PENYUSUNAN KUISONER

27
PENYUSUNAN KUISONER Penyusunan kuesioner pada penelitian survei merupakan salah satu tahapan operasionalisasi; yakni menyusun pertanyaan dan atau pernyataan yang didasarkan pada definisi operasional dari variabel atau indikator yang telah ditetapkan pada Modul 3. Dalam penyusunan kuesioner meliputi: rancangan bentuk pertanyaan, rancangan instrumen, lay out kuesioner, dan pemeriksaan panjangnya kuesioner (Maylor and Blackmon. 2005). Masalah-Masalah Dasar Masalah penting yang sering timbul dari penggunaan kuesioner dalam suatu survai adalah adanya variasi dari responden terutama menyangkut (a) tingkat pendidikan (b) prejudice (c) perbedaan daerah di mana responden bertempat tinggal (d) latar belakang pekerjaan. Bagaimanapun juga baiknya pemilihan responden (sample) perbedaanperbedaan individual tetap ada/muncul. Oleh sebab itu jauh sebelum menyusun suatu Icuesioner kita harus menyadari hal-hal yang demikian. Dengan adanya perbedaan/variasi dari responden tersebut, mungkin dalam penggunaan kuesioner akan timbul antara lain hal-hal sebagai berikut: Responden tidak mengerti pertanyaan: jawaban yang diberikan tidak ada hubungannya dengan pertanyaan yang diajukan. Pewawancara tidak selalu menyadari tentang hal itu, karena nampaknya/ pewawancara menganggap masih logis. Barangkali jika pewawancara memahami benar tentang pertanyaan, dia akan menyadari tidak relevannya jawaban dengan pertanyaan. Responden mengerti pertanyaannya, mempunyai informasi (datanya) akan tetapi mungkin tidak mengetahui mana

description

kuisoner

Transcript of PENYUSUNAN KUISONER

PENYUSUNAN KUISONERPenyusunan kuesioner pada penelitian survei merupakan salah satu tahapan operasionalisasi; yakni menyusun pertanyaan dan atau pernyataan yang didasarkan pada definisi operasional dari variabel atau indikator yang telah ditetapkan pada Modul 3. Dalam penyusunan kuesioner meliputi: rancangan bentuk pertanyaan, rancangan instrumen, lay out kuesioner, dan pemeriksaan panjangnya kuesioner (Maylor and Blackmon. 2005).

Masalah-Masalah DasarMasalah penting yang sering timbul dari penggunaan kuesioner dalam suatu survai adalah adanya variasi dari responden terutama menyangkut (a) tingkat pendidikan (b) prejudice (c) perbedaan daerah di mana responden bertempat tinggal (d) latar belakang pekerjaan. Bagaimanapun juga baiknya pemilihan responden (sample) perbedaanperbedaanindividual tetap ada/muncul. Oleh sebab itu jauh sebelum menyusun suatu Icuesioner kita harus menyadari hal-hal yang demikian. Dengan adanya perbedaan/variasi dari responden tersebut, mungkin dalam penggunaan kuesioner akan timbul antara lain hal-hal sebagai berikut: Responden tidak mengerti pertanyaan: jawaban yang diberikan tidak ada hubungannya dengan pertanyaan yang diajukan. Pewawancara tidak selalu menyadari tentang hal itu, karena nampaknya/ pewawancara menganggap masih logis. Barangkali jika pewawancara memahami benar tentang pertanyaan, dia akan menyadari tidak relevannya jawaban dengan pertanyaan. Responden mengerti pertanyaannya, mempunyai informasi (datanya) akan tetapi mungkin tidak mengetahui mana informasi penting yang hams diingat. Misalnya pertanyaan tentang " Berapa kali dilakukan fogging setahun yang lalu ? "Responden mengetahui pertanyaan tersebut tentang fogging akan tetapi tidak mengetahui secara tepat frekwensi- nya ? Seandainya waktu yang ditanyakan adalah sebulan yang lalu mungkin dapat dijawab lebih tepat oleh responden. Responden mengerti pertanyaan, mempunyai informasi tetapi tidak mau menjawab/memberikan informasi yang dimaksud. Hal ini umumnya menyangkut pertanyaan-pertanyaan tentang masalah pribadi misalnya mengenai gaji, pemilikan misalnya menyimpan emas atau tidak, mempunyai tabungan di Bank dan lain sebagainya. Responden mengerti pertanyaannya, mau menjawab tetapi tidak mampu untuk mengemukakan. Ada tiga alasan pokok yaitu pertama responden tidak mampu menguraikannya. Ke dua, pertanyaannya kurang tepat diajukan kepada responden. Misalnya responden tidak menangani langsung tentang pelaksanaan fogging di lapangan, ditanya tentang berapa kali dalam bulan ini telah dilakukan fogging. Ke tiga, responden tidak mengetahui jawabannya.

Prinsip-Prinsip Pembuatan KuesionerPrinsip-Prinsip Pembuatan Kuesioner Pembuatan kuesioner perlu memperhatikan masalah-masalah yang sering timbul sebagaimana telah diuraikan di atas. Sebagai pedoman disini diuraikan bagaimana sebaiknya suatu kuesioner yang sedapat mungkin memenuhi syarat sebagai berikut:1. Jelas. Pada umumnya masalah yang timbul menyangkut penggunaan kata-kata yang tepat supaya responden memahami benar pertanyaan yang diajukan. Ada kalanya hanya karena satu kata yang ganjil maka jawabannya berbeda dan jauh dari yang diharapkan. Penggunaan double negative yang merupakan kesalahan. Diusahakan menghindari membuat pertanyaan misalnya : Tidakkah sebaiknya penderita demam berdarah tidak Penggabungan beberapa pertanyaan ke dalam satu pertanyaan, misalnya : Mengapa Saudara lebih menyenangi cara pemberantasan penyakit demam berdarah melalui PSN dengan menggerakan peran serta masyarakat dari pada fogging atau abatisasi. Jangan Sampai terdapat pertanyaan yang mengacu ke jawaban sebelumnya tetapi tanpa menyebutkan secara jelas yang mana. Oleh karena itu sebaiknya pertanyaan-pertanyaan yang merefer ke jawaban sebelumnya perlu dicantumkan misalnya : Sewaktu Saudara melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang PSN, apakah Saudara mengalami hambatan dalam rangka menumbuhkan peran serta masyarakat. Pertanyaan yang terlalu luas batasannya, misalnya : Beberapa kali Saudara melakukan supervisi dalam rangka kegiatan program pemberantasan DBD di Puskesmas ? Di sini batasan waktu terlalu luas, mungkin setahun yang lalu atau bahkan 3 bulan yang lalu. Sebaiknya diberikan batasan waktu misalnya : Dalam 3 bulan terakhir ini Saudara berapa kali melakukan supervise dalam rangka program pemberantasan DBD di Puskesmas ?2. Membantu ingatan responden Pertanyaan harus dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan responden untuk mengingat kembali hal-hal yang diperlukan untuk menjawab suatu pertanyaan. Cara yang sering dipakai ialah menggunakan "time line" dengan mengambil suatu peristiwa penting yang mudah diingat oleh responden. Kemudian setahap demi setahap menuju ke pertanyaan yang betul-betul diinginkan. Sebagai contoh misalnya ingin menanyakan berapa kali melakukan supervisi selama 3 bulan terakhir ini ? Diikuti dengan perta- nyaan di Puskesmas mana melakukan su- pervisi ? Berapa kali melakukan supervisi ?3. Membuat responden bersedia untuk menjawab Bagaimanapun baiknya suatu kuesioner akan tidak ada artinya kalau responden tidak mau atau menolak untuk member jawaban. Hal ini bisa terjadi karena susunan pertanyaan ataupun kata-katanya kurang tepat. Usahakan jangan menanyakan hal-hal yang sulit atau bersifat sangat pribadi pada permulaan wawancara. Susunlah pertanyaan dan kalau bisa menyenangkan responden. Misalnya dengan pertanyaan "Sudah berapa tahun Saudara tugas di kantor Dinas ini ? Meskipun tidak tercantum dalam kuesioner, interviewer dapat menambahkan dengan pertanyaan " Sudah cukup lama juga dinas di sini ? dan seterusnya. Pertanyaan yang sulit yang memerlukan ingatan sebaiknya ditanyakan menjelang akhir wawancara.4. Menghindari bias. Kadang-kadang responden mengetahui jawaban yang sebenarnya dari suatu pertanyaan tetapi dia menolak atau memberi jawaban yang lain. Paling sering ialah tentang income, oleh sebab itu di saat menanyakan income atau pengeluaran sebaiknya meminta ditanyakan jumlah tepatnya tetapi dengan menanyakan dalam bentuk "range". Hal lain adalah penggunaan kata-kata yang agak muluk dan sekaligus mengundang bias misalnya : responden akan memberi jawaban karena alasan ekonomi. Pada pertanyaan kenapa Ibu berobat ke dukun, dari pada menjawab ke dukun murah maka kata-kata ekonomi lebih disenangi dari pada murah meskipun ke duanya mempunyai arti sama. Oleh karena itu dalam pertanyaan "multiple choice" jawaban-jawabannya hams dipikirkan agar tidak mengundang bias.5. Mudah mengutarakan. Dalam banyak hal responden mengetahui jawabannya hanya saja mengalami kesulitan dalam mengutarakan. Dengan bantuan gambar atau rangking kala, responden cukup hanya menunjuk jawaban mana yang dimaksud dari pada harus menerangkan dengan kata-kata yang sulit. Contohnya adalah tentang jenis obat yang diminum Sebaiknya interviewer membawa berbagai macam obat misalnya pit, kapsul atau cairan dan warnanya untuk ditunjukkan kepada responden. Responden tinggal memilih atau menunjuk mana yang dia telah minum dan pada harus menerangkan bentuk dan warnanya dengan kata-kata.6. Dapat menyaring responden. Penting sekali langkah untuk menyaring responden sebab kalau tidak pertanyaanpertanyaan tertentu mungkin tidak bias dijawab karena ditanyakan ke responden yang salah. Misalnya pertanyaan tentang frekwensi supervisi yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan program pemberantasan DBD, ditanyakan kepada orang/ responden yang tidak pernah melakukan supervisi. Sudah barang tentu yang bersangkutan tidak akan/tidak bisa menjawab. Oleh sebab itu untuk pertanyaanpertanyaan khusus yang hanya ditanyakan kepada responden tertentu harus didahului dengan pertanyaan-pertanyaan penyaring. Contoh : Apakah Saudara dalam tahun anggaran ini pernah melakukan supervise dalam kaitannya dengan pelaksanaan program pemberantasan DBD ? Bila jawabannya " YA " baru ditanyakan mengenai frekwensi. Sudah berapa kali ? Selanjutnya : Di daerah mana saja ?

Jenis pertanyaan dalam kuisoner Perbedaaan pertanyaan dalam wawancara dengan pertanyaan dalam kuesioner adalah dalam wawancara memungkinkan adanya interaksi antara pertanyaan dan artinya. Dalam wawancara analis memiliki peluang untuk menyaring suatu pertanyaan, menetapkan istilah-istilah yang belum jelas, mengubah arus pertanyaan, memberi respons terhadap pandanmgan yang rumit dan umumnya bisa mengontrol agar sesuai dengan konteksnya. Beberapa diantara peluang-peluang diatas juga dimungkinkan dalam kuesioner. Jadi bagi penganalisis pertanyaan-pertanyaan harus benar-benar jelas, arus pertanyaan masuk akal, pertanyaan-pertanyaan dari responden diantisipasi dan susunan pertanyaan direncanakan secara mendetail.Jenis-jenis pertanyaan dalam kuesioner adalah : Pertanyaan Terbuka : pertanyaan-pertanyaan yang memberi pilihan-pilihan respons terbuka kepada responden. Pada pertanyaan terbuka antisipasilah jenis respons yang muncul. Respons yang diterima harus tetap bisa diterjemahkan dengan benar. Pertanyaan Tertutup : pertanyaan-pertanyaan yang membatasi atau menutup pilihan-pilihan respons yang tersedia bagi responden.

Langkah langkah dalam pembuatan kuisonerMenurut Meredith D. Gall (2003) Langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun dan mengelola kuesioner penelitian1. Menentukan Tujuan penelitianMendefinisikan permasalahan penelitian dan tujuan khusus yang akan dicapai atau hipotesis yang akan diuji dengan kuesioner merupakan hal penting untuk dipertimbangkan oleh seorang peneliti sebelum mengembangkan kuesioner, agar memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan.D.A. de Vaus menyarankan lima jenis pertanyaan yang bisa digunakan untuk bertanya pada diri sendiri untuk tujuan ini. Beberapa hal di bawah ini berkaitan dengan topik yang disebutkan di atas dalam hal keterlibatan guru-guru dalam kemajuan peserta didik: Kerangka berfikir apakah yang menarik bagi Anda? Apakah Anda tertarik pada keterlibatan guru-guru saat ini dalam kemajuan peserta didik, atau Anda ingin mempelajari tren dalam keterlibatan mereka selama periode setahun? Apakah lokasi geografis yang menarik bagi Anda? Apakah Anda ingin para guru belajar dalam keadaan tertentu di suatu wilayah. Atau apakah Anda ingin membandingkan guru-guru di lokasi yang berbeda? Anda tertarik dalam studi deskriptif yang luas atau Anda ingin menentukan dan membandingkan subkelompok yang berbeda? Misalnya, Anda akan membandingkan SD, sekolah menengah, dan guru-guru sekolah tinggi, atau akankah Anda belajar menjadi guru pada umumnya? aspek dari topik apa yang ingin anda pelajari? Apakah Anda tertarik pada keterlibatan guru jenis tertentu dalam kegiatan pengembangan peserta didik, apakah keterlibatan mereka wajib atau sukarela, atau waktu keterlibatan hanya selama beberapa periode tertentu? Seberapa abstrak ketertarikan anda? Sebagai contoh, apakah Anda tertarik dalam pelaporan fakta, atau Anda ingin menafsirkan informasi, menghubungkannya dengan konteks sosial yang luas, atau mengembangkan teori dari hasil temuan?

2. Menentukan kelompok sampelSetelah tujuan atau hipotesis telah dinyatakan secara jelas, target populasi dari mana sampel akan dipilih harus diidentifikasi. Jika peneliti tidak tidak memiliki pengetahuan mendalam tentang suatu situasi , maka akan terjadi kesalahan pengiriman kuesioner pada kelompok yang tidak memiliki informasi yang diminta. Contoh : seorang mahasiswa pasca sarjana ingin mencari data tentang kebijakan keuangan sekolah, kuesioner dikirim kepada kepala sekolah dari sekolah dasar sampai sekolah menengah. Banyak kuesioner yang dikembalikan tidak lengkap. Kuesioner ini gagal karena kepala sekolah yang menerima kuesioner tersebut memiliki sedikit pengetahuan tentang topik ini, sehingga mereka tidak mampu memberikan informasi yang diminta. Arti-penting dari isi kuesioner kepada responden yaitu mempengaruhi baik ketepatan dari informasi yang diterima dan tingkat respon.

3. Merancang kuesionerBeberapa kuesioner penelitian dilemparkan bersama-sama dalam satu atau dua jam. Pengalaman mengembangkan beberapa kuesioner serampangan sebagai pendekatan penelitian telah menyebabkan penerima kuesioner tersebut banyak bersikap negatif, kemudian memasukkan dalam kotak sampah dengan sedikit lebih cepat. Anda akan perlu untuk mengatasi sikap negatif dengan konstruksi hati-hati dan administrasi dari kuesioner Anda. Panduan untuk Merancang Kuesioner Menghindari kuesioner yang singkat. Jangan menggunakan istilah teknis, istilah khusus, atau istilah kompleks yang tidak dapat dipahami responden. Hindari menggunakan kata-kata pertanyaan atau daftar pada formulir Anda. Banyak orang yang bias terhadap istilah-istilah ini. Membuat kuesioner yang menarik dengan teknik seperti menggunakan tinta berwarna cerah atau kertas dan pencetakan laser. Mengatur item sehingga mudah dibaca dan lengkap. Nomor pada halaman kuesioner dan item. Masukkan nama dan alamat individu kepada siapa kuesioner harus dikembalikan baik pada awal dan akhir dari kuesioner, bahkan jika amplop ditujukan diri disertakan. Kalimat yang singkat, instruksi yang jelas, dicetak dalam huruf tebal dan huruf besar dan kecil (Kata-kata yang huruf kapital semua sulit untuk dibaca.) Mengatur kuesioner dalam urutan yang logis. Sebagai contoh, Anda mungkin kelompok item dengan konten yang sama atau item bersama-sama memiliki pilihan respon sama. Ketika pindah ke topik baru, termasuk sebuah kalimat transisi untuk membantu responden beralih melatih pemikiran mereka. Mulailah dengan item yang menarik dan tidak terlalu memojokkan. Kalimat yang sulit ditempatkan dibagian akhir kuesioner. Jangan menaruh item penting di akhir kuesioner panjang. Memberikan dasar pemikiran untuk item sehingga responden memahami relevansi mereka untuk penelitian. Sertakan contoh bagaimana merespon item yang mungkin membingungkan atau sulit dipahami. Hindari beberapa istilah seperti, kebanyakan, dan biasanya, yang tidak memiliki makna yang tepat. Setiap item dinyatakan sesingkat mungkin. Menghindari setiap pernyataan item negatif karena memungkinkan responden salah mengartikan. Kalimat negatif cenderung diabaikan, dan responden mungkin memberikan jawaban yang berlawanan dengan pendapat mereka yang sesungguhnya. Hindari "makna ganda" item seperti itu memerlukan subjek untuk merespon dua gagasan yang terpisah dengan jawaban tunggal. Sebagai contoh: Meskipun serikat buruh yang diinginkan dalam bidang lapangan, mereka tidak memiliki tempat dalam profesi mengajar. Ketika menggunakan pertanyaan umum bersamaan dengan pertanyaan khusus yang terkait, maka pertanyaan umum diajukan terlebih dahulu. Jika pertanyaan tertentu ditanyakan pertama, cenderung untuk mempersempit fokus responden saat menjawab pertanyaan umum yang berikut. Hindari bias atau pertanyaan terkemuka. Jika diberikan petunjuk pada responden untuk jenis jawaban yang lebih disukai, ada kecenderungan untuk memberikan respon.

4. Menguji cobakan kuesionerSebelum kuesioner disebarkan kepada responden, ujicobakanlah lebih dahulu kepada sejumlah kecil responden. Ini gunanya untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur dimaksud. Selain itu, ini juga bisa digunakan untuk mengetahui kemungkinan diterima atau ditolaknya hipotesis yang telah dirumuskan. Selain itu, jika ternyata dalam uji coba ini terdapat banyak kesalahan, maka peneliti bisa mengubah atau menyempurkannya.Untuk memperoleh kuesioner dengan hasil yang mantap adalah dengan ujicoba. Sampel yang diambil untuk keperluan ujicoba haruslah sampel dari populasi di mana sampel penelitian akan diambil. Dalam ujicoba, responden diberikan kesempatan untuk memberikan saran-saran perbaikan bagi kuesioner yang diujicobakan itu. Situasi ujicoba dilaksanakan harus sama dengan situasi kapan penelitian sesungguhnya akan dilaksnakan.

5. Komunikasi awal dengan sampelPara peneliti menemukan bahwa menghubungi responden sebelum mengirim kuesioner akan meningkatkan tingkat respon. Kontak awal yang dilakukan peneliti mengidentifikasi diri, mendiskusikan tujuan penelitian, dan meminta kerjasama. Kontak awal dapat dilakukan melalui surat, kartu pos, atau panggilan telepon, tetapi beberapa bukti menunjukkan bahwa kontak telepon adalah yang paling efektif.

6. Surat Pengantar KuesionerTujuan utama dalam melakukan survei dengan kuesioner adalah untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi. Surat pengantar yang menyertai kuesioner sangat mempengaruhi tingkat pengembalian, oleh karena itu harus dirancang dengan hati-hati. Dalam surat pengantar dijelaskan maksud pengedaran kuesioner, jaminan kerahasiaan jawaban serta ucapan terima kasih kepada responden. Surat harus singkat, tetapi menyampaikan informasi tertentu. Tujuan penelitian dijelaskan sehingga memberikan pemahaman pada responden bahwa jawaban dari mereka sangat penting.Kata pengantar dalam kuesioner banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan kuesioner tersebut. Kata-kata yang digunakan juga sangat mempengaruhi responden dalam menjawabnya. Misalnya, kata pengantar yang kasar tentu tidak akan mendapat simpati responden, bahkan mungkin ditolak. Untuk itu, disarankan, gunakan kata-kata yang sopan, wajar, menghormat, dan jangan terlalu panjang. Cukuplah misalnya, beberapa kalimat pengantar, tujuan, dan ucapan terima kasih atas kesediaan responden untuk menjawabnya. Dalam surat pengantar kuesioner harus memuat beberapa point penting antara lain: Maksud/tujuan penelitian Pentingnya penelitian yang dilakukan Batas waktu dan cara pengembalian Kesiapan untuk menerima masukan Penawaarn untuk memberikan informasi hasil penelitian Ucapan terima kasih kepada responden

7. Tindak lanjutBeberapa hari setelah batas waktu yang ditentukan dalam surat pengantar, peneliti dapat menghubungi responden dengan mengirimkan surat tindak lanjut disertai salinan kuesioner yang lain. Karena surat pengantar yang pertama tidak berhasil untuk kelompok non responden. Bila menggunakan pendekatan pribadi pada surat pertama, maka dapat dicoba menggunakan pendekatan profesional pada surat tindak lanjut pertama.Keberhasilan surat tindak lanjut terletak pada pendekatan yang diyakini oleh peneliti bahwa individu yang diharap dapat mengisi kuesioner, tetapi mungkin karena beberapa kelalaian atau kesalahan dalam riset berakibat hasilnya gagal diamati . Kemudian surat tindak lanjutnya menyebutkan lagi pentingnya studi dan nilai kontribusi pribadi, dengan menggunakan kalimat yang berbeda dan memberi penekanan terhadap surat awal. Sebaiknya menggunakan pendekatan dan bahasa yang agak berbeda untuk meyakinkan pada responden pentingnya kontribusi dari mereka untuk mengisi kuesioner tersebut.

8. Menganalisis data kuesionerPeneliti yang mempelajari penelitian kualitatif pembelajaran pada lembaga pendidikan tinggi di Amerika mengikuti pendekatan khusus untuk menganalisis data kuesioner.Semua jawaban (pilihan) diberi kode dan dimasukkan ke dalam program analisis ecstatic untuk data kualitatif. Prosedur ini memudahkan penentuan prosentase, mean (rata-rata), range dan tabulasi silang. Semua komentar dan jawaban tertutup dimasukkan seluruhnya ke dalam analisis teks ethnograf yang memudahkan pengkodean dan pemilihan kata-kata responden sehingga polanya dapat dipastikan.Data kuantitatif dianalisa untuk menghasilkan frekuensi dan prosentase dari pengecekan setiap kategori jawaban pada pertanyaan tertutup tertentu.Pada umumnya diasumsikan bahwa kuesioner dan interview yang sesuai atau paling sesuai untuk riset deskriptif , kenyataanya kuesioner dan interview dapat digunakan untuk berbagai disain riset.Glesne dan web menyertakan beberapa komentar dari responden dalam merespon pertanyaan. Dengan cara ini pembaca mendapatkan gambaran perspektif emic yaitu perspektif para responden terhadap fenomena yang sedang dipelajari. Contohnya disertakan komentar dari responden tentang pertanyaan terbuka mengenai ketertarikan mereka terhadap pengajaran kursus metode riset kualitatif.Data kuantitatif yang dikumpulkan melalui kuesioner dapat dianalisa dengan metoda statistik (menggunakan bantuan komputer dengan software program SPSS for window s versi 10) untuk data kuantitatif, sedang data kualitatif menggunakan tiga jalur analisis yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan ( Miles dan Huberman, 1992)

Skala dalam kuisoner Penskalaan adalah proses menetapkan nomor-nomor atau simbol-simbol terhadap suatu atribut atau karakteristik yang bertujuan untuk mengukur atribut atau karakteristik tersebut. Alasan penganalisis sistem mendesain skala adalah sebagai berikut :Untuk mengukur sikap atau karakteristik orang-orang yang menjawab kuesioner.Agar respoden memilih subjek kuesioner. Ada empat bentuk skala pengukuran , yaitu : Nominal : Skala nominal digunakan untuk mengklasifikasikan sesuatu. Skala nominal merupakan bentuk pengukuran yang paling lemah, umumnya semua analis bisa menggunakannya untuk memperoleh jumlah total untuk setiap klasifikasi. Contoh : Apa jenis perangkat lunak yang paling sering anda gunakan ? 1 = Pengolah kata, 2 = Spreadsheet, 3 = Basis Data, 4 = Program e-mail OrdinalSkala ordinal sama dengan skala nominal, juga memungkinkan dilakukannya kalsifikasi. Perbedaannya adalah dalam ordinal juga menggunakan susunan posisi. Skala ordinal sangat berguna karena satu kelas lebih besar atau kurang dari kelas lainnya. IntervalSkala interval memiliki karakteristik dimana interval di antara masing-masing nomor adalah sama. Berkaitan dengan karakteristik ini, operasi matematisnya bisa ditampilkan dalam data-data kuesioner, sehingga bisa dilakukan analisis yang lebih lengkap. RasioSkala rasio hampis sama dengan skala interval dalam arti interval-interval di antara nomor diasumsikan sama. Skala rasio memiliki nilai absolut nol. Skala rasio paling jarang digunakan.

Sampel.Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (sampel sendiri secara harfiah berarti contoh). Hasil pengukuran atau karakteristik dari sampel disebut "statistik" yaitu X untuk harga rata-rata hitung dan S atau SD untuk simpangan baku. Alasan perlunya pengambilan sampel adalah sebagai berikut : Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. Lebih cepat dan lebih mudah. Memberi informasi yang lebih banyak dan dalam. Dapat ditangani lebih teliti.Pengambilan sampel (sampling) adalah pemilihan sejumlah item tertentu dari seluruh item yang ada dengan tujuan mempelajari sebagian item tersebut untuk mewakili seluruh itemnya. Sebagian item yang dipilih disebut sampel-sampel (samples). Sedang seluruh item yang ada disebut populasi (population).Cara pengambilan sampel:1. Pengambilan sampel secara keputusan (judgemental sampling)Adalah penentuan sampel dan pemilihan masing-masing item sampelnya diambil dengan dasar keputusan yang masuk akal menurut si pengambil sampel. Di judgemental sampling, pengetahuan atau opini dan pengalaman si pengambil sampel digunakan untuk menentukan item-item sampel yang akan dipilih dari populasi.2. Pengambilan sampel secara statistik (statistical sampling)Pengambilan sampel didasarkan secara random, sehingga semua itemitem di populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Karena di pengambilan sampel secara statistik, item-item sampel dipilih secara random, maka disebut juga pengambilan sampel secara random (random sampling) dan karena semua item-item di populasi mempunyai kesempatan (probabilitas) yang sama untuk terpilih menjadi item sampel, maka disebut juga dengan pengambilan sampel secara probabilitas (probability sampling).

Wawancara PengertianWawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian (Lerbin,1992 dalam Hadi, 2007) sedangkan menurut Nazir (1988) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara) Wawancara terstruktur biasanya menggunakan pertanyaan khusus yang hampir sama dengan questionnaire untuk memandu jalannya pertanyaan dan cara tertentu pada waktu pertanyaan dijawab tetapi pertanyaan dilakukan dengan alur awal sampai akhirwawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah dipersiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.

Wawancara Terstruktur Gambaran umum dari wawancara terstruktur, antara lain : Wawancara terstruktur mengontrol format wawancara dan pertanyaannya, dan menyediakan sistem rating mendetail. Wawancara terstruktur berdasarkan analisis kompetensi Wawancara terstruktur sangat bisa dipercaya dan mencapai validitas yang baik Penelitian menyatakan bahwa format pertanyaan dalam wawancara terstruktur tidak kritis Wawancara terstruktur telah menjadi mata pelajaran dari klaim pekerjaan yang lebih sedikit wajar, jauh lebih sedikit dibuktikan berhasil. Wawancara terstruktur mungkin lebih seperti ujian administrasi secara lisan

Wawancara terstruktur telah berkembang pesat sejak mulai di Amerika Utara, dan sekarang banyak digunakan di Inggris, di pemerintah daerah, sektor keuangan, untuk penjualan, manufaktur, dan industri hotel. Sebuah survei di Inggris pada tahun 1999 menemukan 83% dari pengusaha melaporkan menggunakan beberapa derajat struktur dalam wawancara, khususnya 'perilaku' wawancara, juga dikenal sebagai wawancara berbasis kompetensi. Wawancara terstruktur, sistem struktur setiap bagian dari wawancara: Pertanyaan pewawancara yang terstruktur, seringkali singkat naskah lengkap Penilaian pewawancara yang terstruktur disusun dengan skala rating, cek list,dll. Pewawancara diperlukan untuk menilai setiap jawaban itu segera setelah diberikan, untuk mencoba membatasi kecenderungan untuk membentuk kesan global pelamar. Pewawancara tidak menghabiskan waktu untuk bercerita kepada kandidat mengenai organisasi: hal ini dilakukan terpisah. Pewawancara tidak dibolehkan membahas calon/kandidat lain disela-sela wawancara. Dalam beberapa sistem, pewawancara tidak diberi informasi tentangcalon sebelum wawancara, mereka tidak melihat formulir aplikasi atau CV karena hal ini membuat bias atau praduga. Dalam beberapa sistem, pewawancara tidak diperbolehkan untuk mengajukan tindak lanjut, menyelidik atau mengklarifikasi pertanyaan, dengan alasan bahwa ini memperkenalkan perbedaan antara wawancara dan pewawancara, sehingga mengurangi ke-reabilitas-an/keandalan. Fase terakhir dari wawancarabertanya kepada orang yang diwawancarai jika dia memiliki pertanyaankadang-kadang dihilangkan, dalam asumsi dasar bahwa orang yang diwawancarai bisa bias pewawancara dengan bertanya pertanyaan lucu. (pelamar memperoleh kesempatan untuk bertanya mengenai pertanyaan dalam beberapa kesempatan, dimana tidak secara formal dinilai). Dalam beberapa sistem, pelamar tidak dibolehkan untuk bertanya pertanyaan lebih awal dalam wawancara,seperti kadang-kadang mereka menggunakan hal ini untuk mengambil control.kendali, dan memandu wawancara jauh dari bidang yang tidak ingin mereka bahas.

Pedoman WawancaraKesan pertama dari penampilan pewawancara, yang pertama diucapkan dan dilakukan pewawancara, sangatlah untuk merangsang sikap kerja sama dari pihak responden. Berdasarka pengalaman Michigan Survey Research Center diketahui, bahwa responden lebih mengingat pewawancara dan cara dia mewawancarai daripada isi wawancara. Karena itu, segala cara untuk mendapatkan sambutan simpatik dan sikap kerjasama dari responden sebaiknya dipahami dan dilatih dengan seksama. Dalam melaksanakan tugas wawancara, pewawancara harus selalu sadar bahwa dialah yang membutuhkan dan bukan sebaliknya (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989). Pedoman untuk mencapai tujuan wawancar dengan baik adalah: berpakaian sederhana, rapi, tanpa perhiasan sikap rendah hati sikap hormat kepada responden ramah dalam sikap dan ucapan (tetapi efisien, jangan terlalu banyak berbasa-basi), dan disertai dengan air muka yang cerah sikap yang penuh pengertian terhadap responden dan netral bersikap seolah-olah tiap responden yang kita hadapi selalu ramah dan menarik sanggup menjadi pendengar yang baik

Penggunaan metode wawancara biasanya diikuti dengan pedoman untuk melaksanakan wawancara itu. Pedoman tersebut berisi butir-butir yang akan ditanyakan, cara pencatatan dan pemberian skor (bila diperlukan) atas jawaban responden. Selain itu, peralatan dan kondisi yang dibutuhkan untuk pelaksanaan wawancara juga perlu dispesifikasikan pada pedoman wawancara. Pada pedoman itu perlu juga dikemukakan persyaratan atau karakteristik subjek yang akan diwawancarai (Lerbin, 2007). Wawancara biasanya adalah suatu pertukaran lisan yang saling berhadapan langsung. Orang-orang yang terlibat berada di hadapan yang lainnya dan melisankan pesan-pesan yang ingin mereka sampaikan dengan suara keras. Ini memberikan wawancara sejumlah keuntungan dibandingkan dengan kuesioner, karena (a) para responden memiliki kemungkinan lebih besar untuk berbicara lebih banyak dibandingkan dengan menulis, (b) orang-orang menjadi lebih termotivasi dengan kehadiran orang lain, dan (c) pertukaran-pertukaran lisan menawarkan lebih banyak peluang-peluang langsung untuk menyelidik, mengklarifikasi jawaban-jawaban dan memberikan feedback.Proses-proses yang berhubungan dengan melaksanakan wawancara adalah mensetting suasananya, mendengarkan, menyelidiki, memotivasi, dan mengendalikan wawancara. Hal-hal ini melibatkan suatu teknik komunikasi tingkat tinggi, dan panduan-panduan yang relevan. Komunikasi dua arah umumnya lebih efektif dari komunikasi satu arah. Komunikasi satu arah dicirikan oleh pesan-pesan yang pada dasarnya berjalan ke satu arah saja, misalnya, dari pewawancara ke yang diwawancarai. Pengirimnya tidak begitu tertarik pada respon-respon, pertanyaan-pertanyaan, komentar-komentar, atau reaksi-reaksi dari si penerima. Sebagai akibatnya, dalam sebuah situasi satu arah si pewawancara tidak merasa bahwa sudah terjadi saling pengertian atau bahwa pesannya sudah efektif karena tidak ada umpan balik (feedback). (Banyak orang yang merasa nyaman dengan situasi satu arah karena hal ini efisien dalam hal menghemat waktu dan mereka tidak harus merasa khawatir tentang reaksi mereka terhadap pertanyaan-pertanyaan atau komentar-komentar).Hindari keliru mengasumsikan objek sudah tahu dengan pasti hasil-hasil yang mereka inginkan, si penerima pasti juga tahu. Sehingga, mereka seringkali mengabaikan untuk memberikan rincian-rincian penjelas. (Creswell, John W., Vicki L. Plano Clark. 2007)

Daftar pustaka

Creswell, John W., Vicki L. Plano Clark. 2007. Designing and Conducting Mixed Methods Research.Thousand Oaks: SAGE Publications

Lerbin.1992 Dalam Hadi.2007.Pengertian Wawancara

Meredith D.Gall and Joyce P.Gall(2003), Educational Research. Boston USA Peearson Education, Inc

Miles, B.B., dan A.M. Huberman, 1992, Analisa Data Kualitatif, UI Press Jakarta

Nazir, Moh., 1988. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (ed.). 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3S

Satriawan,Muhammad(2012), penyusunan kuisoner. http://muhammadsatriawan27.blogspot.com/2012/09/langkah-langkah-penyusunan-kuesioner.html di akses pada tanggal 4 mei 2015

Indah,2011. Observasi,wawancara dan kuisoner http://babylucuna.blogspot.com/2011/03/observasi-wawancara-kuisioner-teknik.html di akses pada tanggal 4 mei 2015