Peran Keluarga pada Pasien Gangguan Jiwa.docx

download Peran Keluarga pada Pasien Gangguan Jiwa.docx

of 3

Transcript of Peran Keluarga pada Pasien Gangguan Jiwa.docx

Peran Keluarga pada Pasien Gangguan Jiwa(Arief kurniawan)Keluarga merupakan unit terkecil dari satuan masyarakat, tidak akan ada masyarakat jika tidak ada keluarga, dengan kata lain masyarakat merupakan sekumpulan keluarga-keluarga. Unit yang paling dekat dengan pasien gangguan jiwa yaitu keluarga dan perlu kita ketahui bahwa keluarga merupakan perawat utama bagi pasien gangguan jiwa. Keberhasilan perawatan di rumah sakit dapat sia-sia jika tidak diteruskan di rumah, yang kemudian akan berdampak kekambuhan pasien sehingga harus dirawat kembali di rumah sakit. Tentunya kita sebagai keluarga tidak menginginkan hal tersebut, melihat salah satu saudara kita keluar masuk rumah sakit dengan keluhan yang sama. Pentinya peran serta keluarga dalam pasien gangguan jiwa dapat dipandang dari berbagai segi. Pertama, keluarga merupakan suatu tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya. Keluarga merupakan institusi pendidikan utama bagi individu untuk belajar dan mengembangkan nilai, keyakinan, sikap dan perilaku. Individu menguji coba perilakunya di dalam keluarga, dan umpan balik keluarga mempengaruhi individu dalam mengadopsi perilaku tertentu. Semua ini merupakan persiapan individu untuk berperan di masyarakat. Menurut Friedman (1998), dukungan sosial keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga adalah orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga antara lain 1. memelihara dan membesarkan anak, 2. memelihara dan merawat anggota keluarga, 3. memberikan kasih sayang dan rasa aman, 4. memberikan perhatian diantara anggota keluarga, 5. mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang memenuhi perannya sebagai orang dewasa. Jika keluarga dipandang sebagai suatu sistem maka gangguan yang terjadi pada salah satu anggota keluarga dapat memengaruhi seluruh sistem, sebaliknya disfungsi keluarga merupakan salah satu penyebab gangguan pada anggota keluarga. Contohnya, bila ayah sakit maka akan memengaruhi perilaku anak, dan istrinya, termasuk keluarga lainnya. Sehingga peran keluarga sangat berpengaruh terhadap perawatan dan pengobatan serta psikis dari pasien gangguan jiwa. Salah satu faktor penyebab kekambuh gangguan jiwa adalah; keluarga yang tidak tahu cara menangani perilaku pasien di rumah (Northouse, 1998). Pasien dengan diagnosa skizofrenia diperkirakan akan kambuh 50% pada tahun pertama, 70% pada tahun kedua dan 100% pada tahun kelima setelah pulang dari rumah sakit karena perlakuan yang salah selama di rumah atau di masyarakat.Penderita gangguan jiwa contohnya skizofrenia tidak mungkin mampu mengatasi kejiwaanya sendiri. Pasien tersebut membutuhkan peran orang lain disekitarnya, khususnya keluarga. Adanya peran keluarga dalam perawatan dan pencegahan kekambuhan penderita skizofrenia sangat penting, karena keluarga merupakan orang yang paling dekat dengan penderita. Sehingga lingkungan dan keluarga mempunyai andil yang besar dalam mencegah terjadinya kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Olehkarena itu perlakuan secara manusiawi dan wajar kepada pasien gangguan jiwa sangat diperlukan sehingga dibutuhkan pemahaman keluarga mengenai kondisi pasien serta kesediaan keluarga dan lingkungan menerima pasien apa adanya. Hal itu merupakan hal yang mendasar dalam mencegah kekambuhan pasien. Ada tiga faktor yang dapat menyebabkan pasien gangguan jiwa kambuh dan perlu dirawat di rumah saki. Pertama dari sisi Pasien itu sendiri, karena ketidakpatuhaan dalam pengobatan secara teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Berdasarkan penelitian menunjukkan 25% sampai 50% pasien gangguan jiwa dirawat kembali di rumah sakit karena tidak memakan obat secara teratur. Kedua yaitu penanggung jawan pasien, setelah perawatan di rumah sakit selesai, tentunya keluarga pasien sebagai penanggung jawab pasien harus tetap memberikan program adaptasi pasien di rumah, sehingga pasien mendapatkan suatu kenyamanan dan rasa aman. Faktor terakhir adalah keluarga, Berdasarkan penelitian di Inggris dan Amerika keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi (bermusuhan, mengkritik, tidak ramah, banyak menekan dan menyalahkan), hasilnya 57% kembali dirawat di rumah sakit dari keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi dan 17% kembali dirawat di rumah sakit dari keluarga dengan ekspresi emosi keluarga yang rendah. Selain itu pasien juga mudah dipengaruhi oleh stress yang menyenangkan (naik pangkat, menikah) maupun yang menyedihkan (kematian/kecelakaan). Dengan terapi keluarga pasien dan keluarga dapat mengatasi dan mengurangi stress. Cara terapi adalah: Mengumpulkan semua anggota keluarga dan memberi kesempatan menyampaikan perasaan-perasaannya. Memberi kesempatan untuk menambah ilmu dan wawasan baru kepada pasien ganguan jiwa, memfasilitasi untuk hijrah menemukan situasi dan pengalaman baru.Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan oleh keluarga dan lingkungan dalam merawat pasien gangguan jiwa di rumah antara lain :1. Memberikan kegiatan/kesibukan dengan membuatkan jadwal sehari-hari.2. Berikan tugas yang sesuai dengan kemampuan pasien dan secara bertahap tingkatkan sesuai perkembangan3. Menemani dan tidak membiarkan pasien sendiri saat melakukan kegiatan, mis: makan bersama, reksreasi bersama, bekerja bersama.4. Minta keluarga dan teman menyapa saat bertemu pasien dan jangan mendiamkan pasien berbicara sendiri5. Mengajak dan mengikut sertakan pasien dalam kegiatan bermasyarakat misal; kerja bakti6. Berikan pujian yang realitas terhadap keberhasilan pasien atau dukungan untuk keberhasilan sosial pasien7. Mengontrrol dan mengingatkan dengan cara yang baik dan empati untuk selalu minum obat untuk prinsip benar, benar nama obat, benar dosis, benar cara pemberian.8. Mengenali adanya tanda-tanda kekambuhan seperti: sulit tidur, bicara sendiri, marah-marah, senyum sendiri, menyendiri, murung , bicara kacau.9. Kontrol suasana lingkungan yang dapat memancing terjadinya marah. Dalam kehidupan sehari-hari pada pasien gangguan jiwa, keluarga merupakan orang yang paling terdekat dengan pasien gangguan jiwa. Kita sebagai anggota keluarga dalam menghadapi pasien atau salah satu anggota keluarga kita yang sedang mengalami gangguan jiwa harus menerima pasien apa adanya dan memberikan dukungan terhadap perawatan dan pengobatan pasien di rumah, bukan sebagai aib keluarga yang harus disembunyikan dari kehidupan sosial. Sehingga marilah kita sebagai keluarga atau masyarakat sekitar memandang pasien gangguan jiwa sebagai manusia biasa yang butuh perhatian dan kasih sayang sehingga hal ini akan berdampak baik terhadap pengobatan dan pencegahan kekambuhan pasien gangguan jiwa. Terima kasih semoga dengan tulisan ini dapat memberikan suatu pencerahan dan pemahaman mengenai perawatan dan pengobatan pasien gangguan jiwa yang sangat membutuhkan bantuan dan dukungan dari orang disetarnya, baik keluarga maupun masyarakat supaya dapat mencegah kekambuhan pasien gangguan jiwa.