PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI ...... · meningkatkan partisipasi siswa...
Transcript of PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI ...... · meningkatkan partisipasi siswa...
5
PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN
BIOLOGI MELALUI PERPADUAN PEMBELAJARAN
LABORATORIUM DAN LINGKUNGAN ALAM
DI KELAS VII A SMP NEGERI 1
GONDANGREJO
Skripsi
Oleh
Nurma Permata Sari
K.4305017
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kemampuan dan
kepribadian manusia. Fokus dari pendidikan adalah bagaimana memberikan
inspirasi, teladan dan rangsangan kepada peserta didik sehingga dari proses
pendidikan tersebut dapat dihasilkan manusia-manusia yang berkualitas.
Pendidikan bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik, tetapi
merupakan upaya untuk mengkonstruksi pengetahuan melalui aktivitas berpikir
peserta didik sehingga pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa
hendaknya lebih mengarah pada peningkatan aktivitas dan partisipasi siswa.
Hasil observasi yang dilakukan di kelas VII A SMP Negeri 1
Gondangrejo menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum melibatkan siswa
secara menyeluruh. Rendahnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran ditandai
dengan hanya 30% (12 siswa) yang berani menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh guru dan hanya 5% (2 siswa) yang berani mengajukan pertanyaan. Tanggung
jawab siswa terhadap pembelajaran yang berupa kesediaan siswa untuk
menperhatikan sebenarnya memiliki nilai yang cukup baik. Sebesar 65% (26
siswa) mau memperhatikan penjelasan yang diberikan guru. Namun perhatian ini
tidak diiringi keinginan siswa untuk memberikan kontribusi dalam pembelajaran.
Hal ini jelas terlihat ketika siswa diberi sejumlah soal untuk didiskusikan dan
dikerjakan, hanya 40% (16 siswa) yang bersedia mengerjakan. Siswa yang lain
lebih suka bermain-main dan akhirnya mencontoh pekerjaan siswa lain yang
sudah selesai.
Pembelajaran biologi senantiasa dilaksanakan di kelas dengan guru
sebagai sumber belajar yang utama sehingga pengalaman belajar siswa sebatas
mendengar dan mencatat penjelasan guru. Siswa kurang berinteraksi dengan
sumber belajar yang lain sehingga pembelajaran cenderung bersifat tekstual dan
menekankan pada penyelesaian materi pelajaran. Hal ini tidak sesuai dengan
pendapat dari Rohandi (2009: 117) yang mengemukakan bahwa ciri pokok
7
pembelajaran sains adalah adanya interaksi antara anak dengan lingkungan. Siswa
harus diberi kesempatan untuk bersentuhan langsung dengan objek yang akan atau
sedang dipelajari.
Identifikasi masalah dari hasil observasi di kelas VII A menunjukkan
bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran rendah karena siswa hanya menerima
materi biologi yang diajarkan oleh guru. Siswa tidak dilibatkan dalam usaha untuk
mengkontruksi suatu konsep sehingga materi pelajaran menjadi sesuatu yang
hanya dihafalkan dan akhirnya mudah dilupakan. Pembelajaran seakan-akan
menjadi sesuatu yang tidak bermakna bagi siswa. Pembelajaran akan bermakna
apabila siswa ikut terlibat langsung dalam pembelajaran, siswa bekerja,
menemukan dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
Guru harus melakukan suatu inovasi dalam pembelajaran untuk
mengatasi permasalahan yang terjadi di kelas. Kurangnya partisipasi siswa yang
mencakup keterlibatan, dorongan memberikan sumbangan dan tanggung jawab
terhadap pelaksanaan pembelajaran dapat ditingkatkan oleh guru dengan
menerapkan suatu pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dengan
memaksimalkan sumber-sumber belajar yang terdapat di sekolah. Salah satu
alternatif pembelajaran yang dapat dijadikan pilihan adalah perpaduan
pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam.
Pembelajaran laboratorium adalah pembelajaran yang menggunakan
laboratorium sebagai sumber belajar. Laboratorium merupakan suatu tempat yang
sengaja didesain untuk kegiatan penelitian dan percobaan, sehingga sangat tepat
jika laboratorium digunakan untuk pembelajaran biologi. Pembelajaran
laboratorium ini akan dipadukan dengan pembelajaran lingkungan alam.
Pembelajaran lingkungan alam adalah pembelajaran yang mendayagunakan
lingkungan alam sebagai sumber belajar. Seorang guru dapat menunjukkan
kepada siswa bahwa materi biologi yang dipelajari sebenarnya sangat dekat,
bahkan berinteraksi secara langsung dengan pengalaman keseharian siswa melalui
pembelajaran lingkungan alam.
Perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam
dilaksanakan dengan metode eksperimen, diskusi dan tanya jawab. Eksperimen
8
dilaksanakan di laboratorium dengan mengambil alat dan bahan dari lingkungan
alami di sekitar sekolah. Pembelajaran ini diharapkan dapat menyadarkan siswa
bahwa laboratorium dan lingkungan alam di sekitar dapat dijadikan sebagai
sumber belajar yang menarik, terutama dalam pelajaran biologi. Melalui kegiatan
pembelajaran tersebut siswa dapat mengalami, menemukan dan membangun
sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya sehingga siswa benar-benar
berpartisipasi dalam pembelajaran.
Perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam diharapkan
mampu meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi sehingga juga
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas VII A SMP Negeri 1 Gondangrejo
pada Tahun Pelajaran 2008/2009. Penelitian dilaksanakan pada pokok bahasan
pengelolaan lingkungan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan judul
penelitian: PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM
PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PERPADUAN PEMBELAJARAN
LABORATORIUM DAN LINGKUNGAN ALAM DI KELAS VII A SMP
NEGERI 1 GONDANGREJO.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan
permasalahan yang berkaitan dengan penelitian sebagai berikut:
Apakah perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam dapat
meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi di kelas VII A SMP
Negeri 1 Gondangrejo?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah:
Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi melalui perpaduan
pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam di kelas VII A SMP Negeri 1
Gondangrejo.
9
D. Manfaat Penelitian
Pembelajaran dengan menggunakan hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a. Memberikan pengalaman belajar yang baru bagi siswa sehingga dapat
meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi.
2. Bagi Guru
a. Memberikan masukan bagi guru mengenai manfaat perpaduan
pembelajaran laboratorium dan lingkungan alami untuk meningkatkan
partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi.
b. Membangkitkan kinerja guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Bagi sekolah
a. Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses
pembelajaran.
b. Menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun program peningkatan
proses pembelajaran pada tahap berikutnya.
10
1BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Partisipasi Siswa
a. Pengertian Partisipasi Siswa
Partisipasi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu
participation yang secara istilah berarti pengambil bagian atau pengikutsertaan.
Kata partisipasi memiliki pengertian yang luas. Suparno (2001: 81) menyatakan
bahwa partisipasi atau keterlibatan siswa adalah kegiatan dimana subjek yang
belajar ikut serta mempraktekkan sesuatu, baik secara terbuka (overt) maupun
secara tertutup (covert).
Winkel (2005: 276) mengemukakan bahwa partisipasi mencakup
kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu
kegiatan. Bentuk partisipasi ini dinyatakan dalam kesediaan untuk memberikan
reaksi terhadap rangsang yang disajikan, sebagai contoh adalah kesediaan siswa
untuk melaksanakan tugas yang diberikan guru.
Partisipasi siswa dalam pembelajaran tidak hanya ditunjukkan oleh gerak
siswa secara fisik, tetapi ditunjukkan juga oleh keterlibatan mental dan emosional
siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut diungkapkan oleh
Suryosubroto (2002: 279-280) yang menyatakan bahwa partisipasi adalah
keterlibatan mental, emosi dan fisik seseorang dalam memberikan inisiatif
terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan serta mendukung tercapainya
tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatan tersebut.
Rahmawaty (2006: 2) mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan
mental dan emosional individu dalam situasi kelompok yang mendorong untuk
memberi sumbangan terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggung jawab
bersama. Berdasarkan definisi tersebut terdapat 3 aspek penting partisipasi dalam
pembelajaran yaitu keterlibatan siswa, dorongan untuk memberikan sumbangan
dan tanggung jawab siswa terhadap proses pembelajaran.
11
Yamin (2007: 76) mengemukaan bahwa dalam diri seseorang terdapat
prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Apapun yang dipelajari
siswa dalam kegiatan belajar, siswa harus mengalami sendiri karena tidak ada
seorang pun yang dapat menggantikan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
Pendapat ini didukung oleh Dewey dalam Yamin (2007: 82) yang menjelaskan
pentingnya prinsip learning by doing dalam pembelajaran, yaitu bahwa siswa
perlu terlibat dan berpartisipasi secara spontan dalam pembelajaran. Keinginan
siswa akan hal-hal yang belum diketahuinya mendorong siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran. Peran guru adalah sebagai penyedia sarana bagi siswa untuk
dapat belajar. Sinergi antara peran siswa dan guru dalam pembelajaran yang aktif
akan menciptakan pengalaman belajar yang bermakna.
b. Manfaat Partisipasi
Suryosubroto (2002: 282) mengemukakan manfaat dari partisipasi, yaitu
lebih besarnya kemungkinan memperoleh keputusan yang benar karena
banyaknya sumbangan pikiran, melatih untuk bertanggung jawab dan mendorong
untuk membangun kepentingan bersama.
Yamin (2007: 78) menjelaskan bahwa keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat, berfikir kritis dan
memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Pendapat di atas
menunjukan bahwa partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat
mengembangkan kapasitas belajar dan potensi-potensi yang dimiliki siswa secara
penuh.
Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran akan mengembangkan
potensi diri dan kreativitas siswa secara optimal, serta dapat melatih siswa untuk
bertanggung jawab terhadap proses dan hasil belajar yang dijalaninya. Partisipasi
siswa dalam pembelajaran akan memberikan peranan yang penting bagi
keberhasilan tujuan dari proses pembelajaran yang terkait.
d. Syarat Terjadinya Partisipasi Siswa
Yamin (2007: 80-81) menjelaskan bahwa peran aktif dan partisipasi
siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan apabila pembelajaran yang
dilakukan lebih berpusat pada siswa sedangkan guru berperan sebagai
12
pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar. Selain itu tujuan kegiatan
pembelajaran harus tercapai kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar), dan
pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa,
meningkatkan kemampuan minimalnya, mencipta siswa yang kreatif serta mampu
menguasai konsep-konsep. Yang terakhir adalah adanya pengukuran secara
kontinu terhadap berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Partisipasi siswa dapat terjadi apabila dalam proses pembelajaran tercipta
suatu kondisi yang dapat merangsang tumbuhnya peran serta dan partisipasi
siswa. Gagne dan Briggs (1979) dalam Yamin (2007: 83) menjelaskan rangkaian
kegiatan pembelajaran untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasi siswa
meliputi 9 aspek, antara lain memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa,
menjelaskan tujuan instruksional, mengingatkan kompetensi prasyarat,
memberikan stimulus, memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya,
memunculkan aktivitas dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran,
memberikan umpan balik, melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes,
menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pembelajaran. Seorang
guru diharapkan memiliki keterampilan untuk merangsang tumbuhnya partisipasi
siswa sehingga peran serta dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran akan
meningkat dan pada akhirnya kegiatan pembelajaran akan lebih berpusat pada
siswa.
c. Pola Partisipasi Siswa
Yamin (2007: 78-79) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah istilah
untuk menggambarkan peran yang lebih banyak terletak pada siswa, guru sebagai
pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar dan tercapainya indikator yang
dikehendaki. Siswa adalah aktor atau subyek yang harus banyak berperan dalam
mengembangkan cara-cara belajar mandiri, tidak hanya sebagai siswa yang pasif
tetapi sebagai siswa yang berperan membuat perencanaan, pelaksanaan, dan
tercapainya suatu hasil (output) berdasarkan kreativitas dan partisipasi dalam
kegiatan pembelajaran. Skema hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Skema hubungan partisipasi antara guru dan siswa menunjukkan bahwa
seorang guru harus mampu menciptakan suatu kondisi belajar yang dapat
13
merangsang peran aktif dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Proses
pembelajaran harus berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut terlibat secara penuh
di dalam kegiatan belajar yang dilakukan.
Gambar 1. Skema Hubungan Partisipasi Antara Guru dan Siswa.
Pola aktivitas dan partisipasi siswa dijelaskan lebih lanjut oleh Yamin
(2007: 79) yaitu peran aktif dan partisipasi siwa dalam proses pembelajaran
adalah tercapainya suatu indikator dari kompetensi dasar yang telah
dikembangkan dari materi pokok. Pola aktivitas dan partisipasi tersebut dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Pola Aktivitas dan Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran.
Seorang guru diharapkan mampu menemukan kemampuan minimal
siswa (kompetensi dasar) yang dikembangkan dari materi pokok pembelajaran.
Selanjutnya kompetensi dasar yang telah diperoleh, akan dijabarkan menjadi
beberapa indikator yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Jadi aktivitas dan
Indikator Kompetensi Dasar Materi Pokok
Peran Aktif dan Partisipasi Siswa
Guru
Siswa
Merangsang peran aktif
dan partisipasi
14
partisipasi merupakan penekanan pembelajaran kompetensi yang menekankan
tercapainya suatu tujuan (indikator) yang dikehendaki.
e. Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran Biologi
Biologi merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan atau sains.
Biologi termasuk dalam life sciences sehingga objek kajiannya adalah makhluk
hidup dan lingkungan sekitar (Sumaji, 2009: 31). Pembelajaran biologi
diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan
alam sekitar. Kegiatan siswa dalam pembelajaran diarahkan untuk mencari tahu
dan berbuat sehingga partisipasi siswa sangat diperlukan dalam pembelajaran
biologi.
Yamin (2007: 84-86) menyebutkan adanya beragam aktivitas dan
partisipasi siswa dalam pembelajaran, termasuk juga dalam pembelajaran biologi.
Aktivitas dan partisipasi siswa dalam pembelajaran tersebut terbagi dalam delapan
kategori, yaitu kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis, menggambar,
kegiatan metrik, mental dan emosional.
Kegiatan visual dalam pembelajaran biologi meliputi membaca, melihat
gambar, demonstrasi, pengamatan dalam eksperimen. Sedangkan kegiatan lisan
(oral) berupa kegiatan siswa dalam mengemukakan fakta, ide, gagasan, pendapat,
pertanyaan dan mengajukan pertanyaan. Kegiatan mendengarkan terjadi ketika
siswa mendengarkan penjelasan dari teman saat diskusi kelompok atau penyajian
bahan. Penulisan laporan hasil kegiatan diskusi, membuat rangkuman dan
mengerjakan tugas termasuk kegiatan menulis. Kegiatan siswa ketika
menggambar, membuat grafik atau charta termasuk kegiatan menggambar,
sedangkan kegiatan metrik mengacu pada kegiatan fisik siswa saaat melakukan
percobaan, memilih alat-alat dan berkebun. Kegiatan mental emosional
merupakan kegiatan yang melibatkan psikis siswa. Kegiatan mental meliputi
kegiatan siswa dalam memecahkan masalah, melihat hubungan-hubungan, dan
membuat keputusan, sedangkan kegiatan emosional berkaitan dengan perasaan
pada diri siswa seperti minat, sikap berani atau tenang.
15
2. Pembelajaran Laboratorium dan Lingkungan Alam
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar sehingga pengertian pembelajaran
tidak dapat dilepaskan dari pengertian belajar itu sendiri. Hamalik (2003: 37)
mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
yang relatif mantap berkat interaksi antara individu dengan lingkungan. Manusia
belajar untuk merubah perilaku menjadi lebih baik. Winkel (2005: 36)
mengartikan belajar sebagai suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.
Suparno (2001: 2) menyatakan bahwa dalam pengertian yang umum,
belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif
permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukan. Perubahan-perubahan
tersebut tidak disebabkan faktor kelelahan (fatigue), kematangan, ataupun karena
mengkonsumsi obat tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian
belajar maka dapat diketahui bahwa terdapat 4 unsur pokok dalam belajar yaitu
belajar adalah aktivitas diri dan merupakan suatu proses pengalaman, perolehan
pengetahuan dan keterampilan, serta perubahan tingkah laku yang bersifat relatif
permanen.
Berdasarkan beberapa definisi tentang belajar, maka dapat dirumuskan
pengertian dari pembelajaran, yaitu usaha agar peserta didik dapat melakukan
perubahan pengetahuan, pemahaman, persepsi dan perubahan tingkah laku yang
relatif tetap sebagai hasil latihan dan pengalaman. Pembelajaran berlangsung
sebagai suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dipahami peserta didik.
Nilai tersebut tidak datang dengan sendirinya tetapi terambil dari berbagai sumber
yang disebut sumber belajar. Djamarah dan Zain (2006: 139) menyatakan bahwa
sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai tempat
memperoleh pengajaran atau asal untuk belajar seseorang.
Sumber belajar berupa materi atau bahan untuk mendapatkan
pengetahuan baru bagi pembelajar. Menurut Djamarah dan Zain (2006: 139) ada 5
kategori sumber belajar, yaitu manusia, buku atau perpustakaan, media massa,
16
alam lingkungan dan media pendidikan. Berbagai macam sumber belajar tersebut
membuat kegiatan pembelajaran bisa dilakukan di mana saja, baik di dalam
maupun di luar kelas bahkan di luar sekolah. Pembelajaran di luar kelas dapat
dilaksanakan di laboratorium dan lingkungan sekitar.
b. Pembelajaran Laboratorium
Menurut Darma (2008: 33) laboratorium adalah tempat siswa
berpraktek, baik untuk menguji suatu konsep, untuk mencari dan menemukan,
maupun memahami suatu proses atau prosedur tertentu. Laboratorium merupakan
suatu tempat yang sengaja didesain untuk terjadinya proses pembelajaran.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka pembelajaran laboratorium dapat diartikan
sebagai proses membelajarkan peserta didik dengan memanfaatkan laboratorium
sebagai sarana penunjang.
Pada pembelajaran laboratorium siswa dituntut untuk menguji,
memverifikasi atau membuktikan teori atau prinsip ilmiah yang sudah dipelajari.
Ada juga percobaan yang dirancang oleh guru sehingga siswa melakukan
percobaan dengan prosedur yang sudah terstruktur sehingga mampu menghasilkan
data empiris yang akhirnya membawa siswa kepada prinsip atau teori yang tidak
diketahui sebelumnya.
Menurut Darma (2008: 34-35) terdapat 3 prinsip umum dalam
pembelajaran laboratorium, yaitu prinsip belajar untuk berbuat, keingintahuan dan
berpikir ilmiah. Laboratorium bukanlah tempat untuk mempelajari data atau fakta
yang diarahkan untuk menguasai materi yang bersifat hafalan sehingga guru harus
memberi kesempatan siswa untuk bekerja secara mandiri sesuai pemahamannya.
Tugas guru sebatas membantu ketika siswa mengalami kesulitan. Keingintahuan
sangat diperlukan dalam pembelajaran laboratorium karena akan membangkitkan
motivasi siswa untuk belajar di laboratorium sehingga sebelum pembelajaran
dimulai, guru perlu mengembangkan rasa penasaran siswa. Pembelajaran
laboratorium digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, yaitu
proses berpikir secara sistematis, empiris dan terkontrol.
Bertolak dari prinsip belajar untuk berbuat maka kegiatan pembelajaran
laboratorium harus mencerminkan aspek belajar siswa psikomotorik. Berbagai
17
kegiatan yang dapat dilakukan untuk melibatkan siswa dalam laboratorium,
diantaranya adalah merakit peralatan, melakukan pengamatan terhadap gejala
alamiah, melakukan pengamatan terhadap proses dalam laboratorium tertutup,
memberikan penjelasan tentang percobaan yang dilakukan (Sumaji, 2009: 43).
c. Pembelajaran Lingkungan Alam
Siahaan (2004: 4) berpendapat bahwa lingkungan adalah semua benda,
daya dan kondisi yang terdapat di sekeliling manusia dan dapat mempengaruhi
kehidupan dari manusia tersebut. Pendapat ini didukung oleh Aristorahadi
(2008:1) yang menyatakan bahwa lingkungan adalah segala sesuatu baik yang
berupa benda hidup maupun benda mati yang terdapat di sekitar manusia (di
sekitar tempat tinggal maupun sekolah). Antara manusia dan lingkungan terjadi
interaksi atau pengaruh timbal balik yang berlangsung terus menerus dan saling
ketergantungan satu sama lain. Pembelajaran pun tidak bisa dipisahkan dengan
lingkungan karena pada hakikatnya belajar berlangsung dalam interaksi aktif
antara individu dan lingkungan.
Mulyasa (2006: 101) menyatakan bahwa pembelajaran dengan
pendekatan lingkungan adalah suatu pembelajaran yang berusaha untuk
meningkatkan keterlibatan peserta didik dengan mendayagunakan lingkungan
sebagai sumber belajar. Asumsi dari pendekatan ini adalah kenyataan bahwa
pembelajaran akan menarik perhatian peserta didik jika yang dipelajari
berhubungan dengan kehidupan dan bermanfaat bagi lingkungan. Belajar dengan
pendekatan lingkungan berarti peserta didik mendapatkan pemahaman dan
pengetahuan dengan cara mengamati segala sesuatu yang ada di lingkungan
sekitar.
Ramadhan (2008: 1) mengemukakan bahwa berlangsungnya proses
pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar. Pembelajaran dengan
pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik
yang cinta lingkungan. Selain itu, konsep-konsep sains dan lingkungan dapat
dengan mudah dikuasai siswa melalui pengamatan pada situasi konkret.
Pendekatan lingkungan membuat pembelajaran menjadi bermakna karena sikap
18
verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep dapat diminimalkan dan
pemahaman siswa akan membekas dalam ingatan.
Tujuan utama pembelajaran lingkungan alam adalah untuk
menghubungkan kembali peserta didik dengan lingkungan alam sekitar. Pada
pembelajaran lingkungan guru berhak dan berkuasa penuh menentukan suasana
atau lingkungan belajar yang akan dilakukan siswa dalam proses pembelajaran.
Menurut Barker (2007: 148) terdapat beberapa cara untuk menghubungkan
kembali peserta didik dengan lingkungan, diantaranya adalah memanfaatkan
makhluk hidup sebagai sumber belajar secara nyata. Sumber belajar tersebut dapat
berupa sumber asli (narasumber) atau sumber tiruan (model, gambar). Cara lain
yang dapat dilakukan adalah pelaksanaan pembelajaran di luar ruangan sehingga
siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungan.
Prinsip pembelajaran lingkungan alam sama dengan pembelajaran
laboratorium, bahwa belajar itu bukan hanya mencatat dan menghafal, tetapi suatu
proses berbuat yang didorong oleh rasa ingin tahu dari siswa. Prinsip
pembelajaran berbasis lingkungan dijelaskan secara lebih rinci oleh Herawati
(2008: 1) bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan lingkungan alam
tidak perlu mengubah sistem kurikulum yang berlaku. Pembelajaran juga mudah
dilaksanakan karena menggunakan potensi wilayah sebagai sumber belajar dan
adanya motto sederhana dalam sarana, tapi kaya tujuan. Saat pembelajaran
berlangsung peranserta siswa sangatlah penting karena paradigma school to work
menjadi dasar dari semua kegiatan pendidikan.
d. Metode dalam Penerapan Perpaduan Pembelajaran Laboratorium dan
Lingkungan Alam
Penerapan perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam
menggunakan beberapa metode, diantaranya sebagai berikut:
1) Metode Eksperimen
Djamarah dan Zain (2006: 95) menyatakan bahwa metode eksperimen
adalah cara pelaksanaan pembelajaran dimana siswa melakukan percobaan
dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Metode
19
eksperimen menyajikan bahan ajar melalui peragaan yang didukung peralatan
yang memadai.
Eksperimen dilakukan secara berkelompok. Guru mengajukan suatu
permasalahan untuk memancing rasa keingintahuan siswa. Siswa melaksanakan
percobaan di laboratorium dengan menggunakan bahan-bahan yang terdapat di
lingkungan alam. Pemecahan masalah selanjutnya berlangsung tahap demi tahap
sesuai dengan pemahaman siswa dari percobaan yang telah dilakukan.
Kegiatan eksperimen memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengalami atau melakukan sendiri, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri tentang objek, keadaan atau proses tertentu.
2) Metode Diskusi
Roestiyah (2002: 5) menyatakan bahwa diskusi adalah proses interaksi
antara dua individu atau lebih yang terlibat, tukar menukar pengalaman dan
informasi untuk memecahkan masalah. Diskusi dapat terjadi jika semua peserta
aktif, tidak ada yang jadi pendengar saja.
Metode diskusi mampu mempertinggi partisipasi siswa secara individual
kareana adanya kemungkinan untuk mengungkapkan pendapat masing-masing
peserta diskusi. Jenis diskusi yang dipakai adalah diskusi buzz-group yaitu satu
kelompok besar (kelas) dibagi menjadi 2 sampai 8 kelompok kecil, kelompok
kecil ini diminta melaporkan hasil diskusi pada kelompok besar.
3) Metode Tanya Jawab
Menurut Djamarah dan Zain (2006: 107) metode tanya jawab adalah
cara penyajian pelajaran secara interaktif dari guru ke siswa atau dari siswa ke
guru dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab. Tanya jawab dapat
menumbuhkan perhatian siswa dalam pelajaran dan mengembangkan kemampuan
untuk menggunakan pengetahuan dan pengalamannya sehingga pengetahuan
tersebut dapat lebih fungsional. Jawaban siswa pada saat kegiatan diskusi
mencerminkan penguasaan siswa terhadap materi yang sedang dipelajari.
20
B. KERANGKA BERPIKIR
Sains bukan sekedar kumpulan pengetahuan belaka, tetapi juga
merupakan suatu proses penelusuran sehingga pembelajaran sains termasuk
biologi menuntut partisipasi siswa secara aktif di dalamnya. Peran guru dalam
kegiatan pembelajaran adalah sebagai fasilitator, yaitu memberi kesempatan
kepada siswa untuk berinteraksi dengan berbagai objek yang dipelajari. Siswa
tidak hanya diarahkan untuk menguasai dan memahami materi, tetapi diposisikan
sebagai subjek belajar yang yang mampu menemukan dan mengkontruksi sendiri
pengetahuan dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar, termasuk
laboratorium dan lingkungan alami. Kegiatan pembelajaran siswa juga diarahkan
untuk memecahkan masalah yang terjadi lingkungan atau kehidupan nyata sesuai
dengan konsep yang dipelajari.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas, didapatkan
kenyataan bahwa masih terjadi permasalahan dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran senantiasa dilakukan di kelas dengan guru sebagai sumber belajar
yang utama. Siswa kurang berinteraksi dengan sumber belajar yang lain. Kegiatan
siswa dalam pembelajaran terbatas pada mendengar, mencatat penjelasan dari
guru dan mengerjakan soal sehingga walaupun mereka memiliki perhatian yang
cukup tinggi namun partisipasi siswa dalam pembelajaran rendah.
Berdasarkan keadaan tersebut maka perlu adanya usaha untuk
meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Salah satu cara yang
ditempuh adalah melaksanakan perpaduan antara pembelajaran laboratorium dan
lingkungan alam. Melalui perpaduan pembelajaran tersebut siswa diharapkan
dapat memanfaatkan laboratorium dan lingkungan alam sebagai sumber belajar.
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan di laboratorium dengan menggunakan alat
dan bahan yang terdapat di laboratorium dan lingkungan alami di sekitar sekolah.
Kegiatan tersebut akan membuat siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
karena siswa terlibat secara aktif membangun sendiri pengetahuan dari fakta-fakta
yang dialami ketika pembelajaran berlangsung. Keberhasilan pembelajaran
terlihat ketika siswa mampu membangun sendiri pengetahuan berdasarkan
fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan dan mampu memecahkan
21
permasalahan yang terjadi. Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dibuat,
maka dapat digambarkan alur pemikiran dalam penelitian seperti pada Gambar 3.
22
Gambar 3. Skema Kerangka Berpikir
SOLUSI
MANFAAT 1. Siswa dapat memanfaatkan laboratorium dan
lingkungan alam sebagai sumber belajar. 2. Siswa terlibat dalam pembelajaran secara fisik
dan mental. 3. Pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
TARGET Partisipasi siswa dalam pembelajaran
Biologi meningkat.
PERPADUAN PEMBELAJARAN
LABORATORIUM DAN LINGKUNGAN ALAM
PENYEBAB · Guru sebagai sumber belajar
utama · Kegiatan siswa saat
pembelajaran terbatas pada mendengar dan mencatat
AKIBAT · Pembelajaran terpusat
pada guru sehingga partisipasi siswa dalam pembelajaran rendah
MASALAH · Partisipasi siswa dalam
pembelajaran rendah
1
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan di SMP Negeri 1 Gondangrejo
kelas VII A Tahun Pelajaran 2008/2009 dengan jumlah siswa sebanyak 40 anak.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan secara bertahap mulai Bulan Maret sampai
Desember 2009. Urutan pelaksanaan kegiatan penelitian dapat dibagi menjadi 3
tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian.
Tahap persiapan meliputi observasi, pengajuan judul, penyusunan
proposal, perijinan dan pembuatan instrumen penelitian. Observasi terhadap
kegiatan pembelajaran dilakukan pada tanggal 10 Maret 2009. Penyusunan
proposal, perijinan dan pembuatan instrumen penelitian dilaksanakan pada bulan
Maret 2009 sampai Mei 2009.
Tahap pelaksanaan tindakan meliputi pengumpulan data dan analisis data
dilakukan selama bulan Mei 2009 sampai Juni 2009. Penelitian dilaksanakan
sebanyak 7 kali tatap muka dengan waktu 10 x 40 menit. Siklus I dilaksanakan
dalam 3 kali pertemuan (5 x 40 menit) sedangkan siklus II dilaksanakan dalam 4
kali pertemuan (5 x 40 menit).
Tahap penyelesaian meliputi analisis data dan penyusunan laporan hasil
penelitian sesuai tujuan yang ingin dicapai. Tahap ini dilaksanakan pada bulan
Juni 2009 sampai Desember 2009.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (classroom action
research). Berdasarkan tujuan penelitian maka penelitian ini tidak menguji
hipotesis secara kuantitatif, akan tetapi mendekripsikan dan menginterpretasikan
data, fakta dan keadaan yang ada, serta melakukan analisis tentang bagaimana
2
perpaduan antara pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam dapat
meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi.
Penelitian tindakan terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi. Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut
membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan berurutan yang kembali ke
langkah semula. Jadi, satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai
dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Strategi ini bertujuan untuk menggambarkan serta menjelaskan kenyataan yang
terjadi di lapangan. Kenyataan yang dimaksud adalah partisipasi siswa dalam
pembelajaran biologi sebelum dan sesudah diberi tindakan berupa penerapan
pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam.
C. Sumber Data Penelitian
Ada 3 sumber data penting yang dijadikan sebagai sasaran penggalian
dan pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Sumber data tersebut
meliputi :
1. Tempat dan peristiwa yang terkait pada pokok kajian dan objek pengamatan
lain yang ikut berperan dalam memecahkan masalah dalam penelitian ini.
2. Informan dalam penelitian ini adalah guru biologi yang bersangkutan dan
siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Gondangrejo.
3. Dokumentasi atau arsip, yang berupa silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran, dan buku pelajaran biologi kelas VII.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data meliputi observasi,
wawancara, angket, tes, dan kajian dokumen yang masing-masing secara singkat
diuraikan sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi yang dilaksanakan adalah pengamat berperan serta secara
pasif. Observasi dilakukan untuk mengamati perkembangan pembelajaran yang
3
dilakukan siswa dan guru sejak sebelum pelaksanaan tindakan, pada saat
pelaksanaan tindakan sampai akhir tindakan.
Observasi dilaksanakan secara sistematik dengan menggunakan lembar
observasi yang dilengkapi aspek-aspek yang akan diteliti sebagai instrumen
pengamatan proses pembelajaran. Fokus dalam observasi adalah partisipasi siswa
dalam pembelajaran yang meliputi 3 aspek, yaitu keterlibatan siswa, dorongan
untuk memberikan sumbangan dan tanggung jawab siswa.
2. Wawancara
Wawancara atau diskusi erat kaitannya dengan proses observasi.
Wawancara dilakukan dengan guru dan siswa yang bertujuan untuk mendapatkan
informasi balikan dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. Wawancara
yang dilakukan adalah wawancara secara mendalam (in-dept interview) dan
dilakukan secara informal kepada guru dan siswa. Waktu dan tempat wawancara
tidak ditentukan secara mendetail tetapi digunakan pada saat yang dianggap tepat.
Wawancara digunakan untuk mengetahui partisipasi siswa dalam pembelajaran
sesudah diterapkannya pembelajaran berbasis lingkungan.
3. Angket
Angket diberikan kepada untuk mengukur partisipasi siswa pada
pembelajaran biologi dari sudut pandang siswa sendiri. Angket tersebut dianalisis
sehingga dapat diketahui ada tidaknya peningkatan partisipasi siswa selama
pelaksaan tindakan. Angket bersifat tertutup.
Penyusunan angket menggunakan skala Likert yaitu dengan
menggunakan rentang mulai dari pernyataan sangat positif sampai pernyataan
sangat negatif. Alternatif pilihan jawaban adalah sangat setuju (SS), setuju (S),
kurang setuju (KS), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Validitas
angket diuji dengan mengadakan try out yang diadakan di kelas yang diteliti.
Teknik penilaian atau pemberian skor angket mengacu pada Sudjana (2009: 81)
yang disajikan dalam Tabel 1.
Arikunto (2002: 245) mengemukakan bahwa terdapat beberapa skala
dalam mengolah nilai, diantaranya skala bebas, skala 1-10, skala 1-100, dan skala
4
huruf. Konversi skor dalam mengolah nilai menurut Arikunto (2002) seperti pada
Tabel 2.
Tabel 1. Teknik Penilaian Angket
Pernyataan Sangat setuju
Setuju Kurang setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
Pernyataan positif 5 4 3 2 1 Pernyataan negatif 1 2 3 4 5
Tabel 2. Konversi Skor dalam Pengolahan Nilai
Angka 100 Angka 10 Huruf Keterangan 80 – 100 8.0 – 10 A Baik Sekali 66 – 79 6.6 – 7.9 B Baik 56 – 65 5.6 – 6.5 C Cukup 40 – 55 4.0 – 5.5 D Kurang 30 - 39 3.0 – 3.9 E Gagal
Berdasarkan Tabel 2, maka rentang skor dalam mengolah nilai juga dapat
disajikan dalam bentuk persentase seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Konversi Skor dalam Pengolahan Nilai (%)
Skor (%) Keterangan 80 – 100 Baik Sekali 66 – 79 Baik 56 – 65 Cukup 40 – 55 Kurang 30 - 39 Gagal
E. Validitas Data
Untuk menjaga validitas data digunakan dengan teknik triangulasi, yaitu
pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian adalah triangulasi metode.
Triangulasi metode adalah penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda,
dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama
untuk menguji kemantapan informasinya (Sutopo, 2002: 81). Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui observasi
5
angket dan wawancara. Skema triangulasi dalam penelitian seperti pada Gambar
4.
F. Analisis Data
Analisis data dilakukan sejak awal sampai berakhirnya pengumpulan
data. Analisis yang dilakukan berupa penilaian terhadap semua data kegiatan
penelitian yang telah dilakukan di lapangan. Analisis data dari hasil penelitian di
lapangan diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Teknik analisis ini mengacu pada model analisis Miles dan Huberman
(1992: 16-19) yang dilakukan dalam 3 komponen yaitu:
1. Reduksi data yaitu meliputi penyeleksian data melalui seleksi yang ketat,
melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola
yang lebih luas.
2. Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang
merupakan penyusunan informasi secara sistematik dari hasil reduksi data
dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi pada
masing-masing siklus.
3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan upaya pencarian makna data,
mencatat keteraturan dan penggolongan data. Data yang terkumpul disajikan
secara sistematis dan bermakna.
Angket
Wawancara
Observasi
Data Sumber data
Gambar 4. Skema Triangulasi
6
G. Prosedur Penelitian
Prosedur dan langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini
mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart dalam Aqib
(2006: 22-23) yang berupa model spiral yaitu menggunakan 4 komponen
penelitian tindakan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi
dan refleksi. Langkah-langkah operasional penelitian meliputi tahap persiapan,
perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi dan tindak lanjut sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Permohonan ijin pada kepala sekolah dan guru Biologi SMP Negeri 1
Gondangrejo.
b. Melakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Observasi
dilaksanakan dengan mengikuti pembelajaran biologi yang diadakan di kelas
VII A SMP Negeri 1 Gondangrejo.
c. Identifikasi masalah pembelajaran biologi di kelas VII A. Identifikasi
permasalahan dilakukan bersama-sama dengan guru biologi yang
bersangkutan.
2. Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil observasi dan identifikasi masalah, maka diajukan
alternatif pemecahan masalah berupa penerapan perpaduan pembelajaran
laboratorium dan lingkungan alam untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam
pembelajaran biologi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan tahap perencanaan ini
adalah:
a. Menentukan materi pembelajaran yakni pokok bahasan Pengelolaan
Lingkungan, sekaligus menyusun perangkat mengajar yang berupa silabus
(Lampiran 1a) dan rencana pelaksanaan pembelajaran (lampiran 1b).
b. Menyusun instrumen penelitian berupa:
1) Lembar observasi partisipasi siswa dalam pembelajaran
2) Angket partisipasi siswa dalam pembelajaran
3) Pedoman wawancara tentang partispasi siswa dalam pembelajaran
4) Persiapan alat dan bahan pembelajaran yang sesuai
7
3. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan implementasi dari perpaduan
pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam. Pelaksanaan kegiatan
pembelajaran mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran I dan II
(Lampiran 1b dan 1c). Pembelajaran diawali guru dengan memberikan suatu
masalah untuk dipecahkan siswa. Setelah itu siswa bekerja secara kelompok
melaksanakan eksperimen di laboratorium dengan mengambil alat dan bahan yang
diperlukan dari lingkungan sekitar sekolah. Eksperimen diarahkan untuk
menemukan pemecahan dari masalah tersebut. Hasil temuan siswa didiskusikan
dalam kelompok masing-masing dan kemudian dilanjutkan dengan pelaporan
hasil temuan di depan kelas. Kegiatan presentasi dilanjutkan dengan kegiatan
tanya jawab yang dibimbing langsung oleh guru. Seiring dengan kegiatan
presentasi dan tanya jawab, guru mengevaluasi hasil temuan siswa dan
memberikan poin-poin penting terkait materi pelajaran. Kegiatan pembelajaran
diakhiri dengan penarikan kesimpulan dari temuan-temuan yang diperoleh siswa.
4. Tahap Observasi
Observasi dilakukan selama berlangsungnya proses. Observasi berupa
kegiatan pemantauan, pencatatan serta pendokumentasian seluruh kegiatan siswa
selama pelaksanaan pembelajaran. Sebagai data pendukung observasi adalah hasil
wawancara terhadap guru dan siswa, angket partisipasi siswa dalam pembelajaran,
serta kajian dokumen yang ada. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang dilakukan.
5. Tahap Refleksi
Tahap ini berupa analisis proses dan dampak dari pelaksanaan
pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam sehingga dapat dijadikan
pertimbangan untuk menarik kesimpulan dari pelaksanaan tindakan pertama
(siklus I) yang telah dilaksanakan. Hasil analisis berupa kelebihan, kelemahan,
ataupun hambatan dalam pelaksanaan tindakan dijadikan penentu keberhasilan
tindakan dan langkah yang akan diambil selanjutnya (siklus II). Setelah dilakukan
proses analisis maka langkah selanjutnya adalah perbaikan pada pelaksanaan
8
siklus II sehingga pelaksanaan pembelajaran pada siklus II memberikan hasil yang
optimal dan dapat mencapai target yang telah ditetapkan.
Keberhasilan pembelajaran mengacu pada Mulyasa (2005: 131) yang
menjelaskan bahwa jika ditinjau dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil
dan berkualitas jika seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%)
peserta didik terlibat secara aktif. Untuk mengukur keberhasilan tindakan maka
dirumuskan indikator-indikator ketercapaian dalam bentuk persentase.
Berdasarkan hasil observasi awal maka indikator keberhasilan penelitian ini
dirumuskan pada Tabel 4.
Tabel 4. Daftar Persentase Target Capaian Setiap Indikator dari Masing-Masing Variabel yang akan Diukur.
No Instrumen Indikator Base Line Target 1. Lembar
observasi Partisipasi siswa
a. Kegiatan dimana subjek yang belajar ikut serta mempraktekkan sesuatu.
b. Keaktifan siswa dalam memberikan ide dan gagasan dalam diskusi kelompok dan presentasi kelas.
c. Kesediaan siswa memperhatikan selama proses pembelajaran.
Rata-Rata indikator 50,21%
Rata-Rata indikator 75%
2. Angket Partisipasi siswa
a. Kegiatan dimana subjek yang belajar ikut serta mempraktekkan sesuatu.
b. Keaktifan siswa dalam memberikan ide dan gagasan dalam diskusi kelompok dan presentasi kelas.
c. Kesediaan siswa memperhatikan selama proses pembelajaran.
Rata-Rata indikator 71,94%
Rata-Rata indikator 75%
Apabila dalam setiap variabel yang diukur untuk tiap-tiap indikatornya
sudah dapat mencapai target yang ditentukan, maka penelitian dapat dikatakan
berhasil dan tidak perlu melanjutkan ke siklus berikutnya. Sebaliknya, jika masih
ada beberapa indikator dari masing-masing variabel yang diukur belum memenuhi
9
target capaian maka dilakukan tindakan berikutnya untuk mencapai target yang
telah ditetapkan.
6. Tindak Lanjut
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan tindak lanjut adalah
merenungkan kembali kelebihan dan kelemahan dari pelaksanaan tindakan serta
kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi. Setelah kegiatan penelitian ini
diharapkan ada tindak lanjut dari guru bidang studi biologi untuk melakukan
perbaikan pembelajaran secara terus menerus serta mengembangkan strategi
pembelajaran agar kompetensi pembelajaran dapat tercapai.
Secara rinci urutan masing-masing tahap dalam penelitian dapat
dilihat pada Gambar 5.
10
Refleksi Tindakan Analisis terhadap hasil observasi dan evaluasi tindakan
Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam
Perencanaan Tindakan Penyusunan instrumen pembelajaran
SIKLUS I
Refleksi Tindakan Analisis terhadap hasil observasi dan evaluasi tindakan
Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam
Observasi Tindakan Pengamatan pelaksanaan tindakan
SIKLUS II
Perencanaan Tindakan Rancangan perbaikan berdasarkan refleksi siklus I
Observasi Tindakan Pengamatan pelaksanaan tindakan
Tindak Lanjut Langkah-langkah penyempurnaan untuk pembelajaran selanjutnya
Gambar 5. Skema Prosedur Penelitian
Identifikasi Masalah Mengungkap permasalahan pada proses pembelajaran
11
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian pembelajaran yang
berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-
masalah pembelajaran yang dihadapi dan juga untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Penelitian tindakan kelas dilakukan di kelas VII A SMP N 1
Gondangrejo dalam 2 siklus dengan 7 kali pertemuan (10 jam pelajaran). Setiap
siklus terdiri dari beberapa tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan partisipasi
siswa dalam pembelajaran biologi melalui stimulasi kecerdasan naturalis dengan
pembelajaran berbasis lingkungan.
A. DESKRIPSI KONDISI AWAL (PRA SIKLUS)
Kegiatan penelitian diawali dengan melakukan observasi di kelas VII A
SMP N 1 Gondangrejo untuk mengetahui proses pembelajaran di kelas tersebut.
Hasil observasi menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi
rendah. Kegiatan siswa dalam pembelajaran terbatas pada kegiatan mendengarkan
dan mencatat penjelasan guru. Rendahnya keterlibatan siswa juga ditandai dengan
hanya 30% (12 siswa) yang berani menjawab pertanyaan yang diajukan guru dan
hanya 5% (2 siswa) yang berani mengajukan pertanyaan. Tanggung jawab siswa
terhadap proses pembelajaran yang berupa perhatian akan penjelasan guru
sebenarnya memiliki persentase yang cukup tinggi, yaitu sebesar 65% (26 siswa).
Namun perhatian ini tidak didukung oleh usaha dari siswa untuk ikut
berkontribusi dalam pembelajaran. Hal ini jelas terlihat ketika siswa diberi
sejumlah soal untuk didiskusikan dan dikerjakan, hanya 40% (16 siswa) yang
bersedia mengerjakan.
Pembelajaran biologi senantiasa dilaksanakan di kelas sehingga siswa
kurang berinteraksi dengan sumber belajar yang lain. Guru sebagai sumber belajar
yang utama dan siswa menerima begitu saja materi biologi dari guru tanpa tahu
darimana asalnya. Hasil observasi terhadap partisipasi siswa dapat dilihat pada
Tabel 5.
12
Berdasarkan Tabel 5 mengenai jumlah skor setiap indikator pada lembar
observasi partisipasi dapat diketahui bahwa persentase tiap indikator partisipasi
siswa dalam pembelajaran sebesar 40%-65% dengan nilai rerata kelas sebesar
50,21%. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran masih rendah, yaitu hanya
sebesar 45,63%. Sementara itu siswa yang mau memberikan sumbangan
pemikiran dalam pembelajaran juga sangat rendah yaitu hanya 40%. Rendahnya
partisipasi siswa dalam pembelajaran terkait dengan metode ceramah dan
penugasan yang digunakan guru yang membuat kegiatan siswa dalam
pembelajaran terbatas pada mendengar dan mencatat. Namun di sisi lain, kedua
metode tersebut membuat aspek tanggung jawab siswa menjadi cukup tinggi yaitu
sebesar 65% karena siswa harus senantiasa memperhatikan instruksi dari guru.
Tabel 5. Persentase Setiap indikator pada Observasi Partisipasi Siswa Pra Siklus
Aspek Indikator Capaian (%)
Keterlibatan Kegiatan dimana subjek yang belajar ikut serta mempraktekkan sesuatu.
45.63
Dorongan memberikan sumbangan
Keaktifan siswa dalam memberikan ide dan gagasan dalam diskusi kelompok dan presentasi kelas.
40
Tanggung jawab Kesediaan siswa memperhatikan selama proses pembelajaran.
65
Jumlah 150.63 Rata-Rata 50.21
Kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran juga dapat
dilihat berdasarkan angket partisipasi yang diisi oleh siswa. Berdasarkan hasil
penilaian melalui angket partisipasi siswa diperoleh persentase seperti terlihat
pada Tabel 6. Angket tersebut menunjukkan bahwa siswa merasakan bahwa
keterlibatan siswa dalam pembelajaran relatif rendah, yaitu hanya 67,2%. Aspek
dorongan memberikan sumbangan mempunyai persentase sebesar 76,6%
sedangkan tanggung jawab siswa sebesar 72%, keduanya termasuk kategori baik.
Hasil angket partisipasi siswa mempunyai nilai rata-rata sebesar 71,94%.
Hasil angket ini mempunyai selisih sebesar 21,73% dengan hasil observasi.
Perbedaan hasil yang terdapat pada hasil observasi dan angket terjadi karena
adanya perbedaan sudut pandang dalam menilai partisipasi siswa. Observasi
13
dilakukan oleh peneliti untuk menilai partisipasi siswa secara objektif, sedangkan
angket diberikan untuk menilai partisipasi siswa secara subjektif menurut sudut
pandang masing-masing siswa.
Tabel 6. Persentase Setiap Indikator pada Angket Partisipasi Siswa Pra Siklus
Aspek Indikator Capaian (%)
Keterlibatan Kegiatan dimana subjek yang belajar ikut serta mempraktekkan sesuatu.
67.2
Dorongan memberikan sumbangan
Keaktifan siswa dalam memberikan ide dan gagasan dalam diskusi kelompok dan presentasi kelas.
76.6
Tanggung jawab
Kesediaan siswa memperhatikan selama proses pembelajaran.
72
Jumlah 215.83 Rata-Rata 71.94
Berdasarkan hasil observasi dan angket partisipasi siswa, maka perlu
dilakukan tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan partisipasi siswa dalam
pembelajaran. Tindakan yang akan dilaksanakan adalah penerapan perpaduan
pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam.
Pembelajaran lingkungan alam adalah pembelajaran yang
mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar, pembelajaran ini dipilih
karena materi pelajaran biologi senantiasa berhubungan dengan lingkungan
sehingga diharapkan siswa dapat belajar membangun pengetahuan sendiri dengan
menggunakan lingkungan sekitar sekolah. Pelajaran biologi sendiri merupakan
bagian dari sains sehingga tidak dapat dilepaskan dari kegiatan laboratorium.
Kedua pendekatan pembelajaran tersebut dipadukan melalui kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan di laboratorium dengan segala sarana
penunjangnya, tetapi bahan yang menjadi objek pengamatan diambil dari
lingkungan alam di sekitar sekolah.
Pemilihan pendekatan pembelajaran ini didukung oleh kondisi SMP
Negeri 1 Gondangrejo yang memiliki halaman dan kebun sekolah yang luas yang
dapat dijadikan sebagai sumber belajar siswa. Variasi metode yang digunakan
dalam pelaksanaan perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam
diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran.
14
B. HASIL PENELITIAN
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan pada Siklus I
Tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun instrumen penelitian
yang akan digunakan dalam pelaksanaan perpaduan pembelajaran laboratorium
dan lingkungan alam. Instrumen penelitian terdiri dari silabus mata pelajaran
biologi sesuai kurikulum sekolah yaitu KTSP, pengembangan silabus menjadi
rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar observasi
partisipasi siswa, angket partisipasi siswa dan pedoman wawancara.
Perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam dilakukan
melalui metode eksperimen, diskusi kelompok dan tanya jawab. Pada saat
pembelajaran dilakukan pembuatan model peraga berupa tiruan dari hutan untuk
menunjukkan fungsi dari hutan dan akibat dari kerusakan hutan.
b. Pelaksanaan Tindakan pada Siklus I
Pada pelaksanaan tindakan I, guru menerapkan perpaduan pembelajaran
laboratorium dan lingkungan alam. Pembelajaran dikondisikan agar siswa mampu
mengkontruksi konsep-konsep biologi dengan memanfaatkan lingkungan di
sekitar sekolah sebagai sumber belajar. Selama pembelajaran berlangsung peran
guru sebagai pemberi informasi dikurangi dan hanya berfungsi sebagai fasilitator,
sedangkan siswa sebagai subjek yang belajar secara aktif dalam menemukan atau
membangun suatu konsep. Lembar kerja siswa digunakan untuk membantu siswa
memahami tugas yang akan dilaksanakan.
Pelaksanaan siklus 1 terdiri dari 3 kali tatap muka (5 x 40 menit).
Pembelajaran berlangsung di laboratorium biologi. Siswa membuat hutan tiruan
dengan bahan yang diperoleh di lingkungan kemudian melaksanakan eksperimen
untuk mengetahui akibat dari kerusakan hutan. Siswa dalam kelompok masing-
masing diharapkan mampu menemukan fungsi hutan dan akibat dari kerusakan
hutan bagi lingkungan sekaligus merumuskan upaya untuk mencegah dan
mengatasi kerusakan hutan. Setelah itu dilaksanakan diskusi untuk menyatukan
pendapat dari masing-masing anggota kelompok. Hasil diskusi dituangkan dalam
lembar diskusi.
15
Pada pertemuan kedua, kegiatan pembelajaran berupa penyajian hasil
temuan kepada audiens berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan. Presentasi
ini merupakan presentasi pertama yang dilakukan siswa sehingga guru terlebih
dulu memberikan pengarahan jalannya presentasi. Semua anggota kelompok ikut
tampil dalam presentasi, namun hanya satu orang yang menjadi juru bicara. Guru
membimbing jalannya presentasi agar siswa lain ikut berperan serta dalam
presentasi. Setelah selesai presentasi dilakukan tanya jawab dan diskusi kelas.
Setiap siswa boleh bertanya mengenai materi yang belum jelas dan siswa di
kelompok pesentator bertugas untuk menjawab. Pada akhir pembelajaran guru
mengulas hasil dari presentasi sekaligus membenarkan konsep yang masih salah.
Pada pertemuan ketiga, guru melanjutkan presentasi dari kelompok yang
belum tampil. Setelah presentasi selesai guru dan siswa menyimpulkan hasil
presentasi. Kegiatan siswa selanjutnya adalah mengisi angket partisipasi.
c. Observasi Tindakan pada Siklus I
Observasi yang dilaksanakan pada saat pembelajaran merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk menilai pelaksanaan perpaduan pembelajaran
laboratorium dan lingkungan alam. Observasi dan evaluasi pada siklus I
dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi dan angket partisipasi siswa,
Hasil pengamatan selama proses pembelajaran memperlihatkan bahwa
partisipasi siswa mulai terlihat karena aktivitas belajar siswa tidak lagi sekedar
mendengar dan mencatat tetapi melakukan kerja nyata. Pada saat pelaksanaan
eksperimen, siswa sedikit bingung dan kurang memahami apa yang harus
dilakukan selama pembelajaran. Namun, siswa terlihat sangat antusias ketika
belajar di luar ruang kelas. Kebingungan siswa justru menimbulkan dampak yang
baik yaitu munculnya keberanian untuk bertanya kepada guru.
Pada saat diskusi siswa mengeluarkan gagasan yang ada di pikiran
berdasarkan hasil eksperimen yang telah dilaksanakan. Siswa memperhatikan
penjelasan guru dan juga teman yang presentasi dengan baik. Pembelajaran
menjadi terasa bermakna karena siswa mencari dan membangun sendiri
pengetahuan dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
16
1) Hasil Observasi Partisipasi Siswa
Hasil observasi tiap indikator partisipasi siswa pada pelaksanaan
tindakan pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Persentase Setiap indikator pada Observasi Partisipasi Siswa Siklus I
Aspek Indikator Capaian (%)
Keterlibatan Kegiatan dimana subjek yang belajar ikut serta mempraktekkan sesuatu.
60
Dorongan memberikan sumbangan
Keaktifan siswa dalam memberikan ide dan gagasan dalam diskusi kelompok dan presentasi kelas.
48,75
Tanggung jawab
Kesediaan siswa memperhatikan selama proses pembelajaran.
77,5
Jumlah 186,25 Rata-Rata 62,08
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa masing-masing indikator
partisipasi siswa memiliki persentase sebesar 60%, 48,75% dan 77,5% dengan
rerata kelas sebesar 62,08%. Partisipasi siswa di siklus I menunjukkan hasil yang
lebih baik daripada partisipasi siswa sebelum pelaksanaan tindakan.
Indikator pertama yaitu tentang keterlibatan siswa dalam pembelajaran
mengalam peningkatan sebesar 14,37% dari hasil observasi partisipasi siswa pra
siklus sebesar 45,63% menjadi 60% pada siklus I. Perpaduan pembelajaran
laboratorium dan lingkungan alam membuat siswa terlibat secara aktif dalam
pembelajaran. Siswa bekerja secara kelompok untuk membuat model tiruan hutan
dengan menggunakan bahan yang terdapat di lingkungan sekitar. Selanjutnya
siswa melakukan percobaan untuk mengetahui fungsi dari hutan terhadap
lingkungan.
Pada awalnya siswa merasa kesulitan mengikuti pembelajaran, namun
hal ini justru membuat siswa berani bertanya kepada guru. Siswa lebih aktif
bertanya agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan eksperimen. Keinginan
siswa untuk menjawab pertanyaan dari guru juga relatif tinggi, cara menjawab
pun lebih baik. Siswa tidak lagi berebut dan menjawab pertanyaan guru secara
serempak melainkan mengacungkan jari terlebih dahulu.
Persentase indikator kedua mengalam kenaikan 8,75% dari 40% pada pra
tindakan menjadi 48,75% di siklus I. Peningkatan yang relatif kecil ini terjadi
17
karena pada saat diskusi siswa masih enggan menyampaikan gagasan. Siswa
kurang yakin akan hasil temuan yang didapat saat eksperimen dan malu kalau
pendapatnya tidak diterima.
Nilai persentase tertinggi ditempati oleh indikator ketiga yaitu kesediaan
siswa memperhatikan selama proses pembelajaran yang mencapai 77,5%. Nilai
indikator ketiga ini mengalam kenaikan sebesar 12,5% dari persentase pra
tindakan yang hanya sebesar 65%. Siswa senantiasa memperhatikan selama
pembelajaran berlangsung karena pembelajaran laboratorium dan lingkungan
alam merupakan hal baru bagi mereka. Namun perhatian siswa semakin menurun
terutama pada saat presentasi.
Hasil observasi menunjukkan bahwa persentase partisipasi siswa naik
sebesar 11,87% dari 50,21% pada pra siklus menjadi 62,08% pada siklus I.
Partisipasi siswa meningkat karena kegiatan belajar siswa yang semula hanya
menerima materi pelajaran berubah menjadi subjek belajar yang aktif
mengkontruksi sendiri pengetahuannya.
2) Hasil Angket Partisipasi Siswa
Angket partisipasi siswa pada siklus I digunakan untuk mengetahui
partisipasi siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Gondangrejo setelah pelaksanaan
perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam. Hasil angket
partisipasi siswa untuk setiap indikator seperti pada Tabel 8.
Tabel 8. Persentase setiap Indikator pada Angket Partisipasi Siswa Siklus 1
Aspek Indikator Capaian (%)
Keterlibatan Kegiatan dimana subjek yang belajar ikut serta mempraktekkan sesuatu.
67,6
Dorongan memberikan sumbangan
Keaktifan siswa dalam memberikan ide dan gagasan dalam diskusi kelompok dan presentasi kelas.
74,5
Tanggung jawab
Kesediaan siswa memperhatikan selama proses pembelajaran.
82
Jumlah 224,1 Rata-Rata 74,7
Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa persentase setiap indikator
partisipasi yang didapat dari angket mempunyai rentang antara 67,6%-82%
dengan rerata kelas sebesar 74,7%, Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi siswa
18
dalam pembelajaran siklus I lebih baik daripada pra siklus. Indikator yang
memperoleh nilai tertinggi adalah indikator ketiga yaitu kesediaan siswa
memperhatikan selama proses pembelajaran yang mencapai 82%. Persentase
tertinggi kedua ditempati indikator kedua dengan nilai 74,5%. Persentase terendah
adalah indikator pertama, yaitu hanya 67,6%.
Pendekatan pembelajaran yang baru mempengaruhi siswa untuk mau
mengikuti dan melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan baik. Hasil
angket ini memperkuat hasil observasi dari observer yang menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan partisipasi siswa dalam pembelajaran.
d. Refleksi Tindakan pada Siklus I
Tindakan yang berupa perpaduan pembelajaran laboratorium dan
lingkungan alam dilakukan unruk meningkatkan partisipasi siswa dalam
pembelajaran. Hasil observasi yang didukung dengan hasil angket menunjukkan
bahwa partisipasi siswa pada siklus I mengalam peningkatan jika dibandingkan
dengan pembelajaran pra siklus.
Berpijak dari hasil analisis tindakan, dapat ditemukan beberapa kelebihan
dan kekurangan pada siklus I. Temuan yang menunjukkan kelebihan pada
pembelajaran siklus I antara lain:
1. Partisipasi siswa dalam pembelajaran mulai terlihat karena aktivitas belajar
siswa yang beragam.
2. Semakin banyak siswa yang berani mengajukan pertanyaan dan menjawab
pertanyaan yang diajukan guru. Cara menjawab siswa juga lebih baik.
Kekurangan pada siklus I berdasarkan hasil pembahasan dengan guru
adalah sebagai berikut :
1. Siswa masih kesulitan memahami tugas yang diberikan oleh guru sehingga
tugas observasi lingkungan yang harusnya dikerjakan setiap kelompok untuk
kemudian dibahas dalam diskusi tidak dilaksanakan dengan baik.
2. Peran serta siswa dalam kegiatan diskusi presentasi masih rendah, siswa masih
nervous dan kurang percaya diri dalam menyampaikan hasil temuannya.
19
3. Perhatian siswa terhadap teman yang melaksanakan presentasi makin lama
makin berkurang karena materi yang dibahas sama dan penyajian presentasi
dari tiap kelompok juga kurang menarik dan kurang jelas.
Berdasarkan hasil refleksi, diketahui bahwa masih terdapat beberapa kekurangan
pada siklus I, selain itu peningkatan partisipasi siswa yang terjadi pada siklus I ini
belum mencapai target sebesar 75% sehingga pembelajaran harus dilanjutkan ke
siklus II. Beberapa perbaikan juga harus dilakukan pada siklus II agar partisipasi
siswa dapat meningkat sesuai target.
2. SIKLUS II
a. Perencanaan Tindakan pada Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran di siklus II masih menggunakan perpaduan
pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam. Materi yang dipelajari adalah
tentang Pencemaran lingkungan. Kegiatan pembelajaran dilakukan sebanyak 4
kali pertemuan (5 jam pelajaran). Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus
II menggunakan instrumen penelitian yang sama dengan instrumen penelitian
yang digunakan pada siklus I.
Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa peran serta siswa
dalam pembelajaran mulai meningkat, namun beberapa aspek di dalamnya belum
mencapai target. Pada perencanaan tindakan siklus II beberapa perbaikan akan
dilakukan agar proses pembelajaran lebih optimal, siswa lebih antusias dalam
kegiatan pembelajaran dan lebih memaksimalkan perannya dalam eksperimen,
diskusi serta dapat menampilkan suatu presentasi yang menarik sehingga
partisipasi siswa dalam pembelajaran dapat meningkat sesuai target. Perbaikan-
perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II antara lain:
1. Guru memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan di
pelajari pada pembelajaran selanjutnya. Pada awal pembelajaran guru
memberi penjelasan secara lebih rinci kepada setiap kelompok sehingga siswa
dapat melaksanakan observasi dengan benar.
2. Guru memberi penguatan-penguatan pada siswa agar siswa lebih percaya diri
dalam mengemukakan pendapat saat diskusi dan presentasi.
20
3. Topik pengamatan untuk tiap kelompok dibuat berbeda sehingga diharapkan
temuan yang didapat makin bervariasi dan pada saat disajikan di depan kelas
tidak membuat bosan. Pada saat presentasi setiap kelompok diperbolehkan
menggunakan gambar atau charta. Penggunaan gambar atau charta selain
dapat menarik perhatian siswa lain juga dapat mempermudah penyampaian
hasil temuan.
Perbaikan pada siklus II tersebut diharapkan dapat lebih meningkatkan
partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan pada Siklus II
Pembelajaran pada siklus II merupakan tindak lanjut dari hasil refleksi
kegiatan pembelajaran pada siklus I sehingga pelaksanaan tindakan pada siklus II
tidak jauh berbeda dengan tindakan pada siklus I.
Pembelajaran pada pertemuan pertama dimulai dengan membagi siswa
menjadi 8 kelompok, tiap 3 kelompok mendapat sub topik yang sama tetapi area
yang akan diamati harus berbeda. Perbedaan sub topik ini untuk memberikan
tantangan kepada siswa sekaligus menghindari ketergantungan pada kelompok
lain. Guru menjelaskan tugas masing-masing kelompok secara mendetail agar
siswa benar-benar paham akan tugas yang akan dilaksanakan. Selanjutnya
dilakukan pengamatan di lingkungan sekitar sekolah dan pengambilan sampel air
dan tanah. Sampel yang diambil selanjutnya diteliti di laboratorium untuk
membedakan lingkungan yang belum dan yang sudah tercemar.
Siswa melaksanakan diskusi pada pertemuan kedua peran guru sebagai
pembimbing. Siswa diharapkan mampu menjelaskan hasil pengamatan di
lapangan dan laboratorium secara lebih teratur dan terperinci. Pembelajaran
dilanjukan dengan presentasi di bawah bimbingan guru. Sub topik yang dibahas
berurutan antara pencemaran air, udara dan tanah.
Pada pertemuan ketiga, pembelajaran dilakukan dengan melanjutkan
presentasi pertemuan sebelumnya. Setelah semua kelompok selesai melaksanakan
presentasi, guru kemudian mengajak siswa menyimpulkan hasil dari temuan-
temuan yang didapat dari proses pembelajaran.
21
Pada pertemuan kempat masih dilaksanakan presentasi untuk kelompok
yang belum tampil. Selanjutnya guru membimbing siswa menyimpulkan hasil
presentasi sebagai review dari seluruh materi pengelolaan lingkungan. Tujuan dari
kegiatan ini adalah agar siswa tidak mengalam kebingungan karena banyaknya
hasil temuan. Pertemuan keempat diakhiri dengan pengisian angket.
c. Observasi Tindakan pada Siklus II
1) Hasil Observasi Partisipasi Siswa
Persentase tiap indikator observasi partisipasi siswa pada siklus II
disajikan dalam Tabel 9.
Tabel 9. Persentase Setiap indikator pada Observasi Partisipasi Siswa Siklus II
Aspek Indikator Capaian (%)
Keterlibatan Kegiatan dimana subjek yang belajar ikut serta mempraktekkan sesuatu.
76,67
Dorongan memberikan sumbangan
Keaktifan siswa dalam memberikan ide dan gagasan dalam diskusi kelompok dan presentasi kelas.
75
Tanggung jawab
Kesediaan siswa memperhatikan selama proses pembelajaran
87,5
Jumlah 238,92 Rata-Rata 79,64
Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa partisipasi siswa pada
siklus II sebesar 79,64%. Indikator pertama mengalam kenaikan sebesar 16,67%,
yaitu dari nilai 60% di siklus I menjadi 76,67% di siklus II. Indikator kedua
mengalam kenaikan yang signifikan, yaitu sebesar 26,25% dari nilai 48,75% di
siklus I menjadi 75% di siklus II. Indikator ketiga memiliki nilai terbesar yaitu
87,5%, indikator ketiga ini justru mengalam kenaikan paling sedikit, yaitu hanya
sebesar 9,75% dari nilai 77,5% di siklus I.
Hasil pengamatan selama proses pembelajaran memperlihatkan bahwa
partisipasi siswa pada siklus II mengalam peningkatan sebesar 17,56% dibanding
pada siklus I. Sub topik yang berbeda-beda membuat siswa mau melaksanakan
pengamatan dengan sungguh-sungguh karena siswa tidak bisa lagi mengandalkan
bantuan kelompok lain. Pembagian kerja juga dilakukan agar pelaksanaan
kegiatan laboratorium dan pengamatan lingkungan menjadi lebih efektif.
Pencemaran lingkungan sering terjadi di kehidupan nyata sehingga siswa tidak
22
kesulitan dalam melaksanakan pengamatan dan penelitian. Siswa juga mampu
menjawab pertanyaan yang diajukan guru dengan baik. Cara menjawab siswa
lebih baik karena tidak lagi menjawab secara berebutan tetapi menjawab secara
individual. Siswa juga tidak sungkan untuk bertanya langsung kepada guru saat
mengalam kesulitan. Sub topik yang harus diselesaikan memang berbeda dengan
kelompok lain sehingga siswa tidak bisa bertanya ataupun meniru pekerjaan
kelompok lain.
Pada kegiatan diskusi siswa menjadi semakin percaya diri dalam
mengungkapkan pendapat karena yakin akan hasil temuan dari kegiatan
pengamatan. Perhatian siswa terutama saat presentasi semakin terjaga karena sub
topik yang berbeda menghasilkan temuan yang beragam. Siswa harus senantiasa
memperhatikan karena pada saat presentasi itulah guru memberikan evaluasi
terhadap hasil temuan siswa sekaligus memberikan penekanan pada poin-poin
yang penting.
2) Hasil Angket Partisipasi Siswa
Hasil angket partisipasi siswa untuk setiap indikator pada siklus II seperti
pada Tabel 10.
Tabel 10. Persentase Setiap Indikator pada Angket Partisipasi Siswa SiklusII Aspek Indikator Capaian (%)
Keterlibatan Keterlibatan siswa merupakan kegiatan dimana subjek yang belajar ikut serta mempraktekkan sesuatu.
75.7
Dorongan memberikan sumbangan
Keaktifan siswa dalam memberikan ide dan gagasan dalam diskusi kelompok dan presentasi kelas.
78.13
Tanggung jawab
Kesediaan siswa memperhatikan selama proses pembelajaran.
82.75
Jumlah 236.58 Rata-Rata 78.86
Berdasarkan pada Tabel 10 dapat diketahui bahwa partisipasi siswa
dalam pembelajaran siklus II berkisar antara 75,7% - 82,75%, dengan nilai rata-
rata kelas sebesar 78,86%. Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata persentase
indikator partisipasi siswa mengalam peningkatan sebesar 4,46% dari nilai 74,7%
di siklus I. Hasil angket ini menunjukkan bahwa siswa juga merasakan adanya
peningkatan partisipasi yang dialam oleh siswa. Hasil angket ini sesuai dengan
23
hasil observasi yang menunjukkan adanya peningkatan partisipasi siswa setelah
dilaksanakan perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam.
d. Refleksi Tindakan pada Siklus II
Hasil observasi pada siklus II menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan
pada siklus II menciptakan suatu kondisi pembelajaran yang lebih baik sehingga
dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Siswa berpartisipasi
aktif selama pembelajaran berlangsung melalui kegiatan eksperimen, diskusi dan
presentasi. Kegiatan eksperimen membuat siswa mengalam dan merangkai sendiri
pengetahuan dari percobaan yang telah dilaksanakan. Kegiatan diskusi membuat
siswa berkontribusi dalam pembelajaran dengan mengeluarkan gagasan-gagasan
yang diperoleh dari kegiatan eksperimen. Kegiatan presentasi dan diskusi kelas
membuat siswa percaya diri tampil di depan kelas. Di sisi lain perhatian siswa
terhadap jalannya pembelajaran juga tinggi karena dari kegiatan presentasi materi
disampaikan. Siswa tidak lagi sekedar menerima begitu saja materi pelajaran dari
guru tetapi mengkontruksi sendiri pengetahuannya dengan memanfaatkan
laboratorium dan lingkungan alam di sekitar. Partisipasi siswa dalam
pembelajaran telah mencapai target yang diinginkan, yaitu sebesar 75%.
Hasil penelitian yang menggambarkan peningkatan masing-masing
indikator partisipasi siswa setiap siklus berdasarkan observasi divisualisasikan
dalam Gambar 6, sedangkan peningkatan setiap indikator partisipasi siswa
berdasarkan angket divisualisasikan dalam Gambar 7.
24
45.6360
76.67
4048.75
75 65
77.587.25
0
20
40
60
80
100pe
rsen
tase
cap
aian
(%
)
indikator 1 indikator 2 indikator 3
pra siklus siklus 1 siklus 2
Gambar 6. Diagram persentase untuk Setiap Indikator pada Observasi Partisipasi Siswa Setiap Siklus
67.267.6 75.7
76.674.5
78.1372
82 82.75
0
20
40
60
80
100
pers
enta
se c
apai
an (%
)
indikator 1 indikator 2 indikator 3
pra siklus siklus 1 siklus 2
Gambar 7. Diagram persentase untuk tiap Indikator pada Angket Partisipasi Siswa Setiap Siklus
Proses pembelajaran secara keseluruhan telah memenuhi suatu
pembelajaran yang berhasil dan berkualitas dari segi proses sehingga pemberian
tindakan dapat dihentikan. Tindak lanjut berupa perbaikan pembelajaran dapat
dilakukan oleh guru biologi setelah penelitian sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang lebih baik lagi.
Keterangan: Indikator 1= subjek yang belajar ikut serta mempraktekkan sesuatu. Indikator 2= keaktifan siswa dalam memberikan ide dan gagasan dalam diskusi kelompok dan presentasi kelas. Indikator 3= kesediaan siswa memperhatikan selama proses pembelajaran.
Keterangan: Indikator 1= subjek yang belajar ikut serta mempraktekkan sesuatu. Indikator 2= keaktifan siswa dalam memberikan ide dan gagasan dalam diskusi kelompok dan presentasi kelas. Indikator 3= kesediaan siswa memperhatikan selama proses pembelajaran.
25
C. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat
diketahui bahwa perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam
dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi. Peningkatan
partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi ditunjukkan oleh hasil observasi
selama pembelajaran berlangsung, angket dan wawancara dengan siswa.
Hasil observasi sebelum pemberian tindakan menunjukkan bahwa
partisipasi siswa dalam pembelajaran rendah. Tidak semua siswa memiliki buku
pelajaran sehingga guru menjadi sumber belajar yang utama. Pembelajaran yang
berpusat pada guru tersebut menyebabkan kegiatan siswa dalam pembelajaran
terbatas pada mendengarkan dan mencatat penjelasan guru. Keterlibatan siswa
dalam pembelajaran sangat rendah karena siswa hanya tinggal menerima materi
yang diberikan guru. Siswa seakan-akan tidak dilibatkan dalam perolehan
pengetahuan sehingga siswa menjadi pasif dalam pembelajaran.
Pembelajaran yang berpusat pada guru memberikan dampak yang baik
pada tanggung jawab. Guru mengelola pembelajaran secara klasikal dengan baik
sehingga mampu membuat siswa memperhatikan penjelasan guru. Namun
tanggung jawab ini ternyata tidak diimbangi dengan keinginan siswa untuk
memberikan sumbangan atau kontribusi dalam pembelajaran. Hal ini terlihat jelas
ketika siswa diberi sejumlah soal untuk dikerjakan, hanya 40% siswa yang
bersedia berdiskusi dan mengerjakan, sisanya lebih memilih untuk bermain-main
dan akhirnya mencontoh pekerjaan teman.Selain kondisi tersebut, siswa juga
senantiasa belajar di dalam kelas sehingga interaksi siswa dengan sumber belajar
lain selain guru sangat kurang.
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I perlu dilakukan tindakan untuk
meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Tindakan berupa perpaduan
pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam. Perpaduan pembelajaran
laboratorium dan lingkungan alam membuat peserta didik yang semula pasif
diajak untuk bekerjasama dalam kelompok menemukan sendiri konsep-konsep
biologi dengan menggunakan laboratorium dan lingkungan sekitar sebagai sumber
26
belajar. Guru dan siswa berinteraksi satu sama lain melalui observasi lapangan,
diskusi, tanya jawab, memecahkan masalah, presentasi dan penarikan kesimpulan.
Kegiatan observasi pada siklus I menunjukkan bahwa pada kegiatan
pembelajaran guru dan siswa masih melakukan penyesuaian terhadap model
pembelajaran yang baru yaitu perpaduan pembelajaran laboratorium dan
lingkungan alam. Guru masih harus menjelaskan secara mendetail langkah-
langkah pengamatan yang akan dilakukan oleh siswa agar siswa tidak mengalam
kebingungan. Siswa masih merasa malu untuk bertanya atau mengemukakan
pendapat karena takut dan malu jika ternyata pendapat yang dikemukakan salah.
Saat guru memberikan pertanyaan, siswa masih malu-malu karena harus
menjawab secara personal. Siswa tidak diperbolehkan lagi menjawab secara
serempak melainkan harus mengacungkan jari terlebih dahulu. Kegiatan
presentasi juga cenderung membosankan karena materi presentasi sama dan
penyajian kurang menarik. Kegiatan yang berjalan baik adalah tanya jawab dan
diskusi kelas karena langsung dipimpin oleh guru.
Peningkatan partisipasi yang terjadi pada siklus I ini berupa perubahan
kegiatan belajar siswa yang semula hanya mendengar dan mencatat menjadi
kegiatan eksperimen, diskusi dan presentasi. Hasil observasi menunjukkan terjadi
peningkatan partisipasi siswa yang sebesar 11,87%, yaitu dari pra siklus sebesar
50,21% naik menjadi 62,08% pada siklus I. Hasil observasi didukung hasil angket
yang menunjukkan bahwa partisipasi siswa pra siklus ke siklus I mengalam
peningkatan sebesar 2,37%.
Hasil refleksi siklus I menunjukkan bahwa walaupun kegiatan siswa
dalam pembelajaran menjadi beraneka macam, namun partisipasi siswa dalam
kegiatan tersebut belum mencapai target yang ditetapkan. Masih terdapat
beberapa kekurangan pada pelaksanaan tindakan di siklus I sehingga perlu
dilaksanakan beberapa revisi untuk memperbaiki kekurangan tersebut dan
menciptakan kegiatan pembelajaran yang lebih aktif sehingga partisipasi siswa
dalam proses pembelajaran selanjutnya dapat lebih meningkat.
Pada siklus II siswa diberikan sub topik-sub topik yang lebih beragam
agar hasil temuan yang didapat lebih bervariasi. Penyajian presentasi dibuat
27
semenarik mungkin sehingga terkesan tidak membosankan. Guru juga senantiasa
memberikan motivasi kepada siswa agar siswa percaya diri dalam menyampaikan
hasil temuan-temuan dari kegiatan pengamatan.
Hasil observasi pada siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
partisipasi siswa sebesar 17,56% menjadi 79,64%. Hasil observasi ini diperkuat
dengan hasil angket partisipasi siswa pada siklus II yang memiliki rata-rata
indikator sebesar 78,86%.
Perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam memberikan
dampak yang baik bagi siswa. Siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan
sekitar dan dari interaksi tersebut siswa dapat merangkai pengetahuan sendiri.
Kegiatan eksperimen dilaksanakan dengan lebih teratur karena ada pembagian
tugas dalam persiapan alat dan bahan yang digunakan untuk pelaksanaan
eksperimen. Siswa berpartisipasi aktif melakukan penelitian dan pengamatan
kemudian mendiskusikan hasil yang diperoleh.
Kegiatan diskusi menjadi lebih hidup karena masing-masing anggota
kelompok menyumbangkan gagasan. Rasa malu yang besar dalam diri siswa
untuk mengungkapkan pendapat berubah menjadi percaya diri karena siswa yakin
akan hasil temuan dari kegiatan eksperimen.
Pada saat pelaporan hasil diskusi di depan kelas, siswa mampu
menyajikan presentasi yang baik. Siswa tidak lagi canggung berbicara dan
menyampaikan hasil temuan. Perhatian akan kelompok yang presentasi juga lebih
tinggi karena sub topik-sub topik yang beragam memberikan hasil yang beraneka
macam pula. Pada bagian inilah guru memegang peranan, yaitu memberikan poin-
poin penting dari materi yang dipresentasikan sekaligus membenarkan hasil
temuan siswa yang tidak sesuai dengan konsep yang benar.
Wawancara yang dilakukan terhadap siswa untuk menggali informasi
secara lebih mendalam juga memberikan hasil yang positif, 80% siswa merasa
telah berpartisipasi dalam pembelajaran. Kegiatan eksperimen yang dilaksanakan
dengan baik membuat 87,5% siswa aktif menyumbangkan gagasan pada saat
diskusi. Siswa merasa lebih percaya diri dalam menjawab pertanyaan dan
mengemukakan pendapat karena yakin jawaban mereka benar. Kesediaan siswa
28
untuk memperhatikan selama kegiatan pembelajaran juga sangat tinggi yaitu
mencapai 90%.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perpaduan pembelajaran
laboratorium dan lingkungan alam dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam
pembelajaan biologi. Perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam
membuat siswa belajar secara mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar
selain guru dan buku. Siswa berinteraksi langsung dengan laboratorium dan
lingkungan alam melalui kegiatan eksperimen. Aktivitas siswa dalam
pembelajaran biologi tidak lagi hanya mendengar dan mencatat tetapi berupa
perbuatan nyata untuk mengkontruksi pengetahuan dari percobaan dan
pengamatan yang dilaksanakan. Selain itu siswa juga memiliki keberanian untuk
bertanya ataupun menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini sejalan dengan
Rahmawati (2009: 1) yang mengemukakan bahwa penerapan metode eksperimen
berbasis lingkungan meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran.
Siswa mengalami dan membangun sendiri pengetahuannya sehingga
timbul rasa percaya diri yang tinggi untuk memberikan sumbangan pemikiran
terhadap kegiatan pembelajaran, terutama saat diskusi. Siswa memiliki keyakinan
untuk mengungkapkan gagasan pada saat diskusi karena lebih yakin akan
kebenaran gagasan tersebut. Pengaruh perpaduan pembelajaran laboratorium dan
lingkungan alam terhadap diskusi sesuai dengan pendapat Roestiyah (2002: 6)
yang mengemukakan bahwa pada saat diskusi siswa didorong untuk
menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki untuk memecahkan
masalah secara mandiri.
Tanggung jawab siswa dalam pembelajaran juga tinggi, terbukti dari
perhatian siswa yang sangat tinggi terhadap proses pembelajaran. Antusiasme
siswa juga muncul karena siswa ingin mengetahui temuan dari kelompok lain dan
kebenaran akan jawaban siswa sendiri.
Hasil penelitian tentang partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi
tersebut didukung oleh penelitian Tanrere (2008: 47) yaitu pembelajaran berbasis
problem solving dengan pendekatan lingkungan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran dan mengembangkan aktivitas, kreativitas dan respon siswa.
29
Pembelajaran yang membuat siswa aktif melalui kegiatan seperti diskusi
partisipasif, bercerita, presentasi, simulasi dan melakukan tindakan yang nyata
membuat siswa mampu memahami materi yang dipelajari lebih baik. Pemahaman
yang baik tersebut pula yang membuat siswa mampu mengikuti dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik.
Data yang diperoleh dari lembar observasi, angket dan wawancara
tentang partisipasi siswa menunjukkan adanya kesesuaian hasil sehingga hasil
penelitian tentang peningkatan partisipasi siswa dalam pembelajaran dapat
dikatakan valid. Hasil penelitian yang valid tersebut mengantarkan pada suatu
kesimpulan yaitu perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alam
dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaan biologi.
30
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang peningkatan partisipasi siswa
melalui perpaduan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alami pada proses
pembelajaran siklus I dan siklus II maka dapat disimpulkan bahwa perpaduan
pembelajaran laboratorium dan lingkungan alami dapat meningkatkan partisipasi
siswa dalam pembelajaran biologi kelas VII A SMP Negeri 1 Gondangrejo.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis dapat digunakan sebagai dasar dalam
pengembangan penelitian tindakan kelas lebih lanjut di SMP Negeri 1
Gondangrejo dalam rangka meningkatkan partisipasi siswa.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada proses
pembelajaran biologi materi pengelolaan lingkungan di SMP Negeri 1
Gondangrejo dalam rangka meningkatkan partisipasi siswa serta memberikan
alternatif pilihan dalam memilih pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan
partisipasi siswa.
C. Saran
1. Kepada Guru
a. Guru hendaknya mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum
melaksanakan pembelajaran laboratorium dan lingkungan alami sehingga
ketika terjadi perpindahan fase pembelajaran dapat berjalan lancar.
b. Guru hendaknya dapat lebih memanfaatkan laboratorium dan lingkungan
sekitar sebagai sumber belajar.
c. Guru hendaknya senantiasa meningkatkan pengetahuan dan wawasannya
agar dapat mengikuti perkembangan dinamika dunia pendidikan.
31
2. Kepada Siswa
a. Siswa hendaknya lebih berpartisipasi dalam pembelajaran agar dapat
mencapai hasil yang optimal.
b. Siswa hendaknya dapat belajar secara mandiri dengan mendayagunakan
sumber-sumber belajar yang ada di sekitar.
3. Kepada Calon Peneliti
a. Peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis hendaknya
mempersiapkan perangkat pembelajaran penelitian dengan baik dan
menyesuaikannya dengan alokasi waktu, fasilitas pendukung, karakteristik
siswa dan sekolah tempat penelitian.
b. Penelitian ini hendaknya dapat digunakan sebagai bahan acuan penelitian
selanjutnya dengan mengaitkan aspek-aspek yang belum diungkap dengan
aspek-aspek dalam penelitian ini.
32
DAFTAR PUSTAKA
Aristorahadi. 2008. Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar untuk Anak Usia Dini. (online) (http://aristorahadi.wordpress.com/2008/05/17/ Pemanfaatan-Lingkungan-Sebagai-Sumber-Belajar-Anakusiadini, diakses 2 Mei 2009).
Arikunto, S. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Aqib, Z. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:Yrama Widya.
Barker, S. 2007. Reconnecting with Nature, Learning from Media. Journal of Biology Education. 41 (4) 147-149.
Darma, S. 2008. Proses Pembelajaran di Kelas, Laboratorium dan Lapangan.
Jakarta: Depdiknas. Djamarah, S.B. & Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta. Hamalik, O. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Herawati. 2008. Pemberdayaan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar di
Tk Kemala Bhayangkari Metro. (online) (http://widjajaedu.wordpress.com/2008/08/31/ pemberdayaan-lingkungan-sekolah-sebagai-sumber-belajar-di-tk-kemala-bhayangkari-metro-herawati-metro/, diakses 26 Februari 2009).
Miles, M.B. & Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
tentang Metode-Metode Baru. (alih bahasa: Rohidi, TR). Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Mulyasa, E. 2005. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Rosdakarya. --------------. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya. Rahmawati, N. 2009. Penerapan Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. (online) http://pustakailmiah.unila.ac.id/2009/07/16/penerapan-metode-eksperimen-
berbasis-lingkungan-untuk-meningkatkan-aktivitas-dan-hasil-belajar-siswa-ptk-pada-siswa-kelas-xe-ma-negei-2-metro/, diakses 10 Februari 2010.
Rahmawaty. 2006.Bentuk Partisipasi Masyarakat Dusun III Tongkoh, Desa Dolat
Raya, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo Provinsi Sumatra Utara terhadap Upaya Konservasi di Taman Hutan Raya Bukit Barisan. (online) http://library.usu.ac.id/download/fp/06008762.pdf, diakses 27 April 2009.
33
Ramadhan, T. 2008. Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan
Menyenangkan.(online) (http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/11/pembelajaran-aktif-inovatif-kreatif-efektif-dan-menyenangkan/, diakses 26 Februari 2008).
Roestiyah N.K. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Rohandi, R. 2009. Memberdayakan Anak melalui Pendidikan Sains di dalam
Pendidikan Sains yang Humanistik. Yogyakarta: Kanisius. Siahaan, N.H.T. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta:
Erlangga. Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Rosdakarya. Sumaji. 2009. Dimensi Pengembangan IPA dan Pengembangannya sebagai
Disiplin Ilmu di dalam Pendidikan Sains yang Humanistik. Yogyakarta: Kanisius.
Suparno, S. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Depdiknas. Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta. Sutopo, H.B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. Suyitno dan Sukirman. 2007. Eksplorasi Biologi SMP Kelas VII. Jakarta:
Yudhistira. Tanrere. 2008. Environmental Problem Solving in Learning Chemistry for High
School Students. Journal of Applied Sciences in Environmental Sanitation. 3(1), 47-50.
Winkel. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. Yamin, M. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press. Zuriah, N. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif
Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.
34