PERABOI 2015 Penatalaksanaan Metastase Tulang Pada Kanker Payudara
Peraboi-Sarkoma Jaringan Lunak
-
Upload
annisa-lenggogeni -
Category
Documents
-
view
224 -
download
4
description
Transcript of Peraboi-Sarkoma Jaringan Lunak
PROTOKOL PERABOI 2003 Sarkoma Jaringan Lunak
Protokol PENATALAKSANAAN Sarkoma
Jaringan Lunak
( Soft Tissue Sarcoma )
Tim Perumus Protokol Penatalaksanaan Sarkoma Jaringan Lunak
Ketua
: Idral Darwis, dr., SpB(K)Onk
Anggota: Azamris, dr., SpB(K)Onk
Med. Didid Tjindarbumi, dr., SpB(K)Onk
Dimyati Achmad, dr., SpB(K)Onk
Eddy H. Tanggo, dr., SpB(K)Onk
Hariadi, dr., SpPA
Humala Hutagalung, dr., SpB(K)Onk
K.M. Yamin Alsoph, dr., SpB(K)Onk
Sonar Soni Panigoro, dr., SpB(K)Onk
Subianto, dr., SpB(K)Onk
Teguh Aryandono, dr., SpB(K)Onk
PENATALAKSANAAN SARKOMA JARINGAN LUNAK
I. PENDAHULUANSarkoma jaringan lunak (SJL) tergolong keganasan yang relatif jarang ditemukan. Di Amerika angka kejadian 7800 kasus baru per tahun dan hampir 50% meninggal akibat penyakitnya. Di Indonesia belum ada data tentang SJL, baik yang berbasis Rumah Sakit maupun yang berbasis populasi.
Sampai saat ini penyebab pasti SJL belum diketahui pasti tetapi diperkirakan terdapat peran faktor radiasi, bahan kimia, riwayat trauma dan mutasi genetik pada stem cell mesenchymal.
Hampir 50% kasus terjadi di ekstremitas terutama ekstremitas bawah dan 30% kasus terjadi di visceral dan retroperitoneal. Kelakuan klinis tipe-tipe SJL hampir sama dan dibedakan dari letak anatomis, ukuran, gambaran spesifik histopatologi dan gradasi histopatologi.
II. KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI SJL
NoJaringan AsalBentuk Maligna
1FibrousFibrosarcoma
2FibrohistiocyticMalignant fibrous histiocytoma
3LipomatousLiposarcoma
4Smooth muscleLeiomyosarcoma
5Skeletal muscleRhabdomyosarcoma
6Blood vesselAngiosarcoma
7Lymph vesselLymphangiosarcoma
8PerivascularMalignant hemangio pericytoma
9SynovialSynovial sarcoma
10ParaganglionicMalignant paraganglioma
11MesothelialMalignant schwannoma
12Extra skeletal cartilaginous and osseousExtraskeletal chondrosarcoma
Extraskeletal osteosarcoma
13Pluripotential mesenchymalMalignant mesenchymoma
14Neural Neuroblastoma
Extraskeletal Ewings sarcoma
15Miscellaneous Alveolar soft part sarcoma
Epithelioid sarcoma
Malignant extra renal rhabdoid tumor
Desmoplastic small cell tumor
Gradasi Histopatologi
Termasuk dalam penilaian gradasi adalah :
Tingkat selularitas
Diferensiasi
Pleomorfi
Nekrosis
Jumlah mitosis
American Joint Commission on Cancer (AJCC) dan Memorial Sloan-Kettering Cancer Center (MSKCC) membedakan atas gradasi rendah dan tinggi.
Disamping gradasi, diperlukan pula informasi pemeriksaan histopatologi berupa :
Ukuran tumor
Tipe dan sub-tipe
Batas sayatan (margin)
Invasi
III. STADIUM KLINIK
Berdasarkan UICC dan AJCC 2002
T Primary tumor
T0
No evidence of primary tumor
T1
Tumor 5 cm in greatest dimension
T2a
Superficial tumor
T2b
Deep tumor
N Regional lymph nodes
N0
No regional lymph node metastasis
N1
Regional lymph node metastasis
M Distant metastasis
M0
No distant metastasis
M1
Distant metastasis
G Histopathologic grade
Low grade
High grade
Stage Grouping (TNM System 6th edition, 2002)
Stage IALow grade
T1a
N0
M0
Low grade
T1b
N0
M0
Stage IBLow grade
T2a
N0
M0
Low grade
T2b
N0
M0
Stage IIAHigh grade
T1a
N0
M0
High grade
T1b
N0
M0
Stage IIBHigh grade
T2a
N0
M0
Stage IIIHigh grade
T2b
N0
M0
Stage IVAny
Any T
N1
M0
Any
AnyT
AnyN
M1
IV. PROSEDUR DIAGNOSTIK
A. ANAMNESIS
1. Keluhan sangat tergantung dari dimana tumor tersebut tumbuh. Keluhan utama pasien SJL daerah ekstremitas tersering adalah benjolan yang umumnya tidak nyeri dan sering dikeluhkan muncul setelah terjadi trauma didaerah tersebut. Untuk SJL lokasi di visceral/retroperitoneal umumnya dirasakan ada benjolan abdominal yang tidak nyeri, hanya sedikit kasus yang disertai nyeri, kadang-kadang terdapat pula perdarahan gastro intestinal, obstruksi usus atau berupa gangguan neuro vaskular.
2. Perlu ditanyakan bila terjadi dan bagaimana sifat pertumbuhannya.
3. Keluhan yang berhubungan dengan infiltrasi dan penekanan terhadap jaringan sekitar
4. Keluhan yang berhubungan dengan metastasis jauh.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan status generalis untuk menilai keadaan umum penderita dan tanda-tanda metastasis pada paru , hati dan tulang.
2. Pemeriksaan status lokalis meliputi :
a. Tumor primer :
Lokasi tumor
Ukuran tumor
Batas tumor, tegas atau tidak
Konsistensi dan mobilitas
Tanda-tanda infiltrasi, sehingga perlu diperiksa fungsi motorik / sensorik dan tanda-tanda bendungan pembuluh darah, obstruksi usus, dan lain-lain sesuai dengan lokasi lesi.
b. Metastasis regional
Perlu diperiksa ada atau tidaknya pembesaran kgb regional.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto polos untuk menilai ada tidaknya infiltrasi pada tulang.
2. MRI / CT-scan untuk menilai infiltrasi pada jaringan sekitarnya,
3. Angiografi atas indikasi,
4. Foto thoraks untuk menilai metastasis paru
5. USG hepar / sidik tulang atas indikasi untuk menilai metastasis
6. Untuk SJL retroperitoneal perlu diperiksa fungsi ginjal.
7. Biopsi :
Tidak dianjurkan pemeriksaan FNAB (sitologi)
Sebaiknya dilakukan core biopsy atau tru cut biopsy dan lebih dianjurka untuk dilakukan biopsi terbuka, yaitu bila ukuran tumor < 3 cm dilakukan biopsi eksisi dan bila > 3 cm dilakukan biopsi incisi.
Untuk kasus kasus tertentu bila pemeriksaan Histo PA meragukan, dilakukan pemeriksaan imunohistokimia.
Setelah dilakukan pemeriksaan di atas Diagnosis Klinis Onkologi telah dapat ditegakkan, selanjutnya ditentukan Stadium Klinik SJL Sesuai tabel di atas.
Sebelum melakukan tindakan terapi terlebih dahulu harus dipastikan apakah kasus SJL tersebut kurabel atau tidak, resektabel atau tidak, dan harus dipastikan modalitas apa yang dimiliki (operasi, radiasi, khemoterapi), serta kemungkinan tindakan rehabilitasi.
V. PROSEDUR TERAPI
Dibedakan atas lokasi SJL, yaitu : a. Ekstremitas
b. Visceral/retroperitoneal
c. Bagian tubuh lain
d. SJL dengan metastasis jauh
A. Ekstremitas
Pengelolaan SJL di daerah ekstremitas sedapat mungkin haruslah dengan tindakan the limb-sparring operation dengan atau tanpa terapi adjuvant (radiasi/khemoterapi). Tindakan amputasi harus ditempatkan sebagai pilihan terakhir. Tindakan yang dapat dilakukan selain tindakan operasi adalah dengan khemoterapi intra arterial atau dengan hyperthermia dan limb perfusion.1. SJL Pada Ekstremitas Yang Resektabel
Setelah diagnosis klinis onkologi dan diagnosis histopatologi ditegakkan secara biopsi incisi/ eksisi, dan setelah ditentukan gradasi SJL serta stadium klinisnya, maka dilakukan tindakan eksisi luas. Untuk SJL yang masih operabel / resektabel, eksisi luas yang dilakukan adalah eksisi dengan curative wide margin yaitu eksisi pada jarak 5 cm atau lebih dari zona reaktif tumor yaitu daerah yang mengalami perubahan warna disekitar tumor yang terlihat secara inspeksi, yang berhubungan dengan jaringan yang vaskuler, degenerasi otot, edema dan jaringan sikatrik.
Untuk SJL ukuran < 5 cm dan gradasi rendah, tidak ada tindakan ajuvantsetelah tindakan eksisi luas.
Bila SJL ukuran > 5 cm dan gradasi rendah, perlu ditambahkan radioterapi eksterna sebagai terapi ajuvan.
Untuk SJL ukuran 5-10 cm dan gradasi tinggi perlu ditambahkan radioterapi eksterna atau brakhiterapi sebagai terapi ajuvan.
Bila SJL ukuran > 10 cm dan gradasi tinggi, perlu dipertimbangkan pemberian khemoterapi preoperatif dan pasca operatif disamping pemberian radioterapi eksterna atau brakhiterapi.
Bagan Pengelolaan SJL Ekstremitas Resektabel
Diagnosis Klinis Onkologis
Diagnosis Histopatologis
Gradasi / Stadium
SJL Yang Resektabel
Gradasi Tinggi
Gradasi Rendah
Eksisi Luas
Eksisi Luas
> 10 cm
5 10 cm
> 5 cm
< 5 cm
BT/RE
BT/RE
RE Observasi
Khemoterapi
BT : Brakhiterapi
pre/pos op
RE : Radiasi Eksterna
Bila terdapat metastasis pada kgb regional, dilakukan diseksi kgb regional.
2. SJL Pada Ekstremitas Yang Tidak Resektabel
Ada 2 pilihan yang dapat dilakukan, yaitu :
Sebelum tindakan eksisi luas terlebih dahulu dilakukan radioterapi preoperatif atau neo ajuvan khemoterapi sebanyak 3 kali.
Pilihan lain adalah dilakukan terlebih dahulu eksisi kemudian dilanjutkan dengan radiasi pasca operasi atau khemoterapi.
Eksisi yang dapat dilakukan :
Eksisi wide margin yaitu 1 cm diluar zona reaktif.
Eksisi marginal margin yaitu pada batas pseudo capsul.
Eksisi intralesional margin yaitu memotong parenchim tumor atau de bulking, dengan syarat harus membuang massa tumor > 50% dan tumornya harus berespon terhadap radioterapi atau khemoterapi.
Perlu perhatian khusus untuk SJL yang tidak ada respon terhadap radioterapi atau khemoterapi dapat dipertimbangkan tindakan amputasi.
Bagan Pengelolaan SJL Pada Ekstremitas Yang Tidak Resektabel
Diagnosis Klinis Onkologis
Diagnosis Histopatologis
Gradasi / Stadium
SJL Yang Tidak Resektabel
Radioterapi preoperatif
Eksisi
Neoajuvan khemoterapi
Eksisi Luas
Radioterapi postoperatif
Khemoterapi ajuvan
3. SJL Pada Ekstremitas Yang Residif
Bila masih resektabel dilakukan eksisi luas dilanjutkan terapi ajuvan radioterapi / khemoterapi. Bila sebelumnya pernah mendapat terapi ajuvan, perlu dipertimbangkan kembali apakah masih mungkin untuk khemoterapi ajuvan dengan regimen yang berbeda atau radiasi dengan modalitas yang lain.
Untuk kasus residif yang tidak resektabel dilakukan amputasi, bila pasien menolak dapat dipertimbangkan pengelolaan seperti kasus primer yang tidak resektabel.
B. SJL Di Daerah Viseral / Retroperitoneal
Jenis histopatologi yang sering ditemukan adalah liposarkoma dan leiomiosarkoma. Bila dari penilaian klinis / penunjang ditegakkan diagnosis SJL viseral / retroperitoneal harus dilakukan pemeriksaan tes fungsi ginjal dan pemeriksaan untuk menilai pasase usus. Sebelum operasi dilakukan persiapan kolon untuk kemungkinan dilakukan reseksi kolon. Modalitas terapi yang utama untuk SJL viseral / retroperitoneal adalah tindakan operasi.
Bila SJL telah menginfiltrasi ginjal dan dari tes fungsi ginjal diketahui ginjal kontralateral dalam kondisi baik, maka tindakan eksisi luas harus disertai dengan tindakan nefrektomi. Dan bila telah menginfiltrasi kolon, maka dilakukan reseksi kolon.
Seringkali tindakan eksisi luas yang dilakukan tidak dapat mencapai reseksi radikal karena terbatas oleh organ-organ vital seperti aorta, vena cava, dan sebagainya, sehingga tindakan yang dilakukan tidak radikal dan terbatas pada pseudo kapsul. Untuk kasus yang demikian perlu dipikirkan terapi ajuvan, berupa khemoterapi dan atau radioterapi.
Bagan Pengelolaan SJL Viseral / Retroperitoneal
Diagnosis Klinis + Pemeriksaan Penunjang
= SJL viseral / retroperitoneal
Eksisi Luas Radikal
Eksisi Tidak Radikal
Gradasi GradasiGradasi Khemoterapi ajuvan
Rendah
Tinggi
Tinggi dan atau Radioterapi
< 10 cm> 10 cm
Observasi
Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan penunjang ditegakkan diagnosis SJL viseral / retroperitoneal, kemudian dilakukan eksisi luas yang harus dinilai apakah tindakannya eksisi dengan wide margin atau marginal margin atau intra lesional.
1. Bila tindakan adalah reseksi radikal maka harus ditentukan gradasi dan ukuran tumor
Bila gradasi rendah, selanjutnya cukup di follow up
Bila gradasi tinggi dan ukuran < 10 cm, cukup di follow up
Bila gradasi tinggi dan ukuran > 10 cm maka harus dilanjutkan dengan tindakan khemoterapi ajuvan dan atau radioterapi.
2. Bila tindakan tidak radikal maka harus dilanjutkan
dengan tindakan khemoterapi ajuvan dan atau radioterapi.
C. SJL di Bagian Tubuh Lain
Bila tumor masih resektabel, dilakukan eksisi, umumnya dengan marginal margin, dilanjutkan dengan radioterapi ajuvan.
Bila tumor tidak resektabel, dilakukan radioterapi preoperatif dilanjutkan dengan tindakan eksisi marginal margin.
Bila tidak memungkinkan untuk tindakan eksisi luas, maka dilakukan radioterapi primer atau khemoterapi.
Pada SJL di kepala dan leher yang tidak mungkin dilakukan eksisi luas maka dapat diberikan khemo radiasi.
D. SJL Dengan Metastasis jauh
Bila lesi metastasis tunggal masih operabel / resektabel dapat dilakukan tindakan eksisi, tetapi bila tidak dapat dieksisi, maka dilakukan khemoterapi dengan Doxorubicin sebagai obat tunggal atau dengan obat khemoterapi kombinasi, yaitu Doxorubicin + Ifosfamide, terutama untuk pasien dengan status performance yang baik.
Obat-obat kombinasi yang lain adalah :
Doxorubicin + Dacarbazine
CyVADIC
Doxorubicin + Ifosfamide Mesna + Dacarbazine
PENATALAKSANAAN SARKOMA JARINGAN LUNAK PADA ANAK
I. PENDAHULUAN
Sarkoma jaringan lunak pada anak (SJLA) termasuk kasus yang jarang, yaitu sekitar 7,4% dari seluruh keganasan pada anak. Jenis SJLA yang sering dijumpai adalah Rhabdomyosarkoma yaitu +40% dari kasus SJLA.
Faktor prognostik tergantung dari beberapa hal, yaitu: stadium, ukuran, letak anatomis, umur dan tipe histopatologis.
II. RHABDOMYOSARKOMA
A. Epidemiologi dan Etiologi
Rhabdomyosarkoma merupakan jenis SJLA yang tersering ditemukan, yaitu +60% pada SJLA dibawah 5 tahun dan +23% pada anak 15-20th, dan ditemukan sedikit lebih tinggi pada anak laki-laki.
Faktor etiologi adalah multifaktor dan peran faktor familial telah diteliti peranannya karena rhabdomyosarkoma pada anak sering dihungkan dengan Li-Fraumeni syndrome, Beckwith-Weidsmann syndrome dan Neurofibromatosis-1 (NF-1).
Lokasi tersering adalah orbita dan intraabdominal-genitourinari. Disamping itu dapat pula terjadi intratorakal dan ekstremitas bawah.
B. Tipe Histopatologi
Rhabdomyosarkoma pada anak dibedakan atas :
embryonal rhabdomyosarcoma
alveolar rhabdomyosarkoma
spindle cell rhabdomyosarcoma
botryoid rhabdomyosarcoma
undifferentiated rhabdomyosarcoma
rhabdomyosarcoma with rhabdoid features
C. Stadium Klinik
Berdasarkan stadium preterapi TNM
D. Prosedur DiagnostikBerdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai dengan lokasi tersering rhabdomyosarkoma anak, termasuk pemeriksaan pada kgb regional dan metastasis jauh. Lokasi tumor di retrobulbair dapat berupa proptosis atau benjolan. Dan di lokasi lain berupa benjolan dengan kulit di atasnya normal, dapat tanpa keluhan atau disertai nyeri. Pemeriksaan penunjang meliputi foto polos atau CT-scan di tumor primer dan di tempat metastasis jauh. Kalau perlu dilakukan pula biopsi aspirasi pada bone marrow. Diagnosis pasti adalah dari biopsi insisi/eksisi.
E. Prosedur Terapi
Tergantung dari lokasi tumor primer dan berhubungan dengan tipe histopatologi dan dianjurkan untuk melakukan terapi dengan multimodalitas dan multidisiplin, tidak dianjurkan untuk melakukan mutilasi yang agresif.
1. Lokasi di orbita dan parameningeal termasuk telinga tengah dan nasofaring. Dilakukan radioterapi sampai 5000 cGy atau khemoterapi dengan kombinasi Vincristine, Dactinomycin dan Doxorubicin.
2. Lokasi di non orbita dan non parameningeal meliputi regio parotis, laring, palatum, tonsil, glosis/lidah, buccal/pipi, nasal/hidung, kepala dan leher. Bila memungkinkan harus dilakukan eksisi dilanjutkan dengan radioterapi adjuvant sampai 4500-5000cGy atau diberikan khemoterapi Vincristin, Dactinomycin dan Cyclophosphamide (VAC).
3. Lokasi di dinding thoraks, intrathoraks, dinding abdomen, paraspinal dan retroperitoneal. Terapi utama adalah eksisi radikal, kalau perlu diberikan adjuvant radioterapi bila tipenya embryonal.
4. Lokasi di ekstremitas. Dianjurkan untujk eksisi radikal sampai batas sayatan bebas secara mikroskopis. Tidak dianjurkan untuk tindakan amputasi atau eksisi kompartemen atau eksisi grup otot. Bila perlu dapat diberikan adjuvant radioterapi sampai 5000cGy. Kemoterapi tidak dianjurkan karena respons kurang baik.
5. Lokasi di genito-urinari. Bila memungkinkan dilakukan reseksi radikal, bila tidak mungkin dilakukan reseksi terbatas dilanjutkan dengan radioterapi adjuvant. Bila tidak dapat dilakukan reseksi, dapat dilakukan radioterapi preoperatif atau neoadjuvant khemoterapi dengan Vincristin + Dactinomycin dilanjutkan dengan reseksi
DAFTAR PUSTAKA
1. Fleming I D, Cooper J S, Henson D E, Hutter R V P, Kennedy B J, Murphy G P, OSullivan B, Sobin L H, Yarbro J W (ed), AJCC Cancer Staging Manual, 5th ed , Philadelphia, Lippincott-Raven, 1997, 149-156
2. Sobin L H & Wittekind Ch (ed), TNM Classification of Malignant Tumours, 6th ed, New York, Wiley-Liss, 2002, 114-118
3. Brennan M F, Alektiar K M, Maki R G, Soft Tissue Sarcoma, in DeVita Jr V T, Hellman S, Rosenberg S A (ed), Cancer Principles & Practice of Oncology, 6th ed, Philadelphia, Lippincott-Raven, 2001, 1841-1890
4. Ebb D H, Green D M, Shamberger R C, Tarbell N J, Solid Tumors of Childhood, in DeVita Jr V T, Hellman S, Rosenberg S A (ed), Cancer Principles & Practice of Oncology, 6th ed, Philadelphia, Lippincott-Raven, 2001, 2185-2192
5. Spiro I J, Suit H D, Rosier R N, Sahasrabudhe D M, Soft Tissue Sarcoma, in Rubin P, Williams J P, Clinical Oncology A Multidisciplinary Approach for Physicians and Students, 8th ed, Philadelphia, W.B. Saunders Company, 2001, 615-631
6. Pollock R E (guest ed), Emerging Perspectives in Soft Tissue Sarcoma, Surg Oncol Clin N Am 12 (2003)
7. Scaife C L, Pisters P W T, Combined-Modality Treatment of Localized Soft Tissue Sarcomas of the Extremities, Surg Oncol Clin N Am 2003;12: 355-367
8. Feig B W, Retroperitoneal Sarcomas, Surg Oncol Clin N Am 2003;12: 369-377
9. Potter B O, Sturgis E M, Sarcomas of the Head and Neck, Surg Oncol Clin N Am 2003;12: 379-417
10. Herzog C E, Stewart J M M, Blakely M L, Pediatric Soft Tissue Sarcomas, Surg Oncol Clin N Am 2003;12:419-447
11. Pisters P W, Soft Tissue Sarcoma, in Norton J A, Bollinger R R, Chang A E, Lowry S F, Mulvihill S J, Pass H I, Thompson R W (ed), Surgery: Basic Science and Clinical Evidence, New York, Springer Verlag, 2000, 1753-1778
91