Peran Bidan Tak Sekedar Kesehatan Reproduksi

3
Peran Bidan dalam Pelayanan Masa Kini Peran bidan dalam memberikan pelayanan kini tidak lagi terbatas pada penanganan kesehatan reproduksi ibu saja, tetapi ia harus mampu menggerakkan dan memberdayakan masyarakat pedesaan untuk terlibat di kesehatan komunitasnya. Masyarakat pedesaan harus diposisikan sebagai mitra dalam kegiatan pengawasan kebutuhan gizi, kesehatan lingkungan, penyakit menular dan penanganan akibat bencana. Bidan juga memberikan asuhan kepada klien sesuai dengan standar pelayanan yang ada. Pada masa kini pelayanan bidan tidak hanya difokuskan pada kesehatan reproduksi ibu dan penanganan bayi baru lahir baik normal ataupun tidak normal. Bidan juga bisa diposisikan sebagai dokter. Dalam hal ini khususnya berlaku untuk masyarakat pedesaan. Mereka cenderung akan pergi ke bidan bila keluarga atau diri mereka sendiri sakit. Dalam melaksanakan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi, konsultasi dan merujuk sesuai dengan kondisi pasien yang ditangani, kewenangan dan kemampunnya. Dalam keadaan darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang ditujukan untuk menyelamatkan jiwa. Namun, bidan dalam menjalankan praktek harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan dan pengalaman serta berdasarkan standar profesi. Di samping itu bidan diwajibkan merujuk kasus yang tidak dapat ditangani, memberikan indormasi serta melakukan rekam medis dengan benar.

Transcript of Peran Bidan Tak Sekedar Kesehatan Reproduksi

Page 1: Peran Bidan Tak Sekedar Kesehatan Reproduksi

Peran Bidan dalam Pelayanan Masa Kini

Peran bidan dalam memberikan pelayanan kini tidak lagi terbatas pada

penanganan kesehatan reproduksi ibu saja, tetapi ia harus mampu menggerakkan dan

memberdayakan masyarakat pedesaan untuk terlibat di kesehatan komunitasnya. Masyarakat

pedesaan harus diposisikan sebagai mitra dalam kegiatan pengawasan kebutuhan gizi,

kesehatan lingkungan, penyakit menular dan penanganan akibat bencana. Bidan juga

memberikan asuhan kepada klien sesuai dengan standar pelayanan yang ada.

Pada masa kini pelayanan bidan tidak hanya difokuskan pada kesehatan

reproduksi ibu dan penanganan bayi baru lahir baik normal ataupun tidak normal. Bidan juga

bisa diposisikan sebagai dokter. Dalam hal ini khususnya berlaku untuk masyarakat

pedesaan. Mereka cenderung akan pergi ke bidan bila keluarga atau diri mereka sendiri sakit.

Dalam melaksanakan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi, konsultasi dan merujuk sesuai

dengan kondisi pasien yang ditangani, kewenangan dan kemampunnya. Dalam keadaan

darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang ditujukan untuk

menyelamatkan jiwa. Namun, bidan dalam menjalankan praktek harus sesuai dengan

kewenangan, kemampuan, pendidikan dan pengalaman serta berdasarkan standar profesi. Di

samping itu bidan diwajibkan merujuk kasus yang tidak dapat ditangani, memberikan

indormasi serta melakukan rekam medis dengan benar.

Bidan akan menjadi salah satu komponen Desa Siaga untuk ditempatkan di

pos-pos kesehatan desa. Setiap bidan diharapkan akan memiliki dua orang kader untuk

mendampinginya di pos kesehatan desa. Tenaga bidan hendaknya dilengkapi dengan

pengetahuan kepemimpinan dan manajerial untuk menjalankan fungsi pemberdayaan melalui

kemitraan tersebut.

Bidan-bidan yang dilatih juga dibekali dengan materi-materi kesadaran gender

agar dapat memperhatikan kebutuhan ibu hamil. Saat ini ada 30.236 desa yang memiliki

bidan., ini berarti 43,22 persen dari total desa yang membutuhkan bidan. Di luar angka itu,

desanya kosong bidan. 50 persen kelahiran di Indonesia masih ditangani oleh bidan dan lima

persen oleh dokter. Tetapi, ada 32 persen kelahiran yang masih ditangani oleh dukun bayi.

Padahal, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh IBI dan IMPACT tentang Penempatan

Bidan di Desa 2006 disimpulkan bahwa persalinan yang didampingi oleh bidan atau tenaga

kesehatan berpengalaman akan berpengaruh pada rendahnya angka kematian ibu (AKI).

Page 2: Peran Bidan Tak Sekedar Kesehatan Reproduksi

Tetapi, penelitian tersebut juga menemukan bahwa bidan di lapangan berhadapan dengan

kondisi poliklinik desa yang sangat tidak layak, begitu pula dengan sarana rujukan dan

ketersediaan peralatan. Kehadiran tenaga terlatih dalam proses persalinan adalah solusi yang

paling efektif dalam upaya menurunkan AKI. Kehadiran dukun bersalin justru menjauhkan

ibu hamil dari sistem rujukan karena semakin banyak orang yang harus dikonsultasikan untuk

mengambil keputusan sampai akhirnya terlambat.

Perkembangan pelayanan kebidanan memerlukan kualitas bidan yang

memadai atau handal dan diperlukan monitoring/pemantauan pelayanan oleh karena itu

adanya konsil kebidanan sangat diperlukan serta adanya pendidikan bidan yang berorientasi

dan akademik serta memiliki kemampuan melakukan penelitian adalah suatu terobosan dan

syarat utama untuk percepatan peningkatan kualitas pelayanan kebidanan.