PERAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PAI PADA...
Transcript of PERAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PAI PADA...
i
PERAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PAI
PADA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS VIII SMPN 05
SALATIGA TAHUN AJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
RIZA FATMAWATI
NIM. 111 13 169
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
ii
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp. : -
Hal : Naskah Skripsi
Saudari Riza Fatmawati
Kepada
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
Di Tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini
kami kirimkan naskah skripsi saudari :
Nama : Riza Fatmawati
NIM : 111 13 169
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : PERAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PAI
PADA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS VIII
SMPN 05 SALATIGA TAHUN AJARAN 2016/2017
Dengan ini kami mohon kepada Bapak Dekan FTIK IAIN Salatiga agar
skripsi saudari tersebut di atas segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi
perhatian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 08 Mei 2017
Pembimbing
Drs. H. Wahyudhiana, M.M.Pd
iv
v
NIP. 19550320 198203 1001
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716
Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: [email protected]
SKRIPSI
PERAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PAI
PADA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS VIII
SMPN 05 SALATIGA TAHUN AJARAN 2016/2017
Disusun oleh
RIZA FATMAWATI
NIM: 111 13 169
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, pada tanggal 05 Juni 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dr. Fatchurrohman, M.Pd ______________
Sekretaris Penguji : Drs. H. Wahyudhiana, M.M.Pd ______________
Penguji I : Dr. Budiyono Saputra, M.Pd ______________
Penguji II : Imam Mas Arum, M.Pd ______________
Salatiga, Juni 2017
Dekan
FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M. Pd.
vi
NIP. 19670121 199903 1 002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Riza Fatmawati
NIM : 111 13 169
Fakultas : Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul : PERAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PAI
PADA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS VIII
SMPN 05 SALATIGA TAHUN AJARAN 2016/2017
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah.
Salatiga, 26 April 2017
Yangmenyatakan,
Riza Fatmawati
NIM: 111 13 169
vii
MOTTO
ل على الله. إن الله يحب .فاعف عنهم واستغفرلهم وشاورهم فى الأمر. فإذا عزمت فتىك ل تىالل ال
”Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membualatkan tekad, maka bertawakkalah pada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”
(QS. Ali Imran: 159)
viii
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah Swt. Saya persembahkan skripsi
ini kepada:
1. Kedua orangtua saya tercinta, Bapak Rifai Apin dan Ibu Titi Mulyani yang
selalu memberikan semangat dan tidak berhenti berdoa untuk saya agar
menjadi orang yang bermanfaat.
2. Mas Eko Purnomo suami tercinta yang selalu memberikan motivasi dan
semangat untuk saya agar menyelesaikan studi tepat waktu.
3. Sahabat-sahabat terbaikku, Asri Nariswari H, Sayyidatut Tasliyah, Arifatul
Fitriyah, Rastrid Dita, Luzarit F, Rifqi Munif dan semuanya yang tidak bisa
saya sebutkan satu per satu. Terimakasih atas semangatnya yang membuat saya
dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita mencapai kesuksesan bersama.
Amin.
4. Untuk teman-teman senasib dan seperjuangan, mahasiswa PAI 2013.
5. Teman-teman PPL Tahun 2016 di SMK Negeri 3 Salatigasertateman-teman
KKN 2017 di DusunKalangan, Kec. Klego, Kab. Boyolali yang
telahbanyakmembantudanbersediabertukarpikiransertamotivasinya.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Dengan menyebut nama Allah Swt.yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa tercurah terhadap Nabi
Muhammad Saw., yang telah mencapai puncak kesuksesan tertinggi sepanjang
kehidupan manusia yang pernah ada. Serta keluarga, sahabat dan pengikutnya
hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun sebagai syarat mencapai Gelar Sarjana
Pendidikanpada Jurusan Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan dorogan baik moril maupun materiil, sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, melalui ruang penulis mengucapkan
penghargaan dan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
sekaligus juga sebagai dosen pembimbing akademik.
4. Bapak Drs. H. Wahyudhiana, M.M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi.
5. Kepada seluruh dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam diFTIK IAIN Salatiga.
x
Akhirnya penulis berharap, semoga jasa dan bantuan yang telah diberikan
menjadi amal baik dan mendapat balasan dari Allah Swt. Dalam penyusunan
skripsi ini, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
dikarenakan keterbatasan dari segala aspek yang dimiliki oleh penulis sendiri.
Untuk itu, kritik dan saran terbuka luas dan selalu penulis harapkan dari pembaca
yang budiman guna kesempurnaannya. Mudah-mudahan skripsi yang sederhana
ini mampu memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.
Salatiga, 26 April 2017
Riza Fatmawati
NIM. 11113169
xi
ABSTRAK
Fatmawati, Riza. 2017. Peran Metode Diskusi dalam Pembelajaran PAI pada
Pembentukan Karakter Siswa Kelas VIII SMPN 05 Salatiga Tahun
Ajaran 2016/2017. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
2017. Pembimbing: Drs. H Wahyudhiana, M. MPd.
Kata Kunci: Metode Diskusi, Pembelajaran Agama Islam, Pembentukan
Karakter
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran metode diskusi dalam
pembelajaran PAI pada pembentukan karakter siswa kelas VIII SMPN 05
Salatiga. Adapun rumusan masalahnya antara lain: 1) Bagaimana peran metode
diskusi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada pembentukan karakter
siswa?. 2) Karakter apa saja yang terbentuk dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dengan metode diskusi?. 3) Apa saja kendala dalampembentukan
karakter siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan metode
diskusi? Dan bagaimana solusinya?
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang berlokasi di
SMPN 05 Salatiga dengan subyek Kepala Sekolah, Waka Kurikurulum, guru PAI,
serta siswa kelas VIII SMPN 05 Salatiga. Pengumpulan data dilakukan dengan
observasi, wawancara serta dokumentasi.Analisis data dilakukan dengan
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Pengecekan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode diskusi memiliki peran
penting pada pembentukan karakter siswa dalam pembelajaran PAI di SMPN 05
Salattiga: (1) Metode diskusi memiliki peran dalam pembentukan karakter siswa,
hal itu dibuktikan dengan siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, berani
berpendapat, bertanya dan menyanggah jawaban yang kurang sesuai dengan
pemahamannya. (2) Ada nilai-nilai karakter yang dapat dimunculkan atau
dikembangkan dari pembelajaran PAI dengan metode diskusi, antara lain: nilai
religius, toleransi, berani, menghargai pendapat orang lain, kritis, teliti, bersahabat
dan tanggung jawab. (3) Kendala yang terjadi beserta solusinya antara lain adalah
: a) Proses diskusi hanya dikuasai oleh sebagian orang saja. (Solusi: guru
mengambil alih diskusi dan mempersilahkan kepada yang lain). b) Waktu yang
kurang efisien. (Solusi: guru memberikan batas waktu diskusi siswa). c) Materi
menjadi menyebar luas (Solusi: pertanyaan yang diajukan harus sesuai dengan
materi). d) Siswa pasif cenderung hanya diam. (Solusi: guru memberikan stimulus
agar anak itu aktif). e) Perbedaan pendapat dalam kelompok. (Solusi: pertanyaan
yang belum bisa dijawab dilemparkan kepada yang lain).
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN BERLOGO i
HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................. v
HALAMAN MOTTO ................................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii
KATA PENGANTAR .............................................................................. viii
ABSTRAK .................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
D. Kegunaan Penelitian ................................................................ 5
E. Penegasan Istilah ...................................................................... 6
F. Metode Penelitian .................................................................... 8
G. Sistematika Penulisan ............................................................ 16
xiii
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Diskusi ....................................................................... 18
1. Pengertian Metode Diskusi ......................................... 18
2. Macam-macam Diskusi .............................................. 21
3. Tujuan Pembelajaran dengan Metode Diskusi ........... 24
4. Kelebihan Metode Diskusi .......................................... 25
5. Kelemahan Metode Diskusi ........................................ 27
6. Strategi agar Metode Diskusi Efektif .......................... 27
B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) ....................... 29
1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 29
2. Landasan Pendidikan Agama Islam di Indonesia ....... 31
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam (PAI) ...................... 33
4. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ......... 34
5. Pentingnya Pendidikan Agama Islam di Sekolah ....... 35
6. Materi Pendidikan Agama Islam SMP Kelas VIII ..... 36
C. Pembentukan Karakter ............................................................ 38
1. Pengertian Pembentukan Karakter .............................. 38
2. Tujuan Pembentukan Karakter ................................... 39
3. Manfaat Pembentukan Karakter ................................. 40
4. Landasan Pendidikan Karakter ................................... 41
5. Butir-butir Pendidikan Karakter Bangsa ..................... 43
6. Metode Membangun Karakter .................................... 45
D. Penelitian yang Relevan .......................................................... 46
xiv
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................. 49
B. Kehadiran Peneliti ................................................................... 50
C. Lokasi Penelitian ..................................................................... 51
D. Data dan Sumber Data ............................................................ 51
E. Prosedur Pengumpulan Data ................................................... 53
F. Analisis Data ........................................................................... 55
G. Pengecekan Keabsahan Data .................................................. 56
H. Tahap-tahap Penelitian ........................................................... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMPN 05 Salatiga ..................................... 59
1. Sejarah dan Proses Perkembangannya ........................ 59
2. Profil Sekolah ............................................................. 59
3. Visi dan Misi Sekolah ................................................. 60
4. Jumlah Siswa .............................................................. 61
5. Kurikulum ................................................................... 61
6. Ekstrakurikuler ............................................................ 61
7. Keadaan Sarana dan Prasarana ................................... 63
B. Temuan Penelitian .................................................................. 64
1. Profil Responden ......................................................... 64
2. Hasil Penelitian ........................................................... 66
xv
C. Pembahasan dan Analisis Data
1. Peran Metode Diskusi dalam Pembelajaran PAI pada
Pembentukan Karakter Siswa Kelas VIII SMPN 05
Salatiga ........................................................................ 71
2. Karakter yang dapat Dikembangkan melalui
Pembelajaran PAI dengan Metode Diskusi ................ 75
3. Kendala dalam Pembentukan Karakter Siswa pada
Mata Pelajaran PAI dengan Metode Diskusi .............. 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 83
B. Saran ....................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Jumlah siswa SMPN 05 Salatiga ................................................... 61
Tabel 4.2 : Jadwal ekstrakurikuler sekolah ...................................................... 62
Tabel 4.3 : Keadaan sarana dan prasarana sekolah .......................................... 63
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pedoman Pengumpulan Data
Lampiran 2 : Surat Penunjukan Pembimbing
Lampiran 3 : Kartu Bimbingan Skripsi
Lampiran 4 : Surat-surat Ijin Penelitian
Lampiran 5 : Dokumentasi
Lampiran 6 : Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 7 : SKK
Lampiran 8 : RPP materi Mengonsumsi Makanan dan Minuman yang halal
dan menjauhi yang haram
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan cikal bakal pemegang keberhasilan dunia di masa
yang akan datang, anak-anak menjadi harapan majunya sebuah peradaban
negara. Anak dipersiapkan sedemikian rupa untuk dapat memenuhi hal
tersebut melalui pendidikan.
Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dikatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara (Sadulloh, 2014: 5).
Pendidikan memegang peranan penting dalam pembentukan
karakter siswa. Mata pelajaran di sekolah diberi beban untuk menanamkan
nilai-nilai karakter siswa, namun kenyataannya hal itu belum berbanding
lurus dengan apa yang diusahakan. Fenomena siswa tawuran, bersikap
tidak jujur, suka membolos sekolah, bersikap kurang sopan, dan lain
sebagainya masih banyak terjadi. Sebagai contohnya adalah kasus tawuran
antar pelajar yang terjadi di Bekasi, yaitu antara siswa SMK BKM dan
2
SMK Yapin yang terjadi pada hari Jum’at, 28 Oktober 2016 pukul
02:11WIB meregang satu nyawa pelajar tewas (Dikutip dari
metro.sindonews.com pada tanggal 08 November 2016 pukul 14:52 WIB).
Pendidikan menjadi harapan utama bagi perbaikan kualitas
manusia Indonesia. Ditinjau dari peran dasarnya, pendidikan merupakan
jalur peningkatan kualitas manusia yang lebih menekankan pada
pembentukan kualitas dasar, seperti keimanan, ketakwaan, kepribadian,
kecerdasan, kedisplinan, dan sebagainya (Naim, 2012: 25).
Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20, tahun 2003, pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan nasional
berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Hal ini
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Damayanti, 2014: 9).
Khusus mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan
Kewarganegaraan, pendidikan karakter harus menjadi fokus utama dan
karakter dikembangkan sebagai dampak pembelajaran dan juga dampak
pengiring. Sementara pada mata pelajaran lain, pendidikan karakter
dikembangkan sebagai kegiatan yang hanya memiliki dampak pengiring
terhadap berkembangnya karakter peserta didik (Muchlas dan Hariyanto,
2013: 113).
3
Pendidikan Agama Islam memegang peranan penting dalam
membentengi peserta didik dari pengaruh-pengaruh negatif, yaitu dengan
membimbing pelajar dalam menanamkan dan mengembangkan pendidikan
karakter.
Guru tidak hanya dituntut untuk menguasai materi yang diajarkan,
tetapi juga harus bisa menciptakan suasana kelas yang kondusif dan
nyaman. Selain itu, metode mengajar juga komponen yang sangat penting,
metode mengajar menentukan sampai dimana siswa memahami dan
mengerti pelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Sehingga guru
harus menguasai berbagai metode pembelajaran dan dapat menggunakan
metode pembelajaran tersebut dengan tepat sesuai dengan materi pelajaran
dan kondisi siswa yang akan menerima materi.
Di dalam proses belajar mengajar, banyak dikenal metode
pembelajaran seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan,
demonstrasi dan lain sebagainya. Semua metode tersebut dapat
diaplikasikan dalam proses belajar mengajar termasuk menggunakan
metode diskusi yang berfungsi untuk merangsang murid berpikir dan
berani mengeluarkan pendapatnya sendiri. Karena metode menempati
posisi terpenting dari sederetan komponen-komponen pembelajaran, guru,
tujuan, metode, materi, media dan evaluasi (Arief, 2002: 109).
Menurut Kadarsih (2012: 24) metode diskusi adalah suatu cara
mengajar dengan cara memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua
4
orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk
memperkuat pendapatnya.
Di SMPN 05 Salatiga dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) guru sering menggunakan metode diskusi. Metode diskusi
yang diterapkan pun sangat beragam, ada model diskusi kelas, diskusi
kelompok, model debat dan lain-lain. Banyak siswa yang senang
mengikuti pembelajaran PAI dengan metode diskusi, karena dengan
diskusi siswa saling berkomunikasi satu sama lain untuk menemukan
jawaban dari yang ditugaskan guru. Selain itu, pembelajaran PAI dengan
metode diskusi berbeda dengan metode-metode lainnya. Siswa di SMPN
05 Salatiga saat diskusi menjadi lebih aktif, berani berpendapat, berani
mengajukan pertanyaan, dan berani berbicara di depan kelas untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul: PERAN METODE DISKUSI
DALAM PEMBELAJARAN PAI PADA PEMBENTUKAN
KARAKTER SISWA KELAS VIII SMPN 05 SALATIGA TAHUN
PELAJARAN 2016/2017.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran metode diskusi dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam pada pembentukan karakter siswa?
5
2. Karakter apa saja yang terbentuk dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dengan metode diskusi?
3. Apa saja kendala dalam pembentukan karakter siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan metode diskusi? Dan
bagaimana solusinya?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peran metode diskusi dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada pembentukan karakter siswa.
2. Untuk mengetahui karakter apa saja yang terbentuk dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan metode diskusi.
3. Untuk mengetahui apa saja kendala dalam pembentukan karakter siswa
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan metode diskusi
serta solusinya.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini,
antara lain:
1. Secara teoritis
Menambah dan memperkaya khazanah keilmuan dalam dunia
pendidikan khususnya tentang peran metode diskusi dalam
pembelajaran PAI terhadap pembentukan karakter siswa.
6
2. Secara praktis
a. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pemikiran yang berguna bagi para pendidik maupun orang yang
mempunyai perhatian khusus dalam dunia pendidikan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
untuk memudahkan penelitian selanjutnya tentang peran
metode diskusi dalam pembelajaran PAI terhadap pembentukan
karakter siswa.
E. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap persepsi dan agar lebih
mengarahkan pembaca dalam memahami judul skripsi PERAN
METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PAI PADA
PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS VIII SMPN 04
SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Peneliti merasa perlu
untuk menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul tersebut.
Adapun istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:
1. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan
siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini ialah untuk
memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah
7
dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu
keputusan. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk
menentukan keputusan bersama-sama. Jenis-jenis diskusi yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu: diskusi kelas, diskusi
kelompok kecil, simposium dan diskusi panel (Suyanti, 2010: 76).
Jadi metode diskusi adalah salah satu metode pembelajaran dimana
siswa saling berkomunikasi satu sama lain untuk memecahkan suatu
permasalahan dan membuat keputusan bersama-sama.
2. Pembelajaran PAI
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Menurut Zakiyah Darajdat (1998: 87) yang dikutip Abdul Majid
dan Dian Andayani, “Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha
untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran Islam secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan,
yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam
sebagai pandangan hidup” (Majid dan Andayani, 2004: 130).
Jadi pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah interaksi antara
pendidik dan peserta didik untuk memahami ajaran islam secara
menyeluruh.
3. Pembentukan karakter
Secara bahasa, karakter berasal dari bahasa Yunani, charasein,
yang artinya “mengukir” (Munir, 2010: 2).
8
Karakter adalah seperangkat nilai yang telah menjadi kebiasaan
hidup sehingga menjadi sifat tetap dalam diri seseorang, misalnya
kerja keras, jujur, sederhana dan lain sebagainya (Adisusilo, 2013: 78).
Dapat disimpulkan bahwa karakter adalah sifat yang tertanam pada
individu dan telah biasa dilakukan.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara kerja yang digunakan dalam
melakukan suatu penelitian (Fathoni, 2011: 99). Jadi metode merupakan
cara untuk menemukan, menguji dan mengembangkan suatu kebenaran.
penelitian merupakan pemikiran yang luar biasa akan tetapi tetap
sistematis dalam memecahkan masalah karena dalam penelitian untuk
menguji kebenarannya dengan menggunakan data-data yang valid
(Kasiram, 2008: 36).
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dari segi pelaksanaan pengumpulan data, penelitian ini termasuk
penelitian lapangan (field research) yang berlokasi di SMPN 05
Salatiga. Penelitian Lapangan adalah suatu penelitian yang dilakukan
di lapangan atau di lokasi penelitian, suatu tempat yang dipilih sebagai
lokasi untuk menyelidiki gejala obyektif yang terjadi di lokasi tersebut.
(Fathoni, 2011: 96)
9
Penelitian yang akan dilakukan bersifat kualitatif. Penelitian
kualitatif dapat membantu peneliti untuk memperoleh jawaban atas
suatu gejala, fakta, dan realita yang dihadapi, sekaligus memberikan
pemahaman dan pengertian baru atas masalah tersebut sesudah
menganalisis data yang ada (Muhimmatun, 2015: 33).
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode
penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena
yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Penelitian
ini tidak mengadakan manipulasi atau perubahan pada variabel-
variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.
Penggambaran kondisi bisa individual atau menggunakan angka-angka
(Sukmadinata, 2006: 5).
2. Kehadiran Peneliti
Penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang menekankan pada
hasil pengamatan peneliti. Sehingga peran manusia sebagai instrumen
penelitian menjadi suatu keharusan. Bahkan dalam penelitian
kualitatif, posisi peneliti menjadi instrumen kunci (the key instrument).
Sebagai intrumen kunci, kehadiran dan keterlibatan peneliti di
lapangan lebih memungkinkan untuk menemukan makna dan tafsiran
dari subyek penelitian dibandingkan dengan penggunaan alat bukan
manusia (seperti instrumen angket).
10
Sebagai instrumen kunci, peneliti menyadari bahwa dirinya
merupakan perencana, pengumpul dan penganalisa data, sekaligus
menjadi pelapor dari hasil penelitiannya sendiri. Karenanya peneliti
harus bisa menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi lapangan.
Peneliti harus menghindari kesan-kesan yang merugikan informan.
Kehadiran dan keterlibatan peneliti di lapangan diketahui secara
terbuka oleh subyek penelitian (afidburhanudin.wordpress.com.
Dikutip pada tanggal 02 November 2016 pukul 04:44 WIB).
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil obyek penelitian siswa
kelas VIII SMPN 05 Salatiga yang berlokasi di Jalan Bima No. 10,
Dukuh, Sidomukti Salatiga, Jawa Tengah 50722.
4. Sumber data
Yang dimaksud dengan sumber data adalah subyek dari mana data
dapat diperoleh.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan
merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan
mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini
untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang peran
11
metode diskusi dalam pembelajaran PAI dalam pembentukan
karakter siswa kelas VIII SMPN 05 Salatiga. Adapun sumber data
langsung peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan kepala
sekolah, guru Pendidikan Agama Islam dan siswa kelas VIII
SMPN 05 Salatiga, serta pengamatan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber bacaan
dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat
pribadi dan dokumen resmi dari instansi. Peneliti menggunakan
data sekunder ini untuk memperkuat hasil temuan dan melengkapi
informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara dan
pengamatan.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data menurut Suwartono (2014: 41) adalah berbagai
cara yang digunakan untuk mengumpulkan data, menghimpun,
mengambil, atau menjaring data penelitian.
Untuk mengetahui data-data di lapangan, maka digunakanlah
beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, observasi dan
dokumentasi.
a. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses
tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan
12
datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan
oleh yang diwawancara. Orang yang mengajukan pertanyaan
dalam proses wawancara disebut pewawancara (interview) dan
yang memberikan wawancara disebut interview (Fathoni, 2005:
105).
Metode ini digunakan peneliti untuk mendapatkan informasi
dari sumber data, yaitu Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Guru
PAI serta siswa kelas VIII SMPN 05 Salatiga.
b. Observasi
Observasi yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan
secara langsung terhadap obyek penelitian. Jenis observasi dalam
penelitian ini adalah observasi pasif, yaitu peneliti tidak ikut
terlibat dalam kegiatan akan tetapi hanya mengamati.
Dalam hal ini, peneliti melakukan observasi nonpartisipan.
Pada metode observasi penulis mencari data dan mencatat hal-hal
yang penting dan yang diperlukan, seperti: keadaan atau situasi
pembelajaran PAI dengan menggunakan metode diskusi,
pelaksanaan pembentukan karakter siswa melalui metode diskusi,
pola interaksi antara siswa dan guru, serta pelaksanaan kegiatan,
pembiasaan, pembentukan karakter siswa melalui pembelajaran
PAI dengan metode diskusi.
13
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bukti-bukti (gambar, suara, tulisan)
terhadap segala hal baik obyek atau segala sesuatu yang sedang
terjadi. Pengumpulan data dengan dokumentasi lebih
menitikberatkan pada situasi pembelajaran di kelas, gambaran
umum SMPN 05 Salatiga, serta arsip pembelajaran PAI yang
telah dilaksanakan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang digunakan oleh guru PAI.
6. Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data model
Miles dan Huberman. Dalam analisis data ini meliputi tiga aktivitas,
yaitu:
a. Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya,
dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
b. Penyajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplay data. Melalui penyajian tersebut, maka data
14
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga semakin
mudah dipahami. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
penyajian data dalam bentuk tabel dan naratif.
c. Penarikan kesimpulan
Setelah data disajikan, langkah berikutnya adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan
adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Teknik yang digunakan untuk pengecekan keabsahan data adalah
teknik triangulasi. Tehnik yang menggabungkan data dan sumber data
yang telah ada. Triangulasi merupakan pengumpulan dan pengecekan
data menggunakan perspektif berlainan. Misalnya, menggabungkan
catatan lapangan hasil pengamatan dan naskah hasil wawancara.
Dalam penelitian ini tehnik triangulasi akan digunakan pada
sumber-sumber yang diasumsikan banyak informasi yang akan
didapat. Triangulasi yang akan digunakan adalah triangulasi teknik.
Triangulasi teknik dilakukan dengan memakai beberapa metode
15
penelitian dalam menggali data sejenis, misalnya wawancara,
observasi, dan angket (Khasanah, 2015: 37-38).
8. Tahap-tahap Penelitian
a. Tahap pra-lapangan
Dalam tahap ini yang dilakukan peneliti adalah memilih
lokasi penelitian, melakukan observasi terhadap hal yang ingin
diteliti di lokasi penelitian, menyusun rancangan penelitian,
menentukan informan untuk menambah informasi ypenelitian,
serta menyiapkan perlengkapan penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Pada tahap ini peneliti harus mempersiapkan diri dengan
menjaga kesehatan fisik, berpenampilan rapi dan sopan saat
melakukan penelitian. Ketika memasuki lapangan, hendaknya
peneliti berbaur menjadi satu dan menjaga keakraban dengan
subyek. Selain itu peneliti juga harus berbahasa yang baik dan jelas
agar dalam mencari informasi subyek mudah menjawabnya.
Sambil berperan serta, peneliti juga mencatat data yang diperlukan.
c. Tahap analisis data
Analisis data menurut Patton dalam Moleong (2011: 103),
adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke
dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Dalam hal ini
16
peneliti mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan
kode, dan mengkategorikannya.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menyusun sistematikanya
sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar
belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian
dan sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Merupakan kajian pustaka yang menyajikan kajian
teoritik mengenai: peran metode diskusi dalam
pembelajaran PAI dan pembentukan karakter siswa.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini membahas mengenai metode penelitian
yang akan digunakan, meliputi: jenis dan pendekatan
penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber
data, analisis data, pengecekan keabsahan data serta
tahap penelitian.
17
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Merupakan hasil penelitian yang meliputi gambaran
umum lokasi dan subyek penelitian serta penyajian data
hasil pembahasan yang memuat tentang pembahasan dari
data yang telah didapat yang meliputi peran metode diskusi
dalam pembelajaran PAI dan pembentukan karakter siswa.
BAB V : PENUTUP
Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Diskusi
1. Pengertian Metode Diskusi
Metode diskusi terdiri dari dua kata yaitu metode dan diskusi.
Metode (method) secara harfiah berasal dari dua perkataan yaitu meta
dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”.
Metode berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan
(Muliawan, 2005: 144).
Metode menurut J.R David yang dikutip oleh Majid (2014: 21) adalah
“a way in achievieng something” (cara untuk melakukan sesuatu).
Sedangkan dalam sumber lain, disebutkan bahwa:
“Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki, cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang ditentukan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988:
740).
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk
menyampaikan pelajaran kepada siswa. Karena penyampaian itu
berlangsung secara edukatif maka metode pembelajaran dapat diartikan
pula sebagai cara yang digunakan oleh guru dalam berinteraksi atau
berhubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pelajaran. Maka
19
metode pembelajaran disebut sebagai alat untuk menciptakan proses
belajar mengajar (Hamdani, 2011: 80).
Metode mengajar adalah kata yang digunakan untuk menandai
serangkaian kegiatan yang diarahkan oleh guru yang hasilnya adalah
belajar pada siswa (Wahab, 2009: 99).
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatau cara yang
digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan di dalam pembelajaran,
anatara lain: metode ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi, drama,
debat, laboratorium, pariwisata dan lain-lain. Akan tetapi, dalam
penelitian ini yang akan diperdalam pembahasannya adalah metode
diskusi.
Diskusi adalah percakapan responsif yang dijalin oleh pertanyaan-
pertanyaan problematika yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan
masalah. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1988) yang dikutip oleh Mulyasa (2010: 116)
bahwa diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai
suatu masalah. Dalam diskusi selalu ada pokok permasalahan yang perlu
dipecahkan.
Menurut JJ Hasibuan dan Dip, Ed dan Moejiono yang dikutip oleh Dr
Armai Arief (2002: 146) bahwa “metode diskusi adalah suatu cara
penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada
para siswa untuk mengadakan pembahasan ilmiah guna mengumpulkan
20
pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif atas
pemecahan suatu masalah”.
Suyanti (2010: 76) menyebutkan bahwa metode diskusi adalah
metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu
permasalahan. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk memecahkan
suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami
pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. Diskusi lebih
bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan bersama-
sama. Ada beberapa jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran, yaitu: diskusi kelas, diskusi kelompok kecil, simposium
dan diskusi panel.
Dalam pembelajaran dengan metode diskusi, guru dan siswa atau
siswa dengan siswa yang lain saling bertukar pendapat secara lisan,
saling berbagi gagasan dan pendapat. Pertanyaan yang ditujukan untuk
membangkitkan diskusi berada pada tingkat kognitif yang lebih tinggi
(Trianto, 2013: 123).
Jadi metode diskusi adalah salah satu metode pembelajaran dimana
siswa saling berkomunikasi satu sama lain untuk memecahkan suatu
permasalahan dan membuat keputusan bersama-sama.
Metode diskusi juga diperhatikan oleh Al-Qur’an dalam mendidik dan
mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan pemahaman, dan
sikap pengetahuan mereka terhadap suatu masalah. Sebagaimana firman
Allah dalam QS An-Nahl: 125.
21
إن رب ىعظة الحسنة وجادالهم باالتي هي أحس ة وال ل ربلك با الح ك هى أعلم ادع إلى سب
له وهى أع سب ضل ع )ب هتدي ( 525لم باال
Artinya: “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik pula. Sesungguhnya Tuhanmulah yang lebih
mengetahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS
An-Nahl: 125) (Depag RI, 2011: 281)
2. Macam-macam Metode Diskusi
Terdapat beberapa macam metode diskusi yang dapat
diimplementasikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI),
antara lain:
a. Diskusi kelas
Diskusi kelas adalah proses pemecahan masalah yang
dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. Ada
beberapa prosedur dalam diskusi ini, yaitu:
1) Guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi (siapa
yang akan menjadi moderator dan penulis).
2) Sumber masalah (guru, siswa atau ahli tertentu dari luar),
memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama 10-15
menit.
3) Siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan
setelah mendaftar pada moderator.
22
4) Moderator menyimpulkan hasil diskusi.
b. Diskusi kelompok kecil
Diskusi ini dilakukan dengan membagi siswa dalam
kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 siswa.
Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan
secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi ke dalam
submasalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil.
Selesai diskusi dengan kelompok kecil, ketua kelompok
menyajikan hasil diskusinya.
c. Simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan atau membahas
suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang
berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan
wawasan yang luas kepada siswa. Setelah para penyaji
memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka
simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim
perumus yang telah ditentukan sebelumnya.
d. Diskusi panel
Diskusi panel adalah diskusi yang membahas suatu masalah
yang dilakukan oleh 4-5 orang panelis di hadapan audiens. Dalam
diskusi panel, audiens tidak terlibat secara langsung tetapi hanya
berperan sekedar menjadi peninjau para panelis yang sedang
melakukan diskusi. Agar diskusi panelis efektif, perlu
23
digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan metode
penugasan. Siswa diberi tugas untuk merumuskan hasil
pembahasan diskusi (Suyanti, 2010: 77-78).
e. Syndicate Group
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri
dari 3-6 peserta, masing-masing kelompok mengerjakan tugas-
tugas tertentu atau tugas yang bersifat komplementer. Guru
menjelaskan garis besar permaslahan, menggambarkan aspek-
aspeknya. Kemudian tiap kelompok diberi tugas untuk
mempelajari aspek-aspek tertentu. Guru diharapkan dapat
menyediakan sumber-sumber informasi atau referensi yang dapat
dijadikan rujukan oleh siswa.
f. Whole Group
Whole Group merupakan diskusi kelas dimana para peserta
duduk membentuk setengah lingkaran. Dalam diskusi ini guru
bertindak sebagai pemimpin, dan topik yang akan dibahas telah
direncanakan sebelumnya.
g. Buzz Group
Bentuk diskusi ini terdiri dari kelas yang siswanya dibagi
menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 siswa.
Tempat duduk diatur sedemikian rupa agar para siswa dapat
bertukar pendapat dan bertatap muka dengan mudah. Diskusi ini
biasanya diadakan di tengah-tengah pelajaran atau di akhir
24
pelajaran dengan maksud untuk memperjelas dan mempertajam
kerangka bahan pelajaran atau sebagai jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
h. Brainstrorming
Bentuk diskusi ini akan menjadi baik bila jumlah anggotanya
terdiri dari 8-12 peserta. Setiap anggota kelompok diharapkan
dapat menyumbangkan ide dalam pemecahan masalah. Hasil
belajar yang diinginkan adalah menghargai pendapat orang lain,
menumbuhkan rasa percaya diri di dalam upaya mengembangkan
ide-ide yang ditemukan atau dianggap benar (Usman, 2002: 41-
43).
3. Tujuan Pembelajaran dengan Metode Diskusi
Secara umum digunakan untuk memperbaiki cara berfikir dan
ketrampilan komunikasi siswa dan untuk menggalakkan keterlibatan
siswa di dalam pelajaran. Menurut Tjokrodiharjo yang dikutip oleh
Trianto (2013: 124) setidaknya ada tiga tujuan pembelajaraan dengan
metode diskusi, yaitu:
a. Meningkatkan cara berfikir siswa dengan jalan membantu siswa
membangkitkan pemahaman isi pelajaran.
b. Menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi siswa.
c. Membantu siswa mempelajari ketrampilan komunikasi dan proses
berfikir.
25
Metode diskusi ialah suatu cara mempelajari suatu materi pelajaran
dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu
argumentasi secara rasional dan obyektif. Cara ini menimbulkan
perhatian dan perubahan tingkah laku anak dalam belajar. Metode diskusi
juga dimaksudkan untuk dapat merangsang siswa dalam belajar dan
berfikir secara kritis dan mengeluarkan pendapatnya secara rasional dan
obyektif dalam pemecahan suatu masalah (Usman, 2002: 36).
4. Kelebihan Metode Diskusi
Setiap metode yang dipakai dalam proses belajar mengajar memiliki
kelebihan dan kelemahan, demikian halnya dengan metode diskusi.
Di antara kelebihan metode diskusi adalah:
a. Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian
atau pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan.
b. Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka
mengikuti proses berfikir sebelum sampai kepada kesimpulan.
c. Merangsang kreatifitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan-
gagasan dan terobosan baru dalam pemecahan masalah.
d. Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain,
memperluas wawasan dan membina untuk terbiasa musyawarah
untuk mufakat dalam memecahkan suatu masalah.
e. Dapat menjalin hubungan sosial dengan antarindividu siswa
sehingga menimbulkan rasa harga diri, toleransi, demokrasi,
berfikir kritis dan sistematis.
26
f. Adanya kesadaran para siswa dalam mengikuti dan memahami
aturan-aturan yang berlaku dalam diskusi, merupakan refleksi
kejiwaan dan sikap mereka untuk berdisplin dan menghargai
pendapat orang lain (Usman, 2002: 37).
g. Diskusi membantu para siswa untuk merumuskan ide-ide mereka
dan belajar mengkomunikasikannya dengan jelas.
h. Diskusi mendorong mahasiswa berfikir dengan menggunakan
bahasa dan kebiasaan disiplin ilmu yang bersangkutan.
i. Diskusi mengajari siswa untuk menjadi pendengar yang tekun dan
menghargai.
j. Diskusi mendidik siswa untuk belajar lebih dalam dan mengingat
lebih lama dengan cara mengharuskan mereka menghubungkan
apa yang mereka dengar dan apa yang mereka katakan dengan
pengetahuan yang sudah dimiliki (Elizabert, 2012: 151-152).
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa banyak kelebihan dari
metode diskusi apabila diterapkan dalam pembelajaran. Kelebihan
tersebut antara lain menjadikan siswa menjadi aktif, demokratis dan kritis.
Selain itu, diskusi dapat memperluas wawasan dan mengembangkan
keberanian siswa untuk berpendapat dan juga menghargai pendapat orang
lain.
27
5. Kelemahan Metode Diskusi
Adapun kelemahan dari metode diskusi, antara lain adalah:
a. Pembicaraan sering dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa saja yang
memiliki ketrampilan berbicara.
b. Pembahasan kadang-kadang meluas sehingga kesimpulan
menjadi kabur.
c. Sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang
tidak terkontrol, dimana hal itu mengakibatkan iklim
pembelajaran terganggu.
d. Memerlukan waktu yang cukup panjang, dan terkadang tidak
sesuai yang direncanakan (Suyanti, 2010: 77).
e. Mempersyaratkan siswa harus memiliki latar belakang yang
cukup tentang topik atau masalah yang didiskusikan.
f. Tidak tepat digunakan pada awal proses belajar apabila siswa
baru diperkenalkan pada bahan pembelajaran baru.
g. Apatis bagi siswa yang tidak terbiasa berbicara dalam forum
(Hamdani, 2011: 159).
6. Strategi agar Metode Diskusi Efektif
Metode diskusi tidak dapat diterapkan pada semua bab dalam mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam. Biasanya metode ini diterapkan pada
bidang studi yang sifatnya problematis, seperti syariah dan akhlak.
28
Prof. Dr. Winarno Surakhmad (1986: 104) menjelaskan jenis dan
sifat pertanyaan yang layak didiskusikan adalah:
a. Menarik minat anak didik yang sesuai tarafnya.
b. Mempunyai kemungkinan-kemungkinan jawaban lebih dari satu
yang dapat dipertahankan kebenarannya.
c. Pada umumnya, tidak menanyakan “manakah jawaban yang
benar”, tetapi lebih mengutamakan penalaran yang
mempertimbangkan dan membandingkan.
Agar proses pembelajaran dengan metode diskusi ini berjalan lancar
dan menghasilkan tujuan belajar secara efektif, Mulyasa (2010: 117)
memberikan langkah-langkah berikut:
a. Rumuskanlah tujuan dan masalah yang akan dijadikan topik
diskusi.
b. Siapkanlah sarana dan prasarana yang diperlukan untuk diskusi.
c. Susunlah peranan-peranan peserta didik dalam diskusi, sesuai
dengan jenis diskusi yang akan dilakukan.
d. Berilah pengarahan kepada peserta didik secukupnya agar
melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan diskusi.
e. Ciptakanlah suasana yang kondusif sehingga peserta didik dapat
mengemukakan pendapat secara bebas untuk memecahkan
masalah yang didiskusikan.
f. Berilah kesempatan kepada peserta didik secara merata agar
diskusi tidak didominasi oleh beberapa orang saja.
29
g. Sesuaikan penyelenggara diskusi dengan waktu yang tersedia.
h. Sadarlah peranan guru dalam diskusi, baik sebagai fasilitator,
pengawas, pembimbing maupun sebagai evaluator jalannya
diskusi.
i. Akhirilah diskusi dengan mengambil kesimpulan dari apa yang
telah dibicarakan. Kesimpulan sebaiknya dilakukan oleh peserta
didik di bawah bimbingan guru. Tetapi apabila peserta didik
kesulitan mengambil kesimpulan, kesimpulan dapat dilakukan
oleh guru dan jangan mengulur-ulur waktu.
B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pengertian pembelajaran menurut Muhammad Surya yang dikutip
oleh Majid (2014: 4) adalah suatu proses untuk mendapatkan suatu
perubahan perilaku secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman
individu. Sedangkan menurut Oemar Hamalik pembelajaran adalah
suatu kombinasi yang tersusun dari unsur manusiawi, fasilitas, material
dan prosedur yang saling mempengaruhi sehingga dapat mencapai
tujuan pembelajaran.
Muhaimin mendefinisikan pembelajaran sebagai upaya untuk
membelajarkan peserta didik. Istilah pembelajaran dianggap lebih tepat
karena ia menggambarkan upaya untuk membangkitkan prakarsa
belajar seseorang. Di samping itu, istilah pembelajaran memiliki
30
makna yang lebih dalam untuk mengungkapkan hakikat desai
pembelajaran dalam membelajarkan peserta didik. Senada dengan
definisi tersebut, Abdul Majid menjelaskan bahwa pembelajaran
adalah upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang
melalui berbagai upaya dan berbagai strategi, metode dan pendekatan
ke arah pencapaian tujuan yang tlah direncanakan. Pembelajaran dapat
pula dipandang sebagi kegiatan pendidik secara terprogram dalam
desain intruksional untuk membuat peserta didik belajar secara aktif
yang menekankan pola penyediaan sumber belajar (Amirulloh, 2015:
74-75).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan pengertian
pembelajaran adalah interaksi antara peserta didik, pendidik dan
sumber belajar dalam lingkungan belajar.
Pendidikan secara bahasa berasal dari bahasa Arab, yaitu at-
tarbiyah yang mempunyai makna pendidikan (Achmadi, 1987: 4).
Adapun pengertian Pendidikan Agama Islam menurut Departemen
RI yang dikutip oleh Sabri (1999: 74) adalah usaha sadar dan
terencana dalam menyiapkan peserta didik dalam meyakini,
memahami, mengahayati dan mengamalkan Agama Islam melalui
kegiatan, bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan
tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat
beragama dalam masyarakat, untuk mewujudkan persatuan nasional.
31
Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha
sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan,
kecakapan dan ketrampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi
manusia muslim yang bertakwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti
luhur dan berkepribadian yang memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran agama islam dalam kehidupannya. Sedangkan
menurut A Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang
diberikan seseorang kepada seseorang agar dia berkembang secara
maksimal sesuai dengan ajaran Islam (Majid, 2012: 12).
Dari beberapa pengertian pembelajaran Pendidikan Agama islam
di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran Pendidikan
Agama Islam adalah interaksi antara peserta didik, pendidik serta
sumber belajar untuk memahami ajaran islam secara menyeluruh dan
benar.
2. Landasan Pendidikan Agama Islam di Indonesia
Dasar-dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Indonesia
memiliki status yang cukup kuat. Dasar tersebut dapat ditinjau dari
beberapa segi, yaitu:
a. Dasar ideal adalah dasar dari falsafah negara Indonesia yaitu
Pancasila sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha
Esa”.
b. Dasar konstitusional adalah dasar-dasar dari UUD 1945 Bab XI
pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: (1) Negara berdasarkan
32
asas Ketuhanan yang Maha Esa. (2) Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama
masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan
itu.
c. Dasar operasional, yaitu di dalam Ketetapan MPRS No.
II/MPRS/1960, bab II Pasal 2 ayat 3 setelah diperbaharui
dengan ketetapan MPRS No XXVII/MPRS/1966 yang
menetapkan bahwa pendidikan agama menjadi mata pelajaran
di sekolah-sekolah mulai dari sekolah dasar sampai dengan
universitas-universitas negeri (Shaleh, 1969: 208).
Dalam Tap MPR No IV/MPR/1973 yang kemudian
dikokohkan dalam Tap MPR No. IV/MPR 1978 jo. Ketetapan
MPR Np. II/MPR/1983, diperkuat oleh Tap MPRNo
II/MPR/1988 dan Tap MPR No. II/MPR 1993 tentang garis-
garis Besar Haluan Negara yang pada pokoknya menyatakan
bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung
dimaksudkan dalam kurikulum sekolah-sekolah formal, mulai
dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi (Dian dan Majid,
2004: 132)
Di dalam pasal 4 Undang-undang Pokok Pendidikan
ditegaskan bahwa pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas
asas-asas yang termaktub dalam Pancasila, Undang-undang
Dasar Republik Indonesia. Pancasila sebagai landasan
33
pendidikan berarti bahwa: pendidikan nasional haruslah
berdasarkan pendangan hidup dan pandangan bangsa
Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, maka pendidikan nasional
memberikan kesempatan bagi pemeliharaan rohani melalui
pendidikan dan pengajaran agama, tiap-tiap anak diberi
kesempatan untuk mengikuti pelajaran Pendidikan Agama
sesuai dengan keyakinannya masing-masing, selaras dengan
ketetapan MPRS yang telah diuraikan di atas (Shaleh, 1969:
37).
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Fungsi Pendidikan Agama Islam untuk sekolah atau madrasah
menurut Majid (2012, 15) adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan
peserta didik kepada Allah yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga.
b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosisal dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan
ajaran islam.
34
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan
peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman
ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif atau dari
lingkungannya yang dapat membahayakan dirinya dan
menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia
seutuhnya.
f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum
(alam nyata dan nirnyata), sistem dan fungsionalnya.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki
bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan orang lain.
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam
“Pendidikan Agama islam di sekolah atau madrasah bertujuan
untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian
dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang berkembang dalam hal keimanan,
ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi” (Majid, 2012:
16).
Tujuan Pendidikan Agama Islam menurut Al-Abrasy yang dikutip
oleh Zakiyah Daradjat (1995: 18), antara lain:
a. Sebagai pembentukan akhlak mulia.
b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.
35
c. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi
pemanfaatan. Keterpaduan antara agama dan ilmu akan dapat
membawa manusia menuju kesempurnaan.
d. Menumbuhkan roh ilmiah para pelajar dan memenuhi
keinginan untuk mengetahui serta memiliki kesanggupan untuk
mengkaji ilmu sekedar sebagai ilmu.
e. Mempersiapkan para pelajar untuk suatu profesi tertentu
sehingga ia mudah mencari rezeki.
5. Pentingnya Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Sebagai sarana pendidikan yang akan mendidik para peserta didik
ke dalam jenjang kehidupan yang lebih baik, sekolah sangat
berkepentingan dengan moralitas peserta didik. Pendidikan agama
memberi kontribusi penting yang tidak dapat diberikan mata pelajaran
lain, yakni dalam hal memanusiakan insan-insan muda.
Berpijak kepada pentingnya perwujudan pendidikan agama di
sekolah, setidaknya ada empat hal yang realistis yang dapat diharapkan
dari pendidikan agama di sekolah umum.
a. Pendidikan agama memberi wawasan tentang kehidupan secara
utuh. Kontribusi pelajaran agama memberi wawasan holistik
tentang alam dan dunia.
b. Pendidikan agama memfasilitasi tumbuhnya kesadaran bahwa
ilmu harus diamalkan tanpa pamrih. Belajar bukanlah untuk
36
mendapatkan gelar, namun untuk meningkatkan kualitas hidup
sendiri dan sesama sesuai bidang keahliannya.
c. Pendidikan agama memberi kontribusi dalam membangun
karakter (character building). Lewat pendidikan agama, murid
menyadari ada hal-hal mulia, seperti nilai-nilai moral,
kemanusiaan dan tanggung jawab.
d. Pendidikan agama mengedepankan aspek universal dari agama.
Yaitu memotivasi manusia untuk berbuat baik dan menjadi
orang baik (Sapsuha, 2013: 56-57).
6. Materi Pendidikan Agama Islam SMP kelas VIII
Sebagaimana kita ketahui, ajaran pokok Islam meliputi masalah
aqidah (keimanan), syariah (keislaman), dan akhlak (ihsan).
Aqidah besrifat i’tikad batin, emngajarkan ke-Esaan Allah, Esa
sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini.
Syari’ah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati
semua peraturan dan hukum Tuhan, guna mengatur hubungan antar
manusia dengan Tuhan, dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan
manusia.
Akhlak suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurna bagi
kedua amal di atas dan mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup
manusia.
Ketiga kelompok ilmu agama tesrebut kemudian dilengkapi
dengan pembahsan dasar hukum Islam yaitu Al-Qur’an dan hadis serta
37
ditambah lagi dengan sejarah Islam (tarikh) (Dian dan Majid, 2004:
77)
Adapun materi Pendidikan Agama Islam kelas VIII yang terdapat
di silabus adalah sebagai berikut:
a. Q.S. Al-Furqan (25): 63; dan Q.S. Al Isra’(17) : 27; dan Hadis
tentang rendah hati, hemat dan hidup sederhana.
b. Q.S. An Nahl (16):114 dan Hadis terkait tentang perilaku
perilaku mengonsumsi makanan dan minuman yang halal dan
bergizi.
c. Q.S. Al-Maidah (5): 90–91 dan 32 serta Hadis terkait tentang
perilaku menghindari minuman keras, judi, dan pertengkaran.
d. Iman kepada kitab-kitab Allah.
e. Iman kepada Nabi dan Rasul Allah.
f. Shalat sunnah berjamaah dan munfarid.
g. Macam-macam sujud.
h. Puasa sunnah dan puasa wajib.
i. Makanan dan minuman yang halal dan haram.
j. Sejarah Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan dari masa Umayah
hingga masa Abbasiyah (Reda, 2016: i).
38
C. Pembentukan Karakter
1. Pengertian Pembentukan Karakter
Pembentukan yaitu proses, cara, perbuatan membentuk. Sedangkan
karaker adalah nilai dasar yang membangun pribadi seseorang,
terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh
lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta
diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari
(Samani dan Hariyanto, 2013: 237).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip oleh Listyarti
(2012: 8) , karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain; tabiat;
watak.
Dalam buku Rohinah M. Noor menyebutkan bahwa menurut
Wynne (1991), kata karakter berasal dari bahasa Yunani ”to mark”
(menandai) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai
kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Dalam pendidikan
karakter, Thomas Lickona (1992) menekankan pentingnya tiga
komponen karakter yang baik, yaitu moral knowing atau pengetahuan
tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral dan moral
action atau perbuatan bermoral.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian pembentukan karakter
adalah membangun watak atau kepribadian seseorang. Tentunya
39
kepribadian tersebut adalah kepribadian yang baik. Melalui proses
pendidikan nantinya akan dapat menghasilkan karakter yang baik.
2. Tujuan Pendidikan Karakter
Menurut Darma Kesuma yang dikutip oleh Fadhilah dan Khorida
(2014: 25), tujuan pendidikan karakter khususnya dalam setting
sekolah, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang
dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian atau
kepemilikian peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai
yang dikembangkan.
b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah.
c. Membangun hubungan yang harmonis dengan keluarga dan
masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan
karakter secara bersama-sama.
Selain ketiga tujuan di atas, ada juga beberapa tujuan pendidikan
karakter, yaitu:
a. Mengembangkan nurani peserta didik sebagai manusia dan
warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter.
b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang
terpuji.
c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta
didik sebagai generasi penerus bangsa.
40
d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia
yang mandiri, kreatif dan kritis.
e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai
lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan
persahabatan.
3. Manfaat Pendidikan Karakter
Melalui adanya pendidikan karakter, diharapkan dapat mengurangi
berbagai persoalan negatif yang terjadi di bangsa ini. Mulai dari
perilaku menyimpang kekerasan, ketidakjujuran, sampai pada perilaku
korupsi dan lain sebagainya.
Berkaitan dengan itu, menurut Zubaedi yang dikutip oleh Fadhilah
dan Khorida (2014: 27-28), ada beberapa fungsi diadakannya
pendidikan karakter, antara lain:
a. Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi. Pada fungsi
ini pendidikan karakter berfungsi untuk membentuk dan
mengembangkan potensi peserta didik agar berpikiran yang
baik, berhati baik serta berperilaku yang baik sesuai dengan
falsafah Pancasila.
b. Fungsi perbaikan dan penguatan. Maksudnya adalah
pendidikan karakter berfungsi untuk memperbaiaki dan
memperkuat peran keluarga, pentingnya pendidikan,
masyarakat serta pemerintah untuk ikut serta dalam
41
pengembangan potensi warga negara unttuk menuju bangsa
yang mandiri dan sejahtera.
c. Fungsi penyaring. Artinya, pendidikan karakter dimaksudkan
untuk memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya
asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa yang bermartabat.
4. Landasan Pendidikan Karakter
Beberapa landasan dari pendidikan karakter di Indonesia, adalah
sebagai berikut:
a. Agama
Agama merupakan sumber kebaikan, oleh karena itu
pendidikan karakter harus dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai
ajaran agama. Karakter yang dikembangkan tidak boleh
bertentangan dengan agama.
b. Pancasila
Pancasila adalah dasar negara yang menjadi acuan dalam
melaksanakan setiap roda pemerintahan. Nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya menjadi nilai-nilai pula dalam
mengatur kehidupan politik, hukum, kemasyarakatan, budaya
dan seni. Maka dari itu, peserta didik dipersiapkan untuk
mampu menjadi warga negara yang lebih baik.
42
c. Budaya
Indonesia memiliki budaya yang sangat beragam. Nilai
budaya dijadikan sebagai dasar dalam pemberian makna
terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota
masyarakat. Oleh karena itu, budaya yang ada di Indonesia
harus menjadi sumber nilai dalam pendidikan karakter bangsa
agar pendidikan yang ada tidak terlepas dari akar budaya
bangsa Indonesia.
d. Tujuan Pendidikan Nasional
Rumusan pendidikan nasional secara keseluruhan telah diatur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Undang-
Undang tersebut, disebutkan bahwa fungsi dan tujuan
pendidikan nasional ialah mengemabngkan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (Fadhilah dan Khorida, 2014: 34).
43
5. Butir-butir Pendidikan Berkarakter Bangsa
Ada 18 butir nilai pendidikan berkarakter bangsa, antara lain:
a. Religius: sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya.
b. Jujur: perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
perbuatan dan pekerjaan.
c. Toleransi: sikap dan perilaku yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis serta pendapat orang lain yang berbeda
darinya.
d. Disiplin: tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
e. Kerja keras: perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-
sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas
serta menyelesaikan tugas sebaik-baiknya.
f. Kreatif: berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan
cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri: sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas.
h. Demokratis: cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain.
44
i. Rasa ingin tahu: sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat dan didengar.
j. Semangat kebangsaan: cara berfikir, bertindak dan berwawasan
yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi dan kelompoknya.
k. Cinta tanah air: cara berfikir, bersikap dan bertindak yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan pengahrgaan yang
tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi dan politik bangsa.
l. Menghargai prestasi: sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui keberhasilan orang lain.
m. Bersahabat atau komunikatif: tindakan yang memperlibatkan
rasa senang berbicara, bergaul dan bekerjasama dengan orang
lain.
n. Cinta damai: sikap. Perkataan dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
o. Gemar membaca: kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang memberikan kebaikan pada
dirinya.
45
p. Peduli lingkungan: sikap dan tindakan yang berupaya menjaga
lingkungan dari kerusakan serta mengembangkan upaya untuk
memperbaiaki kerusakan alam yang sudah terjadi.
q. Peduli sosial: sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain yang membutuhkan.
r. Tanggung jawab: sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia
lakukan, terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan
sekitarnya (Listyarti, 2012: 6-8).
6. Metode Membangun Karakter
Menurut Muwafik Saleh (2012: 12-15), ada beberapa metode yang
dapat digunakan untuk membangun karakter siswa atau anak, antara
lain sebagai berikut:
a. Metode keteladanan. Keteladanan berarti kesediaan setiap
orang untuk menjadi contoh dan miniatur yang sesungguhnya
dari sebuah perilaku.
b. Melalui simulasi praktik. Seperti melalui bermain peran (role
playing) dan demonstrasi.
c. Metode ikon dan afirmasi (menempel dan menggantung). Yaitu
menuliskan afirmasi ataupun ikon-ikon dari karakter yang ingin
dibentuk dan dimiliki.
d. Metode Repeat Power. Yaitu dengan mengucapkan berulang-
ulang sifat atau nilai positif yang ingin dibangun.
46
e. Metode 99 sifat utama. Yaitu pada setiap harinya setiap orang
memilih salah satu sifat Allah (Asmaul Husna) secara
bergantian kemudian menuliskan komitmen perilaku aplikatif
yang sesuai dengan sifat tersebut.
f. Membangun kesepakatan nilai keunggulan. Baik secara pribadi
maupun kelembagaan menetapkan sebuah komitmen untuk
membangun nilai-nilai positif yang akan dijadikan karakter.
g. Melalui penggunaan metafora. Yaitu dengan menggunakan
metode pengungkapan cerita yang diambil dari kisah nyata atau
kisah inspriratif lainnya.
Melalui beberapa metode di atas, karakter siswa dapat dibentuk
dan dikembangkan agar menjadi siswa yang berkarakter mulia dan
berkarakter bangsa.
D. Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:
a. Penelitian Halimatus Sadiyah mahasiswi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dalam skripsinya yang berjudul
“EFEKTIFITAS METODE DISKUSI DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi
kasus di SMP YAPIA Ciputat) dimana hasil penelitiannya
menunjukan bahwa dengan metode diskusi siswa menjadi aktif,
berani berpendapat, bertanggung jawab dengan tugasnya dan
lebih paham dengan materi yang sedang dibahas. Penelitian
47
tersebut berbeda dengan yang akan penulis teliti, penulis
memfokuskan pada peran metode diskusi dalam pembelajaran
PAI terhadap pembentukan karakter siswa.
b. Penelitian Muhimmatun Khasanah mahasiswi UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta dalam skripsinya yang berjudul
“PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS SISWA
DALAM PEMBELAJARAN PAI DAN BUDI PEKERTI
PADA KELAS VII G SMP N 1 IMOGIRI BANTUL
YOGYAKARTA” dimana hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa melalui pembelajaran PAI di kelas maupun di luar kelas
dapat mempengaruhi dan meningkatkan karakter siswa menjadi
lebih baik. Penelitian tersebut berbeda dengan apa yang akan
penulis teliti. Penulis akan membahas mengenai peran metode
diskusi dalam pembelajaran PAI terhadap pembentukan
karakter siswa.
c. Penelitian Yulia Maftuhah Hidayati dan Susilo Adi Prasetyo
mahasiswa FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta yang
berjudul “PERAN METODE DISKUSI DALAM
PEMBENTUKAN KARAKTER MAHASISWA PGSD FKIP
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA”
dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan
metode diskusi dapat membentuk karakter seseorang dan juga
metode tersebut dapat menunjang pemahaman pembelajaran.
48
Penelitian tersebut berbeda dengan yang akan pemulis teliti.
Penulis menyertakan peran metode diskusi dalam pembelajaran
PAI terhadap pembentukan karakter siswa.
2. Persamaan dan Perbedaan antara yang diteliti dengan
penelitian yang relevan
Penelitian ini relevan dengan ketiga penelitian di atas, ada
beberapa persamaan dan juga perbedaannya. Adapun persamaan
dari penelitian ini dengan ketiga penelitian di atas adalah peneliti
ingin mengetahui tentang pelaksanaan metode diskusi dalam
pembelajaran serta bagaimana perannya terhadap karakter siswa.
kemudian dari sisi hasil penelitian ada beberapa persamaan yaitu
metode diskusi dapat menunjang perkembangan karakter siswa
untuk menjadi yang lebih baik.
Sedangkan perbedaannya antara lain dari segi judul
penelitiannya berbeda. Peneliti menuliskan judul “Peran Metode
Diskusi dalam Pembelajaran PAI pada Pembentukan Karakter
Siswa Kelas VIII SMPN 05 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017”
dimana judul itu tidak sama dengan ketiga penelitian di atas.
Kemudian dari tempat penelitian. Peneliti meneliti tentang judul
tersebut di SMPN 05 Salatiga. Dimana tempat itu berbeda dengan
ketiga penelitian di atas. Selain itu ada tujuan penelitian yang
berbeda, dalam hal ini peneliti ingin meneliti peran dari metode
diskusi pada pembentukan karakter.
49
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dari segi pelaksanaan pengumpulan data, penelitian ini termasuk
penelitian lapangan (field research) yang berlokasi di SMPN 05 Salatiga.
Penelitian Lapangan adalah suatu penelitian yang dilakukan di lapangan atau
di lokasi penelitian, suatu tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk
menyelidiki gejala obyektif yang terjadi di lokasi tersebut (Fathoni, 2011:
96).
Penelitian yang akan dilakukan bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif
dapat membantu peneliti untuk memperoleh jawaban atas suatu gejala, fakta,
dan realita yang dihadapi, sekaligus memberikan pemahaman dan pengertian
baru atas masalah tersebut sesudah menganalisis data yang ada.
(Muhimmatun, 2015: 33).
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian
yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang
berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan
manipulasi atau perubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi
50
menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi bisa
individual atau menggunakan angka-angka (Sukmadinata, 2006: 5).
Berdasarkan penjelasan tersebut, diharapkan dengan adanya penelitian
ini maka dapat menggambarkan tentang peran metode disksusi dalam
pembelajaran PAI terhadap pembentukan karakter siswa kelas VIII SMPN 0 5
Salatiga. Penelitian ini berusaha menemukan data yang berkenaan dengan
fakta, fenomena yang terjadi selama proses pelaksanaan pembelajaran PAI
dengan menggunakan metode diskusi terhadap pembentukan karakter siswa,
hambatan serta upaya dalam mengoptimalisasikan kegiatan tersebut.
B. Kehadiran Peneliti
Penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang menekankan pada
hasil pengamatan peneliti. Sehingga peran manusia sebagai instrumen
penelitian menjadi suatu keharusan. Bahkan dalam penelitian kualitatif, posisi
peneliti menjadi instrumen kunci (the key instrument). Sebagai intrumen
kunci, kehadiran dan keterlibatan peneliti di lapangan lebih memungkinkan
untuk menemukan makna dan tafsiran dari subyek penelitian dibandingkan
dengan penggunaan alat bukan manusia (seperti instrumen angket).
Sebagai instrumen kunci, peneliti menyadari bahwa dirinya
merupakan perencana, pengumpul dan penganalisa data, sekaligus menjadi
pelapor dari hasil penelitiannya sendiri. Karenanya peneliti harus bisa
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi lapangan. Peneliti harus
menghindari kesan-kesan yang merugikan informan. Kehadiran dan
51
keterlibatan peneliti di lapangan diketahui secara terbuka oleh subyek
penelitian (afidburhanudin.wordpress.com. Dikutip pada tanggal 02
November 2016 pukul 04:44 WIB).
Dalam penelitian ini, peneliti merupakan pengamat penuh, yaitu
mengamati peran diskusi dalam pembelajaran PAI terhadap pembentukan
karakter siswa kelas VIII SMPN 05 Salatiga. Selain itu, kehadiran peneliti di
lokasi penelitian juga telah mendapatkan ijin dari lembaga pendidikan yang
dijadikan obyek penelitian (SMPN 05 Salatiga) secara formal, yaitu melalui
ijin tertulis dari lembaga peneliti (IAIN Salatiga) serta dari Badan
Pemerintahan Kota salatiga bagian KESBANGPOL.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil obyek penelitian siswa
kelas VIII SMPN 05 Salatiga yang berlokasi di Jalan Bima No. 10, Dukuh,
Sidomukti Salatiga, Jawa Tengah 50722.
D. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah semua data dan informasi yang
diperoleh dari para informan yang dianggap paling mengetahui secara rinci
dan jelas mengenai fokus penelitian yang diteliti, yaitu peran metode diskusi
dalam pembelajaran PAI terhadap pembentukan karakter siswa kelas VIII
SMPN 05 Salatiga. Selain itu diperoleh dari hasil dokumentasi yang
menunjang terhadap data yang berbentuk kata-kata tertulis maupun tindakan.
52
9. Sumber data
Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.
Sumber data dibagi menjadi dua, yaitu:
c. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari
lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan
merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan
mengamati atau mewawancarai. Jawaban dari pertanyaan yang
dilontarkan pada subyek penelitian dicatat sebagai data utama
ditambah dengan hasil pengamatan dari tindakan subyek penelitian
di SMPN 05 Salatiga.
Di antara data primer yang akan dicari adalah: 1) peran
metode diskusi dalam pembelajaran PAI dalam pembentukan
karakter siswa kelas VIII SMPN 05 Salatiga, 2) karakter siswa
yang dapat dikembangkan dari pembelajaran PAI dengan metode
diskusi, 3) faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran
PAI dengan metode diskusi.
Adapun sumber data langsung peneliti dapatkan dari hasil
wawancara kepada: 1) Kepala Sekolah SMPN 05 Salatiga yaitu Ibu
Dwi Hartati, S.Si., M.Pd, 2) Guru Pendidikan Agama Islam Bapak
Muhammad Arif, S.Pd.I dan Ibu Mustaqimah, S.Ag, 3) Waka
Kurikulum yaitu Ibu Dyan Ernawati 4) siswa kelas VIII SMPN 05
Salatiga, serta pengamatan.
53
d. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber bacaan
dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat
pribadi dan dokumen resmi dari instansi. Peneliti menggunakan
data sekunder ini untuk memperkuat hasil temuan dan melengkapi
informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara dan
pengamatan.
Data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen-
dokumen yang terkait dengan SMPN 05 Salatiga. Sumber data
tertulis atau dokumen yang diperoleh dari bagian administrasi
SMPN 05 Salatiga. Adapun data tertulis tersebut diantaranya
adalah visi misi sekolah, letak geografis, keadaan guru, siswa dan
karyawan, serta sarana prasarana yang ada.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data menurut Suwartono (2014: 41) adalah berbagai
cara yang digunakan untuk mengumpulkan data, menghimpun,
mengambil, atau menjaring data penelitian.
Untuk mengetahui data-data di lapangan, maka digunakanlah
beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, observasi dan
dokumentasi.
54
d. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses
tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya
pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban
diberikan oleh yang diwawancara. Orang yang mengajukan
pertanyaan dalam proses wawancara disebut pewawancara
(interview) dan yang memberikan wawanca disebut interviewe.
(Fathoni, 2005: 105)
Metode ini digunakan peneliti untuk mendapatkan
informasi dari sumber data, yaitu Kepala Sekolah, Waka
Kurikulum, Guru PAI serta siswa kelas VIII SMPN 05
Salatiga.
e. Observasi
Observasi yaitu teknik pengumpulan data melalui
pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian. Jenis
observasi dalam penelitian ini adalah observasi pasif, yaitu
peneliti tidak ikut terlibat dalam kegiatan akan tetapi hanya
mengamati.
Dalam hal ini, peneliti melakukan observasi nonpartisipan.
Pada metode observasi penulis mencari data dan mencatat hal-
hal yang penting dan yang diperlukan. Seperti: keadaan atau
situasi pembelajaran PAI dengan menggunakan metode
diskusi, pelaksanaan pembentukan karakter siswa melalui
55
metode diskusi, pola interaksi antara siswa dan guru, serta
pelaksanaan kegiatan, pembiasaan, pembentukan karakter
siswa melalui pembelajaran PAI dengan metode diskusi.
f. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bukti-bukti (gambar, suara,
tulisan) terhadap segala hal baik obyek atau segala sesuatu
yang sedang terjadi. Pengumpulan data dengan dokumentasi
lebih menitikberatkan pada situasi pembelajaran di kelas,
gambaran umum SMPN 05 Salatiga, serta arsip pembelajaran
PAI yang telah dilaksanakan berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang digunakan oleh guru PAI.
F. Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data model Miles
dan Huberman. Dalam analisis data ini meliputi tiga aktivitas, yaitu:
1. Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
56
2. Penyajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay
data. Melalui penyajian tersebut, maka data terorganisasikan, terrsusun
dalam pola hubungan, sehingga semakin mudah dipahami. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan penyajian data dalam bentuk tabel
dan naratif.
3. Penarikan kesimpulan
Setelah data disajikan, langkah berikutnya adalah penarikan kesimpulan
dan verifikasi. Kesimpulan awal masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan pada tahap awal, didukung oleh bukti-
bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan
dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Teknik yang digunakan untuk pengecekan keabsahan data adalah teknik
triangulasi. Tehnik yang menggabungkan data dan sumber data yang telah
ada. Triangulasi merupakan pengumpulan dan pengecekan data menggunakan
perspektif berlainan. Misalnya, menggabungkan catatan lapangan hasil
pengamatan dan naskah hasil wawancara.
Dalam penelitian ini tehnik triangulasi akan digunakan pada sumber-
sumber yang diasumsikan banyak informasi yang akan didapat. Triangulasi
yang akan digunakan adalah triangulasi teknik. Triangulasi teknik dilakukan
57
dengan memakai beberapa metode penelitian dalam menggali data sejenis,
misalnya wawancara, observasi, dan angket (Khasanah, 2015: 37-38).
H. Tahap-tahap Penelitian
Penelitian ini melalui empat tahap, yaitu:
1. Tahap pra-lapangan
Dalam tahap ini yang dilakukan peneliti adalah menyusun rancangan
penelitian, memilih lapangan penelitian, melakukan observasi, mengurus
perizinan dari lembaga IAIN serta KESBANGPOL, menjajaki dan
menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, serta
menyiapkan perlengkapan penelitian.
2. Tahap pekerjaan lapangan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan diri dengan menjaga
kesehatan fisik, berpenampilan rapi dan sopan saat melakukan penelitian.
Peneliti mengamati pembelajaran PAI dengan metode diskusi, mengamati
dan mencatat data-data yang diperlukan sesuai pedoman penelitian yang
telah dibuat. Peneliti melakukan wawancara kepada para informan sesuai
dengan pedoman wawancara. Peneliti berbaur menjadi satu dan menjaga
keakraban dengan subyek. Selain itu peneliti juga harus berbahasa yang
baik dan jelas agar dalam mencari informasi subyek mudah
menjawabnya. Sambil berperan serta, peneliti juga mencatat data yang
diperlukan.
58
3. Tahap analisis data
Analisis data menurut Patton dalam Moleong (2011: 103), adalah
proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,
kategori, dan satuan uraian dasar. Dalam hal ini peneliti mengatur data
yang sudah didapatkan kemudian mengurutkan, mengelompokkan,
memberikan kode, dan mengkategorikannya serta menghasilkan sebuah
kesimpulan yang sesuai dengan rumusan masalah.
4. Tahap penelitian laporan
Pada tahap ini peneliti menyusun hasil penelitian,
mengkonsultasikan hasil penelitian pada pembimbing, perbaikan hasil
konsultasi, pengurusan kelengkapan persyaratan ujian, dan Munaqosah
skripsi.
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMPN 50 Salatiga
1. Sejarah dan Proses Perkembangannya
Gedung sekolah SMPN 05 Salatiga diresmikan pada hari kamis 20
Maret 1980 oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen P dan K Provinsi
Jawa Tengah Drs.Koestidjo,NIP 130 430 069. Adapun daftar kepala
sekolah SMPN 05 Salatiga antara lain :
a. Periode 1980-1990 : Soediyono
b. Periode 1991-1995 : Sien Sarsini
c. Periode 1995-2000 : Koesno
d. Periode 2000-2003 : Purwadi Antoro
e. Periode 2003-2006 : Kris Mardiyoko,S.Pd.
f. Periode 2006-2008 : Budhiyanto,S.Pd.
g. Periode 2008-2011 : Drs. Tri Purnama Adi Putranta
h. Periode 2011-2014 : Suhirman,S.Pd.
i. Periode 2014-2016 : Dwi Hartati, S.Si., M.Pd.
2. Profil Sekolah
a. Nama Sekolah : SMP Negeri 5 Salatiga
b. Nomor Induk Sekolah : 20.005.0
c. Nomor Statistik Sekolah : 20.1.0362.01.005
d. NPSN : 20.32.84.38
e. Alamat Sekolah : Jalan Bima No 10, Grogol, Dukuh,
Sidomukti, Kota Salatiga
f. Nomor Telepon/Fax : (0298) 321 972
g. Website : www.smp5salatiga.ac.id
60
h. Email : [email protected]
i. Kode Pos : 50722
j. Akreditasi : A
k. Tahun berdiri : 1979
l. Kepala Sekolah : Dwi Hartati,S.Si.,M.Pd.
3. Visi dan Misi Sekolah
a. Visi
Membentuk generasi muda yang PASTI BISA: Pandai,
berAkhlak mulia, Santun, Terampil, Beriman kepada Tuhan Yang
Maha Esa, Bersih, Indah, Sehat, dan Aman serta berwawasan
lingkungan.
b. Misi
1) Meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran
agama sebagai landasan untuk mewujudkan insan yang beriman
dan bertaqwa.
2) Melaksanakan pembelajaran yang efektif dan penilaian secara
menyeluruh dan berkesinambungan untuk mengoptimalkan
prestasi akademis siswa.
3) Menanamkan norma dan tata nilai yang sesuai dengan budaya
bangsa Indonesia.
4) Mendayagunakan seluruh potensi sekolah demi terwujudnya
wawasan wiyata mandala, utamanya optimalisasi pembinaan
SDM.
5) Mendorong dan membantu siswa untuk dapat mengenali potensi
dirinya, sehingga dapat berkembang secara optimal.
6) Mewujudkan lingkungan yang bersih, indah, sehat, dan aman.
61
4. Jumlah Siswa
Jumlah seluruh siswa SMPN 05 Salatiga adalah sebagai berikut:
Tabel: 4.1
Jumlah siswa SMPN 05 Salatiga
Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah
VII 122 107 229
VIII 99 118 217
IX 97 120 217
5. Kurikulum
Mulai tahun pelajaran 2013-2014 SMP Negeri 5 Salatiga secara
bertahap menggunakan Kurikulum 2013 dari kelas VII, tahun
pelajaran 2014-2015 kelas VII dan VIII, tahun pelajaran 2015-2016
kelas VII,VIII,dan IX dan tahun 2016-2017 juga menggunakan
Kurikulum 2013.
6. Ekstrakurikuler
Ada banyak kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan di
SMP Negeri 5 Salatiga, yang memang bertujuan untuk menyalurkan
bakat dan minat yang dimiliki oleh siswa. Kegiatan tersebut meliputi:
1) Kegiatan wajib
Siswa kelas VII SMP Negeri 5 Salatiga wajib mengikuti
kegiatan Pramuka yang dilaksanakan setiap hari Sabtu, pukul 11.15
sampai selesai.
62
2) Kegiatan pilihan wajib
Siswa harus memilih satu jenis kegiatan dari tujuh jenis
kegiatan yang telah ditentukan jadwalnya oleh sekolah, yaitu:
Tabel: 4. 2
Jadwal Ekstrakurikuler Sekolah
No Kegiatan Ekstra Hari WAKTU
1 Pramuka Sabtu 13.00-14.30
2 Karawitan Rabu 14.00-15.30
3 PMR Rabu 14.00-15.30
4 Mading Selasa 14.00-15.30
5 Band Senin 14.00-15.30
6 Karate Kamis 14.00-15.30
7 Rebana Selasa 14.00-15.30
8 MTQ, BTQ Kamis 14.00-15.30
9 Seni Tari Selasa 14.00-15.30
10 Bola Voly Selasa/Kamis 14.00-15.30
11 Tenis Meja Kamis 14.00-15.30
12 Futsal Rabu 15.00-16.30
13 OSN Selasa 14.00-15.30
14 KIR Rabu 14.00-15.30
15 PKS Senin 14.00-15.30
16 PBB Kamis 14.00-15.30
17 Story Telling Senin 14.00-15.30
63
7. Keadaan sarana dan Prasarana
Adapun daftar sarana prasarana SMP Negeri 5 Salatiga tahun
2016 sebagai berikut:
Tabel: 4.3
Keadaan sarana dan prasaran Sekolah
No Ruang/Alat Jumlah Kondisi
Baik Rusak
1 Ruang Kelas 24 √
2 Laboratorium
a. Komputer 1 √
b. Elektro 1 √
c. Bahasa multimedia 1 √
3 Perpustakaan 1 √
4 Olahraga 1 √
5 OHP 2 √
6 Masjid 1 √
7 Komputer/Laptop 13 √
8 Printer 14 √
9 Mesin Ketik Elektronik 1 √
10 Tape Recorder 4 √
11 Salon Box 2 √
12 LCD proyektor 28 √
13 Komputer Siswa 22 √
14 DVD 2 √
15 Organ/Keyboard 3 √
16 Sepeda Motor 1 √
17 Kamera Digital 2 √
64
18 Podium 2 √
19 Filling Kabinet 12 √
20 TV 3 √
21 Internet / Wifi 1 √
B. Temuan Penelitian
1. Profil Responden SMPN 05 Salatiga
a. Dwi Hartatik, S.Si, M.Pd (DH)
Sebagai kepala sekolah di SMPN 05 Salatiga. Lahir di Semarang 23
Januari 1963. Menempuh pendidikan S1 di UKSW Salatiga
dilanjutkan S2 Managemen Pendidikan lulus pada tahun 2007.
b. Dyan Ernawati (DE)
Sebagai waka kurikulum dan juga guru IPA di SMPN 05 Salatiga.
Lahir di Kabupaten Boyolali 29 Oktober 1960. Menempuh pendidikan
S1 di Universitas Terbuka Jakarta dilanjutkan S2 Biologi lulus pada
tahun 2009.
c. Muhammad Arif, S.Pd.I (MA)
Sebagai guru PAI kelas VIII SMPN 05 Salatiga. Lahir di Semarang 09
Juni 1986. Beralamatkan di Promasan 02/02 Kumpulrejo Argomulyo
Salatiga. Beliau adalah lulusan S1 PAI STAIN Salatiga yang sekarang
berganti dengan IAIN Salatiga.
65
d. Mustaqimah (M)
Sebagai guru PAI kelas VIII dan IX SMPN 05 Salatiga. Lahir di
Salatiga 19 Oktober 1970. Menempuh pendidikan S1 IAIN Semarang
jurusan PAI lulus pada tahun 1994.
e. Adrian Ilham (AI)
Sebagai siswa kelas VIII SMPN 05 Salatiga. Lahir di Balikpapan 07
Desember 2002. Beralamatkan di Banjaran 07/07 Salatiga.
f. Nurzanu Wira (NW)
Sebagai siswa kelas VIII SMPN 05 Salatiga. Lahir di Salatiga 08
Januari 2003. Beralamatkan di Pengilon Salatiga.
g. Nadia Agusta (NA)
Sebagai siswa kelas VIII SMPN 05 Salatiga. Lahir di Salatiga 28
Agustus 2002. Beralamatkan di Dusun Krajan Patimura Salatiga.
h. Risma Agita (RA)
Sebagai siswa kelas VIII SMPN 05 Salatiga. Lahir di Salatiga 12 Juni
2003. Beralamatkan di Jl Merak Klaseman Salatiga.
i. Taufik Bowo N (TBN)
Sebagai siswa kelas VIII SMPN 05 Salatiga. Lahir di Kabupaten
Semarang 21 Mei 2003. Beralamatkan di Jl Imam Bonjol Salatiga.
j. Derifa Anjani (DA)
Sebagai siswa kelas VIII SMPN 05 Salatiga. Lahir di Yogyakarta 16
Februari 2003. Beralamatkan di Karangalit Salatiga.
66
k. Safa Kaula (SK)
Sebagai siswa kelas VIII SMPN 05 Salatiga. Lahir di Kabupaten
Semarang 28 Juni 2003. Beralamatkan di Plompongan.
2. Hasil Penelitian di SMPN 05 Salatiga
Berdasarkan penelitian di SMPN 05 Salatiga, dapat dikemukakan
beberapa hasil penelitian sebagai berikut:
a. Peran metode diskusi dalam pembelajaran PAI pada pembentukan
karakter siswa SMPN 05 Salatiga
MA selaku guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII, menuturkan
terkait dengan pelaksanaan metode diskusi di kelas VIII SMPN 05
Salatiga.
“Saya sering menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran
PAI di kelas VIII, namun ada kelas tertentu dimana saya tidak
menggunakannya. Karena ada kelas yang kurang bisa mengikuti
pembelajaran dengan diskusi. Kalau diskusi biasanya saya
menggunakan diskusi dengan model lempar soal, index card short,
debat, proyeksi dengan memanfaatkan barang-barang bekas seperti
kalender. Pada semester ini metode diskusi itu saya terapkan pada bab
ke 11 yaitu menghindari minuman keras, judi dan pertengkaran.
Adapun respon dari siswa itu menyenangkan, banyak yang suka
dengan diskusi karena mereka bisa bertanya apa yang tidak paham,
dan dapat memberikan sanggahan” (Sumber: wawancara dengan MA
pada 07 April 2017 pukul 09:08 WIB di mushola SMPN 05 Salatiga).
Hal itu senada dengan penuturan guru PAI yang mengampu kelas
VIII dan IX SMPN 05 Salatiga.
“Saya selalu menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran
PAI. Baik itu diskusi kelas maupun diskusi dalam bentuk kelompok,
tapi seringnya menggunakan model diskusi kelas. Pada semester ini
hampir semua materi saya menggunakan diskusi. Diskusi itu kan tidak
harus berkelompok akan tetapi kesempatan tanya jawab itu juga
merupakan diskusi. Kalau pembagian kelompok saya fleksibel melihat
67
kedalaman materi dan situasi. Kadang saya juga menggunakan cara
siswa disuruh membuat power point kemudian maju presentasi
menerangkan materi kepada teman-temannya” (Sumber: wawancara M
pada 13 April 2017 pukul 09:02 WIB di ruang mushola)
Peneliti menanyakan tentang peran metode diskusi dalam
pembelajaran PAI pada pembentukan karakter siswa kepada guru PAI
kelas VIII.
“Banyak siswa yang suka dengan metode diskusi saat
pembelajaran. Menurut saya dengan metode diskusi karakter siswa
dapat dimunculkan dan dikembangkan. Seperti siswa menjadi lebih
aktif, teliti, menghargai pendapat orang lain dan demokratis. Selain
itu,cara saya dalam mengembangkan karakter siswa adalah dengan
sering memberikan masukan, nasehat, motivasi dan juga penanaman
tauhid kepada siswa agar memberikan efek positif untuk kepribadian
siswa pada jangka panjang. Memberikan nasehat disesuaikan
kepribadian siswa pada saat itu sehingga siswa dapat merubah
sikapnya menjadi lebih baik” (Sumber: wawancara dengan MA pada
07 April 2017 pukul 09:08 WIB di mushola SMPN 05 Salatiga)
“Metode diskusi jelas merupakan salah satu usaha dalam
pembentukan karakter pada siswa. Misalkan dengan membuat power
point siswa menjadi lebih kreatif, berusaha sendiri, berani bertanya dan
menjawab pertanyaan saat presentasi” (Sumber: wawancara M pada 13
April 2017 pukul 09:02 WIB di ruang mushola)
Berikut penuturan TBN selaku siswa kelas VIII G tentang peran
metode diskusi dalam pembelajaran PAI pada pembentukan karakter
siswa.
“Saya suka dengan metode diskusi, karena dengan diskusi kita
menjadi lebih berinteraksi dengan teman, jiwa sosialnya bertambah.
Selain itu yang paling asyik adalah ada waktu untuk berdebat
memberikan pertanyaan dan sanggahan kepada teman yang sedang
presentasi. Jadi itu membuat saya dan teman-teman menjadi lebih
aktif, berani dan menghargai pendapat orang lain” (Sumber:
wawancara dengan TBN pada 07 April 2017 pukul 09:29 WIB di
ruang kelas VIIIG)
68
Ditambahkan dengan penuturan informan siswa kelas VIII SMPN
05 Salatiga tentang peran metode diskusi dalam pembelajaran PAI
pada pembentukan karakter siswa.
“Menurut saya, diskusi itu enak. Karena diskusi membuat saya
paham materinya karena saya mencari dan memahami materi yang
ditugaskan. Saya selalu memperhatikan teman yang sedang presentasi
di depan, menaggapi apa yang dipresentasikan dan memberikan
pertanyaan” (Sumber: wawancara dengan AP. pada 07 April 2017
pukul 09:29 WIB di ruang kelas VIIIG)
“Kalau pembelajaran agama pak guru sering menggunakan metode
diskusi,. Menurut saya diskusi itu membuat siswa lebih aktif, dan
menguasai materi jadinya lebih paham. Berkompromi dan bertukar
fikiran dengan teman sekelompok untuk menemukan jawaban yang
benar, dan melatih keberanian untuk presentasi di depan kelas”
(wawancara, RA. 07/04/2017)
b. Karakter yang dapat dikembangkan dari pembelajaran PAI dengan
metode diskusi.
Selanjutnya peneliti menyakan tentang karakter apa saja yang
dapat dikembangkan saat pembelajaran PAI menggunakan metode
diskusi.
“Saat diskusi ada beberapa karakter yang dapat dikembangkan
seperti berani meliputi berani berpendapat, berani maju presentasi di
depan kelas, berani bertanya dan berdebat. Kemudian lebih berfikir
kritis karena orang bertanya itu kan juga harus mikir terlebih dahulu
apa yang mau ditanyakan begitu juga yang menjawab. Sikap
kerjasama antar teman, dalam diskusi mereka berinteraksi antar teman
sekelompok” (wawancara, MA. 07/04/2017).
69
Hal itu senada dengan jawaban para informan siswa kelas VIII
SMPN 05 Salatiga,
“Diskusi itu bisa menyelesaikan permasalahan bareng-bareng,
mikirnya lebih teliti, tempat bertukar pendapat, menghargai orang lain
karena saat temannya presentasi di depan kan kita mendengarkan biar
kita paham, lalu kalau kita disuruh maju presentasi kita jadi berani,
dan juga berani bertanya” (Sumber: wawancara dengan AD, SK,TBN
07 April 2017 di mushola).
Kemudian peneliti menanyakan kepada guru PAI mengenai
persiapan dan juga evaluasi dari pembelajaran PAI menggunakan
metode diskusi.
“Persiapannya ya mengatur pembagian kelompok, memahami
materi yang didiskusikan, mengantisipasi siswa agar selalu aktif.
Kalau evaluasinya saya lewat pengamatan jika dia aktif dalam diskusi
saya beri bintang dari kertas marmer atau saya beri pembatas buku.
Atau dengan cara lain saat ada kelompok yang maju semua siswa saya
suruh nilai satu persatu. Nilai itu tinggal dikumpulkan dijadikan satu
dijumlah” (Sumber: wawancara M pada 13 April 2017 pukul 09:12
WIB di ruang mushola).
Selain penanaman karakter kepada siswa melalui pembelajaran di
kelas, ada beberapa pembiasaan yang dilaksanakan di SMPN 05
Salatiga setiap harinya.
“Ada banyak program sekolah yang mendukung pembinaan
karakter siswa diantaranya yaitu pembiasaan setiap pagi bersalaman,
shalat dhuhur berjamaah, shalat jum’at di sekolah, selesai KBM
bersalaman, upacara pagi setiap hari senin, membaca asmaul husna
dan surat-surat pendek, hormat bendera setelah berdoa memulai
pelajaran tapi kalau pelajaran agama setelah berdoa membaca surat-
surat pendek, kemudian kalau pelajaran pendidikan kewarganegaraan
setelah berdoa menyanyikan lagu-lagu kebangsaan” (Sumber:
wawancara dengan M dan DE pada 12 April 2017 pukul 09:30 WIB).
70
c. Kendala dalam pembentukan karakter siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan metode diskusi serta solusinya.
Peneliti menanyakan kepada informan tentang kendala dalam
pembentukan karakter siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam dengan metode diskusi serta solusinya.
“Dalam pelaksanaan diskusi di kelas ada faktor yang mendukung
dan juga kendala yang dihadapi. Adapun faktor pendukungnya adalah:
siswa semangat jika pembelajaran PAI dengan diskusi, seperti yang
saya sebutkan tadi banyak yang suka kemudian dengan diskusi siswa
menjadi lebih aktif, berani dan menghargai pendapat orang lain. Akan
tetapi ada juga kendalanya yaitu waktu yang kurang efisien dan juga
materi kadang menyebar luas dari tujuan pembelajaran, perbedaan
pendapat dalam berkelompok” (wawancara, MA. 07/04/2017)
Peneliti menanyakan hal yang sama kepada beberapa informan,
berikut penuturannya.
“Hambatannya adalah ketika kelas itu pasif, kita menjadi repot.
Guru harus berupaya mengaktifkan anak agar berani bertanya dan
berpendapat. Sedangkan bagi kelas yang aktif itu terkadang siswa
kebablasan dalam sesi tanya jawab sehingga waktunya terulur.
Solusinya ya guru mengendalikan mereka” (Sumber: wawancara M
pada 13 April 2017 pukul 09:05 WIB di ruang mushola)
“Kalau diskusi itu teman-teman semangat. Tapi kadang ada juga
yang malas, hanya beberapa orang saja yang mengerjakan yang lain
ikut-ikutan. Kemudian ada saya juga kadang tidak berani untuk
berpendapat karena saya malu, teman sekelompok kadang ada yang
berbicara sendiri” (wawancara, DA. 07/04/2017)
71
C. Pembahasan dan Analisis Data
1. Peran Metode Diskusi dalam Pembelajaran PAI pada Pembentukan
Karakter Siswa Kelas VIII SMPN 05 Salatiga.
Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan di lapangan, peneliti
dapat menyimpulkan tentang peran metode diskusi dalam pembelajaran
PAI pada pembentukan karakter siswa kelas VIII SMPN 05 Salatiga.
Metode diskusi adalah salah satu metode mengajar yang sering
diterapkan guru PAI kelas VIII SMPN 05 Salatiga saat pembelajaran.
Adapun pengertian metode diskusi menurut JJ Hasibuan dan Dip, Ed dan
Moejiono yang dikutip oleh Dr Armai Arief (2002: 146), “metode diskusi
adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi
kesempatan kepada para siswa untuk mengadakan pembahasan ilmiah
guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun
berbagai alternatif atas pemecahan suatu masalah”.
Pelaksanaan diskusi dalam pembelajaran tidaklah harus selalu
berkelompok kemudian maju untuk mempresentasikan hasil diskusinya
di depan kelas. Namun, model-model diskusi sangatlah beragam seperti
yang dilaksanakan dalam pembelajaran PAI kelas VIII SMPN 05
Salataiga, diantaranya yaitu:
a. Diskusi kelas
Diskusi kelas adalah proses pemecahan masalah yang
dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi
(Suyanti, 2010: 77). Berdasarkan pengamatan, diskusi model
72
inilah yang paling sering digunakan dalam pembelajaran PAI di
SMPN 05 Salatiga. Adanya proses tanya jawab yang berkaitan
dengan materi pembahasan.
Dengan dilaksanakannya diskusi kelas, siswa menjadi aktif
untuk memberikan pertanyaan baik kepada guru ataupun
temannya dalam hal ini adalah siswa. Selain itu, diskusi juga
membuat siswa untuk kreatif dan berfikir kritis untuk menemukan
pertanyaan atau jawabannya.
b. Diskusi kelompok
Pada diskusi kelompok, siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok. Baik dengan cara berhitung ataupun dengan kelompok
menetap yang sudah paten. Kemudian guru memberikan tugas
kepada kelompok-kelompok baik tugas yang sama taupun
berbeda. Setelah tugas didiskusikan, siswa per kelompok maju ke
depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
Diskusi kelompok dapat mendorong siswa untuk aktif,
berlatih berinteraksi dengan temannya, adanya sikap gotong
royong, tanggung jawab, berani serta menghargai pendapat orang
lain.
c. Diskusi model debat
Diskusi model debat hampir sama seperti sesi tanya jawab.
Salah satu siswa atau kelompok melemparkan soal kemudian
kelompok yang diberi pertanyaan menjawab. Pada diskusi model
73
ini, siswa didorong untuk memiliki karakter pemberani yaitu siswa
harus berani mengajukan pertanyaan, berani menanggapi jawaban,
menghargai pendapat orang lain, demokratis, dan memiliki rasa
tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.
d. Index Card Match
Index Card Match merupakan salah satu strategi yang
menyenangkan yang akan mengajak siswa untuk aktif dalam
proses pembelajaran. Tipe ini berhubungan dengan cara-cara
belajar agar siswa lebih mengingat materi pelajaran yang
dipelajari dengan tehnik mencari pasangan kartu yang merupakan
jawaban atau soal dalam keadaan yang menyenangkan (Silberman,
2006: 250).
Pembelajaran dengan diskusi membuat suasana kelas lebih hidup,
kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, merangsang kreatifitas
anak didik, membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam
memecahkan suatu masalah dan dapat menjalin hubungan sosial dengan
antarindividu siswa sehingga menimbulkan rasa harga diri, toleransi,
demokrasi, berfikir kritis dan sistematis (Usman, 2002: 37).
Dari hasil wawancara dan juga observasi, metode diskusi merupakan
salah satu upaya dalam pembentukan karakter siswa. Hal itu dibuktikan
saat pembelajaran PAI dengan metode diskusi, siswa menjadi lebih aktif
untuk segera menyelesaikan tugasnya, siswa menjadi berani untuk maju
74
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, siswa memiliki sikap
menghargai dan mengapresiasi hasil karya orang lain yaitu dengan
mendengarkan dan memahami prseentasi temannya.
Di dalam Al-Qur’an ada beberapa surat yang membahas mengenai
diskusi, salah satunya adalah QS Ali Imran: 159:
ل على الله. إن الله يح ب ...فاعف عنهم واستغفرلهم وشاورهم فى الأمر. فإذا عزمت فتىك
( . ل تىالل (551ال
Artinya: “...dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membualatkan tekad, maka bertawakkalah
pada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya”
Dari penjelasan ayat di atas musyawarah adalah salah satu cara dalam
menyelesaikan masalah untuk mendapatkan keputusan serta dalam
rangka membulatkan tekad dan bertawakkal kepada Allah. Selain itu
pada QS An-Nahl: 125 disebutkan bahwa dalam berdiskusi ketika ada
perbedaan pendapat tidak boleh berselisih dengan cara yang tidak baik.
Islam memerintahkan untuk berdebat dengan cara yang baik. Membantah
pendapat yang tidak sesuai dengan cara yang baik pula.
Jika ayat tersebut diaplikasikan dalam ranah pembelajaran maka
dalam proses diskusi guru memberikan arahan yang benar dalam
mengatur jalannya diskusi agar diskusi berjalan lancar serta tujuan
pembelajaran dapat tercapai pula.
75
2. Karakter yang dapat Dikembangkan Melalui Pembelajaran PAI
dengan Metode Diskusi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan
menggunakan metode diskusi dapat membentuk serta mengembangkan
karakter siswa, antara lain:
a. Toleransi: banyaknya perbedaan dari sisi ras, suku dalam kelas
membuat siswa memiliki rasa toleran. Saat diskusi kelompok
dalam satu kelompok terdiri dari macam-macam siswa baik dari
fisiknya yang berbeda-beda, alamatnya, serta kepribadiannya. dari
perbedaan tersebut siswa akan belajar untuk memahami
kepribadian temannya serta dapat bersikap toleran.
Di dalam Islam, sikap toleransi dapat diaplikasikan dalam berbagai
bentuk, antara lain: Islam mengajarkan untuk menolong siapapun
tidak memandang dari kaya atau miskin, menjalin hubungan
kerabat yang baik, saling menghargai, saling menasehati.
b. Disiplin: dengan metode diskusi, siswa dilatih untuk mengerjakan
tugas yang harus diselesaikan dengan disiplin atau tepat waktu dan
menaati aturan yang berlaku. Siswa berusaha memanfaatkan waktu
yang ia punya untuk hal-hal yang semestinya. Dalam hal ini guru
harus memberi batasan waktu yang jelas agar siswa tidak banyak
bergurau dalam proses diskusi, selain itu agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
76
c. Kerja keras: saat diskusi, siswa disajikan permasalahan yang harus
diselesaikan bersama teman sekelompoknya. Dimana hal itu
menunjang siswa untuk mencari solusi serta jawaban dari
permasalahan tersebut.
Kerja keras adalah melaksanakan sesuatu dengan sungguh-sungguh
untuk mencapai apa yang diinginkan. Sebagai contoh dari kerja
keras adalah kisah Nabi Muhammad SAW yang bekerja keras
dengan cara berdagang untuk membantu perekonomian Abu Tahlib
pamannya.
d. Kreatif: ketika diberi tugas dengan metode diskusi biasanya muncul
ide-ide keratif siswa yang mana mereka lebih berani untuk
mengungkapkan ide tersebut kepada teman sekelompoknya. Saat
pembelajaran dengan metode lain terkadang kekreativitasan siswa
tidak muncul dikarenakan takut salah bertanya atau karena hal lain.
akan tetapi saat diskusi lingkup kerja siswa bersama teman-
temannya menunjang sikap kreatif dari siswa itu. Yang lebih
menarik lagi adalah ada yel-yel kelompok yang harus ditampilkan
sebelum presentasi. Dimana hal itu membuat siswa semakin kreatif
dan senang.
e. Mandiri: Mandiri berarti tidak menggantungkan kepada orang lain.
Saat pembelajaran PAI para siswa yang sudah berkelompok
biasanya diberi tugas yang soalnya tidak sama. Hal itu menunjang
sikap kemandirian siswa dalam menyelesaikan tugas. Mereka
77
merundingkan soal dengan teman sekelompoknya tanpa
mengandalkan teman kelompok lainnya.
f. Demokratis: dengan metode diskusi menunjang siswa untuk
memiliki sikap demokratis, artinya mereka memiliki hak dan
kewajiban yang sama. Demokrasi disini memiliki arti bebas
berpendapat. Jadi para siswa atau audience dalam diskusi bebas
untuk berpendapat namun tetap memperhatikan etika yang ada.
Kapan waktunya berpendapat, bagaimana adabnya berpendapat
harus tetap diperhatikan.
g. Rasa ingin tahu: pembelajaran PAI dengan metode diskusi biasanya
menyajikan hal-hal baru yang sedang terjadi kemudian dibahas.
Kegiatan yang seperti itu membuat rasa ingin tahu siswa itu muncul
dan ia akan mencari jawabannya dari berbagai sumber sehingga ia
benar-benar menguasai atau tahu tentang hal tersebut.
h. Menghargai prestasi: sikap menghargai prestasi saat diskusi bisa
dilakukan ketika presentasi.. kelompok lain yang tidak presentasi
memperhatikan kelompok yang sedang presentasi, dan juga
menghargai pendapat atau jawaban dari kelompok yang sedang
maju presentasi.
Hadis Nabi Muhammad SAW: “Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bekerja dan menekuni pekerjaanny.” (HR
Baihaqi). Kita tidak dapat mengingkari bahwa keberhasilan
seseorang tidak dicapai dengan mudah dan santai tapi dengan
78
perjuangan yang gigih, ulet, rajin dan tekun serta dengan resiko
yang menyertainya. Oleh karena itu, kita patut memberikan
penghargaan atas jerih payah tersebut (Salwinsah.
Salwinsah.wordpress.com dikutip pada 09 Juni 2017 pukul 10.01
WIB)
i. Bersahabat: saat diskusi berlangsung, antar siswa menjalin
komunikasi yang baik, bersahabat satu sama lain untuk
bekerjasama menemukan jawaban dari apa yang ditugaskan.
j. Tanggung jawab: siswa memiliki rasa tanggung jawab terhadap
jawaban yang diberikan serta terhadap selesainya tugas yang
diberikan.
k. Berani: saat diskusi siswa berani mengeluarkan pendapatnya di
hadapan teman-teman serta guru, siswa berani mengangakat tangan
dan memberikan pertanyaan atau sanggahan. Kemudian siswa
berani menyangkap pendapat yang tidak sesuai dengan
pemahamannya.
l. Kritis: siswa dapat menilai hasil karyanya sendiri maupun hasil
karya orang lain. sikap kritis ini juga muncul ketika siswa sedang
menemukan pertanyaan atau akan menjawab pertanyaan. Karena
menemukan sebuah pertanyaan atau jawaban itu membutuhkan
pemikian yang teliti dan kritis.
Dalam pembelajaran dengan metode diskusi, guru dan siswa atau siswa
dengan siswa yang lain saling bertukar pendapat secara lisan, saling
79
berbagi gagasan dan pendapat. Pertanyaan yang ditujukan untuk
membangkitkan diskusi berada pada tingkat kognitif yang lebih tinggi
(Trianto, 2013: 123).
Selain dalam pembelajaran PAI, di SMPN 05 Salatiga melaksanakan
banyak pembiasaan guna mebina karakter siswa agar menjadi lebih baik,
yaitu diantaranya dengan bersalam saat bertemu dengan guru, berdoa
sebelum pembelajaran dimulai, membaca asmaul husna dan menelaah
artinya, membaca surat-surat pendek, shalat dhuhur berjamaah, shalat
jumat, upacara bendera pada hari Senin, menyanyikan lagu-lagu
kebangsaan, dan hormat bendera. Pembiasaan tersebut adalah dalam
rangka membina karakter siswa agar siswa memiliki karakter yang luhur
baik di masa sekarang maupun di masa yang akan mendatang.
3. Kendala dalam pembentukan karakter siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan metode diskusi serta solusinya.
Berdasarkan hasil penelitian, dalam pelaksanaan metode diskusi
dalam pembelajaran PAI terhadap pembentukan karakter siswa di SMPN
05 Salatiga ada beberapa kendala yang terjadi. Adapun kendala yang
terjadi diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Proses diskusi hanya dikuasai oleh sebagian orang saja.
Saat diskusi berlangsung, baik dengan model diskusi kelas
ataupun diskusi kelompok, diskusi hanya dikuasai oleh beberapa
siswa saja yang paham dan berani mengeluarkan pendapatnya.
Jarang proses diskusi itu semua siswa terlibat.
80
Solusinya yang dilakukan adalah apabila diskusi hanya
dikuasai oleh sebagian orang saja maka guru mengambil alih
diskusi dan mempersilahkan kepada yang lain, namun apabila tidak
ada maka guru meminta murid tersebut untuk melanjutkan.
b. Waktu yang kurang efisien.
Pembelajaran dengan diskusi memang mengasyikkan bagi
siswa-siswa yang berminat, terlebih jika tema yang dibahas adalah
tema yang menarik. Hal ini membuat waktu pembelajaran tidak
terasa membosankan. Saat presentasi di depan kelas karena
banyaknya pertanyaan terkadang waktu melebihi batas yang sudah
ditentukan. Sehingga dalam 1 waktu pembelajaran, materi
pembahasan ada yang tidak tercapai.
Solusinya adalah guru menentukan bahasan diskusi dan
batas waktu maksimal presentasi, membatasi jumlah pertanyaan
yang diajukan, mengingatkan waktu yang tersedia saat siswa
presentasi di depan kelas serta menghindari siswa bergurau terlalu
banyak saat maju di depan kelas.
c. Materi menjadi menyebar luas.
Saat materi pembahasan diskusi itu bersifat kekinian dan
menarik, siswa tertarik untuk mengajukan pertanyaan dan
pendapatnya baik kepada guru ataupun temannya yang sedang
maju presentasi di depan kelas. Bagi kelas yang aktif, hampir
semua siswa mengajukan pertanyaan dan harus dijawab,serta
81
kadang yang tidak masuk dalam pembahasan juga dipertanyakan
sehingga materi menyebar luas.
Solusinya adalah membatasi pertanyaan yang diajukan,
apabila pertanyaan itu maknanya hampir sama maka tidak usah
diulang jawabannya serta membatasi waktu pertanyaan dan
menjawab serta guru menjabarkan materi dan tujuan pembelajaran
dengan jelas.
d. Siswa pasif cenderung hanya diam.
Saat diskusi ada siswa yang hanya diam menikmati
jalannya diskusi tanpa ikut andil dalam diskusi tersebut (siswa
tidak bertanya atau berpendapat).
Solusinya adalah guru mengaktifkan siswa, memberikan
stimulus agar anak itu bertanya atau berpendapat dengan cara
menunjuk siswa baik secara acak maupun urut absen. Selain itu
solusi lain adalah guru membangkitkan minat siswa agar siswa
tertarik untuk mengikuti pembelajaran dengan senang hati.
e. Perbedaan pendapat dalam kelompok.
Di dalam diskusi siswa dan guru terlibat dalam
pembicaraan dan terkadang ada debat. Sering terjadi perbedaan
pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol, dimana hal
itu mengakibatkan iklim pembelajaran terganggu.
Solusinya adalah membatasi pertanyaan hanya pada
cakupan materi pembahasan, kemudian apabila kelompok tesrebut
82
belum bisa menjawab atau tidak bisa menjawab dengan benar
pertanyaan dilemparkan kepada teman lain ataupun guru. Sehingga
permasalahan bisa terselesaikan dengan baik.
Itulah beberapa kendala dalam pelaksaan metode diskusi dalam
pembelajaran PAI pada pembentukan karakter siswa beserta solusinya.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat ditarik beberapa
kesimpulan berkaitan dengan peran metode diskusi dalam pembelajaran
PAI pada pembentukan karakter siswa kelas VIII SMPN 05 Salatiga.
Diantaranya adalah:
1. Metode diskusi memiliki peran dalam pembentukan karakter siswa,
hal itu dibuktikan dengan siswa menjadi lebih aktif dalam
pembelajaran, berani berpendapat, bertanya dan menyanggah jawaban
yang kurang sesuain dengan pemahamannya.
2. Nilai-nilai karakter yang dapat dimunculkan atau dikembanngkan dari
pembelajaran PAI dengan metode diskusi, antara lain: nilai toleransi,
berani, menghargai pendapat orang lain, kritis, teliti, bersahabat dan
tanggung jawab.
3. Kendala dalam pembentukan karakter siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan metode diskusi serta solusinya
antara lain:
f. Proses diskusi hanya dikuasai oleh sebagian orang saja. (Solusi:
guru mengambil alih diskusi dan mempersilahkan kepada yang
lain).
84
g. Waktu yang kurang efisien. (Solusi: guru memberikan batas waktu
diskusi siswa).
h. Materi menjadi menyebar luas (Solusi: pertanyaan yang diajukan
harus sesuai dengan materi).
i. Siswa pasif cenderung hanya diam. (Solusi: guru memberikan
stimulus agar anak itu aktif).
j. Perbedaan pendapat dalam kelompok. (Solusi: pertanyaan yang
belum bisa dijawab dilemparkan kepada yang lain).
B. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan penelitian di atas, maka ada
beberapa saran yang dapat dikemukakan, antara lain:
1. Untuk meningkatkan pelaksanaan metode diskusi yang dilaksanakan di
SMPN 05 Salatiga, hendaknya siswa diberi rangkuman atau catatan
tentang materi yang akan dibahas sehingga siswa dapat memahami
poin-poin penting dari diskusi yang dikerjakan.
2. Hendaknya bahan-bahan belajar siswa perlu diperoleh siswa sebelum
kegiatan pembelajaran dimulai agar siswa memiliki persiapan tentang
materi yang akan dikaji.
3. Perpustakaan sekolah hendaknya mempunyai referensi yang lebih
banyak lagi berkenaan dengan materi Pelajaran Agama Islam.
sehingga siswa tidak kesulitan dalam mencari sumber belajar yang
lain.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. 1987. Ilmu Pendidikan Islam. Salatiga: Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Salatiga
Adisusilo, Sutardjo. 2013. Pembelajaran Nilai-Karakter: Konstruktiviame dan
VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Amirulloh. 2015. Teori Pendidikan Karakter Remaja dalam Keluarga. Bandung:
Alfabeta, cv.
Andayani, Dian dan Abdul Majid. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:
Ciputat Press.
Burhanudin, Afid. Pengumpulan data dan Instrumen Penelitian.
http://afidburhanudin.wordpress.com/2013/05/21/pengumpulan-data-dan-
instrumen-penelitian/. diunduh pada tanggal 02 November 2016 pukul
04:44 WIB.
Damayanti, Deni. 2014. Panduan Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah.
Yogyakarta: Araska.
Departemen Agama Republik Indonesia, 2011. Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Bandung: Diponegoro.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Kamus Besar Bahasa
Indonesia.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Daradjat, Zakiyah. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta:
Bumi Aksara.
Departemen Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung:
Diponegoro.
Elizabert E,dkk. 2012. Collaborative Learning Technique: Teknik-teknik
Pembelajaran Kolaboratif. Terj: Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media.
Fathoni, Abdurrahmat. 2005. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan
Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Hariyanto dan Muchlas Samani. 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Kadarsih, Liani. 2012. Powerfull in Educating. Yogyakarta: Araska
Kasiram, Muh. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang: UIN
Maliki Press.
Kbbi.web.id. Dikutip pada hari Senin 31 Oktober 2016 pukul 23:02 WIB.
Khasanah, Muhimmatun. 2015. Pembentukan Karakter Religius Siswa dalam
Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti Pada kelas VII G SMPN 1 Imogiri
Bantul Yogyakarta. Skripsi diterbitkan. Yogyakarta: UIN Yogyakarta.
Listyarti, Retno. 2012. Pendidikan Karkter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan
Kreatif.Surakarta:Penerbit Erlangga.
Majid, Abdul. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexi J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.
Muliawan, Jasa Ungguh. 2005. Pendidikan Islam Integratif: Upaya
Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyasa. 2010. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan karakter: Membangun karakter Anak Sejak
dari Rumah. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani.
Naim, Ngainun. 2012. Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan
dalam Pengembangan Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Noor, Rohinah M. 2012. Mengembangkan Karakter Anak Secara Efektif di
Sekolah dan di Rumah. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani.
Reda. 2016. Buku Pengayaan Pendidikan Agama Islam. Kartasura: CV Putra
Kertonatan.
Sabri, Alisuf. 1999. Ilmu Pendidikan. Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya.
Sadiyah, Halimah. 2010. Efektifitas Metode Diskusi dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam ( Studi kasus di SMP YAPIA Ciputat). Skripsi
diterbitkan. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Sadulloh, Uyoh. 2014. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta cv.
Saleh, Muwafik. 2012. Membangun Karakter dengan Hati Nurani: Pendidikan
Karakter untuk Generasi Bangsa. Penerbit Erlangga.
Salwinsah. Salwinsah.wordpress.com dikutip pada 09 Juni 2017 pukul 10.01 WIB
Sapsuha, Tahir. 2013. Pendidikan Pascakonflik: Pendidikan Multikultural
Berbasis Konseling Budaya Masyarakat Maluku. Yogyakarta: Lkis
Yogyakarta.
Shaleh, Abd Rahman. 1969. Didaktik Pendidikan Agama di Sekolah Dasar dan
Petunjuk-petunjuk Mengajar Bagi Guru Agama. Bandung: Pelajar.
Silberman, Melvin L. 1996. Active Learning: 101 Strategies to Teach Any
Subject. Terjemahan Muttaqien, Raisul. 2006. Active Learning: 101 Cara
Belajar Siswa Aktif. Nusamedia. Bandung.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Rosdakarya.
Surakhmad, Winarno. 1986. Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar: Dasar dan
Teknik Metodologi pengajaran. Bandung: Tarsito.
Surjaya, Abdullah M. Tawuran Pelajar. Metro.sindow.news. Dikutip pada tanggal
08 November 2016 pukul 14:52 WIB).
Suwartono. 2014. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: ANDI.
Suyanti, Retno Dwi. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Trianto. 2013. Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum KTSP. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Usman, Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembelajaran PAI. Jakarta: Ciputat Pers.
Wahab, Abdul Aziz. 2009. Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu
Pengetahuan Sosial. Bandung: Alfabeta,cv.
PEDOMAN OBSERVASI, WAWANCARA DAN DOKUMENTASI
PERAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN PAI PADA
PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS VIII SMPN 05 SALATIGA
TAHUN AJARAN 2016/2017
A. PEDOMAN OBSERVASI
1. Keadaan atau situasi metode diskusi di SMPN 05 Salatiga.
2. Pelaksanaan pembentukan karakter siswa melalui metode diskusi di SMPN
05 Salatiga.
3. Pola interaksi antara guru dan siswa.
4. Pelaksanaan kegiatan, pembiasaan, pembentukan karakter siswa melalui
metode diskusi di SMPN 05 Salatiga.
B. PEDOMAN WAWANCARA
1. Guru PAI
a. Saat pembelajaran PAI apakah sering menggunakan metode diskusi?
b. Biasanya model diskusi yang seperti apa yang dilaksanakan dalam
pembelajaran PAI dikelas VIII?
c. Pada semester ini materi apa saja yang disampaikan dengan
menggunakan metode diskusi?
d. Bagaimana respon dari siswa saat mengikuti pelajaran PAI dengan
metode diskusi, apakah siswa dapat mengikuti dengan baik?
e. Apakah pembelajaran PAI menggunakan metode diskusi tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik?
f. Apakah metode diskusi merupakan salah satu usaha dalam
pembentukan karakter pada siswa?. Jika betul, nilai karakter apa saja
yang dapat dibentuk melalui pembelajaran dengan metode diskusi di
SMPN 05 Salatiga ini?
g. Persiapan apa saja yang anda lakukan ketika akan melakukan metode
diskusi?
h. Bagaimana pembagian kelompok dalam metode diskusi?
i. Bagaimana evaluasi pembelajaran PAI dengan menggunakan metode
diskusi
j. Apa saja kendala yang terjadi?
2. Kepala Sekolah
a. Kurikulum apa yang digunakan di SMPN 05 Salatiga?
b. Apa saja ekstrakurikuler yang ada di SMPN 05 Salatiga?
c. Adakah program unggulan di SMPN 05 Salatiga?
d. Bagaimana kedudukan metode diskusi di SMPN 05 Salatiga ini?
e. Apakah metode diskusi merupakan salah satu usaha dalam
pembentukan karakter pada siswa?. Jika betul, nilai karakter apa saja
yang dapat dibentuk melalui pembelajaran dengan metode diskusi di
SMPN 05 Salatiga ini?
f. PAI adalah salah satu mata pelajaran yang berbasis karakter. Cara atau
program sekolah apa yang mendukung pembinaan karakter siswa?
3. Waka Kurikulum
a. Kurikulum apa yang digunakan dalam pembelajaran PAI di SMPN 05
Salatiga?
b. Apa saja ekstrakurikuler yang ada di SMPN 05 Salatiga?
c. Apa saja program sekolah dalam rangka pembinaan karakter siswa?
d. PAI adalah salah satu mata pelajaran yang berbasis karakter. Cara atau
program sekolah apa yang mendukung pembinaan karakter siswa?
e. Menurut Bapak/Ibu karakter apa saja yang harus ada pada siswa untuk
bekal hidupnya dan juga untuk menghadapi era globalisasi yang
semakin kompleks ini?
4. Siswa Kelas VIII SMPN 05 Salatiga
a. Apakah saat pembelajan PAI dengan metode diskusi, Anda menjadi
lebih aktif dalam pembelajaran?
b. Saat diskusi di kelas, apakah Anda dapat mengembangkan
kemampuan untuk berfikir lebih teliti dan kritis?
c. Saat diskusi berlangsung, sering terjadi kesenjangan bahwa hanya 1
atau 2 orang saja yang aktif, teman yang lain hanya ikut-ikutan saja.
Bagaimana tanggapan anda?
d. Apakah Anda merasa kesulitan berinteraksi dengan teman
sekelompok apabila pembelajaran PAI menggunakan metode
diskusi?
e. Ketika pelajaran PAI dengan metode diskusi apakah Anda merasa
termotivasi untuk segera mencari jawaban dan menyelesaikan tugas
yang diberikan dengan cepat dan tepat?
f. Saat pelajaran PAI dengan metode diskusi apakah Anda lebih
mudah memahami materi yang diberikan? Apa alasannya?
g. Apakah dengan metode diskusi membuat Anda menjadi berani
berpendapat dan berani mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas?
h. Dengan metode diskusi Anda dan teman sekelompok memiliki rasa
tanggung jawab untuk menyelesaikan soal yang didiskusikan
dengan baik. Bagaimana tanggapan Anda?
i. Ketika kelompok lain presentasi di depan kelas, apakah Anda
memperhatikan dengan baik, menghargai pendapatnya serta
memberikan apresiasi?
j. Apakah Anda berani bertanya ketika Anda belum paham dengan
apa yang disampaikan kelompok lain yang mempresentasikan?
C. PEDOMAN DOKUMENTASI
1. Sejarah berdirinya SMPN 05 Salatiga
2. Letak geografis SMPN 05 Salatiga
3. Struktur organisasi SMPN 05 Salatiga
4. Visi, Misi dan Tujuan SMPN 05 Salatiga
5. Keadaan pendidik, peserta didik, sara dan prasarana SMPN 05 Salatiga
6. Foto-foto hasil penelitian
DOKUMENTASI
Siswa sedang presentasi di depan kelas kegiatan diskusi
Wawancara guru PAI Struktur Organisasi sekolah
wawancara dengan kurikulum wawancara dengan guru PAI
Wawancara dengan siswa kelas VIII
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Riza Fatmawati
NIM : 111-13-169
Fakultas : Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Jurusan : S-1 Pendidikan Agama Islam
Tempat, Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 01 Januari 1996
Alamat : Dusun Ngablak 02/05 Pulutan Salatiga
Nama orang tua
Ayah : Rifai Apin
Ibu : Titi Mulyani
Agama : Islam
Riwayat pendidikan : SD Candirejo 01 Lulus Tahun 2007
SMP Negeri 05 Salatiga Lulus Tahun 2010
MAN 01 Salatiga Lulus Tahun 2013
Demikian daftar riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-benarnya
Salatiga, 27 April 2017
Penulis,
Riza Fatmawati
NIM 111-13-169
DAFTAR SURAT KETERANGAN KEGIATAN
Nama : Riza Fatmawati
NIM : 111-13-169
Jurusan : PAI
Dosen Pembimbing : Siti Rukhayati, M.Ag
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Sebagai Nilai
1 OPAK STAIN SALATIGA 2013
“Rekonstruksi Paradigma Mahasiswa
yang Cerdas, Pekadan Peduli”
26-27 Agustus
2013
Peserta
3
2 OPAK TARBIYAH 2013
“Menjunjung Tinggi Nilai-Nilai
Kearifan Lokal Sebagai Identitas
Pendidikan Indonesia”
29 Agustus
2013
Peserta
3
3 “LIBRARY USER EDUCATION
(Pendidikan Pemakai Perpustakaan)”
oleh STAIN Salatiga
16 September
2013
Peserta
2
4 “Training Pembuatan Makalah” oleh
LDK STAIN Salatiga
18 September
2013
Peserta 2
5 “ENGLISH FRIENDSHIP CAMP
2013” oleh CEC
28-29
September
2013
Peserta 2
6 “Bedah Buku MAHKOTA UNTUK
EMAK dan Training Menulis” oleh
LDK
03 Oktober
2013
Peserta 2
7 Seminar Nasional Bahasa Arab
dengan tema “Upaya Menjaga
Eksistensi dan Masa Depan
Pembelajaran Bahasa Arab” oleh
ITTAQO
09 Oktober
2013
Peserta
8
8 Kajian Intensif Mahasiswa dengan
tema “Agar Shalat Bukan Sekedar
Kewajiban, namun Kebutuhan” oleh
LDK
10 Oktober
2013
Peserta
2
9 “Training SIBA-SIBI” oleh CEC dan
ITTAQO
08-09
November
2013
Peserta
2
10 Penerimaan Anggota Baru (PAB)
JQH 2013 dengan tema “Kristalisasi
Nilai Qur’ani Menuju Insan yang
Penuh Hikmah” oleh JQH
23-24
November
2013
Peserta
2
11 “Sosialisasi Pancasila, UUD RI
1945, NKRI dan Bhineka Tunggal
Ika” oleh MPR RI
27 November
2013
Peserta 8
12 “Hijab dan Beauty Class” oleh
hijabers STAIN Salatiga Comunity
07 Desember
2013
Peserta 2
13 “Islamic Public Speaking Training
(IPST) dan Sesorah Basa Jawa
(SBJ)” oleh LDK
5 Desember
2013
Peserta 2
14 Tafsir Tematik dengan tema
“Konsep Pemimpin Ideal Menurut
Al-Quran, Telaah Al-Quran surat Al-
An’am 165” oleh JQH
17 Mei 2014 Peserta
2
15 “Dauroh Mar’atus Sholihah dalam
Festival Dakwah MILAD LDK” oleh
LDK
28 Mei 2014 Peserta 2
16 “Diklat Microteaching” oleh
Himpunan Mahasiswa Program Studi
(HMPS)
08 November
2014
Peserta 2
17 Seminar Nasional dengan tema 13 November Peserta
“Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui
Profesionalitas Pendidikan” oleh
HMJ TARBIYAH
2014 8
18 Seminar Nasional dengan tema
“Cegah Kanker Serviks Sebagai
pembunuh No. 1 Wanita Indonesia”
oleh USB di Hotel Beringin
15 November
2014
Peserta
8
19 “Seminar Nasional
Entrepreneurship” oleh RACANA
16 November
2014
Peserta 8
20 Seminar dengan tema “Mempertegas
Peran Pendidikan dalam
Mencerahkan Masa Depan Anak
Bangsa” oleh HMI
19 November
2014
Peserta
2
21 Kajian Intensif Mahasiswa dengan
tema “Fenomena Islam di Salatiga”
oleh LDK
28 November
2014
Peserta 2
22 WORKSHOP NASIONAL dengan
tema “Sukses Akademik, Sukses
Bakat dan Hidup Bermartabat
dengan Karya” oleh HMJ PAI dan
Talents Center Indonesia
16 Desember
2014
Peserta
8
23 Seminar Nasional dengan tema
“Perlindungan Hukum Terhadap
Usaha Mikro Menghadapi pasar
Bebas ASEAN” oleh HMPS AS
Desember
2014
Peserta
8
24 Seminar Nasional dengan tema
“Peranan Technopreneur dalam
Mendukung Program Pemerintah
Melalui Ekonomi Kreatif” oleh
KOPMA FATAWA
15 April 2015 Peserta
8
25 Seminardengan tema “Mencegah
Generasi Pemuda Islam dari
Pengaruh Radikalisme ISIS” oleh
Pengurus Anjangsana Ahwal- Al-
Syakhsiyah 2012
06 Mei 2015 Peserta
2
26 Seminar Nasional dengan tema
“Pemuda, Peradaban Islam dan
Kemandirian” oleh KARIMA
Learning dan Training Center
02 September
2015
Peserta
8
27 “Training Makalah dan Motivasi”
oleh LDK
12 September
2015
Peserta 2
28 IAIN Salatiga Bershalawat dan Orasi
Kebangsaan dengan tema
“Menyemai Nilai-nilai Islam
Indonesia Untuk Memperkokoh
NKRI dalam Mewujudkan Baldatun
Toyyibun Warobbun Ghofur” oleh
DEMA IAIN Salatiga
03 November
2015
Peserta
2
29 Seminar Nasional dengan tema
“Peran Media Massa terhadap
Kelestarian Lingkungan Hidup” oleh
HMJ KPI
19 November
2015
Peserta
8
30 Seminar Nasional dengan tema
“Revitalisasi Budaya Filsafat dalam
Pemikiran Islam Kontemporer” oleh
HMJ Filsafat Agama
03 November
2016
Peserta
8
Jumlah 128
Salatiga, 22 Maret 2017
Mengetahui,
Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama
Achmad Maimun, M.Ag
NIP. 19700510 199803 1 003