PERAN KELOMPOK PETERNAK DALAM PENGEMBANGAN …
Transcript of PERAN KELOMPOK PETERNAK DALAM PENGEMBANGAN …
PERAN KELOMPOK PETERNAK DALAM PENGEMBANGAN
USAHA TERNAK SAPI (Studi Kasus Pada Kelompok Ternak
Sikatutui di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng
Utara Kabupaten Takalar
SULFIANA.M
105960202715
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
PERAN KELOMPOK PETERNAK DALAM PENGEMBANGAN USAHA
TERNAK SAPI (Studi Kasus Pada Kelompok Ternak Sikatutui di Desa
Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
SULFIANA.M
105960202715
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strara Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Peran
Kelompok Peternak Dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi ( Studi Kasus
Pada Kelompok Ternak Sikatutui Desa Balangtanaya Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar) ’’ adalah benar merupakan hasil
karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Makassar, Januari 2020
Sulfiana M
105960202715
ABSTRAK
SULFIANA.M.(105960202715). Peran Kelompok Peternak Dalam
Pengembangan Usaha Ternak Sapi ( Studi Kasus Pada Kelompok Ternak
Sikatutui di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten
Takalar. Dibimbing oleh NURDIN dan FIRMANSYAH.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Kelompok Peternak
Dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi. Penelitian ini dilakukan pada Agustus
sampai September 2019 di di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng
Utara Kabupaten Takalar.
Populasi dalam Penelitian ini adalah para kelompok ternak sapi Sikatutui,
di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar,
Untuk Informan sebanyak 8 peternak sapi Sikatutui. Penelitian mengunakan
metode Sensus yakni sebanyak 8 peternak, Analisis data yang digunakan adalah
Analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian Peran Kelompok Peternak Dalam Pengembangan Usaha
Ternak Sapi di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten
Takalar dapat di simpulkan bahwa masih ada Kendala yang dihadapi kelompok
ternak Sapi Sikatutui seperti masih kurangnya fasilitas dan prasarana kelompok
ternak Sikatutui, sedangkan Peran Kelompok Ternak Sikatutui dinilai sangat
membantu dalam upaya pengembangan usaha di Desa Balangtanaya Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
Kata Kunci : Peran Kelompok Peternak Dalam Usaha Ternak Sapi.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Salawat dan salam tak
lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW berserta para keluarga, sahabat dan
para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Peran Kelompok Peternak Dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi ( Studi
Kasus Pada Kelompok Ternak Sikatutui Desa Balangtanaya Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar)”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
bantuan dan dorongan dari beberapa pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr.Ir.Nurdin.,M.M selaku pembimbing I dan Bapak Firmansyah.,
S.P., M. Si. selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya
membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat
diselesaikan.
2. Bapak Amruddin, S.PT,. M.Pd., M.Si selaku peguji I dan ibu St. Khadijah
Yahya Hiola, S.TP,. M.Si juga selaku peguji II yang telah meluangkan
waktu mengikuti seminar-seminar penulis, serta terima kasih atas kritikan
dan sarannya.
3. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
4. Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P selaku ketua Prodi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Mappainga dan
Ibunda St Syamsiah yang tiada henti-hentinya memberi support, doa yang
terus dicurahkan untuk saya selama menimpah ilmu, bekerja keras dalam
membiayai kuliahku dan semua dukungan sertai semangat dalam
menjalani masa-masa kuliah.
6. Saudara-saudariku Agribisnis 015, terkhusus Masriana, Saraswati, Santri,
Yayudi, Sriwulandari dan semua teman-teman yang tidak bisa saya sebut
namanya satu persatu yang bersama-sama dengan penulis dari awal hingga
akhir masa perkuliahan, tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian
semua takkan mungkin penulis sampai disini.
7. Kepada seseorang yang selalu mendukung dan menyemangati dalam
penyusun skripsi.
8. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada
penulis.
9. Kepada pihak pemerintahan, yang telah memberikan akses
kepemerintahan dalam mengambil data-data analisis.
10. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi, yang
penulis tidak dapat sebutkan satu-satu.
Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga
berkah Allah senantiasa tercurah kepadanya. Amin.
Makassar, Januari 2020
Sulfiana M
105960202715
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ........................................................ iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI iv
ABSTRAK ................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .............................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xii
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 6
1.3 Tujuan dan Kegunaan penelitian.................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 8
2.1 Pengertian Peran .......................................................................... 8
2.2 Pengertian Kelompok Peternak .................................................... 8
2.3 Peran Kelompok Peternak ............................................................ 11
2.4 Kendala Yang di Hadapi Kelompok Peternak ............................. 12
2.5 Usaha Ternak Sapi ....................................................................... 12
2.6 Pemasaran ................................................................................... 20
2.6 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 21
III. METODE PENELITIAN ................................................................... 23
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 23
3.2 Teknik Penentuan Informan ....................................................... 23
3.3 Jenis dan Sumber Data ................................................................ 23
3.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 24
3.5 Teknik Analisis Data ................................................................... 25
3.6 Definisi Operasional .................................................................... 26
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................... 27
4.1 Kondisi Geografis ........................................................................ 27
4.2 Kondisi Demografis ..................................................................... 27
4.2.1 Jumlah Penduduk .............................................................. 27
4.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ....................... 28
4.2.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur ................... 39
4.2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ........... 30
4.2.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ...................... 31
4.3 Kondisi Lokasi Penelitian ............................................................ 31
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 33
5.1 Hasil ............................................................................................. 33
5.1.1 Identitas Peternak Resposden .............................................. 33
5.1.2 Umur Peternak .................................................................. 33
5.1.3 Tingkat Pendidikan .......................................................... 34
5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga .......................................... 35
5.1.5 Pengalaman Beternak ....................................................... 36
5.1.6 Kepemilikan Ternak ......................................................... 37
5.2 Peran Kelembagaan ............................................................................. 38
5.3 Pembahasan ........................................................................................ 39
5.3.1 Kepemilikan Ternak Dalam kelompok ........................................... 39
5.3.2 Kendala yang di Hadapi Dalam Kelompok Ternak Sapi Sikatuti....
5.3.3 Peran Kelompok Ternak sapi sikatutui…........................................ . 46
VI. KESIMPULAN ................................................................................... 48
6.1 Kesimpulan .................................................................................. 48
6.2 Saran ............................................................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Jumlah Penduduk Setiap Kelurahan di Kecamatan Polongbangkeng
Utara Kabupaten Takalar ...................................................................... 29
2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Balangtanaya
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar ...................... 30
3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Balangtanaya
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar ....................... 30
4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata pencaharian di Desa
Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar 32
5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa
Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten
Takalar ................................................................................................. 33
6. Identitas Peternak Responden Tingkat Umur di Desa Balangtanaya,
Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar ..................... 35
7. Identitas Peternak Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Balangtanaya,
Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar ..................... 36
8. Jumlah Tanggungan Keluarga peternak sapi Sikatutui di Desa
Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten
Takalar ................................................................................................. 37
9. Identitas Peternak Menurut Pengalaman Beternak di Desa
Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten
Takalar ................................................................................................ 38
10. Jumlah Kepemilikan Ternak Kelompok peternak sapi Sikatutui ...... 38
11. Daftar Prean Kelembagaan yang ada di di Desa Balangtanaya,
Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar ................... 40
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Kerangka Pikir penelitian .................................................................. 23
2. Peta Lokasi Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan ................................................................. 54
3. Tinjauan lokasi di Desa Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng
Utara, KabupatenTakalar .................................................................... 59
4. Proses wawancara dengan informan Peternak Sapi di Desa
Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten
Takalar ............................................................................................... 59
5. Kandang ternak Sapi di Desa Balangtanaya, Kecamatan
Polongbangkeng Utara, KabupatenTakalar ....................................... 60
6. Staf desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Provinsi
Sulawesi Selatan ............................................................................... 60
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1. Kusioner Penelitian ........................................................................... 52
2. Identitas Responden Peternak Sapi kelompok ternak sapi
Sikatutui ............................................................................................. 58
3. Dokumentasi lokasi bersama kelompok ternak sapi Sikatutui........... 56
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peternakan urgensi pentingnya sumber daya peternak yang berkualitas
sangat dirasakan sekali. Saat ini berbagai kebutuhan terhadap protein asal hasil
ternak sebagian besar masih tergantung pada impor. Padahal dilihat dari potensi
wilayah dan tingkat kebutuhan konsumsi terhadap protein hewani yang terus
meningkat, mengharuskan untuk memiliki kemandirian. Kemandirian pangan ini
amat dipentingkan untuk terwujudnya kualitas sumber daya manusia Indonesia
yang unggul. Di sisi lain tingkat konsumsi per kapita per tahun tingkat Indonesia
untuk berbagai produk pangan, masih sangat rendah. Tingkat konsumsi rakyat
Indonesia untuk daging misalnya baru mencapai 7,1 kilogram pertahun. Jauh lebih
rendah dibandingkan dengan tingkat konsumsi daging rakyat Malaysia dan
Filipina, yaitu masing-masing 46,87 kilogram per tahun dan 24,96 kilogram per
tahun. Tingkat konsumsi protein hewani per kapita per tahun rakyat Indonesia
perlu ditingkatkan, karena sangat menentukan kualitas pertumbuhan fisik dan
kecerdasan bangsa (Siswono, 2006).
Kondisi peternakanpun saat ini sebagian besar masih merupakan
peternakan rakyat. Ada beberapa ciri yang menonjol dari peternakan rakyat ini,
yaitu antara lain: tingkat skala kepemilikan ternaknya yang relatif kecil atau
sedikit, penggunaan input teknologi dan inovasi yang relatif terbatas, dan
mengandalkan kebutuhan pakan, khususnya untuk ternak ruminasia pada
penyediaan hijauan yang sifatnya hanya cukup untuk sehari. Salah satu strategi
yang dapat didayagunakan di dalam meningkatkan kualitas peternak sehingga
memiliki keberdayaan adalah peningkatan peran kelompok peternak. Sampai saat
ini kelompok peternak masih digunakan sebagai pendekatan utama dalam
kegiatan penyuluhan (Deptan, 2000).
Pendekatan kelompok dipandang lebih efisien dan dapat menjadi media
untuk terjadinya proses belajar dan berinteraksi dari para peternak, sehingga
diharapkan terjadi perubahan perilaku peternak ke arah yang lebih baik atau
berkualitas (Margono, 2001). Dengan demikian kelompok ternak memiliki
kedudukan strategis di dalam mewujudkan peternak yang berkualitas. Peternak
yang berkualitas antara lain dicirikan oleh adanya kemandirian dan ketangguhan
dalam berusaha ternak, sehingga memiliki keberdayaan. Keberdayaan peternak ini
dipersonifikasikan sebagai pelaku usaha tani ternak yang berkualitas. Ternak sapi
mempunyai peran yang cukup penting bagi peternak sebagai penghasil pupuk
kandang, tenaga pengolah lahan, pemanfaatan limbah perternakan dan sebagai
sumber pendapatan. Sapi potong mempunyai fungsi sosial yang penting di
masyarakat sehingga merupakan komoditas yang sangat penting untuk
dikembangkan (Rary AR, 2017).
Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan
konsumsi daging indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Peluang usaha
berternak sapi potong sangat menjanjikan karena dengan melihat peningkatannya
permintaan bahan makanan yang berasal dari hewan sebagai sumber protein
hewani khususnya daging. Ternak sapi biasanya menghasilkan berbagai macam
kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, disamping hasil
ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kompos, biogas, kulit, tulang dan lain
sebagainnya (Sofyan Amir, 2017).
Untuk membuat proyeksi permintaan daging sapi nasional berdasarkan
kategori penduduk golongan menengah, menengah atas, dan atas. Maka diambil
kelompok penduduk dengan pengeluaran per kapita Rp.750.000,- s.d. lebih dari
Rp.1.500.000. Dengan tingkat pertumbuhan konsumsi daging sapi rata-rata 7%
dan tingkat pertumbuhan penduduk 1,23% (Sri Rahayu dkk, 2019).
Secara keseluruhan maka total permintaan daging sapi rumah tangga
Indonesia mencapai angka + 679.888 ton. Meskipun demikian perlu diperhatikan
bahwa konsumsi daging sapi tersebut bisa jadi adalah daging sapi dalam bentuk
daging segar, maupun produk olahan daging yang dikonsumsi melalui sentra
produksi seperti HoReKa, serta Industri RT dan Industri Besar. Demikian juga
berdasarkan asal produk lokal maupun impornya, karena jika di kategorikan
berdasarkan kategori potongan daging yang dikonsumsi maka proporsi konsumsi
berdasarkan urutan terbesar sampai terkecil adalah; Daging sapi olahan
(kornet/sosis/bakso/lainnya) sebesar 31,49%; potongan primer (26,30%); jeroan
(14%); potongan sekunder (11,18%); daging variasi (9,53%); dan kulit (7,5%)
(Sri Rahayu dkk, 2019).
Program Swasembada daging sapi tahun 2014 (PSDS-2014) merupakan
salah satu program prioritas pemerintah dalam lima tahun kedepan untuk
mewujudkan ketahanan pangan atas ternak berbasis sumberdaya lokal. Pencapaian
Swasembada daging sapi merupakan tantangan. Pada tahun 2009 impor daging
mencapai 70 ribu ton dan sapi bakalan setara dengan 250,8 ribu ton daging
(Direktur Jenderal Peternakan dan kesehatan, 2010).
Pengembangan ternak sapi tentunya tidak terlepas dari
peranan kelompok tani ternak dalam mengupayakan ternaknya agar mendapat
nilai tambah serta efisien dalam pengelolaannya. Upaya yang perlu dikembangkan
dalam membina dan memantapkan kelompok peternak adalah kelembagaan
kelompok peternak. Untuk itu diperlukan pendekatan yang efektif agar peternak
dapat memanfaatkan program pembangunan yang ada serta berkelanjutan melalui
penumbuhan rasa memiliki, partipisipasi dan pengembangan kreatifitas, disertai
dukungan masyarakat lainnya sehingga dapat berkembang dan dikembangkan
oleh masyarakat tani disekitarnya. Upaya ini diarahkan untuk terbentuknya
kelompok-kelompok peternak, kerjasama antar kelompok sehingga terbentuk
kelompok yang produktif yang terintegrasi dalam satu koperasi dibidang
peternakan (Dirjen Bina Produksi Peternakan, 2002).
Kelembagaan merupakan suatu aturan didalam kelompok masyarakat yang
mengatur anggotanya untuk dapat saling bekerja sama dalam pencapaian tujuan.
menyatakan bahwa kelembagaan adalah aturan-aturan (constraints) yang
diciptakan oleh manusia untuk mengatur dan membentuk interaksi politik, sosial
dan ekonomi. Aturan-aturan tersebut terdiri dari aturan-aturan formal (misalnya:
peraturan-peraturan, undang-undang, konstitusi) dan aturan-aturan informal
(misalnya: norma sosial, konvensi, adat istiadat, sistem nilai) serta proses
penegakan aturan tersebut (enforcement). Aturan-aturan tersebut diciptakan
manusia untuk membuat tatanan (order) yang baik dan mengurangi ketidakpastian
(uncertainty) di dalam proses pertukaran (Rary AR, 2017)
Suatu kelembagaan kelompok peternak dapat terlaksana secara baik, jika
semua aspek kelembagaan (resources/sumber daya alam, sumber daya manusia
dan finansial (R), organisasi (O) dan norma (N)) terlaksana secara baik guna
pencapaian tujuan bersama dalam kelompok (Rary AR, 2017).
Sulawesi Selatan merupakan salah satu sentra produksi sapi potong
terbesar ketiga di Indonesia setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan populasi
4.125.333 ekor (Mirnatul Q dkk, 2017).
Di Kabupaten Takalar khusunya di Kecamatan Polongbangkeng Utara,
merupakan salah satu sentra pengembangan sapi potong di Provinsi Sulawesi
Selatan. Jarak dari ibu kota Provinsi atau Kota Makassar diperkirakan menempuh
perjalanan kurang lebih 2 jam atau sekitar 50 km. Wilayah Polongbangkeng Utara
merupakan wilayah perbukitan dan gunung-gunung yang relatif rendah serta
terdapat banyak ternak sapi potong dan merupakan pusat pengembangan sapi IB
(inseminasi buatan) oleh Dinas Peternakan Kabupaten Takalar.
Peternak sapi didesa Balangtanaya membentuk kelompok yang diberi
nama kelompok ternak Sikatutui. Kelompok ini melakukan berbagai kegiatan
untuk mengembangkan usaha ternak sapi anggotanya, akan tetapi sejauh mana
peran kelompok tersebut dalam mengembangkan ternak sapi belum maksimal
untuk itu peneliti ingin meneliti menyangkut peran kelompok ternak tersebut
dalam mengembangkan ternak anggotanya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Apakah kendala yang dihadapi Kelompok Ternak Sikatutui dalam
mengembangkan usaha ternak sapi di Desa Balangtanaya Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar ?
2. Bagaimana peran Kelompok Ternak Sikatutui dalam mengembangkan usaha
ternak sapi di desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten
Takalar ?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kendala yang di hadapi kelompok Ternak Sikatutui dalam
mengembangkan usaha ternak sapi di Desa Balangtanaya Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
2. Mengetahui peran Kelompok Ternak Sikatutui dalam mengembangkan usaha
ternak sapi di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara
Kabupaten Takalar.
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi
mahasiswa, khususnya yang berkaitan dengan peran kelompok peternak dan
pengembangan usaha ternak sapi.
2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya.
3. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Peran
Peran kelompok peternak sangat strategis dalam pengembangan usaha
peternakan sapi. Sapi merupakan komoditas sub sektor peternakan yang sangat
potensial. Hal ini dapat dilihat dari tingginya permintaan produk peternakan yang
semakin naik seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk serta meningkatnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengkonsumsi
pangan yang bergizi (Ekowati, 2012).
Menurut (Soekanto, 2009) peran adalah proses dinamis kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan
kedudukannya, berarti dia menjalankan suatu peran. Manusia sebagai makhluk
sosial pun dalam menjalani proses kehidupan tidak bisa lepas dari keberadaan
orang-orang di sekitarnya, sehingga sejak awal manusia sudah hidup dalam suatu
kelompok kecil yaitu keluarga yang menjadi tempat seseorang belajar mengenal
norma-norma kehidupan, belajar berinterkasi dengan orang lain serta belajar
memahami peranannya dalam hidup bermasyarakat.
2.2 Pengertian Kelompok Peternak
Menurut (Rary Ar, 2017) menyatakan bahwa kelompok adalah kumpulan
individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan
mempunyai norma yang sama. Dan ia menambahkan bahwa kelompok pada
dasarnya adalah gabungan dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mecapai
tujuan bersama, dimana interaksi yang terjadi bersifat relatif tetap dan mempunyai
struktur tertentu.
Ada beberapa hal yang harus menjadi ciri kelompok yaitu setiap anggota
kelompok harus sadar sebagai bagian dari kelompok ada hubungan timbal balik
antara sesama anggota dan terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh para
anggota sehingga hubungan diantara mereka semakin kuat. Menurut (Rary AR,
2017) menambahkan bahwa yang menjadi ciri-ciri suatu kelompok adalah adanya
interaksi antar anggota yang berlangsung secara anggota secara kontinu untuk
waktu yang relatif lama, setiap anggota menyadari bahwa ia merupakan bagian
dari kelompok, dan sebaliknya kelompok pun mengakuinya sebagai anggota,
adanya kesepakatan bersama antar anggota mengenai norma-norma yang berlaku,
serta nilai-nilai yang dianut dan tujuan atau kepentingan yang akan dicapai,
adanya struktur dalam kelompok, dalam arti para anggota mengetahui adanya
hubungan-hubungan antar peranan, norma tugas, hak dan kewajiban yang
semuanya tumbuh didalam kelompok tersebut.
Kelompok peternak merupakan perkumpulan yang dibuat oleh para
peternak disuatu daerah dengan tujuan mensejahterakan anggota kelompoknya
maupun masyarakat sekitar. Kelompok ternak merupakan organisasi yang
keberadaannya diakui pemerintah melalui dinas peternakan. Kelompok ternak
memiliki anggaran dasar (AD) dan anggaran rumah tangga (ART) sebagai dasar
menjalankan organisasinya (Rary AR, 2017). Peternak merupakan sumber daya
manusia yang memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan suatu
kegiatan usaha ternak. Hal ini karena peternak merupakan pekerja dan manajer
dalam usaha ternaknya itu sendiri (Rary AR, 2017).
Menurut (AR, 2017) bahwa terdapat beberapa keuntungan peternak
tergabung didalam kelompok ternak yaitu:
1. Peternak lebih mudah mendapatkan modal dengan bunga rendah bahkan
modal hibah. Pasalnya, modal usaha peternakan maupun pemberdayaan
masyarakat di bidang peternakan dari pemerintah biasanya disalurkan melalui
kelompok ternak.
2. Mempermudah kemitraan dengan Bank, baik perorangan maupun kelompok.
Kelompok ternak dapat mengarahkan tata cara peminjaman modal yang baik
kepada peternak sehingga peternak dapat memperoleh kredit modal dari bank.
3. Meningkatkan kemampuan teknis beternak dengan lebih cepat dan terarah,
karena peternak memperoleh pembinaan atau pelatihan dari peternak lain atau
dari dinas peternakan yang memiliki sentra peternakan tertentu di daerahnya.
Suksesnya suatu kelompok peternakan tentu tidak datang begitu saja, ada
hal-hal yang harus dimiliki kelompok ternak agar program-program yang
dijalankan berjalan lancar dan diakui sebagai kelompok ternak yang berhasil.
Berikut penjabarannya (Rary AR, 2017):
1. Memiliki pemimpin atau ketua kelompok yang jujur serta bertanggung jawab
terhadap kesejahteraan anggota. Ketua kelompok yang tidak mementingkan
diri sendiri atau memerkaya diri sendiri, demi kemajuan kelompok dan
anggota. Pasalnya, setiap kegiatan atau penyaluran dana biasanya diwakili
penerimaannya oleh ketua kelompok sehingga bisa terjadi penyelewengan
dana apabila ketua kelompok peternakan bukan seorang yang jujur dan adil.
2. Memiliki hubungan yang baik dengan instansi terkait, sehingga segala inforasi
terkait teknis beternak maupun kondisi pasar mudah diakses dengan cepat.
Untuk mencapai hal ini pengurus kelompok diharapkan proaktif.
3. Anggota kelompok mendukung dan mengakui adanya kelompok dengan
sepenuh hati sehingga mau bersama-sama membesarkan kelompok. Selain itu,
harus kompak terutama dalam penyelesaian masalah yang muncul dalam
peternakan.
2.3 Peran Kelompok Peternak
Berikut adalah beberapa peran kelompok peternak menurut (Mauludin,
2012) :
1. Peran sebagai kelas belajar, yaitu tingkat peran yang dilakukan oleh kelompok
dalam memfasilitasi anggotanya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilannya. Indikatornya terdiri :
a. Pertemuan berkala dan berkelanjutan,
b. Pengembangan kader kepemimpinan,
c. Fasilitasi komunikasi dengan sumber informasi dan teknologi,
d. Penyelenggaaan pelatihan.
2. Peran sebagai unit produksi, yaitu tingkat peran yang dilakukan oleh kelompok
dalam mendorong tercapainya skala usaha yang efisien. Indikatornya terdiri:
a. Fasilitasi kelompok dalam merencanakan pola usaha,
b. Fasilitasi dalam penyusunan rencana penyediaan input produksi, dan
c. Fasilitasi dalam penerapan teknologi dan aspek zooteknik
3. Peran sebagai unit usaha, yaitu tingkat peran yang dilakukan kelompok dalam
mencari dan memanfaatkan peluang untuk berhasilnya usaha
ternak anggota. Indikatonya:
a. Fasilitasi penyediaan input produksi,
b. Fasilitasi permodalan, dan
c. Fasilitasi pemasaran.
4. Peran sebagai wahana kerjasama, yaitu tingkat peran yang dilakukan kelompok
dalam mendorong kerjasama antar anggota dan di luar.
2.4 Kendala yang di Hadapi Kelompok Peternak
Menurut (M Wahyu N, 2017) belum optimalnya peran kelompok peternak
dapat disebabkan oleh kendala-kendala sebagai berikut :
a. Perhatian pemerintah pada kelompok ternak sapi masih kurang
b. Kurangnya fasilitas seperti ketersediaan dokter hewan untuk menangani hewan
yang sakit.
c. Kualitas SDM dalam bidang kelompok ternak sapi masih rendah.
d. Kurangnya upaya pemberdayaan masyarakat khususnya untuk kelompok
ternak sapi.
2.5 Usaha Ternak Sapi
Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga
kerja, dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging
didunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili
Bovidae, seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika
(Syncherus) dan Anoa (Rary AR, 2017).
Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia.
Namun, produksi daging sapi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan
karena populasi dan tingkat produktivitas ternak rendah (Suryana, 2009).
Rendahnya populasi sapi potong antara lain disebabkan sebagian besar ternak
dipelihara oleh peternak berskala kecil dengan lahan dan modal terbatas (Suryana,
2009).
Sumber daya peternakan, khususnya sapi potong merupakan salah satu
sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable) dan berpotensi untuk
dikembangkan guna meningkatkan dinamika ekonomi. Menurut (Rary AR, 2017)
bahwa ada beberapa pertimbangan perlunya mengembangkan usaha ternak sapi
potong, yaitu:
1. Budidaya sapi potong relatif tidak bergantung pada ketersediaan lahan dan
tenaga kerja yang berkualitas tinggi.
2. Memiliki kelenturan bisnis dan teknologi yang luas dan luwes.
3. Produk sapi potong memiliki nilai elastisitas terhadap perubahan pendapatan
yang tinggi.
4. Dapat membuka lapangan pekerjaan.
Sapi potong adalah sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena
karakteristik yang dimilikinya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas
daging yang cukup baik. Sapi-sapi inilah yang dijadikan sapi bakalan dipelihara
secara intensif selama beberapa bulan, sehingga diperoleh pertumbuhan berat
badan yang ideal untuk dipotong, pemilihan bakalan yang baik menjadi langkah
awal yang sangat menentukan keberhasilan usaha. Salah satu tolak ukur
penampilan produksi sapi potong adalah pertumbuhan berat badan harian (Sofyan
Amir, 2017).
Menurut (Ayu Mahdalia, 2012) Pemeliharaan sapi secara ekstensif
biasanya terdapat di daerah-daerah yang mempunyai padang rumput luas seperti
di Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan dan Aceh. Sepanjang hari sapi digembalakan
di padang penggembalaan, sedangkan pada malam hari sapi hanya dikumpulkan
di tempat-tempat tertentu yang diberi pagar, disebut kandang terbuka. Pada
pemeliharaan secara ekstensif, kandang hanya digunakan untuk berlindung pada
saat-saat tertentu saja (berfungsi secara parsial), yaitu pada malam hari dan saat-
saat istirahat. Bahkan pada sistem pemeliharaan ini, kadang-kadang kandang tidak
ada sehingga ternak hanya dapat berlindung di bawah pohon yang ada di padang
penggembalaan tersebut.
Usaha ternak merupakan suatu proses mengkombinasikan faktor-faktor
produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja dan juga modal untuk menghasilkan
produk peternakan. Keberhasilan usaha ternak sapi potong bergantung pada tiga
unsur yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau pengelolaan. Manajemen mencakup
pengelolaan perkawinan, pemberian pakan, perkandangan, dan kesehatan ternak.
Selain itu pengelolaan maupun manajemen dalam usaha ternak tidak terlepas dari
karakteristik sosial ekonomi peternak sehingga nantinya akan mempengaruhi hasil
yang akan diperoleh oleh peternak. Sistem usaha ternak sapi potong adalah suatu
sistem usaha yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan
terhadap usaha pemeliharaan sapi potong. Peternak memilih mengusahakan ternak
sapi dengan beberapa tujuan. Bagi peternak, ternak sapi potong berfungsi sebagai
sumber pendapatan, protein hewani, dan tenaga kerja serta penghasil pupuk.
Fungsi lain adalah sebagai penghasil bibit dan bersifat tabungan. Usaha ternak
sapi potong merupakan usaha yang saat ini banyak dipilih oleh rakyat untuk
dibudidayakan. Kemudahan dalam melakukan budidaya serta kemampuan ternak
untuk mengkonsumsi limbah pertanian menjadi pilihan utama. Sebagian besar
skala kepemilikan sapi potong di tingkat rakyat masih kecil yaitu antara 5 sampai
10 ekor. Hal ini dikarenakan usaha ternak yang dijalankan oleh rakyat umumnya
hanya dijadikan sampingan yang sewaktu-waktu dapat digunakan jika peternak
memerlukan uang dalam jumlah tertentu (Y.B Sugeng 1992).
Pada usaha peternakan rakyat biasanya peternak berfungsi sebagai
pembuat keputusan yang berusaha mengambil keputusan yang efektif dan efisien
dalam menjalankan dan mengelola usaha ternaknya. Karakteristik sosial ekonomi
peternak (Jumlah ternak, umur, tingkat pendidikan, lamanya beternak, jumlah
tanggungan keluarga, jumlah tenaga kerja, luas kandang, jumlah investasi, total
penerimaan produksi dan total biaya produksi) dapat mempengaruhi peternak
dalam mengambil keputusan yang dapat memberikan keuntungan bagi usaha
ternaknya. Sehingga dari karakteristik sosial ekonomi tersebut nantinya akan
mempengaruhi pendapatan yang diperoleh per peternak sehingga perlu
diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong.
Faktor- faktor dari karakteristik sosial ekonomi peternak seperti jumlah
ternak, umur, tingkat pendidikan, lamanya beternak, jumlah tanggungan keluarga,
dan jumlah tenaga kerja memiliki peran yang sangat penting di dalam usaha
ternak sapi potong. Karakteristik peternak tersebut nantinya akan membentuk
suatu pola pikir peternak dalam menangani proses budidaya ternak sapi potong,
sehingga dari karakteristik peternak dapat mencerminkan hasil yang akan
diperoleh peternak nantinya. Sapi lokal memiliki potensi sebagai penghasil daging
dalam negeri. Sapi lokal memiliki kelebihan, yaitu daya adaptasi terhadap
lingkungan tinggi, mampu memanfaatkan pakan berkualitas rendah, dan
mempunyai daya reproduksi yang baik. Potensi dan kelebihan sapi lokal bisa
dimanfaatkan secara optimal apabila manajemen pemeliharaan dan perawatan
dilakukan dengan baik, (Anggraini, 2003) menyatakan usaha peternakan dapat
diklasifikasikan menjadi empat kelompok berdasarkan skala usaha dan tingkat
pendapatan peternak, yaitu:
1) Peternakan sebagai usaha sambilan, yaitu petani mengusahakan komoditas
pertanian terutama tanaman pangan, sedangkan ternak hanya digunakan
sebagai usaha sambilan dengan skala usaha rakyat untuk mencukupi
kebutuhan keluarga dengan tingkat pandapatan dari ternak kurang dari 30%,
2) Peternakan sebagai cabang usaha, peternak mengusahakan pertanian
campuran dengan ternak dan tingkat pendapatan dari peternakan sebesar 30
- 70%,
3) Peternakan sebagai usaha pokok, peternak mengusahakan ternak sebagai
usaha pokok dengan tingkat pendapatan mencapai 70 -100%, Peternakan
sebagai skala industri dengan tingkat pendapatan dari usaha peternakan
mencapai 100%. Struktur industri peternakan di Indonesia sebagian besar
tetap bertahan pada skala usaha rakyat. Ciri-ciri usaha rakyat yaitu tingkat
pendidikan peternak rendah, pendapatan rendah, penerapan manajemen dan
teknologi konvensional, lokasi ternak menyebar, ukuran usaha relatif sangat
kecil, dan pengadaan input utama bergantung pada musim, ketersediaan
tenaga kerja keluarga, penguasaan lahan terbatas, produksi butiran terbatas
dan sebagian besar bergantung pada impor (Yusdja 2005).
Mersyah (2005) mengemukakan, ada dua faktor yang menyebabkan
lambannya perkembangan sapi potong di Indonesia. Pertama, sentra utama
produksi sapi potong di Pulau Jawa yang menyumbang 45% terhadap produksi
daging sapi nasional. Produksi tersebut sulit dicapai karena dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu ternak dipelihara menyebar menurut rumah tangga peternakan
(RTP) di pedesaan, ternak diberi pakan hijauan pekarangan dan limbah pertanian,
teknologi budidaya rendah, tujuan pemeliharaan ternak sebagai sumber tenaga
kerja, perbibitan (reproduksi) dan penggemukan (Roessali et al. 2005), dan
budidaya sapi potong dengan tujuan untuk menghasilkan daging dan berorientasi
pasar masih rendah. Faktor kedua terletak pada sentra produksi sapi di kawasan
timur Indonesia. Produksi sapi pada kawasan ini sebanyak 16% dari populasi
nasional, serta memiliki padang penggembalaan yang luas. Kendala produksi
kawasan timur Indonesia adalah tingkat mortalitas tinggi, pada musim kemarau
panjang sapi menjadi kurus, dan angka kelahiran rendah. Kendala lainnya adalah
berkurangnya areal penggembalaan, kualitas sumber daya rendah, akses ke
lembaga permodalan sulit, dan penggunaan teknologi rendah.
Faktor lain yang menjadi permasalahan adalah sistem pemeliharaan ternak
di Indonesia. Sebagian besar ternak sapi dipelihara secara tradisional dalam usaha
rakyat. Ada tiga sistem pemeliharaan yang umum digunakan oleh peternak rakyat,
yaitu
1. Sistem ekstensif yaitu sistem pengembalaan atau grazing (NTT, NTB,
Bali, Kalsel, sebagian Sumatera, dan sebagian Kalimantan), pemeliharaan
dengan sistem ini hanya untuk status sosial peternak dan tabungan,
2. Sistem intensif yaitu sapi tidak digembalakan dengan sistem cut and carry
(Jatim dan Jateng, sebagian Sulawesi), pengembangan peternakan dengan
sistem ini sangat bergantung pada ketersediaan tenaga kerja keluarga yang
bertugas mencari pakan hijauan. Pengembangan ternak dengan
menyediakan pakan hijauan akan mengurangi tenaga kerja keluarga dan
skala usaha bisa meningkat. Tujuan produksi sistem ini adalah tenaga
kerja tanpa memperdulikan pasar dan produksi,
3. Sistem kombinasi, ternak digembalakan pada lahan yang terbatas dan
kekurangan pakan hijauan dalam kandang. Sistem pemeliharaan
kombinasi bertujuan untuk menghasilkan daging, susu, dan sapi bakalan.
Pada pemeliharaan intensif, sapi dikandangkan terus-menerus atau
dikandangkan pada malam hari dan digembalakan pada siang hari. Sistem
pemeliharaan secara intensif banyak dilakukan oleh petani di Jawa,
Madura, dan Bali.
Sistem pemeliharaan ekstensif banyak dilakukan oleh peternak di Nusa
Tenggara Timur, Kalimantan, dan Sulawesi. Ternak pada sistem ini umumnya
dipelihara di padang pengembalaan dengan pola pengembalaan pertanian menetap
atau di pelihara di hutan (Sugeng 2006).
Kebijakan pengembangan ternak sapi harus melihat ketiga aspek tersebut
karena terdapat perbedaan masalah yang dihadapi sehingga penanganannya akan
berbeda, terutama dalam memanfaatkan sumberdaya lahan dan pakan. Selain itu
sistem pemasaran yang ada tidak memberikan intensif yang layak kepada
peternak. Para peternak tidak mempunyai daya tawar sehingga peran pedagang
menjadi dominan dalam menentukan harga. Pada sisi lain perdagangan ternak
hidup antar pulau dan wilayah menimbulkan biaya angkutan dan resiko ekonomi
yang besar, sementara perdagangan karkas belum layak dilakukan karena
infrastruktur yang tersedia belum memadai. Usaha peternakan tradisional
memiliki karakteristik sebagai berikut :
1) Sebagian besar usaha masih berskala kecil sebagai usaha keluarga,
2) Tingkat keterampilan peternak rendah dan modal usaha yang kecil,
3) Belum memanfaatkan bibit unggul dan jumlah ternak produktif yang sedikit,
4) Penggunaan ransum tidak efisien dan belum disediakan secara khusus,
5) kurang memperhatikan pencegahan penyakit, dan
6) usaha belum bersifat komersil.
Usaha ternak sapi potong sangat menguntungkan untuk dijalankan, selain
penghasil daging dapat juga berfungsi sebagai tenaga kerja yang digunakan untuk
membajak sawah. Disamping itu ternak sapi menghasilkan pupuk kandang yang
merupakan hasil sampingan bagi peternak dari usaha pemeliharaan sapi (Abidin
2002).
2.6 Pemasaran
Pemasaran menurut (Kotler, 2000) adalah proses sosial dan manajerial
dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka
dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai satu
sama lain.
Pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan
usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menetukan harga, mempromosikan
dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik
kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Handoko, 2004).
Dalam manajeman penjualanya menyebutkan, pemasaran adalah sistem
keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukaan untuk merencanakan, menetukan
harga, mempromosikan dan medistribusikan barang atau jasa, ide kepada pasar
agar dapat mencapai pasar sasaran (Bau, 2000).
Defenisi lain mengungkapkan pemasaran sebagai suatu proses sosial dan
manajerial yang mencakup individu dan kelompok guna mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan, menawarkan, dan
mempertukarkan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran berusaha
menghasilkan laba dari jasa yang diciptakan sesuai kebutuhan dengan tujuan
perusahaan (Philip, 2004).
Menurut wawan (2006), strategi pemasaran merupakan pengorganisasian
segala sumber daya yang dimiliki guna memasarkan suatu produk. Selanjutnya di
sebutkan suatu strategi pemasaran yang dilakukan harus memperhatikan bauran
pemasaran, daur hidup produk dan mempertahankan atau memperpanjang tahap
kematangan pasar. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran adalah:
1. Faktor makro adalah perantara pemasaran, pemasok, pesaing dan masyarakat.
2. Faktor mikro adalah dermografi/ ekonomi, politik/ hukum, teknologi/ fisik dan
sosial/ budaya.
3. Strategi pemasaran dari sudut pandang penjual adalah tempat yang strategis
(place), produk yang bermutu (product), harga yang komperatif (price) dan
promosi yang gencar (promotion).
Sedangkan dari sudut pandang pelanggan adalah kebutuhan dan keinginan
pelanggan (customer needs and wants), biaya pelanggan (cost to the customer),
kenyaman (statisfaction) dan komunikasi (communication). Tujuan akhir dan
konsep, strategi pemasaran adalah kepuasaan pelanggan sepenuhnya bukan berarti
memberikan kepada apa yang menurut kita keinginan dari mereka tetapi apa yang
sesungguhnya mereka inginkan serta kapan dan bagaimana mereka inginkan atau
secara singkat adalah memenuhi kebutuhan pelanggan (Ilmanoz, 2008).
2.7 Kerangka Pemikiran
Kelompok peternak merupakan wadah dimana peternak dapat terorganisir
secara baik khususnya dalam mengembangkan ternaknya, terdapat beberapa peran
kelompok peternak antara lain yaitu : sebagai kelas belajar, sebagai unit produksi.,
sebagai unit usaha, dan sebagai wahana kerja sama.
Selain peran dari kelompok peternak yang telah dijelaskan diatas, maka
terdapat beberapa kendala yang dihadapi kelompok peternak antara lain :
Perhatian pemerintah pada kelompok ternak sapi masih kurang, Kurangnya
fasilitas seperti ketersediaan dokter hewan untuk menangani hewan yang sakit,
Kualitas SDM dalam bidang kelompok ternak sapi masih rendah, dan Kurangnya
upaya pemberdayaan masyarakat khususnya untuk kelompok ternak sapi
Dikabupaten Takalar khususnya di Desa Balangtanaya Kecamatan
Polongbengkeng Utara merupakan salah satu daerah yang rata-rata penduduknya
berprofesi sebagai peternak sapi, dengan demikian maka peran kelompok peternak
di daerah ini sangat di butuhkan karena pada dasarnya kelompok peternak lah
yang akan menjadi objek dalam perkembangan peternakan sapi di daerah ini.
Untuk lebih jelasnya berikut adalah kerangka pikir penelitian yang akan di
laksanakan di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbengkeng Utara Kabupaten
Takalar.
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Peran Kelompok Ternak Sikatutui Dalam
Pengembangan Usaha Ternak Sapi di Desa Balangtanaya Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
Kelompok Peternak
Peran
Kelompok Peternak
Kendala-Kendala
Kelompok Peternak
PETERNAK
SAPI
Usaha Ternak Sapi
Berkembang
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakasanakan di Desa Balangtanaya, Kecamatan
Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar. Penelitian ini berlangsung selama 2
(dua) bulan dimulai dari bulan Agustus 2019 sampai September 2019 .
3.2 Teknik Penentuan Informan
Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja
(Purposive sampling). Populasi yang ada di kelompok ternak Sikatutui di Desa
Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar.Bahwa
penentuan informan mengunakan metode sensus yaitu sebanyak 8 peternak sapi.
3.3 Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari kelompok
ternak sebagai informan dengan menggunakan alat bantu kuesioner.
Data tersebut berupa identitas informan, nama kelompok ternak.
2. Data Sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti misalnya dari biro statistik, majalah,
jurnal, keterangan-keterangan atau publikasi lainya. Jadi data
sekunder berasal dari tangan kedua, ketiga, dan seterusnya, artinya
melewati satu atau lebih pihak yang bukan peneliti sendiri.
b. Sumber Data
Sumber data yaitu sumber subjek dari tempat mana data bisa di
dapatkan. Dalam penelitian ini sumber data yang dikumpulkan yaitu hasil
wawancara langsung terhadap informan dengan menggunakan metode
pengambilan sampel secara purposive sampling dengan kriteria peternak
yang menjadi anggota kelompok dan non anggota kelompok. Banyaknya
sampel dalam survei yang digunakan adalah 8 peternak anggota
kelompok. Data yang dikumpulkan adalah karakteristik peternak dan
penggunaan sarana produksi usaha peternakan, serta persepsi anggota
terhadap kinerja kelompok.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data dalam penelitian (Ilham, 2015). Pengumpulan data
dilakukan dengan dua metode yaitu :
a. Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan langsung oleh koresponden terhadap responden, untuk
memperoleh jawaban yang terkait tentang penelitian yang dilakukan.
b. Dokumentasi merupakan suatu kumpulan data dengan mempelajari atau
meneliti dokumen-dokumen atau sumber-sumber tertulis serta arsip-arsip
lainnya yang sesuai dengan penelitian.
c. Kuesioner merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab.
3.5 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini selanjutnya akan dianalisis
dengan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah metode
yang bermaksud membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau
kejadian-kejadian (Suryabrata, 1994). Dengan metode ini peneliti akan
mendeskripsikan peran kelompok ternak Sikatutui di Desa Balangkanaya
Kecamatan Polongbangken Utara Kabupaten Takalar.
Dalam penelitian kualitatif ini, informan ditentukan sendiri oleh peneliti
secara purposive atau secara sengaja, yakni menentukan informan-informan yang
dapat memberikan informasi yang relevan dengan tujuan penelitian kemudian
data tersebut dianalisis dengan metode analisis deskriptif kualitatif yaitu metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triagulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
pada generalisasi. Obyek dalam penelitian kualitatif adalah obyek yang alamiah,
atau natural setting, sehingga metode penelitian ini sering disebut sebagai metode
naturalistik. Obyek yang alamiah adalah obyek yang apa adanya, tidak
dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki obyek,
setelah berada di obyek dan setelah keluar dari obyek relatif tidak berubah
(Sugiyono, 2010).
3.6 Definisi Operasional
1. Peternak sapi adalah orang yang memelihara sapi dan tergabung dalam
kelompok peternak Sikatutui di Desa Balangtanaya Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
2. Peran kelompok peternak adalah suatu peran kelompok dalam
mengembangkan usaha ternak sapi anggotanya di Desa Balangtanaya
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
3. Kelompok sikatutui adalah salah satu kelompok di Desa Balangtanaya
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar yang semua anggotanya
beternak sapi.
4. Kendala peran kelompok yaitu semua kendala ataupun hambatan yang
dihadapi kelompok ternak sikatutui dalam pengembangan usaha ternak sapi di
Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis
Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
terdiri dari 5 dusun yaitu dusun Je’ne dinging, Maccini Baji, Balangtanaya,
Balangngasana dan Panaikang lompo. Letak geografis (sebelah Utara, Selatan,
Barat, dan Timur), yaitu sebelah utara berbatasan dengan desa Massamaturu dan
desa Pa’rapunganta, sebelah selatan berbatasan dengan desa Moncongkomba,
sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Panrangnuangku, dan sebelah timur
berbatasan dengan desa Massamaturu dan desa Timbuseng. Luas desa
Balangtanaya adalah 7,34 km2. Jarak dari ibu kota Kabupaten Takalar yaitu 14
km.
4.2 Kondisi Demografis
4.2.1 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di Desa Balangtanaya secara keseluruhan yaitu 2.180
orang. Jumlah penduduk dapat dilihat melalui tabel berikut ini:
Tabel 1. Jumlah penduduk setiap kelurahan di Kecamatan Polongbangkeng Utara
Kabupaten Takalar
No Nama Penduduk Persentase %
1 Maccini Baji 449 20,60
2 Balangtanaya 413 18,95
3 Je’ne Dinging 574 26,34
4 Balangngasana 407 18,66
5 Panaikang Lompo 337 15,45
Jumlah 2.180 100
Sumber : Data primer setelah diolah,2018.
Tabel 1 menunjukan bahwa jumlah penduduk di Desa Balangtanaya
Sebanyak 2.180 orang. Jumlah penduduk tertinggi adalah Dusun Je’ne Dinging
sebanyak 574 orang atau 26,34%, sedangkan jumlah penduduk terendah adalah
Dusun Panaikang Lompo sebanyak 337 orang atau 15,45%.
4.2.2 Jumlah Penduduk Menurnut Jenis Kelamin
Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Balangtanaya
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar sebagai berikut:
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Balangtanaya
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar, 2018
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase %
1 Laki-laki 1047 48,02
2 Perempuan 1133 51,97
Jumlah 2.180 100
Sumber : Data primer setelah diolah, 2018
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Desa
Balangtanaya adalah perempuan sebanyak 1133 atau 51,97%. Perempuan lebih
mendominasi dibandingkan dengan laki-laki sebanyak 1047 atau 48,02%
.
4.2.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Berdasarkan data yang diperoleh jumlah penduduk yang ada di Desa
Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar yang
memiliki kelompok umur 0-75 tahun sebanyak 2.180 jiwa. Dapat di ketahui dari
penjelasan tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Balangtanaya
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar, 2018.
NO Kelompok Umur
(Tahun) Jumlah ( Orang) Persentase (%)
1. 0-6 135 6,20
2. 7-12 140 6,44
3. 13-16 161 7,40
4. 17-21 149 6,85
5. 22-27 154 7,06
6. 28-33 181 8,32
7. 34-38 175 8,02
8. 39-44 150 6,80
9. 45-50 190 8,73
10. 51-56 177 8,12
11. 57-62 201 9,23
12. 63-68 126 5,78
13. 69-74 140 6,42
14. >75 101 4,63
Jumlah 2.180 100
Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat umur seseorang dapat menentukan
dan berpengaruh terhadap kedewasaan pada cara berfikir yang lebih matang,
dalam artian bahwa akan sangat berpengaruh tingkat kecermatan dan kehati-hatian
dalam proses pengambilan keputusan. Selain itu, umur juga sangat berpengaruh
terhadap kemampuan bekerja dan mengelola usahanya secara baik. Pada tabel 4
menunjukkan bahwa jumlah kelompok umur yang tertinggi pada umur 57-62
tahun sebanyak 201 orang atau 9,23%. Sedangkan kelompok umur terendah
berada pada umur >75 sebanyak 101 orang atau 4,63%.
4.2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mayoritas mata pencaharian penduduk di Desa Balangtanaya adalah
Petani. Ha ini disebabkan karena sudah turun temurun sejak dahulu bahwa
masyarakat adalah petani dan juga minimnya tingkat pendidikan menyebabkan
masyarakat tidak punya keahlian lain dan akhirnya tidak punya pilihan selain
menjadi petani, keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata pencaharian di Desa Balangtanaya
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar, 2018.
NO Mata Pencaharan Jumlah ( Orang) Persentase %
1. Petani 1.002 62,83
2. Pengusaha 410 25,70
3. Peternak 103 6,46
4. PNS 80 5,01
Jumlah 1.595 100,00
Sumber : Data primer setelah diolah, 2018.
Tabel 4 menunjukkan bahwa keadaan mata pencaharian di Desa
Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar, penduduk
yang paling banyak yaitu pada jenis pekerjaan adalah sebagai petani sebanyak
1.002 orang. Sedangkan yang paling sedikit yaitu PNS sebanyak 80 orang.
4.2.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Tingkat pendidikan yang menandai akan berdampak pada peningkatan
kinerja dan kemampuan, dengan pendidikan akan menambah pengetahuan,
mengembangkan sikap dan menumbuhkan kepentingan peternak terutama dalam
menghadapi perubahan, serta akan mempengaruhi pola fikir dalam pengambilan
keputusan untuk meningkatkan kesehjateraan mereka. Untuk Mengetahui tingkat
pendidikan di Desa Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten
Takalr dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:
Tabel 5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa
Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar
2018.
No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 TK 100 4,81
2 SD 140 6,74
3 SMP 224 10,75
4 SMA 1.536 73,85
5 Sarjanah 80 3,85
Jumlah 2.080 100
Sumber : Data primer setelah diolah, 2018.
Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang paling sedikit adalah
Sarjana sebanyak 80 orang atau 3,85%. Sedangkan tingkat pendidikan paling
banyak adalah SMA sebanyak 1.536 atau 73,85%.
4.3 Kondisi Lokasi Penelitian
Kondisi lokasi penelitian kelompok ternak Sikatutui ini sangat strategis
dan masih bisa dijangkau, dengan akses jalan yang sudah diaspal, dan juga sudah
terdapat kandang sapi yang layak pakai. Di sekitar lokasi penelitian ini juga
terdapat pemandangan yang indah yaitu panorama sawah yang hijau dan
pepohonan yang rindang di setiap rumah di desa Balangtanaya Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar sehingga potensi hijauan di desa
tersebut cukup besar, karena lahan yang tersedia sebagian besar digunakan untuk
lahan pertanian, perkebunan dan hutan, sehingga potensi ketersediaan hijauan
menjadi cukup besar.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Identitas Peternak Resposden
Jumlah informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 8 orang yang
berhubungan dengan proses ternak sapi yang diberi nama kelompok Ternak
Sikatutui, dimana dalam menentukan informan dilakukan secara sengaja
(purposive sampling) yaitu memilih secara sengaja anggota kelompok ternak yang
berkaitan dengan pemberdayaan peternak sapi. Identitas informan yang dipilih
didasarkan beberapa identifikasi seperti : Nama, alamat, tingkat pendidikan, usia,
pekerjaan, serta jumlah tanggungan para peternak yang ada di Kelurahan
Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar khususnya
kelompok ternak Sikatutui. Karakteristik responden mencakup umur, tingkat
pendidikan, pengalaman beternak, dan kepemilikan ternak. Secara lengkap
karakteristik responden antara lain sebagai berikut:
5.1.2 Umur Peternak
Umur merupakan salah satu indikator yang menunjukkan kemampuan
fisik seseorang. Orang yang memiliki umur yang lebih tua fisiknya lebih lemah
dibandingkan dengan orang yang berumur lebih muda. Sehingga umur peternak
dapat berpengaruh pada produktivitas kerja mereka dalam usaha ternak sapi.
Selain itu, umur juga erat kaitannya dengan pola fikir peternak dalam menentukan
sistem manajemen yang akan diterapkan dalam kelompok ternak tersebut. Untuk
mengetahui keadaan umur responden peternak sapi Sikatutui di Desa
Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar dapat dilihat
pada tabel 6 berikut ini :
Tabel 6. Identitas Peternak Responden Tingkat Umur di Desa Balangtanaya,
Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar, 2018.
No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase ( % )
1 43-47 2 25
2 48-55 5 62,5
3 56≥ 1 12,5
Jumlah 8 100
Sumber : Data primer setelah diolah, 2018.
Tabel 6 Menunjukan bahwa jumlah tingkat umur responden ternak sapi
Sikatutui terbesar berada pada umur 48-55 berjumlah sebanyak 5 orang dengan
persentase (62,5%). Sedangkan tingkat umur terenda yaitu pada umur 56> dengan
berjumlah sebanyak 2 orang dengan sebesar (12,5%).
5.1.3 Tingkat Pendidikan
Dalam usaha peternakan, faktor pendidikan diharapkan dapat membantu
masyarakat dalam upaya peningkatan produksi dan produktifitas ternak yang
dipelihara. Tingkat pendidikan yang menandai akan berdampak pada peningkatan
kinerja dan kemampuan manajemen suatu kelompok peternak sapi. Untuk
Mengetahui tingkat pendidikan responden ternak Sikatutui di Desa Balangtanaya,
Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar dapat dilihat pada Tabel 7
berikut ini:
Tabel 7. Identitas Peternak Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Balangtanaya,
Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar 2018.
No Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 SMP 4 50
2 SMA 4 50
Jumlah 8 100
Sumber : Data primer setelah diolah, 2018.
Tabel 7 menunjukkan bahwa dalam kelompok Ternak Sikatutui,
berdasarkan tingkat pendidikan peternak yaitu SMP sebanyak 4 orang atau 50%,
dan tingkat pendidikan peternak yaitu SMP sebanyak 4 orang atau 50%, dan
tingkat pendidikan responden yang SMA sebanyak 4 orang atau 50%
5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang
hidup bersama dalam satu rumah. Anggota keluarga yang di miliki oleh peternak
sapi Sikatutui di Desa Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara,
Kabupaten Takalar ini dapat berdampak positif, karena dengan adanya anggota
keluarga dapat membantu dalam melakukan ternak sapi. Adapun jumlah
tanggungan keluarga peternak sapi Sikatutui di Desa Balangtanaya, Kecamatan
Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar dapat di lihat pada Tabel berikut:
Tabel 8. Jumlah Tanggungan Keluarga peternak sapi Sikatutui di Desa
Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar
No Jumlah Tanggungan
Keluarga (Orang) Jumlah (orang) Persentase (%)
1 1-2 4 50
2 3-4 4 50
Jumlah 8 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2018.
Berdasarkan tabel 7 menunjukan bahwa perernak sapi Sikatutui yang
memiliki tanggungan keluarga 1-2 sebanyak 4 orang dengan peresentase (50%),
dan peternak yang memiliki jumlah tanggungan keluarga 3-4 sebanyak 4 orang
dengan persentase (50%).
5.1.5 Pengalaman Beternak
Pengalaman berusaha ternak dapat diartikan sebagai sesuatu yang pernah
dijalani, dirasakan, ditanggung oleh prtani dalam menjalankan kegiatan usahatani
dengan mengerahkan tenaga dan pikiran untuk mencapai tujuan usahataninya,
yaitu memperoleh pendapatan untuk kebutuhan hidup. Pengalaman berusaha
dapat menunjukkan keberhasilan seseorang dalam mengolah usahataninya. Sebab
dapat menjadi pedoman pada masa-masa yang akan datang. Mereka yang masih
berusia muda relatif belum berpengalaman, sehingga untuk mengimbangi
kekurangannya dia perlu dinamis, sebaliknya mereka yang sudah berusia tua
banyak berpengalaman dalam berusaha sehingga sangat berhati-hati dalam
bertindak. Untuk mengetahui rata-rata pengamalan para peternak Sikatutui di
Desa Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar dapat
dilihat pada tabel 9:
Tabel 9. Identitas Peternak Menurut Pengalaman Beternak di Desa Balangtanaya,
Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar, 2018.
No Pengalaman Beternak Jumlah (orang) Persentase (%)
1 5-8 4 50
2 9-12 3 37,5
3 13-15 1 12,5
Jumlah 8 100
Sumber : Data primer setelah diolah, 2018.
Tabel 9 menunjukan bahwa pengalaman responden terbanyak berdasarkan
lamanya beternak adalah 5-8 tahun sebanyak 4 orang atau )50%) dan terendah
13-15 tahun sebanyak 1 orang atau (12,5%). Pengalaman petani dalam beternak
sangat erat hubungannya dengan keinginan peningkatan keterampilan peternak
dalam kegiatan usaha ternak sapi.
5.1.6 Kepemilikan Ternak Informan
Berdasarkan hasil wawancara pada informan peternak sapi dalam
kelompok ternak sapi Sikatutui di Desa Balangtanaya, Kecamatan
Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar. Jumlah Kepemilikan Ternak
Kelompok peternak sapi Sikatutui dapat dilihat pada tabel 10 sebagai berikut:
Tabel 10. Jumlah Kepemilikan Ternak Kelompok peternak sapi Sikatutui
No Nama Informan Jumlah
Ternak Persentase
1 Saparuddin Dg Bani 5 12,50
2 T. Dg Nassa 7 17,50
3 Saparuddin Dg Maro 4 10.00
4 Muh. Arif Dg Mangka 5 12,50
5 Lassa Dg Lalla 4 10,00
6 Muhammad Dg Sarro 6 15,00
7 Suriati Dg Kamma 4 10,00
8 Hamirullah Saputra 5 12,50
Jumlah 40 100.00
Tabel 10. Menunjukkan bahwa jumlah kepemilikan ternak sapi pada
kelompok ternak sapi sikakatui dengan jumlah keseluruhan sebanyak 40 ekor
sapi, sedangkan berdasarkan jumlah terbanyak kepemilikan ternak yaitu 7 ekor
sapi dengan besar persentase 17.50% pada informan nomor 2. Sedangkan jumlah
kepemilikan ternak yang paling terendah sebanyak yaitu 4 ekor sapi dengan rata-
rata persentase sebesar 10.00% pada informan 3,5 dan 7 di kelompok peternak
sapi Sikatutui di Desa Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara,
Kabupaten Takalar.
5.2 Peran Kelembagaan
Berdasarkan hasil wawancara beberapa informan peternak sapi Sikatutui,
dapat dilihat pada tabel peran kelembagaan sebagai berikut :
Tabel 11. Daftar Perean Kelembagaan yang ada di Desa Balangtanaya,
Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar
No Nama Informan
Ternak Sapi Peran Kelembagaan
1 Saparuddin Dg Bani
Merancang dan membuat pola pengembangan
usaha ternak sapi Sikatutui
2 T. Dg Nassa Melakukan pemeliharaan bibit bermutu yang di
yakini dapat mengembangkan usaha kelompok
ternak sapi Sikatutui
3 Saparuddin Dg Maro Melakukan perbaikan mutu pakan serta mengatur
system pemasaran ternak sapi dalam pengembangan
usaha ternak sapi kelompok Sikatutui
4 Muh. Arif Dg Mangka Merancang dan membuat pola pengembangan
usaha ternak sapi Sikatutui, serta menyusun rencana
kerja tiap kelompok ternak sapi Sikatutui
5 Lassa Dg Lalla Melakukan pemilihan bibit bermutu yang diyakini
dapat mengembangkan usaha ternak sapi kelompok
Sikatutui
6 Mahmud Dg Sarro
Melakukan pemilihan bibit bermutu \yang diyakini
dapat mengembangkan usaha ternak sapi kelompok
Sikatutui
7 Suriati Dg Kamma Melakukan perbaikan mutu pakan serta mengatur
system pemasaran ternak sapi dalam pengembangan
usaha ternak sapi kelompok Sikatutui
8 Hamirullah Saputra
Lebih fokus dalam peningkatan kualitas kesehatan
ternak dan menjaga keamanan kelompok ternak
sapi Sikatutui
Tabel 11. menjukan bahwa peran kelembagan sangat mempengaruhi tingat
pengatahuan para masyarakat khususnya peternak sapi Sikatutui dalam melakukan
ternak sapi secara baik dan benar, selain itu membantu meningkatkan
perekonomian khususnya pendapatan peternak sapi Sikatutui yan berada di Desa
Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar itu sendiri.
5.3 Pembahasan
5.3.1 Peran Kelompok Ternak Sapi Sikatutui
Berdasarkan hasil wawancara beberapa informan peternak sapi Sikatutui
di Desa Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar itu
sendiri, peran kelompok ternak sapi Sikatutui terhadap pengembangan usaha
ternak sapi adalah sebagai berikut :
1. Peran sebagai kelompok, yaitu tingkat peran yang dilakukan oleh kelompok
dalam memfasilitasi anggotanya untuk meningkatkan pengetahuan, Peran
kelompok memiliki hubungan yang positif atau searah dengan keberdayaan
peternak sapi potong. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat berkembangnya
potensi peternak, baik dalam perannya sebagai manajer dan sebagai pemelihara
ternak tidak dapat dilepaskan dari berperannya kelompok sebagai kelas belajar,
unit produksi, unit usaha dan wadah kerjasama anggota. Untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan dari peternak adapun kegiatan-kegiatan
yang dilakukan sebagai berikut:
a. Pertemuan berkala dan berkelanjutan
kelompok ternak sapi Sikatutui memiliki kegiatan rutin setiap satu
bulan sekali, tepatnya setiap tanggal 30. Pertemuan merupakan kegiatan
berkelanjutan yang diadakan setiap bulan. Pihak-pihak yang turut hadir
dalam pertemuan rutin setiap bulan tersebut meliputi ketua kelompok tani,
pengurus dan anggota.
Biasanya pada saat pertemuan rutin semua anggota. Agenda rutin
pertemuan ini semua anggota terkadang juga tidak semua hadir dalam
pertemuan, dalam pertemua dengan pembahasan seputar kelompok ternak
sapi Sikatutui misalnya masalah simpan pinjam, diskusi mengenai
pengembangan kelompok, diskusi mengenai usaha kelompok dan
Pertemuan ini sangat bermanfaat karena dari pertemuan yang dilakukan
sekali dalam sebulan anggota kelompok ternak sapi Sikatutui dapat
mempererat hubungan silaturahmi antar sesama anggota. Hal ini dapat
berjalan secara berkelanjutan, karena selama satu sampai tiga tahun terakhir
kelompok telah biasa melakukan pertemuan rutinan. Dengan pertemuan
rutin tersebut memungkinkan para peternak anggota kelompok saling
bertukar pikiran dan informasi, yang difasilitasi pula oleh kehadiran
penyuluh atau inseminator.
b. Fasilitasi komunikasi dengan sumber informasi
Suatu Kelompok atau arganisasi yang dibutukan adalah sebuah
komunikasih yang cukup bagus, hal ini yang di kembangkan dalam
kelompok ternak sapi sikatutui dalam menjalankan peran sebagai kelompok
terhadap setiap anggotanya.Selain itu Kelompok ternak sikatutui selelu
memberikan informasi-informasi terbaru terhadap anggotanya. Selain itu
kelompok ternak sapi sikatutui.
c. Penyelenggaaan pelatihan.
Dalam setiap kelompok ternak sapi sikatutui Selalu Memberikan
pelatihan-pelatihan pengembangan kemampuan berternak dengan baik dan
benar. Seperti cara pembuatan pakan ternak yang benar dan baik dan
terkadang memanggil dinas terkait membantu para anggota dalam
melakukan peternakan.
2. Peran sebagai unit produksi, yaitu tingkat peran yang dilakukan oleh kelompok
dalam mendorong tercapainya skala usaha yang efisien yakni berikut:
Peran kelompok sebagai unit produksi menggambarkan fungsi
kelompok di dalam mendorong pencapaian skala ekonomi yang efisien dalam
memproduksi hasil usaha dari anggota. Hal yang mendukung berjalannya
kelompok sebagai unit produksi adalah: (1) kelompok telah dapat memfasilitasi
di dalam perencanaan pola usaha, dan (2) kelompok telah dapat memfasilitasi
dalam penyusunan rencana penyediaan faktor-faktor produksi.
Kelompok peternak telah pula membantu para anggotanya di dalam
perencanaan penyediaan fakto-faktor produksi seperti pengaturan penyediaan
hijauan, membantu di dalam penyediaan sapi bakalan, dan kebutuhan pakan
konsentrat. Saat ini, kelompok peternak telah memiliki kebun rumput sendiri
sesuai dengan wilayah desanya masing masing. Kelompok peternak melalui
seksi sarana produksi, biasanya pula terlibat di dalam menginventarisir jumlah
kebutuhan pakan konsentrat, yang sekaligus melakukan pemesanannya. Aspek
lainnya yang berhubungan dengan peran kelompok sebagai unit produksi
adalah fasilitasi kelompok dalam aspek zooteknik.
Walaupun peran kelompok dalam hal ini belum optimal, namun
kelompok peternak umurnya telah cukup memfasilitasi peternak yang menjadi
anggotanya untuk dapat melaksanakan pemeliharaan sapi potong dengan baik.
Dari lima kelompok yang ada, empat kelompok keadaan kandangnya sudah
berupa koloni. Sapi-sapi anggota disatukan di dalam suatu kawasan kandang.
Dengan cara demikian diharapkan para peternak akan saling melihat atau
memperhatikan sapi yang baik pemeliharaannya, sehingga akan mendorong
keberhasilan peternak dalam berusaha sapi potongnya
a. Fasilitasi kelompok dalam merencanakan pola usaha
Perencanaan pola usaha sesuai dengan tujuan kelompok untuk
menambah pendapatan kelompok atau anggota itu sendiri. Oleh karenanya,
pola usaha yang dikembangkan adalah usaha jual beli sapi. Hal ini cukup
beralasan, karena dukungan pemerintah setempat atau di wilayah tersebut
cukup memadai. Di samping ketersediaan hijauan di wilayah tersebut cukup
melimpah.
b. Fasilitasi dalam penyusunan rencana penyediaan input produksi
Dalam sebuah kelompok ternak itu harus mempunyai rencana dalam
penyediaan input produksi, dikerenakan agar kelompo ternak tersebut tidak
memikirkan input produksinya lagi. Jadi kelompok ternak sapi Sikatutui telah
merencanakan penyediaan input produksi dengan cukup baik, namun belum
sempurna sesuai yang diharapkan, tetapi kelompok ternak sapi Sikatutui
selalu berusaha memperbaiki kekurangan ada dalam kelompok ternak sapi
Sikatutui itu sendiri.
3. Peran terhadap unit usaha, yaitu tingkat peran yang dilakukan kelompok dalam
mencari dan memanfaatkan peluang untuk berhasilnya usaha ternak anggota.
yakni dengan sebagai berikut:
a. Fasilitasi permodalan
Setiap kelompok ternak terkadang mempunyai kendalah seperti di
permodalan, namun setiap kelompok ternak sapi Sikatutui memiliki
permodalan sendiri yang di kelola oleh kelompok ternak sapi Sikatutui itu
sendiri jadi apa bila ada anggota kelompok ternak sapi Sikatutui yang
mempunyai masalah terhadap modal untuk melakukan ternak maka dapat di
modali oleh kelompoknya khususnya kelompok ternak sapi Sikatutui.
b. Fasilitasi pemasaran
Peran sebuah kelompok yaitu menyediakan sarana pemasaran terhadap
setiap anggota kelompoknya. kelompok ternak sapi Sikatutui telah memiliki
sarana pemasaran, jadi masalah pemasaran hasil ternak setiap anggota tidak
menjadi kendala dalam untuk memasarkan hasil ternaknya. Ada pun tempat
pemasaran kadang keluar daerah atau di diwilayah sekitar tempat peternakan
sendiri.
4. Peran sebagai wahana kerjasama, yaitu tingkat peran yang dilakukan
kelompok dalam mendorong kerjasama antar anggota dan di luar kelompok
yakni sebagai berikut:
a. Kerjasama pengelolaan kelompok
Kerjasama dengan kelompok ternak lain cukup baik dikerenakan
hubungan antar anggota kelompok ternak itu sangat baik jadi masalah
pengelolaan kerjasama dengan kelompok lain sangatlah baik khususnya
kelompok ternak sapi Sikatuti.
b. Kerjasama permodalan
Kerjasama di dalam pengelolaan cukup berjalan, walaupun peran
ketua kelompok masih dominan. Kerjasama permodalan yang berkembang
antara lain kegiatan penyisihan hasil penjualan sapi. Dari sebesar harga setiap
sapi yang terjual, setelah dikurangi biaya pokok, maka sebesar 70% persen
diberikan kepada peternak. Sisanya sebesar 30% persen dikembalikan ke
kelompok dengan alokasi proporsi dananya masing-masing 20 persen untuk
sarana pengembangan di kelompok, 5 persen biaya operasional, dan 5 persen
untuk kas kelompok. c. Kerjasama dengan pihak luar.
Peran kelompok sebagai wahana kerjasama yaitu kelompok dapat
berfungsi sebagai wahana kerjasama diantara sesama anggota, kerjasama
dengan kelompok dan atau pihak lain sehingga produktivitas kelompok dan
masing-masing anggota meningkat. Ada tiga aspek di dalam melihat peran
ini, yaitu kerjasama dengan pihak luar. Kerjasama yang muncul lebih
banyak, karena pengaruh faktor luar, yaitu akibat adanya program
pembangunan dari pemerintah. Kerjasama yang inisatifnya langsung dari
kelompok belum berkembang. Hanya satu kelompok, yang sudah pernah
melaksanakan kerjasama dengan pihak non pemerintah, yaitu di dalam
kegiatan pemasaran hasil, dan kegiatan penggemukkan sapi. Kegiatan
inisekarang sudah tidak berlangsung lagi, karena usaha ternak diarahkan
sebagai usaha pembibitan.
5.3.2 Kendala yang di Hadapi Dalam Kelompok Ternak Sapi Sikatutui
Berdasarkan hasil wawancara kepada informan kelompok peternak sapi
Sikatuti, memiliki beberapa kendala yang di hadapi para anggota kelompok ternak
sapi Sikatutui di Desa Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara,
Kabupaten Takalar, adalah sebagai berikut:
1. Musim kemarau
Pada saat musim kemarau para peternak sapi sikatutui sangat
kewalahan karena pada saat musim kemarau pakan hijau bagi ternak menjadi
langka sehingga para peternak keluar dari daerahnya menuju daerah yang
masih tersedia pakan ternak hijau seperti disekitar daerah kecamatan galesong
dan sekitarnya. Selain itu kendala yang dihadapi pada saat musim kemarau
sumur dan sungai kering sehingga kebutuhan air terbatas dan para peternak
kawalahan mencari air untuk ternak mereka.
2. Kesehatan ternak
Kesehatan ternak adalah salah satu hal yang sangat penting dalam
peternakan. kendala kesehatan yang di hadapi para anggota kelompok
peternak sapi sikatutui yaitu: cacingan yang menyebabkan hewan ternak
nafsu makannya menurun, perut buncit, lemah, pucat pada selaput lendir mata
dan mencret.
3. Kandang
Kandang adalah salah satu tempat hewan ternak di simpan dan dipelihara,
selain itu kandang juga sebagai tempat berkembangbiaknya hewan ternak.
Dari hasil penelitian kandang peternak sapi sikatutui masih banyak belum
layak dipakai karena tempatnya yang terbuka dan hanya memakai alat dan
bahan seadanya sehingga ternak sapi di Desa Balangtanaya mudah terserang
penyakit dan keamanan hewan ternak terancam oleh pencuri.
Berdasarkan hasil wawancara beberapa informan dapat disimpulkan
bahwa setiap anggota kelompok ternak sikatutui masih banyak menemui
berbagai kendala-kendala yang dihadapi terutama pada seksi bagian
kesehatan hewan, pakan hujau, sumber air, masalah kandang dalam hal ini
perlunya perhatian pemerintah untuk memfasilitasi kelompok ternak Sikatutui
tentang mengadakan kunjungan berkala para penyuluh untuk meninjau
langsung kondisi kesehatan ternak sapi Sikatutui dan kendala-kendala yang
dihadapi para peternak.
5.3.3 Peran Kelompok Ternak Sapi Sikatuti
Peran kelompok peternak dalam aspek teknologi produksi, kelompok
peternak Sikatutui mampu menerapkan catur usaha dengan pemilihan bibit
bermutu, perbaikan mutu pakan dan teknik pemeliharaan serta peningkatan
kualitas kesehatan ternak. Dalam aspek sosial-ekonomi kelompok peternak
berperan untuk memperkuat kelembagaan dan jaringan pemasaran. Kelompok
ternak Sikatutui ini juga merencenakan usaha untuk mengembangkan usaha
ternak sapi, salah satunya dengan cara melakukan penerapan teknologi.
Peran kelompok ternak Sikatutui terhadap unit produksi yaitu memperoleh
modal mempunyai kepentingan yang sangat tinggi namun kenyataan kinerja
sangat rendah. Modal merupakan salah satu faktor penting dalam usaha ternak
sapi. Usaha ternak sapi tidak hanya terkait dengan kepemilikan di tingkat
kelompok, melainkan memerlukan keterlibatan peran dari semua pihak yang
terkait, mulai dari pelaku usaha (mitra usaha, koperasi/lokal champion, kelompok
peternak), pemerintah daerah selaku pengambil kebijakan, termasuk peran
perbankan dalam penyediaan pembiayaan. Pengalaman membuktikan, bahwa
membangun kemitraan usaha kecil dengan mitra usaha (menengah/besar)
bukanlah hal yang mudah dilakukan dan memerlukan upaya terus-menerus agar
dapat berkembang sesuai harapan..
Sedangkan peran kelompok ternak dalam bentuk kerjasama terhadap usaha
pengembangan ternak sapi adalah beberapa orang dijadikan kelompok menjadi
Kelompok ternak sapi Sikatutui yang dibentuk secara diskusi dan berdasarkan
keahlian yang dimiliki masing-masing. Dibentuknya kelompok ternak Sikatutui
ini sebagai wadah kerjasama untuk meningkatkan mutu kualitas pengembangan
usaha ternak sapi di Kabupaten Takalar, khususnya di Desa Balangtanaya
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam peneitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kendala yang dihadapi kelompok ternak Sapi Sikatutui yang paling
mendominan yaitu masih kurangnya fasilitas dan prasarana kelompok ternak
Sikatutui, sehingga pengembangan usaha ternak sapi Sikatutui di Desa
Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar ini masih
jauh dibawah rata-rata. Untuk itu perlu adanya tambahan berbagai peralatan
dan kebutuhan lainnya.
2. Peran Kelompok Ternak Sikatutui dinilai sangat membantu dalam upaya
pengembangan usaha di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara
Kabupaten Takalar.
6.2 Saran
Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Peternak sebaiknya harus mengetahui tentang penyakit yang menyerang hewan
ternak sehingga manpu mengantisipasi penyakit-penyakit tersebut.
2. Peternak harus memperhatikan keadaan kandang agar kesehatan dan tingkat
keamanan hewan ternak lebih baik dan dapat menghasilkan hewan ternak yang
berkualitas.
.
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah. 2015. Metode Penelitian Manjemen. Bayumedia Publshing Malang.
Anggraini, W. 2003. Analisis Usaha Peternakan Sapi Potong Rakyat Berdasarkan
Biaya Produksi dan Tingkat Pendapatan Peternakan Munurut Skala
Usaha (Kasus di Kecamatan Were Kabupaten Bima Nusa Tenggara
Barat). Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Arikunto. 2000. Prosedur penelitan suatu pendekatan praktek edisi V. Jakarta.
Rineka cipta.
Ayu Mahdalia. 2012. Kontribusi Curahan Waktu Kerja Perempuan Terhadap
Total Curahan Waktu Kerja Pada Usaha Peternakan Sapi Potong Di
Perdesaan. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.
Darmono, 1993. Tata Laksana Usaha Sapi Kreman. Penerbit Kanisisus,
Yogyakarta..
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2010.
Ekowati T. 2012. Analisis Usaha Ternak Sapi Potong dan Optimalisasi Usaha
Peternakan Berbasi Sistem Agribisnis di Jawa Tengah. [Disertasi]
Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
Ilham. 2015. Analisis Kelayakan Usaha Bibit Durian Otong. Skripsi. Fakultas
Pertanian, Universitas Islam Makassar.
M Wahyu N. 2017. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Ternak Sapi.
Pendidikan Luar Sekolah. Yogyakarta.
Mauludin dkk. 2012. Peran Kelompok Dalam Mengembangkan Keberdayaan
Peternak Sapi Potong. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran.
Bandung
Mersyah, R. 2005. Desain Sistem Budidaya Sapi Potong Berkelanjutan Untuk
Mendukung Pelaksanaan Otonoomi Daerah di Kabupaten Bengkulu
Selatan. Disetasi, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Mirnatul. Q dkk. 2017. Tingkat Pendapatan Peternak Sapi Potong Pada Skala
Usaha Yang Berbeda. Departemen Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas
Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Mubyarto. 1991. Pengantar Eonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.
Muhlis A. 2007. Peran Kelompok Peternak dan Prospek Usaha Penggemukan
Sapi Potong. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Magelang, Jawa Tengah.
Parakassi, A., 1998. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Ul- Press,
Jakarta.
Priwirokusum, Y . B., 1991. Ilmu Usahatani. BPFE, Yogyakarta.
Putri Resicha. 2016. Peran Penyuluh Pertanian Dalam Pengembangan Kelompok
Ternak. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang. Padang.
Rary AR, 2017. Kelembagaan Pada Kelompok Peternak Sapi Potong. Skripsi.
Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin. Makassar.
Roesalli, W ., B.T. Eddy, A Murthado. 2005. Upaya Pengembangan Usaha Sapi
Potong Melalui Intinitas Agribisnis “corporate farm- ing” di Kabupaten.
Sofyan Amir. 2017. Potensi Pengembangan usaha ternak Sapi Potong. Skripsi.
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin.
Makassar.
Sri Rahayu dkk. 2019. Studi Identifikasi Ketahanan Pangan dan Preferensi
Konsumen Terhadap Konsumsi Bahan Pangan Pokok Daging.
Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta.
Sugeng, Y.B. 1992. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sugeng. Y.B. 2000. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sugeng. Y.B. 2006. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suryana. 2009. Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Beroritasi Agribisnis
Dengan Pola Kemitraan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Kalimatan Selatan.
Tri Wulandari. 2019. Peran Kelompok Ternak Dalam Meningkatkan Pendapatan
Petani Kakao Di Kabupaten Lampung Timur Menurut Perspektif
Ekonomi Islam. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas
Islam Negeri Raden Intan. Lampung.
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1. Kuisener Penelitian Peran Kelompok Peternak Dalam Pengembangan
Ternak Sapi (Studi Kasus Pada Kelompok Ternak Sikatutui Di Desa
Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Jenis Kelamin : L / P
3. Umur :
4. Alamat Rumah :
5. Status : Menikah / Belum Menikah
6. Pendidikan Terakhir :
7. Pekerjaan Lain :
8. Jumlah Tanggungan :
9. Lama Berusaha Tani Ternak :
10. Lama berternak :
1. Peran Kelompok Tani
a. Apakah ada pertemuan berkali dalam berkelanjutan
bera kali ?
b. Adakah pelatihan kepemimpinan
Bagaimn bentuk pelatihannya ?
c. Apakah ada di fasilitasi oleh kelompok dalam melakukan kombinasi ?
d. Apakah kelompok sebagai penyelenggara pelatihan ?
2. Peran Kelompok Ternak Sebagai Unit Produksi
a. Apakah kelompok merencanakan dalam melakukan usaha, bagaimana
bentuknya ?
b. Apaka kelompok menyelengarakan output produksi bagaiman caranya ?
c. Apakah kelompok memfasilitasi penerapan teknologi ?
3. Peran Kelompok Terhadap Unit Produksi :
a. Apakah kelompok memfasilitasi input produksi bagaimna caranya ?
b. Apakah kelompok memfasilitasi permodalan bagaimna caranya ?
c. Apakah kelompok memfasilitasi pemesaran produksi bagaiman caranya ?
4. Peran Kelompok Dalam Kerja Sama :
a. Apakah kelompok dijadikan sebagai wadah kerja sama bagaimn
membentuknya ?
b. Apakah kelompok sebagai penyediaan konflik anggota ?
5. Apaka Usaha Bapak Berkembang
a. Bagaiman perkembangnya ?
Lampiran 2. Lokasi penelitian Peternak Sapi di Desa Balangtanaya Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
Lampiran 3. Identitas Informan Peternak Sapi di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng
Utara Kabupaten Takalar
No Nama Responden
Jumlah
Ternak
(Ekor)
Umur Tingkat
Pendidikan
Tangangungan
Keluarga
(Jiwa)
Lama
Berusahatani
(Tahun)
1 Saparuddin Dg Bani 5 55 SMP 2 5
2 T. Dg Nassa 7 45 SMP 4 8
3 Saparuddin Dg Maro 4 50 SMP 1 7
4 Muh. Arif Dg Mangka 5 45 SMA 4 10
5 Lassa Dg Lalla 4 45 SMA 3 5
6 Mahmud Dg Sarro 6 44 SMA 2 15
7 Suriati Dg Kamma 4 43 SMP 3 9
8 Hamirullah Saputra 5 44 SMA 2 10
Jumlah 40 371
21 69
Rata-rata 5 46
3 9
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian di Desa Balangtanaya Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
Gambar 1. Tinjauan lokasi
Gambar2. Proses wawancara dengan informan Peternak Sapi
Gambar 3. Kandang ternak Sapi
Gambar 4. Staf desa balangtanaya
RIWAYAT HIDUP
SULFIANA. M Lahir di Takalar Kecamatan Pattallassang
Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Pada Tanggal 11
September 1997. Anak tiga bersaudara, dari pasangan abdul
Rahman. M dan Nurwahida. M.
Penulis mulai memasuki pendidikan SD Inpres Pari’risi pada
tahun 2003 dan tamat 2009. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 2 Takalar dan tamat
tahun 2012, kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan lanjutan atas pada
tahun 2012 di SMA Negeri 2 Takalar dan tamat tahun 2015. Diterima di jurusan
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar Program
Strata Satu (S1) pada tahun 2015.
Penulis juga pernah melakukan kegiatan Magang di PTPN Pabrik Gula
Takalar Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar pada tahun 2018
selama 40 hari dan Penulis juga pernah Mengikuti kegiatan KKP (Kuliah Kerja
Profesi) di Desa Tellumpanua, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru selama
kurang lebih 2 bulan.
Tugas terakhir dalam pendidikan perguruan tinggi diselesaikan dengan
menulis skripsi yang berjudul “Peran Kelompok Peternak Dalam Pengembangan
Usaha Ternak Sapi (Studi Kasus Pada Kelompok Ternak Sikatutui di Desa
Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar)”