PERAN GURU PEMBIMBING DALAM MEMOTIVASI BELAJAR … · Pentingnya Layanan Bimbingan Dan Konseling...
Transcript of PERAN GURU PEMBIMBING DALAM MEMOTIVASI BELAJAR … · Pentingnya Layanan Bimbingan Dan Konseling...
1
PERAN GURU PEMBIMBING DALAM MEMOTIVASI BELAJAR
MENURUT PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP TAMAN DEWASA
JETIS-YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh: Faulina Br Sembiring
Nim: 011114054
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
2
3
4
MOTO DAN PERSEMBAHAN
“Pemikiran, keinginan, dan harapan tidak akan terwujud tanpa diawali perbuatan.
hanya yang berani melawan rasa takut yang dapat merubah segalanya”.
(Ruskin)
Mendidik tidak berarti mengajarkan apa yang tidak mereka ketahui.
Mendidik adalah pekerjaan yang memakan hati, terus menerus dijalankan dan
amat sulit, harus dilaksanakan dengan keramahan dan kelembutan, pengawasan
dan peringatan, perintah dan pujian, tetapi terutama dengan keteladanan.
(Ruskin)
Seorang guru yang mengajar tanpa menimbulkan keinginan belajar pada diri
murid-muridnya sama dengan menempa besi yang dingin.
(Heinrich Mann)
Skripsi ini penulis persembahkan kepada
Kedua orangtua penulis dan adik penulis Petrus Sembiring dan Romi Sembiring
5
6
ABSTRAK
PERAN GURU PEMBIMBING DALAM MEMOTIVASI BELAJAR MENURUT PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP TAMAN DEWASA
JETIS-YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007
Faulina Sembiring Universitas Sanata Dharma, 2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis-Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis-Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007. Jumlah populasi adalah 158 orang.
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang disusun berdasarkan peran guru pembimbinng dalam memotivasi belajar oleh Thomas F. Staton (Sardiman, 2005) kemudian dikembangkan oleh peneliti. Alat ini terdiri dari enam peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa yaitu 1) memberikan dorongan belajar, 2) menegaskan pentingnya berkonsentrasi, 3) mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar, 4) membantu siswa dalam memahami perumusan bahan pelajaran, 5) membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara komprehensif, dan 6) membantu siswa mengelola waktu belajar, yang disusun dalam 17 indikator pernyataan dan dikembangkan menjadi 40 item pernyataan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pembahasan.
Teknik analisis data yang digunakan adalah tabulasi data, perhitungan frekuensi dan persentase. Selanjutnya mengidentifikasikan peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa yang item persentasenya minimal 56% dari skor maksimal yang dapat dicapai setiap item.
Hasil penelitian menunjukkan hasil sebagai berikut: 1) mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar (96%); 2) membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara komprehensif (95,2%); 3) membantu siswa mengelola waktu belajar (94,4%); 4) membantu siswa dalam memahami perumusan bahan pelajaran (93%); 5) menegaskan pentingnya berkonsentrasi (89%); 6) memberikan dorongan belajar (65%),
Dapat disimpulkan bahwa peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar sangat diperlukan atau dibutuhkan oleh siswa, dilihat dari hasil analisis data. Kuesioner peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar tersebut mempunyai kualifikasi sangat tinggi.
7
ABSTRACT
THE ROLE OF COUNSELORS IN MOTIVATING THE EIGHTH GRADE STUDENTS TO STUDY
IN TAMAN DEWASA JETIS JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA ACADEMIC YEAR OF 2006/2007
Faulina Br Sembiring Sanata Dharma University, 2005
This researh was to know the role of counselors teacher in motivating the eighth grade students study in Taman Dewasa Jetis Junior High School, Yogyakarta academic year of 2006/2007.
This research was a descriptive research. The population in this research was all of eighth grade students in Taman Dewasa Jetis Junior High School Taman, Yogyakarta academic year of 2006/2007. The total of population was 158.
The instrument in this research was questionnaire compiled based on the psychological factors in study according to Thomas. Stanton (Sardiman, 2005) which was developed by the researcher. This instrument consisted of six role-elements in motivating study which was developed into 40 questions, among than were: 1) giving the support to study, 2) arguving the importance of concentration, 3) directioning student active to study, 4) helping to understand of lesson study by students, 5) guidancing student of lesson by comprehensive thinking, and 6) helping to prepare of lesson by student. It was conducted to facilitate the discussion.
The technique of data analysis was data tabulation, the calculation of frequencies and percentage. Then identifying the item which has minimal percentage of 56% from the maximal score which could be achieved by every item.
The data analysis revealed that: {1) direct all of five sense optimally (96%); 2) major the subjects of lesson by comprehensive thinking (95,2%); 3) have willingness torepeat the subjects of lesson (94,4%); 4) organize the facts or ideas into the formulation understandable by students (93%); 5) argue the inmportance of concentration (89%); 6) giving the support to study (65%)}. Therefore, it could be concluded that the students need the role of counselor very much in motivating studies and having high qualification.
8
KATA PENGANTAR
Syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan karena cinta
kasih dan bimbingan-NYA selalu menyertai penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Bimbingan dan
Konseling.
Penulis sadar bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat
bantuan, perhatian, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Secara khusus ucapan terima kasih ini penulis haturkan kepada:
1. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., Dosen Pembimbing I yang dengan
penuh perhatian dan kesabaran mendampingi sekaligus mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Suster Milburga, CB., M.Ed., Dosen Pembimbing II yang dengan penuh
perhatian dan kesabaran mendampingi serta mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Para Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling, yang telah
memberikan ilmu dan pengalamannya, yang sangat berguna bagi penulis.
Para karyawan sekretariat FKIP, BK, MPK, MKDK dan BAA, yang
memberikan kemudahan dalam pengurusan administrasi.
9
5. Bapak Kepala Sekolah SMP Taman Dewasa Jetis yang telah menerima
dan mengijinkan penulis melakukan ujicoba dan penelitian di SMP Taman
Dewasa Jetis-Yogyakarta dan seluruh siswa kelas VIII SMP Taman
Dewasa Jetis-Yogyakarta, atas kerjasamanya dalam mengisi kuesioner
penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Kedua orangtua penulis yang dengan penuh kasih mendampingi dan
mengantarkan penulis hingga sekarang, sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi ini.
7. Petrus Sembiring dan Theodora Depari, atas pengorbanannya buat penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Adik penulis Romi Sembiring,
yang telah memberikan semangat dan dorongan serta canda tawa (dan
dalam menyelesaikan skripsi ini).
8. Abang Jopta Sembiring, atas bantuan dan perhatiannya selama penulis
kuliah di Yogyakarta dan dalam menyelesaikan skripsi ini. Secara khusus
kepada abang Sedar Barus, atas dukungan, semangat, cinta dan perhatian
dalam berbagai bentuk sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Sr. Gaby SCMM, Sr. Angela SFD atas doa dan bimbingannya selama
penulis kuliah di Yogyakarta ini.
10. Mbak Nina, Mbak Lusie (Mbak Upik), Mbak Novi, Mbak Ria, Mbak
Meymey, Ita atas waktu dan guyonannya, (kalian kakak-kakak yang baik
buat penulis walaupun kadang penulis banyak maunya). Dewi, Serly,
Nuning, Wita atas canda tawanya selama kita bersama di Yogyakarta
10
11. Jack (zakeus), Roberth, Siprianus Lita Lalu dan Iswadi atas kebersamaan,
dukungan, kerjasama serta pengalaman berharga yang sudah dibagikan
bersama dengan penulis selama ini.
12. Teman-teman di Prodi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2001, atas
kebersamaan, dan keceriaan selama kita berada dibangku kuliah: Rm.
Emil, Fr Frans, Sr Tere, Sr Vero, Sr Agata, Sr Floren, Sr Die, Sr Monika,
Kak Fa, Mba Die-die, Mba Kristin, Agus dan Sandry, atas kerjasama dan
bantuannya selama kita bersama di Gatot Kaca 3D kalian memang teman
yang baik. Fetri, Veron, Cueng, Dedy, Willy, Andri, Mba Kenit, Rika,
Diesta, Maya, Ary, Sandry, Mala, Okta, Bety, Kiki, Paska, Yuni (penulis
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuannya selama kita kuliah
bersama), Deni, Alpon, Wahyu, Yuyun, Arny, Nida, Pehalina, Eta, Page,
Anggiat, Paulina Theresia.
13. Semua pihak yang banyak membantu penulis selama menempuh kuliah
dan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Tuhan yang Maha Kasih melimpahkan berkat-Nya kepada semua
yang telah penulis sebutkan di atas. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman penulis sehingga skripsi ini masih jauh dari sempurna. Akhir
kata, penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini berguna bagi siapa saja yang
membacanya.
Penulis
11
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA........................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
ABSTRACT..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR...................................................................................... viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Perumusan Masalah Penelitian .......................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian............................................................................. 6
E. Definisi Operasional .......................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA........................................................................... 8
A. Peran Guru Pembimbing.................................................................... 8
12
B. Peran Guru Pembimbing Dalam Memotivasi Belajar........................ 10
1. Memberikan Dorongan Belajar……………………….. ................ 15
2. Menegaskan Pentingnya Berkonsentrasi………………………… 17
3. Mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar …………... ............. 18
4. Membantu siswa dalam memahami perumusan bahan
pelajaran …………………………………………………… ........ 20
5. Membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara
Komprehensif…………………………………………………….. 21
6. Membantu siswa mengelola waktu belajar ……………………. .. 23
C. Pentingnya Layanan Bimbingan Dan Konseling Dalam Memotivasi
Belajar Siswa ………………………………………………………. 24
D. Layanan Bimbingan Belajar Pent ing Untuk Siswa SMP ………….. 26
E. Siswa SMP Taman Dewasa Jetis…………………………………... 28
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 30
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 30
B. Subjek Penelitian................................................................................ 30
C. Instrumen Penelitian .......................................................................... 31
D. Validitas dan Reabilitas Kuesioner .................................................... 34
1. Validitas Instrumen………………………………………………. 34
2. Reliabilitas Instrumen……………………………………………. 36
E. Prosedur Pengumpulan Data .............................................................. 37
1. Tahap Persiapan………………………………………………….. 37
13
2. Tahap Pelaksanaan………………………………………………. 38
F. Teknik Analisi Data............................................................................ 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 41
A. Hasil Penelitian.................................................................................. 41
B. Pembahasan........................................................................................ 45
BAB V RINGKASAN, KESIMPULAN DAN SARAN ................................ 52
A. Ringkasan........................................................................................... 52
B. Kesimpulan ........................................................................................ 54
C. Saran................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 57
LAMPIRAN ……………………………………………………………….... 59
14
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Data Siswa Kelas II SMP Taman Dewasa Jetis,
Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007…………………… 31
Tabel 2 : Kisi-kisi Penyusunan Koesioner………………………….. 32
Tabel 3 : Daftar Indeks Korelasi Reliabilitas……………………….. 36
Tabel 4 : Tabulasi Hasil Penelitian
Di SMP Taman Dewasa Jetis, Tahun Ajaran 2006/2007.... 41
Tabel 5 : Peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa
berdasarkan persentase alternatif jawaban perlu
dan sangat perlu……………………………………………. 44
Grafik : Peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa… 45
15
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Kuesioner penelitian tentang peran
guru pembimbing dalam memotivasi belajar……......... 59
Lampiran 2 : Tabulasi data ujicoba penelitian
(Skor untuk masing-masing siswa)……........................ 64
Lampiran 3 : Tabulasi jumlah skor-skor hasil ujicoba penelitian…... 66
Lampiran 4 : Perhitungan reliabilitas dan validitas ujicoba penelitian
di SMP Taman Dewasa Jetis, tahun ajaran 2006/2007... 68
Lampiran 5 : Tabulasi data penelitian (Skor masing-masing siswa)
SMP Taman Dewasa Jetis, tahun ajaran 2006/2007........ 70
Lampiran 6 : Tabulasi jumlah skor-skor hasil ujicoba penelitian……. 72
Lampiran 7 : Perhitungan reliabelitas dan validitas ujicoba penelitian
di SMP Taman Dewasa Jetis, tahun ajaran 2006/2007..... 74
16
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian dan manfaat penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
pasal 39 ayat 2 menyatakan pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Guru pembimbing merupakan
salah satu tenaga pendidikan di sekolah. Guru pembimbing adalah guru-guru
dari sekolah yang bersangkutan, yang ditugaskan untuk melaksanakan
bimbingan dan konseling di sekolah karena latar belakang pendidikannya yang
memungkinkan untuk melaksanakan tugas tersebut (Partowisastro, 1985:20).
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Prayitno (1997:18): guru
pembimbing adalah pelaksana utama pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah.
Oleh karena guru pembimbing diharapkan dapat memberikan pelayanan
bimbingan di sekolah, maka ia harus tahu tentang dasar-dasar bimbingan dan
konseling. Hal ini menjadi sangat mendesak untuk dipahami khususnya oleh
guru pembimbing yang bukan berlatar belakang pendidikan bimbingan dan
konseling. Adapun standar prestasi kerja guru pembimbing, sebagaimana
17
tertuang dalam SK Mendikbud No.025/0/1995 (Prayitno, makalah), diharapkan
guru pembimbing dapat melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling
secara optimal, agar dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada para
siswa dalam hal: kemampuan serap (bimbingan belajar), perkembangan
kepribadian (bimbingan pribadi), kemampuan sosial (bimbingan sosial), dan
perencanaan masa depan (bimbingan karir). Selain itu guru pembimbing
diharapkan tampil atau menunjukkan kinerja yang penuh dalam
menyelenggarakan kegiatan bimbingan dan konseling (melalui berbagai jenis
layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling).
Menurut Prayitno (1997: 41-43) pola umum bimbingan dan konseling di
sekolah mencakup bidang-bidang bimbingan, jeni-jenis layanan, dan kegiatan
pendukung bimbingan dan konseling dimana dalam penyelenggaraannya
menjadi tanggung jawab guru pembimbing. Adapun salah satu bidang
bimbingan pola umum bimbingan dan konseling tersebut adalah bimbingan
belajar. Yang dimaksud dengan bimbingan belajar adalah usaha membantu
siswa mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, menguasai
pengetahuan dan keterampilan belajar dalam rangka menyiapkannya
melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi.
Dalam pembahasan ini penulis lebih menyoroti bagaimana guru
pembimbing dapat memberikan motivasi belajar kepada siswa dengan
memperhatikan perkembangan psikologis siswa sendiri. Dengan
memperhatikan perkembangan psikologis siswa diharapkan dapat membantu
siswa dapat disiplin dalam belajarnya, dapat mengembangkan sikap dan
18
kebiasaan belajar yang baik sehingga dapat menguasai materi pelajaran di
sekolah.
Menurut Sardiman (2005:20-28), belajar merupakan usaha penguasaan
materi ilmu pengetahuan menuju terbentuknya kepribadian seutuhya sehingga:
1) siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir sekaligus memperkaya
pengetahuannya. 2) siswa diharapkan dapat terampil dalam belajar. Dengan
demikian siswa perlu mendapat bimbingan belajar supaya dapat belajar secara
efektif. Menurut Sadirman (2005:89-90) motivasi intrinsik adalah motif-motif
yang menjadi aktif atau berfungsi karena dalam diri individu ada suatu
dorongan untuk melakukan sesuatu. Contohnya, anak yang senang membaca,
tidak ada yang menyuruh atau mendorong, ia sudah rajin mencari buku-buku
untuk dibacanya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif
dan berfungsi karena adanya stimulus dari luar individu. Contoh, seorang anak
belajar supaya mendapat pujian dari orang lain (guru, orang tua, teman-teman),
jadi, aktivitas belajar dilakukan bukan karena ingin mengetahui sesuatu.
Winkel (1997:173) memandang motivasi ekstrinsik sebagai aktivitas belajar
dimulai dan diteruskan, berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara
mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Thornburgh (Prayitno, 1989:14)
mengemukakan bahwa motivasi intrinsik dan ekstrinsik saling menambah atau
memperkuat, bahkan motivasi ekstrinsik dapat membangkitkan motivasi
intrinsik. Motivasi intrinsik dapat diperkuat oleh motivasi ekstrinsik.
Siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama) termasuk anak yang sedang
berada pada masa pubertas. Menurut Hurlock (19980:197) pada masa pubertas
19
seseorang mengalami bahaya psikologis seperti konsep diri yang kurang baik,
prestasi yang rendah serta kurang memiliki persiapan dalam menghadapi
pubertas dan lain- lainnya. Dalam rangka membantu atau menolong siswa
remaja tersebut agar tidak memiliki prestasi rendah maka perlu pembimbingan
dalam belajarnya. Pendampingan yang diberikan menurut penulis yaitu berupa
pendampingan psikologis supaya dapat menyemangati siswa agar dapat
meningkatkan prestasi dalam belajarnya.
Dalam memberikan pendampingan belajar dengan memperhatikan
perkembangan psikologis siswa menurut Thomas F. Staton (Sardiman,
2005:39-44) guru pembimbing dapat melakukannya dengan berbagai peran
diantaranya adalah: 1) Memberikan dorongan belajar supaya tahu apa yang
akan dipelajari dan memahami mengapa hal tersebut dipelajari. 2) Menegaskan
pentingnya berkonsentrasi yaitu memusatkan segenap kekuatan perhatian pada
suatu situasi belajar. 3) Mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar. 4)
membantu siswa dalam memahami perumusan bahan pelajaran. 5)
Membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara komprehensif. 6)
Membantu siswa mengelola waktu belajar.
Sebagai calon guru pembimbing di sekolah, penulis tertarik untuk meneliti
bagaimanakah peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa di
sekolah khususnya siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis. Alasan penulis
memilih sekolah ini: pertama, karena penulis pernah melaksanakan PPL di
sekolah ini sehingga sudah mengenal guru pembimbing maupun siswanya.
Alasan yang kedua, karena penulis ingin melihat sejauh mana peran guru
20
pembimbing diperlukan oleh siswa dalam memotivasi belajarnya karena
(Mappiare, 1982:60) banyak diantara siswa yang menglami masalah dalam
belajarnya antara lain; malu apabila disuruh oleh guru untuk memberikan atau
mengemukakan pendapat sewaktu pelajaran berlangsung (malu
mengungkapkan permasalahan/kesulitan belajar yang sedang dialaminya),
takut diejek oleh teman-teman sekelas khususnya oleh teman laki- laki ataupun
sebaliknya apabila memberikan pendapat yang keliru, cemas yang tidak tahu
apa sebabnya sehingga mengurangi semangat belajarnya, marah kepada guru
apabila ditegur atas kesalahan yang diperbuat dan lainnya. Alasan yang ketiga,
visi dan misi sekolah tersebut adalah membantu siswa supaya unggul dalam
prestasi yang berakar pada nilai-nilai budaya bangsa. Itu sebabnya siswa perlu
dimotivasi untuk bersemangat dalam belajar. Ketiga alasan tersebut yang
mendorong penulis mencoba untuk menulis skripsi dengan judul “Peran guru
pembimbing dalam memotivasi belajar siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa
Jetis, Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa
di sekolah menurut siswa-siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Tahun Ajaran
2006/2007?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
21
Mendeskripsikan peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar
siswa di sekolah menurut persepsi siswa-siswi kelas VIII SMP Taman Dewasa
Tahun Ajaran 2006/2007.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru pembimbing
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai masukan dalam refleksi diri demi
peningkatan mutu pelayanan bimbingan belajar kepada siswa.
2. Bagi siswa
Guru pembimbing dapat memotivasi belajar siswa sehingga siswa dapat
mencapai prestasi yang unggul sesuai dengan visi dan misi SMP Taman
Dewasa Jetis Yogyakarta.
3. Bagi penulis
Menambah informasi bagi penulis mengenai peran guru pembimbing
dalam memotivasi belajar siswa di sekolah sehingga peneliti lebih siap
menghadapi tugas-tugas yang akan datang.
E. Definisi Operasional
1. Guru pembimbing adalah guru-guru dari sekolah yang bersangkutan, yang
ditugaskan untuk melaksanakan bimbingan dan konseling di sekolah
karena latar belakang pendidikannya yang memungkinkan untuk
melaksanakan tugas tersebut (Partowisastro, 1985:20).
2. Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul
pada diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
tertentu.
22
3. Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, keterampilan, nilai-sikap.
4. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya psikis dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar
dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu
tujuan.
5. Siswa SMP Taman Dewasa Jetis merupakan remaja awal yang berusia
sekitar 12-16 tahun serta subjek belajar yang mempunyai tujuan dan
kegiatan dalam belajar
23
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini disajikan hasil kajian pustaka mengenai beberapa hal yang dapat
memperjelas topik penelitian dan kiranya berguna untuk membantu memahami
keseluruhan isi penelitian tentang peran guru pembimbing dalam memotivasi
belajar menurut siswa kelas II SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun
Ajaran 2006/2007.
A. Peran Guru Pembimbing
Guru pembimbing merupakan tenaga pendidik, yang dituntut dapat
melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik,
(Prayitno, 1997:9). Guru pembimbing adalah guru-guru dari sekolah yang
bersangkutan, yang ditugaskan untuk melaksanakan bimbingan dan konseling
di sekolah karena latar belakang pendidikannya yang memungkinkan untuk
melaksanakan tugas tersebut (Partowisastro, 1985:20).
Guru pembimbing dapat dikatakan sebagai seorang pendidik yang
memberikan bantuan kepada siswa, agar dapat mengembangkan potensi-
potensi yang dimiliki siswa, mengenal diri sendiri, dan mengatasi persoalan-
persoalan sehingga para siswa dapat menentukan sendiri jalan hidupnya atau
masa depannya secara bertanggung jawab tanpa bergantung kepada orang lain.
Guru pembimbing dapat membantu siswa untuk mengembangkan motivasi
24
belajar yang ada di dalam diri siswa, sehingga siswa dapat memperoleh prestasi
belajar yang baik pada proses belajar di sekolah.
Menurut Prayitno (1997:41-43) dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling di sekolah guru pembimbing sebagai pelaksana utamanya bertugas
untuk mengembangkan layanan bimbingan dan konseling yang salah satu
layanannya adalah bimbingan belajar. Prayitno lebih lanjut menegaskan bahwa
yang dimaksud dengan bimbingan belajar merupakan usaha membantu siswa
mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, menguasai
pengetahuan dan keterampilan belajar dalam rangka menyiapkan siswa
melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi. Dalam usaha membantu
siswa mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik diharapkan guru
pembimbing dapat memberikan memotivasi siswa dalam belajar supaya
disiplin dalam belajarnya, mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang
baik sehingga dapat menguasai materi pelajaran di sekolah.
Dalam mengembangkan pelayanan bimbingan dan konseling diperlukan
tenaga yang berkemampuan baik ditinjau dari personalitas dan
profesionalitasnya. Modal personal guru pembimbing adalah berbagai ciri
kepribadian yang dimiliki oleh guru pembimbing (Prayitno, 1997:45-47). Ciri-
ciri kepribadian meliputi “semua sifat yang melekat pada pribadi seseorang dan
semua sikap yang diambil dalam menunaikan tugas-tugasnya” (Winkel,
1997:196). Modal personal guru pembimbing tersebut sebagai modal dasar
yang menjamin kesuksesan penyelengga raan layanan bimbingan dan konseling
(Prayitno, 1997:45-46). Modal personal guru pembimbing yang disebutkan
25
oleh Prayitno antara lain: menyayangi peserta didik, sabar dan bijaksana,
lembut dan baik hati, dapat diteladani/dicontoh, tanggap terhadap keadaan dan
mampu mengambil tindakan, serta memahami dan bersikap positif terhadap
layanan bimbingan dan konseling. Sedangkan yang dimaksud modal
profesional yang diperlukan dalam mengembangkan bimbingan dan konseling
mencakup kematangan wawasan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang
pelayanan bimbingan dan konseling. Dengan modal profesional yang dimiliki
guru pembimbing diharapkan akan mampu melaksanakan kegiatan bimbingan
dan konseling secara profesional. Modal personal dan profesional guru
pembimbing merupakan dua hal tidak dapat dipisahkan dalam pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah.
B. Peran Guru Pembimbing Dalam Memotivasi Belajar Siswa
Winkel (1997: 25) menguraikan bahwa sekolah merupakan lingkungan
pendidikan formal karena di sekolah terlaksana serangkaian kegiatan yang
teroganisir, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar mengajar di dalam
kelas. Kegiatan belajar ini bertujuan menghasilkan perubahan-perubahan
positif di dalam diri anak yang sedang menuju kedewasaan melalui usaha
belajar. Untuk mengetahui sejauh mana para siswa telah berhasil menguasai
bahan pelajaran dalam batas waktu yang ditentukan perlu diadakan penilaian.
Penilaian ini sangat penting untuk menentukan prestasi belajar yang telah
dicapai siswa. Untuk memperoleh prestasi yang baik di sekolah diperlukan
motivasi untuk belajar karena motivasi memegang peranan yang penting dalam
26
memberikan gairah atau semangat belajar, sehingga siswa bermotivasi kuat dan
memiliki semangat untuk melakukan kegiatan belajar. Belajar adalah kegiatan
atau aktivitas pokok yang dilakukan oleh siswa sebagai pelajar. Selama
melakukan kegiatan belajar, tentunya siswa memiliki keinginan agar kegiatan
yang dilakukannya itu pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang berguna
atau bermanfaat bagi dirinya. Siswa termotivasi untuk melakukan kegiatan
belajar karena hasil dari aktivitas itu pada akhirnya dapat memenuhi
kebutuhannya. Motivasi belajar sangat dibutuhkan oleh para siswa. Dengan
memiliki motivasi belajar siswa mengeluarkan tenaga dari dalam dirinya untuk
mengarahkan dan mengorganisasikan tingkahlakunya, sehingga mengalami
suatu proses yang pada akhirnya merubah perilakunya akibat pengalaman yang
diperoleh selama melakukan aktivitas belajar (Handoko, 1992). Maka berikut
ini akan dibahas mengenai arti motivasi belajar.
1. Motivasi Belajar
Untuk memahami arti motivasi belajar maka akan diuraikan arti
masing-masing kata yaitu motivasi dan belajar. Motivasi berasal dari kata
Latin yaitu motivum yang menunjukkan bahwa ada alasan tertentu mengapa
sesuatu itu dilakukan. Motivasi merupakan daya pengerak dari dalam untuk
melakukan aktivitas-aktivitas demi mencapai suatu tujuan tertentu. Thomas
L. Good dan Jere B. Brophy (Prayitno, 1989:8) mendefinisikan motivasi
sebagai energi penggerak, pengarah dan memperkuat tingkah laku. Menurut
Handoko (1992:9) motivasi adalah suatu tenaga yang terdapat dalam diri
manusia yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisirkan tingkah
27
laku manusia. Motivasi merupakan usaha-usaha yang dapat menyebabkan
seseorang tergerak untuk melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan
yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya,
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990:593).
Motivasi adalah daya penggerak yang menimbulkan, mengarahkan,
dan mengorganisirkan tingkah laku manusia untuk mencapai suatu tujuan.
Motivasi belajar menurut Sardiman (2005:75) adalah keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
menjamin kelangsungan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehenaki
oleh subjek dapat dicapai. Sifat keseluruhan tersebut karena pada umumnya
ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar.
Motivasi belajar menurut Winkel (1997:27) adalah keseluruhan
daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, menjamin kelangsungan belajar dan memberikan arah pada kegiatan
belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Winkel juga memandang motivasi
belajar sebagai daya penggerak yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan
diri dalam kegiatan belajar. Anderson, C.R. dan Faust, G.W. (Prayitno,
1989:10) mengemukakan bahwa motivasi dapat dilihat dari karakteristik
tingkah laku siswa yang menyangkut minat, ketajaman, perhatian,
konsentrasi dan ketekunan.
Dari definisi motivasi belajar di atas penulis sependapat dengan
Sardiman (2005:75) yaitu keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan
28
belajar, sehingga tujuan yang dikehenaki oleh subjek dapat dicapai karena di
sekolah siswa belajar dan membutuhkan bimbingan dari orang lain
khususnya guru pembimbing yang dapat membantunya termasuk juga
tenaga pengajar lain, sehingga tujuan belajar siswa sendiri tercapai.
2. Jenis –jenis motivasi, adalah:
a. Motivasi belajar intrinsik.
Menurut Sadirman (2005:89) motivasi intrinsik adalah motif-motif
yang menjadi aktif atau berfungsi karena dalam diri individu ada suatu
dorongan untuk melakukan sesuatu. Thornburgh (Prayitno, 1989: 10)
berpendapat bahwa motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang
disebabkan faktor pendorong dari dalam diri (internal) individu.
Contohnya, anak yang senang membaca, tidak ada yang menyuruh atau
mendorong, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.
Winkel (1997:174) mengemukakan bahwa motivasi intrinsik
sebagai kegiatan belajar yang dimulai dan diteruskan berdasarkan
penghyatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan
dengan kegiatan belajar. Tingkah laku yang muncul tanpa dipengaruhi
oleh faktor- faktor lingkungan. Contoh, seorang anak belajar karena ingin
mengetahui sesuatu, bukan karena ingin mendapat pujian. Grage dan
Berline (Prayitno, 1989:11) mengemukakan bahwa siswa yang
termotivasi secara intrinsik aktivitasnya lebih baik dalam belajar dari
siswa yang termotivasi secara ekstrinsik.
29
b. Motivasi ekstrinsik.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya karena
pengaruh rangsangan dari luar (Prayitno, 1989:13). Motivasi ekstrinsik
bukan merupakan perasaan atau keinginan yang ada di dalam diri siswa
untuk belajar. Rumusan yang lebih baru menegaskan bahwa motivasi
ekstrinsik memiliki tujuan yang berada di luar dari kegiatan belajar itu
sendiri atau tujuan itu tidak terlibat dalam aktivitas belajar Thornburg,
(Prayitno, 1989:14). Menurut Sardiman (2005:90-91) motivasi ekstrinsik
adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya stimulus dari
luar individu. Contoh, seorang anak belajar supaya mendapat pujian dari
orang lain (guru, orang tua, teman-teman) jadi, aktivitas belajar
dilakukan bukan karena ingin mengetahui sesuatu. Sedangkan Winkel
(1997:173) memandang motivasi ekstrinsik sebagai aktivitas belajar
dimulai dan diteruskan, berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak
secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Menurut penulis baik motivasi ekstrinsik maupun intrinsik
merupakan dua hal yang penting dalam belajar siswa karena hubungan
antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik itu saling menambah atau
memperkuat, bahkan motivasi eksrinsik dapat membangkitkan motivasi
intrinsik. Motivasi intrinsik dapat diperkuat oleh motivasi ekstrinsik
Thornburgh (Prayitno, 1989:14)
Dalam pemberian layanan bimbingan belajar, guru pembimbing perlu
memperhatikan perkembangan psikologis siswanya. Memberikan
30
pendampingan belajar dengan memperhatikan perkembangan psikologis siswa
menurut Thomas F. Staton (Sardiman, 2005:39-44) dapat dilakukan dengan:
1. Memberikan dorongan belajar
Dalam kegiatan belajar sehari-hari seringkali siswa tidak berminat
atau menaruh perhatian dalam belajar karena tidak adanya motivasi dalam
diri siswa sendiri. Hal ini sering terlihat dalam perilaku siswa yang malas
belajar, sering bolos sekolah, mencontek dan lainnya. Oleh karena hal
tersebut maka perlu motivasi baik dalam diri siswa sendiri maupun dari
luar diri siswa. Memiliki motivasi merupakan dasar yang baik untuk
belajar. Sebab tanpa adanya motivasi kegiatan belajar sulit untuk berhasil
(Sardiman, 2005:40).
Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan
belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai.
Namun terkadang motivasi belajar siswa menurun akibat ketidakmatangan
dari tugas-tugas perkembangan sebelumnya, hal ini bisa dilihat dari
perilaku siswa seperti tidak bertanggungjawab dan mengabaikan
pelajarannya untuk bersenang-senang dengan teman sebayanya (Ridwan
2004:133). Selain itu dapat dilihat dari bentuk-bentuk emosi yang sering
muncul (Mappiare, 1982:60) antara lain; malu apabila disuruh oleh guru
untuk memberikan atau mengemukakan pendapat sewaktu pelajaran
berlangsung (malu mengungkapkan permasalahan/kesulitan belajar yang
31
sedang dialaminya), takut diejek oleh teman-teman sekelas khususnya oleh
teman laki- laki ataupun sebaliknya apabila memberikan pendapat yang
keliru, cemas yang tidak tahu apa sebabnya sehingga mengurangi
semangat belajarnya, marah kepada guru apabila ditegur atas kesalahan
yang diperbuat dan lainnya. Hal ini bisa menyebabkan belajar siswa
terganggu, sehingga membutuhkan orang lain untuk membantunya seperti
guru pembimbing untuk menumbuhkan motivasi belajar bagi siswa-
siswanya.
Memberikan motivasi kepada siswa berarti menggerakkan siswa
untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu misalnya kegiatan
belajar. Pada tahap awalnya akan menyebabkan siswa merasa ada
kebutuhan untuk belajar dan ingin melakukan kegiatan belajar. Hal ini
yang akan memberikan arah kepada siswa dalam belajar. Dalam
pencapaian hasil belajar yang optimal maka perlu ada motivasi dalam diri
siswa sendiri. Dalam pencapaian hasil belajar yang optimal diharapkan
guru pembimbing dapat mendorong siswa dengan:
a. Memberikan kemudahan dan bantuan dalam belajar siswa, baik secara
langsung oleh guru pembimbing sendiri maupun memberikan petunjuk
kemana siswa meminta bantuan dalam mengatasi masalah belajar yang
dialaminya.
b. Memberikan pujian. Sudah menjadi kodrat manusia bahwa setiap orang
senang dipuji atas prestasi yang dicapainya. Pemberian pujian dapat
dilakukan dengan senyuman, wajah cerah, anggukan kepala atau secara
32
verbal misalnya. Sebab semuanya itu sangat berarti bagi siswa (Alsa,
1988:8-9).
c. Penghargaan terhadap pribadi siswa. Sikap menerima siswa, dapat
dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa menggunakan
kemampuannya sendiri dalam belajarnya.
2. Menegaskan pentingnya berkonsentrasi
Konsentrasi merupakan usaha memusatkan perhatian pada situasi
belajar. Namun dalam kegiatan belajar sehari-hari seringkali konsentrasi
belajar siswa terhadap pelajarannya hanya bersifat sekedarnya saja
sehingga informasi tentang materi pelajaran yang disampaikan berkesan
samar-samar dalam ingatan siswa (Sardiman, 2005:40-41). Hal ini bisa
terjadi karena pada masa remaja, terjadi perubahan tubuh secara fisik
sehingga merasa tidak nyaman. Dan akibat dari perubahan tersebut
(Masidjo, 2006: 9) antara lain munculnya perilaku seperti lesu, canggung,
mudah teralihnya perhatian yang dapat mengganggu konsentrasi pikiran,
sehingga dapat menurunkan prestasi belajar siswa. Untuk hal tersebut guru
pembimbing perlu memperhatikan perkembangan psikologis siswa-
siswanya agar dalam layanan bimbingan belajar sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan siswa. Pada tahap perhatian umumnya siswa memusatkan
perhatian pada objek, materi atau perilaku. Sehingga model yang menarik
dan dikagumi akan mengundang perhatian siswa, berpengaruh kuat dan
menyediakan kemungkinan besar untuk dicontoh oleh siswa. Agar siswa
konsentrasi dalam belajar maka guru pembimbing dapat:
33
a. Mengingatkan siswa agar memusatkan perhatianya pada pelajaran yang
sedang dipelajari bukan pada hal-hal lain.
b. Mengingatkan siswa agar mengabaikan hal-hal yang menganggu
perhatian belajar seperti suara bising, orang lalu lalang dan lainnya.
c. Mengingatkan siswa agar melengkapi perlengkapan belajarnya agar
tidak menganggu teman yang lain dengan cara meminjam buku,
pulpen, atau perlengkapan belajar lainnya di dalam kelas karena akan
mengganggu konsentrasi siswa lain.
3. Mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar.
Dalam kegiatan belajar di sekolah siswa harus belajar aktif,
bertindak dan melakukan kegiatan belajar dengan menggunakan segala
panca indranya secara optimal agar semua fakta-fakta atau ide- ide yang
disampaikan oleh pengajarnya dapat direspon dengan baik karena
pengoptimalan panca indera merupakan faktor penting dalam keberhasilan
belajar (Sardiman, 2005:41-42). Dalam hal ini sudah menjadi tanggung
jawab guru pembimbing untuk membantu siswanya dalam menjaga
kesehatan dan kenyamanan belajar siswanya dengan memberikan
bimbingan tentang cara hidup yang sehat, karena dengan kondisi fisik
yang sehat akan mempengaruhi pengoptimalan segenap panca indera
dalam kegiatan belajar. Selain kondisi fisik yang sehat suasana lingkunan
non sosial dan lingkungan sosial orang belajar perlu diperhatikan (Surya,
2003). Yang dimaksud dengan suasana lingkungan non sosial adalah
kondisi tata laksana ruangan tempat belajar misalnya kebersihan ruangan
34
kelas, pencahayaan yang bagus, sirkulasi udara yang baik, serta penataan
kursi dan meja senyaman munkin untuk siswa dan lainnya. Hal ini ada
pengaruhbya dalam memfokuskan panca indera secara optimal dalam
belajar. Suasana lingkungan sosial yang dimaksud disini adalah faktor
hubungan sesama manusia yang turut mempengaruhi kegiatan belajar
individu (siswa). Penelitian ini memberi batasan lingkungan sosial orang
yang belajar. Proses belajar yang dilakukan siswa sangat dipengaruhi oleh
hubungan siswa dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat
pergaulannya. Misalnya hubungan yang harmonis dalam keluarga baik
dengan kakak, ayah, ibu, dan adik dapat mendukung semangat belajar,
hubungan siswa dalam lingkungan sekolah dapat ditunjukkan dengan
kedekatan antara guru dan siswa-siswanya sehingga dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa. Cara yang dapat ditempuh untuk menciptakan
lingkungan sosial belajar siswa yang baik diantaranya adalah:
a. Membantu atau membimbing siswa membuat ringkasan bahan pelajaran
yang diterangkan oleh gurunya di dalam kelas sehingga siswa-siswa
mudah mempela jarinya kembali di rumah sehingga bisa membantu
siswa dalam belajarnya dan pada waktu menjelang ujian dapat
dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
b. Menciptakan lingkungan yang kondusif yaitu: guru pembimbing
hendaknya menciptakan lingkungan fisik yang sebaik mungkin
misalnya kebersihan ruangan, tata letak, fasilitas, demikian pula
35
lingkungan sosial-psikologis seperti hubungan antar pribadi, kehidupan
kelompok, bimbingan, kesempatan untuk maju, kekeluargaan.
c. Guru pembimbing mengingatkan siswa agar memfokuskan pikirannya
sewaktu guru menerangkan materi pelajaran di dalam kelas
4. Membantu siswa dalam memahami perumusan bahan pelajaran
Menurut Sardiman (2005:42), perumusan fakta-fakta atau ide-ide
secara jelas akan membantu siswa atau akan memberikan kemudahan bagi
siswa dalam memahami materi pelajarannya, (agar siswa mengerti atas apa
yang dipelajarinya). Mengorganisasikan fakta atau ide-ide ke dalam
rumusan yang dipahami siswa perlu dilakukan karena setiap siswa
memiliki kemampuan dan pemahaman yang berbeda-beda, maka dengan
rumusan yang jelas diharapkan siswa lebih mudah mengerti atas apa yang
dipelajarinya.
Dalam hal ini perlu bagi guru pembimbing untuk lebih memahami
perbedaan siswa-siswanya baik dalam cara penerimaan dan pengolahan
pesan-pesan yang di sampaikan oleh gurunya dalam proses belajar karena
setiap siswa memiliki kecepatan yang berbeda dalam mengolah informasi
yang diberikan. Tergantung informasi tersebut mudah dicerna atau tidak
oleh siswa sendiri. Oleh karena itu hendaknya dalam pemberian pesan atau
informasi belajar hendaknya diproses sesuai dengan kebutuhan dan daya
tangkap siswa serta diolah semenarik mungkin sehingga tidak
menimbulkan kebingungan bagi siswa sendiri dan bisa menambah
motivasinya untuk belajar.
36
Dalam mengorganisasikan fakta atau ide- ide ke dalam rumusan
yang dipahami siswa maka guru pembimbing perlu bekerja sama dengan
guru pengajar lainnya di sekolah agar materi pelajaran yang disampaikan
kepada siswa sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat siswa, suasana
belajar yang menyenangkan serta yang tidak kalah pentingnya yaitu tujuan
belajar yang jelas sehingga siswa menyadari arti belajarnya sendiri. Tujuan
merupakan pembangkit motivasi. Denny (1994:11) mengatakan “adalah
mustahil bagi siapapun untuk menjadi termotivasi tanpa adanya sasaran
yang jelas dan terinci”. Tujuan yang jelas akan memperkuat usaha untuk
mencapainya. Sebaliknya, tujuan yang tidak jelas akan melemahkan usaha
untuk mencapainya. Dengan kata lain, kejelasan tujuan akan
menumbuhkan motivasi, sedangkan ketidakjelasan atau ketidakadaan
tujuan akan melemahkan atau menghilangkan motivasi. Dalam
memperjelas tujuan-tujuan belajar siswa guru pembimbing dapat
melakukan dengan cara:
a. Memberikan pengarahan bila ada bahan-bahan pelajaran yang sulit
dipahami oleh siswa
b. Memberikan bahan bimbingan secara teratur sehingga tidak
menimbulkan kebingunggan bagi siswa
c. Memberikan kesempatan belajar sesuai dengan kemampuan masing-
masing siswanya.
5. Membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara
komprehensif.
37
Dalam penguasaan materi pelajaran tidak bisa terlepas dari unsur-
unsur psikologis lain misalnya dengan motivasi, konsentrasi, reaksi dan
lain- lainnya. Dalam penguasaan materi pelajaran diharapkan siswa tidak
hanya sekedar tahu saja tetapi juga menghendaki agar subjek belajar dapat
memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipahami (Sardiman, 2005:42-44).
Contohnya siswa melakukan belajar pada malam hari menjelang ujian
pada pagi harinya. Kegiatan yang demikian cenderung hanya sekedar
mengetahui sesuatu bahan yang dituangkan pada ujian tersebut tetapi jika
ditanya dua atau tiga hari kemudian cenderung sudah lupa. Oleh karena
itu diharapkan bagi siswa dalam belajarnya agar apa yang dipelajarinya
dimengerti, maksud serta aplikasi-aplikasinya sehingga siswa dapat
memahami tujuan belajarnya sendiri. Dalam hal ini diharapkan siswa tidak
hanya sekedar mengetahui apa yang dipelajarinya tetapi diharapkan tahu
bagaimana memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipelajarinya. Maka
dari itu diharapkan guru pembimbing dapat membantu siswa-siswa dalam
penguasaan materi pelajaran secara komprehensif dengan cara:
a. Menghindari pemakaian cara-cara dan suasana yang menegangkan.
Ketegangan dan kecemasan akan menganggu fungsi kognisi yang
akibatnya akan menganggu penampilan prestasi belajar. Oleh karena itu
pendidik jangan membuat suasana atau menggunakan cara-cara yang
dapat menyebabkan ketegangan. Memakai prosedur yang menekan atau
paksaan akan menimbulkan antipati pada siswa-siswi. Hal ini dapat
menyebakan kurangnya motivasi belajar. Selain itu guru pembimbing
38
juga dapat memahami cara belajar setiap siswanya, karena setiap siswa
memiliki cara-cara belajar sendiri dan guru pembimbing dapat
membimbing siswa-siswanya untuk memahami cara belajar masing-
masing siswanya.
b. Menciptakan suasana yang menyenangkan seperti: sikap ramah, tidak
cemberut, tidak mudah marah, senang membantu, dan tidak suka
mencela siswa-siswinya. Sikap ini akan menyebabkan siswa senang
berhubungan dengan gurunya. Guru pembimbing harus pandai
menciptakan suasana yang menyenangkan, atau tidak menakutkan.
c. Mengembangkan sikap yang positif dan minat siswa terhadap semua
materi pelajaran yang dipelajari.
6. Membantu siswa mengelola waktu belajar.
Menurut Sardiman (2005:44-45) mengulang suatu pekerjaan
misalnya mengulang-ulang pelajaran membuat kemampuan siswa
mengingat pelajarannya semakin bertambah atau semakin besar. Hal ini
penting dilakukan oleh siswa karena dengan mengulang-ulang pelajaran
diharapkan siswa tidak mudah lupa atas apa yang dipelajarinya. Oleh
karena itu guru pembimbing harus selalu mengontrol dan mengingatkan
siswa-siswanya untuk selalu mempelajari kembali semua pelajaran yang
telah dipelajarari baik di sekolah maupun di rumah agar tidak mudah lupa.
Karena lupa merupakan suatu masalah yang “tercela” atau sangat tidak
baik dalam belajar. Dalam membantu siswa mengelola waktu belajarnya
guru pembimbing dapat melakukan dengan cara:
39
a. Membantu siswa menyusun waktu belajar dengan sebaik-baiknya
b. Guru pembimbing mengingatkan siswa supaya mau mengulangi setiap
mata pelajaran.
C. Pentingnya Layanan Bimbingan Dan Konseling Dalam Memotivasi
Belajar Siswa
Pelayanan bimbingan belajar di SMP bertujuan membantu siswa
mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan
belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan, sesuai
dengan program belajar di SMP. Layanan pembelajaran dimaksudkan untuk
memungkinkan siswa memahami dan mengembangkan sikap dan kebiasaan
belajar yang baik, keterampilan dan materi belajar yang cocok dengan
kecepatan dan kesulitan belajar siswa, serta tuntutan kemampuan yang berguna
dalam kehidupan dan perkembangan siswa sendiri (Prayitno, 1997:67). Dalam
mencapai tujuan tersebut hendaknya guru pembimbing perlu mengetahui
perkembangan psikologis siswa-siswanya agar dalam memberikan layanan
bimbingan dan konseling di sekolah sesuai dengan kebutuhan siswa.
Menurut Masidjo (2006:9) masa remaja awal merupakan masa
menemukan diri menjadi pribadi yang lebih dewasa. Dalam masa ini, remaja
sering mengalami masalah yang berhubungan dengan perasaannya yang
ditandai dengan perasaan tidak tenang, kurang suka bekerja, kurang suka
bergerak, suasana hati murung dan sering muncul berbagai perilaku seperti
canggung, mudah teralihnya perhatian yang dapat mengganggu konsentrasi
40
pikiran, sehingga dapat menurunkan prestasi belajar, adanya hambatan dalam
pergaulan dengan teman sebaya misalnya kelompok teman sebaya tidak terlalu
mementingkan prestasi belajar sehingga suka membolos bahkan putus sekolah.
Dalam menghadapi perubahan-perubahan tersebut guru pembimbing
perlu memperhatikan faktor- faktor psikologis siswa dan mengenal siswanya
secara lebih mendalam sehingga dapat membantu proses belajar siswanya,
serta sudah menjadi tanggungjawab pendidik membantu siswanya khususnya
dalam belajar kearah yang semakin sempurna. Hal ini perlu
diperhatikan/diketahui oleh guru pembimbing agar dapat mencapai tujuan yang
dicita-citakan khususnya dalam belajar siswa. Sehingga hal-hal yang dapat
menganggu konsentrasi belajar yang berpengaruh pada penurunan prestasi
belajar dapat dihindari atau dicari jalan keluarnya oleh guru pembimbing
bersama dengan siswa yang mengalami masalah-masalah tersebut. Dengan
demikian diharapkan tujuan yang dicita-citakan khususnya dalam belajar siswa
dapat tercapai dengan optimal. Dalam rangka membantu atau menolong siswa
remaja tersebut agar tidak memiliki prestasi rendah maka perlu pembimbingan
dalam belajarnya dan dapat menyemangati siswa agar dapat meningkatkan
prestasi dalam belajarnya.
Menurut Prayitno (1994:29) permasalahan yang dialami para siswa di
sekolah seringkali tidak dapat dihindari, meski dengan pengajaran yang baik
sekalipun. Hal ini terlebih lagi disebabkan karena sumber-sumber
permasalahan siswa banyak yang terletakdi luar sekolah. Sekolah menyediakan
pelayanan yang luas untuk secara efektif membantu siswa mencapai tujuan
41
tujuan perkembangannya dan mengatasi permasalahannya, maka segenap
kegiatan dan kemudahan yang diselengarakan sekolah perlu diarahkan. Di
sinilah dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling di samping
kegiatan pengajaran. Dalam tugas pelayanan yang luas, bimbingan dan
konseling di sekolah adalah pelayanan untuk semua murid yang mengacu pada
keseluruhan perkembangan mereka dalam rangka mewujudkan manusia
seutuhnya.
D. Layanan Bimbingan Belajar Penting Untuk Siswa SMP
Proses dan pelayanan bimbingan sangat penting dalam hidup siswa di
sekolah maupun di luar sekolah, khususnya dalam menghadapi tugas-tugas
belajarnya. Dikatakan penting karena kegagalan di dalam belajar disebabkan
karena banyak hal diantaranya yaitu: kekurang mampuan dalam menyesuaikan
diri, cara belajar yang salah, sikap yang salah terhadap diri sendiri, cara
pengisian waktu luang yang keliru, masalah-masalah yang ada dalam keluarga
dan sebagainya (Kartono, 1985:104). Segala permasalahan ini tidak dapat
dibiarkan begitu saja melainkan perlu diatasi, dicari jalan keluarnya. Melalui
layanan bimbingan yang terpadu dan berkesinambungan, siswa dapat
memperoleh kemampuan dan dukungan serta perhatian, agar siswa dapat
menyelesaikan tugas-tugas belajarnya dengan baik dan semakin meningkatkan
motivasi belajarnya. Kemampuan yang dimiliki siswa diperoleh sebagai hasil
dari latihan- latihan dalam pelayanan bimbingan belajar di sekolah.
42
Menurut Mappiare (1984:292-293) tujuan pelayanan bimbingan belajar
di SMP membantu siswa agar mampu mengatasi kesulitan-kesulitan
memecahkan masalah yang dihadapinya, membantu siswa untuk mengenal diri,
sikap dan kebiasaan belajar yang baik, menguasai pengetahuan dan
keterampilan dan berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat. Kesulitan-
kesulitan yang dimaksud adalah; 1) prestasi rendah yang disebabkan oleh
kurangnya motif untuk belajar, kemampuan belajar yang rendah atau tidak
menggunakan kemampuan secara optimal, 2) kebiasaan-kebiasaan buruk yang
dilakukan siswa dalam situasi belajar misalnya mencontek pada waktu
ulangan/ujian berlangsung, mengganggu teman pada saat pelajaran
berlangsung, 3) kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan jasmani
misalnya sering merasa pusing, sakit perut dan lainnya.
Pengembangan kurikulum pengajaran di beberapa jenis pendidikan
sekolah menengah mempunyai dampak terhadap tuntutan pelayanan
bimbingan. Misalnya, penerapan sistem belajar siswa aktif, dan pembaharuan
materi pelajaran sesuai dengan kemajuan di segala bidang ilmu. Dalam
keadaan demikian, siswa sendiri dituntut untuk membuat berbagai pilihan yang
dapat dipertanggung jawabkan untuk meningkatkan motivasi belajar dan untuk
menaruh perhatian terhadap lingkungan hidupnya di masa modern (Winkel,
1997:116).
Menurut Winkel (1997), tenaga bimbingan yang bertugas di institusi
pendidikan formal harus mengetahui segala permasalahan yang menyangkut
pendidikan sekolah dan seluk beluk dan kegiatan psikis yang disebut belajar.
43
Pelayanan bimbingan akademik, sebagian besar disalurkan melalui kegiatan
bimbingan kelompok dan bimbingan individual terutama dalam wawancara
konseling. Berbagai materi pembimbingan dapat dibawakan melalui kegiatan
kelompok khusus yang dibentuk untuk mengembangkan motivasi belajar.
E. Siswa SMP Taman Dewasa Jetis
Siswa SMP merupakan remaja awal yang mempunyai latar belakang dan
karakteristik yang berbeda-beda baik kondisi fisik, kondisi psikis, serta
lingkungan keluarga (status sosial-ekonomi) dan lain- lainnya serta mempunyai
tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhinya. Adapun tugas
perkembangan siswa SMP tersebut menurut Nurihsan (2005: 1-3) sebagai
berikut: mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, mempersiapkan dan bersikap positif terhadap
perubahan psikis dan fisik dalam dirinya, menjalin hubungan yang baik dengan
teman sebaya baik peranannya sebagai pria maupun wanita, memantapkan nilai
dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan sosial,
mengenal kemampuan, bakat, minat, arah kecenderungan karir dan apresiasi
seni, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai kebutuhan untu
mengikuti pelajaran atau karir di masyarakat, mengenal dan mengembangkan
sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional dan sosial. Tahap
perkembangan remaja awal tersebut merupakan tahap yang amat memerlukan
perhatian khusus para pendidik.
44
Siswa SMP Taman Dewasa Jetis merupakan remaja awal yang berusia
sekitar 12-16 tahun serta subjek belajar yang mempunyai tujuan dan kegiatan
dalam belajar, Prayitno (1997: 62-63). Siswa SMP ini sebagian berasal dari
anggota keluarga yang berlatar belakang ekonomi menengah ke bawah, serta
sebagian berasal dari orang tua yang berpendidikan rendah yang bekerja
sebagai buruh dan tinggal di daerah atau lingkungan mayarakat yang berasal
dari kelas menengah ke bawah. Walaupun demikian, melalui survei kebutuhan
yang dilakukan penulis siswa di sekolah ini pada umumnya ingin dibantu agar
memahami pentingnya pendidikan dalam hidup mereka.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini, diuraikan jenis penelitian, subjek penelitian, variabel
penelitian, alat ukur dan tehnik analisis data penelitian.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei, yaitu
penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala
pada saat penelitian dilakukan (Fruchan, 1982:415-418). Tujuan dari survei
untuk mengumpulkan informasi tentang variabel dan bukan informasi tentang
individu. Alasan digunakan jenis penelitian ini adalah untuk mengupulkan
informasi tentang variabel penelitian, bukan individu yang menjadi objek
penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan “peran guru
pembimbing dalam memotivasi belajar menurut siswa kelas II SMP Taman
Dewasa Jetis, Yogyakarta Tahun Pelajaran 2005/2006”.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah para siswa kelas II SMP Taman Dewasa
Jetis, Yogyakarta yang dibagi menjadi 5 kelas. Menurut Furchan (1982; 419),
survei yang mencakup seluruh populasi yang diteliti disebut sensus, sedangkan
survei yang hanya menyelidiki sebagian saja dari populasi disebut survei
sampel. Karena responden dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II
46
SMP Taman Dewasa Jetis, Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007, maka
penelitian ini disebut penellitian sensus (populasi).
Dasar pertimbangan yang digunakan dalam penentuan populasi yakni:
siswa kelas II SMP adalah siswa yang tergolong remaja awal yang sudah
mampu merefleksikan peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar
mereka. Data populasi penelitian disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1. Data Siswa Kelas II SMP Taman Dewasa Jetis,
Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007
Kelas Jumlah Siswa
VIII A 32 VIII B 31 VIII C 31 VIII D 32 VIII E 32
Jumlah Siswa Keseluruhan 158
C. Instrumen Penelitian
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian berupa kuesioner
yang diambil dari alat pengumpulan data yang telah disusun berdasarkan peran
guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa menurut Thomas F. Staton
(Sardiman 2005:39-44). Kuesioner peran guru pembimbing dalam memotivasi
belajar siswa ini terdiri dari dua bagian yaitu: (1). Bagian pengantar, Identitas
dan petunjuk pengisian, (2). Bagian pernyataan yang mengungkapkan peran
guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa kelas dua yang terdiri dari
40 pernyataan.
47
Item-item pernyataan dalam kuesioner terdiri dari lima peran yaitu: (1).
Memberikan dorongan motivasi belajar, (2). Menegaskan pentingnya
berkonsentrasi, (3). Mengarahkan segenap pancaindera secara optimal, (4).
Mengorganisasikan fakta atau ide-ide ke dalam rumusan yang dipahami siswa,
(5). Menguasai materi pelajaran dengan pikirannya secara komprehensif, (6).
Bersedia untuk mengulangi materi pelajaran. Kisi-kisi kuesioner yang
digunakan dalam penelitian disajikan dalam table 2.
Tabel 2. Kisi-Kisi Koesioner
No Peran guru pembimbing
Indikator Nomer Item
1. Memberikan dorongan belajar
a. Tanggungjawab belajar b. Berani mengemukakan
pendapat c. Mengahargai upaya belajar
siswa d. Menguatkan siswa tidak
putus asa jika mendapat nilai rendah
4, 7, 13 15, 20 25, 27 33, 38
2. Menegaskan pentingnya berkonsentrasi
a. Memusatkan perhatian b. Mempersiakan perlengkapan
belajar
5, 8, 14, 21 28, 34, 39
3. Mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar
a. Mengamati guru b. Membuat ringkasan pelajaran c. Menjaga kesehatan
6, 16, 22 9, 40 29
4. Membantu siswa dalam memahami perumusan bahan pelajaran
a. Mengolah bahan belajar b. Mengembangkan
kemampuan siswa c. Memberikan pengarahan
belajar
3, 10, 23 17 30, 35
5. Membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara komprehensif
a. Mengembangkan minat belajar
b. Memahami cara belajar siswa c. Menjelaskan manfaat belajar
2, 36 11, 18, 24 31
6 Membantu siswa mengelola waktu belajar
a. Menegaskan pentingnya disiplin waktu belajar
b. Mengingatkan siswa untuk mengulangi pelajaran
1, 12, 26 19, 32, 37
48
Berikut ini penjelasan mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan
kuesioner:
1. Kuesioner peran guru pembimbing
Dalam kuesioner ini responden diminta untuk merespon pernyataan-
pernyataan tentang suatu objek. Objek kuesioner yang dimaksud adalah
peran guru pembimbing dalam memotivasi siswa. Jawaban responden
terdiri dari 4 kategori yaitu: sangat perlu, perlu, tidak perlu, dan sangat
tidak perlu. Mengingat seluruh item dalam kuesioner ini memuat
pernyataan yang positif maka skor untuk jawaban sangat perlu adalah 4,
untuk jawaban perlu adalah 3, untuk jawaban tidak perlu adalah 2, dan
untuk jawaban sangat tidak perlu adalah 1.
Menurut Hadi (1990) modifikasi Skala Likert menjadi empat kategori
jawaban dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung
oleh skala lima tingkat, yaitu: karena kategori netral mempunyai arti
ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan, bisa juga diartikan netral,
atau ragu-ragu. Tersedianya jawaban di tengah juga menimbulkan
kecenderungan menjawab netral (central tendency effect ), terutama bagi
mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan jawabannya.
2. Peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa
Indikator-indikator untuk menyusun kuesioner ini dibuat berdasarkan
peran guru pembimbing dengan memperhatikan perkembangan psikologis
siswa yang disusun oleh Thomas F. Staton (Sardiman, 2005:39-44)
adalah: 1) Memberikan dorongan belajar 2) Menegaskan pentingnya
49
berkonsentrasi 3) Mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar. 4)
membantu siswa dalam memahami perumusan bahan pelajaran. 5)
Membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara
komprehensif. 6) Membantu siswa mengelola waktu belajar
3. Susunan kuesioner peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar
siswa
Seluruh item dalam kuesioner peran guru pembimbing dalam
memotivasi belajar siswa ini terdiri dari pernyataan yang positif. Artinya,
pernyataan-pernyataan yang diungkapkan dalam kuesioner ini
mengungkapkan hal yang diharapkan atau tidak diterima oleh siswa.
D. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
a. Validitas Instrumen
Menurut Masidjo (1995:234-242) yang dimaksud validitas suatu
alat ukur adalah taraf sampai dimana suatu alat ukur mampu mengukur
apa yang seharunya diukur. Validitas terdiri dari: (1) Validitas isi yaitu
suatu validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat
pengukur mencerminkan hal-hal yang mau diukur atau diteskan, (2)
validitas kontruksi atau konsep yaitu validitas yang menunjukkan sampai
dimana isi suatu tes alat pengukur sesuai dengan konsep yang seharusnya
menjadi isi tes atau kontruksi teoritis yang mendasari disusunnya alat-alat
pengukur tersebut, (3) validitas kriteria yaitu validitas yang
50
memperhatikan hubungan yang ada antara alat pengukur dengan
pengukur lain yang berfungsi sebagai kriteria.
Validitas yang digunakan dalam kuesioner ini adalah validitas
konstruk. Menurut Masidjo, (1995:246) Perhitungan validitas konstruk
menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson dengan
rumus sebagai berikut:
{ ( ) } ) }({∑ ∑ ∑ ∑∑ ∑ ∑
Υ−ΥΝΧ−Χ
−=
2222xyX
YXXYNr
))((
Keterangan :
xyr = Koefisien validitas
X = Skor tiap item
Y = Skor total per aspek
N = Jumlah responden dalam uji coba
Proses perhitungan taraf validitas dilakukan dengan cara
memberi skor pada setiap item dan mentabulasikan kedalam data uji coba.
Hasil pengolahan uji validitas masing-masing item kuesioner
dibandingkan dengan mengkonsultasikannya dengan table r Product
Moment dari Pearson, pada taraf signifikansi 5%. Penentuan koefisien
korelasi butir-butir item menggunakan kriteria dari Azwar (2003) yang
mengatakan bahwa untuk psikologi sebaiknya digunakan patokan
koefisien korelasi minimum 0,30. Dengan demikian item yang koefisien
korelasinya lebih kecil dari 0,30 dinyatakan tidak valid sehingga tidak
dapat digunakan sebagai item/butir alat pengumpul data. Koefisien
korelasi yang lebih besar atau sama dengan 0,30 dinyatakan valid atau
51
dapat digunakan sebagai item/butir alat pengumpul data. Untuk melihat
koefisien validasi keseluruhan digunakan rumus sebagai berikut :
ttx rr =
Keterangan :
xr = Koefisien validitas
ttr = Koefisien reliabilitas
b. Reliabilitas Instrumen
Menurut Masidjo (1995) reliabilitas suatu alat ukur adalah taraf
sampai dimana alat ukur mampu menunjukkan konsistensi hasil
pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketetapan dan ketelitian
hasil. Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien
reliabilitas atau ttr . Derajat reabilitas ditentukan dengan berpedoman pada
daftar indeks korelasi reliabilitas (Garret, 1967: 176) seperti pada tabel 2.
Tabel 3. Daftar Indeks Korelasi Reliabilitas
Koefisien korelasi Kualifikasi
±0,70 - ± 1,00 Tinggi-Sangat tinggi
± 0,40 - ± 0,70 Cukup
± 0,20 - ± 0,40 Rendah
± 0,00 - ± 0,20 Sangat Rendah
Pengujian tingkat reliabilitas ini ditempuh dengan menggunakan
metode belah dua (split-half method). Metode ini digunakan untuk
menguji reabilitas suatu instrumen untuk satu kali pengukuran pada
52
kelompok siswa. Metode belah dua yang dipakai berdasarkan urutan item
bernomor gasal dan genap, dengan skor-skor yang bernomor gasal
dijadikan belahan pertama (X) dan skor bernomor genap dijadikan belahan
kedua (Y). Proses perhitungan taraf reliabilitas alat ukur ini dilakukan
dengan cara memberi skor pada masing-masing item dan mentabulasikan
skor-skor tersebut. Kemudian skor dari belahan pertama dikorelasikan
dengan skor dari belahan kedua dengan menggunakan formula korelasi
Produk Moment dari Pearson dan selanjutnya hasil koefisien korelasi
tersebut dikoreksi dengan menggunakan formula koreksi dari Spearman-
Brown, dengan rumus sebagai berikut:
gg
gg
r1
r x 2
+=ttr
Keterangan :
ttr = Koefisien reliabilitas
ggr = Koefisien gasal-genap
Proses perhitungan taraf realibilitas dan taraf validitas dapat dilihat
pada lampiran 4.
Berdasarkan hasil perhitungan dan setelah dikoreksi dengan rumus
Spearman Brown, maka diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,935.
Dapat disimpulkan bahwa status tingkat reliabilitas “Kuesioner Peran
Guru Pembimbing Dalam Memotivasi Belajar” yang diujicobakan dalam
penelitian termasuk kualifikasi sangat tinggi.
E. Prosedur Pengumpulan Data
53
1. Tahap Persiapan
Adapun beberapa hal yang peneliti lakukan pada tahap ini adalah sebagai
berikut:
a. Modifikasi Kuesioner
Alat ukur penelitian ini dimodifikasi dari alat yang disusun Thomas
F. Staton (Sardiman, 2005). Untuk penyusunan alat ukur ini telah
dilakukan beberapa usaha seperti berikut :
• Peneliti merumuskan kembali item-item yang mengungkap
berbagai peran pembimbing dalam memotivasi belajar siswa.
• Peneliti mengkonsultasikan kuesioner kapada dosen pembimbing.
b. Ujicoba Alat dan Pengumpulan Data/Kuesioner
Ujicoba kuesioner bertujuan untuk mengetahui tingkat validitas dan
reliabilitas instrument, sehingga diperoleh kelayakan penggunaannya
sebagai alat yang benar-benar handal dalam mengungkap hal yang ingin
diteliti. Ujicoba kuesioner dilakukan pada hari selasa, 26 November
2006 dikelas VIII D dengan jumlah siswa 32 orang sedangkan yang
hadir sebanyak 31 orang, dan dikelas VIII A dengan jumlah siswa 32
orang sedangkan yang hadir sebanyak 30 orang. Ujicoba kuesioner
dilaksanakan di SMP Taman Dewasa Jetis, Yogyakarta dengan jumlah
responden sebanyak 61 orang. Skor hasil ujicoba dapat dilihat pada
lampiran 2.
2. Tahap Pelaksanaan
Langkah- langkah pelaksanaan pengumpulan data :
54
a. Peneliti mempersiapkan diri 30 menit sebelum waktu pelaksanaan
yang dijadwalkan.
b. Peneliti memberikan penjelasan umum tentang maksud dan tujuan
diadakannya penelitian.
c. Peneliti membagikan lembar kuesioner kepada siswa
d. Peneliti menjelaskan tentang petunjuk umum cara mengerjakan dan
cara mengisi kuesioner. Responden diberi kesempatan menanyakan
hal-hal yang belum jelas.
e. Selama pengisian kuesioner berlangsung, peneliti memberi
kesempatan kepada responden untuk menanyakan item-item kuesioner
yang belum dipahami
f. Peneliti memeriksa kembali kelengkapan lembar kuesioner setelah
semua terkumpul.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tabulasi data, pehitungan frekuensi dan persentase. Proses pengolahan data
dengan mengikuti langkah- langkah sebagai berikut:
o Menentukan skor-skor dari setiap alternatif jawaban. Alternatif jawaban
yaitu: sangat perlu diberi dkor 4, perlu diberi skor 3, tidak perlu diberi
skor 2, dan sangat tidak perlu diberi skor 1.
o Memuat tabulasi data dan menghitung frekuensi setiap alternatif jawaban
sangat perlu, perlu, tidk perlu dan sangat tidak perlu
55
o Menghitung besarnya persentase jawaban setiap alternatif jawaban dengan
rumus:
n
xNf
100
o Menemukan item-item yang dijawab perlu dan sangat perlu oleh responden
dengan norma 56%. Dalam penelitian ini item pernyataan yang mencapai
56% atau lebih menunjukkan bahwa peran guru pembimbing yang
diperlukan dan diinginkan oleh siswa.
o Menemukan peran guru pembimbing yang diinginkan oleh siswa dengan
mengidentifikasikan item yang persentasenya minimal 56% dari skor
maksimal yang dapat dicapai untuk setiap item pernyataan.
Manfaat Penelitian:
• Mengetahui dan memahami bahwa guru pembimbing dapat membantu
mereka dalam belajar
• Dari penelitian ini diharapkan menjadi informasi penting bagi para siswa
untuk lebih memahami motivasi dalam belajar mereka dalam
meningkatkan minat dan prestasi belajar di sekolah
• Siswa mampu memotivasi dirinya sendiri, sehingga siswa dengan bantuan
guru pembimbing dapat mempergunakan hasil penelitian ini untuk lebih
lanjut mengembangkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat jawaban permasalahan yang dikemukakan pada bab I
yaitu “bagaimanakh peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa
kelas II SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta?
Hasil penelitian kemudian disertai pembahasan tentang hasil penelitian yang
berhubungan dengan permasalahan yang telah diutarakan.
A. Hasil Penelitian
Peneliti telah melaksanakan pengumpulan data yang diolah menurut
prosedur yang telah diuraikan dalam bab III. Hasil penelitian yang diperoleh
adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Tabulasi Hasil Penelitian
Di SMP Taman Dewasa Jetis, Tahun Ajaran 2006/2007
Peran guru pembimbing
Indikator Gradasi Fre Kuen si
% n Perinngkat
Mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar
a. Mengamati guru
b. Membuat ringkasan pelajaran
c. Menjaga kesehatan
Sangat Perlu Perlu Tidak Perlu Sangat Tidak Perlu
248
269 15 2
46.4 }96.4 50 2.80 0.37
6
I
Membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara
d. Minat belajar e. Memahami
cara belajar siswa
f. Menjelaskan manfaat
Sangat Perlu Perlu Tidak Perlu Sangat Tidak Perlu
241
268 25 0
45.1 }95.2 50.1 4.68 0
6
II
57
komprehensif belajar
Membantu siswa mengelola waktu belajar
g. Menegaskan pentingnya disiplin waktu belajar
h. Mengualangi pelajaran
Sangat Perlu Perlu Tidak perlu Sangat Tidak Perlu
251
253 30 0
47 }94.4 47.4 5.62 0
6
III
Membantu siswa dalam memehami perumusan bahan pelajaran
i. Mengolah bahan belajar
j. Mengembankan kemampuan siswa
k. Memberikan pengarahan dalam belajar
Sangat Perlu Perlu Tidak perlu Sangat Tidak Perlu
271 233 30 1
50.7 }94.3 43.6 5.61 0.2
6
IV
Menegaskan pentingnya berkonsentrasi
l. Memusatkan perhatian
m. Perlengkapan belajar
Sangat Perlu Perlu Tidak Perlu Sangat Tidak Perlu
271
311 64 0
50.7 }89 50 10.27 0
7
V
Memberikan dorongan belajar
n. Tanggungjawab belajar
o. Berani mengemukakan pendapat
p. Mengahargai upaya belajar siswa
q. Menguatkan siswa
Sangat Perlu Perlu Tidak Perlu Sangat Tidak Perlu
303 209 27 3
38 }65 27 3.37 0.37
9
VI
Keterangan :
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa:
a. Mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar, dipilih siswa dengan urutan
sebagai berikut: 0.37% siswa menjawab “sangat tidak perlu”, 2.80% siswa
menjawab “tidak perlu”, 50% siswa menjawab “perlu”, dan 46.4% siswa
58
menjawab “sangat perlu”. Kategori perlu dan sangat perlu digabung
menghasilkan 96.4%
b. Membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara
komprehensif, dipilih siswa dengan urutan sebagai berikut: 0% siswa
menjawab “sangat tidak perlu”, 5.62% siswa menjawab “tidak perlu”,
45.1% siswa menjawab “perlu”, dan 50.1% siswa menjawab “sangat
perlu”. Kategori perlu dan sangat perlu digabung menghasilkan 95.2%
c. Membantu siswa mengelola waktu belajar, dipilih siswa dengan urutan
sebagai berikut: 0% siswa menjawab “sangat tidak perlu”, 5.62% siswa
menjawab “tidak perlu”, 47.4% siswa menjawab “perlu”, dan 47% siswa
menjawab “sangat perlu”. Kategori perlu dan sangat perlu digabung
menghasilkan 94.4%
d. Membantu siswa dalam memehami perumusan bahan pelajaran, dipilih
siswa dengan urutan sebagai berikut: 0.2% siswa menjawab “sangat tidak
perlu”, 5.61% siswa menjawab “tidak perlu”, 43.6% siswa menjawab
“perlu”, dan 50.7% siswa menjawab “sangat perlu”. Kategori perlu dan
sangat perlu digabung menghasilkan 94.3%
e. Menegaskan pentingnya berkonsentrasi, dipilih siswa dengan urutan
sebagai berikut: 1.12% siswa menjawab “sangat tidak perlu”, 10.27%
siswa menjawab “tidak perlu”, 50% siswa menjawab “perlu”, dan 39%
siswa menjawab “sangat perlu”. Kategori perlu dan sangat perlu digabung
menghasilkan 89%
59
f. Peran guru pembimbing mampu memberikan dorongan belajar kepada
siswa, dipilih siswa dengan urutan sebagai berikut: 0.37% siswa menjawab
“sangat tidak perlu”, 3.37% siswa menjawab “tidak perlu”, 27% siswa
menjawab “perlu”, dan 38% siswa menjawab “sangat perlu”. Kategori
perlu dan sangat perlu digabung menghasilkan 65%
Pada tabel 1 di bawah ini disajikan peran guru pembimbing dalam
memotivasi belajar siswa berdasarkan persentase alternatif jawaban perlu dan
sangat perlu.
Tabel 5. Peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa
berdasarkan persentase alternatif jawaban perlu dan sangat perlu
No Indikator peran guru pembimbing
dalam memotivasi belajar
Perlu
(%)
Sangat perlu
(%)
Jumlah
(%)
1 Mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar
50 46.4 96.4
2 Membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara komprehensif
50.1 45.1 95.2
3 Membantu siswa mengelola waktu belajar
47.4 47 94.4
4 Membantu siswa dalam memehami perumusan bahan pelajaran
43.6 50.7 94.3
5 Menegaskan pentingnya berkonsentrasi
50 39 89
6 Memberikan dorongan belajar 27 38 65
Untuk lebih jelasnya peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar
yang dibutuhkan atau diinginkan oleh siswa berdasarkan persentase perlu dan
sangat perlu digambarkan dalam grafik di bawah ini.
60
Keterangan:
No Peran guru pembimbing 1 Mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar 2 Membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara komprehensif 3 Membantu siswa mengelola waktu belajar 4 Membantu siswa dalam memehami perumusan bahan pelajaran 5 Menegaskan pentingnya berkonsentrasi 6 Memberikan dorongan belajar
B. Pembahasan
Sebelum memaparkan pembahasan, ada beberapa hal yang perlu peneliti
kemukakan sehubungan dengan keterbatasan yang masih terkandung dalam
instrumen penelitian dan pelaksanaan penelitian. Pertama, bentuk kuesioner
merupakan kuesioner tertutup sehingga tidak memungkinkan semua peran
guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa dapat terungkap. Kedua,
hasil dari penelitian ini bukan merupakan suatu hasil yang tetap atau abadi
karena keinginan setiap orang dapat berubah dari waktu ke waktu. Jadi hasil
penelitian mengenai peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa
96,4
95,2
94,4
94,3
89
65
0
20
40
60
80
100P
erse
nta
se
1 2 3 4 5 6
Indikator
Grafik Peran Guru Pembimbing Dalam Memotivasi Belajar
1
2
3
4
5
6
61
yang sudah di peroleh pada saat ini mungkin akan berbeda dalam penelitian
waktu lain. Ketiga, “kuesioner peran guru pembimbing dalam memotivasi
belajar siswa” sebagai instrumen penelitian telah terbukti reliabel, tetapi
instrumen penelitian ini belum tentu reliabel untuk kelompok lain pada
penelitian yang serupa.
Dalam bagian berikut, berturut-turut akan dibahas mengenai peran guru
pembimbing yang diinginkan siswa berdasarkan peringkat yang diperoleh dari
jumlah persentase alternative jawaban perlu dan sangat perlu.
1. Mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar
Guru pembimbing yang mampu mengarahkan segenap panca
indera secara optimal merupakan peran guru pembimbing yang paling
diinginkan oleh siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman,
(2005:41-42) pengoptimalan panca indera merupakan faktor penting dalam
keberhasilan belajar siswa. Dalam kegiatan belajar di sekolah siswa harus
belajar aktif, bertindak dan melakukan kegiatan belajar dengan
menggunakan segala panca indranya secara optimal agar semua materi
pelajaran yang disampaikan oleh pengajarnya dapat direspon dengan baik.
Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan persentase siswa yang memilih
jawaban perlu dan sangat perlu mencapai hasil 96.4%, di atas norma yang
telah ditetapkan yaitu 56%. Pernyataan mengenai peran guru pembimbing
di atas terdapat pada item nomor 6, 9, 16, 22, 29, 40. Alasan siswa
memilih peran ini antara lain karena siswa menginginkan guru
pembimbing yang mampu mengarahkan segenap panca indera secara
62
optimal agar siswa mendengarkan penjelasan guru dengan cermat ketika
menerangkan materi pelajaran di dalam kelas.
2. Membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara
komprehensif Guru pembimbing yang mampu menegaskan
pentingnya berkonsentrasi merupakan peran guru pembimbing yang
diinginkan siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman, (2005:42-44)
bahwa guru pembimbing dapat membantu siswa-siswa dalam penguasaan
materi pelajaran secara komprehensif dengan cara membantu megatur
jadwal belajar siswa baik di sekolah maupun di rumah, mengembangkan
sikap yang positif terhadap semua materi pelajaran yang dipelajari. Hal ini
dapat dilihat dari hasil perhitungan persentase siswa yang memilih
jawaban perlu dan sangat perlu mencapai hasil 95.2%, di atas norma yang
telah ditetapkan yaitu 56%. Pernyataan mengenai peran guru pembimbing
di atas terdapat pada item nomor 2, 11, 18, 24, 31, 36. Alasan siswa
memilih peran ini antara lain karena: siswa menginginkan guru
pembimbing yang mampu membangkitkan minat siswa akan bahan
pelajaran sehingga siswa dapat menguasainya dengan komprehensif, siswa
menginginkan guru pembimbing yang mampu memberikan bimbingan
tentang cara belajar yang baik agar bisa menguasai pelajaran secara
menyeluruh, siswa menginginkan guru pembimbing yang mampu
mengingatkan siswa untuk belajar setiap hari di rumah bukan pada saat
menjelang ujian saja agar dapat menguasai materi pelajaran sacara
menyeluruh.
63
3. Membantu siswa mengelola waktu belajar.
Guru pembimbing yang mampu mengontrol dan mengingatkan
siswa siswinya untuk selalu mempelajari kembali semua pelajaran yang
telah dipelajari baik di sekolah maupun di rumah merupakan peran guru
pembimbing yang diinginkan siswa. Menurut Sardiman, (2005:44-45)
mengulangi suatu pekerjaan misalnya mengulang-ulang pelajaran
membuat kemampuan siswa mengingat pelajarannya semakin bertambah
atau semakin besar. Hal ini penting dilakukan oleh siswa karena dengan
mengulang-ulang pelajaran diharapkan siswa tidak mudah lupa atas apa
yang dipelajarinya. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan persentase
siswa yang memilih jawaban perlu dan sangat perlu mencapai hasil 94,4%,
di atas norma yang telah ditetapkan yaitu 56%. Pernyataan mengenai peran
guru pembimbing di atas terdapat pada item nomor 1, 12, 19, 26, 32, 37.
Alasan siswa memilih peran ini antara lain karena: siswa menginginkan
guru pembimbing yang mampu menyampaikan informasi mengenai cara
membagi waktu belajar agar siswa lebih efektif mengulangi pelajarannya
di rumah, siswa menginginkan guru pembimbing yang mampu mendorong
siswa untuk melaksanakan jadwal belajarnya agar siswa dapat mengulang-
ulang pelajarannya di rumah.
4. Membantu siswa dalam memehami perumusan bahan pelajaran
Guru pembimbing yang mampu mengorganisasikan fakta atau ide-
ide ke dalam rumusan yang mudah dipahami oleh siswa merupakan peran
guru pembimbing yang diinginkan siswa. Menurut Sardiman, (2005:42),
64
perumusan fakta-fakta atau ide-ide secara jelas akan membantu siswa atau
akan memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami materi
pelajarannya, (agar siswa mengerti atas apa yang dipelajarinya).
Mengorganisasikan fakta atau ide- ide ke dalam rumusan yang dipahami
siswa perlu dilakukan karena setiap siswa memiliki kemampuan dan
pemahaman yang berbeda-beda, maka dengan rumusan yang jelas
diharapkan siswa lebih mudah mengerti atas apa yang dipelajarinya. Hal
ini dapat dilihat dari hasil perhitungan persentase siswa yang memilih
jawaban perlu dan sangat perlu mencapai hasil 94,3%, di atas norma yang
telah ditetapkan yaitu 56%. Pernyataan mengenai peran guru pembimbing
di atas terdapat pada item nomor 3, 10, 17, 23, 30, 35. Alasan siswa
memilih peran ini antara lain karena: siswa menginginkan guru
pembimbing mengorganisasikan fakta atau ide- ide ke dalam rumusan yang
dipahami siswa agar dalam penguasaan materi pelajaran dapat dipelajari
dengan mudah, siswa menginginkan agar guru pembimbing menggunakan
bahan-bahan bimbingan belajar yang selalu baru agar menarik minat siswa
untuk belajar
5. Menegaskan pentingnya berkonsentrasi
Guru pembimbing yang mampu menegaskan pentingnya
berkonsentrasi merupakan peran guru pembimbing yang diinginkan siswa.
Dalam kegiatan belajar sehari-hari seringkali konsentrasi belajar siswa
terhadap pelajarannya hanya bersifat sekedarnya saja sehingga informasi
tentang materi pelajaran yang disampaikan berkesan samar-samar dalam
65
ingatan siswa (Sardiman, 2005:40-41). Hal ini bisa terjadi karena pada
masa remaja, terjadi perubahan tubuh secara fisik sehingga merasa tidak
nyaman. Dan akibat dari perubahan tersebut akan mengganggu
keseimbangan tubuh (Masidjo, 2006:9) antara lain munculnya perilaku
seperti lesu, canggung, mudah teralihnya perhatian yang dapat
mengganggu konsentrasi pikiran, sehingga dapat menurunkan prestasi
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan persentase siswa
yang memilih jawaban perlu dan sangat perlu mencapai hasil 89%, di atas
norma yang telah ditetapkan yaitu 56%. Pernyataan mengenai peran guru
pembimbing di atas terdapat pada item nomor 5, 8, 14, 21, 28, 34, 39.
Alasan siswa memilih peran ini antara lain karena: siswa menginginkan
guru pembimbing yang mampu menegaskan pentingnya berkonsentrasi
agar siswa memusatkan perhatiannya pada saat pelajaran berlangsung dan
bukan pada hal-hal lain yang menganggu perhatian siswa, siswa
menginginkan guru pembimbing yang mampu mengingatkan siswa agar
tidak menganggu teman lain dengan meminjam peralatan belajar di dalam
kelas sebab dapat menganggu konsentrasi siswa lain.
6. Memberikan dorongan belajar
Guru pembimbing yang mampu memberikan dorongan motivasi
belajar kepada siswa merupakan peran yang yang diinginkan oleh siswa.
Menurut Sardiman, (2005:40) memiliki motivasi merupakan dasar yang
baik untuk belajar, sebab tanpa adanya motivasi kegiatan belajar sulit
untuk berhasil. Perhitungan persentase siswa memilih jawaban perlu dan
66
sangat perlu mencapai hasil 65%, di atas norma yang telah ditetapkan
yaitu 56%. Pernyataan mengenai ciri tersebut terdapat pada item nomor 4,
7, 13, 15, 20, 25, 27. Adapun alasan yang membuat siswa memilih peran
guru pembimbing tersebut, antara lain karena: siswa menginginkan guru
pembimbing yang mampu memberikan semangat dan keyakinan pada diri
siswa lebih- lebih pada saat siswa sedang mengalami putus asa supaya
tidak kehilangan semangat, siswa menginginkan guru pembimbing yang
mampu mendorong siswa untuk memahami diri siswa sehingga siswa
dapat menerima segala sesuatu yang terjadi pada dirinya, siswa
menginginkan guru pembimbing yang mampu mengingatkan siswa agar
tidak menganggu teman lain dengan meminjam peralatan belajar di dalam
kelas sebab dapat menganggu konsentrasi siswa lain.
67
BAB V
RINGKASAN KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini disajikan ringkasan, kesimpulan dan saran. Bagian
ringkasan memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, metode penelitian.
Bagian kesimpulan memuat kesimpulan dari hasil penelitian. Bagian saran
memuat saran bagi pihak sekolah terutama guru pembimbing dan peneliti lain
yang berminat meneliti topik ini.
A. Ringkasan
Topik penelitian adalah peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar
siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis-Yogyakarta tahun ajaran
2006/2007. Topik ini dipilih berdasarkan pertimbangan peran guru
pembimbing merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa, sehingga dapat memperoleh prestasi belajar sesuai dengan potensi yang
dimiliki.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana peran guru
pembimbing dalam memotivasi belajar siswa menurut siswa kelas VIII SMP
Taman Dewasa Jetis-Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007. Pertanyaan yang
dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peran guru pembimbing
dalam memotivasi belajar yang dibutuhkan siswa atau diperlukan oleh siswa-
siswi kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis-Yogyakarta Tahun Ajaran
2006/2007.
68
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan
metode survei. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
Taman Dewasa Jetis-Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 sebanyak 158 orang.
Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 16 November 2006 untuk
ujicoba penelitian dan pada tanggal 14-16 Februari 2007 melakukan penelitian.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Item-
item kuesioner ini sebagian disusun oleh peneliti dan sebagian dimodifikasi
dari peran guru pembimbing dalam memotivasi siswa dalam belajar yang
disusun oleh Thomas F. Staton (Sardiman, 2005:39-44). Instrumen tersebut
terdiri dari enam peran, yaitu: 1) memberikan dorongan belajar, 2) menegaskan
pentingnya berkonsentrasi, 3) mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar, 4)
membantu siswa dalam memehami perumusan bahan pelajaran, 5)
membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara komprehensif, 6)
membantu siswa mengelola waktu belajar, yang disusun dalam 17 indikator
pernyataan dan dikembangkan menjadi 40 item pernyataan.
Teknik analisis data yang digunakan adalah tabulasi data dan menghitung
frekuensi jawaban pada setiap item. Selanjutnya menghitung besarnya
persentase jawaban pada setiap alternative jawaban dan menyusun peringkat
peran guru pembimbing berdasarkan besarnya persentase dari setiap indikator
peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar.
Penelitian memperoleh hasil sebagai berikut: 1) mengarahkan siswa agar
aktif dalam belajar (96%); 2) membimbing siswa dalam menguasai materi
pelajaran secara komprehensif (95,2%); 3) membantu siswa mengelola waktu
69
belajar (94,4%); 4) membantu siswa dalam memahami perumusan bahan
pelajaran (93%); 5) menegaskan pentingnya berkonsentrasi (89%); 6)
memberikan dorongan belajar (65%).
B. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan penelitian dan
pembahasannya adalah sebagai berikut: peran guru pembimbing dalam
memotivasi belajar siswa menurut siswa kelas II SMP Taman Dewasa Jetis-
Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 sangat diperlukan dan dibutuhkan oleh
siswa. Hal ini dapat dilihat dari persentase alternative jawaban perlu dan sangat
perlu yang diperoleh. Analisis data menunjukkan hasil sebagai berikut; 1)
mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar (96%); 2) membimbing siswa
dalam menguasai materi pelajaran secara komprehensif (95,2%); 3) membantu
siswa mengelola waktu belajar (94,4%); 4) membantu siswa dalam memahami
perumusan bahan pelajaran (93%); 5) menegaskan pentingnya berkonsentrasi
(89%); 6) memberikan dorongan belajar (65%). Peran guru pembimbing dalam
memotivasi belajar siswa di sekolah perlu ditingkatkan.
C. Saran
1. Bagi pihak sekolah
a. Dilihat dari hasil penelitian bahwa para siswa-siswi di sekolah SMP
Taman Dewasa Jetis-Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 sangat
memerlukan guru pembimbing untuk memotivasi mereka dalam
70
belajar maka hendaknya pihak sekolah menyediakan jam bimbingan
di sekolah walaupun hanya dikhususkan untuk tingkat kelas tertentu
saja misalnya khusus jam bimbingan untuk kelas VIII.
b. Sekolah perlu mengadakan seminar tentang pentingnya peran guru
pembimbing dalam memotivasi belajar siswa di sekolah. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan kesadaran guru pembimbing bahwa
mereka memiliki peran dalam memotivasi belajar siswa.
2. Bagi guru pembimbing
a. Mengingat di sekolah sejak semester dua tahun ajaran 2006/2007
tidak tersedia jam bimbingan dan konseling di kelas maka hendaknya
guru pembimbing menyediakan waktu untuk memberikan layanan
bimbingan termasuk bimbingan belajar maupun layanan bimbingan
lainnya.
b. Guru pembimbing perlu mengadakan hubungan timbal balik atau
bekerjasama dengan guru-guru di sekolah demi kemajuan belajar
siswa.
3. Bagi peneliti lain
Mengingat peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar sangat
diperlukan atau dibutuhkan oleh siswa, peneliti lain diharapkan
mengadakan penelitian yang sama yaitu tentang peran guru
pembimbing dalam memotivasi belajar di sekolah yang berbeda.
71
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2003). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Depdikbud. (1994). Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta: Depdikbud.
Djamarah, S. (2000). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Furchan, Arif. (1982). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional
Hadi, Sutrisno. (1990). Analisis Butir Imstrumen Angket, Tes, dan Skala Nilai
dengan BASICA. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
Handoko, Martin. (1992). Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta:
Kanisius
Hurlock, Elisabeth. (1992). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Kartono, Kartini. (1985). Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaanya. Jakarta:
CV. Rajawali.
Mappiare, Andi. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Mappiare, Andi. (1984). Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Surabaya: Usaha Nasional.
Masidjo, Ign. (2006). Psikologi Remaja. Yogyakarta: Bina Dharma Mulia.
Nurihsan, Achmad Juntika & Sudianto, Akur. (2005). Manajemen Bimbingan
dan Konseling di SMP Kurikulum 2004. Jakarta: Grasindo.
Partowisatro, H. Koestoer. (1985). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah-sekolah
Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Prayitno, Elida. (1989). Motivasi dalam Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
72
Prayitno, Dkk. (1997). Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di
Sekolah: Pelayan Bimbingan dan Konseling Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama
Ridwan. (2004). Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sardiman. (2005). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sukardi, Dewa Ketut. (1983). Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di
Sekolah. Usaha Nasional: Surabaya-Indonesia.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1990).
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan: Balai Pustaka.
Winkel, W.S. (1997). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta:
Grasindo.
73
74
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian
Peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar
siswa kelas II SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta
Kata Pengantar
Pada kesempatan ini, saya memohon kesediaan Anda untuk menjawab
pernyataan-pernyataan dalam kuesioner ini. Melalui kuesioner ini saya ingin
memperoleh gambaran tentang peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar
Anda sebagai siswa. Informasi yang Anda berikan dengan menjawab kuesioner ini
akan digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar Anda. Hasil penelitian ini
tidak berpengaruh pada nilai akademik.
Identitas
Jenis Kelamin : Kelas :
Petunjuk:
1. Bacalah masing-masing pernyataan berikut dengan teliti. Kemudian
tentukan seberapa perlu maksud dari pernyataan tersebut bagi Anda.
Alternatif jawaban:
SP : Sangat Perlu P : Perlu
TP : Tidak Perlu STP : Sangat Tidak Perlu
2. Berilah tanda centang (√) pada alternatif jawaban yang Anda pilih
ditempat yang tersedia. Jika Anda ingin mengganti jawaban Anda,
75
lingkarilah jawaban tersebut, lalu berilah tanda centang (√ ) pada jawaban
yang Anda anggap lebih sesuai dengan pengalaman Anda.
Contoh:
Pernyataan SP P TP STP
Guru pembimbing, membimbing dengan sikap
ramah dan luwes
√
Keterangan:
Karena penjawab merasa “Sangat Perlu” terhadap hal yang dimaksudkan
dengan pernyataan tersebut, maka penjawab memberikan tanda centang
(√) pada alternatif jawaban “Sangat Perlu”.
3. Jawablah semua pernyataan berikut dan periksalah kembali jawaban Anda
sebelum dikumpulkan.
76
No Pernyataan SP P TP STP 1 Guru pembimbing menyampaikan informasi
mengenai cara membagi waktu belajar agar siswa lebih efektif menggunakan waktu belajarnya
2 Guru pembimbing membangkitkan minat siswa akan bahan pelajaran
3 Guru pembimbing menggunakan bahan-bahan bimbingan belajar yang mudah dimengerti oleh siswa
4 Guru pembimbing mendorong siswa untuk lebih giat belajar
5 Guru pembimbing mengingatkan siswa agar memusatkan perhatiaanya pada pelajaran yang sedang dipelajari bukan pada hal-hal lain
6 Guru pembimbing mengingatkan siswa agar mengamati dengan cermat guru yang menerangkan mata pelajaran di depan kelas
7 Guru pembimbing menekankan bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa
8 Guru pembimbing mengingatkan siswa agar dapat duduk tenang di dalam kelas sampai mata pelajaran yang diajarkan selesai
9 Guru pembimbing mengingatkan siswa agar menulis dan meringkas materi pelajaran yang diterangkan guru di dalam kelas
10 Guru pembimbing menggunakan bahan-bahan bimbingan belajar yang selalu baru agar menarik minat siswa untuk belajar
11 Guru pembimbing memberikan bimbingan tentang cara belajar agar siswa bisa menguasai materi pelajaran secara menyeluruh
12 Guru pembimbing mengingatkan siswa untuk membuat jadwal belajar agar teratur dalam belajar
13 Guru pembimbing membantu siswa untuk tidak mengabaikan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan oleh guru-guru di sekolah
14 Guru pembimbing mengingatkan siswa agar di atas meja belajar hanya ada buku pelajaran yang sedang dipelajari
15 Guru pembimbing membantu siswa agar berani mengemukakan pendapat di depan kelas tanpa merasa takut di ejek oleh teman sekelas
16 Guru pembimbing mengingatkan siswa agar mendengarkan penjelasan guru dengan baik
17 Guru pembimbing memberikan bimbingan belajar
77
sesuai dengan kemampuan masing-masing siswanya
18 Guru pembimbing memberikan bimbingan belajar agar siswa tahu manfaat setiap mata pelajaran yang dipelajarinya
19 Guru pembimbing mengingatkan siswa supaya mau mengulangi setiap mata pelajaran yang sedang dipelajarinya
20 Guru pembimbing membantu siswa agar tidak merasa malu mengungkapkan kesulitan belajar yang mereka alami
21 Guru pembimbing mengingatkan siswa agar menyingkirkan benda-benda atau buku-buku lain yang dapat menganggu konsentrasi belajar
22 Guru pembimbing mengingatkan siswa agar memfokuskan pikirannya sewaktu guru menerangkan materi pelajaran di dalam kelas
23 Guru pembimbing mengolah bahan-bahan bimbingan belajar terlebih dahulu sebelum disampaikan kepada siswa
24 Guru pembimbing membantu siswa agar mampu merumuskan materi pelajaran yang dipelajarinya dengan bahasanya sendiri
25 Guru pembimbing menegur siswa tanpa melukai perasaannya jika ada siswa yang kurang kuat semangat belajarnya
26 Guru pembimbing mendorong siswa untuk melaksanakan jadwal belajarnya
27 Guru pembimbing menghargai setiap usaha belajar siswa
28 Guru pembimbing mengingatkan siswa agar melengkapi perlengkapan belajarnya sendiri
29 Guru pembimbing selalu mengingatkan siswa tentang pentingnya menjaga kesehatan supaya dapat belajar dengan optimal
30 Guru pembimbing memberikan bahan bimbingan secara teratur sehingga tidak menimbulkan kebingunggan bagi siswa
31 Guru pembimbing mengingatkan siswa agar membuat kesimpulan dari setiap mata pelajaran yang dipelajarinya
32 Guru pembimbing mengingatkan siswa belajar supaya siswa tidak mudah lupa terhadap pelajaran yang telah dipelajarinya
33 Guru pembimbing menunjukkan rasa empati
78
kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar 34 Guru pembimbing mengingatkan siswa agar tidak
meminjam perlengkapan belajarnya keteman lain sebab dapat menganggu konsentrasi belajar siswa lainnya
35 Guru pembimbing memberikan pengarahan bila ada bahan-bahan pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa
36 Guru pembimbing mengingatkan siswa untuk mau belajar setiap hari bukan hanya pada saat menjelang ujian saja
37 Guru pembimbing mengingatkan siswa agar mematuhi jadwal belajar yang telah dibuat agar siswa teratur dalam belajarnya
38 Guru pembimbing membantu siswa yang cemas tidak naik kelas karena mendapat nilai rendah dalam belajarnya
39 Guru pembimbing mengingatkan siswa agar mengabaikan hal-hal yang menganggu perhatian belajar seperti suara bising, orang lalu lalang dan lainnya.
40 Guru pembimbing mengingatkan siswa agar membuat ringkasan atas penjelasan materi yang diterangkan guru di depan kelas
79
Perhitungan Reliabilitas dan Validitas Hasil Uji Coba
Diketahui :
N = 61
∑x = 4010
∑y = 3941
∑x2 = 264.784
∑y2 = 256.061
∑xy = 259.936
a. Perhitungan Korelasi Uji Coba :
N ∑xy – (∑x) (∑y) ϒxy =
{ N ∑x2 – (x)2 } { N ∑y2 – (y)2 }
61 x 256.936 – 4010 x 3941 ϒxy =
{ 61 x 264.784 – ( 4010)2 } { 61 x 256.061 – (3941)2 }
15.856.096 – 15.803.410 ϒxy =
{16.151.824 – 16.080.100 } {15.619.721 – 15.531.481 }
52.686 ϒxy =
71.724 x 88.240
52.686 ϒxy =
6.328.925.760
80
52.686 ϒxy =
79.554,54582
ϒxy = 0,775
b. Perhitungan Koefisien Reliabilitas Uji Coba :
2 x ϒ99 ϒt t =
1 + ϒ99
2 x 0,775 ϒt t =
1 + 0,775
1,55 ϒt t =
1,775
ϒt t = 0,873 c. Perhitungan Koefisien Validitas Uji Coba :
ϒ ∞ = ϒt t
= 0,876
= 0,935
81
Perhitungan Reliabilitas dan Validitas Penelitian
Diketahui :
N = 89
∑x = 6.066
∑y = 5.973
∑x2 = 415.372
∑y2 = 402.917
∑xy = 408.584
a. Perhitungan Korelasi Penelitian :
N ∑xy – (∑x) (∑y)
ϒxy = { N ∑x2 – (x)2 } { N ∑y2 – (y)2 }
89 x 408.584 – ( 6.066 ) ( 5.973 ) ϒxy =
{ 89 x 415.372 – ( 6.066)2 } { 89 x 402.917 – (5.973)2 }
36.363.976 – 36.232.218 ϒxy =
{36.968.108 – 36.796.356 } {35.859.613 – 35.676.729 }
131.758 ϒxy =
171.752 x 182.884
131.758 ϒxy =
31.410.692.768
131.758 ϒxy =
177.230,6203
82
ϒxy = 0,797 ϒxy = 0,80
b. Perhitungan Koefisien Reliabilitas Penelitian :
2 x ϒ99
ϒt t = 1 + ϒ99
2 x 0,80
ϒt t = 1 + 0,80
1,6
ϒt t = 1,8
ϒt t = 0,888
c. Perhitungan Koefisien Validitas Penelitian :
ϒ ∞ = ϒt t
= 0,888
= 0,942