PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

35
PENTINGNYA SOssSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA POLITIK PENDAHULUAN Kehidupan manusia di dalam masyarakat, memiliki peranan penting dalam sistem politik suatu negara. Manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial, senantiasa akan berinteraksi dengan manusia lain dalam upaya mewujudkan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia tidak cukup yang bersifat dasar, seperti makan, minum, biologis, pakaian dan papan (rumah). Lebih dari itu, juga mencakup kebutuhan akan pengakuan eksistensi diri dan penghargaan dari orang lain dalam bentuk pujian, pemberian upah kerja, status sebagai anggota masyarakat, anggota suatu partai politik tertentu dan sebagainya. Setiap warga negara, dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan aspek-aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses pelaksanaannya dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung dengan praktik-praktik politik. Jika secara tidak langsung, hal ini sebatas mendengar informasi, atau berita-berita tentang peristiwa politik yang terjadi. Dan jika seraca langsung, berarti orang tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu. Kehidupan politik yang merupakan bagian dari keseharian dalam interaksi antar warga negara dengan pemerintah, dan institusi-institusi di luar pemerintah (non-formal),

Transcript of PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

Page 1: PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

PENTINGNYA SOssSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN

BUDAYA POLITIK

PENDAHULUAN

Kehidupan manusia di dalam masyarakat, memiliki peranan penting dalam sistem

politik suatu negara. Manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial,

senantiasa akan berinteraksi dengan manusia lain dalam upaya mewujudkan

kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia tidak cukup yang bersifat dasar,

seperti makan, minum, biologis, pakaian dan papan (rumah). Lebih dari itu, juga

mencakup kebutuhan akan pengakuan eksistensi diri dan penghargaan dari orang lain

dalam bentuk pujian, pemberian upah kerja, status sebagai anggota masyarakat,

anggota suatu partai politik tertentu dan sebagainya.

Setiap warga negara, dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan aspek-

aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses

pelaksanaannya dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung dengan praktik-

praktik politik. Jika secara tidak langsung, hal ini sebatas mendengar informasi, atau

berita-berita tentang peristiwa politik yang terjadi. Dan jika seraca langsung, berarti

orang tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu.

Kehidupan politik yang merupakan bagian dari keseharian dalam interaksi antar

warga negara dengan pemerintah, dan institusi-institusi di luar pemerintah (non-

formal), telah menghasilkan dan membentuk variasi pendapat, pandangan dan

pengetahuan tentang praktik-praktik perilaku politik dalam semua sistem politik. Oleh

karena itu, seringkali kita bisa melihat dan mengukur pengetahuan-pengetahuan,

perasaan dan sikap warga negara terhadap negaranya, pemerintahnya, pemimpim

politik dan lai-lain.

Budaya politik, merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat dengan ciri-ciri yang

lebih khas. Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan,

proses pembuatan kebijakan pemerintah, kegiatan partai-partai politik, perilaku aparat

negara, serta gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah.

Page 2: PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

Kegiatan politik juga memasuki dunia keagamaan, kegiatan ekonomi dan sosial,

kehidupan pribadi dan sosial secara luas. Dengan demikian, budaya politik langsung

mempengaruhi kehidupan politik dan menentukan keputusan nasional yang

menyangkut pola pengalokasian sumber-sumber masyarakat.

A. PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN

BUDAYA POLITIK

1. PENGERTIAN SOSIALISASI POLITIK Sosialisasi politik adalah cara-cara

belajar seseorang terhadap pola-pola sosial yang berkaitan dengan posisi-posisi

kemasyarakatan seperti yang diketengahkan melalui bermacam-macam badan

masyarakat.

Almond dan Powell, sosialisasi politik sebagai proses dengan mana sikap-sikap dan

nilai-nilai politik ditanamkan kepada anak-anak sampai metreka dewasa dan orang-

orang dewasa direkrut ke dalam peranan-peranan tertentu.

Greenstein dalam karyanya “International Encyolopedia of The Social Sciences” 2

definisi sosialisasi politik:

a. Definisi sempit, sosialisasi politik adalah penanaman informasi politik yang

disengaja, nilai-nilai dan praktek-praktek yang oleh badan-badan instruksional secara

formal ditugaskan untuk tanggung jawab ini. b.Definisi luas, sosialisasi politik

merupakan semua usaha mempelajari politik baik formal maupun informal, disengaja

ataupun terencana pada setiap tahap siklus kehidupan dan termasuk didalamnya tidak

hanya secara eksplisit masalah belajar politik tetapi juga secara nominal belajat

bersikap non politik mengenai karakteristik-karakteristik kepribadian yang

bersangkutan.

Easton dan Denuis, sosialisasi politik yaitu suatu proses perkembangan seseorang

untuk mendapatkan orientasi-orientasi politik dan pola-pola tingkah lakunya.

Almond, sosialisasi politik adalah proses-proses pembentukan sikap-sikap politik dan

pola-pola tingkah laku.

Proses socialises dilakukan melalui berbagai tahap sejak dari awal masa kanak-kanak

sampai pada tingkat yang paling tinggi dalam usia dewasa. Sosialisasi beroperasi pada

2 tingkat:

Page 3: PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

a.Tingkat Komunitas

Sosialisasi dipahami sebagai proses pewarisan kebudayaan, yaitu suatu sarana bagi

suatu generasi untuk mewariskan nilai-nilai, sikap-sikap dan keyakinan-keyakinan

politik kepada generasi berikutnya.

b.Tingkat Individual Proses sosialisasi politik dapat dipahami sebagai proses warga

suatu Negara membentuk pandangan-pandangan politik mereka.

Dalam konsep Freud, individu dilihat sebagai objek sosilaisasi yang pasif sedangkan

Mead memandang individu sebagai aktor yang aktif, sehingga proses sosialisasi

politik merupakan proses yang beraspek ganda. Di satu pihak, ia merupakan suatu

proses tertutupnya pilihan-pilihan perilaku, artinya sejumlah kemungkinan terbuka

yang sangat luas ketika seorang anak lahir menjadi semakin sempit sepanjang proses

sosialisasi. Di lain pihak, proses sosialisasi bukan hanya merupakan proses penekanan

2. METODE SOSIALISASI POLITIK ( oleh Rush dan Althoff)

1. Imitasi

Peniruan terhadap tingkah laku individu-individu lain. Imitasi penting dalam

sosialisasi masa kanak-kanak. Pada remaja dan dewasa, imitasi lebih

banyakbercampur dengan kedua mekanisme lainnya, sehingga satu derajat

peniruannya terdapat pula pada instruksi mupun motivasi.

2. Instruksi

Peristiwa penjelasan diri seseornag dengan sengaja dapat ditempatkan dalam suatu

situasi yang intruktif sifatnya.

3. Motivasi

Sebagaimana dijelaskan Le Vine merupakan tingkah laku yang tepat yang cocok yang

dipelajari melalui proses coba-coba dan gagal (trial and error).

Jika imitasi dan instruksi merupakan tipe khusus dari pengalaman, sementara motivasi

lebih banyak diidentifikasikan dengan pengalaman pada umumnya.

Sosialisasi politik yang selanjutnya akan mempengaruhi pembentukan jati diri politik

Page 4: PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

pada seseorang dapat terjadi melalui cara langsung dan tidak langsung. Proses tidak

langsung meliputi berbagai bentuk proses sosialisasi yang pada dasarnya tidak bersifat

politik tetapi dikemudian hari berpengatuh terhadap pembentukan jati diri atau

kepribadian politik. Sosialisasi politik lnagsung menunjuk pada proses-proses

pengoperan atau pembnetukan orientasi-orientasi yang di dalam bentuk dan isinya

bersifat politik.

Proses sosialisasi politik tidak langsung meliputi metode belajar berikut:

1. Pengoperasian Interpersonal

Mengasumsikan bahwa anak mengalami proses sosialisasi politik secara

eksplisitdalam keadaan sudah memiliki sejumlah pengalaman dalam hubungna-

hubungan dan pemuasan-pemuasan interpersonal.

2. Magang

Metode belajat magang ini terjadi katrna perilau dan pengalaman-pengalaman yang

diperoleh di dalam situasi-situasi non politik memberikan keahlian-keahlian dan nilai-

nilai yang pada saatnya dipergunakan secara khusus di dalam konteks yang lebih

bersifat politik.

3. Generalisasi

Terjadi karena nilai-nilai social diperlakukan bagi bjek-objek politik yang lebih

spesifik dan dengan demikian membentuk sikap-sikap politik terentu.

Proses sosialisasi langsung terjadi melalui:

1) Imitasi

Merupakan mode sosiaisasi yang paling ekstensif dan banyak dialami anak sepanjang

perjalanan hidup mereka. Imitasi dapat dilakukan secara sadar dan secara tidak sadar.

2) Sosialisasi Politik Antisipatoris

Page 5: PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

Dilakukan untuk mengantisipasi peranan-peranan politik yang diinginkan atau akan

diemban oleh actor. Orang yang berharap suatu ketika menjalani pekerjaan-pekerjaan

professional atau posisi social yang tinggi biasanya sejak dini sudah mulai mengoper

nilai-nilai dan pola-pola perilaku yang berkaitan dengan peranan-peranan tersebut.

3) Pendidikan Politik

Inisiatif mengoper orientasi-orientasi politik dilakukan oleh “socialiers” daripada oleh

individu yang disosialisasi. Pendidikan politik dapat dilakukan di keluarga, sekolah,

lembaga-lembaga politik atau pemerintah dan berbagai kelompok dan organisasi yang

tidak terhitung jumlahnya. Pendidikan politik sangat penting bagi kelestarian suatu

system politik. Di satu pihak, warga Negara memerukan informasi minimaltentang

hak-hak dan kewajiban yang mereka mliki untuk dapat memasuki arena kehidupan

politik. Di lain pihak, warga Negara juga harus memperoleh pengetahuan mengenai

seberapa jauh hak-hak mereka telah dipenuhi oleh pemerintah dan jika hal ini terjadi,

stabilitas politik pemerintahan dapat terpelihara.

4) Pengalaman Politik

Kebanyakan dari apa yang oleh seseorang diketahui dan diyakini sebagai politik pada

kenyataannya berasal dari pengamatan-pengamatan dan pengalamn-pengalamannya

didalam proses politik.

3. SARANA SOSIALISASI POLITIK

1. Keluarga

Merupakan agen sosialisasi pertama yang dialami seseorang. Keluarga memiliki

pengaruh besar terhadap anggota-anggotanya. Pengaruh yang paling jelas adalah

dalam hal pembentukan sikap terhadap wewenang kekuasaan. Bagi anak, keputusan

bersama yang dibuat di keluarga bersifat otoritatif, dalam arti keengganan untuk

mematuhinya dapat mendatangkan hukuman. Pengalaman berpartisipasi dalam

pembuatan keputusan keluarga dapat meningkatkan perasaan kompetensi politik si

anak, memberikannya kecakapan-kecakapan untuk melakukan interaksi politik dan

membuatnya lebih mungkin berpartisipasi secara aktif dalam sistem politik sesudah

dewasa.

Page 6: PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

2. Sekolah

Sekolah memainkan peran sebagai agen sosialisasi politik melalui kurikulum

pengajaran formal, beraneka ragam kegiatan ritual sekolah dan kegiatan-kegiatan

guru.

Sekolah melalui kurikulumnya memberikan pandangan-pandangan yang kongkrit

tentang lembaga-lembaga politik dan hubungan-hubungan politik. Ia juga dapat

memegang peran penting dalam pembentukan sikap terhadap aturan permainan politik

yang tak tertulis. Sekolah pun dapat mempertebal kesetiaan terhadap system politik

dan memberikan symbol-simbol umum untuk menunjukkan tanggapan yang ekspresif

terhadap system tersebut.

Peranan sekolah dalam mewariskan nilai-nilai politik tidak hanya terjadi melalui

kurikulum sekolah. Sosialisasi juga dilakukan sekolah melalui berbagai upacara yang

diselenggarakan di kelas maupun di luar kelas dan berbagai kegiatan ekstra yang

diselenggarakan oleh OSIS.

3. Kelompok Pertemanan (Pergaulan)

Kelompok pertemanan mulai mengambil penting dalam proses sosialisasi politik

selama masa remaja dan berlangsung terus sepanjang usia dewasa. Takott Parson

menyatakan kelompok pertemanan tumbuh menjadi agen sosialisasi politik yang

sangat penting pada masa anak-anak berada di sekolah menengah atas. Selama

periode ini, orang tua dan guru-guru sekolah sebagai figur otoritas pemberi transmitter

proses belajar sosial, kehilangan pengaruhnya. Sebaliknya peranan kelompok-

kelompok klik, gang-gang remaja dan kelompok-kelompok remaja yang lain menjadi

semakin penting. Pengaruh sosialisasi yang penting dari kelompok pertemanan

bersumber di dalam factor-faktor yang membuat peranan keluarga menjadi sangat

penting dalam sosialisasi politik yaitu:

a. Akses yang sangat ekstensif dari kelompok-kelompok pertemanan terhadap anggota

mereka.

b. Hubungan-hubungan pribadi yang secara emosional berkembang di dalamnya.

Kelompok pertemanan mempengaruhi pembentukan orientasi politik individu melalui

beberapa cara yaitu:

Page 7: PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

a. Kelompok pertemanan adalah sumber sangat penting dari informasi dan sikap-sikpa

tentang dunia social dan politik. Kelompok pertemanan berfungsi sebagai

“communication channels”.

b. Kelompok pertemanan merupakn agen sosialisasi politik sangat penting karena ia

melengkapi anggota-anggotanya dengan konsepsi politik yang lebih khusus tentang

dunia politik.

c. Mensosialisasi individu dengan memotivasi atau menekan mereka untuk

menyesuaikan diri dengan sikap-sikap dan perilaku yang diterima oleh kelompok. Di

satu pihak, kelompok pertemanan menekan individu untuk menerima orientasi-

orientasi dan perilaku tertentu dengna cara mengancam memberikan hukuman kepada

mereka yang melakukan penyimpangan terhadap norma-norma keluarga, seperti

melecehkan atau tidak menaruh perhatian kepad amereka yang menyimpang.

4. Pekerjaan

Organisasi-organisasi formal maupun non formal yang dibentuk berdasarkan

lingkungan pekerjaan, seperti serikat buruh, klub social dan yang sejenisnya

merupakan saluran komunikasi informasi dan keyakinan yang jelas.

5. Media Massa

Media massa seperti surat kabar, radio, majalah, televise dan internet memegang

peran penting dalam menularkan sikap-sikap dan nilai-nilai modern kepada bangsa-

bangsa baru merdeka. Selain memberikan infoprmasi tentang informasi-informasi

politik, media massa juga menyampaika nilai-nili utama yang dianut oleh

masyarakatnya.

6. Kontak-kontak Politik Langsung

Tidak peduli betapa positifnya pandangan terhadap system poltik yang telah

ditanamkan oleh eluarga atau sekolah, tetapi bila seseorang diabaikan oleh partainya,

ditipu oleh polisi, kelaparan tanpa ditolong, mengalami etidakadilan, atau teraniaya

oleh militer, maka pandangan terhadap dunia politik sangat mungkin berubah.

Page 8: PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

4. PERANAN PARTAI POLITIK DALAM SOSIALISASI BUDAYA POLITIK

A. PENGERTIAN PARTAI POLITIK

Di bawah mi disampaikan beberapa definisi mengenai partai politik:

Carl J. Fredirch, mendefinisikan partai politik adalah:

“Sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau

mempertahankan pengawasan terhadap pemerintah bagi pimpinan partainya dan

berdasarkan pengawasan mi memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang

bersifat ideal maupun material” (a political party is a group of human beings stability

organized with the objective of giving to members of the party, trough such control

ideal and material benefits and advantages.

Raymond Garfield Gettel memberi batasan bahwa:

“Partai politik terdiri dan sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir,

yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan yang dengan memakai kekuasaan

memilih bertujuan mengawasi pemerintahan dan melaksanakan kebijakan umum

mereka” (a political party of a group of citizens, more or less organized who act s

political unit and who, by the use of their voting power and to control the government

and carry out their general polingles.

Menurut George B Huszr dan Thomas H. Stevenson, partai politik adalah:

“Sekelompok orang-orang yang terorganisir untuk ikut serta

mengendalikan pemerintahan, agar dapat melaksanakan programnya dalam jabatan”

(a political party is a group at people organized to sucure control ‘f government

morder to puts program in to effect and it member in offce).”

Sigmund Neumann dalam karangannya “Modern Political Parties” bahwa definisi

partai adalah:

“Organisasi dan aktivitas-aktivitas politik yang berusaha untuk menguasai

pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan satu

golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda” (a

Page 9: PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

political party terniiculate organization of society as active political agent those who

are conserned with the control of the governmental power and who compete for

popular support with another group holding divergent view).’2

Suatu batasajauh lebih sederhana dan batasan yang dikemukakan oleh Neumann,

dikemukakan oleh RH. Soltau. Dalam hal mi Soultau menyatakan:

“Partai politik adalah sekelompok warga Negara yang sedikit banyak terorganisir,

yang bertindak sebagai satu kesatuan politik dan yang dengan memanfaatkan

kekuasaannya untuk memilih bertujuan untuk menguasai pemerintahan dan

melaksanakan kebijakan umum mereka” (a political party is a group of citizen more

or less organized, who act as a political unit and who, bay the use of their voting

power, aim to control the government and carry out their general politicies). 13

Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok yang

terorganisir yang anggota-anggota mempunyai orientasi nilai-nilai dan citacita yang

sama.

Menurut George B Huszr dan Thomas H. Stevenson, partai politik adalah:

“Sekelompok orang-orang yang terorganisir untuk ikut serta

mengendalikan pemerintahan, agar dapat melaksanakan programnya dalam jabatan”

(a political party is a group at people organized to sucure control ‘f government

morder to puts program in to effect and it member in offce).”

Sigmund Neumann dalam karangannya “Modern Political Parties” bahwa definisi

partai adalah:

“Organisasi dan aktivitas-aktivitas politik yang berusaha untuk menguasai

pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan satu

golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda” (a

political party terniiculate organization of society as active political agent those who

are conserned with the control of the governmental power and who compete for

popular support with another group holding divergent view).’2

Suatu batasajauh lebih sederhana dan batasan yang dikemukakan oleh Neumann,

dikemukakan oleh RH. Soltau. Dalam hal mi Soultau menyatakan:

Page 10: PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

“Partai politik adalah sekelompok warga Negara yang sedikit banyak terorganisir,

yang bertindak sebagai satu kesatuan politik dan yang dengan memanfaatkan

kekuasaannya untuk memilih bertujuan untuk menguasai pemerintahan dan

melaksanakan kebijakan umum mereka” (a political party is a group of citizen more

or less organized, who act as a political unit and who, bay the use of their voting

power, aim to control the government and carry out their general politicies). 13

Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok yang

terorganisir yang anggota-anggota mempunyai orientasi nilai-nilai dan citacita yang

sama.

B. MACAM – MACAM PARTAI POLITIK

Menurut Haryanto, parpol dari segi komposisi dan fungsi keanggotaannya secara

umum dapat dibagi mejadi dua kategori, yaitu:

1. Partai Massa,

dengan ciri utamanya adalah jumlah anggota atau pendukung yang banyak. Meskipun

demikian, parta jenis ini memiliki program walaupun program tersebut agak kabur

dan terlampau umum. Partai jenis ini cenderung menjadi lemah apabila golongan atau

kelompok yang tergabung dalam partai tersebut mempunyai keinginan untuk

melaksanakan kepentingan kelompoknya. Selanjutnya, jika kepentingan kelompok

tersebut tidak terakomodasi, kelompok ini akan mendirikan partai sendiri;

2. Partai Kader,

kebalikan dari partai massa, partai kader mengandalkan kader-kadernya untuk loyal.

Pendukung partai ini tidak sebanyak partai massa karena memang tidak

mementingkan jumlah, partai kader lebih mementingkan disiplin anggotanya dan

ketaatan dalam berorganisasi. Doktrin dan ideologi partai harus tetap terjamin

kemurniannya. Bagi anggota yang menyeleweng, akan dipecat keanggotaannya.

(Haryanto: dalam buku suntingan Toni Adrianus Pito, Efriza, dan Kemal Fasyah;

Mengenal Teori-Teori Politik. Cetakan I November 2005, Depok. Halaman 567-568)

Page 11: PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

Sedangkan tipologi berdasarkan tingkat komitmen partai terhadap ideologi dan

kepentingan, menurut Ichlasul Amal terdapat lima jenis partai politik, yakni:

1. Partai Proto,

adalah tipe awal partai politik sebelum mencapai tingkat perkembangan seperti

dewasa ini. Ciri yang paling menonjol partai ini adalah pembedaan antara kelompok

anggota atau “ins” dengan non-anggota “outs”. Selebihnya partai ini belum

menunjukkan ciri sebagai partai politik dalam pengertian modern. Karena itu

sesungguhnya partai ini adalah faksi yang dibentuk berdasarkan pengelompokkan

ideologi masyarakat;

2. Partai Kader,

merupakan perkembangan lebih lanjut dari partai proto. Keanggotaan partai ini

terutama berasal dari golongan kelas menengah ke atas. Akibatnya, ideologi yang

dianut partai ini adalah konservatisme ekstrim atau maksimal reformis moderat;

3. Partai Massa, muncul saat terjadi perluasan hak pilih rakyat sehingga dianggap

sebagai respon politis dan organisasional bagi perluasan hak-hak pilih serta

pendorong bagi perluasan lebih lanjut hak-hak pilih tersebut. Partai massa berorientasi

pada pendukungnya yang luas, misalnya buruh, petani, dan kelompok agama, dan

memiliki ideologi cukup jelas untuk memobilisasi massa serta mengembangkan

organisasi yang cukup rapi untuk mencapai tujuan-tujuan ideologisnya;

4. Partai Diktatorial,

sebenarnya merupakan sub tipe dari parti massa, tetapi meliki ideologi yang lebih

kaku dan radikal. Pemimpin tertinggi partai melakukan kontrol yang sangat ketat

terhadap pengurus bawahan maupun anggota partai. Rekrutmen anggota partai

dilakukan secara lebih selektif daripada partai massa;

5. Partai Catch-all,

merupakan gabungan dari partai kader dan partai massa. Istilah Catch-all pertama kali

di kemukakan oleh Otto Kirchheimer untuk memberikan tipologi pada kecenderungan

perubahan karakteristik. Catch-all dapat diartikan sebagai “menampung kelompok-

Page 12: PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

kelompok sosial sebanyak mungkin untuk dijadikan anggotanya”. Tujuan utama

partai ini adalah memenangkan pemilihan dengan cara menawarkan program-program

dan keuntungan bagi anggotanya sebagai pengganti ideologi yang kaku

(Ichlasul Amal. Teori-teori Mutakhir Partai Politik Edisi Revisi. Penerbit Tiara

Wacana, Yogyakarta, 1996)

Menurut Peter Schroder, tipologi berdasarkan struktur organisasinya terbagi menjadi

tiga macam yaitu;

1. Partai Para Pemuka Masyarakat, berupa gabungan yang tidak terlalu ketat, yang

pada umumnya tidak dipimpin secara sentral ataupun profesional, dan yang pada

kesempatan tertentu sebelum pemilihan anggota parlemen mendukung kandidat-

kandidat tertentu untuk memperoleh suatu mandat;

2. Partai Massa, sebagai jawaban terhadap tuntutan sosial dalam masyarakat

industrial, maka dibentuklah partai-partai yang besar dengan banyak anggota dengan

tujuan utama mengumpulkan kekuatan yang cukup besar untuk dapat membuat

terobosan dan mempengaruhi pemerintah dan masyarakat, serta “mempertanyakan

kekuasaan”;

3. Partai Kader, partai ini muncul sebagai partai jenis baru dengan berdasar pada

Lenin. Mereka dapat dikenali berdasarkan organisasinya yang ketat, juga karena

mereka termasuk kader/kelompok orang terlatih yang personilnya terbatas. Mereka

berpegangan pada satu ideologi tertentu, dan terus menerus melakukan pembaharuan

melalui sebuah pembersihan yang berkseninambungan.

C. SISTEM KEPARTAIAN

Sistem kepartaian adalah “pola kompetisi terus-menerus dan bersifat stabil, yang

selalu tampak di setiap proses pemilu tiap negara.” Sistem kepartaian bergantung pada

jenis sistem politik yang ada di dalam suatu negara. Selain itu, ia juga bergantung

pada kemajemukan suku, agama, ekonomi, dan aliran politik yang ada. Semakin besar

derajat perbedaan kepentingan yang ada di negara tersebut, semakin besar pula jumlah

partai politik. Selain itu, sistem-sistem politik yang telah disebutkan, turut

mempengaruhi sistem kepartaian yang ada.

Page 13: PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

Sistem kepartaian belumlah menjadi seni politik yang mapan. Artinya, tata cara

melakukan klasifikasi sistem kepartaian belum disepakati oleh para peneliti ilmu

politik. Namun, yang paling mudah dan paling banyak dilakukan peneliti adalah

menurut jumlah partai yang berkompetisi dalam sistem politik.

Sistem partai di Negara manapun dalam suatu jangka waktu tertentu memiliki

persamaan – persamaan dan perbedaan – perbedaan sistem yaitu;

1. sistem partai pluralistis

2. sistem partai dominant

D. SYARAT – SYARAT PENDIRIAN PARTAI POLITIK

1. Partai politik harus didirikan oleh paling sedikit 50 (lima puluh) orang

warga negara Indonesia yang telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun.

2. Dalam pendirian dan pembentukan partai politik harus menyertakan

30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan.

3. Pendirian Partai Politik harus disertai dengan akta notaris. Dalam akta

notaris tersebut harus memuat Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran

Rumah Tangga (ART) serta kepengurusan partai politik tingkat pusat.

4. Anggaran Dasar (AD) partai politik memuat paling sedikit:

a. asas dan ciri partai politik;

b. visi dan misi partai politik

c. nama, lambang, dan tanda gambar partai politik;

d. tujuan dan fungsi partai politik;

e. organisasi, tempat kedudukan, dan pengambilan keputusan;

Page 14: PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

f. kepengurusan partai politik;

g. peraturan dan keputusan partai politik;

h. pendidikan politik; dan

i. keuangan partai politik

4. Kepengurusan partai politik tingkat pusat disusun dengan

menyertakan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen)

keterwakilan perempuan.

5. Kepengurusan partai politik tingkat provinsi dan kabupaten/kota

disusun dengan memperhatikan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh

persen) keterwakilan perempuan yang diatur dalam AD dan ART partai

politik masing-masing.

E. TUJUAN PARTAI POLITIK

Tujuan umum Partai Politik adalah :

a. Mewujudkan cita-cita nasional Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945;

b. Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung

tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

c. Tujuan khusus Partai Politik adalah memperjuangkan cita-cita para anggotanya

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

F. FUNGSI PARTAI POLITIK

Adapun fungsi partai politik, menurut Sigmund Neumann (1981), ada 4 (empat)

yaitu :

Page 15: PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

1. fungsi agregasi.

Partai menggabungkan dan mengarahkan kehendak umum masyarakat yang kacau.

Sering kali masyarakat merasakan dampak negatif suatu kebijakan pemerintah,

misalnya kenaikan BBM di Indonesia 1 Oktober 2005 lalu yang demikian tinggi.

Namun ketidakpuasan mereka kadang diungkapkan dengan berbagai ekspresi yang

tidak jelas dan bersifat sporadis. Maka partai mengagregasikan berbagai reaksi dan

pendapat masyarakat itu menjadi suatu kehendak umum yang terfokus dan

terumuskan dengan baik.

2. fungsi edukasi.

Partai mendidik masyarakat agar memahami politik dan mempunyai kesadaran politik

berdasarkan ideologi partai. Tujuannya adalah mengikutsertakan masyarakat dalam

politik sedemikian sehingga partai mendapat dukungan masyarakat. Cara yang

ditempuh misalnya dengan memberi penerangan atau agitasi menyangkut kebijakan

negara serta menjelaskan arah mana yang diinginkan partai agar masyarakat turut

terlibat perjuangan politik partai.

3. fungsi artikulasi.

Partai merumuskan dan menyuarakan (mengartikulasikan) berbagai kepentingan

masyarakat menjadi suatu usulan kebijakan yang disampaikan kepada pemerintah

agar dijadikan suatu kebijakan umum (public policy). Fungsi ini sangat dipengaruhi

oleh jumlah kader suatu partai, karena fungsi ini mengharuskan partai terjun ke

masyarakat dalam segala tingkatan dan lapisan. Bila fungsi ini dilakukan ditambah

dengan fungsi edukasi, ia akan menjadi komunikasi dan sosialisasi politik yang sangat

efektif dari partai yang selanjutnya akan menjadi lem perekat antara partai dan massa.

4. fungsi rekrutmen.

Ini berarti partai melakukan upaya rekrutmen, baik rekrutmen politik dalam arti

mendudukan kader partai ke dalam parlemen yang menjalankan peran legislasi dan

koreksi maupun ke dalam lembaga-lembaga pemerintahan, maupun rekrutmen partai

dalam arti menarik individu masyarakat untuk menjadi kader baru ke dalam partai.

Rekrutmen politik dilakukan dengan jalan mengikuti pemilihan umum dalam segala

Page 16: PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

tahapannya hingga proses pembentukan kekuasaan. Karenanya, fungsi ini sering

disebut juga fungsi representasi.

Sedangkan menurut Roy Macridis, fungsi-fungsi partai sebagai berikut: (a)

Representatif (perwakilan), (b) Konvensi dan Agregasi, (c) Integrasi (partisipasi,

sosialisasi, mobilisasi), (d) Persuasi, (e) Represi, (f) Rekrutmen, (g) Pemilihan

pemimpin, (h) Pertimbangan-pertimbangan, (i) Perumusan kebijakan, serta (j) Kontrol

terhadap pemerintah. (Macridis : dalam buku karya Ichlasul Amal, Teori-teori

Mutakhir Partai Politik. Penerbit Tiara Wacana, Yogyakarta, 1988).

G. HAK PARTAI POLITIK

1. Perlakuan sama adil, sederajat dari negara

2. Mengatur RTO secara mandiri

3. Ikut pemilu

4. Mencalonkan pres & wapres dll.

H. KEWAJIBAN PARTAI POLITIK

1. Mengamalkan Pancasila dan UUD 1945

2. Menjaga keutuhan NKRI

3. Menjunjung tinggi hukum, demokrasi, HAM

4. Menyukseskan PEMILU dan Pembangunan dll.

B. PERAN SERTA BUDAYA POLITIK PARTISIPAN

Partisipasi secara harafiah berarti keikutsertaan, dalam konteks politik hal ini

mengacu pada pada keikutsertaan warga dalam berbagai proses politik. Keikutsertaan

warga dalam proses politik tidaklah hanya berarti warga mendukung keputusan atau

kebijakan yang telah digariskan oleh para pemimpinnya, karena kalau ini yang terjadi

maka istilah yang tepat adalah mobilisasi politik. Partisipasi politik adalah

keterlibatan warga dalam segala tahapan kebijakan, mulai dari sejak pembuatan

keputusan sampai dengan penilaian keputusan, termasuk juga peluang untuk ikut serta

dalam pelaksanaan keputusan.

Konsep partisipasi politik ini menjadi sangat penting dalam arus pemikiran

deliberative democracy atau demokrasi musawarah. Pemikiran demokrasi

Page 17: PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

musyawarah muncul antara lain terdorong oleh tingginya tingkat apatisme politik di

Barat yang terlihat dengan rendahnya tingkat pemilih (hanya berkisar 50 – 60 %).

Besarnya kelompok yang tidak puas atau tidak merasa perlu terlibat dalam proses

politik perwakilan menghawatirkan banyak pemikir Barat yang lalu datang dengan

konsep deliberative democracy.

Di Indonesia saat ini penggunaan kata partisipasi (politik) lebih sering mengacu pada

dukungan yang diberikan warga untuk pelaksanaan keputusan yang sudah dibuat

oleh para pemimpin politik dan pemerintahan. Misalnya ungkapan pemimpin “Saya

mengharapkan partispasi masyarakat untuk menghemat BBM dengan membatasi

penggunaan listrik di rumah masihng-masing”. Sebaliknya jarang kita mendengar

ungkapan yang menempatkan warga sebagai aktor utama pembuatan keputusan.

Dengan meilhat derajat partisipasi politik warga dalam proses politik rezim atau

pemerintahan bisa dilihat dalam spektrum:

Rezim otoriter – warga tidak tahu-menahu tentang segala kebijakan dan

keputusan politik

Rezim patrimonial – warga diberitahu tentang keputusan politik yang telah

dibuat oleh para pemimpin, tanpa bisa mempengaruhinya.

Rezim partisipatif – warga bisa mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh

para pemimpinnya.

Rezim demokratis – warga merupakan aktor utama pembuatan keputusan

politik.

1. PENYEBAB TIMBULNYA GERAKAN KEARAH PARTISIPASI POLITIK

Menurut Myron Weiner, terdapat lima penyebab timbulnya gerakan ke arah

partisipasi lebih luas dalam proses politik, yaitu sebagai berikut :

a. Modernisasi dalam segala bidang kehidupan yang menyebabkan masyarakat makin

banyak menuntut untuk ikut dalam kekuasaan politik.

b. Perubahan-perubahan struktur kelas sosial. Masalah siapa yang berhak

berpartisipasi dan pembuatan keputusan politik menjadi penting dan mengakibatkan

perubahan dalam pola partisipasi politik.

Page 18: PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

c. Pengaruh kaum intelektual dan kemunikasi masa modern. Ide demokratisasi

partisipasi telah menyebar ke bangsa-bangsa baru sebelum mereka mengembangkan

modernisasi dan industrialisasi yang cukup matang.

d. Konflik antar kelompok pemimpin politik, jika timbul konflik antar elite, maka

yang dicari adalah dukungan rakyat. Terjadi perjuangan kelas menentang melawan

kaum aristokrat yang menarik kaum buruh dan membantu memperluas hak pilih

rakyat.

e. Keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial, ekonomi, dan

kebudayaan. Meluasnya ruang lingkup aktivitas pemerintah sering merangsang

timbulnya tuntutan-tuntutan yang terorganisasi akan kesempatan untuk ikut serta

dalam pembuatan keputusan politik.

2. JENIS – JENIS PARTISIPASI POLITIK

Partisipasi politik sangat terkait erat dengan seberapa jauh demokrasi diterapkan

dalam pemerintahan. Negara yang telah stabil demokrasinya, maka biasanya tingkat

partisipasi politik warganya sangat stabil, tidak fluktuatif. Negara yang otoriter kerap

memakai kekerasan untuk memberangus setiap prakarsa dan partisipasi warganya.

Karenanya, alih-alih bentuk dan kuantitas partisipasi meningkat, yang terjadi warga

tak punya keleluasaan untuk otonom dari jari-jemari kekuasaan dan tak ada partisipasi

sama sekali dalam pemerintahan yang otoriter. Negara yang sedang meniti proses

transisi dari otoritarianisme menuju demokrasi galib disibukkan dengan frekuensi

partisipasi yang meningkat tajam, dengan jenis dan bentuk partisipasi yang sangat

banyak, mulai dari yang bersifat “konstitusional” hingga yang bersifat merusak sarana

umum.

Karena begitu luasnya cakupan tindakan warga negara biasa dalam menyuarakan

aspirasinya, maka tak heran bila bentuk-bentuk partisipasi politik ini sangat beragam.

Secara sederhana, jenis partisipasi politik terbagi menjadi dua: Pertama, partisipasi

secara konvensional di mana prosedur dan waktu partisipasinya diketahui publik

secara pasti oleh semua warga. Kedua, partisipasi secara non-konvensional. Artinya,

prosedur dan waktu partisipasi ditentukan sendiri oleh anggota masyarakat yang

melakukan partisipasi itu sendiri (PPIM, 2001).

Jenis partisipasi yang pertama, terutama pemilu dan kampanye. Keikutsertaan dan

Page 19: PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

ketidakikutsertaan dalam pemilu menunjukkan sejauhmana tingkat partisipasi

konvensional warganegara. Seseorang yang ikut mencoblos dalam pemilu, secara

sederhana, menunjukkan komitmen partisipasi warga. Tapi orang yang tidak

menggunakan hak memilihnya dalam pemilu bukan berarti ia tak punya kepedulian

terhadap masalah-masalah publik. Bisa jadi ia ingin mengatakan penolakan atau

ketidakpuasannya terhadap kinerja elite politik di pemerintahan maupun partai dengan

cara golput.

Partisipasi politik yang kedua biasanya terkait dengan aspirasi politik seseorang yang

merasa diabaikan oleh institusi demokrasi, dan karenanya, menyalurkannya melalui

protes sosial atau demonstrasi. Wujud dari protes sosial ini juga beragam, seperti

memboikot, mogok, petisi, dialog, turun ke jalan, bahkan sampai merusak fasilitas

umum.

1. Partisipasi Politik di Negara Demokrasi

Di negara demokrasi, partisipasi dapat ditunjukan di pelbagai kegiatan. Biasanya

dibagi – bagi jenis kegiatan berdasarkan intensitas melakukan kegiatan tersebut. Ada

kegiatan yang yang tidak banyak menyita waktu dan yang biasanya tidak berdasarkan

prakarsa sendiri besar sekali jumlahnya dibandingkan dengan jumlah orang yang

secara aktif dan sepenuh waktu melibatkan diri dalam politik. Kegiatan sebagai

aktivis politik ini mencakup antara lain menjadi pimpinan partai atau kelompok

kepentingan.

Di Negara yang menganut paham demokrasi, bentuk partisipasi politik masyarakat

yang paling mudah diukur adalah ketika pemilihan umum berlangsung. Prilaku warga

Negara yang dapat dihitung itensitasnya adalah melalui perhitungan persentase orang

yang menggunakan hak pilihnya ( voter turnout ) disbanding dengan warga Negara

yang berhak memilih seluruhnya.

Di Amerika Serikat umumnya voter turnout lebih rendah dari Negara – Negara eropa

barat. Orang Amerika tidak terlalu bergairah untuk member suara dalam pemilihan

umum. Akan tetapi mereka lebih aktif mencari pemecahan berbagai masalah

masyarakat serta lingkungan melalui kegiatan lain, dan menggabungkan diri dengan

organisasi organisasi seperti organisasi politik, bisnis, profesi dan sebagainya.

2. Partisipasi Politik di Negara Otoriter

Page 20: PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

Di Negara otoriter seperti komunis, partisipasi masa diakui kewajarannya, karena

secara formal kekuasaan ada di tangan rakyat. Tetapi tujuan yang utama dari

partisipasi massa dalam masa pendek adalah untuk merombak masyarakat yang

terbelakang menjadi masyarakat modern dan produktif. Hal ini memerlukan

pengarahan yang ketat dari monopoli partai politik.

Terutama, persentase yang tinggi dalam pemilihan umum dinilai dapat memperkuat

keabsahan sebuah rezim di mata dunia. Karena itu, rezim otoriter selalu

mengusahakan agar persentase pemilih mencapai angka tinggi. Akan tetapi perlu

diingat bahwa umumnya system pemilihan di Negara otoriter berbeda dengan system

pemilihan di Negara Demokrasi, terutama karena hanya ada satu calon untuk setiap

kursi yang diperebutkan, dan para calon tersebut harus melampaui suatu proses

penyaringan yang ditentukan dan diselenggarakan oleh partai komunis.

Di luar pemilihan umum, partisipasi politik juga dapat di bina melalui organisasi –

organisasi yang mencakup golongan pemuda, golongan buruh, serta organisasi –

organisasi kebudayaan. Melalui pembinaan yang ketat potensi masayarakat dapat

dimanfaatkan secara terkontrol. Partisipasi yang bersifat community action terutama

di Uni soviet dan China sangat intensif dan luas. Melebihi kegiatan Negara demokrasi

di Barat. Tetapi ada unsur mobilisasi partisipasi di dalamnya karena bentuk dan

intensitas partisipasi ditentukan oleh partai.

Di Negara – Negara otoriter yang sudah mapan seperti China menghadapi dilema

bagaimana memperluas partisipasi tanpa kehilangan kontrol yang dianggap mutlak

diperlukan untuk tercapainya masyarakat yang diharapkan. Jika kontrol ini

dikendorkan untuk meningkatkan partisipasi, maka ada bahaya yang nantinya akan

menimbulkan konflik yang akan mengganggu stabilitas. Seperti yang dilakuakn oleh

China di tahun 1956/1957. Pada saat itu dicetuskannya gerakan “Kampanye Seratus

Bunga” yaitu dimana masyarakat diperbolehkan untuk menyampaikan kritik. Namun

pengendoran kontrol ini tidak berlangsung lama, karena ternyata tajamnya kritik yang

disuarakan dianggap mengganggu stabilitas nasional. Sesuda terjadi tragedy

Tiananmen Square pada tahun 1989, ketika itu ratusan mahasiswa kehilangan

nyawanya dalam bentrokan dengan aparat, dan akhirnya pemerintah memperketat

kontrol kembali.

3. Partisipasi Politik di Negara Berkembang

Page 21: PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

Negara berkembang adalah negara – Negara baru yang ingin cepat mengadakan

pembangunan untuk mengejar ketertinggalannya dari Negara maju. Hal ini dilakukan

karena menurut mereka berhasil atau tidaknya pembangunan itu tergantung dari

partisipasi rakyat. Peran sertanya masyarakat dapat menolong penanganan masalah –

masalah yang timbul dari perbedaan etnis, budaya, status sosial, ekonomi, agama dan

sebagainya. Pembentukan identitas nasional dan loyalitas diharapkan dapat

menunjang pertumbuhannya melalui partisipasi politik.

Di beberapa Negara berkembang partisipasi bersifat otonom, artinya lahir dari diri

mereka sendiri, masih terbatas. Oleh karena itu jika hal ini terjadi di Negara- Negara

maju sering kali dianggap sebagai tanda adanya kepuasan terhadap pengelolaan

kehidupan politik. Tetapi jika hal itu terjadi di Negara berkembang, tidak selalu

demikian halnya. Di beberapa Negara yang rakyatnya apatis, pemerintah menghadapi

menghadapi masalah bagaimana caranya meningkatkan partisipasi itu, sebab jika

tidak partisipasi akan menghadapi jalan buntu, dapat menyebabkan dua hal yaitu

menimbulkan anomi atau justru menimbulkan revolusi.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Partisipasi Politik Masyarakat

1. Faktor Sosial Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi meliputi tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan jumlah

keluarga.

2. Faktor Politik

Arnstein S.R (1969) peran serta politik masyarakat didasarkan kepada politik untuk

menentukan suatu produk akhir. Faktor politik meliputi :

a. Komunikasi Politik.

Komunikasi politik adalah suatu komunikasi yang mempunyai konsekuensi politik

baik secara aktual

maupun potensial, yang mengatur kelakuan manusia dalam keberadaan suatu konflik.

(Nimmo, 1993:8). Komunikasi politik antara pemerintah dan rakyat sebagai interaksi

antara dua pihak yang menerapkan etika (Surbakti, 1992:119)

Page 22: PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

.

b. Kesadaran Politik.

Kesadaran politik menyangkut pengetahuan, minat dan perhatian seseorang terhadap

lingkungan

masyarakat dan politik (Eko, 2000:14). Tingkat kesadaran politik diartikan sebagai

tanda bahwa warga masyarakat menaruh perhatian terhadap masalah kenegaraan dan

atau pembangunan (Budiarjo, 1985:22).

c. Pengetahuan Masyarakat terhadap

Proses Pengambilan Keputusan. Pengetahuan masyarakat terhadap proses

pengambilan keputusan akan menentukan corak dan arah suatu keputusan yang akan

diambil (RamlanSurbakti 1992:196).

d. Kontrol Masyarakat terhadap Kebijakan Publik.

Kontrol masyarakat terhadap kebijakan publik yakni masyarakat menguasai

kebijakan publik dan memiliki kewenangan untuk mengelola suatu obyek kebijakan

tertentu (Arnstein, 1969:215). Kontrol untuk mencegah dan mengeliminir

penyalahgunaan kewenangan dalam keputusan politik (Setiono,2002:65).

Arnstein1969:215), kontrol masyarakat dalam kebijakan publik adalah the power of

directing. Juga mengemukakan ekspresi politik,

memberikan aspirasi atau masukan (ide, gagasan) tanpa intimidasi yang merupakan

problem dan harapan rakyat (Widodo, 2000:192), untuk meningkatkan kesadaran

kritis dan keterampilan masyarakat melakukan analisis dan pemetaan terhadap

persoalan aktual dan merumuskan

agenda tuntutan mengenai pembangunan (Cristina, 2001:71).

3. Faktor Fisik Individu dan Lingkungan Faktor fisik individu sebagai sumber

kehidupan termasuk fasilitas serta ketersediaan pelayanan umum. Faktor lingkungan

adalah kesatuan ruang dan semua benda, daya, keadaan, kondisi dan makhluk hidup,

yang berlangsungnya berbagai kegiatan interaksi sosial antara berbagai kelompok

beserta lembaga dan pranatanya (K. Manullang dan Gitting,1993:13).

Page 23: PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

4. Faktor Nilai Budaya

Gabriel Almond dan Sidney Verba (1999:25), Nilai budaya politik atau civic culture

merupakan basis yang membentuk demokrasi, hakekatnya adalah politik baik etika

politik maupun teknik (Soemitro 1999:27) atau peradapan masyarakat (Verba,

Sholozman, Bradi, 1995). Faktor

nilai budaya menyangkut persepsi, pengetahuan, sikap, dan kepercayaan politik.

3. BUDAYA POLITIK PARTISIPAN

adalah salah satu jenis budaya politik bangsa. Budaya politik partisipan dicirikan

dengan adanya orientasi yang tinggi terhadap semua objek politik, baik objek umum,

input, output serta pribadinya sendiri selaku warga negara.

Pelaksanaan budaya politik partisipan juga dapat diterapkan oleh seorang pelajar

dilingkungan sekolahnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.co.id/search?hl=id&q=hak+partai+politik&btnG=Telusuri&meta=

http://hukumham.info/images/O_ddi/pdf_syarat-syarat%20pendirian%20parpol.pdf

http://www.slideshare.net/supriono/partai-politik

http://www.asiatour.com/lawarchives/indonesia/partai/uu_partai_babIII.htm

http://id.wikipedia.org/wiki/Partisipasi_politik

http://mediakita-kita.blogspot.com/2009/01/perilaku-dan-partisipasi-politik-di.html

http://www.google.co.id/search?q=budaya+politik+partisipan&hl=id&start=10&sa=N

http://fikifirmansyah.blogspot.com/tugasku/

http://www.google.co.id/search?hl=id&q=kata+pengantar&btnG=Telusuri&meta=