Peran Pemerintah Dalam Pengelolaan Sampah Di Kecamatan...
Transcript of Peran Pemerintah Dalam Pengelolaan Sampah Di Kecamatan...
Peran Pemerintah Dalam Pengelolaan Sampah Di Kecamatan Tanjungpinang Timur
(Studi Evaluasi Kebijakan di Kelurahan Batu IX).
Oleh:
Prastiyo
NIM. 100565201131
Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakkultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Maritim Raja Alihaji Tanjungpinang. Tahun2016
ABSTRAK
Masalah mengenai sampah sudah bukan menjadi masalah yang baru di Indonesia.
Volume sampah yang terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan
keterbatasan lahan untuk pembuangan akhir adalah masalah yang harus segera dipecahkan.
Apabila sampah-sampah tersebut dibiarkan, akan terjadi penimbunan sampah yang pada
akhirnya menimbulkan kerusakan lingkungan dan merugikan masyarakat.Adapun judul yang
dibahas yaitu Peran Pemerintah Dalam Pengelolaan Sampah Di Kecamatan Tanjungpinang Timur
(Studi Evaluasi Kebijakan di Kelurahan Batu IX). Indikator penelitian mengacu pada William N Dun
yang menggambarkan pada kriteria-kriteria evaluasi kebijakan publik yaitu efektivitas, efesiensi,
kecukupan, responsivitas, dan ketepatan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Peran Pemerintah Dalam Pengelolaan
Sampah Di Kecamatan Tanjungpinang Timur (Studi Evaluasi Kebijakan di Kelurahan Batu IX).. Bentuk
penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
analisa kualitatif. Penelitian ini deskriptif adalah penelitian yang memusatkan perhatian
terhadap masalah-masalah atau fenomen-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan
atau masalah yang aktual kemudian menggambarkan fakta tentang masalah yang diselidiki
sebagaimana adanya diiringi interpretasi. Penelitan ini tidak menguji hipotesa melainkan hanya
mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan yang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan informan penelitian. Yang dimaksud informan penelitian adalah orang yang tahu
banyak informasi mengenai objek yang sedang diteliti atau data yang dikumpulkan oleh peneliti
langsung dari sumber pertama.
Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah memang
telah melakukakan diberlakukannya retribusi sampah. Namun, penulis mengamati di lapangan
tentang retribusi sampah, ditemukan bahwa masih ada RT yang tidak memberlakukan retribusi
sampah. Peran pemerintah dengan kaitannya terhadap kemampuan masyarakat dalam
mengenal pengelolaan dan peran serta/partisipasi masyarakat yang dapat diukur dari peran
serta aktif masyarakat dengan membuang sampah ke tempat sampah yang telah disediakan di
Kelurahan batu IX sudah dilaksanakan dengan melalui pembinaan langsung melalui pengelolaan
kompos dan pemanfaatan sampah juga dengan mengajak gotongroyong membersihkan
lingkungan sekitar secara rutin, namun partisipasi masyarakat dan kesadaran masyarakat untuk
membuang sampah pada tempatnya masih kurang dikarenakan masyarakat masih memegang
paradigma lama yaitu sampah adalah barang kotor dan tidak bermanfaat lagi sehingga harus
dibuang atau dimusnahkan. Sarana dan prasarana pengelolaan sampah untuk lingkungan
seperti Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sampah yang disediakan Pemerintah
KotaTanjungpinang sudah cukup, juga petugas pengangkut sampah sudah terbilang cukup,
namun perlu dilakukan penambahan seiring dengan jumlah jumlah penduduk yang selalu
bertambah dimana jumlah perumahan penduduk juga semakin bertambah yang mengakibatkan
sampah yang dihasilkan pun semakin bertambah.
Kata Kunci : Evaluasi, Pengelolaan sampah, Peran Pemerintah
ABSTRACT
Problems the trash is not a new problem in Indonesia . The volume of waste continues to
increase with population growth and limited land for disposal is a problem that must be
solved. The title “the Role of Government in Waste Management In Sub East Tanjungpinang
( Policy Evaluation Studies in the village of Batu IX )”. Research indicators of effectiveness,
efficiency, adequacy , responsiveness , and accuracy . The purpose was to determine the role of the Government in the District of Waste Management in East Tanjungpinang ( Policy Evaluation Studies in the village of Batu IX ) . This research is descriptive research. In this study , researchers used the research informants .
The conclusions of this research are local government has imposed a levy of
garbage. However, it was found that they does not impose a levy RT garbage. The role of government in the management and public participation to throw garbage into bins have
been provided in the Village of Stone IX has been implemented through the development
directly : composting, but community participation awareness to dispose of waste in place is
still less because they still holding the old paradigm that litter is no longer useful and should
be discarded. Waste management facilities and infrastructure to the environment such as
Disposal Temporary (TPS) bins provided KotaTanjungpinang Government is sufficient, but is
necessary to increase along with the number of population resulting waste generated
increases.
Key Words : Evaluation, Waste Management, Role of Government
A.PENDAHULUAN
1.Latar belakang
Masalah mengenai sampah sudah
bukan menjadi masalah yang baru di
Indonesia. Volume sampah yang terus
meningkat sejalan dengan pertumbuhan
penduduk dan keterbatasan lahan untuk
pembuangan akhir adalah masalah yang harus
segera dipecahkan. Apabila sampah-sampah
tersebut dibiarkan, akan terjadi penimbunan
sampah yang pada akhirnya menimbulkan
kerusakan lingkungan dan merugikan
masyarakat. Selain itu, polusi udara, tanah,
dan air yang disebabkan oleh sampah juga
dapat menjadi sumber penyakit bagi manusia.
Salah satu bentuk upaya yang telah dilakukan
oleh pemerintah dalam mengatasi dan
mengelola persoalan mengenai sampah
adalah telah dirumuskannya Perda Kota
Tanjungpinang No. 14 Tahun 2009 tentang
Sistem Pengelolaan Sampah. Mengapa
sampah perlu
dikelola?Program pengelolaansampah sengaja
dilakukan oleh pemerintah guna mengurangi
tumpukan sampah yang semakin hari
semakin bertambah. Sistem pengelolaan
sampah yang selama ini diterapkan di
Indonesia adalah dikumpulkan, ditampung di
Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan
akhirnya dibuang ke Tempat Penampungan
Akhir (TPA). Pola operasional konvensional ini
dapat menyebabkan terjadinya penumpukan
sampah di rumah tangga, TPS dan TPA. Oleh
karena itu, prinsip 3R yang diterapkan
langsung mulai dari sumber sampah menjadi
sangat penting karena dapat membantu
mempermudah proses pengelolaan sampah.
Berdasarkan laporan triwulan I Dinas
Kesehatan Kota Tanjungpinang (Tabel 1.1)
dapat dilihat bahwa dari 20.407 KK yang
diperiksa, hanya terdapat 1.926 rumah tangga
saja yang memiliki tempat sampah. Dari 1.926
KK yang memiliki tempat sampah tersebut,
sebagian besar telah memiliki tempat sampah
sehat yakni sebesar 1.784 rumah tangga.
Walaupun demikian, jumlah tersebut hanya
mencakup 3,1 % dari total KK yang diperiksa
oleh Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang
pada triwulan I tahun 2013. Untuk pengolahan
sampah di Kota Tanjungpinang sampai dengan
saat ini belum dilaksanakan oleh sebagian
besar masyarakat Kota Tanjungpinang. Dinas
Kesehatan Kota Tanjungpinang pernah
melaksanakan pelatihan pembuatan kompos
untuk semua kader di kelurahan yang ada di
Kota Tanjungpinang, tapi untuk realisasi
pelaksanaannya di rumah tangga belum ada.
Pada wilayah RT 03/RW 07 bahwasannya
tidak pernah pihak kelurahan dan Dinas
Kebersihan Kota Tanjungppinang bersentuhan
langsung dalam pengelolaan sampah, baik itu
dalam penyediaan tong sampah maupun
kontainer sampah maka dari itu masyarakat di
RT 03/RW07 masih membuang sampah
sembarangan dikarenakan tidak ada
penyediaan tempat pembuangan sampah
yang disediakan. Kalau di RW 06, RT 02 ada
pungutan retribusi namun di RT 01 tidak ada
pungutan retribusi sampah. Di RW 10,
pungutan atau retribusi pengangkutan
sampah yang dibebankan ke masyarakat di
lingkungan RW 10 ini hanya di kawasan
Perumnas saja yang ada geraga khusus untuk
membuang sampah atau mengangkut
sampah. Sedangkan masyarakat umum di
lingkungan RW 10 itu tidak ada dibebanlan
retribusi, hanya membuang sampah sendiri di
lahan-lahan masyarakat sendiri dengan cara
dibakar. Berdasarkan fakta-fakta tersebut di
atas, peneliti mengacu kepada W. Dunn
tentang kriteria-kriteria evaluasi kebijakan
public, yaitu efektivitas (apakah hasil yang
diinginkan telah dicapai?), efesiensi (seberapa
banyak usaha diperlukan untuk mencapai
hasil yang diinginkan?), kecukupan (Seberapa
jauh pencapaian hasil yang diinginkan
memecahkan masalah?), responsivitas
(Apakah hasil kebijakan memuaskan
kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok-
kelompok tertentu?), ketepatan (Apakah hasil
(tujuan) yang diinginkan benar-benar berguna
atau bernilai?). Berdasarkan indikasi-indikasi
permasalahan tersebut, maka penulis
mengangkat judul penelitian “Peran
Pemerintah Dalam Pengelolaan Sampah Di
Kecamatan Tanjungpinang Timur (Studi
Evaluasi Kebijakan di Kelurahan Batu IX).”
2.Rumusan permasalahan
Adapun yang menjadi perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana Peran
Pemerintah Dalam Pengelolaan Sampah Di
Kecamatan Tanjungpinang Timur (Studi
Evaluasi Kebijakan di Kelurahan Batu IX).
3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui Peran Pemerintah Dalam
Pengelolaan Sampah Di Kecamatan
Tanjungpinang Timur (Studi Evaluasi
Kebijakan di Kelurahan Batu IX).
4.Manfaat Penelitian
Sedangkan yang menjadi manfaat Penelitian :
1.Menumbuhkan kesadaran masyarakat
mengenai arti pentingnya menjaga
kebersihan lingkungan.
2.Sebagai acuan bagi peneliti berikutnya yang
meneliti masalah yang sama.
3.Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi pengembangan serta memperbanyak
khasanah perbendaharaan Ilmu Pengetahuan
Sosial khususnya Jurusan Ilmu Pemerintahan.
4.Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi sebagai bahan masukan bagi
Pemerintah Kelurahan Batu IX Tanjungpinang.
B. LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Evaluasi
Sebagai salah satu fungsi manajemen,
evaluasi merupakan rangkaian kegiatan
berurusan dan berusaha untuk
mempertanyakan efektifitas dan efesiensi dari
suatu rencana, sekaligus mengukur secara
obyektif hasil-hasil pelaksanaan kegiatan
dengan ukuran-ukuran yang dapat diterima
oleh pihak-pihak yang mendukung atau tidak
mendukung suatu rencana.
Pengertian Evaluasi menurut
Yunanda (2009) pengertian
istilah “evaluasi merupakan kegiatan yang
terencana untuk mengetahui keadaan
sesuatu obyek dengan menggunakan
instrumen dan hasilnya dibandingkan
dengan tolak ukur untuk memperoleh
kesimpulan”.
Secara umum, William N Dunn (2003)
menggambarkan kriteria-kriteria evaluasi
kebijakan publik sebagai berikut:
1.Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang
mengandung pengertian dicapainya
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Efektivitas disebut juga hasil
guna. Efektivitas selalu terkait dengan
hubungan antara hasil yang diharapkan
dengan hasil yang sesungguhnya dicapai.
2.Efesiensi
Menurut William N. Dunn berpendapat
bahwa:
“Efisiensi (efficiency) berkenaan dengan
jumlah usaha yang diperlukan untuk
menghasilkan tingkat efektivitas tertentu.
Efisiensi yang merupakan sinonim dari
rasionalitas ekonomi, adalah merupakan
hubungan antara efektivitas dan usaha, yang
terakhir umumnya diukur dari ongkos
moneter. Efisiensi biasanya ditentukan
melalui perhitungan biaya per unit produk
atau layanan. Kebijakan yang mencapai
efektivitas tertinggi dengan biaya terkecil
dinamakan efisien” (Dunn, 2003:430).
3.Kecukupan
Kecukupan dalam kebijakan publik dapat
dikatakan tujuan yang telah dicapai sudah
dirasakan mencukupi dalam
berbagai hal. William N. Dunn mengemukakan
bahwa kecukupan (adequacy) berkenaan
dengan seberapa jauh suatu tingkat
efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau
kesempatan yang menumbuhkan adanya
masalah (Dunn, 2003:430).
4.Responsivitas
Responsivitas dalam kebijakan publik dapat
diartikan sebagai respon dari suatu aktivitas.
Yang berarti tanggapan sasaran kebijakan
publik atas penerapan suatu kebijakan.
Menurut William N. Dunn menyatakan bahwa
responsivitas (responsiveness) berkenaan
dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat
memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai
kelompok-kelompok masyarakat tertentu
(Dunn, 2003:437).
5Ketepatan
Ketepatan merujuk pada nilai atau harga dari
tujuan program dan pada kuatnya asumsi
yang melandasi tujuan-tujuan tersebut.
William N. Dunn menyatakan bahwa
kelayakan (Appropriateness) adalah:
“Kriteria yang dipakai untuk menseleksi
sejumlah alternatif untuk dijadikan
rekomendasi dengan menilai apakah hasil dari
alternatif yang direkomendasikan tersebut
merupakan pilihan tujuan yang layak. Kriteria
kelayakan dihubungkan dengan rasionalitas
substantif, karena kriteria ini menyangkut
substansi tujuan bukan cara atau instrumen
untuk merealisasikan tujuan tersebut” (Dunn,
2003:499).
Teknik ilmiah yang sekarang banyak
dibutuhkan, baik oleh pemerintah ataupun
masyarakat secara luas. Karena dengan
mengetahui hasil dan dampak kebijakan akan
dapat dikenali tingkat efektifitas kebijakan-
kebijakan publik dan nantinya juga akan
dipakai sebagai masukan-masukan baru
dalam rangka memutuskan kebijakan-
kebijakan baru yang lebih baik.
Peran menurut Soekanto (2009:212-213)
adalah proses dinamis kedudukan (status).
Apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,
dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan
antara kedudukan dengan peranan adalah
untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena
yang satu tergantung pada yang lain dan
sebaliknya. Pengertian Sampah
Pengertian sampah adalah suatu yang
tidak dikehendaki lagi oleh yang punya dan
bersifat padat. Sementara didalam UU No 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
disebutkan sampah adalah sisa kegiatan
sehari hari manusia atau proses alam yang
berbentuk padat atau semi padat berupa zat
organik atau anorganik bersifat dapat terurai
atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah
tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan,
(Slamet, 2002:15 ).Berdasarkan difinisi diatas,
maka dapat dipahami sampah adalah :
1). Sampah yang dapat membusuk (garbage),
menghendaki pengelolaan yang cepat. Gas-
gas yang dihasilkan dari pembusukan sampah
berupa gas metan dan H2S yang bersifat racun
bagi tubuh.
2). Sampah yang tidak dapat membusuk
(refuse), terdiri dari sampah plastik, logam,
gelas karet dan lain-lain.
3). Sampah berupa debu/abu sisa hasil
pembakaran bahan bakar atau sampah.
4). Sampah yang berbahaya terhadap
kesehatan, yakni sampah B3 adalah sampah
karena sifatnya, jumlahnya, konsentrasinya
atau karena sifat kimia, fisika dan
mikrobiologinya dapat meningkatkan
mortalitas dan mobilitas secara bermakna
atau menyebabkan penyakit reversible atau
berpotensi irreversible atau sakit berat yang
pulih.
5). menimbulkan bahaya sekarang maupun
yang akan datang terhadap kesehatan atau
lingkungan apabila tidak diolah dengan baik.
Pengelolaaan sampah adalah pengumpulan,
pengangkutan, pemrosesan, pendaurulangan,
atau pembuangan dari material sampah.
Kalimat ini biasanya mengacu pada material
sampah yang dihasilkan dari kegiatan
manusia, dan biasanya dikelola untuk
mengurangi dampak terhadap kesehatan,
lingkungan, atau keindahan. Pengelolaan
sampah juga dilakukan untuk memulihkan
sumber daya alam. Permasalahan umum yang
terjadi pada pengelolaan sampah kota di TPA ,
adalah adanya keterbatasan lahan, polusi,
masalah sosial dan lain-lain. Karena itu
pengelolaan sampah di TPA harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut: Memanfaatkan
lahan yang terbatas dengan efektif, memilih
teknologi yang mudah, dan aman terhadap
lingkungan, memilih teknologi yang
memberikan produk yang bisa dijual dan
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
masyarakat.
C. HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
1.Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif
yang mengandung pengertian dicapainya
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Efektivitas disebut juga hasil
guna. penulis menyimpulkan bahwa efektvitas
yang diukur melalui pelayanan yang diberikan
oleh pemerintah masih gagal dikarenakan
masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk
menjaga kebersihan di lingkungannya. penulis
menyimpulkan bahwa efektvitas yang diukur
melalui pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah masih gagal dikarenakan masih
kurangnya kesadaran masyarakat untuk
menjaga kebersihan di lingkungannya.
2.Efisiensi
Efektivitas dan efisiensi sangatlah
berhubungan. Apabila kita berbicara tentang
efisiensi bilamana kita membayangkan hal
penggunaan sumber daya (resources) kita
secara optimum untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Maksudnya adalah efisiensi akan
terjadi jika penggunaan sumber daya
diberdayakan secara optimum sehingga suatu
tujuan akan tercapai.Penulis menyimpulkan
bahwa tidak semua pihak yang tegas untuk
memberlakukan retribusi sampah sehingga
ketaatan masyarakat tentang pemberlakuan
pembayaran retribusi sampah masih kurang
sehingga banyak sampah tidak diangkut dan
terjadinya pembuangan liar.
3. Kecukupan
Kecukupan dalam kebijakan publik dapat
dikatakan tujuan yang telah dicapai sudah
dirasakan mencukupi dalam berbagai hal.
William N. Dunn mengemukakan bahwa
kecukupan (adequacy) berkenaan dengan
seberapa jauh suatu tingkat efektivitas
memuaskan kebutuhan, nilai, atau
kesempatan yang menumbuhkan adanya
masalah (Dunn, 2003:430). Dalam hal ini,
penulis menyimpulkan bahwa respon
masyarakat masih sangat kurang, hal ini
disebabkan karena perlunya pembinaan yang
rutin yang dilakukan oleh pemerintah,
sosialisasi yang rutin kepada masyarakat
tentang program pemerintah dalam
pengelolaan sampah, transparansi tentang
penggunaan dari iuran sampah per bulannya,
sehingga masyarakat mengerti kewajiban
membayar iuran sampah, letak TPS yang jauh
dari pemukiman penduduk menyebabkan
masyarakat malas untuk membuang sampah
pada tempat, serta pola masyarakat akan
kesadaran untuk menjaga kebersihan
lingkungan masih sangat kurang. Hal-hal
tersebut yang menjadi faktor atas respon
penduduk yang masih kurang terhadap
pelayanan yang diberikan oleh pemerintah
dalam pengelolaan sampah demi menjaga
lingkungan tetap bersih dan sehat.
4. Responsivitas
Responsivitas dalam kebijakan publik dapat
diartikan sebagai respon dari suatu aktivitas.
Yang berarti tanggapan sasaran kebijakan
publik atas penerapan suatu kebijakan.
Menurut William N. Dunn menyatakan bahwa
responsivitas (responsiveness) berkenaan
dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat
memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai
kelompok-kelompok masyarakat tertentu
(Dunn, 2003:437).
Dalam hal ini, penulis menyimpulkan
bahwa respon masyarakat masih
sangat kurang, hal ini disebabkan karena
perlunya pembinaan yang rutin yang
dilakukan oleh pemerintah, sosialisasi yang
rutin kepada masyarakat tentang program
pemerintah dalam pengelolaan sampah,
transparansi tentang penggunaan dari iuran
sampah per bulannya, sehingga masyarakat
mengerti kewajiban membayar iuran sampah,
letak TPS yang jauh dari pemukiman
penduduk menyebabkan masyarakat malas
untuk membuang sampah pada tempat, serta
pola masyarakat akan kesadaran untuk
menjaga kebersihan lingkungan masih sangat
kurang. Hal-hal tersebut yang menjadi faktor
atas respon penduduk yang masih kurang
terhadap pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah dalam pengelolaan sampah demi
menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat.
5.Ketepatan
Artinya ketepatan dapat diisi oleh indikator
keberhasilan kebijakan lainnya (bila ada).
Misalnya dampak lain yang tidak mampu
diprediksi sebelumnya baik dampak tak
terduga secara positif maupun negatif atau
dimungkinkan alternatif lain yang dirasakan
lebih baik dari suatu pelaksanaan kebijakan
sehingga kebijakan bisa lebih dapat bergerak
secara lebih dinamis.
Berdasarkan uraian yang ditelah
disebutkan di atas, maka penulis
merekomendasikan beberapa hal berhubung
dengan perihal kriteria ketepatan, yaitu :
a.Pembinaan langsung pengelolaan sampah
secara rutin.
b.Sosialisasi tentang penggunaan iuran
sampah.
c.Penambahan jumlah pekerja sampah, tong
sampah, TPS yang dekat dengan lokasi
pemukiman penduduk.
d.Pemantauan secara langsung tentang
pembayaran iuran sampah per bulan.
D.PENUTUP
a)Simpulan
Kesimpulan berdasarkan hasil analisa
terhadap indikator yang ditampilkan dari hasil
wawancara, berkenaan dengan judul Peran
Pemerintah Dalam Pengelolaan Sampah Di
Kecamatan Tanjungpinang Timur (Studi
Evaluasi Kebijakan di Kelurahan Batu IX).
maka mendapatkan hasil sebagai berikut:
1) Pemerintah daerah memang telah
memberlakukan retribusi sampah.
Namun, penulis mengamati di
lapangan tentang retribusi sampah,
ditemukan bahwa masih ada RT yang
tidak memberlakukan retribusi
sampah.
2) Peran pemerintah dengan kaitannya
terhadap kemampuan masyarakat
dalam mengenal pengelolaan dan
peran serta/partisipasi masyarakat
yang dapat diukur dari peran serta
aktif masyarakat dengan membuang
sampah ke tempat sampah yang telah
disediakan di Kelurahan batu IX sudah
dilaksanakan dengan melalui
pembinaan langsung melalui
pengelolaan kompos dan
pemanfaatan sampah juga dengan
mengajak gotongroyong
membersihkan lingkungan sekitar
secara rutin, namun partisipasi
masyarakat dan kesadaran
masyarakat untuk membuang sampah
pada tempatnya masih kurang
dikarenakan masyarakat masih
memegang paradigm lama yaitu
sampah adalah barang kotor dan tidak
bermanfaat lagi sehingga harus
dibuang atau dimusnahkan.
3) Sarana dan prasarana pengelolaan
sampah untuk lingkungan seperti
Tempat Pembuangan Sementara
(TPS) sampah yang disediakan
Pemerintah KotaTanjungpinang sudah
cukup, juga petugas pengangkut
sampah sudah terbilang cukup,
namun perlu dilakukan penambahan
seiring dengan jumlah jumlah
penduduk yang selalu bertambah
dimana jumlah perumahan penduduk
juga semakin bertambah yang
mengakibatkan sampah yang
dihasilkan pun semakin bertambah.
b)Saran
Adapun saran yang dapat
disampaikan dari hasil penelitian:
1. Pembagian TPS kontainer disetiap
kelurahan harus merata dengan selalu
melakukan rutinitas update data tentang
jumlah pemukiman setiap bulannya.
2. Sosialisasi lebih dekat dengan masyarakat
akan pengetahuan pengelolaan sampah dan
kesadaran menjaga kebersihan dengan
pembinaan secara rutin setiap bulannya
tentang cara-cara mengelola sampah misalnya
3R, gotong royong membersihkan lingkungan.
3. Perlunya disosialisasikan lebih dekat
kepada masyarakat tentang penggunaan
retribusi sampah sehingga masyarakat mau
membayar retribusi sampah sehingga proses
pembuangan sampah bias berjalan dengan
baik dan lancer dan lingkungan tetap terjaga
kebersihannya.
E.DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku
Aprilia, Hera. 2009. Evaluasi Pelaksanaan
Program Transmigrasi Lokasi Model
Ring I Pola Tani Nelayan di Bugel,
Kec. Panjatan, Kab. Kulon Progo dan
Gesing, kec. Panggang Kab.
Gunung Kidul. (Tesis).
Yogyakarta:MPKD
Universitas Gadjah Mada
Bungin, Burhan.2009.Penelitian
Kualitatif.Jakarta :Kencana
Diktat Pengelolaan Sampah TL-3104
(2008)
Dunn, William N. (2003). Analisis Kebijakan
Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Laporan Tahunan Kelurahan Batu IX
Kecamatan Tanjungpinang Timur Tahun
2014.
Monografi Kelurahan Batu IX.
Sarundajang, S.H. (2001). Arus Balik
Kekuasaan Pusat ke Daerah. Jakarta Penerbit
Sinar Pustaka
Santoso, H. B., 1998. Pupuk Organik. Kanisius.
Yogyakarta.
Slamet, J. S. 2002. Kesehatan Lingkungan.
Yogyakarta: Gadjah Mada Universty
Press.
Soerjono Soekanto. 2009, Sosiologi Suatu
Pengantar, Edisi Baru : Rajawali
Pers.Jakarta
Yunanda, Martha . 2009. Evaluasi dalam Islam.
Yolarita E. 2011. Pengelolaan sampah dengan
prinsip 3R di Kota Solok [tesis]. Bandung (ID):
Universitas Padjajaran. [Internet]. [diunduh
2015 November 2]. Tersedia pada:
http://pustaka.unpad.ac.id/archives/119693.
Widyadmoko,H dan Sintorini.
2002. Menghindari, Mengolah dan
Menyingkirkan Sampah. Jakarta : Abdi
Tandur.
Wirartha, I. M. (2006). Metode Penelitian
Sosial Ekonomi. Yogyakarta: ANDI.
Sumber Perundang-undangan
Peraturan Pemerintah No.81 Tahun 2012
tentang perubahan paradigm yang mendasar
dalam pengelolaan sampah.
Perda Kota Tanjungpinang No. 14 Tahun 2009
tentang Sistem Pengelolaan
Sampah Teknis Pengelolaan Sampah.
Perda Kota Tanjungpinang No.6 Tahun 2009
tentang Organisasi dan Tata Kerja
Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan
Kelurahan Kota Tanjungpinang.
Permen LH Pasal 1 No. 13 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pelaksanaan Reduce,
Reuse, dan Recycle melaluui Bank Sampah.
Peraturan Pemerintah No.16 tentang Air
Minum dan Sanitasi.
UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
UU No.5 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Tanjungpinang.