PERAN KEPALA DESA DALAM MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT …etheses.uinmataram.ac.id/137/1/Rahmat...
Transcript of PERAN KEPALA DESA DALAM MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT …etheses.uinmataram.ac.id/137/1/Rahmat...
PERAN KEPALA DESA DALAM MEMBERDAYAKAN
MASYARAKAT SEBAGAI WUJUD PELAKSANAAN PROGRAM
GENERASI SEHAT CERDAS (GSC) DI DESA SABA KECAMATAN
JANAPRIA KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2016
Oleh:
RAHMAT FAISAL
Nim. 151.116.247
JURUSAN PENDIDIKAN IPS EKONOMI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2016
PERAN KEPALA DESA DALAM MEMBERDAYAKAN
MASYARAKAT SEBAGAI WUJUD PELAKSANAAN PROGRAM
GENERASI SEHAT CERDAS (GSC) DI DESA SABA KECAMATAN
JANAPRIA KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2016
Skripsi
Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Mataram
untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
RAHMAT FAISAL
Nim. 151.116.247
JURUSAN PENDIDIKAN IPS EKONOMI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan yang diharapkan oleh
setiap daerah tidak terkecuali bagi masyarakat yang ada di pedesaan. Berbagai upaya
dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama guna meningkatkan
pertumbuhan bagi daerah itu sendiri dan selanjutnya diharapkan akan berdampak
positif bagi kesejahteraan masyarakatnya. Salah satu upaya yang dilakukan
pemerintah daerah dalam mencapai tujuannya yakni dengan adanya pelaksanaan
program pembangunan berbasis pedesaan. Cara perwujudan program tersebut yaitu
dengan membentuk program pengentasan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat,
dan sebagainya melalui program Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Perdesaan. Program Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan,
meningkatkan kesehatan dan kecerdasan masyarakat secara terpadu dan
berkelanjutan.1
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri memiliki
berbagai program di antaranya mengangani bidang infrastruktur desa, program
Generasi Sehat Cerdas (GSC), serta pembinaan para pemuda. Masing-masing bidang
dipegang oleh kepengurusan tersendiri. Program Generasi Sehat Cerdas (GSC)
1 Sudrajat Petunjuk Teknis Operasional (PTO) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Perdesaan, (Jakarta: Usaha Nasional, 2010), h. 1
merupakan suatu program yang memiliki tujuan untuk menangani masalah kesehatan
dan kecerdasan ibu hamil serta balita agar tidak mengalami gizi buruk dengan
memberikan pelayanan berupa senam ibu hamil, Pemberian Makanan Tambahan
(PMT), mendata jumlah Balita, pemberian pemahaman tentang perilaku hidup sehat.2
Pelayanan dilakukan melalui koordinasi dengan masing-masing kader yang
ada di tiap dusun, sehingga masyarakat memperoleh layanan yang baik dan tepat
sasaran. Usaha pemberian layanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
diharapkan dapat menyadarkan masyarakat tentang pentingnya kesehatan dan
kesejahteraan bagi anggota keluarga yang merupakan bentuk dari proses
pemberdayaan. Menurut Mubyarto Kegiatan memberdayakan masyarakat berarti
upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam
kondisi tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan.3
Sedangkan menurut Sajogyo pemberdayaan masyarakat pada dasarnya
merupakan proses untuk membuat masyarakat menjadi berdaya. Setiap anggota
masyarakat dalam sebuah komunitas sebenarnya memiliki potensi, gagasan serta
kemampuan untuk membawa dirinya dan komunitasnya untuk menuju ke arah yang
lebih baik, namun potensi itu terkadang tidak bisa berkembang disebabkan faktor-
2 Soetomo, Pemberdayaan Masyarakat Mungkinkah Muncul Antitesisnya?, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011), h. 5. 3 Mubyarto, Membangun Sistem Ekonomi, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2000, h.63
faktor tertentu.4 Untuk menggerakkan kemandirian masyarakat dalam pembangunan,
maka diperlukan dorongan-dorongan atau gagasan awal untuk menyadarkan kembali
peran dan posisinya dalam kerangka untuk membangun masyarakat madani yang
dapat menjalankan pembangunan secara mandiri dan berkelanjutan.
Penanggung jawab untuk menggerakkan kemandirian masyarakat yaitu kepala
desa. Dalam menjalankan tugasnya kepala desa dibantu oleh aparat desa atau
perangkat desa (Pamong). Dengan adanya aparat desa yang membantu kepala desa
dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin desa diharapkan dapat tercapainya
tujuan pembangunan di pedesaan termasuk yang berkaitan dengan program PNPM
bidang Generasi Sehat Cerdas (GSC). 5
Salah satu desa yang menjalankan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri adalah Desa Saba. Desa Saba merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Janapria yang memiliki 13 Dusun. Desa ini juga memperoleh program PNPM Mandiri yang salah satu lingkup operasional kerjanya adalah berkaitan dengan Generasi Sehat Cerdas (GSC). Secara operasional untuk sub bidang PNPM Generasi Sehat Cerdas (GSC) dipegang oleh pengurus yang terdiri dari tiga orang pengurus inti (ketua, sekretaris, dan bendahara) sedangkan anggota yang ikut terlibat dalam pelaksanaannya adalah para kader Posyandu yang ada di masing-masing dusun. Banyaknya jumlah dusun yang harus diperhatikan oleh pengurus Generasi Sehat Cerdas (GSC) menjadikan tidak semua ibu hamil dan balita dapat diberikan pelayanan secara optimal yang disebabkan oleh terbatasnya anggaran yang diperoleh Desa Saba untuk program Generasi Sehat Cerdas (GSC) yaitu hanya Rp.145.000.000 pertahun.6
4Pudjiwati Sajogyo, Peranan Wanita Dalam Perkembangan Masyarakat Desa, (Jakarta:CV.
Rajawali, 2003), h. 1. 5 Basuki, Jutlak Petunjuk Teknis Operasional PNPM Kecamatan, (Praya: Tiga Dara, 2011) h.
8. 6 Hasil Observasi tanggal 3 Maret 2016, jam 09.30 WITA
Kepala Desa Saba selaku penanggung jawab tertinggi dari program tersebut
mencoba untuk menyiasati dengan membagi jadual pelaksanaan program secara
bergilir, sehingga dalam setiap pelaksanaan program Generasi Sehat Cerdas (GSC)
pihak Kepala Desa Saba senantiasa hadir. Bila ada urusan penting lainnya, maka
biasanya diwakili oleh staf desa lainnya dengan tujuan untuk memastikan bahwa
program tersebut telah dirasakah manfaatnya oleh masyarakat. Hal ini sesuai dengan
hasil wawancara dengan Abdullah Wahid, S.Pd Kepala Desa Saba yang mengatakan
bahwa
Perhatian kami terhadap peningkatan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat sudah dilaksanakan sesuai prosedur yang ada termasuk yang berkaiatan dengan pelaksanaan program Generasi Sehat Cerdas (GSC). Dalam setiap pelaksanaan programnya saya berusaha untuk datang melihat langsung keadaan di lapangan, bila berhalangan pun selalu mengutus salah satu staf desa. Hal ini dilakukan dalam rangka memastikan program Generasi Sehat Cerdas (GSC) berjalan dengan merata sekalipun dana yang dimiliki terbatas. Upaya pelaksanaan program secara silang juga dilakukan manakala jumlah yang dicairkan dalam bulan tertentu tidak cukup untuk semua dusun.7
Melihat antusiasme pelaksanaan program oleh kepala desa tersebut
diharapkan mampu menyebabkan terwujudnya pembangunan dalam bidang
kesejahteraan dan kesehatan masyarakat yang ada di Desa Saba secara berkelanjutan
serta anggaran berbagai program dapat ditingkatkan dimasa yang akan dating.
Dorongan tersebut harus lahir dari rasa tenggung jawab sebagai seorang pemimpin
desa. Berupaya mewujudkan kondisi yang harmonis serta berdayasaing tinggi di
masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesehatan masyarakat
7 Abdul Wahid, Wawancara tanggal 5 Maret 2016, jam 10.30 WITA
Berdasarkan kondisi tersebut maka dilakukan penelitian dengan judul Peran
Kepala Desa dalam Memberdayakan Masyarakat Sebagai Wujud Pelaksanaan
Program Generasi Sehat Cerdas (GSC) di Desa Saba Kecamatan Janapria Kabupaten
Lombok Tengah Tahun 2015.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka focus penelitian
ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimanakah peranan Kepala Desa dalam memberdayakan masyarakat sebagai
wujud pelaksanaan Program Generasi Sehat Cerdas (GSC) di Desa Saba
Kecamatan Janapria Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2015?
2. Apakah kendala dan solusi dalam memberdayakan masyarakat sebagai wujud
pelaksanaan Program Generasi Sehat Cerdas (GSC) di Desa Saba Kecamatan
Janapria Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2015?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian di atas maka tujuan penelitian ini yaitu
a. Untuk mengetahui peranan Kepala Desa dalam memberdayakan masyarakat
sebagai wujud pelaksanaan Program Generasi Sehat Cerdas (GSC) di Desa
Saba Kecamatan Janapria Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2015.
b. Untuk mengetahui kendala dan solusi dalam memberdayakan masyarakat
sebagai wujud pelaksanaan Program Generasi Sehat Cerdas (GSC) di Desa
Saba Kecamatan Janapria Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2015
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan Kontribusi bagi
pengembangan, pengajian ilmu pengetahuan yang bermanfaat dalam hal
pemberdayaan masyarakat.
b. Manfaat Praktis
1) Kepala Desa, diharapkan lebih aktif lagi mendukung setiap program
pembangunan yang ada di Desa serta mencari alternatif lain sumber dana
untuk mengatasi permasalahan kurangnya anggaran yang diberikan
2) Pengurus Generasi Sehat Cerdas (GSC) diharapkan lebih proaktif dalam
mengidentifikasi masyarakat yang harus memperoleh program Generasi
Sehat Cerdas (GSC), sehngga tidak salah sasaran.
3) Masyarakat, diharapkan dapat dijadikan acuan dan kerangka berfikir
sehingga lebih termotivasi untuk melaksanakan berbagai program yang
telah dibuat oleh pemerintah.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah terkait dengan peran kepala desa
untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya hidup sehat dan mandiri melalui
pelaksanaan Program Generasi Sehat Cerdas (GSC) di Desa Saba Kecamatan
Janapria, serta akan berusaha mengungkap hal-hal yang menjadi kendala dan solusi
dalam pelaksanaannya. Dipilihnya lokasi Desa Saba Kec. Janapria disebabkan karena
pelaksanaan Program Generasi Sehat Cerdas (GSC) di desa ini belum berjalan secara
optimal sehingga tidak semua masyarakat sasaran memperoleh layanan yang
disebabkan oleh terbatasnya anggaran.8 Selain itu juga pihak kepala desa besar sekali
motivasinya untuk mengubah kondisi kesejahteraan dan kesehatan warga
masyarakatnya.
E. Telaah Pustaka
Untuk menghindari adanya plagiasi, duplikasi dan repetisi, maka dilakukan
pengkajian terhadap karya-karya terdahulu yang memiliki kedekatan dengan
penelitian ini diantaranya.
1) Rahmawati, 2011, Peranan Kepala Desa meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam membangun fisik desa di Desa Tanak Rarang Praya Barat. 9 Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa Kepala Desa Tanak Rarang memiliki peranan
dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membangun fisik desa di Desa
Tanak Rarang Praya Barat. Hal ini terbukti dari hasil penelitiannya yang
menunjukkan adanya kemauan masyarakat untuk terlibat aktif dalam membantu
membangun sarana fisik desa baik sarana irigasi dari darah tanak rarang barat ke
daerah tanak raring timur. Demikian pula terlihat adanya keterlibatan aktif
masyarakat dalam melakukan pengerasan (rabat) jalan sepanjang 500 meter di
gang gubuk tanak rarang slatan.
8 Sudrajat Petunjuk Teknis Operasional (PTO) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Perdesaan, h. 5 9 Rahmawati, Peranan Kepala Desa meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membangun
fisik desa di Desa Tanak Rarang Praya Barat, 2011 Skripsi Universitas 45 Mataram,
2) Lalu Syaiful Bahri, 2009, Peranan Kepala Desa dalam meningkatkan kesadaran
menjaga keamanan lingkungan di Desa Bonjeruk Kecamatan Janapria Lombok
Tengah. 10 Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Kepala Desa memiliki
peranan dalam meningkatkan kesadaran menjaga keamanan lingkungan di Desa
Bonjeruk Kecamatan Janapria Lombok Tengah. Hal ini terbukti dari adanya
kegiatan siskamling di tiap-tiap dusun yang ada di Desa Saba Kecamatan
Janapria Lombok Tengah.
Berdasarkan dua penelitian terdahulu di atas, maka penelitian tersebut berbeda
dengan penelitian yang akan dilakukan ini. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Rahmawati lebih menekankan tentang Peranan Kepala Desa meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam membangun fisik desa sedangkan pada penelitian ini mengkaji
tentang peranan Kepala Desa dalam Memberdayakan Masyarakat sebagai Wujud
Pelaksanaan Program Generasi Sehat Cerdas (GSC) di Desa Saba Kecamatan
Janapria Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2015. Sedangkan pada penelitian yang
dilakukan oleh Lalu Syaiful Bahri menekankan pada upaya kepala desa dalam
meningkatkan kesadaran menjaga keamanan lingkungan masyarakat yang ada di
Desa Bonjeruk Kecamatan Janapria Lombok Tengah.
Adapun persamaan dari penelitian tersebut dengan penelitian yang akan
dilakukan ini yaitu sama-sama mengakaji aspek yang berkaitan dengan
10 Lalu Syaiful Bahri, 2009, Peranan Kepala Desa dalam meningkatkan kesadaran menjaga
keamanan lingkungan di Desa Bonjeruk Kecamatan Janapria Lombok Tengah, Skripsi, Unizar Mataram 2009
pemberdayaan masyarakat. Demikian pula halnya dengan metode penelitian yang
digunakan sama-sama menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriftif.
F. Landasan Teori
1. Deskripsi Teori Kepala Desa
a. Pengertian Kepala Desa
Kata kepala desa pada dasarnya berkaitan dengan pengertian
kekepalaan Pengertian kekepalaan mempunyai arti konotasi adanya
kedudukan dalam hirarki atau struktur organisasi, yang di dalamnya secara
otomatis terkandung adanya fungsi, wewenang serta tanggung jawab.11
Kepala Desa merupakan unsur terpenting yang harus ada dalam suatu
sistem Pemerintahan Desa selain dari pada BPD. Kepala Desa merupakan
pimpinan tertinggi dalam suatu desa yang dipilih langsung oleh masyarakat
desa. Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan. Kepala Desa adalah unsur penyelenggara
pemerintahan desa.12
Pendapat lain mengatakan bahwa kepala desa merupakan pimpinan
tertinggi dalam suatu desa yang merupakan perpanjangan pemerintah pusat
dan memiliki peranan yang strategis dalam pengaturan masyarakat
desa/kelurahan dan keberhasilan pembangunan nasional.13
11 Andini, Pembangunan Berbasis Masyarakat, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 44 12 Widjaja, Pemerintahan Desa/Marga. (PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta, 2003), h. 3. 13 Nasroen, Daerah Otonomi Tingkat Terbawah, (Jakarta: Beringin Trading Company, 2005),
h. 41
Dari beberapa pengertian di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan
bahwa kepala desa adalah pimpinan badan atau lembaga yang melakukan
kekuasaan memerintah dalam rangka kegiatan atau penyelenggaraan
pemerintahan yang bertujuan untuk mengatur, mengayomi, dan
mensejahterakan masyarakat yang pelaksanaanya oleh organisasi yang
terendah langsung di bawah camat. Namun, kewenangan tersebut tidak serta
merta bebas tanpa ada batas, kewenangan yang dimiliki pemerintah desa
dalam mengelola jalannya roda pemerintahan harus sesuai dan memperhatikan
adat istiadat masyarakat yang ada, selain itu juga karakter lokal masyarakat
juga harus tetap dijaga sebagai suatu ciri dan keistimewaan yang dimiliki oleh
masing-masing desa.
b. Tugas dan Kewenangan Kepala Desa
Suryaningrat mengemukakan peran kepala desa, yaitu “sebagai
pimpinan atau yang lebih dikenal sebagai pemimpin formal”. Alasan Kepala
Desa sebagai pemimpin formal, menurut Suryaningrat dalam bukunya
“Pengantar Seni dan Ilmu Kepemimpinan” adalah “karena ia menerima
pengangkatan resmi dari pemerintah Kabupaten atau dari Bupati untuk
mengepalai desa”.14 Dalam bukunya “yang sama juga dikemukakan bahwa
“Kepala Desa adalah pengemban dan penanggung jawab utama untuk bidang
pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan dan urusan pemerintahan
umum termasuk pembinaan keamanan dan ketertiban. Dengan kata lain
14 Suryani, Pengantar otonomi Daerah dan Desa, (Yogyakarta: UGM, 2001), h 54
Kepala Desa adalah administrator kemasyarakatan pada tahap dan ruang
lingkup desa. Selain dari pada itu ia adalah pelaksana urusan pemerintahan
umum termasuk pembinaan keamanan dan ketertiban”
Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa Kepala Desa adalah
pelaksana tugas-tugas pemerintah, seperti halnya kepala wilayah, tetapi ruang
lingkupnya lebih sempit, hanya meliputi desa. Dalam mengemban tugas ini,
Kepala Desa berfungsi sebagaai alat pemerintah dalam menyelenggarakan
urusan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepala masyarakat.
Sebagai pemimpin formal tertinggi di desa, maka tugas serta
kewajiban Kepala Desa telah diatur menurut peraturan perundangan-
undangan. Adapun yang menjadi tugas dari Kepala Desa menurut Sunardjo
adalah :
1. Menjalankan urusan yang bertujuan untuk kepentingan umum . 2. Menjalankan urusan pemerintahan, pembangunan baik dari pemerinth
maupun dari pemerintah daerah dan urusan kemasyarakatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintah desa termasuk pembinaan ketentraman dan ketertiban di wilayah desanya.
3. Menumbuhkan serta mengembangkan semangat gotong royong masyarakat sebagai sendi utama pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan desa.15
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana disebutkan di atas, pada diri
Kepala Desa melekat suatu fungsi-fungsi Kepala Desa, seperti dijelaskan oleh
Sunardjo yaitu, Melaksanakan kegiatan dalam rangka penyelenggaraan urusan
rumah tangga desa.
15 Sunarjo, Kepemimpinan Kepala Desa, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2003), h. 21
a. Menggerakan partisipasi masyarakat. b. Melaksanakan tugas dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. c. Melaksanakan pembinaan ketentraman dan ketertiban. d. Melaksanakaan koordinasi jalannya pemerintah, pembangunan dan
pembinaan kehidupan sosial masyarakat. e. Melaksanakan koordinasi jalannya pemerintahan lainnya yang tidak
termasuk tugas suatu instansi dan tidak termasuk urusan rumah tangga desa.
f. Menyiapkan Keputusan Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
Dengan demikian setiap Kepala Desa harus berusaha secara optimal
untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya berdasarkan peraturan yang
berlaku.
c. Indikator Peran Kepala Desa
Adapun dindikator terlaksananya peran kepala desa yaitu
1) Terwujudnya aparatur pemerintahan yang dinamis
Aparatur pemerintah yang dinamis memiliki pola pelayanan baik
dalam bidang administrasi, pembangunan, dan peningkatan kesejahtraan
masyarakat Administrasi pemerintah memegang peranan yang penting
karena keterlibatan pemerintah yang besar pada proses pembangunan
dalam sistem administrasi. Untuk itu agar tujuan pembangunan benar-
benar dapat tercapai seperti yang diharapkan, maka yang harus
diperhatikan adalah adanya aparat pemerintah yang memiliki kualitas
yang memadai.
2) Terlayaninya masyarakat yang dipimpinnya
Pelayanan birokrasi adalah untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, memiliki tanggung jawab yang besar untuk memberikan
pelayanan yang seadil-adilnya kepada masyarakat. Kepala desa harus
memberikan pelayanan kepada masyarakat, menciptakan kondisi yang
memungkinkan setiap individu dapat mengembangkan kemampuan dan
kreatifitasnya untuk tujuan bersama. Pemerintah merupakan manifestasi
dari kehendak rakyat, karena itu harus memperhatikan kepentingan rakyat
dan melaksanakan fungsi rakyat melalui proses dan mekanisme
pemerintahan.
3) Meningkatnya kesejahteraan masyarakat
Dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat desa memanglah
harus disadarkan serta diperhatikan oleh pemerintah desa, dan juga oleh
masyarakat itu sendiri sehingga memungkinkan tumbuhnya kesadaran
untuk meningkatkan taraf hidupnya. Ukuran terwujudnya kesejahteraan
masyarakat yaitu a) memiliki tempat tinggal yang layak b) memiliki
pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga, c) terjaminnya
keberlangsungan pendidikan anak, d) terwujudnya kesehatan keluarga.16
4) Terbentuknya keamanan dan ketentraman semua masyarakat.
Melakukan pembinaan dalam wujud memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat yang dilakukan melalui
16 Wardani, Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan, (Jakarta: Usaha Nasional, 2007), h.85
cara penyuluhan, pengaturan, penjagaan. Serta membuat kelompok
penjaga keamanan di masing-masing dusun yang dipimpin langsung oleh
kepala dusun yang ada.
5) Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam bidang kesehatan17
Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
harus terus ditingkatkan sehingga masyarakat semakin peduli terhadap
kesehatannya serta anggota keluarga yang ada di lingkungannya. Selain
itu juga perlu ditingkatkan kesadarannya dalam menjaga kebersihan
lingkungan masing-masing dengan senantiasa membersihkan tempat-
tempat umum termasuk saluran air yang ada di lingkungan masing-
masing.
2. Pemberdayaan Masyarakat
a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Para ilmuwan sosial dalam memberikan pengertian pemberdayaan
mempunyai rumusan yang berbeda-beda dalam berbagai konteks dan bidang
kajian. Artinya belum ada definisi yang tegas mengenai konsep tersebut.
Namun demikian, bila dilihat secara lebih luas, pemberdayaan sering
disamakan dengan perolehan daya, kemampuan dan akses terhadap sumber
daya untuk memenuhi kebutuhannya.18 Oleh karena itu, agar dapat memahami
secara mendalam tentang pengertian pemberdayaan maka perlu mengkaji
17 Ibid, h 26 18 Husnul Fiqri, Pemberdayaan Kultural (Jakarta: Usaha Nasional, 2004), h. 63.
beberapa pendapat para ilmuwan yang memiliki komitmen terhadap
pemberdayaan masyarakat. 19 Robinson menjelaskan bahwa pemberdayaan
adalah suatu proses pribadi dan sosial; suatu pembebasan kemampuan pribadi,
kompetensi, kreatifitas dan kebebasan bertindak. Sedangkan Ife
mengemukakan bahwa pemberdayaan mengacu pada kata “empowerment,”
yang berarti memberi daya, memberi ”power” (kuasa), kekuatan, kepada pihak
yang kurang berdaya. 20
Payne, sebagaimana dikutip oleh Baharaudin menjelaskan bahwa
pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk membantu klien mendapatkan
daya, kekuatan dan kemampuan untuk mengambil keputusan dan tindakan yang
akan dilakukan dan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk
mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.21 Orang-
orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui
kemandiriannya, bahkan merupakan “keharusan” untuk lebih diberdayakan
melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, ketrampilan serta
sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa tergantung pada
pertolongan dari hubungan eksterenal.
19 Ibid,,h. 65 20 Husaini, Pemberdayaan Lembaga (Yogyakarta: Genta Press, 2001), h.76
21 Baharudin, Nahdlatul Wathan dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Genta Press, 2007), 41
Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa kemandirian
mewujudkan kemandirian yaitu kemampuan seseorang untuk berdiri sendiri
tanpa bantuan orang lain baik dalam bentuk material maupun moral. 22
b. Pola Pemberdayaan Masyarakat melalui PNPM Mandiri
Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu
yang bersenyawa dalam masyarakat untuk membangun keberdayaan
masyarakat yang bersangkutan.23 Masyarakat yang mampu dikatakan berdaya
jika mereka memiliki kekuatan fisik dan mental yang kuat dan terdidik. Bukan
itu saja yang menjadi sumber keberdayaan bagi masyarakat, nilai kekeluargaan
dan gotong royong juga menjadi poin di dalam membentuk keberdayaan
masyarakat. Masyarakat yang berdaya akan membentuk kebertahanan di segala
aspek kehidupan, hingga pada akhirnya masyarakat akan lebih mandiri. Ini
yang menjadi titik akhir dari pemberdayaan masyarakat.
Menurut Badrul Hakim pola pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan
dengan
1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling), adanya dorongan (encourage), adanya kesadaran (awareness). Potensi-potensi yang ada harus dikembangkan dengan cara menberikan dorongan untuk membangun daya yang dimiliki masyarakat dan daerah tersebut. Kesadaran akan pentingnya potensi daerah untuk dikembangkan juga menjadi hal yang wajib dilaksanakan untuk memberdayakan masyarakat.
2) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering). Penguatan yang dilakukan adalah dengan membentuk
22 Mulyani Sumantri, Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), h. 47 23 Badrul Hakim, Manajemen Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Genta Press, 2010),
h. 66
suatu pola yang mampu memperkuat atau membangun daya yang dimiliki oleh masyarakat.
3) Memberdayakan juga mengandung arti melindungi. Melindungi dalam hal ini adalah melindungi masyarakat yang belum mampu berdiri sendiri untuk menciptakan kemandiriannya sendiri. Keberdayaan yang baru disusun oleh masyarakat itu sendiri harus dilindungi dari adanya pihak kuat atau faktor eksternal untuk memasuki masyarakat tersebut, sehingga lambat laun akan menggeser usaha-usaha yang telah disusun oleh masyarakat. Hal ini dapat mematikan keberdayaan masyarakat lokal karena faktor eksternal telah masuk kedalamnya.24
Dalam pelaksanaannya, kegiatan pemberdayaan dimasyarakat dilakukan dengan pola sebagai berikut; 1) Membuat kelompok kerja masyarakat yang terdiri dari 10 orang tiap
kelompok 2) Memberikan pembinaan dan arahan tentang mekanisme usaha yang
baik terhadap masing-masing kelompok dalam bidang usaha yang dilakukan
3) Memberikan bantuan dalam bentuk modal kerja kepada tiap-tiap kelompok dalam bentuk pinjaman yang dikembalikan secara angsuran dengan suku bunga 0,5%. 25
Pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa
terbagi atas dua, yakni: 1) pembangunan fisik dan 2) pembangunan non fisik.
Pembangunan fisik dilakukan dengan a) memperbaiki sarana jalan desa, b)
membuka jalan desa, c) memperbaiki sarana irigasi, d) membangun dan
memelihara jembatan. sedangkan pemberdayaan non fisik dikelompokkan
menjadi dua program pemberdayaan masyarakat, yakni 1) pembinaan generasi
muda melalui a) pemberian pelatihan keterampilan, b) pemberian modal kerja
kepada kelompok perempuan, c) melatih untuk membuka usaha 2) perbaikan
gizi ibu hamil dan balita melalui a) pemberian makanan tambahan (PMT), b)
24 Ibid, h. 67 25 Sumarjan, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Depsos, 2014), h.53
melakukan kegiatan senam ibu hamil, c) memberikan penjelasan pola hidup
sehat26
c. Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat
Proses pemberdayaan mengandung dua Kecenderungan. Pertama,
proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau
mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada
masyarakat agar individu lebih berdaya. Kecenderungan pertama tersebut dapat
disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Sedangkan
kedua Kecenderungan sekunder menekankan pada proses menstimulasi,
mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau
keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui
proses dialog”. Sumardjo menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya
yaitu: 1) memiliki sumber pendapatan yang dapat diandalkan 2) dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya, 3) terjalinnya harmonisasi di kalangan
masyarakat, 4) memiliki motivasi yang kuat untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki. 27
d. Tujuan Pemberdayaan masyarakat
Jamasy, sebagaimana yang dikutip oleh Sumarno mengemukakan
bahwa konsekuensi dan tanggungjawab utama dalam program pembangunan
26 http://www.kalteng.go.id/Indo/pemberdayaan_masyarakat2016.htm, diakses tanggal 10
Maret 2016, jam 12.30 WITA. 27 http://www.kalteng.go.id/Indo/pemberdayaan_masyarakat2003.htm, diakses tanggal 10
Maret 2016, jam 12.35 WITA.
melalui pendekatan pemberdayaan adalah masyarakat berdaya atau memiliki
daya, kekuatan atau kemampuan. Kekuatan yang dimaksud dapat dilihat dari
aspek fisik dan material, ekonomi, kelembagaan, kerjasama, kekuatan
intelektual dan komitmen bersama dalam menerapkan prinsip-prinsip
pemberdayaan.28
Terkait dengan tujuan pemberdayaan, Sulistiyani menjelaskan bahwa
tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk
membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut
meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka
lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh
masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta
melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah
yang dihadapi dengan mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki. 29
Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik
dan afektif serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik/material. Kondisi
kognitif pada hakikatnya merupakan kemampuan berpikir yang dilandasi oleh
pengetahuan dan wawasan seseorang dalam rangka mencari solusi atas
permasalahan yang dihadapi. Kondisi konatif merupakan suatu sikap perilaku
masyarakat yang terbentuk dan diarahkan pada perilaku yang sensitif terhadap
nilai-nilai pemberdayaan masyarakat.
28 Sumarno, Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat, (Surabaya: SIC, 2008), h. 67. 29 Ibid
Kondisi afektif adalah merupakan perasaan yang dimiliki oleh individu
yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai keberdayaan dalam sikap
dan perilaku. Kemampuan psikomotorik merupakan Kecamatanakapan
keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai upaya mendukung masyarakat
dalam rangka melaku-kan aktivitas pembangunan
e. Indikator Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat tidak terlepas dari adanya tolak ukur yang
dijadikan pijakan. Dalam konteks ini maka tolak ukur pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut:
1) Terdapatnya kegiatan pelatihan kepada masing-masing kelompok secara
berkala
Pengelompokan masyarakat yang didasarkan pada kdekatan
emosional untuk diberikan pembinaan dan pelatihan terkait dengan bidang
yang ada termasuk bagi kelompok tani maupun kelompok usaha serta
kelompok posyandu. Dengan cara ini diharapkan masyarakat semakin
menyadari hak dan kewajibannya sebagai masyarakat serta dapat
melakukan kegiatan usaha secara mandiri dengan keterampilan yang
dimilikinya.
2) Adanya interaksi aktif di kalangan kelompok
Masing-masing kelompok diarahkan untuk saling bertukar pikiran
dengan kelompok lain sehingga pengalaman yang pernah diperoleh dalam
pelatihan dapat saling berbagi dengan kelompok lain. Interaksi ini penting
agar komunikasi aktif dapat dilakukan sehingga masing-masing kelompok
mampu saling bantu dan bahu membahu.
3) Berkurangnya jumlah pengangguran
Melalui kegiatan pemberdayaan juga ditujukan agar tingkat
pengangguran di wilayah yang dipimpinnya mengalami pengurangan
sehingga kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan secara perlahan.
Pengurangan pengangguran ini dilakukan dengan memberikan motivasi
untuk melakukan kegiatan wirausaha serta memberikan fasilitasi dalam
bentuk pemberian modal kerja secara berkala.
4) Terjaminnya pelaksanaan pemberdayaan secara menyeluruh.30
Upaya pemberdayaan kepada masyarakat harus dilakukan dengan
tidak membedakan antara masyarakat yang satu dengan yang lain. Upaya
ini dapat diwujudkan melalui pembentukan kelompok usaha pada masing-
masing dusun yang ada dengan melibatkan semua komponen yang ada
secara merata.
3. Pelaksanaan Program Generasi Sehat Cerdas (GSC)
a. Pengertian Program Generasi Sehat Cerdas (GSC)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Generasi Sehat Cerdas (GSC) adalah program fasilitasi masyarakat dalam
rangka perencanaan dan pelaksanaan kegiatan peningkatan derajat kesehatan
ibu dan anak, serta peningkatan akses pendidikan dasar dan menengah. Sebagai
30 Sudarman, Mambangun Masyarakat, (Jakarta: Usaha Nasional, 2009), h. 78
stimulan dalam menyusun perencanaan kegiatan yang akan dilakukan, program
menyediakan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). 31 Selain itu, perlu
difasilitasi juga munculnya pendanaan dari sumber atau potensi yang ada
dimasyarakat sendiri, pemerintah daerah atau dari kelompok peduli lainnya.
1. Program Generasi Sehat Cerdas (GSC) merupakan bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat di Indonesia dalam rangka untuk melengkapi dan menguatkan gerakan pemberdayaan masyarakat secara menyeluruh;
2. Program Generasi Sehat Cerdas (GSC) membantu mempermudah masyarakat terutama dari kelompok miskin mendapatkan layanan dan atau intervensi kesehatan ibu dan anak yang lebih difokuskan kepada layanan 1000 Hari Pertama Kehidupan serta mempermudah masyarakat mendapatkan akses pendidikan dasar dan menengah, yang lebih difokuskan kepada anak putus sekolah, anak belum sekolah dan penyandang disabilitas (anak berkebutuhan khusus) melalui sinergi dan kolaborasi dengan program atau sektor-sektor terkait;
3. Program Generasi Sehat Cerdas (GSC) menyediakan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) sebagai dana stimulan pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan oleh masyarakat secara swakelola, melalui perencanaan partisipatif dan terintegrasi dengan perencanaan regular;
4. Program GSC memfasilitasi pendanaan kegiatan dari sumber atau potensi yang ada di masyarakat sendiri, pemerintah daerah atau dari kelompok peduli lainnya.32
b. Tujuan Program Generasi Sehat Cerdas (GSC)
Adapun tujuan program Generasi Sehat Cerdas (GSC) secaa umum
yaitu 1) Meningkatnya derajat kesehatan ibu dan anak-anak balita, 2)
Meningkatnya pendidikan anak-anak usia sekolah hingga tamat Sekolah Dasar
(SD.MI) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP/MTs), 3) Mendorong
partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan atau
31 Zakaria, Program GSC Desa Saba Janapria 2015, (Mataram: Reflika, 2015), h. 36 32 Ibid, 38
kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan serta mendorong
kemandirian masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan.33
Tujuan khususnya meliputi : 1) Mempermudah akses masyarakat untuk
mendapatkan layanan kesehatan ibu dan anak terutama untuk intervensi periode
1000 hari pertama kehidupan khususnya kepada kelompok masyarakat miskin
dan terpinggirkan, 2) Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan
layanan pendidikan dasar termasuk bagi anak berkebutuhan khusus dan
mendorong anak-anak putus sekolah serta yang belum sekolah untuk kembali
sekolah minimal menyelesaikan pendidikan SMP atau yang sederajat.34
c. Indikator Terlaksananya Program Generasi Sehat Cerdas (GSC)
Ukuran atau indikator keberhasilan merupakan kondisi yang harus
dicapai oleh masyarakat dan digunakan sebagai dasar untuk menilai
keberhasilan dalam rangka mengikuti program ini. Ukuran keberhasilan ini
dimaksudkan agar masyarakat fokus pada pencapaian tujuan program dan tidak
hanya melakukan kegiatan pendidikan dan kesehatan secara umum. Ukuran
keberhasilan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Bidang Kesehatan, meliputi:
a) Setiap ibu hamil diperiksa oleh bidan, minimal 4 kali pemeriksaan selama masa kehamilannya sesuai trimester kehamilannya.
b) Setiap ibu hamil mendapatkan minimal 90 butir pil Fe (penambah darah) selama masa kehamilannya.
33 Dikes, Program GSC, (Jakarta: Dikes, 2015), h 74 34 Ibid, h 75
c) Setiap proses kelahiran ditangani oleh tenaga bidan atau dokter. d) Setiap ibu yang melahirkan (termasuk bayinya) mendapatkan perawatan
nifas dari bidan atau dokter, minimal 3 kali perawatan dalam waktu 42 hari setelah proses persalinan.
e) Setiap bayi usia 12 bulan ke bawah mendapatkan imunisasi standar secara lengkap.
f) Setiap bayi usia 12 bulan ke bawah, berat badannya ditimbang dan selalu naik pada setiap bulannya mengikuti grafik pertumbuhan (untuk bayi di bawah usia 6 bulan, berat badannya naik lebih dari 500 gram per bulan dan bayi usia 6-12 bulan naik lebih dari 300 gram).
g) Setiap anak usia 6 bulan sampai 59 bulan wajib mendapatkan Vitamin A, 2 kali dalam setahun.
h) Setiap anak balita (dibawah lima tahun) ditimbang sebulan sekali secara rutin.
i) Setiap ibu hamil dan/atau pasangannya mengikuti kegiatan konseling perawatan kehamilan dan gizi minimun minimal satu bulan sekali.
j) Setiap orang tua/pengasuh yang memiliki bayi usia 0-2 tahun mengikuti kegiatan pengasuhan balita dan pemenuhan gizi minimal satu bulan sekali.35
2) Bidang Pendidikan, meliputi:
a) Setiap anak usia SD/MI, SMP/MTS yang belum sekolah dan putus sekolah
kembali bersekolah, termasuk anak yang berkebutuhan khusus.
b) Setiap anak lulus SD/MI termasuk yang berkebutuhan khusus melanjutkan
sekolah di tingkat SMP/MTS.36
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif yang
merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada gejala-gejala yang bersifat
ilmiah, karena orientasinya demikian, maka sifatnya naturalistik dan mendasar
35 Ibid, h 78 36 Ibid
atau bersifat kealamiahan serta tidak bisa dilakukan di laboratorium melainkan di
lapangan atau ditempat penelitian itu dilakukan. 37 Dalam penelitian ini
pendekatan yang peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif yang merupakan
cara untuk mengetahui data dengan memanfaatkan teori-teori yang ada, guna
tercapainya tujuan penelitian, baik secara konsisten dan serasi. Peneliti sebagai
instrumen yang secara langsung mengumpulkan data melalui observasi,
dokumentasi dan interview di lapangan, sesuai dengan fokus penelitian di atas
maka data yang dikumpulkan adalah bukan dalam bentuk angka atau non statistik
yang didapat melalui hasil observasi dan interview.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti di lapangan adalah mutlak diperlukan, karena peneliti
berfungsi sebagai instrumen kunci. Pengertian instumen disini, peneliti menjadi
alat dari keseluruhan proses penelitian, peneliti sebagai perencana, pengumpul
data, penafsir data, sekaligus sebagai pelapor dari hasil penelitian. Kehadiran
peneliti ditempat penelitian, berperan sebagai pengamat yang tidak berperan serta,
maksudnya peneliti tidak melakukan dua fungsi sekaligus yaitu sebagai pengamat
dan peneliti menyatu sebagai bagian dari kehidupan subjek tetapi hanya sebagai
pengamat.
37 Lexy, J Moleong, Metodologi Peneiltian Kualitatif (Bandumg: PT Remaja Rosdakarya,
2001), h.. 236.
Di dalam melakukan penelitian melalui pengamatan, peneliti mengamati
objek penelitian pada situasi yang diinginkan untuk dipahami. Jadi jelas peneliti
akan mengamati peristiwa-peristiwa yang terkait dengan obyek penelitian.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Saba Kecamatan Janapria Kabupaten
Lombok Tengah Tahun 2015. Dipilihnya Desa Saba karena pelaksanaa
pemberdayaan masyarakat melalui program GSC telah dilakukan sejak program
tersebut diluncurkan, sementara itu tingkat keaktivan masyarakat dalam
menjalankan program GSC masih cukup bervariasi yaitu terdapat dusun-dusun
yang secara aktif dan terdapat pula dusun yang tidak aktif.
4. Sumber Data
Sumber data atau subyek penelitian dalam penelitian adalah subyek dari
mana data diperoleh, yang dimaksud dengan subyek disini yaitu bisa berupa
informasi, situasi atau kejadian dan waktu.38 Sumber data dalam penelitian ini
adalah kepala Desa, Masyarakat. Adapun jumlah sumber data yang dijadikan
responden dibatasi, karena yang dibutuhkan adalah diperolehnya esensi persoalan
yang diteliti, bukan pada banyaknya responden. Penentuan responden dilakukan
dengan pertimbangan bahwa responden tersebut mampu memberikan infomasi
sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
38 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002), h.. 102.
Data yang peneliti peroleh, dikategorikan ke dalam: (1) data primer, yaitu
data yang peneliti kumpulkan langsung dari lapangan, baik dengan
menggunakan metode observasi, metode wawancara maupun metode
dokumentasi, dan (2) data sekunder yaitu data yang peneliti peroleh dari peneliti
terdahulu, dokumen-dokumen atau berupa literatur yang ada kaitannya dengan
fokus penelitian.39 Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kepala Desa
Saba, perangkat desa, kader, tokoh masyarakat serta tokoh pemuda yang ada di
Desa Saba Kecamatan Janapria kabupaten Lombok Tengah. Sumber data skunder
diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan Bidan
Desa Saba.
5. Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan dalam
upaya memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam sebuah
penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Metode observasi
Metode observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja,
sistematik mengenai fenomena sosial dan gejala-gejala psikis untuk kemudian
dilakukan pencatatan. 40 Sedangkan menurut pendapat Arikunto dikatakan
bahwa yang dimaksud dengan observasi adalah pemusatan pemikiran terhadap
39 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2003), h. 39. 40 Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktik (Bandung: Rineka Cipta.1999), h.. 63.
suatu obyek yang menggunakan seluruh alat indera.41 Di sisi lain dikatakan
bahwa metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.42
Observasi dikelompokkan menjadi dua jenis yaiti 1) Observasi
partisipan, 2) Observasi non partisipan. Observasi partisipan yaitu observasi
yang dilakukan dengan terlibat langsung pada objek yang diteliti. Sedangkan
observasi non partisipan yaitu observasi yang dilakukan dengan hanya
mengamati gejala yang ada tanpa ikut terlibat dalam kegiatan yang ada pada
objek penelitian.43
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi non
partisipan. Hal ini disebabkan keterbatasan waktu dan biaya yang dimiliki.
Adapun tujuan peneliti menggunakan metode observasi ini adalah untuk
mendapatkan data tentang proses pemberdayaan masyarakat sebagai wujud
pelaksanaan program GSC (Gerakan Sehat Cerdas) di Desa Saba Kecamatan
Janapria Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2015.
b. Metode interview (wawancara )
Metode interview/wawancara merupakan metode pengumpulan data
yang menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek
atau responden.44
41 Arikunto Suharsimi., h.. 136. 42 Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: PT SIC, 2001), h.. 99. 43 Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktik, h. 65 44 Ibid, , h.. 82.
Sedangkan menurut Arikunto adalah sebuah dialog yang dilakukan
oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari yang terwawancara.45
Interview/wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-
keterangan. Model wawancara dikelompokkan mejadi tiga model yaitu 1)
wawancara bebas yaitu kegiatan wawancara yang dilakukan dengan cara
memberikan pertanyaan dengan tidak mengacu pada pedoman wawancara
namun tetap disesuaikan dengan data yang akan dikumpulkan, 2) wawancara
terpimpin yaitu wawancara yang dilakukan pewawancara dengan membawa
sederatan pertanyaan lengkap dan terperinci 3) wawancara bebas terpimpin
yaitu kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin.46
Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan interview bebas
terpimpin yaitu kombinasi antara interview bebas dengan interview terpimpin.
Dalam hal ini peneliti menggunakan pedoman yang hanya merupakan garis
besar tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
Adapun tujuan peneliti menggunakan metode ini adalah untuk
mendapatkan informasi peran kepala desa dalam memberdayakan masyarakat
sebagai wujud pelaksanaan program GSC (Gerakan Sehat Cerdas) di Desa
Saba Kecamatan Janapria Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2015.
45 Sutrisno Hadi, Metode Penelitian Kualitatif, (Surabaya: SIC, 1998), h.145. 46 Ibid, 147
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah adalah salah satu metode yang digunakan
untuk menulusuri data historis. 47 Jadi, dokumentasi merupakan laporan
tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri atas penjelasan atau fikiran
terhadap peristiwa dan ditulis dengan sengaja untuk menyimpan dan
meneruskan keterangan mengenai peristiwa tersebut. Adapun maksud peneliti
menggunakan metode dokumentasi ini untuk mendapatkan data atau
informasi tentang.
1) Letak geografis
2) Keadaan Desa Saba
3) Keadaan sarana dan prasarana
4) Struktur Organisasi Desa Saba
6. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul selama penelitian, maka perlu dianalisis dan
diinterpretasikan dengan teliti, ulet dan kecakapan sehingga diperoleh suatu
kesimpulan yang objektif dari suatu penelitian. Analisis data adalah kegiatan
untuk memaparkan data, sehingga diperoleh suatu kebenaran atau ketidakbenaran
dari suatu hipotesa48.
Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam
penelitian, data yang terkumpul tersebut dibahasakan, ditafsirkan, dan dibahas
47 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Surya Kencana, 2007), h.. 121. 48 Ibid, h.. 123.
secara metode induksi sehingga dapat diberikan gambaran yang tepat mengenai
hal-hal yang sebenarnya terjadi. Mengingat penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, maka penulis menggunakan analisis data kualitatif model
Miles dan Huberman yaitu:
1. Reduksi Data, berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan
memfokuskan hal-hal yang penting mengenai pokok permasalahan yang
diteliti dari data yang diperoleh di lapangan.
2. Display Data/penyajian Data, yaitu menyajikan data yang telah diperoleh dan
dipilih. melalui display data/penyajian data maka data yang diperoleh di
lapangan akan lebih terorganisir, tersusun dalam pola hubungan sehingga
nantinya akan semakin mudah dipahami.
3. Verifikasi data/ kesimpulan awal, yaitu membuat kesimpulan awal, Verifikasi
data yang dikemukakan masih bersifat sementara.
4. Apabila kesimpulan awal didukung bukti yang valid dan konsisten saat
kembali ke lapangan maka kesimpulan tersebut bersifat kredibel49.
49 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Alfabeta, 2010), h.. 90.
Model langkah analisis interaktif50:
Berdasarkan gambar tersebut, proses analisis data dalam penelitian ini
akan di mulai dari pengumpulan data. Data-data yang berasal dari berbagai
sumber data seperti wawancara, observasi dan dokumentasi akan dikumpulkan
menjadi satu. Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah melakukan
reduksi data. Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Karena semakin lama peneliti ke
lapangan, maka jumlah data yang diperoleh akan semakin banyak, kompleks dan
rumit. Untuk itu perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah melakukan penyajian
data atau display data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk teks yang bersifat
naratif, seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yaitu yang paling
sering digunakan untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah teks
yang bersifat naratif.51
50 Ibid, h.. 277 51 Ibid, h.. 280
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data Kesimpulan-kesimpulan Penarikan/verifikasi
Langkah terakhir analisis data dalam penelitian ini adalah melakukan
penarikan kesimpulan. Berangkat dari langkah-langkah yang telah dilakukan
sebelumnya, maka peneliti memberikan kesimpulan terhadap data yang ada.
Kesimpulan awal masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian, antara data yang diperoleh dan
kesimpulan yang diberikan terdapat kesesuaian.
7. Validitas Data
Validitas data bertujuan untuk membuktikan bahwa apa yang diamati oleh
peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam kenyataan, apakah penjelasan
yang diberikan tentang dunia kenyataan sesuai dengan sebenarnya yang terjadi.
Untuk memperoleh keabsahan data atau data yang valid diperlukan teknik
pemeriksaan, supaya diperoleh temuan-temuan dari informasi yang absah dapat
digunakan teknik-teknik sebagai berikut :
a. Ketekunan Pengamatan
Guna memperoleh hasil penelitian yang valid, maka dilakukan
pengamatan secara seksama dan melakukan interaksi aktif dengan subyek
penelitian. Pengamatan ini dilakukan dengan aktif melihat interaksi kepala
Desa dengan Masyarakat. Disamping itu juga peneliti akan mengamati
perbahan sikap yang dimiliki masyarakat.
b. Triangulasi
Triangulasi dalam penelitian ini adalah untuk mengecek data tertentu
dengan membandingkan data yang diperoleh dengan sumber lain. Triangulasi
yang dipergunakan adalah triangulasi sumber, dan triangulasi metode.
Triangulasi sumber dilakukan untuk mendapatkan informasi dari informan
atau sumber lain yang berbeda. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara :
a) Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara.
b) Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumentasi.
c) Membandingkan persepsi orang dengan pendapat dan pandangan orang
lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan triangulasi metode adalah dengan
menggunakan berbagai teknik pengumpulan data yang ditujukan untuk
memperoleh informasi yang serupa. Triangulasi metode dapat dilakukan
dengan cara :
1) Pengecekan hasil penemuan, melalui beberapa teknik pengumpulan data
2) Pengecekan hasil penemuan, dari beberapa sumber dengan menggunakan
metode yang sama.
c. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi
Dalam rangka menguji hasil penelitian, dilakukan kegiatan diskusi
dengan teman sejawat sebagai bentuk tukar menukar informasi sehingga data
yang diperoleh menunjukkan data yang valid
d. Menggunakan Bahan Referensi
Referensi yang dipakai adalah bahan dokumentasi, catatan-catatan
sewaktu melakukan penelitian. Dengan referensi, peneliti dapat mengecek
kembali data informasi-informasi yang peneliti dapatkan di lapangan.
e. Pengecekan
Pengecekan yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk
menginterview, mengkorfirmasikan kembali informasi dan interpretasi
penelitian dengan pandangan subjek penelitian. Dalam pengecekan ini peneliti
melibatkan subjek yang oleh peneliti dianggap representatif.
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
Desa Saba merupakan salah satu wilayah administratif pemerintahan
Kecamatan Janapria Kabupaten Lombok Tengah memiliki luas wilayah 889,6 km2
yang dengan Jarak tempuh + 3 km dari ibu kota Kecamatan dan 20 km dari ibu kota
Kabupaten, batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Jango
Sebelah Barat : Desa loang maka
Sebelah Selatan : Desa lekor
Sebelah Timur : Desa Sukrara
Desa Saba memiliki penduduk 11.154 jiwa ( Laki-laki 5.390 Jiwa,
Perempuan 5.764 Jiwa).52
Desa Saba terdiri dari 25 Dusun yaitu : Dusun presak sanggeng, Dusun
sengkerek, Dusun sengkerek timur, Dusun gunddu, Dusun janggawana utara, Dusun
janggawana selatan, Dusun keruak, Dusun keruak utara, Dusun melati, Dusun jembe
barat, Dusun jembe timur, dusun lingkok buak barat, dusun pengempok,dusun
lingkok buak tengak, dusun masjaya, dusun lingkok buak timuk, dusun trentem 1,
dusun trentem II, dusun salik, dusun tenges-enges, dusun salik direk, dusun
janggawana barat, dusun suangka, dan dusun janggawana selatan 1.
52 Hasil Dokumentasi, 17 november 2016, jam 09.20 WITA.
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian yang didapatkan penulis selama
melakukan penelitian di Desa Saba Kecamatan Janapria. Bab ini menguraikan tentang
karakteristik infoman, pelaksanaan program Generasi Sehat Cerdas Desa Saba
Kecamatan Janapria, peranan Kepala Desa Saba dalam pemberdayaan masyarakat,
dan faktor-faktor yang mempengaruhi peran kepala desa dalam pemberdayaan
masyarakat Desa Saba Kecamatan Janapria.
STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DESA SABA KECAMATAN JANAPRIA LOMBOK TENGAH53
53 Observasi, tanggal 17 November 2016 jam 10.00 WITA
KEPALA DESA ABDUL WAHID, S.Pd
SEKRETARIS HENDRI ROSMAYADI, S.Pd
KAUR PEMERINTAHAN SELAMET, SH
KAUR KEUANGAN HAERUL HARIAWAN,A.Ma
KAUR PEMBANGUNAN L. SAMSUL RAJAK
KAUR KESRA BQ. YUSPITA S
KAUR UMUM SAPARDI
STAF BQ. ERNAWATI
KADUS PRESAK SANGGENG NURSAID, S.Pd
KADUS JANGGAWANA SEL H. IMROM, S.Pd
KADUS MELATI HAERUL ISHAK
KADUS LK BUAK BARAT H. RAJABUDIN
KADUS PENGEMPOK SUKARMAN, QH, S,Pdi
KADUS SENGKREK ABDUL RAUF, SPd
KADUS KERUAK RUSTAM
KADUS JANGGAWANA UTA RAHAYU
KADUS SENGKEREK TIMUR NURSIM
KADUS JEMBE UTARA H. HASANUDIN
KADUS JEMBE BARAT SAHARUDIN
KADUS GUNDU HURMAN
KADUS KERUAK UTARA ZAENUDDIN
KADUS JEMBE TIMUR RAMLI AHMAD, S.Pd
KADUS TENGES-ENGES SAFRUDDIN, A.Md
KADUS LK BUAK TIMUR H. MURSIDIN
KADUS LK BUAK TENGAH MURDI
KADUS SUANGKA ABIDIN
KADUS TERENTEM 1 AWALLUDDIN
KADUS MASJAYA H. AHMAD SUKARYA
KADUS TERENTEM II MUSTILANG
KADUS JANGGAWANA SEL1 RAJAB
KADUS SALIK SAFRUDIN
KADUS JANGGAWANA BAR RIDWAN
KADUS SALIK DIREQ SUPARMAN
2. Keadaan Sosial Ekonomi dan Pendidikan
a) Sosial
Desa Saba mempunyai Jumlah Penduduk 11.154 Jiwa, yang tersebar dalam 25
wilayah Dusun dengan Perincian sebagaimana tabel :
TABEL 2.1
JUMLAH PENDUDUK54
D u s u n Jumlah Jiwa
Dusun Presak Sanggeng 128
Dusun Sengkerek 567
Dusun Suangka 376
Dusun Janggawana Selatan 1 659
Dusun Lingkok Buak Timur 332
Dusun Tenges-Enges 342
Dusun Salik Direk 214
Dusun Janggawana Barat 667
Dusun Trentem II 542
Dusun Salik 432
Dusun Trentem 1 421
Dusun Masjaya 446
54
Dokumentasi, 17 November 2016, jam 9.20 WITA
Dusun Lingkok Buak Tengak 432
Dusun Pengempok 549
Dusun Melati 476
Dusun Jembe Barat 675
Dusun Jembe Timur 654
Dusun Lingkok Buak Barat 367
Dusun Sengkerek Timur 587
Dusun Gundu 644
Dusun Janggawana Utara 451
Dusun Janggawana Selatan 631
Dusun Keruak 231
Dusun Keruak Utara 331
Total 11.154
Didesa ini antara warganya mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan dasar kekeluargaan. Para warga didesa ini sangat religius, Secara
kolektif, mereka juga mengaktualisasi diri ke dalam kegiatan budaya yang
bernuansa keagamaan. Mereka membuat sebuah kelompok persatuan yang
bernuansa religius untuk lebih mempererat hubungan, contohnya
seperti yasinan yang diikuti oleh para perempuan sedangkan untuk para lelaki
mereka melakukan tahlilan atau zikir ke masing – masing rumah dengan
jadwal yang telah mereka buat. Didalam perkumpulan ini mereka
mengumpulkan uang yang digunakan untuk membantu warga yang kurang
mampu.
Ada juga arisan yang wajib diikuti oleh warga yaitu arisan untuk
pernikahan dan kematian. Mereka juga mempunyai tabungan yang digunakan
untuk perayaan hari – hari besar islam, seperti perayaan tahun baru islam,
maulid nabi, isra mi’raj, idul fitri, idul adha dan lain – lain. Pada perayaan
tersebut warga desa berkumpul di sebuah masjid dan merayakannya dengan
zikir dan berdoa serta makan – makan bersama, kegiatan ini sudah menjadi
kebiasaan setiap tahun . Pada saat inilah suasana kekeluargaan, kerukunan,
dan kedamaian antar warga sangat terasa.55
b) Pendidikan
Tingkat pendidikan masayarakat Desa Saba adalah sebagai berikut :
TABEL 2.2
TINGKAT PENDIDIKAN56
Pra Sekolah
SD
SMP
SLTA
Sarjana
290
935
894
1.277
199
55
Observasi, 12 septeber 2016, jam 17.00 WITA 56
Dokumentasi, 17 November 2016, jam 9.20 WITA
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jika ditinjau dari tingkat
pendidikan, maka penduduk Desa Saba paling banyak memiliki tingkat
pendidikan SLTA sebanyak 1.277 orang, SD yaitu sebanyak 935 orang, SMP
894, Sarjana sebanyak 199 orang dan pra sekolah sebanyak 977. Sekalipun
jumlah penduduk yang hanya tamat SLTA paling banyak namun tidak
menyebabkaan proses penelitian menjadi kendala.
c) Ekonomi
Sebagian besar warga hanya lulusan SLTA mereka hanya bisa bertani
dan berternak atau bisa dibilang sebagian besar ekonomi masyarakatnya
dihasilkan dari beretani dan beternak, sehingga umumnya mereka bekerja di
sawah ladang dari pagi sampai sore hari. Tapi itu dilakukan hanya
pada waktu menunggu padi siap panen atau tanaman kacang – kacangan
berbuah, mereka juga memahami pergantian musim (pranata mangsa) yang
berkaitan dengan masa panen dan masa tanam, mereka tahu bulan mana yang
bagus untuk menanam padi atau kacang – kacangan, mereka menentukannya
berdasarkan perhitungan peninggalan orang tua dulu, dan mereka masih
mempercayai itu sampai sekarang serta sangat mencintai peninggalan leluhur .
Selain itu mereka dapat mempergunakan waktu luang untuk mencapai
pekerjaan sambilan lain. Dan itupun kadang-kadang digunakan untuk
berdagang di kota-kota, menjadi buruh, tukang bangunan dan sebagainya.
Begitu juga halnya dengan anak – anak remaja yang tidak sekolah lagi,
mereka mengikuti orangtuanya untuk bertani dan beternak.
B. Peranan Kepala Desa Dalam Memberdayakan Masyarakat Sebagai Wujud
Pelaksanaan Program Generasi Sehat Cerdas (GSC) Di Desa Saba Kecamatan
Janapria Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2016
Dalam melihat Peran Kepala Desa Dalam Memberdayakan Masyarakat
Sebagai Wujud Pelaksanaan Program Generasi Sehat Cerdas (GSC) Di Desa Saba
Kecamatan Janapria Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2016, maka dilakukan
wawancara dengan Kepala Desa yaitu Abdul Wahid, S.Pd. Ia mengatakan bahwa
Selaku kepala desa saya harus memberikan pelayanan yang maxsimal kepada masyarakat baik dalam bidang pemerintahan, pembangunan dan pelayanan dalam bidang masyarakat. Oleh karena itu saya selaku kepala desa bertanggung jawab penuh atas roda pemerintahan yang ada di desa. Menurut saya Maju dan mundurnya suatu desa tergantung dari sosok pemimpin yang ada di desa tersebut. Saya menerapkan salah satu konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial saat ini adalah melalui pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat menempatkan masyarakat sebagai pelaku dan penerima manfaat dari proses mencari solusi dan meraih hasil pembangunan.57 Guna mewujudkan terbentuknya pemberdayaan masyarakat maka
dilaksanakan program GSC (Gerakan Sehat Cerdas), yang merupakan bagian dari
program PNPM Mandiri yang telah masuk di Desa Saba Kecamatan Janapria.
Di Desa Saba Kecamatan Janapria terdapat banyak program pemberdayaan
masyarakat. Program pemberdayaan masyarakat yang ada di desa ini sebahagian
besar berasal dari PNPM termasuk GSC (Generasi Sehat Cerdas) dan dari pihak
swasta. Program pemberdayaan masyarakat dimaksudkan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Program pemberdayaan masyarakat yang ada di desa ini
57 Abdul Wahid, S.Pd, Wawancara tanggal 17 November 2016, jam 14.30 WITA
mencakup pembangunan fisik desa dan pembangunan non-fisik yang menitik
beratkan pada pembinaan generasi muda dan perbaikan gizi ibu hamil dan balita.
Beberapa program GSC, yang dilaksanakan di Desa Saba Kecamatan
Janapria yaitu sebagai berikut:
1) Bidang Kesehatan
Program gerakan sehat cerda (GSC) dalam bidang kesehatan dapat
diwujudkan melalui a) pemeriksaan tingkat kesehatan ibu hamil, b) memberikan
pil penambah darah, c) membantu proses persalinan, d) pemberian Vitamin A, 2
kali dalam setahun. Masing-masing program tersebut dapat diilustrasikan sebagai
berikut
a) Pemeriksaan tingkat kesehatan ibu hamil
Dalam rangka mewujudkan tingkat kesehatan ibu hamil maka
dilakukan program dalam bentuk setiap ibu hamil diperiksa oleh bidan,
minimal 4 kali pemeriksaan selama masa kehamilannya sesuai trimester
kehamilannya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Husni
yang mengatakan bahwa
Dalam rangka meningkatkan pelayanan di bidang kesehatan, maka salah satu program yang dibuat oleh gerakan sehat cerda (GSC) adalah melakukan pemeriksaan ibu hamil sebanyak 4 kali selama masa kehamilannya sesuai trimester kehamilannya. Dalam pelaksanaannya program ini tidak terlepas dari keterlibatan dan peran serta dari kepala Desa Saba. Beliau selaku penanggungjawab program senantiasa memberikan arahan kepada masing-masing Kadus untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang sedang
hamil agar segera mendatangi Posyandu dan mencatat biodatanya agar dapat mengikuti program GSC.58 Selain peran tersebut, kepala desa Saba juga ikut melaksanakan
kegiatan pemeriksaan kesehatan ibu hamil demi memastikan berjalannya
program secara baik dan benar. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
diutarakan oleh Sekdes Desa Saba yaitu Hendri Rosmayadi yang
mengatakan bahwa
Pada saat pelaksanaan program GSC dalam bidang kesehatan yang berkaitan dengan pemeriksaan ibu hamil, kepala Desa Saba senantiasa ikut terlibat secara aktif dalam pemeriksaan kesehatan ibu hamil. Keterlibatan tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa program tersebut harus berjalan sesuai dengan jutlak dan juknisnya sehingga tujuan yang telah ditetapkan tercapai dengan baik yaitu setiap ibu hamil telah mendapatkan pemeriksaan kesehatan sehingga dalam proses persalinan nantinya tidak mengalami masalah.59
Sebagaimana diungkapkan oleh Bidan Desa Saba Kecamatan Janapria,
Ibu Rosdiana mengungkapkan :
“Kesehatan ibu hamil sangatlah penting. Gizi ibu hamil perlu diperhatikan agar kesehatan ibu dan anak tetap terjaga sejak masih dalam kandungan. Hal ini guna menekan angka kematian ibu dan anak, juga agar anak lahir dalam keadaan sempurna, tidak cacat dan mengalami gangguan kesehatan. Oleh karena itu pemberian gizi dan nutrisi pada anak sangat perlu diperhatikan sejak anak dalam kandungan”. 60
Program ini juga bertujuan untuk menekan angka kematian ibu dan
anak. Selain itu, program ini juga bermanfaat untuk memperbaiki gizi anak,
agar anak-anak tidak rentan akan penyakit. Selain itu untuk memperkuat peran
58 Husni, pengurus GSC, Desa Saba wawancara tanggal 17 November 2016 jam 14.15 WITA 59 Hendri Rosmayadi, S.Pd, wawancara tanggal 17 November 2016 jam 14.30 WITA 60 Ibu Rosdiana wawancara, tanggal 6 September 2016 pukul 09.15 WITA
ibu dalam keluarga. Kegiatan perbaikan gizi ibu hamil dan anak dilakukan
antara lain dengan pemberian makanan tambahan bagi anak-anak yang
dilakukan tiap dua kali dalam sebulan. Makanan tambahan yang dimaksud
adalah bubur sehat bagi balita yang berumur 8 bulan hingga 3 tahun. Selain itu
diberikan pula susu gratis bagi ibu hamil guna meningkatkan gizi pada ibu
hamil. Selain itu diberikan pula makanan tambahan berupa biskuit susu
sumbangan dari pemerintah Amerika Serikat kepada anak-anak sekolah dasar
SD Negeri 1 Jembe, SD Negeri 2 Jembe, MI NW Salik, SD Negeri 1
Sengkerek dan SD Negeri 1 Janggawana dengan jumlah siswa keseluruhan
kurang lebih 2575 anak.61
Penimbangan rutin juga dilakukan setiap dua kali dalam sebulan di
posyandu yang ada di desa Saba. Selain itu, pemberian penyuluhan tentang
pentingnya menjaga kebersihan dilakukan hampir disetiap bulannya. Yang
dilakukan di aula desa, di mesjid, dan di pustu yang ada di tiap-tiap dusun.
Selain penyuluhan tentang pentingnya kebersihan, penyuluhan tentang gizi
dan makanan sehat juga sering diadakan. Penyuluhan ini diberikan oleh dinas
kesehatan bekerjasama dengan bidan desa.
Hal ini diungkapkan oleh salah satu ibu muda yang ada di desa ini,
Yuni Anita mengungkapkan;
“Saya rutin melakukan pemeriksaan di pustu dua kali sebulan semenjak saya hamil. Saya juga sadar betul akan pentingnya menjaga kesehatan lingkungan agar terhindar dari penyakit DBD, tipes, dan
61
Buku III, Pedoman Penyusunan dan Pendayaan Data Profil Desa 2016
penyakit lainnya. Saya juga memberikan asi kepada anak saya. Selain itu di sini juga sering datang dokter dan penyuluh memberikan penyuluhan tentang kesehatan, makanan sehat dan bergizi, juga soal demam berdarah”.62
Berkat adanya program perbaikan gizi ibu dan anak ini dapat menekan
angka kematian ibu dan bayi. Namun, terbatasnya jumlah dana dari
pemerintah yang hanya mampu dirasakan sebagian masyarakat Desa Saba
sehingga program ini masih belum maksimal. Masih banyak anak-anak yang
membutuhkan gizi tambahan. Selain itu penyuluhan yang dilakukan belum
menyentuh dikalangan terpencil seperti daerah Dusun Pengempok. Warga di
kampung ini masih belum menyadari betul pentingnya kebersihan lingkungan.
Hal ini dikarenakan masih banyaknya warga di kampung ini yang belum
memiliki MCK sendiri setiap rumah. Hanya beberapa rumah saja yang
memiliki MCK. Sehingga penduduk di wilayah ini sering mengalami penyakit
disentri, TBC, dan penyakit lainnya. Selain itu, penduduk di desa ini masih
lebih suka ke dukun dibandingkan ke puskesmas untuk berobat.63
b) Memberikan pil penambah darah
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan kepada
masayarakat, melalui program GSC (Gerakan Sehat Cerdas) juga memiliki
program dalam bentuk pemberian pil penambah darah kepada masyarakat
terutama bagi masyarakat usia lanjut yang memiliki riwayat penyakit
anemia. Pada praktiknya program pemberian pil penambah darah ini
62 Yun Anita, wawancara tanggal 6 September 2016, pukul 11.37 WITA 63
Observasi, Desa Saba 12 november 2016, jam 10.00 WITA
dilaksanakan melalui program posyandu. Terlaksananya program ini juga
tidak terlepas dari peran serta kepala Desa Saba. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang diutarakan oleh Kadus jembe timur Ramli Ahmad, S.Pd yang
mengatakan bahwa:
Pelaksanaan program Posyandu yang dilaksanakan setiap 1 kali sebulan telah mendorong partisipasi aktif dari masyarakat yang bukan hanya berasal dari kalangan ibu hamil melainkan juga para lansia yang memiliki riwayat penyakit anemia. Adanya kondisi tersebut disebabkan oleh pihak kepala desa telah memberikan arahan bahwa masyarakat yang mengalami penyakit anemia akan diberikan pil penambah darah.64
Pandangan tersebut selaras dengan ungkapan yang diutarakan oleh
Badrul Islam Yang mengatakan bahwa
Kepala desa aktif dalam mendorong perbaikan kesehatan masyarakatnya. Hal ini terlihat dari adanya program pemberian pil penambah darah bagi masyarakat yang mengalami riwayat penyakit anemia. Dorongan ini didasarkan pada upaya pencegahan dan pengobatan bagi masyarakat. Kepala desa telah memerintahkan kepada para kepala dusun agar hal tersebut disampaikan secara merata kepada masyarakat.65
c) Membantu Proses Persalinan
Salah satu program PNPM melalui Generasi Sehat Cerdas (GSC)
adalah membantu persalinan ibu hamil di pusat pelayan kesehatan desa.
Dalam hal ini pihak pengurus GSC bekerja sama dengan Puskesdes tanpa
dipungut biaya. Sosialisasi terhadap program ini oleh pihak desa
disampaikan melalui masing-masing Kepala Dusun. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang diutarakan oleh Kadus Salik Safruddin yang mengatakan
bahwa
64 Ramli Ahmad, wawancara pada tanggal 4 september 2016, pukul 15.15 WITA 65 Badrul Islam, wawancara tanggal 4 september 2016, pukul 15.50 WITA
Pada dasarnya masyarakat kami masih banyak yang beranggapan bahwa dalam proses persalinan dapat dilakukan di rumah saja dengan memanfaatkan jasa dukun beranak. Bahkan selain tidak mengeluarkan biaya tinggi kondisi fisik baik bayinya maupun ibunya tidak pernah mengalami masalah. Namun demikian jika mengalami masalah cukup hanya menggunakan obat-obatan tradisional. Setelah diberikan penjelasan secara rinci tentang bahayanya jika ada suatu kelainan kehamilan yang hanya bisa dideteksi oleh bidan dan dokter, masyarakat mulai sadar tentang keharusan untuk melakukan proses persalinan di pusat-pusat kesehatan yang telah ada, ditambah lagi tidak dipungut biaya.66
Sejalan dengan pendapat tersebut ibu marhaen mengatakan bahwa
Telah diberikan pembekalan dari pihak desa yang dilaksanakan di Balai Desa. Pembekalan tersebut disampaikan oleh bidan desa. Telah dipaparkan secara jelas dampak yang akan muncul manakala penganan masalah persalinan ini tidak dilakukan oleh orang yang ahli maka dapat mengakibatkan masalah yang besar terutama bagi ibu dan bayi. Kepedulian pihak desa ini cukup besar dampaknya bagi perubahan cara berpikir kami yang sebelumnya. Pada saat pelaksanaan penyuluhan, kepala desa turut hadir memberikan arahan dan menghimbau agar setiap masyarakat menyadari pentingnya persalinan di Puskesdes yang ada di Desa Saba.67
d) Pemberian Vitamin A, 2 kali dalam setahun
Fokus utama dari pelaksanaan program PNPM melalui Generasi
Sehat Cerdas (GSC), dalam bidang kesehatan pada dasarnya bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Kepala desa selaku
penanggungjawab program telah mempercayakan hal tersebut kepada para
pengurus Generasi Sehat Cerdas (GSC). Guna mendorong peningkatan
daya tahan tubuh masyarakat maka, salah satu program yang mendapatkan
perhatian dari pihak kepala desa adalah pemberian vitamin A 2 kali dalam
setahun.
66 Safruddin, Wawancara pada tanggal 7 september 2016, pukul 09.00 WITA 67 Marhaen, Wawancara pada tanggal 7 september 2016, pukul 0930 WITA
Hal ini sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Kadus Salik
Safruddin yang mengatakan bahwa
Dalam rembuk desa dengan pihak pengurus Generasi Sehat Cerdas (GSC), telah disepakati agar setiap tahunnya bagi para balita diberikan vitamin A secara geratis sebanyak dua kali. Pada praktiknya pemberian vitamin A ini diberikan melalui posyandu yang dibagikan oleh kader posyandu kepada setiap balita yang ada di Desa Saba. Pembagian vitamin A ini dilakukan secara bergiliran. Biasnaya jika tidak ada halangan kepala desa akan dating ke salah satu posyandu yang sedang memberikan vitamin A tersebut. 68
Hal di atas senada dengan hasil wawancara dengan Bapak Kepala Desa Saba
Kecamatan Janapria, Bapak Abdul Wahid, S.Pd.
“Program pemberdayaan masyarakat yang ada di desa ini meliputi perbaikan gizi ibu hamil dan balita. Hal ini dilakukan dengan memberikan vitamin A 2 kali dalam satu tahun. Pentingnya pemberian vitamin A ini dalam rangka meningkatkan daya tahan tubuh balita sehingga pada gilirannya nanti generasi kita akan menjadi generasi yang sehat”69
2) Bidang Pendidikan
Selain program dalam bidang kesehatan PNPM Mandiri melalu
Generasi Sehat Cerdas (GSC) juga memiliki program dalam bidang pendidikan.
Program dalam bidang pendidikan ini dilaksanakan melalui dua bentuk yaitu a)
memberikan fasilitas kepada masyarakat yang tidak mampu sekolah jenjang SD
dan MI, b) memberikan fasilitas kepada masyarakat yang tidak mampu sekolah
jenjang MTs/ SMP. Masing-masing program tersebut dapat diilustrasikan di
bawah ini
68
Safrudin, wawancara, 7 september 2016, jam 9.20 WITA 69 Abdul Wahid, wawancara, tanggal 17 September 2016, pukul 11.41 WITA
a) memberikan fasilitas kepada masyarakat yang tidak mampu sekolah jenjang
SD dan MI
Desa Saba sebagai salah satu desa yang masih digolongkan daerah
terpencil, masih benyak di kalangan masyarakatnya yang hanya tamat SD
bahkan terdapat pula masyarakat yang tidak menyekolahkan putra putrinya.
Guna melihat lebih jauh terkait hal tersebut, maka dilakukan wawancara
dengan Khairul Ishak, seorang Kadus Melati. Ia mengatakan bahwa
Masyarakat yang ada di Dusun Melati masih banyak yang tidak mampu menyekolahkan putra putrinya. Pada dasarnya sebagian besar bukan disebabkan karena tidak mampu secara keuangan melainkan didorong oleh kurangnya keinginan dari pihak orang tua. Pihak orang tua hanya menginginkan putra putrinya untuk bisa bekerja di sawah. Dalam rangka tersebut maka pihak orang tua memerlukan adanya pemberian pemahaman yang dalam hal ini pihak kepala desa Saba memberikan tugas tersebut kepada para pengurus Gerakan Sehat Cerda (GSC) yang merupakan bagian dari program PNPM Mandiri.70
Para pengurus Gerakan Sehat Cerda (GSC) telah berupaya
memberikan penjelasan tentang pentingnya pendidikan bagi anak. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Husni salah seorang pengurus
GSC yang mengatakan bahwa
Kami selaku pelaksana program telah berupaya memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi anak. Bahkan pihak GSC memberikan fasilitas alat sekolah seperti seragam sekolah, tas, sepatu, buku, dan alat tulis agar anak yang tidak sekolah tersebut dapat mengenyam pendidikan baik anak yang normal maupun anak yang berkebutuhan khusus. Pelaksanaan program ini juga tidak terlepas dari adanya peran serta kepala Desa Saba yang tetap memantau jalannya program secara merata dan berkesinambungan.71
70 Khairul Ishak, wawancara tanggal 23 November 2016 jam 14.00 WITA
71 Husni, wawancara tanggal 24 November 2016, jam 14.00 WITA
Hal diatas senada dengan hasil wawancra yang diutarakan oleh
Muhammad Sadiq murid SDN 2 Jembe yang mengatakan bahwa
Saya diberikan fasilitas seragam sekolah seperti seragam, tas, sepatu,
buku dan alat tulis oleh Kepala Desa agar saya bisa bersekolah lagi ke jenjang
berikutnya. Beliau juga berpesan agar saya rajin-rajin sekola.h supaya saya
jadi anak pintar.72
b) Memberikan fasilitas kepada masyarakat yang tidak mampu sekolah jenjang
MTs/ SMP
Program pendidikan juga diberikan kepada siswa siswi yang telah
tamat SD maupu MI namun tidak mampu melanjutkannya ke jenjang SMP
atau MTs, maka pihak GSC akan memberikan fasilitas pendukunya. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Saharudin seorang Kadus Jembe
Barat yang mengatakan bahwa
PNPM Mandiri melalui proram GSC telah mampu mendorong perubahan pemikiran masyarakat yang sebelumnya banyak anak yang telah tamat SD tidak melanjutkan ke jenjang lebih tinggi, saat ini telah merata anak yang tamat SD atau MI dapat melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi. Kondisi ini berjalan tidak terlepas dari keterlibatan dari kepala desa yang senantiasa memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan. Bahkan kepala Desa Saba tidak jarang turun ke masyarakat pada hari-hari tertentu guna memberikan pamahaman kepada masyarakat.73
Ungkapan tersebut selaras dengan pendapat yang diutarakan oleh Haji
Hasanudi seorang Kadus Jumbe Utara yang mengatakan bahwa
72 Muhammad sadiq, wawancara tanggal 29 november 2016, jam 16.00 WITA 73 Saharudin, wawancara tanggal 24 November 2016, jam 15.00 WITA
Terjadinya perubahan cara pandang masyarakat terhadap pendidikan bisa terasa saat ini tidak lepas dari peran serta kepala desa yang senantiasa memberikan semangat kepada masyarakat agar menyekolahkan putra putrinya. Bahkan melalui program GSC tersebut kepala desa semakin gencar memberikan arahan kepada masyarakat agar tetap menyekolahkan putra putrinya sekalipun secara ekonomi masyarakat memiliki kondisi yang kurang mampu. Hal ini disebabkan karena melalui program GSC ini masyarakat tidak perlu lagi harus mengeluarkan biaya, bahkan fasilitas pendukung seperti seragam, tas, sepatu, buku akan diberikan secara gratis.74
Selaras dengan pendapat tersebut Marlina salah seorang pengurus GSC
mengatakan bahwa
Masyarakat Desa Saba telah mengalami perubahan dalam hal cara pandangnya mengenai pendidikan putra putrinya. Kondisi ini bisa terlaksana dengan baik akibat dari peranserta kepala desa yang senantiasa memberikan arahan kepada masyarakat agar mengikuti program GSC yang telah dibuat. Kepala desa selaku penangungjawab program memberikan motivasi kepada kami para pengurus GSC untuk secara lapang dada memberikan pemahaman kepada masyarakat. 75
Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Kepala Desa Saba
Kecamatan Janapria, Bapak Abdul Wahid mengatakan bahwa :
“Hampir sebahagian besar penduduk di desa ini bermata pencaharian utamanya adalah petani. Dan sebahagian lagi sebagai buruh bangunan sebagai mata pencaharian sampingan. Karena jika mengharapkan dari hasil pertanian saja tidak cukup karena rendahnya harga jual beras di pasaran. Sedangkan ekonomi semakin sulit. Sedangkan anak-anak di sini sudah turun ke sawah dari kecil. Bahkan dari umur 10 tahun anak-anak di desa ini sudah turun ke sawah membantu orang tuanya menanam padi. Sedangkan remaja di sini rata-rata tingkat pendidikannya hanya sampai SMP saja. Walaupun Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah sudah menerapkan pendidikan gratis namun kesadaran penduduk khususnya pemuda akan pentingnya pendidikan masih kurang. Hanya sedikit yang melanjutkan pendidikannya ke tingkat SLTA . Mereka lebih suka pergi cari uang. Pemuda di sini juga banyak yang pergi merantau ke Kalimantan dan ke
74 H. Hasanudin, wawancara tanggal 24 November 2016, jam 16.00 WITA
75 Marlina, wawancara tanggal 25 November 2016, jam 14. 30 WITA
Malaysia. Sehingga saya sebagai pemimpin di desa ini merasa perlu melakukan pembinaan generasi muda supaya pemuda di sini tidak perlu lagi merantau ke luar daerah bahkan ke luar negeri untuk mencari kerja, atau hanya sekedar jadi kuli bangunan saja. Pembangunan kan bukan hanya fisik saja. Tapi pembangunan non fisik juga sangat penting yang di sini saya maksudkan contohnya saya selalu melakukan dialog terbuka dengan pemuda-pemuda di desa ini. Selalu adakan acara kumpul-kumpul, menasehati pemuda di sini untuk tidak minum tuak atau miras, tidak berjudi, dan tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan senantiasa menjaga keamanan dan perdamaian di desa ini. Di desa ini juga ada salah satu program pemberdayaan masyarakat yang namanya simpan-pinjam yang berasal dari PNPM. Pemberian pinjaman modal kepada warga di desa ini dengan bunga yang sangat kecil, bantuan dari PNPM, dengan cara perkelompok. Pembinaan generasi muda di sini dilakukan dengan cara lebih mendekatkan pada sisi keagamaan dimulai sejak dini”. Sedangkan untuk program GSC diberikan dalam bentuk perbaikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.76
3) Bidang Ekonomi
Pendekatan dari sisi ekonomi dilakukan dengan cara pemberian pinjaman
modal bagi warga yang kurang mampu untuk dapat lebih mengembangkan
usahanya. Memberikan penyuluhan pertanian kepada petani muda di Desa Saba
Kecamatan Janapria.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ketua Kelompok PNPM yang ada
di Desa Saba Kecamatan Janapria, Bapak H. Hamzah Tahir, S.E mengatakan:
“Untuk program pemberdayaan masyarakat yang bersifat non-fisik, PNPM memiliki program yang namanya SPP atau simpan pinjam yang diberikan kepada warga desa yang bersifat pinjaman modal dengan bunga yang hanya sebesar 1½ % dari jumlah pinjaman. Pemberian pinjaman dilakukan dengan cara perkelompok. Di desa ini jumlah kelompok yang ada sebanyak 15 kelompok. Dimana setiap kelompok terdiri atas 15 sampai 20 orang dan setiap kelompok diberikan pinjaman sebesar 3 juta hingga 5 juta rupiah. Yang pengembaliannya
76 Abdul Wahid , wawancara tanggal 17 september 2016, pukul 11.41 WITA
maksimal hingga 12 bulan beserta jumlah bunga 1½ %. Dimana 1% diberikan untuk UPK kecamatan, dan ½ % untuk UPK kelompok. Pinjaman modal ini diberikan kepada warga desa yang tidak mampu dan membutuhkan modal untuk mengembangkan usahanya. Baik itu untuk pengembangan berwiraswasta maupun pengembangan pertanian”. 77 Selain program SPP dari PNPM, program pembinaan generasi muda
yang ada di desa ini juga dilakukan dengan memberikan penyuluhan pertanian
bagi warga desa. Penyuluhan pertanian ini diberikan oleh Dinas Pertanian dan
Holtikultura melalui Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) yang ada di desa
ini. Penyuluhan pertanian dilakukan untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan kemajuan dalam penguasaan teknologi, meningkatkan
kreatifitas petani mengenai potensi diri dan lingkungan, meningkatkan nilai
usaha tambah tani, meningkatkan kemandirian petani dan kelompok tani.78
Sebagaimana diungkapkan oleh Ketua Gapoktan Desa Saba, Bapak
Saharuddin mengatakan :
“Gapoktan memiliki program-program kegiatan guna memberdayakan kelompok tani yang ada di Desa Saba Kecamatan Janapria. Mengingat besarnya potensi pertanian yang dimiliki desa ini. Gapoktan juga selalu ikut serta dalam penyuluhan-penyuluhan yang diadakan oleh Dinas Pertanian baik itu Dinas Pertanian daerah kabupaten, maupun dinas pertanian provinsi. Kita juga sering mengadakan diskusi terbuka dengan warga desa mengenai masalah yang dihadapi petani. Tak jarang kita juga mengundang penyuluh dari dinas pertanian dan holtikultura dalam mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi petani. Untuk mendapatkan hasil pertanian yang lebih baik. Sebagaimana diketahui bahwa yang banyak merugikan petani setiap musimnya adalah hama penggerek batang dan tikus. Sehingga
77 H. Hamzah Tahir, wawancara 19 September 2016, jam 16.48 WITA 78
Observasi,tanggal 10 September 2016, jam 16.00 WITA
Gapoktan selalu berkoordinasi dan mengumpulkan anggota-anggota kelompok sebagai salah satu usaha dalam memberdayakan petani”.79
Sedangkan Kepala Desa Saba Kecamatan Janapria dalam pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa Saba memiliki peranan yang
sangat sentral. Baik itu dalam pembangunan fisik desa maupun pembangunan
non fisik yang ada. Kepala Desa berperan aktif dalam membangun desanya.
Kepala desa senantiasa mengajak warganya bergotong royong dalam
membangun desa seperti perbaikan aliran air atau pengecoran jalan-jalan.
Bahkan tak jarang kepala desa terjun langsung mengawasi dan ikut dalam
pembangunan fisik yang dilakukan di desanya.
Hal senada diungkapkan oleh Kepala Dusun Pengempok Sukarman,
QH, S,Pdi mengatakan :
“Saya sangat senang bisa bekerjasama dengan seorang kepala desa yang benar-benar dapat memberikan panutan, pelayanan sekaligus mengayomi masyarakatnya. Beliau tak pernah segan-segan membantu masyarakatnya. Bahkan Pak Desa sering turun langsung melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan fisik yang ada di desa ini”. 80
Untuk pembangunan non fisik, khususnya meningkatkan swadaya
masyarakat. Kepala desa senantiasa mengajak dan melakukan pembinaan
kepada generasi muda. Kepala desa juga turut aktif dalam setiap kegiatan
organisasi pemuda yang ada di desa ini. Seperti, kepala desa turut aktif dalam
setiap rapat-rapat yang diadakan baik itu yang diadakan oleh kelompok tani
79 Saharuddin, wawancara, tanggal 1 September 2016, pukul 14.25 WITA 80 Sukarman QH, S,Pdi,wawancara, tangal 14 Agustus 2016, pukul 19.25 WITA
maupun yang diadakan oleh kelompok SPP PNPM. Kepala desa selalu
memberikan masukan dan saran serta pengarahan.
Kepala desa juga selalu mengajak warganya untuk ikut aktif dalam
setiap kegiatan yang ada. Seperti penyuluhan pertanian, penyuluhan
kesehatan, juga kegiatan keagamaan lainnya. Kepala desa juga selalu
memberikan pengarahan kepada warganya agar senantiasa memperhatikan
kesehatan dan kebersihan lingkungan. Bahkan kepala desa juga turut aktif
dalam gotong royong membersihkan lingkungan.
Dari pernyataan-pernyataan di atas, penulis mengambil kesimpulan
bahwa Bapak Kepala Desa Saba Kecamatan Janapria benar-benar telah
melakukan kerja sama dengan pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat.
Bahkan beliau dengan caranya sendiri mengajak masyarakatnya untuk
berperan aktif dalam setiap program pemberdayaan masyarakat yang ada di
desanya. Sehingga masyarakat desa dapat memperoleh manfaat dari
pemberdayaan masyarakat. Diantara lain; meningkatkan pengetahuan dan
pengembangan pertanian, meningkatkan kemandirian petani dan warga,
meningkatkan perekonomian warga, meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Kepala desa dalam menyikapi ini bisa terbantu dengan bantuan dana
dari pemerintah. Kepala desa juga selalu bersikap transparan baik masalah
pemberdayaan masyarakat maupun masalah bantuan yang didapatkan desa
baik dari pemerintah maupun dari pihak swasta. Hampir semua bantuan yang
yang masuk ke desa selalu dirapatkan dengan warga. Begitu pula dengan
dalam mengambil suatu kebijakan, kepala desa selalu melakukan koordinasi
dengan anggotanya serta menerima setiap saran dan masukan.
Hal ini menunjukkan bahwa Desa Saba Kecamatan Janapria dalam
proses pelaksanaan pembangunan dan pemeberdayaan masyarakat selalu
melibatkan unsur masyarakat dalam setiap kegiatan dan pengambilan
keputusan.
C. Kendala Dalam Memberdayakan Masyarakat Sebagai Wujud Pelaksanaan
Program Generasi Sehat Cerdas (GSC) Di Desa Saba Kecamatan Janapria
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2016
1. Kondisi Penduduk
Sebagai pemimpin masyarakat, maka sudah selayaknya apabila seseorang
kepala desa mengetahui kondisi atau keadaan masyarakat yang sebenarnya.
Sebab dengan mengetahui kondisi masyarakat yang sebenarnya maka dapat
mengambil langkah-langkah yang tepat dalam mengambil keputusan dan
tindakan. Sebab bila pemimpin tidak mengetahui kondisi masyarakat maka akan
menjadi suatu kesalah pahaman yang tidak dapat diterima oleh masyarakat.
Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Kepala Dusun Jembe
Timur Ramli Ahmad, S.Pd mengatakan:
“Kondisi penduduk desa yang beraneka ragam pada awalnya cukup menyulitkan beliau dalam menjalankan tugasnya apalagi pada saat itu kondisi penduduk masih terdapat sekat-sekat setelah pilkades tetapi dengan seiring waktu hal ini dapat beliau atasi dengan cara selalu
mengajak masyarakat desa berdialog dan kepedulian yang tinggi tanpa membeda-bedakan warganya”.81
Kemudian Kepala Dusun Salik juga menambahkan Safruddin
mengungkapkan:
“Kondisi penduduk yang masih sangat kental akan nilai-nilai dan norma-norma yang diwariskan secara turun temurun dan masih sulit menerima perubahan-perubahan, pada khususnya perubahan kepemimpinan. Meskipun orang tua Pak Abdull adalah bekas Kepala Desa juga, tapi perbedaan gaya kepemimpinan antara Pak Abdull dengan almarhum Bapaknya, membuat masyarakat pada awalnya pesimis dengan kepemimpinan Pak Abdull, apalagi saat itu usia beliau saat terpilih dikatakan terbilang muda dengan status masih bujang. Sehingga ada beberapa kelompok masyarakat pesimis akan kepemimpinannya. Tetapi dengan seiring berjalannya waktu Pak Kepala Desa mampu meyakinkan masyarakat khususnya tokoh-tokoh masyarakat bahwa beliau juga mampu memimpin dengan bijak seperti almarhum bapaknya”. 82
2. Partisipasi Penduduk
Partisipasi merupakan komponen penting dalam menumbuh kembangkan
kemandirian dan proses pemberdayaan. Rakyat adalah komponen utama yang
harus dilibatkan dalam setiap proses pemberdayaan masyarakat. Kebutuhan,
kepentingan dan harapan rakyat menjadi arah setiap kebijakan. Prinsip dalam
partisipasi adalah melibatkan atau peran serta masyarakat secara langsung, dan
hanya mungkin dicapai jika masyarakat sendiri ikut ambil bagian, sejak dari
awal, proses, dan perumusan hasil.
81 Ramli Ahmad, S.Pd, Wawancara, tanggal 7 september 2016, 08.41 WITA 82 Safrudin Wawancara, tanggal 17 November 2016, pukul 20.00 WITA
Oleh sebab itu untuk kelancaran proses pemberdayaan masyarakat maka
masyarakat selaku obyek dan subyek dari pemberdayaan masyarakat harus
berpartisipasi dimana dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti kesediaan
masyarakat untuk menghadiri rapat-rapat yang dilaksanakan di desa, memberi
ide atau gagasan, menyumbang tenaga maupun berupa uang atau barang.
Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Desa Saba Kecamatan Janapria,
Bapak Abdul Wahid mengatakan:
“Salah satu kendala yang saya hadapi dalam pemberdayaan masyarakat adalah kurangnya partisipasi masyarakat. Padahal pemberdayaan kan pelaku dan tujuannya untuk masyarakat sehinga menjadi tantangan sendiri buat saya. Namun saya berusaha keras dengan mendekatkan diri dengan masyarakat sehingga masyarakat tertarik dan mau ikut berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat. Melalui bincang-bincang dan selalu ikut serta dalam kegiatan masyarakat. Saya mengajak masyarakat untuk ikut aktif dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh pemerintah baik tingkat kecamatan maupun tingkat kabupaten. Karena kelancaran proses pemberdayaan akan berjalan jika masyarakat ikut turut aktif dari mulai proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi”. 83
Hal senada juga diungkapkan oleh Kaur Pemerintahan, Selamet S.H
mengatakan:
“Kurangnya partisipasi masyarakat merupakan salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh kepala desa, hal ini karena warga desa cenderung tidak perduli dan lebih sibuk bekerja, sehingga mereka kurang tertarik dengan urusan pemerintahan khususnya kegiatan pemberdayaan masyarakat. Tetapi berkat kegigihan kepala desa dalam mengajak warganya dan mendekatkan diri dengan masyarakat desa, sedikit demi sedikit masyarakat mulai membuka diri dan mulai tertarik untuk berpartisipasi dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat”.84
83 Abdul Wahid wawancara, tanggal 17 November 2016, pukul 11.41 WITA 84 Selamet, SH wawancara, tanggal 17 November 2016, pukul 13.23 WITA
3. Fasilitas atau Peralatan
Untuk melaksanakan tugasnya, pemerintah desa membutuhkan
fasilitas atau peralatan dalam menjalankan fungsinya, tersedianya fasilitas
atau perlengkapan yang tersedia menunjang lancarnya suatu kegiatan yang
akan dilaksanakan, dimana salah satu faktor itu adalah tersedianya kantor desa
dalam menunjang terselenggaranya pemerintahan desa dan sebagai tempat
dalam menjalankan tugas dalam pengelolaan, pelaporan, pencatatan, dan
berbagai kegiatan lainnya.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat dipengaruhi oleh ketersedianya
fasilitas atau peralatan, misalnya dalam rapat desa dan kegiatan penyuluhan
pertanian akan berjalan lancar jika tersedianya tempat beserta peralatan tulis
menulis misalnya papan tulis (black board), LCD, dan Laptop yang digunakan
dalam rapat dan penyuluhan. Contohnya saja saat melakukan penyuluhan
pertanian, masyarakat tidak begitu paham dengan apa yang disampaikan oleh
penyuluh karena hanya berupa penjelasan saja tanpa menggunakan papan tulis
dan LCD sehingga masyarakat tidak begitu paham dan tertarik dalam
mengikuti penyuluhan. Hal ini juga berdampak pada program pemberdayaan
masyarakat yang lain.
Hal ini diungkapkan oleh salah seorang tokoh masyarakat desa Saba,
bapak samsudin mengatakan:
“Dalam pemberdayaan masyarakat, fasilitas sangat dibutuhkan untuk menunjang terselenggaranya kegiatan desa dengan baik, contohnya saja saat ada penyuluhan pertanian yang diberikan oleh dinas
pertanian daerah, warga kurang tertarik dan paham karena penyampaian hanya seperti orang berpidato. Sehingga warga desa kurang tertarik dan memahami. Beda jika menggunakan fasilitas seperti papan whiteboart atau laptop karena bisa langsung dilihat materinya dan bisa ditampilkan jenis-jenis hama dan cara pengolahan sawahnya. Jadi fasilitas dan peralatan sangat mempengaruhi dalam pemberdayaan masyarakat”. 85
Oleh karena itu, dari data di atas dapat dilihat faktor fasilitas atau
peralatan teknologi mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pencapaian
pembangunan. Semakin lengkap dan canggih fasilitas atau peralatan teknologi
yang tersedia di desa akan membuat partisipasi masyarakat akan meningkat,
sebaliknya semakin tidak lengkap fasilitas dan peralatan yang tersedia akan
membuat partisipasi masyarakat menurun.
D. Solusi Dalam Memberdayakan Masyarakat Sebagai Wujud Pelaksanaan
Program Generasi Sehat Cerdas (GSC) Di Desa Saba Kecamatan Janapria
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2016
Guna melihat melihat jauh permasalahan yang menjadi kendala dalam
pelaksanaan pelaksanaan Program Generasi Sehat Cerdas (GSC) di Desa Saba
Kecamatan Janapria Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2016, maka dilakukan
kegiatan wawancara dengan Murdi, Kadus Lingkuk Buak Tengak, ia mengatakan
bahwa
Permasalahan yang muncul dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui Generasi Sehat Cerdas (GSC), yaitu adanya perbedaan pandangan masyarakat terkait hal tersebut. Dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada maka dilakukan upaya-upaya strategis di antaranya adalah dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan terutama bagi ibu hamil dan para balitanya. Melalui kegiatan sosialisasi tersebut diharapkan masyarakat menjadi semakin sadar terhadap
85 Samsudin wawancara, tanggal 13 September 2016, pukul 10.25 WITA
kesehatannya sehingga program yang ditawarkan oleh pihak GSC dapat dilaksanakan dengan baik.86 Pandangan serupa juga diutarakan oleh H. Ahmad Sukarya salah seorang
Kadus masjaya yang mengatakan bahwa
Hanya dengan menyampaikan tujuan program secara santun akan mampu mendorong pemahaman di masyarakat. Sosialisasi melalui penyampaian dengan cara yang baik ini akan mampu mendorong terwujudnya program secara berkesinambungan. Pihak kepala desa harus mampu mengubah pola pikir masyarakat terkait kesehatan yang selama ini hanya mengandalkan obat-obat tradisional dan untuk ibu hamil masih mengandalkan dukun beranak dalam proses persalinanya.87
Hal ini sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Marlina yang
mengatakan bahwa
Sementara itu program yang berkaitan dengan pendidikan, solusi yang bisa dilakukan dalam rangka mengurangi kendala adalah melalui pemberian pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi anak. Pemahaman masyarakat akan dapat diubah jika pihak pemerintah memberikan pencerahaan sekaligus fasilitas pendukung yang akan menunjang hal tersebut dapat dilakukan oleh pihak masyarakat. Hanya dengan cara ini maka masyarakat akan secara sadar mengikuti dengan baik program yang telah dibuat.88
Pandangan tersebut selaras dengan ungkapan yang diutarakan oleh
Ramli Ahmad seorang Kadus Jumbe Timur yang mengatakan bahwa
Melalui sosialisasi yang telah dilakukan mampu mengubah cara berfikir masyarakat dalam hal mengikuti program yang dibuat oleh GSC. Kepala desa senantiasa mengarahkan kami selaku kadus untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait program yang dilaksanakan oleh GSC. Sekalipun membutuhkan waktu yang tidak sebentar lambat laun masyarakat
86 Murdi, Wawancara tanggal 24 November 2016 87 H. Ahmad Sukarya, Wawancara tanggal 24 November 2016 88 Marlina, Wawancara tanggal 25 November 2016
semakin sadar dalam mengikuti program GSC yang telah dibuat oleh pemerintah.89
Demikian pula halnya dengan program dalam bidang ekonomi,
masyarakat diberikan pemahaman dan diberikan pelatihan terkait dengan pola
pengelolaan usaha yang dijalankannya. Hal ini sejalan dengan pendapat yang
diutarakan oleh Awaludin yang mengatakan bahwa
Solusi yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan
program GSC dalam bidang ekonomi adalah melalui sosialisasi yang
dilakukan secara berkala kepada masyarakat melalui para kadus dan pengurus
GSC.
89 Ramli Ahmad, Wawancara tanggal 25 November 2016
BAB III
PEMBAHASAN
A. Peranan Kepala Desa Dalam Memberdayakan Masyarakat Sebagai Wujud
Pelaksanaan Program Generasi Sehat Cerdas (GSC) Di Desa Saba Kecamatan
Janapria Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2016
Kepala desa merupakan pimpinan tertinggi didesa.Oleh karena itu kepala
desa bertanggung jawab penuh atas roda pemerintahan yang ada didesa.Selain itu
kepala desa juga memiliki peranan penting dalam pembangunan yang ada di desa. Di
desa Saba terdapat program-program pemberdayaan masyarakat yang sebagian besar
dari PNPM dan dari pihak swasta. Program pemberdayaan melalui Generasi Sehat
Cerdas (GSC) ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam hal
kesehatan, pendidikan maupun peningkatan ekonomi. Masing-masing program
tersebut Kepala Desa Saba telah berupaya berperan aktif guna memastikan bisa
berjalan seperti yang diharapkan.
Peranserta kepala desa dalam mewujudkan terlaksananya program GSC
dalam bidang kesehatan cukup besar baik yang berhubungan dengan kesehatan ibu
hamil, program persalinan, pemberian pil penambah darah dan pemberian vitamin A.
masing-masing program tersebut telah berupaya untuk dilaksanakan dengan baik
yang mengacu pada jutlak dan juknis yang telah dibuat.
Keterlibatan kepala desa Saba dalam pelaksanaan program dapat dilihat
dari pernyataan yang diutarakan oleh Saharudin seorang Kadus Jumbe Barat yang
mengatakan bahwa
Pada dasarnya semua program GSC bertumpu pada terwujudnya kesehatan ibu hamil dan perbaikan kondisi kesehatan masyarakat yang ada di Desa. Dengan mengacu pada aspek ini maka kepala desa telah mendorong setiap kadus untuk melakukan sosialisasi terkait hal tersebut kepada segenap masyarakat. Bahkan kepala desa berusaha untuk hadir dalam setiap pelaksanaan program. Dorongan kepala desa untuk hadir dalam pelaksanaan program lebih disebabkan kepada adanya kepastian program tersebut berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan.90
Selain itu Herman seorang Kadus Gundu mengatakan bahwa
Kepala desa Saba memiliki perhatian khusus untuk meningkatkan kesehatan masyarakatnya melalui program GSC. Hal ini terlihat dari adanya keterlibatan kepala desa secara aktif dalam program tersebut sekalipun telah memiliki pengurus. Kepala desa buka tidak percaya kepada para pengurus namun hal tersebut merupakan bentuk partisipasi yang berusaha diwujudkan oleh kepala desa dalam rangka memastikan bahwa program yang telah dibuat dapat berjalan sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat dalam rapat Desa Saba.91
Keteladanan merupakan unsur yang memegang peranan penting dan sangat
menentukan bagi berhasilnya seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya. Agar bawahan dan orang yang dipimpinnya dapat mengikuti apa yang
dikehendakinya dalam melaksanakan tugas. Hal ini kita bisa lihat dari cara
pembinaan yang dilakukan seorang kepala desa. Salah satu wewenang kepala desa
adalah membina kehidupan masyarakat desa.
Pembinaan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam proses
pemberdayaan masyarkat, baik bagi perangkat maupun masyarakat. Tujuannya ialah
agar perangkat desa dan masyarakat tau dan mengerti apa yang harus dikerjakan serta
timbul kemauan untuk ikut aktif dalam setiap program pemberdayaan masyarakat.
90 Saharudin, Wawancara tanggal 25 November 2016 WITA 91 Herman, Wawancara tanggal 25 November 2016 WITA
Pembinaan dilakukan oleh kepala desa melalui nilai-nilai kearifan lokal yang
memang sudah dari dulu dianut oleh masyarakat desa
Selain itu, Kepala Desa juga membina kehidupan masyarakatnya tidak
hanya melalui kegiatan formal tetapi juga melalui kegiatan nonformal. Kepala desa
harus lebih sering mengajak warganya untuk berdialog dan berbincang bincang
secara terbuka. Hal ini lebih bersifat penjelasan mengenai makna serta maksud dan
tujuan bahkan manfaat dari pemberdayaan itu sendiri.
B. Kendala Dalam Memberdayakan Masyarakat Sebagai Wujud Pelaksanaan
Program Generasi Sehat Cerdas (GSC) di Desa Saba Kecamatan Janapria
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2016
Setiap perjuangan yang dilakukan tentu tidak terlepas dari kendala baik
yang berasal dari luar maupun dari dalam. Dalam konteks kegiatan Memberdayakan
Masyarakat Sebagai Wujud Pelaksanaan Program Generasi Sehat Cerdas (GSC) Di
Desa Saba Kecamatan Janapria Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2016, yang
dilakukan oleh kepala desa maka kendala yang paling dirasakan adalah kondisi sosial
kemasyarakatan.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Abdul Wahid kepala
desa Saba yang mengatakan bahwa
Bervariasinya karakteristik masyarakat merupakan faktor yang paling dominan menjadi kendala dalam pelaksanaan pemberdayaan melalui GSC ini. Hal ini disebabkan karena sebagian masyarakat menyangka bahwa program tersebut hanya sepenuhnya tidak menyelesaikan persoalan. Masyarakat menginginkan diberikan sesuatu berupa uang. Untuk mengubah pemikiran tersebut tentu bukan pekerjaan yang mudah. Kami harus memberikan pemahaman kepada masyarakat betapa penting arti kesehatan. Bahkan di Dusun Sengkerek Timur program ini sempat ditolek oleh
masyarakat. Mereka menyangka bahwa justru berbagai penyakit muncul akibat banyknya obat-obatan kimia yang telah di makan.92
Pandangan tersebut selaras dengan ungkapan yang diutarakan oleh Nursim
seorang Kadus Sengkrek Timur yang mengatakan bahwa
Keterlibatan kepala desa dalam setiap pelaksanaan program GSC,
merupakan bentuk kepedulian dari kepala desa terhadap masyarakat terutama yang
berkaitan dengan kesehatan dan pendidikan masyarakat. Demikian pula halnya
dengan program dalam bidang ekonomi yang merupakan sendi kehidupan yang bisa
menyebabkan merasakan fungsi dari pemerintah. 93
Dengan mengacu pada kondisi tersebut di atas maka dapat dikatakan
bahwa kepala desa Saba memiliki kepedulian yang cukup tinggi terhadap
masyarakatnya terutama dalam tiga aspek yaitu aspek kesehatan, pendidikan dan
aspek perekonomian. Kepedulian tersebut didasarkan pada kesepakatan bersama
bahwa masyarakat akan merasakan pelayanan yang baik dari pemerintah manakala
tiga aspek tersebut dapat berjalan secara baik.
Dalam konteks yang lebih luas proses pelaksanaan program juga mengacu
pada terpenuhinya jutlak dan juknis yang telah dibuat oleh PNPM Mandiri.
Tanggungjawab pihak pengelola PNPM Mandiri ini juga merupakan bentuk dari
keterlibatan pemerintah dalam memenuhi tanggungjawabnya sebagai pelaksana
tugas.
92 Abdul Wahid, Wawancara tanggal 26 November 2016 93 Nursim, Wawancara tanggal 26 November 2016
C. Solusi dalam memberdayakan masyarakat sebagai wujud pelaksanaan Program
Generasi Sehat Cerdas (GSC) di Desa Saba Kecamatan Janapria Kabupaten
Lombok Tengah Tahun 2016
Dalam setiap usaha yang dilakukan, tidak pernah terlepas dari
permasalahan yang muncul. Namun kecermatan dalam menyelesaikan persoalan
merupakan bagian dari keberhasilan program yang dilakukan berjalan sesuai dengan
yang diinginkan.
Kaitannya dengan perbedaan cara pandang masyarakat terkait program
PNPM Mandiri melalui GSC, maka solusi dari kendala tersebut adalah melakukan
sosialisasi secara intensif dengan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
diutarakan oleh Abdul Wahid Kepala Desa Saba yang mengatakan bahwa
Solusi yang bisa dilakukan terhadap permasalahan yang berkaitan dengan
adanya perbedaan pandangan terkait dengan GSC, ini dilakukan dengan memberikan
pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan terutama bagi
ibu hamil, membantu proses persalinan, penderita anemia, serta pemberian vitamin A.
jika masyarakat telah memahami dengan baik, maka semua program yang ada dapat
dilaksanakan dengan baik.94
Kaitannya dengan pandangan tersebut Hasanudin Kadus Jembek Utara
mengatakan bahwa
Kepala desa kami termasuk kepala desa yang proaktif terhadap gejala yang
ada. Hal ini terbukti dari adanya perhatian yang lebih terhadap terwujudnya perbaikan
94 Abdul Wahid, Wawancara tanggal 27 November 2016
masyarakat dalam bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Dorongan ini
dilakukan sebagai wujud tanggungjawabnya sebagai seorang pimpinan di desa.
Perubahan ke arah yang lebih merupakan tujuan dari pergantian seorang pimpinan
kepala desa.95
Kepala desa selaku pucuk pimpinan yang ada di Desa harus mampu
menjadi pelopor dalam meningkatkan kesehatan, pendidikan serta ekonomi
masyarakat. Dengan pola inilah masyarakat akan merasakan manfaat dari
kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala desa. Pemberian pemahaman kepada
masyarakat terkait program GSC merupakan bagian yang berkesinambungan dengan
tanggungjawab yang dimilikinnya.
95 Hasanudin, Wawancara tanggal 27 November 2016 jam 08.00 WITA
BAB IV
PENUTUP
D. Simpulan
Kesimpulan yang dapat penulis tarik adalah sebagai berikut:
1. Kepala Desa memiliki peran dalam memberdayakan masyarakat sebagai wujud
pelaksanaan Program Generasi Sehat Cerdas (GSC) di Desa Saba Kecamatan
Janapria Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2016. Hal ini terbukti dari adanya
kepedulian dan keterlibatan kepala desa Saba dalam mewujudkan program GSC
yang berbasis kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Bidang kesehatan diusahakan
dalam bentuk a) pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil, b) program persalinan, c)
pemberian vitamin A dan d) pemberian pil penambah darah.
2. Kendala dalam memberdayakan masyarakat sebagai wujud pelaksanaan Program
Generasi Sehat Cerdas (GSC) di Desa Saba Kecamatan Janapria Kabupaten
Lombok Tengah Tahun 2016 yaitu 1) Kondisi penduduk yang beraneka ragam dan
sulitnya menerima perubahan-perubahan serta peralihan kepemimpinan menjadi
kendala kepala desa dalam pemberdayaan masyarakat, 2) Partisipasi penduduk
merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh kepala desa. Karena penduduk
cenderung tidak tertarik dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dan lebih
banyak bekerja, 3) Fasilitas atau peralatan adalah kendala yang dihadapi oleh
kepala desa dalam melaksanakan peranannya. Semakin lengkap dan canggih
fasilitas atau peralatan teknologi yang tersedia di desa akan membuat partisipasi
masyarakat akan meningkat, sebaliknya semakin tidak lengkap fasilitas dan
peralatan yang tersedia akan menurunkan tingkat partisipasi masyarakat.
3. Solusi yang dilakukan oleh pihak kepala desa terkait kendala yang dihadapi adalah
dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat dengan memberikan arahan dan
pemahaman tentang pentingnya pelaksanaan program GSC dalam bentuk
kesehatan, pendidikan dan ekonomi.
E. Saran
Berdasarkan simpulan di atas maka disarankan kepada kepala desa untuk
melakukan beberapa hal yaitu
a. Peningkatan peranan kepala desa dalam pemberdayaan masyarakat harus lebih
dioptimalkan lagi, agar program pemberdayaan masyarakat yang ada di desa
semakin berkembang dan agar warga masyarakat desa lebih berdaya dalam tatanan
sosial, politik, dan ekonomi.
b. Meningkatkan keterlibatan masyarakat yang kurang proaktif dalam kegiatan
pemberdayaan.
c. Mewujudkan kondisi penduduk yang lebih terampil dan peduli terhadap
pembangunan yang ada di Desa. Menggerakkan sektor perekonomian masyarakat
desa secara kolektif.