diadili.

Salah satu kasus yang menyita perhatian masyarakat adalah kasus

Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang sudah berlangsung bertahun-

tahun. Dana BLBI senilai Rp 144,5 triliun itu digunakan untuk membantu

perbankan yang kesulitan likuiditas saat krisis moneter tahun 1997. sampai

Page 17: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

4

saai ini masih banyak jejak yang belum terhapus dari kasus BLBI ini yang

terus membebani negara.

Beban utang yang harus ditanggung oleh negara akibat skandal BLBI

itu tentu saja juga sangat besar. Lebih dari Rp 1000 triliun harus disediakan

untuk pembayaran pokok dan bunga obligasi rekap, dengan beban

pembayaran utang dalam APBN setiap tahunnya mencapai Rp 40 triliun – Rp

50 triliun yang harus dilakukan hingga tahun 2021. Keadaan ini menyebabkan

menurunnya kemampuan keuangan negara, khususnya dalam membiayai

pelayanan publik seperti kesehatan dan pendidikan serta peningkatan

kesejahteraan rakyat. Ironisnya, sebagian dari pengemplang dana BLBI itu

kini justru masuk dalam daftar orang terkaya Indonesia dimana kekayaan 150

orang terkaya (versi Globe Asia 2007) mencapai US$ 46,6 miliar atau Rp 438

triliun

Dalam Perkara kasus korupsi BLBI (STUDI PUTUSAN MA

NO.17PK/PID/2007).Bahwa Majelis Hakim kasasi telah membuat kekeliruan

nyata, dalam bentuk kesalahan penerapan hukum dengan mengubah/

memperberat pidana penjara yang dijatuhkan kepada terpidana, padahal :

a. Mengenai berat ringanya pidana yang dijatuhkan adalah merupakan

wewenang judex facti (Cq. Pengadilan Tinggi) yang tidak tunduk pada

kasasi, kecuali dalam menjatuhkan pidana tersebut melampui batas

maximum ancaman pidana atau kurang dari batas minimum ancaman

pidananya, yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan atau

menjatuhkan hukuman dengan tidak memberikan pertimbangan yang

cukup;

b. Bahwa dalam perkara ini judex facti (cq. Pengadilan Tinggi) dalam

menjatuhkan pidana telah mengambil alih pertimbangan hukum

Pengadilan Negeri tentang keadaan-keadaan yang memberatkan dan

meringankan pemidanaan dan menambah dengan pertimbangannya sendiri

tentang keadaan-keadaan yang memberatkan pemidanaan sehingga

putusan Pengadilan Tinggi tersebut mengenai pidana yang dijatuhkan telah

berdasarkan pertimbangan yang cukup, karena itu telah memenuhi syarat

Page 18: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

5

formil putusan pemidanaan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 197 ayat

1 huruf (f) KUHAP;

c. Bahwa pidana yang dijatuhkan oleh judex facti (Pengadilan Tinggi)

tidakmelampui batas maximum ancaman pidananya atau kurang dari batas

minimum ancaman pidana yang ditentukan oleh peraturan perundang-

undangan;

d. Bahwa walaupun tuntutan pidana dari Jaksa Penuntut Umum tidak

mengikat hakim, tetapi lebih arif kalau hal tersebut diperhatikan dan dalam

perkara ini Pengadilan tinggi telah menjatuhkan pidana yang sesuai

dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum, yaitu pidana penjara selama 4 (empat)

tahun;

e. Bahwa benar merupakan kekeliruan yang nyata dari Majelis Hakim Kasasi

yang tidak mempertimbangkan keadaan yang meringankan pemidanaan

yaitu dengan adanya itikad baik dan sikap kooperatif yang ditunjukkan

Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana dalam menyelesaikan dana

BLIBI dimana Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana telah

menyerahkan seluruh milik pribadi, keluarga maupun PT. Bank Umum

Servitia kepada Pemerintah cq.BPPN, walaupun ada laporan mengenai

hasil penjualan asset-asset tersebut dari BPPN.

Menurut Pasal 28 ayat (1) UU No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan

kehakiman Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai

hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Selanjutnya Pasal 16

ayat (1) menyebutkan bahwa Pengadilan tidak boleh menolak untuk

memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan

dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk

memeriksa dan mengadilinya.

Ketentuan pasal ini mengisyaratkan kepada Hakim bahwa apabila

terjadi suatu peraturan perundang-undangan belum jelas atau belum

Page 19: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

6

mengaturnya, Hakim harus bertindak berdasarkan inisiatifnya sendiri untuk

menyelesaikan perkara tersebut. Dalam hal ini Hakim harus berperan untuk

menentukan apa yang merupakan hukum sekalipun peraturan perundang-

undangan tidak dapat membantunya. Perlu dikemukakan bahwa dalam rangka

menemukan hukum ini isi ketentuan Pasal 16 ayat 1 tersebut harus

dihubungkan dengan ketentuan Pasal 28 ayat 1 Undang-Undang No.4 Tahun

2004 yang menyatakan bahwa Hakim sebagai penegak hukum wajib

menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam

masyarakat, sehingga dengan demikian Hakim dapat memberikan putusan

yang sesuai dengan hukum dan rasa keadilan dalam masyarakat.

Berdasarkan hal yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik

untuk menelitinya dan menyusunnya kedalam penulisan hukum dengan judul

“ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN PENEMUAN

HUKUM UNTUK MENGISI KEKOSONGAN HUKUM DALAM

PEMERIKSAAN PERKARA PENINJAUAN KEMBALI KASUS

KORUPSI BLBI (STUDI PUTUSAN MA NO.17 PK/PID/2007)”.

B. PERUMUSAN MASALAH

Untuk dapat memperjelas tentang permasalahan yang ada agar

pembahasannya lebih terarah dan sesuai dengan tujuan serta sasaran yang

diharapkan, maka penting sekali adanya perumusan masalah yang akan

dibahas. Perumusan masalah juga akan memudahkan penulis dalam

pengumpulan data, menyusun data dan menganalisisnya, sehingga penelitian

dapat dilakukan secara mendalam dan sesuai dengan sasaran yang telah

ditentukan. Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian

ini adalah :

Bagaimanakah implementasi wewenang hakim Mahkamah Agung untuk

menemukan hukum dalam pemeriksaan perkara peninjauan kembali perkara

korupsi BLBI

Page 20: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

7

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian merupakan suatu terget yang ingin dicapai dalam

suatu penelitian sebagai suatu solusi atas masalah yang dihadapi (tujuan

obyektif), maupun untuk memenuhi kebutuhan perorangan (tujuan subyektif).

Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah :

1. Tujuan Obyektif

Untuk mengetahui wewenang hakim Mahkamah Agung dalam

menemukan Hukum pemeriksaan perkara peninjauan kembali kasus

Korupsi BLBI.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk memperluas wawasan pengetahuan serta pemahaman penulis

terhadap teori-teori mata kuliah yang telah diperoleh penulis serta

sinkronisasinya dengan pelaksanaan teori-teori tersebut dalam

prakteknya.

b. Untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan jelas sebagai bahan

untuk menyusun penulisan hukum, sebagai persyaratan dalam

memperoleh gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian selain mempunyai tujuan yang jelas, juga diharapkan

memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan

hukum pada umumnya dan khususnya hukum pidana di Indonesia, serta

dapat menambah literatur dan bahan-bahan informasi ilmiah yang dapat

digunakan untuk melakukan kajian dan penelitian lebih lanjut.

b. Manfaat Praktis

1. Dengan penulisan skripsi ini diharapkan dapat meningkatkan dan

mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang hukum sebagai

bekal untuk terjun ke dalam masyarakat nantinya.

Page 21: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

8

2. Memberikan masukan bagi penulis mengenai ruang lingkup yang

dibahas dalam penelitian ini sekaligus untuk mengetahui kemampuan

3. penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

E. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang bersifat

kualitatif yang lebih mementingkan pemahaman data yang ada daripada

kuantitas / banyaknya data (Lexy J. Moleong, 1993:3). Dalam penelitian

hukum normatif, peneliti cukup dengan mengumpulkan data-data sekunder

dan mengkonstruksikan dalam suatu rangkaian hasil penelitian. Sifat

penelitian yang akan dilakukan yaitu deskriptif analitis. Disebut deskriptif

karena dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara

menyeluruh dan sistematis mengenai masalah yang diteliti.

Dari sifatnya termasuk jenis penelitian deskriptif, karena

dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin, sistematis

dan menyeluruh tentang Wewenang Hakim Mahkamah Agung untuk

menemukan Hukum (Recht finding) dalam pemeriksaan perkara

peninjauan kembali perkara korupsi BLBI

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif yang dimaksudkan untuk memahami fenomena

tenteng apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku,

persepsi, tindakan, secara holistic dengan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

3. Jenis Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder yaitu sejumlah data atau fakta atau keterangan yang digunakan

oleh seseorang yang secara tidak langsung dan diperoleh melalui bahan-

bahan kepustakaan, terdiri dari literature, dokumen-dokumen, peraturan

perundang-undangan yang berlaku, laporan, desertasi, teori-teori dan

Page 22: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

9

sumber tertulis lainnya yang berkaitan dan relevan dengan masalah yang

diteliti.

4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan berupa data sekunder adalah:

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum atau bahan pustaka yang

mempunyai kekuatan mengikat secara yuridis, adapun yang penulis

gunakan adalah

1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

2) KUHP

3) UU No. 31 tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun 2001 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

4) UU No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaaan kehakiman

5) UU No. 5 tahun 2005 tentang Mahkamah Agung

6) Putusan Mahkamah Agung No.17 PK/Pid/2007

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan

penjelasan hukum primer : yaitu buku-buku ilmiah yang berhubungan

dengan permasalahan yang diteliti, hasil penelitian yang relevan dan

buku-buku penunjang lain.

c. Bahan hukum tertier

Bahan hukum tertier yaitu bahan hukum yang memberikan

petunjuk yaitu : kamus hukum, artikel internet.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisa yang dipakai peneliti adalah teknik analisa kualitatif

dengan model interaktif yaitu : data yang terkumpul akan dianalisa melalui

tiga tahap :

Page 23: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

10

a. Mereduksi data

b. Menyajikan data

c. Menarik kesimpulan

Selain itu dilakukan pula suatu proses siklus antara tahap – tahap

tersebut. Sehingga data yang terkumpul akan berhubungan satu dengan

yang lainnya secara sistematis.Setelah data terkumpul kemudian direduksi,

setelah itu kita sajikan kemudian kita ambil kesimpulan. Tahapan ini harus

dilakukan secara berurutan, seperti misalnya kita memperoleh data tanpa

kita reduksi data itu sudah lengkaplansung kita sajikan. Dan misalnya kita

sudah ampai tahap penyajian data maka kita kesulitan untuk mengambil

kesimpulan, karena data masih kurang lengkap dan kita dapat kembali ke

tahap pengumpulan data lagi atau ke tahap yang lainnya. Jadi antara tahap

satu dengan lainnya saling berhubungan membentuk suatu siklus.

F. SISTEMATIKA PENULISAN HUKUM

Untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai sistematika

penulisan karya ilmiah yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan karya

ilmiah, maka penulis menyiapkan suatu sistematika penulisan hukum. Adapun

sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada awal bab ini penulis berusaha memberikan gambaran awal

tentang penelitian yang meliputi latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian

yang digunakan untuk memberikan pemahaman terhadap isi

penelitian ini secara garis besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan tentang kerangka teori dan kerangka

pemikiran. Kerangka teori meliputi tinjauan umum tentang

wewenang hakim Mahkamah Agung untuk menemukan hukum

Page 24: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

11

dalam pemeriksaan perkara peninjauan kembali perkara korupsi

BLBI .

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan mencoba untuk menyajikan pembahasan

tentang Wewenang Hakim Mahkamah Agung untuk menemukan

Hukum dalam pemeriksaan perkara peninjaun kembali perkara

korupsi BLBI.

BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian ini yang berisikan

simpulan yang diambil berdasarkan hasil penelitian dan saran-saran

sebagai tindak lanjut dari simpulan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 25: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Hakim Mahkamah Agung

a. Pengertian Hakim

Yang dimaksud “Hakim adalah pejabat peradilan Negara yang

diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili” (Pasal 1 butir 8

KUHAP. Sebagaimana dijelaskan oleh KUHAP bahwa yang dimaksud

dengan “mengadili adalah serangkaian tindakan Hakim, untuk

menerima, memeriksa memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas,

jujur, dan tidak memihak di siding pengadilan dalam hal dan menurut

cara yang diatur dalam undang-undang” (Pasal 1 ayat (9) KUHAP).

Selain di dalam KUHAP, pengertian hakim juga terdapat dalam Pasal

31 Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman,

yang menyebutkan bahwa hakim adalah pejabat yang melakukan

kekuasaan kehakiman yang diatur dalam undang-undang.

b. Kewajiban dan Tanggung Jawab Hakim

Menurut UU No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman,

hakim mempunyai kewajiban :

1) Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali,

mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam

masyarakat” (Pasal 28 ayat (1)).

2) Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib

memperhatikan pula sifat-sifat yang baik dan jahat dari terdakwa”

(Pasal 28 ayat (2)).

3) Seorang hakim wajib mengundurkan diri dari persidangan apabila

terikat hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat

ketiga, atau

Page 26: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

13

hubungan suami atau istri meskipun telah bercerai, dengan hakim

ketua, salah seorang hakim anggota jaksa, penasehat hukum, atau

panitera (Pasal 29 ayat (2)).

4) Hakim ketua sidang, hakim anggota, bahkan jaksa atau panitera yang

masih terikat hubungan keluarga sedarah sampai derajat ketiga atau

semenda dengan yang diadili, wajib pula mengundurkan diri dari

pemeriksaan itu (Pasal 29 ayat (3)).

5) Sebelum memangku jabatan hakim diwajibkan bersumpah dan

berjanji menurut agamanya (Pasal 30).

Sedangkan yang berisi tanggung jawab hakim yaitu bahwa

”Peradilan dilakukan Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa” (Pasal 4 ayat (1)).

c Pengertian Mahkamah Agung

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

menentukan bahwa Mahkamah Agung dan badan peradilan di

bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama,

peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara adalah pelaku

kekuasaan kehakiman yang merdeka, di samping Mahkamah Konstitusi,

untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukim dan

keadilan.

Selain itu, ditentukan pula Mahkamah Agung mempunyai

wewenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-

undangan di bawah undang-undang, dan kewenangan lainnya yang

diberikan oleh undang-undang. Kekuasaan kehakiman yang merdeka

merupakan salah satu prinsip penting bagi Indonesia sebagai suatu

negara hukum. Prinsip ini menghendaki kekuasaan kehakiman yang

bebas dari campur tangan pihak manapun dan dalam bentuk apapun,

sehingga dalam menjalankan tugas dan kewajibannya ada jaminan

ketidakberpihakan kekuasaan kehakiman kecuali terhadap hukum dan

keadilan.

Page 27: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

14

Di dalam Pasal 1 UU No. 4 tahun 2004 dinyatakan bahwa

Mahkamah Agung adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

d. Wewenang Mahkamah Agung

Pasal 28 ayat (1) UU No.14 tahun 1985 tentang Mahkamah

Agung, menyebutkan bahwa Mahkamah Agung bertugas dan

berwenang memeriksa dan memutus. permohonan peninjauan kembali

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap”.

Mahkamah Agung berkedudukan di ibukota Negara Republik

Indonesia. Sedangkan Di dalam Pasal 11 UU No. 4 tahun 2004 tentang

Kekuasaan Kehakiman disebutkan bahwa Mahkamah Agung

merupakan pengadilan negara tertinggi dari keempat lingkungan

peradilan Mahkamah Agung mempunyai kewenangan:

1) Mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan

pada tingkat terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan

peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung;

2) Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang undang

terhadap undang-undang; dan

3) Kewenangan lainnya yang diberikan undang-undang.

Di dalam Pasal 31 UU No. 5 tahun 2005 tentang Perubahan atas

UU No. 15 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung disebutkan bahwa

Mahkamah Agung mempunyai wewenang :

1) Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang

terhadap undang-undang.

2) Menyatakan tidak sah peraturan perundang-undangan di bawah

undang-undang atas alasan bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi atau pembentukannya tidak

memenuhi ketentuan yang berlaku. Putusan mengenai tidak sahnya

peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat

Page 28: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

15

(2) dapat diambil baik berhubungan dengan pemeriksaan pada

tingkat kasasi maupun berdasarkan permohonan langsung pada

Mahkamah Agung. Peraturan perundang-undangan yang dinyatakan

tidak sah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak mempunyai

kekuatan hukum mengikat. Putusan sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) wajib dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia

dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak

putusan diucapkan.

e Arti Penting Putusan Hakim

Di dalam undang-undang termuat hukum, berwujud aturan-

aturan. Ini merupakan hukum yang tertulis. Tetapi di dalam tindakan-

tindakan seseorang pun juga tersimpul hukum. dari kenyataan-

kenyataan itupun juga dapat diketemukan aturan-aturan. Ini merupakan

hukum yang tidak tertulis, sekedar itu tidak juga terdapat dalam sebuah

undang-undang.

Jika seseorang melakukan tindakan yang tidak sebagaimana

hukumnya, jikalau ada persoalan bagaimanakah hukumnya, maka harus

ditemukan bagaimanakah atau apakah hukumnya itu. Kita sendiri juga

dapat mengatakan bagaimanakah hukumnya itu dalam suatu hal, akan

tetapi pendapat kita itu adalah pendapat perseorangan. Pendapat kita itu

tidak mempunyai kekuatan mengikat secara obyektif.

Orang-orang yang pendapatnya justru mempunyai kekuatan

mengikat yaitu petugas hukum, yang salah satunya ialah hakim, atau

pengadilan. Hakim di dalam keputusannya, menetapkan bagaimana

hukumnya yang berlaku di dalam sesuatu hal. Petugas hukum lainnya

ialah pembentuk undang-undang. Tetapi tugas hakim berlainan daripada

tugas pembentuk undang-undang, walaupun pada asasnya sama, yaitu

menetapkan hukum. Hakim memutuskan hukumnya yang berlaku

secara konkrit, sedangkan pembentuk undang-undang secara abstrak.

Page 29: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

16

Di negara-negara Anglo-Saxon, termasuk Amerika Serikat. Di

sana para hakim terikat kepada keputusan yang sudah ada lebih dahulu

dari hakim-hakim yang lebih tinggi dan hakim-hakim yang sejajar.

Dengan demikian di negara itu terjadi "judge make law", atau "case

law". Sedangkan di Indonesia tidak demikian karena putusan hakim

terdahulu dalam perkara kemudian yang serupa boleh diikuti oleh hakim

yang akan mengambil keputusan. Kata "boleh" berarti tidak harus.

Negara hukum bertujuan untuk menjamin bahwa kepastian

hukum terwujud dalam masyarakat. Hukum bertujuan untuk

mewujudkan kepastian dalam hubungan antar manusia, yaitu menjamin

prediktabilitas, dan juga bertujuan untuk mencegah bahwa hak yang

terkuat yang berlaku, beberapa asas yang terkandung dalam asas

kepastian hukum adalah :

1) Asas legalitas, konstitusionalitas, dan supremasi hukum.

2) Asas undang-undang menetapkan berbagai perangkat aturan tentang

cara pemerintah dan para pejabatnya melakukan tindakan

pemerintahan.

3) Asas non-retroaktif perundang-undangan : sebelum mengikat,

undang-undang harus diumumkan secara layak.

4) Asas non-liquet : hakim tidak boleh menolak perkara yang

dihadapkan kepadanya dengan alasan undang-undang tidak jelas

atau tidak ada.

5) Asas peradilan bebas : objektif-imparsial dan adil-manusiawi.

6) Hak asasi manusia harus dirumuskan dan dijamin perlindungannya

dalam undang-undang dasar.

Negara adalah suatu penataan yuridisal, dimana kekuasaan yang

terlegitimasi dijalankan untuk mewujudkan cita-cita politik dan

memenuhi atau memuaskan kebutuhan-kebutuhan kolektif. Demokrasi

perwakilan yang sejati hanya dapat terwujud dalam negara hukum.

2. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Korupsi

Page 30: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

17

a. Pengertian Korupsi

Istilah korupsi berasal dari bahasa Latin Corruptie (Foklema

Andreaea:1951 dalam Lilik Mulyadi, 2000 :16) atau corruptus.

Selanjutnya disebutkan bahwa corruptio itu berasal dari kata

corrumpore, suatu kata latin yang tua. Dari bahasa Latin inilah turun

kebanyak bahasa Eropa, seperti Inggris: Corruption, corrupt; Prancis:

Corruption; dan Belanda Corruptie (korruptie) (Andi Hamzah,Op.

Cit.:9 dalam Lilik Mulyadi, 2000:16), sedang dalam Ensiklopedia

Indonesia: Korupsi adalah gejala di mana para pejabat badan-badan

negara menyalahgunakan terjadinya penyuapan, pemalsuan serta

ketidakberesan lainnya. Sedangkan arti harafiah dari korupsi ( Lilik

Mulyadi. dalam Bambang Santoso, 2003:21-22) dapat berupa:

1) Kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejadan dan

ketidakjujuran.

2) Perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang

sogok dan sebagainya.

3) Perbuatan yang kenyataan yang menimbulkan keadaan yang

bersifat buruk

4) Penyuapan dan bentuk-bentuk ketidakjujuran

5) Sesuatu yang dikorup, sepereti kata yang diubah atau diganti secara

tidak tepat dalam satu kalimat

6) Pengaruh-pengaruh yang korup.

Istilah korupsi pertama kali hadir dalam khasanah hukum di

Indonesia dalam Peraturan Penguasa Perang Nomor Prt/Perpu/013/1958

tentang Peraturan Pemberantasan Korupsi. Kemudian dimasukkan juga

dalam Undang-Undang No. 24/Prp/1960 tentang Pengusutan

Penuntutan dan Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi. Undang-undang

ini kemudian dicabut dan digantikan oleh Undang-Undang No. 3 Tahun

1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang kemudian

sejak tanggal 16 Agustus 1999 digantikan oleh Undang-Undang No. 31

Tahun 1999 dan akan mulai berlaku efektif paling lambat 2 (dua) tahun

Page 31: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

18

(1)

kemudian (16 Agustus 2001) dan kemudian diubah dengan Undang-

Undang No. 20 Tahun 2001 tanggal 21 November 2001.

Pengertian korupsi mengalami perkembangan sesuai dengan

perkembangan yang ada di masyarakat, dengan munculnya Undang-

Undang No. 3 Tahun 1971, pengertian korupsi mengalami

perkembangan karena adanya beberapa pasal di dalam KUHP yang

dimasukkan ke dalam ketentuan Undang-undang tersebut. Pengertian

dari perbuatan korupsi tercantum dalam pasal 1 ayat (1) dan (2), yaitu :

a. Barangsiapa melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya

diri sendiri atau orang lain atau suatu badan yang secara langsung

atau tidak langsung dapat merugikan keuangan negara dan atau

perekonomian negara atau diketahui atau patut disangka olehnya

bahwa perbuatan tersebut merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara.

b. Barangsiapa dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau

orang lain atau suatu badan, menyalahgunakan kewenangan,

kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau

kedudukan yang secara langsung atau tidak langsung dapat

merugikan negara.

c. Barangsiapa melakukan kejahatan tercantum dalam pasal-pasal

209, 210, 387, 415, 416, 418, 419, 420, 423, 425, 435 KUHP.

d. Barangsiapa memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri

seperti dimaksud pasal 2 dengan mengingat sesuatu kekuasaan

atau suatu wewenang yang melekat pada jabatannya atau oleh si

pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau

kedudukan itu.

e. Barangsiapa tanpa alasan yang wajar dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya setelah menerima pemberian atau janji yang

diberikan kepadanya seperti tersebut dalam pasal 418, 419, 420

KUHP tidak melaporkan pemberian atau janji tersebut kepada

pihak yang berwajib.

Page 32: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

19

(2) Barangsiapa melakukan percobaan atau permufakatan untuk

melakukan tindak pidana tersebut dalam ayat (1) huruf a, b, c, d, e

pasal ini.

Adapun elemen dari Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 31

Tahun 1999 ini adalah (Darwan Prinst, 2002: 29) :

(1) Secara Melawan Hukum

Adapun yang dimaksud dengan melawan hukum adalah mencakup

pengertian perbuatan melawan hukum secara formil maupun

materiel. Melawan hukum secara formil berarti perbuatan yang

melanggar/bertentangan dengan undang-undang. Sedangkan

melawan hukum secara materiel berarti, bahwa meskipun

perbuatan itu tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan,

namun adalah melawan hukum apabila perbuatan itu dianggap

tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma

kehidupan sosial dalam masyarakat, seperti bertentangan dengan

adat istiadat, kebiasaan, moral, nilai agama dan sebagainya, maka

perbuatan itu dapat dipidana (penjelasan Pasal 2).

(2) Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau

korporasi

Adapun perbuatan yang dilakukan menurut elemen ini adalah :

b) Memperkaya diri sendiri

Artinya, bahwa dengan perbuatan melawan hukum itu pelaku

menikmati bertambahnya kekayaan atau harta benda miliknya

sendiri.

c) Memperkaya orang lain

Maksudnya akibat perbuatan melawan hukum dari pelaku, ada

orang lain yang harta bendanya. Jadi, di sini yang diuntungkan

bukan pelaku langsung.

d) Memperkaya korporasi

Atau mungkin juga mendapat keuntungan dari perbuatan

melawan hukum yang dilakukan oleh pelaku adalah suatu

Page 33: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

20

korporasi, yaitu kumpulan orang atau kumpulan kekayaan yang

terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan

badan hukum (Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 31 Tahun

1999).

(3) Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

Dari rumusan elemen ini diketahui, bahwa tindak pidana korupsi

adalah delik formil, artinya akibat itu tidak perlu sudah terjadi.

Akan tetapi, apabila perbuatan itu dapat /mungkin merugikan

keuangan negara atau perekonomian negara, perbuatan pidana

sudah selesai dan sempurna dilakukan. Adapun yang dimaksud

dengan keuangan negara adalah seluruh kekayaan negara dalam

bentuk apapun, yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan,

termasuk didalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala

hak dan kewajiban yang timbul karena :

a) Berada dalam penguasaan, pengurusan dan

pertanggungjawaban pejabat, lembaga negara, baik di tingkat

pusat maupun di daerah.

b) Berada dalam pengusaan, pengurusan dan pertanggungjawaban

Badan Usaha Milik Negara atau Badan Milik Daerah, yayasan,

badan hukum dan perusahaan yang menyertakan modal negara,

atau perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga

berdasarkan perjanjian dengan negara.

Sedangkan yang dimaksudkan dengan perekonomian negara

adalah kehidupan perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama

berdasarkan asas kekeluargaan ataupun usaha masyarakat secara

mandiri yang didasarkan pada kebijakan pemerintah, baik ditingkat

pusat maupun di daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku yang bertujuan memberikan manfaat,

kemakmuran, dan kesejahteraan kepada seluruh kehidupan rakyat

(penjelasan umum UU No. 31/1999).

Page 34: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

21

Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 setiap orang yang secara

melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau

orang lain atau suatu koorporasi yang dapat merugikan keuangan negara

atau perekonomian negara. Ancaman pidananya penjara maksimal

seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan

paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200 juta

dan paling banyak 1 milyar rupiah.

Sedangkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 dan Undang-

Undang No. 20 Tahun 2001 melihat dari 2 segi Tindak Pidana Korupsi

yaitu Korupsi Aktif dan Korupsi Pasif. Adapun yang dimaksud dengan

Korupsi Aktif adalah sebagai berikut :

(1) Secara melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain

atau korporasi, yang dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara (Pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999);

(2) Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau

suatu korporasi menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau

sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang

dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

(Pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999);

(3) Memberi hadiah atau janji kepada Pegawai Negeri dengan

mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan

atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap

melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut (Pasal 4 UU No. 31

Tahun 1999);

(4) Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Pegawai Negeri atau

Penyelenggara Negara dengan maksud supaya berbuat atau tidak

berbuat sesuatu jabatannya yang bertentangan dengan

kewajibannya (Pasal 5 ayat (1) huruf a UU No. 20 Tahun 2001);

(5) Memberi sesuatu kepada Pegawai Negeri atau Penyelenggara

Negara karena atau berhubungan dengan sesuatu yang

Page 35: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

22

bertentangan dengan kewajibannya dilakukan atau tidak dilakukan

dalam jabatannya (Pasal 5 ayat (1) huruf b UU No. 20 Tahun

2001);

(6) Memberi atau menjanjikan kepada Hakim dengan maksud untuk

mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk

diadili (Pasal 6 ayat (1) huruf a UU No. 20 Tahun 2001);

(7) Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan,

atau penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan

bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat

membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan

negara dalam keadaan perang (Pasal 7 ayat (1) huruf a UU No. 20

Tahun 2001);

(8) Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau

penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan

curang sebagaimana dimaksud dalam huruf a (Pasal 7 ayat (1)

huruf b UU No. 20 Tahun 2001);

(9) Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan

Tentara Nasional Indonesia atau Kepolisian Negara Republik

Indonesia melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan

keselamatan negara dalam keadaan perang (Pasal 7 ayat (1) huruf

c UU No. 20 Tahun 2001);

(10) Setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang

keperluan Tentara Nasional Indonesia atau Kepolisian Negara

Republik Indonesia dengan sengaja membiarkan perbuatan curang

sebagaimana dimaksud dalam huruf c (Pasal 7 ayat (1) huruf d UU

No. 20 Tahun 2001);

(11) Pegawai Negeri atau orang lain selain Pegawai Negeri yang

ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus-menerus

atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan yang

atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau

membiarkan uang atau surat berharga yang disimpan karena

Page 36: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

23

jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut

diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam

melakukan perbuatan tersebut (Pasal 8 UU No. 20 Tahun 2001);

(12) Pegawai Negeri atau selain Pegawai Negeri yang diberi tugas

menjalankan suatu jabatan umum secara terus-menerus atau

sementara waktu, dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-

daftar khusus untuk pemeriksaan administrasi (Pasal 9 UU No. 20

Tahun 2001);

(13) Pegawai Negeri atau orang selain Pegawai Negeri yang diberi

tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus-menerus atau

untuk sementara waktu dengan sengaja; menggelapkan,

menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai

barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan

atau membuktikan di muka pejabat yang berwenang, yang

dikuasai karena jabatannya; atau membiarkan orang lain

menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak

dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut (Pasal 10 UU

No. 20 Tahun 2001);

(14) Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang :

(a) Dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain

secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan

kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, atau

menerima pembayaran dengan potongan atau mengerjakan

sesuatu bagi dirinya sendiri (Pasal 12 huruf e UU No. 20

Tahun 2001);

(b) Pada waktu menjalankan tugas meminta, menerima, atau

memotong pembayaran kepada Pegawai Negeri atau

Penyelenggara Negara yang lain atau Kas Umum tersebut

mempunyai hutang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal

tersebut bukan merupakan hutang (huruf f);

Page 37: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

24

(c) Pada waktu menjalankan tugas meminta atau menerima

pekerjaan, atau penyerahan barang seolah-olah merupakan

hutang pada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut

bukan merupakan hutang (huruf g);

(d) Pada waktu menjalankan tugas telah menggunakan tanah

negara yang diatasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai

dengan perundang-undangan, telah merugikan orang yang

berhak padahal diketahui bahwa perbuatan tersebut

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; atau

(e) Baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut

serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan yang

pada saat dilakukan perbuatan, untuk mengurus atau

mengawasinya (huruf i).

(15) Memberi hadiah kepada Pegawai Negeri dengan mengingat

kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau

kedudukan itu (Pasal 13 UU No. 31 Tahun 1999).

Sedangkan Korupsi Pasif sebagai berikut :

(1) Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang menerima

pemberian atau janji karena berbuat atau tidak bertentangan

dengan kewajibannya (Pasal 1 ayat (2) UU No. 20 Tahun 2001);

(2) Hakim atau Advokat yang menerima pemberian atau janji untuk

mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk

diadili atau untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang

diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada

pengadilan untuk diadili (Pasal 6 ayat (2) UU No. 20 Tahun 2001);

(3) Orang yang menerima penyerahan bahan dan keperluan Tentara

Nasional Indonesia atau Kepolisian Negara Republik Indonesia

yang membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) huruf a atau huruf c UU No. 20 Tahun 2001 (Pasal 7 ayat

(2) UU No. 20 Tahun 2001);

Page 38: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

25

(4) Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang menerima

hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diketahui atau patut

diduga, bahwa hadiah atau janji itu diberikan karena kekuasaan

atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau

menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut

ada hubungan dengan jabatannya (Pasal 11 UU No. 20 Tahun

2001);

(5) Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang menerima

hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa

hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar

melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang

bertentangan dengan kewajibannya; atau sebagai akibat atau

disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu

dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya (Pasal

12 huruf a dan b UU No. 20 Tahun 2001);

(6) Hakim menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut

diduga, bahwa hadiah atau janji itu diberikan mempengaruhi

nasihat atau pendapat yang diberikan berhubungan dengan perkara

yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili (Pasal 12 huruf d

UU No. 20 Tahun 2001);

(7) Setiap Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang menerima

gratifikasi yang diberikan berhubungan dengan jabatannya dan

berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya (Pasal 12 UU No. 20

Tahun 2001). (Darwan Prinst, 2002: 2-6)

b. Sifat Delik Korupsi

Delik korupsi yang dirumuskan dalam Undang-Undang No. 20

Tahun 2001 tentang tindak pidana korupsi dikelompokkan atas :

a) Delik Korupsi dirumuskan normatif (pasal 2 dan 3)

b) Delik dalam KUHP Pasal 209, 210, 387, 415, 416, 417, 418, 419,

420, 423, 425, 435, yang diangkat menjadi Delik Korupsi (Pasal 5,

6, 7, 8, 9, 10, 11, 12)

Page 39: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

26

c) Delik Penyuapan Aktif (Pasal 13)

d) Delik Korupsi karena pelanggaran undang-undang yang lain, yang

memberi kualifikasi sebagai delik korupsi (Pasal 14)

e) Delik korupsi percobaan, pembantuan, permufakatan (Pasal15)

f) Delik korupsi dilakukan diluar teritori negara Republik Indonesia

(Pasal 16)

g) Delik korupsi dilakukan subyek badan hukum (Pasal 20)

c. Ciri- Ciri Korupsi

Menurut Syed Hussein Alatas korupsi di dalam praktek

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (Martiman Prodjohamidjojo,

2001: 12)

a) Korupsi selalu melibatkan lebih dari satu orang

b) Korupsi pada umumnya dilakukan penuh kerahasiaan

c) Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik

d) Korupsi dengan berbagai macam akal berlindung dibalik kebenaran

hukum

e) Mereka yang terlibat korupsi adalah yang menginginkan keputusan

yang tegas dan mereka mampu mempengaruhi keputusan

f) Tindakan korupsi mengandung penipuan baik pada badan publik

atau masyarakat umum

g) Setiap bentuk korupsi adalah suatu pengkhianatan kepercayaan

h) Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif

dari mereka yang melakukan itu

i) Suatu perbuatan korupsi melanggar norma-norma tugas dan

pertanggungjawaban dalam tatanan masyarakat

d. Sebab-Sebab Korupsi

Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi adalah

sebagai berikut (Syed Hussein Alatas, 1980: 47-48):

a) Kelemahan para pengajar agama dan etika

Page 40: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

27

b) Kolonialisme, dimana suatu pemerintahan asing tidaklah

menggugah kesetiaan dan kepatuhan yang diperlukan untuk

membendung korupsi

c) Kurangnya pendidikan, namun melihat pada realitas yang ada pada

saat ini ternyata kasus-kasus korupsi di Indonesia, mayoritas

koruptor adalah mereka yang memiliki kemampuan intelektual yang

tinggi, sehingga alasan ini dapat dikatakan kurang tepat

d) Kemiskinan, pada kasus-kasus yang merebak di Indonesia dapat

disimpulkan bahwa para pelaku korupsi bukan disebabkan oleh

kemiskinan melainkan keserakahan, sebab mereka bukanlah dari

kalangan yang tidak mampu melainkan mereka adalah konglomerat

e) Tiada sanksi yang keras

f) Kelangkaan lingkungan yang subur untuk pelaku anti korupsi

g) Struktur pemerintahan

h) Perubahan radikal, di saat sistem nilai mengalami transisional

i) Keadan masyarakat, k`orupsi dalm suatu birokrasi bisa

mencerminkan masyarakat keseluruhan.

3. Tinjauan Umum Tentang Upaya Hukum Peninjauan Kembali

a. Pengertian dan Jenis Upaya Hukum

Di dalam Pasal 1 Butir 12 KUHAP, yang dimaksud dengan upaya

hukum adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak

menerima putusan pengadilan yang berupa perlawanan atau banding

atau kasasi atau hak terpidana untuk mengajukan permohonan

peninjauan kembali. Upaya hukum menurut ilmu hukum dibedakan

menjadi dua yaitu :

1) Upaya hukum biasa, yang terdiri dari :

(a) Banding, yaitu hak terdakwa atau penuntut umum untuk

diperiksa ulang pada pengadilan yang lebih tinggi karena tidak

puas atas putusan pengadilan negeri ( Pasal 67 jo Pasal 233

KUHAP ).

Page 41: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

28

(b) Kasasi, yaitu hak terdakwa atau penuntut umum untuk meminta

pembatalan putusan pengadilan negeri atau pengadilan tinggi

karena:

(1) Pengadilan Tidak berwenang atau melampaui batas

wewenang;

(2) Peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak

sebagaimana mestinya

(3) Proses peradilan tidak dijalankan menurut ketentuan

Undang-Undang.

2) Upaya hukum luar biasa, yang terdiri dari :

(a) Upaya hukum kasasi demi kepentingan hukum

Yaitu hak Jaksa Agung untuk meminta pembatalan atas

putusan pengadilan tingkat terakhir.

(b) Upaya hukum peninjauan kembali.

b. Pengertian tentang Peninjauan Kembali

Kata “Peninjauan Kembali” diterjemahkan dari kata herziening.

Menurut M.H.Tirtaamidjaja herziening, adalah suatu jalan untuk

memperbaiki suatu keputusan yang telah menjadi tetap jadinya tidak

dapat diubah lagi dengan maksud memperbaiki suatu kealpaan Hakim,

yang merugikan si terhukum….Kalau perbaikan itu hendak dilakukan,

maka ia harus memenuhi beberapa syarat, yakni bahwa ada sesuatu

keadaan yang pada pemeriksaan hakim, tidak diketahui oleh hakim

itu……jika ia mengetahui keadaan itu, akan memberikan keputusan

lain……..”.

Menurut Pasal 263 ayat (2) KUHAP, permintaan peninjauan

kembali dilakukan atas dasar :

(1) terdapat keadaan baru (novum) yang menimbulkan dugaan kuat

bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih

berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas

dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat

Page 42: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

29

diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang

lebih ringan.

(2) dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah

terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan

putusan yang dinyatakan telah terbukti itu, ternyata telah

bertentangan satu dengan yang lain.

(3) putusan tersebut dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan

hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.

Pasal 263 ayat (3) KUHAP mengatakan bahwa atas dasar alasan

yang sama sebagaimana tersebut pada ayat (2) terhadap suatu putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dapat diajukan

permintaan peninjauan kembali apabila dalam putusan itu suatu

perbuatan yang didakwakan telah dinyatakan terbukti akan tetapi tidak

diikuti oleh suatu pemidanaan.

Page 43: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

30

B. Kerangka Pemikiran

Secara garis besar kerangka pemikiran dalam penulisan hukum ini

dapat dilihat dalam skema berikut ini :

Perkara korupsi BLBI

Persidangan judex factie

Pemeriksaan Kasasi

Wewenang MA

Menemukan Hukum

Pengadilan Negeri dan PT

Menghindari Recht Vacuum

Gb.1 Skema Kerangka Pemikiran

Perwujudan Asas Judge make law

Wewenang Hakim MA

Putusan

Page 44: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

31

Keterangan

Berdasarkan skema di atas maka, dapat dijabarkan uraian penjelasan kerangka

pemikiran sebagai berikut :

Sesuai dengan tahapan tingkat peradilan di Indonesia, maka perkara

korupsi BLBI diperiksa mulai dari tingkat judex factie, yaitu pemeriksaan oleh

Pengadilan Negeri dan dilanjutkan pemeriksaan banding oleh Pengadilan Tinggi.

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan di tingkat kasasi, dimana hakim Mahkamah

Agung tidak lagi memeriksa fakta hukum, akan tetapi lebih menitikberatkan

kepada persoalan penerapan hukum apakah sudah sesuai atau belum.

Page 45: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

32

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pertimbangan Hakim untuk Melakukan Penemuan Hukum dalam

Pemeriksaan Perkara Peninjauan Kembali Kasus Korupsi BLBI

1. Kasus Posisi

David Nusa Wijaya alias Ng. Tjuen Wie dalam kedudukannya sebagai Direktur

Utama PT. Bank Umum Servitia Tbk, yang diangkat berdasarkan Rapat Umum

pemegang saham PT. Bank Umum Servitia Tbk, tanggal 23 Juni 1998 dan

mempunyai tugas bersama-sama dengan para Direksi dan pejabat lain untuk

menentukan kebijakan perusahaan, menghadiri diri pertemuan-pertemuan baik di

Bank Indonesia, ataupun di Departemen Keuangan, memimpin rapat-rapat intern

maupun ekstern, berhubungan dengan pihak asing (Bank-Bank asing maupun

Investor asing) sehubungan dengan pengembangan usaha, menerima laporan dari

Direksi tentang keuangan Bank (Finansial Report) dan tingkat kesehatan Bank,

serta mempunyai wewenang menentukan policy perusahaan (Bank), dan

memberikan persetujuan kredit kepada nasabah Rp. 3 milyar ke atas; secara

bersama-sama dengan Wiryatin Nusa Kepala cabang kantor pusat operasional

(KPO) PT. Bank Umum Servitia Tbk, yang berkas perkaranya akan diajukan

secara terpisah atau masing-masing bertindak secara sendiri-sendiri, pada tanggal

22 Desember 1998 sampai dengan tanggal 12 Maret 1999, atau sekitar waktu itu

atau setidak-tidaknya dalam tahun 1998 sampai dengan 1999, bertempat di Jalan

Kopi No.40-50, Jakarta Barat atau di tempat lain di wilayah Pengadilan Negeri

Jakarta Barat atau setidak-tidaknya di tempat lain yang Pengadilan Negeri

Jakarta Barat berwenang memeriksa dan mengadili, dengan tujuan

menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu badan, menyalahgunakan

kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau

Page 46: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

33

kedudukan, yang secara langsung atau tidak langsung dapat merugikan keuangan

Negara atau perekonomian Negara yang dilakukan beberapa kali yang

merupakan gabungan beberapa perbuatan yang harus dipandang sebagai

perbuatan yang berdiri sendiri-sendiri, perbuatan mana dilakukan dengan cara

antara lain sebagai berikut : Bahwa terdakwa pada tanggal 22 Desember 1998

sampai dengan tanggal 8 Pebruari 1999 telah menghimpun dana dari Bank lain

(PUAB) yaitu dari Bank Sanho kemudian membayarkan kembali berikut bunga

yang seluruhnya sebanyak Rp.988.265.055.555,56 (sembilan ratus delapan puluh

delapan milyar dua ratus enam puluh lima juta lima puluh lima ribu lima ratus

lima puluh lima rupiah lima puluh enam sen) yang pada saat itu PT. Bank Umum

Servitia Tbk, dalam keadaan saldo debet sehingga mengurangi saldo debet pada

rekeningnya dengan maksud memperoleh dan menggunakan dana bantuan

likuiditas Bank Indonesia untuk pembayaran kewajibannya, untuk itu terdakwa

David Nusa Wijaya menerbitkan 34 nota kredit dan diserahkan kepada Bank

Sanho melalui kliring/pemindah bukuan Bank Indonesia;. Untuk maksud tersebut

terdakwa telah menerbitkan 34 (tiga puluh empat) nota kredit PT. Bank Umum

Servitia, Tbk sebesar Rp.988.265.055.555,56 melalui Kantor cabang KPO Bank

Umum Servitia Tbk, yang dipimpin oleh Wirjatin Nusa kepada Bank Sanho

seperti diuraikan di atas, sedangkan terdakwa mengetahui bahwa penggunaan

dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) tersebut tidak diperuntukkan

membayar kepada pihak terkait.

2. Identitas Terpidana

Nama : DAVID NUSA WIJAYA al. NG TJUEN WIE

Tempat lahir : Jakarta ;

Umur / Tanggal Lahir : 40 tahun/27 September 1961

Jenis kelamin : Laki-laki

Kebangsaan : Indonesia

Tempat tinggal : Jl. Wijayakarta III No.5 B Mampang, Jakarta Selatan

Page 47: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

34

Agama : Budha

Pekerjaan : Swasta/mantan Direktur utama PT. Bank Umum Servitia

Tbk;

3. Dakwaan

Pertama : Melanggar Pasal 1ayat (1) sub b jo Pasal 28 jo Pasal 34 c Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 1971 jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 jo Pasal 65

ayat (1) jo Pasal 1 ayat (2) KUHP jo Undang- Undang Nomor 31

Tahun 1999 ;

ATAU

Kedua : Melanggar Pasal 1 ayat (1) sub b jo Pasal 28 jo Pasal 34 c Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 1971 jo Undang-Undang No.31 Tahun 1999

jo Pasal 1 ayat (2) Pasal 55 ayat (1) ke 1 jo Pasal ayat (1) KUHP

4. Tuntutan Pidana

a. Menyatakan Terdakwa DAVID NUSA WIJAYA alias NG TJUEN WIE

bersalah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana diatur dalam Pasal 1

ayat (1) sub jo Pasal 28 jo Pasal 34 c Undang-Undang No.3 Tahun 1971 jo

Pasai 55 ayat (1) ke 1 jo Pasal 65 ayat (1) jo Pasal 1 ayat (2) KUHP jo

Undang-Undang No.31 Tahun 1999 ;

b. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa DAVID NUSA WIJAYA alias NG

TJUEN WIE dengan pidana penjara selama 4 (empat) tahun dikurangi

selama Terdakwa ditahan ;

c. Menjatuhkan pidana denda sebesar Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah)

subsidair 6 (enam) bulan kurungan ;

d. Menghukum Terdakwa untuk membayar uang pengganti sebesar Rp.1.291.

530.307.776,84 (satu trilyun dua ratus sembilan puluh satu milyar lima ratus

tiga puluh juta tiga ratus tujuh ribu tujuh ratus tujuh puluh enam rupiah

delapan puluh empat sen);

e. Menyatakan barang bukti berupa :

Page 48: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

35

1) Surat-surat nomor urut I, II dan III dikembalikan kepada Penuntut Umum

untuk dipergunakan dalam perkara lain ;

2) Surat-surat tanah dan bangunan, tanah dan bangunan sesuai daftar barang

bukti nomor urut IV,V, VI dirampas untuk Negara.

d. Membayar biaya perkara sebesar Rp.5.000,- (lima ribu rupiah);

5. Amar Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat tanggal 11 Maret 2002

No.504/Pid.B/2001/PN.Jkt.Bar :

a. Menyatakan Terdakwa DAVID NUSA WIJAYA alias NG TJUEN WIE telah

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“KORUPSI”;

b. Menghukum Terdakwa dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun ;

c. Menghukum Terdakwa dengan pidana denda sebesar Rp.30.000.000,- (tiga

puluh juta rupiah) subsidair 6 (enam) bulan kurungan.

d. Menghukum Terdakwa untuk membayar uang pengganti kepada Negara

sebesar Rp.1.291.530.307.776,84,- (satu trilyun dua ratus sembilan puluh

satu milyar lima ratus tiga puluh juta tiga ratus tujuh ribu tujuh ratus tujuh

puluh enam rupiah delapan puluh empat sen);

e. Menetapkan pidana penjara yang dijatuhkan dikurangkan seluruhnya dengan

masa penahanan Terdakwa :

f. Menyatakan barang bukti berupa :

1) Surat-surat nomor urut I, II, III dikembalikan kepada Penuntut Umum

untuk dipergunakan dalam perkara lain ;

2) Surat-surat tanah dan bangunan, tanah dan bangunan sesuai daftar barang

bukti nomor urut IV, V dan VI dirampas untuk Negara ;

g. Menghukum Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.5.000,-

(lima ribu rupiah).

Page 49: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

36

6. Amar Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No.67/Pid/2002/PT.DKI tanggal

12 Agustus 2002

a. Menyatakan Terdakwa DAVID NUSA WIJAYA alias NG TJUEN WIE telah

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

"KORUPSI";

b. Menghukum Terdakwa dengan pidana penjara selama 4 (empat) tahun ;

c. Menghukum Terdakwa dengan pidana denda sebesar Rp.30.000.000,- (tiga

puluh juta rupiah) dengan ketentuan bila denda itu tidak dibayar, diganti

dengan hukuman kurungan selama 6 (enam) bulan ;

d. Menghukum Terdakwa untuk membayar uang pengganti kepada Negara

sebesar Rp.1.291.530.307.776,84,- ( satu trilyun dua ratus sembilan puluh

satu milyar lima ratus tiga puluh juta tiga ratus tujuh ribu tujuh ratus tujuh

puluh enam rupiah delapan puluh empat sen);

e. Menetapkan masa penahanan yang pernah dijalani oleh Terdakwa

dikurangkan seluruhnya dari masa pidana yang dijatuhkan kepada Terdakwa

tersebut;

f. Menyatakan barang bukti berupa :

1) Surat-surat nomor urut I, II, III dikembalikan kepada Penuntut Umum untuk

dipergunakan dalam perkara lain ;

2) Surat-surat tanah dan bangunan, tanah dan bangunan sesuai daftar barang

bukti nomor urut IV, V dan VI dirampas untuk Negara ;

g. Menghukum Terdakwa untuk membayar biaya perkara dalam kedua tingkat

peradilan yang dalam tingkat banding sebesar Rp.5.000,- (lima ribu rupiah);

7. Amar Putusan Kasasi Mahkamah Agung RI No.830 K/Pid/2003 tanggal 23

Juli 2003 :

Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : Terdakwa DAVID

NUSA WIJAYA al. NG TJUEN WIE tersebut;

Page 50: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

37

Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Jakarta tanggal 12 Agustus 2002

No.67/Pid/2002/PT.DKI jo Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat tanggal 11

Maret 2002 No.504/Pid.B/2001/PN.Jkt.Bar

MENGADILI SENDIRI

a. Menyatakan Terdakwa DAVID NUSA WIJAYA alias NG TJUEN WIE telah

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

"Korupsi dilakukan secara bersama-sama";

b. Menghukum Terdakwa dengan pidana penjara selama 8 (delapan) tahun ;

c. Menetapkan masa penahanan yang pernah dijalani oleh terdakwa, dikurangkan

sepenuhnya dari masa pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa tersebut;

d. Menghukum Terdakwa dengan pidana denda sebesar Rp.30.000.000,- (tiga

puluh juta rupiah) dengan ketentuan bila denda itu tidak dibayar, diganti

dengan hukuman kurungan selama 6 (enam) bulan ;

e. Menghukum Terdakwa untuk membayar uang pengganti kepada Negara

sebesar Rp.1.291.530.307.776,84,- ( satu trilyun dua ratus sembilan puluh satu

milyar lima ratus tiga puluh juta tiga ratus tujuh ribu tujuh ratus tujuh puluh

enam rupiah delapan puluh empat sen);

f. Menyatakan barang bukti berupa :

1) Surat-surat nomor urut I, II, III dikembalikan kepada Penuntut Umum

untuk dipergunakan dalam perkara lain ;

2) Surat-surat tanah dan bangunan, tanah dan bangunan sesuai daftar barang

bukti nomor urut IV, V dan VI dirampas untuk Negara ;

g. Menghukum Terdakwa untuk membayar biaya perkara dalam kedua tingkat

peradilan yang dalam tingkat banding sebesar Rp.5.000,- (lima ribu rupiah);

8. Alasan Pengajuan Peninjauan Kembali oleh Terpidana

1) ADANYA KEADAAN BARU (NOVUM) YANG BELUM DIKETAHUI

PADA PEMERIKSAANPERSIDANGAN SEBAGAIMANA

DINYATAKAN DALAM PASAL 263 AYAT (2) Pasal 263 ayat (2)

KUHAP. Adanya dan diketemukan keadaan baru (Novum), yang jika

Page 51: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

38

keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya

akan berupa putusan bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau

tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima atau terhadap perkara itu

diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan

Bahwa Pemohon PK/Terpidana, dalam kedudukannya selaku direktur utama

PT. Bank Umum Servitia, Tbk ("BUS"), dinyatakan terbukti, melakukan

tindak pidana yang terjadi dalam tahun 1998 sampai 1999, sehubungan

dengan ketiga transaksi BUS yaitu:

- Penerbitan nota kredit untuk pelunasan call money (transaksi PUAB)

Bank Sanho (transaksi PUAB) sejumlah Rp 988.265.055.555,56;

- Penerbitan Negotiable Certificate Deposite (NCD) PT. Bank Dagang Bali

dan PT. Bank Eksekutif sejumlah Rp 277.665.252.221,28;

- Pencairan kredit kepada PT. Mitra Rona Wana Sejahtera sejumlah Rp

25.600.000.000.

Bahwa Pemohon PK mendapatkan bukti baru, yaitu Laporan Keuangan

PT. Bank Umum Servitia, Tbk tanggal 31 Desember 2003 dan 2002 yang disusun

oleh Kantor Akuntan Publik Hertanto, Djoko, Ikah, Sutrisno ("Laporan

Keuangan").

Substansi Laporan Keuangan dalam hubungannya dengan transaksi

PUAB, penerbitan NCD dan Pencairan Kredit adalah sebagai berikut:

1. LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

a. Alinea 1:

“Kami telah mengaudit neraca PTBank Umum Sertivia, Tbk (Bank

Beku Kegiatan Usaha) tanggal 31 Desember 2003 dan 2002, serta laporan

laba rugi dan laporan arus kas untuk tahun-tahun yang berakhir pada

tanggal tersebut”

Bahwa berdasarkan Laporan Auditor Independen yang dikutip di atas,

Laporan Keuangan dimaksud merupakan hasil audit terhadap neraca BUS yang

Page 52: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

39

mencerminkan posisi keuangan pada tanggal 31 Desember 2003 dan 2002 yang

merupakan hasil akumulasi dari transaksi yang terjadi pada periode sebelumnya

termasuk transaksi-transaksi yang terjadi di tahun 1998 dan tahun 1999.

Dengan demikian neraca pada Laporan Keuangan BUS tersebut juga

mencerminkan akibat finansial dari transaksi yang terjadi di tahun 1998 dan

tahun 1999 termasuk transaksi PUAB, penerbitan NCD dan Pencairan Kredit.

Prinsip bahwa suatu laporan keuangan mencerminkan transaksitransaksi pada

tahun-tahun sebelumnya ini digariskan pada butir 22 Kerangka Dasar

Penyusunan Laporan Keuangan yang merupakan acuan tertinggi dalam

penyusunan dan penyajian suatu laporan keuangan:

"Untuk mencapai tujuannya laporan keuangan disusun atas dasar akrual Dengan

dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan

bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam

catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang

bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan

informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan

penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa

depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima di masa

depan. Oleh karena itu laporan keuangan menyediakan jenis informasi transaksi

masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling berguna bagi pemakai dalam

pengambilan keputusan ekonomi."

Laporan Keuangan BUS tersebut memberi informasi posisi keuangan

BUS pada tahun 2003 yang mengkoreksi transaksi pada tahun-tahun sebelumnya

dan merupakan cerminan keseluruhan transaksi/akibat transaksi, termasuk tahun

1998 dan 1999, pada waktu mana terjadinya tindak pidana yang didakwakan,

quad non, Laporan Keuangan ini merupakan dokumen keuangan yang

mencerminkan posisi keuangan terakhir BUS pada saat BUS dinyatakan sebagai

Bank Beku Kegiatan Usaha ("BBKU") hingga dibubarkan, sesuai dengan

pengumuman Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) tentang

Page 53: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

40

Pembubaran Badan Hukum Bank Beku Operasi/Bank Beku Kegiatan Usaha

("Bank Beku") Yang Berada Dalam Penanganan Badan Penyehatan Perbankan

Nasional dalam Tambahan Berita Negara nomor 45 tahun 2004.

Laporan Keuangan ini menjelaskan keadaan yang telah ada namun belum

diketahui dalam proses pemeriksaan perkara sebelumnya dan jika keadaan

tersebut telah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya akan

berupa putusan bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau tuntutan

penuntut umum tidak dapat diterima atau terhadap perkara itu diterapkan

ketentuan pidana yang lebih ringan.

Dengan demikian hal ini merupakan "keadaan baru" yang merupakan

Novum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 263 ayat (2) a KUHAP.

b. Alinea 2:

"Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang

ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami

merencanakan dan melaksanakan audit agar kami memperoleh keyakinan

memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah sail material. Audit

meliputi pemeriksaan, pengujian, buktibukti yang mendukung jumlah-

jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan."

Bahwa berdasarkan Laporan Auditor Independen sebagaimana

tercantum dalam Alinea 2 Laporan Keuangan BUS, Laporan Keuangan

BUS adalah Laporan Keuangan yang memiliki akurasi dan validitas yang

sudah diuji berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan

Akuntan Indonesia sehingga merupakan Laporan Keuangan yang dapat

digunakan:

1) untuk menguji kebenaran dari laporan-laporan mengenai transaksi yang

belum diaudit oleh Kantor Akuntan Publik dengan standar auditing

yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia; dan

2) untuk mengetahui posisi yang sebenarnya dari suatu akun atau

transaksi yang dilakukan BUS.

Page 54: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

41

c. Alinea 3:

"Dengan ditetapkannya Bank dengan status Bank Baku Kegiatan

Usaha (BBKU) pada tanggal 12 Maret 1999, sehingga secara faktual Bank

sudah berhenti beroperasi dan kemungkinan besar akan dilikuidasi, Bank

menyusun laporan keuangannya berdasarkan konsep likuidasi dan menilai

kembali seluruh aktiva berdasarkan estimasi nilai wajar".

Bahwa berdasarkan Alinea 3 Laporan Auditor Independen tersebut,

Laporan Keuangan BUS disusun dengan konsep likuidasi yang melakukan

pencatatan kewajiban Bank berdasarkan posisi kewajiban yang aktual

(sesuai fakta) dan melakukan pencatatan harta bank berdasarkan nilai

estimasi.

d. Alinea 4:

"Pada posisi tanggal 31 Desember 2003, seluruh aktiva untuk diiual

dan barang jaminan diambil alih milik Bank, dijual ke BPPN dalam upaya

penyelesaian aset dan kewajiban Bank, sesuai dengan Surat Keputusan

Ketua BPPN No. SK-36/BPPN/0204 tanggal 17 Februari 2004, yang

dirubah dengan Surat Keputusan Ketua BPPN No. SK-56/BPPN/0404

tanggal 12 April 2004 seperti dijelaskan pada Catatan 6 dan 45 atas

laporan keuangan." Bahwa berdasarkan Alinea 4 Laporan Auditor

Independen tersebut di atas, BUS menanggung seluruh kewajiban yang

timbul dari transaksi- transaksi yang dilakukan sebelum periode 2003

termasuk transaksi yang terjadi di tahun 1998 dan 1999. Sebagai

pelaksanaan dari kewajiban tersebut, BUS telah menjual seluruh aset-

asetnya pada tahun 2000 dan 2003 kepada BPPN (lihat Catatan Laporan

Keuangan butir 30 halaman 36, 37, 38 dan 39), dengan mekanisme bahwa

BPPN akan menjual aset-aset tersebut kepada public yang hasil

penjualannya diperhitungkan untuk mengurangi kewajiban BUS.

Bahwa dengan persetujuan BUS sebagai entitas perseroan untuk

menanggung seluruh kewajiban BUS, sebagaimana kemudian

Page 55: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

42

direalisasikan dengan Penyerahan Aset Bank kepada BPPN sebagaimana

fakta yang dinyatakan pada butir 30 halaman 36 Laporan Keuangan

(HASIL PENJUALAN AKTIVA INTI DAN NON-INTI KE BPPN),

berarti tidak ada akibat transaksi yang menjadi tanggung jawab pribadi dari

Pengurus Bank karena seluruh transaksi yang terjadi dilakukan dalam batas

kewenangan Pengurus sehingga seluruh akibat transaksi menjadi tanggung

jawab Bank sebagai entitas/badan hukum perseroan.

Bahwa penerimaan tanggung jawab atas transaksi BUS oleh BUS

sebagai tanggung jawab atau kewajiban BUS sebagai entitas/badan hukum

perseroan yang dibuktikan dari Laporan Keuangan BUS (lihat halaman 2,

butir 10 halaman 24, butir 11 halaman 25, dan halaman 32 Laporan

Keuangan), mengandung pengertian hukum bahwa tidak ada tindakan

terpidana sebagai pengurus (dalam hal ini selaku direktur utama) yang

menyalahi kewajiban, tanggung jawab dan kewenangan sebagaimana

diatur dalam Pasal 85 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 1 tahun 1995 tentang

Perseroan Terbatas:

"ayat (1) Setiap anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh

tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha

perseroan. ayat (2) Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara

pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan

tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

Bahwa dengan demikian, berdasarkan Catatan Laporan Keuangan

dapat disimpulkan bahwa tidak ada penyalahgunaan kewenangan dan atau

Hal. 24 dari 58 hal. Put. No.17 PK/Pid/2007 tindakan yang

dikualifikasikan sebagai ultra vires oleh David Nusa Wijaya sebagai

Direktur Utama BUS dan karenanya seluruh akibat dari transaksi yang

dilakukan oleh BUS menjadi tanggung jawab BUS sebagai entitas/badan

hukum Perseroan.

2. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Page 56: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

43

a. Butir 1 huruf b halaman 7:

INFORMASI UMUM, Penetapan Bank Dengan Status Bank Beku

Kegiatan Usaha (BBKU). "Pada tanggal 12 Maret 1999, Pemerintah, melalui

Menteri Keuangan Republik Indonesia tanggal 12 Maret 1999, menyatakan

Bank sebagai Bank dengan status Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU)

terhitung dan menyerahkannya kepada Badan Penyehatan Perbankan

Nasional (BPPN)".

Bahwa berdasarkan Catatan Laporan Keuangan butir I huruf b

halaman 7 Laporan Keuangan, sejak tanggal 12 Maret 1999 BUS berada

dalam keadaan Bank Beku Kegiatan Usaha dan diserahkan kepada BPPN

termasuk dalam hal penggunaan BLBI, penyusunan Laporan Penjualan Aset

dan penyusunan Laporan Keuangan BUS.

b. Butir 3 alinea 2 halaman 10:

PENYELESAIAN KEWAJIBAN PEMEGANG SAHAM/PKPS

"Untuk bank-bank yang dibekukan kegiatan usahanya, proses PKPS

dilaksanakan dalam rangka penyelesaian kewajiban pemegang saham yang

timbul akibat kerugian yang diderita oleh bank BBKU".

"Sehubungan dengan masalah tersebut, Menteri Negara Koordinator

Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri selaku Ketua Komite Kebijakan

Sektor Ekonomi (KKSK), menerbitkan Surat Keputusan No, Kep.

12/M.EKUIN/04/2000, Tentang Prinsip Penyelesaian Kewajiban Pemegang

Saham dari BBKU Kepada Pemerintah yang timbul akibat pembekuan

Usaha Bank".

"Proses PKPS dilaksanakan terhadap BBKU Kategori B, yaitu bagi

bank yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) atas nilai asset

pemegang saham bank dan atau ;

b. Melakukan transaksi tidak wajar;

Page 57: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

44

Bahwa berdasarkan Catatan Laporan Keuangan butir 3 alinea 2

halaman 10 Laporan Keuangan, BUS sebagai bank BBKU (yang saat itu

CAR nya mencapai minus 15%) termasuk dalam Kategori B (yaitu bank

yang posisi CAR nya antara minus 25% s/d 4%) yang penyelesaian

kewajibannya mengikuti Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham

(PKPS).

Bahwa dengan demikian apabila terdapat transaksi BUS yang

menurut penilaian dianggap tidak wajar, maka sesuai dengan Keputusan

Menteri Negara Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri

selaku Ketua Komite Kebijakan Sektor Ekonomi (KKSK), melalui Surat

Keputusan No. Kep.12/M.EKUIN/04/2000, tentang Prinsip Penyelesaian

Kewajiban Pemegang Saham dari BBKU Kepada Pemerintah Yang

Timbul Akibat Pembekuan Usaha Bank, penyelesaian kewajiban BUS

dilakukan melalui mekanisme PKPS. PKPS yang sudah dibuat oleh

Pemegang Saham adalah sebagai konsekwensi dari BUS yang di BBKU

termasuk seluruh akibat dari transaksi yang dilakukan, termasuk jika

transaksi tersebut berakibat pada kerugian Bank.

Dengan demikian secara hukum, seluruh akibat dari transaksi

BUS bukan menjadi beban Negara atau menjadi kerugian Negara

melainkan menjadi beban Pemegang Saham BUS. Dengan telah

dibebankannya kewajiban BUS terhadap pemegang saham (dan

sebaliknya pemegang saham menerima pertanggungjawaban dimaksud),

berarti dalam hal ini telah diterima prinsip perluasan tanggung jawab

pemegang saham (yang dikenal sebagai prinsip piercing the corporate

veil), Fakta tersebut menunjukkan bahwa pemegang saham telah

menerima seluruh pertanggungjawaban atas tindakan direksi dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan kewenangan yang

diberikan berdasarkan anggaran dasar perseroan. Tindakan direksi

sehubungan dengan ketiga transaksi, -quod nonsebagaimana dakwaan

Page 58: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

45

Penuntut Umum tersebut merupakan pelaksanaan fiduciary duty untuk

mengamankan perusahaan sehingga merupakan tindakan yang sah

dilaksanakan sebagai direksi perseroan dan bukan sebagai pribadi. Secara

hukum, berarti dalam hal ini tidak terjadi ultra vires (melampaui batas

kewenangan) oleh direksi, sehingga direksi tidak bertanggungjawab

secara pribadi atas tindakannya. Karena tindakan David Nusa Wijaya

yang didakwakan Jaksa Penuntut Umum, - quod non-, merupakan

pelaksanaan fiduciary duty sehingga dalam hal ini tidak ada perbuatan

melawan hukum, hal mana juga terbukti dari pembebanan pemerintah

terhadap segala tanggung jawab yang timbul kepada pemegang saham,

dengan demikian pertimbangan judex factie yang dikuatkan oleh judex

juris mengenai pertanggungjawaban David Nusa Wijaya secara pribadi

adalah tidak tepat.

c. Butir huruf m halaman 16:

Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) "Pada tanggal 6

Februari 1999, Bank Indonesia mengalihkan saldo BLBI pertanggal 29

Januari 1999 kepada Pemerintah q.q. BPPN. Walaupun demikian. Bank

Indonesia masih memberikan BLBI yang sampai saat ini belum dialihkan

kepada Pemerintah q.q. BPPN, Hutang Bank kepada Bank Indonesia dan

BPPN terdiri dari:

1. BLBI yang sudah dialihkan dari Bank Indonesia kepada BPPN dan

dicatat sebagai hutang kepada Pemerintah q.q. BPPN.

2. BLBI yang belum dialihkan dan dicatat sebagai Hutang kepada BI -

BLBI.

KEWAJIBAN KEPADA BANK INDONESIA Akun ini terdiri

dari: 2003 2002 Akun ini terdiri dari:

- Fasilitas Diskonto Rp 441.393.462.500 441.393.462.500

- Giro Debet (BLBI) Rp1.248.180.322.849 1.248.180.322.849

Page 59: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

46

Bahwa berdasarkan Catatan Laporan Keuangan butir 4 huruf m

halaman 16 dan butir 36 halaman 42 Laporan Keuangan BUS, terdapat

dua macam BLBI, yaitu :

1) Saldo BLBI yang terjadi dan dialihkan pada tahun 1999 yang

jumlahnya telah diverifikasi oleh Bank Indonesia adalah Rp

361.976.074.127; dan

2) BLBI yang masih diberikan oleh Bank Indonesia setelah tanggal

pengalihan ke BPPN sampai tahun 2003 yang dicatat sebagai Hutang

atau Kewajiban Kepada Bank Indonesia (BLBI), namun belum/tidak

termasuk BLBI yang telah diverifikasi oleh Bank Indonesia, sejumlah

Rp 1.248.180.322.849 dan fasilitas diskonto sejumlah

441.393.462.500;

HUTANG BLBI KEPADA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

QQ BPPN.

Alinea 1:

"Pada tahun 1998, Bank Indonesia menempatkan Bank dalam "Program

Penyehatan " melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.

30/218/KEP/DIR tanggal 14 Februari 1998. Bank. memperoleh fasilitas BLBI

dari Bank Indonesia sejumlah Rp 361,976.074,127,-".

Alinea 2;

"Pada tanggal 6 Februari 1999 Gubernur Bank Indonesia membuat

persetujuan bersama dengan Menteri Keuangan Republik Indonesia dalam

rangka penyerahan dan pengalihan (cessie) hak atas piutang kepada Pemerintah

.q.q BPPN, pada posisi tanggal 29 Januari 1999. Sebagai realisasi pembayaran

atas pengalihan piutang tersebut, Pemerintah menerbitkan Surat Utang No. SU-

001/MK/1998 tanggal 25 September 1998, sebesar Rp 80.000.000.000.000,-

dan Surat Utang No. SU-003/MK/1999 tanggal 8 Februari 1999 sebesar Rp

64.536.094.294.530,-. Bank Indonesia melalui Akta Penyerahan dan Pengalihan

Hak (Cessie) No. 29 tanggal 22 Februari 1999 dari Notaris Mudofir Hadi, SH,

Page 60: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

47

mengalihkan kewajiban Bank kepada Bank Indonesia sebesar Rp

361.976.074.127, - menjadi kewajiban kepada Pemerintah q.q BPPN. Dalam

perjanjian tersebut BI menjamin kebenaran dan keakuratan daftar- daftar dan

dokumen-dokumen yang mendukung jumlah BLBI tersebut.

Pada tanggal 31 Desember 2003, hutang BLBI sebesar Rp

361.976.074.127,- di offset dengan pengurang hutang ke BPPN sehingga saldo

akun ini pada tanggal 31 Desember 2003 adalah nihil (lihat catatan 6, 23, 26,

27, 28dan 31)".

Bahwa berdasarkan Catatan Laporan Keuangan Butir 4 huruf m

halaman 16, butir 36 halaman 42, butir 13 alinea 1 & alinea 2 halaman 26 & 27

Laporan Keuangan BUS, saldo BLBI yang terjadi dan dialihkan pada tahun

1999 adalah sebesar Rp 361.976.074.127. yang kebenaran dan keakuratan

datanya dijamin oleh Bank Indonesia. Kemudian pada tanggal 31 Desember

2003. saldo BLBI ini telah menjadi nihil karena telah dioffset dengan

pengurangan hutang ke BPPN, sebagaimana Catatan Laporan Keuangan:

1) berasal dari setoran debitur Rp 289.857.503.909 (butir 23);

2) hasil penjual aktiva tetap/BJDA Rp 18.647.260.503 (butir 26);

3) hasil penjualan aktiva inti lain Rp. 28.070.528.343 (butir 27);

4) hasil penjualan aktiva bergerak Rp. 14.815.737.525 (butir 28),

5) saldo penilaian aktiva Rp. 9.789.596.476 (butir 31).

Sedangkan BLBI yang kemudian masih diterima oleh BUS setelah

tanggal pengalihan BLBI ke BPPN pada tahun 1999, sebagaimana bunyi

Catatan Laporan Keuangan butir 4 huruf m halaman 16 di atas, tidak terkait

dengan transaksi PUAB, NCD dan pencairan kredit, karena timbul setelah

terjadinya ketiga transaksi tersebut.

Bahwa saldo BLBI bukan Rp 988.265.055.555,56 sebagaimana

disebutkan dalam pembuktian adanya penggunaan BLBI antara tanggal 22

Desember 1998 s/d 8 Februari 1999 yang memperkaya Terpidana atau Bank

Sanho dalam transaksi PUAB yang merupakan pertimbangan Judex Factie

Page 61: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

48

maupun Judex Juris. Jika pertimbangan tersebut benar tentunya penggunaan

BLBI oleh BUS per tariggal 8 Februari 1999 sekurang-kurangnya adaiah

sebesar Rp 988.265.055.555,56. Pada faktanya, Saldo BLBI sampai dengan

tahun 2003 (sebelum di offset oleh BPPN pada tanggal 31 Desember 2003

sehingga menjadi lunas) sebagaimana Hal. 29 dari 58 hal. Put. No.17

PK/Pid/2007 tercatat dalam Laporan Keuangan BUS tersebut di tidak berubah

yaitu sejumlah Rp 361.976.074.127.

Bahwa demikian pula terhadap transaksi penerbitan NCD total sebesar

Rp 277.665.252.221,28 yang dilakukan dalam periode antara tanggal 29 Januari

1999 sampai dengan 9 Maret 1999, berdasarkan Laporan Keuangan BUS tidak

terbukti menambah saldo BLBI.

Demikian juga dengan penarikan Kredit atas Kelonggaran Tarik yang

dilakukan oleh PT Mitra Rona Wana Sejahtera sebesar Rp 25.600.000.000,-

yang terjadi dalam periode antara 8 Januari 1999 sampai dengan 24 Februari

1999, berdasarkan Laporan Keuangan BUS juga tidak terbukti menambah saldo

BLBI.

Kesimpulan Judex Juris bahwa transaksi PUAB melalui, penerbitan

Nota Kredit kepada Bank Sanho, Penerbitan;. NGD kepada Bank Eksekutif dan

Bank Dagang BaliP / serta Pencairan Kredit kepada PT. Mitra Rona Wana

Sejahtera yang dananya berasal dari BLBI sejumlah Rp 1,291,530,307,776.84

tidak terbukti, karena saldo BLBl yang berasal dari transaksi yang terjadi pada

tahun 1998 dan 1999 sebagaimana tercatat dalam Laporan Keuangan BUS

adaiah sebesar Rp 361.976.074.127.

Sedangkan dalam hal penarikan Kredit atas Kelonggaran Tarik yang

dilakukan oleh PT Mitra Rona Wana Sejahtera adalah karena BUS sesuai

dengan Perjanjian Kredit memiliki kewajiban untuk memberikan pencairan

kredit sebesar kelonggaran tariknya. Penarikan kredit tersebut tidak berakibat

pada penambahan Saldo BLBI bahkan kredit tersebut sudah lunas.

Page 62: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

49

Dari uraian di atas, nilai kerugian dalam dakwaan terhadap David Nusa

Wijaya selaku Pengurus BUS sehubungan dengan transaksi PUAB, NCD dan

pencairan kredit yang dinyatakan terbukti oleh Judex Facti dan Judex Juris

adalah tidak berdasar dan keliru, karena Penuntut Umum hanya menjumlahkan

nilai ketiga transaksi tersebut (sejumlah Rp 1,291,530,307,776.84) dan

berasumsi bahwa dana dimaksud merupakan BLBI karena BUS berada Hal. 30

dari 58 hal. Put. No.17 PK/Pid/2007 dalam keadaan saldo negatif, padahal

berdasarkan Laporan Keuangan saldo BLBI yang diterima BUS sampai tahun

1999 sejumlah Rp 361.976.074.127.

f. Butir 22 halaman 32:

Surat Keputusan No. SK-41/BPPN/02/04 mengatur hal-hal sebagai

berikut:

1) Yang dimaksud dengan hutang Bank kepada Negara q.q. BPPN yaitu

terdiri dan' BLBL dana talangan program penjaminan, talangan

pembayaran pesangon karyawan Bank BBO/BBKU, serta dana talangan

lainnya yang berhubungan dengan BBO/BBKU, setelah dikurangi hasil

realisasi aset BBO/BBKU (Hutang bersih).

2) Hutang bersih tersebut dibebani bunga dimulai pada saat dana talangan

dibayarkan oleh Negara sampai dengan tanggal pelunasan hutang.

3) Bunga dihitung berdasarkan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia

(SBI) tahun yang bersangkutan.

Berdasarkan Surat Keputusan tersebut, dasar perhitungan bunga

beserta hutang bunga pinjaman Bank kepada Negara qq BPPN pada tanggal

31 Desember 2003 adalah sebagai berikut:

- Akumulasi beban Bunga s/d 2003 adalah Rp 1.559.156.920.376 Bahwa

berdasarkan Catatan Laporan Keuangan tersebut di atas, atas penggunaan

BLBI dan dana talangan yang dipergunakan untuk membayar kewajiban

BUS sebagai akibat keputusan pembekuan BUS (BUS berstatus BBKU,

disamping membayar Premi Program Penjaminan. BUS harus membayar

Page 63: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

50

bunga berdasarkan tingkat bunga SBI sehingga Negara tidak menanggung

beban biaya atau kerugian atas akibat penetapan BUS sebagai BBKU. Atas

dana yang diterima dari pemerintah sebagaimana diuraikan di atas,

pemerintah telah menetapkan biaya yang harus dibayar oleh BUS berupa

biaya bunga sejumlah Rp. 1.559.156.920.376. Berdasarkan fakta tersebut,

jelaslah bahwa Hal. 31 dari 58 hal. Put. No.17 PK/Pid/2007 atas dana yang

diterima BUS dari pemerintah tidak menimbulkan kerugian negara / karena

BUS membayar bunga yang menjadi pendapatan/piutang negara.

g. Butir 30 halaman 36, 37, 38 dan 39

"Dalam rangka pengamanan dan pengelolaan kekayaan Bank sebagai

salah satu sumber penyelesaian aset dan kewajiban Bank terhadap Negara

Republik Indonesia, seluruh aset bank dialihkan ke BPPN yang dilakukan

dalam dua tahap,.."

Bahwa BUS telah menyerahkan aset-asetnya pada tahun 2000 dan

2003 sebagaimana catatan Laporan Keuangan butir 30 halaman 36, 37, 38 dan

39, dengan perincian sebagai berikut: Tahun Aset Nilai Buku IDR USD 2000

Aktiva inti 2.513.750.616.307 1,000,000 Barang bergerak 10.702.628.996 -

2003 Aktiva tetap & BJDA 562.733.749.916 - Piutang 35.754.180.666 - Total

Rp 3.122.941. 175.885 USD 1, 000,000.

Bahwa berdasarkan Catatan Laporan Keuangan Butir 30 halaman 36

dan Butir 31 halaman 39 Laporan Keuangan BUS, terbukti BUS sudah

menyerahkan seluruh aset BUS untuk melunasi kewajiban BUS kepada

Negara. Jumlah aset BUS yang sudah diserahkan kepada Negara q.q BPPN

adalah total senilai Rp 3.122.941.175.885,- dan US$ 1.000.000,0 (Rp

3.131.941.175.885,- jika US$ dikonversi pada nilai tukar Rp/US$ 9.000).

Selain aset BUS yang sudah diserahkan melalui Perjanjian Jual Beli

dan Penyerahan Piutang, Perjanjian Jual Beli Aset, Perjanjian Jual Beli Atas

Tanah dan Bangunan sebagaimana Hal. 32 dari 58 hal. Put. No.17

PK/Pid/2007 dimaksud dalam catatan Laporan Keuangan di atas, masih

Page 64: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

51

terdapat aset BUS yang secara aktual dan hukum dikuasai oleh BPPN senilai

Rp 105.876.468.139.

Bahwa fakta berdasarkan Laporan Keuangan BUS, Pemegang Saham

BUS dan BUS sudah menyerahkan asset dengan nilai Rp 3.237.817.644.024

(Rp 3,237 Triliun) kepada BPPN untuk membayar kewajiban BUS kepada

Negara.

Bahwa angka aset yang diserahkan BUS tersebut senilai Rp

3.237.817.644.024,- (Rp 3,237 Triliun) jauh lebih besar dibandingkan dengan

angka kerugian sejumlah Rp 1.291.530.307.776,84 (quod non), karena BPPN

sendiri hingga saat ini sesuai dengan Catatan Laporan Keuangan Butir 4 huruf

e angka 3 halaman 14 belum dapat menentukan dampak BUS yang dibekukan.

Sampai dengan saat ini BPPN juga belum * mengeluarkan laporan realisasi

penjualan aset milik BUS yang penjualannya dilakukan oleh BPPN untuk

mengurangi kewajiban BUS.

Bahwa dengan demikian, kesimpulan adanya Kerugian Negara sebesar

Rp 1.291.530.307.776,84 adalah tidak terbukti, keliru, atau setidak-tidaknya

masih prematur. Adanya Laporan Keuangan BUS tanggal 31 Desember 2003

dan 2002 yang disusun oleh Kantor Akuntan Publik Hertanto, Djoko, Ikah,

Sutrisno ("Laporan Keuangan") yang substansinya menjelaskan akibat

transaksi dari tahun-tahun sebelumnya termasuk transaksi yang dilakukan

pada tahun 1998 dan 1999 yang membuktikan bahwa:

1) Transaksi menghimpun dana dari bank lain (PUAB), penerbitan NCD dan

Pencairan Kredit tidak bertentangan (dalam kewenangan) Direksi serta

tidak ada penyalahgunaan kesempatan atau sarana yang ada padanya

karena jabatan atau kedudukan;

2) Seluruh kewajiban BUS, termasuk kewajiban kepada negara, dibebankan

kepada BUS sebagai badan hukum dan BUS telah menyerahkan seluruh

aset-asetnya sebagai pelaksanaan tanggungjawab atas kewajibannya

tersebut. Hal. 33 dari 58 hal. Put. No.17 PK/Pid/2007

Page 65: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

52

3) Saldo BLBI yang diterima BUS pada tahun 1999 adalah sebagaimana yang

telah dialihkan kepada BPPN sejumlah Rp 361.976.074,127. Transaksi

menghimpun dana dari bank lain (PUAB), penerbitan NCD dan Pencairan

Kredit tidak merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Berdasarkan seluruh uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Laporan Keuangan BUS tanggal 31 Desember 2003 dan 2002 yang disusun

oleh Kantor Akuntan Publik Hertanto, Djoko, Ikah, Sutrisno ("Laporan

Keuangan") merupakan novum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 263

ayat (2) a KUHAP.

2. Berdasarkan Novum terbukti bahwa:

a. Tidak ada penyalahgunaan kesempatan atau sarana yang ada pada David

Nusa Wijaya karena jabatan atau kedudukannya sehubungan dengan

transaksi menghimpun dana dan bank lain (PUAB), penerbitan NCD dan

Pencairan Kredit,

b. Seluruh akibat transaksi BUS berkaitan dengan transaksi PUAB,

penerbitan NCD dan Pencairan Kredit telah dibebankan kepada BUS

sebagai badan hukum dan pemegang saham dan BUS serta pemegang

sahamnya telah menyerahkan seluruh aset-asetnya sebagai pelaksanaan

tanggungjawab atas kewajibannya tersebut.

c. Saldo BLBI yang diterima BUS pada tahun 1999 adalah sebagaimana

yang telah dialihkan kepada BPPN sejumlah Rp 361.976.074.127.

d. Transaksi menghimpun dana dari bank lain (PUAB), penerbitan NCD dan

Pencairan Kredit tidak merugikan keuangan negara atau perekonomian

negara.

Pasal 263 ayat (2) c KUHAP:

"Adanya Kekhilafan Hakim Atau Suatu Kekeliruan Yang Nyata"

Bahwa Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 830

K/Pid/2003,tanggal 23 Juli 2003 Jo Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No.

67/Pid/2002/PT.DKI, tanggal 20 Mei 2002. Jo Putusan Pengadilan Negeri

Page 66: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

53

Jakarta Barat No. 504/Pid.B/2001/PN.JKT.BRT) tanggal 11 Maret 2002 dengan

jelas telah mebuktikan adanya suatu kekhilafan Hakim atau suatu kekeliruan

yang nyata. Hal. 34 dari 58 hal. Put. No.17 PK/Pid/2007 Pengertian kekhilafan

menurut teori dan praktek hukum adalah salah atau cacat pertimbangan atau

perbuatan (an error or defect of judgement or of conduct). Atau dengan kata lain

berarti pertimbangan putusan yang diambil tidak sempurna (incomplete

judgement). Atau bisa juga diartikan putusan atau tindakan yang diambil atau

dilakukan, menyimpang dari ketentuan yang semestinya (any deviation).

Bahkan pertimbangan yang ringkas (shortcoming) yang tidak cermat dan

menyeluruh, dikualiiikasikan sebagai putusan yang mengandung kekhilafan.

Oleh karena itu, kurang cermat dan kurang hati-hati mempertimbangkan semua

faktor dan aspek yang relevan dan urgen dikualifikasi sebagai kekhilafan yang

mengabaikan pelaksanaan fungsi mengadili dan memutus perkara; Berdasar

pengertian kekhilafan yang dikemukakan, patokan yang harus dipegang adalah

meneliti dengan seksama apakah putusan kasasi yang dimohonkan peninjauan

kembali sekarang telah seksama dan cermat serta hati-hati mempertimbangkan

semua faktor dan elemen relevan dan urgen secara integral dan komprehensif

sehingga pendapat dan kesimpulan hukum yang ditarik tidak keliru, cacat atau

menyimpang dari yang semestinya. (Vide Putusan MA No. 279/PKlPdt/1992).

Dikaitkan dengan isi Putusan Mahkamah Agung NO.830 K/PID/2003 tanggal

23 Juli 2003 dalam perkara Pemohon PK, ternyata dalam Putusan tersebut

ditemukan adanya pertimbangan hukum yang cacat atau menyimpang dari

ketentuan yang semestinya (defect and deviation judgement) sebagaimana akan

dikemukakan di bawah ini.

Bahwa ternyata keberatan-keberatan yang telah dikemukakan Pemohon

Kasasi David Nusa Wijaya hanya ditanggapi secara singkat dalam Putusan

Kasasi, karena sebelum tiba pada amar putusan sebagaimana telah dikutip di

atas, Majelis Hakim Kasasi hanya memberikan pertimbangan sebagai berikut:

"Menimbang, bahwa terhadap keberatan-keberatan kasasi tersebut Mahkamah

Page 67: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

54

Agung berpendapat: mengenai keberatan ad. 1, 3, 4, 5: bahwa, keberatan-

keberatan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena Judex Facti tidak salah

menerapkan hukum; mengenai keberatan ad. 2:, bahwa, keberatan ini tidak

dapat dibenarkan, karena keberatan tersebut mengenai penilaian hasil

pembuktian yang bersifat penghargaan tentang Hal. 35 dari 58 hal. Put. No.17

PK/Pid/2007 suatu kenyataan, hal mana tidak dapat dipertimbangkan dalam

pemeriksaan pada tingkat kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi

hanyaberkenaan dengan tidak diterapkan suatu peraturan hukum atau peraturan

hukum tidak diterapkan sebagaimana mestinya atau apakah cara mengadili tidak

dilaksanakan menurut Undang-Undang, dan apakah pengadilan telah melampaui

batas wewenangnya sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 253 Undang-

Undang No. 8 Tahun 1981;

Menimbang, bahwa terlepas dan alasan-alasan kasasi tersebut di atas

majelis hendak memberikan pertimbangan sebagai berikut: Bahwa oleh karena

Judex Factie telah membuktikan Terdakwa telah dinyatakan terbukti dengan sah

dan meyakinkan atas dakwaan pertama tersebut dan pertimbangan mana sudah

tepat dan benar, sehingga Terdakwa telah terbukti melakukan penyalahgunaan

BLBI secara bersamasama dengan Saudara Wiryatin Nusa selaku Kepala

Cabang KPO (Kantor Pusat Operasi) PT. Bank Umum Servitia Tbk tersebut;

Menimbang, bahwa oleh karena dakwaan yang terbukd tersebut adalah

tindak pidana korupsi yang mana diancam maximum hukuman mati atau

hukuman seumur hidup atau 20 tahun penjara sedangkan pidana yang dijatuhkan

Pengadilan Tinggi DKI Jakarta adalah 4 tahun penjara adalah tidak selaras dan

sebanding dengan pidana korupsi tersebut, seharusnya Judex Facti memberikan

hukuman bersifat mendidik (edukatif dan preventif serta sepatutnya setimpal

dengan perbuatannya yang terbukti tersebut;

Menimbang, bahwa oleh karena itu amar putusan Pengadilan Tinggi

tersebut perlu diperbaiki mengenai kwalifikasi kejahatan serta hukumnya,

sehingga amar selengkapnya berbunyi sebagaimana tercantum di bawah ini;

Page 68: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

55

Menimbang, bahwa majelis hendak memberikan pertimbangan tentang

hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan hukuman Terdakwa; Hal-hal

yang memberatkan:

1. Bahwa perbuatan Terdakwa tersebut telah merugikan keuangan negara

triliunan rupiah;

2. Bahwa perbuatan Terdakwa tersebut telah menyinggung perasaan

masyarakat;

3. Bahwa perbuatan Terdakwa tersebut bertentangan dengan kemauan

pemerintah yang hendak mengikis korupsi dan KKN tersebut; Hal. 36 dari 58

hal. Put. No.17 PK/Pid/2007

Hal-hal yang meringankan:

1. Terdakwa belum pernah dihukum;

2. Terdakwa selama persidangan tidak mempersulit pemeriksaan;

Menimbang, bahwa oleh karena Pemohon Kasasi/ Terdakwa tetap

dihukum maka Terdakwa dibebani untuk membayar biaya perkara dalam tingkat

kasasi ini; Memperhatikan Undang-Undang No, 14 Tahun 1970, Undang-

Undang No.8 Tahun 1981, Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 dan Undang-

Undang No.3 Tahun 1971 jo Undang-Undang No.31 Tahun 1999;

Mengadili....... dst."

Bahwa terhadap pertimbangan hukum Putusan a quo sebagaimana

dikutip di atas, Pemohon PK berpendapat bahwa pertimbangan tersebut

mengandung kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata sebagaimana

dinyatakan dalam Pasal 263 ayat (2) c, berdasar alasan-alasan hukum

sebagaimana dikemukakan di bawah ini:

2. Kekhilafan atau Kekeliruan Yang Nyata dalam pertimbangan hukum

Putusan a quo terhadap Keberatan Kasasi ke-1 tentang tidak diterapkannya

ketentuan yang terdapat dalam Pasal 197 ayat (1) huruf d KUHAP.

Page 69: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

56

a. Bahwa Judex Juris dengan pertimbangannya yang sumir langsung saja

menyatakan bahwa keberatan kasasi ke-1 tidak dapat dibenarkan, oleh karena

Judex Facti tidak salah menerapkan hukum;

b. Bahwa dalam hal ini Judex Juris mengulangi kekeliruan yang sama yang telah

dilakukan oleh Judex Factie di tingkat Pengadilan Pertama dan di tingkat

Pengadilan Banding;

A. Bahwa Majelis hakim telah melakukan kekhilafan atau kekeliruan yang

nyata dalam pertimbangan hukum Putusan a quo, dengan alasan-alasan

hukum sebagai berikut:

(1) Bahwa Majelis Hakim telah keliru/khilaf dalam menilai

perbuatanperbuatan yang didakwakan kepada David Nusa Wijaya

terbukti merupakan penyalahgunaan dana BLBI yang memenuhi

unsur-unsur tindak pidana korupsi ex Pasal 1 ayat (1) subbUUNo.

3Tahun 1971;

(2) Bahwa Majelis Hakim telah keliru/khilaf dengan tidak

mempertimbangkan bahwa penyaluran BLBI oleh pemerintah pada

Hal. 37 dari 58 hal. Put. No.17 PK/Pid/2007 periode 1997-1999

kepada sektor perbankan merupakan suatu kebijakan (policy)

pemerintah untuk mengatasi krisis ekonomi sebagaimana tertuang

dalam Surat Sekretariat Negara Nomor R- 183/M Sesneg/12/1997

tertanggal 27 Desember 1997, yang antara lain berbunyi: ".........

bahwa Bapak Presiden menyetujui saran Direksi Bank Indonesia

untuk mengganti saldo debet bank yang ada harapan sehat dengan

SBPU khusus...... Bapak Presiden menilai langkah tersebut perlu

dilakukan, untuk menjaga agar tidak banyak bank pada tutup tahun

sekarang ini yang terpaksa ditutup dan dinyatakan bangkrut......."(vide

BuktiPK- 4);

(3) Bahwa dalam hal pengucuran BLBI khususnya kepada Bank Umum

Servitia, Pemohon PK tidak dalam posisi sebagai pemohon bantuan

Page 70: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

57

likuiditas, tetapi lebih dalam posisi sebagai pihak yang terpaksa

menerima BLBI, bahkan Pemohon PK tidak memiliki otoritas untuk

menolaknya (vide J, Soedradjad Djiwandono, dalam buku "Mengelola

Bank Indonesia Dalam masa Krisis", Jakarta: LP3ES, 2001, hal. 246-

249),

(4) Bahwa Majelis Hakim telah keliru/khilaf dengan tidak

mempertimbangkan bahwa perbuatan-perbuatan yang didakwakan

kepada Pemohon PK yaitu: penerbitan Nota Kredit (NK), penerbitan

Negotiable Certificate of Deposit (NCD), dan realisasi pencairan

kredit kepada nasabah debitur PT Mitra Rona Wana Sejahtera (FT

MRWS) berdasarkan komitmen lama, pada periode yang didakwakan

adalah tidak menambah saldo debet Bank Umum Servitia di BI (vide

bukti BDPP- C5),

(5) Bahwa Majelis Hakim telah keliru/khilaf dengan mengabaikan fakta

bahwa Pemohon PK selaku salah satu pemegang saham Bank Umum

Servitia telah mengikat perjanjian PKPS-APU dengan pemerintah cq

BPPN dan telah menyerahkan asset-asset yang dimilikinya guna

penyelesaian hutang BLBI yang telah diterima Bank Umum Servitia

secara perdata;

B. Kekhilafan atau Kekeliruan Yang Nyata dalam pertimbangan hukum

Putusan a quo terhadap Keberatan Kasasi ke-2 tentang tidak diterapkannya

atau kekeliruan penerapan hukum pembuktian Pasal 183 Hal. 38 dari 58

hal. Put. No.17 PK/Pid/2007 s/d 189 KUHAP dalam kaitan dengan

ketentuan Bank Indonesia yaitu SK Direksi No. 31/32/Kep/Dir tanggal 29

Mei 1998 dan surat-surat permohonan yang dibuat BUS kepada Bank

Indonesia untuk setiap kali akan menerbitkan Nota Kredit (NK):

1. Bahwa Judex Juris tanpa memeriksa secara mendalam tentang

keberatan kasasi ke-2 langsung saja menyatakan bahwa keberatan

tersebut tidak dapat dibenarkan karena keberatan tersebut mengenai

Page 71: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

58

penilaian hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu

kenyataan;

2. Bahwa dalam hal ini Judex Juris mengulangi kekeliruan yang sama

yang telah dilakukan oleh Judex Factie di tingkat Pengadilan Pertama

dan di tingkat Pengadilan Banding;

3. Bahwa Majelis Hakim telah melakukan kekhilafan atau kekeliruan

yang nyata dalam pertimbangan hukum Putusan a quo, dengan alasan-

alasan hukum sebagai berikut:

a. Bahwa Majelis Hakim telah keliru/khilaf karena tidak

memperhatikan alat-alat bukti dan kekuatan pembuktian yang telah

diperoleh dalam persidangan, sehingga Majelis Hakim telah salah

menerapkan hukum pembuktian. Kekeliruan/ kekhilafan Majelis

Hakim dalam perkara ini adalah Majelis Hakim sama sekali tidak

mempertimbangkan alat-alat bukti khususnya berkaitan dengan

ketentuan Bank Indonesia yaitu SK Direksi No. 31/32/Kep/Dir

tanggal 29 Mei 1998, surat-surat permohonan Bank Umum Servitia

kepada Bank Indonesia, Rekening Koran Giro Bank Umum

Servitia di BI, perjanjian penyelesaian BLBI melalui PKPS-APU

antara Pemohon PK dengan pemerintah cq BPPN, penyerahan

asset-asset Bank Umum Servitia kepada pemerintah cq BPPN, latar

belakang pemberian BLBI oleh Pemerintah kepada sektor

perbankan pada periode 1997-1999 yang merupakan notoir feiten,

kesemuanya sama sekali tidak dipertimbangkan sehingga

mengakibatkan kekeliruan pengambilan kesimpulan dan juga

merupakan kekeliruan penerapan hukum pembuktian. Namun oleh

Judex Juris kesalahan tersebut kembali diulangi dengan hanya

menyatakan bahwa penilaian pembuktian merupakan penghargaan

atas suatu kenyataan yang tidak tunduk pada pemeriksaan kasasi.

Judex Juris sama sekali tidak memeriksa Hal. 39 dari 58 hal. Put.

Page 72: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

59

No.17 PK/Pid/2007 apakah benar telah ada kekeliruan penerapan

hukum pembuktian atau tidak, sehingga menyebabkan Judex Juris

telah keliru/ khilaf dalam pertimbangannya;

b. Bahwa Majelis Hakim telah melakukan kekeliruan/kekhilafan yang

nyata dalam menyimpulkan bahwa penerbitan Nota Kredit oleh

Bank Umum Servitia merupakan suatu perbuatan korupsi tanpa

mengaitkannya dengan ketentuan Bank Indonesia yaitu SK Direksi

No.31/32/Kep/Dir tanggal 29 Mei 1998, surat-surat permohonan

Bank Umum Servitia kepada Bank Indonesia dan Rekening Koran

Giro Bank Umum Servitia di BI. Bahwa apabila Majelis Hakim

telah meneliti dan mempertimbangkan ketentuan dalam SK Direksi

No. 31/32/Kep/Dir tanggal 29 Mei 1998, surat-surat permohonan

Bank Umum Servitia kepada Bank Indonesia dan Rekening Koran

Giro Bank Umum Servitia di BI maka tentu dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. bahwa penerbitan Nota Kredit oleh Bank Umum Servitia

merupakan transaksi PUAB yang dapat dilakukan oleh bank

asalkan suku bunganya sesuai dengan bunga pasar;

2. bahwa dalam setiap penerbitan NK selalu didahului oleh surat

permohonan dari Bank Umum Servitia kepada Bank Indonesia

dan tidak ada larangan dari BI atas penerbitan NK tersebut;

3. bahwa tanggal-tanggal penerbitan NK tidak menambah saldo

debet Bank Umum Servitia di BI;

4. bahwa tidak ada satu pun tanda tangan dari Pemohon PK atas

keseluruhan NK yang diperiksa di persidangan.

5. Dengan demikian transaksi penerbitan 34 NK merupakan

transaksi perbankan yang wajar dan tidak melanggar CDO dari

Bank Indonesia.

Page 73: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

60

C. Kekhilafan atau Kekeliruan Yang Nyata dalam pertimbangan Putusan a quo

terhadap Keberatan Kasasi ke-3 tentang kesalahan penafsiran unsur dengan

tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu badan dalam

kaitan dengan penerbitan NCD dan pencairan kredit PT MRWS: Hal. 40

dari 58 hal. Put. No.17 PK/Pid/2007

a. Bahwa fudex Juris dengan pertimbangannya yang sumir langsung saja

menyatakan bahwa keberatan kasasi ke-3 tidak dapat dibenarkan, oleh

karena Judex Factie tidak salah menerapkan hukum;

b. Bahwa dalam hal ini Judex Juris mengulangi kekeliruan yang sama yang

telah dilakukan oleh Judex Factie di tingkat Pengadilan Pertama dan di

tingkat Pengadilan Banding;

c. Bahwa Majelis Hakim telah melakukan kekhilafan atau kekeliruan yang

nyata dalam pertimbangan hukum Putusan a quo, dengan alasan-alasan

hukum sebagai berikut:

(1) Bahwa Majelis Hakim telah keliru/khilaf menyimpulkan bahwa

perbuatan penerbitan NCD dan pencairan kredit PT MRWS adalah

telah memenuhi unsur dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau

orang lain atau suatu badan dengan tidak mempertimbangkan bahwa

penerbitan NCD dan pencairan kredit PT MRWS adalah merupakan

transaksi perbankan sehari-hari yang dilakukan oleh bank dalam

peranan intermediasi, yaitu mengumpulkan kelebihan dana (idle) dari

masyarakat dan kemudian menyalurkannya kepada pihak-pihak yang

membutuhkan dalam bentuk pinjaman (kredit);

(2) Bahwa Majelis Hakim telah keliru/khilaf dengan tidak

mempertimbangkan bahwa penerbitan NCD merupakan salah satu

upaya yang dapat dilakukan bank untuk mengatasi tekanan "rush

"dan kesulitan likuiditas;

(3) Bahwa Majelis Hakim telah keliru/khilaf dengan tidak

mempertimbangkan bahwa pencairan kredit PT MRWS merupakan

Page 74: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

61

pelaksanaan komitmen lama yang telah ada jauh sebelum Bank

Umum Servitia dilanda kesulitan likuiditas;

(4) Bahwa Majelis Hakim telah keliru/khilaf karena tidak

mempertimbangkan posisi rekening giro Bank Umum Sertivia yang

tidak mengalami penambahan saldo debet pada saat penerbitan NCD

dan pencairan kredit PT MRWS;

(5) Bahwa ketentuan dalam Pernyataan Standar Akutansi Keuangan No.

31, Akutansi Perbankan (PSAK No. 31) mengenai standar akuntansi

komitmen dan kontijensi yang tercantum dalam laporan keuangan

bank adalah sebagai berikut: (vide Bukti PK-1) "Bab II, Paragraf 11 :

Hal. 41 dari 58 hal. Put. No.17 PK/Pid/2007 "Komitmen adalah

suatu ikatan atau kontrak berupa janji yang tidak dapat dibatalkan

(irrevocable) secara sepihak, dan harus dilaksanakan apabila

persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi, seperti komitmen

kredit, komitmen penjualan atau pembelian aktiva bank dengan

syarat "repurchase agreement" (Repo), serta komitmen penyediaan

fasilitas perbankan lainnya." Bab VI, Paragraf 02: "jenis komitmen

keuangan yang lazim antara lain sebagai berikut:

01. Fasilitas Pinjaman yang Diterima ... dst.

02. Fasilitas kredit yang diberikan adalah fasilitas kredit yang telah

disetujui oleh bank untuk diberikan kepada nasabah dan masih

berlaku untuk digunakan oleh nasabah. Fasilitas kredit yang

diberikan disajikan sebesar sisa komitmen yang belum ditarik.

03. Kewajiban pembelian kembali aktiva bank yang dijual dengan

syarat Repo ... dst.

04. L/C yang tidak dapat dibatalkan (irrevocable) yang masih

berjalan ... dst.

05. Akseptasi wesel impor atas dasar L/C berjangka ... dst.

Page 75: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

62

06. Transaksi valuta asing tunai (spot) yang belum diselesaikan ...

dst.

07. Transaksi Valuta Asing Berfangka (forward/ future): .... dst."

(6) Bahwa berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan No. 31, Akuntansi Perbankan

(PSAK No. 31) maka pemberian kredit berdasarkan persetujuan

yang telah diberikan merupakan komitmen yang tidak dapat

ditarik kembali dan harus di-laksanakan dan disajikan dalam

laporan keuangan sebesar sisa komitmen yang belum ditarik.

Dengan demikian pencairan kredit PT Mitra Rona Wana

Sejahtera (PT MRWS) merupakan jenis transaksi berdasarkan

komitmen lama dan telah tercatat dalam laporan keuangan bank

pada saat komitmen tersebut disepakati dan bukan merupakan

jenis pemberian kredit baru dan juga bukan ekspansi kredit baru

sebagaimana yang tercantum dalam Surat CDO Bank Indonesia.

D. Kekhilafan atau kekeliruan yang nyata dalam pertimbangan hukum Putusan

a quo terhadap keberatan kasasi ke-4 tentang kesalahan penerapan hukum

dengan telah salah menafsirkan unsur menyalah Hal. 42 dari 58 hal. Put.

No.17 PK/Pid/2007 gunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang

ada padanya karena jabatan dalam kaitan dengan penerbitan 34 NK dan

posisi saldo debet bank yang tidak bertambah.

1. Bahwa Judex Juris dengan pertimbangannya yang sumir langsung saja

menyatakan bahwa keberatan kasasi ke-4 tidak dapat dibenarkan, oleh

karena Judex Factie tidak salah menerapkan hukum;

2. Bahwa dalam hal ini Judex Juris mengulangi kekeliruan yang sama yang

telah dilakukan oleh Judex Factie di tingkat Pengadilan Pertama dan di

tingkat Pengadilan Banding;

Page 76: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

63

3. Bahwa Majelis Hakim telah melakukan kekhilafan atau kekeliruan yang

nyata dalam peitimbangan hukum Putusan a quo, dengan alasan-alasan

hukum sebagai berikut:

1. Bahwa Majelis Hakim telah keliru/khilaf dalam menyimpulkan

bahwa penerbitan 34 NK telah memenuhi unsur menyalah gunakan

kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena

jabatan dimana Majelis Hakim secara keliru/ khilaf tidak

mempertimbangkan bahwa setiap kali akan menerbitkan NK, Bank

Umum Servitia terlebih dahulu memohon izin secara tertulis kepada

Bank Indonesia dan penerbitan NK dimaksud tidak pernah

meridapat larangan ataupun tegoran dari BI;

4. Bahwa Majelis Hakim telah keliru/khilaf dengan tidak

mempertimbangkan bahwa keseluruhan NK yang diperiksa di

persidangan, tidak ada satupun NK yang ditandatangani oleh

Pemohon PK;

5. Bahwa Majelis Hakim telah keliru/khilaf karena tidak

mempertimbangkan posisi Rekening Koran Giro Bank Umum Servitia

di BI yang menunjukkan bahwa pada waktu/hari penerbitan setiap NK,

posisi saldo Bank Umum Servitia di BI selalu menunjukkan jumlah

saldo debet yang berkurang;

6. Bahwa dengan tidak adanya penambahan saldo debet dalam periode

penerbitan 34 NK dan pembayarannya, maka transaksi tersebut

merupakan transaksi yang wajar dan tidak melanggar aturan dalam

CDO Bank Indonesia;

7. Bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan No. 31, Akuntansi Perbankan (PSAK No. 31) X mengenai

pinjaman yang diterima suatu bank yang tercantum dalam laporan

keuangan bank, adalah sebagai berikut; (vide Bukti PK-1) "Bab V,

Page 77: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

64

Paragraf l4, 15, 16: "Pinjaman yang diterima Hal. 43 dari 58 hal. Put.

No.17 PK/Pid/2007

14. Pinjaman yang diterima adalah fasilitas pinjaman yang diterima dari

bank atau pihak lain termasuk dari Bank Indonesia baik dalam rupiah

maupun dalam mata uang asing, dan haras dibayar bila telah jatuh

waktu. Dalam pengertian pinjaman yang diterima tidak termasuk

pinjaman subordinasi.

15. Pinjaman yang diterima disajikan sebesar saldo pinjaman yang diterima

bank pada tanggal laporan. 16. Hal-hal tersebut di bawah ini wajib

diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan:

a. Jenis pinjaman yang diterima

- Kredit likuiditas Bank Indonesia

- Pinjaman yang diterima dari pasar uang

- Lainnya

b. Rata-rata tingkat suku bungs

c. Jangka waktu dan jatuh tempo

d. Jenis valuta (Rupiah & Valuta asing)

e. Perikatan yang menyertainya

f. Nilai assets bank yang dijaminkan."

8. Bahwa berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan No. 31, Akuntansi Perbankan (PSAK No. 31)

maka penerbitan 34 NK sehubungan dengan diterimanya Pinjaman

PUAB (Call Money) oleh Bank Umum Servitia (BUS) dari Bank Sanho

tidak dapat dicatat sebagai pendapatan kotor yang diterima BUS karena

Pinjaman Call Money (PUAB) tersebut diterima BUS untuk jangka

waktu 1-7 hari dan telah dilunasi sesuai jangka waktu yang

diperjanjikan. Sesuai ketentuan PSAK No. 31, Bab V, Paragraf 15 dan

16, maka pinjaman yang diterima oleh suatu bank disajikan hanya

sebesar saldo pinjaman yang diterima bank pada tanggal laporan dengan

Page 78: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

65

mencantumkan jangka waktu dan jatuh temponya. Dengan demikian

pinjaman PUAB dengan jangka waktu 1-7 hari yang dilakukan oleh

BUS dengan Bank Sanho tidak dapat dicatat secara keseluruhan

mengingat pinjaman PUAB tersebut selalu dilunasi sesuai per

periodenya.

9. Bahwa dengan demikian berdasarkan ketentuan-ketentuan PSAK No.31,

Bab V, Paragraf 14, 15 dan 16 maka tidaklah benar bahwa Terpidana

David Nusa Wijaya telah menguntungkan diri sendiri, orang lain atau

suatu badan sebesar total keseluruhan 34 NK yang telah Hal. 44 dari 58

hal. Put. No.17 PK/Pid/2007 diterbitkannya. Dengan demikian Majelis

Hakim telah keliru / khilaf karena dalam pertimbangannya sama sekali

tidak bersandarkan pada prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku di bank,

khususnya PSAK No.31. Untuk itu maka Putusan A Quo harus

dibatalkan mengingat bahwa Majelis Hakim telah terbukti melakukan

kekeliruan yang nyata/ kekhilafan dalam pertimbangan hukumnya.

E. Kekhilafan atau kekeliruan yang nyata dalam pertimbangan Putusan a quo

terhadap keberatan kasasi ke-5 tentang kesalahan penafsiran unsur kerugian

negara karena salah dalam menilai alat-alat bukti yang dihasilkan di

persidangan dalam kaitan dengan penandatanganan akta PKPS-APU.

a. Bahwa Judex Juris dengan pertimbangannya yang sumir langsung saja

menyatakan bahwa keberatan kasasi ke-5 tidak dapat dibenarkan, oleh

karena Judex Factie tidak salah menerapkan hukum;

b. Bahwa dalam hal ini Judex Juris mengulangi kekeliruan yang sama yang

telah dilakukan oleh Judex Factie di tingkat Pengadilan Pertama dan di

tingkat Pengadilan Banding;

c. Bahwa Majelis Hakim telah melakukan kekhilafan atau kekeliruan yang

nyata dalam pertimbangan hukum Putusan a quo, dengan alasan-alasan

hukum sebagai berikut:

Page 79: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

66

(1) Bahwa Majelis Hakim telah keliru/khilaf dengan tidak

mempertimbangkan upaya-upaya penyelesaian BLBI yang telah

dilakukan oleh Pemohon PK dimana Pemohon PK telah

menunjukkan sikap kooperatif dengan pemerintah cq BPPN

sebagaimana termuat dalam bukti BDPP - G 1 s/d bukti BDPP – G

16;

(2) Bahwa Majelis Hakim telah keliru/khilaf dengan mengabaikan

adanya perjanjian PKPS-APU yang telah ditandatangani oleh

Pemohon PK dengan pemerintah cq BPPN dalam penyelesaian

kewajiban BLBI yang telah diterima oleh bank milik Pemohon PK

(Bank Umum Servitia);

(3) Bahwa Majelis Hakim telah keliru/khilaf dengan menafsirkan bahwa

kerugian negara telah pasti jumlahnya akibat dikucurkannya BLBI

kepada Bank Umum Servitia. Bahwa Majelis Hakim telah

keliru/khilaf dengan tidak memperhitungkan assetasset milik

Pemohon PK yang telah diserahkan kepada Pemerintah cq BPPN

yang belum semuanya dieksekusi yang ditujukan untuk meng-cover

hutang BLBI yang diterima Bank Umum Servitia;

(4) Bahwa pertimbangan Majelis Hakim mengenai adanya kerugian

negara yang merupakan salah satu unsur tindak pidana korupsi

dalam penerimaan BLBI kepada Bank Umum Servitia yang harus

dipertanggungjawabkan kepada Pemohon PK selaku salah satu

pemegang saham Bank Umum Servitia nampaknya tidak dapat

dipertahankan lagi mengingat pada masa sekarang pemerintah telah

mengeluarkan kebijakan baru bagi penyelesaian kewajiban BLBI

terhadap debitur-debitur lainnya dengan mengutamakan pembayaran

hutang BLBI dan mengeyampingkan unsur pidananya jika para

debitur tersebut melunasi kewajibannya paling lambat akhir tahun

2006. (vide Bukti PK - 2);

Page 80: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

67

(5) Bahwa perlakuan yang sama harusnya diterima oleh Pemohon PK

sebagai salah satu debitur BLBI yang kooperatif yang terlanjur

dipersalahkan atas diterimanya BLBI oleh bank miliknya. Oleh

karena penyelesaian hukum atas diri Pemohon PK telah selesai

dilakukan dan telah memperoleh putusan yang berkekuatan hukum

tetap maka upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Pemohon PK

hanyalah mengajukan permintaan PK ini dengan keyakinan bahwa

Majelis Hakim telah melakukan kekeliruan yang nyata/ kekhilafan

dalam menilai unsur "kerugian negara".

3. Kekhilafan atau Kekeliruan Yang Nyata dalam pertimbangan hukum

Putusan A Quo tentang hal-hal yang memberatkan dalam kaitan

dengan ancaman pidana maksimal dalam Undang-undang No. 3

Tahun 1971 Tentang Pemberantasan Korupsi.

a. Bahwa dalam pertimbangan Putusan A Quo halaman 28, Judex

Juris mempertimbangkan sebagai berikut: "Menimbang, bahwa

oleh karena dakwaan yang terbukti tersebut adalah tindak pidana

korupsi yang mana diancam maximum hukuman mati atau

hukuman seumur hidup atau 20 tahun penjara sedangkan pidana

yang dijatuhkan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta adalah 4 tahun

penjara adalah tidak selaras dan sebanding dengan pidana korupsi

tersebut, seharusnya Judex Facti memberikan hukuman bersifat

mendidik (edukatif dan prefentif serta sepatutnya setimpal dengan

perbuatannya yang terbukti tersebut);

Menimbang, bahwa oleh karena itu amar putusan Pengadilan Tinggi

tersebut perlu diperbaiki mengenai kwalifikasi kejahatan serta

hukumnya, sehingga amar selengkapnya berbunyi sebagaimana

tercantum di bawah ini;

Page 81: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

68

Menimbang, bahwa majelis hendak memberikan pertimbangan

tentang hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan hukuman

Terdakwa;

Hal-hal yang memberatkan:

1. Bahwa perbuatan Terdakwa tersebut telah merugikan keuangan

negara triliunan rupiah;

2. Bahwa perbuatan Terdakwa tersebut telah menyinggung perasaan

masyarakat;

3. Bahwa perbuatan Terdakwa tersebut bertentangan dengan

kemauan pemerintah yang hendak mengikis korupsi dan KKN

tersebut; "

b. Bahwa Judex Juris telah melakukan kekeliruan yang

nyata/kekhilafan dengan menyatakan bahwa ancaman hukuman

bagi tindak pidana korupsi yang didakwakan adalah diancam

maximum hukuman mati atau hukuman seumur hidup atau 20

tahun penjara dalam pertimbangan hukum di atas. Bahwa Judex

Juris telah keliru/khilaf karena ancaman hukuman bagi tindak

pidana korupsi sebagaimana yang didakwakan kepada Pemohon

PK merupakan tindak pidana dalam Pasal 1 ayat (1) sub b UU No.

3 Tahun 1971 yang hanya diancam hukuman penjara seumur

hidup atau penjara selama-lamanya 20 tahun dan atau denda

setinggi-tingginya 30 (tiga puluh) juta rupiah sebagaimana

termuat dalam Pasal 28 UU No. 3 Tahun 1971, bukan ancaman

hukuman mati sebagaimana pertimbangan Judex Juris tersebut di

atas. c. Bahwa Judex Juris juga telah keliru/khilaf dalam

memberikan pertimbangan tentang hal-hal yang memberatkan

karena sama sekali tidak mempertimbangkan adanya itikad baik

dan sikap kooperatif yang ditunjukkan Pemohon PK (Terpidana

David Nusa Wijaya) dalam menyelesaikan dana BLBI dimana

Page 82: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

69

Pemohon PK telah menyerahkan seluruh milik pribadi, keluarga

maupun PT Bank Umum Servitia kepada pemerintah cq BPPN,

walaupun sampai saat ini belum terdapat laporan hasil penjualan

asset-asset tersebut dari BPPN. Judex Juris langsung saja

menyatakan bahwa David Nusa Wijaya telah merugikan negara

triliunan rupiah tanpa pernah memperhitungkan nilai asset-asset

yang telah diserahkan Pemohon PK kepada Pemerintah.

d. Bahwa selanjutnya pertimbangan Judex Juris dalam menyatakan

bahwa David Nusa Wijaya telah merugikan negara triliunan

sehingga patut dijatuhi pidana yang berat adalah terbukti

merupakan suatu kekeliruan yang nyata/kekhilafan karena jika

melihat perkara BLBI pada debiturdebitur BLBI yang lain yang

nilainya jauh di atas dana BLBI yang diterima Pemohon PK,

maka pemerintah telah mengambil sikap menyelesaikannya secara

perdata dan mengeyampingkan perkara pidananya sesuai

kewenangan yang dimiliki Jaksa Agung sebagaimana tercantum

dalam Pasal 35 UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Agung.

Pengeyampingan perkara pidananya dan memberi kesempatan

kepada debitur BLBI untuk penyelesaian secara perdata telah

diterima oleh debitur-debitur BLBI antara lain: Syamsul Nursalim

(Bank BDNI), dan delapan bankir lainnya yang tercantum dalam

SK Menkeu No. 151/KMK.01/2006 tanggal 16 Maret 2006.

Dengan demikian pertimbangan Judex Juris pada Putusan a quo

halaman 28 tentang hal-al yang memberatkan adalah tidak sejalan

dengan kemauan pemerintah sendiri yang lebih mengutamakan

pengembalian uang negara (dana BLBI) dari para debitur BLBI

dari pada memproses pidananya secara hukum.

Bahwa dengan demikian hal-hal yang oleh Judex Juris

dipertimbangkan sebagai memberatkan David Nusa Wijaya, menurut

Page 83: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

70

pendapat Pemohon PK tidak cukup menjadi alasan menjatuhkan

pidana melebihi yang dituntut oleh Penuntut Umum, sehingga

terbukti bahwa dalamhal ini Judex Juris telah melakukan kekeliruan

yang nyata/kekhilafan dan permintaan PK atas perkara David Nusa

Wijaya ini haruslah dikabulkan.

4. ADANYA PERUBAHAN DALAM PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU;

1. Terdapat Perubahan Dalam Perundang-undangan Tentang

Pengertian Unsur Tindak Pidana Korupsi: "Melawan Hukum"

a. Bahwa dengan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 003/PUU-

IV/2006 tentang penjelasan pengertian "melawan hukum"

dengan amar Putusan sebagai berikut: "Menyatakan kata

"dapat" dalam frasa "yang dapat merugikan keuangan negara

atau perekonomian negara" pada Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3

Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana diubah

dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001, beserta

penjelasan-penjelasannya dan kalimat, ".,.., maupun dalam

arti materiil, yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur

dalam perundang-undangan namum apabila perbuatan

tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa

keadilan atau norma-norma kehidupan dalam masyarakat,

maka perbuatan tersebut dapat dipidana" dinyatakan tidak

mengikat secara hukum karena bertentangan dengan Pasal

28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Repuplik

Indonesia Tahun 1945"

b. Bahwa walaupun David Nusa Wijaya dihukum karena

melanggar Pasal 1 ayat 1 huruf b Undang-Undang No. 3

Tahun 1971, akan tetapi perumusan Pasal 3 Undang-undang

Page 84: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

71

Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang-

undang No. 20 Tahun 2001 adalah sama, sehingga mutatis

mutandis Putusan Mahkamah Konstitusi dimaksud berlaku

juga bagi penerapan Pasal 1 ayat 1 huruf b Undang-undang

Nomor 3 Tahun 1971 berdasar ketentuan sebagaimana

terdapat dalam Pasal 1 ayat (2) KUHP yang menyatakan:

"Bilamana ada perubahan dalam perundang-undangan

sesudah perbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa

diterapkan ketentuan yang paling menguntungkannya "

c. Bahwa walaupun dalam perumusan Pasal 1 ayat (1) huruf b

perbuatan melawan hukum tidak secara nyata dicantumkan

sebagai unsur (bestandeel),akan tetapi tetap harus dianggap

sudah terkandung dalam rumusan, sebagaimana dikemukakan

Andi Hamzah dalam bukunya "Korupsi di Indonesia. Masalah

dan Pemecahannya", Penerbit PT. Gramedia, Jakarta 1984

halaman 105 sebagai berikut; "Pada rumusan Pasal 1 ayat (1)

b tidak dicantumkan unsur melawan hukum secara berdiri

sendiri (bukan merupakan bestanddeel). Ini bukan berarti

bahwa delik ini dapat dilakukan tanpa melawan hukum,

Unsur melawan hukumnya terbenih (inhaerent) dalam

keseluruhan perumusan. Dengan menyalahgunakan

kewenangan ...... dst, berartimelawan hukum. Kepada

penasihat hukumnya (diberi) kesempatan untuk membuktikan

bahwa tertuduh tidak melawan hukum "

d. Bahwa dikaitkan dengan Dakwaan Penuntut Umum yang

menjadi dasar pemeriksaan dan Putusan baik di tingkat

pertama, maupun di tingkat banding dan kasasi, perbuatan-

perbuatan yang didakwakan yaitu: - Perbuatan menerbitkan

Page 85: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

72

Nota Kredit dalam rangka transaksi Pasar Uang Antar Bank

(PUAB);

- Perbuatan menerbitkan Negotiate Certificate of Deposit

(NCD);

- Mencairkan pinjaman yang telah lebih dahulu disepakati

(demand loan) Bukanlah perbuatan-perbuatan yang

bertentangan dengan perundang-undangan, melainkan

merupakan transaksi-transaksi yang lazim dilakukan dalam

industri perbankan, sebagaimana telah dijelaskan dalam

bagian keberatan kedua memori peninjauan kembali ini;

2. Terdapat Perubahan Dalam Perundang-undangan Tentang

Pengertian Unsur Tindak Pidana Korupsi: "Kerugian Negara"

a. Bahwa dengan Undang-undang No. 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara telah diberikan interpretasi otentik

tentang pengertian "kerugian negara", sebagaimana

dirumuskan dalam Pasal 1 butir 22 sebagai berikut :

"Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat

berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai

akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai"

b. Bahwa pengertian yang baru tersebut berdasar ketentuan Pasal

1 ayat (2) KUHP seharusnya diterapkan pada perkara ini;

c. Bahwa beban Bank yang bertambah akibat adanya transaksi

PUAB dan NCD sebagaimana dikemukakan dalam Nota

Pembelaan Tim Penasihat Hukum halaman 68 s/d halaman 73

sebenarnya hanyalah dalam bentuk bunga yang dibayar Bank

yaitu sebesar Rp.3.265.055.555,54 untuk transaksi PUAB dan

Rp.9.990.255.254,- untuk transaksi NCD, sehingga jumlah

bunga dua transaksi tersebut adalah sebesar

Rp.13.255.310.809,54 (Tiga belas milyar dua ratus lima puluh

Page 86: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

73

lima juta tiga ratus sepuluh ribu delapan ratus sembilan rupiah

lima puluh empat sen). Sedang pencairan demand loan

kepada PT MRWS sebesar Rp.21.600.000.000.- bukanlah

merupakan pelanggaran perundang-undangan melainkan

justru merupakan pelaksanaan Pasal 1338 KUHPerdata, yaitu

memenuhi isi Perjanjian Kredit antara Bank dan PT MRWS.

Di lain pihak, sebelum dilakukan penyidikan perkara, kredit

tersebut telah lunas.

d. Bahwa memperhatikan rumusan pengertian kerugian negara

dalamUndang-undang Perbendaharaan Negara yang telah

dikemukakan di atas, yang jumlahnya harus pasti dan nyata,

adalah juga bersesuaian dengan pengertian "kerugian" di

lingkungan perbankan, yaitu tidak didasarkan pada saat

pengeluaran uang saja (cash basis), tetapi harus dilihat suatu

transaksi secara menyeluruh dari permulaan sampai akhir

transaksi, barulah dapat ditentukan ada atau tidak kerugian

(accrual basis), Bahwa dikaitkan dengan transaksi yang

didakwakan kepada David Nusa Wijaya, sebagaimana

dikemukakan di atas, untuk transaksi PUAB dan NCD hanya

ada beban bunga sebesar Rp.13.255.310.809,54 (Tiga belas

milyar dua ratus lima puluh lima juta tiga ratus sepuluh ribu

delapan ratus sembilan rupiah lima puluh empat sen), sedang

untuk transaksi pemberian kredit kepada PT. MRWS, karena

sudah lunas, tidak ada beban atau kerugian bagi Bank,

malahan Bank memperoleh keuntungan dari bunga kredit;

e. Bahwa masalah kerugian negara ini telah dikemukakan diatas

sebagai bagian dari "adanya kekhilafan hakim atau suatu

kekeliruan yang nyata" sebagaimana dinyatakan dalam Pasal

263 ayat (2) cKUHAP.

Page 87: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

74

3. ADANYA PERUBAHAN KEBIJAKAN PEMERINTAH ATAS

PENANGANAN KASUS BLBI YANG DITUANGKAN DALAM

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN No. 151/KMK.01/2006

TANGGAL16 MARET 2006:

a. Bahwa melalui Keputusan Menteri Keuangan No. 151/KMK.01/2006 tanggal

16 Maret 2006, Pemerintah telah mengambil kebijakan baru atas penanganan

8 (Delapan) Debitur BLBI lainnya yaitu dengan memberikan kesempatan

kepada mereka untuk melunasi utangnya kepada Pemerintah sampai batas

waktu hingga akhir 2006. Dalam skema tersebut terhadap debitur yang telah

melunaskan kewajiban BLBI-nya dan tidak ditemukan adanya unsur pidana,

maka Pemerintah langsung memberikan Surat Keterangan Lunas. Sebaliknya,

jika ada ditemukan unsur pidana maka Pemerintah melalui Jaksa Agung

dengan kewenangannya akan mengeyampingkan perkara hukumnya atau

mendeponir. (vide Bukti PK-2) Hal. 51 dari 58 hal. Put. No.17 PK/Pid/2007 b.

Bahwa kebijakan baru Pemerintah tersebut di atas, sangatlah mencederai rasa

keadilan terutama bagi Pemohon PK karena Pemohon PK juga merupakan

salah satu Debitur BLBI namun mendapat perlakuan hukum yang amat

berbeda dibanding debiturdebitur BLBI lainnya dimana Termohon PK

walaupun telah menandatangani PKPS-APU dengan pemerintah dan telah

menunjukkan itikad baik untuk menyelesaikan kewajiban BLBI-nya dengan

menyerahkan asset-asset kepada Pemerintah cq BPPN namun Pemohon PK

tetap diperiksa, disidik, dan diproses hukum dan mendapatkan hukuman atas

diterimanya utang BLBI oleh Bank Umuin Servitia milik Pemohon PK.

c. Bahwa dalam proses hukum perkara Korupsi BLBI yang dituduhkan kepada

Pemohon PK oleh Majelis Hakim baik di tingkat pengadilan pertama, tingkat

banding maupun tingkat kasasi sama sekali mengabaikan latar belakang

diterimanya BLBI oleh sektor perbankan pada periode 1997 - 1999, khususnya

oleh Bank Umum Servitia milik Pemohon PK.

Page 88: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

75

d. Bahwa jika dirunut kebelakang, pengucuran BLBI bersifat sistemik dan

menunjukkan debitur sebagai penerima bantuan bersifat pasif sebagai

penerima keputusan Pemerintah yang dilaksanakan Menteri Keuangan dan BI.

Dari penelusuran Panitia Kerja (Panja) BLBI, yang dibentuk oleh Komisi IX

DPR RI pada tahun 1999, diperoleh keterangan bahwa BLBI adalah

Keputusan Pemerintah yang dalam pelaksanaannya menjadi tanggung jawab

Menteri Keuangan (Menkeu) dan Gubernur BI. (vide PK-2)

e. Bahwa Pemohon PK sebagai pemegang saham Bank Umum Servitia

sebenarnya tidak menginginkan untuk mempertahankan tetap beroperasinya

bank miliknya dalam masa krisis itu. Pemohon PK sebagai pemilik bank

merasa akan ringan bebannya bila Bank Umum Servitia ditutup. Tetapi

Menteri Keuangan yang memiliki kewenangan melikuidasi bank, karena

merujuk kepada keputusan Presiden, tidak melakukannya, bahkan tetap

mempertahankan beroperasinya perbankan dalam rangka kelangsungan sistem

perbankan Indonesia. (vide J. Soedradjad Djiwandono dalam buku "Mengelola

Bank Indonesia Dalam Masa Krisis", Jakarta: LP3ES, 2001, hal, 246-249).

Menjatuhi pidana terhadap Pemohon PK tanpa memahami konteks, dan

meminta tanggung jawab masalah BLBI hanya kepada Pemohon sangat tidak

adil dan tidak obyektif, mengingat pengucuran BLBI bersifat sistemik.

Pemohon PK tidak berada dalam posisi sebagai pemohon bantuan likuiditas,

tetapi lebih dalam posisi sebagai pihak yang terpaksa menerima BLBI, bahkan

tidak memiliki otoritas untuk menolaknya.

f. Bahwa setelah proses hukum terhadap Pemohon PK telah selesai dilakukan

dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap, Pemerintah menunjukkan sikap

ketidak konsistenan dalam penanganan penyelesaian masalah BLBI yaitu

dengan memberikan surat keterangan lunas maupun pembebasan dari jerat

hukum kepada beberapa debitur BLBI lainnya apabila debitur BLBI tersebut

melunasi kewajibannya paling lambat akhir tahun 2006. Padahal beberapa

debitur BLBI yang diampuni tersebut juga telah terlambat menyelesaikan

Page 89: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

76

kewajibannya sebagaimana yang telah mereka janjikan dalam PKPS - APU

sebelumnya, namun kembali diberi kesempatan dan ditambah janji dari

Pemerintah akan mengeyampingkan perkara pidana mereka demi kepentingan

umum.

g. Bahwa dengan adanya kebijakan baru dari Pemerintah terhadap penanganan

penyelesaian kewajiban pemegang saham (Debitur BLBI) sebagaimana

dituangkan dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 151/KMK.01/2006

tanggal 16 Maret 2006 merupakan suatu perubahan perundang-undangan

menurut Pasal 1 ayat 2 KUHP dan dapat dijadikan alasan bagi Pemohon PK

untuk mengajukan permohonan Peninjauan Kembali ini. Dalam hal ini

Pemohon PK memohon perlakuan hukum yang sama dengan 8 (Delapan)

Debitur lainnya karena Pemohon PK juga memenuhi syarat-syarat

sebagaimana yang ditentukan dalam Keputusan Menteri Keuangan No.

151/KMK.01/2006 tanggal 16 Maret 2006, butir Pertama, yaitu: "Pemohon

PK (Terpidana David Nusa Wijaya) merupakan Pemegang Saham yang telah

menandatangani PKPS-APU yang telah melakukan sebagian pembayaran

kewajibannya kepada BPPNsebelum masa tugas BPPN berakhir".

h. Bahwa APABILA TERHADAP DEBITOR-DEBITOR BLBI LAINNYA

Pemerintah hanya menuntut penyelesaian kewaiiban secara perdata dengan

membayar uang (pelunasan kewajiban BLBI) mengapa terhadap pemohon PK

pemerintah tetap menuntutntya dengan pembayaran Hal. 53 dari 58 hal. Put.

No.17 PK/Pid/2007 "uang" dan juga "darah" (hukuman pidana)? untuk itu

Pemohon PK mohon agar Permintaan Peninjauan Kembali ini dikabulkan.

9. Bentuk Penemuan Hukum dalam Pemeriksaan Perkara Peninjauan

Kembali

Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena

walaupun penjelasan Pasal 2 ayat 1 Undang-undang Nomor 31 Tahun 199

sudah dinyatakan “tidak mengikat secara hukum” oleh putusan Mahkamah

Page 90: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

77

Konstitusi No.003/PUU.IV/2006, tetapi dalam praktek Mahkamah Agung

berdasarkan yurisprudensi masih tetap menerapkan pengertian perbuatan

melawan hukum formil maupun materiil, berdasarkan alasan-alasan sebagai

berikut :

1. Bahwa dengan dinyatakan tidak mengikat secara hukum penjelasan Pasal 2

ayat 1 Undang-undang No.31 Tahun 1999, oleh Mahkamah Konstitusi,

maka yang dimaksud/pengertian “melawan hukum” dalam Pasal 2 ayat 1

tersebut menjadi tidak jelas;

2. Bahwa penganut Doktrin “Sin-clair (La doktrin du Sensclair) berpendapat

bahwa “penemuan hukum oleh hakim” hanya dibutuhkan jika:

- Peraturanya belum ada untuk suatu kasus in konkreto, atau

- Peraturannya sudah ada tetapi belum jelas;

3. Bahwa Lie Oen Hock berpendapat : apabila kita memperhatikan Undang-

undang, ternjata bagi kita, bahwa undang-undang tidak sadja

menundjukkan banjak kekurangan-kekurangan, tapi seringkali djuga tidak

djelas. Walaupun demikian hakim harus melakukan peradilan. Teranglah,

bahwa dalam hal sedemikian undang-undang memberi kuasa kepada

Hakim untuk menetapkan sendiri maknanja kententuan undang-undang itu

atau artinja suatu kata jang tidak djelas dalam suatu ketentuan undang-

undang. Dan hakim boleh menafsir suatu ketentuan undang-undang setjara

gramatikal atau historis, baik “recht maupun wetshistoris”; (Lie Oen

Hock Jurisprudensi sebagai Sumber Hukum, pidato diucapkan pada

Pengresmian Pemangkuan Djabatan Guru Besar Luar Biasa dalam Ilmu

Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia pada Fakultas Hukum

dan Pengetahuan Masyarakat dari Universitas Indonesia di Djakarta, pada

tanggal 19 September 1959, hlm.11);

4. Bahwa tugas Hakim dalam menemukan hukum apa yang menjadi hukum

berdasarkan Pasal 16 ayat 1 Undang-Undang No.4 Tahun 2004 tentang

Kekuasaan Kehakiman yang menentukan “bahwa pengadilan tidak boleh

Page 91: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

78

menolak untuk memeriksa dan mengadili suatu perkara yang diajukan

dengan dalih bahwa hukum tidak atau kurang jelas melainkan wajib untuk

memeriksa dan mengadilinya. Ketentuan Pasal ini mengisyaratkan

kepada Hakim bahwa apabila terjadi suatu peraturan perundang-undangan

belum jelas atau belum mengaturnya Hakim harus bertindak berdasarkan

inisiatifnya sendiri untuk menyelesaikan perkara tersebut; Dalam hal ini

Hakim harus berperan untuk menentukan apa yang merupakan hukum

sekalipun peraturan perundang-undangan tidak dapat membantunya; Perlu

dikemukakan bahwa dalam rangka menemukan hukum ini isi ketentuan

Pasal 16 ayat 1 tersebut harus dihubungkan dengan ketentuan Pasal 28

ayat (1) Undang-undang No.4 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa

Hakim sebagai penegak hukum wajib menggali, mengikuti dan

memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat, sehingga

dengan demikian Hakim dapat memberikan putusan yang sesuai dengan

hukum dan rasa keadilan dalam masyarakat. Bahwa selain itu

berdasarkan teori perubahan Undang-Undang, perlu dikemukakan sebagai

berikut :

a. Teori formil yang dianut oleh Simon.

Perubahan Undang-undang yang dimaksud baru terjadi bilamana

redaksi Undang-Undang Pidana yang dirubah, in casu yang dirubah

adalah hanya penjelasan, sehingga menurut teori ini putusan Mahkamah

Konstitusi tersebut tidak menyebabkan adanya perubahan Undang-

Undang menurut Pasal 1 (2) KUHP;

b. Teori materiil terbatas yang dikemukakan oleh Van Geunus, bahwa

perubahan Undang-undang yang dimaksud harus diartikan perubahan

keyakinan hukum pembuat Undang-undang. Bahwa in casu tidak ada

perubahan keyakinan hukum pembuat Undang-Undang, karena yang

menyatakan “Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No.31

Page 92: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

79

Tahun 1999 tidak mengikat secara hukum, bukan pembuat Undang-

Undang tetapi Mahkamah Konstitusi ;

10. Amar Putusan Mahkamah Agung dalam Pemeriksaan Peninjuan

Kembali

a. Mengabulkan permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh

Pemohon Peninjauan Kembali DAVID NUSA WIJAYA alias NG

TJUEN WIE tersebut ;

b. Membatalkan putusan Mahkamah Agung RI tanggal 23 Juli 2003 Nomor:

830 K/Pid/2003 yang telah membatalkan putusan Pengadilan Tinggi

Jakarta tanggal 12 Agustus 2002, Nomor : 67/Pid/2002/ PT.DKI yang

memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat tanggal 11 Maret

2002 No.504/Pid.B/2001/PN.Jkt.Bar;

MENGADILI KEMBALI :

a. Menyatakan Terdakwa DAVID NUSA WIJAYA alias NG TJUEN WIE

tersebut terbukti secara sah dan meyakinkan telah bersalah melakukan

tindak pidana "KORUPSI YANG DILAKUKAN SECARA BERSAMA-

SAMA";

b. Menghukum oleh karena itu Terdakwa dengan pidana penjara selama 4

(empat) tahun dan pidana denda sebesar Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta

rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar akan

diganti dengan pidana kurungan selama 6 (enam) bulan;

c. Menetapkan masa penahanan yang dijalani oleh terpidana, akan

dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

d. Menghukum pula terdakwa untuk membayar uang pengganti kepada

Negara sebesar Rp.1.291.530.307.776,84,- ( satu trilyun dua ratus

sembilan puluh satu milyar lima ratus tiga puluh juta tiga ratus tujuh ribu

tujuh ratus tujuh puluh enam rupiah delapan puluh empat sen);

e. Menetapkan barang bukti berupa :

Page 93: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

80

1) Surat-surat nomor urut I, II, III dikembalikan kepada Penuntut Umum

untuk dipergunakan dalam perkara lain ;

2) Surat-surat tanah dan bangunan, tanah dan bangunan sesuai daftar

barang bukti nomor urut IV, V dan VI dirampas untuk Negara ;

f. Membebankan biaya perkara ini dalam semua tingkat peradilan kepada

terpidana, yang untuk pemeriksaan peninjauan kembali ditetapkan

sebesar Rp.2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah).

11. Pembahasan

Hukum pidana dibagi menjadi hukum pidana material yang lebih

dikenal dengan hukum pidana dan hukum pidana formal atau disebut dengan

hukum acara pidana. Hukum acara pidana mempelajari tentang himpunan

peraturan-peraturan hukum yang jika terjadi pelanggaran pidana, negara

melalui alat-alatnya melakukan tahap-tahap sebagai berikut:

a. Mencari kebenaran tentang terjadinya pelanggaran hukum pidana tersebut.

b. Menyidik siapa pelaku perbuatan tersebut (mencari tersangka).

c. Menangkap pelaku dan jika perlu dilakukan penahanan.

d. Mencari bahan-bahan bukti untuk mengajukan terdakwa ke muka

persidangan.

e. Mengambil keputusan.

f. Upaya hukum untuk melawan putusan hakim tersebut.

g. Melaksanakan putusan hakim.

(Andi Hamzah, 1986 : 2).

Setiap pelimpahan berkas perkara ke Pengadilan, mengharuskan

penuntut umum melimpahi berkas perkara dengan surat dakwaan. Fungsi

utama surat dakwaan dalam pemeriksaan perkara di sidang Pengadilan adalah

Page 94: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

81

“menjadi titik tolak landasan pemeriksaan perkara”. Pemeriksaan perkara di

sidang Pengadilan mesti didasarkan dari isi surat dakwaan. Atas landasan

surat dakwaan inilah Ketua sidang memimpin dan mengarahkan jalannya

seluruh pemeriksaan baik yang menyangkut pemeriksaan alat bukti maupun

yang berkenaan dengan barang bukti.

Agar Ketua sidang dapat menguasai jalannya pemeriksaan yang sesuai

dengan surat dakwaan, harus lebih dahulu memahami secara tepat segala

sesuatu unsur-unsur konstitutif yang terkandung dalam Pasal tindak pidana

yang didakwakan, serta terampil mengartikan dan menafsirkan Pasal tindak

pidana yang bersangkutan. Oleh karena itu, sebelum Hakim memulai

pemeriksaan perkara di sidang Pengadilan, lebih dahulu memahami secara

mantap semua unsur tindak pidana yang didakwakan.

Keputusan hakim harus berdasar pada surat pelimpahan perkara yang

memuat dakwaan atas kesalahan terdakwa dan berdasarkan hasil pemeriksaan

persidangan dalam ruang lingkup surat dakwaan tersebut. Tirtaamidjaja dalam

hal ini menyatakan : “Hakim pada mengambil putusannya itu mula-mula akan

meninjau perkara itu dari sudut formal. Jika hasilnya sedemikian sifatnya,

sehingga perkara itu harus dipandang selesai karena pertimbangan-

pertimbangan formal maka tidaklah perlu bagi penyelidikan seterusnya dari

sudut material dari perkara itu”.

Salah satu fungsi dari hukum adalah sebagai alat untuk melindungi

manusia atau sebagai perlindungan kepentingan manusia.Upaya yang

semestinya dilakukan guna melindungi kepentingan manusia adalah hukum

harus dilakukan secara layak.Pelaksanaan hukum sendiri dapat berlangsung

secara damai,normal tetapi dapat terjadi pula karena pelanggaran

hukum.Dalam hal ini hukum yang telah dilanggar tersebut haruslah

ditegakkan dan diharapkan dalam penegakan hukum inilah hukum tersebut

menjadi kenyataan.

Page 95: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

82

Dalam hal penegakan hukum,setiap orang selalu mengharapkan dapat

ditetapkanya hukum dalam hal terjadinya peristiwa kongkrit,dengan kata lain

peristiwa tersebut tidak boleh menyimpang dan harus ditetapkan sesuai

dengan hukum yang berlaku,yang pada akhirnya kepastian hukum dapat

diwujudkan. Namun perlu diingat bahwa dalam penegakan hukum ada tiga

unsur yang selalu harus diperhatikan guna mewujudkan hakikat dari fungsi

dan tujuan itu sendiri,yaitu: Kepastian Hukum (Rechtssicherheit),

Kemanfaatan(Zweckmassigkeit) dan keadilan (Gerechtgkeit).

Tanpa kepastian hukum orang tidak mengetahui apa yang harus

mereka perbuat yang pada akhirnya akan menimbulkan keresahan. Akan

tetapi terlalu menitik beratkan pada kepastian hukum, terlalu ketat mentaati

peraturan hukum akibatnya juga akan kaku serta tidak menutup kemungkinan

akan menimbulkan rasa ketidakadilan.apapun yang terjadi peraturanya adalah

demikian dan harus ditaati dan dilaksanakan.dan kadang undang-undang

sering tersa kejam apabila dilaksanakan secara ketat(Lex dura sed tamen

scripta).

Berbicara tentang hukum pada umumnya masyarakat hanya melihat

peraturan hukum dalam arti kaidah atau perturan perundang-

undangan,terutama bagi para praktisi. Sedangkan kita sadar bahwa undang-

undag itu tidaklah sempurna. Undang-undang tidak mungkin dapat mengatur

segala kegiatan kehidupan manusia secara tuntas.Ada kalanya undang-undag

itu tidak lengkap atau tidak jelas. Tidak hanya itu dalam Al-Qur’an sendiri

yang merupakan rujukan umat Islam dalam menentukan hukum akan suatu

peristiwa yang terjadi, ada kalanya masih memerlukan suatu penafsiran pada

masalah-masalah yang dianggap kurang jelas dan dimungkinkan atasnya

untuk dilakukan suatu penafsiran

Dalam hal terjadinya pelanggaran undang-undang, penegak

hukum/hakim harus melaksanakan atau menegakkan undang-undang.Hakim

Page 96: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

83

tidak dapat dan tidak boleh menagguhkan atau menolak menjatuhkan putusan

dengan alasan karena hukumnya tidak lengkap atau tidak jelas. Hakim

dilarang menolak menjatuhkanputusan dengan dalih tidak sempurnanya

undang-undang. Olehnya karana undang – undang yang mengatur akan

peristiwa kongkrit tadak lengkap ataupun tidak jelas, mak dalam hal ini

penegak hukum (hakim) haruslah mencari , menggali dan mengkaji

hukumnya (rechtsvinding).

Problematika yang berhubungan dengan penemuan hukum ini

memang pada umumnya di pusatkan sekitar ”hakim”, oleh karena dalam

kesehariannya ia senantiasa di hadapkan pada peristiwa konkrit atau konflik

untuk diselesaikannya,jadi jadi sifatnya konfliktif. Dan hasil penemuan

hukum oleh hakim itu merupakan hukum karena mempunyai kekuatan

mengikat sebagai hukum serta dituangkan dalam bentuk putusan. Disamping

itu pula hasil penemuan hukum oleh hakim itu merupakan sumber hukum.

Penemuan hukum itu sendiri lazimnya diartikan sebagai proses

pembentukan hukum oleh hakim atau petugas-petugas hukum lainnya yang

diberi tugas melaksanakan hukum terhadap peristiwa hukum yang

kongkrit.Hal ini merupakan proses kongkretisasi dan individualisasi peraturan

hukum yantg bersifat umum dengan mengigat peristiwa kongkrit. Atau lebih

lanjutnya dapat dikatakan bahwa penemuan hukum adalah proses

kongkretisasi atau individualisasi peraturan hukum (das sollen) yang bersifat

umum dengan menggigat akan peristiwa kongkrit (das sein) tertentu.

Dari abstraksi pemikiran yang di kemukakan di atas,terdapat beberapa

hal/faktor serta alasan yang melatarbelakangi perlunya suatu analisis terhadap

prosedur penemuan hukum oleh hakim dalam proses penyelesaian perkara

terutama pada tahap pengambilan keputusan,antara lain sebagai berikut :

Page 97: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

84

Pertama, bahwa kegiatan kehidupan manusia itu sangat luas,tidak

terhitung jumlah dan jenisnya,sehingga tadak mungkin tercakup dalam suatu

perundang - undagan dengan tuntas dan jelas. Maka wajarlah kalau tidak ada

peraturan perundang-undagan yang dapat mencakup keseluruhan kegiatan

kehidupan manusia,sehingga tak ada peraturan perundang-undagan yang

lengkap selengkap-lengkapnya dan sejelas-jelasnya. Oleh karena hukumnya

tidak lengkap dan tidak jelas maka harus di cari dan ditemukan.

Kedua, perhatian dan kesadaran akan sifat dan tugas peradilan telah

berlasung lama dan ajaran penemuan hukum,ajaran penafsiran hukum atau

metode yuridis ini pada abad ke 19 dikenal dengan hermeneutic yuridis

(hermeneutika), namun yang menjadi pertanyaan, bagaimana dengan

penerapannya.

Ketiga ,adalah munculnya suatu gejala umum,yakni kurangnya serta

menipisnya suatu kepercayaan sebagian”besar”masyarakat terhadap proses

penegakan hukum di Indonesia. Gejala ini hampir dapat didengar dan dilihat,

melalui berbagai media yang ada. Gejala ini lahir tidak lain adalah karena

terjadinya suatu ketimpangan dari apa yang seharusnya

dilakukan/diharapkan(khususnya dalam proses penegakan hukum) dengan apa

yang terjadi dalam kenyataanya.

Keempat, kaitannya dengan gejala umum diatas,dari mekanisme

penyelesaian perkara (kasus) yang ada,tidak jarang hakim selaku penegak

hukum menjatukan putusan/vonis terhadap kasus yang tanpa disadari telah

melukai rasa keadilan masyarakat disebabkan karana terlalu kaku dalam

melihat suatu peraturan (bersifat normatif/positivistik)tanpa

mempertimbangkan faktor sosiologis yang ada.Salah satu contoh yang masih

hangat dimemori kita diawal bulan yang lalu yakni divonis bebesnya beberapa

kasus korupsi(koruptor) kelas kakap yang nyata-nyata telah merugikan

Negara.

Page 98: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

85

Alasan yang lain yang tentunya sangat terkait dengan kajian ini yakni

melihat bagaimana seorang hakim melakukan penemuan hukun dalan tugas

dan tanggung jawabnya yang sudah menjadi kewajiban melekat pada

profesinya serta sejauh mana hal itu dapat mewarnai dalan setiap putusan

yang dilahirkan.

Analisis Teoritis dan Kerangka Konseptual

Sistem hukum mempunyai tiga komponen atau sub sistem yang saling

mempengaruhi satu dengan yang lainnya,yaitu substansi hukum (substance)

yakni kaidah/norma hukum serta peraturan perundang-undagan,struktur

hukum(structure) yakni aparat penegak hukum dan budaya hukum (legal

culture). Apabila mana ketiga komponen tersebut bersinergi secara

pisitif,maka akan mewujudkan tatanan sistem hukum yang ideal seperti yang

diinginkan.Dalam hal ini,hukum tersebut efektif mewujudkan ”tujuan hukum”

(keadilan, bermanfaat dan kepastian hukum). Sebaliknya, bila ketiga

kompenen hukum bersinergi negatif maka akan melahirkan tatanan sistem

hukum yang semrawut dan tidak efektif mewujudkan tujuan hukum.

Hukum, kaidah/norma perundang-undagan (substansi hukum) yang

merupakan komponen dari sistem hukum memiliki fungsi sebagai alat untuk

melindungi kepentingan manusia atau sebagai pelindungan kepentingan

manusia.Upaya yang semestinya dilakukan guna melindungi kepentingan

manusia ialah hukum harus dilaksanakan secara layak. Pelaksanaan hukum

itu sendiri dapat berlangsung secara damai,normal tetapi dapat terjadi pula

karana pelanggaran hukum.Dalam hal ini hukum yang telah dilanggar tersebut

haruslah ditegakkan,dan diharapkan dalam penegakan hukum inilah hukum

tersebut menjadikan kenyataan.

Dalam hal terjadilah pelanggaran undang-undang tersebut,penegak

hukum (hakim) harus melaksanakan atau menegakkan undang-undang.Hakim

Page 99: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

86

(unsur dari struktur hukum) tidak dapat dan tidak boleh menangguhkan atau

menolak menjatuhkan putusan dengan alasan karana hukumnya tidak lengkap

atau tidak jelas.Hakim dilarang menolak menjatuhkan putusan dengan dalih

tidak sempurnanya undang-undang.

Apa yang dimaksud dengan”penemuan hukum”dalam penelitian

adalah proses pembentukan hukum oleh hakim atau aparat hukum lainnya

yang ditugaskan untuk penerapan peraturan hukum umum pada peristiwa

hukum kongkrit. Atau dapat dikatakan adalah proses konkretisasi atau

individualisasi peraturan hukum(das sollen)yang bersifat umum dengan

mengingat akan peristiwa konkrit(das sein) tertentu (Sudikno Mertokusumo,

1996 :37).

Studi mengenai analisis terhadap teknik/metode (prosedur) penemuan

hukum oleh hakim dalam proses pengambilan keputusan,kiranya tepat

didekati melalui pendekatan teori”sistem hukum” sebagaimana dikemukakan

oleh Lawrence M. Friedman yakni Substance of the rule, legal structure

(Lawrance M. Friedman, 1997:11) dan teori ”penegakan hukum”

sebagaimana yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto (1993:5) yaitu: (a)

materi hukum atau undang-undang(b)penegak hukum(c)sarana dan fasilitas(d)

masyarakat yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku dan (e)budaya

masyarakat,dalam hal ini akan diteliti faktor- faktor yang mempengaruhi

hakim dalam proses penemuan hukum. Serta teori tentang”tujuan hukum”

yakni mencapai keadilan,menciptakan kemanfaatan dan menciptakan

kepastian hukum guna melihat apakah produk pengadilan (putusan oleh

hakim) dapat mewujudkan hakikat dari tujuan hukum yang ada.

Pasal 16 ayat 1 Undang-Undang No.4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan

Kehakiman menentukan “bahwa pengadilan tidak boleh menolak untuk

memeriksa dan mengadili suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa

hukum tidak atau kurang jelas melainkan wajib untuk memeriksa dan

Page 100: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

87

mengadilinya. Ketentuan Pasal ini mengisyaratkan kepada Hakim bahwa

apabila terjadi suatu peraturan perundang-undangan belum jelas atau belum

mengaturnya Hakim harus bertindak berdasarkan inisiatifnya sendiri untuk

menyelesaikan perkara tersebut; Dalam hal ini Hakim harus berperan untuk

menentukan apa yang merupakan hukum sekalipun peraturan perundang-

undangan tidak dapat membantunya.

Dalam rangka menemukan hukum ini isi ketentuan Pasal 16 ayat 1

tersebut harus dihubungkan dengan ketentuan Pasal 28 ayat (1) Undang-

undang No.4 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa Hakim sebagai penegak

hukum wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang

hidup dalam masyarakat, sehingga dengan demikian Hakim dapat

memberikan putusan yang sesuai dengan hukum dan rasa keadilan dalam

masyarakat.

Page 101: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

88

BAB IV

P E N U T U P

A. Simpulan

Berdasarkan apa yang diuraikan dalam bab hasil penelitian dan

pembahasan, maka dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut :

Bentuk penemuan hukum yang dilakukan oleh Hakim Mahkamah Agung

dalam pemeriksaan perkara peninjauan kembali kasus korupsi BLBI dengan

terpidana David Nusa Wijaya adalah dalam memaknai pengertian melawan hukum

dalam UU no. 31 tahun 1999. Penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU No. 31 tahun 1999

menyebutkan bahwa pengertian melawan hukum meliputi formil dan materiil.

Penjelasan Pasal tersebut dinyatakan “tidak mengikat secara hukum” oleh putusan

Mahkamah Konstitusi No.003/PUU.IV/2006. Akibat putusan MK tersebut maka

yang dimaksud/pengertian “melawan hukum” dalam Pasal 2 ayat (1) tersebut

menjadi tidak jelas.

Untuk mengatasi ketidakjelasan tersebut, maka Hakim Mahkamah Agung

harus melakukan penemuan hukum dalam memaknai pengertian melawan hukum

dalam Pasal 2 ayat (1) UU No. 31 tahun 1999. Hasil Penemuan hukum tersebut

adalah bahwa dengan mengacu pada beberapa teori, maka Hakim Mahkamah

Agung dalam pemeriksaan PK tetap memaknai pengertian melawan hukum dalam

arti yang luas, yaitu formil dan materiil.

B. Saran-Saran

1. Hakim dalam memeriksan dan memutus perkara harus senantiasa

memperhatikan adanya keseimbangan antara kepastian hukum, keadilan dan

kemanfaatan. Dengan adanya keseimbangan tersebut, maka diharapkan

adanya harmonisasi dalam penegakan hukum.

Page 102: ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MELAKUKAN …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan diajukan ... Arip, fai, eri, ipin, putri, izzah, qois, arik, anip, bagas dan dyas yang setia mendampingi

89

89

2. Penemuan hukum oleh hakim dalam memeriksa dan memutus perkara pidana

harus dilakukan secara cermat, arief dan berdasarkan argumentasi yuridis

yang rasional, agar tidak menimbulkan ketidakpastian hukum bagi para

pencari keadilan.