Peningkatan Perolehan Metana Dan Hidrogen Pada Pengolahan Sampah Kota Menjadi Biogas

16
1 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sampah kota merupakan salah satu masalah pelik yang dihadapi hampir seluruh kota besar di Indonesia. Pengelolaan sampah kota dengan metode landfill yang hanya berupa open dump mendatangkan banyak masalah seperti bau busuk, longsor, dan pencemaran air tanah. Volume sampah kota yang sangat besar membuat pemerintah kota kesulitan mencarikan lahan baru untuk tempat pembuangan akhir (TPA) yang representatif. Masyarakat di sekitar lahan calon TPA tersebut seringkali keberatan menerima keberadaannya. Jakarta dan Bandung merupakan dua kota yang mengalami masalah serius berkaitan dengan sampah kota. Di lain pihak, Indonesia merupakan negara agraris yang selalu memerlukan pupuk murah. Negara ini juga sangat merasakan mahalnya sumber energi fosil terutama yang berasal dari minyak bumi. Terdapat beberap teknologi yang biasa dipakai untuk mengelola sampah kota yaitu ; landfill, incinerator, dan Anaerobic digestion (AD). Teknologi landfill sudah banyak ditinggalkan karena memerlukan lahan yang luas dan menimbulkan permasalahan dengan air tanah. Incinerator merupakan pilihan teknologi yang praktis dan mudah. Salah satu kota yang sukses menggunakan teknologi ini adalah Wina, Austria. Sifat sampah kota di Indonesia yang basah membuat proses pembakaran yang terjadi di dalam incinerator kemungkinan besar tidak berjalan dengan sempurna sehingga emisi gas buang dari cerobong incinerator akan mengandung gas yang berbahaya bagi lingkungan. Penggunaan incinerator juga tidak dapat mengambil bagian-bagian dari sampah kota yang masih dapat dipakai ulang dan berharga. Pengolahan sampah dengan metode AD merupakan metode yang paling ramah lingkungan karena sampah organik oleh consortium bacteria diubah menjadi bio-gas metana, pupuk cair, dan padatan sisa yang bisa dipakai sebagai pupuk kompos. Metode AD sejak belasan tahun yang silam dipakai oleh kota munich untuk mengelola sampah organik kota. Pengelolaan secara profesional menghasilkan biogas yang langsung dapat dikonversi menjadi listrik disamping pupuk organik. Di sekitar pabrik pengolahan sampah tersebut juga tidak tercium bau busuk sehingga kemungkinan komplain dari masyarakat disekitar pusat pengolahan sampah kecil. Karena pada dasarnya AD dapat dipakai untuk mengkonversi seluruh jenis bahan organik yang teruraikan menjadi biogas. Dengan demikian teknologi AD juga sangat potensial untuk dijadikan alternatif pilihan untuk menyediakan listrik di daerah-daerah terpencil di seluruh Indonesia, mengingat melimpahnya ketersediaan dedaunan dan rumput sebagai substratnya.

Transcript of Peningkatan Perolehan Metana Dan Hidrogen Pada Pengolahan Sampah Kota Menjadi Biogas

  • 1

    1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

    Sampah kota merupakan salah satu masalah pelik yang dihadapi hampir seluruh kota

    besar di Indonesia. Pengelolaan sampah kota dengan metode landfill yang hanya berupa open

    dump mendatangkan banyak masalah seperti bau busuk, longsor, dan pencemaran air tanah.

    Volume sampah kota yang sangat besar membuat pemerintah kota kesulitan mencarikan

    lahan baru untuk tempat pembuangan akhir (TPA) yang representatif. Masyarakat di sekitar

    lahan calon TPA tersebut seringkali keberatan menerima keberadaannya. Jakarta dan

    Bandung merupakan dua kota yang mengalami masalah serius berkaitan dengan sampah kota.

    Di lain pihak, Indonesia merupakan negara agraris yang selalu memerlukan pupuk murah.

    Negara ini juga sangat merasakan mahalnya sumber energi fosil terutama yang berasal dari

    minyak bumi.

    Terdapat beberap teknologi yang biasa dipakai untuk mengelola sampah kota yaitu ;

    landfill, incinerator, dan Anaerobic digestion (AD). Teknologi landfill sudah banyak

    ditinggalkan karena memerlukan lahan yang luas dan menimbulkan permasalahan dengan air

    tanah. Incinerator merupakan pilihan teknologi yang praktis dan mudah. Salah satu kota yang

    sukses menggunakan teknologi ini adalah Wina, Austria. Sifat sampah kota di Indonesia yang

    basah membuat proses pembakaran yang terjadi di dalam incinerator kemungkinan besar

    tidak berjalan dengan sempurna sehingga emisi gas buang dari cerobong incinerator akan

    mengandung gas yang berbahaya bagi lingkungan. Penggunaan incinerator juga tidak dapat

    mengambil bagian-bagian dari sampah kota yang masih dapat dipakai ulang dan berharga.

    Pengolahan sampah dengan metode AD merupakan metode yang paling ramah lingkungan

    karena sampah organik oleh consortium bacteria diubah menjadi bio-gas metana, pupuk cair,

    dan padatan sisa yang bisa dipakai sebagai pupuk kompos. Metode AD sejak belasan tahun

    yang silam dipakai oleh kota munich untuk mengelola sampah organik kota. Pengelolaan

    secara profesional menghasilkan biogas yang langsung dapat dikonversi menjadi listrik

    disamping pupuk organik. Di sekitar pabrik pengolahan sampah tersebut juga tidak tercium

    bau busuk sehingga kemungkinan komplain dari masyarakat disekitar pusat pengolahan

    sampah kecil. Karena pada dasarnya AD dapat dipakai untuk mengkonversi seluruh jenis

    bahan organik yang teruraikan menjadi biogas. Dengan demikian teknologi AD juga sangat

    potensial untuk dijadikan alternatif pilihan untuk menyediakan listrik di daerah-daerah

    terpencil di seluruh Indonesia, mengingat melimpahnya ketersediaan dedaunan dan rumput

    sebagai substratnya.

  • 1.2 Road

    B

    sampah k

    d Map Pene

    Bidang yang

    kota dapat di

    Gam

    elitian

    kami geluti

    ilihat pada G

    mbar 1. Roa

    i adalah was

    Gambar 1.

    ad Map Pene

    ste utilizatio

    elitian Peman

    n. Road map

    nfaatan Samp

    p penelitian

    mpah Kota

    n pemanfaata

    2

    an

  • 3

    2. Tinjauan Pustaka AD adalah suatu proses penguraian zat organik menjadi senyawa-senyawa yang

    sederhana dalam kondisi tanpa oksigen. Di dalam pengolahan air limbah AD telah lama

    dipakai secara ekstensif sebagai pelengkap proses aerobik terutama untuk memproses

    primary and secondary sludge. Kelemahan utama pada penggunaan teknologi AD di masa

    lalu adalah waktu pemrosesan yang diperlukan yang sangat lama. Anaerobic lagoon

    merupakan bentuk teknologi AD tertua yang memerlukan waktu pengolahan sampai dengan

    300 hari ( Mckinney, 2004). Teknologi AD menjadi lebih menarik ketika energi terbarukan

    menjadi salah satu isu besar di dunia dan reaktor Up-flow Anaerobic Sludge Blanket (UASB)

    diperkenalkan oleh G. Lettinga di Netherlands. Keistimewaan UASB adalah waktu

    pemrosesan yang singkat sampai dengan 24 jam dan organic loading rate yang tinggi.

    Ada dua tujuan dalam penggunaan teknologi AD, yaitu dapat digunakan untuk

    pengolahan limbah yang mengandung bahan biodegradable dan untuk menghasilkan produk

    yang bernilai ekonomi (energy crop) seperti biogas dan pupuk. Sejak teknologi AD menjadi

    lebih efektif dibandingkan dengan proses aerobik, AD menjadi lebih menarik untuk dijadikan

    sebagai teknologi inti dalam pengolahan air limbah domestik (Foresti, 2006).

    Secara keseluruhan proses AD dapat dibagi menjadi tiga langkah, yaitu pengolahan awal

    (pre-treatment), proses inti/utama AD, dan pengolahan akhir (post-treatment) bio-gas dan

    padataan hasil proses AD (digestate). Proses pre-treatment tergantung pada jenis yang

    dipakai substrat dan regulasi negara setempat. Sedangkan post-treatment bio-gas dan

    digestate disesuaikan dengan pemanfaatan kedua produk tersebut.

    Di Munich - German penggunakan sampah kota sebagai substrat dalam proses AD

    memerlukan pre-treatment seperti penggilingan, pemisahan magnetik (magnetic separation),

    hidro-pulper, dan thermal pre-treatment (Gopel and Janik, 2006). Penggilingan, magnetic

    separation dan hidro-pulper diperlukan karena sifat sampah kota yang masih tercampur

    dengan komponen-komponen nonorganik. Sedangkan thermal pretreatment dilakukan karena

    peraturan pemerintah setempat yang mewajibkan pasteurisasi selama 3 jam (Bonmati et.al.,

    2001). Hidro-pulper merupakan unit pemisahan sampah berdasarkan densitas. Nama hydro-

    pulper dipakai karena alat ini pertama kali digunakan dalam pabrik pengolahan kertas. Hidro-

    pulper biasa dirancang untuk bahan baku dengan spesifikasi tertentu dan prosesnya

    dijalankan secara kontinyu (Olutoye, 2005).

    Biogas yang ingin dipakai sebagai synthetic natural gas (SNG) memerlukan post-

    treatment untuk menghilangkan zat-zat pengotor seperti karbondioksida, ammonia, dan

    hidrogen sulfida (Burgel, 2006). Sedangkan apabila langsung dikonversi menjadi listrik

  • 4

    ataupun dibakar post-treatment bio-gas tidak lagi diperlukan. Digestate dapat langsung

    dipakai sebagai pupuk pertanian, akan tetapi untuk menghasilkan pupuk kompos yang

    berkualitas baik, digestate perlu diproses secara aerobik agar penguraraian bahan organik

    berjalan lebih sempurna.

    Gambar2. Diagram Blok Proses Pengolahan Sampah Kota di Munich

    (Gopel and Janik,2006)

    Anaerobic Digestion Model No.1 (ADM1) merupakan model matematika dari proses AD

    yang telah berhasil dimodelkan dengan baik oleh sekumpulan ilmuwan yang tergabung dalam

    IWA Task Group (IWA, 2002). Dari gambar2, terlihat bahwa padatan organik komplek

    mengalami disintegrasi menjadi inert, karbohidrat, protein dan lemak. Material hasil

    disintegrasi tersebut kemudian terhidrolisis menjadi gula, asam amino dan Long Chain Fatty

    Acid (LCFA). Karbohidrat dan protein selanjutnya mengalami fermentasi menjadi berbagai

    macam volatile organic acid (asam propionate, butirat dan valerat) dan gas hydrogen,

    sedangkan LCFA teroksidasi menjadi asam asetat dan gas hydrogen (acidogenesis). Volatil

    organic acid kemudian terkonfersi menjadi asam asetat dan gas hydrogen pada tahap

    acetogenesis. Gas methana diproduksi melalu dua cara: pembelahan senyawa asam asetat

  • 5

    (aceticlastic methanogenesis) dan reduksi karbon dioksida oleh hydrogen (hydrogenotrophic

    methanogenesis).

    Gambar3. Tahapan Proses AD ( IWA 2002)

    AD merupakan merupakan proses penguraian bahan-bahan organik secara biologis di

    mana bahan-bahan tersebut diubah menjadi senyawa yang lebih sederhana dalam kondisi

    anaerob dengan bantuan mikroorganisme yang berupa bakteri. Satu tahapan proses AD dapat

    dilakukan lebih dari satu jenis bakteri. Bakteri yang bekerja dalam proses anaerob sangat

    banyak macamnya dan satu sama yang lain saling bekerja sama untuk menghasilkan produk

    akhir berupa methana. Mikroorganisme yang saling bekerja sama tersebut kemudian sering

    disebut konsorsium mikroorganisme. Kondisi lingkungan yang optimal bagi masing-masing

    bakteri berbeda sehingga apabila proses AD dilakukan dalam satu stage kondisi tersebut

    harus bisa diterima oleh seluruh bakteri konsorsium.

    Tahap hydrolisis, acidogenesis dan acetogenesis bekerja optimal pada kondisi asam,

    sementara kondisi methanogesis bekerja optimal pada kondisi sedikit basa. Bakteri

    methanogesis akan mati pada pH dibawah 4,5, tetapi pada pH tersebut proses hydrolisis

    bekerja dengan optimal (Sarada dan Joseph, 1996). Karena alasan tersebut untuk

    mengoptimalkan proses dipakailah dua stage. Proses dua stage juga punya keunggulan dalam

    proses kontrol karena persoalan-persoalan yang sering muncul dalam kedua stage itu

  • 6

    berbeda. Penggunan proses dua stage mempermudah proses kontrol dan investigasi apabila

    timbul suatu masalah dalam proses AD (IWA 2002).

    Dalam proses dua stage, proses hydrolysis dipercepat karena stage pertama beroperasi

    pada kondisi asam. Stage ini juga dapat dipakai untuk memperbesar perolehan gas hydrogen

    sampai dengan 52% dengan cara memanipulasi inokulum yang dipakai dan kondisi operasi

    (Hanqing 2003). Sedangkan kinerja stage kedua dapat ditingkatkan dengan cara

    menggunakan reactor UASB. UASB pada dasarnya merupakan fluidized reactor dengan

    bahan terfluidakan berupa sludge mikroorganisme yang berbentuk granular (Sponza 2001).

    Reaktor ini hanya dapat beroperasi dengan substrate berupa cairan sehingga proses

    penguraian sampah kota tidak dapat menggunakan jenis reaktor ini jika menggunakan reaktor

    satu stage. Reaktor UASB bisa diaplikasikan dalam pengurain sampah kota pada tahapan

    methanogenesis (stage kedua) dengan cara padatan dan cairan dipisahkan setelah keluar

    reaktor stage pertama.

    Komposisi biogas biasanya pada reaktor stage tunggal sekitar 60% methana, 30% carbon

    dioksida dan beberapa ppm hydrogen (salafudin 2007). Konposisi methana dapat diperbesar

    dengan cara kondisi operasi dijalankan dalam tekanan tinggi (30 Psig) dan dengan selalu

    mensirkulasi cairan dalam reaktor ke leaching thank yang bertekanan atmosfer untuk

    melepaskan karbon dioksida (US Patent 4722741, 1988). Teknologi ini kurang berkembang

    karena sirkulasi yang mengkonsumsi banyak energi dilakukan hanya semata-mata untuk

    melepaskan karbon dioksida yang mempunyai kelarutan sangat kecil dalam tekanan atmosfer

    dan besar pada tekanan tinggi. Sementara saat itu konsumen tidak memerlukan biogas dengan

    kemurnian tinggi.

    Perkembangan teknologi biogas saat ini adalah produsen diharapkan menghasilkan biogas

    dengan kemurnian tinggi. Kemurnian yang tinggi diperlukan karena biogas dari produsen

    akan dialirkan dalam sistem pemipaan sebelum dipakai untuk SNG maupun untuk dikonversi

    ke listrik dengan generator yang berkapasitas besar dan mempunyai effisiensi yang tinggi.

    Bila teknologi dari patent tersebut dimodifikasi untuk diterapkan pada reaktor UASB maka

    sirkulasi yang selalu dilakukan dalam reaktor UASB juga bisa dipakai sebagai pemurnian

    methana dari karbon dioksida.

  • 7

    3. Metode Penelitian 3.1 Perumusan Masalah

    Masalah yang akan diteliti adalah peningkatan kinerja teknologi AD dalam menghasilkan

    gas metana dan hidrogen dengan menggunakan sampah kota sebagai substrat. Tahapan proses

    tersebut adalah penggilingan, pemisahan sampah kota, dan pengolahan biosampah menjadi

    biogas ( hidrogen dan metana ), pupuk padat, dan pupuk cair.

    Pemisahan sampah kota dilakukan mengunakan hydro-pulper. Hydro-pulper yang

    dioperasikan secara batch memerlukan modifikasi pada proses unloading-nya karena

    konsentrasi plastik sampah kota di Indonesia sangat besar dibandingkan di Eropa dan

    komposisinya juga selalu berubah. Proses unloading-nya akan menggunakan teknik floating

    outlet sebagai mana biasa dipakai pada Sequence Batch Reactor (SBR). Batch Hydro-pulper

    dengan floating outlet diharapkan dapat dipakai untuk memisahkan sampah kota di Indonesia.

    Data yang akan diambil pada proses pemisahan ini adalah komposisi awal sampah kota,

    produk bawah pertama (batu-batuan), produk bawah kedua (plastik), dan produk atas ( slurry

    sampah organik). Variabel-variabel yang dipelajari adalah loading rate, kecepatan dan waktu

    pengadukan, panjang pipa floating outlet.

    Tangki hydrolysis yang bekerja secara kontinyu berupa reaktor alir tangki berpengaduk

    mencerna sampah organik secara isothermal. Investigasi kinerja tangki hidrolisis dilakukan

    dengan cara mengumpulkan data-data: LCA, VFA, Total Ammonium Nitrogen (TAN),

    Volatile Solid (VS), kandungan hydrogen pada biogas. Variabel yang dipelajari adalah

    organic loading rate, waktu tinggal dan temperatur operasi.

    Slurry keluar tangki hydrolysis dipisahkan padatan dan filtratnya. Padatan hasil

    pemisahan dijadikan pupuk pertanian sedangkan filtrat diproses lebih lanjut dalam tangki

    methanogenesis. Data-data yang dikumpulkan untuk mengukur kinerja tangki

    methanogenesis ini adalah : VFA, TAN, VS, komposisi biogas. Variabel-variabel yang

    dipelajari adalah organic loading rate, Retention time dan Tekanan operasi.

    Tenaga pelaksana dalam penelitian ini meliputi: 1 orang ahli dengan latar belakang teknik

    lingkungan, 1 orang ahli dengan latar belakang teknik kimia yang mempunyai pengalaman

    melakukan riset tentang biogas di Jerman, 1 orang ahli teknik mesin, 1 orang teknisi, 1 orang

    pembantu pelaksana.

  • Diagr

    GambarHidrogen

    ram Fishbon

    r 4. Diagramn dalam Peng

    ne untuk perm

    m Fishbonegolahan Sam

    masalahan in

    e untuk Permpah Kota

    ni dapat dilih

    rmasalahan

    hat pada gam

    Peningkatan

    mbar berikut

    n Perolehan

    t:

    Metana da

    8

    an

  • 9

    3.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:

    1. Pemanfaatan teknologi AD untuk mengolah sampah kota Indonesia

    2. Teknologi AD dua stage mampu menghasilkan gas hydrogen pada stage pertama dan

    gas methana pada stage kedua dengan konsentrasi yang tinggi.

    3.3 Metodologi Penelitian ini akan dilaksanakan dilingkungan ITENAS, Bandung. Investigasi unit

    pemisahan dan unit proses dilakukan secara paralel dengan alasan untuk mempercepat waktu

    penelitian. Pada saat unit proses menjalani tahapan start-up umpan slurry sampah organik

    yang digunakan merupakan hasil pemisahan secara manual karena pada saat bersamaan

    dilakukan investigasi kinerja unit pemisahan, hydropulper. Setelah kondisi operasi terbaik

    dari hydropulper ditemukan unit proses mendapatkan umpan dari hydropulper.

    Penentuan komposisi sampah kota dilakukan secara gravimetri dan dilakukan setiap hari

    sekali untuk mengetahui profile komposisi sampah kota tiap saat. Produksi biogas yang

    dihasilkan tangki hydrolisis, methanogensis dan pelepas CO2 diukur setiap hari dengan alat

    wet-test meter.

    Sampel dari input-output tangki hydrolisis, methanogenesis dan komposisi biogas diambil

    setiap variabel penelitian. Perubahan variabel penelitian dilakukan setelah sistem stabil yang

    ditandai dengan konstannya produksi biogas harian. Sampel slurry dan cair disimpan di

    dalam refrigerator dan baru dianalisis pada akhir investigasi dengan High Performance

    Liquid Chromatography (HPLC) untuk mengetahui kandungan LCFA, VFA, dan dengan UV

    spektrophotometri untuk mengetahui kandungan TAN serta dengan gravimetri untuk

    mengetahui VS. Sampel biogas dianalisis komposisinya dengan Gas Chromatography (GC)

    setiap akan mengganti variabel penelitian.

    Analisis LCFA, VFA, komposisi bio-gas diperlukan untuk mengetahui kinerja masing-

    masing tahap hydrolisis, acidogenesis, acetogenesis dan methanogenesis. Analisis VS

    diperlukan untuk mengukur efektifitas proses biogas secara keseluruhan dalam menguraikan

    komponen VS yang terdapat dalam sampah kota. Kandungan TAN perlu dipantau karena

    kandungan TAN yang tinggi sering meracuni tahap methanogenesis.

  • 10

    3.4 Rancangan Penelitian Rancangan riset pengolahan sampah kota Indonesia ini terdiri dari tiga tahapan: unit

    pemisahan, hydrolysis dan methanogenesis.

    Unit pemisahan menggunakan hydro-pulper yang dioperasikan secara batch. Pemilihan

    pengoperasihan secara batch karena:

    1. Kebiasan pada industri pengolahan limbah bahwa loading reaktor dilakukan sehari

    sekali.

    2. Pengoperasihan secara batch memungkinkan hydro-pulper memisahkan sampah kota

    menjadi tiga komponen: sampah-bio, plastik dan bebatuan.

    3. Pengoperasian secara batch membuat hydro-pulper memungkinkan dioperasikan

    dengan umpan yang mempunyai perbedaan komposisi yang tinggi.

    Urutan pengoperasian hydro-pulper yaitu: sampah kota yang telah digiling dengan screw

    conveyor dicampur dengan air kemudian diaduk dengan rpm yang tinggi. Pengadukan yang

    tinggi membuat bio-sampah terlarut dalam air sementara bebatuan dan logam akan

    mengendap dibawah dan masuk kedalam pipa vertikal dengan kondisi valve bawah tertutup

    dan valve atas terbuka. Setelah proses pengadukan selesai valve atas pada pipa vertikal

    ditutup dan valve bawah dibuka untuk mengeluarkan bebatuan dan logam. Setelah proses

    pengadukan dihentikan komponen ringan (plastik) akan melampung keatas permukaan

    sedangkan bio-sampah tercampur dengan air akan tetap di lapisan bawah. Dengan floating

    outlet lapisan bawah cairan dapat merupakan slurry bio-sampah dapat dipompakan ketangki

    hydrolisis. Setelah cairan bio-sampah dialirkan semua ke tangki hydrolisis, pompa dimatikan

    sehingga yang tertinggal di dalam hydro-pulper hanya air dan plastik yang selanjutnya

    dikeluarkan lewat bawah. Plastik yang diperoleh dapat dari unit pengolahan ini dapat di-

    recycle di pabrik molding.

    Bahan kontruksi yang dipakai untuk hydropulper ini dipilih dari fiber karena dipasarkan

    terdapat bahan dari fiber yang biasa dipakai untuk tower air yang dapat dimodifikasi sebagi

    hidropulper. Penggunaan bahan fiber diharapkan dapat memperkecil biaya tapi tetap dapat

    bekerja sebagaimana yang diharapkan. Pada skala besar bahan konstruksi hydropulper yang

    biasa dipakai adalah stainless steel sedangkan konstruksi yang termurah dibuat dari beton.

    Proses pengolahan bio-sampah menjadi bio-gas dapat diekspresikan dalam persamaan

    kimia sebagai berikut:

  • 11

    Tahap Hydrolysis

    (C6H12O6 )n n C6H12O6 polisakarida n monosakarida Tahap Acidogenesis dan acetogenesis C6H12O6 + 2H2O 2CH3(CH2)2COO- + 2 HCO3- + 3 H++ 2H2 butirat 2CH3 (CH2)2 COO- + 8H2O 2CH3 COO- + 12 H2 + 4 CO2 asetat Tahap Methanogenesis CH3 COO- + H+ CH4 + CO2 (aceticlastic methanogenesis) 4 H2 + CO2 CH4 + 2H2O (hydrogenotrophic methanogenesis)

    Pada AD stage tunggal semua tahapan di atas terjadi secara simultan dalam sebuah

    reaktor sehingga hasil gas adalah methana, karbon dioksida dan beberapa impurity yang lain.

    Kandungan gas hydrogen dalam bio-gas biasanya hanya skala beberapa ppm karena kondisi

    operasi dalam reaktor stage tunggal sangat cocok dipakai oleh bakteri hydrogenotrophic

    methanogenesis untuk berkembang biak dengan baik. Berkembangnya bakteri

    hydrogenotrophic methanogenesis akan mengkonsumsi seluruh gas hydrogen yang dihasilkan

    dalam tahap acidogenesis dan acetogenesis.

    Enhance produksi hydrogen dalam pengolahan sampah kota hanya bisa dilakukan dengan

    cara memisahkan bakteri hydrogenotrophic methanogenesis dengan hydrogen sebagai

    substratnya. Pemisahan ini dilakukan dengan memproses bio-sampah proses dalam dua

    reaktor yang disusun secara serial dengan kondisi operasi yang berbeda sesuai dengan kondisi

    ideal masing-masing. Bio-sampah di tangki hydrolisis mengalami proses: hydrolisis,

    acidogenesis dan acedogenesis. Kondisi ideal untuk proses diatas adalah pada pH sekitar 4.5

    di mana ketiga proses diatas mempunya kecepatan reaksi maksimal dan bakteri

    methanogenesis mati. Matinya bakteri methanogenisis membuat gas hydrogen terakumulasi

    sebagai produk.

    Tangki hidrolisis berupa reaktor tangki berpengaduk karena bentuk reaktor inilah yang

    paling tepat untuk memproses substrat yang berupa padatan atau slurry. Pengadukan

    intermittent dijalankan dengan cara 10 menit pengadukan dan 50 menit tanpa pengadukan.

    Pengadukan intermittent dilakukan untuk menghindari rusaknya bakteri yang berbentuk

    granular. 10 menit pengadukan dan 50 menit dipilih berdasarkan pengalaman pengolahan

    bio-sampah dengan proses sejenis di kota Munich, Jerman.

    Bahan konstruksi dari tangki hydrolisis yang dipilih untuk proyek pilot ini adalah beton

    karena paling murah. Reaktor pengolahan sampah kota di Munich terbuat dari stainless steel

  • 12

    sementara reaktor biogas ditingkat petani terbuat dari beton. Reaktor berbahan baku beton

    telah terbukti mampu bertahan sampai belasan tahun.

    Bio-sampah kota yang telah diproses dalam tangki hydrolisis dipisahkan dalam filter.

    Filterpress merupakan jenis filter yang paling cocok untuk skala pilot projek. Padatan hasil

    filter dapat dipakai sebagai pupuk pertanian walaupun untuk mendapatkan pupuk yang

    berkualitas sangat baik padatan harus diproses lebih lanjut dengan proses kompos yang

    bekerja secara aerobik.

    Filtrat dari proses filtrasi dimasukkan ke tangki methanogenesis. Bakteri methanogenesis

    yang berbentuk granular dan terfluidakan oleh aliran fluida tangki tersebut akan mencernanya

    menjadi methana dan karbon dioksida. Reaktor methanogenesis berupa UASB yang

    memerlukan sirkulasi cairan dalam reaktor untuk menciptakan aliran fluida yang dapat

    membuat bakteri yang telah berupa granular terfludiakan merata kesemua bagian reaktor.

    Dalam penelitian ini sirkulasi cairan juga dimanfaatkan untuk memisahkan gas methana

    dengan karbon dioksida. Gas methana mempunyai kelarutan yang sama baik dalam cairan

    bertekanan atmosfer maupun tinggi sedangkan karbon dioksida mempunyai kelarutan yang

    jauh lebih tinggi bila ditempatkan dalam sistem bertekanan tinggi. Dengan mengoperasikan

    tangki methanogenesis di atas tekanan atmosfer dan tangki pelepasan karbon dioksida

    bertekanan atmosfer gas methana dan karbon dioksida diharapkan dapat dipisahkan dengan

    baik.

    Dua jenis bakteri methanogesis selalu ada dalam reaktor stage tunggal tetapi dalam

    reaktor dua stage, pada reaktor methanogesis hanya bakteri aceticlastic methanogenesis yang

    berkembang dengan baik. Bakteri hydrogenotrophic methanogenesis tidak dapat berkembang

    karena substrat yang masuk reaktor methanogenis tidak mengandung cukup gas hydrogen.

    Cairan keluar dari proses methanogenesis dapat dipakai sebagai pupuk cair karena

    mempunyai kandungan N/C yang tinggi.

    Tangki methanogenesis dan tangki pelepasan karbon dioksida direncanakan dibuat dari

    besi baja karena akan dioperasikan dalam tekanan tinggi.

  • 13

    Gambar 5. Diagram Alir Rancangan Riset Enhance Methane dan Hydrogen Crop Dalam

    Pengolahan Sampah Kota dengan Teknologi Anaerobic Digestion

    3.5 Hasil yang Diharapkan dan Rencana Publikasi Hasil yang Diharapkan

    Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

    1. Pengolahan sampah kota dapat dilakukan dengan hasil berupa energi listrik yang

    berasal dari biogas, pupuk padat, pupuk cair dan plastik yang dapat di-recycle.

    2. Tangki hydrolisis dapat dipakai untuk menghasilkan gas hydrogen

    3. Tangki methanogenesis dan tangki pelepasan CO2 secara bersama-sama dapat dipakai

    untuk memisahkan gas methane dan karbon dioksida.

    4. Hasil penelitihan ini dapat memberi inspirasi pihak-pihak terkait untuk mengelola

    sampah kota dan bio-sampah yang lain dengan teknologi yang ramah lingkungan

    Rencana Publikasi

    Karena adanya beberapa hal yang benar-benar baru dalam penelitihan yaitu:

    1. Modifikasi UASB yang dioperasikan pada tekanan tinggi dengan hasil methana

    berkonsentrasi tinggi.

    2. Secara keseluruhan design proses AD yang cocok untuk karakteristik sampah kota

    Indonesia.

    Dengan modal beberapa originalitas diatas maka diharapkan minimal hasil penelitian

    ini dapat dipublikasikan dalam seminar Internasional atau Jurnal Nasional Terakreditasi

  • 14

    4. Biaya dan Jadwal Penelitian 4.1 Anggaran Biaya Biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini dapat dilihat pada tabel

    berikut:

    Jenis Pengeluaran Biaya yang Diusulkan (Rp)

    Tahun I Tahun II Gaji dan Upah Gaji Peneliti Utama Rp 1.800.000,00 Rp 1.800.000,00 Gaji Peneliti Anggota Rp 1.200.000,00 Rp 1.200.000,00 Bahan Habis Pakai dan Peralatan Pembuatan Reaktor Hidrolisis Rp 5.000.000,00 Rp 15.000.000,00 Pembuatan Reaktor Methanogenesis Rp 10.000.000,00 Rp 30.000.000,00 Pembuatan Acumulator Rp 5.000.000,00 Rp 15.000.000,00 Analisis Analisis kadar hidrogen @ Rp.200.000,- Rp 9.000.000,00 Rp 3.000.000,00 Analisis kadar Methana @ Rp.200.000,- Rp 9.000.000,00 Rp 3.000.000,00 Analisis kadar VS @ Rp.15.000,- Rp 1.800.000,00 Rp 500.000,00 Analisis kadar COD @ Rp.50.000,- Rp 6.000.000,00 Rp 1.500.000,00 Perjalanan Pengambilan Sample dan Pembelian Peralatan Rp 6.600.000,00 Rp 1.500.000,00 Lain-Lain (Publikasi dan Laporan) ATK Penyusunan Laporan Rp 500.000,00 Rp 500.000,00 Publikasi Rp 1.500.000,00 Rp 1.500.000,00 Jumlah Rp 57.400.000,00 Rp 74.500.000,00

  • 15

    4.2 Jadwal Penelitian

    No. Kegiatan Tahun ke-1

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    1

    Perancangan dan pembuatan alat penelitian skala laboratorium

    2 Start-up unit proses skala laboratorium

    3 Pengambilan data skala laboratorium

    4

    Perancangan dan pembuatan alat penelitian skala pilot

    5 Start-up unit proses skala pilot

    6 Pengambilan data skala pilot

    7 Pengolahan data dan penyusunan laporan

    8 Publikasi dan Pelaporan

    No. Kegiatan Tahunke2

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    1

    Perancangan dan pembuatan alat penelitian skala laboratorium

    2 Start-up unit proses skala laboratorium

    3 Pengambilan data skala laboratorium

    4

    Perancangan dan pembuatan alat penelitian skala pilot

    5 Start-up unit proses skala pilot

    6 Pengambilan data skala pilot

    7 Pengolahan data dan penyusunan laporan

    8 Publikasi dan Pelaporan

  • 16

    5. Daftar Pustaka 1. Bonmati, A.: Study of thermal hydrolysis as a pretreatment to mesophilic anaerobic

    digestion of pig slurry. Water Science and Technology. IWA Publishing 2001; 44 :No

    4. 109116

    2. Burgel, V. M: Bio-gas and others in natural gas operation (Bongo) a project under

    development. 23rd World Gas Conference, Amsterdam 2006.

    3. Foresti, E., Zaiat, M., Vallero, M.: Anaerobic processes as the core technology for

    sustainable domestic wastewater treatment: consolidated applications, new trends,

    perspectives, and challenges. Reviews in Environmental Science and Bio/Technology

    2006; 5:319

    4. Gopel, T., Janik, H.: Die Bioabfall-Vergrungsanlage Brunnthal/Kirchstockack. Eine

    Anlage mit Modellcharakter, 2006

    5. Hanqing, Y: Hydrogen production from rice winery wastewater by using a

    continuously-stirred reactor. Journal of Chemical Engineering of Japan, Vol.36,No10,

    pp.1147-1151,2003

    6. http://www.uasb.org/discover/uasb-animation.htm

    7. Iwa 2002. : Anaerobic digestion model No. I (ADM1), International Water

    Association Scientific and Technical Report No. 13, IWA publishing, London, UK

    8. McKinney, R. E.: Environmental pollution control microbiology. Copyright 2004 by

    Marcel Dekker

    9. Olutoye. M. A.: Design of a manually operated paper-recycling machine. Leonardo

    Electronic Journal of Practices and Technologies July-December 2005;7

    10. Salafudin : Effect of ammonia nitrogen on liquid manure digestion. Master thesis,

    Munich, 2007

    11. Sponza, D. T.: Performance of up-flow anaerobic sludge blanket (UASB) reactor

    treating wasterwaters containing carbon tetra-chloride. World Journal of

    Microbiology and Biotechnology, Biomedical and Life Sciences December 2001;17:

    7.

    12. US Patent 4722741: Production of high methane content production by two phase

    anaerobic digestion, 1988