PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

75
PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN BRUNEI- MALAYSIA TAHUN (1946-1962) Skripsi Studi ini Dilaksanakan Sebagai Salah Satu Tugas Akademik untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) Oleh: Abdul Fajri NIM: 1112022000056 PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M

Transcript of PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

Page 1: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN BRUNEI-MALAYSIA TAHUN (1946-1962)

Skripsi

Studi ini Dilaksanakan Sebagai Salah Satu Tugas Akademik untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)

Oleh:

Abdul Fajri NIM: 1112022000056

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1439 H/2018 M

Page 2: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

LEMBAR PERSETUttAN PEMBIMBING SKRIPSI

PERAN ORGANISASIPERGERAKAN DALAM PEMISAⅡ AN BRUNEI―MALAYSIA TAHUN(1946-196幼

SkripsiDiajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

C)lch:

Abdul Fairi

NIM。 1112022000056

Pembimbing

NIP.195901151994031002

PROGRAIVISTUDISEJARAH PERADABAN ISLAPIFAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITASISLAM NEGERISYARIF ⅡIDAYATULLAH

JAKARTA2018M/1438Ⅱ

Page 3: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

LEMBAR PENGESAHAN PANETIA U」IAN

Skripsi yalg bttudul ``Peran OFgallisasi Pergerakan Dlalam pettlisahan

Br磁理ei― Malaysia Tahum(1946‐ 1962)''telah dれ導ikan dalam sidallg Munaqasah

Fakuitas Adab dan Hulllalllora, Universitas lslaFn Negeri(UIN) SyaFif

Hidayatullah Jakalta lpada tan3ga1 06 Apri1 2018. Skripsi irli tclall diterima

scbagai salall satu syarai me■ lerolcll gclar Sattana Strata Satu(Sl)pada pro3ram

Studi Sttarah PCradaball lsial■.

、l〔lkal^ttl,()6rヽ 1)ri1 2()18

Si(1趣 l13ヽイullaqasah

Kctua lllerallttkap al1380ta Sckrctaris lnerangkap allg3ota

NIP。 19690724199703 1001

l'crtguji I

11(ltil l ltitil11. 1ヽ.ヽ .

NH).195り ()2()3 lり ヽ1)()ヽ`11}1):ミ

Doscll Pcinbimbing

卜1lP.195901151994031002

Slr'tlivuh. tr,I. l'ii.97504i72005012007

Pcrrguli ll

】〔1

N‖).1971()32S

H.Ntll・ 11(1、 1ln.ヽ lrヽ

Page 4: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …
Page 5: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

iv

Nama : Abdul Fajri

NIM : 1112022000056

Abstrak

Skripsi ini ingin menjelaskan tentang dua hal. Tentang Peran Pergerakan Organisasi

dalam pemisahan Brunei – Malaysia.Pertama mengenai wilayah Brunei Darussalam pada masa

penjajahan Inggris. Kedua menjelaskan tentang keberhasilan Brunei menjadi identitas politik

yang independent. Penelitian ini ingin menunjukan bahwa Nasionalisme Brunei yang dipelopori

Para pemuda yang menentang penjajahan Inggris dengan mendirikan ‘BarisanPemuda’ pada

tahun 1946, Organisasi perfilman Brunei pada tahun 1952 dan Partai Rakyat Brunei pada tahun

1956 merupakan faktor utama yang menyebabkan sultan Brunei menolak bergabung dengan

‘Federasi Malaysia pada tahun 1962. Skripsi ini membuktikan Barisan Pemuda (BARIP)

mengambil bentuk perjuangan non koperatif dan strategi perjuangannya, sedangkan Partai

Rakyat Brunei (PRB) walaupun secara ideologis sama dengan kedua kelompok pendahulunya

namun di awal pergerakannya menggunakan jalur politik praktis untuk mewujudkan aspirasinya

via Parlemen dan Pemerintahan.

Kata Kunci : Brunei Darussalam, Nasionalisme, Pergerakan Pemuda, Kolonialisme

Page 6: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan nikmat Iman, Islam dan Ihsan beserta limpahan hidayah dan taufik

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga

senantiasa tercurah kepada Nabi Muhamad SAW yang telah membimbing

umatnya menuju jalan yang di ridhai Allah SWT.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akademik di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai PERAN ORGANISASI

PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN BRUNEI – MALAYSIA TAHUN

(1946-1962) dalam rangka mencapai gelar Sarjana Humaniora (S.Hum). Dalam

penyusunan Skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya tidak akan terwujud tanpa

ada bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa

terimakasih kepada semua pihak yang telah mendorong, membimbing dan

memberikan motivasi. Ucapan terimakasih khusus nya penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

beserta jajarannya dan juga pernah sebagai Dekan FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak H. Nurhasan, MA, selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam

dan Miss Shalikatus Sa’diyah, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan

Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Kepada dosen pembimbing Bapak Dr.Parlindungan Siregar,M.A., yang

dengan sabar dan penuh dedikasi tinggi selalu membimbing penulis dalam

menyelesaikan materi skripsi ini.

4. Kepada semua Dosen Sejarah Peradaban Islam maupun Dosen yang ada di

Fakultas Adab dan Humaniora tanpa terkecuali yang tidak bias penulis

sebutkan satu persatu. Terimakasih atas ilmu yang telah diberikan.

5. Ayahanda H. Mulyadi Akmaludin dan Ibunda Hj. Ellyh yang telah berjuang

dalam membesarkan dan mendidik penulis, dan memberi segala curah kasih

sayangnya sehingga penulis dapat berpendidikan lebih tinggi. semoga Allah

SWT memberikan balasan yang berlipat ganda, amin ya rabbal ‘alamin.

Page 7: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

vi

6. Kepada Pembimbing Akademik Ibu Amelia Fauzia S.Ag.,M.A., yang selalu

bersedia meluangkan waktu bagi penulis untuk bertanya dan meminta solusi

atas beberapa kendala yang penulis hadapi.

7. Adik-adikku Fenny Vadia, Annisa Suci Amalia dan si bontot Abdul Fahreza

Al Latif yang selalu menjadi motivasi penulis untuk segera menyelesaikan

skripsi ini.

8. Kepada adinda terkasih Robiyyatul Adawiyah yang selalu memberikan

support dan do’a kepada penulis

9. Kepada para senior Himpunan Mahasiswa Islam cabang Ciputat dan

Komisariat Fakultas Adab dan Humanior yang selalu suport dan memberikan

motivasi atas skrpsi ini

10. Kawan kawan seperjuangan sepanjang masa kanda Ahmad Supandi S.Hum,

kanda Fikri Dikriansyah, Bang TB M.Farhan S.Ag, Syauqi Hadzami S.Hum,

Ahmad Syahri S.Hum, M.Hamdani Wahid, Sayfurrahman al madura’i, dan

teman teman SPI angkatan 2012 yang lain nya yang tak bisa penulis sebutkan

satu persatu yang telah menemani dan memotivasi penulis sehingga penulis

bisa menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman Red Ninja Indonesia yang selalu memberikan suport untuk

menyelesaikan skripsi ini.

Harapan dan iringan do’a penulis ucapkan semoga Allah SWT meridhoi

dan membalas amal baik kita semua dengan berlipat kemuliaan, amiin. Akhirnya

besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis

dan umumnya bagi para pembaca sekalian

Jakarta, 6 April 2018

Penulis

Page 8: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK……………………………………………………………….. iv

KATA PENGANTAR…………………………………………………… v

DAFTAR ISI……………………………………………………………... vii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 5

D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan ............................ 6

E. Tinjauan Pustaka ................................................................. 7

F. Kerangka Teori .................................................................... 8

G. Sistematika Penulisan .......................................................... 9

BAB II SEJARAH SINGKAT BRUNEI DARUSSALAM ................ 11

A. Sejarah Awal Kesultanan Brunei ......................................... 11

B. Penjajahan Inggris atas Brunei ............................................ 17

C. Pendudukan Jepang Di Brunei ............................................ 22

BAB III KEBANGKITAN GERAKAN PEMUDA DI BRUNEI

DARUSSALAM ........................................................................ 28

A. Barisan Pemuda (BARIP).................................................... 28

B. Organisasi Perfilman Brunei (BRUFIPCO) ........................ 31

C. Partai Rakyat Brunei (PRB) ................................................ 34

BAB IV PERLAWANAN PARA PEMUDA DAN BERDIRINYA NEGARA

BRUNEI ..................................................................................... 36

A. Perjuangan Melalui Meja Perundingan ............................... 36

B. Pembentukan Federasi Malaysia ......................................... 37

C. Revolusi Brunei Tahun 1962 ............................................... 40

D. Perpisahan Brunei dengan Malaysia ................................... 43

Page 9: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

viii

BAB V PENUTUP ................................................................................. 46

A. Kesimpulan ............................................................................ 46

B. Saran ...................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 49

LAMPIRAN

Page 10: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada awal abad ke 18, Benua Asia khususnya kawasan Asia Tenggara

mengalami penjajahan atau Kolonialisme oleh Bangsa-bangsa Eropa. Adapun

contoh dari penjajahan itu antara lain, Indonesia dikuasai oleh Belanda,

Filipina dicaplok oleh Spanyol, Prancis menduduki Indo-China dan Inggris

menyatakan bahwa Semenanjung Malaya dan Pulau Singapura adalah

Koloninya1.

Kekuasaan Inggris di Semenanjung Malaya menjadi ancaman bagi

eksistensi Kesultanan Brunei. Pengaruh Inggris di Brunei dimulai saat

kedatangan James Brooke ke Kuching, Serawak pada tahun 18392. James

Brooke adalah seorang petualang berkebangsaan Inggris yang lahir di India,

ia meminjam uang dari ayahnya untuk membeli sebuah kapal guna berdagang

ke Timur Jauh. James Brooke tiba di Sarawak, dimana ia kemudian menjalin

persahabatan dengan Sultan dan membantu memadamkam pemberontakan

yang dilakukan etnis Minoritas „Bidayuh‟. Atas jasa-jasanya, James Brooke

diangkat sebagai gubernur Serawak,3

Pada tahun 1843 terjadi konflik antara James Brooke dan Sultan

Saifudin II yang berakhir dengan kekalahan di pihak Brunei. Sultan Saifudin

II akhirnya terpaksa mengakui kemerdekaan Serawak, dimana James Brooke

mengangkat dirinya sebagai Raja disana. Terpisahnya Serawak membuat

gerakan Inggris menjadi semakin mudah karena memiliki kawasan yang lebih

strategis.

Wilayah kekuasaan Brunei pun semakin mengecil, Pada tahun 1877,

James Brooke juga memaksa Brunei untuk menandatangani perjanjian

1 Paul Kratoska. South East Asia, Colonial History: Imperialism before 1800. (London :

Taylor & Francis, 2001),hlm 23 2 Robert Payne. The White Rajahs of Sarawak. (London : Weidenfield &

Nicholson,1960),hlm 98 3Gertrude Le Grand Jacob. The Raja of Saráwak: An Account of Sir James Brooks. London:

MacMillan, 1876,hlm 13

Page 11: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

2

penyewaan tanah kosong yang ada disebelah timur (kini bernama Sabah)

kepada Perusahaan Borneo Utara milik Inggris. Wilayah Brunei yang

awalnya begitu luas pun berubah menjadi kecil akibat dikikis oleh Inggris.4

Pada tahun 1888, demi mempertahankan kedaulatan Brunei, Sultan

Hashim Jalilu Alam telah menandatangami perjanjian kekuasaan dengan

Inggris. Perjanjian itu berisi tentang keinginan Sultan Hashim agar Brunei

berada di bawah pelindungan Inggris

Pada masa Brunei dibawah kekuasaan Inggris, memang banyak

kemajuan yang terjadi, terutama di bidang ekonomi dan pendidikan. Namun

Pemerintah Kolonial Inggris mengganti hukum dan peraturan yang

berlandaskan syariat Islam menjadi hukum dan perundang-undangan ala

Barat yang menganut paradigma sekularistik. Kebijakan Inggris ini

menimbulkan percikan api nasionalisme di kalangan Pemuda Brunei5.

Pasca Perang Dunia II, Seluruh wilayah Kalimantan Utara yang tadinya

dirampas oleh Jepang, dikendalikan oleh British Millitary Administration

(BMA) yang mewakili Kerajaan Inggris. Pemerintahan Administratif ini

bersikap diskriminatif pada etnis Melayu Brunei, karena para pegawainya

kebanyakan adalah orang Inggris atau orang India yang dibawa dari

Myanmar, selain itu pula dibuat aturan bahwa Bendera Brunei hanya boleh

dikibarkan di bawah bendera Inggris6.

Setelah terjadinya kekerasan Rasial antara Mayoritas Melayu dan

Minoritas Cina pada tanggal 24 Maret 1946 di Bandar Sri Begawan, pada

tanggal 12 April 1946, di rumah Awang Yusuf bin Awang Othman, berdirilah

gerakan Pemuda yang menentang Penjajahan Inggris, yang dinamai „Barisan

Pemuda‟ (BARIP) yang didirikan oleh Pangeran Mohammad Yusuf yang

baru kembali dari Jepang setelah kuliah di Jurusan Ilmu Pemerintahan,

Universitas Hiroshima. Gerakan tersebut dibentuk atas dasar nasib rakyat

4 Hussainmiya, B.A. (1995) Sultan Omar Ali Saifuddin II and Britain: The Making of

Brunei Darussalam. Kuala Lumpur: Oxford University Press,hlm.80 5 Alun Chafont. By Gods Will, a Portrait of the Sultan of Brunei. (London : Weidenfield &

Nicholson,1989),hlm.41 6 Haji Awang Mohammad Jamil al-Sufri. Tarsilah Brunei : Sejarah Awal Perkembangan

Islam. (Bandar sri Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998), hlm.6

Page 12: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

3

Brunei yang dikesampingkan dan bertujuan untuk menyatukan semangat

pemuda guna memperjuangkan hak bangsa Melayu Brunei di negerinya

sendiri dan menjadi barisan terdepan dalam menegakkan dan

mempertahankan kekuasaan Sultan serta rakyat Brunei. Gerakan itu dibentuk

bersama para pemuda yang berasal dari guru-guru lulusan Maktab Perguruan

Sultan Idris (MPSI), lulusan Persekutuan Guru-Guru Melayu Brunei

(LLPGMB)7.

Setelah BARIP, pada tahun yang sama, berdiri pula Persatuan Melayu

Brunei (PMB) yang didirikan oleh Pangeran Muhammad Omar Ali Saifuddin

dan Pangeran Abu Bakar bin Pangeran Omar. PMB didirikan untuk

mempersatukan rakyat Melayu Brunei serta memperjuangkan hak-haknya.

BARIP dan PMB sebenarnya sama - sama tergolong organisasi Nasionalis.

Setelah kedua organisasi tersebut, tidak aktif lagi maka dibentuklah

Angkatan Pemuda Brunei (APB) yang dipimpin oleh Awang Abdul Hamid

bin Awang Othman dan Persatuan Murid Tua (Mutu) yang dipimpin oleh

Pangeran Anak Saifudin bin Pangeran Bendahara Anak Mohammad Yasin.

Tujuan kedua organisasi ini sebenarnya mirip dengan PMB dan BARIP,

hanya lebih berfokus pada masalah pendidikan8.

Pada pertengahan tahun 1948, British Millitary Administration

mengembalikan kekuasaan Brunei kepada Kesultanan, namun para Pejabat

Inggris tidak juga hengkang dari tanah Brunei, mereka tetap mencampuri

urusan dalam negeri Inggris dan hanya membiarkan Sultan mengurusi

masalah Agama serta Adat. Di tahun yang sama, Pangeran Hassanal Bolkiah

yang berusia 16 tahun naik tahta menjadi Sultan Brunei9.

Pada 22 Januari 1956, para Pemuda Brunei yang dipimpin oleh Awang

Muhammad Azahari mendirikan Partai Rakyat Brunei (PRB). Organisasi ini

bukan hanya bertujuan untuk menciptakan Kesultanan Brunei yang berdaulat

7 Haji Awang Mohammad Jamil al-Sufri. Brunei Darussalam : The Road to Independence.

(Bandar sri Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998), hlm.15 8 Peter Poole. Politic & Society in South East Asia. (Singapore :

McFarland,2009),hlm.115 9 Alun Chafont. By Gods Will, a Portrait of the Sultan of Brunei. (London : Weidenfield

& Nicholson,1989),hlm.51

Page 13: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

4

secara utuh, menjamin kemakmuran rakyat dan menjaga kehormatan

Keluarga Kesultanan; namun memiliki visi yang lebih jauh untuk

mewujudkan konsep Greater Brunei yang mencakup pula wilayah Serawak

dan Sabah10

.

Pada bulan Mei 1957, para petinggi Partai Rakyat Brunei pergi ke

Inggris untuk meminta nasihat mengenai system pemerintahan pada seorang

Pakar Sosial bernama W.A.E Raeburn. Beliau memberikan nasihat seputar

bentuk parlemen,komposisi Kabinet dan pemilihan umum. Setelah itu, Partai

Rakyat Brunei mengirimkan Memorandum kepada Pemerintah Inggris11

.

Setelah kembali dari Inggris, para petinggi Partai Rakyat Brunei

mengajukan beberapa tuntutan pada Sultan, seperti Hak Sultan untuk

melantik dan memecat anggota Kabinet, mengadakan pemilihan umum dan

yang terpenting, Partai Rakyat Brunei menghendaki agar Sultan

memerdekakan diri menjadi Negara yang berdaulat dan lepas dari pengaruh

Inggris12

.

Dari uraian di atas, ada beberapa hal yang menurut penulis menarik

untuk diteliti, yaitu Eksistensi Brunei yang dahulu merupakan Negara besar,

menjadi kecil karena digerogoti Inggris. Posisi Strategis Brunei di Mata

Inggris yang Notabene sebagai tempat yang sangat penting baik dari aspek

strategi militer maupun ekonomi. Wilayah yang strategis dan sumber daya

alam berupa minyak, membuat Inggris memiliki kepentingan di wilayah

tersebut.

Dipilihnya Brunei Darussalam sebagai Objek Kajian dikarenakan

Brunei merupakan Negara yang sangat menarik untuk diteliti, karena Negara

Brunei mempunyai banyak hal sejarah yang menarik yang belum banyak

orang mengetahuinya, diantaranya tentang yang di tulis oleh penulis kali ini

10

Haji Awang Mohammad Jamil al-Sufri. Liku-Liku Perjuangan Pencapaian

Kemerdekaan Brunei Darussalam. (Bandar sri Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998),hlm.15 11

Haji Zaini bin Haji Ahmad. Pertumbuhan Nasionalisme di Brunei (1939-1962). (Brunei

: Asia Printer,2004),hlm.38 12

Naimah Talib. „A Resilient Monarchy : The Sultanate of Brunei & Regime Legitimacy

in Era Democratic Nation State‟. New Zealand Journal of Asian Studies. Vol.4 no.2 (December

2002),hlm.139-140l

Page 14: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

5

Selain itu, dari Sumber Sumber Tertulis, Peneliti menelaah

bahwasanya usaha para pemuda untuk berjuang mencapai kemerdekaan

adalah faktor kunci keberhasilan perjuangan mendirikan Negara Brunei yang

merdeka.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada akhir masa penjajahan Inggris di Brunei

Darussalam dan bekas wilayahnya seperti Sabah dan Serawak pada tahun

1946-1962,dari awal Berdirinya Barisan Pemuda‟ pada tahun 1946 hingga

berakhirnya penjajahan Inggris dan batal bergabungnya Negara Brunei

Darussalam dengan Malaysia pada tahun 1962. Adapun dalam Objek

Penelitian tersebut mencakup juga kebijakan Inggris dan respon rakyat

Brunei serta fakor faktor yang mendorong keberhasilan.

Adapun masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah Brunei Darusalam?

2. Bagaimana kebangkitan pegerakan nasional di Brunei Darussalam?

3. Bagaimana peranan perlawanan organisasi pergerkan dan berpisahnya

Brunei dan Malaysia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dengan sejumlah permasalahan di atas, tujuan studi ini ingin

menjelaskan keberhasilan Brunei mencapai kemerdekaan berkat perjuangan

para pemuda lewat sumber-sumber tertulis.

Karena pada dasarnya, Sejarah dapat memberikan faedah atau akan

mendatangkan pencerahan bagi pembaca pada masa kini dan yang akan

datang, maka manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara Edukatif, dapat memberikan pelajaran bagi Rakyat Brunei dan

bangsa-bangsa yang mengalami hal serupa, bahwa kemerdekaan mereka

bukanlah hadiah dari pihak Penjajah, melainkan hasil dari Perjuangan

para pemuda di masa lampau yang telah mengorbankan harta, benda,

maupun nyawa

Page 15: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

6

2. Sebagai Cermin bagi Bangsa-Bangsa Lain, bahwa untuk mencapai suatu

tujuan yang mulia seperti mendirikan sebuah Negara atau

mempertahankan Eksistensi suatu Negara, perlu rasa solidaritas yang

kuat dan perasaan senasib sepenanggungan.

D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

Menurut Sartono Kartodirdjo penggambaran kita mengenai suatu

peristiwa sangat tergantung pada pendekatan, ialah dari segi mana kita

memandangnya, dimensi mana yang diperhatikan, unsur-unsur mana yang

diungkapkan, dan lain sebagainya13

. Mengingat penjelasan Sartono

Kartodirdjo tersebut, maka peneliti memutuskan untuk menggunakan

Pendekatan sejarah dalam Studi ini.

Adapun metode Penelitian sejarah adalah seperangkat aturan dan tata

cara untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya

secara kritis dan mengajukannya secara sistematis hasil yang dicapai dalam

bentuk tulisan.14

Sedangkan tujuan dari penelitian historis adalah untuk membuat

rekontruksi masa lampau secara sistematis dan objektif, dengan cara

mengumpulkan, mengevaluasi serta mensistensiskan metode pemecahan

bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang

kuat15

.

Sebagaimana metode dan tujuannya maka dalam hal ini peneliti

menggunakan (Library Research) yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan

dengan metode pengumpulan data pustaka.16

dalam mengumpulkan data data.

dengan merujuk kepada sumber-sumber yang berhubungan dengan tema

dalam skripsi ini. Dalam hal ini penulis mengunjungi beberapa perpustakaan

13

Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 1992), hlm.4. 14

Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah. (Yogyakarta; Ar Ruzz Media),

hlm.43-44 15

Taufik Abdullah, Sejarah Lokal di Indonesia,(Yogyakarta:Gadjah Mada University

Press, 1979),hlm.20 16

Mahmud,metode penelitian pendidikan, (Bandung: pustaka setia, 2011), hlm 31

Page 16: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

7

seperti Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan

Adab dan Humaniora, Perpustakaan UI, dan juga Internet sebagai sumber

rujukan online Perpustakaan Universitas Indonesia dan mengunjungi

beberapa toko buku yang berada di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Selanjutnya yaitu Identifikasi atau penafsiran sejarah (analisis sejarah), yaitu

mencoba menguraikan sebab dan akibat kejadian tersebut.

Fase terakhir dalam metode ini adalah historiografi merupakan cara

penulisan, pemaparan atau laporan hasil penelitian sejarah yang telah

dilakukan. Tahap ini adalah rangkaian dari keseluruhan dari teknik metode

pembahasan.

Adapun sumber pedoman yang digunakan dalam penulisan hasil

penelitian ini adalah buku Pedoman penulisan karya ilmiah Skripsi, Tesis,

dan Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Press, dengan harapan bahwa

penulisan ini tidak hanya baik dari segi isi, tetapi juga baik dari segi metode

penulisan.17

E. Tinjauan Pustaka

Buku Karya Awang Mohammad Jamil al-Sufri berjudul Liku-Liku

Perjuangan Pencapaian Kemerdekaan Negara Brunei Darussalam,18

yang

menjelaskan konsep perjuangan Brunei dalam menghadapi Inggris untuk

mencapai Kemerdekaan. Seperti yang dikutip oleh penulis bahwa :

“Perlakukan yang diskriminatif dari Pemerintah Inggris lalu menimbulkan

rasa Nasionalisme rakyat Brunei untuk melawan. Dan menimbulkan gerakan

gerakan persatuan yang dipelopori para Pemuda Brunei dalam menentang

Kolonialisme Inggris”.

Buku Karya Lord Chalfont yang berjudul By Gods Will a Portrait of

Sultan Brunei19

, yang menjelaskan tentang Pemerintahan Sultan Hassanal

17

Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta;

CeQDA, April 2007 18

Awang Mohd. Jamil Al-Sufri, penerbit ; Jabatan Pusat Sejarah, Bandar Seri

Begawan,1992 19

Weidenfeld & Nicolson, London,1989

Page 17: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

8

Bolkiah dan juga mengenai Sejarah Brunei pada masa Penjajahan Inggris.

Penelitian saya berbeda dengan Karya Lord, Skripsi ini lebih menitik

beratkan pada kemunculan organisasi pergerakan yang ada di Brunei.

Buku Karya Pehin Orang Kaya Amar Diraja Dato Seri Utama Haji

Awang Mohammad Jamil al-Sufri berjudul Rampai Sejarah : Meniti Sejarah

Silam, yang lebih menggambarkan Sejarah Brunei secara garis besar. Buku

ini menggambarkan awal terbentuknya Kesultanan Brunei dan bentuk

pemerintahan Kesultanan Brunei. Buku ini juga menjelaskan tentang para

Sultan yang memimpin Brunei serta kebijakannya, dan tak lupa, hubungan

dagang ataupun Diplomatik antara Brunei dan Negara lainnya.

Selain Buku, Penulis juga memakai Jurnal Ilmiah sebagai Sumber Data,

Jurnal Terbitan Modern Asian Studies berjudul “British Administration in

Brunei”, yang membahas kebijakan pemerintah Inggris di Brunei.

F. Kerangka Teori

Dalam penulisan ini penulis menggunakan beberapa teori, yang pertama

penulis menggunakan teori gerakan sosial seperti halnya banyak di Indonesia

terjadi gerakan gerakan sosial semisal dalam bentuk LSM dan Ormas bahkan

Parpol yang mana di dalam negara Demokratis masyarakat bebas atau berhak

mengkritisi kinerja pemerintahan dalam bentuk sistem, atau struktural yang

tidak sesuai dengan apa yang di harapkan oleh masyarakat dan yang kedua

penulis menggunakan teori resolusi konflik yang mana suatu pergerakan

masa di picu oleh suatu permasalah atau suatu konflik, oleh karena itu penulis

menggunakan teori konflik dan teori gerakan sosial.

Menurut Michael Useem ia mendefinisikan sejarah gerakan sosial

sebagai tindakan kolektif terorganisir yang dimaksudkan untuk melakukan

gerakan sosial, kemudian menurut Jhon Mccarty dan Mayer Zlad ia

mendefinisikan gerakan sosial sebagai upaya terorganisir untuk melakukan

hal-hal apapun yang bernilai sosial atau ke[pentingan bersama. Sedangkan

jika mengutip dari Charles Tilly yang dimaksud dengan gerakan sosial adalah

Page 18: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

9

upaya melakukan perubahan melalui interaksi yang berkelanjutan di antara

warga negara dan negara20

Robert Lawang menerjemahkan Bahwasanya Konflik sebagai sebuah

perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, status,

kekuasaan dan sebagainya dengan tujuan mereka yang berkonflik itu tidak

hanya meraih keuntungan tetapi juga untuk menundukan persaingnya.

Konflik dapat diartikan sebagai benturan kekuatan dan kepentingan antara

satu kelompok dengan kelompok lain dalam proses perebutan sumber –

sumber kemasyarakatan ( ekonomi, politik, sosial dan budaya ) yang relatif

terbatas.21

Untuk menyelesaikan konflik di Brunei Darusalam atas desakan dari

inggris untuk bergabung dengan federasi Malaysia kemudian kondisi pada

waktu itu Sultan menjadi faktor utama untuk menolak bergabung dengn

federasi malaysia sehingga pada waktu itu sultan (Pangeran Muhammad

Yusuf bin awang Othman) membuat Barisan Pemuda (BARIP) mengambil

bentuk perjuangan non koperatif dan strategi perjuangannya. maka penulis

mengambil teori resolusi konflik khususnya konflik yang sudah berada pada

tahap peperangan. Kemudian penulis juga memasukan teori Gerakan Sosial

yang mana pada waktu itu kondisi Brunei Darusalam memiliki organisasi

BARIP (barisan pemuda) dan PRB (partai rakyat brunei) yang bergerak untuk

melakukan perlawanan terhadap Inggris yang mana Inggris menggabungka

Brunei dengan Malaysia atau federasi malaysia pada tahun 1962 dan pada

waktu itu Masyarakat Brunei tidak sepakat dengan kebijakan Inggris tersebut.

G. Sistematika Penulisan

Dalam kajian penulisan skripsi ini, penulis membagi pembahasan dalam

tiga bahasan yang meliputi: Pendahuluan, Isi, dan Kesimpulan. Kemudian

20

Astrid s Susanto-susanto, Masyarakat Indonesia memasuki abad ke 21, Direktorat Jendral

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998,hlm.21. 21

Robert Lawang, Buku materi Pokok Pengantar Sosiologi, (jakarta Universitas Terbuka,

1994),hlm 53.

Page 19: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

10

dibagi menjadi lima bab. Pembagian dalam bab-bab ini dikelompokan

berdasarkan pada permasalahan.

BAB I

Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, batasan dan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan

pustaka, kerangka teori serta sistematika penulisan.

BAB II

Pada bab ke dua penulis membahas tentang sejarah awal berdirinya

Kesultanan Brunei, kemudian lanjut kepada penjajahan Inggris atas Brunei,

dan terakhir dalam bab dua ini membahas tentang Jepang menjajah brunei.

BAB III

Bab tiga membahas tentang kebangkitan pemuda di brunei darusalam

yang meliputi seperti bergeraknya barisan pemuda (BARIP),kemudian

barisan perfilman brunei (BRUFIPCO), kemuian terakhir membahas partai

rakyat brunei (PRB).

BAB IV

Bab empat membahas tentang perjuangan melalui meja perundingan,

pembentukan federasi malaysia, revolusi brunei tahun 1962, dan terakhir

perpisahan antara brunei dan malaysia.

BAB V

Bab lima menerangkan kesimpulan dari skrisi, sedangkan saran

memberikan masukan kepada peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan

judul penulis

Page 20: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

11

BAB II

SEJARAH SINGKAT BRUNEI DARUSSALAM

A. Sejarah Awal Kesultanan Brunei

Sejarah mencatat bahwa Brunei sudah ada sejak abad ke 6 Masehi,

sedangkan penyebutan „Brunei‟ dalam Sumber Sejarah Cina Klasik adalah

„Poli‟ atau „Bunlai‟1. Pada zaman Dinasti Liang, Poli adalah sebuah Kerajaan

yang terdiri atas 36 kampung dan dipimpin oleh Raja bernama Pinka. Poli

mengirimkan Upeti kepada Kaisar Cina berupa Burung Nuri, Kulit Penyu dan

Obat-obatan Tradisional2

Sedangkan dalam Naskah Negarakertagama, Brunei dikenal dengan

nama „Baruneng‟. Berdasarkan Naskah Negarakertagama pula, disebutkan

juga bahwa Brunei adalah Negara Bawahan (Vassal State) dari Kerajaan

Majapahit, yang setia mengirimkan Upeti dalam jumlah besar setiap

tahunnya3.

Islam Masuk ke wilayah Brunei pada tahun 1264 atau sekitar abad ke

13. Hal ini ditandai dengan penemuan Batu Nisan Ruqayyah Binti Sultan

Abdul Madjid dan Sayyid Ali Bafaqih yang menggambarkan kedatangan

Islam di Brunei yang dibawa oleh para Pedagang dan Musafir secara

berangsur-angsur. Melalui proses dakwah yang Penetration Pasifique, Islam

mendapat tempat di hati rakyat dan Penguasa Brunei4.

Dalam Hikayat Brunei, dikatakan bahwa Raja Pertama yang memeluk

Agama Islam adalah Awang Alak Betatar, Setelah menikah dengan Putri Raja

Sang Nila Utama dari Wangsa Sang Sapurba yang menguasai Pulau Tumasik

1 Johannes L. Kurz. "Boni in Chinese Sources: Translations of Relevant Texts from the

Song to the Qing Dynasties" (PDF).Universiti Brunei Darussalam. National University of

Singapore. p. 1 2 Chin JM. The Serawak Chinese. (Kuala Lumpur : Oxford University Press,1981),hlm.2

3 DGE Hall. Sejarah Asia tenggara. (Surabaya : Penerbit Usaha Nasional),hlm.82-83

4 Haji Zain bin Haji Serudin. Pendekatan Mengenai Islam di Brunei Darussalam : Studi

Islam di Asia Tenggara. (Surakarta : Muhammadiyah University Press,1999),hlm.73

Page 21: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

12

(Singapura), iapun memeluk Islam dan mengganti nama menjadi „Sultan

Muhammad Syah5.

Berdirinya Kesultanan Brunei, dipastikan pula oleh Kronik Dinasti

Ming. Pada tahun 1370, Kaisar Hongwu mengirimkan Utusan ke Poni

(Brunei) yang diketuai oleh Chang Ching Tze bersama seorang Pejabat

Prefektur Fujien bernama Sin Tze. Kedua utusan itu melaporkan pada Kaisar

Hongwu bahwa sekarang Poni telah berubah menjadi Kesultanan Islam yang

dipimpin Ma-Ho-Ma-Sha, Ejaan Mandarin dari „Muhammad Syah”6.

Adapun Mazhab Islam yang dianut oleh mayoritas masyarakat Brunei

adalah Mazhab Syafii, seperti halnya masyarakat di tanah Melayu dan seluruh

kepulauan Nusantara7. Bahkan dalam Silabus dan Kurikulum Pendidikan di

Brunei, kita dapat menemukan Kitab-kitab Fiqih Klasik seperti Sabiqul

Muhtadin, Al-Mukhtasar, Ghayatul Taghrib Fil-Irthi wa-Taasib; serta Kitab

Tasawuf macam Misyaful Arfah dan Hidayah Walid Lil Walad8.

Dari Pernikahan Sultan Muhammad Shah dengan putri Raja Sang Nila

Utama, ia dikaruniai anak perempuan bernama Putri Ratna Dewi. Putri Ratna

Dewi kemudian diperisteri oleh seorang Utusan dari Dinasti Ming bernama

Huang Senping. Karena menikahi Putri Sultan, Huang Senping dianugerahi

Gelar „Pangeran Maharaja Lela‟ dan juga hadiah berupa tanah di daerah

Sabah, yang kemudian dinamai „Kinabatangan‟ yang artinya „Sungai Cina‟,

karena itu Huang Senping juga dikenal sebagai „Adipati Kinabatangan‟9.

Sepeninggal Sultan Muhammad Syah, Tahta Kesultanan Brunei

diwarisi oleh Maharaja Karna atau yang lebih dikenal sebagai Sultan Abdul

Madjid Hasan. Pada tahun 1408, untuk mempererat hubungan dengan

Kekaisaran Ming Tiongkok, Sultan Abdul Madjid pergi ke Daratan Cina

5 Yura Salim. Ririsej Kesultanan Brunei.(Bandar Sri Begawan : Dewan Bahasa & Pustaka

Brunei,2002),hlm.1 6 Mahmud Seddon bin Awang Othman. Pemimpin Era Baru. (Bandar Sri Begawan :

Univeristas Brunei Darussalam,1996),hlm.4 7Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII

& XVIII (Jakarta: Prenada Media, 2005),hlm.29-30 8 Haji Zain bin Haji Serudin. Pendekatan Mengenai Islam di Brunei Darussalam : Studi

Islam di Asia Tenggara. (Surakarta : Muhammadiyah University Press,1999),hlm.82-83 9Vadime Elisseeff. The Silk Roads: Highways of Culture and Commerce. (Berghahn

Books,2000). hlm. 145–157

Page 22: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

13

namun ia tidak sempat bertemu Kaisar karena sakit mendadak. Sultan Abdul

Madjid kemudian wafat pada usia 28 tahun, jenazahnya tidak dibawa pulang

ke Brunei melainkan dikebumikan di Nanjing, Cina10

.

Setelah Sultan Abdul Madjid meninggal, Adik Sultan Muhammad Shah

yang bernama Awang Pateh Barbai naik tahta dengan gelar „Sultan Ahmad‟.

Selama Pemerintahan Sultan Muhammad Syah dan Sultan Abdul Madjid,

Sultan Ahmad mengabdi sebagai Pengiran Bendahara (Perdana Menteri).

Sultan Ahmad juga menikahi adik perempuan Huang Senping dan dikaruniai

seorang Putra bernama Nahkoda Angging dan seorang Puteri bernama Ratna

Kesuma11

.

Karena Nahkoda Angging menjadi Raja di Sulu, maka yang mewarisi

tahta Kesultanan Brunei adalah menantu Sultan Ahmad, suami dari Ratna

Kesuma yang bernama Syarif Ali. Beliau adalah anggota Keluarga Keturunan

Rasulullah dari jalur Hassan bin Ali yang mengabdi sebagai Sharif Mekkah

dibawah Pemerintahan Dinasti Mamluk. Ayahnya adalah Syarif Ajlan bin

Rumaithah dan kakeknya adalah Syarif Muhammad Abu Numaie Al-

Awwal12

.

Pada masa Sultan Syarif Ali, usaha dakwah Islam yang serius mulai

digalakan. Para ulama dan mubaligh dikirim ke seluruh wilayah Pesisir dan

Pedalaman Kalimantan Utara untuk mengajak masyarakat agar mau memeluk

Islam. Walaupun ada hambatan dari masyarakat yang masih banyak memeluk

agama Hindu-Buddha maupun Animisme, namun Sultan Syarif Ali tidak

menyerah. Selain aktif dalam berdakwah, Sultan Syarif Ali juga banyak

menulis Kitab dan mendirikan Masjid, karena ketakwaannya inilah beliau

dijuluki oleh masyarakat Brunei sebagai „Sultan Berkat‟13

.

10

Gordon Melton. Faiths Across Time: 5,000 Years of Religious History. (California : ABC

Clio, 2014). hlm.958 11

Vadime Elisseeff. The Silk Roads: Highways of Culture and Commerce. (Berghahn

Books,2000). hlm. 145–157 12

Al Habib Ali bin Thahir al Hadad. Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh. (Jakarta :

Penerbit Lentera,2001),hlm.144-145 13

Haji Awang Mohammad Jamil al-Sufri. Tarsilah Brunei : Sejarah Awal Perkembangan

Islam. (Bandar sri Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998),hlm.33

Page 23: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

14

Dari Pernikahan antara Ratna Kesuma dan Syarif Ali, lahirlah seorang

Putera Mahkota bernama Sulaiman. Karena pemerintahannya yang adil dan

selalu memprioritaskan kesejahteraan rakyat, Sultan Sulaiman dijuluki oleh

rakyat sebagai „Sang Aji Brunei‟ & „Adipati Agong‟, semua itu tak lepas dari

pendidikan agama yang diajarkan oleh ayahnya, Syarif Ali sedari kecil.

Sultan Sulaiman juga berjasa membangun Benteng Batu untuk

mempertahankan garis Pantai Brunei14

.

Pemimpin Brunei yang terbesar dan teragung adalah Putra Sultan

Sulaiman yang bernama Sultan Bolkiah. Nama beliau diabadikan menjadi

nama Wangsa/Dinasti keluarga Kesultanan Brunei yang masih berkuasa

hingga hari ini. Sultan Bolkiah terkenal karena melakukan perjalanan keliling

Nusantara, sehingga ia dijuluki „Nahkoda Ragam‟15

.

Ketika Sultan Bolkiah mendarat di Jawa, ia melihat ladang-ladang

berwarna hijau, ditumbuhi padi. Bahkan beras merupakan bahan pokok utama

di Asia Tenggara dan Nasi adalah makanan utama penduduk di Nusantara.

Pada abad ke 15, Padi menjadi Tanaman Favorit yang dapat tumbuh dimana

saja16

.

Melihat fakta tersebut, Sultan Bolkiah berkesimpulan bahwa Padi

sangat penting bagi kesejahteraan hidup masyarakat Jawa, ia yakin bahwa

jika Padi ditanam di Brunei maka penduduk Brunei akan semakin sejahtera.

Maka Sultan Bolkiah memboyong orang orang Jawa ke Brunei untuk

mengajari penduduk Brunei bercocok tanam Padi17

.

Pada masa Sultan Bolkiah, Kesultanan Brunei memperluas wilayahnya

dengan melakukan ekspansi ke seluruh Kalimantan Utara, menjadikan

14

Vadime Elisseeff. The Silk Roads: Highways of Culture and Commerce. (Berghahn

Books,2000). hlm. 145–157 15

Yura Salim. Ririsej Kesultanan Brunei.(Bandar Sri Begawan : Dewan Bahasa & Pustaka

Brunei,2002),hlm.45-46 16

Anthony Reid. Asia Tenggara DalamKurun Niaga 1450-1680: Tanah di Bawah Angin.

(California : Yale University Press, 1957),hlm.23 17

Ahmad Ibrahim dkk. Islam di Asia Tenggara : Perkembangan Kontemporer. (Jakarta :

LP3ES,1990),hlm.388-389

Page 24: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

15

wilayah Brunei membentang dari Sabah di Timur hingga Serawak di Barat.

Sultan Bolkiah juga menundukkan Wilayah Sulu dan Kepulauan Filipina18

.

Pada tahun 1500, Sultan Bolkiah menyerang Kerajaan Tondo di

Filipina. Namun ia kemudian mengampuni Kerajaan tersebut dan mendirikan

Kesultanan Maynila di wilayah Tondo dengan sebuah kota berarsitektur

Melayu sebagai ibukotanya, dinamai Selurong. Dengan demikian, Kerajaan

Tondo menjadi Negara bawahan Brunei yang dikendalikan lewat Kesultanan

Maynila19

.

Pada tahun 1524, Sultan Bolkiah wafat dan puteranya yang bernama

Abdul Kahar naik tahta. Ia mewarisi wilayah yang luas dari ayahnya meliputi

seluruh Kalimantan Utara, Kepulauan Sulu, dan Mindanao. Sayangnya, ia

turun tahta pada tahun 1830 untuk memberi kesempatan pada keponakannya,

Saiful Rijal untuk menjadi Sultan20

.

Pada masa ini, Brunei harus menghadapi ancaman Penjajah Barat.

Armada Spanyol yang dipimpin oleh Ruy Lopez de Villalobos dan Miguel

Lopez de Legaspi mendarat di Filipina. Penaklukan Kepulauan Filipina

dilakukan oleh pasukan ekspedisi Spanyol pada tahun 1525, dan berhasil

menaklukkan Kesultanan Maynila. Tentara Spanyol kemudian mendirikan

kota Manila sebagai Basis Pemerintahannya. Pada tahun 1529, Karl von

Habsburg selaku Raja Spanyol menandatangi Perjanjian Zaragossa, ia

melepaskan Klaimnya atas Maluku pada Portugis & mendapatkan Filipina21

.

Pada tahun 1578, hubungan Brunei-Spanyol memburuk karena Spanyol

mencaplok Kesultanan Sulu. Tak hanya itu, Spanyol bahkan juga melakukan

Invasi terhadap wilayah Kesultanan Brunei. Sultan Saiful Rijal kemudian

memberikan Ultimatum kepada Spanyol agar pergi dari Sulu atau Brunei

18

Muhammad Yusoff Hashim. Sejarah Malaysia (Kuala Lumpur : Dewan Bahasa Dan

Pustaka,1990),hlm.250 19

William Henry Scott. Barangay: Sixteenth Century Philippine Culture and Society.

(Quezon City: Ateneo de Manila University Press,1994),hlm.37 20

Vadime Elisseeff. The Silk Roads: Highways of Culture and Commerce. (Berghahn

Books,2000). hlm. 145–157 21

Agoncillo, Teodoro A. (1990), History of the Filipino People (Eighth ed.), University of

the Philippines,,hlm73

Page 25: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

16

akan melakukan penyerangan dengan menggunakan armada besar guna

merebut Kesultanan Sulu.22

Gubernur Filipina, Fransisco de Sande menuntut Brunei untuk tidak

menyebarkan dakwah Islam di Filipina karena dianggap mengganggu

kegiatan missionaris. Selain itu Spanyol juga menuntut Brunei agar membuka

diri terhadap para missionaris di kawasan tersebut. Sayangnya upaya Spanyol

untuk menguasai kawasan Brunei tidak membuahkan hasil karena negeri itu

sedang dilanda oleh penyakit disentri dan kolera23

Wabah tersebut membuat Spanyol mengalami kerugian besar dan

akhirnya meninggalkan Brunei dan mundur kembali ke Manila pada tanggal

26 Juni 1578. Spanyol begitu kuat dalam menghadapi alat untuk berperang

tetapi lemah dalam menghadapi penyakit, pendudukan atas Brunei pun

akhirnya hanya bertahan selama 72 hari. Kerugian yang diderita oleh Brunei

akibat pertempuran tersebut tidak terlalu besar karena Putra Sultan Saiful

Rijal, yaitu Sultan Muhammad Hasan berhasil merebut kembali Kesultanan

Sulu dan mendudukkan Putranya, Pengiran Tengah sebagai Sultan Sulu,

walaupun Sultan Muhammad Hasan tetap tak berhasil merebut Luzon dan

Mindanao.24

Setelah Sultan Muhammad Hassan wafat, Penguasa Brunei berturut

turut adalah Abdul Jalilul Akbar, Abdul Jalilul Jabbar dan Muhammad Ali.

Pada era Sultan Muhammad Ali, terjadi perselisihan diantara Pengiran Muda

Bongsu dan Pengiran Muda Alam yang berawal dari Adu Ayam. Pengiran

Muda Bongsu membunuh Pengiran Muda Alam karena mengejek beliau, ia

juga mencekik Sultan Muhammad Ali hingga tewas. Pengiran Muda Bongsu

lantas menobatkan diri sebagai Sultan Abdul Mubin. Perang saudara ini

akhirnya di menangi oleh cucu Sultan Muhammad Ali yang bernama Sultan

Muhyiddin. Karena kemenangan beliau terjadi berkat bantuan Sultan Sulu,

beliau menghadiahkan sebagian wilayah Sabah kepada Sultan Sulu. Sejak

22

Frankham, Steve. 2008. Footprint Borneo. Footprint Guides. Hlm. 278 23

Robert Day McAmis, Malay History : The History and Challenge of Resurgent Islam in

Southeast Asia(Michigan : Wm. B. Eerdmans Publishing,2002),hlm.35 24

Graham E Saunders.A history of Brunei. (London : Routledge,2002),hlm. 54-60

Page 26: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

17

saat itulah sebagian besar Sabah lepas dari wilayah Brunei dan menjadi

wilayah kesultanan Sulu25

B. Penjajahan Inggris atas Brunei

Pada abad 18, kawasan Asia Tenggara mangalami masa kolonialisme.

Apalagi menjelang awal abad 19 kekuasaan kolonialisme Barat telah masuk

ke kawasan Asia khususnya Asia Tenggara. Dalam hal ini kawasan Asia

Tenggara mengalai masa kolonialisme.26

Contoh-contoh dari kolonialisme itu

adalah. Indonesia yang dikuasai oleh Belanda, Indo-cina oleh Perancis,

Fhilipina oleh Spanyol dan Amerika, Malaya dan Singapura dikuasai oleh

Inggris.27

Kawasan Malaya sudah dikuasai oleh Inggris menyebabkan Brunei

mengalami kondisi yang berbahaya. Pengaruh Inggris di Brunei di mulai saat

kedatangan James Brooke ke Kuching, Serawak, pada tahun 1839. Bahkan

James Brooke melakukan perjanjian dengan Sultan Hashim Jailul Alam

Aqamadin. Kekuasaan Brunei yang sebenarnya meliputi Serawak hingga

Sabah. Akan tetapi, akibat dari perjanjian yang dilakukan oleh Sultan

Hashim dengan James Brooke menyebabkan sebagian wilayah Serawak

diambil alih kekuasaannya pada tahun 1841.

Kedatangan Inggris di Brunei disebabkan karena pengaruh

Kolonialisme yang yang terjadi di wilayah Asia Tenggara. Pada awalnya

Kerajaan Inggris tidak berniat menaklukan Brunei karena menurut mereka

wilayah jajahan mereka sudah sangat banyak. Mereka menganggap wilayah

Brunei tidaklah memiliki arti penting ataupun memberikan keuntungan

signifikan bagi Imperium Britannia. Jadi, Awal mula kedatangan Inggris di

Brunei dipelopori oleh pihak Swasta yaitu James Brooke, seorang Petualang

Berkebangsaan Inggris yang lahir di India, ia meminjam uang dari ayahnya

untuk membeli sebuah kapal guna berdagang ke Timur Jauh. James Brooke

tiba di Sarawak, dimana ia kemudian menjalin persahabatan dengan Sultan

25

Constancio B. Maglana. Sabah is Philipinnes. (Manila : Parliamentary Press,2002),hlm.34 26

Jamil Al Sufri 1990.Op.cit hlm. 37 27

Haji Awang Mohd. Jamil Al Sufri, Liku Liku perjuangan pencapaian Kemerdekaan

Brunei Darrusalam, Pusat Sejarah Brunei, 1992. hlm XLVI

Page 27: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

18

dan membantu memadamkam Pemberontakan yang dilakukan Etnis

Minoritas „Bidayuh‟. Atas jasa-jasanya, James Brooke diangkat sebagai

Gubernur Serawak,28

Pada tahun 1843 terjadi konflik antara James Brooke dan Sultan

Saifudin II yang berakhir dengan kekalahan di pihak Brunei. Sultan Saifudin

II akhirnya terpaksa mengakui kemerdekaan Serawak, dimana James Brooke

mengangkat dirinya sebagai Raja disana. Lepasnya Serawak membuat

gerakan Inggris menjadi semakin mudah karena memiliki kawasan yang lebih

strategis.Wilayah kekuasaan Brunei pun semakin mengecil, Pada tahun 1877,

James Brooke juga memaksa Brunei untuk menandatangani perjanjian

penyewaan sisa wilayah Sabah kepada Perusahaan Borneo Utara milik

Inggris. Wilayah Brunei yang awalnya begitu luas pun berubah menjadi kecil

mungil akibat dikikis oleh Inggris.29

Pada tahun 1844, James Brooke berunding dengan Sultan Brunei

mengenai penyerahan Pulau Labuan untuk digunakan oleh Inggris sebagai

Pertambangan Batubara dan Pangkalan Militer untuk melindungi Kapal-kapal

dagang Inggris. Pada 18 Desember 1846, sebuah perjanjian telah yang

menyebabkan Pulau Labuan dan pulau-pulau kecil di sekitarnya diserahkan

pada Inggris. James Brooke diangkat menjadi Gubernur Labuan yang pertama

dan Konsul besar di Sabah. Willian Napier dilantik sebagai Wakil Gubernur,

Hugh Low sebagai Bendahara Kolonial dan Spencer St.John sebagai

penasihat urusan colonial. Akan tetapi Labuan tak berkembang layaknya

Singapura dan Pulau Pineng, sebagaimana yang diharapkan penggagasnya30

.

Pada tahun 1826, Singapura, wilayah Penang dan Malaka diletakkan di

bawah satu administrasi yang disebut Straits Settlements. Mulai tahun 1867

28

Gertrude Le Grand Jacob. The Raja of Saráwak: An Account of Sir James Brooks.

London: MacMillan, 1876,hlm 13 29

Hussainmiya, B.A. (1995) Sultan Omar Ali Saifuddin II and Britain: The Making of

Brunei Darussalam. Kuala Lumpur: Oxford University Press,hlm.80 30

Nicholas Tarling. „Britain,Brooks & Brunei‟. Passific Affairs. Vol.45 no.3 (Autumn

1962),hlm.460

Page 28: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

19

Straits Settlements dijadikan bagian dari British Malaya. Pada tahun 1890,

Labuan juga dijadikan bagian dari Straits Settlements31

.

Pada tahun 1865, seorang Konsul Amerika di Brunei, Claude Lee

Moses telah menyewa Borneo Utara dari Sultan Brunei selama 10 tahun.

Kemudian ia menjual lagi ke American Trade Company, kemudian berpindah

tangan ke Konsul Austria-Hungaria di Hongkong, Baron Gustav von

Overbeck. Gutsav von Overbeck diangkat menjadi Maharaja Sabah, Rajah

Gaya & Sandakan dalam perjanjian dengan Sultan Abdul Momin pada 29

December 1877. Ia juga diangkat menjadi Dato Bendahara Sabah dalam

perjanjian dengan Sultan Jamaluzzamam dari Sulu pada 22 Januari 1878.

Namun karena Kaisar Austria sekaligus Raja Hungaria, Franz Joseph von

Habsburg Lothringen menolak mengucurkan dana untuk Investasi di Sabah,

Gustav von Overbeck memutuskan menjual wilayah Sabah pada Alfred Dent

yang mewakili Pemerintahan Inggris32

.

Untuk membereskan sengketa perbatasan dengan sesama negara

penjajah, pada tahun 1885, Spanyol dan Inggris menandatangani Protokol

Madrid dengan Kekaisaran Jerman sebagai mediatornya. Isi Protokol tersebut

adalah : Inggris mengakui kekuasaan Spanyol atas Kesultanan Sulu,

sebaliknya Spanyol membatalkan klaimnya atas wilayah Sabah yang dahulu

merupakan teritori Kesultanan Sulu33

.

Di bawah tirani penjajahan Inggris, rakyat Brunei melakukan

perlawanan untuk mengusir penjajah, namun seperti yang terjadi di

Indonesia, perlawanan tersebut bersifat kedaerahan dan dipimpin oleh para

tokoh lokal karismatis. Salah satu pejuang itu adalah Datuk Muhammad

Salleh atau yang dikenal dengan nama Mat Salleh, seorang pria berdarah

campuran Suluk dan Bajo, ia meneruskan pekerjaan ayahnya, Datuk Balu

sebagai Kepala Desa di daerah Lingkabo dan Sungai Sugut. Pekerjaan utama

31

Ensiklopedia Islam Jilid 5, Asia tenggara.(Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve). hlm.327 32

Leight R Wright. „Historical Notes on the North Borneo Dispute‟. The Journal of Asian

Studies,Vol. 25, No. 3 (May, 1966), hlm. 471-484 33

Leigh R. Wright. „The Anglo-Spanish-German Treaty of 1885: A Step in the

Development of British Hegemony in North Borneo‟. Australian Journal of Politics & History,

vol.18, no.1, hlm.62–75

Page 29: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

20

Mat Salleh adalah memungut pajak kepada pedagang-pedagang yang berlayar

melalui Sungai Sugut pada tahun 189434

.

Inggris tidak senang dengan perbuatan Mat Salleh itu, lalu menyerang

Mat Salleh di Jambongan serta membakar perkampung Mat Salleh di Sungai

Sugut pada tahun 1896. Namun, Mat Salleh dapat melepaskan diri. Mulai saat

itu, Mat Salleh bertekad menentang keganasan Inggris. Pada bulan Juli 1897.

Mat Salleh dan pengikut-pengikutnya menyerang dan menjarah aset milik

Inggris di Pulau Gaya. Pada Saat itu di tahun yang sama juga, Mat Salleh

menyerang dan membakar markas Residen Inggris di Ambong35

.

Pada bulan Desember 1898, Inggris menyerang pertahanan Mat Salleh

di Ranau. Mereka kalah dan banyak pasukan Inggris terbunuh. Selanjutnya

pada bulan Januari 1898, Inggris sekali lagi menyerang pertahanan Mat

Salleh di Ranau dengan angkatan tentera yang lebih besar. Mat Salleh

terpaksa menyerah dan mengundurkan diri dan membangun basis pertahanan

yang baru, yang lebih kuat dan kukuh di kampung Tibabar,

Tambunan36

.Basis pertahanan Mat Salleh di Tambunan ini sangat sulit

ditembus. Benteng ini diperbuat dengan batu-bata, kayu serta jerami sehingga

tidak dapat ditembus peluru. Setiap kota dijaga ketat dan terdapat beberapa

terowongan atau jalan bawah tanah yang rahasia digunakan untuk meminta

bantuan-bantuan senjata, makanan dan lain-lain dari luar kota. Jalan rahasia

ini juga dijadikan rute untuk menyelamatkan diri apabila dikepung musuh37

.

Tidak lama kemudian, Inggris menawarkan perdamaian dan Mat Salleh

setuju, walaupun ditentang anak buahnya. Tetapi pada 1899, Inggris mencoba

menyerang Tambunan dan menyebabkan peperangan meletus kembali.

Akhirnya pada 31 Januari 1900, Benteng Tambunan ditembus akibat

34

Uqbah Iqbal, Nordin Hussin, Ahmad Ali Seman. Sejarah Perkembangan Nasionalisme

Melayu Sebelum Kemerdekaan. (Munich : BookRix,2014),hlm.39 35

R.M. Jasni. Semangat perjuangan Datu Paduka Mat Salleh dan Saham Kaum Dusun

Menentang Penjajah. (Kota Kinabalu: Iris Publishing & Distributors,2012), hlm.16 36

Emin Madi, Potiukan. (Bloomington : Xlibris, 2012),hlm.7 37

Low Kok On. „Reading Symbols & Mythical Landscape in the Tambunan Dusun Origin

Myth of North Borneo‟. IJAPS Vol. 2 (Nov) 2006,hlm.69-688

Page 30: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

21

serangan hebat Inggris yang berhasil mematahkan pertahanan Mat Salleh.

Peristiwa itu menandakan gugurnya Mat Salleh sebagai pejuang bangsa38

.

Pejuang lainnya yang berperang menentang Penjajahan Inggris, adalah

Ontoros Antanom, seorang kepala suku Dayak Murut. Menurut sejarah lisan

lokal, ia diklaim memiliki kekuatan gaib. Karena itu ia mampu menyatukan

para kepala suku Dayak dan warga desa mereka dari seluruh wilayah

Keningau, Tenom, Pensiangan dan Rundum untuk memberontak melawan

despotisme Inggris39

.

Di bawah Penjajahan Inggris, selain mereka memaksakan banyak pajak

yang penduduk setempat tidak pernah mendengar sejak era Kesultanan

Brunei, Inggris juga memaksa setiap keluarga Suku Dayak Murut untuk

memiliki dua anak agar dapat menyerahkan salah satu dari mereka sebagai

tenaga kerja paksa40

.

Kehabisan toleransi, Ontoros Antonom mengumpulkan hampir seribu

prajurit suku Dayak dari Tenom, Keningau dan Pensiangan untuk melawan

kerajaan Inggris pada tahun 191541

. Para perwira Inggris yang benar-benar

terkejut ketika ratusan Prajurit Dayak membanjiri gedung pemerintahan dan

mengayau42

prajurit-prajurit Inggris.

Pada bulan April 1915, Inggris mengirim 400 tentara dilengkapi dengan

senjata api untuk melakukan serangan balik. Meskipun pasukan Dayak hanya

menggunakan senjata primitif mereka seperti sumpit, pedang dan mandau,

tentara Inggris gagal mengalahkan mereka. Oleh karena itu, Inggris membuat

jebakan dengan menawarkan perundingan damai di Rundum. Ketika Ontoros

Antonom dan pengikutnya sedang dalam perjalanan ke tempat perundingan,

38

Regina Lim. Federal-state Relations in Sabah, Malaysia: The Berjaya Administration,

1976-85. (Singapore : Institute of Southeast Asian Studies, 2008),hlm.27 39

Sue Russel. Conversion, Identity, and Power: The Impact of Christianity on Power

Relationships and Social Exchanges. (Maryland : University Press of America, 1999),hlm.26-27 40

Callistus Fernandez (1999) 'Contesting colonial discourse: rewriting Murut history of

resistance in British North Borneo from 1881 to 1915'. Akademika, vol.54 . hlm. 81-103. 41

DeWitt C. Ellinwood, Jr., Cynthia H. Enloe. Ethnicity and the Military in Asia. (New

York : Transaction Publishers,1978),hlm.202 42

Mengayau berasal dari kata kayau yang berarti memotong kepala

musuh. Mengayau adalah tradisi Suku Dayak guna mendapatkan daya hidup dari manusia yang

dipenggal sehingga bermanfaat bagi desa, pribadi maupun sebagai sebab-akibat hukum adat.

Page 31: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

22

ratusan tentara Inggris mengepung dan menangkap mereka. Kemudian

Ontoros Antonom dieksekusi43

.

Kondisi Brunei yang sudah sedemikian lemahnya akibat digerogoti

wilayah teritorialnya membuat Sultan Hasyim Alilul Alam Aqamaddin

menandatangani perjanjian dengan Inggris pada tahun 1888 yang meletakkan

Brunei di bawah Protektorat Inggris, yang menandai akhir dari kedaulatan

Brunei sebagai negara merdeka. Akhirnya Sultan mengirimkan permintaan

kepada pemerintah Inggris agar mengirimkan warga Inggris ke Brunei untuk

membantu menjalankan pemerintahan. Inggris segera membangun sekolah,

Kantor Pertanahan & kepolisian. Kemakmuran Brunei mulai kembali terlihat

sejak Inggris menemukan ladang minyak di Seria pada tahun 192944

.

C. Pendudukan Jepang Di Brunei

Pada masa perang dunia ke dua, Jepang mengadakan perluasan

kekuasaan ke wilayah selatan. Wilayah yang mulai di datangi oleh Jepang

adalah wilayah Asia Tenggara. Hampir seluruh wilayah Asia Tenggara di

kuasai Jepang. Jepang melakukan ekspansi ke Asia Tenggara dalam rangka

perluasan kekuasaan wilayah serta menunjukan kekuatan Jepang kepada

bangsa Eropa. Wilayah Asia Tenggara yang di kuasai oleh Jepang meliputi,

Semenanjung Malaya, Indonesia, dan Borneo Utara. Wilayah Brunei

merupakan wilayah yang terdapat di Borneo Utara. Jepang pertama kali

datang ke Brunei pada tahun 1941. Jepang masuk ke Brunei melalui wilayah

Kuala Belait pada tanggal 16 Desember 1941.45

Jepang masuk Ke Brunei

dengan kekuatan sekitar 10.000 tentara.46

Jepang Mulai menguasai Brunei

secara menyeluruh setelah berhasil menduduki Bandar Sri Begawan yang

43

Anthony Kirk Greene. On Crown Service: A History of HM Colonial and Overseas

Civil Services, 1837-1997.(London : IB Tauris, 1999),hlm.182 44

Hussainmiya, B.A. (2006) Brunei: Revival of 1906: A Popular History. (Bandar Seri

Begawan: Brunei Press Sdn),hlm.65 45

C.Mary Thurnbull, A History Of Malaysia,Singapore,and Brunei. Sydney: Allen and

Unwin 1989.hlm.220.

46 Haji Zaini nin haji Ahmad. Pertumbuhan Nasionalisme Di Brunei (1939-1962). Brunei :

Asia Printes. 2004.hlm.2

Page 32: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

23

merupakan pusat pemerintahan Brunei pada 22 Desember 194147

.

Kedatangan Jepang ke Brunei di sambut oleh rakyat karena beranggapan

bahwa Jepang membebaskan rakyat dari jajahan kolonial Inggris48

, hal ini

juga terjadi di wilayah Semenanjung Melayu dan Indonesia.

Jepang Menguasai Brunei selama tiga setengah tahun. Dalam masa

penjajahan Jepang di Brunei, rakyat Brunei merasakan penderitaan yang berat

akibat dari kurangan nya bahan makanan yang layak dimakanserta pakaian

yang menyebabkan banyak rakyat yang menderita berbagai penyakit mulai

dari kekurangan gizi hingga penyakitkulit yang parah. Hal ini berbanding

terbaik dengan yang dirasakan oleh pihak Jepang. Jepang setelah berhasil

menguasai Borneo Utara yang melingkupi Serawak, Brunei, Sabah mulai

mengadakan langkah-langkah uantuk menjaga kekuasaan mereka. Dimulai

dari pendirian indrustri minyak di Kilang minyak Seria yang berlokasi di

Brunei, memiliki tujuan untuk sumber dana perang, pertahanan serta

pembentukan konsep kerjasama Great East Asia Co-Prosperity Sphere yang

berada di bawah hegemoni kepemimpinan Jepang49

.

Meskipun rakyat menderita pada masa penjajahan Jepang, ada juga sisi

positifnya. Akibat dari penjajahan Jepang menimbulkan rasa nasionalisme

orang Melayu di Brunei. Pada saat dijajah swlama tiga setengah tahun telah

meningkatkan kesadaran dan perasaan anti kolonial yang akhirnya membawa

pada keinginan rakyat untuk merasakan kemerdekaan dari penjajah.50

Pada tahun 1942, Tentara Kekaisaran Jepang melakukan

Invasi terhadap Pulau Kalimantan. Kampanye Militer ini bertujuan untuk

menguasai pulau Kalimantan, dan penyerangan dipusatkan ke Kerajaan

Sarawak,Brunei, Borneo Utara serta bagian barat dari Kalimantan yang saat

itu masih bagian dari Hindia Belanda. Pasukan Jepang yang dikerahkan untuk

misi ini adalah Pasukan Infanteri ke-35, yang dipimpin oleh Mayor Jendral

47

Ibid.hlm 3 48

Ibid.hlm 4

49 Pembentukan konsep agar muncul kepercayaan pada pihak Jepang. Ibid.

50 Haji Awang mohd. Jamil Al Sufri. The Survival of Brunei: A Historical Perspective.

Bandar Sri Begawan: Pusat Sejarah Brunei, 2002,Hlm.3

Page 33: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

24

Kiyotake Kawaguchi. Pasukan Jepang kemudian berhasil memenangkan

pertempuran ini dan menguasai seluruh wilayah Kalimantan51

.

Jepang menandatangani perjanjian dengan Sultan Ahmad Tajuddin

mengenai Transisi Pemerintahan Brunei. Pengiran Dato Awang Ibrahim yang

sebelumnya merupakan sekretaris Residen dibawah Pemerintahan Inggris,

dilantik sebagai Sekretaris Negara dibawah Gubernur Jendral Jepang52

.

Dibawah pendudukan militer Jepang, Sarawak & Brunei dipersatukan

namun dibagi menjadi 3 daerah administratif (shu): Kuching-shu, Miri-shu

(termasuk wilayah Brunei) & Sibu-shu. Sedangkan, Sabah & Labuan dibagi

lagi menjadi 2 Area: Sekai-shu (termasuk Labuan) & Tokai-shu. 5 wilayah

Shu dipimpin oleh seorang Gubernur Militer Jepang dengan penduduk

Melayu Pribumi sebagai Pegawainya53

.

Pemerintah Militer Jepang, dibawah Semboyan “Greater Asia Co-

Prosperity Sphere” mencoba membangkitkan Sentimen Anti Eropa dengan

mengajarkan bahasa Jepang, menggalakan pemakaian bahasa Melayu,

melarang pemakaian bahasa Inggris dan mengajarkan Pendidikan Militer

serta memberikan beasiswa pada Pemuda-pemuda Melayu. Salah satu yang

mendapat beasiswa adalah Pengiran Yusuf, yang menempuh pendidikan Ilmu

Pemerintahan di Hiroshima dan AM Azahari yang mendapat kesempatan

untuk kuliah di Institut Pertanian Bogor, Indonesia54

.Adapun dari segi

Infrastruktur, Pemerintah Militer Jepang tidak banyak melakukan

pembangunan di Brunei. Adapun bangunan peninggalan Pemerintah Jepang

hanyalah Bandar Udara pertama di Brunei yang sempat rusak selama

pemboman pasukan sekutu55

.

51

Arthur Ernest Percival The War in Malaya.(London, Eyre & Spottiswoode,

1949),hlm.115 52

AVM Horton.‟ British Adminsitration in Brunei 1906-1959‟. Modern Asian Studies.

Vol.20 no.2 (1986),hlm.365 53

Paul Kratoska. Southeast Asian Minorities in the Wartime Japanese Empire.(London :

Routledge,2013),hlm.50 54

Haji Zaini bin Haji Ahmad. Pertumbuhan Nasionalisme di Brunei (1939-1962). (Brunei

: Asia Printer,2004),hlm.3 55

Joginder Jessy Sing. History of Southeast Asia (1824-1965).(Kedah : Penerbit Darul

Alam,1985),hlm.315

Page 34: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

25

Semua rencana Jepang untuk menarik hati penduduk Melayu Brunei

berhasil membangkitkan Nasionalisme dan semangat Anti-Kolonialisme pada

Elit dan sebagian Rakyat Brunei, bahwa mereka harus bisa berdiri sendiri

kelak56

.

Namun tidak semua rakyat Brunei merasa demikian, Minoritas Cina

seperti halnya di Cina Daratan maupun wilayah lain di Asia Timur yang di

duduki oleh Tentara Jepang, merasa diperlakukan secara Diskriminatif oleh

Pemerintah Militer Jepang57

. Hal tersebut mendorong Albert Kwok, seorang

Simpatisan Kuomintang (Partai Nasionalis Cina) untuk melancarkan

pemberontakan. Ia mendapat bantuan dari Imam Marjukim, seorang Ulama

asal Sulu yang menentang pemerintah Jepang, juga Tuah Panglima Ali

sebagai pemimpin Suku Bajo. Pada tanggal 10 October 1943, Pemberontakan

pecah di Kinabalu. 300 orang Gerilyawan Cina dibantu oleh Sukarelawan

Sulu dan Bajo menyerang Barak-barak Militer Jepang, Kantor Polisi dan

membakar desa desa. Pemberontakan baru bisa dipadamkan tanggal 21

Januari 1944, dimana Pemerintah Jepang bertindak kejam dengan

mengeksekusi Albert Kwok dan seluruh pasukannya58

.

Selain Pemberontakan dari Minoritas Cina, Jepang juga harus

menghadapi serbuan dari Pasukan Sekutu. Royal Australian Air Force

(RAAF) menggelar Operation Phyton untuk membebaskan Kalimantan Utara

dari cengkraman Jepang. Tentara Australia melatih anggota Suku Dayak

untuk berperang melawan tentara Jepang. Para prajurit Dayak ini terbukti

sangat berguna, mereka menangkap 150 orang tentara Jepang dan

memberitahu lokasi kilang kilang minyak tentara Jepang. Berdasarkan

informasi tersebut, satu Divisi tentara Australia yang disebut Z Force, terjun

dengan Parasut dari Pesawat di Batu Lawi untuk menyerang Kilang Minyak

56

Haji Zaini bin Haji Ahmad. Pertumbuhan Nasionalisme di Brunei (1939-1962). (Brunei

: Asia Printer,2004),hlm.5 57

Danny Tze-Ken Wong. Historical Sabah: The Chinese. (History Publications

,2004),hlm.116 58

Maxwell J Hall. Kinabalu Guerrillas: An Account of the Double Tenth 1943 (Borneo

Literature Bureau,1965),hlm.146

Page 35: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

26

yang diduduki tentara Jepang, Operasi ini gagal krn Pesawat tersebut

ditembak jatuh oleh Artileri Anti Serangan Udara milik Tentara Jepang59

.

Pada tanggal 10 Juni 1945, Pasukan Australia yang dipimpin oleh

George Wooten dan Victor Windeyer mendarat di Muara Bawah dan

melaksanakan Operation Oboe Six untuk merebut kembali Brunei. Mereka

didukung oleh US Air Force dan US Marine. Brunei & Kalimantan Utara

berhasil direbut dalam 3 hari. Perang berakhir dengan menyerahnya Letnan

Jendral Baba Masao di Labuan pada tanggal 10 September 194560

.

Setelah Perang Dunia II, pemerintahan baru dibentuk di Brunei bawah

Pemerintah Militer Inggris (BMA) yang terutama terdiri atas perwira dan

prajurit Australia. Pemerintahan Brunei dialihkan ke Administrasi Sipil pada

tanggal 6 Juli 1946 di Brunei. Dewan Negara juga dihidupkan kembali tahun

itu. BMA ditugasi untuk menghidupkan kembali ekonomi Brunei, yang rusak

dan porak-poranda akibat pendudukan oleh tentara Jepang61

.

BMA dipimpin oleh seorang Komisaris Besar, yang bertanggung jawab

langsung pada Pemerintahan Kerajaan Inggris di London. Komisaris Besar

mengendalikan administrasi pemerintahan tidak dari Ibukota Bandar Sri

Begawan, melainkan dari Kuching, ibukota Serawak62

.

Seperti ketika dahulu Inggris menggerogoti wilayah Brunei, sekarang

BMA juga kembali memecah belah wilayah Brunei seperti sediakala.

Rupanya, Inggris tidak mau ada yang memanfaatkan kekosongan kekuasaan

dan memerdekakan wilayah Kalimantan Utara yang luas, seperti yang

dilakukan Soekarno dengan memerdekan Indonesia pada tahun 1945.

Sarawak, wilayah bekas Kesultanan Brunei di sebelah Barat, pada masa

59

Dick Crofton Horton. Ring of fire: Australian guerrilla operations against the

Japanese in World War II (Secker & Warburg,1983),hlm.70 60

Ooi Keat Gin. „Prelude to Invasion: Covert Operations Before the Re-Occupation of

Northwest Borneo, 1944-45‟. Journal of the Australian War Memorial. (October 2002), hlm.37 61

Marie-Sybille de Vienne. Brunei: From the Age of Commerce to the 21st Century.

(Singapura : NUS Press, 2015),hlm.105 62

Jatwan Sidhu. Historical Dictionary of Brunei Darussalam. (New Jersey : Scarecrow

Press,2009) ,hlm.37-38

Page 36: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

27

lampau yang kini juga dikendalikan oleh BMA, diubah formatnya menjadi

Koloni Mahkota (Accretia Colony) Kerajaan Inggris63

.

Tentunya usaha Inggris tersebut juga memunculkan perlawanan dari

masyarakat Serawak yang dipimpin oleh Rosli Dhoby yang mendirikan

Organisasi „Rukun 13‟ bersama dengan Morshidi Sidek, Awang Rambli Amit

Mohd Deli dan Bujang Suntong. Organisasi tersebut adalah sebuah organisasi

sel rahasia, yang terdiri atas para nasionalis, yang menargetkan pembunuhan

terhadap para pejabat pemerintahan Kolonial Inggris di Sarawak.Rosli Dhoby

sendiri berhasil membunuh Komisaris Besar BMA, Sir Duncan George

Stewart. Meskipun demikian, Inggris berhasil menangkap para Pemberontak

dan tetap menjadikan Serawak bagian dari Koloni Mahkota (Accretia Colony)

Kerajaan Inggris64

.

Inggris juga melakukan hal yang sama pada wilayah bekas Kesultanan

Brunei di sebelah Timur yaitu Sabah. BMA segera mengubah wilayah Sabah

menjadi Koloni Mahkota (Accretia Colony) Kerajaan Inggris. Edward

Francis Twining, diangkat sebagai Gubernur Sabah. Usaha Inggris tersebut

tidak mendapat penolakan dari penduduk lokal65

.

Pada pertengahan tahun 1948, BMA mengembalikan kekuasaan Brunei

kepada Kesultanan, namun para Pejabat Inggris tidak juga hengkang dari

tanah Brunei, mereka tetap ikut campur urusan dalam negeri Brunei dan

hanya membiarkan Sultan mengurusi masalah Agama serta Adat66

.

63

Patricia Pui Huen Lim & Diana Wong. War and Memory in Malaysia and Singapore.

(Singapore : Institute of Southeast Asian Studies,2000),hlm.124 64

Abang Saifuddin bin Abang Bokhari. Rosli Dhobby : Rukun Berdarah. (Kuala Lumpur

: PT.S.One,2005),hlm.11 65

Anthony Kirk Greene. On Crown Service: A History of HM Colonial and Overseas

Civil Services, 1837-1997.(London : IB Tauris, 1999),hlm.183 66

Alun Chafont. By Gods Will, a Portrait of the Sultan of Brunei. (London : Weidenfield

& Nicholson,1989),hlm.51

Page 37: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

28

28

BAB III

KEBANGKITAN GERAKAN PEMUDA DI BRUNEI DARUSSALAM

A. Barisan Pemuda (BARIP)

Berakhirnya Perang dunia kedua mengakibatkan terjadinya

dekolonisasi di seluruh kawasan Asia. Tuntutan akan kemerdekaan di hampir

semua negeri yang tunduk pada kekuasaan Penjajah Barat semakin kuat.

Dimulai dari Indonesia pada tahun 1945, efek berantai dari dekolonisasi

mulai menerpa kawasan Asia lain, termasuk Asia Tenggara1.

Rasa nasionalis mulai tumbuh pada rakyat Brunei pada tahun 1946,

terutama pada kaum intelektualnya. Muncul keinginan dari para nasionalis

dan kaum intelektual untuk mendirikan organisasi masa yang bertujuan

sebagai wadah untuk menyalurkan paham nasionalisme yang pada masa itu

sedang berkembang pesat. Orang-orang yang mendirikan organisasi pemuda

merupakan para pemuda yang belajar di Maktab Perguruan Sultan Idris

(MPSI).2 MPSI merupakan perguruan tinggi yang melahirkan para pemimpin

dan tokoh intelektual di wilayah melayu. MPSI juga berperan sebagai tempat

pelatihan guru guru yang saling bertukar corak kebudayaan dan politik di

wilayah Melayu.

Semangat Kemerdekaan tersebut juga menjamur di Tanah Melayu. Hal

tersebut mengakibatkan tumbuhnya Nasionalisme Melayu dan Semangat

untuk mendirikan Negara Melayu guna menegakkan Hegemoni Bangsa

Melayu melawan Kolonialis Barat dan etnis minoritas Cina. Adapun 3

Elemen Pembentukan Nasionalisme Melayu adalah Islam, Identitas Melayu,

dan kesetiaan pada Kesultanan3.

Salah satu Ideologi yang mempengaruhi Nasionalisme di kawasan Asia

Tenggara adalah Komunisme. Alasannya, karena Doktrin Sosialis-Komunis

1 Ensiklopedia Islam. Dinamika Masa Kini. (Jakarta : PT.Ikhtiar Baru van Hoeve,2002),

hlm.10 2 Perguruan tinggi yang lulusannya banyak berpengaruh dalam perkembangan

nasionalisme di negaranya 3 Radin Soenarno. ‘Malay Nationalism : 1896-1941’. Journal of Southeast Asian History.

Vol. No.1 (Maret 1960),hlm.1-28

Page 38: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

29

seperti Perjuangan Buruh dan Revolusi Kelas sangat menarik perhatian

Golongan Marjinal yang senantiasa hidup dalam kekurangan dan

mendambakan kebebasan, termasuk di Brunei. Keinginan untuk bebas itulah

yang mendasari mereka untuk mendirikan organisasi pergerakkan guna

mewujudkan aspirasinya4.

Setelah terjadinya kekerasan Rasial antara Mayoritas Melayu dan

Minoritas Cina pada tanggal 24 Maret 1946 di Bandar Sri Begawan, Pada

tanggal 12 April 1946, di rumah Awang Yusuf bin Awang Othman, berdirilah

gerakan Pemuda yang menentang Penjajahan Inggris, yang dinamai ‘Barisan

Pemuda’ (BARIP) yang didirikan oleh Pengiran Mohammad Yusuf yang baru

kembali dari Jepang setelah kuliah di Jurusan Ilmu Pemerintahan, Universitas

Hiroshima. Gerakan tersebut dibentuk atas dasar nasib rakyat Brunei yang

dikesampingkan dan bertujuan untuk menyatukan semangat pemuda guna

memperjuangkan hak bangsa Melayu Brunei di negerinya sendiri dan

menjadi barisan terdepan dalam menegakkan dan mempertahankan kekuasaan

Sultan serta rakyat Brunei. Gerakan itu dibentuk bersama para pemuda yang

berasal dari guru-guru lulusan Maktab Perguruan Sultan Idris (MPSI),

lulusan Persekutuan Guru-Guru Melayu Brunei (LLPGMB)5.

Maktab Perguruan Sultan Idris (MPSI) & Persekutuan Guru-Guru

Melayu Brunei (LLPGMB) memiliki peran yang sangat krusial dalam

berdirinya Barisan Pemuda (BARIP). Hal itu dikarenakan kedua lembaga

pendidikan tersebut membantu mengembangkan kesadaran politik, melatih

kepemimpinan serta menumbuhkan kesadaran untuk memperjuangkan

eksistensi khazanah sastra dan kebudayaan Melayu. Bisa disimpulkan bahwa

kedua lembaga itu adalah STOVIA nya Brunei, karena dari situlah

‘Kebangkitan Nasional’ mulai muncul di negeri itu6.

4 Fujiro Hara. ‘The North Kalimantan Communist Party & The People Republic of China’.

The Developing Economies. Vol.13 no.4 (December 2005),hlm.460 5 Haji Awang Mohammad Jamil al-Sufri. Brunei Darussalam : The Road to Independence.

(Bandar sri Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998),hlm.15 6 William Roff. ‘The Origin of Malay Nationalism’. Journals of Politics. Vol.30 no.2 (May

1968),hlm.564-566

Page 39: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

30

Walau Barisan Pemuda (BARIP) pada dasarnya bukanlah Organisasi

Politik semacam Indische Partij di Indonesia namun Sultan Ahmad

Tajaluddin sendiri mengakui bahwa Barisan Pemuda (BARIP) melakukan

Agitasi pada para pemuda agar diberikan jabatan sebagai Pegawai Negeri di

Pemerintahan. Barisan Pemuda (BARIP) menjadi forum bagi kaum

Nasionalis untuk menyuarakan ide seputar kemerdekaan. Dalam waktu

singkat Barisan Pemuda (BARIP) sudah memiliki cabang di Kinabalu,

Labuan, Papar, dll. Pada tahun 1947, Barisan Pemuda (BARIP) berhasil

menjaring sekitar 1047 anggota. Dewan pimpinan Barisan Pemuda (BARIP)

terdiri atas 36 orang, adapun para petingginya yang terkenal adalah Haji

Muhammad Saleh, Pengiran Yusuf, Awang Mohammad bin Awang Usman,

Awang Abdullah bin Awang Jafar,dan Jassin Affandi7.

Barisan Pemuda (BARIP) juga terpengaruh oleh Perjuangan

kemerdekaan Indonesia. Salah satu bukti nyatanya adalah penggunaan Warna

Sang Saka Merah Putih sebagai warna Benderanya dan mengajak para

anggotanya untuk mencontoh semangat orang orang Indonesia dalam

memperjuangkan kemerdekaan. Pengaruh itu muncul karena masyarakat

sering mendengarkan siaran Radio Republik Indonesia (RRI) yang mulai

sejak Agustus 1945. Saat itu Brunei belum memiliki siaran Radio sendiri,

maka bukan hal yang aneh apabila rakyat Brunei dapat mendengarkan siaran

Radio dari Negara tetangga. Selain itu, majalah majalah dari Indonesia juga

turut mempengaruhi pikiran para pemuda Brunei untuk memperjuangkan

kemerdekaan8.

Para anggota Barisan Pemuda (BARIP) juga sudah mulai memikirkan

untuk menggunakan media tertulis sebagai sarana untuk mempropagandakan

ide-ide perjuangan. Pengiran Yusuf pernah menulis buah pemikirannya di

7Haji Awang Mohammad Jamil al-Sufri. Liku-Liku Perjuangan Pencapaian Kemerdekaan

Brunei Darussalam. (Bandar sri Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998),hlm.6 8 Peter Poole. A Politic & Society in Southeast Asia. (Singapore : McFarland,2009),hlm.21

Page 40: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

31

Koran Melayu Raya. Pengiran Yusuf juga pernah menulis sajak berjudul

Merdeka9.

Sayangnya mulai awal tahun 1950an, Barisan Pemuda (BARIP) mulai

melemah. Hal itu disebabkan karena semangat pergerakan rakyat mulai

menurun. Selain itu para tokoh Barisan Pemuda (BARIP) seperti Haji

Muhammad Saleh, Pengiran Yusuf, Awang Mohammad bin Awang Usman,

Awang Abdullah bin Awang Jafar,dan Jassin Affandi mulai menjauhi

kehidupan politik karena harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan

keluarganya. Boleh dikatakan, kaum intelektual ketika itu tak mampu

berjuang karena kemiskinan sehingga tiada lagi yang memberi semangat pada

rakyat untuk berjuang10

.

Setelah Barisan Pemuda (BARIP), tidak aktif lagi maka dibentuklah

Angkatan Pemuda Brunei (APB) yang dipimpin oleh Awang Abdul Hamid

bin Awang Othman dan Persatuan Murid Tua (Mutu) yang dipimpin oleh

Pengiran Anak Saifudin bin Pengiran Bendahara Anak Mohammad Yasin.

Tujuan organisasi ini sebenarnya mirip dengan Barisan Pemuda (BARIP),

hanya lebih berfokus pada sektor pendidikan; mirip seperti PNI Pendidikan

yang didirikan oleh Bung Hatta11

.

B. Organisasi Perfilman Brunei (BRUFIPCO)

Organisasi Pergerakan Pemuda di Brunei muncul kembali pada tahun

1952. AM Azahari, Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terinspirasi

oleh tokoh tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) seperti DN Aidit, Njoto

dan Sudisman selama ia menetap di Indonesia, memiliki ide untuk membuat

organisasi pergerakan sendiri, yang disebut Organisasi Perfilman Brunei atau

yang lebih dikenal dengan nama Bahasa Inggrisnya Brunei Film Corporation,

disingkat BRUFIPCO. Organisasi ini berbeda dengan Barisan Pemuda

9 Muhammad Abdul Latif. Sejarah Kesusastraan Melayu. (Brunei : Dewan Pustaka&

Bahasa,1980),hlm.28 10

Haji Awang Mohammad Jamil al-Sufri. 8 Disember : Dalangnya Siapa ?. Bandar sri

Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998,hlm.34 11

Peter Poole. Politic & Society in South East Asia. (Singapore : McFarland,2009),hlm.115

Page 41: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

32

(BARIP) yang lebih banyak bergerak di bidang Sosial-Budaya, BRUFIPCO

lebih menekankan bidang perfilman dalam perpolitikan Brunei dengan tujuan

utamanya adalah memprovokasi para pemuda agar mau melawan Pemerintah

Inggris12

.

Azari sendiri merupakan pemuda yang naisonalis akan Negara nya

tersebut yaitu Brunei yang di kirim ke Indonesia untuk menuntut ilmu di

Perguruan Tinggi bentukan Jepang pada tahun 1942. Semasa di Indonesia

Azhari turut ikut serta dalam Partai Pemuda Nasional Indonesia (PPNI) yang

aktif berjuang dalam pertahanan kemerdekaan Indinesia pada tahun 1945-

194613

.

Pada tahun 1951 Azhari pulang ke Brunei setelah mengetahui kondisi

Brunei yang mengalami masa-masa kemiskinan. Setelah sepulangnya dari

Indonesia Azhari mangadakan acara pertemuan dengan para tamu yang

datang ke rumah ayahnya di kampung halamannya yaitu di Padang14

. Dalam

pertemuan itu Azhari berpidato tentang keikut sertaannya dalam perjuangan

nya melawan Belanda di Indonesia. Dia banyak menggambarkan kegigihan

bangsa Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaannya dan

dia menginginkan hal itu terjadi juga di Brunei.Banyak dari masyarakat yang

datang dalam pertemuan tersebut merupakan tokoh-tokoh intelektual Brunei

yang mendirikan organisasi masa seperti BARIP, PGGMB, APB, MUTU.

Tujuan Azhari mengadakan pertemuan tersebut adalah tiada lain untuk

menyadarkan kepada masyarakat dan tokoh-tokoh intelektual tentang

keburukan dan kekejaman sistem pemerintahan penjajah. Azhari juga

mengecamkan kepada masyarakat Brunei bahwa masyarakat Brunei harus

memiliki rasa anti penjajah. Hal ini juga didasari terjadinya kesenjangan

ekonomi antara orang Melayu dengan yang bukan Melayu serta ketidakadilan

12

Haji Awang Mohammad Jamil al-Sufri. Brunei Darussalam : The Road to Independence.

(Bandar sri Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998),hlm.10 13

Haji Awang Mohd. Jamil Al Sufri. Brunei Darussalam : The Road To Independence.

Bandar Sri Begawan: Pusat Sejarah Brunei. 1998. hlm.19 14

Ibid.hlm.23

Page 42: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

33

penjajah yang telah merampok kekayaan alam Brunei berupa minyak dan

rakyat tidak mendapatkan apa-apa.

Setelah berhsil mendapat dukungan dari masyarakat pada tanggal 28

Oktober 1952, Azhari mengadakan suatu pertemuan atau rapat di Sekolh

Chung Hwa di Bandar Brunei. Tujuan dari rapat itu adalah untuk

menumbuhkan sebuah lembaga bisnis perfilman, Azhari sendiri yang menjadi

penggagasnya. Setelah di sepakati oleh semua peserta rapat akhirnya di

putuskan untuk mendirikan Brunei Film Production Company atau di singkat

menjadi (BRUFIPCO). Hal ini di dasari dari sedang maraknya perfilman

Brunei dan masyarakat sangat membutuhkan itu yang sedang mengalami

kondisi yang memperihatinkan15

Ketika BRUFIPCO berdiri, tidak ada yang menyangka bahwa

organisasi tersebut memiliki tujuan lain selain berbisnis. Waktu itu bisnis

Film sedang marak di Brunei, karena rakyat membutuhkan hiburan untuk

mengalihkan pikiran dari kemiskinan yang melanda mereka.Namun Azahari

memanfaatkan organisasi ini untuk mempropagandakan isu-isu kemerdekaan.

Adapun film-film yang diputar mulai dari film Perjuangan kemerdekaan

Amerika besutan Hollywood sampai film-film documenter yang memancing

rakyat agar melawan penjajah16

.

Sayangnya, hal tersebut tercium oleh Pemerintah Inggris dan

Kesultanan Brunei. Sir Anthony Campbell selaku Komisaris Besar Inggris

mengatakan bahwa BRUFIPCO hanyalah kedok bagi kampanye politik

Azahari dan semua uang yang ia dapatkan dari organisasi tersebut digunakan

demi perjuangan politiknya. Berdasarkan hal tersebut lah, Pemerintah Inggris

mendesak para Bankir agar tidak memberikan kredit usaha tambahan bagi

BRUFIPCO. Namun Azahari masih terus berkeras melanjutkan

propagandanya hingga Izin Usaha BRUFIPCO dicabut dan ia bersama tokoh

tokoh BRUFIPCO seperti Haji Mohammad Manggol dan Jas Karim

15

Ibid.hlm.25 16

Haji Awang Mohammad Jamil al-Sufri. 8 Disember : Dalangnya Siapa ?. Bandar sri

Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998,hlm.6

Page 43: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

34

ditangkap Polisi Inggris. Mereka dituduh telah merencanakan kudeta dan

divonis hukuman penjara selama 1 tahun17

.

C. Partai Rakyat Brunei (PRB)

Kegagalan BRUFIPCO, membuat Azahari yang baru keluar dari

Penjara, memikirkan ide untuk menciptakan Organisasi Pergerakan yang

baru. Pada tanggal 12 Agustus 1956, Azahari mendirikan Partai Politik yang

bernama Partai Rakyat Brunei (PRB). PRB adalah Partai Politik Pertama

dalam Sejarah Brunei. Landasan Ideologinya adalah Nasionalisme yang

dipengaruhi oleh Perjuangan Kemerdekaan Indonesia. Tujuan utama partai ini

adalah penghapusan segala bentuk penjajahan, Pemerataan kesejahteraan

dengan pengalokasian pendapatan Negara bersumber migas dan membentuk

sebuah Negara Federasi Brunei Raya yang juga mencakup wilayah Serawak

dan Sabah18

.

Pengaruh PRB dalam pergerakannya sangat tidak disukai oleh Sultan

karena PRB menginginkan bentuk Pemerintahan diubah dari Monarki

Absolut menjadi Monarki Konstitusional,selain itu PRB merupakan sebuah

organisasi yang kurang dalam pendanaan karena tidak mempunyai sumber

keuangan. Meski demikian, popularitas PRB dalam masyarakat sangat pesat

berkat propaganda yang intens, hanya dalam waktu 5 bulan PRB sudah

memiliki 12 cabang dan 47 ranting di Brunei Darussalam19

.

Selain itu dalam area politik luar negeri PRB mengadakan hubungan

kerjasama dengan partai-partai nasionalis di Singapura, Malaysia, dan

Indonesia. Di Singapura PRB mengadakan kerjasama dengan Partai Rakyat

Singapura (PRS) yang merupakan partai yang menginginkan Singapura untuk

17

Haji Zaini bin Haji Ahmad. Pertumbuhan Nasionalisme di Brunei (1939-1962). (Brunei :

Asia Printer,2004),hlm.44-45 18

Ooi Keat Gin. Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, from Angkor Wat to East

Timor. (California : ABC Clio, 2014). hlm.1027-1028 19

Haji Awang Mohd. Jamil Al Sufri. 8 Disember: Dalangnya Siapa?. (Bandar Sri

Begawan: Pusat Sejarah Brunei, 2003). hlm. 12

Page 44: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

35

menjadi Negara Kesatuan dan di Malaysia PRB mengadakan kerjasama

dengan Partai Islam Setanah Melayu (PAS) dan Partai Buruh20

Adapun para petinggi PRB, kebanyakan adalah eks-anggota Barisan

Pemuda (BARIP) antara lain AM Azahari yang menjabat sebagai Ketua

Umum sekaligus Ketua Bidang politik, HM Saleh sebagai Wakil ketua, Jassin

Affandi sebagai Setiausaha Agung (Sekretaris Utama), Awang Hapidz

Laksamana sebagai Bendahara, Awang Othman bin Awang Latif sebagai

Ketua Departemen Penerangan dan Awang Abdullah bin Awang Jafar

sebagai Ketua Departemen Sosial. Adapun Struktur organisasi PRB tersebut

mencontoh dari Partai Rakyat Malaya (PRM) yang berpusat di Malaysia.

Selain itu kekuasaan tertinggi ada pada Kongres Partai yang diadakan setahun

sekali21

.

Falsafah Egalitarianisme PRB membuat Partai ini sangat menyukai

paham Sosialisme, mirip seperti PRM yang dipimpin oleh Ahmad

Boestamam atau untuk contoh kontemporer. Meski pengaruh PRB sudah

meluas ke hampir seluruh wilayah Brunei, namun pendukung PRB adalah

mayoritas etnis Melayu. PRB kurang begitu disukai dikalangan etnis

minoritas Cina dan penduduk asli Brunei yang non-muslim (menganut

kepercayaan Tradisional). PRB memberikan ultimatum pada para pengusaha

Cina, yang telah mendapatkan priviliege selama masa pemerintahan Inggris

agar Monopoli dagang yang mereka lakukan segera dihentikan22

.

20

Haji Zaini bin Haji Ahmad. Pertumbuhan Nasionalisme di Brunei (1939-1962). (Brunei :

Asia Printer,2004),hlm.35 21

Haji Zaini bin Haji Ahmad. Partai Rakyat Brunei : Dokumen Terpilih. (Kuala Lumpur :

INSAN,1988),hlm.43 22

Ooi Keat Gin. Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, from Angkor Wat to East

Timor. (California : ABC Clio, 2014). hlm.1027-028

Page 45: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

36

36

BAB IV

PERLAWANAN PARA PEMUDA DAN BERDIRINYA NEGARA BRUNEI

A. Perjuangan Melalui Meja Perundingan

Pada bulan Mei 1957, para petinggi Partai Rakyat Brunei pergi ke

Inggris untuk meminta nasihat mengenai system pemerintahan pada seorang

ahli hukum tata Negara bernama W.A.E Raeburn. Beliau memberikan nasihat

seputar bentuk parlemen,komposisi kabinet dan pemilihan umum. Setelah itu,

Partai Rakyat Brunei mengirimkan Memorandum kepada Pemerintah Inggris

yang isinya antara lain menghendaki system Residen diganti system

Kementrian yang dipimpin oleh seorang Menteri Besar dan posisi Raja

hanyalah sebagai Kepala Negara yang menerima nasihat dari Menteri Besar

selaku Kepala Pemerintahan. Dengan kata lain, PRB menghendaki Brunei

meniru Wesminster System ala Inggris1.

Para petinggi Partai Rakyat Brunei juga mengirimkan surat yang

berisikan beberapa tuntutan pada Sultan, seperti meniadakan Hak Sultan

untuk melantik dan memecat anggota Kabinet, mengadakan pemilihan umum

dan yang terpenting, Partai Rakyat Brunei menghendaki agar Sultan

memerdekakan Brunei menjadi Negara yang merdeka dan berdaulat

meskipun masih tetap menjalin aliansi dengan Inggris dengan menjadi

anggota British Commonwealth. Adapun mengenai wilayah, Partai Rakyat

Brunei menghendaki agar Sabah dan Serawak menjadi Negara bagian

Kesultanan Brunei yang berbentuk ‘Monarki Federal’2.

Misi Partai Rakyat Brunei itu diterima oleh Secretary of Colonial

Affairs, Alexander Lennox Boyd. Namun, beliau memberi nasihat kepada

Azahari dan rekan-rekannya agar mengikuti rencana politik dan postur

pemerintahan yang sesuai dengan kehendak Sultan, karena menurut beliau,

1 Haji Zaini bin Haji Ahmad. Pertumbuhan Nasionalisme di Brunei (1939-1962). (Brunei :

Asia Printer,2004),hlm.38 2 Naimah Talib. ‘A Resilient Monarchy : The Sultanate of Brunei & Regime Legitimacy in

Era Democratic Nation State’. New Zealand Journal of Asian Studies. Vol.4 no.2 (December

2002),hlm.139-140l

Page 46: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

37

hal itu tersebut lebih tepat bagi kondisi Brunei saat ini. Adapun proposal yang

ditawarkan Azahari dan rekan-rekannya dapat diimplementasikan apabila

Brunei sudah memiliki pengalaman sekitar 10-15 tahun menjadi Negara

dibawah asuhan Inggris (terhitung sejak BMA mengembalikan mandat pada

Sultan di tahun 1948). Kegagalan misi PRB ini telah membuat transformasi

penting di tubuh PRB, Salleh bin Masri dan Awang Zaini bin Awang Ahmad

dari kubu Moderat mengundurkan diri. Dukungan masyarakat pun menurun.

Namun, rencana Inggris untuk membuat Federasi Malaysia di tahun 1961

merupakan isu bagi PRB untuk menjaring dukungan public.

Tapi keengganan dari pihak Inggris untuk berunding dengan PRB telah

memberi alasan bagi PRB untuk menempuh metode perjuangan yang lebih

radikal3.

B. Pembentukan Federasi Malaysia

Pasca Invasi Jepang ke Semenanjung Malaya dan pendudukan

beruntunnya selama Perang Dunia II, dukungan rakyat untuk kemerdekaan

tumbuh. Pasca perang, Inggris berencana ingin menyatukan pengelolaan

Malaya di bawah entitas tunggal yang disebut Uni Malaya didirikan dengan

penentangan yang hebat dari Suku Melayu, yang melawan upaya pelemahan

para Sultan Melayu dan mengizinkan kewarganegaraan ganda kepada etnis

Cina dan minoritas lainnya. Uni Malaya, didirikan pada 1946 dan terdiri atas

semua jajahan Inggris di Semenanjung Malaya, kecuali Singapura,

dibubarkan pada tahun 1948 dan diganti oleh Persekutuan Tanah Melayu,

yang memberikan otonomi para para Sultan-Sultan di Semenanjung Malaya

namun dibawah Protektorat Inggris4.

Selama masa itu, terjadi pemberontakan Partai Komunis Malaya di

bawah kepemimpinan Chin Peng yang melancarkan operasi gerilya guna

3 AJ Stockwell. ‘Britain & Brunei 1945-1963 : Imperial Retreat & Royal Ascendancy’.

Modern Asian Studies. Vol.38. no.4 (2004),hlm 789 4 Ken'ichi Goto. Tensions of Empire: Japan and Southeast Asia in the Colonial and

Postcolonial World (Athens: Ohio University Press, 2003), hlm. 222

Page 47: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

38

mengusir Inggris dari Malaya5. Darurat Malaya, begitulah dikenalnya,

berlangsung sejak 1948 dan melibatkan sejumlah operasi Counter Insurgency

oleh Inggris di Semenanjung Malaya6. Meskipun pemberontakan dengan

cepat ditumpas namun tentara Inggris masih saja bercokol di Semenanjung

Malaya bersamaan dengan masuknya Era Perang Dingin. Akhirnya, Inggris

memberikan kemerdekaan pada Persekutuan Tanah Melayu pada 31 Agustus

1957 namun tetap terikat dalam British Commonwealth (Persemakmuran

Inggris)7.

Gagasan pembentukan federasi Malaysia pertama kali dilontarkan

Perdana menteri Malaysia, Tungku Abdul Rachman pada 27 Mei 1961 di

hadapan Foreign Correspondent Association di Singapura. Menurutnya,

federasi yang akan dibentuk terdiri atas Malaya, Singapura, Brunei, Serawak,

dan Sabah8.

Pada bulan Oktober 1961 diadakan perundingan antara Perdana Mentri

Malaysia, Tungku Abdul Rachman dan Perdana Mentri Inggris Sir Harold

McMillan di London, Inggris. Dari hasil pertemuan itu, Inggris

menyampaikan dukungannya terhadap cita-cita pembentukan Federasi

Malaysia. Hal ini disebabkan Malaya merupakan bekas wilayah jajahan

Inggris yang terikat dalam British Commonwealth (Persemakmuran Inggris).

Berdasarkan pertemuan pada tanggal 13 Oktober 1961 di London,

sebuah panitia penyelidikan Fact-Finding Comission yang diketuai Lord

Cobbald akan dibentuk untuk mengumpulkan jajak pendapat masyarakat

mengenai rencana pembentukan tersebut.9

Inggris sebagai negara besar yang memiliki negara persemakmuran-nya

di Asia Tenggara, berupaya memperkuat dirinya di kawasan Asia Tenggara,

5 C. C. Chin & Karl Hack. Dialogues with Chin Peng: New Light on the Malayan

Communist Party. (Singapore : NUS Press, 2004),hlm.295 6 Karl Hack. 'Iron Claws on Malaya : The Historiography of the Malayan Emergency'.

Journal of Southeast Asian Studies. Vol. 30, No. 1 (Mar., 1999), pp. 99-125 7 Clive J Christie. Southeast Asia in the Twentieth Century: A Reader. (London : I.B.Tauris,

1998),hlm.183 8 R. S. Milne. 'Malaysia: A New Federation in the Making'. Asian Survey, Vol. 3, No. 2,

(Feb., 1963), hlm. 76-82 9 Willard A. Hanna, The Formation of Malaysia: New Factor in World Politics. (New York

: American Universities Field Staff,1962). hlm. 16

Page 48: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

39

dengan meragukan eksistensi Indonesia di bawah pemerintahan Soekarno

yang sudah mulai disusupi oleh kelompok elit Komunis. Di samping itu,

Indonesia juga memiliki hubungan baik dengan Uni Soviet sebagai negara

Komunis terbesar di dunia. Sejalan dengan keraguan tersebut, maka Inggris

mempengaruhi Malaya untuk membentuk negara federasi10

.

Soekarno menentang pembentukan negara federasi itu, dan

menganggapnya sebagai proyek neokolonialisme Inggris yang

membahayakan revolusi Indonesia. Selain Indonesia, Filipina juga menentang

dan menolak pembentukan negara Federasi Malaysia itu, karena mereka

berpendapat bahwa daerah Sabah yang akan dimasukkan ke dalam Federasi

Malaysia secara historis dan yuridis adalah milik Sultan Sulu yang disewakan

kepada Inggris. Akibatnya, timbul sengketa antara Indonesia dan Filipina di

satu pihak dan Persekutuan Tanah Melayu di pihak lain. Akhirnya ketiga

negara sepakat meminta sekjen PBB, yaitu untuk menyelidiki keinginan

rakyat di daerah-daerah diatas, apakah mereka setuju dengan pembentukan

negara federasi atau tidak11

.

Sementara, di Brunei sendiri, Sultan Omar Ali Saifuddin III

mengimplementasikan konstitusi baru yang mulai diberlakukan pada tahun

1959 yang menjadi dasar pembentukan Dewan Legislatif yang anggotanya

sebagian dipilih berdasarkan pemilihan umum. Dalam pemilihan umum ini,

dukungan rakyat Brunei terhadap Partai Rakyat Brunei (PRB) sangat besar.

Pada pemilu Dewan Legislatif Brunei yang digelar pada Agustus 1962, PRB

menang besar: memenangkan 16 dari 33 kursi Dewan Legislatif, adapun

Azahari sebagai Ketua Partai Rakyat Brunei (PRB) dilantik menjadi Ketua

Parlemen 12

.

10

John Subritzky. Confronting Sukarno: British, American, Australian and New Zealand

Diplomacy in the Malaysian-Indonesian Confrontation 1961-5. (London : Palgrave

Macmillan,2000),hlm.67 11

Manai Sophiaan. Kehormatan bagi yang berhak: Bung Karno tidak terlibat G30S/PKI.

(Jakarta : VisiMedia, 2008),hlm.63 12

B A Hussainmiya, Sultan Omar Ali Saifuddin III and Britain: The Making of Brunei

Darussalam (Kuala Lumpur: Oxford University Press, 1995),hlm.125

Page 49: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

40

Namun, terjadi pertikaian dalam sidang istimewa pertama, pertikaian

itu dipicu dua kepentingan yang berseberangan antara Eksekutif vs Legislatif.

Sultan ingin bergabung dengan koloni Inggris lain di Semenanjung Malaya

dan membentuk Federasi Malaysia. Sementara Partai Rakyat Brunei (PRB)

yang mendominasi Parlemen ingin bergabung dengan Serawak dan Sabah,

membentuk sebuah Negara Brunei Raya yang disebut ‘Federasi Kalimantan

Utara’. Sultan Omar Ali Saifuddin III tidak menyetujui keputusan parlemen

tersebut dan mengancam tidak akan membuka sidang parlemen berikutnya.

Langkah Sultan itu telah memaksa Azahari dan para Politikus Parlemen untuk

berjuang sendiri dengan cara sporadis untuk mewujudkan rencana mereka13

.

C. Revolusi Brunei Tahun 1962

Pada tanggal 8 Desember 1962, A.M. Azahari, pemimpin Partai Rakyat

Brunei, partai terbesar di Brunei, memproklamirkan berdirinya Negara

Nasional Kalimantan Utara (NNKU) dan membentuk Tentara Nasional

Kalimantan Utara (TNKU) yang berasal dari Sayap Militer Partai Rakyat

Brunei (PRB). Azahari mengklaim wilayah NNKU meliputi daerah Sarawak,

Brunei dan Sabah14

.

Untuk menyukseskan Revolusi ini, Azahari telah merekrut beberapa

sukarelawan yang telah dilatih dalam peperangan gerilya di Indonesia. total

anggora TNKU kira-kira berjumlah 4000 anggota, dilengkapi dengan

sejumlah senjata berat dan kira-kira 1000 pucuk senapan15

.

Para Prajurit TNKU dibawah pimpinan Jassin Affandi memulai

serangan terhadap kota minyak Seria, mengincar instalasi minyak milik

Dutch Royal Shell dan menyerang pos polisi dan fasilitas pemerintahan di

sekitar wilayah ini. Adapun alasan dipilihnya Kilang Minyak di Seria, adalah

karena lokasi itu merupakan symbol ‘Penjajah Asing’ dan titik vital yang

13

Hidayat Mukmin. TNI Dalam Politik Luar Negeri. (Jakarta, Pustaka Sinar Harapan,

1991),hlm.89 14

Soemadi. Peranan Kalimantan Barat Dalam Menghadapi Subversi Komunis Asia

Tenggara. (Pontianak : Yayasan Tanjungpura, 1974), hlm. 53. 15

Tom Pocock. Fighting General – The Public and Private Campaigns of General Sir

Walter Walker. (London: Collins,1973),hlm.129

Page 50: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

41

diharapkan bisa memotong logistic bahan bakar untuk tentara Kesultanan

Brunei16

.

Dalam waktu singkat, Kilang Minyak di Seria dan seluruh kantor Polisi

di wilayah Brunei direbut oleh TNKU. Inggris tidak tinggal diam melihat

tindakan Azahari dan anak buahnya ini. Divisi Infanteri Inggris ke 99

diterbangkan dari Bandar Udara Changi, Singapura ke Pulau Labuan untuk

menghadapi TNKU. Pasukan Gurkha yang terkenal kuat juga didatangkan.

Pada pukul 10 Malam, Pasukan Gurkha yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal

Dighby Willoughby berhasil mengamankan Sultan Omar Ali Saifuddin III.

Pada tanggal 9 Desember, Kolonel John Fisher meminta bantuan suku dayak

dan Mayor Tom Harisson meminta bantuan suku Kelabit untuk melawan

TNKU. Sementara bantuan terus mengalir, Divisi Infanteri Inggris ke 99

dibawah pimpinan Letnan Jenderal Sir Nigell Pott tiba dari Singapura17

.

Sementara di ibukota Bandar Sri Begawan, beberapa gedung

pemerintahan telah diduduki oleh TNKU dan para pejabatnya disandera,

termasuk para Menteri. Pada tanggal 8 Desember, tembakan bisa terdengar di

seluruh wilayah Brunei. Di kota Temburong, Pengiran Haji Besar dan

Pengiran Haji Kuala yang merupakan Pejabat Distrik Temburong, di eksekusi

oleh TNKU dengan cara ditembak mati di kepalanya karena menolak

mengakui eksistensi NNKU. Pada pukul 5 pagi, TNKU sudah menguasai

Ibukota. Sultan Omar Ali Saifuddin III, melalui stasiun radio militer Inggris,

membuat siaran pernyataan yang isinya menyatakan bahwa Negara dalam

keadaan darurat dan mengutuk tindakan TNKU yang merupakan Sayap

Militer dari Partai Rakyat Brunei (PRB) sebagai sebuah perbuatan makar18

.

Di wilayah Limbang, Pasukan TNKU membunuh lima orang polisi dan

menawan seorang pejabat Inggris bernama RH Morris bersama keluarganya.

Pasukan Marinir Inggris yang dipimpin oleh Kapten Jeremy Moore datang

16

Robert Jackson.The Malayan Emergency and Indonesian Confrontation: The

Commonwealth's Wars 1948–1966. (Barnsley: Pen & Sword Aviation,2008),hlm.297 17

Ranjit Singh. Brunei 1839-1983 : Problem of Political Survival. (Singapore : Oxford

University Press,1984),hlm.89 18

Haji Awang Mohammad Jamil al-Sufri. 8 Disember : Dalangnya Siapa ?. Bandar sri

Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998,hlm.75-78

Page 51: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

42

menggunakan Kapal HMS Invicible. Namun kedatangan mereka telah

diantisipasi pasukan TNKU yang melancarkan serangan kejutan. Dampak

dari bakutembak itu sekitar lima tentara marinir tewas dan delapan terluka

dalam serangan itu. Dalam sumber Inggris memperkirakan kerugian dari

pihak TNKU yakni 40 prajurit tewas dan hanya enam marinir yang tewas

dalam peristiwa itu. Ada penghormatan khusus terhadap korban yang gugur di

Limbang. Komandan Lapangan TNKU di Limbang tertangkap dan dia lalu

menerima hukuman sebelas tahun kurungan penjara19

Pada 17 Desember 1962, pasukan Gurkha telah menguasai seluruh

wilayah Brunei, apalagi setelah pasukan tambahan didatangkan melalui kapal

HMS Tiger dan HMS Albion. Pasukan TNKU pun banyak yang mundur

karena saat itu Brunei diguyur hujan lebat. Adapun para sandera telah

dibebaskan berkat kerjasama tentara Inggris dan polisi local. Pada tanggal

18 Desember 1962, Markas TNKU diserbu oleh pasukan Gurkha, sepuluh

prajurit TNKU tewas dan sisanya tertangkap. Sementara para pemimpin

NNKU melarikan diri, Jassin Affandi sebagai komandan lapangan melarikan

diri ke pesisir Serawak namun tertembak di pinggul. Sedangkan AM Azahari

melarikan diri ke Filipina untuk mencari suaka20

. Sebelum ke Filipina,

Azahari sempat menghubungi Menlu Subandrio dan Partai Komunis

Kalimantan Utara. Kegagalan Revolusi Brunei, memicu Partai Komunis

Kalimantan Utara dan sayap militernya, Pasukan Rakyat Kalimantan Utara

(PARAKU) untuk memulai pemberontakan menentang berdirinya Federasi

Malaysia21

.

Azahari yang melarikan diri ke Filipina, ternyata mendapat penolakan

akibat permintaan Sultan Omar Ali Saifuddin III kepada Presiden Filipina,

Diosdado Macapagal untuk tidak membantu Azahari. Ia pun melarikan diri ke

Indonesia dimana ia menerima suaka dari Presiden Soekarno, sehingga ia bisa

19

Harun Abdul Madjid. Rebellion in Brunei : 1962 Revolt, Imperialism, Confrontation &

Oil. (Brunei : IB Tauris,2007),hlm.83 20

Haji Awang Mohammad Jamil al-Sufri. Liku-Liku Perjuangan Pencapaian Kemerdekaan

Brunei Darussalam. (Bandar sri Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998),hlm.86 21

Fujiro Hara. ‘The North Kalimantan Communist Party & The People Republic of China’.

The Developing Economies. Vol.13 no.4 (December 2005),pp.600

Page 52: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

43

menetap di Indonesia hingga ia wafat di negeri tempat ia pernah menimba

ilmu ini membawa mimpi-mimpinya tentang sebuah Negara Brunei Raya

yang kuat dan bersatu22

.

.

D. Perpisahan Brunei dengan Malaysia

Pada tahun 1959, Brunei Mengeluarkan sebuah konstitusi baru yang

menyatakan peembentukan pemerintah sendiri dan enggan ingin menjadi dari

bagian federasi Malaysia, sedangkan urusan luar negeri, pertahanan dan

keamanan tetap menjadi milik Britana Raya yang di wakili oleh komisaris

tinggi. Sebenernya Brunei sudah berusaha untuk menggunankan sistem badan

legislatif terpilih yang di wakili oleh partai politik, namun usaha tersebut

gagal akibat pemberontakan yang di lakukan partai oposisi, Partai Rakyat

Brunei (PRB) pada tahun 1962. Pemberontakan bersenjata tersebut berhasil

digagalkan oleh pasukan bersenjata Inggris.

Pada awal tahun 1960-an, Brunei mendapat tawaran untuk bergabung

dengan Malaysia, negara tetangga yang baru saja Merdeka. Namun tawaran

tersebut di tolak, Sultan tetap memutuskan untuk membentuk Brunei sebagai

negara yang terpisah dari Malaysia. Pada tahun 1967, Sultan Omar Ali

Saifuddin turut takhta dan di gantikan anak sulungnya, yaitu Sultan Hassanal

Bolkiah.23

Berakhirnya Revolusi Brunei 1962 membuat Sultan Omar Ali

Saifuddin III membuat sejumlah kebijakan penting, antara lain membekukan

Partai Rakyat Brunei (PRB) karena telah melanggar konstitusi dengan

melakukan revolusi, lalu membentuk pemerintahan darurat untuk

memperbaiki situasi yang kacau. Sultan Omar Ali Saifuddin III pun juga

merenungkan kembali keputusannya untuk bergabung dengan federasi

Malaysia, menimbang bahwa tindakan reaktif dari PRB itu juga pasti

merupakan aspirasi dari konstituen mereka sebagai Partai terbesar yang

22

Harun Abdul Madjid. Rebellion in Brunei : 1962 Revolt, Imperialism, Confrontation &

Oil. (Brunei : IB Tauris,2007),hlm.87 23

Hussainmiya, B.A. (1995) Sultan Omar Ali saifuddin III and Britan: The making of

Brunei Darussalam. Kuala Oxford University Press

Page 53: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

44

menguasai Parlemen, maka Sultan Omar Ali Saifuddin III membatalkan

keputusannya untuk bergabung dengan Federasi Malaysia, sejak saat itu

Brunei berdiri menjadi Negara yang berdaulat di Kalimantan Utara24

.

Meski demikian, Brunei ini bukanlah Brunei seperti di masa lalu yang

mencakup Serawak dan Sabah. Inggris menjadikan Sarawak sebagai negara

bagian berstatus otonom di bawah federasi Malaysia pada tanggal 16

September 196325

. Meskipun demikian, pemberontakan Komunis Partai

Komunis Kalimantan Utara dan sayap militernya, Pasukan Rakyat

Kalimantan Utara (PARAKU) dibawah kepemimpinan Bong Kee Chok dan

Yang Chu Chung terus berlangsung di Sarawak hingga tahun 1990 dan

menjadi ujian besar bagi Pemerintah Malaysia26

. Sedangkan Sabah juga

digabungkan dengan Malaysia pada tanggal yang sama dengan Sarawak,

namun Filipina masih tetap menganggap wilayah tersebut sebagai bagian

integralnya, dan konflik sengketa perbatasan Malaysia-Filipina seringkali

terjadi di masa mendatang27

.

Seandainya Brunei bergabung kedalam Federasi Malaysia, maka yang

akan terjadi adalah Brunei bukan saja akan di kenakan Pajak hasil minyak

bumi, malah 95% hasil minyak akan dihisap oleh Kuala Lumpur dan Brunei

hanya akan mendapat 5% sisanya. Implikasinya, Rakyat Brunei akan

membeli minyak dengan harga yang lebih mahal yaitu 1.90 Ringgit Malaysia

per liter dibandingkan dengan harga Brunei saat ini yaitu 0.90 Ringgit

Malaysia per liter. Pendapatan perkapita rakyat juga Brunei mungkin akan

sama dengan Sarawak yaitu 30,000 Ringgit Malaysia dibandingkan dengan

pendapatan perkapita rakyat Brunei saat ini yaitu sekitar 62,000 Ringgit

Malaysia (20,000 US Dolar). Rakyat Brunei yang hendak melanjutkan

24

Alun Chafont. By Gods Will, a Portrait of the Sultan of Brunei. (London : Weidenfield &

Nicholson,1989),hlm.67-70 25

Frans Welman. Borneo Trilogy Sarawak: Volume 2. (Bangkok :

Booksmango,2011),hlm.134. 26

Cheah Boon Kheng . 'The Communist Insurgency in Malaysia, 1948–90: Contesting the

Nation-State and Social Change'. New Zealand Journal of Asian Studies. vol.11 no.1, hlm .132–

152 27

James Gould. The United States and Malaysia. (Massachusets : Harvard University

Press,1969) hlm. 106.

Page 54: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

45

pendidikan ke perguruan tinggi akan terpaksa meminjam dari Bank dan

dikenakan bunga yang tinggi. Orang orang Asing akan banyak yang menjadi

Pemimpin BUMN di sektor migas dengan gaji mahal tanpa adanya larangan

dari para politikus, sedangkan rakyat Brunei hanya akan di beri jabatan

rendah dengan gaji yang rendah juga. Harga mobil import akan mahal dan

rakyat Brunei akan banyak yang terpaksa membeli mobil Proton yang

sebenarnya design awalnya meniru dari mobil Mitsubishi. Jalan antara kota di

Brunei akan menjadi jalan yang rusak dan berlubang, seperti halnya

kebanyakan jalan yang di tambal sulam setiap akhir tahun layaknya di banyak

tempat di Sarawak.

Page 55: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

46

46

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Di akhir skripsi ini, berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian,

dan sejumlah uraian yang telah dijelaskan dalam skripsi ini, penulis

mengambil kesimpulan bahwa penyebab kenapa Brunei Darussalam bisa

menjadi Negara merdeka dan berdaulat, tidak bergabung dengan Federasi

Malaysia adalah karena adanya penentangan yang dilakukan oleh para

pemuda yang bergerak melalui organisasi perjuangan, dari mulai BARIP,

BRUFIPCO hingga yang paling menentukan adalah Partai Rakyat Brunei

(PRB). Revolusi yang dilakukan oleh PRB sebagai Partai terbesar di Brunei

membuat Sultan Omar Ali Saifuddin III membatalkan niatnya untuk

bergabung dengan Federasi Malaysia.

Sebelum kedatangan Inggris, Brunei adalah sebuah Kesultanan besar

yang membentang dari Serawak hingga Sabah. Serta memiliki Negara

bawahan di kepulauan Filipina. Namun, sejak kedatangan Inggris, mereka

merampas Sabah dan Sarawak sehingga wilayah Brunei menciut dan akhirnya

turun derajat menjadi negara Proktektorat Inggris.

Karena situasi yang demikian itulah maka pasca berakhirnya Perang

Dunia II, tepatnya mulai 1946, para pemuda membentuk sejumlah organisasi

pergerakan. Adapun organisasi itu antara lain Barisan Pemuda (BARIP)

sebagai organisasi pelopor perjuangan yang berfungsi sebagai forum aspirasi

kemerdekaan dan senantiasa menanamkan berjuang nilai nilai Kebangsaan

pada rakyat Brunei, Organisasi Perfilman Brunei (BRUFIPCO) yang

didirikan oleh Azahari yang modus operandinya memanfaatkan Bisnis Film

sebagai alat Propaganda Perjuangan Kemerdekaan dan Partai Rakyat Brunei

(PRB) yang juga didirikan oleh Azahari dan sukses menjadi Partai Penguasa

Parlemen yang walaupun akhirnya dibubarkan karena melakukan Revolusi

melawan Kesultanan tetapi dampak dari perjuangannya itu adalah membuat

Brunei tak jadi bergabung dengan Federasi Malaysia. Adapun ideology

Page 56: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

47

Nasionalisme Brunei secara keseluruhan dilandasi oleh nilai nilai Islam dan

Solidaritas Etnis Melayu namun ideologi dari ketiga organisasi perjuangan

pemuda tersebut banyak dilandasi oleh Pemikiran Sosialisme.

Alasan kemunculan gerakan perlawanan dari para pemuda dapat dibagi

menjadi motivasi internal dan motivasi eksternal. Secara internal, untuk

membebaskan Brunei dari penjajahan Inggris dan menjadikan Brunei sebagai

Negara yang besar dan makmur. Adapun motivasi eksternal, karena para

pemuda terpengaruh oleh keberhasilan perjuangan kemerdekaan yang

dilakukan oleh para pemuda dan rakyat Indonesia.

Adapun bentuk pergerakan para pemuda dapat dibagi menjadi beberapa

metode berdasarkan organisasinya. Barisan Pemuda (BARIP) mengambil

bentuk perjuangan non-kooperatif dan strategi perjuangannya adalah agitasi-

propaganda melalui media cetak seperti Koran serta pertemuan-pertemuan

umum, BRUFIPCO juga menerapkan bentuk perjuangan yang sama dengan

Barisan Pemuda (BARIP) hanya modusnya berkedok bisnis dan cara

propaganda yang menggunakan media film dianggap lebih provokatif oleh

Penjajah Inggris, sedangkan Partai Rakyat Brunei (PRB) walaupun secara

ideologis sama dengan kedua kelompok pendahulunya namun diawal

pergerakannya menggunakan jalur politik praktis untuk mewujudkan

aspirasinya via Parlemen dan Pemerintahan namun karena mendapatkan

penolakan akhirnya PRB bertransformasi membentuk institusi Negara yang

disebut Negara Nasional Kalimantan Utara (NNKU) serta memiliki tentara

sendiri bernama Tentara Nasional Kalimantan Utara (TKNU). Perjuangan

PRB akhirnya gagal mewujudkan sebagian cita-citanya mendirikan negara

Brunei Raya karena ditindas oleh tentara Inggris namun berhasil membuat

Sultan Omar Ali Saifuddin III tidak jadi menggabungkan Brunei ke dalam

Federasi Malaysia. Walaupun harus dibayar mahal dengan pengasingan

Azahari ke Indonesia.

Page 57: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

48

B. Saran

1. Diharapkan kepada para pembaca kiranya dapat mengambil suri tauladan

atau pelajaran dari para pejuang pergerakan organisasi di Brunei yang

mana negara kecil pun berhak merdeka dengan sendiri nya atas

perjuangan yang di lakukan organisasi-organisasi pemuda yang berada di

Brunei.

2. Kajian ini di tunjukan kepada para organisasi-organisasi kepemudaan

yang ada untuk selalu berjuang dengan keadlian yang menjadi hak dan

kewajiban yg kita dapatkan di dalam sebuah kepemerintahan ataupun

Negara.

3. Penelitian ini hanya sebuah karya sederhana dan jauh dari kesempurnaan,

bagi peneliti yang ingin menuruskan penelitian ini di sarankan melakukan

wawancara dengan pihak yang masih hidup.

Page 58: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

49

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Primer

Buku :

Haji Awang Mohammad Jamil al-Sufri. Brunei Darussalam : The Road to

Independence. Bandar sri Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998

Haji Awang Mohammad Jamil al-Sufri.Tarsilah Brunei : Sejarah Awal

Perkembangan Islam. Bandar sri Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998

Haji Awang Mohammad Jamil al-Sufri. 8 Disember : Dalangnya Siapa ?. Bandar

sri Begawan : Pusat Sejarah Brunei,1998

Haji Zaini bin Haji Ahmad. Brunei kearah Kemerdekaan. Brunei : Asia

Printer,2004

Haji Zaini bin Haji Ahmad. Pertumbuhan Nasionalisme di Brunei (1939-1962).

Brunei : Asia Printer,2004

Jacob, Gertrude Le Grand. The Raja of Saráwak: An Account of Sir James Brooks.

London: MacMillan, 1876

Madjid, Harun Abdul. Rebellion in Brunei : 1962 Revolt, Imperialism,

Confrontation & Oil. Brunei : IB Tauris,2007

Sumber Sekunder :

Buku :

Abdul Latif, Muhammad. Sejarah Kesusastraan Melayu. (Brunei : Dewan

Pustaka& Bahasa,1980)

Al Habib Ali bin Thahir al Hadad. Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh.

(Jakarta : Penerbit Lentera,2001)

Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad

XVII & XVIII (Jakarta: Prenada Media, 2005)

Chafont, Alun. By Gods Will, a Portrait of the Sultan of Brunei. London :

Weidenfield & Nicholson,1989

Crofton Horton, Dick. Ring of fire: Australian guerrilla operations against the

Japanese in World War II (Secker & Warburg,1983),hlm.70

Page 59: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

50

Danny Tze-Ken Wong. Historical Sabah: The Chinese. (History Publications

,2004)

Elisseeff, Vadime. The Silk Roads: Highways of Culture and Commerce.

(Berghahn Books,2000)

Hall, Maxwell J. Kinabalu Guerrillas: An Account of the Double Tenth 1943

(Borneo Literature Bureau,1965)

Hashim, Muhammad Yusoff. Sejarah Malaysia (Kuala Lumpur : Dewan Bahasa

Dan Pustaka,1990)

Hussainmiya, B.A. Brunei: Revival of 1906: A Popular History. Bandar Seri

Begawan: Brunei Press,2006

Hussainmiya, B.A. Brunei Constitution of 1958 : an Inside History. Bandar Seri

Begawan: Brunei Press,2006

Hussainmiya, B.A. Sultan Omar Ali Saifuddin II and Britain: The Making of

Brunei Darussalam. Kuala Lumpur: Oxford University Press,1995

Ibrahim, Ahmad. Islam di Asia Tenggara : Perkembangan Kontemporer. (Jakarta

: LP3ES,1990)

Jackson, Robert. The Malayan Emergency and Indonesian Confrontation: The

Commonwealth's Wars 1948–1966. (Barnsley: Pen & Sword Aviation,2008)

Jessy, Joginder Singh. History of South East Asia (1824-1965). Kedah :

Penerbitan Darulaman,1965

Jones, Matthew. Conflict & Confrontation in South East Asia(1961-

1965).Singapore : Cambridge University Press,2002

Kartodirdjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992)

Keat Gin, Ooi. Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, from Angkor Wat to

East Timor. (California : ABC Clio, 2014)

Kratoska, Paul. South East Asia, Colonial History: Imperialism before 1800.

London : Taylor & Francis, 2001

Melton, Gordon. Faiths Across Time: 5,000 Years of Religious History.

(California : ABC Clio, 2014).

Payne, Robert. The White Rajahs of Sarawak. London : Weidenfield &

Nicholson,1960

Page 60: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

51

Poole, Peter. Politic & Society in South East Asia. Singapore : McFarland,2009

Singh, Ranjit. Brunei 1839-1983 : Problem of Political Survival. Singapore :

Oxford University Press,1984

Soemadi. Peranan Kalimantan Barat Dalam Menghadapi Subversi Komunis Asia

Tenggara. (Pontianak : Yayasan Tanjungpura, 1974)

Sophiaan, Manai. Kehormatan bagi yang berhak: Bung Karno tidak terlibat

G30S/PKI. (Jakarta : VisiMedia, 2008)

Subritzky, John. Confronting Sukarno: British, American, Australian and New

Zealand Diplomacy in the Malaysian-Indonesian Confrontation 1961-5.

(London : Palgrave Macmillan,2000)

C.Mary Thurnbull, A History Of Malaysia,Singapore,and Brunei. Sydney: Allen

and Unwin 1989.

Artikel :

Hara, Fujiro. ‘The North Kalimantan Communist Party & People Republic of

China’. The Developing Economic. Vol.15 no.4 (Desember 2005),pp.489-

513

Horton, AVM. ‘British Administration in Brunei 1906-1959’. Modern Asian

Studies. Vol.20 no.2 (1986),pp.353-374

Hugh, Hallet. Scetch of Historical Brunei. JMBRAS. Vol.18 no.2 (juli

1996),hlm.10-25

Moris, HS. North Borneo, Brunei, Serawak (British Borneo). Man, vol.58 (juli

1958),hlm.99

Tarling, Nicholas. ‘Britain,Brooks & Brunei’. Passific Affairs. Vol.45 no.3

(Autumn 1962),hlm.460

Pocock, Tom. Fighting General – The Public and Private Campaigns of General

Sir Walter Walker. (London: Collins,1973)

Roff, William. ‘The Origin of Malay Nationalism’. Journals of Politics. Vol.30

no.2 (May 1968),hlm.564-566

Singh, Ranjit. British Proposal for a Dominion of the South Eas Asia 1943-1957.

JMBRAS. vol,71 no,273

Soenarno, Radin. ‘Malay Nationalism : 1896-1941’. Journal of Southeast Asian

History. Vol. No.1 (Maret 1960),hlm.1-28

Page 61: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

52

Talib, Naimah. ‘A Resilient Monarchy : The Sultanate of Brunei & Regime

Legitimacy in Era Democratic Nation State’. New Zealand Journal of Asian

Studies. Vol.4 no.2 (December 2002),hlm.139-140l

Page 62: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

Lampiran :

Bendera Negara Nasional Kalimantan Utara (NNKU)1.

Kartu Anggota Tentara Nasional kalimantan Utara (TNKU)2.

1 https://en.wikipedia.org/wiki/North_Borneo_Federation

2 https://sejarahperang.wordpress.com/2011/10/23/benny-moerdani-nyaris-tewas/

Page 63: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

AM Azahari, Pendiri Brufipco & Pemimpin Partai Rakyat Brunei di

Pengasingannya di Indonesia3.

3 http://tvsarawak.com/2015/09/page/3/?orderby=title&order=desc

Page 64: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

Sultan Omar Ali Saifuddin III, Ayah Sultan Hassanal Bolkiah4.

4 http://dastarofbrunei.blogspot.com/2008/

Page 65: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

Penggerogotan wilayah Brunei 5.

Tentara Inggris di Brunei untuk memadamkan Revolusi Brunei 19626.

5 https://armandecastro.com/page/28/?app-download=android

6 https://www.bbc.com/news/magazine-33860778

Page 66: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

Albert Kwok7.

Tunku Abdul Razak mencoba menyuap Azahari agar menghentikan

perjuangannya sehingga Brunei bisa bergabung dalam Federasi Malaysia8.

7 http://www.mysabah.com/wordpress/petagas-war-memorial-garden-bloodiest-history-of-

sabah-2/ 8 http://uvsb.blogspot.com/2014/02/am-azahari-ini-sudah-dirty-game-in.html

Page 67: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

Pembagian Kalimantan, Kalimantan Utara termasuk Brunei jadi wilayah Jajahan

Inggris dan sisa wilayah Kalimantan, dikuasai Belanda.

Page 68: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

Spanyol bersiap untuk berperang melawan Penguasa Brunei, Sultan Saipul Rijal.9

Para Guru dari Maktab Perguruan Sultan Idris, bisa disebut sebagai ‘STOVIA nya

Brunei’ yang juga Cikal Bakal Barisan Pemuda10

.

9 https://alfasyadayusuf.blogspot.com/2016/04/pengertianperbedaan-kolonialisme-dan.html

10http://9nss1.blogspot.com/2010/10/formation-of-association.html

Page 69: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

Berita di Surat Kabar tentang Revolusi Brunei 1962

Penangkapan Laskar TNKU11

.

11

http://www.gurkhabde.com/borneo-the-brunei-revolt-and-confrontation-with-indonesia/

Page 70: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

Pamflet Kesultanan Brunei agar anggota TNKU menyerah dan meletakkan

senjata12

12

https://www.psywar.org/product_BRUNEIAP029.php

Page 71: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

Poster Buronan Yassin Affandi, Petinggi Partai Rakyat Brunei yang diedarkan

oleh Pemerintah Kesultanan Brunei.13

13

https://www.psywar.org/product_BRUNEIAP027.php

Page 72: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

Ontoros Antanom, Pemberontak Dayak Murut yang menetang Penjajah Inggris14

.

Mat Salleh, Tokoh Pemberontak Suluk-Bajau melawan Penjajahan Inggris15

.

14

http://wira2sabah.blogspot.com/2014/09/tokoh-tokoh-pejuang-sabah.html 15

https://kisahkisahdidunia.blogspot.com/

Page 73: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

Bendera Brunei dibawah Penjajahan Inggris16

Bendera Sabah dibawah Penjajahan Inggris17

.

16

http://fotw.fivestarflags.com/my-sa_nb.html 17

http://www.atelierworks.co.uk/blog/new-new-zealand.php

Page 74: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

Bendera Serawak di bawah Penjajahan Inggris18

.

Bendera Labuan dibawah penjajahan Inggris19

.

18

http://www.hubert-herald.nl/MalaysiaStatesII.htm 19

https://www.alamy.com/stock-photo/old-malaysian-flag.html

Page 75: PERAN ORGANISASI PERGERAKAN DALAM PEMISAHAN …

(Kiri ) Surat dari dengan Sultan Abdul Momin pada 29 December 1877 yang

menyatakan pengangkatan Gustav von Overbeck sebagai Maharaja Sabah, Rajah

Gaya & Sandakan. (Kanan) Surat Sultan Jamaluzzamam dari Sulu pada 22 Januari

1878 yang menyatakan pengangkatan Gustav von Overbeck dari sebagai Dato

Bendahara Sabah.20

20

https://pekhabar.com/h-i-d-s-herr-von-overbeck-menjadi-maharaja-sabah-borneo-utara-gaya-

dan-sandakan/