PERADIN, Inisiator Gerakan Bantuan Hukum

download PERADIN, Inisiator Gerakan Bantuan Hukum

of 3

Transcript of PERADIN, Inisiator Gerakan Bantuan Hukum

  • 8/2/2019 PERADIN, Inisiator Gerakan Bantuan Hukum

    1/3

    PERADIN, Inisiator Gerakan Bantuan Hukum Di Indonesiaoleh :

    Tandry LD

    Beracara secara cuma-cuma atau yang lebih dikenal dengan perkara prodeo bukanlah sesuatu hal baru yang terjadi baik di lingkungan peradilan umum maupun peradilan agama, namun pada kenyataannya masyarakat khususnya para pencarikeadilan yang tidak mampu tidak cukup mengetahui bahwa hak mereka atas

    bantuan hukum dan/atau mendapatkan pembelaan ( right to counsel ) dari seorangAdvokat dalam perkara hukum yang tengah dihadapinya adalah dijamin

    pemenuhannya oleh Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana disebutkan dalamPasal 28D bahwa, setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan,dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum .

    Kurangnya sosialisasi terhadap jaminan bantuan hukum ini agaknya memangdipengaruhi oleh ketentuan mengenai hal itu sendiri yang belum dibentuk secaraeksplisit sebagai suatu peraturan yang berdiri sendiri dan hanya yang dapatditemukan dari beberapa peraturan dibawah ini berdasarkan historis berlakunya :

    1. beracara secara cuma-cuma dalam permeriksaan tingkat pertama diatur dalam pasal 237 HIR (Herziene Indonesisch Reglement) Staatsblad 1941 Nomor 44 bahwa, barangsiapa hendak berperkara, baik sebagai penggugat, maupun

    sebagai tergugat, akan tetapi tidak mampu membayar segala ongkos perkaraitu, boleh mendapat izin akan menjalankan perkaranya tanpa membayar ongkos dan Pasal 273 R.Bg (Reglement Buiten Govesten) Staatsblad 1927

    bahwa, Penggugat atau Tergugat yang tidak mampu membayar biaya perkaradapat diizinkan untuk berperkara tanpa biaya ;

    2. sedangkan untuk pemeriksaan tingkat banding diatur dalam Pasal 12Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1947 tentang Peradilan Ulangan bahwa, Permintaan idzin supaya tidak dibayar biaya dalam pemeriksaan ulanganharus disampaikan dengan lisan atau dengan surat kepada Panitera

    Pengadilan Negeri, yang menjatuhkan putusan, beserta dengan surat keterangan dari salah seorang pegawai pamong praja yang berhak memberikannya dalam daerah tempat tinggalnya, bahwa ia tidak mampumembayar biaya, oleh yang minta pemeriksaan ulangan di dalam empat belashari terhitung mulai hari berikutnya hari pengumuman putusan kepada yang

    berkepentingan, oleh fihak lain di dalam empat belas hari, terhitung mulai hariberikutnya pemberi tahuan permintaan pemeriksaan ulangan ;

    3. dalam lingkup peradilan pidana, bantuan hukum diatur didalam ketentuanPasal 54 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

    bahwa, Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih penasihat hukum selama dalam waktudan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tatacara yang ditentukan dalamundang-undang ini ;

    4. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. C-1-UM.06 02-1984 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Pusat Hukum Masyarakat pada

    Pasal 4 merumuskan bantuan hukum sebagai berikut Bantuan hukum adalah

  • 8/2/2019 PERADIN, Inisiator Gerakan Bantuan Hukum

    2/3

    memberikan pelayanan berupa bantuan kepada anggota masyarakat yangmenghadapi/terlibat dalam suatu perkara (pidana/perdata), baik didalammaupun diluar sidang pengadilan;

    5. Bantuan hukum pada akhirnya menjadi kewajiban pengemban profesiAdvokat sebagaimana diatur dalam Pasal 22 Undang-Undang Nomor 18 Tahun2003 tentang Advokat bahwa, Advokat wajib memberikan bantuan hukum

    secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu dan ketentuanini telah diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma yang dalam implementasinya tidak berjalan efektif karena masyarakatAdvokat menganggap bantuan hukum adalah inheren terhadap profesi yangdijalaninya sehingga terkesan adanya pelimpahan tanggung jawab yangseharusnya juga menjadi kewajiban negara ( state obligation ) sebagaimanatermaktub di dalam konstitusinya.

    6. Peraturan Mahkamah Agung RI No. 02 Tahun 2009 Tentang Biaya ProsesPenyelesaian Perkara dan Pengelolaannya pada Mahkamah Agung dan BadanPeradilan yang Berada dibawahnya dalam Pasal 2 ayat 4 disebutkan bahwa, Biaya untuk penyelesaian perkara dengan acara prodeo pada tingkat

    pertama, banding dan kasasi serta perkara Perselisihan Hubungan Industrial yang nilai gugatannya dibawah Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh jutarupiah) dibebankan kepada Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku ;

    7. Buku II tentang Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan edisirevisi 2009 halaman 77-79 tentang Perkara Prodeo :

    a) Para pihak yang tidak mampu, dapat mengajukan gugatan/permohonansecara prodeo.

    b) Keadaan tidak mampu itu harus dibuktikan dengan surat keterangan KepalaDesa/Kelurahan dan diketahui oleh Camat yang bersangkutan.

    c) Dalam register perkara hal-hal yang berkaitan dengan permohonan prodeoharus dicatat.

    d) Semua penerimaan dan pengeluaran, meskipun nihil, dalam jurnal keuangan perkara harus tetap dicatat. (Pasal 237 HIR/Pasal 273 RBg).

    e) Sebelum suatu gugatan dicatat dalam buku register, Penggugat terlebihdahulu harus mengajukan permohonan berperkara secara prodeo, yangapabila dikabulkan, Hakim membuat penetapan tentang izin berperkarasecara prodeo, setelah sebelumnya pihak lawan diberi kesempatan untuk menanggapi permohonan tersebut. (Pasal 238 ayat (1) HIR/Pasal 274 ayat(1) RBg).

    f) Perihal pemberian izin beracara secara prodeo ini berlaku untuk masing-masing tingkat peradilan secara sendirisendiri dan tidak dapat diberikanuntuk semua tingkat peradilan sekaligus.

    g) Pihak Tergugat yang tidak mampu untuk membayar biaya perkara, juga berhak untuk mengajukan permohonan secara prodeo dengan cara sepertitersebut di atas. (Pasal 238 ayat (2) HIR/Pasal 274 ayat (2) RBg).

    Program bantuan hukum yang didirikan atas inisiatif organisasi advokat di

    Indonesia pada dasarnya belum menjadi sejarah yang cukup panjang kecuali yang

  • 8/2/2019 PERADIN, Inisiator Gerakan Bantuan Hukum

    3/3

    telah ditandai pertama kali seiring dibentuknya PERADIN pada tanggal 30 Agustus1964 sebagai organisasi advokat pertama yang mengambil bagian dalam program

    bantuan hukum yang ditandai dengan berdirinya Lembaga Bantuan Hukum yangsekarang lebih dikenal dengan Lembaga Bantuan Hukum Jakarta.

    Program bantuan hukum yang dicetuskan oleh PERADIN ini nyatanya diadopsidalam konstitusi yang terkait dengan kekuasaan kehakiman yang jejaknya terlihat

    pertama kali dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman vide Pasal 38 disebutkan mengenai

    bantuan hukum yang diatur dalam Pasal 35 bahwa Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum ini perlu diatur oleh undang-undangtersendiri ( lex specialis ), pengaturan mana tidak terlihat dalam undang-undangsebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1964 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.

    Namun kenyataannya undang-undang tersendiri yang diperlukan ( lex specialis )

    untuk mengatur bantuan hukum ini sampai dengan undang-undang tentangkekuasaan kehakiman terakhir kali dirubah dengan Undang-Undang Nomor 48Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman tidak kunjung ada, hingga padaakhirnya di tahun 2010 Mahkamah Agung sebagai penyelenggara tertinggi kekuasaankehakiman mulai mengambil perannya dalam rangka mengisi kekosonganmengenai pengaturan bantuan hukum ini dengan menerbitkan SEMA Nomor 10Tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum yang memerintahkan

    penyelenggara peradilan yang berada dibawah kekuasaannya i.e. Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama Dan Pengadilan Tata Usaha Negara agar membentuk Pos Bantuan Hukum bagi pencari keadilan sebagaimana telah dituangkan ke dalamKeputusan Ketua Muda Urusan Lingkungan Peradilan Agama Dan SekretarisMahkamah Agung RI Nomor: 04/TUADA-AG/II/2011 dan Nomor:020/SEK/SK/H/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Surat Edaran MahkamahAgung RI Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pedoman Bantuan Hukum Lampiran B.

    Inisiatif Mahkamah Agung vide SEMA Nomor 10 Tahun 2010 tentang PedomanPemberian Bantuan Hukum ini disambut baik oleh PERADIN sebagai peluang

    pengabdian pro bono publico -nya terhadap pencari keadilan yang tidak mampumelalui surat resminya yang ditujukan kepada seluruh lembaga peradilan yang adadi Indonesia baik itu Pengadilan Negeri maupun Pengadilan Agama untuk mengadakan kerjasama dalam rangka pembentukan POSBAKUM PERADIN ditiap-tiap pengadilan a.l. Pengadilan Negeri/Hubungan Industrial Bandung,

    Pengadilan Negeri Bogor, Pengadilan Negeri Dompu, Pengadilan Agama JakartaBarat, Pengadilan Negeri Klas 1A Mataram, Pengadilan Negeri Merauke,Pengadilan Agama Jakarta Utara, Pengadilan Negeri Klas 1B Purwokerto,Pengadilan Negeri Rokan Hilir, Pengadilan Negeri Klas 1A Serang, Pengadilan

    Negeri Sumbawa Besar, dll.

    Upaya PERADIN menempatkan POSBAKUM di setiap lembaga peradilan adalahwujud nyata tanggung jawabnya dalam memperjuangkan asas-asas keadilan denganmelindungi hak-hak asasi manusia yang didasarkan atas pengabdian cita-cita luhur

    profesi dengan jalan m emberi bantuan hukum kepada yang tidak mampu membayar uang jasa sebagaimana yang menjadi tujuan PERADIN di dalam Anggaran Dasar-nyayang disyahkan pada tanggal 22 April 2010 melalui Kongres Luar Biasa PERADIN2010.