ASDEP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DAN EKOSISTEM …€¦ · 2016 Kementerian Pariwisata c.q Deputi...

12
4. ASDEP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DAN EKOSISTEM PARIWISATA 1. Penyusunan Analisis Ekonomi Dukungan Pembangunan Infrastruktur Pariwisata di 25 KSPN 2. Pembangunan Amenitas (Homestay) Pariwisata 3. Penerapan Rencana Aksi Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism Development) 4. Percepatan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas 5. Kegiatan Monitoring Dan Evaluasi Dekonsentrasi Perencanaan KSPN

Transcript of ASDEP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DAN EKOSISTEM …€¦ · 2016 Kementerian Pariwisata c.q Deputi...

Page 1: ASDEP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DAN EKOSISTEM …€¦ · 2016 Kementerian Pariwisata c.q Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata telah menjadi inisiator terlaksananya

4. ASDEP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DAN EKOSISTEM PARIWISATA

1. Penyusunan Analisis Ekonomi Dukungan

Pembangunan Infrastruktur Pariwisata di

25 KSPN

2. Pembangunan Amenitas (Homestay)

Pariwisata

3. Penerapan Rencana Aksi Pengembangan

Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable

Tourism Development) 4. Percepatan 10 Destinasi Pariwisata

Prioritas

5. Kegiatan Monitoring Dan Evaluasi

Dekonsentrasi Perencanaan KSPN

Page 2: ASDEP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DAN EKOSISTEM …€¦ · 2016 Kementerian Pariwisata c.q Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata telah menjadi inisiator terlaksananya

Penyusunan Analisis Ekonomi Dukungan

Pembangunan Infrastruktur Pariwisata di 25 KSPN

Penyusunan Analisis Ekonomi Dukungan Pembangunan

Infrastruktur Pariwisata telah melakukan kajian ulang

terhadap studi analisis, identifikasi dan rencana

kebutuhan infrastruktur yang sudah ada. Selanjutnya,

analisis ekonomi dukungan pembangunan infrastruktur

pariwisata dalam bentuk masterplan pembangunan

infrastruktur pariwisata dan disesuaikan berdasarkan

kondisi saat ini dengan memperhatikan Rencana Induk

Pembangunan Kepariwisataan Nasional 2010-2025,

Rencana Tata Ruang Wilayah, Rencana Induk

Pembangunan Kepariwisataan Pariwisata Daerah, dan

Rencana Sektoral di bidang pekerjaan umum dan

perhubungan di daerah studi. Analisis Ekonomi

Dukungan Pembangunan Infrastruktur Pariwisata

dalam bentuk Masterplan infrastruktur pariwisata ini

dapat digunakan sebagai pedoman dalam pembangunan

infrastruktur di 25 KSPN.

Lingkup pekerjaan Analisis Ekonomi Dukungan

Pembangunan Infrastruktur Pariwisata yang telah

dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Menyusun rencana kebutuhan infrastruktur dasar

yang meliputi bidang prasarana umum yang

mencakupi jalan, air bersih, listrik, telekomunikasi,

dan kesehatan lingkungan; penyediaan dan

pengembangan sarana dan prasarana transportasi

angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan,

angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan

kereta api di 25 KSPN;

2. Pemutakhiran data dasar kebutuhan infrastruktur

yang meliputi bidang prasarana umum yang

mencakupi jalan, air bersih, listrik, telekomunikasi,

Page 3: ASDEP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DAN EKOSISTEM …€¦ · 2016 Kementerian Pariwisata c.q Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata telah menjadi inisiator terlaksananya

dan kesehatan lingkungan; penyediaan dan

pengembangan sarana dan prasarana transportasi

angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan,

angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan

kereta api di 25 KSPN;

3. Menyusun Analisis Ekonomi Dukungan

Pembangunan Infrastruktur yang meliputi bidang

prasarana umum yang mencakupi jalan, air bersih,

listrik, telekomunikasi, dan kesehatan lingkungan;

penyediaan dan pengembangan sarana dan

prasarana transportasi angkutan jalan, sungai,

danau dan penyeberangan, angkutan laut, angkutan

udara, dan angkutan kereta api di 25 KSPN.

Pembangunan Amenitas (Homestay) Pariwisata

Pentingnya pembangunan pariwisata, dan koordinasi

antar kementerian dan lembaga pemerintah terkait

untuk dapat mengoptimalkan potensi pariwisata

Indonesia yang besar untuk peningkatan

perekonomian serta kesejahteraan masyarakat sangat

diperlukan, tujuan utama koordinasi lintas sektor

adalah untuk mensinkronisasikan kebijakan, program,

dan kegiatan termasuk aspek perencanaan dan

implementasi kegiatan kepariwisataan, dan

menetapkan langkah-langkah strategis untuk

mengatasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan

kepariwisataan secara selaras, serasi, dan terpadu.

Strategi dan Koordinasi Pengembangan Amenitas

Pariwisata perlu untuk dilaksanakan mengingat

pentingnya peran infrastruktur dalam menunjang

pariwisata, terlebih dengan adanya ranah tugas lintas

sektor (K/L) lain untuk membangun infrastruktur

sehingga diperlukan koordinasi dengan lintas sektor,

salah satunya adalah pembangunan homestay, toilet

bersih dan fasilitas pariwisata lainnya. Pada tahun

Page 4: ASDEP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DAN EKOSISTEM …€¦ · 2016 Kementerian Pariwisata c.q Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata telah menjadi inisiator terlaksananya

2016 Kementerian Pariwisata c.q Deputi Bidang

Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata telah

menjadi inisiator terlaksananya Nota Kesepahaman

(MoU = Memorandum of Understanding) dan Perjanjian

Kerja Sama (PKS) antara Kementerian Pariwisata,

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

(PU-PERA) serta PT. Bank Tabungan Negara (Persero)

Tbk terkait Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan

Pemukiman untuk Mendukung Pengembangan Pondok

Wisata (Homestay) dan Toilet Publik di Destinasi

Pariwisata Terpilih, dalam rangka mendukung program

satu juta rumah yang pada tahun 2016 dimulai dengan

pembangunan homestay sebanyak 100 buah di

kawasan Tanjung Lesung, Mandalika, dan Probolinggo.

Sebagai Tertanggal 5 agustus 2016, saat menteri

pariwisata menyaksikan penandatanganan MoU terkait

pengembangan homestay di Kawasan Pesisir Selatan

antara PT Bank Tabungan Negara Tbk dan pemerintah

kabupaten pesisir selatan terkait nota kesepahaman

pengembangan homestay di kawasan Mandeh.

Nota kesepahaman ini untuk mendukung pembiayaan

pembangunan 100 homestay di kawasan pariwisata

tersebut. Sekretaris PT BTN Persero, Tbk Eko

Waluyo menjelaskan, di kawasan Mandeh memiliki

potensi wisata bahari yang cukup besar. Oleh sebab itu,

pemerintah Provinsi Sumatera Barat menjadikan

kawasan Mandeh sebagai pilot project. Melihat potensi

tersebut, BTN pun mendukung dengan mendukung

pembiayaan bagi homestay.

Penerapan Rencana Aksi Pengembangan

Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism

Development)

Program pengembangan pariwisata berkelanjutan

merupakan sebuah program yang diinisiasi oleh

Kementerian Pariwisata sebagai sebuah upaya

Page 5: ASDEP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DAN EKOSISTEM …€¦ · 2016 Kementerian Pariwisata c.q Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata telah menjadi inisiator terlaksananya

antisipasi dari isu-isu yang berkembang di destinasi-

destinasi wisata dan sekaligus kontribusi Indonesia

bagi pariwisata dunia. Berdasarkan data TTCI dari

WEF, Indonesia dinilai sangat lemah dalam aspek

keberlanjutan lingkungan. Berada di rangking 134

menjadi sebuah peringatan keras bagi Indonesia untuk

mulai memperhatikan pengelolaan destinasi. Salah satu

langkah yang diambil Kementerian Pariwisata melalui

Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri

Pariwisata adalah dengan menjalin kerjasama antar

pihak salah satunya Global Sustainable Tourism

Council (GSTC). Menindaklanjuti kerjasama tersebut,

telah diinisiasi penyusunan standar nasional

pembangunan destinasi pariwisata berkelanjutan dan

juga kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitas para

pihak di daerah.

Standar/Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan

mengadopsi standar minimal yang di keluarkan GSTC

dan dikombinasikan dengan indikator-indikator yang

sesuai dengan muatan lokal untuk kondisi nasional.

Setelah melaui proses penyusunan yang melibatkan

berbagai tahapan dan melibatkan banyak pihak, maka

pada tanggal 1 September 2016 Menteri Pariwisata

telah menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata

Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi

Pariwisata Berkelanjutan. Pedoman tersebut saat ini

sudah mendapat pengakuan dari GSTC.

Page 6: ASDEP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DAN EKOSISTEM …€¦ · 2016 Kementerian Pariwisata c.q Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata telah menjadi inisiator terlaksananya

Pengakuan ini secara lansung di tandai dengan

penyerahan piagam dari Chief Executive Officer kepada

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri

Pariwisata pada acara PATA TravelMart tanggal 8

September 2016. Pedoman Destinasi Pariwisata

Berkelanjutan memiliki ruang lingkup (a) pengelolaan

destinasi pariwisata berkelanjutan; (b) pemanfaatan

ekonomi untuk masyarakat lokal; (c) pelestarian

budaya bagi masyarakat dan pengunjung; dan (d)

pelestarian lingkungan. Ruang lingkup ini diturunkan

lagi menjadi 41 kriteria dan indikator pendukungnya

yang memuat pengukuran-pengukuran yang kuantitaf.

Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan baik bagi

pengelola-pengelola destinasi wisata baik pemerintah

daerah maupun pihak bisnis. Standar ini juga akan

didorong untuk dibentuk badan sertifikasi-nya

sehingga proses penerapan standar ini menjadi

akuntabel dan profesional. Lebih jauh lagi standar dan

sistem sertifikasi ini juga akan didorong ke dunia

internasional sehingga Indonesia dapat mengambil

posisi strategis menjadi Hub dan Epicentrum sertifikasi

Sustainable Tourism Destination di lingkup negara-

negara ASEAN maupun APEC.

Kementerian Pariwisata juga telah menginisiasi 3 pusat

pemantauan dalam program Sustainable Tourism

Observatory (STO) bekerjasama dengan 3 universitas

untuk 3 destinasi. Masing-masing STO tersebut adalah

Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai pusat

pemantauan untuk STO Pangandaran, Universitas

Gajah Mada (UGM) sebagai pusat pemantauan untuk

STO Sleman, dan Universitas Mataram sebagai pusat

pemantauan untuk STO Lombok. Ketiga STO yang

dirintis juga telah mendapatkan pengakuan langsung

dari UNWTO yang juga resmikan secara bersama-sama

Page 7: ASDEP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DAN EKOSISTEM …€¦ · 2016 Kementerian Pariwisata c.q Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata telah menjadi inisiator terlaksananya

pada PATA TravelMart pada tanggal 7 September 2016.

Universitas yang menjadi pusat pemantauan memiliki

tugas utama pengendalian terhadap pengembangan

pembangunan kepariwisataan di destinasi dengan

basis penelitian yang memberikan rekomendasi-

rekomendasi baik bagi para pelaku usaha, pemerintah,

masyarakat, media, dan bahkan UNWTO yang dikemas

dalam bentuk laporan bertahap.

Percepatan 10 Destinasi Prioritas

Presiden telah menetapkan Nawacita sebagai program

prioritas pembangunan Kabinet Kerja 2015-2019. Pada

kabinet kerja, sektor kepariwisataan tumbuh menjadi

sektor unggulan dengan pertumbuhan tercepat di

dunia dan menjadi lokomotif untuk penerimaan devisa

negara, pengembangan usaha, pembangunan

infrastruktur serta penyerapan tenaga kerja. Dalam

rangka mencapai target Rencana Pembangunan Jangka

Menengah 2015-2019 di bidang pariwisata, maka salah

satu langkah yang diambil adalah mengembangkan

kawasan strategis pariwisata yang dinilai mampu

memberikan pertumbuhan ekonomi yang pesat dalam

jangka lima tahun ke depan.

Dewasa ini pasar pariwisata semakin kompetitif karena

adanya perubahan permintaan dari wisatawan yang

menginginkan pengalaman pariwisata yang bersifat

pribadi dan dengan kemunculannya destinasi

pariwisata-pariwisata yang baru. Ini menyebabkan

perlunya menilai performansi dari suatu destinasi agar

dapat meningkatkan posisi daya saing suatu destinasi

dan meningkatkan daya tarik wisatanya jika

dibandingkan dengan destinasi pariwisata lainnya.

Pemilihan prioritas destinasi pariwisata Indonesia

dilakukan dalam rangka tahapan pengembangan

pariwisata dengan prinsip fokus pengembangan

berdasarkan penilaian performansi terhadap 88

kawasan strategis pariwisata nasional dengan

komponen penilaian mencakup atraksi daya tarik

wisata, aksesibilitas transportasi, amenitas fasilitas

pariwisata, nilai-nilai nawacita dan nilai strategis

lainnya. Melalui tiga tahap penilaian dan pembobotan

berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, akhirnya

didapat 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Indonesia

Page 8: ASDEP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DAN EKOSISTEM …€¦ · 2016 Kementerian Pariwisata c.q Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata telah menjadi inisiator terlaksananya

untuk dikembangkan pada batch pertama, yaitu :

Danau Toba, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung,

Kepulauan Seribu, Borobudur, Bromo, Mandalika,

Wakatobi, Morotai dan Labuan Bajo.

Dapat disimpulkan bahwa dalam mendukung

pengembangan destinasi pariwisata prioritas, perlu

dipahami bahwa pemerintah selain berperan sebagai

regulator dan fasilitator juga memiliki peran penting

sebagai prime mover berkembangnya destinasi

pariwisata prioritas. Pemerintah harus dapat

menetapkan peraturan-peraturan yang dapat

mendukung perkembangan di destinasi pariwisata

prioritas seperti mengenai pengaturan asset pariwisata

(coastal management measures di taman nasional laut,

terumbu karang) dan pedoman pengoperasian dan

pembangunan di kawasan pariwisata. Sepuluh detinasi

pariwisata prioritas tersebut terdiri dari 4 (empat)

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan 6 (enam)

Kawasan Startegis Pariwisata Nasional (KSPN). Untuk

pengelolaan destinasi pariwisata prioritas yang masuk

dalam lingkup KSPN akan dilimpahkan kepada suatu

badan yang diberikan pendanaan dan kewenangan

untuk mengelola kawasan tertentu yang disusun dalam

bentuk Peraturan Perundang-Undangan.

Beberapa capaian strategis dari upaya pengembanagn

10 Destinasi Pariwisata Prioritas adalah:

a. Telah ditetapkan dan diundangkan Peraturan

Presiden Nomor 49 Tahun 2016 tentang Badan

Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba.

Selanjutnya untuk mengimplementasikan Perpres

tersebut maka telah ditetapkan pula Peraturan

Menteri Pariwisata Nomor 6 Tahun 2016 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelaksana Otorita

Danau Toba.

Page 9: ASDEP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DAN EKOSISTEM …€¦ · 2016 Kementerian Pariwisata c.q Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata telah menjadi inisiator terlaksananya

b. Telah ditetapkan dan diundangkan Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 2016 tentang Kawasan

Ekonomi Khusus Tanjung Kelayang.

c. Finalisasi Draf Peraturan Presiden tentang Badan

Otorita Pariwisata Labuan Bajo.

Dapat disimpulkan bahwa dalam mendukung

pengembangan destinasi pariwisata prioritas, perlu

dipahami pemerintah memiliki peran penting sebagai

prime mover berkembangnya destinasi pariwisata

prioritas dan selain itu juga harus mengambil peran

sebagai regulator dan fasilitator sektor pariwisata.

Pemerintah harus dapat menetapkan peraturan-

peraturan yang dapat mendukung perkembangan di

destinasi pariwisata prioritas seperti mengenai

pengaturan asset pariwisata (coastal management

measures di taman nasional laut, terumbu karang) dan

pedoman pengoperasian dan pembangunan di

kawasan pariwisata. Pengelolaan dari destinasi

pariwisata dilimpahkan kepada suatu badan pengelola

yang diberikan pendanaan dan kewenangan sebesar-

besarnya untuk mengelola berbagai hal di dalam

wilayah pengoperasiannya dan dikukuhkan dengan

Keppres agar berkekuatan hukum. Peraturan mengenai

Badan Otorita Pengelola Destinasi Pariwisata Prioritas

ini disusun dalam bentuk Undang-Undang.

Page 10: ASDEP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DAN EKOSISTEM …€¦ · 2016 Kementerian Pariwisata c.q Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata telah menjadi inisiator terlaksananya

Kegiatan Monitoring Dan Evaluasi Dekonsentrasi

Perencanaan KSPN

Pembangunan kepariwisataan Indonesia dilaksanakan

berdasarkan UU No. 10 Tahun 2009, tentang

Kepariwisataan. Pembangunan kepariwisataan diwujudkan

melalui pelaksanaan rencana pembangunan

kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman,

keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan

manusia untuk berwisata. Pembangunan kepariwisataan

ini meliputi: industri pariwisata; destinasi pariwisata;

pemasaran pariwisata dan kelembagaan kepariwisataan.

Penugasan Undang-Undang Kepariwisataan kepada

Kementerian Pariwisata khususnya pada unit kerja Deputi

Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata adalah

antara lain:

1. Mendorong penanaman modal dalam negeri dan

penanaman modal asing di sektor kepariwisataan,

2. Mengoordinasikan pembangunan kepariwisataan lintas

sektor dan lintas provinsi,

3. Menyelenggarakan kerja sama internasional di sektor

kepariwisataan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan,

4. Menetapkan dan mengembangkan kawasan pariwisata

strategis nasional, dan kawasan pariwisata khusus,

5. Menetapkan norma, standar, pedoman, prosedur,

kriteria, dan sistem pengawasan dalam

penyelenggaraan kepariwisataan;

Selanjutnya pada Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2011

tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan

Nasional (RIPPARNAS) Tahun 2010-2025 merupakan

Page 11: ASDEP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DAN EKOSISTEM …€¦ · 2016 Kementerian Pariwisata c.q Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata telah menjadi inisiator terlaksananya

amanat dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009

tentang kepariwisataan yang mengatur pembangunan

kepariwisataan Indonesia. Wilayah pengembangan

destinasi pariwisata nasional diarahkan pada 222 Kawasan

Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) di 50 Destinasi

Pariwisata Nasional (DPN), dan 88 Kawasan Strategis

Pariwisata Nasional (KSPN). KPPN menunjukkan kawasan

pengembangan pariwisata di seluruh indonesia yang

diwujudkan dalam bentuk DPN dan KSPN. DPN merupakan

destinasi pariwisata berskala nasional, sedangkan KSPN

merupakan kawasan yang memiliki fungsi utama

pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan

pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting

dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi,

sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya

dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

Antara KPPN, DPN dan KSPN dijelaskan pada rincian

wilayah sebagai berikut:

1. Sumatera, terdiri dari 55 KPPN di 11 DPN dan 20 KSPN;

2. Jawa, terdiri dari 48 KPPN di 11 DPN (termasuk DPN

Krakatau-Ujung Kulon) dan 23 KSPN;

3. Bali dan Nusa Tenggara, terdiri dari 33 KPPN di 8 DPN

dan 21 KSPN;

4. Kalimantan, terdiri dari 25 KPPN di 7 DPN dan 9 KSPN;

5. Sulawesi, terdiri dari 28 KPPN di 5 DPN dan 8 KSPN;

dan

6. Maluku dan Papua, terdiri dari 33 KPPN di 8 DPN dan 7

KSPN.

KSPN menjadi fokus pengembangan pariwisata sesuai

amanat pada PP Nomor 50 Tahun 2011 tentang

RIPPARNAS, untuk itu perlu dilakukan dukungan berupa

penyusunan rencana induk dan rencana detail

pengembangan KSPN.

Mulai Tahun 2012 s.d. 2015 telah dihasilkan 15 naskah

rencana induk dan rencana detail pengembangan KSPN dan

KPPN, yaitu :

1) KSPN Toba dan sekitarnya,

2) KSPN Kuta Sanur Nusa Dua dan sekitarnya,

3) KSPN Kepulauan Seribu dan sekitarnya,

Page 12: ASDEP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DAN EKOSISTEM …€¦ · 2016 Kementerian Pariwisata c.q Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata telah menjadi inisiator terlaksananya

4) KSPN Bromo Tengger Semeru dan sekitarnya,

5) KSPN Komodo dan sekitarnya,

6) KSPN Toraja dan sekitarnya.

7) KSPN Weh dan sekitarnya.

8) KSPN Nias dan sekitarnya.

9) KSPN Tanjung Kelayang dan sekitarnya.

10) KSPN Tanjung Puting dan sekitarnya.

11) KSPN Ijen-Baluran dan sekitarnya.

12) KSPN Wakatobi dan sekitarnya.

13) KSPN Bunaken dan sekitarnya.

14) KSPN Raja Ampat dan sekitarnya.

15) KPPN Pesisir Selatan dan sekitarnya.

Sementara itu dari 88 KSPN, tersisa 74 KSPN yang masih

harus dibuatkan dokumen rencana induk dan rencana

detilnya. KSPN menjadi fokus pengembangan pariwisata

sesuai amanat pada PP Nomor 50 Tahun 2011 tentang

RIPPARNAS, yaitu Penyusunan Rencana Induk dan Rencana

Detil KSPN. Namun mengingat jumlah KSPN yang cukup

banyak sedangkan waktu pengerjaan dokumen

perencanaan harus dilakukan sesegera mungkin agar arah

pengembangan KSPN menjadi terarah.

Untuk menjawab tantangan tersebut, penyusunan rencana

induk dan rencana detil KSPN, maka pelaksanaan

dukungan Penyusunan Rencana Induk dan Rencana Detil

KSPN pada tahun yang akan datang akan dilaksanakan

melalui mekanisme Dekonsentrasi. Dekonsentrasi adalah

pelimpahan wewenang administrasi dari pemerintah pusat

kepada pejabat di daerah. Perlu digaris bawahi, pelimpahan

wewenang yang dimaksud adalah hanya sebatas wewenang

administrasi, untuk wewenang politik tetap dipegang oleh

pemerintah pusat. Bisa dikatakan dekonsentrasi adalah

perpaduan antara sentralisasi dan desentralisasi. Guna

memastikan bahwa pelaksanaan dekonsentrasi

perencanaan KSPN dilakukan dengan baik, maka perlu

dilakukan pemantauan dan pengkajian atau monitoring dan

evaluasi.