Definisi Bidan
-
Upload
fiqripradana -
Category
Documents
-
view
74 -
download
0
description
Transcript of Definisi Bidan
A. Definisi Bidan
Bidan adalah Seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di
negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk di
daftar/registrasi dan atau memiliki ijin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.
(ICM,2005). Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung jawab dan
akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan
nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas
tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan bayi yang
mencakup upaya preventif, promotif persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak
dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai serta melaksanakan tindakan kegawat
daruratan. Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak
hanya kepada perempuan tetapi juga kepada Keluarga dan Masyarakat. (Depkes RI, 2008)
2. Pengertian Bidan Indonesia
Bida Indonesia adalah Seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui
pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki
kompetensi dan kualifikasi untuk deregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi
untuk menjalankan praktik kebidanan. (Depkes RI, 2008)
3. Kebidanan ( Midwifery)
Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang
mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval
dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita, fungsi-
fungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan kepada perempuan, keluarga
dan komunitasnya. (Depkes RI,2008)
4. Pelayanan Kebidanan (Midwifery Service)
Pelayanan Kebidanan adalah bagian integral dari system pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh bidan yang telah teregistrasi, yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaburasi atau
rujukan.(Depkes RI, 2008)
5. Praktik Kebidanan
Praktik Kebidanan adalah Implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan yang bersifat otonom
kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya yang didasari oleh etika dan kode etik
bidan.(Depkes RI, 2008)
6. Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh
bidan sesuai dengan kewenangan dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanan. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi
tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai
kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu pada masa hamil, nifas, bayi setelah lahir
serta keluarga berencana.(Depkes RI, 2008).
7. Asuhan Kebidanan Keluarga
Asuhan Kebidanan Keluarga adalah serangkaian kegiatan yang merupakan implementasi dari
ilmu kebidanan yang diberikan melalui praktik kebidanan dengan sasaran keluarga dan
ditujukan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan pendekatan
asuhan kebidanan.
B. Peran Bidan DalamPelayanan Asuhan Kebidanan
Dalam memberikan asuhan kebidanan keluarga, terdapat beberapa peranan yang dapat
dilakukan oleh bidan, diantaranya adalah :
1.Health Monitor
Bidan dapat membantu keluarga untuk mengenal masalah kesehatan terutama yang terkait
dengan ilmu kebidanan dengan menganalisa data secara obyektif, serta berpera untuk
membuat keluarga sadar akan akibat masalah tersebut dalam perkembangan keluarga.
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Keluarga .(Ig Dodiet Aditya S, SKM)
2. Pemberi pelayanan pada anggota keluarga yang sakit dengan memberikan asuhan
kebidanan kepada anggota keluarga yang memerlukan.
3. Koordinator pelayanan kesehatan keluarga khususnya masalah kesehatan yang terkait
dengan praktik kebidanan. Dalam hal ini, Bidan berperan dalam mengkoordinir pelayanan
kesehatan keluarga khusunya terkait dengan praktik kebidanan, baik secara berkelompok
maupun individual.
4. Sebagai Fasilitator, yaitu mampu menjadikan pelayanan kesehatan khususnya dalam
lingkup kebidanan itu mudah dijangkau oleh keluarga serta mampu mencarikan cara
pemecahan masalahnya.
5. Pendidik kesehatan, yaitu untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku yang kurang/tidak
sehat menjadi perilaku sehat.
6. Sebagai penyuluh dan konsultan yang berperan dalam memberikan petunjuk tentang
asuhan kebidanan dasar dalam keluarga.Dalam melaksanakan perannya ini, seorang Bidan
tidak dapat bekerja sendiri, melainkan perlu berkolaburasi atau bekerja sama dengan profesi
lain dalam rangka mencapai asuhan kebidanan keluarga yang komprehensif, efektif dan
efisien. (Setiadi, 2008)
C. Tanggung Jawab Bidan Dalam Asuhan Kebidanan Keluarga
Bidan sebagai bagian utama dalam pelayanan Asuhan Kebidanan Keluarga mempunyai
tanggung jawab yang besar, diantaranya adalah :
1. Memberikan Asuhan/Pelayanan secara Langsung. Pelayanan secara langsung harus
diberikan secara intermiten khususnya yang terkait dengan praktik kebidanan sesuai dengan
tugas dan kewenangan Bidan. Namun demikian, pelayanan yang diberikan di rumah (dalam
konteks keluarga) hendaknya lebih melibatkan anggota keluarga tersebut dalam upaya
memberikan kesadaran bahwa semua anggota keluarga mempunyai tanggung jawab yang
sama terhadap kesehatan. Dengan demikian, pendidikan kesehatan menjadi intervensi utama
dalam pelayanan kesehatan/asuhan kebidanan pada keluarga.
2. Pendokumentasian Proses Asuhan Kebidanan.
Pendokumentasian terhadap proses pelayanan/asuhan kebidanan selama dalam keluarga
sangat penting terutama untuk melihat kemajuan status kesehatan keluarga khususnya dan
kemajuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan yang sedang dialami pada umumnya.
Dokumentasi yang jelas dan komprehensif dari pengkajian hingga evaluasi, disamping
mampu memberikan gambaran tentang perkembangan status kesehatan keluarga juga dapat
membantu keluarga sebagai klien untuk menentukan kerangka waktu dalam menyelesaikan
masalah secara realistic.
3. Koordinasi dengan Tim Pelayanan Kesehatan lain dan Manajemen Kasus.
Bidan mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinasikan atau berkolaburasi dengan
profesi kesehatan lain dalam memberikan pelayanan kepada keluarga, sehingga masalah
kesehatan yang dihadapi kleuarga tersebut dapat diatasi secara komprehensif. Sedangkan
tanggung jawab Bidan dalam Manajemen Kasus adalah kemampuan untuk mengkaji
masalah, menemukan masalah, menentukan prioritas masalah, mengidentifikasi cara
mengatasi masalah dengan penyusunan rencana dan mengimplementasikan rencana tersebut
Secara sistematis.
4. Menentukan Frekuensi dan Lamanya Asuhan/Pelayanan Kebidanan Frekuensi
asuhan/pelayanan kebidanan yang dimaksud adalah kekerapan kunjungan yang dilakukan
selama periode waktu tertentu dalam proses asuhan kebidanan yang diberikan. Sedangkan
lamanya Asuhan/Pelayanan Kebidanan adalah lamanya waktu asuhan/pelayanan kebidanan
yang dilakukan di rumah atau di dalam keluarga. Selama proses ini, keluarga senantiasa
dilibatkan dalam dari perencanaan sampai menentukan prioritas rencana tindakan yang akan
diimplementasikan. Bidan juga harus memperkirakan alokasi waktu dan frekuensi yang
kemungkinan berbeda ketika harus berkolaburasi dengan tenaga kesehatan/profesi lain.
D. Tujuan Asuhan Kebidanan Keluarga
Peningkatan status kesehatan keluarga tentunya akan merupakan tujuan akhir yang
diharapkan dapat dicapai dari pelayanan/asuhan kebidanan keluarga yang diberikan. Karena
dengan meningkatnya status kesehatan seluruh anggota keluarga pasti akan meningkatkan
pula produktivitas keluarga tersebut dan dengan meningkatnya produktivitas keluarga, maka
kesejahteraan keluarga juga akan semakin meningkat. Secara lebih rinci Tujuan Asuhan
Kebidanan Keluarga adalah sebagai berikut (Setiadi, 2008) :
1. TUJUAN UMUM
Untuk menigkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan keluarga dalam meningkatkan,
mencegah, dan memelihara kesehatan mereka sehingga status kesehatannya semakin
meningkat serta mampu melaksanakan tugas-tugas mereka secara produktif.
2. TUJUAN KHUSUS
Secara khusus, Asuhan Kebidanan Keluarga ditujukan untuk :
a). Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang
dihadapi khusunya yang berkaitan dengan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak (KIBBLA).
b). Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah kesehatan dasar
dalam keluarga.
c). Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat.
d). Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan pelayanan terhadap anggota
keluarga yang sakit.
e). Meningkatkan produktivitas keluarga dalam rangka meningkatkan mutu hidup keluarga.
E. Alasan Keluarga Sebagai Unit Pelayanan Kebidanan
Menurut Ruth B Freeman (1981), alas an Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan
kesehatan antara lain :
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat.
2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau
memperbaiki masalah - masalah kesehatan dalam kelompok.
3. Masalah - masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila salah satu
anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga yang lain.
4. Dalam memelihara kesehatan, anggota keluarga sebagai pengambil keputusan terhadap
pemeliharaan kesehatan para anggotanya.
5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan
masyarakat.
F. Prinsip-Prinsip Asuhan Kebidanan Keluarga
Terdapat beberapa prinsip penting yang harus diperhatikan oleh Bidan dalam memberikan
Asuhan Kebidanan/Pelayanan Kesehatan, diantaranya adalah :
1. Keluarga sebagai Unit atau Satu Kesatuan dalam pelayanan kesehatan. Dalam konteks ini,
keluarga dipandang sebagai klien atau sebagai focus utama pengkajian dalam
pelayanan/asuhan kebidanan. Keluarga dipandang sebagai system yang saling berinteraksi
dengan memperhatikan dinamika dan hubungan internal keluarga, struktur dan fungsi
keluarga dan saling ketergantungan keluarga dengan pelayanan kesehatan serta dengan
lingkungannya.
2. Dalam memberikan asuhan/pelayanan kebidanan keluarga, status sehat adalah menjadi
tujuan utamanya melalui peningkatan status kesehatan keluarga khususnya dengan program
Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak (KIBBLA) agar keluarga dapat meningkatkan
produktivitas dan kesejahteraannya.
3. Asuhan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai penngkatan kesehatan keluarga.
4.Dalam meberikan asuhan kebidanan keluarga, bidan harus mampu melibatkan peran aktif
dari semua anggota keluarga mulai dari mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah dan
kebutuhan keluarga dalam rangka mengatasi masalah kesehatan yang sedang dihadapinya.
5. Di upayakan lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat Promotif dan Preventif dengan
tanpa mengabaikan upaya Kuratif dan Rehabilitatif.
6. Dalam memberikan asuhan kebidanan hendaknya selalu memanfaatkan sumber daya
keluarga semaksimal mungkin.
7. Sasaran pelayanan asuhan Kebidanan Keluarga adalah keluarga secara keseluruhan.
8. Pendekatan yang digunakan dalam pelayanan asuhan kebidanan keluarga adalah
Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving Approach) dengan menggunakan Proses
AsuhanKebidanan Keluarga.
9. Kegiatan esensial dalam memberikan asuhan kebidanan keluarga adalah
penyluhan/pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan dasar/ home care.
10. Pemberian Pelayanan/Asuhan diutamakan kepada keluarga yang mempunyai resiko tinggi
terhadap masalah kesehatan terutama masalah kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak
(KIBBLA).
Hal ini disebabkan, keluarga yang beresiko tinggi berkaitan erat dengan berbagai masalah
kesehatan yang mereka hadapi, baik masalah kesehatan secara umum maupun masalah
kesehatan yang khususnya terkait dengan ksehatan ibu, bayi baru lahir dan anak (KIBBLA)
yang kemungkinan dapat disebabkan oleh karena ketidak mampuan dan ketidak tahuan
dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi. Oleh karena itulah, maka
dalam memberikan pelayanan/asuhan kebidanan keluarga lebih diutamakan atau
diprioritaskan pada keluarga yang mempunyai resiko tinggi terhadap suatu masalah kesehata.
G. Langkah - langkah yang harus dilakukan oleh Bidan dalam memberikan Asuhan
Kebidanan Keluarga antara lain :
1. Membina hubungan yang baik dengan seluruh anggota keluarga, dengan cara :
a) Mengadakan kontak dengan keluarga. Hal ini bisa dilakukan dengan cara kontak sosial
yang memandang keluarga sebagai system, dimana mereka hidup di masyarakat yang
mempunyai struktur organisasi kemasyarakatan tersendiri. Sehingga sebelum melakukan
kontak dengan keluarga, sebaiknya menyampaikan dan menjelaskan maksud dan tujuan
terlebih dahulu kepada struktur kemasyarakatan yang ada.
b). Menyampaikan maksud dan tujuan serta minat untuk membantu keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan mereka.
1. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur, dengan masalah sebagai
berikut:
- Tingkat social ekonomi rendah
- Keluarga kurang/tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri
- Keluarga dengan npenyakit keturunan
2. Keluarga dengan ibu resiko tinggi kebidanan, yaitu :
- Ibu hamil dengan usia terlalu muda atau terlalu tua (<16 th ; >35 th)
- Ibu hamil dengan anemi/kekurangan gizi
- Primipara atau multipara
- Riwayat persalinan dengan komplikasi
3. Keluarga dengan anak :
- Lahir premature
- Berat badan rendah atau sukar naik.
- Lahir dengan cacat konginetal
- Ibu menderita penyakit menular, dsb (Setiadi, 2008).
c) Menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan kesehatan yang dirasakan
oleh keluarga.
d). Membina komunikasi dua arah yang harmonis dengan keluarga.
2. Melaksanakan pengkajian untuk menentukan adanya masalah kesehatan keluarga.
3. Menganalisa data untuk menentukan masalah kesehatan keluarga, dengan melakukan
pengelompokan data.
4. Merumuskan masalah dan mengelompokkan masalah dengan mengacu kepada tipologi dan
sifat masalah kesehatan keluarga dengan kriteria.
5. Menentukan sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan keluarga untuk melaksanakan
tugas -tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
6. Menentukan Skala Priotitas Masalah kesehatan keluarga dengan mempertimbangkan :
7. Menyusun Rencana Asuhan Kebidanan Keluarga sesuai dengan urutan prioritas masalah
yang telah disusun dengan langkah-langkah.
8. Melaksanakan/mengimplementasikan asuhan kebidanan keluarga sesuai dengan rencana
yang telah disusun.
9. Melaksanakan Evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
10. Meninjau kembali masalah kesehatan keluarga yang belum teratasi dan merumuskan
kembali Rencana Asuhan Kebidanan yang baru.
H. Implementasi Dari Pelayanan Kesehatan Yang Di Pusatkan Keluarga
Terdapat beberapa Implikasi dalam pemberian pelayanan kesehatan (Asuhan Kebidanan)
yang dipusatkan atau berorientasi kepada keluarga, diantaranya adalah :
1.Pelayanan kesehatan dan asuhan kebidanan diarahkan untuk membantu seluruh anggota
keluarga dalam meningkatkan cara -cara hidup sehat sehingga dapat meningkatkan
produktivitas dan derajat kesehatan keluarga.
2. Cakupan pelayanan kesehatan dan asuhan kebidanan menjadi lebih luas karena banyak
anggota keluarga yang bisa dicakup dan sumber - sumber keluarga yang ada dapat diarahkan
untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
3. Pelayanan kesehatan dan asuhan kebidanan dipusatkan kepada keluarga sebagai satu
kesatuan yang utuh.
4. Pelayanan kesehatan dan asuhan kebidanan lebih ditekankan pada waktu -waktu rawan
dalam kehidupan keluarga, terutama pada keluarga - keluarga dengan risiko tinggi.
5. Diperlukan pelayanan kesehatan dan asuhan kebidanan secara kontinyu dan sistematis agar
dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan terutama pada keluarga - keluarga
yang rawan terhadap masalah kesehatan/kebidanan.
6. Perlu pengembangan dan peningkatan sumber -
sumber yang ada dalam masyarakat untuk menunjang keberhasilan pelayanan kesehatan dan
asuhan kebidanan keluarga yang diberikan.
7. Perlu mepersiapkan tenaga kesehatan keluarga/Bidan Keluarga yang mempunyai
kemampuan memberikan pelayanan kesehatan keluarga.
sumber Referensi :
1. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga, oleh : Setiadi, Cetakan pertama Tahun 2008 ;
Penerbit Graha Ilmu,Yogyakarta.
2. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, oleh : Nasrul Effendi, Edisi kedua,
Tahun 1998 ; Penerbit EGC, Jakarta
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi
Bidan.
4. http://www.depkes.go.id
B. Konsep dan Batasan Kesehatan Lingkungan
1. Pengertian kesehatan
a) Menurut WHO
“Keadaan yg meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yg tidak hanya berarti suatu
keadaan yg bebas dari penyakit dan kecacatan.”
b) Menurut UU No 23 / 1992 tentang kesehatan
“Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.”
2. Pengertian lingkungan Menurut Encyclopaedia of science & technology (1960)
“ Sejumlah kondisi di luar dan mempengaruhi kehidupan dan perkembangan organisme.”
Menurut Encyclopaedia Americana (1974) “ Pengaruh yang ada di atas/sekeliling
organisme.”
Menurut A.L. Slamet Riyadi (1976)
“ Tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organismenya hidup beserta segala
keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak dpt diduga ikut mempengaruhi
tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu.”
3. Pengertian kesehatan lingkungan
Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)
“ Suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis
antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia
yang sehat dan bahagia.”
Menurut WHO (World Health Organization)
“Suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat
menjamin keadaan sehat dari manusia.”
Menurut kalimat yang merupakan gabungan (sintesa dari Azrul Azwar, Slamet Riyadi, WHO
dan Sumengen)
“ Upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju
keseimbangan ekologi pd tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat.”
B. Ruang lingkup kesehatan lingkungan
Menurut WHO ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan :
1) Penyediaan Air Minum
2) Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3) Pembuangan Sampah Padat
4) Pengendalian Vektor
5) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6) Higiene makanan, termasuk higiene susu
7) Pengendalian pencemaran udara
8) Pengendalian radiasi
9) Kesehatan kerja
10) Pengendalian kebisingan
11) Perumahan dan pemukiman
12) Aspek kesling dan transportasi udara
13) Perencanaan daerah dan perkotaan
14) Pencegahan kecelakaan
15) Rekreasi umum dan pariwisata
16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana
alam dan perpindahan penduduk.
17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
Menurut Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8 :
1) Penyehatan Air dan Udara
2) Pengamanan Limbah padat/sampah
3) Pengamanan Limbah cair
4) Pengamanan limbah gas
5) Pengamanan radiasi
6) Pengamanan kebisingan
7) Pengamanan vektor penyakit
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya : Misal Pasca bencana.
C. Sasaran kesehatan lingkungan (Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992
1) Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis
2) Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
3) Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis.
4) Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum.
5) Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada dlm
keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang
bersifat khusus.
D. Sejarah perkembangan kesehatan lingkungan
1) Sebelum Orba. Th 1882 : UU ttg hygiene dlm Bahasa Belanda. Th 1924 Atas Prakarsa
Rochefeller foundation didirikan Rival Hygiene Work di Banyuwangi dan Kebumen.
Tahun 1956 : Integrasi usaha pengobatan dan usaha kesehatan lingkungan di Bekasi hingga
didirikan Bekasi Training Centre. Prof. Muchtar mempelopori tindakan kesehatan lingkungan
di Pasar Minggu.
· Th 1959 : Dicanangkan program pemberantasan Malaria sebagai program kesehatan
lingkungan di tanah air (12 Nopember = Hari Kesehatan Nasional)
2) Setelah Orba
· Th 1968 : Program kesehatan lingkungan masuk dalam upaya pelayanan Puskesmas
· Th 1974 : Inpres Samijaga (Sarana Air Minum dan Jamban Keluarga)
· Adanya Program Perumnas, Proyek Husni Thamrin, Kampanye Keselamatan dan kesehatan
kerja, dll.
E. Konsep hubungan interaksi antara Host – Agent Environmental
1. Tiga komponen/faktor yang berperan dalam menimbulkan penyakit Model Ecology
(JHON GORDON).
Agent (Agen/penyebab) : adalah penyebab penyakit pada manusia
Host (tuan Rumah/Induk semang/penjamu/pejamu) adalah manusia yang ditumpangi
penyakit.
Lingkungan/environmental : Segala sesuatu yang berada di luar kehidupan organisme
Cth : Lingkungan Fisik, Kimia, Biologi.
2. Karakteristik 3 komponen/ faktor yang berperan dalam menimbulkan penyakit
1) Karakteristik Lingkungan
Fisik : Air, Udara, Tanah, Iklim, Geografis, Perumahan, Pangan, Panas, radiasi.
Sosial : Status sosial, agama, adat istiadat, organisasi sosial politik, dll.
Biologis : Mikroorganisme, serangga, binatang, tumbuh-tumbuhan.
2) Karakteristik Agent/penyebab penyakit.
Agent penyakit dapat berupa agent hidup atau agent tidak hidup. Agent penyakit dapat
dikualifikasikan menjadi 5 kelompok, yaitu :
a. Agent biologis
b. Agent nutrien : protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air.
c. Agent fisik : suhu, kelembaban, kebisingan, radiasi, tekanan, panas.
d. Agent chemis/kimia : eksogen contoh ; alergen,gas, debu,endogen contoh ; metabolit,
hormon.
e. Agent mekanis : gesekan, pukulan, tumbukan, yang dapat menimbulkan kerusakan
jaringan.
3) Karakteristik Host/pejamu
Faktor manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit dan tergantung dari
karakteristik yang dimiliki oleh masing – masing individu, yakni :
a. Umur : penyakit arterosklerosis pada usia lanjut, penyakit kanker pada usia pertengahan
b. Seks : resiko kehamilan pada wanita, kanker prostat pada laki-laki
c. Ras : sickle cell anemia pada ras negro
d. Genetik : buta warna, hemofilia, diabetes, thalassemia
e. Pekerjaan : asbestosis, bysinosis.
f. Nutrisi : gizi kurang menyebabkan TBC, obesitas, diabetes
g. Status kekebalan : kekebalan terhadap penyakit virus yang tahan lama dan seumur hidup.
h. Adat istiadat : kebiasaan makan ikan mentah menyebabkan cacing hati.
i. Gaya hidup : merokok, minum alkohol
j. Psikis : stress menyebabkan hypertensi, ulkus peptikum, insomnia.
F. Masalah-masalah Kesehatan Lingkungan di Indonesia
1. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi
syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
b. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan (maks
500 mg/l)
c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)
2. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut :
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau
sumur.
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar diperlukan,
harus dibatasi seminimal mungkin.
f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
3. Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang
cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar
anggota keluarga dan penghuni rumah
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah dengan
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan
tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya
makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang
cukup.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan
luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak
mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh
tergelincir.
4. Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan faktor-faktor/unsur :
a. Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah jumlah
penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial ekonomi, letak
geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi.
b. Penyimpanan sampah.
c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali.
d. Pengangkutan
e. Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui hubungan dan
urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan masalah-masalah ini
secara efisien.
5. Serangga dan Binatang Pengganggu
Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian disebut
sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp
untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk
Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari penyakit
tersebut diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff
(rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk
Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air
untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan
pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat
menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan
bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan
Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.
6. Makanan dan Minuman
Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa
boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau
disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa
boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan meliputi :
a. Persyaratan lokasi dan bangunan;
b. Persyaratan fasilitas sanitasi;
c. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan;
d. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi;
e. Persyaratan pengolahan makanan;
f. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi;
g. Persyaratan peralatan yang digunakan.
7. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara.
Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan out door air pollution.
Indoor air pollution merupakan problem perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis
kereta api, dll. Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya,
mengingat manusia cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di jalanan. Diduga
akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya merupakan salah satu
faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita. Mengenai masalah out
door pollution atau pencemaran udara di luar rumah, berbagai analisis data menunjukkan
bahwa ada kecenderungan peningkatan. Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan
resiko dampak pencemaran pada beberapa kelompok resiko tinggi penduduk kota dibanding
pedesaan. Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5 kali lebih besar. Keadaan ini, bagi jenis
pencemar yang akumulatif, tentu akan lebih buruk di masa mendatang. Pembakaran hutan
untuk dibuat lahan pertanian atau sekedar diambil kayunya ternyata membawa dampak
serius, misalnya infeksi saluran pernafasan akut, iritasi pada mata, terganggunya jadual
penerbangan, terganggunya ekologi hutan.
G. Penyebab masalah kesehatan lingkungan di Indonesia
1. Pertambahan dan kepadatan penduduk.
2. Keanekaragaman sosial budaya dan adat istiadat dari sebagian besar penduduk.
3. Belum memadainya pelaksanaan fungsi manajemen.
H. Hubungan dan pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan masyarakat di perkotaan
dan pemukiman. Contoh hubungan dan pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan
masyarakat di perkotaan dan pemukiman diantaranya sebagai berikut :
1. Urbanisasi >>>kepadatan kota >>> keterbatasan lahan >>>daerah slum/kumuh>>>sanitasi
kesehatan lingkungan buruk
2. Kegiatan di kota (industrialisasi) >>> menghasilkan limbah cair >>>dibuang tanpa
pengolahan (ke sungai) >>>sungai dimanfaatkan untuk mandi, cuci, kakus>>>penyakit
menular.
3. Kegiatan di kota (lalu lintas alat transportasi)>>>emisi gas buang (asap) >>>mencemari
udara kota>>>udara tidak layak dihirup>>>penyakit ISPA.
I. Healthy City (Kabupaten/kota sehat)
Dalam tatanan desentralisasi/otonomi daerah di bidang kesehatan, pencapaian Visi Indonesia
Sehat 2010 ditentukan oleh pencapaian Visi Pembangunan Kesehatan setiap provinsi (yaitu
Provinsi sehat). Khusus untuk Kabupaten/Kota, penetapan indikator hendaknya mengacu
kepada indikator yang tercantum dalam Standard Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Kesehatan. SPM ini dimasukkan sebagai bagian dari Indikator Kabupaten/Kota Sehat.
Kemudian ditambah ha-hal spesifik yang hanya dijumpai/dilaksanakan di Kabupaten/Kota
yang bersangkutan. Misalnya Kota/Kabupaten yang area pertaniannya luas dicantumkan
indikator pemakaian pestisida.
Di dalam SPM Kab/kota di Propinsi Jawa Tengah (Keputusan Gubernur Jawa Tengah ) pada
point (huruf) “U” tentang Penyuluhan Perilaku Sehat disebutkan terdapat item Rumah
Tangga Sehat (item 1), dimana disebutkan bahwa Rumah Tangga sehat adalah Proporsi
Rumah Tangga yang memenuhi minimal 11 (sebelas) dari 16 indikator Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) tatanan Rumah Tangga. Lima diantara 16 indikator merupakan Perilaku
yang berhubungan dengan Kesehatan Lingkungan, yaitu :
1. Menggunakan Air Bersih untuk kebutuhan sehari-hari
2. Menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan
3. Membuang sampah pada tempat yang disediakan
4. Membuang air limbah pada saluran yang memenuhi syarat
5. Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar.
Terdapat juga Penilaian Rumah Sehat (rumah secara fisik : pencahayaan, kelembaban,
ventilasi, dll).
Selain Rumah Tangga sehat terdapat pula point “R” yakni Pelayanan Kesehatan Lingkungan
dimana item pertama (Institusi yang dibina) meliputi RS, Puskesmas, Sekolah, Instalasi
Pengolahan Air Minum, Perkantoran, Industri Rumah Tangga dan Industri Kecil serta tempat
penampungan pengungsi. Institusi yang dibina tersebut adalah unit kerja yang dalam
memberikan pelayanan/jasa potensial menimbulkan resiko/dampak kesehatan.
Secara garis besar dapat diterangkan dengan diagram berikut :
Indonesia Sehat 2010 Indikator Indonesia Sehat (Kep. MenKes No
1202/MENKES/SK/VIII/2003). Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kab/Kota
(KepMen 1457/Menkes/SK/X/2003).
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kab/Kota di Provinsi Jawa Tengah (Kep.Gub.
Jateng No 71 tahun 2004) Point “U” dan “R” yaitu :
Institusi yang dibina
Rumah Tangga Sehat
Rumah Sehat
Kumpulan Rumah Sehat, Rumah Tangga Sehat dan Institusi-institusi yang dibina akan
mewujudkan Kabupaten/Kota sehat (Healthy City)
Kepustakaan :
Achmadi, Umar Fahmi, 1991. Transformasi Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja di
Indonesia, Jakarta : UI Press.
Azwar, 1983. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Mutiara. Jakarta
Depkes RI, 1982. Sistem Kesehatan Nasional. Depkes RI.Jakarta
Ehler, Victor M. 1965., Municifal and Rural Sanitation. Mc. Graw Hill, Publishing Company
Ltd, New Delhi.
Harsanto, et al.2002. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat. Jakarta : Depkes RI.
Keputusan Gubernur Jawa Tengah No 71 tahun 2004 tentang Standard Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan Kab/Kota di Provinsi Jawa Tengah
Keputusan Menteri Kesehatan No 1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Indikator Indonesia
Sehat 2010 dan Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat
Keputusan Menteri Kesehatan No 1457/Menkes/SK/X/2003 Standard Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kab/Kota
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003
tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran
Leavel and Clark. 1965. Preventive Medicine for the Doctor in His Community, 3th Edition,
McGraw-Hill Inc, New York.
Notoatmodjo, Soekidjo.2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat ; Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta :
Rineka Cipta.
C. PENGERTIAN
A. Kadarzi adalah keluarga yang seluruh anggota keluarganya melakukan gizi seimbang,
Pengertian Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalalah suatu
keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya.
Suatu keluarga disebut Kadarzi apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan
minimal dengan menimbang berat badan secara teratur, memberikan air susu ibu (ASI) saja
kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI eksklusif), makan beraneka ragam,
menggunakan garam beryodium, minum suplemen gizi (kapsulvitamin A dosis tinggi)
(Depkes RI, 2007). Dalam hal ini, keluarga merupakan tatanan masyarakat terkecil dan
paling inti dengan beranggotakan bapak, ibu, dan anak-anak. Di sinilah tata cara nilai, norma,
kepedulian dan kasih sayang terbina sejak dini. Dalam keluarga, sumber daya dimiliki dan
dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan termasuk kebutuhan fisik yang paling
dasar yaitu makan dan minum. Ditingkat keluarga juga dilakukan pengambilan keputusan
tentang makanan, gizi dan kesehatan dilaksanakan. Masalah yang terjadi ditingkat keluarga
seperti gizi kurang, gizi buruk, anemia dan sebagainya, sangat erat kaitannya dengan perilaku
keluarga yang bersangkutan selain akar masalah adalah kemiskinan. Pemahaman Kadarzi
oleh semua yang bertujuan mewujudkan keluarga sehat, cerdas dan mandiri sangat diperlukan
untuk menjadikan bangsa sehat dan negara kuat (Syahartini, 2006). Diharapkan bahwa dalam
satu keluarga sadar gizi sedikitnya ada seorang anggota keluarga yang dengan sadar bersedia
melakukan perubahan kearah keluarga yang berperilaku gizi baik dan benar. Bisa seorang
ayah, ibu, anak, atau siapa pun yang terhimpun dalam keluarga itu (Depkes RI,
1998).
B. Pembinaan Keluarga Sadar Gizi
Pembinaan keluarga sadar gizi adalah melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan keluarga, agar terwujud keluarga yang sadar gizi.
Upaya meningkatkan kemampuan keluarga itu dilakukan dengan penyuluhan,
demo, diskusi dan pelatihan (Depkes RI, 1998).
C. Tujuan Pembinaan Keluarga Sadar Gizi
Tujuan Pembinaan Keluarga Sadar gizi (KADARZI) adalah
a. Menimbang balita ke posyandu secara berkala.
b. Mampu mengenali tanda-tanda sederhana keadaan kelainan gizi (gizi
kurang dan gizi lebih).
c. Mampu menerapkan susunan hidangan yang baik dan benar, sesuai dengan
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).
d. Mampu mencegah dan mengatasi kejadian atau mencari rujukan, manakala
terjadi kelainan gizi di dalam keluarga.
e. Menghasilkan makanan melalui pekarangan.
D. Sasaran Pembinaan Keluarga Sadar Gizi
Sasaran pembinaan Kadarzi adalah semua keluarga di wilayah kerja
puskesmas. Namun perhatian utama pembinaan ditujukan kepada keluarga yang
memiliki kelainan gizi, keluarga pra-sejahtera dan keluarga sejahtera tahap I.
Dengan adanya pembinaan kadarzi maka diharapkan agar :
a. Dalam setiap keluarga, setidak-tidaknya terdapat seorang anggota keluarga
yang menjadi kader kadarzi.
b. Semua keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi (KADARZI).
c. Tidak ada lagi masalah gizi utama dikalangan keluarga (Depkes RI, 1998).
E. Kegiatan Dalam Pelaksanaan Program Kadarzi.
a. Pemetaan Kadarzi
Pemetaan kadarzi dilakukan untuk menganalisis situasi kadarzi di suatu
wilayah kerja puskesmas yang dilakukan pertama kali oleh Tenaga Pelaksana
Gizi
(TPG) kemudian untuk berikutnya dilakukan oleh ketua kelompok posyandu.
Pemetaan dilakukan setiap 6 bulan sekali yaitu setiap bulan Februari dan
Agustus.
Tujuan pemetaan kadarzi yaitu :
1. Mendapatakan informasi situasi kadarzi dalam satu wilayah atau
dasawisma berdasarkan indikator yang ditentukan.
2. Mendapatkan gambaran masalah gizi dan perilaku gizi yang baik dan benar
yang belum dapat dilaksanakan oleh keluarga.
3. Sebagai bahan acuan pemantauan dan evaluasi situasi kadarzi dari
waktukewaktu.
Sasaran Pemetaan Kadarzi
Sasaran pemetaan kadarzi adalah semua keluarga yang ada di wilayah kerja
puskesmas.
b. Konseling Kadarzi
Konseling kadarzi adalah dialog atau konsultasi antara kader dasawisma,
tenaga penggerak masyarakat (TPM) untuk membantu memecahkan masalah
prilaku gizi yang belum dapat dilakukan oleh keluarga.
Tujuan konseling kadarzi adalah untuk memantapkan kemauan dan
kemampuan keluarga dalam melaksanakan perilaku gizi yang baik dan benar
dengan memanfaatkan yang dimiliki keluarga atau yang ada di lingkungannya.
Pelaksanaan konseling kadarzi, untuk pertama kali konseling dilakukan
oleh tenaga pelaksana gizi (TPG) puskesmas bersama tenaga penggerak
masyarakat dan kader dasawisma. Untuk selanjutnya konseling kadarzi
dilakukan
oleh kader dasawisma dan TPM.
Sasaran konseling kadarzi
Konseling dilakukan pada keluarga yang belum menerapkan indikator
sadar gizi. Konseling ditujukan kepada anggota keluarga yang sudah dewasa
E. Strategi untuk mencapai sasaran keluarga sadar gizi (Kadarzi).
Strategi untuk mencapai sasaran kadarzi adalah :
1. Meningkatkan fungsi dan peranan posyandu sebagai wahana
masyarakat dalam memantau dan mencegah secara dini gangguan
pertumbuhan balita.
2. Menyelenggarakan pendidikan/promosi gizi secara sistematis melalui
advokasi, sosialisasi, dan pendampingan keluarga.
3. Menggalang kerja sama dengan lintas sektor dan kemitraan dengan
swasta dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) serta pihak lainnya
dalam mobilisasi sumber daya untuk penyediaan pangan.
4. Mengupayakan terpenuhinya kebutuhan suplemen gizi terutama zat gizi
mikro dan MP-ASI bagi balita dalam keluarga di bawah garis miskin.
5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas puskesmas dan
jaringannya dalam pengelolaan dan tatalaksana pelayanan gizi.
6. Mengupayakan dukungan sarana dan prasarana pelayanan untuk
meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan gizi di puskesmas dan
jaringannya (Depkes RI, 2007).
F. Indikator Keluarga Sadar Gizi
Indikator keluarga sadar gizi digunakan untuk mengukur tingkat sadar gizi
keluarga. Menurut Depkes (2007), ada 5 indikator kadarzi yang meliputi :
penimbangan berat badan secara teratur, memberikan ASI saja kepada bayi sejak
lahir sampai umur 6 bulan (ASI Eksklusif), makan beraneka ragam, menggunakan garam
beryodium, memberikan suplemen gizi (kapsul vitamin A pada balita) sesuai anjuran.
a. Memantau pertumbuhan balita dengan menimbang Berat Badan
balitanya secara teratur. Menurut Soekirman (2000) status gizi balita erat hubungannya
dengan pertumbuhan anak, oleh karena itu perlu suatu ukuran/ alat untuk mengetahui
adanya kekurangan gizi dini, monitoring penyembuhan kurang gizi dan efektivitas suatu
program pencegahan. Sejak tahun 1980-an pemantauan berat badan anak balita telah
dilakukan dihampir semua desa di Indonesia melalui posyandu. Dengan meningkatkan mutu
penimbangan dan pencatatannya, maka melalui posyandu dimungkinkan untuk memantau
status gizi setiap anak balita di wilayahnya. Pemantauan pertumbuhan balita yang dilakukan
dengan menimbang selain di posyandu bisa juga dilakukan di rumah atau tempat lain setiap
bulan dengan menggunakan alat penimbang badan. Dapat dipantau dengan melihat catatan
penimbangan balita pada KMS selama 6 bulan terakhir yaitu bila bayi berusia > 6 bulan
ditimbang 4 kali atau lebih berturut-turut dinilai baik dan jika kurang dari 4 kali dianggap
belum baik. Bila bayi 4-5 bulan ditimbang 3 kali atau lebih dinilai baik dan jika kurang dari 3
kali dinilai belum baik. Bila bayi berusia 2-3 bulan ditimbang 2 kali atau lebih berturut-turut
dinilai baik dan jika kurang dinilai belum baik, dan pada bayi yang masih berumur 0-1 bulan,
baik jika pernah ditimbang dan belum baik jika tidak pernah ditimbang (Depkes RI, 2007).
Ada beberapa hal yang mempengaruhi kesinambungan seorang ibu membawa balitanya ke
posyandu untuk ditimbang yaitu : tingkat pengetahuan responden terhadap penimbangan,
sikap responden terhadap penimbangan, manfaat yang dirasakan dalam penimbangan balita,
kepuasan pelayanan penimbangan balita, jadwal pelayanan, tempat pelayanan, tingkat
partisipasi tokoh masyarakat (Lius, 1994).
b. Memberikan ASI Eksklusif
ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik bagi bayi. Pemberian ASI
Eksklusif adalah menyusui bayi secara murni. Bayi hanya diberi ASI saja tanpa
cairan lain seperti susu, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim
(Danuatmojo, 2004).
ASI sangat baik diberikan kepada bayi segera setelah dia lahir karena ASI merupakan gizi
terbaik bagi bayi dengan komposisi zat-zat gizi didalamnya secara optimal mampu menjamin
pertumbuhan tubuh bayi. Kualitas zat gizi ASI juga terbaik karena mudah diserap dicerna
oleh usus bayi. Pemberian makanan padat/tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu
pemberian ASI Eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Tidak ditemukan
bukti yang menyokong bahwa pemberian makanan tambahan sebelum 4 atau 6 bulan lebih
menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak negatif terhadap
kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk pertumbuhan dan perkembangan (Roesli,
2008). ASI yang juga merupakan makanan yang sempurna, seimbang, bersih sehat. Dapat
diberikan setiap saat dan mengandung zat kekebalan serta dapat menjalin hubungan kasih
sayang antara ibu dan bayi (Syahartini, 2006). Namun masih banyak ibu yang tidak
memberikan bayinya ASI Eksklusif dengan faktor penyebab antara lain :
- Produksi ASI yang kurang atau tidak keluar sama sekali,
- Umur; dimana ibu yang berusia muda kurang mengetahui manfaat pemberian ASI
Eksklusif,
- Penghasilan keluarga; keluarga dengan penghasilan besar menginginkan anak
yang sehat sehingga mereka membeli dan memberikan susu atau makanan lain kepada
bayinya tanpa mereka sadari bahwa ASI dapat mencukupi sampai berumur 6 bulan,
- Status kesehatan ibu; pikiran kacau dan emosi saat menyusui mengakibatkan bayi cengeng,
- Kurang persiapan ibu saat menghadapi masa laktasi sehingga ASI tidak keluar pada masa 1-
3 hari setelah melahirkan, sehingga pemberian ASI tidak lancar dan ibu memilih memberi
bayinya susu formula dengan sendirinya ASI Eksklusif terabaikan (Fatimah, 2007).
c. Makan beranekaragam makanan
Makanan beragam artinya makanan yang bervariasi (tidak monoton). Variasi berarti susunan
hidangan itu berubah dari hari-kehari. Jenis makanan atau masakan yang tersusun menjadi
hidangan juga harus menunjukkan kombinasi, artinya dalam satu kali hidangan, misalnya
makan siang, susunan tersebut terdiri dari masakan yang berlain-lainan. Untuk mencapai
kondisi demikian maka bahan makanan yang dipergunakan dan juga jenis masakannya atau
cara memasaknya harus selalu beraneka ragam (Sediaoetama, 2006). Menurut Depkes RI
(2007), makan beraneka ragam makanan adalah keluarga mengonsumsi makanan pokok, lauk
pauk, sayuran dan buah setiap hari. Susunan makanan menurut Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS) Departemen Kesehatan RI yaitu:
1. Beragam, apabila dalam setiap kali makan hidangan terdiri dari makanan pokok + lauk
pauk, sayur, buah atau makanan pokok + lauk pauk +sayur
2. Tidak Beragam, apabila dalam setiap kali makan hanya terdiri dari 2 atau 1 jenis pangan.
d. Menggunakan garam berjodium dalam makanannya
Garam beryodium baik adalah garam yang mempunyai kandungan yodium dengan kadar
yang cukup (>30 ppm kalium yodat ). Garam beryodium sangat perlu dikonsumsi oleh
keluarga karena zat yodium diperlukan tubuh setiap hari. Gangguan akibat kekurangan
yodium (GAKY) menimbulkan penurunan kecerdasan pada anak-anak, gangguan
pertumbuhan dan pembesaran kelenjar gondok (Depkes RI, 2005). Namun demikian garam
juga tidak dianjurkan dikonsumsi secara berlebihan karena garam mengandung natrium, yang
mana kelebihan natrium dapat memicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan
darah tinggi merupakan pencetus terjadinya stroke yaitu pecahnya pembulu darah di otak.
Stroke merupakan penyebab kematian pada orang dewasa di atas 40 tahun. Sedangkan
penyakit tekanan darah tinggi membawa resiko timbul penyakit jantung pada orang dewasa.
Karena itu konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram atau satu sendok setiap
harinya ( Depkes RI, 1996). Untuk mengetahui garam yang digunakan oleh keluarga
mengandung yodium atau tidak secara umum dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melihat
ada tidaknya label garam beryodium atau melakukan test yodina. Disebut baik jika berlabel
dan bila ditest dengan yodina berwaran ungu, tidak baik jika tidak berlabel dan bila ditest
dengan yodina warna tidak berubah (Depkes RI, 2007).
e. Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Balita
Telah lama dikenal persenyawaan dengan aktifitas vitamin A, misalnya vitamin A1 yang
terdapat dalam jaringan mamalia dan ikan laut, vitamin A2 pada ikan tawar. Vitamin A larut
dalam lemak, stabil terhadap suhu yang tinggi dan tidak dapat diekstraksi oleh air yang
dipakai untuk merebus makanan. Akan tetapi vitamin A dapat dihancurkan oleh pengaruh
oksidasi, cara memasak bahan makanan secara biasa tidak mempengaruhi keadaan vitamin A.
Kekurangan vitamin A menyebabkan Xerofthalmia, kekurangan tersebut tersebar luas dan
merupakan penyakit gangguan gizi pada manusia yang sangat penting. Di Indonesia penyakit
tersebut merupakan salah satu diantara 4 masalah gizi utama, prevalensi tertinggi terdapat
pada anak-anak dibawah 5 tahun (Pudjiadi, 2000).
Sering kali kebutuhan vitamin A tidak terpenuhi dengan makan sehari-hari.
Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan pemberian vitamin A dosis tinggi 100.000 SI (kapsul
biru) untuk balita umur 6-11 bulan dan vitamin A dosis tinggi 200.000 SI (kapsul merah)
untuk balita umur 12-59 bulan. Pemberian vitamin A dilakukan setiap bulan Februari dan
Agustus dan dapat diperoleh di posyandu maupun di puskesmas (Depkes RI, 2007).
G. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Sadar Gizi Keluarga
a. Pengetahuan dan Pendidikan Ibu
Pendidikan yang rendah belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang
memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan seseorang yang pendidikannya lebih tinggi.
Walaupun pendidikan seorang ibu itu rendah akan tetapi dia bisa mendapatkan pengetahuan
gizi dari luar formal seperti dari penyuluhan, diskusi, dll. Tetapi memang perlu
dipertimbangkan bahwa faktor tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh.
b. Pendapatan Keluarga
Keluarga dengan pendapatan terbatas besar kemungkinan tidak dapat memenuhi
kebutuhan makanannya, setidaknya keanekaragaman bahan makanan kurang bisa
dijamin.Banyak sebab yang turut berperan dalam menentukan besar kecilnya pendapatan
keluarga. Pada keluarga dimana hanya ayah yang mencari nafkah tertentu berbeda dengan
besarnya pendapatannya dengan keluarga yang mengandalkan sumber keuangan dari ayah
dan ibu serta pekerjaan sampingan yang bisa di usahakan sendiri dirumah. Keterbatasan
kesempatan kerja yang bisa segera menghasilkan uang, biasanya untuk pekerjaan diluar usaha
tani, juga sangat mempengaruhi besar kecilnya pendapatan keluarga. Kemampuan keluarga
untuk membeli bahan makanan dalam jumlah yang mencukupi juga amat dipengaruhi oleh
harga bahan makanan. Bahan makanan yang mahal harganya biasanya jarang, atau bahkan
tidak pernah di beli. Hal ini menyebabkan satu jenis bahan makanan tidak pernah di
hidangkan dalam susunan makanan keluarga. Menghadapi ini ada ibu-ibu rumah tangga yang
menjalankan cara tertentu. Agar bisa mendapatkan bahan makanan yang mahal dengan harga
lebih murah, biasanya mereka berbelanja setelah pasar mulai sepi. Hanya saja masih perlu
dipertanyakan apakah para ibu tersebut bisa memilih bahan makanan yang mutu gizinya
masih baik. Oleh karena itu tingkat ekonomi keluarga sangat berpengaruh terhadap
kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan untuk mencukupi kebutuhan gizi
keluarganya (Susidasari,1999).
KONSEP PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Pemberdayaan pada masyarakat dibidang kesehatan merupakan sasaran utama promosi
kesehatan. Menurut WHO, terdapat 3 (tiga) strategi pokok untuk dapat mewujudkan visi dan
misi promosi kesehatan secara efektif, yakni melalui: ADVOKASI, DUKUNGAN SOSIAL,
dan PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.
Adapun pendekatan yang ditempuh dilapangan umumnya melalui 3 (tiga) langkah yakni :
1) Melakukan lobi (pendekatan) kepada pimpinan (para pengambil keputusan)
2) Melakukan pendekatan kepada para tokoh masyarakat formal dan informal, misalnya
melalui kegiatan pelatihan.
3) Pada tahapan selanjutnya petugas bersama-sama tokoh masyarakat melakukan penyuluhan
dan konseling untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat. Tahap ini
dapat dilakukan pada berbagai kesempatan dan media yang ada.
Adapun pengetahuan kesehatan serta faktor-faktor terkait yang dimaksud disini adalah
mencakup :
• Pengenalan penyakit terutama penyakit menular dan tidak menular. Yang dimaksud disini
adalah mengenal nama dan jenis penyakitnya, kemungkinan penyebabnya, tanda dan
gejalanya, bagaimana cara pencegahannya, serta termasuk pula dimana tempat-tempat yang
tepat.
• Selain itu, pengetahuan tentang gizi, makanan / menu sehat, baik secara kuantitas maupun
kualitas, termasuk pula berbagai akibat atau penyakit yang timbul dari kesalahan gizi.
• Pengetahuan tentang higiene dan sanitasi dasar termasuk rumah sehat, sumber air bersih,
pembuangan sampah serta berbagai isu kesehatan. lingkungan.
• pengetahuan mengenai bahan-bahan berbahaya termasuk bahaya rokok, dan berbagai zat
adiktif/narkotik
Agar lebih memperoleh gambaran yang komprehensif, dalam uraian selanjutnya akan dibahas
berturut-turut mengenai PRINSIP, CIRI dan CONTOH serta INDIKATOR
KEBERHASILAN pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
1. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat pada prinsipnya menumbuhkan kemampuan masyarakat dari
dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat bukan sesuatu yang ditanamkan dari
luar. Pemberdayaan masyarakat adalah proses memampukan masyarakat dari oleh dan untuk
masyarakat itu sendiri, berdasarkan kemampuan sendiri.
• Menumbuh Kembangkan Potensi Masyarakat
Berbagai potensi yang terdapat dalam masyarakat antara lain berupa potensi SDM dan
sumberdaya alam. SDM, meliputi penduduk sedang potensi sumberdaya alam meliputi
kondisi geografisnya. Kemampuan SDM mengelola SDA yang tersedia pada gilirannya akan
menghasilkan sumber daya ekonomi. Kualitas SDM ditentukan oleh proporsi antara
penduduk kaya dan miskin, berpendidikan tinggi dan rendah.
• Mengembangkan Gotong Royong Masyarakat
Seberapa besarpun potensi SDM dan SDA yang ada di masyarakat, tak akan berkembang dari
dalam tanpa adanya kegotong royongan diantara sesama anggota masyarakat.
• Menggali Kontribusi Masyarakat
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya
adalah menggali potensi masyarakat terutama potensi ekonomi yang ada dimasing-masing
anggota masyarakat.
• Menjalin Kemitraan
Seperti telah diuraikan, dibagian lain, bahwa kemitraan adalah suatu jalinan kerja antara
berbagai sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat
serta individu dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati. Disini, untuk
membangun kemandirian, kemitraan adalah sangat penting perannya. Masyarakat yang
mandiri adalah wujud dari kemitraan antar anggota masyarakat itu sendiri atau diantara
masyarakat dengan pihak-pihak luar, baik pemerintah maupun swasta.
• Desentralisasi
Upaya dalam pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya memberikan kesempatan kepada
masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya. Oleh sebab itu,
segala bentuk pengambilan keputusan harus diserahkan ketingkat operasional yakni
masyarakat setempat, sesuai dengan kultur masing-masing komunitas dalam pemberdayaan
masyarakat, peranan sistem yang ada diatasnya adalah fasilitator dan motivator.
a. Memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan atau program-program pemberdayaan.
Misalnya masyarakat ingin membangun atau pengadaan air bersih, maka peran petugas
adalah memfasilitasi pertemuan-pertemuan anggota masyarakat, pengorganisasian
masyarakat, atau memfasilitasi pertemuan dengan Pemerintah Daerah setempat, dan pihak
lain yang dapat membantu dalam mewujudkan pengadaan air bersih tersebut.
b. Memotivasi masyarakat untuk bekerjasama atau bergotong royong dalam melaksanakan
kegiatan atau program bersama untuk kepentingan bersama dalam masyarakat tersebut.
Misalnya, masyarakat ingin mengadakan fasilitas pelayanan kesehatan diwilayahnya. Agar
rencana tersebut dapat terwujud dalam bentuk kemandirian masyarakat, maka petugas
provider kesehatan berkewajiban untuk memotivasi seluruh anggota masyarakat yang
bersangkutan agar berpartisipasi dan berkontribusi terhadap program atau upaya tersebut.
2. Ciri Pemberdayaan Masyarakat
Suatu kegiatan atau program dapat dikategorikan kedalam pemberdayaan masyarakat apabila
kegiatan tersebut tumbuh dari bawah dan non-instruktif serta dapat memperkuat,
meningkatkan atau mengembangkan potensi masyarakat setempat guna mencapai tujuan
yang diharapkan. Bentuk-bentuk pengembangan potensi masyarakat tersebut bermacam-
macam, antara lain sebagai berikut :
a. Tokoh atau Pimpinan Masyarakat
Disebuah masyarakat apapun baik pedesaan, perkotaan maupun pemukiman elit atau
pemukiman kumuh, secara alamiah akan terjadi kristalisasi adanya pemimpin atau tokoh
masyarakat. Pemimpin atau tokoh masyarakat (Toma) ini dapat bersifat formal (Camat,
Lurah, Ketua RT/RW) maupun bersifat informal (Ustad, Pendeta, Kepala Adat). Pada tahap
awal pemberdayaan masyarakat, maka petugas atau provider kesehatan terlebih dahulu
melakukan pendekatan-pendekatan kepada para tokoh masyarakat.
b. Organisasi Masyarakat
Dalam suatu masyarakat selalu ada organisasi-organisasi kemasyarakatan baik formal
maupun informal, misalnya PKK, Karang Taruna, Majelis Taklim, Koperasi-Koperasi dan
sebagainya.
c. Pendaaan Masyarakat
Sebagaimana uraian pada pokok bahasan Dana Sehat, maka secara ringkas dapat
digaris bawahi beberapa hal sebagai berikut. Bahwa Dana sehat telah berkembang di
Indonesia sejak lama (tahun 1980-an). Pada masa sesudahnya (1990-an) dana sehat ini
semakin meluas perkembangannya dan oleh Depkes diperluas dengan nama program JPKM
(Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat).
d. Material Masyarakat
Seperti telah diuraikan sebelumnya sumber daya alam adalah merupakan salah satu potensi
masyarakat. Masing-masing daerah mempunyai sumber daya alam yang berbeda yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangunan.
e. Pengetahuan Masyarakat
Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah contoh permberdayaan masyarakat
yang meningkatkan komponen pengetahuan masyarakat (community knowledge)
f. Teknologi Masyarakat (Community Technologi)
Dibeberapa komunitas telah tersedia teknologi sederhana yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan program kesehatan. Misalnya penyaring air bersih menggunakan pasir atau
arang, untuk pencahayaan rumah sehat menggunakan genteng dari tanah yang ditengahnya
ditaruh kaca, untuk pengawetan makanan dengan pengasapan dan sebagainya.
3. Contoh Pemberdayaan Masyarakat
a. Pemberdayaan Keluarga dibidang Kesehatan dan Gizi
pemberdayaan keluarga yang mempunyai masalah kesehatan gizi bekerja sama
menanggulangi masalah yang mereka hadapi dengan cara ikut berpartisipasi dalam
memecahakan masalah yang dihadapi.
b. Pemberdayaan Masyarakat di bidang Gizi
Tujuannya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dan mengurangi kelaparan dan
peduli terhadap masalah gizi yang muncul dimasyarakat.
Hal yang perlu diperhatikan :
• Pemberdayaan ekonomi mikro, kegiatan dilaksanakan secara lintas sektoral terutama dalam
rangka meningkatkan pendapatan.
• Advokasi untuk memperoleh dukungan, baik teknis maupun non teknis dari Pemda
setempat untuk memobilisasi sumber daya masyarakat yang dimiliki.
c. Pemberdayaan Petugas
d. Subsidi Langsung
1. Indikator Input :
a. Para pemimpin, toma formal dan informal berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan
masyarakat.
b. Ukuran besarnya dana yang digunakan dalam kegiatan yang ada, baik dana yang berasal
dari kontribusi masyarakat maupun yang bersumber dari luar.
c. Bahan, alat serta material yang digunakan dalam kegiatan
2. Proses, misalnya seperti
a. Frekuensi kegiatan penyuluhan atau sejenis
b. Frekuensi kegiatan pelatihan atau sejenis
c. Banyaknya kader yang telah dilatih
d. Jumlah pertemuan yang terselenggara dsb
3. Output, a.l. seperti
a. Jumlah/jenis UKBM
b. Banyaknya sasaran masyarakat yang telah memperoleh informasi bahkan telah meningkat
perilaku kesehatannya.
c. Jumlah keluarga yang memperoleh akses untuk income generating.
4. Dampak
a. Penurunan angka-angka kesakitan oleh berbagai penyakit
b. Penurunan angka-angka kematian secara umum
c. Penurunan angka-angka kelahiran kasar
d. Peningkatan status gizi balita dsb.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PROMKES)
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Promosi Kesehatan adalah suatu proses membantu individu dan masyarakat meningkatkan
kemampuan dan ketrampilannya guna mengontrol berbagai faktor yang berpengaruh pada
kesehatan, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya (WHO).
Hubley ( 2002 ) mengatakan bahwa pemberdayaan kesehatan ( health empowerment), sadar
kesehatan ( health literacy ) dan promosi kesehatan (health promotion) diletakkan dalam
kerangka pendekatan yang komprehensif.
Sehubungan dengan implementasi konsep pemberdayaan masyarakat, maka konsep promosi
kesehatan berkembang menjadi 2 dimensi,yaitu :
1. Bersifat konvensional
Masih diletakkan/diutamakan pada upaya pencegahan penyakit melalui pengelolaan gaya
hidup atau pengendalian vektor
2. Bersifat radikal
Promosi kesehatan dilakukan melalui upaya pemberdayaan dan advokasi, sehingga
pendekatan promkes bukan hanya pendekatan dari atas kebawah, namun dari bawah ke atas
( bottom up ).
Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif
untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.
Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi.
Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai "pemberdayaan masyarakat" apabila kelompok
komunitas atau masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal juga sebagai
subyek. Disini subyek merupakan motor penggerak, dan bukan penerima manfaat atau obyek
saja.
Secara lugas dapat diartikan sebagai suatu proses yang membangun manusia atau masyarakat
melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan
pengorganisasian masyarakat.
Dari definisi tersebut terlihat ada 3 tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat yaitu
mengembangkan kemampuan masyarakat, mengubah perilaku masyarakat, dan
mengorganisir diri masyarakat. Kemampuan masyarakat yang dapat dikembangkan tentunya
banyak sekali seperti kemampuan untuk berusaha, kemampuan untuk mencari informasi,
kemampuan untuk mengelola kegiatan, kemampuan dalam pertanian dan masih banyak lagi
sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Perilaku
masyarakat yang perlu diubah tentunya perilaku yang merugikan masyarakat atau yang
menghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat. Contoh yang kita temui dimasyarakat
seperti, anak tidak boleh sekolah, ibu hamil tidak boleh makan telor, yang membicarakan
rencana pembangunan desa hanya kaum laki-laki saja, dan masih banyak lagi yang dapat kita
temui dimasyarakat.
Pengorganisasian masyarakat dapat dijelaskan sebagai suatu upaya masyarakat untuk saling
mengatur dalam mengelola kegiatan atau program yang mereka kembangkan. Disini
masyarakat dapat membentuk panitia kerja, melakukan pembagian tugas, saling mengawasi,
merencanakan kegiatan, dan lain-lain. Lembaga-lembaga adat yang sudah ada sebaiknya
perlu dilibatkan karena lembaga inilah yang sudah mapan, tinggal meningkatkan
kemampuannya saja.
Langkah-langkah dalam pemberdayaan masyarakat :
1. Merancang keseluruhan program, termasuk kerangka waktu kegiatan, ukuran program,
serta memberikan perhatian pada kelompok marginal.
2. Menetapkan tujuan
3. Memilih strategi pemberdayaan
4. Implementasi strategi dan manajemen.
5. Evaluasi program.
Dalam pemberdayaan diperlukan pengorganisasian masyarakat,Rothman (1987)
mengkategorikan pengorganisasian masyarakat menjadi 3 yaitu :
1. Locality development
2. Social planning
3. Social action
Pemberdayaan masyarakat diharapkan masyarakat harus berperan aktif/berpartisipasi dalm
setiap kegiatan.Sebagai unsur dasar dalam pemberdayaan ,maka partisipasi harus
ditumbuhkan.Terdapat 5 cara menumbuhkan partisipasi,yaitu :
1. Terapi pendidikan
2. Strategi perubahan prilaku
3. Penambahan staf
4. Kooptasi
5. Strategi kekuatan masyarakat.
Partisipasi dapat terwujud dengan syarat :
1. Adanya saling percaya antar anggota masyarakat
2. Adanya ajakan dan kesempatan untuk berperan aktif
3. Adanya manfaat yang dapat dan segera dapat dirasakan oleh masyarakat
4. Adanya contoh dan keteladanan dari tokoh/pemimpin masyarakat.
Program-program pembangunan kesehatan dikelompokkan dalam pokok-pokok program
yang pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan pembangunan sektor lain yang
memerlukan dukungan dan peran serta masyarakat. Disusun 7 Program pembangunan
kesehatan yaitu (DepKes RI, 1999) :
Ø Program perilaku dan pemberdayaan masyarakat
Ø Program lingkungan sehat
Ø Program upaya kesehatan
Ø Program pengembangan sumber daya kesehatan
Ø Program pengawasan obat, makanan dan obat berbahaya
Ø Program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
Ø Program pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.
Strategi Utama
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya yang bersifat non instruktif guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi
masalah, merencanakan dan melakukan penyelesaian masalah dengan memanfaatkan potensi
masyarakat setempat tanpa bergantung pada bantuan dan luar.
Pola pemberdayaan masyarakat yang dibutuhkan bukan kegiatan yang sifatnya top-down
intervention yang tidak menjunjung tinggi aspirasi dan potensi masyarakat untuk melakukan
kegiatan swadaya, akan tetapi yang paling dibutuhkan masyarakat lapisan bawah terutama
yang tinggal di desa adalah pola pemberdayaan yang sifatnya bottom-up intervention yang
menghargai dan mengakui bahwa masyarakat lapisan bawah memiliki potensi untuk
memenuhi kebutuhannya, memecahkan permasalahannya, serta mampu melakukan usaha-
usaha produktif dengan prinsip swadaya dan kebersamaan.
Pola pendekatan yang paling efektif untuk memberdayakan masyarakat adalah the inner
resources approach. Pola ini menekankan pentingnya merangsang masyarakat untuk mampu
mengidentifikasi keinginan maupun kebutuhannya dan bekerja secara kooperatif dengan
pemerintah dan badan lain untuk mencapai kepuasan bagi mereka. Pola ini mendidik
masyarakat menjadi concern akan pemenuhan dan pemecahan masalah yang dihadapi dengan
menggunakan potensi yang mereka miliki.
PKMD adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong
royong dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan masalah untuk
memenuhi kebutuhannya dibidang kesehatan dan dibidang lain yang berkaitan agar mampu
mencapai kehidupan yang sehat sejahtera ( Nasrul Effendi, 1998:263).
1. Ciri-ciri Kegiatan PKMD
a. Kegiatan dilaksanakan atas dasar kesadaran, kemampuan dan prakarsa masyarakat sendiri,
dalam arti bahwa kegiatan dimulai dengan kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan yang
memang dirasakan oleh masyarakat sendiri sebagai kebutuhan.
b. Perencanaan ditetapkan oleh masyarakat secara musyawarah dan mufakat.
c. Pelaksanaan kegiatan berdasarkan pada peran serta aktif dan swadaya masyarakat dalam
arti memanfaatkan secara optimal kemampuan dan sumber daya yang dimiliki masyarakat.
d. Masukan dari luar hanya bersifat memacu, melengkapi dan menunjang, tidak
mengakibatkan ketergantungan.
e. Kegiatan dilakukan oleh tenaga-tenaga masyarakat setempat.
f. Memanfaatkan teknologi tepat guna.
g. Kegiatan yang dilakukan sekurang-kurangnya mencakup salah satu dari unsur PHC.
2. Tujuan PKMD
a. Tujuan Umum.
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya swadaya masyarakat dalam
meningkatkan swadaya masyarakat dalam meningkatakn kesejahteraan dan mutu hidup
masyarakat.
b. Tujuan Khusus.
1). Menumbuhkan kegiatan masyarakat
2). Membentuk kader-kader kesehatan yang berasal dari masyarakat yang mampu dan aktif
dalam program pembangunan kegiatan desa.
3). Terjalinnya kerja sama kegiatan dari berbagai sektor masyarakat denganpemerintah secara
terpadu.
4). Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan turunnya angka kematian, kesakitan,
perbaikan status gizi masyarakat, dll.
3. Prinsip-prinsip Dasar PKMD
a. Kegiatan masyarakat sebaiknya dimulai dengan kegiatan yang memenuhi kebutuhan
masyarakat setempat, bukan hanya kegiatan kesehatan secara langsung, ini berarti bahwa
kegiatan tidak terbatas pada aspek kesehatan saja melainkan juga mencakup aspek-aspek
kehidupan lainnya yang secara tidak langsung menunjang peningkatan taraf kesehatan.
b. Dalam membina kegiatan masyarakat diperlukan kerja sama yang baik:
1). Antar dinas-dinas, intansi-intansi, lembaga-lembaga lainnya yang bersangkutan.
2). Antar dinas-dinas, intansi-intansi, lembaga-lembaga tersebut dengan masyarakat.
c. Dalam hal masyarakat tidak dapat memecahkan masalah atau kehidupan sendiri, maka
pelayanan langsung diberikan oleh sector yang bersangkutan.
4. Pokok-pokok Kegiatan PKMD
a. Persiapan masyarakat, yaitu upaya yang bertujuan agar masyarakat memahami PKMD, dan
mampu berperan aktifdalam setiap kegiatan PKMD.
1). Pengenalan terhadap masyarakat.
2). Pengenalam masalah melalui:
a) Pengumpulan data (SDM)
b) Penyajian yang dapat dimengerti masyarakat.
c) Menyelesaikan masalah yang ada dengan prioritas yang perlu ditanggulangi.
3). Pembentukan kader dan pengorganisasian kader.
4). Pelatihan kader kesehatan desa yang disebut “promoter kesehatan desa”
b. Perencanaan Kegiatan PKMD
1). Memilih prioritas masalah
2). Menetapkan jenis kegiatan
3). Menyusun rencana kerja yang meliputi:
a) Tujuan yang ingin dicapai.
b) Strategi yang ingin ditempuh pengorganisasian.
c) Pengorganisasian.
d) Pembiayaan.
e) Waktu pelaksanaan.
f) Tindakan.
c. Pelaksanaan kegiatan.
1). Kader dan mahasiswa melaksanakan masing-masing tugas sesuai yang telah disepakati.
2). Kader dan pengurus desa serta petugas kesehatan memantau kegiatan.
3). Dalam proses kegiatan selalu diadakan pertemuan-pertemuan (POKJA-POKJA)
4). Dimonitori adalah rencana kerja yang disepakati.
a) Ketepatan pelaksanaan
b) Ketepatan waktu.
c) Penerimaan dan penggunaan biaya.
d) Penyediaan dan penggunaan biaya.
e) Hasil-hasil yang ingin dicapai.
f) Jumlah dan kualitas partisipasi masyarakat.
d. Penilaian (Evaluasi) PKMD
1). Penilaian hasil kegiatan.
2). Penilaian hasil sementara
3). Penilaian hasil akhir.
e. Pembinaan PKMD
Pembinaan berarti upaya-upaya untuk memelihara dan meningkatkan kegiatan yang telah
dimulai dalam menjamin kelangsungan program.
f. Perluasan program PKMD.
Dilakukan secara bertahap.
Definisi PKMD
PKMD adalah bentuk operasional dari PHC ( Primary Health Care ). PKMD mencakup serangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri yang didukung oleh pemerintah melalui koordinasi lintas sektoral dalam memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhannya dibidang kesehatan dan dibidang lain yang berkaitan agar masyarakat dapat hidup sehat guna mencapai kualitas hidup dan kesejahteraan yang lebih baik.
PKMD adalah kegiatan atau pelayanan kesehatan berdasarkan sistem pendekatan edukatif masalah kesehatan melalui Puskesmas dimana setiap individu atau kelompok masyarakat dibantu agar dapat melakukan tindakan-tindakan yang tepat dalam mengatasi kesehatan mereka sendiri. Disamping itu kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan juga dapat mendorong timbulnya kreativitas dan inisiatif setiap individu atau kelompok masyarakat untuk ikut secara aktif dalam program-program kesehatan di daerahnya dan menentukan prioritas program sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang bersangkutan.
2. Tujuan
Tujuan umum PKMD adalah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri sendiri dibidang kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup.
Tujuan khusus PKMD adalah
1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat aka potensi yang dimilikinya untuk menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup mereka.
2. Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan secara aktif dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
3. Menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat yang mampu, trampil, serta mampu berperan aktif dalam kegiatan pembangunan desa.
4. Meningkatnya kesehatan masyarakat dalam arti memenuhi beberapa indikator:
1) Angka kesakitan menurun
2) Angka kematian menurun, terutama kematian bayi dan anak
3) Angka kelahiran menurun
4) Menurunnya angka kekurangan gizi pada anak balita
3. Ciri-ciri PKMD
1. Kegiatan dilaksnakan atas dasar kesadaran, kemampuan dan prakarsa masyarakat sendiri, dalam arti bahwa kegiatan dimulai dengan kegiatan untukmengatasi masalah kesehatan yang memang dirasakan oleh masyarakat sendiri sebagai kebutuhan.
2. Perencanaan kegiatan ditetapkan oleh masyarakat secara musyawarah dan mufakat.3. Pelaksanaan kegiatan belandaskan pada peran serta aktif dan swadaya masyarakat
dalam arti memanfaatkan secara optimal kemampuan dan sumber daya yang dimiliki masyarakat
4. Masukan dari luar hanya bersifat memacu, melengkapi, dan menunjang tidak mengakibatkan ketergantungan
5. Kegiatan dilakukan oleh tenaga-tenaga masyarakat setempat6. Kegiatan yang dilakukan sekurang-kurangnya mencakup salah satu dari 8 unsur PHC
4. Prinsip-prinsip PKMD
1. Kegiatan masyarakat sebaiknya dimulai dengan kegiatan yang memenuhi kebutuhan masyarakat setempat walaupun kegiatan tersebut bukan merupakan kegiatan kesehatan secara langsung. Ini berarti kegiatan tidak hanya terbatas pada aspek kesehatan saja, melainkan juga mencakup aspek-aspek kehidupan lainnya yang secara tidak langsung menunjang taraf kesehatan.
2. Dalam membina kesehatan masyarakat diperlukan kerja sama yang baik :
1) Antar dinas-dinas/ instansi-instansi/ lembaga-lembaga lainnya yang bersangkutan
2) Antar dinas-dinas/ instansi-instansi/ lembaga-lembaga lainnya dengan masyarakat
3. Dalam hal masyarakat tidak dapat mmecahkan masalah atau kebutuhannya sendiri, maka pelayanan langsung diberikan oleh sektor yang bersangkutan.
5. Wadah kegiatan PKMD
Karena kegiatan PKMD merupakan bagian integral dari pembangunan desa, sedangkan wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa adalah LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa), maka dengan sendirinya wadah kegiatan PKMD adalah LKMD.
Pembangunan PKMD yang bersifat lintas sektoral dengan sendirinya merupakan bagian dari tugas Tim Pembinaan LKMD.
6. Strategi pembinaan
1. Tim pembinaan PKMD di masing-masing tingkat sekaligus dijadikan sebagai forum kordinasi di masing-masing tingkat.
2. Setiap kegiatan partisipasi masyarakat yang akan dipromosikan oleh salah satu sektor,terlebih dahulu dibahas dalam forum kordinasi,untuk memungkinkan bantuan dari sektor-sektor lain untuk menghindari tumpang tindih.
3. Jenis bantuan apapun yang akan dijalankan harus selalu berdasarkan pada proporsi kebutuhan masyarakat setempat.
4. Seluruh tahap kegiatan, mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, penilaian, pembinaan, sampai pada perluasan, dilakukan oleh masyarakat sendiri dan dimana perlu dibantu oleh pemerintah secara lintas program dan lintas sektoral.
5. Wadah kegiatan PKMD adalah lembaga ketahanan masyarakat desa (LKMD) sesuai surat keputusan presiden nomor 28 tentang “ Penyempurnaan dan penempatan fungsi lembaga swadaya desa menjadi LKMD. Maka pada dasarnya LKMD merupakan wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunanan desa.
6. PKMD adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dari masyarakat untuk masyarakat.Pengembangan dan pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah adalah suatu pendekatan,bukan pendekatan yang berdiri sendiri.
7. Pengembangan dan Pembinaan
1. Pengembangan dan pembinaan PKMD berpedoman dengan GBHN.2. Pengembangan dan pembinaan PKMD dilaksanakn dengan kerja sama lintas program
dan lintas sektoral melalui pendekatan edukatif.3. Kordinasi pembinaan melalui jalur fungsional pada tiap tingkatan,tingkat provinsi
oleh gubernur,tingkat kabupaten oleh bupati,tingkat kecamatan oleh camat.4. PKMD merupakan bagian integral dari pembangunan desa secara keseluruhan.5. Kegiatan dilaksanakan dengan membantu mekanisme kerja yang edukatif antara
instansi yang berkepentingan dalam pembinaan masyarakat desa6. Puskesmas sebagai pusat pengembangan dan pembangunan kesehatan berfungsi
sebagai dinamisator..