PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING...

27
MAK:1800.204.007.061 PROPOSAL DISEMINASI PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING MASAM DI KEBUN PERCOBAANTAMAN BOGO Septiyana, SP BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2018

Transcript of PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING...

Page 1: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

MAK:1800.204.007.061

PROPOSAL DISEMINASI

PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING MASAM

DI KEBUN PERCOBAANTAMAN BOGO

Septiyana, SP

BALAI PENELITIAN TANAH

BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2018

Page 2: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

LEMBAR PENGESAHAN 1. JudulRDHP

: Peragaan Teknik Budidaya Adaptif untuk Lahan Kering

Masam di Kebun Percobaan Taman Bogo 2. Unit Kerja : Balai Penelitian Tanah 3. Alamat Unit Kerja : Jl. Tentara Pelajar No. 12 Cimanggu, Bogor 4. Sumber Dana : DIPA/RKA-KL Satker: Balai Penelitian Tanah, TA. 2018 5. Status Penelitian Lanjutan 6. Penanggung Jawab

a. N a m a b. Pangkat/Golongan c. Jabatan c1. Fungsional c2. Struktural

: : : : : :

Septiyana, SP Penata Muda Tingkat I/IIIb Peneliti Pertama Ka. KP. Taman Bogo Lampung Timur

7. Lokasi : Kebun Percobaan Taman Bogo, Lampung Timur 8. Agroekosistem : Lahan Kering 9. Tahun Mulai : 2015 10. Tahun Selesai : 2019 11. Output Tahunan : Tersedianyasatu paket petak peragaansebagai

sarana diseminasi teknologi pengelolaan lahan kering masam yang adaptif/produktif dan

berkelanjutan 12. Output Akhir : Kebun Percobaan Taman Bogo sebagaifield laboratory

teknologi pengelolaan lahan kering masam yang adaptif/produktif dan berkelanjutanterlengkap dan terdepan, lingkup Badan Litbang Pertanian

13. Biaya : Rp.70.000.000 (Tujuh Puluh Juta Rupiah)

Koordinator Program

Dr.Neneng L. Nurida NIP. 196312291990032001

Penanggung Jawab RDHP

Septiyana, SP NIP. 198209282009122004

Mengetahui,

Kepala Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian

Prof. Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr. NIP. 19640623 198903 1 002

Kepala Balai Penelitian Tanah

Dr. Husnain, MP., M.Sc NIP. 19730910 2001 122 001

Page 3: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

ii

RINGKASAN USULAN PENELITIAN 1. Judul RDHP : Peragaan Teknik Budidaya Adaptif untuk

LahanKering Masam di Kebun Percobaan Taman Bogo

2. Nama dan Alamat Unit Kerja

: Balai Penelitian Tanah Jl. Tentara Pelajar No. 12 Cimanggu, Bogor

3. Sifat Usulan Penelitian : Lanjutan 4. Penanggung Jawab : Septiyana, SP 5. Justifikasi : Luas KP. Taman Bogo sekitar 20,14 ha dengan

karakteristik lahan yang telah terdegradasi yang dicirikan dengan tanah tergolong masam (pH H20 4,17), kadar C-organik tergolong sangat rendah. Kandungan unsur hara N total, P tersedia, dan K total, KTK tanah tergolong sangat rendah, dan kandungan Al tinggi. Sementara itu, sifat fisik tanah dicirikan dengan BD tanah cukup tinggi, dengan ruang pori total (RPT) dan pori air tersedia (PAT) tergolong rendah yang mengindikasikan bahwa ketersediaan air menjadi kendala untuk pertumbuhan tanaman.Sebagai pewakil lahan kering masam di Indonesia, KP. Taman Bogo diarahkan sebagai tempat/lokasi sho window/tempat peragaan inovasi teknologi hasil penelitian unggulan tentang pengelolaan lahan masam di Indonesia dalam mendukung peningkatan sumberdaya lahan, produktivitas pangan, hortikultura, tanaman buah-buahan dan ternak pada lahan masam. Display/show window teknologi pengelolaan lahan kering masam dilaksanakan untuk mempercepat proses alih teknologi unggulan berupa teknologi pemupukan dan penggunaan bahan organik, konservasi, reklamasi dan rehabilitasi lahan serta varietas unggul di lahan kering masam. Show window dan visitor plot pengembangan teknologi pengelolaan lahan kering masam di KP. Taman Bogo merupakan sarana diskusi dan komunikasi antara peneliti, penyuluh, petani dan pengambil kebijakan daerah.Jenis tanah lahan kering masam di Kebun Percobaan (KP) Taman Bogo, Lampung Timur termasuk dalam klasifikasi tanah masam Ultisol yang sifatnya serupa dengan umumnya tanah masam Ultisol di Indonesia yang dapat dijadikan pewakil bagi tanah masam di Indonesia yang umumnya dicirikan oleh reaksi tanah masam (pH rendah < 5,5), kadar Aluminium tinggi, fiksasi P tinggi, kandungan basa-basa dapat tukar dan KTK rendah, kandungan besi dan mangan yang mendekati batas meracuni, peka erosi dan miskin elemen biotik

Page 4: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

iii

6. Tujuan Jangka Pendek dan Jangka Panjang

:

a. Jangka Pendek : Tersedianya paket Peragaanteknologipengelolaan lahan kering masam yang adaptif/produktif dan berkelanjutan

b. Jangka panjang : Menjadikan KP Taman Bogo sebagai field laboratory dan teknologi pengelolaan lahan kering masam yang adaptif/produktif dan berkelanjutan

7. Keluaran yang

Diharapkan :

a. Jangka Pendek : Tersedianyapaket peragaan teknologi pengelolaan lahan kering masam yang adaptif/produktif dan berkelanjutan

b. Jangka panjang : KP. Taman Bogo sebagai field laboratory teknologi pengelolaan lahan kering masam yang adaptif/produktif dan berkelanjutan

8 Out Come : Peningkatan produktivitas lahan kering masam, pendapatan petani, dan kelestarian sumberdaya lahan secara berkelanjutan.

Lokasi Penelitian : KP. Taman Bogo, Lampung Timur Jangka Waktu : Januari 2018 sampai Desember 2018 Sumber Dana : DIPA/RKA-KL Satker: Balai Penelitian Tanah,

TA. 2018

Page 5: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Luas KP Taman Bogo sekitar 20,14 ha terletak pada ketinggian 30 m dpl., pada

koordinat 50o LS dan 105o BT, termasuk wilayah administrasi Kecamatan Purbolinggo,

Kabupaten Lampung Timur dengan tipe iklim termasuk C2.Penggunaan lahan di KP.

Taman Bogo adalah 4,6 ha lahan sawah irigasi setengah teknis, 9 ha lahan kering

masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan lainnya (rumah kaca,

lantai jemur, bangunan perkantoran dan gudang, Aula, dan lain-lain). KP Taman Bogo

telah dilengkapi dengan stasiun iklim/AWS dan memiliki penampungan air (embung

kolam) seluas 0,99 ha yang perlu lebih didayagunakan sebagai sumber air irigasi dan

untuk optimalisasi lahan.

Profil tanah di KP Taman Bogo Lampung Timur mempunyai horizon permukaan

(epipedon) ochric dan horizon penciri (bawah permukaan) kandik sehingga tanahnya

digolongkan ke dalam Typic Kanhapludultsyang merupakan lahan kering yang telah

terdegradasi, dengan sifat tanahnya antara lain: tanah masam (pH H2O 4,17), kadar C-

organik sangat rendah, kandungan unsur hara N total, P tersedia dan K total, KTK

tanah sangat rendah, dan kandungan Al tinggi. Sementara untuk sifat fisik tanah

dicirikan dengan BD tanah tinggi, dengan ruang pori total (RPT) dan pori air tersedia

(PAT) rendah yang mengindikasikan bahwa ketersediaan air menjadi kendala untuk

pertumbuhan tanaman. Lahan di KP Taman Bogo memiliki sifat yang serupa/mirip

dengan umumnya tanah masam Ultisol di Indonesia sehingga dapat menjadi pewakil

bagi tanah masam di Indonesia.

Lahan kering masam tersebut diusahakan untuk tanaman padi, palawija,

tanaman pangan lainnya, hortikultura, perkebunan dan kayu-kayuan. Oleh karena itu,

pengembangan berbagai komoditas pertanian perlu didorong dan ditingkatkan, karena

merupakan salah satu pilihan strategis dalam menghadapi tantangan terutama untuk

peningkatan produksi pertanian dan mendukung program ketahanan pangan nasional.

Dierolf et al. (2001) mengemukakan bahwa lahan kering masam yang dapat digunakan

untuk pertanian di Indonesia mencapai 67,5% dari luas total lahan pertanian yang

sebagian besar tersebar di luar Jawa.

Lahan kering masam tersebut mempunyai potensi dan peluang untuk

pengembangan pertanian walaupun memiliki kendala sifat fisika, kimia dan biologi

tanah yang kompleks (Kang, 1989) dalam arti bahwa ketiga sifat-sifat tanah tersebut

saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Page 6: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

2

Berdasarkan sifat dan karakteristik tanah kering masam yang telah mengalami

defisiensi unsur hara serta penurunan sifat fisika, kimia dan biologi tanah tersebut,

maka hasil-hasil penelitian yang telah didapatkan oleh balai penelitian lingkup Badan

Litbang Pertanian di lahan masam perlu didemontrasikan dan disosialisasikan.

Keberadaan plot/petak peragaan pengelolaan lahan kering masam berkelanjutan selain

sebagai verifikasi dan reevaluasi teknologi sekaligus sebagai obyek/tempat kunjungan

lapang, visitors plot, show window serta merupakan sarana dan prasarana dalam

diskusi dan konsultasi antara peneliti, penyuluh, petani dan pengambil kebijakan

daerah dalam meningkatkan peranan lahan kering masam untuk mendukung

ketahanan pangan.

1.2. Dasar Pertimbangan

Luas lahan kering masam di Indonesia sekitar 108,8 juta ha dan yang sesuai

untuk usaha pertanian baik tanaman pangan, perkebunan/tahunan sekitar62,64 juta

ha (MulyanidanSyarwani, 2013). Ciri-ciri umum lahan kering masam ini adalah pH

tanah masam; kandungan bahan organik tanah (BOT) rendah, ketersediaan P dan

kapasitas tukar kation (KTK) tanah rendah, kandungan unsur Mn2+ dan aluminium

reaktif (Al3+) tinggi yang dapat meracuni tanaman dan menghambat pembentukan

bintil akar tanaman legum. Distribusi perakarantanamanrelativdangkal,

sehinggatanaman kurang tahanterhadap kekeringan dan

banyakterjadipencucianharakelapisan bawah(Hairiah, et al., 2005).

Kebun Percobaan (KP) Taman Bogo sebagai pewakil tanah kering masam di

Indonesia diarahkan sebagai show window/tempat peragaan inovasi teknologi hasil

penelitian unggulan tentang pengelolaan lahan masam di Indonesia dalam mendukung

peningkatan sumberdaya lahan, produktivitas pangan, hortikultura, tanaman buah-

buahan dan ternak pada lahan masam. Penelitian jangka panjang dan basis data

pengelolaan lahan kering masam masih sangat sedikit, sehingga KP. Taman Bogo

diarahkan sebagai tempat penelitian dalam rangka pengelolaan lahan kering masam

jangka panjang, display teknologi, pelatihan dan sebagainya.

Display/show window teknologi pengelolaan lahan kering masam dilaksanakan

untuk mempercepat proses alih teknologi unggulan berupa teknologi pemupukan dan

penggunaan bahan organik, konservasi, reklamasi dan rehabilitasi lahan serta varietas

unggul di lahan kering masam. Show window dan visitor plot pengembangan

teknologi pengelolaan lahan kering masam di KP.Taman Bogo merupakan sarana

dalam penyuluhan dan diseminasi teknologi serta merupakan obyek kunjungan, tempat

Page 7: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

3

diskusi dan komunikasi antara peneliti, penyuluh, petani dan pengambil kebijakan

daerah.

Proses diseminasi pengelolaan lahan kering masam berkelanjutanyang

dilakukan diharapkan akan menambah wawasan dan pengetahuan petani mengenai

pengelolaan lahan masam yang diintegrasikan dengan usahatani ternak dan adopsi

teknologi. Teknologi yang sudah diadopsi oleh petani/pengguna diharapkan

berkembang secara berkelanjutan melalui usaha-usaha swadaya masyarakat. Dengan

adanya petak peragaan pengelolaan lahan kering masam, diharapkan proses adopsi

teknologi dapat lebih cepat, produktivitas tanah, hasil tanaman dan ternak serta

pendapatan petani dapat ditingkatkan secara berkelanjutan.

1.3. Tujuan

Jangka Pendek :

- Menyediakan paket peragaanteknologipengelolaan lahan kering masam yang

adaptif/produktif dan berkelanjutan

Jangka panjang :

- Menjadikan KP Taman Bogo sebagai field laboratory dan teknologi

pengelolaan lahan kering masam yang adaptif/produktif dan berkelanjutan.

1.4. Keluaran yang Diharapkan

Jangka Pendek :

- Tersedianya satu paket peragaansebagai sarana diseminasi teknologi

pengelolaan lahan kering masam yang adaptif/produktif dan berkelanjutan

Jangka panjang :

- KP. Taman Bogo sebagai field laboratory teknologi pengelolaan lahan kering

masam yang adaptif/produktif dan berkelanjutan.

1.5.Perkiraan Manfaat dan Dampak dari Kegiatan yang Dirancang

Hasil penelitian di lahan kering masam KP Taman Bogo tentang pemupukan,

pengelolaan bahan organik dan mikrobiologi tanah yang diintegrasikan dengan

usahatani ternakdapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah, meningkatkan

hasil tanaman dan ternak serta pendapatan petani.

Pengelolaan lahan kering masam berkelanjutandi KP. Taman Bogo dirancang

secara sederhana dan bersifat komplementer (saling menguntungkan) sesuai dengan

Page 8: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

4

kondisi wilayah dan kebiasaan petani dengan mengintegrasikan tanaman pangan,

tanaman sayuran, tanaman buah, tanaman sumber pakan ternak dan tanaman

leguminosa sumber bahan organik.Kunjungan lapangan dan peragaan teknologi yang

ditampilkan diharapkan dapat digunakan sebagai sarana dalam proses penyuluhan dan

diseminasi teknologi penelitian Balai Penelitian Tanah kepada pengguna. Kebun

percobaan juga sebagai obyek kunjungan, tempat diskusi dan komunikasi antara

peneliti, penyuluh, petani dan pengambil kebijakan daerah. Melalui petak peraga,

diharapkan proses adopsi pengelolaan lahan kering masam berkelanjutan dapat

tersebar luas di kawasan Lampung Timur khususnya dan lahan kering masam di

Indonesia umumnya.

Page 9: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis

2.1.1. Karakteristik dan Penyebaran Lahan Kering Masam

Secara umum, lahan kering dapat didefinisikan sebagai suatu hamparan lahan

yang tidak pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam

setahun. Lahan kering masam adalah lahan kering yang mempunyai reaksi tanah

masam dengan pH<5. Menurut Adiningsih dan Sudjadi (1993) ; Soepardi (2001),

menyatakan bahwa lahan kering masam adalah lahan yang mempunyai sifat-sifat

seperti pH rendah, kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB) dan C-organik

rendah, kandungan aluminium (kejenuhan Al) tinggi, fiksasi P tinggi, kandungan besi

dan mangan mendekati batas meracuni tanaman, peka erosi, dan miskin unsur biotik.

Selain itu, tanah-tanah yang terbentuk umumnya merupakan tanah berpenampang

dalam, berwarna merah-kuning, dan mempunyai kesuburan alami yang rendah.

Ordo tanah yang ditemukan di Indonesia ada 10 yaituHistosols, Entisols,

Inceptisols, Alfisols, Mollisols, Vertisols, Ultisols, Oxisols,

Andisols,danSpodosols.SemuaordoHistosol (gambut)danordo tanah lainnya yang

mempunyai rezimkelembaban aquik dikelompokkan menjadi lahan basah, dan sisanya

menjadi lahan kering.Lahan kering dipilah lebih lanjutmenjadi lahan kering masam dan

non-masam (Puslitbangnak, 2000).Dalam klasifikasi tanah skala 1:1.000.000, lahan

kering masam ini dijumpai pada ordo tanah yang telah mengalami perkembangan

tanah lanjut atau tanah muda atau baru berkembang atau tanah dari bahan induk

sedimen dan volkan tua, dan atau tanah lainnya dengan kejenuhan basa rendah <

50% (dystrik) danregim kelembaban tanah udik atau curah hujan >2.000 mm per

tahun. Curah hujan berkorelasi dengan kemasaman tanah, makin tinggi curah hujan

makin tinggi tingkat pelapukan tanah. Tanah yang terbentukdi daerah iklim tropika

basah (humid), proses hancuran iklim (pelapukan) dan pencucian hara (basa-

basa)sangat intensif, akibatnya tanah menjadi masam dengan kejenuhanbasa rendah

dan kejenuhan aluminium tinggi (Subagyo et al. 2000). Tanah di lahan kering yang

beriklim basah umumnya termasuk pada tanah Podsolik Merah Kuningatau termasuk

pada Ultisols, Oxsisols, dan Inceptisols (Soil Survey Staff, 2003).

Ultisolmerupakansalahsatujenis tanahdiIndonesiayangmempunyai sebaranluas

dari total lahan kering masam,yakni mencapai45.794.000haatau

sekitar25%daritotalluasdaratanIndonesia(Subagyoetal.,2000).Sebaranterluasterdapatdi

Kalimantan(21.938.000ha),diikutidiSumatera(9.469.000ha),

Page 10: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

6

MalukudanPapua(8.859.000ha),Sulawesi(4.303.000ha),Jawa(1.172.000ha),

danNusaTenggara(53.000ha).Tanahini dapatdijumpaipadaberbagairelief,mulai

daridatarhinggabergunung.Ultisol dapat berkembang dari berbagai bahan induk, dari

yang bersifatmasam hingga basa, namun sebagian

besarbahaninduktanahiniadalahbatuansedimenmasam.

TanahUltisolumumnyamempunyainilai kejenuhan basa < 35%, karena batas ini

merupakan salah satu syarat untuk klasifikasi tanah Ultisolmenurut Soil

Taxonomy.Beberapa jenis tanah Ultisol mempunyai kapasitas tukar kation < 16

cmol/kgliat,yaituUltisolyangmempunyai horizonkandik.ReaksitanahUltisolpadaumumnya

masamhinggasangatmasam(pH5-3,10), kecuali tanah Ultisol dari batu gamping

yangmempunyaireaksinetralhinggaagak masam (pH 6,80- 6,50).Kapasitastukar kation

pada tanah Ultisoldari granit, sedimen, dan tufa tergolong rendah masing-

masingberkisarantara2,90 - 7,50 cmol/Kg,6,11 - 13,68cmol/Kg,dan6,10 - 6,80 cmol/Kg,

sedangkan yang dari bahan volkan andesitik dan batu gamping tergolong tinggi

(>17 cmol/Kg). Hasil penelitianmenunjukkanbahwabeberapa tanah Ultisoldari bahan

volkan, tufa berkapur, dan batu gamping mempunyai kapasitas tukar kation yang

tinggi(Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).

Nilai kejenuhan Al yang tinggi terdapat pada tanah Ultisoldari bahan

sedimendangranit(>60%),dannilaiyang rendah pada tanah Ultisoldari bahan volkan

andesitik dan gamping (0%). Ultisoldari bahan tufa mempunyai kejenuhan Al yang

rendah pada lapisan atas (5 - 8%), tetapi tinggi pada lapisan bawah(37 -

78%).Tampaknyakejenuhan Al pada tanah Ultisolberhubungan erat denganpHtanah.

Menurut Subandi (2007) Tanah Ultisol umumnya mempunyai pH rendah yang

menyebabkan kandunganAl, Fe, danMn terlarut tinggi sehingga dapat meracuni

tanaman.Jenis tanah ini biasanya miskin unsur hara esensial makro seperti N, P, K, Ca,

dan Mg; unsur hara mikro Zn, Mo, Cu, dan B, serta bahan organik.Meskipun secara

umum tanah Ultisol atau Podsolik Merah Kuning banyak mengandung Al dapat ditukar

(Al-dd) (20-70%), namun hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa contoh tanah

tersebut mengandung Al-dd relatif rendah (<20%).Tanah di KP. Kayu Agung,

Indralaya, dan Prabumulih Sumatera Selatan, misalnya, mempunyai kejenuhan Al-dd

berturut-turut 11,08%, 10,1%, dan 17,26%, di Jawa Barat 13,40%, dan 11 dari 28

contoh tanah lapisan atas yang berasal dari Lampung Tengah juga memiliki

kejenuhanAl-dd yang rendah.

Tekstur tanah Ultisol bervariasi, berkisar dari pasiran (sandy) sampai dengan

lempungan (clay).Fraksi lempung tanah ini umumnya didominasi oleh mineral silikat

Page 11: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

7

tipe 1:1 serta oksida dan hidroksida Fe dan Al, sehingga fraksi lempung tergolong

beraktivitas rendah dan daya memegang lengas juga rendah.Karena umumnya

memiliki kandungan bahan organik rendah dan fraksi lempungnya beraktivitas rendah

maka kapasitas tukar kation tanah (KTK) tanah Podsolik juga rendah, sehingga relatif

kurang kuatmemegang hara tanaman dan karenanya unsur haramudah tercuci. Tanah

Podsolik atau Ultisoltermasuk tanah bermuatan terubahkan (variable charge), sehingga

nilai KTK dapat berubah bergantung nilai pH-nya, peningkatan pH akan diikuti oleh

peningkatan KTK ,lebih mampu mengikat hara K dan tidak mudah tercuci(Prasetyo dan

Suriadikarta, 2006).

2.1.2. Pengelolaan Lahan Kering Masam

Ditinjau dari luasnya, lahan kering masam mempunyai potensi yang tinggi

untuk pengembangan pertanian, namun pemanfaatan tanah ini menghadapi kendala

karakteristik tanah yang dapat menghambatpertumbuhan tanaman terutama

tanaman pangan bila tidak dikelola dengan baik.

Produktivitas tanah Ultisol dapat ditingkatkan melalui ameliorasi, pemupukan,

pemberian bahan organik, dan penggunaan varietas toleran atau adaptif pada lahan

masam. Ameliorasi lahan masam dengan pengapuran bertujuan untuk meningkatkan

pH dan menurunkan Al-dd tanah (Sumarno, 2005). Pengapuran yang berlebih dapat

menyebabkan defisiensi beberapa unsur mikro sebagai akibat naiknya pH. Pengapuran

sebaiknya hanya dilakukan bila pH tanah di bawah 5. Pada pH di atas 5,50, pemberian

kapur menyebabkan tanggap Al rendah karena sudah mengendap menjadi Al (OH)3

(Prasetyo dan Suriadikarta, 2006). Cara lain untuk mengatasi keracunan Al bagi

tanaman adalah dengan pemberian bahan organik ke tanah, karena adanya bahan

organik dapat larut, terutama asam-asam fulvik yang biasanya terdapat pada bahan

organik dapat mengurangi keracunan Al (Hairiah et al., 2000). Cara tersebut efektif

bila cekaman lahan masam hanya terjadi pada lapisan olah. Bila cekaman lahan

masam terjadi hingga ke lapisan subsoil, maka penggunaan varietas toleran atau

adaptif lahan masam dapat mengatasi masalah tersebut.

Gabungan penggunaan varietas tahan dan pengapuran merupakan strategi

yang efektif untuk peningkatan produksi di lahan masam.Untuk mengoptimalkan lahan

kering sebagai penghasil tanaman, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

(Balitbangtan) telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi budidaya, termasuk

untuk kondisi lahan kering masam.Teknologi tersebut di antaranya adalah berbagai

varietas unggul toleran kemasaman, perbaikan kondisi lahan (penurunan derajat

Page 12: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

8

kemasaman lahan) dan komponen teknologi budidaya lainnya. Penelitian yang

dilakukan oleh Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) pada

tahun 2010 berhasil mengidentifikasi dua belas galur kacang tanah adaptatif pada

lahan kering masam dengan kejenuhan Al tinggi (30%). Galur tersebut telah diuji

toleransinya pada lahan kering masam, dan uji adaptasi pada 8 lokasi lahan kering

masam di Lampung selama tahun 2011-2012 (Anonim, 2013). Selain itu Badan

Penelitan dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) juga telah menghasilkan

beragam varietas unggul kedelai yang toleran pada kondisi lahan kering masam.

Beberapa varietas tersebut adalah sebagai berikut: Tanggamus, Slamet, Ratai,

Seulawah dan lain sebagainya.

Pada lahan kering

masam,kehilangannitrogendiperkirakandapatmencapai150 — 250kg

N/hapertahun pada lahan bukaanbaru. Melihatdata inimasukanN sangat

diperlukan untuk menggantikanNyang hilang.MasukanNdapatberasal dari

berbagaisumberseperti pupukkimia,pupukhijau, pupuk kandang, penggunaan

mikroba penambat N2dan sumberN lainnya.Pada

lahanmasamdisampingNkekahatanfosfor merupakanhal yang umum

ditemukan.Umumnya kekahatan P padalahan demikian diatasi

denganpemberian pupuk kimia fosfor. Kelemahanutamacara ini adalah harga

pupukkimia dari tahunketahunterusmeningkat,selain itupada

tanahmasam,fosfor (P) dari pupukkimia yanglarutairakan sangat cepat menurun

efektivitasnya, terutama apabila sebelumnya tidak dikapur. Untuk mengatasi

adanya kekahatan P pada lahan masam selain menggunakan mikroba

pelarut P, juga bisa menggunakan Fosfat alam. Fosfat alam

mempunyaiprospekyangbaik untuk

menggantikanpupukkimia,karenaharganya

lebihmurah,mempunyaiefektivitasrelatif sama ataubahkanlebih baik dari TSPdan

menghematenergiserta ramahterhadaplingkungankarenatidak perlumelalui

proses industriuntuk mengubah FA menjadi TSP. Selainitu FA jugadapat

memperbaikisifatfisikdan kimia tanahterutamakarenamengandungCadan

Mgserta beberapaunsurmikrosepertiFe,Cu,dan Znyang relativelebih

tinggidaripadapupukP kimia (Haryanto et al., 2008).

Kandungan bahan organik tanah merupakan indikator penting dalam

mengevaluasi kesuburan tanah karena dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara

serta menurunkan keracunan Al dan Fe, memperbaiki struktur tanah, kemampuan

Page 13: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

9

tanah menahan air, dapat menyediakan energi yang diperlukan oleh mikribiologi

tanah.Kandungan C-organik di dalam tanah mempunyai hubungan dengan

ketersediaan P bagi tanaman. Untuk mengatasi fiksasi P di dalam tanah dapat

dilakukan dengan memanfaatkan gugus aktif anion organik yang membentuk ikatan

chelate (kelasi) dengan aluminium. Semakin banyak gugus karboksil atau fenolik yang

terkandung dalam bahan organik akan semakin besar kemampuan bahan organik

untuk melepaskan ikatan AlHPO4, sehingga unsur P lebih tersedia bagi tanaman

(Mengel dan Kirkby, 1987).

Bagian serat dari bahan organik dan senyawa-senyawa yang dihasilkan mikroba

tanah dapat memperbaiki granulasi tanah/pembentukan agregat tanah yang berperan

penting dalam memperbaiki permeabilitas dan peredaran udara (aerasi) tanah.

Sebagai fungsi kimia, bahan organik dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK)

tanah yang penting untuk memegang pupuk anorganik yang diberikan dan daya

sangga (buffer) tanah sehingga tanaman dapat terhindar dari tekanan kemasaman

tanah. Selain itu, pengunaan bahan organik dapat menambah ketersediaan beberapa

unsur hara dan meningkatkan efisiensi penyerapan P oleh tanaman karena dalam

proses dekomposisi bahan organik dapat dihasilkan asam humat dan asam fulfat yang

bersifat polielektrolit dalam mengikat Al dan Fe.

Berbagai alternatif pengelolaan bahan organik sudah banyak dilaporkan dalam

laporan hasil penelitian, akan tetapi penerapannya di lapangan masih terbatas. Teknik

yang telah banyak dipromosikan adalah sistem pertanaman lorong (alley cropping),

rotasi tanaman dengan tanaman penutup tanah, penggunaan pupuk kandang, kompos

serta pupuk hijau (Agus et al., 1999).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pertanaman lorong (alley

cropping), rotasi tanaman dengan tanaman penutup tanah sangat efektif

mengendalikan erosi. Di Filipina, Alley cropping dapat menurunkan erosi sebanyak

69%, yang terdiri atas 48% disebabkan oleh pengaruh penutupan tanah oleh mulsa,

8% disebabkan oleh perubahan profil tanah dan 4% oleh penanaman secara

kontour(Haryati, 2002). Sistem ini di Indonesia sudah diyakini efektif mengendalikan

erosi dapat meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman serta dapat diadopsi oleh

petani di lahan kering. Namun petani hanya mengenal pemberian bahan organik dalam

bentuk pupuk kandang yang ketersediaannya (in situ) sangat terbatas. Berdasarkan

kepada kenyataan tersebut, diperlukan perubahan strategi penambahan pupuk

kandang ke lahan kering, yaitu pemberian secara bertahap disesuaikan dengan

ketersediannya secara in situ serta mengintegrasikan ternak ruminansia sebagai

Page 14: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

10

penghasil pupuk kandang dalam pengelolaan lahan kering masam (crop-livestock

systems).

Sumber bahan organik in situ yang tersedia di lahan kering masam adalah

sisa/residu panen, namun petani belum menyadari pentingnya keberadaan bahan

organik di dalam tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Dengan

meningkatnya kandungan bahan organik di dalam tanah, total N, mineralisasi N, P

terlarut, K dapat tukar, serapan N oleh tanaman dan kandungan air tanah meningkat

(Stanford et al., 1973).

Pengaruh penggunaan bahan organik pada tanah kering masam telah banyak

diteliti dan memberikan efek positif terhadap ketersediaan unsur hara bagi tanaman.

Tetapi perbaikan kandungan bahan organik tanah memerlukan waktu relatif lama jika

hanya bertumpu pada residu/sisa panen, oleh karena itu, di perlukan penambahan

sumber bahan organik yang berasal dari pupuk kandang/ternak, kompos, dan biomas

tanaman lainnya yang tersedia in situ secara berkelanjutan.

Bahan organik dapat disediakan di kebun melalui teknik pertanaman lorong,

yaitu menanami sebagian lahan dengan tanaman leguminosa perdu dalam barisan

atau pagar. Secara periodik, tanaman tersebut dipotong atau dipangkas dan

pangkasannya digunakan sebagai mulsa atau pupuk hijau. Lahan di antara tanaman

pagar dapat ditanami tanaman pangan. Pertanaman lorong dengan tanaman pagar

dapat meningkatkan produktivitas lahan karena: (1) menghasilkan mulsa, (2) mendaur

hara dari lapisan bawah ke lapisan atas, (3) menekan pertumbuhan gulma, 4)

mencegah erosi, dan (5) menurunkan aliran permukaan. Tanaman pagar Flemingia

congesta yang ditanam dengan per bandingan lahan 1:10 terhadap tanaman pangan

dapat memenuhi kebutuhan pupuk hijau untuk tanaman pangan. Penggunaan bahan

hijauan Gliricidia sepium atau F. congesta 2 ton berat kering atau 10-15 ton berat

basah per hektar dapat menyumbang 50 kg N/ha , 4 kg P/ha, dan 30 kg K/ha. Bila

tanaman membutuhkan N 50 kg/ha, P 20 kg/ha, dan K 60 kg/ha maka pupuk hijau

tersebut dapat memenuhi sebagian dari hara yang dibutuhkan tanaman. Pemanfaatan

bahan hijauan sebagai mulsa dari tanaman legum yang dipangkas 2-3 bulan sekali

dapat meningkatkan kadar bahan organik tanah, serta memperbaiki sifat fisik, kimia,

dan biologi tanah (Hartatik, 2007).

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu

Profil tanah di KP Taman Bogo mempunyai horizon permukaan (epipedon) ochric

dan horizon penciri (bawah permukaan) kandik sehingga tanahnya digolongkan Typic

Page 15: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

11

Kanhapludults. Tabel 1 menunjukkan bahwa setiap parameter sifat fisika tanah

mengalami perbaikan jika dilakukan penambahan pupuk kandang dan sisa tanaman

dikembalikan ke dalam tanah.

Perlakuan pupuk kandang sebanyak 10 ton/ha selama 4 tahun (2011-2014)

di KP Taman Bogo memperlihatkan sifat fisika tanah cenderung mengalami perbaikan

walaupun relatif kecil (Tabel 1).

Tabel 1. Perbaikan sifat fisika tanahkering masam pada Demplot Pengelolaan

Lahan Kering Masam di KP Taman Bogo, Lampung Timur

Sifat Fisika Tanah Kedalaman 0 – 20 cm

2003(awal)*) 2011**) 2012***) 2013****) 2014*****)

Bulk Density/BD (g/cc) 1,50 1,43 1,39 1,30 1,09

Ruang pori total(% vol) 40,7 39,4 37,7 37,0 49,4

Kandungan air(% vol)

pF1 31,8 35,8 33,8 32,6 45,9

pF2 25,9 28,9 32,3 26,3 25,3

pF2,54 21,2 24,5 27,8 22,3 18,4

pF4,2 13,6 12,4 12,0 10,1 11,6

Pori drainase (% vol)

Cepat 14,8 10,5 5,4 10,7 24,1

Lambat 4,7 4,4 4,5 4,0 6,9

Air tersedia (% vol) 7,6 12,0 15,7 12,2 6,8

Permeabilitas (cm/jam) 5,7 4,9 1,87 2,38 14,61

Sumber : *) Soelaeman et al. (2003), **)Muchtar (2011), ***)Muchtar (2012),****)Muchtar (2013),

dan *****)Muchtar (2014),

Berdasarkan nilai beberapa parameter sifat fisika tanah di KP Taman Bogo pada

saat awal (tahun 2003) yang kurang mendukung untuk pertumbuhan tanaman,

pemberian bahan organik dalam bentuk pupuk kandang, sisa tanaman dan/atau bahan

hijauan/biomass lainnya yang berada di sekitar lokasi menjadi sangat penting.

Hasil analisis tanah pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pH tanah termasuk ke

dalam kategori sangat masam (4,2-4,8) karena curah hujan relatif tinggi (>2.000

mm/tahun) sehingga basa-basa tanah seperti Ca, Mg, K dan Na dibebaskan dan tercuci

dengan cepat ke luar lingkungan tanah. Hasil evaluasi perbaikan kesuburan tanah

(Tabel 2) menunjukan bahwa kandungan unsur hara N dan K2O pada tanah Ultisols di

KP. Taman Bogo masing-masing antara 0,075-0,2 % dan 3,5-4,3 mg/100 g yang

termasuk ke dalam katagori sangat rendah sedangkan kandungan P2O5 (Bray) antara

28,70-66,23 ppm yang termasuk ke dalam kategori sangat tinggi (Tabel 2).

Page 16: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

12

Tabel 2. Perbaikan sifat kimia tanahkering masam dari tahun 2003 (awal) sampai tahun 2016 di KP Taman Bogo, Lampung Timur

Sifat Kimia Tanah Kedalaman 0-20 cm

2003 (awal)*) 2011**) 2012***) 2013****) 2014*****)

pH H2O 4,20 4,32 4,05 4,28 4,80

Bahan Organik C (%) 0,86 0,83 0,69 0,70 0,76

N (%) 0,08 0,06 0,03 0,02 0,06 C/N 10 15 20 23 12

P2O5 Eks. HCl 25% (mg/Kg) 165,0 189,7 174,1 217,48 240

K2O Eks. HCl 25% (mg/Kg) 35,0 27,7 10,8 12,27 51,9

P2O5 Bray1 (ppm P) 28,70 22,01 21,82 49,15 68

Ekstrak Amonium Asetat (CH3COONH4) 1 M pH 7

K (cmol(+)/Kg) - 0,07 0,04 0,06 0,20 Ca (cmol(+)/Kg) 0,47 0,49 0,58 1,14 2

Mg (cmol(+)/Kg) 0,08 0,15 0,18 0,25 0,61 Na (cmol(+)/Kg) 0,11 0,02 0,01 0,03 0,07

Jumlah (cmol(+)/Kg) - 0,73 0,82 1,48 2,88

KTK (cmol(+)/Kg) 4,00 2,77 3,86 4,46 2,87 KB (%) - 26 21 33 100

Ekstrak KCl 1 M - 1,10 0,83 0,42 0,30

Al (cmol(+)/Kg) - 0,28 0,14 0,11 0,07

Keterangan :- = data tidak tersedia Sumber : *) Soelaeman et al. (2003), **)Muchtar (2011), ***)Muchtar (2012),****)Muchtar (2013),

dan *****)Muchtar (2014),

Kandungan P2O5 Bray 1 pada akhir panen masih termasuk ke dalam kategori

sangat tinggi. Keadaan ini menunjukkan bahwa kondisi lahan mengalami perbaikan

yang disebabkan karena penggunaan pupuk kandang dan residu fosfat alam.

Hasil evaluasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada tahun 2014

sangat dipengaruhi oleh tingkat pengelolaan lahan. Pada kondisi sifat físika dan kimia

tanah Ultisols yang telah mengalami kemunduran, pengunaan pupuk kandang untuk

memperbaiki sifat fisika tanah untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara di dalam

tanah merupakan faktor yang menentukan keberhasilan produksi. Penggunaan pupuk

kandang lebih mempengaruhi tinggi tanaman jagung dibandingkan terhadap tinggi

tanaman padi gogo. Keadaan ini menunjukkan bahwa tanaman jagung lebih sensitif

Page 17: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

13

terhadap pengaruh buruk dari sifat kimia tanah khususnya kandungan C-organik di

dalam tanah.

Berat biomas padi gogo dan jagung pada MT 2014 menunjukan peningkatan

pada perlakuan yang diberi pupuk kandang. Rata-rata berat biomas padi gogo pada

penggunaan pupuk kandang sebanyak 10 ton/ha meningkat sebesar 40% dari

perlakuan yang tidak diberi pupuk kandang dan peningkatan berat biomas jagung pada

penggunaan pupuk kandang mencapai 47 %dari perlakuan yang tidak diberi pupuk

kandang. Keadaan ini menunjukkan bahwa terdapat konsistensi perbaikan produksi

tanaman pada tanah Ultisol yang rendah kandungan bahan organik tanahnya.

Penggunaan pupuk kandang tidak hanya memperbaiki C-organik tanahnya tetapi akan

memperbaiki beberapa parameter sifat fisika tanah lainnya seperti BD, porositas, dan

permeabilitas tanah serta meningkatkan kemampuan tanah dalam mempertahankan

kelembaban untuk tumbuh dan berkembangnya tanaman dengan baik.

Page 18: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

14

III. METODOLOGI PERAGAAN

3.1. Pendekatan/Kerangka Pemikiran

Teknologi kesuburan tanah, konservasi tanah, rehabilitasi dan reklamasi lahan

yang telah dihasilkan oleh Balai Penelitian Tanah perlu ditampilkan dalam bentuk yang

mudah diterima oleh pengguna/petani.Pengelolaan lahan kering masam berkelanjutan

di KP. Taman Bogo akan dilakukan secara bertahap, disesuaikan dengan kemajuan

teknologi hasil penelitian. Sasaran akhir dari kegiatan ini adalah untuk mempercepat

adopsi teknologi pengelolaan lahan kering masam dan terbangunnya lokasi show

windows dan sarana komunikasi, evaluasi dan diskusi antara petani, penyuluh, peneliti

dan pengambil kebijakan melalui kegiatan kunjungan lapang. Respons dari setiap

stake holders merupakan feed back yang akan digunakan untuk menyempurnakan

teknologi sehingga secara teknis dapat dilakukan, secara ekonomis menguntungkan

dan secara sosial dapat diterima oleh pengguna serta tidak membahayakan

lingkungan.

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Pengelolaan lahan kering masam berkelanjutan merupakan teknologi sistem

usaha tani terapan yang dikemas/disajikan dengan teknik budidaya adaptif di lahan

kering masam. Pengelolaan lahan kering masam berkelanjutan yang didemontrasikan

merupakan teknologi unggulan yang ditampilkan dalam bentuk sederhana, oleh karena

itu, lokasinya diletakkan pada tempat strategis yang mudah dilihat dan dikunjungi oleh

petani. Lokasi tersebut merupakan tempat diskusi dan konsultasi antara peneliti

dengan penyuluh, penyuluh dengan petani, antar peneliti, penyuluh, petani dan para

pengambil kebijakan daerah yang terkait dalam program pengembangan pertanian.

Melaluipetak peragaan pengelolaan lahan kering masam berkelanjutan diharapkan

proses adopsi teknologi pengelolaan lahan kering masam di lahan petani dapat

berlangsung secara difusi melalui proses pencontohan.

Ruang lingkup kegiatanyang dijadikan petak peragaan pengelolaan lahan kering

masam berkelanjutanadalah : 1) Sistem pertanaman lorong/alley croping,2)Sistem

penggunaan pembenah tanah, 3) Sistem Pengelolaan kapur dan bahan organik, 4)

Sistem penggunaan kompos dan pupuk hayati,5) Peragaan/display teknologi varietas

baru padi gogo di lahan masam.

Page 19: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

15

3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan

3.3.1. Bahan

Bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah benih padi, jagung,

dan ubi kayu,pupuk Urea, SP-36, KCl, pupuk kandang, sludge padat, pestisida,

fungisida, herbisida, bambu, tali rapia, manila karton, spidol, kantong kertas, karung

plastik, ember plastik, bahan kimia untuk analisis kimia di laboratorium, dan lain-lain.

Peralatan yang diperlukan adalah bor tanah, meteran 50 m, tali, mistar, timbangan,

arit, cangkul, alat tulis kantor dan peralatan lainnya.

3.3.2. Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan pengelolaan lahan kering masam berkelanjutan di KP

Taman Bogo, Lampung Timur pada T.A. 2018, yaitu :

Sistem Pertanaman Lorong/Alley croping

Lahan yang digunakan seluas + 6.000 m2. Tanaman pagar yang digunakan

adalah a). Flemingia congesta, b). Leucaena glauca/Lamtoro, c). Gliricidia sepium dan

d). Strip rumput Setaria splendida dan Panicum maximum. Tanaman pagar ditanam

pada tahun 2007 dan 2008. Kegiatan pada tahun 2016 meliputi pemeliharaan dan

pemangkasan tanaman pagardan penanaman tanaman lorong berupa tanaman

palawija.

Tanaman legum F. congesta ditanam dengan jarak tanam 400 cm x 30 cm

sedangkan L. glauca/Lamtoro dan Glirisidia sepium dengan jarak tanam 700 cm x 30

cm. Strip rumput ditanam dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm sebanyak 2-3 baris/strip

dan jarak antar strip antara 7-10 m. Legum dan rumput dipangkas pada MT I (musim

hujan) dengan interval 1-2 bulan sekali dan pada MT II (musim kemarau) dengan

interval 2-3 bulan sekali disesuaikan dengan pertumbuhan tanaman. Hasil pangkasan

legum dikembalikan ke tanah sebagai pupuk hijau sedangkan pangkasan rumput

diberikan ke ternak.

Di antara barisan/alley ditanami jagung varietas Bisi-18 (MT I) dan tanaman

jagung Bisi-18+ubi kayu (MT II). Pemupukan jagung menggunakan dosis masing-

masing 300 kg urea/ha, 175 kg SP-36/ha,100 kg KCl/ha. Ubi kayu varietas Thailand

disisipkan di antara tanaman jagung dengan jarak tanam 75 cm x 50 cm pada saat

jagung berumur 15 HST. Pengamatan dilakukan terhadap parameter sifat kimia tanah

(N total, P tersedia, K potensial, C-organik, pH, KTK, KB, kejenuhan Al serta K, Na, Ca

dan Mg dapat ditukar) dan sifat fisika tanah (BD, RPT, pori drainase, air tersedia,

Page 20: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

16

permeabilitas) sesudah panen, tinggi tanaman jagung pada umur 30 HST, 60 HSTdan

saat panen,berat pipilan kering 10 sample dan berat pipilan kering ubinan tanaman

jagung, berat biomas jagung dan berat biomas ubi kayu, serta berat umbi segar.

Analisis data dilakukan secara tabulatif yaitu proses menempatkan data dalam bentuk

tabel dengan cara membuat tabel yang berisikan data sesuai dengan kebutuhan

pengamatan dan analisis.

Page 21: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

17

IV. ANALISIS RISIKO

4. 1. Daftar risiko

No Risiko Penyebab Dampak

1 Pengolahan tanah

yang tidak sesuai

dengan waktu yang

sudah dijadwalkan

- Kesiapan dan ketersediaan

alat pengolahan tanah dan

bahan yang akan digunakan

- Kurang tersedianya tenaga

kerja

- Iklim (cuaca yang tidak

menentu)

- Waktu tanam

tidak sesuai

dengan jadwal

yang telah

ditentukan

2 Daya tumbuh bibit

yang rendah dan

pertumbuhan

tanaman yang tidak

normal

- Waktu tanam bibit yang

melebihi batas waktu yang

berlaku di label

- Curah hujan yang

tinggi,menggenangi lahan

saat waktu tanam

- Iklim/ kurangnya air untuk

tanaman

- Kandungan Al yang tinggi

pada salah satu bagian lahan

- Residu kapur dan bahan

organik pada salah satu

bagian lahan

- Tidak seragam

tumbuhnya

tanaman pada

masa vegetatif

dan generatif

- Produksi tidak

sesuai yang

diharapkan

3 Penurunan hasil

akibat serangan OPT

- Persaingan antara tanaman

dan gulma

- Serangan hama dan

penyakit: lalat bibit, tikus,

semut, penggerek batang,

ulat, burung, hawar daun,

neck blast, dan penyakit

karat

- Pertumbuhan

vegetatif dan

generatif tidak

sesuai yang

diharapkan

4 Produksi panen rusak - Tanaman yang di panen

prematur atau di panen

sebelum waktunya, karna

faktor iklim

- Iklim/ cuaca yang tak

menentu padasaat prosesing

- Hama gudang, tikus

(penyimpanan)

- Produksi

menurun

- Gabah

berkecambah

- Kualitas

produkmenurun

Page 22: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

18

4. 2. Daftar penanganan risiko

No Risiko Penyebab Penanganan

1 Pengolahan

tanah yang tidak

sesuai dengan

waktu yang

sudah

dijadwalkan

- Kesiapan dan

ketersediaan alat

pengolahan tanah dan

bahan yang akan

digunakan

- Kurang tersedianya

tenaga kerja

- Iklim (cuaca yang tidak

menentu

- Menyiapkan dan

mengecek alat dan bahan

sebelum jadwal

pengolahan lahan

- Menyiapkan alat

pengolahan tanah

- Penyiraman dan

pembuatan saluran

drainase

2 Daya Tumbuh

bibit yang

rendah dan

pertumbuhan

tanaman yang

tidak normal

- Waktu tanam bibit yang

melebihi batas waktu

yang berlaku di label

- Curah hujan yang

tinggi,menggenangi

lahan saat waktu tanam

- Iklim/ kurangnya air

pada waktutanaman

- Pengecekan secara teliti

pada saat pembelian

benih (uji daya

kecambah)

- Pada musim kering

dilakukan penyiraman

secara manual

- Pada musim hujan

dilakukan dengan

pembuatan drainase

3 Penurunan hasil

akibat serangan

OPT

- Persaingan antara

tanaman dan gulma

- Serangan hama dan

penyakit: tikus,

penggerek batang,

wereng, burung, hawar

daun, neck blast, dan

penyakit karat

- Penjadwalan secara

teratur untuk penyiangan

dan penyemprotan

gulma, hama dan

penyakit.

- Menyiapkan tenaga kerja

untuk menjaga tanaman,

terutama tan padi dari

burung

4 Produksi panen

rusak

- Tanaman yang di panen

prematur atau di panen

sebelum/sesudah

waktunya, karena faktor

iklim

- Iklim/cuaca yang tak

menentu padasaat

prosesing

- Hama gudang, tikus

- Pada musim kering

dilakukan penyiraman

secara manual

- Pada musim hujan

dilakukan pembuatan

drainase

- Pengoptimalan fungsi

rumah kaca (penjemuran

di rumah kaca)

- Pembersihan gudang

secara teratur

Page 23: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

19

V. TENAGA DAN ORGANISASI DAN PELAKSANA

5.1. Tenaga yang Terlibat dan Personalia

Nama Lengkap Gelar dan NIP Jabatan Kedudukan

dalam RDHP

Volume

(OB) Fungsional Struktural

Septiyana, SP

NIP. 198209 282009 12 2 004

Subardi NIP. 19690308 200604 1 011

Fredi Riyanto NIP. 19760318 200710 1 001

M. Histari

NIP. 19720218 200701 1 001

Setyo Jatmoko

NIP. 19720114 200710 1 001

Achmad Samsun, SP NIP. 19820511 200812 1 002

Rudi Thomas C., S. Kom NIP. 19700606 200604 1 013

Peneliti

-

-

-

-

-

-

Ka. KP. Taman

Bogo

-

-

-

-

-

-

Penanggungja

wab RDHP

Anggota

Teknisi Litkayasa

Teknisi Litkayasa

Teknisi

Litkayasa

Teknisi

Litkayasa

Teknisi Litkayasa

Administrrasi

4

2

2

2

2

2

6

5.2. Jangka Waktu Kegiatan

Kegiatan

TA. 2018

Bulan

J F M A M J J A S O N D Persiapan lapang

Pengambilan contoh tanah

Tanam

Pemeliharaan

Pengamatan

Panen

Temu Lapang

Analisis tanah

Analisis data

Pelaporan

Page 24: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

20

5.3. Pembiayaan 1 kegiatan

KODE URAIAN VOLUME HARGA SATUAN

JUMLAH

061 Peragaan Teknik Budidaya Adaptif untuk Lahan Kering Masam di Kebun Percobaan Taman Bogo

0

- 70.000.000

521211 Belanja Bahan 0

- 2.000.000

- Fotocopy, penggandaan, penjilidan 1 PAKET 2.000.000 2.000.000

521213 Honor Output Kegiatan

0

- 22.500.000

- Upah pekerja lapang 250 OH 80.000 20.000.000

- Upah analisis 50 OJ 50.000 2.500.000

521811 Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi

0

- 15.500.000

- ATK dan komputer supplier 1 PAKET 2.500.000 2.500.000

- Bahan penunjang lapang 1 PAKET 4.000.000 4.000.000

- Bahan kimia 1 PAKET 4.000.000 4.000.000

- Bahan saprotan (pupuk.benih/bibit,pestisida) 1 PAKET 5.000.000 5.000.000

524111 Belanja perjalanan biasa 0

- 30.000.000

- Perjalanan dinas dalam rangka kegiatan diseminasi

12 OP 2.500.000 30.000.000

Page 25: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

21

VI. DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, J. dan M. Sudjadi. 1993. Peranan sistem bertanam lorong (Alley cropping) dalam meningkatkan kesuburan tanah pada lahan kering masam. Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor (Tidak dipublikasikan).

Agus, F, A.Rachman dan A. Dariah. 1999. Pengaruh pengolahan tanah minimum dan pemberian mulsa terhadap sifat tanah dan produksi tanaman. Dalam Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Tanah, Iklim dan Pupuk. Lido-Bogor, 6-8 Desember 1999. Buku II. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Anonim, 2013. Galur Kacang Tanah Adaptif Lahan Kering Masam. http://pangan.litbang.pertanian.go.id/berita-30-galur-kacang-tanah-adaptif-lahan-kering-masam.html (dikutip Desember 2015)

Dierolf, T., T. Fairhutst and E. Mutert. 2001. Soil Fertility Kit. A Toolkit for Acid Upland soil Fertility Management in Southeast Asia.Handbook Series. GT2 GmbH, Food and Agriculture Organization, P.T. Jasa Katon and Potash & Phosphate Institute (PPI), Potash & Phosphate Institute of Canada (PPIC). First Edition.Printed by Oxford Graphic Printers.

Hairiah, K, Widianto, S. R. Utami, D. Suprayogo, Sunaryo, S. M. Sitompul, B. Lusiana, R. Mulia, M. V. Noordwijk dan G. Cadisch. 2000. Pengelolaan Tanah Masam Secara Biologi ; Refleksi Pengalaman dari Lampung Utara. SMT Grafika Desa Putera, Jakarta. 187 hal.

Hairiah, K., Widianto, dan D. suprayogo. 2005. Dapatkah pengembangan budidaya tanaman pangan pada tanah masam selaras dengan konsep pertanian sehat?. Prosiding Lokakarya Pengembangan Kedelai di Lahan Sub-optimal. Puslitbangtan Bogor, 2005; 87-116 hlm.

Hartatik, W. 2007. Tithonia diversifolia Sumber Pupuk Hijau. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol. 29. No. 5.

Haryanto,KomaruddinI., RafliI.Kdan ElsjeL.S. 2008. PengaruhPupuk Fosfat

Alampada Tanah Masam Terhadap Pertumbuhan Jagung Serta Serapan N-Za

dan N-Urea. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi. Vol. 4 No. 2.

Haryati, U. 2002. Keunggulan dan Kelemahan Sistem Alley Cropping Serta Peluang dan Kendala Adopsinya Di Lahan Kering Das Bagian Hulu. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor

Kang, B.T. 1989. Nutrient management for sustained crop production in the humid and sub humid.In Vander Heide (ed). Proc. Int.Symp. Nutrient Management for Food Crop Production in Tropical Farming Systems, IB-DLO and Unibraw.

Mengel, K., and E.A. Kirkby. 1987. Principle of Plat Nutrition. Inter. Potash Ins. Bern, Switzerland, 687 p.

Muchtar, 2011. Pengembangan Inovasi Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Masam Untuk Meningkatkan Produktivitas > 20% dan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Tahun Anggaran 2011. Satker 648680, Balai Penelitian Tanah, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2011. (Tidak dipublikasi).

Page 26: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

22

Muchtar, 2012. Laporan Akhir Pengembangan Inovasi Teknologi Sistem Integrasi Tanaman-Ternak dan Rumah Pangan Lestari di KP. Taman Bogo. Tahun Anggaran 2012. Satker 648680, Balai Penelitian Tanah, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2012. (Tidak dipublikasi).

Muchtar, 2013. Laporan Akhir Pengelolaan Lahan Kering Masam Berkelanjutan dan RPL di KP. Taman Bogo. Tahun Anggaran 2013. Satker 648680, Balai Penelitian Tanah, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2013. (Tidak dipublikasi).

Muchtar, 2014. Laporan Akhir Pengelolaan Lahan Kering Masam Berkelanjutan dan RPL di KP. Taman Bogo. Tahun Anggaran 2014. Satker 648680, Balai Penelitian Tanah, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2014. (Tidak dipublikasi).

MulyaniA,SyarwaniM.2013. Karakteristikdan PotensiLahanSubOptimal untukPengembangan Pertanian diIndonesia. Prosiding Seminar Nasional LahanSub-optimal “Intensifikasi Pengelolaan Lahan Sub-optimaldalamRangka Mendukung KemandirianPangan Nasional”, Palembang 20-21 September 2013

Prasetyo, B. H. dan D.A. Suriadikarta. 2006, Krakteristik, potensi, dan teknologi pengelolaan tanah Ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 25(2):39-46.

Puslitbangnak. 2000. Atlas Sumberdaya Tanah Explorasi Indonesia. Skala 1:1.000.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Soelaeman, Y., Kasno, A., H.T.Sidik, U. Haryati, Nurjaya, D. Setyorini, F. Agus. 2003. Laporan Akhir Peningkatan Produktivitas Tanah Kering Masam. Tahun Anggaran 2003. Bagian Proyek Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Lahan Masam Taman Bogo dan Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif (The Participatory Development of Agricultural Technology Project). Balai Penelitian Tanah, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanah Dan Agroklimat, Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2003. (Tidak dipublikasi).

Soepardi. G.H. 2001. Strategi Usahatani Agribisnis Berbasis Sumberdaya Lahan. Paper disampaikan dalam Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Pupuk. Cisarua, Bogor, 30-31 Oktober 2001. Puslitbangtanak, Badan Litbang Pertanian, Deptan, 13 p.

SoilSurveyStaff.2003.KeystoSoilTaxonomy.USDA, Natural Research ConservationService.NinthEdition.WashingtonD.C.

Stanford, G., O.L. Bennett and J.F. Power. 1973. Conservation tillage practices and nutrient availability. In.Conservation Tillage Pic.National Conservation Tillage Conference, Des Moines, Iowa. Soil Cons. Soc. Of Am., Ankey, IA.

Subagyo, H., N.Suharta dan A.B. Siswanto. 2000. Tanah Pertanian di Indonesia, hal : 21-66. Dalam Sumberdaya Lahan di Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat , Bogor.

Subandi.2007. Teknologi Produksi dan Strategi Pengembangan. Iptek Tanaman Pangan 2(1) :12 -25.

Sumarno. 2005. Strategi pengembangan kedelai di lahan masam. Hal. 37-46. DalamA.K Makarim (Eds) Prosiding Lokakarya Pengembangan Kedelai di Lahan

Page 27: PERAGAAN TEKNIK BUDIDAYA ADAPTIF UNTUK LAHAN KERING …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/apbn2018... · masam dan +6,5 ha lahan yang digunakan untuk penggunaan

23

Suboptimal. Badan Litbang Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.