Penyebaran Infeksi Gigi

27
PENYEBARAN INFEKSI GIGI Definisi: 1. Infeksi adalah masuknya pathogen dan berkembang biak di dalam tubuh dan menyebabkan penyakit. 2. Abses adalah kumpulan pus pada rongga non anatomis 3. Inflamasi adalah respons sistem imun terhadap faktor infeksi maupun non infeksi (cth: trauma, keganasan, fraktur, dll) yang secara klinis ditandai dengan 5 cardinal sign: kalor (panas), rubor (kemerahan), tumor (bengkak), dolor (nyeri), fungsiolasea (gangguan fungsi). Infeksi gigi merupakan suatu hal yang sangat menganggu manusia. Penyebab dari infeksi gigi adalah bakteri yang merupakan flora normal dalam mulut, yaitu bakteri dalam plak, dalam sulkus ginggiva, dan mukosa mulut. Yang ditemukan terutama bakteri kokus aerob gram positif, kokus anaerob gram positif dan batang anaerob gram negative. Bakteri-bakteri tersebut dapat menyebabkan karies, gingivitis, dan periodontitis. Jika mencapai jaringan yang lebih yang lebih dalam melalui nekrosis pulpa dan pocket periodontal dalam, maka akan terjadi infeksi odontogen. Yang penting adalah infeksi ini disebabkan oleh bermacam-macam bakteri, baik aerob maupun anaerob. Infeksi biasanya dimulai dari permukaan gigi yaitu adanya karies gigi yang sudah mendekati ruang pulpa, kemudian akan berlanjut menjadi pulpitis dan akhirnya akan terjadi kematian

Transcript of Penyebaran Infeksi Gigi

Page 1: Penyebaran Infeksi Gigi

PENYEBARAN INFEKSI GIGI

Definisi:

1. Infeksi adalah masuknya pathogen dan berkembang biak di dalam tubuh dan

menyebabkan penyakit.

2. Abses adalah kumpulan pus pada rongga non anatomis

3. Inflamasi adalah respons sistem imun terhadap faktor infeksi maupun non infeksi (cth:

trauma, keganasan, fraktur, dll) yang secara klinis ditandai dengan 5 cardinal sign: kalor

(panas), rubor (kemerahan), tumor (bengkak), dolor (nyeri), fungsiolasea (gangguan

fungsi).

Infeksi gigi merupakan suatu hal yang sangat menganggu manusia. Penyebab dari infeksi

gigi adalah bakteri yang merupakan flora normal dalam mulut, yaitu bakteri dalam plak, dalam

sulkus ginggiva, dan mukosa mulut. Yang ditemukan terutama bakteri kokus aerob gram positif,

kokus anaerob gram positif dan batang anaerob gram negative. Bakteri-bakteri tersebut dapat

menyebabkan karies, gingivitis, dan periodontitis. Jika mencapai jaringan yang lebih yang lebih

dalam melalui nekrosis pulpa dan pocket periodontal dalam, maka akan terjadi infeksi

odontogen. Yang penting adalah infeksi ini disebabkan oleh bermacam-macam bakteri, baik

aerob maupun anaerob.

Infeksi biasanya dimulai dari permukaan gigi yaitu adanya karies gigi yang sudah

mendekati ruang pulpa, kemudian akan berlanjut menjadi pulpitis dan akhirnya akan terjadi

kematian pulpa gigi (nekrosis pulpa). Infeksi gigi dapat terjadi secara lokal atau meluas secara

cepat. Adanya gigi yang nekrosis menyebabkan bakteri bisa menembus masuk ruang pulpa

sampai apeks gigi. Foramen apikalis dentis pada pulpa tidak bisa mendrainase pulpa yang

terinfeksi. Selanjutnya proses infeksi tersebut menyebar progresif ke ruangan atau jaringan lain

yang dekat dengan struktur gigi yang nekrosis tersebut.

Infeksi pada gigi dimulai dengan adanya manifestasi pada pathogen pada rongga mulut.

Rongga mulut mempunyai kurang lebih 320 juta mikroba atau flora normal. Tidak mungkin

menciptakan suatu keadaan bebas mikroba di daerah rongga mulut sehingga infeksi pada gigi

dapat terjadi apabila terjadi gangguan anatomis protektif gigi.

Page 2: Penyebaran Infeksi Gigi

Karies adalah suatu proses demineralisasi gigi yang disebabkan karena aktivitas bakteri

pada sisa – sisa makanan sehingga menghasilkan asam yang dapat merusak struktur gigi, mulai

dari emael --> dentin --> pulpa. Apabila kerusakan terjadi pada pulpa yang mengandung banyak

pembuluh darah, saraf dan sistem limfe, maka dapat terjadi suatu proses radang yang disebut

sebagai pupitis. Apabila berlangsung maka akan terjadi nekrosis jaringan sekitarnya dan akan

terbentuk abses. Abses akan selalu mencari jalan keluar. Apabila bagian atas tertutup (misal oleh

sisa makanan atau calculus), maka pus akan menelusuri root canal dan membentuk abses di

daerah periapikal yang disebut sebagai abses periapikal. Abses ini membentuk masa yang

menekan ke segala arah termasuk serabut saraf di sekitarnya sehingga menyebabkan nyeri yang

hebat. Apabila berlanjut maka akan terjadi komplikasi.

Karies dicegah dengan oral hygiene yang baik, dengan menyikat gigi secara baik

(intensitas, durasi dan cara yang benar). Apabila masih ringan segera ditambal supaya tidak

berlanjut sampai ke pulpa dan seterusnya. Pada penambalan, terutama yang sudah di daerah

dentin dan pupla harus dilakukan penambalan temporer terlebih dahulu untuk menutup pori –

pori yang ada kemudian disusul dengan tambalan permanen. (tidak bisa langsung karena

tambalan permanen bersifat asam dan dapat menyebabkan ngilu).

Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit ini

menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri,

penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan bahkan kematian. Penyebab utama

karies adalah adanya proses demineralisasi pada email. Sisa makanan yang bergula (termasuk

karbohidrat) atau susu yang menempel pada permukaan email akan bertumpuk menjadi plak dan

menjadi media pertumbuhan yang baik bagi bakteri. Bakteri yang menempel pada permukaan

bergula tersebut akan menghasilkan asam dan melarutkan permukaan email sehingga terjadi

proses demineralisasi. Demineralisasi tersebut mengakibatkan proses awal karies pada email.

Bila proses ini sudah terjadi maka terjadi progresivitas yang tidak bisa berhenti sendiri, kecuali

dilakukan pembuangan (penambalan) pada permukaan gigi yang terkena karies oleh dokter gigi.

Page 3: Penyebaran Infeksi Gigi

Berdasarkan tempat terjadinya karies gigi, ia dapat dibahagikan seperti berikut:

Jenis Keterangan

Karies inspiens

Karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi (lapisan terluar dan

terkeras pada gigi), dan belum terasa sakit, hanya ada pewarnaan hitam

atau coklat pada enamel.

Karies superfisialis

Karies yang sudah mencapai bagian dalam enamel dan kadang-kadang

terasa sakit.

Karies media

karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau bahagian

pertengahan antara permukaan gigi dan pulpa, gigi biasanya terasa sakit

apabila terkena rangsangan dingin, makanan masam dan manis.

Karies profunda

Karies yang telah mendekati atau telah mencapai pulpa sehingga terjadi

peradangan pada pulpa. Biasanya terasa sakit waktu makan dan sakit

secara tiba-tiba tanpa rangsangan. Pada tahap ini apabila tidak

dirawat,maka gigi akan mati dan memerlukan rawatan yang lebih

kompleks.

Macam-macam karies:

1. Karies Email

Karies email adalah karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi (lapisan terluar dan

terkeras pada gigi), dan belum terasa sakit, hanya ada pewarnaan hitam atau coklat pada enamel.

Setelah karies terbentuk proses demineralisasi berlanjut, email mulai pecah. Sekali permukaan

email rusak gigi tidak dapat memperbaiki dirinya sendiri.

Page 4: Penyebaran Infeksi Gigi

Rencana perawatan karies:

1. Remineralisasi dengan pengulasan fluor.

2. Konsul diet dan factor risiko yang lain.

3. Aplikasi penutupan fisur.

4. Restorasi setelah ekkavasi lesi atau preparasi minimal.

2. Karies Dentin

Karies yang sudah mencapai bagian dentin atau bagian pertengahan antara permukaan

gigi dan pulpa. Gigi biasanya terasa sakit apabila terkena rangsang dingin, makanan masam, dan

manis. Karies sudah mencapai kedalaman dentin, dimana karies ini dapat menyebar dan

mengikis dentin. Karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau bagian

pertengahan antara permukaan gigi dan pulpa, gigi biasanya terasa sakit apabila terkena

rangsangan dingin, makanan masam, dan manis. Jika pembusukan telah mencapai dentin, maka

bagian gigi yang membusuk harus diangkat dan diganti dengan tambalan (restorasi). Biasanya

penumpatan secara langsung masih bisa dilakukan dengan memberikan bahan pelapis sebelum

diberikan bahan penumpat.

Dewasa ini telah banyak dikembangkan bahan tumpatan untuk memperbaiki gigi yang

rusak. Salah satu bahan tumpatan tetap yang pada saat ini banyak digunakan oleh dokter gigi

adalah semen glass ionomer. Bahan tumpatan yang memenuhi persyaratan estetika adalah yang

sewarna atau hampir mendekati warna gigi, baik gigi anterior maupun posterior tanpa

mengesampingkan faktor kekuatan, keawetan, dan biokompabilitas dari bahan tersebut

Rencana perawatan karies email:

a) Pembuatan ragangan restorasi yang diinginkan.

b) Pertimbangan resistensi dan retensi.

c) Pembuangan karies dentin dan penempatan restorasi.

d) Penyingkiran karies dentin.

e) Menghaluskan bagian dalam kavitas.

f) Menghaluskan tepi preparasi.

Page 5: Penyebaran Infeksi Gigi

3. Karies Pulpa

Karies pulpa adalah yang telah mendekati atau telah mencapai pulpa sehingga terjadi

peradangan pada pulpa. Biasanya terasa sakit waktu makan dan sakit secara tiba-tiba tanpa

rangsangan. Pada tahap ini, apabila tidak dirawat, maka gigi akan mati dan memerlukan

perawatan yang lebih kompleks. Jika karies dibiarkan dan tidak dirawat maka akan mencapai

pulpa gigi. Disinilah dimana syaraf gigi dan pembuluh darah dapat ditemukan. Pulpa akan

terinfeksi. Abses atau fistula (jalan dari nanah) dapat terbentuk dalam jaringan ikat yang halus.

Rencana perawatan dengan restorasi dengan preparasi minimal dan perawatan endodontik.

Proses terjadinya karies

         Penyebab utama karies adalah adanya proses demineralisasi pada email. Seperti kita

ketahui bahwa email adalah bagian terkeras dari gigi, bahkan paling keras dan padat di seluruh

tubuh. Sisa makanan yang bergula (termasuk karbohidrat) atau susu yang menempel pada

permukaan email akan bertumpuk menjadi plak, dan menjadi media pertumbuhan yang baik bagi

bakteri. Bakteri yang menempel pada permukaan bergula tersebut akan menghasilkan asam dan

melarutkan permukaan email sehingga terjadi proses demineralisasi. Demineralisasi tersebut

mengakibatkan proses awal karies pada email. Bila proses ini sudah terjadi maka terjadi

progresivitas yang tidak bisa berhenti sendiri, kecuali dilakukan pembuangan jaringan karies dan

dilakukan penumpatan (penambalan) pada permukaan gigi yang terkena karies oleh dokter gigi.

PULPITIS

Pulpitis irreversible: keradangan pulpa yang disebabkan oleh adanya iritasi dengan atau

tanpa gejala.

Tanda - tanda :

- Nyeri spontan

- Karies profunda, perforasi

Pulpitis adalah peradangan pada pulpa gigi, biasanya disebabkan oleh infeksi bacterial

dalam karies gigi, fraktur gigi, atau kondisi lain yang mengakibtakan pajanan pulpa terhadap

invasi bakteri.

Page 6: Penyebaran Infeksi Gigi

Tanda tanda :

- Nyeri spontan

- Profunda

Factor-faktor yang dapat menyebabkan pupitis adalah iritan kimiawi, factor termis, dan

perubahan hiperemik.

Gangren pulpa: kematian jaringan pulpa akibat invasi kuman kedalam ruang pulpa (dan saluran

akar)

Tanda - tanda :

- Gigi non-Vital

- Terdapat Fistula (rongga anatomis yang berisi pus)

- Karies profunda, perforasi

Pulpitis atau inflamasi pulpa dapat akut atau kronis, sebagian atau seluruhnya, dan pulpa

dapat terinfeksi atau steril. Keradangan pulpa dapat terjadi karena adanya jejas yang dapat

menimbulkan iritasi pada jaringan pulpa. Jejas tersebut dapat berupa kuman beserta produknya

yaitu toksin, dan dapat juga karena faktor fisik dan kimia (tanpa adanya kuman). Namun

kebanyakan inflamasi pulpa disebabkan oleh kuman dan merupakan kelanjutan proses karies,

dimana karies ini proses kerusakannya terhadap gigi dapat bersifat lokal dan agresif. Apabila

lapisan luar gigi atau enamel tertutup oleh sisa makanan, dalam waktu yang lama maka hal ini

merupakan media kuman sehingga terjadi kerusakan di daerah enamel yang nantinya akan terus

berjalan mengenai dentin hingga ke pulpa.

Ada tiga bentuk pertahanan dalam menanggulangi proses karies yaitu:

1. Penurunan permebilitas dentin.

2. Pembentukan dentin reparatif.

3. Reaksi inflamasi secara respons immunologik.

Apabila pertahanan tersebut tidak dapat mengatasi, maka terjadilah radang pulpa yang

disebut pulpitis. Radang adalah merupakan reaksi pertahanan tubuh dari pembuluh darah, syaraf

dan cairan sel di jaringan yang mengalami trauma (anonim, 2009). Pulpitis secara klinis terdiri

dari 2 macam kondisi berdasarkan tingkat pemulihan jaringan pulpa, yaitu reversibel dan

ireversibel. Pulpitis reversibel merupakan pulpitis yang jaringan pulpanya masih dapat

dipertahankan sedangkan pulpitis irreversible merupakan pulpitis yang sudah tidak dapat pulih

kembali.

Page 7: Penyebaran Infeksi Gigi

a) Pulpitis Reversibel

Pasien dapat menunjukan gigi yang sakit dengan tepat. Diagnosis dapat ditegaskan oleh

pemeriksaan visual, taktil, termal, dan pemeriksaan radiograf. Pulpitis reversibel akut berhasil

dirawat dengan prosedur paliatif yaitu aplikasi semen seng oksida eugenol sebagai tambalan

sementara, rasa sakit akan hilat dalam beberapa hari. Bila sakit tetap bertahan atau menjadi lebih

buruk, maka lebih baik pulpa diekstirpasi. Bila restorasi yang dibuat belum lama mempunyai

titik kontak prematur, memperbaiki kontur yang tinggi ini biasanya akan meringankan rasa sakit

dan memungkinkan pulpa sembuh kembali. Bila keadaan nyeri setelah preparasi kavitas atau

pembersihan kavitas secara kimiawi atau ada kebocoran restorasi, maka restorasi harus

dibongkar dan aplikasi semen seng oksida eugenol. Perawatan terbaik adalah pencegahan yaitu

meletakkan bahan protektif pulpa dibawah restorasi, hindari kebocoran mikro, kurangi trauma

oklusal bila ada, buat kontur yang baik pada restorasi dan hindari melakukan injuri pada pulpa

dengan panas yang berlebihan sewaktu mempreparasi atau memoles restorasi amalgam.

b) Pulpitis Irreversibel

Definisi irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang persisten, dapat

simtomatik atau asimtomatik yang disebabkan oleh suatu stimulus/jejas, dimana pertahanan

pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi yang terjadi dan pulpa tidak dapat kembali ke kondisi

semula atau normal. Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan

oleh stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit yang timbul secara spontan. Rasa sakit bertahan

untuk beberapa menit sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah stimulus/jejas termal

dihilangkan. Pulpitis irreversibel kebanyakan disebabkan oleh kuman yang berasal dari karies,

jadi sudah ada keterlibatan bakterial pulpa melalui karies, meskipun bisa juga disebabkan oleh

faktor fisis, kimia, termal, dan mekanis. Pulpitis irreversibel bisa juga terjadi dimana merupakan

kelanjutan dari pulpitis reversibel yang tidak dilakukan perawatan dengan baik.

Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu paroksisme (serangan

hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan temperatur yang tiba-tiba,

terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas atau pengisapan yang dilakukan oleh

lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa.

Rasa sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan pergi secara

Page 8: Penyebaran Infeksi Gigi

spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali dilukiskan oleh pasien sebagai

menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-

sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada

hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan

rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila bawah belakang

yang terkena.

Secara mikroskopis pulpa tidak perlu terbuka, tetapi pada umunya terdapat pembukaan

sedikit, atau kalau tidak pulpa ditutup oleh suatu lapisan karies lunak seperti kulit. Bila tidak ada

jalan keluar, baik karena masuknya makanan ke dalam pembukaan kecil pada dentin, rasa sakit

dapat sangat hebat, dan biasanya tidak tertahankan walaupun dengan segala analgesik. Setelah

pembukaan atau drainase pulpa, rasa sakit dapat menjadi ringan atau hilang sama sekali. Rasa

sakit dapat kembali bila makanan masuk ke dalam kavitas atau masuk di bawah tumpatan yang

bocor.

Pulpitis irreversible merupakan suatu infeksi jaringan pulpa yang merupakan proses

lanjut dari karies yang bersifat kronis, oleh karena itu pada pemeriksaan histopatologi tampak

adanya respon inflamasi kronis yang dominan. Selain itu terdapat daerah mikro abses dan daerah

nekrotik serta mikroorganisme bersama-sama dengan limfosit, sel plasma, dan makrofage.

pulpitis irefersibel umumnya disebabkan oleh mikroorganisme dan sistem pertahanan jaringan

pulpa sudah tidak mampu mengatasinya, serta tidak dapat sembuh kembali. Rasa nyeri pulpitis

irreversible dapat berupa nyeri spontan, nyeri berdenyut, menjalar, dan menyebabkan penerita

tidak dapat tidur sehingga membuat kondisi menjadi lemah dan akan mengganggu aktifitas

penderita.

Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis irreversibel adalah:

Anamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjangan serta menyebar.

Gejala Subyektif: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpa ada rangsangan sakit), nyeri lama

sampai berjam-jam.

Gejala Obyektif: karies profunda, kadang-kadang profunda perforasi, perkusi dan tekan kadang-

kadang ada keluhan.

Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin, sehingga keadaan gigi dinyatakan vital.

Macam Pulpitis irreversible berdasarkan lokasi nyeri terdiri dar 2 macam, yaitu pulpitis

Page 9: Penyebaran Infeksi Gigi

irreversibel terlokalisasi dan pulpitis irreversible tidak terlokalisi. Pulpitis irreversibli

terlokalisasi lebih mudah dan cepat didiagnosis.

Tanda dan gejala dari pulpitis irreversible terlokalisasi antara lain:

1. Nyeri yang terus menerus hingga beberapa sampai berjam-jam.

2. Nyeri berdenyut atau nyeri yang hebat hingga menganggu aktifitas pasien.

3. Nyeri spontan berlangsung sepanjang hari atau ketika malam.

4. Nyeri ketika makan makanan yang dingin maupun panas.

Perawatan Pulpitis Irreversible

Dalam melakukan perawatan pulpitis irreversible terlokalisasi agar perawataan yang

dilakukan dapat akurat, ada dua faktor yang dapat mempengarui proses perawatan, antara lain:

1. Lokasi gigi yang pulpitis irreversible (anterior atau posterior).

2. Sensasi gigi saat dilakukan perkusi (sensitif atau nyeri).

Terapi: pulpektomi

Pulpektomi adalah pembuangan seluruh jaringan nekrotik pada ruang pulpa dan saluran

akar diikuti pengisian saluran akar dengan bahan semen yang dapat diresorbsi. Perawatan terdiri

dari pengambilan seluruh pulpa, atau pulpektomi, dan penumpatan suatu medikamen intrakanal

sebagai desinfektan atau obtuden (meringankan rasa sakit) misalnya kresatin, eugenol, atau

formokresol. Pada gigi posterior, dimana waktu merupakan suatu faktor, maka pengambilan

pulpa koronal atau pulpektomi dan penempatan formokresol atau dressing yang serupa di atas

pulpa radikuler harus dilakukan sebagai suatu prosedur darurat. Pengambilan secara bedah harus

dipertimbangkan bila gigi tidak dapat direstorasi. Prognosa gigi adalah baik apabila pulpa

diambil kemudian dilakukan terapi endodontik dan restorasi yang tepat.

Page 10: Penyebaran Infeksi Gigi

PEMERIKSAAN

Pemeriksaan klinis merupakan tahapan yang penting dalam prosedur perawatan gigi.

Dengan dilakukannya pemeriksaan klinis, dapat diketahui bentuk-bentuk yang tidak normal

maupun kerusakan yang terjadi pada jaringan keras gigi, jaringan lunak, serta jaringan

pendukung pada mulut seperti muskulus ataupun TMJ. Pemeriksaan klinis dapat dibagi menjadi

2 bagian, yaitu:

1. Pemeriksaan ekstra oral.

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan TMJ, sinus ekstraoral, pembengkakan pada wajah,

kelenjar limfe, dan tampilan umum wajah pasien (Heasman, 2003).

2. Pemeriksaan intra oral.

Pemeriksaan ini dibagi lagi menjadi 2 tahapan, yaitu pemeriksaan jaringan keras dan

jaringan lunak.

Pemeriksaan jaringan keras gigi Gigi yang akan dilakukan perawatan harus diperiksa

apakah terdapat karies, restorasi, diskolorisasi, pemeriksaan mahkota, fraktur, atrisi, abrasi, dan

erosi (Heasman, 2003). Pemeriksaan pada jaringan keras pada umumnya dilakukan dengan

bantuan sonde atau explorer, oleh karena itu biasa disebut dengan sondasi. Dengan bantuan

sonde, kita dapat mengetahui adanya margin atau celah tepi pada restorasi, kedalaman karies,

serta kedalaman pit dan fissure gigi (Stefanac, 2001).

Pemeriksaan jaringan lunak gigi (jaringan periodontal) Mukosa oral dan gingiva

diperiksa, apakah terdapat diskolorisasi, inflamasi, ataupun pembentukan sinus (Heasman, 2003).

Selain dua pemeriksaan di atas, terdapat pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang akan

membantu dalam menentukan diagnosis dan tindakan.

Penyebaran abses dipengaruhi oleh 3 kondisi, yaitu virulensi bakteri, ketahanan jaringan,

dan perlekatan otot. Virulensi bakteri yang tinggi mampu menyebabkan bakteri bergerak secara

leluasa ke segala arah, ketahanan jaringan sekitar yang tidak baik menyebabkan jaringan menjadi

rapuh dan mudah dirusak, sedangkan perlekatan otot mempengaruhi arah gerak pus.

Kondisi-kondisi yang tertulis di bawah ini adalah berkaitan dengan poin ke-2 dan ke-3,

karena ketahanan jaringan dan letak perlekatan otot mempengaruhi sampai dimana arah gerak

Page 11: Penyebaran Infeksi Gigi

pus. Dengan adanya faktor-faktor tersebut, maka akan tercipta kondisi-kondisi seperti yang

tertera pada gambar, dengan syarat dan ketentuan yang berlaku :

Abses Submukosa (Submucous Abscess)

Disebut “submukosa” karena memang dikarenakan pus terletak dibawah lapisan

mukosa, akan tetapi, jika berbeda tempat, berbeda pula namanya. Ada 4 huruf “a” yang tertera

pada gambar, kesemuanya merupakan abses submukosa, namun untuk yang terletak di palatal,

disebut sebagai Abses Palatal (Palatal Abscess). Yang terletak tepat dibawah lidah dan diatas

(superior dari) perlekatan otot Mylohyoid disebut abses Sublingual (Sublingual Abscess). Yang

terletak di sebelah bukal gigi disebut dengan Abses vestibular, kadangkala sering terjadi salah

diagnosa karena letak dan secara klinis terlihat seperti Abses Bukal (Buccal Space Abscess),

akan tetapi akan mudah dibedakan ketika kita melihat arah pergerakan polanya, jika jalur

pergerakan pusnya adalah superior dari perlekatan otot masseter (rahang atas) dan inferior dari

perlekatan otot maseter (rahang bawah), maka kondisi ini disebut Abses Bukal, namun jika jalur

pergerakan pusnya adalah inferior dari perlekatan otot maseter (rahang atas) dan superior dari

perlekatan otot maseter (rahang bawah), maka kondisi ini disebut Abses Vestibular.

Abses Bukal (Buccal Space Abscess)

Abses Bukal (Buccal Space Abscess) dan Abses Vestibular kadang terlihat

membingungkan keadaan klinisnya, akan tetapi akan mudah dibedakan ketika kita melihat arah

pergerakan polanya, jika jalur pergerakan pusnya adalah superior dari perlekatan otot masseter

(rahang atas) dan inferior dari perlekatan otot maseter (rahang bawah), maka kondisi ini disebut

Abses Bukal, namun jika jalur pergerakan pusnya adalah inferior dari perlekatan otot maseter

(rahang atas) dan superior dari perlekatan otot maseter (rahang bawah), maka kondisi ini disebut

Abses Vestibular.

Abses Submandibular (Submandibular Abscess)

Kondisi ini tercipta jika jalur pergerakan pus melalui inferior (dibawah) perlekatan otot

Mylohyoid dan masih diatas (superior) otot Platysma.

Abses Perimandibular

Page 12: Penyebaran Infeksi Gigi

Kondisi ini unik dan khas , karena pada klinisnya akan ditemukan tidak terabanya

tepian body of Mandible, karena pada region tersebut telah terisi oleh pus, sehingga terasa

pembesaran di region tepi mandibula.

Abses Subkutan (Subcutaneous Abscess)

Sesuai namanya, abses ini terletak tepat dibawah lapisan kulit (subkutan). Ditandai

dengan terlihat jelasnya pembesaran secara ekstra oral, kulit terlihat mengkilap di regio yang

mengalami pembesaran, dan merupakan tahap terluar dari seluruh perjalanan abses. Biasanya

jika dibiarkan, akan terdrainase spontan, namun disarankan untuk melakukan insisi untuk

drainase sebagai perawatan definitifnya.

Sinusitis Maksilaris

Sebenarnya ini merupakan sebuah kelanjutan infeksi yang lumayan ekstrim, karena letak

akar palatal gigi molar biasanya berdekatan dengan dasar sinus maksilaris, maka jika terjadi

infeksi pada periapikal akar palatal gigi molar, jika tidak tertangani dari awal, maka penjalran

infeksi dimungkinkan akan berlanjut ke rongga sinus maksilaris dan menyebabkan kondisi

sinusitis.

Abses dentoalveolar

Terjadi dan merupakan sekuela dari abses periapical yang melibatkan rongga alveolar

dan akan menyebabkan nyeri yang sangat pada pasien (bahkan terkadang tidak dapat diatasi

dengan pemberian analgetik opioid sekalipun). Keadaan ini ditandai dengan:

- Avulsi gigi / ekstrusi (tidak selalu)

- Nyeri persisten terutama saat terjadi kertakan gigi misalnya saat mengunyah

- Demam (namun tidak selalu)

- Gigi goyang.

Pada keadaan ini prinsip tatalaksana adalah drainase pus dengan mengakses pulpa dengan

bor, ekstirpasi pus. Apabila dibiarkan dapat berlangsung ke osteomyelitis

Osteomyelitis

Page 13: Penyebaran Infeksi Gigi

Apabila infeksi mejalar sepanjang tulang maxilla atau mandibula maka akan terjadi osteomyelitis

yang ditandai dengan:

- Klinis : Gigi goyang segmental, nyeri, demam, fraktur patologis, mudah terbentuk fistula

perimandibular.

- Penunjang (foto panoramic) : ada sekuester tulang dan adanya demarkasi tulang (terlihat

garis radioopaque di sekitar jaringan tulang nekrotik/sekuester)

Proses perjalanan infeksi ini tergantung pada tiga hal:

- Virulensi pathogen

- Sistem imun

- Struktur anatomis di sekitarnya (contohnya pada bagian anterior gigi posterior)

pergerakan infeksi cenderung di atas m.mylohyoid sehingga menyebabkan abses

sublingual.

Penyebaran pada fascial space

Pada prinsipnya pus akan selalu mencari jalan keluar. Apabila infeksi tidak teratasi, maka

proses radang akan terus berlangsung dan dapat merusak jaringan sekitarnya, dari rongga

periapical, sampai ke tulang dan kemudian menembus tulang ke fascial space, atau rongga

potential secara anatomis yang dibatasi oleh fascia. Ini disebut sebagai penjalaran infeksi

percontinuatum.

Penjalaran infeksi dapat berlangsung secara:

- Hematogen

- Limfogen

- Direct inoculation

- Percontinuatum

Pus kemudian dapat mengisi rongga ini. Ada beberapa fascial space di daerah

mandibula, maksila dan wajah. Masuknya pus di daerah yang spesifik berdasarkan pada lokasi

infeksi yaitu pada gigi – gigi tertentu. Misalnya pada bagian anterior gigi posterior, sering terjadi

akumulasi pus sublingual. Fascial space yang berbeda ini akan memberikan gejala klinis berupa

Page 14: Penyebaran Infeksi Gigi

bengkak yang berbeda – beda pula lokasinya. Yang paling berbahaya adalah apabila terjadi

penjalaran melalui rongga retropharyngeal, karena rongga ini berkomunikasi langsung ke

mediastinum (suatu rongga diantara kedua lobus paru yang batas bawahnya dibatasi oleh

diafragma) dan dapat terjadi kerusakan nervus vagus dan struktur lainnya.

Pada gigi bawah anterior (canine dan kedua incisors) apex gigi ada di atas m.mylohyoid,

maka penjalaran infeksi perkontinuatum akan menelusuri bagian atas otot tersebut sehingga

menyebabkan abses sublingual. Secara klinis ditandai dengan lidah yang terangkat, dan pasien

mudah mengalami obstruksi jalan nafas, serta kesulitan dalam berbicara. Cara drainase pus pada

kasus ini adalah dengan melakukan insisi sublingual.

Pada gigi bawah posterior dari premolar sampai molar 1-2, dapat terjadi penjalaran

sampai ke rongga parasymphisis, abses parasymphisis. Secara klinis, abses dapat menekan

nervus yang keluar dari foramen mentalis, sehingga menyebabkan nyeri sangat. Pada kasus yang

parah juga dapat terjadi fraktur patologis os mandibularis.

Pada gigi 7-8 bawah dapat terjadi abses submandibular yang dapat menjalar sampai ke

leher. Pada abses ini dapat menekan otot masseter sehinnga menyebabkan kekakuan yang

disebut sebagai ‘trismus’. Apabila terjadi pada gigi 6-7 biasanya rongga mulut masih bisa dibuka

sekitar 1-2 jari, namun apabila terjadi pada gigi 8 maka akan terjadi trismus total. Apabila

dibiarkan akan menjalar --> parapharyngeal --> retropharyngeal --> mediastinum. Apabila

mencapai mediastinum, maka prinsip tindakan adalah drainase pus melalui 3 jalan, insisi daerah

submandibular sesuai garis langer, thoracotomy (drainase pus kemudian diberikan bleomycin

untuk menutup akses), dan cabut gigi penyebab.

Pada gigi atas bagian depan, abses yang sering terjadi adalah abses palatal yang dapat

berlanjut ke bagian fossa canina di os maksilaris sampai ke daerah periorbital. Apabila infeksi

menjalar terus mengenai vena tak berkatup (valveless) yang dapat berlanjut ke dura dan

meyebabkan meningitis --> ensephalitis.

Pada gigi posterior atas dapat terjadi penjalaran ke daerah infratemporal karena

mengikuti otot stylohyoid, yang ditandai dengan adanya pembengkakan pada daerah temporalis.

Prinsip tatalaksana adalah drainase pada daerah temporalis (namun umumnya akan terjadi

pendarahan karena adanya arteri temporalis ?)

Page 15: Penyebaran Infeksi Gigi

Abses periodontal

Cara masuknya infeksi dapat melalui dua cara yaitu melalui caries pada gigi, dan yang kedua

adalah melalui celah gigi periodontal. Kalkulus, atau deposit sisa makanan yang mengeras

karena akumulasi mineral dari saliva dsb, terdeposit pada celah gigi dan merusak struktur

periodontal sehingga menyebabkan suatu keadaan ‘deep pocket’ yang bisa menyebabkan

inflamasi gingiva atau gingivitis dan bisa terjadi infeksi yang lebih dalam lagi yang dapat

menyebabkan abses periodontal. Apabila terjadi gingivitis, maka gingiva akan mudah berdarah,

nyeri ada gingiva, dan gigi dapat goyang atau lepas. Pembentukan calculus tidak dapat dicegah,

karena letaknya yang tidak dapat dijangkau oleh dental floss sekalipun, namun dapat dikurangi

dengan penggunaan mouthwash (tidak yang mengandung alkohol karena dapat menyebabkan

atrofi saluran saliva, dan tidak dengan frekuensi yang intense, karena dapat menekan flora

normal mulut sehingga dapat menyebabkan candidiasis oral).

Page 16: Penyebaran Infeksi Gigi

Antibiotik

Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh mikroba, yang dapat menghambat

pertumbuhan atau membasmi jenis mikroba lain. Definisi lain mengatakan antibiotik adalah zat-

zat kimia yang dihasilkan oeh mikroorganisme hidup terutama bakteri dan fungi yang memiliki

khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan banyak bakteri dan beberapa virus besar,

sedangkan toksisitasnya bagi manusia reatif kecil.

Antibiotik berdasarkan cara kerjanya dibedakan atas dua yaitu, bakterisid dan

bakteriostatik. Penggunaan kedua antibiotik dengan cara kerja yang berbeda ini perlu

diertimbangkan untuk pemilihan antibiotik yang tepat. Pada kondisi tubuh yang sangat lemah

dimana antibody rendah diperukan antibiotik dengan cara kerja bakterisida. Hal yang harus

diperhatikan pada penggunaan bakterisida adalah bakteri mati dan hancur, maka dapat terjeadi

pelepasan endotoksin atau antigen dari bakteri tersebut sehingga dapat menimbulkan reaksi aergi

atau anafilaktik.

Penggunaan antibiotik bakterisida digunakan dalam beberapa kondisi antara lain :

1. Pada bayi yang baru lahir terutama bayi prematur.

2. Pasien dengan pembentukan antibody yang lemah.

3. Pasien dengan penyakit infeksi kronis.

4. Pada pasien dengan pengobatan sitostatika atau hormone kortikosteroid atau telah mengalami

penyinaran.

5. Pada pasien dengan endokarditis lenta.

Sedangkan penggunaan antibiotic dengan sifat bakteriostatik digunakan dalam :

Page 17: Penyebaran Infeksi Gigi

1. Pada infeksi sedang dan ringan.

2. Pada pasien dengan penyakit atau infeksi aku dimana proses inflamasi sedang berjalan

sehingga imunitas meningkat.

3. Pasien tidak dalam kondisi imunocompremise

Antibiotic dengan cara kerja bakterisid yang primer bekerja langsung dengan cara

langsung membunuh bakteri dengan cara destruksi protein atau sel. Sedangakan bakterisid

sekunder karena sifatnya mencampuri proses aktif mikroba yaitu dengan cara menghambat

sintesis dinding sel atau mengganggu membrane sitoplasma dan tidak langsung membunuh

bakteri.

Dibawah ini merupakan contoh antibiotic dengan cara kerja bakterisid dan

bakteriostatik :

Bactericidal antibiotics Bacteriostatic

antibioticsConcentration dependent Time dependent

Aminoglikosida Beta laktam Kloramfenikol

Kuinolon Isoniazid Klindamisin

Basitrasin Metronidazol Etambutol

Polimiksin Makrolid

Pirazinamide Novobiosin

Rifampisin Sulfonamide

Vankomisin Tetrasiklin

Page 18: Penyebaran Infeksi Gigi

Trimetoprim

Adapun kerugian dari penggunaan antibiotic yang tidak rasional antara lain :

1. Terjadi resistensi kuman.

2. Terjadinya peningkatan efek samping dan toksisitas antibiotic.

3. Terjadinya pemborosan biaya.

4. Tidak tercapainya manfaat klinik optimal dalam pencegahan maupun pengobatan penyakit

infeksi.