PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

98
PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI KASUS AMERIKA SERIKAT DAN PRANCIS 2011-2015 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Victoriana Melati 1113113000022 PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 M

Transcript of PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

Page 1: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI

LIBERAL: STUDI KASUS AMERIKA SERIKAT DAN

PRANCIS 2011-2015

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Victoriana Melati

1113113000022

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H / 2017 M

Page 2: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

PERI{YATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

PENJUALAN SENJATA DI NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI

KASUS AMERIKA SERIKAT DAN PRANCIS 2OII.2OI5

Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri rufN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

S yarif Hidayatullah Jakarta'

Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakaq karya milik orang lain, maka saya

bersedia menerima sanki yang berlaku di Universitas Islam Negeri OfN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.

J.

Victoriana Melati

Page 3: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

r I

PERSETUJUAI\I PEMBIMBING SKRIPSI

Denganini, Pembimbing Skripsi bahwamahasiswa:

Nama : VictorianaMelati

NIM :1113113000022

Program Sflrdi : Hubungan Internasional

Telatr menyelesaikan skripsi dengan judul:

PENJUALA}I SENJATA NEGARA I}EMOKRASI LIBERAL: STTJDI

!$.suE 4lt4EBIE4 SEe&tg tlAll *0U-2015

dan telah memenuhi persyaratan untuk dit$i.

Mengetahui,

Jakarta 5 Juti 2017

Menyetujui,

Pembimbing,

m

Ketua Plogram Studi,

--JJl*l-*

Page 4: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

7 7\

PANITIA PENGESAIIAN UJIAI\I SKRIPSI

SKRIPSIPENJUALAI\i SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBtrRAL: STUDI

KASUS AMERIKA SERIKAT DAI\T PRANCIS 2011'015

Oleh:Victoriana MelatiI I r3l 13000022

Telah dipertahankan dalan sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPotitik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 Juli2017. Skripsi iili telah diterime sebagai salah satu syarat memperqleh gslarSarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.

Sekretaris,

Ingsid Galuh M.. MHSPS

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pda 14 Juli z}l7.

iv

Penguji II,

Ketua Program Studi

NIP.

Page 5: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

v

ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis alasan-alasan negara demokrasi

liberal yang sangat menjunjung tinggi hak asasi manusia tapi justru supply

senjatanya sangat tinggi, serta untuk mengetahui kebijakan negara demokrasi

liberal, khususnya Amerika Serikat dan Prancis terhadap senjata. Teori yang

digunakan adalah teori realisme klasik untuk memfokuskan bagaimana sifat

negara secara alami dan keadaan dunia internasional yang anarkhi mempengaruhi

suplai senjata di dunia. konsep yang digunakan adalah kepentingan nasional untuk

mengkerucutkan pembahasan bagaimana negara demokrasi liberal meletakkan

hak asasi manusia atas kepentingan nasionalnya.

Dalam skripsi ini ditemukan alasan-alasan mengapa Amerika Serikat dan

Prancis yang notabene sebagai negara demokrasi liberal namun penjualan

senjatanya sangat tinggi. Alasan-alasan tersebut yaitu karena sifat alami negara

yang ingin mendominasi dan juga dunia internasional saat ini bersifat anarkhi,

yaitu tiada kekuasaan yang bisa mengatur dan lebih tinggi dari negara,

menyebabkan negara saling berebut power yang tinggi di dunia. Power yang besar

dari suatu negara bisa dilihat dari alutsista yang dimiliki negara tersebut. Semakin

tinggi tingkat (kualitas dan kuantitas) persenjataan dan militer suatu negara, maka

semakin kuat negara tersebut, dan itulah yang menyebabkan adanya permintaan

terhadap senjata secara besar-besaran. Permintaan terhadap senjata justru lebih

banyak datang ketika negara-negara sedang berkonflik dan berperang. Maka,

senjata sangat erat kaitannya dengan konflik dan pelanggaran hak asasi manusia.

Dengan Amerika Serikat dan Prancis yang menjual senjata sangat tinggi kepada

negara-negara lain, itu sangatlah jauh dengan prinsip demokrasi liberal. Lalu,

ditemukan juga data bahwa, terdapat kepentingan nasional yang berupa

kepentingan ekonomi dan politik yang melatarbelakangi suplai senjata Amerika

Serikat dan Prancis, yang membulatkan kesimpulan bahwa Amerika Serikat dan

Prancis meletakkan kepentingan nasional lebih tinggi daripada hak asasi manusia.

Keyword: Penjualan Senjata, Power, Demokrasi Liberal, Kepentingan Nasional,

Hak Asasi Manusia, dan Konflik.

Page 6: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrrahim, segala puji dan syukur selalu penulis

ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan nikmatnya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tak lupa

dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Penulis sadar bahwa skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa

dukungan, motivasi, saran dan bantuan materi maupun immateri dari

berbagai pihak. Sehingga, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Keluarga penulis, Ayahanda Muhibbin dan Ibunda Mufida, kakak

dan adik penulis Fejriyan Yazdajird Iwanebel, Anisa Febriani, dan

Endiana Silviani, yang selalu memberikan semangat, doa,

dukungan, cinta, dan nasehat kepada penulis, hingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

2. Bapak Robi Sugara, selaku dosen pembimbing skripsi. Terima

kasih atas waktu, saran, arahan, nasehat dan kesabaran yang tak

henti-hentinya bapak berikan dalam membimbing penulis untuk

pengerjaan skripsi ini.

3. Dosen-dosen Hubungan Internasional UIN Jakarta. Terima kasih

telah mengajarkan dan berbagi ilmu kepada penulis selama masa

perkuliahan.

4. Sahabat bunga-bunga, Sherly Maisa Eka Putri, Alika Putri, Ratna

Oetami Putri, Sarah Hajar Mahmudah, dan Etika Sari Dalimunthe.

Teman-teman sepermainan dan seperjuangan, Fina Nurmaulia,

Fitrah Aisyah Adam, Vanny El Rahman, Ahmad Rizky Furkan,

dan Triswaldi Haryanda. Terima kasih atas segala waktu yang

diluangkan untuk mendengarkan keluh kesah penulis, serta doa dan

dukungan yang diberikan dalam penulisan skripsi ini.

Page 7: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

vii

5. Teman-teman KKN DARATURA 2016, Siti Maria Ulfa, Syarifah

Indah, Aulia Adilla, Ida Parida, Heva Nurhayani, Gina Handayani,

Muhammad Fadli, M. Reza Rahmanda, Ryan Rahmatiadi, dan

Fadillah Yusuf. Terima kasih atas dukungan dan doa dalam

penulisan skripsi ini dan telah menghidupkan pengalaman penulis

selama KKN.

6. Senior-senior HI UIN Jakarta, kak Rizka Nurul Amanah, kak

Habibi Fahmi Amir dan kak Labib Syarif. Terima kasih atas

bantuan, dukungan dan doa yang diberikan dalam penulisan skripsi

ini.

7. Sahabat-sahabati PMII Komfisip. Terima kasih telah

menghidupkan pengalaman penulis di masa perkuliahan.

8. Teman-teman HI UIN Jakarta angkatan 2013 yang tidak bisa

penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih telah menghidupkan

pengalaman penulis di masa perkuliahan.

Penulis berharap segala dukungan dan bantuan ini mendapatkan

balasan dari Allah SWT.

Terakhir, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat

penulis harapkan untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi setiap pembacanya dan

bagi perkembangan studi Hubungan Internasional.

Jakarta, Juli 2017

Victoriana Melati

Page 8: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

viii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME..........................................................ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI......................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iv

ABSTRAK..............................................................................................................v

KATA PENGANTAR...........................................................................................vi

DAFTAR ISI.......................................................................................................viii

DAFTAR TABEL..................................................................................................x

DAFTAR GRAFIK...............................................................................................xi

DAFTAR DIAGRAM......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah.......................................................................1

B. Pertanyaan Penelitian.....................................................................8

C. Tujuan Penelitian...........................................................................8

D. Manfaat Penelitian.........................................................................9

E. Tinjauan Pustaka............................................................................9

F. Kerangka Dasar Pemikiran..........................................................12

G. Metode Penelitian.........................................................................15

H. Sistematika Penulisan...................................................................16

BAB II Negara-Negara Demokrasi Liberal dan Penjualan Senjata

A. Negara-Negara Penganut Demokrasi Liberal

A.1 Kehadiran Negara-Negara Demokrasi Liberal...................21

B. Senjata di Dunia Internasional.....................................................26

Page 9: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

ix

BAB III Kebijakan Penjualan Senjata Negara Demokrasi Liberal

A. Kebijakan Penjualan Senjata Amerika Serikat

A.1 Penjualan Senjata pada Perang Dingin..............................38

A.2 Penjualan Senjata pasca 11 September 2001....................41

A.3 Penjualan Senjata pada Pemerintahan Barrack Obama....46

B. Kebijakan Penjualan Senjata Prancis

B.1 Penjualan Senjata pasca Perang Dunia Kedua...................52

B.2 Penjualan Senjata pasca Perang Dingin.............................54

B.3 Penjualan Senjata pada periode 2011-2015.......................56

BAB IV Analisis Penjualan Senjata di Negara Demokrasi Liberal Amerika

dan Prancis

A. Narasi Anarkisme Sistem Internasional Sebagai Peningkatan

Kebutuhan Senjata di Dunia.........................................................60

B. Kepentingan Politik dan Ekonomi di atas Kepentingan Hak Asasi

Manusia.

B.1 Kepentingan Ekonomi dan Politik Amerika Serikat.........64

B.2 Kepentingan Ekonomi dan Politik Prancis........................71

BAB V Penutup

A. Kesimpulan...................................................................................76

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................xiii

Page 10: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

x

DAFTAR TABEL

Tabel A.1.1 Daftar 10 Negara Pengekspor Senjata Paling Besar........................6

Tabel 2.B.2 Kesepakatan Penjualan Senjata di Dunia, 2007-2014 dan

persentase kesepakatan dengan negara berkembang......................29

Tabel 2.B.3 Kesepakatan Penjualan Senjata dengan Negara-negara

Berkembang, 2007-2014 Dilihat Dari Penerima Senjata

Tertinggi.........................................................................................30

Tabel 2.B.4 Jumlah Senjata yang dikirim ke Negara Berkembang...................34

Tabel 3.A.5 Ekspor Senjata Terbesar pada Periode 1950-1991.........................39

Tabel 3.A.6 Ekspor Senjata Amerika Serikat Pasca Perang Dingin................. 41

Tabel 3.B.7 Kesepakatan Penjualan Senjata di Dunia Pada 2015.....................57

Tabel 3.B. 8 Jumlah Kontrak Ekspor Senjata Prancis (2011–2015)...................58

Tabel 3.B.9 Tipe Senjata yang Dijual Prancis...................................................58

Page 11: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

xi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.A.1 Pengeluaran Militer Amerika Serikat Sejak 2001.........................43

Grafik 3.A.2 Pengeluaran Militer Amerika Serikat Sejak 2001

(Terkait dengan Perang)................................................................ 44

Page 12: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

xii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.B.1 Kesepakatan Penjualan Senjata di Dunia...................................32

Diagram 2.B.2 Kesepakatan Penjualan Senjata Dengan Negara

Berkembang...............................................................................32

Diagram 3.A.2 Penjualan Militer Asing Pada Pemerintahan Presiden

Obama........................................................................................47

Diagram 3.A.3 Pengeluaran Militer di Dunia Pada 2012...................................49

Diagram 3.A.4 Alokasi Pajak Amerika Serikat pada 2012................................50

Page 13: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Skripsi ini fokus pembahasannya pada negara-negara yang menggunakan

sistem demokrasi liberal tapi dalam praktiknya tercatat bahwa mereka memiliki

penjualan senjata paling tinggi di dunia. Negara-negara penganut demokrasi

liberal yang menjadi fokus pembahasan dalam skripsi ini adalah Amerika Serikat

dan Prancis. Kedua negara ini menarik dibahas karena memiliki kontribusi

penting dalam lahirnya sistem demokrasi liberal di dunia.

Istilah demokrasi liberal, pertama kali muncul pada abad pencerahan

dimana penggagasnya adalah Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-

1704), Jean-Jacques Rousseau (1712-1778), dan Immanuel Kant (1724-1804).

Pada masa Perang Dingin, demokrasi liberal sering dikontraskan dengan negara

komunis. Kemudian pada abad ke-20, sistem demokrasi liberal adalah sistem yang

paling popular dan dikenal oleh kebanyakan negara, khususnya pasca jatuhnya

rezim komunis Uni Soviet pada 1991.1

Secara prinsip sistem demokrasi liberal fokus pada keadilan, kebebasan,

sistem pemilihan umum langsung, penegakan hukum, hak asasi manusia (HAM),

hak-hak sipil, dan kebebasan berpolitik untuk semua warga. Ciri lain yang bisa

1 Christoper Hobson, The Rise of Democracy: Revolution, War and Transformations in

International Politics since 1776, (Edinburgh: Edinburgh University Press, 2015), 18-19.

Page 14: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

2

ditemukan dalam negara demokrasi liberal adalah dimana kedudukan militer

berada di bawah orang sipil. Ini beranggapan karena sebuah kepemimpinan

negara ketika dipimpin militer, maka akan cenderung otoritarianisme. Robert P.

Clark menemukan banyak kasus di negara-negara berkembang yang mana

otoritarianisme itu dipimpin oleh militer. Akan tetapi, Clark mengatakan bahwa

tidak semua kasus negara yang menggunakan sistem otoritarianisme disebabkan

militer yang berkuasa. Banyak kasus juga dimana otoritarianisme juga dipimpin

oleh orang sipil.2 Meski begitu, Eric A. Nordlinger mengatakan bahwa jika sebuah

kekuasaan dikuasai oleh orang militer, maka hampir bisa diyakini akan

menghasilkan sistem otoritarianisme.3 Oleh karena itu, negara demokrasi liberal

bisa disederhanakan sebagai kebalikan dari negara yang menganut sistem

otoritarianisme.

Presiden Ronald Reagen (1911-2004) mengatakan bahwa dalam sistem

demokrasi liberal, perdamaian adalah ibarat dua sisi yang berbeda dengan

demokrasi akan tetapi sebenarnya satu koin yang sama. Karena itu, kebijakan luar

negeri yang diambil pastinya menghasilkan niat-niat damai (peaceful intentions),

bukan perang.4 Meski kemudian pernyataan Reagen ini sering kontras dengan

kebijakan Amerika Serikat selama ini yang mengatakan kebijakan perangnya

adalah untuk sebuah kebebesan dan pembangunan demokrasi.

2 Robert P Clark, Power and Policy in the Third World, (New York: John Wiley and

Sons, Inc., 1986), 164. 3 Daron Acemoglu, David Ticchi, dan Andrea Vindigni, A Theory of Military

Dictatorships, 4, diunduh pada 14 Juni 2017, tersedia di https://economics.mit.edu/files/5789. 4 Ronald Reagan, 1983/1984, "Peace and National Security," televised address to the

nation, Washington D.C., March 23, 1983, 40 in the U.S. State Department, Realism, Strength,

Negotiation, May 1984.

Page 15: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

3

Immanuel Kant dalam karyanya yang berjudul ―Perpetual Peace‖ 1795,

menerangkan bahwa bentuk negara demokrasi liberal bisa ditemukan dalam

pemerintahan berbentuk republik diantaranya adalah Amerika Serikat, Australia,

Korea Selatan, Jepang, negara-negara Eropa seperti Prancis, Jerman, Austria,

Italia, Swiss, Yunani, dan Irlandia.5 Dalam perkembanganya, sistem demokrasi

liberal juga digunakan oleh negara monarki seperti Britania Raya dan Spanyol.

Karakteristik lainnya dalam negara demokrasi liberal, menurut Kant

seperti termaktub dalam sesi pertama (preeliminary articles) poin 3 Perpetual

Peace yang mana dia menuliskan ide bagaimana untuk mencapai sebuah

perdamaian yang abadi adalah salah satunya dengan “Standing armies are

eventually to be abolished” (keberadaan militer beserta persenjataannya suatu

negara harus diakhiri). Karena bagi dia dengan adanya kehadiran standing armies

suatu negara, itu akan menimbulkan kesan siap berperang dan membuat negara

lain merasa terancam dan akan mendorong timbulnya perlombaan senjata yang

tiada berujung (a never-ending arms-race).6 Oleh karena itu, negara yang

kemudian menggunakan sistem demokrasi liberal tetapi dalam kebijakan dalam

atau luar negerinya masih menggunakan cara-cara militer, maka itu jauh dari

prinsip-prinsip liberalisme.

Kemudian dalam artikel pertama sesi 2 Perpetual Peace, Kant

5 ―Creating French Culture From Empire to Democracy‖, Library of Congress, diakses

pada 29 Juni 2017, tersedia https://www.loc.gov/exhibits/bnf/bnf0006.html. 6 Jonathan Bennett, ―Toward Perpetual Peace A Philosophical Sketch Immanuel Kant‖, 2,

diunggah pada Oktober 2010, diunduh pada 12 Mei 2017, tersedia di:

http://www.earlymoderntexts.com/assets/pdfs/kant1795.pdf.

Page 16: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

4

mengusulkan “The civil constitution of every state is to be republican.”7 Bagi

Kant, bentuk negara republik merupakan solusi untuk mencegah adanya perang.

Hal ini dikarenakan di dalam bentuk negara republik menggunakan sistem

pemisahan kekuasaan antara eksekutif dan legislatif (yang mewakili partisipasi

masyarakat di dalam setiap keputusannya). Berbeda dengan sistem pemerintahan

despotik (tirani atau bahasa lainnya otoritarianisme) yang penguasanya bisa

semena–mena dalam mengambil keputusan untuk perang. Ini berbeda dengan

sistem republik dimana persetujuan rakyat sangat dibutuhkan. Kant berpendapat

bahwa secara natural, rakyat akan menolak keputusan berperang karena

menimbang konsekuensi yang didapatkan setelah perang (biaya dan kerusakan)

ditanggung sendiri oleh rakyat. Disinilah bentuk negara republik diposisikan

sebagai penghambat perang.8 Kini bentuk negara republik banyak ditafsirkan dan

diimplementasikan dengan negara demokrasi.

Prancis dan Amerika Serikat merupakan dua negara yang dianggap

sebagai tempat kelahiran demokrasi modern. Sejak diproklamasikannya Deklarasi

Kemerdekaan Amerika Serikat pada 4 Juli 1776, demokrasi telah menjadi tradisi

dan fondasi yang kokoh dan mengakar di dalamnya.9 Bahkan, Amerika Serikat

merupakan negara yang dianggap sebagai kiblat demokrasi negara-negara di

dunia.10

Begitu pula Prancis, salah satu negara Eropa yang sangat terkenal dengan

7 Kant, ―Toward Perpetual Peace‖, 24.

8 Kleingeld, P, Kant's Theory of Peace. in P Guyer (ed.), Cambridge Companion to Kant

and Modern Philosophy, (Cambridge: Cambridge University Press, 2006), 483. 9 Muhammad Nasir Badu, ―Democracy and the United States of America‖, The

POLITICS: Jurnal Magister Ilmu Politik Universitas Hasanuddin 1 (January, 2015): 11. Diunduh

pada 23 Mei 2017, tersedia di http://journal.unhas.ac.id/index.php/politics/article/view/126. 10

―Creating French Culture From Empire to Democracy‖, Library of Congress.

Page 17: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

5

perjuangan demokrasinya. Ketika Revolusi Prancis meletus, hal itu telah

membawa negara tersebut pada kebebasan dari absolutisme, dan dari situlah

demokrasi hadir di Prancis.11

Sebagai penjelasan, Amerika Serikat telah menanamkan nilai-nilai dan

budaya demokrasi sejak abad ke-18. Terlihat dari Deklarasi Kemerdekaannya

yang berbunyi “Life, Liberty, and Pursuit of Happiness”, menegaskan bahwa

kebebasan dan kemaslahatan individu merupakan hal dasar yang harus dipenuhi

sebuah negara. Demokrasi bukan hanya mengenai sistem politik, akan tetapi juga

mencakup sistem ekonomi dan sosial.12

Bahkan sistem demokrasi sangatlah

mempengaruhi arah kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Kebijakan luar negeri

Amerika Serikat misalkan selalu bersandar pada penegakan demokrasi di banyak

negara dengan ―menjual‖ HAM,13

meski sering penegakan demokrasi tersebut

dengan menggunakan cara-cara perang.

Untuk kasus Prancis, itu bisa dilihat setelah Referendum Konstitusi

Republik kelima Prancis pada 1958. Negara ini tumbuh menjadi salah satu negara

demokrasi terkuat dan menjadi negara dengan perekonomian cukup baik di dunia.

Sejauh ini, Prancis tumbuh dengan masyarakatnya yang dinamis, media yang

independen dan juga tradisi intelektual, yakni kebebasan berbicara dan perdebatan

kritis.14

11

Paul A. Bishop, ―The French Revolution and Radical Change‖, diunduh pada 24 Mei

2017, tersedia di: https://www.hccfl.edu/media/173893/em1frenchrevolution.pdf. 12

Badu, ―Democracy and the United States of America‖, 12. 13

Badu, ―Democracy and the United States of America‖, 12-13. 14

―Constitutional Limits on Government: Country Studies — France‖, Democracy Web:

Comparative Studies in Freedom, 2016, diunduh pada 1 Juni 2017, tersedia di:

Page 18: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

6

Oleh karena itu, baik Amerika Serikat dan Prancis memiliki sejarah yang

penting diantara negara-negara demokrasi liberal yang ada di dunia. Keduanya

juga memiliki kontribusi yang sangat penting dalam penyebaran dan

pembangunan nilai-nilai demokrasi khususnya HAM dan hak-hak sipil. Tapi

seiring dengan penyebaran demokrasi, dua negara ini juga tercatat sebagai negara

yang tertinggi dalam hal penjualan senjata, khususnya ke negara-negara

berkembang termasuk ke negara yang non-demokrasi (otoritarianisme) sekalipun.

Kedua negara ini tercatat sejak Perang Dunia Kedua sudah aktif sebagai pemasok

senjata. Pada 1950 misalkan, Amerika Serikat telah menjual senjata sebanyak

1,77 miliar USD dan Prancis menjual sejumlah 8 juta USD.15

Jika dibandingkan Amerika Serikat, Prancis sesungguhnya tidak terlalu

menonjol, namun di tahun-tahun selanjutnya kedua negara ini terus menunjukkan

perkembangan bisnis senjatanya sebagaimana data di bawah ini.

Tabel A.1.1 Daftar 10 Negara Pengekspor Senjata Paling Besar16

(Per Juta Dolar Amerika Serikat)

2011 2012 2013 2014 2015 Total

AS 9100 9132 7647 10312 10184 46375

Rusia 8658 8317 7779 5103 5554 35411

Prancis 1766 1033 1517 1705 2080 8101

China 1274 1599 2113 1168 1764 7919

Jerman 1354 820 727 1762 1792 6445

Spanyol 1429 546 728 1050 1151 4903

http://democracyweb.org/node/31.

15 Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tersedia di:

http://armstrade.sipri.org/armstrade/html/export_values.php. 16

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tersedia

di:https://www.sipri.org, data telah diolah penulis.

Page 19: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

7

Italia 939 753 877 700 692 3960

Ukraina 568 1492 671 640 347 3718

Belanda 540 805 348 654 474 2822

Tahun 2011-2015 Amerika Serikat dan Prancis tercatat sebagai negara

ketiga terbesar dalam penjualan senjatanya di dunia. Diketahui jumlah penjualan

senjata Amerika Serikat menduduki peringkat pertama dengan jumlah 46,375

miliar USD dan Prancis menduduki peringkat tiga dengan jumlah penjualannya

sebanyak 8,1 miliar USD. Dimulai dari 2011, Amerika Serikat menambah jumlah

penjualan senjatanya terlebih di negara-negara berkembang, seperti Angola,

Bolivia, Bulgaria, Bahrain, Bangladesh, Brunei, Denmark, Finlandia, Libanon,

Filipina dll.17

Begitu juga dengan Prancis, yang menambah jumlah ekspor

senjatanya di Albania, Bangladesh, Belgia, Brunei, Ekuador, Mesir, Estonia,

Ghana, Kazakhstan, Selandia Baru, Peru, Qatar, Romania, Senegal, Spanyol,

Swedia, Thailand, Turki dan Uzbekistan.18

Oleh karena itu, untuk penjualan senjata yang dilakukan Amerika Serikat

dan Prancis sangat menarik diteliti dimana konflik dan perang terjadi sering

dibarengi dengan peningkatan penjualan senjata ke area-area konflik dan perang

tersebut. Sebagai contoh, adanya perang sipil di Suriah pada 2011, impor senjata

Suriah semakin meningkat 24,5% dari tahun sebelumnya. Selain itu juga perang

Yaman sejak 2015 yang melibatkan koalisi yang dipimpin Arab Saudi dimana

ekspor senjata meningkat pada perang tersebut ke Arab Saudi.

17

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tersedia di:

http://armstrade.sipri.org/armstrade/html/export_values.php. 18

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tersedia di:

http://armstrade.sipri.org/armstrade/html/export_values.php.

Page 20: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

8

Kemudian tahun 2011-2015 juga sangat strategis untuk diteliti karena

proses penjualan senjata (arms sales) dari Amerika Serikat dan Prancis

berkembang pesat dengan makin banyak tujuan pasar baru serta semakin banyak

negara berkembang yang menjadi target penjualannya. Lalu, apa sebenarnya

alasan Amerika Serikat dan Prancis semakin tahun, mereka terus meningkatkan

penjualan senjatanya. Penting dicatat bahwa penjualan senjata kedua negara ini

juga ditujukan ke beberapa negara yang memiliki catatan pelanggaran HAM-nya

cukup buruk seperti salah satunya Arab Saudi. Ini tentu sangat bertentangan

dengan negara yang tercatat sebagai kelahiran demokrasi itu sendiri.

B. Pertanyaan Penelitian

Dari pemaparan pernyataan masalah di atas, maka pertanyaan

penelitiannya adalah “Mengapa Amerika Serikat dan Prancis yang

merupakan negara penganut demokrasi liberal tetapi kegiatan penjualan

senjatanya sangat tinggi di dunia?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui alasan perdagangan senjata yang dilakukan oleh

Amerika Serikat dan Prancis;

b. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengapa Amerika Serikat dan

Prancis yang merupakan negara penganut demokrasi liberal tetapi

penjualan senjatanya sangat tinggi diantara negara-negara lain di dunia.

Page 21: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

9

c. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan dan sikap negara demokrasi

liberal dengan perdagangan senjata, khususnya senjata-senjata yang

dijual ke negara-negara pelanggar HAM.

D. Manfaat Penelitian

a. Memperkaya wawasan dan pengetahuan bagi mahasiwa hubungan

internasional, khususnya dalam kajian penjualan senjata di negara-

negara demokrasi liberal seperti Amerika Serikat dan Prancis.

b. Penelitian ini bisa dimanfaatkan untuk menambah bahan dan informasi

mata kuliah pengkajian stratejik dalam ilmu hubungan internasional.

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka yang pertama adalah dari Jurnal International Studies

Quarterly oleh Shannon Lindsey Blanton yang berjudul Foreign Policy in

Transition? Human Rights, Democracy, and U.S. Arms Exports. Jurnal ini

membahas tentang peran penjualan senjata Amerika Serikat dalam menentukan

masa depan hak asasi manusia dan demokrasi. Penjualan senjata merupakan

instrumen kebijakan, sampai batas tertentu mencerminkan konseptualisasi

keamanan yang ada. Demi keamanan dan ketakutan akan strategi militer Uni

Soviet, maka Amerika tetap melakukan penjualan senjata sebagai kebijakan

manuvernya.

Perbedaan skripsi ini dengan jurnal Blanton terletak pada periodisasi dan

pendekatan yang digunakan. Skripsi ini difokuskan pada periode 2011-2015

sedangkan pada jurnal Blanton lebih menekankan pada periode perang dingin dan

Page 22: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

10

beberapa tahun setelah itu. Mengenai pendekatan, skripsi ini menggunakan teori

realisme klasik, sedangkan Blanton menggunakan teori a two-model stages.

Persamaan jurnal Blanton dengan skripsi ini adalah sama-sama membahas

mengenai kebijakan Amerika Serikat tentang penjualan senjata. Bagaimana

sebagai negara demokrasi yang menjunjung tinggi hak asasi manusia tetapi tetap

aktif dalam melakukan penjualan senjata. Oleh karena itu, jurnal ini sangat

dibutuhkan penulis sebagai referensi untuk membantu memetakan kebijakan

Amerika Serikat pada periode tersebut.

Tinjauan pustaka yang kedua adalah tulisan dari Edward A. Kolodziej

yang berjudul France and the Arms Trade. Edward membahas bagaimana

kebijakan Prancis terhadap perdagangan senjata. Tulisan Edward ini juga

mengulas sejarah bagaimana Prancis membangun basis persenjataan dan

militernya.

Tulisan Edward berfokus pada kebijakan penjualan senjata Prancis saja

sedangkan skripsi ini membahas tidak hanya kebijakan penjualan senjata Prancis

namun juga Amerika Serikat. Periodisasi pembahasan tulisan Edward adalah

selama masa perang dingin sedangkan skripsi ini memfokuskan pembahasan pada

2011-2015.

Namun, baik tulisan Edward maupun skripsi ini sama-sama membahas

mengenai kebijakan penjualan senjata Prancis. Penulis sangat membutuhkan

karya Edward ini sebagai referensi untuk memetakan sejarah kebijakan penjualan

Page 23: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

11

senjata Prancis pada perang dingin serta untuk menguatkan data pola kebijakan

senjata negara demokrasi liberal.

Tinjauan pustaka yang ketiga adalah dari jurnal yang berjudul “Guns and

Human Rights: Major Powers, Global Arms Transfers, and Human Rights

Violations” karya Lerna K. Yanik. Jurnal ini menjelaskan mengenai negara-

negara yang cukup aktif dalam melakukan kampanye tentang arms control dan

human rights salah satunya Amerika Serikat yang justru penjualan senjatanya

terbesar diantara negara-negara lainnya. Beberapa negara yang menerima

penjualan senjata adalah negara-negara yang memiliki rekam jejak sebagai

pelanggar HAM.

Perbedaan skripsi ini dengan karya dari Lerna K. Yanik ini terletak pada

fokus pembahasannya. Skripsi ini fokus pada pembahasan mengenai alasan-alasan

negara demokrasi liberal tetapi mereka melakukan penjualan senjata, sedangkan

jurnal karya Lerna ini fokus pada solusinya yaitu merealisasikan kembali agenda

arms control. Persamaan skripsi ini dan jurnal karya Lerna ini terletak pada

pembahasan penjualan senjata oleh negara-negara adidaya ke negara dunia ketiga.

Serta pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia yang ditimbulkan karena suplai

senjata yang tidak memperhatikan kondisi hak asasi di negara penerima.

Page 24: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

12

F. Kerangka Dasar Pemikiran

Skripsi ini bermula dari sebuah asumsi dasar dalam pemikiran realisme

dimana politik internasional adalah sebuah perebutan kekuasaan.19

Dalam politik

internasional, struktur internasional itu bersifat anarki dan setiap negara-bangsa

akan terus berusaha untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Dalam kondisi

yang anarki, maka perilaku alamiah negara-bangsa yang mementingkan dirinya

sendiri dilihat sebagai suatu tindakan yang rasional. Realisme sendiri merupakan

cara pandang klasik yang menjadi bagian dari arus utama kajian ilmu hubungan

internasional.

Ada tiga prinsip yang dicanangkan dalam realisme. Pertama, negara

merupakan aktor utama dalam kajian hubungan internasional. Kedua, ada

perbedaan yang tajam antara politik dalam negeri dan politik internasional.

Ketiga, fokus kajian hubungan internasional adalah tentang kekuatan (power) dan

perdamaian. Karya yang dianggap penting untuk paradigma realisme ini adalah

Morgenthau dalam Politics Among Nations dan E.H. Carr dalam The Twenty

Years Crisis.20

Mengutip William Tow bahwa dalam kajian hubungan internasional

realisme “attempts to deal with human nature as it is and not as it ought to be,

and with historical events as they occured, not as they should have occured”. Ini

19

H.J. Morgenthau, Politics Among Nations: the Struggle for Power and Peace, edisi

Bahasa Indonesia Politik Antarbangsa, diterjemahkan oleh S.Maimoen, A.M. Fatwan, dan Cecep

Sudrajat, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obro Indonesia, 2010), 33. 20

M. Saeri, ―Teori Hubungan Internasional Sebuah Pendekatan Paradigmatik‖, Jurnal

Transnasional 3 (Februari 2012): 5, diunduh pada 2 Juli 2017, tersedia di:

file:///C:/Users/User/Downloads/70-129-1-SM.pdf.

Page 25: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

13

berarti realisme berusaha untuk menjelaskan sifat dasar manusia itu dengan ―apa

adanya,‖ bukan ―sebagaimana apa yang seharusnya‖. Dalam pandangan realis,

Tow menerangkan bahwa tiap negara-bangsa dalam struktur internasional yang

anarki, senantiasa mengejar kepentingan nasional melalui penguatan power yang

dimiliki masing-masing. Sederhananya, upaya untuk meraih kepentingan politik

itu berada di atas wilayah sosial dan ekonomi.21

Oleh karena itu, untuk

menjelaskan penjualan senjata di negara demokrasi liberal seperti Amerika

Serikat dan Prancis, skripsi ini menggunakan teori realisme klasik.

Teori realisme merupakan teori yang cukup mendominasi dalam kajian

hubungan internasional di era Perang Dingin. Sederhananya, teori ini menjelaskan

tentang perebutan kekuasaan diantara negara-negara yang mengejar kepentingan

nasionalnya untuk kepentingannya masing-masing. Realisme memandang pesimis

tentang penyelesaian konflik dan perang. Dalam Perang Dingin, realisme bisa

memberikan penjelasan yang cukup sederhana tentang perang, aliansi,

imperalisme, hambatan pada kerjasama, dan berbagai konflik internasional yang

merujuk pada persaingan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Realisme ―klasik‖ seperti yang dibawa Hans Morgenthau dan Reihold

Niebuhr meyakini bahwa negara juga sebagaimana manusia, dia memiliki

keinginan alamiah untuk menjadi dominan atas negara-negara lainnya sehingga

menjadikan mereka saling berperang. Morgenthau menyebutkan tentang peran

penting pada sistem perimbangan kekuatan multi-polar klasik ketimbang diyakini

oleh relisme berikutnya yakni neo-realisme yang mana lebih menekankan sistem

21

W.T. Tow, Asia-Pacific Strategic relations: Seeking Convergent Security, (New York:

Cambridge University Press, 2001), 3.

Page 26: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

14

bipolaristik.22

Oleh karena itu, pelaku kegiatan penjualan senjata di dunia

internasional bukanlah Amerika Serikat satu-satunya ataupun hanya dikuasai oleh

dua kekuatan, akan tetapi dilakukan oleh banyak negara.

Gagasan lain dalam realisme adalah kepentingan nasional dan penempatan

aktor negara sebagai aktor penting dalam kajian hubungan internasional. Realisme

melihat bahwa kepentingan nasional adalah sebuah titik kunci yang memandu

negara untuk mengambil kebijakan dan keputusan atau tindakan terhadap negara

lain. Oleh karena itu, kepentingan nasional adalah rumusan dari semua kebutuhan

umum suatu bangsa tentang pilihan rasional dari suatu negara. Kemudian realis

melihat bahwa negara sebagai organisme yang hidup, berperan dan bertindak

secara rasional dan tindakan-tindakannya berdasarkan kepentingan yang

dirumuskan secara rasional.

Daniel S. Papp mengatakan bahwa konsep kepentingan nasional (national

interest) terdapat beberapa aspek, seperti ekonomi, ideologi, kekuatan dan

keamanan militer, moralitas dan legalitas. Dalam hal ini, yang mana faktor

ekonomi pada setiap kebijakan yang diambil oleh suatu negara selalu berusaha

untuk meningkatkan perekonomian negara yang dinilai sebagai suatu kepentingan

nasional. Kepentingan nasional dalam aspek ekonomi diantaranya adalah untuk

meningkatkan keseimbangan kerjasama perdagangan suatu negara dalam

memperkuat sektor industri, dan sebagainya.23

Seperti halnya Amerika Serikat dan Prancis, kedua negara ini pasti

memiliki kepentingan nasional yang ingin diraih dalam penjualan senjatanya.

22

H.J. Morgenthau, Politics Among Nations: the Struggle for Power and Peace, 35. 23

Daniel S. Papp, Contemporary International Relation: A Framework for

Understanding, Second Editions. (New York: MacMillan Publishing Company, 1998), 29.

Page 27: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

15

Dengan melakukan penjualan senjata, Amerika Serikat dan Prancis juga ingin

mencapai kepentingan nasionalnya yang berupa kepentingan ekonomi dan

kepentingan politik.

G. Metodologi Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif dengan menggunakan teori dan konsep yang telah dipaparkan pada sub-

bagian kerangka teoritis sebagai dasar acuan. Jenis penelitian yang akan dilakukan

bersifat deskriptif dengan tujuan untuk menjelaskan fenomena-fenomena sosial

tertentu secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat, serta

hubungannya.24

Menurut Creswell, metode kualitatif adalah suatu pendekatan atau

penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral.25

Tujuannya adalah mencari pengertian yang mendalam mengenai suatu gejala,

fakta atau realita.26

Kemudian model deskriptif digunakan untuk menerangkan masing-masing

subjek yang dipakai dalam penelitian ini dan untuk melihat hubungan antar subjek

yang terkait, khususnya dalam mencari tahu terkait dengan pertanyaan penelitian

dalam skripsi ini.27

Untuk pertanyaan penelitian yang membahas tentang mengapa

24

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif, Cetakan 13, (Jakarta: Erlangga, 2009), 15. 25

John W. Creswell, Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating

Quantitative and Qualitative Research, (Michigan: Pearson Education, 2008), 12. 26

Jozef R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya,

(Jakarta: Grasindo, 2010), 1. 27

Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, 16.

Page 28: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

16

Amerika Serikat dan Prancis yang merupakan negara penganut demokrasi liberal

tetapi menjadi penjual senjata yang sangat tinggi di dunia.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan studi

kepustakaan (library research).28

Penulis memanfaatkannya untuk mendapatkan

informasi yang diperlukan dengan cara membaca, memahami, membandingkan

serta mencarikan argumen dari buku-buku, jurnal ilmiah, artikel, dan media

terkait dengan mengapa Amerika Serikat dan Prancis yang merupakan negara

penganut demokrasi liberal tetapi ekspor senjatanya sangat tinggi.

Setelah mendapatkan informasi dan data terkait dengan tema skripsi ini,

selanjutnya penulis mengolahnya secara sistematis dan teratur sesuai dengan

urutan dan relevansi pembahasan dalam karya tulis ini yang disesuaikan dengan

buku panduan penulisan skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP),

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2015.

H. Sistematika Penulisan

Bab I: Pendahuluan

Bab ini berisikan latar belakang masalah, pertanyaan penelitian,

tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, tinjauan pustaka,

metodologi penelitian, serta sistematika tulisan. Tujuannya adalah untuk

mengetahui maksud dan tujuan dari penelitian ini.

28

Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, 19-20.

Page 29: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

17

Bab II: Negara-Negara Demokrasi Liberal dan Ekspor Senjata

Bab ini fokus pada pembahasan negara-negara penganut demokrasi

liberal serta akan diterangkan gambaran mengenai senjata di dunia

internasional. Bagian ini penting dibahas karena untuk memposisikan

terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan negara demokrasi liberal dan

posisi dua negara Amerika Serikat dan Prancis yang dijadikan sebagai

kajian berada pada posisi di sebelah mana diantara negara-negara lainnya.

Selain itu, penting dibahas terkait senjata di dunia internasional,

khususnya juga membahas soal persaingan industri pertahanan antara

Amerika Serikat dengan Eropa dalam hal persenjataan.

Bab III: Kebijakan Penjualan Senjata Negara Demokrasi Liberal

Bab ini berisi kebijakan Penjualan Amerika Serikat dan Prancis

yang masing-masing dibagi dalam tiga periode. Kebijakan Penjualan

Senjata Amerika Serikat dibagi pada Perang Dingin, pasca 11 September

2001, dan pada masa pemerintahan Presiden Obama. Sedangkan Prancis

pada periode pasca Perang Dunia Kedua, pasca Perang Dingin, dan

periode 2011-2015. Tujuan bab ini adalah ingin memotret kebijakan dua

negara terkait penjualan senjata selama ini, khususnya dalam rentang

waktu 2011-2015.

Bab IV: Analisis Penjualan Senjata di Negara Demokrasi Liberal

Bab ini berisikan analisis penjualan senjata di negara demokrasi

Page 30: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

18

liberal seperti Amerika Serikat dan Prancis. Pertama penjualan senjata

tersebut sangat berkaitan dengan narasi yang dikembangkan oleh aktor-

aktor internasional bahwa sistem internasional adalah anarki. Kepemilikan

senjata bagi negara-negara untuk bisa bertahan hidup adalah sebuah

pilihan. Kedua, penjualan senjata juga sangat berkaitan dengan

kepentingan nasional dari kedua negara tersebut, khususnya dalam

kepentingan politik dan ekonominya. Jadi kepentingan nasional merekalah

yang menjadi prioritas ketimbang prinsip-prinsip yang dibangun oleh

negara demokrasi liberal tersebut seperti salah satunya tentang HAM.

Bab V: Penutup

Kemudian bab terakhir ini berisikan sebuah kesimpulan dari

beberapa pembahasan pada bab-bab sebelumnya yang mana akan

tergambar penjelasan tentang mengapa dua negara penganut demokrasi

liberal akan tetapi menjadi negara yang melakukan penjualan senjatanya

paling tinggi.

Page 31: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

19

BAB II

NEGARA-NEGARA DEMOKRASI LIBERAL DAN PENJUALAN

SENJATA

Bab ini berisikan pembahasan tentang negara-negara penganut demokrasi

liberal di dunia, khususnya Amerika Serikat dan Prancis sebagai role model nya.

Selain itu juga membahas tentang gambaran umum mengenai informasi penjualan

senjata di dunia internasional. Bagian ini penting dibahas karena untuk

memposisikan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan negara demokrasi

liberal dan posisi dua negara, Amerika Serikat dan Prancis yang dijadikan sebagai

kajian berada pada posisi di sebelah mana diantara negara-negara lainnya,

khususnya pada penjualan senjata di dunia.

A. Negara-Negara Penganut Demokrasi Liberal

Demokrasi liberal atau liberal democracy terdiri dari dua suku kata yakni

liberal dan democracy. Menurut Gaubatz, liberal mengacu pada konsepsi negara

yang menghadapi pembatasan secara yuridis atas power dan fungsinya.

Sedangkan democracy mengacu pada bentuk pemerintahan di mana kekuasaan

berada pada pihak mayoritas.29

Menurut bahasa Yunani kuno, demokrasi berasal dari kata ―demokratia‖

29

Kurt Taylor Gaubatz, ―Democratic States and Commitment in International Relations‖,

International Organization 50 (Winter 1996): 111, diunduh pada 4 Juni 2017, tersedia di:

http://web.stanford.edu/class/polisci243b/readings/v0002546.pdf.

Page 32: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

20

yang artinya kekuasaan ada di tangan rakyat.30 Dalam democracy atau demokrasi,

untuk tetap mempertahankan kekuasaannya, pemerintah harus bisa memperoleh

persetujuan (rakyat) mayoritas atas kinerja mereka. Di sisi yang lain, liberalism

justru sangat menghargai ekspresi dan pendapat setiap orang, sekalipun itu kaum

minoritas. Meskipun begitu, sejumlah ilmuwan berpendapat bahwa demokrasi

modern dalam pengertian yuridis atau institusionalnya merupakan perpanjangan

alami dari liberalisme.31

Di tingkat domestik, kelangsungan hidup demokrasi liberal atau liberal

democracy dan kemampuan pemerintah untuk membuat komitmen yang kredibel

terjalin secara inheren. Keberadaan demokrasi liberal pada akhirnya bergantung

pada kemampuan kaum mayoritas untuk meyakinkan kalangan minoritas bahwa

mereka tidak akan mengabaikan kepentingan rakyat dan akan memegang teguh

gagasan tentang pembatasan atas kekuasaan.

Di tingkat internasional, demokrasi liberal sangat erat dikaitkan dengan

perdamaian. Perdamaian secara luas dikonseptualisasikan suatu keadaan dimana

tidak ada kekerasan. Yaitu, tidak adanya gejolak, ketegangan, konflik dan

perang.32 Michael Doyle telah menunjukkan bahwa selama 200 tahun lebih negara

demokrasi liberal hadir, belum pernah ada kasus saling serang antara satu dengan

yang lain. Ini menunjukan bahwa negara dengan menggunakan sistem demokrasi

30

Han Shuifa and Hu Jinglei, ―The Concept of Democracy‖, Frontiers of Philosophy in

China 3 (December 2008): 623, diunduh pada 12 Juni 2017, tersedia di:

http://www.jstor.org/stable/40343902. 31

Gaubatz, ―Democratic States and Commitment‖, 112 32

Resat Bayer, ―Peaceful transitions and democracy‖, Journal of Peace Research 47

(September 2010): 535, diunduh pada 6 Juni 2017, tersedia di:

http://www.jstor.org/stable/20798924.

Page 33: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

21

setidaknya kemungkinan besar untuk berperang sangat jauh.

Namun, kaum realis berpendapat bahwa sesama negara demokrasi tidak

saling menyerang karena mereka tidak saling bersentuhan, atau menghadapi

saling mengancam yang memaksa mereka untuk membandingkan perbedaan

mereka. Jadi, wajar saja apabila mereka tidak berkonflik.33 Penting diketahui

bahwa teori dominan di kajian hubungan internasional, yaitu realisme lebih

pesimistik ketimbang liberalisme dalam memandang perdamaian dalam politik

internasional.

A.1 Kehadiran Negara-Negara Demokrasi Liberal

Pada abad pencerahan, Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean-

Jacques Rousseau menggagas istilah demokrasi liberal. Sistem demokrasi

liberal kemudian semakin lama semakin mengalami kemajuan. Hingga pada

abad ke-20, sistem demokrasi liberal merupakan sistem yang mendunia,

khususnya pasca jatuhnya rezim komunis Uni Soviet pada 1991.34 Pada

periode 1950-1959, Indonesia pernah menganut sistem demokrasi liberal

dengan menggunakan landasan Undang-Undang Sementara 1950 dengan

karekteristik utamanya adalah berdirnya banyak partai politik. Namun sistem

demokrasi liberal dianggap tidak cocok kala itu diterapkan di Indonesia

sehingga Indonesia kembali lagi pada Undang-Undang Dasar 1945.

33

Francis Fukuyama, ―Liberal Democracy as a Global Phenomenon‖, Political Science

and Politics 24 (December 1991): 662, diunduh pada 15 Juni 2017, tersedia di:

http://www.jstor.org/stable/419399. 34

Christoper Hobson, The Rise of Democracy: Revolution, War and Transformations in

International Politics since 1776, 18-19.

Page 34: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

22

Thomas Hobbes menganggap setiap orang di alam memiliki hak untuk

melestarikan dirinya sendiri atau yang ia sebut ―hak alam‖, yang berisi “A

Law of Nature is a precept or general rule, found out by reason, by which a

man is forbidden to do that which is destructive of his life or which takes

away the means of preserving the same. . . . For though they that speak of

this subject used to confound jus and lex (right and law), yet they ought to be

distinguished, because Right consists in liberty to do or forbear, whereas

Law binds to one of them; so that law and right differ as much as obligation

and liberty.”35 Ini artinya bahwa hukum alam adalah aturan umum yang

berasal dari akal yang mana manusia dilarang melakukan kerusakan kecuali

melestarikannya. Oleh karena itu harus dibedakan antara hak dan hukum.

Hak terdiri dari kebebasan, sedangkan hukum adalah aturan yang mengikat

salah satu dari mereka. Sehingga hukum dan hak berbeda sebanyak

kewajiban dan kebebasan.

Menurut John Locke “Political power is the power that every man in

the state of nature possesses but which is given over to the society that they

form: i.e., to the government set up to create an established and known set of

laws, to arbitrate in disputes, and to preserve the life and property of its

members”. Negara tidak boleh memiliki kekuasaan yang absolut dan mutlak

atas kehidupan dan hak milik warga sipil, serta harus mementingkan

35

Thomas Hobbes, Leviathan Parts I dan II, diedit oleh A.P. Martinich, (Canada:

Broadview Press, 2005), 64-65.

Page 35: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

23

kemaslahatan publik dan bersikap demokratis.36

Menurut Jean-Jacques Rousseau “by joining together through the

social contract and abandoning their claims of natural right, individuals can

both preserve themselves and remain free”. Hal ini dikarenakan tunduk pada

wewenang kehendak umum rakyat secara keseluruhan menjamin individu

agar tidak saling bertentangan dan juga memastikan bahwa mereka mematuhi

diri mereka sendiri karena secara kolektif adalah penulis undang-undang

tersebut.37

Negara demokrasi liberal merupakan suatu sistem yang

menggabungkan tiga institusi dasar yaitu negara, aturan hukum, dan

akuntabilitas demokratis. Sistem demokrasi liberal hadir untuk

menyeimbangkan lembaga-lembaga yang berpotensi kontradiktif ini. Negara

menghasilkan dan menggunakan power, sementara peraturan hukum dan

akuntabilitas demokratis berusaha untuk membatasi kekuasaan dan

memastikan bahwa hal itu digunakan untuk kepentingan umum.38 Negara

yang dipercayai menganut sistem demokrasi liberal antara lain negara-negara

anggota Uni Eropa, Norwegia, Islandia, Swiss, Jepang, Argentina, Brasil,

Cile, Korea Selatan, Taiwan, Amerika Serikat, India, Kanada, Meksiko,

Uruguay, Kosta Rika, Israel, Afrika Selatan, Australia, dan Selandia Baru.

36

John Locke: ―Political Philosophy‖, diakses pada 22 Juni 2017, tersedia di:

http://www.iep.utm.edu/locke-po/. 37

New World Encyclopedia, ―Jean Jacques Rousseau‖, tersedia di:

http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Jean-Jacques_Rousseau. 38

Francis Fukuyama, ―Why is Democracy Performing So Poorly‖, Journal of Democracy

26 (January 2015): 12, diunduh pada 22 Juni 2017, tersedia di:

https://fsi.stanford.edu/sites/default/files/ff_jod_jan2015.pdf.

Page 36: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

24

Negara demokrasi liberal berbanding terbalik dengan negara tirani

atau otoriter. Demokrasi liberal sangat menghargai dan menjunjung tinggi

hak asasi manusia (HAM), sedangkan negara tirani atau otoriter justru

mengabaikan hak asasi dan kebebasan masyarakatnya. Menurut John Locke,

negara tirani adalah negara yang menggunakan kekuasaannya tanpa

memikirkan hak kodrat manusia.39

Satu yang paling dominan dalam negara demokrasi liberal adalah

terkait soal HAM. Mereka tidak sesuai dengan kediktatoran militer atau rezim

otoriter manapun. Mereka juga tidak sesuai dengan sistem sosialis seperti

yang ada di Uni Soviet dan di blok negara komunis di Eropa Timur. Inilah

sebabnya mengapa Uni Soviet dan negara komunis seperti Yugoslavia,

Polandia, dan Cekoslovakia tidak memilih untuk memberikan suara pada

Deklarasi HAM di Majelis Umum kala itu. Bahkan, pelanggaran HAM

seringkali menjadi masalah dalam hubungan antara negara-negara demokrasi

barat dan negara-negara di Timur Tengah, China, Myanmar, dan banyak

negara di Afrika.40

Negara-negara yang memiliki militer dan persenjataan yang kuat

cenderung melakukan kekerasan dan mengabaikan hak asasi manusia.

Kekerasan semacam itu dipahami mencakup penggunaan dan

penyalahgunaan small arms dan light weapons, bahan peledak, bom, dan

39

Reza Antonius, Melampaui Negara Hukum Klasik, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), 35. 40

Nilanjana Jain, ―Human Rights Under Democracy‖, The Indian Journal of Political

Science 1, (Jan-Maret 2006): 146, diunduh pada 3 Juni 2017, tersedia di:

http://www.jstor.org/stable/41856200.

Page 37: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

25

laporan menunjukkan bahwa kekerasan dengan senjata telah membunuh

sekitar 525.000 orang setiap tahunnya.41

Kekerasan senjata selain memberi dampak pada pengabaian hak asasi

manusia, juga memberikan dampak bagi perekonomian suatu negara untuk

perbaikannya kembali. Di Amerika Serikat, perkiraan biaya terkait kekerasan

senjata (termasuk biaya psikologis dan penurunan kualitas hidup) telah

dihitung sekitar 100 miliar dolar per tahun.42 Di negara berpenghasilan rendah

dan menengah, hal itu bisa lebih besar lagi dibandingkan dengan

produktivitas ekonomi nasionalnya. Brasil diketahui telah menghabiskan 10%

GDP tahunannya untuk menanggapi kekerasan bersenjata. Venezuela sekitar

11%, Kolombia dan El Salvador masing-masing menghabiskan sekitar 25%

dari PDB mereka.43

Hubungan antara transfer senjata dengan munculnya konflik serta

pelanggaran HAM sangatlah erat. Dalam melakukan penjualan senjata,

seharusnya negara pemasok memperhatikan siapa negara yang akan

menerima, apakah ada catatan pelanggaran HAM yang berat atau tidak. Hal

ini dikarenakan dampak yang akan terjadi apabila hal ini diabaikan cukup

berat. Semakin negara yang sering melakukan pelanggaran HAM disuplai

senjata, maka tak mengherankan apabila senjata itu digunakan dengan

41

Cate Buchanan, ―The Health And Human Rights Of Survivors Of Gun Violence:

Charting A Research And Policy Agenda‖, Health and Human Rights 13 (December 2011): 52,

diunduh pada 17 Juni 2017, tersedia di: http://www.jstor.org/stable/healhumarigh.13.2.50. 42

Buchanan, The Health And Human Rights, 52 43

Small Arms Survey, Small Arms Survey 2007: Guns and the City (Cambridge, UK:

Cambridge University Press, 2007), 39.

Page 38: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

26

semena-mena tanpa memperhatikan keselamatan masyarakat sipilnya atau

justru digunakan sebagai alat penekan masyarakatnya sendiri.44

Pasal 2 dalam The Universal Declaration of Human Rights (1948)

menyebutkan bahwa ―setiap orang berhak atas seluruh hak dan kebebasan

yang tercantum dalam Deklarasi ini, tanpa pembedaan apapun‖.45 Tidak ada

pembedaan yang harus dilakukan atas dasar politik, yurisdiksi atau status

internasional negara atau wilayah tempat seseorang berada. Hak dan

kebebasan yang dikatalogkan dalam 30 pasal Deklarasi HAM ini adalah hak

sipil, personal, politik, sosial dan budaya yang harus terjamin untuk warga

negara di negara merdeka, terutama dalam sistem demokrasi.46

B. Senjata di dunia Internasional

Ketika perhatian internasional tersita dan terfokus pada kebutuhan

pengendalian senjata pemusnah massal atau kegiatan non-proliferasi nuklir, justru

perdagangan senjata konvensional semakin gencar dan terus beroperasi. Saat ini,

semakin banyak negara mulai memproduksi senjata dalam skala ringan dengan

tanpa memiliki kemampuan dan keinginan untuk mengontrol penggunaannya.

Terlebih lagi, anggota Dewan Keamanan Tetap Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB), yaitu Amerika Serikat, Russia, Prancis, China, dan Inggris semakin

44

Lerna K. Yanik, ―Guns and Human Rights: Major Powers, Global Arms Transfers, and

Human RightsViolations‖, Human Rights Quarterly 28 (May 2006), 363, diunduh pada 13 Juni

2017, tersedia di: http://www.jstor.org/stable/20072741. 45

Universal Declaration of Human Rights, tersedia di

http://www.ohchr.org/EN/UDHR/Documents/UDHR.pdf. 46

Jain, ―Human Rights Under Democracy‖, 146.

Page 39: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

27

mendominasi perdagangan senjata dunia.47

Senjata seringkali dijadikan oleh negara-negara maju sebagai bantuan

kepada negara-negara berkembang. Meskipun begitu, justru ini merupakan ajang

promosi senjata oleh para negara penghasil senjata tersebut karena dengan

diberinya bantuan, nantinya negara-negara berkembang akan menjadi

ketergantungan dan menjadikan senjata sebagai sebuah kebutuhan. Diperoleh data

dari tahun 1998-2001, Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris mendapatkan lebih

banyak pendapatan dari penjualan senjata mereka ke negara-negara berkembang

ketimbang dengan pengeluaran yang mereka berikan dalam bentuk bantuan.48

Terkait dengan penjualan senjata di internasional, sebenarnya mengacu

kepada United Nations Register of Conventional Arms (UNROCA) yang

menjelaskan tentang aturan main penjualan senjata di internasional dari segi jenis

dan transparansi penjualannya.49

Oleh karena itu, setiap negara seharusnya

melaporkan data-data penjualan senjatanya ke UNROCA yang tujuannya untuk

menghindari perlombaan senjata (arms race) dan konflik bersenjata.50

Dari sini

terlihat bahwa UNROCA bisa berfungsi dalam konteks arms control yang juga

mendorong kepatuhan pemerintah kepada aturan yang patut diikuti dari hukum

nasional dan internasional yang bisa mencega konflik, pelanggaran hak asasi

47

Debbie Hillier and Brian Wood, Shattered Lives: The Case For Though International

Arms Control, Amnesty International and Oxfam International, (Oxford: Eynsham Information

Press, 2003), 54. 48

Hillier and Wood, Shattered Lives, 54-55. 49

UN General Assembly. United Nations Register of Conventional Arms. Sumber :

http://www.un.org/Depts/ddar/Register/a52316.html Diakses pada 28 Mei 2017 50

Paul Holtom, Lucie Beraud-sudreau dan Henning Weber, ―Reporting To The United

Nations Register Of Conventional Arms‖, SIPRI Fact Sheet, diunggah pada Mei 2001, diunduh

pada 15 Juli 2017, tersedia di: http://books.sipri.org/files/FS/SIPRIFS1105.pdf.

Page 40: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

28

manusia dan transfer senjata terlarang.51

Meski sudah sudah ada aturannya tentang pengaturan senjata ini, akan

tetapi pada implementasi aturannya tidak bisa diterapkan secara tegas. Hillier dan

Wood mengatakan bahwa ―It suffers from widespread corruption and bribes, And

it makes its profits on the back of machines designed to kill and maim human

beings”.52 Lima negara Dewan Keamanan tetap PBB (Amerika Serikat, Russia,

China, Prancis dan Inggris) lah yang seharusnya bertanggung jawab atas 88%

hasil penjualan senjata konvensional dunia (yang dilaporkan).53 Mantan presiden

Amerika Serikat, Jimmy Carter mengatakan bahwa ―We can’t have it both ways.

We can’t be both the world’s leading champion of peace and the world’s leading

supplier of arms”.54Jimmy menekankan bahwa perdamaian dan senjata tidak akan

bisa bersatu. Kita tidak bisa menjadikan dunia damai apabila tetap menjadi

pemasok senjata di dunia.

Negara-negara dunia ketiga paling sering dijadikan destinasi penjualan

senjata oleh para eksportir senjata. Berikut merupakan tabel destinasi ekspor dan

impor senjata.

51

Paul Holtom, Lucie Beraud-sudreau dan Henning Weber, ―Reporting To The United

Nations Register Of Conventional Arms‖. 52

Hillier and Wood, Shattered Lives, 56. 53

Anup Shah, ―The Arms Trade is Big Bussiness‖, Global Issue, diunggah pada Januari

2013, diakses pada 12 Mei 2017, tersedia di: http://www.globalissues.org/article/74/the-arms-

trade-is-big-business. 54

Dwight D Eisenhower, Quotes on the UN and Armaments, diakses pada 11 Mei 2017,

tersedia di: http://www.arcwebsite.org/pages/quotes.htm.

Page 41: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

29

Tabel 2.B.2 Kesepakatan Penjualan Senjata di Dunia, 2007-2014 dan

Persentase Kesepakatan dengan Negara Berkembang55

55

Catherine A. Theohary, ―Conventional Arms Transfers to Developing Nations‖, 2007-

2014‖, Congressional Research Service (December 2015): 23, dunduh pada 24 Juli 2017, tersedia

di: https://fas.org/sgp/crs/weapons/R44320.pdf

Pemasok Nilai Kesepakatan di

Dunia 2007-2010

Persentase Total

Kesepakatan Dengan

Negara Berkembang

Amerika Serikat 98178 67,13%

Rusia 38300 93,73%

Prancis 20700 87,92%

Inggris 13100 92,37%

China 9700 98,97%

Jerman 11400 62,28%

Italia 10000 53,00%

Negara-negara Eropa 23700 59,07%

Dan lain-lain 14000 70,00%

Total 239079 74,41%

Pemasok Nilai Kesepakatan di

Dunia 2011-2014

Persentase Total

Kesepakatan Dengan

Negara Berkembang

Amerika Serikat 152100 75,40%

Rusia 46900 88,91%

Prancis 17000 83,53%

Inggris 10100 93,07%

China 13000 100,00%

Jerman 15400 81,82%

Italia 7900 60,76%

Negara-negara Eropa 29500 75,59%

Dan lain-lain 19200 78,13%

Total 312400 75,54%

Pemasok Nilai Kesepakatan di

Dunia 2014

Persentase Total

Kesepakatan Dengan

Negara Berkembang

Amerika Serikat 36233 82,22%

Rusia 10200 99,02%

Prancis 4400 97,73%

Inggris 300 66,67%

China 2200 100,00%

Jerman 900 66,67%

Italia 1300 61,54%

Negara-negara Eropa 10700 91,59%

Dan lain-lain 4300 93,02%

Total 71823 86,02%

Page 42: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

30

Tabel 2.B.3 Kesepakatan Penjualan Senjata dengan Negara-negara

Berkembang, 2007-2014 Dilihat dari Penerima Senjata Tertinggi56

(Per Juta Dolar Amerika Serikat 2017)

56

Theohary, ―Conventional Arms Transfers to Developing Nations‖, 39.

Peringkat Penerima Nilai Kesepakatan

2007-2010

1 Arab Saudi 29.600

2 India 18.300

3 Uni Emirat Arab 13.500

4 Venezuela 9.300

5 Brazil 9.100

6 Mesir 8.700

7 Israel 8.400

8 Pakistan 8.100

9 Korea Selatan 7.300

10 Taiwan 5.100

Peringkat Penerima Nilai Kesepakatan

2011-2014

1 Arab Saudi 56.400

2 Irak 21.700

3 India 19.800

4 Algeria 13.100

5 Korea Selatan 13.100

6 Mesir 9.100

7 Uni Emirat Arab 9.100

8 Israel 8.400

9 Brazil 6.700

10 China 6.500

Peringkat Penerima Nilai Kesepakatan

2007-2014

1 Saudi Arabia 86.000

2 India 38.100

3 Iraq 27.300

4 Uni Emirat Arab 22.600

5 Korea Selatan 20.400

6 Mesir 17.800

7 Algeria 16.200

8 Brazil 15.800

9 Israel 10.300

10 Venezuela 9.300

Page 43: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

31

Gambar 2.B.1 Pemain Terbesar dalam Pasar Senjata Global57

Negara yang paling banyak mengekspor senjata ke negara-negara

berkembang adalah Amerika Serikat. Diketahui pada 2014, Amerika Serikat

melakukan kesepakatan penjualan senjata ke negara-negara berkembang dengan

persentase 48,2%. Disusul kemudian oleh negara-negara Eropa Barat yang

mencapai 16%.58

57

Hazel Sheffield, “Arms trade: One chart that shows the biggest weapons exporters of

the last five years‖, Independent, diunggah pada 5 Januari 2013, diakses pada 7 Juni 2017, tersedia

di: http://www.independent.co.uk/news/business/news/arms-trade-exporters-importers-weapons-

transfers-sipri-a6891491.html. 58

Theohary, ―Conventional Arms Transfers to Developing Nations‖, 20.

Page 44: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

32

Diagram 2.B.1 Kesepakatan Penjualan Senjata di Dunia59

(Nilai Persentase Pemasok)

Diagram 2.B.2 Kesepakatan Penjualan Senjata Dengan Negara

Berkembang60

(Nilai Persentase Pemasok)

59 Theohary, ―Conventional Arms Transfers to Developing Nations‖, 20.

60 Theohary, ―Conventional Arms Transfers to Developing Nations‖, 21

Page 45: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

33

Senjata yang paling banyak di ekspor ke negara berkembang adalah jenis

Tanks and Self-Propelled Guns, Surface-to-Air Missiles, Artillery, APCs and

Armored Cars dan Anti-Ship Missiles.61 Pada 2011-2014, Surface-to-Air Missiles

merupakan senjata yang paling diminati di kalangan negara-negara berkembang

dan terjual sebanyak 13.325 pada periode ini.62

61

Theohary, ―Conventional Arms Transfers to Developing Nations‖, 53 62

Theohary, ―Conventional Arms Transfers to Developing Nations‖, 53

Page 46: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

34

Tabel 2.B.4. Jumlah Senjata yang dikirim ke Negara Berkembang63

Tipe Senjata U.S. Russia China Eropa

Barat

Negara

Eropa

lainnya

Lain-

lain

2007-2010 Tanks and Self-

Propelled Guns 635 720 500 390 440 40

Artillery 274 50 420 130 540 1.050 APCs and Armored

Cars 244 430 820 560 1.770 550

Major Surface

Combatants 0 0 3 15 4 6

Minor Surface

Combatants 0 10 98 57 40 98

Guided Missile Boats 0 2 0 0 7 0

Submarines 0 1 0 5 0 0 Supersonic Combat

Aircrafts 60 170 40 50 90 70

Subsonic Combat

Aircrafts 0 0 20 50 20 80

Other Aircraft 74 10 120 30 140 20 Helicopters 50 230 20 120 60 70

Surface-to-Air-

Missiles 532 7.290 1.730 670 721 270

Surface-to-Surface-

Missiles 0 20 0 0 0 20

Anti-Ship Missiles 142 190 80 60 40 20

2011-2014 Tanks and Self

Propelled Guns 104 530 140 170 550 20

Artillery 230 170 130 20 730 650 APCs and Armored

Cars 419 860 430 960 840 410

Major Surface

Combatants 0 5 5 7 4 2

Minor Surface

Combatants 0 6 45 68 76 85

Guided Missile Boats 0 0 2 2 0 11

Submarines 0 3 0 2 0 1 Supersonic Combat

Aircrafts 48 130 20 20 60 50

Subsonic Combat

Aircrafts 0 0 0 40 0 20

Other Aircraft 58 20 50 80 220 40

Helicopters 2 340 30 170 30 40 Surface-to-Air- 835 9.420 1.390 350 420 910

63

Theohary, ―Conventional Arms Transfers to Developing Nations‖, 530

Page 47: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

35

Missiles

Surface-to-Surface-

Missiles 0 90 0 50 0 0

Anti-Ship Missiles 144 180 80 230 0 40

Di samping gencarnya para eksportir dan berbagai perusahaan senjata

dalam mencari strategi untuk memperluas penjualan senjatanya, hak asasi

manusia justru diabaikan karena seringkali senjata dijual tanpa membeda-bedakan

pembelinya, termasuk kepada negara-negara pelanggar HAM. Heavy

militarization di suatu wilayah meningkatkan resiko penindasan terhadap

masyarakat lokal. Hal ini mengakibatkan reaksi dari orang-orang yang tertindas

bersifat kekerasan pula.64

Di negara-negara yang sedang berkonflik, justru segala bentuk bantuan,

penjualan dan transfer senjata malah meningkat. Sejak adanya perang sipil di

Suriah pada 2011, impor senjata Suriah semakin meningkat 24,5% dari tahun

sebelumnya.65 Contoh lain adalah konflik Yaman, konflik yang melibatkan Arab

Saudi yang mendukung pemerintah Mansour Hadi.66 Konflik ini menyebabkan

tingkat impor senjata Arab Saudi meningkat di 2015. Diketahui impor senjata

Arab Saudi meningkat 22.55% menjadi 3,34 miliar USD.67

Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa penjuaan senjata sangat

diuntungkan dengan adanya konflik di suatu negara. Semakin banyak negara

64

Hillier and Wood, Shattered Lives, 33. 65

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tersedia di:

http://armstrade.sipri.org/armstrade/html/export_values.php. 66

―Yemen crisis: Who is fighting whom?‖, BBC, diakses pada 5 Juni 2017, tersedia di:

http://www.bbc.com/news/world-middle-east-29319423. 67

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tersedia di:

http://armstrade.sipri.org/armstrade/html/export_values.php.

Page 48: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

36

berkonflik, semakin banyak keuntungan yang diperoleh negara-negara penjual

senjata. Sementara yang menjadi perhatian dalam skripsi ini adalah negara-negara

penganut sistem demokrasi liberal turut berkontribusi dalam penjualan senjata di

negara-negara berkonflik yang sudah memakan korban sipil tidak berdosa.

Page 49: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

37

BAB III

KEBIJAKAN PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL

Bab ini menjelaskan kebijakan penjualan senjata di negara Amerika

Serikat dan Prancis. Untuk pembahasan Amerika Serikat dibagi dalam tiga

periode yakni yang pertama pada periode Perang Dingin, pasca 11 September

2001, dan pada masa pemerintahan Barrack Obama. Kemudian untuk Prancis juga

membahas kebijakan penjualan senjatanya pada periode Perang Dunia Kedua,

Perang Dingin, dan pada periode 2011-2015. Tujuan bab ini yaitu ingin memotret

kebijakan dua negara terkait penjualan senjata selama ini, khususnya dalam

rentang waktu 2011-2015.

A. Kebijakan Penjualan Senjata Amerika Serikat

Amerika Serikat merupakan negara yang sangat aktif terlibat dalam

aktivitas penjualan senjata global. Amerika Serikat bahkan menjadi negara yang

paling tinggi tingkat penjualan senjatanya. Baik pemerintah maupun pihak swasta

Amerika Serikat saling mendukung kebijakan penjualan senjata. Pihak swasta

Amerika Serikat yang paling aktif melakukan penjualan senjata adalah Lockheed

Martin Corporation, Northrop Grumman, dan Boeing yang merupakan kontraktor

pertahanan yang sangat besar didunia. Ketiganya menyumbang sekitar 1% GDP

Amerika Serikat.68

68

The U.S. Defense Industry And Arms Sales, diakses pada 1 Juli 2017, tersedia di:

https://web.stanford.edu/class/e297a/U.S.%20Defense%20Industry%20and%20Arms%20Sales.ht

m.

Page 50: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

38

Dalam persoalan senjata, Amerika Serikat memiliki undang-undang yang

mengatur soal itu yakni Undang-undang Pengendalian Ekspor Senjata (Arms

Export Control Act) yang dikeluarkan pada 1976. Undang-undang itu mengatur

bahwa Presiden Amerika diberikan wewenang secara langsung untuk

mengendalikan impor dan ekspor persenjataan.69

Untuk selanjutnya penjualan

senjata itu bisa dilaporkan ke kongres. Tujuan yang utama sebagaimana yang

tertulis dalam undang-undang tersebut adalah bahwa penerima senjata dari

Amerika hanya digunakan untuk pertahanan atau pembelaan sebuah negara yang

sah.70

Secara prinsip, ini sebenarnya tidak bertentangan dengan aturan

internasional mengacu pada UNROCA selagi penjualan senjata itu dilakukan

secara transparan dan Amerika melakukan pelaporan ke Kongres Amerika Serikat

terkait dengan ini. Selain itu, juga secara aturan tidak bertentangan dengan aturan

internasional lainnya yakni Arms Trade Treaty (ATT) yang sudah disahkan pada

24 Desember 2014 dimana kebijakan penjualan senjata tidak digunakan untuk

konflik berdarah seperti genosida, dan pelanggaran HAM.71

A.1 Penjualan Senjata pada Perang Dingin

Pasca Perang Dunia Kedua, Amerika Serikat dan Uni Soviet saling

berkompetisi untuk menjadi kekuatan hegemoni di dunia, termasuk bersaing

69

Gerald Ford, ―Statement on Signing the International Security Assistance and Arms

Export Control Act of 1976‖, The American Presidency Project, diunggah pada 1 Juli 1976,

diakses pada 16 Juli 2017, tersedia di: http://www.presidency.ucsb.edu/ws/?pid=6167. 70

―Control of Arms Exports and Imports‖, Legal Information Institute, diakses pada 16

Juli 2017, tersedia di: https://www.law.cornell.edu/uscode/text/22/2778. 71

―Arms Control‖, Amnesty International, diakses pada 16 Juli 2017, tersedia di:

https://www.amnesty.org/en/what-we-do/arms-control/.

Page 51: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

39

dalam penjualan senjata. Sampai pada periode Perang Dingin, Amerika

Serikat merupakan peringkat kedua eksportir senjata terbesar di dunia setelah

Uni Soviet. Penjualan senjata Amerika Serikat mencapai 412,42 miliar

USD.72

Tabel 3.A.5 Ekspor Senjata Terbesar pada Periode 1950-199173

Selama Perang Dingin, kebijakan Amerika Serikat hanya berfokus

pada pembendungan terhadap komunisme. Pembuat kebijakan Amerika

percaya bahwa memerangi penyebaran komunisme sangat penting bagi

keamanan Amerika Serikat. Dalam perang melawan komunisme, penjualan

senjata merupakan instrumen pengaruh dan indikator dukungan politik

Amerika Serikat. Dalam konteks persaingan superpower, transfer senjata

Amerika Serikat adalah bagian dari upaya yang lebih besar untuk

mempromosikan hubungan patron-klien di negara-negara dunia ketiga untuk

72

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tersedia di:

http://armstrade.sipri.org/armstrade/html/export_values.php 73

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tersedia di:

http://armstrade.sipri.org/armstrade/html/export_values.php

Peringkat Negara Ekspor Senjata

1950-1990

Per juta USD

1 Uni Soviet 449614

2 Amerika Serikat 412426

3 Inggris 105263

Page 52: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

40

memperkuat keberpihakan politik di perang dingin.74

Penjualan senjata Amerika Serikat ditujukan ke negara-negara

demokrasi atau non-demokrasi yang sama-sama menyuarakan perlawanan

terhadap komunisme. Dengan meningkatkan kemampuan militer negara-

negara penerima, penjualan senjata diharapkan berfungsi untuk melemahkan

posisi saingan strategis di wilayah impor, mengalahkan gerakan politik yang

tidak bersahabat, dan melindungi rezim yang berkuasa.75

Dalam Perang Dingin, promosi demokrasi, anti-komunisme, dan

keamanan berjalan beriringan. Amerika Serikat telah lama memegang hak

asasi manusia dan demokrasi sebagai nilai ideologis. Namun, lain halnya

apabila Amerika Serikat berhadapan dengan berbagai konflik. Nilai-nilai

semacam itu mungkin terhalang oleh tuntutan keamanan. Bahkan, Amerika

Serikat sering melakukan penjualan senjata ke rezim otoriter yang represif

yang memang sejalan dengan Amerika Serikat untuk melawan komunisme.

Oleh karena itu, selama tahun-tahun perang dingin, nilai-nilai hak asasi

manusia (HAM) dan demokrasi masih dibayang-bayangi oleh masalah

keamanan tradisional dalam menentukan penjualan senjata ke luar negeri.76

Namun, setelah kekalahan Uni Soviet dalam perang dingin dan

runtuhnya komunisme, Amerika Serikat tetap saja melakukan penjualan

74

Shannon Lindsey Blanton, ―Foreign Policy in Transition? Human Rights, Democracy,

and U.S. Arms Exports‖, International Studies Quarterly 49 (December 2005): 648, diakses pada

12 Mei 2017, tersedia di: http://www.jstor.org/stable/3693504. 75

Blanton, ―Foreign Policy in Transition?‖, 649 76

Blanton, ―Foreign Policy in Transition?‖, 650.

Page 53: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

41

senjata. Terlebih lagi, Amerika Serikat justru muncul bukan hanya sebagai

kekuatan dominan di dunia, tetapi juga menjadi kekuatan hegemonik di

bidang senjata. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya ekspor senjata

Amerika Serikat pasca Perang Dingin.77

Tabel 3.A.6 Ekspor Senjata Amerika Serikat Pasca Perang Dingin78

Per Juta Amerika Serikat

1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 Total

14130 13843 11519 11212 10888 14547 15715 11559 7607 111020

Karena ekspor senjata Amerika Serikat setelah runtuhnya komunisme

masih saja tinggi dan malah meningkat, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

sebenarnya kebijakan penjualan senjata Amerika Serikat bukan untuk

membendung komunisme. Pembendungan komunisme sendiri justru seperti

alat kampanye Amerika Serikat untuk melanggengkan bisnis senjatanya ini.

A.2 Penjualan Senjata pasca 11 September 2001

Pasca tragedi 11 September 2001, Presiden Amerika Serikat George

Bush dengan tegas menyerukan kepada dunia untuk War on terrorism. Setelah

adanya seruan perang tersebut, pemerintah Amerika Serikat pun dengan

77

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tersedia di:

http://armstrade.sipri.org/armstrade/html/export_values.php. 78

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tersedia di:

http://armstrade.sipri.org/armstrade/html/export_values.php.

Page 54: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

42

terang-terangan meningkatkan anggaran militernya secara terus menerus.79

Namun, Amerika Serikat sendiri juga sebenarnya khawatir akan

potensi efek sampingnya. Bush mengatakan bahwa ―The increase in

militarism itself is risking both the restriction of people’s rights, and the

entrenching of power of those who violate human rights”.80

Oleh karena itu,

pada periode ini, pemerintah Amerika Serikat menetapkan kebijakan untuk

menjual dan memberi bantuan senjata hanya kepada negara-negara yang telah

berjanji untuk membantu Amerika Serikat dalam memerangi terorisme dan

bukan negara yang pernah memiliki rekam jejak sebagai pelanggar HAM.81

79

Tom Shanker, ―U.S. Sold $40 Billion in Weapons in 2015, Topping Global Market‖,

New York Times, diakses pada 21 Mei 2017, tersedia di:

https://www.nytimes.com/2016/12/26/us/politics/united-states-global-weapons-sales.html?_r=0. 80

Edward Helmore, ―US increased weapons sales in 2015 despite slight drop in global

arms trade‖, The Guardian, diunggah pada 26 Desember 2016, diakses pada 7 Juni 2017, tersedia

di: http://amp/.theguardian.com/world/2016/dec/26/global-weapons-trade-sales-exports-united-

states. 81

Edward Helmore, “US increased weapons sales in 2015 despite slight drop in global

arms trade‖, diunggah pada 26 Desember 2016, The Guardian.

Page 55: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

43

Grafik 3.A.1 Pengeluaran Militer Amerika Serikat Sejak 200182

82

Anup Shah, ―World Military Spending‖, Global Issue, diunggah pada 30 Juni 2013,

diakses pada 12 Mei 2017, tersedia di: http://www.globalissues.org/article/75/world-military-

spending.

Page 56: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

44

Grafik 3.A.2 Pengeluaran Militer Amerika Serikat Sejak 200183

(Terkait dengan Perang)

Namun, pada kenyataannya Amerika Serikat malah aktif menjual

senjata ke negara-negara yang terlibat konflik. Sekitar 80% dari 25 negara-

negara pembeli senjata tertinggi dari Amerika Serikat merupakan bagian dari

rezim yang non-demokrasi liberal ataupun tercatat sebagai suatu

pemerintahan yang sering melakukan pelanggaran berat hak asasi manusia,

83

Anup Shah, ―World Military Spending‖, Global Issue.

Page 57: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

45

seperti konflik di Turki dan Timur Tengah.84

Penjualan senjata Amerika Serikat ke Turki merupakan salah satu

contoh kasus kontroversial yang sangat diperdebatkan. Meskipun Turki

merupakan negara demokrasi, ia pernah memiliki rekam jejak yang tidak baik

dalam menegakkan HAM. Pemerintah Turki pernah melakukan ethnic

cleansing terhadap salah satu suku di negaranya, yaitu suku Kurdi. Bahkan,

Turki menggunakan tank F-16, M-60 dan helikopter Black Hawk yang

diimpornya dari Amerika Serikat untuk melawan suku ini. Konflik ini tentu

sangat bertentangan dan mengabaikan HAM dalam nilai-nilai demokrasi itu

sendiri. Namun, Amerika Serikat menutup mata atas kekejaman yang terjadi

di Turki dan terus suplai senjata ke pemerintah Turki.85

Begitu pula Timur Tengah yang merupakan wilayah yang paling

termiliterisasi di dunia juga terdukung dari suplai senjata Amerika Serikat.

Padahal, pelanggaran HAM sering terjadi di kawasan ini. Dilihat dari rezim-

rezim yang otoriter dan diktator lalu dipersenjatai dengan kuat, maka

masyarakat di kawasan tersebut secara terang-terangan akan merasa tertekan.

Oleh karena itu, tidak mustahil apabila rasa tertekan dari masyarakat berubah

menjadi perlawanan yang ekstrim yang menjelma seperti gerakan fanatisme

dan ekstrimisme yang menuntut keadilan. Inilah yang membuat Timur

Tengah menjadi destinasi penjualan senjata yang menarik bagi Amerika

84

Anup Shah, ―The Arms Trade is Big Bussiness‖, Global Issue, diunggah pada 5 Januari

2013, diakses pada 12 Mei 2017, tersedia di: http://www.globalissues.org/article/74/the-arms-

trade-is-big-business. 85

Anup Shah, ―The Arms Trade is Big Bussiness‖, Global Issue.

Page 58: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

46

Serikat karena kawasan ini sangat konfliktual dan hampir tak berujung.86

Dapat disimpulkan bahwa semakin banyak konflik yang terjadi, semakin

banyak senjata yang terjual dan ini sangat menguntungkan negara penjual

senjata.

Pada akhirnya bisa ditarik kesimpulan bahwa penjualan senjata

Amerika Serikat bukan murni untuk mendorong gerakan perang terhadap

terorisme. Dengan penjualan senjata Amerika Serikat yang tidak sesuai

dengan kebijakannya, yaitu seharusnya memilih negara penerima senjata

adalah negara yang bersih dari pelanggaran HAM, penjualan senjata

Amerika Serikat ini justru terkesan murni sebagai bisnis yang

menguntungkan saja

A.3 Penjualan Senjata pada Pemerintahan Barrack Obama

Periode pemerintahan Presiden Barrack Obama (2009-2017)

merupakan periode pemerintahan yang paling banyak melakukan penjualan

senjata daripada yang sebelum-sebelumnya. Pada Pemerintahan ini,

kesepakatan penjualan senjata diketahui mencapai lebih dari 278 miliar USD

dalam kurun waktu delapan tahun (2008-2015).87

Persetujuan penjualan

senjata di era Obama ini meningkat dua kali lipat dari pemerintahan Bush

yang hanya mencapai 128,6 miliar USD.88

86

Anup Shah, ―The Arms Trade is Big Bussiness‖, Global Issue 87

Edward Helmore, ―US increased weapons sales in 2015 despite slight drop in global

arms trade‖, The Guardian. 88

Edward Helmore, ―US increased weapons sales in 2015 despite slight drop in global

arms trade‖, The Guardian.

Page 59: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

47

Diagram 3.A.2 Penjualan Militer Asing Pada Pemerintahan Presiden

Obama89

Pada 2015, penjualan senjata Amerika Serikat mencapai pangsa 33%

dari jumlah penjualan pasar global. Penjualan senjata Amerika Serikat telah

meningkat 27% dalam kurun waktu 5 tahun, yaitu pada 2011-2015.90

Diketahui, Amerika merupakan agen senjata terbesar di dunia dengan

penjualan senjata sekitar 40 miliar USD pada 2015, yang mewakili setengah

dari penjualan senjata di dunia.91

Dalam aktivitas penjualan senjata global, negara-negara berkembang

tetap menjadi fokus pangsa para pemasok sampai saat ini. Arab Saudi

89

Marcus Weisgerber, ―Obama Final Arms-Export Tally More Than Double Bush’s‖,

Defense one, diunggah pada 8 November 2016, diakses pada 31 Mei 2017, tersedia di:

http://www.defenseone.com/business/2016/11/obamas-final-arms-export-tally-more-doubles-

bushs/133014/ 90

Hazel Sheffield, ―Arms Trade: One Chart that shows the biggest weapons exporters of

the last five years‖, Independent. 91

Tom Shanker, ―U.S. Sold $40 Billion in Weapons in 2015, Topping Global Market‖,

New York Times.

Page 60: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

48

merupakan negara pembeli senjata terbesar dari Amerika Serikat. Dalam

kisaran waktu 2011-2015, impor senjata Arab Saudi dari Amerika Serikat

mencapai 4571 juta USD.92

Adapun jenis-jenis senjata yang diekspor oleh Amerika Serikat

yakni: Tanks and Self-propelled Guns, Artillery, Armored Personnel

Carriers (APCs) and Armored Cars, Major Surface Combatants, Minor

Surface Combatants, Submarines, Guided Missile Patrol Boats, Supersonic

Combat Aircraft, Subsonic Combat Aircraft, Helicopters, Surface-to-air-

Missiles, Surface-to-surface-Missiles, dan Anti-ship Missiles.93

Jenis

Aircraft merupakan produk ekspor unggulan dari Amerika Serikat.94

Diketahui sampai akhir 2015, Amerika serikat terlibat kontrak untuk

memasok pesawat tempur new generations F-35 ke aliansi-aliansinya di

Eropa seperti Inggris, Italia, Norwegia, Belgia, Denmark and Turki.95

Peningkatan anggaran militer Amerika Serikat memang menjadi

prioritas pada masa pemerintahan Barrack Obama. Pada 2012, sebanyak

37% alokasi dana dari pajak Amerika Serikat dikerahkan untuk biaya

pengembangan dan pemutakhiran militernya.96

Bahkan, pada tahun yang

92

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tersedia di:

http://armstrade.sipri.org/armstrade/html/export_values.php. 93

Matthew Munson, ―Arms trade‖, diunggah pada 26 Desember 2016, diakses pada 30

Mei 2017, tersedia di: http://www.matthewmunson.co.uk/arms-trade/. 94

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tersedia di:

http://armstrade.sipri.org/armstrade/html/export_values.php. 95

Brad Lendon, ―U.S. Send Newest F-35 Stealth Fighters to Europe‖, CNN, diunggah

pada 17 April 2017, diakses pada 30 Mei 2017, tersedia di:

http://edition.cnn.com/2017/04/17/politics/us-f-35-stealth-fighters-europe-england/. 96

Hazel Sheffield, “Arms trade: One chart that shows the biggest weapons exporters of

the last five years‖, Independent.

Page 61: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

49

sama, pengeluaran militer Amerika Serikat menjadi peringkat tertinggi

dengan pencapaian 39% dari seluruh total anggaran militer di dunia.97

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa periode pemerintahan

Presiden Obama merupakan periode dimana penjualan senjata Amerika

Serikat meningkat drastis dari pemerintahan sebelumnya. Hal ini di

pengaruhi pula ada banyaknya konflik dan military force yang terjadi pada

periode ini. Hal ini juga menunjukan bahwa tidak ada perubahan antara

Amerika Serikat oleh ―partai demokrat‖ (Obama) yang menjunjung HAM

ataupun ―republik‖ yang lebih konservatif sebenarnya dalam kebijakan luar

negerinya, khususnya mengenai penjualan senjatanya.

Diagram 3.A.3 Pengeluaran Militer di Dunia Pada 201298

97 Hazel Sheffield, “Arms trade: One chart that shows the biggest weapons exporters of

the last five years‖, Independent. 98

Anup Shah, ―World Military Spending‖, Global Issue.

Page 62: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

50

Diagram 3.A.4 Alokasi Pajak Amerika Serikat pada 201299

B. Kebijakan Ekspor Senjata Prancis

Prancis merupakan negara yang sangat aktif dalam penjualan senjata.

Banyaknya penjualan senjata yang dilakukan Prancis membuatnya menjadi

peringkat ke 4 penjual senjata terbesar di dunia. Salah satu pihak swasta

Prancis yang terlibat dalam penjualan senjata, yakni Thales. Thales

merupakan perusahaan penghasil senjata terbesar di Prancis, dan merupakan

peringkat 11 produsen senjata terbesar di dunia pada 2010, dengan menjual

sekitar 57% dari seluruh total penjualan.100

Prancis mengatur banyak aturan terkait dengan persenjataan. Misalkan

diantaranya ada Nuclear Non-proliferation Treaty (1992), Comprehensive Test

99

Anup Shah, ―World Military Spending‖, Global Issue. 100

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tersedia di:

https://www.sipri.org/databases/armsindustry.

Page 63: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

51

Ban Treaty (1998), Convention on the Physical Protection of Nuclear

Material (CPPNM) yang diamandemen pada 2013, Chemical Weapons

Convention (1995), Biological Weapons Convention (1984), dan International

Convention for the Suppression of Acts of Nuclear Terrorism (2005).101

Pada

prinsipnya, aturan ini sudah sesuai dengan apa yang tercantum dalam kode

etik (Code of Conduct) tentang penjualan senjata yang dikeluarkan oleh

Dewan Uni Eropa pada 5 Juni 1998 dimana penjualan senjata anggota negara-

negara Uni Eropa harus mempertimbangkan HAM.102

Selain aturan dari Uni Eropa, secara prinsip juga aturan kebijakan

Prancis tidak bertentangan dengan aturan internasional mengacu pada

UNROCA selagi penjualan senjata itu dilakukan secara transparan dan

Amerika Serikat melakukan pelaporan ke Kongres Amerika Serikat terkait

dengan ini. Secara bersamaan, penjualan senjata tersebut juga secara aturan

tidak bertentangan dengan aturan internasional lainnya yakni Arms Trade

Treaty (ATT) yang sudah disahkan pada 24 Desember 2014 dimana kebijakan

penjualan senjata tidak digunakan untuk konflik berdarah seperti genosida,

dan pelanggaran HAM.103

101

―Arms Control and Proliferation Profile: France‖, Arms Control Association, diunggah

pada April 2017, diakses pada 16 Juli 2017, tersedia di:

https://www.armscontrol.org/factsheets/franceprofile#major. 102

―European Union Code of Conduct on Arms Export‖, European Union The Councils,

diunggah pada 5 Juni 1998, diunduh pada 15 Juli 2017, tersedia di: http://www.consilium.europa.eu/uedocs/cmsUpload/08675r2en8.pdf

103 ―Arms Contol‖. Amnesty Internasional, diakses pada 17 Juli 2017, tersedia di:

https://www.amnesty.org/en/what-we-do/arms-control/.

Page 64: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

52

B.1 Penjualan Senjata Pasca Perang Dunia Kedua

Sejak perang dunia kedua, Prancis memang sudah aktif dalam

kegiatan pengembangan militer dan penjualan senjata. Pada mulanya,

Prancis hanya bergantung pada bantuan-bantuan senjata aliansinya

(Amerika Serikat) pada waktu itu untuk mengalahkan Jerman dan

mempertahankan colonial empire-nya. Melalui aliansi Atlantik, Amerika

Serikat menyalurkan bantuannya untuk mendukung colonial wars and

rearmament Prancis beserta proses modernisasi dan perluasan basis industri

militernya.104

Pada 1950, Prancis membeli 450 unit pesawat jet tempur Dassault's

M.D. Ouragon untuk pertama kalinya dari Amerika Serikat dan sekaligus

telah berhasil menjualnya ke India (104 unit) dan Israel (60 unit). Melalui

bantuan Amerika Serikat, Prancis juga berhasil menjual light tank AMX-13

kepada Israel (150 unit), Mesir (20 unit), Peru (40 unit), dan Venezuela (20

unit).105

Kebijakan penjualan senjata Prancis datang dari insentif ekonomi.

Diketahui pada periode 1974-1977, penjualan senjata Prancis naik dua kali

lipat dari kira-kira 1,4 miliar USD menjadi 3 miliar USD. Pada periode

yang sama, pesanan peralatan militer baru melonjak 45% dari 3,8 miliar

104

Edward A Kolodziej, ―France And The Arms Trade,‖ International affairs 56 (Jan

1980): 55, diunduh pada 12 Mei 2017, tersedia di: http://www.jstor.org/stable/2615719. 105

Kolodziej, ―France And The Arms Trade‖, 56

Page 65: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

53

USD menjadi 5.5 miliar USD.106

Antara tahun 1972 dan 1977, ekspor senjata dan militer Prancis naik

dari 3 persen dari seluruh perdagangan menjadi 4,6 persen. Pada periode

1972 sampai 1976 ekspor barang modal meningkat dari 12,5 persen menjadi

15,3 persen. Dalam periode tiga tahun antara 1974 dan 1976, ekspor barang

modal naik 48 persen sementara penjualan senjata meningkat sebesar 75

persen.107

Dengan tidak adanya penjualan senjata, posisi ekonomi eksternal

Prancis dan kekuatan Prancis akan berada dalam ancaman serius. Antara

1974-1977 per tahun Prancis rata-rata mengalami defisit komersial sebesar

5,1 miliar USD. Defisit tahun 1976 adalah yang defidsit terbesar dalam

sejarah pasca perang Prancis sebesar 7,3 miliar USD. Pada periode yang

sama, penjualan senjata rata-rata sekitar 1,4 miliar USD. Tanpa penjualan

senjata ini, Prancis mungkin akan mengalami defisit lebih dari 6 miliar USD

setiap tahunnya.108

Prancis telah berhasil memperkuat basis militer dan senjatanya dari

tahun ke tahun. Selama pasca Perang Dunia Kedua hingga berakhirnya

Perang Dingin, jumlah ekspor senjata Prancis menduduki posisi ke 4 di

dunia dengan jumlah 75,55 miliar USD setelah Uni Soviet (455,26 miliar

USD), Amerika Serikat (424,93 miliar USD), dan Inggris (106,78 miliar

106

Kolodziej, ―France And The Arms Trade,‖ 61-62 107

Kolodziej, ―France And The Arms Trade,‖ 62 108

Kolodziej, ―France And The Arms Trade,‖ 62

Page 66: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

54

USD).109

Pada sub bab ini dapat diambil kesimpulan bahwa kebijakan

penjualan senjata Prancis di masa pasca Perang Dunia Kedua didasarkan

atas kepentingan ekonomi. Penjualan senjata Prancis di dalam periode ini

memberikan sumbangsih cukup besar bagi kestabilan perekonomian

Prancis, karena bisnis senjata ini bisa menutup anggaran devisit negara ini.

B.2 Penjualan Senjata Pasca Perang Dingin

Pasca Perang Dingin, Prancis terus-menerus mengembangkan

industri persenjataannya. Pada 1992, total ekspor senjata Prancis mencapai

1,185 miliar USD yang meningkat sekitar 6,8% dari tahun sebelumnya,

yaitu 1,109 miliar USD. Namun, Prancis sempat mengalami sedikit

penurunan jumlah penjualan pada 1993 dan 1994 yaitu hanya mencapai

sebesar 927 juta USD dan 849 juta USD. Akan tetapi, Prancis mulai

kembali bersemangat meningkatkan penjualan senjatanya di 1995 dengan

total penjualan 971 juta USD dan terus meningkat di tahun-tahun

selanjutnya.110

Pada 1997, penjualan senjata Prancis pun meningkat tajam sebesar

73,36% dari tahun sebelumnya, yaitu dari 1,892 miliar USD menjadi 3,230

miliar USD. Destinasi penjualan senjata terbesar Prancis pada periode ini

109

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tersedia di:

http://armstrade.sipri.org/armstrade/html/export_values.php. 110

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tersedia di:

http://armstrade.sipri.org/armstrade/html/export_values.php.

Page 67: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

55

adalah Taiwan dengan jumlah 1,833 miliar USD yang merupakan 43,25%

dari total penjualan senjata Prancis pada tahun ini. Jenis senjata yang paling

laris adalah jenis aircraft yang mencapai 32,16% dari seluruh ekspor senjata

Prancis pada tahun ini.111

Jumlah penjualan senjata Prancis pada 1997 merupakan total ekspor

senjata Prancis tertinggi selama satu dekade pasca perang dingin. Jumlah

penjualan ini menjadikan Prancis menduduki peringkat kedua negara

pengekspor senjata tertinggi setelah Amerika Serikat pada tahun tersebut.112

Pada 2010, jumlah penjualan senjata Prancis mencapai 33,76 miliar

USD dan tetap bertahan pada posisi keempat ekportir senjata terbesar di

dunia. Jenis senjata yang paling laris dijual Prancis pada periode ini adalah

jenis aircraft yang penjualannya mencapai 43,5% dari total ekspor senjata

Prancis.113

Prancis semakin aktif dalam melakukan penjualan senjata. Bukan

hanya aktif dalam penjualan senjata saja, bahkan Prancis merupakan negara

yang paling konsisten karena selalu menduduki peringkat ketiga atau

keempat negara penjual senjata tertinggi di dunia. Posisi ini menunjukkan

keseriusan Prancis dalam melakukan penjualan senjata di dunia.

111

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tersedia di:

http://armstrade.sipri.org/armstrade/html/export_values.php. 112

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tersedia di:

http://armstrade.sipri.org/armstrade/html/export_values.php. 113

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tersedia di:

http://armstrade.sipri.org/armstrade/html/export_values.php.

Page 68: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

56

B.3 Penjualan Senjata pada 2011-2015

Pada 2011, jumlah penjualan senjata Prancis meningkat 25% dari

€1,5 miliar menjadi €6,5 miliar.114

Hal ini meliputi penjualan mistral-class

amphibious assault ships ke Rusia, upgrade mirage 2000 fighters ke India,

dan penjualan armored vehicles ke Arab Saudi.115

Ekspor senjata Prancis pun diketahui naik 18% pada 2014 dan ini

menjadi tahun ekspor senjata tertinggi Prancis dari sebelum-sebelumnya.

Prancis berhasil menjual senjata sejumlah €8,2 miliar atau 9,1 miliar USD.

Dimulai dari 2014 juga, Prancis mendapat 5 kontrak besar penjualan

senjata. Kontrak yang paling besar yakni €4,79 miliar, yang meraup

keuntungan 71% lebih tinggi dari tahun sebelumnya.116

Importir utama Prancis pada rentang 2011-2014 yaitu kawasan

Timur Tengah (38%) dan Asia (30%), yang kemudian disusul oleh Eropa

(13%), Amerika (11%), dan Afrika (4%).117

Negara-negara pengimpor

senjata terbesar Prancis pada periode ini adalah Maroko dengan 1,33 miliar

USD, kemudian disusul oleh China dengan 1,02 miliar USD, serta Arab

114

Amy Svitak, ―French Arms Exports Climb 25% In 2011‖, Aviation Week Network,

diunggah pada 23 Feb 2012, diakses pada 15 Juni 2017, tersedia di:

http://aviationweek.com/defense/french-arms-exports-climb-25-2011. 115

Amy Svitak, ―French Arms Exports Climb 25% In 2011‖, Aviation Week Network. 116

Agence France-Presse, ―French 2014 Arms Exports Best in 15 Years‖, Defense News,

diunggah pada 2 Juni 2015, diakses pada 11 Juni 2017, tersedia di:

http://www.defensenews.com/story/defense/policy-budget/industry/2015/06/02/french-arms-

exports-best-years/28367351/. 117

Agence France-Presse, ―French 2014 Arms Exports Best in 15 Years‖, Defense News.

Page 69: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

57

saudi dan Uni Emirat Arab yang mencapai sekitar 400-450 juta USD.118

Peningkatan angka penjualan senjata Prancis berlanjut ke 2015.

Menurut Congressional Research Service, Prancis merupakan pesaing

Amerika Serikat dalam menjual senjata di pasar global. Diketahui pada

2015, arms trade agreements Prancis sebanyak 15 miliar USD dan

merupakan peringkat terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.119

Tabel 3.B.7 Kesepakatan Penjualan Senjata di Dunia pada 2015120

No Negara USD

1. Amerika Serikat $40,157 Miliar

2. Prancis $15,3 Miliar

3. Rusia $11,1 Miliar

4. China $6 Miliar

5. Swedia $1,5 Miliar

6. Italia $1 Miliar

7. Jerman $900 Juta

8. Turki $800 Juta

9. Inggris $700 Juta

10. Israel $700 Juta

Bahkan, jumlah ekspor Prancis meningkat tajam dari €6,5 miliar

atau setara dengan 9 miliar USD pada 2011, menjadi €16,9 miliar atau

setara dengan 18,8 miliar USD pada 2015.121

Berikut adalah data Ekspor

118

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tersedia di:

http://armstrade.sipri.org/armstrade/html/export_values.php 119

Catherine A. Theohary, ―Conventional Arms Transfers to Developing Nations‖, 2008-

2015‖, Congressional Research Service (December 2016): 60, diakses pada 24 Juli 2017, tersedia

di: https://fas.org/sgp/crs/weapons/R44716.pdf. 120

Catherine A. Theohary, ―Conventional Arms Transfers to Developing Nations‖, 2008-

2015‖, Congressional Research Service.. 121

Lucy Beraud Sudreau, ―French Arms Exports Success –The Data Behind The

Number‖, IISS, diunggah pada 12 Oktober 2016, diakses pada 3 Juni 2017, tersedia pada

https://www.iiss.org/en/militarybalanceblog/blogsections/2016-629e/october-96af/french-arms-

exports-success-a148.

Page 70: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

58

Senjata dan Pengiriman Prancis dari 2011-2015.

Tabel 3.B. 8 Jumlah Kontrak Ekspor Senjata Prancis (2011–2015)122

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

Nilai Kontrak (€bn) 6.5 4.8 6.9 8.2 16.9

Pengiriman (€bn)* 3.8 3.4 3.9 4.0 6.2

Dengan peningkatan angka penjualan senjata yang diraih, Prancis

menjadi negara pengekspor senjata terbesar ketiga di dunia dengan jumlah

8,1 miliar USD setelah Amerika Serikat (46,37 miliar USD) dan Rusia

(35,41 miliar USD).123

Jenis senjata yang paling banyak diekspor oleh

Prancis yaitu aircraft, ships, and sensors.124

Tabel 3.B.9 Tipe Senjata yang Dijual Prancis125

Tipe Senjata 2011 2012 2013 2014 2015 Total

Aircraft 972 360 385 432 613 2762

Air defence

systems

30 50 33 46 28 186

Armoured

vehicles

4 18 48 35 66 170

Artillery 70 14 4 31 39 158

Engines 56 94 136 86 88 459

Missiles 206 305 325 157 167 1160

Sensors 214 167 359 390 421 1551

Ships 215 25 227 529 658 1654

Total 1766 1033 1517 1705 2080 8101

122

Lucy Beraud Sudreau, ―French Arms Exports Success –The Data Behind The

Number‖, IISS. 123

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tersedia di:

http://armstrade.sipri.org/armstrade/html/export_values.php. 124

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) 125

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI)

Page 71: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

59

Semakin tahun, peningkatan penjualan senjata Prancis kian melaju

cepat namun masih tetap menempatkannya pada posisi yang konsisten.

Kepemilikan senjata dan tingkat penjualannya yang tinggi membuat posisi

Prancis menjadi pesaing Amerika Serikat (yang notabene-nya sebagai

negara adidaya) dalam perdagangan global. Ini berarti, dalam hal

persenjataan, Prancis merupakan negara yang mapan dan tak diragukan lagi.

Page 72: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

60

BAB IV

ANALISIS PENJUALAN SENJATA DI NEGARA DEMOKRASI

LIBERAL AMERIKA DAN PRANCIS

Bab ini berisikan analisis penjualan senjata di negara demokrasi liberal

seperti Amerika Serikat dan Prancis. Ada dua ulasan penting terkait alasan

penjualan senjata di dua negara tersebut. Pertama penjualan senjata tersebut

sangat berkaitan dengan narasi yang dikembangkan oleh aktor-aktor internasional

bahwa sistem internasional adalah anarki. Kepemilikan senjata bagi negara-negara

untuk bisa bertahan hidup adalah sebuah pilihan. Kedua, penjualan senjata juga

sangat berkaitan dengan kepentingan nasional dari kedua negara tersebut,

khususnya dalam kepentingan politik dan ekonominya. Jadi kepentingan nasional

merekalah yang menjadi prioritas ketimbang prinsip-prinsip yang dibangun oleh

negara demokrasi liberal tersebut, khususnya soal HAM.

A. Narasi Anarkisme Sistem Internasional Sebagai Peningkatan Kebutuhan

Senjata di Dunia

Dunia internasional yang bersifat anarki dan itu memiliki banyak potensi

konflik. Anarki sendiri merupakan keadaan dimana tidak ada otoritas yang lebih

tinggi dari sebuah negara dan bagi sesama negara, tidak ada yang lebih tinggi

derajatnya.126

Karena tidak adanya kekuatan yang lebih tinggi yang bisa mengatur

behaviour suatu negara, maka tak mengherankan jika banyak negara yang saling

126

Tim Dunne, Milja Kurki, dan Steve Smith, International Relations Theory: Dicipline

and Diversity, (Inggris: Oxford University Press, 2013), 79.

Page 73: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

61

menyerang dan berkonflik. Oleh karena tidak adanya jaminan bagi suatu negara

untuk tidak menyerang negara lainnya, maka membuat negara-negara berlomba-

lomba untuk meningkatkan powernya untuk melindungi negaranya dari serangan

negara lain. Negara-negara sangat membutuhkan power untuk tetap survive di

dunia internasional yang anarki ini. Power merupakan kunci bagi setiap negara

untuk bisa tetap menjalankan kehidupan negaranya.127

Presiden Richard Nixon dan sekertaris negara, Henry Kissinger yang

menggambarkan bahwa anarkismenya sistem internasional adalah usaha negara

untuk mencapai power. Sebagai contoh Amerika Serikat berusaha untuk

memaksimalkan power dan meminimalkan kemampuan dari negara lain yang

membahayakan keamanan Amerika Serikat. Menurut realisme, permulaan dan

akhir dari politik internasional adalah kondisi yang individualis dalam interaksi

dengan negara-negara lainnya.128

Suplai senjata yang dilakukan oleh Amerika

Serikat dan Prancis di dunia adalah sebagai upaya mempertahankan power

keduanya, khususnya dalam bersaing dengan negara-negara non-demokratis

seperti Rusia dan China yang juga menempatkan posisi atas dalam penjualan

senjatanya.

Dalam pandangan realis, badan internasional seperti Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB) yang memiliki landasan hukum internasional pun tidak bisa

sepenuhnya mengatur negara. Meskipun PBB didirikan untuk menciptakan hirarki

127

Tim Dunne, Milja Kurki, dan Steve Smith, International Relations Theory: Dicipline

and Diversity, 79. 128

Joseph S. Nye, Jr, Understanding International Conflicts: An Intriduction to Theory

and History, (U.S.: Longman, 1997), 4-7.

Page 74: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

62

internasional, namun pada kenyataannya hirarki tersebut tidak mampu

membohongi bahwa dunia internasional ini memang anarki secara alami. Hukum

internasional yang berlaku pun juga tidak bisa mengikat negara secara mutlak.

Bahkan, apabila suatu negara tidak mau mengikatkan diri dengan hukum

internasional, lembaga internasional pun tidak bisa berbuat apa-apa. Karena,

memang sejatinya, lembaga dan hukum internasional akan mengikat bagi negara

yang bersedia mengikatkan dirinya saja.129

Pada keaadan dunia internasional yang anarki ini, kebutuhan militer dan

persenjataan suatu negara yang sedang berkonflik dan dalam kondisi perang

semakin meningkat. Oleh karena itu, permintaan negara terhadap pembelian

senjata juga meningkat. Hal inilah mendasari negara-negara penjual senjata

seperti Amerika Serikat dan Prancis untuk suplai senjata dalam rangka untuk

memenuhi permintaan tersebut.130

Sebagai contoh Arab Saudi ketika melakukan intervensi ke Yaman,

permintaan Arab Saudi terhadap senjata menjadi meningkat drastis. Diketahui

pada 2011-2015, permintaan senjata Arab Saudi meningkat sebanyak 275 persen

jika dibandingkan dengan periode 2006-2010.131

Arab Saudi membutuhkan

kekuatan militer dan senjata yang tinggi untuk kegiatan offensive. Arab saudi pun

tak segan-segan membeli senjata dalam jumlah besar ke Amerika Serikat. Ketika

129

Sefriani, Hukum Internasional: Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2012 ), 34. 130

Aude Fleurant, dkk, “Trends in International Arms Transfers, 2015”, SIPRI Fact

Sheet: 8, diunduh pada 10 Juni 2017, tersedia di https://www.sipri.org/sites/default/files/Trends-in-

international-arms-transfers-2016.pdf . 131

Fleurant, dkk, SIPRI Fact Sheet: 8.

Page 75: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

63

intervensi Arab Saudi ke Yaman berlangsung, Amerika Serikat hanya berlaku

sebagai sewajarnya seorang penjual. Ketika Arab Saudi memiliki permintaan

senjata dan berniat membelinya dari Amerika Serikat, maka Amerika Serikat

mensuplai senjata sesuai yang diminta. Ketika itu, Arab Saudi membutuhkan 150

combat aircraft, ribuan air-to-surface missiles dan anti-tank missiles, dan

Amerika Serikat pun mengirimkan senjata sesuai dengan permintaannya.132

Dalam kasus ini bagi Amerika Serikat dan Prancis, berangkat dari

kebutuhan pasar yang meningkat kalaupun tidak mereka ambil, maka pasar

senjata akan diambil oleh negara-negara non-demokrasi seperti Rusia dan China.

Ini tentu akan jauh lebih berbahaya karena selama ini negara-negara non-

demokrasi acuh kepada pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Meskipun begitu,

dalam beberapa kasus Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa juga ada

yang mempertimbangkan aspek HAM dalam penjualan senjatanya misalkan

terjadi dalam kasus embargo ke Indonesia pada 1995 sampai 2005.

Namun meski begitu, Thomas Hobbes dalam menjawab bahwa realis

pesimis tentang sebuah perdamaian antar negara dan realis menggambarkan

sistem internasional penuh konfliktual, dia mengandaikan masalah ini seperti

cuaca badai yang tidak berarti akan menunjukan hujan terus menerus, jadi begitu

juga dalam kondisi perang tidak berarti akan perang terus menerus. Sederhananya,

bahwa mendung bukan berarti akan turun hujan. Atau pengandaian orang London

yang kebiasaan membawa payung di musim cerah bulan April bukan berarti untuk

menadah hujan. Oleh karena itu, prospek perang dalam sistem anarki membuat

132

Fleurant, dkk, February 2016, ―Trends in International Arms Transfers, 2015”, 8.

Page 76: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

64

negara tetap memiliki tentara meskipun dalam kondisi damai.133

Dengan begitu dalam kasus Amerika dan Prancis sebagai negara adidaya,

paradigma realisme bisa menjelaskan bahwa penjualan senjata yang dilakukannya

adalah untuk mempertahankan power selama ini. Apalagi Amerika Serikat

sebagai pemenang Perang Dunia yang mana penting bagi negara ini untuk unggul

dari segala bidang termasuk dalam rating tertinggi dalam penjualan senjatanya di

dunia. Ini tentu berbeda dengan negara-negara berkembang pembeli senjata dari

Amerika dan Prancis yang mana untuk kepentingan bertahan hidup (survival)

sebagaimana dijelaskan dalam paradigma neorealisme.

B. Kepentingan Politik dan Ekonomi di atas Kepentingan Hak Asasi

Manusia

B.1 Kepentingan Politik dan Ekonomi Amerika Serikat

Pasca runtuhnya Uni Soviet pada Perang Dingin, Amerika Serikat

muncul sebagai kekuatan tunggal (hegemoni) di dunia. Amerika Serikat

menjadi center negara-negara lain dalam banyak bidang, khususnya militer

dan persenjataan. Ini disebabkan sebelum Perang Dingin, Uni Soviet lah

yang menjadi negara paling besar militernya dan pengekspor senjata paling

tinggi di dunia.134

Namun, setelah runtuhnya Uni Soviet, peta perpolitikan

dunia pun berubah drastis termasuk sektor militer dan persenjataan.

133

Joseph S. Nye, Jr, Understanding International Conflicts: An Intriduction to Theory

and History (US: Longman, 1997), 4-7. 134

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tersedia di:

http://armstrade.sipri.org/armstrade/html/export_values.php.

Page 77: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

65

Amerika Serikat kemudian hadir menjadi kekuatan militer paling besar serta

negara penjual senjata tertinggi di dunia.135

Meskipun begitu, Rusia pun hadir sebagai pecahan Uni Soviet yang

paling besar dan kuat. Rusia juga mewarisi kekuatan militer Uni Soviet.

Rusia sendiri pun diakui dan dipercaya sebagai negara yang duduk di kursi

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa untuk menggantikan Uni

Soviet. Rusia dewasa ini menjadi negara yang sangat kuat dalam bidang

militer dan persenjataan. Kebijakan pun tak jauh-jauh mengenai upaya

peningkatan dan pengembangan basis militernya baik di domestiknya

maupun di negara-negara aliansinya.

Rusia merupakan negara pesaing Amerika Serikat di bidang

penjualan senjata. Diperoleh data dari Stockholm International Peace

Researcher Insitute pada tahun 1991-2015, Amerika Serikat merupakan

peringkat pertama negara pengekspor senjata tertinggi di dunia dengan

jumlah ekspor 237,07 miliar USD dan disusul Rusia sebagai peringkat

kedua dengan jumlah ekspor 120,43 miliar USD.136

Jelas bahwa

berkembangnya Rusia menjadi negara yang kuat dalam militer dan

persenjataannya merupakan ancaman bagi Amerika Serikat untuk

mempertahankan hegemoninya.

Militer dan persenjataan Rusia semakin lama semakin kuat. Apalagi

135

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tersedia di:

http://armstrade.sipri.org/armstrade/html/export_values.php 136

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tersedia di:

http://armstrade.sipri.org/armstrade/html/export_values.php

Page 78: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

66

ditambah dengan kerjasamanya dengan China dalam berbagai bidang

membuat bargaining position Rusia semakin menguat di mata dunia. Hal ini

pastilah membuat Amerika Serikat merasa terancam dan takut tersaingi

olehnya.

Karena dalam perihal perkembangan perekonomian Rusia masih

jauh tertinggal dari Amerika Serikat, maka Amerika Serikat tidak membuat

tandingan di sektor ekonomi, melainkan di bidang militer dan senjata.

Amerika Serikat menjual senjata dalam skala besar maupun kecil ke banyak

negara dan menambah pasar setiap tahunnya.

Penjualan senjata Amerika Serikat ini dijalankan dalam rangka untuk

memanuver kekuatan militer Rusia saat ini, sehingga Amerika Serikat tetap

menjadi negara hegemoni yang kuat dalam sektor militer. Seperti dalam

teori realisme, bahwa semakin kuat power suatu negara maka akan semakin

kuat pula bargaining position suatu negara dimata dunia.137

Semakin kuat

militer dan persenjataan suatu negara, maka akan semakin segan pula

negara-negara lain untuk menyerang.

Selain itu, di dunia yang anarki dan penuh persaingan ini, negara-

negara membutuhkan tingkat militer dan persenjataan yang kuat untuk

bertahan dan meningkatkan bargaining position-nya.138

Negara-negara

butuh memperbarui dan mengembangkan militer dan persenjataannya

137

Kenneth N. Waltz, Man, the State and War, (New York: Columbia University Press,

2001), 165. 138

Waltz, Man, the State and War, 132.

Page 79: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

67

dengan membeli dari negara yang dianggap lebih mapan militer dan

persenjataannya. Oleh karena itu, seperti halnya dalam dependency theory,

negara-negara khususnya negara berkembang akan menjadi ketergantungan

impor senjata terhadap negara-negara maju. Ini merupakan kesempatan bagi

Amerika Serikat menggunakan penjualan senjata sebagai bentuk

pelanggengan posisi Amerika Serikat menjadi negara core di dunia, dan

melanggengkan negara-negara berkembang untuk terus ketergantungan dan

menjadi negara peri-peri yang abadi.

Dalam kasus embargo senjata yang dilakukan Amerika ke Indonesia

dari 1995 sampai 2005, Direktur Teknologi dan Pengembangan PT

Dirgantara Indonesia, Andi Alisjahbana mengatakan ketika suatu negara

membeli persenjataan ke negara lain dan sudah sangat kebergantungannya

terlalu tinggi, maka ketika ada kasus embargo, itu akan memperlemah

kekuatan militer negara yang memiliki ketergantungan tersebut, sebab suku

cadangnya harus juga membeli ke nagara pengekspor. Jadi pada tahun

dimana embargo itu dilakukan, pertahanan militer Indonesia sangat

dilemahkan. Meski pada akhirnya, Indonesia mencari pasar lain untuk

pembelian senjatanya.139

Karena pada sektor penjualan-penjualan yang lain Amerika Serikat

sudah memiliki banyak pesaing seperti China, India, dan Korea Selatan,

139

Anggi Kusumadewi,dan Resti Armenia,―Kisah Embargo AS dan Sukhoi Rusia di

Balik Jet Tempur RI‖, CNN Indonesia, diakses pada 17 Juli 2017, tersedia di:

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160301150059-20-114600/kisah-embargo-as-dan-

sukhoi-rusia-di-balik-jet-tempur-ri/.

Page 80: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

68

maka Amerika Serikat meningkatkan penjualan senjata untuk

menopangnya. Bahkan, Amerika Serikat juga menjual senjatanya ke China,

India dan Korea Selatan dan membuatnya menjadi ketergantungan. Tentu,

hal ini memperkuat posisi dan menjadikan Amerika Serikat tetap langgeng

menjadi negara core.

Suatu negara yang memiliki ketergantungan terhadap negara core,

pasti tidak akan pernah berani menyerang, karena negara tersebut

membutuhkannya untuk keberlangsungan kehidupan negaranya. Jadi, secara

tidak langsung penjualan senjata Amerika Serikat ini menjadi tameng bagi

keamanan Amerika Serikat sendiri dan membuat negara-negara yang

ketergantungan terhadap senjatanya menjadi sarana perluasan kekuatan

Amerika Serikat di dalam perpolitikan internasional karena

ketergantungannya ini akan menjelma sebagai keberpihakan nantinya.

Kemudian untuk kepentingan ekonomi Amerika Serikat terhadap

penjualan senjata, Amerika Serikat merupakan negara pengekspor senjata

terbesar di dunia. Pada 2014, Amerika Serikat berhasil menjual senjata

sebanyak 31,9 miliar USD yang telah menyumbang sebesar 0,18% pada

Gross Domestic Product (GDP) Amerika Serikat.140

Sedangkan tahun 2015,

penjualan senjata meningkat menjadi 40,2 miliar USD yang menyumbang

140

The World Bank, diakses pada 18 Juni 2017, tersedia di:

http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.CD?end=2015&start=2012&year_high_desc

=true

Page 81: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

69

0.22% pada GDP Amerika Serikat.141

Tiga negara pengimpor senjata terbesar Amerika Serikat yaitu Saudi

Arabia dengan 9,7% atau 3,89 miliar USD, Uni Emirat Arab dengan 9,1%

atau 3,66 miliar USD, dan Turki dengan 6.6% atau 2,65 miliar USD.142

Pada level regional, Timur Tengah merupakan pembeli senjata terbesar

Amerika Serikat dengan persentase sebesar 41%.143

Pada 2015, terjadi intervensi di Yaman, salah satu negara di Timur

Tengah oleh koalisi negara Arab (Mesir, Qatar, Saudi Arabia, dan Uni

Emirat Arab). Konflik ini didukung oleh suplai senjata yang sangat tinggi ke

negara-negara yang memimpin intervensi ini, salah satunya adalah Arab

Saudi. Diketahui impor senjata Arab Saudi meningkat sebanyak 275% pada

periode 2011-2015 dari periode 2006-2010.144

Amerika Serikat juga

memiliki peran dalam konflik ini. Impor senjata Arab Saudi ke Amerika

Serikat mencakup 150 pesawat tempur dan ribuan air-to-surface missiles

dan anti-tank missiles digunakan untuk menyerang Yaman.

Tidak hanya Arab Saudi saja yang menerima suplai senjata dari

Amerika Serikat untuk keperluan menyerang negara lain, tetapi juga Qatar

dan Mesir. Masih dalam kasus yang sama, Amerika Serikat juga

mentransfer senjata 24 combat helicopters, 9 air defence systems dan 3

airborne early warning aircraft kepada Qatar, serta 12 combat aircraft

141

The World Bank. 142

Aude Fleurant, dkk, ―Trends in International Arms Transfers, 2015”, 2. 143

Aude Fleurant, dkk, ―Trends in International Arms Transfers, 2015”, 2. 144

Aude Fleurant, dkk, ―Trends in International Arms Transfers, 2015”, 8.

Page 82: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

70

kepada Mesir yang digunakan untuk menyerang Yaman.145

Ini berarti

Amerika Serikat telah mengabaikan prinsip liberal democracy karena

dengan sengaja mensuplai senjata untuk kebutuhan perang tanpa

mempedulikan efek dari perang tersebut.

Penjualan senjata Amerika Serikat ternyata merupakan sarana untuk

mencapai kepentingan nasionalnya, seperti untuk mempertahankan

hegemoni dan meningkatkan bargaining position-nya, serta untuk

memperoleh keuntungan pendapatan negaranya. Namun, kembali pada

prinsip demokrasi liberal sendiri yang menjunjung tinggi nilai-nilai hak

asasi manusia, kegiatan penjualan senjata Amerika Serikat justru jauh dari

prinsip ini. Ini dikarenakan Amerika Serikat hanya suplai senjata tanpa

mempedulikan dipakai untuk apa senjata-senjata yang dibeli tersebut, dan

pada kenyataannya justru pembelian senjata digunakan sebagai military

force.

Untuk kasus lain yang sebagai pengecualian dimana Amerika Serikat

juga dalam beberapa kasus bahwa dia melakukan penghentian penjualan

senjatanya ke negara yang dianggap telah melakukan pelanggaran HAM

sebagaimana kasus Indonesia dalam merespon kasus Timor Timur

(sekarang Timor Leste) yang kemudian memisahkan diri dengan Indonesia.

Amerika Serikat dan dunia internasional menilai Indonesia telah melakukan

pelanggaran HAM, khususnya pada proses referendum. Juga dilakukan oleh

Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa ke negara-negara lainnya

145

Aude Fleurant, dkk, ―Trends in International Arms Transfers, 2015”, 8.

Page 83: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

71

seperti Argentina, Iran, Myanmar, Congo, Sudan, Afrika Selatan, China,

Somalia, Korea Utara, dan Vietnam. Jadi dalam kasus ini, penulis menilai

itu juga terkait dengan kepentingan nasional negara bersangkutan. Dalam

hal ini tentunya Amerika Serikat selalu menggunakan kebijakannya yang

mendua (double standar).

B.2 Kepentingan Politik dan Ekonomi Prancis

Penjualan senjata Prancis tidak luput dari motif Prancis untuk

mencapai kepentingan politiknya. Prancis menjadikan penjualan senjata

sebagai alat untuk memperkuat power dan bargaining position-nya di mata

dunia, terutama power Prancis di Afrika.

Kawasan Afrika sangatlah berharga bagi Prancis. Kawasan ini

merupakan tambang emas bagi Prancis karena sangat menguntungkan

Prancis dalam berbagai bidang. Kawasan ini juga merupakan kawasan yang

paling banyak terdapat negara bekas jajahan Prancis, seperti Togo, Tunisia,

dan Mali.146

Bahkan, sampai pada 2014, 14 negara Afrika seperti Benin, Burkina

Faso, Guinea-Bissau, Ivory Coast, Mali, Niger, Senegal, Togo, Cameroon,

Central African Republic, Chad, Congo-Brazzaville, Equatorial Guinea dan

Gabon masih saja berada di bawah kendali Prancis.147

Mereka bahkan harus

146

Mawuna Koutonin, ―14 African Countries Forced by France to Pay Colonial Tax For

the Benefits of Slavery and Colonization‖, diakses pada 20 Juni 2017, tersedia di:

http://siliconafrica.com/france-colonial-tax/. 147

Koutonin, ―14 African Countries Forced by France‖.

Page 84: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

72

menempatkan 85% cadangan asing mereka di central bank Prancis dan

berada di bawah kendali Menteri Keuangan Prancis.148

Mantan Presiden Prancis, Jacques Chirac, mengatakan bahwa

“Without Africa, France will slide down into the rank of a third [world]

power”. Bahkan pendahulu Presiden Chirac, François Mitterand, pada 1957

meramalkan bahwa: “Without Africa, France will have no history in the

21st century”. Ini cukup meyakinkan bahwa kawasan Afrika ini sangatlah

menentukan arah kebijakan Prancis sekarang maupun di masa depan.149

Karena semakin lama semakin banyak negara-negara besar lainnya

yang menyadari betapa menguntungkannya kawasan Afrika, maka Prancis

dengan penuh kehati-hatian mengarahkan fokus kebijakannya untuk tetap

bisa mempertahan power nya di Afrika. Penjualan senjata ke negara-negara

Afrika yang merupakan mantan jajahan maupun yang bukan secara merata,

merupakan cara Prancis untuk tetap melanggengkan power nya di kawasan

ini.

Hal ini terbukti dari penjualan senjata Prancis tertinggi juga dari

kawasan Afrika, yaitu Maroko sebesar 16% atau 2,4 miliar USD dan Mesir

sebesar 9,5% atau 1,425 miliar USD.150

Meskipun kawasan Afrika bukan

merupakan kawasan yang paling banyak menerima senjata dari Prancis,

namun paling tidak Prancis merupakan negara yang memiliki dasar

148

Koutonin, ―14 African Countries Forced by France‖. 149

Koutonin, ―14 African Countries Forced by France‖. 150

Aude Fleurant, dkk, ―Trends in International Arms Transfers, 2015”, 2.

Page 85: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

73

kekuatannya di Afrika selangkah lebih maju dari negara-negara maju

lainnya yang diperoleh dari negara-negara mantan jajahannya di kawasan

tersebut. Prancis memiliki hak eksklusif untuk memasok peralatan militer

dan senjata, serta melatih perwira militer negara-negara bekas jajahannya,

khususnya 14 negara tersebut.151

Untuk kepentingan ekonominya terkait penjualan senjata

sebagaimana diketahui bahwa industri senjata Prancis semakin meningkat

dari tahun ke tahun hingga mencapai puncaknya pada 2015. Prancis

menduduki peringkat keempat pengimpor senjata terbesar di dunia. Prancis

berhasil menjual senjata sebanyak 15 miliar USD, yang merupakan 5,6%

dari total penjualan senjata di dunia. Penjualan senjata ini telah

menyumbang sekitar 0,62% pada GDP Prancis pada tahun tersebut.

Importir senjata terbesar Prancis adalah Maroko dengan 16% atau

2,4 miliar USD, China dengan 13% 1,95 miliar USD, dan Mesir dengan

9,5% atau 1,425 miliar USD.152

Pada level regional, penjualan senjata

Prancis paling tinggi berada pada Asia dan Oceania yaitu 28%, disusul oleh

Timur Tengah sebanyak 27%, serta Afrika 18%.153

Dalam kasus intervensi di Yaman, ternyata Prancis juga memiliki

andil di dalamnya. Prancis turut serta mensuplai senjata ke Qatar dan Mesir

151

Koutonin, ―14 African Countries Forced by France‖. 152

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tersedia di:

http://armstrade.sipri.org/armstrade/html/export_values.php 153

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), tersedia di:

http://armstrade.sipri.org/armstrade/html/export_values.php

Page 86: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

74

yang secara terang-terangan menggunakan senjata tersebut untuk

menyerang Yaman. Sebagai contoh, sebanyak 24 combat aircraft dan 24

rafale combat aircraft dijual Prancis kepada Qatar dan Mesir untuk

kebutuhan perang di Yaman tersebut.154

Bisa disimpulkan bahwa motif penjualan senjata Prancis tidak begitu

berbeda dengan Amerika Serikat yang mengabaikan prinsip-prinsip

demokrasi liberal. Prancis hanya mementingkan keuntungan yang didapat

dari penjualan senjata dan mengabaikan hak asasi manusia yang dilanggar

karena efek perang tersebut.

Namun, tak dipungkiri juga bahwa Prancis melakukan transfer

senjata karena hanya memenuhi demand suatu negara terhadap senjata yang

tinggi. Entah untuk digunakan dalam bentuk penyerangan maupun

pertahanan, Prancis hanya menjalankan roda perekonomian negaranya

sebagai pemasok bagi negara yang memiliki permintaan terhadap produk

yang dihasilkannya.

Penjualan senjata Prancis ternyata memiliki maksud lain, yaitu

dalam rangka pencapaian kepentingan ekonomi dan Politik Prancis. Prancis

menjual senjata, terutama ke wilayah Afrika adalah untuk melanggengkan

kolonialisasinya dan kembali menguasai Afrika seutuhnya. Serta, dengan

penjualan senjata Prancis ke banyak negara menguntungkan Prancis dalam

segi perekonomian. Namun, lagi-lagi kepentingan nasional membuat suatu

154

Aude Fleurant, dkk, ―Trends in International Arms Transfers, 2015”, 8.

Page 87: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

75

negara menutup mata akan hak asasi manusia. Prancis juga mensuplai

senjata kepada negara yang sedang terlibat perang, seperti Qatar dan Mesir

dalam Intervensi ke Yaman. Ini membuktikan bahwa tujuan utama

penjualan senjata Prancis bukanlah untuk defensif, melainkan untuk bisnis

semata.

Page 88: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Amerika Serikat dan Prancis merupakan dua negara penganut sistem

demokrasi liberal. Demokrasi sendiri merupakan bentuk negara yang dimana

kekuasaan berada di tangan rakyat mayoritas. Sedangkan demokrasi liberal

merupakan bentuk negara demokrasi yang menganut nilai-nilai liberalisme.

Liberalisme sendiri merupakan paham yang sangat menjunjung tinggi hak asasi

manusia dan menghindari perang untuk menjaga perdamaian dunia.

Namun, realita yang terjadi adalah bahwa Amerika Serikat dan Prancis

juga merupakan negara penjual senjata tertinggi di dunia. Bahkan, Amerika

Serikat merupakan negara pengekspor senjata tertinggi di dunia selama hampir 2

dekade ini. Destinasi penjualan senjata justru paling banyak berada di negara-

negara berkembang dan justru non-demokrasi. Terlebih lagi, ketika semakin

banyak negara berkonflik atau berperang, maka fenomena suplai senjata juga kian

banyak. Maka, senjata dan konflik atau perang sangat erat kaitannya.

Kebijakan-kebijakan Amerika Serikat dan Prancis dari tahun ke tahun pun

justru mendukung suplai senjata dan bahkan penjualan senjatanya pun semakin

tinggi. Amerika Serikat sudah lama konsen dalam bisnis penjualan senjata.

Bahkan sejak pasca perang dunia kedua, Amerika Serikat merupakan peringkat

kedua pengekspor senjata tertinggi di dunia.

Page 89: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

77

Kemudian pasca kejadian 11 September 2001, Amerika Serikat

menyerukan kebijakan War on Terror. Namun bersamaan dengan seruan

kebijakan tersebut, Amerika Serikat juga menetapkan kebijakan untuk suplai

senjata kepada negara-negara demokrasi atau non-demokrasi yang bersedia

membantunya untuk memerangi terorisme. Akan tetapi data menunjukkan bahwa

sebenarnya tujuan utama Amerika Serikat suplai senjata adalah murni karena

bisnis senjata.

Lalu, kebijakan Amerika Serikat dalam hal senjata semakin cemerlang

ketika masa pemerintahan Presiden Obama. Suplai senjata Amerika Serikat

meningkat secara signifikan dari pemerintahan sebelumnya. Namun, diketahui

pula bahwa senjata yang dijual dialokasikan untuk perang dan pelanggaran hak

asasi manusia seperti kasus perang di Turki dan kawasan Timur Tengah.

Kebijakan-kebijakan Prancis juga mendukung kegiatan penjualan

senjatanya. Importir senjata Prancis paling banyak adalah dari kawasan Timur

Tengah. Pada 2011-2015 penjualan senjata Prancis semakin meningkat. Meskipun

tidak terlalu terlihat jelas seperti Amerika Serikat, namun Prancis sangat konsisten

dengan kegiatan ekspor senjatanya. Hal ini dibuktikan dengan konsistennya

Prancis sebagai peringkat lima besar penjual senjata tertinggi di dunia.

Dilihat dari kebijakan-kebijakan dan peningkatan penjualan senjata

Amerika Serikat dan Prancis, merupakan hal yang bertentangan dengan prinsip

demokrasi liberal itu sendiri. Apalagi ditambah dengan data yang menunjukkan

bahwa justru suplai senjata Amerika Serikat dan Prancis digunakan untuk perang

Page 90: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

78

yang memakan banyak korban dan melanggar hak asasi manusia.

Setelah dianalisis, telah didapat alasan-alasan mengapa Amerika Serikat

dan Prancis yang menganut sistem demokrasi liberal, namun senjatanya sangat

tinggi. Pertama, sesuai dengan teori realisme bahwa dunia internasional yang

anarki, yaitu tidak ada kekuasaan yang mengatur dan lebih tinggi dari negara,

menjadikan senjata sebagai kebutuhan dan pilihan. Hal ini disebabkan karena

tiadanya kekuasaan yang mampu menundukkan negara, menjadikan perilaku

negara saling tidak beraturan dan potensi konflik sangat tinggi.

Tujuan utama negara dalam realisme adalah mendapatkan power. Untuk

bertahan di dunia internasional yang anarki ini sebuah negara memerlukan power

yang kuat. Power yang kuat sering diartikan dengan kepemilikan militer dan

persenjataan yang tinggi. Oleh karena itu, permintaan negara-negara terhadap

senjata sangat tinggi karena negara membutuhkannya.

Kedua, alasan Amerika Serikat dan Prancis aktif sebagai penjual senjata

adalah karena untuk memenuhi kepentingan nasionalnya. Kepentingan tersebut

berupa kepentingan ekonomi dan kepentingan politik. Baik Amerika Serikat

maupun Prancis menggunakan penjualan senjata sebagai sarana untuk mencapai

kepentingan nasionalnya.

Untuk Amerika Serikat, dari jumlah penjualan senjatanya telah

memberikan sumbangsih terhadap GDP negaranya. Meskipun tidak terlalu

signifikan, tetapi bisnis senjata ini membawa keuntungan yang konsisten bagi

perekonomian Amerika Serikat. Sedangkan kepentingan politik diperoleh karena

Page 91: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

79

negara membutuhkan tingkat militer dan persenjataan yang kuat untuk bertahan,

seperti halnya dalam dependency theory, negara-negara khususnya negara

berkembang akan menjadi ketergantungan impor senjata terhadap negara-negara

maju. Ini merupakan kesempatan bagi Amerika Serikat menggunakan penjualan

senjata sebagai bentuk pelanggengan posisi Amerika Serikat menjadi negara core

di dunia, dan melanggengkan negara-negara berkembang untuk terus

ketergantungan dan menjadi negara peri-peri yang abadi.

Untuk Prancis, dengan penjualan senjata yang dilakoninya memberikan

keuntungan ekonomi berupa pendapatan yang menyumbang untuk peningkatan

perekonomian Prancis. Sedangkan salah satu kepentingan politik Prancis dalam

penjualan senjata adalah pelanggengan kolonialisme dan memperluas

kekuasaannya di kawasan Afrika. Karena, selama ini 14 negara di Afrika yang

notabenenya sebagai mantan jajahan Prancis masih sangat erat dikuasai Prancis

dan bahkan masih diatur oleh prancis dalam segi perekonomian, perpolitikan dan

perumusan kebijakan. Untuk bisa kembali menguasai kawasan ini, Prancis

menggunakan penjualan senjata sebagai cara untuk melanggengkan kekuasaanya

di kawasan ini.

Page 92: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

xiii

DAFTAR PUSTAKA

A. Jurnal dan Artikel Jurnal

Badu, Muhammad Nasir. ―Democracy and the United States of America‖, The

POLITICS: Jurnal Magister Ilmu Politik Universitas Hasanuddin 1

(January, 2015): 11. Diunduh pada 23 Mei 2017, tersedia di:

http://journal.unhas.ac.id/index.php/politics/article/view/126.

Bayer, Resat. ―Peaceful transitions and democracy‖. Journal of Peace Research

47 (September 2010). Diunduh pada 6 Juni 2017, tersedia di:

http://www.jstor.org/stable/20798924.

Blanton, Shannon Lindsey. ―Foreign Policy in Transition? Human Rights,

Democracy, and U.S. Arms Exports‖. International Studies Quarterly 49

(December 2005). Diakses pada 12 Mei 2017, tersedia di:

http://www.jstor.org/stable/3693504.

Buchanan, Cate. ―The Health And Human Rights Of Survivors Of Gun Violence:

Charting A Research And Policy Agenda‖. Health and Human Rights 13

(December 2011). Diunduh pada 17 Juni 2017, tersedia di:

http://www.jstor.org/stable/healhumarigh.13.2.50.

Fukuyama, Francis. ―Liberal Democracy as a Global Phenomenon‖. Political

Science and Politics 24 (December 1991). Diunduh pada 15 Juni 2017,

tersedia di: http://www.jstor.org/stable/419399.

Fukuyama, Francis. ―Why is Democracy Performing So Poorly‖. Journal of

Democracy 26 (January 2015: 12). Diunduh pada 22 Juni 2017, tersedia

di: https://fsi.stanford.edu/sites/default/files/ff_jod_jan2015.pdf.

Gaubatz, Kurt Taylor. ―Democratic States and Commitment in International

Relations‖. International Organization 50 (Winter 1996). Diunduh pada 4

Juni 2017, tersedia di:

http://web.stanford.edu/class/polisci243b/readings/v0002546.pdf.

Kolodziej, Edward A. ―France And The Arms Trade,‖. International affairs 56

(Jan 1980). Diunduh pada 12 Mei 2017, tersedia di:

http://www.jstor.org/stable/2615719.

Nilanjana Jain, ―Human Rights Under Democracy‖. The Indian Journal of

Political Science 1 (Januari-Maret 2006). Diunduh pada 3 Juni 2017,

tersedia di: http://www.jstor.org/stable/41856200.

Saeri, M. ―Teori Hubungan Internasional Sebuah Pendekatan Paradigmatik‖,

Jurnal Transnasional 3 (Februari 2012): 5, diunduh pada 2 Juli 2017,

Page 93: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

xiv

tersedia di: file:///C:/Users/User/Downloads/70-129-1-SM.pdf.

Shuifa, Han and Hu Jinglei. ―The Concept of Democracy‖. Frontiers of

Philosophy in China 3 (December 2008. Diunduh pada 12 Juni 2017,

tersedia di: http://www.jstor.org/stable/40343902.

Yanik, Lerna K. ―Guns and Human Rights: Major Powers, Global Arms

Transfers, and Human RightsViolations‖. Human Rights Quarterly 28

(May 2006). Diunduh pada 13 Juni 2017, tersedia di:

http://www.jstor.org/stable/20072741.

B. Buku

Antonius, Reza.Melampaui Negara Hukum Klasik. Yogyakarta: Kanisius, 2007.

Burchill, Scott, dkk. Theories of International Relations: Third Edition. New

York: Palgrave Macmillan, 2005.

Clark, Robert P. Power and Policy in the Third World. (New York: John Wiley

and Sons, Inc., 1986).

Creswell, John W. Educational Research: Planning, Conducting, and

Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Michigan: Pearson

Education, 2008.

Dunne, Tim, Milja Kurki, dan Steve Smith. International Relations Theory:

Dicipline and Diversity. Inggris: Oxford University Press, 2013.

Hillier, Debbie and Brian Wood. Shattered Lives: The Case For Though

International Arms Control: Amnesty International and Oxfam

International. Oxford: Eynsham Information Press, 2003.

Hobbes, Thomas. Leviathan Parts I dan II, diedit oleh A.P. Martinich. Canada:

Broadview Press, 2005.

Hobson, Christoper. The Rise of Democracy: Revolution, War and

Transformations in International Politics since 1776. Edinburgh:

University Press, 2015.

Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif

dan Kuantitatif, Cetakan 13. Jakarta: Erlangga, 2009.Ikbar, Yanuar.

Metodologi & Teori Hubungan Internasional. Bandung: PT Refika

Aditama, 2014.

Jr, Joseph S. Nye. Understanding International Conflicts: An Intriduction to

Theory and History. U.S.: Longman, 1997.

Morgenthau, H.J. “Politics Among Nations: the Struggle for Power and Peace”,

Page 94: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

xv

edisi Bahasa Indonesia Politik Antarbangsa, diterjemahkan oleh S.

Maimoen, A.M. Fatwan, dan Cecep Sudrajat. Jakarta: Yayasan Pustaka

Obro Indonesia, 2010.

P, Kleingeld. Kant's Theory of Peace. in P Guyer (ed.), Cambridge

Companion to Kant and Modern Philosophy. Cambridge: Cambridge

University Press, 2006.

Papp, Daniel S. Contemporary International Relation: A Framework for

Understanding, Second Editions. New York: MacMillan Publishing

Company, 1998.

Raco, J.R. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan

Keunggulannya. Jakarta: Grasindo, 2010.

Sefriani. Hukum Internasional: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2012.

Tow, W.T. Asia-Pacific Strategic relations: Seeking Convergent Security. New

York: Cambridge University Press, 2001.

Waltz, Kenneth N. Man, the State and War. New York: Columbia University

Press, 2001.

C. Laporan, dan Penelitian

Bennett, Jonathan. ―Toward Perpetual PeaceA Philosophical Sketch Immanuel

Kant‖, 2. Diunggah pada Oktober 2010. Diunduh pada 12 Mei 2017,

tersedia di: http://www.earlymoderntexts.com/assets/pdfs/kant1795.pdf.

Fleurant, Aude, dkk. ―Trends in International Arms Transfers, 2015‖. SIPRI Fact

Sheet. Diunggah pada Februari 2016. Diunduh pada 10 Juni 2017, tersedia di

https://www.sipri.org/sites/default/files/Trends-in-international-arms-

transfers-2016.pdf.

Holtom, Paul, Lucie Beraud-sudreau dan Henning Weber. ―Reporting To The

United Nations Register Of Conventional Arms‖. SIPRI Fact Sheet.

Diunggah pada Mei 2001. Diunduh pada 15 Juli 2017, tersedia di:

http://books.sipri.org/files/FS/SIPRIFS1105.pdf.

Small Arms Survey. Small Arms Survey 2007: Guns and the City. (Cambridge,

UK: Cambridge University Press, 2007).

Theohary, Catherine A. ―Conventional Arms Transfers to Developing Nations‖.

2007-2014‖. Congressional Research Service (December 2015). Diunduh

pada 24 Juli 2017, tersedia di: https://fas.org/sgp/crs/weapons/R44320.pdf.

Page 95: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

xvi

Theohary, Catherine A. ―Conventional Arms Transfers to Developing Nations‖.

2008-2015‖. Congressional Research Service (December 2016). Diunduh

pada 24 Juli 2017, tersedia di: https://fas.org/sgp/crs/weapons/R44716.pdf.

Universal Declaration of Human Rights, tersedia di :

http://www.ohchr.org/EN/UDHR/Documents/UDHR.pdf

D. Artikel dan Berita

Acemoglu, Daron, David Ticchi, dan Andrea Vindigni. A Theory of Military

Dictatorships, 4. Diunduh pada 14 Juni 2017, tersedia di

https://economics.mit.edu/files/5789.

Agence France-Presse. ―French 2014 Arms Exports Best in 15 Years‖, Defense

News, diunggah pada 2 Juni 2015. Diakses pada 11 Juni 2017, tersedia di:

http://www.defensenews.com/story/defense/policy-

budget/industry/2015/06/02/french-arms-exports-best-years/28367351/.

Bishop, Paul A. ―The French Revolution and Radical Change‖, diunduh pada 24

Mei 2017, tersedia di:

https://www.hccfl.edu/media/173893/em1frenchrevolution.pdf.

Eisenhower, Dwight D. Quotes on the UN and Armaments. Diunduh pada 11 Mei

2017, tersedia di: http://www.arcwebsite.org/pages/quotes.htm.

Shah, Anup. The Arms Trade is Big Bussiness. Global Issue. Diunggah

pada Januari 2013. Diakses pada 12 Mei 2017, tersedia di:

http://www.globalissues.org/article/74/the-arms-trade-is-big-business.

―European Union Code of Conduct on Arms Export‖. European Union The

Councils. Diunggah pada 5 Juni 1998. Diunduh pada 15 Juli 2017, tersedia

di: http://www.consilium.europa.eu/uedocs/cmsUpload/08675r2en8.pdf

Ford, Gerald. ―Statement on Signing the International Security Assistance and

Arms Export Control Act of 1976‖. The American Presidency Project.

Diunggah pada 1 Juli 1976. Diakses pada 16 Juli 2017, tersedia di:

http://www.presidency.ucsb.edu/ws/?pid=6167.

Helmore, Edward. ―US increased weapons sales in 2015 despite slight drop in

global arms trade‖. The Guardian. Diunggah pada 26 Desember 2016.

diakses pada 7 Juni 2017, tersedia di:

http://amp/.theguardian.com/world/2016/dec/26/global-weapons-trade-

sales-exports-united-states.

John Locke: ―Political Philosophy‖, diunduh pada 22 Juni 2017, tersedia di:

http://www.iep.utm.edu/locke-po/.

Page 96: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

xvii

Koutonin, Mawuna. ―14 African Countries Forced by France to Pay Colonial Tax

For the Benefits of Slavery and Colonization‖. Diakses pada 20 Juni 2017,

tersedia di: http://siliconafrica.com/france-colonial-tax/.

Kusumadewi, Anggi dan Resti Armenia.―Kisah Embargo AS dan Sukhoi Rusia di

Balik Jet Tempur RI‖. CNN Indonesia. Diakses pada 17 Juli 2017, tersedia

di: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160301150059-20-

114600/kisah-embargo-as-dan-sukhoi-rusia-di-balik-jet-tempur-ri/.

Lendon, Brad. ―U.S. Send Newest F-35 Stealth Fighters to Europe‖. CNN.

Diunggah pada 17 April 2017. Diakses pada 30 Mei 2017, tersedia di:

http://edition.cnn.com/2017/04/17/politics/us-f-35-stealth-fighters-europe-

england/.

Munson, Matthew. ―Arms trade‖. Diunggah pada 26 Desember 2016, diakses

pada 30 Mei 2017, tersedia di: http://www.matthewmunson.co.uk/arms-

trade/

New World Encyclopedia, ―Jean Jacques Rousseau‖, tersedia di:

http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Jean-Jacques_Rousseau.

Reagan, Ronald. 1983/1984, "Peace and National Security," televised address to

the nation, Washington D.C., March 23, 1983, 40 in the U.S. State

Department, Realism, Strength, Negotiation, May 1984.

Shah, Anup. ―The Arms Trade is Big Bussiness‖. Global Issue. Diunggah pada

Januari 2013. Diakses pada 12 Mei 2017, tersedia di:

http://www.globalissues.org/article/74/the-arms-trade-is-big-business.

Shah, Anup. ―World Military Spending‖. Global Issue. Diunggah pada 30 Juni

2013. Diakses pada 12 Mei 2017, tersedia di:

http://www.globalissues.org/article/75/world-military-spending.

Shanker, Tom. ―U.S. Sold $40 Billion in Weapons in 2015, Topping Global

Market‖. New York Times. Diakses pada 21 Mei 2017, tersedia di:

https://www.nytimes.com/2016/12/26/us/politics/united-states-global-

weapons-sales.html?_r=0.

Sheffield, Hazel. “Arms trade: One chart that shows the biggest weapons

exporters of the last five years‖. Independent. diunggah pada 5 Januari

2013, diakses pada 7 Juni 2017, tersedia di:

http://www.independent.co.uk/news/business/news/arms-trade-exporters-

importers-weapons-transfers-sipri-a6891491.html.

Sudreau, Lucy Beraud. ―French Arms Exports Success –The Data Behind The

Page 97: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

xviii

Number‖. IISS. Diunggah pada 12 Oktober 2016. Diakses pada 3 Juni

2017, tersedia pada

https://www.iiss.org/en/militarybalanceblog/blogsections/2016-

629e/october-96af/french-arms-exports-success-a148.

Svitak, Amy. ―French Arms Exports Climb 25% In 2011‖. Aviation Week

Network. Diunggah pada 23 Feb 2012. Diakses pada 15 Juni 2017,

tersedia di: http://aviationweek.com/defense/french-arms-exports-climb-

25-2011.

The U.S. Defense Industry And Arms Sales. Diunduh pada 1 Juli 2017, tersedia di:

https://web.stanford.edu/class/e297a/U.S.%20Defense%20Industry%20an

d%20Arms%20Sales.htm.

Weisgerber, Marcus. ―Obama Final Arms-Export Tally More Than Double

Bush’s‖. Defense one. Diunggah pada 8 November 2016. Diakses pada 31

Mei 2017, tersedia di:

http://www.defenseone.com/business/2016/11/obamas-final-arms-export-

tally-more-doubles-bushs/133014/

―Yemen crisis: Who is fighting whom?‖, BBC. Diakses pada 5 Juni 2017,

tersedia di: http://www.bbc.com/news/world-middle-east-29319423.

E. Website

―Arms Control‖. Amnesty International. Diakses pada 16 Juli 2017, tersedia di:

https://www.amnesty.org/en/what-we-do/arms-control/

Arms Control Association, tersedia di:

https://www.armscontrol.org/factsheets/franceprofile#major.

https://www.amnesty.org/en/what-we-do/arms-control/

―Constitutional Limits on Government: Country Studies — France‖, Democracy

Web: Comparative Studies in Freedom. 2016. Diunduh pada 1 Juni 2017,

tersedia di: http://democracyweb.org/node/31.

―Control of Arms Exports and Imports‖. Legal Information Institute. Diakses pada

16 Juli 2017, tersedia di:

https://www.law.cornell.edu/uscode/text/22/2778.

―Creating French Culture From Empire to Democracy‖. Library of Congress.

Diakses pada 29 Juni 2017, tersedia di:

https://www.loc.gov/exhibits/bnf/bnf0006.html.

Page 98: PENJUALAN SENJATA NEGARA DEMOKRASI LIBERAL: STUDI …

xix

Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) , tersedia di:

http://armstrade.sipri.org/armstrade/html/export_values.php.

https://www.sipri.org/databases/armsindustry.

The World Bank. Diakses pada 18 Juni 2017, tersedia di:

http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.CD?end=2015&start

=2012&year_high_desc=true.