Peran Kapital Simbolik dalam Westernisasi Arsitektur Kota ...
Transcript of Peran Kapital Simbolik dalam Westernisasi Arsitektur Kota ...
1
Peran Kapital Simbolik dalam Westernisasi Arsitektur Kota Sankt
Peterburg oleh Pyotr Velikiy/Peter Agung (1672-1725)
Annisatul Laili Rachmawati, Mina Elfira
Program Studi Rusia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia (UI), Depok, 16424, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Artikel ini membahas peran kapital simbolik dalam westernisasi arsitektur Sankt Peterburg oleh Pyotr
Velikiy/Peter Agung (1672-1725) menggunakan metode deskriptif-analitis dan dianalisis menggunakan teori
kapital simbolik. Hasil penelitian menunjukkan westernisasi oleh Pyotr Velikiy tidak hanya membawa pengaruh
dalam bidang politik, ekonomi, militer, dan sosial, tetapi juga membawa pengaruh pada fisik Rusia yakni dalam
bidang arsitektur yang diterapkan di Sankt Peterburg. Sehingga Pyotr Velikiy mendapat kapital simboliknya
yakni mampu menjadikan Rusia sebagai negara maju, modern, beradab, dan mampu bersaing dengan negara-
negara di Eropa Barat.
The Role of Symbolic Capital in Westernization at Sankt Peterburg Architecture by
Pyotr Velikiy/Peter The Great (1672-1725)
Abstract
This article discussed about the role of symbolic capital in westernization at Sankt Peterburg architecture by
Pyotr Veliky/Peter the Great (1672-1725) using an analytical descriptive method and analyzed using theory of
symbolic capital. The outcome of this research shows that westernization by Pyotr Velikiy is not only brings
influence in political, economic, military, and social, but also brings influence in Russia physically in the field
of architecture which implemented in Sankt Peterburg. So Pyotr Velikiy got symbolic capital that is capable of
making Russia as a modern, developed, civilized country and able to compete with other countries in Western
Europe.
Keywords: Architecture; Pyotr Velikiy; Simbolic Capital; Sankt Peterburg; Westernization
Pendahuluan
Pada dasarnya, manusia membutuhkan sebuah bangunan untuk berteduh dan melindungi
dirinya dari perubahan cuaca. Seiring berjalannya waktu, bangunan dibuat tidak hanya
berdasarkan fungsinya, tapi juga dinilai dari keindahannya, hasil karya manusia inilah yang
disebut arsitektur. Arsitektur menurut Marcus Vitruvius Pollio, memiliki tiga pondasi dasar
yakni firmitas, utilitas, dan venusitas yang berarti sebuah bangunan harus kokoh, fungsional,
dan indah (Pollio, AD 82 dalam Palmer, 2008:279). Auguste Perret lebih lanjut menjelaskan
bahwa arsitektur adalah seni mengorganisasikan ruang (Perret, 1903 dalam Palmer,
2008:209).
Peran kapital..., Annisatul Laili Rachmawati, FIB UI, 2013
2
Dalam sejarah Kekaisaran Rusia figur pemimpin dan kepercayaan yang dianut sangat
berdampak pada perkembangan arsitektur. Hal tersebut terlihat pada masa Kepangeranan
Vladimir I (980-1015) di Kiev. Pada tahun 988 dibawah kepemimpinannya, Rusia
mengadopsi kepercayaan Kristen Ortodoks Yunani (Fahrurodji, 2005:39). Keputusan tersebut
membuat arsiterktur di Rusia dipengaruhi budaya dari Imperium Bizantium dan
Konstantinopel yang merupakan pusat dari kepercayaan Kristen Ortodoks Yunani. Hal inilah
yang membuat fisik kota-kota di Rusia terlihat berbeda dari kota-kota lainnya di Eropa
karena terhindar dari segala pengaruh Katolik Roma yang merupakan inti budaya Eropa.
Pada masa Kepangeranan Ivan III Agung (1440-1505) perkembangan arsitektur juga kian
terlihat. Ia mendatangkan arsitek dari Italia untuk membangun negaranya yang sempat mati
dan tertutup dari renaisans karena gempuran bangsa Mongol. Kemegahan kota tersebut
terlihat dengan dibangunnya Kremlin, yakni sebuah benteng dengan dinding batu bata merah
yang memiliki ketinggian 65 kaki, ketebalan 20 kaki dan luas lebih dari 7.000 kaki yang
dirancang untuk menahan serangan artileri atau meriam. Bangunan yang mencolok dan
memperlihatkan kemegahan dari Kremlin adalah Katedral Asumsi, yakni sebuah gereja
Ortodoks di Kremlin yang memiliki lima kubah emas dan empat atap pelana yang dirancang
oleh arsitek terkemuka dari Italia, Aristotle Fieravanti (Kort, 2008:29-30).
Kremlin di Moskow
(Sumber: http://russiantraveling.com/2013/02/a-look-at-moscows-jewel-the-kremlin-part-1-the-exterior/ diunduh
pada 15 Maret pukul 10.30 WIB)
Perubahan besar pada gaya arsitektur terjadi pada masa Tsar Pyotr I Velikiy, atau dalam
bahasa Indonesia disebut Peter I Agung (1672-1725) di kota yang ia bangun, Sankt
Peterburg. Berbeda dengan pemimpin-pemimpin Rusia sebelumnya, Pyotr Velikiy sangat
tertarik dengan segala sesuatu yang ia pelajari tentang Eropa Barat (Ritchie, 1979:39). Pyotr
Peran kapital..., Annisatul Laili Rachmawati, FIB UI, 2013
3
Velikiy sangat menyadari ketertinggalan Rusia dibanding negara Eropa lainnya, sehingga ia
bertujuan untuk melakukan perdagangan lebih banyak dengan Barat.
Agar sejajar dengan negara Eropa lainnya, Pyotr Velikiy mengadopsi cara Eropa Barat dalam
reformasi segala bidang di Rusia termasuk dalam pembangunan arsitekturnya, hal inilah yang
biasa disebut westernisasi. Secara historis makna modernitas mengacu pada transformasi
sosial, politik, ekonomi, budaya, dan mental masyarakat di Eropa Barat sejak abad ke-16
hingga mencapai puncaknya pada abad ke-19 dan ke-20 (Sztompka, 2008:149). Dilihat dari
makna modernitas tersebut, westernisasi merupakan suatu istilah yang berkembang seiring
terjadinya modernisasi di Barat. Dalam hal ini, arsitektur yang diterapkan oleh Pyotr Velikiy
merupakan suatu upaya pembentukan identitas nasional Rusia yang baru.
Westernisasi arsitektur merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh Pyotr Velikiy untuk
memajukan Rusia. Upaya tersebut dilakukan agar Rusia mendapat pengakuan dari ranah
internasional sebagai negara yang maju, modern dan setara dengan negara-negara di Eropa
Barat, pengakuan inilah yang disebut sebagai kapital simbolik oleh Pierre Bourdieu. Oleh
karena itu, penulis berhipotesa bahwa westernisasi yang dilakukan oleh Pyotr Velikiy tidak
hanya membawa pengaruh dalam bidang politik, ekonomi, militer, dan sosial, tetapi juga
membawa pengaruh pada fisik Rusia yakni dalam bidang arsitektur yang diterapkan di kota
Sankt Peterburg. Hal ini merupakan representasi dari kapital simbolik Pyotr Velikiy.
Dalam penelitian ini permasalahan yang diangkat penulis adalah apakah terdapat peran
kapital simbolik dalam westernisasi arsitektur kota Sankt Peterburg oleh Pyotr Velikiy (1672-
1725). Penulis membatasi permasalahan pada westernisasi arsitektur yang dilakukan oleh
Pyotr Velikiy terhadap bangunan-bangunan di Sankt Peterburg pada tahun 1703-1725.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan, menganalisis dan
mengungkapkan bahwa terdapat peran kapital simbolik dalam westernisasi arsitektur kota
Sankt Peterburg oleh Pyotr Velikiy (1672-1725).
Terdapat beberapa penelitian karya mahasiswa Universitas Indonesia yang membahas tentang
Kapital Simbolik dan Pyotr Velikiy yang membantu penulis untuk menambahkan informasi
dalam penelitian ini. Diantaranya skripsi karya Dimas Erwan Atmaja yang berjudul Pengaruh
Habitus dalam Kebijakan Putin di Federasi Rusia (2000-2008) dan Suri Suryani yang
berjudul Pengaruh Perang Utara Raya Terhadap Modernisasi Armada Angkatan Laut Rusia
yang Dilakukan oleh Peter Agung. Akan tetapi, dari semua skripsi tersebut, penulis tidak
melihat adanya pembahasan mengenai peran kapital simbolik dalam westernisasi arsitektur
Peran kapital..., Annisatul Laili Rachmawati, FIB UI, 2013
4
kota Sankt Peterburg oleh Pyotr Velikiy. Hal inilah yang membuat penelitian ini berbeda dan
membuat penulis tertarik untuk mengangkatnya.
Kapital Simbolik
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori Kapital Simbolik oleh Pierre Bourdieu
(1930-2002). Kapital Simbolik menurut Bourdieu (1996:114) merupakan usaha yang
terakumulasi agar memungkinkan seorang pelaku sosial yang memilikinya akan
mendapatkan “sekumpulan sumber daya, pengakuan dan kekuasaan” yang dapat digunakan
untuk berinteraksi. Kapital simbolik juga digunakan untuk menentukan posisi seorang pelaku
sosial yang memilikinya dalam struktur ranah dan menentukan kekuasaan yang dimilikinya.
Sumber daya utama yang tidak hanya dibutuhkan namun juga dihargai oleh orang lain dan
juga untuk bersaing. Kapital menurut Bourdieu ditentukan oleh kehidupan sosial pemiliknya.
Bourdieu membagi kapital menjadi beberapa jenis yaitu kapital ekonomi, kapital sosial dan
kapital budaya yang semua ini merupakan modal untuk mendapatkan kapital simbolik.
1. Kapital Ekonomi
Kapital Ekonomi merupakan kapital yang memiliki nilai materil atau dapat diartikan sebagai
uang atau hak kepemilikan (asset). Kapital ekonomi merupakan kapital yang paling bebas
dan tidak terikat pada ranah apapun, dan kapital ini dapat diwariskan pada orang lain
(Bourdieu, 1986:243). Kapital ekonomi dapat berupa sesuatu yang bersifat materil, seperti
barang tambang, tanah, investasi, dan yang paling banyak digunakan adalah uang. Kapital
ekonomi adalah kapital yang paling banyak di kejar orang namun nyatanya kapital tersebut
tidaklah cukup untuk mendapatkan kapital simbolik. Pada era sekarang ini interaksi yang
dibutuhkan adalah interaksi kekuasaan, maka dari itu pelaku sosial harus memiliki lebih dari
kapital ekonomi untuk mendapatkan kapital simbolik.
2. Kapital Sosial
Kapital Sosial merupakan sekumpulan sumber daya potensial yang dimiliki oleh seorang
pelaku sosial yang memiliki hubungan interaksi dalam sebuah jaringan sosial, terdapat
pengakuan dan dukungan kepada sesama anggota dalam jaringan tersebut (Bourdieu,
1986:51). Kapital sosial bisa diwujudkan dalam bentuk praktis dan dalam bentuk
terlembagakan. Dalam bentuk praktis, kapital sosial diwujudkan seperti pada hubungan yang
tidak terikat seperti pertemanan. Dalam bentuk terlembagakan, kapital sosial dapat
Peran kapital..., Annisatul Laili Rachmawati, FIB UI, 2013
5
diwujudkan dalam bentuk hubungan terikat seperti keluarga, suku, sekolah, partai, atau
organisasi (Bourdieu 1986: 248-50). Kapital sosial mengacu pada keuntungan yang didapat
dalam hubungan-hubungan tersebut, pada era sekarang ini orang lebih banyak mengambil
keuntungan pada hubungan-hubungan yang terlembagakan seperti dalam partai, organisasi,
lembaga pemerintahan, dan sebagainya.
3. Kapital Budaya
Kapital budaya merupakan kapital yang informasional dan berhubungan dengan kualifikasi
pendidikan atau sesuatu yang dapat diwariskan melalui keluarga. Kapital budaya dapat
terbentuk dari latar belakang keluarga, kelas sosial dan pendidikan yang diraih seperti gelar
sajana atau semacamnya. Kapital budaya dibagi menjadi tiga bentuk yaitu bentuk, inmateril,
materil, dan institusional. Bentuk inmateril merupakan sesuatu yang cenderung tetap,
dilakukan berulang-ulang (kebiasaan) dan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
pelaku sosialnya karena terbentuk melalui proses yang panjang (Bourdieu, 1986:47).
Contohnya seperti gaya hidup, kebiasaan dan gaya berbicara. Selanjutnya bentuk materil atau
biasa disebut kekayaan budaya. Contohnya seperti alat musik (gamelan, gong), peralatan
teknologi (televisi, mesin cuci), benda-benda hasil kesenian (patung, lukisan), dan lain
sebagainya. Bentuk yang terakhir adalah bentuk institusional, yang dapat diperoleh melalui
lembaga institusional seperti lembaga pendidikan. Bentuk ini biasanya berupa gelar
pendidikan, sertifikat, ijazah beserta intelektual yang dimilikinya.
4. Kapital Simbolik
Untuk mendapatkan kapital simbolik seorang pelaku sosial harus mendapatkan kapital-
kapital seperti yang telah disebutkan sebelumnya yaitu kapital ekonomi, kapital sosial dan
kapital budaya. Ketiga kapital tersebut dan kapital simbolik merupakan suatu jalan untuk
meraih kekuasaan, pengakuan dan legitimasi dari publik (Bourdieu, 1991:164). Legitimasi
dari publik sangat penting dalam kapital simbolik karena dari situlah pelaku sosial
mendapatkan penghargaan, citra, dan kehormatan yang diinginkannya (Bourdieu, 1984:473).
Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah deskriptif analitis,
yaitu metode yang digunakan untuk meneliti gagasan atau pemikiran manusia yang telah
tertuang dalam bentuk naskah primer maupun sekunder dengan melakukan studi kritis
Peran kapital..., Annisatul Laili Rachmawati, FIB UI, 2013
6
terhadapnya (Suriasumantri, 1985:58). Tahapan metode deskriptif analitis dimulai dengan
cara mengumpulkan data. Data dan informasi yang didapat akan dideskripsikan kemudian
dianalisis. Pada tahap akhir penulis akan membuat kesimpulan dari hasil analisis tersebut.
Metode selanjutnya yaitu metode kepustakaan yaitu dengan melakukan studi pustaka yang
merupakan hasil interpretasi dari sumber-sumber yang berkaitan yang kemudian dianalisis.
Studi pustaka adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data
pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian (Zed, 2004:3).
Sankt Peterburg sebagai Eropa Kecil di Rusia
Pyotr Alekseevich Romanov, yang dikenal sebagai Pyotr I atau Pyotr Velikiy, lahir pada
tanggal 30 Mei 1672 (9 Juni 1672) dari pasangan Tsar Aleksey Mikhailovich (1645-1676)
dengan istri keduanya, Natalya Kirilovna Naryshkina (Massie, 1980:22-23). Di bawah
kepemimpinannya yakni 1682-1725, Rusia mengalami perubahan besar. Ia mengadopsi cara
Barat untuk merubah sistem perekonomian, kemiliteran, kemasyarakatan hingga fisik Rusia
yang ia aplikasikan ke dalam kota yang ia bangun, yakni Sankt Peterburg. Berbeda dengan
Moskow yang dibangun dengan tradisi lama, Sankt Peterburg dibangun dengan segala unsur
Eropa barat yang menjadikannya simbol kejayaan (Lawrence, 1969:162). Sankt Peterburg
tidak hanya berhasil menjadi simbol kejayaan pada masanya tapi juga menjadi salah satu kota
terindah di dunia saat ini (Kort, 2008:xix).
Sankt Peterburg merupakan salah satu kota penting di Rusia karena memiliki sejarah panjang
dalam pembentukannya. Pada tahun 1703, Pyotr Velikiy membangun Sankt Peterburg di
sebuah wilayah yang ia rebut dari Swedia yang terletak di delta Sungai Neva, pantai timur
Teluk Finlandia (Ritchie, 1979:75). Pyotr Velikiy bermaksud untuk membangun Sankt
Peterburg sebagai kota pelabuhan utama Rusia menggantikan Arkhangelsk yang selalu
tertutup es selama Sembilan bulan dalam setahun (Ritchie, 1979:78).
Pyotr Velikiy menginginkan sebuah ibukota baru sebagai simbol keberhasilannya dalam
memodernisasi Rusia (Kort, 2008:54). Oleh karena itu, pada tahun 1712 Pyotr Velikiy
memutuskan menjadikan Sankt Peterburg sebagai ibukota Rusia yang baru dan memindahkan
seluruh lembaga pemerintahannya dari Moskow. Pyotr Velikiy juga meminta warganya di
Moskow untuk pindah dan membangun rumah di Sankt Peterburg. Rumah-rumah dibangun
berdasarkan keuangan dan budak yang mereka miliki, jika mereka memiliki 40 budak, maka
mereka diperintahkan membangun rumah kayu yang sederhana dengan satu lantai, sedangkan
Peran kapital..., Annisatul Laili Rachmawati, FIB UI, 2013
7
mereka yang memiliki 150 hingga 400 budak, maka mereka diharuskan membangun rumah
dua lantai yang terbuat dari batu (Ritchie, 1979:78).
Kota Sankt Peterburg dibangun serupa dengan negara-negara di Eropa Barat. Sankt Peterburg
dibangun pada saat bangunan-bangunan di Eropa Barat sedang didominasi arsitektur bergaya
Barok. Sesuai namanya, Barok menekankan pada gaya yang elegan dan megah (Hrabruei,
2002:22). Untuk menunjukkan Sankt Peterburg yang indah, elegan dan megah, maka Pyotr
Velikiy mempekerjakan arsitek-arsitek tersohor dari Eropa Barat. Arsitek tersebut antara lain
Domenico Trezzini (1670-1734), Andreas Schlüter (1665-1714), Jean Baptiste Le Blond
(1679-1719), Johann Friedrich Braunstein, dan Gottfried Johann Schädel (1680-1752)
(Lieven, 2006:70).
Para arsitek tersebut merancang Sankt Peterburg sesuai selera dan keinginan Pyotr Velikiy.
Mereka merancang Sankt Peterburg dengan arsitektur bergaya Petrine Baroque atau dalam
bahasa Rusia disebut Petrovskoe Barokko. Petrine Baroque merupakan gaya arsitektur
kesukaan Pyotr Velikiy yang memiliki perpaduan antara Barok Italia, Neoklasisisme
Perancis, Rokoko, dan arsitektur sipil Belanda (Petrine, n.d). Beberapa bangunan karya
arsitek yang bergaya Petrine Baroque salah satunya adalah Petropavlovskaya Krepost dan
Petergof. Para arsitek tersebut juga berperan penting dalam perencanaan kota, bangunan dan
taman di Sankt Peterburg.
Selain bangunan, Pyotr Velikiy juga sangat memperhatikan keindahan tanaman di Sankt
Peterburg. Tanaman merupakan suatu hal yang penting bagi sebuah kota, maka dari itu kebun
dan taman di Sankt Peterburg ditanami bunga-bunga dari segala penjuru Rusia (Ritchie,
1979:83). Tidak hanya menggunakan tanaman lokal, Pyotr Velikiy juga mengimpor 5.000
pohon limau dan varietas lainnya seperti pohon ek, kastanye dan maple dari Belanda. Untuk
mendukung usaha pemerintah, Pyotr I juga memerintahkan warganya untuk menanam pohon
maple di pekarangan mereka (Kort, 2008:55).
Semua yang telah Pyotr Velikiy lakukan untuk Sankt Peterburg menjadikan kota ini terlihat
berbeda dengan Moskow dan kota-kota Rusia lainnya. Dengan dihiasi berbagai bunga, kanal,
rumah beratap merah dan jalanan yang selalu bersih membuat Sankt Peterburg lebih terlihat
seperti sebuah kota di Belanda, Pyotr Velikiy sangat menyukai dan bangga dengan kota
barunya sehingga ia menyebutnya sebagai “surga” (Ritchie, 1979:83).
Peran kapital..., Annisatul Laili Rachmawati, FIB UI, 2013
8
Penamaan Kapital Simbolik Dalam Pribadi Pyotr Velikiy
Dalam penelitian ini, penulis menemukan kapital ekonomi, kapital sosial dan kapital budaya
dalam pribadi Pyotr Velikiy yang merupakan modalnya untuk mewujudkan kota barunya,
yakni Sankt Peterburg, yang merupakan simbol keberhasilannya dalam memodernisasi Rusia.
1. Kapital Ekonomi Pyotr Velikiy
Kesadaran Pyotr Velikiy terhadap ketertinggalan Rusia dibanding negara-negara di Eropa
Barat mendorongnya untuk memperbaiki perekonomian di Rusia. Pada masa
kepemimpinannya, terdapat beberapa kebijakan dalam memperbaiki perekonomian Rusia,
salah satunya ialah menciptakan perindustrian dan membangun lebih dari seratus manufaktur.
Pabrik-pabrik yang sebelumnya hanya menghasilkan barang kebutuhan sehari-hari seperti
kertas dan gelas, kini dapat menghasilkan barang-barang mewah seperti beludru, sutra dan
kristal. Pyotr Velikiy juga sudah dapat menyediakan perlengkapan pasukan militernya seperti
senjata, amunisi, seragam dan kebutuhan lainnya (Ritchie, 1973:72-73). Inilah yang dijadikan
kapital ekonomi Pyotr Velikiy dalam memajukan Rusia.
Kapital ekonomi yang Pyotr Velikiy dapatkan, mendorongnya untuk ikut dalam perdagangan
dunia khususnya dengan negara-negara di Eropa Barat. Melihat betapa pentingnya akses laut
dalam perdagangan dunia, maka ia membuat kota pelabuhan baru untuk menunjang
perekonomian dan perdagangan negara. Kota pelabuhan baru tersebut ialah Sankt Peterburg.
Lokasinya yang strategis yakni terletak di semenanjung teluk Finlandia, akan memudahkan
aktivitas perdagangan Rusia ke negara-negara Eropa Barat melalui Laut Baltik. Sankt
Peterburg yang dijadikan kota pelabuhan saat itu, dibangun dengan segala unsur budaya
Eropa Barat terutama dalam arsitekturnya. Hal ini membuat para saudagar yang berlabuh
melihat Rusia yang maju dan modern seperti negara-negara di Eropa Barat.
Pyotr Velikiy berhasil dalam memajukan perekonomian Rusia. Dengan segala kebijakannya,
ia mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dan juga turut bersaing dalam perdagangan
dunia. Kapital ekonomi yang Pyotr Velikiy miliki digunakan sebagai modal untuk
menciptakan kota Sankt Peterburg dengan arsitekturnya yang bergaya Eropa Barat. Kapital
ekonomi dalam dirinya tersebut secara tidak langsung membentuk kapital sosial dalam
dirinya. Kemajuan perekonomian Rusia dan dibangunnya Sankt Peterburg dengan
arsitekturnya yang bergaya Eropa Barat secara otomatis mengangkat nama Rusia di kancah
internasional. Sehingga negara-negara di sekitarnya mengakui bahwa Rusia merupakan
Peran kapital..., Annisatul Laili Rachmawati, FIB UI, 2013
9
negara yang modern dengan perekonomiannya yang maju dan mampu bersaing dengan
negara-negara di Eropa Barat.
2. Kapital Sosial Pyotr Velikiy
Dalam hal ini, kapital sosial berbentuk terlembagakan dalam diri Pyotr Velikiy diwujudkan
dalam bentuk hubungan terikatnya dengan keluarga. Ia memiliki garis keturunan langsung
atau putra dari Tsar Rusia lahir dan tumbuh besar dalam lingkungan kerajaan. Sedari kecil ia
mendapat pengetahuan dan budaya yang terpengaruh dari Eropa Barat, terutama dari Ibunya,
Natalya. Natalya dibesarkan oleh keluarga Metveev dimana kehidupan sehari-harinya
mengikuti kehidupan masyarakat dan budaya Eropa Barat. Sehingga hal tersebut berdampak
pada kehidupan Pyotr Velikiy yang tertarik dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan
Eropa Barat.
Selain kapital sosial berbentuk terlembagakan, terdapat pula kapital sosial berbentuk praktis
dalam diri Pyotr Velikiy yang diwujudkan dalam bentuk pertemanan. Saat Sophia, kakak tiri
Pyotr Velikiy, memegang kekuasaan di istana, Pyotr Velikiy bersama ibunya memutuskan
untuk menjauh dari istana dan menetap di sebuah villa di desa Preobrazhenskoe di pinggir
sungai Yauza. Di sinilah ia mendapatkan kapital sosialnya yang diwujudkan dalam hubungan
pertemanannya di German Quarter1. Awalnya ia pergi ke German Quarter untuk mecari
orang-orang ahli dari Eropa untuk dijadikan guru dan mengajarkannya ilmu kemiliteran dan
perkapalan. Sahabatnya yang tinggal di German Quarter antara lain Patrick Gordon, tentara
asal Skotlandia, dan Franz Lefort, tentara asal Swiss. Kedekatan Pyotr Velikiy dengan
masyarakat di German Quarter membuatnya mendapatkan pengetahuan tentang Eropa Barat
serta mengikuti budayanya.
Selain hubungan pertemanan Pyotr Velikiy dengan masyarakat di German Quarter, kapital
sosial berbentuk praktis juga diwujudkan dalam hubungannya dengan arsitek-arsitek dari
Eropa Barat. Pada masa kepemipinannya, Pyotr Velikiy mempekerjakan arsitek-arsitek dari
Eropa Barat untuk membangun Sankt Peterburg. Arsitek tersebut antara lain Domenico
Trezzini (1670-1734), Andreas Schlüter (1665-1714), Jean Baptiste Le Blond (1679-1719),
Johann Friedrich Braunstein, dan Gottfried Johann Schädel (1680-1752) (Lieven, 2006:70).
Mereka merancang Sankt Peterburg dengan arsitektur bergaya Petrine Baroque yang
1 German Quarter adalah sebuah daerah tempat tinggal orang asing di Moskow. Panamaan kata Jerman disini
dikarenakan masyarakat Rusia menyebut semua orang asing sebagai orang Jerman, namun pada akhir abad ke-
17 mayoritas orang asing disini adalah orang Inggris, Belanda dan Skotlandia yang bekerja sebagai pedagang,
pengrajin, seniman, dokter, atau tentara (Ritchie, 1979:38).
Peran kapital..., Annisatul Laili Rachmawati, FIB UI, 2013
10
memiliki perpaduan antara Barok Italia, Neoklasisisme Perancis, Rokoko, dan arsitektur sipil
Belanda (Petrine, n.d). Hubungan Pyotr Velikiy dengan para arsitek dari Eropa Barat tersebut
membuatnya mendapatkan pengetahuan tentang perkembangan arsitektur di Eropa Barat.
Bourdieu menegaskan bahwa kapital sosial mengacu pada keuntungan dan kesempatan yang
didapatkan seseorang di dalam masyarakat melalui keanggotaannya dalam entitas sosial
tertentu. Dalam hal ini, kapital sosial yang dimiliki Pyotr Velikiy baik berbentuk
terlembagakan yang terwujud dalam hubungannya dengan keluarga maupun praktis yang
terwujud dalam hubungannya dengan kerabat maupun arsitek dari Eropa Barat, merupakan
keuntungan dan modal baginya dalam membangun Sankt Peterburg dengan segala unsur
budaya Eropa Barat yang tertuang di dalamnya. Hal ini digunakan untuk menaikkan strata
dirinya dan negaranya.
3. Kapital Budaya Pyotr Velikiy
Bentuk kapital budaya yang pertama, yakni inmateril, merupakan sesuatu yang dilakukan
berulang-ulang (kebiasaan) dan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pelaku
sosialnya, seperti cara berujar atau gaya hidup (Bourdieu, 1986:47). Dalam hal ini, gaya
hidup Pyotr Velikiy yang mengikuti budaya Barat merupakan kapital budaya inmateril dalam
diri Pyotr Velikiy. Hal tersebut terbentuk akibat pengaruh dari kehidupan keluarga dan
sekelilingnya. Natalya, ibu dari Pyotr Velikiy, dibesarkan oleh keluarga Metveev dimana
kehidupan sehari-harinya mengikuti kehidupan masyarakat dan budaya Eropa Barat. Hal ini
berdampak pula pada kehidupan Pyotr Velikiy yang terpengaruh budaya dari Eropa Barat.
Gaya hidup ala Barat juga Pyotr dapatkan dalam interaksinya dengan masyarakat di German
Quarter, seperti cara berpakaian ala Barat, menghisap tembakau dan meminum brandy.
Bentuk kapital budaya yang kedua, yakni materil atau biasa disebut kekayaan budaya. Kapital
budaya materil ini biasanya berbentuk materi yang dapat dilihat secara kasat mata.
Ketertarikan Pyotr Velikiy dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Eropa Barat
membuatnya memiliki kapital budaya berbentuk materil yang dapat dilihat dari usaha-
usahanya dalam memajukan Rusia dengan membangun infrastruktur bergaya Eropa Barat.
Dimasa kepemimpinannya, Pyotr Velikiy yang terinspirasi dengan bangunan-bangunan yang
ia lihat di Eropa Barat, membuatnya ingin membangun bangunan-bangunan bergaya Eropa
Barat di kota barunya, Sankt Peterburg. Contohnya seperti istana, banteng, gereja dan juga
kapal-kapal militernya. Dengan begitu Pyotr Velikiy dapat menunjukkan bahwa Rusia
merupakan negara yang maju sama seperti negara-negara di Eropa Barat.
Peran kapital..., Annisatul Laili Rachmawati, FIB UI, 2013
11
Bentuk kapital budaya yang ketiga, yakni institusional, yang dapat diperoleh melalui lembaga
institusional seperti lembaga pendidikan. Pada masa kepemimpinan Tsar Feodor, saat Pyotr
Velikiy berumur lima tahun, ia mendapat pendidikan formal dari guru barunya yang bernama
Nikita Zotov. Zotov adalah seorang pegawai yang bekerja di departemen pajak, seorang yang
ramah dan terpelajar yang memahami Alkitab dengan baik. Sebagai guru, Zotov mengajarkan
Pyotr Velikiy membaca, menulis, berdoa, dan alkitab. Dengan buku-buku bergambar, Zotov
menceritakan tentang kota-kota di luar negeri, istana, kapal, senjata, dan lain sebagainya
untuk memenuhi rasa ingin tahu Pyotr Velikiy yang besar (Massie, 1980:21-22).
Kapital budaya yang tertanam dalam diri Pyotr Velikiy, baik yang berbentuk inmateril,
materil maupun institusional, merupakan modal bagi Pyotr Velikiy untuk mewujudkan
membangun kota barunya, yakni Sankt Peterburg. Dibangunnya Sank Peterburg dengan
segala unsur budaya Eropa Barat yang tertuang di dalamnya membuat Pyotr Velikiy
mendapatkan kapital simboliknya yakni mampu menjadikan Rusia sebagai negara yang maju,
modern dan mampu bersaing dengan negara-negara di Eropa Barat.
4. Kapital Simbolik Pyotr Velikiy
Untuk mendapatkan kapital simbolik seorang pelaku sosial harus mendapatkan kapital-
kapital seperti yang telah disebutkan sebelumnya yaitu kapital ekonomi, kapital sosial dan
kapital budaya. Ketiga kapital tersebut dan kapital simbolik merupakan suatu jalan untuk
meraih kekuasaan, pengakuan dan legitimasi dari publik (Bourdieu, 1991:164). Dalam hal
ini, Pyotr Velikiy memiliki ketiga kapital, yakni kapital ekonomi, kapital sosial dan kapital
budaya. Semua kapital yang tertanam dalam diri Pyotr Velikiy dibuktikannya dalam
menciptakan kota barunya, Sankt Peterburg, dengan menerapkan budaya Eropa Barat dalam
arsitekturnya.
Dibangunnya Sankt Peterburg dengan budaya Eropa Barat dalam arsitekturnya membuat
Pyotr Velikiy mendapatkan kapital simboliknya. Kapital simbolik merupakan sesuatu yang
tidak dapat dilihat namun dapat dimiliki dalam bentuk pengakuan dan otoritas dari
masyarakat. Segala bentuk reformasi yang dilakukan Pyotr Velikiy baik dalam bidang politik,
ekonomi, militer, sosial dan budaya tentunya menuai pro dan kontra dari masyarakat. Seperti
yang terlihat dalam kutipan dibawah ini:
A legitimate, complex, and extensive debate has ensued among scholars as to whether objectively Peter
the Great's reforms were radical or gradualist; but subjectively the remarkable tsar was a
revolutionary (Riasanovsky, 1985:7-8).
Peran kapital..., Annisatul Laili Rachmawati, FIB UI, 2013
12
Sebuah perdebatan yang panjang, kompleks dan sah terjadi di antara para sarjana yang melihat secara
objektif apakah reformasi Pyotr Velikiy merupakan sesuatu yang radikal atau gradualis; namun secara
subjektif patut diperhatikan bahwa Tsar adalah seorang revolusioner (Riasanovsky, 1985:7-8).
Dalam kutipan tersebut terlihat bahwa reformasi yang dilakukan Pyotr Velikiy menghasilkan
sebuah pengakuan dari kalangan sarjana bahwa sebagai figur Tsar Pyotr Velikiy merupakan
seorang revolusioner yang berani membawa perubahan pada Rusia. Hal ini dilakukan agar
Rusia dapat sejajar dengan negara-negara di Eropa Barat.
Untuk membangun sebuah kota baru, yakni Sankt Peterburg dengan arsitekturnya yang
bergaya Petrine Baroque, Pyotr Velikiy membutuhkan modal yang besar. Oleh karena itu, ia
mengupayakan memajukan perekonomian Rusia baik dengan dibangunnya industri,
manufaktur dan penarikan pajak perseorangan. Hal tersebut merupakan metode yang ia tiru
dari negara-negara di Eropa Barat, yang sebelumnya belum pernah diterapkan di Rusia.
Dengan usahanya memajukan perekonomian Rusia, Pyotr Velikiy mendapat pengakuan
bahwa ia merupakan seorang raja yang hebat karena mampu membawa perekonomian Rusia
ke arah yang lebih baik. Hal ini terlihat dari kutipan Ivan Pososhkov (1652-1726), yang
merupakan ekonom pertama Rusia pada masa kepemimpinan Pyotr Velikiy:
"The Great Monarch” exercising every effort was pulling uphill with some ten assistants, but millions
were pushing downhill (Riasanovsky, 1985:5).
“Raja yang Agung” berusaha disetiap upaya untuk menaiki tanjakan bersama sepuluh orang asisten,
namun jutaan orang mendorong ke bawah (Riasanovsky, 1985:5).
Berawal dari majunya perekonomian yang akhirnya mampu menghasilkan identitas baru bagi
Rusia. Rusia yang sebelumnya dianggap negara yang terbelakang dengan atributnya yang
dianggap kuno dan barbar berubah menjadi negara yang dapat diperhitungkan. Hal ini terlihat
dari pernyataan Feofan Prokopovich (1681-1736), yang merupakan uskup agung dan
negarawan pada masa kepemimpinan Pyotr Velikiy:
“…those who abhorred us as rude assiduously seek our fraternity; those who dishonored us glorify us;
those who threatened us are afraid and tremble; those who despised us are not ashamed to serve us;
many European crowned heads are not only willing to ally with Peter, our monarch, but do not
consider it dishonorable to give him precedence: they have repealed their opinion, they have repealed
their narratives about us, they have erased their antiquated little stories, they have begun both to speak
and to write about us differently. Russia has raised her head, bright, beautiful, strong, loved by friends,
feared by enemies” (Riasanovsky, 1985:12).
“Mereka yang membenci kita, giat mencari persaudaraan kita; mereka yang menolak kita, memuliakan
kita; mereka yang mengancam kita, takut dan gemetar; mereka yang menghina kita, melayani kita;
Peran kapital..., Annisatul Laili Rachmawati, FIB UI, 2013
13
banyak orang Eropa dinobatkan yang tidak hanya bersedia bersekutu dengan Pyotr, raja kita, tapi juga
memberinya kehormatan: mereka telah mencabut opini mereka, mereka telah menghapus perspektif
kuno tentang kita, mereka mulai berbicara dan menulis tentang kita dengan berbeda. Rusia telah
mengangkat pemimpinnya, cerdas, rupawan, kuat, dicintai oleh kawan dan ditakuti oleh musuh”
(Riasanovsky, 1985:12).
Dari kutipan tersebut dapat diakui bahwa sosok Pyotr Velikiy sangat diagungkan karena
keberhasilannya merubah Rusia secara keseluruhan hingga mampu merubah perspektif
masyarakat Eropa terhadap Rusia menjadi negara yang kuat dan disegani oleh negara-negara
di sekitarnya. Negara-negara di Eropa mulai mulai mengakui kekuatan Rusia dan bersedia
bersekutu terbukti dari pengangkatan Pyotr Velikiy sebagai Komandan armada gabungan
Rusia, Belanda, Denmark dan Inggris (Riasanovsky, 1985:16). Hal tersebut merupakan kerja
keras Pyotr Velikiy hingga pada sebuah kesempatan, pada tanggal 22 Oktober 1721, Kanselir
Negara Gabriel Golovkin memberikan Pyotr Velikiy gelar “Imperator”, “Agung” dan “Bapak
Bangsa” (Riasanovsky, 1985:11-12).
Pyotr Velikiy tidak hanya mendapat pengakuan dari masyarakat di Rusia tapi juga dari
negara-negara di sekitarnya. Pyotr Velikiy melakukan perubahan dalam skala besar dan
kurun waktu yang terbilang singkat pada negaranya. Hal ini diakui oleh filsuf dan negarawan
dari luar Rusia bahwa apa yang dilakukannya merupakan sesuatu yang tidak mudah dan
belum tentu dapat dilakukan juga oleh negara-negara lain, seperti pernyataan Voltaire (1694-
1778), yang merupakan filsuf asal Perancis berikut ini:
Within a few decades Russia steps out of its historical and intellectual nonbeing, provides for itself
rational, harmonious laws and becomes for Western intellectuals a kind of model state, which attracts
the eyes of all the theoreticians in politics and philosophy. The Muscovy of 1700 has transformed itself
into an enlightened empire, into a country of "Light" … the Russians came late and having introduced
in their country the arts already fully perfected, it transpired that they made more progress in fifty
years than any nation had made by itself in five hundred (Riasanovsky, 1985:20).
Dalam beberapa dekade Rusia melangkah keluar dari ketidakberadaan historis dan intelektual,
melengkapi dirinya dengan rasional, hukum yang harmonis dan intelektual Barat sebagai panutan
negara, yang menarik mata seluruh pakar teori dalam politik dan filsafat. Moskow tahun 1700 telah
mengubah dirinya menjadi sebuah imperium yang bersinar dalam sebuah negara yang “bercahaya” …
Belakangan ini orang-orang Rusia datang dan di negara mereka telah diperkenalkan seni yang
sepenuhnya sudah disempurnakan, hal ini membuktikan bahwa Rusia mengalami kemajuan dalam 50
tahun dibanding negara lain yang membutuhkan waktu 500 tahun (Riasanovsky, 1985:20).
Dalam pernyataan tersebut, Voltaire bersama orang-orang Eropa Barat mengakui kemajuan
besar yang terjadi pada Rusia. Rusia yang sebelumnya dianggap negara yang suram berubah
Peran kapital..., Annisatul Laili Rachmawati, FIB UI, 2013
14
menjadi negara yang bersinar. Pyotr Velikiy menerapkan budaya Eropa Barat baik dalam
politik hingga fisik yang ia wujudkan dalam Sankt Peterburg. Sankt Peterburg didominasi
dengan arsitektur dan karya seni Eropa Barat, seperti Barok, yang saat itu dianggap simbol
pencerahan. Setelah Pyotr Velikiy menerapkan budaya Eropa Barat dalam reformasinya,
Pyotr Velikiy mendapatkan kapital simbolik dari masyarakat Rusia maupun luar Rusia
berupa pengakuan keberhasilannya menjadikan Rusia negara yang maju, modern, beradab
sehingga mampu bersaing dengan negara-negara di Eropa Barat.
Pengaruh Kapital Simbolik dalam Westernisasi Arsitektur Sankt Peterburg
Kapital simbolik yang dimiliki Pyotr Velikiy memiliki peranan dalam ambisi Pyotr Velikiy
untuk memajukan Rusia. Masing-masing kapital yang dimiliki oleh Pyotr Velikiy, baik
kapital ekonomi, kapital sosial, maupun kapital budaya, sangat mempengaruhi kebijakan-
kebijakan yang diterapkannya. Salah satu kebijakan Pyotr Velikiy yang dipengaruhi oleh
kapital simbolik adalah westernisasi arsitektur kota Sankt Peterburg yang dapat dilihat dari
infrastruktur yang ia bangun.
1. Petropavlovskaya Krepost
Petropavlovskaya Krepost merupakan sebuah benteng di delta sungai Neva yang dibangun
untuk mencegah serangan Swedia saat terjadi Perang Utara (Hrabruei, 2002:6). Awalnya
benteng ini terbuat dari lumpur dan kayu, namun pada tahun 1706 Domenico Trezzini, arsitek
Italia-Swiss, membangun ulang benteng dengan batu alam dan batu bata sehingga terlihat
lebih kokoh dan elegan (Ritchie, 1979:78; Habruei, 2002:6). Pembangunan benteng ini
awalnya bertujuan untuk menandakan wilayah kekuasaaan Rusia atas Sankt Peterburg yang
pada masa itu sedang diperebutkan antara Rusia dengan Swedia.
Petropavlovskaya Krepost
(Sumber: http://www.lidenz.ru/wp-content/gallery/ppf/peter-paul-fortress-arial-shot.jpg diunduh pada 17 juni 2013
pukul 22:05 WIB)
Peran kapital..., Annisatul Laili Rachmawati, FIB UI, 2013
15
Pengaruh kapital simbolik Pyotr Velikiy yang dapat dilihat dari Petropavlovskaya Krepost
adalah kapital ekonomi dan kapital budaya materil. Peran kapital ekonomi pada
Petropavlovskaya Krepost terlihat dari bangunannya. Benteng yang besar dan kokoh dengan
perlengkapan militernya yang canggih dapat menunjukkan bahwa negara tersebut merupakan
negara yang kaya yang mampu menjaga dan mempertahankan negaranya. Negara yang kuat
akan terhindar dari serangan negara lain yang ingin menguasainya. Sedangkan peran kapital
budaya materil pada Petropavlovskaya Krepost terlihat dari kemampuan raja dalam memiliki
banteng tersebut, karena hal tersebut merupakan hasil dari kekayaan budayanya.
2. Petergof
Petergof yang dalam bahasa Jerman berarti istana Pyotr merupakan sebuah komplek istana
Pyotr Velikiy yang memiliki bangunan, taman, patung dan air mancur yang indah sehingga
sering juga disebut juga Versailles versi Pyotr Velikiy (Lieven, 2006:70). Petergof terdiri dari
istana dan taman yang dibangun oleh arsitek Perancis, Jean Baptiste Le Blond, pada tahun
1714. Istana Petergof ini dihiasi patung-patung berlapis emas, ukiran, cermin, lukisan dinding
dan lukisan langit yang indah (Hrabruei, 2002:22). Dibangunnya Petergof dengan segala
unsur yang dipengaruhi dari Eropa Barat dapat mencerminkan kekuatan dan kekuasaan
dari Kekaisaran Rusia.
Istana Petergof
(Sumber: http://www.viator.com/photos/St-Petersburg/Peterhof-Palace-and-Garden-Petrodvorets/d908-
2855/1466787 diunduh pada 17 juni 2013, pukul 22:13)
Pengaruh kapital simbolik Pyotr Velikiy pada westernisasi yang dapat di lihat dari Petergof
adalah kapital sosial. Peranan kapital sosial pada arsitektur Petergof adalah pada gaya
arsitekturnya yang menggunakan gaya arsitektur Petrine Baroque yang merupakan gaya
arsitektur kesukaan Pyotr yang memiliki perpaduan antara Barok Italia, Neoklasisisme
Perancis, Rokoko, dan arsitektur sipil Belanda. Peran kapital sosial pada Petergof adalah
untuk menanamkan pengakuan sosial terhadap dunia internasional terhadap Rusia. Pada masa
Peran kapital..., Annisatul Laili Rachmawati, FIB UI, 2013
16
itu penentuan strata sosial para bangsawan dan aristokrat Rusia dan Eropa adalah seberapa
besar pengaruh Eropa Barat mereka dan seberapa banyak harta yang dimilikinya. Hal tersebut
dapat terlihat dari megah dan mewahnya istana yang dimilikinya.
Selain itu, terdapat pula peran kapital budaya materil dalam Petergof yang terlihat dari
pengaruh westernisasi di dalamnya. Hal tersebut terlihat dari benda-benda yang digunakan di
dalam Istana Petergof, seperti perlengkapan makan yang terbuat dari porselen, dan ukiran-
ukiran pada tembok ruangannya yang merupakan pengaruh gaya Eropa Barat. Petergof juga
mempunyai beberapa ruang besar untuk tempat berkumpul dan berdansa, hal ini juga
merupakan pengaruh kebudayaan Eropa Barat.
3. Letniy Dvorets
Letniy Dvorets merupakan istana musim panas Pyotr Velikiy yang dibangun pada tahun 1710
di tepi sungai Fontaka. Letniy Dvorets dirancang oleh arsitek Italia-Swiss, Domenico
Trezzini, dengan mengadopsi gaya arsitektur Belanda. Berbeda dengan istana abad ke-17 di
Moskow, Letniy Dvorets memiliki atap yang tinggi dan jendela-jendela yang besar agar
banyak cahaya matahari masuk ke dalamnya. Interior di dalam Letniy Dvorets dihiasi panel
kayu ek, lukisan-lukisan, dan ukiran-ukiran yang indah. Letniy Dvorets memiliki sebidang
taman yang dihiasi patung-patung marmer. Taman tersebut biasa digunakan untuk menjamu
para tamu dan bangsawan dengan hiburan berupa pesta atau kembang api. Letniy Dvorets
dibangun di tepi sungai Fontaka agar memungkinkan Pyotr Velikiy melakukan hobinya,
yakni berlayar (Summer Palace, n.d).
Letniy Dvorets
(Sumber: http://www.saint-petersburg.com/italian/domenico-trezzini/ diunduh pada 17 Juni 2013 pukul 23:07 WIB)
Pengaruh kapital simbolik Pyotr Velikiy yang dapat dilihat dari Letniy Dvorets adalah kapital
budaya baik berbentuk materil maupun inmateril dan kapital budaya. Peran kapital budaya
berbentuk materil dapat dilihat dari arsitektur bangunan dan interior Letniy Dvorets. Letniy
Peran kapital..., Annisatul Laili Rachmawati, FIB UI, 2013
17
Dvorets memiliki arsitektur bergaya Belanda dan di dalamnya terdapat panel kayu ek,
lukisan-lukisan, dan ukiran-ukiran yang merupakan budaya dari Eropa Barat. Dengan
dibangunnya Letniy Dvorets juga menunjukkan bahwa terdapat kapital budaya berbentuk
inmateril yang terlihat dari cara Pyotr Velikiy menghabiskan musim panasnya dengan tinggal
di istana musim panas tersebut. Hal ini merupakan gaya hidup Pyotr Velikiy yang
terpengaruh dari gaya hidup raja-raja di Eropa Barat.
4. Zimniy Dvorets
Zimniy Dvorets merupakan istana musim dingin Pyotr Velikiy yang dibangun pada tahun
1708. Awalnya istana ini dibangun seperti sebuah rumah kayu dengan gaya arsitektur
Belanda (seperti yang dapat dilihat pada lampiran). Namun pada tahun 1711, bahan
materialnya yang terbuat dari kayu bergeser menjadi batu yang kokoh. Istana ini dibangun
pada skala monumental yang dimaksudkan untuk mencerminkan kekuatan dan kekuasaan
dari Kekaisaran Rusia. Setelah masa kepemimpinan Tsar Pyotr Velikiy, dilakukan
rekontruksi beberapa kali pada Zimniy Dvorets sehingga banyak arsitek yang ikut serta dalam
pembuatannya, salah satunya arsitek Perancis, Francesco Bartolomeo Rastrelli pada masa
Tsarina Anna Ivannovna. Pada tanggal 17 Oktober 1917, istana musim dingin ini berubah
menjadi Museum Hermitage, yang hingga kini dapat dikunjungi di Sankt Peterburg (Winter
Palace, n.d).
Zimniy Dvorets
(Sumber: http://www.saint-petersburg.com/palaces/winter-palace/ diunduh pada 17 Juni 2013 pada pukul 23:05
WIB)
Pengaruh kapital simbolik Pyotr Velikiy yang dapat dilihat dari Zimniy Dvorets adalah
kapital budaya baik berbentuk materil maupun inmateril dan kapital budaya. Peran kapital
budaya berbentuk materil dapat dilihat dari arsitektur bangunan dan interior Zimniy Dvorets.
Zimniy Dvorets memiliki arsitektur bergaya Barok yang terlihat dari luar maupun dalam
istana. Hal tersebut merupakan kekayaan budaya Pyotr Velikiy yang ia dapat diperlihatkan
Peran kapital..., Annisatul Laili Rachmawati, FIB UI, 2013
18
kepada masyarakat di dalam maupun di luar Rusia bahwa Rusia memiliki istana musim
dingin yang megah seperti istana-istana di Eropa Barat. Sama halnya Letniy Dvorets,
dibangunnya Zimniy Dvorets juga menunjukkan bahwa terdapat kapital budaya berbentuk
inmateril. Hal ini terlihat dari gaya hidup baru Pyotr Velikiy yang terpengaruh dengan gaya
hidup raja-raja di Eropa Barat, yakni menghabiskan musim dinginnya di Istana Musim
Dingin.
5. Petropavlovskiy Sobor
Petropavlovskiy Sobor adalah sebuah katedral Ortodoks di Sankt Peterburg. Katedral ini
dibangun oleh arsitek Italia-Swiss, Domenico Trezzini, pada tahun 1712 dan pembangunan
tersebut memakan waktu cukup lama kurang lebih sekitar dua puluh tahun. Pyotr Velikiy
ingin membangun sebuah katedral seperti gereja-gereja yang ia lihat di Belanda. Oleh karena
itu arsitektur Petropavlovskiy Sobor menggunakan gaya arsitektur Barok awal yang memiliki
bentuk persegi panjang, menara lonceng dan jarum panah tenggara yang itu semua
merupakan ciri-ciri katedral Protestan di Eropa Barat. Di dalam Petropavlovskiy Sobor,
dihiasi ikon-ikon yang dibuat oleh puluhan seniman Rusia. Dinding katedral dihiasi lukisan
berbagai tema Alkitab dan lukisan cerita Injil oleh seniman dari awal abad ke-18 (Cathedral
of SS, n.d).
Petropavlovskiy Sobor
(Sumber: http://www.saint-petersburg.com/cathedrals/peter-paul-cathedral.asp?ctx=peter-paul-fortress diunduh
pada 17 Juni 2013 pukul 24:00 WIB)
Pengaruh kapital simbolik Pyotr Velikiy yang dapat dilihat dari Petropavlovskiy Sobor
adalah kapital budaya baik berbentuk materil maupun inmateril dan kapital budaya. Peran
kapital budaya berbentuk materil maupun inmateril dapat dilihat dari arsitektur bangunan dan
interior Petropavlovskiy Sobor. Petropavlovskiy Sobor mengadopsi gaya arsitektur Belanda
dengan segala unsur yang digunakan seperti bentuknya yang persegi panjang, menara
lonceng dan jarum panah tenggara yang itu semua merupakan ciri-ciri katedral Protestan di
Eropa Barat. Hal tersebut sangat berbeda dengan katedral-katedral Rusia sebelumnya yang
Peran kapital..., Annisatul Laili Rachmawati, FIB UI, 2013
19
memiliki gaya arsitektur Bizantium dengan kubah-kubahnya. Pyotr Velikiy ingin
menunjukkan Rusia dengan peradaban barunya dengan mengikuti budaya dan peradaban di
Eropa Barat. Sehingga dibawah kepemimpinan Tsar Pyotr Velikiy, Rusia mendapat
pengakuan bahwa negara tersebut merupakan negara yang maju dan beradab seperti negara-
negara di Eropa Barat lainnya.
Dengan dibangunnya infrastruktur yang disebutkan di atas, Pyotr Velikiy mendapat
pengakuan dari masyarakat di dalam maupun di luar Rusia bahwa ia berhasil memajukan
Rusia tidak hanya dalam bidang ekonomi, politik dan sosial, tapi juga berhasil memajukan
Rusia secara fisik. Pyotr Velikiy menggantikan kebudayaan sebelumnya yang terpengaruh
oleh budaya dari Bizantium dengan budaya dan peradaban baru yang terpengaruh dari Eropa
Barat. Sehingga perspektif terhadap Rusia yang sebelumnya dianggap kuno dan barbar kini
berubah menjadi modern dan beradab. Dibawa kepemimpinannya, Pyotr Velikiy berhasil
menjadikan Rusia yang maju, modern, dan sejajar dengan negara-negara di Eropa Barat.
Kesimpulan
Arsitektur berkembang seiring perubahan jaman. Arsitektur tidak hanya sekedar sebuah
bangunan yang kokoh, fungsional dan indah, tapi juga memiliki arti tersendiri yang dapat
menunjukkan kebudayaan dan peradaban suatu negara. Arsitektur di suatu negara dapat
dijadikan identitas nasional negara tersebut yang dapat dinilai oleh negara-negara lain.
Westernisasi arsitektur Sankt Peterburg merupakan suatu upaya yang dilakukan Pyotr Velikiy
untuk memajukan Rusia agar setara dengan negara-negara di Eropa Barat.
Dibangunnya Sankt Peterburg dengan segala unsur budaya Eropa Barat membuat Pyotr
Velikiy mendapatkan kapital simboliknya. Kapital-kapital yang terdapat dalam diri Pyotr
Velikiy baik kapital ekonomi, kapital sosial maupun kapital budaya merupakan modal untuk
membangun Sankt Peterburg dengan arsitektur bergaya Petrine Baroque. Hal ini membuat
Pyotr Velikiy mendapatkan pengakuan dari masyarakat di dalam maupun di luar Rusia bahwa
dibawah kepemimpinannya, Rusia mampu menjadi negara yang maju, modern dan beradab.
Sehingga perspektif terhadap Rusia dan masyarakatnya yang dianggap kuno dan barbar dapat
ia rubah dan ia tunjukkan melalui arsitektur Sankt Peterburg dengan mengadopsi segala
budaya dari Eropa Barat yang merupakan pusat peradaban dan kemajuan pada saat itu.
Peran kapital..., Annisatul Laili Rachmawati, FIB UI, 2013
20
Pyotr Velikiy tidak hanya membawa pengaruh budaya Eropa Barat dalam bidang politik,
ekonomi, militer, dan sosial, tetapi juga pada fisik Rusia yakni dalam bidang arsitektur yang
diterapkan di kota Sankt Peterburg. Setelah Pyotr Velikiy menerapkan budaya Eropa Barat
dalam reformasinya, Pyotr Velikiy mendapatkan kapital simbolik dari masyarakat Rusia
maupun luar Rusia berupa pengakuan keberhasilannya menjadikan Rusia negara yang maju,
modern, beradab sehingga mampu bersaing dengan negara-negara di Eropa Barat.
Daftar Referensi
Bourdieu, Pierre. 1996. Distinction: A Social Critique of the Judgement of Taste, terj. dari bahasa Perancis oleh
Richard Nice, (London: Routledge).
_____________, 1986. The Forms of Capital, terj. dari bahasa Jerman oleh Richard Nice, dalam J.G.
Richardson (Ed), Handbook for Theory and Research for the Sociology of Education. New York:
Greenwood Press.
Fahrurodji, A. 2005. Rusia Baru Menuju Demokrasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Hrabruei, I. S. 1999. Sankt Peterburg Tri Veka Arkhitektury. Sank Peterburg: Norint.
Kort, Michael. 2008. A Brief History of Russia. New York: Facts On File.
Lawrence, John. 1969. A History of Russia. New York: New American Library.
Lieven, Dominic. 2006. The Cambridge History of Russia: Volume II Imperial Russia 1689-1917. Cambridge:
Cambridge University Press.
Massie, Robert K. 1980. Peter the Great: His Life And World. New York: Random House Trade Paperbacks.
Palmer, Allison Lee. 2008. History Dictionary of Architecture. Maryland: The Scarecrow Press, Inc.
Riasanovsky, Nicholas V. 1985. The Image of Peter The Great in Russian History. Oxford: Oxford University
Press.
Ritchie, W. K. 1979. Russia Under Peter the Great. London: Longman Group Limited.
Suriasumantri, Jujun S. 1985. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan.
Sztompka, Piotr. 2008. The Focus on Everyday Life: a New Turn in Sociology. Cracow: Znak.
Peran kapital..., Annisatul Laili Rachmawati, FIB UI, 2013