PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

91
PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) PROVINSI JAMBI DALAM MENGATASI PEREDARAN KOSMETIK YANG MENGANDUNG ZAT BERBAHAYA ( Perspektif Undang-Undang Perlindungan Konsumen Dan Hukum Islam ) Skripsi Oleh: LIDIA WATI NIM: SHE. 151797 PEMBIMBING : Fauzi Muhammad, M. Ag Mustiah RH, S.Ag, M. Sy PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

Transcript of PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

Page 1: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM)

PROVINSI JAMBI DALAM MENGATASI PEREDARAN KOSMETIK

YANG MENGANDUNG ZAT BERBAHAYA

( Perspektif Undang-Undang Perlindungan Konsumen Dan Hukum Islam )

Skripsi

Oleh:

LIDIA WATI NIM: SHE. 151797

PEMBIMBING :

Fauzi Muhammad, M. Ag

Mustiah RH, S.Ag, M. Sy

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

2019

Page 2: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …
Page 3: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …
Page 4: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …
Page 5: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

v

MOTTO

ة ین ھ بت ر س ا ك م س ب ف ل ن ك

Artinya : “Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya”. (QS. Al-Mudatstsir : 38)

Page 6: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan Syukur Alhamdulillah, kupersembahkan karya kecil ini

kepada yang tersayang :

1. Kedua orang tuaku yang tercinta Ayahanda Marjanudin dan Ibunda Mardyanti,

yang telah membesarkan saya dengan penuh cinta dan kasih sayang, mendidik

serta memberikan dukungan baik berupa do’a, materil maupun moril, yang tidak

mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas.

2. Adik-adik tersayang Nuril Hasana dan M.Iqbal Madyan yang selalu

memberikan semangat dan motivasi kepada saya disaat saya mulai lelah dalam

mengerjakan skripsi ini.

3. Sahabat dan Teman-teman seperjuangan Hukum Ekonomi Syariah terima kasih

sudah memberikan semangat kepada saya hingga akhirnya sampai dipuncak

bahagia ini, semoga kita sukses selalu.

4. Almamaterku UIN STS Jambi yang telah memberikanku segudang ilmu,

terimakasih banyak, semoga ilmu-ilmu yang saya pelajari selama ini menjadi

berkah serta bermanfaat dikemudian hari.

Page 7: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

vii

ABSTRAK

Lidia Wati ; SHE 151797 ; Peran Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Jambi Dalam Mengatasi Peredaran Kosmetik Yang Mengandung Zat Berbahaya (Perspektif Undang-Undang Perlindungan Konsumen Dan Hukum Islam)

Perlindungan konsumen merupakan keperluan bagi Manusia karena menjadi harapan semua orang begitu pentingya perlindungan konsumen di Indonesia maka dikeluarkan Undang-undang perlindungan konsumen dikenal dengan UUPK perlindungan konsumen dalam bidang kesehatan merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh konsumen dalam memperoleh produk kosmetik yang dapat terjamin untuk kesehatan, dimana produk kosmetik yang beredar diawasi oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan, untuk melakukan pengawasan Kosmetik, sehingga pelaku usaha yang beritikat baik dapat mengedarkan Kosmetik dan mendaptarkan produk kosmetik ke BPOM. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Peran Badan Pengawasan Obat dan Makanan ( BPOM ) Jambi dalam Mengatasi Kosmetik yang Mengandung Zat Berbahaya, bagaimana Persfektif UU Perlindungan Konsumen, dan bagaimana Presfektif Hukum Islam. Skripsi ini yang digunakan adalah tipe penelitian yuridis empiris, dengan metode kualitatif normatif yaitu dengan mengumpulkan data dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis memperoleh hasil dan kesimpulan sebagai berikut yang pertama Penulis berpendapat bahwa Peran BPOM dalam melakukan pengawasan terhadap kosmetik baik yang mengandung bahan berbahaya maupun yang tidak mengandung bahan yang berbahaya tetap dilakukannya pengawasan dalam rangka menjamin mutu, keamanan, dan kemanfaatan. Kedua Perlidungan terhadap konsumen pada saat ini merupakan hal yang urgent yang harus diperhatikan, dengan adanya Undang-Undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen diharapkan dapat menjawab persoalan yang ada, disamping maraknya pasar asing yang masuk di Indonesia serta penggunaan kosmetik secara merata menyebabkan pemantauan terhadap kosmetik khususnya dapat lebih ditekankan. Terlebih penggunaan bahasa di dalam penjelasan serta komposisi yang tidak dapat dipahami serta menggunakan bahan-bahan yang berbahaya dapat menjadi dasar kuat agar masalah ini dapat di jadikan pembahasan serius untuk di tanggulangi.

Kata Kunci : Peran BPOM, Hukum Perlindungan konsumen

Page 8: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat

melaksanakan tugas kita sebagai makhluk yang diciptakan untuk sealalu berfikir

dan bersyukur atas segala hidup dan kehidupan yang diciptakan Allah. Sholawat

serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad

SAW dan para sahabatnya, dan juga seluruh umat Islam yang senantiasa mengikuti

ajarannya, semoga kita mendapat syafaatnya diakhir kelak.

Adapun skripsi yang ditulis oleh penulis sebagai syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Jurusan Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas

Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dengan judul

“Peran Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Jambi Dalam Mengatasi

Peredaran Kosmetik Yang Mengandung Zat Berbahaya (Perspektif UU

Perlindungan Konsumen Dan Hukum Islam)” ketertarikan Penulis terhadap judul

tersebut dikarenakakan Penulis ingin mengetahui bagaimana Peran Badan

Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Jambi dalam Mengatasi

Peredaran Kosmetik yang Mengandung Zat Berbahaya, bagaimana Peran Badan

Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Jambi dalam Mengatasi

Peredaran Kosmetik yang Mengandung Zat Berbahaya Persfektif UU Perlindungan

Konsumen, dan bagaimana Peran Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

Provinsi Jambi dalam Mengatasi Peredaran Kosmetik yang Mengandung Zat

Berbahaya presfektif Hukum Islam. Oleh karena itu hal yang pantas Penulis

ucapkan adalah kata terima kasih kepada pihak yang turut membantu

menyelesaikan skripsi ini, terutama sekali kepada yang terhormat:

Page 9: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

2. Bapak Dr. A.A. Miftah, M.Ag sekalu Dekan Fakultas Syariah Universitas

Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc,M.HI.,Ph.D, Ibu Dr. Rahmi

Hidayati,S.Ag.,M.HI dan Ibu Dr. Yuliatin. S.Ag, M.HI selaku wakil Dekan

I,II,III di lingkungan Fakultsa Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi.

4. Ibu Dr. Maryani, S,Ag. M.HI dan Ibu Pidayan Sasnifa, SH.,M.Sy, selaku

Ketua dan Sekretaris Prodi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

5. Bapak Fauzi Muhammad. M. Ag dan Ibu Mustiah RH, S.Ag, M. Sy selaku

Pembimbing I dan Pembimbing II skripsi ini.

6. Seluruh Dosen fakultas Hukum Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, yang telah membuka wawasan, menambah

pengetahuan, dan membina sikap ilmiah selama penulis mengikuti

perkuliahan.

7. Seluruh Staf karyawan dan karyawati Tata Usaha Fakultas Syariah

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah banyak

membantu penulis dalam bidang keadministrasian.

8. Kepada Seluruh pegawai BPOM Provinsi Jambi yang telah memberi izin,

memberi informasi, serta membantu dalam penelitian skripsi ini.

Page 10: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …
Page 11: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................................... iv

MOTTO ............................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ................................................................................................ vi

ABSTRAK ........................................................................................................... v ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5 C. Batasan Masalah ............................................................................ 6 D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6 E. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 7 F. Kerangka Teori .............................................................................. 8 G. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 23

BAB II METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 26 B. Pendekatan Penelitian .................................................................... 26 C. Jenis Dan Sumber Data ................................................................. 27 D. Instrumen Pengumpulan Data ....................................................... 28 E. Teknik Analisis Data ..................................................................... 29 F. Sistematika Penulisan .................................................................... 30 G. Jadwal Penelitian ........................................................................... 31

Page 12: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

ix

BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Kantor BPOM Provinsi Jambi............................. 33 B. Visi dan MIsi BPOM Provinsi Jambi ............................................ 36 C. Kegiatan Utama dan Kegiatan Prioritas ........................................ 37 D. Budaya Kerja BPOM Provinsi Jambi ............................................ 38 E. Letak Geografis Kantor BPOM Provinsi Jambi ............................ 39 F. Struktur Organisasi BPOM Provinsi Jambi ................................... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Peran Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM ) Provinsi Jambi dalam Mengatasi Kosmetik yang Mengandung Zat Berbahaya ...................................................................................... 43

B. Peran Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM ) Provinsi Jambi dalam Mengatasi Kosmetik yang Mengandung Zat Berbahaya Persfektif UU Perlindungan Konsumen ...................... 49

C. Peran Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM ) Provinsi Jambi dalam Mengatasi Kosmetik yang Mengandung Zat Berbahaya Persfektif Hukum Islam............................................... 54

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 57 B. Saran .............................................................................................. 59 C. Kata Penutup ................................................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

Page 13: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jadwal Penelitian ...................................................................... 32

Page 14: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Struktur Organisasi BPOM Provinsi Jambi .............................. 42

Page 15: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perekonomian yang pesat, telah menghasilkan beragam

jenis dan variasi barang dan/atau jasa. Dengan dukungan teknologi dan informasi,

perluasan ruang, gerak dan arus transaksi barang dan/atau jasa telah melintasi

batas-batas wilayah negara, konsumen pada akhirnya dihadapkan pada berbagai

pilihan jenis barang dan/atau jasa yang ditawarkan secara variatif.

Islam mengatur jelas apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam

kegiatan bisnis, al-Qur’an menjelaskan hak dan batil tidak boleh dicampur, jika

ada suatu keraguan dalam menentukan suatu pilihan dianjurkan untuk

meninggalkan. Seperti halnya praktik bisnis yang diharamkan dalam Islam dalam

bentuk penipuan produk barang dan/ atau jasa. Pada hakikatnya Islam tidak

membiarkan suatu kegiatan distribusi dan produksi barang dan/atau jasa tidak

memberikan informasi tentang barang/atau jasa secara jujur dan transparan.1

Berdasarkan Pasal 28 ayat 1 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

Tahun 1945 Amandemen ke-empat yang menyatakan bahwa “Setiap orang wajib

menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.” Bahwa pasal 1 Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia 1945, Pasal 28 tersebut menjelaskan mengenai hak, misalnya hak untuk

mendapatkan kenyamanan, keamanaan, keselamatan, dalam mengkonsumsi suatu

1 Sofyan S. Harahap, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Salemba Empat, 2011),

hlm. 134.

Page 16: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

2

barang. Di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen (UUPK) mengatur mengenai hak konsumen pada Pasal 4 yang

menyatakan bahwa :

Hak konsumen adalah :

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa;

2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau

jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan serta jaminan yang dijanjikan.2

Pasal tersebut menjelaskan bahwa konsumen memiliki hak atas

kenyamanan, keamananan, dan keselamataan dalam mengkonsumsi barang

dan/atau jasa. Sebaliknya pelaku usaha bertanggung jawab memenuhi

kewajibannya dengan memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenal

kondisi jaminan barang dan/atau jasa tersebut serta memberikan penjelasan

penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan.3

Kosmetik merupakan salah satu bentuk kebutuhan sekunder dalam

kehidupan masyarakat. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1176/MenKes/PER/VIII/2010 tentang Notifikasi

Kosmetika, yang dimaksud dengan “kosmetik adalah bahan atau sediaan yang

dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar. tubuh manusia (epidermis,

rambut ,kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut

terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau

2 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Cet 1, (Jakarta: Sinar

Grafika 2008), hlm.24.

3 Ibid

Page 17: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

3

memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi

baik.4

Produk-produk kosmetik tertentu disamping memiliki fungsi yang sangat

baik bagi kecantikan wanita, tetapi disisi lain dapat menimbulkan efek samping

yang dapat merugikan dan membahayakan konsumen yang menggunakannya. Hal

ini disebabkan bahwa kosmetik tersebut mengandung bahan berbahaya. Balai

Pengawas Obat dan Makanan di Jambi yang bertugas mengawasi peredaran obat,

obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetika dan makanan di wilayah provinsi

Jambi. Tugas, fungsi dan kewenangan Balai Pengawas Obat dan Makanan di

Jambi di atur dalam Peraturan Kepala Badan POM RI nomor 14 tahun 2014,

tanggal 17 Oktober 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana

Teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.5

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi sebelumnya merupakan Unit

Pelaksana Teknis di lingkungan Kantor wilayah Kesehatan di provinsi Jambi.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas Balai Pengawas Obat

dan Makanan di Jambi menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

a. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan;

b. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu

produk terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional,

kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya;

c. Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk

secara mikrobiologi;

4 Elfina Rosa, Peran Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam Menanggulangi Peredaran Kosmetik Ilegal (Studi di BPOM Bandar Lampung), 2012, hlm 4

5 Ibid.

Page 18: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

4

d. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan

sarana produksi dan distribusi;

e. Investigasi dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum;

f. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu yang

ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan;

g. Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen;

h. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan;

i. Pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan;

j. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan POM RI sesuai

dengan bidang tugasnya.6

Berdasarkan hasil wawancara saya dengan salah satu pihak BPOM

Provinsi Jambi mengenai produk Kosmetik yang mengandung zat berbahaya ini,

Bahwa banyak sekali pihak BPOM ini menemukan kosmetik-kosmetik yang

mengandung zat berbahaya. Setelah dilakukannya observasi oleh pihak BPOM

masih saja ada masyarakat yang menggunakan kosmetik yang mengandung zat

berbahaya dan pada realitanya, tidak sedikit pelaku usaha yang menjual kosmetik

yang mengandung bahan berbahaya dengan tujuan untuk mencari keuntungan

sebesar-besarnya dan mencari penghasilan demi mencukupi kebutuhannya. Dalam

hal menjual pelaku usaha tidak memberikan informasi yang benar dan tidak

memperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku mengenai kosmetik berbahaya

yang mereka perdagangkan. Sering kali kosmetik yang mereka jual menggandung

bahan-bahan yang takarannya melebihi ketentuan yang ada. Dalam perkembangan

6 Renstra Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Jambi Tentang Perlindungan Konsumen. 2015, hlm 3

Page 19: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

5

sekarang, para kaum wanita lebih memilih untuk mengunakan produk yang siap

pakai, contohnya seperti whitening cream (krim pemutih) yang gunanya untuk

menghilangkan noda-noda hitam dan mencerahkan wajah tanpa memperhatikan

kandungan dalam krim pencerah tesebut. Berbagai macam merek krim pemutih

yang dijual oleh pelaku usaha dari yang termahal sampai yang termurah yang

tidak ada ijin dari BPOM.7 Banyak barang-barang yang dijual dipasaran, termasuk

didalamnya adalah krim pemutih yang tidak ada ijin dari BPOM dapat

menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan konsumen seperti kulit terasa

panas, memerah, gatal, perih dan apabila pemakaian krim tersebut dihentikan.

maka kulit akan terlihat lebih kusam dan hitam dari pada sebelumnya. Hal ini

dikarenakan, di dalam krim pemutih terdapat zat-zat berbahaya.

Dari latar belakang yang telah penulis buat di atas dapat dicari suatu

permasalahan yang dapat diangkat menjadi suatu judul skripsi “Peran Badan

Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Jambi Dalam Mengatasi

Peredaran Kosmetik Yang Mengandung Zat Berbahaya (Perspektif UU

Perlindungan Konsumen Dan Hukum Islam)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diperoleh pokok masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana Peran Badan Pengawasan Obat dan Makanan ( BPOM ) Jambi

Dalam Mengatasi Kosmetik Yang Mengandung Zat Berbahaya?

7 Wawancara dengan Bapak Supriadi selaku pegawai BPOM Jambi Tentang Kosmetik

Yang Mengandung Zat Berbahaya, 25 Oktober 2018

Page 20: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

6

2. Bagaimana Peran Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Jambi

Dalam Mengatasi Kosmetik Yang Mengandung Zat Berbahaya Persfektif UU

Perlindungan Konsumen?

3. Bagaimana Peran Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Jambi

Dalam Mengatasi Kosmetik Yang Mengandung Zat Berbahaya Presfektif

Hukum Islam?

C. Batasan Masalah

Agar pembahasan ini tepat pada sasaran dan tidak terlalu meluas serta

tidak menyalahi sistematika penulisan karya ilmiah sehingga membawa hasil yang

di harapkan, maka dalam penelitian ini penulis hanya membahas mengenai Peran

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Jambi Dalam Mengatasi

Peredaran Kosmetik Yang Mengandung Zat Berbahaya (Perspektif UU

Perlindungan Konsumen Dan Hukuk Islam).

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Peran Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

Jambi Dalam Mengatasi Kosmetik Yang Mengandung Zat Berbahaya.

2. Untuk lebih mengetahui tentang Peran Badan Pengawasan Obat dan Makanan

(BPOM) Jambi Dalam Mengatasi Kosmetik Yang Mengandung Zat

Berbahaya Persfektif UU Perlindungan Konsumen.

3. Untuk lebih mengetahui tentang Peran Badan Pengawasan Obat dan Makanan

(BPOM) Jambi Dalam Mengatasi Kosmetik Yang Mengandung Zat

Berbahaya Presfektif Hukum Islam.

Page 21: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

7

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan nilai, daya guna dan manfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yaitu manfaat dari penulisan hukum ini yang bertalian

dengan pengembangan ilmu hukum ekonomi syariah. Manfaat teoritis dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi

pengembangan dibidang ilmu hukum ekonomi syariah.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literature, referensi, dan

bahan-bahan informasi ilmiah.Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

acuan terhadap penelitian-penelitian sejenisnya pada tahap selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yaitu manfaat dari penulisan hukum ini yang berkaitan

dengan pemecahan masalah. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai

berikiut:

a. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan jawaban atas permasalahan yang

akan diteliti mengenai Peran Badan Pengawasan Obat dan Makanan ( BPOM )

Jambi Dalam Mengatasi Peredaran Kosmetik Yang Mengandung Zat

Berbahaya (Perspektif UU Perlindungan Konsumen dan Hukum Islam).

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan sumbangan

pemikiran pada pihak-pihak yang terkait dengan masalah dalam Peran Badan

Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Jambi Dalam Mengatasi Peredaran

Page 22: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

8

Kosmetik Yang Mengandung Zat Berbahaya (Perspektif UU Perlindungan

Konsumen dan Hukum Islam).

F. Kerangka Teori

1. Badan Pengawas Obat dan Makanan ( BPOM )

Berkaitan dengan pemakaian teknologi yang makin maju dan supaya

tujuan standarnisasi dan sertifikasi tercapai semaksimal mungkin, maka

pemerintah perlu aktif dalam membuat, menyesuaikan, dan mengawasi

pelaksanaan mengenai peraturan yang berlaku. Sesuai dengan prinsip

pembangunan yang antara lain menyatakan bahwa pembangunan dilaksanakan

bersama oleh masyarakat dengan pemerintah dan karena itu menjadi tanggung

jawab bersama pula, maka melalui pengaturan dan pengendalian oleh pemerintah,

tujuan pembangunan nasional dapat dicapai dengan baik. Pemerintah melindungi

konsumen dengan cara mengatur pengendalian mengawasi produksi, distribusi

dan pengedaran produk makanan sehingga konsumen tidak dirugikan baik

kesehatan maupun keuangannya. Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah

terhadap pihak produsen bertujuan untuk membina dan mengembangkan usaha di

bidang produksi dan distribusi serta menciptakan usaha perdagangan yang jujur.8

Setelah era reformasi berjalan, Badan POM ditetapkan menjadi Lembaga

Pemerintah Non Departemen (LPND) yang mempunyai tugas melaksanakan tugas

pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, agar lebih terarah pengawasan

tersebut, maka tentunya akan dilakukan pemisahan antara fungsi dan

8 Dokumen Badan Pengawas Obat dan Makanan,Pelaksanaan Program dan Kegiatam

Reformasi Birokrasi Badan POM RI,37, 2015 hlm 22

Page 23: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

9

kewenangannya sebagai LPND harus lebih jelas dan terfokus dan lebih untuk

ditekankan kepada kebijakan dalam pengawasan di bidang pemerintahan di

bidang obat dan makanan, maka Badan POM sebagai LPND mempunyai fungsi

dan kewenangan di dalam membentuk regulasi di bidang pengawasan obat dan

makanan baik yang berbentuk undang-undang maupun ketentuan yang secara

hirarkis berada di bawahnya untuk dapat efektif berlaku, jelas membutuhkan

sumber daya yang mampu menjalankan perintah dan melaksanakan penegakan

hukum atau ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut. Oleh karena itu

dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan di bidang obat dan

makanan, dibentuk Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).9

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah lembaga pemerintah

yang bertugas melakukan regulas standarisasi, dan sertifikasi produk makanan dan

obat yang mencakup keseluruhan aspek pembuatan, penjualan, penggunaan, dan

keamanan makanan, obat-obatan, kosmetik, dan produk lainnya. Badan Pengawas

Obat dan Makanan atau disingkat BPOM adalah sebuah lembaga di Indonesia

yang bertugas mengawasi peredaran obat-obatan dan makanan di Indonesia.

Badan Pengawas Obat Makanan adalah lembaga non departemen yang

bertanggung jawab langsung pada Presiden RI dalam menjalankan tugas dan

fungsinya. Dengan memakai atribut “Obat dan Makanan”, pengawasan yang di

fokuskan oleh BPOM ini adalah obat dan makanan. Badan Pengawas Obat

Makanan (BPOM) merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND),

yaitu sesuai Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001

9 Ibid.

Page 24: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

10

merupakan lembaga pemerintah pusat yang dibentuk untuk melaksanakan tugas

pemerintah tertentu dari Presiden serta bertanggung jawab langsung kepada

Presiden.10

Fungsi dan Wewenang Badan Pengawas Obat dan Makanan Fungsi Badan

Pengawas Obat dan Makanan,yaitu:

a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan

Makanan.

b. Pelaksanaan kebijakan tertentu dibidang Pengawasan Obat dan Makanan.

c. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Badan POM.

d. Pemantauan, Pemberian dan pelayanan administrasi umum dibidang

perencanaan umum, ketatausahaan, orgamisasi dan tata laksana, kepegawaian,

keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.11

Diatur pula dalam keputusan presiden nomor 103 tahum 2001 pasal 69

tentang wewenang Badan Pengawasn Obat dan Makanan, yaitu:

a. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya.

b. Perumusan kebijakan di bidangnya.

c. Penetapan informasi di bidangnya.

d. Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat aditif) tertentu untuk

makanan dan penetapan pedoman pegawasan peredaran obat dan makanan.

10 Ibid hlm 23 11 Renstra Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Jambi Tentang

Perlindungan Konsumen. 2015, hlm 7

Page 25: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

11

e. Pemberian izin dan pengawasan peredaran obat serta pengawasan indusrtri

farmasi.

f. Penetapan pedoman penggunaan konservasi, pengembangan dan pengawasan

tanaman obat.

Khusus untuk standard keamanan, mutu dan gizi pangan, berdasarkan

Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi

pangan pasal 41 ayat (4), yaitu menteri bertanggung awab di bidang pertanian,

perikanan, atau kepala badan berkoordinasi dengan kepala badan yang bertangung

jawab di bidang standarisasi nasional untuk mengupayakan saling pengakuan

pelaksanaan penilaian kesesuaian dalam memenuhi persyaratan Negara tujuan,

sedangkan dalam hal pengawasan oleh Badan Pengaws Obat dan Makanan dalam

pasl 42 peraturan pemerintah tentang keamanan, mutu dan gizi pangan, setiap

pangam olahan baik yang diproduksi di dalam negeri atau yang dimasukan ke

dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dalam kemasan eceran sebelum

diedarkan wajib memiliki surat persetujuan pendaftaran yang ditetapkan oleh

kepala badan, apabila suatu produk melakukan pelanggaran yakni tidak sesuai

dengan syarat standar mutu pangan atau terbukti mengandung bahan tambahan

berbahaya, badan pengawas obat dan makanan mempunyai kewenangan untuk

menarik secara langsung produk tersebut dari peredaran.12

12 Ibid hlm 8

Page 26: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

12

2. UU Perlindungan Konsumen

a. Hukum perlindungan Konsumen

Hukum Perlindungan Konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-

kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah

penyediaan dan penggunaan produk konsumen antara penyedia dan penggunanya,

dalam kehidupan bermasyarakat. Tegasnya, hukum perlindungan konsumen

merupakan keseluruhan peraturan perundang-undangan, baik undang-undang

maupun maupun peraturan perundang-undangan lainnya serta putusan-putusan

hakim yang subtasinya mengatur mengenai kepentingan konsumen.13

Perlindungan Konsumen yang terdapat dalam Pasal 1 angka 1 Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya

disebut Undang-Undang Perlindungan Konsumen/UUPK) menyebutkan “hukum

perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian

hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”.14

Kalimat yang menyatakan “segala upaya yang menjamin adanya kepastian

hukum”, diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan tindakan sewenang-

wenang yang merugikan pelaku usaha hanya demi untuk kepentingan

perlindungan konsumen. Kesewenang-wenangan akan mengakibatkan

ketidakpastian hukum. Oleh karena itu, agar segala upaya memberikan jaminan

akan kepastian hukum, ukurannya secara kualitatif ditentukan dalam Undang-

Undang Perlindungan Konsumen dan undang-undang lainnya yang juga

13 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2013), hlm 23 14 Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen”. hlm. 2

Page 27: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

13

dimaksudkan dan masih berlaku untuk memberikan perlindungan konsumen, baik

dalam bidang Hukum Privat maupun bidang Hukum Publik.15

b. Asas-Asas Hukum Perlindungan Konsumen

Asas-asas dalam Hukum Perlindungan Konsumen terdapat dalam Pasal 2

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu:

Perlindungan Konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan,

dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum.16 Penjelasan resmi dari Pasal

2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

menyatakan bahwa: Perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha

bersama berdasarkan 5 (lima) asas yang relevan dalam pembangunan nasional,

yaitu:

1. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam

menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat

sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara

keseluruhan.

2. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan

secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku

usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.

3. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara

kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materil dan

spiritual.

15 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen (Cet. IX; Jakarta:

PT. RajaGrapindo Persada, 2015), hlm. 2 16 Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen. hlm. 4.

Page 28: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

14

4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan

jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam

penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang

dikonsumsi atau digunakan.

5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun konsumen

menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam menyelenggarakan

perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.17

c. Tujuan Perlindungan Konsumen

Pada pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, menyebutkan bahwa perlindungan konsumen bertujuan:

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk

melindungi diri.

2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya

dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.

3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan

menuntut hak-haknya sebagai konsumen.

4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan imformasi serta akses untuk mendapatkan

informasi.

5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya konsumen

sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha.

17 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, hlm. 26.

Page 29: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

15

6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan

usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan

keselamatan konsumen.18

3. Landasan Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Hukum Islam

Islam telah menawarkan norma dasar yang wajib dipenuhi dalam

transaksi, adalah sebagai berikut:

Al-Qur’an memerintahkan kita untuk senantiasa menepati janji, menunaikan

amanat serta melarang kita untuk memakan harta secara bathil.

Sebagaimana firman Allah SWT :

بینكم با لباطل الا أن تكون تجارة عن تراض منكم ولاتقتلوا أنفسكم إناالله یا یھاالذین امنوا لاتأكلوا اموالكم

كانبكم رحی

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam

perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu,

dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah maha

penyayang kepadamu”.19

Adapun Hadis tentang larangan mengicuh/menipu dalam jual beli yaitu:

علیھ وسلم مر على صبرة طعام فأدخل یده فیھا فنالت أصابعھ بللا صلى ا� ع ن أبي ھریرة أن رسول ا�

قال أفلا جعلتھ فوق الط عام كي یراه الناس فقال ما ھذا یا صاحب الطعام قال أصابتھ السماء یا رسول ا�

من غش فلیس مني

”Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya kedalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya, “apa ini wahai pemilik makanan?” sang pemiliknya menjawab, “makanan

18 Tim Redaksi BIP, “Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen (Jakarta : 2017). hlm 4. 19 Q.S An-Nisa (4) : 29

Page 30: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

16

tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat melihatnya? Ketahuilah, barang siapa menipu maka dia bukan dari golongan kami.” (HR.Muslim No.102).

Pemahaman hadis: Ketika Rasulullah melewati sebuah pasar, beliau mendapatkan

penjual makanan yang menumpuk bahan makanannya, bias jadi seperti tumpukan

biji-bijian, ada yang di atas ada yang di bawah. Bahan makanan yang di atas

Nampak bagus, tidak ada cacat/rusaknya. Namaun ketika memasukka jari jemari

beliau ke dalam tumpukan bahan makanan tersebut, beliau dapatkan ada yang

basah karena kehujanan (yang berarti bahan makanan itu ada yang cacat/rusak).

Penjualnya meletakkannya di bagian bawah agar hanya bagian yang bagus yang

dilihat pembeli. Rasulullah pun menegur perbuatan tersebut dan mengecam

demikian kerasnya. Karena hal ini berarti menipu pembeli, yang akan menyangka

bahwa seluruh bahan makanan itu bagus. Seharusnya seorang mukmin

menerangkan keadaan barang yang akan dijualnya, terlebih lagi apabila barang

tersebut memiliki cacat ataupun aib. Hadis di atas menunjukkan haramnya

menyembunyikan cacat dan wajibnya menerangkan cacat itu kepada pembeli.

Perkataan “maka dia bukan termasuk dari golongan kami” menunjukkan

haramnya menipu dan itu telah menjadi ijma’ ulama.20

Seluruh ajaran Islam yang terkait dengan perdagangan dan perekonomian

berorientasi pada perlindungan hak-hak pelaku usaha/produsen dan konsumen.

karena Islam menghendaki adanya unsur keadilan, kejujuran, dan transparansi

yang dilandasi nilai keimanan dalam praktik perdagangan dan peralihan hak.

20 Majdudin bin Taimiyyah, Nailul Authar (Jilid 4; Surabaya: Bina Ilmu, 2007), hlm. 1755.

Page 31: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

17

Dalam hukum Islam ada enam hak konsumen yang membutuhkan perhatian

serius dari pelaku usaha seperti yang dikemukakan oleh Muhammad dan

Alimin sebagai berikut:

a. Hak untuk mendapatkan informasi yang benar, jujur, adil, dan terhindar dari

pemalsuan

b. Hak untuk mendapatkan keamanan produk dan lingkungan sehat

c. Hak untuk mendapatkan advokasi dan penyelesaian sengketa

d. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari penyalahgunaan keadaan

e. Hak untuk mendapatkan ganti rugi akibat negative dari suatu produk

f. Hak untuk memilih dan memproleh nilai tukar yang wajar21

Terkait dengan hak-hak konsumen, Islam memberikan ruang bagi

konsumen dan produsen untuk mempertahankan hak-haknya dalam perdagangan

yang dikenal dengan istilah khiyar dengan beragam jenisnya, yaitu:

a. Khiyar Majlis Adalah hak untuk memilih melajutkan atau membatalkan

transaksi bisnis selama masih berada dalam satu tempat (majlis).

b. Khiyar Aib Adalah hak untuk membatalkan transaksi bisnis apabila objek

transaksi cacat sekalipun tidak ada perjanjian sebelumnya.

c. Khiyar Syarat Adalah hak untuk memilih melanjutkan atau membatalkan

transaksi bisnis sesuai dengan waktu yang disepakati atau syarat yang telah

ditetapkan bersama .

21 Muhammad dan Alimin, Etika dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam

(Yogyakarta: BPFE, 2004), h. 234.

Page 32: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

18

d. Khiyar Ru’yah Yaitu hak pilih bagi pembeli untuk menyatakan berlaku atau

batal jual beli yang dilakukan terhadap suatu objek yang belum diketahui

ketika akad berlangsung.22

4. Kosmetik

a. Istilah Kosmetik

Surat Keputusan Kepala Badan POM RI Nomor: HK.00.05.4.1745 tentang

Kosmetik, yang dimaksud kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk

digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ

genital bagian luar) atau gigi atau mukosa mulut terutama membersihkan, mewangikan,

mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau

memelihara tubuh pada kondisi baik. Defenisi kosmetik dalam Peraturan Menteri

KesehatanRI No. 220/MenKes/Per/X/1976 tanggal 6 september 1976 yang

menyatakan bahwa kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk

digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan, atau disemprotkan pada,

dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia

dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau

mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat.

Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19,

pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga

untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai

secara besar-besaran pada abad ke-20. Kosmetik berasal dari kata “kosmetikos”

(Yunani) yang berarti ketrampilan menghias, mengatur. Definisi kosmetik dalam

22 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam: Fiqh Muamalah, Cet. II

(Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004), h. 139.

Page 33: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

19

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sediaan

atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan

(epidermidis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan

rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah

penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau

badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu

penyakit.23

b. Penggolongan Kosmetika

Penggolongan kosmetik berdasarkan Keputusan Deputi Bidang

Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Nomor:

PO.01.04.42.4082 tentang Pedoman Tata Cara Pendaftaran dan Penilaian

Kosmetik, berdasarkan bahan dan penggunaannya serta untuk penilaian, kosmetik

dibagi menjadi 2 (dua) golongan, yaitu:

Kosmetik golongan I, adalah:

1) Kosmetik yang digunakan untuk bayi;

2) Kosmetik yang digunakan disekitar mata, rongga mulut dan mukosa lainnya;

3) Kosmetika yang mengandung bahan dengan persyaratan kadar dan penandaan;

4) Kosmetik yang mengandung bahan dan fungsinya belum lazim serta belum

diketahui keamanan dan kemanfaatannya.24

Kosmetik golongan II adalah kosmetik yang tidak termasuk golongan I

c. Kategori Kosmetik

Berdasarkan fungsi kosmetik terdiri dari 13 (tiga belas) kategori, yaitu:

23 Syarif M. Wasitaatmadja, Penunntun Ilmu Kosmetik Medik, ( Depok: UI Press, 1997 ) hlm. 27

24 Ibid, hlm 28

Page 34: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

20

1) Sediaan bayi;

2) Sediaan mandi;

3) Sediaan kebersihan badan;

4) Sediaan cukur;

5) Sediaan wangi-wangian;

6) Sediaan rambut;

7) Sediaan pewarna rambut;

8) Sediaan rias mata;

9) Sediaan rias wajah;

10) Sedian perawatan kulit;

11) Sediaan mandi surya dan tabir surya;

12) Sediaan kuku;

13) Sediaan hygiene mulut.25

d. Penandaan Kosmetik

Penandaan kosmetik harus memenuhi persyaratan umum, yaitu etiket

wadah atau pembungkus harus mencantumkan penandaan berisi informasi yang

lengkap, objektif dan tidak menyesatkan, sesuai dengan data pendaftaran yang

telah disetujui, jelas dan mudah terbaca, menggunakan huruf latin dan angka arab;

dan tidak boleh mencantumkan penandaan seolah-olah sebagai obat, rekomendasi

dari dokter, apoteker, pakar di bidang kosmetik atau organisasi profesi.

25 Ibid.

Page 35: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

21

Keteranganketerangan yang harus dicantumkan pada etiket wadah dan atau

pembungkus meliputi:26

1) Nama produk;

2) Nama dan alamat produsen atau importer/penyalur;

3) Ukuran, isi atau berat bersih;

4) Komposisi harus memuat semua bahan;

5) Nomor ijin edar;

6) Nomor bets/kode produksi;

7) Kegunaan dan cara penggunaan kecuali untuk produk yang sudah jelas

penggunaannya;

8) Bulan dan tahun kadaluwarsa bagi produk yang stabilitasnya kurang dari 30

bulan;

9) Penandaan yang berkaitan dengan keamanan atau mutu;

5. Zat Berbahaya

Bahan Berbahaya dan Beracun atau kerap disingkat B3 adalah zat atau

bahan-bahan lain yang dapat membahayakan kesehatan atau kelangsungan

hidup manusia, makhluk lain, dan atau lingkungan hidup pada umumnya. Karena

sifat-sifatnya itu, bahan berbahaya dan beracun serta limbahnya memerlukan

penanganan yang khusus. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), pengertian Bahan

Berbahaya dan Beracun, dan jenis macam B3. Dalam kehidupan sehari-hari,

disadari atau tidak, kita sering bersinggungan dengan berbagai bahan berbahaya

dan beracun. Tanpa kita mengenal pengertian, jenis dan cara pengelolaannya

26 Ny. Lies Yul Achyar, Dasar-Dasar Kosmetikologi Kedokteran, Majalah Cermin Dunia Kedokteran, http;//www.scribd.com diakses tanggal 15 Mei 2019

Page 36: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

22

dengan benar, akan memberikan dampak yang berkepanjangan dan beruntun

terhadap manusia dan lingkungan. Pengertian B3 atau Bahan Berbahaya dan

Beracun menurut OSHA (Occupational Safety and Health of the United State

Government) adalah bahan yang karena sifat kimia maupun kondisi fisiknya

berpotensi menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia, kerusakan properti

dan atau lingkungan. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun

2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, B3 didefinisikan

sebagai bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik

secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau

merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup,

kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.27

Produk kecantikan palsu umumnya mengandung bahan berbahaya seperti

hidrokinon, merkuri, asam retinoat dan rhodamin B. Badan POM juga telah

melarang penggunanaannya pada produk kosmetik tersebut berdasarkan

Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.03.1.23.08.11.07517 tahun 2011

Tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika. Produk kosmetik yang

mengandung bahan berbahaya tersebut perlu diwaspadai oleh masyarakat agar

terhindar dari bahayanya. Hidrokinon adalah senyawa kimia yang bila digunakan

pada produk kosmetik bersifat sebagai pemutih / pencerah kulit. Efek samping

yang umum terjadi setelah paparan hidrokinon pada kulit adalah iritasi, kulit

menjadi merah, dan rasa terbakar. Efek ini terjadi segera setelah pemakaian

hidrokinon konsentrasi tinggi yaitu diatas 4%. Sedangkan untuk pemakaian

27 Ahmad Muda AK.2003. Kamus Lengkap Kedokteran. Surabaya : Gita Media Press. hlm 54

Page 37: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

23

hidrokinon dibawah 2% dalam jangka waktu lama secara terus menerus dapat

terjadi leukoderma kontak dan okronosis eksogen (diskolorasi warna kulit).28

Asam retinoat adalah turunan dari vitamin A yang sering disebut dengan

tretinoin yang digunakan dalam terapi jerawat. Bahaya penggunaan asam retinoat

adalah menimbulkan iritasi kulit, bersifat karsinogenik, dan teratogenik

(menyebabkan cacat janin). Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang dilarang

digunakan sebagai bahan tambahan kosmetik menurut Peraturan Kepala Badan

POM Nomor HK.03.1.23.08.11.07517 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis

Bahan Kosmetika adalah Rhodamin B. Paparan jangka pendek penggunaan

rhodamin B pada kulit dapat menyebabkan iritasi pada kulit, Selain itu,

penggunaan rhodamin B pada kulit dapat juga mengakibatkan efek sistemik dan

bersifat mutagenik.29

G. Tinjauan Pustaka

Mendukung penyusunan yang lebih komprehensif, penyusun melakukan

penelaahan awal terhadap pustaka atau karya-karya terdahulu yang relevan

dengan topik yang akan diteliti. Masalah Peran Badan Pengawas Obat dan

Makana ( BPOM ) sebenarnya sudah banyak yang menyoroti dan mengkaji,

terutama kajian disajikan dalam bentuk buku.

Selain itu penyusun juga menemukan beberapa judul dalam skripsi

Suryani Wati Napitupulu mahasiswa angkatan 2014 Ilmu Hukum, Fakultas

Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta tentang “Peran Balai Pengawas Obat

dan Makanan dalam mewujudkan perlindungan hukum terhadap konsumen

28 Ibid 29 Ibid hlm 55

Page 38: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

24

produk kosmetik yang berbahaya di Batam”. Penulis menganalisis tentang

perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen terhadap penggunaan dan

peredaran produk kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan dan dapat

merugikan konsumen serta pelaku usaha. Perbedaan antara skripsi diatas dengan

penelitian peneliti bahwa skripsi diatas fokus pada pembahasan mengenai

Perlindungan hukum konsumen terhadap penggunaan dan peredaran produk

kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan dan dapat merugikan konsumen serta

pelaku usaha, sedangan peneliti Lebih memfokuskan Peran Badan Pengawasan

Obat dan Makanan (BPOM) Jambi Dalam Mengatasi Peredaran Kosmetik yang

Mengandung zat Berbahaya ( Persfektif UU Perlindungan Konsumen dan Hukum

Islam).30

Kemudia dalam Jurnal Elfina Roza Tahun 2012 dengan Judul “Peran Balai

POM dalam Menanggulangi Peredaran Kosmetik Ilegal (Studi di BPOM Bandar

Lampung)”. permasalahan dalam penelitian ini akan focus kepada peran Balai

Besar Pengawas Obat dan Makanan di Bandar Lampung dalam melindungi

masyarakat Kota Bandar Lampung khususnya dari produk kosmetik illegal.

Penelitian ini juga akan menganalisa hambatan yang dihadapi oleh BPOM di

Bandar Lampung dalam menjalankan fungsinya untuk melindungi masyarakat

dari bahaya kosmetik illegal, sedangkan peneliti Lebih memfokuskan Peran

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Jambi Dalam Mengatasi

30 Suryani Wati Napitupulu, “Peran Balai Pengawas Obat dan Makanan dalam

mewujudkan perlindungan Hukum terhada konsumen produk kosmetik yang berbahaya di Batam” skripsi mahasiswa fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2014

Page 39: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

25

Peredaran Kosmetik yang Mengandung zat Berbahaya ( Persfektif UU

Perlindungan Konsumen dan Hukum Islam). 31

Dalam Skripsi Iqlimatul Annisa Mahasiswa angkatan Tahun 2014, Ilmu

Hukum Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta dengan judul “ Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap

Peredaran produk Kosmetik Ilegal Yang Mengandung Zat Aditif ”. Penulis

Menganalisis Tentang Adanya Dampak terkait peredaran produk kosmetik Ilegal

dan Kurangnya perlindungan hukum bagi konsumen dari maraknya peredaran

kosmetik illegal, sedangkan peneliti Lebih memfokuskan Peran Badan

Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Jambi Dalam Mengatasi Peredaran

Kosmetik yang Mengandung zat Berbahaya ( Persfektif UU Perlindungan

Konsumen dan Hukum Islam). 32

31 Elfina Rosa,, perang balai POM dalam menanggulangi peredaran kosmetik illegal (Studi

di BPOM Bandar Lampung), 2012, hlm 3 32 Iqlimatul Annisa, “ Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Peredaran produk

Kosmetik Ilegal Yang Mengandung Zat Aditif ” Skripsi Mahasiswa Fakultah Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2015, hlm 2

Page 40: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

26

BAB II

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan strategi umum yang digunakan dalam

pengumpulan dan analisis data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. “Metode

diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian.

Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan

untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan

sistematis untuk mewujudkan kebenaran”.33

Adapun metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat peneliti melakukan penelitian berada di Kantor Badan

Pengawasan Obat dan Makanan ( BPOM ) Provinsi Jambi.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada 15 Februari - 15 Mei tahun 2019.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

Yuridis Empiris. Pentingnya jenis data karena diperolehnya temuan dilapangan

mengenai kaitan masalah yang diangkat dalam judul ini. Pendekatan ini dilakukan

dengan teknik pengumpulan data yang berdasarkan pada instrument pengumpulan

data. Penelitian ini juga bersifat normatif, metode ini adalah metode yang

33 Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,1995), hlm. 24.

Page 41: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

27

menggambarkan suatu data yang akan dibuat, baik oleh penulis maupun secara

kelompok. Ciri-ciri metode deskriptif adalah memusatkan diri pada masa sekarang

dan masalah-masalah yang aktual, dan kemudian data yang dikumpulkan disusun,

dijelaskan, dan dianalisis.34

Dalam penelitian ini, penyusun menggunakan jenis penyusunan pustaka

(library research), yaitu suatu penyusunan dengan cara menghimpun, menuliskan,

mengedit, dan mengklasifikasikan, mereduksi dan menjadikan data dan informasi

yang relevan dengan topik atau masalah yang akan diteliti. Data dan informasi

tersebut diperoleh dari berbagai sumber tertulis seperti buku-buku ilmiah, laporan

penyusunan, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan,

ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik

lainnya yang terkait dengan analisis penerapan Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 terhadap perlindungan konsumen. Penulis juga menggunakan pendekatan

yuridis. Pendekatan yurudis penulis gunakan untuk melihat objek hukum karena

berkaitan dengan produk perundang-undangan yaitu Undang-Undang No. 8

Tahun 1999 tetang perlindungan konsumen.

C. Jenis dan Sumber Data

1) Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari

sumber pertamanya. Dalam penilitian ini sumber data diperoleh dari hasil

wawancara yang dilakukan peneliti di Kantor Badan Pengawasan Obat dan

Makanan ( BPOM ) Jambi. Data primer di sini merupakan data pokok yang

34 Sayuti Una, (ED.), Pedoman Penulis Skripsi (Edisi Revisi), (Jambi: Syariah Press, 2012), hlm. 251.

Page 42: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

28

diperoleh melalui hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dilapangan. Data

yang termasuk dalam penelitian ini adalah peristiwa-peristiwa atau kejadian-

kejadian yang berkenaan dengan penerapan Peran Badan Pengawasan Obat dan

Makanan (BPOM) Jambi Mengatasi Peredaran Kosmetik Mengandung Zat

Berbahaya Perspektif UU Perlindungan Konsumen dan Hukum Islam.

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang biasanya telah tersusun dalam bentuk

dokumen-dokumen. Sumber yang yang didapat dari referensi-referensi buku,

internet, dan hasil penelitian yang telah disusun menjadi dokumen.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Seusai dengan permasalahan yang diangkat, peniliti menggunakan

penelitian sebagai berikut:

a. Penelitian kepustakaan (library research)

Adanya penelitian pustaka yang penulis maksud adalah mengumpulkan

data yang diambil dari buku-buku, jurnal, dan internet yang mendukung penelitian

ini.

b. Penelitian lapangan (field research)

Sementara penulis mengumpulkan data langsung ketempat objek

penelitian. Dalam hal ini menjadi objek penelitian ini adalah data yang diperoleh

dari seluruh pihak Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Teknik itu dengan pengumpulan data adalah sebagai berikut:

Page 43: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

29

1) Observasi

Metode dengan mendatangi tempat penelitian lapangan langsung guna

mendapatkan data yang valid bagi peneliti, dan penelitian ini observasinya

dilakukan secara langsung kepada petugas Badan Pengawas Obat dan Makanan

( BPOM ) , dengan melihat dan mengamati sejauh mana Peran Badan Pengawasan

Obat dan Makanan (BPOM) Jambi Mengatasi Peredaran Kosmetik Mengandung

Zat Berbahaya Perspektif UU Perlindungan Konsumen dan Hukum Islam.

2) Wawancara

Metode dengan Tanya jawab langsung kepada pihak yang terlibat dalam

penelitian ini. Wawancara ini dilakukan dengan pihak guna mengetahui secara

langsung tentang penerapan Peran Badan Pengawasan Obat dan Makanan

(BPOM) Jambi Mengatasi Peredaran Kosmetik Mengandung Zat Berbahaya

Perspektif UU Perlindungan Konsumen dan Hukum Islam.

3) Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia

dalam bentuk-bentuk dokumen. Dokumen yang diperoleh dari Kantor Badan

Pengawas Obat dan Makanan ( BPOM ) Jambi yang dikelola untuk melengkapi

penelitian-penelitian yang berupa dokumen.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan mereduksi data yang

diperoleh dari hasil wawancara. Data wawancara yang sudah direkam kemudian

ditranskripkan dengan tujuan peneliti memudahkan peneliti memilih data yang

sesuai untuk dianalisis. Data yang berhubungan dengan Peran Badan Pengawasan

Page 44: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

30

Obat dan Makanan (BPOM) Jambi Mengatasi Peredaran Kosmetik Mengandung

Zat Berbahaya Perspektif UU Perlindungan Konsumen dan Hukum Islam.

Langkah selanjutnya adalah membuat rangkuman ini dari setiap aspek yang

diteliti. Langkah terakhir adalah membuat kesimpulan sementara dari data-data

yang terkumpul, sehingga dapat diambil langkah-langkah awal untuk penelitian

lanjutan dan mengecek kembali hasil data-data asli yang telah diperoleh.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan pemahaman secara runtut, pembahasan dalam

penulisan skripsi mempunyai sistematika sebagai berikut:

Pembahasan diawali dengan Bab I, pendahuluan. Bab ini pada hakikatnya

menjadi pijakan bagi penulisan skripsi. Bab ini berisikan tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori, dan

tentang tinjauan pustaka.

Kemudian pada Bab II akan membahas tentang metode penelitian dalam

pembuatan skripsi. Dengan sub bab tempat dan waktu penelitian, pendekatan

penelitian, jenis dan sumber data, instrumen pengumpuln data, teknik analisis

data, sistematika penulisan dan jadwal penelitian.

Dalam Bab III berisi tentang gambaran umum Kantor Badan Pengawas

Obat dan Makanan ( BPOM ) Jambi. Dalam bab ini menjelaskan mengenai

biografi Kantor Badan Pengawas Obat dan Makanan ( BPOM ) Jambi.

Selanjutnya dalam Bab IV berisi tentang pembahasan dan hasil penelitian.

Dengan sub bab tentang Peran Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

Jambi Mengatasi Peredaran Kosmetik Mengandung Zat Berbahaya Perspektif UU

Page 45: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

31

Perlindungan Konsumen dan Hukum Islam. Penelitian ini dilakukan di Kantor

Badan Pengawas Obat dan Makanan ( BPOM ) Provinsi Jambi.

Sementara Bab V yang merupakan penutup, berisikan mengenai

kesimpulan dari hasil penelitian skripsi dan berisikan tentang saran-saran serta

dilengkapi dengan daftar pustaka, lampiran, dan curiculum vitae.

G. Jadwal penelitian

Jadwal penelitian ini di susun untuk menjadi pedoman ketika penelitian di

laksanakan. Dengan adanya jadwal penelitian akan mudah mempesiapkan

langkah- langkah penelitian yang akan dilaksanakan nantinya. Lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 46: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

32

Tabel 1 : Jadwal Penelitian

NO JENIS KEGIATAN

TAHUN 2018/2019

I APRIL

MEI

II OKTOBER

DESEMBER

III JANUARI

FEBRUARI

IV MARET APRIL

V MEI JUNI

VI JULI

1. Pembuatan Proposal Dan Pengajuan Judul

2. Pengajuan Proposal dan Penumjukan Dosen Pembimbing

3. Konsultasi Dan Perbaikan Proposal

4. Seminar Proposal dan Perbaikan Hasil Seminar

5. Pengesahan Judul dan Izin Riset

6. Pengumpulan Data dan Penyusunan Data

7. Analisis dan Penelitian Draf

8. Penyempurnaan dan Penggandaan

9. Ujian Skripsi

Page 47: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

33

BAB III

GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Kantor Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

Provinsi Jambi

Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan nasional disusun

secara periodik meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

(RPJPN) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga untuk

jangka waktu 5 tahun, serta Rencana Pembangunan Tahunan yang selanjutnya

disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja

Kementerian/Lembaga (Renja K/L).35

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025

yang ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 memberikan

arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah,

masyarakat dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional.

Selanjutnya RPJPN ini dibagi menjadi empat tahapan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN), salah satunya adalah RPJMN 2015-2019

yang merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan RPJPN 2005-2025. Sebagai

kelanjutan RPJMN tahap kedua, RPJMN tahap ketiga ditujukan untuk lebih

memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan

35 Dokumen Tahunan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Jambi

2015, hlm 15

Page 48: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

34

menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian yang

berlandaskan keunggulan sumber daya alam, sumber daya manusia berkualitas

serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.36

Sebagaimana amanat tersebut di atas dan dalam rangka mendukung

pencapaian program-program prioritas pemerintah, Balai Pengawas Obat dan

Makanan di Jambi sesuai kewenangan, tugas dan fungsinya menyusun Rencana

Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta

program dan kegiatan untuk periode tahun 2015-2019 dan berpedoman pada

RPJMN 2015-2019. Proses penyusunan Renstra Balai Pengawas Obat dan

Makanan di Jambi tahun 2015 - 2019 dilakukan sesuai dengan amanat peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan hasil evaluasi pencapaian kinerja tahun

2010-2014, serta melibatkan pemangku kepentingan yang menjadi mitra Balai

Pengawas Obat dan Makanan di Jambi. Selanjutnya Renstra Balai Pengawas

Obat dan Makanan di Jambi periode 2015-2019 diharapkan dapat meningkatkan

kinerja Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi dibandingkan dengan

pencapaian dari periode sebelumnya sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan.37

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi yang bertugas mengawasi

peredaran obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetika dan makanan di

wilayah provinsi Jambi. Tugas, fungsi dan kewenangan Balai Pengawas Obat dan

Makanan di Jambi di atur dalam Peraturan Kepala Badan POM RI nomor 14

tahun 2014, tanggal 17 Oktober 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit

36 Ibid 37 Ibid hlm 16

Page 49: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

35

Pelaksana Teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia. Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi sebelumnya merupakan

Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kantor wilayah Kesehatan di provinsi

Jambi. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas Balai Pengawas

Obat dan Makanan di Jambi menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

1. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan;

2. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu

produk terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional,

kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya;

3. Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk

secara mikrobiologi;

4. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan

sarana produksi dan distribusi;

5. Investigasi dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum;

6. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu yang

ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan;

7. Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen;

8. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan;

9. Pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan;

10. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan POM RI sesuai

dengan bidang tugasnya.38

38 Dokumen Tahunan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Jambi

2016, hlm 8

Page 50: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

36

Untuk mendukung tugas- tugas tersebut, Balai Pengawas Obat dan

Makanan di Jambi perlu diperkuat, baik dari sisi kelembagaan maupun kualitas

sumber daya manusia, serta sarana prasarana pendukung lainnya seperti

laboratorium, sistem teknologi dan informasi, dan lain sebagainya,

B. Visi dan Misi Badan Pengawasan Obat dan Makanan ( BPOM ) Provinsi

Jambi

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Balai Pengawas Obat dan

Makanan di Jambi berpedoman pada visi dan misi Badan POM RI, sesuai dengan

Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor :

HK.04.01.21.11.10.10509 tentang Visi dan Misi Badan Pengawas Obat dan

Makanan sebagai berikut :

1. Visi Badan POM RI :

Obat dan makanan aman meningkatkan kesehatan masyarakat dan daya saing

bangsa.

2. Misi Badan POM RI

a) Meningkatkan sistem pengawasan obat dan makanan bersaing risiko untuk

melindungi masyarakat.

b) Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan

obat dan makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku

kepentingan.

c) Meningkatkan kapasitas kelembagaan badan pengawasan obat dan makanan.39

39 Ibid

Page 51: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

37

C. Kegiatan Utama dan Kegiatan Prioritas

1. Kegiatan Utama

Sesuai dengan Rancangan Strategis 2015-2019 maka Balai Pengawasan Obat dan

Makanan di Jambi menyusun kegiatan utama, sebagai berikut :

a. Meningkatkan efektifitas pengawasan obat dalam rangka melindungi

masyarakat.

b. Memnuhi kebutuhan sarana prasarana laboraturium dalam mendukung

pengawasan Obat dan Makanan.

c. Meningkatkan kompetensi dan jumlah SDM untuk mendukung kinerja

Pengawasan Obat dan Makanan.

d. Menerapkan sistem manajemen mutu secara konsisten.

2. Kegiatan Prioritas

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Balai POM di Jambi sebagai intitusi

pengawasan obat dan makanan telah menetapkan kegiatan prioritas, yaitu :

a. Peningkatan pengawasan sarana produksi, sarana distibusi dan sarana

pelayanan obat dan makanan untuk meningkatkan kualitas sarana produksi,

sarana distribusi dan sarana pelayanan obat dan makanan.

b. Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, prekunsor dan zat adiktif.

c. Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumberdaya

laboraturium obat dan makanan.

d. Penyidikan terhadap pelanggaran obat dan makanan.

e. Peningkatan kerja sama lintas sektor, komunikasi, informasi dan edukasi

publik melalui kegiatan operasional mobil keliling, pameran, penyebaran

Page 52: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

38

informasi baik langsung maupun media cetak ( media massa, leaflet dan

brosur ).40

D. Budaya Kerja Badan Pengawasan Obat dan Makanan ( BPOM ) Provinsi

Jambi

Untuk membangun budaya kerja yang efektif dan efisien, Badan

Pengawasa Obat dan Makanan di Jambi dikembangkan dengan nilai-nilai dasar

budaya organisasi sebagai berikut :

1. PROFESIONAL

Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektifitas, ketekunan dan

komitmen yang tinggi.

2. INTEGRITAS

Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan, dalam menjunjung tinggi

nilai-nilai luhur dan keyakinan.

3. KREDIBILITAS

Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional.

4. KERJASAMA TIM

Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik.

5. INOVATIF

Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi, sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.

6. RESPONSIF / CEPAT TANGGAP

Antisipatif dan responsifdalam mengatasi masalah.

40 Ibid hlm 9

Page 53: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

39

E. Letak Geografis Kantor Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

Provinsi Jambi

Balai pengawas obat dan makanan dijambi yang terletak di Jl. RM

Nuratmadibrata No. 11 Telanaipura jambi menempati lahan seluas 3.976 m2

termuat dalam surat Hak Pakai tanah milik pemda Provinsi Jambi sesuai dengan

surat perjanjian antara pemerintah provinsi jambi dengan balai pengawasan obat

dan makanan di jambi No.2969/SPP/Gub/BPKAD/2014 dan

No.PR.02.02.89.11.14.1995 Tanggal 30 OKTOBER 2014. Dan luas tanah untuk

untuk rumah dinas/mes 802 m2 yang terletak di Komplek RSU Jambi

(berdasarkan izin pemakaian dari pemda provinsi jambi sesuai SK. Gubernur

jambi No.3096/SPP/Gub/BPKAD/2014 dan No.02.02.89.11.14.1995 Tanggal 30

oktober 2014. Hal tersebut diatas sesuai SK. Gubernur Jambi No.

580/Kep.Gub/BPKAD/2014 Tangggal 18 November 2014).41

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi idealnya dapat menjalankan

tugasnya secara lebih proaktif, tidak reaktif, yang hanya bergerak ketika sudah ada

kasus-kasus yang dilaporkan. Luas wilayah Propinsi Jambi ± 53.435,00 km2-

terdiri dari luas daratan 50.160,05 km2 dan perairan 3.274,95 km2 dengan

wilayah pengawasan 11 (sebelas) Kabupaten/Kota, yaitu :

Kabupaten Kerinci : 3.355,27 km2

Kabupaten Bungo: 4.659 km2

Kabupaten Tebo : 6.461 km2

Kabupaten Merangin : 7.679 km2

41 Dokumentasi BPOM Provinsi Jambi periode 2015-2019, tanggal 25 april 2019. Hlm 13

Page 54: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

40

Kabupaten Sarolangun : 6.184 km2

Kabupaten Batang Hari : 5.804 km2

Kabupaten Muaro Jambi : 5.326 km2

Kab.Tanjung Jabung Barat : 4.649,85 km2

Kab.Tanjung Jabung Timur :5.445km2

Kota Sungai Penuh : 391,5 km2

Kota Jambi : 205,43 km2

Umumnya wilayah Propinsi Jambi dapat ditempuh dengan transportasi

darat dan ada beberapa yang melalui air (sungai), seperti di Kabupaten Tanjung

Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur. Lama waktu perjalanan ke Ibukota

Kabupaten rata-rata 4 jam, untuk Ibu Kota Kabupaten yang terjauh membutuhkan

waktu tempuh 12 jam dan Ibu Kota Kabupaten yang terdekat hanya

membutuhkan waktu 30 menit, Untuk melaksanakan kegiatan pengawasan ke

sarana, waktu yang diperlukan di satu wilayah kerja rata-rata 2 hari. untuk

Kabupaten terjauh dibutuhkan waktu 5 hari kerja dan yang terdekat 1 hari kerja,

kondisi ini merupakan salah satu faktor yang sangat sulit bagi Balai Pengawas

Obat dan Makanan di Jambi dalam melakukan fungsi pengawasan secara

komprehensif. Namun hal ini tidak menjadi hambatan, bahkan justru menjadi

tantangan tersendiri bagi Balai Pengawas Obat dan Makanan di Jambi dalam

melakukan revitalisasi dan penguatan terhadap mandat dan kinerjanya mengawasi

Page 55: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

41

keamanan mutu produk obat dan makanan, baik produk dalam negeri maupun

produk impor yang beredar di masyarakat. 42

Di sisi lain, tuntutan modernisasi suatu bangsa juga berpengaruh pada

pola hidup masyarakatnya. menjaga pola hidup sehat juga menjadi semakin sulit

untuk d ipenuhi oleh masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, terutama

pemenuhan standar kesehatan, dimana peredaran makanan yang tidak begitu baik

bagi kesehatan juga hampir-hampir tidak bisa dihindari.43

42 Ibid 43 Ibid hlm 14

Page 56: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

42

F. Struktur Organisasi Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

Provinsi Jambi

Gambar 1: Struktur Organisas

Kepala

Drs. Antoni Asdi. M. Pharm

NIP. 196304181989031001

Kepala Subbag Tata Usaha

Dra. Evi Iriantina, Apt. MH

NIP. 196303061989032001

Kepala Seksi Pengujian Kimia

Armeiny Romita, S.SI, Apt

NIP. 196810141997032001

Kepala Seksi Penguji Mikrobiologi

Dra. Hj. Emli, Apt

NIP. 196608131996032001

Kepala Seksi Pemeriksaan

Dra. Lenggo Vivirianty, Apt

NIP. 196704011990032001

Kepala Seksi Penindakan

Rahmat Hidayat, M. Farm, SCI, Apt

NIP. 19658605072008121001

Kepala Seksi Informasi dan Komunikasi

Marhamah, SE

NIP. 196803111989022001

Kelompok Jabatan Fungsional

Page 57: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

43

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Peran Badan Pengawasan Obat dan Makanan ( BPOM ) Provinsi Jambi

dalam Mengatasi Peredaran Kosmetik yang Mengandung Zat Berbahaya

Pengawasan Badan POM terhadap peredaran kosmetika di sarana

distribusi pada tahun 2015 menemukan 8.474 item (174.227 pcs) kosmetika tanpa

izin edar (TIE) dan 245 item (43.458 pcs) kosmetika mengandung bahan dilarang.

Sedangkan pada tahun 2017, ditemukan 4.665 item (84.485 pcs) kosmetika TIE,

219 item (38.757 pcs) kosmetika mengandung bahan dilarang dan 1.889 item

kosmetika yang mencantumkan penandaan yang tidak memenuhi syarat. Terhadap

temuan tersebut, dilakukan tindak lanjut yang sesuai dengan pelanggaran masing-

masing yaitu antara lain penarikan dan pemusnahan produk serta proses

pengadilan untuk tindak pidana bagi mereka yang melanggar ketentuan. Seperti

saat penulis melakukan wawancara dengan bapak Sarino selaku karyawan

fungsional tertentu BPOM provinsi Jambi :

“Peran BPOM dalam melakukan pengawasan terhadap kosmetik ini, baik yang mengandung bahan berbahaya maupun yang tidak mengandung bahan yang berbahaya tetap kita melakukan pengawasan. Salah satu contohnya dalam pengawasan untuk prodak kosmetik yang beredar kita melakukan sampeling, kita beli prodaknya kemudian kita uji dilaboraturium apakah kosmetik itu memenuhi persyaratan mutu, kualitas, keamanan, dan kemamfaatannya. Dalam rangka melakukan pengawasan terkait obat dan makanan khususnya terkait peredaran kosmetik illegal/berbahaya selalu berupa menyelaraskan program-program yang dimiliki oleh lintas sektor lain”.44

44 Wawancara Dengan bapak Sarino Selaku Funsional tertentu BPOM Provinsi Jambi, 30-

04-2019

Page 58: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

44

Generasi milenial lebih sering terpapar dengan beragam informasi tentang

kosmetika melalui iklan online serta beauty blogger dan beauty vlogger yang

sekarang sedang marak. Mereka kurang meningkatkan kesadaran dan

pengetahuannya akan bahaya kosmetik yang mengandung zat berbahaya. Bahan

berbahaya adalah bahan-bahan aktif yang menimbulkan reaksi negatif dan

berbahaya bagi kesehatan kulit khususnya dan tubuh umumnya ketika

diaplikasikan, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Reaksi efek

samping kosmetik cukup parah akibat penambahan bahan aditif untuk

meningkatkan efek pemutih. Parahnya reaksi efek samping kosmetik ini salah

satunya disebabkan karena penambahan bahan aditif untuk meningkatkan efek

pemutih, disamping karena penggunaan jangka panjang pada area yang luas pada

tubuh, di iklim yang panas dan lembab yang kesemuanya meningkatkan absorpsi

melewati kulit. Reaksi negatif yang ditimbulkan oleh bahan berbahaya yang

terkandung dalam kosmetika beragam, mulai dari iritasi ringan hingga berat,

alergi, penyumbatan fisik di pori-pori, keracunan lokal atau sistemik. Seperti pada

saat penulis melakukan wawancara dengan Ibu Dra. Lenggo Vivirianty, Apt

Selaku Kepala seksi pemeriksaan BPOM Provinsi Jambi :

“Sebagai upaya untuk mengedukasi masyarakat agar mampu memilih dan menggunakan kosmetika yang aman, BPOM Provinsi Jambi menyelenggarakan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), belajar dari kasus-kasus produksi dan distribusi kosmetik ilegal dan Berbahaya di Provinsi Jambi ini, BPOM tak hentinya mengimbau kepada para konsumen untuk bijak dalam memilih produk kosmetika dan tidak tergiur dengan iklan-iklan menyesatkan atau harga yang tidak wajar”.45

45 Wawancara Dengan ibu Lenggo Vivirianty Selaku Kepala seksi pemeriksaan BPOM Provinsi Jambi, 07-05-2019

Page 59: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

45

Peredaran kosmetik Berbahaya ini merupakan suatu masalah yang sulit

untuk diselesaikan, karena melibatkan berbagai faktor dan kondisi yang tidak

dapat ditangani dengan satu tindakan saja. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009

tentang kesehatan dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen yakni Undng-

Undang Nomor 8 tahun 1999 serta peraturan Kepala Badan POM RI dan juga

peraturan pemerintah secara jelas mengatur bahwa kosmetik yang baik adalah

kosmetik yang memenuhi persaratan dari Badan POM. Meskipun sudah diatur

sedemikian rupa ternyata yang terjadi dilapangan tidak sedikit penyimpangan

yang ditemukan terkait kosmetik yang berbahaya ini, Seperti pada saat penulis

wawancara dengan bapak Rahmat Hidayat, M. Farm, SCI, Apt Selaku kepala

seksi penindakan BPOM Provinsi Jambi :

“Berdasarkan daftar lampiran Public Warning No. HM tanggal 19 Desember 2014 oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan, terdapat beberapa sediaan kosmetik yang diantaranya lipstik, krim malam, sabun wajah, eye shadow, blush on, dan bedak. Kosmetika tersebut mengandung bahan berbahaya seperti logam timbal, merkuri, pewarna merah K3, dan bahan berbahaya lainnya. Kosmetika yang termasuk ke dalam peringatan publik atau public warning mengandung bahan berbahaya tersebut terdiri dari 37 kosmetika yang tidak ternotifikasi dan 31 memiliki nomor notifikasi yang telah dibatalkan (BPOM RI, 2014)”.46 Pengetahuan masyarakat menjadi penting untuk bisa menanamkan

kesadaran dan pemahaman baru untuk bisa memperhatikan dan turut serta

mengawasi peredaran kosmetik Berbahaya di Kota Jambi sehingga kemudian

memberikan informasi kepada Balai POM untuk bisa ditangani lebih lanjut. Sebab

tanpa informasi serta data akurat dan terkini, maka akan sulit bagi Balai POM

46 Wawancara Dengan bapak Rahmat Hidayat Selaku Kepala seksi penindakan BPOM

Provinsi Jambi, 07-05-2019

Page 60: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

46

menangani masalah kosmetik Berbahaya ini. Setelah dikonfirmasi kepada

konsumen kosmetik tentang produk kosmetik yang digunakan sebagian

menyatakan ketidaktahuan apakah produk kosmetik yang digunakan Berbahaya

atau tidak dan sebagian lagi menyatakan bahwa mereka mengetahuinya akan

tetapi tetap menggunakan karena dirasa tidak menimbulkan efek negatif, Seperti

pada saat penulis wawancara dengan Sri Yulidiana Selaku Konsumen.

“Kalo ngeliat dari public warning ada sih mbak, mulanya saya tergiur untuk menggunakan cream pemutih yang digunakan oleh teman saya. Awal mula pemakain saya merasa banyak terdapat perubahan dari pemakaian kosmetik ini seperti hilangnya jerawat, bintik -bintik pada wajah dan wajah saya juga terlihat lebih putih selama pemakaian kosmetik ini. Selain harganya murah kosmetik ini juga mudah didapatkan dipasaran dan hasilnya mudah terlihat. Namun setelah pemakaian 1 bulan, wajah saya terasa gatal dan memerah, awalnya saya mengira karena alergi terhadap makanan, saya pun tetap melanjutkan pemakaian produk kosmetik ini. Setelah seminggu pemakain selanjutnya muka saya mengalami gatal dan memerah lalu timbul bintik-bintik kecil, saya mengaku ternyata penyebab dari muka saya gatal dan memerah lalu timbul bintik-bintik adalah kosmetik yang selama ini saya gunakan”.47

Kosmetika tanpa izin edar, kemasannya sudah rusak dan tidak layak,

kosmetika yang diduga mengandung bahan berbahaya atau kosmetika yang sudah

memasuki masa kadaluarsa merupakan hal yang dilarang karena dapat

membahayakan kesehatan pengguna kosmetik meskipun harapan ketika

menggunakan produk tersebut adalah mendapatkan penampilan terbaik atau

mempercantik diri akan tetapi jika penggunaan nya dilakukan secara terus

menerus maka dapat membahayakan kesehatan penggunanya karena dapat

menyebabkan kanker kulit atau penyakit-penyakit lainnya yang juga berbahaya.

47 Wawancara Dengan Sri Yulidiana (25 tahun) Selaku Konsumen Kosmetik Cream

Pemutih, 18-05-2019

Page 61: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

47

Oleh karena itu dalam hal ini Balai POM di Jambi harus menjadi instansi yang

tanggap menangani kasus ini dikarenakan Balai POM memiliki peranan yang

sangat penting untuk meminimalkan peredaran kosmetik Berbahaya dikalangan

masyarakat. Seperti pada saat penulis wawancara dengan Ariska Wati Selaku

Penjual kosmetik mengenai ketanggapan Balai POM Jambi tentang adanya

produk kosmetik Berbahaya :

“Saya tidak bisa jawab tanggap atau tidakknya karena saya belum melihat langsung bagaimana Balai POM itu bekerja, yang saya lihat hanya beberapa di media televisi saja ada beberapa kosmetik yang di razia dan sejauh ini yang saya tahu Balai POM yang di Jakarta bekerja sih tapi kalau yang di Jambi saya belum melihat nya”.48

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Nurhanida selaku konsumen kosmetik:

“Mungkin sudah tapi belum maksimal ya pengawasan nya karena kalau dilihat-lihat lagi masih sangat mudah ditemukan kosmetik yang nggak boleh di toko kosmetik. Di mall-mall juga ada”.49

Berdasarkan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa pelanggaran

dan penyimpangan yang terjadi memang kerap bersumber dari ketidakpatuhan

pelaku usaha pada peraturan perundang-undangan maupun peraturan kepala

Badan POM baik itu berupa produk kosmetika yang tidak memiliki izin edar dari

Badan POM, produk kosmetika yang mengandung bahan berbahaya dan telah

ditarik oleh Badan POM, produk kosmetika tidak memenuhi ketentuan sesuai

dengan persyaratan label/penandaan yang diatur oleh Badan POM, produk

48 Wawancara Dengan Ariska Wati (23 tahun) Selaku Penjual Kosmetik, 18-05-2019

49 Wawancara Dengan Nurhanida (26 tahun) Selaku Konsumen Kosmetik Cream Pemutih, 18-05-2019

Page 62: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

48

kosmetika dengan kemasan yang sudah rusak dan juga produk kosmetik yang

telah melampaui masa kadaluarsa. Ditambah dengan minimnya pemeriksaan ke

lapangan oleh pihak Balai POM semakin membuat pelaku usaha merasa lebih

leluasa menjual atau menyediakan produk kosmetik Berbahaya.

Dalam mengatasi persoalan ini, Balai POM di Jambi meresponi dengan

memperlengkapi data jumlah sarana distribusi yang ada di Kota Jambi, agar bisa

memiliki data yang akurat terkait jumlah sarana distribusi kosmetik di Kota

Jambi. Namun sampai saat ini, respon tersebut dapat dikatakan lamban,

mengingat masih banyak keluhan konsumen terhadap peredaran kosmetik

illegal/Berbahaya pada sarana distribusi kosmetik khususnya pada toko kosmetik

mengingat tidak terealisasiya target pemeriksaan yang harus dilakukan setiap

tahunnya serta melakukan razia dengan cara membeli produk terkait yang

kemudian kurang memberikan efek jera bagi pelaku usaha distributor kosmetik

illegal/Berbahaya. Rentang waktu pengawasan sendiri belum dikatakan cukup

baik dikarenakan tidak adanya waktu-waktu yang ditetapkan untuk melakukan

pengawasan. Bahkan setelah diteliti ternyata realisasi pemeriksaan tidak

melampaui bahkan terus menurun dari target yang telah ditetapkan secara

bersama-sama oleh pihak Balai POM.

Page 63: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

49

B. Peran Badan Pengawasan Obat dan Makanan ( BPOM ) Provinsi Jambi

dalam Mengatasi Peredaran Kosmetik yang Mengandung Zat Berbahaya

Persfektif UU Perlindungan Konsumen

Pemerintah Telah mengeluarkan Undang-Undang No.8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen yang mana di dalam Undang-Undang tersebut

terdapat beberapa aturan mengenai hak dan kewajiban konsumen serta hak dan

kewajiban pelaku usaha. Sebenarnya konsumen telah dilindungi dengan payung

hukum yaitu adanya UUPK Tahun 1999, Namun apakah aturan tersebut

dipergunakan atau tidak itu yang menjadi persoalan. Mengenai hak-hak konsumen

yang dilindungi terkait beberapa hal yaitu kepedulian pemerintah melalui instansi

terkait, kepedulian pelaku usaha akan kesadaran akan melindungi hak -hak

konsumen dan juga kepedulian konsumen itu sendiri memproteksi diri sendiri.50

Perlidungan terhadap konsumen pada saat ini merupakan hal yang urgent yang

harus diperhatikan, dengan adanya Undang-Undang nomor 8 tahun 1999 tentang

perlindungan konsumen diharapkan dapat menjawab persoalan yang ada,

disamping maraknya pasar asing yang masuk di Indonesia serta penggunaan

kosmetik secara merata menyebabkan pemantauan terhadap kosmetik khususnya

dapat lebih ditekankan. Terlebih penggunaan bahasa di dalam penjelasan serta

komposisi yang tidak dapat dipahami serta menggunakan bahan-bahan yang

berbahaya dapat menjadi dasar kuat agar masalah ini dapat di jadikan pembahasan

serius untuk di tanggulangi.

50 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK.00.05.42.2995

tentang Pengawasan Pemasukan Kosmetik. hlm 3.

Page 64: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

50

Menurut Undang-Undang no 8 tahun 1999 tentang perlindungan

konsumen, beberapa peraturan yang dapat diterapkan untuk melindungi konsumen

terdapat pada Pasal 4, serta Pasal 8. Pasal 4 huruf a yang menyebutkan “ Hak atas

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau

jasa; ” Maksud dari pasal tersebut diartikan sebagai perlindungan dari segala hal

yang bisa menjadi hilangnya rasa aman, nyaman dari diri konsumen ini berarti

peredaran dari kosmetik berbahaya harus ditanggulangi dengan baik agar dalam

menggunakan produk kosmetik masyarakat bias tetap terlindungi hak nya.51

Pasal 4 huruf c yang menyebutkan “Hak atas informasi yang benar, jelas,

dan jujur, mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;” maksud dari pasal

tersebut bias diartikan keterbukaan informasi yang diberikan produsen atau pelaku

usaha kepada konsumen merupakan hak yang harus dimiliki konsumen. Sama

halnya dengan itu, maka produsen juga harus memenuhi kewajiban untuk

mengimplementasikan pasal 4 hurf c tersebut. Oleh karena itu pula penting bagi

konsumen untuk selalu membaca kemasan atau table informasi pada setiap produk

yang dibelinya, konsumen juga harus teliti mengenai informasi produk atau

barang yang tidak sesuai dengan informasi yang tertera pada produk. Sehingga

dari hal ini bisa dikatakan produsen masih belum memenuhi kewajibannya dalam

memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur pada konsumen barang

dan/atau jasa dalam hal ini khususnya produk kosmetik yang mengadung zat

berbaya.52

51 Tim Redaksi BIP, “Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen. hlm 15 52 Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, ( Surabaya, PT. Bina

Ilmu, 1987 ), hlm 29

Page 65: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

51

Pasal 4 hurf d yang isinya “Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya

atas barang dan/atau jasa yang digunakan;” setiap konsumen berhak atas jaminan

dari produk kosmetik yang digunakannya termasuk saat konsumen mengalami

keluhan dari produk tersebut pelaku usaha wajib menyediakan layanan konsumen

yang dapat menanggapi keluhan tersebut agar masyarakat tetap terpenuhi hak nya

atas setiap produk kosmetik yang ia gunakan, namun pada produk-produk

kosmetik yang illegal tadak akan tercantum kontak layanan konsumen dari

kosmetik tersebut maka hal tersebut suadah menunjukkan sebuah itikat tidak baik

dari sisi pelaku usaha yang tidak ingin bertanggung jawab jika adanya keluhan

dari konsumen atas produk yang mereka gunakan.53

Pasal 8 ayat 1 “Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau

memperdagangkan barang dan atau jasa yang”;

1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam

hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang

tersebut;

3. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan

menurut ukuran yang sebenarnya;

4. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagai

mana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan/atau jasa

tersebut;

53 Ibid

Page 66: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

52

5. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya,

mode, atau penggunaan tertentu sebagai mana dinyatakan dalam label atau

keterangan barang dan/atau jasa tersebut;

6. Tidak sesuai dengan janji dinyatakan dalam label, etiket keterangan, iklan atau

promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut;

7. Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu

penggunaan/pemamfaatan yang paling baik atas barang tersebut;

8. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan

“halal” yang dicantumkan dalam label;

9. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang menurut nama

barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal

pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan

lain untuk penggunaan yang menurut ketentuanharus di pasang/dibuat;54

Pasal ini benar mengatur tentang larangan produksi bagi produk

khususnya kosmetik yang tidak mengikuti peraturan diatas namun pada

kenyataannya produk kosmetik impor illegal sudah pasti tidak akan memiliki izin

edar resmi yang berlaku di Indonesia, juga isi dan kandungan yang terdapat dalam

produk tersebut tidak bisa dipertanggung jawabkan karena tidak adanya kepastian

dari keaslian produk tersebut, tidak adanya label halal, serta tidak adanya

pencantuman label kadaluarsa menjadikan produk tersebut benar-benar telah

menyalahi aturan yang berlaku dalam peredaran kosmetik di Indonesia.55

54Tim Redaksi BIP, “Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen. 55 Ibid, Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. hlm 30

Page 67: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

53

Dalam rangka menjamin mutu, keamanan, dan kemanfaatan kosmetik

perlu pengaturan izin produksi kosmetik, pemerintah mengeluarkan Peraturan

Menteri Republik Indonesia Nomor 1175/MENKES/PER/VII/2010 Tentang Izin

Produksi Kosmetika pasal 2 ayat (1) menyebutkan kosmetk yang beredar harus

memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan. Pasal 4 ayat (1)

menyebutkan industri kosmetik yang akan membuat kosmetik harus memiliki izin

produksi. Izin produksi berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.

Industri kosmetik dalam membuat kosmetik wajib menerapkan Cara Pembuatan

Kosmetik yang Baik (CPKB). Industri yang memenuhi persyaratan CPKB

diberikan Sertifikat oleh Kepala Badan.

Dalam hukum perlindungan konsumen Undang-undang No.8 Tahun 1999

disebutkan bahwa faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen dalam

perdagangan adalah tingkat kesadaran konsumen masih amat rendah yang

selanjutnya diketahui terutama disebabkan oleh rendahnya pendidikan konsumen.

mengacu pada hal tersebut, UUPK diharapkan menjadi landasan hukum yang kuat

bagi pemerintah dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat untuk

melakukan upaya pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan

konsumen. Sehingga diharapkan segala kepentingan konsumen secara integrative

dan komprensif dapat dilindungi.Agar tidak terjadi lagi kejadian-kejadian yang

merugikan konsumen, maka kita sebagai konsumen harus lebih teliti lagi dalam

memilih barang/jasa yang ditawarkan dan adapun hal-hal yang perlu diperhatikan

bagi konsumen, seperti:

1. Kritis terhadap iklan dan promosi dan jangan mudah terbujuk

Page 68: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

54

2. Teliti sebelum membeli

3. Biasakan belanja sesuai rencana

4. Memilih barang yang bermutu dan berstandar yang memenuhi aspek

keamanan, keselamatan, kenyamanan dan kesehatan

5. Membeli sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan

6. Perhatikan label, keterangn barang dan masa kadaluarsa

Pemerintah juga mengeluarkan Undang-Undang Kesehatan, dan untuk

petunjuk teknis dalam hal kosmetik dikeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1175/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Izin Produksi

Kosmetika yang mana pada pasal 2 angka (1) menyebutkan kosmetika yang

beredar harus memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan.

Dalam bentuk perlindungan hukum bagi masyarakat khususnya konsumen

kosmetik yang mengandung zat berbahaya dan tidak terdaftar BPOM melalui 2

cara yaitu:

1. Perlindungan Hukum Dari Aspek Administratif

Bentuk perlindungan hukum yang dilakukan melalui Hukum

Administratif terhadap kosmetik yang mengandung zat berbahaya dan tidak

terdaftar BPOM dilakukan terhadap pelaku usaha yang melanggar tanggung

jawabnya untuk memberikan ganti rugi kepada konsumen yang dirugikan oleh

produk kosmetik yang diproduksi dan/atau diperdagangkan olehnya. Sanksi

administratif yang dijatuhkan bagi pelaku usaha diatur pada pasal 60 UUPK,

menyebutkan sanksi administratif dijatuhkan kepada pelaku usaha yang

melanggar pasal 19, pasal 20, pasal 25 dan pasal 26 UUPK tersebut berupa

Page 69: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

55

penetapan ganti rugi paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Adanya bukti bahwa sanksi yang dimaksud bukan sanksi administratif tetapi

sanksi perdata bukan saja ditujukan oleh angka Rp.200.000.000 (dua ratus juta)

yang ditentukan di dalam pasal tersebut. Melainkan juga oleh adanya penunjukan

Pasal 19, pasal 20, pasal 25, dan pasal 26. Pasal-pasal tersebut adalah pasal yang

menuntut tanggung jawab pembayaran ganti kerugian dari pelaku usaha kepada

konsumen yang dirugikan akibat mengonsumsi barang dan/atau jasa yang

diberikan atau diperdagangkan, tanggung jawab kerugian akibat iklan yang

menyesatkan. Tanggung jawab pembayaran ganti kerugian akibat tidak

menyediakan suku cadang atau fasilitas perbaikan pada pihak konsumen dan

tanggung jawab pembayaran ganti kerugian akibat pelaku usaha tidak m emenuhi

jaminan dan/atau garansi yang disepakati dan/atau dijanjikan.56

Berdasarkan pasal 60 ayat (2) diatas berarti, jika produsen lalai untuk

memenuhi tanggung jawabnya, maka pelaku usaha tersebut dapat dijatuhkan

sanksi yang jumlahnya maksimum Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah). Ganti

kerugian tersebut merupakan bentuk pertanggung gugatan terbatas, sehingga

secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa ganti kerugian yang dianut dalam

Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) menganut prinsip ganti

kerugian subjektif terbatas.57

2. Perlindungan Hukum bagi Aspek Pidana

Secara umum pelaku usaha seharusnya menjaga mutu barang sehingga

tetap sepadan dengan pengeluaran konsumen yang ingin mendapatkan produk

56 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen. hlm. 275. 57 Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia,

(Surabaya: 2000), hlm. 102.

Page 70: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

56

tersebut, ini berarti pengaturan dibidang perlindungan bisnis yang sehat dan

jujur.Terhadap pelaku usaha yang memproduksi kosmetik yang tidak terdaftar

BPOM, bentuk perlindungan hukum konsumen yang dilakukan melalui penentuan

pidana terhadap pelaku usaha sebagaimana diatur dalam pasal 61 UUPK yang

menyebutkan bahwa “penentuan pidana dapat dilakukan terhadap pelaku

usahadan/atau pengaruhnya”. Ketentuan ini memperlihatkan suatu bentuk

pertanggung jawaban pidana yang tidak sengaja dapat dikenakan kepada pengurus

tetapi juga kepada perusahaan. Hal ini menurut Nurmatjo meruapakan upaya yang

bertujuan menciptakan sistem bagi perlindungan konsumen. ketetuan pasal ini

perusahaan dinyatakan sebagai subjek hukum pidana. 58

Pasal 62 Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen juga menyebutkan:59

1) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal

8, pasal 9, pasal 10, pasal 3 ayat (2), pasal 15, pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf

b, huruf c, huruf e ayat (2) dan pasal 18 dipidanakan dengan pidana penjara

paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp.2.000.000.000

(Dua Milyar Rupiah).

2) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal

11, pasal 12, pasal 13 ayat (1), pasal 14, pasal 16, dan pasal 17 ayat (1) hurud

d dan huruf f dipidanakan dengan pidana penjara paling lama 2 tahun atau

pidana denda paling banyak Rp.500.000.000 (lima ratus juta).

58Nurmadjito, Kwsimpulan Perangkat Peraturan Perundang-undangan Tentang

Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung: Mandar Maja, 2000), hlm. 30. 59 Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, hlm.23.

Page 71: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

57

3) Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap

atau kematin diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku.

Ketentuan pasal 62 ini memberlakukan dan aturan hukum sesuai tingkat

pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha, yaitu pelanggaran yang dilakukan

oleh pelaku usaha, yaitu pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakitberat,

cacat tetap, atau kemudian diberlakukan hukum pidana sebagaimana diatur dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHP), sementara di luar dari tingkat

pelanggaran tersebut berlaku ketentuan pidana tersebut dalam Undang -Undang

Perlindungan Konsumen. Dalam penerapan sanksi pidana terhadap pelaku usaha

yang telah memproduksi atau mengedarkan kosmetika yang tidak terdaftar BPOM

memenuhi ketentuan pasal 63 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen, dapat dijatuhkan hukuman tambahan berupa:60

a. Perampasan barang tertentu

b. Pengumuman keputusan hakim

c. Pembayaran ganti rugi

d. Perintah penghentian

e. Kewajiban penarikan barang dari peredaran

f. Pencabutan izin

Untuk mengatasi agar tidak lagi terjadinya kerugian yang dialami

konsumen karena menggunakan kosmetik tidak terdaftar BPOM, perlindungan

terhadap konsumen pengguna kosmetik yang dilakukan BBPOM dengan cara

60 Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, hlm.24

Page 72: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

58

terus melakukan pengawasan terhadap produk kosmetik yang mengandung zat

berbahaya. Selain dari BBPOM yang terus melakukan pengawasan, konsumen

juga berhak memberi laporan apabila konsumen merasa dirugikan akibat

menggunakan produk kosmetik yang mengandung zat berbahaya dan tidak

terdaftar BPOM. Setelah menerima laporan tersebut BPOM langsung memeriksa

kosmetik tersebut dan jika kosmetik tersebut positif menggunakan bahan

berbahaya maka dari BPOM langsung membuat peringatan tertulis untuk

melarang mengedarkan kosmetik tersebut. Konsumen yang dirugikan karena

memakai atau mengonsumsi kosmetik tersebut hanya akan mendapat penggantian

kerugian apabila mengajukan permintaan atau tuntutan atas hal tersebut.

Permintaan atau penuntutan penggantian kerugian ini mutlak dilakukan oleh

orang yang merasa berhak untuk mendapatkannya. Tidak akan ada penggantian

kerugian selain karena dimohonkan terlebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu.

Namun, selama ini pihak BPOM provinsi Jambi belum pernah mendapatkan

laporan terhadap kerugian yang dialami pengguna kosmetik yang mengandung zat

berbahaya.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Peran Badan Pengawasan Obat dan

Makanan ( BPOM ) Provinsi Jambi dalam Mengatasi Peredaran Kosmetik yang

Mengandung Zat Berbahaya Persfektif UU Perlindungan Konsumen, bahwa tugas

dari BPOM telah diatur dalam Kepres no.166/2000, yaitu dalam pasal 73 yang

menyebutkan bahwa BPOM mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan

di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang - undangan yang berlaku. Mengenai tugas dan wewenang dari BPOM

Page 73: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

59

yang lebih spesifik diatur dalam Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 264A/MENKES/SKB/VII/2003

dan Nomor 02/SKB/M.PAN/7/2003 tentang Tugas, Fungsi, dan Kewenangan di

Bidang Pengawasan Obat dan Makanan. Peranan yang diberikan oleh BPOM

dalam melakukan perlindungan terhadap konsumen ada 2 bagian pokok, yaitu :

1. Melakukan Tindakan Preventif yaitu Tindakan ini dilakukan dengan cara

rnembuat SISPOM dan membentuk BBPOM di propinsi yang tersebar di

Indonesia.

2. Melakukan Tindakan Represif yaitu Tindakan ini dilakukan dengan cara

membuat Pelaksana Tugas BPOM baik itu berupa Pengujian, Penyidikan,

Riset dan informasi obat dan makanan serta UPLK.

Melalui Pelaksana Tugas itu BPOM dapat mengambil tindakan tegas bila

ada pelanggaran terhadap kosmetik yang mengandung zat berbahaya. Tindakan

yang diambil dapat berupa pencabutan izin edar, penarikan produk yang beredar,

sampai melakukan penyelidikan bila ada indikasi pelanggaran yang terdapat unsur

pidananya.

Page 74: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

60

C. Peran Badan Pengawasan Obat dan Makanan ( BPOM ) Provinsi Jambi

dalam Mengatasi Peredaran Kosmetik yang Mengandung Zat Berbahaya

Presfektif Hukum Islam

Islam mengharamkan penipuan dan kecurangan dalam semua aktifitas

manusia, termasuk dalam kegiatan bisnis dan jual beli. Memberikan penjelasan

dan informasi yang tidak benar, mencampur barang yang baik dengan yang buruk,

menunjukkan contoh barang yang baik dan menyembunyikan yang tidak baik.

Penipuan ini berakibat merugikan pihak pembeli. Maka dalam Islam sangat

mengecam penipuan dalam bentuk apapun dalam berbisnis. Lebih jauh lagi

barang yang hendak dijual harus dijelaskan kekurangan dan cacatnya. Jika

menyembunyikannya, maka itu adalah kezhaliman. Padahal, jika kejujuran dalam

bertransaksi di junjung tinggi dan dilaksanakan akan menciptakan kepercayaan

antara pembeli dan penjual, yang akhirnya menciptakan keharmonisan dalam

masyarakat.

Kejujuran dalam bertransaksi saat ini memang sulit ditemui. Banyak kita

menjumpai pedagang yang hanya mengatakan barang yang dijualnya adalah

barang yang sempurna, paling bagus, yang membuat konsumen tergiur, tetapi

tidak dikatakan atau dijelaskan cacat nya barang tersebut. berbuat curang dalam

jual beli berarti berbuat zalim kepada orang lain dalam urusan hartanya dan

memakan harta mereka dengan cara yang bathil. Walaupun hanya sedikit, harta

yang didapatkan dengan jalan berbohong, menyembunyikan kecacatan atau

mengurangi timbangan adalah harta yang haram. Sudah seharusnya kita

menjauhkan diri kita dari harta-harta semacam itu.

Page 75: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

61

Sebagaimana firman Allah SWT :

قوم أوفوا ٱلمكیال وٱلمیزان بٱلقسط ولا تبخسوا ٱلناس أشیاءھم ولا تعثوا فى ٱلأ رض وی مفسدین

Artinya : “Dan wahai kaumku, penuhilah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak -hak mereka dan jangan kamu membuat kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan”.61

kosmetik memiliki fungsi memperindah penampilan manusia atau aroma

tubuh manusia. Perkara tersebut merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan

bagi manusia yang melihatnya maupun merasakan aroma wewangian yang

dipancarkan. Keindahan akan menarik perhatian orang-orang sekaligus

memberikan kesan positif terhadap mereka. Disisi lain, Islam merupakan agama

yang menaruh perhatian pada persoalan kebersihan, kesucian serta keindahan

tersebut. Islam bahkan menganjurkan merawat dan memelihari diri. Terkait

dengan keindahan kesucian, Allah SWT berfirman :

رین ابین ویحب المتطھ إن ا� یحب التو

Artinya : “Sesunggungnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang menyucikan diri.”62

Dalam firman Allah SWT yang lain :

یابني آدم خذوا زینتكم عند كل مسجد وكلوا واشربوا ولا تسرفوا إنھ لا یحب المسرف ین

61 QS. Hud (11) : 85 62 QS. Al-Baqarah (2) : 222

Page 76: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

62

Artinya : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”63

Dalam ayat diatas, Allah membolehkan segala hal yang bagus di dalam

kehidupan dan membolehkan bersenang-senang dengannya. Ayat tersebut

sekaligus mengandung pengertian bahwa bagi seorang muslimah diperbolehkan

menggunakan segala bentuk hiasan dan memanfaatkan segala yang bagus di

dalam kehidupan dunia ini. Begitu banyak nas-nas didalam al-Qur’an maupun

hadits yang memberikan motivasi agar seorang muslim maupun muslimah

memperhatikan keindahan. Bagi muslimah, bahkan dianjurkan untuk berhias diri

untuk keperluan-keperluan tertentu, seperti untuk menyenangkan suami dan

sebagainya. Seorang muslimah juga dianjurkan untuk memakai celak mata, dan

hinna’ (pacar pewarna kuku alami) serta bahan-bahan lain yang tidak

membahayakan tubuhnya, tidak berlebihan, dan tidak mengubah ciptaan Allah

SWT. Oleh karena itu, kosmetik yang akan digunakan harus sehat dan tidak

membahayakan kulit atau diri penggunanya. Kosmetik yang dipilih harus benar-

benar aman untuk digunakan serta bukan dari bahan yang dilarang oleh syari’at.

Bentuk Perlindungan Konsumen dalam Hukum Islam, pelaku

usaha/produsen harus bertanggung jawab atas perbuataanya yang merugikan

konsumen. Tanggung jawab jika dihubungkan dengan penyebab adanya ganti rugi

(dhaman) dapat dibedakan menjadi lima, yaitu; 64

63 QS. al-A’raf (7) : 31

64 Muhammad dan Alimin. Etika dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam. Yogyakarta: BPFE, 2004. hlm 235

Page 77: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

63

1. Ganti rugi karena perusakan (Dhaman Itlaf)

2. Ganti rugi karena transaksi (Dhaman’Aqdin)

3. Ganti rugi karena perbuatan (Dhaman Wad’u Yadhin)

4. Ganti rugi karena penahanan (Dhaman al-Hailulah)

5. Ganti rugi karena tipu daya (Dhaman al-Magrur)

Dhaman Itlaf adalah ganti rugi akibat dari perusakan barang. Ganti rugi

Itlaf tidak hanya berhubungan dengan kerusakan harta benda saja tetapi juga

menyangkut jiwa dan anggota tubuh manusia. Dhaman’aqdin adalah terjadinya

suatu aqad atau transaksi sebagai penyebab adanya ganti rugi atau tanggung

jawab. Ganti rugi wadh’u yadhin adalah ganti rugi akibat kerusakan barang yang

masih berada di tangan penjual apabila barang belum diserahkan dalam sebuah

aqad yang sah dan ganti rugi karena perbuatan mengambil harta orang lain tanpa

izin. Dhaman al-hailulah adalah ganti rugi pada jasa penitipan barang (al-wadi)

jika terjadi kerusakan atau hilang, baik kerusakan atau hilangnya itu disebabkan

karena kelalaian atau kesengajaan orang yang dititipi. Dhaman al-magrur adalah

ganti rugi akibat tipu daya. Dhaman al-magrur sangat efektif diterapkan dalam

perlindungan konsumen, karena segala bentuk perbuatan yang dapat merugikan

orang lain pelakunya harus membayar ganti rugi sebagai akibat dari perbuataanya

itu.65

Balai Besar POM adalah lembaga yang sudah diberikan amanah oleh

pemerintah untuk melakukan pengawasan, Peran lembaga ini sangat penting

untuk mejamin tidak terjadinya penyimpangan dan kecurangan-kecurangan.

65 Ibid

Page 78: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

64

Pengawasan yang dilakukan Balai Besar POM ini merupakan suatu sistem

pengawasan eksternal. Dalam Islam wewenang lembaga ini sama dengan tugas

lembaga Hisbah. hanya saja pokus pengawasan yang dilakuakan Balai Besar

POM lebih mengarahkan kepada pengawasan terhadap standar produk dan

praktek kecurangan pelaku usaha, sedangkan pokus pengawasan Hisbah

pengawasan yang tidak hanya sebatas itu, pengawasan yang dilakukan

mencangkup aspek keagamaan seperti menyangkut akidah, ibadah,

muamalah,akhlak, dan ketertiban umum inilah yang sedikit membedakan tugas

antra Balai Besar POM dengan tugas Hisbah.

Dalam Al-Quran Allah berfirman hendaklah manusia tidak menghianati

amanah yang telah dipercayakan kepada mereka:

ون م ل ع ت م ت ن أ و م ك ت ا ن ا م أ وا ون خ ت ول و س لر ا و وا ا� ون خ وا لا ت ن آم ین ذ ل ا ا ھ ی أ ا ی

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan

Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-

amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu Mengetahui”.66

Dari penjelasan ayat di atas dapat kita analisa bahwa seorang muslim

harus menyadari bahwa manusia diciptakan sebagai khalifah fil ardhi (pemimpin

di bumi) yang harus mampu mengarahkan amal perbuatan manusia yang dapat

menciptakan kebaikan dan kemaslahatan di muka bumi ini. Sesungguhnya

merealisasikan kesejahteraan umat dan meningkatkan tingkat penghidupan umat

adalah tuntutan dalam syari’at dan sebagai amanah yang harus dilaksanakan oleh

pemerintah.

66 QS. Al-Anfaal (8) : 27

Page 79: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

65

Balai Besar POM adalah lembaga yang menjalankan amanah dari

pemerintah dalam rangka memberikan perlindungan kepada konsumen dari

kosmetik yang mengandung zat berbahaya, Namun Balai Besar POM tidak bisa

menjalankan amanah ini dengan bekerja sendiri tanpa adanya kerjasama dari

berbagai pihak. Keberhasilan Balai Besar POM dalam melakukan pengawasan

kosmetik merupakan keberhasilan seluruh pemangku kepentingan instansi terkait,

pemerintah daerah, termasuk masyarakat/konsumen dari berbagai kelompok dan

lapisan, serta dunia usaha dan industri lain yang terkait. Oleh karena itu perlunya

kerjasama dari berbagai pihak dalam menciptakan kemaslahatan bersama.

Luasnya peredaran produk kosmetik di Jambi memerlukan suatu

pengawasan yang lebik efektif, karena jika tidak pemakaian kosmetik yang

mengandung zat berbahaya ini dapat mendatangkan mudharat bagi setiap

konsumen. tanggungjawab yang dipikul oleh pemerintah adalah melakukan

kontrol terhadap pergerakan ekonomi. Hal ini dilakukan agar kemerdekaan yang

diberikan oleh Allah untuk melakukan jual beli tidak disalah gunakan untuk

membahayakan atau menzalimi orang lain. Islam memberikan kebebasan

berkreasi dalam bingkai mewujudkan kemaslahatan dan kesejahteraan umat

manusia. Seorang boleh menjadi penjual tetapi jangan menipu pembeli, karena

penipuan itu termasuk merugikan pihak lain.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Peran Badan Pengawasan Obat dan

Makanan (BPOM) Provinsi Jambi dalam Mengatasi Peredaran Kosmetik yang

Mengandung Zat Berbahaya Persfektif Hukum Islam bahwa Balai Besar POM

telah melaksanakan perannya dalam hal melindungi setiap hak konsumen dengan

Page 80: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

66

tujuan untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan melakukan tugas

pemerintah di bidang pengawasan. Melalui beberapa upaya yang dilakukan

diantaranya baik dibidang penyebaran informasi produk kosmetik, menegaskan

peraturan tentang cara pembuatan kosmetik yang baik, memusnahkan produk

ilegal, menangani kasus-kasus penyelewengan, penipuan, pemalsuan produk,

penjualan produk kosmetik yanga mengandung zat berbahaya, memberikan

peningkatan pelayanan pengaduan konsumen, dan berbagai tindakan lainya.

Page 81: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian dan analisis yang telah penulis paparkan pada bab-bab

sebelumnya mengenai Peran Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

Jambi Dalam Mengatasi Peredaran Kosmetik Yang Mengandung Zat Berbahaya

(Perspektif UU Perlindungan Konsumen Dan Hukuk Islam ) maka penulis

mengambil beberapa kesimpulan dari pembahasan atau hasil dari penelitian

tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Peran Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Jambi dalam

Mengatasi Kosmetik yang Mengandung Zat Berbahaya adalah pengawasan

terhadap kosmetik, baik yang mengandung bahan berbahaya maupun yang

tidak mengandung bahan yang berbahaya. Dengan membeli produknya

kemudian diuji di laboraturium apakah kosmetik itu memenuhi persyaratan

mutu, kualitas, keamanan, dan kemamfaatannya. Sebagai upaya untuk

mengedukasi masyarakat agar mampu memilih dan menggunakan kosmetik

yang aman, BPOM Provinsi Jambi menyelenggarakan kegiatan komunikasi,

informasi dan edukasi (KIE), belajar dari kasus-kasus produksi dan distribusi

kosmetik ilegal dan Berbahaya di Provinsi Jambi ini, BPOM tak hentinya

mengimbau kepada para konsumen untuk bijak dalam memilih produk

kosmetika dan tidak tergiur dengan iklan-iklan menyesatkan atau harga yang

tidak wajar.

Page 82: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

68

2. Peran Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Jambi dalam

Mengatasi Kosmetik yang Mengandung Zat Berbahaya perspektif UU

Perlidungan konsumen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang -

undangan yang berlaku. Mengenai tugas dan wewenang dari BPOM yang

lebih spesifik diatur dalam Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara tentang Tugas, Fungsi, dan

Kewenangan di Bidang Pengawasan Obat dan Makanan. Peranan yang

diberikan oleh BPOM dalam melakukan perlindungan terhadap konsumen,

yaitu berupa pencabutan izin edar, penarikan produk yang beredar, sampai

melakukan penyelidikan bila ada indikasi pelanggaran yang terdapat unsur

pidananya.

3. Peran Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Jambi dalam

Mengatasi Kosmetik yang Mengandung Zat Berbahaya perspektif Hukum

Islam telah menjalankan tugasnya, yaitu menegakkan keadilan dan moralitas

pelaku pasar melalui wewenang pengawasan yang telah dilakukan. Tujuannya

adalah untuk melindungi hak-hak setiap individu agar tidak ada yang dizalimi,

mencegah praktek kecurangan, penipuan, serta penyelewengan lainnya.

Page 83: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

69

B. Saran

1. Berdasarkan hasil penelitian maka untuk meningkatkan Peranan Balai Besar

Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Provinsi Jambi dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya, hendaknya perlu mempertahankan dan

meningkatkan peranannya sebagai Balai Besar Pengawasan Obat Dan

Makanan agar dapat mengurangi peredaran kosmetik yang mengandung zat

berbahaya dan tidak sesuai dengan standar BBPOM.

2. Pelaku usaha dalam menjalankan usahanya sebaiknya beriktihad baik dan

memberikan informasi yang jelas atas barang dan/atau jasa yang diedarkan

serta berupaya memperhatikan hak-hak konsumen dan kewajibannya sebagai

pelaku usaha yang telah dirumuskan dalam UUPK.

3. Bagi seorang muslimah diperbolehkan menggunakan segala bentuk hiasan dan

memanfaatkan segala yang bagus di dalam kehidupan dunia ini, namun harus

lah menjadi seorang muslimah yang cerdas dalam memilih suatu produk agar

terhindar dari produk yang mengandung zat berbahaya.

Page 84: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

70

C. Kata Penutup

Syukur Alhamdulillah, segala Puji bagi Allah, yang telah senantiasa

melimpahkan nikmat, rahmat, dan karunia-Nya kepada penulis dan kita semua,

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir karya ilmiah ini yang berbentuk

skripsi sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana starata satu

(S.I) pada prodi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah, UIN STS Jambi.

Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,

keluarga, sahabat, dan kita para pengikut sunnahnya sampai akhir zaman. Setelah

sekian lama penulis berusaha menyelesaikan skripsi ini dengan semaksimal

mungkin mengeluarkan tenaga dan pikiran yang dikemukakan dalam tugas akhir

ini. Meskipun demikian penulis menyadari dalam penulisan karya ilmiah ini

masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, karena penulis

menyadari masih kurangnya pengetahuan mengenai masalah ini serta keterbatasan

kadar dan kemampuan dan kelemahan penulis.

Maka dari itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya jika pada

penulisan, penjelasan, pemahaman, serta dalam analisis data yang diperoleh

penulis dan lain sebagainya terdapat kekeliruan dan kekhilafan yang tidak sesuai

dengan pembaca sekali lagi penulis mohon maaf. Untuk itu penulis mengharapkan

saran dan kritik yang kontruktif atau membangun dari semua pihak, khususnya

para pembaca demi untuk penyempurnaan skripsi ini dimasa yang akan datang.

Akhir kata tidak lupa juga penulis mengucapkan ribuan terima kasih

kepada yang terhormat Bapak Fauzi Muhammad, M.Ag selaku dosen

pembimbing satu, dan Ibu Mustiah RH, S.Ag, M.Sy selaku dosen pembimbing

Page 85: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …
Page 86: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

DAFTAR PUSTAKA

A. LITERATUR Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya Dapertemen Agama RI, ed. Ke-2

(Semarang : PT. Karya Toha Putra, 2002).

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen (Cet. IX; Jakarta: PT. RajaGrapindo Persada, 2015)

Ahmad Muda AK.2003. Kamus Lengkap Kedokteran. Surabaya : Gita Media Press

Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia, (Surabaya: 2000)

Celina Tri Siwi Kristiyanti.,Hukum Perlindungan Konsumen,Cet 1, (Jakarta: Sinar Grafika2008)

Dokumen Tahunan Badan Pengawas Obat dan Makanan,Pelaksanaan Program dan Kegiatam Reformasi Birokrasi Badan POM RI,37, 2015

Dokumen Tahunan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan jambi, 2016

Majdudin bin Taimiyyah, Nailul Authar (Jilid 4; Surabaya: Bina Ilmu, 2007) Muhammad dan Alimin, Etika dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi

Islam (Yogyakarta: BPFE, 2004) Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995) M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam: Fiqh Muamalah (Cet.

II; Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004) Nurmadjito, Kwsimpulan Perangkat Peraturan Perundang-undangan Tentang

Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung: Mandar Maja, 2000) Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya :

PT. Bina Ilmu, 1987)

Renstra Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Jambi Tentang Perlindungan Konsumen. 2015

Sofyan S. Harahap, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam (Jakarta: Salemba Empat, 2011)

Sayuti Una, (ED.), Pedoman Penulis Skripsi (Edisi Revisi), (Jambi: Syariah Press, 2012).

Syarif M. Wasitaatmadja, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, (Depok : UI Press, 1997)

Tim Redaksi BIP, “Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2013) B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Page 87: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

C. LAIN-LAIN Elfina Rosa, Peran Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Dalam

managgulangi kosmetik Ilegal (studi di BPOM Bandar Lampung), 2012 Iqlimatul Annisa, “ Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Peredaran produk

Kosmetik Ilegal Yang Mengandung Zat Aditif ” Jakarta 2015 Ny. Lies Yul Achyar, Dasar-Dasar Kosmetikologi Kedokteran, Majalah Cermin

Dunia Kedokteran, http;//www.scribd.com, Rabu, 20:13 Suryani Wati Napitupulu, “Peran Balai Pengawas Obat dan Makanan dalam

mewujudkan perlindungan Hukum terhada konsumen produk kosmetik yang berbahaya di Batam” Yogyakarta, 2014

Page 88: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …

Wawan Cara dengan Bpak Sarino selaku Fungsional tertentu

Kosmetik yang mengandung zat berbahaya

Page 89: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …
Page 90: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …
Page 91: PERAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) …