PROFESIONALISME PEGAWAI BADAN PELAYANAN...
Transcript of PROFESIONALISME PEGAWAI BADAN PELAYANAN...
PROFESIONALISME PEGAWAI BADAN PELAYANAN PERIZINAN
TERPADU DALAM PELAYANAN PENERBITAN SIUP DI KOTA
TANJUNGPINANG
(Studi Kasus Pada Bulan Juni – Agustus Tahun 2014)
NASKAH PUBLIKASI
NAMA MAHASISWA : MUNAWIR WIDI FIRDISA
PEMBIMBING UTAMA : WAHJOE PANGESTOETI
PEMBIMBING KEDUA : ELLYA NORYADI
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
TAHUN 2015
1
PROFESIONALISME PEGAWAI BADAN PELAYANAN PERIZIANAN
TERPADU DALAM PELAYANAN PENERBITAN SIUP DI KOTA
TANJUNGPINANG
(Studi Kasus Pada Bulan Juni – Agustus Tahun 2014)
Munawir Widi Firdisa
Wahjoe Pangestoeti
Ellya Noryadi
Program Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Era globalisasi sekarang ini merupakan tantangan besar yang dihadapi oleh
pemerintah, khususnya pemerintah daerah. Tantangan tersebut merupakan hal yang beralasan
mengingat secara empiris masyarakat di daerah membutuhkan aparat pemerintah yang
profesional, yang dapat bekerja secara optimal, yang akhirnya dapat memberikan pelayanan
yang terbaik terhadap masyarakat. Tumpuan dan harapan itu lebih tertuju pada kinerja
pegawai, mengingat mereka merupakan abdi masyarakat untuk menjalankan roda
pemerintahan dan meningkatkan mutu pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat
yang lebih profesional. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
profesionalisme pegawai Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dalam penerbitan SIUP di
Kota Tanjungpinang.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi dan sampel adalah rata-rata
masyarakat yang melakukan kepengurusan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota
Tanjungpinang dalam kurun waktu 3 bulan diperhitungkan sekitar 222 orang kemudian
diambil 5% dari jumlah populasi tersebut sehingga sampel yang diperoleh berjumlah 11
orang. Adapun analisa data yang digunakan oleh penulis adalah bersifat deskriftif kualitatif,
yaitu berupaya mencari fakta-fakta sesuai dengan ruang lingkup masalah profesionalisme
kerja pegawai. Setelah data-data yang diperoleh kemudian di analisa berdasarkan konsep
ilmiah. Untuk memperoleh data yang akurat dan lengkap, penulis menggunakan teknik
wawancara dan observasi. Setelah data-data di analisa lalu penulis dapat menyimpulkan hasil
penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa pegawai pada
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Tanjungpinang pada dasarnya telah bekerja secara
profesional, hal ini dapat dilihat dari dimensi Inovasi (innivation), namun masih terdapat
hambatan yang ditemukan dalam profesionalisme kerja pegawai Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu yaitu pada dimensi Kreativitas (creativity) dan Responsivitas (resvonsivitas). Maka
penulis memberikan saran yaitu perlu meningkatkan pelaksanaan dimensi Kreativitas
(creativity) dan Rasponsivitas (resvonsivitas).
Kata Kunci : Profesionalisme, Kerja Pegawai
2
ABSTRACT
This current era of globalization is a major challenge faced by the government,
especially local government. The challenge is reasonable considering the empirically people
in the region requires a professional government officials, who can work optimally, which
can ultimately provide the best service to the community. Pedestal and hope it is more
focused on the performance of employees, since they are public servants to run the
government and improve the quality of service that will be provided to the public more
professional. The purpose of this study was to determine the Employee Professionalism
Integrated Licensing Service Agency In Publishing Lincese In Tanjungpinang.
In this study, the sample population is the average people who perform
management in Integrated Lincensing Service Agency Tanjungpinang within three months
counted about 222 people then take 5% of the population so that the sample obtained a total
of 11 people. The analysis of the data used by the writer is descriptive qualitative nature,
which is trying to find the facts in accordance with the scope of the problem of employee
professionalism. After the data obtained is the analysed based on scientific concepts. To
obtain complete and accurate data, the authors use the technique of interviewing and
observation. After the data in the analysis of the results of the study authors conclude.
Based on these results we can authors conclude that Officer at Integrated
Licensing Service Agency Tanjungpinang basically been working professionally, it can be
seen from the dimensions of Innovation (innovation), but there are still obstacles found in the
professionalism of employees working Integrated Licensing Service Agency is on dimensions
Creativity (creativity) and Responsiveness (resvonsivitas). The authors advise that need to
improve the implementation dimension of Creativity (creativity) and Responsiveness
(resvonsivitas).
Key words : professionalism, employee
A. Latar Belakang
Presiden dalam menjalankan
pemerintahannya dibantu para
menteri, dan para menteri ini
memimpin departemen nya secara
organisatoris hingga ke pemerintahan
daerah. Era globalisasi sekarang ini
merupakan tantangan besar yang
dihadapi oleh pemerintah, khususnya
pemerintah daerah. Tantangan
tersebut merupakan hal yang
beralasan mengingat secara empiris
masyarakat di daerah membutuhkan
aparat pemerintah yang profesional,
yang dapat bekerja secara optimal,
yang akhirnya dapat memberikan
pelayanan yang terbaik terhadap
masyarakat.
Namun pada kenyataannya
aparatur pemerintah tidak mampu
menjalankan perannya yang
seharusnya tidak hanya
mengedepankan kemampuan
menyelenggarakan tugas dan fungsi
organisasi saja tetapi juga mampu
3
bertanggung jawab atas semua
kegiatannya serta mampu
memberikan pelayanan yang
memuaskan kepada masyarakat yang
merupakan wujud dari aparatur yang
profesional.
Tumpuan dan harapan itu lebih
tertuju pada aparatur pemerintah
daerah mengingat mereka merupakan
wakil dari pemerintah pusat untuk
menjalankan roda pemerintahan.
Untuk dapat menyelenggarakan
pemerintahan yang baik dituntut
aparatur pemerintah yang
profesional, hal ini merupakan
prasyarat dalam meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan kualitas
pelayanan yang akan diberikan
kepada masyarakat.
Banyak kendala dan gangguan
yang muncul pada suatu instansi
pemerintah dimana dalam
memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Pemerintah dengan
jajaran birokrasinya juga harus
dapat meningkatkan diri dalam
pemberian pelayanan dengan standar
dan prosedur yang jelas dan tegas
agar kualitas pelayanan dapat
terjamin. Beberapa pakar
administrasi berpendapat bahwa
peranan organisasi pemerintah harus
semakin fokus pada upaya untuk
meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat. Untuk mewujudkan hal
tersebut, dinas-dinas pemerintahan
sebagai pelaksana perlu didukung
oleh aparatur yang memiliki
kemampuan dan keahlian serta etika
yang menjunjung tinggi
pemerintahan yang baik.
Saat suatu badan usaha tidak
memiliki surat izin mendirikan usaha
sebagaimana seharusnya pemerintah
daerah terlebih dahulu harus
mensosialisasi pentingnya memiliki
Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP). Sekian hari atau bulan
perjalanan dalam membangun usaha
perdagangan, ternyata bisnis yang
dijalankan tumbuh pesat, jika tiba-
tiba datang dari pemerintah terkait
menanyakan berkas-berkas pendirian
perusahaan seperti SIUP (Surat Izin
Usaha Perdagangan) dan TDP
(Tanda Daftar Perusahaan), lalu apa
yang bisa dilakukan jika mereka
menggelandang pemilik dan semua
karyawan yang terlibat di dalamnya
ke pengadilan, memenjarakan dan
mengharuskan membayar denda
yang sebenarnya tidak seberapa
4
dibandingkan dengan semua
kerugian yang dialami. Belum lagi
jika mitra kerja juga membutuhkan
nomor-nomor SIUP, TDP atau
NPWP yang ternyata kosong.
Alangkah menyesalnya, jika mereka
menggagalkan kerja sama karena
masalah perizinan yang lalai
dikerjakan atau bahkan sengaja tidak
diurusi.
Tidak ada yang sulit dalam
mendapatkan izin usaha. Kita hanya
perlu mengetahui prosedur pencarian
perizinan usaha, apa dan bagaimana
memenuhi persyaratannya, serta ke
mana harus menyerahkan
persyaratan tersebut.
Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP) adalah surat izin untuk dapat
melaksanakan kegiatan usaha
perdagangan. Setiap Perusahaan,
Koperasi, CV(Comanditaire
Venootschap), maupun Perusahaan
Perseorangan, yang melakukan
kegiatan usaha perdagangan wajib
memperoleh SIUP yang diterbitkan
berdasarkan domisili perusahaan dan
berlaku di seluruh wilayah Republik
Indonesia.
Profesionalisme aparatur dalam
melaksanakan pelayanan SIUP yang
berorientasi pada kepentingan
masyarakat adalah faktor utama
dalam penyelenggaraan pelayanan
publik yang berkualitas secara
dinamis, tanggap, cepat serta tepat
sasaran. Oleh karena itu, setiap
aparatur dituntut untuk dapat
melakukan tugas dan fungsinya
secara profesional. Namun dalam
kenyataannya hal tersebut tidaklah
mudah untuk terbentuk dengan
sendirinya. Banyak hal yang terjadi
malah sebaliknya, dimana banyak
aparatur pemerintah daerah kurang
mampu dalam menyelenggarakan
kegiatan pemerintahan dengan
profesional, sehingga kualitas
pelayanan SIUP yang diberikan
kepada masyarakat menjadi relatif
kurang optimal. Hal ini sering kali
ditemui pada instansi pemerintah
yang berhadapan langsung dengan
masyarakat pada umumnya, seperti
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
Kota Tanjungpinang.
Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Kota Tanjungpinang adalah
salah satu instansi pemerintah yang
bertugas dalam mengeluarkan surat
izin usaha perdagangan (SIUP).
Pembangunan sektor industri
5
diarahkan untuk menumbuh
kembangkan industri dan
perdagangan Kota Tanjungpinang
dalam menghadapi persaingan global
dengan mengutamakan industri
melalui peningkatan pengetahuan
dan keterampilan Sumber Daya
Manusia dengan perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK
).
Namun demikian, ada banyak
faktor yang menyebabkan
masyarakat malas terhadap masalah-
masalah perizinan sehingga memilih
untuk tidak mengurus izin sama
sekali. Ada sebagian masyarakat
beranggapan bahwa perizinan yang
berkaitan dengan pemerintah pasti
rumit dan mahal, belum lagi kepala
dinas nya tidak atau ada ditempat,
dan juga pelayanan yang diberikan
pegawai tidak memuaskan atau
belum profesional dalam memberi
pelayanan maupun sosialisasi.
Adapun yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini,
pada saat penulis bertemu dengan
salah satu pembuat surat SIUP yang
berinisial ibu A.y, ibu A.y
beranggapan bahwa pelayanan dalam
penerbitan SIUP yang diberikan oleh
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
Kota Tanjungpinang masih terkesan
tidak adil, antara atasan dan bawahan
harus bekerja sama dengan baik
untuk memberi pelayanan terhadap
masyarakat dan adapun loyalitas
dalam pelayanan yang diberikan
pegawai Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Kota Tanjungpinang masih
terkesan memilih tipe pelanggan.
Adanya tipe pelanggan yang royal
dalam memberikan tips dan ada juga
tipe masyarakat yang tidak royal
dalam memberikan tips.
Dalam kaitannya dengan kerja
pegawai, hal tersebut tentunya harus
segera dibenahi agar para pimpinan
dan bawahan pada Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Kota
Tanjungpinang dapat memberikan
pelayanan yang prima kepada
masyarakat secara lebih profesional.
Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah profesionalisme
pegawai dan kualitas pelayanan
publik mempunyai pengaruh
signifikan terhadap kerja pegawai
dalam suatu organisasi pemerintah.
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi organisasi
dalam memberikan motivasi kepada
6
pegawai sehingga tujuan organisasi
dapat tercapai.
Berdasarkan uraian latar
belakang tersebut diatas, maka dapat
diajukan sebuah penelitian dengan
judul : “PROFESIONALISME
PEGAWAI BADAN PELAYANAN
PERIZINAN TERPADU DALAM
PELAYANAN PENERBITAN SIUP
DI KOTA TANJUNGPINANG”.
A. Perumusan Masalah
Melihat kondisi permasalahan
pada latar belakang, penulis
mencoba menarik sebuah perumusan
permasalahan dalam penelitian ini,
yaitu :
“Bagaimana Profesionalisme
Pegawai Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Dalam
Pelayanan Penerbitan Siup Di
Kota Tanjungpinang?”
B. Tujuan Penelitian Dan
Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah
diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah :
Untuk mengetahui profesionalisme
kerja pegawai dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
2. Kegunaan penelitian
Hasil dari penelitian ini
diharapkan akan bermanfaat untuk :
1. Sebagai suatu sarana
untuk melatih dan
mengembangkan
kemampuan berpikir
dalam menulis karya
ilmiah tentang
profesionalisme kerja
pegawai dan
pelayanan publik.
2. Sebagai masukan atau
sumbangan pemikiran
bagi kantor Dinas
3. Dinas Badan
Pelayanan Perizinan
Terpadu Kota
Tanjungpinang dalam
memberikan
pelayanan kepada
masyarakat secara
profesional.
4. Penelitian ini
diharapkan dapat
memberikan
kontribusi bagi
7
kalangan penulis yang
tertarik dalam bidang
ini khususnya Ilmu
Administrasi Negara.
C. Konsep Teoritis
1. Profesionalisme
Profesionalisme berasal dari kata
profesi yang artinya suatu bidang
pekerjaan yang ingin atau akan
ditekuni oleh seseorang. Menurut
Webstar (dalam Kunandar, 2010:45)
profesi juga diartikan sebagai suatu
jabatan atau pekerjaan tertentu yang
mensyaratkan pengetahuan dan
keterampilan khusus yang diperoleh
dari pendidikan akademis yang
intensif. Jadi profesi adalah suatu
pekerjaan atau jabatan yang
menuntut keahlian tertentu. Artinya
suatu pekerjaan atau jabatan yang
disebut profesi tidak dapat dipegang
oleh sembarang orang, tetapi
memerlukan persiapan melalui
pendidikan dan pelatihan secara
khusus.
Menurut Sardiman (dalam
Hamzah dan Nina, 2014 : 143)
secara umum profesi diartikan
sebagai suatu pekerjaan yang
memerlukan pendidikan lanjut di
dalam sains dan teknologi, yang
digunakan sebagai perangkat dasar
untuk diimplementasikan dalam
berbagai kegiatan yang bermanfaat.
Sebelum membahas sikap
profesional, ada baiknya diketahui
terlebih dahulu makna profesional
dan profesionalisme, dan akhirnya
baru akan tercapai tindakan yang
profesional. Profesional artinya ahli
dalam bidangnya. Jika seorang
manager mengaku sebagai seorang
yang profesional maka ia harus
mampu menunjukan bahwa ia ahli
dalam bidangnya. Harus mampu
menunjukkan kualitas yang tinggi
dalam pekerjaannya. Berbicara
mengenai profesionalisme
mencerminkan sikap seseorang
terhadap profesinya. Secara
sederhana, profesionalisme diartikan
perilaku, cara, dan kualitas yang
menjadi ciri suatu profesi.
Istilah professional itu berlaku
untuk semua aparat mulai dari
tingkat atas sampai tingkat bawah.
Profesionalisme dapat diartikan
sebagai suatu kemampuan dan
keterampilan seseorang dalam
melakukan pekerjaan menurut
bidang dan tingkatan masing-masing.
Profesionalisme menyangkut
8
kecocokan (fitness), diantara
kempuan yang dimiliki birokrasi
(bureaucratic-competence) dengan
kebutuhan tugas (task requirement),
terpenuhi kecocokan antara
kemampuan dengan kebutuhan tugas
merupakan syarat terbentuknya
aparat yang professional. Artinya
keahlian dan kemampuan aparat
merefleksikan arah dan tujuan yang
ingin dicapai oleh sebuah organisasi
Kurniawan (dalam Agrippa, 2009 :
8).
Untuk menciptakan kader
profesionalisme dalam melaksanakan
misi institusi persyaratan dasarnya
adalah tersedianya sumber daya
manusia yang handal, pekerjaan yang
terprogram dengan baik, dan waktu
yang tersedia untuk melaksanakan
program tersebut serta adanya
dukungan dana yang memadai dan
fasilitas yang mendukung.
2. Profesionalisme Pegawai
Profesionalisme pegawai sangat
ditentukan oleh tingkat kemampuan
pegawai yang tercermin melalui
perilakunya sehari-hari dalam
organisasi. Tingkat kemampuan
pegawai yang tinggi akan lebih cepat
mengarah kepada pencapaian tujuan
organisasi yang telah direncanakan
sebelumnya, sebaliknya apabila
tingkat kemampuan pegawai rendah
kecendrungan tujuan organisasi yang
akan dicapai lambat bahkan
menyimpang dari rencana semula.
Istilah kemampuan menunjukkan
potensi untuk melaksanakan tugas
yang mungkin dan tidak mungkin
dilakukan. Kalau disebut potensi,
maka kemampuan disini baru
merupakan kekuatan yang ada di
dalam diri seseorang. Dan istilah
kemampuan dapat juga dipergunakan
untuk menunjukkan apa yang akan
dapat dikerjakan oleh seseorang,
bukan apa yang telah dikerjakan oleh
seseorang.
Menurut Tjokrowinoto (dalam
Tangkilisan, 2005:231)
profesionalisme adalah kemampuan
aparat yang bekerja dengan memiliki
inovasi, lentur, dan mempunyai etos
kerja tinggi, tentu akan memberikan
kontribusi yang nyata terhadap
kualitas pelayanan terhadap para
pengguna jasa.
Dalam hal ini, seorang
profesional termasuk bidang profesi
secara umum memilik prinsip-prinsip
9
etika profesi menurut Keraf (dalam
Ruslan, 2001:55-56):
a. Tanggung jawab,
b. Kebebasan,
c. Kejujuran,
d. Keadilan, dan
e. Otonomi.
Menurut pendapat Nawawi
(dalam Gunawan, 2012:8)
menegaskan bahwa karekteristik
profesionalisme dapat dilihat
melalui:
1. Ahli dibidangnya
(expertise).
2. Bersikap mandiri
(autonomy).
3. Bertanggung jawab
terhadap pekerjaannya
(commitment to the
work).
4. Bekerja dengan
sepenuh kemampuan,
bukan alasan-alasan
dan tidak asal jadi.
5. Memperlihatkan
bahwa dirinya adalah seorang
professional.
6. Memegang teguh
etika profesi (ethics),
bersikap jujur, tidak
berdusta dan tidak
berbuat curang.
7. Mampu memelihara
hubungan baik dengan
pihak lain termasuk
klien atau kolega.
Adapun menurut Keraf
(dalam Ruslan, 2001:51-52) kiat
menjadi seorang professional yaitu
harus memiliki ciri-ciri khusus yang
melekat pada profesi yang ditekuni
oleh yang bersangkutan. Secara
umum memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Memiliki skiil,
b. Memiliki kode etik,
c. Memiliki tanggung
jawab profesi,
d. Memiliki jiwa
pengabdian kepada publik,
e. Otonomi organisasi
professional, dan
f. Menjadi anggota salah
satu organisasi profesi
sebagai wadah untuk
menjaga
eksistensinya.
10
Karakteristik profesionalisme ini
dapat ditafsir lebih dalam karena
memuat nilai-nilai moral dan mental
yang sangat kaya. Apalagi bagi
aparatur pemerintah yang berprofesi
sebagai pelayan masyarakat. Jelaslah
bahwa seorang dikatakan
professional jika menguasai
pekerjaannya dengan baik dan
bekerja dengan prinsip kerja yang
cerdas (smartwork). Sumber daya
aparatur pemerintah pun dapat
digelari professional jika ia mampu
memberikan pelayanan yang baik
kepada masyarakat.
Menurut Siagian (dalam
Tangkilisan, 2005 : 229-230),
profesionalisme diukur dari segi
kecepatannya dalam menjalankan
fungsi dan mengacu kepada prosedur
yang disederhanakan. Menurut
pendapat tersebut, konsep
profesionalisme dalam diri aparat
dilihat dari segi:
1. Kreativitas (creativity)
Kemampuan aparatur untuk
menghadapi hambatan dalam
memberikan pelayanan kepada
publik dengan melakukan inovasi.
Hal ini perlu diambil untuk
mengakhiri penilaian miring
masyarakat terhadap birokrasi publik
yang dianggap kaku dalam bekerja.
2. Inovasi (innovation)
Perwujudannya berupa hasrat
dan tekat untuk mencari,
menemukan, dan menggunakan cara
baru, metode kerja baru, dalam
pelaksanaan tugasnya.
3. Responsivitas (responsively)
Kemampuan aparatur dalam
mengantisipasi dan menghadapi
aspirasi baru, perkembangan baru,
tuntutan baru, dan pengetahuan baru.
Birokrasi harus merespons secara
cepat agar tidak tertinggal dalam
menjalankan tugas dan fungsinya.
Langkah awal yang harus
ditempuh agar seseorang dapat
berstatus sebagai professional adalah
mempunyai kemampuan
intelektualnya yang cukup, yaitu
suatu kemampuan yang berupa
mampu untuk mudah memahami,
mengerti, mempelajari dan
menjelaskan suatu fenomenan.
Artinya tingkat, derajat, kualitas dan
kuantitas profesionalisme di
Indonesia dapat dilihat dari berapa
banyak dan berapa tingginya kualitas
masyarakat intelektual yang ada bagi
11
mendukung profesionalisme tersebut
Maskun (dalam Agrippa, 2009 : 12).
Profesionalisme adalah memiliki
kemampuan teknis dan operasional
yang diterapkan secara optimum
dalam batas-batas etika profesi.
Seorang profesional adalah A person
who does something with great skill.
Menurut Ruslan (2001:64-66) ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi
dalam pengembangan
profesionalisme selanjutnya adalah
sebagai berikut:
a. Pengakuan,
b. Organisasi,
c. Kriteria,
d. Kreatif, dan
e. Konseptor.
Adanya proses rekruitmen
terencana, dengan didukung oleh
sistem karir dan pengembangannya.
Rekruitmen pegawai dalam aparatur
birokrasi Indonesia belum benar-
benar berorientasi kepada
professional kerja. Hal itu
disebabkan karena dalam sistem
birokrasi belum secara lengkap dan
inovatif tersusun atau terinventarisasi
berbagi macam pekerjaan yang jelas-
jelas ditetapkan membutuhkan atau
dijalankan oleh profesi tertentu.
Birokrasi Indonesia baru dalam tahap
menerima dan kurang ketat memilih
calon dengan latar belakang profesi
tertentu, baik secara umum maupun
secara spesialis.
D. Konsep Operasional
Agar tidak menimbulkan
kesalahan penafsiran terhadap ruang
lingkup penelitian ini, maka penulis
memberikan batasan penelitian
hanya pada profesionalisme kerja
pegawai sebagai variable penelitian.
Variabel merupakan bentuk konsep
sebuah gejala yang memiliki variasi.
Seperti yang di kemukakan Sugiyono
(2010:3) bahwa, “variabel penelitian
adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari orang, objek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan di tarik
kesimpulannya.”
Profesionalisme kerja pegawai
dalam penelitian ini adalah
profesionalisme yang diukur dari
segi kecepatannya dalam
menjalankan fungsi dan mengacu
kepada prosedur yang telah
disederhanakan. Profesionalisme
kerja pegawai dapat dilihat melalui:
12
1. Kreativitas (creativity)
Kemampuan aparatur untuk
menghadapi hambatan dalam
memberikan pelayanan kepada
publik dengan melakukan
inovasi.Adapun indikatornya
meliputi:
a. Mampu memunculkan
ide-ide baru atau
masukan yang positif
dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan
pimpinan.
b. Bekerja lebih cepat dan
melakukan lebih
banyak dari pada
yang lain.
c. Berinisiatif dalam
menyelesaikan tugas
tanpa menunggu perintah
dari pimpinan.
2. Inovasi (innovation)
Perwujudannya berupa hasrat
dan tekad untuk mencari,
menemukan, dan menggunakan cara
baru, metode kerja baru, dalam
pelaksanaan tugasnya.
a. Mengembangkan kualitas
pribadi.
b. Berfikir secara sistematis
dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan
pimpinan.
c. Berkembang melalui
ilmu pengetahuan
dan teknologi.
3. Responsivitas (responsively)
Kemampuan aparatur dalam
mengantisipasi dan menghadapi
aspirasi baru, perkembangan baru,
tuntutan baru, dan pengetahuan baru.
a. Cekatan yaitu kondisi
jasmani pegawai yang
baik sehingga ia dapat
bekerja dengan gesit
dalam mengelola berkas.
b. Cepat tanggap yaitu
kemampuan pegawai
dalam menanggapi
permasalahan dalam
mengelola atau menata
berkas.
c. Sikap pegawai dalam
merespon berbagai
keluhan dari pengguna
jasa.
E. Metode Penelitian
Arikunto (2006:151)
menyebutkan bahwa, “ metode
penelitian adalah cara yang
13
digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya.”
1. Jenis Penelitian
Penelitan yang dilakukan penulis
ini adalah penelitian yang bersifat
deskriptif kualitatif yaitu penulis
hanya menguraikan dan menjelaskan
penelitian sesuai dengan kondisi
sebenarnya tanpa menghubungkan
atau mengkaitkan terhadap unsur-
unsur yang lain dalam penelitian.
Menurut Sugiyono (2009: 11) bahwa
penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan terhadap
variabel mandiri yaitu tanpa
perbandingan atau menggabungkan
dengan variabel lain.
2. Lokasi Penelitian
Penulis mengambil lokasi
penelitian di kantor Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu (BP2T) Dan
Penanaman Modal Kota
Tanjungpinang. Ada dua alasannya
penulis memilih lokasi ini adalah :
Pertama pelayanan yang
diberikan Badan
Pelayanan Perizinan
Terpadu (BP2T) Dan
Penanaman Modal Kota
Tanjungpinang masih
terkesan tidak adil.
Kedua mengingat
pengalaman pribadi
penulis menganggap
bahwa perlu
meningkatkan kualitas
pelayanan yang lebih
profesional kepada
pegawai maupun kepala
dinas.
3 . Informan
Menurut pendapat yang
diungkapkan oleh Sugiyuno
(2009:216) menyatakan bahwa :
“dalam penelitian kualitatif
tidak menggunakan istilah
populasi, karena penelitian
kualitatif berangkat dari
kasus tertentu yang ada
pada situasi sosial tertentu
dan hasil kajiannya tidak
akan diberlakukan ke
populasi, tetapi di
transferkan ketempat lain
pada situasi sosial yang
memiliki kesamaan
dengan situasi sosial pada
kasus yang di pelajari.
Sampel dalam penelitian
kualitatif bukan
dinamakan responden,
14
tetapi sebagai nara sumber,
atau partisipan, informan”.
Dalam penelitian ini, peneliti
akan menggunakan informan untuk
memperoleh berbagai informasi yang
diperlukan selama proses penelitian.
Informan penelitian ini meliputi
informan kunci (key informan) dalam
penelitian ini adalah Kasub
Pelayanan Perizinan Jasa Usaha
BP2T Kota Tanjungpinang
sedangkan yang menjadi informan
biasa yaitu masyarakat khususnya
Kota Tanjungpinang yang
melakukan permohonan perizinan
yang dalam catatan selalu datang dan
berhubungan langsung untuk
melakukan permohonan administrasi
perizinan pada Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Kota
Tanjungpinang, yang nantinya akan
dapat memberikan informasi
mengenai profesional kerja pegawai
tersebut yaitu sebanyak 11 orang.
4. Jenis data dan sumber data
jenis data dalam penelitian ini
adalah jenis data kualitatif. Seperti
yang dikemukakan oleh Riduwan
(2002:5) bahwa data kualitatif yaitu
data yang berhubungan dengan
kategorisasi, karakteristik berwujud
pertanyaan atau berupa kata-kata.
Penelitian kualitatif pada dasarnya
ialah mengamati orang dalam
lingkungan hidupnya, berinteraksi
dengan mereka, berusaha memahami
pandangan dan pendapat mereka
tentang keadaan disekitarnya.
Penulis menggunakan data
kualitatif ini karena penulis
menganggap data kualitatif sesuai
dengan tujuan dan masalah
penelitian yang diungkapkan yaitu
untuk melihat profesionalisme kerja
pegawai Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Kota Tanjungpinang.
Dengan menggunakan data kualitatif
diharapkan data yang diperoleh akan
lebih lengkap, lebih mendalam,
kredibel, dan bermakna sehingga
tujuan penelitian dapat tercapai.
Agar data yang lengkap dapat
diperoleh untuk penelitian ini, maka
penulis perlu menetapkan sumber
data yang akan digunakan. Sumber
data dalam penelitian ini meliputi:
a. Data Primer
Data primer yaitu keterangan
atau fakta yang diperoleh secara
langsung dari sumber pertama atau
melalui penelitian dilapangan dengan
15
cara melakukan wawancara kepada
dinas terkait dan para pengguna
pelayanan publik. Data primer ini di
peroleh dari informan yang telah
ditentukan. Dalam prakteknya
diperoleh dari wawancara kepada
informan yang telah ditentukan dan
dari wawancara bersama key
informan yaitu Kasub Pelayanan
Perizinan Jasa Usaha Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Kota
Tanjungpinang yang dianggap lebih
mengetahui keadaan di Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Kota
Tanjungpinang serta dari observasi
yang peneliti lakukan.
b. Data Sekunder
Pengambilan data sekunder
melalui data yang diperoleh dari
bahan pustaka yang antara lain
berasal dari dokumen-dokumen,
internet, laporan hasil penelitian
sebelumnya, buku-buku dan sumber
lainnya yang berkaitan dengan
penelitian.
5. Teknik dan alat
pengumpulan data
Dalam penelitian ini untuk
memperoleh data, fakta dan
informasi di lapangan, penulis
menggunakan teknik dan alat
pengumpulan data sebagai berikut.
a. Wawancara
Sebagaimana dijelaskan oleh
Riduwan (2002:29) mengemukakan
bahwa wawancara adalah suatu cara
pengumpulan data yang digunakan
untuk memperoleh informasi
langsung dari sumbernya. Adapun
teknik wawancara ini peneliti
gunakan pada saat peneliti
melakukan studi pendahuluan guna
mengumpulkan informasi mengenai
profesionalisme kerja pegawai yang
telah penulis kemukakan pada latar
belakang penelitian ini dan dilakukan
kepada key informan yaitu Kasub
Pelayanan Perizinan Jasa Usaha
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
(BP2T) Dan Penanaman Modal Kota
Tanjungpinang, yang peneliti anggap
lebih mengetahui keadaan di dalam
lingkungan Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu (BP2T) Dan
Penanaman Modal Kota
Tanjungpinang.
b. Observasi (pengamatan langsung)
Merupakan pengumpulan
data dengan pengamatan dan
pencatatan secara langsung kegiatan-
16
kegiatan yang berhubungan langsung
dengan permasalahan yang diteliti.
c. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan
meminta data-data tertulis kepada
pihak yang menjadi objek penelitian,
sebagai bahan untuk melengkapi
penelitian.
F. Teknik Analisa Data
Analisis data adalah proses
penyederhanaan data dalam bentuk
yang lebih mudah di baca dan di
interpretasikan. Analisa data dalam
penelitian ini adalah menggunakan
teknik deskriptif kualitatif, yaitu
menganalisa data yang diperoleh
dilapangan dalam bentuk kualitatif
dan diberikan penjelasan-penjelasan
atau kesimpulan dengan
menggunakan pernyataan-pernyataan
atau kalimat yang dapat memberi
gambaran di lapangan tentang
pengaruh profesionalisme kerja
pegawai terhadap kualitas pelayanan
publik di Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Kota Tanjungpinang.
Data yang diperoleh dari
responden dikumpulkan lalu
dipisahkan menurut jenis data,
kelompok data, kemudian data
tersebut di analisis dengan
memaparkannya kedalam bentuk
kata dan kalimat yang tepat untuk
mendeskripsikan data agar mudah di
mengerti. Teknik ini digunakan agar
dapat menggambarkan fenomena
tertentu secara lebih konkret dan
terperinci. Teknik analisa data ini
penulis gunakan karena mampu
menggali informasi secara lebih luas,
lebih terperinci, dan lebih mendalam
dari beberapa interaksi dan fenomena
sosial tertentu. Aktifitas dalam
analisis data yaitu :
1. Reduksi Data
Merupakan bagian dari analisis
data yang mempertegas,
memperpendek, membuat fokus,
membuang hal-hal yang tidak
penting dan mengatur data
sedemikian rupa sehingga dapat
membuat kesimpulan.
2. Sajian Data
Merupakan suatu rangkaian
informasi, deskriptif dalam bentuk
narasi yang memungkinkan
kesimpulan riset dapat dilakukan.
Sajian data harus mengacu kepada
rumusan masalah sehingga dapat
menjawab permasalahan yang
diteliti.
17
3. Penarikan Kesimpulan
Dari awal pengumpulan data,
peneliti sudah harus memahami arti
dari berbagai hal yang ditemui
dengan melakukan pencatatan,
peraturan-peraturan, pola-pola,
pertanyaan-pertanyaan, arahan,
sebab-akibat dan kesimpulan perlu
diverifikasi agar penelitian yang
dilakukan benar dan bisa
dipertahankan.
H. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang
telah penulis lakukan di Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu, Kota
Tanjungpinang yang berpedoman
pada tujuan yang juga telah penulis
kemukakan dalam BAB I skripsi ini
untuk melihat profesionalisme badan
pelayanan perizinan terpadu dalam
pelayanan penerbitan siup di Kota
Tanjungpinang dan untuk menjawab
perumusan masalah yaitu bagaimana
profesionalisme pegawai badan
pelayanan perizinan terpadu dalam
pelayanan penerbitan siup di Kota
Tanjungpinang , maka penulis telah
memperoleh data-data yang
diperlukan untuk menyelesaikan
skripsi ini. Adapun data-data tersebut
berupa data primer dan data
sekunder.
Data primer yaitu data yang
diperoleh secara langsung dari
sumbernya, dalam hal ini adalah
melalui wawancara dengan
responden penelitian dan dari hasil
wawancara bersama key informan
serta dari hasil observasi. Sedangkan
data sekunder yaitu data yang
diperoleh secara tidak langsung dari
sumbernya, dalam hal ini melalui
dokumen-dokumen, laporan-laporan
atau catatan yang ada di badan
pelayanan perizinan terpadu Kota
Tanjungpinang, misalnya data-data
tentang lokasi penelitian, jumlah
masyarakat dalam pengurusan
perizinan dan lain sebagainya.
Dari 11 orang responden
tersebut dapat penulis jabarkan 9
indikator pertanyaan mengenai
profesionalisme kerja pegawai dalam
memberikan pelayanan perizinan
kepada masyarakat di badan
pelayanan perizinan terpadu Kota
Tanjungpinang, maka akan penulis
paparkan hasil penelitian yang akan
dijelaskan dalam 3 dimensi
18
penelitian dengan masing-masing
indikator penelitian.
Adapun 3 dimensi yang penulis
paparkan di antaranya Kreativitas
(creativity), Inovasi (innovation), dan
Responsivitas (resvonsivitas). Ketiga
dimensi tersebut di analisis
berdasarkan dari penelitian yang
telah penulis lakukan sebelumnya
sehingga dapat penulis paparkan
sebagai berikut:
1. Kreativitas (creativity)
Kemampuan aparatur untuk
menghadapi hambatan dalam
memberikan pelayanan kepada
publik dengan melakukan perubahan.
Bersadarkan jawaban-jawaban
responden terdapat indikator
Kreatifitas (creativity) yang telah
penulis buat dalam bentuk beberapa
pertanyaan maka dapat diketahui
bahwa pada dimensi ini pegawai
pada Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Kota Tanjungpinang masih
di rasa kurang baik, meskipun sudah
menjadi tanggung jawab pegawai
sebagai abdi Negara untuk
memberikan pelayanan yang prima
kepada masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara
yang penulis lakukan kepada key
informan, yaitu kepala bidang
pelayanan perizinan jasa usaha pada
tanggal 13 agustus 2015 di Kantor
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
Kota Tanjungpinang diperoleh
jawaban:
“pegawai sudah mampu
memberikan pelayanan yang prima
juga sudah sesuai dengan SOP kita
karena kita semua sudah diatur oleh
peraturan daerah dan UU serta
ditentukan setiap perizinan itu ada
SOP nya. Jadi semua itu tergantung
SOP dan peraturan yang ada
mengenai perizinan dan tidak bisa
membuat perubahan sendiri tanpa
ada persetujuan”.
Dilihat dari jawaban responden
dan dari hasil wawancara bersama
key informan serta observasi yang
penulis lakukan, kemudian penulis
menyimpulkan atau menganalisis
data, maka dapat di ketahui bahwa
kreatifitas (creativity) yaitu
kemampuan pegawai untuk
menghadapi hambatan dalam
memberikan pelayanan kepada
19
masyarakat atau publik masih
berjalan kurang baik.
Hal ini menandakan pegawai
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
Kota Tanjungpinang pada dimensi
kreatifitas (creativity) ini masih
kurang profesional dalam memberi
pelayanan oleh karena itu perlu
adanya bimbingan khusus kepada
setiap pegawai maupun honorer agar
dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat lebih profesional
dan masyarakat pun lebih merasa
dihargai.
2. Inovasi (Innovation)
Yaitu perwujudannya berupa
hasrat dan tekad untuk mencari,
menemukan, dan menggunakan cara
baru, metode kerja baru, dalam
pelaksanaan tugasnya.
Berdasarkan dari ketiga
pertanyaan yang menyangkut
dimensi inovasi (innovation), maka
dapat di tarik kesimpulan bahwa
pada dimensi ini tidak ditemukan
permasalahan meskipun ada
beberapa pentayaan yang menjadi
kendala didalam dimensi ini, karena
menurut penulis pegawai sudah
memiliki inovasi untuk menjalankan
tugas yang diberikan pimpinan. Hal
ini juga dapat dilihat bahwa pegawai
telah berupaya untuk
mengembangkan kualitas pribadi
yang dimiliki dan berpikir secara
sistematis dalam memberikan
pelayan kepada publik serta mampu
berkembang dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Bersamaan dengan jawaban
responden dan hasil observasi serta
penulis juga melakukan wawancara
bersama key informan pada tanggal
13 Agustus 2015 di Badan pelayanan
Perizinan Terpadu Kota
Tanjungpinang, pada kesempatan ini
key informan menyatakan bahwa:
“pegawai disini sudah
menerapkan ilmu pengetahuan yang
dimiliki, karena kita disini juga
mengadakan pengembangan diri
pegawai dari kegiatan workshop dan
semacam bimtek masalah pelayanan.
Pada instansi kami workshop
dilakukan oleh semua pegawai,
Karena petugas protocol office tidak
selalu itu-itu saja karena dilakukan
rolling supaya semua pegawai tau
dan harus tau disetiap bidang yang
20
dilakukan. Workshop ini kami
lakukan setiap tahun dengan nara
sumber yang sudah berkompeten
dibidangnya dan yang perlu
diketahui bahwa peran protocol
office mendapatkan workshop
khusus tentang pelayanan prima
kepada masyarakat. Pelayanan prima
disini dimaksudkan pelayanan yang
sesuai dengan keinginan masyarakat
dan transparan, yang tepat waktu
seperti akuntable yang cepat tepat
tanggap”.
Setelah penulis memperoleh
hasil jawaban responden dan
kemudian penulis sesuaikan dengan
hasil wawancara bersama key
informan serta observasi yang telah
penulis lakukan, maka hasil analisis
data menandakan bahwa pegawai
pada Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Kota Tanjungpinang dalam
memberikan pelayanan perizinan
kepada masyarakat sudah mampu
dengan baik berinovasi yaitu melalui
kegiatan pengembangan kualitas
pribadi serta mengembangkan
penerapan praktis nilai dan konteks
ilmu pengetahuan yang baru, atau
cara baru untuk memberikan
pelayanan kepada publik maupun
dalam menyelesaikan tugas yang
telah diberikan pimpinan pada setiap
pegawai.
Hal ini dapat dilihat dari dimensi
inovasi (innovation) bahwa pegawai
pada Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu kota TanjungPinang telah
bekerja sangat profesional dalam
memberikan pelayanan prima kepada
publik serta telah profesional dalam
menjalankan tugasnya.
3.Responsivitas (Resvonsivitas)
Adapun yang dimaksud dengan
responsivitas yaitu kemampuan
pegawai dalam mengantisipasi dan
menghadapi aspirasi baru,
perkembangan baru, tuntutan baru,
dan pengetahuan baru.
Berdasarkan hasil wawancara
dari 11 responden dan wawancara
dengan key informan, maka dapat
penulis analis data yaitu diketahui
bahwa respontivitas (resvonsivitas)
yaitu kemampuan pegawai untuk
mencari dan menggunakan metode
baru serta cepat tanggap dengan
permasalahan yang dihadapi dalam
melaksanakan tugas yang telah
dilaksanakan dengan baik.
21
Meskipun terdapat perbedaan
pendapat antara jawaban responden
dengan key informan terhadap
indikator sudah memiliki
keterampilan untuk mendatangkan
solusi dalam menanggapi
permasalahan yang ada, namun
perbedaan pendapat tidak terlalu
berarti karena pada dasarnya
mendatangkan solusi dalam
menanggapi permasalahan penataan
dokumen itu bukan dikarenakan
keteledoran pegawai melainkan
belum meratanya pelatihan serta
bimbingan dalam mengelola
dokumen dan masih tertundanya
status pendidikan tinggi dari
sebagian pegawai pada Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu.
Jika di lihat dari dimensi
responsivitas (resvonsivitas), maka
dapat kita ketahui bahwa pegawai
pada Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Kota Tanjungpinang telah
bekerja secara profesional dalam
melaksanakan tugasnya.
Setelah mengetahui keseluruhan
jawaban responden dari setiap
indikator penelitian yang di ajukan
oleh penulis dan berdasarkan
wawancara yang dilakukan penulis
dengan key informan yang dilihat
dari kreatifitas (creativity), inovasi
(innovation) dan responsivitas
(resvonsivitas) serta diperkuat
dengan dasil observasi yang penulis
lakukan selama penelitian. Maka
penulis dapat mengenalisa data
dengan mengacu dari tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui
profesionalisme kerja pegawai dalam
memberikan pelayanan kepada
masyarakat, dan untuk menjawab
perumusan masalah yang telah
penulis kemukakan yaitu bagaimana
profesionalisme pegawai Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu di Kota
Tanjungpinang.
Maka dapat diketahui bahwa
pegawai pada Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu di Kota
Tanjungpinang telah bekerja secara
profesional dalam memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat.
I. Hambatan-Hambatan Dalam
Profesionalisme Pegawai Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu
Dalam Pelayanan Penerbitan
Siup Di Kota Tanjungpinang
Berdasarkan jawaban responden
yang telah penulis uraikan dan
22
jelaskan tersebut, terdapat beberapa
hal yang menjadi hambatan
profesionalisme pegawai Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu di Kota
Tanjungpinang. Meskipun hambatan-
hambatan yang terjadi tidak
berpengaruh besar dalam
profesionalisme pegawai Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu di Kota
Tanjungpinang, namun hambatan ini
perlu menjadi perhatian untuk dapat
lebih meningkatkan profesionalisme
pegawai Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu di Kota Tanjungpinang.
Adapun hambatan-hambatan tersebut
meliputi:
1. Pegawai belum mampu
sepenuhnya mengembangkan
ide-ide yang positif dalam
memberikan pelayanan
kepada publik.
2. Pegawai masih kaku dalam
bekerja dan belum
sepenuhnya fleksibel.
3. Pegawai belum memiliki
keterampilan untuk
mendatangkan solusi.
J. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan yang telah penulis
uraikan sebelumnya tentang
profesionalisme pegawai Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu di Kota
Tanjungpinang, maka dapat
disimpulkan dari 3 dimensi yang
terdiri dari dimensi kreativitas
(creativity), inovasi (innovation), dan
responsivitas (resvonsivitas) serta
hasil observasi yang telah penulis
lakukan diperoleh hasil bahwa:
a. Profesionalisme kerja
pegawai Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu di Kota
Tanjungpinang di lihat dari
jawaban sebagian besar
responden di peroleh data
dari dimensi inovasi
(innovation) yang
diterapkan dengan baik.
Hal ini juga sama dengan
jawaban yang diberikan
key informan yaitu Kepala
Bagian Pelayanan
Perizinan Jasa Usaha pada
Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu di Kota
Tanjungpinang yang
menyatakan pegawai
sudah baik dan berinovasi
dalam memberikan
pelayanan.
23
b. profesionalisme kerja
pegawai yang dilihat pada
dimensi kreativitas
(creativity) walaupun
cukup banyak responden
yang menyatakan pegawai
sudah mampu menghadapi
hambatan dalam
memberikan pelayanan
kepada publik dengan
melakukan perubahan.
Namun jawaban kurang
baik untuk menghadapi
hambatan dalam
memberikan pelayanan
kepada publik dengan
melakukan banyak
perubahan, sehingga untuk
dimensi kreativitas
(creativity) perlu di
perhatikan lagi untuk dapat
lebih meningkatkan
profesionalisme kerja
pegawai pada Badan
Pelayanan Perizinan
Terpadu di Kota
Tanjungpinang.
c. Pada dimensi
Responsivitas
(resvonsivitas) terdapat
dalam indikator memiliki
keterampilan untuk
memberikan solusi juga
banyak yang mayarakat
yang mengatakan pegawai
belum sepenuhnya bisa
memberikan solusi, hal ini
perlu di perhatikan lagi
agar dalam peningkatan
profesionalisme kerja
pegawai dapat tercapai.
d. Profesionalisme kerja
pegawai dalam Badan
Pelayanan Perizinan
Terpadu di Kota
Tanjungpinang masih
memiliki beberapa
hambatan yang memang
tidak terlalu berarti, namun
hal tersebut harus segera
diperbaiki dengan adanya
tindakan disiplin serta
pelatihan dan
pengembangan pegawai.
2. Saran
Dari hasil penelitian dan
kesimpulan diatas, maka dapat
diberikan saran guna meningkatkan
profesionalisme pegawai Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu dalam
pelayanan penerbitan siup di Kota
Tanjungpinang, antara lain:
24
a. Agar profesionalisme
pegawai pada Badan
Pelayanan Perizinan
Terpadu di Kota
Tanjungpinang dapat
diterapkan dengan lebih
baik lagi, hendaknya
pegawai tersebut
senantiasa mendapatkan
pelatihan dan
pengembangan maupun
penghargaan (reward)
yang dapat mendukung
peningkatan kemampuan
dan keahlian pegawai
dalam menjalankan
tugasnya sebagai abdi
Negara mapun abdi
masyarakat.
b. Perlu adanya disiplin
pegawai untuk lebih
meningkatkan ketaatan
pegawai kepada
ketentuan dan aturan
yang berlaku sehingga
pelayan yang diberikan
kepada masyarakat dapat
lebih optimal.
c. Pegawai hendaknya
mampu bekerja dengan
fleksibel yaitu tidak kaku
dalam bekerja serta tidak
memilih tipe masyarakat
atau tidak memilih siapa
yang dikenal untuk
dilayani lebih prima dan
juga menimbulkan rasa
tangggung jawab suatu
pekerjaan sehingga bisa
terlaksanakan tugas pokok
dan fungsi pegawai pada
Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu di Kota
Tanjungpinang dalam
mengelola dokumen secara
lebih profesional.
d. Menyadari betapa
pentingnya tugas yang
diberikan pimpinan untuk
diselesaikan tepat waktu
tanpa menunggu perintah
dari atasan karena Badan
Pelayanan Perizinan
Terpadu di Kota
Tanjungpinang sebagai
sarana dan prasarana
masyarakat dalam
mengurusi perizinan usaha
yang langsung berhadapan
dengan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku:
25
Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur
Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik,
Jakarta: Rineka Cipta.
B. Uno, Hamzah dan Nina
Lamatenggo, 2014, Teori
Kinerja dan
Pengukurannya, Jakarta:
Bumi Askara.
Goenawan, Kian, 2008, Panduan
Praktis Mengurus Izin
Usaha, Yogyakarta: Pustaka
Grhatama.
Kunandar, 2010, Guru Professional,
Jakarta: Rajawali Pers.
Nogi, Hessel S. Tangkilisan, 2005,
Manajemen Publik, Jakarta:
PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Parson, J. Patricia, 2004, Etika
Public Relation Panduan
Praktik Terbaik, Erlangga:
PT Gelora Aksara Pratama.
Riduwan, 2002, Skala Pengukuran
Variabel-Variabel
Penelitian, Bandung:
Alfabeta.
Rosady Ruslan, S.H., M.M, 2001,
Etika Kehumasan Konsepsi
Dan Aplikasi, Jakarta: PT
RAJAGRAFINDO
PERSADA.
Sugiyono, 2010b, Statistika Untuk
Penelitian, Bandung:
Alfabeta.
Yousa, Amri, 2008, Kualitas
Pembangunan Sumber Daya
PNS, UNPAD: LP3AN
FISIP UNPAD.
Dokumen:
Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Maritime Raja
Ali Haji, 2011, Pedoman
Penulisan Usulan Penelitian
& Skripsi Serta Ujian
Sarjananfakultas Ilmu
Sosial Dan Politik
Universitas Maritime Raja
Ali Haji, Tanjungpinang.
Karya ilmiah:
Analisa, Lucky
Wulan.2011,”Analisis
Pengaruh Motivasi Kerja
Dan Lingkungan Kerja
Terhadap Kerja Karyawan
(Studi Pada Dinas
Perindustrian Dan
Perdagangan Kota
Semarang)”, Program Pasca
26
Sarjana Universitas
Diponegoro, Semarang.
Pakpahan, Agrippa.2009.”Peranan
Profesionalisme Kerja
Pegawai Dalam Pelayan
Public (Studi Kasus
Pelayanan Pengurusan
Kartu Tanda Penduduk
Dikecamatan Sidamik Kab.
Simalungun)”, Program
Pasca Sarjana Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Saputra,
Gunawan.2012.”Profesional
isme Sumber Daya Aparatur
Pada Kelurahan Pinang
Kencana Kota
Tanjungpinang”, Program
Pasca Sarjana Universitas
Maritim Raja Ali Haji,
Tanjungpinang.
Wardani,Nesya Ayu.2012.”Analisis
Kerja Pegawai Di
Sekretariat DPRD Provinsi
Banten”, Program Pasca
Sarjana Universitas Sultan
Agung Tirtayasa, Banten.