PERAN GURU DAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN LITERASI ANAK ...eprints.ums.ac.id/54223/12/NASKAH...
Transcript of PERAN GURU DAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN LITERASI ANAK ...eprints.ums.ac.id/54223/12/NASKAH...
PERAN GURU DAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN
LITERASI ANAK USIA DINI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi
Strata II Pada Jurusan Magister Psikologi Fakultas Pascasarjana
Oleh
Faricha Andriani
S300 1400 18
PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
ii
iii
1
PERAN GURU DAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN
LITERASI ANAK USIA DINI
Abstrak
Kemampuan literasi anak usia dini merupakan salah satu yang
dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini. Peran guru dan orang tua mampu
saling memberikan dukungan dalam perkembangan literasi anak. Sayangnya,
rendahnya kemampuan literasi anak usia dini belum didukung keterlibatan orang
tua. Sehingga, pembelajaran literasi anak usia dini cenderung lebih bersifat formal
yang hanya melibatkan guru TK atau dapat dengan menggunakan les membaca.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan peran guru di sekolah dalam
mengembangkan literasi anak usia dini, persiapan literasi di sekolah serta bentuk
keterlibatan orang tua dalam mengembangkan literasi anak usia dini. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus, dengan alat pengumpulan data
berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Subyek primer penelitian ini
adalah 4 guru, 4 orang tua, serta menggunakan subyek pendukung yakni 44 anak
usia 4-6 tahun. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa peran guru di sekolah
dalam mengembangkan literasi anak, guru berperan sebagai fasilitator,
demonstran, pengarah dan motivator. Sedangkan, persiapan guru dalam
mengembangkan literasi dapat diwujudkan dengan pengenalan buku, penenalan
fonem dan huruf. Keterlibatan ayah dan ibu dapat diwujudkan dengan interaksi
antara ayah dan ibu dalam mengembangkan literasi anak, sehingga ayah dan ibu
berperan sebagai mentoring dan teaching. Peran guru dan orang tua saling
memberikan dukungan guna mengetahui aktivitas dan hasil pembelajaran literasi
anak, dapat diwujudkan dengan adanya kerjasama dan komunikasi antara orang
tua dan guru.
Kata kunci: Peran Guru, Litrasi, Peran Orang Tua, Anak Usia Dini
Abstract
Early literacy skill of childhood was developed early childhood education.
Role of parents and teacher have supporting to develop early literacy skill of
childhood. Unfortunately, less early skill of childhood can’t supporting parents
involvement. So, childhood are formal learning to early literacy skill with
preschools teacher or reading private tutorial. The purpose this study is describe
teachers’ role to develop early literacy skill, prepare to develop early literacy skill
in preschool and parents role to develop early literacy skill of childhood. Data was
collected by interview, observation and documentation. The primer subject were
four preschool teachers, four parents and secunder subject were forty- four 4-6
years old preschool children. The result shows that teachers role to develop early
literacy childhood in school as facilitator, demonstrans, director and motivator.
Then, prepare to develop early literacy skill in preschool use book knowledge,
alphabetic knowledge and phonological awareness. Then, parents role to develop
early literacy skill as mentoring and teaching. Then, parents role and teachers had
2
supported with cooperated parents and teachers to develop early literacy skill of
childhood had known activited and result early literacy skill of childhood.
Keyword: Teachers’ role, Literacy, Parents’ role, Early childhood.
1. PENDAHULUAN
Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini di Indonesia juga telah diatur
pemerintah dalam Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 yang kemudian
diperbaharui menjadi Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar
Pendidikan Anak Usia Dini, serta Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 yang di dalamnya mencakup sistem pembelajaran paud.
Pembelajaran paud yang dilakukan dengan menyenangkan sehingga mampu
merangsang perkembangan jasmani maupun rohani, yang salah satu capaian
perkembangannya anak mampu mengenal keaksaraan. Peran guru di sekolah
diharapkan secara alamiah mampu memberikan hubungan yang positif dan
menumbuhkan rasa percaya diri serta minat anak (Watson & Wildy, 2014). Salah
satunya pada bidang literasi.
Selain pendidikan formal sebagai penunjang perkembangan literasi anak
yang dilakukan guru di sekolah, pendidikan informal juga mempengaruhi
perkembangan literasi anak, khususnya orang tua. Hal tersebut dikarenakan
pendidikan literasi yang dilakukan di sekolah dan di rumah saling mendukung.
Ketika pembelajaran literasi dilakukan di rumah, orang tua mengulang
pengetahuan anak pada literasi yang telah diajarkan di sekolah, dengan cara
pemberian rangsangan pada anak guna memaksimalkan perkembangan literasi
anak (Pradipta, 2011).
Kurangnya minat baca anak menjadi salah satu penyebab lemahnya
kemampuan dalam berliterasi. Berita terbaru dari media massa online pada bulan
April tentang minimnya literasi di kabupaten Jepara yang diungkapkan oleh
Bupati Jepara, pada tahun 2013 sekitar 5,74% warga di kabupaten Jepara belum
tersentuh pendidikan literasi. Sedangkan, anak usia 10 tahun ke atas yang mampu
3
berliterasi 7,71% untuk anak perempuan dan 2,98% untuk anak laki-laki (“Bupati
Jepara”, 2016).
Hal tersebut juga di dukung dari hasil studi awal yang diambil melalui hasil
tes masuk sekolah dasar menunjukkan bahwa dari 10 sekolah dasar yang ada di
kecamatan Kalinyamatan kemampuan membaca rata-rata 41% siswa kelas 1
Sekolah Dasar masih terbata-bata atau masih mengeja, 35% telah mampu
membaca dengan lancar dan 24% belum mampu membedakan abjad. Sedangkan
saat masuk sekolah dasar anak diharapkan mampu berliterasi dengan baik (Yus,
2011).
Literasi dapat didefinisikan sebagai suatu perkembangan membaca dan
menulis ataupun suatu tindakan kreatif dalam memahami suatu teks serta
perkembangan membaca dan menulis (Wasik & Carol, 2008; Lemos, 2002).
Komponen dari literasi menurut Bingham dan Terry (2013) meliputi: kesadaran
fonemik, pengetahuan tentang bentuk huruf, mengetahui dan mengerti akan buku.
Perkembangan literasi anak melalui beberapa tahapan, antara lain: a) tahap
fantasi; b) tahap pembentukan konsep diri membaca; c) tahap membaca gambar;
d) tahap pengenalan bacaan; e) tahap membaca lancar (Panitia Sertifikasi Guru
Rayon 139, 2013).
Peran guru menurut Sardiman (2010) antara lain: a) seorang pendidik dan
pembimbing; b) seorang demonstrator; c) sebagai mediator; d) sebagai fasilitator;
e) sebagai efaluator. Sedangkan peran orang tua menurut Covey (dalam Yusuf,
2012) mengungkapkan bahwa peran orang tua mencakup: (a) modelling; (b)
mentoring; (c) organizing; (d) teaching.
Penelitian yang terkait dengan literasi anak usia dini juga pernah dilakukan
oleh Ruhaena dan Ambarwati (2015). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
fondasi awal literasi di rumah dilakukan dengan cara membangun minat yang
dilakukan oleh orang tua, khususnya ibu. Hal tersebut selaras dengan penelitian
4
yang dilakukan oleh Nuraeni (2016), dengan hasil penelitian bahwa orang tua
khususnya ibu sebagai stakeholder bagi perkembangan literasi anak usia dini.
Perkembangan literasi pada anak usia dini juga tidak hanya didukung oleh
keterlibatan orang tua di rumah, melainkan juga peran guru dalam
mengembangkan literasi anak di sekolah. Penelitian yang terkait dengan peran
guru di sekolah pernah dilakukan sebelumnya oleh Supartinah (2014). Hasil
menunjukkan bahwa, dalam pengembangan literasi guru berperan sebagai
fasilitator yang memberikan kemudahan pada anak dalam kegiatan literasi di
sekolah yakni dengan menggunakan alat praga penunjaung salah satunya
menggunakan kartu huruf.
Taman kanak-kanak Aisyiyah 01 Kalinyamatan merupakan salah satu
penyelenggara pendidikan anak usia dini yang ada di kabupaten Jepara. Salah satu
capaian perkembangan anak yang dilakukan adalah pengembangan bidang
keaksaraan (literasi). Menurut studi awal yang dilakukan oleh penulis dapat
diketahui bahwa perkembangan literasi pada anak usia dini di TK tersebut masih
rendah, sedangkan salah satu persyaratan masuk SD adalah anak mampu
berliterasi dengan baik. Menurut wawancara awal yang dilakukan dengan salah
satu guru TK serta orang tua (ibu) menyebutkan bahwa, literasi dipandang hanya
sebagai persyaratan pendidikan yang dilakukan di sekolah. Sehingga,
perkembangan literasi awal lebih banyak dilimpahkan orang tua kepada guru TK.
Kurangnya keterlibatan orang tua dalam pembiasaan kegiatan literasi di rumah,
literasi yang terjadi pada anak usia dini biasanya lebih terkesan formal (les).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis berpendapat peran guru di
sekolah dan orang tua di rumah saling mendukung dalam mengatasi lemahnya
literasi pada anak usia dini, sehingga fokus pada penelitian ini adalah:
Bagaimanakah peran guru dalam mengembangkan literasi anak di sekolah?
Bagaimanakah cara guru mempersiapkan anak belajar literasi di sekolah?
Bagaimana bentuk keterlibatan orang tua dalam mengembangkan literasi anak
usia dini?. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan peran guru
5
dalam mengembangkan literasi anak usia dini, mendiskripsikan cara
mempersiapkan anak belajar literasi di sekolah serta mendiskripsikan keterlibatan
orang tua dalam mengembangkan literasi anak usia dini.
2. METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus jenis interinsik. Pada penelitian ini menggunakan subjek
primer yakni 4 orang guru kelas TK, 4 orang tua (ayah dan ibu) serta subjek
pendukung yakni 44 anak usia 4-6 tahun.
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yakni: wawancara
yang dilakukan pada 4 guru TK, 4 ayah dan 4 ibu, untuk mengetahui kondisi awal
anak dan bentuk keterlibatan orang tua dalam perkembangan literasi anak.
Selanjutnya dengan observasi pada subjek sekunder yakni 44 anak usia 4-6 tahun,
untuk mengetahui hasil dari pembelajaran literasi, keaktifan anak selama
pembelajaran di sekolah dan juga interaksi orang tua dan anak selama
pembelajaran literasi di rumah. Metode penelitian yang terakhir yakni
dokumentasi untuk mengetahui hasil dari pembelajaran literasi anak melalui
raport serta catatan guru.
Analisis pada penelitian ini dengan menggunakan analisis holistik dengan
tahapan sebagai berikut: mengkategorikan hasil temuan di lapangan sesuai dengan
tema dan fokus penelitian; mendiskripsikan setiap kategori yang ada di lapangan
sehingga dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang ada;
menginterpretasikan temuan-temuan yang ada di lapangan; membahas hasil
penelitian, dilakukan dengan membandingkan hasil interpretasi yang ada di
lapangan dengan literatur yang relevan untuk mendukung hasil penelitian
(Creswell, 2007).
6
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan di dapatkan data sebagai penunjang
guna menjawab pertanyaan penelitian, sehingga sesuai dengan tujuan penelitian.
Hasil dari penelitian dapat dibahas lebih lanjut sebagai berikut:
3.1. Peran Guru dalam Mengembangkan Literasi Anak Usia Dini
Peran guru merupakan kunci pembelajaran di sekolah yang mampu
memberikan lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan belajar anak
serta salah satu yang mendukung dalam perkembangan literasi anak usia dini
dalam pendidikan formal (Zhang, Diamond & Powell, 2015; Chang & So,
2015). Sehingga peran guru di sekolah dalam memngembangkan literasi anak
usia dini dapat dipaparkan lebih lanjut sebagai berikut:
3.1.1. Peran Guru Sebagai Fasilitator
Peran guru sebagai fasilitator dalam mengembangakan literasi anak usia
dini dapat berdasarkan penelitian dapat tercermin dalam bentuk pembelajaran
yang menyenangkan, sehingga mampu menarik keaktifan anak dalam
pembelajaran literasi. Berdasarkan hasil observasi penelitian menunjukkan
bahwa dengan menggunakan teknik bercerita mampu menarik perhatian anak
sebesar: pada kegiatan guru bercerita sambil menunjukkan beberapa huruf
42,67%; guru bercerita sambil menghadapkan buku pada anak 42,67%; anak
bercerita pada guru tentang pengalaman atau setelah dibacakan cerita
20,33%; anak berani bertanya pada guru 26,67%. Hal terasebut sesuai
dengan penelitian Hudson dan Test (2011) mengungkapkan bahwa
pembacaan cerita yang dilakukan guru mampu memberikan dukungan pada
pembelajaran literasi di sekolah.
Peran guru sebagai fasilitator yang selanjutnya tercermin pada
pembelajaran literasi dengan menggunakan teknik bernyanyi yang mampu
menarik perhatian anak sebesar: pada kegiatan menghafal huruf dengan
dinyanyikan 42,67%; bernyanyi bersama dengan guru 44%. Hal tersebut
sesuai dengan penelitian Walton (2014) bahwa dengan teknik bernyanyi guru
7
dapat lebih efektif dalam pengajaran fonemik pada anak, pemahaman dan
pengucapan huruf pada literasi awal.
3.1.2. Peran Guru Sebagai Demonstran
Peran guru sebagai demonstran dapat diwujudkan dengan melakukan
pembelajaran literasi di sekolah menggunakan teknik pencontohan langsung.
Keaktifan anak pada kegiatan pembelajaran ini sebesar: pada kegiatan guru
menunjukkan gambar yang ada di buku/ dipapan tulis 33,67%; melihat dan
menyebutkan huruf yang ada pada gambar 30,33%; memasangkan gambar
dengan gambar yang ada 38%; melafalkan nama-nama huruf 39,33%; melihat
dan menyebutkan nama dari tiap huruf yang ditunjukkan guru 32,33%;
mengeja sambil mengenali huruf yang ada dibuku/ dipapan tulis 29,33%;
mengenal huruf yang telah diacak dengan baik 29,67%; mengikuti membaca
yang telah dicontohkan oleh guru 29,33%; membaca 2-3 kalimat dengan
benar 16,33%. Hal tersebut didukung penelitian Fisher dan Frey (2015)
mengungkapkan bahwa penggunaan teknik demonstrasi dalam
perkembangan literasi anak mencakup: komprehensi, pemahaman kata,
sturuktur kalimat, serta bentuk kalimat.
3.1.3. Peran Guru Sebagai Pengarah
Selain berperan sebagai fasilitator, guru juga berperan sebagai pengarah
dalam mengembangkan literasi anak usia 4-6 tahun. Bimbingan guru penting
diberikan pada anak saat pembelajaran literasi berlangsung (Han, 2014)
dalam bentuk interpretasi untuk melatih anak agar siap dalam pembelajaran
literasi selanjutnya (Hanke, 2015; Han, 2014).
Berdasarkan hasil observasi penelitian dapat disimpulkan bahwa peran
guru sebagai pengarah tercermin selama dalam kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan cara guru memberikan contoh satu-persatu kepada anak
jika anak mengalami kesulitan dalam membedakan pengucapan huruf atau
mengeja kata. Selain itu, bentuk pengarahan juga dilakukan oleh guru dengan
cara guru berkeliling selama pembelajaran berlangsung sambil bertanya
kepada anak tentang pengetahuan huruf anak, sehingga guru mampu secara
8
maksimal mengetahui tingkat pengetahuan anak tentang huruf yang nantinya
menjadi bekal dalam pembelajaran literasi.
Hal tersebut didukung penelitian Otaiba, Lake, Greulich, Folsom dan
Guidri (2012) menjelaskan bahwa, memberikan bimbingan pada anak
sebelum dilakukan pendidikan literasi mampu mengetahui kemampuan dasar
anak sehingga mampu dijadikan pertimbangan dalam memberikan
pendidikan literasi sesuai dengan tahapan perkembangan anak.
3.1.4. Peran Guru Sebagai Motivator
Peran guru sebagai motivator dalam perkembangan literasi ini bertindak
sebagai pemberi masukan yang positif pada anak (Matta, 2011). Berdasarkan
hasil observasi yang dilakukan selama penelitian mengungkapkan bahwa,
bentuk motivasi yang diberikan guru pada anak yakni berupa pujian. Pujian
tersebut diberikan oleh guru sebagai bentuk penghargaan pada anak ketika
anak mampu menyebutkan huruf atau kata yang ditunjuk oleh guru baik
dipapan tulis maupun dibuku selama proses pembelajaran literasi.
Hal tersebut didukung oleh penelitian Marinak, Malloy dan Gambrell
(2010) bahwa, motivasi yang diberrikan guru di sekolah mampu
mempengaruhi keberhasilan literasi anak di sekolah.
Peran guru sebagai fasilitator, pengarah dan motivator dalam
perkembangan literasi anak usia dini mampu memberikan dampak yang
signifikan pada perkembangan literasi anak usia 4-6 tahun. Hal tersebut
didukung oleh hasil observasi tingkat pencapaian perkembanga literasi pada 44
anak usia 4-6 tahun yang terdiri dari 22 anak usia 4-5 tahun dan 22 anak usia 5-
6 tahun dengan hasil menunjukkan bahwa tingkat pencapaian perkembangan
literasi anak pada usia 4-5 tahun sebesar 71,23 poin dan pada usia 5-6 tahun
sebesar 118,18 poin. Adanya perbedaan hasil dikarenakan pada usia 4-5 tahun
anak masih dalam tahap pengenalan huruf, sedangkan pada usia 5-6 tahun pada
tahap lanjutan, yakni mulai merangkai atau mengeja kata.
9
3.2. Persiapan Literasi di Sekolah
Persiapan yang dilakukan guru dalam perkembangan literasi anak
berdasarkan wawancara dengan 4 orang guru TK di sekolah yang pertama
dilakukan dengan pengenalan buku. Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru TK dan hasil observasi penelitian dapat dijelaskan bahwa, pengenalan
buku yang dilakukan guru dalam mempersiapkan literasi dimulai dengan
memberikan “majalah” tematik sebagai bentuk dari pengenalan buku pada
anak. Anak dirangsang agar anak mampu membalik-balik halaman yang
selanjutnya memahami gambar yang ada dik dalam “majalah”.
Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Lee (2011) bahwa
pengenalan buku ini dapat dilakukan dengan 3 macam: hanya memegang
buku, memahami gambar yang ada di buku dan menginterpretasikan isi buku.
Persiapan literasi yang dilakukan guru selanjutnya yakni pengenalan
fonemik dan huruf. Berdasarkan hasil wawancara dengan 4 orang guru
pengenalan fonemik dan huruf awal, dilakukan dengan teknik demonstrasi
yang dilakukan setiap hari.
Hal tersebut didukung dengan penelitian Cunningham (2012)
mengungkapkan bahwa fonem sebaiknya diajarkan setiap hari pada anak yang
dilakukan dengan cara pencontohan langsung, ini bertujuan agar anak mampu
membedakan suara dalam pengucapan sebuah kata sebelum dilakukan literasi,
meskipun pemahaman setiap anak berbeda-beda. Sedangkan pengenalan huruf
di dukung penelitian Lachlan dan Arrow (2014) menyebutkan bahwa, bentuk
pengajaran pengetahuan huruf pada anak dapat dibedakan menjadi: anak
dirangsang untuk mengetahui bentuk hurufnya saja serta anak dirangsang untuk
mengetahui bentuk, cara pengucapan dan suara setiap huruf yang ada.
3.3. Keterlibatan Orang Tua dalam Mengembangkan Literasi Anak
Selain peran guru di sekolah, keterlibatan orang tua di rumah juga
berpengaruh dalam perkembangan literasi anak usia 4-6 tahun. Keterlibatan
10
orang tua (ayah dan ibu) di rumah mencakup penguatan bahasa anak yang
digunakan sebagai fondasi dari kegiatan literasi (Midraj & Midraj, 2011; Chen,
Pisani, White & Sorouri, 2012). Keterlibatan orang tua dalam mengembangkan
literasi dapat tercermin berdasarkan hasil observasi interaksi anak dengan
orang tua dalam kegiatan mengembangkan kosa kata anak, mengembangkan
ketertarikan pada huruf/ simbol, mengembangkan keterampilan mengenali
huruf, mengembangkan keterampilan bercerita, dan mengembangkan
kesadaran fonemik.
Keterlibatan orang tua dalam mengembangkan keterampilan kosa
kata sebagai salah satu bentuk pembelajaran literasi anak di rumah
menunjukkan interaksi dengan ayah sebesar 23% serta interaksi dengan ibu
sebesar 32,34%. Sehingga, peran orang tua dalam mengembangkan
keterampilan kosa kata sebagai mentoring, merupakan peran orang tua dalam
pengajaran yang dilakukan orang tua dalam bentuk interaksi yang hangat
dalam keluarga (Yusuf, 2012).
Interaksi ayah dan ibu dalam mengembangkan ketertarikan anak
terhadap huruf/ simbol keterlibatan ibu lebih dominan. Pada kegiatan ini
interaksi ayah sebesar 33,34%, sedangkan ibu sebesar 42,68%. Sehingga,
orang tua berperan sebagai teaching tercermin dalam kegiatan melatih
membaca huruf dengan anak. Sedangkan orang tua berperan sebagai
mentoring tercermin dalam kegiatan membaca buku bersama, mengajak anak
meminjam buku di perpustakaan, mengajak anak membaca bersama,
membacakan tulisan pada anak dan menjelaskan pada anak manfaat
membaca.
Interaksi orang tua dalam mengembangkan keterampilan huruf,
interaksi ibu dengan anak sebesar 16,66% dan interaksi dengan ayah sebesar
11%. Sehingga, peran orang tua sebagai mentoring.
Interaksi ayah dalam mengembangkan keterampilan bercerita anak
sebesar 18,01% sedangkan interaksi ibu sebesar 24%. Sehingga orang tua
dalam kegiatan ini berperan sebagai mentoring.
11
Interaksi orang tua dalam mengembangkan keterampilan anak
mengenal huruf yang dilakukan dengan ibu sebesar 17,33% dan yang
dilakukan dengan ibu sebesar 11,33%. Pada kegiatan ini orang tua berperan
sebagai teaching.
Pada perkembangan kesadaran fonemik interaksi yang terjadi antara
ayah dengan anak sebesar 10,33% dan interaksi dengan ibu sebesar 17%.
Pada kegiatan ini, orang tua berperan sebagai mentoring.
Hasil dari peran guru dan keterlibatan orang tua dalam pembelajaran
literasi anak memberikan dampak pada perkembangan literasi anak. Berdasarkan
hasil observasi pencapaian perkembangan literasi anak yang dilakukan pada 44
anak usia 4-6 tahun menunjukkan bahwa, tingkat perkembangan literasi anak
dengan melibatkan orang tua dalam pembelajaran literasi anak menunjukkan skor
96,375 poin, lebih tinggi 24,59 poin dari pembelajaran literasi yang dilakukan di
sekolah sebagai bentuk dari peran guru di sekolah.
Akan tetapi, berdasarkan hasil observasi pencapaian perkembangan literasi
anak menunjukkan bahwa hasil pencapaian tertinggi dalam pencapaian
perkembangan literasi anak dengan skor 105 poin ditunjukkan pada kegiatan
pembelajaran literasi dengan menggunakan les membaca. Berdasarkan hasil
wawancara dengan 4 orang ibu dan 4 orang ayah, 3 diantara ibu dan ayah memilih
les membaca. Les membaca dilakukan orang tua untuk menunjang kemampuan
literasi anak, les membaca ini dipilih orang tua ketika anak telah memasuki
kelompok B di TK (usia 5-6 tahun). Hal tersebut di dukung dari observasi dari 22
orang anak usia 4-5 tahun yang menggunakan les membaca sekitar 22,7%,
sedangkan dari 22 anak usia 5-6 yang menggunakan les membaca sekitar 63,6%.
Hal tersebut karena les dapat mempercepat kemampuan pencapaian
perkembangan anak yang diinginkan (Park, Byun & Kim, 2011).
Peran guru dan orang tua harus berhubungan dalam mengembangan
pendidikan literasi anak. Hal tersebut dikarenakan agar adanya kesinambungan
perkembangan literasi yang dilakukan di sekolah dan di rumah. Bentuk hubungan
12
yang dilakukan orang tua yakni dengan adanya kerjasama dan komunikasi dengan
guru kelas, sehingga orang tua mengetahui aktivitas dan perkembangan literasi
anak ketika berada di sekolah. Berdasarkan hasil observasi penelitian dari 44 anak
usia 4-6 tahun orang tua yang berkomunikasi dengan guru untuk mengetahui
aktivitas dan perkembangan anak sekitar 36,4%, sekitar 40,1% aktivitas literasi
anak di sekolah diketahui orang tua hanya dengan melihat raport anak, sedangkan
20,5% orang tua tidak ada komunikasi ataupun kurang memperhatikan raport
anak.
Pada penelitian peran guru dan orang tua dalam mengembangkan literasi
anak usia dini belum mengkaji lebih rinci terkait tentang les membaca yang
dilakukan sebagi pendukung kemampuan literasi anak. Oleh sebab itu, belum
diketahui metode yang digunakan dalam kegiatan les membaca sehingga
memberikan dampak yang signifikan pada perkembangan literasi anak di sekolah.
Namun, dapat direkomendasikan untuk lebih mendalaminya dengan melakukan
observasi dan wawancara penelitian ketempat les membaca diadakan.
4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Peran guru dalam mengembangkan literasi anak usia 4-6 tahun yang
dilakukan di sekolah antara lain guru berperan sebagai: (1) fasilitator yang
diwujudkan dengan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, (2)
demonstrator yang diwujudkan dengan pembelajaran dengan pencontohan
langsung pada anak, (3) pengarah yang diwujudkan melalui pembimbingan
pada kegiatan literasi anak, (4) motivator yang diwujudkan melalui
pemberian pujian pada pencapaian anak.
Persiapan yang dilakukan guru dalam mengembangkan literasi anak
usia dini diwujudkan dengan pengenalan buku. Pengenalan buku ini
dilakukan dengan menggunakan “majalah” tematik. Pengenalan fonem dan
huruf dilakukan dengan menggunakan teknik demonstrasi.
13
Keterlibatan orang tua dalam mengembangkan literasi anak usia 4-6
tahun diwujudkan melalui interaksi orang tua (ayah dan ibu) dalam
mengembangkan literasi anak di rumah, sehingga ayah dan ibu berperan
sebagai mentor dan teacher.
5. DAFTAR PUSTAKA
Bingham, G. E & Terry, N. P. (2013). Early language and literacy achievement of
early reading first student in kindergarten and 1st grade in United States.
Journal of Research in Childhood Education, 27, 440-45. ISSN: 0256-
8543 print/ 2150-2641online. DOI: 10. 1080/ 02568543. 2013. 822952.
Bupati Jepara Buka-bukaan Pendidikan Warganya Masih Rendah (5 April 2016).
Muria News Com. Diunduh dari: http//www.murianews.com/ 2016/ 04/
05/ 39953/ bupati- jepara- buka-bukaan-pendidikan-warganya-masih-
rendah.html.
Cunningham, A. J. (2012). Teaching phonics. The California Reader,34(1), 4-7.
Chen, J; Pisani, L; White, S & Soroui, J. (2012). Parental engagement in early
childhood education at home. Reading Psychology, 33, 497-524. ISSN:
0270-2711 print/ 1521-0685 online. DOI: 10. 1080/ 02702711. 2012.
703038.
Cheng, I. N. Y& So, W. W. M. (2015). Teachers’ environmental literacy and
teaching- stories of three Hongkong primary school teachers.
International Research Geographical and Environmental Education.
24(1), 58-79. DOI: org/ 10. 1080/ 10382046. 2014. 967111.
Creswell, J. W. (2007). Quantitative inquiry & research design: Choosing among
five approach. London: Sage Publication.
Fisher, D & Frey, N. (2015). Teacher modeling using complex informational
texts. The Reading Teacher,69,63-69. DOI: 10. 1002/trtr. 1372.
Han, H. S. (2014). Supporting early childhood teachers to promote childrens’
social competence: Components for best professional development
practices. Early Childhood Education Journal, 42, 171-179. DOI: 10.
1007/s 10643-013-0584-7.
Hanke, V. (2013). Guided reading: Young pupils’perspectives on classroom
practice. Literacy. 48(3), 136- 143.
Hudson, M. E & Test, D. W. (2011). Evaluating the evidence base of shared story
reading to promote literacy for students with extensive support needs.
Research & Practice for Person with Severe Disabilities, 36(1-2), 34-45.
14
Lachlan, C & Arrow, A. (2014). Promoting alphabet knowledge and phonological
awareness in low socialeconomic child care settings: A quasi
experimental study in five New Zealand centers. Read Writ, 27, 819-839.
DOI: 10. 1007/s 11145-013-9467-y.
Lee, B. Y. (2011). Assesing book knowledge through independent reading in the
earliest years: practical strategies and implications for teachers. Early
Childhood Educational Journal, 39, 285-290. DOI: 10.1007/s 10643-
011- 0464-y.
Lemos, M. D. (2002). Closing the gap between research and practice: Fondations
for the acquisition of literacy. Australia: Acer.
Marinak, B. A; Malloy, J. A & Gambrell, L. B. (2010). Engaging readers:
Research- based practices that nurture the motivation to read. The
International Journal of Learning, 17(5), 503-511. ISSN: 1447- 9494.
Matta, L. (2011). Motivation for reading and writing in kindergarten children.
Reading Psychology, 32, 272-299. ISSN: 0270-2711 print/ 152- 0685
online. DOI: 10. 1080/ 02702711. 2010. 545268.
Midraj, J & Midraj, S. (2011). Parental involvement and grade four students’
English reading achievement. International Journal of Applied
Educational Studies,12(1), 41-56.
Nuraeni, A. (2016). Peran orang tua dalam mengembangkan literasi dini anak
kelompok b di gugus 7 Mangun Dlingo Bantul. Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini. 3, 245-256.
Otaiba, S. A; Lake, V. E; Greulich, L; Folsom, J. S; Guidry, L. (2012). Preparing
beginning reading teachers: An experimental comparison of initial early
literacy field experiences. Read Writ, 25, 109-129. DOI: 10. 1007/s
11145-010- 9250-2.
Park, H; Byun, S.Y; Kim, K. K. (2011). Parental involvement and students’
cognitive outcomes in Korea: Focusing on private tutoring. Sociology of
Education, 84(1), 3-22. DOI: 10. 1177/ 0038040710392719.
Panitia Sertifikasi Guru Rayon 139. (2013). Bahan ajar: Pendidikan dan latihan
profesi guru, sertifikasi guru dalam jabatan. Semarang: IKIP PGRI
Press.
Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standart Nasional Anak Usia Dini
(PAUD).
Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak
Usia Dini.
15
Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standart Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD).
Pradipta, G. A. (2011). Keterlibatan orang tua dalam proses mengembangkan
literasi dini anak usia paud di Surabaya. Jurnal Unair,1(3),1-9.
Ruhaena, L & Ambarwati, J. (2015). Pengembangan minat dan kemampuan
literasi awal anak prasekolah di rumah. The 2nd
University Research
Coloqusium. 172-179. ISSN: 2407- 9189.
Sardiman, A. M. (2010). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT
Raja Grafindo persada.
Supartinah. (2014). Peningkatan Membaca Awal Anak. Jurnal Pesona PAUD.
1(1): 1-12.
Walton, P. D. (2014). Using singing and movement to teach pre reading skill and
word reading to kindergarten children: An exploratory study. Language
and Literacy,16(3),54-77.
Wasik, B. A & Carol, S. (2008). Pendidikan anak usia dini (edisi 2). Jakarta:
Indeks.
Watson, R & Wildy, H. (2014). Pedagogical practice of early childhood teacher:
Explicit enhancement of student’s literacy. Australian Journal of Early
Childhood, 39(2),82-90.
Yus, A. (2011). Model pendidikan anak usia dini. Jakarta: Kencana.
Yusuf, S. (2012). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Zhang, C; Diamond, K. E & Powell, D. R. (2015). Examining the content of head
start teachers’ literacy instruction within two activity context during
large group circle time. Journal of Research in Childhood Education, 29,
323-337. ISSN: 0256- 8543 print / 2150- 2641 online. DOI: 10. 1080/
02568543. 2015. 1042124.