GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha...

47
GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha Maitreya di Yogyakarta) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S. Th. I) Oleh: Fadhilah 11520025 JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015

Transcript of GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha...

Page 1: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

GENDER DALAM AGAMA BUDDHA

(Kajian terhadap Aliran Buddha Maitreya di Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Theologi Islam (S. Th. I)

Oleh:Fadhilah

11520025

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UIN SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2015

Page 2: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat
Page 3: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat
Page 4: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat
Page 5: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya kecil ini penulis persembahkan untuk:

Ayah dan Ibu tercinta yang mengiringi setiap langkahku dengan doa.

Terimakasih atas semua yang kalian berikan,

sehingga membuatku kuat dan dapat menjalani hidup sejauh ini.

Om-omku dan tanteku, adik-adikku,

teman-teman PA angkatan 2011,

Dan Almamater Universitas islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Page 6: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

vi

MOTTO

“.......Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaumsebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.......”

(Q. S Ar Ra’d: 11)

Page 7: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT atas

segala rahmat dan taufik-Nya kepada penulis yang telah diberi petunjuk, kekuatan

dan kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga

tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya

menuju jalan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Penyusunan skripsi ini merupakan kajian tentang “GENDER DALAM

AGAMA BUDDHA (Kajian Terhadap Aliran Buddha Maitreya di Yogyakarta)”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Kepada Ayah dan Ibuku yang sudah melahirkanku ke dunia ini dan

menjagaku hingga seperti ini

2. Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

3. Ketua dan Sekretaris Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin dan

Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

4. Ibu Dian Nur Anna, M. Ag. selaku Pembimbing Akademik yang memberikan

arahan mengenai judul skripsi yang diajukan.

5. Bapak Dr. H. Ahmad Singgih Basuki, M. A selaku Pembimbing skripsi, yang

telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan petunjuk dalam proses

penyusunan skripsi ini.

Page 8: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

viii

6. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islamdan

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan arahan dan

pelayanan dalam penyusunan skripsi.

7. Pandita Lusia Anggraini, selaku Pandita di Vihara Boddhicitta Maitreya

Yogyakarta yang telah memberikan izin dan fasilitas untuk penelitian.

8. Segenap pelaksana Vihara Boddhicitta Maitreya dan Umat Buddha Maitreya

yang ada di Yogyakarta yang telah berkenan memberikan arahan, kerja sama

dan bimbingannya pada peneliti selama penelitian.

9. Kepada semua instansi yang telah memberikan izin penelitian, sehingga

skripsi ini dapat berjalan dengan baik.

10. Nenek-kakek (Sahlan dan Haeni), yang telah membesarkan dan mendidik

penulis dengan penuh kecintaan, segala doa yang tiada henti, pengorbanannya,

perhatiannya, dan semua kasih sayang yang tiada ternilai. Kalian adalah

sumber inspirasiku dalam mengarungi samudra kehidupan.

11. Om-omku Abdul Hamid dan Abdul Syukur dan Tanteku Aitqoh yang selalu

memberikan dukungan bagi penulis dalam menjalani aktifitas.

12. Adik-adikku yang selalu memberikan semangat selalu memberikan dukungan

penuh dalam segala aspek.

13. Keluarga besar PA angkatan 2011 yang selalu member motivasi, dukungan,

bantuan serta semangat kepada penulis, sehingga terselesainya penulisan

skripsi ini.

14. Teman-temanku di kos Bali dan semua pihak yang terutama mbak Siska,

mbakYaya dan Mbak Faradila Anggraini yang telah membantu dalam

penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.

Page 9: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

ix

Kepada semua pihak tersebut di atas, penulis hanya bisa berdoa

semoga amal baik yang telah diberikan dapat diterima di sisi Allah SWT. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan

kritik yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan guna

kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat khususnya kepada penulis pribadi, dan pihak yang berkepentingan untuk

dijadikan sebagai bahan referensi dan evaluasi. Amiin.

Yogyakarta, 21 September 2015

Penulis,

Fadhilah

NIM.11520025

Page 10: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

x

Abstraksi

Perbedaan laki-laki dan perempuan masih menjadi perdebatan sampai saatini. Dalam beberapa memang di antara keduanya memiliki perbedaan. Haltersebut selalu dikaitkan dengan persoalan agama. Salah satu dari beberapa agamaadalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat Buddha sendirimeletakkan perempuan dalam urutan kedua dan lebih rendah dari laki-laki. Haltersebut memberikan banyak asumsi bahwa perempuan rendah. Agama BuddhaMaitreya merupakan salah satu aliran atau sekte yang ada dalam agama Buddha.Aliran ini memiliki ciri khas yang membedakan dengan aliran Buddha yang lain.Dari sisi penekanan ajaran dari juga dari system kelembagaan. Ajaran BuddhaMaitreya tentang kesetaraan menjadi landasan pokok dalam pembinaan terhadapumat baik itu laki-laki maupun perempuan. Perbedaan antara laki-laki yangmembentuk suatu pembahasan gender dan juga ketidakadilan. Sehingga penelitianini sangat penting untuk diteliti karena aliran Buddha Maitreya inimemperlihatkan kesetaraan gender dalam kehidupan setiap hari.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep ajaran gender yang adadalam aliran Buddha Maitreya, dan mengetahui bagaimana praktik gender dalamkehidupan dan aktivitas aliran Buddha Maitreya. Adapun Rumusan masalahnyaada 2 yaitu: 1). Bagaimana konsep ajaran gender dalam Buddha Maitreya diYogyakarta?, 2). Bagaimana praktik ajaran gender dalam aliran Buddha Maitreyadi Yogyakarta?. Penelitian ini adalah penelitian lapangan. Metode penelitian iniyaitu deskriptif kualitatif, Dengan teknik pengumpulan datanya menggunakanmetode interview, observasi dan dokumentasi.

Hasil penelitianya menunjukan bahwa konsep ajaran gender dalam aliranBuddha Maitreya memang tidak tertuang dalam bentuk teks yang jelas tetapiajaran kasih yang universal menjadi pedoman mereka, ajaran tentang kasih kepadasemua makhluk terutama manusia adalah sama baik laki-laki dan perempuanadalah ciptaan Tuhan yang memiliki kehidupan yang mulia dan layakmendapatkan penghormatan yang sama. Dalam praktiknya ajaran tentangkesetaraan gender itu terlihat dalam pelaksanaan kebaktian, perempuan dapatmemimpin kebaktian dan laki-laki dan perempuan sejajar tidak ada yang palingditonjolkan, dalam kelembagaan perempuan dapatmenjadi pandita dengan tahapanyang sama dengan laki-laki, dalam keluarga suami dan istri memiliki tugas yangsama, dalam kehidupan sosial perempuan dapat tampil sebagai pemimpin dalamsebuah organisasi dan berkarya.

Page 11: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii

NOTA DINAS................................................................................................. iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v

MOTTO .......................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR.................................................................................... vii

ABSTRAKSI................................................................................................... x

DAFTAR ISI................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiv

BAB 1 : PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................... 7

D. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 8

E. Kerangka Teori .............................................................................. 10

F. Metode Penelitian .......................................................................... 14

G. Sistematika Pembahasan ............................................................... 18

BAB II: PROFIL ALIRAN BUDDHA MAITREYA.................................. 21

A. Sejarah Agama Buddha................................................................. 21

1. Buddhisme Theravada............................................................... 24

2. Buddhisme Mahayana .............................................................. 26

Page 12: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

xii

B. Asal-usul Buddha Maitreya........................................................... 28

C. Pokok-pokok Ajaran Buddha Maitreya......................................... 37

D. Perkembangan Buddha Maitreya di Indonesia ............................. 42

E. Perkembangan Aliran Buddha Maitreya di Yogyakarta ............... 43

1. Keadaan dan Jumlah Umat........................................................ 43

2. Pembangunan Vihara Boddhicitta Maitreya dan Lain-lain 44

BAB III : KONSEP AJARAN GENDER DALAM ALIRAN BUDDHA

MAITREYA ................................................................................ 46

A. Pengertian Gender ........................................................................ 46

B. Konsep Gender dalam Agama Buddha ......................................... 48

1. Gender dalam Kerahiban Buddha ............................................ 50

2. Gender dalam Buddha Mahayana ............................................ 55

3. Gender dalam Keluarga Umat Buddha ..................................... 58

C. Kesetaraan Gender dalam Aliran Buddha Maitreya ..................... 64

1. Kelembagaan Keagamaan ......................................................... 64

2. Sosial ......................................................................................... 65

3. Ajaran dalam Kehidupan Keluarga ........................................... 70

4. Ajaran dalam Kitab Suci ........................................................... 72

BAB IV: PRAKTIK KESETARAAN GENDER DALAM ALIRAN

BUDDHA MAITREYA ............................................................. 74

A. Dalam Peribadatan/Kebaktian (Puja-Bhakti)................................ 75

1. Perempuan Memimpin Kebaktian............................................. 77

2. Perempuan dan Laki-laki Sejajar .............................................. 82

Page 13: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

xiii

B. Dalam Kelembagaan Keagamaan ................................................. 84

C. Kehidupan Sosial Umat Aliran Buddha Maitreya......................... 87

D. Kehidupan Keluraga Aliran Buddha Maitreya ............................. 91

BAB IV: PENUTUP.................................................................................... 99

A. Kesimpulan ................................................................................... 98

B. Saran.............................................................................................. 101

C. Penutup.......................................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 102

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 14: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tiga Pelita Suci di Altar Buddha Maitreya................................. 76

Gambar 2 Pelaksanaan Kebaktian Puja Bhakti (Bhakti-Puja), Pada Siang

hari ............................................................................................ 78

Gambar 3 Bentuk Altar Puja Bhakti Buddha Maitreya ............................... 83

Page 15: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Laki-laki dan perempuan merupakan makhluk yang paling mulia.

Perbedaan antara laki-laki dan perempuan dari segi fisik memang terlihat nyata

sejak kelahirannya, tetapi perbedaan tersebut semakin nyata dari hari ke hari

sejalan dengan pertumbuhan usianya dan praktiknya.1 Perbedaan jenis kelamin

yang ada pada manusia adalah fenomena biologis, bukan suatu kejadian historis,

seperti halnya perbedaan antara bangsa dan kelas-kelas dalam masyarakat.

Perbedaan laki-laki dan perempuan secara biologis memberikan perbedaan yang

jelas antara keduanya. Tetapi dalam pengertian yang lain memiliki antara laki-laki

dan perempuan dibedakan secara sosial maupun cultural.

Meskipun banyak perbedaan yang ada pada dua jenis manusia laki-laki

dan perempuan tersebut, keduanya merupakan suatu komponen pokok dalam

penulisan sejarah dan juga banyak peradaban-peradaban besar yang memberikan

pelajaran dan pandangannya, seperti halnya Yunani, Romawi, Cina dan India serta

agama yang telah ada seperti Yahudi, Nasrani, Buddha, Zoroaster dan

sebagainya.2

1M.Quraish Shihab, Perempuan (Jakarta: Lentera Hati, 2005), hlm. 8

2Muhammad Yazid, Pemberdayaan Perempuan Melalui Pemahaman Ajaran Agama(Surabaya: Bisma Print Surabaya, 2003), hlm. 18

Page 16: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

2

Sejalan dengan apa yang disampaikan Margeret Seed, yang menyatakan

bahwa dunia akan lebih baik kalau kedua jenis manusia laki-laki dan perempuan

mengakui bahwa masing-masing memiliki kemampuan yang berlebih dibanding

dengan yang lain dalam bidang yang berbeda-beda.3 Sedemikan banyak

perdebatan tentang perbedaan serta persamaan antara laki-laki dan perempuan,

bahkan seorang pakar Prancis menjelaskan bahwa perempuan dan laki-laki

memiliki perbedaan-perbedaan yang tanpa diragukan sangat esensial dan

mendasar, perempuan sangat berbeda dengan laki-laki.

Pembahasan antara laki-laki dan perempuan menjadi perdebatan sengit.

Di kalangan agama pun, hal tersebut menjadi perdebatan juga, tetapi perdebatan

dan juga pandangan tersebut tidak menyusutkan prilaku keagamaan diantara dua

jenis manusia tersebut. Karena manusia merupakan kelompok dan penganut dari

sebuah agama. Umat beragama secara umum terdiri dari sekelompok manusia

baik laki-laki dan perempuan menjadi satu kesatuan dalam hidup beragama.

Manusia hidup dalam beberapa komponen yang menjadi suatu unsur dari perilaku

ibadah dalam agama.

Manusia menjadi unsur atau komponen dalam kehidupan beragama.

Agama merupakan pedoman yang selalu dipegang oleh setiap umatnya baik itu

dari jenis laki-laki dan perempuan. Sepanjang perjalanan sejarah agama,

perempuan selalu menjadi perdebatan dari berbagai segi, posisi perempuan dalam

berbagai bidang selalu menjadi perbicangan yang cukup serius sehingga tidak

dapat dielakkan lagi gerakan perempuan pun muncul. Tetapi dalam hal ini setiap

3M. Quraish Shihab, Perempuan, hlm. 25

Page 17: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

3

umat beragama yang patuh terhadap ajaran agamanya tentu akan berpikir ulang

untuk memberikan statement yang berada di luar jalur ajaran agama mereka.

Perbedaan gender selalu saja dikaitkan dengan agama, memang pada

dasarnya sebuah agama mengajarkan tentang perihal laki-laki dan perempuan.

Namun perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara sosial adalah pengaruh

cultural dalam sebuah tradisi dalam suatu tempat. Hal tersebutlah yang

menimbulkan spekulasi bahwa perempuan berada dalam urutan kedua.

Menurut sebagian besar tradisi agama dunia, perempuan diberi peran

sekunder dan subordinat. Banyak alasan yang menunjuk kepada perbedaan

biologis dasar perempuan dan peran melahirkannya, maupun kepada sejarah dan

tradisi. Bagi perempuan Hindu ada sejarah tentang tulisan negatif dan kristis

mengenai jenis kelamin mereka. Manu dictum pemberi hukum yang banyak

dikutip sejak ayunan hingga liang lahat seorang perempuan tergantung kepada

laki-laki, di masa kanak-kanak tergantung kepada ayahnya, di masa muda kepada

suaminya, di masa tua kepada anak laki-lakinya, tidak begitu jauh kenyataan

jutaan perempuan Hindu.4

Ketika sesuatu hal terjadi, pembagian terhadap jenis kelamin pun

dilakukan terlebih ketika menghadapi kekacauan terutama karena adanya

peperangan antar kerajaan, suku-suku, agama yang cenderung didominasi laki-

laki dan juga struktur patriakhi. Sejalan dengan hal tersebut agama yang mungkin

4 Julia Cleves Mosse, Gender dan Pembangunan, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2003),hlm. 85

Page 18: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

4

ditandai dengan pola hidup yang memisahkan laki-laki dan perempuan yang juga

dinyatakan dalam bentuk batas kekuasaan di dalam maupun di luar rumah.5

Tidak terlepas dari ajaran agama dan beberapa pakar agama, pengaruh

yang sangat jelas dan juga sangat mendasar yaitu budaya dan tradisi yang ada

dalam wilayah di mana agama itu berkembang di dalamnya. Termasuk di

Indonesia, negara yang memiliki keragaman budaya dan tradisi yang banyak

apalagi tentang persoalan perempuan dan laki-laki. Tradisi yang kadang

menimbulkan diskriminasi terhadap perempuan, perempuan itu lemah dan lain-

lain yang membuat perempuan itu menjadi nomor dua. Agama dan tradisi yang

selalu berkaitan satu sama lain.

Banyak paham dan ajaran agama yang senada dengan beberapa pendapat

yang kemudian berkembang menjadi sebuah tradisi dan kepercayaan yang sangat

merugikan kaum perempuan. Tidak hanya dalam ajaran dan kepercayaan, kaum

perempuan juga mendapat perlakuan diskriminasi baik dalam lembaga keagamaan

maupun institusi. Sistem kasta dan patriarkhat memperlakukan perempuan seperti

kaum sudra dan budak. Hukum Manu mencabut hak perempuan dalam agama dan

kehidupan spiritual.6

Sebagian besar tradisi agama, dalam tiga dasawarsa terakhir, menarik

sarjana feminis yang berpendapat bahwa bukan teks agama yang menjadi sebab

masalah melainkan penafsirannya. Sarjana lain menunjukkan fakta bahwa dalam

5 Arvind Sharma, Perempuan dalam Agama-agama Dunia, (Yogyakarta: Suka Press,2006), hlm.23

6 Krishnanda Wijaya Mukti, Perempuan Agama dan Demokrasi, (Yogyakarta: LSIP,2007), hlm. 35

Page 19: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

5

beberapa hal hampir semua agama menawarkan kesempatan kepada perempuan

untuk menjalankan kekuasaan, khususnya melalui tradisi mistik. Agama mungkin

saja digunakan untuk menekan perempuan tetapi perempuan di seluruh dunia

menggunakan agama sebagai peluang dan sumber solidaritas dengan perempuan

lain.7

Pada awalnya tidak ada ajaran Buddha yang menegaskan perbedaan

apapun yang menyangkut kemampuan, aspirasi, dan pelaksanaan keagamaan

antara laki-laki dan perempuan. Tetapi setelah meninggalnya Buddha, para

pengikut mulai memberikan spekulasi tentang penerapan ajaran-ajarannya.

Terlebih dalam persoalan tentang kemampuan spiritual perempuan dan usaha

untuk membuktikan secara teologis perempuan lebih rendah dari laki-laki.8

Persoalan tinggi rendah antara laki-laki dan perempuan menjadi

pengaruh dalam kegiatan keagamaan, baik spiritual, peribadatan dan hal lain.

Seperti halnya ibadah adalah hal yang profan ditransformasikan dalam menjadi

hal yang sakral, karena hal yang sakral itulah yang mampu membawa seseorang

keluar dari alam dan situasi sejarahnya dan kemudian menempatkan kepada

kualitas yang berbeda dunia yang sangat trasenden dan suci.9 Setiap agama akan

mengikuti ajaran yang sudah diajarkan oleh agama tersebut, apalagi dalam

menjalani kehidupan dan tentunya dalam kegiatan ibadah sekalipun. Pedoman

setiap agama adalah teks suci yang diyakini sebagai sebuah firman atau wahyu.

7 Julia Cleves Mosse, Gender dan Pembangunan, hlm. 86

8Arvind Sharma, Perempuan dalam Agama-agama Dunia, hlm. 158

9Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, terj. Ridwan Muzir, (Yogyakarta: Ircisod,2012), hlm. 236

Page 20: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

6

Semua aliran Buddha berpegang kepada Tripitaka sebagai rujukan utama

karena dalamnya tercatat sabda dan ajaran sang Buddha Gautama. Pengikut-

pengikutnya kemudian mencatat dan mengklasifikasikan ajarannya dalam 3 buku

yaitu; Sutta Piṭaka (khotbah-khotbah Sang Buddha), Vinaya Pitaka (peraturan

atau tata tertib para bhikkhu) dan Abhidhamma Pitaka (ajaran hukum metafisika

dan psikologi).10 Dalam ajaran Buddha yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa

tidak ada penegasan perbedaan laki-laki dan perempuan. Akan tetapi setelah

meninggalnya Buddha, para pengikut Buddha memberikan spekulasi yang

menjadikan perempuan menjadi lebih rendah dari laki-laki baik dari berbagai

situasi dan peran apapun.11

Kemunculan Buddha Mahayana dan juga beberapa tokoh paham

Mahayana sebagai pembela awal persamaan hak yang melawan para pengikut dari

berbagai aliran Buddha yang lebih tua. Mahayana sering disebut dengan

“Kendaraan Besar” adalah gerakan utama dalam agama buddha yang secara

pelan-pelan berkembang dari pemikiran dan juga praktik keagamaan aliran-aliran

Buddha yang lebih tua.12 Perkembangan agama Buddha semakin pesat hingga

kebeberapa negara, termasuk negara Indonesia. Sehingga penyebaran agama

Buddha pun semakin luas ke berbagai kota yang ada di Indonesia.

Umat Buddha yang ada di Indonesia tergolong sedikit, terlebih lagi sekte

Buddha Maitreya yang pusat terbesarnya di Taiwan. Di Jogja ada dua Vihara

10 Sufa’at Mansur, Agama-agama Besar Masa Kini, (Yogyakrta:Pustaka Pelajar, 2011),hlm. 76

11Willy Yandi Wijaya, Diskriminasi Perempuan Buddhis, dalamhttp://dhammacitta.org/artikel/diskriminasi-perempuan-buddhis/, diunduh tanggal 26 Februari2015

12Arvind Sharma, Perempuan dalam Agama-agama Dunia, hlm. 159

Page 21: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

7

Maitreya yang pertama terletak di Malioboro dan di Babarsari. Kedua Vihara

tersebut adalah merupakan tempat peribadatan bagi umat Buddha yang ada di

Yogyakarta terutama umat Buddha Maitreya yang berada di Yogyakarta.

Maitreya merupakan seorang tokoh Buddhis keturunan Brahmana pada

masa India Kuno, Buddha Maitreya digolongkan dalam Buddhisme Mahayana.

Aliran Buddha Maitreya yang muncul pada abad ke-20 di Indonesia ini memiliki

perbedaan dengan agama Buddha lain, terlebih dalam bangunan tempat

ibadahnya. Di Yogyakarta sendiri ada beberapa tempat ibadah untuk umat

Buddha seperti vihara dan Klenteng, tetapi dalam Vihara aliran Buddha Maitreya

ini berbeda dengan vihara atau klenteng yang ada. Vihara ini memiliki beberapa

perbedaan seperti dari segi bangunannya, altarnya, dan juga banyak hal lain dari

beberapa vihara yang sudah ada selama ini.

Melihat adanya perbedaan yang ada dibeberapa altar yang ada di Vihara

maupun di Klenteng yang tidak memisahkan antara umat laki-laki dan perempuan,

akan tetapi di Vihara Boddhicita Maitreya ini dipisahkan antara umat laki-laki dan

perempuan dalam kebaktian dan juga hal lain seperti tangga untuk naik turun

dalam menjalankan aktivitas mereka pun terpisah antara laki-laki dan perempuan.

Aliran Buddha Maitreya yang memiliki banyak perbedaan dengan

Buddha secara umum, baik dari persoalan antara laki-laki dan perempuan yang

sampai saat ini masih menjadi perbincangan, aliran Buddha Maitreya

melambangkan tentang Tuhan mereka dengan Mu dalam bahasa Mandarin yang

menurut mereka Tuhan itu memiliki sifat yang berada pada diri seorang ibu, yaitu

Page 22: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

8

mengasihi, menyanyangi dan juga melindungi mereka13. Hal itulah yang

membedakan dengan aliran Buddha Maitreya dengan aliran yang lain.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep ajaran tentang gender dalam aliran Buddha

Maitreya di Yogyakarta?

2. Bagaimana praktik ajaran gender dalam Buddha Maitreya di

Yogyakarta?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana ajaran dalam Buddha Maitreya di

Yogyakarta.

b. Untuk mengetahui praktik gender dalam Buddha Maitreya di

Yogyakarta.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan menambah dan

mengembangkan penelitian tentang agama dan juga

perbandingan agama, terutama dalam memberikan informasi

13Wawancara dengan Fenita Viharawan pada tanggal 9 Januari 2015

Page 23: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

9

dan pengetahuan ajaran umat Buddha dalam sekte Buddha

Maitreya.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah

satu bacaan yang memberi petunjuk bagaimana posisi gender

juga mampu meningkatkan sistem pengetahuan terhadap ajaran

dalam agama Buddha dalam sekte Maitreya.

D. Tinjauan Pustaka

Guna memudahkan penulis dalam membatasi masalah dan juga ruang

lingkup penelitian dan dapat menemukan variabel-variabel penelitian penting dan

menentukan antar variabel serta dapat membantu penulis dalam mengkaji

penelitian yang sudah diteliti oleh peneliti lain sebelumnya, yang berkaitan

dengan tema penelitian ini, dengan begitu penulis melakukan tinjauan pustaka.

Dari hasil bacaan penulis terhadap beberapa tulisan yang membahas permasalahan

yang penulis teliti dapat ditulis sebagai berikut:

Skripsi yang berjudul Gender dalam Buddha Theravada ; Studi terhadap

eksistensi Bhikkhuni Theravada yang ditulis oleh Abd. Rahman Effendi, skripsi

ini membahas tentang ajaran-ajaran pokok Theravada, mulai dari mulai dari

masalah ketuhanan, eskatologi dan kosmologi. Dan juga membahas tentang

historisitas peran laki-laki dan perempuan secara periodik, dari pra Buddha

Gautama sampai pasca Buddha Gautama.

Selanjutnya skripsi yang ditulis oleh Irfan Zaky mahasiswa Jurusan

Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, yang berjudul

Page 24: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

10

Wanita dalam Agama Buddha Studi Atas Sangha Bikkhuni dalam Tradisi

Theravada, skripsi ini membahas tentang status wanita dalam kelembagaan

Bikkhuni, terlepas dari asumsi masyarakat, Bikkhuni secara spiritual para kaum

wanita tetap bisa mencapai pencerahan dan diakui keberadaannya, akan tetapi

wanita dalam agama buddha secara kelembagaan Bikkhuni sudah tidak ada lagi.

Skripsi yang berjudul Perempuan Hindu Dalam PeribadatanStudi Kasus

Daerah Istimewa Yogyakarta yang ditulis oleh Erin Gayatri mahasiswa Jurusan

Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, yang membahas

tentang minimnya perempuan Hindu dalam memimpin peribadatan yang hal itu

disebabkan adanya pengaruh budaya atau kebudayaan jawa yang telah mengakar

pada perempuan Hindu yang ada di Jawa.

Kedatangan Isa dan Maitreya dalam Islam dan Buddha judul skripsi

yang ditulis oleh Dharwis Nur Efendy, seorang mahasiswa mahasiswa

Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas

Islam Negeri Yogyakarta. Skripsi ini membahas tentang perbandingan akan

kedatangan seorang Buddha yang bernama Maitreya yang akan menyelamatkan

dunia dan kedatangan telah dijelaskan dalam kitab suci Tripitaka, begitu juga

dengan kedatangan Isa yang juga turun atau akan datang untuk menyelamatkan

dunia dari Dajjal yang akan menjerumuskan manusia kepada kerusakan dunia dan

hal itu juga dijelaskan dalam al-Qur’an yang merupakan kitab suci umat Islam.

Letak perbedaan dari penelitian ini dengan beberapa penelitian atau karya

ilmiah yang sudah disebutkan di atas adalah pertama, subjek dari penelitiannya

Page 25: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

11

yaitu aliran Buddha Maitreya Yogyakarta. Kedua, penelitian ini lebih fokus

kepada konsep gender menurut pandangan Buddha Maitreya baik dari segi ibadah,

ajaran, dan kehidupan sosial mereka. Karena di salah satu vihara yang ada di

Yogyakarta ini adanya pemisahan laki-laki dan perempuan dalam meditasinya.

Perbedaan yang terlihat dari aliran inilah menjadi fokus penelitian dan

membedakan dengan penelitian sebelumnya.

E. Kerangka Teori

Mansour Fakih memberikan definisi tentang gender, gender merupakan

suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang

dikonstruksi secara sosial dan kultural.14 Perempuan dikonstruksi sebagai orang

yang lemah lembut, emosional, cantik dan keibuan. Sementara laki-laki

diidentikkan dengan, kuat, perkasa, dan rasional. Namun hal itu bukanlah suatu

konstruk yang mutlak melainkan bisa dipertukarkan misalnya ada perempuan

yang kuat, rasional sementara di sisi lain ada laki-laki yang keibuan, lemah-

lembut serta emosional.

Jika didefinisikan secara biologis (laki-laki dan perempuan), jenis

kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin yang ditentukan

secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya perempuan,

melahirkan, menyusui sedangkan laki-laki memiliki jakun, sperma hal tersebut

14Mansour Fakih, Analisis Gender dan Tranformasi Sosial,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008), hlm. 8

Page 26: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

12

melekat dan bersifat permanen.15 Sifat-sifat tersebut merupakan kodrat pemberian

Tuhan yang tidak dapat dipertukarkan.

Struktur biologis antara perempuan dan laki-laki berimplikasi pada sifat

yang secara sosial diperankan oleh perempuan maupun laki-laki. Feminim

merupakan sebutan bagi perempuan dengan beberapa sifat yang dimilikinya yaitu

penyayang, lembut dan sebagainya. Sedangkan pada laki-laki dengan segala

perangkat fisik dan atribut sifatnya membentuk menjadi laki-laki yang maskulin

yaitu sifat jantan, kuat dan bahkan kasar. Hal inilah yang membedakan antara

gender dengan jenis kelamin.

Melalui dialektika konstruksi sosial gender yang tersosialisasikan

perlahan akan berpengaruh pada pengaruh biologis masing-masing jenis kelamin.

Misalnya karena konstruksi sosial gender perempuan harus lemah lembut, maka

sejak kecil proses sosialisasi yang dilakukan orang tua akan berpengaruh pada

perkembangan emosi, visi dan ideologi kaum perempuan yang berpengaruh pada

perkembangan fisik dan biologis selanjutnya. Demikian halnya bagi kaum laki-

laki karena konstruksi sosial laki-laki harus bersifat kuat, agresif maka kaum laki-

laki kemudian terlatih, tersosialisasi dan termotivasi dalam segala hal.

a. Masalah-masalah dalam Gender

Ada beberapa akar penyebab permasalahan gender yang ada dan

berkembang sampai saat ini, konstruksi sosial budaya tentang gender yang mana

budaya sudah mengakar kemudian diadopsi menjadi kebiasaan kehidupan

masyarakat, kedua adalah paham agama yang bias gender dalam menafsirkan Al-

15Nurun Najwah, dkk. Dilema Perempuan dalam Lintas Agama dan Budaya,(Yogyakarta, PSW UIN Sunan Kalijaga, 2005), hlm. 52

Page 27: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

13

Qur’an dan al-hadits yang terkadang menyudutkan peran perempuan, penyebab

yang terakhir dari permasalahan gender adalah kebijakan pemerintah yang bias

gender. Dari ketiga akar penyebab masalah diatas maka memunculkan beberapa

permasalahan baru yang ada, diantaranya adalah sebagai berikut.

1) Marginalisasi

Dalam bagian ini wanita selalu terpinggirkan oleh kaum laki-laki ada

bentuk-bentuk yang membuat wanita termarjinalisasi.Warisan yang mana laki-laki

selalu mendapat dua, keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan

sangat kecil, perempuan hanya punya hak untuk dipilih seperti jodoh.

2) Subordinasi

Subordinasi adalah pandangan yang mana perempuan selalu diposisikan

sebagai makhluk nomor dua dibandingkan dengan laki-laki, sehingga muncullah

sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting.16

3) Stereotipe

Stereotipe secara umum adalah pelabelan atau penandaan terhadap suatu

kelompok tertentu.Pandangan-pandangan negatif terhadap perempuan yang sering

kali melemahkan peran perempuan di ranah publik.

4) Kekerasan

Kekerasan merupakan assoult (invasi) atau serangan terhadap fisik

maupun integrasi mental psikologis seorang.17Ada beberapa kekerasan yang

terjadi pada perempuan, yang mana perempuan selalu menjadi objek kekerasan

dari laki-laki, adapun bentuk-bentuknya adalah pelecehan, pemerkosaan,

16Mansour Fakih, Analisis Gender dan Tranformasi Sosial, hlm. 15

17Mansour Fakih, Analisis Gender dan Tranformasi Sosial, hlm. 17

Page 28: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

14

kemudian ada beberapa salah penafsiran mengenai ayat-ayat ataupun hadits yang

berkembang di masyarakat.

d) Beban Ganda

Beban ganda adalah salah satu hal yangpaling berat untuk seorang

perempuan. Salah satunya bagaimana perempuan harus memproduksi dan

reproduksi anak, tidak hanya itu perempuan dituntut untuk melayani suami

dengan penuh penghormatan dan anak.

Dari lima bentuk kekerasan yang ada perempuan masih

terkungkung/terpenjara dengan berbagai paradigma yang ada. Menurut analisis

penulis kekerasan yang terjadi dalam perempuan menjadikan mereka mengalami

ketidakberdayaan dalam segala aspek.

Setelah semua data terkumpul terkait dengan perilaku praktik keagamaan

umat Buddha akan dianalisa menggunakan teori gender yang telah disampaikan

oleh Mansour Fakih, di mana terdapat lima tipe tentang gender yang dapat

dikaitkan dengan pandangan mereka tentang konsep gender dan juga praktiknya

dalam kehidupan sosial dan agama.

Perilaku dan hal yang berada dalam aliran Buddha Maitreya tersebut

dapat dianalisa dalam lima tipe, apakah perilaku dan ajaranya tersebut terdapat

adanya marginalisasi, subordinasi, streotipe, kekerasan dan beban ganda dalam

kegiatan mereka tersebut sehingga dapat diketahui faktor ataupun pengaruh yang

menyebabkan adanya pemisahan terhadap laki-laki dan perempuan dalam ibadah

sedangkan di Vihara maupun Klenteng tidak terdapat pemisahan tersebut.

Page 29: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

15

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dimaksud adalah cara yang digunakan dalam

melakukan penelitian. Menurut Abdurrahman dalam Ensiklopedia Ekonomi

metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam suatu penyelidikan

secara sistematis, atau dengan giat, dan berdasarkan ilmu pengetahuan mengenai

sifat-sifat kejadian-kejadian atau keadaan-keadaan dengan maksud akan

menetapkan faktor-faktor pokok atau akan menemukan paham-paham baru, dalam

mengembangkan metode-metode baru dan lain-lain.18

Jadi metode penelitian adalah sebuah ilmu tentang proses berpikir dan

menganalisa dengan tetap dalam usaha mengembangkan serta menguji kebenaran

keilmuan tersebut. Dengan demikian perlu diperhatikan dalam upaya menganalisa

suatu persoalan dari penelitian yang penulis ajukan maka hal tersebut berkaitan

dengan penyusunan menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif ialah berkaitan

dengan sudut pandang individu yang diteliti, dan juga bagaimana kenyataan yang

terdapat dalam lapangan. Jika merujuk pada objek penelitian maka penelitian ini

dikategorikan dalam penelitian kualitatif, metode penelitian kualitatif adalah

sebuah penelitian yang mengungkap keadaan yang bersifat alamiah secara

holistik, penelitian kualitatif bukan hanya menggambarkan variabel-variabel

18Marzuki, Metode Riset, (Yogyakarta: UII Pers, 2002), hlm. 4

Page 30: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

16

tunggal melainkan mengungkapkan hubungan satu dengan variabel lainnya atau

bisa dikatakan dengan istilah sebab-akibat19.

2. Sumber Data

Sumber data merupakan benda atau objek dari yang diteliti entah hal

tersebut berbentuk orang (manusia), dan wilayah yang diteliti, membaca atau

bertanya tentang yang menjadi pokok persoalan. Data dari penelitian ini diperoleh

dari dua sumber data yaitu sebagai berikut:

a. Sumber data lapangan ialah: umat Buddha, baik yang tinggal di Vihara

maupun umat Buddha yang ada diluar vihara dan tentunya para pandita-

pandita. Mengenai ajaran dan juga pandangan mereka tentang adanya

pemisahan tempat peribadatan di vihara Boddhicita Maitreya.

b. Sumber data dokumenter: yang terdiri dari sumber data dokumenter

primer dan sekunder. Sumber data primer terdiri dari dokumen yang

dimiliki umat Buddha dan juga Pandita-panditanya. Sedangkan data

sekunder ialah berupa dokumen hasil laporan penelitian dan juga hal-hal

yang berkaitan dengan peribadatan dan juga tentang Buddha Maitreya

yang pernah ditulis oleh orang lain.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara

antara lain:

a. Interview atau wawancara

19M. Sayuthi Ali, Metodologi Penelitian Agama Teori dan Praktik, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 58

Page 31: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

17

Interview atau wawancara merupakan cara pengumpulan data dengan

jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan

kepada tujuan penelitian. 20terdapat beberapa jenis dalam wawancara antara lain

wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Dan jenis wawancara

yang digunakan adalah wawancara yang terstruktur. Wawancara yang akan

dilakukan kepada para umat Buddha dan para Pandita-pandita.

b. Observasi

Dalam penelitian penulis akan menggunakan metode obsevasi. Metode

observasi adalahmetode pengumpulan data yang menuntut adanya pengamatan

baik dari penulis secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek yang

diteliti, dan observasi yang akan digunakan adalah observasi partisipasi. Observasi

partisipasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan dan pengindraan

yang penulis benar-benar terlibat dalam keseharian yang diteliti responden21.

Metode ini dilakukan untuk mengetahui apa saja kegiatan dan untuk melihat

secara langsung peribadatan yang dilakukan oleh umat Buddha di Vihara

Boddhicita Maitreya Yogyakarta.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang sejumlah

besar fakta dan data yang tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi.

Bahan tersebut berasal dari memorandum organisasi, catatan, publikasi, laporan

resmi, catatan harian pribadi, surat-surat, karya-karya artistik, foto dan lain-lain.

20Hadi Sutrisno, Metode Research (Yogyakarta : YPFP UGM, 1981), hlm. 421 Juliansyah Noor, Metodologi Penulisan: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 140.

Page 32: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

18

Terkait dengan metode ini penulis melakukan pengumpulan data daridokumen-

dokumen yang dimiliki masyarakat terutama dokumen yang ada di Vihara

Boddhicita Maitreya dan juga buku serta kitab yang menjadi pedoman dasar atau

rujukan dalam pelaksanaan peribadatan baik yang laki-laki dan perempuan.

4. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan gender.

Pendekatan gender sebagaimana layaknya teori sosial lainnya, seperti analisis

kelas, analisa kultural dan analisa diskursus, analisa gender adalah alat untuk

analisa untuk memahami realitas sosial. Sebagai teori tugas utama analisa gender

adalah memberi makna, konsepsi, asumsi, ideology, dan praktik hubungan baru

antara kaum laki-laki dan perempuan, serta implikasinya terhadap kehidupan

sosial yang lebih luas (sosial, ekonomi, politik, kultural) yang tidak dilihat dari

teori ataupun analisa sosial lainnya.

5. Metode Analisis Data

Metode analisis data adalah upaya mencari untuk meningkatkan

pemahaman peneliti tentang hal yang diteliti.Setelah data sudah tersusun dengan

sistematis selanjutnya data dianalisis sesuai dengan variabel dari

responden.Selanjutnya data tersebut diklarifikasikan dan dianalisa dengan teknik

deskriptif-analitik, ialah metode yang digunakan terhadap sesuatu data sesuai

dengan penelitiannya. Analisis data dilakukan dengan beberapa tahap antara lain:

a. Mempelajari dan menelaah data

Page 33: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

19

Setelah data-data terkumpul baik dari hasil observasi atau wawancara,

kemudian langkah selanjutnya yang akan dilakukan oleh peneliti mempelajari dan

menelaah data yang sudah terkumpul.

b. Menyusun dalam satuan-satuan atau topik-topik

Setelah mempelajari dan menelaah data yang sudah terkumpul maka

kemudian memberi nama atau topik sehingga dapat dibedakan antara nama atau

topik yang satu dengan yang lainnya.

Setelah dua tahap itu dilakukan maka kemudian data tersebut dianalisis

menggunakan teori-teori yang sudah disampaikan di atas.Teori yang digunakan

adalah teori gender, data tersebut dianalisis dengan teori gender.

G. Sistematika Pembahasan

Guna mendapat gambaran secara ringkas dalam penulisan karya ilmiah

ini serta untuk lebih memudahkan pembaca maka penulis menggunakan

sistematika pembahasan. Terdiri dari empat lima bab.

Bab pertama, memuat pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka

teori, pendekatan dan metodologi penelitian serta sistematika pembahasan hal ini

penting di sampaikan di bab ini karena sebagai acuan untuk melanjutkan bab-bab

selanjutnya.

Bab kedua, bab ini membahas tentang aliran atau sekte Buddha Maitreya

yang terletak di Yogyakarta. Pembahasan ini sangat penting karena untuk

Page 34: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

20

mengetahui kondisi eksternal dan internal dalam aliran tersebut baik dari segi

sejarah maupun hal yang berhubungan dengan Umat Buddha Maitreya.

Bab ketiga, membahas tentang konsep ajaran gender yang sudah

diterapkan oleh aliran Buddha Maiterya. Pada bab ini sangat penting untuk

disampaikan karena hal tersebut untuk memberikan informasi dalam melanjutkan

bab selanjutnya.

Bab keempat, adalah membahas tentang praktik ajaran gender dalam

sekte atau aliran Buddha Maitreya di Yogyakarta, bab ini sangat penting

disampaikan karena untuk mengetahui posisi laki-laki dan perempuan dalam

berbagai hal di Aliran Buddha Maitreya yang ada di Yogyakarta

Bab kelima merupakan penutup. Pembahasan pada bab ini kesimpulan

dari pembahasan secara keseluruhan dan saran-saran. Dalam bab ini akan

disimpulkan hasil pembahasan untuk menjelaskan dan menjawab permasalahan

yang ada, memberikan saran-saran dengan mengacu pada hasil kesimpulan. Bab

ini sangat penting karena di bab inilah akan diketahui beberapa kesimpulan.

Page 35: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

98

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan tentang gender dalam

agama Buddha, melalui aliran Buddha Maitreya sehingga menjadi pembahasan di

bab-bab sebelumnya dan dapat disimpulkan berapa hal antara lain sebagai berikut:

1. Agama Buddha yang memiliki banyak aliran atau sekte-sekte, salah

satu dari beberapa sekte atau aliran dalam Buddha adalah aliran

Buddha Maitreya. Aliran ini merupakan sempalan dari perkembangan

Zen Buddhisme, yang berkembang di Jepang. Aliran Buddha

Maitreya adalah aliran yang mengajarkan tentang kasih yang

universal, kitab Hati Nurani menjadi pedoman mereka.

Ajaran Buddha Maitreya yang teruang dalam Kitab Suci Hati Nurani.

Jika membahas tentang gender dalam aliran ini, tidak ada teks jelas

tentang konsep gender. Akan tetapi ajaran kasih yang universal

menjadi dasar pedoman bagi umat Buddha Maitreya untuk tidak

membedakan gender dalam segala hal. Permasalahan gender selalu

diidentikkan dengan perempuan. Padahal gender yang sebenarnya

adalah konstruksi sosial yang membedakan antara laki-laki dan

perempuan. Laki-laki dan perempuan adalah makhluk yang

diciptakan oleh Tuhan yang memiliki derajat yang sama. Dalam

Page 36: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

99

segala hal semua manusia memiliki derajat yang sama, seperti halnya

dalam kehidupan keluarga, sosial, kelembagaan dan sebagainya.

Permasalahan yang disampaikan oleh Mansur Fakih yang

memberikan lima tipe permasalahan gender yaitu marginalisai,

subordinasi, streotipe, kekerasan dan beban ganda. Ajaran kasi yang

universal dalam aliran Buddha Maitreya memberikan hal yang

berbeda seperti kelima hal yang disampaikan oleh Mansur Fakih,

karena semua sama baik laki-laki maupun perempuan.

2. Konsep ajaran gender yang ditawarkan dalam aliran Buddha

Maitreya lebih kepada tentang persamaan derajat manusia. Meskipun

tidak teks yang menjelaskan tentang ajaran keseteraan gender dalam

aliran Buddha Maitreya ini. Tetapi dalam praktiknya terlihat dengan

jelas kesetaraan tersebut terlebih dalam kehidupan sehari-harinya,

seperti dalam kebaktian kesetaraan sangat terlihat sekali, dalam

kebaktiaan tersebut seorang perempuan dapat menjadi pemimpin

dalam kebaktian tersebut. Jika pada agama yang lain perempuan tidak

dapat menjadi pemimpin ibadah jika didalamnya masih ada seorang

laki-laki.

Dalam aliran ini meskipun ada laki-laki dalam pelaksanaan kebaktian

tersebut jika ada perempuan yang lebih senior maka tetap yang akan

menjadi pemimpin untuk memimpin kebaktian tersebut adalah

perempuan dalam hal ini adalah seorang pandita dan di Yogyakarta

ini panditanya adalah semuanya seorang perempuan. Kesetaraan juga

Page 37: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

100

terlihat bentuk altar yang tidak menonjol salah satu antara laki-laki

atau perempuan di sini, tetapi semuanya sejajar, meskipun tempat itu

berbentuk depan belakang tetap saja tidak ada yang ditonjolkan.

Dalam hal lain pun dapat ditemui kesetaraan tersebut, seperti dalam

kehidupan keluarga, kelembagaan, semuanya memperlihatkan

kesetaraan gender antara laki dan perempuan.

Jika mengacu pada apa yang disampaikan oleh Mansur Fakih, tentang

lima permasalahan gender, yaitu marginalisasi, streotipe, subordinasi,

kekerasan dan beban kerja, aliran ini adalah aliran yang ramah sadar

akan gender. Maksudnya di sini adalah perlakuan terhadap laki-laki

dan perempuan seimbang tidak ada marginalisasi, streotipe,

subordinasi dan lainnya yang terlihat dalam praktiknya. Dari

penjelasan yang demikian tentang permasalahan di atas bahwa gender

di sini adalah gender balance. Tidak ada yang lebih unggul baik laki-

laki maupun perempuan. Antara agama satu dengan agama yang lain

memiliki karakter dan ajaran masing-masing, inti dari semua ajaran

adalah kebaikan, semua agama yang ada di dunia ini pasti akan

mengajarkan tentang kebaikan.

Aliran Buddha Maitreya adalah salah satu dari sekian agama yang

mengajarkan tentang kesetaraan. Tentu kita tahu bahwa agama Islam sendiri

dalam kitab suci al Quran juga mengajarkan tentang kesetaraan akan tetapi beda

dalam penekanannya. Seorang perempuan dalam Islam tidak oleh menjadi imam

dalam sholat jika masih ada seorang laki-laki. dalam hal ini bukan berarti Islam

Page 38: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

101

tidak ramah akan gender, tetapi ada ajaran didalamnya yang mengatur dan tentu

ada alasan mengapa halitu terjadi, Wallahuaklam.

B. Saran

Memperilahakan hasil penelitian ini, maka peneliti menyampaikan saran

sebagai berikut:

Untuk lebih meningkatkan perkembangan aliran Buddha Maitreya ini

terutama di Yogyakarta, maka mempertahankan kemurnian dari tradisi khas dari

aliran Buddha Maitreya. Selain itu agar para mahasiswa dalam melakukan

penelitian, supaya mahasiswa lebih terarah dalam memperoleh data, mengolah data,

dan menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas.

C. Penutup

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah Swt. Karena berkat

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

Penulis sepenuhnya menyadari akan adanya berbagai kekurangan, hal disebabkan

tiada lain karena keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, adanya kritik

dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan oleh penulis untuk perbaikan

skripsi ini.

Akhirnya dengan harapan mudah-mudahan amal baik semua pihak yang

membantu mendapatkan balasan dari Allah Swt. Amin. Selanjutnya kepada semua

pihak yang telah membantu, penulis mengucapkan terima kasih, tidak ada hal

terindah melainkan anugerah-Nya.

Page 39: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

102

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Adi Suhardi, Status Wanita dalam Agama Buddha Suatu Uraian Singkat, Jakarta:Yayasan Dhammaduta Caraka, 1986

Ali, M. Sayuthi, Metodologi Penelitian Agama Teori dan Praktik, Jakarta: PTRaja Grapindo Persada, 2002

Arvind, Sharma, Perempuan dalam Agama-agama Dunia, Yogyakarta: SukaPress, 2006

Dewaraja, L.S., The Position of Women in Buddhism, Sri Lanka: BuddhistPublication Society, 1981

Djam’annuri, Agama Kita: Perspektif Sejarah Agama-agama, Yogyakarta;Kurnia Kalam Semesta, 2002

Dokumen Vihara BodhicittaMaitreya, Sejarah Singkat Buddhisme Maitreya

Fakih, Mansour, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta: PustakaPelajar, 2008

Filosofi Maitreya, “Masa Kecil Maitreya”, Suara Dharma Maitreya, edisi 40-2013

Gail Maria Hardy, Dkk, Perempuan dan Politik Tubuh Fantastis, Yogyakarta:Kanisius, 2002

Hadiwijono Harun, Agama Hindu dan Buddha, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia,1993

Hasil wawancara dengan mbak Fenita pada tanggal 9 Januari 2015

Hasil wawancara dengan Pandita Lusia Anggraini pada tanggal, (16, Februari, 21

Mei, 26 Mei, 31 Agustus) 2015

Hasil wawancara dengan mbak Cindy pada tanggal 23 Juni 2015

Hasil wawancara dengan mbak Lusi Umat Buddha Maitreya yang tinggal di

Vihara pada tanggal 23 Juni 2015

Page 40: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

103

Hasil wawancara dengan mbak Sintami seorang Viharawati pada tanggal 30

September 2015

Hasil wawancara dengan Wendi Julian seorang Viharawan pada tanggal 30

September 2015

Hasil wawancara dengan Bapak Budi Umat Buddha pada tanggal 01 Oktober

2015

Honig, Ilmu Agama, Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 1966

Kalupahana, David J.. The Buddha and the Concept of Peace, (Sri Lanka:Sarvodaya Vishva Lekha Publikation, 1999

Keene, Michael, Agama-agama Dunia, Yogyakarta, Kanisius, 2006

Jeanne Becher, Perempuan, Agama dan Seksualitas: Studi tentang PengaruhBeberapa Ajaran Terhadap Perempuan, Jakarta: PT. BPK GunungMulia, 2010

Marsuki, Metode Riset, Yogyakarta: UII Press, 2002

Matius Ali, Filsafat Timur Sebuah Pengantar Hinduisme dan Buddhisme,Yogyakarta, Sanggar Luxor, 2013

Mosse, Julia Cleves, Gender dan Pembangunan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2003

Mukti, Krishnanda Wijaya, Perempuan, Agama dan Demokrasi, Yogyakarta:LSIP, 2007

MP Halim ZB, Pilar Nurani Keluarga Maitreyani (2) Menghormati danMenghargai-(Majalah Maitreya Edisi 8, 2011

Najwah, Nurun, Dkk., Dilema Perempuan dalam Lintas Agama dan Budaya,Yogyakarta: PSW UIN Sunan Kalijaga, 2005

Noor, Juliansyah, Metodologi Penulisan: Skripsi, Tesis, Disertasi dan KaryaIlmiah, Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2001

Pals, Daniel L., Seven Theories of Religion, Yogyakarta: Ircisod, 2012

Page 41: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

104

Paul, Diana Y.. Women in Buddhism: Images of the Feminine in the MahāyānaTradition 2nd Ed., Berkeley: University of California Press, 1985

Ridwan, Kekerasan Berbasis Gender, Purwokerto:PSG, 2006

Shihab M.Quraish, Perempuan, Jakarta:Lentera Hati, 2005

Sufa’at, Mansur, Agama-agama Besar Masa Kini (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2011Sutrisno, Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: YPFP UGM, 1981

Sponberg Alan dan Helen Hardacre, Maitreya, the Future Buddha New York:Chambridge University Press, 1988

Ven. K. Sri Dhammananda, Rumah Tangga Bahagia Menurut pandanganBuddha, Yogyakarta : Vidyasena Production, 2008

Wang Ci Guang, Maha Dao Maitreya, (Jakarta: DPP Mapan Bumi, 2000

Wang Ci Guang, Jalan Keberangsungan Hidup Umat Manusia (Ren Lei de ShenCun De Lu), Taiwan : Che Kuang Publisher, 2013

Wijaya Willy Yandi, Tradisi Utama Buddhisme, Yogyakarta: In Sight, 2008

Yazid Muhammad, Pemberdayaan Perempuan Melalui Pemahaman AjaranAgama, Surabaya: Bisma Print Surabaya, 2003

Zakiyuddin Baidhawy, Wacana Teologi Feminisme, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1997

Skripsi:

Ike Juni Setiawati, Perkembangan kelembagaan Agama Buddha di Yogyakarta,Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013

Irfan Zaky, Wanita dalam Agama Buddha (Studi Atas Sangha Bhikhuni dalamTradisi Theravada, Yogyakarta; UIN Sunan Kalijaga, 2008

Yoyoh, Masruroh, Makna dan Tata Cara Bhakti-Puja dalam Ajaran BuddhaMaitreya (Studi Kasus di Vihara Maitreyawira Angke Jelambar JakartaBarat), (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008

Noor Juliansyah, Metodologi Penulisan: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan KaryaIlmiah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011

Page 42: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

105

Internet:

Ikuanisme, http://id.wikipedia.org/wiki/Ikuanisme, diakses pada tanggal 20 Maret2015

Zen Buddhisme, sejarah dan Perkembangan Agama Buddha dan aspek Mistikdan perkembangannya di Indonesia, dalamhttp://www.sarapanpagi.org/perbandingan-agama-vt2431.html, diaksespada Senin 23 Maret 2015

Wijaya, Willy Yandi, Diskriminasi Perempuan Buddhis, dalamhttp://dhammacitta.org/artikel/diskriminasi-perempuan-buddhis/, diunduh tanggal26 Februari 2015

Page 43: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

106

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 44: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

107

Rupang Buddha Maitreya

Wawancara dengan Pandita Lusia Anggraini

Page 45: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

108

Pembatas Umat Laki-laki dan Perempuan

Pelaksanaan Kebaktian Harian

Page 46: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

109

Wawancara dengan mbak Sintami

Page 47: GENDER DALAM AGAMA BUDDHA (Kajian terhadap Aliran Buddha ...digilib.uin-suka.ac.id/20408/1/11520025_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · adalah agama Buddha. Spekulasi pemuka ataupun umat

110

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Fadhilah

Tempat/Tgl. Lahir : Sumenep, 30 Juni 1991

Alamat rumah :Banyuraba RT 002/RW 001, Banuaju Timur

Batang-batang Sumenep

Alamat kos : Ambarukmo RT:11/RW:04 No.35, Catur tunggal,

Depok, Sleman, yogyakarta

Nama Ayah : Tayyib

Nama Ibu : Maszaima

Contact Person : 089658994835/ [email protected]

B. Riwayat Pendidikan

1. Pendidikan Formal

a. MI Tufiqurrahman Tahun lulus 2003.

b. MTs. Taufiqurrahman Tahun lulus 2006.

c. SMK Bina Mandiri Tahun lulus 2009.