Penjaringan Aspirasi Masyarakat Sebagai Masukan Rancangan ... · PP No. 40 Tahun 2006 Tentang Tata...

18
Penjaringan Aspirasi Masyarakat Sebagai Masukan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 di Gedung Serbaguna Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya Palembang, 3 Maret 2014 Oleh Deddy Permana / Yayasan Wahana Bumi Hijau Sumatera selatan www.wbh.or.id

Transcript of Penjaringan Aspirasi Masyarakat Sebagai Masukan Rancangan ... · PP No. 40 Tahun 2006 Tentang Tata...

Penjaringan Aspirasi Masyarakat Sebagai Masukan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 di Gedung Serbaguna Pasca Sarjana

Universitas Sriwijaya Palembang, 3 Maret 2014

Oleh Deddy Permana / Yayasan Wahana Bumi Hijau Sumatera selatan www.wbh.or.id

Organisasi independen yang berbasis di Palembang, Sumatera Selatan dan bergerak dibidang pemberdayaan masyarakat dan penyelamatan lingkungan hidup. Berdiri pada tahun Mei 2001.

Mempunyai Visi : Terwujudnya tatanan masyarakat yang kuat dan mandiri serta berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.

Melakukan kerja-kerja : Membina dan memberdayakan sosial, ekonomi, budaya masyarakat; Memperjuangkan pengelolaan sumber daya alam berbasis partisipasi masyarakat; Melakukan advokasi kebijakan publik yang menjamin keberdayaan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup; serta Melakukan riset dalam menunjang kegiatan advokasi

RPJM 1(2005 – 2009)

RPJM 2(2010– 2014)

RPJM 4(2020– 2025)

RPJM 3(2015– 2019)

Visi Pembangunan 2005-2025:Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur

UU No. 17 Tahun 2007 Tentang RPJPN 2005-2025:

RPJP Nasional menjadi pedoman dalam penyusunanRPJM Nasional yang memuat Visi, Misi dan Program Presiden

UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

PP No. 40 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional.

Rancangan Awal RPJM Nasional memuat Strategi pembangunan nasional,

Kebijakan umum dan program prioritas Presiden, serta

Kerangka ekonomi makro

Skala Prioritas Prasyarat

Kemampuan pertahanan nasional dan keamanan dalam negeri makin menguat

Profesionalisme institusi pertahanan dan keamanan negara,kesejahteraan prajurit, ketersediaan alat utama sistem persenjataan TNI dan alat utama Polri melalui pemberdayaan industri pertahanan nasional

Kehidupan demokrasi bangsa makin mengakar dalam kehidupan bangsa

Pelembagaan nilai-nilai demokrasi dengan prinsip toleransi, nondiskriminasi dan kemitraan dan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah.

Kesadaran dan penegakan hukum dalam berbagai aspek kehidupan berkembang makin mantap

Profesionalisme aparatur negara di pusat dan daerah makin mampu mendukung pembangunan nasional.

Kesejahteraan rakyat terus membaik

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yang disertai terwujudnya lembaga jaminan sosial

Kualitas sumber daya manusia terus membaik

Meningkatnya kualitas dan relevansi pendidikan, yang berbasis keunggulan lokal dengan manajemen pelayananan pendidikan yang efisien dan efektif; meningkatnya derajat kesehatan, status gizi masyarakat; kesetaraan gender; tumbuh kembang optimal, serta kesejahteraan dan perlindungan anak; tercapainya kondisi penduduk tumbuh seimbang; dan budaya dan karakter bangsa.

Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang semakin mantap

Daya dukung lingkungan dan kemampuan pemulihan untuk mendukung kualitas kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi, seimbang, dan lestari; pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam yang diimbangi dengan upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup dan meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat; serta semakin mantapnya kelembagaan dan kapasitas penataan ruang di seluruh wilayah Indonesia.

Daya saing perekonomian Indonesia semakin kuat dan kompetitif

Terpadunya industri manufaktur dengan pertanian, kelautan dan sumber daya alam lainnya secara berkelanjutan; ketersediaan infrastruktur , kerja sama pemerintah dan dunia usaha,pembangunan pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi industri serta penataan kelembagaan ekonomi untuk mendorong peningkatan efisiensi, produktivitas, penguasaan dan penerapan teknologi oleh masyarakat dalam kegiatan perekonomian.

Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang

Berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi; terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang handal dan efisien , pelayanan pos dan telematika yang efisien dan modern; konservasi sumber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi sumber daya air dan pengembangan sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, pengembangan infrastruktur perdesaan untuk mendukung pembangunan pertanian, pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat dengan sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel

Sejumlah 48,8 juta jiwa penduduk yang tinggal di pedesaan sekitarkawasan hutan, 10,2 juta nya terkategorikan sebagai kelompokmiskin.

Dengan data BPS tahun 2010 tentang jumlah penduduk miskinIndonesia sebesar 31,02 juta jiwa maka kita dapat menyatakanbahwa sepertiga dari penduduk miskin itu ada di pedesaan dalamdan Sekitar hutan (selanjutnya disebut desa/kampong hutan).

Kementerian Kehutanan merilis data 31.957 desa yang ada di dalam, di tepi dan sekitar Kawasan hutan. Jumlah ini merupakan 36,17% dari seluruh desa yang ada di Indonesia.

Desa-desa dalam kawasan hutan terbanyak ada di ProvinsiKalimantan Tengah dan desa-desa tepi dan sekitar kawasan hutanterbanyak ada di Provinsi Jawa Tengah

Dokumen Rencana Strategis Kementerian

Kehutanan 2010-2014 menyatakan :

Keberadaan desa/kampong hutan ini memberi indikasi kuat

bahwa kawasan hutan merupakan unit sosio-kultural dan

ekonomi bagi sebagian penduduk Indonesia.

Jumlah desa-desa di dalam dan di sekitar hutan(HP dan HL) di Provinsi Sumatera Selatan + 699desa dengan potensi luas kawasan +2.025.097,16 Ha : atau 53 persen dari total luaskawasan hutan di Provinsi Sumatera Selatanseluas 3.760.662 ha.

439 desa terdapat di kawasan hutan produksi (HP)luasnya + 1.597.982,26 Ha

260 desa terdapat di kawasan hutan lindung (HL)luasnya + 427.114,60 Ha.

Kondisi ini jika tidak direspon dengan baik berpotensi

meningkatkan konflik pengelolaan kawasan hutan,

namun disisi lain juga jika dikelola dengan baik merupakan wilayah potensial untuk implementasi PHBM

INDUSTRI EKSTRAKTIF

TATA KELOLA: Soal birokrasi &

korupsi

AIR

KONFLIK SOSIAL

KETIMPANGAN ALOKASI MANFAAT

KEMISKINAN

HUTAN

PANGAN

1. Usaha Besar & Kepentingan Umum

Jenis Pemanfaatan dan Penggunaan Juta Ha %

a. IUPHHK-HA 24,88

b. IUPHHK-HT 9,39

c. IUPHHK-RE 0,19

d. Pelepasan kebun & trans 5,93

e. IPPKH-Tambang, dll 0,62

Jumlah 1 41,01 99,49

2. Usaha Kecil dan Masy Lokal/Adat

Jenis Pemanfaatan Juta Ha %

a. IUPHHK HTR 0,16

b. Hutan Desa 0,003

c. Hutan Kemasyarakatan 0,04

Jumlah 2 0,21 0,51

Jumlah 1 dan 2 41,69 100,00

Sumber: PermenHut No. 49/2011

Hingga Desember 2011, terdapat 2,759,254 hektar lahan yang

menjadi obyek konflik di empat sektor, ada 110 kasus.

Pertanahan Perkebunan Tambang Kehutanan

Luas Lahan

17.600 ha 1.765.592 ha 43.360 ha 932.701

Jumlah Kasus

10 28 4 68

Data Konflik WALHI Sumsel 2013 : 32 Kasus SDA

MasyarakatAdat/Lokal

Perusahaan SwastaPemegang Ijin (Sektor

Hutan, Kebun, Tambang, Perumahan,

dl)Pemerintah

Pemegang kawasan/ Penerbit hak/ijin(Kemenhut, BPN,

Pemda,dll)Lain-lain

TNI, KelompokMasyarakat, cukong/

makelar tanah, elit/politisi, dll

BUMN

Perhutani, PTPN, PLN, dll

PERMASALAHAN LANGKAH STRATEGIS K/L TERKAIT

1.Tata Kelola

pemerintahan yang

kurang baik di sektor

hutan dan lahan

1. Mendorong Akses yang lebih terbuka atas

data/informasi/peta yang dikelola oleh K/L terkait

hutan

2. Akuntabilitas dan transparansi penetapan dan

penggunaan anggaran;

3. Reformasi birokrasi - Pengembangan sistem karier

SDM sesuai standar profesionalitas, serta penetapan

pejabat yang terbuka bagi publik;

4. Reformasi rezim perizinan yang lebih pro rakyat dan

penegaan hukum yang berkeadilan

KEMENHUT, KLH,

ESDM, MENPAN, BPN

dan dukungan

PEMDA , Masyarakat

sipl

2.Konflik

tenurial/lahan/SDA

yang semakin

membesar

1. Pembentukan dest penyelesaian konflik di tingkat

nasional hingga propinsi dengan melibatkan

berbagai pihak .

2. Menyusun langka-langka penyelesaian konflik

tenurial dengan pendekatan Non Litigasi atau

ADR (Alternative Dispute Resolution): Prosedur

penyelesaian melalui konsensus, bersifat informal

yang digunakan oleh para pihak dalam

menyelesaikan sengketa sebagai alternatif dari

pendekatan melalui lembaga pengadilan (negosiasi,

mediasi, rekonsiliasi, arbitrase).

KEMENHUT, KLH,

ESDM, MENPAN, BPN

dan dukungan

PEMDA dan

masyarakat sipil

PERMASALAHAN LANGKAH STRATEGIS K/L TERKAIT

3. Akses dan ruang kelola

masyarakat di kawasan

hutan sangat terbatas

1. Meningkatkan dukungan sumber daya

mencakup peningkatan sumber daya manusia

dan sumber daya finansial.

2. Peningkatan Pelayanan . Membangun desk

layanan perizinan dan pro rakyat yang

berkeadilan.

3. Menyediakan alokasi anggaran di daerah untuk

pendampingan PHBM di masyarakat.

KEMENHUT, KLH,

ESDM, BPN dan

dukungan PEMDA ,

Masyarakat sipil

4. Kemiskinan Masyarakat di

sekitar Hutan

1. Mengitegrasikan program pengentasan

kemiskinan dengan peningkatan pengelolaan

SDH di desa sekitar hutan.

2. Memperluas peluang akses dan ruang kelola

masyarakat sekitar hutan

3. Fasilitasi badan usaha unit desa dan

masyarakat pengelolah hutan dengan

meningkatkan dukungan sumber daya

MENKO KESRA,

KEMENHUT, KLH,

ESDM, BPN dan

dukungan PEMDA ,

masyarakat sipil

Keselamatan Warga dari Bencana Ekologi

Peningkatan Akses masyarakat dalam pengelolaan Sumberdaya Alam, melalui PHBM dan kemitraan (P.39/2013)

Tata kelola pemerintahan sektor Hutan dan lahan

Daya Dukung Lingkungan dan Tata Ruang yang ter integrasi.

Keberhasilan pembangunan nasional dalam mewujudkan visi

Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur perlu didukung

oleh (1) komitmen dari kepemimpinan nasional yang kuat dan

demokratis; (2) konsistensi kebijakan pemerintah; (3)

keberpihakan kepada rakyat; dan (4) peran serta masyarakat

dan dunia usaha secara aktif.