PROSES KEPERAWATAN Pasien gangguan mata.docx
-
Upload
adam-harits -
Category
Documents
-
view
121 -
download
5
Embed Size (px)
description
Transcript of PROSES KEPERAWATAN Pasien gangguan mata.docx

PROSES KEPERAWATAN Pasien gangguan mata
Pengkajian
Riwayat kesehatan pendahuluan diambil untuk menentukan masalah primer pasien,
seperti kesulitan membaca, pandangan kabur, rasa terbakar pada mata, mataa basah,
pandangan ganda, bercak dibelakang mata, atau hilangnya daerah penglihatan soliter
( skotoma, myopia, hiperopia ). Perawat harus menentukan apakah masalahnya hanya
mengenai satu atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini.
Juga penting untuk mengeksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia
mengenakan kaca mata lensa kontak? Dimana mereka terakhir dikaji? Apakah pasien
sedang mendapat asuhan teratur seorang ahli oftalmologi? Kapan pemeriksaan mata
terakhir? Apakah tekanan mata diukur? Apakah pasien mengalami kesulitan melihat
(focus) pada jarak dekat atau jauh? Apakah ada keluhan dalam membaca atau
menonton televise? Bagaimana dengan masalah membedakan warna, atau masalah
dengan penglihatan lateral atau perifer? Apakah pasien pernah mengalami cedera mata
atau infeksi mata? Bila ya, kapan? Masalah mata apa yang terdapat dalam keluarga
pasien?
Riwayat mata yang jelas sangat penting. Penyakit apa yang terakhir diderita pasien?
- Masa kanak-kanak strabismus, ambliopia, cedera?
- Dewasa-glaukoma, katarak, cedera atau trauma mata, kesalahan refraksi yang
dikoreksi atau tidak dikoreksi, dan bagaimana bentuk koreksinya? Adakah diabetes,
hipertensi, gangguan tiroid, gangguan menular seksual, alergi, penyakit kardiovaskuler
dan kolagen, kondisi neurologic?

- Penyakit keluarga- adakah riwayat kelainan mata pada family derajat pertama
atau kakek nenek?
Pemahaman pasien mengenai perawatan dan penatalaksanaan mata harus di gali untuk
mengidentifikasi kesalahan konsepsi atau kesalahan informasi yang dapat dikoreksi sejak
awal.
Diagnosis keperawatan
Berdasar pada data pengkajian, diagnose keperawatan utama pasien dapat meliputi :
- Nyeri yang berhubungan dengan cedera, inflamasi, peningkatan TIO, atau
intervensi bedah.
- Ketakutan dan ansietas yang berhubungan dengan gangguan penglihatan dan
kehilangan otonomi.
- Perubahan sensoris/ persepsi (visual), yang berhubungan dengan trauma okuler,
inflamasi, infeksi, tumor, penyakit structural, atau degenerasi sel fotosensitif.
- Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
- Isolasi sosial yang berhubungan dengan keterbatasan kemampuan untuk
berpatisipasi dalam aktifitas pengalih dan aktifitas social sekunder akibat kerusakan
penglihatan.
Masalah kolaboratif
Komplikasi potensial
Berdasarkan data pengkajian, komplikasi potensial yang dapat terjadi pada
gangguan oftalmik traumatic, bedah atau trauma meliputi :
- Infeksi struktur okuler
- Ablasio retina

- Hipertensi intrakuler/ glaucoma sekunder
- Pembentukan katarak sekunder
- Perforasi bola mata
Perencanaan dan implementasi
Sasaran utama pasien meliputi peredaran nyeri, mengontrol ansietas,
pencegahan deteriorisasi visual yang lebih berat, pemahaman dan penerimaan
penanganan, pemenuhan aktifitas perawatan diri, termasuk pemberian obat,
pencegahan isolasi social dan tanpa komplikasi.
Intervensi keperawatan
Meredakan nyeri. Nyeri dapat diakibatkan oleh trauma, seperti goresan kornea
atau peningkatan tekanan dalam mata. Balutan mata dapat membantu membatasi
gerakan mata dan mengurangi nyeri yang diakibatkannya. Mata yang tak tertutup juga
harus diistirahatkan karena mata bergerak secara sinkron.
Karena cahaya dapat menyebabkan nyeri pada berbagai kondisi mata, dank arena
pengistirahatan mata dapat memfasilitasi penyembuhan setelah pembedahan mata,
maka perlu digunakan pencahayaan yang lebih gelap dari yang diperlukan. Jika pasien
memerlukan cahaya untuk melakukan aktifitasnya, maka bisa dipergunakan lampu
remang buatan. Pasien diberi intruksi untuk menghindari membaca untuk beberapa
waktu setelah pembedahan atau penyakit mata.
Analgetik dan antibiotic yang diresapkan juga dapat membantu mengontrol rasa
tidak nyaman. Mengurangi gangguan emosi dan stress fisik dapat memberikan relaksasi,
yang pada gilirannya akan membantu mengurangi nyeri pasien.
Mengurangi katakutan dan ansietas. Berbagai hasil pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan diagnostic dengan pasien dan menerangkan mengenai diagnosis dan

rencana penanganan adalah intervensi yang dapat meningkatkan partisipasi pasien
dalam perawatan. Pada gilorannya pasien akan merasakan perasaan control dan
otonomi, yang dapat membantu mengurangi ketakutan dan ansietas.
Mengurangi deprivasi sensoris. Ketika mata dibalut, dapat terjadi distorsi
persepsi, seperti “ delirium tameng mata “. Perilaku yang tidak tepat, dan hilangnya
indera posisi. Amslah ini sering menjadi berat dan menajdi menakutkan dan
menjengkelkan bagi pasien. Salah satu cara untuk membantu mengatasi perasaan tidak
mapan ini adalah memberikan reorientasi kepada pasien secara berkala terhadap
realitas dan lingkungan dan memberikan jaminan, penejlasan, dan pemahaman.Setiap
orang yang memasuki kamar pasien harus berbicara dan memperkenalkan identitasnya
untuk menghidari pasien tersebut.
Mengajar pasien tentang prosedur periopratif. Sebelum pembedahan oftalmik
harus dilakukan persiapan dengan perawatan yang cermat dan teliti sehingga komplikasi
dapat diminalkan, kenyaman tercapai, keterlambatkan diminimalkan kenyamanan
tercapai, dan pasien sudah mendapat informasi. Bila pasien akan mendapat anastetik
perawata dapat menjelasakan bahwa jenis anastesi biasanya menentukan persiapanya.
Misalnya, bila digunakan anastesi umum, maka saluran pencernaan bagian bawah harus
dievakuasi pagi sebelum pembedahan dan hanya makanan cair yang boleh di berikan
setelah itu. Sebelum mempersiapakan mata untuk pembedahan, perawat menutup
rambut pasien dengan kap dan membersihkan wajahnya biasanya serangkaian tetes
mata diberikan sebelum pembedahan. Kemudian perawat memantau absorbsi sistemik
tetes tersebut, yang dapat mempengaruhi tekanan darah, denyut jantung, dan pentilasi.

Antibiotik praofpratif biasanya diresepkan. Selama persiapan, perawat menjelaskan
aktifitas dan mendorong pasien mendiskusikan kehawatiranya sehingga mereka merasa
siap sebelum pembedahan.
Setelah pembedahan dimana kedua mata dibalut, pasien dibiarkan tetap di
tempat tidur dalam posisi telentang dengan bantal kecil dibawah kepala. Bantal juga
boleh diletakan di ke dua sisi kepala agar kepala tetap diam, dan kedua pagar tempat
tidur dipasang untuk memberi rasa aman dan keamanan. Pasien dilengkapi dengan
lonceng atau lampu panggil dan di instruksikan untuk meminta pertolongan bukanya
bergerak atau mengejan dalam usaha untuk mandiri.
Bila pasien mendapat anastia local selama prosedur pembedahan, pasien
biasanya diperbolehkan berjalan beberapa jam setelah pembedahan.
Ahli optalmologi harus diberitahu segera bila pasien mengalami nyeri yang
berlebihan atau bila balutan terganggu.
Meningkatkan aktifitas perawatan diri. pasien didorong untuk melaksanakan
perawatan diri sebanyak mungkin unrtuk meningkatkan rasa kemampuan diri. Bantuan
perawat diberikan bila diperlukan. Pasien yang tak dapat melihat dibantu ketika makan
tetapi bila pasien telah terbiasa dengan makan sendiri, pasien didorong untuk
melakukanya defekasi ditingkatkan dengan diet yang seimbang pelunak tinja, atau
pencahar, sesuai ketentuan . Pasien tidak boleh membaca, meroko, atau bercukur
kecuali diperbolehkan oleh dokter. Pasien harus diperingatkan untuk tidak
menggosok mata atau mengusapnya dengan sapu tangan yang kotor. Setiap pasien yang
mendapat obat dilatasi harus mengenakan kacamata hirtam.
Botol obat dana intuksinya harus ditulis denagan huruf yang besar dan digunakan
pada pencahayaan yang memadai. Pasien harus belajar mencuci tangan dengan teliti

sebelum memaki setiap obat. Perawata pada mulanya memberikan supervise pasien
ketika meneteskan tetes mata, sedemikian rupa sehingga teknik penetesanya tealah
efektif dan mengena pada sasaran. Misalanya pasien mungkin merasa lebih nyaman
dengan meletakan dasar tangan yang memegang botol obat tetes mata pada dahi dan
menarik klopak mata bawah untuk membentuk kantung – V untuk menampung tetes
mata.
Lingkungan rumah pasien harus dikaji mengenai keamanan dan pasien atau
anggota keluarga didorong untuk menghilangkan setiap adanya bahaya keamanan selain
itu, pencahayan disesuaikan dengan kebutuhan pasien sehigga tidak terlalu terang dan
tidak terlalu menyilaukan, namun tetap cukup terang untuk pengliatan yang memadai.
Mendorong sosialisasi dan keterampilan koping. Ansietas yang biasanya diderita
oleh pasien dengan gangguan mata memerlukan kebutuhan yang sama dengan
kebutuhan fisik. Ketergantungan pasien pada penglihatan menjadi nyata ketika
seseorang kehilangan indra vital baik sementara atau permanen.Ansietas,
ketakutan,kemarahan,penolakan,menarik diri juga dapat terjadi.Sebagai perawat
member kesempatan pasien mengekspresikan perasaan,kemudian dapat mengambil
langkah belajar melakukan koping dan penyesuaian diri. Kerena perbedaan kepribadian,
pendekatan yang ditumjukan kecemasan masing2 individu berbeda. Bila jelas terjadi
buta permanen, dapat dilakukan penyuluhan ulang dalam aktivitas hidup sehari-hari.
Pemantauan dan pelaksanaan komplikasi potensial. Penyebab masalah mata,
dapat dilakukan dalam upaya memantau maupun mencegah perkembangannya
deteriorisasi lebih lanjut. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengistirahatkan mata,
membatasi aktivitas,memakai kacamata hitam, atau memberikan anestesi local sesuai
program.

Infeksi.Kapanpun bola mata terkena trauma,pembedahan, atau organism
eksternal, selalu terdapat potensial terjadi infeksi. Mata merah, terinflamasi merupakan
keluhan yang paling sering dalam oftalmologi. Disini sesuai dengan penyebabnya
perawat melakukan observasi mengenai perubahan tajam penglihatan, cairan yang
keluar, nyeri, inflamasi.Mungkin perlu diberikan antibiotic topical atau sistemik untuk
profilasi ataupun terapeutik. Hygiene dan cermatnya perawat dapat mencegah
kontaminasi silang antara pasien sangat penting untuk mencegah infeksi. Observasi
terhadap kemungkinan terjadi infeksi pada mata yang mengalami cedera tembus dan
disrupsi kornea sangat penting.
Ablasio retina.Merupakan potensial komoplikasi pada berbagai prosedur,
pembedahan dan trauma okuler. Pada lansia denagn riwayat ablasio retina atau pasien
penderita diabetes sangat peka terhadap terjadinya ablasio retina. Pasien harus
melapor kepada perawat jika ada tanda ablasio retina seperti adanya benda mengapung
atau berkurangnya lapang penglihatan. Setelah pembedahan retina perawat
menekankan utk menjaga posisi yang benar untuk memfasilitasi perekatan kembali
lapisan retina.
Hipertensi intrakular. Merupakan masalah yang biasa dalam oftalmologi. Karena
adanya factor peningkatan TIO. Memantau TIO sebelum dan sesudah prosedur
pembedahan mata memungkinkan adanya perubahan dalam sirkulasi humor aqueus.
Deteksi perubahan dalam hal kedalaman kamera anterior,nyeri mata, pandangan kabur,
injeksi konjungtiva, dan perubahan pupil yang sangat penting untuk penatalaksanaan
pencegahan kerusakan saraf optikus.
Katarak sekunder. Dapat terjadi setelah trauma atau penyakit metabolisme.
Ktarak biasa sering terjadi setelah ECCE, kapsul posterior mengalami pengkabutan akibat

terbentuknya membrane sekunder. Pasien dipantau penglihatannya penurunan
ketajaman penglihatannya dan dipersiapkan untuk kapsulotomi laser bila ada indikasi.
Perforasi bola mata. Bola mata yang paling di inginkan setelah panotalmitis.
Prosedur bedah, trauma, atau ulkus kornea menjadikan pasien beresiko tinggi
mengalami perforasi kornea atau bola mata. Pasien dipantau adanya yang menunjukan
hilangnya integritas kamera anterior.
Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah. Perlunya pendidikan
pasien keluarga lebih penting dari sebelumnya, karena beban untuk perawatan setelah
dipulangkan terletak pada member perawatan atau pasien dirumah. Banyak hal yang
harus diberikan pada pendidikan, dan waktu untuk pengajaran lebih singkat.
Mengetahui pemahaman dan keterampilan pemberian perawatan kepada pasien
merupakan prioritas sebelum pemulangan.
Evalusi
1. Mengalami peredaan nyeri
2. Tanpak tenang dan bebas dari ansietas
3. Menghadapi keterbatasan sensori
4. Menerima program penanganan dan menjalankan anjuran secara aman dan tepat
5. Mempraktekan aktifitas perawatan diri secara efektif
6. Berpartisipasi dalam aktifitas diversional dan social.
7. Mengucapkan pemahaman program terapi, perawatan tindak lanjut dan kunjungan
ke dokter.

Evaluasi Diagnostik :
Oftalmoskopi
Bagian mata dalam dinamakan fundus dan melewati retina , diskus optikus, makul dan
pembuluh darah retina. Dapat dilihat melalui oftalmoskop, suatu instrument yang
dipergunakan dengan cara dipegang yang memproyeksikan cahaya melalui prisma dan
membelokan cahaya dengan sudut 90 derajat, memungkinkan pemeriksa melihat retina.
Oftalmoskop direk memiliki berapa lensa yang tersusun pada roda. Lensa dapat dipilih
dengan memutar roda dengan telunjuk tanpa menghentikan inspeksi. Apertur tanpa
filter yang kecil sudah cukup dan paling berguna pada oftalmoskop standar.Oftalmoskopi
indirek melibatkan penggunaan skop binokuler dengan pencahayaan terang, yang
memungkinkan pengintipan fundus okuli yang lebih luas.
Untuk mencegah konfrontasi hidung, mata kanan pasien diperiksa oleh mata kanan
pemeriksa dan mata kiri pasien oleh mata kiri pemeriksa. Ruang harus digelapkan untuk
melebarkan dilatasi pupil. Pasien diminta untuk menahan mata tetap diam dan
memfokuskan pada satu benda nyata atau khayal. Oftalmoskop digenggam dengan erat,
dengan telunjuk terletak pada roda lensa.Kepala oftalmoskop didekatkan dalam sudut
yang terbentuk antara alis dan hidung. Lensa yang dipilih untuk pemeriksaan awal
adalah yang bertanda nol kecuali pemeriksaan telah mengetahui koreksi tajam
penglihatannya sendiri. Pemeriksaan yang mengenakan lensa koreksi bisa tetap
menggunakan oftalmoskop dengan tetap memakai lensa dan menggunakan pengesetan
lensa dan menggunakan pengesetan lensa oftalmoskop nol. Bila pasien mempunyai
penglihatan 20/20 dengan lensa nol pemeriksaan dapat melihat retina secara focus .
Lensa yang berlabel angka merah adalah untuk pasien hiperopia (pandangan jauh) ;
lensa yang berlabel angkan hitam untuk pasien miopa (pandangan dekat).

Dengan pasien memandang kejauhan, dan dengan oftalmoskop diposisikan dengan
benar dalam ayunan bola mata pemeriksa, pemeriksa mendekati pasien,berdiri sekitar
37,5 cm dan sekitar 15 derajat ke sisi pandangan pasien. Ketika cahaya difokuskan pada
pupil , retina akan berpendar merah (atau jingga) melalui lubang pupil yang dilatasi.
Dikenal sebagai refeks merah. (refleks merah dapat Nampak pada beberapa foto ketika
lampu kilat kamera memantul pada retina) Kemudian pemeriksa bergerak mendekati
pasien , meletakan tangan pada dahi pasien ,pemeriksa meletakan kepalanya pada
tangan dan memfokuskan melalui oftalmoskop. Retina harus terfokus, dan venula dan
arteriola yang berjalan melaluinya Nampak jelas. Ketika menjelajahi permukaan retina,
pemeriksa perlu memegang skop dengan erat, menggerakan kepala dan bukan alatnya.
Pemeriksaan fundus meliputi evaluasi diskus optikus,pembuluh darah retina,
karakterikstik retina,area macula, dan humor vitreus ; diskus, melihat bentuk mangkuk
fisiologis dan proporsi ukurannya ; pembuluh darah ; melihat ukuran , distribusi ,
penyilangan, dan warna pantulan ; fundus retina ; melihat warna umum dan pendarahan
,cairan, dan perlengketannya, macula dan fovea sentralis melihat warna (merah gelap)
dan pantulan sentral. Humor vitreus dapat berkabut dan mengandung larva, benda
asing, struktur okuler lain, seperti fragmen lensa dan retina, dan bercak. Semua ini dapat
mengganggu transmisi impuls visual atau kemampuan untuk melihat retina dengan jelas.
Pengukuran Tekanan Okuler
Tonometri adalah tehnik untuk mengukur tekanan intra okuler (TIO). Tonometri Schiozt
memakai instrument metal yang dipegang tangan (tonometer) yang diletakan pada
permukaan kornea yang dianestesi. Hasilnya bervariasi namun cukup baik untuk
mengestimasi TIO. Alat pengukur tekanan lain, tonometer aplanasi dari Goldman,

dihubungkan dengan lampu slit untuk megukur TIO. Dianggap sebagai bentuk alat ukur
TIO yang paling akurat.
Pemberian pewarna fluoresen dan anestesi topical diperluakn sebelum tonometri
aplanasi. TIO juga dapat diukur dengan pneumotonometer, yang memberikan
semprotan udara kecil ke mata untuk mengukur tekanannya. Metoda ini terutama
berguna bila tidak diinginkan kontak dengan kornea. Mengkaji TIO merupakan
komponen biasa pada pemeriksaan mata komprehensif dan tekanan harus sering diukur
pada pasien yang menderita glaucoma atau yang mempunyai resiko mengalami
hipertensi intra okuler. Peningkatan TIO merupakan tanda cardinal pada glaucoma ,
penyakit yang bertanggung jawab terjadinya kebutaan pada lebih dari seperlima kasus
kebutaan di Amerika Serikat.
Penentuan umum TIO dapat dilakukan dengan memberikan tekanan ringan jari pada
sclera mata yang tertutup. Kedua ujung jari tengah diletakan pada kelopak mata atas
yang tertutup. Salah satu jari menekan dengan lembut kedalam sementara jari satunya
lagi merasakan kerasnya tekanan yang ditimbukan melawannya. Beberapa pemeriksa
kemudian membandingkan tegangan yang dirasakan atau dipersepsi pada mata pasien
dengan tekanan matanya sendiri. BIla dilakukan dengan baik , maneuver ini dapat
member perkiraan kasar, dan memerlukan latihan. Namun, bila memerlukan
pengukuran yang akurat, perlu dilakukan tonometri. Hidrasi pasien dapat dikaji dengan
meraba tegangan intraokuler.Bola mata yang lunak merupakan tanda dehidrasi.
Pemeriksaan Lampu Slit
Lampu slit adalah instrument yang biasa dijumapai dikamar periksa ahli oftalmologi atau
di tempat dimana dilakukan evaluasi oftalmik. Selama pemeriksaan lampu slit, pasien

dipersilakan duduk dan menyandarkan dahinya struktur penyokong lampu slit.
Pemeriksa menghidupkan lampu dan mengarahkan cahaya dengan berbagai bentuk dan
warna cahaya ke permukaan depan mata. Instrumen ini akan memperbesar kornea,
sclera, kamera anterior, dan memberikan pandangan oblik ke dalam trabekulum dengan
lensa khusus. Kebanyakan lampu slit dilengkapi dengan tonometer applanasi.
Untuk pemeriksaan , ruangan harus digelapkan dan pasien harus kooperatif. Perawat
atau teknisi biasanya membantu memberikan tetes mata untuk mendilatasi pupil
sebelum pemeriksaan. Penggunaan warna dan cat permukaan, seperti 2% larutan
fluoresen, dapat dipergunakan untuk mempelajari permukaan eksterior kornea untuk
melihat adanya regularitas dan benda asing. Iregularitas biasanya berhubungan dengan
terjadinya ulkus.
Sebelum pemeriksaan lampu slit, pasien harus dipersiapkan dengan membuka semua
balutan,mata dibersihkan , dan diberikan tetes mata yang perlu seperti anestetika
topical dan pewarna. Prosedur uni arus dijelaskan dan diberi instruksi dulu.
Prosedur Pencitraan
Kadang-kadang kita perlu melihat mata terhadap hubungannya dengan tengkorak atau
jaringan lunak lainnya. Karena mata terletak didalam rongga intracranial cranial, maka
abnormalitas tengkorak dapat mempengaruhi bola mata dan struktur oftalmik. Fraktur
blowout orbita dapat menjebak otot atau saaraf ekstraokuler sehingga membatasi
gerakan mata yang terkena. Sinar –x tengkorak dapat mengidentifikasi abnormalitas
cranium. MRI (magnetic resonance imaging) dan CT scan (computerized tomografi)
dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi pertumbuhan dan anatomi intraokuler dan
ekstraokuler.

Ultrasonografi
Gelombang suara ultra dapat dipergunakan untuk mengukur dimensi dan struktur
okuler. Pemindaian ultrasonic dapat digunakan untuk mengukur kedalaman dan bentuk
bola mata sebelum pemasangan implant lensa intraokuler sehingga dapat diperoleh
refraksi yang tepat.
Pada ultrasonografi, gelombang dengan frekwensi tinggi diemisi dari sebuah tranduser
kecil seperti probe diletakkan dimata. Setelah menghantam jaringan okuler, gelombang
suara kemudian memantul dan ditangkap oleh trandesur yang sama.Kemudian
dikonversi menjadi pola gelombang dan ditampilkan pada osiloskop. Prosedur ini tidak
menimbulkan nyeri namun memerlukan anestesi local. Setelah dilakukan pengujian,
pasien diperingatkan untuk tidak menggosok mata. Ada dua tipe primer ultrason yang
digunakan dalam oftalmologi : A-scan dan B-scan.
A-scan-ultrason berguna untuk membedakan antara tumor maligna dan benigna ,
mengukur mata untuk pemasangan implant lensa intraokuler (IOL, intraocular lens) dan
memantau adanya glaucoma congenital.
B-scan-ultrason berguna untuk mendeteksi dan mencari berbagai struktur mata yang
kurang jelas akibat adanya perdarahan katarak atau opasitas lain.
Angiografi Fluoresen
Evaluasi pembuluh darah oftalmik dapat dilakukan dengan angiografi fluresin . Pewarna
kontras disuntikan ke vena ferifer dan diambill foto serial fundus. Uji ini membantu
menentukan luasnya kelainan pembuluh darah retina, seperti yang berhubungan dengan
diabetes,dan hipertensi, papiledema, dan sumbatan arteri retina sentralis.

Koreksi Refraksi
Kesalahan refraksi dapat dikoreksi dengan kacamata , lensa kontak, lensa intraokuler,
atau pembedahan lain, seperti radial keratotomy, dimana dibuat potongan serial pada
kornea untuk membuatnya lebih datar. Cara ini memungkinkan pemfokuskan cahayanya
ke retina yang jauh lebih ke posterior dan dan mengoreki myopia sehingga tidak
diperlukan lensa korektif lagi. Paca operassi pasien sering mengeluh silau atau kelebihan
koreksi atau kekurangan koreksi. Pasien seperti ini masih memerlukan lensa korektif
Lensa nonrefraktif terapeutik. Bentuk lensa kontak adalah alat mata khusus untuk
memberikan obat , membalut mata anterior, dan untuk mengirigasi mata setelah luka
bakar kimia. Orang yang mengalami trauma okuler, keratokonus (penonjolan kornea) ,
parut dan kornea ireguler dan yang beresiko buruk untuk menjalani transplantasi
kornea dapat dibantu dengan lensa sclera, yang kadang mampu memberikan ketajaman
pandang yang fungsional bahkan sempurna.
Pelepasan lensa kontak. Lensa kontak dirancang untuk dipakai saat tidak tidur atau sadar
penuh. Lensa harus dilepas sebagai upaya keamanan bila pemakai mengalami
ketidakmampuan akibat trauma , sakit, atau penyebab lain. Penting diingat jangan
sekali-kali meneteskan pewarna fluoresen sementara mengenakan lensa kontak karena
pewarna dapat menodai kontak lensa. Pasien sadar dan semi sadar harus ditanya apakah
mereka mengenakan lensa kontak.Bila kondisi pasien memungkinkan , pasien dapat
melepas sendiri atau dengan bantuan. Bila pasien tidak sadar,perawat harus
mengobservasi adanya lensa kontak dengan membuka kelopak mata secara perlahan
dan menyinari mata dari arah samping.
Prosedur berikut digunakan untuk lensa kontak keras :

ð setelah cuci tangan bersih perawat meletakan satu ibu jari di kelopak mata atas dan
satu ibu jari pada kelopak mata bawah dekat batas tepi masing-masing kelopak
ð Kelopak mata dibuka
ð Lensa dapat terlihat menggeser secara mudah dengan gerakan lembut kelopak mata.
Kemudian mangkuk penghisap kecil dapat dipergunakan untuk memegang lensa.
ð Bila lensa tak dapat keluar dengan mudah, lakukan identifikasi posisi lensa.
ð Bila lensa dapat dilihat tapi tak dapat diambil, jangan sekali-kali menggunakan
kekuatan . Sebaliknya lensa digesenr dengan lembut ke sclera dimana terletak lebih
aman sampai kita mendapatkan bantuan yang lebih berpengalaman.
Bila pasien mengenakan lensa kontak lunak , sebaiknya menunggu sampai seseorang
yang berpengalaman membantu melepaskan lensa kontak jenis ini. Bila lensa kontak
tertinggal selama beberapa waktu, tidak begitu berbahaya.
Gangguan mata
Mata dapat terkena berbagai kondiasi,beberapa diantarn nya bersipat primer sedang
yang lainnya sekunder akibat kelainan pad system organ tubuh lain. Kebanyakan kondisi
ini dapat di cegah: antara lain :terdeteksi lebih awal dapat di control, dan pengliahatan
dapat di pertahankan. Bagian berikut ini memusatkan pada pencegahn dan
penatalaksanaan kelainan oftalmik yang sering di jumpai. Urutan di mulai dadri luar ke
dalam.
Gangguan kelopak mata
Kelopak mata sangat rentang terkena infeksi karena selalu terpajam pada benda –
benda saing di lingkunagn, termasuk tnagn manusia. Meraka juaga mengalami

kelembaban dari pembentukan air mata dan drainase normal. Hangat , kelembaban,
dan organism oportunistik menjadikan lingkunagan ynag kondusif untuk terjadinya
infeksi. Hygiene mata dan kelopak mata umum yang baik biasanya dapat mencegah
infeksi.
Blefaritis
Blefaritis adalah inflamasi kronik batas kelopak mata. Dapat di sebabkan oleh seborea
( non ulseratif) atau infeksi stafilokokus ( ulsesratif) atau keduanya.
Manisfetasi klinis : gejala utaa adala iritasi, rasa terbakar, gatal pada batas tepi kelopak,
dan mata merah. Terdapat banyak sisik, reamah ataua granulasi menempel pada bulu
mata. Gejala yang menyertai meliputi kerontokan bulu mata, terjadi bulu mata putih,
dan dilatasi pembuluh darah pada batas kelopak.
Penatalaksaaan:
Terapi meliputi pembersihan secara cermat setiap hari batas tepi kelopak menggunakan
aplikator berujung kapas, shampoo non iritatip seperti shampoo bayi, air dan gosokan
lembut. Dapat diberikan kompres hangat pada kedua mata.
Mengunakan teknik aspetik pasien atau perawat dapat mengangkat krusta dengan
waslap dan memberikan antibiotika dan steroid topical. Pendidikan pasien merupakan
elemen yang penting untuk keberhasilan rawat jalan ini.
Bintitan (HOERDEOLUM EKSTERNUM)
Bintitan adalah infeksi superficial sekitar kelopak mata, Zeis atau mol. Infeksi ini biasanya
diebabkan oleh stapilokokus aureus.

Manifestasi klinis : prinsip gejalanya adalah nyeri sub akut, kemerahan, dan
pembengkakan daerah terlokalisasi kelopak mata yang dapat pecah. Bintitan selalu
terlokalisasi pada batas kelopak.
Penatalaksanaan: terapi dengan kompres lembab, hangat selama 10-15 menit, 3 atau 4
kali perhari, dapat mempercepat proses penyembuhan. Bila kondisi ni tidak embaik
dalam 48 jam perlu dilakukan insisi dan drainase. Pemberian sulfinamid dan antibiotika
topical perlu diberikan.
Kalazion (HORDIOLUM INTERNUM)
Kalazion adalah inflamasi granlomatus kronik kelenjar meibom ditandai dengan
pembengkakan tak nyeri terlokalisasi yang terbentuk dalam beberapa mingu. Pada
palpasi dapat ditemukan nodul kecil tak nyeri ada kelopak mata. Kalazia yang tak
terinfeksi tidak memerlukan terai dan akan menghilang secara spontan dalam beberapa
bulan. Kalazion dapat mengalami infeksi sekunder (hodeolum interna) dengan nflamasi
superatif, biasanya dipermukaan kelopak mata konjungtiva bagian dalam.
Penatalaksanaan: terapi meliputi kompres hangat memijat dan mengeluarkan seksresi
cairan atau terapi tetes mata atau injeksi antibiotika dan kortikosteroid. Ndikasi eksisi
bila kalazion tumbuhnya sangat besar sehingga membuat distorsi andangan atau
mengganggu penampilan kosmetik.
Tumor kelopak mata

Tumor kelopak mata serupa dengan tumor lain dikulit bias benigna atau maligna.
Pemajanan terhadap sinar ultraviolet dianggap bertanggung jawab untuk terjadinya
karsinoma kelopak mata.
Karsinoma sel basal
Karsinoma sel basal merupakan neoplasma yang sering dijumpai pada kelopak mata.
Manifestasiklinis: tumor ini cenderung terlokalisasi ditepi kelopak mata, dekat kartus
medialis. Tampak sebagai ulkus dengan aspek central yang tegas dan tepinya seperti
mutiara.
Pentalaksanaan: terapi karsinoma sel basal meliputi ekssi superficial dan menggunakan
proble (kriosurgeri) untuk lesi dikartus medialis. Terapi arus seawall mungkin karena
tumor sel basal yang terabaikan dapat enginfasi orbita dan cranium. Pemeriksaan yang
teliti leh professional asuhan keperawatan sebagai drainase dan selama pemeriksaan
fisik yang penting untuk deteksi dan terapi awal.
Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel skuamosa memiliki insidensi sepersepuluh dibandingkan karsinoma sel
basal.
Mainfestasi klinis: seperti karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa nodule dan
meninggi mempunyai permukaan ireguler dengan tepi seperti mutiara. Bagian
tengahnya cenderung mengalami ulserasi dan tampak lebih mirip mutiara daripada
karsinoma sel basal. Cenderung berkembang kesekitar tepikelopak dekat kartuslateralis.
Klesantelasma

Klesantelasma adalah timbunan material lemak pada kelopak mata. Lesinya berwarna
kekuningan dan sedikit terangkat. Cenderung berlokasi sepanjang tepi kelopak dan
mempunyai batas jelas, tajam. Kesantelasma dapat merupakan temuan normal atau
dapat pula berhubungan dengan metabolism lemak yang memerlukan evaluasi lebih
lanjut.
Abnormalitas posisi kelopak mata
Penutupan kelopak mata yang tidak epektif dapat mengakibatkan mata bagian eksternal
terpapar kekeringan dan infasi mikroorganisme.
Bleparospotik (ptosis) adalah nilai yang digunakan untuk menjelaskan kondisi dimana
kelopak mata atas jatuh, terletak lebih rndah dari puncak irirs pada permukaan mata.
Keadaan ini dapat diakibatkan oleh kerusakan saraf cranial yang menginervasi kelopak
mata atau karena trauma, pembedahan, kelanan neurologis seperti paralisis bel dan
kiastenia gravis, tumor, edema, atau abnormalitas congenital.
Eksoptalmus (proptosis) adalah keadaan dimana mata seolah menonjol keluar dari
orbital. Dapat disebabkan oleh retraksi kelopak mata atau karena gangguan mekanis isis
okuler akibat pendesakan oleh komponen lain seperti edema, pendarahan , tumor, atau
inflamasi. Meskipun Nampak membesar namun sebenarnya ukuran bola mata tetap.
Sebenarnya hanya terorong keluar dari soket orbita. Bila kedua mata terlibat mungkin
disebakan oleh kondisi metablis sepeti hpertiroididme. Eksoptalmus unilateral dapat
disebabkan oleh tumor. Eksoptalmus menghambat penutupan alamiah kelopak mata
karena fisura palpebra meleba.
Enturopion dan ektropian adalah posisi patologis lain kelopak mata. Pada kelopak mata
entropion ( biasanya kelopak mata bawah) melengkung ke dalam. Kelopak mata ynag
melekuku ke dalam dan bulu matany akan mengiritasi konea yang rapuh dan sensitive

dan mata eksternal. Efek yang biasa tampak pada entropion adalah pengeluaran air
mata. Dan injeksi sekunder kornea atau konjungtiva. Entropion juga menghampbat
penutupan yang kedapa udara, sehingga meningkatkan resiko peajanan mata.
Pada entropion tepi kelopak mata melrngkung ke luarm mencegah mata untuk menutup
denga sempurna . kelopak tampak melengkung dan membuka, sehingga memanjakan
konjungtiva dan kornea yang biasanya tersembunyi. Ektropion dapat mengenai ke 2
kelopak atas dan bawah. Bila kelopak mata bawah ynag terlibat , puncta akan tertarik
menjauh dari kolam laktrimal, dan terjadi kebanjiran air mata. Entropion dan aktropion
dapat di sebabkan oleh cedera terhadap kelopak, infeksi kelopak kroni, proses penuaan,
spasmus, dan defek neurologis.
Pendekatan gerontology
Dengan bertambahnya usia, kelopak kehilanga elastisitasnya dan mulai menagntung.
Terkadang kantungnya sanagat hebat, dan menghalangi pemandangan. Prosedur
okulaplastik yang di kenal sebagai blefaroplasti, dapat di lakukan untuk memperbaikai
pungsi dan penampilan. Di lakuakan mengguamak anestesi local. Pasient biasanya
menaglamai “ mata hitam” sselama beberpa minggu setelahnya.
Gangguan system lakrilmal
Masalah utama ynag berhubunagn denagn penyakit sytem lakrimal dalah yang
berhubungan denagn produksi air mata dan implamasi system drainase lakrimal.
Kelebihan produksi air mta dapat di sebabkan oleh reflek stimulasi kelenjar lakrimal atau
akibat sumbatan pada setiap bagian system drainase lakrimal sebagai akibat edema
trauma, cairan infeksius atau inflamasi. Masalah ini dapat di tangani denag mengoreksi

abnormalitas yag mendasarinya. Meskipun menjengkelkan, kelebiahan air mata sendiri
tidak akan mengakibatkan kehilangan penglihatan.
Mata kering biasanya di akibatkan oleh berkurangnya produksi iar mata, paling sering di
sebabkan oleh jaringan parut sekunder akibat infeksi konjungtiva kronik, abnormalaitas
kelenjar air mata, dan gangguan neurulogis. Produksi aiar mata, pelumas akan berkurang
selam bertambahnya usia dan bias sangat rendah sampai ke titik dimana mata a= tidak
lagi memperolek kelembaban untuk perlindunga dan kenyamanan. Gejala mata kering
adalah rasa terbakar, kemerahan , nyeri, gatal, kesulitan menggrakan kelopak mata, dan
lender lengket. Mata berespon terhadap kekeringan denagn meningkatkan jumlah air
mata air, yang ironisnay, mamapu menghasilkan air mata tapi tidak dapat membantu
masalah pelumasan.
Mata kering yang di sertai mulut kering dan atritis dinamakan sindroma sjogren.
Penatalaksanaan
Terapi mata kering meliputi pencerahan terhadap iritan, seperti asap dan kabut dan
pelembapan lingkungan. Memasang penyumbat kecil atau menutupnya secara bedah
bisa membantu pada beberapa pasien, namun prosedur ini harus dilakukan secara hati-
hatikarena dapat terjadi reflek penurunan produksi air mata.
Mata kering biasanya diberi asuhan dengan memberikan air mata buatan lebih disukai
yang mempunyai efek pelembapan lama. Hygiene yang teliti sangat diperlukan untuk
mencegah infeksi, dan pemberian salep pada waktu tidur sangat berguna. Suatu alat
terapi baru terdiri atas sepasang kaca mata yang dilengkapi dengan moncong kecil yang
ditunjukan pada sudut dalam mata. Moncong akan menyemprotkan titik air pada mata
dengan interval yang teratur atau dengan menekan tombol. Alat ini bisa membantu pula
untuk pemberian obat pada kondisi mata lainnya.

Dakriosistitis
Dakrio sistitis akut adalah selulitis supuratif pada kantung lakrimal sekunder akibat
obstruksi duktus naso lakrimalis.
Manifestasi klinis. Gejalanya meliputi nyeri pada tempat penyeliran lakrimal dan
pembengkakan berat pada jembatan hidung bagian atas, yang dapat mengeluarkan
cairan dari puncta bila ditekan. Puncta menjadi merah dan membengkak, dan menjadi
lebih menonjol.
Penatalaksanaan. Kondisi ini biasanya berespon baik terhadap terapi antibiotika dan
kompres hangat. Namun pada keadaan yangkronik, memerlukan robbing system
lakrimal atau dakriosistorinostomi (prosedur pembedahan yang membuat saluran
kerongga hidung) untuk menghilangkan penyumbatan.
Gangguan konjungtiva
Konjungtivitis
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva yang ditandai dengan pembengkakan dan
eksudat. Pad konjungtivitis mata Nampak merah, sehingga sering disebut mata merah.
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal. Bisa bersifat infeksius (bakteri,
klamidia, virus, jamur, parasit), imunologis (alergi ), iritatif (bahan kimia, suhu, listrik,
radiasi, misalnya akibat sinar ultraviolet) atau berhubungan dengan penyakit sistemik.
Kebanyakan konjungtivitis terjadi bilateral. Bila hanya unilateral menunjukan
penyebabnya toksik atau kimia.

Manifestasi klinik. Tanda dan gejala konjungtifitis bisa meliputi hyperemia
(kemerahan) cairan, edema, pengeluaran air mata, gatal, rasa terbakar, atau rasa
tercakar atau ada benda asing.
Tanda dan gejala gonorrhea yang dapat mengancam penglihatan, meliputi cairan
puluren yang berlimpah dan pembengkakan kelopak mata. Penyakit ini dapat ditularkan
ke bayi baru lahir dan ditangaani secara awal dengan perak nitrak dan antibiotika
sistemik.
Peñatalaksanaan. Konjungtivitis biasanya hilang sendiri, tapi bergantung pada
penyebabnya terapi dapat meliputi antibiotika sistemik atau topical, bahan anti
inflamasi, irigari mata, pembersihan kelopak mata, atau kompres hangat.
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikro organism, pasien harus diajari bagaimana cara
menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat
memberikan instruksi pada pasien untuk tidak mengosok mata yang sakit dan
menyentuh mata yang sehat, untuk mencuci tangan setiap setelah memgang mata yang
sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah. Asuhan
khusus harus dilakukan oleh personil asuhan kesehatan untuk menghindari penyebaran
konjungtivitis antara pasien.
Trakoma
Trakoma, suatu konjungtivitis klamidia adalah penyakit infeksius yang mengenai lebih
dari 500 juta manusia diseluruh dunia merupakan penyebab utama kebutaan yang dapat
dicegah dan terutama mengenai penduduk di afrika, timur tengah, dan asia. Jarang
terjadi diamerika serikat kecuali pada penduduk asli amerika di barat laut semakin
berkurang prevalensinya. Biasanya terjadi bilateral. Tanpa terapi segara, trakoma akan

menyerang kornea mengakibatkan parut dan sering kebutaan. Ditularkan melalui kontak
langsung, muntahan, dan mungkin vector serangga. Trakoma dapat dicegah dengan
sanitasi dan pendidikan yang baik.
manifestasi klinik. Gejala utama adalah iritasi dan gatal ringan. Setelah proses inflamasi
akut, akan muncul folikel pada konjungtiva. Pandangan menjadi kabur dan timbul rasa
tidak\ nyaman. Gangguan ini mengenai konjungtiva palfebra bagian atas. Konsekuensi
trakoma meliputi, jaringan parut pada kelopak mata yang berakibat entropion dan
trikiasis atau infers bulu mata. Keadaan ini dapat memajankan memajankan konjungtiva
dan kornea dan membantu penutupan kelopak mata secara efektif. Pada beberapa
pasien, keadaan ini adak menyebabkan trauma kornea dan ulserasi, yang memerlukan
tindakan segera.
Penatalaksanana trakoma sangat menular dan disebarkan melalui kontak langsung
maupun benda yang kontak dengan mata, seperti handuk dn lap. Maka, kebersihan diri
merupakan factor kunci pencegahan. Pendidikan masyarakat sangat penting dalam
mencegah penyebaran trakoma. Mengisolasi penderita yang diketahui dan pemberiana
antibiotika awal dapat mengontrol penyakit ini. Bila tidak ditangani, akan berlangsung
sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Terapi medis meliputi pemberian 3-4
minggu tetrasiklin atau sulfonamide. Organisasi kesehatan dunia melaporkan kemajuan
yang pesat mengenai pemberantasan penyakit yang dapat diobati ini.
Pterigium
Pterigium nadalah pertumbuhan berlebih jaringan ikat fibrivaskuler segitiga pada
konjungtiva bulbar intrapalpebra dengan ekstensi ke kornea. Biasanya bermula dari sisis
nasal. Penyebabanya belum diketahui, namun diperkirakan merupakan phenomena

iritasi dan degenerasi yang diakibatkan oleh sinar ultraviolet karena lebih sering terjadi
pada orang yang menghabiskan banyak waktunya diluar nrumah, khususnya didaerah
tropis. Pengangkatan secara bedah dan transplantasi kornra ketebalan parsial diperlukan
bila pterigium menarik sumbu pandangan dan mengganggu kenyamanan. Pada 30-50%
pasien, pterigia kambuh lagi setelah pembedahan. Radiasi beta paska operasi
menurunkan angka kekambuahan namun bukannya tanpa komplikasi. Tetes mata
mitomisin, suatu bahan anti metabolit, dilaporkan efek pencegah kekambuhan.
Mitomisin – C adalah bahan anti neuplastik yang mempunyai efeks samping seperti
implamasi, fotofobia, pengeluaran air mata, dan nyeri.
Perdarahan konjungtiva
Injeksi konjungtiva merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan pelebaran
prmbuluh darah superficial difornik yang menipis kearah limbus korneoskleral.
Penentuan keterlibaytan konjungtiva dapat dilakukan dengan melakukan inspeksi
gerakan pembuluh darah dalam konjungtiva yang dapat bergerak. Pemberian 1 : 1000
larutan efinefrin akan membuat kontriksi pembuluh darah pada konjungtiva.
Perdarahan sclera cebderung terbatas pada limbus korneoskleral, yang menipis ke
vornik tak dapat digerakan, tak berespon terhadap efinefrin dan merah gelap.
Hyperemia konjungtiva terjadi selama dilatasi pembuluh darah akibat iritasi eksternal,
pemberian obat dan infeksi okuler. Perdarahan konjumgtiva disebabkan oleh rupturnya
pembuluh darah. Perdarahan konjungtiva biasanya benigna dan dapat disebabkan oleh
segala sesuatu yang dapat menyebabkan perdarahan pada tubuh. Dapat disebabkan
oleh pengejanan dada bagian atas seperti batuk dan muntah yang kuat. Dapat juga
terjadi spontan meskipun pasien mungkin merasa ketakutan tentang tanda kemerahan

tersebut, perdarahan konjungtiva tidak menimbulkan gejala. Tanda ini juga cenderung
hilang sendiri, direabsorbsi dalam 2 minggu, dan tidak memerlukan terapi.
Gangguan kornea
Karena fungsi refraksinya, kornea berperan sanhat vital pada ketajaman penglihatan.
Kelainan kornea dapat berpengaruh besar bahkan mengancam penglihatan.
Permukaan kornea konveks, dan permukaan optiknya yang halus berperan penting
dalam tajam penglihatan. Iregularitas bentuk kornea dan variasi ketebalan dapat
mengganggu penglihatan.
Trauma, infeksi, anomaly congenital, tumor, dan kelainan tang diturunkan maupun
didapat pada kornea dapat mengganggu fungsinya. Parut, opasifikasi, dan perubahan
arsitektur kornea dapat berakibat kehilangan penglihatan ringan sampai berat.
Karena banyak terdapat serebut saraf tanpa myelin pada kornea, maka kebanyakan lesi
kornea menyebabkan nyeri, potofobia, dan pengeluaran air mata. Nyeri bisa sangat
hebat, tanpak tidak sebanding dengan besarnya kerusakan, dan melumpuhkan
penderita. Gerakan kelopak diatas kornea akan menambah rasa nyeri, yang biasanya
menetap sampai penyembuhan sempurna. Meskinpun anestetika topical dapat
mengurangi ketidaknyamanan ini, tetapi dapat mempengaruhi penyembuhan dan
kontra indikasi untuk penggunaan jan gka panjang. Karena lesi kornea mempengaruhi
kemampuan kornea untuk mentranmisi dan merefraksi cahaya, pasien bisanya
mengeluh pandangan kabur.
Edema kornea merupakan tanda yang biasa terjadi pada kelainan kornea. Integritas
endotel dan epitel sangat vital bagi fungsi kornea dan kejernihaannya. Epitel
membentuk benteng pertahanan dari cairan eksternal, sementara endotel

mengeluarkan cairan dari stroma. Bila salah satu fungsi tadi hilang (seperti pada
hipoksia epitel pada pemakaian lensa kontak, atau peningkatan TIO yang melebihi
50mmHg), kornea akan menjadi edematous. Namapak sebagai kornea yang berkabut.
Beberapa edema epitel dapat diterapi secara efektiv dengan bahan hiperosmotik topical
untuk “menarik” kelebihan cairan dari epitel. Ketebalan kornea dapat diukur untuk
menentukan derajat edema atau ketebalannya. Penngkatan ketebalan mungkin
menunjukan kegagalan sel endotel.
· Abrasi Kornea
Abrasi kornea adalah dfek pada lpisan epitel. Dapat disebabkan oleh trauma, benda
asing, lens KONTAK YANG DIPAKAI DALAM JANGKA WAKTU LAMA, defek lapisan air
mata, kesulitan menutup kelopak mata, atau malposisi kelopak mata atau bulu mata.
Abrasi kornea dan benda asing akan didiskusikan lebih dalam dalam bagian trauma
okuler. Abrasi kornea kambuhan, yang diakibatkan oleh kebiasaan menggosok mata,
dapat ditangani dengan larutan plumas buatan pada saat tidur atau lensa kontak jnis
pembalut (lensa kontak yang dapat dibeli bebas, dipakai untuk mlindungi kornea dan
iritasi yang dsebabkan oleh gerakan kelopak mata).
· Keratitis Mikrobial
Kornea sangat rentan terhadap infeksi dan cedera karena letaknya yang di depan dan
derajat pajanannya. Orang yang tak dapat mengedipkan mata dengan baik., akibat
klainan neurologis atau penurunan ksadaran, lebih rentan lagi terhadap kekeringan dan
iritasi. Infeksi dapat menyebabkan ulserasi pada permukaan kornea dan tentu saja akan
menyebabkan rusaknya struktur bola mata dan kepatenan kamera anterior.
Keratitis microbial (infeksi korneaa) dapat disbabkan berbagai organism bakteri, virus,
jamur atau parasit. Abrasi yang sangat kecilsekalipun bisa menjadi pintu masuk bacteria.

Kebanyakan infeksi kornea terjadi akibat trauma atau gangguan meknisme pertahanan
sitmis ataupun local. Selain itu pemberian kortikosteroid dapat mengganggu reaksi imun
dan pemakaiannya dalam jangka lama menyebabkan organism oportunistik menginvasi
kornea.
Ulkus kornea dapat terjadi dari infeksi kornea. Ulkus tersebut dapat diidentifikasi dengan
pemeriksaan lampu slit setelah pemberian tetes mata luorsen untuk memperlihatkan
geografi dn ukuran ulkus dibawah pencahayaan khusus. Pewarna fluoseren akan
melekat pada area epitel kornea yang terkelupas. Berbagai organism menghasilkan
berbagai gambaran yang khas dapat membantu diagnosis. Spatula kecil digunakan untuk
mengerok sel epitel dari kornea untuk pemeriksaan dan analisis mikroba.
Manifestasi klinis. Inlamasi bola mata yang jela, terasa ada benda asing di mata, cairan
mukopurulen dngan kelopak mata saling melekat saat bangun, ulserasi epitel, dan
hipopion (terkumpulnya nanah dalam kamrea anterior)menunjukan infeksi kornea. Pada
penyakit yang lbih berat, dapat terjadi perforasi kornea, ekstrusi iris, dan endoftalmiti.
Uji biakan dansnsitivitas diperlukan untuk mendiagnosa diagnosisi untuk menegakan
diagnosis dan untuk mengidentifikasi pathogen penyebab.
Penatalaksanaan. Pasien dengan infeksi kornea berat biasanya dirawat untuk pemberian
berseri (kadang sampai tiap 30 menit sekali) tets antimiikroba dan pemeriksaan berkala
oleh ahli optamologi. Cuci tangan secara sksama adalah wajib. Sarung btangan harus
dikenakan pada setiap intervensi. Keprawatan yang melibatkan mata,. Kelopak mata
harus dijaga kebersihannya, dan perlu diberikan kompres dingin. Pasien dipantaunya
adanya tanda peningkatan TIO. Mungkin diperlukan aseaminofoen untuk mengontrol
nyeri. Sikloplegik dan midiatrik mungkin prlu diresepkan untuk mengrangi nyeri dn
inflamasi. Tameng mata (patch)dan lnsa kontak lunak tipe-balutan harus dilepas sampai

infeksi telah terkontrol, karena justru dapat memperkuat pertumbuhn mikroba. Namun
kemudian diperlukan untuk mempercpat penyembuhan defek epitel.
Ulkus kornea yang menginvasi sampai ke membran Bowman mengakibatkan jaringan
parut. Parut ini opak dan mengganggu perjalanan cahaya. Infeksi kornea kronuk dapat
juga meningkatkan pertmbuhan pembuluh darah baru (dikenal sebagai neovaskularisasi)
pada kornea. Neovaskularisasi bersamaan dengan parut, membuat kornea opak tak
teratur dan mengganggu ketajaman penglihatan. Transplatansi korne adalah
penanganan bedah untuk parut pada kornea, baii akibat trauma maupun infeksi.
Asuhan keperawatan pasien setelah transplatansi melibatkan pemeriksan tindak lanjut
yang baik, pemberian tets mata, higine oftalmik, dan pencegahan komplikasi pasca
operasi. Pendidikan pasien, dalam rangka pemahaman dan kepatuhan yang teliti
terhadap instruksi dokter, sangat penting untuk keberhasilan penerimaan kornea donor.
· Keratitis pemajan
Keratitis pemajan dapat terjadi bila kornea tidak dilembabkan secara memadai dan
dilindungi oleh kelopak mata. Kekeringan kornea dapat terjadi dan kemudian dapat
diikuti ulserasi dan infeksi seekunder. Pemajan kornea dapat diakibatkan oleh keadaan
seperti eksoftalmos, paresis SO VII (saraf fasialis), atau paralis Bell, tapi dapat pula
teraddi pada pasien koma atau yang dianestesi.
Penatalksanaan. Memplester kelopak mata atau membalut dngan ringan mata yang
telah diberi pelumas pada yang mengalami penurunan perlindungan sensori terhadap
kornea. Untuk yang lain, dapat dipasang lensa kontak lunak tipe-balutan.
Lensa kontak lunak tipe-balutan dipasang sesuai ukuran, untuk mempertahankan
permukaan kornea, mempercepat penyembuhan defek epitel, dan memberikan rasa

nyaman. Pemakaiannya diiindasikan pada distrofi korna, rosi epitel mntap, komplikasi
setelah pembedahan kornea, keratitis infksiosa (setelah infeksi telah dapat dikontrol),
mata kering dan luka bakar kimia.
Kontraindikasi adalah infeksi aktif, imunosupresi, sedang dalam debrimen, dan praktik
hygiene yang buruk. Pasien harus bisa dipercaya dan mampu untuk mematuhi jadwal
pemeriksaan tindak lanjut. Kemungkinan kompliksai pada pemakaian lensa kontak lunak
tipe balutan meliputi infksi, infiltrate kornea, hipopion (nanah dalam karma anterior),
edema kornea, neovaskularisasi kornea, dan deposit lensa kontak.
Perisai kolagen bisa dipergunakan untuk prlindunga kornea jangka pendek. Perisai ini
bentuknya menyerupai lensa kontak, namun dibuat dari kolagen sclera babi yang telah
didehidrasi dan disterilkan. Mata dianestesi sebelum pmasangan. Begitu dipasang, akan
menyesuaikan dengan bentuk korneadan menyerap air dan air mata. Akan terlarut
dalam 24 ampai 72 jam, tergantung jenisnya. Perisai ini memberikan pelumasan dan
perlindungan pada kornea tanpa komplikasi seperti yang terjadi pada lensa kontak.
Perisai kolagen dapat direhidrasi dulu dengan larutan antibiotika untuk memberikan
kadar antibiotika tinggi lepas lambat selama periode waktu cukup lama. Dapat pula
diberikn obat topical berkali-kali. Perisai kolagen dugunakan untuk melindungi kornea
setelah cedera dan untuk memberikan obat setelah ekstraksi katarak dan keratoplasti
penetrans dan untuk memungkinkan terapi infksi berat.
· Distrofi kornea
Ditrofi kornea adalah kelainan bilateral, iturunkan deengn deposisi bahan abnormal.
Penyebabnya tidak dikethui. Efeknya terhadap penglihatan bergantungg pada jenis
diistrofi, usia pasien, dan kemungkinan komplikasi seperti erosii berulang.

Disitrofi Futchs. Distrofi Fuchs mengenai endotel kornea dan menganggu mekanisme
pemompaan. Kelainan ini akan nampaj jelas pada decade ketig dan keempat dan bersifat
progrsif lambat. Wanita lebih sering terkena disbanding pria. Dkomposisi endotel
mngakibatkan edema korne, opasifikasi, parut, gangguan penglihatan. Kelainan ini dapt
berhasil diterapi pada tahp awal dengan trasplatasi kornea, bila seluruh jaringan yang
berpenyakit terlah terangkat.
· Kertokonus
Keratokonus adalah penipisan progresif kornea, noninflamasi, sehingga bentuk korna
menjadi kerucut. Biasanya menjadi nyata saat puberts dan mengenai wanita lebih sering
disbanding pria. Biasanya bilateral. Pandangan kaburdan distrosi merupakan gejala awal.
Ketika penyakit berkembang, miopa berat dan astigmatisma ireguler tak dapat dikoreksi
dengan kacamata. Pasien harus mengenakan lensa kontak torik lunak atau keras (ensa
khusus untuk mengoreksi astigmatisma)batau menjalani transplatansi korna.
Transplatansi kornea pada penyekit ini mempunyai angka keberhasilan 95%. Pasien
dinasehati untuk tik menggosok mata kerana gosokan yang keras dapat memperbrat
proses penyakitnya.
· Penatalksanaan : Transplatansi kornea
Keratoplasti penetrans, atau trnsplantansi korne, adalah pembedahan mikro, pnggantian
kornea ketebalan penuh dngab jaringan donor manusia. Trepines (pisau
sirkuler)digunakan untuk mengiris baik kornea resipien yang rusak maupun donor
berbentuk seperti “pemotong roti”. Lingkaran kornea baru mngagntikan kornea asli dan
diletakan ke mata rsipen deengan benang yang sangat tipis.

Prosedur ini dapat dikombinasikan dngn ekstrasi kataraknya atau pemasangan lensa
intraokuler (IOL). Pasien yang memerlukan transplantansi kornea didaftarkan pada
daftar tunggu bank mata. Bila ada kornea yang cocok segera dijadwalkan operasi. Untuk
hasil yang terbaik , kornea donor harus diambil dari donor dalam 8 sampai 10jam setelah
kematian (untuk mencegah perlunakan kornea).
· Intervensi keperawatan praoperasi..
Karena keratoplasti merupkn pembedahan efektif, biasanya masih cukup waktu bagi
pasien utnuk mendapatkan intruki praoprasi dan untuk mmahami jalannya prosedur
pembedahan. Dalam pemdehan ini secara fisik pasien harus bebas dari infeksi saluran
nafas atau infeksi mata agar pnyembuhan pascaoprasi dapat optimal.
· Interpensi keperawatan pasca operasi.
Tujuan keperawatan pascaoprasi ini adalah
1. untuk menentukan dan mencegah aktitas yang dapat menaikan TIO selain tekanan
mat yang sakit
2. mengistirahatkan mata ssehingga proses penyembyhan berjalan denganm baik
3. melakukan upaya yang dapat mencegah infeksi pada mata.
Peningkatan TIO akan menrunkan asupan darah dan dapat menyebebkan atrofi saraf
optic dan kerusakan graft. Untuk mencegah peningkatan tekanan dalam mata, perwat
harus mengetahui aktifitas yang dapat menyebebkan peningktan tekanan
(bersin,batuk,mengejan saat defekasi, mengangkat benda berat) keluarnya humor
aquesus melalui garissan jahitan dapat menyebabakan prolaps iris, adesi iris ke kornea,

atau malformasi kamera anterior. Bila TIO meningkat control farmakologs dapat di capai
dengan obat seperti ASETA SOLAMIT yang dapat menghambat produki humor aquesus.
Penyembuhan terjadi lambat karena kornea avaskuler yang dapat emningkatkan
infeksi jadi teknik sterilits teliti harus di lakukan ketika mengganti balutan untuk
melindungi epitel kornmea yang sangat pekak terhadapa infeksi. Salep atau tetes mata
antibiotic atau perisai ,kolagen yang di basahi larutan antibiotic dapat di gunakan
sebagai profilaksi
· Donor mata
Pendonor mata dapat dilakukan hampir segala usia. Pngambilan bola mata dapat
dilakukan oleh orang terlatih pada tempat tidur. Biasanya dikeseluruhan bola mata
dienukliasi, direndam dalm karutan pengawet, dan dijaga dalam lingkungan yang
terkontrol dan sejuk.
Pendiikan pasien dan pertimbangan oerawatan dirumah. Bdah transplantansi kornea
telah mengembalikan pada banyak orang, dan lebih banyak lagi seandainya tersedia
jaringan donor. Pembedahan ini dilakukan harus esuai dengan keputusan oleh saudara
terdekat.
Criteria digunakan untuk menyeleksi donor trnsplantansi kornea
1. Diketahui saat kematiannya (mata harus sudah diperoleh dalam 6 jam seteklah
kematian)
2. Kemungkian sebab kematian
3. Tidak menderita sepsis atau penyakit infeksi menular, seperti hepatitis B, HIV

4. Usia di atas 26 minggu setelah gestasi tidak ada batas atas karena donor tua
mungkin sudah kehilangan sebagian endotelnya maka korneea dari orang nuda lebih di
sukai
Bila pasien telah di nyatakan mengalami kematian otak dan krneanya akan di donorkan,
penting untuk memperhatikan perwatan mata. Perwatan mata tersebut meliputi
perlindunagn permukaan mata dan menjaganya tetap lembab. Larutan salin di berikan
tiap 2-4 jam dan kelopak di tutup dengan plester dan di tutup perban lembab.
Pengguaan salep mata merupakan kontraindikasi. Setiap mata yang tidak layak untuk
tranplanntasi akan di gunaakan salah satu penelitian mata.
· Gangguan Lensa Katarak
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yng normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat
proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahirn (katarak konginetal0. Dapat juga
berhubungan dengan ttrauma mata tajam maupun tumpul, pngguanaan kortikosteroid
jangka panjang, penyakit sitemis, seperti diabetes mellitus atau hipoparatiroidisme,
pemajanan radiasi, pemajanan yang lama sinar matahari (sinar ultraviolet) atau kelainan
mata lain seperti uveitis anterior.
· Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju, mempunyai kkuatan refraksi yang bsar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus, diperifer ada korteks, dan
yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posteror. Dengan Bertambahnya
usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar
opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus. Opasitas pada

kapsulposterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna Nampak seperi Kristal
salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah di luar lensa, misalnya dapat menyababkian 0penglihatan mengalami
distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu
teoriu menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influx air ke dalam
lensa. Proses ini mematahkan serabbut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi
sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran melindungi lensa
dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada
pada kebanyakan pasien yang mensderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes. Kebanyakan
katarak b erkembang secara kronik dan “matang”. Ketika orang memnasuki dekade ke
tujuh. Katarak dapat bersifat congenital dan harus di identifikasi awal, karena bila tidak
terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen.
Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar
ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin anti oksidan
yang kurang dalam jangka waktu lama.
Manifestasi Klinis
Katarak didiagnosis terutama dalam gejala subjektif biasanya pasien melaporkan
penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan fungsional sampai derajat

tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tersebut. Temuan obvjektif
biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina
tidak tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah terjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan
dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur
atau redup, menyilaukan Yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah
melihat dimalam hari. Pupil yang no9rmalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu,
atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun, dan ketika katarak
sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat tidak akan mampu memperbaiki
penglihatan. Orang yang menderita katarak selalu menghindraari silau yang
menjengkelkan yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah.
Evaluasi Diagnostik
Selain uji mata yang biasa, keratometri, dan pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis,
maka A-scan ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai
alat diagnostic, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembadahan. Dengan
hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk
dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi IOL.
Penatalaksanaan
Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tidak dapat diambil dengan pembedahan laser,
namun masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang
dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui
kanula (pokalo, 1992).

Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik
dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari, maka biasanya penanganan
dilakukan hanya konservatif. Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari-hari
dengan mengkaji derajat gangguan fungsi sehari-hari seperti berdandan, ambulasi,
aktivitas, rekreasi, menyetir mobil, dan kemampuan bekerja, sangat penting untuk
menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing-masing penderita katarak.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk
bekerja ataupun untuk keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan
yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi, bila ketajaman
pandang memepengaruhi keamanan atau kualitas hidup, bila visualisasai segmen
posterior sangat perlu untukmengevaluasi pwerkembangan berbagai penyakit retina
atau saraf optikus, seperti pada diabetes dan glaucoma.
Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukak pada orang
berusia lebih dari 65. Masa kini, katarak paling sering diangkat dengan anesthesia lokal
berdasar pasien rawat jalan, meskipun pasien perlu dirawat bila ada indikasi medis.
Keberhasilan pengambilan penglihatan yang bermanfaat dapat dicapai 95% pasien.
Pengambilan keputussan untuk menjalani pembedahan sangan individual sifatnya.
Dukungan finansial dan psikososial dan konsekuensi pembedahan harus dievaluasi
karena sangat penting untuk penatalaksanaan pasien paska operasi. Kebanyakan operasi
dilakukan dengan anestesia lokal (retrobulbar atau peribulbar) yang dapat
mengimobilisasi mata. Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi
perasaan klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah. Anestesi umum diperlukan
bagi yang tidak bisa menerima anestesi lokal yang tidak mampu bekerjasama
denganalasan fisik atau psikologi.

Ada 2 macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak:
1. Ekstrasi intrakapsuler
2. Ekstrasi ekstrakapsuler.
Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan yang memepengaruhi aktifitas
normal pasien atau katarak yang menyebabkan glaucoma atau mempengaruhi diagnosis
dan terapi ganggauan okuler lain, seperti retinopati diabetika.
Ekstrasi Katarak Intrakapsuler
Ekstrasi Katarak Intrakapsuler (ICCE, intrakapsular cataract exstraction) adalah
pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula dipisahkan, lensa
diangkat dengan cryoprobe, yang diletakan secara langsung pada kapsula lentis. Bedah
beku berdasar pada suhu pembekuan untuk mengangkat suatu lesi atau abnormalitas.
Instrument bedah beku bekerja dengan prinsip bahwa logam dingin akan melekat pada
benda yang lembab. Ketika cryoprobe diletakan secara langsung pada kapsula lentis,
kapsul akan melekat pada probe. Lensa kemudian diangkat secara lembut.
Ekstrasi Katarak Ekstrakapsuler
Ekstrasi Katarak Ekstrakapsuler (ECCE, ekstrakapsular cataract exstraction) merupakan
teknik yang lebih disukai sekarang ini dan mencapai sampai 98% pembedahan katarak.
Mikroskop digunakan untuk melihat struktur
Fakoemulsifikasi merupakan temuan terbaru pada kstraksi extrakapsuler cara ini
memungkinkan pengambilan lensa mlaui insisi yang lebih kecil dengan mengguanakan
alat ultrason frekuensi tinggi untuk memecah nucleus dan kortek lensa menjadi partikel

yang kecil yang kemudian di aspirasi mealui alat yang sama yang juga memberikan irigasi
kontinus.
Kacamata apakia , mampu memberikan pandangan sentral yang baik. Namun
pembesaran 25%-30% menyebabkan penurunan dan distorsi pandangan perifer yang
menyebabkan kesulitan dalam memahami relasi special membuat benda2 nampak jauh
lebih dekat dari yang sebenarnya selain itu kacamata ini bsa menyebabkan aberesi sferis
mengubah garis lurus menjadi lengkung.
Lensa kontak, jauh lebih baik dari pada kacamata apakia tidak terjadi aderasi fresis tak
ada penurunan lapang pandang dan tak ada kesalahan orientasi special.
Implant lensa intraokuler (IOL) memberikan alternative bagi lensa apakia untuk
mengoreksi penglihatan pasca operasi dipilih menjadi pilihan koreksi optikal karena
semakin halusnya teknik bedah mikro dan kemajuan rancang bangun iol. IOL adalah
lensa permanen plastic yang secra bedah diinflantsi ke dalm maata mampu
mnghasilkaan byangan dengan bentuk dan ukuran .
GANGGUAN TRAKTUS UVEA
Traktus uvea, yang terdiri dari iris, badan siliaris, dan khoroid, bisa menderita karena
penyakit sistemik maupun infeksi. Diabetes menyebabkan neovaskularisasi pada iris,
yang akan tanpa sebagai pembuluh darah yang berkelok-kelok (rubeosis irides). Juga ada
kelainan kongenital traktur uvea; tidak mempunyai iris sama sekali (aniridia) atau
sebagian (koloboma), tidak ada sebagian lapisan khoroid, dan perbedaan warna
merupakan beberapa contoh.
· UVEITIS

Uveitis adalah iflamasi salah satu struktur traktus uvea. Karena uvea mengandung
banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi mata dank arena membatasi bagian mata
yang lain, maka inlamasi lapisan ini dapat mengamcam penglihatan. Factor penyebab
meliputi allergen, bacteria, jamur, virus, bahan kimia, trauma dan penyakit sistemis
seperti sarkoidosis atau colitis ulserativa.
Manifestasi Klinis dan Penatalaksanaan. Uveitis anterior kronis (iritis) merupakan jenis
yang paling sering, dan ditandai dengan riwayat nyeri, potobiak, pandangan kabur, dan
mata merah. Obat tetes mata dilator harus diberikan segera untu mencegah
pembentukan jaringan parut dan adesi ke lensa (sinekia), yang dapat menyebabkan
glaucoma dengan menghambat aliran keluar aqueous. Kortikosteroid local dipergunakan
untuk mengurangi peradangan, dan kacamata hitam dan penatalaksanan nyeri dapat
memberikan pengurangan gejala.
Uveitis Intermediat (pars planis, siklitis kronis) ditandai dengan “ floating spot” dalam
lapang pandangan. Diberika steroid topical atau injeksi untuk kasus yang berat.
Uveitis Posterior (peradangan yang mengenai khoroid atau retina) biasanya
berhubungan dengan berbagai macam penyakit sistemik, seperti AIDS, herpes simplek
atau zoster, toksoplasmosis, tuberculosis, atau sarkoidosis. Pasien mengeluh penurunan
atau distorsi penglihatan. Mungkin ada kemerahan dan nyeri. Kortikosteroid sistemik
diindikasikan untuk mengurangi peradangan bersama dengan terapi terhadap keadaan
sistemik yang mendasarinya.
· OFTALMIA SIMPATIS
Oftalmia simpatis adalah uveitis bilateral yang jarang namun berbahaya yang terjadi
setelah periode laten berhari-hari sampai bertahun-tahun setelah cedera tembus sampai

ke traktus uvea. Penyebabnya tidak diketahui, tapi mungkin berhubungan dengan
hipersensitivitas terhadap pigmen uvea.
Manifestasi Klinis. Pada mulanya mata yang cedera mengalami inflamasi diikuti inflamasi
mata yang tidak cedera (simpatis). Bila tidak diterapi, penyakit ini bias berkembang
menjadi kebutaan bilateral.
Penatalaksanaan. Enukleasi mata yang sudah tidak dapat melihat dalam 10 hari setelah
cedera biasanya dianjurakan untuk mengurangi resiko penyakit simpatis pada mata yang
lainnya. Tindakan drastic tersebut biasanya tidak dilakukan pada hari saat kejadian
cedera. Namun, luka hanya ditutup dan pasien diberi waktu untuk memberikan
persetujuan tindakan (informend consent). Pada pasien yang matanya tidak cedera
terlalu berat dan yang ada harapan kembalinya penglihatan secara bermanfaat,
enukleasi tidak ditawarkan. Bila terjadi oftalmia simpatis, terapi dengan kortikosteroid
local dan sistemik dan obat tetes mata dilator. Mungkin perlu diberiakn obat sitostatika.
Enukleasi. Enukleasi adalah pengangkatan seluruh bola mata secara pembedahan.
Indikasi prosedur ini adalah luka tembus, kebutaan dengan infeksi rekalsitran (sangat
resisten), kebutaan mata yang nyeri yang tidak berespon terhadap terapi obat, dan
beberapa tumor terentu pada mata. Prosedur ini dilakukan dengan melakukan insisi
konjungtiva, melepaskan otot ekstraokuler, memotong saraf optikus, dan mengangkat
mata, otot kemudian direaprosimasi pada bola mata inflan yang dapat menjaga volume
orbita. Konjungtiva ditutup, dan pencetak dari plastic diletakkan untuk menjaga kedua
forniks kantung konjungtiva selama proses penyembuhan. Setelah sembuh pasien
dirujuk ke okularis untuk penganagkatan pencetak (conformer), pengepasan protesis
pelatihan penggunaannya. Ada berbagai jenis prosedur penganagkatan mata dan

pengambilan keputusan mengenai jenis pembedahannya bergabtung pada derajat
keterlibatan okuler dan orbital.
Implikasi keperawatan. Balut tekan dipasang pasca operasi selama 24 sampai 28 jam
untuk membantu mengurangi pembengkakan. Pasca operasi perlu diberiakn salep
antibiotika dan steroid. Lender yang terkumpul pada permukaan confermer perlu
diirigasi dengan lembut. Kelopak mata harus dijaga tetap bersih. Komplikasi jangka
panjang enukleasi bias berupa orbital tenggelam, yang dapat ditangani oleh okularis
atau bedah re konstruksi. Komplikasi pembedahan meliputi perdarahan, infeksi, dan
ekstrusi inflan.
Pasien yang perlu dienukleasi perlu dukungan emosi dan psikologis yang cukup. Karena
mereka tidak lagi memiliki pandangan binokulerl, mereka juga memerlukan bantuan
untuk belajar menentukan jarak dengan sisa mata (pandangan monokuler) dan
bagaimana bergerak kedepan dengan gerakkan menggeleng (menggerakkan kepala dari
kiri ke kanan, menjelajah panorama) untuk mencari hambatan dan benda.
· GANGGUAN SIRKULASI HUMOR
AQUEUS: GLAUKOMA
Glaucoma adalah penyebab utama kebutaan dimasyarakat barat. Diperkirakan di
Amerika Serikat ada 2 juta orang yang menderita glaucoma. Diantara mereka, hampir
setengahnya mengalami gangguan penglihatan, dan hampir 70.000 benar-benar buta,
bertambah sebanyak 5.500 orang buta tiap tahun.
Bila glaucoma didiagnosis lebih awal dan ditangani dengan benar, kebutaan hampir
selalu dapat dicegah. Namun kebanyakan kasus glaucoma tidak bergejala sampai sudah
sampai terjadi kerusakan ekstensif dan irreversible. Maka pemeriksaan rutin dan

srinning mempunyai peran penting dalam mendeteksi penyakit ini. Dianjurkan untuk
semua yang memiliki factor resiko menderita glaucoma dan yang berusia diatas 35
tahun menjalani pemeriksaan berkala pada optalmologis untuk mengkaji TIO, lapang
pandang, dan kaput nervi optisi.
Askep Glaukoma
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN GLAUKOMA
A. PENGERTIAN
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa tekanan
intra okuler penggaungan pupil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata.
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan
intra okuler. (Long Barbara, 1996)
B. Klasifikasi
1. Glukoma primer
Glukoma sudut terbuka terjadi karena tumor aqueus mempunyai pintu terbuka ke
jaringan trabekular kelainannya berkenang lambat.
Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma sudut tertutup terjadi karena ruang anterior menyempit, sehingga iris
terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqoeus
mengalir ke saluran schlemm.

2. Glaukoma sekunder
Glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang menyebabkan penyempitan
sudut / peningkatan volume cairan dari dalam mata dapat diakibatkan oleh :
perubahan lensa
Kelainan uvea
Trauma
Bedah
3. Glaukoma kongenital
Glaukoma yang terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal memfungsikan trabekular.
4. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir, sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata
memberikan gangguan fungsi lanjut.
Berdasarkan lamanya :
1. Glaukoma akut
Penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang meningkat
mendadak sangat tinggi.
2. Glaukoma kronik
Penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi
kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
Vitreus humor
Cairan penuh albumin berwarna keputih – putihan seperti agar – agar yang berada
dibelakang biji mata, mulai dari lensa hingga retina. (Evelin C Pearce : 317)

Dalam hal ini cairan yang mengalami gangguan yang dihubungkan dengan penyakit
glaukoma adalah aqueus humor, dimana cairan ini berasal dari badan sisiari mengalir ke
arah bilik anterior melewati iris dan pupil dan diserap kembali kedalam aliran darah
pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai saluran
schlemm. (Evelin C. Pearce : 317).
Secara normal TIO 10 -21 mmHg karena adanya hambatan abnormal terhadap aliran
aqueus humor mengakibatkan produksi berlebih badan silier sehingga terdapat cairan
tersebut. TIO meningkat kadang – kadang mencapai tekanan 50 – 70 mmHg.
D. ETIOLOGI
1. Primer
Terdiri dari
a. Akut
Dapat disebabkan karena trauma.
b. Kronik
Dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga seperti :
DiabetesmellitusØ ArterisklerosisØ Pemakaian kortikosteroid jangka panjang.ØMiopia
tinggi dan progresif.Ø Dari etiologi diatas dapat menyebabkan sudut bilik mata yang
sempit.
2. Sekunder
Disebabkan penyakit mata lain seperti :
KatarakØ Perubahan lensaØ Kelainan uveaØPembedahan
E. Manifestasi Klinis
1. Glaukoma primer

a. Glaukoma sudut terbuka
- Kerusakan visus yang serius
- Lapang pandang mengecil dengan macam – macam skotoma yang khas
- Perjalanan penyakit progresif lambat
b. Glaukoma sudut tertutup
- Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
- Timbulnya halo disekitar cahaya
- Pandangan kabur
- Sakit kepala
- Mual, muntah
- Kedinginan
- Demam bahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang dapat sedemikian
kuatnya sehingga keluhan mata (gangguan penglihatan, fotofobia dan lakrimasi) tidak
begitu dirasakan oleh klien.
2. Glaukoma sekunder
- Pembesaran bola mata
- Gangguan lapang pandang
- Nyeri didalam mata
3. Glaukoma kongenital
- Gangguan penglihatan
(Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata, hal 147 – 150)
F. Patofisiologi

Tekanan Intra Okuler ditentukan oleh kecepatan produksi akues humor dan aliran keluar
akues humor dari mata. TIO normal 10 – 21 mmHg dan dipertahankan selama terdapat
keseimbangan antara produksi dan aliran akueos humor. Akueos humor di produksi
didalam badan silier dan mengalir ke luar melalui kanal schlemm ke dalam sistem vena.
Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan silier atau oleh
peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar akueos melalui camera oculi
anterior (COA). Peningkatan tekanan intraokuler > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang
seksama. Iskemia menyebabkan struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap.
Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis.
Kerusakan visus dan kerusakan saraf optik dan retina adalah ireversibel dan hal ini
bersifat permanen tanpa penangan, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan. Hilangnya
penglihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang pandang.
(Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata, hal 147 – 150)
ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA
A. Pengkajian
1. Anamnesis
Anamnesis meliputi data demografi, yang meliputi :
Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur- > 40 tahun.
Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5 kali dari kulit
putih (dewit, 1998).-
Pekerjaan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata.-
Selain itu harus diketahui adanya masalah mata sebelumnya atau pada saat itu, riwayat
penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya dapat

menyebabkan Angle Closume Glaucoma), riwayat trauma (terutama yang mengenai
mata), penyakit lain yang sedang diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia tinggi)
Riwayat psikososial mencakup adanya ansietas yang ditandai dengan bicara cepat,
mudah berganti topik, sulit berkonsentrasi dan sensitif, dan berduka karena kehilangan
penglihatan. (Indriana N. Istiqomah, 2004)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Neurosensori
Gangguan penglihatan (kabur/ tidak jelas), sinar terang dapat menyebabkan silau
dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan
dekat/ merasa diruang gelap (katarak), tampak lingkaran cahaya/ pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotfobia (galukoma akut) bahan kaca mata/ pengobatan
tidak memperbaiki penglihatan.-
Tanda : pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berwarna, peningkatan
air mata.(www.IFC.com)-
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmaskop untuk mengetahui
adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan
dalampada glaukoma akut primer, karena anterior dangkal, Aqueus humor keruh dan
pembuluh darah menjalar keluar dari iris.-
Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat
menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.-
Pemeriksaan melalui inspeksi, untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera
kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil, sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya
(Indriana N. Istiqomah,2004)-
b. Nyeri/ kenyamanan

Ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma kronis0-
Nyeri tiba- tiba / berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala
(glaukoma akut). (www. IFC.com).-
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu snellen / mesin telebinoklear
Digunakan untuk mengetahui ketajaman mata dan sentral penglihatan
b. Lapang penglihatan
Terjadi penurunan disebabkan oleh CSV, masa tumor pada hipofisis / otak, karotis /
patofisiologis, arteri serebral atau glaukoma.
c. Pengukuran tonografi
Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12 – 25 mmHg)
d. Pengukuran gonoskopi
Membantu membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup
e. Tes provokatif
Digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal / hanya meningkat ringan.
f. Pemeriksaan aftalmoskop
Menguji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan retina dan mikroaneurisma.
g. Darah lengkap, LED
Menunjukkan anemia sistemik / infeksi
h. EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid
Memastikan arterosklerosis, PAK
i. Tes toleransi glukosa

Menentukan adanya DM
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler
2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan hilangnya pandangan perifer
3. Gangguan citra diri berhubungan dengan kebutaan
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler
Tujuan : nyeri terkontrol / tulang
Kriteria hasil :
Pasien mengatakan nyeri berkurang / hilangØ
Ekspresi wajah rileksØ
Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri.Ø
Intervensi :
a. Observasi derajat nyeri mata
Rasional : mengidentifikasi kemajuan / penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
b. Anjurkan istirahat di tempat tidur dalam ruangan yang tenang
Rasional : stress mental / emosi menyebabkan peningkatan TIO
c. Ajarkan pasien teknik distraksi
Rasional : membantu dalam penurunan persepsi / respon nyeri
d. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai program
Rasional : untuk mengurangi nyeri

2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan hilangnya pandangan perifer
Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria hasil :
Pasien berpartisipasi dalam program pengobatanØ
Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan lebih lanjut.Ø
Intervensi :
a. Kaji derajat / tipe kehilangan penglihatan
Rasional : mengetahui harapan masa depan klien dan pilihan intervensi.
b. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan
kehilangan penglihatan.
Rasional : intervensi dini untuk mencegah kebutaan, klien menghadapi kemungkinan /
mengalami kehilangan penglihatan sebagian atau total.
c. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak
salah dosis.
Rasional : Mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lebih lanjut
d. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, misalnya agen osmotik sistemik.
Rasional : untuk mengurangi TIO
3. Resiko cedera berhubungan dengan kebutaan
Tujuan : peningkatan lapang pandang optimal
Kriteria hasil :
Tidak terjadi cedera.
Intervensi :
a. Bersihkan sekret mata dengan cara benar.

Rasional : sekret mata akan membuat pandangan kabur.
b. Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata yang terlibat.
Rasional : terjadi penurunan tajam penglihatan akibat sekret mata.
c. Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap
Rasional : mengurangi fotofobia yang dapat mengganggu penglihatan klien.
d. Perhatikan keluhan penglihatan kabur yang dapat terjadi setelah penggunaan tetes
mata dan salep mata
Rasional : membersihkan informasi pada klien agar tidak melakukan aktivitas berbahaya
sesaat setelah penggunaan obat mata.
GANGGUAN KAMERA POSTERIOR
MASALAH RETINA DAN PITREUS
Amblasio retina
Amblasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel
berpigmen retina dibawahnya. Karena retina neurosensori, bagian retinan yang
mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi
nutrisi,maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan fungsi visualnya, dan berakibat
hilangnya penglihatan.
Amblasio retina dapat disebabkan oleh malformasi congenital, kelainan
metabolism, penyakit vaskuler, inflamasi intraokuler, neoplasma, trauma, atau
perubahan degenerative dalam pitreus atau retina . paling sering, disebabkan oleh gaya
mekanik yang berhubungan dengan alasio pitreus posterior dan robekan retina. Lubang
retina, yang mengenai 5%-13% populasi, dan degenerasi latis, yang mengenai 8 %

populasi, merupakan defek degenerative retina tak bergejala yang memerlukan
pemeriksaan periodic karena dapat mengakibatkan ablasio retina.
Amblasio dermatogens (akibat-robekan) merupakan amblasio yang paling sering,
dengan insidensi 1;10000 populasi dalam tiap tahun, terutama pada kelompokusia 40-70
tahun.terdapat kecenderungan pada pria yang diperkirakan akibat trauma. Kondisi yang
merupakan predisposisi meliputi myopia (pandangan dekat) tinggi (lebih dari 8 dioptri),
degenerasi latis, afasia, (pengangkatan bedah sebagian atau keseluruhan lensa kristalina,
dan trauma.
Perubahan degenerative (liquepaksi), berhubungan dengan penuaan dalam
pitreus, menyebabkan terikan pada retina, inilah yang menyebabkan robekan retina.
Badan viterus adalah jaringan serabut kolagen yang terisi asam hialuronat dan air, dan
digantungkan ke permukaan dalam retina. Meskipun vitreus aslinya berupa hlatin,
konsentrasi asam hialuronat berkurang sesuai bertambahnya usia, dan vitreus menjadi
makin cair. Bila ini terjadi, penderita biasanya akan melihat adanya beberapa benda
jernih terapung-apung (floater). Suatu temuan yang normal. Liquefaksi akan
memperburuk dukungan terhadap serabut kolagen sehingga mengakibatkannya menjadi
kolaps, biasanya menjadi mudah terpisah dengan retina posterior, namun pada
beberapa kasus vitreus melekat erat pada bagian posterior retina dan menarik retina
ketika mengalami kolaps., menyebabkan robekan.
Bila dibiarkan tanpa penanganan, pengelupasan rhegmatogen biasanya
berlangsung total dan berkembang cepat sampai atropi retina, pembentukan katarak
sekunder, upeitis kronik, hipotonik, dan ptisis bulbi(atropi bola mata dengan kebutaan).
MANIFESTASI KLINIS

Paien biasanya melaporkan riwayat melihat benda mengapung atau pendarahan
cahaya atau keduanya. Ploater dapat dipersepsi sebagai titik hitam kecil atau rumah
laba-laba. Partikel floater ini tersusun atas sel-sel retina dan darah yang terlepas ketika
terjadi robekan dan member bayangan pada retina ketika mereka bergerak. Padfa tahap
berikut pasien akan melihat bayanga berkembang atau tirai bergerak di lapang pandang,
mengakibatkan pandangan kabur dan kehilangan lapang pandang, ketika retina benar-
benar terlepas dari epitel berpigmen.penurunan tajam pandang sentral atau hilangnya
pandangan sentral menunjukan bahwa ada ketelibatan macula.
Pasien yang dicurigai mengalami ablasio retina harus dirujuk ke spesialis retina
segera untuk penanganan kedaruratannya. Pupil perlu didilatasi, dan fundus di periksa
dengan oftalmoskop indirek dan lensa pembesar metoda pemeriksaan ini
memungkinkan lapang pandang yang lebih luas sehingga seluruh retina dapat diperiksa
dan setiap robekan teridentifikasi.
Retinopati diabetik merupakan penyebab utama kebutaan pada penderita diabetes di
seluruh dunia, disusul katarak. Bila kerusakan retina sangat berat, seorang penderita
diabetes dapat menjadi buta permanen sekalipun dilakukan usaha pengobatan.
Diabetes melitus atau kencing manis merupakan penyakit metabolik. Penyakit ini
ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) akibat kurangnya kadar
hormon insulin dalam tubuh.
Kadar gula darah yang tinggi secara terus-menerus selama bertahun-tahun dapat
menimbulkan komplikasi, terutama pada mata, jantung, dan ginjal. Komplikasi diabetes
pada mata dapat menimbulkan kebutaan, yang sebenarnya dapat dihindari (avoidable
blindness) dengan manajemen diabetes yang baik, meliputi diet ketat, olahraga, obat-

obatan, mengontrol penyakit penyerta seperti hipertensi dan kadar kolesterol tinggi,
serta menghentikan kebiasaan merokok.
Retinopati diabetik
merupakan penyebab utama kebutaan pada penderita diabetes di seluruh dunia, disusul
katarak.
Pada retinopati diabetik secara perlahan terjadi kerusakan pembuluh darah retina atau
lapisan saraf mata sehingga mengalami kebocoran. Akibatnya, terjadi penumpukan
cairan (eksudat) yang mengandung lemak serta pendarahan pada retina. Kondisi
tersebut lambat laun dapat menyebabkan penglihatan buram, bahkan kebutaan. Bila
kerusakan retina sangat berat, seorang penderita diabetes dapat menjadi buta
permanen sekalipun dilakukan usaha pengobatan.
RETINOPATI HIERTENSIF
Terjadinya suatu retinopati hipertensif itu biasanya keadaan dimana vaskularnya sudah
mengalami diskompensasi. Jadi terjadi suatu retinopati hipertensif kalau hipertensinya
terjadi bertahun-tahun, biasanya akan mengalami suatu tingkatan vaskulopati yang
makin lama makin tinggi, dan pada suatu saat akan terjadi diskompensasi dan timbulnya
suatu retinopati. Jadi penurunan tajam penglihatan karena retinopati hipertensif
biasanya disebabkan oleh makulopati edema pada tingkat yang cukup tinggi, dan bias
disebabkan oleh karena regangan yang cukup hebat dari serabut-serabut saraf nervus
optikus. Sedangkan apabila hipertensi itu bisa diatasi dengan baik, maka retinopati akan
membaik hanya vaskulopati akan menetap. Jadi visus menjadi baik tetapi vaskulopati
tetap ada.
Etiologi
Essential hypertension (hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya)

Secondary hypertension (seperti pada preeklamsia / eklamsia, pheochromocytoma,
kidney disease, adrenal disease, coarctation aorta)
Patofisiologi
Hipertensi memberikan kelainan pada retina berupa retinopati hipertensi, dengan arteri
yang besarnya tidak teratur, eksudat pada retina, udem retina dan perdarahan retina(1).
Kelainan dapat berupa penyempitan umum atau setempat, percabangan pembuluh
darah yang tajam, fenomena crossing atau sklerose pembuluh darah.
DEGENERASI MAKULA KARENA USIA
Degenerasi makula terkait usia merupakan kondisi generatif pada makula atau pusat
retina. Terdapat 2 macam degenarasi makula yaitu tipe kering (atrofik) dan tipe basah
(eksudatif). Kedua jenis degenerasi tersebut biasanya mengenai kedua mata secara
bersamaan. Degenerasi makula terjadi sebagai akibat dari kerusakan pada epitel pigmen
retina.
Degenerasi makula menyebabkan kerusakan penglihatan yang berat (misalnya
kehilangan kemampuan untuk membaca dan mengemudi) tetapi jarang menyebabkan
kebutaan total. Penglihatan pada tepi luar dari lapang pandang dan kemampuan untuk
melihat biasanya tidak terpengaruh, yang terkena hanya penglihatan pada pusat lapang
pandang. Gejala klinis biasa ditandai terjadinya kehilangan fungsi penglihatan secara
tiba-tiba ataupun secara perlahan tanpa rasa nyeri. Kadang gejala awalnya berupa
gangguan penglihatan pada salah satu mata, dinilai garis yang sesungguhnya lurus
terlihar bergelombang
Retinitis Pigmentosa

Retinitis Pigmentosa adalah suatu kemunduran yang progresif pada retina yang
mempengaruhi penglihatan pada malam hari dan penglihatan tepi dan pada akhirnya
bisa menyebabkan kebutaan.
PENYEBAB
Retinitis pigmentosa merupakan penyakit keturunan yang jarang terjadi. Beberapa
bentuk penyakit ini diturunkan secaradominan, hanya memerlukan 1 gen dari salah satu
orang tua; bentuk yang lainnya diturunkan melalui kromosom X, hanya memerlukan 1
gen dari ibu.
Penyakit ini terutama menyerang sel batang retina yang berfungsi mengontrol
penglihatan pada malam hari. Pada retina bisa ditemukan pigmentasi yang berwarna
gelap.
GEJALA
Gejala awal seringkali muncul pada awal masa kanak-kanak.
Sel batang pada retina (berperan dalam penglihatan pada malam hari) secara bertahap
mengalami kemunduran sehingga penglihatan di ruang gelap atau penglihatan pada
malam hari menurun. Lama-lama terjadi kehilangan fungsi
penglihatan tepi yang progresif dan bisa menyebabkan kebutaan.
Pada stadium lanjut, terjadi penurunan fungsi penglihatan sentral.
Defek penglihatan warna
Defek penglihatan warna atau yang lebih dikenal dengan buta warna adalah gangguan
penglihatan warna, ketidakmampuan untuk membedakan warna yang orang normal
mampu untuk membedakannya. Seseorang dapat melihat normal apabila fungsi organ

mata (makula dan saraf optik) normal, terdapat cukup cahaya yang dipantulkan ke mata
dan sistem penghantaran impuls melalui saraf normal (Guyton & Hall,1997).
Berdasarkan etiologi atau penyebabnya defek penglihatan warna diklasifikasikan
menjadi :
Defek Warna yang didapat
Defek warna yang didapat lebih sering dari varian biru-hijau, dan mengenai pria dan
wanita sama seringnya, defek ini mengenai salah satu mata lebih dari yang lain biasanya
bervariasi tipe dan keparahannya, yang bergantung dari letak dan sumber patologi
ocular melalui oftalmoskopis
Defek Warna yang diturunkan
Defek warna kongenital herediter hampir selalu merah-hijau (red-green deficiency),
defek ini mengenai 2 mata dengan tingkat keparahan yang sama. Sebagian besar defek
warna congenital bersifat resesif terkait X, serta tipe keparahannya konstan seumur
hidup. Ada 3 tipe buta warna yang diturunkan, yakni : monokromat, dikromat, dan
anomali trikromat.
Kedaruratan mata
Berikut adalah daftar kedaruratan mata:
1. Trauma : abrasi kornea dan benda sing, laserasi bola mata , benda sing intraokuler,
dan rupture bola mata.
2. Ulkus atau infeksi kornea
3. Konjungtifitis berat

4. Selulitis orbita
5. Luka bakar kimia
6. Iritis akut
7. Glaucoma akut
8. Penyumbatan arteria retina sentralis
9. Pengelupasan retina
10. Endoftalmitis
Apabila tidak di tangani dengan cepat akan mengakibatkan gangguan penglihatan yang
berkeanjutan .