PERAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WAT …

15
PERAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) DALAM MELAKUKAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) (Studi Kasus Pada Baitul Maal Wat Tamwil UGT Sidogiri Pasuruan) JURNAL ILMIAH Disusun Oleh: Hanik Amalia 155020501111047 PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2019

Transcript of PERAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WAT …

Page 1: PERAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WAT …

PERAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA

BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) DALAM

MELAKUKAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO

KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

(Studi Kasus Pada Baitul Maal Wat Tamwil UGT Sidogiri

Pasuruan)

JURNAL ILMIAH

Disusun Oleh:

Hanik Amalia

155020501111047

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019

Page 2: PERAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WAT …

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

PERAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WAT

TAMWIL (BMT) DALAM MELAKUKAN PENGEMBANGAN USAHA

MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

(Studi Kasus Pada Baitul Maal Wat Tamwil UGT Sidogiri Pasuruan)

Yang disusun oleh :

Nama : Hanik Amalia

NIM : 155020501111047

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang

dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 25 Juni 2019

Malang, 25 Juni 2019

Dosen Pembimbing,

Ajeng Kartika Galuh, SE., ME.

NIP. 2012018512212001

Page 3: PERAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WAT …

PERAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WAT

TAMWIL (BMT) DALAM MELAKUKAN PENGEMBANGAN USAHA

MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

(Studi Kasus Pada Baitul Maal Wat Tamwil UGT Sidogiri Pasuruan)

Hanik Amalia

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya

Email: [email protected]

ABSTRAK

Baitul Maal wa Tamwil (BMT) ialah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bait al-

mal wa at-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam

meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil-bawah dan kecil dengan mendorong

kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Salah satu produk

pembiayaan yang diminati dikalangan pengusaha kecil adalah pembiayaan mudharabah.

Pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama

(shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menggambarkan peran pembiayaan

mudharabah dalam melakukan pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) pada

Baitul Maal Wat Tamwil UGT Sidogiri Pasuruan. Penelitian ini menggunakan pendekatan

penelitian kualitatif dengan metode penelitian lapangan (Field Research). Data dikumpulkan

melalui tiga cara yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisa data dilakukan

dengan tiga tahap yaitu : reduksi data, data display, dan pengambilan kesimpulan serta

pengecekan keabsahan temuan data menggunakan teknik trianggulasi sumber dan metode. Hasil

dari penelitian ini menyatakan bahwa akad pembiayaan mudharabah yang dilaksanakan oleh

pihak BMT-UGT Sidogiri Pasuruan dikatakan dapat memberikan perubahan pada tingkat

pendapatan masyarakat sekitar. Sebab melalui pembiayaan mudharabah ini, para pedagang kecil

yang memerlukan tambahan modal untuk mengembangkan usahanya dengan mudah mereka

mendapatkan dengan cara mengajukan pembiayaan yakni pembiayaan mudharabah. Hal tersebut

dapat diukur dari hasil perbandingan tingkat kesejahteraan anggota diantaranya dilihat dari

macam dagangan, jumlah tenaga kerja, perluasan tempat usaha, serta omset penjualan perbulan

sebelum dan sesudah melakukan pembiayaan.

Kata Kunci : Pembiayaan Mudharabah, BMT, UMKM

A. PENDAHULUAN

Dari tahun ke tahun Indonesia terus meningkatkan upaya untuk melakukan pembangunan

nasional. Berbagai program telah dilakukan oleh pemerintah baik itu di bidang ideologi, politik,

ekonomi, sosial, budaya maupun infrastruktur. Pembangunan nasional merupakan upaya

pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan

makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah melakukan pembangunan diberbagai

bidang. Salah satunya adalah pembangunan dibidang ekonomi dan keuangan. Dalam bidang

ekonomi dan keuangan ini, salah satu sektor yang berperan penting dan memiliki posisi strategis

dalam rangka mewujudkan tujuan nasional adalah di sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM).

Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi kunci pertumbuhan ekonomi

khususnya di Jawa Timur. Di tengah kondisi krisis ekonomi yang masih bergejolak, Jawa Timur

Page 4: PERAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WAT …

memiliki ekonomi yang masih kondusif karena ditopang UMKM. Meskipun banyak jumlah

UMKM di Kabupaten Pasuruan,namun hal tersebut masih mengalami kendala yaitu permasalahan

modal. Dimana para pengusaha kecil mengalami kesulitan jika ingin meminjam uang di bank

dikarenakan bunga yang tinggi, selain itu juga persyaratan yang terlalu berat, serta urusan

administrasi yang rumit. Hampir sebagian besar pelaku UMKM tidak mampu memenuhi

persyaratan tersebut disamping kebutuhan mereka yang masih dalam skala kecil. Untuk

memberikan solusi dalam permodalah yang di hadapi oleh UMKM, maka perlu adanya kerja sama

antara UMKM-UMKM yang ada di Indonesia dengan lembaga bank maupun lembaga non bank

lainnya, guna menunjang pendanaan untuk proses produksi dari UMKM tersebut. BMT

merupakan salah satu jenis lembaga keuangan bukan bank yang bergerak dalam skala mikro

sebagaimana koperasi simpan pinjam (KSP). BMT UGT (Usaha Gabungan Terpadu) Sidogiri cabang Khusus Pasuruan merupakan

lingkup BMT yang terkecil dan tersebar di setiap kecamatan untuk memudahkan, memberikan

kenyamanan dan dekat dengan anggota dalam menabung serta melakukan pembiayaan di BMT

sehingga merubah pandangan anggota bahwa pembiayaan-pembiayaan yang di tawarkan oleh

BMT harus dengan dana yang besar dan sulit.

Dalam perkembangannya BMT UGT Sidogiri mengalami problematika yakni meliputi

persaingan yang semakin ketat dimana BMT harus dapat bersaing dengan bank umum

konvensional maupun syariah yang membuka pelayanan kredit skala kecil/mikro, dan

bertambahnya pembiayaan bermasalah yang disebabkan oleh berpindahnya ke koperasi. Dengan

segala upaya yang dilakukan BMT UGT Sidogiri mampu mengatasi problematika tersebut yang

membuktikan dengan pertumbuhan BMT UGT Sidogiri yang sangat pesat. Dari awal berdiri BMT UGT Sidogiri hanya memilki 12 orang karyawan, dan pada tahun 2014 jumlah karyawan

meningkat menjadi 1341 orang. Begitu juga dengan anggota BMT UGT Sidogiri yang semula

hanya 89 orang terus mengalami peningkatan menjadi 11602 orang pada tahun 2014. Dalam setiap

tahun BMT UGT Sidogiri membuka beberapa unit pelayanan anggota di Kabupaten/Kota yang

dinilai potensial, sampai pada saat ini sudah memiliki 269 Unit Layanan Baitul Maal Wat

Tamwil/Jasa Keuangan Syariah dan 1 Unit Pelayanan Transfer. BMT UGT Sidogiri akan terus

melakukan perbaikan dan pengembangan secara berkesinambungan pada semua bidang baik

organisasi maupun usaha. Adapun perkembangan anggota BMT UGT Sidogiri adalah sebagai

berikut:

Tabel 1. Jumlah Perkembangan Anggota BMT UGT Sidogiri

No. Tahun Jumlah Anggota

1. 2011 3.689

2. 2012 5.552

3. 2013 8.871

4. 2014 11.601

5. 2015 12.635

6. 2016 16.010

Sumber: BMT UGT Sidogiri Cabang Khusus Pasuruan, 2018.

Perkembangan BMT yang pesat sebagaimana digambarkan diatas menunjukkan bahwa manfaat sosial (outreach) BMT UGT Sidogiri (dari aspek luasnya manfaat) mengalami

peningkatan yang sangat menakjubkan. Artinya peran BMTdalam membantu masyarakat

mengalami peningkatan, salah satunya dalam pembiayaan. Produk yang ditawarkan BMT UGT

Sidogiri dalam upaya meningkatkan perkembangan usaha masyarakat adalah melalui pembiayaan

mudharabah. Pembiayaan mudharabah merupakan bentuk kerja sama antara BMT dengan

anggota, BMT (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan anggota menjadi

(mudharip) pengelola dengan pembagian hasil sesuai kesepakatan.

Page 5: PERAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WAT …

B. KAJIAN PUSTAKA

Lembaga Keuangan Mikro Syariah

Lembaga keuangan mikro merupakan salah satu alat yang cukup penting untuk mengangkat

tingkat perekonomian masyarakat saat ini. Pelaksanaan dan operasional lembaga keuangan mikro

selain dilakukan dengan pola simpan pinjam juga dapat dilakukan dengan pola bagi hasil dibawah

sistem keuangan syariah. Lembaga yang dapat menjalankan peran sebagai lembaga keuangan

mikro syariah saat ini adalah Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan Baitul Maal Wat

Tamwil (BMT). Yang akan menjadi fokus penelitian penulis disini adalah Baitul Maal Wat

Tamwil (BMT).

Baitul Maal Wat Tamwil

BMT adalah kependekan dari Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Maal Wat Tamwil,

yaitu Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

BMT sesuai namanya terdiri dari dua fungsi utama, yaitu:

a. Baitul Tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan kegiatan pengembangan usaha-

usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan

kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan

kegiatan ekonomi. Dalam pengertian ini BMT menjalankan fungsi yang sama dengan

Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS). b. Baitul Mal (rumah harta), menerima titipan dana zakat, infak, dan sedekah serta

mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanatnya.

Pengertian Al-Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul

atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan

usaha. (Muhammad Rawas Qal’aji, Mu’jam Lughat al-Fuqaha (Beirut: Darun-Nafs, 1985)).

Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak

pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi

pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan

akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau

kelalaian si peneglola, maka si pengelola harus bertanggungjawab atas kerugian tersebut. (Ahmad

asy-Syarbasyi al-Mu’jam al-Iqtisad al-Islami (Beirut: Dar Alamil Kutub, 1987)).

Nisbah Keuntungan

a. Prosentase Nisbah keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk prosentase antara kedua belah pihak,

bukan dinyatakan dalam nilai nominal Rp tertentu. Jadi nisbah keuntungan itu misalnya adalah

50:50, 70:30, atau 60:40 atau bahkan 99:1. Jadi nisbah keuntungan ditentukan berdasarkan

kesepakatan, bukan berdasarkan porsi setoran modal; tentu dapat saja bila disepakati ditentukan

nisbah keuntungan sebesar porsi setoran modal. Nisbah keuntungan tidak boleh dinyatakan dalam bentuk nominal Rp tertentu, misalnya shahibu maal mendapat Rp. 50 ribu, mudharib mendapat

Rp 50 ribu.

b. Bagi Untung Dan Bagi Rugi Bila bisnis dalam akad mudharabah ini mendatangkan kerugian, pembagian kerugian itu

bukan didasarkan atas nisbah, tetapi berdasarkan porsi modal masing-masing pihak. Itulah alasan

mengapa nisbahnya disebut sebagai nisbah keuntungan, bukan nisbah saja, yakni karena nisbah

50;50 atau 99:1 itu, hanya diterapkan bila bisnisnya untung. Bila bisnis rugi, kerugiannya itu

harus dibagi berdasarkan porsi modal masing-masing pihak, bukan berdasarkan nisbah.

c. Jaminan Nah, untuk mengindari adanya moral hazard dari pihak mudharib yang lalai atau menyalahi

kontrak ini, maka shahib al-mal dibolehkan meminta jaminan tertentu kepada mudharib. Jaminan ini akan disita oleh shahibul al-mal jika ternyata timbul kerugian karena mudharib melakukan

kesalahan, yakni lalai dan/atau ingkar janji. Jadi tujuan pengenaan jaminan dalam akad

Page 6: PERAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WAT …

mudharabah adalah untuk menghindari moral hazard mudharib, bukan untuk “mengamankan”

nilai investasi kita jika terjadi kerugian karena faktor risiko bisnis. Tegasnya, bila kerugian yang

timbul disebabkan karena faktor risisko bisnis, jaminan mudharib tidak dapat disita oleh shahib

al-mal.

d. Menetukan Besarnya Nisbah Besarnya nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-masing pihak yang berkontrak.

Jadi angka besaran nisbah ini muncul sebagai hasil tawar-menawar antara shahib al-mal dengan

mudharib. Dengan demikian, angka nisbah ini bervariasi, bisa 50:50, 60:40, 70:30, 80:20, bahkan

99:1. Namun para ahi fiqih sepakat bahwa nisbah 100:0 tidak diperbolehkan.

Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Untuk memperoleh gambaran yang lebih luas dan komprehensif maka perlu dipahami lebih

dulu pengertian atau definisi dari UMKM itu sendiri, agar kita memiliki persepsi dan pemahaman

yang sama tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Disisi lain sesuai dengan

Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), maka

pengertian UMKM adalah terdiri dari Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan Usaha Mikro, yang

masing-masing akan penulis jelaskan sebagai berikut. (Latumaerissa, 2015)

a. Usaha Kecil Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang

perorangan atau badan usaha yang merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang ini, dan memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 , tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.

300.000.000,00 sampai dengan paling banyak 2.500.000.000,00.

Contoh usaha kecil adalah usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga

kerja, pedagang di pasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya; Pengrajin industri

makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan, industri alat-alat rumah tangga,

industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan; Peternakan ayam, itik, dan perikanan;

Koperasi berskala kecil.

b. Usaha Menengah Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Selain itu usaha menengah menurut Inpres No. 10

Tahun 1998 adalah usaha bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih

besar dari Rp. 200.000.000,00 sampai dengan paling banyak sebesar Rp. 10.000.000.000,00 ,

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan dapat menerima kredit dari bank sebesar

Rp. 500.000.000,00 sampai dengan Rp. 5.000.000.000,00.

Contoh Usaha Menengah adalah Usaha pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan, skala

menengah; Usaha perdagangan (grosir) termasuk ekspor dan impor; Usaha jasa EMKL (Ekspedisi

Muatan Kapal Laut), garmen dan jasa transportasi taxi dan bus antarpropinsi; usaha industri

makanan dan minuman, elektronik dan logam; Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer.

c. Usaha Mikro Usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

perorangan atau badan hukum yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dengan usaha kecil atau usaha besar dan memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00

sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; atau memilki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000 sampai dengan paling

banyak 10.000.000.000,00. Selain itu pengertian Usaha Mikro menurut Keputusan Menteri

Keuangan N0.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003 adalah usaha produktif milik keluarga

atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) pertahun dan usaha Mikro dapat mengajukan kredit

kepada bank paling banyak Rp. 50.000.000,- .

Page 7: PERAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WAT …

Contoh Usaha Mikro adalah Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak,

nelayan, dan pembudidaya; Industri makanan dan minuman, industry pengolahan kayu dan rotan,

industry pandai besi pembuat alat-alat, usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di

Pasar dan lain sebagianya; Peternakan ayam, itik dan perikanan; Usah jasa-jasa seperti

perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit (konveksi).

Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM)

Pengembangan UMKM tidak bisa lepas dari peran LKM (Lembaga Keuangan Mikro),

karena LKM merupakan pihak yang selama ini mampu memberikan dukungan kepada UMKM.

Berangkat dari fenomena ini tidak dapat dipungkiri bahwa pemberdayaan LKM merupakan salah satu prasayarat mutlak yang harus dipenuhi dalam rangka pengembangan UMKM. Pemberdayaan

LKM harus mencakup dua aspek, yaitu aspek regulasi dan penguatan kelembagaan. Filosofi dari

adanya peraturan bagi LKM (tentunya) yakni dalam mengakui, melindungi, memfasilitasi, dan

mendorong LKM agar dapat berkembang sehingga dapat melayani pengusaha mikro secara lebih

banyak.

Lembaga Keuangan mikro, menurut Budiantoro (2003) berfungsi memberikan dukungan

modal bagi pengusaha mikro (microenterprices) untuk meningkatkan usahanya. Ismawan (2003)

menunjukkan bahwa pengalaman mengembangkan keuangan mikro untuk melayani masyarakat

miskin dalam lingkup dunia telah mendapatkan momentum baru, yaitu dengan adanya Microcredit

Summit (MS) yang diselenggarakan di Washington tanggal 2-4 Februari 1997. Dengan demikian,

terdapat beberapa alternative yang bisa dilakukan: a. Banking of the poor

Menekankan pada aspek pendidikan bagi masyarakat miskin serta melatih kemandirian.

Bentuk-bentuk yang telah terlembaga di masyarakat, antara lain Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM), Kelompok Usaha Bersama (KUB), Credit Union (CU), Koperasi Simpan

Pinjam (KSP), dan lain-lain.

b. Banking with the poor

Bentuk ini lebih menekankan pada fungsi penghubung (intermediary) dan memanfaatkan

kelembagaan yang telah ada, baik kelembagaan (organisasi) sosial masyarakat yang

mayoritas bersifat informal atau yang sering disebut Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM),

serta lembaga keuangan formal (bank). Di Indonesia hal ini dikenal dengan pola yang sering

disebut Pola Hubungan Bank dan kelompok Swadaya Masyarakat (PHBK). c. Banking for the poor

Bentuk ini menekankan pada penggalangan resources yang dijadikan modal (capital heavy),

yang ditujukan untuk masyarakat miskin. Contohnya yakni Badan Kredit Desa (BKD),

Lembaga Dana Kredit pedesaan (LDKP), Grameen bank (yang ada di Indonesia seperti

Lembaga Keuangan Mikro/LKM), dan yang lainnya.

Ukuran Tingkat Kesejahteraan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Peran UKM untuk mensejahterakan masyarakat dapat kita lihat dari, Kedudukannya

sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, penyedia lapangan kerja yang

terbesar, pemain penting dalam pengembangan usaha lokal dan pemberdayaan masyarakat serta

sebagai sumber inovasi. Untuk itu didalam sub bab ini terdapat dua poin tingkat kesejahteraan, yaitu tingkat kesejahteraan masyarakat dan tingkat kesejahteraan dalam Islam. Yang mana didalam

ajaran Islam juga menjunjung tinggi tingkat kesejahteraan umatnya.

a. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kesejahteraan masyarakat adalah sebuah kondisi dimana seseorang dapat memenuhi

kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, air minum yang

bersih serta kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan memiliki pekerjaan yang memadai

yang dapat menunjang kualitas hidupnya sehingga hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan,

ketakutan, atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman tentram, baik lahir maupun batin.

(Fahrudin, 2012)

b. Tingkat Kesejahteraan dalam Islam Mannan berpendapat bahwa kesejahteraan berkaitan dengan proses produksi. Menurut

Mannan prinsip fundamental yang harus selalu diperhatikan dalam proses produksi adalah

kesejahteraan ekonomi, konsep kesejahteraan ekonomi dalam Islam terdiri dari bertambahnya

Page 8: PERAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WAT …

pendapatan yang diakibatkan oleh meningkatnya produksi dari barang yang berfaedah melalui

pemanfaatan sumberdaya yang ada secara maksimum, baik manusia maupun benda, selanjutnya

diiringi dengan perbaikan sistem produksi, ditandai dengan terpenuhinya kebutuhan maksimal

dengan usaha minimal namun dalam hal konsumsi tetap berpedoman pada nilai-nilai keislaman.

Oleh karena itu, dalam pandangan Islam, meningkatnya produksi barang belum tentu menjamin

kesejahteraan secara ekonomi, karena disamping peningkatan produksi juga harus

memperhitungkan akibat yang ditimbulkan dari barang-barang yang diproduksi. Islam telah

melarang, memproduksi barang-barang yang dilarang dalam Islam, seperti alkohol, karena

peningkatan produksi barang ini belum tentu meningkatkan kesejahteraan secara ekonomi.

Bedanya denagn sistem produksi dalam ekonomi konvensional, proses produski dalam Islam

harus tunduk kepada aturan Al-Quran dan Sunnah.

C. METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan

metode penelitian lapangan (Field Research) yang mengambil kasus pada Baitul Maal Wat

Tamwil UGT Sidogiri Pasuruan. Dalam penelitian kualitatif untuk menentukan unit analisis dan

informan haruslah relevan dengan masalah yang diteliti. Unit analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah peran pembiayaan mudharabah oleh Baitul Maal Wat Tamwil kepada Usaha

Mikro Kecil dan Mennegah (UMKM). Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pihak

Baitul Maal Wat Tamwil UGT Sidogiri Pasuruan yang benar-benar mengetahui tentang

pelaksanaan pembiayaan mudharabah serta para anggota BMT UGT Sidogiri yang menggunakan

produk pembiayaan mudharabh.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam (indeepth interview),

observasi dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan

tiga tahap yaitu : reduksi data, data display, dan pengambilan kesimpulan atau verivikasi. Agar

data yang dikumpulkan valid atau teruji keabsahannya maka penelitian ini menggunakan

trianggulasi sumber dan metode dalam menguji keabsahan data.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah pada BMT UGT Sidogiri Cabang Khusus Pasuruan

Pembiayaan mudharabah adalah sub produk dari pembiayaan mudharabah yang ada di

BMT UGT Sidogiri. Sesuai dengan namanya, poduk ini menggunakan akad mudharabah sebagai

basis pembiayaannya, dan diperuntukkan hanya untuk usaha mikro kecil dan menengah.

Pembiayaan ini muncul diawali oleh sebuah keresahan karena sulitnya terjalin hubungan kerja

sama yang baik antara BMT dengan anggota pembiayaan. Sebagian besar dari usaha mikro tidak

memiliki catatan pembukuan yang baik atas kondisi keuangan mereka, sehingga BMT tidak dapat

menilai besar nominal yang didapatkan dalam proses bagi hasil.

Produk pembiayaan mudharabah UGT MUB (Modal usaha Barokah) adalah solusi dengan

cicilan ringan yang dapat dilakukan perhari, serta margin bagi hasil yang ditentukan sendiri oleh

nasbah pembiayaan berdasarkan keuntungan yang diperoleh dalam hari tersebut. Dengan sistem

pembiayan ini, maka pembiayaan syariah yang ideal dapat dilakukan, dimana shahibul maal

(BMT) akan mengalami kerugian jika dalam hari tersebut mudharib mengalami kerugian dalam

usahanya, serta dapat terbangun rasa saling percaya antara BMT dengan anggota pembiayaan.

Untuk ketentuan dari produk UGT MUB (Modal Usaha Barokah) adalah:

Jenis pembiayaan untuk modal usaha komersial mikro dan kecil, peruntukan pembiayaan

adalah perorangan atau badan usaha, Jangka waktu pembiayaan maksimal 36 bulan, dan

maksimum plafon pembiayaan sampai dengan Rp 500 juta. Dalam ketentuan besar pembiayaan

yang diberikan kepada anggota BMT memiliki ketentuan sebagai berikut:

a. Untuk cabang pembantu memberikan dana pembiayaan maksimal Rp.100.000.000 dan jika

melebihi Rp.100.000.000 harus mendapat rekomendasi dari Cabang.

b. Untuk cabang memberikan dana pembiayaan maksimal Rp.500.000.000 jika melebihi

Rp.500.000.000 harus rekomendasi dari pusat.

Page 9: PERAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WAT …

Sedangkan mengenai bagi hasil yang diterapkan oleh BMT UGT Sidogiri yaitu melihat

ketentuan lama usaha mampu memberikan bagi hasil. Adapun ketentuannya sebagai berikut :

a. Untuk pertanian jangka panjang (lebih dari 1 tahun) yaitu 50% untuk anggota dan 50% untuk

BMT.

b. Untuk pertanian jangka pendek (3 bulan – 6 bulan ) yaitu 60% untuk anggota dan 40% untuk

BMT.

c. Untuk pertokoan yaitu 60% anggota dan 40% BMT.

d. Untuk dagang yaitu 60 % anggota dan 40% BMT.

Dalam pembiayaan Mudharabah di BMT-UGT Sidogiri Cabang Khusus Pasuruan

membantu dalam hal modal bagi anggota BMT-UGT yang ingin mengembangkan usahanya.

Anggota yang ingin melakukan pembiayaan mudharabah datang terlebih dahulu ke BMT-UGT

Sidogiri Cabang Khusus Pasuruan. Adapun syarat-syarat yang diberikan oleh pihak BMT-UGT

Sidogiri Cabang Khusus Pasuruan seperti :

a. Anggota peminjam dikenal baik oleh BMT-UGT Sidogiri Cabang Khusus Pasuruan.

b. Anggota peminjam rutin menabung.

c. Anggota peminjam menunjukkan bukti pengeluaran dan pemasukan minimal selama tiga

bulan terakhir.

Proses pengajuan pembiayaan mudharabah cukup mudah, karena hanya diperlukan berkas-

berkas seperrti KTP, KK, dan wawancara singkat mengenai jenis dan riwayat usahanya. Pencarian

dananya pun dapat dilakukan cukup cepat, sehingga poduk ini cocok untuk nasabah yang

membutuhkan pembiayaan produktif dalam waktu cepat. Selanjutnya, pihak BMT menanyakan

jenis usaha yang dikembangkan, tehnik dan pengelolaan usaha serta perjalanan usaha, usahanya

tidak menyalahi kaidah agama. Setelah anggota menjelaskan, lalu BMT memberikan gambaran

akad yang bisa di gunakan dalam pembiayaannya. Biasanya akad mudharaabah dipakai untuk

anggota peminjam yang usahanya sudah berjalan atau sudah ada tetapi kekurangan modal seperti

untuk usaha pertanian dan dagang. Adapun persyaratan yang di berikan untuk pembiayaan pada

BMT-UGT Sidogiri Cabang Khusus Pasuruan adalah:

1. Menyerahkan 4 berkas fotocopy dan membawa aslinya.

a. Fotocopy Kartu Keluarga.

b. Fotocopy KTP suami istri.

c. Rekening listrik atau PDAM 3 bulan terakhir.

d. Fotocopy buku nikah.

e. Fotocopy Jaminan.

2. Mengisi permohonan pembiayaan.

3. Menghadirkan anggota keluarga sebagai saksi.

4. Modal anggota tidak kurang dari 30%.

5. Jaminan minimal tidak kurang dari 50%.

Untuk menghindari kerugian yang dialami oleh BMT yang disebabkan tidak berjalannya

usaha nasabah pembiayaan, maka BMT akan turun langsung ke lapangan untuk mengawasi dan

memberikan solusi jika dalam pelaksanaan usaha nasabah terjadi hambatan, namun hal itu hanya

dilakukan jika memang diperlukan.

Proses yang mudah serta margin yang ringan, serta pembiayaan yang ramah dengan

mengedepankan prinsip kekeluargaan, pembiayaan ini diharapkan dapat meningkatkan antusias

masyarakat untuk mengajukan pembiayaan mudharabah ke BMT UGT Sidogiri. Dalam jangka

panjang, kegiatan ini diharapkan mampu memajukan usaha mikro serta meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Adapun sebelum melakukan pembiayaaan mudharabah, terdapat

analisa yang dilakukan oleh pihak BMT – UGT Sidogiri Cabang Khusus Pasuruan sesuai dengan

syarat-syarat. Adapun form-form yang harus diisi oleh anggota adalah sebagai berikut:

1. Form Wawancara

Form wawancara ini berisi tentang partisipasi anggota dalam koperasi, kelayakan usaha,

watak dan kepribadian, kemampuan membayar pembiayaan, jaminan, modal usaha (dan

keuangan), keadaan ekonomi dan lingkungan usaha. Form wawancara ini digunakan untuk

mengetahi karakteristik individu dari anggota peminjam itu sendiri. Melihat sejauh mana anggota

Page 10: PERAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WAT …

meminjam bersungguh-sungguh dalam melakukan pembiayaan ini. Form ini terdiri dari dua

jawaban (ya dan tidak) yang di analisa oleh pewawancara yang di tunjuk oleh OA yang nantinya

jumlah antara ya dan tidak akan di hitung dan dapat ditarik kesimpulan.

2. Form Analisa Pembiayaaan

Form analisa pembiayaan di dalamnya merupakan data keuangan anggota, yaitu penghasilan

dikurangi dengan biaya-biaya selanjutnya akan di ketahui sisa usaha anggota. Didalamnya juga

terdapat analisa yaitu karakter, kemampuan, jaminan, modal, dan kondisi sosial ekonomi dari

anggota. Dari form ini akan di ketahui laba rugi dari aonggota. Analisa di lakukan oleh surveyor

dan kepala cabang dang diketahui oleh pengurus dan manager. Jika disetujui maka pembiayaan

mudharabah bisa dilakukan. Form ini memudahkan BMT-UGT Sidogiri Cabang Khusus

Pasuruan apakah anggota peminjam ini layak diberikan dana pembiayaan mudharabah ini atau

tidak.

3. Form Permohonan Pembiayaan

Form ini berisi data angota peminjam, tanggungan keluarga, jenis permohonan pembiayaan

(yang didalamnya meliputi jenis pembiayaan, jumlah uang, jenis usaha, jangka waktu, dan

jaminan) lampiran persyaratan yang harus di lengkapi oleh anggota peminjam. Selanjutnya form

pembiayaan ini dipertanggungjawabkan oleh istri/suami dan pemohon. Form ini diajukan oleh

anggota peminjam agar BMT bisa meloloskan pembiayaan ini.

Form-form diatas diseleksi oleh Account Officer (AO) kemudian Account Officer (AO)

survei langsung kepada anggota peminjam dengan mendatangi rumah anggota karena Account

Officer (AO) sudah mengenal pihak anggota sehingga mempermudah Account Officer (AO) dalam

mensurvei. Kemudian Account Officer (AO) menyeleksi apakah usaha yang dijalankan oleh

anggota sesuai dengan data yang telah diterima. BMT tidak membatasi usaha apa yang dijalankan

oleh anggota,yang penting tidak menyimpang dari dari syariat agama, selama sesuai dengan data

yang di terima, dan usaha yang di jalankan memiliki potensi berkembang.

Gambar 1. Jenis Usaha yang Menggunakan Pembiayaan Mudharabah di BMT UGT Sidogiri

Cabang Khusus Pasuruan.

Sumber : BMT UGT Sidogiri Cabang Khusus pasuruan, 2019.

Diagram di atas ini merupakan presentase dari penggunaan dana mudharabah yang di

gunakan anggota untuk mengembangkan usahanya. Dimana 45% pembiayaan mudharabah

diambil oleh anggota yang mengembangkan toko mereka. Dapat dilihat bahwa anggota yang

menggunakan dana mudharabah untuk pertokoan lebih banyak dibanding dengan usaha yang

lainnya karena untuk dana yang diberikan untuk toko tetap berada pada rekening BMT sampai

anggota memerlukan dananya untuk pembelanjaan. Memang sebagian besar UMKM masyarakat

disekitar BMT adalah Pertokoan yangmana hal ini didukung dengan letaknya yang strategis karena

dekat dengan Pasar dan Pondok Pesantren. Sehingga melihat potensi yang besar tersebut BMT

45%

10%

10%

25%

5%Sales

Toko

Dagang buah

Dagang hewan

Dagang kaki lima

Lain-lain

Page 11: PERAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WAT …

bekerja sama dengan ppara pedagang yang melakukan pembiayaan mudharabah disamping

pedagang mampu mengembangkan usahanya dan BMT sendiri memperoleh bagi hasilnya.

Pembinaan Usaha di BMT UGT Sidogiri

Selain sebagai lembaga keuangan syariah yang bergerak pada bidang penghimpunan dan

penyaluran dana, BMT UGT Sidogiri Cabang Khusus Pasuruan ini juga menjalankan fungsi

dakwahnya, yaitu dengan cara memberi binaan-binaan pada anggotanya dalam hal keagamaan dan

selain itu juga hal kewirausahawan, sehingga dengan adanya pembinaan yang diterapkan pada

BMT UGT Sidogiri Cabang Khusus Pasuruan, anggota tidak hanya mendapatkan bantuan untuk

tambahan modal saja, melainkan juga mendapatkan materi-materi tentang ilmu kewirausahaan

yang dapat berguna bagi para anggotanya untuk peningkatan dan pengembangan usahanya agar

lebih maju. Sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Idris selaku anggota yang mengikuti

pembinaan di BMT UGT Sidogiri. BMT juga mempunyai program-program pengembangan usaha

mikro kecil yaitu mengadakan pembinaan usaha dan pelatihan-pelatihan peningkatan jiwa

kewirausahaan kepada nasabah yang telah mengajukan pembiayaan di BMT-UGT Sidogiri.

Adapun bentuk pembinaannya adalah seminar seperti cara mengelola uang yang ada dan cara

mengelola usaha yang baik sesuai dengan prinsip syariah.

Dengan adanya program pembinaan usaha yang diadakan oleh BMT-UGT Sidogiri maka

diharapkan akan lebih banyak lagi masyarakat yang dapat mengembangkan usahanya.

Pengembangan usaha menjadi sangat penting bagi masyarakat, perkembangan usaha terjadi karena

besarnya peluang dalam menjalankan usaha yang dapat dilihat dari tingkat kualitas hidup

masyarakat yang semakin meningkat. Jika pengembangan usahanya baik, maka kinerja masyarakat

juga akan meningkatkan.

Peran Pembiayaan Mudharabah pada Perkembangan Usaha dan Pendapatan Anggota

BMT mempunyai aktivitas berperan serta mengembangkan bisnis usaha mikro dengan

menggunakan prinsip-prinsip yang berbeda dari lembaga keuangan mikro konvensional (berbasis

bunga). Dengan sistem yang demikian diharapkan semua pihak (BMT maupun penerima) dapat

memperoleh manfaat (keuntungan) sehingga program pemberdayaan usaha mikro dapat berjalan

sejauh yang diperlukan. Artinya bahwa BMT mempunyai kesempatan untuk mendapatan

keuntungan demikian juga para pengusaha mikro, sehingga BMT dapat mengembangkan

kelembagaannya yang sekaligus dapat membantu usaha mikro untuk memperbaiki kualitas

ekonominya.

Maka BMT merupakan satu wadah dimana didalamnya terdapat anggota saling membantu,

bertukar informasi dan berjalan beriring untuk membuat usaha yang bersifat mandiri. Sehingga

segala informasi yang mampu mendukung dalam perkembangan usaha anggotanya akan di bagi

kepada anggotanya, ini merupakan kelebihan dari BMT itu sendiri. Berikut ini adalah hasil

wawancara dengan beberapa anggota yang menggunakan pembiayaan mudharabah.

1. Ibu Siti Aisyah (Konter Pulsa dan Toko Kelontong)

Ibu Aisyah adalah salah satu anggota yang melakukan pembiayaan mudharabah di BMT

UGT Sidogiri. Dengan usianya yang 29 tahun dengan pendidikan terakhir Sekolah Menengah

Pertama (SMP). Beliau mulai melakukan membiayaan di BMT UGT Sidogiri Cabang Khusus

Pasuruan pada tahun 2014. Ibu Siti Aisyah sudah melakukan pembiayaan di BMT UGT Sidogiri

sudah 2 kali. Pada tahun 2019 ini ibu Siti Aisyah kembali melakukan pembiayaan karena di rasa

sangat membantu sekali dalam perkembangan usahanya sebesar Rp. 15.000.000 dengan jangka

waktu pembayaran 2 tahun.

Tabel 2. Perkembangan Usaha Ibu Siti Aisyah Sebelum dan Sesudah Pembiayaan

Mudharabah.

No. Jenis Perkembangan Sebelum Sesudah

1 Macam dagangan Sedikit, hanya 4

macam (beras,

Banyak, kurang lebih sudah

8 macam (beras, minyak

Page 12: PERAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WAT …

minyak, gula, dan

pulsa token)

gula, kecap, sabun, rokok,

voucher pulsa dan kartu

perdana)

2 Tenaga Kerja - -

3 Perluasan Tempat Usaha 1 toko (didalamnya

berupa 1 etalase

dan 1 lemari es)

1 toko (didalamnya berupa

1 etalase dan 1 lemari es)

4 Omset Penjualan ± Rp.1.000.000

per bulan (tidak

tentu)

± Rp. 2.500.000

per bulan

Sumber: Data primer diolah

2. Bapak Idris (Penjual Pakaian dan Perlengkapan Baju Muslim)

Pak Idris merupakan salah satu penjual pakaian dan perlengakapan muslim di Pasar Sidogiri,

dengan usianya yang 55 tahun dan merupakan lulusan sekolah Aliyah (setara SMA Islam). Beliau

melakukan pembiayaan mudharabah mulai dari tahun 2002. Dan beliau sudah menjalankan

usahanya sudah 20 tahun yang lalu (1999). Dan yang terakhir beliau melakukan pembiayaan

mudharabah dengan pinjaman sebesar Rp 15.000.000 dengan jangka waktu 3 tahun.

Tabel 3. Perkembangan Usaha Bapak Idris Sebelum dan Sesudah Pembiayaan Mudharabah

No. Jenis Perkembangan Sebelum Sesudah

1 Macam dagangan Sedikit, hanya 2

macam

(pakaian kokoh dan sarung)

Banyak, 7 macam (semua

perlengkapan baju muslim,

mulai dari parfum, tasbih, kopyah, dan sajadah,

sarung, hingga air mineral

serta serta buku atau kitab-

kitab Islami untuk anak

pondok)

2 Tenaga Kerja - -

3 Perluasan Tempat Usaha 1 toko 1 toko

4 Omset Penjualan ± Rp. 1.000.000

per bulan

± Rp. 1.500.000 per bulan

Sumber: Data primer diolah

3. Ibu Mahmudah (Toko Serba Ada)

Ibu Mahmudah merupakan seorang pedagang kebutuhan sehari-hari mulai dari beras, kecap,

hingga minyak. beliau hanya lulusan Sekolah Dasar (SD). Usaha beliau ini sudah berjalan sekitar

6 tahun (tahun 2013). Beliau sering melakukan pembiayaan di BMT UGT Sidogiri. Beliau

melakukan pembiayaan mudharabah pertama kali pada tahun 2014. Dan yang terkahir ini beliau

melakukan pembiayaan sebesar Rp 10.000.000.

Tabel 4. Perkembangan Usaha Ibu Mahmudah Sebelum dan Sesudah Pembiayaan

Mudharabah.

No. Jenis Perkembangan Sebelum Sesudah

1 Macam Dagangan Sedikit, hanya 2

macam (beras dan

minyak)

Banyak kurang lebih 7

macam (beras, minyak,

gula, kacang, ketan, kecap,

dan bumbu-bumbu dapur

lainya)

2 Tenaga Kerja - 1 orang

3 Perluasan Tempat Usaha 1 toko 1 toko

4 Omset Penjualan ± Rp. 700.000

per bulan

± Rp. 1.000.000 per bulan

Sumber: Data primer diolah

4. Ibu Aliyah (Toko Kelontong Kecil)

Page 13: PERAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WAT …

Ibu Aliyah merupakan salah satu anggota dari BMT UGT Sidogiri juga yang melakukan

pembiayaan mudharabah, dengan usianya yang sudah 40 tahun dan pendidikannya yang Sekolah

Dasar (SD). Beliau mulai melakukan pembiayaan di BMT UGT Sidogiri dari tahun 2010. Dan

usahanya ini sudah berjalan dari tahun 2005. Dan yang terakhir ini beliau melakukan pembiayaan

mudharabah sebesar Rp 15.000.000 dengan jangka waktu 3 tahun.

Tabel 5. Perkembangan Usaha Ibu Aliyah Sebelum dan Sesudah Pembiayaan Mudharabah.

No. Jenis Perkembangan Sebelum Sesudah

1 Macam dagangan Sedikit, hanya 4

macam (makanan

ringan, kopi, teh,

dan kerupuk)

Banyak, kurang lebih 8

macam (jajanan anak kecil,

kopi, teh, dan kerupuk,

kacang, ketan, kecap, dan

bumbu-bumbu dapur

lainya)

2 Tenaga Kerja - -

3 Perluasan Tempat Usaha 1 toko 1 toko

4 Omset Penjualan ± Rp. 500.000 perr

bulan

± Rp. 700.000 per bulan

Sumber : Data primer diolah

Dari jawaban yang diberikan anggota yang menggunakan pembiayaan mudharabah. Dapat

disimpulkan peran pembiayaan mudharabah bagi usaha anggota sangat membantu sekali mulai

dari permodalan sampai kegiatan usaha yang dikelola anggota. Dengan awal mulai usaha,

kebanyakan anggota memulai dengan modal sendiri, sehingga untuk mengembangkan usahanya,

anggota kesulitan karena kekurangan modal. Jadi dapat dikatakan bahwa peran pembiayaan

mudharabah dalam melakukan pengembangan UMKM yang dilakukan BMT UGT Sidogiri

berhasil. Karena dari hasil penelitian rata-rata usaha yang dijalani para anggota mengalami

peningkatan pendapatan. Dalam hal ini BMT dapat menjalankan sesuai dengan fungsinya, yakni

fungsi sosial dan fungsi bisnis yakni melalui pembiayaan mudharabah.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan makadapat diambil kesimpulan

bahwa akad pembiayaan mudharabah yang dilaksanakan oleh pihak BMT-UGT Sidogiri Pasuruan

dikatakan dapat memberikan perubahan pada tingkat pendapatan masyarakat sekitar. Sebab

melalui pembiayaan mudharabah ini, para pedagang kecil yang memerlukan tambahan modal

untuk mengembangkan usahanya dengan mudah mereka mendapatkan dengan cara mengajukan

pembiayaan yakni pembiayaan mudharabah. Hal tersebut dapat diukur dari hasil perbandingan

tingkat kesejahteraan anggota diantaranya dilihat dari macam dagangan, jumlah tenaga kerja,

perluasan tempat usaha, serta omset penjualan perbulan sebelum dan sesudah melakukan

pembiayaan.

Dan dengan adanya pembinaan usaha melalui seminar yang diadakan oleh BMT-UGT

Sidogiri juga dapat menambah wawasan kepada pengusaha. Yaitu dengan memberikan motivasi

kepada para pengusaha kecil dan memberikan bantuan modal, selain itu juga BMT-UGT Sidogiri

mengajarkan kepada nasabah agar menghindari praktik riba dalam menjalani suatu usaha.

Saran

Sesuai dengan topik pembahasan skripsi ini tentang peran pembiayaan mudharabah dalam

melakukan pengembangan usaha mikro kecil dan menengah di BMT UGT Sidogiri, maka penulis

menyampaikan beberapa saran yaitu :

Page 14: PERAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WAT …

1. Diharapkan untuk pihak BMT agar lebih aktif dalam mensosialisasikan pembiayaan

mudharabah kepada anggota untuk membantu usaha-usaha anggota. Sehingga dalam

mengembangkan usahanya terutama para pedagang kecil ke bawah mengalami peningkatan

baik dari segi usahanya maupun segi pemahaman pola ekonomi syariah.

2. Dari pihak BMT juga diharapkan dapat senantiasa melakukan perbaikan dalam pelayanan

pembiayaan sehingga para anggota akan mengalami kemudahan.

3. Diharapkan kepada pengelola BMT UGT Sidogiri agar meningkatkan jiwa kewirausahaan

kepada nasabah yang ingin mengambil pembiayaan untuk membuka usaha.

4. Untuk pembinaan usaha lebih ditambahkan lagi materinya, tidak hanya untuk belajar cara

mengelola uang dan usaha saja, tetapi juga yang lainnya seperti diberi pembinaaan tentang

tekonologi dan pemasaran yang dapat berguna bagi para anggotanya untuk peningkatan dan

pengembangan usahanya agar lebih maju.

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafii. 2001. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani

Press.

Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian

Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu . Jakarta: Rajawali Pers.

BMT-UGT Sidogiri. Diakses pada tanggal 14 Desember 2018.

https://www.bmtugtsidogiri.co.id/berita-.html

Cokrohadisumarto, Widyanto bin Mislan dkk. 2016. BMT Praktik dan Kasus. Jakarta: Rajawali

Pers

Dewi, Ernanda Kusuma dan Ayu Astari. 2017. Peran Pembiayaan Mudharabah Dalam

Pengembangan Kinerja Usaha Mikro Pada Bmt (Baitul Maal Wat Tamwil). Jurnal Law and

Justice.Vol. 2 No. 2 Oktober 2017.

Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pasuruan. Diakses pada tanggal 27 Maret 2019.

https://www.pasuruankab.go.id/berita-4143-jumlah-usaha-mikro-di-kabupaten-pasuruan-semakin-berkembang-pesat-.html

Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Timur. Diakses pada tanggal

http://diskopukm.jatimprov.go.id/subkonten/details/57

Ernawati, Rani. 2012. Analisis Akad Pembiayaan Mudharabah Pada BMT Dalam Meningkatkan

Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus Pada KJKS-BMT Ummat Sejahtera Abadi

Rembang). Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

Faturocman. 2012. Kesejahteraan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Fauzia, Ika Yunia dan Riyadi, Abdul Kadir. 2014. Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif

Maqashid Al-Syariah. Jakarta: Prenadamedia Group.

Guruddin, Sitti Rahma. 2014. Peran BMT Dalam Pengembangan Usaha Mikro Kecil (Studi Kasus

Pada BMT AL-Amin Kota Makassar). Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Huda, Nurul dkk. 2016. Baitul Mal Wa Tamwil Sebuah Tinjauan Teoretis. Jakarta: Amzah.

Ismail. 2011. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Karim, Adiwarman. 2004. Bank islam Analisis Fiqih dan Keuangan Edisi Dua. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

2012. Ekonomi Mikro Islam. Jakara: PT. Raja Grafindo Persada.

Latumaerissa, R. Julius. 2015. Perekonomian Indonesia dan Dinamika Ekonomi Global. Jakarta:

Mitra Wacana Media.

Marselina, Gresi Ayu . 2015. Peran Pembiayaan Mudharabah Pada Perkembangan Usaha Dan

Pendapatan Anggota BMT (Studi Kasus Pada BMT UGT (Usaha Gabungan Terpadu)

Sidogiri Cabang Pembantu Dampit). Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Malang.

Merdekawati, Elzamaulida. 2018. Potensi dan Kontribusi UMKM Terhadap Kesejahteraan

Masyarkat Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Universitas Islam Negeri Lampung.

Page 15: PERAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WAT …

Mustofa, Mohammad Imsin Al. ”Peran Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) di Pondok Pesantern

Sidogiri Sebagai Alternatif Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UMKM)”. Dosen FIA

Unipdu.

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Pinbuk Pusat, Pedoman dan Cara Pembentukan BMT Balai Usaha Mandiri Terpadu, Jakarta, t.t.,

hlm. 1.

Prasetyo P. Eko. 2008. Peran Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Dalam Kebijakan

Penanggulangan Kemiskinan Dan Pengangguran. Akmenika UPY. Volume 2.

Ritonga, Hardianto. 2015. Peranan Baitul Maal Wat Tamwil Dalam Pemberdayaan Usaha Mikro

Dan Kecil Menengah. Universitas Islam Negeri Yogyakarta.

Rosni. 2012. Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Di Desa Dahari Selebar

Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara. Jurnal Geografi. Vol 9 (1). 57.

Ruslan, Abdul dan Ghofur, Noor. 2013. Konsep Distribusi Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Saifuddin Azwar. 1998. Metode Penelitian Edisi Pertama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta: PT Indeks.

Soemitra, Andi. 2010. Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah Edisi Kedua. Jakarta : Kencana

Media Group.

Subagyo, Ahmad. 2015. Manajemen Operasi Lembaga Keuangan Mikro Syariah Teori dan

Praktik. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Sugiyono. 2013. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suryana, kewirausahaan. 2009. Hlm. 67. Pedoman Praktis: kiat dan Proses Menuju Sukses.

Jakarta: Salemba Empat,

Yustika, Ahmad Erani. 2011. Dari Krisis Ke Krisis Potret Terkini Perekonomian Nasional.

Malang: Universitas Brawijaya Press (UB Press).

. 2005. Perekonomian Indonesia Deskripsi, Preskripsi, dan kebijakan.

Malang: Bayumedia Publishing.