PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DALAM …

17
43 PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA KITAB SUCI DHAMMAPADA DI KABUPATEN BANYUMAS (Studi Kasus di Kabupaten Banyumas) Sujiono Abstrak Tujuan penelitian adalah (1) mendeskripsikan peran guru pendidikan agama Buddha dalam meningkatkan keterampilan membaca Kitab Suci Dhammapada; (2) mendeskripsikan hambatan-hambatan apa yang dialami dalam meningkatkan keterampilan membaca Kitab Suci Dhammapada; dan (3) mendeskripsikan bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan dalam meningkatkan keterampilan membaca Kitab Suci. Subjek penelitian adalah para guru pendidikan agama Buddha dan yang siswa yang beragama Buddha di Kabupaten Banyumas. Waktu pelaksanaan penelitian adalah bulan Juli s.d Desember 2016. Jenis penelitian adalah studi kasus. Hasil penelitian yaitu: (1) peran guru dalam meningkatkan keterampilan membaca Dhammapada yaitu melatih siswa membaca Kitab Suci Dhammapada baik sekolah maupun di vihara; (2) hambatan-hambatan yang dialami dalam meningkatkan keterampilan membaca Kitab Suci Dhammapada yaitu; (a) kurang tepatnya siswa dalam membacakan Dhammapada dengan aksara Pāli; (b) siswa kurang percaya diri saat membaca Kitab Suci Dhammapada; (c) Kurang ketersediaan buku Dhammapada: (3) cara mengatasi hambatan-hambatan dalam meningkatkan keterampilan membaca Kitab Suci Suci Dhammapada yaitu: (a) guru perlu memberikan motivasi dan semangat belajar membaca Dhammapada; (b) guru perlu mengkondisikan suasana pelatihan membaca Dhammapada yang menyenangkan; (c) mengkondisikan siswa membaca Dhammapada sebelum pembelajaran pendidikan agama Buddha dimulai; (d) saat pembelajaran yang ada kaitannya dengan Dhammapada guru mengajak siswa membaca Dhammapada baik dalam bahasa Pāli dan bahasa Indonesia; (e) pelatihan membaca Dhammapada tidak hanya cukup sekali, namun harus konsisten sesuai dengan jadwal; (f) kepala sekolah hendaknya menyediakan jadwal pendalaman kitab suci bagi siswa beragama Buddha; (g) perlu diadakanya pelatihan tentang keterampilan membaca Dhammapada khususnya kepada guru; dan (h) diperlukannya aplikasi sofwere Dhammapada. Kata kunci: Keterampilan membaca, Dhammapada. Abstract This research aims to (1) describe the role of Buddhist Education Teacher to Improve Dhammapada Reading Skills in Banyumas ; (2) describe the obstacles experienced in improving the Dhammapada reading skills in Banyumas; and (3) describe the ways to overcome the obstacles in improving the Dhammapada reading skills. The subjects were the Buddhist education teachers and the Buddhist students in Banyumas. It was conducted on July - December 2016. The research was a case study. The Results study are: (1) The roles of teachers in improving the Dhammapada reading skills : trains students to read Dhammapada both in school and monastery; (2) Obtacles experienced in improving Dhammapada reading skills; they are (a) the students recited Dhammapada less precisely in Pali alphabet; (b) students were less confidence when reciting Dhammapada; (c) Lack of availability of Dhammapada books: (3) the ways to overcome the obstacles in improving the Dhammapada reading skills: (a) teachers need to provide motivation and enthusiasm for learning the way to read Dhammapada; (b) the teachers are necessary to create pleasant atmosphere in training of Dhammapada reading; (c) conditioning the students to read Dhammapada before the subject of Buddhist education begins; (d) during the lesson that has to do with Dhammapada teacher asked students to read Dhammapada both in Pali and Bahasa Indonesia; (e) reading Dhammapada training is not only once, but it should be consistent with the Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Transcript of PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DALAM …

Page 1: PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DALAM …

43

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MEMBACA KITAB SUCI DHAMMAPADA DI

KABUPATEN BANYUMAS

(Studi Kasus di Kabupaten Banyumas)

Sujiono

Abstrak

Tujuan penelitian adalah (1) mendeskripsikan peran guru pendidikan agama Buddha dalam

meningkatkan keterampilan membaca Kitab Suci Dhammapada; (2) mendeskripsikan hambatan-hambatan

apa yang dialami dalam meningkatkan keterampilan membaca Kitab Suci Dhammapada; dan (3)

mendeskripsikan bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan dalam meningkatkan keterampilan

membaca Kitab Suci. Subjek penelitian adalah para guru pendidikan agama Buddha dan yang siswa yang

beragama Buddha di Kabupaten Banyumas. Waktu pelaksanaan penelitian adalah bulan Juli s.d Desember

2016. Jenis penelitian adalah studi kasus. Hasil penelitian yaitu: (1) peran guru dalam meningkatkan

keterampilan membaca Dhammapada yaitu melatih siswa membaca Kitab Suci Dhammapada baik sekolah

maupun di vihara; (2) hambatan-hambatan yang dialami dalam meningkatkan keterampilan membaca Kitab

Suci Dhammapada yaitu; (a) kurang tepatnya siswa dalam membacakan Dhammapada dengan aksara Pāli;

(b) siswa kurang percaya diri saat membaca Kitab Suci Dhammapada; (c) Kurang ketersediaan buku

Dhammapada: (3) cara mengatasi hambatan-hambatan dalam meningkatkan keterampilan membaca Kitab

Suci Suci Dhammapada yaitu: (a) guru perlu memberikan motivasi dan semangat belajar membaca

Dhammapada; (b) guru perlu mengkondisikan suasana pelatihan membaca Dhammapada yang

menyenangkan; (c) mengkondisikan siswa membaca Dhammapada sebelum pembelajaran pendidikan

agama Buddha dimulai; (d) saat pembelajaran yang ada kaitannya dengan Dhammapada guru mengajak

siswa membaca Dhammapada baik dalam bahasa Pāli dan bahasa Indonesia; (e) pelatihan membaca

Dhammapada tidak hanya cukup sekali, namun harus konsisten sesuai dengan jadwal; (f) kepala sekolah

hendaknya menyediakan jadwal pendalaman kitab suci bagi siswa beragama Buddha; (g) perlu diadakanya

pelatihan tentang keterampilan membaca Dhammapada khususnya kepada guru; dan (h) diperlukannya

aplikasi sofwere Dhammapada. Kata kunci: Keterampilan membaca, Dhammapada.

Abstract

This research aims to (1) describe the role of Buddhist Education Teacher to Improve Dhammapada

Reading Skills in Banyumas ; (2) describe the obstacles experienced in improving the Dhammapada

reading skills in Banyumas; and (3) describe the ways to overcome the obstacles in improving the

Dhammapada reading skills. The subjects were the Buddhist education teachers and the Buddhist students

in Banyumas. It was conducted on July - December 2016. The research was a case study. The Results study

are: (1) The roles of teachers in improving the Dhammapada reading skills : trains students to read

Dhammapada both in school and monastery; (2) Obtacles experienced in improving Dhammapada reading

skills; they are (a) the students recited Dhammapada less precisely in Pali alphabet; (b) students were less confidence when reciting Dhammapada; (c) Lack of availability of Dhammapada

books: (3) the ways to overcome the obstacles in improving the Dhammapada reading skills: (a) teachers

need to provide motivation and enthusiasm for learning the way to read Dhammapada; (b) the teachers are

necessary to create pleasant atmosphere in training of Dhammapada reading; (c) conditioning the students

to read Dhammapada before the subject of Buddhist education begins; (d) during the lesson that has to do

with Dhammapada teacher asked students to read Dhammapada both in Pali and Bahasa Indonesia; (e)

reading Dhammapada training is not only once, but it should be consistent with the

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Page 2: PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DALAM …

44 Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan

schedule; (f) the principal should provide the schedule of dhamma deepening for Buddhists students;

(g) it is necessary to organize the training on Dhammapada reading skills, especially for the teachers;

and (h) It is needed to build Dhammapada software application.

Keywords: Reading skills, Dhammapada.

Pendahuluan

Kondisi kehidupan senantiasa diliputi

berbagai kondisi baik yang menyenangkan

maupun sebaliknya. Manusia akan berbahagia

jika dalam kehidupan senantiasa tercapai cita-

citanya. Namun manusia akan menderita jika

mengalami kondisi kehidupan yang tidak

diharapkan, seperti berpisah dengan yang

dicinta, tidak tercapai harapannya. Kondisi batin

akan tergoncang ketika menjumpai peristiwa

yang tidak diharapkan. Berbagai peristiwa

tentang kondisi kehidupan menjadi inspirasi

Pangeran Siddharta untuk mencapai Penerangan

Sempurna menjadi Buddha.

Perjuangan Pangeran Siddharta berhasil

menjadi Buddha tepat disaat Purnama Waisak.

Selama 45 tahun Buddha mengajarkan Dhamma

kepada semua makhluk atas dasar cinta kasih.

Setelah Guru Buddha Parinibbana ajaran Beliau

dituliskan kembali oleh para bhikkhu menjadi

Kitab Suci agama Buddha yaitu Tipitaka.

Tipitaka dijadikan pedoman hidup oleh umat

Buddha. Segala perilaku baik pikiran, ucapan,

dan perbuatan berpodoman pada Tripitaka. Hal

ini dilakukan untuk mencapai kehidupan yang

berbahagia dan penuh welas asih.

Bagian Kitab Suci Tipitaka yang paling

populer adalah Dhammapada. Kegiatan

membaca Kitab Suci Dhammapada dewasa ini

semakin jarang dilaksanakan. Hal ini didukung

oleh hasil wawancara yang telah dilakukan

“Kami jarang membaca Dhammapada, biasanya membaca Dhammapada pada saat mau hari raya perayaan hari raya Waisak, Asadha, Magha Puja, dan Asadha serta saat mau lomba.” (CL No. 1 tanggal 2 Juli 2016).

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa aktifitas membaca Kitab Suci Dhammapada mulai jarang dilakukan. Hanya mau

menjelang perayaan hari raya keagamaan dan saat

mau lomba saja. Lebih saat dilakukan dengan

guru pendidikan Agama Buddha di Kabupaten

Banyumas, diperoleh informasi sebagai berikut;

Kami biasanya memberikan pelatihan keterampilan membaca Dhammapada pada saat kegiatan pondok Romadhon, selain itu pelatihan keterampilan membaca Dhammapada dilakukan saat mau menjelang hari raya keagamaan, seperti Waisak, Asadha, dan Magha Puja. (CL No. 2 tanggal 2 Agustus 2016).

Berdasarkan informasi di atas dapat

dijelaskan bahwa pelatihan keterampilan

membaca Kitab Suci Dhammapada jarang

dilakukan. Pelatihan membaca Kitab Suci

Dhammapada dilakukaan saat bulan Romadhon

yaitu saat kegiatan pesantren kilat dan

menjelang perayaan hari raya keagamaan yaitu

Waisak, Asadha, Magha Puja dan Kathina.

Dewasa ini sering dijumpai perilaku di

masyarakat mulai meninggalkan nilai ajaran

luhur agama. Setiap hari melalui media cetak

dan elektronik mudah sekali diketahui

berbagai perilaku yang tidak bermoral. Hal ini

ditandai berbagai perilaku yang tidak

bermoral, diantaranya perilaku mengambil

barang yang bukan miliknya, sebagaimana

dicontohkan dalam kutipan di bawah ini.

Minggu 31 Juli 2016 pukul 21.00 WIB,

pemilik toko Finawati baru saja menutup

tempat usahanya tersebut. Kedua pelaku yang

telah mengintai, beberapa menit kemudian

langsung beraksi dengan cara membuka paksa

teralis rolling door toko tersebut (sindonews.

com, 1 Agustus 2016). Selanjutnya perilaku

pencurian juga dilakukan oleh Asep (19),

sebagaimana dalam kutipan di bawah ini Asep (19) nekat menyatroni rumah tetangganya di

Perum Bumi Waringin Indah Blok A6 Desa

Waringinjaya, Kedungwaringin, Kabupaten

Bekasi karena terhimpit masalah ekonomi.

Berdasarkan hasil kutipan tentang berita di

atas dapat dijelaskan bahwa mudahnya

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Page 3: PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DALAM …

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan

seseorang tergoda untuk melakukan tindakan

yang bertentangan dengan Pancasila

Buddhis, yaitu tindakan mengambil barang

yang tidak diberikan.

Kitab Suci yang seyogyanya dijadikan

pedoman hidup dan selalu dibaca, direnungkan

dan dilaksanakan kenyataannya hanya sebatas

peninggalan sejarah belaka. Maraknya perilaku

yang kurang terpuji jika dibiarkan akan

memberikan dampak yaitu semakin rusaknya

mental. Berdasarkan uraikan latar belakang

diatas dan mengingat pentingnya keterampilan

membaca Kitab Suci Dhammapada sebagai

upaya menciptakan generasi Indonesia yang

gemar membaca dan menjadi generasi yang

berbudi luhur.

Membaca adalah suatu metode yang kita

pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita

sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain yaitu

mengkomunikasikan makna yang terkandung pada

lambang-lambang tertulis (Tarigan, 2008: 8).

Membaca adalah memahami isi ide atau gagasan

baik tersurat, tersirat bahkan tersorot dalam bacaan.

Dengan demikian, pemahamanlah yang menjadi

produk membaca yang bisa diukur, bukan perilaku

fisik duduk berjam-jam di ruang belajar sambil

memegang buku (Saddhono, dan Slamet,

2014:101). Sementara itu, Achmad dan Alek

(2011: 75) menjelaskan bahwa membaca ialah

proses memahami pesan tertulis yang

menggunakan bahasa tertentu yang disampaikan

oleh penulis kepada pembaca. Berdasarkan kutipan

di atas dapat disintesiskan bahwa membaca adalah

proses komunikasi lisan yang dilakukan untuk

memahami sebuah gagasan baik yang tersirat

maupun tersurat melalui sarana tulisan yang

disajikan oleh penulis.

Kegiatan membaca yang dilakukan

dengan baik akan memiliki banyak fungsi.

Menurut Saddhono dan Slamet (2014:101-102)

menyebutkan beberapa fungsi kegiatan

membaca, yaitu: a) Fungsi intelektual; dengan banyak

membaca dapat meningkatkan kadar

intelektualitas, membina daya nalar.

Contohnya sering membaca Kitab Suci

45

Dhammapada kemampuan intelektual

dalam mengembangkan batin menjadi

lebih sabar, penuh welas asih dan tanpa

kebencian. b) Fungsi pemacu kreativitas; Hasil membaca

dapat mendorong, menggerakkan diri kita

untuk berkarya, didukung oleh keleluasaan

wawasan dan pemilihan kosakata. Kegiatan

membaca Kitab Suci Dhammapada akan

memacu kreativitas dalam memahami

aksara Pāli, sehingga kemampuan dalam

berbahasa Pāli akan semakin optimal

sehingga mendorong untuk menulis kalimat

dalam bahasa Pāli. c) Fungsi praktis; kegiatan membaca

dilaksanakan untuk memperoleh

pengetahuan praktis dalam kehidupan,

misalnya panduan pembacaan aksara

Pāli, pembacaan syair dalam Kitab Suci Dhammapada.

d) Fungsi rekreatif; membaca digunakan

sebagai upaya menghibur hati,

mengadakan tamasya yang mengasyikkan.

Contohnya bacaan-bacaan ringan, novel-

novel pop, cerita humor, tabel, Kitab Suci

Dhammapada dan lain-lain. e) Fungsi informatif; dengan banyak

membaca informatif seperti Kitab Suci

Dhammapada dapat memperoleh berbagai

informasi yang sangat diperlukan dalam

kehidupan. Misalnya mengendalikan

kemarahan, kebencian dalam kehidupan

sehari-hari, pikiran menjadi terhindari dari

keserakahan. f) Fungsi religius; membaca dapat

digunakan untuk membina dan

meningkatkan keimanan, memperluas

budi, dan meningkatkan diri kepada

Tiratana. Kegiatan membaca Kitab Suci

Dhammapada yang sering dilakukan akan

mengkondisikan pembaca semakin

memahami ajaran Buddha sehingga

keyakinan (saddha) pada Buddha,

Dhamma, dan Sangha akan semakin

meningkat. g) Fungsi sosial; kegiatan membaca memiliki

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Page 4: PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DALAM …

46

fungsi sosial yang tinggi manakala

dilaksanakan secara lisan atau nyaring.

Dengan demikian kegiatan membaca

langsung dapat dimanfaatkan oleh orang

lain mengarahkan sikap berucap, berbuat

dan berpikir. Contohnya pembacaan

pembacaan Kitab Suci Dhammapada yang

diiramakan dengan baik, baik orang lain

sebagai pendengar akan terhibur sekaligus

mengkondisikan untuk senantiasa

mempraktikkan kebaikan dalam

kehidupan sehari-hari.

h) Fungsi pembunuh sepi; kegiatan membaca

dapat juga dilakukan untuk sekedar

merintang-rintangkan waktu, mengisi

waktu luang. Contohnya membaca

majalah, surat kabar, Kitab Suci

Dhammapada dan lain-lain.

Jadi aktivitas membaca memiliki beberapa

fungsi diantaranya fungsi intelektual, praktis,

rekreatif,informatif,religius,sosial,danpembunuh

sepi. Seseorang yang senantiasa melakukan

aktivitas membaca Kitab Suci Dhammapada

maka kadar intelektualitas dan daya nalarnya

semakin baik. Aktivitas membaca Kitab Suci

Dhammapada yang dilakukan dengan baik akan

menumbuhkan daya kreativitas pada seseorang

berbudi luhur dengan mengendalikan pikiran

dari kebencian, keserakahan, dan kegelapan

batin. Informasi-informasi yang sangat berharga

dari Kitab Suci Dhammapada diperoleh melalui

aktivitas membaca. Melalui aktivitas membaca

Kitab Suci Dhammapada akan memperoleh

informasi tentang nilai-nilai luhur dari ajaran

Guru Buddha dan pentingnya mempraktikkan

ajaran Buddha yang dikemas dalam bentuk syair

sehingga lebih mudah dipahami. Aktivitas

membaca Kitab Suci Dhammapada juga

memiliki fungsi sosial, yaitu akan mengarahkan

seseorang untuk senantiasa mengendalikan

pikiran, ucapan, dan perbuatan.

Adapun manfaat membaca dapat dijelaskan

sebagai berikut; (a) memperoleh banyak

pengalaman hidup; (b) memperoleh pengetahuan

umum dan berbagai informasi tertentu yang sangat

berguna bagi kehidupan; (c) mengetahui

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan

berbagai peristiwa besar dalam peradaban dan

kebudayaan suatu bangsa; (d) dapat mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

mutakhir di dunia; (e) dapat memperkaya batin,

memperluas cakrawala pandang dan pola pikir,

meningkatkan taraf hidup dan budaya keluarga,

masyarakat, nusa, dan bangsa; (f) dapat

memecahkan berbagai masalah kehidupan, dapat

mengantarkan seseorang menjadi cerdik pandai;

(g) dapat memperkaya perbendaharaan kata,

ungkapan, istilah dan lain-lain yang sangat

menunjang keterampilan menyimak, berbicara,

dan menulis; dan (h) mempertinggi potensial

tiap pribadi dan mempermantap eksistensi

(Saddhono, dan Slamet, 2014:102-103).

Aktivitas membaca Kitab Suci Dhammapada

akan memberikan manfaat dalam memecahkan

persoalan kehidupan misalnya dalam pergaulan,

kehidupan sosial kemasyarakatan.

Dalam cerita nilai-nilai luhur ditanamkan

pada diri anak melalui penghayatan terhadap

makna dan maksud isi cerita. Anak melakukan

serangkaian kegiatan kognisi dan afeksi, mulai dari

interprestasi, komprehensi, hingga inferensi

terhadap nilai-nilai moral yang terkandung di

dalamnya. Melalui kegiatan ini, transmisi budaya

terjadi secara alamiah, bawah sadar, dan

akumulatif hingga jalin-menjalin membentuk

kepribadian anak. Anak melakukan serangkaian

aktivitas kognisi dan afeksi yang rumit dari fakta

cerita seperti nama tokoh, sifat tokoh, latar tempat,

dan budaya, serta hubungan sebab akibat dalam

alur cerita dan pesan moral yang tersirat di

dalamnya. Makna kebaikan, kejujuran, kerjasama

berakumulasi pada benak anak (Musfiroh,

2008:19-20). Berdasarkan kutipan di atas dapat di

ambil simpulan bahwa aktivitas membaca Kitab

Suci Dhammapada yang dilakukan dengan baik

akan mendatangkan kemanfaatan. Melalui

aktivitas membaca Kitab Suci Dhammapada akan

memperoleh pengetahuan tentang ajaran-ajaran

kebaikan untuk mencapai kebahagiaan. Siswa akan

mendapatkan pesan-pesan moral yaitu tentang

pengembangan cinta kasih, welas asih, mudita,

simpati dan keseimbangan batin. Melalui aktivitas

membaca Kitab Suci Dhammapada

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Page 5: PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DALAM …

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan akan memperoleh inspirasi perilaku yang sesuai

dengan Dhamma, sehingga dalam diri siswa

akan tumbuh rasa cinta kasih dan kepedulian

terhadap sesama, dan senantiasa mengurangi

kebencian, keserakahan, dan kegelapan batin.

Kitab Suci agama Buddha adalah Tipitaka

dalam bahasa Pali dan Tripitaka dalam bahasa

Sansekerta. Secara harfiah Tripitaka berarti “Tiga

Keranjang”, maksudnya kumpulan kitab. Kitab

yang pertama Vinaya Pitaka. Vinaya Pitaka terdiri

dari 5 kitab: (1) Parajika; (2) Pacittiya; (3)

Mahavagga; (4) Cullavagga; dan (5) Parivara.

Kitab yang kedua adalah Sutta Pitaka. Sutta Pitaka

terdiri dari 5 kumpulan kitab berbahasa Pali yang

disebut Nikaya, yaitu; (1) Digha Nikaya; (2)

Majjhima Nikaya, (3) Samyuta Nikaya; (4)

Anggutara Nikaya; dan (5) Khuddaka Nikaya.

Kitab yang ketiga adalah Abhidhamma Pitaka,

yang terdiri dari 7 kitab, yaitu; (1)

Dhammasangani; (2) Vibhanga; (3) Dhatukatha; (4) Puggalapannatti; (5) Kathavatthu; (6)

Yamaka; dan (7) Patthana (Mukti, 2003:127-129).

berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan

bahwa kitab suci dalam agama Buddha di Sebut

Tripitaka/Tipitaka. Tripitaka terdiri dari Vinaya

Pitaka, Sutta Pitaka dan Abhidhamma Pitaka.

Kitab Suci Dhammapada merupakan salah

satu bagian kecil dari Kitab Suci Tipitaka.

Dhammapada bagian dari Sutta Pitaka, Khuddaka

Nikāya.Kitab Suci Dhammapada terdiri dari 423

syair terbagi dalam 26 kelompok. Adapun

kelompok dalam Kitab Suci Dhammapada yaitu; 1)

Yamakavaggo (Warta tentang baik berpasangan);

2) Appamādavaggo (Warta tentang

ketidaklengahan); 3) Cittavaggo (Warta tentang

cipta); 4) Pupphavaggo (Warta tentang bunga); 5) Bālavaggo (Warta tentang orang dungu); 6)

Paṇditavaggo (Warta tentang orang bijaksana); 7) Ahantavaggo (Warta tentang orang suci); 8) Sahassavaggo (Warga tentang yang seribu); 9) Pāpavaggo (Warga tentang hal buruk); 10) Daṇḍavaggo (Warga tentang hukuman); 11) Jarāvaggo (Warga tentang ketuaan); 12) Attavaggo (Warga tentang diri); 13) Lokavaggo

(Warga tentang dunia); 14) Buddhavaggo (Warga

tentang Buddha); 15) Sukhavaggo (Warga tentang

47 kebahagiaan); 16) Piyavaggo (Warga tentang

kecintaan); 17) Kodha vaggo (Warga tentang

kemarahan); 18) Malavaggo (Warga tentang

noda); 19) Dhammaṭṭhavaggo (Warga tentang

penegak Dhamma); 20) Maggavaggo (Warga

tentang Jalan); 21) Pakiṇṇakavaggo (Warga

tentang Rampai); 22) Nirayavaggo (Warga

tentang neraka); 23) Nāgavaggo (Warga tentang

gajah besar); 24) Taṇhāvaggo (Warga tentang

kegandrungan); 25) Bhikkhuvaggo (Warga

tentang Bhikkhu); dan 26) Brāhmaṇavaggo

(Warga tentang Brāhmana).

Dhammapada merupakan salah satu bagian

ajaran Buddha yang termuat dalam Sutta Pitaka,

Khuddaka Nikāya yang paling poluler di kalangan

masyarakat umat Buddha. Ajaran-ajaran yang

berbentuk kesusastraan termuat dalam

Dhammapada. Istilah “Dhammapada” berasal dari

kata “dhamma” (“Dhamma”, “kebenaran”, ajaran

Buddha”) dan “pada” (kaki, jejak, keadaan, bagian,

kalimat, syair). Dengan demikian “Dhammapada”

berarti “syair Dhamma”, “bagian Dhamma”, atau

“syair kebenaran”. Kitab ini merupakan sebuah

bunga rampai yang terdiri 423 ayat Dhamma, yang

dilantunkan dan disabdakan Buddha di berbagai

tempat, peristiwa, dan waktu (Widjaja, 2013:26).

Lebih lanjut Dhammadhīro (2014:v-vi)

menjelaskan secara harfiah, kata Dhammapada

berarti jejak ajaran Buddha. Dhammapada adalah

simbol dari tradisi Buddhisme yang masih terjaga

dan terpelihara dengan baik, baik isi maupun

maknanya. Dhammapada memberikan inspirasi

bagi pembaca untuk memiliki kesabaran,

kebijaksanaan, ketenangan, dan kebahagiaan

dalam hidup. Jadi Kitab Suci Dhammapada

merupakan jejak ajaran Buddha yang berbentuk

syair yang terdiri atas 423 ayat Dhamma. Isi Kitab

Suci Dhammapada merupakan pesan langsung

Buddha yang disampaikan kepada para murid

Beliau.

Dhammapada adalah salah satu kitab dari

kumpulan naskah kecil atau Khuddaka Nikāya

dalam Sutta Piṭaka, Tipitaka. Dhammapada

berarti “syair kebenaran”. Kitab ini merupakan

bunga rampai 423 ayat, yang terbagi dalam 26

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Page 6: PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DALAM …

48

kelompok. Setiap ayat Dhammapada disabdakan

oleh Buddha sebagai tanggapan atas suatu kejadian

(Handaka, 2014). Berdasarkan kutipan di atas

dapat dijelaskan bahwa Dhammapada merupakan

kumpulan ajaran Buddha yang berbentuk syair-

syair. Dhammapada diajarkan Buddha sebagai

tanggapan atau sebuah kejadiaan. Dhammapada

berisi ringkasan dari berbagai macam ajaran

Buddha yang terangkum dalam Tipitaka.

Kitab Suci Dhammapada dalam penelitian

ini merupakan syair-syair kumpulan ajaran

Buddha menggunakan bahasa Pāli. Bahasa Pāli

merupakan salah satu bahasa yang digunakan

dalam Kitab Suci Agama Buddha. Pembacaan

bahasa Pāli berbeda dengan pembacaan dalam

bahasa Indonesia hal ini disebabkan dalam

bahasa Pāli ada beberapa lambang aksara

memiliki tanda baca tertentu. Setiap kata dengan

tanda baca tertentu memiliki makna yang

berbeda. Dalam membacakan tes bahasa Pāli

haruslah sesuai dengan tanda baca, sehingga

tidak menimbulkan kesalahan makna.

Adapun panduan pembacaan aksara Pāli,

dalam penelitian ini mengutip dari

Dhammadhīro (2014:xiii-xvi).

Aksara Hidup atau Vokal Aksara hidup atau vokal dalam bahasa

Pāli berjumlah 8 buah, yang menurut panjang

pendeknya dibedakan menjadi dua, yakni: vokal

pendek dan vokal panjang. Kedelapan vokal Pāli

adalah sebagai berikut:

Vokal pendek: a, i, u

Vokal panjang: ā, ī, ū, e, o

Vokal pendek disuarakan separoh tempo

vokal panjang. Pembandingan pendek dan

panjangnya vokal di atas dapat dicermati melalui

pelafalan suku kata dalam bahasa Indonesia

sebagai berikut: Vokal pendek terdapat dalam

pelafalan vokal pada suku kata yang

berkonsonan akhir, sedangkan vokal panjang

terdapat dalam pelafalan vokal pada suku kata

yang tak berkonsonan akhir, terutama sekali

tampak jelas pada suku kata terakhir dalam satu

kata. Khusus untuk vokal e dan o, apabila diikuti

dengan konsonan akhir, dilafalkan pendek.

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu

Pengetahuan Contoh:

can-di: a terlafalkan pendek; i terlafalkan panjang. pin-tu: terlafalkan pendek; u terlafalkan panjang. jum-pa: terlafalkan pendek; a terlafalkan panjang. go-res: terlafalkan panjang; e terlafalkan

pendek, dsb.

Pelafalan vokal pendek dan panjang

dalam bahasa Pāli bisa diperbandingkan dengan

pendek dan panjangnya vokal di atas. Aksara Mati atau Konsonan

Aksara mati dalam bahasa Pāli berjumlah

33 buah, yaitu;

k kh g gh ṅ

c ch j jh ñ

ṭ ṭh ḍ ḍh ṇ

t th d dh n

p ph b bh m

y r l v s h ḷ ṁ Ada beberapa lambang dan pelafalan konsonan

Pāli yang kurang umum pemakaiannya dalam

bahasa Indonesia: · Konsonan: kh, gh, cb, jb, ṭb, ḍb, tb, db, pb,

dan bb, adalah suatu fonem, bernada

kasar. Pelafalannya dilakukan dengan

menyuarakan lambang konsonan pertama

yang sama dengan awal penyuaraannya

lambang dengan membuka pita suara

sedikit demi sedekit baru kemudian

dibuka lebar setelah vokal yang mengikuti

dilafalkan. · Konsonan yang bertanda titik bawah, yakni:

ṭ, ṭb, ḍ, ḍb, ṇ, dan ḷ ber-artikulasi daerah

depan lidah (daerah di antara tengah dan

ujung lidah). Cara pelafalannya, daerah

depan lidah (daerah antara tengah langit-

langit dan pangkal gigi atas). contoh: Pembunyian kata bahasa Jawa kuthuk (kuṭuk)

yang berarti anak ayam berbeda dengan kata

kutuk yang berarti serapah. · Konsonan t, tb, d, db, dan n kelimanya ber-

artikulasi di ujung lidah. Cara pelafalannya,

ujung lidah tersebut disentuhkan ke daerah

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Page 7: PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DALAM …

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan

gigi depan.

contoh:

Pembunyian kata bahasa Jawa wedi yang

berarti takut berbeda dengan kata wedhi

(weḍi) yang berarti pasir. · Aksara ṅ dan ṁ, dilafalkan seperti ng; dan

ṅg dilafalkan ngg. contoh: saṅkhārā

dibaca: sang-khā-rā. sukhaṁ: dibaca su-

khang. aṅguttara dibaca: ang-gut-ta-ra. · Aksara ñ dilafalkan seperti ny; dan ññ

dilafalkan seperti nny. contoh:

ñāṇa dibaca nyā-ṇa. paññā dibaca: pan-

nyā. · Konsonan h yang terletak setelah

konsonan lain dilafalkan bersamaan

dengan konsonan tersebut.

contoh:

mayhaṁ dibaca may-(y)hang; tumhaṁ

dibaca tum-(m)hang, dsb. · Konsonan v dilafalkan seperti konsonan

w, bukan f. · Pada satu suku kata yang berkonsonan

akhir, aksara akhir tetap diusahakan

dilafalkan.

contoh:

buddhaṁ dibaca: bud-dhang, bukan bu-

dhang atau bū-dhang. Dhammaṁ dibaca:

dham-mang, bukan dha-mang atau dhā-

mang. Pembacaan syair

pembacaan wacana dalam bentuk syair

dilakukan dengan mengikuti perbaris hingga

kata yang ada di masing-masing baris terbaca

habis lalu dilanjutkan ke baris berikutnya. contoh: Na hi verena verāni s a m m a n t ī d h a

kudācanaṁ averena ca sammanti esa dhammo sanantano. setelah „Na hi verena verāni‟ dibaca, pembacaan

diteruskan ke baris yang sama, yakni

„sammantīdha kudācanaṁ. Bahasa Pāli dan Intonasi Pengucapan dalam bahasa Pāli dilakukan

49 dengan nada datar. Berbahasa Pāli adalah bahasa

bertekanan, yaitu tiap suku katanya mengandung

tekanan, tekanan ringan dan tekanan berat.

Tekanan ringan (lahu) terdapat pada suku kata

yang bervokal pendek (tanpa diikuti konsonan

akhir), contoh: sugatibhava. Sedangkan tekanan

berat (garu) terdapat pada suku kata yang bervokal

panjang atau berkonsonan akhir, contoh:

sammāsambuddho. Suku kata bertekanan ringan

dibacakan dengan tempo pendek, dengan cara

pembacaannya, begitu vokal dalam suku kata

bertekanan ringan tersebut dibacakan, sekedar

cukup dapat dikenali jenis vokal yang dibacakan,

segera mungkin pembaca beranjak menuju ke

pembacaan suku kata berikutnya, kalaupun suku

kata berikutnya itu adalah bagian dari kata

berikutnya. Suku kata bertekanan ringan yang

berada di akhir satu baris atau di tempat-tempat

yang rasanya perlu untuk berhenti bisa dilafalkan

dengan tekanan berat. Suku kata bertekanan berat

ada beberapa jenis, dibacakan dengan tempo

panjang, dengan masing-masing dibacakan dengan

cara sebagai berikut: a. Untuk suku kata yang terdapat vokal

panjang, pembaca membacakan vokal

panjang dalam suku kata tersebut agak

panjang, kira-kira dua kali tempo vokal

pendek, baru menuju kepembacaan

selanjutnya.

contoh:

pāṇātipātā veramaṇī : pa(a)-ṇa(a)-ti-

pa(a)-ta(a) ve(e)-ra-ma-ṇi(i)

sīlesu susamāhito : si(i)-le(e)-su su-sa-ma(a)-hi-to(o)

b. Untuk suku kata yang terdapat konsonan

akhir jenis bunyi selancar (ṅ, ñ, ṇ, n, m, y,

r, l, v, s, h, l, m), pembaca setelah

membacakan vokal dalam suku kata

tersebut, membacakan konsonan akhir

dengan bertahan menyuarakan konsonan

tersebut barang sebentar, baru menuju

kepembacaan suku kata selanjutnya.

contoh:

Bhagavantaṁ saranaṁ : bha-ga-van(n)-

taṁ(ṁ) sa-ra-naṁ(ṁ)

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Page 8: PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DALAM …

50

Dhammañcare : dham(m)- mañ(ñ)-ca-re(e)

c. Untuk suku kata yang terdapat konsonan

akhir jenis bunyi macet (k, g, c, j, ṭ, ḍ, t, d,

p, b), pembaca setelah membacakan vokal

dalam suku kata tersebut, membacakan

konsonan akhir dengan bertahan dalam

kesenyapan barang sebentar, baru menuju

kepembacaan suku kata berikutnya.

Contoh:

Sabbasampattisiddhiya: sab(-)-ba-sam(m)-

pat(-)-dhi-ya(a)

Niccaṁ vuḍḍhāpacāyino: nic(-)-caṁ(ṁ)

vuḍ(-)-ḍha(a)-pa-ca(a)-yi-no(o).

Pada jenis demikian ini, beberapa tradisi

pembacaan menggunakan ekor suara ṅ, ñ,

ṇ, n, m, dengan ketentuan sebagai berikut:

ekor suara ṅ mengikuti konsonan akhir k

dan g

contoh:

cakkaṁva vahato padaṁ: cak(ṅ)-kaṁ(ṁ)-

va va-ha-to(o) pa-daṁ(ṁ)

ekor suara ñ mengikuti konsonan akhir c

dan j

contoh:

nic(ñ)-caṁ(ṁ) vuḍ(ṇ)-ḍha(a)-pa-ca(a)-yi-

no(o)

ekor suara ṇ mengikuti konsonan akhir ṭ

dan ḍ

contoh:

nic(ñ)-caṁ(ṁ) vuḍ(ṇ)-ḍha(a)-pa-ca(a)-yi-

no(o)

ekor suara n mengikuti konsonan akhir t

dan ḍ

contoh:

appamattā na mīyanti: ap(m)-pa-mat(n)-

ta(a) na mi(i)-yan(n)-ti(/i)

ekor suara m mengikuti konsonan akhir p

dan b

contoh:

manopubbaṅgamā: ma-no(o)-pub(m)-

baṅ(ṅ)-ga-ma(a)

d. Sesekali suku kata bertekanan berat

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan

terbentuk dari vokal panjang (ā, ī, dan ū)

dan diikuti konsonan akhir. Untuk suku

kata demikian, vokal panjang dibacakan

sesuai ketentuan butir a, dan konsonan

akhir dibacakan sesuai ketentuan butir b

dan c. Bahasa Pāli dan pelantunan

Pelantunan di sini dimaksudkan

mengalunkan dengan ritme lagu, atau

melagukan. Pelantunan wacana Pāli telah

banyak dilakukan oleh masyarakat Buddhis di

banyak wilayah termasuk di Indonesia, terutama

dalam bentuk syair (Kitab Suci Dhammapada).

Membacakan wacana Pāli dengan melantunkan,

dengan demikian bisa dilakukan. Sedikit catatan

dalam hal ini adalah pembaca tetap perlu

mengindahkan ketentuan tata baca dan tata

tekanan bahasa dalam bahasa Pāli. Irama

pelantunan pembacaan Kitab Suci Dhammapada

dalam penelitian ini menggunakan irama

Sarabanña. Dalam pembacaan Kitab Suci

Dhammapada terdapat tiga intonasi yaitu

magadha, sarabannya, dan samyoga.

Berdasarkan wawancara dengan Dr.

Santacitto dapat dijelaskan membaca dengan

menggunakan magadha yaitu membaca Kitab Suci

Dhammapada nada normal yaitu fase perfase.

Samyoga artinya kombain, atau dikombinasi.

Maka dalam pembacaan wacana Pāli baik paritta

dan Dhammapada dengan menggunakan cara

samyoga akan saling sambung menyambung,

seperti kita baca Jaya Paritta. Sarabanya adalah

sebuah cara pembacaan dengan cara sedikit

mendayu seperti dilagukan, ada intonasinya.

Membaca ajaran Guru Buddha dengan

menggunakan sarabanya sudah tercatat dalam

Tipitaka terdapat dalm Udana. Pembacaan

athakavagga dengan menggunakan sarabanya

dilakukan Bhikkhu Sonakuti Khana, murid

Bhikkhu Mahakacayana, ketika diminta oleh Guru

Buddha untuk membacakan athakavagga. Guru

Buddha sangat memuji Bhikkhu Sonakuti Khana

saat membacakan athakavagga dengan

menggunakan sarabanya, suaranya jelas, lagunya

jelas. Pembacaan dengan menggunakan intonasi

sarabanya juga dilakukan oleh

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Page 9: PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DALAM …

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Upasika Velukandhaki pagi-pagi membacakan

parayanavagga bagian dari Sutta Nipata, yang oleh

Sang Buddha diajarkan kepada 16 murid dari

Bavali. Suatu kali saat pembacaan ini ada dewa

yang datang memuji suara dari Velukandhaki.

Ajaran Buddha yang terdapat dalam Kitab

Suci Dhammapada bila dibaca dengan tekun

akan menjadi kekuatan untuk menghadapi

berbagai macam persoalan. Kondisi kehidupan

yang diliputi kebahagiaan dan ketidakpuasan

akan mengkondisikan batin seseorang menjadi

terpengaruh. Misalnya berpisah dengan orang

yang dicinta akan menyebabkan batin menjadi

tergoncang. Bahkan peristiwa kematian akan

menyebabkan kesedihan bagi yang ditinggalkan.

Maraknya tanyangan televisi yang kurang

mendidik misalnya pergaulan bebas,

penyalahgunaan narkoba akan berpengaruh

terhadap pikiran, ucapan, dan perbuatan generasi

muda. Disinilah pentingnya membaca Kitab Suci

Dhammapada sebagai penguat batin supaya

memiliki batin yang seimbang dan tidak mudah

terpengaruh terhadap ketidaksenangan.

Melalui syair-syair Kitab Suci Dhammapada

Buddha mengajak para siswa Beliau untuk

mencapai memahami berbagai kondisi kehidupan

yang diliputi kesenangan dan ketidaksenangan.

Sebagai siswa yang beragama Buddha sangat

diharapkan senantiasa membaca Kitab Suci

Dhammapada dalam kehidupan sehari-hari tanpa

rasa malas. Dhammapada merupakan dasar bagi

pembelajaran dan panduan spiritual untuk

mencapai tiga tujuan utama dalam ajaran Buddha;

kesejahteraan di sini dan saat ini, kelahiran yang

baik pada kehidupan berikutnya, dan tercapainya

keterbebasan batin dari dukha. (Handaka, 2014).

Berdasarkan kutipan di atas dapat disintesiskan

bahwa membaca Kitab Suci Dhammapada penting

dilakukan sebagai upaya untuk mencapai tujuan

dalam agama Buddha. Melalui pesan-pesan moral

yang terkandung dalam syair-syair Dhammapada

dapat menjadi sebuah dasar berperilaku dalam

kehidupan sehari-hari, sehingga terwujud siswa

beragama Buddha yang berbudi luhur.

Setelah membaca secara keseluruhan

51 pembaca seyogyanya membaca beberapa ayat atau

satu kelompok setiap hari tanpa rasa malas, secara

seksama, sembari merenungi ayat-ayat tersebut,

memiliki kemengenaannya terhadap kehidupan,

lalu menerapkannya sebagai pedoman perilaku.

Jika ini dilakukan secara berulang, dengan

kegigihan dan ketekunan, Dhammapada akan

membimbing pembacanya menemukan

kebahagiaan yang jauh lebih besar daripada apa

pun yang ada di dunia ini (Handaka, 2014).

Kegiatan membaca Kitab Suci Dhammapada akan

mendatangkan manfaat dalam kehidupan ini

maupun dalam kehidupan yang akan datang.

Aktivitas membaca Dhammapada akan

membimbing kesiapan mental dalam menghadapi

kondisi kehidupan. Pesan-pesan moral yang

terkandung dalam Kitab Suci Dhammapada dapat

menguatkan batin dari segala bentuk kebenciaan,

keserakahan, dan kegelapan batin.

Penelitian ini tentunya tidak terlepas dari

penelitian terdahulu. Adapun penelitian relevan

yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sudiarti

(2015) dengan judul “Peningkatan Keterampilan

Membaca Teks Arab Gundul melalui Aktifitas

Membaca Intensif Berbasis Gramatikal: Studi

Kasus Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab IAIN

STS Jambi” dalam Jurnal FENOMENA,

Volume 7, No 1, 2015. Hasil penelitian Sudiarti

menjelaskan bahwa Peningkatan ketrampilan

membaca teks arab tanpa syakal setelah

diadakan pelatihan dan pembelajaran, maka

hasilnya meningkat, walaupun pada awal

sebelum pembelajaran, tampak hasil nilai

mereka sangat rendah, tapi setelah diadakan

pembelajaran kemampuan mahasiswa

mengalami peningkatan (Sudiarti, 2015:42).

Relevansi penelitian ini dengan penelitian

Sudiarti yaitu peneliti sama-sama mengkaji

keterampilan membaca, dan peneliti sama-sama

menggunakan studi kasus. Perbedaan penelitian

ini dengan penelitian Sudiarti yaitu penelitian ini

berfokus pada keterampilan membaca Kitab

Suci Dhammapada sedangkan Sudiarti berfokus

pada keterampilan membaca Teks Arab Gundul.

Penelitian relevan lainnya yaitu penelitian

yang dilakukan oleh Miftakhul, dkk (2013)

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Page 10: PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DALAM …

52

dalam Journal of Arabic Learning and Teaching

LISANUL ARAB 2 (1) (2013). yang berjudul

Pengoptimalan Keterampilan Membaca Bahasa

Arab dengan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Di

Kelas VII H MTs Negeri Kendal Tahun

2012/2013. Hasil penelitian Miftakhul

menjelaskan, terjadi pengoptimalan keterampilan

membaca bahasa Arab dengan model pembelajaran

tutor sebaya. Hal ini dapat diketahui berdasarkan

nilai rata-rata dari siklus I dan siklus II, yaitu:

pertemuan pertama siklus I 56,3, pertemuan kedua

siklus I 65,5. Dan pertemuan pertama siklus II 77,5

dan pertemuan kedua siklus II 84,1. Dari hasil

tersebut diperoleh prosentase kenaikan dari

pertemuan I ke pertemuan II sebesar 16,3%,

pertemuan II ke pertemuan III 18,3%, dan dari

pertemuan III ke pertemuan IV sebesar 8,5%.

(Miftakhul, dkk., 2013:20-21). Penelitian

Miftakhul, dkk., dan penelitian ini memiliki

relevansi yaitu sama-sama mengkaji keterampilan

membaca terkait kegiatan keagamaan. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian Miftakhul,

dkk.,yaitu penelitian ini berfokus pada

keterampilan membaca Kitab Suci Dhammapada,

sedangkan penelitian Miftakhul, dkk., berfokus

pada keterampilan membaca bahasa Arab.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat penelitian ini adalah Kabupaten

Banyumas. Waktu pelaksanaan penelitian ini

adalah bulan Juli s.d November 2016. Penelitian

ini menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif. Jenis penelitian adalah studi kasus.

studi kasus merupakan proses penelitian dimana

peneliti mengamati perilaku individu yang

dilakukan secara mendalam untuk menghimpun

data terkait proses aktifitas membaca Kitab Suci

Dhammapada serta peran guru dalam

meningkatkan keterampilan membaca Kitab Suci

Dhammapada di Kabupaten Banyumas.

Data dan sumber data berasal dari (a)

informan; (b) tempat dan peristiwa; dan (c)

dokumen). Informan dalam penelitian ini adalah

guru pendidikan agama Buddha dan siswa

beragama Buddha di Kabupaten Banyumas.

Tempatnya yaitu sekolah-sekolah formal di

Kabupaten Banyumas yang terdapat siswa

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan

beragama Buddha. Peristiwa disini terkait peran

guru dalam meningkatkan keterampilan membaca

Kitab Suci Dhammapada di Kabupaten Banyumas.

Dokumen yaitu dokumen-dokumen pendukung

yang menggambarkan peran guru pendidikan

agama Buddha dalam meningkatkan keterampilan

membaca Kitab Suci Dhammapada di Kabupaten

Banyumas.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian

ini dilakukan melalui wawancara, observasi.

Validitas data yang pergunakan dalam

penelitian ini adalah; (a) trianggulasi data; dan

trianggulasi metode. Trianggulasi dalam

penelitian ini berfungsi untuk memperjelas data

dalam penelitian sehingga diperoleh data

penelitian yang valid.

Pada penelitian ini teknik analisis data

menggunakan model analisis interaktif

(interactive model of analysis).

HASIL PENELITIAN

DAN PEMBAHASAN

Lokasi penelitian adalah di Kabupaten

Banyumas. Wilayah Kabupaten Banyumas

terletak di sebelah Barat Daya dan bagian dari

Propinsi Jawa Tengah. Batas wilayah Kabupaten

Banyumas, yaitu: sebelah Utara berbatasan

dengan Gunung Slamet, Kabupaten Tegal, dan

Kabupaten Pemalang. Sebelah Selatan

berbatasan dengan Kabupaten Cilacap. Sebelah

Barat berbatasan dengan Kabupaten Cilacap dan

Kabupaten Brebes. Sebelah Timur berbatasan

dengan Kabupaten Purbalingga, Kabupaten

Kebumen, dan Kabupaten Banjarnegara. Subjek

penelitian adalah para guru dan siswa

pendidikan agama Buddha di Kabupaten

Banyumas. Guru Pendidikan Agama Buddha di

Kabupaten Banyumas berjumlah 10. Jumlah

siswa yang beragama Buddha berjumlah 160. 1. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama

Buddha dalam meningkatkan

keterampilan membaca Kitab Suci

Dhammapada di Kabupaten Banyumas?

Kitab Suci Dhammapada merupakan salah

satu bagian dari Kitab Suci Tipitaka.

Dhammapada mengandung pesan-pesan

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Page 11: PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DALAM …

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan

kebaikan yang menjadi warisan luhur Guru

Agung Buddha Gotama. Keterampilan

membaca Kitab Suci Dhammapada bagi

siswa sangatlah penting. Pembacaan Kitab

Suci Dhammapada dapat mengkondisikan

siswa tertarik dan semakin percaya diri

dengan ajaran Guru Agung Buddha Gotama.

Ayat-ayat dalam Kitab Suci Dhammapada

bisa menjadi dasar pola pikir dan perilaku

siswa baik di sekolah maupun di rumah. Isi

Dhammapada mengajarkan untuk

menghindari perbuatan jahat, namun

sebaliknya dianjurkan untuk melakukan

perbuatan baik secara jarmani, ucapan dan

pikiran. Siswa beragama Buddha jika

mempraktikkan isi Kitab Suci Dhammapada

tentunya akan hidup berbahagia. Siswa akan

senantiasa bergaul dengan teman-teman

yang baik dan tidak terjerumus dalam

pergaulan. Siswa akan menghindari

penyalahgunaan narkoba yang menjadi

perusak generasi muda.

Kitab Suci Dhammapada dituliskan

dengan menggunakan bahasa Pāli.

Keterampilan membaca Kitab Suci

Dhammapada dapat membantu siswa

memahami tata cara membaca bahasa Pāli

secara baik dan benar. Tesk bahasa Pāli

terikat oleh tanda baca misalnya pelafalan

panjang dan pendek suatu huruf, huruf

vocal dan huruf konsonan. Ketepatan

dalam membaca bahasa Pāli sesuai dengan

kaidah sangat berpengaruh terhadap

makna dari teks Dhammapada.

Isi Kitab Suci Dhammapada yang dibaca

siswa akan memberikan sebuah pemahaman

bahwa isi Kitab Suci Dhammapada sangat

relevan dalam kehidupan saat ini. Hal ini

menunjukkan bahwa Dhamma yang telah

diajarkan Guru Agung Buddha 2600 tahun

yang lalu sangat relevan dengan kondisi saat

ini. Siswa menjadi semakin mempercayai

keberan Dhammapada sehingga keyakinan

siswa tidak akan mudah goyah.

Keterampilan membaca Kitab Suci

Dhammapada dapat

53 meningkatkan kepercayaan pada diri siswa

sehingga menjadi pemberani dan penuh rasa

percaya diri serta tidak mudah minder. Sifat

pemberani sangat penting sebagai bekal

siswa untuk mempersiapkan diri sebagai

pemimpin dimasa yang akan datang. Guru

Agung Buddha Gotama dalam Kitab Suci

Dhammapada menjelaskan tentang

pentingnya menjadi diri yang penuh

semangat, dan tidak minder. Bila ajaran

yang terkandung dalam Kitab Suci

Dhammapada dipraktikan dalam pergaulan

tentunya tercipta generasi muda beragama

Buddha yang penuh percaya diri dan tidak

mudah minder. Guru pendidikan agama Buddha di

Kabupaten Banyumas memiliki peran

dalam meningkatkan keterampilan

membaca Kitab Suci Dhammapada. Peran

guru dalam meningkatkan keterampilan

membaca Dhammapada yaitu melatih

siswa membaca Kitab Suci Dhammapada.

Selain sebagai pelatih guru menjadi

penyelenggara perlombaan membaca

Kitab Suci Dhammapada antar vihara.

Lomba membaca Kitab Suci

Dhammapada dilaksanaan menjelang

peringatan Hari Tri Suci Waisak dan saat

Dhammacamp. Selain sebagai pelatih

guru juga sebagai juri dalam lomba

membaca Kitab Suci Dhammapada. Pelatihan membaca Kitab Suci

Dhammapada dilakukan saat di sekolah

menyelenggarakan kegiatan Pesantren Kilat.

Selain saat Pesantren Kilat guru juga

melatih siswa membaca Kitab Suci

Dhammapada saat di vihara walaupun tidak

secara rutin. Saat pembelajaran guru

memperkenalkan Kitab Suci Dhammapada

serta membimbing membaca Dhammapada.

Guru membimbing siswa membaca Kitab

Suci Dhammapada dengan menekankan

pada panjang pendeknya nada dan aturan

dalam pembacaan bahasa Pāli. Guru memberikan pelatihan membaca

Kitab Suci Dhammapada selain dilakukan

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Page 12: PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DALAM …

54

di sekolah formal juga disekolah nonformal.

Contohnya saat penyelenggarakan SMB

(Sekolah Minggu Buddha). Guru melatih

keterampilan membaca Kitab Suci

Dhammapada di vihara biasanya dilakukan

saat menjelang Hari Raya Waisak dan

persiapan perlombaan. Adapun perlombaan

yang telah diikuti seperti sippa Dhamma dan

Svayamvara.

Guru telah mengkondisikan siswa untuk

terampilmembacaKitabSuciDhammapada.

Guru berupaya menciptakan siswa yang

beragama Buddha yang memiliki perilaku

baik. Ajaran dalam Dhammapada dijadikan

pedoman bagi guru dalam menumbuhkan

sifat-sifat baik dalam diri siswa. Saat

pembelajaran guru melatih untuk terampil

membaca Kitab Suci Dhammapada. Guru

juga memberikan penjelasan tentang setiap

arti yang terkandung dalam syair-syair

Dhammapada yang telah di baca.

Berdasarkan uraikan di atas menunjukan

peran guru pendidikan agama Buddha di

Kabupaten Banyumas dalam meningkatkan

keterampilan membaca Kitab Suci

Dhammapada yaitu melatih siswa membaca

Kitab Suci Dhammapada baik di sekolah

formal maupun di sekolah nonformal seperti

Sekolah Minggu Buddha (SMB).

2. Hambatan-hambatan apa yang dialami

dalam meningkatkan keterampilan

membaca Kitab Suci Dhammapada di

Kabupaten Banyumas?

Keterampilan membaca Kitab Suci

Dhammapada di Kabupaten Banyumas

belum optimal. Hambatan-hambatan yang

dialami dalam meningkatkan keterampilan

membaca Kitab Suci Dhammapada yaitu

kurang tepatnya cara membaca teks

bahasa Pāli. Pembacaan dalam Kitab Suci

Dhammapada bahasa Pāli sangat terikat

pada tanda baca. Siswa masih kurang

mampu membacakan Dhammapada sesuai

kaidah tanda baca dalam bahasa Pāli.

Akibatnya sering terjadi kesalahan bahkan

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan

penyimpangan makna.

Siswa mengalami kesulitan dalam

membaca teks Dhammapada bahasa Pāli.

Akibatnya terjadi kesalahan saat berlatih

membaca Kitab Suci Dhammapada. Huruf

yang seharusnya dilafalkan panjang

namun dilafalkan pendek. Begitu pula

huruf yang seharusnya dilafalkan pendek,

dilafalkan panjang. Siswa juga mengalami

kesulitan perihal intonasi dalam membaca

Kitab Suci Dhammapada. Kurang fokus

menjadi penyebab siswa belum menguasai

pelafalan tanda baca dan intonasi dalam

membaca Kitab Suci Dhammapada.

Penyebab siswa tidak memahami tanda baca

karena semangat belajar membaca

Dhammapada masih belum optimal. Saat

siswa diminta membaca masih malu. Siswa

kurang percaya diri saat berlatih membaca

Kitab Suci Dhammapada. Saat guru

memberikan tugas membaca Dhammapada

secara bergantian banyak yang tidak mau.

Siswa sering mengalami kesalahan dalam

membacakan huruf vocal dan konsonan.

Siswa kurang terbiasa dalam membaca

bahasa Pāli sehingga mengalami kesulitan

dalam membacakan syair Dhammapada.

Siswa saat membaca satu syair berpindah ke

syair yang lain sering lupa cara membaca

syair sebelumnya. Saat membaca

Dhammapada siswa terlalu cepat sehingga

sering mengalami kesalahan.

Kurang ketersediaan buku Kitab Suci

Dhammapada juga menjadi hambatan

dalam meningkatkan keterampilan

membaca Dhammapada. Tempat

pembelajaran yang kurang mendukung juga

menjadi permasalahan dalam meningkatkan

keterampilan membaca Kitab Suci

Dhammapada. Kurang buku serta tempat

pembelajaran yang mendukung

pembelajaran menyebabkan siswa menjadi

kurang optimal dalam belajar. Ada beberapa

sekolah saat pembelajaran Dhammapada

belum menyediakan tempat yang memadai,

sehingga keterampilan

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Page 13: PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DALAM …

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan

membaca Dhammapada belum optimal.

Beberapa siswa tempat tinggal jaraknya

berjauhan, sehingga kurang optimal dalam

berlatih membaca Kitab Suci

Dhammapada. Beberapa siswa mengalami

ketergantungan dalam hal kehadiran. Jika

ada teman yang tidak hadir cendrerung

diikuti oleh teman lainnya. Banyak tugas

dari sekolah menjadi salah satu penyebab

kurang optimalnya keterampilan membaca

Kitab Suci Dhammapada. 3. Bagaimana cara mengatasi hambatan-

hambatan dalam meningkatkan

keterampilan membaca Kita Suci

Dhammapada di Kabupaten Banyumas?

Kurang optimalnya keterampilan membaca

Kitab Suci Dhammapada disebabkan oleh

berbagai hambatan baik dari segi siswa

maupun sarana dan prasarana pendukung.

Berbagai hambatan yang muncul dalam

meningkatkan keterampilan membaca Kitab

Suci Dhammapada menuntut perhatian dan

solusi pemecahanya. Cara mengatasi

hambatan-hambatan dalam meningkatkan

keterampilan membaca Kitab Suci

Dhammapada di Kabupaten Banyumas yaitu

guru memberikan motivasi dan semangat

belajar membaca Kitab Suci Dhammapada.

Guru mengkondisikan suasana pelatihan

membaca Kitab Suci Dhammapada yang

menyenangkan. Guru hendaknya tidak

mudah memarahi siswa jika mengalami

kesalahan dalam membaca Kitab Suci

Dhammapada sesuai dengan kaida bahasa

Pāli. Jika siswa melakukan kesalahan

hendaknya segera ditunjukkan pembacaan

secara benar dengan penuh keramahan. Saat

melatih keterampilan membaca Kitab Suci

Dhammapada hendanya tidak membentak-

bentak siswa. Mengkondisikan siswa

membaca Kitab Suci Dhammapada setiap

hari. Mengkondisikan siswa membaca Kitab

Suci Dhammapada sebelum pembelajaran

pendidikan agama Buddha dimulai sehingga

siswa tidak merasa

55

asing dengan Kitab Suci Dhammapada.

Saat pembelajaran yang ada kaitannya

dengan isi Kitab Suci Dhammapada guru

juga melatih siswa membaca Kitab Suci

Dhammapada baik dalam bahasa Pāli dan

bahasa Indonesia. Disetiap akhir pelatihan

guru perlu memberikan evaluasi sehingga

dapat diketahui letak kesalahan siswa

dalam membaca Kitab Suci Dhammapada.

Jadi siswa diberikan kondisi sering

membaca, maka keterampilan siswa

dalam membaca Kitab Suci Dhammapada

akan semakin optimal.

Proses pelatihan membaca Dhammapada

peran guru sangat penting. Guru hendaknya penuh

semangat dalam melatih siswa membaca

Dhammapada. Guru perlu memberikan motivasi

kepada siswa bahwa siswa mampu membaca Kitab

Suci Dhammapada. Guru hendaknya

membangkitkan rasa percaya diri pada diri siswa,

sehingga rasa optimisme siswa muncul. Pelatihan

membaca Kitab Suci Dhammapada dilakukan

secara rutin. Melalui jadwal pelatihan yang rutin

siswa akan semakin terampil membaca Kitab Suci

Dhammapada. Pelatihan dalam membaca Kitab

Suci Dhammapada tidak hanya cukup sekali,

namun harus konsisten sesuai dengan jadwal. Guru

dan siswa harus berkomitmen terhadap jadwal

pelatihan membaca Kitab Suci Dhammapada yang

telah disepakati. Menjaga konsentrasi saat

membaca Kitab Suci Dhammapada. Saat berlatih

membaca Kitab Suci Dhammapada hendaknya

lebih memahami tata cara membaca kaidah tata

bahasa Pāli. Konsentrasi hendaknya dijaga supaya

terhindar dari kesalahan pembacaan wacana Pāli.

Keterlibatkan pengelola sekolah, pihak

pemerintah dan pihak terkait memiliki peran

penting dalam meningkatkan keterampilan

membacaKitabSuciDhammapada.Kepalasekolah

hendaknya menyediakan jadwal pendalaman kitab

suci bagi siswa beragama Buddha. Melalui jadwal

pendalaman kitab suci, maka siswa yang beragama

Buddha akan memperoleh kondisi belajar Kitab

Suci Dhammapada disekolah secara optimal di

sekolah formal. Seringnya pelatihan membaca

Kitab Suci maka keterampilan

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Page 14: PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DALAM …

56

membaca Kitab Suci Dhammapada akan semakin

optimal. Pihak Pemerintah dalam hal ini Dirjen

Bimas Buddha maupun Sekolah Tinggi Agama

Buddha perlu mengadakan pelatihan tentang

keterampilan membaca Kitab Suci Dhammapada

khususnya kepada guru sebagai bekal melatih

siswa. Guru sebagai penyelenggara pendidikan

memerlukan petunjuk teknis yang sesuai dengan

kaidah cara membaca Kitab Suci Dhammapada

yang berbentuk CD. Pihak pemerintah melalui

Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Buddha

hendaknya menyiapkan pedoman cara membaca

Kitab Suci Dhammapada sesuai dengan kaida

pembacaan Pāli wacana dalam bentuk aplikasi

sehingga di downloud. Perguruang tinggi dalam

hal ini STAB sebagai penyelenggara tri dharma

perguruan tinggi hendaknya keterlibatan kampus

dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat

yaitu lebih dioptimalkan keterlibatan mahasiswa

dalam memberikan pelatihan membaca Kitab Suci

Dhammapada bagi masyarakat.

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penilitian dan

pembahasan yang telah diuraiakan, maka peneliti

dapat mengambil simpulan, yaitu:

Peran guru dalam meningkatkan

keterampilan membaca Dhammapada yaitu melatih

siswa membaca Kitab Suci Dhammapada. Selain

sebagai pelatih guru menjadi penyelenggara

perlombaan membaca Kitab Suci Dhammapada

antar vihara dan saat Dhammacamp. Guru juga

melatih siswa membaca Kitab Suci Dhammapada

saat kegiatan SMB walaupun tidak secara rutin.

Saat pembelajaran guru memperkenalkan Kitab

Suci Dhammapada serta membimbing membaca

Dhammapada. Saat pembelajaran guru melatih

untuk terampil membaca Kitab Suci Dhammapada.

Hambatan-hambatan yang dialami dalam

meningkatkan keterampilan membaca Kitab Suci

Dhammapada yaitu kurang tepatnya dalam

membacakan aksara Pāli. Akibatnya terjadi

kesalahan saat berlatih membaca Kitab Suci

Dhammapada. Siswa juga mengalami

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan

kesulitan perihal intonasi dalam membaca Kitab

Suci Dhammapada. Siswa kurang percaya diri

saat berlatih membaca Kitab Suci Dhammapada.

Kurang ketersediaan buku Kitab Suci

Dhammapada juga menjadi hambatan dalam

meningkatkan keterampilan membaca

Dhammapada.

Cara mengatasi hambatan-hambatan dalam

meningkatkan keterampilan membaca Kitab Suci

Dhammapada di Kabupaten Banyumas yaitu guru

memberikan motivasi dan semangat belajar

membaca Kitab Suci Dhammapada. Guru

mengkondisikan suasana pelatihan membaca Kitab

Suci Dhammapada yang menyenangkan.

Mengkondisikan siswa membaca Kitab Suci

Dhammapada sebelum pembelajaran pendidikan

agama Buddha. Saat pembelajaran yang ada

kaitannya dengan isi Kitab Suci Dhammapada

guru juga melatih siswa membaca Kitab Suci

Dhammapada baik dalam bahasa Pāli dan bahasa

Indonesia. Guru hendaknya membangkitkan rasa

percaya diri pada diri siswa, sehingga rasa

optimisme siswa muncul. Pelatihan membaca

Kitab Suci Dhammapada dilakukan secara rutin.

Kepala sekolah hendaknya menyediakan jadwal

pendalaman kitab suci bagi siswa beragama

Buddha. Pihak Pemerintah dalam hal ini Dirjen

Bimas Buddha maupun Sekolah Tinggi Agama

Buddha perlu mengadakan pelatihan tentang

keterampilan membaca Kitab Suci Dhammapada

khususnya kepada guru. Pihak pemerintah melalui

Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Buddha

hendaknya menyiapkan pedoman cara membaca

Kitab Suci Dhammapada sesuai dengan kaida

pembacaan Pāli wacana dalam bentuk aplikasi

sehingga di downloud. B. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka

peneliti menyarankan sebagai berikut: 1. Siswa hendaknya meningkatkan

semangatnya mengikuti pelatihan

membaca Kitab Suci Dhammapada di

sekolah maupun di SMB. 2. Saat mengikuti pelatihan membaca Kitab

Suci Dhammapada, hendaknya siswa

lebih konsentrasi sehingga tidak sering

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Page 15: PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DALAM …

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan

mengalami kesalahan. 3. Siswa hendaknya lebih giat meningkatkan

keterampilan membaca Kitab Suci

Dhammapada. 4. Guru hendaknya meningkatkan kemampuan

dalam hal cara membaca Kitab Suci

Dhammapada dengan memperhatikan

kaidah pembacaan wacana Pāli.

5. Guru hendaknya dalam memberikan

pelatihan membaca Kitab Suci

Dhammapada mengkondisikan suasana

yang menyenangkan. 6. Kepala sekolah hendaknya menyediakan

jadwal pendalaman Kitab Suci Tipitaka

bagi siswa yang beragama Buddha. 7. Kepala sekolah hendaknya menyedian

ruang pembelajaran yang memadai bagi

siswa beragama Buddha. 8. Kepala sekolah hendaknya menyediakan

buku Dhammapada bagi siswa beragama

Buddha walaupun jumlahnya cukup

terbatas. 9. STAB hendaknya lebih optimal dalam

melaksanakan pengabdian kepada

masyarakat terutama memberikan

pendampingan bagi guru dalam

meningkatkan keterampilan membaca

Kitab Suci Dhammapada. 10. Pihak pemerintah dalam hal ini Direktur

Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha

Kementerian Agama Republik Indonesia

hendaknya menyelenggarakan pelatihan

membaca Kitab Suci Dhammapada serta

menyediakan sofwere aplikasi tentang

Kitab Suci Dhammapada.

DAFTAR PUSTAKA Achmad dan Alek. 2011. Bahasa Indonesia

untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Dhammadhīro. 2014. Pustaka Dhammapada

Pāli-Indonesia. Tanggerang Selatan: Saṅgha Theravāda Indonesia.

Hidayah, Miftakhul, Retno Purnama Irawati, dan

Zaim Elmubarok. 2013. Pengoptimalan

57

Keterampilan Membaca Bahasa Arab

dengan Model Pembelajaran Tutor

Sebaya di Kelas VII H MTS Negeri

Kendal Tahun 2012/2013. Journal of

Arabic Learning and Teaching LISANUL

ARAB 2 (1) (2013). pp17-22. Miles, B. Matthew dan A. Michael Hubermen.

2014. Qualitative Data Analysis:

Analisis Data Kualitatif. Penerjemah

Tjetjep Rohendi Ronidi. Jakarta:

Universitas Indonesia. Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya. Mukti, Wijaya Krishnanda. 2013. Wacana

Buddha Dharma. Jakarta: Yayasan

Dharma Pembangunan dan Sangha

Agung Indonesia. Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Memilih, Menyusun,

dan Menyajikan Cerita untuk Anak Usia

Dini. Yogyakarta: Tiara Wacana. Neuman, W. Lawrence. 2016. Social Research

Methods: Qualitative and Quantitative

Approaches: Metodologi Penelitian

Sosial: Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif. (Alih bahasa Edina T.

Sofia). Jakarta Barat: PT Indeks. Patton, Michael Quinn. 2009. How to Use

Qualitative Methods in Evaluation :

Metode Evaluasi Kualitatif. (alih

bahasa. Budi Puspo Priyadi).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pemerintah Kabupaten Banyumas. http://www.

banyumaskab.go.id, diunduh tanggal 01

Oktober 2016. Saddhono, Kundharu, dan St. Y. Slamet. 2014.

Pembelajaran Keterampilan Berbahasa

Indonesia Teori dan Aplikasi. Edisi 2.

Yogyakarta: Graha Ilmu. Stake, Robert E. 1992. “Studi Kasus Kualitatif”

dalam Norman K. Denzin dan Yvonna

S. Lincoln (Ed) The Sage Handbook of

Qualitative Research (Thrid Edition):

penerjemah Dariyanto: Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Sudiarti, Sri. 2015. Peningkatan Keterampilan

Membaca Teks Arab Gundul Melalui Aktifitas

Membaca Intensif Berbasis Gramatikal Studi

Kasus Mahasiswa

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Page 16: PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DALAM …

58 Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan

Bahasa dan Sastra Arab IAIN STS Jambi. Jurnal FENOMENA, Volume 7, No 1, 2015. pp31-44.

Sutopo, H.B.. 2006. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Edisi-2. Surakarta: Univiersitas Sebelas Maret.

Tarigan, Henry Guntur, 2008. Membaca sebagai

suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Vijjānanda, Handaka. 2014.

Dhammapada. Jakarta: Ehipassiko Foundation.

Widjaja, Hendra. 2013. Dhammapada Syair

Kebenaran. Jakarta: Ehipassiko Foundation.

Yin, R.K. 2015. Case Study Research Design

and Methods: Studi Kasus Desain dan Metode. (Alih bahasa M. Djuazi Mudzakir). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Page 17: PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DALAM …