PENYUSUN : IR. HARRIS BATUBARA, M. ENG€¦ · E. LATIHAN SOAL ... Untuk meningkatkan pemahaman...
Transcript of PENYUSUN : IR. HARRIS BATUBARA, M. ENG€¦ · E. LATIHAN SOAL ... Untuk meningkatkan pemahaman...
i
KATA PENGANTAR
Demi meningkatkan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), khususnya di Bidang
Pengembangan Infrastruktur Wilayah, maka Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Insfrastruktur Wilayah
senatiasa terus menerus berupaya mengembangkan intsrumen-instrumen
pelatihan termasuk modul pelatihan, yang dalam hal ini adalah Modul Pelatihan
Sinkronisasi Program yang menjadi salah satu modul pelatihan yang akan
disampaikan dalam pelatihan Penetuan Prioritas Keterpaduan Pembangunan
Infrastruktur untuk Pembangunan Wilayah untuk satu jenjang pelatihan.
Modul ini disusun secara sistematis agar peserta pelatihan dapat mempelajari
materi dengan lebih mudah. Fokus pembelajaran diarahkan pada peran aktif
perserta pelatihan.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim penyusun
atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini.
Penyempurnaan, maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan, mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan
dan peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga modul-modul ini dapat
membantu dan bermanfaat bagi peningkatan kompetensi aparatur di Pusat dan
Daerah khususnya dalam bidang pengembangan infrastruktur wilayah.
Bandung, Desember 2018
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Jalan, Perumahan, Permukiman, dan
Pengembangan Infrastruktur Wilayah
Ir. Thomas Setiabudi Aden, M.Sc.Eng
NIP. 19640520 198903 1020
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
TIM TEKNIS
Kepala Pusdiklat Jalan, Perumahan, Permukiman dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
: Ir. Thomas Setiabudi Aden, M.Sc.Eng
Kepala Bidang Teknik Materi Jalan dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
: Ir. Yuli Khaeriah, M.E
Kepala Subbidang Teknik Pelatihan Jalan dan Jembatan
: Sri Rahayu Nurhayati, S.Sos, MM
Kontrak Individu : Arni Nurul Fadillah, ST
PENYUSUN
Ir. Harris H. Batubara, M.Eng.Sc
NARASUMBER
BPSDM
Widyaiswara : 1. Dr. Ir. A. Hermanto dardak, M.Sc 2. Ir. Rido Matari Ichwan, MCP 3. Ir. Ismanto, M.Sc 4. Dr. Lina Marlia, CES 5. Ir. Made B. Budihardjo, MA 6. Siti Budi Hartati, ST., MT
Badan Pengembangan Infratruktur Wilayah
Pusat Perencanaan Infrastruktur
PUPR
: 1. Ir. Zevi Azzaino, M.Sc.,Ph.D 2. Riska Rahmadia, ST., MPPM 3. M. Andika Firmansyah, ST 4. Septian S. Permana, ST
Pusat Pemrograman dan Evaluasi
Keterpaduan Infrastruktur PUPR
: 1. Erwin Adhi Setyadhi, ST., M.Sc 2. Dina Rachmayati, ST., MT 3. Wibowo Massudi, ST
iv
Pusat Pengembangan Kawasan
Strategis
: 1. Dr. Ir. Maulidya Indah Junica, M.Sc
2. Ir. Samsi Gunarta. MAppl.Sc Pusat Pengembangan Kawasan
Perkotaan
: 1. Dr. Eko Budi Kurniawan, ST., M.Sc
Sekretariat Jenderal
Biro Perencanaan Anggaran dan
Kerjasama Luar Negeri
: 1. Riono Suprapto, SE., ST., MT
Badan Pengatur Jalan Tol
Bidang Investasi : 1. Sudiro Roi Santoso, ST., MT
Diterbitkan Oleh:
Pusdiklat Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Bandung, Desember 2018
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. vii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL .................................................................... ix
A. DESKRIPSI .................................................................................................. ix
B. PERSYARATAN ........................................................................................... ix
C. METODE ..................................................................................................... x
D. ALAT BANTU/MEDIA .................................................................................. x
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1
B. DESKRIPSI SINGKAT .................................................................................... 3
C. TUJUAN PEMBELAJARAN ........................................................................... 3
D. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK ................................................. 3
E. ESTIMASI WAKTU ....................................................................................... 4
BAB 2 PENGERTIAN, TUJUAN, DAN MANFAAT SINKRONISASI PROGRAM ....... 5
A. DEFINISI PROGRAM .................................................................................... 7
B. DASAR HUKUM .......................................................................................... 8
C. PENGERTIAN, TUJUAN, DAN MANFAAT SINKRONISASI ............................ 10
D. RANGKUMAN ........................................................................................... 11
E. LATIHAN SOAL .......................................................................................... 11
BAB 3 METODE PENENTUAN PRIORITAS PROGRAM JANGKA PENDEK ........... 13
A. PROGRAM JANGKA PENDEK..................................................................... 14
B. METODE PENAJAMAN PROGRAM JANGKA PENDEK ................................ 14
1. Inventarisasi Pengelolaan Data ................................................. 15
vi
2. Pengolahan Data dan Informasi ................................................ 16
C. PENENTUAN PRIORITAS PROGRAM JANGKA PENDEK ............................. 18
D. KOORDINASI PROGRAM JANGKA PENDEK ............................................... 30
E. RANGKUMAN........................................................................................... 31
F. LATIHAN SOAL ......................................................................................... 32
BAB 4 PENYUSUNAN PRIORITAS KEGIATAN TAHUNAN ................................. 35
A. LATAR BELAKANG PRIORITASI KEGIATAN TAHUNAN ............................... 37
B. PENDEKATAN HITS DALAM PRIORITISASI KEGIATAN TAHUNAN .............. 39
C. POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR PUPR ............................................ 40
D. MEKANISME PENENTUAN PRIORITISASI KEGIATAN TAHUNAN ............... 45
E. RANGKUMAN........................................................................................... 47
F. LATIHAN SOAL ......................................................................................... 48
BAB 5 PENUTUP .......................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 54
GLOSARIUM....................................................................................................... 57
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Penerapan Konsep KPJM ................................................................... 16
Gambar 2 Mekanisme Penentuan Prioritas Program Jangka Pendek dan
Sinkronisasi Kegiatan Tahuna ......................................................... 17
Gambar 3 Matriks Kelayakan Program ............................................................... 20
Gambar 4 Matriks Program Jangka Pendek........................................................ 23
Gambar 5 Program Jangka Pendek dituangkan dalam Informasi Peta ............... 30
Gambar 6 Skema Pembiayaan DAK .................................................................... 44
Gambar 7 Mekanisme Penentuan Prioritas Kegiatan Tahunan dan Pembiayaan
....................................................................................................... 46
ix
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
A. DESKRIPSI
Petunjuk penggunaan modul ini dimaksudkan untuk mempermudah peserta
Pelatihan Penentuan Prioritas Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur untuk
Pengembangan Wilayah memahami materi yang terkandung dalam modul
Sinkronisasi Program. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan
memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini :
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan terlebih dahulu, sampai
anda mempunai gambaran kompetensi yang harus dicapai, dan ruang
lingkup yang akan dibahas dalam modul ini,
2. Baca dengan cermat bagian demi bagian, dan tandailah konsep-konsep
penting yang terkandung didalamnya,
3. Segeralah membuat ringkasan materi tentang hal hal esensial yang
terkandung dalam modul ini,
4. Untuk meningkatkan pemahaman anda tentang isi modul ini, tangkaplah
konsep konsep penting dengan cara membuat pemetaan keterhubungan
antara konsep yang satu dangan konsep lainnya,
5. Untuk memperluas wawasan anda, bacalah sumber sumber lain yang
relevan, baik berupa kebijakan maupun substansi bahan ajar dari media
cetak maupun dari media elektronik lainnya,
6. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anda tentang modul ini,
cobalah untuk menjawab soal soal latihan secara mandiri, kemudian
diskusikan dengan teman, mentor, pengajar atau widyaiswara,
7. Apabila ada hal hal yang kurang dipahami, diskusikan dengan teman
sejawat atau widyaiswara atau catat untuk bahan diskusi pada waktu
tutorial,
8. Baca dengan seksama setiap bagian demi bagian sampai selesai dan
bandingkan dengan pengalaman anda di tempat kerja.
B. PERSYARATAN
Dalam mempelajari modul ini peserta pelatihan dilengkapi dengan peraturan
perundang undangan yang terkait dengan materi pemograman.
x
C. METODE
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah metode
pembelajaran orang dewasa (Andragogi), dengan kegiatan pemaparan dilakukan
oleh widyaiswara sebagai fasilitator, curah pendapat, tanya jawab, dan diskusi
kelompok (bila diperlukan).
D. ALAT BANTU/MEDIA
Untuk menunjang tercapainya gtujuan pembelajaran ini, diperlukan alat
bantu/media pembelajaran yaitu :
1. LCD/Proyektor
2. Laptop
3. Papan tulis/white board (termasuk alat tulis dan penghapus)
4. Flip Chart
5. Bahan Tayang
6. Modul/bahan ajar
1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peranan Infrastruktur dalam suatu negara memberikan dampak yang dirasakan
secara langsung maupun tidak langsung pada masyarakat, antara lain mencapai
kedaulatan pangan, ketahanan air, ketahanan energi, menanggulangi daya rusak
air, peningkatan produktivitas masyarakat dan daya saing, serta mewujudkan
masyarakat yang produktif.
Hal tersebut terkait erat dengan sinergi tidaknya dukungan infrastruktur dengan
program sektor lain (sebagai contoh program pembangunan infrastruktur
sumber daya air sinergis dengan sektor pertanian, energi, dan penanggulangan
bencana, infrastruktur jalan dengan permukiman), dukungan penguatan
konektivitas nasional antara pusat kegiatan ekonomi lokal-nasional antar pulau
dan kawasan, dan dukungan penyediaan infrastruktur permukiman dan
perumahan yang terintregrasi cukup dengan kualitas dan kuantitas air bersih
yang memadai.
Indonesia yang merupakan negara yang sedang berkembang, infrastruktur
memainkan peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Namun dalam
pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur seringkali menghadapi berbagai
tantangan, antara lain kebutuhan pendanaan yang besar, pengadaan tanah,
persiapan proyek, dan lain-lain. Untuk itu, pembangunan infrastruktur perlu
dilaksanakan secara terpadu melalui pendekatan pengembangan wilayah.
Faktanya selama ini, penyelenggaraan infrastruktur khususnya bidang PUPR
(sumber daya air, jalan, permukiman, dan perumahan) belum terpadu, baik antar
satminkal di lingkungan Kementerian PUPR, maupun antara Kementerian PUPR
dengan Kementerian lain yang terkait, serta dengan Dinas-dinas di lingkungan
pemerintah daerah yang menyelenggarakan infrastruktur PUPR.
Pelaksanaan keterpaduan rencana pembangunan infrastruktur menghadapi
beberapa kendala antara lain belum terpadunya kegiatan antar unit organisasi
terhadap sasaran kewilayahan yang akan didorong, belum sinergisnya program
pembangunan infrastruktur, serta belum efektifnya sistem penganggaran
pembangunan infrastruktur. Hal tersebut berdampak pada belum optimalnya
peran pelayanan infrastruktur sebagai daya ungkit perekonomian yang
menunjang pembangunan wilayah.
2
Dukungan infrastruktur terhadap pengembangan wilayah yang berbasis
kawasan, seperti : Kawasan Perkotaan, KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional), KI (Kawasan Industri), dan KEK (Kawasan Ekonomi Khusus), belum
berdaya guna dan optimal. Akibatnya, pembangunan kawasan tersebut
cenderung mengalami stagnansi dan tidak berkontribusi besar terhadap
pengembangan wilayah. Oleh karena itu, keterpaduan perencanaan,
keterpaduan program pembangunan infrastruktur serta sinkronisasi pelaksanaan
kegiatan, baik antar sektor (Kementerian/Lembaga) maupun antara pemerintah
pusat dan daerah, sangat diperlukan untuk menunjang pembangunan wilayah
yang berdaya guna dan berhasil guna.
Selain itu, melihat luas wilayah Indonesia serta potensi wilayah yang cukup besar
dan banyak, serta dengan terbatasnya sumber daya yang tersedia, baik
pendanaan, sumberdaya manusia, dan sumberdaya lainnya, perlu dilakukan
prioritasi pembangunan atau pengembangan wilayah/kawasan.
Wilayah atau kawasan mana yang terlebih dahulu perlu dibangun dan wilayah
atau kawasan mana yang dapat dikembangkan kemudian sehingga diperoleh
hasil yang lebih optimal, serta investasi yang dikeluarkan dapat membuahkan
manfaat yang besar.
Atas dasar pertimbangan di atas dan dalam rangka penentuan prioritisas
pembangunan infratruktur untuk pengembangan wilayah, khususnya dalam
tatanan program jangka pendek (tiga tahunan) dan program tahunan, maka
dirasa perlu untuk melakukan pendekatan:
1. Melakukan penanjaman atas perencanaan program pembangunan
jangka menengah (lima tahunan) yang terpadu, yang tertuang dalam
Development Plan (DP), menjadi program jangka pendek (tiga tahunan),
sehingga kekurangan atas target di tahun pertama dapat dilaksanakan
pada 2 tahun berikutnya; dan demikian seterusnya sampai target DP
lima-tahunan dapat terealisasi,
2. Penyusunan sinkronisasi kegiatan pembangunan jangka pendek menjadi
program kegiatan tahunan infrastruktur PUPR, pada kawasan, antar
kawasan dan antar WPS (Wilayah Pengembangan Strategis) dengan
tetap mengedepankan prinsip-prinsip untuk mendorong tercapainya
3
keterpaduan, sinergitas, hasil guna, dan daya guna pemanfaatan sumber
dana pembangunan.
B. DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membekali peserta dalam memahami penentuan prioritas
program jangka pendek (program tiga tahunan) dan program kegiatan tahunan
pembangunan infrastruktur PUPR dalam konteks pengembangan
wilayah/kawasan. Pelatihan ini disajikan dengan menggunakan metode
pembelajaran ceramah, tanya jawab, diskusi, membaca modul.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran terdiri dari hasil belajar dan indikator hasil belajar sebagai
berikut:
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, para peserta diharapkan mampu
menentukan prioritas program jangka pendek dan prioritas kegiatan tahunan
pembangunan infrastruktur PUPR dalam rangka pengembangan wilayah.
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran, maka peserta mampu untuk:
a) Menerapkan kriteria prioritas program jangka pendek
b) Menerapkan kriteria prioritas kegiatan tahunan
D. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK
Dalam modul ini terdapat 3 (tiga) materi yang akan dibahas, yaitu:
1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Sinkronisasi Program
a. Definisi Pemrograman
b. Dasar Hukum Perencanaan dan Pemrograman Infrastruktur PUPR
c. Pengertian, Tujuan, dan Manfaat Sinkronisasi Program
2. Metode Penentuan Prioritas Program Jangka Pendek
a. Pengertian Program Jangka Pendek
b. Metoda Penajaman Program Jangka Pendek
c. Penentuan Program Prioritas Jangka Pendek
d. Koordinasi Penentuan Program Prioritas Jangka Pendek
3. Penyusunan Prioritas Kegiatan Tahunan
4
a. Latarbelakang Penentuan Prioritas Kegiatan Tahunan
b. Pendekatan H,I,T,S dalam Penentuan Prioritas Kegiatan Tahunan
c. Pola Pembiayaan Infrastruktur PUPR
d. Mekanisme Penentuan Prioritas Kegiatan Tahunan
E. ESTIMASI WAKTU
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
Mata Pelatihan Sinkronisasi Program pada peserta pelatihan ini adalah 8
(delapan) Jam Pelajaran.
7
PENGERTIAN, TUJUAN, DAN MANFAAT
SINKRONISASI PROGRAM
A. DEFINISI PROGRAM
Sebelum membahas pengertian program lebih jauh, ada baiknya terlebih dahulu
membahas pengertian perencanaan sebagai dasar pembuatan program. Hal ini
disebabkan perencanaan dan pemograman merupakan dua istilah yang umum
digunakan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional serta dalam
konteks pengembangan wilayah di lingkungan kementerian PUPR, perencanaan
dikenal dengan istilah Master Plan (untuk perencanaan yang berdurasi 20 tahun)
dan Development Plan (untuk perencanaan yang berdurasi 5 tahun) yang
kemudian ditindak lanjuti dengan perencanaan jangka pendek (berdurasi tiga
tahun) dan akhirnya diikuti dengan kegiatan tahunan (program tahunan).
Secara semantik, istilah perencanaan memiliki beberapa pengertian : ada yang
mengatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses untuk membentuk masa
depan, menentukan urutan, dengan memperhitungakan ketersediaan
sumberdaya. Disamping hal tersebut ada yang mengatakan bahwa perencanaan
sebagai sutu proses pengambilan keputusan terhadap sejumlah kegiatan untuk
menentukan masa depan, dengan memperhitungkan kapan, bagaimana, dan
siapa yang akan melakukan (Rasyidi et al. 2016)
Sama halnya dengan perencanaan, kata pemograman juga memiliki beberapa
pengertian. Pengertian yang pertama mengatakan, pemograman adalah suatu
proses pengelolaan instrument kebijakan, yang terdiri dari satu atau lebih
kegiatan, dilakukan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai tujuan
dan sasaran yang telah ditentukan dengan memperhitungkan pengalokasian
anggaran. Disisi lain ada yang menafsirkan bahwa pemograman dipahami sebagai
Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan mampu menjelaskan
pengertian, tujuan, dan manfaat sinkronisasi program
8
rangkaian pengelolaan kegiatan yang saling berkaitan, terpadu dan
menyeluruh/komprehensif untuk mencapai tujuan dan sasaran perencanaan
yang telah ditentukan, yang dirinci berdasarkan waktu, besaran biaya, besaran
volume, kewenangan, pelaku (actor), serta kriteria kesiapan (readiness criteria)
(Rasyidi et al. 2016).
Sedangkan pengertian lain tentang pemograman adalah cara yang disyahkan
untuk mencapai tujuan. Dalam pengertian ini, tergambar bahwa program adalah
penjabaran dari kegiatan kegiatan untuk mencapai tujuan.
Dalam hal program pemerintah, dapat diartikan sebagai upaya upaya atau
kegiatan kegiatan yang telah disusun dalam suatu perencanaan dalam rangka
mewujudkan kebijakan pemerintah yang telah ditetapkan, dengan
memperhitungkan pengalokasian anggaran.
Dengan memperhatikan pengertian pemograman tersebut diatas, khususnya
“dengan memperhitungkan pengalokasian anggaran”, akan timbul pemahaman
perlunya prioritasi dalam konteks pemograman. Tidak semua wilayah/kawasan
dapat dikembangkan dalam waktu yang bersamaan. Perlu pemilihan wilayah
mana atau kawasan mana saja yang perlu dibangun terlebih dahulu dan
wilayah/kawasan mana yang dapat dibangun kemudian
B. DASAR HUKUM
Pada tataran operasional, pemograman dilingkungan Kementerian PUPR,
mengacu pada berbagai produk hukum yang berlaku seperti :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 tentang
Pengairan;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air;
9
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang
Jalan;
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang;
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2009 tentang
Kawasan Ekonomi Khusus;
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman;
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011 tentang
Rumah Susun;
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005
tentang Dana Perimbangan;
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006
tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan;
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2006
tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;
15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 yang
diperbaharui menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2017
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
16. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
Selain mengacu pada produk hukum tersebut diatas, dalam rangka melaksanakan
sinkronisasi program, produk produk perencanaan seperti Rencana Induk
Pengembangan Infrastruktur Pulau (RIPI), Master Plan (MP) dan Development
Plan (DP), merupakan dasar program jangka pendek dan kegiatan tahunan.
Melihat cakupan wilayah Indonesia yang cukup luas serta potensi wilayah yang
cukup banyak serta jumlah kawasan yang potensial untuk dikembangkan juga
sangat banyak, perlu dilakukan upaya untuk menentukan prioritas
10
wilayah/kawasan-kawasan mana yang sebaiknya di prioritaskan untuk
dikembangkan/dibangun terlebih dahulu dengan pertimbangan keterbatasan
sumber daya yang dimiliki.
C. PENGERTIAN, TUJUAN, DAN MANFAAT SINKRONISASI
Sinkronisasi adalah suatu usaha untuk menyesuaikan/menyelaraskan kegiatan
kegiatan, tindakan tindakan dari unit unit tertentu sehingga diperoleh keserasian
dalam pelaksanaan tugas atau kerja.
Pengertian lain adalah adanya pembagian tugas, wewenang serta waktu antara
satu kegiatan dengan kegiatan lain sehingga kegiatan kegiatan yang dilaksanakan
tidak tumpang tindih serta kegiatan yang satu tidak mengganggu atau merusak
kegiatan lain, misalnya jalan sudah diperbaiki dan sudah baik, digali karena ada
penanaman pipa air minum.
Disamping hal tersebut sinkronisasi juga diperlukan dalam kegiatan multi sektor
untuk menjamin tidak terjadinya investasi yang tidak berfungsi, misalnya instalasi
pengolahan air bersih sudah dibangun, tetapi sumber air bakunya belum
tersedia.
Sinkronisasi juga akan dipengaruhi dengan terbatasnya anggaran, misal anggaran
yang diusulkan/direncanakan adalah 200 milyar, sementara anggaran yang
tersedia hanya 50 milyar, maka pada proses sinkronisasi kegiatan dapat dilakukan
beberapa alternative seperti :
• Pemotongan secara horizontal, dalam hal ini usulan kegiatan dianggap
belum prioritas sehingga dapat ditunda dan dapat dianggarkan kembali
pada tahun tahun berikutnya apabila kegiatan tersebut telah menjadi
prioritas,
• Pemotongan secara vertikal, dalam hal ini kegiatan yang diusulkan masuk
dalam skala prioritas, harus dilaksanakan, serta pelaksanaannya yang
tadinya diusulkan tahun tunggal, dapat dilakukan dengan tahun jamak
(waktu pelaksanaan disesuaikan dengan ketersediaan dana).
Sinkronisasi saat ini menjadi hal penting karena banyak temuan tentang tumpang
tindihnya kegiatan akibat koordinasi, kolaborasi serta sinergi yang kurang baik
antar pemangku kepentingan. Seyogyanya sinkronisasi kegiatan menjadi dasar
dari pelaksanaan kegiatan pembangunan demi tujuan dan kepentingan bersama.
11
Selain itu sinkronisasi penting dilakukan untuk menghindari investasi yang
prematur atau belum berfungsi secara efisien karena masih harus menunggu
kegiatan lainnya selesai terlebih dahulu, misalnya dalam pembangunan jalan raya
yang terdapat beberapa buah jembatan, jalannya sudah selesai dibangun,
bahkan lapisan aspalnya telah selesai dilaksanakan, tetapi beberapa jembatan
belum terbangun sehingga secara keseluruhan jalan tersebut belum dapat
berfungsi sebagaimana layaknya. Dalam hal ini terjadi prematur investasi pada
ruas jalan tersebut sampai seluruh jembatan selesai dibangun dan siap untuk
melayani lalulintas.
D. RANGKUMAN
Pemograman diartikan sebagai pengelolaan rangkaian kegiatan kegiatan yang
saling berkaitan, terpadu, dan menyeluruh/komprehensif untuk mencapai tujuan
dan sasaran perencanaan yang telah ditentukan, yang dirinci berdasarkan waktu,
biaya, volume, kewenangan, pelaku, serta kriteria kesiapan. Adapaun sinkronisasi
adalah suatu usaha untuk menyesuaikan, menyelaraskan kegiatan kegiatan,
tindakan tindakan, pada unit unit kerja tertentu sehingga dihasilkan keserasian
dalam pelaksanaan tugas atau kerja. Melihat potensi kawasan yang cukup besar,
serta jumlah kawasan yang banyak serta keterbatasan sumber daya yang
tersedia, perlu dilakukan upaya upaya dalam rangka penentuan prioritasi
program dan kegiatan agar dapat menghasilkan manfaat yang besar.
E. LATIHAN SOAL
Untuk menguasai materi tentang pengertian, tujuan, dan manfaat sinkronisasi
program, maka agar diselesaikan soal latihan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pemograman?
2. Apa yang dimaksud dengan penentuan prioritas program?
3. Apa yang dimaksud dengan sinkronisasi?
4. Apa yang dimaksud dengan penentuan prioritas kegiatan tahunan?
14
METODE PENENTUAN PRIORITAS PROGRAM
JANGKA PENDEK
A. PROGRAM JANGKA PENDEK
Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang Republik Indonesia no. 17
tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pasal 14 ayat 3, dan dalam rangka
mendukung pelaksanaan kebijakan “Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah”
(KPJM) atau Medium Term Expenditure Framework (MTEF), yang merupakan
pendekatan penyusunan anggaran yang menimbulkan implikasi anggaran dalam
jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun, KPJM mengamanatkan setiap K/L wajib
menyusun prakiraan maju dalam periode 3 (tiga) tahun kedepan yang dilakukan
setiap tahun bersamaan dengan penyampaian RKA-KL, sebagaimana dapat
dilihat pada gambar III.1, Penerapan Konsep KPJM.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, dan dalam rangka menajamkan program
5 (lima) tahunan yang telah disusun dalam bentuk Development Plan beserta
program program yang termuat didalamnya, perlu dilakukan review atau
penajaman yang akan dituangkan dalam program jangka pendek 3 (tiga) tahunan
sebagai dasar untuk menentukan kegiatan kegiatan yang akan dilaksanakan
setiap tahunnya sesuai dengan tahun anggaran yang berlaku.
B. METODE PENAJAMAN PROGRAM JANGKA PENDEK
Dalam kegiatan review atau penajaman dan penyusunan program pembangunan
jangka pendek dalam konteks pengembangan wilayah dengan infrastruktur PUPR
yang terpadu di 34 Provinsi, baik pada kawasan, antar kawasan maupun antar
WPS perlu disusun langkah-langkah yang sistematis agar mendapatkan hasil
sesuai dengan tujuan, dan sasaran yang telah ditetapkan. Secara garis besar,
Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan mampu menerapkan
kriteria prioritas program jangka pendek
15
metode yang digunakan mencakup Inventarisasi Pengelolaan Data
(pengumpulan data) serta Pengolahan Data dan Informasi.
1. Inventarisasi Pengelolaan Data
Metode yang digunakan pada adalah metode desk study.
Metode ini digunakan untuk menginventarisasi/mengumpulkan data dan
informasi serta menjadi fokus utama dalam kegiatan ini. Inventarisasi/
pengumpulan data terkait rencana program-program pembangunan
infrastruktur diperoleh dari berbagai sumber, yaitu:
a. Prioritisasi Rencana pada Wilayah dan Kawasan; Master Plan (MP) serta
Development Plan (DP) yang telah di prioritaskan untuk ditindaklanjuti
pelaksanaannya,
b. Peraturan perundang-undangan terkait dalam bentuk Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN), Peraturan Presiden, Direktif, dan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW),
c. Renstra Unit Organisasi di lingkungan Kementerian PUPR yaitu Sumber
Daya Air (SDA), Bina Marga (BM), Cipta Karya (CK), dan Penyediaan
Perumahan (PP),
d. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi/Kabupaten/Kota, Renstra SKPD Ke-PU-an Provinsi/
Kabupaten/Kota, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi/Kabupaten/ Kota, dan
e. Renstra PUPR, Rencana Induk Pulau, Rencana Pembangunan
Infrastruktur Terpadu Jangka Menengah (RPITJM).
16
Gambar 1 Penerapan Konsep KPJM
2. Pengolahan Data dan Informasi
Tahap selanjutnya adalah pengolahan data dimana setelah dirumuskannya
draft program dan pembiayaan pembangunan jangka pendek keterpaduan
pengembangan kawasan dengan infrastruktur PUPR (3 tahunan: T+2, T+3,
T+4), sebagaimana dapat dilihat pada gambar III.1 Penerapan Konsep KPJM
bagian bawah (Prakiraan maju 2019, 2020 dan 2021), dilakukan analisis
kelayakan dari masing-masing draft program untuk menentukan skala
prioritas yang secara umum mekanismenya digambarkan pada gambar III.2.
Mekanisme Penentuan Prioritas Program Jangka Pendek dan Sinkronisasi
kegiatan Tahunan dibawah ini.
Dalam melakukan analisis data, pesan yang terkandung dalam prioritas
Pemerintah yaitu membangun infrastruktur, dalam rangka mengatasi
kesenjangan antar daerah, mewujudkan kemandirian ekonomi (ketahanan
pangan, ketahanan air, dan ketahanan energi), meningkatkan produktifitas
rakyat dan daya saing bangsa melalui peningkatan konektivitas, dan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia melalui penyediaan
infrastruktur merupakan dasar penentuan prioritas disamping kriteria
lainnya. Oleh sebab itu untuk mengakomodir pesan yang terkandung dalam
prioritas Pemerintah tersebut, dalam tahap analisis data dibutuhkan metode
analisis yang dapat mempertajam program-program pembangunan yang
dibutuhkan.
P rakiraan
Maju
P rakiraan
Maju
Implikasi Anggaran
P rakiraan
Maju
2 018 2 019 2 020
2 0 1 7
(RAPBN)
Kebijakan baru
dan berlanjut
RAPBN
2017
T0
P rakiraan
Maju
2018
T+1
P rakiraan
Maju
2019
T+2
P rakiraan
Maju
2020
T+3
TAHUN
BERJALA N
2017
T-0
RAPBN
2018
T+1
P rakiraan
Maju
2019
T+2
P rakiraan
Maju
2020
T+3
P rakiraan
Maju
2021
T+4
TA 2017 dan PM 2018 - 2020
TA 2018 dan PM
2019 -2021
18
C. PENENTUAN PRIORITAS PROGRAM JANGKA PENDEK
Setelah dilakukan Pengumpulan dan Pengolahan Data sebagaimana telah
diuraikan pada bahasan sebelumnya, dilakukan analisis yang meliputi ; analisis
kebutuhan (demand analysis) dan analisis kelayakan (feasibility analysis).
1) Analisis Kebutuhan
Di dalam ensiklopedia evaluasi yang disusun oleh Anderso, dkk., analisis
kebutuhan diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh seseorang
untuk mengidentifikasi kebutuhan sekaligus menentukan prioritas di
antaranya (Suharsimi, 2008). Dalam konteks pembangunan infrastruktur,
kebutuhan diartikan sebagai suatu kondisi yang memperlihatkan adanya
kesenjangan antara keadaan nyata (yang ada) dengan kondisi yang
diharapkan.
Analisis kebutuhan dalam review dan penyusunan keterpaduan program
pembangunan jangka pendek yang berlandaskan pengembangan wilayah
dengan infrastruktur PUPR di 34 Provinsi, pada kawasan, antar kawasan
dan antar WPS mencakup pekerjaan-pekerjaan penentuan kebutuhan atau
kondisi yang harus dipenuhi bagi pengembangan suatu kawasan, yang
mempertimbangkan berbagai kebutuhan yang dapat melibatkan berbagai
pemangku kepentingan.
2) Analisis Kelayakan
Analisis kelayakan merupakan proses yang mempelajari atau menganalisa
permasalahan yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan akhir yang akan
dicapai. Analisis kelayakan digunakan untuk menentukan kemungkinan
keberhasilan solusi yang diusulkan. Tahapan ini berguna untuk memastikan
bahwa solusi yang diusulkan tersebut benar-benar dapat tercapai dengan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan dengan memperhatikan
kendala dan permasalahan yang mungkin timbul serta dampak terhadap
lingkungan sekeliling.
Dalam kegiatan review dan penyusunan keterpaduan program
pembangunan jangka pendek dengan metoda pengembangan wilayah
dengan infrastruktur PUPR di 34 Provinsi, pada kawasan, antar kawasan
19
dan antar WPS, analisis kelayakan digunakan untuk mempelajari apakah
kebutuhan program pembangunan infrastruktur yang telah direncanakan
dalam MP/DP masih layak (feasible) untuk diteruskan dan didanai. Karena
tidak semua usulan/kebutuhan program yang telah direncanakan pada
tahapan sebelumnya layak untuk dilanjutkan mengingat jangka waktu dari
pembuatan MP/DP sampai dengan pelaksanaan membutuhkan waktu
yang cukup panjang. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah analisis kelayakan
program. Draft program dan pembiayaan pembangunan jangka pendek
keterpaduan pengembangan kawasan dengan infrastruktur PUPR (3
tahunan: T+2, T+3, T+4) yang dihasilkan dari tahapan analisis kebutuhan
dikumpulkan menjadi suatu dokumen dan dinilai kelayakannya.
Kriteria yang digunakan dalam analisis kelayakan program yaitu (1)
identifikasi kawasan terdukung sesuai dengan program prioritas yang
telah diarahkan dalam perencanaan infrastruktur PUPR (Development
Plan), (2) identifikasi fungsi kawasan terdukung, (3) identifikasi jangka
waktu berfungsinya kawasan terdukung, (4) potensi, dan (5) tantangan
serta isu yang akan dihadapi, Matriks analisis kelayakan dapat dilihat pada
gambar III.3. Matriks kelayakan program.
a. Kawasan Terdukung adalah penentuan kawasan terdukung (kawasan
tematik atau kawasan prioritas) yang didukung atau terdampak
langsung dari program infrastruktur yang direncanakan;
b. Fungsi kawasan terdukung adalah identifikasi fungsi kawasan
berdasarkan kegiatan utama kawasan tersebut sehingga dapat
didukung dengan infrastruktur yang tepat, misalnya penyediaan air
baku untuk industri, penyediaan air minum, penanganan kumuh dan
sanitasi untuk perkotaan, dll.
c. Jangka waktu berfungsinya kawasan adalah identifikasi terhadap
waktu dimulainya pembangunan suatu kawasan dan rencana
berfungsinya kawasan sehingga dapat dijadikan dasar dalam
penentuan pembangunan infrastruktur agar menghindari idle capacity
dari infrastruktur yang dibangun;
d. Potensi kawasan adalah identifikasi yang dilakukan terhadap potensi-
potensi kawasan terdukung yang membutuhkan dukungan
infrastruktur PUPR;
20
e. Tantangan dan isu kawasan adalah identifikasi terhadap kondisi
eksisting kawasan serta tantangan terkait infrastruktur di kawasan
serta isu-isu pembangunan infrastruktur di kawasan terdukung.
3) Kriteria penentuan prioritas program jangka pendek
Disamping analisis kelayakan, dalam rangka menentukan prioritas program
jangka pendek, digunakan 7 (tujuh) kriteria agar usulan program yang
dihasilkan menjadi lebih tajam dan dapat dibiayai pelaksanaannya serta
merupakan prioritas untuk ditindaklanjuti Matriks dan gambaran tentang
hasil prioritisasi program jangka pendek dalat dilihat pada gambar III.4.
Matriks Program Jangka Pendek dan gambar III.5 Program Jangka Pendek
dalam Peta di bawah ini. Ke-7 (tujuh) kriteria tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Fungsi Kawasan (regional function) Setiap usulan program harus
memiliki kesesuaian yang mendukung fungsi kawasan berdasarkan tipe
Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) di mana program tersebut
direncanakan, setiap kawasan memiliki tema pengembangan yang
spesifik (tematik). WPS sendiri dikelompokkan berdasarkan fungsi
ekonomi, pariwisata, industri, ketahanan nasional, dll, yang untuk
beberapa kawasan dapat memiliki satu atau lebih fungsi. Penajaman
ini terutama digunakan untuk melihat urgensi dari usulan program dan
outcome yang akan dihasilkan untuk dapat mengembangkan secara
optimal fungsi dari masing-masing kawasan.
Gambar 3 Matriks Kelayakan Program
21
b. Lokasi (location) Terkait lokasi, perlu dilakukan analisa tersendiri
berdasarkan posisi geografis, apakah perencanaan tersebut berada di
dalam kawasan, di luar kawasan, atau merupakan perencanaan antar
kawasan. Hal ini harus dilakukan karena perencanaan infrastruktur
berbasis konsep WPS bukan berarti menafikan pembangunan di luar
kawasan WPS. Faktor keterkaitan dan keterpaduan pembangunan juga
menjadi salah satu yang harus dianalisis terutama untuk memperoleh
hasil pembangunan yang optimal. Seringkali telah terbentuk hubungan
yang saling ketergantungan antara daerah yang berada di dalam WPS
dengan daerah tetangganya, yang bila tidak diperhatikan dapat
mempengaruhi percepatan pengembangan wilayah sebagaimana yang
direncanakan.
c. Waktu Pelaksanaan (implementation time) Dalam penyiapan
dukungan infrastruktur dikawasan, harus diperhatikan pula waktu
pelaksanaannya. Kegiatan infrastruktur apa yang terlebih dahulu harus
dibangun sebelum membangun infrastruktur lainnya, bahkan
memungkinkan infrastruktur yang satu dapat dibangun
simultan/bersamaan dengan infrastruktur yang lain sepanjang hal
tersebut tidak saling mengganggu dan tumpang tindih.
d. Disamping hal tersebut, beberapa kegiatan pembangunan
infrastruktur dapat diselesaikan dalam waktu satu tahun anggaran,
tetapi ada pula yang memerlukan pentahapan hingga beberapa tahun.
Untuk pengembangan secara terpadu, beberapa perencanaan
termasuk perencanaan lintas sektor harus dilakukan di lokasi yang
sama, yang saling mendukung satu sama lain.
e. Penentuan waktu pelaksanaan ini harus dianalisa secara teliti untuk
menentukan prioritas yang harus diusulkan terlebih dahulu
berdasarkan kebutuhan kawasan, dan apakah diperlukan pelaksanaan
secara bertahap berdasarkan kesiapan di lapangan.
f. Besaran (Volume Output) Untuk dapat diusulkan menjadi program,
diperlukan kejelasan terkait besaran berupa volume output. Besaran
dapat berupa volume terukur atau satuan lain yang jelas. Komponen
besaran ini menjadi penting di dalam proses analisa yang akan terkait
dengan penajaman lain seperti waktu pelaksanaan, lokasi dan fungsi
kawasan. Dengan diketahui besaran secara jelas, dapat diatur
bagaimana satu kegiatan dapat dilaksanakan apakah di dalam satu
22
tahun anggaran atau melalui pentahapan sesuai dengan kebutuhan
utama dari kawasan tersebut.
g. Besaran Anggaran (budget size) Komponen besaran anggaran
merupakan estimasi biaya yang diperlukan oleh satu program untuk
dapat dilaksanakan. Komponen ini disusun oleh pengusul sesuai
dengan harga satuan setempat dan atau standar yang diakui.
h. Kewenangan (authority) Dalam melaksanakan pembangunan
infrastruktur, terdapat pembagian kewenangan antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah yang diatur dalam perundang undangan.
Untuk setiap program yang diusulkan, harus jelas program apa saja
yang menjadi kewenangan daerah dan program apa yang menjadi
tanggung jawab pemerintah pusat. Penajaman melalui pendekatan
kewenangan ini untuk memadukan usulan program yang bernilai
strategis, yang dapat didanai oleh Pemerintah Pusat melalui APBN dan
Pemerintah Daerah melalui APBD dan bahkan program mana saja yang
dapat dikerjasamakan dengan Badan Usaha (KPBU).
i. Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) Kesiapan suatu program untuk
dapat dilaksanakan dianalisa berdasarkan readiness criteria yang
dimiliki. Readiness criteria ini kebutuhannya berbeda antara satu
kegitan dengan kegiatan lainnya. Hal ini, umunya dibedakan
berdasarkan besaran jenis kegiatan serta sektornya di Kementerian
PUPR. Secara umum, komponen yang harus dipenuhi adalah antara
lain: Studi Kelayakan (Feasibility Study), Dokumen Lingkungan (AMDAL,
UKL/UPL dan lainnya), Kesiapan Lahan, dan Dokumen Perencanaan
Rinci/Detail Engineering Design (DED).
24
Dalam hal kriteria kesiapan, untuk Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan
Direktorat Jenderal Bina Marga, Kriteria Kesiapan umumnya meliputi ; Studi
Kelayakan, Dokumen Lingkungan, Kesiapan Lahan, DED, sementara untuk
Direktorat Jenderal Cipta Karya dan Direktorat Jenderal Penyediaan
Perumahan memiliki kriteria kesiapan tersendiri sebagaimana tersebut
dibawah ini.
Direktorat Cipta Karya komponen Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria),
sebagai berikut:
a. Pengembangan Kawasan Permukiman:
1. Kriteria Umum terdiri dari:
i. Kawasan Strategis Nasional (PKN, PKSN)
ii. Wilayah Pengembangan Strategis Kementerian PUPR (35 WPS)
iii. Memiliki Perda RTRW
iv. Memiliki Perda Bangunan Gedung
v. Tersedianya Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB)/dana
daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan
vi. Institusi pengelola pasca konstruksi (KPP) terkait serah terima
aset
vii. Memiliki perencanaan: Masterplan, DED, dan Rencana Aksi
viii. Kesiapan dan kesediaan Lahan
2. Kriteria Khusus terdiri dari:
i. Permukiman Perkotaan:
Memiliki Ranperda tentang Peningkatan Kualitas
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
Memiliki Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan
(RKP-KP)
Memiliki SK Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman
Kumuh
Memiliki Profil Kawasan Kumuh
Memiliki Surat Pernyataan Minat untuk kegiatan
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
ii. Permukiman Perdesaan:
25
SK Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Perdesaan
Potensial (Agropolitan, Minapolitan, Pariwisata, dll)
Memiliki Profil Kawasan Perdesaan
Memiliki Surat Pernyataan Minat untuk kegiatan
pengembangan dan pembangunan kawasan perdesaan
iii. Permukiman Khusus:
SK Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Khusus
(Perbatasan, Pulau Kecil Terluar, Rawan/Pasca Bencana,
Tertentu lainnya)
Memiliki Profil Kawasan Khusus
Memiliki Surat Pernyataan Minat untuk kegiatan
pengembangan dan pembangunan kawasan khusus
3. Penataan Bangunan dan Lingkungan:
a. Kriteria Umum terdiri dari:
i. Surat Pernyataan Minat
ii. Kesiapan dan kesediaan lahan
iii. Sudah memiliki Perda BG
iv. Kesiapan Perencanaan: RTBL, Masterplan/DED, RAB
dan TOR
v. Tersedianya Dana Daerah untuk Urusan Bersama
(DDUB)
vi. Institusi pengelola pasca konstruksi (KPP)
b. Kriteria Khusus terdiri dari:
i. Khusus dalam rangka pengembangan Kawasan
Tematik, Kab/Kota yang dapat diusulkan hanya
tertentu (anggota P2KH dan P3KP)
ii. Penanganan fisik P2KH dan P3KP: memiliki
Masterplan Kota Hijau/Kota Pusaka, Rencana Aksi
Kota Hijau/Kota Pusaka
4. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
a. Kriteria Umum terdiri dari:
26
i. Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum
(RISPAM)
ii. Rencana Program Investasi Jangka Menengah
(RPIJM)
iii. Dana Daerah Urusan Bersama (DDUB)
iv. Ketersediaan/surat ijin pemakaian sumber air baku
(SIPA)
v. DED/Rencana Teknis
vi. Kesiapan lahan
vii. Kesiapan pengelola
viii. Kesiapan serah terima aset
b. Kriteria Khusus terdiri dari:
i. SPAM Regional
Perjanjian Kerja Sama (PKS) antar pihak-pihak
yang terlibat
ii. SPAM Ibu Kota Kecamatan
Belum ada SPAM IKK di lokasi tersebut
Memiliki Idle capacity = kapasitas produksi/
kapasitas air baku (batas ≤50% total kab/kota)
Persyaratan kelayakan sederhana/Justek dan
biaya
iii. SPAM Ibu Kota Pemekaran
Persyaratan kelayakan sederhana/Justek dan
biaya
iv. SPAM Perluasan Perkotaan
Ketersediaan/surat ijin pemakaian sumber air
baku (untuk penambahan kapasitas)
Masih ada idle capacity (untuk pemanfaatan
idle)
v. Pengembangan Jaringan SPAM
Terdapat Idle capacity yang dapat
dimanfaatkan
Daftar pelanggan
vi. SPAM Kawasan Khusus
27
Masuk dalam daftar kawasan kumuh/nelayan
atau PPI yang disampaikan KKP/rawan
air/perbatasan/pulau terluar
5. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Kriteria Umum terdiri dari:
i. Surat Minat Usulan Kegiatan
ii. Kesiapan dokumen perencanaan: SSK,
Masterplan/DED, RAB dan TOR
iii. MoU antara pemda dan pihak terkait mengenai
peran, tugas dan tanggungjawab masing-masing
pihak dalam pembangunan sistem pengelolaan air
limbah dan sanitasi
iv. Kesiapan Lahan (sertifikat kepemilikan lahan)
v. Surat Kesediaan Menerima Hibah (serah terima
aset)
vi. Sudah disiapkannya Institusi Pengelola Pasca
Konstruksi (KSM, UPTD, OPD)
vii. Tersedianya alokasi dana untuk Operasional dan
Pemeliharaan Sarana Pasca Konstruksi yang
ditunjukan dengan adanya RKA untuk kegiatan
pengelolaan
Sedangkan untuk Kriteria Kesiapan yang harus disiapkan untuk
kegiatan pada Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan adalah
sebagai berikut:
A. Pembangunan PSU Rumah Umum dengan kriteria kesiapan
terdiri dari:
a. Surat Permohonan
b. Site plan perumahan yang disahkan oleh Pemda
c. Dokumen legalitas usaha (akte pendirian perusahaan,
dukungan bank, SBUJK, SIUJK, NPWP, SIUP, SITU, TDP,
daftar pengalaman perusahaan)
d. Dokumen legalitas proyek pembangunan perumahan
(surat izin lokasi, sertifikat hak atas tanah, IMB)
28
e. Dokumen teknis proyek perumahan (data lokasi
perumahan, jadwal rencana pembangunan perumahan)
f. Surat pernyataan pengembang untuk membangun rumah
umum dan kesanggupan untuk menjualnya kepada MBR
sesuai batasan harga yang ditentukan regulasi pemerintah
dan untuk menyerahkan lahan PSU kepada Pemda
g. Surat pernyataan Pemda terkait dukungan pelaksanaan
pembangunan PSU dan kesiapan lahan dan untuk
menerima aset PSU paska konstruksi
h. Surat pernyataan bahwa calon pembeli rumah adalah MBR
B. Pembangunan Rumah Swadaya dengan kriteria kesiapan
terdiri dari:
a. Surat Permohonan
b. Surat Pernyataan (belum pernah menerima bantuan,
kepemilikan tanah, tidak memiliki rumah lainnya, akan
menghuni rumah yang mendapat bantuan, tidak
mengalihkan bantuan, bersungguh-sungguh mengikuti
program, memberikan kuasa kepada bank untuk
membuka informasi rekening kepada PPK)
c. Foto kopi sertifikat hak atas tanah, KTP calon penerima
bantuan dan surat keterangan penghasilan
d. Gambar Kerja dan Rencana Penggunaan Dana
e. Pernyataan Kesesuaian dengan Tata Ruang dari Dinas
Teknis
f. Memenuhi persyaratan teknis Lokasi, yakni Bebas banjir
dan tanah longsor, Dekat dengan Pusat Kegiatan Penerima
Manfaat, Lebar Jalan Akses Minimal 6m, Tersedia Sumber
Air Minum, Tersedia Sumber Listrik
g. Memenuhi persyaratan umum lokasi, yakni Luas Lahan
Minimal 3.000 m2, minimal 35 m x 85 m, kemiskinan diatas
rata-rata nasional, RTLH diatas rata-rata nasional, backlog
diatas rata-rata nasional, daerah tertinggal, dan daerah
perbatasan negara
29
C. Pembangunan Rumah Khusus dengan kriteria kesiapan terdiri
dari:
a. Surat Permohonan
b. Proposal usulan pembangunan rumah khusus
c. Surat Dukungan dari Gubernur/Bupati/Walikota
d. Harga Satuan Material terbaru dilengkapi cap dinas terkait
e. Surat Pernyataan Kepemilikan Lahan an. Pemda dengan
melampirkan fotokopi sertifikat (Surat Tanah)
f. Surat pernyataan sesuai dengan arahan RTR yang berlaku
dari dinas teknis terkait
D. Pembangunan Rumah Susun dengan kriteria kesiapan terdiri
dari:
a. Surat Permohonan
b. Surat Dukungan dari Gubernur/Bupati/Walikota
c. Surat Pernyataan tentang Pernyataan bahwa dokumen
fotokopi yang disampaikan sesuai dengan asli, Penyerahan
lahan kepada Direktorat Rumah Susun, Kesediaan
mengurus dan membiayai pengurusan IMB, Dukungan
pengamanan/keamanan selama konstruksi, Kesediaan
melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar, Tidak
keberatan dari masyarakat yang berbatasan dengan lokasi
pembangunan, Kesiapan menerima, mengelola, dan
memelihara rumah susun, Kesediaan menyiapkan
perangkat pengelola rumah susun sewa
d. Surat Legalitas Tanah Atas Nama Lembaga
e. Fotokopi Akte Pendirian dikhususkan bagi Lembaga
Pendidikan Berasrama (LPB) memiliki tujuan sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan
f. Daftar Sementara Calon Penghuni
30
Gambar 5 Program Jangka Pendek dituangkan dalam Informasi Peta
D. KOORDINASI PROGRAM JANGKA PENDEK
Setelah dilakukan analisis kelayakan terhadap draft program dan pembiayaan
pembangunan jangka pendek keterpaduan pengembangan kawasan dengan
infrastruktur PUPR (3 tahunan: T+2, T+3, T+4) beserta kriteria program maka
dilakukan verifikasi draft program yang telah disusun dalam rangka menajamkan
program yang telah disusun melalui rapat koordinasi dengan menggunakan
metode Focus Group Discussion (FGD). Peserta FGD meliputi unsur pemerintah
pemerintah pusat yang terkait, pemerintah daerah, dan wakil untui organisasi
PUPR baik yang ada di daerah maupun yang berada di pusat.
Tujuan pelaksanaan FGD:
1. Menyusun serta memadukan program jangka pendek infrastruktur
PUPR dengan pengembangan wilayah, sesuai dengan tematik kawasan
yang akan dibangun sesuai dengan kewenangnnya,
31
2. Memonitor kinerja keterpaduan pembangunan infrastruktur PUPR
dengan pengembangan wilayah/kawasan yang telah berjalan, dan
3. Koordinasi antar pemangku kepentingan (stakeholders), baik
pemerintah pusat maupun daerah, dalam upaya meningkatkan
keterpaduan pembangunan infrastruktur PUPR dengan pengembangan
wilayah.
Diharapkan dari hasil dari FGD draft program jangka pendek yang disusun
sebelumnya telah dimutahirkan dan disepakati baik pogram maupun
pembiayaannya untuk pembangunan jangka pendek (3 tahunan: T+2, T+3, T+4)
sesuai dengan kewenangannya masing masing untuk menjamin terpadunya
pengembangan wilayah/kawasan dengan infrastruktur PUPR di 34 Provinsi, baik
pada kawasan, antar kawasan maupun antar WPS.
E. RANGKUMAN
Undang-Undang Republik Indonesia no. 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, pasal 14 ayat 3, mengamanatkan setiap K/L diwajibkan menyusun
rencana kerja kementerian dan lembaga disertai dengan prakiraan belanja untuk
tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang disusun dan dalam rangka
mendukung pelaksanaan kebijakan “Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah”
(KPJM) atau Medium Term Expenditure Framework (MTEF), yang
mengamanatkan setiap K/L wajib menyusun prakiraan maju dalam periode 3
(tiga) tahun kedepan yang dilakukan setiap tahun bersamaan dengan
penyampaian RKA-KL, maka dipandang perlu untuk menajamkan program 5
(lima) tahunan yang telah disusun dalam bentuk Development Plan beserta
program program yang termuat didalamnya, perlu dilakukan review dan
dituangkan dalam program jangka pendek 3 (tiga) tahunan.
Dalam kegiatan penajaman dan penyusunan program pembangunan jangka
pendek keterpaduan pengembangan wilayah dengan infrastruktur PUPR di 34
Provinsi, pada kawasan, antar kawasan dan antar WPS perlu disusun langkah-
langkah yang sistematis agar mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan, dan
sasaran yang telah ditetapkan. Secara garis besar, metode yang digunakan
mencakup Inventarisasi Pengelolaan Data (pengumpulan data) serta Pengolahan
Data dan Informasi.
Melihat wilayah Indonesia yang cukup luas serta potensi yang dimilikinya sangat
besar, wilayah Indonesia dibagi dalam 35 wilayah pengembangan strategis yang
32
didalamnya terdapat kawasan kawasan strategis. Dengan mempertimbangkan
keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, perlu ditentukan prioritas pemograman,
wilayah atau kawasan mana yang terlebih dahulu harus dibangun atau
dikembangkan dan wilayah atau kawasan mana yang pengembangannya apat
dilakukan kemudian.
Untuk menentukan prioritas tersebut, khususnya dalam konteks program jangka
pendek, perlu dilakukan analisis, dalam hal ini analisis kebutuhan dan analisis
kelayakan. Analisis kebutuhan diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh
seseorang untuk mengidentifikasi kebutuhan sekaligus menentukan prioritas
diantaranya. Dalam konteks pembangunan infrastruktur, kebutuhan diartikan
sebagai suatu kondisi yang memperlihatkan adanya kesenjangan antara keadaan
infrastruktur yang ada dengan kondisi infrastruktur yang diharapkan.
Analisis kelayakan merupakan proses yang mempelajari atau menganalisa
permasalahan yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan akhir yang akan
dicapai. Analisis kelayakan digunakan untuk menentukan kemungkinan
keberhasilan solusi yang diusulkan. Kriteria yang digunakan dalam analisis
kelayakan program yaitu (1) identifikasi kawasan terdukung sesuai dengan
program prioritas yang telah diarahkan dalam perencanaan infrastruktur PUPR
(Development Plan), (2) identifikasi fungsi kawasan terdukung, (3) identifikasi
jangka waktu berfungsinya kawasan terdukung, (4) potensi, dan (5) tantangan
serta isu yang akan dihadapi.
Disamping analisis kelayakan, dalam rangka menentukan prioritas program
jangka pendek, digunakan 7 (tujuh) kriteria agar usulan program yang dihasilkan
menjadi lebih tajam dan dapat dibiayai pelaksanaannya serta merupakan
prioritas untuk ditindaklanjuti. Ke-7 (tujuh) kriteria tersebut adalah : Fungsi,
Lokasi, Waktu, Besaran, Biaya, Kewenangan, Kriteria Kesiapan.
F. LATIHAN SOAL
Untuk menguasai materi metode penentuan prioritas program jangka pendek,
maka agar diselesaikan soal latihan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
(KPJM)?
2. Mengapa diperlukan prioritisasi program jangka pendek?
3. Sebutkan Kriteria penentuan prioritisasi program jangka pendek
33
4. Dalam menentukan kelayakan program jangka pendek, foktor-faktor atau
kriteria apa saja yang perlu dipertimbangkan?
5. Apa manfaat dilakukannya Focus Group Discussion untuk menajmkan
program jangka pendek?
37
PENYUSUNAN PRIORITAS KEGIATAN TAHUNAN
A. LATAR BELAKANG PRIORITASI KEGIATAN TAHUNAN
Salah satu tantangan dalam pelaksanaan pembangunan, baik tingkat Pusat maupun
tingkat daerah, untuk keterpaduan pengembangan kawasan dengan infrastruktur
PUPR adalah terbatasnya anggaran dibandingkan dengan kebutuhan. Baik
kebutuhan anggaran untuk pembangunan baru maupun kebutuhan anggaran untuk
preservasi atau operasi serta pemeliharaan dalam rangka memastikan tetap
berfungsinya infrastruktur sesuai dengan rencana. Berlandaskan hal tersebut, salah
satu upaya yang perlu dilakukan adalah memastikan bahwa “kegiatan yang dipilih”
adalah kegiatan yang memiliki prioritas tertinggi. Dengan demikian, anggaran yang
dialokasikan untuk membiayai suatu kegiatan menjadi tepat sasaran untuk
memberikan manfaat terbesar bagi seluruh pemangku kepentingan, serta
keberlanjutan program dari sisi lingkungan.
Dengan pertimbangan sebagaimana tersebut diatas, diperlukan pendekatan yang
dapat mengakomodir kedua hal tersebut yaitu ketersediaan anggaran dan
pembangunan infrastruktur membuahkan hasil yang optimal bagi seluruh
pemangkun kepentingan. Pendekatan ini dipahami sebagai Pendekatan Gabungan
Top-Down dan Bottom-Up Dalam Pengembangan Infrastruktur.
Secara umum, dalam rangka penyusunan sebuah rencana kegiatan tahunan,
digunakan dua pendekatan atau paradigma yang sedang berkembang, yaitu :
1. Paradigma Dari Atas ke Bawah (Top-Down) Merupakan terjemahan lebih
lanjut dari kebijakan atau politik penganggaran serta program yang
berkaitan dengan pengalokasian anggaran baik pada Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah.
2. Paradigma Dari Bawah ke Atas (Bottom-Up) Paradigma ini bertitik tolak dari
kondisi/karakteristik serta kebutuhan infrastruktur dalam pengembangan
Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan mampu menyusun
prioritas kegiatan tahunan
38
suatu kawasan atau wilayah, yang diperoleh melalui identifikasi maupun
pengumpulan data lapangan, terutama yang berkaitan dengan, potensi,
permasalahan, dan batasan serta kendala bagi pengembangan dan
pembangunan yang diperkirakan akan timbul.
Dengan demikian dalam penajaman dan penyusunan sinkronisasi kegiatan tahunan
yang diperoleh dari program pembangunan jangka pendek keterpaduan
pengembangan wilayah dengan infrastruktur PUPR di 34 Provinsi, pada kawasan,
antar kawasan dan antar WPS haruslah merangkum kedua pendekatan (top-down
dan bottom-up) tersebut.
Pendekatan selanjutnya adalah Pendekatan Sinergitas Dalam Menjamin
Sinkronisasi Kegiatan; Dalam pendekatan ini merupakan pertimbangan agar terjadi
sinergi antara infrastruktur yang satu dengan infrastruktur lainnya dengan tetap
mempertahankan keterpaduan sebagaimana telah direncanakan sebelumnya,
sebagai gambaran pembangunan suatu infratruktur akan mendukung
pembangunan infrastruktur lainnya, tidak terjadi tumpang tindih, tidak saling
merusak. Sinkronisasi merupakan usaha untuk menyesuaikan/menyelaraskan
kegiatan kegiatan, tindakan tindakan dari unit unit tertentu sehingga diperoleh
keserasian dalam pelaksanaan tugas atau kerja. Penentuan prioritas dalam rangka
sinkronisasi kegiatan tahunan, dilakukan dengan beberapa kriteria seperti :
Kewenangan, Fungsi, Lokasi, Waktu, Besaran, Biaya, Kriteria Kesiapan dan skema
Pembiayaan. Terkait dengan ketersediaan anggaran, misal anggaran yang
diusulkan/direncanakan adalah 200 milyar, sementara anggaran yang tersedia
hanya 50 milyar, maka pada proses sinkronisasi kegiatan dapat dilakukan beberapa
alternatif seperti :
• Pemotongan secara horizontal, dalam hal ini usulan kegiatan dianggap
belum prioritas sehingga dapat ditunda dan dapat dianggarkan kembali
pada tahun tahun berikutnya apabila kegiatan tersebut telah menjadi
prioritas,
• Pemotongan secara vertikal, dalam hal ini kegiatan yang diusulkan masuk
dalam skala prioritas, harus dilaksanakan, serta pelaksanaannya yang
tadinya diusulkan tahun tunggal, dapat dilakukan dengan tahun jamak
(waktu pelaksanaan disesuaikan dengan ketersediaan dana).
Disamping kedua pendekatan tersebut diatas, yaitu pendekatan TOP-Down dan
BOTTOM-UP, SINERGITAS, prinsip Money Follows Program, melalui pendekatan
39
Holistik, Integratif, Tematik dan Spasial (H.I.T.S) juga merupakan hal yang menjadi
pertimbangan dalam menentukan prioritasi kegiatan tahunan.
B. PENDEKATAN HITS DALAM PRIORITISASI KEGIATAN TAHUNAN
Sebagai bentuk koordinasi penyelarasan rencana pembangunan nasional dengan
rencana pembangunan daerah dan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor
25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Kebijakan
penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP), yang mengusung tema “Pemerataan
Pembangunan untuk Pertumbuhan Berkualitas” tetap menitikberatkan pada
perkuatan pelaksanaan prinsip Money Follows Program melalui pendekatan
Holistik, Integratif, Tematik, dan Spasial (HITS).
Konsep HITS tersebut diterjemahkan juga dalam penyusunan prioritasi kegiatan
tahunan berupa parameter;
1. Politik Anggaran
2. Keberlanjutan
3. Keterpaduan Pengembangan Kawasan/Wilayah
4. Penanganan Bencana
5. Readiness Criteria
6. Pembiayaan
7. Parameter Spesifik DJSDA, DJBM, DJCK, DJPnP
Parameter tersebut dijabarkan melalui indikator sebagai berikut :
1. Politik Anggaran, terdiri dari indikator ;
a. Direktif Presiden
b. Direktif/ Diskresi Menteri
c. Usulan DPR/ DPD yang menjadi Direktif/ Diskresi Menteri
d. RPJMN
e. Renstra PUPR
2. Keberlanjutan, terdiri dari indikator ;
a. Pembangunan Baru (New Development)
b. OP / Preservasi
c. Rounding up (Penuntasan)
3. Keterpaduan Pengembangan Kawasan, terdiri dari indikator ;
a. Terpadu dengan sektor PUPR lain (misal pengendalian abrasi
pantai/ sungai)
b. Program mendukung langsung Kawasan Strategis Nasional (misal
KEK, KSPN, Pelabuhan)
40
c. Program yang secara tidak langsung mendukung kawasan
d. Program yang mendukung prioritisasi pengembangan kawasan,
potensi mengungkit ekonomi tinggi.
4. Penanganan Bencana, terdiri dari ceklist iya dan tidak
5. Readiness Criteria, terdiri dari indikator ; MEMENUHI dan BELUM. Untuk
program yang memenuhi Readiness Criteria selanjutnya dinilai tingkat
prioritas dan keterpaduannya.
6. Pembiayaan, terdiri dari indikator ;
a. MYC (Committed Budget)
b. PHLN
c. KPBU
d. Penugasan BUMN
e. APBN
7. Parameter Spesifik Unor (DJSDA, DJBM, DJCK, DJPnP), terdiri dari indikator
:
a. Untuk Unor BM ;
1) Preservasi Jaringan Jalan Lintas Utama (Lintas Timur Sumatera,
Pantura Jawa, Lintas Selatan Kalimantan dan Lintas Barat
Sulawesi)
2) Penyelesaian Program Prioritas Nasional (Perbatasan
Kalimantan dan Papua; Trans Papua; Pansela Jawa; Jalan Tol;
Akses 8 KEK, 14 KI, 10 KSPN)
3) Penyelesaian Program Strategis Nasional (Sesuai Perpres
56/2018)
4) Preservasi Jaringan Jalan Nasional di luar Lintas UtamaUntuk
Unor SDA ;
b. Untuk Unor CK ;
1) Luas daerah irigasi > 3000 ha
2) Luas daerah irigasi 1000-3000 ha
3) Luas daerah irigasi < 1000 ha
c. Untuk Unor PP ;
1) Kawasan Prioritas Strategis Nasional (Arahan RPJMN/BPIW)
2) Kawasan Prioritas Strategis Provinsi
3) Kawasan Prioritas Strategis Kab/Kota
C. POLA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR PUPR
Pembiayaan pembangunan adalah cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari
upaya-upaya pemerintah dalam rangka membiayai berbagai pengeluaran
41
pemerintah sesuai dengan kemampuan fiskal serta fungsi yang diperankannya
terkait penyediaan barang dan jasa bagi masyarakat, melalui proses politik
dengan berbagai prosedur dan aturan yang dapat berubah dari waktu ke waktu
sesuai dengan pilihan masyarakat. Jadi, dalam hal ini pemerintah berperan sebagai
penyedia infrastruktur publik. Adapun pola pembiayaan yang ada saat ini adalah
melalui pendanaan sebagai berikut :
1. APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan wujud dari
pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara
Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar
sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan
pengeluaran/belanja Negara selama satu tahun anggaran (1 Januari- 31 Desember).
Belanja negara terdiri atas 2 (dua) jenis :
a. Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai
kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang dilaksanakan di pusat
maupun di daerah (dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja
Pemerintah Pusat dapat dikelompokkan menjadi: Belanja Pegawai, Belanja
Barang, Belanja Modal, Pembiayaan Bunga Utang, Subsidi BBM dan Subsidi
Non-BBM, Belanja Hibah, Belanja Sosial (termasuk Penanggulangan
Bencana), dan Belanja Lainnya.
b. Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah,
untuk kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang
bersangkutan. Belanja Daerah meliputi:
a) Dana Bagi Hasil
b) Dana Alokasi Umum
c) Dana Alokasi Khusus
d) Dana Otonomi Khusus.
2. APBD
Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD), adalah rencana keuangan
tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
42
Rakyat Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD
meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31
Desember.
APBD terdiri atas:
Anggaran Pendapatan, terdiri atas;
Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi Pajak Daerah, Retribusi
Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah, dan Penerimaan lainnya.
Bagian Dana Perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi
Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus.
Lain-lain pendapatan yang sah seperti Dana Hibah, Dana Darurat, Dana
Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya, Dana
Penyesuaian dan Otonomi Khusus, Bantuan Keuangan dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah Lainnya dan Pendapatan Lain-Lain.
3. DANA PERIMBANGAN
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan terdiri dari:
a) Bagian Daerah atau Bagi Hasil Bagian daerah merupakan penerimaan
daerah yang berasal dari hasil bagi atas penerimaan pajak bumi dan
bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan atau bangunan (BPHTB),
dan sumber daya alam.
b) Dana Alokasi Umum (DAU) Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 1999
dan Peraturan Pemerintah No. 104 Tahun 2000, dana alokasi umum (DAU)
adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai
kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
c) Dana Alokasi Khusus (DAK) Dana alokasi khusus (DAK) adalah alokasi dana
dari APBN kepada daerah tertentu untuk membantu membiayai kebutuhan
khusus, yaitu kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan seperti dana alokasi
umum dan kebutuhan yang merupakan komitmen atas dasar prioritas
Nasional. Skema pembiayaan dengan DAK dapat dilihat pada gambar 6
dibawah ini.
43
ARAH KEGIATAN DAK :
1. DAK Bidang Infrastruktur Irigasi, yang diarahkan untuk
mempertahankan dan meningkatkan tingkat pelayanan prasarana
sistem irigasi termasuk jaringan reklamasi rawa dan jaringan irigasi
desa yang menjadi urusan kabupaten/ kota dan provinsi khususnya di
daerah lumbung pangan nasional dan daerah tertinggal dalam rangka
mendukung program peningkatan ketahanan pangan.
2. DAK Bidang Infrastruktur Jalan dan Jembatan, yang diarahkan untuk
mempertahankan dan meningkatkan tingkat pelayanan prasarana
jalan provinsi, kabupaten, dan kota dalam rangka memperlancar
distribusi penumpang, barang dan jasa, serta hasil produksi yang
diprioritaskan untuk mendukung sektor pertanian, industri, dan
pariwisata sehingga dapat memperlancar pertumbuhan ekonomi
regional.
3. DAK Bidang Infrastruktur Air Minum dan Sanitasi, yang diarahkan
untuk meningkatkan cakupan dan kehandalan pelayanan air minum
dan meningkatkan cakupan dan kehandalan pelayanan penyehatan
lingkungan (air limbah, persampahan, dan drainase) untuk
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
4. DAK Bidang Perumahan, yang diarahkan untuk meningkatkan
penyediaan pelayanan dasar dalam meningkatkan kualitas hidup
masyarakat, melalui peningkatan kualitas rumah swadaya (tidak layak
huni) bagi rumah tangga MBR.
JENIS KEGIATAN DAK :
1. DAK Reguler, merupakan prioritas daerah dan mendukung SPM. Terdiri
dari Bidang Perumahan, Air Minum dan Sanitasi. Daerah penerima DAK
Reguler mencakup Kabupaten/Kota.
2. DAK Penugasan, merupakan prioritas nasional dan sesuai dengan pola
inpres. Terdiri dari Subbidang Jalan, Subbidang Irigasi, Subbidang Air
Minum, dan Subbidang Sanitasi. Daerah penerima DAK Penugasan
untuk provinsi/kabupaten/kota.
44
3. DAK Affirmasi, merupakan kebijakan afirmasi untuk mendukung
pembangunan di daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan dan daerah
transmigrasi. Terdiri dari Subbidang Irigasi dan Subbidang Perumahan
dan Permukiman. Daerah penerima DAK Afirmasi hanya untuk
kabupaten/kota yang masuk dalam kategori daerah perbatasan,
tertinggal, kepulauan dan daerah transmigrasi sesuai dengan SK dari
kementerian terkait.
4. PEMBIAYAAN INVESTASI NON-ANGGARAN PEMERINTAH (PINA)
PINA merupakan skema pembiayaan proyek infrastruktur tanpa melibatkan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui penggalangan sumber
pembiayaan alternatif agar dapat digunakan untuk berkontribusi dalam pembiayan
proyek-proyek strategis nasional yang membutuhkan modal besar, namun dinilai
baik secara ekonomi dan menguntungkan secara finansial. PINA merupakan
alternatif pendanaan yang difasilitasi oleh Pemerintah Pusat guna mengatasi
kendala pembiayaan ekuitas proyek infrastruktur yang bersumber dari swasta serta
Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kriteria prioritas proyek yang dipilih untuk
didanai dengan skema PINA, antara lain mendukung percepatan target prioritas
pembangunan nasional, memiliki manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat
Indonesia, memiliki kelayakan komersial, dan memenuhi kriteria kesiapan.
Gambar 6 Skema Pembiayaan DAK
45
5. KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU)
KPBU adalah kerjasama antara pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu kepada spesifikasi yang
telah ditetapkan sebelumnya oleh Menteri/ Kepala Lembaga/Kepala Daerah/
BUMN/BUMD, yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber daya Badan
Usaha dengan memperhatikan pembagian risiko antara para pihak. KPBU dapat
dilakukan dengan ; Penjaminan Pemerintah, Tarif, Ketersediaan Layanan (AP),
Dukungan sebagian konstruksi (VGF)
D. MEKANISME PENENTUAN PRIORITISASI KEGIATAN TAHUNAN
Mekanisme penentuan prioritas kegiatan tahunan dimulai dari mengumpulkan hasil
penajaman program jangka pendek (T+2), yang telah dikelompokkan menurut
kewenangan serta kegiatan kegiatan yang berpotensi untuk dikerjasamakan antara
pemerintah dengan badan usaha (KPBU) atau yang akan dibiayai melalui PINA,
sebagaimana terlihat pada gambar IV.2. Mekanisme Penentuan Prioritas Kegiatan
Tahunan. Khusus untuk kegiatan yang berpotensi untuk dibiayai dengan skema PINA
dan KPBU disampaikan/ditawarkan kepada unit organisasi yang membidangi
investasi di kementerian PUPR, sementara kegiatan kegiatan yang merupakan
kewenangan pemerintah pusat dan kewenangan pemerintah daerah dibahas dalam
forum terpisah yaitu forum pra-konsultasi regional (prakonreg) untuk kegiatan
kegiatan yang merupakan kewenangan pemerintah pusat dan forum sosialisasi DAK
untuk kegiatan kegiatan yang merupakan kewenangan pemerintah daerah.
47
E. RANGKUMAN
Salah satu tantangan dalam pembangunan infrastruktur PUPR, baik tingkat Pusat
maupun tingkat daerah, untuk pengembangan kawasan/wilayah adalah
terbatasnya anggaran dibandingkan dengan kebutuhan. Berlandaskan hal
tersebut, salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah memastikan bahwa
“kegiatan yang dipilih” dalam pengembangan kawasan/wilayah merupakan
kegiatan yang memiliki prioritas tertinggi. Dengan demikian, anggaran yang
dialokasikan untuk membiayai suatu kegiatan menjadi tepat sasaran untuk
memberikan manfaat terbesar serta keberlanjutan bagi seluruh pemangku
kepentingan. Untuk memenuhi tantangan tersebut, diperlukan suatu
pendekatan penentuan prioritas.
Pendekatan ini dipahami sebagai Pendekatan Gabungan Top-Down dan Bottom-
Up Dalam Pengembangan Infrastruktur. Pendekatan Dari Atas ke Bawah (Top-
Down) Merupakan penterjemahan lebih lanjut dari kebijakan serta program yang
berkaitan dengan penganggaran baik pada Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah, sementara Pendekatan Dari Bawah ke Atas (Bottom-Up)
Paradigma ini bertitik tolak dari kondisi/karakteristik suatu kawasan, yang
diperoleh melalui identifikasi maupun pengumpulan data lapangan, terutama
yang berkaitan dengan, potensi, permasalahan, dan batasan serta kendala bagi
pengembangan dan pembangunan yang diperkirakan akan timbul.
Pendekatan selanjutnya adalah Pendekatan Sinergitas Dalam Menjamin
Sinkronisasi Kegiatan; Dalam pendekatan ini merupakan pertimbangan agar
terjadi sinergi antara infrastruktur yang satu dengan infrastruktur lainnya,
sebagai gambaran pembangunan suatu infratruktur akan mendukung
pembangunan infrastruktur lainnya, tidak terjadi tumpang tindih, tidak saling
merusak. Sinkronisasi merupakan usaha untuk menyesuaikan/menyelaraskan
kegiatan kegiatan, tindakan tindakan dari unit unit tertentu sehingga diperoleh
keserasian dalam pelaksanaan tugas atau kerja. Penentuan prioritas dalam
rangka sinkronisasi kegiatan tahunan, dilakukan dengan beberapa kriteria seperti
: Kewenangan, Fungsi, Lokasi, Waktu, Besaran, Biaya, Kriteria Kesiapan dan
skema Pembiayaan.
Disamping kedua pendekatan tersebut diatas, yaitu pendekatan TOP-Down dan
BOTTOM-UP, SINERGITAS, prinsip Money Follows Program, melalui pendekatan
48
Holistik, Integratif, Tematik dan Spasial (H.I.T.S) juga merupakan hal yang menjadi
pertimbangan dalam menentukan prioritasi kegiatan tahunan, yang
diterjemahkan juga dalam penyusunan prioritasi program tahunan berupa
parameter ; Politik Anggaran, Keberlanjutan, Keterpaduan Pengembangan
Kawasan, Penanganan Bencana, Readiness Criteria, Pembiayaan, Parameter
Spesifik DJSDA, DJBM, DJCK, DJPnP, yang dibiayai melalui APBN, APBD, PINA dan
KPBU.
F. LATIHAN SOAL
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan top-down dan bottom-up dalam
konteks menyeimbangkan antara demand dan ketersediaan anggaran
dalam penyediaan infrastruktur pada pengembangan wilayah/kawasan?
2. Apa yang dimaksud dengan sinkronisasi kegiatan dalam hal penyediaan
infrastruktur dalam pengembangan wilayah/kawasan?
3. Sebutkan jenis jenis pembiayaan infrastruktur yang saat ini tersedia dalam
mendukung pengembangan wilayah/Kawasan
4. Sebutkan jenis jenis kegiatan DAK
51
PENUTUP
Pemograman diartikan sebagai pengelolaan rangkaian kegiatan kegiatan yang
saling berkaitan, terpadu, dan menyeluruh/komprehensif untuk mencapai tujuan
dan sasaran perencanaan yang telah ditentukan, yang dirinci berdasarkan waktu,
biaya, volume, kewenangan, pelaku, serta kriteria kesiapan. Adapaun sinkronisasi
adalah suatu usaha untuk menyesuaikan, menyelaraskan kegiatan kegiatan,
tindakan tindakan, pada unit unit kerja tertentu sehingga dihasilkan keserasian
dalam pelaksanaan tugas atau kerja. Melihat potensi kawasan yang cukup besar,
serta jumlah kawasan yang banyak serta keterbatasan sumber daya yang
tersedia, perlu dilakukan upaya upaya dalam rangka penentuan prioritasi
program dan kegiatan agar dapat menghasilkan manfaat yang besar.
Undang-Undang Republik Indonesia no. 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, pasal 14 ayat 3, mengamanatkan setiap K/L diwajibkan menyusun
rencana kerja kementerian dan lembaga disertai dengan prakiraan belanja untuk
tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang disusun dan dalam rangka
mendukung pelaksanaan kebijakan “Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah”
(KPJM) atau Medium Term Expenditure Framework (MTEF), yang
mengamanatkan setiap K/L wajib menyusun prakiraan maju dalam periode 3
(tiga) tahun kedepan yang dilakukan setiap tahun bersamaan dengan
penyampaian RKA-KL, maka dipandang perlu untuk menajamkan program 5
(lima) tahunan yang telah disusun dalam bentuk Development Plan beserta
program program yang termuat didalamnya, perlu dilakukan review dan
dituangkan dalam program jangka pendek 3 (tiga) tahunan.
Dalam kegiatan penajaman dan penyusunan program pembangunan jangka
pendek keterpaduan pengembangan wilayah dengan infrastruktur PUPR di 34
Provinsi, pada kawasan, antar kawasan dan antar WPS perlu disusun langkah-
langkah yang sistematis agar mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan, dan
sasaran yang telah ditetapkan. Secara garis besar, metode yang digunakan
mencakup Inventarisasi Pengelolaan Data (pengumpulan data) serta Pengolahan
Data dan Informasi.
Melihat wilayah Indonesia yang cukup luas serta potensi yang dimilikinya sangat
besar, wilayah Indonesia dibagi dalam 35 wilayah pengembangan strategis yang
didalamnya terdapat kawasan kawasan strategis. Dengan mempertimbangkan
keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, perlu ditentukan prioritas pemograman,
52
wilayah atau kawasan mana yang terlebih dahulu harus dibangun atau
dikembangkan dan wilayah atau kawasan mana yang pengembangannya apat
dilakukan kemudian.
Untuk menentukan prioritas tersebut, khususnya dalam konteks program jangka
pendek, perlu dilakukan analisis, dalam hal ini analisis kebutuhan dan analisis
kelayakan. Analisis kebutuhan diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh
seseorang untuk mengidentifikasi kebutuhan sekaligus menentukan prioritas
diantaranya. Dalam konteks pembangunan infrastruktur, kebutuhan diartikan
sebagai suatu kondisi yang memperlihatkan adanya kesenjangan antara keadaan
infrastruktur yang ada dengan kondisi infrastruktur yang diharapkan.
Analisis kelayakan merupakan proses yang mempelajari atau menganalisa
permasalahan yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan akhir yang akan
dicapai. Analisis kelayakan digunakan untuk menentukan kemungkinan
keberhasilan solusi yang diusulkan. Kriteria yang digunakan dalam analisis
kelayakan program yaitu (1) identifikasi kawasan terdukung sesuai dengan
program prioritas yang telah diarahkan dalam perencanaan infrastruktur PUPR
(Development Plan), (2) identifikasi fungsi kawasan terdukung, (3) identifikasi
jangka waktu berfungsinya kawasan terdukung, (4) potensi, dan (5) tantangan
serta isu yang akan dihadapi.
Disamping analisis kelayakan, dalam rangka menentukan prioritas program
jangka pendek, digunakan 7 (tujuh) kriteria agar usulan program yang dihasilkan
menjadi lebih tajam dan dapat dibiayai pelaksanaannya serta merupakan
prioritas untuk ditindaklanjuti. Ke-7 (tujuh) kriteria tersebut adalah : Fungsi,
Lokasi, Waktu, Besaran, Biaya, Kewenangan, Kriteria Kesiapan.
Salah satu tantangan dalam pembangunan infrastruktur PUPR, baik tingkat Pusat
maupun tingkat daerah, untuk pengembangan kawasan/wilayah adalah
terbatasnya anggaran dibandingkan dengan kebutuhan. Berlandaskan hal
tersebut, salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah memastikan bahwa
“kegiatan yang dipilih” dalam pengembangan kawasan/wilayah merupakan
kegiatan yang memiliki prioritas tertinggi. Dengan demikian, anggaran yang
dialokasikan untuk membiayai suatu kegiatan menjadi tepat sasaran untuk
memberikan manfaat terbesar serta keberlanjutan bagi seluruh pemangku
kepentingan. Untuk memenuhi tantangan tersebut, diperlukan suatu
pendekatan penentuan prioritas.
53
Pendekatan ini dipahami sebagai Pendekatan Gabungan Top-Down dan Bottom-
Up Dalam Pengembangan Infrastruktur. Pendekatan selanjutnya adalah
Pendekatan Sinergitas Dalam Menjamin Sinkronisasi Kegiatan, untuk menjamin
terjadinya sinegritas antara satu kegiatan dengan kegiatan lain.
Disamping kedua pendekatan tersebut diatas, yaitu pendekatan TOP-Down dan
BOTTOM-UP, SINERGITAS, prinsip Money Follows Program, melalui pendekatan
Holistik, Integratif, Tematik dan Spasial (H.I.T.S) juga merupakan hal yang menjadi
pertimbangan dalam menentukan prioritasi kegiatan tahunan, yang
diterjemahkan juga dalam penyusunan prioritasi program tahunan berupa
parameter ; Politik Anggaran, Keberlanjutan, Keterpaduan Pengembangan
Kawasan, Penanganan Bencana, Readiness Criteria, Pembiayaan, Parameter
Spesifik DJSDA, DJBM, DJCK, DJPnP, yang dibiayai melalui APBN, APBD, PINA dan
KPBU.
Mekanisme penentuan prioritas kegiatan tahunan dimulai dari mengumpulkan
hasil penajaman program jangka pendek (T+2), yang telah dikelompokkan
menurut kewenangan serta kegiatan kegiatan yang berpotensi untuk
dikerjasamakan antara pemerintah dengan badan usaha (KPBU) atau yang akan
dibiayai melalui PINA, sebagaimana terlihat pada gambar IV.2. Mekanisme
Penentuan Prioritas Kegiatan Tahunan. Khusus untuk kegiatan yang berpotensi
untuk dibiayai dengan skema PINA dan KPBU disampaikan/ditawarkan kepada
unit organisasi yang membidangi investasi di kementerian PUPR, sementara
kegiatan kegiatan yang merupakan kewenangan pemerintah pusat dan
kewenangan pemerintah daerah dibahas dalam forum terpisah yaitu forum pra-
konsultasi regional (prakonreg) untuk kegiatan kegiatan yang merupakan
kewenangan pemerintah pusat dan forum sosialisasi DAK untuk kegiatan
kegiatan yang merupakan kewenangan pemerintah daerah.
54
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharismi. 2008. Evaluasi program pendidikan, Pedoman Teoritis
Praktis bagi mahasiswa dan praktisi pendidikan (edisi ke dua), Jakarta ; Bumi
Aksara,
PUPR, Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR. 2017.
Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pembangunan Jangka Pendek 2018-
2020 Keterpaduan Pengembangan Kawasan Dengan Infrastruktur PUPR
Pulau Jawa. Jakarta.
PUPR, Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR. 2017.
Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pembangunan Jangka Pendek 2018-
2020 Keterpaduan Pengembangan Kawasan Dengan Infrastruktur PUPR
Pulau Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara. Jakarta.
PUPR, Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR. 2017.
Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pembangunan Jangka Pendek 2018-
2020 Keterpaduan Pengembangan Kawasan Dengan Infrastruktur PUPR
Kepulauan Maluku dan Pulau Papua. Jakarta.
PUPR, Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR. 2017.
Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pembangunan Jangka Pendek 2018-
2020 Keterpaduan Pengembangan Kawasan Dengan Infrastruktur PUPR
Pulau Kalimantan. Jakarta.
PUPR, Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR. 2017.
Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pembangunan Jangka Pendek 2018-
2020 Keterpaduan Pengembangan Kawasan Dengan Infrastruktur PUPR
Pulau Sulawesi. Jakarta.
PUPR, Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR. 2017.
Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pembangunan Jangka Pendek 2018-
2020 Keterpaduan Pengembangan Kawasan Dengan Infrastruktur PUPR
Pulau Sumatera. Jakarta.
PUPR, Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR. 2017.
Kriteria Pemrograman Jangka Pendek 2018-2020 Pulau Jawa. Jakarta.
PUPR, Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR. 2017.
Kriteria Pemrograman Jangka Pendek 2018-2020 Pulau Bali dan Kepulauan
55
Nusa Tenggara. Jakarta.
PUPR, Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR. 2017.
Kriteria Pemrograman Jangka Pendek 2018-2020 Kepulauan Maluku dan
Pulau Papua. Jakarta.
PUPR, Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR. 2017.
Kriteria Pemrograman Jangka Pendek 2018-2020 Pulau Kalimantan. Jakarta.
PUPR, Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR. 2017.
Kriteria Pemrograman Jangka Pendek 2018-2020 Pulau Sulawesi. Jakarta.
PUPR, Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR. 2017.
Kriteria Pemrograman Jangka Pendek 2018-2020 Pulau Sumatera. Jakarta.
PUPR, Pusat Perencanaan Infrastruktur PUPR. 2015. Konsep dan Arahan
Kebijakan Daerah Provinsi Dalam Pengembangan Infrastruktur Wilayah
Pulau Jawa-Bali. Jakarta.
PUPR, Pusat Perencanaan Infrastruktur PUPR. 2015. Konsep dan Arahan
Kebijakan Daerah Provinsi Dalam Pengembangan Infrastruktur Wilayah
Pulau Sumatera. Jakarta.
PUPR, Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR. 2017.
Hasil Prakonsultasi Regional Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat TA 2018. Jakarta.
Rasyidi et al, Sekretariat Badan Pengembangan Infrastruktur. Kamus Istilah
Pengembangan Wilayah, Edisi I, 2016. Jakarta.
57
GLOSARIUM
Amdal Analisis Dampak Lingkungan
AP Availabilty Payment
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BM Bina Marga
CK Cipta Karya
DAK Dana Alokasi Khusus
DAU Dana Alokasi Umum
DED Detailed Engineering Design
DDUB Dana Daerah Urusan Beersama
Dokling Dokumen Lingkungan
DP Development Plan atau Rencana Pengembangan
FS Feasibility Study
KEK Kawasan Ekonomi Khusus
KI Kawasan Industri
KKP Kemeterian Kelautan dan Perikanan
KPBU Kerjasama Pemerintah Badan Usaha
KPJM Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
KPPN Kawasan Perdesaan Potensial Nasional
KSM Kelompopk Swadaya Masyarakat
KSPN Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
MBR Masyarakat Berpenghasilan Rendah
MTEF Medium Term Expenditure Framework
MYC Multi Years Contract
58
OPD Organisasi Perangkat Daerah
PHLN Pinjaman dan Hibah Luar Negeri
PINA Pembiayaan Infrastruktur Non Anggaran Pemerintah
PKN Pusat Kegiatan Nasional
PKW Pusat Kegiatan Wilayah
PKL Pusat Kegiatan Lokal
PKS Perjanjian Kerja Sama
PKSN Pusat Kawasan Strategis Nasional
PP Peraturan Presiden
PPI Pangkalan Pendaratan Ikan
PnP Penyediaan Perumahan
PSU Prasarana, Sarana, dan Utilitas
P2KH Program Pengembangan Kota Hijau
P3KP Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka
RC Readiness Criteria
Renstra Rencana Strategis
RIPI Rencana Induk Pengembangan Infrastruktur Pulau
RKP-KP Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan
RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPIJM Rencana Program Investasi Jangka Menengah
RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPITJM Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu Jangka Menengah
RISPAM Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum
RTBL Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
RTLH Rumah Tak Layak Huni
RTR Rencana Tata Ruang
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah
SBUJK Sertifikat Badan Usaha Jasa Konstruksi
59
SDA Sumber Daya Air
SIPA Ketersediaan/surat Ijin Pemakaian Sumber Air Baku
SIUJK Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi
SIUP Surat Ijin Usaha Perdagangan
SITU Surat Ijin Tempat Usaha
SPAM Sistem Pelayanan Air Minum
SYC Single Years Contract
TDP Tanda Daftar Perusahaan
UPTD Unit Pelaksana Teknis Daerah
VGF Viability Gap Fund
WPS Wilayah Pengembangan Strategis