Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

download Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

of 25

Transcript of Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

  • 8/1/2019 Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    1/25

    Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    Andwi SetiawanProgram Studi Pendidikan Dokter

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara no. 6. Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061 (hunting). www.ukrida.ac.id

    ______________________________________________________________________________

    Abstraksi

    Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga menimbulkan

    rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani, pada seseorang untuk

    memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang atau dari orang ketiga, dengan

    menghukumnya atas suatu perbuatan yang lelah dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh

    seseorang atau orang ketiga, atau mengancam atau memaksa seseorang atau orang ketiga. atau

    untuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau

    penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan persetujuan, atau

    sepengetahuan siapapun dan atau pejabat publik.

    Pendahuluan1

    Penyiksaan sering digunakan oleh polisi dan militer untuk memaksa pengakuan,

    mengintimidasi atau mendapatkan informasi. Penderitaan akan rasa sakit yang luar biasa, yang

    dilakukan oleh aparat hukum untuk alasan-alasan yang disebutkan di atas maupun alasan lainnya

    dilarang oleh Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam,

    Tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia. Definisi dan larangan penyiksaan juga

    berlaku di Indonesia. Para ahli baik dari dalam dan luar negeri telah berulang kali menunjukkan

    pengabaian reformasi institusional yang dilakukan negara untuk mengakhiri praktek barbar

    tersebut secara efektif.

    Hak Asasi Manusia dalam Hal Penyiksaan1,2

    Definisi Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja sehingga

    menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani, pada

  • 8/1/2019 Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    2/25

    seseorang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari orang itu atau dari orang ketiga,

    dengan menghukumnya atas suatu perbuatan yang telah dilakukan atau diduga telah dilakukan

    oleh orang itu atau orang ketiga, atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap bentuk

    diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atau atas hasutan dari,

    atau dengan persetujuan, atau dibiarkan oleh pejabat pemerintahan atau orang lain yang berindak

    dengan kapasitas resmi. Hal tersebut tidak termasuk kesakitan atau penderitaan yang timbul dari,

    melekat pada, atau berkaitan dengan sanksi-sanksi hukum.1

    Penyiksaan sering digunakan oleh polisi dan militer untuk memaksa pengakuan,

    mengintimidasi atau mendapatkan informasi. Penderitaan akan rasa sakit yang luar biasa, yang

    dilakukan oleh aparat hukum untuk alasan-alasan yang disebutkan di atas maupun alasan lainnya

    dilarang oleh Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam,

    Tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia. Definisi dan larangan penyiksaan juga

    berlaku di Indonesia. Para ahli baik dari dalam dan luar negeri telah berulang kali menunjukkan

    pengabaian reformasi institusional yang dilakukan negara untuk mengakhiri praktek barbar

    tersebut secara efektif.

    Hak Asasi Manusia (Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999)2

    Pasal 1

    Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

    1. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan

    manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib

    dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,hukum, Pemerintah, dan setiap orang

    demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

    2. Kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila hak dilaksanakan, tidak

    memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia.

    4. Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga menimbulkan

    rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani, pada seseorang untuk

  • 8/1/2019 Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    3/25

    memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang atau dari orang ketiga, dengan

    menghukumnya atas suatu perbuatan yang lelah dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh

    seseorang atau orang ketiga, atau mengancam atau memaksa seseorang atau orang ketiga. atau

    untuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau

    penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan persetujuan, atau sepengetahuan

    siapapun dan atau pejabat publik.

    6. Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang

    termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara

    melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia

    seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang ini, dan tidak mendapatkan,

    atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar,

    berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

    7. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disebut Komnas HAM adalah lembaga

    mandiri yang kedudukannya setingkat dengan lembaga negara lainnya yang berfungsi

    melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia.

    Pasal 2

    Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan

    dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia,

    yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan,

    kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.

    Pasal 3

    (1) Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang sama dan sederajat

    serta dikaruniai akal dan hati nurani untuk hidup berrnasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam

    semangat persaudaraan.

    (2) Setiap orang berhak atas pegakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil

    serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama di depan hukum.

  • 8/1/2019 Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    4/25

    (3) Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia, tanpa

    diskriminasi.

    Pasal 4

    Hak. untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak

    beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan di

    hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yangberlaku surut adalah hak

    asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun.

    Pasal 8

    Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia terutama menjadi

    tanggung jawab Pemerintah.

    Pasal 29

    (1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan hak

    miliknya.

    (2) Setiap orang berhak atas pengakuan di depan hukum sebagai manusia pribadi di mana saja ia

    berada

    Pasal 33

    (1) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan yang kejam,

    tidak manusiawi, merendahkan derajat dan martabat kemanusiaannya.

    (2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penghilangan paksa dan penghilangan nyawa.

    Pasal 34

    Setiap orang tidak boleh ditangkap, ditahan, disiksa, dikucilkan, diasingkan, atau dibuang secara

    sewenang-wenang.

  • 8/1/2019 Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    5/25

    Selain sebagaimana yang tercantum pada Undang-Undang Hak Asasi Manusia seperti

    tersebut di atas, Republik Indonesia merupakan suatu Negara yang berdasarkan Pancasila dan

    Undang-Undang Dasar 1945 adalah negara hukum yang menjunjung tinggi harkat dan martabat

    manusia serta menjamin semua warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum.

    sehingga segala bentuk penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak

    manusiawi, atau merendahkan martabat manusia harus dicegah dan dilarang. Oleh karena itu,

    Pada tanggal 23 Oktober 1985, Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani konvensi

    Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment

    (Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak

    Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia), sebagaimana tercantum pada Undang

    Undang Nomor 5 tahun 1998.

    Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak

    Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia.1

    Pasal 1

    1. Untuk tujuan Konvensi ini, istilah penyiksaan berarti setiap perbuatan yang dilakukan

    dengan sengaja sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani

    maupun rohani, pada seseorang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari orang itu

    atau dari orang ketiga, dengan menghukumnya atas suatu perbuatan yang telah dilakukan atau

    diduga telah dilakukan oleh orang itu atau orang ketiga, atau mengancam atau memaksa orang

    itu atau orang ketiga, atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada diskriminasi, apabila rasa

    sakit dan penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan persetujuan, atau

    sepengetahuan pejabat pemerintah. Hal itu tidak meliputi rasa sakit atau penderitaan yang timbul

    hanya dari, melekat pada, atau diakibatkan oleh sanksi hukum yang berlaku.

    2. Pasal ini tidak mengurangi berlakunya perangkat internasional atau peraturan perundang-

    undangan nasional yang benar-benar atau mungkin mengandung ketentuan-ketentuan dengan

    penerapan yang lebih luas

  • 8/1/2019 Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    6/25

    Pasal 2

    1. Setiap Negara Pihak harus mengambil langkah-langkah legislatif, administrasi, hukum atau

    langkah-langkah efektif lainnya untuk mencegah tindakan penyiksaan di dalam wilayah

    kekuasaannya.

    2. Tidak ada pengecualian apapun, baik dalam keadaan perang atau ancaman perang, atau

    ketidakstabilan politik dalam negeri atau keadaan darurat lainnya, dapat digunakan sebagai

    pembenaran penyiksaan.

    3. Perintah dari atasan atau penguasa tidak boleh digunakan sebagai pembenaran penyiksaan.

    Pasal 10

    1. Setiap Negara Pihak harus menjamin bahwa pendidikan dan informasi mengenai larangan

    terhadap penyiksaan sepenuhnya dicantumkan dalam pelatihan bagi para petugas penegak

    hukum, sipil atau militer, petugas kesehatan, pegawai pemerintah, dan orang-orang lain yang

    mungkin terlibat dalam penahanan, interogasi atau perlakuan terhadap setiap orang yang

    ditangkap, ditahan atau dipenjara.

    2. Setiap Negara Pihak mesti mencantumkan larangan ini dalam peraturan atau instruksi yang

    dikeluarkan sehubungan dengan tugas dan fungsi orang-orang tersebut di atas.

    Pasal 11

    Setiap Negara Pihak harus senantiasa mengawasi secara sistematik peraturan-peraturan tentang

    interogasi, instruksi, metode, kebiasaan-kebiasaan dan peraturan untuk penahanan serta

    perlakuan terhadap orang-orang yang ditangkap, ditahan, atau dipenjara dalam setiap wilayah

    kewenangan hukumnya, dengan maksud untuk mencegah terjadinya kasus penyiksaan.

    Pasal 13

    Setiap Negara Pihak harus menjamin agar setiap orang yang menyatakan bahwa dirinya telah

    disiksa dalam wilayah kewenangan hukumnya mempunyai hak untuk mengadu, dan agar

    kasusnya diperiksa dengan segera dan tidak memihak oleh pihak-pihak yang berwenang.

    Langkah-langkah harus diambil untuk menjamin bahwa orang yang mengadu dan saksi-saksi

  • 8/1/2019 Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    7/25

  • 8/1/2019 Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    8/25

    diterapkan di dalam DOKPOL, sehingga Kedokteran Forensik merupakan bagian dari penerapan

    DOKPOL. Ilmu-ilmu lain yang juga merupakan bagian terapan dari DOKPOL selain Kedokteran

    Forensik adalah Forensik Klinik, Psikiatri Forensik, Kedokteran Gigi Forensik, Biomolekuler

    Forensik, Medikolegal, Toksikologi kedokteran Forensik, Kedokteran Gawat Darurat, Kesehatan

    Lapangan, Kedokteran Lalu Lintas dan sebagainya.

    Adapun dasar hukum bahwa DOKPOL berperan dalam tugas kepolisan adalah tercantum dalam

    Bab III Pasal 14 ayat 1 butir (h) UU No. 2 Tahun 2001 tentang Kepolisian Negara Republik

    Indonesia yang berbunyi "menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,

    laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian". Disini

    berarti mengungkapkan bahwa DOKPOL merupakan salah satu pengemban tugas atau fungsi

    teknis kepolisian harus dapat berperan dalam penyelenggaraan tugas-tugas pokok kepolisian

    sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

    Republik Indonesia tersebut.

    Prinsip-prinsip yang umum untuk seluruh kode etik perawatan kesehatan4

    Prinsip kemerdekaan profesional mensyaratkan petugas kesehatan untuk selalu

    mengutamakan tujuan pokok dari pengobatan, yaitu meringankan penderitaan dan stres serta

    menghindari tindakan yang dapat merugikan pasien, walau mendapat tekanan. Beberapa prinsip-

    prinsip etis bersifat sangat umum sehingga dapat ditemui di hampir seluruh pernyataan dan kode etik.

    Prinsip yang paling mendasar adalah aturan untuk menyediakan perawatan yang berbelaskasihan,

    tidak merugikan dan menghormati hak-hak pasien. Ini merupakan syarat-syarat pokok bagi

    seluruh petugas kesehatan.

    Tugas untuk menyediakan perawatan yang berbelas-kasihan

    Tugas untuk memberikan perawatan diutarakan dalam deklarasi serta perundang-undangannasional dan internasional. Salah satu aspek dari tugas ini adalah kewajiban untuk merespon

    mereka yang membutuhkan bantuan medis. Hal ini terkandung dalam Aturan Internasional Asosiasi

    Medis Dunia tentang Etika Medis, yang mengakui kewajiban moral dokter untuk memberikan

    perawatan darurat sebagai tugas kemanusiaannya.59 Tugas untuk merespon kebutuhan dan

    penderitaan sesunguhnya terdapat dalam tradisi setiap kebudayaan.

  • 8/1/2019 Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    9/25

    Etika Medis moderen didasari oleh prinsip yang dibentuk dari nilai-nilai profesionalisme

    yang mewajibkan dokter untuk menyediakan perawatan bahkan jika hal tersebut beresiko terhadap

    diri mereka sendiri

    Nilai-nilai Medis barat telah didominasi oleh sumpah Hipokrates dan janji-janji lainnya

    seperti Doa Maimonides. Sumpah Hipokrates melambangkan janji solidaritas dan komitmen dengan

    sesama dokter lainnya untuk memberikan kebaikan dan kepedulian pada pasien, serta menghindari

    merugikan pasien. Janji kerahasiaan juga terkandung dalam sumpah ini. Keempat konsep ini

    tercermin dalam berbagai bentuk kode etik perawatan kesehatan yang moderen. Deklarasi Geneva

    dari Asosiasi Medis Dunia adalah pernyataan ulang terbaru tentang nilai-nilai Hipokrates. Ini

    merupakan sumpah dokter untuk mengutamakan kesehatan pasiennya dan berjanji untuk

    mendedikasikan diri mereka pada pelayanan kemanusiaan dengan hati nurani dan harga diri.

    Aspek dari tugas untuk melakukan perawatan tercermin dalam berbagai Deklarasi yang

    dikeluarkan oleh Asosiasi Medis Dunia yang menyatakan dengan jelas bahwa dokter harus selalu

    melakukan yang terbaik untuk pasien, termasuk tahanan dan tersangka kejahatan. Tugas

    ini seringkali diutarakan melalui konsep kemerdekaan profesional, yang mensyaratkan dokter untuk

    mematuhi praktek-praktek Medis yang terbaik meskipun mendapat tekanan. Kode etik

    Medis internasional menekankan tugas dokter untuk menyediakan perawatan dalam kemerdekaan

    profesional dan moral yang penuh, dengan belas kasihan dan respek untuk kehormatan manusia.

    Ketentuan ini juga menekankan tugas untuk selalu bertindak sesuai kepentingan pasien dan selalu

    setia pada pasiennya. Deklarasi Tokyo dari Asosiasi Medis Dunia dan Deklarasi tentangKemerdekaan Dokter dan Kebebasan Profesional menyatakan bahwa dokter harus menuntut

    kebebasan untuk bertindak demi kepentingan pasien, tidak perduli pertimbangan lainnya, termasuk

    instruksi atasan, pejabat sistem penjara atau petugas keamanan.61 Deklarasi yang terakhir

    kewajibkan dokter untuk memastikan bahwa mereka memiliki kemerdekaan profesional untuk

    mewakili dan membela kebutuhan medis pasien terhadap pihak-pihak yang menolak atau membatasi

    perawatan bagi mereka yang sakit atau terluka. Prinsip-prinsip serupa juga berlaku untuk perawat.

    Pengakuan terhadap hak pasien adalah bentuk lain dari cara Asosiasi Medis Dunia

    menekankan tanggung jawab untuk menyediakan perawatan. Deklarasi Lisbon dari Asosiasi Medis

    Dunia menyatakan bahwa setiap orang berhak, tanpa kecuali, menerima perawatan kesehatan yang

    pantas dan kembali menyatakan bahwa dokter harus selalu bertindak sesuai kepentingan pasien.62

    Menurut deklarasi tersebut, otonomi dan keadilan bagi pasien harus dijamin, dan baik dokter maupun

    petugas kesehatan lainnya harus mendukung hak tersebut. Kapan pun jika aturan

    perundangundangan, tindakan pemerintah atau institusi lainnya menolak untuk memberi

  • 8/1/2019 Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    10/25

    hak-hak ini, pada pasien, dokter harus mencari cara-cara yang pantas untuk mengembalikan hak-hak

    tersebut. Setiap individu berhak menerima perawatan kesehatan, terlepas dari kelompok etnis,

    keyakinan politis, kewarganegaraan, jenis kelamin, agama atau nilai pribadinya. Hal ini juga berlaku

    bagi orang yang menjadi tersangka kejahatan. Satu-satunya kriteria diskriminasi pasien yang dapat

    diterima adalah masalah mendesak atau tidaknya kesehatan seseorang.4

    HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER5

    Berdasarkan pasal 7d Kode Etik Kedokteran Indonesia yang berbunyi :Setiap dokter

    harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makluk insani. Penjelasan: Segala

    perbuatan dokter terhadap pasien bertujuan untuk memelihara kesehatan dan kebahagiannya.

    Dengan sendirinya ia harus mempertahankan dan memelihara kehidupan manusia. Dan pasal 1

    poin 4 UU no 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia: Penyiksaan adalah setiap perbuatan

    yang dilakukan dengan sengaja, sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat,

    baik jasmani maupun rohani,pada seseorang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari

    seseorang atau dari orang ketiga, dengan menghukumnya atas suatu perbuatan yang lelah

    dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh seseorang atau orang ketiga, atau mengancam atau

    memaksa seseorang atau orang ketiga. atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap entuk

    diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dari,dengan persetujuan, atau sepengetahuan siapapun dan atau pejabat publik. Sesuai dengan pasal

    ini, berarti seorang dokter polisi berhak mengingatkan polisi reserse apabila interogasi telah

    melewati prosedur yang telah ditetapkan. Penolakan keikutsertaan pada interogasi yang melawan

    hokum bukanlah suatu tindakan melawan hokum, namun justru merupoakan kewajiban seorang

    dokter polisi sebagai penegak hukum yang dilatih untuk itu.

    Didalam memberikan layanan kedokteran, dokter mempunyai hak dan kewajiban

    sebagaimana tercantum dalam Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004

    Tentang Praktek Kedokteran; Kode Etik Kedokteran Indonesia; Pernyataan IDI; Lampiran SK

    PB IDI dan Surat edaran Dirjen Yanmed No: YM 02.04.3.5.2504 th. 1997 tentang Pedoman Hak

    dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit

  • 8/1/2019 Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    11/25

    HAK DOKTER

    Hak dokter adalah kekuasaan atau kewenangan dokter mendapatkan atau memutuskan suatu

    tindakan:

    1. Hak pemperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesidan prosedur operasional

    2. Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi, standar prosedur operasional danberdasarkan hak otonomi serta kebutuhan medis pasien yang sesuai dengan jenis dan strata

    sarana pelayanan kesehatan

    3. Hak menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,profesi dan etika

    4. Hak mengakhiri atau menghentikan jasa profesional kepada pasien apabila hubungandengan pasien sudah berkembang begitu buruk sehingga kerja sama yang baik tidak

    mungkin diteruskan lagi dan wajib menyerahkan pasien kepada dokter lain kecuali untuk

    pasien gawat darurat

    5. Hak atas privacy (berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan pasien denganucapan atau tindakan yang melecehkan atau memalukan)

    6. Hak memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya7. Hak atas informasi atau pemberitahuan pertama dalam menghadapi pasien yang tidak puas

    terhadap pelayanan

    8. Hak diperlakukan adil dan jujur, baik oleh rumah sakit maupun oleh pasien9. Hak mendapatkan imbalan jasa profesi yang diberikan berdasarkan perjanjian dan

    ketentuan atau peraturan yang berlaku di rumah sakit

    KEWAJIBAN DOKTER

    1. Mematuhi peraturan rumah sakit sesuai hubungan hukum antara dokter tersebut denganrumah sakit

    2. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan prosedur operasional sertakebutuhan medis pasien yang sesuai dengan jenis dan strata sarana pelayanan kesehatan

  • 8/1/2019 Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    12/25

    3. Merujuk pasien ke dokter atau rumah sakit lain yang memiliki keahlian atau kemampuanyang lebih baik, apabila ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan /pengobatan atau

    rumah sakit tidak memiliki fasilitas yang diperlukan untuk menangani/mengobati pasien

    4. Memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengankeluarga dan dapat menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya

    5. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang pasien (menjaga kerahasiaan pasien)bahkan setelah pasien meninggal dunia

    6. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali ia yakin ada orang lainyang bertugas dan mampu melaksanakan

    7. Meminta persetujuan setiap melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi, khususuntuk tindakan yang berisiko persetujuan dinyatakan secara tertulis. Persetujuan dimintakan

    setelah dokter menjelaskan tentang diagnosa, tujuan tindakan, alternatif tindakan, risiko

    tindakan, komplikasi dan prognose

    8. Mematuhi Program Keselamatan Pasien:a. Melakukan identifikasi pasien pada saat melakukan tindakan medfis/invasive

    b. Melaksanakan time out bersama tim pada saat sebelum melakukan prosedur/operasi

    c. Melakukan pengkajian nyeri (pain assessment)

    d. Mencuci tangan sebelum & sesudah menangani pasien/beralih dari satu pasien ke pasien

    yang lain.

    9. Membuat care plan/perencanaan penanganan pasien10. Membuat penilaian awal (initial assessment) bila menangani kasus baru11. Membuat catatan rekam medis yang baik secara berkesinambungan berkaitan dengan

    keadaan pasien

    12. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran ataukedokteran gigi

    13. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuatnya14. Bekerja sama dengan profesi dan pihak lain yang terkait secara timbal balik dalam

    memberikan pelayanan kepada pasien

    15. Dokter wajib mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak rumah sakit16. Bekerja sesuai kompetensi & kewenangan profesi

  • 8/1/2019 Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    13/25

    17. Dalam melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat izin praktik dokteratau dokter gigi di RS. Pondok Indah-Jakarta Selatan

    18. Dalam melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasidokter dan surat tanda registrasi dokter gigi

    19. Dokter atau dokter gigi yang berhalangan menyelenggarakan praktik kedokteran harusmembuat pemberitahuan atau menunjuk dokter atau dokter gigi pengganti

    20. Wajib menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya dalam memberikan pelayanankesehatan

    21. Wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Dokter dan Kode EtikKedokteran Indonesia

    22. Wajib mengikuti asuransi tanggung jawab profesi (professional liability insurance

    Kewajiban Moral san Sosial4,5

    Di dalam menetukan tindakan di bidang kesehatan atau kedokteran, selain

    mempertimbangkan keempat kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial dan

    kreatif, spiritual, keputusan hendaknya juga mempertimbangkan hak asasi pasien. Pelanggaran

    atas hak pasien akan mengakibatkan juga pelanggaran atas kebutuhan dasar di atas terutama

    kebutuhan kreatif dan spiritual pasien.Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar salahnya suatu sikap

    dan perbuatan seseorang atau institusi dilihat dari moralnya. Penilaian baik buruknya dari sisi

    moral tersebut menggunakan pendekatan teori etika yang cukup banyak jumlahnya. Terdapat 2

    teori etika yang paling banyak dianut orang adalah teori deontoloogi dan teleologi. Deontologi

    mengajarkan bahwa baik-buruknya suatu perbuatan harus dilihat dari perbuatannya itu sendiri.

    Sedangkan teleologi mengajarkan untuk menilai baik buruknya tindakan dengan melihat hasil

    atau akibatnya. Deontologi lebih mendasarkan kepada ajaran agama, tradisi dan budaya.

    Sedangkan teleologi mendasarkan pada penalaran dan pembenaran kepada azas manfaat.

    Empat kaidah dasar moral untuk mencapai suatu keputusan etik :

    1. Prinsip beneficence, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditunjukankepada kebaikan pasien. Dokter harus mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga

  • 8/1/2019 Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    14/25

    keadaan kesehatannya. Pengertian berbuat baik di sini adalah bersikap ramah atau

    menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajibannya.

    Tindakan konkrit dari beneficience meliputi:

    Mengutamakan altruisme (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentinganorang lain)

    Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia Memandang pasien/keluarga/sesuatu tidak hanya sejauh menguntungkan dokter Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan

    keburukannya

    Paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang Menjamin kehidupan baik Pembatasan goal based Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan / preferensi pasien Minimalisasi akibat buruk Kewajiban menolong pasien gawat darurat Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan Tidak menarik honorarium di luar kepantasan Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan Mengembangkan profesi secara terus-menerus Memberikan obat berkhasiat namun murah Menerapkan Golden Rule Principle, dimana kita harus memperlakukan orang lain

    seperti kita ingin diperlakukan oleh orang lain

    2. Prinsip non-maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburukkeadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai primum non nocere atau do no harm.

    Tindakan konkrit dari non-maleficence meliputi:

    Menolong pasien emergensi Kondisi untuk menggambarkan criteria ini adalah: Mengobati pasien yang luka Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia) Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien

  • 8/1/2019 Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    15/25

    Tidak memandang pasien hanya sebagai objek Mengobati secara tidak proporsional Mencegah pasien dari bahaya Menghindari misinterpretasi dari pasien Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian Memberiksan semangat hidup Melindungi pasien dari serangan Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan/ kerumah-sakitan yang

    merugikan pihak pasien/ keluarganya

    3. Prinsip autonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien (the rights to selfdeterminations). Maksudnya tiap individu harus diperlakukan sebagai makhluk hidup yang

    memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasibnya sendiri).

    Tindakan konkrit dari autonomi meliputi:

    Menghargai hak menentukan nasibnya sendiri Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (pada kondisi elektif) Berterus terang Menghargai privasi Menjaga rahasi pasien Menghargai rasionalitas pasien Melaksanakan informed consent Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien Mencegah pihak lain ,emgintervensi pasien dalam membuat keputusan, termasuk

    keluarga pasien sendiri

    Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikan pasien Menjaga hubungan

  • 8/1/2019 Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    16/25

    4. Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalammendistribusikan sumber daya (distributive justice). Maksudnya adalah memperlakukan

    semua pasien sama dalam kondisi yang sama.

    Tindakan konkrit yang termasuk justice meliputi:

    Memberlakukan segala sesuatu secara universal Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality, accessibility, availability, quality) Menghargai hak hukum pasien Menghargai hak orang lain Menjaga kelompok yang rentan (yang paling merugikan) Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dll Tidak melakukan penyalahgunaan Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi) secara adil Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah/tepat Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan Bijak dalam makroalokasi

    Hak dan Kewajiban Publik2,6

    Alasan normatif tentang signifikansi kebebasan pers dalam kehidupan masyarakat pada

    dasarnya berkaitan pada kehidupan warga masyarakat di ruang publik. Disini kebebasan pers

    dapat diartikan di satu pihak sebagai hak warga negara untuk mengetahui ( right to know)

    masalah - masalah publik, dan di pihak lainnya hak warga dalam mengekspresikan pikiran dan

    pendapatnya (right to expression). Karenanya kebebasan pers dilihat bukan semata-mata

    menyangkut keberadaan media jurnalisme yang bebas, tetapi mencakup suatu mata rantai yang

    tidak boleh terputus dalam proses demokrasi. Dengan demikan dasar pikiran mengapa warga

    harus dijamin haknya untuk mengetahui masalah publik, dan mengapa pula warga harus dijamin

  • 8/1/2019 Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    17/25

    haknya untuk menyatakan pendapat, perlu ditempatkan dalam prinsip demokrasi yang bertolak

    dari hak azasi manusia.

    Mata rantai kerangka pemikiran itu dimulai dari proses untuk memiliki pikiran dan

    pendapat tentang masalah publik. Dari sini warga masyarakat perlu mendapat informasi yang

    bebas dan benar mengenai masalah tersebut. Masalah publik (public issue) dapat diartikan secara

    sederhana sebagai fakta/kejadian dalam kehidupan masyarakat yang bersentuhan dengan institusi

    di ruang publik, baik secara politik, ekonomi maupun kultural. Informasi yang bebas dan benar

    mengandung pengertian epistemologi mengenai prinsip kebebasan untuk memperolehnya, dan

    kebenaran yang berasal kenyataan empiris, bukan kebenaran ideologis. Sedangkan pikiran dan

    pendapat yang terbentuk sebagai respon terhadap masalah publik ini menjadi dasar dalam

    kehidupan di ruang publik.

    Dalam pada itu tidak semua fakta yang terdapat dalam masyarakat akan relevan sebagai

    dasar pembentukan pendapat publik (public opinion). Perlu didefinisikan secara jelas kriteria

    tentang fakta publik, untuk dibedakan dengan fakta jenis lainnya. Adapun hanya fakta publik

    yang relevan sebagai dasar pembentukan pendapat publik. Pendapat publik dapat diartikan

    sebagai respon pro dan kontra warga masyarakat terhadap masalah publik yang bersifat aktual

    dan kontroversial. Karenanya warga masyarakat yang terbiasa dalam keseragaman tidak siap

    untuk menghadapi kontroversi. Padahal kontroversi dalam kehidupan publik inilah sebagai dasar

    bagi terbentuknya secara rasional pendapat publik.

    Kebebasan pers dapat diimplementasikan mencakup rangkaian proses dari kehidupan

    warga masyarakat yang dikenal sebagai fakta publik (public fact), kemudian menjadi masalah

    publik (public issue) yang disiarkan sebagai informasi jurnalisme oleh media pers, untuk menjadi

    sumber atau landasan dalam proses pembentukan pendapat publik, lebih jauh sebagai dasar dari

    kebijakan publik dalam memberikan pelayanan publik (public service). Muara dari seluruh

    proses ini adalah pelayanan dan akuntabilitas publik (public accountability) sebagai ciri dari

    birokrasi publik (pemerintahan) yang menjadi dasar kehidupan negara (polity) dalam norma

    demokrasi6

    UndangUndang Nomor 39 Tahun 19992

    Hak atas Rasa Aman

    PASAL 29

  • 8/1/2019 Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    18/25

    1. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, danhak miliknya.

    2. Setiap orang berhak atas pengakuan di depan hukum sebagai manusia pribadi di manasaja ia berada.

    PASAL 30

    Setiap orang berhak atas rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap ancaman

    ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.

    UndangUndang Nomor 14 Tahun 20086

    Hak Pemohon Informasi PublikPASAL 4

    1. Setiap Orang berhak memperoleh Informasi Publik sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.

    2. Setiap Orang berhak:a. melihat dan mengetahui Informasi Publik;b. menghadiri pertemuan publik yang terbuka untuk umum untuk memperoleh

    Informasi Publik;

    c. mendapatkan salinan Informasi Publik melalui permohonan sesuai denganUndang-Undang ini; dan/atau

    d. menyebarluaskan Informasi Publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan.3. Setiap Pemohon Informasi Publik berhak mengajukan permintaan Informasi Publik

    disertai alasan permintaan tersebut.

    4. Setiap Pemohon Informasi Publik berhak mengajukan gugatan ke pengadilan apabiladalam memperoleh Informasi Publik mendapat hambatan atau kegagalan sesuai dengan

    ketentuan Undang-Undang ini

    Kewajiban Pengguna Informasi Publik

    PASAL 5

  • 8/1/2019 Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    19/25

    1. Pengguna Informasi Publik wajib menggunakan Informasi Publik sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

    2. Pengguna Informasi Publik wajib mencantumkan sumber dari mana ia memperolehInformasi Publik, baik yang digunakan untuk kepentingan sendiri maupun untuk

    keperluan publikasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Informasi yang Wajib Diumumkan secara Serta-merta

    PASAL 10

    1. Badan Publik wajib mengumumkan secara sertamerta suatu informasi yang dapatmengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum.

    2. Kewajiban menyebarluaskan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang

    mudah dipahami.

    Hak Untuk Bebas dan Mendapatkan Ketertiban2

    Pasal 3

    (1) Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang sama dan sederajat sertadikaruniai akal dan hati nurani untuk hidup berrnasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam semangat

    persaudaraan.

    (2) Setiap orang berhak atas pegakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta

    mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama di depan hukum.

    (3) Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia, tanpa

    diskriminasi.

    Pasal 20

    (1) Tidak seorangpun boleh diperbudak atau diperhamba.

  • 8/1/2019 Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    20/25

    (2) Perbudakan atau perhambaan, perdagangan budak, perdagangan wanita, dan segala

    perbuatan berupa apapun yang tujuannya serupa, dilarang.

    Pasal 21

    Setiap orang berhak atas keutuhan pribadi, baik rohani maupun jasmani, dan karena itu tidak

    boleh manjadi objek penelitian tanpa persetujuan darinya.

    Pasal 22

    (1) Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurutagamanya dan kepercayaannya itu.

    (2) Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-masing dan untuk

    beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

    Pasal 23

    (1) Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan politiknya.

    (2) Setiap orang bebas untuk mempunyai, mengeluarkan dan menyebarluaskan pendapat sesuai

    hati nuraninya, secara lisan dan atau tulisan melalui media cetak maupun elektronik dengan

    memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan

    negara.

    Pasal 24

    (1) Setiap orang berhak untuk berkumpul, berapat, dan berserikat untuk maksud-maksud damai.

  • 8/1/2019 Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    21/25

    (2) Setiap warga negara atau kelompok masyarakat berhak mendirikan partai politik, lembaga

    swadaya masyarakat atau organisasi lainnya untuk berperan serta dalam jalannya pemerintahan

    dan penyelenggaraan negara sejalan dengan tuntutan perlindungan, penegakan, dan pemajuan

    hakasasi manusia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 25

    Setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapat di muka umum, termasuk hak untuk mogok

    sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 26

    (1) Setiap orang berhak memiliki, memperoleh, mengganti, atau mempertahankan status

    kewarganegaraannya.

    (2) Setiap orang bebas memilih kewarganegaraannya dan tanpa diskriminasi berhak menikmati

    hak-hak yang bersumber dan melekat pada kewarganegaraannya serta wajib melaksanakan

    kewajibannya sebagai warga negara sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan.

    Pasal 27

    (1) Setiap warga negara Indonesia berhak untuk secara bebas bergerak, berpindah, dan

    bertempat tinggal dalam wilayah negara Republik Indonesia.

    (2) Setiap warga negara Indonesia berhak meninggalkan dan masuk kembali ke wilayah negara

    Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 28

    (1) Setiap orang berhak mencari suaka untuk memperoleh perlindungan politik dari

    negara lain.

  • 8/1/2019 Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    22/25

    (2) Hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi mereka yang melakukan

    kejahatan non politik atau perbuatan yang bertentangan dengan tujuan dan prinsip Perserikatan

    Bangsa-Bangsa.

    Pasal 29

    (1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan hak

    miliknya.

    (2) Setiap orang berhak atas pengakuan di depan hukum sebagai manusia pribadi di mana saja ia

    berada.

    Pasal 30

    Setiap orang berhak atas rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap ancaman ketakutan

    untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.

    Pasal 31

    (1) Tempat kediaman siapapun tidak boleh diganggu.

    (2) Menginjak atau memasuki suatu pekarangan tempat kediaman atau memasuki suatu rumah

    bertentangan dengan kehendak orang yang mendiaminya, hanya diperbolehkan dalam hal-hal

    yang telah ditetapkan oleh undang-undang.

    Pasal 32

    Kemerdekaan dan rahasia dalam hubungan surat-menyurat termasuk hubungan komunikasi

    melalui sarana elektronika tidak boleh diganggu, kecuali atas perintah hakim atau kakuasaan lain

    yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 33

    (1) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan yang kejam,

    tidak manusiawi, merendahkan derajat dan martabat kemanusiaannya.

    (2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penghilangan paksa dan penghilangan nyawa.

    Pasal 34

  • 8/1/2019 Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    23/25

    Setiap orang tidak boleh ditangkap, ditahan, disiksa, dikucilkan, diasingkan, atau dibuang secara

    sewenang-wenang.

    Pasal 35

    Setiap orang berhak hidup di dalam tatanan masyarakat dan kenegaraan yang damai, aman, dan

    tenteram, yang menghormati, melindungi dan melaksanakan sepenuhnya hak asasi manusia dan

    kewajiban dasar manusia sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.

    Pasal 36

    (1) Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain

    demi pengembangan dirinya, keluarga, bangsa, dan masyarakat dengan cara yang tidak

    melanggar hukum.

    (2) Tidak seorangpun boleh dirampas miliknya dengan sewenang-wenang dan secara melawan

    hukum.

    (3) Hak milik mempunyai fungsi sosial.

    Pasal 37

    (1) Pencabutan hak milik atas suatu benda demi kepentingan umum, hanya diperbolehkan

    dengan mengganti kerugian yang wajar dan segera serta pelaksanaannya sesuai

    dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (2) Apabila sesuatu benda berdasarkan ketentuan hukum demi kepentingan umum harus

    dimusnahkan atau tidak diberdayakan baik untuk selamanya maupun untuk sementara

    waktu maka hal itu dilakukan dengan mengganti kerugian sesuai dengan ketentuan

    peraturan perundang-undangan kecuali ditentukan lain.

    Pasal 38

    (1) Setiap warga negara, sesuai dengan bakat, kecakapan, dan kemampuan, berhak atas

    pekerjaan yang layak.

    (2) Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang disukainya dan berhak

    pula atas syarat-syarat ketenagakerjaan yang adil.

  • 8/1/2019 Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    24/25

    (3) Setiap orang, baik pria maupun wanita yang melakukan pekerjaan yang sama, sebanding,

    setara atau serupa, berhak atas upah serta syarat-syarat perjanjian kerja yang sama.

    (4) Setiap orang, baik pria maupun wanita, dalam melakukan pekerjaan yang sepadan dengan

    martabat kemanusiaannya berhak atas upah yang adil sesuai dengan prestasinya dan dapat

    menjarmin kelangsungan kehidupan keluarganya.

    Pasal 39

    Setiap orang berhak untuk mendirikan serikat pekerja dan tidak boleh dihambat untuk menjadi

    anggotanya demi melindungi dan memperjuangkan kepentingannya serta sesuai dengan

    ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 40

    Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak.

    Pasal 41

    (1) Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang dibutuhkan untuk hidup layak serta

    untuk perkembangan priadinya secara utuh.

    (2) Setiap penyandang cacat, orang yang berusia lanjut, wanita hamil, dan anak-anak, berhak

    memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus.

    Pasal 42

    Setiap warga negara yang berusia lanjut, cacat fisik dan atau cacat mental berhak memperoleh

    perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin

    kehidupan yang layak sesuai dengan martabat kemanusiaannya, meningkatkan rasa percaya diri,

    dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bennasyarakat, berbangsa, dan bemegara.

    http://www.biddokpol.dokkes.polri.go.id/

    Daftar Pustaka

    http://www.biddokpol.dokkes.polri.go.id/http://www.biddokpol.dokkes.polri.go.id/http://www.biddokpol.dokkes.polri.go.id/
  • 8/1/2019 Peran Dokter Dalam Penyiksaan Oleh Aparat Hukum

    25/25

    1. Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam,

    Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia. Diunduh dari

    http://www.humanrights.asia/countries/.../laws/CAT_BahasaIndonesia.pdf4 Januari 2012.

    2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999.3. Kedokteran Polisi. Diunduh ddari http://www.bidokpol.dokkes.polri.go.id/4. Protokol Istanbul. Diunduh dari www.irct.org.5. Hak dan Kewajiban Dokter. Diunduh darihttp://www.idionline.org. 6. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008.

    http://www.humanrights.asia/countries/.../laws/CAT_BahasaIndonesia.pdf%204%20Januari%202012.http://www.humanrights.asia/countries/.../laws/CAT_BahasaIndonesia.pdf%204%20Januari%202012.http://www.bidokpol.dokkes.polri.go.id/http://www.irct.org/http://www.idionline.org/http://www.idionline.org/http://www.idionline.org/http://www.irct.org/http://www.bidokpol.dokkes.polri.go.id/http://www.humanrights.asia/countries/.../laws/CAT_BahasaIndonesia.pdf%204%20Januari%202012.